Ceritasilat Novel Online

Putri Es 6

Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara Bagian 6


kepadaku. Aku memang lancang ke sini, bukan
untuk membuat ribut melainkan semata
didorong keinginan-tahuku berkenalan dengan554
kalian. Kalau kalian tidak menerimanya tentu
saja aku pergi."
"Hm, begitu enak? Kau kira apa tempat
ini? Baik, sebutkan namamu, bocah. Kau akan
mati dengan meram karena papan namamu akan
kami pasang di makammu!"
Beng An tertawa kecut. Mendapat
ancaman begini ia malah geli, gadis penghuni
Lembah Es ini benar-benar galak. Tapi karena ia
tak ingin membuat ribut dan bukan maksudnya
mencari permusuhan, lagi pula gadis itu adalah
cici Hwa Seng maka dia menarik napas,
menjawab tenang
"Namaku Beng An, she Kim. Tapi namaku
agaknya bukan untuk dihias di papan makam
melainkan justeru untuk diingat-ingat oleh kalian
sebagai sahabat. Paling tidak, aku telah
menyelamatkan seorang anggauta kalian dari
kekejaman Pulau Api. Apakah kalian kira bisa
begitu gampang lolos dari ketua dan wakil ketua
Pulau Api? Aku telah berjuang cukup keras, cici.
Dan kuminta jangan ganggu Seng-cici. Kalau aku555
dianggap memasuki daerah terlarang aku siap
menerima sangsinya!"
Kini kata-kata Beng An berkesan gagah
dan tegar. la menunjukkan tidak takutnya dan
pernyataan bahwa ia lolos dari Pulau Api
membuktikan bahwa ia berkepandaian. Beng An
tidak terlalu bersombong namun pernyataannya
itu membuat Sam-cici tertegun juga, ingat bahwa
tak gampang orang meninggalkan pulau neraka
itu. Maka ketika dia terkejut dan sadar, maklum
bahwa pemuda ini rupanya berkepandaian tinggi
maka tiba-tiba ia ingin mencoba dan ketika Hwa
Seng dipeluk pemuda itu ia membentak,
mundur.
"Hwa Seng, kau diterima pulang. Nanti
biar tocu yang memutuskan hukumannya
sendiri. Kemarilah dan biar pemuda itu sendiri!"
Hwa Seng girang. "Cici menerimaku?
Baik, terima kasih, cici. Tapi jangan kalian terlalu
kasar kepada Beng An!" dan melompat
meninggalkan Beng An gadis itu menghambur ke
teman-temannya. Beng An terkejut tapi gadis itu
sudah di kelompoknya. Tapi begitu ia datang556
maka Sam-cici pun menotoknya roboh, gadisgadis yang lain bersikap dingin dan acuh! "Jangan
biarkan ia lari. Nanti kita periksa dan sekarang
kalian hadapi pemuda itu!"
Enam gadis bergerak maju. Mereka
berkelebat dan tahu-tahu mengurung Beng An.
Pemuda ini mengerutkan kening tapi sikapnya
tetap tenang. Dan ketika gadis di sebelah kiri
membentak dan menyerang, dua jari menusuk
dahi maka Beng An mengelak tapi gadis di
belakang dan kanan menyerang pula, cepat
disusul yang lain dan enam gadis itu tahu-tahu
telah berkelebatan menyerangnya. Dan ketika
Beng An mengelak atau menangkis mengerahkan
tenaganya, enam gadis Lembah Es sudah
menyerangnya bertubi-tubi maka bunyi
tamparan dan pukulan disusul pekik kaget gadisgadis itu.
"Wuttt.... plak-plak-plak!"
Beng An membuat gadis-gadis itu
terpental dan menjerit terhuyung ke belakang
Mereka tak menyangka bahwa sekali tangkis
pemuda ini mampu menghalau enam pukulan557
sekaligus. Tapi ketika mereka melengking dan
membalik menerjang lagi maka tubuh-tubuh
langsing itu telah berkelebatan lagi menyambar
Beng An bagai walet berseliweran. Pukulan
berhawa dingin menyambar dan membekukan
tulang, mirip Ping-im-kang!
"Para cici, kalian memaksaku. Baik, mari
kita main-main dan jangan salahkan aku!"
Beng An tersenyum dan tiba-tiba
menggerakkan tubuhnya. Menghadapi gerak
cepat gadis-gadis itu tak ada lain jalan kecuall
bergerak lebih cepat lagi. Beng An menggunakan
Jing-sian-engnya dan Bayangan Seribu Dewa ini
membuat para gadis terkejut. Mereka sudah
bergerak cepat tapi pemuda itu lebih cepat lagi.
Dan ketika mereka silau dan Beng An
berkelebatan di antara mereka, menepuk dan
memukul perlahan tiba-tiba saja enam gadis itu
sudah roboh berurutan dalam waktu sekejap
saja.
"Bluk-bluk-bluk!"
Enam wanita muda itu mengeluh dan
terbanting perlahan. Mereka tidak sampai558
kesakitan karena Beng An mengatur tenaganya,
kini tegak berdiri tersenyum-senyum dan Samcici yang galak tampak kaget. Wanita itu berseru
tertahan tapi ketika tubuhnya berkelebat tibatiba ia sudah membebaskan totokan enam
saudaranya itu. Beng An memang tidak menotoknya berat. Dan ketika enam wanita itu berdiri
terhuyung, terbelalak memandang Beng An
maka Sam-cici mencabut pedang dan berseru
maju,
"Para sumoi, sekarang mari ikut aku.
Kalian ceroboh hingga begitu mudah dikalahkan.
Terlalu. Cabut pedang kalian dan hajar pemuda
ini!" wanita itu sudah bergerak mendahului dan
Beng An terkejut mengerutkan alis. Nyata bahwa
lawan tak mau sudah, Sam cici itu terutama keras
kepala. Tapi berkelit dan mengelak lagi,
menghindar dan sudah diserang bertubi-tubi
oleh pedang di tangan wanita itu Beng An
menghadapi lagi enam wanita lain Yang
membantu cicinya.
"Bocah, kami belum kalah kalau kau
belum merobohkan aku. Nah, tandingi aku dan559
perlihatkan kepandaianmu itu... sing-singgg...!"
pedang menyambar dan bergulung-gulung naik
turun. Hawa dingin semakin tajam dan Beng An
mengakui bahwa kepandaian wanita ini lebih
tinggi daripada enam yang lain. Namun karena ia
memiliki Jing-sian-eng dan dengan ilmu
meringankan tubuh itu ia merasa sanggup
menghadapi gerakan pedang ini, Beng An
berkelebatan cepat maka ia berseru,
"Baik, kalau kau dapat merobohkan aku
dalam duapuluh lima jurus aku mengaku kalah,
Sam-cici. Tapi lewat dari itu aku akan
merobohkanmu tak lebih dari lima jurus!"
Wanita ini membentak. Ia marah
mendengar kata-kata itu tapi ketika tubuh si
pemuda berkelebatan mendahului pedang-nya
ia kaget juga. Tubuh pemuda itu seperti kapas
yang ringan terdorong angin sambaran
pedangnya, tak dapat disentuh sementara adikadik seperguruannya juga kaget dan berseru
kagum. Beng An mengeluarkan ilmu
meringankan tubuhnya yang tinggi. Tapi ketika
dia melengking dan mempercepat gerakan560
pedangnya, enam sumoinya juga dibentak agar
menyerang lebih cepat maka Beng An sibuk
mengelak sana-sini dan mulutpun mulai
menghitung-hitung jurus, hal yang membuat
wajah wanita itu merah. "Enam.... tujuh.... tiga
belas....ha, hampir dua puluh, Sam-cici. Awas
hampir habis....!"
Wanita itu melengking-lengking. Dua
puluh jurus lewat dengan cepat tapi selama itu
ujung pedangnya sama sekali tak mampu
menyentuh tubuh pemuda ini. Jangankan
tubuhnya, ujung pakaiannyapun tidak! Dan
ketika ia memekik dan tangan kiri bergerak
menghantam dengan pukulan dingin maka pada
jurus kedua puluh satu ia menyuruh adik-adiknya
juga melakukan pukulan itu.
"Kerahkan Bu-kek-kang, robohkan
pemuda ini!"
Beng An mengerutkan alis. la sudah tahu
baliwa ilmu kepandaian pokok penghuni Lembah
Es adalah Bu-kek-kang (Tenaga Tak Berkutub),
ilmu warisan dari manusia sakti Kini Kong
Sengjin, lawan dari Han Sun Kwi yang memiliki561
ilmu dahsyat Giam-Iui-ciang itu, yang diwarisi
orang-orang Pulau Api dan sudah dirasa
kehebatannya. Kalau ketua Pulau Api sudah
menguasai ilmu itu sampai sepuluh bagian
entahlah apakah dia mampu atau tidak
menandingi tokoh gagah dari pulau yang selalu
panas itu. Dalam perjalanan dia sudah
mendengar banyak tentang pernnusuhan dan
kisah dari dua dedengkot ini, Hwa Seng itulah
yang bercerita. Maka ketika wanita galak itu
mengeluarkan Bu-kek-kangnya dan enam
sumoinya yang lain juga diperintahkan untuk
menghantam dengan tangan kiri mereka,
sementara pedang masih menusuk dan
membacok di tangan kanan maka Beng An yang
tak mau main-main dan melihat kemiripan ilmu
ini dengan Ping-im-kangnya tiba-tiba ingin
menguji.
"Para cici, duapuluh lima jurus sudah
hampir lewat. Baiklah kalian boleh pukul aku dan
setelah itu aku ganti memukul kalian!"
Beng An berhenti dan tidak mengelak
ketika tepat pada jurus kedua puluh lima lawan-562
lawannya itu menyerang, tangan kiri
menghantam sementara pedang di tangan kanan
menusuk dan membacok. Hebat serangan
mereka itu tapi lebih hebat lagi apa yang
dilakukan Beng An. Pemuda ini, yang sudah tidak
bergerak dan berhenti di tengah tiba-tiba
menerima semua serangan itu. Hawa Ping-imkang dikerahkan dan tiba-tiba tubuhnya sudah
dilapisi uap salju. Lalu ketika dengan cepat
sekujur tubuh pemuda ini sudah dibungkus
lapisan es beku, Sam-cici dan lain-lain berteriak
kaget maka pukulan dan pedang mereka
mengenai pemuda ini.
"Tak-tak-dess...!"
Pedang dan pukulan patah-patah. Samcici dan adiknya terpelanting dan semua menjerit
kaget karena pedang di tangan sudah menjadi
dua. Pedang itu seakan menusuk atau
membacok balok es yang kuat, jauh lebih kuat
daripada baja. Dan ketika mereka terpelanting
sementara pedang terlepas dari tangan, Beng An
bergerak dan tertawa perlahan maka berturutturut tujuh wanita itu ditotoknya dan sambaran563
hawa dingin yang jauh lebih dingin dari Bu-kekkang wanita-wanita itu membuatnya semuanya
mengeluh dan roboh dengan tubuh beku pula,
menggigil pucat!
"Nah," Beng An bertolak pinggang.
"Bagaimana., para cici. Dapatkah kalian
mengalahkan aku dan apakah ini masih kurang!"
Tujuh wanita itu terkejut. Sam-cici,
pemimpinnya, terbelalak dan pucat sekali. Ia tak
menduga bahwa pemuda ini begini luar biasa.
Dalam sekali gebrak saja membuat dia dan enam
sumoinya roboh, padahal mereka sudah
menyerang duapuluh lima jurus dan tak satu
kalipun mampu menyentuh pemuda ini. Maka
terbelalak dan tak mampu bicara apa-apa, diamdiam mengerahkan sinkang untuk membebaskan
totokan namun tak berhasil maka wanita itu
memejamkan mata dan menangis, dan Hwa Seng
tiba-tiba berseru,
"Beng An, bebaskan mereka. Sam-cici
sudah mengakui kelihaianmu dan sekarang
tentunya kau boleh memasuki lembah!"564
"Hm," Beng An mengangguk,
menggerakkan jarinya membebaskan totokan.
"Bukan hanya mereka, Seng-cici. Kaupun harus
bebas, tak boleh disakiti!" lalu ketika semua
melompat terhuyung sementara wajah Sam-cici
tampak merah padam, malu, tiba-tiba wanita itu
membentak dan menyambar Hwa Seng diajak
pergi. Enam yang lain mengikuti dan Beng An
terkejut, mengira wanita itu akan membunuh
Hwa Seng namun ternyata tidak, mencekal dan
membawa lari gadis itu naik turun bukit-bukit
salju. Hwa Seng berseru agar Beng An mengikuti.
Dan ketika pemuda itu juga bergerak dan
mengintil di belakang, melampaui sebuah sungai
beku untuk akhirnya menuju gunung pertama
yang puncaknya putih membeku maka Sam-cici
bersuit ,dan dari puncak meluncur bayanganbayangan langsing yang jumlahnya tidak kurang


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari seratus orang. Hwa Seng berseru kaget tapi
wanita galak itu mendengus. Gadis itu malah
ditamparnya dan ketika mereka naik sementara
bayangan-bayangan itu meluncur turun,565
sebentar kemudian sudah berpapakan maka
Sam-cici membentak menuding Beng An.
"BUnuh pemuda itu!"
Lalu meneruskan perjalanan mendengus
pada Beng An wanita itu naik ke atas dan Beng
An sudah dikepung atau dihentikan oleh
penghuni Lembah Es ini, gadis-gadis yang ratarata cantik dan gagah.
"Berhenti, siapa kau!"
Beng An terkejut. la sudah diberi tahu
Hwa Seng bahwa di Lembah Es berkumpul tak
kurang dari tigaratus wanita muda, semua adalah
murid atau anak buah Puteri Es, tocu atau
majikan Lembah yang rata-rata berkepandaian
tinggi. Dan karena Hwa Seng juga sudah memberi
tahu bahwa penghuni Lembah Es amat anti
kepada laki-laki, biar segagah atau setampan
apapun maka pemuda ini berhenti dan karena
tak ingin membuat permusuhan Beng An
membiarkan diri terkepung di tengah-tengah,
mata mengawasi ke atas di mana Hwa Seng
akhirnya lenyap tapi berseru bahwa dirinya tak566
perlu dicemaskan. Dia akan dibawa menghadap
tocu.
"Beng An, hati-hati. Lebih baik menyerah
dan biarkan dirimu ditangkap," begitu dulu gadis
itu pernah bicara. Maka ketika kini dia dikepung
seratus wanita-wanita muda, dari seratus itu
muncul tiga wanita berbaju biru hijau dan kuning
maka Beng An kagum karena semua wanita di
situ rata-rata cantik. Tapi dia mendengar
bentakan yang dingin dan nyaring.
"Siapa kau! Bagaimana datang bersama
Hwa Seng dan menghina Sam-cici!"
"Hm," Beng An menarik napas, menjura.
"Aku bernama Beng An, cici, she Kim Aku tak
menghina siapa-siapa justeru aku menolong Hwa
Seng-cici dari keganasan orang-orang Pulau Api.
Aku datang mengantarnya sampai ke sini dan
kalau boleh kebetulan sekali ingin berkenalan
dengan majikan kalian, Puteri Es!"
"Kau manusia lanCang! Kau kira begitu
enak berkenalan dengan tocu? Kau tahu apa
artinya kedatanganmu di sini? Lembah Es
pantang dimasuki lelaki, bocah she Kim. Dan567
hukumannya adalah mati. Kau telah berani
datang dan karena itu siaplah mampus!"
"Nanti dulu," Beng An mengangkat
tangan dan buru-buru mundur, wanita baju biru
itu siap menyerang. "Aku datang bukan untuk
mengacau, cici, melainkan ingin bersahabat.
Kalau aku ingin bermusuh tentu tak mungkin
datang secara terang-terangan. Lagi pula aku
telah menolong Hwa Seng-cici, apakah
kebaikanku itu tak dihargai?"
"Hwa Seng membuat kesalahan besar
dengan membawa masuk dirimu. Kalaupun ia tak
mampus di Pulau Api maka ia pasti mampus di
sini. Kau tak usah membawa-bawa budimu itu ke
sini!"
"Maaf, aku tidak bermaksud
menonjolkan budi. Yang kumaksud adalah niat
baikku itu, rasa persahabatan itu..."
"Hm, tak usah banyak omong, anak
muda. Kau menyerah atau mati!" wanita baju
biru ini berkelebat dan menyerang. Ia tak mau
banyak bicara lagi dan Beng An terkejut. Ia mau
menyerah, tapi jangan dengan dirobohkan. Kalau568
ia tidak diserang tentu ia akan menyerahkan diri
baik-baik. Tapi karena ia diserang dan hendak
dipukul, tentu saja ia menolak maka ia berkelit
tapi lawan mengejar dan tangan kiri wanita itu
tiba-tiba bergerak dan secepat kilat
menghantam pelipisnya, cepat sekali!
"Plak!"
Beng An tergetar dan kagum akan
kecepatan gerak wanita ini. Wanita itu jauh lebih
cepat dibanding Sam-cici dan angin
serangannyapun lebih kuat, lebih dingin! Tapi
ketika ia mengerahkan sinkangnya dan menolak
dengan Khi-bal-sin-kang, pukulan Bola Karet
maka ia mendapat kenyataan bahwa sama
seperti Giam-lui-ciang pukulannya itupun
tembus dipukul. Khi-bal sin-kang tak banyak
berguna dipakai melindungi diri.
"Hm!" Beng An terkejut. "Pukulanmu
kuat, cici, tapi jangan desak aku dengan
serangan-serangan. Kalau kau menyuruh aku
menyerah baik-baik tentu aku mau, tapi kalau
kau hendak merobohkan aku terpaksa aku
melawan!"569
Wanita baju biru itu, yang terkejut dan
terbelalak oleh tangkisan Beng An tampak kaget
dan heran. la adalah murid nomor tiga dari
majikan Lembah, kepandaiannya dua tingkat di
atas Sam-cici dan tandingannya adalah Tan Bong
putera ketua Pulau Api, dua wanita baju hijau
dan kuning adalah para sucinya, murid-murid
nomor dua dan satu. Maka tertegun tapi menjadi
marah, ia merasa ditantang tiba-tiba wanita itu
berkelebat dan menyerang lagi dengan lebih
cepat. Tiga kali ia menyerang dan menampar
muka Beng An tapi tiga kali itu pula ia dikelit dan
luput, lawan bergerak lebih cepat. Dan ketika ia
membentak dan untuk keempat kalinya ia
mendesak Beng An untuk menangkis maka Beng
An mengerahkan Ping-im-kangnya dan gadis itu
menjerit terpental kaget.
"Plak!" Bukan hanya gadis ini saja yang
terbeliak. Dua sucinya, yang tegak dan berdiri
dengan wajah beku tiba-tiba juga berubah dan
terperanjat. Beng An mengeluarkan Ping-imkangnya itu hingga telapak tangan
menyambarkan pukulan salju, sedetik570
mengeluarkan hawa lebih dingin dan sumoi
mereka gadis baju biru itu terpental. Dan ketika
pemuda itu berdiri tersenyum sementara lawan
berjungkir balik dengan muka pucat maka gadis
baju biru mencabut pedang namun wanita baju
kuning berseru dan membentak maju.
"Sumoi, tahan. Biar aku yang
menghadapi!" dan berkilat memandang Beng An
yang tampak tenang-tenang wanita ini berseru,
hati-hati, "Bocah she Kim, kau tampaknya berisi.
Pantas, kau sombong. Sekarang katakan apa arti
kata-katamu tadi bahwa kau mau menyerah
baik-baik!"
"Hm, aku mau menyerah baik-baik kalau
kalian tidak menyerang dan menggangguku, cici.
Aku mau ditawan asal tidak di sakiti. Tapi kalau
kalian menyerang dan hendak membunuhku
tentu saja aku melawan. Atau aku pergi kalau
kalian memang tak suka kedatanganku!"
"Laki-laki yang sudah datang ke sini tak
boleh pergi, kecuali mampus. Kau telah sanggup
menghadapi adikku nomor dua tapi coba
kauhadapi aku. Kalau kau dapat menghadapi aku571
barulah kau kubawa ke tempat majikan dan di
sana kau dihukum atau dibebaskan!" lalu
berkelebat dan tidak memberi kesempatan
pemuda itu menjawab wanita inipun sudah
menyerang dan melepas pukulan. Dia tadi
melihat adiknya dipentalkan dan itu cukup
membuatnya kaget. Kalau Sam-cici sampai
membiarkan pemuda ini masuk dan merasa tak
berdaya, tanda bahwa pemuda ini benar-benar
lihai maka harus dia sendiri yang turun tangan
dan mengatasi. Adiknya baju biru tadi tak kuat
dan sekali gebrak itu saja dia sudah maklum.
Gadis ini adalah murid nomor satu dan
tandingannya di Pulau Api adalah Yang Tek. Tapi
karena Beng An mampu mengatasi Yang Tek dan
terhadap gadis baju kuning ini iapun tak takut,
gadis itu sudah bergerak dan menyerangnya
lebih cepat maka dia mempergunakan Jing-sianengnya dan dengan ilmu meringankan tubuh
yang luar biasa itu dia mengelak dan
berlompatan cepat. Beng An naik turun bagai
burung menyambar-nyambar dan pukulanpukulan atau serangan lawan luput. Dan ketika572
gadis itu melengking karena lawan yang dihadapi
benar-benar luar biasa, ini tak disangkanya maka
tiba-tiba ia membentak dan kedua tangannya
bergerak maju mundur mendorong dengan
pukulan Bu-kek-kang.
"Des-dess!"
Batu dan percikan salju memuncrat. Beng
An kagum tapi tiba-tiba diapun membentak.
Kalau dia tidak memberi pelajaran tentu lawan
akan meremehkan. Maka ketika pukulan
menyambar-nyambar sementara dia naik turun
berkelebatan mengelak, belum menangkis atau
membalas karena ingin melihat dulu kepandaian
wanita baju kuning ini maka sekarang Beng An
tiba-tiba menangkis dan setengah dari naga Pingim-kangnya diadu dengan Bu-kek-kang itu.
"Dess...!" Dan... gadis atau wanita baju
kuning iu terjengkang. Beng An menunjukkan
kepandaiannya dan semua orang terkejut. Tapi
ketika gadis baju kuning itu meloncat bangun dan
memekik mencabut pedang, ia merasa kalah
maka berkelebat seorang wanita berbaju merah573
yang tiba-tiba membuat semua anak murid
Lembah Es menjatuhkan diri berlutut.
"Ui Hong, tahan. Ia bukan tandinganmu!"
lalu ketika Beng An terkejut dan terpesona
memandang, gadis baju merah ini sungguh luar
biasa cantiknya maka gadis itu membalik
menghadapi Beng An dan tak perduli terhadap
para murid yang berlutut kepadanya, katakatanya merdu namun keras ketika bicara,
" Kim Beng An, kehadiran dan ceritamu
telah didengar tocu melalui mulut Hwa Seng. Kau
diperkenankan menghadap n?mun harus
melewati tujuh rintangan. Kalau kau bersedia
dan lolos melewati rintangan-rintangan ini maka.
untuk pertam? kalinya majikan kami mau
menerima tamu seorang pria!"
*** Koleksi Kolektor Ebook574
PUTERI ES
(Lanjutan "Rajawali Merah")
Karya: Batara
Jilid X
* * * BENG AN tertegun. "Tujuh rintangan?
Aku boleh menghadap tocu tapi harus melewati
rintangan-rintangan yang kalian pasang? Ha-ha,
boleh, nona. Asal kalian tidak curang aku
bersedia menerima ini. Baik, rintangan apa itu.
Sebutkan dan dimana aku harus mulai!"
si Gadis baju merah itu mengerutkan
kening. Beng An tertawa gembira dan sikap
pemuda ini membuatnya panas. Pemuda itu
menerima tantangan seperti orang main-main
saja. Tapi karena ia sudah melihat kepandaian
pemuda itu dan pandang mata Beng An
kepadanya membuatnya jengah, Beng An tak
menyembunyikan kekagumannya kepada wajah575
cantik itu maka gadis ini membentak, malu tapi
juga marah,
"Kau tak usah sombong. Kau belum
menghadapi itu. Rintangan itu ada di depan sana
dan apa itu boleh kau lihat sendiri, tak dapat
kuberitahukan di sini. Kalau kau ingin tahu maka
ujian berarti gagal. Orang yang berani tak usah
bertanya!"
"Baik, ha-ha, Tak apa, nona. Aku Kim Beng
An akan menghadapinya seperti orang buta.
Nah, kalau begitu kapan kumulai ?"
"Sekarang, silakan naik bukit itu dan
lampaui tujuh rintangan kami sampai berhasil.
Atau kau mampus dan kami tak dapat memberi
tahu ayah ibumu!"
Beng An tertawa bergelak. Melihat gadis
baju merah ini tiba-tiba kegembiraan dan
kekagumannya meningkat. la mengagumi wajah
jelita itu namun tidak sampai tergila-gila. Sebagai
pemuda biasa tentu saja ia mengagumi dan suka
memandang seorang gadis cantik, apalagi yang
luar biasa seperti gadis baju merah ini. Namun
karena dia hanya kagum dan tidak lebih, sikap576
tinggi hati dan congkak itu membuatnya tak
senang juga maka ditantang untuk menghadapi
bahaya ia malah gembira. Dan bahaya itu tak


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disebutkan apa, Beng An tidak takut malah
tertarik.
"Boleh, Siapa gentar?" Maka begitu
semua menyibak dan gadis baju merah itu
mempersilakan, dengan dingin mengangkat
tangan untuk memberi jalan Beng An maka tak
ragu-ragu lagi pemuda itu berkelebat dan naik ke
gunung atau bukit di depan itu. Di situlah tadi
Hwa Seng lenyap dibawa teman-temannya,
Dan ketika Beng An lewat didepan gadis
baju merah ini maka bau harum menyambar
hidungnya, bau yang membuat si pemuda malah
bangkit semangatnya.
"Nona, aku tak akan mendesak tentang
apa tujuh rintangan itu, tapi akan menghadapi
dan mengatasinya langsung. terima kasih dan
numpang lewat!"
Gadis baju merah mendengus. Beng An
lewat di depannya tak takut diserang atau
dihalangi. Pemuda itu begitu yakin akan577
kepandaian sendiri. Siapa yang menghalang
rupanya akan diterjang. Dan begitu pemuda itu
berkelebat dan tahu-tahu sudah di atas bukit
maka siapapun mendecak karena seperti iblis
saja pemuda itu sudah lenyap dan di kejauhan
sana, meluncur dan turun dan akhirnya
menghilang di bawah.
Gerakan ini hanya dua tiga detik saja dan
siapapun terkejut. Beng An mengeluarkan dua
ilmunya meringankan tubuh Jing-sian-eng dan
Cui-sian Gin-kang, menggabungnya sekaligus dan
itu membuat si pemuda berkelebat secepat
cahaya, lenyap dan menurun bukit dan tiba-tiba
semua penghuni Lembah berteriak
menyusulnya. Mereka lari dahulu-mendahului
menuju puncak bukit. Gadis baju merah sendiri
sudah lenyap dan menyusul Beng An, dia paling
dulu di depan. Dan ketika Beng An tampak di atas
meluncur di padang es be-ku secepat siluman,
naik turun di antara gunduk-gunduk salju dengan
amat mengagumkan maka semua penghuni
akhirnya melihat dan seratus pasang mata
mendecak penuh kagum.578
Beng An sendiri tahu pandang mata itu
tapi tak mau menengok. la melihat gundukgunduk salju di padang es itu, mula-mula
mengira sebagai gunduk-gunduk biasa tapi
mendadak kakinya terjeblos, Sekejap saja
kejadian itu namun Beng An terkejut. Ujung
kakinya terasa tersedot ke bawah namun dengan
cepat ia tarik ke atas, Dan ketika ia menginjak
gunduk-gunduk salju yang lain dan semua
menjeblos ke bawah tahulah dia bahwa gundukgunduk itu sebenarnya perangkap di mana kalau
tidak hati-hati orang akan terpelanting dan
masuk ke lubang es beku! Di situ kiranya
bertaburan lubang-lubang neraka yang tertutup
oleh lapisan es ini, dari jauh seperti gunduk tanah
biasa tapi sebenarnya tanah kosong yang atasnya
tertutup es beku. Es ini menutup ringan dan
sekali terinjak bakal amblong. Inilah bahaya
pertama! Maka tertawa dan menyadari bahaya
ini, Beng An mengempos semangat menarik
tenaga maka tiba-tiba ia mengerahkan semua
ilmu meringankan tubuhnya hingga tubuhnya tak
berbobot lagi menginjak gunduk-gunduk salju579
itu, terbang dan meluncur seringan kapas dan
seratus gunduk putih yang diinjak sama sekali tak
amblong. Jangankan amblong, bergetar sedikit
saja tidak. Dan ketika gadis baju merah
mendecak dan memuji kagum, itulah rintangan
pertama yang harus dilalui Beng An maka
pemuda baju putih itu melakukan sesuatu
melepas kegemasannya. Beng An gemas karena
tak tahu jebakan itu. Untung, berkat
kepandaiannya yang tinggi tak sampai celaka.
Maka melepas gemas dan tahu bahwa seratus
pasang mata memandangnya dari puncak bukit,
Beng An membalik dan lari mundur ia
melambaikan tangannya kepada gadis baju
merah dan gadis-gadis penghuni Lembah Es,
"Hooiiii.. . ini kiranya tintangan pertama,
Lihat aku menginjak lubang-lubang
perangkapmu tanpa gentar!"
Semua terkejut.- Beng An membalik dan
lari cepat tanpa menengok belakang, larinya
mundur. Dan karena ia, lari dengan cara seperti
itu, melambaikan tangan dan cepat melebihi
angin maka siapapun sam-pai melompat berdiri580
dan terbelalak mengeluarkan suara tertahan .
Dua kali Beng An lari seperti itu untuk akhirnya
membalik lagi, lari membelakangi penghuni
Lembah Es. Dan ketika ia lenyap melewati
seratus jebakan, yang terakhir diinjak keras
untuk akhirnya berjungkir balik melambung
tinggi maka Beng An telah meninggalkan padang
es itu untuk menuju ke bukit atau gunung kedua.
Di sini ia ber laku lebih hati-hati sementara anak
murid mengejar dan menyusulnya. Mereka
berteriak kagum melihat pemuda itu mampu
melewati bukit pertama dengan mudah. Hanya
penghuni Lembah Es saja yang tahu jebakan itu,
Maka ketika mereka bergerak dan gadis baju
merah juga menyusul dan berkelebat, Beng An
menaiki gunung kedua maka pemuda itu melihat
sebuah jalan lurus menuju hutan cemara putih
dimana hutan itu menyambung sebuah bukit lain
melalui sebuah jembatan sempit.
"Hm, apa yang akan kuhadapi di sana?
Jebakan apalagi?" Beng An berpikir dan kini
sudah menurun bukit ini. Akhirnya dia melihat
bahwa ada tujuh bukit yang sambung-581
menyambung, di antara mereka terdapat lembah
atau sungai-sungai beku. Tapi tak takut
semuanya itu dan dia terus meluncur turun maka
Beng An tiba di hutan cemara yang akan
menyambung jembatan kecil itu.
Beng An tidak melihat siapapun. Seperti
penghuninya yang beku dan dingin maka hutan
,cemara inipun tak menampakkan suasana
bersahabat. Karena begitu tiba di tempat ini tibatiba Beng An berhadapan dengan seekor biruang
salju yang mendadak menggereng dan berada di
depannya.
Beng An kaget karena binatang itu
tadinya disangka pohon cemara pendek yang
berada di mulut hutan, karena binatang itu
berdiri dan kedua kaki depannya yang diangkat
mirip cabang-cabang pohon bersalju tebal.
"Grrr!..." Beng An hampir saja melewati
binatang ini. Dia sudah berada dekat dan baru
terkejut ketika binatang itu bergerak, kedua kaki
depannya itu menerkam dan kalau tidak cepat
dia berkelit tentu kuku-kuku binatang itu sudah
menancap di kulit dagingnya. Tapi begitu dia582
terkejut dan otomatis mengelak, berhenti dan
membiarkan tangan binatang itu lewat di atas
telinganya mendadak binatang ini menekuk siku
dan bagian itulah yang menetuk belakang
kepalanya.
"Hai..bret!" Beng An robek dan tercakar
baju lehernya. la tak menyangka binatang ini
memiliki gerakan seorang ahli silat tapi melihat
binatang itu tiba-tiba kegembiraannya bangkit.
Di Sam-liong-to (Pulau Tiga Naga), tempat tinggal
encinya Soat Eng dulu ada sepasang biruang
hitam yang dipelihara baik-baik. Sayang, karena
banyak orang jahat berdatangan akhirnya
binatang itu tewas. Kini melihat bahwa di
Lembah Es ini ada seekor biruang salju yang
tinggi besar, bobotnya tak kurang dari tujuh
kuintal maka Beng An gembira teringat binatang
di Sam-liong-to itu. Dia melihat binatang ini
mampu bergerak seperti gaya seorang ahli silat,
meskipun kaku dan lamban. Maka ketika leher
bajunya robek dan dia tak menyangka bin?tang
ini menguasai cara bersilat, dia menjejakkan kaki
meloncat jauh maka binatang itu menggereng583
dan seperti Sudah diduganya dia mengejar dan
langkah kaki binatang itu berdetak ketika
menginjak tanah salju dengan suara berat
"Ha- ha, ini kiranya ujian kedua!" Beng An
tertawa, tidak mengelak dan kali ini justeru
menyambut terkaman binatang itu.
Bayangan merah dan penghuni Lembah
Es berkelebatan, Beng An melihat gadis-gadis itu.
Dan maklum bahwa dia harus menunjukka
kepandaian, ia memang sedang diuji maka begitu
kuku-kuku biruang itu menyambarnya iapun
cepat menangkap dan begitu mengerahkan
sinkang maka sepuluh jari tangan binatang itu
dicengkeramnya, ditekuk dan ketika binatang itu
menguak Beng An pun sudah menggerakkan kaki
menendang. Cengkeraman dan tekukan jarinya
tadi membuat binatang itu kesakitan, terkejut.
Maka begitu ditendang dan binatang itu menjerit
iapun terlempar dan berdebuk terguling-guling
di salju.
Tapi Beng An tidak berhenti sampai disini.
la tidak membiarkan bin?tang itu bangun berdiri
karena dengan cepat Ia pun berkelebat584
mengejar. Biruang salju itu berdebuk dengan
keras dan ketika ia masih nanar tahu-tahu Beng
An membungkuk dan menyambar tubuhnya. Dua
lengan pemuda ini menggelembung ketika
mengangkat tubuh binatang itu. Beng An
mencengkeram rambut di leher dan pantatnya.
Lalu sek?li berseru keras iapun telah melempar
binatang ini ke arah gadis baju merah dan
penghuni Lembah Es.
"Ha-ha, terimalah, . Aku tak suka
diganggu binatang ini .. blukk!" binatang itu jatuh
dengan amat kerasnya di hadapan penghuni
Lembah Es. Beng An telah mengangkat dan
melempar biruang, seberat tujuh kuintal ini dan
perbuatan itu disambut pekik kaget para
penghuni. Mereka tak menyangka bahwa
pemuda sekecil itu mampu mengangkat dan
melempar seekor biruang jantan yang amat
berat. Berhadapan dengan biruang itu tubuh
Beng An memang tiba-tiba kelihatan kecil,
binatang raksasa itu memang jauh lebih besar
dan berat. . Tapi begitu berdebuk dan mereka
sadar, Beng An membalik dan berkelebat585
meneruskan perjalanannya maka penghuni
Lembah Es tiba-tiba bersorak dan kagum. Namun
gadis baju merah membentak.
"Diam jangan memuji musuh!" lalu
berkelebat menghampiri biruang itu, mengurut
dan menepuk punggungnya gadis baju merah ini
sudah mendorong bangun binatang itu. Tidak
sanggup mengangkat apalagi melemparnya
karena biruang jantan ini memang betul-betul
berat. Tapi ketika dia menendang dan binatang
itu terhuyung maka gadis baju merah sudah
bergerak dan menyusul Beng An lagi.
"Bocah she Kim, kau telah lulus
menghadapi dua ujian pertama. Tapi masih ada
lima yang lain dan jangan bersombong!"
"Ha-ha," Beng An tertawa, menoleh.
"Akan kuhadapi semua itu, nona. Kalau berhasil
adalah kebanggaan bagiku, Siapa tidak bangga
bertemu tocu Lembah Es, apalagi kalau, aku
sebagai laki-laki pertama!"
Gadis baju merah mendesis dan marah. la
memang mengiringi pemuda ini untuk melihat
apakah Beng An berhasil melewati tujuh586
rintangan. Kalau gagal tentu saja ia akan
mengejeknya. Belum pernah ada lelaki berhasi
melewati rintangan itu bahkan tokoh Pulau Api
sekalipun. Maka ketika dia mengikuti Beng An
sementara Beng An meluncur dan telah
melewati jembatan sempit mendadak terdengar
suara ledakan dan jembatan itu hancur. Kayu
kayunya ternyata rapuh dan tak dapat dimuati
biar oleh seorang pemuda seperti Beng An pun.
"Hik-hik, tahu rasa kau! " gadis baju
merah terkekeh, tiba-tiba meledak tawanya.
"Rasakan kau, bocah sombong. Mampuslah di
dasar jurang!"
Ternyata jembatan itu adalah ujian
nomor tiga. Beng An tak menyangka sama sekali
bahwa jembatan gantung yang menghubungkan
gunung kedua dengan gunung ketiga ini begitu
rapuh. Baru tersentuh sedikit kakinya saja sudah
ambrol! Tapi ketika gadis baju erah terkekeh dan
baru kali itu terdengar suara tawanya yang
merdu dan penuh kegembiraan menyangka Beng
An terjeblos ke dasar jurang ternyata Beng An
berjungkir balik dan menyambar potongan587


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

papan pemuda melempar potongan ini untuk
akhirnya menangkap dan bergantungan di bibir
jurang. Lalu ketika gadis itu terbelalak dan
berhenti tertawa, Beng An telah mengatur
tenaganya maka.... "hup", pemuda it meloncat
dan tiba di seberang sana, tertawa, mengibasngibas bajunya.
"Ha-ha, kau tergesa-gesa mentertawakan
aku,nona. Lihat aku selamat dan tak apa-apa!"
Gadis baju merah itu semburat. la benarbenar terkejut karena Beng An berhasil keluar
lagi, selamat dan sudah tiba di seberang dan kini
balik mentertawakannya. Maka mendengus dan
membalikkan tubuh tiba-tiba ia berkelebat ke kiri
dan lenyap entah ke mana. Jembatan itu telah
ambrol dan tak mungkin mengikut, Beng An. Tak
ada jalan lagi di situ. Dan begitu ia lenyap ke kiri
maka anak-anak murid juga berkelebat dan
lenyap ke tempat ini. Beng An meneruskan
perjalanannya dan tiga rintangan teiah dilewati,
ia menarik napas lega. Tapi ketika Beng An
melanjutkan perjalanannya mendadak di gunung
keempat ia meandek melihat ratusan ekor buaya588
putih menghadang, mulut mereka . terbuka lebar
melihat Beng An. Kiranya jalan untuk menemui
majikan Lembah Es masih sukar!
"majulan!" suara bening nyaring
terdengar di puncak gunung kelima, gadis baju
merah itu nendadak muncul di sana. "Kau
meneruskan langkahmu atau kembali pulang,
Kim Beng An. Hayo kulihat bagaimana
langkahmu!"
Beng An tertegun. Di lembah itu, dl depan
gunung keempat ratusan buaya putih
menghadang dengan buas. Mulut mereka
terbuka lebar-lebar begitu melihat manusia
masuk, beberapa di antaranya bahkan sudah
merangkak dan maju. Beng An diancam! Dan
ketika pemuda ini mengerutkan kening melihat
buaya-buaya itu, tak mungkin ia melompati
sekian ratus buaya dengan sekali lompatan saja
maka di puncak gunung kelima muncul muridmurid Lembah Es yang cantik-cantik itu. Mereka
telah menyusul dan berada di belakang gadis
baju merah ini, lewat jalan lain!589
"Hm, aku harus lewat sini? lnikah ujian
keempat?" Beng An berpikir gemas.
"Baik, apapun akan kuhadapi, nona-nona.
Dan aku akan memperlihatkan kepada kalian
bahwa rintangan ini bisa kuatasi!"
Beng An melolos ikat pinggangnya dan
menjeletarkannya di udara. Menghadapi
binatang-binatang itu ia tidak takut. Tapi maklum
bahwa itu adalah piaraan penghuni lembah,
betapapun ia tak boleh membunuh maka Beng
An yang juga tidak melukai atau membunuh
biruang salju tiba-tiba melompat dan tiga ekor
buaya yang sudah merayap cepat menuju ke
arahnya tiba-tiba dilompati dan sekali dia
bergerak maka punggung seekor buaya sudah
diinjak untuk akhirnya meloncat dan berlari
cepat ke punggung buaya-buaya lain.
"Tar-tar!" Ikat pinggang atau sabuk
pemuda ini menyambut mulut-mulut buaya yang
akan menggigit. Beng An membuat buaya itu
terlempar atau mendongak kepalanya di-tampar
ikat pinggang, maju dan bergerak lagi dan
begitulah Beng An menuju puncak gunung590
keempat. Di lembah ini dia harus menghalau dulu
ratusan buaya yang tiba-tiba bergerak, lari dan
menyerbu pemuda itu sementara pemuda ini
berlompat-lompatan dari punggung buaya yang
satu ke punggung buaya yang lain. Kalau buaya
itu membalik dan akan menggigit maka ikat
pinggang itulah yang menghajar. Beng An
mengerahkan sinkangnya hingga setiap buaya
terkatup mulutnya. Ikat pinggang di tangan
pemuda itu membuat buaya yang kena tampar
kesakitan. Mereka serasa retak rahangnya dan
berlarianlah pemuda itu di atas punggung buayabuaya lain. Dan karena setiap kali senjata di
tangan menjeletar menghalau gigi-gigi tajam,
juga ekor yang menyabet dari kiri kanan maka
puluhan buaya sudah dilewati dan penghuni
lembah yang menyaksikan itu mendecak dan
terbelalak melihat kelihaian pemuda ini. Beng An
tidak melukai atau membunuh binatangbinatang itu kecuali membuatnya kesakitan dan
kapok. Setiap buaya yang kena tampar pasti
berjengit. Dan karena pemuda itu berpindahpindah dari punggung buaya yang satu ke buaya591
yang lain dengan amat cepat, ginkang atau ilmu
meringankan tubuhnya dipergunakan dengan
amat baik maka seperempat jam kemudian Beng
An sudah melampaul barisan buaya dan lebih
dari separoh kelengar dan tak mampu membuka
mulut mereka yang di-hajar ikat pinggang. Beng
An tertawa bergelak dan buaya terakhir disabet
lalu di-sendal, moncongnya kena pukul dan
berjingkraklah buaya itu oleh sakit yang hebat.
Lalu ketika dia berlari kencang tapi Beng An
berjungkir balik mendarat di punggungnya, ikat
pinggang menjeletar atau mencambuki kiri
kanan tubuh binatang ini maka binatang itu lari
cepat menuju puncak bukit keempat, menggeliat
atau melenggak-lenggok mengikuti ayunan
sabuk yang membuat tubuhnya kesakitan. Belok
ke kiri kalau cambuk menjeletar di kiri dan belok
ke kanan kalau cambuk menjeletar di kanan!
"Ha-ha, lihatlah!" Beng An berseru.
"Rintangan inipun berhasil ku atasi, nona.
Sekarang aku datang dan melewati rintangan
keempat!"592
Semua terkejut dan membelalakkan
mata. Beng An mendaki gunung sambil
menunggang buaya dan buaya yang tak berdaya
itu benar-benar dipermainkan. Kebetulan dia
adalah buaya paling besar dan tadi menyerang
berkali-kali kepada Beng An, mundur dan
menyerang lagi dan pemuda ini gemas
dibuatnya. Maka ketika binatang itu dihajar
paling belakangan dan kini dikemudikan dengan
sabuk atau ikat pinggang menjeletarjeletar,penghuni Lembah Es terbelalak kagum
maka gadis baju merah terkejut karena Beng An
membawa buaya itu ke rombongannya.
"Hei, berhenti! Jangan bawa binatang itu
ke sini, bocah she Kim. la sedang mengamuk!"
"Ha-ha, mengamuk kepada siapa. la jinak
dan tunduk kepadaku, nona. Lihat betapa ia
mengikuti setiap aba-abaku.... tar-tarr!" Beng An
nakal mengayun cambuknya, membuat buaya
putih berjengit dan lari semakin kesetanan.
Pemuda itu menambah sinkangnya hingga
binatang itu lebih kesakitan. Dan ketika sebentar
kemudian gunung keempat sudah dilewati untuk593
akhirnya menuju gunung kelima, anak murid
atau penghuni Lembah Es menjerit maka
berteriaklah mereka karena buaya itu menerjang
dan akan mengamuk di depan mereka. Tapi
bayangan merah berkelebat. Dari atas gunung
gadis baju merah itu mendahului yang lain-lain.
la meluncur dan turun gunung seperti terbang.
Dan ketika binatang itu hendak naik dan menjadi
gila, gadis baju merah menjadi marah maka
sebuah tamparan membuat binatang itu
terlempar dan ketika Beng An berjungkir balik
melepaskan diri maka tendangan gadis itu
membuat si buaya putih mencelat dan jauh
menimpa teman-temannya di sana, ratusan
tombak.
"Desss!" Beng An melayang turun dan
kagum. Buaya itu telah kembali ke asalnya dan
menggelepar sejenak, menggeliat dan akhirnya
berjalan dengan limbung, berhenti dan diam
dengan mata meram melek. Rupanya dia pening
atau mabok. Tamparan dan tendangan itu
membuatnya seakan melayang-layang, entah
berada di bumi atau tidak. Tapi ketika bentakan594
nyaring menyadarkan Beng An, dari atas gunung
berkelebatan bayangan penghuni-penghuni
lembah maka gadis baju merah itu telah berdiri
di depan Beng An dengan tangan bertolak
pinggang, wajah memerah dan terbakar.
"Kim Beng An, kau hebat tapi jangan
sombong. Empat rintangan telah kau lalui. Tapi
sekarang kau menghadapi aku sebagai rintangan
nomor lima. Nah, bersiap dan jagalah
seranganku!"
Beng An terkejut. Tanpa banyak kata lagi
gadis itu tahu-tahu menyerangnya. Serangkum
angin dingin menyambar. Dan ketika Beng An
berkelit namun dikejar, berkelit dan dikejar lagi
maka pemuda itu menangkis dan gadis baju
merah itu terpental tapi berjungkir balik
menyerang lagi dan sudah melancarkan sembilan
pukulan berturut-turut yang semuanya hebat
dan serba dingin.
"Plak-plak-plakk!"
Beng An tergetar dan terhuyung. Dari
sembilan pukulan ini dua di antaranya mengenai
tubuhnya, satu di pelipis dan satu di tengkuk.595
Dan ketika Beng An merasa meremang dan
tubuh menggigil dingin, untung dia memiliki
Ping-im-kang dan menerima hawa dingin itu
untuk disatukan dengan sinkang dingin yang
sudah dipunyainya maka selanjutnya ia merasa
silau oleh bayangan merah yang berkelebatan
menyambar-nyambar. Beng An tak dapat
berpikir panjang lagi karena lawan menusuk dan
menampar, Dua jari itu bergerak silih berganti
dengan lima jari yang lain, begitu cepat dan
hebat hingga setiap ia menangkis tentu tergetar
dan terhuyung-huyung. Khi-bal-sin-kang
dipergunakan namun tak mempan. Dan ketika
lengkingan dan jeritan mengiring tamparantamparan itu, salju yang dingin tiba-ttba
membeku dan mengeras maka baju Beng An tak
dapat lagi bertiup karena sudah keras
bergemeratak seperti lempengan baja. Gadis itu
mengeluarkan Bu-kek-kang tingkat tinggi!
"Bagus," Beng An tak mau berayal-ayal
lagi. "Kau hebat dan mengagumkan, nona. Kalau
aku tidak menandingimu tentu kau akan
merendahkan aku..... plak-dukk!"596
Beng An berputar dan menangkis dua
serangan cepat. Dia mengerahkan Ping-im-kang
dan Tenaga lnti Es ini beradu dengan Bu-kekkang, memercikkan bunga api putih dan tempat
itu seketika beku! Dan ketika sedetik gadis itu
terhenti tak dapat bergerak, Beng An tergetar
tapi tidak terhuyung maka Beng An
membalasnya dan uap putih menyelimuti atau
membungkus tubuh pemuda itu. Beng An
membentak dan mengayun tangan kirinya. Dan
ketika gadis itu dapat bergerak
lagi namun kalah cepat maka pundaknya
terpukul dan ia terpelanting.
"Dess!" Beng An telah membalas. Kini
pemuda itu ganti berkelebatan dan gabungan
Cui-sian Gin-kang dan Jing-sian-eng
dipergunakan pemuda ini. Beng An tak mau
berayal-ayalan lagi karena lawan mengelak dan
berkelit. Dan karena gabungan dua ilmu
meringankan tubuh itu amat cepat dan luar
biasa, gadis baju merah ganti merasa silau maka
tubuh Beng An sudah terselimuti uap putih di
mana pemuda itu sudah menjadi manusia es597
yang melepas pukulan-pukulan beku jauh lebih
dingin daripada Bu-kek-kang lawannya.
"Des-dess-aihhh ..!" Gadis baju merah
terkejut dan kelabakan. la harus mengelak sanasini tapi bayangan dan gerakan Beng An jauh
lebih cepat. Ia dipaksa mengikuti namun kalah
juga. Dan ketika pukulan-pukulan Beng An
mengenai tubuhnya empat lima kali, gadis itu
terhuyung dan berjengit kesakitan maka Beng An
girang karena lawan menjadi kaku tubuhnya oleh
pengaruh Tenaga lnti Esnya (Ping-im-kang).
"Ha-ha, lihat. Kau tak dapat merobohkan
aku, nona. Betapapun hebat ilmumu namun
Ping-im-kangku lebih tinggi. Awas, aku
menotokmu roboh!"
Gadis itu melotot. Beng An menggertak
dengan totokan tangan kirinya namun jari kanan
yang bekerja. Jalan darah di atas pundak kena.
Tapi ketika jari Beng An mengenai daging yang
lembut dan menggelincir maka totokannya gagal
dan pemuda itu terkejut.
"Pi-khi-hu-hiat (Tutup Hawa Lindungi


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jalan Darah)...!"598
Beng An terbelalak namun gadis baju
merah itu membentak mencabut pedang. la
telah terdesak dan kena totok namun tidak
roboh. Beng An benar bahwa ia telah melindungi
dirinya dengan Pi-khi-hu-hiat, ilmu melindungi
jalan darah itu. Tapi karena ia terdesak dan itu
berarti kemenangan lawan, ia marah dan
melengking maka sinar merah berkelebat ketika
sebatang pedang tajam menyambar dan
membacok Beng An.
"Trakk!" Beng An menangkis dan
mempergunakan kuku jarinya. Ia terkejut oleh
hu-hiat yang dipergunakan lawan namun segera
sadar begitu sinar pedang merah menyambar. la
mempergunakan kuku jarinya menangkis pedang
itu. Dan ketika pedang terpental sementara gadis
itu melengking dan kaget, pedang pusakanya
ditolak kuku lawan maka Beng An yang diamdiam kagum tak tahu bahwa lawannya lebih
kagum lagi. Ang-kong-kiam, Pedang Sinar Merah
itu adalah pedang pusaka yang membacok
batupun akan mudah dan tak memerlukan
banyak tenaga. Tapi begitu bertemu kuku Beng599
An dan jari pemuda itu tak apa-apa, jari itu
sekeras baja dan putih terselimut es maka gadis
yang terbelalak tapi kagum ini menjadi
penasaran dan marah. Ia mainkan ilmu silat
pedang di mana senjata di tangannya itu
menusuk dan membacok. Pukulan-pukulan Bukek-kang ganti berpindah ke tangan kiri namun
Ping-im-kang lawan terasa lebih hebat. Ha wa
dingin yang memancar dari depan bukan hanya
dari tangan atau kaki melainkan seluruh tubuh
Beng An. Bahkan keringat pemuda itupun
merupakan serangan benda-benda kecil yang
tajam namun dingin, menyengat dan beberapa
bajunya berlubang. Dan karena Bu-kek-kang
terdesak oleh Ping-im-kang ini, ia baru
menguasai ilmunya tujuh bagian sementara Beng
An sempurna menguasai Ping-im-kangnya maka
ketika keringat pemuda itu bercipratan
menghantam muka dan tubuhnya maka gadis itu
berdetak keras ketika pedangnyapun terpental
oleh benturan keringat Beng An.
"Triikk!" Bunyi benturan itu nyaring dan
kuat. Pedang terpental sementara keringat juga600
terpental, bukan ke mana-mana melainkan ke
anak-anak murid yang menonton. Dan ketika
satu di antara mereka menjerit dan roboh,
pipinya bolong maka paniklah penghuni Lembah
Es menyingkirkan temannya dan berlompatan
menjauh.
"Minggir... awas, mundur semua!"
Beng An menyesal juga. Satu di antara
penghuni ada yang luka, meskipun bukan oleh
perbuatannya langsung melainkan oleh gerakan
pedang yang menangkis keringatnya. Dan ketika
gadis baju merah melengking dan gerakan
pedang menjadi ganas, Beng An tak mau jatuh
korban lagi maka ia berseru keras dan dengan
tangan telanjang menangkap pedang itu,
perbuatan yang berani.
"Nona, kita hentikan main-main ini. Kau
tak dapat mengalahkan aku..- bret!" dan pedang
yang tertangkap lalu dicengkeram kuat tiba-tiba
membuat gadis itu terkejut karena Ang-kongkiam yang bersinar merah mendadak putih salju
dipegang pemuda itu. Beng An mengerahkan
Tenaga Inti Esnya hingga pedangpun beku dan601
berubah, uap es membungkus dan menggumpal
di badan pedang. Lalu ketika pemuda itu berseru
agar si nona melepaskan pedang, atau Ang-kongkiam patah maka Beng An mendorong dan si
nona terjengkang.
"Lepaskan, atau pedang ini patah!".
Gadis itu menjerit dan bergulingan.
Pedang yang dicekal tiba-tiba sedingin es. Ia yang
telah memiliki Bu-kek-kang masih juga menggigil
beku. Dan ketika ia didorong dan otomatis
melepaskan pedang, telapak tangannya tak kuat
menahan lagi maka gadis itu mengeluh dan saat
itu dari puncak gunung keenam terdengar seruan
yang jernih namun menggetarkan,
"Yo-sumoi, mundurlah. Kau bukan
tandingan Kim-kongcu ini. Biarkan ia naik ke sini
dan tugas kami untuk mengujinya!"
Beng An menengok dan mengangkat
mukanya. Dua orang berpakaian gemerlap indah
dengan sanggul digelung tinggi tampak di gunung
itu. Wajahnya samar-samar namun pakaiannya
yang gemerlap memantulkan cahaya warnawarni. Beng An ter-kejut dan silau, ia kagum. Tapi602
ketika ia melepaskan pedang dan Ping-im-kang
ditarik kembali, pedang telah bersinar kembali
kemerahan maka ia menyerahkan pedang itu
dan berseri.
"Yo-siocia (nona Yo), kau kiranya
keturunan dari Pangeran Yo. Ah, pantas, kau
lihai. Entah siapa dua saudaramu di sana itu tapi
maafkan bahwa aku akan ke sana. Terimalah
pedangmu!" lalu berkelebat dan menuju gunung
keenam, Beng An tak menghiraukan lawan yang
menangis dan terisak maka kini seluruh gadis
Lembah Es menyibak dan memberikan jalan.
Beng An telah melihat perobahan pada penghuni
lembah ini, yakni panggilannya yang menjadi
Kim-kongcu (tuan muda Kim), padahal
sebelumnya ia dipanggil dan disebut bocah she
Kim saja, sebutan tak bersahabat dan jelas kasar.
Maka melihat dirinya ditunggu dan di puncak
gunung keenam itu dua wanita bersanggul tinggi
menantinya, Beng An berkelebat dan ber-jungkir
balik dengan ilmu meringankan tubuhnya maka
di sini ia sudah berhadapan dengan dua wanita
itu yang kecantikannya cukup luar biasa. Jelita603
bagai seorang dewi tapi dingin dan beku seperti
kutub!
"Hm!" begitu satu di antara dua wanita
itu menyambut. "Kau telah melewati lima dari
tujuh rintangan kami, Kim-kong-cu, sungguh
hebat dan tinggi sekali kepandaianmu. Tapi kau
memiliki ilmu yang mirip, sama-sama
mengandalkan tenaga Im (Dingin). Apakah kau
cucu murid atau orang sealiran dengan nenek
moyang kami Kim Kong Sengjin?"
"Maaf," Beng An menjura dan menekan
debaran jantungnya yang berguncang. "Apakah
aku berhadapan dengan yang terhormat Puteri
Es? Apakah aku sudah berhadapan dengan
majikan Lembah?"
"Hm Ujlanmu belum habis. Begitu
mudahkah kau kira menghadap tocu. Majikan
kami tak sembarang dapat ditemui, Kim-kongcu,
apalagi oleh seorang laki-laki.Kau telah
beruntung dapat bertemu dengan kami yang
menjadi wakil di sini. Baru kali inilah kami turun
tangan menghadapi seorang pemuda liar"604
"Maaf " Beng An tertegun, wajah jelit? itu
menyiratkan hawa marah tapi ditahan. "Aku
bukan berhadapan dengan tocu, Aku masih
berhadapan dengan wakil-wakilnya?"
"Tak usah banyak cakap. Kau telah
bertemu dengan kami di sini, Kim-kongcu.
Bersiaplah karena kami berdua akan
menghadapimu secara berpasangan!"
Beng An terkejut. Baru saja wanita itu
habis mengeluarkan kata-katanya sekonyong
konyong leher wanita itu mengibas. Sepasang
anting-anting di telinga kiri dan kanan mendadak
menyambar, lepas dari lubang. telinga itu untuk
menghantam dengan kecepatan kilat ke muka
Beng An. Dan ketika Beng An mengelak namun
wanita kedua bergerak dan mengibaskan
rambutnya maka rambut itupun menjeletar dan
menghantam dirinya.
"Aiihhh.. Beng An terkejut dan melompat
menghindar. la melihat bahwa dua wanita
penghuni Lembah Es ini ganas dan kejam. Duaduanya sudah bergerak dengan amat cepat
tanpa memberi tahu lagi. Dan ketika ia605
menghindar namun anting-anting itu mengikuti
gerakannya, seolah benda hidup yang memiliki
mata maka rambut juga meliuk dan menyambar
kembali seperti seekor ular.
"Wut-tar-tar"
Beng An menangkis dan tak mungkin
mengelak lagi. la dikejar dan jalan satu-satunya
harus berhadapan, lawan-lawannya itu ganas
dan memiliki gerakan luar biasa cepat. Dan ketika
ia tergetar namun lawan tidak terhuyung, untuk
pertama kalinya Beng An beradu dengan lengan
halus namun kuat berisi tenaga sinkang maka
selanjutnya dua wanita itu sudah berkelebatan
dan Beng An dikurung pukulan-pukulan cepat
berhawa dingin.
"Plak-plak!" Dua wanita itu terbelalak.
Beng An berhasil menangkis dengan tepat
sementara pemuda itupun sudah bergerak
dengan cepat mengimbangi mereka. Jing-siangeng dan Cui-sian Gin-kang dikerahkan pemuda ini
untuk menghadapi lawan. Wanita bersanggul
tinggi memiliki kepandaian hebat, masih lebih
tinggi darip?da gadis baju merah dan karena606
mereka bergerak berbareng maka Beng An
kewalahan. Apa boleh buat ia berseru keras
mengerahkan Ping-im-kangnya. Hanya dengan
ilmu itu Ia mampu menghadapi penghunipenghuni Lembah Es. Ilmu ? ilmu seperti Khi-balsin-kang dan Pek-lui-cian tak mampu, beku oleh
Bu-kek-kang yang dipunyai orang-orang Lembah
Es ini. Maka tak mau menjadi korban dan dua
wanita itu sudah bergerak lebih cepat,
melengking dan ganti-berganti melepas pukulan
maka Beng An akhirnya melihat sepasang antinganting itu sudah melekat lagi di lubang telinga
tuannya dan sebagai gantinya wanita itu
menggerakkan sepasang lengannya dengan
pukulan-pukulan Bu-kek-kang.
"Wiirrr-desss...!"
Beng An tergetar dan terhuyung. la sibuk
menangkis wanita pertama sementara wanita
kedua sudah menyusul dan mengikuti serangan
temannya. Dua pasang lengan mereka mendesak
sepasang lengan Beng An dan hanya jarena
penguasaan Ping-im-kang yang sudah mendarah
daging maka Beng An berhasil menangkis. Tapi607
karena ia tak mampu membalas dan dua wanita
itu mendesak dan melengking-lengking
penasaran bahwa pemuda itu hanya tergetar dan
terhuyung saja maka mereka berseru satu sama
lain dan tiba-tiba gerakan mereka ini berobah.
Hawa dingin menyambar kian hebat tapi pukulan
mereka berjalan kian lambat. kian lama kian
perlahan tapi dari angin pukulan itu Beng An
merasa kian terhimpit. Lawan memojokkannya
dengan pukul-pukulan berat. Dan ketika apa
boleh buat iapun harus menambah sinkangnya
dan Beng An membentak kuat maka seluruh
kekuatan Ping-im-kang dikerahkan dan tubuh
pemuda ini sudah terbungkus bungkahan es
sehingga menjadi manusia salju.
"Des-desss....!" Dua wanita itu gemeratak
dan terbelalak. Mereka sekarang tergetar dan
terdorong mundur, tidak banyak melainkan
hanya setengah langkah saja. Tapi karena ini
berarti pukulan mereka tertahan, pemuda itu
masih kuat melindungi diri maka keduanya
berseru nyaring dan membentak.608
"Keluarkan Siang-lun-jong-san (Sepasang
Roda Menembus Bukit)...!"
Beng An terkejut dan berubah. Dari dua
lengan wanita itu mendadak menyambar
gulungan cahaya putih, lambat melaju dan dua
wanita itupun tiba-tiba berlompatan ke muka
dan belakang. Dan ketika ia dihimpit dan
diserang dari dua arah, muka belakang maka dua
gulungan putih yang mirip roda berjalan itu
menghantam dan tak dapat dielakkannya. Udara
seketika beku dan Beng An yang sudah
mengerahkan Ping-im-kang merasa diterobos
atau ditembus oleh pukulan dua wanita ini.
"Dess!" Sekali saja pukulan ini mengenai
Beng An. Tapi karena masing-masing pukulan
meluncur dari muka dan belakang, menghantam
dada dan punggung maka Beng An seakan dibor
dari dua arah dan Siang-lun-jong-san yang amat
hebat itu menggetarkan jantungnya! Cepat Beng
An memejamkan mata dan ketika ia mengempos
semangat maka isi dada dilindungi. la tak dapat


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membalas karena diserang dari muka belakang,
lagi pula bukan maksudnya untuk bertempur609
mati hidup dengan penghuni Lembah Es ini.
Maka begitu ia tersentak namun mampu
bertahan, dua wanita itu melotot dan penasaran
maka mereka mengerahkan semua sinkang dan
Beng An bagai gunung yang ditembus dua roda
sakti, dibor dari muka dan belakang! "Jangan
menyusahkan aku. Kurangi tenaga kalian atau
kalian nanti celaka!" Beng An kaget dan berseru.
la merasa digempur dengan amat hebatnya dan
tentu saja pucat. la mengerahkan segenap Pingim-kangnya namun Siang-lun-jong-san yang
dikerahkan dua wanita itu amat kuat. Mereka
seakan menghendaki nyawa pemuda ini. Dan
karena keadaan benar-benar berbahaya
sementara seruan itu tak dihiraukan lawan, Beng
An terbelalak maka tiba-tiba ia berkemak-kemik
dan sekali ia menarik kedua tangan ditepuk kuatkuat maka ledakan mengejutkan dua wanita itu
karena bersamaan dengan itu Beng An lenyap
membentuk gulungan asap putih. Seperti
siluman!
"Wushh-bresss!" Tak dapat dihindarkan
lagi dua wanita itu saling hantam. Mereka610
menjerit ketika tiba-tiba Beng An hilang. Pemuda
itu lenyap seperti siluman dan akibatnya pukulan
Siang-lun-jong-san menghantam sendiri. Dan
karena masing-masing mengerahkan segenap
tenaga dan dua pukulan itu kini bertemu,
kehilangan sasaran maka dua wanita itu tertolak
dan terbanting roboh. Muntah darah dan
seketika pingsan!
"Siluman...!" Bayangan-bayangan
berkelebat. Gadis baju merah, juga wanitawanita lain penghuni lembah tiba-tiba muncul
dengan wajah berubah. Mereka datang dengan
kaget melihat betapa wakil pimpinan mereka
saling hantam. Pemuda baju putih itu lenyap dan
tentu saja dua pimpinan mereka ini saling pukul.
Dan ketika semua menghambur dan berteriak
menolong dua wanita itu maka Beng An muncul
lagi dan ia berseru mengejutkan wanita-wanita
penghuni.
"Biarkan ku tolong, kalian mundurlah!"
lalu ketika semua terbelalak dan tertegun,
pemuda ini muncul seperti iblis maka Beng An
sudah menolong dua wanita itu dengan cara611
menempelkan lengannya di pundak. la
mengerahkan sinkang dan Ping-im-kang
mengalir ke tubuh dua wanita itu, menembus
atau mengobati luka dalam dan lima menit
kemudian dua wanita itu sadar. Mereka
mengeluh dan membuka mata namun kaget
melihat pundak mereka disentuh laki-laki. Beng
An menolong mereka! Dan ketika mereka
melompat bangun namun terhuyung mau roboh,
betapapun luka dalam itu belum sembuh betul
maka gadis baju merah menolong temannya
menahan punggung dua wakil pimpinan itu.
"Thio-cici, Wan-cici, kalian sabarlah
jangan menyerang lagi Kim-kongcu ini. Dia
menolong kalian menyembuhkan luka dalam
Agaknya kita harus bertanya kepada tocu apa
yang harus dilakukan sekarang!"
"Ah," dua wanita itu tertegun, Beng An
tersenyum dan kini mengenal she (nama depan)
dua wanita itu. Mereka kiranya adalah keturunan
dari Thio-taijin dan Wan thai-suma, tokoh-tokoh
dari Dinasti Han! Dan ketika ia mengangguk dan
cepat meminta maaf, mundur dan membungkuk612
maka sikap sopan pemuda itu membuat dua
wanita ini tak jadi marah.
"Maaf, tadi sudah kuberitahukan agar
kalian mengurangi tenaga, Wan-siocia. Tapi
kalian berkeras dan terpaksa aku mengeluarkan
ilmuku yang lain untuk menghindar dari
gempuran pukulan kalian tadi. Kalian hendak
mencabut nyawaku!" "Kau.... kau memiliki sihir!"
Wan-siocia wanita pertama terbelalak.
"Kau mempergunakan ilmu siluman, Kimkongcu. Tapi kau telah berhasil melewati ujian
keenam! Dan kami harus mengaku kalah,"
wanita kedua, Thio-siocia menarik napas dalam
dan masih merasa sesak. "Tapi kalau dalam
rintangan ketujuh ini kau tak mampu
melewatinya maka kau dinyatakan gagal, Kimkongcu. Dan maaf bahwa kau harus pergi tanpa
syarat lagi!"
"Hm," Beng An bersinar dan berseri-seri.
Dua wanita ini ternyata dapat juga bersikap
lembut. "Keberuntunganku tergantung nasibku,
Thio-siocia. Kalau aku sudah dinyatakan lulus
melewati enam rintangan tapi gagal melewati613
yang terakhir maka nasibku harus kembali
dengan membawa sial. Sudahlah, aku sudah
sampai di sini dan rintangan apa yang terakhir ini.
Di mana ku dapatkan."
"Tocu yang akan mengujimu langsung.
Mari kami antar dan bersiap-siaplah!"
Beng An tergetar dan terbelalak. "To-cu
kalian? Majikan Lembah Es akan mengujiku
langsung? Bagus, antarkan aku ke sana, ji-wi
siocia. Dan mudah-mudahan nasibku baik
sehingga lulus!"
Dua wanita itu tak bicara lagi. Sekarang
menghadapi Beng An mereka tidak lagi bersikap
ketus. Kekalahan mereka di tangan pemuda ini
benar-benar mutlak. Tapi sebelum berangkat
tiba-tiba seorang di antaranya bertanya, melepas
penasaran,
"Maaf, bolehkah kutahu ilmu apa yang
kau gunakan tadi, kongcu? Kau dapat
menghilang dan berubah seperti asap!"
"Hm, itu adalah Pek-sian-sut (Lebur
Bersama Dewa), sejenis ilmu sihir yang dulu
diciptakan untuk menandingi Hek-kwi-sut!"614
"Pek-sian-sut? Kau warisi dari gurumu?"
"Benar, dan maaf, siocia, jangan bertanya-tanya
lagi karena aku ingin segera cepat-cepat
menghabiskan ujianku!"
Gadis atau wanita bersanggul itu
mengangguk. Rupanya ia sudah puas dan ketika
ia berkelebat maka diajaknya Beng An ke gunung
terakhir. Hanya gadis baju merah itu saja yang
boleh ikut karena wanita yang lain dilarang naik.
Dan ketika empat orang ini bergerak tapi dua
wanita itu sering menahan sesak di dada,
menelan obat dan Beng An kasihan maka di sini
di tempat paling akhir itu Beng An mulai melihat
sebuah istana serba putih terbuat dari
bongkahan salju! Beng An takjub. Jauh dari
keramaian dunia ternyata terdapat istana amat
aneh ini. Dinding dan gentingnya serba putih.
Jendela dan daun-daun pintunyapun putih salju.
Dan ketika ia mendekati pintu gerbang dan istana
salju ini menyebarkan hawa dingin, Beng An
kagum dan terbelalak maka ia berpikir siapakah
kira-kira yang membuat istana itu. Dan615
pikirannya ini rupanya terbaca oleh satu di
antara dua wanita itu.
"Ini adalah hasil karya kami, kaum wanita.
Di tempat kami terdapat tukang-tukang batu dan
ahli-ahli pahat yang semuanya wanita. Selamat
datang di istana kami, Kim-kongcu. Dan kaulah
laki-laki pertama yang menginjak tempat ini!"
Beng An berseru takjub. Sekarang ia
sudah di pintu gerbang dan gerbang kokoh yang
terbuat dari bekuan salju itu membuka. Ada alat
rahasia yang mengaturnya. Dan ketika ia masuk
dan berada di dalam, tuan rumah mempersilakan
maka Beng An terkesima melihat bunga warnawarni menghampar luas di balik istana salju ini,
kontras sungguh dengan dinding dan bangunan
itu yang serba putih.
"Astaga, seperti kahyangan. Aduh, indah
nian tempat ini, Wan-siocia. Dingin dan sejuk
namun mencengangkan!"
Wanita itu tersenyum. "Barangkali tak
seindah istana di duniamu, kongcu. Tapi inilah
hasil kerja wanita-wanita kami yang bekerja616
seadanya. Tidak terlalu bagus, dan barangkali
masih jelek!"
"Jelek? Ah, lihat itu, siocia. Lihat taman
dan bangunan-bangunan mungil yang kalian
kerjakan. Juga bangku-bangku batu itu. Aduh, ini
bukan lagi pekerjaan tangan biasa melainkan
seniman tingkat tinggi. Dan aku merasa seakan di
sorga! Ah, dan gemericik air itu aduh, ada air
mengalir juga, siocia. Mentakjubkan! Kiranya di
balik kebekuan dan kegersangan padang es ini
tumbuh juga pohon-pohonan segar. Ada mangga
dan apel, ada buah leci dan pir. Dan, ah.... itu
bunga-bunga yang kalian tanam.... aduh, sukar
dipercaya. Anggrek dan kembang Matahari
Kuning yang kalian pelihara itu sungguh
mentakjubkan. Ini tempat bidadari, bukan
Lembah Es!"
Beng An takjub dan terkagum-kagum.
Ternyata begitu ia masuk maka apa yang ada di
luar sungguh berbeda dengan apa yang ada di
dalam. Di tempat ini segala macam buah-buahan
dan kembang warna-warni hidup subur dan
segar. Bahkan, tanaman Iangka yang tak dapat617
ditanam di tempat biasa tampak hidup dan
berkembang biak di situ, seperti misalnya Bunga
Dewa yang konon katanya dapat dipakai
penyembuh segala macam penyakit dalam, juga
buah Naga yang konon katanya mampu untuk
membuat usia manusia tetap muda. Dan karena
Beng An pernah mendengar itu semua dan Wansiocia juga kebetulan menerangkan, mengambil
dua kuntum bunga Dewaa untuk akhirnya di
kunyah dan ditelan. Maka benar saja wanita itu
sembuh dari bekas luka dalamnya. Thio-siocia
juga melakukan hal yang sama dan dua wanita itu
sekarang tampak sehat dan segar, berseri-seri!
"Barangkall kau pernah dengar ini,"
wanita itu menerangkan, mengambil bunga
warna hitam keputih-putihan itu. "Ini Bunga
Dewa atau Sian-hoa, kongcu. Dan itu buah Naga
yang membuat kami rata-rata awet muda. Kau
mau?" Beng An mendecak dan berseru memuji.
Tentu saja ia mau dan buah Naga yang sebesar
buah jambu itu dipetik, digigit dan rasanya yang
asam-asam manis itu lezat sekali di lidah. Sekali
mencicipi rasanya lidahpun selalu akan digoyang.618
Begitu enak! Dan ketika Beng An mendecak oleh
rasa kagum dan bangga, bangga bahwa ia adalah
satu-satunya lelaki yang dapat memasuki tempat
itu maka perjalanan dilanjutkan dan Beng An
sampai bengong menikmati sana-sini, tak terasa
sudah memasuki halaman istana dan ketika
menginjak tangga yang gemerlap dan licin Beng
An berseru takjub. la dapat melihat wajahnya
sendiri di lantai tangga itu, tiada ubahnya cermin
besar! Dan ketika pemuda itu ber-seru tak habishabisnya memuji keindahan Istana Es ini maka
bagian dalam bangunan besar yang amat
mentakjubkan ini membuat Beng An tak mampu
berkata-kata lagi begitu lukisan dan ukir-ukiran
indah terdapat di setiap pilar atau dinding!
Menghampar luas tanpa batas!
"Ini sorga.... ini tempat dewa-dewi. Aduh,
bagus nian istana kalian, ji-wi siocia. Dan
siapakah kiranya arsitek atau perancang gedung
ini!"
"Semuanya disempurnakan oleh tocu.
Nenek moyang kami meninggalkan ini, kongcu,
tapi dulu masih kasar dan belum sempurna."619
"Tocu kalian? la juga seorang arsitek?"
"Hm, kami semua adalah wanita-wanita
yang harus mandiri, kongcu. Apapun harus dapat
dilakukan seperti halnya yang dilakukan lelaki.
Sudahlah, kita sudah sampai!"
Sebuah tirai terkuak dari dalam. Empat
pelayan cantik, satu di antaranya adalah Hwa
Seng tampak berlutut dan menyambut wakil
pimpinan ini, wanita-wanita bersanggul tinggi.
Lalu ketika Beng An berseru girang menyapa Hwa
Seng, gadis itu tersenyum tapi lalu menundukkan
mukanya kembali maka Wan-siocia berseru
bahwa ujian terakhir tiba.
"Kim-kongcu, kita sampai di tempat
terakhir. Silakan masuk dan kami menunggu di
sini!"
Wanita itu membuka sebuah pintu lain.
Di balik tirai ini, tirai yang terbuat dari mutiara
berwarna-warni maka Beng An melihat sebuah
pintu tertutup rapat dari sebuah ruangan pribadi.


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dinding dan pintu itu memiliki pinggiran warna
emas, kuning menyilaukan mata dan Beng An
terkejut karena garis atau pinggiran itu benar-620
benar adalah logam mulia. Lapisan emas murni
menghias dinding dan pintu. jumlahnya ribuan
mata dan bukan main kagumnya Beng An. Dari
situ dapat dilihat betapa hebatnya pemilik istana
ini, betapa kayanya. Tapi ketika pintu sudah
dibuka dan ia dipersilakan masuk, bau harum
menyambar dari dalam maka Beng An sudah
didorong dan begitu ia di dalam seketika pintu
menutup rapat.
"Dar!" Pintu setengah dibanting. Beng An
menoleh namun saat itu ribuan benda kecil-kecil
menyambarnya. Pelor-pelor salju, yang putih
menyilaukan mata mendadak menyerang dari
segala penjuru. la tak mungkin mundur karena
pintu sudah ditutup. Dan karena ia maklum
bahwa seseorang menyerangnya, entah dari
mana maka Beng An berseru keras dan iapun
menjejakkan kaki kuat-kuat hingga semua benda
itu lewat di bawah kakinya.
"Tap-tap!" Semua melekat dan
menempel di tembok. Beng An melayang turun
namun tiba-tiba ledakan kilat putih menyerang.
Sinar atau kilat ini menyambar dari arah621
kanannya dan tentu saja ia menangkis. Dan
ketika terdengar suara keras dan sinar itu pecah,
Beng An terbelalak maka pemuda yang belum
hilang kagetnya ini sudah mendapat serangan
lagi dari pecahan sinar yang puluhan banyaknya
itu. "Plak-plak!" Beng An mengebutkan baju
tapi sinar-sinar itu pecah lagi. Sinar yang pecah
dan menyebar ini menyerangnya lagi, jauh lebih
banyak dari pada tadi. Dan karena tak mungkin
harus menghadapi itu sementara Beng An sudah
silau oleh gemerlap pelor-pelor salju maka ia
membentak dan berjungkir balik tinggi ke langitlangit ruangan, tak melayang turun karena saat
itu ia sudah menempel di atas. Bagai cecak atau
tokek besar Beng An telah menyelamatkan diri
dengan caranya ini. la khawatir bahwa di bawah
bakal diserang lagi. Dan ketika benar saja sinarsinar itu lenyap dan sebagai gantinya terdengar
dengus atau seruan kagum maka Beng An
mendengar kata-kata yang sukar ditangkap asal
suaranya, suara merdu lembut namun yang
menggetarkan dinding ruangan itu.622
"Bagus, kau lihai dan cerdik, Kim-kong cu.
Tapi turunlah atau ular ini akan terbang
menggigitmu!"
Mahluk panjang putih tahu-tahu
meluncur dan terbang menyambar Beng An.
Seekor ular salju, yang jelas berbahaya dan amat
berbisa melesat dari kiri dilontar seseorang. Beng
An tak melihat siapa-siapa di ruangan itu tapi
segala serangan dapat berhamburan dari sini.
Dan ketika ia membentak dan menampar ular
itu, si ular menggeliat dan robon maka
selanjutnya Beng An diserang ular salju lain lagi
yang entah muncul dari mana, memaksa pemuda
itu turun. Lalu ketika Beng An berjungkir balik
dan melayang turun, tak mungkin menempel
diserang ular-ular berbahaya maka di bawah
tiba-tiba bergerak ular-ular lain yang tercipta dari
pelor-pelor salju yang tadi melekat tembok.
"Ah, ilmu sihir!" Beng An seketika sadar
dan terkejut. la bergerak dan secepat kilat ikat
pinggangnya dicabut, meledak dan terbanglah
ikat pinggang itu menghajar ular-ular putih. Lalu
ketika ular-ular itu roboh dan kembali menjadi623
pelor-pelor salju, kekuatan sihir sudah
dipatahkan maka terdengar tawa dingin dan
sebagai gantinya berkelebatlah sesosok
bayangan ramping yang menyerang Beng An.
Pemuda ini tak tahu dari mana bayangan itu
berasal dan tak dapat pula melihat wajah atau
mukanya. Bayangan itu tahu-tahu menyerang
dan yang membuat Beng An terkejut adalah
bahwa lawan tidak menginjak bumi. Ilmu
meringankan tubuh yang amat luar biasa
hebatnya dipertontonkan di situ dan ketika Beng
An mengelak sana-sini maka ujung sebuah tumit
halus menyentak dagunya. Dan ketika ia
terbanting dan Beng An mabok oleh bayangan
ini, bau harum yang amat keras mengganggu
konsentrasinya maka dia dikejar dan.... des-des,
iapun terlempar dan terbanting lagi. Beng An
mengeluh dan bergulingan di lantai. la kaget
bahwa seseorang yang amat tinggi
kepandaiannya menyerangnya begitu cepat. la
tak sempat melihat siapa lawannya dan dari
mana pula menyerang. Tapi ketika ia tergulingguling dan marah oleh ini, membentak dan624
meloncat bangun maka ia mengerahkan
gabungan ilmu meringankan tubuhnya dan
begitu sebuah tangan halus menamparnya lagi
iapun merunduk dan mengerahkan Ping-imkang.
"Plakk!" Sejenak saja Beng An
bersentuhan dengan telapak lunak lembut
namun yang berisi sinkang amat kuat. Dari
pukulan itu Beng An dirasuki hawa dingin.
Namun karena Ping-im-kang juga berhawa dingin
dan pukulan lawan ibarat air memasuki sebuah
sumur, ia tergetar namun sudah tak apa-apa lagi
maka Beng An mulai dapat melihat bahwa
lawannya adalah seorang wanita berpakaian
serba putih yang memakai cadar!
"Tocu...!" Beng An teringat akan cerita
Hwa Seng. Gadis Lembah Es itu pernah bercerita
bahwa majikannya adalah seorang wanita cantik
bercadar. Hanya para pimpinan atau tokohtokoh Lembah yang pernah melihat ratu Lembah
Es ini, anak-anak murid jarang yang melihat atau
kalaupun ada maka hanya cadar itulah yang
mereka lihat, selebihnya mereka tak tahu. Maka625
begitu Beng An mampu melihat lawan dan ia
berdetak teringat cerita Hwa Seng, ratu atau
majikan Lembah adalah seorang bercadar maka
Beng An segera berseru namun lawan tidak
mengurangi serangannya karena seperti lebah
beterbangan pukulan dan tamparan-tamparan
berhawa dingin meluncur dan menghantam.
"Des-dess!" Beng An terhuyung dan
terbelalak. Entah bagaimana jantungnya tibatiba meloncat-loncat. Ratu dari lstana Es telah
berada di depannya dan kini ia dibuat jungkir
balik oleh bayangan dan tubuh ratu itu. Sang ratu
masih berkelebatan tak menginjak tanah dan
Beng An harus mengakui bahwa agaknya hanya
Ang-tiauw Gin-kang milik kakaknya sajalah yang
mampu mengimbangi kecepatan si ratu ini. Cuisian Gin-kang dan Jing-sian-eng agaknya kalah
seusap..Dan karena ia hanya memiliki ilmu
meringankan tubuh itu, bukan Ginkang Rajawali
Merah yang dipunyai kakaknya maka ketika ia
mengelak namun kurang cepat menghindar dua
tamparan di kiri kanan pelipisnya membuat Beng
An terjengkang dan roboh terguling-guling.626
"Des-plak!" Beng An mengeluh dan
pusing. la bergulingan namun tawa si ratu
membayangi, mengejar dan kembali
mendaratkan pukulan di punggung. Ping-im-kang
sudah melindungl namun punggung Beng An
berkeratak juga, ngilu, dan sakit! Dan ketika ia
didesak dan lantai ruangan tiba-tiba membuka,
Beng An melihat sumur gelap yang amat dalam
maka seruan merdu majikan Lembah Es ini
mengingatkan Beng An akan bahaya bagi dirinya
sendiri.
"Kau agaknya gagal. Selamat mimpi
didalam sumur, Kim-kongcu. Terimalah dan
jangan menyalahkan aku!"
Beng An berseru keras. Dalam detik
berbahaya itu tak ada lain jalan kecuali
mengeluarkan Pek-sian-sut. llmu ini memang
sejenis sihir dan hanya dikeluarkan kalau dia
benar-benar dalam keadaan terjepit. Di dunia ini
hanya dia dan ayahnya lah yang menguasai,
mereka menerima ilmu itu dari warisan kakek
dewa Bu-beng Sian-su. Maka begitu sumur slap
menelannya dan Beng An tak mau dikubur hidup-627
hidup, Ia harus berusaha, maka pemuda itu
menepuk kedua tangannya dan seketika
berubahlah wujudnya menjadi asap halus.
"Dar!" Bentakan atau seruan Beng An ini
menyelamatkan. Tepat pada saat yang gawat ia
terpental ke bibir sumur, lenyap dan sebagai
gantinya ia berujud jasad halus. Dan karena jasad
halus tak mungkin dicelakai badan kasar, Beng
An lolos dan sumur menutup kembali maka Beng
An tertawa karena dapat melihat lawannya dari
tempat tersembunyi. Gadis atau ratu Lembah Es
itu tampak tertegun, celingukan.
"Ha-ha, aku di sini, tocu. Kau tak dapat
mengalahkan aku. Lihat, aku selamat!"
Sang ratu mengeluarkan pekikan seram.
la tak melihat Beng An yang mengubah badan
kasarnya. Tapi ketika Beng An terbahak dan mau
menggoda tiba-tiba ratu itu melolos ikat
pinggangnya yang meledak dan lenyap
menyembunyikan tubuhnya, seperti sihir.
"Bagus, kau boleh memiliki Pek-siansutmu itu, Kim Beng An. Tapi akupun memiliki ini
dan kau tak dapat memandang aku lagi!"628
Beng An terkejut. Ikat pinggang berubah
seperti payung lebar dan di balik payung itulah
majikan Lembah Es bersembunyi. Ikat pinggang
itu rupanya semacam senjata sakti warisan
leluhur. Dan ketika ia tak mampu menembus dan
Beng An kagum, lawan juga tak mampu
melihatnya di balik bayangan Pek-sian-sutnya
maka Beng An tertawa lebar dan muncul lagi
menarik ilmunya itu.
"Baik, aku kalah, tocu. Sekarang aku
memperlihatkan diri dan silakan kau mem
perlihatkan dirimu pula. Aku datang bukan untuk
mencari musuh!"
"Wut!" sinar lebar payung bergerak. Ikat
pinggang sudah mengecil dan tahu-tahu
berdirilah di situ ratu Lembah Es ini. Wajahnya
samar-samar karena masih bercadar. Dan ketika
Beng An kagum karena lawan muncul lagi, bau
harum memabokkan itu membuat seluruh
ruangan terasa segar maka Beng An terpesona
dan cepat menjura, diam-diam menekan
debaran jantungnya yang berdegup kencang.629
Ratu Lembah Es ini rasanya jauh lebih cantik
dibanding siapapun!
"Tocu, maafkan aku kalau dianggap
lancang. Tapi ketahuilah, aku datang bukan
untuk membuat ribut. Ada dua hal yang
membuatku ke mari. Satu karena mengantar
Hwa Seng dan dua karena ingin berkenalan dan
bersahabat dengan penghuni Lembah Es. Aku
datang membawa maksud baik!"
"Aku tahu," suara dingin namun agak
bersahabat itu menjawab, "Hwa Seng telah
menceritakannya kepadaku, Kim-kongcu. Dan
baru kali ini ada orang asing, laki-laki pula, datang
dan berhasil memasuki istanaku. Ketahuilah
bahwa larangan bagi kami untuk menerima lakilaki. Tapi karena kau telah melewati tujuh
rintangan dan berhasil dengan baik maka kaulah
satu-satunya lelaki yang diperkenankan
menghadap, meskipun untuk ini kami akan
menerima kutuk dan kemarahan arwah leluhur!"
"Ah," Beng An terkejut, mengerutkan
kening. "Kemarahan dan kutuk arwah leluhur,630
tocu? Maksudmu bahwa kedatanganku
membawa sial?"
"Begitu kira-kira. Sekarang kau telah
bertemu dengan aku dan kuharap dirimu puas.
Aku tak dapat menerimamu lama-lama dan
segeralah pergi!"
"Hm," Beng An penasaran. "Orang
berkenalan tidak cukup sedetik dua, tocu. Aku
masih belum puas. Aku ingin tahu lebih jauh lagi
tentang dunia Lembah Es. Dan, maaf.... bolehkah
kutahu nama tocu yang mulia?"
Pintu tiba-tiba terbuka. Wan-siocia, dan
Thio-siocia mendadak telah muncul dengan sikap
keren. Dua wanita gagah ini telah mendengar
dering dari majikannya, membungkuk dan
memberi hormat. Lalu ketika Beng An tertegun
maka Puteri Es itu, majikan lembah menuding,
tidak menjawab pertanyaan Beng An.
"Wan-cici, antarkan Kim-kongcu keluar.


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku telah memenuhi janjiku dan tutup pintu
gerbang!"631
"Tocu...I" Beng An berseru, kaget. "Ba
gaimana dengan pertanyaanku tadi? Tidak-kah
aku...."
"Cukup!" Thio-siocia kini berkelebat dan
menjura di depan Beng An. "Tocu telah
mempersilakan kau pulang, kongcu. Kami akan
mcngantar dan bersyukurlah akan nasibmu yang
baik. Tak ada lelaki di dunia ini yang berhasil
menemui tocu kecuali kau!" lalu tak
menghiraukan sikap penasaran pemuda ini
wanita itu menyambar lengan Beng An, diajak
keluar dan Ratu Lembah Es tiba-tiba mendorong
dinding. Sebuah lubang terbuka dan meloncatlah
puteri itu ke dalam, lenyap dan Beng An juga
ditarik Wan-siocia yang melihatnya masih
bengong. Dan begitu Beng An keluar dan melihat
empat dayang cantik, satu di antaranya adalah
Hwa Seng tiba-tiba pemuda ini berseru
melepaskim tangannya.
"Nanti dulu, bolehkah aku tinggal di sini
barang sehari dua hari, Thio-cici. Atau aku bicara
sebentar dengan Hwa Seng!"632
"Kongcu mau bicara apa?" wanita itu
terkejut, Beng An telah melepaskan diri.
"Aku masih ingin menikmati lembah Es
cici. Atau berbincang-bincang sebentar dengan
Hwa Seng hanya empat mata"
"Hmm, kau harus keluar dari istana!"
wanita itu tiba-tiba bersikap keras. "Tocu telah
memerintahkan kami, kongcu Atau kami
bersikap tak hormat dan mengajak-mu keluar
secara paksa!"
"Nanti dulu. Kalau begitu biarkan aku
bicara dengan Hwa Seng cici barang sekejap!"
"Tak boleh di sini. Tocu telah
mengusirmu, kongcu. Kalau hendak bicara harus
di luar. Kami mengijinkan kau bicara dengan Hwa
Seng tapi tak boleh di istana!"
Beng An terbelalak. Thio-siocia dan Wansiocia ini telah menghadang di depannya dengan
sikap sungguh-sungguh. Gerakan tangan mereka
memberi isyarat untuk menyerang. Tapi karena
Beng An tak berniat membuat ribut dan bukan
maksudnya bertanding lagi dengan wanitawanita Lembah Es yang hebat ini, yang hanya633
dapat dikalahkan dengan Pek-sian-sutnya maka
dia mengangguk dan tiba-tiba menyambar Hwa
Seng, teman seperjalanannya sejak dari Pulau
Api. "Baik, kalau begitu aku bicara di luar,
Thio-cici. Dan maaf kubawa sebentar
anggautamu ini!"
Hwa Seng menjerit. Tubuhnya tiba-tiba
disambar dan seperti iblis saja Beng An
membawanya keluar. Ada sesuatu yang
membuat pemuda itu masih penasaran. Sang
puteri tak menjawab pertanyaannya. Dan begitu
ia berkelebat dan dua wanita itu bergerak,
mengira Beng An mau kurang ajar maka pemuda
ini mendengar bentakan agar tidak main-main
dengan wanita di situ.
"Kim-kongcu, jaga rasa hormat kami
kepadamu. Jangan main-main dengan seorang
anggauta Lembah!"
"Benar, atau kami siap mampus membela
harga diri, Kim-kongcu. Mau kaubawa ke mana
murid kami itu dan mau kau apakan!"634
"Ah," Beng An terkejut, segera sadar.
"Aku tak mempermainkan siapa-siapa, Thio-cici.
Kalian boleh ikuti aku keluar istana tapi berdirilah
menjauh kalau aku bercakap-cakap. Aku hanya
hendak berbincang sebentar dengan Hwa Seng!"
Dua tokoh Lembah Es itu mengejar di
belakang. Mereka tak tahu apa maksud Beng An.
Mereka mengira Beng An akan mempermainkan
Hwa Seng, melepas marah dengan menghina
Lembah Es. Tapi mendengar Beng An
memperkenankan mereka mengikuti, hanya
melarang agar se-dlklt menjauh kalau pemuda
ltu blcara maka ketika berkelebat dan keluar dari
pintu gerbang istana benar saja Beng An
menurunkan nona itu di luar istana. Hwa Seng
terkejut dan pucat memandang pemuda ini dan
sedetik pikirannya juga terguncang. Apakah
pemuda yang sudah menolongnya ini akan
bersikap kurang senonoh seperti Yang Tek,
pernuda Pulau Api itu. Tapi ketika Beng An
menurunkannya di luar pintu gerbang dan
pemuda itu menggigil memandang ke dalam,635
penasaran maka ternyata dia ditanya untuk dua
hal. "Seng-cici, aku hanya ingin bertanya
kepadamu tentang dua hal. Pertama siapakah
nama majikanmu itu dan benarkah bahwa
Lembah Es diancam kutuk dan kemarahan arwah
leluhur apabila berani menerima laki-laki!"
Gadis ini terbelalak, gemetar. Lalu ketika
dia mengangguk dan ngeri memandang Wansiocia, pimpinannya maka ia berkata tersendat,
"Beb... benar. tapi siapakah yang
memberitahumu itu, kongcu. Kami selama ini
beluun pernah membuktikan dan aku sendiri
ragu. Lembah Es belum pernah membuktikan".
"Jadi kutuk dan kemarahan arwah leluhur
benar-benar mengancam penghuni Lembah Es?
Jadi karena itu Lembah Es tak memperkenankan
laki-laki datang ke sini?"
"Bukan hanya itu, kongcu, tetapi lebih
dikarenakan karena permusuhan nenek moyang
kami Kim Kong Sengjin dan Han Sun Kwi..."636
"Ya-ya, itu telah kau ceritakan. Tapi kau
tak menceritakan bahwa kedatanganku bakal
membuat sial di tempat ini."
"Aku tak mempercayainya, kongcu. Aku
lebih menganggapnya sebagai tahyul!"
"Jangan sebut aku kongcu. Kau biasa
memanggil namaku Beng An, Seng-cici.
Bagaimana sekarang tiba-tiba berobah"
"Ah, aku... aku tak berani, Kim-koncu.
Pimpinan dan tokoh-tokoh kami menyebutmu
begitu. Aku orang kecil di sini. Aku harus tahu
hormat".
"Baik, kalau begitu pertanyaan pertama.
Siapa nama tocumu itu dan tidak bolehkah aku
tahu!"
"Ia...ia Puteri Es!"
"Itu julukannya, bukan nama!"
***637
PUTERI ES
(Lanjutan "Rajawali Merah")
Karya: Batara
Jilid XI
* * * "AKU... aku takut, kongcu. Aku tak berani
memberitahunya tanpa ijin pimpinan"
"Hm, kau maksudkan Thio-cici dan Wan
cici itu?
"Antara lain..."
"Baik, kalau begitu sekarang tentang
kutuk. Apakah kedatanganku membawa kutuk
dan sial di tempat ini. Masa kau tidak tahu ?"
"Aku.. aku tahu, kongcu, tapi selama ini
tak pernah membuktikan. Dan aku..aku sudah
menerima dosa. Lihat telingaku ini!" gadis itu
menyingkap rambutnya dan Beng An kaget sekali
melihat betapa telinga kiri gadis itu buntung.638
Hwa Seng dipapas sebelah telinganya.
Mengejutkan!
Dan ketika gadis itu terisak memberi tahu
bahwa itulah hukuman untuknya, melanggar
larangan maka ia menangis bicara lagi.
"Lihat, untuk larangan ini saja aku telah
menerima kutung telinga, kongcu, kalau aku
menambah lagi tentu maut bagiku. Kalau kau
mendesak aku tentu percuma pertolonganmu di
Pulau Api dulu dan sia-sialah Semua. Maafkan
dan jangan memaksa."
"Baiklah," Beng An tertegun. Aku tak
mendesakmu lagi, Seng-cici. Kalau begitu ku
tanya saja dua pimpinanmu itu. Dan maaf bahwa
setelah ini aku harus pergi. Kembalilah!"
Beng An mendorong dan berkelebat
meninggalkan gadis itu. Sekarang ia tak mau
memaksa dan datang ke Thio-cici dan Wan-cici
itu. Lalu ketika ia membungkuk dan memberi
hormat Beng An bertanya,
"Cici berdua, bolehkah aku bertanya
sesuatu sebelum meninggalkan tempat ini? Aku639
ingin tahu nama tocu, Hwa Seng tak berani
memberitahunya!"
Dua gadis itu saling Pandang, Sejenak alis
mereka berkerut, tapi ketika gadis she Thio maju
ke depan ia balas bertanya,
"Kongcu, perlu benarkah kau mengetahui
nama tocu?"
"Perlu!"
"Untuk apa"
Beng An terkejut, bingung.
"Hm, tak ada perlunya kau ketahui
kongcu. Kau sekedar ingin tahu memuaskan hati
sendiri. Nama tidak penting. Kau telah bertemu
dan cukup. Harap ingat bahwa kaulah satusatunya pria yang berhasil menemui tocu. Ini
lebih dari cukup. Pergilah dan sekarang jangan
ganggu kami."
"Tapi..."
"Srat!" dua gadis itu tiba-tiba mencabut
pedang, sikap mereka seketika bengis. "Tak ada
tapi, kongcu. Cukup dan pergilah.Mari kami antar
dan kau tidak lama-lama lagi di sini!"640
Beng An tergetar dan penasaran
memandang istana. Dia sudah di luar pintu
gerbang dan sikap dua gadis ini membuatnya
kecut jug?. Kalau dia melawan tentu jelek,
meskipun dia telah mengalahkan gadis she Thio
dan she Wan ini. Dan ketika mereka
menodongkan pedang dan itu berarti dia harus
pergi, apa boleh buat Beng An memutar tubuh
maka pemuda ini angkat kaki dan berkelebat.
"Thio-cici, agaknya tak usah diantar.
Cukup di sini saja dan terima kasih. Aku dapat
keluar sendiri!"
"Tidak! dua gadis itu menyusul. "Kami
harus mengawalmu sampai di batas Lembah,
kongeu. Tamu kehormatan tak boleh disuruh
pergi begini saja!"
Beng An maklum. la kecewa dan
mendongkol berat karena segera dua gadis
Lembah Es itu mengejarnya dengan cepat.
Kepandaian mereka memang tinggi dan hanya
dengan Pek-sian-sut saja dia bisa meninggalkan
jejak. Tapi karena ia tak mau melakukan itu dan
maklum bahwa lawan ingin melihat dia benar-641
benar pergi, itu isyarat bahwa dia benar-benar
tak boleh kembali maka Beng An turun gunung
dan segera ratusan pasang mata melihatnya
berkelebat disusul dua gadis wakil tocu. Beng An
melewati barisan buaya tapi ketika tiba di
jembatan yang patah ia disuruh belok ke kiri,
menuju tempat lain di mana akhirnya gadis she
Thio dan she Wan itu memandu. Ternyata
banyak jalan melingkar dan naik turun. Kalau saja
hati tak sedang mendongkol Beng An pasti
menikmati keindahan tempat itu. Ada bagian lain
dari sisi Lembah Es yang mengagumkan, yakni
pohon-pohon hijau segar di antara tumpukan
salju. Ajaib. Tempat ini aneh sekali!
Tapi karena Beng An dipimpin dan mau
tak mau pemuda itu harus mengikuti, berbelok
dan naik turun beberapa kali akhirnya mereka
tiba di laut es itu di mana sebuah perahu kecil
tertancap di pinggiran. Bukan perahu Hwa Seng!
"Kongcu, sudah sampai. Pergilah dan
terima kasih atas kunjunganmu."
Beng An tertegun. Kalau dia mau, dia
dapat merobohkan dua gadis ini dan masuk642
kembali. Tapi tentu bahaya. Pengh?ni akan
mencari dua gadis ini dan itu bakal dicurigai. Sang
tocu akan menjadi marah dan tak ada ampun
baginya. Dikeroyok penghuni Lembah Es
bukanlah hal main-main. Meskipun ia dapat
menghilang dengan Pek-sian-sutnya namun
hubungan sudah terlanjur buruk, padahal ia ingin
bersahabat dan berbaik dengan mereka itu,
terutama sang tocu, yang demikian anggun dan
cantik benar-benar bagai seorang ratu. Meskipun
dingin dan beku seperti es! Dan ketika Beng An


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menarik napas dalam-dalam dan mengangguk
membuang kecewa maka ia melompat dan
memasuki perahu itu.
"Baik, terima kasih kembali, Wan-cici.
Sampai jumpa dan selamat tinggal!"
Dua gadis itu mengerutkan kening.
Mereka tak senang mendengar "sampai jumpa"
dan ketika Beng An melepaskan perahunya itu
maka satu di antaranya bergerak, tahu-tahu
menghadang dan menahan sejenak ujung
perahu. Lalu ketika Beng An tertegun dan ganti
mengerutkan kening gadis itu berkata,643
"Kim-kongcu, pantangan bagi kami
menerima mu lagi. Karena itu tak ada istilah
sampai jumpa karena ini adalah pertemuan dan
perpisahan terakhir!"
Beng An tertawa getir. "Baiklah, Thio- cici.
Maaf dan sekarang minggirlah!"
Perahu tercabut dan meloncat. Beng An
mengerahkan tenaga hingga tiba-tiba perahu itu
terbang di atas kepala si gadis yang mengelak
dan terkejut tetapi kagum melihat betapa perahu
tiba-tiba meluncur dan terbang di atas
permukaan es. Dan ketika Beng An sudah
merupakan titik putih dan jauh di sana.
Membelok dan akhir lenyap maka dua gadis ini
mendecak dan masing-masing memuji tak
sembunyi-sembunyi lagi.
"Hebat, luar biasa. Kim-kongcu itu
sungguh pemuda mengagumkan!"
"Dan ia bertemu tocu. Hm,,,alangkah
tepatnya kalau pemuda seperti itu mendampingi Ratu, Thio-cici. Sayang tempat ini tak
boleh dimasuki lelaki!"644
Gadis she Thio mengangguk-angguk. La
sedikit terkejut mendengar kata-kata kawannya
tadi tapi kemudian menarik napas panjang.
Seumur hidup baru kali itu Lembah Es dibuat
geger. Dan baru satu kali itu pula seorang lelaki
berhasil memasuki istana, padahal orang-orang
Pulau Api paling hanya di batas lembah saja. Dan
ketika keduanya membalik dan berkelebat
meninggalkan tempat itu maka padang es itu
kembali sunyi namun kedatangan dan sepak
terjang Beng An meninggalkan getar dan kesan
hebat di hati masing-masing penghuni.
*** Beng An duduk termenung. Pengalaman
dan kenangannya di dua pulau itu menimbulkan
kenangan berbeda di hatinya. Pulau Api, pulau
yang dikusai orang-orang keras dan kasar tapi
memiliki tokoh-tokoh lihai membuat dia
mengangguk-angguk. Dibandingkan Lembah Es
maka Pulau Api adalah pulau ganas. Pohon Api di645
tengah pulau yang mentakjubkan itu membuat
para penghuninya bertemperamen tinggi. Ratarata berdarah panas dan mudah terbakar. Tapi
dibandingkan Lembah Es maka harus secara jujur
diakui bahwa lembah itu lebih mengesankan
daripada Pulau Api. Barangkali karena
penghuninya yang semua wanita itu, wanitawanita muda yang rata-rata cantik.
Tapi benarkah ini? Benarkah karena
Lembah Es dihuni wanita-wanita muda maka dia
merasa lebih tertarik dengan tempat itu?
"Hm, tidak..." Dia bukan mata keranjang.
Seminggu satu perahu dengan Hwa Seng
penghuni lembah itu tidak meninggalkan kesan
apa-apa baginya. Biasa saja. Tapi begitu dia
bertemu dan berhadapan dengan tocu atau Ratu
lembah maka dia terguncang dan merasa mabok!
Setan, apa gerangan ini? Bukankah Ratu Lembah
Es itu bercadar? Entahlah, Beng An tak dapat
menjawab. Memang harus diakui bahwa wajah si
Ratu tidak jelas semua, hanya lapat-lapat saja.
Tapi karena yang lapat-lapat ini justeru mampu
menciptakan pesona sendiri, bahwa yang sedikit646
justeru membuat orang penasaran dan ingin
tahu lebih jauh maka Beng An menarik napas
dalam dan menggigit bibir. Gejala apa ini? Jatuh
cinta? Dia hampir tertawa. Usianya sudah
duapuluh tahun tapi masalah yang satu itu belum
pernah dirasakannya. Dia merasa tertarik dan
penasaran untuk menemui Ratu Lembah Es itu
lagi. Tapi bagaimana akal? Ratu itu angkuh. Kalau
dia ke sana tapi sang Ratu tak mau menemui
maka percuma juga maksudnya. Dan Lembah Es
konon tak boleh dimasuki pria. Bisa membawa
sial, begitu katanya. Kutuk. Hm,,, kutuk apa? Sial
apa? Dan benarkah kira-kira hal itu? Tapi
kepercayaan itu diketahui penghuni lembah,
meskipun ada di antara mereka yang tak percaya,
seperti Hwa Seng itu misalnya. Dan penasaran
tapi harus menghargai kepercayaan ini. gadis she
Thio dan she Wan itu tegas melarangnya kembali
maka Beng An bingung sendiri dikacau
pikirannya. Kalau kepercayaan itu dibuat-buat
tak mungkin dua gadis itu demikian serius
mengusirnya. Waktu ucapannya salahpun ia
ditegur. Hm, Lembah Es memang tak boleh647
didatangi laki-laki. Dan ketika Beng An bingung
dikalutkan wajah si Ratu maka tiba-tiba ia
mengepal tinju mengeraskan hati.
"Aku akan pulang. Aku akan menengok
ayah ibu!" lalu ketika Beng An menggerakkan
perahunya lagi dan menindas keragu-raguan ia
pun meluncur dan membelah permukaan laut
dengan kekuatan mengagumkan. Tiga hari ini
Beng An tepekur di laut lepas setelah keluar dari
laut es beku. Ia ragu-ragu antara ingin balik dan
pergi. Namun ketika akhirnya iaharus pergi, ia tak
mau melukai dan bermusuhan dengan penghuni
lembah itu maka tetaplah pikiran pemuda ini
bahwa dia harus pulang dan menuju utara.
Enam tahun ini ia tak bertemu ayah
ibunya. Enam tahun ini ia .digembleng di Lembah
Malaikat oleh Bu-beng Sian-su secara langsung,
guru tapi yang tak mau disebut guru karena
kakek itu minta agar menyebutnya Sian-su saja,
sebutan yang banyak dipakai orang. dan selama
ini dikenal. Dan ketika Beng An menggerakkan
perahunya di laut bebas, perut berkeruyuk dan
tiba-tiba merasa lapar maka dilihatnya sirip-sirip648
kasar memotong permukaan laut seperti pisaupisau tajam, menyisir dengan cepat.
Beng An tak tahu bahwa inilah hiu-hiu
ganas yang sedang mencari mangsa. Maka ketika
tiba-tiba sirip ikan-ikan hiu itu menuju arahnya
dan siap memotong perahu, gerakan mereka
begitu cepat dan tahu-tahu sudah di depan mata
maka Beng An baru sadar bahwa ia berhadapan
dengan ikan buas.
"Haiii" Beng An menjejak dan melompat
ke atas. Perahu yang diinjak tiba-tiba melekat
dan ketika ia melompat tinggi maka perahu
itupun terangkat naik. Sirip hiu ganas lewat di
bawah perahunya dan binatang itu rupanya
terkejut. Ada bisa terbang! Tapi ketika Beng An
harus turun lagi sementara hiu-hiu yang lain
bergerak dan menyongsongnya maka perahu
siap dibabat sirip itu dan Beng An berseru keras.
"Pergilah!"
Tangan pemuda itu bergerak ke bawah.
Serangkum angin pukulan menyambar dan tiga
ekor hiu di depan tenggelam. Mereka dihantam
pukulan pemuda ini dan amblas, sirip itu lenyap649
ke bawah. Dan ketika perahu mendarat turun
tapi dari kiri kanan meluncur hiu-hiu lain maka
Beng An terkejut dan membelalakan mata.
Tempat itu tahu-tahu sudah ?ikepung puluhan
ikan hiu!
"Hm! " pemuda ini membentak tapi tidak
menjadi takut. Watak nakalnya tiba-tiba muncul.
Ada pikiran bahwa tiba-tiba ia ingin menunggang
hiu. Ia ingin menyeberangi laut dengan ikan buas
itu. Tentu nyaman! Maka ketika belasan hiu
tahu-tahu bergerak di kiri kanan dan dua di
antaranya tiba-tiba muncul ke permukaan air,
mulut yang lebar dengan gigi selancip gergaji
mencuat mengerikan maka Beng An
menyodorkan perahunya dan secepat kilat
menghantam satu dari dua hiu ganas itu.
"Krakk!" perahunya menancap dan
mengganjal mulut ikan itu. Sang ikan terkejut dan
kelabakan. Kalau perahu terpasang lurus tentu ia
akan menelan dan menghabiskan perahu dan
penumpangnya itu. Tapi Beng An memasangnya
melintang, akibatnya perahu menancap dan jauh
lebih lebar dari mulut ikan. Dan ketika ikan itu650
terkejut dan mengibaskan ekor, air memuncrat
memukul tinggi maka Beng An tertawa dan... .
hup, sudah berada dipunggung ikan satunya,
mencengeram atau menancapkan jari kuat-kuat
di bawah sirip leher binatang itu, yang tentu saja
kesakitan dan juga berontak.
"Ha-ha, kau menjadi tungganganku, ikan
bodoh. Hayo maju dan ikuti kendaliku! !"
Beng An menekan setengah mencoblos
sirip kiri yang membuat si binatang melonjak,
bergerak ke kiri tapi tiba-tiba menyelam! Dan
ketika Beng An terkejut karena dibawa meluncur
cepat, ia melesat ke bawah permukaan air laut
maka binatang itu berenang kesetanan dan
membuat Beng An gelagapan! Betapa
berbahayanya keadaan pemuda itu. Kalau Beng
An tidak tenang dan ceroboh tentu dia dibawa
semekin ke dalam dan tekanan air yang kuat
membuatnya kehabisan napas. Ikan memang
benar melonjak ke kiri tapi yang tak disangka
adalah langsung menyelam. Beng An lupa ini.
Tapi ketika dia tergelagap dan meluncur sejauh
beberapa tombak maka Beng An menendang651
bagian bawah perut binatang ini dan tepat sekali
mengenai bagian kelaminnya.
"Duk!"
Ikan terlonjak dan kesakitan. Secara
otomatis dia terdongak dan saat itulah ikan ini
meluncur ke atas, cepat separti cara
menyelamnya tadi dan tahu-tahu muncul
kembali di atas permukaan laut. Beng An lega.
Dan ketika dia menarik napas dalam dan tahu
apa yang harus di- perbuatnya maka pemuda itu
segera menekan atau mencoblos sirip leher
bawah, menendang atau menekan kalau
menyuruh naik atau turun. Dan ketika sebentar
kemudian ikan itu berhasil dikemudikan pemuda
ini tertawa-tawa maka sekejap kemudian Beng
An tak takut lagi dibawa menyelam. Tendangan
ke bawah perut itu akan membuat si ikan naik ke
atas, tekanan pada punggung atau belakang
kepala akan menyuruhnya tenggelam. Dan
karena tekanan pada sirip kiri ikan menyuruh
binatang itu berbelok seperti yang dia kehendaki
maka Beng An benar-benar Sudah menguasai652
ikan ini dan si hiu berenang dengan takut dan
bingung ke sana ke mari.
"Ha-ha, Kau tak boleh kurang ajar lagi,
Hitam. Ayo berbelok dan sekarang kita, berputarputar!"
Beng An telah menguasai dan mahir
mengendalikan hiu taklukannya ini. Ia melihat
dengan tertawa betapa hiu satunya masih
berkecipak dan berbelok-belok dengan perahu
menancap di rahang. Ekor hiu itu berkali-kali
dipukulkan ke permukaan air hingga memuncrat
tinggi. Tapi ketika dia kebingungan dan lenyap ke
bawah, menyelam di dasar laut maka kawanankawannya yang lain didekati pemuda ini yang
nakal menarik atau membetot ekor mereka.
Beng An main-main Pemuda ini menepuk atau
menjentik kepala hiu-hiu itu sementara hiu
tunggangannya berenang ke sana ke mari sesuai
perintah. Kali ini dia tak berani menyelam karena
Beng An tentu akan menendang bawah
perutnya. Anggauta yang dihantam itu sakit
sekali, hiu ini pintar dan akhirnya berenang saja
di permukaan laut. Dan ketika Beng An membuat653
hiu-hiu yang lain gentar, satu demi satu
menyingkir dan melarikan diri maka hiu ini
merupakan satu-satunya ikan buas di permukaan
laut luas. Beng An akhirnya puas dan sadar akan
maksudnya semula, bahwa dia akan kembali dan
ke darat. Maka ketika dia menekan dua sirip hiu
itu secara berbareng, tanda agar si hiu berenang
lurus akhirnya hiu ini menuju daratan dan Beng
An telungkup di atas punggungnya.
"Ha-ha, selesai. Sekarang antar ke pantai
dan lurus ke depan!"
Hiu itu meluncur dan berenang cepat. la
benar-benar sudah dikuasai pemuda ini dan


Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apapun yang dikatakan selalu dituruti. Tapi
ketika Beng An mengarungi samudera dan
menuju pantai mendadak perahu-perahu besar
bermunculan dari sebelah kiri. Mula-mula Beng
An mengira itu kaum nelayan pencari ikan. Tapi
ketika dia melihat bendera segi tiga di atas
perahu itu perahu-perahu jung yang ditumpangi
laki-laki berkulit merah maka dia terkejut dan
membelalakkan mata.654
"Orang-orang Pulau Api!. Ah, apa yang
mereka hendak lakukan? Mau ke mana?"
Beng An menghentikan binatang
tunggangannya. la terbelalak melihat lima
perahu jung menuju selatan, semuanya penuh
dan sarat penumpang. Dan ketika orang-orang
seperti Yang Tek dan Bu Kok dikenalnya, masingmasing berada di perahu terdepan maka Beng An
mendengar suara tawa bergelak yang lapat-lapat
diingat.
"Ha-ha, Lembah Es. Mana itu, pangcu?
Kenapa lama amat dan tidak sampai-sampai?
Huh, jemu aku berperahu. Jaan-jangan kalian
orang-orang Pulau Api bohong!"
"Ah, siapa bohong," seseorang terdengar
berkata dengan suara batuk-batuk berat dan
dalam. Suara ketua Pulau Api!
"Jarak yang kami tempuh memang lama,
San-siauwhiap. Dan kau harus sabar sampai kita
benar-benar tiba."
"Tapi aku bosan. Beberapa hari berlayar
hanya laut melulu. Heh, berikan dayung padaku
dan kita berlomba!"655
Seorang pemuda muncul di antara orangorang Pulau Api itu. Rambutnya gimbal-gimbal
sementara mukanya pucat kehijauan. Lalu ketika
dia merampas atau menyambar dayung seorang
anggauta, menghantamnya ke permukaan laut
maka perahu tiba-tiba meloncat dan terbang
melewati dua perahu di depan yang ditumpangi
Bu Kok dan Yang Tek.
" Hei.., kalian orang-orang lamban. Lihat
caraku dan dayung lebih cepat!"
Semua terbelalak dan nger?. Perahu yang
digerakkan pemuda itu melesat seperti bersayap
dan meluncur di depan dua perahu terdepan.
Penumpangnya berteriak kalang-kabut kecuali
ketua Pulau Api, yang bertengger dan kini
kelihatan di antara anak-anak muridnya, yang
terpelanting dan berpegangan pinggiran perahu.
Dan ketika perahu turun ke bawah tapi tidak
mengeluarkan suara, hanya kecipak kecil
muncrat ke atas maka perahu itu meluncur dan
didayung seperti biasa. Pemuda muka kehijauan
itu656
"ha-ha-he-he..Nah, lihat. Ini yang harus
kalian lakukan, orang-orang tolol. Contoh
gerakanku dan dayung bersama agar cepat tiba
di tempat tujuan!"
Pemuda itu menggerakkan dayung dan
bersikap congkak atau edan-edanan. Dia telah
mengejutkan semua orang di perahunya ketika
tadi tiba-tiba perahu itu meloncat dan terbang
melewati dua perahu kawan. Lalu .ketika kini .dia
berseru memaki yang lain dan mendayung
sendirian, perahu bagai didorong tangan raksasa
maka perahu itu melesat dan meninggalkan
perahu-perahu lain. Sibuk dan kagetlah orangorang di lima perahu belakang. Mereka tertinggal
jauh dan ketua Pulau Api berseru keras. Tanpangcu atau ketua itu berteriak agar kawankawannya mengejar. Dan ketika semua orang
menyambar dayung dan menyatukan tenaga,
tiga puluh orang di masing-masing perahu
bergerak mengayuh cepat maka perahu si gila itu
tersusul dan terjadilah kini adu lomba perahu
untuk menjadi yang tercepat.657
"Itu baru bagus. Kalian seperti kucingkucing kelaparan. Hayo, semua menandingi dan
lawan aku, tikus-tikus busuk Atau kita tak sampai
ke tempat musuh dan percuma aku membantu
kalian."
Beng An terbelalak dan berubah
mukanya. Dari jauh ia serasa mengenal dan tibatiba berdetak. Tawa dan sikap edan-edanan itu
akhirnya mengingatkan akan seseoran Dan
ketika dia mengenal dan untung orang-orang di
enam perahu itu tak melihatnya maka tiba-tiba ia
menekan punggung ikan hiunya mengejar.
"San-suheng! San Tek.!"
Beng An kaget sekali. Akhirnya ia tahu
siapa pemuda di perahu ketua Pulau Api itu.
Bukan lain adalah San Tek putera mendiang Sanciangkun yang gila.
Pemuda ini pernah menjadi murid Poan
jin-poan-kwi dan bersama dia yang waktu itu
menjadi tawanan berada di bawah pengaruh dua
kakek iblis ini. San Tek mempelajari ilmu secara
jungkir balik dan akibatnya miring. Kepandaian
dua kakek iblis itu ditelan begitu saja hingga salah658
jalan. Dan ketika secara kebetulan pemuda itu
mendapatkan Im-kan-thai-lek-kang Tenaga Inti
Neraka akibat latihan yang salah maka pemuda
ini menjad? hebat tapi berbareng kemiringan
otaknya semakin bertambah!. Poan-jin-poan-kwi
sampai terkejut melihat dahsyatnya sinkang si
gila ini. Mereka tak mampu menandingi. Namun
karena dua kakek itu akhirnya tewas dan San Tek
keluyuran tanpa kendali, luka setelah dikeroyok
ayah dan kakaknya maka pemuda itu tak pernah
muncul lagi dan kini. tiba-tiba secara
mengejutkan berada satu perahu dengan orangorang Pulau Api!
Beng An tergetar dan pucat. San Tek
adalah bekas suhengnya dan justeru bekas
suheng inilah yang dulu secara tidak langsung
menyembuhkannya dari kebekuan Ping-im-kang,
meskipun untuk ke?embuhan totalnya dia masih
harus dibantu kakek dewa Bu-beng Sian-su. Dan
karena San Tek ini adalah pemuda gila
berkepandaian tinggi, ayahnva sendiri Pendekar
Rambut Emas tak mampu menandingi maka
berkat bantuan kakaknya Thai Liong, si gila ini659
dapat diusir (baca: Rajawali Merah). Dan kini si
gila yang hebat itu ada di tengah-tengah
rombongan Pulau Api. Dan San Tek menyebutnyebut pula Lembah Es! Ah, apa artinya ini kalau
bukan rencana serbuan besar-besaran? Lembah
Es akan diserbu, dan itu berarti bahaya! Maka
terkejut dan sadar akan ini tiba-tiba Beng An
memutar arah ikannya mengejar rombongan itu.
Dan begitu hiu itu bergerak ikan besar inipun
meluncur atas kendali Beng An.
Namun Beng An bukan pemuda ceroboh.
Sadar bahwa di atas perahu terdapat orangorang lihai, terutama San Tek si gila itu pemuda
ini tak berani memperlihatkan diri. Ia menyuruh
ikannya menyelam dan dari bawah menyundul
perahu paling belakang. Di situ anak-anak murid
Pulau Api paling rendah. Dan ketika ia
menendang perut ikannya muncul keatas, tepat
ke perut perahu maka semuanya berteriak
karena perahu tiba-tiba terangkat dan jatuh
terbalik.
"Heiii... byurr!"660
Semua tak ada yang mengira datangnya
serangan. Hiu tunggangan Beng An menyundul
perut perahu dari bawah dengan kuat.
Tendangan Beng An yang membuatnya kesakitan
menjadikan binatang itu buas. la marah. Maka
ketika perahu terangkat dan terbalik, tiga puluh
penumpangnya terlempar keluar maka orangorang Pulau Api itu tercebur namun beberapa di
antaranya berjungkir balik turun di badan perahu
yang tengkurap, melihat hiu itu berenang namun
lenyap kebawah, menyundul dan menyerang
perahu lain dan berturut-turut dua perahu lagi
terangkat dan terlempar. Kejadian demikian
cepat dan enam puluh orang lagi terpekik. Beng
An membuat tiga perahu paling belakang kacau.
Dan ketika semua penumpang di tiga perahu itu
tercebur namun perahu para tokoh menengok
dan berhenti, Beng An tak berani
memperlihatkan diri maka hiu tunggangannya
dilepas dan cepat luar biasa ia meloncat dan
menempel di perahu keempat yang ditumpangi
Tan Beng, putera dari ketua Puiau Api Tan Siok.661
"Hiu! ikan keparat. Heii. ikan itu yang
menumbuk perahu kalian, anak-anak Cepat
minggir dan biar kubunuh!"
See Lam, tokoh Pulau Api nomor tiga tibatiba berseru dan terbelalak. la melihat hiu yeng
berenang ke sana ke mari itu dan melotot karena
perahu tiga anak buahnya morat-marit. Untung
anak-anak murid yang cekatan berhasil
membalikkan perahu lagi dan kini berlompatan
ke dalam, basah kuyup. Dan ketika ia marah dan
tangan kirinya bergerak, sebuah pisau
menyambar maka hiu itu berjengit dan pisau
lemparan tokoh Pulau Api tembus melukai
kepalanya. Hiu itu menggelepar dan
mengibaskan ekornya kuat-kuat, darah
memuncrat membasahi air laut. Namun ketika ia
tenggelam dan lenyap,roboh oleh senjata di
tangan tokoh Pulau Api maka sang ketua memaki
sutenya itu yang membunuh hiu di tengah laut.
"Bodoh, kurang pikir! Kau sembrono
membunuh binatang itu, sute. Kau mengundang
bahaya lebih besar dengan pisaumu itu!"662
"Apa maksudmu suheng," laki-laki ini
berseru tak merasa salah."Aku membunuh
binatang itu agar tak mengganggu yang lain
suheng. Kalau tidak dibunuh akan menumbuk
dan mencelakai kita!"
"Bodoh, tolol sekali. Hiu adalah binatang
pemangsa, sute, indra penciumannya tajam akan
bau darah. Dan kau melakukan itu. Suruh muridmurid cepat pergi dan dayung hindari daerah
ini!"
Benar saja, beberapa murid terkejut dan
berteriak menuding sana-sini. Dari jauh namun
cepat mendekat tiba-tiba tampak puluhan sirip
hitam meluncur menuju tempat di mana hiu tadi
tenggelam. Darah di permukaan laut tercium
binatang ganas itu dan karena sebelumnya
mereka sudah menyerang Beng An, digebah
namun tidak pergi jauh maka ketika kawannya
terbunuh bau darah itu mengundang mereka
untuk datang. Sirip-sirip hitam meluncur di
permukaan laut seperti pedang-pedang tajam.
Anggauta Pulau Api terkejut namun barisan ikan
itu sudah menyerbu. Mereka menabrak dan663
menghantam perahu-perahu ini. Dan karena tak
Senopati Pamungkas I Karya Arswendo Atmowiloto Joko Sableng 32 Kuil Atap Langit Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara

Cari Blog Ini