Ceritasilat Novel Online

Putri Es 20

Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara Bagian 20


dan berteriak, nenek itu masih tak bergeming.
Dan ketika hal itu membuat nenek ini marah dan
maju dengan tangannya yang lain maka Pek-kwi2107
berseru agar temannya itu menyingkir saja,
menarik dan membetot menjauhkan diri.
"Jangan layani, kita bukan
musuh...bress!" pukulan itu jatuh menimpa di
belakang dan San Tek menggigil sekujur
tubuhnya. Tanah di mana terpukul menjadi beku
dan salju yang memuncrat terasa dingin. Rasanya
jauh lebih dingin daripada Ping-im-kang. Dan
ketika nenek itu tertawa dingin dan
menggerakkan kepalanya tiba-tiba ia melecutkan
rambut dan karena ia menghadapi San Tek maka
Thian-te It hiap terlambat kaget karena gerakan
rambut menyambar dan merampas pedangnya.
"Srat!"
Pedang telah berpindah tangan. Begitu
cepat kejadian itu hingga Thian-te It-hiap
tertegun. Kakek ini sadar setelah nenek itu
menimang dan memeriksa pedangnya,
membentak akan tetapi ia mundur ketika
sepasang bola putih itu mengeluarkan cahaya
kebiru-biruan. We We Moli bertanya dari
manakah kakek itu mendapatkan pedang. Dan2108
ketika Thian-te It-hiap tertegun tak menjawab
maka nenek itu tertawa dingin.
"Bagus, ini benar-benar Pek-swat-kiam.
Ini pusaka Lembah Es. Sekarang kau harus
mempertanggungjawabkan persoalan ini Thiante It-hiap, dan untuk itu mari kita ke punc?k!"
Pek-kwi girang. Hantu Putih ini
menyangka We We Moli telah menjadi sahabat.
Sesepuh. Lembah Es itu siap menghajar lawan
yang amat tangguh ini. Akan tetapi ketika ia
hendak bicara dan ditutup sebuah kibasan
mendadak wanita itu membentaknya agar pergi.
"Enyah kataku, siapapun tak boleh
disini!"
Kakek itu kaget. Bersamaan itu keluar
angin pukulan amat kuat menyambar dirinya dan
San Tek, bukan hanya pemuda itu saja melainkan
juga Tan-pangcu dan sutenya, juga Tan Bong.
Dan ketika tiga orang itu berteriak dan terangkat
tinggi, terbang dan terlempar amat jauh maka
Pek-kwi mencoba bertahan dengan seruan keras.
"Kami ingin membantumu, jangan
diusir".2109
Akan tetapi kakek ini terbawa naik juga.
Pek-kwi mendorongkan Giam-lui ciangnya
namun hawa dingin mendahuluinya. Pukulannya
padam. Dan ketika San Tek juga mengeluarkan
Im-kan-thai-lek-kang akan tetapi terangkat dan
terbawa naik maka tanpa dapat dicegah lagi dua
orang itu melayang-layang keluar dari wilayah
Himalaya. Hanya Thian-te It-hiap berdiri
terbelalak.
"Moli, kau wanita jahanam. Awas kalau
Rajawali Merah datang menghajarmu!"
Namun wanita ini tak perduli. Ia sudah
membersihkan tempat itu dari tokoh-tokoh
Pulau Api dan tiba-tiba memandang Thian-te Ithiap. Pandangannya terasa menyeramkan dan
sinar kebiruan di sepasang matanya itu
mendadak bekerja. Bagai sinar laser saja
menusuk dan menyambar leher Thian-te It-hiap.
Dan ketika kakek itu terkejut dan mengelak
namun gagal, sinar itu menotok lehernya maka ia
mengeluh dan roboh disambar wanita ini. We
We Moli melesat dan sudah menuju puncak
Himalaya dengan sekali gerakan cepat. Lenyap!2110
"Supek-bo...!"
Bagai hilangnya tadi tahu-tahu wanita itu
muncul kembali. Hoa-siocia, yang berseru dan
memanggil tiba-tiba berlari mengejar. Gadis ini
jatuh bangun menuju puncak, hawa dingin tak
dirasa. Namun ketika wanita itu datang lagi dan
berdiri di depannya maka jari sekuat baja
mencengkeram pundak gadis ini.
"Kau memanggil siapa!"
"Aduh, lepaskan. Ampun, supekbo...ampun. Aku... aku..."
Terdengar lengkingan dan suara di bawah
gunung. We We Moli yang sedang
mencengkeram gadis ini mendadak
melepaskannya. Dari bawah gunung berkelebat
tiga bayangan susul-menyusul. Paling depan jelas
Pek-kwi si Hantu Putih, lalu San Tek si gila itu. Dan
ketika di belakang dua orang ini melayang
bayangan merah bagai rajeweli mengembangkan
sayap maka seruan atau teriakan kakek itu
membuat nenek ini berubah.
"Moli, tolong. Rajawali Merah ada di
sini!"2111
"Benar, Thai Liong keparat mengejerngejar aku, locianpwe, ia tak menepati janji.
Tolong, ia menyerang aku.... aduh" pemuda itu
terpelanting namun bergulingan meloncat
bangun lagi. Pek-kwi juga terlempar terkena
sebuah pukulan.
Thai Liong Si Rajwall Merah datang. Dan
ketika pemuda itu membentak menanyakan di
mana Thian-te It-hiap, Pek-kwi maupun Sen Tek
memanggil-manggil wanita Lembah Es itu maka
wajah nenek ini berubah dan ia tampak pucat.
Akan tetapi We We Moli tib-tiba
mendengus. la mencengkeram Thian-te lt hiap
dan mendadak menyambar pula Hoa-siocia.
Gadis dan kakek ini dilempar keatas pundaknya.
Lalu ketika ia berkelebat meninggalkan tempat
itu maka wanita ini sudah menghilang di balik
kabut tebal di puncak himalaya yang dingin.
"Moli..."
"Locianpwe!"
Akan tetapi wanita itu lenyap. Hantu
Putih dan San Tek yang berteriak memanggil
melihat sekilas bayangan wanita ini. Secara2112
kebetulan mereka bertemu Rajawali Mereh di
kaki pegunungen salju itu kaget dan menyerang
akan tetapi san tek gentar menghadapi pemuda
sakti itu. Hantu Putih masih ingat ketika pemuda
itu dengan Sin-tiauw-kangnya menjadi
menggelembung setiap dipukul den sinkang yang
masuk itulah yang membuat pemuda itu
bertambah kuat. Memang Inilah yang
menakutkan lawan, bahkan We Moli sendiri
gentar menghadapi ilmu aneh itu, ilmu sakti yang
belum ada tandingannya. Dan karena kakek serta
pemuda itu paling kuat dibanding Tan-pangcu
dan kawan-kawan, mereka terlempar Sampai di
kaki gunung saja maka Hantu Putih bermaksud
meninggalkan Himalaya tak mampu membujuk
nenek itu bersahabat dengannya. Akan tetapi
Rajawali Merah muncul. Bagai iblis saja pemuda
ini berkelebat di belakang mereka menanyakan
di mana Thian-te It-hiap. Pek-kwi terkejut dan
menyerang lalu melarikan diri, San Tek
mengikutinya pula dan dua orang ini jatuh
bangun. Dan ketika We We Moli melihat namun
tak menolong mereka, pucatl?h kakek itu2113
melawan membalik dan menghantam lawan di
atas sebuah pendakian curam.
"Aku tak tahu di mana Thian-te It-hiap,
tapi jangan kejar-kejar aku dan pergilah!"
"Benar, akupun tak tahu di mana kakek
itu Rajawali Merah. Tapi Ia tadi bersama nenek
itu.., dess!
Semua pukulan diterima namun Sintiauw-kang melindungi pemuda ini. Thai Liong
tak bergeming dan menangkap serta membentak
dua orang itu. Dan ketika ia memuntir dan
melempar mereka maka kakek dan pemuda itu
melayang jauh di depan jatuh menumbuk hancur
sebuah batu besar.
"Baik, kalian jangan bohong. Tapi ikut aku
dan kita cari nenek itu. Kalian rupanya hendak
bersekutu dan mencelakai Thian-te It-hiap!"
Dua orang itu mengeluh dan tergulingguling. Bagi Rajawali Merah ini tentu saja bukan
persoalan menghadapi dedengkot Pulau Api itu.
Ia telah tahu dan mengetahui kelemahan lawan,
kakek itu belum sembuh total sementara San Tek
pemuda yang miring otaknya. Justeru terhadap2114
dialah si gila ini paling takut, itu tak lain karena
hajarannya di Sam-liong-to dulu. Maka ketika
mereka bergulingan namun ditendang lagi,
mencelat dan terlempar semakin ke atas maka
tak terasa mereka memasuki daerah berkabut di
mana Pek-kwi dan San Tek tiba-tiba menghilang
"Tobat, keparat jahanam. Kau tak tahu
diajak bersahabat, We We Moli. Sekarang
hadapilah pemuda itu dan kau tahu rasa!"
"Benar, dan aku akan menyembunyikan
diri. He, perutku mulas, Rajewali Merah. Aku
ingin berak"
Suara prot-prot jelas kentut si gila itu.
Thai Liong telah memasuki daerah kabut tebal
yang menghelangi pandangan. Puncak terasa
dingin sementara suara 0rang memantul-mantul,
gemanya terlempar ke delapan penjuru dan di
kiri kanan mereka adalah jurang-jurang dalam.
Tempat ini merupakan tempat berbahaya karena
jalanpun l?cin seperti kaca. Salju yang membeku
di tempat itu berubah menjadi es berlapis-lapis.
Dan karena tempat itu benar-benar
berbahaya dan tak ada ilmu lain kecuali mereka2115
yang berilmu tinggi maka dengan Ang-tiauw ginkangnya (Ginkang Rajawali Merah) pemuda ini
bergerak seringan kapas. la tak pernah terpeleset
dan jatuh oleh jalanan yang licin. Telapak kakinya
bergerak begitu ringannya di atas permukaan
salju, bahkan mengambang. Dan ketika Thai
Liong mendorong dan menggerak gerakkan
kedua lengan mengusir kabut tebal maka
pandangan sejauh belasan tombak terlihat. Akan
tetapi nenek itu tak ada.
"We We Moli!" gema suara pemuda ini
memantul. "Mana Thian-te It-hiap dan serahkan
ia padaku!"
'Hm! !" suara melingkar tiba-tiba
terdengar. "Kau memasuki wilyahku, Rajawali
Merah. Kau kembali menggangguku. Enyahlah
atau aku menyerangmu!"
"Aku tak bermaksud memusuhimu, aku
mencari Thian-te It-hiap. Di mana dia dan
beritahukan padaku!"
"la menjadi tawananku. la membawa
Pek-swat-kiam dan harus bertanggung jawab
bagaimana mendapatkan pusaka Lembah Es.. ..2116
wut!" sebutir salju menghantam pemuda ini dan
p?cah berhamburan. Rajawali Merah miringkan
kepala mendengarkan asal suara akan tetapi
tiba-tiba diganggu serangan salju itu. Suara
lawan kembali hilang. Dan ketika mendaki dan
memanggil-manggil lagi ternyata ne-nek itu tak
menjawabnya karena di sana We We Moli
tersenyum dingin dan siap menikam dada Thiante It-hiap dengan pedang pusaka itu!
"Katakan kepadaku siapa kau
sebenarnya. Dari mana pula kau dapatkan
pedang ini atau siapa yang memberimu!"
Thian-te lt-hiap tertotok. Kakek gagah
perkasa ini ternyata masih tak mampu
menendingi sesepuh Lembah Es itu. Tak aneh
karena We We Moli memang seorang wanita
sakti yang masih setingkat di atas dedengkot
Pulau Api sendiri, Hantu Putih atau Hitam. Dan
ketika saat itu ia berada di sebuah guha dingin
berpenerangan remang-remang, Hoa Siu
mengguguk dan berlutut di bawah kaki nenek ini
maka kakek itu melarang cucunya bicara banyakbanyak.2117
"Aku adalah Thian-te It-hiap, dan itu
cucuku Hoa Siu. Kau merampas senjataku secara
curang, We We Moli, coba lepaskan aku dan kita
bertanding seribu jurus!"
'Hm , manusia sombong. Cucumu
memanggilku supek-bo, orang dungu, aneh
sekali ini . Melihat gerak-geriknya seakan
penghuni Lembah Es atau setidaknya seorang
murid Lembah Es. Aku tak dapat
membebaskanmu karena Rajawali Merah datang
kesini. Jawab pertanyaanku atau kau mampus!"
"Jangan, tidak! Jangan ia dibunuh, supekbo.. aku. . aku saja penggantinya!"
"Hm , kau gadis miring. Lagi-lagi kau
memanggilku supek-bo, bocah, hanya murid
penghuni Lembah Es boleh menyebutku seperti
itu. Siapa dirimu dan siapa kakekmu ini!


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jangan beritahukan!" Thian-te It-hiap
membentak. "Sekali kau buka mulut aku tak akan
mengempunimu, Hoa Siu. Aku adalah Thian-te Ithiap dan kau cucuku!"
"Kau...kau..."2118
"Tak apa, aku ditotok secara curang dan
ia tak boleh tahu rahasia ini. Biarkan ia penasaran
dan aku siap mati!"
We We Moli bersinar-sinar. Siapapun
yang melihat wajahnya akan ngeri. Bola mata
putih itu berkejap-kejap, seperti orang buta saja
akan tetapi anehnya dapat melihat jelas.
Wajahnya membesi Sementara kulitnya
kehitam-hitaman, jari berkerotok dan Pedang
Salju bergerak-gerak. Wanita ini memainkan
pedangnya di atas dada Thian-te lt-hiap, sekali
lepas tentu menancap. Akan tetapi ketika ia
benar-benar penasaran dan dibuat marah oleh
sikap lawannya maka tiba-tiba ia bergerak dan
dua jarinya menyambar gadis baju putih itu.
"Tangkis seranganku!"
Hoa-siocia terkejut. la sedang berlutut
ketika tiba-tiba nenek itu menyerang, tidak
terlalu dahsyat akan tetapi sebagai ahli silat
tentu saja otomatis ia menangkis. Tusukan jari itu
adalah tusukan Dua Naga Melepas Ekor, satu dari
sekian jurus Lembah Es. Dan ketika ia mengelak
dan menepis dengan jurus otomatis Rembulan2119
Membentuk Bayangan maka nenek itu tertegun
namun gadis ini terpelanting, kalah kuat.
"Plak!"
Hoa-siocia tersedu-sedu. Nenek itu
membalik dan tersenyum. Dari tepisan itu
terkandung tenaga Bu-kek-kang. Dan ketika ia
tertawa sementara gadis itu melompat bangun
maka nenek ini berkelebat dan meremas
pundaknya.
"Kau murid Lembah Es, katakan siapa dan
nomor berapa"
"Ia cucuku. Hoa Siu! Kau tuk usah
menanyainya kecuali aku, we We Moli. Lepaskan
dia dan jangan menakut-nakuti anak kecil!"
"Tutup mulutmu, ia anak m?ridku.diam
dan jangan cerewet, Thian-te It-hiap, atau aku
menyiksanya nanti!" lalu ketika nenek ini
menghadapi gadis itu dan bersikap lebih bengis
maka ia menyentuh jalan darah di bawah telinga,
sekali totokan membuat gadis itu bergulingan
dan menjerit-jerit bagai digigit ribuan semut api.
"Nah, tak usah mengelak dan terus terang
sajalah. Sebutanmu tak salah, kau penghuni atau2120
bekas murid Lembah Es. Siapa kau dan murid
nomor berapa, bekerja di man?!"
"Teecu... teecu..."
"Diam, Hoa Siu, atau aku tak akan
mengampunimu!"
Gadis itu mengguguk ketika Thian-te Ithiap membentaknya lagi. We We Moli menjadi
marah dan tiba-tiba nenek itu menotok urat
gagu. Thian-te It-hiap melotot bisu! Dan ketika
kakek ini mendelik sementara nenek itu
tersenyum maka ia bertanya lagi dan kali ini
ujung kukunya menggurat sedikit.
"Katakan atau siksaan ini akan
membuatmu mati belum hiduppun tidak.
Nah,jangan takut kakekmu itu atau ia kusiksa di
depanmu pula."
Hoa Siu menjerit. Sedikit guratan saja
membuat tubuhnya tersengat hebat. Ujung kuku
itu seakan gigitan ular berbisa. Dan ketika ia
menangis den tersedu-sedu maka ia bingung dan
takut serta gelisah, belum menjawab dan We We
Moli kembali menggurat perlahan. Untuk kedua
kalinya gadis itu berjengit. Tapi ketika ia belum2121
juga bicara dan takut serta bingung akhirnya
nenek ini menotok bawah telinganya dan
terjadilah pemandangan mengerikan ketika
gadis ini memekik dan bergulingen seakan digigit
ribuan semut ap?.
"Bagus, aku atau kakekmu yang lebih
berkuasa. Bergulinganlah, anak baik, berteriakteriaklah sampai kau bertobat."
Hoa Siu tersiksa dan menjerit-jerit.
Seluruh tubuh gadis in? seakan digigiti semut api
dan ia mencakar serta menggaruk-garuk. Tak
ayal lagi pakaiannya robek-robek namun We We
Moli tertawa dingin. Nenek itu betul-betul tidak
mempunyai perasaan. Tapi ketika gadis ini
melolong dan meraung-raung mendudak
berkelebat dua bayangan dan muncullah gadis
bersanggul tinggi menjutuhkan diri berlutut.
"Supek-tbo, maafkan dia. Dia adalah Hwa
Seng!"
Nenek itu terkejut. Pendengarannya
tertutup oleh lolong dan raung kesakitan itu.
Entah bagaimana dua gadis ini tiba-tiba muncul.
Akan tetapi ketika ia mengenal bahwa itulah Thio2122
Leng dan Sui Keng, wakil atau pimpinan Lembah
Es mendadak nenek ini berseri akan tetapi
sekejep kemudian wajuhnya sudah membesi
lagi. Tanpa senyum.
"Hm, kalian. Bagus benar datang kemari.
Apa yang hendak kalian perbuat dengan
kedatangan ini, Thio Leng. Bukankah kalian
sudah meninggalkan Lembah Es. Kalian pergi
tanpa ijin!"
"Kami menyusul Puteri, tak tega
membiarkannya sendiri. Sekarang bebaskan Hwa
Seng dan kami yang akan menjawab siapa Thian
te It-hiap itu, supek-bo. Lepaskan dia dan
ampunilah."
Nenek ini bersinar . la menggerakkan
jarinya dan bebaslah Hoa-siocia dari siksaan
hebat dan Gadis ini menutupi tubuhnya.
Pakaiannya koyak-koyak akan tetapi ia cepat
berlutut pula. Tak ada keberanian melawan. Dan
ketika dua gadis itu berdebar dan menghadapi
supekbo mereka dengan hati-hati maka Thio
Leng berkata bahwa Thian-te It-hiap adalah
sahabat Lembah Es.2123
"la adalah keturunan Hu Beng Kui, jago
pedang nomor satu. Dan karena ia telah
menolong teecu dari ancaman orang-orang
Pulau Api maka kakek ini adalah sahabat kami."
"Hm, bukan sahabat Lembah Es!
Bicaramu berputar-putar, Thio Leng, sahabatmu
belum tentu sahabat Lembah Es. Sekarang
katakan bagaimana ia memiliki Pek-swat-kiam!"
"Kami. .kami tak tahu. Untuk ini kami tak
dapat menjawab!"
Kalau begitu keterangan kalian tak
memuaskan. Kau menyimpan kebohongan pula
dan terimalah hukumanmu!"
Si nenek tiba-tiba menotok dan ganti
gadis ini berteriak kesakitan. Sama seperti Hoa
Siu tadi ia bergulingan dan berjengit, ribuan
semut api seakan menggigiti tubuhnya. Dan
ketika gadis ini mengaduh-aduh sementara sang
nenek tersenyum dingin maka Sui Keng meloncat
dan menotok sucinya itu, maksudhya
membebuskan siksaan tapi totokannyu tak
berhasil. Sang Suci bahkan menjerit-jerit. Dan
ketika gadis itu bingung sementara Thian-te It-2124
hiap melotot di sana, tak dapat berbuat apa-apa
maka gadis ini melompat dan berlutut di depan
supek-bonya yang ganas jtu.
"Harap supek-bo ampunkan suci. Teecu
yang akan memberi jawaban lebih memuaskan!"
"Hm, apa jawabanmu biar
kupertimbangkan dulu. Aku tak mau ditipu kalian
anak-anak ingusan ini, Sui Keng. Beri tahu dulu
nanti bebas belakangan!"
"Thian-te It-hiap, ia. ia keluarga Kim-moueng. Maksud teecu saudara Rajawali Merah Thai
Liong!"
"Hm, masih kurang puas. Bagainmana
Pek-swat-kiam di tangannya dan siapa yang
memberikan itu!"
"Puteri... Puteri yang memberinya!".
"Bagaimana kau tahu."
"Teecu. teecu melihatnya sendiri, supekbo. Sekarang bebaskan suci dan jangan biarkan ia
menjerit-jerit!"
"Hm, dan gadis ini. Siapa dia dan murid
nomor berapa."2125
"Ah, bebaskan dulu Thio-suci, supek-bo.
Hwa Seng adalah pelayan Puteri Es dan dayang
istana. Dia... dia...!" gadis itu menjerit.
Mendengar kata-kata terakhir ini mendadak We
We Moli menjadi beringas. Teringatlah dia siapa
kiranya gadis itu. Dan ketika ia melihat betapa
sebelah telinga gadis ini putus, itulah pelayan
atau murid yang pernah mendapat hukuman
mendadak ia menotok dan sekali bergerak gadis
itu maupun Sui Keng berteriak. Bukannya
memberi kebebasan malah nenek itu menambah
hukuman. Dua gadis terakhir itu ditotoknya
sama.
Dan karena Hwa Seng mendapat
hukuman untuk kedua kalinya, berjengit dan
menerima sakit yang sama maka gadis itu
mengaduh dan selanjutnya bergulingun
meminta-minta ampun. Sui Keng dan encinye
serta Ho-siocia menjerit-jerit. Mereka mencakar
dan menggaruk dan tertawalah nenek itu dengan
keji. la sama sekali tak merasa kasihan maupun
iba melihat penderitaan murid-murid ini, bahkan
ia merasa senang melepaskan kemarahannya2126
kepada Thio Leng dan Sui Keng. Dua gadis itulah
yang pergi tanpa pamit, Lembah Es menjadi
kacau dan ia menahan gusar. Dan ketika kini ia
memberi hukuman sementara Thian-te It-hiap
bergerak-gerak, coba melepaskan diri namun
gegal maka sebuah bayangan berkelebat dan
bentakan atau seruan marah menggetarkan
guha itu.
"Supek-bo keji, biar aku membebaskan
mereka dan jangan menghukum yang tidak
bersalah!'"
Seorang gadis cantik jelita telah muncul di
situ dengan kerudung atau cadar tipis. Gadis ini
berkelebat dan langsung membebaskan siksaan
itu. Dan ketika totokannya berhasil dan nenek itu
terkejut, menoleh dan bangkit berdiri maka
Puteri Es, gadis jelita itu berdiri di situ dengan
kepala tegak namun air mata bercucuran.
"Wei Ling!"
Dua wanita itu telah saling berhadaphadapan dengan mata berpandangan. Puteri Es,
gadis itu mengangguk dan menahan derasnya air
mata. Ia telah melihat siksaan itu, derita yang2127
dialami sumoi. dan pelayannya. Akan tetapi
ketika pandang mata supek-bonya begitu kuat
dan penuh wibawa mendadak gadis ini berlutut
dan menangis tersedu-sedu. Thian-te It-hiap
terkejut dan ah-uh-ah-uh.
(Bersambung jilid XXXV.)
Credit:
Sumber Buku Gunawan Aj
Kontributor Awie Dermawan
Edit OCR Yons
First in share Kolektor Ebook
Putri Es Jilid 34-Batara2128
"PUTRI ES"
( Lanjutan Rajawali Merah )
Karya Batara
Jilid XXXV
* * * "Teecu mohon ampun, akan tetapi
jangan siksa Thio-cici atau Sui Keng"
"Bagus, kau datang. Sekarang jawab
benarkah kau memberiken Pek-swat-kiam
kepada orang itu, Wei Ling, apa artinya itu
bukankah Pek-swat-kiam adalah pusaka Lembah
Es!"
"Teecu, dia..... dia dan teecu saling cinta.
Kami berdua telah saling memberikan, supek-bo.
Teecu memberikan Pek-swat-kiam sedang dia
memberikan.." gadis itu mengeluarkan seuntai
kalung bermata giok akan tetapi We We Moli tak
memperhatikan ini. Nenek itu terbelalak
mendengar kata-kata itu, kaget dan heran
namun marah bahwa gadis secantik2129
Wei Ling bercinta-cintaan dengan
seorang kakek. Puteri Es berkasih asmara dengan
seorang tua bangka! Dan ketika nenek itu
melengking dan menyambar ke depan tahu-tahu
ia telah merampas hancur kalung bermata giok
itu, Puteri Es dicengkeram dan menjerit.


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bedebah, tak tahu malu. Kau menghina
dirimu dan Lembah Es, Wei Ling, bercintacintaan dengan segala macam tua bangka.
Daripada dengan kakek itu lebih baik dengan
Beng An atau pemuda sebayamu. Terkutuk!"
Gadis ini mengaduh dan dibanting. Ia tak
melawan dan karena itu mudah saja disambar.
Kalung hancur berkeping-keping sementara batu
gioknya pecah berantakan. Sang puteri menjerit
melihat itu. Namun ketika ia disambar dan
hendak diinjak, kemarahan nenek ini rupanya
benar-benar luar biasa mendadak Thio Leng dan
sumoinya berkelebat. Hoa-siocia alias Hwa Seng
berlari ke dekat Thien-te hiap.
"Supek-bo, . Thian-te lt-hiap adalsh
pemuda itu!"2130
"Benar, ia adalah Beng An,supek-bo.
Jangan bunuh Puteri!"
Nenek itu membalik. la dipegangi kakinya
dan Thio Leng maupun Sui Keng telah menubruk
dirinya. Hwa Seng mengguguk dan menarik
sesuatu dari wajah Thian te it-hiap, sebuah
topeng amat tipis terlepas. Dan ketika gadis itu
tersedu-sedu sementara di hadapan mereka
tampaklah seorang pemuda berambut putih,
wajah yang tampan akan tetapi seperti orang tua
maka nenek itu terkejut dan ia melepaskan
muridnya. Puteri Es menjerit dan menubruk
pemuda itu.
"Beng An!"
Terjadilah pemandangan mengharukan.
Beng An, yang masih tertotok dan tak berdaya di
lantai dipeluk dan diguncang-guncang
kekasihnya. Puteri Es coba membebaskan
totokan namun tak berhasil. We We Moli
menotok pemuda ini secara khusus. Tapi ketika
berkelebat bayangan merah dan Thai Liong
muncul di situ, mengusap dan membebaskan
adiknya maka Beng An melompat bangun dan2131
terhuyung memandang kekasihnya, lalu We We
Mo-li.
"Kau...!" nenek ini benar-benur tak
menyangka. "Kau yang menyamar sebagai Thiante It-hiap? Rambutmu.. rambutmu memutih
seperti itu?"
"Dia terguncang dan terpukul oleh semua
kejadian . Adikku menderita pukulan batin berat,
locianpwe, maafkan kalau mengganggumu. Dan
tentang Pek-swat-kiam memang benar
pemberian Puteri . Sekarang terimalah
perjodohan mereka sebagaimana kata-katamu
tadi. Kau lebih rela muridmu menjadi isteri Beng
An daripada Thian-te It-hiap."
Thai Liong, Rajawali Merah berkata
setelah ia membebaskan dan melindungi
adiknya. Thian-te It-hiap lenyap dan sebagai
gantinya munculah pemuda itu, putera Kimmou-eng yang gagah akan tetapi yang sayang di
saat itu tampak kuyu dan letih. Rambut Beng An
yang putih menjadikan pemuda ini aneh seperti
seorang kakek-kakek. Hanya karena ia seorang
pemuda maka wajah itu tidak penuh keriput.2132
Puteri Es memeluk dan tersedu-sedu di pundak
pemuda itu. Akan tetapi ketika We We Moli
mundur dan tertawa aneh, ia Merasa kelepasan
bicara mendadak ia menggeleng den berkata
dingin,
"Tidak, aku tak merestui mereka menjadi
suami isteri, Thai Liong, kecuali kau menyerahkan
Sin-tiauw-kangmu kepadaku. Kau telah
menghina aku, menyakiti aku. Kalau dua orang
ini ingin restuku maka syaratnya adalah kau
serahkan Sin-tiauw-kangmu dan mereka boleh
berjodoh!"
"Supek-bo!" sang puteri menjerit dan
berkelebat ke depan. "Jangan minta apa-apa lagi
kepada pemuda ini karena ia telah memberikan
mas-kawinnya. Lihatlah ini dan aku menyesal
minta itu. Keluarga Kim-mou-eng adalah orang
baik-baik".
Semua terbelalak. Sebuah ibu jari, masih
bernoda darah dikeluarkan gadis ini dari sebuah
bungkusan kecil. Bersamaan itu muncullah Siang
Le yang dikeluarkan dari Beng-tau-sin-jin oleh
Thai Liong. Si buntung ini terhuyung dan2133
menegur Thai Liong tanpa suara. la terkejut dan
menyesal kenapa dilepaskan di tempat begitu
banyak orang. Akan tetapi karena Thai liong
memiliki pandangan lain dan saatnyalah
mengeluarkan iparnya ini maka semua
memandang Rajawali Merah itu akan tetapi
terheran karena ibu jari pemuda itu lengkap.
Dua-duanya masih ada.
"Itu milik saudaraku Siang Le, ia rela
berkorban. Karena Puteri meminta itu maka
Siang Le memberikannya, mendahuluiku. Harap
locianpwe mengenal kasihan dan tidak
merepotkan kami."
"Hi-hik, heh-heh-heh!" nenek itu tiba-tiba
tertawa. "Puteri Es telah meminta sesuatu,
Rajawali Merah, itu urusannya. Tapi kalau ia
minta restuku maka akupun berhak meminta
pula. Nah, bayar dengan Sin-tiauw-kang atau aku
tak mengijinkan mereka.'
"Supek-bo!"
"Diam! " sang nenek membentak. "Kau
boleh kawin secara liar, Wei Ling, akan tetapi kau
melanggar peraturan leluhur. Nah, kalau ingin2134
minta restuku maka mintalah Sin-tiauw-kang dan
baru kalian resmi sebagai penghuni Lembah Es!"
Gadis ini tersedu-sedu. Ia sudah
menubruk dan memeluk kaki gurunya namun
nenek itu menendang. Gadis ini mencelat,
terbanting roboh. Dan ketika semua berteriak
sementara Thai Liong menggigil pucat,
permintaan itu sungguh luar biasa berat maka ia
mengeluh dan Thio Leng serta Sui Keng
menolong junjungan mereka. Hwa Seng tak
dapat berbuat apa-apa kecuali tersedu dan Beng
An pucat me-rah berganti-ganti.
Pemuda ini, Thian-te It-hiap samaran
terbelalak melihat ibu jari itu. Benda ini mencelat
pula ketika Sang puteri ditendang supek-bonya.
Dan ketika ia terhuyung dan mengambil benda
itu, membungkuk maka Beng An melirik betapa
ibu jari iparnya tiada.
"Le-ko, kau... . kau berkorban lagi?"
Si buntung ini bergerak, menepuk-nepuk
adiknya. "Perbuatanku tak ada artinya kalau
gagal, An-te (adik An). Apa gunanya semua itu
kalau masih ada ancaman lain. Tenanglah, aku2135
akan menghadapi nenek itu dan kalian harus
menikah!" lalu tanpa memperdulikan lainnya
pemuda ini melangkah lebar, berhenti tepat di
depan nenek yang sepasang matanya putih itu.
"Locianpwe sungguh tidak memiliki rasa
perikemanusiaan lagi. Sadarkah akan ucapanmu
tadi, locianpwe, mana mungkin kau meminta Sintiauw-kang. Meminta ilmu itu sama dengan
membunuh saudaraku Thai Liong. Tidakkah kau
ingat betapa permintaanmu ini tidak patut. Kalau
saudaraku setuju umpamanya maka aku dan
yang lain pasti menolak. Rajawali Merah memiliki
anak isteri, tidakkah kau takut mereka menuntut
tanggung jawabmu dan seumur hidup kau
dikejar dosa. Hm, aku yang muda benar-benar
heran akan sikapmu ini, locianpwe, Kau sesepuh
Lembah Es tak menunjukkan kesepuhanmu di
depan semua orang. Kau nenek yang sudah setua
ini sungguh tidak menanamkan kebajikan untuk
bekalmu nanti. Aku protes dan menilai
permintaanmu tidak patut!"
Siang Le mengucapkan kata-kata ini
dengan tegas dan tanpa takut dan We We Moli2136
terbelalak melihat dan mendengar sikap pemuda
itu. Tak ada rasa gentar atau cemas sedikitpun.
Bicara dan pemuda itu bahkan seperti orang
lebih tua darinya, menegur dan memberi
nasihat. Dan ketika ia tentu saja menjadi marah
akan tetapi adanya Thai Liong membuat nenek
ini menahan diri maka nenek itu membentak dan
tangannya dikebutkan ke depan.
"Kau anak kecil tahu apa. Pergi dan tak
perlu berkhotbah!"
Thai Liong menahan dan mencengkeram
pundak iparnya ini . Kebutan We We Moli bukan
sembarang kebutan karena pemuda itu bisa
terlempar. Meskipun tidak terluka namun tetap
juga kesakitan, paling tidak lecet-lecet. Maka
ketika cengkeraman itu membuat si nenek
tertahan, Thai Liong sudah maju ke depan maka
si buntung ditarik ke belakang.
"Locianpwe, apa yang dikata adikku
benar, kau keterlaluan. Hanya karena dendam
dan kebencianmu kukalahkan maka sekarang
meminta yang macam-macam. Menyerahkan
Sin-tiauw-kang sama saja dengan menyerahkan2137
nyawaku. Meskipun kau tak merestuinya maka
Puteri Es dapat menikah dengan Beng An lewat
wali lain!"
"Hi-hik, dan itu berarti murtad. Tak ada
murid Lembah Es yang setia kepada leluhur
berani melakukan itu, Rajawali Merah. Wei Ling
bukan seperti yang kau kira, tidak gampang.
Menikah tanpa restu sesepuh bakal menerima
kutuk selama hidup. Tak bakal ada kebahagiaan!"
"Tapi aku akan mematahkan kutuk itu.
Wei Ling tak lagi menjadi murid Lembah Es!"
"Heh-heh, dan semua ilmunyu harus
dihancurkan, dan kecantikannya harus pula
disirnakan. Tanyalah gadis itu mau atau tidak,
bocah she Kim. Berani sumpah tak akan mau, hihik!"
Thai Liong tertegun. la menoleh dan gadis
itu tersedu-sedu. Dalam tangisnya yang
mengguguk ia mengangguk-angguk. Dan ketika
Thai Liong terkejut dan marah maka Hwa Seng
berlutut memberi tahu.
"Kim-siauwhiap, Puteri tak mungkin
melakukan itu. Kepandaian dan kecantikan2138
adalah berkah leluhur yang harus dijaga. Lenyap
kecantikannya sama dengan kehilangan nyawa.
Kami penghuni Lembah Es mendapat berkah
para leluhur untuk selalu cantik seumur hidup.
Hanya mereka yang berdosa dan melakukan
pelanggaran akan menjudi tua dan buruk.
Ampunkan Puteri."
Rajawali Merah tercengang. la semakin
terkejut dan baru tahu sementara Beng An dan
Siang Le dibuat termangu. Kiranya Lembah Es
memiliki wanita yang cantik-cantik karena
berkah para dewa. Pantas mereka tiada ubahnya
bidadari. Dan menyadari bahwa wanita takut
kehilang?n kecantikannya, kehilangan itu berarti
tua dan buruk maka Siang Le termangu-mangu
sementara Beng An memandang kekasihnya
dengan mata kian takjub. Pantas saja kekasihnya
itu tampak muda dan ayu rupawan. Kiranya
mujijat nenek moyang Lembah Es!
"Hm" Thai Liong akhirnya dapat juga
bicara. kalau begitu peristiwanya maka terserah
yang bersangkutan, locianpwe, tapi betapapun
aku akan menanyai Puteri. Tanpa jawabannya2139
langsung aku sangsi. Biarlah kutanya dan mohon
Puteri menjawab, benarkah itu?."
"Benar, ," gadis ini mengangguk, tersedusedu. "Itulah sebabnya aku tak berdaya, Kimtwako. Aku terikat oleh budi dan segala kebaikan
leluhur. Kalau aku mau tentu sudah dulu-dulu
aku menikah di luar Lembah Es. Aku tak dapat
menikah dengan Beng An kalau supek-bo tak
merestui aku!'
"Kalau begitu baiklah, aku siap
menyerahkan Sin-tiauw-kang!"
"Thai Liong!"
"Liong-ko!"
Dua teriakan kaget terdengar dari mulut
Siang Le dan Beng An. Si buntung meloncat
sementara Beng An menyambar dan menerkam
kakaknya itu. Jawaban ini mengagetkan mereka.
Dan ketika Thio Leng dan sumoinya serta yang
lain juga terkejut, bahkan nenek itu tampak
tercengang dan ikut terkejut maka Puteri Es
mengeluh dan menutupi muka melihat Beng An
menerkam kakaknya itu.2140
"Liong-ko, kau gila. Aku tak mau nenek ini
menekanmu hanya untuk urusanku berdua. Wei
Ling memiliki pandangan hidup sendiri, akupun
juga punya. Daripada kau mengorbankan dirimu
lebih baik kubunuh nenek ini... singgg!"


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beng An yang sudah meraih dan
memungut Pek-swat-kiam tiba-tiba menyerang
dan menusuk nenek ini, bukan hanya menusuk
melainkan tangan kiri juga melepas Ping-im kang.
Hawa dingin meluncur bersamaan sinar pedang
yang menyilaukan mata. Pemuda ini adalah
pewaris Hu Beng Kui dan tak aneh kalau ia
menguasai Giam-lo Kiam-sut (Ilmu Pedang Maut)
dengan amat baiknya. Itulah sebabnya tak ada
jago-jago pedang mampu menandinginya. Yang
sekarang muncul adalah Thian-te It hiap, bukan
putera Kim-mou-eng lagi. Dan ketika nenek itu
terkejut dan mengelak akan tetapi dikejar dan
tetap mendapat tusukan akhirnya nenek ini
membentak dan kedua tangannya mengibas
berbareng.
"Plak-dess!"2141
Pedang melenceng akan tetapi Beng An.
sudah mengetahui sebelumnya. Kibasan nenek
itu adalah kibasan Bu-kek-kang dan menurut
tingkat ia masih kalah. Akan tetapi begitu
tubuhnya tergetar dan terhuyung Beng An sudah
merobah posisi kakinya, maju dengan cara
melingkar dan lutut ditekuk membengkok.
Dengan begini ia mendekati lawannya lagi dan
pedang mencuat dari bawah ke atas, tadi
tersampok miring dan kini dengan amat ganas
menusuk tenggorokan nenek itu. Pedang di
tangannya adalah Pek-swat-kiam, Serangan yang
dilakukan adalah jurus-jurus Giam-lo kiam-sut
pula. Maka ketika nenek itu terkejut dan berseru
keras maka ujung bajunya memberebet ketika
menangkis sobek.
"Brett..!"
Wajah si nenek merah padam. Sebentar
saja ia sudah didesak dan ditekan, guha terasa
begitu sempit. Dan ketika ia melengking dan
membentak gusar maka nenek ini mengeluarkan
api birunya lewat pandang mata.
"Cring-trangg!"2142
Pedang terpental dan Beng An berseru
kaget. Akan tetapi dasar Cucu Hu Beng kui dan
kekerasan serta keangkuhan wataknya seperti
mendiang kakeknya itu maka Beng An tak mau
kalah dan pedang menyambar lagi,merangsek
dan mendesak hingga nenek itu mendelik. We
We Moli tentu saja semakin gusar , Dan ketika
nenek itu melengking dan berkelebat lenyap
maka Beng An kehilangan sasaran dan
tengkuknya tahu-tahu bertemu kelima jari nenek
itu yang penuh kemarahan.
"Desss! !"
Beng An terbanting bergulingan.
Betapapun tingkat kepandaian pemuda ini masih
kalah dibanding nenek itu. Hanya karena tekad
dan kekerasan hatinya saja ia memiliki kelebihan,
semangatnya luar biasa dan seranganserangannya pun menggebu-gebu. Akan tetapi
ketika ia terbanting namun Pek-swat-kiam masih
ditangan, keras sekali hati pemuda ini maka Beng
An membentak dan sambil bergulingan ia
menimpukkan pedang itu melihat bayangan si
nenek berpakaian hitam-hitam.2143
"Terimalah pusaka Lembah Es!"
Kemarahan nenek kini dibalas kemarahan
yang sama pula. Pemuda itu benar-benar tak
takut mati dan ia melontarkan pedangnya
sepenuh tenaga. Suara mendesing mengerikan
telinga, pedang menyambar amat cepat dan
perbuatan itu mengejutkan semua orang.
Tampak bahwa pemuda ini hendak mengadu
jiwa, siap mengorbankan nyawa sendiri akan
tetapi nenek itupun harus mati. Dan ketika We
We Moli juga terkejut dan sepasang matanya
berkeredep kebiruan, Bu-kek-kang terasa dingin
membekukan maka nenek itu mengelak akan
tetapi kedua tangannya bergerak dan pedang
tahu-tahu ditangkap dan dijepit dua jari telunjuk
dan tengahnya.
"Crep!"
Kejadibn berikut tak kalah mengejutkan.
Begitu pedang tertangkap maka nenek
membalikkan tangannya, Pedang Salju meluncur
dan ganti menyambar pemuda itu. Dan karena
Beng An baru meloncat bangun dan tak mungkin
mengelak maka Puteri Es menjerit akan tetapi2144
Thai Liong berkelebat cepat dan ujung jubahnya
menangkis pedang itu. Sang Puteri menubruk
dan menyelamatkan pemuda itu hingga
keduanya jatuh bergulingan.
"Plak!"
We We Moli tertegun dan termangu. Thai
Liong, Rajawali Merah telah berhadapan
dengannya dengan wajah muram. Pemuda itu
telah menyelamatkan adiknya sekaligus Puteri
Es. Biarpun gadis itu dapat menyelamatkan Beng
An akan tetapi kemungkinan diri sendiri yang
bakal kena, ia memberikan punggungnya
disambar pedang pusaka itu, mungkin akan
tembus ke dada dan Beng An bakal terluka pula.
Sungguh nekat puteri ini. Dan ketika nenek itu
tertegun sementara Thai Liong menarik napas
dalam maka pemuda itu berkata dan tiba-tiba
berkelebat keluar guha.
"We We Moli, tak ada jalan bagi kita. Mari
kuwakili adikku dan kita bertanding keluar."
Nenek itu gentar. Wajahnya tiba-tiba
berubah dan iapun gelisah. Tak dapat
disembunyikan lagi bahwa pemuda itu adalah2145
musuh paling tangguh baginya. Sin-tiauw-kang
yang dimiliki pemuda itu amat hebatnya. Akan
tetapi karena ia sudah ditantang dan iapun
berkeras tak mau mengubah adat, harga dirinya
sebagai tokoh tua harus dipertahankan matimatian maka nenek ini berkelebat dan langsung
menyerang pemuda itu di luar guha.
"Aku atau kau yang mampus!"
Bu-kek-kang menyambar disusul pekik
lengking nenek ini. Maklum bahwa pemuda ini
benar-benar sakti maka We We Moli tak segansegan lagi mengeluarkan kepandaiannya. la tahu
benar siapa lawan di depannya ini . Maka begitu
bergerak dan membentak penuh kemarahan
nenek ini sudah mendorongkan kedua lengannya
dan dari sepasang matanya itu menyambar pula
inti Bu-kek-kang yang kebiru-biruan itu.
"Desss!"
Benturan tenaga sakti ini menggetarkan
guha. Thai Liong mengerahkan Sin-tiauwkangnya dan sinar merah bertemu sinar biru.
Pemuda itu belum sampai kepuncak
kemarahannya yang bakal membuat tubuhnya2146
menggelembung. Kalau ini terjadi maka ilmu
raksasa itu akan muncul, pemuda ini dapat
setinggi bukit sebagai bobot kemarahannya. Dan
ketika ia mengerahkan Sin-tiauw-kang masih
dalam batas wajar maka dirinya terhuyung
sementera nenek itu terpental dan berjungkir
balik menyerang lagi, berkelebat dan
menyambar dan tubuh berpakaian serba hitam
ini lenyap. Selanjutnya yang terjadi adalah
bayangan serba hitam bagai badai menderuderu, pukulan dan sinar biru meledak
menyambar pemuda itu. Namun karena Thai
Liong memiliki Ang-tiauw Ginkang dan dengan
ilmunya ini pemuda itu berkelebatan tak kalah
cepat maka dua bayangan sambar-menyambar
dan pecahlah batu-batu besar terkena ledakan
pukulan mereka. Salju berhamburan dan
memuncrat ke sana-sini sementara batu guha
bergoyang-goyang, kian lama kian hebat untuk
akhirnya roboh. Jeritan dan pekik yang ada di
dalam disusul melesatnya tubuh-tubuh itu, Thio
Leng dan sumoinya serta Hwa Seng
menyelamatkan diri. Namun ketika Puteri Es dan2147
Beng An tak kelihatan keluar maka dua gadis itu
berseru dan guha runtuh menggetarkan jiwa.
"Puteri.
"Kim-kongcu!"
Dua kepala muncul di antara reruntuhan
guha. Puteri Es, dan Beng An berdiri berpelukan
tanpa menghiraukan apa-apa. Dua muda-mudi
ini tampaknya terguncang oleh perasaan mereka
sendiri dan gadis itu memeluk Beng An erat-erat.
Sikapnya yang melindungi pemuda itu
mengharukan sekali. la nyaris tertembus Pekswat-kiam kalau Thai Liong si Rajawali Merah tak
cepat menangkis. Pedang itu diambil dan
diserahkan Beng An, sang pemuda termangu dan
masih merah pucat berganti-ganti. Wajah
pemuda ini sebentar melunak sebentar
mengeras. Geraham dan mulut itu gemeretakan.
Beng An melihat sikap kekasihnya ini, kemarahan
dan cinta bercampur aduk. Dan ketika guha
ambruk namun ia berdiri mematung, batu dan
semuanya menimbun tubuhnya maka
kekasihnya juga tidak beranjak dan masingmasing terkubur setinggi leher. Puteri Es rupanya2148
siap mati bersama dengan pemuda ini. Tak
perduli.
"Puteri!"
Thio Leng mengeluh dan gadis ni
berkelebat menyambar. Tubuhnya disusul sang
sumoi dan Sui Keng juga memanggil dua orang
itu. Tanpa banyak cakap mereka menggali dan
melempar-lempar reruntuhan itu, Beng An masih
mematung dan termangu ke depan, tak ada niat
untuk keluar dan membiarkan dirinya terkubur
hidup-hidup. Namun ketika semua batu dan
tanah dikeluarkan cepat, Thio Leng menarik
lengan Puteri Es sementara Sui Keng menarik
pemuda itu maka dua gadis ini telah membawa
dua orang ini meloncat keluar.
"Kim-kongcu, jangan mendelong seperti
itu. Lihatlah Puteri kami!"
"Benar, dan kaupun jangan menyianyiakan hidupmu, Puteri. Masa membiarkan diri
terkubur hidup-hidup. kami anak buahmu!"
Sang Puteri mengguguk. Pertandingan di
sana berjalan amat hebatnya dan bayangan
hitam serta merah menyambar-nyambar.2149
Bersama bayangan hitam ini melesat sinar
kebiruan Bu-kek-kang, meluncur dan
menghantam hancur apa saja yang kena.
Rajawali Merah mengelak dan menangkis. Dan
ketika keduanya bertanding amat cepat
sementara Beng An masih termangu-mangu
maka Puteri ini mengguguk dan mengguncangguncang lengan pemuda .
"Kim Beng An! Beng An..!"
Baru pemuda itu sadar setelah sebuah
tangan lain mencengkeram pundaknya. Siang
lee, kakak iparnya mendesis dan meniup sisi
telinganya. Dengan sungguh-sungguh dan penuh
kedukaan si buntung ini menepuk-nepuk
adiknya. Lalu ketika pemuda itu sadar dan
melihat ibu jari yang lenyap tiba-tiba Beng An
mengeluh dan mengguguk menyambar suami
encinya ini.
"Le-ko, kau berkorban sia-sia untukku!"
"Tidak, tenanglah. Hanya satu yang dapat
kita lakukan, adikku, pasrah kepada kehendak
Yang Maha Agung. Kalau kita sudah melakukan
segalanya namun gagal maka terimalah itu2150
sebagai ujian untukmu. Nenek itu keji, sungguh
tak mengenal belas kasihan dan amat tidak
berperasaan."
Beng An sampai mengguguk memeluk
kakak iparnya ini. Tak habis-habisnya ia
memandang tempat ibu jari itu dan akhirnya
menciumi. Siang Le mengejap-ngejapkan
matanya menahan haru, tak terasa mata itupun
basah. Dan ketika mereka berpelukan dan si
buntung tak kuasa mendengar tangis adiknya lagi
tiba-tiba terdengar kekeh dan tawa bergelak.
Dua bayangan berkelebat muncul, disusul
bayangan-bayangan lain.
"Heh-heh-ha-ha kiranya kau, Beng An.
Kau rupanya yang menyamar sebagai Thian-te lthiap. Pantas, Ping-im-kang milikmu tak dimiliki
orang lain, dan kakakmu sudah bertanding
dengan We We Moli."
"Dan kau menipu aku. Hoh, jelek-jelek
aku bekas suhengmu, Beng An, berani kau
mempermalnkan aku. Hayo bayar dosamu dan
kita main-main lagi!"2151
"Dan supek tahan mereka itu, biarkan
gadis-gadls ini bagian kami"
Lima bayangan muncul dengan cepat dan
Itulah Pek-kwi serta kawan-kawannya. San Tek, si


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gila itu ada di situ di belakang kakek ini, disusul
bayangan Tan pangcu dan sutenya, juga Tan
Bong. Lima orang ini kiranya kembali ke situ
setelah kakek Ini lenyap dl balik kabut. Ia
menghilang dan entah bagaimana muncul
membawa murid-muridnya itu. Setelah
dilempar-lempar Thai Liong dan kakek serta si
gila ini lenyap di balik kabut maka kakek itu
mencari murid-muridnya.
Untunglah Tan-pangcu tidak terlempar
begitu jauh ketika dikebut We We Moli, tenaga
nenek itu masih terkendali dan kakek ini
menemukan muridnya. Maka ketika ia
menyambar dan akhirnya mengejak ke situ,
kebetulan si gila bertemu pula maka San Tek
dibujuk agar ke atas dan mencari We We Moli.
"Kau boleh takut kepada Rajawali Merah,
akan tetapi nenek itu bagianmu. Kalau ia tak mau
diajak bersahabat dan tetap memusuhi maka kita2152
keroyok dia, San Tek, tapi sekarang tentu
Rajawali Merah telah berhadapan dengannya.
Ayo lihat keramaian dan kita ke atas, Thian-te lthiap juga di sana!"
Si gila itu terbujuk. Akhirnya mereka
melihat betapa Thian-te It-hiap ternyata bukan
lain Beng An, Pek-kwi terbelalak dan San Tek
menjadi marah. Beng An adalah bekas sutenya
ketika mereka masih sama-sama menjadi murid
mendiang Poan-jin-poan-kwi, dulu beberapa
waktu yang lalu. Maka ketika ia menjadi marah
dan kaget serta terbelalak maka pemuda
bermuka kehijauan ini tertawa bergelak melepas
kemarahannya itu.
Beng An terkejut ketika tiba-tiba
sepasang pukulan menghantamnya, cepat
mendorong kakak iparnya dan Siang Le
terpelanting. Lalu ketika ia menangkis dan
melupakan segalanya maka Pek-kwi
menerjangnya pula tak main-main.
"Bagus, sekarang kita bersungguhsungguh. Hayo bunuh pemuda ini, San Tek, lalu2153
keroyok Rajawali Merah itu. Keluarga Kim-moueng harus kita basmi!"
Beng An mengelak dan menangkis. Ia
sudah diserang lawan-lawannya ini dan cepat
bergerak. Pek-swat-kiam, Pedang Salju itu ada di
tangannya. Puteri Es memberikannya tadi. Maka
begitu membentak dan memutar serta
menggerakkan pedangnya maka jurus-jurus
maut Giam-lo Kiam-sut menyambar disusul Pingim-kang di tangan kirinya.
"Des-plak!"
Lawan menangkis dan bertandinglah
ketiganya. Pek-kwi terkekeh dan berkelebat
menyerang lagi, Giam-lui-ciang menyambar dari
kedua lengannya disusul Im kan Thai-lek-kang
dari tangan San Tek. Si gila ini tak main-main dan
membalas pula. Dan ketika Beng An berkelebat
mengelak serta menangkis maka tubuh mereka
sudah bergerak amat cepat dan tanpa diminta
lagi masing-masing mengeluarkan semua
kepandaiannya dan Pek-kwi kagum bukan main
karena setelah pemuda itu memiliki pedang di
tangan kanan maka pukulan atau serangan-2154
serangannya menjadi berbahaya sekali, jauh
lebih berbahaya dibanding ketika dulu
pertemuan mereka pertama. Hal ini tak aneh
karena dulu pemuda itu bersikap banyak
mengalah, lagi pula tak mempergunakan Giam-lo
Kiam-sut karena memang bukan maksud Beng
An untuk bertempur mati hidup.
Kini, dikeroyok dan marah karena berkalikali didesak membuat pemuda ini naik pitam,
apalagi ketika kakak iparnya diserang ji-pangcu
dari Pulau Api itu, membantu Sui Keng yang
berhadapan dengan lawannya ini dan tampak
terdesak. Sebenarnya lawan ji-pangcu itu adalah
Thio Leng, bukan gadis ini. Namun karena Thio
Leng membantu majikannya menghadapi Tanpangcu yang lihai, Puteri Es telah bertanding
dengan ketua Pulau Api ini maka keselamatan
gadis itu lebih diutamakan daripada sumoinya,
apalagi karena Siang Le ada di situ. Si buntung
membantu sumoinya akan tetapi ji-pangcu
terlalu tangguh, Sui Keng bahkan terganggu
dengan bantuan temannya ini. Namun karena
betapapun ia harus mampu, di Sana putera Tan-2155
pangcu itu sudah berhadapan dengan Hwa Seng
maka gadis ini menggigit bibir dan ia mencabut
ikat pinggang rantai peraknya untuk menerjang
dan membalas.
"Siang-kongcu, sebaiknya kau mundur
saja dulu. Biarkan aku menghadapi jahanam ini
dan kau maju kalau nanti aku lelah!"
Siang Le ragu, ia mundur dengan cepat.
Akan tetapi ketika senjata di tangan gadis itu
memang butuh tempat leluasa untuk menyerang
dan bergerak mengimbangi lawan maka apa
boleh buat ia melompat mundur dan Sui Keng
lega menyambar-nyambarkan senjatanya itu.
Tak perlu lagi ia takut mengenai teman sendiri.
"Bagus, lihat dan perhatikan tempat lain.
Kalau ada teman kita yang terdesak tolong maju,
kongcu. Atau kau tolong adikmu Beng An karena
ia dikeroyok dua!"
"Hm, kepandaianku terlampau rendah.
Menghadapi kakek itu jelas bukan
bagianku nona. Biar kalian saja atau aku
membantu Hwa Seng."2156
"Tidak, pemuda ini dapat kuhadapai
sendiri. Aku tak perlu dibantu, kongcu, diam saja
di situ. Aku akan merobohkannya dan biar ia lihat
bahwa aku sekarang bukan Hwa Seng yang
dulu.... singg-plak!"
Hwa Seng mempergunakan pedangnya
pula dan gadis ini menghadapi lawan dengan Bukek-kang dan Giam-lo Kiam-sut. Biarpun tingkat
Bu-kek-kangnya belum menyamai ketua atau
wakil ketua akan tetapi gadis ini berbulan-bulan
mengikuti Beng An. Setelah bertapa dan
menghilang dari rumahnya maka Beng An telah
menjadi Thian-te It-hiap, tentu saja Hwa Seng
yang setia itu ditambah ilmunya dan
mendapatlah dia Giam-lo Kiam-Sut yang hebat.
Di daratan besar mendiang Hu Beng Kui adalah
jago pedang ternama, belum ada jago-jago
pedang lain yang mampu menumbangkan
pendekar besar itu, tidak juga ketua-ketua
persilatan besar. Maka ketika pelayan Lembah Es
itu mendapat bimbingan lahir batin dan Hwa
Seng yang sekarang bukan lagi Hwa Seng yang
dulu maka Tan Bong terkagum-kagum karena2157
gadis yang pernah tertangkap dan hendak
dijadikan korban di Pulau Api itu telah menjadi
lihai bukan main dan ia kewalahan serta harus
mengakui bahwa tak mudah mengalahkan gadis
ini, paling sedikit mereka berimbang!
Tan Bong mengeluh. Berbagai guncangan
dialami. Mula-mula perasaannya yang terpikat
dan jatuh hati kepada gadis ini, bukan sebagai
pelayan Lembah Es melainkan sebagai cucu
Thian-te It-hiap. baru tahu bahwa gadis it adalah
Hwa Seng setelah Thian- lt-hiap terbuka
samarannya. la tertegun dan terpukul. Gadis
yang dicintanya ternyata pelayan Lembah Es.
Akan tetapl karena rasa cinta telah mendalam
dan ia bingung tak tahu harus berbuat apa maka
dalam pertandingan ini pemuda itu banyak
mengelak dan menangkis dengan sesekali saja
membalas. Hal ini tentu saja membuat
keadaannya menjadi buruk dan dari semua
pertandingan itu maka putera ketua Pulau Api
inilah yang paling keteter. Hwa Seng heran
kenapa lawannya begitu lemah, pemuda ini
seakan tak begitu bersemangat. Akan tetapl2158
karena ia terus menyerang dan Justeru bernafsu
sekali, semakin menyerang semakin ganas maka
satu ketika pedangnya membabat pundak
pemuda itu.
"Crat!"
Lawan terhuyung dan menyeringal
menahan sakit. Hwa Seng masih tak mengerti
bahwa pemuda Pulau Api itu mencintainya.
Pemuda ini mengelak maju mundur menghindari
semua serangan pedang yang berbahaya. Namun
karena Tan Bong tampak tidak bersemangat dan
tidak membalas maka sekall lagl pedang
mengenai pangkal lengannya.
"Crat!" Terdengar teriakan, bukan dari
pemuda ini melainkan dari ketua Pulau Api. Tanpangcu, yang ternyata diam-diam
memperhatikan puteranya melihat kejadian
yang ganjil itu. Ketua Pulau Api terkejut dan
mula-mula heran, menyangka puteranya sedang
menjalankan sebuah taktik dan mungkin setelah
itu baru membalas. Namun ketika dua kali
pedang melukai berdarah dan puteranya tetap
tak membalas maka terkejutlah laki-laki dan2159
ketua Pulau Api berteriak membentak
puteranya.
"Bong-ji, apa yang kau alami. Balas dan
jangan biarkan gadis itu membunuhmu.
Robohkan dia dan cepat bantu ayahmu!"
Akan tetapi jawaban pemuda ini justeru
mengherankan. Tan Bong tertawa dan mengelak
sana-sini sementara tangannya yang lain dipakai
menutupi luka. Pedang masih menyambar ganas
dan mencari-cari sasarannya lagi. Lalu ketika ia
mengelak dan hampir terbabat lagi pemuda itu
menjewab, getir,
"Aku tak mampu melakukan perintahmu,
ayah. Hati ini tak sanggup."
"Apa, kau gila?"
"Benar, aku gila. Aku tak mampu
membalasnya apalagi merobohkan. Aku..crat!
pedang menyambar ganas lagi, menusuk
mengenai tulang belikat dan pemuda itu
menggeliat. Kata-katanya terhenti sementara
Hwa Seng terbelalak. Tentu saja gadis itu
akhirnya tergetar, ada sesuatu yang
mengejutkannya. Akan tetapi karena ia terus2160
menyerang dan pemuda itu terhuyung maju
mundur maka Tan-pangcu melotot marah
betapa puteranya itu tak mempergunakan
langkah-langkah sakti Jit-cap-ji-poh-kun.
" Tan Bong, kau miring. Pergunakan Jitcap-ji-poh-kun untuk menyelamatkan dirimu.
Heii, awas pedang menyambar!"
Teriakan dan seruan ini membuat Tan
pangcu panik. Konsentrasinya terpecah dan ia
melihat pedang gadis itu berkelebat lagi, kali ini
menikam tenggorokan. Dan ketika puteranya tak
mengelak dan tertawa lagi, getir maka orang tua
ini tak mampu menahan perasaannya lagi,
memekik dan berkelebat keluar dan tahu-tahu ia
menangkis pedang itu. Hwa Seng menjerit ketika
pedangnya terpental, begitu keras hampir
terlepas dari tangannya.
Dan ketika ia tak menyangka ketua Pulau
Api meninggalkan lawannya maka sebuah
tendangan mengenai pahanya dan ia roboh
terguling-guling.
"Plak-dess!"2161
Gadis itu mengeluh meloncat bangun. la
merasa pahanya sakit bukan main sementara
Tan-pangcu memaki-maki puteranya. Dalam saat
berbahaya itu Tan Bong benar-benar tak
menghiraukan keselamatan dirinya, bahkan
cenderung membiarkan diri dibunuh. Dan ketika
ayahnya memaki-maki dan menjambak
rambutnya maka pemuda itu ditanya apa
sebabnya dia seperti itu.
"Kau anakku satu-satunya, ahli waris
tunggal. Setan apa yang menbuatmnu seperti ini,
Tan Bong. Begitu mandah untuk dibunuh orang.
Apa maksudmu dan apa artinya ini!"
"Entahlah, aku tak tahu. Aku tak mampu
dan tak sanggup menghadapinya, ayah. Hati ini
lemah...".
"Kau. .. kau jatuh cinta?"
"Entahlah, mungkin begitu."
"Jahanam, jatuh cinta kepada seorang
pelayan!" dan sang ayah yang membentak dan
malu besar tiba-tiba menendang puteranya ini
hingga si pemuda mencelat dan terbanting. Saat
itu Puteri Es berkelebat maju dan Thio Leng juga2162
membentak ketua Pulau Api. Tanya jawab
sejenak membuat Puteri Es dan pembantunya
tertegun. Sama sekali tak mereka sangka bahwa
putera ketua Pulau Api mencintai Hwa Seng.


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Baru kali ini seorang tokoh muda Pulau Api
mencintai gadis pelayan.
Akan tetapi karena Thio Leng tak perduli
itu dan mengejar serta membentak lawannya itu
maka Puteri Es juga berkelebat namun gadis ini
agak ragu-ragu memandang pemuda itu. Putera
ketua Pulau Api ini terhuyung bungun di sana dan
tergetarlah perasaannya. Sebagai wanita yang
tahu rasanya jatuh cinta gadis ini melihat benar
perasaan pemuda itu. Putera ketua Pulau Api itu
betul-betul mencintai Hwa Seng. Akan tetapi
ketika ia mendengar benturan dan teriakan Thio
Leng, gadis itu terpelanting oleh pukulan lawan.
maka Puteri Es menyerang dan membentak lakilaki itu, bertanding lagi.
Hwa Seng termangu-mangu dan wajah
gadis itu bersemu dadu. Kebetulan saat itu
pandang mata mereka bertemu dan pemuda itu
menatapnya mesra. Tan Bong menjadi sendu dan2163
penuh kagum memandang pujaannya itu. Gadis
itu bukan dianggapnya sebagai pelayan Lembah
Es melainkan lebih sebagai cucu Thian-te lt-hiap.
Perasaan ini menghangat di hatinya dan
mesrapun timbul. Maka ketika ia tak dapat
menyembunyikan itu dan memandang penuh
kasih sayang, tergetarlah gadis ini tiba-tiba Hwa
Seng membentak dan menerjang pemuda itu.
Malu dan jengahnya dibuang dalam serangan.
"Tan-kongcu, mampus atau balaslah!"
Tan Bong mengelak. la kembali maju
mundur dan memandang gadis itu penuh kasih.
Tatapan ini sedemnikian mengganggu hingga
Hwa Seng melengking-lengking. Gadis ini merah
padam. Dan ketika sekali lagi ia membabet dan
menyambarkan pedangnya namun pemuda itu
tak mengelak maka gadis ini menjerit tertahan
ketika ujung pedangnya melukai leher.
"Rrttt!" cukup panjang luka itu namun si
pemuda malah berbunga. Tan Bong tak
mengelak dan membiarkan dirinya diserang
hingga nyaris saja lehernya tembus. Kalau Hwa
Seng tidak menahannya dan mwgurangi2164
kecepatan tentu pemuda ini roboh. Dan ketika
gadis itu terbelalak dan kaget serta bingung maka
pemuda ini tertawa pahit menyuruhnya
menusuk lagi.
"Kau hebat, kemajuanmu pesat sekali.
Bagiku kau adalah Hoa-siocia, Hwa Seng, cucu
Thian-te It-hiap. Tusuklah dan seranglah lagi biar
aku roboh."
"Kau. kau..." gadis ini menggigil. "Balas
dan tangkis pedangku, orang she Tan. Atau aku
benar-benar membunuhmu!"
"Bunuhlah, tak ada artinya hidup. Aku
sudah pasrah kepadamu, nona, tusuklah. Kau
adalah Hoa-siocia bagiku cucu Thian te lt-hiap."
Wanita mana yang tahan. Sehebathebatnya gadis ini tetap juga perasaannya amat
lembut dan peka. Cinta kasih seorang pria yang
terang-terangan begitu membuat gadis ini
gemetar, Hwa Seng menutupi mukanya dan tibatiba menangis. Namun ketika ia tersedu dan
diguncang berbagai perasaannya mendadak Tan
pangcu menyambar dan menghantam kepala
gadis itu.2165
"Ayah!"
Tan Bong terkejut dan kaget bukan main.
Di sini tiba-tiba tampak kepandaian pemuda itu,
meloncat dan menarik gadis itu seraya
menangkis pukulan ayahnya. Namun karena
pukulan itu cepat tak terduga dan Hwa Seng
membelakangi lawan maka tengkuknya
tertampar dan hanya berkat kesigapan Tan Bong
ia selamat meskipun terbanting jatuh.
"Dukk!"
Tan Bong mencelat menerima pukulan
ayahnya dan ia mengeluh. Pangkal lengannya
hangus dan dapat dilihat betapa dahsyatnya
serangan itu. Tan-pangcu memang hendak
membunuh gadis ini agar puteranya sadar. Tapi
ketika puteranya menangkis dan justeru
menyelamatkan gadis itu, Hwa Seng terpelanting
dan roboh pingsan maka ketua Pulau Api itu
terbelalak karena dari sini iapun melihat betapa
seriusnya pemuda itu mencintai gadis Lembah
Es. "Tan Bong, bocah itu hanya seorang
pelayan. Mana harga dirimu!"2166
"Tidak, bagiku ia cucu Thien-te It-hiap,
ayah, bukan orang lain. Kalau kau membunuhnya
bunuh pula aku."
"Gila, kau bocah keparat. Minggir dan
jangan lindungi atau aku betul-betul
membunuhmu!"
Tan-pangcu berkelebat lagi dan
menampar kepala gadis yang pingsan itu akan
tetapi puteranya bangkit berdiri. Dengan tertatih
namun tergopoh cepat pemuda ini membentak
ayahnya. la tak perduli sakit dan luka. Namun
ketika dua bayangan berkelebat dan Thio Leng
serta Puteri Es menghantam ketua Pulau Api itu
maka Tan-pangcu membalik danterpaksa
menangkis dua pukulan ini.
"Des-plak!"
Laki-laki itu terhuyung dan tampak merah
padam. Wajahnya terbakar dan jelas sekali ia
marah bukan main, sepasang matanya melotot
dan seakan hendak meloncat keluar. Akan tetapi
karena Puteri Es dan pembantunya bergerak lagi
dan ia mengelak serta menangkis maka Tan Bong
terhuyung menghampiri gadis yang pingsan itu,2167
memondong dan membawanya ke tempat lain
dan semua ini membuat kemarahan ketua Pulau
Api itu mencapai puncaknya. la terhina sekali
puteranya jatuh cinta kepada seorang pelayan,
apalagi pelayan Lembah Es. Maka ketika ia
memekik dan mendorong serta mengibaskan
kedua lengannya yang membara bagai obor
hidup maka Thio Leng maupun Puteri Es berseru
keras memperingatkan satu sama lain.
"Awas, ia mengerahkan semua Giam-luiciangnya. Hati-hati, Puteri, merunduk wherrr! "
api berkobar dari sepasang lengan itu dan
menjilat hangus pohon-pohon salju. Daun yang
putih keperak-perakan menjadi hitam legam,
meletik dan akhirnya terbakar. Dan ketika lakilaki itu menerjang dan mengejar lawannya maka
Puteri Es cepat menggosok kedua telapaknya dan
Bu-kek-kang tiba-tiba mendesis dan menyambut
Giam-lui-ciang yang dahsyat itu, memapak.
"Desss!' sang puteri bergoyang-goyang
dan akhirnya terpental. Dapat dibayangkan
betapa hebatnya sinkang ketua Pulau Api itu
karena ia sedang dipenuhi kemarahan yang2168
sangat. Tenaganya begitu luar biasa hingga
seakan berlipat ganda, Puteri Es terkejut dan
cepat melempar tubuh bergulingan. Dan ketika
gadis itu terkejut karena lawan benar-benar luar
biasa, padahal biasanya mereka setingkat maka
Thio Leng menghantam punggung lawan ketika
ketua Pulau Api itu mengejar majikannya.
"Ke sini, jangan ke sana!"
Bu-kek-kang diterima dan tepat
menghantam punggung laki-laki ini. Biasanya
lawan akan terhuyung dan terdorong, mungkin
terjungkal. Namun ketika Tan-pangcu itu hanya
tergetar saja dan membalik serta membalas
gadis itu maka Thio Leng berteriak karena ia
seakan dihembus tiupan api neraka sebesar
bukit.
"Wushhh!" gadis ini mencelat dan
terguling-guling. Pakaiannya hangus dan kalau
sinkang dingin di tubuhnya tidak melindungi
tentu ia hangus dan terbakar pula. Dan ketika
gadis itu bergulingan dan pucat meloncat
bangun, untunglah Puteri Es menyerang dan
berkelebat kembali maka gadis itu terbelalak2169
namun Puteri Es berseru agar ia bersiap-siap
mengeluarkan senjatanya.
"Orang ini kalap, keluarkan senjata dan
jangan tinggal diam. Serang dari depan dan kiri
kanan, Thio-cici, kita berputar dan
mengelilinginya. Jalankan sikap angin dua arah!"
Gadis itu mengangguk. Puteri Es sudah
mengeluarkan ikat pinggangnya diputar
membentuk payung lebar, mengaung dan
menderu dan membungkus lawannya itu. Dari
bawah tangan kirinya melepas Bu-kek-kang, hatihati dan amat cermat karena lawan sedang
kesetanan. Tenaga ketua Pulau Api seakan
berlipat ganda. Dan ketika pembantunya
bergerak dan mengeluarkan sepasang rodasenjata andalan yang cepat digerakkan pula
maka dua gulungan cshaya menyambar-nyambar
mengiringi payung lebar dari ikat pinggang Sang
Sang puteri, mematuk dan meledak dan
keganasan Tan-pangcu tertahan. Payung cahaya
bergulung naik turun bersama roda es yang
?ingin, tubuh sang puteri lenyap mengelilingi
lawannya ini. Dan ketika Thio Leng juga2170
mengikuti dengan arah terbalik, Tan-pangcu
menjadi bingung maka dua gadis itu menyambar
dengan cara berlawanan bagi gelombang
samudera bawah tanah, yang satu dari kiri ke
kanan sementara yang lain. dari kanan ke kiri.
Orang menjadi pening dikeroyok seperti ini,
bayangan dua gadis itu berseliweran tiada henti
dan Tan-pangcu itupun mengeluh. Sebuah
sabetan ikat pinggang akhirnya meledak di
pundaknya, terhuyung dan sepasang roda es
menghantam pula mengenai punggung dan
pinggangnya. Akan tetapi karena ketua Pulau Api
itu hebat sekali dan kemarahan membuat
tenaganya berlipat maka untuk beberapa saat
tubuhnya mampu bertahan dan paling-paling
berjengit seperti orang terkejut digigit
kalajengking, membales namun lawan mengelak
dan baik Puteri Es maupun pembantunya tak
mau beradu keras.
Mereka membiarkan pukulan lewat dan
itu berarti pemborosan tenaga sia-sia bagi ketua
Pulau Api ini. Dan ketika taktik berhasil dengan
baik dan perlahan tetapi pasti laki-laki itu mulai2171
kelelahan maka Giam-lui-ciang di tangennya
meredup dan tidak kemerah-merahan seperti
obor menyala, susut akan tetapi betapapun
masih hebat. Ujung baju Puteri Es ternyata
terserempet hangus. Sang puteri cepat
memadamkan dengan mengebut Aoi itu. Lalu
ketika ia berputaran dan bergerak saling tukar
dengan Thio Leng maka pening tak dapat dicegah
lagi dan ketua Pulau Api memaki-maki mereka.
"Terkutuk, curang. Kalian, tak malu
mengeroyok aku, Puteri , mana kegagahan
kalian. Lembah Es bukan orang-orang gagah
lagi!"
"Tutup mulutmu, tak perlu bercuap-cuap.
Kalian sendiri orang-orang Pulau Api tak pernah
jantan, Tan-pangcu. Kalau merasa mendapat
kesempatan juga selalu mengeroyok. kami hanya
membalas apa yang pernah kalian lakukan saja!"
"Hm. biarkan ia kuhadapi," sang puteri
tiba-tiba berseru dan melihat lawan sudah mulai
lemah. keluar dan bantu cici di sana, Thio Leng.
Kalau Tan pangcu sudah wajar dan tidak
kesetanan lagi aku pun sanggup sendiri."2172
"Tapi kita sudah tanggung, sebentar lagi
ia roboh!"
"Tidak, Keng-cici memerlukan bantuan.
Keluarlah dan biarkan aku sendiri...wut-tar!" ikat
pinggang meledak dan tiba-tiba payung cahaya
itu menciut. Bagai kilatan menyambar ujung
senjata ini menghantam pundak Tan-pangcu,
lawan mengaduh dan terhuyung-huyung. Dan
ketika tampak betapa laki-laki ini mandi keringat
dan habis tenaga maka Thio Leng melihat betapa
sumoinya terdesak dan mengeluh ketika di sana
ji-pangcu mencabut rantai peraknya menghadapi
ikat pinggang perak di tangan Sui Keng.
"Baiklah," gadis ini berkelebat dan keluar.
"Tapi hati-hati, Puteri, dan bunuh dia!"
Sang puteri mengangguk. Suduh menjadi
tekadnya untuk bertanding terakhir kalinya
dengan lawan yang amat dibencinya ini. Lembah
Es dan Pulau Api adalah musuh-musuh
bebuyutan. Maka ketika ia mendesak dan maju
lagi, tadi terpaksa di bantu karena laki-laki ini
berlipat tenaganya maka Tan-pangcu pucat
karena setelah bertanding dan berkali-kali2173
memboroskan tenaga ia mulai lelah dan


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kehabisan tenaga. Tak ada lain jalan baginya
kecuali membentak maka tongkat merah berada
di tangannya, tongkat baja yang penuh tenaga
Hwe-ciang.
"Baik, aku atau kau yang roboh. Mati
hidup ditentukan di sini, Puteri Es, dan aku akan
mengadu jiwa denganmu!"'
Gadis itu tertawa mengejek. Ia berkelebat
menghilang ketika tongkat menyambar, lalu
ketika ikat pinggangnya melebar dan
membentuk payung lagi maka Tan-pangcu
memutar senjatanya menangkis.
"Trang-trang!"
Ternyata ikat pinggang sudah menjadi
keras . Kaku bagai besi putih ikat pinggang ini
meluncur ke tengkuk Tan-pang Cu ditangkis dan
bertemu tongkat dan bunga api berpijar. Bukan
main hebatnya tenaga itu! Tapi ketika tampak
betapa laki-laki ini terhuyung sementara Puteri
berkelebatan lagi maka payung cahaya naik
turun dan membungkus rapat tubuh Tanpangcu, tak mungkin keluar kalau tidak2174
menangkis lagi. Dan ketika hal itu dilakukan
namun ia selalu tergetar dan terhuyung mundur
maka laki-laki ini pu-cat karena sekarang terasa
betapa lelah dan habisnya dia! Namun ketua
Pulau Api ini bukan orang lemah. la lalu
mempergunakan langkah-langkah Jit-cap-ji-pohkun, bergerak dan menghindar dan tenagapun
dibatasi.
Dan ketika iapun memutar tongkat
sementara Giam-lui-ciang hanya sekali dua
meluncur dari tangan kir?nya maka Puteri Es
cemberut karena lawan bersikap cerdik
menghemat tenaganya. Hal ini menjadikan
pertandingan berjalan lama dan ia gemas.
Namun karena lawan bukanlah orang biasa dan
pantangan untuk terburu-buru maka apa boleh
buat gadis ini meledakkan ikat pinggangnya dan
tangan kiri melancarkan Bu-kek-kang, mendesak
dan terus menteter ketua Pulau Api itu sampai
akhirnya meninggalkan yang lain-lain. Tak terasa
mereka berada di antara jurang-jurang dalam,
kabut melayang-layang ringan di antara mereka2175
namun selalu terhembus pergi. Pukulan dua
orang itu menepis gangguan kecil itu.
Dan ketika satu saat laki-laki itu berpijak
di batu menjorok, jurang di belakangnya tak
disadari maka giranglah Puteri Es menerjang
lawannya. lkat pinggang lenyap bayangannya
berobah menjadi benda lurus menusuk ke
depan.
"Sekarang kau mampus!"
Laki-laki ini terbelalak. Setelah ikat
pinggang tak membentuk payung cahaya maka
tentu saja ia lega. la tak perlu memutar tongkat
den melindungi diri. Maka ketika benda itu
menusuk bagai tombak menuju perutnya tentu
saja ia menangkis mempergunakan tongkatnya
itu mengerahkan tenaga.
"Plak!"
Benda lurus kaku ini mendadak berobah
lemas. Tanpa diduga dan disangka-sangka tibatiba ikat pinggang itu melingkar ke atas, geraknya
mirip ular yang mematuk. Dan karena ia sudah
menjadi benda lemas dan ujungnya menyambar
hidung Tan-pangcu ini maka Tan-pangcu2176
menggerakkan tangan kirinya akan tetapi
secepat itu lawan menggerakkan tangannya pula
melepas Bu-kek-kang, jadi ketua Pulau Api ini
diserang dua serangan berbahaya sekaligus
karena saat itu badan ikat pinggang membelit
tongkatnya.
"Desss! " sambil miringkan muka laki-laki
ini menghindarkan patukan ikat pinggang. la
menjadi kaget karena saat itu tangan kiri lawan
juga bergerak, hawa dingin mendahului gerakan
itu. Dan karena tiada jalan lain kecuali
menyambut dan mengerahkan Giam-luiciangnya maka ketua Pulau Api ini terdorong dan
ketika Puteri Es cepat melepasken belitan ikat
pinggangnya tiba-tiba tubuh Tan-pangcu itu
terjerumus dan... masuk ke dalam jurang di
belakangnya itu.
"Aiihhhhhh...!"
Bukan main kagetnya Tan-pangcu ini. la
benar-benar tak tahu bahwa tempat di
belakangnya kosong. Tadi ia tertahan sejenak
oleh belitan ikat pinggang, bertahan pada
tongkat. Tapi begitu lawan melepaskan belitan2177
dan otomatis tongkatpun terlepas maka ia
terbanting dan jatuh di jurang amat dalam itu.
Suaranya mengerikan sekali dan panjang
menggema. Terdengar suara berdebuk amat
jauh lalu diam. Dan ketika Puteri Es termangumangu dan berdiri di batu besar ini, di batu yang
menjadi awal kematian lawannya tiba-tiba
terdengar jeritan dan teriakan di belakang.
"Puteri, awas!"
Gadis ini terkejut. la membalik dan
melihat ji-pangcu menyeringai kejam. Laki-laki
itu menubruknya tanpa suara, meluncur dan
menerkam punggungnya akan tetapi kini
menjadi menerkam dada. Dari sepuluh jari itu
terdengar suara berkerotok. angin panas baru
menyambar setelah dekat. Dan ketika gadis ini
menjerit dan menjadi kaget maka tiba-tiba dalam
detik berbahaya itu ia merebahkan tubuhnya di
atas batu hitam dan sekali kakinya mencuati
iapun menangkis sekaligus menendang laki-laki
itu. "Bukk!" Ji-pangcu tak menyangka. la
menyergap dan meluncur di tengah udara,2178
posisinya menjadi berbahaya setelah gadis itu
menjatuhkan diri telentang di batu hitam. Dan
ketika kedua tangannya bertemu sepusang kaki
mungil namun tumit itu menyentuh perutnya
maka laki-laki ini terhenyak kesakitan akan tetapi
cengkeramannya yang kuat tak melepaskan
ujung kaki itu. iubuhnya terus terlempar ke
depan dan Thio-siocia serta Wan-siocia terpekik.
Puteri Es terseret dan terbawa pula. Dan ketika
gadis ini juga terkejut lawan mencengkeram
demikian kuat maka bersamaan meluncurnya
tubuh itu terbetot pula sepasang sepatu gadis ini.
Secara kebetulan kaki itu selamat karena tali
sepatu menjadi longgar dan lepas, putus
dicengkeram ji-pangcu Pulau Api itu.
"Aaaaaaaaa..!"
Jeritan panjang dan menggema pula.
Wakil ketua Pulau Api itu terjerumus dan
menyusul suhengnya, setelah sekian lama
melayang dan jatuh terdengarlah suara
berdebuk. Setelah itu diam. Dan ketika Puteri Es
bangun dan berdiri terbelalak maka dua2179
pembantunya menyambar dan menubruknya.
Tangispun pecah.
"Aduh, nyaris sekali, Puteri. Kau di
ambang bahaya maut!"
"Benar, dan kami tak menduga jahanam
itu menubrukmu. la licik menyerangmu secara
gelap, Puteri. Untung selamat dan kami
bersyukur!"
Gadis ini tertegun dan masih termangumangu. Wajahnya pucat dan ngeri namun tibatiba ia menarik napas dalam. Isakpun berhenti di
tenggorokun. Dan ketika ia melepaskan dirinya
dan mendorong dua pembantunya itu maka ia
bertanya tentang Beng An.
"Bagaimana dia..?"
Thio Leng dan Sui Keng tanggap. "Mereka
masih bertempur, Puteri, dan supek bo juga
masih bertanding seru."
"Mari kita lihat!"
Sang puteri tak banyak bicara dan tibatiba ia berkelebat. Yang dipikir saat itu hanyalah
Beng An, yang lain tak masuk hitungan. Dan
ketika dua pembantunya mengangguk dan2180
berkelebat mengikutinya ternyata di sana Beng
An masih bertanding seru dengan dua orang
lawannya. Puteri tertegun namun tiba-tiba
melengking, ia bergerak menyambar si gila. Dan
ketika San Tek terkejut diserang gadis itu maka
Thio Leng memberi tanda dan masuk pula
menerjang, sumoinya membantu.
"Hajar pemuda ini dan bunuh. la
mengacau saja!"
"Hei, hei! Apa-apaan ini, nona. Aku hanya
memusuhi Beng An, kalian bukan musuhku!"
"Jangan banyak cakup. Kim-kongcu
adalah majikan kami, San Tek, kau pergilah atau
mampus di sini!" si gila mengelit dan menangkis
dan Im-kan-thai-lek-kangnya membuat dua gadis
itu mundur. Hanya Puteri Es yang dapat
bertahan.
Dan ketika gadis itu membentak dan
menyerang lagi maka pemuda ini sibuk dan
otaknya yang miring membuat bicaranya
menggelikan, kali ini berteriak kepada Beng An.
"Hei, mereka ini mengeroyokku. Suruh
mereka mundur, Beng An, ingat aku suhengmu!"2181
Akan tetapi mana mungkin Beng An
menggubris si gila itu. la membentak lawannya
setelah Pek-kwi ditinggal sendiri. Pedang
berkelebat semakin cepat dan kakek itu gentar.
Dua kali ia merasa dadanya sesak. Lukanya belum
sembuh semua.
Maka ketika ia sendirian dan terkejut
melihat pemuda itu mendesak dan
mengurungnya maka teringatlah ia kepada We
We Moli dan tiba-tiba berseru bagaimana kalau
mereka saling bantu. San Tek dimaki-maki agar
tetap di situ.
"Kita berdua hadapi pemuda ini, Moli.
Kita saling tukar musuh dan robohkan yang
lemah!" lalu membentak si gila agar tidak
melayani gadis-gadis itu kakek ini. berseru, "San
Tek, jangan hiraukan mereka. Melompatlah!
Tinggalkan mereka dan mari bergabung dengan
nenek itu. Bertiga tentu kuat!"
"Wah, Rajawali Merah bukan
tandinganku. la dapat menjadi raksasa. Hi, kau
saja yang hadapi pemuda itu, Pek-kwi. Aku akan
menghadapi Beng An!"2182
"Jangan bodoh, kekasihnya itu akan
menghalangimu. Hei..cepat ke sini dan
tinggalkan merek, San Tek. Lihat We We Moli
mendesak pemuda itu!"
Semua terkejut, menoleh. Rajawali
Merah yang ditakuti itu ternyata tiba-tiba
keteter. Dua kali benturan membuat ia terpental.
Dan ketika Beng An juga terkejut melihat
kakaknye kewalahan,samar-Samr dari tubuh
kakaknya keluar uap Sin-tiauw-kang yang
tersedot ke telapak nenek itu maka pemuda ini
terkejut bukan main karena We We Moli entah
dengan cara apa menghisap dan mengeluarkan
inti Sin-tiauw-kang dari tubuh kakaknya.
"Liong-ko..!"
Bentakan itu disusul berkelebatnya
pemuda ini menyambar We We Moli. Pek kwi
harus meloncat mundur kalau tak ingin terbelah
Pek-swat-kiam, pedang itu menyabar amat
ganasnya dan terus meluncur menuju nenek
berpakaian serbn hitam itu. Dan ketika pedang
menusuk dan tepat mengenai dada namun
terpental 0leh sinkang amat kuat maka Beng An2183
terbanting dan nenek itu terkekeh-kekeh, Thai
Liong si Rajawali Merah mengeluh.
"Tidak. ., jangan, Beng An, pergilah!"
Akan tetapi pemuda itu meloncat
bangun. Beng An kaget sekali karena yang
menolak pedangnya tadi adalah Sin-tiauw kang.
Jelas sekali kesaktian yang dimiliki kakaknya itu
berpindah ke tubuh We We Moli. Ia tahu benar
karena kini tubuh nenek itupun kemerahmerahan, tau tenaga Sakti Sin-tiauw-kang masuk
di tubuh itu. Dan ketika ia meloncat bangun dan
menjadi marah maka Iapun menerjang lagi
menusuk nenek itu, tangan kirinya bergerak
mengiringi Ping-im-kang.
"Des-plak!"
Lagi-lagi untuk kedua kali pedang dan
pukulannya terpental. Kali ini malah lebih keras
hingga pedang mencelat dari tangannya, telapak
Beng An terasa pedas dan sakit, berdarah.
Namun ketika pemuda itu hendak menyerang
lagi dan si kakek mencengkeram pundaknya
maka ia dilempar dan tidak diperkenankan
mengeroyok lawan mereka.2184


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nenek ini bagianku, cegah kakek itu tak
mengganggu kami di Sini. Lawanmu adalah San
Tek dan kakek itu, Beng An, Jangan mencampuri
dan biarkan aku menyelesaikan urusanku di sini!"
"Tapi nenek itu menyedot Sin-tiauw
kangmu, kau terhuyung-huyung dan lemah. Apa
yang terjadi, Liong-ko. kenapa bisa begitu!"
"Aku tak apa-apa, masih dapat bertahan
dengan baik. Jangan ganggu dan membuyarkan
konsentrasiku di sini, Beng An , pergilah dan turut
nasihatku. Atau Pek-kwi dan San Tek membuatku
celaka dan nanti semuanya gagal!" Thai Liong
bertanding lagi dengan nenek itu dan Beng An
terbelalak dengan muka pucat. la tak mengerti
apa yang terjadi namun tiba-tiba bayangan kakek
itu dan San Tek berkelebat. Rupanya melihat si
Rajawali Merah terdesak We We Moli
merekapun ingin ikut bergabung, sekali mereka
masuk tentu keadaan semakin tak
menguntungkan. Maka ketika Beng An
membentak dan menyambar pedangnya lagi
segera pemuda ini membabat dan dua orang itu
dipaksa mundur, pedang bergulung naik turun2185
dan Giam-lo Kiam-sut kembali menyambarnyambar diiring pukulan Inti Es yang amat dingin.
Beng An tak dapat lagi berpikir panjang karena
dua orang itu akan mengganggu kakaknya. Dan
ketika membentak dan mengelilingi dua orang ini
dengan sinar pedangnya maka Puteri Es
berkelebat disusul pula Thio Leng dan Sui Keng.
"Beng An, biar kubantu kau menghadapi
mereka ini. Hadapilah kakek itu dan si gila ini
bagianku!"
"Benar, dan kami membantumu, Puteri.
Bunuh pemuda ini dan hancurkan sahabat Pulau
Api!"
San Tek terkejut dan berteriak. Sang
Puteri masuk dan Beng An memberikan
lawannya, pedang membungkus Hantu Putih
hingga kakek itu tak dapat keluar.
Dan ketika kakek ini memekik dan
melepaskan Giam-lui-ciangnya untuk
mendorong dan membuka jalan ternyata Beng
An memapaknya dengan Ping-im-kang hingga
kakek itu terhuyung dan tentu saja melotot,
memaki dan mempergunakan langkah-langkah2186
saktinya akan tetapi lawannya memotong dan
mencegat Sana-sini. Beng An telah mulai hapal
langkah-langkah kaki ini dan mengikuti serta
membayangi terus. Dan karena ia berkelebatan
kian cepat sementara kakek itu mulai kehabisan
napas maka dedengkot Pulau Api ini menjadi
pucat dan gentar.
Pemuda di depannya in? benar-benar
bagai harimau tumbuh sayap setelah
menggabung Ping-im-kang dengan Giam Kiamsut, pedang itu khusus menyerang dan
menyambar sementara pukulan Inti Es bersifat
menahan dan menangkis pukulannya!
Hantu Putih mulai goyah. Dulu ketika
bertemu pertama kali dengan pemuda ini
memang harus mengakui bahwa pemuda di
depannya ini luar biasa. Berdua dengan adiknya
yang tewas di tangan Rajawali Merah ia akhirnya
berhasil merobohkan dan menangkap pemuda
ini. Akan tetapi setelah sekarang ia mcghadapi
Sinar pedang yang bergulung-gulung sementara
Ping-im-kang di tengan kiri pemuda itu
menangkis dan membentur Giam lui-ciang maka2187
ia menjadi gelisah. Sering kali ia terhuyung
mundur. Dan karena sesungguhnya luka-lukanya
belum sembuh benar sementara ia seorang
kakek yang cepat lelah, berbeda dengan pemuda
ini yang selalu segar dan masih penuh tenaga
maka kakek ini mulai ngeri dan cemas akan diri
sendiri. Ia akan malu bukan main dikalahkan
seorang pemuda, lebih malu lagi kalau para
nenek moyang leluhurnya melihatnya di akherat.
Maka ketika ia menjadi marah dan timbul
kekuatan besar untuk mengadu jiwa mendadak
kakek itu melengking dan ketika pedang
menyambar tubuhnya mendadak ia miringkan
kepala dan secepat itu pedang menyentuh
kulitnya secepat itu pula ia menerkam dan
menangkap, tangan kanan dipakai untuk
melepas Giam-lui-ciang sepenuh tenaga, sikap
yang membuat Beng An terkejut.
"Crep-desss!"
Masing-masing saling tangkap dan
dorong. Si kakek yang memukulkan tangan
kanannya diterima tangan kiri Beng An, Ping- Imkang bertemu Giam-lui-ciang yang merah2188
membara. Sedetik lengan pemuda itu terbakar
akan tetapi api tiba-tiba padam . Tenaga Inti Es
menerima dan menolak Petir Neraka itu, ganti
menyerang dan dua Orang ini dorongmendorong. Lalu ketiku tangan yang lain
mencengkeram dan berkutat, Pek-swat-kiam
diterkumam jari-jari kokoh dedengkot Pulau Api
itu maka sejenak pedang itu meleleh akan tetapi
untunglah Beng An yang menyalurkan Ping-imkangnya ke tubuh pedang membuat pedang itu
membeku lagi dan semakin dingin.
Panas dan dingin saling serang dan
kejadian ini menegangkan sekali. Pek-kwi yang
mendapat kekuatan dari kemarahannya sejenak
mampu mendorong. Akan tetapi karena Beng An
tak mau kalah dan Ia mengerahkan inti Esnya
sepenuh tenaga, maka tiba-tiba pedang bergerak
maju dan jari-jari kakek itu menjadi pucat
terserang Ping-im-kang.
"Krek!"
kelima jari kakek ini berbunyi saling
berkerotokan. Ping-in-kang mendesak dan
semakin ke atas menuju pergelangan, Kakek itu2189
mati-matian bertahan. Akan t?tapi ketika
sinkang lawan semakin kuat sementara
kerentaannya tak seperti anak muda maka kakek
ity mendelik ketika uap putih mendesak dan
sampai di pangkal lengannya.
"Ugh, keparat kau. Jahanam!"
Beng An tak berani mengurangi tenaga.
Sejenak ada perlawanan dan mata kakek itu
seakan hangus membakarnya. Tiba-tiba dalam
keadaan seperti ini kakek itu berkemak-kemik,
dari sepasang mata kakek ini keluar cahaya aneh
dan sekonyong-konyong tubuh kakek itu
meledak.
Beng An terkejut karena Pek-kwi berubah
menjadi seekor beruang hitam tinggi besar,
mulutnya dibuka dan tiba-tiba gigi besar-besar
menggigit kepalanya. Dan ketika mengelak
namun tetap dikejar,suara aneh keluar seperti
tawa iblis maka teringatlah pemuda itu bahwa
lawan memiliki hoat-sut atau sihir ilmu hitam,
membentak dan tiba-tiba merendahkan
tubuhnya menyontek pedang ke atas. Saat itu
gigi binatang buas itu dekat sekali dengan2190
kepalanya, sekali caplok ia bakal tertelan. Tapi
ketika ia sadar dan menyontekkan pedangnya
itu, dada lawan juga dekat dengan dadanya
sendiri maka secepat kilat ia menggerakkan k?ki
menendang selangkangan lawan.
"Dess-crep!"
(Bersambung jilid XXXVI.)
Credit:
Sumber Buku Gunawan Aj
Kontributor Awie Dermawan
Edit OCR Yons
First in share Kolektor Ebook
Putri Es Jilid 35-Batara2191
"PUTRI ES"
( Lanjutan Rajawali Merah )
Karya Batara
Jilid XXXVI
* * * RAUNG aneh terdengar menggetarkan.
Biruang lenyap berganti ujud dan tampaklah
kakek itu sebagaimana aslinya. Beng An tepat
sekali menendang selangkangannya sementara
pedang menancap di ulu hati kakek itu. Pek-kwi
mendelik dan menuding akan tetapi ia roboh.
Beng An telah melepaskan tangannya dari
tangan kakek itu. Dan ketika kakek ini melotot
dan berusaha mencabut pedang namun gagal,
Pek-swat-kiam bersimbah darah maka kakek itu
terguling dan akhirnya tewas dengan pedang
masih menancap di dadanya. Beng An demikian
kuat menyontekkan pedangnya hingga Peksweat-kiam terjepit di tulang punggung!2192
Tewaslah dedengkot Pulau Api ini dengan
cara mengerikan. Beng An mengusap peluh dan
mencabut pedangnya dan sejenak ia termangu
memandang kakek tinggi kurus ini. Terasa
penyesalan bahwa ia membunuh orang, apalagi
seorang kakek renta. Namun ketika ia termangu
dan memandangi mayat itu, belum
membersihkan pedangnya dari darah Pek-kwi
tiba-tiba terdengar lengking dan jerit tinggi,.
disusul terbantingnya tubuh roboh.
"Supek-bo!"
"Thai Liong...!"
Beng An terkejut dan menoleh. Rajawali
Merah, kakaknya ternyata terguling dan roboh di
sana. Mukanya pucat sementara We We Moli
terkekeh dan kemerah-merahan di sana. Uap
Sin-tiauw-kang, tenaga sakti itu memancar di
tubuhnya berkilau-kilauan. Siang Le dan Puteri Es
menjerit menubruk pemuda ini, menangkis
sekaligus membentak pukulan We We Moli yang
menyambar dahi pemuda itu. Namun karena
mereka bukan tandingan nenek sakti itu dan
terbanting bergulingan, pukulan terus meluncur2193
maka Beng An terkesiap dan dengan kecepatan
serta kekuatan seluruh tenaganya tiba-tiba ia
menimpukkan pedang di tangannya menabas jari
nenek itu yang menuju dahi kakaknya.
"plak!" pedang berhenti di tengah jalan
dan bagai iblis atau siluman saja tahu-tahu
munculah sosok kabut yang mendorong Pekswat-kiam sementara dua jari We We Moli yang
sudah begitu dekat dengan dahi Rajawali Merah
mendadak menusuk kabut ini dan si nenek
terpekik ketika tiba-tiba dua jarinya mental,
tertolak oleh hawa yang amat kuat dan kalau
nenek ini tidak menarik dua jarinya tentu
telunjuk dan jari tengahnya patah. Nenek ini
terkejut bukan main dan terhuyung mundur dan
tiba-tiba sosok kabut di depannya ini
mengeluarkan seruan lembut, bergerak dan
tampaklah sekarang siapa sebenarnya karena
Seorang kakek berwajah halimun menatap
nenek itu dengan lembut akan tetapi sepasang
mata mencorong yang keluar dari balik kabut itu
tak tahan diterima nenek ini. We We Moli
menjerit. Dan ketika nenek itu menuding dan2194
terbelalak ke depan, kagetlah dia melihat siapa
yang datang maka seruannya jelas bernada
gentar.
"Bu-beng Sian-su!"
Kakek itu, yang matanya lembut namun
mencorong mengangguk. Bagai siluman saja
tahu-tahu ia muncul, begitu tiba-tiba dan tepat
hingga mengagetkan si nenek. We We Moli tak
dapat berkata-kata lagi setelah seruannya tadi,
menggigil dan membalas pandang mata itu
namun ia kalah kuat. Kesejukan yang luar biasa
memadamkan semua kemarahannya. Sesepuh
Lembah Es itu bagai diguyur air dingin. Dan
sementara ia mengeluh dan terhuyung mundur,
pucat merah berganti-ganti maka Beng An
menubruk dan girang luar biasa.
"Sian-su.....!"
Bukan hanya pemuda ini saja yang girang.
Siang Le, yang mengenal dan tahu betul siapa
kakek dewa itu tiba-tiba berseru menjatuhkan
diri berlutut. Puteri Es juga gembira dan
menjatuhkan diri berlutut. Dan ketika Thio Leng
dan Sui Keng juga berlutut di belakang majikan2195
mereka, San Tek termangu dan gentar melihat
kakek dewa itu maka si gila ini menyelinap di
balik sebuah batu besar dan mengintai kejadian
di depan itu. Roboh dan terbantingnya Thai Liong
telah menghentikan semua pertandingan.
"Thian Yang Maha Agung! Ah, kemarahan
dan kebencian telah menghanguskan kejernihan
pikiranmu, We We Moli. Tak selayaknya kau
membunuh pemuda ini setelah ia memberikan
Sin-tiauw-kangnya kepadamu. Puja-puji kepada


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yang Maha Kuasa, semoga kau sadar dan tidak
melanjutkan niatmu. Lihat sepasang anak muda
itu yang menunggu restumu."
We We Moli terbelalak, bergoyanggoyang. Setelah kakek ini bicara dan ia hilang
kagetnya tiba-tiba nenek itu terkekeh. Sepasang
matanya yang putih kebiru-biruan lagi, sinar Bukek-kang memancar ganas. Dan ketika ia
menepuk kedua tangannya demikian nyaring,
meledak bagai petir menyambar maka nenek itu
membentak membuat Puteri Es dan lain-lain
terpelanting. Demikian dahsyat tepukan
tangannya itu melebihi letus?n Himalaya.2196
"Heh, kakek lancang bermulut lembut.
Kata-katamu enak tapi bernada menggurui Bubeng Sian-su, sedap di telinga tapi menyakitkan
di hati. Apa perdulimu kalau aku membunuhnya.
Ia telah meninggalkan bekas luka dan sakit hati
yang dalam. Tahukah kau seberapa dendamku
kepadanya. Minggir dan biarkan aku
membunuhnya atau aku menerjangmu!"
"Hm, sadhu-sadhu...! Sayang bahwa kau
mengumbar adatmu, We We Moli, ingatlah siapa
kau dan kedudukanmu. Kau sesepuh Lembah Es,
kau telah mendapatkan apa yang kau minta.
Rajawali Merah telah memberikan Sin-tiauwkangnya, dan sebagai gantinya kau berjanji untuk
memberikan restumu kepada Puteri Es. Tapi apa
yang kau lakukan, kau hendak membunuh
pemuda ini dan rupanya tak menepati janjimu
sendiri. Ah, sadar dan ingatlah, We We Moli..
Ingat bahwa tindak-tandukmu akan menjadi
contoh bagi yang muda. Ingat bahwa kau seorang
tokoh dan tak pantas menjilat ludah sendiri.
Lawanmu telah menyerahkan ilmunya."2197
"Keparat, jangan banyak cakap. Minggir
atau aku membunuhmu, Bu-beng Sian Su.
Urusanku tak perlu kau campuri. Minggir dan aku
akan membunuhnya!"
Bu-beng Sian-su menggeleng-geleng
kepala. Kakek ini tetap berdiri di depan Thai Liong
dan jelas ia tak akan membiarkan pemuda itu
diserang, apalagi dibunuh. Dan ketika We We
Moli melengking sekali lagi namun kakek itu
tetap di situ tiba-tiba nenek ini menerjang dang
gerakan tubuhnya yang bagai kilat menyambar
lenyap ketika menghantam Bu-beng Sian-Su.
"Kau mencari mati, terimalah!"
Dahsyat dan mengerikan sekali nenek ini
menerjang. Sepasang matanya mendahului
dengan serangan sinar biru sementara kedua
tangannya dibuka menghadap ke depan,
menghembus dan keluarlah angin dahsyat
disertai kilatan cahaya api. Nenek itu telah
memiliki Sin-tiauw-kang dan tenaga sakti ini akan
luar biasa jadinya kalau ia marah. Dalam
pertandingan tadi Thai Liong telah menyerahkan
ilmunya kepada si nenek, tentu saja dengan2198
perjanjian bahwa nenek itu merestui perjodohan
Puteri Es. Rajawali Merah ini tak memikirkan
dirinya lagi asal gadis itu dengan adiknya
diterima dalam sebuah perjodohan, resmi dalam
tata-adat Lembah Es. Akan tetapi ketika, si nenek
hendak membunuhnya dan muncullah Bu-beng
Sian-su, Thai Liong terguling dan roboh maka
sesepuh Lembah Es ini rupanya hendak ingkar
janji, paling tidak tetap membunuh pemuda itu
untuk menumpahkan bencinya atas
kekalahannya dulu di Lembah Es. Maka ketika
nenek ini menerjang dan pukulannya bukan main
dahsyatnya, Bu-kek-kang dan Sin-tiauw-kang
berbareng dikeluarkan. maka Beng An dan Puteri
Es menjerit melihat betapa kakek itu tak
mengelak atau menangkis. Angin serangan
nenek itu sudah membuat tubuh kakek itu
bergoyang-goyang.
"Sian-su!"
"Supek-bo..!"
Akan tetapi yang terjadi sungguh luar
biasa. Bu-kek-kang, yang menghantam lewat
sepasang mata menyambar wajah dibalik kabut2199
itu ternyata terpental bertemu uap halimun di
wajah kakek ini. Bagai uap gaib yang memiliki
kekuatan tak terlawan sinar biru nenek itu
membalik. Terdengar bunyi seperti ledakan. Dan
ketika Sin-tiauw-kang mengenai lambung kakek
ini, dahsyat dari kedua telapak terbuka ternyata
kakek itu terdorong sedikit akan tetapi We We
Moli berseru keras melihat betapa pukulannya
seakan amblas di telaga tak berdasar.
"Plak-desss!" nenek itu berjungkir balik
menghindari sisa tenaganya. la cepat menarik
Sin-tiauw-kang kalau tak ingin tersedot ke depan,
lambung kakek itu seakan benda lunak yang
menghisap serta menyedotnya kuat. Kalau ia tak
cepat-cepat menarik tentu akan terjelungup,
Salah-salah tenaganya masuk pula dan ia
melekat di situ, Maka ketika nenek ini terbeliak
namun tentu saja penasaran bukan main,
meluncur turun dan melengking lagi maka iapun
berkelebat dan kali ini bagai seberkas cahaya
menyambar ia sudah menghantam kakek itu lagi.
"Hyeehhhhhhh!"2200
Pekik atau lengking nenek ini amat
dahsyat. Thio Leng dan Sui Keng yang ada di situ
terbanting, mereka seketika mengeluh. Akan
tetapi ketika pukulan nenek itu kembali gagal
dan kakek itu hanya terhuyung maka selanjutnya
nenek ini berkelebatan menyambar-nyambar
dan tubuhnya sudah menjadi bayang-bayang
hitam yang bergerak luar biasa cepatnya,
menampar dan memukul sementara lengking
atau pekiknya kian dahsyat. Beng An dan Puteri
Es tak mampu mendengarkan lagi dan mereka
jatuh terduduk, bersila dan cepat menutup
pendengaran sementara konsentrasi diarahkan
ke dalam.
Getaran atau guncangan yang diterima
dari lengking nenek itu terlampau dahsyat, tinggi
rendah menusuk-nusuk dan gendang telinga bisa
pecah. Dan ketika mereka tak mampu
menyaksikan pertandingan itu lagi dan di sana
kakek dewa itu tak membalas atau menangkis
maka We We Moli kian marah karena pukulanpukulannya bertemu gumpalan hawa lunak yang
amat kuatnya, lentur seperti karet dan amblas2201
kalau dipukul. Seribu kali dia menyerang seribu
kali itu pula tak akan berhasil. Pukulannya lenyap
dan tenggelam ke telaga tak berdasar. Dan ketika
nenek itu kian melengking-lengking hingga
pohon dan batu-batu berguguran maka
kemarahan membuat tubuhnya membesar dan
itulah Sin-tiauw-kang yang kini berpindah ke
tubuhnya.
"Heh, balas dan jangan hanya menerima
pukulan orang. Tunjukkan bahwa kau seorang
laki-laki gagah, Bu-beng Sian-su, bukan
perempuan atau pengecut yang tak memiliki
kepandaian!"
"Sadhu, kau kian sesat. Sin-tiauw-kang
kau pergunakan untuk sewenang-wenang, Moli,
sayang sekali. Aku tak akan membalas dan
menyakitimu, karena aku tak menganggapmu
musuh. Berhentilah, kemarahanmu hanya akan
menghabiskan tenaga sendiri."
"Kakek keparat, jahanam pengecut. Kalau
kau tak membalas maka aku akan mencekikmu,
Bu-beng Sian-su. Lihat aku membunuhmu dan
mudah bagiku menangkapmu.. . whheerrrr!" si2202
nenek sudah setinggi tiga meter, sepasang
lengannya juga sepanjang itu akan tetapi ketika
ia hendak menangkap lawannya ternyata kakek
itu terdorong. Bu-beng Sian-su seringan kapas
dan angin pukulan nenek ini membuatnya
menjauh. Dan ketika nenek itu memekik namun
lawan terdorong dan selalu terdorong, semakin
kuat ia memukul semakin jauh kakek itu
terhembus maka kemarahan nenek ini membuat
tubuhnya menggelembung semakin dahsyat lagi.
Empat meter..... lima meter...Tujuh meter akan
tetapi Bu-beng Sian-su tetap tak terjangkau.
Kakek itu benar-benar seringan daun kering dan
akhirnya menangislah nenek ini sejadi-jadinya. la
tobat dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Dan
ketika ia memaki bahwa kakek itu pengecut, ia
tak akan sudah biarpun tenaga habis akhirnya
Bu-beng Sian-su menarik napas dalam.
"Baiklah, kau wanita berhati keras. Kalau
begitu bagaimana perjanjiannya, We We Moli.
Apa yang kau lakukan bila aku mengalahkanmu."
"Kau boleh bunuh aku!"2203
"Sadhu, mati hidup urusan Tuhan. Aku
tak akan melakukan itu, Moli, berjanjilah saja
bahwa kau tak akan memusuhi Rajawali Merah
dan memberikan restumu kepada Puteri Es dan
Beng An."
"Keparat, kau belum mengalahkan aku.
Kalau kau dapat merobohkan aku satu jurus aku
memenuhi permintaanmu, Sian-su. Atau aku tak
sudi mendengarkan kata-katamu dan biar aku
atau kau mampus di sini!"
"Satu jurus?"
"Ya!"
"Kau terlalu, masa minta seperti itu."
"Cerewet, bisa atau tidak, tua bangka.
Aku tak mau banyak omong lagi dan terimalah
ini... . blaarrrr!" api dan sinar biru menyambar
berbareng, si nenek sudah setinggi bukit dan dua
serangan berbahaya itu menyambar kakek ini
dari kiri dan kanan. We We Moli memutar
lengannya sehingga dua sinar itu mencegat Bubeng Sian-su dari belakang. Yang dapat dilakukan
kakek itu hanya maju, kiri kanan atau belakang
tertutup. Dan ketika Bu-beng Sian-su2204
mengerutkan keningnya tapi berseru perlahan,
benar saja maju ke depan maka nenek itu
menggerai rambutnya menyongsong ke depan.
Melecut dan menyambar begai sapu baja.
"Kau yang memaksaku begitu. Baiklah
Moli, kucoba merobohkanmu satu jurus."
Nenek ini sudah girang bukan main. la
telah memaksa lawan untuk maju dan menerima
rambutnya, di belakang masih mengejar sinar
biru dan merah itu, sambaran Bu-kek-kang. Tapi
ketika Bu-beng Sian-su mendekati tubuhnya dan
tiba-tiba begitu besar , semakin dekat semakin
besar mendadak nenek ini berteriak karena
dirinya seakan berhadapan dengan lawan
setinggi Mahameru, diri sendiri hanya sebesar
bukit.
"Aiihhhhhhh...!"
Nenek ini terkejut dan melupakan segalagalanya. Begitu kakek itu dekat maka iapun tak
mampu melihat lawannya lagi. Begitu cepatnya
terjadi perubahan ini, lambung kakek itu seperti
tembok gunung dan We We Moli tak melihat lagi
mana tangan mana kaki. Wajah kakek itupun2205
juga lenyap karena yang datang di depannya
adalah sebongkah lambung gunung, menabrak
atau ditabrak dirinya dan We We Moli tentu saja
kaget bukan main. Tak ada kesempatan baginya
untuk menghindar, lambung sebesar gunung itu
menghantamnya. Dan ketika nenek ini menjerit
dan terbanting serta bergulingan maka benda
yang menabrak atau ditabraknya itu berhenti,
tegak setinggi Mahameru dan nenek ini pucat
sekali. Ia meloncat bangun ketika bersamaan itu
terdengar jerit Puteri Es dan murid-muridnya,
alangkah heran dan kagetnya nenek ini melihat
Puteri Es dan orang-Orang lain serba besar. Batu
dan pohon-pohon di sekelilingnya juga serba
besar dan nenek ini berdetak. Bu-beng Sian-su,
lawan yang dianggapnya raksasa itu harus
dilihatnya secara mendongak. Begitu tinggi dan
dahsyat kakek itu, rasanya menjulang langit.
Akan tetapi ketika yang lain-lain juga begitu
tinggi dan besar sekali, nenek ini merasa sesuatu
yang tidak wajar mendadak ia menjerit karena
sesungguhnya dialah yang berubah kecil dan
hanya sejari telunjuk.2206
"Aiiihhhhh.. !" nenek ini gentar dan
menangis tersedu-sedu. "Kembalikan aku, ke
ujudku semula, Sian-su. Ampun... aku meminta
ampun....!"
Kiranya nenek itu yang mengecil dan
berobah begitu drastis. Bu-beng Sian-su dan lainlain sebenarnya masih seperti biasa akan tetapi
nenek itulah yang terpukul balik oleh Tet-jin-sut.
Kakek dewa ini mengeluarkan kesaktiannya
dengan amat terpaksa mengingat desakan nenek


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu sendiri. Tet-jin-sut (Ilmu Mengerdilkan Orang)
adalah pemunah Sin-tiauw-kang, hanya kakek
itulah yang punya. Dan ketika We We Moli
merasa sewenang-wenang dan terbawa
kesombongannya hingga lupa diri, tak tahu
bahwa Sin-tiauw-kang sebenarnya berasal dari
kakek ini pula maka Bu-beng Sian-su
menghancurkan nenek itu dengan
penangkalnya. Kesombongan betapapun akan
hancur bila bertemu batunya. Dan ketika nenek
itu sadar setelah terlambat, tersedu dan
mengguguk-guguk maka Puteri Es dan lain-lain2207
baru tahu bahwa sesepuh mereka berada di
bawah, kecil dan tiada ubahnya boneka saja.
"Supek-bo!" Puteri Es dan dua sumoinya
berlutut. Kepala mereka begitu besar bagi nenek
ini dan We We Moli menubruk serta membenturbenturkan dahinya di dahi gadis itu. Gadis inipun
menangis.
Dan ketika Thio Leng serta Sui Keng ikut
menangis pula, terjadilah kejadian mengharukan
maka gadis itu tiba-tiba bangkit berdiri dan
memegang supek-bonya menghadap Bu-beng
Sian-su. Kakek ini berdiri tegak dengan sikap
begitu berwibawa.
"Ampunkan kami, ampunkan supek-bo.
Harap kau kembalikan supek-bo ke asalnya
semula, Sian-su. Ampunilah kesalahannya dan
semua dosa-dosanya. Kami memohon dengan
sangat agar kau mengembalikan sesepuh kami
seperti ujudnya semula."
"Letakkanlah dia..!" Bu-beng Sian-Su
mengangguk dan menarik napas dalam.
"Manusia bertobat setelah menerima
hukumannya, anak baik. Demi kebajikan dan2208
kebenaran kupulihkan dia, asal tak melanggar
janji dan menepati omongannya sendiri."
"Aku berjanji, aku merestui anak-anak"
We We Moli berseru. "Aku menyerah
kalah, Sian-su, Aku bertobat!"
"Hm, pulihlah," kakek itu mengebut.
"Akupun tak akan mengganggumu kalau kau tak
mengganggu anak-anak ini, Moli, maaf dan
selamat tinggal!"
Nenek itu mengembang cepat. Begitu
Sian-su mengebutkan lengan bajunya maka bagai
ditiup saja menggelembunglah tubuhnya,
sekejap kemudian nenek inipun sudah seperti
semula dan besar tubuhnya seperti orang-orang
biasa lagi. Bukan main girangnya nenek itu. Akan
tetapi ketika Bu-beng Sian-su lenyap dan kakek
itu tak ada lagi maka Beng An tertegun dan siasia berseru
"Sian-su...!"
Puteri Es menoleh. Gadis itu melihat Beng
An terpaku bingung dan bergerak menyambar
lengannya. Restu sang sesepuh telah didapat.
Dan ketika We We Moli meredup melihat2209
kemesraan itu, mengangguk dan berkelebat
lenyap maka ia berkata kepada Thio Leng dan Sui
Keng bahwa sang Puteri boleh melangsungkan
pernikahan di Lembah Es.
"Aku tak dapat datang, restuku saja dari
sini. Kembali dan pulanglah ke tempat kalian dan
jangan cari lagi aku di sini!"
Dua gadis itu mengangguk. Memang We
We Moli sedang menerima hukuman Kim Kong
Sengjin dan sesepuh itu harus menghabiskan sisa
hidupnya di Himalaya. Maka lega restu telah
didapat segera dua orang itu menghampiri
Puteri. Gadis ini memegang lengan Beng An eraterat, gemetar dan mesra.
"Aku. kita , urusan telah selesai, Beng An.
Mari pulang dan tinggalkan tempat ini".
Akan tetapi pemuda itu tiba-tiba
membalik. Sinar matanya yang mencorong tajam
mengejutkan Puteri Es, sepasang mata Beng An
merah membakar. Lalu ketika gadis ini tersentak
dan mundur Beng An mengibaskan lengannya
menarik diri.2210
"Jangan sentuh aku, lepaskan. Kalian
orang-orang Lembah Es sungguh keji dan tidak
berperikemanusiaan. Restu boleh saja telah
didapat, Wei Ling, akan tetapi lihat kakakku di
sana. Aku tak butuh restu nenek iblis itu dan
kalian pergilah. Hari ini tak ada hubungan apaapa lagi di antara kita!"
"Beng An!"
"Kim-kongcu....!"
Beng An tak memperdulikan itu. la telah
bergerak dan sekali sambar memanggul
kakaknya yang entah pingsan atau tewas. Thai
Liong, kakaknya telah berkorban segala-galanya
untuknya. Kakaknya itu telah menyerahkan Sintiauw-kang kepada si nenek iblis We We Moli.
Dan karena tak mungkin ia merengkuh
kebahagiaan di atas derita kakaknya, itulah yang
menjadi dasar kemarahan Beng An maka
pemuda ini berkelebat dan telah meninggalkan
gunung.
"Beng An!"
Pemuda itu tak menoleh. Ia tak
menggubris Seruan Puteri Es dan semakin2211
mempercepat langkahnya. Bagai seekor harimau
muda ia meloncat di antara tebing-tebing tinggi,
melewati jurang-jurang dalam dan ia tak
menggubris pula seruan atau pekik Thio Leng.
Betapa Puteri Es tiba-tiba roboh dan pingsan!
Tapi ketika sesosok bayangan berkelebat di
depannya dan itulah Siang Le, kakak iparnya
maka pemuda ini berhenti.
"Beng An, berhenti dan tunggu. Kau
menyia-nyiakan pengorbanan kami!"
"Hm, apa maksudmu. Kalau kau hendak
menyuruh aku menikah dengan gadis itu di atas
penderitaan dan pengorbanan kakakku maka
tegas kujawab tak bisa, Le-ko. Minggir dan
biarkan aku lewat atau mari sama-sama pulang!"
"Tidak, tunggu. Gadis, itu pingsan!"
"Aku tak perduli, minggir dan mari pulang
atau aku mendahului! " namun sebelum Beng An
mendorong kakaknya ini maka muncullah Hwa
Seng, tersedu-sedu, langsung menjatuhkan diri
berlutut.2212
"Kim-kongcu... Puteri. ah, ampunkan
hamba. Tunggu dan jangan tinggalkan dia,
kongcu. Penderitaannya sudah berat!"
"Bagus, kau mengingatkan sesuatu.
Sekarang kita di persimpangan ja?an, Hwa Seng,
semua sudah berubah. Kau tetap ikut aku atau
Puteri Es!"
"Hamba . hamba, ah... hamba ingin ikut
kalian berdua, kongcu. Bukankah kebahagiaan
sudah di ambang mata. Jangan tinggalkan Puteri
dan biarkan hamba bersamamu!"
"Jangan bicara yang tidak-tidak. Lihat apa
yang terjadi pada kakakku Thai Liong dan Siang
Le ini, Hwa Seng. Mungk?nkah aku berbahagia di
atas penderitaan orang lain. Aku tak dapat
menerima puterimu karena Lembah Es telah
meninggalkan luka cukup dalam di hatiku!"
"Akan tetapi aku rela berkorban!" si
buntung berserud membelalakkan matanya
mencengkeram lengan pemuda ini.
"Penderitaanku dan penderitaan Thai
Liong bakal sia-sia kalau kau menolaknya, Beng
An. Terimalah gadis itu dan Hwa Seng benar".2213
"Kalau begitu kau saja yang menerima.
Aku tetap menolak dan tak bergeming dari
pendirianku.. plak-plak!"
Siang Le tiba-tiba menampar adiknya itu
dan Beng An terhuyung, terkejut mengerutkan
kening dan berdirilah si buntung itu dengan mata
berapi-api, tangan berkacak pinggang. Lalu
ketika si buntung ini menuding dan telunjuk itu
hampir menyentuh ujung hidung Beng An maka
pemuda itu berdesir bukan oleh telunjuk atau
kata-kata kakaknya melainkan oleh ibu jari yang
tanggal.
"Kau bocah omong sembarangan saja.
Aku laki-laki sudah berkelurga, Beng An, anakku
tiga. Mana mungkin menerima orang lain sebagai
isteriku. Kalau kau tak menuruti nasihat kakakmu
maka penyesalan dan penderitaanku justeru
semakin berlipat ganda. Kau tak layak membenci
Puteri Es karena semua bencana ini datangnya
dari We We Moli. Nah, matamu buta atau melek,
otakmu jernih atau keruh . Sekarang lihat
semunya ini dengan pikiran terang dan
kembalilah ke sana. Ambil kekasihnu dan2214
pengorbanan kami bakal tak sia-sia. Atau.. atau
aku memusuhimu dan membela gadis itu habishabisan!"
"Benar," Sui Keng tiba-tiba berkelebat
dan tersedu-sedu. "Puteri kejang-kejang, kongcu.
Kesalahan bukan di atas pundak kami melainkan
supek-bo. Tolonglah perhatikan dia dan bantu
kami. Menyadarkan Puteri!"
Akan tetapi Beng An tak bergeming.
Benar-benar keras dan memegang teguh prinsip
pemuda ini menggeleng. Beng An masih tersayat
oleh bu jari kakak iparnya ini, juga kakaknya yang
pucat dan seakan tak bergerak di atas bahunya.
Dan ketika ia tertawa dingin dan
meloncat mundur, justeru tiba-tiba mencabut
Pek-swat-kiam dari belakang punggung ia sudah
menghadapi gadis Lembah Es itu dengan katakata tegas.
"Sui Keng, aku tak dapat membiarkan
diriku bersenang-senang di atas penderitaan
kakakku. Lihat kakakku Thai Liong inl, entah
hidup atau mati. Karena semua ini perbuatan
Lembah Es maka aku tak dapat menerimanya2215
dan terimalah Pek-swat-kiam untuk kau
kembalikan kepada puterimu. Sekarang jangan
ganggu aku dan persetan dengan orang lain!"
"Beng An!"
"Kim-kongcu..!"
Pemuda itu melesat dan mendorong
minggir orang-orang itu. Pedang Salju
ditimpukkan dan menancap di depan kaki Sui
Keng sementara Beng An telah berkelebat dan
meluncur turun gunung. la benar-benar tak
menghiraukan bentakan atau seruan kakak
iparnya. Dan ketika Beng An terus meluncur
sementara Siang Le begitu geram dan marah
menyambar Pek-swat-kiam, menimpukkannya di
punggung Beng An maka Hwa Seng menjerit
akan tetapi dengan mudah pemuda itu menepis
runtuh.
"Kau. .. kau anak muda keparat. Ah, siasia semua perjuangan dan pengorbanan kami ,
Beng An. Terkutuk kau di neraka sana!"
Beng An tak mendengar dan sudah
lenyap di bawah. Diam-diam pemuda ini
menggigit bibir mengepal tinju. Tak ada yang2216
tahu betapa dengan mati-matian bekas Thian-te
It-hiap yang menggegerkan dunia kang-ouw ini
menahan runtuhnya dua titik air mata. Dan
ketika ia terbang meninggalkan tempat itu
memanggul kakaknya, Rajawali Merah luka berat
maka Beng An meninggalkan Himalaya dengan
segala kegaduhan dan kekacauannya. Entah ke
mana pemuda itu pergi namun yang jelas menuju
ke timur. Di persimpangen jalan ia membelok
dan meluncur ke selatan. Dan ketika pemuda itu
meninggalkan semuanya yang ada di puncak,
menyeringailah seorang pemuda dari balik batu
besar maka San Tek, si gila itu terkekeh-kekeh,
berkelebat menyusul.
"Heh-heh, suteku Beng An patah hati.
Hah, salah sendiri, bocah goblok. Lebih baik
seperti aku yang bebas dan merdeka ini. Ke mana
kau pergi dan biar kuikuti, siapa tahu ada sebuah
keberuntungan. Ih, Bu-beng Sian-su itu seperti
siluman saja. Kakek iblis!" lalu ketika pemuda ini
mengejar dan menyusul Beng An, tentu saja
secara diam-diam dan tersembunyi maka di2217
puncak dua laki-laki termangu sementara tiga
wanita menangis tersedu menolong Puteri Es.
Gadis ini shock berat. Puteri Es tak sadar
selama dua jam dan keiika ia siuman maka
sepasang matanya kosong melompong.
Wajahnya pucat sementara tubuhnya dingin. Tak
ada gairah atau tanda-tanda kehidupan di situ,
gadis ini tiada ubahnya mayat hidup. Dan ketika
ia dipanggil-panggll namun diam saja, mematung
dan diam seribu bahasa maka Hwa Seng menjerit
menubruk kaki junjungannya ini.
"Puteri!"'


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gadis itu juga tak bergeming. Puteri Es
benar-benar seperti arca hidup dan ia kosong
memandang segala-galanya. Bibirnya terkatup
rapat sementara kakinya gontai. Kalau saja Sui
Keng maupun Thio Leng tak menahan di
belakang tentu gadis ini roboh. Dan ketika benar
saja gadis itu tak kuat berjalan, menjeritlah Hwa
Seng maka Siang Le, si buntung itu basah kedua
matanya.2218
"Kita pulang saja sekarang, bawa ke gakhu (ayah mertua) yang di utara. Biar dia yang
menolong."
"Tidak," Thio Leng tiba-tiba ketus
menjawab. "Tak perlu ke mana-nana selain ke
tempat kami sendiri, Siang-kongcu. Terima kasih
banyak atas semua usahamu namun kami akan
menolong puteri kami sendiri.'
"Tapi ia calon menantu Kim-mou-eng!"
"Kami tak akan merengek-rengek
mendapatkan cinta dan kau pergilah, Puteri Es
urusan kami!"
Siang Le tertegun. la dapat menerima
kemarahan gadis ini akan tetapi Sui Keng
menyentuh lengan sucinya. Dengan kata-kata
lebih halus ia meminta si buntung itu pulang saja,
Puteri Es urusan mereka. Dan ketika apa boleh
pemuda Ini mengangkat bahu, ia jadi serba salah
Pendekar Rajawali Sakti 48 Genta Kematian Cintaku Selalu Padamu Karya Motinggo Busye Roro Centil 17 Pedang Asmara Gila

Cari Blog Ini