Ceritasilat Novel Online

Putri Es 15

Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara Bagian 15


kejam orang-orang Pulau Api. Maka ketika ia
terbelalak dan menengadahkan muka, rambut
keemasan Thai Liong mirip ayahnya maka1549
barulah gadis itu sadar bahwa yang ada di
depannya ini bukanlah Pendekar Rambut Emas
Kim-mou-eng melainkan seorang pemuda
tigapuluhan tahun yang wajah serta bentuk
tubuhnya mirip, terutama rambutnya itu.
"Ah, siauw-hiap... .. siauw-hiap....!"
"Benar, aku Thai Liong, putera ayahku
Kim-mou-eng. Agaknya kedatanganku terlambat
dan didahului ayahku itu. Hm apa yang terjadi
dan ceritakan kepadaku,cici. Aku kakak Beng An
yang kau sebut-sebut Kim-kongcu itu. Aku Thai
Liong!"
Gadis itu mendadak menangis lagi.
Setelah ia tahu bahwa yeng di depannya ini
adalah putera Pendekar Rambut Emas pula dan
kakak Beng An iapun tiba-tiba sedih. Tangis itu
meledak lagi namun Thai Liong melepas
ikatannya, belenggu itu sekali tabas putus. Dan
ketika Thai Liong membujuk namun tetap tak
berhasil, gadis ini masih menangis terus akhirnya
Soat Eng bergerak dan menyambar pundak itu,
tak sabar.1550
"Kau siapa dan apa yang terjadi. Heh
hentikan tangismu dan ceritakan kepada kami!"
"Aku. .. aku Hwa Seng, murid Lembah Es.
Siapa kau, lihiap, sebaiknya kalian cepat pergi
atau aku malah celaka lagi!"
"Hm, aku cici Beng An, datang untuk
mencari adikku itu. Orang Pulau Api mengatakan
bahwa adikku di sini. Nah, katakan benar atau
tidak, Hwa Seng. Ceritakan padaku apa yang
terjadi dan kenapa kau di lubang itu!"
"Aku menerima hukuman, dibuang.
Sebulan aku tak boleh kembali, lihiap, dan masih
kurang tiga hari. Aku. aku tak dapat bercerita
banyak kecuali bahwa Kim-kongcu den Puteri
telah pergi.
"Pergi?" Soat Eng melotot." Setelah kami
jauh-jauh datang lalu mendapat keterangan
bahwa adikku pergi? Jangan bohong, aku tak
kenal siapa kau, Hwa Seng. Tapi aku dapat
berlaku kejam kalau kau menipu aku!"
"Aku tak bohong," gadis itu tersedu lagi.
"Kim-kongcu dan Puteri meninggalkan tempat
ini, lihiap, kemudian disusul oleh dua pimpinan1551
kami yang lain, Leng-Cici dan Keng-cici. Aku tak
bohong dan kami penghuni yang lain bermaksud
menyusul!"
Soat Eng tertegun. Thai Liong menggamit
lengannya dan menyuruh bermuka lembut, gadis
Lembah Es itu adalah orang yang dapat dimintai
keterangan. Dan ketika ia mengurangi
kemarahannya bersikap lebih sabar maka ia
menyuruh gadis itu menghentikan tangisnya.
"Baiklah, hentikan tangismu dan
ceritakan lebih baik. Bagaimana kami dapat
mendengar ceritamu kalau terus menangis
begini."
"Aku teringat Puteri, juga kongcu. Aku
sedih teringat mereka dan betapa kejamnya
Thai-houw!"
"Siapa yang kau maksud Thai-houw.
Apakah We We Moli?" Thai Liong maju dan
bertanya.
"Siauw-hiap tahu?" gadis itu tertegun.
"Benar siauw-hiap, sesepuh kami itu.
Kim-kongcu hampir saja celaka di tangan nenek
ini. Kami tak ada yang berani!"1552
"Hm, ceritakan itu, berhentilah menangis
dan ceritakan baik-baik. Kami mendengarkan."
Gadis ini mengangguk. Akhirnya ia
mengucap terima kasih akan pertolongan Thai
Liong tadi, terisak dan akhirnya berhenti
menangis dan duduklah dia bersimpuh. Melihat
sikapnya yang seperti pelayan membuat Thai
Liong terharu, gadis ini rendah hati benar, Maka
ketika ia menyuruhnya duduk yang enak dan
semula gadis ini tampak ragu-ragu, Thai Liong
menyentuh pundaknya maka pemuda itu
berkata bahwa mereka adalah orang-orang biasa
saja.
"Aku bukan seperti Puteri atau siapapun
tokoh Lembah Es, kami bertiga orang-orang biasa
saja. Duduklah yang enak dan jangan ragu-ragu
bercerita.'
"Siauw-hiap seperti Kim-kongcu," Hwa
Seng mendesah. "Siauw-hiap tak berbeda jauh
dengan Kim-kongcu itu. Ah, kalian kakak beradik
benar-benar tak banyak peradatan!"
"Kami orang-orang kang-ouw!" Thai Liong
tersenyum. "Sebagai orang yang biasa merantau1553
dan tinggal di mana saja kami tak menghendaki
tata peraturan ketat, Hwa Seng. Di sini kau
sahabat kami, duduklah dan ceritalah tanpa
ragu-ragu".
Akhirnya gadis itu mengangguk. Sekali
lagi ia membuktikan bahwa Beng An dan
kakaknya ini tak jauh berbeda,. hanya rambut
pemuda itulah yang lain. Thai Liong masih
berdarah Tar-tar karena mendiang ibunya Salima
adalah seorang wanita Tar-tar, bukan bangsa
Han. Lalu ketika ia bercerita dan Thai Liong
mendengarkan tentu saja pemuda itu menahan
ketegangan ketika beberapa kali Cerita itu
menyinggung adik mereka, terutama ketika Beng
An dihajar We We Moli dan betapa lihainya
wanita itu.
"Puteri jatuh cinta bersama Kim-kongcu,
semua sudah sama tahu.Namun karena sudah
beratus tahun ini penghuni Lembah Es tak boleh
bergaul dengan lelaki maka hal itu merupakan
pantangan besar apalagi sampai menikah. Akan
te-tapi Kim-kongcu bagi kami lain, ia telah
menolong dan membebaskan kami dari1554
kekalahan menandingi orang-orang Pulau Api,
apalagi karena kongcu juga sudah berhasil
melewati tujuh rintangan yang dulu merupakan
ujian baginya. Terhadap Kim-kongcu ini kami
merasa suka, siauw-hiap, hanya kepada Kimkongcu ini kami seakan merasakan lain. Apalagi
aku yang pernah ditolongnya tak sekalipun
mendapat perlakuan tak pantas dari Kim-kongcu.
la benar-benar pemuda pilih tanding yang pantas
menjadi suami Puteri. Kami seluruh penghuni
merasa kagum!"
"Jadi kau yang dulu dibebaskan adikku
dari tangan Tan-pangcu dan para muridnya?"
Soat Eng teringat.
"Benar, lihiap, akulah itu. Dan kongcu
membawaku sampai selamat di sini."
"Hm-hm, betul. Beng An telah
menceritakan itu. Lanjutkanlah bagaimana
akhirnya dengan sesepuh kalian itu, We We Moli
yang ternyata masih tak meninggalkan
kekuasaannya."
"Beliau tentu saja marah, Puteri
dihukum!"1555
"Dengan mengusirnya keluar dari
istana?"
"Benar, lihiap, tapi semula tidak begitu.
Puteri hendak dibunuh!"
"Hm, lalu kenapa bunyi hukuman
berubah?"
"Ini karena Leng-cicl dan Keng-cici, juga
tokoh-tokoh lain Lembah Es. Mereka minta
dibunuh kalau Puteri dibunuh!"
"Hm, hebat. Kalau begitu penghuni
Lembah Es bisa habis!"
"Ya, benar, dan sesepuh kami akhirnya
membatalkan hukuman mati. Ia mengusir Puteri
dan Kim-kongcupun akhirnya selamat".
" Baik,kira kira berapa lama kejadian itu?"
"Kira-kira tiga empat minggu lalu."
Soat Eng mengerutkan kening. Ia
memandang kakaknya tapi Thai Liong tersenyum
menarik napas tenang. Hanya pemuda inilah
yang paling tenang di antara semuanya,
meskipun sebenarnya jantung pemuda itu juga
berdetak mendengar betapa adiknya di ambang
maut , hampir dibunuh We We Moli. Dan ketika1556
gadis itu kembali melanjutkan bahwa akhirnya
sang Puteri meninggalkan mereka, pergi
bersama Beng An maka gadis ini menutup bahwa
tak lama kemudian Thio Leng dan Sui Keng juga
meninggalkan Lembah, hampir disusul oleh yang
lain namun gadis itu mencegah bahwa mereka
berdua cukup, yang lain harus menjaga
keselamatan penghuni.
"Kalau saja Leng-cici dan Keng-cici tak
mencegah mereka tentu Yo-siocia dan cici yang
lain pergi menyusul. Tapi mereka diharuskan
menjaga Lembah, dua pimpinan itu cukup
mewakili mereka. Dan aku akhirnya dibuang di
sini selama sebulan karena aku dianggap garagara pertemuan Kim-kongcu dan Puteri!"
"Kasihan," Siang Le tiba-tiba memandang
gadis itu, terharu. "Kau banyak berkorban, Hwa
Seng, tapi mudah-mudahan pengorbananmu tak
sia-sia. Maksudku mudah-mudahan adikku Beng
An dapat hidup berbahagia dengan Puteri Es!"
"Tak mungkin," gadis itu tiba-tiba
menangis. "Kalaupun mereka berdua bukan
berarti Puteri dapat menikah, siauw-hiap. Tanpa1557
perkenan atau restu sesepuh tak mungkin
mereka menjadi suami isteri. Puteri harus
menghormat para leluhur!"
"Hm, begitukah? Tapi perkawinan bukan
ditentukan oleh seorang dua orang tokoh. Para
pendeta atau orang-orang tua lain dapat
merestui."
"Tidak bagi penghuni Lembah Es. Kalau
itu dipaksakan maka malapetaka akan menimpa,
siauw-hiap, mereka tak akan mendapat
keturunan dan yang puteri akan tewas terkena
kutuk. Kecantikannya hilang dan tubuh menjadi
rusak, rohnya akan ditolak oleh para leluhur dan
mereka tak mendapat tempat"
Siang Le tertegun . Isterinya terbelalak
dan ngeri, sebagai wanita tentu saja hilangnya
kecantikan adalah paling menakutkan. Kalaupun
masih ditambah kutuk dan kelak arwahnya tak
bisa bertemu leluhur maka hal itu sungguh hebat
lagi. Siapa yang mau! Maka ketika Soat Eng
mengangguk-angguk dan dapat mengerti,
suaminya menghela napas maka si buntung itu1558
bertanya apakah tak ada jalan lain
menyelesaikan persoalan ini.
"Cinta adalah sesuatu yang agung, aneh
dan penuh misteri. Kalau mereka nekat tak mau
berpisah tentu repot bila tak berlanjut di gerbang
perkawinan, Hwa Seng. Tak adakah jalan lain
menyelesaikan ini. Dan bagaimana dengan gakhu (ayah mertua) dan keponakan-keponakanku
yang lain."
"Kim-taihiap dilempar Sesepuh kami.
Hanya karena ia telah berjasa menghalau orangorang Pulau Api maka ia tak dibunuh, begitu juga
wanita cantik itu dan anak-anak. Entah siapa
wanita itu tapi kecantikannya hampir
menandingi Puteri!"
"Ia isteriku," Thai Liong tersenyum.
"Dan anak laki-laki yang dibawanye itu
adalah puteraku, Hwa Seng, Bun Tiong
namanya."
"Benar, Bun Tiong! Ya-ya, aku ingat itu.
Namanya Bun Tiong. Ah, anak laki-laki itu hebat
sekali, siauw-hiap, maksudku gagah dan1559
pemberani sekali. Dia mempermainkan kami
penghuni Lembah Es sebelum tertangkap!"
"Hm, tapi akhirnya tak apa-ap bukan?"
"Tidak, tidak, tak apa-apa. Puteri
membebaskan mereka dan Kim-taihiap malah
membantu kami menghadapi serangan orangorang Pulau Api!"
"Namun akhirnya ayah dikalahkan
locianpwe We We Moli."
"Benar, siauw-hiap, untuk ini kami tak
dapat berbuat apa-apa. Terhadap kalian keluarga
Pendekar Rambut Emas kami benar-benar
merasa , memberi pengecualian."
"Baiklah, lalu apalagi yang dapat kauceritakan."
"Tak ada lagi...!"
"Eh, urusan adikku tadi belum terjawab,
Hwa Seng. Bagaimana supaya mereka dapat
menikah menjadi suami isteri!" Siang Le berseru.


