Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara Bagian 5
lawan menghilang dan sebagai gantinya gadis
baju hijau itu bergelak menantang. Adalah
mendirikan bulu roma kalau seorang gadis
tawanya seperti laki-laki, kasar dan berat. Dan
ketika ia tertegun namun sadar, lawan telah
mempergunakan orang lain sebagai badan
kasarnya maka membentak dan menyambut
terjangan gadis baju hijau yang sudah bukan445
gadis itu lagi. Pek Lian dan sumoinya si baju biru
terbelalak. Mereka ngeri dan pucat melihat itu.
Kesaktian seperti ini belum pernah mereka lihat,
menyeramkan! Dan ketika sumoi mereka itu
berkelebatan dan sepak terjangnya bagai lakilaki, dak-dik- duk beradu pukulan maka Kim Kong
Seng-jin menjadi susah karena gadis itu bisa
menjadi korban lagi, seperti murid utama Dhiran
Sing tadi.
"Han Sun Kwi, kau licik, curang. Kau
mempergunakan mahluk lemah untuk menekan
aku!"
"Ha-he, tak usah banyak cakap. Bunuhlah
gadis ini, Kim Kong Sengjin, seperti tadi kau
membunuh pemuda itu. Ayo, bu-nuh dan
lepaskan Bu-kek-kangmu!"
Si kakek pucat. la tiba-tiba menggigil dan
mengelak sana-sini dengan marah. Bu-kek-kang
tak berani dikeluarkan dan akibatnya ia terdesak.
Dan ketika Petir Kilat menyambar dan ia
terlempar, roboh bergulingan maka Bu Sit
tertawa di sana dan bersorak.446
"Bagus. . bagus, locianpwe. Hajar tua
bangka itu dan bunuh dia!"
"Diam!" bentakan ini mengejutkan.
"Jangan cecowetan di sana,, anak muda. Bantu
aku menyelamatkan tubuhku dan lindungi.
Gadis baju putih tiba-tiba berkelebat. la
sadar mendahuiui lawan, bergerak dan menusuk
tubuh yang kaku itu dengan jarinya. Tapi ketika
jarinya terpental karena tubuh itu semacam
karet, membal dan dia berteriak maka adiknya
juga bergerak ?an mendahului Bu Sit.
" jangan.. jangan sentil tubuhnya, namun
Kim Kong Sengjin tiba-tiba berseru, mencegah.
"Jangan dekati badan kasarnya itu, anak-anak.
Pergi!"
*** Credit:
Sumber Buku Gunawan Aj
Kontributor Awie Dermawan
Edit OCR Yons
Koleksi Kolektor EBook447
PUTERI ES
(Lanjutan "Rajawali Merah")
Karya: Batara
Jilid VIII
* * * AKAN TETAPI gadis baju biru sudah
mencengkeram dan menyambar tubuh kakek
muka merah ini. Ia tidak menotok seperti
encinyai melainkan mencengkeram dan
meremas leher itu. Tubuh Han Sun Kwi sudah
seperti mayat namun bukan berarti mati, rohnya
ada di gadis baju hijau itu. Dan ketika
cengkeraman ini tepat mengenai leher dan gadis
baju biru yang marah mengerahkan tenaga Paihai-kang (Menggempur Samudera) maka leher si
kakek berkeretek namun saat itu gadis baju hijau
melepaskan pukulan Giam-lui-ciang kearahnya.
"Dess..!" Kejadian cepat itu disusul
keluhan tertahan gadis baju biru. la diserang
saudaranya sendiri dan mencelat terlempar.448
Petir Neraka, pukulan itu menghantamnya telak
dan seketika tubuh gadis baju biru hangus
terbakar. Ia tewas dan tidak bergerak-gerak lagi,
roboh. Dan ketika gadis baju putih terkejut dan
mundur, terpekik maka Bu Sit sudah menyambar
tubuh kakek itu dan membawanya ke tempat
aman, jauh dari situ. Leher kakek ini miring
sebelah karena bekas cengkeraman tadi.
"Heh-heh, bagus, anak muda. Bagus.. kau
berlaku tepat sekali. Taruh tubuhku dibawah
pohon itu dan jagalah!"
Gadis baju putih pucat. Ia terbelalak
melihat saudaranya tewas, menjerit dan
menyambar mayat gadis baju biru dan
mengguguk di situ. Lalu ketika ia tersedu-sedu
sementara pertandingan terus berjalan di antara
dua orang sakti itu maka gadis baju hijau yang
dipakai wadagnya oleh kakek muka merah terus
mendesak dan menekan. Ia benar-benar
bersikap seperti Han Sun Kwi dan ganas
menyambar-nyambar. Pembunuhan yang baru
saja dilakukan terhadap gadis baju biru
disambutnya dengan tawa aneh, keji, tawa dari449
kakek muka merah karea sepenuhnya gadis baju
hijau itu benar-benar telah dikuasai kakek ini.
Dan ketika ia terus menggempur dan menerjang
kakek berjenggot pendek, Kim Kong Sengjin
maka kakek itu menjadi susah dan repot. la terus
menghindar dan mengelak sana-sini namun
lawan terus mengejar, apa boleh buat menangkis
dan Bu-kek-kang pun meledak bertemu pukulan
panas. Dan ketika dua-duanya terhuyung namun
tenaga gadis baju hijau kalah kuat, ia tak lebih
kuat daripada Yogiwara tadi maka ia terpental
dan kakek ini menggeram.
"Baik, kau rupanya mencari korban, iblis
Han Sun Kwi. Kau tak akan sudah kalau aku
belum merobohkan gadis ini. Baik tanggunglah
dosamu di neraka dan maaf aku harus
membunuh orang tak berdosa lagi"
Roh kakek muka merah tertawa bergelak.
la diserang dan menangkis, terpental dan
melototlah gadis baju hijau karena kalah tenaga.
Dan ketika kakek itu membentak dan membalas
dengan pukulan-pukulan berat maka gadis baju
hijau terdesak karena si kakek sudah mengambil450
keputusan untuk melawan dan merobohkannya,
apa boleh buat memaksa roh kakek muka merah
keluar dan itu berarti membinasakan gadis itu.
Maka ketika Bu-kek-kang dikerahkan bertambah
berat dan gadis baju hijau mengeluh akhirnya
hawa panas dari Giam-lui-iang tertindih,
terdesak dan , terus menipis kemudian lenyap.
Bu-kek-kang sekarang menguasai jalannya
pertandingan dan akibatnya gadis ini pucat. Tawa
yang semula terbahak-bahak tak terdengar lagi.
Iblis Han Sun membiarkan wadagnya digempur
tenaga dingin itu. Dan ketika pukulan terus
menyambar tiada henti akhirnya gadis ini roboh
terjengkang dan roh kakek itu melesat keluar dari
tubuhnya.
"Dess!. Gadis baju hijau membeku. Ia
memang dipakai kakek muka merah untuk
membuat marah Kim Kong Sengjin, tewas dan
kini roboh terkapar dengan tubuh membiru. Dan
ketika iblis Han Sun Kwi melesat dan kembali ke
wadagnya, yang dijaga Bu Sit maka tubuh kakek
itu bergerak kembali dan tertawa, lehernya
miring, agak sengkleh.451
"Ha-ha, puas aku sekarang, Kim Kong
Sengjin. Tapi keparat gadis baju biru itu. Dia
membuat leherku miring, tak apa. Aku telah
membunuhnya dan kau membunuh dua jiwa.
Hayo, sekarang kita ke gunung dan boleh kita
lanjutkan lagi pertempuran kita. Kau atau aku
yang mampus!"
"Hm," kakek ini tertegun, wajahnya
terbakar. "Kau telah berlaku benar-benar keji,
Han Sun Kwi. Kau membunuh murid-murid Tunghai Sian-li!"
"Ha-ha, kau membunuh murid Dhiran
Sing, sama. Kau juga keji!"
"Tapi bukan aku yang memulai kau!"
"Tidak, kau yang mulai dulu. Kau yang
lebih dulu turun gunung, Kim Kong Seng-jin. Kau
melanggar perjanjian!"
"Aku hanya mencegah bunuhmembunuh di sini, aku bukan hendak
membunuh orang!"
"Tak perduli. Kau telah keluar dari
pertapaanmu dan siapa yang lebih dulu keluar
yang lain pun lalu ikut. Kau dulu juga menentang452
aku kalau aku keluar pertapaan. Tak usah
cerewet, kau atau aku telah ditakdirkan untuk
saling bermusuhan, Kim Kong Sengjin. Kau dan
aku seumur jagad memang harus selalu bertikai.
Ayolah, kita kembali dan boleh lanjutkan
pertandingan lagi!"
Kakek ini tertegun. Ia memang telah
melanggar perjanjian namun itu adalah untuk
menolong sahabat-sahabatnya. Tapi karena
lawan tak mau tahu dan siapa keluar harus siap
menerima resiko, dulu Han Sun Kwi juga
melanggar dan ia melabrak, maka kakek ini
menarik napas dalam dan tiba-tiba bergerak
melihat gadis baju putih itu.
"Han Sun Kwi, kau dan aku memang telah
ditakdirkan untuk saling bermusuh, Kau
selamanya tak mau tahu tentang alasan
kebenaranku seperti juga aku tak mau tahu
alasan kebenaranmu. Baik, kita lanjutkan tugas
kita masing-masing, kakek iblis, Aku akan
menandingimu tapi lewat gadis ini!"
"Ha-ha, kau mengambil murid? Bagus,
aku juga punya pemuda ini, Kim Kong Seng jin.453
Boleh kita lanjutkan pertandingan kita melalui
bocah-bocah ini!" kakek itu menyambar Bu Sit,
mengangkatnyat tinggi-tinggi lalu tertawa
bergelak melompat jauh. Lawan telah
menantangnya untuk melanjutkan pertarungan
itu lewat murid, tentu saja ia menerima dan
gembira. Capai juga kalau harus bertanding
sendiri, terus-menerus. Jauh lebih baik
mempunyai murid dan biar murid itulah yang
meneruskan tugas mereka. Dan ketika Kim Kong
Sengjin juga menyambar dan mengangkat gadis
baju putih, berkelebat dan lenyap meninggalkan
tempat itu maka sejak itu, permusuhan di antara
dua tokoh yang sudah ditakdirkan untuk gempurmenggempur ini diwakili murid-murid mereka.
Pek Lian, gadis baju putih itu akhirnya menjadi
murid Kim Kong Sengjin, menerima ilmu-ilmu
dahsyat dan yang amat mengerikan adalah Bukek-kang yang berhawa dingin itu. Apapun bisa
beku disambar ilmu ini. Tapi karena di sana Bu Sit
juga menjadi murid Han Sun Kwi dan tokoh
hebat. ini juga memiliki Giam-lui-ciang, pukulan
Petir Neraka maka setiap mereka beradu ilmu tak454
ada yang kalah atau menang di antara keduanya
ini. Baik Bu Sit maupun gadis baju putih sudah
sama-sama hebat dengan ilmu baru mereka.
Berkali-kali mereka diadu guru mereka namun
selalu berakhir seri. Tapi karena mas?ng-masing
sama penasaran dan Pek Lian menyimpan
dendam lamanya atas kematian subonya Tunghai Sian-li dan juga saudara-saudaranya yang lain
maka permusuhan itu tak pernah berhenti dan
Bu Sit yang juga marah atas kematian suhu dan
suhengnya sama-sama ngotot. Adu ilmu di
antara dua orang ini terus berlanjut dengan
pewaris-pewaris baru, Kim Kong Sengjin dan Han
Sun Kwi akhirnya hilang entah ke mana. Dan
karena masing-masing juga terus bermusuh
sampai mereka tua, mengambil murid dan
murid-murid inilah yang melanjutkan
permusuhan guru mereka maka keturunan atau
generasi penerus dari gadis baju putih itu berada
di Lembah Es, tinggal di tempat amat dingin itu
sedang pewaris dari Bu Sit berada di Pulau Api,
satu dari pulau-pulau berbahaya di Kepulauan
Akherat. Dan karena masing-masing bersumpah455
untuk membinasakan yang lain, tak mau sudah
kalau belum membunuh musuh bebuyutan
mereka maka tentu saja masing-masing juga
membenci lawan jenis dan baik pihak Pulau Api
ataupun pihak Lembah Es tak ada yang menikah!
Dua tempat itu terisi oleh satu jenis kelamin saja,
Lembah Es dengan wanitanya sedang Pulau Api
dengan kaum laki-laki. Ratusan tahun
permusuhan ini terus berlanjut dan seribu tahun
kemudian datanglah rombongan Gan-twako dan
kawan-kawannya itu, tujuh belas lelaki yang
akhirnya tewas terbunuh di situ. Dan ketika Maenghiong juga datang bersama dua temannya
yang mencari dan menemukan jejak kawankawannya tapi tak mampu menghadapi pelayanpelayan Puteri Es dan dua temannya juga
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terbunuh tapi laki-laki she Ma ini sendiri selamat
berkat ampunan pemilik lembah.
Kisah di istana sendiri akhirnya berlanjut
dengan mundurnya Wan-thai-suma dari
kedudukannya. Menteri yang tertegun dan
kecewa oleh perbuatan kakaknya pertama itu
meletekkan jabatan. Tan Kiong, pangeran456
pemberontak ternyata tak hanya diam sampai di
situ. Hilangnya pangeran itu setelah kegagalan di
istana disusul oleh hilangnya pangeran nomor
empat, adik bungsu mereka. Dan karena
memang sudah diketahui bahwa Tan Kiong
berkomplot dengan saudara termuda maka
Wan-thai-suma yang merupakan saudara ketiga
menarik diri dan mundur dari jabatannya. Kali ini
kaisar tak dapat memaksanya lagi dan
kedudukan diserahkan kepada Yo Hong,
pangeran nomor dua. Tapi karena pangeran ini
merasa tak sebijak adiknya, Wan-thai-suma yang
dikagumi maka dia juga menolak dan kaisar
kecewa berat.
Dua orang saudaranya itu bahkan
mengasingkan diri di luar kota raja dan urusan
pemerintahan benar-benar ditangani kaisar
sendiri. Ada banyak orang-orang di istana namun
tak ada yang sebijak dan sepandai Wan-thaisuma. Kaisar tak percaya kepada orang-orangnya
ini dan akibatnya tinggallah Thio-taijin
mendampingi kaisar, sebisa-bisanya membantu
kaisar menjalankan roda pemerintahan. Namun457
karena Ketua Agama ini adalah seorang yang
sudah lanjut usia, tak lama kemudian sakit dan
meninggal dunia maka sri baginda hilang
semangatnya untuk memerintah lagi, apalagi Tan
Kiong pangeran pemberontak itu akhirnya
datang dan menyerbu lagi.
" Kalau boleh hamba pesankan agaknya
tiada lain jalan bagi paduka adalah
mengundurkan diri saja," begitu Thio-taijin
memberi pesan sebelum meninggal. "Rakyat
menjadi korban dari nafsu angkara murka,
baginda. Hamba sependapat dengan Wan-thaisuma bahwa untuk ketenteraman batin adalah
menyerahkan kedudukan dan hidup sebagai
pertapa. Hamba sudah terlalu tua, tak dapat
membantu paduka seperti orang-orang muda.
Kalau paduka mau mengikuti nasihat hamba
biarlah paduka mundur dan menyerahkan
kekuasaan kepada Tan-ongya itu. Biarlah dia
tahu bagaimana rasanya menjadi pemimpin dan
dia tentu akan tergilas oleh nafsu ambisinya yang
berlebihan. Maaf, hamba tak dapat berkata lain
karena sesungguhnya pertikaian ini adalah458
pertikaian orang dalam istana sendiri. Terserah
paduka, mau menyerahkannya atau tidak,"
Baginda termenung dan berhari-hari
terngiang ucapan Ketua Agama itu. Dia juga
sudah mulai digerogoti usia dan membayangkan
betapa dirinya dirongrong dan diteror
pemberontakan Tan-ongya itu dia menjadi
marah juga. Kalau dulu dia memberikan
kedudukan Thai-suma kepada Tan-ongya itu
barangkali tak akan ada kejadian ini. Karena
benci dan iri atas kedudukan itulah Tan-ongya
memberontak. Dia merasa lebih pantas
menduduki jabatan itu karena dialah pangeran
tua. Haknya merasa dilanggar oleh yang muda
dan karena itu lalu timbul permusuhan di antara
pangeran itu dengan Wan-thai-suma. Tapi
karena Sri baginda melihat watak-watak Wansuma lebih baik, Tan-ongya adalah seorang
ambisius yang serakah maka dia sengaja
menjatuhkan pilihan pada Wan-thai-suma
bukannya Tan-ongya. Dan akibatnya adalah
pemberontakan ini. Kalau dulu Tan-ongya
sekedar ingin merebut kedudukan Menteri459
Utama maka tujuannya sekarang ditingkatkan,
bukan hanya Thai-suma melainkan penguasa
penuh, kaisar!.
Dan sakit oleh pertikaian antar saudara
ini kaisarpun menjadi pusing dan limbung. Dua
hari kaisar sakit. Kematian Thio-taijin benarbenar membuatnya lemah semangat dan karena
tak ada orang-orang yang cakap lagi maka
kaisarpun mengambil keputusan, siap
menyerahkan kedudukan asal Tan-ongya tak
mengadakan bunuh-membunuh lagi. Rakyat juga
mulai hidup sengsara dan ketakutan oleh setiap
serbuan-serbuan yang dilakukan pemberontak.
Kaisar menggigit bibir dan tak ingin
menumpahkan darah rakyatnya lagi, apalagi
sebetulnya permusuhan itu adalah permusuhan
kerabatnya sendiri. Maka ketika suatu hari kaisar
mengumpulkan pembantu-pembantunya dan
memanggil Wan-suma dan Pangeran Yo, yang
hidup bertapa dan mengasingkan diri bersama
keluarga, Sri baginda mengeluarkan kata-kata
mengejutkan, bahwa ia ingin mundur!460
"Aku tak ingin mengorbankan rakyat. Aku
tak ingin darah rakyatku bercucuran lagi. Biarlah
Tan-ongya menggantikan kedudukanku dan aku
akan mengasingkan di ri bersama Wan-suma dan
Pangeran Yo!"
Para menteri gempar. Mereka kaget
sekali dan Wan-suma serta Yo-ongya sendiri
terkejut. Mereka datang karena perintah kaisar,
bertanya-tanya dan kini tiba-tiba mendengar
ucapan itu. Seorang kaisar hendak turun secara
suka rela, hampir mustahil! Tapi karena
keputusan telah ditetapkan dan semua itu
dilakukan sri baginda untuk menghentikan
korban-korban berjatuhan maka ketika
kemudian Tan-ongya diberi tahu pangeran
inipun hampir tak percaya. Ada rasa tersentak
namun girang. Ia di ujung keberhasilan,
perjuangannya tak sia-sia. Tapi ketika ia datang
dan membawa pasukannya tentu saja,
berhadap-hadapan maka wibawa dan sinar
mencorong dari kaisar tak dapat dilepaskannya
begitu saja.461
"Saudaraku, aku hendak menyerahkan
kedudukanku kepadamu, tulus. Aku tak ingin ada
pertumpahan darah lagi di antara pengikutpengikut kita. Betapapun mereka adalah rakyat
kita, saudara-saudara kita juga. Maka terimalah
kedudukanku tapi jagalah ketenteraman dan
kesejahteraan rakyat, atau kau akan mendapat
marah mereka dan sia-sia ambisimu untuk
memperoleh kedudukan tinggi!"
Sang pangeran merah mukanya. Kalau
kaisar bukan tokoh istana yang berwibawa dan
saat itu dijaga bala tentaranya pula mungkin dia
akan menyerang dan membunuh orang ini.
Namun ada banyak mata di situ, jumlahnya tak
kurang dengan jumlah pasukannya sendiri dan
pangeran ini hanya merah saja. Dia tertawa
masam, tentu saja tak ambil perduli dan
selanjutnya dia menerima kedudukan itu. Baru
kali ini ada kaisar mengosongkan kursi untuk
diberikan orang lain, begitu mudahnya. Dan
ketika ia menduduki jabatan itu dan kaisar pergi
mengasingkan diri, turut bersama Wan-suma
dan Yo-ongya maka beberapa dari keluarga462
istana ini, tentu saja wanita, dititipkan atau
tinggal bersama murid Tung-hai Sian-li yang
tinggal di Lembah Es itu. Wan-thai-suma teringat
gadis baju putih ini dan ketika gadis itu
berkunjung maka diambilnya puteri-puteri yang
cocok Puteriuntuk menjadi teman gadis ini. Gadis
itu tak pernah menikah seumur hidupnya dan
karena itu kesepian hidup sendiri, datang ke
tempat Wan-thai-suma dan kebetulan dipilihlah
puteri-puteri ayu sebagai teman. Satu di
antaranya bahkan puteri Wan-suma sendiri,
beserta keponakan dari Pangeran Yo di mana
seorang puteri kaisar yang lain juga turut. Dan
ketika gadis itu pergi membawa teman-teman
baru, sahabat atau puteri-puteri istana ini
mendapat ilmu silatnya pula maka Lembah Es
atau tempat wanita-wanita bangsawan itu
menjadi angker dan ratusan tahun lamanya tak
pernah dijamah lelaki. Bu Sit dan ahli warisnya
juga tak pernah memperbolehkan wanita tinggal
di situ. Bagi penghuni Pulau Api maka membawa
wanita adalah pantangan. Mereka boleh saja
mencari wanita dan mengambilnya sebagai isteri463
namun harus jauh di luar pulau, sekedar mencari
keturunan dan keturunan inilah yang dibawa ke
Pulau Api, tentu saja harus laki-laki. Dan ketika
hal itu berlangsung beratus-ratus tahun dan
penghuni Lembah Es maupun Pulau Api
tetap.bermusuhan dalam, masing-masing belum
ada yang kalah atau menang di saat itu maka Tan
Kiong atau pangeran pemberontak akhirnya
terbunuh oleh puteranya sendiri, karena
pangeran itu ingin berkuasa seumur hidup dan
bersikap bengis kepada setiap orang, termasuk
puteranya itu. Kejayaan pangeran ini memang
tak berlangsung lama. Dinasti Han mulai runtuh
dan satu demi satu berguguran. Terlampau
banyak orang-orang berambisi lain yang ingin
merebut kekuasaan. Mereka ingin menikmati
kesenangan dan kemewahan hidup
keduniawian, akibatnya saling gontok dan
bunuh-membunuh sendiri. Dan ketika kaisar di
pengasingan menutup mata, wafat, maka
pangeran itu terbunuh oleh pemberontakan lain
yang dicetuskan oleh puteranya sendiri. Lembah
Es dan Pulau Api tak berhubungan lagi dengan464
dunia luar. Mereka sibuk menggembleng muridmurid sendiri untuk menjadi pemenang dalam
permusuhan abadi ini. Mereka adalah penerus
Kim Kong Sengjin dan Han Sun Kwi si pertapa
sakti, pewaris dari ilmu-ilmu dahsyat Bu-kekkang dan Giam-lui-ciang. Dan karena mereka
selalu menang kalah dalam pertandinganpertandingan maut, masing-ma-sing penasaran
dan menjadi semakin sakit hati maka dua
keturunan dari dua dedengkot Himalaya itu
benar-benar menjadi musuh abadi. Lembah Es
tak memperkenankan laki-laki memasuki
wilayahnya seperti juga Pulau Api tak
memperkenankan wanita memasuki pulaunya.
Tapi karena bumi terus berputar dan peristiwaperistiwa baru selalu muncul maka ada-ada saja
hal-hal buruk yang mengganggu dua tempat itu.
Lembah Es dengan datangnya rombongan
petualang sementara Pulau Api dengan kisahnya
sendiri. Mari kita ikuti!.
***465
Waktu itu, bertepatan dengan bulan
purnama yang memancarkan cahayanya ke
seluruh pelosok Kepulauan Akherat maka di
tengah-tengah kepulauan ini, di Pulau Api
terdengar pekik dan irama-irama genderang
yang panas dan bertubi-tubi, gencar. Ada pesta
adat di situ. Hari itu setahun sekali penghuni
pulau hendak merayakan sesaji besar-besaran
kepada nenek moyang mereka Han Sun Kwi.
Biasanya pesta adat ini jatuh pada bulan keenam
di hari kelimabelas, jadi tepat pertengahan tahun
di mana bulan purnama akan memancarkan
sinarnya yang paling bundar. Dan karena pesta
ini sudah berlangsung turun-temurun, biasanya
mereka akan mempersembahkan kepala kerbau
atau hewan-hewan lain sebagai tumbal maka
biasanya di pesta itu akan terjadi penambahan
ilmu kepada murid-murid yang dinilai paling
berjasa. Dan selama lima tahun ini hadiah-hadiah
besar selalu jatuh kepada tiga murid utama, yang
tampaknya memang selalu berjuang dan
berusaha keras untuk membuat jasa yang paling
besar. Tapi hari itu ada kegemparan besar yang466
mengguncang penghuni pulau. Yang Tek, satu di
antara tiga murid utama konon katanya
membawa seorang dari penghuni Lembah Es.
Pemuda itu dikatakan membawa hadiah paling
berharga bagi upacara adat, bukan kepala kerbau
yang akan dipersembahkan melainkan kepala
gadis cantik penghuni lembah, musuh bebuyutan
mereka. Dan karena kabar ini menggemparkan
semua penghuni, malam itu upacara adat bakal
menjadi ramai maka ketika bulan purnama
muncul di langit yang hitam bersih maka semua
laki-laki berkumpul di tengah lapangan merah di
mana hampir semuanya memukul kendang dan
kencrengan dengan suara hingar-bingar, disusul
oleh pekik-pekik macam srigala kelaparan atau
harimau buas. Tigaratus penghuni tampak
garang-garang dan tinggi besar. Mereka rata-rata
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bertubuh tegap dengan otot-otot kuat. Tiga
pemuda tampak duduk di barisan depan dengan
sikap tenang namun pandangan tajam. Mereka
sejak tadi tak bergerak dan hanya tiga orang
inilah yang tak memukul kendang atau
kencrengan. Mereka diam seperti arca467
sementara pemuda di tengah tersenyumsenyum. Inilah Yang Tek yang katanya berhasil
membawa satu dari penghuni Lembah Es itu.
Pemuda ini bertubuh tinggi besar dengan kedua
pundak kokoh. Wajahnya kemerah-merahan
sementara matanya bagai elang menyambarnyambar, tajam mengerling sana-sini sementara
dua pemuda di kiri kanannya kelihatan acuh.
Mereka adalah tiga murid utama Pulau Api yang
hari itu bersiap meramaikan upacara, datang dan
berada di barisan depan untuk sebentar lagi
menghadapi ketua. Tapi ketika Yang Tek berseriseri dan tampak sombong, merasa diri paling
berharga maka dua pemuda di kiri kanannya
yang juga tinggi besar dengan lengan berotot
memandang mengejek dan satu sama lain
tampak melempar isyarat rahasia. Malam itu
ketua akan hadir untuk memimpin upacara.
Biasanya kalau bulan sudah hampir di atas kepala
maka ketua baru muncul, para penghuni
diharuskan menunggu dulu sambil memukul
genderang atau alat-alat bunyi lainnya. Dan
ketika suasana pesta mulai memuncak dan468
beberapa di antaranya menyoraki Yang Tek,
memuji dan menyanjung-nyanjung pemuda itu
sebagai pahlawan bagi sesaji maka pemuda ini
sombong memancarkan kecongkakannya. Pulau
Api sudah semakin merah membara oleh tungkutungku besar yang dinyalakan sebagai api
unggun. Di tengah-tengah lapangan, di atas
rumput memerah tampak sebuah panggung kecil
dengan meja altar terbuat dari kayu hitam
berukir. Ada panci dan gergaji di situ, juga bungabunga aneh yang baunya busuk namun bagi
lelaki penghuni pulau amatlah harum dan
dianggap bunga keramat. Bunga itu direndam
dalam tengkorak seekor kerbau dan air bunga
inilah yang nanti dibagi-bagikan. Para murid atau
penghuni akan berteriak histeris kalau sudah
mendapat cipratan air bunga ini. Mereka percaya
bahwa air bunga itu membawa keberuntungan,
bunga dari nenek moyang mereka Han Sun Kwi si
tokoh sakti. Dan karena air bunga itu dipercaya
membawa berkat, siapa yang kecipratan dan tak
kering meskipun digosok maka mereka percaya
bahwa Han Sun Kwi sendiri akan turun ke dunia469
dan memberikan ilmunya yang paling tinggi
kepada mereka.
Tiga pemuda itu, yang duduk di depan
adalah pemuda-pemuda lihai yang
kepandaiannya amat tinggi. Mereka adalah
murid-murid tocu (pemilik pulau) dan menjadi
murid utama. Yang Tek adalah murid nomor satu
sedang dua yang lain adalah sute-sutenya.
Masing-masing pemuda itu mengenakan baju
dari kulit di mana baju ini mereka cat dengan
warna-warna cerah. Yang Tek dengan warna biru
sedang dua pemuda yang lain mencat baju kulit
mereka dengan warna hitam dan merah.
Semuanya sebenarnya tampan namun karena
mereka rata-rata garang dan tak pernah
tersenyum, kecuali Yang Tek yang malam itu
gembira mempersembahkan hasil maka hanya
pemuda ini yang tampak sedikit ramah,
meskipun keramahannya berkesan sombong
karena sesungguhnya ia tersenyum karena
girang dan bangga mampu menonjolkan diri di
malam keramat itu, mempersembahkan satu di
antara penghuni Lembah Es untuk dijadikan470
korban bagi nenek moyang mereka Han Sun Kwi.
Pemuda kedua, yang berbaju hitam sebenarnya
bukan pemuda sembarangan. Ia justeru putera
tunggal pemilik pulau yang bernama Tan Bong,
tentu saja lihai namun karena ia sute dari
suhengnya Yang Tek maka kepandaiannya sedikit
di bawah pemuda tinggi besar itu meskipun
kepandaian mereka sesungguhnya hanya
berselisih seurat saja. Pemuda ketiga, yang
berbaju merah adalah murid nomor dua dari
pemilik pulau. Namanya Gun Siauw Lok dan
kepandaiannya setengah urat dibanding
suhengnya Yang Tek. Melihat data-data ini saja
dapat kita ketahui betapa tipisnya selisih
kepandaian di antara tiga pemuda itu. Masingmasing sebenarnya sama hebat hanya mereka
berbeda dalam masa lama latihan, Yang Tek
sudah dua puluh tahun digembleng oleh tocu
sedangkan Siauw Lok sembilan-belas tahun lebih
sedikit. Tan Bong, yang termuda, baru delapan
belas tahun digembleng ayahnya dan hanya
karena masa didikan yang berbeda-beda inilah
selisih kepandaian mereka terpaut tidak terlalu471
jauh. Dan karena selama ini tiga pemuda itu
selalu berlomba dan dahulu-mendahului maka
kepandaian mereka maju pesat dan tak aneh
kalau mereka menjadi murid-murid utama
andalan Pulau Api. Tapi apakah hanya tiga
pernuda ini yang menjadi tulang punggung
pulau? Tidak, karena di pulau itu di samping
ketua masih ada dua orang wakil lagi yang
kepandaiannya amat hebat. Sang tocu, pemilik
sendiri harus mengakui bahwa kalau ia tidak
berlatih keras tentu kepandaiannya akan
dilanggar oleh dua wakil itu. Mereka juga adikadik seperguruannya dan di situ berlaku hukum
siapa terkuat dialah yang memimpin. Yang di
bawah harus minggir dan mengalah. Dan karena
diam-diam di pulau ini juga terjadi persaingan
ketat antara ketua dan wakilnya maka tidak aneh
kalau ketika mereka berlatih terdengar pekikanpekikan atau jerit melengking yang suaranya
dahsyat menggema keluar pulau. Dan suarasuara inilah yang oleh penduduk di luar gugusan
Kepulauan Akherat dianggap sebagai suara-suara
iblis atau siluman yang sakit hati! Siapakah ketua472
dan dua wakilnya yang saat itu memimpin pulau?
Mereka bukan lain adalah generasi keturunan Bu
Sit dan keluarga pangeran pemberontak,
generasi keluarga Tan dan See, yakni pangeran
bungsu yang dulu membantu pangeran sulung.
Mereka-mereka inilah yang menjadi dedengkot
Pulau Api namun karena masing-masing dari
nenek moyang yang berbeda maka
sesungguhnya terjadi semacam perebutan
pengaruh di antara pemimpin-pemimpin pulau
ini. Bu Sit, yang akhirnya menjadi cikal bakal
keluarga Bu terus melahirkan keturunanketurunan baru bermarga Bu. Tapi karena dulu
pemuda itu juga berkomplot dengan Tan-ongya
dan adik bungsunya, bergaul dan berhubungan
dengan keluarga istana ini maka darah biru juga
memasuki penghuni Pulau Api di mana
keturunan atau penerus keluarga Tan dan See
ikut mempelajari ilmu. Hal ini dilakukan Bu Sit
setelah dulu gadis baju putih mengambil
kerabat-kerabat keluarga Wan dan Yo, juga
kaisar sendiri. Pemuda itu melakukan ini semata
untuk membuat perimbangan. Kalau dia473
dikeroyok dan harus menghadapi sekian banyak
wanita berkepandaian tinggi tentu dia kalah.
Maka ketlka dia mengambil keturunanketurunan pangeran Tan dan See untuk
memperkuat diri, menggembleng mereka
dengan warisan Han Sun Kwi maka pemuda ini
mengimbangi lawan di mana pihak Lembah Es
juga memperkuat dtri dengan barisan-barisan
dari keluarga Wan-suma dan Yo-ongya. Hal itu
berlangsung terus sampai masing-masing pihak
tak ada yang kalah atau menang. Setiap keluarga
lawan menambah orangnya tentu pihak yang lain
memperkuat tenaganya pula, begitu berabadabad. Dan karena di pihak Pulau Api terdapat tiga
keturunan dari masing-masing cikal bakal,
keluarga Tan dan See akhirnya seimbang dan
selihai keluarga Bu maka dalam pertandinganpertandingan mencari yang terkuat di sini silih
berganti keluarga Bu dan Tan atau See menjadi
pemimpin. Waktu itu keluarga Tan kebetulan
lebih kuat. Tan Siok, ayah Tan Bong menjadi
orang paling lihai di Pulau Api. Dialah yang paling
hebat pukulan Petir Neraka-nya dan dua tokoh474
yang lain harus mengalah. Mereka kalah seusap
dibanding ketua ini. Tapi karena mereka terus
berlatih ilmu dan tiga tahun sekali ketua harus
diuji, ini membuat persaingan di antara mereka
ketat maka tokoh Pulau Api yang tentu saja tak
mau digeser ini juga menggembleng dan melatih
dirinya.
Hari itu acara adat kebetulan jatuh sama
dengan masa jabatan ketua. Sudah tiga tahun ini
Tan Siok memimpin Pulau Api dan sudah
waktunya diuji. Kalau dia mundur, atau sakit
misalnya, tentu saja harus menyerahkan jabatan
kepada wakilnya. Dan dari dua orang wakil akan
ditentukan siapa yang paling kuat, keluarga See
atau keluarga Bu. Tapi karena ketua selama ini
sehat-sehat saja, juga rajin melatih dan
menggembleng diri maka agaknya sukar bagi dua
wakil ketua untuk merebut kedudukan.
Malam itu acara adat akan dilanjutkan
dengan pemilihan ketua baru Kalau dua wakil
mengalah tentu tak akan terjadi pertandingan uji
coba, berarti tak akan ada keramaian setelah itu.475
Tapi kalau dua wakil merasa ingin mencoba
keberuntungan
Pulau Api tak boleh dipimpin tokoh yang
lemah maka penghuni tentu saja menjadi tegang
dan gembira untuk melihat adanya pertandingan
hebat. Ketua dan wakil ketua biasanya hampir
berimbang. Masing-masing hampir sama namun
kecerdikan dan keunggulan fisik turut berperan.
Siapa kalah cerdik dan kalah prima biasanya
kalah. Maka ketika malam itu diumumkan akan
adanya pemilihan ketua, wakil ketua diminta
untuk tetap pada posisinya atau naik tingkat
maka penghuni menjadi ramai berbisik-bisik
untuk meramal apa yang kira-kira akan
terjadi.Ketua bisa tetap menduduki jabatannya
yang sekarang dan wakil mengalah atau mungkin
wakil ketua akan maju dan menguji ketua. Kalau
ini yang terjadi, ketua diuji wakilnya maka dua
hasil yang akan diperoleh, sang ketua kalah atau
wakil yang menang. Dan biasanya dalam adu
ilmu demikian pasti salah seorang akan roboh.
Mati atau luka berat dalam pertandingan ini tak
boleh dilanjutkan dendam!476
Bulan di atas kepala semakin tegak
memancarkan cahayanya yang keemasan. Pulau
Api sudah riuh dengan akan dimulainya pesta
dan suasana panas mulai memuncak. Ada
teriakan-teriakan bahwa ketua akan tetap
menduduki kursinya. Tapi ketika ada teriakan
pula bahwa it-hu-pangcu (wakil pertama) akan
menggeser ketua maka penghuni ramai
menyalak dengan suara mereka sendiri-sendiri.
Dari teriakan atau pekikan kasar penghuni pulau
dapat ditarik kesimpulan bahwa dua jago
mendapat perhatian besar. It-hu-pangcu adalah
dari keluarga Bu sedang ketua adalah dari
keluarga Tan. Masing-masing akan bertanding
atau wakil ketua akan mempercayakan jabatan
itu lagi kepada ketuanya. Tapi karena sudah
tersimpan kabar bahwa it-hu-pangcu akan
menguji, konon wakil pertama ini sudah
mendapatkan kemajuan ilmunya yang amat
dahsyat maka penghuni atau murid-murid Pulau
Api menanti kejadian itu dengan hati tegang.
Mereka sudah mulai menjagokan jagonya
masing-masing dan terdengarlah teriakan-477
teriakan kasar itu. Waktu semakin mendekati
titik puncak dan ketika genderang dipukul
semakin gencar ramailah terdengar seruanseruan bahwa pangcu akan mundur, hal yang
membuat merah muka pemuda baju hitam yang
sejak tadi mendengarkan ini. Ia diam tak
bergerak ketika teriakan-teriakan masih
mengunggulkan nama ayahnya. Tapi ketika
ayahnya disebut-sebut akan mundur dan nama
it-hu-pangeu dijagokan ke atas maka pemuda
yang tak dapat menahan diri dan menoleh ini
tiba-tiba membentak,
"Diam, kalian tak perlu menggonggong
seperti anjing!"
Dahsyat sekali bentakan itu. Tan Bong
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang menyerukan suaranya dengan marah
terdengar menggetarkan jantung orang-orang di
situ. Ia meloncat dan sigap membalik, suara dari
kelompok yang menyanjung it-hu-pangcu
dipandang. Sepasang matanya mencorong
merah dan terkejutlah kelompok itu oleh
pandang mata pemuda ini. Dan ketika semua
diam sementara genderang dan kencrengan478
berhenti dipukul maka Yang Tek, pemuda baju
biru juga bangkit berdiri dan mengangkat
tangannya tinggi-tinggi.
"Kalian tak usah menjagokan siapa-siapa.
Ini urusan pimpinan kita. Berhenti dan bicaralah
yang lain!"
"Hm!" sebuah suara tiba-tiba'terdengar,
dingin dan bernada marah. "Kenapa mereka
tidak boleh menyebut-nyebut namaku, Yang
Tek? Bukankah setiap orang boleh menjagokan
jagonya masing-masing? Bicaralah, berteriaklah.
Siapapun boleh bicara bebas di pulau ini untuk
saat seperti ini!"
Seorang laki-laki tinggi sedang tiba-tiba
muncul. Ia tahu-tahu sudah berada di depan dua
pemuda itu dan mengibas, perlahan saja tapi
Yang Tek terhuyung, hampir terjungkal! Dan
ketika Tan Bong mengelak mundur dengan cepat
melompat jauh ke belakang maka ia terbebas
dari kibasan, namun saat itu muncul bayangan
lain berkelebat menengahi.
"Bu-suheng, tak usah meladeni omongan
anak-anak. Sudahlah, kita sedang merayakan479
upacara adat dan menghormati nenek moyang
kita. Pangcu akan datang!"
Muncul seorang laki-laki tinggi kurus
berwajah tampan. Pakaiannya indah dan begitu
ia datang begitu pula ia menahan pundak laki-laki
tinggi sedang ini, yang lehernya berkalung rantai
perak yang kemerah-merahan. Dan ketika lakilaki ini ter-belalak namun menahan marah, ia
adalah it-hu-pangcu Bu Kok maka laki-laki tinggi
kurus, yang bukan lain adalah wakil kedua sudah
menenangkan dirinya dengan mengajaknya ke
altar.
"Pangcu akan datang, Tan-suheng
memerintahkan menyiapkan sesaji!"
"Hm!" hanya itu dengus pendek laki-laki
ini. Ia berkelebat dan tahu-tahu sudah di altar
tengah panggung itu, mengangkat tangan dan
semua orangpun tak ada lagi yang berisik.
Wajahnya yang kemerah-merahan ditimpa sinar
bulan tampak begitu garang dan berwibawa,
lengannya berotot dan tampak kokoh. Dan ketika
ia mengangkat tangan tinggi-tinggi dan berseru
ke segala penjuru maka terdengarlah suaranya480
yang jauh lebih hebat dari pada bentakan Tan
Bong tadi, putera ketua,
"Anak-anak, kita malam ini akan
mempersembahkan sesaji kepada dewa kita Han
Sun Kwi. Dan malam ini kebetulan juga ketua
akan mengakhiri masa jabatannya. Nah, karena
waktu sudah tiba bagi kita untuk memulai
upacara maka diminta kepada yang
berkepentingan untuk menyerahkan dan
mengeluarkan sesaji persembahan!"
Yang Tek, pemuda yang dimaksud
bergerak menerima perintah. Dialah yang
menyatakan diri sebagai penyerah tumbal dan
karena semua sudah mendengar akan
keberhasilannya menangkap penghuni Lembah
Es maka pemuda itu menghilang sejenak ke
gugusan batu-batu karang di belakang lapangan
rumput itu. Dia tadi terkejut dan marah oleh
kelakuan susioknya ini tapi karena menyadari
keadaan ia menahan kemarahan. Ia tadi dikibas
dan tidak siap, .kalau siap belum tentu dapat
dibuat malu. Tapi ketika kini ia diminta
menyerahkan sesaji dan itu sebuah kehormatan,481
ia dapat berbangga kepada semuanya nanti tibatiba pemuda itu pucat mukanya karena gadis
tawanan yang disembunyikannya di dalam
sebuah guha ternyata lenyap!
"Ah, di mana dia?" pemuda ini
kebingungan. "Keparat, di mana tawananku?"
dan ketika dia mencari-cari namun tetap juga tak
berhasil, gadis tawanan lenyap maka terdengar
seruan menggelegar dari paman gurunya itu,
"Penyerah tumbal, harap cepat ke mari!"
Pemuda ini terpaksa kembali. Ia harus datang
menerima panggilan, tangan masih kosong tapi
apa boleh buat. Dia sudah terlalu lama. Dan
ketika semua orang heran bahwa ia tak
membawa gadis tawanan itu, sesaji yang akan
dijadikan tumbal maka Yang Tek berlutut di
bawah altar melapor,
"Susiok, tawanan hilang. Maafkan teecu
yang harus mencarinya dulu!"
"Hm, hilang? Atau kau hanya menjual
berita kosong?" sang wakil ketua bicara bengis,
tertawa mengejek. "Kau jangan main-main, Yang
Tek. Semua tahu hukumanmu kalau tidak benar.482
Kami sudah tak ada waktu karena bulan sudah di
atas kepala. Kalau kau ingin mencari maka hanya
ada lima detik bagimu dan pergilah!"
"Susiok !"
"Tak ada tawar-menawar lagi. Pergi dan
cari, lima detik. Atau kau menggantikannya dan
menjadi tumbal di sini!"
Wajah riang dan bangga yang tadi ada
tiba-tiba berubah menjadi pucat pasi pada wajah
pemuda tinggi besar ini. Semua juga terkejut dan
maklum akan apa yang bakal terjadi. Sudah
menjadi peraturan bahwa penyerah tumbal yang
gagal harus mengganti dengan dirinya sendiri.
Yang Tek harus menyerahkan kepalanya dan
dipenggal di situ. Darahnya akan ditampung di
panci yang disiapkan dan ini berarti malapetaka.
Siapa mau dibunuh! Memang ada kesempatan
bagi Yang Tek untuk mencari tawanan yang
hilang tapi mendengar bahwa waktu yang
diberikan adalah lima detik saja, begitu singkat
dan tak masuk akal maka semua melengak dan
terkejut. Tapi it-hu-pangcu berkata bahwa
puncak upacara sudah akan dimulai, bulan483
memang sudah hampir tegak lurus di kepala dan
waktu memang mepet. Maka ketika pemuda itu
tertegun sementara orang-orang lain terbelalak,
tak mungkin pemuda itu berhasil tiba-tiba
terdengar suara berat yang ditujukan kepada
pemuda ini,
"Yang Tek, tawananmu lari ke kamarku.
Ambil dan bawalah dia ke mari!"
Bagai iblis muncul sesosok asap merah.
Asap ini meledak dan tahu-tahu muncul seorang
laki-laki gagah berjenggot kemerahan, berdiri
dan sudah berada di antara it-hu-pangcu dan
pemuda itu. Iaki-laki ini mengenakan jubah
merah dan wajahnya yang merah kehitaman
tampak keras dengan sepasang mata berkilatkilat, tajam bagai naga sakti! Dan ketika semua
berseru menjatuhkan diri berlutut karena itulah
tocu atau pangcu (ketua) dari Pulau Api maka
Yang Tek yang terkejut tapi girang melihat
kedatangan gurunya ini sekonyong-konyong
berkelebat dan sekejap kemudian ia sudah
menghilang muncul lagi dengan seorang gadis di
pondongnya yang berteriak-teriak.484
"Lepaskan aku... jahanam! Lepaskan aku
!"
Penghuni tiba-tiba bersorak. Mereka
berdiri dan serentak memandang pemuda itu
dan semua terbelalak melihat gadis Lembah Es
ini. Gadis itu cantik sekali dan pakaiannya yang
compang-camping membangkitkan gairah lelaki,
apalagi ketika Yang Tek meraba pahanya dan
mengelus-elus bagian itu. Gadis ini merontaronta, tersedu. Namun ketika Yang Tek
melemparnya di panggung altar dan semua
bersorak maka tocu atau pangcu dari Pulau Api
mengangkat tangannya, berseru,
"Diam, jangan gaduh!" lalu ketika semua
terkejut namun memandang beringas, adanya
seorang wanita di situ menimbulkan birahi yang
hebat maka tocu berseru lagi dengan suaranya
yang berat dalam, penuh pengaruh,
"Malam ini kita akan mengadakan pesta
leluhur. Muridku Yang Tek telah dengan berani
memasuki Lembah Es dan berhasil menangkap
seorang penghuninya. Dan karena ia menjadi
satu-satunya orang yang paling berjasa maka485
sesuai peraturan ia berhak menerima hadiah,
pangkat atau ilmu kepandaian!"
Pemuda itu berseri-seri. Ia tidak lagi
mengamati wajah susioknya yang berubah gelap,
setelah tadi dengan wajah bengis dan senyum
kemenangan siap menjatuhkan hukuman mati.
Dan ketika tocu sudah bicara sementara ia
diminta memilih, pangkat atau ilmu kepandaian
maka sang tocu menyuruh pemuda itu berdiri di
depan altar, menghadap tetua-tetua.
"Jawab, apa yang kau inginkan, Yang Tek.
Kepandaian ataukah pangkat!"
"Teecu tak ingin kedudukan. Teecu Ingin
kepandaian, suhu. Kalau boleh teecu ingin
mewarisi Giam-lui-ciang hingga tingkat sepuluh!"
"Hm, aku dan susiokmu sendiri baru
tingkat delapan dan tujuh. Kau terlalu berambisi,
Yang Tek. Tapi tak apa, bagus. Itu menunjukkan
semangatmu yang besar dan kau patut menjadi
murid Pulau Api. Hm,sekarang kita mulai pesta
dan lepaskan gadis itu!"
Sang ketua menggoyang lengan dan
menyuruh lepaskan tawanan. Dan begitu tangan486
diangkat genderang dan kencrengpun dipukul
gencar. Para penghuni bersorak! Yang Tek telah
meminta hadiahnya dan ia betul. Kalau
kedudukan, tentu ia menjadi wakil nomor tiga.
Pemuda itu baru mewarisi Giam-lui-ciang sampai
tingkat lima dan kalau ia ingin ke tingkat enam
atau tujuh tentu saja harus meminta ilmu itu.
Sudah menjadi peraturan bahwa murid yang
berjasa wajib menerima hadiah, entah pangkat
atau ilmu. Maka begitu Yang Tek meminta
kepandaian dan itu sudah dikabulkan maka
adalah giliran pemuda itu untuk melepas
tawanan dan mendemonstrasikan bagaimana
dia menundukkan atau mengalahkan lawannya
itu, seolah melakukan adegan ulang. Dan begitu
pemuda ini bergerak dan membebaskan totokan,
gadis Lembah Es itu meloncat bangun
sekonyong-konyong ia berteriak dan menerjang
pemuda itu.
"Yang Tek, kau iblis keji!"
Genderang dan bunyi-bunyian gencar
kian ditinggikan. Suaranya begitu berisik
sementara riuh dan sorak penghuni Pulau Api487
bagaikan iblis berpesta. Ketua sudah membuka
isyarat dan adalah mengasyikkan menonton
pertandingan itu. Gadis itu menerjang dengan
pakaian compang-camping, memperlihatkan
paha dan pundak atau kulit lengannya yang
halus. Dan ketika Yang Tek mengelak dan gadis
itu membalik, memekik maka dia sudah
mengejar dan melancarkan pukulannya bertubitubi. Genderang dan bunyi-bunyian
memekakkan telinga dan gadis itu bagaikan gila.
Ia menjerit dan memaki-maki lawan namun
suaranya tenggelam oleh pekik dan riuh
genderang. Para laki-laki di situ melonjak dan
menari-nari melihat pertempuran ini. Yang Tek
mengelak dan berloncatan namun ketika lawan
berkelebat dan menyambar-nyambar mendadak
iapun membentak dan mengikuti. Tubuh
pemuda ini berseliweran naik turun dan lawan
yang berkelebatan diimbangi dengan kecepatan
yang sama. Dan ketika penghuni bersorak agar
pemuda itu membalas lawan, Yang Tek berseri
dan tertawa mengejek maka terdengar seruan
agar gadis itu ditelanjangi.488
"Yang-suheng, beri tontonan kepada
kami yang menarik. Cabut pakaian gadis itu,
telanjangi satu demi satu!"
"Benar," yang lain bersorak.
"Beri kami pemandangan indah, suheng.
Cabut pakaian gadis itu dan perlihatkan kepada
kami kemulusan tubuhnya!"
"Ha-ha, dia cukup hebat, para sute, dan
aku sudah menikmatinya. Karena dia akan
menjadi tumbal biarlah untuk pelepas dahaga
kalian lihat kemulusan tubuhnya... brett..!"
tangan pemuda itu bergerak, menangkis sebuah
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serangan dan ketika dia merunduk dan
menyelinap tahu-tahu jari-nya sudah menyusup
di bawah ketiak gadis itu. Yang Tek meraba buah
dada gadis ini untuk akhirnya menarik dan
membetot baju di bagian itu. Dan ketika gadis ini
menjerit karena kaget, juga marah dan pucat
berganti-ganti maka ia sudah telanjang dadanya
dan penghuni Pulau Api bersorak.
"Bagus... aih, bagus, suheng. Indah
sekali!"489
Gadis itu membanting tubuh bergulingan.
Ia menutupi kedua dadanya dengan repot
namun Yang Tek berkelebat dan menyusul,
tertawa dan mencengkeram lagi bagian bawah
perutnya ketika gadis itu meloncat bangun. Dan
karena gadis itu baru saja berdiri tahu-tahu si
pemuda sudah di sampingnya, merobek dan
merenggut maka perutnyapun telanjang dan
sorak riuh penghuni Pulau Api kian menghebat.
Gadis ini menangis dan selanjutnya ia sibuk
mengamankan bagian-bagiannya yang terbuka.
Sekarang otomatis ia tak dapat menyerang.
ditelanjangi di depan banyak orang, laki-laki yang
semuanya haus akan pelampiasan terhadap
wanita. Dan ketika Yang Tek terus
mempermainkan dan tampak bahwa gadis
Lembah Es ini memang bukan tandingannya,
pemuda itu tertawa mencengkeram bawah perut
maka satu-satunya sisa pakaian terbuka. Sorak
gemuruh mengimbangi riuhnya kencreng dan
bunyi-bunyian lain. Yang Tek sudah membuat
lawan tak berpakaian lagi dan gadis itu menjerit,
roboh. Belasan orang menubruk dan penghuni490
Pulau Api benar-benar sudah tak dapat menahan
diri. Mereka yang ada di depan dibuat beringas,
bergelak dan menyambar gadis ini dan seorang
yang paling cepat berhasil memperolehnya. Tapi
ketika dia memeluk dan mendekap tubuh mulus
itu, menciumi mendadak gadis ini berontak dan
kakinya tepat sekali menghantam selangkangan
lawan
"Aduh...!"
Kiranya gadis itu masih hebat. Ia
membuat penghuni Pulau Api bergulingan
mendekap bawah pusarnya, yang lain-lain
terkejut tapi mereka sudah menubruk sana-sini.
Dan karena lawan terlalu banyak sementara
gadis itu benar-benar berada di tengah
sekelompok manusia buas maka ia roboh
diterkam sana-sini dan kaki tangannya dipegangi
banyak lawan.
"Ha-ha, aku dulu!"
"Tidak, aku dulu...!"
Gadis itu merintih dan tersedu-sedu. Ia
benar-benar tak berdaya di tangan sedemikian
banyak laki-laki dan jatuh dari satu penghuni ke491
penghuni yang lain. Para laki-laki yang
mendengus oleh birahi itu ngak-ngik-ngok
menciumi tubuhnya, tangan-tangan merekapun
menggerayang kasar hingga si gadis
menggelinjang-gelinjang, bukan geli melainkan
ngeri! Dan ketika ia roboh ditimpa sekian banyak
lelaki, keadaannya mirip kelinci di mulut harimau
ganas maka penghuni yang lain berhamburan
namun Yang Tek berkelebat menendang.
"Minggir.... des-des-dess!"
Semua mencelat dan terlempar oleh kaki
pemuda ini. Yang Tek menyambar dan gadis
tawanan pingsan. Pemuda itu telah memberikan
sedikit kepuasan kepada teman-temannya
namun mereka yang kehilangan korban
berteriak-teriak. Nafsu terlanjur menggelegak
dan terjadilah pemandangan menyeramkan
ketika kaum laki-laki itu saling tubruk sendiri.
Mereka menyambar teman-teman terdekat dan
inilah yang dijadikan sasaran. Laki-laki memeluk
laki-laki, berciuman! Dan ketika mereka
bergulingan dan saling tindih, buas tak kenal
malu maka mereka bercumbu dan melepas492
hasrat birahi dengan kelakuan aneh, jauh di atas
tingkatan binatang!
Namun terdengar bentakan yang tibatiba membuat penghuni pulau terjengkang.
Mereka yang sedang berciuman dan melepas
berahi mendadak mengeluh. Suara bentakan itu
dahsyat mengguncangkan dada mereka hingga
terasa sakit, napas juga sesak. Dan ketika semua
itu masih ditambah dengan bertiupnya angin
kencang, panas membara maka orang-orang itu
terlempar dan jatuh berdebuk dengan muka
pucat. Nafsu seketika padam!
"Berhenti, puncak acara pesta belum
dimulai!"
Semua mengerang dan merintih. Ketua
kiranya turun tangan dan tadi mengibaskan
tangannya dari panggung altar. Hebat sapuan
kibasannya tadi karena penghuni dibuat sadar.
Mereka yang terbakar birahi mendadak lenyap
dan dingin lagi, semua pucat memandang tokoh
di atas panggung itu. Dan ketika ketua memberi
isyarat dan Yang Tek melangkah maju maka gadis
Lembah Es tahu-tahu melayang dan menuju ke493
arah ketua, disedot pukulan anehnya ketika
telapak dibuka dan ditujukan kepada muridnya
utama ini.
"Yang Tek, acara pembukaan sudah kau
mulai. Bersiaplah kalian semua menuju ke acara
inti!"
Genderang dipukul pendek dan berhenti.
Dua wakil pimpinan bergerak dan masing-masing
mengambil gergaji dan panci di meja altar. Gadis
di tangan sang ketua dilempar dan jatuh tepat di
meja ini, telentang. Dan ketika genderang
dipukul lagi tiga kali, berhenti dan terompet kini
bertiup maka terdengar lagu persembahan yang
aneh dan mendirikan bulu roma. Penghuni Pulau
Api tiba-tiba berlutut semua dan suara puja-puji
terdengar dari mulut dua wakil pimpinan. Lalu
ketika suara itu disambung nyanyian sumbang
ketua yang sudah mencabut tongkat hitam maka
suasana menjadi lebih menyeramkan dengan
adanya ketukan tongkat yang menggetarkan
pulau. Nyanyian atau puja-puji para penghuni
kalah dibanding ketukan tongkat di tangan ketua
ini, apalagi nyanyiannya yang berat dan parau494
itu, sumbang. Dan ketika ketua mendekati meja
altar dan tangannya bergerak menghantam
maka terdengar ledakan disusul bunyi genderang
yang kembali berirama rancak, riuh. Sekejap
suara ketua tertelan namun bunyi genderang
melirih perlahan, terompet juga ditiup lebih
rendah sampai akhirnya berhenti sama sekali.
Dan ketika semua mengangkat wajah karena
puja-puji atau doa selesai maka terdengarlah
suara ketua yang dalam dan berat.
"Saudara-saudara, murid dan penghuni
Pulau Api. Hari ini kita merayakan pesta
persembahan untuk memuja keagungan nenek
moyung kita Dewa Han Sun Kwi. Setiap tahun kita
selalu mengorbankan sesaji dan darah binatang.
Namun karena malam ini kita menangkap
seorang murid dari musuh bebuyutan kita,
penghuni Lembah Es maka adalah kehormatan
bagi kita untuk memberikan persembahan lebih
berharga kepada nenek moyang kita. Dewa kita
Han Sun Kwi tentu senang, sudah lama kita tidak
mempersembahkan darah seorang penghuni
Lembah. Karena itu atas jasa murid kita Yang Tek495
malam ini kita patut bersyukur dan semoga dewa
kita Han Sun Kwi memberikan berkah dan
keberuntungannya. Mari kita mulai
persembahan darah ini dan silahkan hu-pangcu
membunuh gadis itu!"
Sorak pendek terdengar sejenak. Para
penghuni berdiri dan gadis itu yang rupanya
sudah sadar tiba-tiba membuka mata. Ia masih
telanjang bulat dan benar-benar seperti bayi.
Para lelaki, kaum penghuni pulau, bersinar-sinar
dan tampak gelisah memandang gadis di meja
altar itu namun mereka tak ada yang berani
bergerak. Berahi mereka telah ditindas oleh
bentakan ketua tadi, juga hadirnya dua wakil
ketua di meja itu membuat mereka tak berani
sembarangan. Gadis itu adalah gadis korban, dia
akan dibunuh. Maka ketika ketua mundur dan
kini wakil ketua bergerak dan melangkah maju,
gadis itu merintih maka it-hu-pangeu yang
memegang gergaji menyeringai memandang
gadis itu, tangan kirinya bergerak menangkap
kepala.496
"Gadis beruntung, kau akan menghadap
dewa kami Han Sun Kwi. Bersyukurlah, darahmu
akan menyucikan dirimu!"
"Keparat! Terkutuk...!" gadis itu meronta
dan memaki-maki, menangis. "Kau bunuhlah aku
dengan cepat, tua bangka. Kau bunuhlah aku dan
jangan jadikan aku tontonan seperti ini. Kalian...
kalian manusia iblis!"
"Hm, aku memang akan membunuhmu.
Tapi ini adalah keberuntungan bagimu. Kau akan
diperisteri dewa kami Han Sun Kwi. Bersiaplah!"
Gadis itu pucat. Ia melihat laki-laki tinggi
besar ini mengangkat gergajinya, menempelkan
ke leher dan siap menggorok! Dan ketika wakil
ketua kedua membungkuk dan bersiap di bawah
lehernya untuk menadah darah maka gadis itu
menjerit karena ia akan disembelih seperti ayam,
bahkan lebih keji lagi, karena yang dipakai adalah
gergaji!
"Kalian iblis-iblis terkutuk. Kalian
binatang... kalian, ah.... kalian melebihi
binatang!"497
"Ha-ha, bersiaplah, nona manis. Kau telah
menjadi tumbal dan tak ada lagi hak bicara....
wutt!" gergaji itu bergerak, siap menggorok dan
gadis ini serasa terbang semangatnya merasai
benda dingin menempel di leher. Sungguh tak
disangkanya bahwa ia akan dibunuh sekeji itu,
digorok. Tapi ketika gergaji bergerak dan gadis ini
menjerit, dia akan disembelih hidup-hidup
mendadak berkelebat sebuah bayangan dan
sebutir batu hitam menyambar gergaji itu.
"Kakek keji, tahan senjatamu.... takk!"
gergaji terpental dan seorang pemuda gagah
tahu-tahu telah berada di panggung dengan
amat cepatnya. Dia bergerak bagai siluman dan
begitu di meja altar diapun segera menendang
dua wakil ketua dengan kaki berputar dari bawah
ke atas. It-hu-pangcu, wakil pertama terkejut
bukan main karena begitu senjata terpental
iapun menerima tendangan luar biasa. Dagunyn
disambar dan tentu ia terbanting roboh. Kejadian
ini benar-benar di luar dugaan, siapa pun tak
bakal menyangka! Namun karena ia, bukan
orang lemah dan begitu gergaji terpental iapun498
sudah meliuk dan merendahkan tubuh maka
tendangan itu diterima dengan tangan kirinya
dan.... duk-dukk... dua . wakil ketua ini terhuyung
karena di saat yang sama wakil nomor dua juga
menangkis dan terbelalak lebar memandang
musuh yang baru datang ini. Penghuni Pulau Api
seketika gempar!
"Kau siapa!" bentakan itu menggetarkan
panggung altar. "Siapa kau, anak muda.
Bagaimana berani mati memasuki Pulau Api!"
Namun pemuda itu bergerak dan sudah
menyambar gadis yang di meja altar ini. Dia
sengaja membuat mundur dua wakil pimpinan
itu setelah batu hitamnya mementalkan gergaji.
Gadis yang akan disembelih itu sudah diraih dan
diselamatkannya. Dan ketika ia melepas baju
luarnya sendiri untuk dipakai menutupi tubuh
telanjang itu, gadis ini terbeliak dan bebas dari
totokan maka gadis Lembah Es itupun terkejut
dan tercengang, heran dan kagum serta
bengong. Tapi ketika dia ditarik dan diajak
melompat ke bawah, turun dari panggung altar
maka seruan dan.bentakan marah terdengar dari499
penghuni pulau. Mereka juga terkejut dan
tersentak melihat pemuda gagah tampan itu.
Usianya baru sembilan belas tahun namun sikap
dan gerak-geriknya jelas menunjukkan pemuda
yang berisi. Bahwa dia mampu memasuki Pulau
Api sudah membuktikan kepandaiannya itu,
apalagi mampu mementalkan senjata di tangan
it-hu-pangcu dan membuat dua wakil ketua
terhuyung. Namun ketika semua sudah sadar
dan kegembiraan berubah menjadi kemarahan
maka it-hu-pangcu, yang merasakan lebih dulu
serangan pemuda itu maju berkelebat dan
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lengannya yang kokoh berotot sampai berbunyi
berkeriut-keriut, sang tocu atau ketua tampak
tertegun di sana.
"Anak muda, kau siapa. Apakah sahabat
dari Lembah Es hingga berani mengganggu
kami!"
"Maaf," pemuda itu, yang tinggal
mengenakan pakaian dalam karena pakaian
luarnya diberikan kepada si gadis berkata gagah,
wajahnya bersinar-sinar dan matanya tajam
mencorong, bagai mata seekor naga sakti muda.500
"Aku adalah orang biasa, hu-pangeu. Aku orang
luar tapi yang tak tahan oleh semua kejadian ini.
Aku datang untuk membebaskan gadis ini karena
tak layak kalian mempersembahkan korban
berupa seorang manusia. Kebiasaan kalian tak
patut dipertontonkan!"
"Keparat!" ji-hu-pangeu, wakil nomor
dua bergerak dan sudah melayang turun ke
bawah panggung pula, alisnya berkerut dan
matapun terbakar. "Tak usah banyak mulut
terhadap pemuda ini, ji-suheng. Tangkap dan
bunuh dia!"
"Hm, aku memang akan melakukannya!"
dan baru kata-kata ini habis tahu-tahu it-hupangcu itu menggerakkan lengan ke depan. Ia
marah dihina pemuda ini dan hadirnya anak
murid membuat ia tak mau bersabar lagi. Ia
bergerak dan langsung melepas Giam-lui-ciang.
Pukulan Petir Neraka itu menyambar dan angin
panaspun menderu. Tapi ketika pemuda itu
mengelak dan pukulan ini mengenai tempat
kosong maka it-hu-pangcu terbelalak namun tiga
pemuda tiba-tiba berkelebat dan berseru,501
"Susiok, serahkan pemuda ini kepada
kami!" Kiranya Yang Tek dan dua sutenya. Siauw
Lok, pemuda baju merah berkelebat paling
depan tapi suhengnya itu lebih cepat
mendahului. Datangnya pemuda pengacau itu
membuat mereka terkejut dan Tan Bong juga
bergerak dan maju ke depan. Namun karena dua
suhengnya mendahului dan mereka nyaris saling
berseru maka pemuda tinggi besar itu, Yang Tek,
yung paling depan dan marah sudah langsung
menyerang dan berseru pada susioknya agar
mundur. It-hu-pangeu tertegun namun mundur.
Murid keponakannya, Yang Tek, sudah melepas
pukulan sementara Siauw Lok juga bergerak di
belakang suhengnya itu. Pukulan susiok mereka
luput namun pukulan mereka menyambar. Dua
pemuda itu dahulu-mendahului namun pemuda
baju putih ini mengelak, dicegat dan diserang lagi
dan terpaksa dia menangkis. Dan ketika mereka
beradu tenaga dan Yang Tek mau pun sutenya
terpental maka semua terkejut dan pemuda baju
putih itu tiba-tiba bergerak dan lari, menyambar
gadis penghuni Lernbah Es itu.502
"Nona, kita pergi...!" Pemuda itu
berkelebat meninggalkan panggung. la sudah
bergerak dengan sama cepatnya seperti datang,
meluncur dan tahu-tahu sudah melayang
melewati kepala banyak orang, penghuni pulau.
Narnun karena mereka bukan orang-orang
lemah dan yang dilompati kepalanya bergerak
dan membentak maka pemuda itu dipegang
kakinya tapi dengan gerakan luar biasa malah
menendang dan tiga orang roboh menjerit.
"Aduh...!" Gadis Lembah Es tertegun dan
kagum. Ia sudah dibawa lari dan pemuda ini
memutar pulau. Batu-batu karang, yang ada di
belakang sudah dituju pemuda ini dan ke situlah
pemuda ini terbang. Dan ketika ia ditarik dan
terangkat naik maka dirinya berseru tertahan
namun pemuda itu memberi isyarat agar dia
tidak bersuara.
"Sst, hati-hati. Aku telah menyiapkan
perahuku di ujung sana, nona. Pegang tanganku
erat-erat dan kita tinggalkan tempat berbahaya
ini!"503
"Ah, kongcu... siauw-hiap.... eh,
siapakah?"
"Aku Beng An, datang secara kebetulan
dan hampir terlambat menolongmu."
"Beng An? Ah, siauw-hiap... eh,
memusuhi orang-orang Pulau Api?"
"Aku tak bermusuhan dengan siapapun,
nona. Aku datang secara kebetulan saja dan
tertarik melihat keramaian itu. Sudah lah, musuh
mengejar dan kita secepatnya harus tiba di
perahu!"
Namun dari depan dan kiri kanan tibatiba berkelebatan banyak bayangan. Pemuda ini
dihadang dan gadis Lembah Es tampak terkejut.
Ia sudah diselamatkan tapi kini dihadang orangorang Pulau Api itu, satu di antaranya adalah
Yang Tek! Dan ketika pemuda tinggi besar itu
membentak berseru keras, tadi penasaran oleh
hebatnya sinkang pemuda ini maka pemuda itu
menghantam dan Beng An atau pemuda baju
putih ini menangkis, apa boleh buat harus
menghadapi dulu serangan itu.
"Dess!"504
Yang Tek berseru kaget dan terpelanting
lagi. Ia memotong jalan dan bersama lima
temannya mencegat di situ, melepas pukulan
tapi kalah kuat. Dan ketika ia terlempar dan
bergulingan meloncat bangun, lima temannya
menyerang namun disambut tendangan cepat
maka mereka juga terbanting dan murid-murid
Pulau Api itu mengeluh semua. Pemuda baju
putih ternyata benar-benar lihai dan kini ia lari
lagi. Dari tangkisan dan tendangannya dapat
dilihat bahwa sepak terjangnya diatur, ia tak mau
membunuh atau melukai berat. Namun ketika ia
menuju pantai dan dari jauh gadis Lembah Es
dapat melihat adanya perahu ternyata tempat
itu sudah dikepung dan yang berdiri paling depan
adalah it-hu-pangcu Bu Kok!
"Celaka, it-hu-pangcu ada di situ. Ia orang
nomor dua paling kuat di Pulau Api. Putar dan lari
ke arah lain saja, siauw hiap. Aku takut!"
"Hm, begitukah? Baik, aku juga tak
bermaksud untuk bertempur habis-habisan. Ada
kulihat perahu-perahu lain di sekitar pulau, mari
kita ke sana dan pegang erat-erat tanganku!"505
Gadis itu pucat. la ngeri melihat adanya
wakil nomor satu itu tapi ketika mereka memutar
dan bergerak menuju selatan ternyata wakil
nomor dua ada di sana. Pemuda ini memutar
tubuh lagi dan menuju timur. Tapi ketika di sini
juga me nunggu puluhan orang Pulau Api maka
di tempat lain juga sama karena tempat itu
benar-benar terkepung.
"Kita tak dapat keluar. Celaka, mereka
telah mengepung pulau!"
"Tak usah takut. Kita kembali ke batubatu karang itu, nona. Kita cari sebuah guha dan
bersembunyi dulu!"
"Siauw-hiap tak takut dicari? Bagaimana
kalau salah memasuki guha pimpinan pulau?"
"Apa boleh buat. Kita hadapi mereka itu,
nona. Asal tidak dikeroyok ratusan orang kupikir
aku sanggup menghadapi mereka. Mari, kita
kembali dan ke tengah pulau!". Pemuda itu
menarik temannya dengan wajah bingung.
Malam itu Pulau Api terang-benderang dan
bayangan mereka mudah terlihat. Kalau saja
tidak membawa gadis ini tentu dia menerjang506
orang-orang itu. Dia tak takut menghadapi
penghuni pulau melainkan khawatir bagaimana
melindungi gadis Lembah Es ini. Gadis itu telah
letih dan guncangan demi guncangan yang
dialami cukup melelahkan. Maka bergerak dan
kembali ke pulau, menuju batu-batu karang di
dekat altar panggung pemuda itupun sudah
mencari dan menemukan sebuah guha. Di
tengah pulau memang banyak guha-guha gelap
sebagai hunian para penghuni. Saat itu semua
sedang keluar dan guha menjadi kosong. Maka
begitu masuk dan entah guha siapa yang
dimasuki maka pemuda ini melepaskan
temannya dan gadis itu jatuh terduduk,
menggigil.
"Siauw-hiap, bagaimana sekarang. Kita kita malah terkepung!"
"Hm, tenang saja. Sementara ini kau
memulihkan tenagamu dulu, nona. Nanti kita cari
jalan lain. Sudahlah, tempat ini enak dan kosong.
Kau dapat beristirahat dan aku berjaga di luar
guha..."507
"Tidak, nanti dulu!" gadis itu melompat
dan pucat. "Aku tak mau sendirian di dalam,
siauw-hiap. Kalau kau di mulut guha biarlah aku
di situ juga!"
"Eh, kau harus memulihkan tenagamu"
"Tidak, di sini juga bisa, siauw-hiap. Kalau aku di
dalam kau juga harus di sana!"
"Baiklah, kalau begitu kau boleh duduk di
sini. Aku sedang mencari akal bagai-mana bisa
lolos dari sini. Mari, kita memasang
kewaspadaan."
Gadis itu terisak. Ia lega bahwa ada
teman di situ. Pemuda itu duduk dan pandang
matanya ditujukan keluar. Dan ketika mereka
mendengarkan teriakan-teriakan dan makian di
luar sana, penghuni berlarian dan sibuk mencari
mereka maka gadis ini memandang pemuda itu
lebih cermat lagi dan dari samping ia melihat
betapa pemuda ini benar-benar gagah dan
tampan. Ia menggigit bibir dan teringat Yang Tek.
Dan begitu teringat pemuda itu ia pun tak dapat
menahan dirinya lagi dan menangis tersedusedu!508
"Eh, jangan berisik. Kita sedang
bersembunyi, nona. Nanti ketahuan mereka."
"Aku... aku benci orang-orang Pulau Api
ini. Ah, kalau umurku masih panjang ingin
rasanya kucincang tubuh si Yang Tek itu. dia
merusak hidupku. Keparat!"
"Sudahlah, sementara diam di sini, no na,
Jangan biarkan tangisrnu didengar mereka.
Omong-omong, dari manakah kau ini dan orang
macam apakah penghuni pulau ini."
"Aku dari Lembah Es...."
"Ya, tadi kudengar itu. Tapi di manakah
Lembah Es, aku belum pernah dengar."
"Lembah Es di Semenanjung Hitam,
ribuan li dari sini..."
"Semenanjung Hitam? Astaga, di tempat
sejauh itu?"
"Benar, siauw-hiap. Dan kami orangorang Lembah Es memang selalu bermusuhan
dengan penghuni Pulau Api. Kami..."
"Nanti dulu, jangan sebut aku siauw-hiap
(pendekar muda). Kita sesama kalangan orang
kang-ouw dan tak enak rasanya mendengar509
sebutan itu. Panggil namaku Beng An, nona. Dan
biar kusebut kau cici Usiamu tampaknya lebih tua
daripada aku."
Gadis itu tertegun. Ia melihat
kesederhanaan pemuda ini dan akhirnya
mengang-angguk, menarik napas dalam-dalam.
Lalu kagum memandang wajah gagah itu diapun
berkata,
"Baik, dan kau boleh sebut aku Seng-Cici,
Beng An. Namaku Hwa Seng."
*** Credit:
Sumber Buku Bapak Gunawan Aj
Kontributor Bapak Awie Dermawan
Edit OCR Yons
Koleksi Kolektor EBook510
PUTERI ES
(Lanjutan "Rajawali Merah")
Karya: Batara
Jilid IX
* * * BENG AN tersenyum. Masing-masing
telah tahu namanya dan enaklah sebutmenyebut itu. Dia memang pantas memanggil
cici kepada wanita ini, yang usianya dua tiga
tahun lebih tua. Dan ketika mereka mulai
bercakap-cakap sementara kewaspadaan keluar
tak pernah diabaikan, berkelebatnya bayangan
orang-orang Pulau Api membuat gadis itu gelisah
maka gadis ini bertanya siapakah pemuda itu
orang tua atau gurunya, juga asal-usulnya.
"Aku, ah... aku berasal dari utara, utara
tembok besar. Sedangkan guruku adalah ayah
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ibuku juga. Dan kau, siapa gurumu Seng-cici?511
Kepandaianmu sebenarnya tinggi, tapi kau letih
dan dicekam ketegangan!"
"Hm , aku tegang sejak ditangkap si Yang
Tek itu. Dia.. dia pemuda keji! Aku ingin
membunuhnya kelak"
"Kau masih di bawah kepandaiannya".
Beng An menarik napas. "Kau bukan
tandingannya, Seng-cici, menyesal bahwa kau
tak akan berhasil".
"Aku bisa minta tolong majikanku
membunuh pemuda itu, atau ji-suciku di Lembah
Es. Tak dapat membunuhnya sendiri tak
membuat aku putus asa, Beng An, aku punya
banyak kawan. Dan manusia macam Yang Tek itu
tak perlu ditakuti oleh para suciku bahkan
majikanku sendiri !"
"Hm Menarik. Apakah majikan Lembah Es
adalah juga gurumu?"
"Benar tapi hei.., ada orang Pulau Api,
Beng An. Awas!"
Percakapan terhenti sejenak. Beng An
terkejut karena seorang murid atau. penghuni
Pulau Api berkelebat di situ, masuk,mau512
memeriksa atau menyelidiki tempat itu. Tapi
begitu dia melihat dan sebutir batu melayang
dari tangannya, mengenai dahi orang ini maka
penghuni Pujau Api itu roboh dan tak sempat
berteriak saking kerasnya timpukan Beng An.
"Nah, aman sekarang kita lanjutkan lagi
percakapan kita dan harap cici tenang,"
Beng An tersenyum, sikapnya sungguh
tenang dan wanita itu tertegun, Murid Lembah
Es ini kagum dan sekali lagi wajah pemuda gagah
itu ditatapnya lekat-lekat, terbelalak. Tapi ketika
Beng An tertawa dan ia sadar maka wanita ini
tersipu dan melengos.
"hebat sekali. Kau begini tenang dan
seolah tak takut apapun!"
"Hm, apa yang ditakuti? Tak dapat keluar
dari sini paling-paling mati, Seng-cici Dan orang
hidup pasti mati. Ha-ha, sudahlah, kau tak usah
gelisah!"
Wanita itu semburat merah. Melihat dan
mendengar kata-kata itu seketika bangkit
semangatnya. la menjadi malu dan tersipu
sendiri karena tampak betapa ia ketakutan513
sekali. Orang hidup pasti mati, tidak sekarang ya
kapan-kapan! Maka bersinar dan mengepalkan
tinju ia mendesis berseru,
" benar, kau benar Beng An. Tapi
betapapun sikapmu amat mengagumkan. Tanpa
kepandaian tinggi tak mungkin kau bisa begini.
Hm entah apakah kau dapat mengalahkan ketua
Pulau Api. Kalau dapat..."
"Kalau dapat kenapa?" Beng An tertawa."
Berarti kita lolos dan selamat?"
" Bukan itu saja. Kalau dapat tentu sa-ja
aku ingin memperkenalkan dirimu kepa-da ketua
kami, Beng An, hitung-hitung balas budi. Kau...
kau tentu dikaguminya!"
"Ah, kau ini membuat aku malu saja. Apa
yang harus dikagumi dari pemuda seperti aku ini.
Dan masalah balas budi, hmm.. aku bergerak
bukan untuk dibayar dengan budi, Seng-cici. Aku
membelamu semata demi kebaikan. Aku tak
mengharap budi!"
"ini yang amat mengagumkan!" Hwa
Seng malah berseru. Kau boleh bicara begitu,
Beng An, tapi bagiku tidak. Aku.. aku ingin514
membawamu ke Lembah Es kalau kita dapat
selamat!"
"Sudahlah, tak usah bicara itu. Coba
ceritakan apa dan bagaimana Lembah Es dan
Pulau Api bisa selalu bermusuhan, barangkali ini
lebih menarik!"
Hwa Seng mengangguk. Untuk pertama
kalinya dia berhadapan dengan pemuda, seperti
Beng An ini, jauh dibanding Yang Tek dan orangorang Pulau Api, Dan karena Beng An telah
menyelamatkan nyawanya dan budi itu amat
besar, dia berterima kasih sekaligus ingin
membayar budi maka berceritalah dia tentang
penghuni atau kisah Lembah Es, betapa mulamula nenek moyang mereka adalah gadis baju
putih Pek Lian dan Bu Sit, murid dari tokoh- tokoh
luar biasa Kim Kong Sengjin dan Han Sun Kwi, dua
orang yang selalu bermusuhan dan tak mungkin
berdamai dimanapun berada. Dan ketika gadis
itu bercerita dengan sengit tentang orang-orang
Pulau Api, pewaris watak jahat dari Bu Sit dan
keturunannya maka gadis itu mengepal tinju
dengan wajah berapi-api.515
"Dari dulu sampai sekarang penghuni
Pulau Api memang keji. Mereka tak kenal
kasihan. Dan untuk penyambung keturunan,
mereka selalu mencari perempuan di luar untuk
diambil anaknya,
laki-laki. Kalau perempuan dibunuh!"
"Dan penghuni Lembah Es?" Beng An
bertanya. "Bagaimana mempertahankan
keberadaannya, Seng cici? Padahal mereka juga
tidak menikah!"
"Kami memang tidak menikah, karena
rata-rata dari kami adalah pembenci laki-laki.
Tapi kami selalu mengisi kekurangan penghuni
dari kerabat istana dan bangsawan turunan sejak
jaman Dinasti Han dulu!"
"Hmm, begitu. Tapi sekarang kau
berdekatan dengan aku, tidak membenciku,
Padahal aku adalah laki-laki. Eh, bagaimana ini,
cici? Apakah kelompokmu tidak akan marah?"
Wanita ini tertegun, memerah bingung,
Tapi ketika ia menggigit bibir dan menarik napas
dalam maka meluncur kata-katanya,516
"Kau benar, Beng An,. tapi kau ternyata
lain dengan laki-laki penghuni Pulau Api. Kami
selama ini hanya mengenal laki-laki seperti
orang-orang Pulau Api itu, dan ini terlanjur
membekas dalam-dalam dan menimbulkan
benci, Kalau di dunia ini masih ada laki-laki atau
pemuda sebaik
engkau, tentu pandangan kami akan
berubah!"
Beng An tertawa. "Cici, pandangan kalian
orang-orang Lembah Es memang aneh. Apakah
kalian kira semua laki-laki jahat? Hm, kalau lakilaki juga menganggap semua wanita jahat maka
beginilah jadinya. Laki-laki atau wanita sama
saja, maksudku, ya ada yang jahat dan ada yang
tidak, baik laki-laki maupun perempuan. Aku
tiba-tiba jadi ingin berkenalan dengan temantemanmu di Lembah Es sana!"
Wanita ini tiba-tiba berseri "Kau serius?
Ah, mungkin kau satu-satunya lelaki yang bakal
merobah keadaan Semenanjung Hitam, Beng An.
Tapi hati-hati, teman-temanku tak bersahabat517
dengan lelaki. Mereka itu tadinya juga seperti
aku yang amat membenci pria!"
"Aku tak takut," Beng An tertawa. "Aku
datang dengan niat baik. CiCi, terutama
mengantarmu pulang. Kalau mereka tidak
menerima juga tentu saja aku tak memaksa
masuk. Hanya, aku benar-benar jadi tertarik
untuk melihat keadaan teman-temanmu di
Lembah Es!"
"Aku dapat membantumu, tapi...
heii..ada orang masuk lagi!"
Beng An bergerak dan meloncat dari
tempat duduknya. la telah menangkap gerakan
laki-laki itu dan secepat kilat menyerang, jari
kanannya menotok. Tapi ketika laki-laki itu
mampu mengelak dan menangkis, Beng An
terkejut maka Hwa Seng berseru kaget,
"Ji-hu-pangcu (wakil nomor dua )...." Dan
Beng An memang harus bergerak cepat lagi
ketika laki-laki itu tertawa dan membalas.
Totokan Beng An disambut kepretan dan Sinar
panas menyambar dari tangan laki-laki ini,
bertemu jari Beng An dan dua-duanya terpental.518
Dan ketika Beng An terkejut karena terhuyung
mundur maka laki-laki itu, wakil Pulau Api nomor
dua sudah membentak dan terkekeh
menyeramkan.
"Anak muda, kau bersembunyi di sini?
Ha..Ha.. bagus, tapi sekarang kau tak dapat
lolos... duk-plakkl"
Beng An mengelak dan menangkis lagi,
tergetar dan terhuyung mundur sementara See
Kiat, laki-laki ini terkejut melihat dua kali
pukulannya tertolak. la marah tapi juga kagum.
Tapi begitu ia terdorong dan menyerang lagi
maka laki-laki ini sudah berkelebat dan
mendesak Beng An di dalam guha, melepas
pukulan-pukulan panas dan Hwa Seng menjerit.
la tak kuat menerima hawa pukulan itu dan
terlempar, bukan main dahsyatnya. Dan ketika ia
bergulingan meloncat bangun sementara Beng
An sudah menghadapi lawan, bergerak dan
berkelebatan di dalam guha yang sempit maka jihu-pang-cu dari Pulau Api ini menekan dan
mencecar.519
"Heh-heh, kau anak muda
mengagumkan. Kau hebat. Tapi kau bukan
tandinganku, bocah. Hayo menyerah atau
mampus kubunuh.... des-dess!"
Beng An ditekan dan menerima dua
pukulan panas, terkejut dan mengerahkan
sinkang dan masing-masing sama terhuyung.
Wakil Pulau Api itu terbelalak. Tapi ketika ia
menjadi marah dan Sinar matanya yang tajam itu
berkilat kejam mendadak ia merunduk dan
melepas dua pukulan sekaligus dengan dorongan
ke depan seperti kerbau melompat.
"Awas, Giam-lui-ciang..'
Beng An berubah. Dengan orang-orang
Pulau Api sesungguhnya ia tak berniat menanam
permusuhan, ia hanya datang karena tertarik
oleh cahaya pulau yang kemerah-merahan,
cahaya yang dipantulkan oleh ribuan pohon Api
yang ajaib itu, hal yang tentu membuat pemuda
petualang seperti dia bakal ingin tahu, datang
dan dilihatnya segala peristiwa di situ. Maka
ketika Hwa Seng berteriak dengan seruan kaget
dan wakil Pulau Api kiranya mengeluarkan Giam-520
lui-ciang, pukulan Petir Neraka maka dia yang
terdesak dan ditekan di sudut guha
menggelembungkan perutnya menerima dengan
Khi-bal-sin-kang, tenaga sakti Bola Karet.
"Dessss...!" Beng An terbanting dan
menabrak dinding belakang. la mencoba
mengerahkan ilmunya itu sambil menguji
pukulan. Biasanya lawan akan terbanting dan
terlempar bertemu Khi-bal-sin-kang, IImu ini
adalah warisan Pendekar Rambut Emas,ayahnya.
Tapi ketika dia terbanting dan justeru terlempar,
Khi-bal-sin-kang seolah tak kuat enghadapi
Giam-lui-ciang maka pemuda ini jatuh terduduk
dan melotot. Lawan tertegun di sana, juga
melotot!
"Kau... ilmu apa itu? Kau tak mampus
menerima Giam-iui-ciang? Seperti karet,
keparat! Coba kau terima lagi, anak muda.
Kerahkan ilmumu itu dan biar kulihat sekali lagi..
wuttt!" laki-laki tinggi kurus berpakaian perlente
ini menyerang lagi. la kaget dan tertegun sejenak
oleh daya tahan pemuda itu, yang membuat
pukulannya seakan membal tapi dengan521
sinkangnya yang luar biasa ia mampu menembus
daya karet itu, kagum tapi juga penasaran, ada
orang muda demikian hebat. Ini tak disangka.
Maka begitu dia bergerak sementara gadis
Lemban Es itu menjerit melihat Beng An jatuh
terduduk, diserang dan menerima Giam-lui-ciang
lagi maka gadis ini membentak dan punggung
laki-laki itu diserangnya dari belakang. Hwa Seng
mencoba memberi pertolongan agar kawannya
terluput dari bahaya. Tapi Beng An sudah
bergerak menggelindingkan tubuh. la melihat
bayangan-bayangan di luar guha dan itu
membuatnya berubah. Hantaman Giam-lui-ci
masih membuatnya sesak, melayani orang ini
berarti harus bertanding mati-matian,ini yang
tidak dikehendakinya, Maka begitu pukulan
menghantam lagi dan kali ini lebih dahsyat,
penasaran di hati wakil Pulau Api itu
dilampiaskan dengan pukulannya yang lebih
hebat maka Beng An menggelinding di bawah
kaki laki-laki ini dan tepat temannya menjerit
menghantam punggung lawan maka dia
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meloncat dan menyambar gadis itu dibawa522
berkelebat ke luar guha, hal yang sama sekali tak
diduga ji-hu-pangcu ini,
"Desss!
Guha bergetar dan seakan ambruk. Wakil
Pulau Api itu marah sekali karena pukulannya siasia, lawan secara cerdik dan licin memberosot di
bawah kakinya. Dan ketika Beng An sudah
melompat di luar guha dan laki-laki itu membalik
maka puluhan penghuni pulau berteriak-t?riak
melihat pemuda ini ada di situ.
"ini dia...! Heii, dia di sini!"
Beng An melompat dan menangkis atau
membagi pukulan. Hwa Seng di tangan kirinya
dan gadis itu juga melengking melepas serangan,
tenaganya sudah pulih sebagian setelah
bersembunyi lagi. Bulan semakin condong ke
barat dan menjauhi titik pusat, Pulau Api masih
berkobar-kobar oleh pantulan cahaya pohon
ajaib, gadis itu membentak dan melengkinglengking. Dan ketika belasan orang roboh namun
dari kiri dan kanan muncul bayangan-bayangan
lain, ji-hu-pangcu juga sudah berkelebat dan
keluar guha maka Beng An yang dikepung dan523
hendak melarikan diri terpaksa bermain kucingkucingan dengan meloncat dan mengelak SanaSini, Hwa Seng dipegangnya erat-erat agar tidak
melepaskan diri.
"Seng-cici, agaknya kita harus melukai
orang-orang ini. Ah, aku menyesal tapi rupanya
apa boleh buat!"
Beng An berseru melihat bahwa tak
mungkin dia bersikap ringan hati kalau penghuni
pulau mende-sak dan bermunculan. Mereka
dikepung dari empat penjuru dan ini yang repot.
Kalau tidak ada gadis Lembah Es itu mungkin dia
dapat lari, tapi karena dia harus melindungi dan
justeru membawa pergi gadis ini, ini yang berat
maka Beng An membentak dan keluarlah
pukulan-pukulan putih yang sinarnya
berkelebatan menyambar-nyambar penghuni
Pulau Api itu, juga tubuh pemuda ini yang sudah
bergerak naik turun dengan amat cepatnya mirip
cahaya bergulung-gulung.
"Des-des-desss!" Penghuni Pulau Api
menjerit dan terlempar ke kiri kanan. Tiat-luikang, pukulan putih itu meledak dan menyambar524
orang-orang ini seperti sengatan lebah yang
menggigit. Mereka berteriak dan tak ada satupun
yang mampu melompat bangun, semua
merintih. Dan ketika Beng An melihat
kesempatan dan menarik tangan temannya,
tinggi berjungkir balik ke atas mendadak ia
terkesiap karena dari empat penjuru melayang
pula bayangan-bayangan merah dan hitam dan
tahu-tahu seorang kakek berkalung rantai perak
berjubah merah darah menghantam di depannya
dengan bentakan menggeledek.
"Anak muda, robohlah!"
Beng An terkejut dan berdesir. Bu Kok,
wakil pertama dari Pulau Api melayang di
depannya dengan pukulan merah. Itulah Giamlui-ciang dan ia tahu kehebat-annya. Tapi karena
tak mungkin mengelak karena posisinya sedang
berjungkir balik, lawan menghantam dan
menyerangnya dengan dahsyat apa boleh buat
iapun menangkis dan pukulan-pukulan lain dari
bayangan di kiri kanan diterima tubuhnya
sementara Hwa Seng menjerit, gadis Lembah Es
itu tak mampu berbuat apa-apa.525
"Des-dess...!" Beng An terlempar dan
terbanting bergulingan. Petir Neraka, pukulan
yang ditangkisnya itu benar-benar
mengguncangkannya, membuatnya mengeluh
sementara teman wanitanya roboh pingsan. Hwa
Seng tak kuat menerima sambaran angin pukulan
ini dan sudah tak sadarkan diri, napasnya sesak.
Tapi ketika Beng An dapat melompat bangun dan
tiga pukulan lain yang mendarat di tubuhnya
dapat diterima baik, terhuyung namun dapat
berdiri lagi menghadapi empat bayangan itu
maka it-hu-pangcu dan ketua Pulau Api sendiri
sudah berhadapan dengannya dengan mata
kagum, dua yang lain adalah ji-hu-pangcu dan
Yang Tek, pemuda berbaju kulit biru itu, yang
melotot, tapi juga kagum!
"Anak muda," suara berat dan
berpengaruh ini kembali menggelegar. "Kau
hebat dan luar biasa. Tapi jangan macammacam, kau dapat kami bunuh. Sebutkan siapa
dirimu dan kenapa kau masuk ke mari!"
Bu Kok, wakil ketua yang terkejut dan
marah ini mengeluarkan bentakannya yang526
dahsyat. Dia benar-benar kaget karena
pukulannya Giam-lui-ciang tadi tak mampu
membinasakan anak muda ini, yang hanya
terlempar dan terbanting tapi kemudian bangkit
kembali, hal yang hampir tak dapat
dipercayanya. Tapi ketika anak muda itu berdiri
tegak dan bersinar-sinar gagah, tak takut atau
gentar berhadapan dengan tokoh-tokoh Pulau
Api maka Beng An, anak muda ini menjawab,
sadar bahwa tak mungkin melarikan diri lagi
selama tiga pimpinan dan murid utama
menghadang di situ.
"Ji-hu-pangcu, aku adalah Beng An,
pemuda perantau biasa. Aku datang ke sini
bukan untuk mengacau melainkan secara
kebetulan saja karena tertarik melihat keanehan
pulau kalian. Nah, sudah kujawab pertanyaanmu
dan ijinkanlah aku pergi. Aku tak berniat mencari
musuh!"
"Keparat, tidak mencari musuh tapi
mengacau jalannya upacara kepada nenek
moyang? Tidak mengaku salah padahal
membawa tawanan Pulau Api? Heh, dengarkan,527
anak muda. Kami tak tahu siapa dirimu tapi
kedatangan dan keberanianmu menarik kami.
Berikan tawanan itu dan menyerahlah baik-baik.
Kalau ketua mau mengampunimu maka kau
dapat diangkat sebagai anggauta baru!"
"Benar," kini ketua yang maju dan bicara
sendiri, wajahnya yang merah kehitaman tampak
gembira sedikit. "Kau luar biasa dan pemberani,
anak muda. Dan orang-orang Pulau Api amat
menghargai keberanian. Menyerahlah, dan
serahkan pula tawanan kami. Kau kuangkat
menjadi wakil nomor tiga dan berhak
mempelajari pukulan Giam-lui-ciang!"
Beng An tersenyum dan menggeleng. la
tak tahu betapa Bu Kok dan orang-orang lain
terkejut, saling pandang dan mata mereka
memancarkan ragu, kaget. Tapi ketika pemuda
itu menggeleng dan ini membuat hu-pangcu
berseri, orang luar tak seharusnya mempelajari
Giam-Iui-ciang maka pemuda itu berkata,
"Pangcu, terima kasih. Tapi maaf bahwa
aku tak mungkin melakukan itu. Kalau saja kalian
tak berniat jahat membunuh gadis ini tentu528
kuserahkan kembali gadis Lembah Es ini kepada
kalian. Tapi kalian hendak membunuh,
menghabisi nyawanya. Mana mungkin
kuserahkan? Maaf, kalau aku dianggap lancang,
kemarahan kalian siap kuhadapi, pangcu. Tapi
kalau kalian mengaku orang-orang gagah hendak
kutantang kalian bertanding satu lawan satu. Aku
tak takut menghadapi pukulan Petir Neraka
kalian yang dahsyat!"
"Bocah kurang ajar!" it-hu-pangcu
membentak dan menerjang kembali, dia
memang paling berangasan. "Terima pukulan-ku
lagi, anak muda. Coba buktikan bahwa kau tak
takut menghadapi Giam-lui-ciang!" Uap dan
sinar merah menyambar. Beng An tak mungkin
berkelit karena mundur atau mengelak tentu
diserang pula oleh tokoh atau lawan yang lain,
yang berdiri mengepungnya. Maka membungkuk
dan menyambut pukulan itu, keras lawan keras
iapun mengerahkan sinkangnya dan seberkas
cahaya putih menyambut pukulan sinar merah
ini.529
"Blarrr...!" Semua mundur dan terkejut.
Pukulan putih itu, yang juga berhawa panas dan
tak kalah dengan Giam-lui-ciang telah diterima
dan beradu amat keras dengan Petir Neraka.
Wakil Pulau Api telah menambah tenaganya
namun tetap juga dia terhuyung, tergetar dan
mundur dua langkah. Dan ketika laki-laki itu
terbelalak karena hampir tak dipercayanya
bahwa lawan semuda itu mampu mendorongnya
mundur, pemuda itu tergetar namun tidak
sampai terdorong jauh maka berubahlah wajah
laki-laki ini sementara ketua dan wakil ketua
yang lain terkejut dan kaget. Untuk kesekian
kalinya lagi pemuda di depan mereka ini mampu
menunjukan tingkat ilmunya!
"Anak muda, siapa gurumu. Dari mana
kau berasal dan apa sesungguhnya yang kau
cari!"
ketua maju sendiri dan kini membentak
dengan khawatir, mendahului wakilnya dan
semua pucat memandang pemuda itu. Kalau
pemuda ini sedemikian hebat tentu gurunya
lebih hebat lagi. Dan karena tak baik bermusuhan530
dengan orang lihai, lawan mereka dari Lembah Es
sudah cukup membuat pusing maka ketua maju
sendiri dan kini menghadapi Beng An. Pemuda
itu ditegurnya sementara pandang matanya
bersinar-sinar, tajam, penuh tekanan dan selidik.
Dan ketika Beng An menarik napas dan melihat
ketua ini lebih sabar dibanding Bu Kok maka
diapun memberi hormat sementara pagi sudah
menjelang tiba.
"Pangcu, maafkan aku. Baiklah aku
berterus terang. Aku adalah Beng An dan guruku
adalah ayah ibuku sendiri. Kalau kau ingin
mengenal namanya maka mereka adalah
Pendekar Rambut Emas, ibuku adalah puteri dari
mendiang kakekku Hu-tai-hiap!"
Beng An akan kecelik kalau mengira ayah
dan ibunya ini dikenal orang-orang Pulau Api.
Kalau dia menyebutkan itu pada orang-orang lain
tentu sebagian besar bakal terkejut. Di daratan
sana siapa tidak kenal nama besar Kim-mou-eng
alias Pendekar Rambut Emas, juga mendiang Hu
Beng Kui yang gagah perkasa itu. Tapi karena
orang-orang Pulau Api adalah orang-orang531
pengasingan, mereka ini tak pernah ke daratan
besar maka ketua Pulau Api tampak
mengerutkan kening mendengar jawaban itu,
dan Beng An juga kecewa.
"Pendekar Rambut Emas? Mendiang Hutaihiap? Hmm, kami tak kenal nama-nama ini,
anak muda. Tapi coba sebutkan siapa guru atau
kakek gurumu, orang-orang yang berhubungan
dengan ayah ibumu itu!"
"Baik," Beng An mendongkol juga. "Guru
dari ayahku adalah Bu-beng Sian-su, sedang guru
dari ibuku adalah..."
Ketua dan wakil ketua mengeluarkan
teriakan kaget. Mereka mencelat mundur dan
Beng An berhenti bicara, terkejut karena para
pimpinan Pulau Api terkejut. Dan ketika mereka
semua terbelalak sementara pemuda itu girang
bahwa Bu-beng Sian-su rupanya dikenal orangorang ini, nama kakek dewa itu ternyata dikenal
juga sampai di pelosok dunia ini maka ketua
tampak berubah dan saat itu para penghuni
pulau juga kelihatan pucat, gentar.532
"Bu-beng Sian-su? Kau... kau tidak
bohong? Eh, jangan membawa-bawa nama ini,
anak muda. Kakek itu adalah dewa suci yang
setingkat dengan dewa kami Han Sun Kwi
ataupun Kim Kong Sengjin. Tapi itu ada pada
jaman seribu tahun yang lalu. Kau jangan
menggertak!"
Beng An malah heran. la tidak tahu dan
malah bingung dikatakan bahwa Bu-beng Sian-su
adalah manusia dewa yang hidup pada jaman
seribu tahun yang lalu, padahal selama bertahuntahun terakhir ini sesungguhnya ia selalu
bersama kakek itu. la dibawa kakek ini dan apa
yang pernah diajarkan kepada ayahnya diajarkan
juga kepadanya oleh kakek itu, karena ayahnya
menyerahkan dirinya kepada kakek itu (baca:
Rajawah Merah). Maka ketika dia dibentak dan
dianggap main-main, Beng An heran maka ia
menjawab,
"Pangcu, aku tidak main-main, juga tidak
bohong. Kalau kalian tidak percaya bagaimana
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku harus membuktikan. Aku bicara sungguh-533
sungguh, kakek dewa itu adalah juga guruku. Dia
.. wutttl"
Beng An mengelak, tahu-tahu disambar
pukulan dahsyat dan ketua Pulau Api
membentak menyerangnya. Beng An
menghentikan kata-katanya dan tahu-tahu ketua
berjenggot kemerahan itu sudah meledakkan
tangannya dan tongkat di tangan juga menderu
mengikuti tubuhnya. Cepat seperti kilat ketua ini
sudah menyerang Beng An begitu peniuda ini
mengaku murid Bu-beng Sian-su, nama sebesar
dewa Han Sun Kwi atau Kim Kong Sengjin yang
hidup pada seribu tahun yang lalu. Dan ketika
semua mundur sementara Beng An harus
mengelak dan berlompatan cepat, pukulan dan
tongkat menyambar silih berganti maka pemuda
itu terkejut karena ketua tampak beringas,
sikapnya yang agak bersahabat lenyap terganti
semacam rasa berang, menganggap Beng An
main-main, dusta.
"Anak muda, kalau kau dapat menahan
seranganku seratus jurus kuanggap kau benarbenar murid kakek dewa itu. Tapi kalau tidak kau534
mampus . ..wiirrrr-desss!" batu di belakang Beng
An hancur, tertimpa atau terhantam tongkat
dahsyat ini sementara pukulan Petir Neraka juga
membuat hawa panas muncul membakar. Beng
An mengelak dan berlompatan tapi ketua Pulau
Api mengejar dan menyerangnya bertubi-tubi.
Dan karena tubuh Hwa Seng mengganggunya
dan Beng An membentak melempar tubuh itu
maka gadis Lembah Es ini melayang dan jatuh di
atas cabang pohon tinggi, aman. Beng An dapat
menghadapi serangan-serangan ketua Pulau Api
itu. "Baik, kau telah mengeluarkan katakatamu, pangcu, dan tadi aku juga telah
mengeluarkan tantangan. Mari kita bertanding
dan maaf bahwa aku mengganggu kalian.... plakdess!"
Beng An menangkis dan kini tidak
berlompatan saja. Pukulan Petir Neraka kian
hebat menyambar hingga anak-anak murid Pulau
Api mundur. Dari telapak ketua itu muncul uap
merah yang berkobar-kobar, sebentar kemudian
menjadi api dan inilah yang amat mengerikan.535
Rumput dan batu tersambar hangus, seketika
gosong. Tapi ketika Beng An mampu menghadapi
semua tekanan-tekanan itu dan pemuda inipun
membalas dan berkelebatan dengan ginkangnya
yang tinggi, ilmu meringankan tubuh yang
membuat ia beterbangan di antara sambaran
tongkat dan pukulan maka penghuni mendecak
kagum sementara ketua dan para wakilnya
terbelalak, marah! "Bunuh pemuda itu, suheng.
Kerahkan tingkat ilmumu sampai yang teratas!"
"Hm, aku memang akan membunuhnya.
Tapi hitung jurus-jurus yang kulakukan, Bu-te.
Aku tak mau dikata curang karena kita tetap
memegang kegagahan!" sang ketua berseru dan
memperhebat serangannya. Dia kagum tapi juga
penasaran bahwa sepuluh jurus pertama
pemuda itu mampu menghindari semua
serangannya dengan baik. Beng An berkelebatan
naik turun di antara deru sambaran tongkat dan
Giam-lui-ciang. Tongkat di tangan ketua Pulau
Api itu juga mulai kemerah-merahan, terbakar!
Dan ketika tongkat ini luput menyambar dan
menghantam tanah maka tanah mendesis dan536
seketika berlubang, hangus! Beng An berhatihati. Dia melihat betapa dahsyatnya serangan
dan pukulan lawannya ini. Ketua dan wakil ketua
itu hampir sama saja, tadi dia sudah merasakan
dahsyatnya pukulan it-hu-pangcu dan maklum
bahwa tokoh-tokoh Pulau Api ini memang hebat.
Agaknya di daratan besar tak ada jago-jago kelas
satu mampu menandingi orang-orang Pulau Api
ini. Dan ketika ketua semakin hebat
menyerangnya sementara tubuh ketua mulai
berkerotok, aneh, tubuh laki-laki itu mulai
memerah seperti besi menyala maka Beng An
menjadi kagum dan pada jurus keduapuluh lima
tubuh itu menjadi hidup dan menyala berkobarkobar!
"Anak muda, aku akan menghantammu
dengan pukulan Petir Neraka. Awas, tiap
serangan akan semakin hebat!"
Beng An tak sangsi atau ragu akan katakata ini. Dia terbelalak melihat betapa tubuh
ketua Pulau Api sudah merah terbakar dan mirip
obor berjalan, bergerak dan naik turun cepat
hingga tempat itu menjadi terang-benderang.537
Pukulan-pukulan juga semakin dahsyat hingga
para anak murid berteriak. Mereka melempar
tubuh bergulingan setiap hawa panas
menyambar, api menjilat mereka dan beberapa
di antaranya terbakar! Dan ketika mereka itu
disuruh mundur sementara it-hu-pangcu dan jihu-pangcu terbelalak mundur menjauh, di sini
wakil ketua dapat mengukur tingkat ilmu ketua
mereka maka it-hu-pangcu Bu Kok yang semula
berambisi untuk merebut kedudukan menjadi
gentar dan mengakui bahwa ada sesuatu yang
sudah diperoleh suhengnya itu, yakni pukulanpukulan panas yang jarak jangkaunya dapat
mencapai lebih dari seratus meter, padahal dia
paling-paling sekitar limapuluh atau enampuluh
meter.
"Ji-suheng, twa-suheng hebat sekali.
Sinkangnya maju pesat dan kita tak tahan dalam
jarak limapuluhan meter!" ji-hu-pangcu, wakil
nomor dua berbisik pada laki-laki she Bu itu. Ithu-pangcu Bu Kok mengangguk dan ia mengakui.
Dan ketika mereka harus menjauhkan diri dari
sambaran hawa panas, pertandingan di sana538
semakin hebat dan seru maka Bu Kok justeru
kagum kepada lawan suhengnya itu.
"Jahanam. bocah itu benar-benar hebat
sekali. la mampu menghadapi suheng dan tahan
genpuran-gempuran Giam-lui-ciang!"
"Dan lihat," sang sute terbelalak. "Ada
perubahan pada tubuhnya, suheng.
Pemuda itu mengeluarkan uap beku yang
membuat tubuhnya tahan panas!"
"Seperti Bu-kek-kang!"
"Bukan, tapi sejenis itu,suheng. Lihat
tubuhnya terbalut es!"
Dua tokoh Pulau Api ini terkejut. Beng An,
yang bergerak dan berkelebatan di balik pukulanpukulan Giam-lui-ciang mendadak mengeluarkan
uap dingin yang beku di sekujur tubuhnya.
Perlahan tetapi pasti uap itu membalut dari
bawah ke atas.
Dan ketika sekejap kemudian pemuda ini
sudah dibungkus uap dingin hingga mirip
manusia salju, kaki dan tangannya tak tampak
lagi kecuali dua biji matanya itu maka Tanpangcu atau ketua Pulau Ap? yang juga terkejut539
dan kaget memandang pemuda itu berseru keras
dan pucat mukanya.
Pertandingan sudah berjalan limapuluh
jurus dan gempuran-gempuran Petir Neraka
membuat Beng An terdesak. la telah
mempergunakan segala ilmu yang dipelajari
ayahnya namun semua tak kuat bertahan. Khibal-sin-kang, ilmu yang biasanya dibanggakan itu
tak mampu menembus kekuatan Giam-lui-ciang.
Hawa panas dari ilmu itulah yang membuat
tenaga karet dari Khi-bal-sin-kang leleh, hal ini
membuat Beng An bingung namun berkat Jingsian-eng dan Cui-sian Gin-kangnya Ia mampu
berkelebatan menghindari pukulan-pukulan
berbahaya.
Lawan yang semakin penasaran
nmenekannya semakin hebat. Dan ketika hawa
panas semakin membakar dan tempat 1tu
berubah bagai neraka, apapun bakal tersembur
dan menjadi api maka Beng An mengeluarkan
satu ilmunya yang luar biasa yang ayahnya
sendiri tak punya, yakni Ping-im-kang (Tenaga
Inti Es). Ilmu ini secara kebetulan diwarisinya dari540
mendiang kakeknya Hu Beng Kui, yang tak
sempat mengembangkan ilmu itu karena keburu
tewas di Sa-liong-to Dan karena pemuda inilah
yang mendapatkan ilmunya dan dulu di Himalaya
Beng An disiksa dua kakek jahat Poan-jin-poankwi, hal yang membuatnya berbulan-bulan mati
semu dalam kebekuan Ping-im-kang maka kini
menghadapi hawa panas menggila dari pukulanpukulan Giam-lui-ciang itu pemuda ini
mengeluarkan ilmunya yang mentakjubkan ini.
Mula-mula Beng An mengerahkan tenaganya
dan menyedot dalam-dalam tenaga sakti di
pusar. Lalu ketika tenaga sakti itu bergerak dan ia
memutarnya di dalam perut, naik dan kemudian
memecahnya ke atas ke bawah maka ketika
tenaga itu bergerak dan Ping-im-kang
mengeluarkan butir-butir dingin maka tenaga
Inti Es ini membuatnya mampu bertahan dari
gempuran-gempuran Petir Neraka. Tapi pukulanpukulan ketua Pulau Api itu semakin dahsyat
saja. la tak mungkin bertahan dan menerima
serangan, ia harus juga merobah hawa udara di
tempat itu dari panas menjadi dingin. Dan ketika541
Beng An melakukan ini dan gerakan atau kibasan
tangannya mengeluarkan uap beku, yang panas
didinginkan dan ketua Pulau Api terbelalak
karena pukulan-pukulannya bertemu uap dingin
maka perlahan tetapi pasti tekanan Giam-luiciang mengendor dan hawa panas di tempat itu
menjadi dingin!
"Keparat, jahanam!" ketua Pulau Api
membentak tak percaya, melotot. "Kau memiliki
Im-kang luar biasa, bocah. Tapi jangan kira kau
mampu mengalahkan aku Lihat, aku akan
menambah kekuatanku wuusssshhhh!" api
menyembur dan menjilat dari kedua tangan
Pulau Api ini. Hawa yang mulai beku dicairkannya
kembali dengan pukulan panasnya itu. Giam-luiciang kali ini menyambar amat hebat, batu dan
pohon-pohon leleh! Tapi ketika Beng An juga
membentak dan kedua tangannya bergerak
mendorong, menyambut atau menangkis
pukulan lawannya itu maka ketua Pulau Api
tergetar dan terjengkang.
"Dessss !"542
Semua orang seakan tak percaya.
Pemuda berbalut uap salju itu mampu mendorong ketua mereka hingga terjengkang, batu
dan pohon yang leleh juga seketika beku kembali
disambar uap dingin ini. Tapi begitu ketua
melompat lagi dan berteriak, dahsyat
menggetarkan pulau maka Tan Siok atau Tanpangcu ini menerjang dan menyerang kembali.
Tongkat di tangannya menggigil dan tongkat itu
sudah menjadi tongkat api pula, berkobar dan
akhirnya dilontarkan kepada Beng An namun
sekali tangkis Beng An membuat tongkat itu
patah. Dan ketika pemuda ini bergerak
mengimbangi kecepatan Tan-pang cu dan kedua
tangan ketua itu melepas Giam-lui-ciang bertubitubi maka Beng An memperhebat Ping-imkangnya dan pukulan atau dorongan ketua itu
selalu terpental! Hal ini mengejutkan ketua Pulau
Api itu namun ketua ini terus selalu menyerang.
Dia tak perduli berapa kali dia terdorong karena
wajah dan tubuhnya sudah memancarkan
kemarahan yang sangat.543
Pulau berderak-derak dan terjadilah
pemandangan aneh ketika hawa panas dan
dingin silih berganti menguasai tenpat itu. Bunyi
"kras-kres" terdengar mengerikan setiap hawa
udara berubah. Tapi karena uap dingin akhirnya
lebih unggul dibanding uap panas, Ping-im-kang
mampu menekan dan menindih Giam-lui-ciang
maka ketua Pulau Api itu terhuyung-huyung dan
pertempuran sudah melewati seratus jurus.
Pohon-pohon Api yang semula mengeluarkan
cahaya kemerah-merahannya itu mulai padam
dan layu, daun dan rantingnya mulai terselimuti
butir-butir salju dari uap dingin Ping-im-kang.
"Pangcu, sudah seratus jurus. Kau harus
menepati janjimu!"
Beng An berseru dan mengingatkan ketua
Pulau Api itu. Dia juga bertempur habis-habisan
menghadapi ketua pulau yang amat dahsyat ini,
mengerahkan Ping-im-kangnya delapan bagian
dan baru berhasil menguasai lawan. Beng An
diam-diam cemas kalau dua wakil di sana akan
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maju pula, membantu ketua. Tapi ketika mereka
berdiam diri tak bergerak, rupanya pertandingan544
itu juga luar biasa untuk dinikmati maka seruan
Beng An ini justeru menyadarkan mereka untuk
bergerak. Ketua Pulau Api sendiri merah padam
didorong mundur berkali-kali. Dia harus
melawan hawa dingin yang menembus pukulan
panasnya itu, beradu sinkang dan mengakui
bahwa Ping-im-kang lawan lebih kuat, terbukti
bahwa perlahan-lahan kedua tangannya
menggigil kedinginan. Kalau dia meneruskan
pertandingan ini boleh jadi dia akan mati beku,
disambar dan didesak hawa dingin itu. Maka
ketika lawan berteriak sementara itu kedua
wakilnya juga bergerak dan hendak menyerang
maka dalam adu pukulan terakhir dia
membentak dan berseru keras,
"Mundur...!" Lalu jatuh terduduk dengan
lengan terselaput uap dingin ia terbelalak dan
kagum mernandang Beng An, terbatuk dan
memejamkan mata sejenak untuk mengempos
semangat memulihkan tenaga. Bentakannya tadi
membuat mundur dua orang wakil ketua, yang
tertegun dan merandek. Lalu ketika ketua
terhuyung melompat bangun dan merah padam545
memandang Beng An maka laki-laki gagah itu
berkata,
"Anak muda, kau benar. Kau telah
mampu bertahan seratus jurus. Baiklah, kau
menang tapi ketahuilah bahwa Giam-lui-ciang
milikku baru tingkat delapan. Kalau aku telah
sempurna menguasainya belum tentu kau
mampu bertahan. Pergilah, aku menepati
janjiku!"
Beng An girang dan menarik kembali
semua tenaga Ping-im-kangnya. Sekali sapu
bersihlah seluruh tubuhnya dari butir-butir es
dingin. Sekarang la telah berdiri lagi dengan
keadaan semula, bukan manusia salju. Lalu
menjura dan kagum memandang ketua Pulau Api
itu pemuda ini berkata,
"Pangcu, terima kasih bahwa kau telah
mengijinkan aku pergi. Kau seorang ketua yang
gagah, seorang laki-laki yang menepati janji.
Maaf dan terima kasih sekali lagi untuk
kegagahanmu ini!" dan berkelebat menyambar
teman wanitanya yang dilempar di atas pohon
Beng An telah membalik dan meninggalkan546
pulau. Ia tidak mau berlama-lama lagi setelah
mendapat kesempatan. Pandang mata kagum
seluruh penghuni pulau tampak tak dapat
disembunyikan lagi. Tapi ketika Beng An
melompat di perahu dan ketua berkelebat
ternyata ketua ini menahannya dengan katakata,
"Anak muda, kau berani datang ke sini
lagi? Kau berani berjanji untuk datang dan
bertanding lagi?" Beng An menoleh, tersenyum
ringan.
"Aku akan datang kalau memang kau
undang, pangcu. Tapi bukan sebagai musuh
melainkan sahabat!"
"Nanti dulu!" ketua mencegah lagi,
pemuda itu siap menggerakkan dayung. "Kapan
kau datang, anak muda. Aku menunggumu!"
"Hm, kapan pangcu mau?" Beng An
mengerutkan kening. "Aku menyerahkannya
kepadamu, pangcu, kapan saja aku siap!" "Baik,
kalau begitu setahun lagi. Berjanjilah bahwa
setahun lagi kau datang!"
"Hmm, aku berjanji..."547
"Kalau tidak?" Kata-kata ini membuat
Beng An semkin mengerutkan keningnya. Ada
ancaman di situ, dia rupanya akan dikejar-kejar!
Maka mendongkol tapi tak takut sedikitpun dia
menjawab,
"Pangcu, asal tidak ada aral melintang
tentu aku datang ke sini, setahun lagi. Tapi kalau
tidak kau boleh datang mencari aku!"
"Baik, sebutkan tempatmu!" kau boleh
mencariku di utara, utara tembok besar. Cari saja
putera mou-eng dan kau tentu mendapatkan
aku!"
Beng An menggerakkan dayung dan
menjadi tak senang. la tak menyangka bahwa
dari kata-katanya ini kelak akan ada peristiwa
panjang. Seluruh keluarganya bakal terlibat dan
ibunya nanti terbunuh! Dan ketika Beng An
menggerakkan perahunya sementara Hwa Seng
mulai membuka mata, sadar, maka gadis Lembah
Es yang tak tahu adanya pertandingan dahsyat
itu melompat duduk, kaget.
"Beng An, di mana kita. Eh, itu orangorang Pulau Api!"548
"Benar, kita pergi, cici. Tan-pangcu
memberikan ijin."
"Ijin? Kita dibebaskan begitu mudah?
Bohong! Kau bohong, Beng An, tak mungkin itu!
Eh, bagaimana sebenarnya yang terjadi!"
"Sudahlah," Beng An tersenyum, perahu
meloncat dan terbang membelah laut merah.
"Kau berpegang erat-erat agar tidak terjatuh,
Seng-cici. Kita sudah mendapat kemurahan dan
mari pergi.... slap-slap!" perahu melompat dan
terbang lagi, jauh melewati ombak di bawah dan
gadis ini kaget. Tapi ketika dia berpegangan eraterat pada pinggiran perahu dan terbelalak tapi
segera menjadi girang luar biasa maka ia
berteriak,
"Heii, kalau begitu kau sudah
menundukkan orang-orang Pulau Api itu, Beng
An. Kau rupanya membuat ketua Pulau A-pi
menyerah. Hi-hik, kau luar biasa sekali. Benarbenar luar biasa!"
Beng An tidak menanggapi kata-kata ini.
Ia berseru agar gadis itu membantunya
mendayung, ada sebuah dayung lain di situ. Lalu549
ketika gadis itu bergerak dan mendayung pula
maka perahu lenyap meninggalkan Pulau Api dan
Hwa Seng tak habis kagum memuji Beng An.
Sekarang Beng An bertanya di mana Lembah Es
karena ia ingin mengantar gadis itu sampai
selamat. Dan ketika gadis itu menjawab bahwa
Lembah Es berada di utara, di Semenanjung
Hitam maka Hwa Seng mengemudikan perahu
sementara pemuda itu membantunya di
belakang. Tanpa ragu-ragu lagi gadis ini
membawa Beng An ke tempat hunian kaum
hawa, tempat yang sebenarnya terlarang bagi
laki-laki sebagaimana halnya Pulau Api tak boleh
dimasuki kaum wanita. Dan ketika gadis itu
rupanya tak perduli karena terlanjur kagum
kepada Beng An, membawa dan mengajak
pemuda itu ke Lembah Es maka Beng An
tersenyum-senyum dan diam-diam berdebar
oleh rasa tertarik untuk mengetahui tempat yang
satu ini. Pulau Api telah diketahui dan kini gillran
Lembah Es. Entah bagaimana keadaan di sana.
Yang jelas tentu semuanya wanita! Maka
bersinar dan membantu gadis itu mempercepat550
perjalanan Beng An pun sudah membuat perahu
seakan terlempar dan terbang di atas permukaan
air laut.
*** "Sudah sampai, kita berhenti di sini,"
gadis itu mendaratkan perahu di tepian daratan
es yang beku. Seminggu mereka melakukan
perjalanan dan setelah melampaui daerahdaerah berbahaya sampailah mereka di padang
salju itu. Beng An kagum karena di mana-mana
hanya warna putih melulu, laut di bawah mereka
beku sementara hawa dingin jauh melebihi
puncak agung Himalaya. Ini daerah kutub! Beng
An mendecak. Tapi ketika dia meloncat turun
dan Hwa Seng sudah memberi petunjukpetunjuk apa yang harus dilakukan bila
berhadapan dengan penghuni Lembah, teman
gadis itu kalau nanti mereka masuk maka Beng
An sudah melihat berkelebatnya beberapa
bayangan dan tahu-tahu di tempat itu muncul551
tujuh gadis cantik yang pakaian atau gayanya
seperti gadis ini.
"Seng-moi, siapa yang kau bawa. Berani
benar kau memasukkan laki-laki!"
Bentakan atau seruan ini mengejutkan
Hwa Seng. Gadis itu, yang baru saja meloncat
turun sudah siap membawa Beng An ke lembah.
Perahu mereka merapat di ujung tajam pinggiran
laut beku, hendak bergerak ketika tiba-tiba tujuh
gadis berwajah dingin menyambutnya dengan
bentakan. Dan ketika gadis itu membalik dan
melihat siapa yang membentak maka tiba-tiba
wajahnya berubah dan Hwa Seng tiba-tiba jatuh
berlutut.
"Sam-cici...!"
Hanya ini seruan pertama yang keluar
dari mulutnya. Hwa Seng telah memberanikan
diri tapi begitu berhadapan dengan cicinya
nomor tiga ini tak urung ia berubah dan pucat
juga. lni adalah cicinya yang paling galak, keras
dan berwatak kejam pula. Tapi ketika Beng An
menyentuh pundaknya dan keberanian timbul552
lagi maka gadis itu bangkit berdiri dan berkata
gemetar,
"Cici, aku dari Pulau Api. Hampir saja
menjadi korban upacara orang-orang biadab itu.
Beng An inilah yang menolongku dan dia ingin
bertemu tocu (majikan)"
"Hm, kau dari Pulau Api? Kenapa tidak
mampus sekalian di sana? Jauh lebih baik kau
mati di sana dari pada mampus di sini, Hwa Seng.
Kau membawa laki-laki dan ini larangan.
Terimalah, dosamu tak dapat diampuni!"
Gadis berwajah dingin itu tiba-tiba
menggerakkan tangan kanannya. la menampar
dan seberkas cahaya putih menyambar, cepat
sekali menuju dahi Hwa Seng. Tapi ketika gadis
itu berteriak dan Beng An bergerak cepat,
menarik dan mendorong gadis itu maka Hwa
Seng selamat meskipun harus terlempar dan
bergulingan di sana.
"Dess!" Pukulan itu membuat salju
memuncrat. Hwa Seng terhuyung bangun dan
tiba-tiba menangis, disambar dan menggigil di
pelukan Beng An. Dan ketika Sam-cici tampak553
terkejut tapi berubah, mukanya yang putih
menjadi merah maka ia mendengus dan
pandangannya membayangkan kemarahan
besar ketika beradu dengan Beng An.
"Kau.... gadis ini menjadi kekasihmu?
Kalian saling mencinta?"
"Hm!" Beng An menindas dan menekan
debaran hatinya, gadis Lembah Es dingin-dingin,
sungguh tidak seperti Hwa Seng! Tapi
menggeleng dan tersenyum tenang dia berkata,
"Cici, aku dan Hwa Seng adalah teman biasa.
Kami berkenalan karena kebetulan aku
menolongnya dari kebengisan orang-orang Pulau
Api. Kalau kau hendak membunuh Seng-cici
tentu sia-sia pekerjaanku di Pulau Api. Tidak, kau
tak boleh marah kepadanya, cici. Bukan dia yang
bersalah melainkan aku. Akulah yang datang
mengajaknya ke sini, mengantarnya ke sini. Kalau
kau hendak marah-marah silakan marah
Dragon Keeper Karya Colore Wilkinson Joko Sableng 43 Karma Manusia Sesat Your Secret Memories Karya Avalon.jr
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama