Ceritasilat Novel Online

Rimba Persilatan Naga Harimau 9

Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An Bagian 9


"Apa... apakah keluarga ayahku juga dihukum
penggal?" tanya Ye Ing yang kini pandangannya mulai
kosong. Han Cia Pao berusaha menenangkannya.
"Niang, tenanglah. Kita bicarakan ini nanti setelah
paman Song beristirahat di... "
"Tidak. Pao-er. Aku ingin mendengarnya sekarang"
kala Ye Ing dengan tegas sekali, mungkin paling tegas
selama hampir sebulan ini.
"Jenderal Song. katakan sejujurnya apa yang terjadi?"
tanya Ye Ing lagi.
"Bangsawan Ye menyerahkan ketiga putri anda
kepada kerajaan" kata Song Wei Hao hampir tak terdengar.
Sebenarnya ia tidak ingin mengatakan hal ini tapi dalam
hatinya yang terdalam. Song Wei Hao merasa Ye Ing harus
tahu bahwa ayahnya ternyata seorang pengecut.
Kata-kata Song Wei Hao yang terakhir benar-benar
seperti palu godam menghantam tembok pertahanan hati
terakhir Ye Ing yang sudah rapuh. Sambil mengeluh pelan,
tubuh Ye Ing merosot jatuh bagai daun gugur. Beruntunglah
Han Cia Pao sudah bersiap-siap menahan tubuh Ye Ing- 220 sehingga tidak jatuh menghantam lantai. Yang Ren Fang
buru-buru meminta dua dayang untuk membantu Han Cia
Pao membopong Ye Ing masuk ke dalam. Song Wei Hao
dan keenam prajurit bawahannya hanya bisa menahan air
mata melihat kejadian ini.
Setelah Han Cia Pao dan Ye Ing masuk ke dalam dan
situasi agak tenang, barulah Yang Ren Fang mengambil alih
perannya kembali sebagai tuan rumah.
"Jenderal Song, aku sudah lama mendengar nama
besar anda" katanya sambil menjura memberi hormat.
"Pendekar Yang, anda terlalu memuji. Andai saja kita
dapat berjumpa dalam suasana yang lebih baik. Terimalah
hormatku karena telah menolong Han Fu-ren dan Pao-er.
Aku sudah mendengar kejadiannya dari anak buahku" kata
Song Wei Hao balas menghormat.
"Ah. aku hanya kebetulan saja lewat. Kulihat seorang
pemuda dikeroyok oleh begitu banyak prajurit, sebagai
seorang pendekar kita sudah seharusnya saling menolong
dan menegakkan keadilan" kata Yang Ren Fang merendah.
Setelah berbasa-basi sejenak. Yang Ren Fang
memerintahkan dua pelayannya untuk mengantarkan Song
Wei Flao dan enam prajuritnya kembali beristirahat di
kamar tamu. Yang Ren Fang menghela napas panjang
setelah semuanya masuk meninggalkan ia sendirian di aula
utama itu.- 221 "Seorang janda dan seorang yatim, dan keduanya
buronan kerajaan. Apa untungnya kita Tien Lung Men
menampung mereka?" terdengar suara mengejek Cing Hou
Wang Ding (Kera Emas Wang Ding) di belakang Yang Ren
Fang.
"Semua orang gagah harus saling membantu terlebih
lagi Jenderal Han Kuo Li adalah prajurit yang setia kepada
dinasti Tang" kata Yang Ren Fang sambil berpaling kepada
Wang Ding.
"Orang gagah ya?" ejek Wang Ding yang bersandar
ke tembok dengan santai sambil memutar-mutar tongkat
emasnya.
"Ketua Selatan, aku mohon diri dulu" kata Yang Ren
Fang yang tidak ingin berbicara panjang dengan Wang
Ding. Sejak pertama kali ia datang ke Tien Lung Men. sang
Kera Emas Wang Ding selalu menunjukkan rasa tidak
senangnya secara terang-terangan kepadanya. Padahal jika
dirunut, kematian ibu Yang Ren Fang adalah demi
menolong Wang Ding dan Jien Jing Hui dari sergapan para
pembokong, tapi entah mengapa ia malah selalu dimusuhi
oleh Wang Ding.
"Tuan muda ketiga, tahan langkahmu dulu" cegah
Wang Ding.
"Apakah tuan muda ketiga sudah memikirkan
akibatnya menentang kerajaan dengan menampung mereka- 222 bertiga di Tien Lung Men? Apakah ini suatu langkah yang
benar?" tanya Wang Ding dengan tajam.
Yang Ren Fang menghentikan langkahnya dan
berpaling.
"Ketua Selatan, engkau tentunya tahu bahwa Jien
Pang-cu (Ketua Jien) selama ini sama sekali tidak pernah
takut dengan dinasti Tang. Pang-cu adalah seorang yang
gagah dan bebas bagai elang yang perkasa. Ia pun pasti akan
setuju jika sesama orang gagali haruslah saling menolong
dan membantu" jawab Yang Ren Fang tidak kalah tajam.
"Tuan muda ketiga, engkau tentu bisa berkata
sesukamu karena Jien Pang-cu sekarang ini sedang bertapa"
kata Wang Ding menyindir.
"Ketua Selatan! Jaga bicaramu! Apakah selama ini
aku pernah melakukan hal yang merugikan Tien Lung Men?
Jika engkau masih tidak puas dengan kebijakanku, silakan
engkau adukan ini pada tuan muda pertama, jika tidak
pembicaraan kita akhiri sampai di sini!" bentak Yang Ren
Fang dengan marah. la segera meninggalkan aula utama
tanpa berpaling. Sementara Wang Ding hanya menatapnya
pergi dengan sinis.
Memang harus diakui selama lebih dari sepuluh tahun
Yang Ren Fang mengabdi pada Tien Lung Men. ia telah
banyak berjasa melebarkan sayap kekuasaan partai itu
Beberapa tahun lalu. dua partai besar di timur He Fei. Yang
Cien Hui (Partai Pedang Matahari) dan Tie Chuen Pang- 223 (Perkumpulan Tinju Besi) berhasil dikalahkan oleh Yang
Ren Fang sehingga berhasil digabungkan ke dalam Tien
Lung Men. Padahal Ketua Timur Pai Wu Ya Cen Hui (Cen
Hui sang Gagak Putih) saja tidak bisa mengimbangi
kehebatan ketua Yang Cien Hui, Teng Hui Chi yang terkenal
karena ilmu Pedang Mataharinya. Jadi bisa dibayangkan
kehebatan Yang Ren Fang yang masih muda tapi sudah
melampaui Si Sao "I len Lung (Empat Naga Langit Muda)
yang mungkin menimbulkan iri di hati mereka yang tidak
suka melihatnya menanjak dengan cepat.
Ketua Jien Wei Cen sendiri sudah beberapa tahun ini
tidak pernah tampil lagi di depan umum. la lebih banyak
bertapa dan berlatih di ruangan terlarang yang siapapun
tidak boleh masuk atau mengganggu. Tampaknya Sen Sou
Mo Cia (Tangan Dewa Kaki Iblis) sudah merasa benarbenar kesepian tanpa tanding di dunia persilatan sehingga
merasa tidak mempunyai ambisi lagi untuk melihat dunia
yang sudah berada dalam genggamannya itu Tapi sayang
sekali, kedua anak lelakinya Jien Ming Ti dan Jien Ming Wu
bukanlah pewaris Tien Lung Men yang dikehendakinya
Sifat mereka yang sombong dan bakat mereka yang tidak
terlalu baik menyebabkan Jien Wei Cen lebih memilih Yang
Ren Fang sebagai orang kepercayaannya selama ia bertapa.
Apalagi ilmu silat Yang Ren Fang sekarang sudah
melampaui kedua putranya itu. maka pilihan Jien Wei Cen
sangatlah tepat memilih Yang Ren Fang sebagai penerusnya
memimpin Tien Lung Men.- 224 Dari keempat Si Sao Tien Lung. hanya Wang Ding si
Kera Emas sajalah yang menentang penunjukkan Yang Ren
Fang sebagai penerus. Entah mengapa Wang Ding selalu
mencurigainya sejak pertama kali bertemu, entah ini karena
harga diri yang tinggi karena tidak mau diselamatkan
seorang bocah ingusan atau ada hal yang lain. hanya Wang
Ding sendiri yang tahu sebabnya. Ketiga Naga Langit Muda
yang lain menerima dengan baik kehadiran Yang Ren Fang
di Tien Lung Men. apalagi mengingat ia adalah menantu
Jien Wei Cen sendiri.
Beberapa hari telah berlalu sejak kedatangan Song
Wei Hao. Kabar yang dibawanya semakin memperburuk
keadaan Ye Ing sehingga perjalanan mereka menuju daerah
Han Jin menjadi terhambat. Song Wei Hao dan Han Cia Pao
sebenarnya ingin meninggalkan daerah Yi Chang
secepatnya karena mereka tidak ingin melibatkan partai
Tien Lung Men dalam perseteruan mereka, tapi Yang Ren
Fang selalu mengingatkan keadaan Ye Ing yang benar-benar
tidak bisa dipaksakan untuk berjalan jauh.
"Han-siung dan Jenderal Song. aku menyarankan
kalian tinggal di sini sampai beberapa hari lagi menunggu
keadaan Han Fu-ren pulih" kata Yang Ren Fang berusaha
menahan kepergian mereka.
"Yang-siung. tapi kami sudah cukup lama berada di
wilayah Yi Chang ini. Pastilah sebentar lagi pasukan
kerajaan akan sampai di tempat ini. Apalagi ketika itu Wang
Dao Feng Ming sudah mengetahui ilmu yang kau pakai"- 225 kata Han Cia Pao. la sudah benar-benar ingin pergi tapi apa
yang dikatakan Yang Ren Fang tentang ibunya adalah benar.
Kondisi Ye Ing yang amat lemah tidak bisa dipaksakan
untuk berjalan jauh.
"Benar, pendekar Yang. Kami tidak ingin melibatkan
Tien Lung Men lebih jauh lagi dalam hal ini. Budi baik anda
akan kami balas di kemudian hari" kata Song Wei Hao
sambil menjura.
Yang Ren Fang menghela napas. Tampaknya
keputusan Han Cia Pao dan Song Wei Hao sudah bulat.
"Baiklah. Han-siung. jika memang engkau sudah
bertekad maka aku tidak akan menahan lebih lama lagi. Tapi
ijinkan sebelumnya aku untuk mengirim pengintai melihat
keadaan jalur ke timur apakah aman atau tidak. Jika aman
maka kalian akan dikawal sampai ke perbatasan Wu Chang
oleh para penjaga kami Dari sana ke Han Jin hanya
memerlukan beberapa hari berjalan kaki"
"Terima kasih pendekar Yang" kata Song Wei Hao
sekali lagi menjura.
"Yang-siung. aku tidak akan melupakan budi baikmu
ini" kata Han Cia Pao dengan tulus.
Yang Ren Fang mengangguk pelan. Ia sebenarnya
berat berpisah dengan Han Cia Pao yang sudah menjadi
akrab sekali selama bersama-sama. apalagi begitu mereka- 226 meninggalkan markas Tien Lung Men. seluruh pasukan
kerajaan akan mengejar mereka sebagai buronan.
Malam harinya. Yang Ren Fang mengutus Hong C u
Chung dan Gao Guen untuk meneliti keadaan di timur, la
berpesan pada mereka agar segera memberitahukan keadaan
apapun yang terjadi besok sebelum fajar tiba. Maka tanpa
membuang-buang waktu lagi kedua pendekar aneh itu
segera berangkat ke timur untuk melihat-lihat keadaan.
Yang Ren Fang sendiri tidak bisa tidur, sehingga ia hanya
berdiri saja di tepi kolam teratai.
"Suamiku, apakah yang mengganggu hatimu" tegur
Jien Jing Hui kepada Yang Ren Fang yang tengah
termenung di tepian kolam.
"Oh. istriku. Engkau belum tidur juga ternyata" kata
Yang Ren Fang yang baru menyadari kehadiran Jien Jing
Hui. "Seorang istri harus menunggu suaminya untuk tidur.
Jika engkau belum tidur apakah aku bisa tidur?" tanya Jien
Jing Hui.
Yang Ren Fang mengangguk membenarkan.
"Apakah rencana kepergian Han Cia Pao dan lainnya
ke timur membuat pikiranmu terganggu?" tanya Jien Jing
Hui lagi.
"Benar, aku menjadi tidak tenang dengan rencana
mereka meninggalkan Tien Lung Men. terlebih lagi karena- 227 aku tahu Wang Dao Feng Ming pasti sudah mengepung
daerah ini untuk mencegah mereka kabur" kata Yang Ren
Fang dengan gelisah.
"Mungkin yang engkau katakan benar suamiku, tapi
jika mereka terus berada di sini. juga tidak akan baik bagi
Tien Lung Men. Engkau harus menyadari kebenaran akan
hal ini juga" kata Jien Jing Hui.
Yang Ren Fang mengangguk lagi.
"Istriku, ayahmu memintaku untuk menjaga Tten
Lung Men selama ia bertapa, aku tidak akan
mengecewakannya. Tapi jika Tien Lung Men takut terhadap
kerajaan. tentu saja itu akan menjadi bahan tertawaan dunia
persilatan. Selama ini ayahmu telah menjadi contoh
bagaimana seorang pendekar yang gagah berani tidak
pernah takut terhadap kerajaan. aku berharap dapat
mengikuti contohnya" kata Yang Ren Fang lagi.
"Suamiku, apapun yang engkau lakukan, aku akan
mendukungmu sebagai seorang istri dan anggota Tien Lung
Men yang setia" kata Jien Jing Hui sambil merebahkan
kepalanya ke dada suaminya yang bidang. Yang Ren Fang
memeluk istrinya dengan penuh kasih.
"Terima kasih istriku" bisiknya ke telinga Jien Jing
Hui. Malam itu berlalu begitu cepat. Tidak terasa fajar sudah
merekah di ufuk timur. Yang Ren Fang pagi-pagi itu sudah
keluar kamar menuju ke aula utama untuk menanti laporan- 228 Hong Cu Chung dan Gao Guen tentang keadaan jalur timur.
Ternyata kedua pendekar aneh itu sudah menantinya di sana.
"Hormat kepada tuan muda ketiga" kata mereka
serempak. "Kabar apa yang kalian bawa?" tanya Yang Ren
Fang tidak berbasa-basi lagi. Ia ingin segera mendapatkan
kabar.
"Lapor, kami melihat seluruh jalan keluar dari Y'i
Chanu ini sudah dimata-matai dan dikepung oleh prajurit
kerajaan. Kelihatannya mereka sudah mengetahui
keberadaan tuan muda Han dan Jenderal Song" kata Gao
Guen.
"Benarkah? Semua jalan keluar?" tanya Yang Ren
Fanu meyakinkan lagi.
"Benar, tuan muda ketiga, semua jalan keluar bahkan
termasuk gunung" jawab Hong Cu Chung.
Ekspresi wajah Yang Ren Fang berubah menjadi sulit
dijelaskan. Tampaknya ia sedang berpikir keras. Pasukan
kerajaan sudah mengepung daerah Yi Chang. berarti Feng
Ming sudah tiba di sini. Meskipun Yang Ren Fang yakin dia
sanggup mengatasi Golok Raja Feng Ming. tapi ribuan
pasukan kerajaan bersenjata lengkap pastilah bukan lawan
yang mudah bagi para pendekar Tien Lung Men. Ia tidak
boleh salah langkah lagi atau akan terjadi pertumpahan
darah besar-besaran. Mungkin cara terbaik adalah menahan
kepergian Han Cia Pao dan Song Wei Hao selama mungkin.


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pasukan kerajaan pasti juga tidak akan berani macam-- 229 macam selama mereka di bawah lindungan Tien Lung Men.
Mungkin ini adalah jalan terbaik baginya sambil menunggu
Jien Wei Cen selesai bertapa.
"Hong Cu Chung. Gao Guen. kalian amati terus
pergerakan pasukan kerajaan di wilayah Yi Chang ini.
Laporkan kepadaku jika terjadi sesuatu yang mencurigakan"
perintah Yang Ren Fang.
"Baik tuan muda ketiga!" jawab Hong C u Chung dan
Gao Guen serempak. Mereka berdua segera melompat
menghilang dari aula utama itu dengan cepat sekali
menandakan kehebatan ilmu ringan tubuh mereka.
Sepeninggal mereka berdua. Yang Ren Fang hanya bisa
terduduk diam di kursi aula. la berpikir mungkin sudah
saatnya untuk memanggil para pendekar tangguh Tien Lung
Men berkumpul di Yi Chang sebagai tindakan berjaga-jaga.
Siapapun tidak akan tahu apa yang akan dilakukan pasukan
kerajaan termasuk ia sendiri, sehingga memanggil bala
bantuan adalah tindakan yang paling masuk akal sekarang.
Yang Ren Fang memanggil semua utusan dan
mengirimkan pesan untuk disampaikan kepada ketua
cabang Tien Lung Men yang berjumlah enam belas cabang.
Jika mereka semua datang ke Yi Chang. pastilah tentara
kerajaan tidak akan berani berbuat macam-macam. Para
ketua cabang itu mempunyai ilmu-ilmu yang sangat hebat
dan mereka dikenal sebagai Se Liu Jiang Siung (Enam Belas
Pendekar Terkuat) dan dipilih sendiri oleh Jien Wei Cen
beberapa tahun lalu karena kehebatan dan kesetiaan mereka.- 230 Tapi apakah mereka sanggup menghadapi bala tentara
kerajaan yang jumlahnya ribuan itu?
***- 231 18. Empat Orang Baik dan Tiga Raja Iblis
Neraka
"Maafkan aku, Tetua Ma, aku tidak tahu apa yang terjadi"
kata Han Cia Sing tergagap melihat Ma Pei maju ke arahnya
dengan hawa membunuh yang meluap-luap.
"Bocah busuk, kau masih berani berkilah! Kau telah
menodai anakku dan sekarang berani menghindar dari
tanggung jawab!" bentak Ma Pei dengan geram.
"Apa?! Menodai? Apa maksud Tetua Ma? A Xia. bisa
kau jelaskan apa yang terjadi?" kata Han Cia Sing
kebingungan sambil mencari dukungan dari Ma Xia.
"Cia Sing, aku sudah mengatakan semuanya kepada
ayahku" kata Ma Xia sambil terisak-isak.
Han Cia Sing semakin kebingungan. Tampaknya ada
sesuatu yang terlewatkan olehnya. Tapi belum sempat ia
berpikir lebih jauh. Ma Pei sudah maju dengan geram sekali
menendang perutnya hingga ia terlempar keluar kemah.
Rasa sakitnya tak terkatakan lagi sehingga Han Cia Sing
nyaris pingsan. Tapi Ma Pei belum puas dan terus mengejar.
Satu tendangan lagi telak mengenai ulu hati Han Cia Sing
sehingga ia seakan terbang dan berdebam jatuh ke tanah
dengan keras.
"Binatang liar! Aku harus membunuhmu hari ini!"
teriak Ma Pei.- 232 Totokan jari Ma Pei yang penuh tenaga diarahkan ke
batok kepala Han Cia Sing. Maut tampaknya sudah tidak
bisa dihindarkan lagi oleh Han Cia Sing. Ia menutup mata
menanti ajal.
"Ayah. jika kau ingin membunuhnya, bunuhlah aku
dulu!" teriak Ma Xia sambil maju melindungi Han Cia Sing.
Ma Pei kaget melihat kenekadan putrinya. Totokan
tangannya yang sudah penuh tenaga tidak bisa ditarik
kembali, hanya bisa dibelokkan arahnya saja. Tenaga dalam
Ma Pei menghajar tanah di samping Han Cia Sing hingga
meledak. Debu dan pasir berhamburan memenuhi udara.
Kini orang-orang di perkemahan Tien Huo Hui semua
berdatangan setelah mendengar ledakan itu. Mereka
menghunus golok dan membuat lingkaran besar
mengelilingi Han Cia Sing dan Ma Xia.
"Minggir. kau gadis tidak tahu malu! Aku akan
membunuh binatang itu untuk menghapuskan aibmu" teriak
Ma Pei dengan marah sekali.
"Tidak! Aku sudah menjadi miliknya! Apapun yang
terjadi aku akan bersamanya" teriak Ma Xia tidak mau
kalah.
Para anggota Tien Huo Hui semua kaget dan berbisikbisik mendengar pernyataan Ma Xia ini. Ma Pei semakin
malu dan marah saja. Bagaimana mungkin anaknya telah
dinodai oleh seorang budak!- 233 "Kubunuh saja dua ekor anjing jantan betina tidak
tahu malu ini!" terdengar suara menggelegar di belakang Ma
Pei sehingga semua orang menutup telinga karena kuatnya
suara itu.
"Shi-siung (saudara Shi) tunggu dulu! Jangan kau
lukai anakku!" kata Ma Pei sambil menahan telapak Shi
Chang Sin yang mengarah ke dada Ma Xia. Bagaimanapun
juga Ma Xia adalah anak kandungnya sendiri, mana
mungkin ia tega melihatnya dibunuh di depan matanya
sendiri.
Benturan tenaga yang hebat meledakkan udara di
sekitarnya, ketika tapak tangan kedua jagoan kelas atas itu
beradu. Semua penonton terlempar ke belakang beberapa
langkah dan kemah-kemah di sekitarnya bergoyang keras
sekali hampir roboh terkena ledakan tenaga. Ma Xia dan
Han Cia Sing yang berdiri paling dekat, langsung jatuh
tersungkur ke tanah. Ma Pei sendiri terdorong dua langkah
ke belakang sementara Shi Chang Sin tetap berdiri tegar tak
tergoyahkan!
"Ma-siung. kau juga ingin melawanku!" bentak Shi
Chang Sin yang masih tidak membuka mulutnya bila
mengeluarkan suara.
"Shi-siung. aku tidak bermaksud melawanmu jika kau
mau membunuh bocah busuk itu. Tapi lepaskan nyawa
anakku kau," Ma Pei menjelaskan.- 234 "Ayah. aku dan Cia Sing tidak dapat dipisahkan!"
teriak Ma Xia.
Han Cia Sing yang merasa seluruh isi perutnya
terbalik-balik, berusaha menyalurkan tenaga ke bagian
perutnya yang sakit selagi ayah beranak itu saling beradu
mulut, ia bersila dengan posisi teratai, tapi kedua tangannya
tidak diletakkan di pangkuan, tapi menopang seluruh tubuh
di kedua sisi sehingga tubuhnya terangkat dari atas tanah.
Ini adalah posisi jurus yang tergambar di langit-langit gua
untuk menyembuhkan perut. Dalam beberapa tarikan napas
saja perut Han Cia Sing sudah sembuh total dan sehat
kembali, benar-benar ilmu yang luar biasa hebat.
Ma Pei dan Ma Xia yang sedang terlibat perang mulut
tidak menyadari gerakan Han Cia Sing ini. tapi Shi Chang
Sin melihat dengan mata terbelalak gerakan jurus yang
dilakukannya, la seperti tidak percaya melihat jurus
penyembuh yang diperagakan bocah busuk itu.
"Bocah, siapa yang mengajarimu ilmu Shi Sui Yi Cin
Cing (Sutra Pembersih Sumsum Penggeser Urat)!" kata Shi
Chang Sin kali ini dengan membuka mulutnya. Gelegar
suaranya segera menghentikan pertengkaran Ma Pei dan Ma
Xia. Semua yang hadir merasakan gendang telinga mereka
seakan mau pecah mendengar bentakan Shi Chang Sin.
Tidak salah jika ia digelari Pei Lei Shi Chang Sin (Shi
Chang Sin, si Guntur Utara).- 235 "Apa yang Tetua Shi maksudkan? Aku tidak
mengerti" kata Han Cia Sing dengan heran sambil
memegangi kedua telinganya yang berdenging.
"Kau masih ingin berpura-pura!" bentak Shi Chang
Sin. Ia maju meraih kerah baju Han Cia Sing dan
mengangkatnya dengan satu tangan, seakan tubuh Han Cia
Sing terbuat dari kapas saja layaknya.
"Sekali lagi kutanyakan dari siapa kau belajar Shi Sui
Yi Cin Cing?"
Han Cia Sing merasakan kepalanya seakan mau pecah
karena dibentak Shi Chang Sin persis berhadapan muka.
"Tetua Shi aku tidak tahu apa yang engkau katakan.
Aku tidak pernah belajar apa-apa" kata Han Cia Sing
memegangi kepalanya yang berdenyut.
"Paman Shi, ampuni dia. Cia Sing tidak tahu apa-apa"
kata Ma Xia sambil maju membela.
Shi Chang Sin mendorong Ma Xia dengan kasar
hingga ia nyaris terjerembab jika saja Ma Pei tidak
menahannya dari belakang.
"Bocah, aku ingin tahu apakah kau masih bertahan
tidak tahu" kata Shi Chang Sin sambil mencengkeram kedua
bahu Han Cia Sing keras-keras. Han Cia Sing berteriak
kesakitan. Kedua tulang bahunya seperti remuk dihajar
tenaga dalam Shi Chang Sin yang dikerahkan sepenuh- 236 tenaga. Dalam keadaan terdesak hidup atau mati. Han Cia
Sing hanya berpikir satu cara saja untuk tetap hidup yaitu
melawan!
Seluruh tenaga yang telah dilatihnya selama beberapa
tahun dikerahkan ke titik nadi utama di ulu hati, berputar
memenuhi seluruh rongga dada hingga akhirnya diledakkan
keluar pada kedua bahu yang dicengkeram Shi Chang Sin.
Akibatnya sungguh di luar dugaan Han Cia Sing sendiri,
yang tidak pernah menyadari betapa hebat sebenarnya ilmu
yang ia latih di dalam gua serigala itu. Shi Chang Sin
terpental hampir dua tombak ke belakang oleh ledakan
tenaga dahsyat yang dimuntahkan Han Cia Sing. la tidak
sempat menghindar lagi karena tidak mengira Han Cia Sing
akan memiliki tenaga dalam sedahsyat itu. Shi Chang Sin
jatuh berdebam ke tanah sambil memuntahkan darah segar
dari mulutnya. Tampaknya ia terluka dalam cukup parah.
"Shi-siung! Kurang ajar kau bocah busuk!" teriak Ma
Pei yang marah sambil menyerbu Han Cia Sing dengan ilmu
totok darahnya.
Han Cia Sing yang pernah mengalami sendiri
kehebatan ilmu Ma Pei kali ini sudah jauh lebih siap. Ketika
dua jari Ma Pei ingin menotok jalan darah utamanya. Han
Cia Sing berhasil berkelit menghindar. Ia mengira sudah
bebas dari serangan, tapi Ma Pei yang mempunyai segudang
pengalaman bertarung langsung mengubah jurus, la
membalikkan badannya sambil bersalto di udara, hendak
menotok ubun-ubun Han Cia Sing!- 237 "Cia Sing. hati-hati!" teriak Ma Xia memperingatkan. Teriakan Ma Xia menyadarkan Han Cia Sing bahwa
serangan belum usai, dan ia berhasil menyelamatkan diri
dengan bergulingan di tanah. Terlambat sedikit saja
menghindar, bisa dipastikan batok kelapa Han Cia Sing
bakal bolong tertembus totokan jari maut Ma Pei. Belum
sempat Han Cia Sing mengatur napasnya sudah meluncur
lagi jari maut Ma Pei tepat ke tenggorokannya. Inilah jurus
maut Tien Huo Fen San (Api Langit Membelah Gunung)
andalan Ma Pei. Kali ini ia sudah tidak mungkin menghindar
lagi, sehingga satu-satunya jalan hanyalah mengumpulkan
seluruh tenaganya di bagian yang akan diserang. Ma Xia
berteriak ngeri ketika dua jari maut Ma Pei berhasil
menembus tepat di tengah tenggorokan Han Cia Sin.
Sebagai anaknya. Ma Xia tahu kehebatan ilmu Tien Huo Fen
San yang bahkan sanggup melubangi besi apalagi hanya
kulit dan daging manusia saja.
Han Cia Sing berteriak keras ketika totokan maut Ma
Pei seakan membakar tenggorokannya. Hawa tenaga yang
dikumpulkan di tenggorokannya memang mampu menahan
gempuran totokan sehingga tidak sampai berlubang, tapi
tetap saja terasa amat panas. Ma Pei sendiri bagaikan tidak
percaya ilmu Tien Huo Fen San masih bisa ditahan bocah
ingusan yang selama ini hanya mengurus kuda-kudanya
saja. Ia sudah mengeluarkan tenaga hingga ke puncak,
sehingga besi saja akan berlubang, tapi sekarang ia masih- 238 belum mampu menembus tenggorokan Han Cia Sing.
Bahkan sekarang jari-jarinya seperti tersengat petir sehingga
Ma Pei terpaksa mundur bila tidak ingin kedua tulang
jarinya patah akibat tabrakan tenaga dalamnya dengan
tenaga dalam lawan.
Han Cia Sing sendiri setelah mementalkan dua lawan
tangguh, langsung jatuh terduduk karena kehabisan tenaga.
Melihat hal ini. Ma Xia tidak membuang waktu lagi.
langsung menggandeng Han Cia Sing berlari ke kandang
kuda. Ma Pei berteriak-teriak memaki dan menyuruh orangorang menangkap Han Cia Sing dan Ma Xia. tapi Ma Xia
berhasil mengecoh mereka. Ia memegang bahu Han Cia
Sing dan menggenjot tubuhnya, seolah terbang melewati
kepala orang-orang yang hendak mengeroyoknya. Ternyata
Ma Xia juga mempunyai ilmu meringankan tubuh yang
cukup lumayan sehingga dalam sekejap mereka berdua
sudah sampai di kandang kuda. Lung Ma meringkik gembira
melihat kedatangan mereka berdua dan segera melompat
keluar kandang ketika tali kekangnya dilepaskan.
Ma Xia dan Han Cia Sing langsung membedal Lung
Ma sekencang-kencangnya, diiringi teriakan kemarahan Ma
Pei dan orang-orang Tien Huo Hui yang mengejar mereka.
Ma Xia menoleh memandangi kerumunan orang-orang yang
makin lama makin jauh. tapi justru orang yang ditakutinya
tidak kelihatan. Di manakah Shi Chang Sin berada?
Ma Xia menjerit kaget ketika melihat kelebatan jubah
putih berlari seringan bulu di samping kudanya. Han Cia- 239 Sing menoleh untuk melihat apa yang membuat Ma Xia
menjerit kaget dan ia pun juga berseru keras. Ternyata Shi
Chang Sin mampu berlari sejajar dengan Lung Ma yang
tengah berlari kencang!
"Berhenti, kau bocah busuk!" bentak Shi Chang Sin
menggelegar.
Tapi mana mau mereka berdua mengikuti perintah
Shi Chang Sin. Kuda mereka pacu dengan lebih kencang,
berharap dapat meninggalkan pengejarnya. Han Cia Sing
hampir tidak dapat mempercayai matanya sendiri melihat
Shi Chang Sin masih sanggup berlari sejajar dengan Lung
Ma. Betapa hebatnya ilmu ringan tubuh sang Guntur Utara
ini! "Cia Sing. kita harus menuju pegunungan itu!" teriak


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ma Xia kepada Han Cia Sing yang segera mengarahkan I
ung Ma ke arah yang ditunjuk oleh Ma Xia. Mereka kini
menuju pegunungan Khing An yang dipenuhi tebing-tebing
terjal. Sebenarnya ini adalah kerugian bagi kuda
dibandingkan bila harus berpacu di tanah datar tapi Ma Xia
yang amat mengenal daerah itu. ingin mengecoh Shi Chang
Sin yang terus mengejar tak mau melepaskan mereka.
Shi Chang Sin sendiri sebenarnya telah memaksakan
dirinya hingga ke batas kekuatan. Jika saja tadi ia tidak
terluka oleh tenaga dalam Han Cia Sing. pastilah dari tadi ia
sudah dapat menyusul dan menghentikan pelarian mereka
tapi kini luka dalamnya yang belum sembuh benar kembali- 240 kambuh. Napas Shi Chang Sin mulai tersenggal-senggal
sehingga akhirnya ia mengambil jalan nekad hendak
merobohkan Lung Ma dengan tenaga dalamnya. Tapak Shi
Chang Sing diarahkan dengan kekuatan penuh ke lambung
kuda hebat itu. berniat menghajarnya jatuh dengan sekali
pukulan.
Ma Xia yang melihat gelagat ini. segera mengambil
jalan nekad untuk melindungi kuda kesayangannya. Tapak
penuh tenaga paman gurunya itu dihadangnya dengan
tendangan kaki kirinya. Han Cia Sing ingin mencegahnya
tapi sudah terlambat. Benturan keras tapak melawan
tendangan itu nyaris melemparkan Ma Xia dari pelana kuda.
beruntunglah Han Cia Sing memeluk Ma Xia erat-erat
sehingga tidak jadi terjatuh. Shi Chang Sin sendiri akhirnya
berhenti mengejar dan jatuh terduduk karena kehabisan
tenaga. Ia kembali memuntahkan darah segar dari mulutnya.
Matanya memandang penuh amarah ke arah kuda dan dua
penunggangnya yang sudah hampir menghilang di balik
tebing-tebing gunung.
"A Xia. apakah engkau tidak apa-apa?*' tanya Han
Cia Sing ketika melihat Ma Xia makin melorot dari pelana
kuda.
"Cia Sing. kurasa pukulan paman Shi tadi telah
mematahkan pergelangan kaki kiriku" kata Ma Xia sambil
meringis kesakitan.- 241 Han Cia Sing menoleh ke belakang. Shi Chang Sin
tampaknya tidak mengejar mereka lagi. Ia mulai menarik
tali kekang Lung Ma agar mengurangi laju larinya
Kebetulan hari sudah mulai gelap sehingga ia harus segera
menemukan tempat bagi mereka untuk berteduh dan
beristirahat.
Matanya mencari-cari di tebing-tebing gunung dan
menemukan sebuah gua kecil di sisi tebing. Ia memacu Lung
Ma naik ke atas tebing sementara Ma Xia makin melorot
dari pelananya. Tampaknya rasa sakit akibat patah
pergelangan kaki telah membuat Ma Xia jatuh pingsan.
Ketika akhirnya Lung Ma tiba di mulut gua. Han Cia Sing
segera melompat turun sambil membopong Ma Xia yang
pingsan. Gua itu cukup lebar dan dalam, tapi Han Cia Sing
tidak mempunyai waktu untuk memeriksanya. Ia harus
memeriksa luka Ma Xia terlebih dulu.
Pelan-pelan dibukanya sepatu kiri Ma Xia. Ternyata
pergelangan kakinya sudah membengkak biru. Han Cia Sing
segera menyobek pakaiannya dan mengambil sepotong
kayu kecil untuk mengikat pergelangan kaki yang patah agar
tidak lebih parah lukanya. Tugas berikutnya adalah mencari
kayu bakar dan menyalakan api agar mereka bisa
beristirahat dengan tenang malam ini. Dalam hati Han Cia
Sing mengeluh, mengapa ia selalu terlibat dalam pelbagai
masalah yang demikian rumit? Dan mengapa Ma Xia
mengatakan ia telah menodainya?- 242 Han Cia Sing kembali teringat akan tenaga dalamnya
yang luar biasa, bahkan sanggup mementalkan dua jagoan
hebat seperti Shi Chang Sin dan Ma Pei. Tadi Shi Chang Sin
mengatakan ilmu yang dimilikinya sebagai Shi Sui Yi Cin
Cing dan memaksanya mengatakan siapa gurunya.
Sebenarnya ilmu apakah yang telah diajarkan oleh Lu Xun
Yi kepadanya itu dan juga gambar-gambar di gua yang ia
pelajari sendiri?
Jauh di selatan, di kotaraja Chang An. bulan sabit
bersinar malu-malu di balik awan gelap. Tampaknya malam
ini akan turun hujan deras karena mendung sudah
bergantung tebal. Para dayang-dayang istana bersiap-siap
menyalakan lampion tambahan untuk menerangi istana saat
hujan turun nanti. Istana permaisuri Wu menjadi kelihatan
sangat indah di bawah bayang-bayang ratusan lentera merah
yang dinyalakan malam itu.
Dalam kamarnya yang sangat mewah. Permaisuri Wu
tampak tengah berbaring santai di tempat duduk yang
dilapisi permadani tebal bergambar burung Hong. Di
depannya Huo Cin tengah melaporkan sesuatu dengan amat
serius. Kelihatannya mereka sedang merencanakan sesuatu.
"Kasim Huo, apakah permintaanku kemarin sudah
kaulaksanakan tanya permaisuri Wu sambil memungut
segenggam penuh buah anggur hijau. Baju yang dikenakan
permaisuri adalah sutra halus yang tipis sekali sehingga- 243 keindahan lekuk tubuhnya tampak membayang. Jika saja
Huo Cin adalah laki-laki normal tentu sudah
membayangkan yang tidak-tidak, tapi untunglah ia adalah
seorang kebiri sehingga Huo Cin tetap dapat berkonsentrasi
penuh.
"Lapor yang mulia Permaisuri Wu. hamba sudah
melaksanakan apa yang Permaisuri Wu inginkan" kata Huo
Cin sambil membungkuk hormat.
"Bagus, bagus sekali!" puji Permaisuri Wu.
"Kapan ia bisa tiba di kotaraja?" tanyanya lagi.
"Lapor Permaisuri, mungkin perjalanan akan
memakan waktu sebulan. Tapi mungkin juga akan lebih
cepat mengingat ilmunya sangat tinggi" kata Huo Cin.
"Benarkah demikian hebat? Aku sangat ingin melihat
sendiri kehebatannya. Kasim Huo. kabarnya beberapa tahun
lalu kau sendiri pernah menjajal sendiri kehebatan ilmu
ajaibnya?" tanya Permaisuri Wu dengan nada penuh ingin
tahu.
"Lapor Permaisuri, benar hamba pernah beradu
beberapa jurus dengannya"
"Lalu?"
"Lapor Permaisuri, memang benar apa yang
dikatakan orang-orang bahwa ilmunya sangat hebat" kata
Huo Cin membenarkan.- 244 "Hmmmm. jika demikian semuanya akan lebih
mudah. Tapi aku ingin bertanya sekali lagi kepadamu,
pasukan kerajaan Tang begitu hebat dan tak terkalahkan,
mengapa harus repot-repot memanggil jagoan dari luar?"
tanya Permaisuri Wu dengan nada tidak senang.
Lapor Permaisuri Wu. selama ini Tien Lung Men
sangat merajai dunia persilatan. Jago-jago mereka begitu
hebat dan disegani semua pendekar. Hamba tidak pernah
meremehkan kekuatan pasukan kerajaan Tang yang agung,
tapi untuk mengalahkan Tien Lung Men mungkin kita harus
mengorbankan lima puluh ribu pasukan. Lagipula Jien Wei
Cen pernah dianugerahi gelar bangsawan Wu Han oleh
mendiang kaisar, jika kita mengerahkan pasukan sebesar itu
untuk menghancurkan Tien Lung Men. pastilah para
bangsawan dan keluarga kerajaan lain tidak akan terima.
Dengan memakai para pendekar untuk melawan Tien Lung
Men. maka tidak akan ada kemarahan dari kalangan
bangsawan karena kita bisa menganggap ini adalah urusan
dunia persilatan" kata Huo Cin menjelaskan.
"Kasim Huo. apa yang engkau memang masuk akal.
Kaisar dan para menteri meskipun selalu mendengar apa
yang kita katakan, pasti tidak akan setuju jika harus
mengerahkan lima puluh ribu pasukan hanya untuk
menghancurkan partai yang beranggotakan kurang dari
sepuluh ribu orang. Tapi apakah kau yakin para pendekar
yang kau undang akan mendukung rencana ini?" kata
permaisuri Wu lagi.- 245 "Lapor Permaisuri Wu. Tien Lung Men merajai dunia
persilatan selama hampir dua puluh tahun terakhir ini
tentunya selain banyak mendapatkan bawahan tangguh,
mereka juga telah menebarkan banyak bibit permusuhan.
Entah sudah berapa puluh partai dan perguruan yang selama
ini telah mereka hancurkan, semua pewarisnya yang lolos
dari kematian sudah bersiap menunggu hari ini untuk
membalas dendam. Kesetiaan mereka tidak perlu diragukan
lagi" kata Huo Cin meyakinkan.
"Tapi apakah jumlah mereka mampu menandingi
seluruh pendekar Tien Lung Men?" kata Permaisuri Wu.
"Lapor Permaisuri, beberapa partai dengan jumlah
pendekar yang cukup besar lelah bersedia bergabung dengan
kita. Mungkin kita hanya perlu menambah sekitar lima ribu
prajurit untuk menandingi mereka. Jenderal Chu Song pasti
akan setuju untuk mengepung daerah Yi Chang dengan
pasukannya dan ia juga sudah menerima titah yang Mulia
Kaisar, tentu tidak akan ada keraguan lagi" jawab Huo Cin
dengan yakin.
"Hmmmmm. kalau begitu bagus sekali. Sudah lama
sekali partai Tien Lung Men menjadi duri dalam daging bagi
rencanaku. Meskipun dulu Jien Wei Cen sama sekali tidak
pernah mau ikut dalam urusan kerajaan. tapi sekarang ini
para penerusnya menggunakan kebijakan yang berbeda. Di
enam belas daerah yang menjadi markas mereka, selalu
timbul ketidaksenangan terhadap kerajaan dan
pemerintahan. Rakyat cenderung berpihak kepada Tien- 246 Lung Men dibandingkan kerajaan. Hal seperti ini tidak
boleh dibiarkan berlarut-larut. Kasim Huo. kau seorang
yang berpendidikan, tentunya tahu pemberontakan Surban
Kuning dan Alis Merah di jaman dinasti Han yang akhirnya
membawa kehancuran juga dimulai dengan perkumpulanperkumpulan semacam ini" kata permaisuri Wu sambil
bangkit berdiri dari pembaringannya. Langkahnya yang
lemah gemulai pastilah akan menggetarkan jantung banyak
pria.
"Lapor Permaisuri Wu. apa yang Permaisuri katakan
amat benar. Api harus dipadamkan selagi masih kecil" kata
kasim Huo Cin yang memang seorang penjilat tulen selalu
membenarkan apa kata Permaisuri Wu.
"Aku ingin tahu berapa jumlah pendekar yang
dimiliki Tien Lung Men dibandingkan dengan kita?" tanya
Permaisuri Wu sambil membuka jendela kamar permaisuri
yang menghadap ke taman. Sinar bulan sabit yang pucat
tertutup awan menerobos masuk ke dalam kamar bersama
sinar ribuan lampion yang dinyalakan. Angin dingin bertiup
kencang pertanda hujan akan segera turun malam itu.
"Lapor Permaisuri Wu. pendekar Tien Lung Men
sekitar seribu orang tapi yang benar-benar menonjol hanya
sekitar dua puluh termasuk di antaranya Si Sao Tien Lung
yang terkenal itu" jawab Huo Cin.
"Berapa jumlah pendekar yang berpihak pada kita?"
tanya Permaisuri Wu.- 247 "Lapor Permaisuri, kurang lebih hampir sama" kata
Huo Cin Permaisuri Wu mendesah pelan.
"Kasim Huo. Sun Tse dulu pernah berkata, kenali
musuhmu maka setengah bagian perang telah kau
menangkan. Kenali juga kekuatanmu maka peperangan
sudah engkau menangkan. Tidak perlu dikatakan lagi
kehebatan Sen Sou Mo Ciao Jien Wei Cen yang dikatakan
bahkan mampu mengalahkan San Ta Wang Pao (Tiga Besar
Pengawal Kerajaan). Jika kekuatan pendekar kita saja hanya
mampu mengimbangi para pengawalnya, bagaimana
mungkin kita menandingi Jien Wei Cen?"
Huo Cin hanya menunduk mengiyakan ucapan
Permaisuri Wu.
"Tapi melihatmu yang sudah demikian yakin, aku
yakin engkau mempunyai rencana lain. bukankah demikian
kasim Huo?" kata Permaisuri Wu memancing Huo Cin.
"Lapor Permaisuri, memang perkataan Permaisuri
sungguh benar. Hamba sudah mempunyai satu rencana
untuk melawan Jien Wei Cen" kata Huo Cin.
"Katakan saja" kata Permaisuri Wu acuh tak acuh.
"Lapor Permaisuri, sebulan lalu ketika hamba turun
ke penjara bawah tanah, hamba menemukan sesuatu yang
mungkin bisa membantu kita mengalahkan Jien Wei Cen.
Ada seorang tahanan kerajaan yang sudah terlupakan
bernama Fang Yung Li amat menarik perhatian hamba. Ia- 248 ditempatkan dalam penjara tingkat paling bawah dan tidak
diberikan makan sudah bertahun-tahun tapi masih tetap
hidup dan sehat. Meskipun mungkin ia sudah kehilangan
akal sehatnya karena terlalu lama terkurung di penjara tapi
tenaganya masih amat luar biasa sehingga rantai besipun
hampir-hampir tidak bisa menahannya. Hamba sudah
menyelidiki latar belakangnya dalam catatan istana, ternyata
ia adalah salah seorang jenderal di jaman mendiang yang
Mulia Kaisar pertama Gao Zu. Jenderal Fang Yung Li
dihukum karena ia sangat kejam dan bertindak sewenangwenang dalam menindas sisa-sisa dinasti Sui. la pernah
membunuh lima ribu prajurit Sui seorang diri dan mandi
dengan darah mereka sehingga mendapat julukan Sie Mo
(Setan Darah). Mendiang Kaisar Gao Zu amat murka dan
menghukum ia seumur hidup di penjara bawah tanah dan
terlupakan sampai sekarang" kata Huo Cin menjelaskan
panjang lebar.
"la jenderal di jaman mendiang Kaisar Gao Zu?
Menarik sekali, mungkin umurnya sudah seratus tahun lebih
tapi rantai besi pun tak mampu menahannya?" kata
Permaisuri Wu kepada dirinya sendiri.
"Lapor Permaisuri, jika Permaisuri bisa mendapatkan
ijin pengampunan dari yang Mulia Kaisar, pastilah kekuatan
kita tidak diragukan lagi akan mampu melumatkan Tien
Lung Men" saran Huo Cin.
Permaisuri Wu melirik Huo Cin dengan sudut matanya.- 249 "Seorang harimau yang sudah tertangkap tidak
seharusnya dilepas kembali ke dalam hutan, seekor ikan
yang sudah terjala tidak seharusnya dilepaskan kembali ke
sungai. Kasim Huo. apakah permintaanmu ini dapat
dipertanggungjawabkan? Apakah kau yakin ia tidak akan
berbalik menentang kita?" kata Permaisuri Wu.
"Lapor Permaisuri, hamba yakin akan bisa


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menanganinya" jawab Huo Cin.
"Ohhh? Bagaimana bisa?" tanya Permaisuri Wu
penuh rasa ingin tahu.
"Lapor Permaisuri Wu. Fang Yung Li diadukan
kepada mendiang Kaisar Gao Zu oleh menteri Han Wen
Ping. yang tidak lain adalah kakek buyut Han Cia Pao. Ia
juga dipenjarakan oleh Han Wen Ping atas perintah
mendiang Kaisar" kata Huo Cin sambil mendekatkan
dirinya kepada permaisuri.
Permaisuri Wu memandang Huo Cin dengan
pandangan yang sukar dijelaskan maknanya, tapi tampaknya
ia senang dengan keterangan Huo Cin itu. Ia tertawa dengan
gembira sekali.
"Bagus sekali, kasim Huo! Bagus sekali, hahahaha!
Jadi Fang Yung Li pasti tidak akan melewatkan kesempatan
untuk menghabisi keturunan orang yang memenjarakannya
di dalam neraka. Hahahahhahaha"- 250 "Semua ini berkat kebijaksanaan Permaisuri" kata
Huo Cin menjilat lagi.
"Nanti setelah semua ini selesai, apakah engkau
sudah punya rencana untuknya?" tanya Permaisuri setelah
selesai tertawa.
"Lapor Permaisuri, jika buruan sudah didapat maka
busur panah tidak diperlukan lagi. Hamba dan Wen Yang
akan mengurusnya untuk kerajaan Tang agung" jawab Huo
Cin dengan yakin sekali. Tampaknya ia sudah mengukur
kekuatan Fang Yung Li tidak akan melampaui gabungan
ilmunya dan ilmu Wen Yang.
"Aku senang dengan kepandaianmu. kasim Huo. Aku
pasti akan memberimu banyak hadiah nantinya" janji
Permaisuri Wu.
"Terima kasih banyak Permaisuri" kata Huo Cin
sambil berlutut menjura.
"Selain ia yang akan datang dan Wen Yang, siapakah
pendekar lain yang akan menghancurkan Tien Lung Men?"
tanya Permaisuri Wu sambil beranjak kembali ke
pembaringannya.
Huo Cin bangkit berdiri sambil tetap menghormat.
"Lapor Permaisuri, hamba sudah mengumpulkan
dukungan dari partai Hai Sa Bai (Pasir Laut), partai Fung
San (Gunung Angin) dan partai Tien Huo (Api Langit)"- 251 "Tien Huo Hui? Bukankah mereka amat menentang
dinasti Tang dan hendak membangkitkan kembali dinasti
Sui?*' tanya Permaisuri Wu dengan heran.
"Lapor Permaisuri, memang benar dulu Tien Huo Hui
didirikan oleh Shi Yi dan Ma Fu untuk menggulingkan
dinasti Tang. tapi para penerusnya tidak pernah punya citacita demikian. Yang mereka inginkan adalah ketenaran dan
kekayaan, yang akan mereka dapatkan jika mereka
bergabung dengan kita menghancurkan Tien Lung Men.
Lagipula guru mereka Pei Mo dulu pernah takluk di tangan
Jien Wei Cen, tentu mereka tidak akan membuang
kesempatan membalas dendam Ketua Tien Huo Hui.
pendekar Mu Pei sudah setuju untuk bergabung dan
mengajak para pendekar tangguh partai mereka, yang
dikenal sebagai Si Ta Hao Ren San Yen Mo Wang (Empat
Orang Baik dan Tiga Raja Iblis Neraka)" jelas Huo Cin.
Bola mata Permaisuri Wu melebar mendengar nama
yang unik dan tidak lazim ini. Baru kali ini ia mendengar
julukan seperti ini.
"Empat Orang Baik dan liga Raja Iblis Neraka 1
Mendengar namanya saja orang akan merasa ngeri dan
heran. Tentunya kehebatan mereka sudah amat luar biasa
sehingga menyandang julukan demikian"
*** "Shi-siung. benarkah kita perlu sampai mengerahkan
Si Ta Hao Ren (Empat Orang Baik) hanya untuk- 252 menghadapi seorang bocah penjaga kandang kuda yang
masih ingusan itu?" tanya Ma Pei dengan penasaran sekali.
Shi Chang Sin sendiri hanya mengangguk sambil
tetap bersemedi dalam posisi teratai di depan tungku batu
kemah utama. Dari batok kepalanya mengepul asap tipis dan
wajahnya berkeringat banyak. Tampaknya Shi Chang Sing
tengah benisaha menyembuhkan luka dalamnya akibat
ledakan tenaga Han Cia Sing. Akhirnya setelah beberapa
kali perputaran tenaga, darah berwarna hitam menyembur
keluar dari mulut Shi Chang Sin. la kini bisa bernapas lebih
lega setelah darah luka dalamnya berhasil dikeluarkan. Shi
Chang Sin menatap Ma Pei yang masih kelihatan marah dan
gelisah mondar-mandir dalam kemahnya.
"Ma-siung. kita memang harus memanggil Si Ta Hao
Ren. tidak ada pilihan lain lagi. Si bocah busuk bermarga
Han itu bukanlah orang biasa. Ilmunya juga bukan ilmu
sembarangan" kata Shi Chang Sin dengan suara
menggelegar. Tampaknya ia sudah benar-benar sembuh
sekarang.
"Apa maksud Shi-siung? Kukira ia hanya beruntung
saja bisa lolos" kata Ma Pei tidak sabaran. Ia tampaknya
benar-benar habis kesabaran karena Han Cia Sing dan Ma
Xia berhasil kabur dari Tien Huo Hui. Bagaimana ia bisa
menjelaskan hal ini kepada Sinlin dan Ejinjin nantinya?
"Ia tidak beruntung. Ma-siung coba kau pikir, berapa
banyak pendekar di dunia ini yang bisa mementalkan- 253 serangan langsung ilmu Tien Huo Fen San (Api Langit
Membelah Gunung) andalanmu?" tanya Shi Chang Sin.
Ma Pei berdehem sejenak sebelum menjawab.
"Memang, mungkin hanya Jien Wei Cen dan Fangcang Tien Gong saja yang bisa melakukannya" jawab Ma
Pei akhirnya.
"Itu karena ilmu yang dimilikinya bukanlah ilmu
sembarangan. Ilmu yang ia gunakan tadi saat menghadapi
kita adalah ilmu Shi Sui Yi Cin Cing (Sutra Pembersih
Sumsum Penggeser Urat)!" kata Shi Chang Sin.
"Apa? Bocah itu bisa ilmu milik Rahib Agung Da
Mo? Bagaimana mungkin? Bukankah Shi Sui Cing sudah
hilang hampir seratus tahun yang lampau?" tanya Ma Pei
dengan kaget setengah tidak percaya.
"Ma-siung. aku tidak mungkin keliru. Dulu waktu aku
masih muda. aku pernah melihat guru kita bertarung
melawan para pendekar Shaolin yang menggunakan Yi Cin
Cing. Ilmu mereka sungguh hebat sehingga mampu
memukul mundur guru kita. Beliau juga bercerita kehebatan
ilmu lengkap Shi Sui Yi Cin Cing yang pernah ia lihat sekali
di kala masih bocah. Jurus y ang beliau gambarkan mirip
sekali dengan ilmu tenaga yang dipakai bocah busuk itu
untuk melukaiku dan mementalkan Tien Huo Fen San
milikmu" jelas Shi Chang Sin.- 254 "Tapi..tapi bagaimana bisa bocah busuk itu
mempunyai ilmu yang sudah hilang hampir seratus tahun
lebih, yang bahkan Shaolin pun tidak mempunyainya?"
tanya Ma Pei.
"Ma-siung. aku juga tidak tahu jawabannya. Tapi jika
kita bisa menangkap bocah busuk itu dan memaksanya
mengajarkan ilmu itu pada kita. maka ilmu kita benar-benar
akan tanpa tandingan di kolong langit" kata Shi Chang Sin
bersemangat sehingga suaranya semakin menggelegar.
"Shi-siung. jika memang benar bocah itu mempunyai
ilmu sehebat itu. apakah ia akan bisa kita tawan?" tanya Ma
Pei tidak percaya.
"Ma-siung. jangan lupa bahwa ia sendiri pun
tampaknya tidak menyadari kehebatan ilmu yang
dimilikinya itu. Bahkan boleh dikatakan ia sama sekali tidak
mempunyai jurus apapun ketika menghadapi kita. Aku
yakin ia akan bisa kita taklukkan dengan bantuan Si Ta Hao
Ren" kata Shi Chang Sin.
"Ya. hanya jangan lukai Ma Xia. Aku masih harus
menikahkannya dengan Ejinjin suku Tonghu" kata Ma Pei
dengan cemberut. Ia benar-benar dibuat pusing oleh anak
gadisnya itu.
"Jangan khawatir. Si Ta Hao Ren tahu apa yang
mereka kerjakan. Lagipula sebentar lagi kita harus ke
selatan untuk bergabung dengan para pendekar pimpinan
Huo Cin" kata Shi Chang Sin lagi.- 255 Ma Pei mengangguk pelan.
"Aku tidak pernah berpikir akan tiba satu kesempatan
baik bagi kita untuk melebarkan sayap kita ke selatan
dengan semudah ini" kata Ma Pei.
"Wen Yang apakah bisa kita percaya atau tidak,
tergantung keberhasilan kita kali ini. Ma-siung. setelah kita
menangkap bocah busuk bermarga Han itu. kita akan segera
bergabung dengan mereka di selatan untuk menjajal
kekuatan Tien Lung Men. Jika berhasil mereka akan
memberikan kita kekuatan untuk membangun kerajaan di
utara ini dan pencapaian cita-cita kita selama ini akan
berhasil hanya dalam hitungan bulan" kata Shi Chang Sin
sambil menepuk bahu Ma Pei.
"Ya. sayang sekali Wongguo Luo sudah tidak
bersama dengan kita lagi" kata Ma Pei. Kata-kata ini segera
membuat wajah Shi Chang Sin berubah merah padam.
"Jangan sebut nama pengkhianat itu lagi '" suara Shi
Chang Sin menggelegar menggetarkan kemah utama itu.
"lapi Shi-siung. jika saja Wongguo-siung ada
bersama kita sekarang, kekuatan kita pastilah tidak akan
terkalahkan dan kita tidak perlu takut lagi pada siapapun"
kata Ma Pei mencoba berdalih.
"Memang, kehebatan San Yen Mo Wang (Tiga Raja
Iblis Neraka) Pei Lei (Guntur Utara), Tien Huo (Api Langit)
dan Sie Yi (Hujan Salju) sangat terkenal lapi itu dulu. ketika- 256 pengkhianat itu belum meninggalkan kita berdua" kata Shi
Chang Sin dengan geram.
"Wongguo-siung entah ke mana seperti raib ditelan
bumi. Padahal kesalahan anak dan menantunya memang
pantas untuk dihukum mati. tapi sayang sekali ia tidak bisa
menerimanya" kata Ma Pei menyayangkan.
"Daripada memikirkan pengkhianat itu. lebih baik
kita segera berangkat mengejar bocah busuk itu" kata Shi
Chang Sin.
Mereka segera berangkat menuju pegunungan Khing
An bersama beberapa puluh pengikut Tien Huo Hui. Jejak
kaki kuda Lung Ma sudah ditelusuri semalam-malaman oleh
para perintis Tien Huo Hui. yang kini semakin mengarah ke
pegunungan utara. Tampaknya Ma Xia dan Han Cia Sing
menuju daerah Hailar di utara.
"Shi-siung. tampaknya mereka menempuh jalan
pegunungan yang susah untuk menghindari pengejaran kita"
kata Ma Pei Shi Chang Sin menggelengkan kepalanya.
"Mereka tidak akan begitu bodoh membiarkan jejak
kudanya terlacak dengan mudah. Aku yakin mereka
menempuh jalan yang sebaliknya menuju daerah selatan.
Mereka mungkin memutar menuju daerah hulu sungai Liao
di selatan" kata Shi Chang Sin.
"Hmmm masuk akal omonganmu. A Xia sejak kecil
penuh muslihat dan cerdik, tidak mungkin ia sebodoh ini- 257 meninggalkan jejaknya. Ayo mari kita ambil jalan ke
selatan!" teriak Ma Pei kepada rombongan berkuda pengikut
Tien Huo Hui.
Rombongan itu berjalan ke selatan dengan
mengepulkan debu tinggi di belakangnya. Tampaknya
mereka benar-benar sudah tidak sabar lagi untuk mengejar
Ma Xia dan Han Cia Sing. Mereka tidak menyadari dari
puncak bukit batu beberapa I i di utara. Ma Xia dan Han Cia
Sing lengah mengawasi mereka dengan seksama. Mereka
berdua menghembuskan napas lega ketika melihat pasukan
pengejar itu berbelok menuju selatan.
"A Xia. ternyata perhitunganmu sangat tepat" puji
Han Cia Sing.
"Cia Sing. aku mengenal sekali watak paman Shi
Chang Sin yang pencuriga, la pasti tidak akan mau
mengikuti jejak yang jelas dan memilih mengejar ke arah
sebaliknya" kata Ma Xia sambil meringis menahan sakit.
Luka pergelangan kakinya masih belum sembuh.
"Cia Sing. kini kita bisa kembali ke selatan melewati
daerah Tien Huo Hui. Dataran di sana lebih rata sehingga
Lung Ma dapat berlari sekencang yang ia bisa" kata Ma Xia
sambil mengelus Lung Ma dengan penuh kasih sayang.
"A Xia. maksudmu, kau tidak hendak kembali ke
Tien Huo Hui?" tanya Han Cia Sing setengah tidak percaya.
Ma Xia menggeleng dengan wajah getir.- 258 "Tidak, aku tidak ingin kembali. Jika aku kembali,
aku pasti akan dikawinkan dengan Ejinjin. Aku tidak ingin
menikah dengannya" kata Ma Xia sambil menerawang jauh.
"Jadi itu sebabnya engkau mengatakan pada ayahmu,
bahwa... bahwa engkau sudah menjadi milikku" kata Han
Cia Sing setengah tergagap. Ia merasa tidak enak membahas
kejadian ini.
"Cia Sing. engkau sudah tahu sekarang bahwa aku
lebih memilih mati daripada menikah dengan Ejinjin.
Engkau juga sudah tidak mungkin lagi tinggal di Tien Huo
Hui. Satu-satunya jalan adalah kita ke selatan, menuju tanah
kerajaan Tang agung untuk menghindar" kata Ma Xia.
Han Cia Sing menghela napas panjang. Ia sebenarnya
tidak ingin kembali ke selatan, yang selalu
mengingatkannya akan kejadian kematian ibunya yang
tragis itu. Ma Xia tampaknya menangkap keengganan Han
Cia Sing.
"Cia Sing. mengapa engkau ragu-ragu? Engkau tidak
ingin kembali ke selatan?" tanya Ma Xia ingin tahu.
"Tidak. Aku sudah lama meninggalkan dataran
tengah. Mungkin ini memang sudah takdir aku harus
kembali ke selatan" kata Han Cia Sing hambar.
Han Cia Sing segera membantu Ma Xia naik ke atas
pelana Lung Ma kemudian ia sendiri menyusul naik. Lung- 259 Ma meringkik tidak sabar dan segera berlari menuju daerah
Tien Huo Hui kembali dengan kencang.
Mereka segera melewati padang rumput dan sungaisungai kecil di pinggiran daerah Tien Huo Hui. Sebisa
mungkin mereka menghindari bertemu dengan orang-orang
dan tidak berhenti beristirahat kecuali memang benar-benar
perlu. Dalam sehari itu mereka mungkin sudah menempuh
jarak hampir seratus li. Lung Ma adalah kuda hebat sehingga


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meskipun ditunggangi dua orang, ia masih tetap bisa berlari
kencang seperti tanpa beban saja.
Malam itu mereka bermalam di padang rumput.
Cuaca cerah sekali sehingga bintang-bintang tampak seperti
ribuan kunang-kunang menghiasi langit. Han Cia Sing
berhasil menangkap dua ekor kelinci gemuk dan sekarang
memanggangnya dengan api unggun. Bau harum merebak
menggugah selera mereka yang sudah sangat lapar karena
seharian tidak makan. Dalam sekejap saja dua ekor kelinci
bakar itu sudah habis mereka santap.
Malam semakin larut dan Ma Xia sudah tertidur
kelelahan di samping api unggun. Lung Ma diikat tidak jauh
dari tempat mereka beristirahat sementara Han Cia Sing
masih tetap berjaga sambil menambah kayu bakar agar api
unggun tetap menyala. Ia masih memikirkan hal-hal yang
terjadi dalam dua-tiga terakhir ini yang sangat mengusik
hatinya terutama tentang ilmu yang ia pelajari di gua
serigala tempo hari.- 260 Shi Chang Sin tampaknya tahu ilmu apa yang ia
pelajari itu. Ia menyebutnya sebagai Shi Sui Yi Cin Cing
(Sutra Pembersih Sumsum Penggeser Urat) suatu nama
yang sangat aneh dan asing baginya. Dulu paman Lu Xun
Yi pernah mengajarinya sebagian kecil, hanya sepuluh jurus
saja dan sisanya ia pelajari sendiri di gua serigala tapi
mungkin Lu Xun Yi tahu tentang ilmu yang ia miliki ini.
Jika nanti ia tiba di daerah selatan, ia harus mampir di biara
Shaolin di daerah Song Shan untuk menanyakan tentang hal
ini. Tiba-tiba telinga Han Cia Sing menangkap gerakangerakan yang amat ringan tengah mendekati tempat dirinya
berada. Malam gelap tanpa bulan sehingga ia tidak bisa
melihat jelas siapa yang datang. Han Cia Sing mengambil
sebatang kayu panjang sambil bersiap siaga menghadapi
segala kemungkinan. Apakah yang datang itu orang atau
binatang buas?
Bau arak yang sangat wangi sampai memabukkan
tercium di udara malam yang dingin itu. Seorang kakekkakek bertubuh tambun dan berkepala botak tampak
mendekati api unggun dengan menggendong sebuah guci
arak yang hampir sebesar kakek itu sendiri, la tampak
berjalan terhuyung-huyung seperti seorang mabuk tapi Han
Cia Sing dapat melihat betapa ringan langkah kaki kakek
pemabuk itu menunjukkan ia bukan orang sembarangan.
Lagipula siapa yang akan berjalan-jalan malam hari
sendirian di padang rumput yang luas ini?- 261 Han Cia Sing segera membangunkan Ma Xia.
Firasatnya mengatakan akan segera terjadi sesuatu yang
membahayakan mereka berdua. Bahkan Lung Ma
meringkik-ringkik tidak sabar ketika kakek pemabuk itu
datang semakin dekat, pertanda nalurinya juga menyiratkan
sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Cia Sing. mengapa engkau membangunkanku?"
tanya Ma Xia yang masih mengantuk. Perjalanan seharian
amat melelahkan dirinya, apalagi kakinya masih terluka
sehingga butuh istirahat lebih banyak lagi.
"A Xia, tampaknya kita kedatangan tamu. Seorang
kakek pemabuk yang aneh" bisik Han Cia Sing.
Ma Xia langsung terkesiap mendengar kata kakek
pemabuk.
"Di mana ia?" tanya Ma Xia dengan setengah
berbisik.
"Ia datang dari sebelah utara kita" jawab Han Cia
Sing yang merasa heran melihat perubahan sikap Ma Xia
yang menjadi sangat waspada. Bahkan kini muka Ma Xia
berubah pucat melihat kakek pemabuk itu yang sudah sangat
dekat dengan api unggun sehingga mereka bisa melihatnya
dengan lebih jelas.
Kakek itu memakai pakaian yang longgar sekali
sehingga terlihat bulu dadanya yang lebat dan perutnya yang
amat buncit. Wajahnya merah sekali dan kelihatan selalu- 262 tersenyum. Matanya bulat besar dan kedua telinganya
panjang sekali hingga tergantung menyentuh bahunya. Guci
arak yang disandangnya di bahu amat besar dan terbuat dari
besi. sehingga pastilah amat berat tapi kakek itu kelihatan
tenang saja. Bahkan ia tertawa terkekeh-kekeh melihat Ma
Xia dan Han Cia Sing.
"A Xia. ayahmu dan tuan Ejinjin memintaku
mencarimu, heheheheh" kata kakek itu sambil tertawa
terkekeh-kekeh. Wajah Ma Xia menjadi semakin pucat lagi
ketika menyadari siapa kakek pemabuk itu.
"Kau... kau paman Pu Cui (Tidak Mabuk)?" tanya Ma
Xia setengah tidak percaya.
"Hehehehe. A Xia anak baik masih ingat aku setelah
tidak berjumpa beberapa tahun" katanya terkekeh sehingga
mengguncangkan guci besi yang disandangnya, memercikkan beberapa tetes arak harum yang baunya sangat
memabukkan.
"A Xia, siapa kakek pemabuk ini?" tanya Han Cia
Sing penasaran.
"Cia Sing. berhati-hatilah ia adalah seorang dari Si Ta
Hao Ren (Empat Orang Baik). Pu Cui yang merupakan jagojago andalan suku Tonghu" kata Ma Xia lirih sambil melirik
ke kanan-kiri dengan waspada sekali.
"Ia pasti tidak datang sendirian" kata Ma Xia lagi.
Han Cia Sing bisa menangkap getar ketakutan dalam nada- 263 suara Ma Xia. Ia menjadi heran dan penasaran mengapa Ma
Xia yang biasanya pemberani menjadi tergetar hanya
melihat seorang kakek tambun pemabuk ini.
"Siapa lagi yang datang bersamanya? Siapa sebenarnya kakek Pu Cui ini?" tanya Han Cia Sing.
"Si Ta Hao Ren adalah jagal-jagal suku Tonghu. Sifat
mereka sangat aneh dan kejam. Aku pernah bertemu mereka
sekali beberapa tahun lalu. Ketika itu mereka membantai
satu desa yang menolak membayar upeti. Mereka sungguhsungguh mengerikan" kata Ma Xia bergidik membayangkan
kembali pembantaian itu.
"Bukankah mereka disebut Empat Orang Baik?"
tanya Han Cia Sing sambil memandang Pu Cui yang kini
menurunkan guci besinya dan menyendokkan sebuah
cangkir besi ke dalamnya. Pu Cui membaui arak wangi itu
dengan nikmat kemudian meneguknya dengan sekali
tegukan. Bunyi seruputannya terdengar menjijikkan sekali.
"Bocah, engkau tentunya yang bernama Han Cia Sing
itu. Kelihatannya kau biasa-biasa saj, tapi mengapa Shi Tua
dan Ma Tua begitu memujimu? Ia bahkan menyuruhku
berhati-hati terhadapmu, ah memang mereka sudah semakin
pikun saja heheheheh" kata Pu Cui sambil kembali tertawa
terkekeh-kekeh sehingga perutnya yang tambun
berguncang-guncang.
Pu Cui menyendok lagi secangkir arak dan kini
menawarkannya kepada Han Cia Sing.- 264 "Bocah, minumlah arakku ini, dijamin engkau pasti
akan segar kembali" kata Pu Cui sambil melemparkan
cangkir besi kepada Han Cia Sing. Cangkir besi mendesing
kencang ke arah dada Han Cia Sing seakan tak tertahankan
lagi menghantam dadanya. Beruntunglah Ma Xia bergerak
cepat menangkap cangkir besi itu sehingga Han Cia Sing
terhindar dari maut. Ma Xia mengernyit menahan rasa sakit
di pergelangan kakinya karena ia bergerak terlampau cepat
barusan. Pu Cui tertawa lagi terkekeh-kekeh. Tampaknya ia
menyadari lawannya kini hanyalah Han Cia Sing seorang
yang tampaknya tidak bisa apa-apa itu.
"Cia Sing. jangan kau minum arak jahanam ini!" kata
Ma Xia sambil membuang arak itu ke rumput. Pu Cui yang
melihat tindakan Ma Xia segera mencak-mencak marah.
"Arak sebagus itu kau buang sia-sia, dasar gadis
bodoh!" teriaknya marah.
"Kau khawatir arak itu beracun?" tanya Han Cia Sing
kepada Ma Xia.
"Tidak, arak ini tidak beracun. Tapi arak ini dibuat
dengan rendaman janin manusia yang belum lahir. Guci besi
yang digendongnya itu penuh berisi janin manusia" kata Ma
Xia dengan getir.
Han Cia Sing tidak dapat menyembunyikan
kekagetannya.
"Jika demikian, mengapa ia disebut orang baik."- 265 "Lebih tepatnya julukan itu adalah ejekan bagi
mereka berempat. Pu Cui (Tidak Mabuk). Pu Tu (Tidak
Berjudi). Pu Sa (Tidak Membunuh) dan Pu Tou (Tidak
Mencuri) tapi mereka semua sangat bertolak belakang
dengan nama mereka sendiri" jelas Ma Xia dengan nada
bergetar.
"Hehehehe. engkau terlalu memuji. Jika nanti engkau
menjadi istri tuan Ejinjin bukankah aku harus memanggilmu
nyonya heheheheh" kata Pu Cui sambil tertawa terkekehkekeh menghina.
Ma Xia sangat marah mendengar sindiran yang sangat
dibencinya ini. Cangkir besi dilemparkannya kembali
dengan sekuat tenaga sehingga desingannya memecah udara
malam itu. Tapi Pu Cui menangkapnya dengan ringan
seperti hanya menangkap bulu saja layaknya. Ia segera
mencedok arak lagi dengan nikmatnya. Han Cia Sing
sampai hampir muntah membayangkan arak janin yang
diminum oleh Pu Cui dengan nikmat sekali. Ma Xia
menggandeng tangan Han Cia Sing. memberinya isyarat
agar ia segera mengambil Lung Ma dan kabur dari tempat
itu selagi Pu Cui sedang enak-enaknya minum arak sambil
teller. Han Cia Sing mengerti arti ajakan ini karena mereka
tidak mungkin lolos jika tiga pendekar aneh lainnya ikut
datang bergabung dengan Pu Cui.
Tepat pada saat mereka sudah berada dekat dengan
Lung Ma tiba-tiba sekelebatan sinar yang sangat cepat
memotong jalan mereka. Han Cia Sing dan Ma Xia segera- 266 melompat mundur tapi malang bagi kuda mereka. Kepala
Lung Ma segera terpisah dari tubuhnya tanpa sempat
meringkik lagi!
Sesosok bayangan berpakaian hitam tengah terkekehkekeh dengan nada sinting sambil menjilati golok lebarnya
yang berlumuran darah Lung Ma. Wajahnya pucat dan kurus
dengan sorot mata tidak waras yang mengerikan.
Rambutnya panjang terurai tidak terurus dengan uban di
sana-sini. Tidak diragukan lagi ia adalah Pu Sa (Tidak
Membunuh) yang sebenarnya malah amat sadis dan haus
darah. Ia melirik ke arah Han Cia Sing dan Ma Xia yang
masih terkejut melihat nasib tragis kuda tunggangan
kesayangan mereka.
"Heheheeh. kuda kalian pastilah kuda hebat.
Darahnya terasa manis dan hangat hehehehh" kata Pu Sa
sambil tersenyum aneh.
"Kau... kau sudah membunuh Lung Ma!" bentak Ma
Xia dengan marah. Ia sangat sayang dengan kuda
tunggangannya itu sehingga kematiannya membuatnya amat
sedih, apalagi oleh seorang tidak waras seperti Pu Sa.
"Aku tidak membunuhnya, kan aku tidak membunuh
(Pu Sa)" kata Pu Sa sambil memutar-mutar bola matanya
dengan liar. Han Cia Sing merasa ngeri sekali melihatnya.
Apalagi kini Pu Cui ikut datang bergabung sambil
menggendong guci besinya.- 267 "Hehehe sobat lama kau ingin mencoba arakku tidak?
Aku baru saja menambahkan tiga janin segar kemarin ke
dalamnya" kata Pu Cui sambil menyendok secangkir arak
dan memberikannya kepada Pu Sa. Kini dua orang pendekar
gila itu saling bersulang dan minum bersama dengan
nikmatnya. Ma Xia dan Han Cia Sing sama sekali tidak
digubris seperti dua ekor lalat saja layaknya!
"Kurang ajar!" kata Ma Xia dengan geram. Ia ingin
sekali menghajar dua orang kakek gila itu. tapi apa daya luka
di pergelangan kakinya belum sembuh, bagaimana bisa
bertarung?"
"A Xia, apa mau mereka sebenarnya? Mempermainkan kita?" tanya Han Cia Sing yang juga merasa kedua
kakek itu benar-benar meremehkan sekali.
"Eh, sobat Pu Sa, tampaknya bocah itu sedang
membicarakan kita" kata Pu Cui sambil menenggak
secangkir arak lagi.
"Benarkah? Terus apa yang harus kita lakukan?"
tanya Pu Sa dengan muka tolol dan aneh.
"Tuan Ejinjin hanya meminta kita mengembalikan
nona Ma Xia. Ia tidak mengatakan apapun tentang bocah
tolol ini?" kata Pu Cui lagi.
"Jadi?" tanya Pu Sa dengan tampang anehnya.
"Ia boleh kau bunuh" bisik Pu Cui di telinga Pu Sa.- 268 "Hiaaaaaaaaaaaaaaaa!!" teriak Pu Sa sambil
melompat kegirangan begitu mendengar kata bunuh, la
bagaikan kesurupan menyerbu ke arah Han Cia Sing yang
sudah bersiap dari tadi. Tongkat kayu yang dipegangnya
mungkin bukan lawan golok lebar Pu Sa tapi hanya itulah
satu-satunya senjatanya sekarang.
Pu Sa menebaskan golok lebarnya dengan tenaga gila.
Han Cia Sing dan Ma Xia yang berdiri lima tombak jauhnya
saja dapat merasakan angin golok menderu-deru. Han Cia
Sing menjauh dari Ma Xia dengan maksud melindunginya
dari pertempuran yang akan terjadi, tapi Pu Sa mengira ia
hendak melarikan diri. Pu Sa segera melompat tinggi sambil
memotong semua jalan mundur Han Cia Sing. Tebasan
goloknya menghajar tanah dengan keras sekali dan jalur
tebasannya meledak dengan hebat sampai mementalkan
Han Cia Sing beberapa langkah ke belakang.
"Eh Pu Sa, aku baru ingat si tua bangka Shi ingin
bocah itu hidup-hidup!" teriak Pu Cui yang hanya menonton
saja sambil minum-minum.
"Ahhhh, kau ini bagaimana pemabuk tua! Sebentar
bilang bunuh sebentar bilang tidak, maumu bagaimana?"
teriak Pu Sa sambil mencak-mencak dengan kesal.
"Si tua bangka tidak mengatakan ia butuh kedua
tangan dan kaki bocah ini. Jadi tebas saja!" teriak Pu Cui
acuh tak acuh. Ia benar-benar meremehkan sekali
kemampuan Han Cia Sing.- 269 "Eh benar sekali! Tebas saja kedua tangan dan
kakinya" teriak Pu Sa kegirangan sambil maju menyerbu.


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Han Cia Sing memakai sebatang kayu itu seumpama
tombak. Ia berusaha mati-matian mengimbangi jurus golok
lebar milik Pu Sa yang menghajar dengan ganas sekali. Ilmu
golok lebar Pu Sa ini adalah Gan Tou Tao (Golok
Pemenggal Kepala) yang amat ganas dan kejam, setiap jurus
selalu mencari celah untuk memenggal kepala lawan.
Untunglah kali ini Han Cia Sing sudah benar-benar siap
menghadapi lawan yang kejam, ia menghirup napas dalamdalam dan menyalurkan seluruh tenaganya dalamnya ke
lengan. Aliran tenaga mengalir begitu kuatnya, sehingga
Han Cia Sing sendiri tidak menyadari kekuatan tenaganya
itu sanggup membuat batang kayu yang dipegangnya itu
lebih keras daripada baja.
Benturan pertama golok Gan Tou Tao dengan tongkat
kayu begitu kerasnya sehingga tangan Pu Sa bergetar
kesemutan. Ia melotot kaget karena tidak mengira kehebatan
tenaga dalam Han Cia Sing mampu mementalkan goloknya.
Pu Sa berteriak ganas sambil mengibaskan goloknya. Han
Cia Sing segera berkelit sambil mengeluarkan Hu Cui Hou
(Harimau Mengejar Kera) yang memang digunakan untuk
menghadapi lawan yang lebih tangguh.
Golok Gan Tou Tao menjadi seperti mati kutu
menghadapi tongkat Han Cia Sing yang terus menempel
arah gerakan golok. Beruntunglah Han Cia Sing karena
meskipun Pu Sa ganas dan kuat tapi ia agak gila sehingga- 270 tidak bisa memikirkan banyak siasat atau perubahan jurus.
Sampai hampir lima puluh jurus berlalu, kedua pihak masih
seimbang. Akhirnya sambil berteriak marah. Pu Sa
melompat mundur, membanting golok lebarnya ke tanah
sambil menjambaki rambutnya sendiri.
"Bocah sial! Bocah sial!" teriaknya dengan marah
sekali.
Pu Cui hanya tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan
kemarahan Pu Sa.
"Hei sobat gila. sekarang giliranku!" kata Pu Cui
sambil memanggul guci araknya yang amat besar
merangsek ke arah Han Cia Sing.
Pu Cui maju dengan sempoyongan tapi setiap
langkahnya menutup semua jalan mundur Han Cia Sing
sehingga mau tak mau ia harus maju bertarung langsung
karena tidak ada pilihan lagi. Tongkat kayunya ditusukkan
maju dengan sekuat tenaga, berharap bisa mengalahkan Pu
Cui dengan cepat tapi kali musuh yang dihadapi jauh lebih
cerdik dari Pu Sa yang gila itu. Lagipula jurus Pu Cui adalah
Cui Chuen (Tinju Mabuk) yang banyak sekali perubahannya
sehingga tidak bisa dihadapi sembarangan saja. Tusukan
tongkat kayu Han Cia Sing mengenai angin, sementara Pu
Cui sudah berguling masuk ke dalam jangkauan tinjunya
mengincar perut Han Cia Sing yang terbuka.
Kepalan tinju Pu Cui menghajar dengan cepat sekali
sehingga yang bisa dilakukan Han Cia Sing hanyalah- 271 meloncat mundur menghindar. Pu Cui terus mengejar
dengan gerakan berpusing. Tinju dan guci besi silih berganti
menyerang Han Cia Sing yang kini terdesak hebat. Ma Xia
yang menyaksikannya menjadi sangat khawatir sekali
apalagi kemudian Pu Sa ikut terjun ke dalam pertarungan
mengeroyok Han Cia Sing.
Kini nyawa Han Cia Sing berada di ujung tanduk.
Kedua lawannya adalah jago-jago utama suku Tonghu yang
sudah kenyang akan pengalaman, mampu mendesaknya
secara bergantian. Pertarungan sudah hampir lima puluh
jurus lagi tapi Han Cia Sing belum menunjukkan tandatanda kelelahan meskipun terdesak hebat. Memang tanpa
disadari Han Cia Sing, ilmu yang dipelajarinya itu mampu
menyembuhkan dan menyegarkannya kembali hanya dalam
beberapa tarikan napas saja. Pu Cui dan Pu Sa sendiri
merasa heran melihat lawan mereka masih segar bugar
meskipun sudah dikeroyok sekian lama.
Dalam jurus memang Han Cia Sing kalah dari kedua
jago tua itu, tapi dari segi tenaga dalam ia menang jauh.
Setiap kali tongkat kayunya berbenturan dengan golok lebar
Pu Sa atau tinju Pu Cui mereka berdua dapat merasakan
getaran tenaga yang begitu kuat sehingga tangan mereka
sakit kesemutan. Tapi semangat mereka tetap berkobar
melihat jurus-jurus mereka mampu mendesak dan
mengurung Han Cia Sing yang hanya bisa berlahan.
Ma Xia yang berdiri agak jauh dari tempat
pertarungan melihat Han Cia Sing masih mampu menahan- 272 imbang kedua pengeroyoknya, tapi juga tidak mampu keluar
dari kepungan. Tampaknya pertarungan akan berjalan
ratusan jurus sebelum diketahui siapa pemenangnya. Saat
sedang tegang menyaksikan pertarungan, ia tidak sadar dua
orang kakek lagi sudah berdiri di belakangnya.
"Eh, pencuri tua, ayo kita bertaruh siapa yang akan
menang?" tanya seorang yang berwajah bundar dengan
rambut beruban dan memakai baju biru lusuh. Ia memegang
beberapa dadu besi di tangan kirinya sambil diputar-putar.
Tidak salah lagi ia adalah Pu Tu (Tidak Berjudi).
"Aku bertaruh bocah busuk itu yang akan menang.
Hehehehe, jika aku menang maka pakaian nona Ma ini akan
menjadi milikku" kata kakek yang seorang lagi. Badannya
kecil kurus dan bermata sipit sekali dengan wajah yang
seperti selalu tersenyum, la memutar-mutar sepotong kain
ikat pinggang wanita berwarna merah, yang baru disadari
Ma Xia sebagai ikat pinggangnya sendiri. Betapa cepat
gerakan tangan kakek tua yang bernama Pu Tou (Tidak
Mencuri) itu sehingga ia tidak menyadari ikat pinggangnya
telah dilolosi. Tapi yang membuat Ma Xia lebih ngeri lagi
adalah kenyataan bahwa Si Ta Hao Ren kini sudah tiba
semua sehingga ia dan Han Cia Sing tak mungkin lagi lolos!- 273 19. Terkepung
ngin malam yang sejuk bertiup sepoi-sepoi di atas
markas besar Tien Lung Men sehingga udara terasa
begitu segar. Pemandangan dari markas itu terlihat begitu
indah memandang ke arah bukit-bukit dan sungai yang
melintasi daerah Yi Chang. Air sungai yang mengalir beriak
ditimpa sinar bulan seperti selembar kain sutra yang
berkibar-kibar menutupi jalur lembah yang berundakundak. Di antara sungai-sungai itu tampak barisan api
unggun yang tampak bagaikan kunang-kunang bersinar
dalam kegelapan.
"Pasukan kerajaan" bisik Han Cia Pao pada dirinya
sendiri. Saat itu ia tengah berdiri mengamati dari atas atap
rumah tamu yang menghadap ke lembah. Sudah hampir
sepuluh hari ini ia selalu mengamati daerah luar markas Tien
Lung Men dan hasil yang didapatinya tiap hari selalu
meresahkan hatinya. Barisan api unggun itu makin hari
makin bertambah banyak menyebar di sekeliling daerah Yi
Chang. menandakan semakin banyak prajurit kerajaan yang
tiba.
Yang Ren Fang sudah mengabarkan hal ini
kepadanya sepuluh hari lalu dan melarangnya untuk
meninggalkan Tien Lung Men karena khawatir akan
keselamatan dirinya. Kini tampaknya mustahil untuk dapat
meninggalkan daerah Yi Chang tanpa diketahui oleh prajurit
kerajaan. apalagi mata-mata Tien lung Men mengabarkan
A- 274 sudah tiba pula puluhan jago-jago silat di antara rombongan
prajurit. Sebagian dari mereka adalah tokoh-tokoh Sie Bai
(aliran sesat) yang sudah terkenal merajalela di dunia
persilatan. Keadaan di Tien Lung Men kini sudah amat
genting sehingga Yang Ren Fang berniat memberitahukan
kepada Jien Wei Cen yang sedang bertapa tentang apa yang
tengah terjadi.
Han Cia Pao dan Song Wei Hao sendiri sebenarnya
bukanlah orang-orang yang takut mati atau suka merepotkan
orang lain. tapi keadaan Ye Ing benar-benar tidak bisa
dipaksakan untuk berjalan jauh. apalagi menembus
kepungan musuh yang rapat seperti ini. Ye Ing kini bagaikan
mayat hidup setelah mendengar kematian ketiga putrinya
yang tragis sekali, dijual oleh kakeknya sendiri kepada
kerajaan. Berhari-hari ia hanya makan beberapa sendok
bubur saja sehingga tubuhnya menjadi kurus sekali Fatapan
matanya cekung dan kosong, la sering mengigau sendirian
bahkan menjerit-jerit minta maaf pada almarhum Pai Lien
dan Han Cia Sing. Pukulan batin yang amat berat membuat
Ye Ing tanpa sadar mengakui kesalahan yang pernah
diperbuatnya dulu.
Sesosok tubuh gagah melayang naik ke atas atap di
samping Han Cia Pao.
"Pao-er. engkau masih belum tidur?" tanya orang itu
yang tak lain adalah Song Wei Hao.- 275 "Paman Song. aku tidak bisa tidur memikirkan hal
ini" jawab Han Cia Pao.
"Hmmm. memang pelik keadaan yang kita hadapi ini.
Sekarang bahkan Tien Lung Men pun terseret-seret oleh
kita. meskipun sebenarnya tidak sepenuhnya salah kita" kata
Song Wei Hao.
"Maksud paman Song?" tanya Han Cia Pao.
"Sedari dulu. di jaman mendiang Kaisar Tai Zong.
partai Tien Lung Men dianggap sebagai salah satu ancaman
bagi kerajaan Tang. Jumlah pengikutnya banyak dan setia,
tapi terlebih lagi Jien Wei Cen bukanlah seorang yang mau
tunduk pada kerajaan. Bahkan setelah dianugerahi gelar
bangsawan Wuhan pun. ia masih tetap tidak mengindahkan
kerajaan Tang walau ia juga tidak pernah terang-terangan
menentang. Tapi beberapa tahun terakhir ini tampaknya
Tien Lung Men mengubah kebijaksanaannya dan mulai
terlihat melawan para bangsawan yang sewenang-wenang.
Kaisar menjadi sangat perhatian terhadap Tien Lung Men.
karena menganggapnya sebagai bibit pemberontakan. Kita
hanyalah dijadikan alasan kecil saja untuk menghancurkan
Tien Lung Men" jelas Song Wei Hao.
"Jadi kita pergi atau tidak tidak ada pengaruhnya ?"
tanya Han Cia Pao dengan nada getir.
Song Wei Hao mengangguk pelan- 276 "Kudengar juga. telah datang puluhan pendekar silat
untuk mengepung daerah Yi Chang ini. Kerajaan sangat
pandai memakai siasat ini sehingga jika mereka menghancur
kan Tien Lung Men, pihak kerajaan tidak dapat disalahkan
Ini akan dianggap sebagai pertempuran memperebutkan
kekuasaan dalam dunia persilatan saja, sehingga para
bangsawan lain tidak akan merasa terancam" kata Song Wei
Hao. Han Cia Pao dan Song Wei Hao kemudian sama-sama
terdiam tenggelam dalam lamunan pikiran mereka masingmasing Situasi yang mereka hadapi kini tampaknya sangat
gawat, sewaktu-waktu bisa saja meletus pertarungan habishabisan.
"'Paman Song, apakah bijak Yang Ren Fang
mengambil sikap menunggu seperti sekarang ini? Tidakkah
lebih baik ia mengambil langkah penyerangan menghajar
para pendekar aliran sesat itu terlebih dulu?" tanya Han Cia
Pao meminta pendapat.
"Yang Ren Fang bukanlah pemimpin Tien Lung Men
yang sebenarnya. Kekuasaan tetaplah di tangan Jien Wei
Cen. Itulah yang membuat ia tidak leluasa mengambil
keputusan. terlebih lagi ia hanyalah seorang menantu. Ia
tetap harus menghormati pendapat Jien Ming Ti. yang
selama ini menganggap kita hanyalah beban bagi Tien Lung
Men. Mungkin Yang Ren Fang lebih berpandangan luas dan
mengerti kita pergi atau tidak tetap saja kerajaan akan
menyerbu Tien Lung Men" kata Song Wei Hao.- 277 Han Cia Pao mengangguk sepaham. Memang selama
ia berada di Tien Lung sudah sebulan lebih. Jien Ming Ti
selalu bersikap kurang ramah terhadap mereka. Meskipun
tidak berani secara terang-terangan mengusir mereka, tapi di
tiap kesempatan ia selalu memberikan sindiran pedas.
Sikapnya ini benar-benar jauh berbeda dengan Yang Ren
Fang yang gagah dan terbuka. Dalam hati Han Cia Pao
berpikir seperti apakah ketua Jien Wei Cen itu sehingga
mempunyai anak yang sombong sekali seperti Jien Ming Ti
itu. Malam semakin larut, membiaskan kabut tipis yang
datang bergulung-gulung ke arah lembah. Markas partai
Tien Lung Men seperti istana yang berada di atas awan.jauh
tinggi di atas kumpulan kabut. Di tengah-tengah markas, di
suatu ruangan yang dijaga ketat sekali oleh puluhan
pengawal Tien Lung Men. tampak Yang Ren Fang tengah
berdiri menunggu di depan sebuah pintu batu. Di atas pintu
batu itu tertulis Liu Sui Tung (Gua Air Mengalir).
"Menantu Yang Ren Fang mohon menghadap Jien
Pang-cu!" teriak Yang Ren Fang untuk kesekian kalinya tapi
tetap hanya kesunyian yang menjadi jawaban untuk
panggilannya.
Liu Sui Tung adalah tempat bertapa Jien Wei Cen
selama beberapa tahun terakhir ini. Setiap hari hanya
petugas makanan yang boleh datang memberikan makanan
melalui celah sempit di samping pintu batu. Tidak seorang
pun diperkenankan mengganggu pertapaan Jien Wei Cen.- 278 kecuali para ketua muda dan Si Sao Tien Lung. Itupun jika
benar-benar ada masalah yang penting dan amat mendesak
yang membutuhkan kepemimpinan Jien Wei Cen kembali.
Yang Ren Fang menganggap pengepungan oleh
tentara kerajaan dan aliran Sie Bai kali ini adalah masalah
yang cukup serius untuk dilaporkan kepada Jien Wei Cen. la
bahkan sudah memanggil keenambelas kepala cabang Tien
Lung Men untuk berkumpul di Yi Chang. bersiap
menghadapi segala kemungkinan terburuk yang mungkin
terjadi. Selama Tien Lung Men berdiri, mungkin ini adalah
saat paling genting yang pernah dihadapi partai terhebat di
dunia persilatan itu.
"Menantu Yang Ren Fang mohon menghadap Jien
Pang-cu!" teriak Yang Ren Fang kembali. Suaranya
bergema memantul karena dinding batu di hadapannya,
tanpa ada tanda-tanda bakal ada yang keluar dari dalam Liu
Sui Tung. Akhirnya Yang Ren Fang memutuskan untuk
kembali besok hari saja. karena malam sudah semakin larut
dan tidak tampak tanda-tanda kemunculan Jien Wei Cen dari
dalam Liu Sui Tung. Sebenarnya ia sudah tidak bisa lagi


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menunda terlalu lama masalah ini tapi apa dayanya bila Jien
Wei Cen sendiri tidak keluar dari dalam Liu Sui Tung?
Dengan langkah gontai Yang Ren Fang kembali ke wisma
tempat tinggalnya.
Jien Jing Hui sudah menunggu di kamar tidur.
Tampaknya ia juga cemas menantikan kembalinya Yang- 279 Ren Fang. Ia segera menyambutnya begitu melihat
suaminya masuk ke dalam kamar.
"Suamiku, apakah ayah bersedia keluar dari Liu Sui
Tung?" tanya Jien Jing Hui dengan tidak sabar.
"Belum. Jien Pang-cu belum keluar" kata Yang Ren
Fang sambil menggeleng sedih.
"Sebelum ayah bertapa, bukankah ia telah
menunjukmu memimpin Tien Lung Men. Lakukan saja
sesuai yang kaupandang baik" kata Jien Jing Hui
memberikan semangat kepada suaminya.
"Istriku, semua tidaklah semudah yang kaukira. Aku
masih harus mempertimbangkan pendapat kakak Ming Ti
dan Si Sao Tien Lung" kata Yang Ren Fang dengan
bijaksana.
"Tapi situasi yang dihadapi Tien Lung Men sekarang
cukup gawat. Terlalu banyak suara tidak akan memecahkan
masalah. Harus ada yang maju sebagai pemimpin selama
ayah belum keluar dari Liu Sui Tung" kata Jien Jing Hui
lagi.
"Mungkin kau benar istriku, tapi selama pasukan
kerajaan dan jago-jago Sie Bai itu tidak menyerang Tien
Lung Men. untuk sementara kita masih aman dari mereka.
Aku tidak ingin mengambil tindakan gegabah yang bisa
berakibat buruk bagi kita" kata Yang Ren Fang memberikan
alasan.- 280 "Engkau benar suamiku. Mungkin jalan terbaik
sekarang adalah menunggu" kata Jien Jing Hui akhirnya
menyetujui.
"Baiklah cukup untuk hari ini. Mari kita tidur istriku,
malam sudah semakin larut. Besok aku akan mencoba
menghadap Jien Pang-cu kembali" kata Yang Ren Fang
sambil mengajak istrinya ke pembaringan.
Jien Jing Hui mengangguk setuju, la sudah sangat
mengantuk sekali sebenarnya sehingga ingin sekali tidur.
Mereka berdua segera membaringkan diri dan sebentar
kemudian napas Jien Jing Hui sudah terdengar lambat dan
teratur menandakan ia sudah tertidur lelap. Yang Ren Fang
sendiri memang berbaring tapi matanya masih menatap
nyalang ke langit-langit kamar. Tampaknya ia banyak
pikiran sehingga susah tidur. Beberapa kali ia menengok ke
arah Jien Jing Hui yang sedang tertidur lelap.
Sebentar kemudian Yang Ren Fang bangkit dari
pembaringan dengan hati-hati sekali, la tampaknya tidak
ingin membangunkan Jien Jing Hui yang tengah tertidur
lelap sekali. Pelan-pelan ia meniup lilin hingga padam.
Ruangan tidur itu menjadi gelap dan sunyi.
Yang Ren Fang berjalan keluar pintu dan
membukanya dengan perlahan sekali. Ia keluar kamar
dengan langkah-langkah ringan dan mantap menuju
perbukitan di samping markas Tien Lung Men. Langkahnya
begitu ringan dan mengendap-endap sehingga para prajurit- 281 jaga sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Agak
mencurigakan memang, mengapa seorang ketua muda Tien
Lung Men harus mengendap-endap di markasnya sendiri.
Yang Ren Fang sendiri terus melangkah ringan sekali seolah
terbang menuju kegelapan hutan.
Sebentar kemudian. Yang Ren Fang telah tiba di
tengah hutan lebat yang gelap itu. Sinar bulan sabit yang
pucat tidak mampu menembus rimbunnya dedaunan pohonpohon di hutan itu. Mata dan telinga dipasang lebar-lebar
untuk melihat dan mendengar gerakan sekecil apapun.
Akhirnya Yang Ren Fang dapat menemukan sesosok
bayangan berbaju hitam yang diam hampir tanpa napas di
dekat sebuah pohon. Bayangan itu begitu diam sehingga jika
tidak diperhatikan benar-benar tidak akan tampak matanya
yang bersinar tajam di balik topengnya.
"Mengapa engkau memanggilku malam-malam
begini? Bukankah sudah kukatakan kepadamu itu sangat
berbahaya?*' tanya Yang Ren Fang dengan pelan sekali,
seolah akan ada orang yang mendengar pembicaraan
mereka.
"Hahahahha. sejak kapan anakku menjadi seorang
pengecut begini?" kata bayangan hitam itu sambil tertawa
mengejek. Kini ia keluar dari bayangan rimbun pepohonan
sehingga sosoknya kelihatan lebih jelas. Bayangan itu
kelihatan kuat dan tegap serta memakai topeng yang
menutupi seluruh kepalanya sehingga hanya terlihat
matanya yang tajam saja.- 282 "Jangan pernah menyebutku anakmu di sini!
Tidakkah engkau tahu aku selalu dalam pengawasan Cing
Hou Wang Ding?" kata Yang Ren Fang dengan tidak sabar.
Ia menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan lagi bahwa
mereka hanya berdua saja di sana.
"Sudah aku katakan seharusnya sejak dulu kuhabisi
saja si Kera Busuk itu! Bukankah dengan demikian tidak
akan banyak masalah sekarang?" kata bayangan itu dengan
sombong.
"Kematiannya justru akan membangkitkan
kecurigaan yang lebih besar lagi terhadap diriku. Sekarang
katakan, mengapa engkau memanggilku malam ini?" tanya
Yang Ren Fang tidak sabaran. Ia tampaknya tidak ingin
berlama-lama bersama sosok bayangan misterius ini.
"Huh! Dasar manusia tak berbudi! Aku memanggilmu malam ini justru hendak mengingatkanmu akan misimu
yang sebenarnya di Tien Lung Men. Jangan karena engkau
sudah hidup enak dan menjadi menantu ketua, engkau
melupakan mengapa engkau di sini!" kata sosok bayangan
itu sambil mendengus kesal.
"Aku tidak pernah melupakan mengapa aku ada di
sini" kata Yang Ren Fang sambil menerawang menatap
langit. Ia seperti hendak melupakan masa lalunya yang
kelam dengan melihat langit malam yang gelap pekat.
"Bagus! Bagus kalau begitu! Ingat, sebentar lagi aku
dan pamanmu akan segera melaksanakan rencana kita.- 283 Jangan sampai menggagalkan rencana yang sudah bertahuntahun kita rencanakan ini hanya karena perasaan
cengengmu" kata sosok bayangan itu menegaskan.
"Aku tidak akan merusaknya" kata Yang Ren Fang
datar.
"Nah. sekarang kembalilah. Dalam beberapa hari ini
aku akan kembali menghubungimu" kata sosok bayangan
itu sambil melompat menghilang dalam kegelapan malam.
Sebentar saja bayangan itu sudah hilang tak berbekas.
Yang Ren Fang menghela napas panjang. Ia
melangkah dengan berat sekali meninggalkan hutan itu.
Tanpa terasa kakinya sudah melangkah mendekati markas
Tien Lung Men. Pikirannya sangat banyak dan kacau
sehingga ia tidak sadar seorang tengah mengawasinya dari
atas sebuah pohon besar.
"Tuan muda ketiga, apa yang membuatmu jalan-jalan
di malam sepi seperti ini?" tegur orang itu sehingga sangat
mengagetkan Yang Ren Fang. Ia segera menoleh kearah
suara itu.
"Siapa itu!" bentaknya dengan nyaring.
"Aku Ketua Selatan Kera Emas Wang Ding!" seru
orang itu yang ternyata adalah Wang Ding sambil meloncat
turun dari atas pohon dengan ringannya.- 284 "Ketua Selatan, mengapa engkau mengejutkanku?"
tanya Yang Ren Fang dengan bersungut-sungut. Ia merasa
dimata-matai oleh Wang Ding.
"Apakah tuan muda ketiga merasa ada yang perlu
untuk merasa terkejut?" Wang Ding balik bertanya sambil
memutar-mutar toya emasnya dengan acuh tak acuh.
Sikapnya itu membuat Yang Ren Fang semakin naik pitam.
"Ketua Selatan, aku peringatkan sekali lagi. jangan
selalu mencobai kesabaranku! Lagipula engkau sendiri
mengapa malam-malam masih keluyuran?" tanya Yang Ren
Fang dengan geram sekali.
"Aku hanya mencari udara segar, tidak ada maksud
apa-apa. Tuan muda ketiga, aku pamit undur diri dulu. jaga
diri anda baik-baik. Terlalu sering keluar malam tidak baik
untuk kesehatan, hahahahahha" kata Wang Ding sambil
tertawa mengejek. Ia menggenjot tubuhnya dan melayang
ringan meninggalkan Yang Ren Fang yang masih
memandangnya dengan marah sekali. Sebentar kemudian,
bayangan Wang Ding sudah hilang ditelan kegelapan
malam.
"Wang Ding kau kera busuk! Suatu hari nanti aku
pasti akan membuatmu tahu siapa aku sebenarnya!" kata
Yang Ren Fang kepada dirinya sendiri. Ia mengepalkan
tangannya dengan sekuat tenaga sehingga terdengar suara
tulang jarinya bergemeretakan karena kekuatan tenaganya.
***- 285 "Kakek busuk! Kau jangan berbuat kurang ajar!"
teriak Ma Xia kepada Pu Tou. Ia benar-benar marah sekali
karena Pu Tou berhasil mencuri ikat rambutnya yang terbuat
dari kain sutra. Kini kakek genit bernama Pu Tou itu menarinari sambil mencium ikat pinggang dan ikat rambut Ma Xia.
"Hmmmm. bau gadis muda memang lain" kata Pu
Tou dengan genit sekali. Memang Pu Tou dikenal sebagai
seorang Jai Hua Cei (Penjahat Pemetik Bunga) yang amat
gemar menodai para gadis suku-suku di utara. Tidak heran
ia sangat bernafsu sekali melihat Ma Xia yang muda dan
cantik jelita.
"Hei! Kalian jangan berbuat macam-macam dengan
gadis itu. Tuan Ejinjin menginginkannya utuh!" teriak Pu
Cui sambil masih terus bertarung.
"Heeheheheh, pencuri tua aku juga sampai lupa
perintah tuan Ejinjin. Begini saja sekarang, kita bertaruh
warna pakaian dalam yang dipakai gadis cantik ini.
bagaimana?" kata Pu Tu sambil memutar-mutar dadu
besinya.
"Kau benar sekali penjudi busuk hheheeheh. aku
sampai lupa perintah tuan Ejinjin karena cantik sekali gadis
ini. Kalau begitu aku pilih warna merah!" kata Pu Tou
sambil maju menyerbu dengan cepat sekali. Tangannya
berubah menjadi bayangan yang banyak sekali karena
cepatnya. Memang jurus andalan Pu Tou adalah Kui Ying- 286 Sou (Tangan Bayangan Iblis) yang mengandalkan
kecepatan gerak tangan.
Ma Xia yang menyadari kehebatan Pu Tou segera
menghindar dari sergapan puluhan Tangan Bayangan Iblis.
Tapi sayang ia lupa pergelangan kakinya masih cedera
sehingga ia tidak dapat bergerak lincah seperti biasanya.
Sambil mengaduh kesakitan. Ma Xia jatuh tersungkur ke
tanah. Ia kini benar-benar seperti seekor domba di bawah
bayang-bayang serigala.
Tepat pada saat tangan Pu Tou hampir mencapai
tubuh Ma Xia. sebatang tongkat kayu menghalau tangan
kurang ajar Pu Tou tepat pada waktunya. Rupanya Han Cia
Sing berhasil melepaskan diri dari dua penyerangnya dan
menolong Ma Xia tepat pada waktunya. Tongkat kayunya
diputar dengan cepat sekali menghalau puluhan bayangan
tangan Pu Tou. yang sampai terdorong ke belakang oleh
kuatnya hawa tenaga Han Cia Sing.
"Bocah sialan! Kau berani merusak kesenanganku?!"
bentak Pu Tou dengan marah sekali.
"Saudara semua, sudah jangan banyak bicara lagi!
Kita hajar saja bersama-sama supaya cepat kita habisi bocah
busuk ini!" teriak Pu Cui kepada ketiga sahabatnya. Si Ta
Hao Ren berteriak bersama-sama sehingga suara mereka
menggetarkan langit malam itu. Ma Xia menutup telinganya
karena kesakitan sedangkan Han Cia Sing tidak merasakan
apa-apa. Tenaga dalam Han Cia Sing yang kuat mampu- 287 melindunginya dari serangan suara teriakan Si Ta Hao Ren.
menandakan ilmu tenaga yang dimilikinya masih di atas
keempat kakek aneh itu.
Han Cia Sing membantu Ma Xia bangkit berdiri. Ia
bersiap siaga dengan tongkat kayunya menghadapi serangan
dari keempat arah. Si Ta Hao Ren mengepung mereka
sambil tertawa terkekeh-kekeh tidak waras. Benar-benar
mimpi buruk bagi Han Cia Sing dan Ma Xia yang harus
berhadapan melawan keempat kakek gila dan kejam itu.
Mereka berdua terkepung rapat di tengah padang rumput
yang kelihatannya tanpa batas itu.
"Cia Sing. merapatlah pada diriku. Aku mempunyai
rencana" bisik Ma Xia pada Han Cia Sing.
Han Cia Sing mendekatkan dirinya pada Ma Xia. Ia
ingin segera tahu ada rencana apa yang dipikirkan Ma Xia
untuk menghindari empat kakek ini.
"Cia Sing, peganglah tanganku erat-erat. Aku akan
mencoba menggunakan tenaga Guo Yin Sen Kung (Tenaga
Sakti Melintasi Awan) yang diajarkan paman Shi Chang Sin
kepadaku" bisik Ma Xia lagi.
Meskipun tidak tahu apa itu Guo Yin Sen Kung tapi
asalkan bisa lepas dari keempat kakek gila ini. bagi Han Cia
Sing itu sudah cukup bagus. Ia segera berpegangan erat pada
lengan Ma Xia. yang tampaknya sudah mengumpulkan
tenaga dalamnya. Sekali menggenjot tubuh, Ma Xia dan Han
Cia Sing seperti terlempar dari tempat mereka berdiri- 288 menuju ke langit malam. Han Cia Sing merasa agak pusing
karena tubuhnya melayang dengan ringan sekali ke atas
bersama Ma Xia. Begitu kaki mereka menginjak tanah,
kembali Ma Xia segera menggenjot tubuhnya melayang
ringan.
Guo Yin Sen Kung memang ilmu ringan tubuh
andalan Shi Chang Sin yang ia peroleh dari gurunya sang
Iblis Utara. Dulu ilmu ini sebenarnya juga diajarkan kepada
Ma Pei dan Wongguo Luo, tapi hanya Shi Chang Sin
seorang yang mampu menguasainya sampai tingkat
tertinggi. Tidak heran ia mampu mengejar kuda hebat Lung
Ma ketika Han Cia Sing dan Ma Xia melarikan diri. Sayang
sekali Ma Xia belum menguasai ilmu ini dengan sempurna,
apalagi ia harus menarik Han Cia Sing dan pergelangan


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kakinya masih terluka. Ia hanya bisa melakukan beberapa
lompatan sebelum akhirnya jatuh tersungkur kesakitan.
Luka pergelangan kaki Ma Xia tampaknya semakin parah
dan membengkak biru karena terlalu memaksakan dirinya.
Si Ta Hao Ren yang tadinya sempat terbengong-bengong
melihat Han Cia Sing dan Ma Xia melayang-layang
bagaikan kapas melewati kepala mereka, sekarang mengejar
sambil berteriak-teriak marah.
"A Xia. cepat berdiri! Mereka hampir menyusul
kita!" teriak Han Cia Sing sambil membantu Ma Xia berdiri.
"Aku sudah tidak kuat lagi" kata Ma Xia dengan lirih.- 289 "Ayo, lakukan lagi lompatan seperti yang kau
lakukan" kata Han Cia Sing berusaha memberi semangat
kepada Ma Xia.
Ma Xia menggeleng lemah. Memang ia sudah tidak
sanggup lagi bahkan berdiri pun ia harus bersandar pada
Han Cia Sing, bagaimana ia bisa melakukan jurus Guo Yin
Sen Kung?
"Cepat katakan bagaimana caranya engkau tadi
terbang" kata Han Cia Sing dalam kepanikannya. Ia tidak
tahu lagi harus berbuat apa untuk menghindari Si Ta Hao
Ren. Kemungkinan sekecil apapun harus ia ambil dalam
keadaan seperti ini.
"Apa?" tanya Ma Xia lemah. Ia hampir tidak percaya
pada pendengarannya sendiri atas pertanyaan Han Cia Sing.
"Katakan bagaimana kau bisa melakukan lompatan
terbang tadi" kata Han Cia Sing dengan suara lebih keras.
"Pusatkan tenaga pada titik chung. Kemudian
salurkan tenaga ke dalam perut. Kuatkan kedua kaki dan
ringankan hati..." kata-kata Ma Xia belum sempat selesai
ketika ia merasakan tubuhnya melambung ringan ke
angkasa dalam pegangan Han Cia Sing. Ia hampir tidak
mempercayai penglihatannya sendiri.
"Teruskan membacakan jurusmu!" kata Han Cia Sing
kepada Ma Xia.- 290 "Kaki melangkah ringan bagaikan burung undan,
setiap langkah melalui titik ren gunakan seluruh aliran
tenaga yang terkumpul di perut..." kata Ma Xia meneruskan
jurus Guo Yin Sen Kung pada Han Cia Sing yang kini
melayang bebas sambil memeluk Ma Xia. Mereka jauh
meninggalkan Si Ta Hao Ren yang berteriak-teriak marah
sambil terus berusaha mengejar.
Han Cia Sing sebenarnya terkejut sekali ia langsung
mampu menggunakan jurus Guo Yin Sen Kung yang
dibacakan oleh Ma Xia itu. Ia tadi hanya untung-untungan
saja mengikuti kata-kata Ma Xia dan terasa olehnya,
tubuhnya menjadi seringan bulu. Ia merasa bagaikan seekor
burung yang terbang di angkasa malam, begitu bebas dan
lepas. Bahkan ia mampu menghindari lemparan dadu besi
andalan Pu Tu yang memang merupakan ahli An Ji (Senjata
Gelap) karena langkah Han Cia Sing begitu ringan sekali
sehingga dalam satu lompatan ia sudah maju hampir delapan
tombak jauhnya!
Sebenarnya Si Ta Hao Ren juga bukan pendekar kelas
teri sehingga dapat ditinggalkan oleh Han Cia Sing dengan
mudah hanya saja mereka memusatkan ilmu mereka pada
kemampuan meringankan tubuh. Dulu Iblis Utara amat
dikenal karena ilmu ringan tubuhnya yang tinggi dan tenaga
dalamnya yang hebat. Kini berkat ilmu Shi Sui Yi Cin Cing
yang dikuasainya. Han Cia Sing mampu menamatkan ilmu
Guo Yin Sen Kung hanya dalam beberapa tarikan napas- 291 saja, benar-benar sungguh beruntung dan tidak terduga sama
sekali!
Ilmu meringankan tubuh dibagi dalam dua bagian
besar yaitu ilmu lari cepat dan ilmu lompat tinggi. Jika
seorang belajar ilmu lari cepat saja maka ia lebih
memusatkan tenaga untuk berlari secara cepat sementara
ilmu lompat tinggi lebih mengutamakan melompati
rintangan tinggi. Guo Yin Sen Kung adalah ilmu yang
menggabungkan keduanya sehingga selain larinya secepat
kilat, tiap langkahnya melompat hingga delapan tombak
jauhnya.
Ma Xia sendiri terkaget-kaget melihat Han Cia Sing
yang mampu menggunakan ilmu Guo Yin Sen Kung dengan
sempurna. Ia sendiri telah berlatih keras di bawah
bimbingan Shi Chang Sin sang Guntur Utara selama
beberapa bulan dan masih belum mencapai setengah ilmu
Guo Yin Sen Kung tapi Han Cia Sing mampu menguasainya
hanya dengan mendengarkan darinya saja. Ma Xia sekarang
tidak heran jika ayahnya dan Shi Chang Sin sampai
mengutus Si Ta Hao Ren untuk mengejar Han Cia Sing.
Pemuda itu ternyata bukanlah pemuda sembarangan!
Han Cia Sing terus berlari menggunakan Guo Yin Sen
Kung sampai hari pagi. Entah sudah berapa puluh li yang ia
tempuh tapi tidak tampak tanda-tanda kelelahan sama sekali
dalam dirinya berkat tenaga dalam Shi Sui Yi Cin Cing yang
luar biasa. Sebenarnya Han Cia Sing masih sanggup berlari
beberapa ratus li lagi. tapi ia memutuskan untuk berhenti- 292 setelah melihat satu desa kecil berada di depannya. Ma Xia
perlu beristirahat dan menyembuhkan lukanya.
"A Xia. bangunlah. Kita sudah sampai di satu desa"
kata Han Cia Sing kepada Ma Xia yang tengah tertidur di
punggungnya. Ma Xia bangun sambil mengerjapkan
matanya, berusaha memandang sinar matahari yang telah
bersinar terang.
"Cia Sing. kita sekarang berada di manakah?" tanya
Ma Xia.
"Aku tidak tahu. Semalaman aku berlari menuju
selatan. Entah kita sudah tiba di desa apa ini. Mungkin kita
bisa menanyakannya kepada penduduk desa" jawab Han Cia
Sing.
Ma Xia turun dari punggung Han Cia Sing dan
berjalan tertatih-tatih. Pergelangan kakinya yang luka masih
bengkak dan biru sehingga tidak bisa berjalan cepat. Han
Cia Sing melihat seorang nenek tua serta cucu
perempuannya tengah menjemur kulit domba di depan
sebuah rumah dan segera datang menghampiri. Nenek tua
itu menatapnya dengan curiga karena Han Cia Sing masih
memakai pakaian suku Tonghu.
"Nenek, aku ingin bertanya desa apakah ini
namanya?" tanya Han Cia Sing sambil membungkuk
dengan hormat.- 293 Nenek itu semakin terkejut melihat Han Cia Sing bisa
berbahasa Han dengan fasih sekali.
"Siapakah kau anak muda dan ada keperluan apa?"
tanya nenek itu.
"Namaku Han Cia Sing dan itu temanku Ma Xia.
Kami berdua sedang dalam perjalanan menuju selatan ketika
temanku jatuh dari kuda dan kakinya terluka. Kami ingin
tahu apakah ada seorang tabib di desa ini dan apakah nama
desa ini?" jelas Han Cia Sing dengan sopan.
Nenek itu memandangi Han Cia Sing dan Ma Xia
berganti-gantian dan memutuskan bisa mempercayai dua
orang remaja yang kelihatan baik-baik ini.
"Desa ini adalah desa Pei-An" kata nenek itu sambil
memeluk cucu perempuannya.
"Desa Pei-An?" kata Han Cia Sing setengah tidak
percaya.
Dulu lima tahun yang lalu. Han Cia Sing diantar dua
pelayannya menuju utara melewati desa kecil Pei-An tempat
ibunya dulu berasal. Ia bahkan sempat tinggal semalam di
rumah kepala desa Pei-An yang bernama Luo Wen. Ketika
itu Han Cia Sing sedang dalam suasana hati yang tidak baik
dan lelah karena perjalanan jauh sehingga tidak terlalu
memperhatikan desa ini. Kini tak disangka-sangka ia tiba
kembali di desa Pei-An lima tahun kemudian.- 294 Setelah mengucapkan terima kasih kepada nenek tua
itu. Han Cia Sing menggandeng Ma Xia berjalan menuju
kediaman kepala desa Luo Wen. Nenek tua itu mengatakan
kepala desa Luo Wen juga mampu mengobati luka-luka
sehingga Han Cia Sing memutuskan membawa Ma Xia
menemuinya. Han Cia Sing masih ingat bahwa rumah
kepala desa terletak di ujung desa Pei-An sehingga tidak
perlu bertanya lagi kepada penduduk desa. Ketika tiba di
depan rumah kepala desa Luo Wen. Han Cia Sing berhenti
sejenak, ia merasa seolah-olah baru kemarin masuk rumah
kepala desa itu dan menginap di sana. Waktu berjalan cepat
sekali sehingga tidak terasa sudah hampir lima tahun
terlewati.
Ma Xia yang merasa heran melihat tingkah Han Cia
Sing, tidak dapat menahan dirinya untuk tidak bertanya.
"Cia Sing mengapa engkau termenung di depan
rumah ini?"
"Ah tidak ada apa-apa. Lima tahun lalu dalam
perjalanan ke utara, aku pernah mampir di rumah kepala
desa Pei-An ini" jelas Han Cia Sing.
"Benarkah? Jika demikian kau mengenal kepala desa
ini?" tanya Ma Xia.
Han Cia Sing mengangguk pelan. Kata kenal
mungkin kurang tepat, lebih tepat bila disebut pernah tahu.
Ia hanya semalaman saja menginap di rumah Luo Wen
sehingga mungkin sekarang ia sudah lupa pada Han Cia- 295 Sing. Apalagi Han Cia Sing sudah tumbuh dari seorang anak
menjadi seorang remaja yang gagah, pastilah tidak mudah
dikenali lagi.
Han Cia Sing mengetuk pintu rumah Luo Wen
beberapa kali. barulah kemudian pintu itu dibukakan oleh
seorang gadis sepantaran Han Cia Sing. Hal ini tentu saja
mengejutkan Han Cia Sing yang tidak mengira bakal
dibukakan pintu oleh seorang gadis, apalagi wajah gadis itu
begitu sejuk bagaikan embun pagi padang rumput. Matanya
berukuran sedang, hidungnya mancung dan pipinya merah
sekali. Rambutnya hitam legam digelung ke atas dan diikat
dengan kain sederhana. Pakaiannya juga hanya kain biasa
saja tanpa perhiasan apa-apa. tapi sanggup membuat Han
Cia Sing benar-benar kehilangan kata-kata.
"Tuan. anda mencari siapakah?" tanya gadis muda itu
dengan heran. Ia tampaknya juga keheranan melihat
sepasang remaja berpakaian suku Tonghu di desa Pei-An
ini. Suku Tonghu termasuk suku-suku yang berada jauh di
utara sehingga sangat jarang terlihat di kawasan Pei-An.
yang dekat daerah Chi Feng yang merupakan wilayah
Tembok Besar. Di sini kekuasaan kerajaan Tang masih
terasa sehinga suku-suku liar di utara tidak berani bertindak
macam-macam dan tetap menjaga jarak aman dengan
pasukan kerajaan Tang.
"Kami mencari kepala desa Luo Wen" kata Han Cia
Sing setelah hilang rasa terkejutnya. Ma Xia sendiri merasa- 296 heran melihat sikap Han Cia Sing yang tidak seperti
biasanya itu.
"Ah. engkau mencari kakekku?" tanya gadis itu lagi.
"Jadi engkau cucu tetua Luo Wen?" Han Cia Sing
balik bertanya.
"Ya, aku Luo Yuan. Cucu kepala desa Luo Wen" kata
gadis yang bernama Luo Yuan itu dengan tersenyum ramah
sehingga membuat Han Cia Sing semakin gugup dan salah
tingkah.
"Kami, aku Ma Xia dan temanku Han Cia Sing
bermaksud mencari kepala desa untuk mengobati luka
pergelangan kakiku" kata Ma Xia mendahului karena sudah
tidak sabaran melihat Han Cia Sing yang terbengong saja.
"Kalau begitu silakan masuk. Kakekku sebentar lagi
kembali" kata Luo Yuan sambil mempersilakan Han Cia
Sing dan Ma Xia masuk.
Ternyata ruangan dalam rumah itu hampir sama
sekali tidak berubah seperti yang diingat oleh Han Cia Sing.
Sepertinya ia baru saja meninggalkan tempat ini kemarin.
"Nona Luo. boleh aku tahu di mana keluarga tetua
Luo yang lain?" tanya Han Cia Sing kepada Luo Yuan.
"Maksud tuan Han?" tanya Luo Yuan tidak mengerti.
"Dulu sekitar lima tahun yang lalu aku pernah
menginap semalam di rumah tetua Luo ini dalam perjalanan- 297 menuju utara. Saat itu di rumah ini ada seorang nenek dan
seorang ibu lagi, kukira mereka adalah istri dan anak tetua
Luo" jelas Han Cia Sing.
"Oh. bukan. Mereka adalah saudara jauh kakekku
yang ikut membantu mengurus rumah ini. Dua tahun lalu
mereka pindah ke selatan ketika aku kembali ke tempat
kakekku ini. Dulu waktu aku masih kecil aku tinggal di
utara, kemudian dua tahun lalu kakekku datang menjemput
dan mengajakku tinggal di sini" kata Luo Yuan
menjelaskan.
Han Cia Sing mengangguk mengerti sambil
membantu Ma Xia duduk di sebuah kursi kecil di pojok
ruangan. Ma Xia mengurut-urut pergelangan kakinya untuk
meredakan rasa nyeri yang menyerang.
"Astaga nona Ma, tampaknya luka di pergelangan
kakimu cukup parah. Aku akan mengambil ramuan pereda
bengkak untuk menghilangkan rasa sakitnya" kata Luo
Yuan ketika melihat pergelangan kaki Ma Xia yang biru.
Gadis itu segera masuk ke dalam kamar dan keluar
sebentar kemudian sambil membawa sejenis ramuan
tumbuhan yang telah ditumbuk halus. Luo Yuan
mengurapkan ramuan itu ke sekeliling pergelangan kaki Ma
Xia yang membiru. Ramuan itu terasa dingin dan
menyejukkan sehingga rasa nyeri perlahan-lahan
menghilang. Ma Xia mengucapkan terimakasih kepada Luo- 298 Yuan dan kini ia bisa berbaring dengan lebih nyaman setelah
kakinya tidak lagi terasa terlalu nyeri.
Han Cia Sing memanfaatkan waktu menunggu tetua
Luo Wen kembali dengan membantu Luo Yuan
mempersiapkan kayu bakar untuk memasak makan siang.
Pengalamannya memotong kayu bakar di benteng Teng
sungguh amat berguna sekarang. Sebentar saja Han Cia Sing
telah berhasil mengumpulkan setumpuk tinggi potongan
kayu bakar sehingga Luo Yuan memujinya sangat cekatan.
Luo Yuan memasak masakan istimewa bagi kedua
tamu muda itu. Tampaknya Luo Yuan yang jarang sekali
bertemu dengan teman sebayanya, sangat senang menerima
kedatangan Han Cia Sing dan Ma Xia. Tapi meskipun


Rimba Persilatan Naga Dan Harimau Lung Hu Wu Lin Karya Chen Wei An di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disebut istimewa untuk ukuran desa Pei-An tetap saja hanya
sayur biasa untuk ukuran Tien Huo Hui yang terbiasa makan
enak dan melimpah. Masakan siang itu hanya beberapa
potong tahu dan dua macam sayuran serta bubur kacang,
jauh sekali dibandingkan menu Tien Huo Hui yang minimal
ada lima macam daging dan tiga macam sayuran. Untunglah
perut Ma Xia sudah begitu lapar sehingga tidak sempat lagi
mengeluh. Han Cia Sing sendiri sudah biasa hidup
sederhana sehingga makanan seperti apapun juga ia tidak
pernah mengeluh.
Sambil makan dengan lahapnya, Ma Xia kembali
teringat pertempuran semalam denga Si Ta Hao Ren. Ia
penasaran sekali bagaimana Han Cia Sing bisa menguasai
ilmu Guo Yin Sen Kung dalam sekejap.- 299 "Cia Sing, aku ingin bertanya kepadamu, apakah
selama ini engkau mempunyai seorang guru yang
mengajarimu ilmu silat?"' tanya Ma Xia.
Han Cia Sing menggeleng. Mulurnya masih penuh
dengan bubur kacang sehingga agak susah menjawab
pertanyaan Ma Xia.
"Tidak, aku tidak pernah mempunyai guru" kata Han
Cia Sing.
"Lalu di mana engkau belajar ilmu aneh itu? apa
namanya eh Shi Sui Yi Cin Cing ya? seperti dikatakan
paman Shi?" tanya Ma Xia penasaran.
Han Cia Sing agak ragu-ragu sedikit menceritakan
pengalaman di lubang gua serigala kepada Ma Xia, karena
bagaimanapun juga ia adalah anak seorang ketua Tien Huo
Hui. Hanya saja selama ini Han Cia Sing bisa melihat hati
dan sikap Ma Xia jauh berlainan sekali dengan ayah dan
kakaknya di Tien Huo Hui.
"Suatu kali saat menggembalakan domba-domba
tetua Chou Luo. Aku dikejar oleh segerombolan serigala dan
akhirnya terjatuh ke dalam gua di bawah tanah. Di sanalah
aku belajar jurus-jurus yang tergambar di langit-langit gua
selama beberapa bulan, kemudian memberanikan diri
mencari jalan keluar melalui sungai bawah tanah. Aku
berhasil keluar dan pingsan di tepi sungai kemudian dibawa
menuju kemah Tien Huo Hui. Cerita selanjutnya engkau
sudah tahu" jelas Han Cia Sing kepada Ma Xia.- 300 "Jadi engkau tidak ada yang mengajari?" tanya Ma
Xia setengah tidak percaya pada keterangan Han Cia Sing.
"Aku pernah sekali diajari oleh paman Lu Xun Yi.
seorang biksu senior dari biara Shaolin, tapi beliau sama
sekali tidak mengatakan apa-apa bahwa ilmu itu adalah ilmu
silat yang dahsyat" kata Han Cia Sing lagi.
Mereka kemudian terdiam kembali sambil
menghabiskan makanan yang tersisa di atas meja dengan
lahap. Luo Yuan kembali dari dapur membawa semangkuk
besar bubur kacang untuk mereka lagi. Kelihatannya Luo
Yuan tahu Han Cia Sing dan Ma Xia benar-benar kelaparan.
Mereka berdua beristirahat sampai sore sambil
menunggu kedatangan tetua Luo Wen. Sungguh enak
rasanya bisa beristirahat dengan tenang setelah beberapa
hari dikejar-kejar terus oleh aliran Tien Huo Hui. Bahkan
Ma Xia langsung tertidur dengan nyenyak di kursi beberapa
saat setelah makan siang. Han Cia Sing sendiri memulihkan
tenaga dengan berlatih ilmu Shi Sui Yi Cin Cing di ruang
depan. Ia kini sudah menyadari ilmu itu adalah ilmu hebat
luar biasa, yang bisa menyembuhkan tenaganya hanya
dalam beberapa hembusan napas saja. Bahkan luka-luka
dalam pun dapat disembuhkan dengan cepat oleh ilmu Shi
Sui Yi Cin Cing ini.
Matahari sudah condong ke barat ketika akhirnya
terdengar suara langkah kaki di depan pintu. Seorang kakek
tua botak memakai baju sederhana dengan wajah yang sudah- 301 keriput semua membuka pintu rumah. Ia tidak lain adalah
kepala desa Pei-An bernama Luo Wen yang tengah dinantinanti oleh Han Cia Sing dan Ma Xia. Kepala desa Luo Wen
tampak terkejut sekali melihat ada seorang pemuda
berpakaian suku Tonghu tengah duduk bersila di dekat
perapian kamar depan.
"Eh. siapakah anda?" tanya Luo Wen dengan heran
dan curiga memandang Han Cia Sing.
"Tetua Luo Wen, namaku Han Cia Sing. Sekitar lima
tahun yang lalu. aku pernah singgah di rumah anda dalam
perjalanan menuju benteng Teng" kata Han Cia Sing sambil
segera berdiri menyambut kedatangan Luo Wen.
"Benarkah?" tanya Luo Wen ragu-ragu sambil
menatap Han Cia Sing yang memakai pakaian suku Tonghu
dengan pandangan curiga. Memang Han Cia Sing remaja
sudah jauh berbeda dengan keadaannya lima tahun lalu.
Apalagi ia hanya menginap satu malam satu di rumah Luo
Wen. Untunglah saat itu Luo Yuan masuk ke rumah setelah
memberi makan ayam dan kambing mereka di halaman
belakang, la tampak sangat gembira melihat kedatangan
kakek Luo Wen dan segera menyambutnya.
"Ye-ye (kakek), engkau sudah kembali! Ini Han Cia
Sing dan seorang gadis lagi bernama Ma Xia tengah terluka
menunggu pertolongan Ye-ye" kata Luo Yuan sambil
memeluk lengan Luo Wen dengan manja. Tampaknya ia
amat dekat dengan kakeknya itu.- 302 "Siapa yang terluka?" tanya Luo Wen lagi. Wajahnya
berubah aneh.
"Namanya Ma Xia. Ia temanku. Pergelangan kakinya
terluka dan kami mendengar tetua Luo Wen bisa meng..."
Belum selesai Han Cia Sing berkata-kata, tiba-tiba
Luo Wen sudah membentaknya dengan suara menggelegar
sehingga Luo Yuan yang berdiri di sampingnya melompat
Trio Detektif 18 Misteri Rumah Yang Mengkerut Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy Pendekar Naga Putih 39 Putera Harimau

Cari Blog Ini