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar, bagaimana itu," Thai Liong
mengangguk. "Aku juga ingin tahu, Hwa Seng.
Masa tak ada jalan untuk mengatasi ini".1560
"Percuma," gadis itu menunduk, isaknya
keluar lagi. "Memperisteri Puterl harus
berhubungan dengan sesepuh kami, siauw-hiap.
Ada beberapa syarat yang harus dilalui, tapi yang
terakhir ini yang paling berat!"
"Hm, syarat apa saja itu."
"Sebagian besar sudah dilalui Kimkongcu, seperti misalnya mengalahkan Puteri
dan membantu kami mengusir orang-orang
Pulau Api. Tapi yang ini paling berat, dan tak
mungkin dilakukan kongcu. Ia harus dapat
mengalahkan sesepuh kami!"
Siang Le tertegun. Gadis itu sudah
menangis lagi sementara Thai Liong menarik
napas panjang. Soat Eng, isterinya memerah
dengan pandangan berapi. Sombong wanita
Lembah Es itu! Namun karena ia mengetahui
betapa lihainya dedengkot Pulau Api dan We We
Moli dinyatakan masih lebih hebat lagi, dua
kakek itu pecundang maka wanita ini menoleh
pada kakaknya dan Thai Liong mengangguk,
diam-diam berkelebat lenyap.1561
"Aku ke dalam, Eng-moi, jaga suamimu
dan wanita itu. Biar kuwakili adikku Beng An."
Soat Eng girang. Kalau kakaknya sudah
maju ke depan dan siap menandingi wanita itu
tentu saja ia menjadi gembira dan timbul
semangat. Siapa lagi yang diharap kalau bukan
Thai Liong! Maka ketika ia tertawa manis dan
menyambar gadis itu iapun berseru pada
suaminya,
"Le-ko, agaknya Hwa Seng menjadi
petunjuk jalan kita. Biarlah ia memimpin dan
memberi jalan!"
Gadis ini terkejut. "Ji-wi mau ke mana?"
"Ke mana lagi kalau bukan ke istana
Lembah Es, Hwa Seng. Ayo tunjukkan kepada
kami dan lihat kakakku sudah pergi lebih dulu!"
Gadis ini semakin terkejut. la tak melihat
lagi Rajawali Merah itu sementara Siang Le
tersenyum. la sudah menaruh simpati dan suka
kepada orang-orang muda ini, apalagi setelah
tahu mereka adalah kakak-kakak Beng An. Tapi
melihat betapa dirinya disendal dan dibawa
melayang tak urung juga dia berteriak.1562
"Lihiap, jangan, tunggu dulu!"
"Hm, tunggu apa?" Soat Eng berhenti.
"Jangan ke Sana , lihiap, tidak. Aku tak
berani dan sisa hukumanku masih harus kujalani
juga. Jangan kalian pergi atau kalian bertiga
dibunuh!"
"Hi-hik, dibunuh atau terancam dibunuh
sudah berulang-ulang kami alami, Hwa Seng.
Kalau kau tak mau ikut tak apa-apa, hanya jangan
salahkan kami kalau ada apa-apa!"
"Lihiap..!"
Akan tetapi Soat Eng sudah melepaskan
dirinya. Nyonya itu tak mau menunda waktu lagi
karena bayangan kakaknya sudah jauh di sana. Ia
harus mengejar atau kehilangan jejak. Maka
ketika ia berkelebat meninggalkan gadis itu, Hwa
Seng berteriak tapi tak digubris akhirnya jatuhlah
gadis itu tersedu-sedu, menyesal dan juga ngeri.
"Lihiap, kau dan kakakmu sama-sama
keras kepala. Ah, bagaimana nanti kalau Kimkongcu tahu. Kalian mempertaruhkan nyawa!"
Namun Soat Eng dan suaminya sudah lenyap.
Sama seperti Beng An wanita ini memiliki1563
keberanian berlebih. Mereka adalah puteraputeri Kim-mou-eng yang tak mengenal takut,
ancaman bahaya justeru merangsang mereka.
Sampai di mana bahaya itu! Maka ketika ia
meninggalkan gadis Lembah Es itu sementara
Hwa Seng kembali dan mengguguk di lubang
hukumannya maka dua orang itu menyusul Thai
Liong yang berkelebatan jubahnya sudah
memasuki suatu wilayah kawat berduri yang
menunjukkan daerah perbatasan. Soat Eng
memang wanita pemberani. Berhadapan dengan
siapapun ia tak takut. Tapi melihat daerah sunyi
itu dan jejak kakaknya lenyap ia berhenti dan
keder juga. Ada pengaruh getaran kuat yang
penuh wibawa.
"Kalian di situ dulu!", suara Thai Liong
tiba-tiba terdengar. "Di balik pagar itu ada
kekuatan gaib yang tak dapat kalian masuki, Engmoi. Biarkan aku bekerja di sini membuat jalan
untuk kalian."
Soat Eng terbelalak. la sudah memasuki
daerah itu dan benar saja terdorong mundur. Di
balik pagar kawat itu seakan ada tenaga tak1564
kelihatan yang membuat ia tertahan. Tenaga
gaib! Dan ketika suaminya juga berseru tertahan
tak mampu menerobos, ada hawa dingin yang
menahan mereka barulah kakak mereka Thai
Liong berseru lagi.
"Bergerak tujuh langkah ke kiri dan
masuklah, awas hati-hati!!"
Terdengar ledakan. Tujuh langkah di
sebelah kiri tiba-tiba asap putih meledak disertai
asap biru. Soat Eng melompat dan masuk ke sini.
Dan ketika ia terheran-heran karena udara di situ
teresa ringan dan enak maka Siang Le juga
melompat menyusul namun baju pemuda ini
robek oleh sinar biru yang tiba-tiba mencuat.
Bagai petir menyambar!
"Hati-hati, Siang Le. Di dekat pagar itu.
terpasang Bhi-lek-ciang (Tangan Laser Biru)!"
Si buntung terkejut. la mengeluarkan
keringat dingin namun selanjutnya tak ada apaapa lagi. Hanya terdengar beberapa kali suara
"brat-bret" seperti gunting memutusken kawat,
tajam dan lenyap dan selanjutnya mereka
melangkah hati-hati. Ternyata di tempat itu1565
dipasangi kekuatan gaib dari sebuah tenaga Sakti
semacam pagar tak kelihatan dengan setrum
bertegangan tinggi. Dan ketika si buntung itu
melangkah hati-hati namun akhirnya suara Thai
Liong tak kedengaran lagi, tanda aman maka Soat
Eng menyambar lengan suaminya dan
berkelebat tak sabar.
"Liong-ko tak memberi petunjuk apa-apa
lagi, berarti aman. Mari kita kejar dan kerahkan
ilmu lari cepatmu!"
Siang Le mengangguk. Ia telah merasa
bebas dan tenang lagi setelah bahaya lewat.
Entah bagaimana kalau Thai Liong tak ada di situ,
tentu mereka menabrak pagar gaib itu dan
terbakar. Bajunya saja hangus! Dan ketika ia
mengangguk dan mengerahkan ilmu lari
cepatnya maka Thai Liong sendiri sudah berada
Jauh di depan dan kagum akan pasangan sinar
gaib yeng merupakan pagar pelindung itu.
Untung ia tahu karena sinkangnya bergetar.
Tanda-tanda kekuatan gaib ditangkap. Dan
karena ia maklum bahwa itu tentu perbuatan We
We Moli, mulailah ia percaya kesaktian wanita ini1566
maka Thai Liong tak mau gegabah dan
mempertajam kehati-hatiannya. Kiranya, telah
terjadi perobahan di wilayah ini. Lembah Es yang
dulu dijaga dan diawasi ketat sekarang sudah
tidak lagi begitu. Sebagai gantinya We We Mo-li
melempar kesaktiannya menjaga wilayah
dengan Bhi-lek-ciangnya. Tenaga Laser Biru ini
mengelilingi seluruh tapal batas dengan
kekuatan gaib. Jangankan orang luar, penghuni
sendiri tak dapat keluar kalau menabrak pagar
gaib itu. Mereka telah diperingatkan dan bagi
yang melanggar akan roboh berkelojotan, tewas
bagai disengat listrik, hangus! Dan karena
beberapa di antaranya sudah membuktikan itu
dan ini dilakukan wanita itu agar tak ada yang
keluar mengikuti jejak Thio Leng ataupun Sui
Keng maka praktis murid-murid Lembah Es
seakan terkurung! We We Moli kiranya wanita
ganas. Sebagai sesepuh yang dihormati dan
disegani di situ maka kejadian tentang Beng An
dan Puteri Es membuat wajahnya serasa
tertampar. Kalau seja Thio Leng dan lain-lain itu
tak mengancamnya untuk bunuh diri kalau1567
junjungan mereka dibunuh tentu nenek ini
benar-benar membunuh Beng An dan
kekasihnya. Dia tak perduli Puteri Es sebagai
Ratu, dia masih tetap berkuasa daripada gadis
itu. Tapi ketika terbentur tekad Thio Leng dan
para m?rid yang siap bela-pati, membela gadis
itu maka nenek yang sepasang matanya
memutih tanpa manik ini tertegun, terguncang
oleh pukulan jiwa.
*** Credit
Sumber Buku Bapak Gunawan Aj
Kontributor Bapak Awie Dermawan
Edit OCR Yons
Koleksi Kolektor Ebook1568
"PUTRI ES"
( Lanjutan Rajawali Merah )
Karya Batara
Jilid XXVI
* * * KALAU saja ia tak ingat bahwa penghuni
Lembah Es adalah murid dan keturunan kaum
ningrat mungkin ia akan membunuh mereka, tak
perduli. Tapi tidak, ia tak mungkin dapat
membunuh-bunuhi mereka dan menghabiskan
semua anggauta keluarga sendiri. Bagaimana
dengan orang-orang Pulau Api nanti, mereka
pasti bersorak! Maka ketika ia mendiamkan saja
dan mengganti hukuman dengan mengusir,
Puteri Es disuruh keluar maka hal lain yang tak
disangka wanita ini adalah perginya Thio Leng
dan Sui Keng.
Dua gadis itu mengikuti junjungannya
sebagai tanda setia. Mereka ini adalah tokohtokohs pimpinan yang kepergiannya tentu saja
membuat dia terkejut. Diam-diam We We Moli1569
semakin marah! Dan ketika benar saja yang lain
hendak ikut dan menyusul, lenyaplah
kesabarannya maka dipasangnya Bhi-lek-ciang di
perbatasan wilayah itu. Sebelas murid terbakar
dan hangus, yang lain menjadi gentar dan pucat.
Dan ketika wanita itu tersenyum mengejek di
guha pertapaannya, ia berada di puncak gunung
di belakang istana maka murid-murid Lembah Es
tak ada yang berani ke luar lagi dan ancaman
sesepuh mereka itu membuat takut. Tapi hari ini
Rajawali Merah datang bertamu. Dengan
kesaktiannya dan Beng-tau-sin-jinnya putera
Pendekar Rambut Emas itu mematahkan pagar
sihir. Kekuatan Laser Biru dihancurkan. Dan
ketika ia terus masuk sementara adiknya
menyusul di belakang, Thai Liong akhirnya tiba di
gunung pertama yang tanpa penjagaan akhirnya
pemuda ini bertemu juga dengan dua murid
wanita Lembah Es. Thai Liong tak
mempergunakan ilmunya menghilang, ia justeru
ingin bertemu dan bertegur sapa dengan
penghuni Lembah, memberi tahu
kedatangannya. Maka ketika ia berkelebat dan1570
tahu-tahu berdiri di depan dua gadis ini, tepat di
ujung jalan maka dua murid Lembah Es yang
membawa sekeranjang cucian itu mendadak
berseru tertahan dan lagi-lagi mengira bahwa dia
adalah Pendekar Rambut Emas.
"Kim-mou-eng!"
"Bukan, aku Thai Liong," Thai Liong
menjura dan tersenyum ramah. "Aku puteranya,
jiwi-siocia (dua nona berdua), datang untuk
mencari adikku tapi kabarnya dihukum tetua
kalian We We Moli locianpwe. Nah, tolong
antarkan aku kepadanya atau kalian tunjukkan di
mana ketua kalian itu berada."
Dua gadis ini mundur. Thai Liong yang
tahu-tahu muncul seperti iblis membuat mereka
tersentak kaget, sejenak girang dan mengira Kimmou-eng tapi ternyata bukan. Yang di depan
mereka ini adalah Kim-mou-eng lain, pernuda
tampan dengan tutur kata halus, gagah dan
jubahnya yang serba merah itu menambah
kewibawaannya. Mengejutkan sekali
kedatangan pemuda ini, sejenak mereka pucat.
Tapi sadar behwa mereka harus berbuat sesuatu,1571
baru kali itu mereka berhadapan dengan pemuda
ini maka keduanya melempar cucian dan
langsung mencabut pedang. "Manusia liar dari
mana ini berani datang. Enyah dan pergilah cepat


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebelum kami membunuhmu!"
"Aku Thai Liong, kakak Beng An!"
"Tak perduli, manusia busuk. Sekali lagi
pergi dan enyahlah atau kami tak tahu kau
saudara siapa!"
Thai Liong mengerutkan kening. dia telah
menduga watak keras penghuni Lembah Es ini,
apalagi terhadap lelaki. Namun mendengar
bentakan dan sikap itu dia tak senang juga,
tertawa getir. Namun karena dia dapat menduga
bahwa semua ini tentu karena kebengisan We
We Moli, penghuni dan semua murid menjadi
takut maka Thai Liong tiba-tiba dapat menekan
rasa tak senangnya sendiri dengan berkata,
"Nona - nona , aku datang bukan untuk
memusuhi kalian, aku hanya ingin mencari
sesepuh kalian dan bertanya tentang adikku
Beng An. Beritahukanlah kedatanganku atau1572
tunjukkan di mana tatua kalian itu dapat
kutemui"
Thai Liong tak dapat menyelesaikan katakatanya. Dua gadis itu terbelalak dan marah lalu
tiba-tiba menerjang, pedang mendesing dan
langsung menusuk tenggorokan, sekali kena
tentu celaka. Tapi karena yang dihadapi kali ini
adalah Rajawall Merah yang bukan
tandingannya, Thai Liong berkelebat dan lenyap
tahu-tahu pemuda itu telah meloncat dan Lari
mendaki gunung.
"Heiii"
"Aahh!" Dua gadis itu membalik. Mereka
hanya merasa kesiur dingin di samping tubuh,
pemuda ltu bergerak luar biasa cepat dan
pedangpun mengenai angin kosong. Terkejutlah
mereka ketika tahu-tahu pamuda itu telah
terbang ke atas, mendaki cepat dan naik tanpa
memperdulikan mereka lagi. Thai Liong sengaja
menunjukkan dirinya agar dikejar,
mempergunakan ilmu lari cepat biasa dan dua
gadis itu dapat melihat. Dan ketika benar saja
mereka membentak dan mengejar, pemuda itu1573
sudah di puncak gunung maka Thai Liong melihat
gunung-gunung yang lain dalam ketinggian itu.
"Pemuda siluman, berhenti "
Apa boleh buat, Thai Liong lari lagi. Ia
tersenyum menuju gunung kedua, harus
membuat ribut agar penghuni semua tahu. Dan
ketika ia bergerak dan terus lari dikejar,
memasuki jalanan setapak di mana bayanganbayangan lain muncul maka berturut-turut para
penghuni Lembah mulai melihatnya dan lima
gadis menghadang di depan.
"Siapa kau, berhenti!"
Thai Liong menjulurkan tangannya. Lima
gadis itu juga mencabut senjata dan
menunggunya, jelas mereka siap menyerang.
Tapi ketika ia bergerak dan menotok dari jauh,
lima gadis itu berteriak maka pedang di tangan
terlempar karena pergelangan mereka tahu-tahu
disengat angin pukulan lihai yang menotok
mereka.
"Aduh!" Thai Liong sudah meneruskan
larinya. Baginya murid-murid Lembah Es
bukanlah lawan yang perlu ditakuti, ia membuat1574
pedang mencelat dan pemiliknya bergulingan
menjerit. Pergelangan tangan mereka itu seakan
terkilir, pedas dan sakit. Dan ketika pemuda itu
meloncat dan lari pergi, yang lain berdatangan
dan muncul dari kiri kanan maka belum melewati
gunung kedua pemuda ini sudah di serang dan
dibentak dari delapan penjuru. "Jahanam dari
mana ini berani mengacau Lembah Es.
Mampuslah!"
Thai Liong menggerakkan tangannya ke
kiri kanan. Semua pedang mental bertemu
tangannya dan gadis-gadis itu terpekik, belum
apa-apa mereka terbanting dan terlepas
senjatanya. Lalu ketika pemuda itu lari lagi dan
berseru bahwa ia ingin bertemu We We Moli,
sesepuh Lembah Es maka Thai Liong
mengerahkan tenaganya hingga suaranya
menembus gunung, menggetarkan. "Aku adalah
Thai Liong, mencari adikku beng An. Kalau ia tak
ada di sini biarlah aku ingin bertemu yang
terhormat We We Moli locianpwe. Suruh ia
keluar atau bawa aku menghadap!"1575
Seruan ini disembut bentakan dan
makian para murid. Akhirnya tak lama kemudian
seratus orang muncul, harum tubuh menyambar
dari mana-rnana dan Thai Liong kagum. Wanita
Lembah Es rata-rata ternyata cantik! Tapi karena
mereka sedang marah dan serangan atau
pukulan mereka amat banyak, dari luar
menyambar juga senjata-senjata rahasia bagai
hujan ke arah dirinya akhirnya pemuda ini
berseru keras dan menjejakkan kakinya melewati
semua kepala.
"Maaf, kalian mendesak. Kalau begitu
kucari sendiri dan jangan menghalang!"
Terkejutlah semua gadis-gadis cantik itu.
Rajawali Merah ini melayang di atas kepala dan
tahu-tahu di luar kepungan, tertawa dan lari lagi
mendaki gunung ke tiga. ketika ia dikejar dan
yang lain memotong menyerang dan
membentak pemuda itu tiba-tiba Thai Liong
mempargunakan kesaktiannya dan menghilang.
"Wutt!" Lenyapnya pemuda ini membuat
kaget semua orang. Gadis-gadis Lembah Es itu
terbelalak, mencari dan memandang akan tetapi1576
seorang di antaranya tiba-tiba menuding ke
depan. Ternyata pemuda itu sudah meluncur di
gunung keempat. Lalu ketika semua menjadi
kaget dan marah, juga kagum maka That Liong
dihujani panah dan pedang yang disambitkan
dari jauh.
"Itu dia serang..!" Pemuda ini
menggerakkan tangan ke belakang menghalau
semua senjata. Diam-diam dia kagum bahwa
beberepa di antara gadis itu ada yang mampu
menyambit dengan kuat. Tiga batang pedang
meluncur dan melewati samping telinga-nya.
Akan tetapi karena ia mengelak dan lari lagi,
turun dan mendaki gunung kelima maka di sini ia
tampak lagi namun sudah semakin jauh.
Gegerlah penghuni Lembah Es itu. Mereka
akhirnya tahu bahwa pemuda berambut
keemasan itu adalah putera Kim-mou eng, juga
mengaku sebagai kakak Beng An yang menjadi
kekasih puteri mereka. Namun karena pemuda
itu melanggar larangan dan memasuki Lembah
Es, mereka harus menangkap dan
merobohkannya maka mereka mengejar dan1577
berteriak-teriak dari belakang. Akan tetapi Thai
Liong sudah bergerak lebih cepat. Di gunung
kelima ini ia melihat bayangan sebuah istana,
sebuah bangunan kokoh di dua gunung terakhir.
Ada tujuh gunung berturut-turut di situ, ia
berdebar dan girang. Tapi ketika ia menuruni
gunung kelima untuk mendaki gunung keenam
mendadak berkelebat empat bayangan dan
tahu-tahu seorang gadis baju merah telah
menghadang dengan tiga gadis lain berbaju biru
kuning dan hijau.
"Hm, tak tahu adat, kurang ajar
memasuki rumah orang tanpa ijin. Berhenti, anak
muda, atau kami membunuhmu. wut!" sebuah
selendang tiba-tiba menyambar Thai Liong
dengan cepat, langsung menotok dan menuju iga
pemuda itu untuk merobohkan. Thai Liong
terkejut tapi girang, dari serangan ini ia tahu
bahwa lawan yang di depan adalah seorang
lawan yang lihai, terbukti ketika ia berkelit tahutahu ujung selendang meliuk dan mengejarnya
tak mau sudah, kali ini menotok bawah
pusarnya! Dan ketika ia berhenti dan menampar1578
perlahan, senjata robek dan lawan terhuyung
maka gadis baju merah itu, yang terbelalak dan
pucat mukanya sudah memandang pemuda ini
sementara tiga temannya berkelebat dan
mengurung Thai Liong dari kiri kanan, juga
belakang.
"Maaf,!" Thai Liong menjura dan
tersenyum ramah, maklum bahwa
kedatangannya memang tak dikehendaki. "Aku
datang untuk mencari adikku Beng An, nona,
atau bertemu tetua kalian We We Moli
locianpwe yang terhormat. Tunjukkan padaku di
mana ia berada atau antarkan aku kepadanya
untuk berkunjung."
Yo Lin, gadis ini masih terbelalak dengan
muka merah. Ia adalah pimpinan di situ setelah
dua encinya Sui Keng dan Thio Leng pergi. Inilah
tokoh nomor tiga Lembah Es, terkejut dan kagum
memandang Thai Liong tapi sinar matanya dapat
menyembunyikan rasa yang lain. marah! Maka
ketika ia bergerak dan berhadapan dengan
pemuda ini, matanya berkilat maka ia1579
membentak bahwa ia tak mengenal siapapun
laki-laki lain di situ.
"Aku tak perduli kau siapa dan dari mana,
datang mencari siapa dan hendak bertemu siapa
pula. Kau telah mengacau. dan melanggar
pantangan Lembah Es, anak muda. Hukumannya
mati atau menjadi budak di sini. Nah, kau sudah
lolos dari tangan murid-murid yang lain,
sekarang kau berhadapan dengan aku dan
jangan sombong. Berlutut dan serahkan dirimu
atau kami membunuhmu!"
"Hm, aku Thai Liong, bukan mencari
permusuhan dengan kalian atau murid-murid
Lembah Es. Aku datang untuk mencari adikku
Beng An atau bertemu We Moli locianpwe, nona.
Tolong antarkan aku kepadanya atau aku
melewati kalian dan jangan anggap sebagai
kekurang ajaran."
"Cerewet, kau tak mau berlutut?"
"Aku sudah minta maaf, tak merasa
bersalah ..wut!" gadis baju hijau tiba-tiba
membentak, berkelebat dan menyambarkan
pedangnya dan itulah Yu Pio tokoh nomor1580
empat. Bersama gadis baju biru dan kuning yang
bukan lain Ing Sim dan Ui Hong gadis ini sudah
mendahului Yo-siocia menyerang Thai Liong.
Gadis itu di belakang dan menusuk dengan cepat.
Tapi ketika Thai Liong mengelak dan pedang
lewat disampingnya, tanpa menoleh maka gadis
itu terkejut karena dengan perlahan tapi cepat
tahu-tahu Rajawali Merah ini mengetukkan
sikunya ke bawah dan tepat sekali ujung siku itu
mengenai pundak si nona.
"Aduh!" Yu Pio terguling-guling dan
berteriak kaget. Ia merasa pundaknya remuk
akan tetapi dapat meloncat bangun kembali,
pedangnya terlepas di tanah. Dan ketika ia
terbelalak karena pemuda itu tenang-tenang
saja, tersenyum padanya maka gadis ini
memerah dan kaget serta marah. Namun dari kiri
kanan Ui Hong dan Ing Sim tak membuang
waktu. Mereka juga terkejut oleh kelihaian Thai
Liong akan tetapi enci mereka sudah memberl
isyarat. Yo Lin atau Yo-siocia itu kagum, lagi-lagi
lawan mereka ini menunjukkan kehebatannya
mematahkan serangan Yu Pio. Maka ketika ia1581
memberi tanda dan dua sumoinya berkelebat ke
depan, mereka bergerak di kiri kanan Thai Liong
maka pedang menusuk pinggang hampir
bersamaan tapi kali ini Thai Liong tak berkelit
kecuali dengan mengibas perlahan dan dua gadis
itu terpelanting. "Maaf, agaknya harus bersikap
keras sedikit. Baiklah, nona-nona, aku hanya
melayani kalian saja dan rupanya harus
melanjutkan perjalanan lagi dua gadis itu
terpelanting dan menjerit keras dan Thai Liong
tiba-tiba berkelebat. la harus melewati gadis baju
merah itu yang mendelik padanya, melompat
dan mempergunakan ginkangnya melewati
samping gadis ini. Tapi ketika lawan membentak
dan tentu saja menyerang, pedang bergerak dan
tangan kiri ikut menghantam maka pukulan
tangan dingin, Bu-kek-kang menyambar Rajawali
Merah ini tanpa ampun lagi.
"Kau tak mau menyerah, baiklah,
mampus dan terimalah ini!"
Thai Liong merasa kesiur angin tajam
menyambarnya tak main-main. Dari dua
serangan itu, pedang dan pukulan tangan kiri1582
maka Bu-kek-kang adalah yang amat berbahaya.
Pukulan ini membuat jubahnya mengeras akan
tetapi cepat dia mengayunkan lengannya.
Dengan gerakan itu pukulan lawan ditolak, jubah


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkibar lagi seperti semula dan Yo-siocia
terpekik tertahan, Bu-kek-kangnya terpental.
Dan ketika pedang otomatis juga membalik dan
Thai Liong lolos maka pemuda itu meloncat dan
lari lagi.
"Nona, kalian terlalu mendesakku.
Biarlah aku mencari sendiri dan jangan salahkan
aku".
Marahlah gadis Lembah Es ini. Gadis itu
melengking dan berkelebat, disusul tiga
sumoinya yang juga membentak dan mengejar
Thai Liong. Akan tetapi karena pemuda itu sudah
jauh di depan dan mengerahkan ilmunya maka
tak lama kemudian, Rajawali Merah ini sudah
menuruni gunung keenam untuk kemudian
terbang menuju gunung terakhir. Istana Lembah
Es mulai kelihatan.1583
"Heii, keparat!" Yo-siocia memekik dan
kaget. "Berhenti, manusia siluman. Berhenti atau
kau mampus!"
Thai Liong tersenyun. Sekarang ia telah
mengeluarkan semua penghuni dan diam-diam
kagum. Segala yang serba putih tampak di
sekelilingnya, hanya bangunan besar megah itu
yang kelihatan lain. Warna emas melapisi pilarpilarnya, kokoh dan gagah namun ia tak
melepaskan kewaspadaannya. Dan ketika ia
sudah mendaki puncak ketujuh dan mendengar
bentakan itu, juga lengking dan kesiur angin
halus maka berturut-turut jarum dan panah
menyambar punggungnya. "Plak-plak-plak!" Lagi
tanpa menoleh Rajawali Merah ini
menggerakkan tangan ke belakang. Semua jarum
dan panah runtuh dan wajah Yo-siocia pucat.
Kalau pemuda itu sampai di sana celakalah dia,
We We Moli akan memberinya hukuman. Dan
ketika tak terasa ia menangis dan memaki-maki,
semua yang lain juga berdebar dan pucat maka
Thai Liong mendengar ini dan tiba-tiba berhenti.
Tangis itu membuatnya luluh. Pintu gerbang dari1584
istana yang rapat telah berada di depannya tak
lebih dari delapan tombak saja.
"Sekali lagi aku minta ijin masuk, aku
telah berada di sini. Suruh sesepuh kalian keluar
atau bawa aku menghadap padanya!" "Singg!"
pedang menyambut kata-kata ini dan Yo-siocia
melepaskan senjatanya dengan penuh
kemarahan. Pedang lebih dulu tiba sementara
pemiliknya menyusul. Tapi ketika Thai Liong
menangkap pedang itu dan gadis ini melengking
maka Bu-kek-kang dilepas dari kedua tangannya
disusul tendangan bertubi-tubi.
"Pemuda keparat, kau telah
menyusahkan aku. Kau bunuh aku atau aku
membunuhmu!" Thai Liong berkerut kening. Ia
berdebar juga berada di istana Lembah Es ini, tak
tahu betapa sepasang mata mengintainya dari
dalam, mata yang tak memiliki manik-manik dan
berwarna putih seluruhnya. Tapi ketika ia
mundur dan menerima serangan itu,
mennggerakkan sebelah tangannya maka
pukulan dahsyat itu diterimanya tenang dan Yo-1585
siocia terangkat naik ketika dilempar dan
ditangkap lengannya.
"Plak!" Gadis itu kaget bukan main. Di
depan pintu gerbang istana, di bawah banyak
mata murid yang lain yang naik menyusul Bu-kekkang diterima dan ditolak pemuda ini. la
membentak den kaget namun sudah tertangkap.
Tangan yang lebih dingin menyambut
pukulannya. Dan ketika ia terangkat dan
terlempar ke atas maka gadis itu berteriak
karena tubuhnya terus meluncur dan memasuki
istana, melewati tembok gerbang yang tinggi.
"Heiiii...!"
Thai Liong tersenyum dan mengikuti
gadis itu. Sekali ia menggerakkan kaki maka
iapun melayang naik, lenyap dan sudah berada di
dalam. Lalu ketika gadis itu berjungkir balik dan
turun di tanah, terbelalak maka ia menjura dan
berkata,
"Sekarang tempat ini ada orangnya, aku
tak lancang masuk. Nah, antarkan aku kepada
tetuamu, nona , segala tanggung Jawab ada1586
padaku. Sekali lagi aku minta ijin dan terimalah
baik-baik!"
Akan tetapi yang dilakukan gadis ini
adalah terjangan kilat. Dengan bentakan nyaring
den wajah terbakar Yo-siocia mengeluarkan
langkah saktinya yang aneh, 72 Langkah Sakti.
Dan ketika ia telah begitu dekat dengen Thai
Liong dan menggerakkan tangannya maka
Rajawal? Merah itu terkejut karena secepat itu
gadis ini sudah menyerangnya.
"Wut-wut!" Untunglah pemuda ini
memiliki gerakan Sin-tiauw Gin-kang. Dengan
kecepatannya yang luar biasa Thai Liong
menghindar, cepat dan lebih cepat lagi dari
gerakan 72 Langkah Sakti itu. Lalu ketika gadis ini
tertegun namun menerjang lagi, pukulannya
menderu maka melesatlah bayangan biru kuning
dan hijau dari lng Sim dan kawan-kawan.
"Enci, pemuda ini tak dapat kita ampuni.
Robohkan dan bunuh dia!"
Dan Saat itu bentakan dan seruan murid
lain menyusuL Penghuni Lembah Es benar-benar
gempar oleh kejadian ini melebihi datangnya1587
Beng An dulu. Dulu sesepuh mereka We We Moli
belum turun tangan, kini tetua mereka itu telah
memasang Bhi-lek-ciang tapi rupanya pemuda ini
dapat lolos, terbukti telah datang dan berada di
situ. Dan ketika mereka marah namun juga
kagum, diam-diam timbullah semacam harapan
di hati maka mereka menerjang pemuda itu
membuktikan kehebatannya yang terakhir,
hebat mana dengan Kim Beng An.
"Yo-cici, pemuda ini telah
mempermalukan kita habis-habisan. Kalau kita
tidak membunuhnya tentu supek-bo membunuh
kita. Hajar, dan bunuh dia!"
"Benar, dan jangan beri ampun, cici.
Kecuali ia menyerah!"
"Atau ia menikahi seorang di antara kita!"
Teriakan atau seruan terakhir ini mengejutkan
Yo-siocia. Entah siapa yang berteriak itu tapi jelas
menunjukkan rasa kagum yang hebat. Memang
ada semacam peraturan atau kelonggaran di
tempat itu bahwa seorang pria yang dapat
menghadapi semua penghuni boleh dibiarkan
memilih, keluar baik-baik dari Lembah Es atau1588
tinggal dan nengambil seorang di antara mereka,
menikah! Maka ketika tiba-tiba seruan itu
diteriakkan dan semua murid mengangguk,
belum pernah selama ini Lembah Es dikalahkan
seorang laki-laki maka Yo-siocia atau gadis baju
merah itu mendadak bersemu dadu. Ia mengakui
kehebatan pemuda keturunan Kim-mou-eng ini.
Kalau dulu Beng An telah mengagumkan semua
orang adalah sekarang pemuda ini lebih hebat
lagi. Dua kali Bu-kek-kangnya terpental, terakhir
malah ditangkap dan ia dilempar dan dibuang ke
dalam istana. Timbullah harapan Yo-siocia ini
apakah mampu pemuda itu mengalahkan semua
penghuni. Kalau mampu, ah.. alangkah senangnya! Maka ketika tiba-tiba ia tergerak dan wajah
yang gagah cakap itu membuatnya berdebar,
betapapun Thai Liong memang tampan dan
gagah maka timbul harapan gadis ini agar
pemuda itu merobohkan mereka semua.
Namun semua ini tentu saja tak
diperlihatkan gadis itu. Bahkan gadis ini
membentak dan menerjang lagi, hanya mukanya
yang tiba-tiba kemerahan, bukan marah1589
melainkan oleh harap-harap cemas Dan ketika
Thai Liong kemudian dikeroyok dan menghadapi
semua kekuatan Lembah Es maka pemuda itu
menjadi repot dan merasa bahwa ada sepasang
mata memperhatikannya entah dari mana
Getaran batinnya menangkap itu. "Heiii"
pemuda itu akhirnya berseru. "Aku tak
bermaksud bertanding melawan kalian, nonanona. Aku hanya ingin mencari adikku Beng An
atau We We li locianpwe. Suruh ia keluar atau
baea aku kepadanya!"
"Tutup mulutmu!" Yo-siocia membentak.
"Perbuatanmu mencelakai kami semua, pemuda
siluman. Tahukah kau betapa supek-bo akan
marah dan menghukum kami. Kau mencelakai
kami!"
"Aku yang bertanggung jawab. Suruh ia
keluar atau bawa aku kepadanya, nona. Semua
ini aku yang bertanggung jawab!"
Akan tetapi seruan Thai Liong disambut
tusukan atau Bu-kek-kang. Dari semua ini yang
paling berbahaya tentu saja gadis baju merah itu,
Thai Liong mulai kagum bahwa gadis ini adalah1590
tokoh pimpinan. Tapi karena ia tak mau celaka
dan tentu saja mengelak akhirnya ia
mengeluarkan Ang-tiauw Gin-kangnya itu dan
ilmu meringankan tubuh ini membuat ia
berkelebatan begitu cepat bagai burung
berseliweran, tak menginjak tanah lagi. Hal ini
membuat penghuni Lembah Es terkejut dan Yosiocia sendiri membelalakkan mata. Jit-cap-jipoh-kun Tu-juh puluh Dua Langkah Saktinya tak
berhasil mendekati. Pemuda itu sudah dikeroyok
dan dihadang dari mana-mana namun selalu
lolos. Thai Liong mengibaskan lengan bajunya
kalau ada yang berani mendekat, terpental dan
melemparkan mereka hingga murid-murid
Lembah Es berteriak. Kibasan pemuda itu
membuat mereka terpelanting. Dan ketika
pemuda itu terus menyambar-nyambar
sementara belum membalas dengan pukulan
berarti, padahal mereka sudah rnenyerang matimatian maka Thai Liong habis sabar dan
mengancam akan memasuki istana yang tinggal
beberapa langkah lagi itu.1591
"Aku tak dapat membunuh kalian, dan
tak mungkin membunuh kalian. Aku hanya ingin
bertemu tetua kalian dan suruh ia keluar!"
Namun yang dihadapi adalah serangan
makin nekat. Seluruh murid Lembah Es, yang
jumlahnya tak kurang dari tiga ratus orang telah
menyerang pemuda ini dari delapan penjuru.
Hujan pukulan dan senjata jangan tanya lagi. Tapi
karena Thai Liong telah melindungi dirinya dan
semua senjata patah-patah, Yo-siocia bersinarsinar maka Bu-kek-kang yang dilontarkannya
akhirnya ditolak balik yang membuat ia
terbanting.
"Kalau begitu aku akan memasuki istana,"
Thai Liong mengancam. "Kalau kalian terus
menyerang maka aku tak mau melayani lagi!"
"Mampuslah!" sebatang pedang
mendesing dari tangan Ui Hong, gadis baju
kuning. "Kalau kau ingin memasuki istan, silakan
langkahi mayatku, orang she Kim. Atau kau
merobohkan kami semua dan kau bebas!"
Thai Liong mengerutkan kening dan habis
sabar. Dari sekian banyak penyerang maka yang1592
paling ganas dan galak adalah wanita ini. Tadi
gadis baju merah juga begitu akan tetapi
sekarang mulai lemah, mungkin karena gadis itu
mulai lelah dan gentar kepadanya, padahal Yosiocia mulai mengendorkan seranganserangannya karena merasa girang dan
berdebar-debar. Girang karena mulai yakin
bahwa pemuda ini seorang diri akan dapat
mengalahkan semua penghuni Lembah Es, jadi
mendapatkan kebebasan untuk memilih satu di
antara mereka. Dan ketika ia mulai tertarik dan
jatuh cinta kepada pemuda ini, jatuh cinta yang
berawal dari kekaguman hebat maka gadis baju
merah itu memang mulai mengendorkan
serangannya tapi Ui Hong sang sumoi justeru
benci dan amat marah! Hal ini tidak aneh karena
tiba-tiba saja gadis itupun merasa jatuh cinta dan
kagum. Tak dapat disangkal bahwa ia tergetar
oleh kegagahan dan ketampanan Thai Liong.
Belum pernah selama ini, Lembah Es disatroni
seorang pemuda dan mengalahkan mereka
semua. Beng An dapat mengalahkan Puteri akan
tetapi kalau dikeroyok semua penghuni belum1593
tentu pemuda itu dapet bertahan, lain dengan
pemuda jubah merah yang beterbangan tiada
hentinya ini, yang mampu bergerak begitu
cepatnya hingga tak lagi menginjak tanah.
Mereka yang mengikuti gerakannya mulai
pusing, satu demi satu akhirnya roboh dan


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggallah mereka yang berkepandaian tinggi
saja. Dan ketika gadis ini juga mulai yakin bahwa
tak lama lagi mereka semua bakal roboh,
pemuda itu akan memperoleh kemenangannya
tiba-tiba ada semacam sakit hati yang membuat
ia mendidih! Aneh gadis baju kuning ini. Apa yang
membustnya sakit hati itu? Apa yang
membuatnya mendidih? Bukan lain oleh
persaingan dengan sucinya itu, Yo-siocia. Siapa
lagi yang pantas mendapatkan pemuda ini kalau
bukan sucinya. Maka ketika ia mengamuk dan
Thai Liong diam-diam heran oleh keganasan
gadis ini, melirik dan melihat gadis baju merah
tak seberingas sumoinya maka Thai Liong tak
tahu sumber penyebabnya dan Yo Lin sendiri
juga heran. Kiranya sebagai sesama wanita Ui
Hong telah menangkap tanda-tanda sucinya1594
yang jatuh cinta kepada Thai Liong. Ia tak rela dan
tak akan membiarkan pemuda ini jatuh di tangan
sucinya, lebih baik dibunuh atau dia yang
terbunuh. Maka ketika gadis inilah yang tampak
paling bersemangat, Yo Lin mengerutkan kening
maka Thai Liong membentak dan mulai
merobohkan mereka. Yang pertama adalah gadis
baju hijau, Yu Pio.
"Baiklah, kalian mendesak. Aku akan
merobohkan kalian dan memasuki istana!"
Gadis baju hijau menjerit. Thai Liong
berkelebat ke arahnya dan tiba-tiba merampas
pedang. la sedang menusuk dan menyerang
pemuda itu. Maka ketika pedang tertangkap dan
langsung dihentak, sama sekali telapak pemuda
itu tak terluka oleh pedang yang tajam maka Thai
Liong menggerakkan kakinya dan menotok roboh
lutut gadis itu.
"Bluk!" Yu Pio mengaduh dan tergulingguling. Gadis itu mengeluh dan tak dapat dapat
berdiri setelah lututnya tertotok, ia terhenti di
sekumpulan sumoinya sana. ketika Thai Liong
berkelebat ke arah gadis baju biru yang1595
merupakan korban dua, sumoi dari Ui Hong maka
sama seperti Yu Pio gadis inipun membentak
menggerakkan pedang menusuk Thai Liong
tangan kiri masih menghantam pula dengan Bukek-kang.
"Pletak-bluk!" Pedangnya patah dan Thai
Liong menusuk lututnya dengan sentuhan
perlahan. Gadis itupun menjerit dan terlempar di
sana, dua serangannya tadi sama sekali tak
berhasil. Dan ketika Ui Hong menjadi pucat dan
kaget serta gentar, tinggal beberapa saja
diantara mereka menghadapi pemuda ini maka
Thai Liong berkelebet ke arahnya berseru
perlahan.
"Kau! Agaknya aku harus merobohkanmu
pula, nona, tapi aku tak suka membunuh karena
bukan pekerjaanku. Nah, duduklah baik-baik dan
maafkan aku!"
Ui Hong memekik. la sudah berganti
pedang untuk yang kedekian kalinya dan
membabat pemuda ltu, geraknya ganas dan Thai
Liong mengerutkan kening. Tapi karena sudah
menjadi tekad pemuda ini untuk merobohkan1596
lawan-lawannya , tak bebas kalau ia nanti masuk
maka pedang itupun dibiarkan saja namun Thai
Liong terkejut ketika pedang berubah arah dan
menusuk matanya.
"Awas!" Jeritan itu mengejutkan banyak
pihak. Yo Lin, gadis baju merah ternyata tak
mampu menahan mulutnya lagi mellhat kelicikan
sumoinya itu. Inilah gerak pedang dalam jurus
Menusuk Bulan Menikam Bintang, satu tipuan
berbahaya yang banyak mengecoh lawan. Tapi
ketika Thai Liong miringkan kepala dan membuka
mulut, menggigit pedang itu maka Ui Hong
terkejut karena pedangnya tak mampu ditarik
lagi, dan saat itu pukulannya Bu-kek-icang
disambut ujung baju Thai Liong.
"Plak!" Gadis itu serasa disambar petir.
Sin-tiauw-kang (Tenaga Rajawali Sakti) menolak
Bu-kek-kang sekaligus menghancurkannya. Thai
Liong mempergunakan tenaga Yang (Panas)
dalam tangkisannya kali ini. menghantam Bukek-kang dengan menembus, pukulan dingin itu.
Maka ketika Ui Hong terbeliak dan tersentak
tubuhnya, tangkisan itu membuatnya seakan1597
dialiri tenaga halilintar tiba-tiba gadis ini roboh
dan pingsan.
"Bluk!" gadis itu paling berat. Ia tak
sadarkan diri dan langsung roboh, tapi begitu
roboh mendadak gadis baju merah yang sadar
oleh teriakannya tadi tiba-tiba melengking dan
menubruk Thai Liong. Pedang di tangannya juga
sudah bergarak namun kali ini Bu-kek-kang di
tangan kirinya dilepas dahsyat sekali, penuh
tenaga!
"Hm!" Thai Liong serba salah, kecut. "Kau
dan yang lain sama-sama keras, nona, tapi kau
telah menunjukkan simpati kepadaku. Baiklah,
kau boleh melukai tubuhku tapi setelah itu
hentikan-seranganmu...cep!" pedang dibiarkan
Thai Liong dan Rajawali Merah ini mengurangi
kekebalan badannya. Pedang menusuk pangkal
lengannya hingga terluka, tidak dalam karena
pemuda itu masih melindungi diri dengan
sinkang. Lalu ketika gadis itu tertegun melihat
lawan membiarkan diri terluka, sekejap mukanya
memerah maka pukulannya yang dahsyst
diterima Thai Liong dengan tangan yang lain dan1598
secepat itu pemuda ini mengerahkan Sin-tiauwkang, itu dengan hawa Im (Dingin).
"Plak!" gadis Itu terguncang dan
tersentak Bu-kek-kangnya yang berhawa dingin
kalah dingin oleh Im-kang yang dikeluarkan
pemuda itu, bukan karena Sin-tiauw-kang lebih
tinggi melainkan semata oleh sinkang (tenaga
sakti) Thai Liong yang lebih kuat. Hal ini tidak
aneh karena gadis itu hanya tokoh nomor tiga di
tempat itu, di bawah bayang-bayang encinya Sui
Keng dan Thio Leng, apalagi Puteri Es. Maka
ketika la tersentak dan menegang kaku, Thai
Liong menotoknya tiba-tiba gadis itu tak dapat
mengelak dan terpelanting roboh.
"Uhh,.!" Selesailah pertandingan ini.
Akhirnya semua lawan dikalahkan dan beberapa
murid yang lain mundur, mereka gentar dan
pucat memandang pemuda itu. Namun karena
Thai Liong bukan pemuda kurangajar. dan bukan
maksudnya membunuh maka tiba-tiba pemuda
ini mengibaskan bajunya dan semua yang roboh
tertotok bangkit kembali, termasuk Yo-siocia!1599
"Jangan ganggu aku. Maafkan aku, nona,
sekarang aku ingin mencari sesepuh kalian dan
sampai ketemu lagi!"
Yo-siocia dan lain-lain terbelalak. Mereka
menggigil dan tak ada lagi yang mengejar karena
terang-terangan telah dirobohkan pemuda itu.
Kalau pemuda itu tidak membebaskan mereka
belum tentu mereka dapat bangun. Maka ketika
Thai Liong berkelehat dan memasuki istana tibatiba Yo-siocia jatuh terduduk dan menangis
tersedu-sedu.
"Supek-bo, teecu tak dapat menahan
pemuda itu lagi. Ampunkan kami semua".
Semua yang lain ikut berlutut. Mereka
tiba-tiba juga menangis dan.membiarkan Thai
Liong lenyap di dalam istana. Di sini mereka
terisak dan berharap-harap cemas. Tapi baru saja
mereka menangis dan gelisah memikirkan
pemuda itu, juga diri sendiri yang tentu
mendapat hukuman mendadak terdengar
bentakan dan seruan dahsyat. "Keluar!!" Tubuh
pemuda itu tiba-tiba melayang keluar istana.
Bagai daun kering dihempas badai Thai Liong1600
mencelat dari dalam, begitu dahsyat dan terus
menabrak pilar. Sekali kena tentu hancur! Tapi
ketika semua menjerit dan Yo-siocia meloncat
bangun, berkelebat dan menangkap pemuda itu
tiba-tiba Thai Liong tak jadi mempergunakan
kepandaian sendiri untuk melihat apa yang
dilakukan gadis baju merah itu.
"Bresss!" gadis ini mengeluh dan masih
terbawa juga oleh lontaran dari dalam yang amat
dahsyat itu. Ia telah menangkap Thai Liong tapi
terbawa mencelat, untung tidak menabrak pilar
melainkan tangga istana yang tertimpa tubuh
mereka, terbanting dan bergulingan di situ. Lalu
ketika ia melontakkan darah segar dan Thai Liong
terkejut, meloncat bangun maka dilihatnya gadis
itu bangkit, berdiri tapi roboh lagi, mukanya
pucat.
"Saudara Thai Liong, Itu..itu supek bo.
Larilah, selamatkan dirimu!"
Thai Liong tertegun. Ia tak menyangka
gadis ini menolongnya meskipun sebenarnva
dengan kepandaiannya sendiri ia mampu
berjungkir balik. Tadi di dalam istana tiba-tiba1601
serangkum angin dahsyat menyambarnya,
meluncur dari balik tirai dan samar-samar ia
melihat seorang nenek duduk di situ, bersila. Dan
karena ia tak menduga namun sinkangnya segera
bekerja, melindungi dan menahan pukulan
dahsyat itu maka hanya tubuhnya yang terbawa
keluar tapi keselamatan dirinya sesungguhnya
tidak terancam. Bentakan atau suara dahsyat itu
menggetarkan jantung di dada setiap orang.
"Pergilah ...pergi, cepat!"
Thai Liong menahan gadis ini. Tanpa
dapat dicegah lagi Yo-siocia roboh terguling,
menuding ke depan tapi setelah itu pingsan. Dan
ketika Thai Liong menoleh dan mendengar kesiur
angin perlahan. nyaris tak terdengar telinga
maka di belakangnya tahu-tahu berdiri nenek
yang dilihatnya tadi, nenek yang sepasang
matanya putih bagai buta.
"We We Moli locianpwe!"
Thai Liong melepaskan gadis baju merah
dan mundur dengan cepat. la kaget dan kagum
bahwa gerakan nenek ini hampir tak terdengar
olehnya, dua tingkat di atas kepandaian1602
Sepasang Hantu Hitam dan Putih di Pulau
Neraka. Tapi ketika ia dapet menekan getaran
perasaannya dan nenek itu diam-diam juga
kagum bahwa pemuda ini sama sekall tak
terluka, padahal dia mengerahkan enam bagian
dari tenaga saktinya maka nenek itu mendengus
dan berkata, dingin.
"Kau anak muda berbakat istimewa,
bagus tak mampus oleh pukulanku tadi. Heh, kau
telah bertemu orang yang kaucari-cari, anak
muda. Apa perlumu dan siapa namamu!"
Thai Liong terkejut oleh sepasang mata
tanpa manik-manik ini. Mata itu Seakan buta
namun dari situ muncul cahaya kebiruan yang
penuh getaran gaib. Cahaya ini menusuk tembus
sampai ke tulang sumsumnya, memaksa ia
tunduk dan berlutut! Dan ketika Thai Liong
hampir saja terkuasai getaran ini, sepasang
kakinya hampir membengkok mendadak ia sadar
bahwa nenek ini bukan main-main kepadanya.
Sekali la berlutut dan dikendalikan maka
pikirannya akan hilang dan selamanya lenyap
terbawa kekuatan gaib nenek itu. "Aaahhhhhh!"1603
Thai Liong rnengeluarkan seruan panjang dengan
suara tinggi. la cepat menguasai dirinya lagi
begitu nenek itu hendak menguasainya. Ia
berontak. Dan ketika ia berhasil dan getar cahaya
gaib itu buyar, sinar kebiruan itu tak lagi
menusuk maka pemuda ini membungkukkan
tubuhnya berseru nyaring, mengerahkan khikang
atau tenaga suara melawan bentakan nenek itu.
"Locianpwe, aku Thai Liong putera
ayahku Pendekar Rambut Emas. Aku ingin
menuntaskan masalah adikku denganmu. Nah,
biarkan Puteri Es menjadi isterinya dan restuilah
perjodohan mereka!"
Nenek itu tak bergeming. Tak ada
gerakan di wajahnya yang keriput dan Thai Liong
harus mengakui bahwa di masa mudanya nenek
ini cantik sekali. Garis-garis kecantikan itu masih
nampak nyata, terutama di hidung dan bibirnya.
Tapi ketika yang keluar adalah tawa pendek,
dingin dan beku maka nenek itu berkata bahwa
tak ada yang dapat memaksa nenek itu untuk
menjodohkan keluarga Lembah Es.1604
"Kau anak ingusan bicara apa. Ayahmu
sendiri tak dapat memaksaku, bocah, ia
kulempar dan kukembalikan ke tempatnya.
Enyahlah atau kau tinggal di sini karena kau telah
memenuhi peraturan Lembah Es."


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Peraturan apa."
"Kau telah mengalahkan semua murid,
kegagahanmu patut dipuji. Kuijinkan kau
mengambil satu di antara mereka dan
kawinilah!"
Thai Liong surut selangkah, berubah.
"Apa? Locianpwe justeru menjodohkan aku
dengan seorang murid di sini?"
"Benar, dan aku yakin kegagahanmu,
anak muda. Kau telah mampu menahan
pukulanku. Ambillah Yo Lin dan ia paling cocok
untukmu!"
Thai Liong berseru tertahan. la menoleh
kepada gadis baju merah yang baru ditunjuk. We
We Moli menuding dan muridnya tiba-tiba sadar,
bergerak dan melompat bangun. Dan ketika
gadis itu berlutut melihat supek-bonya, gemetar1605
mawanita sakti ini bertanya, tak menghiraukan
Thai Liong.
"Yo Lin, kau suka anak muda ini. Kau mau
menikah dengannya?"
Ini adalah kejadian luar biasa. Seratus
tahun ini, sejak tokoh-tokoh Lembah Es
bermunculan dan silih berganti maka belum ada
seorang muridpun yang diijinkan menikah,
apalagi ditawari menikah. Maka ketika Gadis
baju merah itu pucat dan merah berganti-ganti,
terisak dan tiba-tiba mengguguk mendadak ia tak
dapat menjawab tapi hatinya sungguh bangga
dan bahagia bukan main. Begitu bahagianya
sampai tak dapat menjawab!
"Hei, jawab!" nenek itu membentak
"Kalau tak kulihat kau suka kepadanya tentu
kubunuh pemuda ini, Yo Lin. Jawab apakah kau
suka atau tidak!"
Gadis itu mengguguk, menganggukangguk. "Aku tak butuh anggukanmu, jawab suka
atau tidak!"
"Teecu.. teecu suka !"
"Kau mencintainya?"1606
Gadis ini bercucuran air mata, merah
padam, tak mampu menjawab.
"Heh, katakan kau mencintainya atau
tidak, Yo Lin, suka saja tidak cukup. Katakan kau
mencintainya atau tidak!"
"Teecu teecu mencintainya "
"Nah!" nenek itu membalik, matanya
berseri memandang Thai Liong. "Calon
pengantinmu sudah siap, anak muda.
Kehormatan besar bagimu mendapatkan
seorang murid Lembah Es. Kalian kurestui, hari
ini juga menikah!"
Murid Lembah Es tiba-tiba bersorak.
Mereka yang tadinya takut-takut dan pucat
memandang nenek itu tiba-tiba melompat
bangun dan berteriak satu sama lain. Begitu
gembiranya mereka bahwa pemuda yang
mereka kagumi itu menjadi anggauta sendiri, tak
perduli kepada Thai Liong yang terbelalak dan
berubah melihat itu. Dan ketika di sana gadis
baju merah itu bangkit dan menubruk tetuanya,
menyatakan kebahagiaan dan terima kasih tiba-1607
tiba Thai Liong mengeluarkan bentakan yang
menghantam semua kegembiraan itu.
"Tidak, tidak bisa. Aku tak dapat menikah
dengan siapapun!"
Kagetlah semua murid. Penghuni Lembah
Es tiba-tiba terbelalak dan pucat memandang
pemuda itu. Pemuda ini telah berani menolak
putusan We We Moli, bukan main beraninya.
Dan ketika semua tersentak dan mundur dengan
muka pucat, Yo Lin atau gadis baju merah itu
yang paling terpukul tiba-tiba We We Mo li
bergerak dan tahu-tahu dengan langkah saktinya
yang hebat ia telah mendekati dan
mencengkeram leher baju Thai Liong. Amat
cepatnya!
"Apa kau bilang. Mati hukumannya bagi
yang menolak perintahku, bocah. Jangan cobacoba mengandalkan kepandaian itu untuk
menyombongkan diri!"
Thai Liong dilempar dan dibanting.
Pemuda ini begitu terkejut hingga tak sempat
mengelak, ia tertangkap dan tahu-tahu
dibanting. Tapi ketika ia bergulingan meloncat1608
bangun dan mengibaskan bajunya dengan marah
Thai Liongpun tak apa-apa dan mencelat
menghadapi nenek ini kembali.
"We We Moli, betapapun aku tak dapat
menerima keputusanmu. Aku datang bukan
untuk mencari jodoh, melainkan membereskan
persoalan adikku dengan kekasihnya. Aku minta
kau merestui perjodohan Puteri Es dengan
adikku!"
Wajah itu terbakar. We We Moli yang
semula dingin dan beku tiba-tiba berubah,
wajahnya membesi dan merah gelap. Tapi ketika
ia masih dapat menahan diri dan merasa kagum,
baru kali ini seorang pemuda berani
menentangnya terang-terangan maka rasa
kagum itu menahannya untuk seketika
membunuh, meskipun wajahnya tampak
membesi.
"Bocah, belum pernah Lembah Es dihina
sehebat ini. Belum pernah kami menerima dan
merestui seorang laki-laki mengawini seorang
penghuni kami. Dan kau yang mendapat rejeki1609
besar tiba-tiba saja menolak. Sebutkan alasanmu
atau mati!"
Thai Liong merasa marah. Ia melihat
nenek ini sewenang-wenang dan berwatak
kejam. Menanyai seorang murid apakah
mencintai seorang laki-laki atau tidak di depan
begitu banyak orang lain adalah hal yang baginya
tidak etis. Nenek ini seperti seorang ratu yang
bicara kepada hambanya saja. la merah padam.
Tapi karena kasihan kepada gadis baju merah itu,
kini gadis itu terbelalak kepadanya dengan air
mata bercucuran maka sejenak pemuda ini tak
mampu bicara karena perkataannya tentu
menusuk gadis ini.
"Heh, jawab, atau aku tak mau tahu
semuanya lagi!"
Thai Liong menelan ludah. "Locianpwe,
sebaiknya nona Yo jangan dibiarkan di sini, suruh
ia ke dalam."
"Tutup mulutmu. Ini tempat tinggalku,
bocah. Katakan alasanmu dan jangan perduli
siapapun. Cepat, atau aku tak dapat menahan
diri!"1610
"Baiklah," pemuda itu menjadi marah.
"Aku tak dapat menerimanya karena aku sudah
menikah, locianpwe, mana mungkin
menerimanya karena aku sudah menjadi suami!"
Nenek itu tertegun, tapi tiba-tiba berkata,
mengejutkan,
"Tak apa, bunuh saja isterimu dan tetap
ambil muridku ini!"
"Apa?" Thai Liong menjadi merah.
membunuh isteriku? Gila, kau tidak
waras,locianpwe. Aku sudah mempunyai anak
pula!"
"Bunuh anakmu!"
Thai Liong meledak. Ia melihat betaoa
nenek ini benar-benar bersikap mau kuasa,
segala ucapan dan tindak-tanduknya mau
menang sendiri. Maka ketika ia menggeleng dan
membentak marah iapun berseru bahwa semua
itu tak mungkin di lakukannya.
"Aku tak dapat memenuhi perintahmu
ysng gila ini. Aku laki-laki yang telah berkeluarga.
Aku datang bukan untuk bicara tentang diriku,1611
locianpwe, melainkan adikku dan Puteri Es.
Jangan bicara yang lain kecuali ini!"
Yo siocia tiba-tiba melengking. Meloncat
dan menghantam Thai Liong melepas
kemarahannya. Penolakan pemuda ini terlalu
hebat untuknya apalagi peristiwa itu bagi
Lembah adalah yang pertama. la telah ditanya
kesanggupannya pula, cintanya dan kagumnya
kepada pemuda itu. Maka ketika semuanya
menjadi hancur dan kebencian serta kemarahan
bercampur aduk iapun tak dapat menahan diri
dan mencelat menghantam pemuda ini.
"Kau atau aku yang mati!" teriaknya.
Akan tetapi Thai Liong mengelak. Ia tahu
perasaan gadis itu dan tak mau menangkis,
berkellt dan mundur namun gadis ini membalik
dan menyerang lagi. Dan ketika ia menangkis dan
terpaksa melakukan itu, gadis ini terpelanting
mendadak We We Moli tertawa dingin dan
mendorong muridnya.
"Yo Lin, minggir1an, ia bukan
tandinganmu."1612
Sebagai gantinya nenek ini bergerak dan
menotok Thai Liong. Tidak tanggung-tanggung
karena yang ditotok adalah ulu hati, sinar merah
berkeredep dari ujung telunjuknya, Hwe-Ci! Tapi
ketika Thai liong sudah bersiap dan mengelak
serangan ini, disusul oleh tamparan dan totokan
yang lain maka pemuda ini mengerahkan
sinkangnya dan menangkis.
"Duk-plak!"
Thai Liong terpental tapi nenek itu
tergetar. We We Moli melotot namun tertawa
dingin, bergerak dan tahu-tahu langkah saktinya
dipergunakan lagi. Dan ketika ia bergeser dan
maju mendekati Thai iong maka pemuda ini
terkejut karena gerak nenek itu jauh lebih cepat
daripada yang ia sangka.
"Cep!" leher bajunya kembali tertangksp,
diangkat dan tahu-tahu ia sudah dilempar tinggi.
Tapi ketika Thai Liong berseru keras berjungkir
balik maka pemuda ini sudah kembali lagi dan
mengdapi nenek itu. "Bagus," sang nenek merasa
kagum. Kau hebat, anak muda, tapi kau akan
ampus di tanganku...crit!"1613
Jari Api kembali menusuk namun Thai
Liong menyambut dengan pukulan tangan
kirinya. dari sini ia mengerahkan Sin-tiauw-kang
dan mengerahkan tenaga Im (Dingin). Lalu ketika
Hwe-ci terpental bertemu pukulannya maka
nenek Itu terbelalak dan menyerang lagi,
penasaran.
"Kau berani menangkisnya? Keparat
terima ini lagi!"
Thai Liong berkelit dan menangkis. Ia
harus bergerak cepat karena nenek itu
mendekatinya dengan langkah-langkah sakti.
ltulah Jit-cap-ji-poh-kun yang amat luar biasa.
Dan ketika ia kembali mementalkan Hwe-ci
sementara si nenek semakin penasaran
mendadak nenek itu berseru keras dan terbang
menghantam dirinya, dua tangan
mencengkeram dan sepuluh sinar merah
mencuat dari ujung kuku yang sudah merah
membara!
"Mampus kau!"
Thai Liong terkejut dan tak sempat
mengelak. Kali ini nenek itu benar-benar marah1614
dan ke manapun ia pergi tentu diikuti, tak ada
jalan kecuali menangkis. Dan ketika Thai Liong
mempergunakan Im-kangnya menusuk ke depan
maka sepuluh sinar merah itu disambutnya dan
terdengarlah ledakan keras ketika Thai Liong
terlempar dan terbanting.
"Blaarrrr!"
We We Moli terkekeh. Selanjutnya nenek
ini berkelebat dan mengejar lagi, pemuda itu
bergulingan dan menangkis serta mengelak. Dan
ketika sekejap kemudian Thai Liong menjadi
bulan-bulanan pukulan maka tak lama kemudian
tubuh pemuda ini dikelilingi api.
"Supek-bo, jangan bunuh dia!"
Nenek itu menoleh. Yo Lin, muridnya
berteriak mintakan ampun untuknya. Ternyata
gadis ini benar-benar telah jatuh cinta berat. Dan
ketika nenek itu mengangguk dan
mengendorkan serangan maka Thai Liong dapat
meloncat bangun dan mengeluarkan keringat
dingin. Lawan di depannya ini benar-benar hebat
dan luar biasa sekali, ia terkurung dan tak dapat
keluar.1615
"Nah, dengar," nenek itu berseru.
"Muridku masih menyayang jiwamu, bocah. Kau
terima dia sebagai isterimu atau aku
membunuhmu!"
"Tidak,!" pemuda ini menggeleng.
"Perjodohan tak dapat dipaksa, We We Moli,
cinta tak dapat diikatkan begitu saja. Aku sudah


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beristeri!"
"Kalau begitu ambil dia sebagai isterimu
nomor dua, kau laki-laki!"
"Ah, tak mungkin, We We Moli, aku
hanya mencintai isteriku seorang!"
"Kau tak mencintainya?"
"Tidak!" Dan begitu terdengar jerit di
sana, Yo-siocia membalik dan berkelebat keluar
istana maka nenek ini membentak dan menekan
Thai Liong lagi, cahaya biru keluar lagi dari
sepasang matanya yang putih mengerikan itu.
"Kau bocah tak tahu diuntung,
mampuslah!"
Thai Liong mengelak dan berjungkir balik
tinggi. Ia merasa marah sekaligus kasihan kepada
Yo-siocia itu. Nenek ini benar-benar1616
mendesaknya dan keterlaluan. Dan ketika
pukulan menyambar dan lewat di bawah
kakinya, meledak maka pemuda ini sudah turun
dan membentak nenek itu.
"Locianpwe, kau keterlaluan.Kau
merendahkan muridmu sendiri. Mari kita
bertanding dan terpaksa aku menghadapimu
secara sungguh-sungguh!"
Keluarlah ilmu-ilmu silat Rajawali Merah
ini. Ang-tiauw Gin-kang (Ginkang Rajawali
Merah) dilepaskan Thai Liong hingga membuat
tubuh pemuda itu lenyap menyambar-nyambar.
Kakinya tak menginjak tanah lagi dan pemuda Itu
mengimbangi ilmu langkah sakti Jit-cap-ji-pohkun. Hebat yang dilakukan pemuda ini karena We
We Moli tiba-tiba terbelalak, pemuda itu mulai
dapat berkelit dan menghindar dan tak satupun
pukulannya mengenai lagi. Dan ketika pemuda
itu juga membalas dan menampar atau
mengibaskan lengan bajunya, nenek ini
membentak tiba-tiba wanita Lembah Es itu
mengelebatkan lengannya dan menderulah
angin dingin dari pukulan Bu-kek-kang.1617
"Desss!" Thai Liong bergoyang-goyang
tapi tidak roboh. Pemuda ini telah mengerahkan
Sin-tiauw-kangnya (Tenaga Rajawali Sakti)
hingga mampu bertahan. Suara benturan ini
membuat anak murid Lembah Es terpekik dan
terlempar, mereka terbawa oleh hempasan
angin pukulan itu. Dan ketika nenek itu mendelik
karena Thai Liong tak apa-apa, membentak dan
berkelebat lagi maka tangan kirinya meluncur
dan sinar putih melesat dari sini.
"Cret!" pilar istana berlubang. Thai Liong
mengelak dan nenek itu marah, menuding dan
kembali cahaya putih itu bekeredep. Dan ketika
kembali pemuda ini mengelak dan membalas
maka Sin-tiauw-kang menyambar dan
menghantam nenek itu.
"Desss!" si nenek bergoyang-goyang
merasakan pukulan lawannya ini. Meskipun tidak
roboh namun ltu membuatnya marah, ia
menggeserkan kaki dengan cepat dan kali ini Thai
Liong lambat berkelit, telapaknya menyambar
pundak pemda itu. Namun ketika Thai Liong juga
bergoyang-goyang dan tidak roboh, nenek ini1618
menjerit maka suaranya menggetarkan lembah
sementara anak-anak murid terlempar dan
terbanting. Kaget oleh jeritan suara tinggi itu.
"Hyaahhhhh!"
Thai Liong menyurut dan menangkis. Ia
mengerahkan sinkangnya melindungi isi dada,
jerit atau pekik itu bukan sembarangan karena
penuh terisi tenaga sakti. Bantengpun bisa
mencelat oleh pekik ini. dan ketika pemuda itu
tergetar dan melindungi isi dadanya, si nenek
melotot maka menyusullah serangan beruntun
yang membuat Thai Liong terdesak, gantiberganti menerima pukulan dan kian lama
pukulan nenek ini kian dingin. Bu-kek ang sudah
membuat beku udara di sekitar tempat itu, para
murid mundur dan beringsut, tetua mereka
mulai marah. Dan ketika nenek itu
menggerakkan langkah-langkah kakinya dengan
cepat dan untunglah Thai Liong sudah pernah
menghadapi ini, ketika bertanding dengan tokohtokoh Pulau Api maka sejenak pemuda itu
mampu menjaga diri dan berkelit serta
menangkis setiap pukulan yang amat berbahaya,1619
dahsyat meledak-ledak! Namun nenek itu
merobah-robah gerakan. Thai Liong dibuat
bingung ketika betapa seluruh bagian tubuh
nenek ini mulai menyerang. Siku dan lutut
bergerak naik turun sementara ujung baju dan
rambut tak mau kalah. Bahkan, dahi nenek
itupun dipakai menyerang, menanduk bagai
kerbau betina yang sedang gila! Dan ketika
bagian-bagian lain juga ikut menyusul seperti
anting-anting atau gelang di tangan nenek ini,
gelang akar bahar maka Thai Liong benar-benar
sibuk karena demikian banyaknya ia diserang.
Pemuda ini seakan menehadapi banyak orang!
Akan tetapi Thai Liong adalah pemuda
gemblengan. Pemuda itu sudah memiliki ilmu
silat tinggi dan mapan, dia adalah gemblengan
Sian-su si kakek dewa. Dan ketika semua itu
dapat ditahan dan dibalasnya, We We Moli
beringas akhirnya nenek ini berkemak-kemik
kemudian mengeluarkan bentakan.
"Kau anak kecil yang tak dapat berbuat
apa-apa. Lihat lima ekor harimauku
menerkammu!"1620
Thai Liong terkejut. Murid Lembah Es
berteriak karena begitu We We Moli
menggerakkan tangan ke depan mendadak dari
kelima jarinya meluncur lima harimau tinggi
besar yang menerkam Thai Liong. Kejadian ini
membuat murid-murid ketakutan dan ceraiberai, saling tabrak dan berlarian untuk akhirnya
bersembunyi , di balik bangunan. Mereka
mengintai dan pucat. Tapi ketika Thai Liong
mengeluarkan bentakan pula dan
mendorongankan tangan kirinya ke depan,
mengerahkan tenaga batin mengusir bayangbayang harimau maka pemuda ini melihat bahwa
yang sesungguhnya mengancamnya itu bukan
lain kuku si nenek yang tajam dan panjangpanjang. We We Moli mengeluarkan sihir.
"Plak-plak-plak!"
Kuku ditangkis dan mencengkeram Thai
Liong. Pemuda ini merasakan betapa ujung kuku
yang tajam bagai belati menusuk kulitnya, cepat
mengerahkan sinkang hingga kuku tak mampu
menembus. Dan ketika nenek itu terbelalak dan
mengeluarkan bentakan lagi maka Ngo-thian1621
hoat-sut (Sihir Lima Langit), ilmu yang dulu
dimiliki mendiang Dhiran Sing menghantam Thai
Liong lebih hebat lagi, getar suaranya menembus
langit.
"Anak muda, nagaku marah kepadamu.
Serahkan kepalamu!"
Seekor naga menyembur dahsyat dari
telapak nenek ini. Begitu dibuka naga itu
meloncat, terbang dan menyambar Thai Liong
dengan suaranya yang dahsyat. Mulut yang
terbuka lebar itu mengeluarkar api! Tapi ketika
Thai Liong membentak dan menambah tenaga
batinnya untuk memandang jelas maka
dilihatnya bahwa yang meluncur ke arahnya itu
adalah gelang akar bahar yang menyambar
dahinya
"Praakkkk!"
Orang melihat naga itu hancur dipukul.
Thai Liong menghantam kepalanya dan muridmurid Lembah Es terbelalak. Mereka kagum dan
juga ngeri oleh peristiwa itu. Tapi ketika sang
nenek membetak dan menyusul bertubi-tubi
maka anting-anting dan benda-benda lain1622
akhirnya lepas dan menyambar pemuda ini,
semua berganti ujud! Sibuklah Thai Liong. Kalau
ia tak memiliki kekuatan batin untuk menahan
pengaruh bentakan itu, sihir yang amat kuat
tentu ia betul-betul akan melihat mahluk aneh
berseliweran naik turun. pertama adalah
Siluman bertubuh kuda, lalu singa bertubuh
manusia. Dan ketika berturut-turut yang
menyambar adalah mahluk aneh. jadi-jadian
semua maka pemuda ini menampar dan
mengebut dan semua ilmu sihir itu akhirnya
hancur.
"Arggnhhhhr...!"
Muncullah kini raksasa besar. berlengan
sepuluh. Mahluk itu menyambar Thai Liong dan
pemuda ini terkejut. la tak tahu itu karena saat
itu We We Mo-li mengebut ke depan. sesuatu
menyambar dan menghalang pandangannya.
Tapi ketika pemuda ini mendorongkan kedua
tangannya menghalau semua itu maka nenek ini
tiba tiba menyelinap kebawah dan kedua
telapaknya menghantam perut Thai Liong.
" Plak!"1623
Thai Liong terlempar dan mencelat
delapan tombak. Raksasa itu akhirnya
dihancurkan dan ternyata saputangan hitam
yang tadi melilit rambut si nenek. Terhalang
pandangannya oleh sihir membuat pemuda ini
lengah oleh pukulan di bawah, mengeluh tapi
untunglah sinkangnya benar benar kuat.
We we Moli terbelalak pemuda itu masih
dapat meloncat bangun, pemuda ini terhuyung
dan hanya sedikit menyeringai saja. Dan ketika ia
membentak dan maju lagi akhirnya Thai Liong
dlbuat kewalahan karena ganti-berganti nenek
itu merobah-robah pukulannya dengan beragam
ilmu yang semua dahsyat. Rajawali Merah ini
terdesak. Betapapun yang ia hadapi adalah
seorang tokoh lihai kelas atas, sesepuh Lembah
Es yeng tak dapat dihadapi oleh dedengkot Pulau
Api. Wanita itu mengeluarkan bermacammacarn ilmu mulai dari Pek-hong-koan-jit sampai
totokan Hwe-ci, sihir Ngo-thian-hoat-sut sampai
bentakan-bentakan yang menggetarkan istana.
Dan ketika la kalah pengalaman dan kalah ragam,
We We Mo li memang wanita luar biasa maka1624
pemuda ini tak dapat bertahan dan langkahlangkah sakti Jit-cap-ji-poh-kun akhirnya
mengejar dan menindih Ang-tiauw Gin-kangnya.
Thai Liong mandi keringat! Namun wanita
Lembah Es ini diam-diam kagum bukan main. la
sudah menyerang limapuluh jurus namun
pemuda itu belum juga dirobohkannya. Kalau hal
ini dilihat orang lain tentu namanya bakal
tercoreng. Maka ketika ia melengking dan
merobah gerakan dengan tubuh merunduk,
sepasang lengan bergerak mendorong tiba-tiba
wanita yang sudah marah sekali ini melepas Bukek-kang dengan dua tangan berbareng,
telapaknya terbuka menghadap ke depan dan,
sinar kebiruan-pun meluncur diiringi suara
menggelegar.
"Awas, kongcu!"
Thai Liong terkejut. Ia tak tahu siapa yang
berteriak dari kelompok murid-murid Lembah Es
itu, mereka bersembunyi dan hanya menonton
dari balik bangunan istana. Tapi melihat betapa
udara tiba-tiba membeku dan dingin luar biasa,
pohon-pohon berderek dan berdiri kaku maka1625
Thai Liong tak sempat berpikir panjang kecuali
menangkis dan mengerahkan Sin-tiauw-kangnya
rnenyambut dorongan sepasang lengan itu,
lengan yang sudah menjadi kebiruan dan
berkilau-kilauan bagai bara api yang panas.
"Desss!"
Thai Liong tersentak dan mencelat
menabrak tembok. la terdorong begitu kuat
hingga terangkat naik, bertahan namun Wanita
itu menambah tenaganya. Dan karena bukan
maksudnya untuk mengadu jiwa sementara
nenek itu rupanya bersungguh-sungguh, Thai
Liong mengeluh maka ia terbanting namun
bergulingan meloncat bangun, pucat!.
"Locianpwe, aku tidak berniat mengadu
jiwa. Aku tak suka kita saling bunuh!"
"Rasakan" nenek itu mengejar dan tak
perduli lagi, penasaran, pemuda itu masih juga
dapat melompat bangun. "Kau harus mampus di
tanganku, anak muda, atau menerima muridku
dan menikah!"
Thai Liong marah. Sekarang nenek ini
sudah menjurus ke pertandingan mati hidup dan1626
ia menjadi terbakar. Namun karena sekali lagi
bukan maksudnya bertempur adu jiwa, pula yang
dihadapi adalah seorang locianpwe (tokoh tua)
tingkat atas maka Thai Liong malah menahan


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya dan menerima pukulan itu dengan
satengah-setengah. Tapi yang celaka justeru
dirinya! Semakin ia terdesak semakin nenek itu
berbinar-binar. Dari sepasang mata yang putih
mengerikan itu keluar bola cahaya yang amat
menyeramkan. Bola ini menyambar bagai laser
dan apapun, berlubang, istana juga mulal
bergoyang dan bangunan depan akhirnya roboh.
Dan ketika Thai Liong terkejut oleh sinar biru ini,
tanda pengerahan puncak liu-kek-kang yang
amat dahsyat akhirnya seluruh tubuh nenek itu
menjadi biru dan redup bagai terbakar!
Terkesiaplah pemuda ini. Akhirnya ia tahu rasa
penasaran di hatl nenek itu. Pertandingan sudah
berjalan seratus jurus akan tetapi dia masih
dapat bertahan, inilah yang membuat nenek itu
marah. Dan ketika bola cahaya ltu menyambar
disusul cahaya di sepasang lengan nenek ini, Thai
Liong jatuh bangun akhirnya tubuhnya terjilat1627
dan terbakar. Bu-kek-kang sudah mencapai
puncaknya hingga seperti api, atau es yang amat
luar biasa dingin.
"Klap-klap!"
Baju dan pakaian pemuda ini hangus.
Thai Liong melempar tubuh tapi tiba-tiba, kaku,
dan tepat ia menjadi terkejut maka nenek itu
berkelebat dan telapaknya yang sudah kebiruan
nenyanbar kepala pemuda ini.
"Heh-heh, sekarang kau mampus.
Lenyaplah, anak muda. Kau tak dapat
mengalahkan We We Moli!"
Udara yang membeku dan hawa dingin
yang luar biasa menbuat Thai Liong tak dapat
bergerak. Dia sudah mengerahkan tenaga Yangkang (Panas) namun tak dapat menembus hawa
dingin itu, jelas ia kalah kuat. Tapi begitu ia
meledakkan ke dua tangannya mengeluarkan
bentakan keras maka nenek itu terkejut karena
pemuda itu tiba-tiba lenyap. Sebungkus asap
putih melesat dan menghilang di udara.
"Desss!" telapak nenek ini menghantam
tempat di mana tadi Thai Liong berada. Tempat1628
itu hancur lebur sementara api biru menyembur,
naik ke atas dan meledak untuk kemudian pecah
berwarna-warni. Istana bergoyang-goyang dan
hendak roboh. Alangkah dahsyatnya pukulan itu.
Tapi ketika nenek ini terbelalak dan mencabut
tangannya, Thai Liong mempergunakan Bengtau-sin-jin untuk menyelamatkan diri maka
terdengar tawa bergelak menggetarkan lembah.
"Bagus, ha-ha bagus, We We Mo-li. Akan
tetapi pemuda itu ada di sana. Lihat, ia di sana!"
Dua orang muncul di atas bukit. Sepasang
Hantu Hitam dan Putih, dedengkot Pulau Api
tiba-tiba menampakkan diri situ tertawa-tawa.
Mereka menonton pertandingan itu sementara
di tangan nasing-masing terdapat dua orang
muda yang meronta-ronta. Mereka ini bukan lain
adalah Soat Eng dan Siang Le. Dan ketika We We
Moli terkejut oleh datangnya iblis itu, sejenak
tertegun tiba-tiba membentak dan melepaskan
pukulan atas bukit itu.
"Manusia-manusia busuk, enyahlah!"
Namun dua orang itu lenyap. Pukulan
menghantam puncak gunung dan terdengar1629
suara dahsyat, gunung itu gugur. Tapi karena
Hantu Putih dan Hitam sudah menarik
kepalanya, tahu kedahsyatan sesepuh Lembah Es
maka mereka menghilang dan tahu-tahu muncul
di gunung yang lain.
"Ha-ha, musuhmu pemuda itu, Mo-li,
bukan kami"
"Benar, atau kami membantu pemuda
itu. Ha-ha, kau pilih mana yang kau suka, Mo-li
akan tetapi kami sendiri masih ingin menonton.
Heii.., pemuda itu di sana!"
*** Credit
Sumber Buku Bapak Gunawan Aj
Kontributor Bapak Awie Dermawan
Edit OCR Yons
Koleksi Kolektor EBook1630
"PUTRI ES"
( Lanjutan Rajawali Merah )
Karya Batara
Jilid XXVII
* * * WE WE MOLI menoleh. Kaget oleh
hadirnya dedengkot Pulau Api ia agaknya masih
tertutup oleh marahnya terhadap Thai Liong.
Segera ia sadar bahwa lawannya itu masih
selamat. Maka membalik dan memandang
gunung di belakang istana tiba-tiba wanita itu
berkelebat menghantam Thai Liong.
"Anak muda, kau jangan lari!"
Akan tetapi Thai Liong menghilang lagi.
Tak kalah kaget oleh hadirnya dedengkot Pulau
Api pemuda ini lebih kaget melihat Soat Eng dan
Siang Le di tangan Hantu Hitam dan Putih itu.
Thai Liong benar-benar tak menyangka
datangnya dua iblis ini. Maka ketika ia1631
menghindari serangan lawannya dan
menyambar dua iblis tua itu pemuda inipun
membentak mereka.
"Kakek-kakek iblis, serahkan adikadikku!"
Akan tetapi dua kakek itu terkekeh
berkelebat lenyap. Sama seperti Thai Liong
merekapun tak mau menerima serangan ini,
apalagi bukan maksud mereka menghadapi Thai
Liong. Maka ketika keduanya melesat ke kiri
kanan menghilang di gunung yang lain maka
pukulan Thai Liongpun menghantam tempat itu.
"Des-dess!"
Puncak gunung hancur. Batu berguguran
akan tetapi We We Moli tahu-tahu berkelebat di
belakang pemuda ini, mengejar. Dan karena tak
mungkin Thai Liong menghindar maka iapun
menerima dan terpaksa menghadapi wanita itu.
"Bocah, jangan lari kataku!"
Thai Liong terpental. Ia kalah kuat
menerima lawan dan berjungkir menjauhkan
diri. Dan karena bukan maksudnya bertanding1632
mati hidup maka iapun berkelebat lagi dan
menghilang, mengejar dua kakek iblis itu.
"Locianpwe, tunda dulu kemarahanmu.
Aku akan menghajar sepasang kakek keparat
itu!"
"Tidak bisa, kau dan mereka sama-sama
mati, anak muda. Terima pukulanku dan jangan
menghindar!"
Thai Liong kewalahan. Terpaksa iapun
mempergunakan Beng-tau-sin-jinnya lagi
menyelamatkan diri, nenek itu kehilangan
jejaknya. Tapi ketika ia melihat Hantu Hitam dan
Putih di gunung yang berbeda, tertawa-tawa
maka ia menyambar satu di antaranya untuk
merampas adiknya Soat Eng. Akan tetapi kakek
inipun terkekeh dan meloncat pergi. Sebelum
Thai Liong datang menyambar baik Hantu Hitam
maupun Putih mengelak dan melarikan diri.
Mereka berpindah-pindah dari gunung yang satu
ke gunung yang lain. Dan karena We We Moli
masih mengejar Thai Liong akhirnya kemarahan
pemuda inipun tak dapat dibendung, apalagi1633
ketika Soat Eng dan Siang Le sama-sama
berteriak ditekuk punggungnya, siap dipatahkan!
"Aduh, jahanam kau, kakek
siluman....jahanam kau!"
Merahlah mata pemuda ini. We We Moli
terus mengejar dirinya dan kadang-kadang juga
menghantam dua kakek iblis itu. Thai Liong
menghindar dan mengelak sana-sini namun
tetap ditekan. Rupanya nenek itupun juga
bertekad bahwa pemuda ini harus mati, atau
seumur hidup ia tak bakal melampiaskan
penasarannya. Maka ketika Thai Liong
membentak dan pemuda itu menggedruk bumi,
kedua tangannya digosok-gosok sementara
mantol jubahnya menggembung seolah tertiup
maka Thai Liong tiba-tiba menjadi raksasa
setinggi tiga meter oleh gelembung hawa sakti
Sin-tiauw-kang, hal yang pernah terjadi di Pulau
Api. "We We Moli, kau nenek tak tahu diri.
Baiklah lihat siapa yang roboh dan jangan
menyesal!"1634
Nenek itu terkejut. Ia sedang menyambar
dan menyerang untuk kesekian kalinya ketika
tiba-tiba pemuda itu berhenti. Gedrukan yang
dilakukan Thai Liong membuatnya berseru
tertahan, kakinya, terpeleset. Tapi karena ia
bukan wanita sembarangan dan masih dapat
meluncur menusuk pemuda itu maka sepuluh
jarinya yang penuh terisi Bu-kek-kang bertemu
sepasang telapak Thai Liong yang tiba-tiba
sebesar kepala orang dewasa. Telapak raksasa.
"Duk-plak!" Nenek ini menjerit. 1a
merasa tenaga tolak yang amat besar dari
telapak yang besar pula. Empat dari kuku jarinya
tertekuk. Dan ketika ia terkejut tapi Thai Liong
tak berhenti di situ saja, membentak dan
menangkap kedua tangannya maka nenek itupun
berteriak karena tahu-tahu tubuhnya diangkat
dan dilempar begitu tinggi. "Wuutttt " We We
Moli melengking dan histeris. la terlempar ke
angkasa dan lenyap menembus awan-awan yang
putih berarak, begitu tinggi dan tak kelihatan
hingga murid-murid Lembah Es menjerit. Mereka
terpekik ketika Thai Liong menjadi raksasa1635
setinggi tiga meter. Gelembung sakti dari Sintiauw-kang meniupnya seperti balon, bengkak
dan menciptanya menjadl manusia tinggi besar
hingga sekali tangkap We We Moli dilontar dan
dilenyapkan ke angkasa biru. Kejadian itu
membuat para murid ngeri dan tentu saja kaget,
semua pucat karena beru kali ini seorang
pemuda merubah dirinya menjadi sebesar itu,
seorang raksasa. Dan ketika kesaktian ini
membuat semua orang mencelos, Thai Liong
menggeram dan membalik ke belakang gunung
maka tahu-tahu langkahnya yang panjang telah
menemukan Hantu Putih menerkam Siang Le.
"Lepaskan adikku!" Kakek itu terkejut. Ia
sedang terkesima ketika We We Moli, dedengkot
Lembah Es dilemper begitu tinggi oleh Thai Liong,
lenyap dan menembus langit tak tampak jatuh.
Agaknya demikian kuat lontaran itu hingga
wanita Lembah Es itu tak pernah turun. We We
Moli sudah memasuki angkasa luar! Maka ketika
tiba-tiba pemuda itu di sampingnya dan sudah
membentak, suaranya menggetarkan gunung
maka kakek ini menggigil namun menjejakkan1636
kaki kuat-kuat melesat dan menghindar. Siang Le
bahkan dicangkeramnya erat-erat. Akan tetapi
Thai Liong memiliki langkah-langkah raksasa,
juga sudah menduga dan mencegat kelicikan
kakek itu, maka ketika ia tiba-tiba berteriak
lengan panjang Thai Liong terulur maju
menangkap leher bejunya tiba-tiba kakek inipun
terlontar dan menjerit ngeri.
"Aaaaaahhhhh..!"
Thai Liong sudah merampas dan
mendapatkan kembali adik iparnya itu. Siang Le
rupanya pingsan dan tak tahu kejadian ini,
dikempit dan Thai Liong sudah mencari kakek
satunya si Hantu Hitam,Kakek itu terbelalak di
gunung yang Lain membawa Soat Eng, melihat
betapa kakaknya dilempar dan menjerit ngeri.
Maka ketika iapun menjadi pucat dan gentar oleh
kesaktian Thai Liong, Soat Eng juga terbelalak
melihat kehebatan kakaknya itu maka pemuda
itupun meloncat dan mendekati gunung di mana
kakek itu bersembunyi. Langkahnya yang lebar
benar-benar memudahkannya menemukan
Hantu Hitam.1637
"Serahkan adikku!" Kakek ini ngeri. la
melempar tubuh bergulingan ketika lengan Thai
Liong terulur mencengkeram, lengan itu begitu
panjang hingga membuat orang ngeri. Tapi
ketika ia luput dan Thai Liong mengejar lagi,
kakek ini membentak maka Hantu Hitam
menangkis mempergunakan Giam-lui-ciangnya.
"Plak!" Kakek itu malah terbanting.
Telapak Thai Liong yang sebesar kepalanya terus
meluncur maju, kakek itu kalah kuat. Lalu ketika
Thai Liong sudah menangkapnya dan kakek ini
menjerit maka Thai Liong pun sudah mengangkat
dan melempar kakek itu. "Pergilah!" Pemuda ini


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah merampas adik perempuannya. Hantu
Hitam melesat ke angkasa berteriak ngeri, lenyap
dan Soat Eng terbelalak melihat kemarahan
kakaknya ini. Tak terasa iapun gentar dan
menangis. Tapi ketika Thai Liong
rnenurunkannya menyuruhnya melindungi Siang
Le tiba-tiba dari angkasa meluncur turun
bayangan We We Moli menghantam Thai Liong.
"Desss!" Thai Liong bergoyang dan
terkejut. Pemuda yang sudah menjadi raksasa ini1638
membalik dan menggeram. Nenek itu kiranya
muncul lagi setelah terlempar demikian tinggi,
jatuh dan langsung melepaskan pukulan ke
tengkuk pemuda itu. Namun karena Thai Liong
sudah dilindungi gelembung hawa sakti Sintiauw-kang dan pemuda itupun kian
menggelembung tinggi, pukulan ini malah
membuatnya semakin besar maka wanita itu
terbelalak karena Bu-kek-kangnya membuat
pemuda itu semakin gagah, garang! We We Moli
melengking dan semakin penasaran. la sudah
turun lagi di bumi mempergunakan langkahlangkah Jit-cap-ji-poh-kun, tubuhnya
berkelebatan mengelilingi Thai Liong dan
pukulan-pukulannya pun semakin dahsyat. Akan
tetapi ketika setiap bak-bik-buk membuat tubuh
pemuda itu menggembung dan membengkak,
Thai Liong semakin tinggi besar saja maka nenek
ini ngeri dan pucat. Thai Liong mendengus dan
mengayun sebelah tangannya menyambar
nenek itu.
"Kau boleh memukulku sekuatnya, tapi
semua itu tak ada gunanya. Heh, kau tokoh tua1639
yang tak tahu diri. We We Moli Kau wanita kepala
batu yang amat sombong. Terimalah dan
kuhancurkan kesombonganmu."
Wanita ini terpekik. Lengan Thai Liong tak
dapat dielaknya dan iapun menangkis. Tapi
begitu terpental dan tangan pemuda itu tetap
menyambar ke depan, tengkuknya tahu-tahu
ditangkap maka untuk ke-dua kalinya wanita ini
dibuang dan dilempar kuat-kuat.
"Aiiiiiithhhhithhhhh.... Akan tetapi saat
itu turunlah si Hantu Putih. Kakek ini, seperti We
We Moli akhirnya jatuh juga setelah melayanglayang demikian tinggi. telah melewati lapisan
mega yang paling dingin kembali dan akhirnya
jatuh ke bumi setelah diguncang kengerian yang
sangat. Maka ketika jatuh kembali dan tepat
berada di belakang Thai Liong yang saat itu
melempar We We Moli maka Glam-lui-Ciang
menghantam pemuda ini didorong kemarahan
kakek ini.
"Plakk!" Thai Liong terhuyung dan hampir
tersungkur. Demikian kuatnya pukulan itu
dilakukan lawan, Hantu Putih girang melihat1640
keberhasilannya. Tapi ketika pukulan itupun
membuat Thai Liong menggelembung, inilah
keanehan tenaga Rajawali Sakti maka kakek Itu
terbelalak ketika Thai Liong tiba-tiba membalik.
melotot.
"Kaupun masih suka kecurangan? Bagus,
terimalah balasanku, kakek iblis. Tangkis dan
terimalah dan lihat aku melemparmu ke tempat
We We Moli!"
Kakek ini berteriak. la buru-buru
menyelinap dan berkelebat menyembunyikan
diri begitu Thai Liong membalik dan
mengulurkan lengan. langan panjang itu
menyambar wajahnya tak berani ia menangkis.
Tapi ketika tangan yang lain bergerak dan
mencegat dirinya maka tahu-tahu iapun
tertangkap dan digenggam Thai Liong.
"Tobatt...!" Thai Liong gemas melempar
kakek ini. la meremas dan membuat si kakek
menjerit, jari-jarinya yang besar menjepit perut
lawan, Hatu Putih bagai hancur ususnya. Tapi
ketika ia melempar dan Hantu Hitam jatuh ke
bumi, menghantam menolong kakaknya maka1641
Thai Liong lagi - lagi kena pukul dan tergetar serta
terhuyung. Hantu Putih kemball melesat ke
langit biru.
"Hm-hm, tak tahu diri. Minta kubunuh.
Baiklah, aku terpaksa melanggar pantangan,
kakek iblis. Kalian berdua hurus mati!"
Namun saat itu jatuhlah Wp We Moli
berjungkir balik. Thai Liong yang menahan
kemarahannya tak mau membunuh hanya
melempar nenek itu tinggi ke udara. la sudah
mengejar dan menangkap Hantu Hitam, jarinya
memencet dan siap menghancurkan kakek ini.
Tapi ketika We We Moli membentak dan
meloncat menghantam kepalanya maka Bu-kekkang membuat pemuda itu terhuyung dan
merasa kesakitan. Akibatnya Hantu Hitarn lepas
lagi dan kakek itu berseru girang, bergulingan
dan menyelamakan diri dan kakaknya jatuh ke
bumi. Thai Liong juga tak mernbunuh kakek ini.
Dan ketika ketiganya sudah bergerak dan
menyambar-nyambar melepas pukulan,
berkelebat mengelilingi dan ganti-berganti saling
melindungi maka Thai Liong sudah dikeroyok dan1642
tokoh-tokoh yang semula bermusuhan itu
mendadak bersatu padu dan sama-sama ingin
membunuh Thai Liong. "Bagus, heh-heh. Bunuh
pemuda ini, Mo-li. Gabung tenaga kita!"
"Dan lindungi yang lain kalau pemuda ini
menangkap. Heii, hati-hati, suheng, Jangan
terlalu dekat!"
Sambar-menyambarlah tiga dedengkot
itu menyerang Thai Liong. Mereka sudah saling
menjaga dan melindungi yang lain kalau Thai
Liong menyambar dan hendak menangkap. Dua
lengan menangkis pemuda itu dari kiri kanan.
Dan ketika Thai Liong tergetar dan terhuyung
maka ketiganya sudah mengeroyok dan
mengelilingi bagai tawon-tawon berbisa yang
bisanya tajam, Marahlah Thai Liong. Tadinya dia
hanya hendak menghajar dan merobohkan We
We Moli, lalu dua kakek iblis dari Pulau Api ini.
Namun ketika mereka mengeroyok dan We We
Moli tak lagi bersikap gagah, musuhpun diajak
bekerja sama maka pemuda ini mengeluarkan
geraman dan menyambar sebongkah batu besar
dari pinggang gunung, batu sebesar kerbau!1643
"We We Moli, kau tak tahu malu. Kau
menghancurkan nilai dirimu sendiri. Aku tak akan
mengampunimu seperti juga dua kakek iblis ini.
"Buummmm...!" batu itu dibanting Thai
Liong menimpa Hantu Putih. Kakek itu berteriak
dan melesat pergi, terbelalak melihat batu
meledak dan hancur menimpa tempatnya tadi.
Lalu ketika berturut-turut Thai Liong,
mengangkat dan membanting batu-batu lain,
berdebum dan menggetarkan tempat itu maka
ngerilah tiga orang ini oleh kemarahan Thai
Liong, apalagi ketika tubut pemuda itu menjadi
kian tinggi dan besar seanak bukit.
"Ia memiliki To-san-kang (Ilmu Raksasa).
Pukulan-pukulan kita malah mempercepa
pertumbuhannya!"
"Benar, tapi sesungguhnya ia memiliki
Sin-tiauw-kang. He, hati-hati, Mo-li. Ia melempar
batu itu kepadamu buumm ...!" hampir saja We
We Moli tertimpa batu seanak gajah, melesat
dan mengelak ke kiri dan batu itupun hancur
berkeping keping. Thai Liong begitu marah
hingga siapapun menjadi ngeri. Kalau saja tiga1644
orang itu tak memiliki langkah-langkah Jit-Cap-jipoh-kun belum tentu mereka mampu
menghindar, apalagi karena yang lain selalu
menolong dan menyelamatkan temannya. Dan
ketika Thai Liong dikelilingi semakin cepat, gantiberganti tiga orang itu mengelak dan melepas
serangan akhirnya pemuda ini mencabut
sebatang pohon besar dan mengibaskannya ke
arah mereka.
"Wherrrrr !" Hantu Hitam berteriak
terlempar. la disapu demikian hebatnya hingga
tak mampu menghindar. Kakaknya juga berteriak
karena terkibas ranting dan dahan-dahan,
pandangan mereka tertutup sementara We We
Moli sudah bertindak gesit menyelinap cepat.
Nenek itu selamat. Lalu ketika dua kakek itu
bergulingan dan Thai Liong membungkuk
mendadak si kakek hitam tertangkap dan
langsung diremas.
"Aduh!"
Teriakan ini menggema penjang. Thai
Liong begitu marah mengerahkan tenaganya,
tubuh si kakek begitu kecil di telapak tangannya.1645
Maka ketika Hantu Hitam mencoba bertahan
dengan mengerahkan semua kekuatannya, jarijari itu meremas, kuat akhirnya tak kuat juga
kakek ini. dan terdengar suara berkeratak dan
tulang kakek itupun patah-patah.
"Thai Liong...!" Pemuda itu melempar
kakek yang sudah tewas ini dengan muka merah.
Ia telah membunuh Hantu Hitam dan
memandang ke bawah. Siang Le, adiknya
berteriak dengan muka ngeri. Si buntung itu
rupanya sudah sadar dan melihat kedahsyatan
Thai Liong, berlutut dan menggigil dan Thai Liong
sadar. Hanya dalam keadaan lupa diri saja ia
dapat membunuh orang. Maka ketika ia tertegun
sementara Hantu Putih menjerit menyambar
saudaranya, yang sudah menjadi Mayat maka
We We Moli menggigil berkemak-kemik
memanggil nenek moyangnya Kim Kong Sengjin,
karena hanya kakek itulah agaknya yang mampu
mengatasi Thai Liong. Dan langit tiba-tiba
menjadi gelap. We We Moli yang masih tak mau
kalah akhirnya meminta bantuan dewa
pujaannya yang amat sakti, cikal bakal pewaris1646
Bu-kek-kang yang amat dahsyat. Dan ketika
suara gemuruh terdengar di langit yang pekat,
suasana berubah diikuti deru angin kencang
maka Thai Liong juga terkejut karena tujuh
gunung di tempat itu tiba-tiba seolah bergerak
dan hendak menghimpitnya.
"Ha-ha-ha!" terdengar suara
menggelegar di angkasa, bayang-bayang seorang
kakek muncul di balik gulungan awan hitam.
"Apa maksudmu mengerahkan Bi-kongseng-sut, We We Moli. Ada apa kau merasa perlu
memanggil aku?"
"Ampun?...!" We We Moli berlutut,
duduk menggigil. "Teecu..teecu dihina seorang
pemuda, Sengjin. Bu-kek-kang tak berdaya
menghadapinya. Ia memiliki kesaktian dan
kesombongan luar biasa. Teecu mohon
bantuan!"
"Hm, kau bersahabat dengan orangorang Pulau Api. Tubuhmu bergelimang amis. Ah,
kau melanggar pantangan paling besar, We We
Moli. Tahukah kau hukuman apa untuk murid
sepertimu ini. Anak muda itu nomor dua!"1647
"Teecu teecu tak bersahabat dengan
orang-orang Pulau Api. Teecu tak meminta
bantuan mereka!"
"Tapi kau membiarkan saja bekas Giamlui-ciang tercium di tubuhmu. Aku tak dapat
membantumu karena Bu-kek-kang tak murni lagi
di tubuhmu. Ah, ia murid manusia dewa Bu-beng
Sian-su, Mo li, dan lihat kakek itu muncul di
belakang muridnya!"
We We Moli menoleh. Dengan kaget ia
melihat seorang kakek lain membayang-bayangi
Thai Liong, wajahnya tertutup halimun namun
bibir itu tersenyum lembut, mengangguk dan
mengusap Thai Liong dan pemuda itupun
menyusut dan tiba-tiba mengecil lagi. Dengan
cepat Thai Liong sudah berubah seperti manusia
biasa lagi, terduduk dan membelalakkan mata
melihat bayang-bayang Kim Kong Sengjin di sana.
Lalu ketika ia tertegun berseru tertahan, kakek
itu tertawa tiba-tiba Kim Kong Sengjin menepuk
kepala nenek ini berkata menggelegar.
"Kau membuat malu aku. Tapamu gagal.
Sebagai hukuman aku hendak melemparmu ke1648
puncak Himalaya yang paling sunyi dan
bersamadhilah sampai kau tewas. Masalah
pemuda ini akan kucarikan tandingannya sebagai
penggantimu ..blar!" awan hitam di depan kakek
itu meledak, hancur dan angin menderu dahsyat
menyambar Lembah Es. Semua murid ber teriak
karena terangkat dan terbawa naik, Thai Liong
juga disambar namun cepat berpegangan pada
kaki gurunya. Entah bagaimana Bu-beng Sian-su
tiba-tiba muncul di situ menandingi Kim Kong


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sengjin, sama-sama berbentuk asap dan Kim
Kong Sengjin mendorongkan sebelah lengannya
kepada kakek itu. Namun ketika Bu-beng Sian-su
juga mendorongkan sebelah lengannya dan
terdengar ledakan kuat, awan hitam pecah maka
anginpun lenyap dan badai sekilas yang menderu
di tempat itu juga sirna bersamaan dengan
lenyapnya Kim Kong Sengjin, juga We We Moli.
"Supek-bo ." Jerit tangis pecah. Yo-siocia,
gadis baju merah itu melengking ketika tubuh
We We Moli terangkat dan terbawa terbang
angin kencang tadi. Semua murid itu terangkat
dan terbanting bergulingan, nenek itu yang terus1649
terbawa terbang dan melesat ke angkasa. Dan
ketika gadis ini sadar dan memanggil, supekbonya, mengejar maka Thai Liong tertegun ketika
suara lembut berbisik di belakangnya.
"Sudah nasibmu. Ancaman bahaya akan
datang dari gadis ini, Thai Liong. Ia akan lebih
hebat dari We We Moli. Kim Kong Sengjin
memilihnya kelak. Pulanglah dan bawa anak
isterimu ke Sam-liong to dan jangan biarkan
isterimu bepergian sendiri."
Thai Liong sadar. Kakek dewa itu, Bu
beng Sian-su menepuk pundaknya dan menghela
napas dua kali. la baru saja menengok dan mau
bertanya ketika tiba-tiba terdengar panggilan,
dua bayangan berkelebat. Dan ketika ia tertegun
karena itulah Beng An dan seorang gadis cantik
berpakaian serba putih maka Beng An
memeluknya girang dengan wajah berseri-seri.
"Liong-ko, kau di sini? Kau telah
bertanding dengan We We Moli dan
mengalahkan nenek itu? Perkenalkan, inilah
Puteri Es yang membuat hatiku jatuh bangun itu,1650
Liong-ko. Dan dan enci Soat Eng di sini pula
kiranya!"
Beng An membalik dan menyambar
encinya. Soat Eng terisak dan memeluk pula
adiknya ini, disusul Siang Le yang terheran-heran
dan kagum memandang gadis baju putih yang
cantik jelita itu. Tapi ketika Puteri Es mundur dan
terisak menahan tangis, berkelebat dan
memasuki istana maka murid-murid Lembah Es
yang kaget tapi girang melihat junjungannya itu
menghambur berseru.
"Puteri!" Terkesimalah Thai Liong dan
adik-adiknya itu. Soat Eng juga kagum sekali akan
kecantikan gadis keturunan Dinasti Han itu, luar
biasa meskipun dingin dan berkesan angkuh. Tak
sadar bahwa Sian-su telah meninggalkan mereka
dan lenyap secara diam-diam. Maka ketika Thai
Liong sadar dan menoleh ke belakang, teringat
kakek itu maka pemuda ini mendorong adikadiknya berseru kaget. "Mana Sian su" Soat Eng
sadar. Ia tadi juga melihat kakek dewa itu namun
karena masih dicekam kejadian menegangkan
maka iapun lupa. Beng An tak melihat apa-apa1651
karena begitu muncul kakek itupun sudah
berkelebat menghilang. Entahlah kenapa kakek
ini tak mau ditemui pemuda itu. Maka ketika Thai
Liong terkejut dan tidak enak, pesan atau katakata itu masih terngiang maka ia melompat dan
tiba-tiba berkelebat lenyap.
"Ke, ke mana, Liong-ko!"
Akan tetapi Rajawali Merah ini
menjawab. Ia mencari gadis baju merai Yo-siocia
itu, naik turun gunung dan juga kakek iblis dari
Pulau Api. Hantu Hitan telah dibunuhnya dan
diam-diam ia menyesal juga. Tapi ketlka Hantu
Putih tak dilihatnya lagi dan Soat Eng berkelebet
di belakangnya maka adiknya itu bertanya,
"Apa yang kau cari, ada apa!"
"Aku mencari gadis itu, tak ada. Ia telah
pergi, Eng-moi, tak enak rasanya hati ini."
"Gadis siapa yang kau maksud!"
"Yo-siocia itu."
"Ah, dia yang sakit hati kepadamu? Gadis
yang jatuh cinta kepadamu itu? Celaka, aku
khawatir melihat sorot matanya, Liong-ko, penuh
benci dan kecewa. Ia kau tolak!"1652
"Mana mungkin kuterima," Thai Liong
semburat merah. "Aku sudah menikah, Eng-moi,
dan kau agaknya tahu semua kejadian ini. Harap
jangan beri tahu Shintala."
"Gila, mana mungkin kuceritakan. Aku
mendengar semuanya itu setelah ditangkap
kakek jahanam itu, Liong-ko, tapi kau telah
membunuh satu diantaranya. Mana sekarang si
kakek putih!"
"la juga pergi, mungkin terbawa deru
kesaktian Kim Kong Sengjin. Sadahlah kita
kembali dan lihat keadaan Beng An, mana
suamimu pula!"
"Le-ko menyusul Beng An-te ke istana,
murid-murid Lembah Es menangis!"
"Baiklah, mari klta tengok, Eng-moi.
Sekali lagi jangan beritahukan Shintala, masalah
Yo-siocia itu!"
Soat Eng mengangguk, tahu kesulitan
kakaknya dan cemburu kakak iparnya kalau tahu.
Wanita mana tak akan sengit kalau suami dicinta
orang lain, apalagi sehebat Yo-siacia itu, gadis
yang tak malu-malu mintakan ampun ketika1653
kakaknys hendak dibunuh. Tapi ketika Thai Liong,
berkelebat dan memasuki istana ternyata, Beng
An tertegun di depan pintu tak boleh masuk.
Kekasihnya terguncang oleh peristiwa itu, marah
dan bingung tapi juga sedih.
"Kongcu harap di luar dulu membiarkan
Puteri melepas kedukaannya. Kami sedang
dirundung malang, kongcu, antara bakti dan
cinta. Biarlah Puteri memanggil kalau beliau
sudah ringan."
Beng An terduduk lesu. la baru datang
setelah pemberitahuan orang-orang Pulau Api
akan kakaknya ini, menyusul Thai Liong dan
sempat melihat kejadian terakhir yakni ketika
awan hitam bergemuruh di Lembah Es. Melihat
ini Wei Ling atau Puteri Es menjadi pucat, Ia
menarik Beng An untuk mempercepat
langkahnya menuju istana dan berkata bahwa
sesatu yang hebat terjadi. Tapi ketika semua
berakhir dan Kim Kong Sengjin pergi, juga supekbonya We We Moli maka gadis ini melihat
tempat yang berantakan bekas pertempuran
dahsyat.1654
"Supek-bo , pergi, tak ada siapa-siapa lagi
di sini. Ah, hari ini Lembah E,s benar-benar
mengalami kehancurannya, puteri. Tak
sepantasnya keluarga Pendekar Rambut Emas itu
menghina kita. Pemuda itu merendahkan
martabat kita dimana. sikapnya yang keterlaluan.
Entah bagaimana kalau nanti mereka menjadi
besan kita, jangan-jangan lebih sombong!"
Seng-hwa, gadis baju kuning yang tak
senang dan diam-diam iri kepada kehebatan Thai
Liong. mulai membakar. Dialah gadis yang galak
dan angkuh itu, tinggi hati dan sombong dan
diam-dian, sesungguhnya cemburu kepada
kebshagiaan Puten Es ini, juga Yo-Siocia yang
gagal mendapatkan Thai Liong. Sesungguhnya ia
merasa tak senang kenapa orang-orang lain yang
harus mendapatkan pemuda-pemuda gagah itu,
bukan dirinya. Dan karena iapun sesungguhnya
kagum tapi benci merasa gagal, tak mungkin
pemuda-pemuda seperti Thai Liong atau Beng An
itu tertarik kepadanya maka mulailah ia
menggosok dan membakar Puteri Es.1655
"Hamba rasa tak sepatutnya pemuda itu
memalukan supek-bo. Kalau ia mau mengalah
dan bersikap lebih baik tentu supek-bo tak akan
dibuang ke Himalaya, dan paduka mendapat
restunya. Ooh, sekarang semuanya benar-benar
hancur, Puteri. Tak mungkin paduka meminta
restu supek-bo yang dihina keluarga Pendekar
Rambut Emas. Kakak dari Kim-kongcu itu luar
biasa sombong tapi memang berkepandaian
tinggi. Kesaktiannya luar biasa!"
Mengguguklah Puteri Es. la segera
mendengar cerita kekalahan supek-bonya.
kekalahan yang tentu menyakitkan dan
meninggalkan dandam. Dan karena cerita itu
dilontarkan Sam-hwa, murid yaag tertua di situ
maka kata-kata gadis ini membuat ia mendidih
dan terbekar. Betapapun kesetiaannya kepada
seorang yang lebih tua masih tertanam dan
berakar kuat.
"Dan yang menyakitkan adalak Yo-suci
itu. Terang-terangan ia ditolak, Puteri.
Bayangkan betap sakit dan luka perasaannya
setelah pemuda itu menolak keinginan supek-bo.1656
Pemuda itu menepls begitu saja syarat mudah
vang diberikan su pek-bo, padahal itu adalah satu
penghargaan dan hormat kepadanya yang belum
pernah dilakukan Lembah Es selama ini".
" Apa yang diinginkan supek-bo."
"Memberikan suci sebagai isterinya. syarat kalau
ia menjodobkan adiknya dengan paduka!"
Mengguguklah Puteri E.s. Sam-hwa juga
bercerita tentang ini, betapa ia harus menerima
Yo Lin kalau hendak menjodohkan Beng An. Tapi
karena pemuda itu menolak dan terjadilah
kemarahan We We Moli maka gadis itu juga
menangis seolah menahan kekecewaannya.
Puteri Es terbakar dan mulai tersinggung sampai
tiba-tiba ia menjerit-jerit. Cerita demi cerita yang
didengar adalah menusuk-nusuk. Dan ketika ia
meloncat bangiun dan berkelebat ke
belakang.akhirnya diserukan agar semua oraangorang di luar Itu disuruh pergi. Keluarga
Pendekar Rambut Emas harus enyah dari situ.
"Katakan pada mereka agar segera
angkat kaki dari tempat ini. Juga Beng An. Tak
perlu ia menunggu dan menengok aku!!!"1657
gembiralah gadis baju kuning ini. Ia memasuki
suasana yang bagus dan berhasil mengisi,semua
itu dengan tusakan kata-kata yang tajam ,
Baginya biarlah Puteri Es melajang sebagaimana
dirinya sendiri. Lembah Es biarlah tetap seperti
dulu-dulu yang tak pernah mengenal lelaki. Maka
ketika ia bangkit dan buru-buru keluar menggigil
dan pura pura ketakutan di depan Beng An
maka, gadis ini berkata bahwa puteri tak mau
.diganggu, harap mereka semua pergi.
"Maafkan kami. Putari tak mau diganggu.
Kau dan saudara-saudaramu di minta pergi,
kongcu. Harap kalian pergi dan jangan tambah
kedukaan kami dengan kehadiran kalian di sini."
Beng An terkejut. "Ia menyuruhku pergi?"
. "Benar, Puteri tak mau menemui
kongcu.Katanya biarlan, semuu pergi dan tak
usah kembali ke sini. Aku hanya melaksanakan
pesan... wut!"
Beng An berkelebat, mendorong dan
membuat gadis itu berteriak dan larilah pemuda
ini ke dalam istana. Di sana di ruang dalam masih
berkumpul murid-murid Lembah Es, menangis1658
dan sesenggukan dan mereka tak tahu apa yang
harus mereka lakukan. Puteri Es entah kemana.
Dan ketika Beng An tertegun dan menggigil di
sini, menyambar satu di antaranya maka pemuda
itu membentak bertanya kekasih-nya, tentu saja
penesaran kenapa Puteri Es mengusirnya.
"Katakan kepadaku di mana junjunganmu
berada. Cepat, atau kulempar nanti!"
"Hamba.. hamba tak tahu. Ampunkan
hamba, kongcu, Puteri meninggalkan kami di
belakang..!"
Beng An melepas dan melempar gadis ini.
Ia beringas menuju belakang, berputar dan
mencari namun sang puteri tak ada. Jelas bahwa
puteri itu bersembunyi, tak mau ditemui. Dan
ketika Beng An mulai mengamuk dan
menendang pintu-pintu kamar maka muncullah
kakaknya, berdua Soat Eng
"Wei Ling..Ling-moi, keluarlah! Aku tak
akan pergi kalau kau belum muncul. Hayo, keluar
dan temui dulu aku!"
Namun Thai Liong menyambar dan
mencengkeram pundak adiknya ini. Beng An1659
tampak marah dan menendangi dan semua itu
bisa menciptakan keributan baru. Sebagai
pemuda yang telah matang dan mampu
membaca keadaan maka Rajawall Merah ini
maklum bahwa Puteri Es terluka hatinya. la tak
menduga akan hati busuk Sam-hwa, tak mengira,
bahwa satu dari gadis-gadis Lembah Es itu
menanamkan kebencian kepada Puteri Es ini,
termakan. Maka ketika ia mencengkeram


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

adiknya dan menyadarkan bahwa perbuatan itu
hanya membuat marah orang lain maka ia
membujuk agar Benh An pergi saja dari situ.
"Keadaan memang runyam. Ia sedang
terpukul perasaannya. Biarlah kita pergi
menuruti permintaannya Beng An. Kelak datang
lagi kalau ia mereda. Tak usah merusak ini-itu
karena hanya akan menimbulkan kemarahan
baru. Maaf aku telah mendengar itu.' "Pulang,
Aku pulang? Tidak, kau boleh pergi dan pulang.
Liong-ko, akan tetapi aku tetap di sini sarnpai
gadis itu muncul. Aku penasaran kenapa ia
Satria Lonceng Dewa 4 Dewi Tangan Jerangkong Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy

Cari Blog Ini