Ceritasilat Novel Online

Rimba Persilatan Naga Harimau 10

Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An Bagian 10


kaget.
"Pergi! Pergi kalian dari rumahku!" teriak Luo Wen
dengan marah.
"Kenapa?! Kenapa tetua Luo marah kepada kami?"
tanya Han Cia Sing keheranan. Seingatnya, tetua Luo Wen
adalah seorang yang baik hati dan penyabar mengapa tibatiba berubah marah. Apakah ia salah ucap, pikir Han Cia
Sing.
Ma Xia yang terbangun dari tidurnya karena
mendengar ribut-ribut di depan, berjalan timpang menuju ke
ruang depan. Mata Luo Wen semakin melotot melihat
kedatangan Ma Xia. Tampaknya kemarahannya yang tidak
dapat dimengerti Han Cia Sing dan Luo Yuan sudah
mencapai ubun-ubun.
"Kau bernama Ma Xia?! Apa hubunganmu dengan
Tien Huo Ma Pei?" bentak Luo Wen kepada Ma Xia.- 303 "Ia... ia adalah ayahku" jawab Ma Xia yang belum
habis keheranan dan kantuknya sudah mendapat bentakan
keras dari Luo Wen sehingga gelagapan.
"Ye-ye. mengapa engkau marah kepada mereka?"
tanya Luo Yuan yang masih tidak mengerti mengapa
kakeknya itu marah sekali melihat Han Cia Sing dan Ma
Xia. Luo Wen tidak menjawab tapi hanya mendengus
kesal dan tanpa disangka-sangka, tubuhnya yang tua renta
itu mampu bergerak cepat sekali menuju arah Ma Xia sambil
bersiap menghunjamkan tinjunya ke arah kepala. Han Cia
Sing benar-benar kaget melihat ternyata ilmu Luo Wen
ternyata amat hebat dan gerakannya begitu gesit. Untunglah
ia secara langsung juga meloncat menghadang tinju Luo
Wen yang sudah nyaris menghajar muka Ma Xia dengan
telak.
Telapak tangan Han Cia Sing beradu dengan tinju
Luo Wen menimbulkan suara ledakan keras. Tampaknya
Luo Wen tidak main-main dan benar ingin membunuh Ma
Xia dengan tinjunya. Han Cia Sing yang menahan tinjunya
saja sampai terpental mundur beberapa langkah ke belakang
dan menimpa Ma Xia yang berdiri di belakangnya. Luo Wen
sendiri tidak menyangka tinjunya bakal bisa ditahan remaja
tanggung sehingga ia berdiri saja memandangi Han Cia Sing
dan Ma Xia.- 304 "Ye-ye, mengapa engkau menyerang mereka
berdua?" tanya Luo Yuan dengan heran sekali. Kakeknya
biasanya sangat lembut dan tidak pernah menunjukkan sikap
permusuhan, tapi mengapa sekali ini marah besar?
"Yuan-er. minggirlah. Kakek akan membalaskan
dendam ayah ibumu!" kata Luo Wen dengan marah.
Han Cia Sing sendiri sedang sibuk memulihkan kedua
tangannya yang beku karena menahan hantaman keras Luo
Wen. Tangannya itu benar-benar beku dalam arti yang
sebenarnya karena bunga-bunga es tampak menyelimuti
permukaan kulit tangannya. Jika saja Han Cia Sing tidak
mempunyai ilmu ajaib Shi Sui Yi Cin Cing, mungkin kedua
tangannya itu sudah rusak dan tak berfungsi lagi. Kini Han
Cia Sing berusaha keras menekan keluar hawa dingin yang
telah merasuki tangannya sampai akhirnya butiran-butiran
es berhasil didesak keluar dari kedua tangannya.
"Bocah marga Han! Aku kagum sekali akan
kehebatanmu yang sanggup menandingi Han Ping Leng
Cang (Tapak Sedingin Es) milikku!" kata Luo Wen memuji
Han Cia Sing.
"Han Ping Leng Cang? Jadi engkau paman Wongguo
Luo?" kata Ma Xia terheran-heran. Ia dulu pernah
mendengar cerita ayahnya tentang pendekar ketiga bernama
Wongguo Luo yang menguasai jurus Han Ping Leng Cang
sehingga digelari Sie Yi (Hujan Salju) dan merupakan salah- 305 satu dari San Yen Mo Wang (Tiga Raja Iblis Neraka). Tapi
ayahnya tidak pernah menceritakan apa yang kemudian
terjadi dengan Wongguo Luo yang menghilang hampir
sepuluh tahun yang lalu. Dan kini setelah pertemuan tak
disengaja ini. Wongguo Luo malah beringas dan ingin
membunuhnya tanpa ia tahu apa sebabnya.
"Huh! Jangan pernah engkau memanggilku paman!
Aku bukan saudara Ma Pei dan Shi Chang Sin yang biadab
itu!" hardik Luo Wen yang bernama asli Wongguo Luo itu
dengan geram kepada Ma Xia.
"Ye-ye, apa yang sebenarnya terjadi? Siapa itu
Wongguo Luo?" tanya Luo Yuan atau lebih tepai disebut
Wongguo Yuan dengan setengah menangis. Ia belum pernah
melihat kakeknya seberingas ini, bahkan marah pun
kakeknya hampir tidak pernah.
"Yuan-er, namaku yang sebenarnya adalah Wongguo
Luo. Seharusnya aku menceritakan ini kepadamu dulu-dulu.
tapi tidak apalah sekarang juga kuceritakan. Kau kini sudah
besar sehingga kuanggap sudah bisa menerima kenyataaan"
kata Wongguo Luo sambil menatap cucu perempuannya itu
dengan sedih. Tatapan matanya melembut kembali.
Wongguo Luo kemudian menuturkan kisahnya
kepada cucunya itu. Dulu sekitar tiga puluh tahun lalu. ia
malang melintang di dunia persilatan daerah utara bersama
dua sahabatnya Ma Pei dan Shi Chang Sin yang sama-sama
berguru kepada Pei Mo sang Iblis Utara. Mereka bertiga- 306 masing-masing mendalami ilmu khusus yang diajarkan guru
mereka sehingga kehebatan mereka begitu melegenda di
tanah utara sebagai San Yen Mo Wang (Tiga Raja Iblis
Neraka). Sepak terjang mereka saat itu begitu beringas dan
ditakuti banyak suku di utara karena tidak ada seorang pun
yang sanggup menandingi mereka bertiga.
Namun roda kehidupan manusia selalu berputar,
kadang di atas kadang di bawah. Istri Wongguo Luo
meninggal ketika melahirkan anak pertama mereka
sehingga menimbulkan kesedihan yang amat mendalam
pada hati Wongguo Luo. Berbeda dengan Ma Pei yang kasar
dan mata keranjang atau Shi Chang Sin yang tidak menikah,
hati Wongguo Luo adalah hati seorang suami dan ayah yang
baik. Wongguo Luo benar-benar membuat banyak
perubahan pada sikap dan tingkah lakunya karena
menganggap kematian istrinya sebagai hukuman dari langit.
Anak tunggalnya yang bernama Wongguo Wen
dibesarkannya dengan sepenuh hati dan setelah cukup umur.
oleh Wongguo Luo dinikahkan dengan seorang gadis cantik
dari suku Tonghu bernama Borte. Kehidupan Wongguo Luo
semakin bahagia dan lengkap ketika lahir cucu perempuan
pertama baginya yang diberi nama Wongguo Yuan. Sayang
sekali, kehidupan yang bahagia bersama itu tidak
berlangsung lama. Sepuluh tahun yang lalu, ketika suku
Tonghu menyerbu suku Darajan untuk menaklukkan
mereka. Wongguo Wen menolong temannya, seorang putra- 307 kepala suku Darajan bernama Ahusei lolos dari kejaran maut
suku Tonghu.
Kejadian ini tentu saja menyulut amarah kepala suku
Tonghu. Sinlin yang segera memerintahkan menghukum
mati Wongguo Wen karena dianggap berkhianat. Borte yang
berusaha mati-matian membela suaminya akhirnya ikut
terbunuh sementara Wongguo Luo yang datang terlambat
hanya bisa meratapi kematian anak dan menantu
tercintanya. Wongguo Luo menjadi sangat marah dan
dendam kepada Sinlin dan kedua sahabatnya yang
dianggapnya tidak membela anak tunggalnya itu. Beberapa
hari kemudian ia menghilang, melarikan diri ke selatan
sambil membawa cucunya Wongguo Yuan pergi selamanya
dari daerah suku Tonghu. sampai akhirnya tiba dan menetap
di desa Pei-An.
Di sini ia berganti nama menjadi Luo Wen untuk
mengenang anak laki-laki tunggalnya. Berkat kecakapannya
dan kemampuannya yang bagus, sebentar kemudian
Wongguo Luo sudah diangkat menjadi kepala desa Pei-An.
Sementara itu Wongguo Yuan dititipkannya di desa
tetangga karena takut suku Tonghu akan mencari dan
mengejarnya. Ketika Wongguo Yuan sudah besar, maka
Wongguo Luo menjemputnya untuk tinggal bersamanya.
Kini setelah hampir lima belas tahun peristiwa itu berlalu,
tiba-tiba hadir anak orang yang dibencinya dalam rumahnya.
Bagaimana mungkin Wongguo Luo tidak naik pitam
dibuatnya.- 308 Ketika akhirnya Wongguo Luo selesai bercerita, pipi
Wongguo Yuan sudah basah oleh air mata. Tampaknya
cerita kakeknya tentang kematian kedua orang tuanya yang
selama ini disembunyikan dari Wongguo Yuan, benar-benar
membuatnya merasa sedih sekali.
"Ye-ye, jadi kedua orang tuaku bukan meninggal
karena sakit seperti yang Ye-ye katakan selama ini?" tanya
Wongguo Yuan dengan memelas.
Wongguo Luo menggeleng sedih.
"Cucuku, kini anak dari bajingan Ma Pei itu
mengantarkan nyawanya kemari. Mari kita balaskan
dendam ayah dan ibumu!" kata Wongguo Luo sambil
bersiap maju menghantam Ma Xia lagi. Han Cia Sing
langsung maju melindungi Ma Xia dari segala kemungkinan
serangan.
"Ye-ye! Jangan!" kata Wongguo Yuan mencegah
kakeknya.
"Mereka tidak bersalah dan tidak ada hubungannya
dengan kematian orang tuaku. Biarkanlah mereka pergi"
mohon Wongguo Yuan sambil menangis.
"Cucuku, mengapa? Mengapa engkau cegah
kakekmu membalas dendam?" tanya Wongguo Luo sambil
menahan gejolak perasaannya.
"Ye-ye, membunuh mereka tidak akan membangkitkan kembali ayah dan ibuku. Biarlah dendam ini hilang- 309 seiring waktu. Kita bisa hidup tenang bersama di desa PeiAn ini selamanya" kata Wongguo Yuan.
Wongguo Luo memeluk cucunya dengan penuh rasa
kasih sayang setelah mendengar perkataan cucunya itu.
"Cucuku yang baik, sifatmu amat mirip dengan
nenekmu" bisik Wongguo Luo dengan lembut kepada
cucunya.
Ma Xia dan Han Cia Sing juga merasa terharu melihat
kejadian ini. Mereka yang sedari tadi mendengarkan kisah
Wongguo Luo menjadi mengerti duduk persoalannya.
Terutama Ma Xia yang merasa sangat bersalah atas
kelakuan ayahnya yang memang bejad selama ini. Ia maju
tertatih-tatih mendekati kedua kakek-cucu yang tengah
berpelukan itu. Han Cia Sing yang berusaha mencegahnya
mendekat tidak dihiraukannya.
"Paman Wongguo, atas nama ayah dan paman Shi
Chang Sin aku Ma Xia mohon maaf atas segala perlakuan
mereka kepada kalian" kata Ma Xia sambil berlutut di depan
Wongguo Luo dan Wongguo Yuan.
"Sudahlah, kalian boleh pergi. Aku menganggap
kejadian ini tidak pernah terjadi" kata Wongguo Luo sambil
membuang muka. Tampaknya ia benar-benar hendak
melepaskan Ma Xia dan Han Cia Sing pergi.- 310 "A Xia, mari kita pergi dari sini. Paman dan nona
Wongguo kami mohon diri dulu" kata Han Cia Sing sambil
menggandeng Ma Xia pergi dari rumah Wongguo Luo itu.
Baru saja mereka sampai di depan pintu, terdengar
suara menggelegar memekakkan telinga yang amat mereka
kenal. Siapa lagi kalau bukan suara Pei Lei Shi Chang Sin
(Shi Chang Sin sang Guntur Utara)!
"Hahahahhaa. mengejar seekor angsa malah
mendapatkan seekor naga!"
Han Cia Sing segera maju melindungi Ma Xia dari
segala kemungkinan. Matanya mencari-cari dengan awas di
sekitar rumah itu tentang keberadaan Shi Chang Sin.
Suasana memang sudah redup karena hari sudah sore
sehingga memudahkan seseorang bersembunyi dari
pandangan orang lain. Wongguo Luo dan Wongguo Yuan
ikut keluar ke depan dengan penasaran, terutama Wongguo
Luo yang sudah amat kenal dengan suara Shi Chang Sin itu.
Dengan gagah berani ia maju ke depan sambil berteriak
lantang.
"Shi Chang Sin kau pengecut! Tunjukkan dirimu jika
memang kau laki-laki. aku Wongguo Luo akan bertarung
denganmu ribuan jurus sampai mati!"
Seakan menjawab tantangan itu. sesosok bayangan
berjubah putih meluncur turun dari atap rumah di seberang
kediaman Wongguo Luo dengan ringan sekali. Itulah ilmu
Guo Yin Sen Kung yang terkenal, yang dikuasai oleh Shi- 311 Chang Sin dengan sempurna sekali. Ia melayang turun
dengan ringan sekali bagaikan selembar daun tertiup angin.
"Wongguo-siung, bagaimana kabarmu selama ini?"
tanya Shi Chang Sin sambil memandang tajam ke arah
Wongguo Luo.
"Terima kasih atas perhatianmu Shi-siung. Aku masih
belum mati" jawab Wongguo Luo dengan sinis.
Kedua pendekar senior yang dulunya sahabat itu kini
berhadapan sebagai musuh besar. Udara menjadi tertekan
oleh hawa membunuh yang dipancarkan keduanya dengan
ganas sekali. Han Cia Sing. Ma Xia dan Wongguo Yuan
dapat merasakan pameran kekuatan dua pendekar itu.
Tenaga dalam Han Ping Leng Can dan Guo Yin Sen Kung
yang saling bertabrakan di udara menimbulkan pusaran
angin berputar di antara mereka berdua. Sungguh-sungguh
tenaga dalam yang dahsyat!
Diiringi bentakan menggelegar dari Shi Chang Sin
yang memekakkan telinga, kedua pendekar senior itu
langsung maju bersama-sama. Tanpa banyak adu jurus
maupun pembukaan, mereka langsung beradu telapak
tangan menjajal tenaga lawan. Benturan tenaga itu
meledakkan udara di sekitarnya dan melemparkan Ma Xia
dan Wongguo Yuan beberapa langkah ke belakang. Han Cia
Sing masih tetap tegak berdiri karena sudah bersiap dengan
tenaga dalamnya yang dikerahkan sekuat tenaga.- 312 Wongguo Yuan dan Shi Chang Sin bertahan saling
tidak mau mengalah. Mereka berkeringat banyak tapi masih
memaksakan mengeluarkan tenaga hingga puncak. Hawa
dingin Han Ping Leng Cang amat kuat sehingga


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyebabkan butiran-butiran salju tipis mulai turun dari
langit akibat turunnya suhu. Kedua tapak tangan Shi Chang
Sin yang menempel pada tapak Wongguo Luo sudah mulai
mengeluarkan bunga es pertanda ia sudah mulai terdesak.
Shi Chang Sin membuka mulutnya sambil berteriak
keras, meledakkan seluruh hawa tenaganya. Bentakan yang
disertai tenaga dalam itu mampu membunuh orang biasa
karena kerasnya suara. Ma Xia dan Wongguo Luo
berguling-guling kesakitan di tanah sambil menutupi telinga
mereka sedangkan Han Cia Sing harus mengerahkan seluruh
tenaganya ke titik dahi agar mampu menahan kekuatan
bentakan.
Wongguo Luo akhirnya tidak mampu lagi menahan
bentakan Guntur Utara dari jarak dekat dan terpaksa mundur
melepaskan tapaknya. Shi Chang Sin sudah menunggu hal
ini dan sekalian melepaskan kekuatan lewat tapaknya
menghajar Wongguo Luo yang langsung terpental beberapa
tombak jauhnya.
"Ye-ye!" teriak Wongguo Yuan sambil berlari ke arah
kakeknya. Wongguo Luo sendiri langsung berdiri sambil
mengusap tetesan darah di sudut mulutnya. Tampaknya ia
terluka dalam meskipun tidak parah. Di pihak lain Shi
Chang Sin tengah berusaha keras menekan hawa dingin- 313 keluar dari kedua tangannya. Kedua pihak masing-masing
berusaha mengumpulkan tenaga lebih cepat dari lawannya.
Dari kejauhan, tampak lima sosok berlari-lari dengan
ringan sekali menuju ke arah mereka. Yang paling depan
adalah Tien Huo Ma Pei. disusul Si Ta Hao Ren (Empat
Orang Baik) Pu Tu.
Pu Cui. Pu Tou dan Pu Sa. Mereka berempat seperti
biasa tertawa terkekeh seperti orang gila saja. Han Cia Sing
mengepalkan tinjunya kuat-kuat. Tampaknya ia harus
mempertaruhkan nyawanya kali ini jika ingin lolos hiduphidup!
***- 314 20. Setan Darah
uo Cin dan Wen Yang berjalan berdampingan dalam
ruangan bawah tanah yang lembab dan hanya
diterangi obor-obor yang dipegang para prajurit. Mereka
berjalan melintasi puluhan ruangan penjara yang pintunya
terbuat dari besi. Memang ini adalah ruangan penjara bawah
tanah yang disediakan bagi tahanan khusus. Mereka semua
dibiarkan mati tidak hidup tidak sebagai suatu bentuk
hukuman paling kejam. Tidak heran terdengar erangan
kesakitan dan makian sepanjang jalan itu. sungguh benarbenar menggiriskan hati yang mendengarnya.
Tapi hati Huo Cin dan Wen Yang sama sekali tidak
tergetar mendengarnya dan tetap berjalan lurus menuju satu
pintu yang berada di ujung. Pintu itu kelihatannya sama saja
dengan pintu besi lainnya, tapi jika diperhatikan lebih teliti
terlihat pintu besi itu seperti bengkok-bengkok dan tidak
rata. Tampaknya siapapun yang dipenjara di dalam
mempunyai tenaga yang luar biasa, sampai-sampai mampu
menghajar dan menendang pintu besi tebal itu sampai
bengkok-bengkok semuanya!
Huo Cin menggerakkan tangan memerintahkan para
prajurit membuka pintu besi itu. Empat prajurit segera maju
ke depan dan menarik pintu besi yang berat itu. Suara
berderit memekakkan telinga terdengar ketika empat
prajurit itu dengan susah payah mendorong pintu besi yang
mungkin sudah tidak pernah dibuka lagi selama puluhan
H- 315 tahun. Baru saja mereka selesai membuka pintu besi. tibatiba dari dalam ruangan penjara muncul hawa menyedot
sangat kuat sehingga empat prajurit itu terseret ke dalam.
Huo Cin dan Wen Yang segera mengerahkan tenaga dalam
agar tidak ikut tersedot ke dalam sementara para prajurit lain
di belakang mereka sampai harus berpegangan pada dinding
batu agar tidak tersedot.
Dari dalam ruangan penjara itu terdengar teriakan
kesakitan dan jerit ngeri keempat prajurit itu. setelah itu
sunyi lagi. Hanya terdengar suara orang berdecak-decak
dengan nyaring saja. Huo Cin dan Wen Yang melangkah
masuk dengan hati-hati sekali ke dalam ruangan penjara
yang begitu lembab dan berbau busuk sekali. Pemandangan
yang mereka lihat ternyata jauh lebih memualkan lagi.
Tubuh empat prajurit tadi sudah hancur lebur tak berbentuk.
Darah amis membasahi dinding dan lantai penjara yang
lembab dan berlumut.
Tapi yang paling mengerikan adalah seorang kakek
tua kurus dengan rambut panjang tak terurus dan nyaris
telanjang sedang makan potongan tubuh para prajurit itu
dengan lahap sekali. Huo Cin dan Wen Yang yang
merupakan orang-orang kejam tanpa belas kasihan saja
merasa ngeri melihat pemandangan menjijikkan ini. apalagi
para prajurit biasa yang mengawal mereka. Para prajurit
yang tidak kuat segera keluar sambil muntah-muntah. Kakek
tua itu sendiri sama sekali tidak menghiraukan mereka,- 316 malah tetap makan dengan lahapnya. Sekali-sekali ia
bersendawa keras, seolah-olah ia sedang makan besar saja!
"Fang Yung Li! Berlutut dan dengarkan titah Kaisar!"
teriak Huo Cin.
Kakek tua itu sama sekali tidak menghiraukan Huo
Cin. bahkan sampai beberapa kali Huo Cin membentaknya
dengan nyaring. Akhirnya Huo Cin kehilangan
kesabarannya dan meloloskan pedang Yin Ye (Bulan Perak)
dari sarungnya.
"Jika memang telingamu tidak berguna, lebih baik
kupotong saja!" teriak Huo Cin sambil maju menyerang.
Pedan Bulan Perak berdesing nyaring dan meluncur
deras ke arah telinga kakek bernama Fang Yung Li itu.
Sesaat sepertinya sudah hampir pasti pedang Huo Cin akan
menebas telinganya, tapi pada saat terakhir Fang Yung Li
memiringkan kepalanya dan menampar pedang Huo Cin
sehingga miring arahnya. Pedang sakti itu nyaris terlepas
dari tangan Huo Cin karena kerasnya tenaga tamparan Fang
Yung Li dan terus meluncur menembus dinding batu di
belakangnya.
Huo Cin sekarang benar-benar marah karena merasa
dipermalukan, la mengerahkan seluruh lenaga sampai
puncak dan menyalurkan ke pedangnya Inilah pirus
pembuka l'i Sie Cien (Pedang Penakluk Iblis) yang amal
dahsyat sampai-sampai Pedang Bulan Perak berdengung
keras dan merontokkan dinding tempatnya menancap.- 317 Pedang itu ditebaskan dengan kekuatan penuh ke arah Fang
Yung Li yang sedang asyik menikmati "makanannya".
Hawa pedang yang begitu kuat dan tajam meluncur
deras. Lantai batu bahkan tergores oleh kuatnya hawa Pi Sie
Cien ini. Sang kakek Fang Yung Li sekarang lebih bersiaga
menyadari kekuatan dahsyat sedang menuju ke arahnya, la
memiringkan tubuhnya berkelit dari hawa pedang tetapi
kulit bahunya tetap saja tergores dan mengeluarkan darah.
Segera saja Fang Yung Li menjilati darahnya sendiri seperti
seorang yang kehausan tapi sebentar kemudian ia meludahludah sambil memaki-maki.
"Ah. darah pahit! Tidak enak!" seru Fang Yung Li.
"Fang Yung Li. kau masih tidak mau berlutut
mendengarkan titah Kaisar?" bentak Huo Cin sekali lagi
sambil bersiap dengan pedang Bulan Peraknya.
"Hehehehe. Kaisar? Siapa itu Kaisar?" tanya Fang
Yung Li sambil tertawa-tawa tidak waras.
Huo Cin berteriak marah sambil maju menerjang.
Kali ini ia tidak mau lagi menggunakan tenaga setengahsetengah. Pedang Yin Ye berdengung keras menahan tenaga
Pi Sie Cien yang siap dimuntahkan sepenuh tenaga. Fang
Yung Li sendiri kini siap siaga menanti datangnya serangan.
Tenaga keras tidak dapat dilawan dengan tenaga
keras, pikir Huo Cin. Karena itu kini ia tidak mau lagi
menyerang langsung. Begitu pedangnya sudah hampir- 318 sampai di ulu hati Fang Yung Li. ia lalu memutar pedangnya
berbalik menyambar ke arah kepala. Untunglah Fang Yung
Li seorang jago yang berpengalaman sehingga dapat
menghindari sabetan pedang Yin Ye tepat pada waktunya,
jika tidak tentu kepalanya sudah menggelinding di tanah!
Kali ini pertarungan terjadi dalam jarak rapat dan
tepat sekali Gerakan Huo Cin dan Fang Yung l.i hampir
ndak tettikM HMI yang menyerang mana yang bertahan.
Dalam waktu tingkat dua puluh jurus sudah berlalu tapi
belum terlihat tanda-tanda siapa yang lebih unggul. Fang
Yung Li sendiri masih tetap duduk bersila sambil meladeni
serangan Huo Cin. membuat Huo ( m merasa benar-benar
diremehkan sekali oleh kakek gila ini dan bertekad
memaksanya menggunakan kedua kakinya.
Huo Cin segera mengubah jurus menjadi jurus rendah
yang menyerang bagian bawah tubuh lawan. Ini adalah jurus
li Scr, Dui Mo (Dewa Tanah Mengusir Iblis) yang mampu
menebas kaki lawan hingga buntung dalam beberapa
sabetan saja. I-ang Yung Li meskipun tidak waras otaknya,
tapi kemampuan silatnya masih tetap sangat tinggi. Ia segera
tahu jurus kuat yang dikeluarkan Huo Cin ini adalah untuk
memaksanya berdiri. Fang Yung Li bergulingan di tanah
sambil melemparkan potongan-potongan tubuh para prajurit
tadi ke arah Huo Cin. memaksanya menebas untuk
menghabiskan tenaga serang Ti Sen Dui Mo.
Siasat yang digunakan Fang Yung Li berhasil baik
karena akhirnya Huo Cin harus menghentikan serangannya- 319 setelah tenaga pedangnya menurun. Kini Fang Yung Li
berdiri berhadapan dengan Huo Cin dengan posisi siap siaga
dan tampaklah sebab mengapa ia tadi bertarung sambil
duduk saja. Ternyata kedua kaki Fang Yung Li dirantai oleh
sepasang rantai besi yang besar sekali Rantai itu tidak
diikatkan ke pergelangan kakinya, tapi ditusukkan ke dalam
daging hingga tembus. Cara merantai semacam ini sangat
kejam karena amat menyakitkan dan lama-kelamaan akan
membuat lumpuh kaki orang yang dirantai. Fang Yung Li
hanya diselamatkan oleh tenaga dalamnya saja sehingga
masih bisa bertahan meskipun daging kakinya yang ditusuk
rantai sudah membusuk semua.
"Fang Yung Li! Aku membawa pengampunan Kaisar
kepadamu!" teriak Huo Cin lagi tapi tetap saja tidak
diindahkan oleh Fang Yung Li.
"Hehehech. aku tidak bersalah, mengapa buluh
pengampunan Kaisar?" tanya Fang Yung l.i sambil tertawa
terkekeh-kekeh.
Huo Cin tampaknya mulai habis kesabaran
menghadapi Fang Yung Li yang sudah tidak waras ini.
"Jika engkau masih bertingkah, aku terpaksa harus
memenggal kepalamu!" kata Huo Cin sambil
mengacungkan pedang Bulan Perak ke arah Fang Yung Li
dengan sikap mengancam. Tapi dasar orang gila. Fang Yung
Li malah tertawa terkekeh-kekeh tidak mengindahkan
ancaman Huo Cin.- 320 "Heheheeh. sudah kukatakan aku tidak bersalah
mengapa harus mendapat pengampunan Kaisar?" kata Fang
Yung Li.
Kata-kata Fang Yung Li ini memberikan sebuah ide
kepada Wen Yang yang sedari tadi hanya menonton saja. Ia
segera mencegah Huo Cin yang sudah bersiap maju
menyerang Fang Yung Li lagi.
"Kakak, aku ada akal" bisiknya kepada Huo Cin.
Wen Yang maju mendekati Fang Yung Li yang kini
menggaruk-garuk tubuhnya yang bertelanjang dada itu
dengan nikmat sekali, sama sekali tidak mengindahkan
kehadiran mereka.
"Jenderal Fang. aku tahu engkau memang tidak
bersalah. Semua ini bukan kesalahanmu tapi kesalahan
menteri Han Wen Ping yang menfitnahmu di hadapan
Kaisar" kata Wen Yang.
Begitu kata Han Wen Ping disebut, raut muka Fang
Yung Li langsung berubah sadis. Matanya menatap liar
kepada Wen Yang. mulutnya komat-kamit mengatakan
sesuatu dengan tidak jelas. Tanpa disangka-sangka. Fang
Yung Li kemudian berteriak keras sekali sampai
mengguncangkan ruangan penjara itu. Tampaknya ia geram
sekali mendengar Han Wen Ping disebut-sebut.
"Ahhhhhh! Han Wen Ping si mulut-besar, di mana
kau! Akan kucabik-cabik dirimu, kuminum darahmu dan- 321 kumakan jantungmu!" teriak Fang Yung Li seperti
kesetanan. Tenaga dalam Huo Cin dan Wen Yang mampu
meredam ledakan suara Fang Yung Li tapi kasihan para
prajurit yang ilmunya rendah. Mereka bergulingan di tanah
menahan sakit merasakan kepala mereka seolah mau pecah
saja.
Setelah kemarahan Fang Yung Li agak reda. Wen
Yang kembali mendekatinya untuk menghasutnya. Ternyata
memang cara yang dilakukan Wen Yang jauh lebih berhasil
dibandingkan dengan cara keras yang dipakai Huo Cin. Kini
bahkan Fang Yung Li pun ikut mendengarkan apa yang
dikatakan Wen Yang dengan seksama.
"Jenderal Fang. Kaisar akhirnya tahu engkau adalah
seorang jenderal yang setia" kata Wen Yang melancarkan
siasatnya.
"Ya. ya aku memang seorang jenderal yang setia"
kata Fang Yung Li sambil tersenyum gila.
"Kaisar sudah memerintahkan agar jabatan Han Wen
Ping dicopot dan ia dihukum, tapi dasar Han Wen Ping
pengkhianat licik. Ia malah melarikan diri dari hukuman dan
mengumpulkan para pemberontak di daerah Yi Chang. Kini.
Jenderal Fang akan dipulihkan kembali jabatannya oleh
Kaisar dan diperintahkan memimpin pasukan menangkap
kembali Han Wen Ping hidup atau mati" kata Wen Yang
terus mempengaruhi Fang Yung Li yang sudah miring
otaknya itu.- 322 Wajah Fang Yung Li berubah menjadi terharu dan ia
menangis tersedu-sedu seperti anak kecil. Ia jatuh berlutut
dengan air mata bercucuran.
"Oh. yang Mulia Kaisar! Akhirnya engkau menyadari
siapa yang setia" kata Fang Yung Li sambil menengadah ke
langit.
Wen Yang tersenyum penuh arti kepada Huo Cin.


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tampaknya siasat hasutan berhasil dengan baik. Kini Fang
Yung Li yang sakti tapi gila itu sudah berada dalam
genggaman tangan mereka.
"Fang Yung Li! Dengarkan titah yang Mulia Kaisar"
kata Huo Cin melihat Fang Yung Li sudah tidak seganas
tadi. Benar juga. kali ini ia tetap berlutut dengan pasrah di
hadapan Huo Cin.
"Atas titah Kaisar Langit. Fang Yung Li dibebaskan
dari tahanan kerajaan. Semua kesalahan dihapuskan dan
semua pangkatnya akan dikembalikan. Harap menerima
titah!" kata Huo Cin membacakan titah Kaisar dan
memberikannya kepada Fang
Yung Li yang masih tersedu-sedu.
Huo Cin kemudian mengerahkan seluruh tenaganya
ke dalam pedang Bulan Perak hingga berdengung nyaring.
Dua tebasan kilat segera berdesing memutuskan rantai besi
yang membelenggu kaki Fang Yung Li selama puluhan
tahun ini. Fang Yung Li melihat rantai itu putus, langsung- 323 meloncat-loncat dengan gembira sekali seperti seorang anak
kecil.
"Aku bebas! Aku bebas!"" teriak Fang Yung Li.
Huo Cin dan Wen Yang berpandangan dengan penuh
arti. Tampaknya tidak sulit bagi mereka untuk
mengendalikan kakek tua yang gila ini. Fang Yung Li yang
sudah terkurung puluhan tahun, pikirannya tidak waras lagi
mengikuti alur pikiran orang normal.
"Aku lapar! Aku lapar!" kata Fang Yung Li tiba-tiba
sambil mengelus-elus perutnya yang kurus hingga terlihat
tulang-tulang iganya.
"Jenderal Fang. kami akan mengurus makanan anda
dengan baik di kediaman jenderal nanti" kata Huo Cin.
"Untuk apa menunggu berlama-lama? Bukankah di
sini banyak makanan?" tanya Fang Yung Li dengan heran.
Tentu saja pertanyaan Fang Yung Li ini disikapi
dengan heran oleh Huo Cin dan Wen Yang. Mereka sama
sekali tidak melihat ada makanan tersedia di penjara bawah
tanah itu. Tapi tentu saja pikiran manusia waras tidak bisa
menangkap maksud pikiran seorang gila seperti Fang Yung
Li ini.
"Makanan di sini banyak sekali, aku jadi lapar!"
teriak Fang Yung Li lagi.
Huo Cin dan Wen Yang kembali berpandangan heran.- 324 Belum sempat keheranan mereka hilang, tiba-tiba
Fang Yung Li sudah memasang kuda-kuda yang kuat dan
mengerahkan tenaga hisapnya seperti pertama tadi. Empat
prajurit kerajaan yang tersisa segera terseret mendekati Fang
Yung Li tanpa bisa berbuat apa-apa. hanya bisa menjerit dan
memandang ngeri. Inilah ilmu sesat andalan Fang Yung Li
yang dinamakan Pei Ming Sen Kung (Ilmu Tenaga Neraka
Utara). Keunikan ilmu ini adalah tenaga hisapnya yang luar
biasa sehingga cukup kuat untuk menarik batu gunung
sekalipun!
Begitu para prajurit itu sudah dalam genggamannya.
Fang Yung Li segera mencabuti tangan dan kaki mereka
dengan mudah sekali, seperti mencabuti bulu ayam saja
layaknya. Para prajurit malang itu hanya bisa menjerit-jerit
dan meregang nyawa dengan pasrah, seakan-akan berada
dalam genggaman dewa maut. Huo Cin dan Wen Yang
hanya bisa terkaget-kaget saja menyaksikan kebiadaban
Fang Yung Li yang sudah di luar batas akal manusia sehat
ini. Fang Yung Li sendiri tidak menghiraukan mereka
berdua dan sibuk mencabik-cabik tubuh para prajurit
malang itu
"Silakan Jenderal Fang menikmati makanannya" kata
Wen Yang sambil pelan-pelan mundur menuju pintu
penjara. Huo Cin pun mengikutinya dengan perasaan tidak
karuan. Mereka berdua adalah orang-orang kejam dan
sanggup melakukan apa saja. tapi apa yang dilakukan Fang
Yung Li ini benar-benar sangat menjijikkan dan mengerikan- 325 sehingga mereka pun memilih menyingkir saja. Pantas saja
dulu Fang Yung Li digelari Sie Mo (Iblis Darah) dan
dihukum di penjara bawah tanah ini!
"Adik. engkau cerdik sekali. Bahkan Fang Yung Li
sinting itu pun menurut apa yang engkau katakan" puji Huo
Cin kepada Wen Yang ketika mereka berdua berjalan keluar
dari penjara bawah tanah itu.
"Kakak, engkau terlalu memuji. Sebenarnya tidak
sulit untuk membohongi seorang kakek gila seperti dia" kata
Wen Yang merendah.
"Memang ia gila. tapi ilmunya hebat sekali.
Menurutmu apakah ia sanggup menandingi Jien Wei Cen?"
tanya Huo Cin lagi.
"Kakak, mungkin kehebatan ilmunya masih
terpendam setelah ia menjalani siksaan penjara selama
puluhan tahun. Jika ia sudah pulih seluruhnya, aku yakin
bahkan Jien Wei Cen pun pasti akan kerepotan
meladeninya" kata Wen Yang memberikan pandangannya.
"Ya. setelah mereka saling terluka. kita bisa sekaligus
menghabisi Jien Wei Cen dan Fang Yung Li bersama-sama.
hihihihihih" kata Huo Cin sambil tertawa licik.
"Kakak memang pandai sekali merancang siasat"'
puji Wen Yang kepada kakaknya itu.
Mereka berdua keluar dari penjara bawah tanah itu
dan memerintahkan agar para prajurit menjemput Fang- 326 Yung Li dengan membawa pakaian kebesaran seorang
jenderal. 1 idak lupa juga para prajurit diperintahkan
membawa makanan dan arak dalam jumlah banyak. Huo
Cin tidak ingin nantinya Fang Yung Li memangsa para
prajurit dan membawa-bawa jasad mereka ke istana sebagai
makanan.
Begitulah akhirnya Fang Yung Li dipulihkan kembali
kedudukannya sebagai seorang jenderal, meskipun tanpa
kekuasaan dan prajurit. Rambutnya dipotong dan dirapikan,
demikian pula kakinya yang membusuk diobati oleh tabib
istana. Seluruh tubuhnya dimandikan oleh para wanita
cantik dari anggota Ceng Lu Hui yang tentu saja memuaskan
nafsu Fang Yung Li yang sudah puluhan tahun tidak
tersalurkan. Perlakuan yang baik sekali oleh Huo Cin dan
Wen Yang ini semakin membuat Fang Yung Li senang dan
percaya kepada mereka berdua.
Selang beberapa hari kemudian, ketika Huo Cin
tengah duduk-duduk di beranda depan kediaman wismanya
dengan santai, datang seorang kasim rendahan dengan
terburu-buru membawakan pesan.
"Lapor, kepala kasim. hamba datang membawa pesan
penting dari permaisuri Wu. Kepala kasim. diharapkan
segera menghadap" kata kasim itu sambil berlutut
menghormat.
"Oh? Permaisuri ada urusan apakah hingga
memanggilku secara mendadak begini?" tanya Huo Cin.- 327 "Lapor, kepala kasim. hamba tidak mengetahuinya.
Namun tampaknya Permaisuri sedang tidak mau diganggu"
kata kasim itu lagi.
"Hmmm. baiklah. Kau boleh pergi, aku akan segera
berangkat menuju istana permaisuri Wu" kata Huo Cin
sambil bangkit berdiri. Kasim rendahan itu menghormat
kepada Huo Cin sebelum undur diri.
"Apakah dia sudah datang ? Cepat sekali ia sudah tiba
di dataran tengah. Jika begini maka awal bulan depan aku
sudah bisa mulai menghajar Jien Wei Cen. Aku ingin lihat
mukanya yang sombong itu akan seperti apa jika melihat
Tien Lung Men yang dibangunnya hancur" kata Huo Cin
kepada dirinya sendiri.
Huo Cin segera menyiapkan diri dan bergegas menuju
kediaman permaisuri Wu. Ia sudah tidak sabar lagi menemui
orang itu. Jika saja orang itu setuju membantu mereka, maka
kekalahan Jien Wei Cen sudah bisa dipastikan. Gabungan
dirinya. Fang Yung Li dan orang itu sudah pasti bisa
mengalahkan Tien Lung Ta Fa tingkat ketigapuluh enam.
Huo Cin segera memasuki ruangan dalam permaisuri
Wu. Para prajurit dan dayang-dayang tidak ada yang
melarangnya karena mereka sudah tahu tugas kasim Huo
Cin di kalangan istana.
Huo Cin menghomiat di depan pintu kamar
Permaisuri Wu yang tertutup rapat. Suara Permaisuri Wu
terdengar dari dalam kamar menyuruhnya masuk ke dalam.- 328 Huo Cin segera masuk dan menutup pintu. Suasana saat itu
sore hari dan lampion belum lagi dinyalakan sehingga
suasana dalam ruangan tampak remang-remang. Permaisuri
Wu tampak sedang duduk di tepian ranjang santai yang
diletakkan dekat jendela yang terbuka menghadap taman.
"Hormat kepada yang Mulia Permaisuri Wu!" kata
Huo Cin sambil berlutut menghormat kepada Permaisuri
Wu. "Hmm. bangunlah" kata Permaisuri Wu dengan acuh
tak acuh.
"Kepala kasim Huo Cin datang menghadap atas
perintah Permaisuri Wu" kata Huo Cin lagi.
Permaisuri Wu bangkit dari ranjang santainya.
Matanya yang berkilat-kilat cerdas memandang Huo Cin
sambil tersenyum. Kelihatannya suasana hati Permaisuri
Wu sedang baik sore hari ini.
"Kepala kasim Huo. kau tahu mengapa aku
memanggilku kemari sore ini?" tanya Permaisuri Wu.
"Lapor Permaisuri Wu. hamha yang bodoh ini tidak
tahu" kata Huo Cin merendah. Ia memang paling lihai
menjilat.
Permaisuri Wu tersenyum senang, la berjalan
perlahan menuju ke arah meja bundar yang ada di tengah
ruangan. Dengan gerakan yang gemulai, ia meniup kayu
bara dan menyalakan lilin yang ada di atas meja.- 329 "Hari ini aku sangat senang, kepala kasim Huo.
karena dua sebab" kata Permaisuri Wu sambil menutup lilin
yang menyala dengan tutup kain sutra. Huo Cin menunggu
Permaisuri Wu menyelesaikan kalimatnya dengan sabar.
"Pertama, aku berhasil menyingkirkan Li Chong dari
perebutan tahta" kata Permaisuri Wu sambil tersenyum
puas.
"Selamat atas keberhasilan Permaisuri Wu!" kata
Huo Cin sambil menjura.
Li Chong adalah anak angkat permaisuri lama dari
seorang selir istana, yang kemudian oleh Kaisar Gao Zong
dijadikan putra mahkota. Ketika permaisuri lama
dipenjarakan karena siasat keji Permaisuri Wu. maka
kedudukan putra mahkota pun diberikan kepada Li Hong
sang putra sulung Permaisuri Wu. Sungguhpun demikian,
kehadiran Li Chong tetap dianggap sebagai duri dalam
daging oleh Permaisuri Wu dan ia dengan segala macam
cara berusaha mengenyahkan Li Chong dari dunia ini.
Kesempatan itu akhirnya datang ketika Li Chong menentang
penghukuman keluarga Han Kuo Li. Shangguan Yi dan
Song Wei Hao atas tuduhan memberontak.
Permaisuri Wu merancang siasat untuk menuduh Li
Chong hendak memberontak terhadap Kaisar Gao Zong dan
dengan bantuan menteri licik Shi Jing Song dan Li Yi Fu
men fitnahnya di depan Kaisar Gao Zong. Tentu saja Kaisar
sangat murka dan langsung menghukum mati Li Chong- 330 dengan minum arak beracun. Hal ini membuat Permaisuri
Wu merasa sangat senang dan lega karena akhirnya berhasil
menyingkirkan Li Chong dan mengamankan posisi anakanaknya sebagai putra mahkota, terutama karena ia sedang
hamil muda lagi sekarang. Permaisuri Wu sendiri sudah
mempunyai tiga orang putra. Li Hong yang sulung sudah
diangkat sebagai putra mahkota. Putra kedua adalah Li Sin
dan putra ketiga adalah Li Xian. la sangat berharap anak
yang akan dilahirkannya nanti adalah seorang pangeran
juga. sehingga pasti akan sangat menyenangkan Kaisar Gao
Zong.
"Kedua, kedatangan orang yang telah kita tunggutunggu selama ini" kata Permaisuri Wu meneruskan
penjelasannya.
"Permaisuri Wu. hamba yang bodoh ini mohon
penjelasan" tanya Huo Cin.
"Seperti yang pernah kita bicarakan bulan lalu. orang
yang kita undang telah datang di sini" kata Permaisuri Wu.
"Lapor Permaisuri, apakah dia sudah tiba? Hamba
akan menyuruh orang untuk menjemputnya" kata Huo Cin
"Tidak perlu, ia sudah ada di sini" jawab Permaisuri
Wu. "Di sini ?" kata Huo Cin tidak bisa menyembunyikan
keterkejutannya.- 331 Ilmu Huo Cin sudah termasuk ilmu tingkat tinggi.
Segala gerakan terkecil bahkan napas seseorang pun tidak
akan lolos dari pendengarannya. Bagaimana mungkin ia
tidak menyadari kehadiran seseorang di dalam kamar
Permaisuri Wu? Sebegitu hebatnyakah ilmu orang itu?
"Benar, ia sudah berada di sini. Guo-se (Guru
Negara), keluarlah dan temui kasim kepala Huo Cin yang
setia ini" kata Permaisuri Wu lagi.
Huo Cin menoleh ke arah panggilan Permaisuri Wu.
Ternyata di sudut ruangan yang tersembunyi, telah duduk
seorang kakek berbaju merah dengan jubah ungu dan
memakai topi ungu dengan hiasan berlian ungu menempel
di topinya. Sikapnya tenang dan berwibawa. Ia tidak lain
adalah guru negara Nela. Fan Zheng. la mengangguk ramah
kepada Huo Cin.
"Kepala kasim Huo Cin. lama tidak berjumpa. Aku
Fan Zheng. guru besar negara Nela telah datang memenuhi
undanganmu" kata
Fan Zheng sambil membungkuk hormat.
"Yang Mulia Guo-se. aku Huo Cin merasa amat
terhormat atas kedatangan Guo-se ke dataran tengah'* kata
Huo Cin balas menghormat.
"Hahahaa. kepala kasim Huo tentu merasa sangat
senang bisa bertemu anda di tempat ini" kata Permaisuri Wu
sambil mempersilakan Fan Zheng untuk duduk bersama di- 332 meja bundar. Huo Cin sendiri berdiri dengan sikap hormat
di belakang Permaisuri Wu.
"Guo-se, anda tentunya sudah tahu maksudku
mengundang anda diam-diam datang ke dataran tengah


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukan?" kata Permaisuri Wu.
"Hamba tahu apa maksud undangan Permaisuri"
jawab Fan Zheng dengan hormat. Ia mengeluarkan sepucuk
surat dari lipatan lengan bajunya.
"Dalam surat ini sudah tertulis jelas apa yang
diinginkan Permaisuri" kata Fan Zheng sambil
menyerahkan surat itu kepada Permaisuri Wu.
"Bagus kalau begitu Guo-se, lalu apakah pendapatmu
tentang tawaranku? Apakah anda setuju?" tanya Permaisuri
Wu lagi.
"Permaisuri Wu. aku ingin tahu apakah yang ditulis
dalam surat itu memang benar atau tidak, mohon Permaisuri
mengatakannya sendiri" kata Fan Zheng.
"Hahaha. memang seorang Guo-se selalu berhati-hati
dalam bertindak. Baiklah akan kuulangi lagi tawaranku di
depan anda. Guo-se Fan Zheng. Aku menawarkan
kebebasan pajak bagi negeri Nela dan mengangkat raja Nela
menjadi Pelindung Timur jika engkau bersedia membantu
kami dalam hal ini" kata Permaisuri Wu sambil tersenyum.
"Baik. aku mengerti dengan baik tawaran anda yang
Mulia Permaisuri. Bahkan aku sudah merundingkan hal ini- 333 dengan rajaku dan beliau setuju dengan syaratnya. Tapi ada
satu hal yang membuatku ingin bertanya" kata Fan Zheng
sedikit ragu-ragu.
"Guo-se, katakan saja" kata Permaisuri Wu
mempersilakan.
"Dataran tengah terkenal sebagai negeri pendekar.
Entah berapa ratus perguruan ternama tersebar di seluruh
antero negeri, menurut pendapatku tidak perlu mengundang
orang luar untuk menyelesaikan masalah dalam ini" kata
Fan Zheng menerangkan keraguannya.
"Hahahah. pertanyaan bagus! Aku senang
mendengarnya. Kini aku ingin bertanya kepada Guo-se.
apakah anda pernah mendengar nama Jien Wei Cen. sang
ketua partai Tien Lung Men?" tanya Permaisuri Wu
menyelidik.
"Nama pendekar besar Sen Sou Mo Ciao (Tangan
Dewa Kaki Iblis) Jien Wei Cen amat terkenal seantero
negeri, bahkan hingga ke Nela. Bagaimanakah mungkin aku
tidak mengenalnya?" jawab Fan Zheng.
"Menurutmu.apakah ada seorang pendekar di dataran
tengah ini yang mampu menandingi kehebatannya?" tanya
Permaisuri Wu lagi.
"Tidak ada yang sanggup menandingi keperkasaan
Jien Wei Cen" jawab Fan Zheng sejujurnya.- 334 "Jawaban yang jujur, aku senang dengan jawabanmu.
Tapi engkau mungkin tidak yakin pada kemampuanmu
sendiri mungkinkah engkau pernah menjajal sendiri
kemampuan Jien Wei Cen?" tanya permaisuri Wu.
"Aku pernah berhadapan dengannya dua puluh tahun
lalu dan memang harus mengakui keunggulannya" jawab
Fan Zheng sambil menunduk.
"Baiklah, sekarang aku ingin melihat sampai di mana
kehebatan Guo-se" kata Permaisuri Wu sambil memberi
isyarat pada Huo Cin.
Tanpa basa-basi lagi. Huo Cin segera maju menyerbu
dengan tusukan dua jari sebagai pengganti pedang.
Meskipun hanya menggunakan jari saja. tapi kekuatannya
jauh melebihi pedang baja. Bahkan Fan Zheng yang duduk
beberapa langkah jauhnya dari Huo Cin saja dapat
merasakan tenaga dahsyat yang meluap dari jari Huo Cin.
seakan ingin memotongnya saja. Fan Zheng mengerti
tingkat kesulitan ujian yang diakukan terhadapnya ini.
Pertama, ia harus menjaga diri agar tidak terluka oleh
kekuatan Huo Cin dan kedua ia tidak boleh sampai melukai
Permaisuri Wu yang duduk di antara ia dan Huo Cin. Ini
tentu bukan tugas yang mudah mengingat Huo Cin maju
menyerbu dengan segenap kekuatannya.
Sambil menghirup udara kuat-kuat dan menyalurkan
segenap tenaga ke kedua tangannya. Fan Zheng berteriak
keras dan menekan dahinya dengan kedua tinjunya. Tenaga- 335 tersalur dengan deras dari tangan menuju dahi Fan Zheng
sehingga urat-urat di keningnya menonjol semua. Jurus ini
tentu agak mengherankan Permaisuri Wu. karena ia mengira
Fan Zheng akan melawan atau menahan serangan Huo Cin
dan bukannya meninju kedua keningnya sendiri. Permaisuri
Wu tentu saja tidak tahu bahwa ilmu andalan Fan Zheng
yang begitu melegenda di dunia persilatan, yang dikenal
sebagai (Wu Di Mi Jie Sen Kung) Ilmu Sakti Raga Tanpa
Wujud.
Wu Di Mi Jie Sen Kung adalah ilmu rahasia aliran
biksu-biksu Tibet Nepal. Penguasaannya pun membutuhkan
lebih banyak bakat daripada latihan. Fan Zheng yang sejak
kecil mempunyai bakat ajaib mampu menggerakkan bendabenda tanpa menyentuhnya, langsung diangkat menjadi
murid oleh guru besar Tibet. Bakatnya yang besar ditambah
asuhan yang bagus membuat Fan Zheng dapat menguasai
tingkat enam dari tujuh tingkat Wu Di Mi Jie Sen Kung.
Konon bila seseorang sudah mencapai tingkat ketujuh,
kemampuannya akan sangat luar biasa sehingga mampu
mengangkat benda seberat seribu kati!
Kini Fan Zheng menggunakan tenaga puncak tingkat
enamnya untuk menahan serangan tenaga Pi Sie Cien milik
Huo Cin. Begitu seluruh tenaga sudah tersalurkan ke kepala
Fan Zheng. sesuatu yang ajaib terjadi di depan mata
Permaisuri Wu. Tubuh Huo Cin yang melayang menerjang
ke arah Fan Zheng terhenti di udara, seperti ada tangan
raksasa tidak tampak yang menahannya di sana. Huo Cin- 336 pun merasa keheranan karena tidak mampu menggerakkan
badannya meskipun sudah berusaha sekuat tenaga.
Fan Zheng tersenyum penuh kemenangan karena
berhasil menunjukkan kehebatannya di depan Permaisuri
Wu. Dengan satu teriakannya keras ia menghentakkan
tenaga ke arah kasim Huo Cin hingga terpental jatuh
beberapa langkah ke belakang. Muka Huo Cin menjadi
sangat merah karena merasa dipermalukan. Untung ia masih
bisa menjaga diri agar tidak terjatuh.
"Kasim Huo. aku sangat kagum kepadamu, tidak
banyak orang yang bisa tetap berdiri selelah dihantam ilmu
Wu Di Mi Jie Sen Kung" kata Fan Zheng memuji sambil
menundukkan kepala kepada Huo Cin.
"Guo-se. anda terlalu memuji. Hasilnya tentu akan
lain jika aku memakai pedang Yin Ye milikku" kata Huo
Cin masih tidak terima.
Permaisuri Wu yang sadar dua harimau ganas ini akan
segera berkelahi, segera bertindak cepat menengahi.
"Kasim Huo. Guo-se. bagaimana menurut kalian
peluang menang melawan Jien Wei Cen?" tanya Permaisuri
Wu. "Melihat kemampuan kami berdua, peluang
kemenangan tidak akan lebih dari separuh" kata Fan Zheng
memberikan penilaiannya.- 337 "Lapor Permaisuri Wu. hamba setuju apa yang
dikatakan Guo-se" kata Huo Cin menimpali.
"Bagaimana jika ditambah dengan Fang Yung Li?"
tanya Permaisuri Wu.
Wajah Fan Zheng langsung berubah tegang
mendengar nama Fang Yung Li.
"Maaf Permaisuri Wu. maksud anda Jenderal Fang
Yung l.i sang Setan Darah?" tanya Fan Zheng setengah tidak
percaya.
"Benar. Guo-se" kata Permaisuri Wu sambil
mengangguk.
"Tapi. bukankah menurut kabar berita ia sudah
dihukum mati oleh mendiang kaisar pertama?" tanya Fan
Zheng lagi.
"Guo-se. ia memang sudah dihukum, tapi tidak mati
sampai sekarang. Ia masih hidup dan kini siap untuk
bergabung dengan kita" kata Permaisuri Wu sambil mol n tk
penuh lili kepada Huo Cin.
"Benar. Guo-se. Jika bersama dengan kekuatan I ang
Yung l.i maka kita bertiga pasti mampu mengatasi Jien Wei
Cen" kata I luo Cin membenarkan.
Fan Zheng masih tertegun sejenak. Jenderal I ang
Yung Li adalah seorang jenderal besar I ang di masa
gurunya masih muda. jika sekarang masih hidup maka
kemungkinan umurnya sudah di atas seratus tahun lebih.- 338 Dulu gurunya pernah bercerita tentang kekejaman dan
kehebatan ilmu Jenderal Fang Yung Li. Yang membunuh
ribuan pemberontak dengan tangannya sendiri. Begitu
bengisnya sifat Fang Yung Li sampai-sampai ia digelari
sebagai Sie Mo (Setan Darah). Dalam hatinya. Fan Zheng
ragu-ragu jika ia harus bergabung dengan manusia setengah
iblis itu. tapi tugas negara lebih penting daripada perasaan
pribadinya sendiri.
"Bagus! Jika demikian maka tidak akan ada keraguan
lagi. Kepala kasim Huo. silakan antar Guo-se untuk
beristirahat di wismamu. Jangan sampai ada yang tahu siapa
dia sebenarnya. Kita harus merahasiakan kedatangannya
sampai tiba pada waktunya" kata Permaisuri Wu
memberikan perintah kepada Huo Cin.
"Hamba siap menjalankan perintah!" kata Huo Cin
sambil menghormat.
Begitulah akhirnya, dengan diantar Huo Cin melalui
jalan-jalan kecil istana yang sepi penjaga. Fan Zheng dapat
sampai di wisma kasim tanpa diketahui siapapun. Untuk
sementara lan Zheng akan menginap di sana. sampai tiba
saatnya untuk pertempuran habis-habisan melawan Tien
Lung Men. I lati Huo Cin sudah tidak sabar lagi menantikan
hari bersejarah itu. hari yang akan menentukan terwujud
tidaknya cita-citanya dan Wen Yang selama ini Cita-cita
yang sudah banyak mengorbankan keringat dan darah
bahkan harga dirinya sebagai seorang manusia...- 339 Ma Pei langsung maju menerjang dengan tenaga
penuh ke arah Han Cia Sing yang amat dibencinya. Totokan
jari Api Langitnya menyambar ke seluruh titik nadi penting
lawannya dengan ganas tanpa ampun. Totokan itu bertujuan
membunuh lawan dan bukan lagi melumpuhkan sehingga
Han Cia Sing menjadi amat kerepotan oleh seranganserangan kejam ini.
Han Cia Sing berusaha mengingat-ingat semua jurus
Guo Yin Sen Kung yang baru saja dipelajarinya kemarin
malam. Tubuhnya segera melayang seringan kapas sehingga
mampu menghindari semua totokan maut Ma Pei. Tapi ia
sendiri masih belum bisa balik menyerang dan keadaan
masih seimbang, tidak kalah dan tidak menang.
"Bocah busuk bermarga Han, kau sudah menodai A
Xia. sekarang berani sekali mencuri ilmu Guo Yin Sen Kung
milik saudaraku! Kau benar-benar rendah dan tidak tahu
malu!" maki Ma Pei dengan sengit sekali.
Tadi ia sudah diberitahu oleh Si Ta Hao Ren bahwa
bocah ini sanggup menggunakan ilmu Guo Yin Sen Kung.
tapi ia masih tidak percaya. Kini setelah ia berhadapan
langsung, memang harus diakui ternyata Han Cia Sing
sanggup menguasai Guo Yin Sen Kun milik Shi Chang Sin
entah bagaimana caranya. Hal ini membuatnya semakin
membenci Han Cia Sing dan berniat menghabisinya segera.
Di tempat lain pertempuran antara Shi Chang Sin dan
Wongguo Luo masih berlangsung seru. Kedua pihak sama-- 340 sama sudah mengenal keunggulan dan kelemahan lawan
sehingga sulit bisa langsung unggul. Mungkin menang kalah
baru bisa diketahui setelah bertempur seribu jurus atau lebih.
Tapak melawan tapak, kekuatan es melawan ringan tubuh.
Pertempuran ini tentu jauh lebih hebat dibandingkan
pertempuran Han Cia Sing yang hanya terus menghindari
serangan sepihak Ma Pei.
Wongguo Yuan menatap dengan cemas kakeknya
yang tengah bertarung, sementara Ma Xia lebih khawatir
lagi melihat ayahnya yang tengah bertempur dengan Han
Cia Sing. Dalam hati kecil Ma Xia. diam-diam ada rasa suka
terhadap Han Cia Sing yang jujur dan sopan itu. Selama ia
tumbuh remaja, hampir semua pemuda yang ia temui di suku
Tonghu kebanyakan sangat berangasan dan merendahkan
wanita, termasuk juga Ma Pei ayahnya sendiri. Kini melihat
ayahnya sedang bertempur mati-matian dengan pemuda
yang dikasihinya, hatinya sangat bingung dan merasa teririsiris.
Sementara dua pertempuran tengah berlangsung
dengan seru sekali. Si Ta Hao Ren malah bersorak-sorak
memberi semangat dari pinggiran saja. Pu Cui menenggak
cangkir arak janinnya dengan nikmat sekali sambil
menikmati pertarungan. Pu Sa mengayun-ayunkan golok
Pemenggal Kepalanya dengan bersemangat, seolah-olah ia
sendiri ikut bertarung. Pu Tou seolah mengamati dengan
seksama jalannya pertarungan, padahal matanya jelalatan
melihat Ma Xia dan Wongguo Yuan. Sementara Pu Tu- 341 seperti biasa mengajak bertaruh ketiga temannya, siapa
kalah dan siapa menang.
Setelah seratus jurus berlalu, mulai terlihat tandatanda kelelahan pada diri Wongguo Luo. Memang selama
beberapa tahun terakhir ini ia jarang berlatih sehingga
kemampuannya sudah banyak menurun, sementara Shi
Chang Sin terus berlatih keras meningkatkan kemampuan.
Wongguo Luo semakin terdesak dan berkeringat banyak.
Gerakan dan tenaganya makin lama makin melemah. Shi
Chang Sin tidak mau menyiakan peluang bagus ini dan
semakin hebat mendesak terus.
Han Cia Sing yang melihat hal ini. segera bertindak
cepat, la menggenjot tubuhnya dengan sekali hentakan,
meninggalkan Ma Pei yang memaki-maki di belakangnya.
Tubuhnya meluncur deras ke arah Shi Chang Sin sehingga
mau tak mau Shi Chang Sin harus melepaskan perhatiannya
dari Wongguo Luo jika tak ingin ia terhajar telak. Memang
Han Cia Sing berniat memberikan kesempatan kepada
Wongguo Luo untuk bernapas, tapi kini ia sendiri juga
terjepit di antara Shi Chang Sin dan Ma Pei!
Saat ia bertarung dengan Ma Pei, ia masih bisa
mengecohnya dengan ilmu ringan tubuhnya. Tapi kini Shi
Chang Sin ikut maju menyerang dengan ilmu yang sama
dengannya, maka keunggulannya tadi jadi tidak berarti. Han


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cia Sing segera terkurung hebat dan kini harus bertempur
langsung tanpa dapat menghindar lagi. Tapak Shi Chang Sin
meluncur deras ke arah dadanya sedangkan totokan jari Ma- 342 Pei mengincar punggungnya. Dalam waktu yang sangat
singkat. Han Cia Sing harus memutuskan mana yang harus
ia hadapi dulu. Akhirnya ia memilih menghadapi Shi Chang
Sin untuk mengadu tenaga dalam, sekaligus memuntahkan
keseluruhan tenaga menahan totokan maut Ma Pei dari
belakang.
Bentrokan langsung antara Han Cia Sing dengan Shi
Chang Sin langsung menimbulkan ledakan tenaga dalam
yang hebat sekali. Shi Chang Sin terdorong beberapa
langkah ke belakang sedangkan Han Cia Sing hanya mundur
satu langkah. Tapi Ma Pei yang sudah amat geram, tidak
mau undur begitu saja meskipun terkena angin ledakan
tenaga. Ia mengumpulkan seluruh kekuatan pada kedua jari
kanannya, sedangkan tangan kiri menggenggam
pergelangan tangan kanan untuk menambah kekuatan. Ma
Pei berteriak keras sambil menghunjamkan totokan jari Api
Langitnya sekuat tenaga ke ruas tulang punggung Han Cia
Sing.
Ma Xia dan Wongguo Yuan yang sedang memapah
Wongguo Luo berteriak ngeri melihat Han Cia Sing tidak
bisa menghindari totokan maut Ma Pei. Sementara Si Ta
Hao Ren malah berteriak-teriak kegirangan melihat
keunggulan Ma Pei. Bahkan Shi Chang Sin yang tengah
memulihkan tenaga akibat benturan barusan, bisa tersenyum
melihat Han Cia Sing tertotok telak.
Di tengah kegirangan itu. malah Ma Pei sendiri yang
tidak tampak girang. Meskipun totokan jarinya berhasil- 343 menusuk tulang punggung lawan dengan telak, tapi ada satu
tenaga luar biasa dari dalam diri Han Cia Sing yang
menahan serangan totokannya itu. Hawa tenaga itu begitu
kuat melapisi punggung Han Cia Sing sehingga jari Ma Pei
sampai nyaris patah karena ia terlalu memaksakan diri.
Setelah beberapa saat saling adu tenaga, akhirnya Han
Cia Sing dapat mementalkan serangan telak Ma Pei. Hawa
tenaga itu bahkan mampu mendorong mundur Ma Pei
beberapa langkah. Ma Pei segera menghimpun tenaga
menyembuhkan kedua jari kanannya yang keram dan
gemetaran karena tabrakan barusan. Sementara itu Si Ta
Hao Ren langsung berhenti bersorak-sorai melihat Ma Pei
kalah adu tenaga. Shi Chang Sin dan Wongguo Luo pun
sampai tidak percaya jika tidak melihat dengan mata kepala
sendiri bahwa totokan Tien Huo Ma Pei dapat dipentalkan
oleh seorang bocah ingusan!
Han Cia Sing segera memanfaatkan kekagetan lawan
untuk memulihkan tenaganya. Meskipun punggungnya
tidak sampai terluka. tapi tetap saja panas tenaga Api Langit
terasa begitu membakar punggungnya. Jika tidak segera
ditangkal, mungkin gerakan Han Cia Sing akan melambat
menghadapi serangan-serangan berikutnya, la mengambil
napas dalam-dalam dan menyalurkan tenaga ke bagian
punggung dan diputar di titik perut sampai beberapa kali
hingga rasa nyerinya hilang. Napas Han Cia Sing kembali
teratur dan ia siap bertempur kembali dengan tenaga segar
kembali.- 344 "Bocah busuk! Jangan mengira dengan ilmumu
engkau akan dapat bertahan melawan ilmu Tien Huo! Aku
bersumpah akan kutusuk tulang punggungmu hingga
lumpuh!" kata Ma Pei memaki-maki.
"Ma-siung! Jangan terpancing! Ilmu bocah ini sangat
aneh. jangan engkau remehkan!" kata Shi Chang Sin dengan
suara menggelegar.
"Huh! Aku tidak percaya ia bisa menahan kita semua!
Si Ta Hao Ren. ayo maju mari kita habisi bocah sialan ini!"
kata Ma Pei sambil mengajak Si Ta Hao Ren bergabung.
Si Ta Hao Ren sendiri seperti biasa terkekeh-kekeh
tidak waras sambil berjalan pelan-pelan mendekati Han Cia
Sing. Wajah-wajah mereka tampak kegirangan, seolah
hendak mendapat bagian daging empuk saja!
"Tidak kusangka, aku akan bertemu dengan kalian
semua di sini. Langit sungguh memberkati sehingga aku
tidak perlu repot repot" kata seseorang yang berdiri di
belakang Wongguo Luo dengan tiba-tiba.
Tubuh orang itu sangat besar dan kuat. mungkin
hampir tujuh kaki tingginya. Meskipun rambutnya sudah
beruban landa berumur tapi seluruh ototnya masih menonjol
keluar dengan kekar Alisnya tebal dan matanya memandang
tajam. Cambangnya yang lebat menambah gagah
penampilan dirinya, la memakai rompi tebal dan sepatu dari
bulu beruang utara sehingga mudah dikenali. Tidak ada
pendekar lain di dunia ini yang mempunyai penampilan- 345 segagah ini kecuali Pei Tie Siung Ce Ke Fu (Ce Ke Fu sang
Beruang Besi Utara).
Di belakang Ce Ke Fu berdiri dua orang yang sama
kekarnya hanya lebih pendek satu kaki. Yang seorang
berkepala gundul dan memakai anting-anting emas di
telinga kirinya. Wajahnya keras dan sangar. Yang seorang
lagi tampak lebih muda. rambutnya diikat dengan kain
merah dan memakai selempang kain merah di dadanya.
Matanya berkilat-kilat memancarkan kecerdikan. Mereka
adalah dua dari Se Liu Jiang Siung (Enam Belas Pendekar
Terkuat) partai Tien Lung Men. yang berkepala gundul
namanya He Gan dan yang muda bernama Liu Da.
Kehadiran tiga pendekar Tien Lung Men yang tidak
disangka-sangka itu sungguh mengejutkan Shi Chang Sin
dan kawan-kawannya. Mereka saja sementara ini sudah
kerepotan menghadapi Wongguo Luo dan Han Cia Sing.
bagaimana mungkin menang jika ditambah tiga pendekar
andalan Tien Lung Men?
"Kalian memang pengecut! Mana ada orang gagah
hendak mengeroyok seorang pemuda sendirian saja? Pei Lei
dan Tien Huo, apakah kalian benar-benar tidak punya malu
hingga mengeroyok pemuda ini?" hardik Ce Ke Fu. Katakata yang pedas ini benar-benar menampar Shi Chang Sin
dan Ma Pei. Mereka seolah dianggap tidak tahu aturan oleh
Ce Ke Fu. Tentu saja hal ini sangat membuat mereka malu
dan marah!- 346 "Tie Siung (Beruang Besi), dengan apakah kau
hendak mencampuri urusan keluargaku? Anak perempuanku dilarikan oleh bocah busuk ini dan aku hendak memberinya pelajaran, mengapa engkau cari gara-gara?!" bentak
balik Ma Pei dengan geram.
"Baik! Aku tidak akan mencampuri urusan
keluargamu! Tapi aku kini menantangmu untuk
menyelesaikan urusan kita" kata Ce Ke Fu.
"Urusan apa?" tanya Ma Pei heran.
"Kau. Shi Chang Sin dan Si Ta Hao Ren sudah
menyetujui untuk melawan Tien Lung Men.
Persekongkolan kalian dengan pihak istana sudah kami
ketahui. Daripada jauh-jauh kalian ke selatan, lebih baik
mati di kampung halaman masih banyak yang akan
menyembahyangi kalian!" kata Ce Ke Fu.
Shi Chang Sin dan Ma Pei terkejut mendengar
perkataan ini. Bagaimana mungkin Ce Ke Fu bisa tahu
persekutuan rahasia mereka dengan kasim Huo.
"Ce Ke Fu. kami tidak pernah takut terhadapmu
ataupun Tien Lung Men. Jika memang benar kami
menentangmu, hendak apakah engkau?" tanya Ma Pei tidak
terima.
"Kita selesaikan saja sekarang" kata Ce Ke Fu sambil
maju menyerang, la memang paling tidak suka basa-basi dan
lebih suka langsung ke pokok persoalan. Tubuh Ce Ke Fu- 347 yang besar meraksasa itu ternyata dapat bergerak dengan
lincah sekali. Kedua tinju besinya menyerang Ma Pei
dengan beruntun, sehingga membuat Ma Pei yang belum
siap hanya bisa bertahan. Bahkan karena menahan tinju Ce
Ke Fu, kedua tangan Ma Pei sampai kebas karena kuatnya
serangan.
Di kalangan dunia persilatan. Beruang Besi Utara Ce
Ke Fu terkenal sebagai ahli wai-kung (tenaga luar).
Tenaganya sangat kuat karena didukung tubuhnya yang
raksasa dan sangat berotot. Konon dengan kekuatannya itu
ia mampu mengangkat patung-patung batu prajurit raksasa
dari pembuatannya di kota Yi Chang menuju markas Tien
Lung Men seorang diri. Sungguh kekuatan tenaga luar yang
tidak dapat diremehkan sama sekali!
Shi Chang Sin melihat Ma Pei kerepotan menghadapi
raksasa Ce Ke Fu. ikut menerjunkan diri ke dalam
pertempuran. Si Ta Hao Ren tanpa aba-aba langsung maju
juga menyerbu Ce Ke Fu. Kini Beruang Besi Ce Ke Fu yang
kerepotan dikeroyok enam orang jagoan sesat itu. He Gan
dan Liu Da yang sedari tadi hanya berdiam diri saja melihat
pertarungan, kini membantu Ce Ke Fu menghadapi
keroyokan. Tiga melawan enam menjadikan pertarungan
sekarang lumayan berimbang. Ce Ke Fu melawan Shi
Chang Sin dan Ma Pei. kemudian He Gan meladeni Pu Cui
dan Pu Tou sedangkan Liu Da menghadapi Pu Sa dan Pu Tu.- 348 "Tetua Wongguo. ayo kita lawan mereka bersama"
ajak Han Cia Sing kepada Wongguo Luo yang sudah selesai
memulihkan napasnya.
Wongguo Luo mengangguk mantap. Kemenangan
tampaknya sudah di depan mata. bernapas satu dua kali lagi
tidaklah apa-apa tentunya.
Mereka berdua langsung turun tangan menghadapi Pu
Tou dan Pu Sa. Kini pertarungan menjadi lima lawan enam.
Tampaknya Si Ta Hao Ren mulai keteteran menghadapi
lawan tangguh satu per satu seperti ini. Bahkan Pu Sa yang
melawan Han Cia Sing sudah beberapa kali terkena
tendangan sehingga jatuh terguling-guling. Ia mencakmencak karena marah dan maju menyerang lagi dengan
membabi buta. sehingga makin menjadi sasaran empuk ilmu
Guo Yin Sen Kung yang mengutamakan kecepatan gerakan.
Ma Pei yang melihat keadaan semakin tidak
menguntungkan, langsung bersuit nyaring memberikan
tanda. Serempak mereka berenam mundur teratur dan
mengambil sebuah benda bulat dari kantong mereka. Itu
adalah bola kayu berisi asap belerang yang memang dibuat
oleh Tien Huo Hui untuk melarikan diri jika keadaan
terdesak. Enam bola asap melayang menghantam tanah
hampir bersamaan dan meledak menimbulkan kabut asap
hitam yang pedas menghalangi pandangan.
Ce Ke Fu dan kedua temannya langsung undur takut
akan serangan racun sedangkan Wongguo Luo dan Han Cia- 349 Sing tetap berusaha mengejar sambil mencari-cari di antara
kabut belerang yang berbau busuk. Mereka menahan napas
selama mungkin untuk menerobos kabut asap. tapi setibanya
mereka di sisi sana. sudah tidak tampak lagi batang hidung
musuh-musuh mereka. Tampaknya Ma Pei dan kawankawan memilih lari secara pengecut daripada dihajar habishabisan oleh mereka!
"Tua bangka Shi dan Ma! Untunglah kalian lari cepat!
Jika tidak pasti dendam anak dan menantuku akan
kubalaskan hari ini" teriak Wongguo Luo dengan geram
sambil tersenggal-senggal.
"Tetua Wongguo. tampaknya mereka sudah
melarikan diri dan tidak ada gunanya bagi kita mengejar
lagi" kata Han Cia Sing berusaha menenangkan.
Ce Ke Fu dan kedua temannya datang menyusul
setelah kabut asap mulai menipis. Mereka juga sama-sama
geram karena lawan lari secara pengecut sekali. Kemudian
mereka bersama-sama kembali ke rumah Wongguo Luo. di
mana Ma Xia dan Wongguo Yuan sudah menunggu mereka
dengan cemas.
"Ye-ye!" teriak Wongguo Luo dengan gembira
melihat kakeknya kembali dengan selamat. Kakeknya
dipeluk dengan gembira dan haru. pertanda kedekatan
Wongguo Yuan dengan kakeknya ini.
Ma Xia sendiri menanti dengan penuh kecemasan. Di
satu sisi ia membenci ayahnya karena suka berlaku- 350 sewenang-wenang, di sisi lain bagaimanapun jeleknya Ma
Pei, ia adalah putrinya juga. Karena itu begitu melihat Han
Cia Sing datang, meskipun dengan terpincang-pincang ia
tetap berusaha mencari tahu keadaan ayahnya.
"Cia Sing, bagaimana?" tanya Ma Xia.
"Ayahmu dan para temannya berhasil meloloskan diri
dengan bom asap belerang" kata Han Cia Sing sedikit salah
tingkah.
Ia tahu Ma Xia mencemaskan keadaan ayahnya. Tapi
melihat bagaimana mereka dikejar-kejar seperti binatang
selama tiga hari belakangan ini, mau tak mau Han Cia Sing
merasa menyesal juga tidak bisa menghajar Ma Pei.
"Ketua Utara Pendekar Ce Ke Fu, aku mengucapkan
banyak terima kasih atas pertolongan anda sekalian" kata
Wongguo Luo sambil menjura kepada Ce Ke Fu. He Gan
dan Liu Da.
"Pendekar Wongguo. engkau terlalu sungkan. Tidak
kusangka akan bertemu denganmu di daerah terpencil ini
karena sudah lama sekali engkau menghilang dari dunia
persilatan" kata Ce Ke Fu.
"Aku memang sudah mengundurkan diri. Tapi langit
menakdirkan aku masih harus tetap berhadapan dengan
masa laluku" kata Wongguo Luo dengan sedih. Ia menatap
wajah cucunya dengan perasaan haru.- 351 "A Yuan. maafkan kakek jika kau harus tahu perihal
orangtuamu dengan cara seperti ini" kata Wongguo Luo.
"Ye-ye. tidak apa-apa. Asalkan kakek selamat, aku
sudah merasa senang" kata Wongguo Yuan sambil
menghapus air matanya.
Sejenak mereka semua terdiam dalam haru melihat
kedekatan kakek dan cucu ini. Ce Ke Fu segera
memecahkan keheningan.
"Pendekar Wongguo, aku senang sekali bertemu
dengan anda. tetapi aku harus segera berangkat dan tidak
bisa berlama-lama. Kami mohon pamit dulu" kata Ce Ke Fu
sambil menjura.
"Ah. kelihatannya anda begitu terburu-buru dan tadi
juga kudengar anda menantang Shi Chang Sin dan Ma Pei.
Kiranya ada urusan apakah gerangan jika aku boleh tahu?"


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanya Wongguo Luo dengan hormat.
"Baiklah, karena kita sudah ditakdirkan bertemu di
sini aku tidak akan menyembunyikan apa-apa lagi kepada
anda. Dulu anda dikenal sebagai salah satu dari Tiga Iblis
Raja Neraka tapi sekarang anda sudah memilih jalan yang
benar, aku sangat hormat kepada anda" kata Ce Ke Fu.
Maka mulailah Ce Ke Fu menjelaskan mengenai
panggilan markas besar Tien Lung Men kepada semua
jagoannya untuk segera berkumpul di Yi Chang. Juga sudah
tersebar kabar tokoh-tokoh Sie Bai (Aliran Sesat) hendak- 352 menyerang lien Lung Men dengan didukung pasukan
kerajaan pimpinan Jenderal Chu Song. Situasi tampaknya
cukup gawat sehingga Ce Ke Fu memutuskan membawa
serta dua jagoan tangguh utara yakni He Gan dan Liu Da
berangkat ke selatan. Siapa mengira dalam perjalanan ini
mereka bakal bertemu dengan Shi Chang Sin. Ma Pei dan Si
Ta Hao Ren yang dikabarkan juga termasuk gerombolan
yang akan menyerbu Tien Lung Men.
"Pendekar Wongguo. demikianlah ceritanya
mengapa kami harus segera berangkat ke selatan" kata Ce
Ke Fu mengakhiri kisahnya.
"Hmm. tampaknya akan terjadi pertempuran besarbesaran di selatan" kata Wongguo Luo sambil mengeluh.
"Kami Tien Lung Men tidak pernah takut
menghadapi siapapun. bahkan meskipun pasukan kerajaan
di belakang mereka" kata Ce Ke Fu dengan gagah berani.
"Bolehkah aku tahu mengapa pasukan kerajaan
hendak mendukung para pendekar sesat menyerang Tien
Lung Men?" tanya Wongguo Luo.
"Sebenarnya sejak dulu pihak kerajaan ingin
menghancurkan Tien Lung Men karena mereka takut kami
semakin besar dan berkuasa. Tuduhan menyembunyikan
buronan negara Han Cia Pao dan Song Wei Hao hanyalah
alasan saja untuk menyerang kami" kata Ce Ke Fu lagi.- 353 Kata-kata terakhir seperti petir yang menyambar Han
Cia Sing yang sedari tadi diam mendengarkan saja.
Kakaknya Han Cia Pao dan paman Song telah menjadi
buronan negara. Benarkah apa yang didengarnya barusan?
"Maaf. tuan Ce Ke Fu bisakah anda ulangi perkataan
anda barusan?" kata Han Cia Sing sedikit bergetar.
"Siapakah namamu anak muda?" tanya Ce Ke Fu
heran. Dari tadi ia ingin bertanya siapa anak muda yang bisa
menandingi Ma Pei dan Shi Chang Sin ini.
"Aku bermarga Han bernama Cia Sing. Nama
buronan negara Han Cia Pao yang anda sebutkan tadi adalah
kakakku" kata Han Cia Sing menjelaskan.
Ce Ke Fu tersentak kaget.
"Bukankah engkau dikabarkan sudah meninggal?"
tanya Ce Ke Fu heran.
"Aku memang meninggalkan benteng Teng diamdiam tanpa pamit. Apakah aku dikabarkan sudah
meninggal?" tanya Han Cia Sing balik keheranan.
Ce Ke Fu mengangguk. Hatinya jadi tidak enak
setelah tahu bocah ini adalah putra Han Kuo Li. Bagaimana
ia harus memberitahukan kejadian buruk yang telah
menimpa keluarga Han Kuo Li?
"Tuan Ce Ke Fu. bisakah anda menjelaskan mengapa
kakakku dan paman Song Wei Hao menjadi buronan
negara?" tanya Han Cia Sing penasaran.- 354 "Ehmm. mungkin engkau belum mendengar kabar
tentang keluarga Han Kuo Li" kata Ce Ke Fu ragu-ragu.
"Apakah yang terjadi sebenarnya? Tuan Ce Ke Fu
kumohon anda bisa memberitahukannya kepadaku" kata
Han Cia Sing setengah memohon.
Ce Ke Fu menghela napas panjang sebelum menjawab.
"Sekitar dua bulan yang lalu. Han Kuo Li dituduh
hendak melakukan pemberontakan melawan Kaisar, ia dan
seluruh keluarga dihukum mati oleh Kaisar, hanya Han Cia
Pao yang berhasil lolos"- 355 21. Keputusan
i istana terlarang, di dalam kamar kerja Kaisar yang
megah dan mewah, tampak sang Putra Langit Kaisar
Gao Zong lengah duduk di depan setumpuk petisi. Di
sebelahnya berdiri Permaisuri Wu yang tengah
membacakan petisi yang dikirimkan dari daerah-daerah.
"Permaisuri, kukira sudah cukup untuk hari ini.
Kepalaku sampai terasa sakit harus mendengarkan semua
petisi ini" kata Kaisar Gao Zong menghentikan Permaisuri
Wu membacakan petisi-petisi.
"Tapi yang Mulia Kaisar, semua ini harus ditangani
secepatnya supaya daerah yang kekurangan pangan dan
dilanda bencana dapat segera ditangani. Mohon yang Mulia
Kaisar bersabar sedikit" bujuk Permaisuri Wu.
"Ah. Permaisuriku sekiranya semua ini dapat
dikerjakan oleh orang lain. alangkah bahagianya kita" kata
Kaisar Gao Zong sambil tersenyum dan memeluk
Permaisuri Wu dengan mesra.
"Yang Mulia Kaisar harap bersabar. Bayi pangeran
dalam perutku ini tidak bisa dibuat bermain" kata Permaisuri
Wu sambil mengelus-elus perutnya yang buncit.
"Ah. benar. Semoga saja ia bisa sepandai dan segagah
kakak-kakaknya, hahahah" kata Kaisar Gao Zong sambil
tertawa lepas.
D- 356 "Nah. yang Mulia Kaisar jika tertawa begini jauh
lebih baik bukan" kata Permaisuri Wu sambil tersenyum
menggoda.
"Permaisuri, engkau memang paling pandai
membuatku senang. Sayang sekali tidak semua menteri
seperti dirimu" kata Kaisar Gao Zong sambil berjalan
menuju pembaringan dekat jendela, la merebahkan diri dan
memejamkan mata dengan santai sementara Permaisuri Wu
duduk di sebelahnya sambil memijit-mijit tengkuknya.
"Apakah yang Mulia Kaisar merasa lebih baik?"
tanya Permaisuri Wu.
"Ah. rasanya lega sekali" jawab Kaisar Gao Zong
keenakan.
"Yang Mulia Kaisar, tidak semua menteri
menyusahkan. Seperti Menteri Li Yi Fu dan Shi Jing Song.
mereka adalah menteri yang cakap dan pandai" kata
Permaisuri Wu mencoba menonjolkan para bawahan dekat
kepada Kaisar Gao Zong.
"Hmmmm. mereka memang lumayan" kata Kaisar
Gao Zong sambil masih menikmati pijatan Permaisuri Wu.
"Tapi sisanya adalah bakul nasi semua. Bisanya
hanya makan dan bicara saja. Suo hua tien sia wu ti. cuo se
wu neng wei li (Jika berdebat tanpa tandingan di kolong
langit, jika berbuat tiada semangat tiada kesanggupan)" kata
Kaisar Gao Zong dengan geram.- 357 "Yang Mulia Kaisar jangan sampai menjadi marah
karena urusan sepele" kata Permaisuri Wu berusaha
mendinginkan suasana. Ia bergegas menuangkan teh yang
ada di atas meja ke dalam cangkir keramik dan
memberikannya kepada Kaisar.
"Yang Mulia Kaisar, minumlah teh Wu Long ini. bisa
menghilangkan penat dan menambah semangat" kata
Permaisuri Wu sambil menyorongkan cangkir keramik itu
dengan hati-hati ke mulut Kaisar. Dalam hal memenangkan
hati Kaisar Gao Zong. memang tak bisa dipungkiri jika
Permaisuri Wu adalah pemenangnya. Ia tahu bagaimana
meny enangkan hati Kaisar dan mendinginkan hatiny a bila
suasana hati Kaisar sedang tidak baik.
"Hmmm. teh ini memang enak sekali. Aku merasa
lebih segar" kata Kaisar Gao Zong.
"Yang Mulia Kaisar, bagaimana dengan petisi-petisi
ini?" tanya Permaisuri Wu sambil memandangi tumpukan
surat yang ada di meja Kaisar.
"Biarkanlah, besok saja aku akan melihatnya
kembali" kata Kaisar Gao Zong dengan malas. Ia tampaknya
lebih memilih beristirahat saja.
"Yang Mulia Kaisar. Permaisuri mohon maaf jika
mengganggu niat yang Mulia Kaisar beristirahat tapi ada
sesuatu yang hendak Permaisuri sampaikan kepada yang
Mulia Kaisar" kata Permaisuri- 358 Wu ketika melihat Kaisar Gao Zong sudah bersiapsiap tidur siang.
"Permaisuri, katakan saja apa yang ingin kau
katakan" jawab Kaisar.
""Yang Mulia Kaisar, masih ingatkah dengan
pembicaraan kita tentang partai Tien Lung Men?" tanya
Permaisuri Wu dengan hati-hati.
"Hmmmm" gumam Kaisar Gao Zong.
"Yang Mulia Kaisar. Jenderal Chu Song sudah
mengumpulkan lima ribu tentara di Yi Chang. Para
pendekar dunia persilatan yang setia kepada kerajaan juga
sudah bersiap. Mohon yang Mulia Kaisar putuskan
mengenai hal ini" kata Permaisuri Wu.
Kaisar Gao Zong membuka matanya dan memandang
Permaisurinya itu.
"Permaisuriku, kau putuskan saja apa yang kau
pandang baik. Aku mendukung keputusanmu karena aku
tahu kemampuan dan kepandaianmu. Pokoknya aku ingin
agar tidak ada lagi yang berani menentang kerajaan. Tien
Lung Men akan dijadikan contoh pertama" kata Kaisar Gao
Zong.
'"Yang Mulia Kaisar tidak perlu khawatir. Permaisuri
akan meminta kasim Huo Cin untuk menangani perkara ini.
Ia adalah seorang yang dapat diandalkan" kata Permaisuri
Wu lagi.- 359 "Hmmm. Huo Cin? Ia memang dapat diandalkan"
kata Kaisar yang menguap mulai mengantuk. Tampaknya
pijatan Permaisuri Wu benar-benar maut hingga membuat
nya tenang dan mengantuk.
"Permaisuri akan melaksanakan tugas yang Mulia
Kaisar perintahkan dengan sebaik-baiknya" kata Permaisuri
Wu. "Katakan kepada Huo Cin agar tidak lupa
memberikan pelajaran kepada Jien Wei Cen yang sombong
itu. Dulu mendiang ayahku tidak mau banyak berurusan
dengan Tien Lung Men karena masih banyak
pemberontakan dan peperangan, tapi kini Tang Agung
sudah lebih aman dan kuat. Kita tidak perlu lagi memberi
muka kepada Jien Wei Cen" kata Kaisar Gao Zong lagi.
'"Titah yang Mulia Kaisar pasti akan Permaisuri
sampaikan kepada Huo Cin" kata Permaisuri Wu dengan
gembira.
Jarang sekali Kaisar langsung menyetujui penyerbuan
semacam ini. karena biasanya ia selalu harus berunding dulu
dengan para menteri dan jenderal besar. Tapi kini untuk
menyerbu Tien Lung Men. Permaisuri Wu sudah mengatur
siasat pendekar melawan pendekar sehingga pasukan
kerajaan hanyalah sebagai penjaga keamanan saja. Hal ini
tentu saja tidak ada sangkut pautnya dengan keadaan
kerajaan sehingga para menteri dan jenderal tidak perlu
dilibatkan dalam pengambilan keputusan ini.- 360 Tidak berapa lama kemudian. Kaisar sudah tertidur
dengan nyenyak sekali. Permaisuri Wu undur diri dengan
perlahan sekali supaya tidak membuat Kaisar terjaga. Ia
menutup pintu kamar kerja dengan hati-hati sekali kemudian
berjalan menuju ke arah istana permaisuri. Tidak lupa
sebelumnya ia menyuruh seorang kasim rendahan untuk
memanggil kepala kasim Huo Cin ke istananya.
Tidak berapa lama kemudian, seorang kasim berbaju
serba putih dan tampak amat halus tiba di depan kamar
Permaisuri Wu. Ia menghaturkan hormat sebelum
dipersilakan masuk ke dalam kamar Permaisuri.
"Hamba Huo Cin. memberikan hormat kepada yang
Mulia Permaisuri" kata Huo Cin sambil berlutut
menyembah.
"Bangunlah" kata Permaisuri Wu.
"Terima kasih Permaisuri Wu" kata Huo Cin sambil
bangkit berdiri.
"Yang Mulia Permaisuri ada apakah memanggil
hamba kemari?" tanya Huo Cin sambil tetap berdiri
menghormat.
"Kasim kepala Huo Cin. barusan yang Mulia Kaisar
sudah menyetujui rencana kita menghancurkan Tien Lung
Men. Bukankah ini kabar baik?" tanya Permaisuri Wu
sambil tersenyum.- 361 "Selamat yang Mulia Permaisuri" kata Huo Cin
bersemangat.
"Sekarang aku ingin bertanya kepadamu tentang
kesiapan kita sendiri. Menurutmu kapan kita bisa melakukan
rencana ini?" tanya Permaisuri Wu.
"Lapor yang Mulia Permaisuri, kami sudah siap.
Kapanpun akan dapat melakukan serangan ke lien Lung
Men'' jawab Huo Cin.
"Bagus! Kalau begitu sebulan lagi. lakukan serangan
ke I len Lung Men. Jangan sampai lolos barang seekor lalat
pun!" perintah Permaisuri Wu.
"Hamba siap melaksanakan perintah Permaisuri!"
kata Huo Cin dengan semangat sekali. Ia gembira karena
rencananya akan segera terlaksana.
"Ada satu lagi yang aku ingin kau lakukan sebelum
menyerang Tien Lung Men" kata Permaisuri Wu.
"Hamba siap melaksanakan perintah" jawab Huo Cin
sambil menjura.
"Dalam perjalanan, singgahlah ke kuil Fung Chung.
Jumpailah seorang tabib bernama Guo Cing Cen. Bawalah
giok ini kepadanya, ia pasti akan mau membantu kalian"
kata Permaisuri Wu sambil mengeluarkan giok putih
berbentung batangan kepada Huo Cin. yang menerimanya
dengan hormat.- 362 "Kemampuan Guo Cing Cen dalam ilmu silat
mungkin masih kalah dengan jago-jago ternama di dunia
persilatan, tapi ilmu racunnya sungguh luar biasa
mengerikan. Kuharap engkau bisa menggunakannya dengan
baik dalam pertempuran nanti" kata Permaisuri Wu lagi.
"Hamba siap melaksanakan tugas sebaik-baiknya"
kata Huo Cin sambil menjura memberikan hormat


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sekarang bersiaplah, besok pagi engkau akan
mendapatkan titah Kaisar. Setelah itu segeralah berangkat
menuju ke Yi Chang" kata Permaisuri Wu sambil
memberikan isyarat tangan agar Huo Cin meninggalkannya.
Huo Cin mengundurkan diri sambil mundur dan
menutup pintu kamar Permaisuri Wu dengan hormat.
Kemudian ia bergegas balik menuju ke wismanya sendiri.
Banyak hal yang harus dikerjakannya setelah ini. sehingga
ia harus melakukan persiapan matang. Sudah puluhan tahun
ia dan Wen Yang mempersiapkan diri untuk menjadikan diri
mereka pemimpin dalam dunia persilatan dan kerajaan. kini
hasilnya sudah semakin tampak. Ia tidak boleh gagal
sekarang, bahkan Jien Wei Cen pun tidak akan ia biarkan
menghalangi cita-citanya.
*** Beberapa ratus li sebelah timur kotaraja Chang An.
berdiri tegak sebuah gunung yang menjadi legenda dan
kiblat ilmu persilatan daratan tengah yaitu Song Shan
(Gunung Song). Beberapa li di barat kaki gunung Song.- 363 berdirilah biara Shaolin yang besar dan megah. Pagodapagoda banyak sekali berjajar bak pohon dalam hutan
pagoda. Pagi itu. suara genta bertalu-talu seperti biasa
memanggil semua biksu untuk berkumpul dalam ruang
semedi. Mentari masih baru saja terbit di ufuk timur, tapi
semua biksu telah selesai menjalankan tugasnya masingmasing dan siap untuk bersemedi bersama di ruang semedi.
Biksu-biksu telah berdiri berjajar dengan rapi.
Mereka memberi hormat bersama-sama kepada biksu guru
mereka yang berdiri di tengah dan memakai jubah kuning
dan selempang merah. Kemudian bersama-sama mereka
duduk bersila, mengambil sikap teratai dan mulai berdoa.
Bau harum dupa semerbak di pagi hari itu. seiring dengan
alunan ketokan kayu guru mereka, membimbing doa-doa
mereka menuju nirwana.
Gema suara doa-doa para biksu itu terdengar sampai
hampir satu li. mencapai ruangan dalam biara Shaolin
tempat biksu-biksu senior berada. Mereka juga sedang
berdoa dengan penuh hikmat dan tekun sekali. Mata mereka
semua terpejam dan bibir berkomat-kamit memanjatkan
doa. Duduk paling depan sebagai pemimpin adalah Fangcang (Kepala Biara) Tien Gong yang memakai pakaian
kuning dan jubah merah dan memakai topi kuning. Ketokan
kayu dialunkan dengan nada yang jernih dan berirama,
mengiringi doa-doa biksu senior itu semakin tekun saja.
Suasana sangat tenang dan damai, hanya suara burung-- 364 burung saja yang kadang terdengar berkicauan di sela-sela
doa mereka.
Beberapa lama kemudian, ketika matahari sudah
semakin meninggi hampir di atas kepala barulah mereka
selesai. Biksu yang lebih muda memberi hormat kepada
yang lebih tua dan mereka semua kembali ke nekeriaan rutin
mereka masing-masing Ada sang bersiap memasak di dapur,
ada sang menyapu halaman Jan ada > ang mulai berlatih hela
dm Semua berjalan lancar dan teratur Tidak lupa para biksu
saling memberikan salam dan hormat jika saling berpapasan
dengan sesamanya.
Di sebuah ruangan yang agak terpencil di belakang
gedung semedi utama, seorang biksu berpakaian sederhana
sedang membenahi bungkusan baurnya lampaknya ia
sedang bersiap-siap untuk pergi Meskipun sudah berumur
tapi badannya masih tegap dan kuat lalapan matanya
setenang telaga dan waiahnya masih menyisakan
ketampanannya di waktu muda. la tidak lain adalah Tie Sa
Cang Lu Xun Yi (Sang Telapak Pasir Lu Xun Yi) telah
hampir setahun lebih kembali ke Shaolin dan mendalami
aiaran Budha. Lu Xun Yi kini bersiap-siap untuk kembali
meninggalkan biara menuju ke utara Sebelumnya. Lu Xun
Yi akan berpamitan dulu kepada kepala biara dan para biksu
senior lainnya sebagai adat kesopanan yang berlaku.
Baru saja ia hendak beranjak dari kamarnya, tiba-tiba
terdengar salam dan arah pintu menyapanya.- 365 "Amitabha. san-cai. san-cai. Paman Guru Lu. apakah
engkau hendak kembali berkelana di wilayah utara?" tanya
Fang-cang Tien Gong kepada Lu Xun Yi yang dipanggilnya
sebagai paman guru Memang lu Xun Yi adalah adik
seperguruan termuda dari Tang-cang terdahulu. Cen Ren
sehingga meskipun secara umur Lu Xun Yi lebih muda dari
Tien Gong. tapi secara pangkat dan urutan, lu Xun Yi lebih
tinggi dari Tien Gong
"Benar. Fang-cang Aku akan kembali ke utara,
sekalian untuk menengok seorang keponakan angkat yang
aku tinggalkan beberapa bulan yang lalu kepada tetua Chou
Luo" kata Lu Xun Yi sambil merangkapkan tangannya
memberi salam kepada Tien Gong
"Apakah ini juga termasuk surat yang Paman Guru
hendak kirimkan ke kotaraja?" tanya Tien Gong.
"Benar. Fang-cang. Surat itu kutitipkan pada seorang
biksu yang akan ke kota Xu Chang beberapa bulan lalu.
Kuharap saat ini surat itu sudah tiba di tangan penerimanya"
kata Lu Xun Yi.
Wajah Tien Gong berubah sedih, la menghela napas
panjang.
"Fang-cang. apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya
Lu Xun Yi heran melihat perubahan sikap dan suasana hati
Tien Gong.- 366 "Amitabha. Budha maha pengasih. Paman Guru Lu.
kuharap kau tidak kaget mendengar berita ini" kata Tien
Gong sambil memandang Lu Xun Yi.
"Fang-cang. jika ada yang hendak dikatakan, katakan
saja. Aku siap mendengarkan" kata Lu Xun Yi.
"Amitabha. beberapa hari yang lalu. seorang kurir
dari kota Xu Chang datang ke biara ini. Ia datang sambil
membawa surat titipanmu yang dikirimkan beberapa bulan
yang lalu. Tampaknya suratmu tidak sampai pada orang
yang dituju" kata Tien Gong kemudian berhenti sejenak.
"Surat yang hendak kausampaikan kepada Han se-cu
(panggilan untuk orang biasa) ternyata tidak bisa sampai,
dikarenakan seluruh keluarga Han sudah dihukum mati oleh
Kaisar" kata Tien Gong sambil merangkapkan kedua
tangannya.
"Amitabha. cui-kuo (berdosa)" kata Lu Xun Yi yang
terkejut sekali mendengarkan berita barusan.
"Hanya anak Han se-cu yang bernama Han Cia Pao
dan nyonya Han yang berhasil melarikan diri. Inilah kabar
yang disampaikan kurir itu kepada kita" kata Tien Gong
sambil merangkapkan kedua tangannya.
"Cui-kuo. cui-kuo. Mengapa semua ini bisa terjadi
menimpa keluarga Han yang begitu setia terhadap
kerajaan?" tanya Lu Xun Yi masih tidak percaya.- 367 "Menurut berita itu. Han se-cu terbukti hendak
merencanakan pemberontakan bersama Menteri Shangguan
Yi. Bahkan keluarga Song se-cu juga menjadi korban
hukuman mati karena menyelamatkan anak dan istri Han secu" kata Lien Gong menerangkan.
"Amitabha" kata Lu Xun Yi tidak dapat
menyembunyikan kesedihannya.
"Semua keinginan adalah sia-sia. Pangkat dan jabatan
bagaikan daun musim gugur yang hilang tertiup angin. Harta
dan perhiasan bagaikan tetes embun yang menguap terkena
sinar malahan. Cinta hanyalah nafsu manusia, benci adalah
keluhan manusia saja" kata Lien Ciong memberikan
pencerahan kepada Lu Xun Yi.
"Amitabha. terima kasih mengingatkan saya" kata Lu
Xun Yi.
Kehidupan seorang biksu memang haruslah selalu
meniadakan keinginan Perasaan dendam dan cinta haruslah
dibuang iauh-iauh karena itu Fang-cang Tien Gong
mengingatkan Lu Xun Yi agar tidak larut dalam dendam.
Fang-cang Tien Gong mengetahui hubungan akrab Lu Xun
Yi dengan keluarga Han sehingga mengerti benar
bagaimana perasaan Lu Xun Yi menerima kabar buruk tak
terduga ini.
"Paman Guru. sekarang ini tengah terjadi pergolakan
besar di daerah Yi Chang. Seorang biksu yang baru saja
kembali beberapa hari lalu dari sana mengatakan banyak- 368 sekali pendekar dan jago-jago aliran sesat lengah menyusun
kekuatan untuk menghancurkan Tien Lung Men. Mereka
didukung oleh ribuan prajurit kerajaan yang menuduh Tien
Lung Men menyembunyikan seorang buronan negara. Ah.
cui-kuo. cui-kuo" kata Tien Gong dengan sedih.
"Fang-cang. jika demikian bolehkah aku turun
gunung menuju daerah Yi Chang? Tien Lung Men memang
partai besar yang kadang sewenang-wenang, lapi
bagaimanapun ia termasuk partai lurus. Jika sampai
golongan sesal berhasil menghancurkannya, aku tidak tahu
lagi apa yang akan terjadi di dunia persilatan" kata Lu Xun
Yi. "Amitabha. benar sekali pendapat Paman Guru.
Selama ini semua partai dan golongan sesat tidak berani
macam-macam karena ada Tien Lung Men sebagai pilar
langit dunia persilatan. Jien se-cu adalah seorang pendekar
besar yang sukar dicari tandingannya, mungkin seratus
tahun lagi belum tentu ada seorang pendekar seperti dia. Jien
se-cu adalah orang yang ditakuti golongan sesat selama ini.
tidak heran bila mereka bersatu padu hendak
menghancurkannya" kata Tien Gong menyetujui pendapat
Lu Xun Yi.
"Fang-cang. selama ini. pihak kerajaan selalu tidak
mencampuri urusan dunia persilatan.bahkan sempat
memberikan gelar kepada Jien se-cu gelar bangsawan
Wuhan. Mengapa sekarang mereka hendak menghancurkan
Tien Lung Men?" tanya Lu Xun Yi dengan heran.- 369 "Aku sendiri kurang tahu. tetapi tampaknya beberapa
tahun belakangan ini telah terjadi banyak perubahan
kekuasaan di istana. Yang Mulia Kaisar Gao Zong pun
menyetujuinya serangan ini. Paman Guru. sepeninggal
mendiang Kaisar Tai Zong. kebijakan istana tampaknya
telah berubah" kata Tien Gong memberikan pendapat.
"Fang-cang. aku setuju dengan pendapatmu" kata Lu
Xun Yi.
"Shaolin tidak pernah melibatkan diri dalam
perseteruan dunia persilatan, tapi ini menyangkut keadaan
dunia persilatan secara keseluruhan. Jika sampai pihak
golongan sesat berhasil menghancurkan Tien Lung Men.
akibatnya tentu tak dapat diduga. Budha maha pengasih,
kiranya Paman Guru berkenan pergi ke Yi Chang untuk
membela kebenaran. Jangan sampai angkara murka menang
di atas muka bumi ini" kata Tien Gong.
"Amitabha. aku akan melaksanakan perintah Fangcang dengan sebaik-baiknya" kata Lu Xun Yi menyanggupi.
Mereka berdua saling memberikan salam dan hormat,
kemudian Lu Xun Yi membawa bungkusan kain berisi
pakaian dan sedikit bekal keluar menuju pintu gerbang
Shaolin. Fang-cang Tien Gong turut mengantar bersama
beberapa biksu senior hingga ke pintu gerbang depan biara.
Mereka saling mengucapkan salam perpisahan di depan
pintu gerbang.- 370 "Paman Guru. berhati-hatilah. Kali ini perjalanan
Paman Guru amat berbahaya. Berikanlah selalu kabar
kepada kami jika terjadi perkembangan yang tidak baik"'
kata Tien Gong sebelum mereka berpisah.
"Amitabha. Budha Maha Pengasih. Aku akan
senantiasa memberi kabar kepada biara Shaolin. Mohon doa
restu Fang-cang dan saudara semua'" kata Lu Xun Yi
memberikan salam perpisahan.
Perjalanan menuju selatan ke daerah Yi Chang bisa
ditempuh sekitar sepuluh hari perjalanan. Setelah melalui
Gunung Xuan Yuan. maka perjalanan bisa dilanjutkan
dengan naik perahu menyusuri sungai Yu dan Xiang menuju
ke selatan hingga ke daerah Mai Cheng. Dari sana
perjalanan dilanjutkan dengan perjalanan darat ke daerah Yi
Chang.
Sepanjang perjalanan Lu Xun Yi selalu mencari tahu
keadaan di kotaraja dan daerah Yi Chang. Dan sebagai
seorang biksu yang tidak mempunyai banyak uang. ia
mencari derma dan sedekah dari para dermawan yang rela
memberikan sedikit uang dan makanan selama perjalanan.
Bahkan perahu yang ia tumpangi dari sungai Yu ke selatan
adalah perahu seorang saudagar yang rela memberikan
tumpangan gratis kepadanya. Tentu saja saudagar itu tidak
tahu kalau orang yang menumpang itu adalah seorang
pendekar besar, salah satu San Ta Wang Pao (Tiga Besar
Pengawal Kerajaan) yang melegenda di dunia persilatan.- 371 Setibanya di daerah Mai Cheng. Lu Xun Yi segera
bergegas menuju daerah Yi Chang. Sepanjang perjalanan
banyak sekali pos pemeriksaan tentara kerajaan yang
memeriksa setiap orang yang lewat dengan ketat sekali.
Setiap orang yang bertampang pendekar atau membawa
senjata segera dilarang masuk daerah Yi Chang. Tampaknya
markas besar Tien Lung Men benar-benar dikurung
sehingga sulit keluar sulit masuk. Untunglah Lu Xun Yi
hanya dianggap seorang biksu tua biasa sehingga selalu
lolos.
Setelah beberapa hari berjalan kaki sampailah Lu Xun
Yi di daerah Dang Yang. suatu kota yang cukup besar dan
ramai. Di sini pun tampak banyak sekali tentara kerajaan
berjaga-jaga. Bukan hanya itu. bahkan sudah mulai banyak
pendekar-pendekar kalangan sesat yang berkumpul.
Memang daerah Dang Yang ham a beberapa puluh li lagi
dari Yi Chang. sehingga tidak heran di sini sudah banyak
sekali pendekar aliran sesat yang berkumpul
Lu Xun Yi memutuskan untuk bergegas keluar dari
wilayah ini. takut kalau-kalau ada yang mengenali dirinya
sebagai pendekar Telapak Pasir Besi. Maka pagi-pagi sekali
setelah ia beristirahat di salah satu kuil. Lu Xun Yi segera
berangkat menuju daerah Yi Chang. Kali ini ia jauh lebih
hati-hati. karena tidak ingin dipergoki pasukan keliling
kerajaan dan ditanyai macam-macam, la mengambil jalurjalur sepi melalui hutan dan padang rumput yang meskipun
agak memutar, tapi jauh lebih aman.- 372

Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak berapa lama setelah berjalan, dari atas bukit
tempat ia berjalan. Lu Xun Yi dapat melihat segerombolan
pasukan kerajaan tengah menghadang di tengah jalan
lembah. Mereka memeriksa siapapun yang akan lewat
dengan teliti sekali. Sebenarnya pemandangan seperti ini
tidaklah mengherankan lagi bagi Lu Xun Yi. akan tetapi
yang membuatnya tertarik adalah seorang kakek berjubah
bangsawan yang tengah bersama kepala pasukan. Meskipun
dari jarak yang cukup jauh. Lu Xun Yi masih dapat
mengenalinya sebagai Wang Dao Feng Ming (Feng Ming
sang Golok Raja). Apalagi golok yang tersandang di
pinggangnya adalah golok bersarung hiasan naga. maka
tidak salah lagi hanya ada satu orang di dunia persilatan
yang berhak memandangnya yaitu Feng Ming!
Lu Xun Yi tidak mengira Feng Ming akan berada di
daerah Dang Yang ini. Seingatnya dulu ketika ia mundur
dari istana. Feng Ming juga tidak mau ikut campur lagi
dalam urusan dunia persilatan. Sungguh mengherankan jika
Feng Ming sekarang mau repot-repot menjaga daerah Dang
Yang ini. Tapi Lu Xun Yi tidak mau mencari tahu lagi lebih
banyak, la harus segera sampai di daerah Yi Chang
secepatnya.
Ketika hari sudah siang dan matahari menyengat di
atas kepala. Lu Xun Yi beristirahat sebentar di antara
rimbunnya pepohonan dan membuka bekalnya berupa man
tau dan sekantung air. Hari itu cukup panas terik sehingga
dalam sekejap saja hekal itu sudah habis disantap. Setelah- 373 itu Lu Xun Yi mulai bersemedi menenangkan diri dan
mendekatkan diri kepada alam. Seluruh suara desir angin,
serangga dan binatang lainnya seolah menyatu dengan raga
Lu Xun Yi.
Dalam keheningan itu. Lu Xun Yi dapat merasakan
adanya gerakan yang amat halus, bergeser dalam gerakan
angin mendekati tempat ia bersemedi di bawah pohon.
Pemiliknya pastilah bukan orang sembarangan. karena
gerakannya begitu ringan dan hampir tidak terasakan. Lu
Xun Yi yang berilmu tinggi saja hanya merasakan sedikit
saja gerakannya.
Pelan-pelan Lu Xun Yi membuka matanya. Di
hadapannya sudah berdiri seorang pendekar yang
sepantaran dengannya memakai baju sutra halus berwarna
biru. Wajahnya merah merona menampakkan wibawa
seorang bangsawan. Matanya sipit dan alisnya tebal dengan
dahi menonjol. Rambutnya yang sebagian sudah memutih
diikat dengan tusuk konde emas berukir naga. Di
pinggangnya tersandang golok lebar berhiaskan naga. Tidak
salah lagi ia adalah Wang Dao Feng Ming (Feng Ming sang
Golok Raja).
"Lu-siung (saudara Lu), sudah bertahun-tahun tidak
bertemu, mengapa tidak mampir menyapa sahabat lamamu
ini?" tanya Feng Ming.- 374 "Amitabha. san-cai. san-cai. Feng-siung (saudara
Feng). maafkan aku yang tidak tahu sopan santun ini" kata
Lu Xun Yi merendah.
"Lu-siung. bagaimana kabar biara Shaolin? Apakah
Fang-cang Tien Gong baik-baik sajakah?" tanya Feng Ming
berbasa-basi.
"Feng-siung. terima kasih atas perhatianmu. Budha
maha pengasih. Fang-cang selalu diberkati kesehatannya"
jawab Lu Xun Yi.
"Bagus, aku senang mendengarnya" kata Feng Ming
datar. Lu Xun Yi bangkit berdiri dan membungkuk hormat
kepada Feng Ming.
"Feng-siung. aku mempunyai alasan sendiri mengapa
tidak mampir bertemu denganmu di lembah tadi"" kata Lu
Xun Yi menjelaskan.
"Aku kira-kira tahu apa penyebabnya" kata Feng
Ming.
"Amitabha. keluarga Han selama beberapa generasi
selalu setia kepada dinasti Tang. tentunya Feng-siung sudah
mengetahui hal ini. Mengapa Feng-siung ikut mengejar
keturunan terakhirnya?" tanya Lu Xun Yi.
"Aku hanya menjalankan perintah yang Mulia Kaisar
saja. Lagipula bukti-bukti sudah terungkap, bahkan Menteri
Shangguan Yi dan Jenderal Song Wei Hao juga ikut terlibat- 375 di dalam rencana pemberontakan. Aku mau tidak mau harus
percay a" jawab Feng Ming dengan tegas.
"Amitabha. jadi Feng-siung sudah membulatkan
tekad mengejar putra Han Kuo Li?" tanya Lu Xun Yi sambil
menghela napas panjang.
"Selama ini kita San Ta Wang Pao (Tiga Besar
Pengawal Kerajaan) selalu mengabdi dengan setia kepada
Tang Agung. Lu-siung. aku tahu engkau bersahabat baik
dengan mendiang Han Kuo Jiang tapi masalah kerajaan
harus ditempatkan di atas masalah pribadi" kata Feng Ming.
"Amitabha. cui-kuo. Manusia selalu mengejar
keinginan duniawi dan menghindari hidup damai. Fengsiung. jika tanpa pertempuran masalah bisa diselesaikan,
mengapa harus menumpahkan darah tak berdosa" kata Lu
Xun Yi dengan bijaksana.
"Tugas adalah tugas, apalagi ini adalah titah yang
Mulia Kaisar sendiri" jawab Feng Ming tidak mau kalah.
"Tien Lung Men juga adalah pilar dunia persilatan.
Kini banyak pendekar dan partai golongan sesat hendak
bersama-sama menghancurkannya. Apakah Feng-siung
ingin menyaksikan golongan sesat kembali merajalela
seperti dulu?" tanya Lu Xun Yi.
"Lu-siung. dulu kita bersama-sama membasmi
banyak pendekar sesat, mana mungkin aku mau
menyaksikan mereka bangkit kembali. Tapi Tien Lung Men- 376 selama ini juga sudah terlalu sombong dan membangkang
terhadap kerajaan Tang. bahkan berani menyembunyikan
buronan kerajaan. Aku yakin Jien Wei Cen pasti
mentertawakan kita selama ini. menganggap kita pendekar
kelas teri yang bodoh" kata Feng Ming dengan geram.
"Amitabha. san-cai. san-cai. Feng-siung. Pendekar
Jien Wei Cen memang kerap sombong dan lupa diri. tapi aku
yakin ia tidak punya niatan untuk menentang kerajaan Tang.
Selama ini ia selalu menjauhkan diri dari masalah kerajaan
bahkan ketika dianugerahi gelar bangsawan Wuhan pun ia
tidak terlalu suka" kata Lu Xun Yi.
"Lu-siung. itu dulu. Sekarang pendirian Tien Lung
Men sudah berubah banyak. Cabang-cabang mereka di
daerah banyak yang menentang kebijakan para bangsawan
dan berlaku sesuka mereka sendiri. Mereka menentang
pembayaran pajak kepada bangsawan dan mengobarkan api
kemarahan di hati rakyat banyak untuk menentang kerajaan.
Api harus dipadamkan selagi masih kecil, tidak bisa
menunggu membakar seluruh rumah baru kita padamkan.
Dulu dinasti Han terjungkal karena pemberontakan Surban
Kuning yang dimulai hanya dari gerakan kecil. Mereka
mengabaikan pemberontakan kecil sehingga gagal
mengalahkannya ketika sudah membesar. Aku. Feng Ming
tidak akan membiarkan siapapun juga mengusik kerajaan
Tang yang agung" kata Feng Ming dengan gagah. Memang
Feng Ming sendiri masih ada hubungan darah dengan kaisar- 377 Tang sehingga kesetiaannya paling besar di antara ketiga
San Ta Wang Pao.
"Amitabha. san-cai. Feng-siung. pendirianmu sudah
tegas, akupun tidak akan berkata-kata lagi. Semoga Budha
memberkatimu" kata Lu Xun Yi sambil membungkuk
hormat. Ia kemudian hendak beranjak pergi meneruskan
perjalanan ke markas Tien Lung Men. tapi tak disangka
Feng Ming mengangkat goloknya menghalangi jalan Lu
Xun Yi.
"Lu-siung. jalan ke biara Shaolin adalah di
belakangmu" kata Feng Ming dengan nada menegur.
"Amitabha. Feng-siung kiranya aku hendak
meneruskan perjalanan menuju ke Yi Chang. Mohon
memberikanku jalan" kata Lu Xun Yi.
"Maaf. aku tidak bisa. Ini adalah perintah yang Mulia
Kaisar, siapapun juga dilarang keluar atau masuk wilayah
Tien Lung Men. Ancamannya hukuman mati bagi yang
melanggar" kata Feng Ming dengan tegas.
"Amitabha. aku hanya ingin menjenguk Han Cia Pao
saja. Setelah itu aku akan pergi kembali ke biara Shaolin"
kata Lu Xun Yi sambil membungkuk hormat kepada Feng
Ming.
"Tidak bisa! Lu-siung. engkau jangan memaksaku
bertindak kasar, mengingat persahabatan kita yang sudah
puluhan tahun ini. aku akan membiarkan engkau kembali ke- 378 biara Shaolin tanpa memberitahukan kepada Jenderal Chu
Song tentang kedatanganmu" kata Feng Ming dengan nada
yang mulai meninggi.
"Amitabha. Budha maha pengasih. Feng-siung. aku
terpaksa harus lewat" kata Lu Xun Yi sambil berjalan maju.
"Kau..." Feng Ming sudah kehabisan kata-kata
menghadapi Lu Xun Yi.
Lu Xun Yi sendiri berjalan tenang melewati Feng
Ming. seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Hal ini tentu saja
membuat Feng Ming geram karena tidak dihiraukan. Ia
mencabut Golok Raja Naganya dengan penuh tenaga
sehingga suaranya berdesing memecah udara.
"Berhenti! Lu Xun Yi. apakah kau juga hendak ikut
membangkang terhadap yang Mulia Kaisar!" bentak Feng
Ming yang sudah habis kesabarannya.
Lu Xun Yi tidak menanggapi dan terus saja berjalan.
"Lihat golok!" kata Feng Ming sambil maju
menyerbu dengan kekuatan penuh ke arah Lu Xun Yi.
Mereka berdua sudah saling mengenal puluhan tahun, segala
kelebihan dan kekurangan ilmu mereka sudah saling
memahami, mana mungkin berani bertindak setengahsetengah.
Lu Xun Yi yang merasakan hawa perkasa Golok Raja
Naga berkelebat mengejar dirinya langsung mengambil
kuda-kuda pertahanannya yang paling tangguh. Segenap- 379 tenaga dikerahkan kepada kedua tapaknya yang mengeras
melebihi baja pilihan. Hawa tenaganya meningkat langsung
membuat udara disekitarnya menjadi tertekan. Sedangkan
Feng Ming menebaskan Golok Raja Naga yang pertama
langsung menuju ke arah kepala Lu Xun Yi, jurus Lung
Wang Fen Ti benar-benar maut tanpa ampun!
"Hiahhhhh!" teriak Lu Xun Yi sambil menampar
golok maut yang menuju ke arah kepalanya itu. Tie Sa Ciang
(Tapak Pasir Besi) memang bukan ilmu sembarangan,
kekuatannya amat dahsyat sehingga mampu mematahkan
besi biasa. Jika saja, Golok Raja Naga bukan golok baja
pilihan pastilah sudah hancur pada serangan pertama.
Golok Raja Naga terpental di tampar oleh Lu Xun Yi
dan nyaris saja terlepas dari genggaman tangan Feng Ming.
Golok itu berdengung keras karena tabrakan dua tenaga
dalam tingkat tinggi yang terjadi. Feng Ming menyalurkan
seluruh tenaga ke tangannya yang memegang golok untuk
meredam getaran golok. Tampaknya pertempuran pertama
ini dimenangkan Lu Xun Yi dengna selisih tipis sekali.
Kembali kedua pendekar mengambil kuda-kuda
memulai pertempuran babak kedua. Kali ini Feng Ming
tidak mau gegabah lagi langsung menyerang. Ia sudah
menyiapkan rangkaian jurus untuk menerobos Tie Sa Cang
yang terkenal mempunyai tenaga dalam teramat kuat. Lu
Xun Yi pun tidak lagi berani memberi ampun. Ia tahu
kehebatan sampai dimana kehebatan Feng Ming, apalagi
jika sampai ia mengeluarkan jurus Yen Lung Wang Dao- 380 (Golok Raja Naga Neraka) yang bisa membelah batu karang
sekalipun!
Lu Xun Yi dan Feng Ming maju menyerang
bersamaan, mencoba mencuri kesempatan dengan
menyerang terlebih dulu. Kedua pendekar sama-sama kuat
dan cepat sehingga seluruh hantaman tapak dan tebasan
golok saling berbenturan keras menggetarkan udara.
Kecepatan mereka sukar diikuti mata manusia biasa,
sehingga bayangan mereka bagaikan kabut saling
bercampur menjadi satu. Suara tenaga dalam beradu dengan
golok meledak-ledak menandakan tenaga dalam mereka
sudah mencapai tingkat tinggi yang sukar diukur.
Setelah beberapa puluh jurus. Lu Xun Yi dan Feng
Ming sama-sama melompat mundur untuk mengatur napas
dan strategi. Tampaknya pertarungan barusan imbang dalam
hal kekuatan dan kecepatan. Remang mereka sudah saling
mengenal jurus masing-masing dengan baik sehingga sama
sekali tidak ada satu pun pukulan lawan yang mampu
menembus tembok pertahanan masing-masing. Kini mereka
bersiap-siap untuk pertempuran ketiga. Lu Xun Yi
mengambil napas dalam-dalam berusaha mengumpulkan
tenaga puncak di kedua tapak. Feng Ming sendiri tidak mau
kalah menyalurkan tenaga puncak ke Golok Raja Naganya
hingga berdengung keras.
Pertarungan dua pendekar setanding ini mungkin baru
bisa ditentukan setelah seribu jurus lebih. Dulu saat mereka
mengawal istana kerajaan bersama-sama. belum pernah- 381 sekalipun saling bertempur sehingga sulit diukur siapa yang
lebih kuat. Tapi kalangan dunia persilatan selalu
menganggap kehebatan Wang Dao Feng Ming masih sedikit
di atas Tie Sa Cang Lu Xun Yi karena dalam urutan selalu
disebutkan Cing Lun Xiahou Yen sebagai yang pertama,
kemudian Wang Dao Feng Ming kedua dan terakhir Tie Sa
Cang Lu Xun Yi. Padahal anggapan semacam ini tidak benar
karena urutan San Ta Wang Pao sebenarnya lebih
didasarkan pada umur dan bukan kemampuan masingmasing pendekarnya.
Hawa sekitar tempat pertarungan menjadi sangat
tertekan oleh hamburan tenaga dalam yang luar biasa dari
kedua pendekar. Orang biasa pasti sudah pingsan jika berada
di tengah-tengah gempuran tenaga seperti itu. Bahkan angin
pun berdesir kencang laksana hendak turun badai saja.
Wajah Lu Xun Yi dan Feng Ming amat serius menatap
lawan masing-masing, bersiap hendak bertempur lagi.
Feng Ming mengambil gerakan lebih dulu. maju
menyerang dengan golok terangkat lebar bersiap menebas.
Lu Xun Yi tidak mau kalah, menghirup udara sekuatnya


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil menyalurkan tenaga ke kedua tapak dan maju
menghadang Feng Ming. Tampaknya benturan langsung tak
terelakkan lagi. Masing-masing pihak sudah siap dengan
jurus andalannya hendak mengalahkan lawan secepat
mungkin. Feng Ming melompat sambil berteriak keras dan
menebaskan Golok Raja Naganya. Lu Xun Yi mengambil- 382 posisi bertahan di bawah sambil bersiap melepaskan Tapak
Pasir Besinya.
Saat kedua pihak sudah hampir berbenturan, tiba-tiba
sebuah roda emas dengan garis tengah sepanjang lengan
orang dewasa, melesat berdesing di antara Feng Ming yang
melayang di udara dan Lu Xun Yi yang bersiap menunggu
di bawah. Roda emas itu berdesing dengan tenaga luar biasa
sehingga memaksa Feng Ming dan Lu Xun Yi
mengurungkan niatnya bertarung. Mereka menghindar dan
melompat menjauh sambil mengatur napasnya kembali.
Roda emas itu berputar cepat sekali, dan melayang
kembali ke arah yang sama dari mana ia datang. Seorang
setengah paya berpakaian hijau sederhana melompat
bersalto dengan sigap sekali menyambut kembalinya roda
emas itu. la menangkap roda emas yang berdesing itu
dengan mudah sekali dan mengalungkannya di dadanya.
Wajahnya merah penuh wibawa. Janggut dan rambutnya
yang panjang sudah memutih di beberapa tempat. Badannya
masih tegap dan kuat meskipun usianya sudah cukup
berumur. Ia menatap Feng Ming dan Lu Xun Yi dengan
tatapan yang berwibawa sekali sehingga kedua pendekar itu
merasa sungkan menatapnya.
"Feng-siung. Lu-siung sudah lama sekali tidak
berjumpa dengan kalian berdua, sayang sekali harus
bertemu dalam keadaan seperti ini" kata orang itu yang tidak
lain adalah Cing Lun Xiahou Yen (Xiahou Yen si Roda
Emas)- 383 "Xiahou-siung. apa kabarmu?" tanya Feng Ming
sambil menjura dengan Golok Raja Naganya.
"Amitabha. san-cai. san-cai. Budha maha pengasih
sehingga mempertemukan kita kembali" kata Lu Xun Yi
sambil merangkapkan tangan di depan dadanya.
"Aku baik-baik saja. Dan kulihat keadaan kalian juga
baik-baik saja sehingga mampu menguji ilmu di tempat ini"
kata Xiahou Yen menyindir.
Feng Ming dan Lu Xun Yi saling berpandangan
dengan tidak enak. Memang sebagai sesama anggota San Ta
Wang Pao. seharusnya mereka tidak boleh saling berkelahi.
Dulu sekali, mereka sudah berjanji di hadapan mendiang
kaisar Tai Zong untuk senantiasa saling menjaga dan
membantu dalam keadaan apapun. Kini mereka sendiri
saling bertarung, bagaimana mereka bisa bertanggung jawab
atas janji mereka?
"Kalian berdua tentu masih ingat janji kita di hadapan
mendiang kaisar Tai Zong bahwa kita akan selamanya
bersatu dan saling membantu dalam menegakkan dinasti
Tang. Kejadian hari ini hendaknya tidak terulang lagi di
masa depan apapun alasannya" kata Xiahou dengan tegas.
"Xiahou-siung. aku juga ingat janji kepada mendiang
kaisar. Tapi hari ini aku harus mencegah Lu-siung untuk
pergi ke l'ien Lung Men. Ini adalah titah yang Mulia Kaisar
yang tidak mungkin dibantah lagi" kata Feng Ming membela
diri.- 384 "Amitabha. cui-kuo. Aku hanya ingin mencegah
pertumpahan darah yang tidak perlu. Tien Lung Men adalah
pilar dunia persilatan, jangan sampai hancur karena siasat
orang-orang pengecut" kata Lu Xun Yi.
"Kalian berdua mempunyai alasan masing-masing
yang menurut kalian sama-sama kuatnya. Aku sebagai
sahabat kalian tidak akan membiarkan kalian bertempur satu
sama lain. bahkan bila itu menyangkut titah Kaisar sendiri"
kata Xiahou Yen.
"Xiahou-siung. kau sendiri berpihak kepada
siapakah?" tanya Feng Ming.
"Aku sudah lama mengundurkan diri. Tidak lagi
mencampuri dunia persilatan dan segala permasalahannya.
Masalah Tien Lung Men ini biarlah langit yang memutuskan
takdirnya" kata Xiahou Yen sambil menghela napas
panjang. Dalam hatinya ia sebenarnya tidak ingin ada
pertempuran dan pertumpahan darah besar-besaran di Tien
Lung Men nantinya, tapi ia sendiri tidak ingin mencampuri
lagi masalah dunia persilatan.
"Amitabha. menghilangkan keinginan adalah jalan
menuju terang. Xiahou-siung terima kasih atas petunjukmu.
Aku akan berangkat ke Tien Lung Men dan memohon Jien
Wei Cen untuk dapat menghindari pertumpahan darah
nantinya" kata Lu Xun Yi.
"Lu-siung. sekalian sampaikan kepada Jien Wei Cen
agar menyerahkan buronan Han Cia Pao dan Song Wei Hao- 385 kepada pasukan kerajaan. Jenderal Chu Song sudah
mengerahkan lima ribu pasukan lengkap untuk mengepung
daerah Yi Chang ini. kuharap ini bisa menjadi pertimbangan
Tien Lung Men untuk tidak selalu membangkang terhadap
kerajaan" kata Feng Ming menambahkan.
"Amitabha. semoga Budha yang maha pengasih
memberikan penerangan" kata Lu Xun Yi sambil beranjak
pergi.
"Lu-siung. selamat jalan. Semoga engkau berhasil"
kata Xiahou Yen kepada Lu Xun Yi yang sudah berkemas
mengambil bungkusannya.
"Amitabha. terima kasih. Xiahou-siung dan Fengsiung aku mohon pamit dulu" kata Lu Xun Yi sambil
merangkapkan tangannya di depan dada.
Lu Xun Yi segera meneruskan perjalanannya yang
sudah tinggal sedikit lagi ke daerah Yi Chang.
meninggalkan Xiahou Yen dan Feng Ming yang
memandanginya terus sampai hilang dari pandangan.
Setelah Lu Xun Yi tidak terlihat lagi di kaki bukit. Xiahou
Yen berpaling kepada Feng Ming.
"Feng-siung. aku tahu engkau selalu setia kepada
kerajaan dan kaisar. Tapi ingatlah bahwa kerajaan yang
sekarang ini sudah bukan seperti saat mendiang kaisar Tai
Zong. Sekarang ini kaisar terlalu lemah dan hanya
mendengarkan lingkaran dekatnya saja. Engkau harus hati-- 386 hati menyikapi semua kebijakan yang dikeluarkan kerajaan"
kata Xiahou Yen kepada Feng Ming sebagai saran.
"Xiahou-siung. terima kasih atas saranmu. Aku pasti
akan berhati-hati" kata Feng Ming sambil menjura kepada
Xiahou Yen.
San Ta Wang Pao secara tidak resmi memang
menganggap Xiahou Yen sebagai pimpinan karena usianya
yang paling tua dan sikapnya yang paling dewasa. Lagipula
Pedang Siluman Darah 5 Hidung Belang Penghisap Darah Pendekar Naga Putih 80 Iblis Angkara Murka Pedang Siluman Darah 3 Titisan Budak Iblis

Cari Blog Ini