Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara Bagian 7
mau perahu terbalik atau hancur, murid yang
panik menggerakkan dayung memukul maka
dak-duk suara dayung melukai kepala-kepala
hitam itu di mana ada yang bocor dan kontan
mengalirkan darah lagi
"Bodoh! Jangan serang! Jangan lukai
binatang itu hingga mengalirkan darah!"
bentakan atau teriakan ketua Pulau Api ini
terlambat. Anak-anak murid, yang kaget dan
takut oleh serangan hiu-hiu ganas itu terlanjur.
melukai dan menghantam kepala atau tubuh
ikan dengan dayung di tangan. Pukulan keras ini
dimaksudkan untuk menggebah atau menghalau
agar binatang tak datang mendekat dan jera.
Tapi karena pukulan atau hantaman itu
membeset kulit, ujung dayung berlapis besi maka
begitu darah mengalir mendadak ikan-ikan yang
lain menyerang ikan yang terluka ini dan air laut
tiba tiba bergolak ketika tubuh-tubuh besar itu
membalik dan mengibaskan ekornya masingmasing. Air memuncrat tinggi dan anak murid
berteriak. Laut berbuih dan puluhan ikan saling664
gigit. Teman yang luka diserang. Dan karena yang
luka menjadi marah dan ganas, melawan dan
melejit sana-sini akhirnya perahu orang-orang
Pulau Api terbentur dan tak dapat dicegah lagi
mereka terlempar dan jatuh ke laut.
"Celaka, bodoh dan goblok!"
Tan Siok sang ketua menjadi marah dan
melengking. Ia diguncang lima hiu buas nanmun
karena ia tokoh Pulau Api maka perahu dapat
dikendalikan dan tak terbalik. Anak-anak murid
yang berteriak dapat ditenangkan. Semua panik
kecuali San Tek, pemuda gila itu. Dan ketika Tanpangcu juga melempar pisau-pisau belati, apa
boleh buat harus membunuh dan menghajar
binatang-binatang itu maka ia berteriak agar
murid-murid yang tercebur ditolong dan ditarik
dengan tali.
"Ini kebodohan ji-sute. Keparat, kita
harus menghabisi mereka dan pergi dari sini...
erat-crat!" belasan pisau menyambar dan
membunuh hiu-hiu ganas, membentak para
murid agar keluar dari kepungan hiu dan ketua
serta para tokoh menghajar binatang-binatang665
itu. Mereka yang saling gigit menjadi kaget. Diri
sendiri tahu-tahu menjadi korban. Dan ketika
yang lain menyelam dan tahu bahaya, menggigit
atau menyerang teman-temannya dari bawah
maka sebentar kemudian ratusan sirip hitam
lenyap namun tampaklah pemandangan
mengerikan ketika laut menjadi merah dan lima
belas anak murid hilang. Tewas dimangsa hiu!
"Pergi! Dayung dan cepat pergi!
Tinggalkan tempat ini dan jangan berbuat
macam-macam!"
See Lam tokoh nomor tiga menjadi
menyesal. Sekarang ia mengakui kata-kata
suhengnya itu dan cepat menggerakkan tangan
mendayung perahu. Lima belas anak murid
menjadi korban. Waktu demikian singkat dan
cepat. Tapi ketika perahu suhengnya dikejutkan
oleh tak adanya Si gila, San Tek pemuda miring
itu tak ada di perahu maka terdengar tawa,
bergelak ketika dari sebelah kanan muncul
pemuda itu menunggang seekor hiu.
"Ha-ha, lihat. Binatang itu baik dan
penurut sekali, pangeu.. Aku suka! Lihat, ia666
pandai berputar-putar dan berenang melebihi
kecepatan perahu kalian. Sekarang aku tak perlu
mendayung!"
Semua terbelalak dan kaget. Si gila yang
entah bagaimana berada di punggung seekor hiu
ganas tiba-tiba bergerak dan berenang ke sana
ke mari dengan ikan tunggangannya. Hiu itu
berenang dan mengelilingi enam perahu dengan
amat cepatnya. Tentu saja cepat karena sirip ikan
itu dijepit dua jari telunjuk pemuda ini , kesakitan
dan dengan cara itulah San Tek mengendalikan
tunggangannya. Namun ketika tiba-tiba ikan itu
menyelam dan lenyap, semua berteriak keras
maka untuk sesaat San Tek tak kelihatan lagi
namun tiba-tiba tawanya muncul di depan, jauh
sekali.
"Heii, jangan bengong. Kejar dan ikuti
aku, pangcu. Aku di sini. Aku tak mau
menumpang perahu kalian lagi, terlalu lamban.
Hayo kejar dan sekarang kita berlomba!"
Ternyata si gila telah berada di depan dan
melambai. Hiu tunggangannya muncul di sana
dan kecepatan berenangnya benar-benar667
mentakjubkan. Tigapuluh orang mendayung
perahu tak mungkin menang. Hiu itu masih lebih
cepat! Tapi ketika Tan-pangcu tertawa dan
berseri mukanya, pemuda lihai itu tak mati
tenggelam maka Tan-pangcu menggebrak dan
memukul permukaan laut memerintahkan
bergerak, tadi mereka bengong dan berhenti
sejenak.
"Ha- gila. Bocah itu tak mau di perahu kita
lagi, anak-anak. Tak apa.kejar dan mari cepat!"
Anak murid mengangguk. Mereka takjub
dan kagum namun perahu sudah bergerak lagi.
Kini enam perahu berguncang kuat dan barisan
hiu lenyap. Mereka telah mengusir binatang buas
itu. Dan ketika San Tek tertawa-tawa dan orangorang Pulau Api mengikuti, hiu bergerak dan
meluncur di depan maka si gila itu harus berkalikali mengurangi kecepatan tunggangannya agar
tidak terlalu jauh dengan teman-teman di
belakang. Semua kagum dan Beng An sendiri
yang menempel dan masih berada di buritan
perahu mendecak. Apa yang dilakukan itu mirip
yang dilakukannya tadi. Tapi maklum bahwa668
bekas suheng itu memang hebat, ia tak perlu
kagum maka Beng An diam saja dan duduk di
celah perahu dengan sesekali mengusir ikan-ikan
besar. Perahu yang ditumpangi terus bergerak
dan melaju, dia tadi juga bertahan dari serangan
ikan buas kalau mereka menggigit dan
menyerang. Dan ketika orang-orang Pulau Api itu
melanjutkan perjalanan dan jelas mereka
menuju Lembah Es maka Beng An berdebar dan
diam-diam berpikir apa yang harus dilakukan.
Ada dua cara menghadapi semua ini.
Pertama ialah mengganggu orang-orang ini
sebelum sampai tujuan. Ini adalah
pertolongannya kepada Lembah Es. Tapi karena
pertolongan itu amatlah berbahaya,diri sendiri
bisa terancam dan merugikan maka Beng An
mengurungkan niat dan tak jadi mengganggu.
Puteri dan penghuni Lembah Es belum tentu
tahu, dan itu tak ada untungnya. Maka ketika dia
tiba pada keputusan kedua, yakni biarlah orangorang in? mendarat dan di Lembah Es nanti dia
berkiprah maka hal ini agaknya lebih
menguntungkan dan dia gembira. Hal itu berarti669
perjumpaannya. lagi dengan Ratu atau Puteri Es.
Bukankah dia datang untuk menolong? Dan kali
ini tidak tanggung-tanggung. Dia bukan hanya
menolong seorang dua melainkan seluruh
penghuni. Lembah Es tentu dapat menerimanya
lebih baik. Dan berseri bahwa dia akan bertemu
dengan Puteri, bukan secara lancang melainkan
secara kebetulan demi membantu sahabat maka
Beng An tak memberikan gangguan apa-apa
kepada perahu orang-orang Pulau Api ini.
San Tek sang bekas suheng tertawa-tawa
gila bermain dengan hiu tunggangannya. Susah
payah orang-orang Pulau Api mengejar. Namun
ketika tiga hari kemudian permukaan laut sudah
mulai beku hawa dingin terasa menggigit tulang
maka San Tek tak mampu mempertahankan
binatang tunggangannya itu lagi. Binatang ini
berkali-kali menyelam dan akan memutar balik.
Permukaan laut kian lama kian dingin. Kebekuan
sudah mencapai puluhan meter. Dan ketika apa
boleh buat hiu itu harus dilepas, perahu orangorang Pulau Api juga menabrak karang es maka
Sampai di sini San Tek meloncat dan menendang670
ikan itu yang membalik dan lenyap menyelam. Si
gila ini tertawa-tawa menginjak daratan es
seperti orang menapak di tanah biasa saja,
dengan kaki telanjang.
"Ha-ha, sialan. Kudaku tak mampu
meluncur lebih jauh lagi, pangcu. Laut es ini
membeku. Ayo kita jalan kaki dan turun!"
Semua berlompatan. Melihat pemuda itu
begitu enak menginjak laut beku maka semua
mengira hawa dingin masih dapat dilawan. Tapi
begitu kaki menginjak laut keras tiba-tiba semua
menjerit dan kaget melompat kembali ke
perahu.
"Haii, dingin! San-siauwhiap tak dapat
kita tiru!"
"Hm!" Tan Siok atau ketua Pulau Api
mendengus. "Turun dan kerahkan Giam-lui-kang,
anak-anak. Atau minimal Hwe-kang agar
sepasang kaki kalian tak kedinginan!"
Laki-laki itu sendiri berketruk dan gemas
memandang anak-anak muridnya. Ia turun dan
menginjak lantai daratan tanpa terkejut. Ketua
Pulau Api ini telah mengerahkan Hwe-kangnya671
hingga Tenaga Api itu membuat telapak kakinya
panas. Bahkan, saking mendongkol ia membuat
permukaan es beku amblong, cair oleh tenaga
panasnya itu. Dan ketika anak-anak murid
teringat dan mengerahkan ilmu mereka,
menginjak daratan beku ini tak boleh mereka
main-main maka semua berlompatan dan turun
kembali dengan muka merah. Orang-orang Pulau
Api mengerahkan Yang-kang mereka hingga
tubuhpun menyala seperti obor!
"Tak perlu kuat-kuat, kendalikan
secukupnya saja. Ingat bahwa yang kita injak
adalah laut beku dan sekali ia cair maka kalian
terjeblos ke bawah!" sang ketua, yang
mendemonstrasikan dan sudah memberanikan
hati anak-anak muridnya lagi bicara dengan
suara sungguh-sungguh. Ia membuat amblong
permukaan yang diinjak tapi sudah mengatur
tenaganya sedemikian rupa hingga cukup
melawan hawa dingin saja. Murid-murid sadar
dan mengikuti jejaknya. Dan ketika dua sutenya
berseru dan berlompatan meninggalkan perahu
maka San Tek terbahak dan berkelebat ke depan.672
Kaki telanjangnya itu dipamerkan membuat
tokoh-tokoh Pulau Api membersit merah.
"Pangcu, anak-anak muridmu itu lemah
sekali. Masa jalanan begini enak harus berteriak
dan berkaok-kaok seperti anak kecil. Hayo, mana
itu tempat tinggal Puteri Es dan biar kubekuk
dia!"
"Hm," sang ketua menendang dan
melepas sepatunya pula, tak mau kalah di
hadapan anak-anak murid yang begitu banyak.
"Tempat ini memang cocok bagi kita, Sansiauwhiap, tapi belum cocok bagi anak-anak
muridku yang kepandaiannya rendah. Mari
bersamaku dan jangan jalan sendiri. Aku
memandu!"
Sang ketua berkelebat dan bergerak di
samping si gila ini. Ia tak mau kehilangan muka
dan begitu melesat iapun unjuk kehebatan. San
Tek dikejar dan disusul. Dan ketika si gila
terbahak tapi harus mengikuti ketua pulau ini, ia
tak kenal jalan maka berturut-turut Bu Kok dan
sutenya juga melempar sepatu mereka,
bertelanjang kaki di permukaan laut beku.673
"Siauw Lok, simpan sepatuku ini. Awas,
tuntun dan pimpin saudara-saudaramu
mengikuti pangcu!"
"Benar, dan sepatuku juga, Tan Bong.
Susul ayahmu dan mari kejar!" laki-laki
berpakaian indah, tokoh nomor tiga dari Pulau
Api juga berseru dan menendang sepatunya itu
kepada murid keponakannya. Tan Bong adalah
putera sang ketua sementara Siauw Lok adalah
murid nomor dua setelah Yang Tek, tokoh muda
nomor satu di Pulau Api. Dan begitu tiga orang
itu berkelebatan dan masing-masing
mengerahkan tenaga Yang-kang, hawa dingin
semakin hebat maka Tan-pangcu dan dua
sutenya ini sudah berubah menjadi tiga manusia
obor yang terbang dan melesat di depan. San Tek
tertawa-tawa dan di mengerahkan ilmunya di
sebelah kiri ketua Pulau Api.
"hebat. Ilmumu Giam-lui-kang tak ada
cela, pangcu. Tapi Im-kan-thai-lek-kang kupun
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
agaknya tak boleh dipandang rendah. Lihat, aku
akan meninggalkan tapak obor di bawah
kakiku.... plash!"674
Api menyembur dan hidup di tubuh
pemuda ini. Sama seperti Tan-pangcu si gila
itupun tiba-tiba menjadi manusia api. Telapak
kakinya berkobar dan api inilah yang
meninggalkan bekas di bawah, hidup dan
menjalar seperti ular api! Dan ketika anak-anak
murid mengikuti dan semua berdecak kagum, di
atas permukaan laut beku pemuda itu mampu
menciptakan api maka Tan-pangcu tak mau kalah
dan berseru,
"Siauwhiap, Im-kan-thai-lek-kangmu
hebat. Agaknya kita masih serumpun. Tapi
karena apimu cepat padam dan anak-anak murid
tertinggal di belakang, jauh ketinggalan biarlah
kuperkuat dan lihat aku pun membuat ular api....
blarr!"
Tan-pangcu mengibas dan mengeluarkan
pukulan panasnya. Ular api ciptaan San Tek
memang berkobar di permukaan es beku namun
tak dapat tahan lama. Hawa amat lah dingin dan
bagi murid-murid yang jauh di belakang tentu
sulit. Mereka kehilangan jejak dan sukar
mengikuti tokoh-tokoh itu. Maka ketika Tan-675
pangcu meledakkan pukulan apinya dan pukulan
ini memperkuat ular api yang dibuat San Tek,
lama dan tahan beberapa menit untuk menjadi
pegangan para murid maka Bu Kok dan sutenya
tak mau kalah.
"Ha-ha, hawa dingin semakin dingin,
suheng. Kasihan anak-anak murid yang
kedinginan. Biarlah kubuat selimut hangat untuk
mereka dan aku sekedar meramaikan suasana....
dess!" tokoh ketiga melempar tangan ke
belakang, meniupkan hawa panas dan benar saja
para murid tiba-tiba dibungkus atau menerima
"selimut" aneh, yakni hawa panas yang
menyembur melingkupi mereka dan tertawalah
para murid itu. Lalu ketika tokoh kedua juga
melakukan hal yang sama melengkapi sutenya,
kebekuan lenyap terganti kehangatan maka
murid-murid bersorak dan mereka berkelebatan
menyusul para pimpinan ini. Beng An kagum
sekaligus khawatir. Kalau saja di situ tak ada San
Tek dia yakin bahwa orang-orang Pulau Api tak
perlu ditakuti penghuni lembah. Kepandaian
Thio-cici dan Wan-cici telah diketahuinya, begitu676
juga sang Ratu. Namun karena San Tek ada di situ
dan Im-kan-thai-lek-kang yang dimiliki bekas
suhengnya itu bukanlah main-main, kalau
bergabung dengan tokoh-tokoh Pulau Api ini
tentu hebat dan mengerikan sekali maka Beng
An tiba-tiba berpikir bagaimana kalau dia
mendahului rombongan ini memberi tahu
penghuni. Dengan Pek-sian-sut dia sanggup
melesat di depan, tak mungkin diketahui. Tapi
ketika dia ragu-ragu dan maju mundur, San Tek
dan ketua Pulau Api terus berkelebat dan
meluncur di depan tiba-tiha mereka sudah
bertemu dengan penjaga yakni belasan wanita
muda Lembah.
"Heii, berhenti. Siapa kalian!"
Empat orang di depan terkejut. Bu Kok,
orang nomor dua menoleh. Dari sebeleh kiri
berkelebat tiga belas bayangan wanita-wanita
muda yang menjadi murid atau penjaga. Mereka
inilah yang berada di ujung tombak menjaga
perbatasan. Maka begitu melihat rombongan
kecil ini dan belum melihat rombongan yang lain,
? orang-orang Pulau Api yang berada di belakang677
tiba-tiba Bu Kok tokoh nomor dua itu tertawa
dingin, tangan kirinya mendorong dan melepas
Giam-lui-kang.
"Ha, kalian tikus-tikus betina Lembah Es?
Sudah keluar sarang? Bagus, roboh dan
mampuslah di situ, tikus-tikus cilik. Kami dari
Pulau Api datang menyebar maut dess!" pukulan
panas sang tokoh menghantam, cepat dan ganas
dan dari telapaknya itu muncul bola api
mengejutkan. Bola ini menyambar dan meledak
ke tubuh tiga belas wanita muda itu. Dan ketika
mereka menjerit dan sadar bahwa inilah pukulan
berbahaya, berkelit namun terlambat maka
semuanya terjengkang dan tewas dengan tubuh
kehitaman. Gosong!
"Ha-ha, kejam sekali, Bu-taihiap. Kasihan
sekali kau bunuh gadis cantik-cantik itu. Aih,
sayang!"
San Tek berseru, tapi meneruskan
perjalanan. di dalam masih ada yang lebih cantik
lagi, San-kongcu, jauh lebih cantik daripada ini.
Yang itu bukan apa-apa, tenanglah!"678
"Ha-ha, begitukah? Tapi aku tak suka
wanita. Mereka itu menggelikan bagiku, seperti
ular. Iihh, aku tak mau menyentuh mereka kalau
tidak terpaksa!"
Laki-laki itu tertawa. Mereka telah tiba di
daerah musuh dan sambutan tiga belas gadis
cantik tadi membuat mereka waspada. Dan
ketika mereka mulai menyeberangi jembatan
bambu untuk akhirnya tiba di kaki gunung
pertama, gunung yang tegak di depan maka San
Tek me-lihat bayangan-bayangan lain
berkelebatan turun gunung. Merah hijau kuning
berwarna-warni.
"Ha, datang lagi, Bu-taihiap. Banyak
sekali. Kita rupanya disambut dan lebih meriah!"
Tokoh itu mengangguk. Dia tak
menjawab melainkan saling memberi tanda
dengan suhengnya, memperlambat langkah tapi
mempercepat aliran Yang-kang hingga tubuh
mereka semakin merah marong. Dan ketika San
Tek terus meluncur dan tak sadar meninggalkan
teman-temannya, tokoh-tokoh Pulau Api
memasang kewaspadaan maka si gila itu sudah679
berhadapan dengan puluhan penghuni lembah,
dipimpin gadis baju kuning yang bukan lain Ui
Hong.
"Berhenti, siapa kau! Manusia liar dari
mana ini yang berani masuk Lembah!"
"Ha-ha, aku.... eh!" San Tek menoleh dan
tertegun memandang ke belakang. Tan-pangcu
dan dua sutenya lenyap! "Eh, aku.... eh, aku
datang mengantar kawan-kawanku, nona. Kami
dari Pulau Api ingin main-main di sini. Aku...."
"Sudah kuduga!" bentakan itu disusul
berkelebatnya bayangan Ui Hong, memotong
bicara si gila ini, tangan menampar dan melepas
Bu-kek-kang. "Kau orang Pulau Api, pemuda
siluman. Dan tak ada ampun untuk bicara lagi.
Mampuslah!"
San Tek terkejut dan membelalakkan
mata. Dia sedang mencari-cari bayangan tiga
temannya tadi ketika mendadak gadis baju
kuning ini menghantam. Tapi karena dia bukan
pemuda sembarangan dan sesungguhnya diajak
atas bujukan tiga ketua maka dia mengelak dan
Bu-kek-kang menghantam salju di belakangnya.680
"Blarrr!" Salju membeku dan percikannya
menjadi batu. San Tek membelalakkan mata
kagum, meleletkan lidah. Tapi ketika ia tertawa
dan melihat bayangan merah di depan
mendadak ia meloncat dan mengejar bayangan
itu, yang bukan lain ketua Pulau Api dan dua
sutenya.
"He, jangan tinggalkan aku, Tan-pangMana janji kalian untuk saling bantu. Aku ngeri
sendirian menghadapi wanita-wanita cantik!"
Ui Hong terkejut dan berseru keras.
Lawan di depannya ini melayang dan tahu-tahu
terbang melewati kepala. Anak buahnya dilewati
begitu saja karena merekapun sedang bengong.
Pemuda itu tampaknya tidak waras, tapi lihai.
Dan ketika pemuda itu meluncur dan naik
gunung, menyusul atau mengejar tiga bayangan
merah yang samar-samar tampak maka gadis
baju kuning ini kaget sekali dan berseru keras.
"Kejar, tangkap mereka. Hadang jangan
sampai masuk!"
Puluhan murid Lembah berloncatan.
Mereka kaget melihat tiga asap merah melesat681
naik gunung, melayang dan dikejar pemuda aneh
yang berteriak-teriak seperti tidak waras itu. Dan
ketika pimpinan mereka juga membentak dan
terbang menyusul, suitan nyaring bergema
memantul dinding gunung maka dari belakang
dan kiri kanan gunung muncul teman-teman
mereka yang terkejut oleh Suitan dan lengking Ui
Hong ini.
"Awas, cegat! Orang-orang Pulau Api!
Hadang dan jangan biarkan mereka maju!"
Puluhan penghuni lain meluncur turun
dan memapak tiga orang ini. Tapi ketika Tanpangcu meledakkan tangan dan mereka lenyap,
sang ketua mempergunakan kesaktiannya maka
tinggallah San Tek yang memang tak memiliki
semacam ilmu gaib. Pemuda ini terbang ke atas
tapi disambut puluhan gadis-gadis cantik itu. San
Tek terkejut karena lagi-lagi tiga temannya
menghilang. Tapi begitu ia berseru keras dan
mengelak hujan pukulan, meloncat dan
berjungkir balik tinggi ke atas tiba-tiba iapun
sudah lolos dan melewati kepala anak-anak
murid Lembah Es ini, kabur ke puncak gunung.682
"Hei, kenapa kau tinggalkan aku, pangcu.
Ke mana kau menghilang. Hei, kau... eh, kau di
sana!" si gila sudah tiba di puncak gunung dan
melihat tiga asap merah kembali meluncur di
depan. Kali ini tiga ketua itu menaiki gunung
kedua dengan cepatnya. Mereka memong
meninggalkan San Tek untuk menghalau atau
menahan anak-anak murid itu, agar perjalanan
tidak terganggu. Tapi karena San Tek tak mau
menghadapi wanita dan paling ngeri
bersentuhan dengan kulit halus, si gila ini lebih
baik bertanding dengan laki-laki kasar atau kalau
berhadapan dengan wanita janganlah sendirian
maka begitu ditinggal iapun mendongkol dan
mengejar lagi tiga tokoh Pulau Api itu, berteriakteriak. Dan karena kepandaiannya memang
tinggi dan ilmu lari cepatnya luar biasa maka
sebentar kemudian ia sudah menyusul dan
memaki-maki tiga orang ini. Tan-pangcu dan dua
sutenya kagum.
"Pangcu, kau gila. Mana janjimu
kepadaku. Masa aku harus sendirian
menghadapi wanita-wanita cantik itu sementara683
kau kabur di depan. He, aku tak mau begini,
pangcu. Aku tak mau dicubit gadis-gadis cantik
itu agar kulitku tak gatal-gatal. Kau curang!"
"Ha-ha, bukan curang!" See Lam atau See
Kiat Lam tokoh nomor tiga dari Pulau Api
tertawa, tahu kemiringan otak pemuda ini. "Kami
sekedar mengenalkan-mu kepada mereka, Sansiauwhiap. Bahwa kau lihai dan tak boleh
dipandang rendah. Lihat, kau berhasil
melampaui mereka dan itu cukup membuat
kaget!"
"Ah, begitukah? Ha-ha, memang aku
berhasil melampaui mereka. Kepala mereka
kulompati dan dengan mudah aku meninggalkan
mereka."
"Dan kalau mau tentu kau dapat
merobohkan mereka. Nah, inilah yang dimaksud
pangcu, siauwhiap, agar kau menunjukkan
kelihaian supaya musuh tidak memandang
ringan!"
San Tek tertawa-tawa. Akhirnya ia
merasa bangga bahwa sebenarnya ia dipuji.
Gadis-gadis Lembah Es itu memang dibuatnya684
terkejut. la berhasil meloloskan diri dengan
mudah. Dan ketika ia berendeng kembali namun
dari puncak gunung dan tempat-tempat lain
muncul musuh lebih banyak maka di gunung
ketiga para ketua Pulau Api ini dicegat gadis baju
merah dan .wakil sang Ratu alias Thio-cici dan
Wan-cici. Dua gadis bersanggul tinggi itu
berkesiur dan tahu-tahu di belakang Tan-pangcu
dan Bu Kok.
"Orang she Tan, kau rupanya. Bagus
sekali kau datang. Tapi berhentilah dan jangan
macam-macam di tempat kami.... plak!" rambut
dilepas don terurai menyambar dua pimpinan
Pulau Api ini. Yo Lin, gadis baju merah itu
berkelebat di samping tokoh nomor tiga dan
gadis inipun membentak menampar laki-laki
perlente itu. Dan ketika tiga orang itu berhenti
dan ratusan penghuni datang mengepung, tak
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mungkin meneruskan perjalanan maka Tanpangcu dan dua adiknya menangkis. Hawa panas
menyambar bertemu hawa dingin, meledak dan
tiga gadis Lembah Es terhuyung. namun ketika
mereka berhasil tegak kembali dan tiga tokoh685
Lembah Es bersinar marah maka Thio-cici atau
yang namanya Thio Leng ini membentak, dialah
tokoh paling tua di situ, wakil langsung dari
Puteri Es. "Orang she Tan, lama kau tidak datang.
Sekarang muncul bersama pemuda asing. Inikah
bantuan yang kau harapkan untuk mengalahkan
Lembah Es?"
"Hm, aku tak mau bicara denganmu,
gadis she Thio. Panggil Ratumu dan biar-kan aku
berhadapan dengannya. Karni orang-orang Pulau
Api ingin menuntut balas. Tujuh tahun aku
menggembleng diri. Mundurlah dan suruh
tocumu keluar!"
"Tocu tak akan keluar kalau tidak atas
kehendaknya sendiri. Kaulah yang harus pergi
atau mampus di tempat ini!"
"Ha-ha!" See Kiat atau tokoh nomor tiga
tiba-tiba tertawa terkekeh, matanya berkilat dan
kagum memandang gadis ini, juga gadis baju
merah, yang tadi ditangkisnya. "Kau selamanya
bermulut besar, Thio Leng. Dan tak perlu bicara
panjang lebar lagi karena kita selamanya
bermusuhan. Majulah, kau kuhadapi dan biar686
suheng menonton!" lalu tanpa banyak bica-ra
dan tidak memberi tahu mendadak tubuh lakilaki perlente ini mencelat. Ia tahu bahwa
hadangan di depan cukup kuat, ini harus
disingkirkan. Maka tertawa tapi berkelebat
melepas Giam-lui-kang tiba-tiba ia sudah
menghantam lawannya itu.
"Dess!" Thio Leng tak mengelak dan
menangkis. Sekarang ia menerima lawan dan
mengerahkan Bu-kek-kang, beradu dengan
Giam-lui-kang dan tokoh Pulau Api itu terhuyung.
Benturan keras di antara mereka ternyata
menunjukkan si gadis lebih unggul. Hanya
terhadap Tan-pang cu tadi gadis she Thio ini
terdorong. Maka ketika kini ia berhasil memukul
lawan dan tokoh Pulau Api itu terbelalak maka
laki-laki ini mendesis dan Wan-cici atau yang
namanya Wan Sui Keng itu maju menjeletarkan
rambut.
"Thio-cici, kepandaianmu masih lebih
unggul. Jangan buang-buang tenaga kalau hanya
menghadapi orang she See ini. Biar aku yang
maju dan jaga Tan-pangcu itu!" dan baru saja687
seruan berhenti mendadak gadis ini menerjang
dan menghantam tokoh Pulau Api itu. See Kiat
Lam baru saja berdiri tegak ketika tiba-tiba
diserang. Bu-kek-kang menyambar meniupkan
hawa dingin. Ujung bajunya tiba-tiba beku.
Namun ketika ia berseru keras dan mengibaskan
lengan ternyata ia dapat bertahan meskipun
sedikit tergetar. Tapi itu tidak lama. Sui Keng,
gadis ini' sudah terlanjur marah melihat
kehadiran tokoh-tokoh Pulau Api. Ia menerjang
dan melepas lagi Bu-kek-kangnya, beruntun tiga
kali mumpung lawan masih belum berhasil
memperbaiki posisinya. Dan ketika laki-laki
perlente itu kelabakan dan marah berteriak
tinggi maka orang she See ini melempar tubuh ke
bawah dan sekaligus sambil menyelamatkan diri
ia melepas Giam-lui-kang menghantam perut
gadis itu.
"Desss!" Sui Keng terhuyung dan ganti
memperbaiki posisi. Lawan meloncat bangun
dan adu gebrak ini menunjukkan bahwa
keduanya berimbang. Tak salah, gadis she Wan
itu adalah tokoh nomor tiga di Lembah Es,688
tandingan bagi tokoh nomor tiga dari Pulau Api
ini. Dan ketika laki-laki itu melotot dan merasa
gusar, ia dirangsek tapi untung mampu balas
memukul maka ganti tubuhnya berkelebat dan
mendahului gadis itu menyerang. Sui Keng
berkelit dan mengelak, dikejar dan akhirnya
menangkis. Dan ketika masing-masing sama
tergetar dan San Tek bersorak, dua orang itu
sudah bertanding maka Thio Leng memberi
isyarat dan tiba-tiba gadis baju merah
membentak dan menyerang Bu Kok. Thio Leng
sendiri sudah berkelebat ke arah Tan Siok
melepas Bu-kek-kangnya, disusul gerakan anakanak murid yang mengeroyok tokoh-tokoh Pulau
Api itu.
"Sumoi, jangan biarkan musuh
menonton. Serang, bunuh!"
Semua bergerak dan membentak. Gadis
she Thio itu sudah meledakkan rambutnya dan
anting-anting di sepasang telinganya yang indah
itu menyambar. Gadis ini mengerahkan seluruh
kepandaiannya menghadapi ketua Pulau Api.
Lawan bukan main-main. Namun ketika ketua689
Pulau Api mendengus dan meledakkan
tangannya, lenyap menjadi asap merah maka
anting-anting menghantam tanah dan mental
kembali. Gadis ini terkejut namun sekejap saja.
Selanjutnya ia melihat asap merah berkelebat
pergi, menuju gunung keempat Dan tak mungkin
ia membiarkan ketua Pulau Api mendekati lstana
Es maka gadis itu membentak dan mengejar. Bu
Kok dan sutenya sudah dikeroyok penghuni
Lembah dipimpin gadis baju .merah dan Sui
Keng, Sumoi dari Thio Ieng.
"Tan-pangcu, jangan harap dapat
memasuki istana. Berhenti dan kita bertempur
dulu seribu jurus!"
"Hm, kau bukan lawanku," tokoh Pulau
Api itu menjengek. "Lawanku adalah majikanmu,
Thio Leng. Panggil dia keluar atau kau mampus...
dess!" sang ketua membalik dan harus
menangkis pukulan Bu-kek-kang. Thio Leng
marah dan melepas pukulan jarak jauhnya,
terhuyung dan mengejar lagi karena sang ketua
sudah mendaki puncek. Dan ketika dua kali gadis
itu membentak namun dua kali pula ia690
terhuyung, pukulannya tak mampu menahan si
ketua maka Tan-pangcu mendengus dan sudah
melewati puncak gunung ini, siap menuju
gunung kelima. Thio Leng pucat dan marah. Ia
melihat bahwa ketua Pulau. Api ini sudah
memiliki Giam-lui-kang di atas sutenya. Bu-kekkangnya dipukul ambyar. Tapi melihat lawan siap
mendaki gunung kelima iapun mencabut
pedangnya dan sekali pedang dilontar maka
pedang itupun .mendesing mendahului ketua
Pulau Api melayang melewati kepala dan
membalik menuju ulu hati, bagai pedang
bernyawa.
"Ah!" si ketua terkejut dan kaget juga. la
berhenti dan menggeram, tanganpun
menangkis. Dan ketika pedang terpental tapi
mampu menyerang lagi, Thio Leng mengejar dan
berhasil menyusul maka ketua yang menjadi
marah tapi kagum akan gadis itu memainkan
pedang segera membentak.
"Thio Leng, kau tak tahu diri. Tapi
keprindaianmu cukup hebat. Baiklah, mari mainmain sejenak dan lihat berapa jurus kau roboh....691
plak-ting!" dan si ketua yang menangkis dan
mengeluarkan tongkatnya akhirnya menghalau
pedang sementara tangan kirinya mengibas
pukulan gadis itu. Thio Leng terlempar tapi
berjungkir balik menangkap pedang, turun dan
kini dengan pedang. di tangan kanan dan Bu-kekkang di tangan kiri ia menyerang ketua Pulau Api
itu. Dan ketika lawan di paksa melayani dan apa
boleh buat harus bertempur maka api
menyambar mencairkan hawa dingin Bu-kekkang.
"Des-desss!" Gadis ini melotot. Ia
terhuyung lagi namun pedang di tangan kiri
berdesing dan menusuk. Namun ketika tongkat
menerima pedangnya dan dari adu tenaga lagilagi pedangnya mental maka gadis ini mengeluh
namun melengking melecut dengan rambutnya
lagi. Rambut dan pedang kini silih berganti.
Rambut itupun dapat berubah menjadi senjatasenjata berbahaya macam kawat baja,
jumlahnya ribuan dan sibuk juga ketua Pulau Api
itu melayani keberingasan lawannya. Dan ketika
Thio Leng mengerahkan ginkang-nya dan692
berkelebatan bagai walet menyambar-nyambar,
rambut dan pedang silih berganti mengiringi
pukulan hawa dingin maka sang ketua harus
mengakui bahwa gadis Lembah Es ini benarbenar bukan lawan empuk. Ditambah semangat
juangnya yang tinggi mencegah lawan memasuki
istana membuat gadis itu seperti harimau betina
diganggu anaknya.
Thio Leng meluncur dengan serangan
berbahayanya. Tapi karena yang dihadapi adalah
ketua Pulau Api dan jenggot sang ketua kini mulai
mengebut naik turun menghalau rarnbut, ribuan
bulu halus itu juga dapat berubah menjadi
kawat-kawat baja menangkis rambut panjang
Thio Leng maka gadis ini terdesak dan akhirnya
pedang di tangan kananpun terpental keluar
bertemu tongkat lawan yang kini membara.
Gadis ini pucat. Ia terdesak dan marah tapi juga
gelisah. Thio Leng melengking-lengking ketika
perlahan tetapi pasti Bu-kek-kangnya ditembus
Giam-lui-kang. Pukulan panas yang dilepas ketua
pulau itu menembus hawa dingin Bu-kek-kang.
Ini terjadi karena sinkangnya kalah kuat. Dan693
ketika hawa dingin sudah mulai dikuasai hawa
panas, Giam-lui-kang lebih unggul dibanding Bukek-kang maka di sana sumoinya dan anak-anak
murid Lembah Es berteriak jatuh bangun
menghadapi tiga orang lawan mereka karena San
Tekpun sudah bergerak dan dikeroyok oleh
semua penghuni Lembah Es ini.
"Ha-ha, ini baru aku senang. Ini namanya
kawan. Sekarang kita sama-sama menghadapi
gadis-gadis cantik ini, Bu-taihiap. Kau dan aku
sama-sama dikeroyok. Aduh, eloknya mereka
semua ini. Tapi ihh, tangan-tangan mereka
menggeliat seperti ular. Hii, aku takut dan biar
kalian saja yang berhadapan langsung!"
San Tek mengelak dan maju mundur, tak
berani atau ngeri menangkap lengan-lengan
halus itu dan ia mendorong atau menghalau
setiap penyerang yang coba membacok. Semua
penghuni sudah mencabut senjata dan ratusan
pedang berseliweran naik turun. Tapi karena
yang mereka hadapi adalah seorang pemuda
lihai, San Tek tertawa-tawa menghalau mereka
maka Bu Kok dan sutenya melotot. Pemuda itu694
sama sekali tak merobohkan lawan, hanya
mendorong atau memukul jatuh.
"San-kongcu, jangan begitu. Mereka
hanya akan merepotkan kami saja. Bunuh, atau
robohkan!"
"Wah, bukankah sudah kurobohkan? Hei,
membunuh mereka ini aku tak berani, Butaihiap. Aku teringat ibuku. Mereka ini
perempuan, seperti ibuku. Biar mereka
kupermainkan seperti ini saja dan lihat mereka
jatuh bangun.... buk-bress!"
San Tek terbahak melihat gadis-gadis
Lembah Es itu terlempar. Mereka berdebukan
dan ada yang menangis, ini bagi-nya lucu sekali.
Namun ketika sebatang pedang menyambar dan
mengenai punggungnya, patah dan dia menoleh
maka Yo Lin, gadis baju merah itu mendelik
padanya. Gadis ini melontar pedang namun
patah bertemu sinkang San Tek yang kuat.
"Orang gila, kau akan kubunuh nanti.
Awas, kubunuh nanti!"
San Tek meleletkan lidah. Ia memang
menghadapi murid-murid rendahan dan695
meskipun jumlah mereka banyak namun tentu
saja bukan tandingannya. Dan ketika ia melihat
gadis baju merah melotot sementara dari bawah
gunung terdengar sorak-sorai, itulah anggauta
Pulau Api yang mulai berdatangan maka Yang
Tek dan Siauw Lok serta Tan Bong bermunculan.
Penghuni Lembah Es terkejut melihat bahwa
rupanya lawan menyerbu secara besar-besaran.
"Keparat, kita dikepung. Awas, berpencar
dan sebagian turun menyambut musuh di
bawah!"
Sui Keng, gadis tertua di situ berseru dan
kaget sekali. Ia tak menyangka bahwu tokohtokoh Pulau Api ini membawa serta seluruh
muridnya. Ia melotot dan benci sekali menerjang
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bu Kok. Ini ternyata perang besar! Dan ketika
lawan terbahak gembira dan menangkis, mereka
sama tergetar maka gadis inipun mencabut
pedangnya dan dengan sengit menyerang tokoh
nomor dua dari Pulau Api itu. Namun ia adalah
tokoh nomor tiga. Seharusnya, menghadapi lakilaki berkalung rantai perak ini sucinya Thio
Lenglah yang maju. Bu Kok laki-laki garang itu696
memiliki sinkang lebih kuat, terbukti dari pukulan
atau pedangnya yang mental. Kalau ia terhuyung
maka laki-laki ini hanya tergetar.
Dan ketika di sana Yo Lin juga tak mampu
mendesak tokoh nomor tiga, sumoinya baju
merah itu melengking-lengking dibantu anak
buah maka datangnya orang-orang Pulau Api
yang tadi tertinggal ketuanya itu membuat
keadaan menjadi kacau dan panik. Tiga pemuda
berbaju kulit biru merah dan hitam bergerak
memelopori barisannya.
"Serbu! Tangkap dan robohkan wanitawanita Lembah Es ini. Tawan mereka untuk kita
nanti!"
Orang-orang kasar dan rata-rata
bertubuh tinggi besar itu bersorak. Yang Tek
telah memberi komando dan pemuda itu sendiri
sudah bergerak di depan. Tapi ketika bayangan
kuning berkelebat dan inilah Ui Hong, lawan
setimpal maka gadis itu membentak dan sudah
bertanding. Siauw Lok, pemuda berbaju merah
dihadang gadis baju hijau, Yu Pio. Lalu ketika
sutenya Tan Bong berhadapan dengan gadis baju697
biru, Ing Sim maka pertempuran anak-anak
muda itu pecah. Lembah Es benar-benar gegapgempita.
"Keparat, kiranya kalian telah
merencanakan serbuan besar-besaran, Yang Tek
Dan kau muncul menyerahkan nyawa. Bagus, aku
dapat mengupas kulit dagingmu untuk dijadikan
tumbal.... sing-plak!"
Ui Hong menggerakkan pedang dan
marah menyerang lawannya itu, dielak tapi
akhirnya ditangkis dan Yang Tek tertawa
bergelak menghadapi gadis ini. Mereka samasama muda di tempat masing-masing, dan sudah
lama pula ia tergila-gila kepada Ui Hong ini. Maka
ketika mereka bertemu dan Ui Hong langsung
membentak dan menyerangnya, Yang Tek
mengelak dan balas menyerangnya. Dua tokoh
dari dua tempat yang berbeda itu sudah
bertanding seru. Yang Tek tak berani main-main
sementara sutenya di sana berhadapan dengan
lawan setingkat pula. Gadis baju biru
menghadapi Tan Bong sementara si baju hijau
menahan Siauw Lok. Pertandingan mereka698
itupun seru. Dan ketika di sana susiok mereka
jugo bertemu dengan Wan Sui Keng dan Yo Lin,
tertawa-tawa di tengah keroyokan dibantu San
Tek maka Beng An yang tiba dan bersembunyi
tak jauh dari situ menonton dengan khawatir. Ia
tak maju cepat-cepat karena pihak Lembah Es
belum terdesak benar. pantangan bagi orangorang gagah macam mereka itu kalau belum apaapa sudah di bantu, seolah sudah tak kuat benar.
Dan ketika ia melayangkan pandangan ke gunung
nomor lima,gelisah melihat Thio Leng terdesak
oleh ketua oulau api, maka digunung ketiga gadis
baju merah dan Wan Sui Leng juga mulai
terdesak, karena anak- anak buah mereka di
kacaukan oleh San Tek hingga tak mampu
membantu. Dan sementara ia bingung harus
membantu yang mana, ke gunung nomor tiga
atau lima tiba-tiba berkesiur angin dingin dan
sosok tubuh anggun bercadar putih berdiri di
belakangnya.
***699
PUTERI ES
(Lanjutan "Rajawali Merah")
Karya: Batara
Jilid XII
* * * "PUTRI ES!"
Beng An terkejut dan meloncat bangun.
Ia sudah melihat puteri ini namun pandang mata
sang puteri yang berkilat marah membuatnya
tertegun. Sang Ratu tidak senang! Dan ketika ia
tergetar namun menjura memberi hormat maka
Beng An berseru,
"puteri, maafkan aku. Datangnya orangorang ini membuat aku terpaksa balik ke mari.
Aku bertemu mereka di tengah jalan, aku curiga
dan membuntuti. Dan karena benar mereka
menyerbu Lembah, maka aku sedang berpikir
apakah menolong Thio-cici atau Yo-siocia!"700
"Hm, inilah kutuk itu,"
Puteri atau Ratu Es bicara, dingin, tak
bersahabat.
"Kau lihat bahwa kedatanganmu ke mari
membawa sial, Kim-kongcu. Akibat ulahmu maka
kami menghadapi kerepotan. Apa jawabmu
kalau sudah begini!"
"Aku.... aku menyesal. Tapi aku siap
membela dan melindungi kalian, Puteri. Aku
akan menghadapi orang-orang itu terutama
bekas suhengku itu!"
"Suhengmu? Pemuda bermuka kehijauan
itu?"
"Benar, dia bukan anggauta Pulau Api,
Puteri. Dia suhengku San Tek. Entah bagaimana
bertemu orang-orang Pulau Api dan kini dibujuk
membantu. Dia bekas suhengku dan pukulan Imkan-thai-lek-kangnya berbahaya. Hanya aku yang
dapat menandingi karena aku memiliki Ping imkang!"
"Hm, tapi kami orang-orang Lembah Es
bukan penakut. Kami tak biasa meminta bantuan
kalau belum roboh atau binasa. Kau telah701
membawa malapetaka, Kim kongcu. Dan untuk
ini betapapun kau harus bertanggung jawab!"
Beng An menyesal. Ia melihat sikap tawar
dari Ratu itu dan sedih. Tapi ketika ia merasa
bersalah dan menjadi muram mendadak
bantingan kecil Ratu itu membuat tanah yang
diinjak terjeblos. Beng An berteriak ketika tibatiba tubuhnya amblong ke bawah. Jurang salju
menerima tubuhnya. Dan ketika ia terpelanting
dan meluncur deras, hal itu sungguh tak
disangkanya maka Ratu atau Puteri Es itu
berkelebat pergi, sayup-sayup suaranya terlepas.
"Kim-kongcu, kau harus tinggal dulu di
situ sampai selesainya pertempuran ini. Kalau
kami menang kau selamat, tapi kalau kami kalah
kaupun bakal terkubur hidup-hidup sampai
mampus!"
Beng An tak mendengar Iagi kata-kata
berikutnya. Ia terkejut bukan main ketika
tubuhnya meluncur di tempat kedalaman tak
terukur. Rasanya ia terus terjeblos tiada
habisnya, suara angin di kiri kanannya
bergemuruh cepat. Ia sudah menggerakkan kaki702
tangan mencari pegangan namun sumur atau
lubang itu rupanya dalam sekali. Dan Ketika ia
terbanting dan terjerembab di tempat dingin,
suasananya gelap gulita maka Beng An mengeluh
dan kalau sebelumnya ia tidak mengerahkan
sinkang melindungi tubuh tentu kaki atau
tangannya remuk.
"Bluk!" Gumpalan salju memuncrat. Beng
An merasa nanar dan untuk sejenak dia pening.
Jatuh dari tempat setinggi itu seolah jatuh dari
langit saja. Untung, berkat tubuhnya yang kuat ia
tak sampai menderita. Kalau orang lain tentu
sudah tewas. Dan ketika ia bangkit terhuyung
tapi jatuh lagi, kakinya terbenam di tempat
dingin beku tahulah Beng An bahwa ia jatuh di
sumur salju yang kedinginannya di bawah titik
beku! Udara luar biasa dingin dan baju atau
pakaian yang melekat seketika menjadi
lempengan keras. Sukar baginya untuk bergerak.
Tapi karena Beng An memiliki Ping-im-kang dan
ilmu ini membuatnya menyatu dengan keadaan
maka suasana dingin yang menusuk tulang itu tak
berapa membawa pengaruh. la bangkit dan703
mendongak ke atas tapi semuanya gelap. Tempat
itu demikian tinggi hingga lubang di atas
menutup rapat. Dapat dibayangkan betapa
tingginya tempat itu. Beng An tak tahu bahwa ia
terbanting di sebuah sumur hukuman yang
dalamnya dua ratus tombak. Sumur ini adalah
sumur pembuangan bagi murid-murid yang
melanggar dosa, dosa berat tentunya. Maka
ketika ia meraba-raba dan tiba-tiba memegang
sesuatu, seperti barang pipih atau bulat tiba-tiba
ia meremang karena yang dipegang adalah
tengkorak manusia. Bersamaan itu terdengar
suara berkelotakan dan tengkorak yang dipegang
runtuh. Beng An mundur tapi kakinya menginjak
lagi barang yang sama, berkelotak dan ternyata
tak kurang dari tujuh tengkorak menemaninya di
sumur dalam itu. Dan ketika ia mengkirik dan
menepuk dinding sumur membuat percikan api
maka terlihat bahwa ia berada di tengah-tengah
sekumpulan tengkorak-tengkorak wanita dengan
rambut panjang mereka.
"lhh..!" Beng An merasa seram. "Tempat
apa ini? Kuburan? Sialan, Puteri Es sungguh tak704
berperasaan. Aku dijadikan satu dengan tulangbelulang. Keparat, aku harus keluar!" namun
ketika jarinya menancap di dinding yang licin
keras, dinding es yang tercipta ribuan tahun
maka Beng An tertegun karena tak mungkin ia
merayap naik. Lubang yang dibuat akan segera
pecah dan runtuh ke bawah, kalau dia
mengerahkan sinkangnya.
"Hm, sialan. Puteri Es sungguh-sungguh
ingin menghukum aku. Tapi kalau aku tak dapat
keluar dari tempat ini percuma saja aku menjadi
murid Sian-su!" dan Beng An yang menggosok
lalu meledakkan telapak tangannya akhirnya
mengeluarkan Pek-sian-sutnya itu dan tiba-tiba
tubuhnya berubah menjadi asap putih yang
melayang dan akhirnya naik ke atas..ilmu roh!
Beng An tak perlu susah-susah. Kalau pun
ia dapat memanjat naik mempergunakan tenaga
tentu sampai di atas ia bakal kehabisan napas.
Apalagi merayap seperti itu belum tentu
selamat, karena dinding es yang ditusuk bakal
pecah dan runtuh. Maka ketika Pek-sian-sut
adalah satu-satunya cara menyelamatkan diri,705
Beng An memang telah memiliki kesaktian ini
maka dengan mengagumkan pemuda itu telah
sampai di atas, meledakkan tangannya kembali
dan lenyaplah ilmu roh terganti ilmu biasa lagi.
Pemuda itu muncul sebagaimana ujudnya
semula. Dan ketika Beng An tersenyum dan
mengibaskan bajunya yang beku terkena salju
maka pemuda ini menonton lagi ke depan di
mana pertempuran atau pertandingan orangorang Pulau Api dan Lembah Es berlangsung. Dan
Beng An terkejut. Di gunung kelima, di mana Thio
Leng bertempur hebat dengan ketua Pulau Api
ternyata sudah terdapat perobahan. Di gunung
itu, bukan bayangan Thio Leng yang
berkelebatan melainkan bayangan Puteri Es
sendiri. Thio Leng sudah berpindah ke gunung
nomor empat karena di sana ia sudah bertanding
hebat dengan wakil pertama ketua Pulau Api, Bu
Kok yang berwajah kemerah-merahan dan
berkalung rantai perak itu.
Dan ketika di tempat lain jago-jago
Lembah Es juga sudah bertanding dengan lawan
mereka yang imbang, Sui Keng sudah706
menghadapi See Lam menggantikan adiknya Yo
Lin maka sumoi dari Thio Leng itu bertarung seru
dengan tokoh nomor tiga dari Pulau Api.
Thio Leng, tokoh nomor dua sudah
menghadapi Bu Kok yang juga tokoh nomor dua
dari Pulau Api. Tokoh nomor satu yakni sang
ketua sendiri sudah bertanding hebat di puncak
gunung kelima. Para wakil mereka sudah
bertanding tak kalah seru di bawah. Dan karena
masing-masing sudah mendapat lawan setimpal
dan gadis baju merah atau Yo Lin itu bebas dari
tekanan See Lam, tokoh nomor tiga dari Pulau
Api karena encinya maju membentak
menghadapi laki-laki berpakaian indah itu maka
gadis ini meluncur dan melabrak ke bawah. Dia
merupakan tokoh sisa yang tak mendapat lawan.
Tiga tokoh Pulau Api telah saling berhadapan
dengan tiga tokoh Lembah, yakni ketua dan dua
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wakilnya yang bertanding di gunung nomor lima
dan empat itu. Maka ketika dia bebas dari
tekanan See Lam karena sucinya Sui Keng sudah
menghadapi tokoh Pulau Api itu, gadis ini
berkelebat dan mencari lawan maka kebetulan707
yang paling dekat adalah Yang Tek, murid utama
Pulau Api. Pemuda tinggi besar itu bertanding
hebat dengan Ui Hong, gadis baju kuning.
Mereka imbang karena masing-masing adalah
murid utama dari tempat mereka. Baik Yang Tek
maupun Ui Hong saling desak-mendesak. Bu-kekkang bertemu Giam-lui-ciang dan karena masingmasing mencapai taraf yang sama dari ilmu
mereka maka pertandingan dua anak muda ini
hebat dan menegangkan. Berapa kali keduanya
terlempar dan terhuyung. Maka ketika Yo Lin
tiba-tiba masuk dan gadis baju merah itu tiada
lawan, dia di atas Yang Tek tapi seusap di bawah
See Lam tokoh nomor tiga maka begitu
menyerbu Yang Tekpun terjengkang.
"Ui Hong, terlampau lama kau
menghadapi lawanmu ini. Biar kubantu, dan kita
bunuh pemuda jahanam ini.... dess!"
Yang Tek berteriak dan terlempar
terguling-guling. Dia sedang menghadapi
serangan Ui Hong ketika tiba-tiba saja gadis baju
merah itu berkelebat. Tamparan atau pukulan
Bu-kek-kangnya tentu saja jauh lebih hebat708
daripada Ui Hong. Maka ketika pemuda itu
berteriak dan terlempar bergulingan, Ui Hong
mengejar dan menyusuli dengan pukulan lagi
maka pemuda tinggi besar dari Pulau Api itu
mengeluh, mengelak dan menangkis tapi gadis
baju merah datang lagi. Yo Lin atau gadis ini
memang benci kepada Yang Tek. Pemuda itu
memperkosa Hwa Seng murid Lembah Es. Maka
ketika gadis itu menghajar lawan dan Yang Tek
terbanting lagi dengan muka pucat maka
pemuda itu jatuh bangun tak mampu membalas,
mengeluh dan memaki lawan namun gadis baju
merah tak perduli. Dia memang bergerak bebas
untuk mencari lawan baru, terutama lawan yang
berbahaya bagi murid-murid Lembah Es. Masih
banyak terdapat pertandingan lain dan inilah
untungnya penghuni Lembah, karena mereka
memiliki kelebihan seorang tokoh yang dapat
bergerak dan menyerang orang-orang Pulau Api.
Tapi ketika Yang Tek bergulingan ke sana-sini dan
mengeluh mencari perlindungan tiba-tiba
pemuda ini berteriak kepada San Tek si gila yang
lihai, yang waktu itu tertawa-tawa dikepung para709
murid Lembah Es yang tentu saja tak dapat
menandingi.
"San-taihiap, bantu aku. Toloug, aku
dikeroyok dua wanita curang...!"
Si gila itu menoleh. Pertandingan
memang berlangsung seru namun jarak satu
dengan yang lain sesungguhnya tidak terlalu
jauh. Mulai gunung pertama sampai gunung
kelima di mana ledakan-ledakan Bu-kek-kang
bertemu Giam-lui-ciang cukup menggetarkan.
Masing-masing dapat melihat kalau yang lain
minta tolong. Maka ketika Yang Tek bergulingan
lagi menerima Bu-kek-kang yang dahsyat, tak
sanggup menghadapi dua wanita sekaligus maka
San Tek yang memang diminta bantuannya
untuk menolong Pulau Api tiba-tiba terkekeh dan
mendorong empatpuluh murid Lembah Es yang
mengeroyok.
"Heh-heh, kau lemah, Yang Tek. Tolol.
Kenapa bingung menghadapi dua gadis lawanmu
ini. Lihat, mereka kulempar ke atas.... dess!" dan
Im-kan-thai-lek kang yang meluncur dari tangan
pemuda itu tiba-tiba menghantam kepungan710
menerobos ke arah Yo Lin dan Ui Hong. Dua gadis
itu terkejut sementara anak-anak-murid
terpekik. Mereka terdorong dan terlempar oleh
hawa pukulan Im:kan-thai-lek-kang ini. Hawa
panas dari si gila itu amat dahsyat dan tentu saja
mereka tak kuat. Maka ketika mereka terlempar
ke kiri kanan sementara Im-kan-thai-lek-kang
masih terus menyambar Ui Hong dan gadis baju
merah, menangkis Bu- kek-kang yang menghajar
Yang Tek maka dua gadis itu mengeluh, dan
terlempar ke udara. San Tek memang terlampau
dahsyat dan Yo Lin gadis baju merah sudah
merasakan. Tadi gadis itu juga menusuk si gila itu
tapi pedangnya. patah. San Tek tertawa-tawa
namun untunglah anak-anak murid mengeroyok,
Yo Lin akhirnya berhadapan dengan tokoh Pulau
Api nomor tiga tapi kemudian digantikan encinya
Sui Keng, bebas dan menghajar Yang Tek namun
si gila itu dipanggil. Yang Tek memang melakukan
yang tepat. Dan ketika pemuda itu meloncat
bangun sementara si gila tertawa-tawa mengejar
Yo Lin, gadis baju merah itu pucat maka Yo Lin
mengelak dan menangkis mendapat serangan711
bertubi-tubi. Ui Hong sudah dihadapi Yang Tek
lagi dan murid utama Pulau Api itu tertawa
bergelak. Timbul semangatnya untuk membalas,
Ui Hong diejek. Dan ketika di sana gadis baju
merah itu kewalahan menghadapi San Tek, si gila
melancarkan pukulan-pukulan Im-kan-thai-lekkang maka Yo Lin membentak menyuruh para
murid membantu.
"Bunuh si gila ini. Keroyok sampai
mampus!"
Para murid menerjang lagi. Yo Lin adalah
tokoh nomor empat. dan kedudukannya di situ
cukup tinggi. Dan ketika San Tek kembali
dikeroyok puluhan gadis Lembah maka Yo Lin
berjungkir balik dan melesat ke arah Yang Tek.
"Ui Hong, jahanam ini beraninya kalau
minta bantuan. Cabut pedangmu, dan bunuh
dia!"
Yang Tek terkejut. Gadis baju merah itu
datang lagi setelah meninggalkan San Tek yang
dikeroyok puluhan wanita cantik. Dia baru saja
bersenang diri karena berhadapan lagi dengan
lawannya satu lawan satu. Maka ketika lawan712
bertambah seorang dan gadis itu masih di atas Ui
Hong, ia pucat maka ia melempar tubuh,
berguling. ketika Bu-kek-kang menyambar.
"San-enghiong, tolong !" San Tek
terbelalak. Ia melotot melihat Yo Lin
meninggalkannya berjungkir balik, kembali
menyerang Yang Tek. Maka ketika tiba-tiba
pemuda itu berteriak lagi dan ia membentak
maka lima puluh murid disapu roboh dan si gila
itu mengejar Yo Lin.
"He, kau. Tak boleh kau mengganggu
Yang Tek, nona. Biarkan ia bertempur dengan
kekasihnya sendiri karena Yang Tek sudah
memberi tahu aku bahwa ia ingin main-main
dengan temanmu si baju kuning itu!"
Yo Lin marah sekali. Ia mengelak dan
menangkis Im-kan-thai-lek-kang tapi lagi-lagi
terlempar. Diam-diam gadis ini terkejut karena
ilmu yang dimiliki itu jauh di atas tokoh nomor
tiga dari Pulau Api, bahkan agaknya masih sedikit
di atas sang ketua, tokoh atau orang nomor satu
Pulau Api. Maka ketika ia melengking dan
membentak mengelak sebuah serangan lagi, Im-713
kan-thai-lek-kang menyambar samping
tubuhnya maka gadis ini berseru agar muridmurid Lembah Es menyerang lagi, ia melompat
dan menerjang Yang Tek, menibiarkan si gila itu
dikeroyok anak buahnya. Tapi San Tek tertawa
tergelak-gelak. Pemuda ini tak mau lagi melayani
anak-anak murid karena ia mengibas dan
merobohkan mereka itu. Belum mereka datang
iapun sudah melepas pukulan panasnya itu
hingga gadis-gadis Lembah Es tak kuat, siapa
yang coba memaksa hangus terbakar! Dan ketika
semua ini membuat ia mampu mendekati lawan,
gadis baju merah itu kelabakan akhirnya satu
pukulan Im-kan-thai-lek-kang mengenai
pundaknya
"Ha-ha, tak boleh kau mengganggu Yang
Tek, nona. Sudah kubilang biarkan ia bersama
kekasihnya dan mari kau main-main denganku....
dess!"
Yo Lin mengeluh berjungkir balik. la
marah dan panas sekali oleh kata-kata ini. Ui
Hong bawahannya itu dianggap kekasib Yang
Tek. Mana ia sudi! Namun karena si gila itu714
benar-benar lihai dan Yang Tek tertawa bergelak,
maju dan kembali menghadapi lawan maka
pemuda itu berseru biarlah San Tek
mendapatkan gadis baju merah itu.
"Ha-ha, dan kau boleh tangkap dan
robohkan lawanmu itu. Jangan segan-segan
merobohkan gadis-gadis Lembah Es, Sanenghiong. Kau tangkaplah gadis baju merah itu
dan nikmati kemesraan bersamanya. Gadis-gadis
Lembah Es semuanya masih perawan!"
"Ihh., aku tidak mau, aku paling takut
berdekatan dengan wanita Yang Tek. Mereka
bisa menggigit dan mencakar aku seperti kucing.
Tidak, tidak aku tak mau seperti kau dan hanya
ingin membuat gadis ini takluk dan roboh
mengakui kelihaianku.... ha-ha!"
Si gila itu yang mendesak dan
mendorong-dorongkan lm-kan-thai-lek-kangnya
akhirnya membuat gadis baju merah jatuh
bangun, cob bertahan dengan Bu-kek-kang-nya
namun kalah kuat. Tingkat kepandaiannya
memang kalah dengan si gila ini. Bu-kek-kang
yang dimiliki masih belum mampu menandingi715
Im-kan-thai-lek-kang yang dipunyai lawan. Maka
ketika sekali lagi San Tek mendorongkan
lengannya dan gadis itu terbanting, melempar
tubuh bergulingan mendadak Yang Tek yang
gemas bahwa San Tek tak segera melumpuhkan
lawan tiba-tiba melompat dan menotok gadis
yang sedang bergulingan itu. Terlalu berbahaya
kalau San Tek berlama-lama main-main dengan
gadis baju merah ini. Tapi ketika ia bergerak dan
siap menotokkan jari tangan, Ui Hong terkejut
pemuda itu meninggalkan dirinya tiba-tiba
berkelebat bayangan putih dan seruan pendek
menangkis totokan ini.
"Yang Tek, kau tak malu mengganggu
wanita. Enyahlah, dan jangan curang terhadap
Yo-siocia ini plak!" dan si pemuda yang
terbanting dan berteriak keras tiba-tiba sudah
melihat Beng An di situ, berdiri dan marah
memandangnya dan San Tek si gilapun berseru
tertahan. Tentu saja ia mengenal Beng An yang
dulu bekas sutenya ini. Mereka sama-sama
pernah menjadi murid Poan-jin-poan-kwi dan
San Tek tampak heran, terkejut. Dan karena716
trauma masa lalu masih membekas di hatinya
ketika dulu ia dihajar dan di-pukul Thai Liong,
ketika ia mencelakai Beng An mendadak si gila itu
celingukan ke sana ke mari dan lari meninggalkan
Beng An. Menyangka Thai Liong atau ayahnya
ada di situ.
"Heii, kau Beng An. Celaka. Tentu kau
bersama kakak atau ayahmu!"
Beng An tersenyum. Ia telah melihat
suasana pertempuran dan yang harus ditolong
pertama kali dulu ternyata adalah gadis baju
merah ini. Menghadapi pukulan-pukulan Im-kanthai-lek-kang jelas gadis itu terdesak mundur.
Murid-murid Lembah Es tak dapat mengeroyok
San Tek lagi karena bekas suhengnya itu
mendorongkan tangan lebih hebat, membakar
siapa yang datang mendekat dan karena itu
bebas mengganggu Yo Lin. Dan ketika gadis itu
bergulingan sementara Yang Tek hendak
menotoknya, kesempatan itu memang bagus
maka ia tak dapat berdiam diri lagi den
berkelebat menolong gadis itu. Dan Yang Tek717
maupun semua anak-anak murid Lembah
terkejut.
"Kim-kongcu!"
Pemuda tinggi besar itu terkesiap. la
terbelalak melihat San Tek meninggalkan dirinya
begitu melihat Beng An. Tentu saja ia tak tahu
peristiwa lama yang membekas di hati si gila itu.
Dan ketika ia terbelalak dan tertegun maka Ui
Hong yang girang menyebut Beng An tiba-tiba
berkelebat dan menerjangnya, disusul oleh sorak
dan pekik murid-murid Lembah Es yang merasa
mendapat bantuan tangguh. Kehadiran pemuda
ini membangkitkan semangat semua orang. Dan
ketika pihak Pulau Api justeru tergetar dan kaget
oleh kehadiran pemuda itu, Beng An memang
telah dikenal kehebatannya maka gadis baju
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merah yang tertegun dan sejenak bercahaya
melihat Beng An tiba-tiba menerjang dan
berkelebat pula mengejar Yang Tek, pemuda
yang dibencinya itu. Tak ayal Yang Tek lintangpukang dan dua adik seperguruannya yang
bertanding tak jauh dari situ juga terkesiap.718
Siauw Lok sedang bertempur hebat
dengan Yu Pio, gadis baju hijau. Sementara
sutenya, Tan Bong, bertanding melawan gadis
baju biru Ing Sim di mana masing-masing desakmendesak dan pukul-memukul. Mereka imbang
karena masing-masing memiliki tingkat yang
sama. Di sini Bu-kek-kang maupun Giam-lui-ciang
menghadapi lawan setanding. Maka begitu Beng
An muncul dan pemuda ini sudah di kenal semua
orang-orang Pulau Api, kontan saja mereka kaget
dan buyar konsentrasinya maka Siauw Lok
maupun Tan Bong kena gempur sebuah serangan
lawan yang membuat mereka terlempar. Ing Sim
menghantam putera Tan-pang cu itu sementara
Yu Pio menghantam Siauw Lok. Murid nomor dua
dan tiga dari masing-masing tempat ini saling
tekan-menekan. Maka ketika satu di antaranya
terguncang dan kaget melihat Beng An, tak pelak
lagi lawan memasuki kesempatan itu maka dua
pemuda ini bergulingan dan mereka mengeluh
namun ke-duanyu dapat melompat bangun dan
pucat.719
"Sute, Kim-kongcu itu muncul lagi. la ada
di sini!"
Putri Es 12- Koleksi Kolektor Ebook
"Benar, tapi kita juga memiliki Sansiauwhiap, suheng. Ke mana ia!"
"la lari, kaget melihat Kim-kongcu itu!"
"Ah, masa!"
"Benar, dan lihat Yang Tek suheng, sute.
la dikejar-kejar Ui Hong dan Yo-siocia. Yangsuheng berteriak-teriak!"
Dua pemuda itu tergetar. Yang Tek,
suheng mereka ternyata jatuh bangun
menghadapi serangan Yo-siocia dan Ui Hong. Kini
dua gadis itu dapat menghajar pemuda ini
setelah San Tek ketakutan melihat Beng An.
Mereka juga tak tahu peristiwa lama tapi kagum
bahwa Beng An mampu mengusir San Tek. Hanya
dengan kehadirannya saja pemuda itu mampu
menghalau musuh kuat, padahal mereka jatuh
bangun di bawah San Tek. Maka ketika
kesempatan ada dan mereka mengejar Yang Tek,
pemuda tinggi besar itu berteriak-teriak
memanggil suhu dan susioknya maka di gunung720
nomor empat dan lima ini Tan-pangeu maupun
sutenya menoleh.
"Keparat, apa yang terjadi. Kenapa kau
berteriak-teriak, Yang Tek. Apa mau mu!"
"Tolong, oohh.... aduh! Aku dikejar-kejar
musuhku ini, suhu. Mereka curang
mengeroyokku. Kim-kongcu, bocah she Kim itu
aduh, keparat ia datang.... dess!" dan dua
pukulan Bu-kek-kang yang menghantam dan
menghajar pemuda itu membuat Yang Tek
terbanting dan bergulingan melapor gurunya.
Pemuda ini berteriak-teriak dan Bu Kok, tokoh
nomor dua Pulau Api terbelalak. la bertanding
hebat dengan Thio Leng dan masih belum
melihat Beng An. Tapi ketika di bawah sana
murid-murid Pulau Api menjerit dan terlempar
oleh bayangan putih yang ber-kelebatan bagai
burung menyambar-nyambar, juga murid-murid
Lembah yang membuat murid atau anak buah
mereka jatuh bangun maka Tan Bong dan Siauw
Lok muncul, dikejar oleh gadis baju biru dan
hijau.721
"Susiok, celaka. San-enghiong
menghilang. Kim-kongcu itu datang dan
mengobrak-abrik kami!"
"Benar, dan bocah keparat itu membantu
musuh, susiok. Kalau tak ada dia kami tak akan
kesukaran!"
"Mana San-kongcu itu...."
"Dia pergi, lari. Agaknya pernah dihajar
Kim-kongcu itu dan ketakutan... des!" dan Siauw
Lok yang menghentikan kata-katanya dihantam
Bu-kek-kang akhirnya mengeluh dan
bergulingan. Tan Bong juga mengalami hal yang
sama namun untung mereka merupakan
pemuda-pemuda kuat yang berdaya tahan tinggi.
Hanya Yang Tek yang kewalahan dihajar Ui Hong
dan atasannya, gadis baju merah itu. Dan karena
semua ini mengacau konsentrasi dan ketua
maupun wakil ketua menjadi terganggu maka
pukulan Thio Leng tepat mengenai pelipis
lawannya sementara Bu-kek-kang yang
dilancarkan Puteri Es menghantam dada ketua
Pulau Api.
"Augh...!"722
"Keparat!"
Dua orang itu terlempar dan bergulingan.
Untung, seperti juga murid-murid mereka yang
tangguh dua tokoh ini juga memiliki daya tahan
luar biasa. Biarpun hawa dingin menyambar
membekukan tulang namun Giam-lui-kang di
tubuh mereka melindungi. Sinkang dua tokoh itu
sudah begitu mendarah daging hingga otomatis
melindungi tuannya. Maka ketika mereka
meloncat bangun dan muka merah padam, ketua
Pulau Api meledakkan tangan maka api
menyembur dari telapaknya membalas Puteri Es.
"Han Wei Ling, kau tak dapat
merobohkan aku!"
Puteri Es tersenyum dingin. Ia tadi
mendapat kesempatan dan memukul lawan
cukup telak. Kalau bukan ketua Pulau Api ini
tentu terkapar roboh. Tapi ketika lawan
membalas dan membentak melepas Giam-luiciang, pukulan Petir Neraka itu berbahaya juga
maka ia mengelak dan selanjutnya bertempur
lagi.723
"Hmm, kaupun tak dapat merobohkan
aku!"
Bu Kok tokoh nomor dua berseru keras.
Iapun sudah bergulingan meloncat bangun dan
melepas pukulan. Lawan mengelak dan
selanjutnya bertempur lagi. Tapi ketika Yang Tek
berteriak-teriak dan mengganggil mereka,
pemuda itu berlari ke arah suhu atau susioknya
maka Tan-pangcu maupun Bu Kok geram.
Melepas Giam-lui-ciang ke arah gadis baju merah
maupun Ui Hong namun Puteri Es maupun
wakilnya menangkis. Yo Lin diselamatkan
majikannya sementara Ui Hong dilindungi Thio
Leng. Dan ketika dua gadis itu mengejek dan
mengejar Yang Tek, sesekali juga Tan Bong ataupun Siauw Lok maka kedudukan orang-orang
Pulau Api ini terdesak dan ketua maupun
wakilnya menjadi marah. Namun saat itu si gila
muncul. San Tek, yang ketakutan dan lari
mengira Thai Liong atau ayahnya di belakang
Beng An buru-buru menyelamatkan diri. Ia
menghilang dan sejenak menghindar, mau
meninggalkan Lembah tapi teringat teman-724
temannya. Maka ketika Beng An berkelebatan di
bawah dan ia naik ke atas maka ditemuinya dua
tokoh Pulau Api itu untuk diajak pergi.
"Pangcu, Bu-taihiap, suteku Beng An
muncul. Ia mengganggu acara. Mari pergi dan
kita tinggalkan saja tempat ini!"
"Heh!"
Bu Kok membentak dan tiba-tiba marah.
"Kau laki-laki macam apa, San-kongcu, masa
ngacir sebelum kalah! Hayo bantu kami dulu dan
tangkap Puteri Es dan pembantu-pembantunya
ini!"
"Apa, kau berani main perintah dan
menyuruh aku? Kurang ajar, kuminta kau baikbaik, Bu-taihiap. Atau kau mampus dan biar aku
pergi sendirian!"
San Tek yang marah dibentak Bu Kok tibatiba membalik dan berkelebat pergi. Si gila ini
ternyata punya perasaan juga dan dapat naik
darah. Tapi ketika ia baru ber-kelebat beberapa
meter Tan-pangcu pun buru-buru memanggil,
bujukannya lembut.725
"San-siauwiliap, tunggu dulu. Puteri Es
dan kawan-kawannya ini merendahkan kau.
Mereka tak tahu Im-kan-thai-lek-kangmu yang
hebat. Coba bantu kami sedikit dan beri mereka
pelajaran!"
Si gila merandek. San Tek memang
gampang dibujuk dengan kata-kata halus
daripada kasar. Dan karena ketua Pulau Api itu
menggosok nadi kemarahannya dengan katakata menantang, uratnya panas terbakar tibatiba ia membalik dan menyerang Puteri Es itu,
lawan ketua Pulau Api.
"Apa? Ia merendahkan aku? Berani
menantang Im-kan-thai-lek-kang? Bagus, boleh
kau rasakan pukulanku, Puteri Es. Dan kau
rupanya yang membuat Tan-pangcu
penasaran.... wheerrrr!"
Api berkobar di kedua lengan si gila itu,
menembus kekuatan Bu-kek-kang dan hawa
dingin di tempat itu tiba-tiba pecah dibelah.
Puteri Es sedang menghadapi lawannya ketika si
gila itu menyerang. Ia terkejut. Dan ketika ia
mengelak namun di-buru, Im-kan-thai-lek-kang726
itu mengejarnya ke manapun ia pergi maka
Puteri ini menangkis tapi ia menjerit tertahan.
"Desss!"
Puteri itu terpental dan berjungkir balik
ke atas. Ia berseru keras melihat betapa api di
lengan pemuda itu tak padam bertemu Bu-kekkang, tertawa dan si gila itu menerjangnya lagi
dengan lebih seru. Kata-kata pangcu benarbenar menusuk kemarahannya. Dan ketika ketua
Pulau Api juga berkelebat dan menyerang lawan
maka Puteri Es terkejut dan melengking,
terpental dan berjungkir balik lagi dan
selanjutnya ia dikeroyok dua! Tentu saja sang
puteri pucat dan marah. Ia baru kali itu
berhadapan dengan San Tek dan Im-kan-thai-lekkang yang dipunyai pemuda ini hebatnya tak
kalah dengan ketua pulau api. Bahkan, karena
Giam-lui-ciang baru dikuasai delapan bagian oleh
ketua Pulau Api itu sementara si gila ini
tampaknya sudah mahir menguasai ilmunya
maka pemuda itu justeru lebih hebat dan
berbahaya dibanding Tan-pangcu!727
"Keparat, kau licik dan curang, Tanpangcu. Kau rendah dan tak tahu malu.
Kau_telah memasukkan orang luar dalam
permusuhan kita!"
"Ha-ha, kaupun memiliki Kim-kongou itu.
Lihat ia menghajar anak-anak muridku, Wei Ling,
kaupun memasukkan orang luar dan sudah
melanggar kebiasaan. Lembah Es ternyata tidak
suci lagi!"
"Keparat, jahanam mulut kotor.... des!"
dan sang puteri yang terlempar dan berjungkir
balik menangkis serangan lagi akhirnya terdesak
dan Bu Kok, tokoh nomor dua terbahak-bahak.
"Ha-ha, bagus, San-kongcu, bagus!
Robohkan puteri sombong itu dan setelah itu kita
robohkan lawanku ini!"
Thio Leng pucat melihat .keadaan
majikannya yang terancam. Ia membentak dan
melengking menghantam tokoh nomor dua itu
tapi Bu Kok mengelak dan berkelit. Ada kesan
menjaga waktu agar si gila datang membantu.
Tapi karena dua tokoh itu melupakan Yang Tek,
yang terbelalak dan dihajar Ui Hong maupun Yo-728
siocia akhirnya pemuda ini menjerit ketika Bukek-kang menerpanya, dari kiri kanan.
"Aduh, tolong, suhu mati aku, krek!"
pemuda itu berteriak dan terlempar, lupa atau
dilupakan suhunya karena sang ketua sedang
girang mendesak Puteri Es. Bantuan San Tek
benar-benar berharga hingga lawan terjepit. Dan
ketika mereka sadar namun pemuda itu
terbanting, pundaknya patah maka Ui Hong dan
Yo-siocia berkelebat lagi dan menyambar
tengkuk pemuda itu dengan tamparan Bu kekkang. Kali ini tak dapat dikelit dan pemuda itu
terkulai, lehernya tertekuk namun ia masih dapat
menggeliat. Yang Tek memang pemuda kuat
yang daya tahannya tinggi. Tapi ketika sesosok
bayangan ramping berkelebat dan menusuk
dada pemuda itu sebatang pedang menancap di
jantung maka Yang Tek tewas setelah sejenak
melihat bahwa itu adalah Hwa Seng, murid
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lembah Es yang dulu diperkosanya.
"Yang Tek, ajalmu tiba. Terimalah
kematianmu.... crep!"729
Pedang itu bergoyang-goyang dan tinggal
di dada kiri memuncratkan darah segar. Hwa
Seng tahu-tahu berada di situ dan meninggalkan
pertempuran. lapun seperti murid-murid lain
juga berjuang dan membela Lembah Es. Namun
karena ia melihat datangnya Yang Tek,
pertempuran seru antara pemuda itu dengan Ui
Hong maka diam-diam ia maju mundur dan
menyelinap di arena pertempuran mendekati
lawan yang dibencinya ini. Apalagi ketika Yosiocia mendesak dan membuat pemuda itu
kalang-kabut, lari dan akhirnya menaiki gunung
kelima meminta pertolongan gurunya. Dan
ketika ia menguntit dan kesempatan itu ada,
pemuda ini roboh oleh tamparan Bu-kek-kang
tak ampun lagi ia berkelebat menusukkan
pedangnya ke dada pemuda itu. Ketua dan wakil
ketua Pulau Api sedang sibuk oleh
kegembiraannya sendiri melihat munculnya San
Tek, betapa si gila itu maju dan mendesak Puteri
Es, lupa kepada muridnya dan barulah mereka
terkejut ketika Yang Tek tahu-tahu roboh,
tertembus pedang Hwa Seng, gadis yang dulu730
ditangkap di Pulau Api dan dipermainkan
mereka. Maka ketika tiba-tiba ketua Pulau Api
menjadi marah dan menggeram melepas
pukulannya ke arah Hwa Seng maka gadis itu
berteriak dan terlempar roboh. Yo Lin terkejut
dan menendang anggautanya itu menjauhi
pertempuran.
"Hwa Seng, pergilah. Jangan dekati
tempat ini!"
Gadis itu mengeluh dan terlempar lagi
oleh tendangan Yo-siocia. Pedangnya terlepas
dan entah mencelat ke mana. Namun ketika ia
bangkit terhuyung dan melihat majikannya
terdesak tiba-tiba ia lari turun gunung menjerit,
memanggil Beng An.
"Kim-kongcu, tolong. Tocu (majikan)
dikeroyok manusia-manusia curang!"
Beng An menoleh. Ia terkejut oleh seruan
itu dan sesungguhnya menunggu kesempatan
untuk naik ke gunung. Ia melihat pertempuran
Puteri Es dengan ketua Pulau Api namun tak
berani gegabah karena melihat mereka imbang.
Waktu itu San Tek belum muneul dan karena itu731
Beng An membantu saja murid-murid Lembah.
Anggauta Pulau Api dijungkirbalikkan dan
mereka yang tentu saja sudah mengenal
kelihaian pemuda ini menjadi gentar. Dulu
dikeroyok semua penghuni saja pemuda ini
mampu bertahan. In mampu menandingi ketua
dan tokoh-tokoh Pulau Api. Maka ketika Beng An
melempar-lempar mereka dan pemuda itu
menunggu kesempatan, pertempuran di atas
gunung masih seimbang maka ia tak berani
gegabah karena lancang membantu Puteri Es
atau wakilnya bisa dianggap hinaan. Pantang
bagi tokoh-tokoh besar untuk dibantu sebelum
terdesak. Mereka bisa tersinggung dan marah.
Maka ketika Hwa Seng tiba-tiba berteriak dan
suara gadis itu melengking tinggi, Beng An
terkejut maka dilihatnya bekas suhengnya itu
mengeroyok sang puteri.
"Suheng, kau tak boleh curang!"
Beng An berkelebat dan melakukan
bentakan mengguntur. Suaranya diisi khikang
penuh tenaga hingga puluhan lawan mencelat.
Getar suara pemuda itu bagai aum singa marah.732
Hawa suaranya itu mampu mengangkat dan
melempar murid-murid Pulau Api. Lalu ketika
mereka berteriak dan roboh terguling-guling, tak
kuat jantung mereka menerima suara Beng An
maka pemuda itu sendiri sudah melesat dan
tahu-tahu di atas gunung, menampar dan Ping
im-kang menangkis Im-kan-thai-lek-kang. Saat
itu San Tek tertawa-tawa mendesak Puteri Es,
Tan-pangeu juga bergerak dan siap merobohkan
majikan Lembah Es itu. Keadaan memang
berbahaya, bagi sang puteri. Tapi begitu Beng An
datang dan tubuhnya yang berkelebat dari
bawah gunung menyambar seperti burung
beringas, cepat luar biasa dan tahu-tahu
menerima Im-kan-thai-lek-kang maka sambaran
hawa dinginnya membekukan tulang dan San Tek
yang sedang tertawa-tawa menghantam puteri
itu terdorong roboh.
"Bress!" Beng An sudah di tengah-tengah
dua orang ini. Ketua Pulau Api terkejut dan Puteri
Es juga tampak heran. Beng An tadi dijebloskan
ke sumur hukuman namun kini tiba-tiba keluar.
Sang puteri kagum dan pancaran matanya itu tak733
dapat disembunyikan lagi. Beng An tergetar dan
membalas senyum. Dua pasang mata kembali
beradu namun Beng An berseru meminta maaf
menyerang suhengnya lagi. Dia tak ingin
mencampuri pertempuran Puteri Es kalau lawan
tak bermain curang, mengeroyok. Dan karena ia
juga tak enak dengan ketua Pulau Api yang dulu
bersikap ksatria, betapapun lelaki itu gagah
dalam pandangannya maka bekas suhengnya
itulah yang diserang dan dihalangi. San Tek
terkejut dan menangkis dan si gila itu memakimaki. Dan karena Beng An tahu kelemahan
suhengnya ini maka gertakanpun menyambar.
"Suheng, ayah dan Liong-ko
menunggumu. Kau akan ditangkap dan diikat
kalau tidak cepat-cepat meninggalkan tempat
ini. Hayo kau pergi atau ayah dan Liong-ko ku
panggil!"
"Keparat, bocah kurang ajar.Kau
mengganggu dan mengacau kesenanganku, Beng
An. Kau dari dulu selalu merusak acaraku. Hih,
kau harus kupukul dulu dan biar setelah itu aku
lari.... des-plak!"734
Im kan-thai-lek-kang menangkis pukulan
dingin Ping-im-kang dan Beng An ganti
terdorong. Suhengnya sekarang sudah
memusatkan perhatian dan menemukan
kekuatan. Tapi karena ia mengancam dengan
nama ayah dan kakaknya, dua orang itu memang
paling ditakuti si gila maka Beng An sengaja
mengurangi tenaganya hingga pukulan San Tek
membuatnya terhuyung-huyung. Suhengnya itu
senang dan terkekeh-kekeh, lupa kepada Puteri
Es dan kini menyerangnya lagi. Dan ketika untuk
kedua kali Beng An dihajar dan jatuh
terpelanting, ia sengaja membuat senang
suhengnya maka Beng An membentak lagi.
"Cukup, jangan membuat ayah atau
kakakku marah, suheng. Atau kupanggil mereka
kalau kau masih menyerangku lagi.... des-dess!"
dan Beng An yang terguling-guling dihantam Imkan-thai-lek-kang akhirnya membuat si gila puas
dan tertawa-tawa. Beng An bergulingan
meloncat bangun dan saat itu suhengnya
berkelebat pergi. Si gila takut ancaman Beng An,
terutama kakaknya Thai Liong yang gagah735
perkasa itu. Dan karena tiga kali ia membuat
Beng An jatuh bangun, tak tahu bahwa Beng An
tak bersungguh-sungguh melawannya maka
kepergian si gila itu mengejutkan Tan-pangcu
dan Bu Kok, juga See Lam tokoh nomor tiga.
"Heii, kau mau ke mana, San-enghiong.
Hajar dulu lawanmu itu atau bantu kami
menangkap Puteri Es!"
"Heh-heh, di sini banyak orang-orang gila.
Suteku itu dan ayah atau kakaknya berada di sini,
pangcu, melawanpun tak mungkin menang. Ayo
kembali saja atau kalian malah roboh!"
Ketua Pulau Api dan dua sutenya pucat.
Mereka baru saja mengharap kemenangan
setelah San Tek muncul di situ. Dengan adanya si
gila ini mereka dapat mendesak Puteri Es.
Majikan Lembah yang amat lihai itu jelas
terkejut. Im-kan-thai-lek-kang yang dipunyai si
gila memang luar biasa. Tan-pangcu sendiri
mengakui bahwa Giam-lui-ciang yang dimilikinya
kalah hebat, bukan karena ilmunya rendah
melainkan karena penguasaan Giam-lui-ciang
baru dikuasainya delapan bagian. Maka ketika736
tiba-tiba pemuda itu meninggalkan mereka
sementara Beng An terlihat jatuh bangun dihajar
Im-kan-thai-lek-kang, tak tahu bahwa pemuda
itupun hanya berpura-pura agar suhengnya
senang maka ketika ancaman dua nama ini
membuat kecil nyali si gila tak pelak lagi Tanpangcu dan sutenya berubah. Beng An sudah
diketahui kehebatannya dan pemuda itu masih di
atas mereka. Hanya San Tek itulah yang dapat
menaklukkan pernuda ini namun celakanya si
gila pergi. Dan karena mereka sudah mulai
mendengar akan nama Kim-mou-eng atau
Pendekar Rambut Emas, juga Thai Liong Si
Rajawali Merah maka mendengar dua nama itu
disebut-sebut dan San Tek tampak jerih, mereka
tak mungkin berlama-lama lagi maka ketua Pulau
Api tiba-tiba membentak dan melancarkan
serangan dahsyat.
"Han Wei Ling, kau ternyata
menyembunyikan lelaki-lelaki asing di Lembah
Es. Kau curang, tak suci lagi. Terimalah Giam-luiciangku dan kelak kita bertemu lagi.... siuttt!"
pukulan api merah menyambar dahsyat. Giam-737
lui-ciang dikerahkan sepenuh tenaga oleh ketua
Pulau Api itu karena ketua ini marah sekali
mengira Lembah Es benar-benar diisi orangorang luar. Tan-pangcu mengira bahwa Beng An
dan ayah atau kakaknya benar-benar di situ.
Maka ketika ia melepas kemarahan dengan
mengerahkan segenap tenaga, sutenya Bu Kok
juga menghantam Thio Leng dengan kecewa dan
penuh kegusaran maka Puteri Es maupun
wakilnya ini tak berani main-main. Puteri Es baru
saja terlepas dari himpitan San Tek dan itu
melegakannya. Tanpa Beng An tak mungkin itu
terjadi. Maka ketika ia membentak dan balas
memaki lawan, Thio Leng juga melengking
menyambut pukulan Bu Kok maka di sana Sui
Keng juga menerima hantaman See Lam karena
tokoh nomor tiga dari Pulau Api itu juga marah
dan mengerti maksud kata-kata ketuanya.
"Blarr-cessshhh ."
Api dan es tiba-tiba bertemu. Suaranya
mula-mula dahsyat namun diredam oleh pukulan
Bu-kek-kang maka pukulan Tanpa Kutub itu
membungkam jilatan api merah dari Giam-lui-738
ciang. Enam tubuh terlempar di udara dan
siapapun yang melihat tentu pucat. Suara
pertemuan dua tenaga sakti itu mendirikan bulu
roma. Puncak gunung seakan roboh dan kilatan
api yang menyembur ke ataspun terasa
mengerikan. Tapi ketika padam dan hancur oleh
Bu-kek-kang, asap putih dan merah sama-sama
membubung ke atas maka ketika dua asap itu
lenyap ternyata Tan-pangcu maupun dua
sutenya lenyap. Beng An melihat tiga tokoh Pulau
Api itu berjungkir balik melempar sisa benturan.
Puteri Es dan Thio Leng serta sumoinya juga
melakukan hal yang sama. Masing-masing
terpental oleh dahsyatnya benturan itu. Dan
ketika di sana para murid juga berteriak dan
terpelanting roboh, suara di atas gunung
sungguh menggetarkan maka tiga bayangan
berkelebat dan terbang meninggalkan
pertempuran dan orang-orang Pulau Api
disambar teman-temannya dan Tan Bong
maupun Siauw Lok menyambar mayat Yang Tek.
Suheng mereka itu tewas dan gerakan para suhu
ataupun susiok mengisyaratkan lari. Mereka739
bergerak dan mengikuti tetua mereka pula. Dan
ketika asap di atas gunung benar-benar bersih
dan Puteri Es tampak mengebutknn ujung
bajunya yang terbakar, di sana Thio Leng maupun
Sui Keng juga terhuyung menegakkan tubuh
maka Beng An kagum dan sekali lagi memuji
kepandaian orang-orang Lembah Es ini, para
wanita yang gagah dan sakti. Namun sebelum ia
bicara atau apa maka para murid di bawah
berkelebatan ke atas dan Hwa Seng, gadis
Lembah Es yang pertama kali dikenalnya maju
berlutut, wajahnya berseri-seri.
"Kim-kongcu, terima kasih. Kau telah
menyelamatkan tocu!"
"Benar," yang lain tiba-tiba berseru, maju
dan sudah berlutut mengerubungi dirinya. "Kau
telah menyelamatkan tocu, kongcu, dan juga
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyelamatkan kami semua. Lembah Es
terhindar dari petaka setelah kau datang!"
"Hm," Beng An kikuk, bergerak dan
menyuruh bangun gadis-gadis cantik itu.
"Perkataan kalian terlalu berlebihan, para cici.
Tanpa akupun tocu kalian masih mampu740
menghadapi musuh. Tan-pangcu dapat
dihadapinya dan tanpa aku majikan kalian luar
biasa. Bangunlah, aku datang secara tak
sengaja!"
Tapi bayangan merah berkelebat. "Tidak,
mereka benar, kongcu. Tanpa kau si gila itu tak
dapat kami hadapi. Kau telah menolong kami,
juga tocu. Biarlah aku menghaturkan hormat dan
terima kasih setinggi-tingginya!"
Beng An terkejut. Yo Lin, gadis baju
merah itu tahu-tahu berlutut di depannya dan
mencium kakinya. Tentu saja ia kaget dan
menarik kakinya itu. Tapi ketika dua bayangan
lain berkelebat dan itulah Thio Leng dan Sui Keng,
dua gadis tokoh-tokoh Lembah maka Beng An
meledakkan tangannya mengeluarkan Pek-siansut dan menghilang. Thio-siocia dan Wan-siocia
itupun berlutut dan hendak mencium ujung
kakinya!
"Heii, gila! Aku tak mau mendapat
hormat berlebihan, Thio-cici. Bangun dan jangan
membuat aku jengah!"741
Semua terkejut. Asap putih meledak dan
Beng An lenyap. Itulah Pek-sian-sut yang
dikerahkan pemuda ini untuk menolak gadisgadis itu. Beng An tak mau menerima rasa terima
kasih yang berlebihan itu. Thio Leng dan saudarasaudaranya terisak. Mereka dilanda keharuan
dan rasa girang. Maka ketika Beng An lenyap dan
pemuda itu tak tampak di situ lagi, hanya Puteri
Es yang tiba-tiba mendengus dan meledakkan
ikat pinggangnya maka Ratu atau Puteri itu dapat
melihat Beng An. Sang Ratu lenyap di balik
kesaktian sabuk harumnya.
"Kim Beng An, kau memang patut
mendapat terima kasih dari anak buahku. Tapi
keluarlah, kaupun harus menerima teguran!"
Beng An tersenyum dan melenyapkan
lagi Pek-sian-sutnya. Dia mendapat tandingan
dan sesungguhnya puteri ini memang hebat.
Kalaupun San Tek dapat mengeroyok puteri ini
namun kalau sang puteri mempergunakan sabuk
harumnya itu belum tentu San Tek dapat
mendesaknya. Suhengnya tak memiliki segala
macam sihir dan ilmu silatnya benar-benar murni742
kepandaian biasa, bukan segala macam ilmu
batin atau kesaktian sihir. Maka ketika ia muncul
lagi namun mengerutkan kening mendengar itu,
para murid Lembah juga terkejut mendengar
kata-kata majikannya maka Beng An buru-buru
menjura dan bertanya,
"Maaf, apa yang telah kulakukan, to-cu.
Kesalahan apa yang kuperbuat hingga pantas
mendapat teguran. Kalau tentang kedatanganku
ini maka terus terang aku tak sengaja, aku telah
memberitahumu. Dan untuk kelancangan ini
barangkali memang benar aku harus minta maaf
"
"Bukan itu!" sang puteri membentak.
"Kau mempermalukan dan menghina kami Kimkongcu. Bagaimana jawabmu tentang tuduhan
ketua Pulau Api bahwa kami wanita-wanita
Lembah Es menyembunyikan lelaki selain dirimu.
Apa jawabmu!"
Beng An terkejut. Tiba-tiba ia sadar dan
ingat akan gertaknya kepada suhengnya tadi,
bahwa ayah dan kakaknya siap menangkap
pemuda itu kalau tidak pergi meninggalkan743
pertempuran. San Tek menjadi takut dan si gila
melarikan diri. Ini sebenarnya hanya gertak
sambal belaka tapi Tan-pangcu dan lain-lainnya
tadi menangkap sebagai suatu kesungguhan.
Mereka mengira bahwa ayah dan kakaknya
benar-benar ada di situ. Maka ketika ia geli dan
tak tahu bahwa Ratu Es benar-benar marah,
Lembah Es bisa tercemar dan ternoda
kesuciannya maka Beng An tertawa geli
menerangkan,
"Tocu, aku tadi hanya main-main.
Ketahuilah, bekas suhengku tadi paling takut
kalau mendengar ayah terutama kakakku ada di
sini. Ia pernah dihajar, tunggang-langgang. Dan
karena aku tak ingin ia berlama-lama di sini,
mengganggu kalian maka ia kutakut-takuti dan
kusuruh pergi. Betapapun ia amat lihai dan berat
bagiku kalau harus bertanding. Aku dan dia
hampir imbang, kami masing-masing harus
mengadu jiwa kalau ingin satu di antaranya
roboh...."
"Tapi kau tak tahu bahwa kata-katamu
amat menyakitkan kami. Heh, ketahuilah, Kim744
Beng An. Lembah Es selama ini tak pernah
dijamah laki-laki dan suci baik penghuni maupun
tempatnya. Tapi kau membuat cemar. Kutuk juga
telah kami terima. Tanggung jawab apalagi yang
dapat kauberikan kalau bukan hukuman mati!"
Beng An dan para penghuni menjerit
keras. Ratu Es, yang marah dan berapi-api
menuding Beng An tiba-tiba menutup katakatanya dengan satu tamparan maut. Ratu tidak
bergerak dari tempatnya namun jari tahu-tahu
melesat cepat, begitu cepat hingga sudah di
depan hidung Beng An. Dan ketika pemuda ini
mengelak namun sang ratu bergerak, kini tubuh
semampai itu mengejar dengan kecepatan luar
biasa maka Beng An menangkis otomatis dan
...plak",
Beng An terbanting! Lalu ketika ia
berteriak dan bergulingan meloncat bangun
ternyata Puteri ES berkelebat dan membayangi,
tak memberi ampun den dua tiga pukulan lagi
mengenai Beng An. Pemuda ini bingung
sementara para murid menjerit. Mereka
pucat.Tapi ketika Beng An terbanting sekali lagi745
dan jelas pemuda itu tak berniat melawan, hanya
melindungi diri maka Thio Leng dan Sui Keng
tiba-tiba berkelebat ke depan, disusul oleh Yo Lin
gadis baju merah.
"Tocu, berhenti. Maafkan Kim-kong-cu!"
"Tak ada yang dimaafkan!" sang Ratu
membentak dan terus mengejar pemuda ini, kali
ini sabuknya dicabut dan meledak menyambar.
"la harus mati, Thio-cici. Atau aku menanggung
dosa di depan arwah leluhur.... bret-plak!"
Beng An menyambut dan menangkap
ujung sabuk, mengeluh tapi ujung sabuk itu
robek. Robekannya di tangan Beng An. Dan
ketika Beng An bergulingan menjauh namun
dengan sisa sabuknya puteri itu melancarkan
serangan terakhir maka tiga gadis itu berkelebat
dan menangkis serangan to-cu mereka, serentak
berseru,
"Maafkan dia. Biarlah kau membunuh
kami dan kami penggantinya...des-dess!" dan
mereka yang terbanting dan mengeluh
bergulingan ternyata menyelamatkan Beng An
karena ratu mereka tergetar dan terdorong,746
kaget membelalakkan mata dan semua murid
tiba-tiba menjadi pucat. Baru kali itu ada murid
melawan, hukumannya bisa mampus! Tapi ketika
tiga gadis itu berlutut dan terisak melindungi
Beng An, masing-masing dengan wajah gemetar
maka Thio Leng, wakil tertua berkata, suaranya
tersendat sendat,
"Tocu ampunkan kami.. Tapi... tapi kami
bukan bermaksud membangkang. Kami hendak
mengingatkan bahwa betapapun Kim-kongcu
telah menyelamatkan kita semua. Dia bersalah,
tapi tidak disengaja. Harap tocu maafkan dia
karena betapapun ada aturan partai yang
menyebutkan bahwa laki-laki yang
menyelamatkan Lembah Es dapat dianggap
keluarga sendiri, dalam keadaan darurat.."
"Benar," Sui Keng juga berkata, tangisnya
tersendat. "Ada aturan khusus peninggalan
nenek moyang yang tak boleh dilupakan, tocu.
Bahwa laki-laki yang dua kali menyelamatkan
murid atau penghuni Lembah Es tak boleh
dianggap musuh lagi. Dia sudah dianggap747
keluarga. Dan.... dan kalau sampai tiga kali maka
laki-laki itu berhak menjadi suami di sini!"
Puteri Es mengeluarkan jerit tertahan.
Dia terbelalak dan merah padam mendengar
kata-kata dua pembantunya ini sementara
murid-murid yang lain mengangguk dan
bersinar-sinar. Beng An telah dua kali menolong
Lembah Es meskipun yang pertama hanya
bersifat perorangan, menyelamatkan Hwa Seng
dari cengkeraman orang-orang Pulau Api. Dan
karena pertolongan kedua lebih bersifat luas,
menolong atau menyelamatkan semua penghuni
maka mereka setuju dan teringat bahwa di partai
memang ada aturan khusus yang bersifat luar
biasa, yakni bila ada seorung laki-laki sampai
menolong murid atau penghuni dua kali
berturut-turut maka lelaki atau orang ini tak
boleh dimusuhi. Untuk ketiga kalinya dia bahkan
boleh menjadi suami. Ini aturan khusus dalam
keadaan Iuar biasa. Dan karena Kim-kongcu itu
telah menolong dua kali, jadl ia dapat dianggap
keluarga maka tak seharusnya dia dimusuhi
apalagi dibunuh! Peraturan ini telah berjalan748
ratusan tahun dan selama ini baru ada seorang
saja yang menjadi pelaku. Setelah itu tak ada lagi
orang-orang lain yang dapat di-anggap keluarga.
Beng An adalah orang kedua. Maka ketika semua
mengangguk-angguk dan Ratu tampak gemetar,
menggigil dan merah padam maka tiba-tiba ia
mengeluh dan membalikkan tubuhnya,
berkelebat lenyap.
"Baik, omonganmu beralasan, Thio-cici
Tapi betapapun aku tak suka pemuda itu
berbohong. Dia mencemarkan kita, menoreh
arang buruk. Aku tak mau bertemu lagi dan
terserah kalian bagaimana dengan Kim-kongcu
itu."
Thio Leng dan dua adiknyo bangkit
berdiri. Mereka memanggil namun sang majikan
tak mati menoleh. Dan ketika Ratu lenyap namun
tiga gadis ini berseri maka mereka menghadapi
Beng An yang menarik napas dalam-dalam mulai
mengenal tabiat aneh Ratu Es itu.
"Kongcu, kau selamat. Kau sudah bukan
orang luar lagi bagi kami. Kau telah dua kali
menolong kami dan yang terakhir ini membuat749
kau berhak dianggap sebagai keluarga. Terimalah
hormat dan penghargaan kami, kongcu, tapi
maaf bahwa tocu tak mau menemuimu!"
Tiga gadis itu berlutut dan Beng An
terharu. Cepat dia menarik bangun dan tertawa
getir. Lalu ketika dia memandang kepergian
Puteri Es tadi Beng An berkata duka,
"Thio-cici, tidak kusangka bahwa
omonganku tadi melukai hati tocu kalian. Aku tak
sengaja. Aku hanya tak ingin banyak berjatuhan
korban lagi. Aku telah dianggap keluarga Lembah
Es, terima kasih besar. Tapi karena tocu kalian tak
senang kepadaku biarlah aku pergi dan sungguh
mati ku katakan kepada kalian bahwa
kedatanganku kali ini tak ku sengaja. Aku
bertemu orang-orang jahat itu di tengah jalan,
curiga dan mengikuti. Dan karena mereka ke sini
maka aku ikut ke sini hingga semua peristiwa itu.
Aku sekarang akan kembali dan percayalah tak
ada setitik niatpun menyinggung atau
menimbulkan kemarahan kalian!" dan
mendorong tiga gadis itu minggir Beng An siap750
berkelebat dan pergi. Namun Sui Keng tiba-tiba
menahan.
"Kongcu, belum ada tanda khusus yang
menyebutkan kau keluarga Lembah Es. Kau
berhak menerima itu!"
"Hm, menerima apa?"
"Ini!" dan ketika gadis itu mencabut dan
mengeluarkan sesuatu ternyata ia menyerahkan
sebatang pedang pendek yang dingin terbuat
dari salju. Beng An tertegun tapi dia menerima,
tersenyum dan melihat bahwa itu adalah pedang
aneh yang amat kuat. Lalu ketika dia memeriksa
dan mengamat-amati maka gadis itupun
menerangkan.
"Ini adalah Pek-swat-kiam (Pedang Salju)
yang khusus bikinan kami. Seharusnya kau
menerima langsung dari tocu. Milik tocu lebih
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ampuh. Tapi karena tocu sedang tak senang
sementara kau harus menerima tanda biarlah
kau menerima dulu ini kelak dapat ditukar secara
resmi. Aku tak dapat berbuat apa-apa selain ini.
Harap kongcu simpan baik-baik karena meskipun
tak berharga tapi pedang itu tak kalah dengan751
pedang yang lain dan sanggup memotong putus
besi setebal apapun!"
Beng An mengangguk-angguk. Sekali lagi
ia menarik napas dalam dan tersenyum pahit.
Nyata, penghuni Lembah Es ini sebenarnya baik.
Hanya karena dendam lama saja mereka jadi
beku dan dingin terhadap orang luar, khususnya
lelaki. Maka ketika kini merekapun ternyata
dapat bersikap hangat kepadanya, tahu budi dan
terima kasih tiba-tiba Beng An-pun terharu dan
menyimpan pedang itu ke balik bajunya.
"Baiklah, terima kasih, Wan-cici. Tapi
maaf bahwa aku harus pergi!"
Beng An membalik dan terdengar seruanseruan kaget. Pemuda itu tahu-tahu lenyap
karena sudah meluncur di bawah gunung.
Pakaian putihnya berkibar dan para murid
kehilangan. Tapi sebelum pemuda itu lenyap di
kaki gunung terdengar seruan Thio Leng,
"Kongcu, kau boleh datang kapan dan di
mana kau suka. Tapi jangan bawa orang lain
kalau dia itu laki-laki!"752
Beng An menoleh dan melambaikan
tangan. Dia tak menjawab karena perasaannya
sedang getir. Mungkin dia tidak akan datang lagi
ke situ. Tocu lembah amat marah kepadanya.
Dan ketika ia benar-benar lenyap dan hilang di
balik gunung maka Beng An bersiap untuk
kembali dan berkumpul dengan ayah ibunya,
jauh di luar tembok di padang rumput luas.
*** Pasangan keluarga itu tampak bahagia.
Empat orang dewasa sedang memperhatikan
dan bermin-main dengan seorang anak lelaki
lucu sekitar empat tahun. Dua di antara mereka
tertawa dan terkekeh-kekeh sementara dua yang
lain tersenyum dan cukup menahan tawa. Satu
diantara dua yang terakhir ini adalah seorang
wanita berusia sekitar lima puluh satu tahun.
Wajahnya masih cantik meskipun bayang-bayang
ketuaan mulai nampak. Jelas dulunya wanita ini
cantik jelita sementara laki-laki di sampingnya,
seorang pria lima puluh lima tahun duduk bersila753
dengan rambutnya yang panjang keemasan
dibiarkan terurai di belakang pundak, mengkilap
dan berseri-seri seperti wajahnya yang saat itu
juga berbahagia dan berseri memandang bocah
lucu itu. Namun ketika desah panjang terdengar
dari mulut si wanita di sebelahnya dan betapa
wanita itu tiba-tiba menahan isak, semua
terkejut maka laki-laki berambut keemasan itu
menoleh.
"Niocu, ada apa...."
"Hm, tidak. Tak ada apa-apa..." wanita itu
menjawab dan coba mengelak. Ia melengos
namun suaminya, pria itu tiba-tiba menekan
pundaknya. Dan ketika dua pasang mata beradu
dan wanita setengah baya itu tiba-tiba menangis
maka terkejutlah dua yang lain yang merupakan
orang-orang muda yung gagah dan cakap.
"Bun Tiong, ayo main kuda-kudaan di
luar!" satu di antara orang-orang muda ini,
wanita cantik jelita dengan hidung mancung dan
mata kebiru-biruan berseru menyambar bocah
lelaki itu. Dia berkelebat keluar membawa anak
itu menjauhi dua orang tua yang rupanya lagi754
bersedih. Pemuda di sebelahnya, yang
bermantel merah dan mendapat isyarat pria
limapu luhan itu juga bergerak dan lenyap keluar.
Lalu ketika dua anak muda itu tak ada di dalam
lagi dan nyonya itu sesenggukan maka pria
berambut emas itu memeluk dan mengusap
wajah isterinya dengan lembut.
"Hm, kau tentu teringat Beng An. Kau
tentu teringat anak kita itu. Apakah salah
dugaanku, niocu? Apakah benar kau teringat
anak kita?"
Wanita itu mengguguk. la adalah Kim
hujin (nyonya Kim) alias isteri Pendekar Rambut
Emas Kim-mou-eng. Dulu dia adalah puteri Hutaihiap pendekar gagah perkasa dari Ce-bu. Dan
karena mengikuti suami dan kini tinggal di utara
maka nyonya ini menjadi terbiasa hidup di
tengah-tengah padang rumput di tengah-tengah
suku bangsa suaminya itu.
Sebagaimana diketahui, Pendekar
Rambut Emas atau Kim-mou-eng ini adalah
seorang berdarah Tar-tar dan Han. Ibunya
seorang Han asli sedang ayahnya seorang Tar-755
tar, laki-laki gagah yang dulu memimpin suku
bangsanya dan kini diteruskan puteranya itu.
Kim-mou-eng telah berusia lima puluh lima
tahun sementara isterinya, Swat Lian kini sudah
berusia linm puluh satu. Dua anak muda yang
tadi bersama mereka adalah anak dan menantu,
karena mereka itu bukan lain adalah Thai Liong Si
Rajawali Merah, beserta isterinya Shintala, gadis
cucu Drestawala si kakek sakti dari Thian-tok
(India) yang amat lihai dengan ilmunya Singthian-sin-hoat (Silat tongkat Menggempur
Langit). Dan karena sejak pernikahan mereka
gadis ini mengikuti Thai Liong, kini berputera si
bocah lelaki lucu yang bernama Bun Tiong itu
maka hidup bertahun-tahun di tempat sepi ini
tak menjadikan masalah bagi wanita seperti cucu
Dresta wala itu.
Shintala adalah gadis keturunan dua
bangsa. Rambutnya yang hitam namun sepasang
matanya yang bersinar kebiru-biruan itu
menjadikan wanita ini memiliki kecantikan asing
yang khas. Dia amat cantik jelita dan
berkepandaian tinggi. Dan karena dia menjadi756
isteri Thai Liong Si Rajawali Merah maka sejak
mengikuti suaminya ini tentu saja wanita itu
bertambah lihai dan tinggi ilmunya. Ang-tiauwginkang (Ginkang Rajawali Merah) dimiliki pula
wanita ini hingga membuat ilmu meringankan
tubuhnya luar biasa. Wanita ini sanggup
beterbangan di udara tiada henti, seperti burung
menyambar-nyambar dan sekali patuk bakal
membuat lawan roboh. Sing-thian-sin-hoat, ilmu
warisan kakeknya diperdalam dan ia masih
mempelajari beberapa kepandalan suaminya
yang hebat-hebat. Hanya Beng-tau-sin-jin (Ilmu
Menembus Roh) yang belum dikuasai nyonya itu,
ilmu khusus yang dimiliki Rajawali Merah yang
setingkat di atas Pek-sian-sut, ilmu sihir lain yang
dimiliki Pendekar Rambut Emas. Tapi karena
wanita ini sudah cukup hebat dan jarang jagojago tua dapat mengalahkannya, mendiang
kakeknya Dres tawala sendiri sudah bukan
tandingan maka Shintala nyonya cantik jelita ini
sungguh bukan wanita sembarangan. Thai Liong,
suaminya, apalagi! Pemuda bermantel merah itu
sudah melebihi Pendekar Rambut Emas,757
ayahnya. Dan karena sang ayah kian tua
digeragoti umur, akhir-akhir ini Pendekar
Rambut Emas juga lemah dan tidak enak badan
maka pemuda itu menjadi tulang punggung
utama kalau ada musuh jahat menyerbu. Tapi
bertahun-tahun ini ayah dan anak tak disatroni
orang. Sejak tewasnya Poan-jin-poan-kwi maka
kehidupan mereka tenang. Thai Liong diminta
ayahnya untuk tinggal di situ sementara adiknya,
Soat Eng, tinggal di Sam-liong-to. Keluarga
Pendeker Rambut Emas ini memang hebat-hebat
dan siapapun tahu. Siapa tidak kenal nyonya
galak itu, Siang-hujin yang tinggal di Sam-liong-to
(Pulau Tiga Naga). Dan siapa pula tidak kenal
suaminya yang gagah dan berwatak satria. Siang
Le, menantu Pendekar Rambut Emas yang ada di
Sam-liong-to itu adalah pemuda istimewa yang
amat aneh. gurunya, mendiang kakek iblis Seeong justeru terheran-heran oleh murid yang satu
ini. Sebab kalau kakek itu biasa bersepak terjang
ganas dan kejam adalah pemuda ini seperti
pendeta yang lembut dan berwatak penuh cinta
kasih. Sungguh bertolak belakang! Tapi itulah758
nyatanya. Siang Le memang dikagumi banyak
orang. Bu-beng Sian-su, kakek dewa itu bahkan
memujinya dan mengibaratkannya seperti ikan
di laut. Laut boleh asin tapi sang ikan tetap bersih
dan suci. Dunia boleh jahat tapi pemuda itu tetap
bersih dan mulia. Dan inilah yang dulu membuat
Soat Eng, puteri Pendekar Rambut Emas tergilagila dan jatuh hati. Mereka tinggal di Sam-liongto dan kini mempunyai dua orang anak, masingmasing perempuan.
Dan karena setiap setahun atau dua
tahun sekali pasti mereka berkunjung ke padang
rumput ini maka kehadiran mereka membuat
Pendekar Rambut Emas maupun isterinya
gembira.
Tapi sudah tiga tahun ini suami isteri Samliong-to itu tak memberi kabar. Sang ibu tak enak
tapi Pendekar Rambut Emas menghibur.
Mungkin menantu dan anak mereka itu
kerepotan. Siang Hwi, dan adiknya, Siang Lan
tentu semakin besar dan merepotkan orang tua.
Anak-anak yang tumbuh dewasa memang
semakin nakal dan meminta perhatian lebih. Dan759
karenn di situ ada Bun Tiong, cucu mereka dari
Thai Liong dan Shintala maka Kini-hujin agak
terhibur biarpun sebenarnya dinm-diam ia ingin
keluarga Sam-liong-to itu datang. Thai Iiong
adalah putera Pendekar Rambut Emas den gan
mendiang sumoinya Salima, bukan putera
Pendekar Rarnbut Emas itu dengan isterinya.
sekarang. Lain halnya Soat Eng yang ada di Samliong-to itu, juga Beng An yang kita temui di
Lembah Es. Dan karena Thai Liong hanya putera
tiri dan Bun Tiong berarti juga cucu tiri maka
tentu saja nyonya itu jauh lebih merindukan anak
atau cucu-cucunya sendiri dari Soat Eng atau
Beng An.
Namun Beng An belum menikah. Jadilah
nyonya itu mngharap kedatangan , cucu-cucunya
sendiri,dan hal ini tak aneh karena memang
begitulah biasanya pertalian darah langsung.
Kim-hujin lebih rindu kepada cucu-cucunya
sendiri daripada cucu tiri. Apalagi Bun Tiong tiap
hari ketemu, lain dengan Siang Hwa atau Siang
Lan yang setahun sekali baru berkunjung. Dan
karena sudah tiga tahun ini tak ada kabar dari760
Sam-liong-to, Kini-hujin gelisah maka tiba-tiba
teringatlah dia akan putera kandungnya Beng An.
Sesungguhnya, nyonya ini agak iri akan
"keberuntungan" Thai Liong. Pemuda itu
memiliki putera laki-laki sementara anaknya
sendiri, Soat Eng, melahirkan keturunan
perempuan. Bahkan dua-duanyapun
perempuan. Dan ketika suatu hari nyonya itu
pernah bicara dengan puterinya dan mengharap
betapa dia ingin menimang cucu laki-laki, Soat
Eng terkejut namun terkekeh tiba-tiba anak
perempuannya itu malah menegur.
"lbu, kau ini aneh. Laki-laki atau
perempuan sama saja. Memangnya kenapa
harus diributkan? Bukankah di sini kau juga
punya Bun Tiong cucumu laki-laki Ah, ada-ada
saja. Kau selalu mengharapkan yang tidak ada!"
"Hm, Bun Tiong bukan cucuku langsung.
Aku ingin cucuku laki-laki atau barangkali
suamimu itu yang goblok tak bisa membuat anak
laki-laki!"
***761
P U T E R I E S
(Lanjutan "Rajawali Merah")
Karya Batara
Jilid XIII
* * * "Eh.Eh, ibu bicara apa ini? Ibu mem?ki
Siang Le? la tidak goblok,ibu, semuanya
tergantung Yang Maha Kuasa. Kau tak boleh
bicara seperti itu karena betapapun Liong-ko
adalah kakakku juga, putera ayah!"
" Benar, tapi aku ingin kau mempunyai
keturunan laki-laki, Soat Eng. Lihat betapa gagah
dan lucunya putera Thai Liong itu. Kau hanya
memiliki anak perempuan melulu. Aku ingin anak
laki-laki yang gagah seperti Bun Tiong itu!"
"Hm-hm, ibu ini aneh-aneh saja. Laki
perempuan bagiku sama. Bun Tiong tiada
Putri Es Lanjutan Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ubahnya anakku juga. Ia bergaris turunan ayah.762
Kenapa ibu hendak membeda-bedakannya?
Kalaupun aku memiliki anak lelaki maka ia cucu
luarmu, ibu, bukan cucu dalam. Sedang Bun
Tiong termasuk cucu dalam karena ia putera
Liong-ko, keturunan langsung ayah yang lakilaki!"
"Hm, aku tetap tak puas juga. Pokoknya
aku ingin kau mendapatkan anak laki-laki atau
memang suamimu itu yang goblok!"
"Ibu..!"
"Kenapa? Marah? Aku kecewa, Eng-ji.
Aku rindu akan cucu laki-laki. Atau barangkali
Beng An yang dapat memberikan ini!" dan sang
ibu yang terisak membanting kaki lalu memutar
tubuh dan berkelebat pergi meninggalkan sang
anak.
Soat Eng tertegun dan tak jadi marah
karena ibunya menangis. Ada perasaan sesal
atau rindu yang sangat di hati ibunya itu. lbunya
ingin anak laki-laki! Dan ketika ia menarik napas
dalam dan pulang ke Sam-liong-to, bicara itu
kepada suaminya maka sang suami yang bijak763
dan lembut hati itu tersenyum pahit, tidak gusar
atau tersinggung.
"Hm, baranngkali memang aku
goblok.Ibumu benar. Cobalah minta
pendapatnya bagaimana kira-kira mendapatkan
anak lelaki, Eng-moi. Barangkali dia punya resep
atau jamunya."
"Resep? Jamu? Kau inipun sinting! Lakilaki atau perempuan adalah anugerah Yang
Maha Kuasa, Le-ko. Biarpun ada resep atau jamu
kalau Yang Maha Kuasa tidak memberi anak lakilaki tak mungkin berhasil. Kau jangan mengadaada!"
"Hm, maksudku bukan begitu. Maksudku
adalah coba dekati ibumu itu dan tanyalah
barangkali ia mempunyai sebuah pengalaman
menarik tentang bagaimana bisa mendapatkan
anak laki-laki atau perempuan. Kita mencobanya.
Siapa tahu bahwa adik kita Beng An itu juga hasil
pengalaman ibumu yang kita tidak tahu.
Sudahlah, coba tanyakan dan siapa tahu ada
petunjuk."764
"Aku tak mau. Ini memalukan! Masa bikin
anak harus tanya sama orang tua, bagaimana
bisa mendapatkan laki-laki atau perempuan. Cih,
aku wanita yang peka perasaannya, Le-ko. Tabu
benar rasanya bertanya tentang itu. Kau ini anehaneh saja, melehihi ibu. Tidak, aku tak mau
bertanya dan tetap menyerahkan itu kepada
Yang Maha Kuasa!" Siang Le tersenyum pahit. Ia
mengangkat pundak dan membiarkan saja
isterinya melepas kemarahan. Sang isteri
mengomel panjang pendek dan seperti biasa ia
pun diam, tak membantah. Siang Le pemuda
lembut hati dan penyabar. Wataknya amat
pengalah dan memang waktu itu "saru" benar
rasanya bicara tentang bagaimana mendapatkan
anak lelaki atau perempuan, biarpun kepada ibu
kandung-nya sendiri. Namun karena sang isteri
membawa persoalan itu demikian serius, Siang
Le teringat ibu mertuanya itu maka dia menarik
napas dalam-dalam dan teringat gak-bonya (ibu
mertua) ini ia agak keder. ibu mertua ini amat
keras dan sekali memusuhi orang lain bakal
dilakukan habis-habisan. Teringatlah dia ketika765
betapa dulu diapun kenyang akan sikap
bermusuhan yang dilakukan sang gak-bo ini. Tapi
karena dia bukan pendendam dan semua itu
diterimanya ringan, dia baik-briik saja maka
ketika kini sang isteri membawa persoalan itu
iapun menjadi tak nyaman dan menganggap diri
sendiri goblok. Barangkali gak-bonya benar. Ia
goblok Maka ketika berhari-hari kemudian
pemuda ini termenung dan sendirian di pantai
sunyi, tepekur memandangi ombak menderu
tiba-tiba teringatlah dia akan seorang tua di
seberang laut sana. Dia mengenal Siong-lopek
seorang nelayan ramah. Kakek itu banyak
pengalaman dan sering dia ngobrol bersama.
Kalau persediaan makanan di Sam-liong-to habis
biasanya dia pergi dan menemui kakek ini,
belanja beberapa macam keperluan barang dan
keramahan serta kepandaian kakek itu bercerita
membuat dia betah. Maka ketika tiba-tiba
pemuda ini berseri dan menaruh harapan pada
kakek itu maka keesokannya Siang Le
meninggalkan Sam-liong-to berlayar ke
seberang.766
"Bumbu dapur kita habis. Biar kutangkap
ikan dan kutukar di daratan sana!"
Sang isteri tak curiga. Memang selama ini
suaminyalah yang mencari bumbu dan rempahrempah. Dua anak mereka Siang Hwa dan Siang
Lan harus dijaga, Soat Englah yang menjaga anakanak itu. Maka ketika Siang Le berangkat
sementara sebuah jala lebar dipakai untuk
menangkap ikan, dengan hasil ini Siang Lee akan
menukarkan keperluan dapurnya maka dengan
riang pemuda itu menyeberang daratan dan
dengan kepandaiannya yang tinggi tentu saja
mudah baginya mendapat banyak ikan sampai
perahu sarat terbenam timbul tenggelam. Dan
kakek Siong gembira menerima kedatangannya.
Kakek itu laki-laki tua yang tak mungkin sekuat
orang muda lagi mendapatkan ikan. Tenaganya
terbatas. Siang Le inilah yang sering memberi
tambahan hidup dengan ikan tangkapan-nya itu.
Maka ketika kakek itu berseri melihat tamu Samliong-tonya ini, sebulan mereka tak bertemu
cepat saja si kakek menghambur dan terkekehkekeh.767
"Heii.... kau, Siang-kongcu. Lama amat!
Sudah kutunggu-tunggu kedatangan-mu dan
lihat apa yang kusiapkan!" si kakek menuding
dan memperlihatkan beberapa kantung rempahrempah. Di muka rumahnya sudah terdapat
barang-barang keperluan dapur itu dan Siang le,
tertawa berseri. la meloncat dari perahunya dan
menuding pula hasil tangkapan di dalam perahu.
Dan ketika keduanya tertawa bergelak dan si
kakek menepuk-nepuk pundak pemuda ini maka
Siang Ie diajak masuk rumah yang memang tak
jauh dari pantai itu.
"Mari.... mari. Ada arak hangat, atau teh
wangi. Aku harus mendapatkan sepoci besar arak
Kang-lam, kongcu, harum dan nikmat
menyegarkan tenggorokan. Atau kau boleh coba
teh pegunungan asli dari Ho-san. Wah-wah,
sudah lama kutunggu-tunggu. Kau mengeram di
pulaumu tak pernah keluar. agaknya berbulan
madu lagi!"
"Hmm, ada-ada saja," Siang Le
tersenyum, agak memerah. "Kau bergurau,
Siong-lopek. Masa sih sudah sekian tahun768
pernikahan masih ada bulan madu Iagi. Wah,
meledek! Tapi aku ada keperluan dengan-mu
barangkali kau orang tua dapat menolong." Siang
le langsung saja teringat maksud dan tujuannya,
duduk dan sudah menghadapi dua poci tanggung
berisi arak harum dan teh wangi. Bingung dia
memilih. Arak dan teh itu sama-sama menarik!
Tapi ketika tuan rumah terkekeh dan
memberikan secawan arak harum maka dia
diminta menikmati itu dulu untuk penyegar
tenggorokan.
"Arak ini dingin dan keras, cocok diminum sehabis melaut. Udara gerah bakal sirna.
Mari, coba minum dulu, kongcu. Baru setelah itu
teh wangi dari Ho-san!"
Tuan rumah mengiringi. Siang Le senang
dan mengucap terima kasih, meneguk secawan
kecil arak itu dan benar saja tenggorokannya
terasa segar. Arak yang dingin dan keras
membuatnya tambah semangat. Ia minum dan
tambah lagi. Dan ketika lidah sudah mencecap
tiga empat kali, si kakek terkekeh-kekeh maka769
teh wangi ganti disodorkan tapi si pemuda masih
merasa kenyang.
"Cukup, nanti dulu. Wah, kembung
perutku kalau diisi air melulu!"
"Ha-ha, minta panganan? Jangan
khawatir. Lihat bak-pao panas ini, kongcu, dan
juga tong-ciu-pia itu. Ayo, ada kum-bu atau
kacang ijo. Atau itu isi babi atau coklat. Khusus
kuambil dari toko terkenal di Wu-han!"
Siang Le mendecak. Di atas meja sudah
berhamburan bermacam makanan basah dan
kering. Bagai tukang sulap saja kakek itu
mengeluarkan semua itu dari bawah meja.
Sekeranjang penuh penganan mahal dikeluarkan
satu per satu, terbelalak pemuda ini. Tapi ketika
dengan tertawa ia menerima semua itu, makan
dan sepotong bak-pao tebal tergigit mulut maka
Siang Le kagum karena semua ini benar-benar
lezat. Bak-pao panas itu berisi daging tebal yang
empuk dan gurih. "Luar biasa, bagaimana kau
bisa mendapatkan semua ini, lopek. Dan kapan
kau belanja!"770
"Ha-ha, kemarin. Sudah kutunggu-tunggu
kedatanganmu. Dan bak-pao itu baru saja
kupanaskan hingga dapat dinikmati dengan lezat.
Wah, kau rupanya lapar!"
"Ha-ha, aku memang belum sarapan. Pagi
tadi terus berangkat. Tapi, uh... ter Iampau
banyak semua ini, Siong-lopek. Tak muat perutku
melahap semuanya!"
"jangan serakah. Itu bukan untukmu
semua. Lainnya untuk cucuku yang manis Siang
Hwa dan Siang Lan. Eh, kenapa tak kau bawa
mereka itu ke sini!"
Siang Le tiba-tiba tersedak. Bicara sambil
makan dan mulut penuh begini membuat dia geli
sendiri. Rasa geli membuat gatal di
kerongkongan dan tersedaklah dia. Tapi begitu
ditanya tentang Siang Hwa dan Siang Lan, kenapa
dia tak membawa anak-anaknya itu ke sini maka
dia membersihkan mulut menelan semua sisa
makanan itu.
"Hm-hm.... aku, eh... aku memang
sengaja tak membawa anak-anak nakal itu. Ada
urusan penting. Ada pembicaraan yang tak boleh771
didengur anak-anak. Wah, bagaimana aku
mulai!"
"Ha-ha, teguk dulu teh Ho-san ini,
kongcu. Sekarang kau nikmati minuman ini dan
hentikan arak itu!"
Siang Le mengangguk. Dia meneguk teh
wangi itu dan mendecak. Bukan main, teh inipun
begitu harum dan mewangikan seluruh ruangan.
Begitu diminum kontan baunya menyebar udara.
Sapta Siaga 10 Misteri Biola Kuno Pendekar Panji Sakti Karya Khu Lung Kisah Sang Budha Dan Para Muridnya Karya Tak Diketahui
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama