Ceritasilat Novel Online

Putri Es 19

Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara Bagian 19


begitu saja berarti membiarkan benih penyakit
berkeliaran di muka bumi. Aku menghendaki dua
ditukar enam atau kubunuh sutemu!
"Bunuhlah!" ketua ini menjadi nekat.
"Dan mereka semua akan kubantai,Thian te Ithiap, tidak percaya boleh lihat!"1997
lalu ketika ia mencabut pisau menggores
tenggorokan hwesio ini segera ketua Pulau Api
itu menunjukkan kesungguhannya, bukan hanya
dia seorang melainkan murid-murid Pulau Api
yang lain menggores pula leher para tawanan.
Sebentar saja darah segar mengucur. Dan ketika
seratus limapuluh orang itu mengeluh dengan
muka pucat maka Thio-siocia yang tak tahan lagi
mendedak membentek dan berkelebat
menghantam ketua Pulau Api itu.
"Kau keji dan tak berjantung, lepaskan
Bhong Tek Hosiang!"
Thian-te It-hiap berseru mencegah.
Perbuatan gadis ini tak diduga sama Sekali akan
tetapi ia telah menerjang ke depan. Tan-pangcu
terkejut tapi secepat itu pisaunya berkelebat,
leher Bhong Tek Hosiang digorok mentahmentah. Dan ketika hwesio itu menjerit dan
roboh dengan kepala putus maka hampir
berbareng seratus limapuluh yang lain mendapat
aba-aba dan.. . srat-srat, pisau atau golok di
tangan mereka merobek leher para tawanan.
Keji!1998
Akan tetapi Thian-te It-hiap tiba-tiba
mengeluarkan pekik dahsyat. Pekik ini begitu
menggetarkan mengguncang Kepulauan Pulau
Api. Khikang atau tenaga sakti yang menyertai
pekik itu dahsyat bukan main, , Tan-pangcu dan
anak muridnya terjengkang sementara Thiosiocia sendiri terpeleset oleh getaran suara itu.
Lalu ketika kakek itu berkelebat dan menyambar
ke depan maka tangannya menghantam ketua
Pulau Api itu.
"Desss!" Sesosok bayangan meloncat dan
tertawa-tawa. Pukulan ini diterima bayangan itu
dan Thian-te It-hiap terdorong. San Tek, si gila itu
tahu-tahu muncul menyelamatkan ketua Pulau
Api. Hampir dapat dipastikan laki-lki itu pasti
roboh disambar kelima jari Thian-te It-hiap, jari
yang telah terisi tenaga sakti sekuat gunung,
dingin membeku dan hanya si gila itu yang
mampu menandingi. Pemuda itu terhuyung pula.
Lalu ketika Tan-pangcu bergulingan meloncat
bangun dan pucat serta ngeri si gila menerjang
Thian-te hiap terkekeh-kekeh.1999
"Heh-heh, kau menipu aku. Mana
Rajawali Merah itu, kakek busuk. Kau
membuatku terbirit-birit tapi sekarang aku
datang lagi. Ayo kita bertanding dan pekik
suaramu tadi membuat aku kaget!".
Thian-te It-hiap terbelalak. la mengelak
dan meloncat maju mundur diterjang si gila ini.
Bukan maksudnya bertempur dengan orang lain,
yang dikehendaki adalah ketua Pulau Api itu.
Namun karena pengaruh Suaranya tadi memang
amat dahsyat dan totokan para tawanan terbuka
otomatis, tergetar dan "kaget" oleh, khikangnya
yang mengguncangkan pulau maka Kiam Kit
Cinjin dan Kiam Ceng Cinjin yang merupakan
orang pertama yang sadar dan meloncat bangun
sudah disusul oleh yang lain-lain dan anak murid
atau pembantu mereka. Bukan hanya disini akan
tetapi dua wakil ketua sam-pangcu dan ji-pangcu
juga bebas. Mereka tadi diserahkan kepada dua
gadis Lembah Es itu namun ketika Thio-siocia
menyambar ke depan maka ji-pangcu terlepas.
Laki-laki ini menyerang Wan-siocia yang
membawa adiknya. Dan ketika gadis itu2000
mengelak dan sang adik disambar maka bebaslah
keduanya menerjang gadis itu.
"Dess! !" Wan-siocia menangkis dan
bergulingan. Di sana encinya menyerang Tan
pangcu akan tetapi ketua Pulau Api itu masih
pucat oleh pekik suara Thian-te It hiap. Pekik itu
seperti suara seribu gajah. Pohon di sekeliling
mereka tumbang dan siapapun ngeri oleh
kedahsyatan suara khikang ini. Baru kali itu
tampak kemarahan Thian-te It-hiap yang luar
biasa. Akan tetapi ketika ia meloncat bangun dan
cepat menyambar pedangnya, mengelak dan
menangkis dua pimpinan ini maka Kiam Kit Cinjin
dan ketua-ketua persilatan sudah menerjang
orang-orang Pulau Api itu terbakar oleh
kekejaman Tan-pangcu menggorok leher Bhong
Tek Hosiang.
Siapapun marah besar oleh kekejian ini.
Tubuh hwesio itu terpotong menjadi dua,
kepalanya menggelinding tak jauh dari lehernya
bersimbah darah. Matanya melotot. Dan karena
untuk kesekian kalinya orang-orang kang-ouw ini
melihat keganasan penghuni Pulau Api maka2001
semangat mereka terbakar oleh kobaran darah
yang mendidih, apalagi tiga puluh murid-murid
atau wakil mereka juga mengalami nasib yang
sama digorok orang-orang Pulau Api itu, tewas
dengan luka mengerikan sementar mereka
selamat oleh pekik dahsyat Thian-te It-hiap tadi.
Entahlah bagaimana nasib mereka kalau Thian-te
it hiap tak melakukan itu. Maka ketika mereka
menerjang dan kemarahan serte kebencian
menjadi satu, nafsu membunuh begitu gila maka
murid-murid Pulau Api menjadi gentar meskipun
jumlahnya dua kali lipat.
Mereka terdesak dan roboh oleh babatan
pedang ataupun golok di tangan orang-orang
yang marah ini, terutama ketua Kun-lun dan Hoasan serta Khong-tong yang sudah memandikan
pedangnya dengan darah segar. Tak ada ampun
bagi tiga ketua yang gusar ini. Dan ketika di sana
ketua Bu-tong menggerakkan toyanya
menghantam murid-murid Pulau Api maka siapa
yang tertimpa kontan pecah kepalanya, disusul
oleh ketua Siau-hun pai yang bersenjatakan hudtim (kebutan bulu). Tak kalah ganas dengan2002
rekan-rekannya ketua Siau-hun oai inipun
menerjang kalap. la berkelebatan dan setiap
ujung hud-tim mengebut atau menotok maka
robohlah seorang murid Pulau Api. Ujung
kebutan itu dapat menjadi lemas atau keras
sesuai kehendaknya. Dan ketika amukan ini
bena-benar menggetarkan penghuni Pulau Api
maka Tan-pangcu akhirnya pulih dan
membentak Thio-siocia itu.
Thian-te It-hiap bertanding amat cepat
dengan si gila San Tek.
(Bersambung jilid XXXIII.)
Credit:
Sumber Buku Gunawan Aj
Kontributor Awie Dermawan
Edit OCR Yons
First in share Kolektor Ebook
Putri Es Jilid 32-Batara2003
"PUTRI ES"
( Lanjutan Rajawali Merah )
Karya Batara
Jilid XXXIII
* * * PERKELAHIAN tak dapat dicegah lagi.
Perang massal antara orang-orang kangouw
dengan penghuni Pulau Api ini berlangsung
dengan amat hebatnya. Pihak Pulau Api yang
gentar melihat tandang orang-orang kang-ouw
banyak yang terdesak mundur, mereka giris atau
ngeri karena orang-orang kang-ouw itu
bertempur dengan sikap mengadu jiwa,
terutama para pimpinannya yang marah sekali
melihat tewasnya Bhong Tek Hosiang, kematian
yang sungguh biadab yang dilakukan ketua Pulau
Api. Maka ketika mereka ini merangsek dan
berkelebatan menyambar-nyambar, pedang dan
toya atau hud-tim benar-benar tak kenal ampun
maka murid-murid Pulau Api akhirnya cerai-berai2004
lari ketakutan, masuk ke tengah pulau. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya lawan dan
mengamuklah Kiam Kit Cinjin dan rekan-rekan
mencari yang lain, akhirnya melihat tiga
pimpinan Pulau Api bertanding dengan gadisgadis Lembah Es itu. Maka ketika mereka
membentak dan maju dengan kalap cepat sekali
tiga orang ini dikeroyok. "Jahanam tak tahu malu.
Beranimu hanya menggorok orang tak berdaya,
Tan-pangcu, coba terima pedangku dan lihat
siapa yang roboh!"
"Benar," hud-tim di tangan ketua Siau
hun-pai juga meledak, menyambar leher sampangcu. "Coba kau hadapi kami dengan gagah,
iblis-iblis keji. Kau atau kami yang roboh!"
Tan-pangcu dan adik-adiknya terkejut..
Setelah ketua Pulau Api ini pulih keberaniannya
melihat Thian-te it-hiap dihadapi San Tek maka ia
berhadapan dengan Thio siocia dari Lembah Es.
Giam-lui-ciang di tangannya menyambar panas
dan ditangkis gadis itu. Akan tetapi karena
tingkatnya lebih tinggi sedang gadis itu hanya
tokoh nomor dua saja maka Thio-siocia ini2005
terhuyung dan dua kali pukulan panas itu
memaksa lawan menjauhkan diri. Tapi kini tibatiba ketua Khong-tong-pai itu maju dengan
ganasnya, disusul oleh sabetan pedang ketua
Kun-lun dan dari muka belakang ia digunting dua
arah. Marahlah ketua Pulau Api ini namun gadis
Lembah Es itu tak menyia-nyiakan kesempatan.
Dari depan ia berkelebat dan melepas Bu kekkang, angin dingin menyambar dan sibuklah
ketua Pulau Api itu. Dan ketika ia tergetar dan
terhuyung mundur maka di sana sutenya juga
mengelak dan menangkis hud-tim dengan amat
gugup.
"Plak-plak!" Hud-tim bagai tombak saja
ketika dikerahkan dengan tenaga keras. Sutenya
terbelalak dan Wan-siocia menyambarnya,
disusul oleh bentakan ketua Bu-tong dengan
toyanya yang dahsyat. Dan ketika ia terdorong
dan dari kiri kanan menyambar orang-orang lain
maka orang ketiga dari Pulau Api ini mengeluh
karena tak sanggup diserang dari segala penjuru,
dan di sana Hoa Siocia bersama pembantunya
mengeroyok ji-pangcu. Tujuh orang mengepung2006
di sini dan gadis Lembah Es masih berkelebatan
membantu, sebentar menyerang laki-laki ini lalu
berkelebat menyambar sam-pangcu. Siapapun
pasti sibuk diserang seperti ini. Dan ketika muridmurid Pulau Api berlarian meninggalkan
pertempuran maka tiga ketua ini menjadi pucat
karena orang-orang kang-ouw yang lain
menubruk dan menyerbu ke situ. Tumpah
melepas kemarahan!
Pucatlah tiga ketua ini dengan mata
melotot. Masih ada beberapa pertempuran di
kiri kanan, namun karena itu tak seberapa dan
hanya murid-murid rendahan maka ketua Pulau
Api membentak agar dua sutenya beradu
punggung.
"Satukan tenaga, kita berkumpul,
Pusatkan Giam-lui-ciang di sini, sute, mana Tan
Bong dan Siauw Lok!"
"Kami di sini!" dua pemuda berkelebat.
"Kami hendak memanggil anak-anak murid
kembali, ayah, mereka memalukan kita!"
"Tidak, kau bantu kami di sini. Hadapi
mereka ini biarkan aku menghadapi Thio-siocia,2007
Tan Bong, dan biarkan Bu-susiokmu menghadapi
Wan-siocia itu. Pamanmu Kiat Lam biar
menghadapi yang lain bersama kalian!"
Tan Bong, pemuda berbaju hitam' itu
menyambar dengan deru angin pukulannya.
Bersama Siauw Lok yang menjadi sutenya dua
pemuda Pulau Api ini membantu pimpinan.
Mereka tadi menghadapi orang-orang kang-ouw
itu akan tetapi kewalahan juga dan mundur.
Namun karena mereka tidak lari bersembunyi
dan Tan Bong sebagai putera ketua Pulau Api
tentu saja harus membela ayahnya maka
pemuda ini mendekat dan akhirnya dipanggil
ayahnya itu.
Masuknya dan pemuda ini mengejutkan
Kiam Kit Cinjin dan kawan-kawan. Sambaran
pukulan pemuda baju hitam itu bukanlah tidak
berbahaya dan tentu saja mereka menangkis.
siauw Lok, pemuda baju merah itu sudah dikenal
namun untuk yang baju hitam ini baru kali itu
mereka lihat. Maka ketika mereka menangkis


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

namun terhuyung didorong mundur,
terbelalaklah tosu itu melihat pemuda ini maka2008
bantuan pemuda-pemuda itu ternyata
melonggarkan desakan dan gembiralah ji-pangcu
dan sam-pangcu melompat di dekat suhengnya.
"Bagus, kau hadapi Thio-siocia itu dan aku
adiknya. Awas tangkap dia hidup-hidup, suheng,
dan aku merobohkan yang satu ini..duk-plak!" jipangcu memutar lengannya dan tepat sekali ia
menangkis pukulan Wan-siocia. Suhengnya
sudah membalik dan menghadapi Thio-siocia
sementara sute mereka Kiat Lam menghalau
atau menangkis ketua-ketua partai itu, dibantu
murid atau keponakan mereka itu. Dan ketika
ternyata dengan begini, masing-masing dapat
menghadapi lawan, adu punggung dilakukan
dengan cepat maka orang-orang kang-ouw itu
tak dapat memusatkan keroyokan lagi terhadap
tiga ketua Pulau Api itu. Hal ini menyulitkan Thiosiocia dan sumoinya, mereka sekarang
berhadapan dengan tokoh atau pimpinan Pulau
Api itu. Dan ketika kemanapun mereka
menyambar selalu ditangkis dua orang itu maka
Thio-siocia tiba-tiba melengking dan mencabut
senjatanya yang aneh, roda es beku!2009
"Sumoi, keluarkan Siang-lun-jong-san!"
Sang sumoi atau Wan-siocia mengangguk.
Melihat betapa dua pimpinan Pulau Api sudah
membagi tugas menghadapi mereka, masuknya
Tan Bong dan Siauw Lok membuat tokoh-tokoh
Pulau Api bernapas lega maka tak ada lain jalan
kecuali mengeluarkan senjata mainkan Sianglun-jong san (Sepasang Roda Menerjang Bukit).
Kalau sudah begini mereka harus berpasangan
dan musuh betapa kuatpun biasanya tak
gampang menembus pertahanan. Ilmu ini adalah
ilmu hebat yang khusus dimiliki sepasang gadis
itu. Maka ketika mereka mengeluarkan senjata
itu dan mencuatlah sinar perak menyambar
lawan tiba-tiba Tan-pangcu maupun sutenya
dibuat silau.
"Wiirr-wiirrrr !" dua roda di tangan dua
gadis ini melesat bagai kilatan cahaya
menghantam Tan-pangcu. Sang ketua mengelak
sementara ji-pangcu menangkis. Tapi ketika lakilaki itu terhuyung dan pecahan es menyambar
sana-sini maka wajahnya terciprat dan benda
dingin namun tajam itu membuatnya terkejut,2010
marah. Selanjutnya dua gadis ini mainkan
langkah-langkah sakti Jit-cap-ji-poh-kun dan
gerakan mereka yang amat cepat serta sebat
membuat dua ketua kewalahan, betapapun
setelah mengeluarkan senjata maka gadis-gadis
Lembah Es ini lebih hebat lagi, bagaikan sepasang
harimau betina tumbuh sayap. Akan tetapi
karena mereka juga bukan orang-orang biasa dan
Tan-pangcu membentak mencabut tongkatnya
maka benda ini menangkis dan menghalau
sepasang roda es itu.
"Plak-plak!" Thio-siocia terhuyung dan
harus diakui bahwa dalam hal sinkang ia kalah
setingkat. Ketua Pulau Api ini memang lihai
namun bukan berarti membuatnya takut, justeru
ia menjadi marah dan menerjang lagi. Dan ketika
sang sumoi berkelebat dan menyambar dari
samping maka ji-pangcu mencabut rantai
peraknya dan kali ini dipaksa untuk
mengeluarkan senjata pula.
"Plak!" Pertandingan menjadi seru.
Setelah dua ketua ini mengeluarkan senjata pula
menghadapi gadis-gadis Lembah Es itu maka2011
kedudukan kembali berimbang. Keunggulan
mulai tampak di pihak ketua Pulau Api, tangkisan
mereka membuat gadis-gadis itu terhuyung
kalah kuat. Namun karena mereka bukan gadis
yang mudah menyerah,melengking dan
menerjang lagi akhirnya mereka berkelebatan
dan sepasang roda di tangan mereka itu berubah
menjadi gulungan sinar putih yang melebar dan
mengurung lawan, terpental dan maju lagi
sehingga Tan-pangcu maupun ji pangcu dibuat
berhati-hati. Tekad tak kenal menyerah
membuat gadis-gadis itu berlebihan semangat,
inilah keunggulan yang sejenak membuat dua
ketua Pulau Api itu kagum. Namun karena
mereka adalah orang-orang yang dapat bergerak
cepat pula dan merekapun memiliki langkah sakti
itu maka Jit-cap-ji-poh-kun dikeluarkan pula dan
terbakarlah gadis-gadis ini karena sesungguhnya
ilmu itu adalah milik mereka, bukan milik orangorang itu.
"Tak tahu malu, pencuri hina. Kalian
orang-orang Pulau Api selalu curang dan licik,
Tan-pangcu. Ilmu orang lainpun kalian curi!"2012
"Hm, kami tak mencuri siapapun. Kalian
orang Lembah Es tak bisa mengatakan ini milik
kalian, Thio Leng. Ilmu ini sama-sama kita
dapatkan dari Hwe-sin."
"Tapi Hwe-sin memberikannya kepada
kami!"
"Dan kamipun mendapatkan warisannya
turun-temurun."
"Omong kosong, kau selalu curang dan
mampuslah.. wiirrrr-plakk!" roda membentur
tongkat dan terpental akan tetapi kali ini tibatiba tangan kiri gadis itu bergerak. Bu-kek-kang,
pukulan yang sudah disiapkan itu meluncur,
tepat mengenai pundak ketua Pulau Api ini dan
sejenak laki-laki itu tergetar. Sedetik hawa dingin
memasuki tubuhnya dan membuat menggigil.
Akan tetapi karena sinkang di tubuhnya sudah
kuat dan Yang-kang atau tenaga Api menolak
otomatis maka ketua Pulau Api ini pulih lagi dan
ia menggeram merasa kecolongan, betapapun
rugi satu kali.
"Kau licik, mencari kelengahanku. Coba
terima ini dan sekarang beranikah kau2013
menerimanya!" sang ketua balas membentak
dan iapun maju menghalau sambaran roda,
bergeser dengan cepat dan tongkat tahu-tahu
Menghantam kepala. Akan tetapi ketika gadis itu
menangkis dan sama-sama terpental maka
tangan kiri laki-laki ini mencengkeram buah dada
gadis itu. "Jahanam!" Thio-siocia mengelak dan
roda di tangannya membalik. Ia tak menyangka
serangan ini yang amat kotor dan kurang ajar,
dan ketika lawan terdorong dihantam rodaesnya maka iapun maju dengan marah dan
kembali pertandingan berjalan sengit, mengelak
dan berkelebatan sementara roda di tangan
mereka semakin menderu-deru. Tan-pangcu
tertawa dan sutenyapun terbahak. Kebetulan
dalam saat bersamaan ji-pangcu inipun
mencengkeram paha Wan-siocia, menjerit dan
gadis itu melempar tubuh bergulingan dengan
muka merah padam. Lalu ketika meloncat
bangun dan marah bukan main maka gadis ini
sudah bergerak bersama sucinya berganti-ganti
lawan, siapapun yang dekat dihantam dan ini
membuat dua ketua itu gemas. Tiga kali sasaran2014
luput disambar karena yang lain menyerang dan
membahayakan kedudukan. Dan karena gadisgadis ini memang bukan gadis sembarangan dan
sukarlah untuk merobohkan dengan cepat
akhirnya Tan-pangcu maupun sutenya
mengimbangi dan menunggu saat yang baik.
Pertempuran di tempat lain tak kalah
mendebarkan. Kiam Kit Cinjin yang dibantu
rekannya dari Kun-lun dan Siau-hun menghadapi
tembok pertahanan yang kokoh. Hoa-siocia
berkelebatan di sini di bantu pula murid-murid
lelaki dan perempuan. Akan tetapi karena Siauw
Lok dan Tan Bong benar-benar pemuda pilihan,
inilah yang menyulitkan mereka untuk
merangsek sam-pangcu dari Pulau Api maka
mereka tak mampu menembus dan ketika Giamlui-ciang menyambar merekapun terdorong
mundur oleh hawa panas. Kiam Ceng dari Hoasan menjadi penasaran. Kakek tinggi kurus
bersenjatakan pedang ini menjadi merah
mukanya oleh marah. Harus diakui bahwa
dikeroyok sebelas orang tetap saja mereka tak
mampu mendesak. Hal ini karena sambaran2015
Giam-lui-ciang cukup panas, apalagi yang
dikerahkan tokoh Pulau Api itu, sam-pangcu yang
amat lihai. Dan ketika merasa bahwa
pertandingan bakal melelahkan kalau tidak
berbuat nekat tiba-tiba tosu ini berseru keras
menusuk Siauw Lok, pemuda yang paling lemah
di antara tiga orang lawan.
"Singgg!" Tusukan cepat yang dilakukan
tosu ini hebat bukan main. Pedang menyambar
bagai kilat dan hanya membentuk sebuah sinar
putih panjang, langsung ke tenggorokan
membuat pemuda itu terkejut dan tiba-tiba
berobah ke bawah menuju perut. Inilah serangan
yang disebut Menikam Lurus Membelek Hati,
siapapun bakal terkejut oleh gerak serangan
yang amat berbahaya ini. Dan ketika pemuda
itupun juga terkejut dan mengelak serta berseru
keras, saat itulah tosu ini maju dengan cepat
maka iapun tahu-tahu mencengkeram leher dan
tangan kirinya menyambar kepala.
"Aahhh !" pemuda baju merah ini
terbeliak dan mengangkat tangannya dengan
cepat. la tak tahu mana yang lebih berbahaya2016
antara tusukan pedang dan cengkeraman ini,
yang jelas kedua-duanya dapat mengakibatkan
maut. Maka ketika ia mengelak dan menangkis
serangan ini, pedang menyambar seinci di kulit
perutnya maka cengkeraman itu ditangkis
namun dengan tidak terduga-duga pedang
menukik dan menyambar punggung kakinya.
"Crep!" Pemuda ini menjerit dan
kesakitan. Kitun Ceng Cinjin tidak main-main lagi
setelah itu, tepat sekali ujung pedangnya
memantek kaki si pemuda namun saat itu
cengkeramannyapun disambut lawan. Dalam
kemarahan dan kesakitan yang sangat tenaga
lawan amatlah hebatnya, jari si tosu berkeretek.
Dan ketika tangan yang lain dari pemuda itu
menghantam dadanya maka dalam perkelahian
jarak dekat ini tak mungkin Kiam Ceng Cinjin
mengelak lagi.
"Desss!" Tosu ini mengeluh dan
terbanting. Ketua Hoa-san ini luka dalam
melontakkan darah segar, roboh dan akhirnya
pingsan di sana. Tapi karena ia telah berhasil
melukai satu di antara tiga lawannya, terbukalah2017
kesempatan bagi yang lain untuk menerobos
pertahanan maka Hoa Siu yang memekik dan
berada paling dekat dengan pemuda Pulau Api
ini tiba-tiba mengelebatkan pedangnya dan
dengan satu jurus dari Giam-lo Kiam-sut yang
amat ganas ia menusuk dada pemuda yang
sedang terhuyung itu.
"Crep!" Kejadian cepat ini benar-benar
mengejutkan siapapun. Siauw Lok yang terluka
dan menahan sakit tak sempat mengelak
tusukan pedang ini. Giam-lo Kiam-sut jauh lebih
berbahaya daripada Hoa-san Kiam-sut (Ilmu
Pedang Hoa-san). Maka ketika ia mendelik dan
seakan tak percaya dadanya ditembusi pedang,
gadis itu meloncat mundur dan sudah
menendangnya maka menyemburlah darah dari
luka yang dalam.
"Kau....?!" Siauw Lok tak dapat
meneruskan kata-katanya ini. Ia telah roboh dan
ambruk dan tewaslah pemuda Pulau Api itu.
Pedang di tangan Hoa Siu mengantar ajalnya.
Dan ketika dua yang lain terkejut dan marah
maka sam-pangcu dari Pulau Api melengking dan2018
memutar kedua lengannya melepas giam lui
ciang.
"Keparat!" Pukulan itu amat hebat dan
panas. Ketua Kun-lun dan Siau-hun terdorong
mundur namun satu murid perempuan menjerit.
Gadis ini sedang berhadapan dengan Tan Bong
dicengkeram pedangnya, berkutat dan tak mau
melepaskan pedangnya dan di saat itulah sampangcu menyambar, berputar ke segala penjuru.
Dan ketika ia terlempar dan hangus disambar
pukulan ini maka yang lain kaget dan berseru
keras.
"Mundur, jangan dekat-dekat!" .Akan
tetapi tokoh Pulau Api itu melotot. Ia marah
sekali melihat muridnya tewas, bergerak dan
mengejar dengan langkah saktinya Jit-cap-ji-pohkun. Langkah ini benar-benar luar biasa karena
sekejap saja sudah mendekati Hoa Siu. gadis


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

inilah yang menjadi incaran terakhir untuk
melepas marah. Dan ketika cucu Thian-te It-hiap
itu menjerit menggerakkan pedangnya,
menangkis namun pedang patah menjadi dua
maka laki-laki ini mendesis dan tangannya terus2019
menyambar dada gadis itu. "Kobohlah!" Tak ada
lagi yang dapat menolong. Kiam Ceng Cinjin dan
lain-lain sedang mundur menyelamatkan diri.
Mereka terkejut oleh kemarahan tokoh Pulau Api
ini. Namun ketika pukulan itu menyambar cepat
dan Hoa Siu tak mungkin mengelak mendadak
berkesiur angin dingin dan.... sebatang lengan
lain menangkis pukulan ini.
"Dukk!" Laki-laki, perlente itu terpental.
Ia terbanting dan bergulingan dan di situ telah
berdiri Thian-te It-hiap dengan mata mencorong.
Entah bagaimana kakek ini tahu-tahu telah
berada di situ, menangkis dan menyelamatkun
cucunya dan pucatlah orang ketiga Pulau Api ini.
Dan ketika ia mengeluh bergulingan meloncat
bangun, kaget bagaimana kakek ini tahu-tahu di
situ maka San Tek si gila berteriak-teriak dan
kabur dikejar sesosok bayangan merah yang
menyambar bagai seekor rajawali. Ternyata
telah ada orang laln muncul di situ! Pucatlah
sam-pangcu Pulau Api ini. Tiba-tiba ia memutar
tubuh dan melarikan diri. Tak mungkin ia
melawan Thian te It-hiap yang amat lihai itu. Tapi2020
ketika ia bergerak dan memberikan punggunnya
mendadak sebuah sinar hitam menyambar
tengkuknya. Thian-te It-hia menjentik sesuatu.
"Tak!" Robohlah laki-laki perlente itu.
Sebutir batu hitam mengenai urat kematiannya
di belakang kepala, pecah dan ambruklah dia tak
sempat menjerit. Dan ketika Thian-te It-hiap
mendengus dan berkelebat ke tempat lain tibatiba Tan-pangcu dan ji-pangcu berteriak karena
bertemu sepasang lengan baja yang ama kuat
dan dingin.
"Plak-plak!" Dua orang ini terpelanting.
Mereka yang sedang bertanding dengan gadisgadis Lembah Es itu tiba-tiba dibuat terkejut oleh
bayangan menyambar. Thian-te it hiap muncul di
situ dan menangkis pukulan mereka. Dan ketika
sama seperti sute mereka dua orang ini
terbanting bergulingan maka pucatlah mereka
melihat kakek lihai itu memasuki pertandingan,
apalagi ketika sute mereka Kiat Lam tewas,
begitu pula Siauw Lok.
"Mundur!" Tan-pangcu melompat
bangun melempar sesuatu. Sebuah benda2021
meledak dan asap hitam membubung tinggi. Di
saat berbahaya itu mereka melihat ancaman
mengerikan, mata mencorong Thian-te It hiap itu
benar-benar membuat gentar. Dan karena San
Tek meninggalkun pertempuran dan mereka tak
tahu bagaimana si gila itu melepaskan kakek ini
maka keduanya segera melompat kabur dan Tan
Bong berseru memanggil ayahnya.
"Ayah!" Tan-pangcu teringat. Cepat ia
meledakkan sebuah granat lagi melindungi
puteranya, musuh segera mundur dan beberapa
di antara mereka terkena percikan logam besi.
Dan ketika Tan Bong mengikuti ayahnya dan lari
ke dalam pulau, tertegunlah semua orang maka
Hoa Siu tiba-tiba limbung dan roboh.
"Bengcu !" Semua terkejut. Kiam Ceng
dan Kiam Kit hendak maju menolong akan tetapi
merekapun tiba-tiba limbung. Dan ketika yang
lain juga terkejut merasa pusing, limbung dan
roboh maka sadarlah semua orang bahwa asap
hitam yang mereka hirup mengandung racun.
"Tahan napas kalian dan jangan
bergerak!" Thian-te It-hiap berkelebat dan2022
menotok orang-orang itu. la sendiri tak apa-apa
karena sinkangnya kuat, begitu pula dua gadis
Lembah Es yang sudah mengerahkan sinkang
mencium bau beracun. Dan ketika kakek ini
mengebut dan membuyarkan sisa asap yang ada,
mengusap dan menotok orang-orang itu maka
legalah pernapasan mereka dan lenyaplah racun
dari paru-paru mereka. "Mereka.... mereka
sungguh keji. Dasar orang sesat!"
"Sudahlah, kalian berkumpul dan susul
aku memasuki pulau. Tan-pangcu dan sutenya
masih selamat, Kiam Kit totiang, aku akan
mengejar dan harap kalian hati-hati jangan
menyedot asap beracun. Lindungi dan jaga
pernapasan dengan sin-kang."
Kiam Kit Cinjin mengangguk. la sama
sekali tak menyangka bahwa bahan peledak itu
mengandung racun. Pantas ia merasa pusing dan
mual, menyangka bahwa semuanya itu karena
kelelahan dan menguras tenaga. Maka ketika ia
berhati-hati dan rekan-rekannya berdiri kernbali
maka Thian-te It-hiap berkelebat memasuki
pulau.2023
"Hoa Siu, kau bersama Thio-siocia dan
Wan-siocia saja. Jangan berpencar!"
Gadis ini mengangguk. la masih pucat
oleh bahaya yang nyaris mengancam jiwanya
tadi. Tentu ia roboh kalatu kakeknya tidak
datang. Dan ketika ia heran bagaimana kakeknya
muncul di situ, bukankah tadinya berhadapan
dengan si gila yong amat lihai maka Thio Leng
dan sumoinya menyambar kembali senjata
mereka, menyusul Thian-te It-hiap.
"Heii, tunggu !" Semua menoleh. Ketika
gadis-gadis Lembah Es itu berkelebat disusul Hoa
Siu, juga orang-orang lain maka munculah
seorang pemuda buntung berteriak di belakang.
Kiam Kit dan Kiam Ceng Ciri-jin terkejut dan
kebetulan ketua Hoa-san yang dipapah ini baru
saja ditolong Thian-te It-hiap. la telah diberi obat
luka dalam di samping mendapat pertolongan
sinkang, itulah sebabnya ia tampak sembuh
meskipun lemah. Maka ketika semua menoleh
dan Kiam Ceng inilah yang mengenal lebih dulu
maka ketua Hoa-san itu menuding dan berseru
tertahan.2024
"Siang Le ,"
"Ya, aku," si buntung bergerak dan sudah
di tengah orang-orang ini. "Aku datang bersama
iparku, totiang, Rajawali Merah. Mana Thian-te
It-hiap tadi dan kemana ia pergi!"
"la memasuki pulau, mengejar ketua
Pulau Api. Mana kakakmu Rajawali Merah dan
bagaimana kalian datang secara kebetulan!"
"Bukan kebetulan, kami sudah mengikuti kalian
sejak beberapa hari. He, kau terluka, Kiam Ceng
totiang, wajahmu pucat!"
"Pinto sudah ditolong Thian-te It-hiap,
sudah lumayan. Pinto terluka dalam usaha
membunuh jahanam-jahanam itu."
"Benar, tanpa kenekatan tadi tak
mungkin kami mampu menerobos pertahanan
mereka. Kau berjasa terhadap kami, to-heng,
tanpa keberanianrnu belum tentu begini!"
"Ah, Kun-lun-paicu tak usah memuji
pinto. Tanpa It-hiap tetap saja kita bukan apaapa. Sudahlah kita susul kakek itu dan syukur
saudara Siang Le ada di sini. Kekuatan kita
bertanbah."2025
"Benar, pinceng juga gemas kepada
orang-orang itu. Mari berangkat dan susul
bengcu kita!"
Bhek Wi Hosiang, ketua Bu tong
memperingatkan teman-temannya. Mereka
tertegun oleh kedatangan si buntung ini,
menantu Kim-mou-eng. Dan ketika Siang Le juga
mengangguk dan berseru nyaring maka pemuda
inilah yang mendahului mereka, melewati gadisgadis Lembah Es ini.
"Jiwi-siocia, mari kejar Thian-te It-hiap.
Tapi hati-hati dengan si gila San Tek itu!"
Dua gadis ini bersinar dan mengangguk.
Melihat datangnya si buntung itu tiba-tiba saja
wajah mereka berseri, apalagi setelah
mendengar bahwa Rajawali Merah, pemuda
sakti itu datang. Dengan pemuda ini tentu urusan
cepat beres, sesepuh mereka We We Moli sendiri
harus mengakui kekalahannya. Maka ketika
mereka berkelebat dan menyusul pemuda itu
segera yang lain mengejar dan bertambahlah
sebuah tenaga yang dapat diandalkan.2026
Pulau Api ternyata berantakan. Tewasnya
Bhong Tek Hosiang menyulut kemarahan orangorang kang-ouw itu. Kemarahan ini membuat
orang-orang kang-ouw beringas, sepak terjang
mereka menjadi nekat dan sikap mengadu jiwa
itu sungguh menggetarkan nyali. Siapa tak gentar
kalau orang-orang seperti ketua Kun-lun dan
Hoa-san mengamuk, juga Bhek Wi Hosiang dan
ketua Siau-hun-pai itu. Berhadapan dengan
mereka seolah berhadapan dengan singa haus
darah saja. Dan ketika ketua Pulau Api melarikan
diri dan sam-pangcu tewas di tangan Thian-te Ithiap maka nyali orang-orang ini mengkeret hebat
dan tempat persembunyian di dalam pulau
diobrak-abrik. Tak ada yang berani melawan dan
akhirnya murid-murid Pulau Api melempar
senjata. Mereka yang bertemu orang-orang
kang-ouw ini cepat menjatuhkan diri berlutut,
hud-tim dan toya yang hampir melayang ditahan
di tengah jalan. Bhek Wi maupun ketua Siau-hunpai memberi ampun. Namun ketika mereka tak
menemukan di mana Thian-te It-hiap dan ketua
Pulau Api, juga Rajawali Merah yang tadi2027
mengejar San Tek maka bingung lah mereka ini di
tengah hutan besar, berhenti.
"Mana bengcu!"
"Juga Rajawali Merah itu !"
"Ya, dan ketua Pulau Api tak terlihat pula.
Eh, di mana mereka bertiga ini, to heng. Ke mana
kita mencari!"
"Kita tanya tawanan itu, murid-murid
Pulau Api pasti tahu!"
Namun ketika tak ada satupun yang tahu
di mana ketua mereka, juga Thian-te It-hiap dan
lain-lain mendadak terdengar pekikan dahsyat di
belakang pulau. Bumi tergetar oleh suara ini dan
Kiam Kit Cinjin dan lain-lain terpelanting. Begitu
kuatnya suara itu hingga para murid juga
terjengkang. Dan ketika semua bergulingan
meloncat bangun dan dua gadis Lembah Es
mengenal itu sebagai suara Thian-te juga Hoa Siu
yang mengenal pekikan kakeknya tiba-tiba
mereka bertiga ini berkelebat menuju belakang
pula.
"Bengcu di sana !"
"Ia mengamuk!"2028
Kiam Kit dan Kiam Ceng Cinjin pucat.
Ketua Hoa-san yang belum sembuh merasa
dadanya seakan diguncang, ia terbatuk dan cepat
duduk bersila. Dan ketika yang lain gemetar dan
ngeri memandang hutan di seberang maka Bhek
Wi Hosiang dan Siang Le tiba-tiba berseru
meninggalkan tempat itu. "Cuwi-enghiong harap
di sini saja, jaga tawanan. Kami akan melihat dan
jangan ke mana-mana!"
Si buntung dan ketua Bu-tong itu lenyap.
Mereka segera mengenal suara Thian-te It-hiap
itu dan cepat menyusul Thio-siocia dan Wansiocia. Dua gadis Lembah Es ini telah keluar hutan
menuju belakang pulau, berkelebat merupakan
dua bayangan putih yang amat cepatnya. Dan
ketika mereka mengejar dan menuju asal suara
tiba-tiba terbelalaklah mata mereka melihat
bayangan merah dan putih sambar-menyambar
di tengah samudera yang berbuih dan bergulunggulung.
"Thian-te It-hiap!"
"Rajawali Merah !"2029
Dua orang ini tertegun. Di tengah
samudera yang berbuih dan bergulung
tampaklah Rajawali Merah bertanding seru
dengan Thian-te It-hiap. Di belakang mereka,
meluncur dengan cepat tampaklah dua buah
perahu melarikan diri. Perahu di sebelah kiri
berisi Tan pangcu dan sutenya sementara peruhu
di sebelah kanan berisi si gila San Tek. Si gila ini
tidak sendiri melainkan bersama putera Tanpangcu, pemuda baju merah bernama Tan Bong
itu. Dan karena di perahu ini terdapat orang lain
yang dipondong si gila, seorang gadis yang
tampaknya tertotok maka Siang Le maupun
ketua Bu-tong itu tertegun tak tahu siapa gadis di
tangan si gila. Akan tetapi dua gadis Lembah Es
tiba-tiba terpekik. "Puteri!" Bersamaan itu dua
gadis ini melesat berjungkir balik. Kebetulan ada


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perahu lain di pantai itu, terikat namun sekali
tabas putuslah tali perahu. Cepat sekali mereka
mendayung dan sudah menggerakkan perahu ke
laut. Lalu ketika keduanya mendayung dan
mengejar perahu di tengah gulungan ombak
maka mau tak mau mereka harus melewati dua2030
orang yang sedang bertempur hebat ini, Thian-te
It-hiap dan Rajawali Merah.
"Bengcu, Puteri Es ada di sana. Numpang
lewat!"
"Benar, berikan jalan, bengcu. Puteri
kami tertawan!"
Akan tetapi alangkah kagetnya dua gadis
ini. Thai Liong, Rajawali Merah mengibas dan
mendorong mundur perahu mereka. Di atas
gulungan ombak dan buih laut mendidih pemuda
ini berkelebatan rnenyambar-nyambar. Bagai
seekor rajawali atau garuda mementang sayap
pemuda ini menukik dan mematuk dengan
pukulan ujung jubahnya. Laut memuncrat dan
Thian-te It-hiap mengelak. Sama seperti
lawannya kakek inipun menyambar-nyambar di
atas permukaan air, begitu cepat dan ringan
hingga sedetik ujung kaki menyentuh permukaan
ombak iapun melenting dan sudah mengimbangi
lawannya. Melihat pertandingan ini tiada ubahnya menyaksikan dua ekor burung sakti berlaga,
masing-masing hampir tak menyentuh air dan
sudah menyambar-nyambar dengan amat2031
cepatnya. Dan ketika pukulan Rajawali Merah
menghantam membuat laut menyibak, memukul
mundur perahu dua gadis ini maka pemuda itu
membentak agar gadis-gadis itu menjauh,
melarang mereka mengejar dua perahu di
depan.
"Siapapun tak boleh lewat di tempat ini,
minggir !"
Thio Leng dan sumoinya terkejut. Kalau
mereka tak menahan dayung di kiri kanan perahu
tentu perahu mereka terbalik dan mereka
terpelanting, bukan main dahsyatnya pukulan
itu. Namun ketika mereka terbelalak dan heran
serta marah maka Thian-te It-hiap membentak
sebaliknya. "Kejar, jangan perdulikan orang ini.
Lewat terus, Thio Leng, aku memberi jalan
bresss!" air laut memuncrat tinggi dan bagai
didorong tenaga raksasa tiba-tiba perahu dua
gadis ini melesat. Pukulan Thian-te It-hiap
menolak pukulan Rajawali Merah dan
terdapatlah jalan bagi gadis-gadis ini. Maka
ketika mereka meluncur namun lawan kembali2032
membentak maka perahu tertahan lagi dan kali
ini langsung dipukul dari depan.
"Mundur kataku!"
Dua gadis ini hampir terbanting. Kalau
tadi pukulan Rajawali Merah ditujukan kepada
Thian-te It-hiap maka sekarang pukulan ini
langsung ditujukan ke perahu. Dua gadis ini
menjerit karena perahu meloncat dan
tengkurap, jatuh dengan posisi menelungkup.
Akan tetapi ketika Thian-te It-hiap membentak
dan mendorongkan kedua lengannya maka
perahu terputar lagi dengan bagian pantat di
bawah, jatuh dengan tepat dan yang kaget tentu
saja dua gadis itu. Mereka marah dan bingung
serta gusar bukan main. Mereka bukan
tandingan Rajawali Merah itu. Maka ketika
mereka mendayung lagi dan untunglah keduanya
bukan gadis sembarangan, mereka selalu
berpegangan erat akhirnya mereka lolos dan
Thian-te It-hiap menghantam pemuda itu.
"Pergi, cepat kejar!"
Akan tetapi pemuda ini tak mau
mengalah. Lagi-lagi ia memukulkan tangannya ke2033
perahu, Thian-te It-hiap menahan dan
muncratlah air laut setinggi bukit. Dan ketika dua
gadis itu terombang-ambing dan kaget serta
ngeri untunglah Thian-te It-hiap berkelebat di
depan mereka menangkap dan melontarkan
perahu tinggi-tinggi. "Jangan hiraukan pemuda
ini, kejar kataku!"
Thio-siocia dan sumoinya menjerit
nyaring. Berhadapen dengan orang-orang
seperti Thian-te It-hiap dan Rajawali Merah ini
mereka benar-benar seperti anak-anak kecil tak
berdaya. Begitu mudahnya mereka dipukul maju
mundur. Tapi ketika kakek itu mengangkat
perahu mereka dan melontarkannya tinggitinggi, meluncur dan jatuh mengejar perahu di
depan maka ketua Pulau Api terbelalak melihat
kesaktian Thian-te It-hiap itu . Selanjutnya Thiante It-hiap menghadapi pemuda itu lagi namun
Rajawali Merah berjungkir balik mengejar
perahu Thio-siocia, dihadang dan disambut
pukulan dan cepat-cepat dua gadis itu
mendayung perahu dengan muka pucat. Entah
kenapa Rajawali Merah menghalangi mereka,2034
padahal dulu pemuda itu mati-matian membela
Lembah Es. Namun untunglah karena Thian-te It
hiap ada di situ dan kakek ini membentak serta
menghadang lawannya maka bayangan
keduanya menyambar-nyambar di atas laut yang
bergelombang.
Yang paling takut adalah Tan-pangcu dan
sutenya, juga Tan Bong di perahu kedua. Gerakan
dua orang di atas lautan semakin lama semakin
dekat dengan mereka karena Rajawali Merah
mengejar perahu Thio-siocia. Berkali-kali
pemuda itu membentak agar perahu berhenti,
membiarkan perahu Pulau Api melarikan diri
namun tentu suja gadis-gadis Lembah Es itu tak
mau. Puteri mereka berada di perahu itu dan
akan dilewati, nyawapun siap dikorbankan. Dan
ketika dua orang yang sambar-menyambar itu
akhirnya mendekati perahu di depan, Thio Leng
pucat melihat kemarahan Rajawali Merah, maka
gadis itu berseru kepada Thian-te It-hiap.
"Bengcu, biarkan ia mengejar kami, tapi
tolonglah rampas majikan kami, di tangan orang-2035
orang gila itu. Kami siap mengadu jiwa dengan
pemuda itu kalau ia menghendaki kami.
"Tidak, kalian terus maju. Hadang dan
rebut puteri kalian itu, Thio Leng, pemuda ini
biarkan bagianku!"
"Tapi ia membantu orang-orang Pulau
Api!"
"Akan kurobohkan dia, dan
kutenggelamkan mayatnya di laut.. blarrr!"
Air yang memiuncrat dihantam dua
pukulan dahsyat akhirnya membuat laut
bergelombang, tinggi dan menghantam perahu
orang-orang Pulau Api itu hingga Tan-pangcu dan
puteranya terpekik. Si gila SanTek juga berteriak.
Namun karena si gila memiliki kepandaian paling
tinggi dan cepat menjejakkan kakinya dengan
kuat maka ia membuat peahu terdorong dan
keluar dari tumbukan ombak sebesar bukit.
"Kita tinggalkan ayahmu, Thian-te It-hiap
sudah dekat!"
"Tidak, justeru kita tolong ayah, Sankongcu. Biar tali ini mengikat perahu mereka dan
dorong lagi!" Tan Bong mengeluarkan segulung2036
tali panjang dan tahu-tahu melemparkannya ke
ujung perahu ayahnya. Ombak yang bergulung
tinggi membuat perahu ayahnya hampir terbalik,
di sana Thio-siocia den sumoinya juga berteriak.
Dan ketika tali ini menggubat perahu Tan-pangcu
maka gerakan si gila tersentak dan pemuda ini
membelalakkan mata. Laju perahunya tertahan.
"He, lepaskan itu. Kita pergi sendiri!"
"Tidak, jangan, San Tek, ayah hampir
tertangkap Thian-te It-hiap.. heii!" gerakan tali
dikedut dan melesatlah perahu Tan-pangcu ke
depan perahu San Tek. Tan Bong melakukan itu
melihat ayahnya terhuyung ke sana-sini,
susioknya juga pucat dan Thian-te It-hiap
menyambar di perahu ayahnya. Namun ketika
perahu itu dihentak dan melesat menghindarkan
diri, Rajawali Merah menghantam kakek itu
maka Thio-siocia dan sumoinya berputar dan
telah menghadang di depan dua perahu itu.
"Serahkan Puteri!"
San Tek tiba-tiba tertawa bergelak. la
mendorongkan lengan kirinya ke arah perahu
gadis-gadis itu dan Thio-siocia maupun Wan-2037
siocia terpental. Kuat sekali dorongan itu hingga
perahu meloncat dan terbalik. Namun ketika
Thian-te It-hiap membentak menangkis pukulan
itu maka perahu kembali semula dan terbanting
dengan posisi selamat, pantat lebih dulu di
bawah.
"Braakkkk!"
Pucatlah gadis-gadis . Si gila San Tek
maupun Tian-te It-hiap atau Rajawali Merah
benar-benar bukan tandingan mereka. Tapi
karena kakek itu telah menyelamatkan mereka
dan kebetulan mereka jatuh di dekat Rajawali
Merah maka terdengarlah bisikan suara halus,
kuat menyusup di antara deburan gelombang.
"Thio Leng, Sui Keng, ganggulah dua
perahu itu agar terputar-putar. Aku tetap
melindungi mereka namun sikapku ini hanya
pura-pura saja. Jangan sampai Puteri Es jatuh di
tangan Tan-pangcu, biar di tangan si gila!"
Thio Leng dan sumoinya terkejut. Suara
itu berasal dari si Rajawali Merah dan mereka
tertegun. Tapi ketika mereka sadar bahwa ada
sesuatu di balik pertandingan ini, ada rencana2038
yang tidak mereka ketahui di balik sikap Thian-te
lt-hiap dan Rajawali Merah maka rasa lega
membuat mereka berseri karena sekaranglah
mereka tahu bahwa Rajawali Merah
sesunggunya hendak menyelamatkan Putri Es,
hanya caranya yang amat aneh, membantu
musuh! Dan begitu mereka saling pandang dan
berseru keras tiba-tiba keduanya memutar
perahu menerjang perahu orang-orang Pulau Api
itu. "Kembalikan puteri kami!"
Akan tetapi kali ini Tan-pangcu
melepaskan pukulannya. Sadar bahwa mereka
tak boleh berdekatan dengan Thian-te It-hiap
yang lihai itu laki-laki ini menyerang gadis-gadis
Lembah Es itu. Pukulannya menyambar panas,
meledak dan mengeluarkan api. Namun ketika
dua gadis itu menangkis dan mengerahkan Bukek-kang maka ketua ini terhuyung dan marah,
perahu sama-ama terdorong.
"Jangan hiraukan mereka, cepat kita
pergi!"2039
Tan Bong, yang melihat ayahnya hendak
menyerang lagi berseru memperingatkan.
Pemuda inipun sesungguhnya ngeri menghadapi
kakek itu. Thian-te It-hiap bagai seekor singa tua
saja, bukan sekedar lapar melainkan haus darah.
Maka ketika ia berseru menarik perahu ayahnya
maka Si gila San Tek diminta menghalau gadisgadis itu . Akan tetapi Rajawali Merah tibaberseru.
"San Tek, jangan bunuh gadis-gadis itu,
robohkan saja. Bawa cepat Puteri Es ke daratan
atau pulau terdekat!"
"Kau tak akan menghajarku? Kau tak akan
mengejar-ngejar aku lagi?"
"Kalau kau tunduk kepadaku maka semua
kuampuni, San Tek, tapi Thian-te It hiap ini harus
kurobohkan dulu. Cepat pergi dan jangan
hiraukan gadis-gadis itu. . dessss!" air laut
kembali muncrat dan kali ini masuk ke semua
perahu. Air setinggi bukit menimpa semuanya.
Dan ketika perahu tenggelam dan hampir
terbalik maka si gila itulah yang dapat menolong
diri sendiri.2040
"Haep-haepp...!" Wan-siocia gelagapan
dan mereka tertegun mendengar kata-kata itu.
Thio Leng juga bingung namun perahu mereka
terangkat kembali. Thian-te It-hiap kiranya
menolong. Dan ketika kakek itu membentak agar
San Tek menyerahkan Puteri Es, melepas
pukulan menghantam si gila tiba-tiba Rajawali
Merah menangkis dan laut bergolak serta
mendorong semua mundur,
"Keparat!" kakek ini membalik dan
menyerang lawan. "Sikapmu mengherankan aku,
Rajawali Merah, tapi habis kesabaranku
sekarang. Kau atau aku yang mampus!"
Thian-te It-hiap melancarkan pukulan
dingiin dan laut tiba-tiba beku. Begitu hebat
kemarahan kakek ini hingga Rajawali Merah
terkejut. Dan ketika dia menangkis akan tetapi


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdong mundur maka pemuda itu
membelalakkun mata dan perahu Pulau Api
meloloskan diri. Thio Leng bergerak dan
mengejar perahu itu.
"Bagus!" kakek ini menyambar lagi.2041
"Kejar dan halangi mereka, Thio Leng,
jangan biarkan mereka lari!"
Gadis Lembah Es ini mengangguk.
Sebenarya mereka bingung oleh kejadian ini,
bagaimana menghadapi orang-orang Pulau Api
itu karena di sana ada San Tek yang lihai.
Menghadapi ketua Pulau Api dan sutenya saja
mereka kewalahan, belum ditambah lagi
pemuda di atas perahu itu. Namun karena
mereka terbakar melihat puteri mereka ditawan,
entah bagaimana tahu-tahu majikan mereka
berada di tempat itu maka gadis-gudis inipun
membentak dan menyuruh si gila menyerahkan
tawanannya.
Sebenarnya bukan dua gadis Lembah Es
saja yang bingung. Tan-pangcu, bersama sutenya
Bu Kok juga bingung oleh kejadian itu. Ini diawali
kejadian di atas pulau ketika Rajawali Merah itu
mula-mula datang, menyambar San Tek dan
terkejutlah si gila melihat pemuda yang
ditakutinya ini. Tak dapat disangkal terhadap
Rajawali Merah inilah pemuda itu paling takut, Ia
pernah mendapat hajaran keras, jatuh bangun di2042
pulau Tiga Naga, dulu beberapa tahun yang lalu.
Maka ketika pemuda itu muncul dan langsung
mengambil alih pertandingan, di saat itulah
Thian-te lt-hiap menolong Hoa Siu dan orangOrang lain maka si gila ini tak banyak pikir lagi
langsung mengambil langkah seribu.
Di tempat yang lain Tan-pangcu dan
sutenya gentar. Karena Thian-te It-hiap sudah
meninggalkan San Tek dan menghadapi mereka,
bahkan adik mereka tewas dibunuh kakek ini
maka dua orang itu tak berpikir panjang lagi
mengikuti jejak San Tek. Dengan ledakan granat
mereka menyelamatkan diri, masuk ke pulau dan
di sanalah mereka bergabung. Si gila berputaran
gelisah seperti biasanya kalau ia ketakutan,
dibentak laki-laki ini dan saat itu Tan-pangcu
keluar dari guha, tangannya sudah membawa
seorang gadis yang lunglai tertotok, Puteri Es.
Tapi ketika Thian-te It-hiap menyambar dan
membuatnya terkejut maka ia mengelak dan
berseru pada si gila itu untuk menghadapi kakek
ini, menangkis dan terhuyung mundur dan
terhadap kakek ini rupanye Si gila tidak takut. la2043
mengeluarkan Im-kan-thai-lek-kangnya itu. Dan
ketika kakek itu terdorong dan Tan-pangcu
meloncat maka ia menyuruh si gila menghadapi
kakek itu, diri sendiri lari meninggalkan pulau,
lewat belakang.
"Heiii, ke mana kalian!"
"Kami menuju Pulau Karang. Hadapi dan
robohkan kakek itu, San Tek, lalu susul kami!"
Si gila membelalakkan mata. Ia ha-ha-he
he ketika mengelak dan membalas Thian-te lthiap. Kakek itu tampaknya terkejut sekali melihat
Puteri Es ditawan, benar-benar tak menyangka
bahwa di tempat itu ada orang lain, tawanan
berharga. Dan ketika ia membentak dan berseru
agar musuh jangan lari , Tan-pangcu sudah
lenyap maka Thian-te It-hiap menghadapi Si gila
dan saat itulah menyambar bayangan si Rajawali
Merah.
"Rebut dan bawa gadis itu jangan biarkan
Tan-pangcu menawannya. Kakek ini biarkan aku
yang menghadapi San Tek atau kau kuhajar dan
seumur hidup kukejar-kejar."2044
Si gila terbelalak dan pucat. Tadinya ia
mengira bakal diserang, tapi pemuda itu justeru
menangkis pukulan lawan. Thian te lt-hiap
terkejut dan membelalakan mata pula,
terhuyung. Dan ketika Rajawali Merah sudah
menyambar dan menyerang kakek ini maka si
gila terkekeh dan melarikan diri.
"Bagus, kau jangan bohong, atau
kulaporkan ayahmu!"
'Benar,tapi gadis itu harus di tanganmu .
Atau aku mematahkan kepalamu itu San Tek,
kutanam kau hidup-hidup di pulau ini!"
"Hi, jangan. Aku akan merebut gadis itu
tapi robohkan kakek ini"
San Tek menghilang dan tentu saja
mengejutkan Tan-pangcu ketika tahu-tahu
tawanan diSambar dan diambil alih. Waktu itu ia
sudah memasuki perahu siap meluncur, Si gila
tahu-tahu berkelebat dan merampas Puteri Es.
Dan ketika ia tertegun dan kaget serta marah,
pemuda ini meloncat ke perahu lain maka si gila
itu berkata bahwa Rajawali Merah
menyelamatkan mereka.2045
"Ayo berangkat, kita ke Pulau Karang!"
"He, kembalikan gadis itu. Ia milikku San
Tek, jangan dibawa!"
"Ha-ha, sama saja. Di tanganmu malah
berbahaya. Lihat Thian-te It-hiap mengejar dan
Rajawali Merah menyusul di belakang!"
Tak ada waktu bagi laki-laki ini untuk
berpikir panjang. Cepat ia menyuruh puteranya
meloncat di perahu si gila dan San Tek
mendayung ke tengah. Berdua dengan sutenya
iapun sudah menggerakkan perahu. Pulau
Karang adalah tujuannya, pulau yang penuh
dengan ikan hiu yang berseliweran di antara
karang-karang tinggi. Maka ketika mereka
bergerak akan tetapi Thian-te It-hiap
melengking, mendorong dan membuat perahu
hampir terbalik maka Rajawali Merah menangkis
dan berseru pade San Tek 8gar cepat pergi. Tanpangcu heran dan bingung.
"Desss!"Pukulan itu amat dahsyat dan si
gila meleletkan lidah. lapun mampu melepas
pukulan seperti itu. namun tenaga Rajawali
Merah yang dahsyat membuatnya kagum.2046
Betapapun pemuda yang satu ini memang
ditakutinya. Dan karena segala kata-kata
pemuda itu diturutinya asal ia tidak dikejar-kejar,
si gila meluncurkan perahunya maka Tan-pangcu
menyusul dan Tan Bong terbelalak memandang
ayahnya.
"Biarkan ia membawa gadis itu dulu,
nanti di Pulau Karang kita rampas kembali!"
bisikan sang ayah yang dilancarkan dengan ilmu
mengirim suara membuat pemuda itu
mengangguk. Pertempuran terjadi dengan cepat
dan laut bergolak. Lalu ketika dua orang itu
berkelebaten meninggalkan pantai, bertanding
di atas lautan maka lengking atau pekik kakek ini
didengar Thio-siocia dan kawan-kawan.
"Anak muda keparat, kau tiba-tiba
berbalik membantu musuh. Apa maksudmu!"
"Hm, aku tak mau kau merampas Puteri
Es. Apa hubungannya gadis itu denganmu, Thiante It-hiap, bukankah yang kau musuhi adalah
ketua Pulau Api. Kau tua-tua keladi, rupanya
sudah melenceng dan hendak berbuat yang
tidak-tidak kepada gadis itu."2047
"Keparat, aku berkepentingan kepada
semuanya. Mundur dan jangan turut campur
atau kau mampus... . desss!" laut memuncrat
tinggi dan itulah awal pertama pertandingan
berpindah tempat. Berkali-kali kakek ini hendak
mengejar perahu akan tetapi Rajawali Merah
menghalang, kejadian ini membuat heran dan
aneh bagi ketua Pulau Api namun justeru ia
merasa gembira, sebaliknya dengan kakek itu
yang merasa marah dan melengking-lengking.
Lalu ketika kakek itu berkelebatan dan tubuhnya
menyambar-nyambar di atas air maka Rajawali
Merah menandingi dan gerak mereka yang amat
cepat tak dapat diikuti mata lagi namun
pertempuran kian ke tengah dan mendekati
perahu.
Hal ini membuat Tan-pangcu ngeri. San
Tek meluncurkan perahunya dan iapun
mengejar, diam-diam ia memberi isyarat kepada
puteranya untuk melakukan sesuatu yang
menyerempet bahaya. Tiga kali puteranya
menyambar Puteri Es namun si gila menepis. Dan
ketika pemuda itu melotot dan saat itu2048
muncullah Thio-siocia dan sumoinya, keadaan
semakin gawat maka Tan-pangcu ingin
secepatnya ke Pulau Karang, dan San Tek
rupanya setuju.
"Kita berlindung di Pulau Karang dulu,
sambut gadis-gadis itu di sana. Nanti lari lagi
kalau Thian-te It-hiap mengejar-ngejar!"
"Hm , aneh Rajawali Merah itu," Bu Kok
tiba-tiba mengerutkan kening, memandang
pertandingan yang kian seru. "Apa yang kau
tangkap dari peristiwa ini, suheng, benarkah ia
melindungi kita."
"Sementara ini ya, tapi nanti tak tahu.
Ayo cepat dayung sekuatnya, sute, diPulau
Karang kita bicara lagi!"
Pria ini mengangguk. Teka-teki tak
terjawab dan sementara ini semuanya disimpulkan secara darurat dulu. Barangkali benar
kalau Thian-te It-hiap ada maksud-maksud
pribadi dengan Puteri Es itu, tapi yang lebih
dipercaya tentunya adalah hubungan kakek itu
dengan Lembah Es. Bukankah di Sana ada Thiosiocia dan Wan-siocia itu. Maka ketika mereka2049
mendayung cepat namun dua gadis itu tak mau
kalah, berkali-kali membentak agar mereka
berhenti maka seperti bayang-bayang saja dua
orang yang bertempur diatas laut ini mengikuti,
mereka tak pernah jauh. Hal ini membuat alis
dua orang itu berkerut namun sekumpulan
karang menjulang membuat mereka bergegas.
Itulah tempat yang hendak mereka tuju, masih di
kepulauan Pulau Api juga namun letaknya di
pinggir, berbatasan dengan laut bebas dari
daratan besar.
Dan ketika San Tek tertawa mendahului
berkelebat maka si gila ini lebih dulu turun dan
berjungkir balik menginjakkan kakinya di tempat
itu, yang penuh dengan karang-karang runcing.
"San Tek, berikan geadis itu kepadaku.
Hadapilah gadis-gadis Lembah Es ini!"
"Ha-ha, mereka bagianmu. Aku ingin
menonton di tempat yang tinggi, pangcu,
pertandingan itu hebat sekali. Aku akan
membantu Rajawali Merah.
"Jarigan gila, berikan dulu gadis itu. Atau
serahkan ia kepada puteraku!"2050
"Benar," Tan Bong juga berjungkir balik
dan sudah menginjakkan kaki di Pulau Karang ini.
"Kalau kau ingin membantu Rajawali Merah
biarlah ia kubawa San Tek, tak leluasa bagimu
melepas Im-kan-thai-lek-kangmu yang dahsyat
itu. Berikan kepadaku!"
Akan tetapi si gila mengelak. Lagi untuk
kesekian kalinya ia menepis pemuda itu, Tan
Bong terhuyung. Dan ketika ia marah tak
membawa hasil, saat itu ayah dan susioknya
berjungkir balik pula maka Tan-pangcu tiba-tiba
berkelebat dan menotok si gila ini , disusul
sutenya yang menyambar dan membetot dari
samping.
"Hei-heii...apa-apaan kalian ini. Jangan
kurang ajar... .. plak-plak!" si gila menangkis dan
berputar membelalakkan mata. la marah dan
menuding Tan-pangcu dengan mata melotot.
Dan karena saat itu Thio-siocia dan sumoinya
melompat pula ke daratan maka Tan-pangcu
terpaksa menahan marahnya membentak si gila
ini.2051
"San Tek, ia tawananku, ia milikku.
Serahkan dan lihat gadis-gadis itu mengejar
kita!"
"He-he.., Rajawali Merah menyuruhku
membawa. Kalau aku melepasnya ia akan marah,
pangcu, nanti aku dihajar."
"la tak ada kepentingannya dengan gadis
itu, kau dibodohinya. Serahkan kepadaku atau
kau berdua Tan Bong masuk ke guha di karang
sebelah kanan itu!"
"Benar,," Tan Bong melihat kedipan
ayahnya. "Kita bersembunyi dan taruh gadis itu
di sana, San Tek, lalu bantu Rajawali Merah
merobohkan Thian-te It-hiap. Lihat merekapun
sudah ke pulau!"
Si gila tertawa-tawa. Memang saat itu
Thian-te It-hiap dan Rajawali Merah sudah


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyambar di Pulau Karang, gerakan mereka
bagai sepasang burung garuda yang amat cepat.
Namun karena ia ingin menonton pertandingan
dan bukannya bersembunyi, pemuda ini
menolak maka San Tek justeru meloncat dan
berdiri di atas sebuah batu karang paling tinggi.2052
"Tidak, aku ingin di sini. Kau boleh
bersembunyi dan masuk ke guha itu, Tan Bong,
juga ayahmu. Sedang gadis-gadis itu biarkan ia
maju kalau ingin kuhajar, heh-heh!"
Tan Bong dan ayahnya terbelalak. Dua
gadis Lembah Es sudah menerjang mereka dan
Thio-siocia menghantamkan roda-esnya, begitu
pula Wan Sui Keng yang membentak orang-orang
ini agar tidak melarikan diri. Dan ketika mereka
menangkis sementara San Tek tertawa-tawa
maka Tan Bong mendengar ayahnya berseru,
"Tan Bong, menontonlah bersama SanTek kongcu. Biar kami menghadapi gadis-gadis ini
dan jaga hati-hati agar Puteri Es tidak jatuh!"
Tan Bong bergerak. la melayang dan
sudah berada diatas batu karang tinggi, berdebar
karena isyarat ayahnya ia harus merampas
tawanan. Tapi ketika ia di siti tiba-tiba si gila
berseru mengusirnya.
"Heii, kau tak usah di sini, jangan ganggu
aku!"
Pemuda ini terlempar. Kebutan San Tek
amatlah kuat dan ia melempar tubuh ke bawah.2053
Dan ketika sang ayah melihat dan menjadi marah
mendadak Tan-pangcu melempar tujuh paku api.
"San Tek, jangan mengusir puteraku.
Bantu kami dan berikan gadis itu kepadanya!"
Si gila terkejut. Tujuh benda merah itu
menyambar depan tubuhnya dengan amat
cepat, dua di antaranya menuju tawanan.
Namun ketika ia mendengus dan menyampok
maka semua benda itu runtuh dan ia
membentak.
"Aku tak mau siapapun di sini, aku ingin
menonton. Sekali lagi kau menyerang aku jangan
salahkan aku membalas!"
Bingunglah ketua Pulau Api ini. Terpaksa
ia menumpahkan kemarahan kepada dua gadis
Lembah Es itu, membentak dan melepas Giamlui-ciang akan tetapi tiba-tiba muncullah belasan
perahu menuju pulau. Ketua Bu-tong dan lainlain menyusul, Siang Le si buntung berada paling
depan dengan Bhek Wi Hosiang. Lalu ketika
semua berlompatan dan laki-laki ini terkejut
maka orang-orang itu menerjangnya dan ketua
Pulau Api ini menggeram.2054
"San Tek, lihat musuh-musuh kita ini.
Bunuh mereka!"
"Jangan!" Rajawali Merah berkelebat,
disusul Thian-te It-hiap. "Sekarang kau boleh
pergi, San Tek, dan berikan gadis itu kepadaku!"
Si gila terkejut berseru keras. Dari kiri
kanan menyambar bayangan merah dan kakek
itu. Thian-te It-hiap membentak agar gadis itu
diserahkan pula. Dan ketika dua orang ini
bergerak amat cepat menyambar dirinya,
bingunglah pemuda itu maka pukulan Thian-te Ithiap ditangkis lebih dulu, Rajawali Merah hanya
menyambar Puteri Es.
"Duk-plak!" Si gila terpelanting dan jatuh
ke bawah. Tentu saja ia memekik dan tawanan
diserobot, Thian-te It-hiap hendak mendahului
akan tetapi lawan lebih cepat. Ini karena si gila
tak menangkis si Rajawali Merah, hanya
mengelak dan mundur. Dan ketika gadis itu
berpindah tangan sementara si gila berjungkir
balik maka Thian-te It-hiap menghantam
Rajawali Merah agar Puteri Es diserahkan
kepadanya.2055
"Kau lancang mencampurl urusan orang,
serahkan atau kau mampus.. dess!
Si kakek ditangkis dan dua-duanya
terpental ke belakang, jatuh dari batu karang
yang tinggi dan si gila membentak. Ia
menghantam kakek itu. Dan ketika Thian te Ithiap terkejut dan menangkis sambil berjungkir
balik maka tubuhnya terlempar ke atas dan Imkan-thai-lek-kang membuatnya sesak.
Tapi Rajawali Merah tiba-tiba
menghilang. Entah ke mana pemuda itu
berkelebat tahu-tahu ia membiarkan Thian-te It
hiap berhadapan dengan si gila yang lihai ini.
Pemuda yang marah itu menyerang lagi,
membentak dan memaki-maki dan terjadilah
pertandingan yang amat seru.
Kakek ini membesi wajahnya, sinar mata
itu berkilat-kilat. Dan ketika di sana Thio-siocia
sudah berhadapan dengan ketua Pulau Api di
mana ketua Bu-tong dan lain-lain membantu
pula maka dua orang ini terdesak hebat dan
wajah Tan-pangcu pucat, puteranya terhuyung2056
dan mengeluh di sana, masih sakit oleh kibasan
si gila tadi.
"Masuk ke Guha Hitam, bersembunyi
dulu!" Tan-pangcu berseru menangkis semua
serangan lawan. Yang paling hebat tentu saja
roda-es dan Bu-kek-kang milik Thio-siocia itu, lalu
sumoinya dan barulah orang-orang lain. Dan
ketika ketua ini membentak dan melompat
mundur maka sutenya berkelebat dan lari ke
batu karang yang tadi ditunjuk suhengnya.
"Benar, bersembunyi dulu di situ.
Tawanan lolos, suheng, tolol benar si gila itu.
Mari masuk dan tutup pintunya!"
Tan-pangcu berkelebat menyusul
sutenya. Ia menyambar puteranya pula dan
bertiga lari menuju batu karang di depan pulau.
Batu ini tidak begitu tinggi namun berwarna
hitam, sambil berlari meledakkan granat
tangannya pula, juga paku api yang membuat
Thio-siocia dan lain-lain berseru keras. Paku api
dipukul runtuh namun granat peledak tak berani
mereka sambut, meledak dan pecahlah asap
hitam membuat orang berlompatan mundur.2057
Tapi ketika bayangan putih menyambar
mendorong asap hitam ini, buyarlah asap itu
maka Thian-te It-hiap menendangkan kakinya
dan paku-paku api yang runtuh ke tanah melesat
menyambar dua ketua itu.
"Aughh!" Ji-pangcu dan suhengnya
menjerit. Mereka terjungkal kena paku-paku api
itu namun bergulingan mendekati karang hitam.
Mereka sudah dekat di sini. Dan ketika keduanya
masuk dan lenyap di situ maka Thian-te It-hiap
tertegun melihat sebuah guha besar tertutup
rapat, suara gemuruh menyusul tertutupnya
pintu hitam.
"Duk-dukk!" kakek ini memukul dan
menggoyang-goyang akan tetapi batu hitam
terpantek dengan amat kuatnya. Buruan mereka
lolos di dalam, wajah kakek ini merah padan. Tapi
ketika menyambar bayangan hijau maka San Tek
tertawa-tawa mengejar kakek ini, menghantam
melepaskan Im-kan-thai-lek-kangnya.
"Ha-ha jangan lari. Kau hadapi aku dulu,
Thian-te It-hiap, baru yang lain!"2058
Kakek ini membalik dan menangkis. Ia
tadi mengejar ketua Pulau Api karena tak mau
lak?-laki itu lari bersembunyi, kini si gila
menyambar dan menyerangnya. Dan ketika ia
menjadi marah dan mengerahkan sinkangnya
maka sinar putih menyambar bertemu sinar
merah Im-kan-thai-lek-kang.
"Cesss!" Bagai air menyiram api
padamlah sinar merah Im-kan-thai-lek-kang.
Pukul-an dingin kakek itu menembus pukulan
panas akan tetapi San Tek melempar tubuh
berjungkir balik. Ia membuang tenaga benturan
menyerang lagi dari atas. Dan ketika Thian-te Ithiap menjadi benar-benar marah dan
membentak si gila itu maka kakek ini
menggerakkan lengan ke atas menyambut lagi.
"Desss!" kali ini kakek itu bergoyanggoyang. San Tek terlempar lebih tinggi namun si
gila terkekeh-kekeh. Setelah ia mampu menahan
lawan dan Rajawali Merah tak ikut-ikutan maka
menghadap? kakek ini tentu saja ia tak perlu
takut. Di Pulau Apipun pertandingan sebenarnya
belum berakhir , Rajawali Merah datang dan2059
pemuda ini lari. Tapi sekarang setelah ia berdua
saja dan Rajawali Merah berkesan membantunya
si gila inipun tak takut-takut lagi, turun dan sudah
menyambar dengan pukulannya yang dahsyat
dan meledaklah Im-kan-thai-lek-kang
menyambarkan api. Dari kedua tangannya
meluncur bola panas yang membakar sekeliling,
hawanya saja membuat hangus rumput yang
hijau segar. Dan ketika Thian-te It-hiap mengelak
dan menangkis si gila maka Thio-siocia dan lainlain tertegun, memandang pertempuran ini lalu
pintu hitam di batu karang.
"Dobrak dan buka pintu itu. Kejar dan cari
ketua Pulau, Api itu!"
Yang berseru ini adalah Bhek Wi Hosiang. Hwesio Bu-tong ini tak sabar dan marah
sekali melihat kelicikan lawan. dalam keadaan
terdesak tak segan segan lari bersembunyi,
sungguh licik dan pengecut. Dan ketika hwesio
itu sudah melompat ke tempat ini disusul yang
lain-lain. Thian-te It-hiap mendesak si gila
menjauhi batu hitam maka bersama teman-2060
temannya hwesio ini mendorong dan
mengangkat, gagal!
"Ugh!" semua terkejut dan
membelalakkan mata. Batu hitam yang menutup
tempat itu ternyata bukan sembarang batu
hitam. Didorong dan diangkat belasan orang tak
bergeming juga. Dan ketika semua penasaran
dan menjadi marah maka ketua Siau-hun-pai
menusukkan hud-timnya ke tanah.
"Biar pinceng congkel dan gali dari
bawah, harap yang lain membantu!"
Ketua Khong-toug dan Kun-lun tanggap.
Agaknya jalan yang dimaksudkan ketua Siau-hunpai ini masuk akal, mungkin dengan digali batu
penutup akan bergeser , paling tidak berpindah
tempat, miring. Dan ketika mereka mencabut
pedang dan menusuk serta menggali tanah keras
benar saja batu itu miring.
"Hati-hati, kita berhasil!"
Semua menjadi girang. Sebentar
kemudian batu guha bergoyeng-goyang, kian
lama kian miring akan tetapi tiba-tiba terdengar
seruan melengking. Rajawali Merah muncul2061
mengibas orang-orang itu. Dan ketika semua
terlempar dan berteriak maka terdengarlah
ledakan menggetarkan pulau.
"Blarrr..!" Batu roboh dan melesatlah
batu-batu lain dari dalam guha. Bersamaan itu
terdengar ledakan kuat susul-menyusul,
datangnya dari dalam guha dan batu karang tibatiba ambruk. Suaranya menggelegar membuat
semua orang pucat. Dan ketika mereka meloncat
bangun dengan muka berubah tiba-tiba pulau
berderak dan air laut naik menghantam tempat
itu. "Gelombang pasang, awass. gelombang
pasang!"
"Bukan, pulau ini tenggelam, Bhek Wi
Hosiang. Pulau tenggelam!"
Kagetlah semua orang. Buih dan ombak
mendadak bergulung-gulung, menyerbu dan
menghantam tempat itu dengan dahsyat.
Getaran seperti gempa bumi terasa pula. Lalu
ketika semua terkejut disambar ombak sebukit
maka melesaklah Pulau Karang disertai
dentuman atau letusan bawah tanah.2062
"Blar-blarrr!" Pucat dan hiruk-pikuklah
semua orang. Tiba-tiba saja tanah yang mereka
injak ambles ke bawah, pulau tenggelam dan
ketua Siau-hun-pai terpelanting. Bhek Wi
Hosiang juga terpeleset dan disambar ombak.
Lalu ketika semu berteriak dan melolong-lolong
maka terdengarlah tawa bergelak dan di atas
samudera yang berbuih sebuah perahu meluncur
melarikan diri. Kaget dan marahlah semua orang.
Thian-te It-hiap juga terkejut sementara si gila
San Tek membelalakkan mata. Sama seperti yang
lain dua orang ini terpeleset oleh gerakan tanah.
Pulau Karang merekah dan tenggelam, cepat
sekali.
Dan ketika perahu itu menghilang diiring
tawa sayup-sayup sampai maka Thio-siocia tak
melihat perahu mereka.


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hancur.. .. perahu kita hancur!"
Wan-siocia melihat kepingan perahu
menuding ke depan. la baru saja menunjuk
ketik?, tiba-tiba ombak setinggi pohon kelapa
menyambar. gadis ini lenyap dan terguling
menghilang. Dan ketika yang lain juga berteriak2063
namun lenyap dihantam buih bergelombang,
permukaan laut menjadi tinggi maka Thien-te Ithiap mendengar jeritan seseorang.
"Kim-kongcu...!"
Kakek itu mengibas den nmendorong
ombak setinggi bukit. Di antara buih dan
gelombang mengganas tampaklah cucunya
menggapai-gapai, timbul tenggelam diantara
gelombang dahsyat. Lalu ketika Ia menggeram
menyambar sepotong papan pecahan perahu
yang meluncur lewat maka kakek itu bergerak
dan mempergunakan itu sebagai alat di bawah
telapak kakinya, meluncur menuju arah cucunya.
"Bengcu...!
"Kim-taihiap!"
Ternyata banyak sekali kepala
bermunculan. Dari kiri kanan dan muka belakang
tampaklah tubuh dan kepala timbul tenggelam.
Ketua Siau-hun-pai dan Bu-tong memanggilmanggil kakek ini, juga yang lain-lain di mana
pulau tiba-tiba leny?p disambar gelombang.
Ombak setinggi bakit menutupi tempat ini
karena Pulau Karang sudah tenggelam. Dari2064
bawah terdengar letupan-letupan seperti
gunung berapi, disusul gelegar dahsyat dan
semburan air setinggi puluhan meter. Dan ketika
Thian-te It-hiap terbelalak begitu banyak orang
maka berkelebat bayangan merah di atas ombak
bergulun-gulung.
(Bersambung jilid XXXIV.)
Credit:
Sumber Buku Gunawan Aj
Kontributor Awie Dermawan
Edit OCR Yons
First in share Kolektor Ebook
Putri Es Jilid 33-Batara2065
"PUTRI ES"
( Lanjutan Rajawali Merah )
Karya Batara
Jilid XXXIV
* * * "SAMBAR tanganku dan naik ke pundak!
Bhek Wi Hosiang tersentak. Rajawali Merah
bayangan itu mendekati dirinya mengulur
lengan. Otomatis ia menyambar dan terangkat
ke atas, terlempar di pundak pemuda itu. Lalu
ketika ketua Siau-hun-pai juga disendal dan naik
bertumpuk tiba-tiba saja seperti seorang akrobat
pemuda ini menolong mereka dan bergerak di
antara buih dan gulungan ombak, maju mundur
dengan amat cepatnya dan tahu-tahu ketua Kunlun dan Hoa-san sudah berpindah tempat.
Mereka sudah susun-menyusun di atas tubuh
pemuda ini, bagai manusia bertingkat. Dan ketika
Thian Te It-hiap terbelalak namun melengking
melakukan hal yang sama maka kakek itupun2066
berkelebat dan di antara gulungan ombak dan
buih ia menolong orang-orang kang-ouw dan
para muridnya sendiri, menumpuk atau
menyusun orang-orang itu di atas kedua
pundaknya.
"Ada pulau kosong tak jauh dari Sini,
lempar mereka ke sana!"
Bhek Wi Hosiang ngeri. Untuk
mengurangi beban berlebih dan menolong yang
masih timbul tenggelam maka dengan
dahsyatnya ia dilempar Rajawali Merah itu. Bagai
layang-layang putus atau daun kering dihembus
taufan dahsyat ia terlempar melewati gulungan
ombak dan buih ganas. Ketua Hoa-san dan Kunlun juga mengalami nasib sama dan dilempar
Rajawali Merah ini, begitu saktinya pemuda itu.
Dan ketika dengan cara ini mereka tertolong
dengan selamat, jatuh dan terbanting lunak di
pulau kosong maka Bhek Wi Hosiang dan kawankawan termangu penuh kekaguman, kagum
namun juga ngeri karena dari tempat itu
tampaklah pemandangan menggetarkan di Pulau
Karang. Pulau ini meletus dan kiranya2067
merupakan sebuah gunung berapi, untung
bawah laut yang entah bagaimana saat
itu.memuntahkan kemarahannya. Hal ini dimulai
dari peristiwa di Guha Hitam itu.
Maka ketika dari tempat itu muncratlah
semburan api dan lahar panas, laut kian
mendidih maka mereka yang kelelahan dan tak
kuat melihat ini jatuh pingsan. Orang-orang
kang-ouw itu tak tahu berapa lama mereka
dicekam ketakutan dan kengerian seperti itu.
Untunglah pulau kosong yang mereka duduki
adalah pulau yang cukup tinggi di atas
permukaan laut, berseberangan dengan batas
kepulauan Pulau Api dan sudah termasuk
wilayah daratan besar. Mereka ngeri dan takut
bukan oleh penghuni Pulau Api melainkan
justeru oleh kedahsyatan alam ini betapa laut
bergulung-gulung dan lahar serta api panas
menyembur begitu tinggi. Bersyukurlah mereka
bahwa letusan gunung berapi itu tidak sampai
berhari-hari. Hanya sekitar duapuluh jam gunung
itu melepas kemarahannya.. Abu dan asap hitam
membubung ke mana-mana, jatuh dan membuat2068
mereka terbatuk-batuk. Dan ketika Bhek Wi
Hosiang dan kawan- kawan mmencari
perlindungan, menyusup dan berlindung di balik
pohon-pohon besar maka mereka itu menanti
datangnya Rajawali Merah atau Thian-te It-hiap.
Namun , mereka yang ditunggu ini tak pernah
muncul. Dan ketika laut sudah mereda dan
letusan gunung berapi juga sudah tak terdengar
suaranya lagi maka mereka tak menemukan pula
Hoa-siocia dan dua gadis Lembah Es itu, juga
murid-murid Thian-te It-hiap.
"Aneh, di mana mereka. Apakah pingsan
dan berada di tempat lain."
"Ya, dan Rajawali Merah itu juga tak
muncul lagi. He, Thian-te It-hiap juga tak tampak
begitu saja, Kun-lun paicu. Apakah mereka ini
celaka di tengah laut?"
"Tak mungkin, mereka orang-orang luar
biasa. Thian-te It-hiap dan Rajawali Merah
adalah orang-orang sakti, Bhek Wi lo-suhu, tak
mungkin celaka di tengah laut. Pinto menduga
jangan-jangan mereka mengejar perahu orangorang Pulau Api itu.2069
"Benar, pinto juga ingat. Tan-pangcu dan
sute serta puteranya itu meninggalkan Pulau
Karang!"
"Kalau begitu kira-kira begitu. Tapi
manakah Hoa-siocia dan gadis-gadis Lembah Es
itu. Bukankah mereka tadi sini"
"Ya, tadi di sini. Eh, mari kita cari sambil
menunggu Thian-te It-hiap dan Rajawali Merah!"
Orang-orang itu bergerak. Langit sudah
bersih dan laut bersikap tenang pula. Mereka
terheran dan bertanya-tanya. akan tetapi ketika
tak ada yang ditemukan dan Bhek Wi Hosiang
justeru menemukan sepucuk surat maka ketua
Bu-tong ini tertegun. Surat itu tertancap di
batang sebatang pohon.
"Harap cuwi-enghiong kembali saja
kalau sudah pulih tenaganya. Pulau Api sudah
hancur, tak ada yang perlu dicari. Kami masih
akan mengejar tokohnya sampai ia
tertangkap".
Salam!2070
Hwesio ini tertegun. Ternyata Thian-te lthiap dan Rajawali Merah telah meninggalkan
mereka dan hanya memberitahukan
pemberitahuan itu. Kalau bukan Thian-te It-hiap
tentu Rajawali Merah itu yang menulis surat ,
Maka ketika ia berseru kecewa kenapa mereka
ditinggal pergi, bukankah mereka juga ingin
membantu dan mengejar ketua Pulau Api itu
maka hwesio ini mengetukkan buku jarinya ke
batang pohon itu.
"Omitohud, pekerjaan kita setengah
jalan. Kita sudah ditinggalkan dua orang ini ,
kawan-kewan. Penasaran sekali kenapa tak
sampai tuntas!"
"Mungkin karena tenaga kita tak dapat
diandalkan pula. Kita hanya mengganggu Thiante It-hiap dan Rajawali Merah itu,suhu. Ingat
bahwa gara-gara kita dua orang ini tak dapat
mencegah perginya ketua Pulau Api. Pemuda itu
benar, kita disuruh pulang saja."
"Hm..pinto juga berpikiran begitu.
Agaknya kita harus tahu diri, Kun-lun-paicu , kau2071
benar. Kalau tidak mengurusi kita yang hampir
tewas di Pulau Karang mungkin Thian-te It-hiap
telah mengejar dan menangkap ketua Pulau Api
itu."
"Tapi Rajawali Merah aneh sekali, ia
melindungi orang-orang Pulau Api!'
"Namun ia menghajar si gila San Tek,
pada mulanya tidak."
"Mungkin karena ketua Pulau Api
itumenangkap Puteri Es. Ah, pinto ingin sekali
mengetahui wajah gadis itu dan sampai di mana
rahasia Lembah Es ini. Pinto penasaran."
"Pinceng juga. Bagaimana kalau kita cari
dan kejar mereka itu. Misteri Lembah Es sungguh
menarik!"
"Benar, marilah. Pinto juga tertarik dan
ingin mengetahui kelanjutan ini, Bhek wi lo-suhu.
Sungguh kecewa kalau tak tahu siapa dan di
mana Puteri Es itu. Marilah, mari kita pergi!"
Orang-orang itu berlompatan. Mereka
bergerak meninggalkan hutan akan. Tetapi di
tepi laut mereka tertegun. Dengan apa mereka
hendak pergi. Perahu tiada dan tak mungkin2072
melakukan seperti yang dilakukan Rajawali
Merah. Mereka bukan pemuda sakti itu. Maka
ketika beramai-ramai mereka kembali dan
membuat perahu, menebang pohon maka sehari
kemudian rombongan ini meninggalkan pulau
Perahu mereka perahu darurat akan tetapi cukup
kuat. Kesan dan kenangan di Pulau Api sungguh
hebat. Mereka tak mau melewatkan kejadian lain
dengan tertawannya Puteri Es. Justeru Lembah
Es ini tak kalah menariknya dengan Pulau Api,
bahkan jauh lebih menarik karena penghuninva
semua wanita lihai. Dan karena Thio-siocia dan
Wan-siocia jelas gadis-gadis Lembah Es pembela
kebenaran maka orang-orang kang-ouw ini tak
perduli tubuh yang lelah mencari dan menelusuri
jejak Rajawali Merah, meskipun untuk itu
mereka hanya ngawur saja dan main untunguntungan!
***2073
Ke manakah Thian-te It-hiap dan Rajawali
Merah itu? Ke mana pula gadis-gadis Lembah Es
dan Hoa-siocia? Tak ada yang tahu karena ketika
semua sibuk dilempar ke pulau kosong maka
khusus gadis-gadis ini Thian-te It-hiap maupun
Rajawali Merah membawanya pergi.
Di saat awan hitam penuh abu hitam
maka di saat itulah dua orang sakti ini bergerak
dengan caranya masing-masing. Rajawali Merah
"mengantongi" Thio-siocia dan Wan-siocia di
balik jubah saktinya melalui ilmunya Beng-tauSin-Jin (Manusia Menembus Roh). Dengan ilmu
ini dua gadis itu bersemayam aman dan tenang.
Mereka sama sekali tidak kelihatan karena
menghilang di balik ilmu sakti itu. Dan ketika di
sana Thian-te It-hiap menyelamatkan cucunya
dan murid-murid lain maka khusus muridmuridnya ini dia suruh pulang ke Ce-bu. Kakek ini
menggandeng Hoa-siocia dan dengan kedua
pundak penuh orang ia menyuruh gadis itu
membantu.
"Kita antar mereka ke daratan besar,
setelah itu kita pergi berdua."2074
Para murid mula-mula tak mengerti.
Mereka ketakutan oleh asap dan awan tebal,
hampir tak dapat melihat apa-apa dan hanya
merasa dibawa melayang cepet sekali. Dan
ketika mereka tahu-tahu diturunkan di atas
tanah, jauh meninggalkan pulau kosong di
perbatasan Pulau Api maka kakek itu berkata
bahwa mereka diminta pulang ke Ce-bu.
"Sekarang aku hendak mengejar
musuhku yang utama, Pulau Api sudah hancur.


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kalian pulang dan jaga rumah sambil tunggu aku
di s?na."
"Bengcu. "
Para murid berlutut, yang wanita maupun
pria menangis. "Apakah kami tak boleh
mengikutimu lagi? Apakah kami tak dapat
membantu sedikitpun?"
"Kali ini tidak. Kalian pulang dan jangan
membantah perintahku, Yan Kim. Jaga rumah
baik-baik dan tunggu kami diCe-bu!"
"Baiklah, kami setia menunggu. Harap
bengcu lekas kembali dan jangan buat kami
cemas."2075
Kakek itu mengibas. Ia berkelebat dan
lenyap meninggalkan anak muridnya dan Hoasiocia dibawa kakeknya ini. Pengejaran terpaksa
tertunda karena Thian-te It-hiap harus menolong
murid-muridnya ini, juga orang-orang lain. Dan
karena ketua Pulau Api sempat melarikan diri
menuju ke barat maka ke sinilah kakek itu
bergerak akan tetapi ia terbelalak karena empat
hari melakukan perjalanan jejaknya tercium
menuju Himalaya.
Hoa-siocia atau gadis baju putih itu
menggigil. Selama dalam perjalanan ia tak boleh
banyak bicara dan hanya menjawab kalau
?itanya, selebihnya ia harus diam atau sang
kakek menamparnya. Thian te It-hiap tiba-tiba
begitu keras dan galak, sungguh tak seperti kalau
ia sedang di Ce-bu, mengalah dan banyak
berdiam diri. Dan ketika mereka tiba di kaki
pegunungan itu dan salju terbenam diinjak,
percakapan atau suara orang terdengar maka
tawa dan kekeh si gila gampang sekali dikenali.
Dengan telinganya yang tajam inilah Thian-te Ithiap menemukan jejak musuh.2076
"Ha-ha, ke mana kalian ini? He, ini tempat
apa, pangcu, mau ke mana. Aku kedinginan!"
"Hm, jangan cerewet. Tutup mulutmu
dan jangan banyak bertanya, San Tek, kita datang
untuk menghancurkan musuh. Diam dan terus
jalan atau nanti kami meninggalkanmu."
"Wah, kau tua bangka sudah tak ramah
lagi. Kalau kalian meninggalkan aku tak perlu aku
takut, Hantu Putih. Di sinipun boleh kita
berpisah. Serahkan gadis itu dan kita jalan
sendiri-sendiri!"
"Jangan bertengkar," Suara Tan-pang-cu
terdengar. Puteri Es adalah tawanan berharga,
San Tek. Kami akan menukarnya dengan bantuan
We We Moli. Thian te It-hiap dan Rajawali Merah
itu orang-orang berbahaya, kau tak mungkin
melawannya kalau belum dibunuh. Nah, tujuan
sudah dekat dan kalian harap sabar. Supek harap
menahan diri."
Thian-te It-hiap dan cucunya tertegun.
Tiba-tiba tak dapat menahan diri mendadak
gadis itu menjerit, Ia membentak dan berkelebat
menampakkan diri. Dan ketika musuh terkejut2077
dan menoleh maka gadis ini menerjang Tanpangcu. Ketua Pulau Api itu ada di situ bersama
empat temannya yang lain.
"Serahkan Puteri Es atau aku mengadu
jiwa!"
Tan-pangcu mengelak. Ia terkejut akan
tetapi tiba-tiba tertawa. Di kaki Himalaya itu
Thian-te It-hiap mengejar, kebetulan sekali. Dan
karena ia bersama supeknya yang sakti dan
Hantu Putih tampak tertegun memandang ke
depan, bukan gadis itu melainkan Thian-te Ithiap maka kakek ini menggerakkan tubuhnya dan
mencengkeram atau menyambar ketua Pulau
Api itu, melindungi sekaligus menjaga cucunya
dari marabahaya.
"Benar, serahkan Puteri Es atau kau
mampus!"
Sang pangcu tentu saja terkejut akan
tetapi San Tek dan supeknya berseru keras.
Melihat Hoa-siocia mereka tidak memandang
sebelah mata akan tetapi melihat Thian-te It-hiap
si gila menjadi kaget. Ia dibawa rombongan ini
sampai ke pegunungan Himalaya itu, tidak2078
sendiri melainkan bersama seorang kakek tinggi
kurus yang kakinya cacad. Kakek ini tak dapat
berjalan baik kalau tidak meloncat-loncat, itulah
Hantu Putih dedengkot Pulau Api, suheng dari
Hantu Hitam yang tewas di tangan Thai Liong.
Dan karena kakek ini dilempar ke tempatnya lagi
dengan luka parah, berbulan-bulan tak mampu
bangun dan akhirnya bersembunyi di Pulau
Karang itu maka ketua Pulau Api inilah yang
merawat dan menjaganya sampai ia sembuh.
Pulau Karang ternyata merupakan
persembunyian dedengkot Pulau Api itu, yang
masih tak berani keluar ketika Rajawali Merah
dan Thian-te It-hiap muncul.
Kini melihat kakek itu sendirian dan
murid keponakannya diserang tentu saja Hantu
Putih marah. Ia telah mendengar dan
menyaksikan kelihaian Thian-te It-hiap, yakni
ketika di Pulau Karang kakek itu datang disusul
Rajawali Merah. Biarpun ada si gila San Tek akan
tetapi Hantu Putih masih merasa bimbang.
Kesaktian dan kehebatan Rajawali Merah itu
masih menggiriskan hatinya.Maka ketika ia2079
memanggil murid keponakannya agar lari ke
Guha Hitam, di sini telah dipasang bahan-bahan
peledak untuk menghancurkan pulau maka ulah
kakek inilah yang membuat Pulau Karang
tenggelam dan lenyap disambar gelombang laut.
Ledakan bawah tanah membuat gunung berapi
terbakar dan terjadilah letusan itu.
"Dukk!"
Thian-te It-hiap bertemu lengan kakek ini
dan Hantu Putih terpekik. Dedengkot Pulau Api
itu terkejut karena hawa dingi menembus tulangbelulangnya, tangannya yang kurus kering
seakan menjadi beku. Dan ketika San Tek si gila
terbahak namun Thian-te It-hiap mengelak
pukulan pemuda ini maka Tan-pangcu meloncat
mundur sementara Hoa-siocia sudah ditendang
kakeknya menjauhi tempat itu.
"Biarkan aku menghadapi jahanamjahanam ini, kau mundurlah!"
"Ha-ha! !" Tan-pangcu tergelak. "Bagus
sekali kau menyerahkan diri, Thian-te It-hiap.
Jangan harap kau mampu karena sekarang
supekku dan San Tek mengeroyokmu2080
"Dan kami akan menangkap cucumu ini.
Kami akan mempermainkannya. Ha-ha, gadis
belia ini masih cantik dan Segar sekali!"
"Jahanam tak tahu malu!"
Gadis itu memekik bergulingan meloncat
bangun. Akuu akan mengadu jiwa dengan kalian,
Tan-pangcu, dan kau hanya akan dapat
mempermainkan mayatku.. singgg!" pedang
telah dicabut dan gadis ini tak menghiraukan
seruan kakeknya. Tan-pangcu, yang membawa
seorang gadis yang tertotok pingsan sudah
melempar gadis itu kepada puteranya. Itulah
yang mereka sebut Puteri Es. Dan ketika laki-laki
itu tertawa sementara sutenya,juga terbahak
gembira, kilatan mata mereka menunjukkan
ancaman bahaya maka Thian-te It-hiap terkejut
karena dengan kemarahan meluap cucunya itu
menerjang ketua Pulau Api ini.
"Hoa Siu, sebaiknya kau minggir dan
jangan layani orang-orang itu. Aku dapat
menghadapi mereka!"2081
"Tidak, mereka membawa Puteri Es,
kong-kong. Aku akan merebut tawanan dan
mengadu jiwa di sini. Mati hidup sama saja!"
Kakek ini mengerutkan kening.
Sesungguhnya ia terkejut ketika tiba-tiba
cucunya tadi melengking dan menampakkan diri.
Tak disangkanya di situ ada Hantu Putih segala.
Dedengkot Pulau Api ini amat berbahaya biarpun
tampaknya renta dan lemah. Mungkin lukanya
belum sembuh semua akan tetapi orang seperti
ini tetap berbahaya dihadapi dengan sembrono.
Namun karena cucunya sudah menerjang dan
tak ada lain cara kecuali menghadapi dan
membalas serangan lawan maka Thian-te It-hiap
membentak dan ketika dua orang lawannya
menyambar di kanan kiri mendadak ia mencabut
sebatang pedang dan bersamaan dengan ini
maka mencuatlah cahaya dingin menyambut dua
orang itu, memotong atau menggunting dimana
dedengkot Pulau Api berteriak kaget mengenal
pedang itu.
"Pek-swat-kiam (Pedang Salju)!"2082
San Tek terbelalak dan ikut kaget. Si gila
ini menyambar dari kiri dan melepas Im-kan-thailek-kangnya. Sudah berkali-kali ia menghadapi
lawannya ini akan tetapi baru kali itu Thian-te Ithiap mengeluarkan pedang. Pedang bukan
sembarang pedang melainkan Pedang Salju.
Pedang ini amat dingin sekali mengiris kulit,
cahayanya juga menyilaukan mata dan
digerakkan Thian-te It-hiap yang mengaku
keluarga Si Pedang Maut Hu Beng Kui amatlah
hebatnya. Baru keluar dari sarungnya saja sudah
menabas putus pohon cemara di depan. Dan
ketika pedang itu berkelebat menyambut Si
Hantu Putih, memotong dan menggunting
pukulan San Tek maka kesiur dingin dan cahaya
menyilaukan itu membuat si gila terpekik dan
melempar tubuh ke belakang. Dedengkot Pulau
Api juga berteriak dan tak ingin matanya silau.
"Cres-cress!"
Batu besar di belakang dua orang ini
terbelah dua. Mereka bergulingan meloncat
bangun dan Thian-te It-hiap berkelebat lagi,
bukan ke arah dua orang ini melainkan ke arah2083
Tan-pangcu dan sutenya. Mereka itu telah
mengeroyok dan mendesak Hoa-siocia,
betapapun kepandaian gadis itu di bawah tokohtokoh Pulau Api ini. Dan ketika pedang berdesing
tapi untunglah Hantu Putih berteriak
memperingatkan, dua orang ini melempar tubuh
maka mereka pucat karena sedetik saja mereka
terlambat maka leher mereka terbabat. Pedang
itu mengenai rambut dan ikat kepala mereka
putus.
"Tas!"
Thian-te It-hiap tak berhenti di sini karena
ia menyambar pula Tan Bong. pemuda itu
membawa Puteri Es dan menjeritlah pemuda
Pulau Api ini membanting tubuh. Begitu cepat
dan ganas gerakan Thian-te It-hiap itu. Dan
ketika ia melepaskan tawanannya dan
bergulingan menyelamatkan diri maka gadis
tawanan itu berpindah tangan akan tetapi kakek
ini dan cucunya tertegun.
"Bukan Puteri Es!"
"Ha-ha, memang bukan!" Hantu Putih
terkekeh dan sudah hilang kagetnya, menyambar2084
dan menarik cucu muridnya Tan Bong. "Gadis itu
untuk memancing kalian , Thian-te It-hiap, dan
juga Rajawali Merah. Kalian telah datang di
Himalaya dan kami akan minta bantuan We We
Mo li. Heh-heh, ayo maju dan kita main-main
lagi!" kakek ini mengedutkan kedua kakinya dan
mendadak ia mencelat ke depan. Rasa kaget
akan kehebatan pedang sudah teratasi dan ia
mengerotokkan sepuluh buku-buku jarinya.
Aneh, jari-jari ini mendadak memanjang. Dan
ketika ia menerjang dan sepuluh lengannya
sudah terulur seperti lengan gurita maka si gila
San Tek juga berseru marah melepas Im-kanthai-Thai-lek-kangnya.
"Keparat, kau membuat aku kaget. Tapi
aku tak takut akan ilmu silat pedangmu "
Thian-te It-hiap menangkis akan tetapi si
gila ini merobah pukulannya. la merunduk dan
memutar dari samping sementara Hantu Putih
menggerakkan sepuluh jarinya itu. Dan ketika
pedang bertemu kuku panjang dan berketrik
melentur kakek itu terkekeh maka Pek-swat-2085
kiam mampu ditahannya meskipun sedetik ia
merasa seluruh tubuhnya menggigil. Dingin!
"Ha-ha. akupun tak takut. Ayo bunuh dan
hajar lawan kita ini!
Thian-te It-hiap berkilat marah. membalik
dan menghadapi dua lawannya yang tangguh ini
sementara Tan-pangcu dan sute serta puteranya
menubruk cucunya lagi. Tampak bahwa si gila
San Tek dan Hantu Putih menghalangi kakek itu
menyerang Tan-pangcu Akan tetapi karena
kakek ini meluap marah dan betapapun tak mau


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

undur maka ia melengking dan gulungan sinar
pedangnya yang naik turun bergerak ke arahTanpangcug dan sute serta puteranya itu. Angin
sambaran pedang menyerang dari jauh.
"Cit-citt!"
Tan-pangcu dan dua temannya berteriak
kesakitan. Ternyata dengan angin sambaran
pedang Thian-te It-hiap mampu menusuk dan
menikam. Sinar putih mencuat dari ujung
pedangnya itu. Dan karena Pek-swat-kiam
mengandung hawa dingin dan hawa ini cukup
menusuk kulit maka Tan Bong tergores dan2086
pemuda yang paling lemah dibandingkan lainnya
itu mengaduh dan terguling. Pundaknya luka
berdarah
"Keparat!"
Hantu Putih memekik. Tahan dia jangan
sampai lolos, San Tek, serang dan jangan beri
kesempatan!"
"Bocah itu yang bodoh. Masa kulitnya
begitu lunak, Hantu Putih, suruh saja ia mundur!"
"Heh, kita harus melindunginya. Jangan
biarkan ia menyerang dan Im-thai-lek-kangmu
perlu kau tambah!"
"Dan kaupun percuma mengeluarkan
silat guritamu itu. Lepaskan Giam-lui-ciang dan
kita gencet dia dari muka belakang, tua bangka.
Mana We We Moli yang katanya mau kau minta
bantuannya itu. Hei awas plak-cringg!"
Si gila mengelak tetapi pedang meluncur
menabas kuku jari Hantu Putih. Di dalam gebrak
cepat ini Thian-te It-hiap menggerakkan tangan
kirinya, hawa pukulan dingin meluncur
menyertai gerakan pedang itu. Dan ketika si2087
kakek terkesiap dan menangkis namun tergetar
maka satu di antara kuku panjangnya putus,
"Bedebah!"
San Tek tertawa-tawa.
"Jangan menghina aku, bocah. Jangan
mentertawa? aku. Kukuku putus sebuah!"
"Salahmu!" si gila melonjak geli. " Sudah
kubilang tak ada gunanya cakar ayam guritamu,
tua bangka. Lepaskan Giam-lui-ciang dan gabung
dengan Im-kan thai-lek-kangku in?.. . desss!" si
gila memapak dan dorongan tangan kiri Thian te
It-hiap bertemu telapaknya. Im-kan-thai-lekkang mengeluarkan hawa panas sementara
tangan kiri kakek itu berhawa dingin. Akan tetapi
karena pedang di tangan kanan tetap bergerak
dan menyambar leher itu maka San Tek
melepaskan dirinya dan secepat kilat
membanting tubuh.
"Gila, kakek ini bagai harimau tumbuh
sayap. la semakin hebat!"
"Haha , karena itu jangan mengejek. Aku
juga kewalahan kalau pedangnya, dan tangan2088
kirinya sama-sama bergerak. Hayo, gabung Imkan-thai-lek-kang dengan Giam-lui-ciang!"
Hantu Putih ganti gembira dan
mentertawai San Tek. Temannya ini terkejut dan
harus mengakui keunggulan Thian-te It-hiap
setelah kakek itu mengeluarkan pedang. Silat
peninggalan Hu-taihiap benar-benar ganas dan
maut sekali pedang menyambar untuk menyabet
nyawa dan tikaman atau tusukannya berbahaya
sekali. Di tangan seperti Thian te It-hiap maka
Giam-lo Kiam-sut (Ilmu Pedang Maut) benarbenar maut, jauh lebih berbahaya dibanding
siapapun, bahkan mungkin mendiang Hu Beng
Kui sendiri, sang pencipta ilmu pedang.
Dan ketika kakek itu bergerak-gerak
sementara lawan berkelebatan mengelilingi
dirinya, Thian-te It-hiap mengelak dan
menangkis maka dua orang ini harus mengakui
bahwa mengalahkan atau mendesak lawan
amatlah sulit. Pedang dan pukulan dingin di
tangan kakek itu bekerja sama baiknya dan
tolong-menolong.2089
Akan tetapi tidak demikian dengan
kejadian di lain tempat. Hoa Siu yang berhadapan
kembali dengan tokoh-tokoh Pulau Api tak
mendapat perlindungan kakeknya lagi. Kakeknya
itu dihalang-halangi hingga sukar mendekat,
betapapun Hantu Putih dan San Tek menjadi
penasaran, mereka memukul dan mendorong
agar Thian-te It-hiap tetap di tempat. Dan karena
dua orang itu menggabung pukulan mereka yang
sama-sama berhawap panas, menyambar dan
memaksa kakek itu mundur kembali maka Thiante It-hiap benar-benar tak mampu mendekati
cucunya yang kini didesak ketua Pulau Api itu.
Tan-pungcu leluasa dan tertawa-tawa menekan
gadis ini.
"Ha-ha, kakekmu tak dapat maju lagi.
Sekarang menyerah dan robohlah, Hoa Siu, kami
akan baik-baik menperlakukanmu, atau kau kami
permainkan dan kami buat malu!"
"Benar, telanjangi sedikit demi Sedikit.
Lihat ia merintih dan menangis minta ampun!"2090
"Lalu kita bawa ke guha, siksa di sana Haha, menyerahlah, nona, atau kami
merobohkanmu".
Gadis itu memaki-maki dan memutar
pedangnya serapat mungkin. Setelah dikeroyok
dan dua ketua Pulau Api menyuruh mundur Tan
Bong maka pemuda itu termangu pucat di luar
pertandingan. Pemuda ini masih ngeri oleh
pedang di tangan Thian-te It-hiap, angin
sambarannya saja cukup membuat luka. Dan
ketika ia menonton pertandingan sementara
hatinya diam-diam bergolak, ada rasa tak setuju
melihat ayah dan susioknya mempermainkan
gadis itu maka pemuda itu menggigit bibir dan
sesungguhnya diam-diam selama ini ia kurang
suka terhadap sepak terjang pimpinan Pulau
Api,, baik ayah atau susioknya.
Akan tetapi ia adalah murid Pulau Api.
Mau tak mau ia harus berpihak kepada ayahnya
dan apapun harus ditelan, begitu juga ejekan dan
sikap ayahnya terhadap cucu Thiah-te It-hiap itu.
Bukan rahasia lagi. kalau orang-orang Pulau Api
menculik dan suka mempermainkan wanita, dia2091
sendiripun juga begitu, meskipun hanya sekali
dua sebagai dorongan berahinya. Berkumpul dan
bergaul dengan orang-orang panas seperti
penghuni Pulau Api memang mudah terseret
untuk melakukan kekejaman , termasuk mencari
dan mempermainkan wanita.
Tapi sejak ia bertemu dan melihat gadis
ini entah kenapa hati pemuda ini terguncang. Ia
kagum oleh kelihaian dan kehebatan gadis itu
bermain pedang. Gadis seperti itu sudah mampu
menghadapi ayah atau susioknya, bahkan di
Cebu kabarnya gadis ini telah mengalahkan
sutenya Siauw Lok, berarti kepandaiannya
memang tinggi dan ia sendiri mengaku imbang
bertanding dengan gadis ini . Dan ketika kagum
itu berkembang menjadi perasaan , perasaan tak
rela kalau ayah atau susioknya mempermainkan
gadis ini maka pemuda itu gemetar dan diamdiam akan menyelamatkan gadis itu bila saatnya
tiba. la siap meloncat dan menerima pukulan
ayah atau susioknya agar gadis itu tidak celaka!
Namun sang kakek tentu saja lebih
memikirkan keselamatan cucunya daripada2092
pemuda ini apalagi karena Thian-te It-hiap juga
tidak tahu pikiran pemuda itu. Hal ini terlihat dari
perobahan yang terjadi di pertempuran ini , di
mana Hantu Putih maupun San Tek bekerja keras
menekan dan mengurung lawan mereka. Thiante It-hiap dipaksa tetap di tempat biarpun
gulungan sinar pedangnya menyambar naik
turun. Berkali-kali pukulan tangan kiri kakek itu
bertemu Im-kan-thai-lek-kang maupun Giam-luiciang. Thian te It-hiap baru terhuyung mundur
apabila gabungan pukulan itu menyerangnya
berbareng, selebihnya dia sanggup bertahan dan
paling tergetar saja, apalagi karena pedang di
tangan kanan benar-benar berbahaya dan
ditakuti dua orang lawannya.
Tak jarang pedang itu tahu-tahu mencuat
dan menyambar bagai kilat cepatnya, Menusuk
atau menikam bagian tubuh berbahaya dari si
gila San Tek maupun Hantu Putih, mata atau
hidung ump?manya. Dan karena setiap cahaya
pedang tentu menyilaukan lawan, inilah yang
membuat mereka berhati-hati maka San Tek2093
maupun temannya tak dapat mendesak kecuali
menahan kakek itu tetap di tempat.
Hantu Putih diam-diam heran. Pek-swatkiam adalah pusaka Lembah Es, Seingatnya
pernah digunakan We We Moli ketika dulu nenek
itu masih muda. Pedang ini turun-menurun dari
tokoh-tokoh Lembah Es kepada muridnya, maka
aneh sekali kalau tiba-tiba berada di tangan
kakek ini. Dan karena Thian-te It-hiap jelas bukan
penghuni Lembah Es, ilmu s?latnya bukan ilmu
silat Kim Kong Sengjin maka kakek ini heran dan
terkejut bagaimana pedang pusaka itu bisa jatuh
di tangan Thian-te It-hiap, dan yang lebih
mengherankan lagi adalah pukulan tangan
kirinya itu. Ping-im-kang!
Kakek ini benar-benar heran. Seingatnya
Ping-im-kang (Pukulan Inti Es) adalah milik Beng
An putera Pendekar Rambut Emas. Pemuda itu
pernah bertemu dengannya dan bert?mpur.
Harus diakui bahwa lawannya yang muda itu lihai
sekali, hanya setelah dikeroyok bersama
mendiang adiknya Hantu Hitam maka pemuda
itu tertangkap dan dapat dirobohkan. Apakah2094
Thian-te It-hiap ini guru pemuda itu? Apakah
kakek ini pencipta asal Ping-im-kang? Dia ragu.
Dia sudah bertanya dan membentak kakek itu
apakah hubungannya dengan Beng An, akan
tetapi kakek itu tutup mulut. Dan ketika ia
menjadi marah dan memaki-maki maka
jawabannya adalah pukulan tangan kiri yang
lebih hebat dan Sinar pedang yang lebih
bergulung-gulung.
Kini tubuh Thian-te It-hiap telah lenyap
dan benar-benar terbungkus cahaya pedangnya
itu. Dan di saat ini terjadi perobahan. Mula-mula
Hantu Putih tak mengetahuinya Ia terus
berkelebatan menyerang lawan dan mencoba
menerobos gulungan Pek-swat-kiam itu. Sekujur
tubuh lawan dingin membeku dan Giam-lui-ciang
maupun Im-kan-thai-lek-kang tak mampu
menembus. Demikian kuat hawa dingin itu
hingga pukulan mereka tertolak buyar. Bukan
semata Ping-im-kang yang dimiliki Thian-te lthiap melainkan juga disebabkan adanya Pedang
Salju itu. Semakin di putar pedang ini semakin
luar biasa. Badan pedang sampai ke gagangnya2095
berubah putih menyilaukan, tiada ubahnya
sebongkah es beku atau Salju tanpa noda. Dan
karena Giam-lui-ciang maupun Im-kan thai-lekkang adalah pukulan berhawa panas, masingmasing mengeluarken api yang berpijar setiap
menyambar maka pantulan cahaya ini membuat
gundukan pedang di tangan Thian-te It-hiap
menjadi semakin menyilaukan yang membuat
San Tek maupun kawannya berteriak tak tahan.
Hal ini mengakibatkan serangan mengendur,
mata tak mampu melihat baik dan lenyapnya
kakek itu sempurna sekali. Thian te It-hiap benarbenar tersembunyi dibalik gulungan sinar
pedangnya.
Akan tetapi ketika San Tek maupun Hantu
Putih berkejap menormalkan mata, sungguh
cahaya itu menyilaukan mereka maka saat inilah
Thian-te It-hiap berkelebat menghilang dan
terdengar teriakan di pertandingan sebelah.
"Aduh!"
Tan-pangcu dan ji-pangcu membanting
tubuh bergulingan. Saat itu mereka tertawatawa mendesak dan menekan Cucu Thian-te It-2096
hiap ini. Mereka tak menyangka sama sekali
bahwa Thian-te lt-hiap keluar meloloskan diri,
lewat dalam waktu sekejap di saat Hantu Putih
maupun San Tek mengejapkan mata, Kejadian ini
hanya sedetik saja akan tetapi Thian-hiap telah
mempergunakannya secara baik sekali.
berkelebat dan lolos dan saat itulah pedangnya
menyambar Tan-pangcu dan ji-pangcu. Mereka
mendesak dan menekan Hoa-siocia dan gadis itu
terhuyung-huyung. Maka ketika tiba-tiba pedang
berkelebat menyambar dan dua orang ini kaget
sekali, hawa dingin membuat kullt teriris maka
dua orang itu melempar tubuh bergulingan akan
tetapi pundak dan leher mereka berdarah.


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Keparat!" Hantu Putih melengking
melihat keadaan muridnya. "Kau licik, Thian-te lthiap, tua sama tua. Ayo maju dan hadapi aku,
jangan lari!"
"Betul, kurang ajar sekali. Lawanmu
adalah aku, Thian-te It-hiap, bukan anak-anak
kecil itu. Hayo, ke sini dan jangan lari!"
Si gila San Tek berkelebat memaki dan
dua pimpinan Pulau Api itu menyelamatkan diri.2097
Kalau supek dan temannya itu tidak mengejar
dan melepas pukulan kembali tentu mereka
celaka dan tak mungkin meloncat bangun.
Pedang sudah menyambar akan tetapi didorong
Im-kan thai-lek-kang dan Giam-lui-ciang, Hantu
Putih dan San Tek sudah mengurung kakek ini
lagi. Dan ketika Thian-te It-hiap dikeroyok dan
tak lagi mendapat kesempatan lolos maka Hoasiocia sudah berada di balik gulungan sinar
pedangnya mendapat perlindungan.
"Di sini saja, jangan ke mana-mana.
Pegang dan putar pedangmu, Hoa Siu, aku akan
merobohkan dua orang musuhku ini!"
"Ha-ha, si mulut besar. Kau sudah kami
kurung dan tak dapat keluar, Thian-te lt-hiap,
bagaimana kau merobohkan kami. Jangan
sombong!"
Akan tetapi Thian-te t-hiap berkemakkemik. Sekarang ia telah melindungi cucunya ini
dan dua tokoh Pulau Api itu tak berani maju
mendekat. Tan Bong diam-diam girang bahwa
gadis itu telah di selamatk?n kakeknya. Dan
ketika ayah maupun susioknya tinggal2098
menonton, mereka mengusap darah dengan
muka pucat maka supeknya dan San Tek
mengurung ketat kakek itu. Thian-te It-hiap
mengeluarkan sesuatu. Di balik gulungan
pedangnya yang melebar dan menyambarnyambar maka tak ada yang melihat ketika
telapk kirinya diremas-remas. Asap putih tipis
mengepul di Sini , tiba-tiba meledak dan
berteriaklah Hantu Putih maupun SanTek ketika
lawan berkelebat menghilang. Gulungan pedang
tak nampak lagi dan Hoa-siocia pun lenyap. Dan
ketika dua orang itu terpekik tak tahu lawan di
mana maka Sinar putih mencuat dan tahu-tahu
menyambur leher dedengkot Pulau Api itu.
"Supek..!"
Hantu Putih kaget. Meskipun tak melihat
akan tetapi Sambaran hawa dingin tentu saja
dirasakannya. Cepat kakek itu membalik dan
sembilan kukunya yang panjang menengkis.
Dalam gugup dan kagetnya ia mempergunalkan
jari-jari guritanya itu. Akan tetapi ketika semua
kukunya putus dan kakek ini membanting tubuh2099
maka Hantu Putih memekik dan menyelamatkan
dirinya bergulingan menjauh.
"Aihhhhhh.. . crik-crik-crakk!"
Selamatlah kakek ini ia meloncat bungun,
Mukanya benar-benar dibuat pucat akan tetapi
saat itu si gila San Tek ganti menjadi Sasaran.
Pemuda ini masih tertegun ketika lawan tiba-tiba
menghilang. la teringat sesuatu yang membuat
bulu tengkuknya merinding. Dan ketika ia
mencari-cari akan tetapi Sinar pedang tahu-tahu
menyambarnya dari samping membabat setelah
mematahkan kuku jari Hantu Putih maka si gila
ini berteriak dan menangkis mendorongkan
kedua lengannya.
"Cret!" tetap saja ia terhuyung. Lawan tak
kelihatan sementara pedang seakan benda
bernyawa yang pandai mencari sasarannya.
Telinga kiri si gila tergores . Dan ketika pemuda
itu terhuyung dan terbeliak pucat maka ia
memutar tubuhnya terbirit-birit.
"Pek-sian-sut, Thian-te It-hiap
mempergunakan Pek-sian-sut...!"2100
Semua orang terkejut. Mereka tak
melihat lagi kakek itu sementara yang ada ialah
sinar pedang menyambar-nyambar. Tan-pangcu
gentar dan otomatis melarikan diri, sutenya juga
menyusul dan hanya Tan Bong yang termangumangu. Pemuda ini kaget dan gentar akan tetapi
juga kagum. Pek-sian-sut adalah ilmu putih yang
dimiliki keluarga Kim-mou-eng, dulu muncul
untuk menandingi Hek-kwi-sut (Lebur Bersama
Iblis), ilmu yang dimiliki mendiang See-ong
(Datuk Barat) dan menjadikan Kim-mou-eng
terkenal. Ilmu itu sesungguhnya pemberian
kakek dewa Bu-beng Sian-su. Maka ketika Thiante lt hiap tiba-tiba mempergunakan ilmu itu dan
kakek ini memiliki ilmu yang dimiliki keluarga
Pendekar Rambut Emas maka Tan Bong
termangu-mangu dan heran serta bertanyatanya siapakah sebenarnya Thian-te li-hiap ini. la
telah mengetahui bahwa Ping-im-kang adalah
milik Beng An.
Akan tetapi karena selama ini Beng An tak
pernah mempergunakan pedang dan GiamKiam-sut atau llmu Pedang Maut tak pernah pula2101
dipertunjukkan pemuda ini maka putera ketua
Pulau Api itu bingung selain memiliki dugaan
kuat bahwa kakeki ini pasti ada hubungannya
dengan putera Pendekar Rambut Emas itu. Hal
ini juga telah dinyatakan susiok atau ayahnya.
Bahkan supek-kongnya (paman kakek guru)
Hantu Putih juga mangatakan itu. Akan tetapi
karena Thian-te It-hiap ini benar-benar
merupakan manusia misterius dan lebih
misterius lagi bagaimana ia memegeng pusaka
Lembah Es maka semua itu menambah bingung
tokoh-tokoh Pulau Api. Dan kini kakek itu
memilik pula Pek-sian-sut!. Hantu Putih menjadi
kaget dan marah akan tetapi kakek ini
melengking nyaring. Ia menggosok-gosok
tangannya dengan cepat dan mengepulah asap
hitam. Lalu ketika membentak dan berseru keras
mendadak lenyaplah Kakek itu karena ia telah
mengeluarkan Ngo-thian-hoat-sutnya untuk
menandingi Pek-sian-sut.
"Jangan lari, aku telah melihatnya. He,
kembali dan bantu aku, San Tek, kita panggil We
We Moli.. . bresss!" benturan suara itu membuat2102
si gila menoleh dan berhenti. Asap hitam dan
putih bertemu akan tetapi yang hitam terpental.
Sinar putih kembali mencuat dan dedengkot
Pulau Api mengelak. Dan ketika dua asap hitam
putih itu bertempur seru maka si gila terbelalak
dan muncul keberaniannya.
"Ke sini, bantu aku. Pegang tanganku dan
kau akan melihat tua bangka ini di Sini!"
"He-he, benar. Kaupun rupanya pandai
segala macam sihir, kakek siluman. Aku tidak
takut kalau dapat melihat lawanku, tapi kalau ia
tak kelihatan tentu mudah menyerangku!" si gila
kembali dan Hantu Putih menampakkan diri.
lapun telah lenyap mempergunakan Ngo-thianhoat-sutnya dan kini menyambar lengan si gila
itu. Dan ketika si gila melihat lawannya kembali
dan masuk dalam kabut hitam, Ngo-thian-hoatsut adalah sihir milik tokoh-tokoh Pulau Api maka
kakek itu terlihat lagi dan Thian-te It-hiap
membawa pula cucunya situ, , masih melindungi
dan menjaga dengan baik.
"Ha ha, kau tua bangka siluman, bikin
kaget orang. Hayo kau terima pukulanku, Thian-2103
te It-hiap, dan sekarang aku tak takut lagi!" Si gila
melancarkan Im-kan-thai lek-kangnya dan
pertempuran menjadi aneh. Orang biasa tak
melihat lagi tiga orang ini karena yang tampak
hanya gerakan kabut atau asap hitam putih. Yang
putih adalah Pek-sian-sut sementara yang hitam
Ngo-thian-hoat-sut, sambar-menyambar dan
melayang dengan amat cepatnya seperti mega
saling terjang. Di tengah asap hitam putih ini
menyambar kilatan Pedang Salju, mencuat dan
membelah bagai kilat halilintar dan berapa kali si
gila maupun Hantu Putih berteriak keras.
Ternyata di sinipun mereka tak mampu
mendesak lawan, keuntungan Thian-te It-hiap
paling-paling cucunya tak dapat dibokong ketua
Pulau Api. Dan ketika pertandingan berjalan seru
namun Thian-te It-hiap benar-benar luar biasa, ia
tak terdesak namun juga tak mampu mendesak
lawan akhirnya Tan-pangcu muncul kembali dan
bersama sutenya ia terbelalak ngeri.
"Kakek itu benar-benar luar biasa, di
daratan besar ternyata banyak orang-orang
Sakti"2104
"Ya, dan kami Pulau Api maupun Lembah
Es tak bisa mengatakan bahwa diri sendiri paling
hebat, suheng. Thian-te It-hiap dan San Tek
adalah contohnya".
"Dan masih ada lagi Rajawali Merah"
"Juga Kim-mou-eng! Ah, daratan besar
menyimpan orang-orang hebat dan kita bertemu
tanding. Kalau supek tak dapat mengalahkan
kakek itu maka pudarlah nama kita. Mana We
We Moli yang katanya sudah dihubungi supek!"
"Mungkin ia tak datang, atau...."
Dua orang ini berseru kaget. Dari puncak
Himalaya tibe-tiba berhembus angin kencang.
Belum habis mereka bicara tiba-tiba terdengar
lengking atau suara dahsyat. Mereka berteriak
dan terpelanting dan saat itu menyambarlah
sesosok bayangan hitam menuju pertempuran di
depan. Angin kuat ini terus menyambar
menghantam gulungan asap hitam dan putih,
yakni pertarungan sihir antara Pek kwi (Hantu
Putih) melawan Thian-te It-hiap. Dan ketika
terdengar ledakan dan asap itu buyar, baik yang
putih maupun hitam berantakan diterjang angin2105
ini maka We We Moli, nenek berpakaian serba
hitam itu muncul mendorong yang bertempur.
"Berhenti, kalian mengganggu samadhiku
Siapa mengacau ini dan berani benar
menginjakkan kaki di wilayah pertapaanku!"
Hantu Putih dan yang lain terkejut.
Sesungguhnya kakek ini telah mengontak nenek
itu akan tetapi tiada jawaban. Panggilan batinnya
tertolak. Namun karena dia terus memanggil dan
nenek itu kini datang, giranglah hatinya maka
kakek ini terkekeh dan buru-buru mengangkat
lengannya.
"Maaf, tunggu dulu. Aku membawa
musuh tangguh, Mo-li, keluarga Pendekar
Rambut Emas. la ada hubungan dengan Beng An
dan Rajawali Merah. Aku memancingnya ke sini
agar kau membantuku".
"Hm! " nenek itu mengedikkan kepala,
sepasang matanya yang putih terbelalak
mengerikan sekali, tanpa manik-manik.
"Aku sebenarnya tak mau diganggu, Pek
kwi, tapi menyebut nama itu membuat darahku
mendidih. Siapa dia!"2106
"Thian-te It-hiap, orang sombong nomor
satu!"
"Bagus, telah kulihat pertandingan kalian
tapi siapapun enyahlah dari sini. Aku akan
melanjutkan samadhiku!" dan ketika nenek itu
mengibas dan dari lengannya menyambar angin
dahsyat maka tiga orang itu baik Thian-te It-hiap
maupun Hantu Putih dan San Tek diserang kuat.
Akan tetapi Thian-te It-hiap berseru keras. Pekswat-kiam di tangannya berkelebat, sang nenek
tertegun dan aneh sekali angin pukulannya
berhenti. Namun ketika San Tek dan Pek-kwi
berseru kaget, untuk mereka pukulan terus
menyambar maka dua orang ini mengelak akan
tetapi San Tek menangkis dan membentak
marah.
"Plak!"
Moli memang aneh. Hantu Putih
mengelak berjungkir balik akan tetapi tangkisan
San Tek membuat ia melotot. Si gila terhuyung
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Sin Tiaw Hiap Lu Karya Chin Yung Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung The Last Empress Karya Anchee Min

Cari Blog Ini