Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara Bagian 13
Sang puteri terbelalak. Mata yang lebar
jernih itu terkejut, alis yang hitam menjelirit itu1328
terangkat naik. Betapa manisnya. Tapi ketika
wajah itu memerah dan pandang mata itu berseri
mendadak sang puteri terkekeh dan memuji.
"Hi-hik, kau hendak menjual kayu itu
kepada nenek itu, Beng An? Kau hendak kembali
ke dusun?"
"Untukmu, moi-moi. Segala siap
kulakukan tapi kini berjalan halal, ha-ha..".
Puteri Es terkekeh-kekeh geli. Beng An
memanggul kayu itu dengan cara lucu dan
terseok-seok. la gembira mendengar kekasihnya
tertawa. Tapi ketika ia berkelebat dan lenyap
menggunakan langkah kakinya yang ringan maka
Beng An sudah di tempat nenek itu yang tentu
saja bengong dan terkejut melihat pemuda itu
memikul dua onggok kayu bakar sebesar bukit.
Hanya kepala dan sedikit rambut itu yang
tampak!
"Heii, kau ini?"
"Benar. " Beng An meletakkan kayu itu
hingga berderak, suaranya menggetarkan tanah
berpijak. " Aku ingin barter. nek, tukar-menukar.
Aku tak mau cuma-cuma menerima milikmu dan1329
ambillah ini tapi berikan dua potong pakaian
tadi!"
"Heh-heh.. " si nenek terpingkal-pingkal.
Kau lucu, anak muda. Mencuri dan bertobat lalu
sekarang menjual kayu bakar. Heh-heh, tanpa
inipun sudah kurelakan untukmu. Ambillah, aku
juga masih menyimpannya. Tak perlu kayu
sebanyak ini kalau kau benar-benar memerlukan
pakaian itu."
"Tidak, aku tak mau cuma-cuma, nek.
nanti kekasihkupun marah lagi. Terimalah atau
kubawa lagi kayu ini kalau kau menolak!"
Sang nenek tertegun. Beng An berkata
sungguh-sungguh dan tawa itupun berhenti.
Aneh, si nenek menangis pula saking geli. Tapi
ketika ia menarik napas dalam-dalam dan
mengamati pemuda itu maka ia kagum akan
wajah dan sikap yang gagah ini, mengangguk dan
masuk.
"Baiklah, barter ya barter, tapi harus adil.
Tunggu sebentar dan kubawa sesuatu."
Beng An mengerutkan kening. Ia
mengusap peluh dan bertanya-tanya apa yang1330
hendak diambil nenek itu. la sebenarnya mau
cepat-cepat pergi. Tapi ketika nenek itu muncul
dan membawa bungkusan, serta segelas air
maka nenek itu tersenyum memberikannya.
"Kau anak muda penuh semangat, aku
yang tua ini kagum. Baiklah, minum segelas air
ini, anak muda, dan terimalah ini sebagai
tambahan."
"Apa itu?' Beng An mengerutkan kening.
"Dua potong pakaian laki-laki, punya
menantuku yang lain. Terimalah tapi maaf
pakaian petani yang sederhana saja."
Beng An tertawa. la menerima dan
mengucapkan terima kasih dan air minum itupun
disambarnya. Peluh di dahinya itu rupanya
menimbulkan iba si nenek. Maka ketika ia
menghabiskan air dingin itu dan tertawa
mengucap terima kasih, mengembalikannya
kepada si nenek maka Beng An berkelebat dan
lenyap seperti iblis.
"Ha-ha, terima kasih. Kau baik dan
lembut hati, nek. Tak akan kulupa jasa baikmu ini
dan selamat berpisah!"1331
Si nenek mengangguk-angguk. la masih
kagum oleh kekuatan Beng An memikul kayu
bakar tadi. Kayu itu masih disitu dan tingginya
hampir menyentuh genteng. Bukan main kuat
dan hebatnya pemuda itu. Tapi ketika Beng An
bergerak dan lenyap seperti iblis mau tak mau ia
merinding juga.
"Hm..demitkah pemuda itu. Atau hantu
kesiangan!"
Beng An tertawa geli membawa buntalan
si nenek. la tentu saja tak menghiraukan nenek
itu lagi ketika tiba di tempat kekasihnya. Wei Ling
menunggu berseri-seri. Dan ketika wajah itu
tampak gembira sementara bulu lentik itu juga
terangkat naik berseri-seri maka Beng An
melempar pakaian wanitanya kepada
kekasihnya.
"Moi-moi, kali ini halal. Pakailah pakaian
itu dan jangan khawatir barang curian".
Puteri Es tertawa. Rasa marahnya lenyap
terganti rasa kagum, juga haru. Demikian besar
perhatian Beng An kepadanya. Maka ketika ia
menangkap dan menerima itu tapi heran oleh1332
bungkusan di tangan Beng An maka gadis ini
bertanya,
"Hei, apa lagi itu? Kau membawa apa?"
"Ha-ha, nenek itu benar-bena baik.
memberiku pakaian pula, laki-laki.Hayo kita
saling bertukar pakaian dan lihat siapakah yang
lebih patut!"
Gadis ini tertawa. Akhirnya ia
mengangguk dan gembira sementara Beng An
sendiri sudah berkelebat dan lenyap di balik
sebatang pohon. Puteri Es juga bergerak dan
lenyap di balik pohon. Dan ketika tak lama
kemudian masing-masing sudah muncul kembali,
Beng An dengan pakaian petani dan caping di
kepala maka gadis itu terkekeh betapa Beng An
sudah berubah, bukan lagi seorang pendekar
muda melainkan petani sederhana yang biarpun
cakap tapi berkesan lucu, bodoh. Pakaian itu
kedodoran!
"Hi-hik, aneh, lucu sekali. Ah, kau jenaka
dengan pakaian seperti itu Beng An,
gerombyongan! Kau benar-benar seperti petani
yang habis mencangkul sawah!"1333
"Dan kau, ah... " Beng An terkagum tak
menghiraukan ejekan "Kau seperti bidadari salin
rupa, moi-moi Pakaianmu sederhana tapi
wajahmu kian agung. Aduh, cantik dan manis
sekali. Kau seperti bakal pengantin!"
"Apa..?"
"Benar, kau.... ah, ck-ck, luar biasa sekali.
Kau seperti pengantin wanita. Aduh, warna
jambon itu patut sekali di kulitmu, kian halus!"
Beng An memang kagum dan terbelalak. Pakaian
kekasihnya yang sederhana namun bersih ini
menghilangkan semua warna kumal di tubuh.
Wei Ling telah membuang pakaian lamanya itu.
Dan ketika Beng An terpesona dan kagum, gadis
di depannya ini seperti gadis desa sedang mekar
maka Puteri Es yang jengah dan semburat itu
buru-buru menaburkan bubuk ke wajah dan
pakaiannya.
"Heii...!" Beng An terkejut. "Kenapa kau
lakukan itu!"
"Biar tidak menarik perhatian orang,"
sang puteri menjawab sekenanya. "Kalau kau
saja kagum dan melotot tiada habisnya apalagi1334
orang lain, Beng An. Aku tak ingin menarik
perhatian dan biar gini saja!"
Beng An mengeluh dan melihat pakaian
itu segera kusam. Kekasihnya malu dipuji
sementara dia ingin melampiaskan
kekagumannya. Siapa tak kagum kalau dengan
pakaian begitu saja kekasihnya sudah demikian
elok, anggun dan tak dapat menyembunyikan
keagungannya dan agaknya darah ningrat itulah
yang menonjol. Entah kenapa gadis ini tetap
cantik luar biasa. Tapi ketika Wei Ling tertawa
dan gadis itu ganti memandangnya maka puteri
ini berkata,
"Sudahlah, lihat kau sendiri, Beng An.
Dengan pakaian bersahaja begitu kau tetap juga
gagah. Di luarnya seperti petani muda, namun
wajah dan sinar matamu itu tetap tajam
mencorong. Ah, kaupun masih gagah dan
tampan!"
"He, kau memuji seorang pria?"
"Kenapa tidak? Kau bukan orang lain
bagiku. Kau kau sahabat Lembah Es!"1335
"Ha-ha!" Beng An menyambar dan
merangkul kekasihnya ini. "Kau tak berani bicara
terus terang bahwa aku kekasihmu, moi-moi,
calon suamimu. Kau masih malu-malu tapi
semakin menggemaskan!"
"Iih!" sang puteri berkelit dan mengelak.
"Jangan main cium di sini, Beng An. malu aku.
Nanti ada orang!"
"Ha-ha, orang siapa. Paling-paling kau
dan aku!" Beng An yang meraih dan menyambar
kembali lalu mendaratkan ciuman di pipi, ditepis
tapi mengulang lagi dan sang puteripun menjerit.
Beng An terbahak-bahak. Tapi ketika ia
melepaskan kekasihnya yang bersemu dadu,
gadis itu melengos maka Puteri Es meloncat dan
berkelebat pergi.
"Beng An, urusan kita masih banyak.
Hayo berangkat dan kita cari ayahmu!"
"Ah, benar, ha-ha Aku ingin ayah segera
melamarmu, moi-moi, kita menikah dan segera
mendirikan rumah tangga baru. Ha-ha, benar,
mari mencari ayah!"1336
"Eit, siapa bilang begitu? Kau menyangka
aku ingin cepat kawin?"
"Ha-ha, bukan, bukan kau. Aku yang ingin
cepat menikah dan jangan bertolak pinggang
begini. Aduh, aku takut!" Beng An yang
menyambar dan membawa kekasihnya lari lalu
mengajak gadis itu melanjutkan perjalanan.
Kekasihnya berhenti ketika ia bicara begitu, malu
dan marah mengira dia merendahkan. Tapi
ketika ia menjawab cepat dan tidak menyinggung
kekasihnya maka gadis ini mau diajak pergi,
tertawa dan sehari itu mereka bergembira lagi.
Perjalanan terasa menyenangkan dan mulailah
sang puteri terbiasa oleh kehidupan luar. Makan
dan minumpun tidak rewel lagi. Perlahan-lahan
dia mulai biasa dengan kehidupan Beng An. Dan
ketika. beberapa hari kemudian mereka
meninggalkan tapal batas paling ujung, daratan
besar mereka injak maka kota dan kehidupan
ramai di-sentuh. Pagi itu sang puteri memasuki
kota Ih-yang. Beng An merasa lapar dan minta
berhenti di sebuah rumah makan. Sebenarnya
mereka berdua mulai berkeruyuk, bau masakan1337
sedap menyambar hidung dan tak terasa sang
puteri memuji kagum. Seminggu ini mereka
hanya makan makanan bersahaja, tak aneh kalau
tiba-tiba merasa lapar mencium bau masakan
dari restoran besar. Tapi ketika di pintu ini Beng
An berhenti dan tertegun, sang puteri ikut
berhenti maka Beng An merah tersipu berkata,
"Celaka, aku tak membawa uang. Kita tak
bisa masuk!"
"Hm, kenapa tidak? Aku masih memiliki
ini, Beng An, sedikit perhiasan dan batu kemala.
Kita dapat menukarnya dan makan di sini."
"Jangan, terlalu berharga! Eh, sebaiknya
ke pasar dulu, moi-moi. Aku ada ide!"
"ide apa?"
"Pokoknya kau tahu. Ayo ke sana dulu
dan jangan berikan itu!"
Beng An mendorong dan menyuruh
kekasihnya rnenyimpan perhiasannya, tiga butir
batu kemala dan pemuda ini cepat mengajak.
Langkahnya ini tentu saja diikuti pandang mata
heran dan pelayan yang sudah nenyambut
menjadi bengong. Beng An tampak tidak perduli.1338
Dan ketika ia meninggalkan rumah makan dan
menuju tengah kota, pusat keramaian di mana
terjadi jual beli barang maka di sini pemuda itu
celingukah mencari-cari.
"Kau mencari apa," sang puteri berbisik.
"Tindakanmu aneh sekali, Beng An. Ada apa ke
sini."
"Sst, lihat toko kain itu. Hm, majikannya
ada di situ dan biar kau di sini dulu. Aku ke sana!"
Beng An melangkah lebar dan meninggalkan
kekasihnya. Sang puteri terkejut tapi pemuda itu
sudah melangkah jauh, terpaksa ia menunggu.
Dan ketika ia terbelalak mengawasi Beng An,
penasaran dan ingin tahu maka sang puteri
mengerahkan tenaga mendengarkan
percakapan di sana. Ternyata Beng An
menawarkan tenaga!
"Loya (tuan), bisakah kau menolong aku
sedikit. Berapa kau berani bayar kalau barang di
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kereta itu dapat kubawa sekaligus!"
Laki-laki tua berpakaian sutera itu
terkejut. Dia berada di depan tokonya ketika
Beng An tiba-tiba datang. Di luar toko sebuah1339
gerobak sedang menurunkan barang-barangnya,
tak kurang dari tujuh orahg kuli pengangkut.
Maka ketika ia membalik dan tentu saja
membelalakkan mata, seorang pemuda
berpakaian petani datang menawarkan tenaga
tiba-tiba ia terkekeh. "Heh-heh, kau dari dusun
mana? Kau mencari pekerjaan?"
"Benar, loya, aku orang baru di tempat
ini. Aku, hmm.... aku dapat membawa segerobak
barang-barangmu itu sekali angkat. Berapa upah
yang kuterima dan bolehkah kukerjakan!"
"Sekali angkat? Ha-ha-heh-heh! Kau
membual, anak muda. Dua ekor kudapun tak
mampu membawanya sekaligus. Kau gila. Jangan
membual di sini dan pergilah. Lihat tujuh orang
itu saja mandi keringat!"
"Hm,, berat mana dengan ini?" Beng An
tiba-tiba mengangkat sebuah patung singa yang
tertanam di Iantai, seketika jebol. "Kalau itu lebih
berat biarlah aku mengaku kalah, loya. Tapi kalau
tujuh orang itu mampu menerima ini aku boleh
Pergi!" Gegerlah orang-orang di sekitar. Sang
juragan tampak terpekik dan meloncat mundur.1340
Patung singa-singaan itu besar dan berat. Kalau
tertanam di lantai paling tidak membutuhkan
sepuluh ekor kuda untuk mencabutnya. Maka
ketika ia terpekik dan berseru kaget, Beng An
tertawa maka tujuh kuli panggul rnenghentikan
pekerjaan dan kaget melihat itu.
"Hei, anak muda itu menjebol patung.
celaka, ia membuat onar!"
"Tunggu...!" sang juragan tiba-tiba
berseru mengangkat tangan. "Anak muda ini
ingin menggantikan kalian, A-siong. Katanya
sanggup mengangkat segerobak kain itu sekali
jalan. Biar ia kucoba dan kalian mingirlah!"
"Hm, nanti dulu," Beng An tersenyum.
"Berapa kau berani bayar, loya. Kalau cukup
kulakukan tapi kalau tidak lebih baik mencari
yang lain".
"Tunggu, nanti dulu! He-he.... aku
membayarmu sepuluh tail. Ya, sepuluh, tail. Kau
berani angkat?"
"Sepuluh tail?" Beng An mengerutkan
kening. "Kau tak pandai menghargai tenaga1341
manusia, orang tamak. Ongkos itu paling-paling
untuk seorang kuli. Kau mempergunakan tujuh!"
"Ha-ha, kalau begitu dua puluh. Ya, dua
puluh tail!"
"Tidak, aku minta tujuh puluh tail dan
nanti kuangkat. Sama dengan mereka."
"Wah, tidak bisa. Aku rugi. Kau,
eh...tunggu!"
Beng An memutar tubuh dan berjalan
pergi, ulahnya sudah menarik perhatian orang
banyak. "Jangan pergi dulu, anak muda. Tunggu!
Baiklah.... baik, kubayar kau tujuh puluh tapi
buktikan sekarang!"
Beng An berhenti, tertawa. "Kau siap ?"
"Tentu, dan tujuh puluh tail untukmu!"
"Kalau begitu berikan uangnya, atau aku
mencari lain."
Sang juragan buru-buru menghitung
uang. la telah melihat Beng An melirik juraganjuragan lain dan ia tak ingin kehilangan, cepat
uang itu dihitung dan di-berikan. Dan ketika
Puteri Es berkerut kening melihat itu, Beng An1342
merampas rejeki orang lain maka pemuda itu
tertawa menerima.
"Heii, kalian kubagi separoh. Tiga puluh
lima untukku dan tiga puluh lima untuk kalian!"
Tujuh orang itu terkejut. Mereka semula
merasa marah dan siap menghadang pemuda itu
yang dianggap merebut rejeki. Siapa tak panas
kalau bagian masing-masing mendadak
dirampas. Bagaimana anak isteri mereka nanti.
Tapi ketika Beng An melemparkan tiga puluh lima
tail itu dan menyimpan sisanya untuk sendiri,
ditangkap dan membuat orang-orang ini
tertegun maka pemuda itu sudah menghampiri
gerobak dan sekali ia berseru keras maka
gerobak dan isinya diangkat. Persis seorang
raksasa mengangkat sebuah mainan anak-anak!
"Hayo, di mana ini kuletakkan, loya. cepat
dan aku ingin mencari lain!"
Gemparlah seisi pasar. Beng An
mengangkat segerobak penuh kain-kain sutera
yang beratnya tak kurang dari tiga ribu kati.
Begitu mudah dan gampangnya pemuda itu
menunjukkan kepandaian. Dan ketika si juragan1343
terbelalak kaget tapi sorak dan tepuk riuh
menyadarkannya, semua orang. kagum maka
juragan itu tergopoh-gopoh berseru terkekeh.
"Di sana, di sudut itu. Heii, letakkan di
dalam gudang di balik pintu!"
Beng An tersenyum dan melangkah lebar
membawa beban yang berat ini. Dia tak merasa
berat atau capai, gerobak dan isinya itu begitu
mudah diangkat. Dan ketika ia tiba di dalam
gudang dan meletakkan itu di sudut maka sorak
dan tepuk riuh kembali meledak.
"Bummm!" Beng An meletakkan itu
sampai tergetar. Pemilik tertawa-tawa
sementara yang lain tak habis-habisnya memuji.
Puteri Es tersenyum di sana, geli, menganggukangguk. Dan ketika sebentar kemudian tawaran
lain datang, bertubi-tubi maka sepuluh juragan
dilayani dan riuhlah pasar oleh demonstrasi Beng
An. Yang lain mendekati namun Beng An rasa
cukup. Hampir seribu tail berada di tangannya.
Dan ketika ia mengebutkan baju dan berkelebat
ke atas tiba-tiba pemuda itu lenyap melewati1344
kepala banyak orang. Manusia penuh sesak di
situ.
"Cukup, terima kasih, cuwi-loya. Aku
telah mendapatkan apa yang aku inginkan dan
biar yang lain bekerja!"
Untuk kesekian kali pasar gempar Beng
An lenyap seperti iblis dan siapapun tak tahu ke
mana. Sekilas mereka melihat pemuda itu
berputar dan berayun di belandar besi,
berjungkir balik dan lenyap entah ke mana. Dan
ketika sepak terjang pemuda itu menjadi bahan
pembicaraan maka Beng An telah berada di
samping kekasihnya tertawa-tawa.
"Nah, ini uang halal, hasil kerja keras. Ayo
ke restoran itu, moi-moi, dan kau boleh
menghabiskan sepuluh porsi tim ayam, ha-ha "
Puteri Es bergerak dan kagum kepada
kekasihnya ini. Disangkanya tadi Beng An
merebut rejeki para kuli panggul, tak tahunya
pemuda itu membagi hasil hingga adillah masingmasing pihak. Maka ketika ia tertawa dan
berkelebat di rumah makan itu pelayanpun
tertegun melihat kembalinya muda-mudi ini.1345
"Ji-wi (kalian berdua) benar-benar ingin
makan? Kalian tidak pergi lagi?"
"Ha-ha, tadi uangku ketinggalan, bung
pelayan. Sekarang sudah kuambil. Ayo siapkan
masakan paling enak dan kucium bau tim ayam
di sini. Keluarkan resep-mu!"
"Ah, sobat berhidung tajam. Kami tentu
saja memiliki semua yang terbaik. Tapi maaf,
tamu bayar dulu sebagai uang muka!"
Beng An terbelalak. Tiba-tiba ia
menghentikan langkah dan membalik
menghadapi pelayan itu. Ia tak tahu bahwa
pakaian dan capingnya itu menimbulkan
keraguan. Dua muda-mudi ini berpakaian
sederhana meskipun sikap dan pandang mata
mereka bukan sebagai petani. Tapi ketika
kekasihnya menggamit dan tersenyum
mengangguk maka lirik dan isyarat kekasihnya
itu menyadarkannya.
"Ha, kau mengira kami petani miskin?
Baik, ini untuk uang muka, pelayan. Bilang kalau
tidak cukup..cringg!" seratus tail dibuang ke atas
meja dan terkejutlah pelayan itu. Ia tak1346
menyangka uang berceceran sedemikian banyak.
Itu cukup untuk makan dan minum sepuluh
orang, kenyang dan pasti padat. Maka ketika ia
buru-buru tertawa dan meminta maaf, meraih
dan mengantungi uang itu maka lelaki ini
bergegas menuju ruang dalam. Sebagian dari
uang itu ditaruh di kantung yang lain untuk diri
sendiri!
"Hm, menyebalkan. Hidup masih Selalu
seperti ini. Uang dan penampilan lahiriah selalu
nomor satu!"
"Sudahlah, yang penting kita kenyang,
Beng An, dan aku girang bahwa makanan dan
minuman yang kutelan halal. Kau benar-benar
luar biasa!"
"Ha-ha, kaukira aku mau mencuri lagi?
Ah, tidak. Demi kau aku siap kerja keras, moimoi, tapi maaf itulah sementara yang dapat
kulakukan. Kau tak malu aku menjadi kuli
panggul? Juga penjual kayu bakar?"
"Hi-hik, kau lucu, Beng An. Yang kau
lakukan hanya bersifat darurat saja. Kau bukan
seperti itu, kau putera seorang pendekar gagah!"1347
"Ah, aku adalah aku, jangan bawa-bawa
ayahku. Ha,ha.. itu makanan datang, moi-moi,
perutku lapar dan tiba-tiba tak kuat!"
Benar saja pelayan datang dengan
sebuah penampan penuh. Makanan dan
minuman panas ada di situ, juga bak-pao dan
kue-kue serba lezat serta buah-buahan apel dan
pisang. Dan ketika Beng An tersenyum dan
menerima itu maka pelayan bersikap amat
hormat meletakkan semuanya di atas meja.
"Silakan ji-wi nikmati, kalau kurang bisa
tambah."
"Ha-ha, terima kasih. Pergilah dan
biarkan kami berdua!"
Pelayan mundur dan tertawa. Beng An
tak mau banyak bicara lagi dan menyambar
mangkok, diisinya penuh dengan nasi dan ayam
tim. Lalu ketika ia menyerahkan itu kepada
kekasihnya maka sang puteri tersenyum berseri
gembira.
"Kau dulu, laki-laki belakangan. Ayo, sikat
dan habiskan ini, moi-moi. Perutmu lapar!"1348
"Hm, makan yang baik adalah makan
perlahan-lahan. Kalau kau lapar silakan kebut,
Beng An, aku santai-santai saja." Beng An
tertawa. Ia sadar bahwa gadis ini adalah Puteri
Es, gadis ningrat yang tak mau memalukan
istana. Maka ketika gadis itu makan perlahanlahan dan tenang kalem, sementara ia terlanjur
lahap maka mulutpun ditahan dan mengikuti
kekasihnya itu.
"Sial, aku lupa. Maaf, moi-moi, aku-pun
harus kalem dan perlahan-lahan. Ha-ha,,,
perutku harus diajar adat!"
Sang puteri tersenyum. Dalam beberapa
hari menikmati suka-duka bersama maka
masing-masing pihak mulai dapat mengerti dan
memahami yang lain. Beng An seorang pemuda
amat bebas yang jarang berpanjang sopan
santun, meskipun bukan berarti pemuda liar
yang tak tahu tata krama. Sedangkan Puteri Es
yang adalah keturunan ningrat, penerus Dinasti
Han maka gadis itu terikat tata sopan santun dan
ikatan budaya istana. Masing-masing berbeda
dalam ikatan tradisi namun bukan berarti1349
berbeda watak. Masing-masing sama-sama
keturunan orang gagah. Maka ketika hal yang
amat mendasar itu didapati masing-masing
pihak, keduanya memberi dan menerima maka
apa yang kurang dalam pribadi mereka segera
diisi. Puteri Es misalnya, kini telah dapat
menyesuaikan diri untuk makan dan minum
seadanya biarpun itu air gunung yang jernih! Tapi
saat mereka makan minum tiba-tiba berderap
delapan ekor kuda. Delapan orang turun di
halaman dan masuklah delapan laki-laki gagah
berpakaian pengawal. Mereka membawa
tombak beronce merah dan baju besi mereka
yang mengkilap berkilauan itu terasa
menyeramkan. Mereka langsung menghampiri
meja Beng An dan terkejutlah pemuda itu ketika
tahu-tahu dikurung. Rumah makan seketika
ribut. Dan ketika satu di antara delapan orang itu
menodong Beng An, tajam menatap pemuda ini
sementara kemudian melirik Puteri Es, tertegun
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bahwa seorang gadis cantik berada di situ maka
pengawal ini membentak,1350
"Kaukah yang membuat onar di pasar?
Kaukah yang menunjukkan kesombongan
dengan pamer kekuatan? He, kami petugas
keamanan diperintahkan menangkap dirimu,
anak muda. Sekarang juga kau menghadap Limtaijin untuk ditanyai hal-hal penting!"
Beng An tiba-tiba tertawa. Gertak dan
cara pengawal ini menakut-nakuti dirinya
membuat Beng An geli. Sejenak saja ia terkejut,
tapi kini sudah tidak. Maka ketika ia berdiri dan
menangkap ujung tombak itu, memutarnya
perlahan maka pemiliknya berseru kaget karena
ujung tombaknya patah.
"Hm, kau. Tak usah mengganggu dan
mencari alasan yang tidak-tidak, pengawal. Siapa
itu Lim-taijin dan apa pula perduliku kepadanya.
Aku tak mau ditangkap dan kalian pergilah....
krak!"
Sang pengawal terdorong. la tak
menyangka sekali putar ujung tombaknya patah.
Gerakan tangan Beng An membuatnya
terhuyung pula. Tapi ketika ia hilang kagetnya
dan berseru keras, tujuh temannya yang lain1351
bergerak maka lima di antaranya menusuk Beng
An sementara dua yang lain menodong Puteri Es.
"Heii, jangan sombong, anak muda. Lihat
gadis ini kami ancam!"
Namun Beng An tertawa geli. Tentu saja
ia tak perlu khawatir karena saat itu juga
kekasihnya menggerakkan tangan perlahan.
Tombak dua orang patah berpeletakan, putus
menjadi dua. Dan ketika ia mengelak dan
menampar lima kali maka tombak-tombak itu
juga patah seperti lainnya.
"Ha-ha, semakin tengik. Pergi dan jangan
mengganggu lagi, tikus busuk, atau tubuh kalian
patah-patah sebagai pengganti.... krak-krakk!"
Beng An membuat gentar semua
pengawal, menendang dan semua berteriak dan
terlemparlah merek8 itu keluar pintu. Wei Ling
juga melakukan hal yang sama dan tiba-tiba sikap
dingin kembali muncul. Wajah gadis ini
membeku. Tapi ketika semua pengawal
bergulingan dan meloncat pergi, Beng An
disangka mengejar maka pemuda ini menahan1352
lengan kekasihnya yang tiba-tiba berubah
bengis.
"Sudahlah, tak guna melayani mereka,
Ling-moi. Sebaiknya kita pergi dan tinggalkan
tempat ini. Hm, makan kita terganggu." "Nanti
dulu, terlalu enak bagi mereka. Pemimpinnya itu
rupanya sombong, Beng An, biar kuberi sedikit
hadiah dan aku justeru ingin tahu siapa itu Limtaijin!"
Beng An terkejut. Kekasihnya
menggerakkan tangan dan sebuah jarum hitam
menyambar cepat, tepat mengenai punggung
dan menembus baju besi itu. Dan ketika laki-laki
itu berteriak dan terjungkal dari kudanya,
ditolong yang lain maka tujuh orang itu menoleh
pada gadis ini dan seketika pucat, cepat
melarikan diri lagi.
"Gagal, kita lapor Lim-taijin!"
Gadis itu mendengus. Kalau saja Beng An
tidak mencekalnya erat mungkin puteri ini
berkelebat ke depan. la siap dengan tujuh jarum
lagi akan tetapi Beng An menahannya. Cukup
seorang itu saja yang luka. Dan ketika Beng An1353
menarik napas dalam dan mencari pelayan
ternyata yang dicari tak ada, yang keluar justeru
seorang laki-laki gemuk yang gemetaran dan
menggigil. Pemilik rumah makan.
"Ampun am.... ampun. lni mencelakai
kami, anak-anak muda. Mereka mereka orangorang berbahaya dari Lim-taijin. Harap kalian tak
usah pergi dan lindungi kami. Nanti rumah
makan ini dihancurkan!"
Beng An mengerutkan kening.
"Dihancurkan? Masa orang tak bersalah di ikut
campurkan"
"Benar, kami, ah...tolonglah, anak-anak
muda. Lim-taijin dan orang-orangnya itu bukan
orang biasa. Mereka menekan. Kalau pergi tentu
aku jena sasaran. Bisa seribu tall disuruh
mengganti. Mati, celaka aku!"
"Hm, siapa sebenarnya orang ini. Masa
kejam terhadap rakyat."
"Sungguh, celaka anak muda, celaka. Limtaijin itu tak akan berhenti kalau orang yang
bermusuhan dengannya tak tertangkap. Ah,
sebaiknya kalian di sini dulu dan biarkan mereka1354
datang lagi atau bantulah aku seribu tail perak.
Itu untuk menahan kemarahan mereka!"
"Seribu tail?" Beng An teringat kerja-nya
yahg susah payah. "Hm, enak dan kurang ajar
sekali, paman gemuk. Kalau benar katamu biar
kuhadapi di sini saja."
"Tidak," Wei Ling tiba-tiba berseru. "Kita
ke sana, Beng An. Kita temui dan hajar mereka.
Aku ingin tahu dan sudah kukatakan siapa itu
tikus busuk itu!"
"Hm, ini persoalan baru kita," Beng An tak
setuju. " Bukan maksudku ingin membuat ribut di
sini moi-moi, ingat bahwa kita ingin cepat-cepet
pulang".
"Aku penasaran", dan gadis itu
memotong. "Dan apa sebab kita tiba tiba di
ganggu,tentu bukan persoalan biasa".
Derap kuda yang amat besar tiba-tiba
terdengar. Debu mengepul tiggi Ketika gadis itu
belum berhenti bicara. Dan ketika wajah-wajah
garang tersembul dari balik kepulan asap putih.
Dari empat penjuru muncul barisan berkuda
amat besar. Tahu-tahu rumah makan itu1355
dikepung. Sepasukan tak kurang dari seratus
jumlahnya membunyikan tombak dan golok.
"Anak muda sombong, kami pasukan
keamanan kota Ih-yang ingin menangkapmu
hidup-hidup. Ini perintah Lim-taijin.
Menyerahlah atau kami membunuhmu!"
Pemilik restoran lari terbirit-birit. Ia tak
jadi membujuk seribu tail itu lagi begitu pasukan
besar itu muncul. La berteriak-teriak. Dan ketika
Beng An mengerutkan kening dan tiga laki-laki
setengah tua muncul di depan sendiri, yang di
tengah memandang dengan kilatan penuh api
maka pemuda ini tertegun karena dia serasa
mengenal kakek garang itu. Setidaknya sepasang
matanya yang mencorong dan amat hebat.
"Hm, siapa kau," Beng An maju dan tidak
main-main lagi, mata itu menunjukan dia
berhadapan dengan orang berbahaya. "Aku dan
kalian sesungguhnya tidak saling mengenal,
kawan. Ada apa ribut-ribut dan hendak
menangkap aku. Apa salahku."1356
"Kau mengganggu, keananan kota Ihyang, dan lebih lagi karena kau adalah, putera
Kim-mou-eng!"
Beng An terkejut. Disebut dan dikenal
dirinya tiba-tiba membuat pemuda ini berdetak.
Aneh bagaimana lawan tahu Tapi ketika ia
menekan perasaannya dan Wei Lihg tampak
heran, melirik Beng maka pemuda ini berbisik
bahwa ia tak mengenal kakek itu, musuh
ayahnya memang banyak.
"Hm, tenang saja. Aku tak mengenal
kakek ini, Wei Ling, tapi agaknya ia tahu ayahku.
Minggir dan hati-hati terhadap serangan gelap!"
lalu membalik dan menghadapi kakek itu lagi
Beng An berkata,sikapnya waspada,
"Orang tua,agaknya kau telah mengenal
aku dengan baiknya,bagus. Sekarang siapa kau
dan cukupbjantankah menyebutkan namamu?.
Aku tak akan ikut begitu saja tanpa sebab sebab
yang jelas , aku seakan mengenalmu !"
" Heh,,heh,,,,kau berhadapan dengan Sin
Sam Yo Cu ( Tiga elang sakti ). Aku adalah Toa yo
cu Tong Kek bocah dan ini dua saudaraku Tong1357
Lai dan Tobg Hu. Kau dan aku belum pernah
bertemu,betul. Tapi aku sudah lama tahu dan
mendengar ilmu tangan dewa pecahan dari Pek
Sian Ciang ayahmu dan kau telah menunjukkan
itubdibpasar. Siapa lagi kalau bukan keluarga
Pendekar Rambut Emas yang coba coba
sombong!"
Beng An terkejut,memang benar bahwa
didalam pasar tadu ia menggunakan tenaga
tangan dewa atau Sin Ciang Kang pecahan Pek
Sian Ciang untuk mengangkat gerobag dan isinya
. Dengan tenaga itu batu sebesar gunung pun
dapat diangkat,maka ketika tiba-tiba ilmunya
diketahui namun ia tak pernah mengenal kakek
ini, Tiga Elang Sakti baru kali itu dilihat maka Beng
An menarik napas panjang berkata mendongkol.
"Kau rupanya mellhat perbuatanku tadi,
aneh, kenapa tidak segera muncul dan mencari
aku. Hm, betapapun aku tak mengenal kau,
orang tua, dan aku juga tak ingin mengikat
permusuhan. Aku tak merasa berurusan dengan
Lim-taijin dan tak merasa membuat ribut di kota
ini. Bukalah jalan dan biarkan aku pergi balk-baik,1358
atau nanti terpaksa aku mempergunakan
kekerasan."
"Ha-ha, seperti ayahnya, sombong! Heh,
aku dan kau memang tak ada urusan apa-apa,
anak muda. Tapi ayahmu berhutang banyak
denganku. Nanti di tempat Lim-taijin kau kuberi
tahu. Menyerah dan ikut baik-baik. Atau aku
mempergunakan kekerasan dan jangan kira
dengan kepandaian ayahmu kau dapat pergi!"
"Hm, tua bongka menyebalkan!" Wei Ling
tiba-tiba terseru, suaranya mengejutkan semua
orang. " kalau kau ingin menangkap kami tak
perlu banyak cakap lagi, elang tua. Maju dan
tangkaplah. Lihat kami akan merobohkan seekor
elang yang sudah rapuh!"
"Kau siapa," kakek itu membentak. "Aku
belum pernah melihatmu tapi Lim-Taijin pasti
suka kepadamu"
"Benar," kakek kedua tiba-tiba berseru
tertawa. "Kalau betina ini dapat kita berikan
taijin tentu upah kita besar, suheng. Apalagi
kalau calon mantu Kim-mou-eng!"1359
"Atau kita pakai sendiri," kakek ketiga
menyeringai dan terkekeh, mencabut sepasang
cakar elang yang ujungnya runcing, kebirubiruan. "Kalau bocan ini dapat kita tangkap
sebaiknya dipakai sendiri, suheng. Aku masih
kuat dan kalian boleh buktikan!".
Semua tertawa. Seratus pengawal yang
berjaga dan mengepung dan semula tegang tibatiba meledak tawanya. Mereka tak tanu bahwa
meraka berhadapan dengan Puteri Es, heran dan
kagum karena di balik pakaian kasar gadis itu
masih cantik dan menonjol kemolekannya.
Tubuh itu singsat dan padat, menggairahkan.
Tapi ketika pengawal tertawa dan kakek itu
terkekeh-kekeh mendadak gadis ini berkelebat
dan lenyap membentuk bayangan cepat
menyambar kakek itu.
"Tua bangka bermulut kotor,..!" Kakek ini
terkejut. Wei Ling yang lenyap dan menyambur
bagai kilat di angkasa benar-benar membuatnya
tersirap. Gadis itu tahu-tahu di depannya dan
dua jari itu menusuk mata, sekali coblos tentu
buta. Dan karena tak ada waktu mengelak1360
kecuali menangkis, sepasang cakar elang itu
bergerak buru-buru maka telapak gadis ini
bertemu cakar elang di tangan lawan.
"Plak !" Lawan terbanting bergulingan. Si
kakek berteriak dan semua pengawal terkejut.
Gerak cepat gadis itu benar-benar luar biasa, tak
aneh karena gadis ini mempergunakan langkah
saktinya Jit-cap-ji-poh-kun, warisan Malaikat Api
yang menjadi andalan penghuni Lembah Es.
Maka ketika kakek Itu terpelanting karena kalah
kuat, telapak halus itu membuat senjatanya
terpental naaka kakek itu pucat meloncat
bangun sernentara gadis itu sendiri sudah
kembali dan berdiri di tempatnya semula,
tertawa.
"Bagaimana, apakah mau minta pelajaran
lagi."
Elang nomer tiga itu merah padam.
Hilang kagetnya berubah menjadi kemarahan,
dua aaudaranya terkejut dan membelalakkan
mata. Mereka jaga tak sempat menolong adik
mereka itu, gerakan lawan amat cepat dan tahu
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tahu sudeh di depan mata. Tapi ketika kakek itu1361
marah dan maju membentak memutar
senjatanya berapi-api. Gebrakan itu belum dapat
dijadikan ukuran untuk kalah atau menang.
"?Gadis siluman, kau tak perlu sombong.
Siapa takut padamu. aku akan menelanjangimu
dan lihat siapa yang minta pelajaran!"
Gadis ini berkilat. Selama hidupnya belum
pernan ada laki laki bicara Seperti itu. Biasanya,
ia selalu di istana dan para pembantunyalah yang
bergerak. kini karena bersama Beng An ia telah
meninggalkan tempatnya, bukan untuk dihina
orang melainkan justeru menghajar orang
macam ini. Maka ketika kakek itu membentak
dan maju menerjang tiba-tiba ia mendengus dan
Beng An melihat kilatan berbahaya pada mata
kekasihnya itu. Sinar membunuh! "Wut!" cakar
elang menyambar namun Wei Ling
menggunakan langkah saktinya berkelit. Cepat
seperti tadi tahu-tahu ia-pun menghilang.
Gerakannya ini mengejutkan lawan dan gadis itu
tahu-tahu berada di belakangnya, lima jari
tangan mengepret tengkuk. Namun ketika lakilaki ini berseru keras dan cepat membalik1362
ternyata ia mampu menangkis, geraknya cepat
dan menandakan bahwa Sam-yo-cu Tong Hu ini
memang bukan orang sernbarangan.
"Plak!" Akan tetapi cakar itu terpental.
Puteri Es sedang marah dan meskipun kakek itu
menambah tenaganya namun gadis ini
mempergunakan Bu-kek-kang, hawa dingin
keluar dari telapaknya dan tahu-tahu menerpa
wajah. Lawan terkejut karena kulit mukanya
menjadi kaku. Dan ketika senjata itu terpental
sementara tangan yang lain masih bergerak
maka kakek ini berteriak dan mernbanting tubuh
menyelamatkan diri.
"Dess!" Tanah menjadi beku dan
mengepulkan uap es. Sekitar lima meter dari situ
orang-orang yang dekat merasa menggigil. Inilah
hebatnya Bu-kek-kang yang dikeluarkan Wei
Ling, padahal belum sepenuhnya gadis itu
mengerahkan tenaga. Dan ketika kakek itu
terguling-guling dan gemetaran di sana,
berketruk maka Sam-yo cu gagal melompat
bangun karena wajah dan seluruh kulitnya beku
oleh hawa pukulan itu.1363
"Uh-uh!" Dua saudaranya berkelebat dan
menolong. Mereka terkejut oleh kehebatan
gadis ini karena benar-benar tak menyangka.
Siapa menduga gadis ini begini. Tapi ketika adik
mereka itu diangkat bangun dan Toa-yo-cu Tong
Kek menepuk-nepuk pundak adiknya,
mengerahkan sin-kang maka kakek itu dapat
berdiri lagi dan pucat memandang gadis itu. Dua
gebrakan lagi-lagi dia kalah!
"Siluman, iblis! Gadis itu... gadis itu
memiliki tenaga Im-kang!"
"Kau tak perlu takut," Toa-yo-cu batukbatuk menahan marah. "Masih ada kami di sini,
Sam-te, ada aku dan kakakmu nomor dua. Kau
terlalu memandang rendah. Majulah dan biar
kau dan kakakmu merobohkan gadis sombong
itu."
"Bagus! " Ji-yo-cu Tong Lai mengangguk
"Aku memang hendak membantu Sam-te,
suheng. Kalau kau dapat menjaga anak muda itu
biar gadis ini bagian kami".
"Majulah," Elang tertua berkata. "Aku di
sini, Ji-te. Kalau anak itu macam-macam aku1364
dapat menghalanginya. Hati-hati, kita belum
tahu benar siapa gadis itu.
Ji-yo-cu Tong Lai berkelebat. la juga
menggenggam sepasang cakar besi dan tiga
bersaudara ini memang rupanya memiliki
kepandaian khas, Beng An lega dan tersenyum
melihat hasil pertandingan itu. Kekasihnya telah
menghajar lawan. Maka ketika ia tenang-tenang
saja melihat kakek kedua maju, jeles hendak
mengeroyok Wei Ling iapun acuh saja dan
mengangguk pada kekasihnya.
"Bagaimana, kau ataukah aku. Kalau kau
tak ingin mengotori tanganmu silakan
beristirahat, moi-moi, tapi kalau kau ingin
menghajar mereka biar aku menajaga di sini."
"Aku akan menghajar mereka,
membunuh orang yang bermulut kotor itu. Biar
kau di sini dan aku yang maju!"
"Baiklah," Beng An mengangguk. Tua
bangka nomor tiga itu memang bermulut kotor,
moi-moi, aku juga tak senang dan kau lukai saja,
tak perlu membunuh. Hajar agar tahu adat!"1365
Gadis ini tersenyum dingin. la bergerak
dan berhenti ketika dua orang itu maju dengan
sikap mengancam., Tak ada basa-basi di antara
mereka. Tapi ketika Ji-yo-cu Tong Lai
menyip?tkan mata ternyata ia bertanya dulu
nama gadis itu.
"Aku enggan merobohkan lawan yang tak
mempunyai nana. Sebutkan siapa kau atau
gurumu . Nah, cepat atau aku tak sabar!"
"Namaku terlalu besar, tua bangka
macam kalian tak perlu tahu. Nah, anggap saja
aku Dewi Kematianmu, Ji-yo-cu dan cepat agar
kukirim nyawamu ke neraka!"
Kakek ini terbeliak. Sikap dan kata-kata
itu membuatnya marah. Maka mendengar gadis
itu tak mau menjawab malah justeru
menghinanya kontan ia berseru keras dan cakar
besi di kedua tangannya bergerak dan tahu-tahu
menyambar wajah Wei Ling. Dan bersamaan
dengan seruan itu Sam-yo-cu pun bergerak dan
menyerang dari samping.
"Plak-dess!" Akan tetapi yang dilakukan
gadis ini benar-benar luar biasa. Wei Ling tidak1366
berkelit atau mengelak melainkan menangkis
dengan sepasang lengannya. Ujung lengan baju
itu berkibar dan tepat sekali menghantam cakar
baja, membuat Sam-yo-cu menjerit dan
terpelanting namun Ji-yo-cu kakaknya tidak.
Kakek nomor dua itu hanya terhuyung dan
mampu menahan Bu-kek-kang. Dan ketika kakek
itu menggereng dan melompat lagi, ternyata
lebih kuat dari adiknya maka kakek ini menerjang
dan Wei Ling mengelak ke kiri kanan ketika cakar
baja itu menyambarnya, apalagi ketika sang adik
bangkit dan menyerang lagi, mengeroyok dan
empat senjata di tangan mendesing dan
menderu-deru menutup segala penjuru. Orang
biasa tentu sibuk menghadapi ini namun bukan
bagi Puteri Es. Gadis itu mempergunakan
langkah-langkah saktinya untuk berkelit,
membentak dan membalas dan tiba-tiba
tubuhnya lenyap berkelebat. Sam-yo-cu tak tahu
ke mana lawan namun tiba-tiba tengkuknya
tertampar. Sebuah ledakan terdengar dan
berteriaklah kakek itu terbanting. Tubuhnya
seketika beku. Putih kebiruan seperti es. Namun1367
ketika Toa-yo-cu Tong Kek berkelebat dan
mengusap-usap adiknya itu, menepuk dan
memijat maka kakek ini bangun lagi dan
terkekeh-kekeh. Ada semacam uap hijau dari
tangan kakaknya tadi ketika mengusap-usap
tubuhnya. Ilmu hitam!.
"Heh-heh, kau tak dapat membunuhku.
Ayo, pukul dan robohkan aku lagi, gadis siluman.
Seribu kali mati seribu kali itu pula aku hidup,
..ha-ha"
Wei Ling terkejut. Sesungguhnya ia telah
menghantam dengan Bu-kek-kang setengah
bagian dan kakek itu pasti tewas. Pukulannya
tadi tidak main-main, ia benci kakek ini. Namun
ketika lawan bangkit lagi dan itulah hasil kerja
Toa-yo-cu Tong Kek, Elang Pertama maka gadis
ini terbelalak dan penasaran. la berkelit dan
menghindar dari serangan ke bawah perutnya
dan majunya Sam-yo-cu yang terkekeh-kekeh itu
membuatnya merah. Sambaran cakar baja
dikelit, Ji-yo-cu berteriak kecewa namun secepat
itu ia memindahkan kaki mempergunakan
Tujuhpuluh Dua Langkah Saktinya untuk1368
mendekati Sam-yo-cu. Dan ketika kakek ini
terkejut namun menggerakkan sepasang
cakarnya, dipapak dan terpental oleh Bu-kekkang maka Puteri Es menendangnya dan tepat
sekali perut lawan terkena kakinya.
"Buk..!" Sam-yo-cu menjerit terlempar.
Jelas ia menggeliat dan roboh di sana, tak bangun
lagi. Tapi ketika Toa-yo-cu berkelebat dan
mengusap adiknya lagi maka kakek itu bangun
kernbali dan maju menerjang.
"Ha-ha-heh-heh... Kau boleh bunuh aku,
gadis siluman. Tapi kakakku akan
menyembuhkan aku lagi. Ha-ha..kau akan
roboh!"
Wei Ling berubah. Bukan hanya gadis itu
yang menjadi pucat melainkan Beng An yang ada
di situ juga membelalakkan matanya. Pemuda ini
terkejut sekali karena ia mengenal gaya usapan
itu, tiupan di ubun-ubun dan sedikit mantra
ketika berkemak-kemik. Su-siang-sin-kang! Dan
ketika dia terbelalak dan pucat memandang
kakek itu, Toa-yo-cu maka Beng An mengenal
bahwa pandang mata kakek itu adalah pandang1369
mata bekas gurunya yang jahat, Poan-jin-poankwi. "Ah, kau kiranya!" Beng An membentak
dan berkelebat menyambar, kakek itu juga
memandangnya. "Kau merasuk di tubuh orang
lain, kakek iblis. Kau mengganggu aku lagi.
Keparat!"
Pengawal terheran dan terkejut oleh
Seruan itu. Beng An seakan bicara dengan orang
lain padahal jelas ditujukan kepada Toa-yo-cu.
Tak ada orang ketiga di situ. Dan ketika pemuda
ini berkelebat dan Si kakek terkekeh, aneh sekali
suara kakek itu berubah maka Toa-yo-cu berkelit
menangkis cengkeraman Beng An. Tawanya
tinggi dan seperti kuda meringkik.
"Heh-heh, herrr! Bagus kau mengenalku,
Beng An. Kau murid murtad tak tahu adat. Kau
membunuh gurumu"
Orang semakin tercengang lagi. Toa-yocu sudah bersikap lain seperti guru yang marah
kepada muridnya, berkelit dan menangkis dan
terdengarlah benturan keras ketika
cengkeraman Beng An ditangkis. Dan ketika1370
pemuda itu menerjang lagi sementara lawan
mengelak dan membalas maka si kakek tiba-tiba
lenyap dan berubah menjadi segulung asap
hitam tebal.
"Ha-ha-heh-heh! Kau semakin lihai dan
tangkas. Bagus, eiitt. apa macam pukulanmu ini,
Beng An. ltukah Ping-im-kang. Ha-ha, tenaga Inti
Esmu hebat...".
"Dess!" pengawal terjungkal dan roboh
berpelantingan. Kali ini benturan demikian hebat
hingga suaranya saja mirip gunung meletus,
dahsyat menggelegar meringkiklah puluhan kuda
oleh gentar dan takut. Dan ketika semua
pengawal menjadi panik dan kaget, Toa-yo-cu
bergerak seperti asap berpindah-pindah maka
Beng An meledakkan tangannya dan lenyaplah
pemuda itu berubah menjadi gulungan asap
putih. Beng-tau-sin-jin! Dan segera dua asap
hitam dan putih tebal itu bergulung-gulung
menjadi satu, saling belit dan terjang hingga
masing-masing terpental dan terdorong mundur.
Beng An kaget sekali menemui bekas gurunya di
situ, atau lebih tepat menemui roh gurunya1371
memasuki tubuh Toa-yo-cu. Entah bagaimana
orang ini memiliki Bu-siang-sin-kang bertemu
Poan-jin-poan-kwi itu. Tapi karena kejadian
begini tentu dapat terjadi hanya karena tapa,
atau samadhi khusuk di tempat-tempat setan
maka Beng An maklum bahwa Toa-yo-cu adalah
seorang ahli tapa dan secara kebetulan bertemu
bekas gurunya itu, mendiang Poan-jin-poan Kwi
yang amat jahat dan Bu-siang-sin-kang (ilmu
Sakti Tak Berwujud) yang dimiliki kakek itu
membuat sepasang kakek itu hanya mati badan
kasarnya saja. Roh atau badan halusnya masih
melayang-layang, gentayangan dan sewaktuwaktu dapat berpindah dan masuk ke badan
orang lain. Hanya mereka-mereka yang khusuk
dan kuat tapa saja yang dapat menerima roh
Poan-jin-poan-kwi. Ini membuktikan betapa Toayo-cu adalah seorang gemblengan. Maka ketika
roh itu memasuki tubuhnya dan kini seluruh
kepandaian atau kesaktian Poan-jin-poan- kwi
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
muncul, terdapat di pribadi kakek ini maka Beng
An menggigit bibir karena tak ada jalan lain
kecuali melenyapkan roh itu dengan membunuh1372
Toa-yo-cu, padahal sesungguhnya ia tak kenal
kakek ini yang mungkin dulunya dikalahkan
ayahnya, orang yang memusuhi ayahnya.
"Bagus, kau licik. Jahat dan kejam sekali
kalian berdua, Poan-jin-poan-kwi. Kalian muncul
dan mempergunakan wadag orang .Hayo keluar
atau aku melenyapkanmu!"
"Ha-ha-heh-heh, dulu kau sudah
membunuhku, Beng An. Giliranmu untuk
kubunuh dan lihat apa hukuman bagi seorang
murid murtad. Kau harus dihajar!"
"Dan kau menggigit leherku, kau
menyedot darahku. Heh-heh, kini aku akan ganti
menggigit lehermu, Beng An, dan meneguk
darahmu agar kami dapat kembali ke bumi. Hehheh, tak ada lagi orang yang dapat
melindungimu!"
Wei Ling terkejut dan membelalakkan
matanya. Setelah Beng An bergerak dan
menyerang Toa-yo-cu maka Sam-yo-cu yang
ditampar dan kembali menerima sebuah pukulan
terjengkang. Gadis ini marah menembah tenaga,
sepasang cakar baja itu hancur dan akhirnya1373
patah-patah bertemu ujung jarinya. Dan ketika
kakek itu menjerit dan minta tolong kakaknya, di
sana sang kakak bertanding dengan Beng An
maka kakek itu roboh dan tulang dadanya yang
pecah ditempar gadis ini membuat kakek itu tak
bergerak-gerak lagi. Dan kontan Ji-yo-cu si kakek
nomor dua pucat.
"Suheng, tolong aku. Sute roboh!"
"Heh-heh, lempar adikmu ke sini Tong
Lai. Anak muda ini tak dapat kami tinggalkan."
"Begitukah? Baik!" dan Tong Lai yang
menendang adiknya lalu sibuk mengelak
tamparan Wei Ling yang membekukan tulang.
Bu-kek-kang menyambar namun kakek itu
terhuyung. Akan tetapi ketika di sana Beng An
mengibas dan mayat itu terhenti lagi maka kakek
itu terbelalak dan marah sekali, membalik dan
menghadapi Wei Ling yang tertawa dingin.
"Elang tua, adikmu sudah mampus.
Percuma kau berteriak-teriak karena sebentar
lagipun kau menyusul!" Kakek ini mengeluh. la
terhuyung dan jatuh bangun menerima pukulan
Puteri Es, namun daya tahan tubuhnya ternyata1374
kuat sekali. Samar-samar ada uap hijau keluar
dari punggungnya. Wei Ling mengerutkan
kening. Dan karena di Lembah Es juga terdapat
ilmu-ilmu gaib untuk menandingi tingkah laku
orang-orang Pulau Api maka gadis ini maklum
bahwa kakek itu memiliki Semacanm ilmu ini
rupanya baru dalam taraf belajar tapi ternyata
mampu menghadapi Bu-kek-kang. Dari sini saja
dapat diketahui bahwa lawan memang cukup
hebat. Gadis itu tak tahu bahwa menghadapi
tanda-tanda Bu-siang-sin-kang, ilmu di daratan
Tiongkok yang dulu dimiliki sepasang kakek iblis
Poan-jin-poan-kwi, dedengkot para siluman atau
kaum hitam. Maka ketika ia kagum namun
berkali-kali lawan jatuh bangun, Bu-kek-kang dan
langkah saktinya Jit-cap-ji-poh-kun tak dapat
ditandingi lawan akhirnya kakek itu berteriak dan
seratus pengawal yang ada di situ disuruh maju.
Akan tetapi kakek ini tertegun. Pengawal, yang
tadi berada di situ mengepung rapat ternyata
roboh bergelimpangan . Hawa pukulan Beng An
yang menyambar-nyambar dan bergulung naik
turun dengan pukulan Poan-jin-poan-kwi tak1375
dapat dihadapi pengawal itu. Jangankan mereka.
Wei Ling dan Ji-yo-cu sendiri terkejut oleh bau
amis dan pukulan dingin. Pukulan itu jelas dari
Beng An tapi bau amis itu dari lawan. Dan ketika
bau itu semakin tajam dan membuat perut ingin
muntah-muntah maka gadis ini menahan dengan
sinkangnya. Sementara Ji-yo-cu terganggu dan
tampak menutupi hidung. Kakek ini tak tahan
dan gerakannya menjadi kacau. Hal itu
membuatnya terdesak dan akhirnya satu dari
sepasang cakarnya mencelat. Tamparan Bu-kekkang itu mengenai pergelangannya. Dan ketika ia
terpelanting sementara Beng An semakin seru di
sana maka Wei Ling berkelebat dan satu jarinya
menusuk dahi kakek ini yang bergulingan dan
hendak meloncat bangun.
"Cep!" Wei Ling terkejut. Lawan berteriak
namun dahi itu dilindungi semacam kekuatan
gaib, membal dan membuat jarinya terpental
meskipun kakek itu terbanting lagi. Dan ketika ia
tertegun dan mengejar, mental dan lawan
mendekati pertempuran di antara Beng An tiba-1376
tiba Ji-yo-cu berteriak melempar sisa senjatanya
kepada gadis itu.
"Suheng, kau bantu aku atau nanti
mampus!"
Toa-yo-cu mengeluarkan tali panjang dari
balik gulungan asap hitam. la membentak dan
tali tahu-tahu meluncur ke leher kakek ini
menjerat dan melempar tinggi-tinggi dan tubuh
Ji-yo-cu terbawa naik, begitu tinggi dan melewati
asap hitam untuk tahu-tahu melayang melewati
rumah-rumah penduduk. Begitu kuat dan
dahsyat lemparan itu hingga Ji-yo-cu sendiri
terpekik. la kaget namun terbang melewati
semuanya, kembali ke gedung Lim-taijin. Dan
ketika ia hilang di antara rumah-rumah
penduduk, Wei Ling tertegun maka Beng An
berseru keras melepaskan pukulan dahsyat.
"Poan-jin-poan-kwi, kau rupanya hendak
beralih wadag. Berhenti dan kuringkus kau!"
Kakek itu tertawa bergelak. Asap hitam
meledak dihantam asap putih, Toa-yo-cu muncul
lagi namun dalam muka yang lain, wajahnya
beringas dan seperti iblis. Dan ketika ia jatuh1377
dikejar Beng An bergulingan menjauh maka
pemude itu tak mau melepas lawan berseru pada
kekasihnva.
"Ling-moi,lawanmu itu. Tangkap dan
jangan biarkan ia lolos!"
"Kenapa?
"Iblis hendak melarikan diri, rohnya siap
meloncat. Tangkap lawanmu itu dan jangan
dimasuki olehnya!"
Gadis ini bingung. "Beng An, kau bicara
apa. Siapa yang kau maksudkan?"
"Ah, dua roh jahat mengeram di tubuh
kakek ini moi-mpi. Toa-yo-cu dipergunakan
wadagnya. Awas mereka lari dan cepat tangkap
Ji-yo-cu itu...blarr!"
Beng An mengelak dan menangkis
dengan Ping-im-kang namun granat hitam itu
terlanjur meledak. Di saat bergulingan kakek
melempar senjata maut. Dan ketika Beng An
mendorong k?kasihnya menyelamatkan diri,
kesempatan itu dipergunakan lawan maka kakek
itu meloncat bangun dan terkekeh, melarikan
diri.1378
"Heh-heh, kau busuk tapi berotak cerdas.
Tak rugi kami pernah menggemblengmu Beng
An. Tapi lihat bagaimana kau menangkap kami!"
Beng An meloncat bangun. Capingnya
terlempar namun ia menyambar kembali, bukan
dipakai di kepala melainkan dilontar ke
punggung lawan. Toa-yo-cu yang berisi Poan-jinpoan-kwi itu hendak melarikan diri, Beng An
mencegah. Maka ketika daya lontarnya demikian
hebat dan kakek itu berteriak, caping hancur
bertemu punggung maka kakek ini tergulingguling nanun meloncat bangun dan melarikan
diri lagi.
"Keparat, kau hebat. Aku akan
menangkap dan meringkusmu, Poan-jin-poan
kwi. Kemanapun kau bersembunyi ke situ aku
mengejar!" dan Beng An yang berkelebat
mengejar kakek ini tiba-tiba berseru pada
kekasihnya, "Moi-moi, cari dan tangkap kakek
yang satu itu. Jangan biarkan ia lolos. Mereka
ahli-ahli tapa yang mewarisi Bu-siang-sin-kang.
Cepat dan tangkap dia!"1379
Wei Ling bingung. Beng An bergerak dan
mengejar ke barat sementara Ji-cu tadi ke timur.
Kalau ia menuruti permintaan ini berarti mereka
berpisah, dia tak senang. Tapi mendengar
tentang ilmu gaib Bu-siang-sin-kang dan ia
merinding namun tertarik, di daratan besar
ternyata banyak orang-orang hebat maka
terpaksa ia bersungut dan menggerakkan
kakinya, apa boleh buat berpisah dengan
kekasihnya dan sekali ia menggerakkan kakinya
lenyaplah ia dari situ. Gadis ini menuju gedung
Lim-taijin, mencari atau mencium jejak dari debu
yang ditinggalkan lawan. Dan sementara ia
menuju tengah kota justeru Beng An berkelebat
dan mengejar keluar kota!. Pemuda ini kaget
sekali bahwa Poan-kan-poan kwi menyusup ke
dalam badan seorang. Sebagai bekas murid
kakek-kakek iblis itu tentu saja dia tahu
bagaimana dan apa artinya Kakek itu hendak
membuat onar di dunia, lewat wadag orang lain.
Maka ketika ia mencium usapan Bu-siang-sinkang dan itulah ilmu gaib warisan Poan-jin-poankwi, kakek itu telah tewas di tangan kakaknya1380
namun rohnya masih gentayangan dan mencari
sarana di bumi tentu saja Beng An pucat dan
tidak membiarkan ini. Dia tahu kelemahan Busiang-sin-kang dan karena itu akan dikejar dan
ditangkapnya lawan. Kelemahan Bu-siangsinkang terletak di leher depan, di daerah jakun
dan kalau ia menggigit dan menghisap itu maka
Bu-siang-sin-kang lumpuh. Tulang rawan di leher
depan ini pusat kekuatan Bu-siang-sin-kang,
hanya dia yang tahu. Maka ketika ia mengejar
dan akhirnya membentak kakek itu, Toa-yo-cu
sudah berobah pribadi maka dari belakang Beng
An melepas bajunya dan sekali ia menggerakkan
itu ke bawah maka kaki lawan terbelit.
"Robohlah!" Lawan terkejut. Beng An
membelit dan mengerahkan Ping-im-kang hingga
baju itu seperti gulungan baja, kuat dan dingin
dan tergulinglah kakek itu ke depan , Dan karena
pemuda itu menubruk dan cepat menangkap, tak
menyia-nyiakan kesempatan maka Beng An
mencekik dan memeluk tubuh itu.
"Kakek iblis, keluar dan terkurunglah
kalian. Lihat apa yang kubawa ini!"1381
Sebuah benda dicabut keluar dan itulah
sebuah botol dari bekas arak yang telah
diminum. Beng An bukan kebetulan membawa,
melainkan menyambarnya dari rumah makan
tadi. Cepat dan marah menyodokkan tutup botol
ke mulut, terus membungkam kakek itu yang
tersentak dan tentu saja kaget bukan main. Dan
ketika ia meronta namun Beng An memeluk kuat,
pemuda ini menggerakkan rahangnya maka di
saat sama-sama bergulingan pemuda itu
mendekatkan mulut dan...cep, gigi Beng An
menancap kuat di jakun lawan, menggigit,
pecah!
*** Koleksi Kolektor Ebook1382
"PUTRI ES"
( Lanjutan Rajawali Merah )
Karya Batara
Jilid XXIII
* * * "AUGHHHH...!!!"
Teriakan atau gema dahsyat itu
menggetarkan bumi. Beng An yang telah
menggigit dan menghisap leher lawan menyedot
kuat-kuat. Darah bagai membanjir ke mulutnya.
Tapi ketika lawan terbeliak dan roboh
menggeliat, asap hitam keluar dari lubang telinga
maka pemuda itu terkejut karena roh Poan-jinpoan-kwi tak memasuki botolnya. Dua kakek licik
itu lolos lewat telinga.
"Keparat!" Beng An melepaskan lawan
membentak kakek itu. Toa-yo-cu sendiri sudah
roboh dan tewas dan pembantu Lim-taijin itu tak
bergerak-gerak lagi. Ia menjadi korban dari
kemarahan Beng An. Tapi karena Beng An gagal
memasukkan roh itu ke dalam botol, dua kakek1383
iblis itu melarikan diri lewat lubang telinga maka
pemuda ini meloncat dan dua asap hitam itu
tiba-tiba memencar, satu ke kiri satu ke kanan.
Hal ini membuat Beng An tertegun karena ia
dipaksa memilih, mengejar yang kanan atau yang
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kiri. Namun ketika ia menggigit bibir mengejar
yang kiri, asap yang lain lolos dan lenyap maka
pemuda itu membentak melempar caping
bambunya.
"Kakek jahanam, siapapun adanya kau
namun kali ini harus roboh di tanganku. Berhenti
dan jangan harap mendapat ampun!"
Caping itu menyambar dan mencegat
jalan lari si asap hitam. ltu adalah roh satu di
antara Poan-jin-poan-kwi kakak beradik, entah
Poan-jin atau Poan-kwi. Dan ketika dengan
tenaga putarnya Beng An membuat caping
menakup, si asap terkejut dan bergerak
mengelak maka Beng An menggerakkan botol di
tangan kirinya menyambar asap itu.
" Masuklah " Roh ini terkejut. Jelas ia
menghindar namun tutup botol memapaknya,
tepat dan tanpa ampun lagi ia amblas di botol1384
arak itu. Dan ketika dengan cepat Beng An
menutup botolnya, terdengar suara aneh seperti
tikus mencicit maka pemuda itu menangkap atau
menjebloskan musuhnya ini ke dalam botol.
Persis Aladin dengan botol ajaibnya. "Nah,
rasakan kau!" Beng An melepas geram
menyumbat botol itu, erat-erat. "Kau tak dapat
ke mana-mana lagi, kakek jahat. Sekarang tinggal
saudaramu dan kubuat kalian tak dapat berkutik
lagi seumur hidup!"
Botol berguncang namun Beng An
menyimpannya di saku, la tak tahu apakah
tangkapannya itu Poan-jin atau Poan-kwi.
Namun karena satu di antara dua roh jahat itu
telah disimpan, sekarang ia tinggal mencari yang
lain mendadak terdengar jerit di dalam kota.
Suara Wei Ling!
"Aiihhhhh..!" Hanya telinga Beng An yang
mampu menangkap itu. Pemuda ini memutar
tubuh dan tiba tiba kembali, terbang memasuki
Ih-yang. Dan ketika ia berkelebat dan menuju
asal suara, pintu gerbang dilewati bagai siluman
saja maka di timur kota, di dekat sebuah gedung1385
besar kekasihnya itu sedang bertanding dengan
Ji-yo-cu. Kakek yang kini tampak gagah dan
perkasa!
"Ha ha , kau tak dapat membunuh aku.
Ayo, kejar dan serang aku lagi, anak manis. Atau
habiskan tenagamu dan menyerah baik-baik...
des-dess!"
Wei Ling terhuyung dan membeliakkan
mata karena Bu-kek-kangnya yang dingin itu tak
mampu merobohkan lawan. Ji-yo-cu yang
tadinya terhuyung-huyung dan jatuh bangun itu
mendadak sekarang kuat sekali. Bu-kek-kangnya
disambut dan ia terpental. Dan ketika ia menjerit
dan melengking, saat itulah Beng An berkelebat
maka pemuda ini maklum bahwa itulah roh jahat
Poan-jin-poan-kwi yang telah memasuki tubuh Jiyo-Cu. Saudara dari roh di dalam botol itu ada di
sini.
"Moi-moi, minggirlah. Ini bagianku dan
biar kuhadapi!" Beng An tak mau menunggu
lama-lama lagi dan melesat ke depan. la maklum
bahwa kekasihnya tak banyak berhasil. Hanya
dialah yang mampu karena kakek-kakek jahat itu1386
bekas gurunya. Maka ketika Wei Ling terhuyung
didorong mundur, gadis ini pucat dan jatuh
terduduk maka Beng An berkelebat dan
menampar lawannya itu, mengerahkan Ping-imkang.
"Plak-plak!" Dua kali tamparan mengenai
pundak. Akan tetapi ketika Ji-yo-cu hanya
terhuyung dan melotot marah, Beng An
terbelalak maka pemuda itu berkelebat lagi
menyerang marah, kali ini memperlihatkan
giginya menerkam leher. Hanya itu kelemahan
Bu-siang-sin-kang.
"Kakek iblis, bersiap dan robohlah kau.
Hanya aku yang tahu kelemahanmu!"
Lawan pucat. Melihat Beng An
memperlihatkan giginya dan serangan ditujukan
ke leher, pemuda itu siap menggigit dan
menghancurkan Bu-siang-sin-kang maka kakek
itu meloncat dan mengelak. Ia membentak
marah namun Beng An mengejar. Ke manapun
lari tetap juga diburu. Dan ketika ia menghantam
namun Beng An menangkis, jari bergerak dan
menangkap ujung baju maka secepat itu Beng An1387
tak menyia-nyiakan kesempatan dan... bress,
dua-duanya terguling jatuh dan Beng An meraih
leher untuk menggigit daerah lemah itu.
"Keparat, aughhh..." Si kakek meronta
namun gigi Beng An telah menancap di sini. Beng
An menerima pukulan namun mengerahkan sinkang, menggigit dan terus menghisap sampai
terdengarlah raung mengerikan yang panjang.
Dan ketika kakek itu bergulingan dan meronta
menendang-nendang, tetap digigit dan tak
dilepaskan lehernya maka Wei Ling tertegun
melihat kekasihnya itu seperti orang kesetanan
tak mau sudah menghisap dan menancapkan gigi
seperti lintah sampai akhirnya kakek itu tak
bergerak lagi. Beng An tak melepaskan lawan
sampai rohnya keluar. Namun ketika asap hitam
itu benar-benar keluar, lagi-lagi melalui lubang
telinga maka Beng An terkejut ingat botolnya.
Tak mungkin mempergunakan botol yang sudah
terisi karena kakek di dalam itu bakal keluar.
"Wei Ling, carikan botol baru..!" Gadis itu
terkejut. Beng An berteriak sambil menubruk
asap hitam yang keluar dari lubang telinga Ji-yo-1388
cu itu. Kakek itu akhirnya tewas. Tapi ketika ia tak
tahu di mana harus mencari botol, asap itu
bergerak dan lenyap melalui bangunan dan
pohon-pohon besar maka Beng An meledakkan
kedua tangannya dan lenyap pul?.
"Beng An!" Gadis ini semakin terkejut
saja. la telah bertempur dengan Ji-yo-cu ini dan
hampir menangkap ketika tiba-tiba sesuatu
melesat ?i telinga kakek itu. la tak tahu bahwa
itulah roh jahat Poan-jin-poan kwi, satu di antara
dua asap hitam yang lolos ditangkap Beng An.
Dan ketika kakek itu tiba-tiba menjadi lihai,
menangkis dan menolak Bu-kek-kangnya maka
Wei Ling menjadi kaget sampai akhirnya
lengkingannya terdengar Beng An. la telah
menemukan lawannya itu di gedung Lim-taijin,
pengawal dan pembantu pembesar itu datang.
Tapi ketika dengan mudah ia menghalau orangorang itu, mengejar dan tetap memburu
lawannya maka Ji-yo-cu tak dapat menghindar
dan apa boleh buat menghadapi gadis ini lagi,
jatuh bangun sampai tiba-tiba muncul roh jahat
Poan-jin-poan-kwi itu. la terpekik ketika pukulan-1389
pukulan Bu-kek-kangnya terpental. Tapi ketika
Beng An datang dan merobohkan kakek in?, Ji-yocu akhirnya tewas maka Wei Ling tertegun
menerima perintah itu. Di mana ia harus mencari
botol dan untuk apa? Kalau Beng An mau
menunggu sebentar tentu ia dapat mencari,
Akan tetapi tidak, Beng An malah lenyap. Dan
ketika ia termangu-mangu dan bingung serta
heran mendadak terdengar bentakan-bentakan
nyaring dan muncullah di kiri kanannya ratusan
orang-orang berseragam yang bukan lain
pasukan keamanan kota, bersenjata dan
mengepungnya dari delapan penjuru.
"Ia membunuh Komandan Utama.
Tangkap, gadis ini siluman!"
Wei Ling bergerak. la sudah diserang dan
panah serta tombak menyambar dirinya. Dari
mana-mana pasukan besar itu membentaknya,
Tapi ket?ka ia memutar ujung lengan baju dan
tombak serta panah patah-patah, yang maju
tiba-t?ba tertahan dan pucat maka bayangan
Beng An berkelebat menyambar dan pemuda itu
tiba-tiba menarik tangannya.1390
"Pergi, kita gagal. Kakek itu lenyap" Wei
Ling girang. Sesungguhnya ia tak senang
sendirian di situ, kini kekasihnya muncul dan
tentu saja ia menjadi gembira. Dan ketika Beng
An berkelebat ke depan dan lengan mengibas ke
kiri kanan, orang-orang itu terpaku maka mereka
mencelat dan terbanting berteriak. Mereka ini
kaget dan melongo betapa tiba-tiba Beng An
muncul di situ. Pemuda ini tadinya berujud asap
putih, pecah dan muncul dari dalam dan saat
itulah ia menyambar kekasihnya. Sesungguhnya
orang-orang itu juga kagum memandang Wei
Ling, gadis yang luar biasa cantik tapi di anggap
sebagai iblis betina yang membunuh pembantu
utama Lim-taijin. Maka ketika Beng An tiba-tiba
muncul dan mengibas mereka, tak ayal lagi
mereka terpelanting dan berteriak maka Beng An
bebas melompat dan membawa kekasihnya
pergi. Tak sukar bagi pemuda itu meninggalkan
lawan-lawannya karena sekejap kemudian ia
sudah menghilang. Dan ketika pemuda itu lenyap
sementara musuh berteriak-teriak, Wei Ling
meremas jari kekasihnya ini maka di luar lh-yang1391
di dekat sebuah hutan Beng An berhenti dan
melempar tubuh di bawah sebatang pohon
rindang.
"Celaka, bahaya buruk. Kakek itu lo-los
seorang, Wei Ling, kita harus selalu waspada. Ah,
tak kusangka ia muncul di sini dan hampir
mencelakai kita!"
"Siapa dia itu, aku kok bingung. Apa yang
terjadi dan bagaimana asal mulanya Beng An,
siapa yang kau maksud dan iblis macam apa yang
memasuki tubuh Ji-yo-Cu dan kakaknya itu!"
"la kemasukan roh jahat bekas guruku. Jiyo-cu dan kakaknya ahli tapa yang tekun. Ah, tak
kusangka bekas guru-guruku masih gentayangan
di sini moi-moi, dan hanya satu yang berhasil
kutangkap. Aku tak tahu apakah ia guruku nomor
satu atau dua!"
"Hm, nanti dulu. Aku kok bingung, juga
ngeri. Dulu kau katakan bahwa gurumu adalah
Bu-beng Sian-su si kakek dewa, Beng An.
bagaimana sekarang tiba-tiba ada guru lain
sejahat itu. Masa kau menjadi murid seorang
kakek iblis!"1392
"Ceritanya panjang, kebetulan belum
kuceritakan. Nah, ketahuilah bahwa sewaktu
kecilku dulu aku diculik oleh sepasang dedengkot
hitam bernama Poan-jin-poan-kwi ini, kakek iblis
berbahaya yang kesaktiannya tinggi. Dan karena
waktu itu San Tek juga diambil murid dan
dikuasai kakek-kakek ini maka kami berdua
menelan semua kemauannya sampai akhirnya
aku dibebaskan kakakku Thai Liong!"
"Thai Liong? Putera ayahmu yang lain?"
"Ya, ia berjuluk si Rajawali Merah, moimoi, dan isterinya telah kau kenal. Itulah enci
Shintala yang dulu katanya datang bersama ayah
dan keponakan-keponakanku!"
"Oh, wanita cantik dan lihai itu? la isteri
kakakmu Thai Liong?"
"Benar, tapi sayang aku tak tahu. Aku
sedang dalam perjalanan dan ditawan orangorang Pulau Api itu. Aku tak tahu bahwa mereka
datang. Tapi baiklah kita kembali ke Poan-jinpoan-kwi ini karena roh mereka yang jahat masih
gentayangan di dunia. Lihat aku menangkap satu
di antara mereka!"1393
Beng An mengeluarkan botol araknya dan
Puteri Es itu tiba-tiba terkejut. Segumpal asap
hitam berkeliaran di dalam, samar-samar tampak
wajah seorang kakek yang buruk, tua dan bengis
namun wajah itu hilang lagi dalam bentuk kabut.
Sang Puteri tergetar sepintas beradu pandang
dengan sepasang mata merah menyala, jahat
dan keji, mundur, dan terkejut. Tapi ketika Beng
An menyimpan lagi botol itu, Wei Ling berdebar
penuh ngeri maka pemuda itu berkata
kepadanya bahwa kakek jahat di dalam botol itu
adalah satu di antara dua kakek jahat yang
ditangkap.
"Aku tak tahu yang ini Poan-jin ataukah
Poan-kwi, tapi rohnya telah kusekap. Menurut
ilmu hitam yang pernah kuingat mereka ini tak
akan lenyap dari muka bumi, moi-moi, selalu ada
dan akan mengganggu siapa saja. Hanya dengan
menyekap atau menyimpan rohnya di dalam
botol maka mereka tak dapat ke mana-mana,
Tapi satu di antara mereka masih di luar, lolos. lni
menjadi tanggung jawabku untuk menangkap
dan menjebloskan yang satu itu. Dunia bisa geger1394
kalau roh dari kakek-kakek jahat ini tak
diamankan"
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jadi karena itu kau memintaku sebuah
botol?" gadis itu terbelalak.
"Ya, tapi terlambat. Seharusnya aku
menyiapkannya lebih dulu dan kakek itu lolos.
Aku tak berani membuka botol ini karena yang di
dalam tentu keluar"
"Hm-hm, di daratan Tiongkok ternyata
banyak orang-orang lihai, sakti. Kukira hanya
kami dan orang-orang Pulau api yang paling
hebat, Beng An, tak tahunya di luar sini juga ada
yang hebat-hebat. Mengagumkan, tapi juga
mengerikan. Coba bagaimana kau akhirnya
selamat dan kakek itu terbunuh!"
"Hm, ini berkat kakakku Thai Liong, juga
kakakku Siang Le. Tapi yang belakangan ini yang
paling berjasa karena tanpa dia tak mungkin aku
sembuh!"
"Siapa itu Siang Le."
"Kakak iparku yang menjadi suami enciku
Soat Eng. Dia ini pemuda suci yang berkat1395
darahnya menyembuhkan aku dari pengaruh
jahat Poan-jin-poan-kwi".
Wei Ling tertegun. Bicara sampai di sini
t?ba-tiba Beng An bersinar-sinar, sikapnya penuh
kagum dan tentu saja dia tertarik, Keluarga
Pendekar Rambut Emas ini ternyata bukan
orang-orang sembarangan. Tapi belum dia
bertanya ternyata kekasihnya itu sudah
melanjutkan menggenggam tangannya.
" Hmm, kakak iparku yang satu ini benarbenar orang suci, Ling-moi, darahnya demikian
bersih hingga mampu menangkal semua
pengaruh ilmu hitam. Berkat darahnya inilah aku
bebas dari kekuatan Poan-jin-poan-kwi. Aku
benar-benar berhutang budi dan Jiwa
kepadanya!"
"Coba ceritakan tentang itu, bagaimana
keluarga kakak iparmu itu."
"Mereka hidup behagia selalu."
"Bukan, bukan itu. Yang ingin kutanyakan
adalah kakak iparmu itu. Kalau ia memiliki darah
yang suci tentu orang tua atau gurunya sebangsa
pendeta!"1396
"Sama sekali bukan!" Beng An
menggeleng, hampir tertawa bergelak. Justeru
ini yang mengagumkan, moi-moi. Guru kakakku
itu justeru orang jahat, Mo-ong"
"Mo-ong (Raja lblis)? Kau tidak mainmain?"
"Ya tidak main-main. Inilah yang
mengagumkan hatiku, Ling-moi. Kakakku yang
satu itu memang istimewa,ibarat ikan di air laut!"
"Hm bagaimana itu. Kau membuat aku
bingung saja, dan heran behwa kau dan orangorang di keluargamu itu bergaul dengan orangorang jahat saja!"
"Jangan salah paham," Beng An cepat
memberi tahu. Semua ini keadaan di luar
kehendak kami, mo-moi. Baik aku maupun
kakakku Siang Le itu dipaksa keadaan untuk
berdekatan dengan mereka-mereka yang jahat
itu. Aku diculik Poan-jin-poan-kwi sementara
kakakku Siang Le sejak kec?l diambil murid dan
diselamatkan hidupnya semasa menggelandang.
Kami bukan sengaja untuk berteman dengan
orang-orang jahat"1397
"Hm, aku percaya. Lalu?"
"Lalu terjadi semua peristiwa itu, kisah
kami. Kakakku Siang Le justeru dimusuhi gurunya
hingga hampir dibunuh. la tak mau melakukan
kejahatan-kejahatan seperti gurunya, ia bahkan
menentang!"
"Aneh juga," puteri ini merasa heran.
"Guru jahat muridnya biasanya juga jahat Beng
An, seperti orang-orang Pulau Api dan
keturunannya itu."
"Benar, karena itulah kakakku ini benarbenar istimewa. la diibaratkan ikan oleh Siansu,ikan di air laut!"
"Bagaimana itu, aku tak mengerti."
"Hm, aku teringat cerita ini. Kau tahu
rasanya air laut?"
"Tentu saja, asin,"
"Bagus, dan ikannya?"
"Ikannya?" sang Puteri tertegun. "Apa
maksudmu, Beng An, aku belum paham."
"Belum paham ? Kau tadi bilang sendiri
bahwa kalau sang guru jahat biasanya sang
muridpun jahat. Nah, Mo-ong dan kakakku Siang1398
Le itu seperti laut dengan ikannya. Mo-ong boleh
jahat tapi muridnya tidak. Inilah yang istimewa
pada kakak iparku itu, tak heran kalau ia memiliki
darah yang suci. Enciku Soat Eng sungguh
beruntung mendapatkan suami seperti itu!"
Gadis in? tertegun. la mula-mula tak
mengerti benar tapi ketika otaknya bekerja
mendadak iapun tersentak kagum. Adakah
manusia seperti itu? Benarkah yang dikata
kekasihnya ini? Tapi ketika ia belum bertanya
pemuda itupun mengacungkan jempol.
"Lihat perumpamaan yang dikatakan
Sian-su ini. Air boleh asin tapi ikannya tidak, moimoi. Gurunya boleh jahat tapi kakakku bersih.
Sekali kau bertemu selamanya kau bakal
terkesan. Ha-ha aku tak memuji berlebihan, dan
rupanya darahnya yang bersih itu benar-benar
telah melenyapkan pengaruh buruk dari Poanjin-poan-kwi. Aku selamat dan hidup sampai saat
ini!"
"Hm, kau menyebut-nyebut Sian-su,
kakek dewa itu. Di manakah gurumu itu tinggal
dan bisakah suatu saat aku bertemu dengannya?1399
Nenek moyangku juga memuji-muji kakek ini,
Beng An, dan aku penasaran untuk bertemu, juga
kakak iparmu itu!"
"Sian su tak dapat ditemui jejaknya, ia
hanya muncul kalau ia mau, Tapi kakakku Siang
Le dapat kau temui, moi-moi. Dan lihat bahwa ia
benar-benar seorang pemuda yang bersih lahir
batin."
"Kalau begitu dua anak perempuan itu..?"
"Benar, ia keponakanku Siang Hwa dan
Siang Lan. Mereka itulah puteri enciku Soat Eng
dan Siang Le!"
"Hm-hm, pantas, dan mereka amat
pemberani. Di manakah mereka tinggal?"
"Sam-liong to, Pulau Tiga Naga. Mereka di
sana di Istana Hantu, moi-moi. Tempat itu
menjadi tempat tinggal mereka setelah enciku
menikah!"
Gadis ini mengangguk-angguk. Kini ia
mulai mengerti dan kagum, tentu saja mengenal
dua anak perempuan itu, juga Bun Tiong, yang
ternyata putera dari si Rajawali Merah Thai
Liong. Dan ketika ia bersinar-sinar dan Beng An1400
dipandangnya kagum, pemuda inipun bukan
pemuda sembarangan dan dialah satu-satunya
yang berhasil memasuki Lembeh Es maka gadis
itu mengangguk-angguk dan menarik napas
dalam.
"Kakak dan saudara-saudaramu itu
memang orang-orang luar biasa, Beng An, dan
aku telah melihat kepandaian ayahmu pula,
Entahlah kalau kakakmu Thai Liong".
"la lebih hebat dari aku, setidaknya lebih
matang. Tapi kakakku pergi ke Pulau Api mencari
aku"'
"Ke Pulau Api?"
"Ya, bersama enciku Soat Eng dan
suaminya, Siang Le. Tapi aku tak menemukan
mereka atau mungkin belum sampai di sana."
"Kenapa mencarimu ke Pulau Api?" Beng
An tiba-tiba merah, teringat kematian ibunya itu.
"Mereka ke sana karena Tan-pangcu dan sutenya
itu mencari aku, moi-moi, di utara. Dan ibu
terbunuh secara kejam!"
"Hm, ini, maaf. Aku tak tahu, Beng An.
Aku tak bermaksud mengingatkan kemat?an1401
ibumu itu. Orang-orang Pulau Api memang jahat,
aku juga ingin membunuh mereka!"
"Sudahlah, ayah melarangku menaruh
dendam. Dendam tak boleh menguasai hatiku.
Hm, sekarang Poan-jin-poan-kwi muncul lagi di
dunia ini, moi-moi, mereka pergunakan orang
lain. Bagaimana kalau kita lanjutkan perjalanan
dan secepatnya bertemu ayah."
"Atau ke Pulau Api?"
"Pulau Api?
"Ya, aku ingin menghajar orang-orang itu,
Beng An, sekaligus menemukan kakakmu Thai
Liong. Siapa tahu ia ada di sana dan kita bertemu
mereka!"
"Tidak ke ayah dulu?"
"Kupikir belakangan saja. Aku tiba-tiba
ingin ke Pulau Api dan melihat bagai mana nasib
dua kakek iblis itu, dedengkot mereka. Aku jadi
ingin melampiaskan marah dan membuang
sebalku!"
Beng An mengerutkan kening.
Sesungguhnya ia ingin cepat-cepat menemui
ayahnya dan bicara tentang kekasihnya ini,1402
melamar dan mengurus perjodohan mereka.
Tapi mendengar kata-kata itu dan betapa iapun
ingin mengetahui keadaan kakaknya di sana,
kenapa ia tak melihat kakaknya itu akhirnya ia
bangkit dan berkata,
"Baiklah, tapi sesungguhnya berat juga.
Aku ingin bertemu ayah dan Membicarakan
persoalan kita ini. Kalau begitu mundur!"
"Apanya yang mundur?".
"Rencana pernikahan kita ini, moi-moi.
Aku secepatnya ingin menjadikanmu sebagai
isteriku!"
"Hmm, tak malu kau. Urusan itu
belakangan dan yang lain lebih penting. ada yang
membuat aku agak ragu!"
"Ragu? Tentang apa?"
"Hm, jelek-jelek aku penghuni Lembah Es,
Beng An. Kalau ayahmu hendak menyelesaikan
urusan kita berarti harus melamarku di Sana,
menemui supek-bo. Entahlah bagaimana jadinya
kalau itu dibicarakan!"
Beng An tertegun. "Tapi kau diusir!"1403
"Benar, itu hukuman untukku, Beng An,
tapi bukan berarti segala-galanya. Aku masih
dapat kembali, kalau aku misalnya
meninggalkanmu. Atau..!'
"Atau apa?"
"Atau kau atau siapa saja keluargamu
dapat mengalahkan bibi guruku".
Beng An terkejut. Tiba-tiba ia berubah
dan muram, Hatinya berdesir, teringat betapa
saktinya wanita itu. We We Moli bukan wanita
main-main dan dia serta ayahnya melawan.
Barangkali saja tak mampu. Barangkali Thai
Liong, kakaknya. Maka bersinar dan bangkit
semangatnya iapun menyambar lengan
kekasihnya itu.
"Moi-moi, kurasa tak mungkin kau
meninggalkan aku. Apa artinya susah payah ini
kalau begitu? Bukankah sia-sia namanya. Tidak,
aku masih menaruh harapan. Kalau bibi gurumu
itu harus dikalahkan barangkali yang dapat
melakukannya adalah kakakku Thai Liong. Tapi
haruskah itu dilakukan? Apakah tanpa bibi
gurumu kita tak dapat menikah?"1404
"Maksudmu?"
"Kita cari wali yang lain, moi-moi,
pengganti bibimu itu. Misalnya saja temanteman ayah para ketua-ketua partai!"
"Tidak!" gadis ini tiba-tiba bangkit dan
marah. "Bagi orang lain hal itu mungkin, Beng An,
tapi bagiku tidak. Aku penghuni Lembah Es, aku
telah banyak menerima budi!"
"Hm-hm, aku mengerti. Tapi bagaimana
kalau bibi gurumu menolak?"
"Kita. kita. " gadis itu terisak. "Kita tunda
pernikahan kita, Beng An, sampai aku direstui...!"
"Astaga, bila tetap tak direstui?"
"Aku sabar menunggu, toh kita tetap
bersama!"'
Beng An tertegun. Tiba-tiba ia melihat
kekerasan hati yang luar biasa dari kekasihnya
ini, sadar bahwa gadis itu adalah Puteri Es, puteri
yang sesungguhnya berkedudukan tinggi dan
hanya karena asmara sekarang terbuang. Ah,
Beng An terharu. Dan karena ia juga sependapat
dan biarlah pernikahan ditunda asal mereka1405
tetap bersama maka pemuda ini menarik tubuh
kekasihnya dan mencium keningnya.
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Moi-moi, aku yang membuatmu susah".
Gadis itu memejamkan mata. Ciuman Beng An
yang lembut dan penuh haru membuatnya
tersedak. la menunduk dan membenamkan
muka ke dada pemuda itu. Lalu ketika sejenak
keduanya terbawa perasaan masing-masing,
haru dan bahagia akhirnya Beng An membawa
kekasihnya ini keluar hutan, tidak lagi menuju
utara melainkan ke Pulau Api, menganggap tak
ada salahnya ke tempat itu siapa tahu bertemu
dengan kakaknya Thai Liong, orang yang tiba-tiba
diharap dapat menyelesaikan urusannya di
Lembah Es nanti, menghadapi We We Moli!
*** Sudah terlalu lama kita meninggalkan tiga
bersaudara ini. Marilah kita tengok bagaimana
keadaan Thai Liong dan Soat Eng serta Siang Le,
tiga orang yang menuju Pulau Api untuk mencari
Beng An. Dan karena benar mereka terputar-1406
putar di tempat itu, tidak seperti Beng An yang
lebih dulu tiba dan akhirnya bertemu dedengkot
Pulau Api adalah tiga orang ini sampai di daratan
Pulau Api sebulan setelah Beng An.
Siang Le takjub. Pulau Api sendiri mulamula tak mereka temukan, yang mereka
temukan adalah deretan pulau yang, jumlahnya
ratusan, menyebar rata di sebuah lautan luas dan
itulah Kepulauan Akherat. Thai Liong maupun
Siang Le harus bertanya berulang-ulang kepada
orang-orang di sepanjang jalan, terutama
nelayan. Tapi ketika mereka menggeleng dan
banyak yang menyatakan tak tahu, Thai Liong
mengerutkan alis maka kebetulan suatu hari ia
bertemu seorang laki-laki aneh yang malam itu
berjalan di tengah hutan dengan tubuh
mencorong. Bagai obor
"Iblis! " Soat Eng terpekik. "Apa itu, Le-ko,
manusia atau siluman!"
"Sst. Thai Liong berseru memberi tanda,
sudah melihat itu pula. "Itu manusia, Eng-moi,
bukan siluman. Itu adalah orang yang seluruh
tubuhnye terisi tenaga Yang-kang (Panas).1407
Rupanya ia tak sadar atau tersesat di sini. Lihat,
ia lingak-linguk mencari sesuatu. Berhenti,
jangan membuat kecurigaan!"
Soat Eng dan suaminya menghentikan
langkah. Wanita muda itu tersentak dan kaget
sekali. Di malam gelap itu tubuh orang itu benarbenar mencorong, kalau bergerak seperti obor
berjalan dan sikapnya mencurigakan pula,
celingukan dan berhenti dan sudah berada di
mulut hutan sebelah luar , menyelinap dan
memandang ke tengah dusun di mana waktu itu
lamat-lamat ia melihat gapura tua di balik
bayang-bayang malam. Sesungguhnya malam
belum begitu gelap namun karena berada di
hutan maka suasana di situ gelap pula, hitam.
Hanya dusun di luar hutan itu yang tampak jelas,
lampu penduduk berkelap-kelip dan rupanya
penghuni belum tidur. Waktu belum larut benar
dan Soat Eng serta Thai Liong maupun Siang Le
mengamati laki-laki aneh ini.
Mereka tak tahu bahwa itulah penghuni
Pulau Api yang sedang mencari ransum, seorang
murid tingkat tiga di bawah mendiang Yang Tek,1408
jadi cukup lihai juga. Maka ketika tiga orang itu
mengamati laki-laki ini dan mereka juga
berhenti, Thai Liong curiga mendadak orang itu
melesat dan tubuhnya menyambar terbang ke
tengah dusun. Gerak langkahnya begitu cepat.
"Hm.., ilmu kakinya aneh. Hebat, la sudah
di balik gapura!" Thai Liong berseru dan dua
temannya mengangguk. Memang mereka
melihat laki-laki itu tahu-tahu meluncur terbang
dan sudah di gapura tua, lenyap dan memasuki
dusun dan tak ayal lagi tiga orang ini bergerak.
Thal Liong tentu saja tak mau kehilangan
lawannya itu. Tapi ketika Soat Eng berseru agar
diberi kesempatan, dia akan menyusul dan
menangkap orang itu maka nyonya muda ini
mempergunakan Jing-sian-engnya (Bayangan
Seribu Dewa) tak mau didahului.
"Biar aku yang melihat, kalian di belakang
saja!"
"Hm," Thai Liong memperlambat
langkah, melirik Siang Le. "Isterimu itu
pemberani, Siang Le, tak mau kalah. Apakah biar
ia di depan kita mengikuti."1409
"Biarlah," Siang Le tertawa. "Sudah
wataknya, Thai Liong, mau apa lagi. Aku sering
mengalah dan kita biarkan saja."
Pemuda itu mengangguk. Kalau si
buntung itu sudah bicara begitu tentu saja tak
mau mendahului. Kadang-kadang Soat Eng
memang tak mau dibantah. Maka ketika ia
memperlambat larinya dan sengaja membiarkan
Soat Eng, wanita muda itu berkelebat dan lari
menyusul lawan maka dilihatnya lawan sudah di
belakang sebuah rumah penduduk mengintai ke
dalam. Soat Eng mendengar percakapan dua
wanita.
"Hmm, mau apa dia," Soat Eng bergerak
dan berada lima tombak dari laki-laki ini, cepat
menyelinap ke balik sebatang pohon. Setelah
dekat ia melihat betapa laki-laki di depannya itu
seorang pemuda yang berwajah keras. Tubuhnya
serba mencorong bagai bara api saja, hawa
panas juga keluar dari tubuh itu. Dan ketika ia
juga melihat tubuh yang tegap,berotot. ia kagum
maka laki-laki ini tiba-tiba mendorong pintu1410
belakang dan patahlah pengganjal yang terbuat
dari kayu tua itu, berkelebat masuk.
"Aihhhh..!" Soat Eng mendengar jerit dari
dalam. Tentu dua wanita penghuni rumah itu
terkejut, siapa tidak kaget kalau tiba-tiba di
rumah itu muncul sebangsa mahluk aneh yang
tubuhnya menyala-nyala, Dan ketika Soat Eng
bergerak dan menyambar ke depan ternyata ia
mendengar suara robohnya tubuh dan laki-laki
aneh itu telah berkelebat keluar membawa dua
wanita muda yang manis-manis. Dua gadis dusun
yang rupanya hendak diganggu!
"Keparat!" kontan wanita ini meledak.
"Siapa kau, jahanam busuk. Lepaskan gadis-gadis
itu dan berhenti!"
Soat Eng menyambar dan melepas Khibal-sin-kang. la tidak menunggu lagi dan lawan
terkejut, tak menyangka ada musuh di belakang
dan menoleh. Tapi ketika ia melihat Soat Eng,
wanita cantik bertubuh ramping seketika ia
tersenyum dan melihat bayangan ramping
mendadak ia mengangkat sebuah kakinya1411
menyambut pukulan Khi-bal-sin-kang itu,
tertawa.
Tapi alangkah kagetnya pemuda Pulau
Api ini. la bertemu telapak yang lunak halus
namun mengeluarkan tenaga seperti karet,
dipukul tapi membalik ke arahnya. Dan ketika ia
terjengkang dan tentu saja berteriak, dua wanita
di tangannya terlempar maka laki-laki itu
bergulingan kaget meloncat bangun. Dua gadis
tadi roboh tak mampu mengeluarkan suara,
rupanya tertotok.
"Siapa kau, berani mengganggu aku!"
"Hm, kenapa tak berani menghadapi
manusia busuk macammu ini? Heh, katakan
siapa kau, manusia siluman. Ada apa menculik
gadis dan tingkah lakumu mencurigakan!"
"Aku, heh-heh.. , aku Dewa Api!" dan
menyambar tak menjawab pertanyaan Soat Eng
pemuda itu menyerang dan membalas lawan. Ia
penasaran dan kaget oleh pukulan tadi dan kini
ingin mencoba lagi. Masa wanita cantik di
depannya ini begitu lihai, masa ia kalah. Tapi
ketika Soat Eng mengelak dan menggerakkan1412
kaki dari kanan maka kaki itu menyambar
pinggang lawan namun dengan cepat lawan
memutar dan mengayun tangan kirinya miring
membacok. Hawa panas menyambar dari tangan
itu disusul bunyi mencicit kuat.
"Dess! " Soat Eng tergetar tapi lawan
kembali terjengkang. Hal ini membuat lawan
kaget dan percayalah dia bahwa wanita di
depannya ini lihai. Murid Pulau Api itu
bergulingan, memekik. Dan ketika ia meloncat
bangun lagi maka Ia menyerang Soat Eng dan
menyambarlah pukulan-pukulan berbahaya yang
kian lama kian panas hingga Soat Eng terdesak
dan dipaksa mundur, terbelalak dan marah dan
saat itu dari dalam rumah terdengar teriakan
gaduh. Orang kampung, yang rupanya
mendengar dan melihat keributan itu sudah
keluar rumah, golok dan parang ada di tangan
mereka. Tapi ketika mereka tertegun melihat
pertempuran itu, bayangan dua tubuh yang
berkelebatan lenyap mendadak dari timur dusun
terdengar jerit dan teriakan minta tolong.
"Tolong.. tolong.., Lo-ma dibunuh orang!"1413
Kagetlah orang-orang itu. Mereka yang
tadinya hendak menyerang den bingung oleh
pertempuran ini mendedak melihat api
berkobar-kobar di sebelah timur. Kentongan
segera dipukul. Dan ketika penduduk pecah dan
berhamburan ke sana, seorang wanita tua jatuh
bangun melolong-lolong maka Soat Eng yang
terkejut oleh berita itu segera melihat bayangan
suaminya yang berkelebat ke arah timur.
"Eng-moi, kau bekuk orang itu. Rupanya
ada temannya yang lain di sana!"
Murid Pulau Api itu terkejut. la tak
menyangka di tempat lain ada seorang gagah
lagi, bersembunyi. Dan karena ia merasa tak enak
di situ, penduduk sudah keluar dan
membunyikan kentongan maka iapun melompat
dan tiba-tiba melarikan diri menyambar dua
gadis di tanah.
"Wanita siluman, kita bertempur di
tempat lain kalau berani!"
"Keparat!" Soat Eng tentu saja mengejar.
"Siapa takut padamu, jahanam busuk. Di
manapun aku berani!"1414
Namun Thai Liong tiba-tiba menyambar.
Pemuda ini telah melihat semuanya di situ dan
terkejut serta marah. Maklumlah Ia bahwa lawan
rupanya tidak sendirian. Dan karena tadi Siang Le
tak mau dibantu, menyuruh ia menjaga Soat Eng
maka sekarang ia berpikir lain dan mencegat
orang ini.
"Eng-moi, serahkan Ia padaku. Susul dan
lihat suamimu di sana!"
Murid Pulau Api itu semakin terkejut lagi.
Kini orang ketiga muncul dan tahu-tahu di
depannya. Thai Liong mengangkat tangan seolah
menyetop. Dan karena ia sedang berlari kencang
dan membawa pula dua gadis dusun, tentu saja
ia marah maka ia memekik dan menumbuk
pemuda itu bagai seekor kerbau murka.
"Minggir!" Akan tetapi yang dihadapi
adalah seorang pemuda sakti. Thai Liong adalah
Si Rajawali Merah dan Poan-jin-poan-kwi sendiri
masih kalah. Maka ketika pemuda itu menumbuk
dan kepalanya tepat sekali menghantam dada si
Rajawali Merah, Thai Liong tersenyum maka
pemuda itu mengerahkan Khi-bal-sin-kang dan1415
murid Pulau Api ini menjerit karena tenaga Yangkang di kepalanya membalik.
"Aughhh!' Bagai kerbau menembus api
pemuda ini terbanting. la mengeluh dan roboh di
tanah, sejenak menggelepar namun diam.
Tawanannya terlepas. Dan ketika Thai
Liong bergerak dan membebaskan gadis-gadis
itu, Soat Eng tertegun tapi mendengus
berkelebat ke timur maka pemuda itu
mendorong gadis-gadis itu agar memasuki
rumahnya, menyambar murid Pulau Api
"Masuklah, bersembunyilah. Ada orangorang jahat di sini!"
Dua gadis itu menjerit. Mereka sadar
setelah Thai Liong membebaskan totokan.
Mereka mendengar dan melihat semua itu
namun tadi tak mampu berkutik. Maka ketika
tubuh tiba-tiba bisa digerakkan kembali dan
mereka bebas dari bahaya, mereka adalah dua
kakak beradik yang tadi bercakap-cakap di dalam
rumah maka keduanya berlari ketakutan
memasuki rumah, berteriak-teriak.1416
Thai Liong menarik napas dalam dan
menyambar tawanan yang pingsan ini. La tak
tahu siapa pemuda itu namun tentu saja tertarik.
Dari gebrakan sekilas itu ia tahu kepandaian
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lawan, lumayan, tidak berarti baginya namun
bagi orang-orang dusun ini tentu saja berbahaya.
Maka ketika ia berkelebat dan menuju ke timur,
kentongan dan suara riuh memenuhi tempat itu
maka Thai Liong melihat warna merah
membakar langit, mengerutkan kening. la
maklum bahwa sebuah kebakaran sedang
terjadi. Dan ketika ia mengebutkan jubahnya dan
lenyap bagai siluman maka si Rajawali Merah ini
tertegun melihat apa yang terjadi di timur dusun
itu. Dua laki-laki tua terkapar roboh mandi
darah, yang satu bahkan di dekat pintu yang
sudah dijilat api. Tapi ketika orang kampung
menarik mayatnya dan berteriak-teriak, Soat Eng
dan Siang Le tak ada di situ maka pemuda ini
maklum bahwa lawan rupanya sudah pergi,
meninggalkan tempat itu. Thai Liong berkelebat
dan menuju luar dusun. Telinganya yang tajam1417
mendengar bentakan-bentakan di sana, cukup
jauh. Dan ketika ia tiba di sini maka benar saja
Siang Le dan isterinya mengamuk dikeroyok
empat murid Pulau Api yang menyala-nyala
tubuhnya itu.
"Bunuh si buntung ini tangkap yang
wanita. Hei, mana Ci Teh, Bauw-sute, kenapa tak
segera datang!"
"Ia di barat, memisahkan diri. Katanya
ingin sendirian agar bebas. Aku.. heii!!" laki-laki
itu yang terpaksa menghentikan omongannya
tiba-tiba menangkis pukulan Soat Eng yang
datang dengan cepat. Wanita ini telah ke timur
dusun tapi tak melihat apa-apa. Yang ada hanya
jerit tangis dan lolong penghuni rumah.
Tapi ketika matanya yang tajam melihat
bayangan suaminya, juga empat manusia obor
yang melarikan diri keluar maka wanita ini tak
mau membuang-buang waktu dan Siang Le
membentak empat orang itu.
Terjadilah pertempuran dan si buntung
ini terkejut. la terhuyung oleh delapan lengan
panas dari murid-murid Pulau Api. Tenaga Yang-1418
kang yang dimiliki mereka itu memang hebathebat, tak heran karena mereka adalah pewaris
dari tokoh sakti Han Sun Kwi. Tapi karena Siang
Le bukan pemuda lemah dan iapun telah
digembleng gak-hunya (mertua) sendiri, memiliki
Lui-ciang-hoat dan Khi-bal-sin-kang di samping
ilmunya meringankan tubuh Jing-sian-eng dan
Cui-sian Gin-kang, maka pemuda itu dapat
mengelak setiap serangan lawan dan muridmurid Pulau Api itu tentu saja terkejut dan marah
bahwa si buntung yang tadinya dipandang
rendah ini ternyata hebat juga. Dan saat itu Soat
Eng berkelebat datang.
"Siapa tikus-tikus busuk yang tak tahu
malu ini. Bedebah, rupanya lagi-lagi bawa
perempuan!"
Soat Eng marah sekali dan menerjang. la
melihat empat gadis desa terikat di sana, tak jauh
dengan tumpukan karung berisi makanan kering.
Murid-murid Pulau Api memang selalu
mengganggu wanita di kala mereka mencari
ransum, Maka ketika datang seorang wanita
cantik dan langsung menerjang mereka, bekerja1419
sama dengan si buntung itu maka yang berbaju
kusam dari kulit kayu memberi aba-aba agar
mengeroyok dan merobohkan dua orang ini.
"Rupanya mereka suami isteri, bagus,
bunuh suaminya!"
Namun ucapan itu tidaklah segampang
pel?ksanaannya. Suami isteri muda itu adalah
gemblengan Pendekar Rambut Emas, yang
wanita malah puterinya, Maka ketika Soat Eng
melepas tamparan-tamparan Khi-bal-sin-kang
dan Semua ini membuat lawan terhuyung dan
berteriak kaget maka mereka terkejut dan
terheran-heran tapi Soat Eng sendiri penasaran
karena pukulannya itu tidak merobohkan
mereka!
"Keparat, cukup kuat. Pergunakan Cuisian Gin-kang, Le-ko, gabung dengan Jing-sianeng. Hajar mereka dan bunuh!"
"Tidak, jangan bunuh," Siang Le
menggeleng dan seperti biasa tak suka
pembunuhan, mukanya kecut. "Robohkan
mereka saja, Eng-moi, dan tangkap serta cari
alasannya. Kenapa membuat onar."1420
Namun Soat Eng tak seperti suaminya.
Melihat empat gadis dusun yang terikat di situ
saja sudah membuat darahnya mendidih. Mau
apalagi laki-laki kotor seperti itu kalau bukan
mau memperkosa. Maka ketika ia melengking
dan beterbangan lenyap, lawan terkejut dan
angin mendesing menampar kepala maka dua
diantara mereka menjerit dan roboh, tapi dapat
bangun kembali.
"Hm, Rupanya harus dengan senjata"
nyonya itu beringas. "Kalau begini barangkali
tahu rasa, tikus-tikus busuk. Terimalah pedangku
dan siaplah mampus!" Soat Eng sudah
mengeluarkan pedangnya dan siap membunuh
ketika tiba-tiba suaminya berseru mencekal
pergelangannya. Siang Le lagi-lagi tak
memperkenankan isterinya bersikap telengas
sementara lawan-lawan terkejut. Sesungguhnya
mereka gentar dan kaget juga oleh sepak terjang
nyonya ini. Pukulan mereka membalik dan hanya
berkat sinkang merek yang cukup baik maka
mereka mampu bertahan, meloncat bangun
setiap terpelanting. Tapi ketika mereka1421
mengeroyok lagi dan Thai Liong muncul di situ,
bayangan merah menyambar maka pemuda ini
berseru agar suami isteri itu merobohkan saja.
"Memang benar, jangan bunuh.
Robohkan mereka dan biar kubantu!"
Empat orang itu terkejut. Datangnya Thai
Liong disusul sambaran angin yang membuat
mereka terpekik. Pemuda itu mengibas dan
tubuh mereka tahu-tahu terangkat naik. Kali ini
yang datang adalah Rajawali Merah yang gagah
perkasa, tak mungkin mereka mampu bertahan.
Dan ketika mereka terlempar dan jatuh
bergulingan, satu di antaranya tersangkut di atas
pohon maka Thai Liong sudah menggerakkan
telunjuknya dan dengan totokan jarak jauh ia
membuat empat orang lawannya itu roboh,
mengeluh.
"Nah, cukup," pemuda itu berkata, Tak
perlu membunuh, Eng-moi. Kita tangkap mereka
dan tanya baik-baik."
Empat murid itu pucat. Mereka terkejut
bukan main melihat kehebatan pemuda ini,
terutama lebih terkejut lagi melihat rambutnya1422
yang kuning keemasan. Thai Liong memang mirip
ayahnya. Maka ketika pemuda itu merobohkan
mereka dan semua terbelalak pucat maka satu di
antaranya menyebut Kim-mou-eng dan teringat
Beng An.
"Pendekar Rambut Emas! Dia ayah Kimkongcu!"
"Hm, aku puteranya," Thai Liong
tersenyum, mengangguk pada empat orang itu.
"Siapa yang kalian maksud dengan Kim-kongcu,
sobat-sobat. Apakah Beng An adikku. Rupanya
kalian Orang-orang Pulau Api!"
Soat Eng dan Siang Le terkejut. Mereka
tak memiliki dugaan sama sekali tentang ini,
sadar setelah Thai Liong menyebut itu. Dan
ketika empat orang itu tertegun dan
membelalakan mata, empat gadis di sana
mengeluh dan menggeliat maka Soat Eng
meloncat dan sekali ia menabaskan jari maka
ikatan itu putus, marah pada empat orang itu.
"Rupanya kalian orang-orang Pulau Api,
bagus, aku dapat meminta pertanggungan jawab
kalian dengan semua perbuatan ini. He, tak usah1423
menangis dan pergilah kalian. Kalian selamat!"
Yang terakhir itu diserukan Soat Eng kepada
empat gadis dusun ini. Mereka menangis dan
terisak-isak dan nyonya itu gemas. Sekarang
tentu saja ia tak mau diganggu dengan tangis
gadis-gadis ini. Maka ketika ia mendorong
mereka dan menyuruh pulang, urusannya adalah
dengan murid-murid Pulau Api itu maka lalu
bangkit berdiri dan ketakutan memandang
nyonya muda ini.
"Pulang kataku," Soat Eng tak sabar.
"kembali. dan pulanglah dan tak perlu ke sini lagi.
Mereka ini urusanku dan harap kalian pulang!"
Empat gadis itu mengangguk. Mereka
menangis mengucap terima kasih lalu berlarian
tergesa-gesa, tersandung dan bangun lagi namun
kegembiraan tak dapat disembunyikan lagi.
Hutan yang gelap tak diperdulikan lagi. Lalu
ketika empat gadis itu hilang dan Soat Eng
menghadapi empat orang ini maka pedangnya
dicabut mengancam tenggorokan. Siang Le dan
Thai Liong membiarkannya di pinggir, maklum
bahwa Soat Eng ingin dihargai.1424
"Kau!" bentaknya. "Beginikah caramu
memasuki tempat orang, tikus busuk. Mencuri
sekaligus mencari wanita. Begitukah ketuamu
Tan pangcu mengajari kalian!"
Empat murid itu terkejut. Kalau wanita ini
sudah menyebut Tan-pangcu berarti tidak asing
lagi, dan karena mereka sudah mengenal Beng
An dan pemuda jubah merah di sana itu seperti
Kim-mou-eng, mengaku sebagai puteranya jelas
ada hubungan dengan Kim-kongcu itu maka
mereka tak berani macam-macam den bentakan
ini disambut dengan kepala menunduk.
"Hayo, siapa lagi kawan-kewan kalian
yang lain. Mena k?tuamu itu atau tokoh-tokoh
Pulau Api lainnya!"
"Kami hanya sendiri," satu di antara
mereka mengangkat muka, tapi menunduk lagi.
"Kami hanya berlima, hujin, maafkan kami!"
"Maafkan, gampang saja! Apakah kalian
kira begitu enak mendapat maaf hah, pimpinan
kalian telah membunuh ibuku, dan sekarang
antarlah kami ke Pulau Api, atau kalian kubunuh
semua dan pedang ini mencoblos tenggorokan!"1425
Soat Eng main-main dan menggerakkan
tangannya tapi wajah empat orang itu tiba-tiba
pucat, bukan oleh pedang ini melainkan oleh
perintah itu. Siapa berani membawa orang asing
ke Pulau Api. Betapa marahnya ketua mereka
nanti! Dan ketika masing-masing menggeleng
dan minta ampun menyatakan tak berani
membawa ke Pulau Api maka Soat Eng tertegun
melihat betapa empat tawanannya ini menggigil.
"Kami tak berani membawa ke sana.
Kalau hujin ingin berkunjung silakan sendiri,
jangan dengan kami. ,Atau bunuhlah kami dan
biar kami mati di sini".
"Kalian banyak tingkah? Benar-benar
ingin kubunuh?"
"Ampun, kami tak berani melanggar
hujin. Atau kami siap mati di sini.. srat!" pedang
Soat Eng bergerak menabas ke atas tapi orang itu
tak menjerit. la meramkan mata dan saat itu
putuslah rambutnya. Soat Eng menggerakkan
pedang ke atas bukan ke lehernya. Dan ketika
nyonya itu tertegun, ia menggertak saja, main-1426
main dan ingin membuktikan maka Siang Le
berkelebat dan si buntung itu berseru.
"Eng moi, rupanya kita harus
membebaskan orang-orang ini. Sudahlah,
mereka memang tak berani. Biar kita lepaskan
dan suruh pergi!"
Siang Le menotok dan membuka jalan
darah murid-murid Pulau Api itu. la telah
berbisik-bisik dengan Thai Liong dan temannya
itu mengangguk. Tapi ketika isterinya marah dan
melompat ke depan, enak saja orang-orang itu
dilepaskan maka nyonya ini berseru, nyaring,
galak
"Le-ko, manusia-manusia macam ini tak
perlu ?ikasih hati, tak perlu dikasihani. Daripada
dibebaskan lebih baik kubunuh!" namun ketika
pedang bergerak dan benar-benar hendak
menebas leher empat murid itu pucat maka
Siang Le menahan lengan isterinya dan di
kakaknya berseru.
"Eng-moi, Suaminmu benar. Mereka ini
tak berguna. Biarkan merek pergi dan mari kita
juga pergi!"1427
Thai Liong bergerak dan menyambar
tangannya. la dibawa keluar hutan dan Siang Le
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyusul. Lalu ketika ia terkejut dan menjadi
marah, juga Pebasaran, maka di sana Thai Liong
berbisik lirih,
"Jangan bodoh, di tanganku masih ada
seorang tawanan. Kalau mereka memilih mati
daripada pulang tentu ancaman di sana
menakutkan mereka, Eng-moi. Biarkan mereka
pergi dan kita menguntit di belakang" sadarlah
wanita ini. Soat Eng lenyap kemarahannya dan
iapun tak meronta-ronta lagi. Tadinya ia menjerit
dan berteriak agar orang-orang itu dibunuh.
Empat murid Pulau Api itu pucat dan ngeri.
Mereka lebih takut menghadapi Soat Eng
daripada Siang Le atau Thai Liong. Maka ketika
Siang Le membebaskan mereka dan tak ayal lagi
semua memutar tubuh,lari. maka mereka tak
tahu bahwa di dalam hutan Thai Liong berhenti
dan tersenyum, melepaskan adik perempuannya
itu. "Nah, sekarang bagus. Kita disangka
benar-benar membebeskan mereka dan mari1428
ikuti lagi. Tentu mereka ke pantai dan mengambil
perahu. Ayo, kembali dan hati-hati jangan
terlihat".
Nyonya ini berseri. Setelah dia tahu yang
dimaksud kakaknya tentu saja dia lega. Tawenan
yang satu masih dibawa dan dia bertanya untuk
apa itu, bukankah sebaiknya dibuang. Tapi ketika
Thai Liong menjawab bahwa tawanan masih
diperlukan, siapn tahu nanti berguna maka
wanita itu tak bertanya lagi sementara Thai Liong
berkelebat ke depan menghilang mengejar
empat orang itu.
Siang Le memandang isterinya dan
mengangguk. Selama ini mereka memang
menyusuri pantai dan selalu berdekatan dengan
kampung-kampung nelayan, hanya beberapa
saja yang agak jauh ke dalam tapi itupun tidak
banyak. Maka ketika ia menyambar lengan
isterinya dan Soat Eng tak cemberut
mengangguk, mereka bergerak maka benar saja
di luar hutan itu empat tawanan tadi
berlompatan ke dalam dua perahu, bergerak dan1429
mendayung dan sebentar kemudian telah ke
tengah laut.
"Hm, tak ada perahu," Siang Le
mengomel. "Bagaimana kita, Eng-moi. Bisakah
mereka tak mengetahui kita kalau mengejar?"
"Tanya Liong-ko saja," So Eng
memandang kakaknya yang juge mencari-cari
perahu, celingukan. "Bagaimana pendapatmu,
Liong-ko, dikejar atau tidak!"
"Sebenarnya aku dapat mempergunakan
Beng-tau-sin-jin (ilmu Roh), tapi masa tiga orang
harus memasuki jubahku!"
"Kalau begitu cari perahu saja, Thai Liong.
Lihat di balik gerumbul itu ada!"
Siang Le berseru setelah celingukan ke
sana ke mari, menuding dan benar saja di balik
pohon-pohon gelap terdapat sebuah perahu
yang bergoyang-goyang, tapi tak lari dari
tempatnya dan tentu saja si buntung itu girang.
Dan ketika ia sudah melompat dan menyambar
perahu itu, melepas ikatannya maka Thai Liong
terenyum berkelebat menyusul, tawanan
dilempar ke dalam.1430
"Bagus, ayo Eng-moi masuk!"
Soat Eng tak menunggu waktu lagi. Iapun
tak banyak bicara dan berkelebat memasuki
perahu itu, hampir saja miring namun Thal Liong
sudah menyeimbangkan perahu dengan
tangannya. Lalu ketika kakaknya itu mendayung
mempergunakan tangannya yang kuat , perahu
melesat dan mengejar perahu di depan maka
disusullah perahu murid-murid Pulau Api itu,
dibantu Siang Le yang membuat perahu melesat
lebih cepat lagi, seakan terbang.
"Hei, jangan cepat-cepat, Siang Le, jangan
buru-buru. Kita atur jarak agar tak kehilangan
jejak saja!"
Siang Le sadar. la mengangguk dan
akhirnya di malam gelap itu tiga perahu bergerak
di tengah lautan. Bagi Si buntung ini bukanlah
sukar kalau bermain-main di laut. Tempat
tinggalnya adalah Sam-liong-to, pulau yang
dikelilingi lautan. Tapi ketika dua jam kemudian
perahu di depan memisah diri, pemuda itu
terkejut maka Thai Liong juga tertegun karena1431
seakan tahu dikuntit mendadak peranu-perahu
itu mengambil arah berlainan!
"Hm, apa yang terjadi. Masa kita
ketahuan!'
"Tak mungkin," Siang Le menggeleng.
"Lautan ini gelap, hanya bintang di langit
yang buram menerangi sedikit. Aku curiga bahwa
itulah peraturan murid-murid Pulau Api apabila
pergi secara berkelompok!" ,
Dugaan ini memang benar Tan Siok atau
Tan-pangcu sudah menetapkan peraturan
bahwa siapapun murid-murid Pulau Api tak
boleh bergerombol mendatangi pulau, apalagi
kalau baru saja bertemu musuh. Maka ketika dua
perahu itu berpisah dan ini membingungkan Thai
Liong, siapa yang akan diikuti tiba-tiba pemuda
itu teringat tawanannya dan membebaskan
totokannya menyadarkan dengan tekanan kuat.
"Hei,..bangun ,beri tahu kami arah mana
menuju Pulau Api!"
Murid itu terkejut. la mengeluh dan sadar
dan sejenak bingung melihat bintang-bintang
bertaburan. Ia menggeletak di lantai perahu1432
menghadap ke atas, yang ada ialah bintangbintang itu. Tapi ketika ia didudukkan dan
tengkuknya ditekan Thai Liong, tersentak maka
murid ini berubah dan tiba-tiba berteriak.
"Lepaskan aku!" Namun Thai Liong
menotok pundaknya. Tawanan roboh dan urat
gagupun diketuk, ia tak mampu bersuara. Dan
ketika ia terbelalak sementara Soat Eng bengis
mencabut pedang, kembali mengancam dengan
menekan leher lawan maka nyonya itu tak sabar
melihat perahu semakin menjauh, dua perahu
itu berpencar lebar
"Cepat, atau tenggorokanmu kutusuk!"
Siang Le menggeleng kepala. Lagi-lagi ia
melihat isterinya bersikap bengis,sikap yang
dapat dibuktikan sewaktu-waktu kalau lawan
membuat marah. Dan ketika ia khawatir namun
Thai Liong tersenyum mengedip, sang kakak
selalu berjaga maka tawanan mengeluh dan ahuh-ah-uh tak mampu bicara.
"Hm, jangan berteriak kalau tak ingin
tersiksa. Bicara baik-baik atau kepalamu
kubenamkan ke air," Thai Liong membebaskan1433
urat gagu dan pura-pura bersikap bengis pula. la
menekan punggung orang yang membuat murid
Pulau Api itu mengerang, ribuan semut api
seakan menggigiti tubuhnya. Dan ketika ia
mengangguk dan meminta ampun, biarlah bicara
baik-baik maka Soat Eng disuruh meryimpan
pedangnya agar tak membuatnya ketakutan.
"Aku. . aku tak berani bicara. Tapi kalau
hendak mengikuti mereka belokkanlah perahu
mengejar yang kiri itu. Ampun. .. lepaskan aku!"
"Hm, tentu kulepaskan, tapi setelah
menemukan pulaumu. Baik, terima kasih. sobat
Tidurlah lagi tapi awas kalau bohong!" Thai Liong
menggerakkan jarinya lagi dan murid itu roboh.
Ia tak melihat betapa pucat wajah tawanannya
ini. Kata-kata Thai Liong seakan mengantarnya ke
neraka. Tapi karena ia ditotok kembali dan roboh
terguling, Thai Liong menggerakkan perahu
mengejar yang kiri maka Soat Eng membantu
karena jarak sudah terlalu jauh.
Tapi Thai Liong dibuat curiga. Lewat
tengah malamn menjelang pagi, setelah
perjalanan dilakukan enam jam maka yang mulai1434
terlihat adalah segundukan tanah hitam di depan
sana. Mereka rupanya mendekati daratan
namun bukan Pulau Api. Pulau itu seperti pulau
biasa-biasa saja yang tak memiliki keistimewaan,
ia curiga. Dan ketika ia bertanya bagaimana
baiknya sekarang, sebentar lagi mereka bakal
terlihat maka Soat Eng berdiri mengepalkan
tinju.
"Baiknya didahului saja, cegat dan
tangkap. Suruh mereka membawa kita kepada
pemimpinnya, Liong-ko, atau bunuh karena kita
sudah di sini!"
"Hm, ini bukan Pulau Api, kita rupanya
dibawa ke tempat lain. Tangkap dan bunuh
pekerjaan gampang, Eng-moi, tapi bukan tujuan
utama. Bagaimana pendapat suamimu atau aku
harus memutuskan cepat!"
"Kau benar, aku juga curiga. Ini bukan
Pulau Api, Thai Liong, ini pulau biasa. Sebaiknya
mendarat di tempat lain saja dan kita ikuti dari
jauh!"
"Untuk apa!" Soat Eng berseru.
"Semalam kita mengejar, Le-ko, masa masih juga1435
tak ada penyelesaian. Tidak, aku lebih baik
menangkap mereka dan biar mereka tahu... ,..
hooiiiii!" nyonya itu tiba- tiba membawa telapak
ke mulut, berteriak, mengejutkan Thai Liong dan
juga perahu di depan, yang tiba-tiba berhenti.
"Jangan kalian maju lagi, tikus-tikus
busuk. Berhenti di situ dan lihat kami datang!"
Dengan gerakan kuat tiba-tiba nyonya itu
mengangkat perahunya yang meluncur ke
depan. Perahu tidak menyentuh permukaan air
lagi melainkan terangkat naik, benar-benar
terbang dan ketika jatuh wanita ini sudah
memukulkan telapaknya ke permukaan laut,
membuat perahu meloncat dan terbang lagi ke
depan. Dan ketika gerakan ini membuat lawan
menjadi terkejut, sekejap saja Soat Eng sudah
mendekati mereka maka tak ayal lagi dua murid
Pulau Api itu memekik dan merekapun
menggerakkan perahu melarikan diri!
Namun Soat Eng tertawa mengejek. la
sudah mencegat di depan dan dua orang itu
pucat, ke manapun berputar kesitu pula si
nyonya menghadang. Ketika mereka berseru dan1436
bangkit berdiri tiba-tiba keduanya mencebur
meninggalkan perahu. Matahari di timur sudah
menampakkan cahayanya yang kemerahmerahan.
"Byuuuuurrrr!"
Sang nyonya mengerutkan kening. Ia tak
menyangka lawan meninggalkan perahu
mencebur ke laut. Dan ketika ia tertegun
membelalakkan mata mendadak perahu
berguncang dan terangkat naik. Kiranya dua
orang itu menyelam. dan kini mencoba
membalikkan perahu untuk mencelakai mereka!
Akan tetapi yang ada di atas perahu
adalah orang-orang keturunan Pendeker Rambut
Emas. Thai Liong tersenyum-senyum saja tak
melakukan sesuatu, sengaja membiarkan
semuanya diselesaikan adiknya itu. Dan ketika di
sana Siang Lee juga tersenyum-senyum, sejenak
terkejut tapi tertawa kecil maka Soat Eng
membentak dan mengerahkan Jing-kin-kang
(Tenaga Seribu Kati). Tenaga membuat perahu
menjadi berat dan dua orang di bawah terkejut.
Mereka memang hendak membalikkan perahu1437
dan menyangka dengan begitu dapat menguasai
lawan. Kalau tiga orang itu tercebur tentu di
dalam air mereka dapat mencelakai nyonya
muda dan dua temannya itu. Maka ketika perahu
tiba-tiba turun lagi dan mereka tersentak,
mengangkat namun tertekan ke bawah maka
Soat Eng mengibaskan lengannya dan kepala dua
orang itu yang muncul sedikit dihantam.
"Plak!" Kepala itu terbenam. Dua orang
ini berteriak di dalam air dan sebelum mereka
berbuat banyak nyonya itupun sudah melepas
ikat pinggangnya. Sekali senjata itu meledak
tahu-tahu membelit kaki lawan menarik dan
membetot mereka hingga tak ampun lagi dua
orang ini pucat. Mereka masih pening oleh
pukulan di kepala tadi. Dan ketika mereka
berdebuk dan jatuh di lantai perahu, setengah
pingsan maka nyonya itu menginjak dada mereka
dengan kemarahan ditahan. Perahu terus
bergerak dan kini sudah mendarat di pulau itu.
"Nah, macam-macam apalagi. Bicara
terus terang atau kalian mampus!"1438
Dua orang itu pucat. Thai Liong dan siang
Le sudah melompat turun dan Rajawali Merah itu
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rupanya tak mau mengganggu Soat Eng,
membiarkan adiknya mengancam dua murid
Pulau Api itu namun Siang Le tiba-tiba berteriak.
Si buntung itu menunjuk ke dalam , Dan ketika
Thai Liong terkejut karena tawanan pertama
mulutnya berdarah, ujung lidahnya keluar maka
Siang Le sudah bergerak dan menyambar
pemuda Pulau Api ini, berseru tertahan.
"la tewas, lidahnya putus!"
Dewa Arak 96 Malaikat Tanpa Wajah Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang Miss Pesimis Karya Alia Zalea
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama