Ceritasilat Novel Online

Putri Es 12

Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara Bagian 12


menggigit punggung kakek itu kuat-kuat.
"Aduh!" Kakek ini tentu saja terbelalak.
Baik dia maupun adiknya sedetik hilang tenaga
oleh serangan itu. Sinkang yang melindungi
tubuh seketika berhenti, bukan oleh kaget
melainkan oleh heran dan tercengang ada anakanak di situ, satu anak lelaki dan dua anak
perempuan yang masih kecil-kecil. Tapi ketika
Bun Tiong maupun Siang Lan melekat bagai
lintah, menggigit dan menancapkan giginya
membuat kesakitan maka sadarlah kakek itu1217
otomatis mereka melengking dan menggoyang
tubuh seperti anjing membersihkan bulu.
"Enyahlah!"
Akan tetapi dua bocah itu tak gampang
dilempar. Mereka melingkarkan pula kaki dan
tangan di pinggang si kakek, diguncang dan
dibentak seperti apapun tak mungkin terlepas.
Tapi ketika dua kakek itu berteriak dan
mengerahkan sinkang mereka, hawa panas
membakar punggung maka Bun Tiong maupun
Siang Hwa menjerit karena gigi mereka seakan
bertemu api. Dan saat itulah gigitan terlepas dan
kakek ini mencengkeram dan membuang mereka
bagai layang-layang putus.
"Bun Tiong..
"Siang Hwa!"
Sang ibu dan sang kakek sama-sama
berteriak kaget. Mereka juga tercengang dan
sedetik heran oleh datangnya anak-anak itu,
Shintala bahkan pucat. Tapi ketika dua anak itu
terlempar dan gigi mereka bertemu punggung
yang panasnya seperti api maka Siang Lan yang
menggigit paha Hantu Putih juga melepaskan1218
gigitannya dan ditendang hingga jauh tergulingguling. Dan alangkah marahnya kakek-kakek itu.
Mereka, dua dedengkot Pulau Api tiba-tiba harus
dibuat terkejut dan kesakitan oleh ulah anakanak. Mereka kaget dan marah sekali. Dan ketika
mereka sadar dan menggereng marah, rasa sakit
di punggung masih membekas maka keduanya
tiba-tiba bergerak dan hampir serentak
menyambar anak-anak itu. Tangan kanan
mereka.berkerotok dan menyala bagai bara, siap
menghancurkan leher anak-anak itu.
"Keparat, kubunuh kalian!"
Namun Kim-mou-eng. dan Puteri Es tentu
saja tak mau diam. Shintala, yang hangus dan
terbakar pundaknya juga menjerit melihat
tubrukan itu, sebisanya menolong anak. Tapi
ketika Puteri Es maupun Kim-mou-eng menjadi
kaget, mereka membentak dan sudah
menangkap bagian belakang tubuh kakek itu
namun telapak tiba-tiba menjadi kemerahan,
mereka terbakar oleh dahsyatnya Giam-lui-kang
(Tenaga Petir Neraka) maka keduanya berteriak
dari melepaskan tangan yang menangkap tubuh1219
itu. Dua kakek ini terus bergerak dan tidak
memperdulikan mereka.
Akan tetapi pada saat itu berkelebat
sesosok bayangan hitam luar biasa cepatnya.
Bersamaan dengan menyambarnya bayangan ini
terdengar teriakan dan jerit kaget orang-orang
Pulau Api, bahkan Tan pangcu juga terlempar
dan berteriak keras. Deru angin amat dahsyat
menyertai gerak bayangan hitam itu , tubuh
orang-orang Pulau Api yang merah marong juga
tiba-tiba padam. Dan ketika bayangan itu terus
melesat dan menyambar Bun Tiong dan Siang
Hwa, juga Siang Lan maka kakek hitam dan kakek
putih yang sudah menyambar tapi luput
mengenai Sasaran tiba-tiba terdorong dan jatuh
ke samping. Tubuh mereka yang menyala juga
padam bersamaan dengan ledakan di puncak
gunung kelima.
"Blarr!"
Dua kakek itu kaget bukan main. Masingmasing yang terdorong dan jatuh bagai ditiup
angin topan sekonyong-konyong tersentak,
melihat tiga anak itu lenyap dibawa bayangan1220
hitam yang amat cepatnya. Deru bayangan itu
membuat segalalanya yang disambar beku,
termasuk tubuh dan pakaian mereka. Tapi ketika
bayangan itu lenyap dan sudah di puncak
gunung, begitu cepatnya hingga mereka tak tahu
siapakah lawan mereka ini maka Hantu Putih
maupun adiknya melengking namun mata
mereka yang tajam samar-samar melihat
pinggang langsing seorang wanita, begitu pula
Kim-mou-eng yang tertegun dan membelalakkan
mata.
"Keparat, jahanam siapa itu. Heh, apa
yang kau lihat, sute. Siluman dari mana berani
menculik calon korban kita. Kejar!"
"Benar, aku melihat seorang wan?ta,
suheng. Entah siapa dan dari mana tapi telah
mengganggu kita. Kejar!"
Kim-mou-eng membelalakkan mata.
Sebagai orang berkepandaian tinggi tentu saja
dia melih?t bagian belakang bayangan hitam luar
biasa itu, pinggang langsing seorang wanita.
Maka ketika dua kakek itu berteriak dan tiba-tiba
mengejar, meledakken tangan dan lenyap1221
menuju puncak gunung iapun bergerak tapi tibatiba menoleh pada Puteri Es, tertegun melihat
puteri itu tersenyum.
"Siapa dia, penolong dari mana?"
"Hm, guruku muncul. Tak usah
mencampuri, taihiap. Boleh diikuti tapi jangan
sekali-kali ikut campur."
"Gurumu?"
Puteri Es tak menjawab. Gadis ini
berkelebat dan tiba-tiba lenyap pula
memukulkan payungnya. Benda itu
memuncratkan bunga api dan sang puteri telah
melesat ke atas gunung pula. Dan ketika
Pendekar Rambut Emas sadar dan bergerak
mengikuti, ia kagum akan kecepatan bayangan
hitam itu maka orang-orang Pulau Api pucat dan
Tan-pangeu tampak mundur membelalakkanr
mata, membalik dan lari.
"Pergi... kita pergi. Tinggalkan tempat
ini!"
Orang-orang itu bergerak dan memutar
tubuh. Mereka yang padam sinkangnya disambar
deru bayangan hitam itu tampak pucat dan ngeri.1222
Api di tubuh mereka lenyap, sudah mengerahkan
sinkang namun gagal dan tetap saja tak berhasil.
Dan karena Tan-pangcu sendiri juga kehilangan
tenaga saktinya itu karena hembusan atau tiupan
dingin dari bayangan hitam itu membuat sekujur
tubuhnya beku, menggigil dan ia tak mampu
membangkitkan Giam-lui-kang maka sadarlah
tokoh Pulau Api itu bahwa seseorang yang amat
luar biasa dan memiliki kesaktian yang amat
mengerikan telah datang dan melumpuhkan
mereka. Maka ketika berturut-turut orang-orang
Pulau Api itu mengikuti jejak tokohnya dan tubuh
mereka tak lagi menyala seperti obor, sinkang di
tubuh mereka lumpuh oleh hembusan bayungan
hitamn itu maka mereka jatuh bangun
sementara murid-murid Lembah Es tertegun dan
membelalakkan mata dengan muka berubah.
Mereka juga ditiup hawa amat dingin namun
yangn membuat mereka malah segar dan
semakin bersemangat!
Dan saat itu Yo-siocia juga sadar dan
berseru keras. Gadis itu, yang telah jatuh bangun
oleh kesaktian Hantu Putih tiba-tiba menjadi1223
girang luar biasa melihat bayangan hitam itu.
Bayangan itu seperti kilat menyambar dan
lenyap sepersekian detik saja. Tak ada diantara
mereka yang dapat melihat siapakah adanya
bayangan hitam itu, manusia ataukah iblis!
Tapi Yo-siocia yang dapat merasa hawa
dingin itu dan betapa dia dan para murid lain
malah menjadi segar dan seakan bertambah
tenaganya, sementara orang-orang Pulau Api
bahkan padam dan mati sinkangnya maka gadis
ini berteriak dan memberi aba-aba agar
mengejar dan membunuh orang-orang itu, lelaki
yang tubuhnya hitam legam dan kini tampak
seperti gosong. Giam-lui-kang di tubuh mereka
hilang kekuatannya.
"Kejar, bunuh mereka itu. Hancurkan
lawan!"
Teriakannya ini disambut pekik sorak
gadis-gadis Lembah Es. Mereka Seakan
mendapat tambahan tenaga baru dengan
berkesiurnya angin dingin itu. Kalau orang-orang
Palau Api malah padam dan hilang kekuatan Petir
Nerakanya adalah mereka justeru bertambah1224
dan malah menjadi kuat. Bu-kek-kang di tubuh
tiba-tiba seakan bangkit dan bergolak, mendidih
dan minta disalurkan. Dan ketika mereka
melompat dan orang-orang Pulau Api terkejut
karena lompatan itu panjang sekali, tujuh
delapan tombak maka mereka disambar dan
langsung dipukul, tak dapat mengelak.
"Aduh!"
Tan-pangcu terkejut dan menoleh. la
mendengar jeritan pertama itu dan melihat
robohnya sang anak murid. Anak buahnya
terbanting dan tewas kepalanya pecah. Lalu
ketika yang lain berteriak dan menjerit pula,
dengan amat cepat murid-murid Lembah Es
menghajar dan membunuh anak muridnya maka
Yo-sio- cia menyambar dan menghantamnya dari
belakang. Gerakan gadis baju merah itu terasa
amat cepatnya dan lebih dari biasa
"Dan kaupun mampuslah!"
Ketua Pulau Api membelalak. la
membalik dan menangkis tapi diri sendiri
terpelanting. Tenaganya berkurang lebih dari
setengah! Dan ketika ia bergulingan terkejut dan1225
pucat sekali maka gadis itu mengejarnya dan lakilaki ini cepat berseru mengelak dan membentak
anak buahnya melindungi.
Namun anak-anak murid Lembah Es yang
lain bergerak den menyerang anak buahnya itu.
Yo-siocie berkelebatan dan dua pukulannya
kembali mengenai ketua Pulau Api. Gadis yang
sebenarnya masih di bawah Tan-pangcu itu
mendadak seakan menjadi lebih hebat, Tanpangcu mengelak dan terbanting lagi. Dan ketika
ketua Pulau Api itu benar-benar pucat karena ia
masih kehilangan sebagian besar tenaga
saktinya, datangnya bayangan hitam itu
melumpuhkan Giam-lui-kang andalannya maka
ketua Pulau Api ini jatuh bangun dan jeritan serta
teriakan ngeri terdengar dari murid-murid Pulau
Api. Tan-pangcu pucat dan tidak melihat jalan
keluar!
Akan tetapi tiba-tiba terdengar gemuruh
dan suara dahsyat dari langit. Puncak gunung
kelima runtuh, batu dan bongkahan salju
berguguran Dan ketika semua itu ditambah
dengan cairnya lapisan beku dari salju yang ada1226
di lembah itu maka air bagai bah meluncur dari
atas menuju bawah. Dahsyat!
"Awas, puncak meleleh. Minggir!"
Semua terkejut. Murid-murid Lembah Es
maupun orang-orang Pulau Api sama sama
tersentak melihat kejadian itu. Perobahan
mendadak terjadi dengan amat cepat, gunung
kelima roboh disusul gunung keempat dan
ketiga. Dan ketika sekejap kemudian gununggunung yang lain juga berguguran dan mencair,
salju di padang es leleh dan menyerang siapa saja
maka semua berteriak dan saat itu tampak dua
sinar api mengejar atau memburu sesosok
bayangan hitam. Dan paniklah murid-murid
Lembah Es maupun orang-orang Pulau Api.
Mereka ini, tak pelak Tan-pangcu
mempergunakan kesempatan itu untuk
melarikan diri. Air bah menerjang mereka dan
murid-murid Lembah Es sibuk. Orang-orang
Pulau Api sudah bergerak dan lintang-pukang
lagi, menyelamatkan diri, bukan hanya dari
murid-murid Lembah Es itu namun juga dari salju
yang mencair dan leleh dengan cepat. Apa saja1227
yang mereka injak menjadi licin. Belum lagi hujan
batu atau pohon-pohon yang tumbang akibat
akarnya tercabut. Dan ketika semua itu
menguntungkan orang-orang Pulau Api, gadisgadis Lembah Es terbelalak dan memandang dua
sinar api yang bergerak dan mengejar bayangan
hitam maka pertempuran otomatis berhenti dan
mereka yang sudah berlindung segera


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memandang tiga benda aneh yang berpindahpindah begitu cepatnya dari atas gunung yang
satu ke atas gunung yang lain. Apakah yang
terjadi? Bukan lain adalah kemarahan Hantu
Putih den Hantu hitam yang menyerang lawan
mereka itu.
Dua kekek ini, yang terkejut dan marah
bahwa Bun Tiong dan Siang Hwa tahu-tahu
disambar orang lain untuk dibawa ke puncak
gunung sudah bergerak dan mengejar naik.
Mereka tadi terkejut bahwa tahu-tahu mereka
terdorong dan jatuh. Akan tetapi karena lawan
meninggalkan mereka dan tentu saja mereka
marah, tak lagi mereka takut atau kaget maka
dua dedengkot Pulau Api ini membentak dan1228
mengerahkan ilmu mereka untuk mengejar dan
mendapatkan musuh. Dan merekapun
mengeluarkan ilmu hitam agar cepat menyusul
lawan mereka ini, lawan yang tak diketahui siapa.
Akan tetapi dua kakek itu terkejut.
Meskipun mereka telah mengeluarkan ilmu
hitam dan lenyap menyusul ke atas namun lawan
mereka itu tak kelihatan. Terpaksa mereka
berhenti di atas dan mencari sekeliling, jelalatan.
Lalu ketika bayangan lawan tak tampak juga
maka Hantu Hitam memekik dan dihantamnya
puncak gunung hingga roboh. Dan pukulan kakek
itu tidak main-main. Giam-lui-kang yang dilepas
langsung membuat puncak gunung roboh, salju
mencair dan leleh ke bawah. Dan ketika lawan
masih juga belum didapat dan Hantu Putih juga
memekik seperti adiknya maka kakek itupun
menghantam dan robohlah gunung itu disertai
bongkahan salju yang memuncrat!
Akibatnya batu-batu berguguran, pohon
juga terlempar dan salju yang dingin menjadi
panas. Petir Neraka yang dimiliki kakek-kakek itu
memang hebat apa yang disentuh seketika leleh,1229
hangus terbakar. Dan ketika pekikan mereka
membahana bagai suara dahsyat dari langit
maka tiba-tiba tampaklah lawan mereka itu di
gunung keempat. Tak ayal lagi dua kakek ini
menyambar namun lawan meng hilang lagi,
gunung itu digempur dan roboh lagi, hancur dan
salju menjadi air bah yang meluncur ke bawah.
Dan ketika lawan tampak di gunung ketiga
namun menghilang lagi maka dua kakek ini
marah dan akibatnya mereka mengamuk,
mencari dan merobohkan apa saja lalu
tampaklah tubuh mereka bergerak ke sana ke
mari, mengejar bayangan hitam itu dan Giam-luikang yeng sudah mendidih membuat tubuh dua
kakek ini seperti cahaya api, menyambar dan
melesat ke sana ke mari sementara lawan
mereka itu masih tampak sebagai sosok
bayangan hitam yang tak dapat disentuh. Dua
kakek itu masih tak dapat melihat lawan mereka
ini, yang tampak hanya bagian belakangnya saja,
punggung atau pinggang yang ramping itu. Tapi
ketika gunung demi gunung dihancurkan roboh
dan salju atau Lembah Es menjadi terbakar, hawa1230
panas menyerang di mana-mana maka bayangan
itu akhirnya berhenti dan membalik di puncak
gunung keenam.
"Mo-ko, cukup sampai di sini. Kalian
kembalilah atau nanti kulempar"
Dua kakek itu menyambar. Mereka girang
dan kaget bahwa lawan akhirnya membalik,
wajah itu kelihatan." Tapi ketika mereka melihat
dan mengenal itu tiba-tiba keduanya berseru dan
berteriak hampir berbareng.
"Hwe Hwe Moli!"
Namun pukulan mereka sudah terlanjur
dilepas. Mereka menyambar dari kiri kanan dan
masing-masing mengerahkan Giam-lui-kang
delapan bagian. Wanita itu, yang sudah
memperlihatkan wajahnya ternyata malah
membuat dua kakek ini tersentak. Bukan wajah
cantik yang tampak melainkan wajah yang
mengerikan, wajah dengan dua bola mata putih
seperti iblis. Tak ada manik mata atau bagian
hitam di situ. Mata itu putih seluruhnya, seperti
orang buta! Dan ketika mereka terkejut dan
tentu saja kaget bukan main , inilah lawan yang1231
dulu mengalahkan mereka maka pukulan
menyambari namun Hwe Hwe Moli atau wanita
ini menyambut tenang dengan mengangkat
kedua lengannya ke depan. Dari sepasang lengan
itu keluar cahaya berkilat yang langsung
membuat padam sinar merah dari pukulan Giamlui-kang.
"Klap! Dua kakek ini terbanting. Mereka
berteriak dan kedinginan tapi bergulingan
meloncat bangun. Hantu Putih nmelotot.
Tapi ketika mereka bergerak dan
menerjang , Petir Neraka menyambar lebih
dahsyat maka wanita berpakaian hitam-hitam itu
mengelak dan menyambut dengan tenang. Dan
setiap gerakannva tentu membuat Giam-lui-kang
yang dimiliki sepasang kakek ini padam, seperti
api bertemu Es.
"Keparat!" dua Hantu itu melengking.
"Kau kiranya masih hidup, Hwe Hwe Moli, tapi
kali ini kami tak mau sudah. Kau atau kami yang
terbunuh" dan dua kakek itu yang menyerang
semakin dahsyat akhirnya menggabung pukulanpukulan mereka hingga membuat gunung1232
tergetar dan menjadi merah, siap terbakar dan
menyala kalau saja tak ada Hwe iwe Mo-li di situ.
Wanita inilah yang meredam dan mendinginkan
pukulan-pukulan lawan.
Semakin dahsyat mereka menyerang
semakin tenang gerak-gerik wanita itu. Dan
ketika Giam-lui-kang akhirnya meledak dan
menyambar wajahnya tiba-tiba dari bola mata
yang serba putih itu meluncur satu kekuatan
dingin yang merupakan inti Bu-kek-kang. Cahaya
seperti sinar laser.
"Mo-ko, cukup kataku. Pergilah dan cari
kebebasan setelah tiga puluh tahun terhukum ...
blarr!"
Giam-lui-kang pecah dan hancur
sinarnya, ditembus atau diserang kekuatan Bukek-kang dan dua kakek itu berteriak. Mereka
merasa ditusuk dari depan dan sinar atau cahaya
dari mata yang serba putih itu menembus dahi
mereka, dingin membungkus kulit dan otakpun
seketika beku. Dan ketika dua kakek itu
mengeluh dan roboh terbanting, gedebuk bagai
pohon pisang maka selesailah pertandingan dan1233
wanita itu tiba-tiba lenyap dan dua tubuh itu
terangkat dan terbang jauh melewati padang
salju, keluar Lembah Es.
"Wuuttt.....!"
Orang tak akan percaya melihat keajaiban
ini. Tubuh dua kakek itu bukan hanya keluar
Lembah Es melainkan terus meluncur dan
melewati samudera, melayang di angkasa luas
dan terus ke selatan. Dan ketika dua tubuh itu
lenyap entah ke mana maka Kim-mou-eng dan
Puteri Es yang mengikuti pertandingan ini dari
jauh akhirnya sadar setelah mendengar seruan
anak-anak. Bun Tiong dan Siang Hwa serta Siang
Lan muncul.
"Nenek hebat sekali, luar biasa, amat
sakti!"
Namun tiga anak itu terpekik kaget. Tadi
mereka dilempar dan disembunyikan di balik
gunung ketika dua kakek iblis itu menyerang
wanita ini. Bun Tiong maupun Siang Hwa tak
melihat wajah si nenek. Maka begitu mereka
muncul dan melontarkan pujian, Hwe Hwe Mo-li
menleh dan memperlihatkan sepasang matanya1234
yang putih berkilau-kilauan mendadak anak-anak
itu tersentak dan menjadi kaget, terpaku dan
berhenti namun tiba-tiba wanita itu mendengus.
Tidak seperti tadi yang bersikap melindungi dan
menyayang anak-anak ini adalah sekarang Hwe
Hwe Moli memasang sikap bermusuhan
Wajahnya tiba-tiba menjadi bengis.
Dan ketika tiga anak itu terkejut dan
tertegun, menghentikan langkah maka wanita itu
mengibas dan sudah berseru dingin.
"Kalianpun tak perlu tinggal di sini lagi,
pergilah!"
Bun Tiong dan Siang Hwa menjerit.
Bersamaan dengan itu tubuh mereka terangkat
naik, terbang dan terlempar keluar Lembah Es.
Dan ketika Siang Lan juga menyusul dan sang
kakek tentu saja berteriak keras, Kim-mou-eng
berkelebat maju mendadak nenek itupun
mengibas dan melempar pendekar ini.
"Tak ada siapapun yang boleh di sini.
Menghormati Sian-su biarlah kaupun pergi."
Pendekar Rambut Emas mencelat dan
terbang mengikuti cucu-cucunya. Bagai daun1235
kering saja pendekar itu dikibas dedengkot
Lembah Es, tak mampu melawan dan tertiup
kencang. Dan ketika di sana Shintala menjerit
dan melompat mengejar mendadak wanita
itupun mengebutpun lengan bajunya dan tak
ayal lagi nyonya ini terbang menyusul ayahnya.
"Gak-hu..!"
"Ibu...."
Tak ada siapapun yang dapat mencegah.
Pendekar Rambut Emas kaget sekali dan semakin
kaget lagi ketika tiba-tiba tak dapat
mengerahkan tenaganya. Sinkangnya lumpuh.
Maka ketika ia dan cucu serta menantunya
melayang di atas Lembah Es, terbang dan
terlempar bagai boneka-boneka tak berarti maka
berturut-turut wanita itu membuang orangorang Pulau Api yang ada di bawah. Mereka ini
ditiup seperti dua kakek iblis tadi, mencelat dan
angin topan seketika mengangkat mereka. Dan
ketika di atas samudera mereka berjatuhan ke
bawah, Kim-mou-eng dan anak menantunya
terbelalak dan melihat itu sambil masih terus
meluncur maka mereka memejamkan mata dan1236
melayang menuju utara. Entah bagaimana
selanjutnya kejadian di Lembah Es pendekar itu
dan keluarganya tak tahu lagi. Mereka jatuh di
daratan besar. Semua ini seakan mimpi.
Dan ketika berturut-turut mereka roboh
dan pingsan, kesaktian penghuni Lembah Es
benar-benar mengerikan maka hanya Beng An
yang tertinggal dan masih berada di perahu!
Pemuda itu memang benar dibawa
sepasang kakek iblis Hantu Hitam dan Putih
menyertai perjalanan ke Lembah. Tapi karena
dua kakek itu meninggalkan Beng An di perahu
dan hanya dijaga beberapa murid saja, kakekkakek ini memiliki kepercayaan untuk
menundukkan lawan mereka maka ketika
semuanya berbalik dan justeru mengejutkan
mereka maka pemuda ini selamat sendirian.
Waktu itu Beng An tertotok dan diikat.
Tubuhnya selama ini dilumpuhkan dua kakek itu.
Maka ketika Tan-pangcu tiba-tiba datang
berlarian dan puluhan murid-muridnya menuju
perahu, berhamburan dan tampak ketakutan
maka enam murid yang menjaga Beng An jadi1237
pucat dan ikut melarikan diri. Mereka ini
mendengar tentang nmunculnya Hwe Hwe Moli,
tokoh yang hanya disebut sebagai bayangan
hitam yang melumpuhkan semua tenaga orangorang Pulau Api. Hanya dengan desir tubuhnya
saja Giam-lui-kang di tubuh mereka padam,
lumpuh oleh angin dingin yang keluar dari tubuh
wanita itu. Dan karena Tan-pangcu terbirit-birit
sementara dedengkot mereka terjatuh di sana,
rupanya tak kuat pula melawan wanita itu maka
mereka yang ketakutan dan dibawa Tan pangcu
ini menjadi panik dan terburu-buru. Dan enam
penjaga itu melihat betapa Tan-pangcu dan
teman-teman mereka itu sudah tidak memiliki
tubuh yang kemerah-merahan lagi, tanda bahwa
Giam-lui-kang di tubuh memang sudah
dilumpuhkan. Dan ketika semua sudah
menyambar perahu dan mendayung pergi, cepat
maka tak pelak lagi yang menjaga Beng An
melompat ke perahu teman mereka dan
meninggalkan Beng An sendiri, apalagi ketika
kemudian puluhan tubuh meluncur dan1238
melayang di atas kepala, jatuh ke laut. Tubuh
atau mayat teman-teman sendiri!
Orang-orang ini menjadi gentar dan tak
ingat apa-apa lagi. Beng An ditinggalkan begitu
saja. Maka ketika mereka berhamburan dan
meninggakan Lembah mengikuti perahu Tan

Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pangcu maka hanya pemuda ituluh yang
tertinggal. Namun Beng An tak tahu semu ini. la
cukup lama di bawah tawanan kakek-kakek iblis
itu, karena totokan yang terlalu lama membuat
darahnya tak mengalir lancar. Beng An masih
pingsan dan bahkan menderita luka dalam. Maka
ketika ditinggalkan dan sendirian di situ,
perahunya tergolek dan terobang- ambing
perlahan maka pemuda ini tak tahu apa-apa
sampai tiga hari tiga malam. Namun ketika
semua kerusuhan itu berakhir dan Lebah Es
kembali sunyi maka pada hari keempat sesosok
bayangan muncul dan perahu serta pemuda ini
ditemukan.
***1239
"Kim-kongcu!" bayangan itu terpekik dan
langsung berhenti begitu melongok si perahu. la
adalah seorang gadis cantik berpakaian pelayan,
telinganya putus sebelah namun ditutupi
rambutnya yang hitam tebal. Dan ketika gadis itu
berhenti dan terpekik melihat Beng An, sejak tadi
ia curiga akan perahu yang sendirian ini maka
gadis itu tertegun namun tiba-tiba menangis dan
menyambar Beng An dari perahu.
"Kim-kongcu..... Kim-kongcu!" ia
mengguncang-guncang tubuh pemuda itu
namun Beng An tak sadar dan tentu saja tak
menjawab. Gadis ini bukan lain adalah Hwa Seng
yang dulu diselamatkan Beng An dari Pulau Api,
gadis yang nyaris menjadi korban kebiadaban
orang-orang Pulau Api. Dan ketika gadis itu
tertegun dan pucat melihat keadaan Beng An
yang tak berg?rak atau membuka mata maka
gadis ini membawa pemuda itu dan
memanggulnya sambil menangis tersedu-sedu.
Hwa Seng langsung membawanya ke
Lembah Es, masuk tapi melalui jalan berliku yang
tak banyak dilalui murid-murid lain. Dan ketika ia1240
jatuh bangun dengan tangisnya yang mengguguk
maka bayangan merah berkelebat dan Yo-siocia
muncul di situ, menghadang.
"Hwa Seng, siapa yang kaubawa. Berani
benar kau memasukkan laki-laki".
Hampir saja gadis baju merah ini
menampar dan mengayun tangan ke kepala Hwa
Seng. Akan tetapi melihat gadis itu mengguguk
dan menjatuhkan diri berlutut, meletakkan Beng
Ani maka Hwa Seng tersedu-sedu memberi tahu.
"Maaf, ampunkan diriku. Aku membawa
Kim-kongcu, siocia. Kudapatkan ia di perahu
orang-orang Pulau Api dalam keadaan begini.
Kim-kongcu rupanya luka-luka, aku hendak
membawanya kepada Puteri. Tolonglah
sampaikan padanya dan jangan biarkan pemuda
ini tewas!"
Yo-siocia tertegun. Tak disangkanya
bahwa yang dibawa pelayan itu adalah Beng An.
Meskipun Hwa Seng memasuki jalan lain namun
sejak serbuan orang-orang Pulau Api keadaan
menjadi diperketat. Jalan sekecil apapun pasti
dijaga.1241
Maka ketika ia melihat pelayan itu dan
curiga kenapa pelayan itu mencari jalanan sunyi,
menghindar dan selalu mengelak tempat-tempat
yang dijaga maka ia berkelebat dan muncul di
situ, mencegat dan ingin memberi hajaran tapi
tak tahunya malah dibuat terkejut. Hwa Seng
ternyata membawa Beng An, putera Kim-moueng. Dan karena pemuda itu, telah memiliki tali
persahabatan dengan Lembah Es, hanya pemuda
ini satu-satunya yang diterima dan dikagumi
tocunya maka gadis itu sejenak tak mampu
menjawab dan berdiri dengan muka
kebingungan.
Sesungguhnya, empat hari sejak
peristiwa besar adanya serbuan dua kakek iblis
itu sesepuh mereka Hwe Hwe Mo-Li telah
mengadakan ancaman bahwa siapapun yang
masuk harus dibunuh. Sekarang bukan hanya
laki-laki saja melainkan juga perempuan. Dalam
waktu setahun ini Lembah Es tak boleh didatangi
siapapun.
Hawa yang dibawa orang-orang Pulau Api
menyebar jahat, telapak kaki mereka itu masih1242
meninggalkan noda bagi Lembah Es, setahun
baru bersih dan setelah itu larangan berjalan
seperti biasa lagi, yakni hanya laki-laki yang tak
boleh masuk. Maka ketika tiba-tiba hari itu Hwa
Seng membawa Beng An dan kini
menyerahkannya kepadanya, minta agar
diserahkan Puteri Es kontan saja gadis baju
merah ini tak dapat menjawab dan bingung!
"Hm, kau memberikan sebuah kesulitan.
Keparat, apa yang harus kulakukan, Hwa Seng,
bukankah kau tahu bahwa su-pek-bo kita
mengadakan ancaman. Bagaimana kau
membawa Kim-kongcu ini dan hendak
menyerahkannya kepada Tocu!"
"Kalau begitu biarkan aku lewat. Demi
pemuda ini aku sanggup menerjang bahaya,
Siocia. Paling-paling mati! Aku tahu larangan
tetua kita tapi semua ini terjadi tanpa kusengaja.
Kim-kongcu luka. iapun berada di perahu orangorang Pulau Api. Kalau kau tak dapat
membawanya kepada Tocu biarlah aku lewat
dan aku yang menyerahkannya sendiri!"1243
"Hm, kau nekat. Kau menerjang bahaya.
Eh, apa yang membuatmu begini, Hwa Seng.
Jawab pertanyaanku dan katakan dengan jujur!"
"Tak ada lain, hutang budinya. Tanpa
pertolongannya dahulu tak mungkin aku
selamat. siocia, tak mungkin masih hidup. Aku
semata ingin membalas budinya dan belum
pernah kulihat pemuda seperti ini yang berani
berkorban demi orang lain!"
"Hm, kau... eh, tak mencintainya?"
Hwa Seng terkejut, tapi tiba-tiba tertawa
geli.
"orang macam aku ini tak pantas
untuknya. Seribu kalipun tak pantas. Tidak, aku
semata ingin membalas budinya dan tak ada
kamus seperti itu di hatiku. Pemuda seperti ini
hanya pantas untuk orang-orang yang jauh di
atasku, kau misalnya, atau Tocu!"
"Baiklah," Yo-siocia ?emburat. "Akupun
merasa tak pantas, Hwa Seng. Bawa dia pergi dan
temui saja Wan-cici."
"Kau tak akan menghalang jalan?"1244
"Pergi dan jangan banyak cakap. bawa
Surat pengantar ini agar kau menemui Wan-cici!"
Hwa Seng terkejut dan girang. Gadis baju
merah itu bahkan memberinya sepucuk surat
singkat untuk Wan-siocia, orang nomor tiga
setelah Puteri Es. Dan ketika ia berlutut
menyatakan terima kasih, iniah bantuan yang
juga mengandung resiko bagi gadis baju merah
itu maka Yo-siocia berkelebat dan pergi
meninggalkannya.
Gadis ini melompat bangun. la bangkit
semangatnya mendapat bantuan ini Yo-siocia
berada di belakangnya. Dan ketika ia menyambar
dan pergi membawa Beng An lagi, kembali air
matanya berderai maka benar saja di beberapa
tikungan ia kepergok beberapa rekan-rekan lain
yang muncul secara tiba-tiba. Namun mereka
segera minggir melihat surat Yo-siocia, juga siapa
pemuda yang dibawa gadis ini. Dan ketika
akhirnya Orang yang dicari ditemukan juga, Sui
Keng atau Wan-siocia itu tertegun maka tampak
jelas bahwa gadis inipun berubah mukanya.
"Kim-kongcu!"1245
"Benar," Hwa Seng cepat menjatuhkan
diri berlutut. "Hamba menemukannya di perahu
orang-orang Pulau Api, Ji-siocia, sendirian dan
terluka. Mohon bantuannya agar bertemu Tocu
atau kau yang menyembuhkan!"
"Kau bertemu Yo-sumoi?
"Yo-siocia menyuruhku menemuimu.
Mohon lewat atau biarlah Kim-kongcu ini siocia
bawa kepada Tocu!"
"Hm!"
"wajah gadis dingin ini memerah,
membawa dan sudah menerima surat itu.
"Berani mati kau ini, Hwa Seng. Kami sekarang
kau libatkan!"
"Maaf, tidak disengaja, Ji-siocia. Kalau
hamba tak dihadang dan dicegat rekan-rekan
sendiri tentu semuanya tak ada yang tahu.
Hamba kepergok, dan hamba harus
melaksanakan tugas. Mohon keputusanmu agar
nyawa Kim-kongcu ini segera diselamatkan!"
Gadis itu bingung. Sama seperti sang
sumoi iapun tak berani gegabah. Ancaman keras
yang baru saja mereka terima adalah langsung1246
dari orang yang lebih tinggi, bahkan masih di atas
Puteri Es. Tapi karena Beng An adalah sesuatu
yang istimewa dan tak mungkin menolaknya
begitu saja akhirnya tokoh nomor tiga ini
berkelebat mengajak Hwa Seng menemui
encinya, Thio Leng.
"Kau ikut aku dan menghadap Thio-cici!"
Hwa Seng girang. Dari nada bicara ini ia
melihat suatu harapan besar, paling tidak sikap
lunuk dari pimpinan yang sebenarnya keras ini.
Wan-siocia dan Thio-siocia adalah tokoh-tokoh
yang teramat disiplin, tak segan melakukan
hukuman. Dan ketika Hwa Seng bergerak dan
ikut sang pimpihan itu, tentu saja lebih mudah
dan amat gampang maka di kamarnya Thio Leng
dibuat terkejut oleh hadirnya dua orang ini, dan
seketika berubah melihat Beng An.
"Kim-kongcu!"
"Benar," Sui Keng langsung mendahului
Hwa Seng. " Dia, cici, Hwa Seng yang
menemukannya. Terluka dan berada di perahu
orang-orang Pulau Api. Rupanya ditangkap kakek1247
iblis Hantu Putih dan Hitam lalu lupa tertinggal di
situ."
Thio Leng berdiri dengan mata terbelalak.
la berkelebat dan menyambar nadi pergelangan
Beng An dan terkejut bahwa pemuda itu luka
dalam. Wajah itupun pucat dan masih pingsan,
napasnya hampir tak kedengaran. Tapi membalik
dan tajam memandang saudaranya gadis ini
bertanya,
"Keng-moi, ceritakan padaku kenapa kau
membawanya ke sini. Bukankah kau tahu bahwa
tak mungkin aku menolongnya, aku juga begitu.
Tapi kau pimpinan tertinggi setelah Tocu, cici.
Kalau kau menghendaki pemuda ini dibuang
maka sekarang juga Hwa Seng kusuruh
melemparkannya."
"Tidak!" Hwa Seng menjerit, melompat
dan buru-buru mencekal lengan pemuda yang
masih pingsan itu, gemetar."kalau ji-wi hendak
membuangnya biarlah aku yang menjadi
penggantinya, siocia. Kalian tak boleh
memperlakukan seperti itu karena pemuda ini
bukan masuk secara tak sengaja. la dibawa1248
orang-orang Pulau Api, ditingglkan dan terluka.
Aku hendak membawanya kepada Tocu dan
tolong ji-wi antarkan atau biarkan aku lewat!"
"Hm, kau melanggar larangan. Kau sudah
mempertaruhkan jiwamu dengan membawa
pemuda ini ke sini, Hwa Seng. Tidak tahukah kau
bagaimana kalau supek-bo marah!"
"Aku tahu..tapi, tapi.. ah! gadis itu
menangis. "Apapun akan kulakukan untuk
pemuda ini. Toa-siocia. Hukuman apapun bakal
kuterima asal Kim-kongcu sudah diterima Tocu.
Kalian tolonglah dan aku siap menanggung
semua dosa!"
"Hm, kau membuat kami repot. Aku tak
dapat mengambil keputusan kalau hanya sendiri.
Aku harus bertanya yang lain-lain. Mana Yosumoi!"
"Aku di sini!" gadis baju merah ternyata
muncul, gemetar dan pucat. Aku mendukung
keinginan Hwa Seng, Cici akupun siap menerima
hukuman kalau su-pek-bo marah!"
"Dan kami juga..."
"Kami juga!"1249
Ui Hong dan Ing Sim serta Yu Piao tibatiba muncul, cepat dan susul-menyusul dan
mendadak tempat itu sudah penuh dengan
murid-murid Lembah Es. Ternyata kedatangan
Beng An ini sudah menyebar dengan cepat dan
tahu-tahu mereka sudah memenuhi ruangan itu,
bagai barisan berani mati! Dan ketika Thio-siocia
maupun Sui Keng terkejut dan membelalakkan


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mata, simpati mereka terhadap Beng An ternyata
masih luar biasa maka sejenak gadis bersanggul
tinggi ini berseri namun sepasang matanya tibatiba meredup kembali, dingin.
"Hm.. kalian ternyata sudah bertekad
menantang maut. Bagus, apa alasanmu bersikap
seperti itu, Yo-sumoi, dan kalian juga yang lain."'
"Aku melihat Kim-kongcu adalah
pengecualian. Dia adalah satu-satunya pemuda
yang telah menolong kita Semua,
Thio-cici, dan aku merasa berhutang budi. Perasaanku hampir mirip dengan Hwa Seng.
Tanpa bantuannya dulu mungkin aku sudah
tewas di tangan sute Tan-pang-cu!"'
"Kami juga.."1250
"Dan kami juga! Kalau dulu tak ada Kimkongcu ini mungkin Yang Tek telah
membunuhku, Thio-cici. Aku dan adik-a-dik
merasa berhutang budi kepada Kim-kongcu!" Ui
Hong berseru dan menyambung ucapan Yosiocia. Mereka yang lain mengangguk dan
bersinar-sinar dan Thio-cici akhirnya menarik
napas dalam-dalam. Kalau dulu tak ada Beng An
mungkin dia juga celaka di tangan Bu Kok, yang
waktu itu dibantu si gila San Tek yang amat lihai.
Dan karena masing-masing menyatakan alasan
yang sama sementara Iapun tak luput dan
akhirnya Thio-cici itu mengangguk dan berkata,
mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
"Baiklah, agaknya kita sudah bersatupadu
menghadapi persoalan ini Yo-sumoi. Mati satu
mati semua, hidup satu hidup semua. Kalau
supek-bo marah dan menghukum kita maka
semua dari kita tak boleh melawan. Hm, kita
bawa Kim-kongcu menghadap majikan tapi
kalian nanti tunggu di luar!"
Hwa Seng hampir bersorak. Tak
disangkanya sama sekali bahwa semua teman-1251
temannya bersatu-padu membulatkan kata.
Kalau tahu begitu mungkin ia tak perlu
sembunyi-sembunyi, terang-terangan saja dan
langsung menghadap Tocu. Maka ketika Thio
Leng keluar dari kamarnya dan membawa semua
anak buahnya maka dapat dibayangkan betapa
kagetnya Puteri Es menerima pembantupembantunya ini, terutama melihat Beng An
yang tidak sadarkan diri dan pucat dipanggul Thio
eng sendiri!
"Apa. apa ini! Kalian, eh... Siapa yang
kalian bawa itu, Thio-cici. Berani benar
membawa laki-laki!"
"Ampunkan kami, semua berlutut dan
berada di kamar sang puteri. "Hamba tak
bermaksud melanggar larangan, Tocu, tapi apa
boleh buat. Kim-kongcu luka dalam dan perlu
pertolongan. Kami tak dapat
menyembunyikannya dan terserah Tocu mau
diapakan."
Sang puteri pucat dan gemetar. Waktu itu
ia sedang bersisir rambut di depan sebuah
cermin lebar, melihat satu demi satu para1252
penbantunya itu dan tersentak melihat seorang
pemuda di atas pundak Thio Leng. Tapi ketika ia
membalik dan pemuda itu diletakkan di lantai,
ternyata Beng An adanya maka bagai disambar
petir sang puteri tertegun dan seketika berubah
hebat. Malu dan girang tapi juga marah menjadi
satu. Mengira bahwa semua itu adalah
sandiwara dan mungkin atas persekongkolan
pembantu-pembantunya ini.
"Thio Leng, apa maksudmu membawa
pemuda ini ke sini? Tahukah kau apa akibat yang
bakal kau terima?"
"Ampunkan hamba," gadis itu tetap
berlutut. "Hamba membawa Kim-kongcu karena
memang dipaksa keadaan, Tocu. Maksud hamba
ada sesuatu yang membuat hamba tak berdaya.
Hamba... dess!" gadis itu terlempar dan
mencelat, tak sempat menghabiskan katakatanya karena sang puteri menendangnya
cepat. Puteri Es merasa dipermainkan dan para
pembantunya itu berpura-pura, marah sekali.
Dan ketika yang lain menjerit dan sang puteri
melengking-lengking, berkelebat dan menghajar1253
pembantu itu maka Thio Leng mengeluh dan
terlempar serta menabrak dinding lagi, tak
melawan dan tak sempat bicara karena dianggap
berpura-pura. Dia yang kelihatan membawa
Beng An, jadi dia yang harus bertanggung jawab.
Tapi ketika Sui Keng bergerak dan menerima
sebuah tendangan terlempar dan buru-buru
meloncat bangun untuk melindungi encinya
maka gadis itu menghadapi sebuah kemarahan
dengan sikap yang tenang namun sedikit pucat.
"Ampunkan hamba, maafkan kami....enci
Thio Leng tak bersalah, Tocu. Yang membawa
Kim-kongcu adalah hamba, bukan Thio-cici.
Kalau paduka marah dan hendak melampiaskan
kemarahan maka sepantasnya kepada hamba,
bukan Thio-clcl . Hamba membawanya ke mari
dan sengaja melibatkan Thio-cici."
"Kau... kau yang membawanya?"
"Benar, Tocu, hamba... dess! gadis itupun
mencelat dan terlempar. Sang puteri telah
bergerak dan ganti melengking padanya, marah
dan menghajar wakilnya ini. Tapi ketika Yo-siocia
bergerak dan ganti melindungi cicinya itu maka1254
sang puteri tertegun dan sudah berhadapan
dengan gadis baju merah ini , buru-buru
menerangkan bahwa ia yang membawa tapi
kakipun menutup omongannya. la mencelat oleh
tendangan sang puteri. Dan ketika sang puteria
akhirnya mengamuk dan menghajar tiga
pembantunya itu maka Hwa Seng dan Ui Hong
serta yang lain-lain menangis meloncat
berteriak.
"Tocu, tahan dulu. Paduka Puteri, jangan
salahkan mereka. Hambalah yang membawa,
hamba yang pertama kali menemukan Kimkongcu!"
Sang puteri akhirnya berhenti
menyerang. la terengah-engah dan merah
pedam menghajar Yo-siocia dan Thio Leng serta
Sui Keng. Mereka itu telah babak-belur, tak
melakukan perlawanan dan sama sekali mandah
dipukul. Matipun mereka rela. Tapi ketika Ui
Hong dan lain-lain berseru dan melihat Hwa Seng
berlutut dan melindungi para pimpinannya itu
maka sang puteri membelalakkan mata
mendengar pelayannya1255
"Ampunkan hamba... . Mereka itu tak
tahu semua, Tocu. Hamba yang menjadi sebab
utama. Hamba yang membawa Kim-kongcu dan
meminta pertolongan mereka untuk bertemu
paduka. Kim-kongcu luka-luka, mungkin parah.
Mohon paduka menolongnya dan biarlah nyawa
hamba sebagai penggantinya!"
"Kau. kau yang membawanya ke sini? Jadi
kau biang keladinya?"
"Benar, Tocu, dan hamba siap dihukum,
srat! Sinar pedang mencuat menyilaukan mata,
memotong ucapan itu dan Hwa Seng menggigil
hebat. Puteri Es tampak marah berapi-api
dengan pedang di tangan, pedang Soat-im-kiam
yang amat ampuh. Dan ketika perlahan-lahan
puteri itu menghampiri gadis ini, gemetar maka
pedang diangkat dan siap membacok leher si
pelayan setia.
"Jangan, Hwa Seng tidak bersalah!" Wan
Sui Keng dan Thio Leng tiba-tiba meloncat ke
depan, serentak berseru. "la tak boleh dibunuh,
Tocu. Kalau kau hendak membunuhnya maka1256
kamilah yang berhak. Kami yang membawanya
ke sini!"
"Minggir!" sang puteri beringas. "Minggir
dan pergilah, Thio-cici. Tak ada alasan untuk
jahanam ini!"
"Tidak, kami yang bersalah. Hwa Seng tak
akan ke tempat ini kalau bukan kami yang
membawanya. Maaf, masukkan pedang itu
Puteri, atau kami siap mengorbankan jiwa...
crat!" dua gadis itu menubruk ketika sang puteri
membentak dan berkelebat ke depan. Hwa Seng
menunduk dan diam saja ketika pedang
menyambar, sang puteri tak dapat menahan
marah. Tapi ketika Thio Leng dan Sui Keng Maju
berkelebat, menendang Hwa Seng untuk
kemudian memasang diri sendiri maka sang
puteri terkejut dan melencengkan pedang
sedemikian rupa, membabat rambut dua
pembantunya dan habislah rambut panjang itu.
Kulit leher yang putih halus hampir juga dibabat
pedang. Dan ketika dua orang itu menggigil dan
jatuh berlutut, sang puteri tertegun maka dua
pembantunya itu terisak dan Ui Hong serta yang1257
lain-lain serentak melindungi dan berlutut di
belakang dua orang itu. Hwa Seng di tengah dan
dikepung rapat,setelah tadi ditolong dan
diangkat bangun rekan-rekannya.
"Tocu, kami semua bersalah. Kalau satu
menerima hukuman maka yang lain harus
solider. Kami menyiapkan diri untuk dibunuh dan
bunuhlah semua!"
"Kau.. kalian... kau. kalian, sudah gila
semua? Kalian membela gadis keparat Hwa Seng
ini? Kalian tak tahu larangan subo beberapa hari
yang lalu Keparat, minggir dan biarkan biang
keladi ini kuhabisi, Yo Lin. Atau kalian bunuh dan
benar-benar menerima dosa!"
*** Koleksi Kolektor EBook1258
"PUTRI ES"
( Lanjutan Rajawali Merah )
Karya Batara
Jilid XXI
* * * "HAMBA siap " gadis itu sesenggukan.
"Bunuhlah kalau layak dibunuh, Tocu. Kami
Semua tak akan melawan jika layak menerima
hukuman. Bunuhlah!"
"Dan kami tak mau tinggal diam," Ui Hong
dan lain-lain mengguguk." "Membunuh Yo Lin
cici berarti harus membunuh kami semua, Tocu.
Jangan sisakan kami dan bunuhlah. kami tak
melawan!"
Pedang yang terangkat dan menggigil itu
bergetar. Hebat omongan semua gadis-gadis ini
hingga Puteri Es pucat. la tak menyangka
demikian sungguh-sungguh. sikap pembantunya
itu. Mereka jelas tidak bersandiwara. Dan ketika
ia menurunkan pedang dan mengeluh,1259
membelalak dengan muka merah padam maka
Thio Leng berlutut dan menahan cucuran air
mata.
"Tocu, kami tidaklah main-main. Kami
tidak berpura-pura. Kalau kau mengira kami
bersekongkol dan sengaja mempermainkanmu
biarlah sekarang juga pedang itu tancapkan ke
dada hamba. Kim-kongcu ditemukan dan butuh
pertolongan, Tocu, ditemukan Hwa Seng tanpa
sengaja dan bukan berpura-pura. Kalau hamba
bohong biarlah arwah leluhur hamba mengutuk
tujuh turunan".
Sang Puteri tak dapat berprasangka lagi.
Pembantu utamanya ini bicara dengan sungguhsungguh dan mengangkat sumpah. Nama leluhur
amatlah diagungkan. Maka ketika ia melempar
pedang dan mundur terhuyung, jatuh di kursinya
maka serentak Sui Keng dan lainnya menubruk
kakinya.
"Aku. kalian, ah..bagaimana ini sampai
terjadi, Thio Leng. Bukankah kalian tahu larangan
supek-bo. Apa katanya nanti kalau kita
ketahuan!"1260
"Hamba siap mengganti nyawa," Thio
Leng berkata gagah. "Dan Kim-kongcu ini bukan
seperti pria kebanyakan, Tocu. Dia telah berjasa
menolong kita. Pemuda ini luka dalam, Hwa Seng
mendapatkannya pula di perahu orang-orang
Pulau Api. Tentu Kim-kongcu ini bertemu mereka
tapi tak mampu menandingi kakek-kakek jahat
itu. Tocu sendiri hampir roboh menghadapi
sepasang kakek iblis itu."
"Benar, dan kami telah bersatu untuk
menghadapi apapun, Tocu. Kalau supek-bo
marah biarlah kami hadapi pula. Kami siap
menyerahkan nyawa demi keselamatan Kimkongcu ini!"
"Hm, Wan-cici dan Thio-cici bicara enak


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja. Kalau kalian menghadapi kemarahan supekbo apakah aku bakal diam saja? Tak mungkin aku
membiarkan kalian!, jelek-jelek kalian adalah
pembantuku. Baiklah, aku telah mendengar ini.
Letakkan pemuda itu dan harap yang lain keluar.
Aku ingin hanya bersama Thio-cici dan Wan-cici!"
Semua girang. Perubahan sikap dan katakata Puteri Es menggembirakan semuanya. Nada1261
suara Puteri itu telah lunak, sinar mata itu tidak
seganas tadi. Dan ketika mereka berseru dan
mencium kaki Sang junjungan, membersit rasa
haru di Puteri itu maka terhadap Hwa Seng Puteri
ini berbisik,
"Hwa Seng, maafkan aku. Tadi hampir
aku membunuhmu."
"Tak apa, hamba menyadari kelancangan
hamba, Puteri. Betapapun hamba telah
melanggar . Hamba bersyukur dan berterima
kasih behwa paduka mengampuni hamba!"
Semua segera keluar. Mereka telah lega
hati dan gembira besar bahwa Puteri tak marah
lagi. Membayangkan amukan tadi membuat
semua ngeri, apalagi pedang yang telah dicabut
itu. Hwa Seng tentu menjadi korban dan tinggal
nama. Dan ketika semua gembira dan saling
berpelukan, Hwa Seng dicium sana-sini maka
pelayan yang penuh keberanian itu mendapat
puji kagum. Di kamar sang Puteri masih duduk di
kursinya. Bukan tanpa sebab kalau ia menyuruh
dua pembantunya tetap di situ. Ia tak mau
berduaan saja dengan seorang pemuda,1262
meskipun itu adalah Beng An, yang masih
pingsan pula. Dan ke dua pembantunya bertanya
apa yang harus mereka lakukan maka Puteri ini
menggigit bibir.
"Kalian teleh memojokkan aku pula. Hm
masa aku kalah dengan kalian, jiwi cici. Kalau
kalian berani menghadapi kemarahanku biarlah
sekarang aku siap menerima kemarahan supekbo pula. kalian menjadi Saksi. kita
menyelamatkan pemuda ini semata kerena budi
baiknys ketika dulu menolong Lembah Es.
Sekareng harap kalian jaga baik-baik sementara
aku memeriksanya."
Puteri Es turun dari kursinya. Ia
melangkah maju dan menghampiri Beng An
dengan mata bersinar-sinar. Menghadapi
pemuda ini tiba-tiba saja pandang matanya
menjadi dingin, aneh, pedahal ketika Beng An
meninggalkan lembah Es jelas puteri ini menjadi
murung dan kasmaran.
Banyak yang tahu betapa puteri
sesungguhnya terguncang oleh kehadiran
pemuda itu, bukan semata ketampanannya1263
melainkan jugu kepandaiannya yang luar biasa.
Sang Puteri kagum dan perasaan ini dapat
berkembang jauh, cinta misalnya. Tapi ketika
Puteri itu menjadi dingin dan pandang matanya
seolah acuh, Sui Keng dan Thio Leng memandang
saling kedip maka Puteri berlutut dan memeriksa
nadi pemuda itu. Dan wajah sang puteri berobah.
"Dia luka dalam, berat. Hm, satu-satunya
cara harus menyalurkan sinkang, Thio-cici.
Apakah kalian sudah melihatnya dan
memeriksa!"
"Sudah, ampunkan kami. Sinkang kami
tak sekuat pemuda itu, Tocu, kalau kami
membantu dan kalah salah-salah bisa menjadi
bahaya bagi kami sendiri. Kaulah yang dapat
menolongnya, sinkangmu setingkat!"
"Tapi ini berarti pengorbanan. Dan aku. ..
aku harus membuka bajunya!"
"Ada kami di sini, Tocu, kami menjadi
saksi. Kami tahu dan silakan lakukan itu. Pemuda
itu sudah lama menderita!"
"Hmm..!" Sang puteri semburat padam,
memerah. "Aku belum pernah menyentuh laki-1264
laki, Thio-cici, seperti halnya tak pernah pula
disentuh laki-laki. Hanya karena kalian biarlah
kulakukan hal ini".
Puteri Es melepaskan kancing Beng An.
Tak dapat disembunyikan lagi wajah itu semakin
memerah melihat kulit dada Beng An yang putih
dan halus. Dada itu tampak tegap dan bidang.
Dan ketika sejenak ia tertegun dengan jari-jari
menggigil, wajah yang jelita itu terpejam sejenak
akhirnya dengan tangan gemetar puteri ini
menempelkan tangan kanannya ke dada Beng
An, melekat di situ dan bulu lentik yang panjang
halus itu bergetar. Mata itu sedikit dibuka dan
ragu. Tapi ketika terdengar seruan Thio Leng agar
secepatnya Beng An dibantu maka sang puteri
menunduk dan memejamkan mata,
menyalurkan sinkang.
Mula-mula sukar bagi puteri ini
melakukan pekerjaannya. Begitu menempel kulit
dada Beng An iapun gemetar. Seumur hidup baru
kali inilah jarinya menyentuh tubuh lelaki.
Magnit yang kuat bergerak dan sang puteri
terguncang. Dari dada Beng An seakan ada1265
getaran yang membuat perasaannya kacau. Hal
ini dilihat oleh dua pembantunya. Dan ketika kali
ini Sui Keng berseru agar sang puteri tak raguragu akhirnya mata itu dipejamkan rapat dan
Puteri Es mengangguk.
"Tocu, buang semua pikiran yang
mengacau. Konsentrasikan kekuatan. Salurkan
sinkangmu dan cepatlah jangan ragu!"
Puteri itu telah mulai bekerja. Setelah dia
mulai menindas getar aneh yang membuatnya
menggigil maka telapak itu menekan dada Beng
An dengan kuat. Tubuh pemuda ini dingin seperti
es, kaku. Tapi ketika sang puteri menarik napas
dalam dan mengerahkan sinkangnya maka dari
telapaknya meluncur hawa hangat yang
menembus kulit dingin dada Beng An. Pertama
yang harus dilakukan adalah menembus benteng
penyakit yang membuat pemuda itu luka dalam.
Ada semacam kekuatan aneh yang bertahan dari
dalam. Hal ini dirasakan sang puteri karena ketika
sinkangnya disalurkan mendadak kekuatan itu
bekerja, menolak dan melawan sinkangnya dan
tentu saja dia terkejut. Tapi ketika dia menambah1266
sinkangnya dan kekuatan itu terdorong, sedikit
tetapi pasti ia lebih kuat mendadak ada kekuatan
lain yang timbul dari pusar Beng An membantu
tenaganya. Ping-im kang yang dimiliki Beng An
kiranya bekerja, bersatu dengan sinkang yang
dimiliki puteri itu dan didoronglah kekuatan aneh
yang bertahan di dada. Itu adalah sisa kekuatan
dari sepasang kakek Hantu Hitam dan Putih yang
dulu mencelakai Beng An. Dan ketika dua
kekuatan itu tiba-tiba bekerja dan sang puteri
girang, ia mendapat bantuan dari Beng An sendiri
maka tubuh yang semula tidak bergerak itu kini
mulai bergerak! Thio Leng dan sumoinya girang..
Sang puteri sendiri tak melihat itu karena seluruh
konsentrasi dan kekuatan dikerahkan. Pewaris
Lembah Es ini mengerahkan Bu-kek-kangnya,
bersatu dengan Ping-im-kang dan terjadilah
keajaiban luar biasa ketika bersama-sama
menggempur sisa pukulan Giam-lui-ciang dari
kakek Hitam dan Putih. Dan ketika perlahan
tetapi pasti dua sumber tenaga itu menghalau
sisa pukulan di dada Beng An tiba-tiba jalan
darah yu-ceng-hiat di dada Beng An terbuka.1267
"Brol!" darah mengalir lancar bagai
banjir. Sumber penyakit diterjang dan Puteri Es
menambah tenaganya, mendesak dan terus
mendorong dan sisa pukulan itu mundur ke
leher, didesak dan terus didorong sampai
akhirnya lari ke wajah Beng An. Dari sini sisa
pukulan Giam-lui-ciang itu berpindah-pindah,
antara dagu sampai pelipis. Puteri Es
menghendakinya agar menuju hidung, atau
mulut, dua tempat yang bakal menghembuskan
sisa pukulan jahat itu keluar. Dan ketika di sini
wajah Beng An merah dan pucat berganti-ganti,
pukulan jahat itu tak mau diusir maka Thio Leng
dan Sui Keng yang melihat itu gelisah.
"Yu-ceng-hiat telah terbuka, tapi pukulan
itu tak mau pergi!"
"Benar, dan Tocu agaknya bekerja keras,
Lihat mukanya mulai pucat".
Puteri Es memang gemetar. Wajahnya
memutih dan berat benar perjuangan itu. Sisa
Giam-lui-ciang masih berputar-putar, jahat
sekali. Dan ketika empat jam masih juga belum
berhasil maka sang puteri melemah tenaganya1268
dan tiba-tiba saja pukulan itu membalik. Puteri Es
pucat dan kaget dan akhirnya terdorong. Dia
bertahan namun gagal. Dan ketika sisa pukulan
jahat itu menyerang dan turun sampai ke leher
akhirnya Puteri Es terdesak dan mengeluh. Sisa
pukulan jahat ini mendorong dan akhirnya
kembali ke dada. Dan ketika Yu-ceng-hiat
tertutup dan Beng An menggeliat sedikit maka
pemuda itu tidak bergerak lagi dan kaku seperti
balok es.
"Tocu gagal, pukulan itu bisa
menghantamnya!"
Sui Keng terkejut. Thio Leng sudah
melompat dan berseru keras. Semua kejadian
diikuti dan mereka sebagai orang-orang
berkepandaian tinggi tentu saja tahu. Itulah
sebabnya kenapa dua orang ini tak berani
mengobati Beng An. Luka dalam pemuda itu
berat. Yang diharap bisa membantu hanyalah
junjungan mereka. Tapi ketika Puteri Es
tersentak dan pucat pasi yu-ceng-hiat kembali
tertutup dan hawa pukulan itu menghantam
sang puteri maka Thio Leng tak dapat tinggal1269
diam lagi dan menyambar Tocunya. Gadis ini
membentak dan menampar pundak Tocu,
menyalurkan atau mengerahkan sinkang untuk
membantu melawan hawa pukulan jahat itu. Dan
ketika pukulan tertahan namun tubuh sang
Puteri bergoyang, telah empat jam puteri ini
mengeluarkan tenaganya maka sejenak bantuan
itu menolongnya namun Thio Leng tiba-tiba
terkejut. Junjungannya kehabisan tenaga. Puteri
terengah-engah dan pucat. Dan ketika tenaga
Puteri tampak lolos dan Thio Leng sendirian saja
menghadapi hawa pukulan itu maka gadis itu
tersentak dan pucat. Kena gempur!
"Augh! Thio Leng atuh terduduk dan
bersila. Gadis ini menjadi pucat dan ngeri. Sisa
pukulan d?ri dedengkot Pulau Api itu memang
bukan tandingannya. la diserang balik. Dan ketika
gadis ini mengeluh namun sumoinya berkelebat
cepat, duduk dan memegang pundaknya maka
berdua mereka menghadapi sisa pukulan jahat
ini.1270
"Tocu kehabisan tenaga kita bertahan.
Ah, mudah-mudahan kita kuat, su-moi. Atau kita
berdua mampus!"
Sui Keng pucat. Ia telah bersila di
belakang saudaranya ini dan. meletakkan tangan
di punggung. la mendorong dan membantu
encinya. Dan ketika sejenak perlawanan itu
membuahkan hasil, tertahan dan masing-masing
berkutat maka satu jam dua orang gadis ini
mendesak tapi hawa pukulan itu benar-benar
jahat Seperti gelembung yang dapat mengempis
atau mengembang maka begitulah keadaan
mereka. Yu-ceng-hiat belum terbuka, masingmasing masih berkutat di daerah itu. Dan ketika
dua gadis ini mulai kelelahan, yang dilawan
adalah sisa pukulan dedengkot Pulau Api maka
Thio Leng kehabisan tenaga bersamaan dengan
sumoinya pula. Dan begitu melemah maka hawa
pukulan itu menerjang! Sui Keng berteriak. Dia
yang berada di belakang hingga ke situlah akhir
pukulan menghantam. Encinya hanya menerima
dan meneruskan, Thio Leng seperti perantara
saja. Namun ketika gedis itu berteriak dan dalam1271
bahaya mendadak Puteri Es membuka mata dan
berseru,
"Keng-Cici tahan Aku telah memulihkan
tenagaku!"
Hebat sekali Seruan ini. Sui Keng yang
terdesak dan pucat pasi mendadak kosong
melompong. Hawa juhat itu dipotong sang
puteri, diserang dan kehilangan tenaga untuk
kemudia didesak ke depan. Dan ketika gadis itu
dapat bernapas lega dan membuka mata
tampklah bahwa junjungannya telah kembali
melakukan perlawann hebat. Mata itu bers?narsinar, penuh amarah dan geram. Dan ketika ia
girang dan encinya berseru memperingatkan


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maka Thio Leng mengempos semangat lagi
menggempur musuh.
"Keng-moi, bantu dan dorongkan lagi
sinkangmu. Bertiga kita hantam sisa pukulan
jahat itu"
Gadis ini sadar. Begitu encinya
membentak dan mendorong pundak Tocu maka
iapun membentak dan memukul punggung
encinya. Dari sini pukulan meluncur kedepan,1272
bergabung dengan tenaga Tocu dan Tio Leng
untuk akhirnya menggempur sisa pukulan jahat
itu. Dan ketika bagaikan dihantam badai gurun
kekuatan jahat ini terlempar, mencelat sempai di
wajah Beng An maka yu-ceng-hiat terbuka
kembali dan sang Puteri berseru agar Thio Leng
dan Sui Keng mendesak dari kiri kanan
"Awas, jangan sampai lari. Tahan mereka
di kiri kanan dan biar kudesak dari tengah!"
Hebat sekali. Sisa pukulan jahat yang
seperti gelembung asap itu dikejar. Thio Leng
dan sumoinya mendesak dari kiri kanan
Sementara sang Puteri dari tengah. Yu-ceng-hiat
sudah dibuka dan jalan lari ditutup. Tenaga Beng
An bangkit lagi dan bekerja. Dan ketika dengan
penuh semangat Puteri ini mendorong dari
tengah maka sisa pukulan jahat itu tak dapat
kemana-mana lagi dan akhirnya keluar melalui
hidung dan mulut Beng An, berhembus.
"Prott!" Suara itu seperti ledakan kentut.
Sui Keng terkekeh tak dapat menahan geli, Thio
Leng juga tersenyum karena lucu. Namun ketika
Beng An terbebas dan sembuh luka dalamnya1273
mendadak Puteri Es mengeluh dan... roboh
pingsan. Kiranya Puteri ini mengerahkan tenaga
habis-habisan., la khawatir jangan-jangan
usahanya yang terakhir itu gagal. Kalau itu terjadi
maka bukan dia saja yang dalam bahaya
melainkan juga dua orang pembantunya. Maka
ketika dia berseru dan membentak kuat,
memforsir seluruh tenaga maka usahanya
berhasil namun dia sendiri kehabisan tenaga.
Bagai balon melembung yang tiba-tiba pecah
maka inilah yang dialami Puteri Es. Ia kehabisan
tenaga. Tapi ketika dua pembantunya terkejut
menolong, Thio Leng dan Sui Keng kaget dan
cepat memeriksa maka dua orang ini lega bahwa
sang Puteri hanya pingsan biasa saja. Dan Beng
An mulai membuka mata. Setelah pertandingan
mati hidup yang tak diketahuinya itu maka
pemuda ini merasa dadanya pulih kembali. Sesak
itu hilanh. Tapi karena sudah sekian lama ia
dalam keadaan tak sadar, kini lupa-lupa ingat
maka Beng An tak segera bangkit dan
memandang langit-langit ruangan dengan mata
heran. la melihat ruangan yang bersih dan lebar.1274
Hidungnya mulai pula mencium bau-bauan
harum. Dan ketika Beng An terbelalak dan
melebarkan mata , ia masih lemah dan sakit di
sana-sini maka pemuda itu mencoba mengingatingat apa yang terjadi. Dan tiba-tiba ia terkejut.
Langit-langit ruangan mendadak berobah
menjadi laut luas. la teringat bahwa ia berada di
Kepulauan Api di akhirnya bertemu dengan
sepasang kakek licik yang amat hebat, Hantu
Hitam dan Hantu Putih, Dan ketika ai bergerak
meloncat bangun, dilihat dan didengar dua orang
itu maka pemuda ini kaget melihat Thio Leng dan
Sui Keng.
"Thio-cici! Wan-cici...!"
Dua orang itu bergerak. Mereka telah
menolong puteri mereka dan girang. Sang puteri
sebentar lagi sadar dan tidak apa-apa. Maka
melihat Beng An memanggil mereka namun
jatuh terhuyung, Beng An masih lemas maka dua
orang itu berkelebat mengangkat bangun,
tertawa manis.
"Kim-kongcu, kau sembuh. Selamat!"1275
"Benar, dan kami berjuang ekstra keras
untuk menolongmu, kongcu. Lihat Tocu
pingsan!"
"Aku... aku..!" Beng An seperti mimpi.
"berada di mana? Apakah di Surga".
"Hi-hik, kau di Lembah Es, kongcu, di
istana. Lihat baru saja kami menyelamatkanmu!"
Beng An bingung. la benar-benar tak
mengerti bagaimana mimpinya di Pulau Api tibatiba sudah berada di Lembah Es. Mungkin dia
belum sadar benar. Dan ketika ia melihat Puteri
Es tergeletak pingsan, dua gadis cantik ini
demikian ramah dan lembut kepadanya maka
Beng An seakan tak percaya karena dulu mereka
ini amat ganas dan galak. Persi? seperti kucing
diganggu anjing!
"Cici, aku benar-benar di tempat kalian?
Aku di Lembah Es?"
"Benar, kau di sini, kongcu, di tempat
kami. Hwa Seng membawamu ke sini dan kami
menolong."
"Hwa Seng? Gadis itu? ?Mana mungkin.
Aku roboh dan ditangkap dua kakek iblis1276
dedengkot Pulau Api.., Cici... Kalian, ah. tentu
bohong. Ini bukan dunia yang kuinjak, ini
kahyangan".
"Hi-hik, kenapa begitu?"
"Jelas, kalian berbeda dengan dulu. Dulu
kalian ganas dan keras kepadaku. Sekarang, ah..
kalian begini lembut dan bersikap manis!"
Dua gadis itu terkekeh tak dapat
menahan diri lagi. Mereka tertawa begitu lepas
dan Beng An semakin terbengong-bengong lagi.
Kapan dua gadis ini bersikap seperti itu
kepadanya? Sikap yang diperlihatkan persis
terhadap kerabat atau keluarga sendiri. Mereka
tertawa begitu bebas, lepas. Tapi ketika
seseorang mengeluh di sana dan sang Puteri
sadar, Thio Leng dan Sui Keng menutup mulut
maka wajah mereka tiba-tiba memerah dan
sadar bahwa baru saja mereka bersikap seperti
terhadap rekan-rekan wanita.
"Tocu siuman, kita lihat dia!"
"Benar, dan aku akan mengambil
minuman, Keng-moi. Urus dia dan hati-hati".1277
Beng An tertegun. Ingatannya yang masih
kacau ditambah kebingungan yang tiada henti
membuat dia terbelalak memandang semua itu.
Dia belum begitu jelas melihat Puteri Es. Tapi
begitu dia mulai percaya dan sedikit tetapi pasti
ingatanpun berjalan normal maka dia dapat
menduga bahwa rupanya dia ditolong penghuni
Lembah Es ini. Dan iapun terkejut melihat Puteri
yang bangkit dudukitu, memandang, terpesona
dan tergetar, namun sang Puteri justeru baru
siuman. Orang yang baru sadar tak dapat
mengingat semuanya dengan cepat. Maka ketika
sang Puteri belum tahu dan hanya pemuda ini
yang bengong di tempat maka Sui Keng
menolong Tocunya itu bangkit duduk,
menyerahkan kursi. Dan saat itu Thio Leng
muncul membawa segelas air putih.
"Selamat, kita berhasil menolong Kim
kongco Puteri. Lihat ia sehat dan bugar di Sana"
"Tapi ia masih terbengong-bengong, ia
menyangka berada di kahyangan bersama kita,
Tocu. Lihat pandang matanya masih belum
pulih!"1278
Sang Puteri terkejut dan ingat. Sui Keng
telah memberinya kursi dan ia duduk di situ,
anggun. Cadar tak menutupi mukanya lagi dan
Beng An melihat jelas wajah jelita itu, sepasang
alis hitam menjelirit yang indah, bibir yang merah
basah namun membayangkan sikap dingin dari
kebiasaan bertahun-tahun. Dan ketika Beng An
takjub dan menjadi kagum, ia begitu terpesona
oleh wajah yang halus dan bulu lentik yang
memikat itu maka sang Puteri juga baru sadar
bahwa ada lelaki di situ. Pandang mata Beng An
akhirnya kuat menyambar dan sang Puteripun
menoleh. Dan begitu melihat Beng An serta baju
yang masih terbuka maka Puteri Es berseru
tertahan dan meloncat turun dari kursinya.
Terjadilah pemandangan yang mengasyikkan
bagi dua pembantu ini. Puteri Es maupun Beng
An tiba-tiba terbelalak, tak dapat disembunyikan
lagi pandang mata Beng An penuh kemesraan
dan kekaguman. Sudah lama pemuda in memang
merasa jatuh cinta. Wajah itu kini dapat dilihat
sebebas-bebasnya tanpa penutup lagi, cuping
hidung yang kembang-kempis bagai hidung1279
kelinci yang ketakututan atau sepasang mata
yang bak bintang kejora dan terbelalak tidak
berkedip itu. Dan ketika Beng An merasa kagum
akan mulut yang indah dengan bibir merah basah
itu, mulut yang segar bagai tomat masak maka
Beng An tak dapat menahan diri lagi dan memuji
dengan decak nyaring.
"Betapa cantiknya!"
Puteri Es terkejut. Dia juga terkesima
memandang pemuda ini. Jantungnya berdegup
teringat betapa dia membuka kancing baju itu,
menempelkan tangan di dada Beng An dan
betapa wajah serta pribadi pemuda ini
menggetarkan sukmanya. Tapi begitu Beng An
memujinya dan kebiasaannya yang dingin
muncul lagi, wajahnya memerah dan berkelebat
tiba-tiba ia membentak dan pipi Beng An
ditampar.
"Di Lembah Es tak boleh ada orang
kurang ajar... plak!"
Beng An terpelanting. Pemuda ini jatuh
terduduk, tidak mengeluh atau mengaduh
melainkan semakin terbelalak memandang1280
wajah jelita itu. Hanya Beng An yang tahu betapa
tamparan itu, meskipun keras, tidak
menyakitkan. Sang Puteri tidak mempergunakan
tenaganya alias menipu dua pembantunya itu,
mereka mengira Beng An kesakitan oleh
tamparan kuat, terisi sinkang misalnya. Maka
ketika dua orang itu berseru kaget dan justeru
meloncat membangunkan Beng An, menlong
maka tiba-tiba pemuda itu tertawa bergelak.
"Thio-cici, Wan-cici, terima kasih. Aku tak
apa-apa. Pukulan Sang Puteri malah membuat
aku merasakan betapa lunaknya jari-jari tangan
itu. Mundurlah, aku tak apa-apa!"
Sang Puteri memerah. Memang ia tidak
mengerahkan tenaga ketika melakukan
tamparan tadi. Entahlah, mata Beng An begitu
menggetarkannya. Suara nyaring dari tamparan
itu hanyalah suara luar ketika telapaknya
bertemu pipi Beng An, tidak membekas apa-apa
seperti seorang ibu menepuk seekor nyamuk di
pipi anaknya. Sang anak tak akan kesakitan.
Maka ketika hanya Beng An yang tahu sementara
dua gadis itu terbelalak memandang Beng An,1281
menganggap pemuda itu tidak waras maka
bentakan Sang Puteri membuat mereka terkejut
dan memutar tubuh.
"Thio-ci Wan-cici, masukkan pemuda ini
di ruang bawah tanah. Otaknya miring. Jaga dia
baik-baik dan beri makan minum secukupnya!"
Sang Puteri berkelebat. la menyuruh dua
pembantunya memasukkan Beng An di ruang
bawah tanah dan tentu saja kaget. Tapi ketika
Beng An tertawa geli dan mengangguk-angguk
maka lebih aneh lagi pemuda ini menyodorkan
lengan.
"Benar, masukkan aku ke penjara itu,
Thio-cici, dan beri aku makan minum. Ha-ha,
kebetulan aku memang lapar!"
Dua gadis itu saling pandang. Mereka
tiba-tiba ragu kepada pemuda yang gagah ini.
Terguncangkah otak pemuda itu oleh luka dalam
yang baru diderita? Ataukah pengobatan mereka
tadi melampuai batas, Beng An tak kuat lalu
otaknya terganggu? Dan karena pemuda itu juga
mengulurkan lengannya siap diikat maka tak1282
pelak lagi dua gadis ini menjadi iba namun
keharuan tiba-tiba timbul.
"Kim-kongcu, kau rupanya belum sehat
seluruhnya. Otakmu terganggu. Baiklah kami
bawa ke ruanganmu tapi tak usah dikat. Kami
akan menjagamu baik-baik".
Beng An terkekeh. la melihat
sebelum/pergi betapa pandang mata Puteri Es
tersirat jengah, bukan marah melainkan jengah.
Dan karena bekas tamparan tadi juga tidak
meninggalkan rasa sakit, jelas Sang Puteri tidak
bersungguh-sungguh maka Beng An merasa
kebetulan kalau kini dimasukkan penjara bawah
tanah. la dapat merasa bahwa Sang Puteri harus


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melindungi muka, menjaga harga ?iri dan tak
boleh bebas di depan orang lain, meskipun itu
adalah dua pembantunya sendiri, Dan karena ia
merasa pandang mata Sang Puteri begitu gugup,
jantungnya bergetar dan menunjukkan bahwa
perasaannya bersambut maka Beng An telah
merancang bahwa ia akan datang dan menemui
Puteri itu, berdua! Ia akan mencari kesempatan
dan mudah baginya melakukan hal itu. Dengan1283
ilmunya yang hebat Beng-tau-sin-jin ia mampu
memasuki kamar sang puteri itu, tak mungkin
diketahui Thio Leng maupun Sui Keng. Maka
ketika ia tersenyum-senyum dan dua gadis ini
semakin menggeleng-gelengkan kepala maka
pemuda itu disangka miring otaknya dan masih
menerima akibat dari bekas pukulan dedengkot
Pulau Api. Mereka tentu saja tak tahu apa yang
terjadi dan hanya pemuda itulah yang tahu, juga
Puteri Es tentunya. Maka ketika Beng An dibawa
ke ruang bawah tanah dan duduk di situ,
menerima makan dan minum akhirnya dua gadis
ini menarik nafas dalam karena Beng An benarbenar seperti orang tidak waras. Betapa tidak,
pemuda itu masih tertawa-tawa. Tingkahnyapun
aneh karena sering duduk dan berdiri berulangulang. Hal ini karena sebenarnya Beng An tidak
sabar untuk menemui Puteri Es, jantungnya
sudah berdegup dan berdebaran tak keruan
membayangkan apa yang terjadi nanti. Dia tak
akan sembunyi-sembunyi lagi. Dia akan
menyatakan cintanya! Dan ketika dua gadis itu
masih menunggunya di luar, berjaga dan1284
mungkin akan melayaninya ini-itu maka Beng An
justeru merasa kikuk, tak bebas.
"Jiwi-cici, kalian tinggalkan saja aku.
Perutku sudah kenyang. Terima kasih dan tak
usah berdiri di situ!"
"Hm, kami menjagamu kalau ada sesuatu
yang kau perlukan. Kami takut ada apa-apa
denganmu, kongcu. Tak usah khawatir dan biar
kami tetap di sini saja?"
"Ha-ha, kalian takut otakku semakin
miring lagi? Wah, terlalu ini. Aku tak apa-apa, Cici
Aku benar-benar merasa sembuh. Lihat, aku
kenyang dan ingin tidur. Masa kalian harus
mengawasi aku seperti anak kecil. Bagaimana
kalau misalnya aku, eh... . ingin kencing!"
Dua gadis itu semburat. Mereka tertegun
dan heran lagi bahwa bicara pemuda ini begitu
genah (baik), jelas tidak menunjukkan tandatanda miring otak dan mungkin rupanya benarbenar sembuh. Dan ketika Beng An memegang
celananya hingga dua gadis itu cepat melengos,
Beng An tertawa hingga dua gadis itu cepat pergi
maka bebaslah pemuda ini di ruang tahanannya.1285
Tentu saja dia sengaja menggoda pura-pura ingin
kencing. Tapi pemuda ini tak dapat
melaksanakan maksudnya dengan segera. Hari
masih cukup terang dan ditunggunya malam
gelap. Waktu menunggu ini diisinya baik-baik,
beristirahat dan duduk siulian (samadhi) hingga
benaar-benar tenaganya pulih, apalagi setelah
perutnya terisi. Dan ketika Beng An hampir
tertawa namun menahan geli hatinya, di lubang
kunci mengintai Thio Leng dan Sui Keng maka
iapun- pura-pura tidur dan terdengar bisikan dua
gadis itu bahwa dia rupanya sudah sehat.
"Aneh, apa yang terjadi dengan Kimkongcu in?. Tadi suka tertawa dan senyumsenyum sekarang kelihatan tenang dan begitu
gembira. Wajahnya berseri-seri!"
"Mungkin pertemuannya dengan Tocu
tadi. Lihat, Tocu kitapun beristirahat dan tak mau
diganggu di kamarnya, Leng-cici, berkali-kali
minta agar kita mengawasi pemuda itu. Kimkongcu dikhawatirkan miring otak!"
Tapi sekarang rupanya tidak. la telah
dapat berbicara dengan baik, Keng-moi, dan1286
gerak-geriknyapun normal. Aneh kenapa tadi
seperti orang tidak waras!"
"Akupun juga tak mengerti, tapi semua
itu diawali dengan tamparan Tocu."
"Eh benar!"
"Apanya yang benar"
"Tamparan itu, lihat! Ada sesuatu yang
mencurigakan, Keng-moi. Coba lihat pipi pemuda
itu!"
"Aku tak melihat apa-apa..."
"Bodoh, itulah buktinya, Keng-moi! Kimkongcu ini rupanya merasakan sesuatu yang lain
dari sini. Dan benar, eh...hi-hik, mengerti aku.
Kiranya ini!" dan ketika Thio Leng tertawa tapi
menahan mulutnya, sang adik terbelalak dan
memandang bingung maka gadis itu tentu saja
bertanya apa yang dimaksud saudaranya ini,
khawatir jangan-jangan seng cici inipun
terpengaruh Beng An, tidek waras.
"Cici, kaupun mulai tidak normal. Ada apa
terkekeh-kekeh. Apa yang kau lihat dan rasakan
di sini!"1287
"Hi-hik, bodoh, kau bodoh. Eh, tidakkah
kau lihat tak ada bekas tamparan di situ, Kengmoi. Bukankah berarti tamparan Tocu tak
meninggalkan rasa sakit bagi pemuda itu. Dan
kita menyangka sebaliknya. Ah, pantas pemuda
itu tertawa-tawa. Kim-kongcu geli dan rupanya
tahu!"
Sui Keng membelalakkan mata. Mulamula memang belum jelas benar tapi setelah
pikirannya bekerja maka gadis itupun terkejut.
Dan ketika dia mengangguk dan tertawa
mengerti, Beng An disangka lelap dalam tidurnya
maka gadis itu menarik encinya meledakkan geli.
"Busyet, kita tertipu. Aih, ini kiranya,
Leng-cici. Pantas, Kalau begitu, hi-hik...tahu
aku!". dan keduanya yang berkelebat pergi
dengan tertawa-tawa lalu membuat Beng An
tersipu merah namun diam-diam memuji dua
pembantu Puteri Es itu cerdik. Meskipun baru
tahu belakangan akan tetapi rahasia itu terbuka
juga. Puteri mereka melakukan tamnparan semu.
Dan ketika Beng An menyeringai dan tertawa
juga, merah maka malam itu ia tak dijaga dan ini1288
membuat Beng An bebas. Ia telah mendengar
Puteri sendirian di kamar, bagus. Tak sukar
beginya menemui Puteri itu. Dan ketika Beng An
berkelebat mengeluarkan Beng-tau-sin-jinnya
maka bagai siluman pemuda ini lenyap terganti
sosok tipis asap putih yang melucur lewat
tembok. Melalui pintu atau tidak sama saja.
Beng-tau-sin-jin adalah ilmu roh yang membuat
pemuda itu mampu menembus segala bendabenda kasar, dinding atau baja setebal apapun.
Maka ketika ia bergerak dan lenyap dari kamar
itu Beng Anpun melewati berbagai ruangan
dengan mudah untuk akhirnya tiba di kamar sang
Puteri.
Beng An tertegun. Sesampai di pintu tibatiba ia mendengar suara tangis perlahan saja dan
hatipun tergerak. Suara siapa lagi itu kalau bukan
sang Puteri! Dan ketika ia masuk dan berada di
dalam kamar maka benar seja Puterj Es duduk di
meja menopangkan dagu menghadapi sebuah
gembar yang bukan lain dirinya! Beng An
terkejut. Tak diduganya sama sekali bahwa Puteri
Es menggambar wajahnya begitu cermat dan1289
tepat. Wajah dirinya terlihat jelas di situ, gagah
dan tampan dan Beng An kagum. Kalau bukan
seorang ahli lukis tak mungkin gambar itu dapat
dibuat sedemikian persis. Pit dan tinta hitam. itu
masih di tangan,basah. Dan ketika Beng An
menarik napas dalam dan melepaskan Beng-tausin-jinnya, muncul dan membuat gerakan maka
Puterl Es terkejut dan kontan membalikkan
tubuh.
"Kau?!"
Beng An mengangguk. Pit di tangan kanan
itu gemetar namun sang Puteri tiba-tiba
membuang gambar di atas meja itu, tepat
mengenai tinta dan tergulinglah botol itu
mengeluarkan isinya.( Gambar seketika menjadi
basah, hitam ). Dan ketika Beng An terkejut
namun berseru keras, menyambar dan
menyelamatkan sisa gambar maka sang Puteri
membentak dan menerjangnya.
"Kim Beng An, ada apa kau memasuki
kamar seorang wanita. Pergilah, keparat!"
Beng An mengelak. "Tunggu," serunya
"jangan ribut dan gaduh di kamar ini, Puteri. Aku1290
datang tanpa diketahui siapapun. Tahan dan
jangan biarkan para pembantumu tahu!"
"Kau". sang Puteri berapi-api menahan
serangan, merah padam. "Berani kau bicara
seperti itu? Berani kau....merampas milikku?
Keparat kembalikan itu, Beng An. Jangan
bersikap tak tahu malu atau aku membunuhmu!"
"Hm," Beng An tersenyum getir, menarik
napas lagi. "Agaknya tak perlu ada yang perlu
disembunyikan agi di antara kita, Puteri. Aku
datang untuk membuat pernyataan. Aku tidak
bermaksud membuat ribut. Dengarlah dan
bolehkah aku bicara?"
Sang Puteri menggigil. Melihat Beng/An
masih membawa lukisannya itu maka sang Puteri
merah padam , Ia hendak bergerak akan tetapi
Beng An mendahului, menyimpan dan
menyembunyikan lukisan itu di dalam bajunya,
tak perduli betapa bajupun menjadi kotor oleh
tinta. Dan ketika Puteri itu melotot namun Beng
An tenang-tenang saja, tersenyum dan
senyumnya membuat sang Puteri gelisah maka
pemuda itu membungkuk menjura hormat.1291
"Maaf, Puteri, aku ingin mulai bicara.
Bolehkah?"
"Hm, kau mau bicara apa!" sang Puteri
mengepalkan tinju. Kalau mau bicara tak usah
berbelit-belit, Beng An, dan kembalikan barang
milikku itu!"
"Mudah," Beng An tersenyum lebar. "Aku
ingin menyatakan sesuatu, Puteri dan kalau kau
siap mendengarnya apapun kuberikan."
"Tak usah banyak cakap, cepatlah!"
Bentakan ini tak membuat Beng An
keder. Dia bahkan melangkah maju dan
Puteripun mundur. Mata indah yang terbelalak
itu melebar, seperti takut akan tetapi juga
marah. Dan ketika Beng An berhenti dan sang
Puteri juga berhenti maka Beng An tersenyum
melihat Puteri telah mepet tembok, tak sadar.
"Pertama aku ingin mengucapkan terima
kasih," Beng An berkata. "Sedangkan yang kedua
adalah....".
"Hanya itu?" Sang Puteri membentak.
"Keparat, untuk ini tak perlu kau memasuki1292
kamarku, Beng An. Tak perlu bersikap seperti ini.
Kau kurang ajar!"
"Nanti dulu, jangan memotong," Beng/An
bergerak maju, tiba-tiba menyambar lengan
Puteri itu. "Kedua adalah yang terpenting, puteri.
Yakni aku mencintaimu!"
Bukan main kagetnya sang Puteri. Ia
tertangkap dan tak dapat mundur, berteriak
karena membentur tembok. Dan ketika saat itu
Beng An selesai mengucapkan kata-katanya
maka Puteri Es terbelalak dan aneh sekali mata
yang indah itu terpejam. Pandang mata Beng An
yang demikian tajam dan sungguh-sungguh tak
dapat dilawannya. Beng An memandangnya
dengar sinar mata mesra. la begitu mesra dan
lembut hingga jantung sang Puteri seakan
tertusuk. Pandangan itu menembus jantungnya.
Tapi ketika Beng An mempererat cekalannya dan
Puteri sadar tiba-tiba gadis itu memberontek dan
melepaskan tendangan ke perut Beng An.
"Lepaskan aku!"
Beng An terlempar. Tidak seperti ketika
melakukan tamparan adalah kali ini gadis itu1293
bersungguh-sungguh. la terguncang dan t?batiba menjadi marah. Rasa malu membuatnya
panik. Pernyataan pertama dari seorang pemuda
itu membuatnya tak keruan, sang Puteri merah
padam dan menggigil. Tapi ketika ia merasa
bahwa jari-jarinya digenggam Beng An dan
betapa pemuda itu hendak menariknya ke depan
mendadak gadis ini melepaskan diri dan perut
Beng An yang menjadi sasaran membuat
pemuda itu terlempar dan terbanting.
"Dess!" Beng An menggeliat. Untung
bahwa sinkangnya bekerja otomatis, kalau tidak
tentu isi. perutnya hancur. Tapi karena


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tendangan itu amatlah hebat dan betapapun ia
merasa melilit, Beng An tak segera bangun maka
Puteri Es berseru tertahan dan pucat melihat
pemuda itu roboh lagi.
"Bunuhlah," Beng An tiba-tiba berseru,
lirih. "Kau bunuhpun aku tetap menyatakan
cintaku, Wei Ling. Tak ada orang yang dapat
menghalangiku biar dewa atau iblis sekalipun!"
"Kau...?" Puteri ini menggigil. "Kau...kau
tak apa-apa!'1294
Beng An melengak. "Apa?"
"Kau. . tendanganku tidak terlalu kuat?
Kau tak sakit?"
Beng An tiba-tiba tertawa geli. Perut yang
melilit seketika lenyap, Beng An bangun dan
berseri-seri memandang gadis itu. Puteri Es
tampak khawatir, gelisah akan keselamatannya.
Dan ketika Beng An maklum apa artinya ini maka
iapun melangkah maju dan berseru, "Ah,
perasaanmu menyambut hatiku, Wei Ling. Kau
menyambut cintaku. Terima kasih!" tapi ketika
Puteri berkelit dan membentak marah tiba-tiba
Puteri itu menyerang lagi dan menendang tiga
kali berturut-turut.
"Beng An, kau penipu. Kau
mempermainkan aku. Keparat".
Beng An terkejut. la tak menduga
kemarahan ini dan menerima tendangan lagi,
mencelat dan terlempar menabrak dinding. Dan
ketika ia mengeluh bergulingan menjauh, sang
Puteri benar-benar marah maka pemuda itu
berkelit sana-sini ketika mendapat pukulan dan
tendangan. Namun Beng An tak melawan.1295
Pemuda ini,setelah berteriak dan menghindar
sana-sini akhirnya menyerah dan memberikan
tubuhnya. Suara bak-bik-buk pukulan membuat
p?muda itu babak-belur. Dan ketika sang Puteri
mencabut pedang dan Beng An pucat maka
bertiup angin dingin dan sesosok bayangan
langsing berseru perlahan.
"Bagus, bunuhlah pemuda itu, Wei Ling.
Tunjukkan padanya bahwa penghuni Lembah Es
tak akan jatuh cinta kepada siapapun!"
Gadis itu terkejut bukan main. We We
Moli, bibi gurunya muncul bagai iblis. Beng An
meloncat bangun dan pucat, terhuyung, la tak
tahu siapa wanita ini namun pengaruh dan
wibawanya mendirikan bulu roma. Puteri Es yang
dingin rasanya masih lebih dingin lagi, Beng An
mengkirik. Namun ketika pedang itu dijatuhkan
dan gadis ini berlutut maka Beng An tertegun.
"Supek-bo, pemuda ini, dia..... dia!"
"Aku tahu. Dia mengganggumu Wei Ling,
karena itu bunuh dan lenyapkan dia. Ambil
pedangmu!"
"Tidak, dia.. dia...!"1296
"Apalagi?" pedang melayang dan tibatiba disambar wanita ini. "Kau betul, Wei Ling,
pemuda ini mengacau perasaanmu. Terimalah
dan bunuh dia!"
Pedang bergerak dan menyambar gadis
itu. Wei Ling, Puteri Es menangkap dan
menerima. Tapi ketika dia mengguguk dan
menggelengkan kepala maka dia meletakkan
pedang tersedu-sedu berseru,
"Aku. . aku tak sanggup, supek-bo. Aku
tak dapat membunuhnya!"
"Hm, karena kepandaiannya amat
tinggi?"
"Tidak, bukan itu. Dia... dia....!"
Wanita ini berkelebat dan tiba-tiba
menyambar Beng An. Pemuda yang sejak tadi
tertegun dan membelalakkan mata itu tiba-tiba
berseru kaget. Cepat dan kuat tahu-tahu
lehernya dicengkeram. Dan ketika Beng An tak
dapat melepaskan diri dan terkejut bukan main
maka iapun dilempar ke arah Puteri Es dalam
keadaan tertotok. Bukan main hebatnya wanita
itu.1297
"Wei Ling, sekarang aku sudah
melumpuhkannya. Ambil pedang itu dan bunuh
dia!"
Gadis ini mengguguk. Beng An yang
dilempar dan jatuh di dekatnya dipandang
dengan air mata bercucuran, sejenak pandang
matanya membuat Beng An tergetar. Mata itu
sayu dan redup! Dan ketika gadis ini menggeleng
dan Beng An kaget oleh kelihaian wanita riapriapan itu maka Wei Ling berseru tak
mengangkat pedangnya.
"Supek-bo, aku. aku benar-benar tak
sanggup. Dia... dia tak dapat kubunuh!"
"Hm, bukankah kau telah mencabut
pedangmu? Bukankah kau telah menghajarnya?
Jangan main-main, di depanku kau harus
bersungguh-sungguh, Wei Ling. Bunuh pemuda
ini atau kau menerima hukuman!"
"Aku. .. aku menerima hukuman..!"
"Apa..!"
"Benar, aku tak sanggup membunuhnya,
supek-bo. Aku... aku tak dapat melakukannya!"1298
Beng An berdesir dan kaget serta girang.
Mata gadis itu memandangnya sayu dan segala
kebengisan yang tadi tampak sekarang hilang
musnah. Dari pandang mata itu bahkan
memancar sinar mesra! Dan ketika Beng An
terbelalak dan masih lumpuh maka wanita yang
ternyata bibi guru gadis itu berkelebat dan kini
menyambar tengkuk Wei Ling, suaranya dingin
dan menyeramkan ketika berkata,
"Wei Ling, kau mencintai pemuda ini ?
Kau berani melanggar perintahku?" Gadis itu
tersedu-sedu, tak menjawab "Bagus, kalau
begitu kau harus menerima hukuman, Wei Ling,
minggat dari Lembah Es atau kubunuh!"
"Aku memilih yang kedua. Aku tak dapat
meninggalkan tempat ini, supek-bo. Aku ingin
mati di tanganmu!"
"kalau begitu terimalah kematianmu!"
tapi ketika tangan wanita itu bergerak dan siap
menghantam kepala gadis ini mendadak
berkelebat bayangan Thio Leng dan Sui Keng.
"Supek-bo, tahan...des-dess!" gadis itu
menangkis pukulan We We Moli dan mereka1299
mencelat bergulingan. We we mo-li terkejut dan
Beng An serta Puteri Es juga terkejut. Beng An
berseru keras melihat gerakan tangan wanita itu
tahu bahaya mengancam Wei Ling tapi tak dapat
berbuat apa-apa. Dia lumpuh tertotok. Tapi
ketika dua gadis itu datang menolong dan
mereka sudah bergulingan meloncat bangun,
menggigil maka keduanya berlutut dan bersiapsiap di belakang junjungannya ini.
"Supek-bo, atas nama seluruh penghuni
lembah ampunkanlah Tocu. la tak bersalah. Kami
yang membawa pemuda itu dan kamilah yang
bertanggung jawab!"
"Hm, apa maksudmu?"
"Kami yang menyelamatkan pemuda ini
dari pukulan orang-orang Pulau Api, supek-bo,
dan kami yang membawanya kepada Puteri.
Kalau terjadi hal-hal lain yang menjadi akibat
sampingan dari hadirnya pemuda ini maka itu
berawal dari kami. Kamilah yang bersalah, kami
yang patut menerima hukuman!"
"Benar, " bayangan-bayangan lain
berkelebat. "Kami yang bersalah dan menjadi1300
sebabnya, supek-bo. Kalau kau hendak
menghukum maka kamilah orangnya!"
We We Moli terbelalak dan melebarkan
mata. Yo-siocia, dan lain-lain tiba-tiba
bermunculan satu persatu. Kamar itu menjadi
penuh sementara di luar masih tampak muridmurid yang lain. Dan ketika sekejap kemudian
tempat itu penuh orang, tangis dan isak gentar
membayang di wajah-wajah yang pucat maka
seluruh penghuni rupanya telah berkumpul di
situ dan Beng An serta Puteri Es terkejut. Ini lagilagi di luar dugaan mereka.
"Hm bagus. Kalau begitu pilih satu di
antara dua. Kau mampus atau meninggalkan
tempat ini secepat mungkin, Thio Leng. Sekarang
atau aku habis sabar!"
"Tidak! Puteri Es berseru "Yang bersalah
adalah aku, supek-bo. Ini persoalanku dengan
pemuda itu bukan mereka dengannya. Thio Leng
dan lain-lain tak ada sangkut-pautnya!"
"Hm maksudmu ini adalah persoalan hati
antara kau dan pemuda itu? Maksudmu bahwa1301
kau tak dapat melaksanakan perintahku karena
kau mencintainya?"
"Aku.... aku tak tahu..."
"Bohong! Kau mencintainya, Wei Ling.
Kau jatuh hati. Kau telah melanggar larangan
Lembah Es dan merupakan pelanggaran berat!"
"Aku siap dihukum," gadis itu tersedusedu. "Aku tak ingin bicara tentang ini supek-bo.
Aku memilih kematian dan siaplah
menurunkannya!"
"Tidak!" dua pembantunya berseru.
"Kami yang bersalah, Tocu, kami yang menjadi
gara-gara. Kalau dulu kami tak menerima
pemuda ini dan tak mempertemukannya
denganmu tentu tak akan ada kejadian ini. Kami
yang patut dibunuh dan kau bebas!"
"Dan kami mengikuti jejak Thio-cici," Yo
Lin berseru dan mengguguk pula." Mati satu mati
semua, Thio-cici, ingat perjanjian kita di awal
pembicaraan!"
We We Moli terbelalak. wanita ini
melengking lirih ketika hampir serentak semua
murid mendukung pernyataan gadis baju merah1302
itu. Membunuh Thio Leng berarti harus
membunuh semuanya pula. Tak mungkin ini!
Dan ketika wanita itu Mengibaskan lengan dan
dua gadis itu mencelat maka We We Moli telah
menyambar gadis berpakaian serba putih itu.
"Wei Ling, kau merusak tatanan Lembah
Es. Kalau begitu kau harus pergi!"
Gadis itu menjerit. Gerakan wanita i-ni
membuatnya terlempar dan mencelat jauh,
langsung melampaui kepala anak-anak murid
dan mereka yang melihat berteriak kaget.
Demikian jauh gadis itu terlempar hingga
melewati jurang dan bukit-bukit, langsung keluar
dari Lembah Es! Dan ketika semua menjerit dan
Thio Leng maupun Sui Keng berseru tertahan
maka Beng An disambar wanita itu dan membuat
yang lain terkesiap.
"Dan kau adalah biang gara-gara.
Mampus atau susul kekasihmn bocah. dan
jangan kembali lagi ke sini!"
Thio Leng dan sumoinya terbelalak pucat.
Tadinya mereka hendak menerjang dan
melindungi Beng An kalau pemuda itu dipukul.1303
Tapi ketika pemuda itu hanya dikibas dan
melayang jauh, menyusul Puteri Es maka Beng
Anpun melewati kepala anak-anak murid dan
untuk kedua kali mereka itu berteriak memanggil
namanya, satu di antaranya adalah Hwa Seng.
"Kim-kongcu..!" Beng An tak mendengar
lagi karena telinga tertutup oleh desau angin
yang amat keras. Begitu hebatnya lemparan itu
hingga ia seakan ditiup mulut raksasa, bagaikan
benda kecil yang ringkih dan amat lemah. Dan
ketika bukit dan jurang-jurang dilewati dengan
amat cepat di bawah kakinya, Beng An mengeluh
dan tak dapat berbuat apa-apa maka pemuda itu
terus keluar dari Lembah Es dan berdebuk jauh di
perbatasan. Penghuni Lembah berhamburan.
Yang pertama kali meloncat adalah Thio Leng,
lalu Sui Keng dan disusul Yo-siocia dan lain-lain.
Ratusan anak murid menyambar bagai waletwalet hitam. Malam hanya diterangi bulan dan
bintang-bintang. Dan ketika mereka itu berteriak
dan mengejar Beng An maka di sana pemuda itu
mengeluh dan terbanting dengan amat keras.
Kalau bukan Beng An yang mengalami tentu1304
remuk tubuhnya, paling tidak patah kaki atau
tangannya., Dan karena, pemuda itu masih
tertotok dan tak mampu membebaskan diri
maka Wei Ling muncul dan tersedu menghampiri
pemuda itu, membebaskan totokan.
"Kongcu, kita telah menerima hukuman
supek-bo. Pergilah dan jangan ke sini lagi".
Beng An terhuyung, melompat bangun.
Tiba-tiba ia menjadi begitu terharu akan semua
yang menimpa gadis itu. Puteri Es adalah tokoh
terhormat tapi kini diusir mentah-mentah. Ini
gara-gara dia. Maka ketika totokan dibuka dan ia


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat bergerak lagi, gadis itu memutar tubuh
maka Beng An menangkap dan memanggilnya
menggigil,
"Wei Ling, tunggu dulu...."
Gadis itu mengelak. la tersedu-sedu
menghindari tangkapan Beng An hingga pemuda
itu mengenai angin kosong. Tapi karena Beng An
terus mengejar dan tak mau sudah, punggung
baju itu akhirnya tertangkap maka Beng An
berseru agar gadis itu tak meninggalkannya.1305
"Ling-moi, tunggu. Aku mencintaimu.
Berhenti dan dengar kata-kataku atau kau boleh
membunuhku!"
Wei Ling atau gadis ini menutupi muka. la
tak memberontak lagi ketika ditangkap, bahkan
ketika dipelukpun ia tak melawan. Dan ketika
Beng An menggigil dan mendekap tubuh itu, haru
dan penuh kasih sayang maka pemuda ini
gemetar bicara,
"Ling-moi, kita berdua telah sama-sama
diusir dari Lembah Es. Tapi kau paling berat.
Biarlah aku melindungim? dan jiwa raga ini
untukmu!"
Gadis itu tersedu-sedu. Sikapnya yang
dingin dan keras tak tampak lagi di sini, hancur,
luluh oleh cinta. Dan ketika Beng An
mendekapnya penuh kasih sayang dan
mengelus-elus rambutnya maka pemuda itupun
basah air mata oleh keharuan yang dalam. Tak
ada kata-kata lagi yang keluar dari mulut pemuda
ini namun getar dan cintanya tertangkap jelas.
Jari-jari Beng An yang menggigil dan mengusap
rambut itu menyatakan segalanya. Dan ketika1306
Puteri itu mengguguk dan membenamkan
mukanya di dada Beng An maka pemuda ini
menangis penuh bahagia.
"Ling-moi, kau.... . kau menerima cintaku,
bukan? Kau tak akan menyalahkan aku, bukan?
Semuanye mungkin kesalahanku, Ling-moi, tapi
aku tak dapat melupakanmu sejak berpisah di
Lembah Es. Aku seperti orang linglung, aku tak
enak makan dan tidur".
Gadis itu tak menjawab masih tersedusedu. Tapi ketika lengannya balas memeluk
pinggang Beng An dan betapa lengan itu gemetar
dan seperti kelinci ketakutan maka Beng An
menyambar lengan ini dan membawanya ke
hidung. Lalu begitu dia mencium dan sang Puteri
menangis maka Beng An tak tahan
menengadahkan wajah itu menghadap
kepadanya. Dan betapa cantik serta
mengharukannya wajah itu. Beng An terpesona.
"Ling-moi, kau mencintaiku, bukan?" dia
bertanya, mata itu terpejam. "Kalau benar
jawablah, Ling-moi, agar aku tak ragu!"1307
"Kau sudah tahu lebih dari itu. Aku tak
perlu menjawabnya, Kim-kongcu. Kau tahu apa
yang ada di hatiku!"
"Apa? Kau memanggilku kongcu (tuan
muda)? Terlalu, kita sekarang satu, moi-moi,
bukan orang lain. Jawablah pertanyaanku dan
diamlah kalau benar."
Puteri Es membuka mata dan heran. la
tak tahu apa maksud Beng An ketika tiba-tiba
pemuda itu mencium bibirnya. Sentuhan halus
lunak ini bagai aliran listrik yang
mengejutkannya. la diminta membuktikan
cintanya dengan diam kalau dicium. Dan ketika ia
tersentak namun diam saja, Beng An segera
melumat bibir itu maka sang Puteripun
mengeluh dan terbang ke langit bahagia, tersedu
dan menyambut Beng An dan alangkah
girangnya hati pemuda ini. Beng An melumat dan
mencium lagi penuh mesra, sang Puteri
menggigil dan roboh. Lemas! Tapi ketika Beng An
menahan dan gadis itu menyembunyikan muka
maka mereka tak sadar bahwa Thio Leng dan
kawan-kawan sudah ada di situ, muncul.1308
"Kim-kongcu...!"
"Tocu..!"
Dua muda-mudi ini kaget. Mereka tahutahu melihat betapa semua anak murid sudah
berlutut di situ, melirik dan tersenyum-senyum
memandang mereka. Dan ketika keduanya
seketika menjadi merah dan malu maka Puteri Es
melepaskan diri dan merenggut tubuhnya dari
Beng An.
"Thio-cici, ada apa kalian ke sini!"
"Maaf," gadis itu tersenyum dan
mengusap air matanya, haru. "Kami ingin
mengucapkan selamat jalan, Tocu. Dan...dan
harap Kim-kongcu melindungimu baik-baik!
"Benar, dan mungkin kami juga akan
menyusul. Berangkat dan pergilah lebih dulu,
Tocu. Kami akan mengikutimu dan jumpa lagi di
daratan besar!"
Puteri Es terkejut. Dua pembantunya
tiba-tiba bangkit dan memeluknya. Thio Leng
yang semula dapat menahan air mata tiba-tiba
tak dapat menguasai diri lagi, gadis itu tersedusedu. Dan ketika Sui Keng juga mengguguk dan1309
meledak dalam tangis maka semua yang tadinya
bahagia melihat adegan Puteri mereka
mendadak tunduk dan menangis pula.
"Tocu, jagalah diri baik-baik. Kami tak
akan lama pula di Lembah. Kami akan pergi dan
menyusulmu. Yo-sumoi yang akan mengatur
tempat ini."
"Benar, dan pergi serta doa kami
untukmu, Tocu. Kim-kongcu pemuda yang tepat
untukmu dan kami percaya. Mungkin kami akan
berkunjung ke rumahnya!"
Sang Puteripun tak dapat menahan diri.
Akhirnya dia menangis dan berangkulan dengan
pembantunya ini, yang lain menambahi dan
suasanapun menjadi berisik. Bulan dan bintang
gemintang meredup sayu, rupanya merekapun
dapat terharu oleh kejadian di muka bumi ini.
Namun setelah Thio Leng melepaskan diri dan
mampu menguasai keadaan maka gadis itulah
yang lebih dulu menyadarkan semuanya,
mundur dan membungkuk.
"Sudahlah, pergi dan berangkatlah, Tocu
Kami mengiringimu dengan doa seluruh1310
penghuni. Selamat jalan dan mudah-mudahan
kita bertemu lagi."
Beng An terharu melihat ini. Ia merasakan
betapa besar cinta kasih murid-murid Lembah
kepada Puterinya. Namun karena Puteri telah
diusir dan ini semua gara-gara dia maka Beng An
berkata di depan dua gadis itu.
"Thio-cici, Wan-cici, maafkan aku. Semua
ini gara-gara aku. Kalau aku tidak datang dan
mengganggu kalian tak mungkin akan terjadi
semuanya ini. Aku berjanji dan bersumpah
menjaga Puteri kalian dan jiwa serta darahku
kusiapkan untuknya!"
"Kami percaya", gadis itu tersenyum.
"Kodrat rupanya harus memutar roda
kehidupan kami, kongcu. Semuanya telah terjadi
dan kami tak perlu menyesal. Justeru kami
bangga, kau satu-satunya pemuda yang tepat
untuk menjadi jodoh Puteri. Pergilah dan
selamat jalan!"
Salju tiba-tiba turun. Hawa udara yang
dingin tiba-tiba bertiup, menerpa dan membuat
orang menggigil namun anak-anak murid sudah1311
mengerahkan sin-kang. Mereka cepat
menghangatkan tubuh begitu serangan datang.
Dan ketika Thio Leng mundur dan membungkuk
sekali lagi, para murid berdiri dan memandang
sedih maka seseorang tiba-tiba meloncat dan
berseru,
"Kim-kongcu , selamat jalan dan hati-hati.
Aku pribadi mohon agar jagalah Puteri seperti
dulu kau menjaga dan melindungi aku!"
Kiranya Hwa Seng. Gadis itu, yang
mengguguk dan tak dapat menahan tangisnya
tiba-tiba berlutut di kaki Beng An dan Puteri Es,
mencium dan memeluk kaki majikannya penuh
haru. Dan ketika Puteri Es tertegun dan melihat
sebelah telinga gadis itu yang buntung maka
Puteri mengangkatnya bangun dan memeluk.
"Hwa Seng, kau adalah pelayan dan
murid Lembah Es yang setia. Aku menyesal
memperlakukanmu sekejam itu. Biarlah ini
kutinggalkan untukmu dan kenanglah aku seperti
biasa!" Sang Puteri melepaskan tusuk rambut
bermata giok, menancapkan itu di rambut
pelayannya dan tentu saja gadis ini semakin1312
tersedu-sedu. Kehormatan besar baginya
menerima langsung hadiah itu. Maka ketika ia
menjatuhkan diri berlutut namun sang Puteri
mengangkatnya bangun, mencium pipinya maka
pelayan ini semakin melambung saja oleh cinta
kasih dan keharuan yang dalam.
"Hwa Seng, berkat kaulah aku bertemu
Kim-kongcu. Selamat tinggal dan jaga baik-baik
tempat kita."
"Hm, nanti dulu," Beng An menahan dan
memegang pundak gadis itu. "
Puterimu telah memberikan tanda
matanya biarlah aku juga, Hwa Seng. Hanya aku
tak memiliki benda berharga, kecuali ini.
Simpanlah dan siapa tahu ada gunanya. Pemuda
itu melepaskan kancing bajunya dan Puteri Es
merah. la teringat ketika membuka baju pemuda
ini sewaktu mengobati Beng An, Semburat
namur melirik tersenyum. Dan ketika Hwa Seng
menerimanya dan mencium benda itu,
menyimpannya baik-baik maka Beng An
menepuk gadis itu dan mengangguk.1313
"Sekarang cukup, selamat tinggal dan
maafkan semua kesalahanku."
Meledaklah sedu-sedan lagi. Para murid
yang semula diam dan dapat menahan tangis
tiba-tiba tak mampu menahan diri lagi. Beng An
melambai dan menggandeng puteri mereka. Lalu
ketika sang Puteri juga melambai dan terisak
ditahan, memutar tubuh maka dua orang itu
berkelebat dan lenyap di kegelapan malam.
"Tocu...!"
"Tocu...!"
Sang Puteri menggigit bibir kuat-kuat.
Murid-murid berteriak tapi gadis ini tak mau
menoleh, hancur perasaannya oleh seruan itu.
Dan ketika Thio Leng dan Sui Keng juga menahan
tangis mereka, meledak dan akhirnya saling
tubruk maka hujan air mata terjadi di perbatasan
ini. Mereka hanya melihat dua bayangan hitam
bergerak di tengah malam, menjauh dan
akhirnya lenyap merupakan titik kecil yang tak
mungkin terlihat lagi. Dan ketika semua saling
rangkul dan sedu-sedan terjadi sampai pagi maka
murid-murid Lembah ternyata tak meninggalkan1314
tempat itu sampai matahari terbit di timur.
Mereka akhirnya terpaku dan memandang
hamparan es dengan mata kosong. Daratan di
seberang tampak hening, gumpalan es membeku
dan tampaknya sedih ditinggal seseorang.
Namun setelah matahari cukup tinggi dan Thio
Leng menggerakkan anak murid kembali maka
mereka memutar tubuh dan isak tangis masih
terdengar di sana-sini. Lembah Es kehilangan
tokohnya dan wajahpun terasa muram.
Keputusan yang telah dijatuhkan sesepuh
mereka tak mungkin ditarik. Puteri telah diusir.
Dan ketika untuk hari-hari berikut wajah Lembah
ini semakin muram, apalagi setelah Thio Leng
dan Sui Keng menyusul pergi maka Yo Lin yang
menggantikan kedudukan selama berhari-hari
menangis terus. Wajah gadis itu sembab dan
pipipun bengkak. Berbeda dengan kepergian
Puteri ES yang diketahui semua anak murid
adalah Thio Leng dan sumoinya ini tak mau
diketahui. Mereka lenyap setelah sehari
sebelumnya melepas pesan-pesan, gadis baju
merah itulah yang menerima. Dan ketika suasana1315
Lembah menjadi muram dan penuh duka maka
Beng An dan kekasihnya telah jauh meninggalkan
Lembah Es untuk memulai babakan sebuah
kehidupan baru terutama bagi Puteri yang kini
meninggalkan istananya itu, jauh dari pelayanan
hamba sahaya dan kesenangan duniawi. Hal yang
membuat Beng An kian terharu. Tapi sementara
penghuni Lembah terisi kedukaan adalah dua
muda-mudi ini melakukan perjalanan dengan
bahagia!
*** Mula-mula Beng An merasa bingung. Di


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hari pertama meninggalkan Lembah Es maka
yang menjadi pokok persoalan adalah makanan
sehari-hari. Tak gampang bagi puteri ini untuk
makan seadanya saja, sayur misalnya. Dan ketika
siang itu Beng An memetik sayur dan
merebusnya dengan garam dan sedikit bumbubumbu maka sang Puteri muntah!
"Maaf ," Beng An gugup. "Kau rupanya
tak tahan untuk makan seperti ini, Ling-moi. Aku1316
lupa bahwa selama ini makananmu terjamin dan
serba enak. Ah, biar kucari seekor kelinci dan kita
panggang!"
Beng An berkelebat dan tak lama
kemudian datang lagi. Mereka masih berada di
dalam hutan setelah semalam menyeberangi
lautan. Atas petunjuk Puteri pemuda ini dapat
menemukan daratan, jauh lebih cepat daripada
dirinya sendiri. Dan ketika mereka tiba di hutan
namun semuanya masih serbe es, Beng An tak
tahu berada di mana maka sayuran sederhana
yang tak dapat dimakan gedis itu membuat
pemuda bingung mencari pengganti. Dan seekor
kelinci gemuk telah berada di tangannya.
Akan tetapi sial, karena Beng An hanya
membawa garam dan sedikit lemak beku maka
kelinci itupun tak dapat diolah macam-macam.
Beng An mengulitinya dan memanggangnya
seperti gaya seorang padang pasir, serba
sederhana dan tidak lengkap. Dan ketika
sepotong paha itu dikunyah namun sang Puteri
menghentikan gigitannya maka Beng An melihat
betapa puteri itu mau muntah.1317
"Amis, kurang bersih, Beng An. Kau
terburu-buru. Atau mungkin aku yang terbiasa
dimanja!"'
"Hm, aku bodoh. Sayang tak kutemukan
penduduk dusun di sekitar sini, moi-moi Kalau
ada tentu kuambilkan langsung dari mereka.
Coba yang ini saja dan buang paha itu!" Beng An
memberikan hati dan jantung kelinci,
membersihkannya lebih bersih tapi daging itu
terasa kenyal, alot. Dan ketika sang puteri
menarik napas dan menggigitnya gemas akhirnya
benda itu memasuki mulutnya tapi Beng An
merah padam melihat pelayanannya kurang
memuaskan. Dia sendiri jadi tak tertarik kepada
sepotong paha lain dan membuang itu, jengkel.
Dan ketika sang Puteri terkejut tapi tertawa
maka gadis itu berkata agar Beng An tak usah
gusar.
"Sudahlah, rupanya perutku belum
terbiasa dengan cara hidupmu. Kau sudah biasa
berkelana, makan dan minum seadanya. Biarlah
aku. berlatih tak memanjakan perutku, Beng An.1318
Betapapun aku sekarang juga bukan seorang
puteri!"
"Hm-hm, nanti dulu. Kalau ada ibuku atau
enciku di sini tentu dapat kuhidangkan yang lebih
baik, Mol-moi. Sayang bahwa dulu aku enggan
mempelajari resep memasak ibuku!"
"Aku akan terbiasa, sudahlah." dan ketika
gadis itu bangkit mencari air minum, maka Beng
An sadar bahwa dia belum menyiapkan itu,
meloncat dan buru-buru mencari itu dan dengan
tergesa dia membawa sehelai daun talas. Dengan
inilah dia menampung air jernih. Tapi ketika sang
Puteri berkerut kening memandang daun itu,
melihat seekor semut hitam maka hampir ia
muntah namun diterima dan diteguknya air itu.
Dan Beng An segera melihat semut ini.
"Kurang ajar!" bentaknya. "Berani benar
kau mengotori daun ini!"
Beng An memijat dan semut itu mati.
Sang Puteri tersenyum dan Beng An serba salah.
Dia sadar bahwa sang Puteri terbiasa hidup yang
bersih-bersih. Di istananya semua cawan-dan
gelas minun tentu terbilas baik, sekarang masih1319
harus minum dari setangkai daun talas tapi
bersemut! Maka ketika Beng An semakin hatihati dan memberikan makanan atau minuman
secara seksama akhirnya Beng An melihat bahwa
dia dan sang Puteri tak memiliki pakaian lain
kecuali yang menempel di tubuh mereka!
*** Credit
Sumber Buku Bapak Gunawan Aj
Kontributor Bapak Awie Dermawan
Edit OCR Yons
Koleksi Kolektor Ebook1320
"PUTRI ES"
( Lanjutan Rajawali Merah )
Karya Batara
Jilid XXII
* * * "HM, memalukan " pemuda ini
bersungut. "Nanti di kota akan kucarikan pakaian
untukmu, moi-moi. Masa hanya itu saja yang
terbawa. Ah, seharusnya aku lebih teliti!"
"Tak apa," puteri ini tertawa. "Kita serba
terburu-buru, Beng An. Tak perlu hal-hal sekecil
itu sampai kau pikirkan. Sudahlah, aku juga dapat
memikirkan diriku".
"Tidak," pemuda ini bersikeras. "Aku
bertanggung jawab penuh atas dirimu, Moi-moi.
Apa kata orang kalau kubiarkan dirimu begitu
saja. Ah, mari berangkat dan kita cari pakaian
yang pantas!"
Gadis. itu menarik napas dalam.
Sesungguhnya ia merasa risi hanya dengan1321
pakaian yang menempel di tubuh itu. Bagaimana
jika ingin bersalin, bagaimana kalau harus
berganti yang bersih sementara itu mulai kotor.
Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan
namun kota masih terlalu jauh, dusun sederhana
yang mereka jumpai maka di sini Beng An
berhenti dan mengerutkan alisnya. Itu
perjalanan hari kedua sejak menikmati kelinci
panggang.
"Kau ?i sini dulu," katanya. "Aku masuk ke
dusun itu, moi-moi. Kucarikan ke butuhanmu
dulu dan jangan ikut agar tidak menarik
perhatian orang."
"Kenapa begitu? Bukankah aku dapat
melumuri wajahku?"
"Tidak, jangan, moi-moi. Kau tak usah
melumuri wajahmu dan jangan membuat kotor.
Sudahlah, kau di sini dulu dan aku ke sana!" Beng
An berkelebat dan tak mau dibantah lagi.
Kekasihnya memang dapat melumuri wajah akan
tetapi dia tak mau. Sayang akan wajah cantik itu.
Maka ketika ia bergerak dan masuk dusun,
mencari dan menemukan sebuah jemuran maka1322
tanpa ba-bi-bu lagi pemuda itu menyambar ini,
membawa lari.
"Hei, hei,,!" seorang nenek tiba-tiba
berteriak, muncul. "Apa yang kau lakukan anak
muda. Heii, itu pakaian anakku. Jangan dibawa
lari. Heiii..!"
Beng An berkelebat hilang. Mukanya
merah padam karerna tentu saja tak disangkanya
pemiliknya muncul. Ia sudah menengok sana-sini
dan tak melihat apa-apa. Haru dan kasih sayang
kepada kekasih membuat ia tak banyak berpikir
panjang lagi. Ini gara-gara cinta! Dan ketika ia
muncul di luar dusun itu dan Puteri Es duduk
menunggu, tenang dan santai maka ia tersenyum
dan tertawa berseru,
"Moi-moi, sudah kudapat. Kupikir cocok.
Pakailah, tapi sayang terbuat dari kain kasar!"
Puteri berdiri dan bangkit menyambut
pemuda itu. Wajahnya berseri dan kemerahan
tapi ketika menerima itu mendadak alisnya
berkerut. Wajah yang gembira itu tiba-tiba gelap,
sinar matanya tajam menyambar Beng An
dengan tuduhan curiga. Beng An terkejut. Dan1323
ketika pemuda itu mundur dan berdebar tak
enak maka kekasihnya bertanya, dingin,
"Kau dapatkan dari mana ini?"
"Dari dusun...".
"Benar tapi kenapa basah, Beng An. Pasti
kau menyambarnya dari jemuran. Kau mencuri!"
Beng An kelabakan. la begitu tergesa
hingga lupa bahwa kekasihnya ini bukan gadis
sembarangan. Puteri Es adalah wanita cerdas
yang dapat menangkap sesutu dengan tajam.
Sedikit kejanggalan saja dapat ditebaknya. Dan
itu cocok! Maka ketika gadis itu melemparnya
kembali dan minta dikembalikan tentu saja Beng
An merah padam, apalagi ketika nenek itu tibatiba muncul, berteriak-teriak.
"Heii, kembalikan itu, anak muda. Itu
satu-satunya yang dimiliki anak perempuanku
yang paling bungsu. Dia akan menikah, itu dari
calon pengantin pria!"
Bukan main malunya Beng An. la merah
padam dan gugup serta jengah. Wei Ling
memandangnya dingin. Dan ketika ia semburat1324
bagai kepiting direbus maka Wei Ling berkelebat
dan menyuruh ia meminta maaf !
"Aku bersalah," Beng An bergerak dan
mendahului nenek itu, menunduk dalam- dalam.
"Aku telah mencuri milikmu, nek. Terimalah
kembali dan maafkan aku!"
Nenek itu tertegun. la telah berhadapan
dengan Beng An ketika tiba-tiba pemuda itu
membungkuk dan menyerahkan kembali dua
potong pakaian itu. Baru sekarang ada pencuri
mengembalikan baik-baik, dan pemuda itu
menangis pula! Dan ketika nenek ini terbelalak
dan heran serta aneh, kemarahan lenyap
terganti rasa iba maka iapun tertegun bertanya,
"Kau. . kau tak punya uang untuk
membeli? Siapa gadis cantik bersamamu tadi?
Kekasihmu?"
"Maaf," Beng An menghapus air
matanya, terpukul dan membalik. "Aku telah
menyerahkan milikmu, nek. Sudahlah jangan
bertanya macam-macam karena perasaanku jadi
sakit saja!"1325
"Hei nenek itu berseru, Beng An
berkelebat pergi. "Tunggu, anak muda. Kalau
begitu kuberikan ini . Kalian tampaknya baru
melakukan perjalanan jauh!"
"Terima kasih," Beng An tak menggubris
"kekasihku terlanjur marah, nek. Pulanglah dan
sekali lagi maafkan aku!"
Nenek itu bengong. Tiba-tiba ia mengerti
bahwa apa yang dilakukan pemuda itu demi
kekasihnya yang dicinta itu. Sekilas Ia melihat
wajah Puteri Es yang jelita, wajah seorang
ningrat! Dan ketika ia termangu dan menyesal
kenapa memarahi pemuda itu maka di sana Beng
An menyusul kekasihnya yang cemberut di batu
hitam. Puteri Es marah.
"Maafkan aku" Beng An mengeluh dan
memegang lengan kekasihnya ini. "pikiranku
memang buruk, moi-moi, tapi semua itu sudah
kubersihkan dan kukembalikan kepada
pemiliknya. Aku tak akan kuulangi lagi."
"Kau memang terlalu," gadis itu
cemberut. "Hilang harga ?iriku kalau memakai1326
barang curian, Beng An. Masa sebegitu dangkal
pikiranmu. Kau membuatku malu!"
"Aku tak akan mengulanginya lagi" Beng
An berjanji. "Tapi.. . tapi aku tak mempunyai
uang, moi-moi, padahal kau membutuhkan itu.
Kau perlu ganti pakaian!"
"Benar, tapi bukan dengan mencuri, Beng
An. Kau membuat aku marah!'"
"Maafkanlah, aku tak akan
mengulanginya. Aku. .. aku bingung melihat kita
seperti ini dan bagaimana sekarang baiknya?"
Puteri itu tepekur. Kegembiraan lenyap
terganti rasa marah. la malu dan marah oleh
perbuatan Beng An. Namun karena pemuda ini
sudah meminta maaf dan mengembalikan pada
si nenek akhirnya ia mendorong Beng An
meloncat turun, berkata singkat,
"Kita lanjutkan perjalanan dan jangan
hiraukan persoalan kecil ini!"
Beng An tertegun. la merasa salah namun
mengeraskan hati. Apa yang dilakukan adalah
demi kekasihnya ini. Kalau dia kena marah
memang wajar, kekasih mana mau memakai baju1327
curian! Dan ketika ia tersenyum dan tiba-tiba
tertawa, gadis itu menengok dan terkejut maka
pemuda ini mengambil batu merobohkan
Sebatang pohon. Sekali sambit membuat pohon
itu tumbang.


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Heii, tunggu, moi-moi. Ada akal bagus
..bumm!"
Puteri Es berhenti. le terkejut oleh
perbuatan Beng An tapi lebih terkejut lagi ketika
pemuda itu berkelebat dan menggerakkan
tangannya lima kali membacok. Pohon besar itu
terpotong-potong dan pemuda ini masih
menggunakan dua jarinya menusuk dan
merobek. Luar biasa, potongan pohon itupun
terbelah menjadi kayu bakar. Lalu ketika Beng An
mengikat dan mengangkut itu lewat pundaknya
maka pemuda inipun melangkah tegap
memasuki dusun, kembali ke tempat nenek itu.
"Aku akan menukar ini dengan cara
barter. Aku akan menemui nenek itu. Tunggulah
di sini dan kuambil lagi pakaian itu untukmu!"
Kedele Maut Karya Khu Lung Wiro Sableng 082 Dewi Ular Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan

Cari Blog Ini