Ceritasilat Novel Online

Mencari Tombak Kiai Bungsu 13

Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan Bagian 13



Demak. Mereka menduga kedua wanita muda itu sengaja datang

dengan maksud menghibur kedua adik Raden Trenggana itu, maka

timbul niatnya mengganggu lebih dahulu



- Eh, apa maksudmu?-



Mirah Sekar kembali bertanya.



- O, kau jangan pura-pura bodoh.



Jawab penjaga itu pula dengan tertawa.



- Jangan anggap kami tidak tahu kalian datang

kemari ingin menemui Pangeran Mukmin dan Pangeran Timur, bukan? Nah, nah, kalian rupanya juga belum tahu. Kami berdua adalah orang kepercayaan mereka. Maka sebelum kalian berdua menghadap kedalam, kalian harus mau menemani kami tidur malam ini.

Itu biasa....... kalau tak percaya tanyakan kawan-kawanmu yang

pernah datang kemari....



Tapi rupanya nasib sial menghampiri penjaga itu. Sebab sebelum ia berkata lebih jauh, Ken Rati yeng telah menangkap maksud

perkataan penjaga itu telah bertindak sebat. Kedua tangannya bergerak cepat dan pukulan gadis itu menghujani penjaga tadi dengan

hebatnya.



(Bersambung Jilid 10)





*******





Mencari Tombak Kiai Bungsu



Karya RS Rudhatan



Jilid 10



Cetakan Pertama 1976



Gambar Luar : Wid Ns



Gambar Dalam : Wid Ns



Penerbit : Muria



Yogyakarta



Hak Cipta dilindungi Undang Undang



*****



Buku Koleksi : Aditya Indra Jaya



(https://m.facebook.com/Sing.aditya)



Juru Potret : Awie Dermawan



(https://m.facebook.com/awie.dermawan)



Edit Teks dan Pdf : Saiful Bahri Situbondo



(http://ceritasilat-novel.blogspot.com)



Back up file : Yons



(https://m.facebook.com/yon.setiyono.54)



(Team Kolektor E-Book)



(https://m.facebook.com/groups/1394177657302863)



*******



- GILA, mulutmu amat kotor.



Ken Rati marah dan menyerang penjaga itu tanpa memberi kesempatan membela diri.

Maka tak ampun muka penjaga itu jadi sasaran pukulan si gadis

yang cepat dan kuat.

Dan Ken Rati menggerakkan kaki pula, maka



- buk!



Tubuh penjaga itu tersungkur mencium tanah dan menggerang kesakitan.



- Aduh ! Aduh Ugh ! kau.ugh!



Kawan penjaga itu kaget melihat tindakan Ken Rati. bengong

ketakutan. Ia tak bergerak dengan mata mendelik.

Ken Rati bergerak pula, dan sekali tangannya menyambar, kepala penjaga itupun kena dipegang dan segera muka itu bengkak

dan biru akibat pukulan Ken Rati yang marah, dan dibanting menyusul temannya yang masih menggerang kesakitan.

Namun rupanya mendengar suara-suara kesakitan dan suara

Ken Rati yang mengumpat keras, muncul puluhan orang prajurit

ditempat itu. Mereka kaget melihat kedua wanita yang telah membikin kedua penjaga regol itu tak berkutik dengan sekali gebrakan.

Maka prajurit-prajurit itu mengepung dengan senjata mengancam.

Mirah Sekar mundur, ia dekati Ken Rati dan bersiap menghadapi para prajurit itu.



- Kau terburu napsu Rati. kita jadi repot sekarang.



- Ah, mereka pantas dihajar begitu!-



Ken Rati membantah perkataan.



Ketika itulah loncat kemuka seorang diantara prajurit yang

mengepung, rupanya pemimpinnya.



- Kalian siapa ?



Tanya Prajurit itu.



- Sungguh berani

mati mengganggu istana pada saat begini. Nah, menyerahlah agar

kami tak kesalahan tangan membunuh kalian yang masih muda.



Mirah Sekar girang. Dengan ditanya ia merasa mempunyai alasan menjelaskan perkara itu. Maka ia membungkuk memberi hormat dan berkata



- Maafkan kami kisanak, bukan kami bermaksud mengganggu kalian atau mengganggu siapapun disini. Kami adalah pejalan

jauh yang bermaksud menghadap tuanku Trenggana, tetapi kedua

penjaga itu telah berkata kasar dan tak sopan, sehingga adikku marah dan lupa diri memukul mereka.-



- Adikmu memukul mereka ?-



Prajurit itu bagai tak percaya. Ia menatap Ken Rati dengan pandang tak percaya.



Gadis semuda itu?



Pikirnya. Tetapi melibat roman muka para prajurit yang

telah tak berdaya itu ia harus mempercayai juga. Maka orang itu

memerintahkan prajurit yang mengepung untuk mundur.



- Kalian siapa dan ada kepentingan apakah mencari Tuanku

Trenggana ?



Tanyanya kemudian.



Mirah Sekar tersenyum, ia maju dan sambil masih dengan sikap menghormati ia berkata pula



- Ya, kami mencari tuanku Trenggana. Tentu saja ingin menyumbangkan darma bakti. Bukankah Demak bermaksud menyerang

ke tlatah timur ?



Prajurit itu heran juga mendengar jawaban yang demikian, tetapi setelahnya mengetahui kemampuan dua wanita itu, terbit juga

kepercayaan disamping rasa kagum dihati.



- Tapi sayang, sayang sekali. -



Jawab Prajurit itu kemudian



- Tuanku Trenggana telah berangkat membawa tentara Demak ketimur. Kalau kalian ingin menyusul. boleh dan sesukamu.



Mirah Sekar berpandangan sejenak dengan Ken Rati. Dugaan

mereka terbukti. Tentara Demak telah berangkat ke timur



- Yang tinggal di istana ?-



Sekar bertanya.




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


- Hanya tuanku Mukmin berdua Pangeran Timur.-



- Kalau demikian, tolong antarkan kami menghadap.



Kepala prajurit itu terdiam beberapa saat. Hatinya diliputi

kebimbangan. Menurut perintah yang diterima ia dilarang membawa orang asing yang tidak berkepentingan untuk masuk menghadap diistana. Akan, tetapi melihat kedua wanita muda itu, entah

apa pula yang menyebabkan, timbul kepercayaan dalam hatinya.

Make setelah menimbang-nimbang akhirnya berkata



- Baik, kalian ikuti kami !



Mirah Sekar tersenyum dan menggamit Ken Rati untuk mengikuti langkah prajurit-prajurit yang mengiringkan memasuki istana.



Munculnya kedua wanita muda diiringkan oleh kepala prajurit itu membuat kaget dan heran Pangeran Mukmin.



- Kalian ingin bertemu dengan kakanda Trenggana?



Tanya Pangeran itu.

Mirah Sekar mengiyakan.



Pangeran Mukmin dengan sikap curiga berkata



- Ada kepentingan apakah



Mirah Sekar menoleh menatap Ken Rati. Ketika gadis itu mengangguk barulah ia berkata



- Kami adalah orang-orang dusun yang jauh dari Kotaraja

ini tuanku. Hamba sendiri sesungguhnya ingin mencari seorang prajurit tuanku yang bernama Sentanu, yang menurut pendengaran

hamba berada di Demak...



- Sentanu ?!



Pangeran Mukmin kaget. Bahkan Pangeran Timur yang ada didekatnya tak kurang pula kagetnya.



- Jadi..

jadi

kau mencari Sentanu ?



Mirah Sekar menjadi gugup juga. Tak diduganya kedua bangsawan itu akan kaget mendengar perkataannya. Hatinya berdebar.

Terasa ada sesuatu yang tidak sewajarnya dalam sikap kedua pangeran itu. Namun Sekar tak memperlihatkan perasaan heran dan

curiga itu. Ia lanjutkan perkataannya



- Dan ini adik hamba tuanku, ia sengaja datang ke kotaraja

untuk mencari ayahnya_



- Siapa pula ini ?

Siapa yang kau cari ? -



Pangeran Mukmin

bertanya.



- Hamba sendiri masih belum mengetahui tuanku.



Jawab

Ken Rati.



- Hanya menurut kakek, ayah hamba itu berada di Demak, menjadi prajurit tuanku



Diam-diam Pangeran Mukmin tercengang dan kaget. Semula

ia telah merasa aneh dua wanita muda itu memasuki istana bahkan telah merobohkan penjaga. Dan kini menanyakan hal-hal yg

menurut kata hatinya aneh dan mengejutkan.



- Kalian jangan mengada-ada.-



Kata pangeran mukmin.



- jangan mencoba mengganggu Demak dalam keadaan demikian. Aku

bisa perintahkan agar kalian dihukum kisas.



- Ampun tuanku!



Mirah Sekar maju.



- Sekali-kali bukan kehendak kami melakukan yang demikian. Percayalah tuanku,

kami adalah orang padusunan yang tidak mempunyai niat buruk

terhadap tuanku.



Namun sementara itu kedua pangeran Demak itu diam-diam

mengagumi kecantikan Ken Rati dan Mirah Sekar. Ada getaran

aneh merayap dalam dada keduanya manakala pandangannya menatap kedua wanita muda itu. Lebih-lebih terhadap Ken Rati. Roman si gadis yang membayangkan keras hati ternyata masih kalah

oleh cahaya kecantikan muka itu.



- Jadi kau mencari ayahmu! Eh. kau katakan ia prajurit Demak ? Siapa ? katakan, tentu aku akan tahu kalau benar ia ada dalam lingkungan kaprajuritan Demak.



Kata Pangeran Mukmin

kemudian seraya matanya menatap dengan pandang menggoda.



- Ampun tuanku, menurut kakek hamba, benar ayah hamba

itu ada dalam lingkungan Demak, orang tua hamba adalah Raden

Sasadara, itu menurut keterangan kakek hamba, Tuanku.



- He, kau Aneh-



Sahut Pangeran itu, pula.



- Kau sebutkan

nama yang begitu asing. Tentu saja nama Sasadara tak akan ada dilingkungan prajurit Demak. Mungkin, aku bisa menolongmu dengan memanggil kepala prajurit dan menanyakan orang tuamu. Tetapi dengan nama Sasadara, aku sudah bisa memastikan bahwa nama itu bukan nama seorang prajurit Demak. Mungkin kau keliru,

atau kakekmu keliru menyebutkan.



Ken Rati Kaget mendengar jawaban demikian. Tapi ia lebih

percaya perkataan kakeknya. Maka dengan masih menatap pangeran itu ia berkata pula



- Tetapi tidak mungkin kakek hamba keliru tuanku. sebab

ayah hamba benar bernama demikian. Dulunya ia datang berguru

kepada kakek dan mengambil ibu hamba Ken Sanggit, lalu meninggalkan hamba sewaktu masih dalam kandungan.



- Ha... ha... ha... kau lucu!



Pangeran Mukmin tertawa.



- Tentu telah tertipu, juga ibumu. Sasadara tentu nama palsu. Ia

sengaja menipu kakek dan ibumu, lalu pergi meninggalkan kalian

secara pengecut. Dan kalau ia mengaku sebagai prajurit Demak

kemudian aku tahu siapa ,dia tentu kuhabisi nyawanya... ah... sadarlah, di Demak tak akan dapat kau temui orang itu.

Tidak mungkin!--



Ken Rati berdiri dan meradang.



- Kakekku tidak mungkin tertipu oleh ayah. Kakek adalah seorang

yang banyak berpengalaman, kakek tentu tahu kalau ayah seorang

jahat. Tidak !



Pangeran Mukmin kaget juga melihat tingkah gadis itu. Mukanya merah. Ia merasa tersinggung dengan kelakuan Ken Rati yang

dianggapnya tidak mengenal tata krama.



- Diam



Bentaknya dengan keras membuat Mirah Sekar

dan Ken Rati terkejut.



- Kalian jangan kurang ajar di tempat ini. Kalian tahu tengah

berhadapan dengan siapa ? Tahu bukan ? Kalian tengah berhadapan dengan penguasa Demak ?-



Ken Rati berpandangan dengan Mirah Sekar. Dan Sekar menggelengkan kepala perlahan memberi tanda agar Ken Rati tidak memancing keributan dengan Pangeran itu. Tetapi Ken Rati bertindak

lain. Ia berdiri dan maju lalu telunjuknya menuding Pangeran Demak itu sambil berkata:



- Sombong! Kau sombong mengandalkan kekuasaanmu. Jangan anggap kami jerih dengan gertakanmu.



- Gila! Kalian benar kurang ajar dan berani!



Bentaknya

kemudian.

Mirah Sekar cemas hati menyaksikan kemarahan itu. Ia tak

menghendaki yang demikian, sebab dengan sekali salah langkah

melawan kedua Pangeran itu ia bisa dicap memberontak dan jika

Raden Trenggana menganggap ia pemberontak, maka berbahayalah

jadinya.



- Maafkan tuanku. adik hamba kurang sopan terhadap tuan-

ku, ia masih terlalu muda. -




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Kata Sekar kemudian. Tapi yang diharap menjadi lain. Pangeran Timur yang sejak tadi berdiam membisu tiba-tiba berdiri dan menghampiri Ken Rati dengan sorot mata

marah. Namun Ken Rati tak bergerak, menanti apa yang akan dilakukan oleh Pangeran itu.



- Tahan!



Terdengar Pangeran Mukmin berseru mencegah hingga Pangeran Timur menahan langkah mendekati gadis itu.

Kemudian terdengar tepukan tangan Pangeran Mukmin. Bertepatan dengan itu muncul sepuluh pengawal bersenjata.



- Tangkap gadis itu !-



Perintahnya.

Kesepuluh pengawal bergerak maju. Tetapi hati mereka diliputi tanda tanya dengan perintah yang dirasa janggal itu. Seorang

gadis cantik yang nampak demikian lemah lembut disuruh tangkap

oleh kesepuluh pengawal?



Ah. Namun perintah telah dilakukan,

mereka tak lagi peroleh kesempatan berpikir ataupun menimbang-

nimbang. Tiga orang diantaranya bergerak menangkap lengan Ken

Rati. Sudah barang tentu gadis itu tak akan mau ditangkap dengan

cara begitu. Ia berkelit dengan sigap sekaligus kedua kepalan tangannya bergerak pula maka terdengar seruan-seruan kaget ketiga

pengawal yang tiba-tiba saja merasakan bahu mereka sakit dan panas.

Ketiganya tak menduga ketika tengah berusaha manangkap gadis itu Ken Rati melancarkan serangan menyerang bahu dan lengan

mereka. Dan akibat kecepatan serangan sigadis pengawal-pengawal

itu tak sempat berkelit hingga rasa sakit disertai panas pada bahu

tiba-tiba saja hinggap. Ketiganya meringis dan melangkah mundur

dengan heran.

Pengawal lain yang menyaksikan kejadian itu tak kurang pula

kagetnya. Mereka tanpa diperintah bergerak pula maju dan mengepung.

Mirah Sekar melihat gelagat yang tidak menguntungkan cepat

menggamit Ken Rati seraya ia melompat maju dan mengangkat tangan berkata :



- Tahan! Kalian jangan salah paham. Kami bukan penjahat

yang harus ditangkap. Kami menghadap tuanku Trenggana dengan

maksud mencari Suamiku Sentanu.



Kagetlah para pengawal mendengar pengakuan itu. Demikian

juga kedua Pangeran yang tadi tidak terlalu memperhatikan.

Siapa

tidak mengenal Sentanu?



Maka pengawal-pengawal itu semakin ragu untuk menyerang.



- Ada hubungan apa kau dengan Sentanu ? Jangan mengecoh

dan mencoba mengelabuhi kami.



Pangeran Timur membentak

dengan keras.

Mirah Sekar tertawa. Timbul marahnya .orang Demak itu tak

percaya bahkan menuduh ia berdusta. Namun ditahan marahnya

dengan tertawa.



- Sudahlah tuanku. kami boleh tidak dipercayai, semula maksud kami adalah ingin menghadap tuanku Trenggana. Dan karena

Tuanku tidak berada di istana, ijinkan kami keluar tanpa diganggu.

Kami akan menyusul tentara Demak ketimur.



- Enaknya kau bicara!



Pangeran Timur tertawa.

- Kalian telah berani bersikap kurangajar diistana, harus berani pula

membayar kekurang ajaranmu itu,_



Para pengawal yang mendengar perkatan itu kaget. Apalagi

melihat kerling mata Pangeran itu, mereka tahu pangeran itu memendam niat jahat kepada kedua wanita muda itu. Hampir setiap

prajurit telah mengetabui watak kedua Pangeran yang gemar dengan gadis-gadis muda.



- He, mengapa kalian mematung ?! Hayo tangkap dan masukkan mereka kedalam kurungan.



Pangeran Mukmin berseru.

Para pengawal kaget. Mereka masih diliputi keraguan untuk

turun tangan. Kalau benar wanita itu adalah orangnya Sentanu, mereka bisa membayar mahal untuk menebus perbuatannya.



- Gila! Kalian berani menentang perintah ha?!-



Pangeran

itu berseru keras membuat para pengawal cepat bergerak dan menyerang Sekar berdua Ken Rati. Berkelebatan senjata mereka.

Namun kedua wanita yang cukup tangguh dalam ulah kanuragan itu tidak menjadi gentar. Keduanya beradu punggung dan bergerak menghindar dari kepungan senjata para pengawal. Terdengarlah kemudian gemerincing suara senjata yang beradu diantara mereka.

Namun para pengawal yang semakin sadar bahwa orang-orang

yang hendak ditangkap ternyata berilmu, tidak lagi ragu. Mereka

mengepung semakin rapat dan menggerakkan senjata dengan gencar. Sedang yang diserang masih berloncatan mengelakkan babatan

senjata lawan yang meluruk dari berbagai arah.

Sampai beberapa lama kepungan itu masih belum mampu mendesak kedua lawannya, dan Mirah Sekar sejak semula telah berpesan pada Ken Rati untuk tidak melukai para pengawal, menjadi

berubah pikiran..



Sekalipun keduanya tak mungkin dapat disentuh

senjata, namun untuk lolos dari kepungan tak mungkin tanpa merobohkan mereka. Itupun akan memakan waktu yang cukup lama.

Maka berpikir demikian, Mirah Sekar berkata:



- Keluarkan senjatamu!



Dan Mirah Sekar mencabut keluar pedang yang sejak tadi ia sembunyikan dibalik baju. lalu gunakan senjata itu untuk menangkis senjata lawan-lawannya. Demikian

pula Ken Rati mencabut badiknya yang terselip dipinggang, lalu balas menyerang para pengawal. Maka terjadilah benturan-benturan

senjata



- Trang ! Trang !



Diantaranya terlempar

dengan keras

akibat-akibat gempuran senjata kedua wanita muda itu.



Para pengawal yang senjatanya terlepas melompat mundur. Tapak tangan mereka terasa sakit dan panas. Namun sementara itu

Ken Rati dan Mirah sekar bergerak lebih cepat. Tentu saja kemampuan para pengawal yang jauh dibawah kepandaian keduanya dengan mudah menyudutkan mereka sendiri. Akibatnya dalam waktu

cepat kepungan mengendor. Kesempatan itu dengan tanpa berunding, digunakan oleh Sekar dan Ken Rati untuk lompat keluar

dari kepungan.

Dalam pada itu Pangeran Mukmin dengan saudaranya kaget

sebab Ken Rati dan Mirah Sekar dalam waktu bersamaan telah loncat kearah mereka dengan senjata telanjang.



- He, tahan!



Pangeran Mukmin berseru dengan kaget,

membuat Sekar dan Ken Rati merandek lalu berdiri menatap tajam

kearah kedua pangeran itu.

Pangeran Mukmin maju. Semula ia ingin menghindar dari kedua gadis itu. Tetapi ketika matanya melihat sesuatu.

Pangeran Mukmin kaget dan heran melihat Ken Rati memegang badik, sebab senjata itu mirip benar dengan milik Raden

Trenggana.



Maka ia berseru keras :



- Tahan! Kau tentu penjahat yang sengaja mencari dalih

untuk memusuhi kami.



- Huh -



Ken Rati mendengus lewat hidung.

Tapi Pangeran Mukmin tertawa,



- Jangan ingkar. Kau membawa-bawa badik milik Kanda

Trenggana, kalau bukan karena kau mencurinya, tentu kau peroleh

dengan licik dan curang.



Ken Rati kaget.



- Gila ! Siapa bilang aku mencuri. Ini adalah senjata pemberian kakekku!



- Ha... ha... ha... kau jangan mencoba menipu kami. Kami

tahu satu-satunya orang Demak yang memiliki cudrik semacam itu

hanyalah Kanda Trenggana, Sultan Demak. Bagaimana kau berani

tidak tahu malu

mengaku pemilik senjata itu !-



Ken Rati melototkan mata dengan marah. Ia tudingkan badik

yang dibawanya sambil berkata keras:



- Kalian memang sombong dan gegabah. Jangan anggap aku

takut karena kalian penguasa Demak. Ketahuilah kakekku Mpu Sugati tak akan sembarangan memberikan badik ini kalau ia benda

curian



Dan Ken Rati menghentikan kata-katanya dengan tiba-tiba.

Terbuka pikirannya. Ia ingat kakeknya berpesan dalam ia mencari

orang tuanya badik itulah sebagai tanda bukti ia sebagai anak jika

ayahnya berhasil diketemukan. Sebab Mpu Sugati telah sengaja membuat dua badik kembar. Satu diberikan kepada Raden Sasadara, sedang sebuah lagi kembaran senjata itu diberikan Ken Sanggit yang

kemudian menyerahkan pada Ken Rati. Gadis itu ingat pesan Mpu


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Sugati agar ia memperlihatkan badik itu manakala bertemu dengan

orang yang dicari. Maka mendengar Pangeran Mukmin menyebut

badiknya adalah milik Raden Trenggana, Ken Rati berdebar.



- Jadi Raja Demak itukah orang yang dicari. Jadi, raja Demak itu

ayahnya?



Ken Rati ragu-ragu.

Sementara itu Pangeran Mukmin dengan Pangeran Timur pun

tak kurang kagetnya. Begitu Ken Rati menyebut Mpu Sugati sebagai

kakek sadarlah keduanya. Raden Trenggana pernah menceritakan

bahwa ia memperoleh badik pusaka adalah dari seorang linuwih

bernama Mpu Sugati. Maka keduanya berpandangan. Timbul dugaan

dan keyakinan bahwa Ken Rati yang tengah mencari ayah itu adalah

anak dari Raden Trenggana, kakanda mereka sendiri.



- Ken Rati, lekas kita keluar dari tempat ini!-



Mirah Sekar

berbisik melihat Ken Rati ragu-ragu. Dan Ken Rati sadar. Ia tak

menyahut tetapi loncat pergi kemudian dikuti olch Mirah Sekar.

Tak seorangpun pengawal yang mencegah. Lebih-lebih ketika

kedua Pangeran tak memerintahkan mengejar. Hingga keduanya lolos

dari istana dengan selamat.



- Mereka kabur !



Pangeran Timur sadar.



- Biarkan adimas.-



Jawab Pangeran Mukmin. Lalu-ia memberi isyarat kepada para pengawal untuk meninggalkan mereka berdua.



- Kau tahu apa yang terjadi adimas?--



Tanya Pangeran Mukmin ketika para pengawal telah keluar dari ruangan itu.



- Jadi benar gadis itu anak turun Kakanda Sultan ?-



Jawab

Pangeran Mukmin pula.

itu.



- Aku merasa benar ia adalah anak Kakanda Trenggana. _



- Menitik dari perkataannya, lagi pula senjata yang dibawanya

Kalau benar, ia akan merepotkan kita.



Gumam Pangeran mukmin pula.



- Lalu ?



- Kita halangi pertemuan gadis itu dengan Kanda Trenggana-.



- Tidak mungkin, gadis itu berilmu tinggi, kita berduapun belum tentu dapat mengalahkan.



- Jangan dilawan dengan kekerasan !



- Ha ?-



- Aku akan menyusul Kanda Trenggana mendahului gadis itu

dan katakan bahwa gadis itu telah mengacau istana dan tengah berusaha menipu dengan mengaku-aku sebagai anak kanda Trenggana



Pangeran Timur mengangguk-anggukkan kepala



- Rencana bagus.



Sahutnya kemudian.



- Kalau demikian

secepatnya Kanda meninggalkan istana sebelum gadis itu mendahului bertemu dengan kanda sultan.



- Aku segera bersiap, kau berhati-hati diistana adimas.



Kedua saudara itu segera melakukan apa yang mereka rundingkan itu. Adalah tidak mengherankan jika mereka menjadi tak senang

jika Ken Rati bertemu dengan Raden Trenggana. Sebab diam-diam

kedua pangeran itu memendam niat untuk dapat mewarisi tahta

Demak. Jadi manakala Trenggana mengenal Ken Rati yang ternyata

berilmu tinggi, sama dengan artinya ia menambah jumlah musuh yang

akan menghalangi niatnya.

Maka Pangeran Mukmin dengan tiga orang pengawal beranghat

meninggalkan Demak menuju tlatah Timur menyusul Raja Demak

yang sedang berusaha merebut beteng terakhir Negri Majapahit di

Supit Urang.



Pangeran Mukmin merasa yakin dengan perkataannya ia akan

dapat mempengaruhi Raden Trenggana. Sebab sejak lama Raja Demak itu telah menaruh kepercayaan besar kepadanya. Demikian

pula kepada Pangeran Timur hingga ia mendapat kekuasaan memerintah Demak bagian selatan. Sedang kepada Pangeran Timur,

Raden Trenggana memberikan kepercayaan menguasai Kadipaten

Madiun yang telah menjadi wilayah Demak pula.

Sementara itu dalam usaha mempertahankan tlatah Majapahit

dan kebesaran Negri itu, Prabu Udhara telah menyerahkan sepenuhnya kepada Rangga Permana. Dan hanya daerah Sengguruh Supit

Urang sajalah yang masih mampu bertahan dari kekuatan Demak.

Menurut catatan riwayat, satu demi satu daerah-daerah di tlatah

timur jatuh kedalam pengaruh dan kekuasaan Demak. Majapahit

semakin terdesak dan sempit wilayahnya. Pengaruh kebesaran Demak telah merembes sampai jauh kedalam kekuasaan Majapahit.

Tinggallah daerah Sengguruh Supit Urang dan sebagian wilayah

Pasuruan yang masih belum berhasil dihancurkan oleh tentara Demak. Maka Rangga Permana telah menarik seluruh kekuatannya

untuk bertahan dibeteng terakhir yang masih aman dari gangguan

kekuatan lawan. Bahkan Pangeran Madi Alit telah berada pula

dalam barisan Majapahit di Supit Urang bersama-sama dengan

tokoh-tokoh Majapahit lain.

Dan sementara itu pula, Raden Trenggana yang telah membawa

tentaranya ke timur, dalam sepanjang perjalanannya telah berhasil menguasai

daerah timur yang lain. Tentara Demak datang bagai air

bah menyapu bersih segala yang menghalang di jalan. Satu demi satu

tentara itu merebut kekuatan lawan. Dapatlah dipastikan Majapahit

dalam beberapa saat lagi akan hanyut bersih pula oleh membanjirnya

tentara Demak. Dari darat orang Demak maju ke timur dan menjepit

daerah kekuatan lawannya, sedangkan dari laut muncul tentara Banten yang telah dikirimkan oleh Sultan Banten membantu gerakan

Demak membersihkan negri-negri yang dianggapnya masih kafir.

Dua kekuatan besar, Demak dan tentara Banten yang bergabung terlihat sebagai kekuatan yang tak terpatahkan. Lebih-lebih

Banten yang memiliki kecakapan tempur dan keberanian bermain

senjata telah membikin gentar tentara Majapahit yang semenjak lama runtuh keberanian dan hilang kepercayaan pada diri sendiri.

Maka dengan mudah Demak merembes ke timur dan merebut satu

demi satu wilayah negri itu. Dengan kemenangan-kemenangan yang

berhasil dicapainya, tentara Demak semakin bertambah semangat .

Bahkan ratusan tawanan perang berhasil pula di tangkap.

Maka dengan kejadian itu daerah -daerah Majapahit yang berada

diluar Kotaraja sungguh telah kehabisan akal dan kekuatannya. Peluang untuk menyelamatkan diri telah tertutup. Dari seluruh daratan

selangkahpun mereka bergerak, di sana tentara Demak akan menyapunya. Sedang yang berusaha melarikan diri dengan menggunakan perahu-perahu dan melewati pantai utara, tertangkap oleh tentara Banten yang juga mengepung kekuatan mereka. Maka tak ada

lagi harapan bagi orang-orang Majapahit untuk bertahan dengan

selamat, kecuali menyerah.

Namun dalam pada itu, kecerdikan Rangga Permana masih

mampu mempertahankan kekuatan Supit Urang dan beberapa daerah

disekitar Pasuruan. Sekalipun diluar Majapahit telah jatuh, namun

kekuatan yang dimiliki masih dapat diandalkan. Bagi Rangga Permana telah merasa tak ada lagi kekuatan Majapahit selain yang di

punyainya di Supit Urang. Dan rupanya itulah Kekuatannya yang

maha dahsyat yang masih belum pecah oleh gempuran tentara Demak. Bukan disebabkan kehebatan tentara itu dengan jumlahnya

yang cukup besar, tetapi karena keuntungan daerah Supit Urang

sukar ditembus membuat tentara Demak masih tak berdaya merebut

dan menghancurkan.

Rangga Permana bergirang hati.



Sebaliknya Raden Trenggana

jadi marah. Berkali-kali serangan terhadap Supit Urang dilakukan,

namun dalam setiap serangan, tentara Demak harus mengalami kekalahan, bahkan ratusan prajurit gugur dalam penyerangan itu. Supit

Urang dikepung dan digempur dengan kekuatan besar, namun begitu

serbuan dilakukan, begitu pula Demak harus mundur dan kembali

dengan hampa tangan.

Rangga Permana beruntung memiliki Supit Urang, kelompok-

kelompok prajurit yang tidak terlalu banyak dipimpin oleh orang

orang yang dapat diandalkan. Lebih-lebih setelah bergabungnya Pangeran Madi Alit dengan tentara Majapahit yang dipimpinnya, Supit Urang bertambah kuat. Maka sekalipun Demak berkali-kali melakukan gempuran, beteng Majapahit yang tangguh itu masih tak mampu diruntuhkan lawannya.



Raden Trenggana telah merasa kehabisan

akal. Setiap kali serangan dilakukan, tentu ratusan tentaranya mundur dan luka-luka. Raja Demak itu mengetahui lawannya telah memusatkan seluruh sisa kekuatan yang ada untuk mempertahankan

Supit Urang. Bukan itu saja. Juga kedudukan daerah itu sendirilah

yang amat menguntungkan lawannya. Berkali-kali serangan yang

gagal itu menjengkelkan Raden Trenggana. Maka kekuatan Demak

di pusatkan ditempat itu. Demak membuat beteng dan kubu-kubu

mengepung Supit Urang. Demikian rapat dan ketatnya pengepungan


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


itu, sehingga menurut perhitungan tak akan satupun diantara tentara Majapahit dapat keluar dari daerah itu. Namun selama tiga

pekan tentara Demak masih tak mampu memecahkan pertahanan

mereka.



- Hamba berdua akan mencoba menggempur pintu pertahanan

itu, Tuanku! -

Pamasa berkata ketika Raden Trenggana mengajak

berunding mengatur siasat penyerangan.

Mendengar kesediaan Pamasa yang demikian, Sentanu menganggukkan kepala. Diam-diam ia yang telah mengetahui bekas kepala

begal memiliki banyak muslihat dan pengalaman tempur itu menyetujui keinginan Pamasa.



- Bagaimana pendapatmu Sentanu ?



Raden Trenggana

bertanya.



- Hamba rasa saudara hamba itu bisa diajukan sebagai pimpinan penyerangan.



Jawab Sentanu



- Baik, aku percaya. Tetapi coba kau utarakan rencanamu,pamasa!



Pamasa membungkuk memberi hormat, lalu berkata:



- Pada hemat hamba tuanku. Barisan lawan telah mulai payah. Tiga pekan mereka tidak dapat keluar dari kubu mereka itu.

Tentunya persediaan makan telah menipis. Hamba juga percaya,

jumlah mereka tidak seberapa. dibandingkan dengan tentara tuanku

mereka tidak separuhnya. Hanya karena tempat pertahanan mereka

yang bagus dan aneh itulah yang menyebabkan tentara tuanku masih tak mampu merobohkan tempat itu.



- Ya, ya, mereka memang cerdik dan beruntung Pamasa. Lalu apa yang akan kau lakukan ?-



Bertanya Raden Trengana memotong perkataan.



- Kita lawan dengan akal lain, tuanku. Malam nanti hamba

akan masuk berdua adik hamba Wijaya ke pintu Supit Urang dengan

diam-diam. Di sanalah hamba akan mencoba membujuk orang-orang

mereka untuk membukakan rahasia dan jalan masuk kedalam. -



Raden Trenggana mengangguk-anggukkan kepala mendengar

rencana itu. Sebab Raden Trenggana tahu bahwa ratusan prajurit tak

akan mampu memecah Supit Urang. Tempat itu terlalu rumit dan

banyak rahasia. Dilalui ratusan prajurit, akan sulit karena jalan dan

lorong yang sempit dicelah-celah gunung memaksa harus dilewati

sata persatu. Hingga prajurit Demak hanya akan habis tanpa dapat

melawan dengan baik. Mereka terbiasa dilatih di tempat luas dan

terbuka. Maka sungguh diluar dugaan Supit Urang yang memiliki

jalan dan tempat-tempat rahasia.

Supit Urang yang terjadi dengan sendirinya karena ciptaan alam

di celah pegunungan itu amat menguntungkan tentara Majapahit

yang masih bertahan di sana. Maka Raja Demak itu mendengar rencana Pamasa segera menyetujui dan memerintahkan Sentanu memilih

orang-orang yang akan menyertai Pamasa dengan Wijaya.

Pamasa bertindak dengan hati-hati ketika malam harinya ia

keluar dari tenda dan melakukan kuwajibannya. Ketujuh prajurit

Demak itu dengan sembunyi-sembunyi berjalan, kadang berloncatan

dengan tangkas dan cekatan di jalan gunung kearah Supit Urang.

Dengan kepandaian yang mereka miliki tak terlalu banyak mengalami kesukaran berlari-lari di jalan pegunungan.

Ketika malam telah semakin sempurna, Pamasa telah tiba diatas

sebuah tebing. Ia memberi isyarat pada enam kawannya yang berjalan di sebelahnya untuk berhenti dan berjongkok.



Di bawah terlihat celah pebukitan dan kubu-kubu yang dibuat

oleh tentara Majapahit. Dari kejauhan masih tertangkap mata bahwa pertahanan itu cukup mengagumkan. Diam-diam Pamasa berdebar. Adalah suatu keajaiban alam bahwa Supit Urang terjadi dengan

sedemikian rumit dan ajaib. Bahkan bagi yang belum mengetahuinya,

tempat itu hanya merupakan bukit-bukit kecil tanpa arti. Namun

dari Supit Urang itu kalau saja berhasil dirobohkan pertahanan lawan, maka tentara Demak akan dapat merembes ke utara dan menyerbu Pasuruan. Dua tempat pertahanan Majapahit yang masih

sisa. Namun dua tempat yang juga telah menyebabkan gugurnya

ratusan tentara Demak.



- Kita turun, hati-hati-



Pamasa memberi perintah. Dan

dengan diikuti oleh Wijaya serta lima orang kawannya ia meloncat

turun dari tebing. Lalu mengendap-endap ke bawah.



- Ingat,



Kata Pamasa ketika mereka telah mulai mendekati

pinta pertama dari tempat itu.



- Jangan sekali-kali berpisah. Pengalaman telah membuktikan dengan masuk ke pintu yang nampak

kosong tanpa penjaga itu, ternyata kita dibikin bingung hingga masing-masing berpisah melewati pintu yang berbeda. Sebab jika terjadi yang demikian, akan sia-sialah kita karena kekuatan jadi terpecah.



Keenam kawannya mengangguk dan mengerti. Maka mereka

bersiap dengan waspada dan tak mau selangkahpun berpisah dari

yang lain.

Pintu batu pertama telah ada didepan hidung mereka. Nampak

jalan lurus menuju ke dalam diterangi obor yang terang samar-samar



- Awas ! Jangan masuk dulu.



Pamasa berseru kaget ketika Wijaya mencoba masuk. Tapi segera diurungkan niat itu sebab

Pamasa keburu telah menjambret lengan saudaranya ditarik keluar.



- Jangan gegabah



kata pamasa pula.

Maka yang lain terdiam. Kemudian Pamasa mendekati sebuah batu sebesar kelapa

dan membawanya menuju pintu itu. Lalu dilemparnya batu itu yang

dengan keras membentur dinding batu gunung yang ada didalam lorong. Akibat benturan itu terdengar suara gemuruh serta getaran

hebat seakan terjadi gempa ditempat itu.

Pamasa tak bergerak. Demikian juga keenam kawannya. Mereka menunggu apa yang terjadi. Rupanya akibat benturan itulah tiba-tiba membuka lima buah pintu masuk disekeliling pintu pertama yang kini telah tertutup oleh pintu batu pula. Maka dapat di-

pastikan jika Wijaya benar meloncat masuk, ia akan tertutup oleh pintu sedang kawan yang lain akan terdorong memasuki pintu-pintu yang telah membuka dengan tiba-tiba tadi.



- Kalian lihat ! Jika kita tanpa menunggu telah berada di dalam, kita akan terpisah dan digiring masuk kedalam. Sementara di-

ujung lorong itu telah menunggu ujung tombak orang Majapahit

yang siap merajah tubuh-tubuh kita.



Keenam kawannya tak lagi berkata. Mereka telah merasakan

bulu kuduknya meremang, Diam-diam timbul juga perasaan gentar

hatinya menyaksikan kehebatan pintu-pintu batu itu.



- Kang Pamasa, kau dapat mengetahui rahasia tempat ini ? -



Tanya Wijaya heran. Tapi Pamasa tertawa.



- O, tentu saja. Dalam penyerbuan pekan lalu aku memperhatikan seluk beluk tempat ini. Maka aku tak sempat mengikuti tentara yang masuk dan menjadi korban keganasan tempat ini. Berapa

pun banyaknya tentara Demak, dengan memasuki tempat ini mereka

hanya bagai kambing-kambing yang terjun kedalam laut. Habis di

telan secara aneh. Mereka akan diaduk dan memasuki ratusan lorong tanpa dapat saling membantu._



- Dan kau tahu diujung lorong ada prajurit lawan menunggu ?



- Itu dugaanku saja. Sebab kalau tidak kemana prajurit kita

yang telah kena terjerat perangkap ini ? Tentu mereka dibunuh secara mudah. Lagipula, aku pernah mendengar guru menceritakan

Riwayat Supit Urang ini. Selain bentuknya yang memang berbentuk sebagai supit Urang juga tempat ini terjadi oleh kemauan alam

sendiri. Namun kehebatan yang dipunyai itu, telah menjadi bertambah pada masa Mpu Mada hidup. Mpu Madalah yang merintahkan

penambahan jebakan-jebakan ini. Maka siapa yang mampu memecahkan rahasia ciptaan Mpu Mada?



Mereka terdiam mendengar penuturan Pamasa. Rata-rata mereka telah mendengar nama Mpu Mada yang pernah membawa Majapahit kepada puncak kemegahan dan kebesaran.



- Lalu bagaimana kita ?



Bertanya Wijaya.



- Kita tunggu. Aku berharap ada prajurit yang keluar. Kalau

benar, kita ringkus orang itu dan kita paksa untuk menceritakan

keadaan di dalam.



- Tentu, tentu ada yang keluar setelahnya mendengar jebakan-jebakan bergerak Kang !



- Ah, tunggu dulu. Belum tentu. Rangga Permana orangnya

cerdik dan licik. Supit Urang dibuat sengaja untuk mengelabui lawan, Maka sulit diharapkan ada seorang yang akan keluar dari

tempat itu. Sebab jika terjadi. bukan mereka menjebak kita, tetapi

kita yang menjebak mereka. Kau mengerti, maksudku ?-



Yang lain mengangguk oleh penuturan Pamasa.

Namun Pamasa dengan enam orang itu hampir menjadi putus

asa dan kesal. Ketika malam telah semakin menipis dan angin fajar

telah meniup, masih belum juga kelihatan ada seorang prajurit yang

keluar




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


- Benar katamu kang Pamasa, tak seorangpun keluar !-



Gumam Wijaya.



- Ya, sudah kuduga. Kalau terang tanah, kita harus selekasnya menyingkir. -



- Kembali dengan tangan kosong, kang? -



Pamasa mengangkat pundak.



- Apa daya ? Kita ulang esok malamnya.-



- Gila ! Mereka benar beruntung memiliki tempat itu !-



Namun sewaktu Pamasa telah memberi tanda agar mereka kembali, tiba-tiba terlihat dua bayangan muncul dan keluar dari pintu yang

telah menutup tadi.



- Sst, cepat sembunyi !-



Pamasa berbisik dan telungkup di

tanah. Perbuatan itu diikuti kawannya, mereka berloncatan dengan

sigap menyembunyikan diri.

Dua orang yang baru saja keluar itu berhenti sejenak, lalu melangkah keluar. Saat itulah salah seorang diantaranya berkata



- Tidak ada seorangpun. Bagaimana prajurit jaga itu memberitahukan ada lawan menyerang pintu ini ?-



- Uh bodohnya!



Jawab kawannya itu.



- Kita tertipu

prajurit jaga itu. Ha... ha... ha... tahulah aku sekarang! Tahu aku



Kata prajurit itu sambil tertawa keras-keras hingga suara tertawa

itu terdengar nyaring dan jelas ditengah kegelapan dan kesunyian

tempat itu.



- He... ha... mereka menipu memberitahu ada lawan

menyerang dengan maksud kita menggantikan kuwajiban mereka

jaga. Gila !-



- Ya, benar katamu



Jawab seorang lagi.



- Sudahlah hayo

kita pasang lagi pintu-pintu seperti semula dan kita buka pintu paling luar itu._



Pamasa girang dalam hati. Ia masih belum bergerak. Ia gembira sebab niatnya meringkus prajurit lawan akan berhasil. Mereka

akan dipaksa untuk memberitahu dan menunjukkan tempat-tempat

rahasia dalam tempat pertahanan itu. Lebih-lebih nampaknya kedua prajurit itu tak mengetahui tidak jauh dari tempat mereka bersembunyi tujuh orang lawan yang siap menerkam keduanya. Hal

itu membuktikan bahwa kedua prajurit itu berilmu rendah. Sebab

sedikit saja mereka berilmu lumayan, tentu akan mengetahui ada

orang-orang bersembunyi. Dari suara tarikan napas saja kalau seorang telah memiliki kepandaian, tentu akan mengetahuinya. Maka

dibiarkan sampai kedua prajurit itu menutup kembali pintu-pintu

dalam yang tadi terbuka akibat gempuran batu yang dilempar Pamasa.



Pamasa memberi isyarat. Dan begitu kedua prajurit itu keluar,

dengan hampir berbareng mereka berseru keras seraya menyerang.



- Hai, kalian siapa?!



Prajurit itu berseru kaget. Tetapi

Pamasa dengan Wijaya telah menyerang mereka, diikuti oleh enam

kawan yang lain. Maka dengan mudah kedua orang diringkus oleh

orang orang Demak itu



- Kalian jangan melawan kalau masih ingin hidup.



Kata

Pamasa.



- Kalian curang, menyerang dengan licik!-



Seru salah seorang diantaranya prajurit itu.

Pamasa terpukul. Ia malu didamprat sedemikian rupa. Karena

sekalipun ia bekas kepala begal, tetapi menyerang lawan belum

pernah ia lakukan secara sembunyi. Apalagi terhadap dua prajurit

yang ia anggap rendah kepandaiannya. Tetapi mengingat kesempatan yang sulit diperoleh, Pamasa tidak perdulikan lagi perasaan hati

yang tak enak.



- Tidak apa. Sekali waktu aku berlaku curang menyerang dari belakang. Tetapi demi kemenangan Demak harus kulakukan.



- Kau lepaskan dulu kami -



Kata prajurit itu pula.



- Kulepas, tapi kau harus memberitahu kami jalan-jalan yang

dimiliki Supit Urang ini berikut segala rahasia didalamnya.



- Huh ! Kau kira aku sudi memberitahukan itu?



Bentak

prajurit yang lebih muda.



- Kau tak mau ? Tentu saja kau harus mengganti dengan kepalamu yang indah ini-



Lalu Pamasa memerintahkan kepada dua orang prajurit

itu di tarik rambutnya, lalu leher keduanya dikalungi pedang-pedang orang Demak itu



- Nah, kau boleh memilih !--



Kata Pamasa.



-Agh agh sudah ya, aku akan beritahu !-



- Lekas katakan, jangan membuang waktu. Darimana kami harus memasuki mula2 agar tak kena oleh jebakan itu.



Prajurit yang lebih muda berkata dengan muka cemas dan takut-



- Ya, kalian coba lima orang masuk pintu itu, kuberitahu rahasia untuk dapat memasuki dengan aman jebakan di dalam ini,-



- Kau mau menipu kami ? !



- Tidak ! tidak ! Kalau kalian tak percaya, biar kawanku

itu yang memberitahu dan aku tinggal disini.



Jawab prajurit

yang muda.



Pamasa loncat dan memegang leher prajurit itu.



- Kau masuk!-



Perintahnya kemudian kepada prajurit yg

lebih tua. Lalu Pamasa memerintahkan kelima kawannya mengikut

prajurit itu. Sedang Wijaya ia perintahkan menunggu di luar seraya

mengawasi sekeliling.

Ketika kelima prajurit Demak telah masuk mengikuti prajurit

tadi, tiba-tiba pintu tertutup dengan keras hingga tempat itu bergetar.

Pamasa berdebar.



- Awas, kalau kawanmu menipu dan mencelakakan kami, kau

jadi gantinya.

Katanya pada tawanan yang masih dicengkeram

lehernya ,beberapa saat kemudian, sebuah pintu lain terbuka,



- Hei, apa yang kau lakukan? Mana kawan kami?-



Wijaya berseru.



Prajurit itu berkata:



- Kalian berdua ikut masuk bersama kami, kawan-kawanmu

menunggu di dalam !_



Sementara itu Pamasa telah timbul curiga.



- Tidak bisa ! Kau tentu menipu. Keluarkan lebih dulu lima kawan kami itu, baru kami akan ikut masuk, atau kawanmu ini ku

tabas putus lehernya.-




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Namun Pamasa kaget. terperanjat ketika tiba-tiba prajurit

yang masih berdiri dimuka pintu tertawa mengejek padanya.



- Ternyata bodoh juga. Ha... ha.. . ha... tentu saja kelima kawanmu itu telah menjadi tawanan kami.



- Kurang ajar !-



Pamasa berseru keras dan menyeret prajurit yang dicengkeram olehnya.



- Keluarkan mereka atau kau minta aku bunuh kawanmu

ini?!



Namun prajurit itu tertawa pula seraya berkata tak kalah keras.



- Kau boleh berbuat sesukamu. Ketahuilah, Aku adalah Rangga Permana orang kepercayaan tuanku Prabu Udhara. Kalau kau

benar berkepandaian maju dan hadapi kami. Dan Kalau kau memang berniat membunuh kawanku itu, boleh ! Boleh kau lakukan !

Itupun kalau kau mampu, sebab ia bukan prajurit biasa. Tawananmu itu adalah Pangeran Madi Alit Putra Pajajaran. Nah, lakukanlah



Pamasa kaget mendengar perkataan itu. Dan sebelum ia sadar,

tiba-tiba dengan gerakan aneh Pangeran Madi Alit yang ia cengkekeram lehernya bergerak dan lepas. Pamasa loncat mengejar. Pedangnya ia gerakkan menyerang Madi Alit dengan hebat.

Sementara itu Wijaya yang telah sadar dengan apa yang terjadi telah bergerak lebih dahulu. Ia serang Rangga Permana dengan

gencar.

Namun tentu saja Madi Alit dan Rangga Permana bukan lawan mereka. Maka hanya dalam beberapa kali gerakkan Pamasa

berdua Wijaya telah kewalahan. Lagipula rupanya Madi Alit ingin

cepat menyelesaikan pertempuran. Terbukti ia tidak banyak cakap

bahkan mengerahkan ilmu dengan serangan-serangan mematikan.

Demikian pula Rangga Permana.

Pada suatu ketika kedua pedang Pamasa dan Wijaya terpental

hampir berbareng dan lepas dari tangan. Pada saat itulah tanpa diketahui bagaimana

asalnya, tahu-tahu keduanya terlempar membentur dinding dengan menyandang luka-luka dalam yang hebat. Tidak itu saja, bersamaan dengan robohnya Pamasa dan Wijaya, pintu batu yang semula tertutup terbuka dengan tiba-tiba, dan lima tubuh kawan yang datang bersama Pamasa terlempar keluar bergulingan membentur Pamasa dan Wijaya. Dan muncul ditempat itu seorang tua memegang tongkat hitam panjang.



Dialah Ki Ageng Semanding yang telah dikenal oleh Pamasa.

Akan tetapi agaknya orang-orang Majapahit itu tak ingin membunuh, sebab begitu lawan-lawannya telah dibikin tak berdaya, ketiganya berlompatan masuk kembali melewati pintu-pintu yang semula mereka lewati.



Pamasa bangkit dengan geram dan marah. Tak diduga ia akan

tertipu oleh lawan. Ia tak menduga sedikitpun bahwa kedua prajurit

yang nampak bodoh itu adalah Rangga Permana dan Madi Alit.

Maka dengan muka merah menahan marah ia perintahkan kawan-

kawannya kembali ke tempat tentara Demak berdiam membuat pertahanan.



- Kali ini, mereka tak dapat dianggap ringan.



Kata Raden

Trenggana mendengar penuturan Pamasa perihal kegagalan usaha

mereka



- Tapi tuanku, hamba yakin mereka akan dapat kita taklukkan.



- Ya, ya, tapi tinggal siapa dan bagimana kita memulai. Sebab kita telah terlalu lama berada ditempat ini.



Seluruh yang ada terdiam.



- Supit Urang adalah batas terakhir

penyerangan Demak ke tlatah timur. Kemenangan Demak akan sempurna manakala Supit Urang berhasil direbut. Tetapi siapa yang

akan mampu memecahkan rahasia pertahanan yang kuat itu ?



Saat seluruh tokoh Demak berada dalam kebingungan itu, muncul prajurit jaga menyampaikan sembah dan kata

ingin menghadap.



- Ampun tuanku

diluar ada dua orang perempuan muda



Raden Trenggana kaget.



- Siapa mereka dan apa kepentingannya menghadap?



Bertanya Raja Demak itu.



- Ampun tuanku, mereka hanya mengatakan, sebagai saudara

dari ki sanak Sentanu dan ingin menghadap sekarang juga.



- Sentanu? Kau punya saudara perempuan?



Jawab Sentanu.

- Ampun tuanku, hamba merasa tidak memiliki dua saudara perempuan.



- Sudahlah!



Raden Trenggana memotong.



- Perintahkan mereka masuk kemari!



Tidak lama muncul dihadapan Raden Trenggana kedua wanita muda itu yang tak lain adalah Mirah Sekar dan Ken Rati.



Sentanu hampir terlonjak dari tempat duduknya ketika matanya melihat Mirah Sekar. Dikucaknya kedua matanya. Ia tak percaya pemandangan itu.



- Sekar ? Benarkah Sekar? Bukankah kau telah tewas terjatuh ke dalam jurang itu?



Sentanu ragu-ragu. Tapi ia tak

salah lihat. Yang tengah berada didepannya adalah Mirah Sekar,

saudara Taruna adipati Wanabaya yang pernah bersama-sama dengannya.



- Kang Sentanu...!



Mirah Sekar terbata dan sendat

suaranya menyebut nama Sentanu ketika dilihatnya anak muda

yang dirindukannya itu berada disitu.



- Sekar....



Sentanu berbisik manyebut nama itu dengan

perlahan pula. Tapi ditahan-tahan hatinya yang ingin berlari dan

menubruk Mirah Sekar.



- Kalian telah saling mengenal?



Raden Trenggana ber-

seru, membuat Sekar berdua Ken Rati terpaksa tunduk dan memberi hormat kepada Raja Demak itu.



- Ampun tuanku, hamba lancang dan berlaku kurang sopan

dihadapan tuanku.



Katanya.



- Tidak, kalian jangan berlebihan. Tunduklah dihadapan

yang maha Kuasa. Jadi kau telah mengenal Sentanu?



- Benar tuanku.



Sentanu cepat menyahut. Maka ia paparkan segala peristiwa yang ia alami bersama Mirah Sekar sampai

ketika gadis itu terjatuh kedalam jurang dan disangkanya tewas.

Raden Trenggana mengangguk-angguk.



- Bagus! kebetulan sekali, Demak membutuhkan orang-orang

seperti kalian. Tinggallah kalian bersama kami.



Ken Rati menggelengkan kepala ketika Sekar memberi isyarat

agar ia menceritakan niatnya mencari orang tuanya. Rati ragu-ragu

sebab ia terpengaruh oleh perkataan Pangeran Mukmin yang menyebut-nyebut badik yang dibawanya mirip dengan milik Raja Demak. Maka ia masih ingin menunggu kesempatan untuk memaparkan

hal itu. Maka ia diam saja. Bahkan ketika Raden Trenggana menyebut dan bertanya padanya Ken Rati mengaku sebagai saudara Mirah Sekar, hingga Raja Demak itu tidak memperpanjang pertanyaan. Dan ketika Mirah Sekar mengutarakan niat untuk bergabung dengan tentara Demak, Raden Trenggana menyatakan kegirangannya lalu memerintahkan pengawal untuk menyiapkan tempat

bagi keduanya.



- Sekar, bagaimana kau bisa datang kemari?



Sentanu

bertanya sewaktu Mirah Sekar telah berada ditempat yang

diberikan oleh pengawal, tidak jauh dari tenda Raden Trenggana

sendiri



- Tentu kau heran. Tapi yang pasti, aku telah berbeda dengan semasa masih berkumpul denganmu. Bahkan guruku Nyi

Ageng Maloka pun tak mengetahui hal ini.



Sentanu termangu-mangu mendengar perkataan itu. Ia ingin

banyak berkata. Tetapi mulutnya serasa terkunci. Tak sepotongpun

perkataannya keluar. Hanya bayangan-bayangan masa lalu bermunculan dalam angan-angan Sentanu. Sedang dalam hati diam-diam

anak muda itu mengakui Mirah Sekar telah berubah banyak. Sifat

keras yang dulu pernah tergambar dimukanya telah lenyap. Bahkan

nampak Mirah Sekar yang kini telah matang lahir dan batinnya.



- Kau berubah Sekar, hampir aku tak percaya kau adalah

Sekar murid Nyi Ageng Maloka.


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo




Katanya kemudian. Tapi Sentanu segera heran sebab Mirah Sekar tiba-tiba tersenyum aneh seraya berkata pula:



- Ya, tentu saja karena segala yang kupunyai dahulunya

telah berpindah kepada anakmu Sentanu. Ah, ia segagah ayahnya

pula, berani dan mengagumkan. Dan Paman Guru telah memberikan warisan ilmu dan watak berbudi. Kau tak akan menduganya,

bukan?



- Apa katamu? Anak turunku? Siapa, apa maksudmu?-



Sentanu terlonjak mendengar penuturan itu. Mukanya menegang

dan tanpa disadarinya ia telah meloncat maju.



- Ya, anakmu. Tentu kau telah melupakan pertemuan kita

sebelum aku mengambil buah merah itu. Tapi Yang Maha Agung

rupanya memberikan buah pertemuan itu seorang anak lelaki, segagah kau !_



- Sekar!-



Sentanu menjerit lirh, dan kedua tangannya

telah memegang pundak Mirah Sekar.



- Ya, ia anakmu!



- Ah, Sekar benarkah itu ?



Sentanu tiba-tiba saja telah

memeluk Mirah Sekar yang segera diterkam oleh perasaannya yang

melambung dan debaran aneh menjalar dalam dadanya.

Sementara itu Raden Trenggana terus menerus melakukan

perundingan dengan orang-orang kepercayaannya. Bagaimanapun

Raja Demak telah memutuskan untuk merebut tlatah timur tanpa

sisa. Bahkan tentara Banten yang semula berada di daerah pantai

telah merembes masuk dan membantu di pertahanan yang dibuat

disekitar Supit Urang.



- Tuanku.



Berkata Pamasa yang baru saja mengalami

kegagalan masuk Supit Urang.



- Kali ini hamba mempunyai muslihat lain. Menurut perhitungan hamba, kali ini kita pasti akan berhasil menguasai beteng mereka.



- Apa pula Pamasa?-



Bertanya Raden Trenggana. . Kendati Pamasa gagal bahkan hampir celaka ketika berusaha masuk

Supit Urang, namun Raden Trenggana tahu Pamasa sebagai bekas

kepala begal banyak muslihat dan cerdik. Hal itu telah berkali-kali

dibuktikan dalam setiap panyerbuan ke timur selama ini. Maka

Raden Trenggana amat percaya kepada saudara angkat Sentanu itu.



- Tuanku, berdasar kenyataan ini bahwa tentara tuanku tak

akan mampu menembus pertahanan mereka. Namun sebaliknya

hamba percaya lawan pun tak lagi memiliki kekuatan untuk mengusir tentara tuanku dari tempat ini. Maka jika hal ini berlarut-larut

akan memakan waktu lama. Sedang perbekalan tentara tuanku akan

menipis. Padahal tentara kafir itu entah bagaimana caranya, mereka tidak nampak telah kehabisan bekal makan. Tentu ada jalan rahasia yang membuat mereka bisa menambah perbekalan itu. Maka

tuanku, hamba percaya mereka pun seperti kita, mencari peluang

untuk menyerang. Dari itu tentu mereka mengincar pula segala cara yang bisa dilakukan. Oleh karenanya dengan kedatangan kedua

Ajeng Sekar dan Ken Rati, tuanku bisa menggunakan.



- Eh, tunggu apa maksudmu Pamasa ?--



Raden Trenggana

memotong.

Pamasa tertawa.



- Begini tuanku. Ajeng Mirah Sekar supaya masuk kedalam

lingkungan tentara Majapahit itu. Ia wanita, tentu mudah.-



- Caranya Pamasa?



Bertanya pula Raden Trenggana.



- Menurut pendapat hamba, Tuanku sendirilah yang harus turun tangan. Tuanku berdua Ajeng Mirah Sekar datang kedekat pertahanan itu. Tuanku berpura-pura mengejar Mirah Sekar dengan

maksud mengganggu. Maka Ajeng Sekar pun harus berpura-pura

menjerit-jerit serta ketakutan dan berlari-lari disekitar pintu dan

celah pertahanan lawan. Tentu mereka akan melihat tuanku, sebab

hamba percaya disekeliling perbetengan mereka diawasi dengan diam-diam. Dari situlah mereka akan mengira Ajeng Sekar sebagai

lawan dari Demak. Maka Ajeng Sekar kemudian berhasil masuk,

akan dianggap sebagai kawan mereka. Dengan masuknya Sekar

kesana, tuanku dapat menduga bagaimana maksud hamba.



- Bagus Pamasa ! Akal bagus



Raden Trenggana berseru

girang.



- Tapi kau yakin akan berhasil Pamasa?



Sentanu bertanya dengan mengerutkan kening. Ia cemas kalau-kalau Sekar terjerumus dalam bahaya ditangan lawan.



- ha, kau jangan cemas kang Sentanu. Bukankah Ajeng Sekar dapat menjaga diri sendiri ? Dan sementara Tuanku Trenggana berpura-pura mengejar kita secara diam mengawasi dari kejauhan dan melindungi.



Sentanu terdiam. Ia tahu maksud Pamasa agar Mirah Sekar

mengorek rahasia pertahanan manakala telah berhasil masuk ke dalam Supit Urang. Maka ia tak membantah dan Pamasa segera mempersiapkan orang-orangnya untuk melakukan persiapan. Dan kepada Mirah Sekar telah di berikan petunjuk apabila berhasil masuk

untuk menghubungi tentara Demak, sementara Pamasa sendiri akan

membantunya



- Kalau gagal Pamasa?



Sentanu bertanya pula.



- Aku tidak tahu kang Sentanu, tapi kita coba dahulu baru

tahu gagal atau tidak._



Raden Trenggana mengangguk-anggukkan kepala.



- Kita mulai petang nanti tuanku. -



Kata Pamasa.Maka Sentanu dengan disertai kedua saudara angkatnya. Pamasa dan Wijaya dan lima orang pengawal pilihan dengan sembunyi-sembunyi mengikuti Raden Trenggana dan Mirah Sekar menuju tlatah pertahanan lawan. Mereka tiba di hutan kecil yang tak

jauh dari letak ketinggian yang diduga menjadi daerah pengawasan

tentara Majapahit.



Mirah Sekar berjalan, dibelakangnya mengikuti Raden Trenggana. Sedang tidak jauh dengan bersembunyi Sentanu dengan orang

orangnya mengawasi.

Setelah keluar dari gerumbul itu



- Sekar !-



Pamasa memberi peringatan. Dan Mirah Sekar mengangguk perlahan. Sementara

Raden Trenggana bersiap pula. Diam-diam hati Raja Demak ini memuji muslihat Pamasa. Sebab dengan Raja Demak yang melakukan

perbuatan itu, akan lebih menimbulkan kepercayaan pada lawan-

lawannya.

Maka begitu tanda diberikan, Mirah Sekar melompat berlari

ke muka sambil menjerit-jerit, berpura-pura ketakutan. Sedang Raja Demak yang telah siap cepat bertindak pula. Ia berseru: _



- Berhenti sekar!-



Dan mengejar dengan garang. Lalu Mirah Sekar

berlari keluar hutan kecil seraya masih menjerit-jerit ketakutan.

Dan terlihat kedua orang itu berlari. Sedang suara-suara jeritan Mirah Sekar yang ketakutan minta tolong terdengar jelas ditengah kesunyian tempat itu.

Rupanya muslihat Pamasa telah menjadi garis yang dikehendaki oleh Yang Maha Kuasa. Sebab seperti yang telah diduga oleh

bekas kepala Begal Pamasa, di arah ketinggian di mana Supit Urang

berada. Berdiri Rangga Permana dengan para pengawalnya. Dari tempat itu Rangga Permana dapat melihat keseluruh daerah perbukitan sekeliling Supit Urang, hingga akan mudah melihat orang yg

berada disekitar tempat itu. Maka ketika Mirah Sekar melompat

keluar dari tepi hutan dan mendekati perbetengan, Rangga Permama telah melihat. Ia terkejut ketika mendengar jeritan-jeritan itu.

Namun lebih terkejut lagi ketika dilihatnya Raja Demak mengejar

wanita cantik. Maka timbul dugaan Raden Trenggana akan berbuat

buruk. Lebih-lebih ketika dilihatnya Mirah Sekar ketakutan.



- Tuanku, bukankah ia Trenggana



Bertanya salah seorang pengawalnya



- Ya

Kita tangkap. Kebetulan sekali!



Kata pengawal itu pula.



- Eh, jangan ! Tunggu dulu !-




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Rangga Permana kaget dan

cepat mencegah.



- Kita jangan gegabah. Tentu Trenggana tidak

sendirian. Pasti ada pengawalnya. Kalau mereka mendengar suara

pertempuran, kita akan kewalahan, lagipula rencana kita bisa gagal. Perhatikan dan biarkan.



Pada suatu saat, ketika Mirah Sekar telah merasa cukup melakukan tindakan itu, tiba-tiba ia melompat kedalam sebuah celah

batu gunung yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sementara dari

tempatnya, Rangga Permana melihat pula Sekar lompat bersembunyi itu. Dan Dicarinya Sekar kesekeliling tempat itu. Tentu saja

Raden Trenggana tahu dimana Mirah Sekar berada. Namun ia sengaja berputar lalu lompat berlari menuju arah lain makin lama

Rangga Permana tak lagi melihat Raja Demak itu, sebab telah turun dan hilang dibawah jurang diarah barat. Diduganya Raden

Trenggana masih mencari Wanita muda yeng dikejarnya. Hanya ia

tak menduga bahwa Trenggana telah berlari kembali mengambil jalan memutar ketempat Pamasa dengan orang-orangnya menunggu.



- Kita tunggu prajurit kita yang mengawasi tempat itu tuanku, jika perhitungan kita tepat, tentu ada yang keluar mendekati

Ajeng Sekar. -

Kata Pamasa.

Dugaan Pamasa tak meleset. Sebab Rangga Permana ketika

memperhatikan Mirah Sekar dengan lebih teliti terperanjat dan heran. Wanita muda itu nampak cantik dan mengagumkan. Dan hatinya herdebar tiba-tiba. Timbul keinginan untuk mengetahui bagaimana awal mula ia dikejar Raden Trenggana. Maka Rangga Permana memerintahkan tiga orang pengawal untuk turun mengikutinya

menuju tempat Mirah Sekar berada. Maka dengan menunggang kuda Rangga Permana turun dikuti para pengawal itu.



- Jangan ! Jangan ganggu hamba tuanku, ampun !...



Mirah Sekar yang semula cemas dan berdebar karena tak yakin akan

ada yang melihatnya, girang melihat munculnya Rangga Permana.



Maka ia berpura-pura ketakutan.



- Jangan, ampun.. jangan

ganggu! -



- Eh kau siapa?



Rangga Permana membentak dengan

suara keras. Tapi hatinya berdebar melihat kecantikan Mirah Sekar



- Jangan

main Gila, kami bukan orang Demak.



Rangga Permana berkata pula.



- Jangan takut, aku bukan macam mereka mengganggu wanitu lemah.



Sekar berpura-pura kaget lalu mengawasi orang-orang



- Jangan takut, kami bukan orang Demak.



Kata Rangga Permana pula.



- Oh, tapi siapakah kisanak semua ?-



Tanya Sekar dihadapannya dengan tatapan cemas dan kosong.



- Kau siapa dan mengapa terjadi yang demikian ?-



- Kami orang Majapahit.



- Oh, ampun. Hamba adalah anak seorang pertapa dari daerah barat. Mencari ayah hamba yang datang ke Demak. Tapi hamba tiba-tiba dipaksa untuk melayani kemauan tuanku Trenggana.

Maka hamba melarikan diri



- He. bagaimana bisa terjadi begitu ?



- semula hamba diterima dengan baik-baik dan hamba di

tempatkan disebuah gandok. Tetapi secara diam-diam tuanku Trenggana menginginkan hamba. Karena hamba tak menanggapi maka

hamba disiksa, bahkan dikejar-kejar. Tapi hamba tak mengetahui

kisanak semua ada ditempat ini.--



Rangga Permana tersenyum. Timbul niat lain dalam hatinya.

Dan inilah sifat lelaki. Bagaimanapun lelaki telah digariskan menjadi mahkluk yang gemar kepada paras cantik. Maka timbul suka di

hatinya melihat kecantikan Mirah Sekar. Namun dalam pada itu

timbul pula akal dalam kepalanya untuk meraih kemenangan bagi

Majapahit yang dengan susah payah dipertahankan. Maka Rangga

Parmana dengan suara halus berkata pula,



- Kalau demikian, tentunya kau akan senang untuk ikut

pada kami, bukan ? Kami orang Majapahit tak akan menipumu.

Bagaimana ?_



Mirah Sekar girang dalam hati. Perkataan itulah yang ia tunggu. Tetapi untuk tidak menimbulkan kecurigaan, ia berpura-pura

kaget lalu berkata,



- Ampun tuanku, hamba

pulang ke tempat hamba sendiri ..

hamba ingin



- He!



Rangga Permana tertawa lebar.



- Kau jangan

takut, percayalah, kami tak akan mengganggumu. Kau kuajak karena

kami membutuhkan pertolonganmu. Terimalah, mengapa takut ?



Mirah Sekar masih memperlihatkan sikap takut-takut serta menampakkan keraguan dimukanya. .



- Tuanku..



katanya



- Ah, mengapa takut?



Rangga Permana memotong perkataan itu.



- Kau ikutlah kami, malah kalau kau menolak juga,

aku bisa menjadi marah dan kau akan celaka. Terimalah!



Mirah Sekar merasa tak ada lagi perlunya berpura-pura terlalu



- Ya, tuanku,



Maka dengan pelahan akhirnya ia mengucap:



- hamba terima kebaikan tuanku.



- Nah.. .. begitu. Sekarang kuwajiban pertama untukmu. Kau

kembalilah ke Kubu-kubu orang Demak itu. Berusahalah untuk

menemui Trenggana. Kalau Trenggana masih menginginkan dirimu,

layani dan bujuk dia agar mengikutimu ke tempat ini. Katakan

Trenggana harus datang tanpa pengawal, kalau kau bisa membujuknya tentu ia akan menuruti kemauanmu._



- Tapi tuanku. hamba belum mengetahui tempat-tempat ini ?

bagaimana hamba harus membawa kemari ? Dan lagi kalau hamba

tak berhasil membawa? Hamba takut....



Rangga Permana tertawa.



- Kau ikuti saja perkataanku. Trenggana tentu menurut padamu asal kau berpura-pura melayani kemauannya. Kalau Trenggana

berhasil kau bawa masuk ketempat ini, kau berhasil membalas dendam, bukan?

Lalu akan hamba bawa kemana?



Tanya Sekar pula.



- Kami akan tunggu ditempat ini. Kau bawa masuk ke pintu

yang akan kami bukakan dengan diam-diam.



Sahut Rangga Permana. Dan ketika Mirah Sekar mengangguk, Rangga Permana tertawa.



Baginya tak ada ruginya menggunakan gadis itu. Andainya

Mirah Sekar tak berhasil membawa Trenggana, Majapahit tak mengalami kerugian. Bahkan jika Gadis itu tewas, juga tak ada kerugian bagi Majapahit. Tetapi sebaliknya kalau Trenggana berhasil

digiring ke tempat itu. Rangga Permana merasa yakin akan dapat

membunuhnya. Maka ia tersenyum.



- Nah, kau berangkatlah, setiap waktu kami akan menunggu

ditempat ini. -



Kata Rangga Permana kemudian. Dan Mirah Sekar

segera berlalu dari tempat itu seraya memperlihatkan langkah-langkah kaki ragu dan sendat. Ia tak ingin menimbulkan kecurigaan

di hati orang-orang Majapahit itu. Sebab Mirah Sekar tahu, bagi

seorang yang memiliki ketajaman, dengan mudah akan mengenal dirinya yang memiliki kepandaian. Maka Mirah Sekar bertindak

dengan hati-hati. Ia berlalu dari hadapan orang-orang Majapahit


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


itu dengan penuh perhitungan.

Dan Pamasa berseru girang ketika Mirah Sekar muncul kembali dihadapan Raden Trenggana memaparkan pertemuannya dengan

Rangga Permana.



- Kebetulan sekali, tuanku.



Kata Pamasa.



- Ajeng Sekar

boleh membawa tuanku masuk perbetengan mereka. Tentu mereka

bermaksud membunuh tuanku manakala tuanku telah berada dalam

lingkungan mereka._



- Aku harus mengikuti Mirah Sekar katamu? Lalu rencanamu apa Pamasa?--



Raden Trenggana bertanya.



- Bukan! Bukan demikian tuanku !



Sahut Pamasa.



- Tuanku tetap berada di sini bersama kita. Tuanku tetap akan memimpin tentara Demak. Tapi yang hamba maksudkan ialah Kang

Sentanu, Tuanku! Kakang Sentanu akan hamba dandani sebagai

Tuanku Trenggana. Ta harus menjadi Raja Demak tetiron.. Dan

Ajeng Sekar membawa Raja Demak totiron itu memasuki beteng

Supit Urang. Tetapi itu kalau tuanku Trenggana sependapat dengan

hamba.



Raden Trenggana tersenyum.



- Lanjutkan! Lanjutkan perkataanmu!



Kata Raja Demak

itu.



- Tentu tuanku telah dapat menduga maksud hamba._



Jawab Pamasa pula.



- Dengan Kang Sentanu menyamar sebagai

tuanku Trenggana, Ajeng Sekar bisa membawa masuk Supit Urang.

Maka sementara kang Sentanu masih belum dicurigai sebagai samaran tuanku, tentu ia ditangkap. Namun dalam pada itu, bantuan

Tentara Banten esok lusa sudah tiba ditempat ini sebagian dipantai utara. Kita gempur Supit Urang kembali dari luar, sedang

dari dalam kang Sentanu berdua Ajeng Sekar bisa menggunting

kekuatan mereka. Tentu banyak berhasil, tuanku!



- Tunggu dulu Pamasa!



Raden Trenggana memotong



- Kau tidak memikirkan sikap lawan. Bagaimana kalau Sentanu masuk kedalam perangkap mereka. lantas ia dibunuh? Bukankah

penyerangan kita akan sia-sia?



- Tidak, tidak demikian tuanku.

-



Sahut Pamasa.



- Menurut perhitungan hamba, tak mungkin mereka begitu cepat turun

tangan dengan maksud membunuh. Karena hamba percaya mereka

akan menggunakan Sentanu yang disangka sebagai tuanku Trenggana untuk melumpuhkan semangat tentara Demak. Sebab jika

mereka berhasil memperlihatkan kepada tentara Demak bahwa

Tuanku tertangkap dan jadi tawanan, tentu prajurit kita tak berdaya, bukan ? Itu maksud mereka.



- Tapi Pamasa, kalau mereka menurunkan tangan berniat

membunuh Sentanu yang diduganya sebagai Raja Demak? Apa

katamu ?-



- Kalaupun itu terjadi tuanku, Kang Sentanu akan dapat

melindungi diri sendiri. Meskipun akan sukar melawan orang Majapahit di kandang mereka, namun hamba yakin kang Sentanu akan

dapat menyelesaikan kuwajiban itu. Lebih-lebih berdua Ajeng Sekar.



Raden Trenggana mengangguk-anggukkan kepala mendengar



- Kau bagaimana Sentanu?



Tanyanya kemudian.



- Hamba akan turuti nasehat Adi Pamasa, tuanku. Kini tinggal bagaimana tuanku saja.



- bagaimana dengan dirimu Sekar?-



- Hamba? Tentu hamba berani tuanku.-



Sahut Mirah

Sekar. Dan semua yang hadir menarik napas lega.



- Kalau kau berani, juga Sekar, aku tidak berkeberatan,



Lalu

Sentanu tersenyum.Mereka memuji

wanita muda itu. Tentu saja mereka tak mengetahui, selain Mirah

Sekar tidak merasa takut memasuki beteng lawan, berdua dengan

Sentanu menambah semangat dan girangnya hati wanita muda itu.



Dan Pamasa segera memerintahkan diadakan persiapan. Dengan

kepandaian dan pengalamannya sebagai bekas kepala begal, Pamasa

memperlihatkan kemampuannya merubah Sentanu. Anak muda itu

didandani. Wajahnya dengan ramuan daun obat yang ia kumpulkan

ditempat berhasil diubah hingga mirip dengan Raden Trenggana.

Kehebatan Pamasa membuat Raden Trenggana serta orang-orang

yang menyaksikan kagum dan ternganga. Dihadapan mereka berdiri

dua orang Raja Demak. Mana Raden Trenggana yang sesungguhnya?



Akan sulit dibedakan kalau saja mereka tak menyaksikan

sejak semula Pamasa menggarap Sentanu. Hanya sorot mata keduanyalah yang mambedakan. Kalau sorot mata Raden Trenggana

memancar lembut dan tajam serta memancarkan kewibawaan, maka

sebaliknya sorot mata Sentanu sekalipun tajam dan menimbulkan

rasa gentar bagi yang menatap, namun mata itu lebih banyak bergerak daripada mata Raja Demak itu.



- Ah, Pamasa, tidak kuduga kau sehebat ini !



Gumam

Raden Trenggana ketika ia menyaksikan Sentanu yang telah berubah..



Sementara itu di Supit Urang Rangga Permana telah memaparkan kepada Madi Alit rencananya menjebak Raja Demak. Dan

kepada puaggawa yang dipercaya persiapan telah dipcrintahkan

untuk dikerjakan. Rangga Permana merasa yakin bahwa ia akan

dapat meringkus Raja Demak.

Pangeran Madi Alit yang mengetahui segala persiapan itupun

didalam hati diam-diam tumbuh keyakinan bahwa kemenangan

akan bisa diraih oleh Majapahit. Sekalipun Kotaraja dan daerah

daerah pantai telah direbut habis oleh tentara Banten, namun Supit

Urang dan Pasuruan masih berdiri dengan kokoh.

Mengingat bantuan Tentara Banten yang tiba-tiba muncul menyerang Majapahit itu, Pangeran Madi Alit semakin gusar hatinya.

Ia merasa lawan sengaja menghina negri-negri Hindu. Ia pun teringat kepada Pajajaran yang telah lama ia tinggalkan. Ia teringat

kepada Saudara-saudaranya, kepada ibundanya dan kepada ayah-

yang ia tinggalkan karena kemarahannya. Dan ingatan-ingatan

yang demikian memancing kembali pada pertemuannya dengan seorang tua bernama Panembahan Seda Paningal yang ditemuinya

ketika ia berdua Aria Jati Pananjung dihutan.



Pangeran Pajajaran

ini ingat kepergiannya dari Pajajaran adalah semata-mata ingin

mencari apa yang disebut oleh orang tua itu sebagai senjata Pusaka

Tombak Kiai Bungsu. Madi Alit berdebar hatinya mengenang itu

Tombak Pusaka Kiai Bungsu.



Ah, ia sedih dan terpukul hatinya.

Semula ia ingin mencari senjata itu menuruti nasehat Panembahan

Sedah Paningal yang ia temui secara aneh di Pajajaran. (Baca jilid

satu).



Namun kini ia merasa telah menyeleweng jauh dari tujuan itu.

Sebab setelah menyaksikan kekuatan Demak yang berniat menghancurkan negri-negri Hindu seperti Majapahit dan Pajajaran, ia tak

merelakan itu. Maka ia menggabung kepada Rangga Permana dan

melupakan tujuan mencari Tombak Kiai Bungsu. Tetapi pada saat-

saat demikian ia teringat kembali. Maka diam-diam ia masih mengharap akan dapat mengetahui dimana adanya senjata.



Pusaka itu

yang sesungguhnya. Karena Pangeran Pajajaran ini percaya orang

tua yang ditemuinya di Pajajaran tak mungkin berdusta.


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Mengingat itu pula, Madi Alit membayangkan seseorang. Ia

teringgat kepada seorang tua yang pernah ditemuinya pertama ketika ia mengembara ke timur. Yakni Aki Kerancang. Mengingat Aki

Kerancang, pemburu yang memiliki kepandaian aneh itu, ia teringat

pula anak si Aki yang bernama Sentanu.



Ya, Pangeran Madi Alit

menjadi heran. Tiba-tiba timbul rindunya untuk bertemu dengan si

Aki.



Bagaimanakah gerangan nasib orang tua itu ?



Dan kalau ia

tahu hahwa Madi Alit berada dipihak Majapahit dan Sentanu ada

dalam tentara Demak?



Manakah akan ditempuh oleh si Aki?



Memihak siapakah ia?



Katanya alam hati.

Namun dalam pada itu, ketika Rangga Permana memaparkan

rencananya menjebak Raden Trenggana dengan memasang umpan

si gadis yang ditemuinya itu, Pangeran Madi Alit merasa ada sesuatu

yang tiba-tiba mencemaskan hatinya, Pangeran ini memperoleh firasat tak srek. Lagi pula hari-hari belakangan ini ia menyaksikan

Rangga Permana dimabuk oleh perasaan kemenangannya. Bahkan

tokoh-tokoh tua yang ada dalam lingkungan itu tak sedikitpun memperlihatkan perhatian. Ki Ageng Semanding tidak berada ditempat

ini. kini, Sebagian kekuatan Majapahit bersama Prabu Udhara telah berada di Pasuruan. Dalam beteng itu tinggal Rangga Permana dan

Panggeran Madi Alit disertai pengawal-pengawal pilihan dan beberapa tokoh tertinggi lain.



Apa yang menyebabkan timbulnya perasaan cemas itu?



Madi Alit tak mengetahui dengan pasti, namun ia merasakan itu. Maka sambil mempersiapkan segala sesuatunya, ia perintahkan para prajurit untuk mengawasi seluruh sudut Supit Urang.

Kalau-kalau muncul yang diharap oleh Rangga Permana. Dan penantian itu telah berjalan sehari satu malam, tetapi tidak terlihat

ada orang muncul mendekati Supit Urang.

Keesokan harinya, menjelang fajar, Rangga Permana melihat

sesuatu yang membuatnya girang. Dari arah kejauhan ia melihat

munculnya dua orang yang tengah berjalan mendekati pintu pertahanan. Tak salah lagi, Rangga Permana menyaksikan Mirah Sekar

sedang di belakang perempuan itu seorang laki-laki berjalan pula.



- Awas, bersiap kalian



Rangga Permana memerintahkan

prajurit pengawal yang ada untuk melakukan persiapan.



- Biarkan

pintu bawah terbuka, kalau Raja Demak itu telah masuk. Adimas

Madi Alit akan menyelesaikan kuwajiban itu.-



Penglihatan Rangga Permana tak keliru. Kedua orang yang

berjalan itu tak lain adalah Mirah Sekar. Dibelakangnya Sentanu

yang telah menyamar sebagai Raden Trenggana berjalan mengikuti

langkah kaki wanita muda itu.



- Eh, Sekar, kita akan tiba dimulut perbetengan mereka._



Kata Sentanu berbisik.



- Jangan terlalu keras berkata kang Sentanu, mereka banyak

memasang mata dan telinga di sekitar sini.-



Tegur Mirah Sekar.

Dan Sentanu senyum, ia benarkan pendapat Mirah Sekar.



- Kita mulai kang Sentanu!



Berkata pula perempuan itu.

Dan Sentanu yang telah tahu apa yang harus dilakukan, segera berkata sedikit keras agar didengar oleh orang-orang Majapahit yang

berada dibalik dinding.



- Sekar, mau kau ajak kemana aku?-



Serunya.



- Sabarlah tuanku, bukankah tuanku telah berjanji untuk menuruti hamba?-



Sahut Mirah Sekar



- Ya, ya, tapi berbahaya kalau aku berada ditempat ini. Hayo

kita kembali. Terlalu lama disini para pengawal akan mencariku,

Sekar!



- Sabarlah tuanku, sebentar lagi kita akan tiba di tempat

yang hamba janjikan.



Dan Rangga Permana yang tentu saja mendengar percakapan

itu tertawa dalam hati. Ia puji kecerdikan Mirah Sekar. Tak ia duga

Raden Trenggana akan mudah saja terpancing datang ke tempat

itu. Maka dengan tanpa pengawal dan prajurit, dengan mudah Raden Trenggana akan bisa diringkus. Demikian pemikiran Penguasa

Majapahit di Supit Urang itu. Sekalipun ia tahu Raja Demak itu

bukan sembarangan, bahkan memiliki ilmu yang tidak rendah, namun dengan akan majunya Pangeran Madi Alit. Rangga Permana

yakin Raden Trenggana akan dapat dikalahkan, lebih-lebih dipihaknya terdapat orang-orang yang memiliki kepandaian.



- He,

Sekar, jangan masuk!



Tiba-tiba terdengar suara

Raden Trenggana tetiron. Dan Rangga Permana kaget. Ia berdebar.



- Jangan Sekar, kemarilah-



Terdengar lagi suara. Namun

tiba-tiba saja terdengar bentakan keras. Hal itu terjadi ketika Sentanu yang telah menduga apa yang bakal terjadi meloncat masuk

kedalam pintu yang terbuka. Pintu perangkap yang sengaja dipasang. Tentu saja Mirah Sekar telah mendahului dan begitu Sentanu

melewati pintu itu, terdengar suara berderak, pintu menutup. Bersamaan dengan itu terdengar suara bentakan tadi. Ternyata adalah

tiga orang pengawal Majapahit menyambut Sentanu dengan serangan

senjatanya. Tige pedang panjang berkelebat namun Sentanu menggerakkan tubuh sedikit, ia berkelit dari serangan-serangan itu



- Kalian curang!



Terdengar Sentanu berseru dan sebelum

ketiga orang prajurit itu tahu apa yang dilakukan Sentanu, Raden

Trenggana ketiron itu telah bergerak sebat, dan ketiga prajurit itu

terpental deras membentur dinding dan rubuh tanpa bangun kecuali

menggerang kesakitan.

Sentanu sengaja berseru dengan suara keras dan menyerang

mereka untuk memperlihatkan bahwa ia belum mengetahui rencana

lawan-lawannya.



- Sekar, kemana kau?-



Serunya pula. Namun Mirah Sekar

telah menghilang ke balik pintu yang lain. Dan bersamaan dengan

itu tiba-tiba pintu dari mana Sentanu masuk menyusul Mirah Sekar

telah tertutup. Sentanu loncat kemuka, dan sebuah bayangan muncul menghadang di muka Sentanu.



- Tahan ! Kau menyerahlah



Kata orang yang baru muncul itu. Ia adalah Pangeran Madi Alit yang sengaja ingin menangkap Raja Demak. Maka Sentanu yang disangkanya Raden Trenggana itu ia dekati dengan senjata ditangan, sebilah keris pusaka terlihat ditangannya.



- Ah, kalian curang. Menjebak dengan cara licik dan memalukan!-



Sentanu berpura-pura marah. Namun dalam hati Sentanu

timbul rasa kagum dan hormatnya kepada orang muda yang mencegatnya itu. Ia menaksir usia Pangeran Madi Alit tidak terpaut

jauh darinya. Dan menitik gerakannya, sewaktu loncat mendekat

tadi, ia bisa menduga bahwa orang itu memiliki kematangan sikap

tempur yang baik. Sentanu telah bersiap untuk menyerah. Ia akan

sengaja berpura-pura kalah dalam perkelahian kalau saja Madi Alit

ingin meringkusnya.



- Hm, Raja Demak yang gagah, kiranya tidak sebesar yang di

sebut-sebut orang tentang kebesaran dan ketinggian budimu. Kau

Raja besar yang demikian dimashurkan sebagai Maharaja, Sultan

Demak. alangkah rendah budi itu setelah kau mengejar-ngejar wanita

muda yang tak berdosa itu. Dan rupanya begitu mudah kau terjebak oleh akal kami dan masuk kedalam perangkap. Sayang!

Sayang sekali.



Sentanu tak banyak berkata. Diam-diam ia kagum dengan perkataan itu. Sekalipun lawan, tetapi menilik perkataan ia bisa tahu

seberapa jauh watak orang muda tampan yang berada dihadapannya. Tapi ia mengambil sikap lain dengan berkata:



- Jangan sebut soal remeh itu kisanak! Aku sudah masuk

ke dalam perangkapmu. tetapi belum berarti Sultan Trenggana telah


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


menyerah. Lakukanlah apa yang menurut pendapatmu pantas di

lakukan !



Pangeran Madi Alit heran. Raja Demak itu menyebut "kisanak" padanya. Tanpa disadari timbul rasa sukanya kepada Sentanu.

Ada yang menjalar dalam perasaannya menatap orang yang ada

dihadapannya dan menyorotkan sikap batin yang teguh itu.

Sesungguhnya dalam hati Pangeran Madi Alit tumbuh suatu

kecurigaan yang amat halus. Sorot mata Sentanu dapat ia tangkap

sebagai suatu yang luar biasa. Ia tahu dibalik yang nampak itu

tersembunyi suatu kekuatan dahsyat. Dan ilmu orang muda itu

tentu tinggi. Tetapi bagaimana bisa terjadi orang memiliki kemampuan semacam itu bisa terjatuh ke dalam watak rendah mengejar

wanita muda yang tak mau melayani hasrat hatinya ?



Pangeran

Madi Alit jadi ragu. Ketika itulah muncul Ranggga Permana disertai puluhan pengawal. Dan ketika dilihatnya Raden Trenggana

tetiron, ia berseru dengan garang:

- Awas, jaga serangan



Dan

Rangga Permana telah menyerang dengan pedang panjang kepada

Sentanu. Dan Sentanu mencabut pedang yang dibawa, maka



- Trang !



Dua senjata beradu menimbulkan bunyi keras. Tapi senjata ditangan Sentanu terlepas dan melayang keudara lalu jatuh

berdencing dibatu yang ada disitu.

Melihat senjata ditangan lawan lepas, Rangga Permana loncat

menyerang dengan lebih gencar. Ia girang ternyata Raja Demak

yang diduga memiliki kepandaian tinggi hanya sedemikian kemampuannya. Dengan sekali gebrak senjatanya telah terlepas. Maka ia

berbesar hati. Hanya tentu saja Rangga Permana tak menduga

bahwa hal itu disengaja oleh Sentanu.

Pedang Rangga Permana berkelebatan menyerang Sentanu

yang berloncatan menghindarkan diri. Terlihatlah pertempuran yang

tak seimbang. Sentanu berloncatan berpura-pura terdesak oleh serangan Rangga Permana yang gencar dan mengurung dengan garang.



- Kau menyerahlah!--



Rangga Permana berseru berulang-

ulang.



- Tempat ini tak mungkin dapat ditembus olehmu. Meskipun

kau lolos dari pedangku, kau tak akan dapat keluar dari tempat

ini dengan selamat.-



- Pakai ini-



Terdengar suara berseru dan sebuah pedang

melayang kearah Sentanu. Oleh anak muda itu pedang tadi ia sambut dan dipergunakan menangkis serangan Rangga Permana yang

tepat datang ke lambungnya.



- Trang-trang



Terdengar kembali suara senjata beradu. Dan Sentanu tersenyum. Ia tahu yang

melempar pedang kepadanya adalah Pangeran Madi Alit.



Ketika itu sebuah babatan senjata Rangga Permana berkelebat

kearahnya. Sentanu bergerak menangkis, namun babatan itu tak

urung menyerang dan pundak Sentanu termakan dan robek menganga hingga darah mengalir dari luka itu.



- Menyerahlah!--



Rangga Permana berseru. Ia girang Raja

Demak terluka olehnya. Tentu saja ia masih belum menduga bahwa

hal itu sengaja dilakukan oleh Sentanu yang membuat lowong pundaknya hingga diserang lawan dan terluka untuk tidak menimbulkan kecurigaan.

Dalam pada itu Rangga Permana menjadi tak sabar. Ia berseru

memberi isyarat para pengawal yang puluhan banyaknya ada di

tempat itu. Dan hampir berbareng para pengawal maju mengurung

Sentanu dengan panah-panah beracun.



- Menyerahlah! Atau kau akan tewas ditempat ini!-



Rangga Permana masih berseru sambil menyerang, Tapi Sentanu

berpura-pura tak mau mengalah. Bahkan ia melancarkan serangan

balasan dengan lebih cepat.



- Maju!



Rangga Permana berseru, dan lima orang prajurit loncat dengan jala besar. Mereka mengurung Sentanu dan

mengancam dengan jala itu. Dan anak murid Kiai Ageng Semu itu

tahu mereka ingin menangkapnya hidup-hidup. Ia tertawa dalam

hati.



- Awas ! -



Kelima prajurit tadi maju berbareng dan melemparkan jala itu kearah Sentanu. Tapi Sentanu tiba-tiba meloncat

jauh seraya ia dorong Rangga Permana kearah jala yang telah berkembang kepadanya itu.



Tetapi Rangga Permana benar mengagumkan. Ketika ia merasa

tubuhnya hampir masuk kedalam jala, ia meloncat berputar dan

berjungkir balik kebelakang hingga jala itu mengenai tempat kosong. Bertepatan dengan itu Pangeran Madi Alit loncat sekaligus

mendorong Sentanu.

Sentanu tahu serangan itu. Ia bisa saja berkelit atau menghindar tetapi ia telah mengambil keputusan cepat. Tadipun ia melawan

hanya ingin agar tak menimbulkan kecurigaan. Maka begitu gerakan

Madi Alit tiba, ia berpura memutar tubuh berkelit. Namun tentu

saja gerakan pelahan dan lamban itu membuat Madi Alit berhasil

membentur pundaknya, hingga dorongan itu membuat Sentanu terlempar kemuka dengan keras. Bersamaan itu jala yang dipegang

para pengawal kembali menyerang, maka tak ampun Sentanu masuk

kedalam jala yang lantas ditarik hebat hingga tubuh Raden Trenggana tetiron itu tersungkur dan kena digulung kedalam jala.

Merasa tubuhnya tergulung masuk jala, Sentanu masih berpura

pura melawan, ia berusaha berdiri dan menarik jala itu. Tapi Pangeran Madi Alit telah loncat dan ikut memegang jala itu dan

digulungnya jala dengan lebih kuat hingga Sentanu terbawa oleh

putaran bergulingan ditanah, untuk akhirnya ia terpaksa berdiam

dan menyerah.

Rangga Permana girang, Sentanu diringkus dengan jala tali

yang kuat dan liat. Sentanupun merasa tali-tali jala itu amat kuat

dan lentur. Ia tahu dengan kekuatannya tak mungkinlah ia memutuskan tali-tali itu. Maka ia diam dan berpura-pura tak lagi memiliki kekuatan hingga ia digiring masuk kedalam perkubuan di

Supit Urang itu.

Begitu Sentanu digiring masuk, di tempat itu muncul seorang

lelaki tua menunggang kuda. Dipundaknya terlihat anak-anak panah

dalam kantungan kulit. Munculnya orang itu menimbulkan kekagetan para prajurit Majapahit. Maka mereka mengepung dan bersiap. Tentu saja Rangga Permanapun maju dan menegur,



- Siapa kau !



Ia kaget sebab orang bisa masuk kedalam

pintu rahasia dengan mudah.



- Sabar kisanak, kita orang sendiri.

Jawab orang tua itu.

Dan ketika Pangeran Madi Alit menatap, hatinya berdebar. Ia merasa pernah melihat orang tua itu. Dan ketika merasa yakin dan

mengenalnya, ia maju dan berseru:



- Paman Aki!



Lalu di

tariknya tangan orang tua itu yang lalu loncat turun dari punggung kudanya.



- Ah, ah, kau masih mengenalku kisanak?



Orang tua

itu menepuk nepuk pundak Pangeran Pajajaran.



- Oh, tentu saja kau selalu kuingat paman!



Madi Alit

tertawa. Sebab ia tahu orang tua yang berdiri didepannya itu adalah Aki Kerancang, ayah Sentanu.



- Ah Kisanak, bagaimana kau bisa bergabung dengan orang

Majapahit ini?



Bertanya Aki Kerancang.



- Bukankah kau

tengah berupaya mencari Tombak Pusaka Kiai Bungsu ?



Pangeran Madi Alit tak menjawab. Ia rasakan hatinya tak

keruan. Ia sebenarnya gelisah tak

keruan.



- Tapi, ah, bagaimana pula paman bisa masuk ketempat

ini




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Akhirnya ia mengalihkan pembicaraan.



- Oho, tentu saja aku mencari anakku Sentanu. Entah di

nama anak itu. Sebab pada pendapatku, hukuman yang diberikan

oleh Mpu Sugati seharusnya telah berakhir. Dalam aku berjalan,

aku mendengar banyak tentang pecahnya pertempuran antara Majapahit dengan Demak, aku dengar Demak dibantu orang-orang

Banten telah berhasil menguasai seluruh Pantai Utara. Tapi sudahlah, karena aku terlanjur bertemu denganmu, aku yakin dengan

bersamamu, aku merasa berada dipihak yang benar. Maka aku akan

bantu kalian melawan orang Demak. Nah, aku Aki Kerancang

akan bergabung dengan kalian mulai saat ini !



Mendengar perkataan orang tua gagah itu seluruh prajurit

yang sejak tadi mendengar percakapan mereka bersorak berbareng.

Ketika itu Rangga Permana maju dan membungkuk memberi hormat seraya mengucapkan terimakasih. Meskipun dalam hati ia merasa heran Aki Kerancang dapat memasuki pintu rahasia itu.



- Tapi Rangga Permana



Kata Aki Karancang setelahnya

mereka berada di dalam merundingkan siasat pertahanan.



- Aku

merasa Demak benar-benar memiliki kekuatan besar. Sekalipun

menurut keteranganmu, Sultan Demak telah tertawan, namun di

antara mereka terdapat orang-orang linuwih. Aku tidak mengetahui

siapa saja mereka. Tapi dugaanku pasti. Karena kalau tidak bagaimana bisa Demak memecahkan pertahanan Majapahit di Pantai

Utara? Maka oleh sebab kita tinggal memiliki dua tempat bertahan-

yakni Supit Urang dan Pasuruan, aku mempunyai pendapat, Kalau

kalian menyetujui serta menerimanya. _



- Cobalah katakan Paman, kami ingin mendengar pendapat

itu



Rangga Permana menyahut cepat. Dan Aki Kerancang

menghela napas. Baru kemudian berkata.



- Anakmas Madi Alit tentu masih ingat Hutan Kalang di

mana anakku Sentanu pernah dihukum oleh Mpu Sugati, bukan?-



Madi Alit mengangguk. Ia terbayang Hutan Kalang yang menyeramkan. Hutan yang penuh didiami oleh ratusan binatang dan

ular berbisa. (Baca jilid 1).



- Nah, dihutan itu.



Lanjut Aki Keraucang.



- Ada Kedung-

bubak yang airnya mampu menghancur lumatkan tubuh manusia.

Barang siapa terkena kubangan beracun kedung Bubak tubuhnya

akan hancur meleleh menjadi air dan musnah terbakar oleh racun

itu.



Madi Alit bergidig mendengar itu. Ia teringat ketika menyaksikan kehebatan Kubangan Beracun di Hutan Kalang dulu sewaktu

ia mencari Sentanu.



- Maksudku, aku akan bawa setidaknya duaratus prajurit. Dan

kita mengumpulkan akar-akar beracun dari hutan Kalang kemudian

mencampurnya dengan air dari kubangan beracun itu. Lalu kita

sebarkan cairan yang telah kita buat untuk melindungi beteng pertahanan di Supit Urang maupun Pasuruan. Ini jalan terakhir untuk

mengusir orang Demak. Sebab barangsiapa berani menyentuh racun

yang kita pasang, tentu tubuhnya akan hangus dan tewas dalam

waktu cepat..



- Kejam!



Terdengar seruan. Dan ketika semua orang

menoleh, ternyata Madi Alit yang berseru tanpa sadar. Namun Aki

Kerancang tertawa. Dan menyahut:



- Kau benar anakmas! Memang kejam. Tetapi dalam suatu

pertempuran semacam ini, lebih-lebih ketika Majapahit diancam

keruntuhan, jalan demikian dibenarkan oleh undang dan tata peraturan Negeri. Tidak ada jalan lain, karena menurut pengamatanku disepanjang jalan Tentara Demak amat besar dan mereka dalam

semangat tempur yang tinggi dan tak terpatahkan.



- Sudahlah, kita terima pendapatmu Paman Aki



Rangga Permana menyahut.



- Siapa akan membawa prajurit mencari akar hutan Kalang?



- Tentu saja aku sendiri akan membawanya!



Sahut orang tua itu pula.

Maka segera disetujui pendapat itu. Rangga Permana memerintahkan duaratus orang prajurit untuk berangkat mengikuti Aki

Kerancang. Dan Aki Kerancang pada esok harinya telah membawa

keduaratus orang Majapahit itu menuju Kedung Bubak di Barat,

Keduaratus tentara Majapahit itu membedal kuda mereka menuju

Kedung Bubak hingga debu tebal mengepul akibat kaki-kaki kuda

yang mengaduk disepanjang jalan kering dan gersang yang dilaluinya.

Ada sesuatu yang menggerakkan Aki Kerancang membawa

tentara itu. Semangat mudanya timbul. Semula ia hanya ingin

mencari Sentanu. Namun disepanjang jalan ia banyak mendengar

timbulnya pertempuran antara Demak dan Majapahit, dalam hati

si Aki timbul rasa berpihak kepada Majapahit, sebab ia masih

merasa sebagai keturunan Prajurit Majapahit. Maka secara tidak

disengaja ia telah tiba di Supit Urang ketika Sentanu tengah berusaha masuk dengan menyamar sebagai Raden Trenggana. Dan

Sentanu yang tidak beroleh kesempatan melihat ayahnya tentu

saja tak mengetahui bahwa orang tua itu telah bergabung dengan

Rangga Permana. Dan sementara Sentanu berada di tangan Rangga Permana sebagai orang tawanan, Aki Kerancang telah berangkat

meninggalkan tempat itu menuju kedung Bubak di Hutan Kalang.

Ketika Sentanu kemudian dibawa kepada Rangga Permana.

Ia menarik bibir mengejek. Sementara Mirah Sekar telah duduk

didekat Rangga Permana dengan tersenyum.



- Huh, rupanya kau adalah kaki tangan mereka ini! Kau

adalah ular betina yang licik. Tunggulah kalau tentara Demak

menghancurkan tempat ini.



Kata Raden Trenggana tetiron

itu pada Mirah Sekar.

Dan Mirah Sekar hampir saja tak kuat menahan geli hatinya.

Ia sudah ingin tertawa melihat Sentanu dalam pakaian Raja Demak

dan ketika melontarkan kata-kata kasar itu mata Sentanu tak bisa

memperlihatkan bayangan kemarahan yang sesungguhnya. Tapi

Sekar menahan diri. Ia tak banyak berkata. Bahkan ketika Rangga

Permana menggamit padanya untuk mendekat, Mirah Sekar tak

menolak. Dan Sentanu yang memperhatikan gerak gerik Rangga

Permana itu tahulah bahwa orang Majapahit itu telah terpikat oleh

Sekar. Namun Sentanu juga percaya bahwa Sekar tentu telah mulai

meneliti keadaan dan liku-liku yang ada dalam perbetengan di

Supit Urang, sebab esok harinya adalah saat yang telah ditentukan

oleh Raden Trenggana untuk melakukan penggempuran besar-

besaran.

Apa yang diduga Sentanu adalah benar belaka. Mirah Sekar

sejak memasuki tempat itu telah melakukan penelitian dengan

diam-diam. Ia menghapal tiap-tiap pintu yang terdapat didalam.

Bukan itu saja malah Rangga Permana telah mengajaknya untuk

mendengar perundingan yang dilakukan mereka. Maka Mirah Sekar menjadi tahu rencana yang akan dilakukan atas tentara Demak.

Sementara itu Raden Trenggana telah mempersiapkan penyerangan kembali. Seluruh kekuatan telah di tempatkan dengan seksama. Pamasa yang banyak berpengalaman telah melakukan persiapan pula dengan sempurna. Barulah ketika tentara Demak telah

merasa yakin akan kekuatan sendiri, Raden Trenggana menggerakkan barisan itu untuk menyerang Perbetengan Majapahit yang

sejak beberapa lamanya masih berdiri dengan kuat.



Kali ini adalah kekuatan yang luar biasa. Demak telah merasa

lawan tidak bisa dianggap ringan dengan bertahan di Supit Urang.

Maka sekalipun Sentanu berdua Mirah Sekar telah masuk kedalam

lingkungan lawan, tetapi Raja Demak itu masih belum merasa

yakin benar akan keberhasilan mereka mengelabui Rangga Permana



- Hamba percaya Kang Sentanu tak akan diganggu keselamatannya, tuanku. -



Kata Pamasa dalam perjalanan itu.



- Akupun percaya Pamasa, tetapi bukan mustahil pula jika

hal itu terjadi.



Sahut Raden Trenggana,



- Benar tuanku. Mereka tak akan mengetahui bahwa yang

ada dalam lingkungan mereka adalah Raja Demak Palsu. Tentu

begitu mereka tahu kita datang menyerang, Kang Sentanu akan

dijadikan perisai dan dipergunakan menakuti tentara kita untuk

menyerah.


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo




Dengan cepat tentara Demak telah mengepung Supit Urang

kembali. Dari arah muka Pamasa menggerakkan pasukan itu dengan

sikap gagah. Membuat Supit Urang kembali terancam oleh kekuatan Demak yang meriap-riap bagai air bah melanda.

Rangga Permana yang berada didalam telah menerima laporan

perihal munculnya tentara Demak. Kali ini ia agak terkejut. Kekuatan Demak tidak seperti pada penyerangan-penyerangan sebelumnya. Terlihat oleh Rangga Permana sebagai kekuatan akhir yang

dikerahkan tanpa sisa. Tetapi dalam hati penguasa Majapahit di

Supit Urang itu telah menduga karena Raja Demak tertawan hingga lawan mengerahkan pasukan tanpa kepalang tanggung. Dan

untuk itu Rangga Permana telah siapkan segala sesuatunya dengan

baik. Ia perintahkan prajurit bersiap dan tak kurang dari sepertiga

kekuatan yang ada padanya dihimpun untuk menahan tentara

lawan di bagian dalam.

Kali ini, seperti yang sudah, Rangga Permana masih utuh dengan keyakinannya bahwa Supit Urang tak akan dapat dipecah

oleh musuh. Maka sekalipun ia siapkan pasukannya, tetapi dalam

hati Rangga Permana menertawakan orang-orang Demak. Kehebatan Supit Urang belum terpecahkan oleh mereka. Masih ditambah sekarang Raja Demak dalam kekuasaannya, maka apa akan dilakukan oleh musuh ?



Rangga Permana merasa girang dan geli.

Tak ia duga ia akan memperoleh jalan kemenangan sedemikian mudahnya.



- He, kau bisa memegang senjata Sekar?

-



Rangga Permana kaget ketika Mirah Sekar muncul mendekati dengan membawa pedang telanjang.



- Hanya sedikit-sedikit, tuanku. Hamba pernah belajar dari

ayah hamba ketika didusun dulu.



Jawab Sekar sambil ia mengerling tajam ke arah Rangga Permana.



- Ah, sudahlah, kau mundur dan tinggallah dengan kawan-

kawanmu di Kaputrian Sekar. Ini pekerjaan kami para prajurit.-



- Ampun tuanku, hamba hanya sekedar ingin memperlihatkan rasa terimakasih hamba atas pertolongan tuanku. Maka biarkan

hamba ikut menyambut musuh itu.



Rangga Permana menatap sejenak kepada Mirah Sekar.

Diam-

diam telah terpikat oleh wanita cantik dimukanya itu. Maka ia

mengkhawatirkan keselamatannya.



- Jangan Sekar, kau mundurlah!



Katanya kemudian.



- Tapi, bukankah tempat ini cukup aman bagi kita semua

tuanku? Hamba mendengar beteng ini tak akan dapat ditembus

oleh prajurit lawan. Mengapa tuanku harus cemas dengan keselamatan hamba ?



Rangga Permana tertawa. Untuk akhirnya ia mengangguk

dan berkata,



- Baik kalau kau menginginkan demikian. Tetapi

berhati-hatilah Sekar!_



Tentu saja Mirah Sekar girang. Karena itulah yang ia kehendaki. Maka ia bergabung dengan para prajurit itu. Dan sedikit

demi sedikit diantara kesibukan pasukan Supit Urang, Mirah Sekar

berusaha mendekati Pangeran Madi Alit. Ia tahu di Supit Urang

hanya ada dua orang yang ia anggap berat. Satu adalah Pangeran

Pajajaran itu, satu lagi adalah Rangga Permana. Namun sementara

itu Mirah Sekar juga semakin mendekat kearah Sentanu. Anak

muda itu diikat pada sebatang Tonggak kayu pohon yang kuat.



Raja Demak tetiron itu diletakkan ditempat ketinggian, hingga

mudah terlihat dari arah luar. Dan Sentanu dari tempat itu memuji

kehebatan Supit Urang. Dengan berada di dalam ia bisa mengetahui tempat-tempat rahasia yang penuh dengan jebakan. Lalu

dengan bantuan Mirah Sekar yang selalu memberitahukan kepadanya dengan diam-diam rahasia tempat itu hampir dikuasai oleh

Sentanu. Baginya tak terlalu sulit memahami, sebab Sentanu pernah

mengikuti Adipati Wilapribrata membangun Kadipaten Wanabaya

dengan jebakan dan rahasia istana yang penuh tipuan dan pintu

rahasia semacam itu.

Sentanu mengangguk pelahan ketika dilihatnya Mirah Sekar

semakin bergeser mendekat kearahnya. Dan Mirah Sekar pura-pura

membantu prajurit yang ada didekat Sentanu berada. Lima orang

prajurit pengawal pilihan menjaga Sentanu dengan senjata terhunus.

Ketika Mirah Sekar makin mendekat, salah seorang diantaranya

mencegat dan menegur;



- Tunggu, jangan mendekat, ia berbahaya!



Tapi Sekar tertawa.



- Bukankah ia terikat? Mengapa takut ? -



Tanyanya.



- Kau, mengapa ikut berada ditempat ini?



Tanya. Prajurit pengawal itu pula dengan heran.



- Aku mau lihat kalian bertempur, tuanku Rangga Permana

telah mengijinkan.



Jawab Mirah Sekar masih dengan tertawa.

Dan ketika para prajurit tidak berkata lagi Mirah Sekar mendekat

kearah Sentanu.



- Eh, apakah kau merasa betah ada ditempat itu?!



Teriaknya dengan suara keras.



- Itulah hasil seorang Raja Demak

yang berwatak rendah. Huh!-



Mirah Sekar sengaja membikin keras suaranya agar terdengar

oleh para prajurit pengawal itu. Tapi setelah ia dekat, mulutnya

bergerak pelahan dan berbisik:



- Kang Sentanu, kau lihat tentara Demak diluar itu, bukan?

Nah, kalau tiba saatnya, Pangeran Pajajaran itu bagianku. Kau serang Rangga Permana._



Dan Sentanu menutup mata dan membuang muka seakan tak

sudi mendengar dan melihat Mirah Sekar. Tapi Sekar segera turun

dan meninggalkan Sentanu. Diam-diam ia telah rencanakan matang

segala sesuatunya.

Para prajurit yang berada ditembok beteng tidak terlalu banyak, hanya puluhan banyaknya, masing-masing kelompok menjaga

pintu rahasia siap untuk menjebak lawan. Sedang kekuatan terbesar

ditempatkan ditengah serta di dalam. Rangga Permana tahu sekalipun kekuatan penjaga hanya sedikit, tetapi ia merasa pasti

lawan tak akan mampu menembus masuk pintu-pintu jebakan yang

ada disitu, seperti telah terbukti berkali-kali terjadi.

Ketika itulah, tiba-tiba terdengar sorak sorai tentara Demak

diluar beteng. Mereka menghujani orang-orang yang terlihat berada

diatas dinding dengan anak panah. Namun tentu saja perbuatan

itu tak banyak berarti, sebab beteng itu cukup hebat dan sulit di

jangkau oleh senjata.

Ketika tahu lawan mulai melancarkan serangan, Rangga Permana telah mendorong Sentanu kemuka. Maka semakin jelaslah

Sentanu yang terikat oleh tali pada batang pohon kayu itu terlihat

dari luar. Dan seperti telah diatur oleh Pamasa, tentara Demak

terdiam ketika melihat junjungan mereka berada ditangan lawan.

Maka tempat itu menjadi sunyi. Rangga Permana girang. Ia merasa pancingannya berhasil. Maka dengan suara lantang ia berseru

keras.



- Hei. orang-orang Demak, mana pemimpinmu? Kau lihatlah

orang yang menjadi panutanmu ini? Dialah Trenggana yang telah

menyerah untuk dibantai ditempat ini.



Ketika itu Pamasa yang berada dimuka majukan kuda dan

berseru dengan suara tak kalah kerasnya.



- Kau curang ! Licik dan pengecut! Kau tipu junjungan

kami hingga terpedaya dan masuk perangkapmu. Hayo kalau kau

jantan lepaskan dan aku akan hancur leburkan tempat ini hingga

rata dengan bumi-



Rangga Permana tertawa



- Kau pandai bicara. Sudahlah kalian mundur dan kembali

untuk kemudian bersumpah tak akan mengganggu kami lagi, atau

tuanmu ini kami lumatkan dihadapan kalian?_



Terdengar suara prajurit Demak saling bergumam. Mereka

yang tidak mengetahui siapa sesungguhnya Raja Demak yang ada


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


ditangan lawan menjadi cemas dan khawatir, sekaligus heran.



Bagaimana Raden Trenggana bisa berada ditangan lawan?



Suara bergumam yang ramai itu membuat Ranggga Permana

merasa bertambah yakin pihaknya akan menang. Maka ia tatap

Pamasa yang ada dibawah itu dengan pandang mengejek.

Pamasa mengangkat tangan memberi isyarat agar prajurit

Demak diam.



- Kalian tenang, He, Rangga Permana kalau kami mau menuruti permintaanmu, apakah junjungan kami Tuanku Trenggana

akan dilepas dengan selamat ?!



Serunya.



- Tentu, tentu saja. Tetapi kalian harus bersumpah lebih dahulu tidak akan mengganggu kami lagi selamanya.--



- Ya, ya, kami berjanji. Lalu apa yang harus kami lakukan-



- Tunggu, aku akan mengundang kau masuk lewat pintu belakang. Tetapi sebelum menginjak tempat kami, kau dengan seluruh pemimpin Tentara Demak mengenakan pakaian putih dengan

ikat kepala putih sebagai tanda kalian telah menyerah dan bersumpah untuk tidak mengganggu kami. Dan kalian kami tunggu lewat

pintu belakang di timur itu!-



Pamasa tak banyak berkata. Menurut perhitungannya Mirah

Sekar dengan Sentanu tentu, telah bersiap-siap. Maka ia sanggupi

permintaan Rangga Permana. Ia ajak Raden Trenggana yang berpakaian prajurit, pengawal didekatnya, lalu dengan Wijaya dan

tokoh Demak lain ia berunding .



- Kita

berpura-pura menuruti permintaannya, tuanku.



Raden Trenggana segera memerintahkan prajurit pengawal untuk

mencari pakaian putih seperti diminta oleh Rangga Permana sebagai tanda menyerah dan jalan perundingan dengannya.



Rangga Permana melihat empat orang Demak berganti pakaian

putih dengan ikat kepala putih, girang. Dengan begitu terang-

terangan lawan telah menyerah.



- Kalian berputar kepintu selatan, kami tunggu dipintu

timur!



Seru Rangga Permana kemudian. Lalu ia loncat turun

meninggalkan Sentanu.



- Kalian bawa sebentar lagi. kalau ada tanda perintah dariku.



Katanya kepada prajurit pengawal.

Sementara itu Mirah Sekar begitu melihat Rangga Permana

meninggalkan Sentanu ia loncat kedekat anak muda itu. Lalu dengan sebat pedang yang sejak semula ia genggam dibabatkan pada

batang pohon kayu yang menjadi pengikat tubuh Sentanu. Maka

terjadilah kegemparan, karena dengan cepat Sentanu telah terbebas

dari ikatan batang kayu itu. Dan sebelum para prajurit bertindak,

Mirah Sekar telah menyerang. Sedang Sentanu loncat menyerang

penjaga pintu-pintu jebakan.

Sudah barang tentu dengan kepandaian yang dimiiki kedua

orang muda itu, prajurit Supit Urang tak mampu membendung

mereka. Lebih-lebih jumlah mereka hanya sedikit karena sebagian

besar berada dibagian dalam dinding lain yang membatasi tempat

itu. Maka korban berjatuhan, Mirah Sekar dengan cepat telah berhasil melumpuhkan penyerang-penyerangnya. sedang Sentanu telah

berhasil membuka seluruh pintu yang ada di tempat itu.

Maka tentara Demak yang berada diluar, begitu melihat Sentanu muncul dalam pakaian Raden Trenggana itu bersorak gegap

gempia dan Pamasa yang mengangkat tangan, disambut dengan

sorakan hebat lantas tentara Demak itupun meluruk maju membanjiri beteng Supit Urang dan bagai air bah pasukan itu menyusup

kedalam menyerang dengan dahsyatnya.

Kini tak ada lagi pintu yang mampu membendung kekuatan

itu. Sentanu telah berhasil mengetahui seluruh rahasia jebakan dan

membawa tentara Demak masuk membanjiri tempat itu.

Dengan muslihat dipecah dari dalam dan luar itulah Supit Urang

ditembus oleh kekuatan Demak dan keruntuhan tengah berjalan

bagi kekuatan Rangga Permana



Ketika pasukan Demak masuk tanpa putus-putusnya, Rangga

Permana marah dan meluruk maju seraya memerintahkan prajurit

untuk menyerang. Tetapi Pangeran Madi Alit mencegah.



- Tunggu dulu. Sebaiknya kita tinggalkan tempat ini secepatnya dengan sisa tentara kita. Kita bergabung ke Pasuruan dengan

melewati jalan terakhir di pintu selatan. Hayo, sebelum mereka

masuk kemari!



Dan Rangga Permana terpaksa menahan diri. Ia ikuti nasehat

Madi Alit. Maka sebelum tentara Demak berhasil masuk lebih kedalam, seluruh sisa tentara yang ada disitu diperintahkan melarikan

diri melalui jalan rahasia terakhir dipintu selatan.

Sementara itu, Pamasa yang membawa orang-orang Demak

menyerang kedalam heran. Ditempat itu tak lagi terlihat manusia.

Tidak seorang pun.



- Mereka lari tuanku.



Katanya kepada Raden Trenggana.



- Kita susul,



lekas Wijaya berseru.



- Tidak usah!?



Raden Trenggana mencegah.



- Tak banyak

berguna menyusul mereka. Kita telah berhasil merebut Supit Urang.

Jangan ditinggal begitu saja. -



- Tetapi mereka akan selamat dan menghimpun kekuatan

kembali._



bantah Wijaya pula.



- Dalam perjalanan mereka akan bertemu dengan tentara Banten yang tengah menuju kemari.



- Kau keliru Wijaya,



Raden Trenggana berkata pula.



Yang mendengar mengangguk mengerti.



- Nah, kita tempati perbetengan ini sambil menunggu kedatangan tentara Banten.



Perintah Raja Demak itu kemudian. Dan

segera terlihat kesibukan ditempat itu. Disana sini terlihat prajurit

Demak masih bersorak-sorak girang dengan kemenangan yang dicapai tanpa menimbulkan korban jiwa seorangpun.

Maka dengan jatuhnya Supit Urang ketangan Demak itulah

kekuatan Majapahit semakin menipis. Dan tentara Demak di dalam waktu singkat telah meratai hampir seluruh kekuasaan Majapahit

sebelumnya. Raden Trenggana telah memerintahkan untuk menaklukkan tanpa sisa negri-negri dan taklukan yang dianggapnya masih

kafir itu, agar masuk kedalam kekuasaan Demak yang besar. Untuk

kemudian setelah memakan waktu yang cukup lama, setelahnya

Supit Urang diserahkannya kepada para adipati Raden Trenggana

menuju Pasuruan, dimana sisa kekuatan terakhir Majapahit masih

bertahan dengan angkuhnya di tempat itu.



Dua kekuatan terakhir yang dimiliki Majapahit telah roboh

satu. Tinggal pertahanan dan kekuatan di Pasuruan. Dan Raden

Trenggana bukannya tidak mengetahui bahwa di Pasuruan itulah

inti dari pemusatan sesungguhnya bagi Majapahit. Maka ketika

Demak mempersiapkan penyerangan di tempat itu, seluruh perhitungan dikerahkan. Kekuatan Demak digabung secara teliti. Dan

sementara tentara Banten masih melakukan penyerangan didaerah

Pantai atas kekuatan Majapahit yang ada disepanjang pantai utara,

Demak telah mendirikan kubu-kubu mengepung Pasuruan dengan

kekuatan tentaranya yang berjumlah tak sedikit. Raden Trenggana tahu di Pasuruan berhimpun banyak tokoh

kuat. Namun juga disadari jatuh atau tidaknya Pasuruan kedalam

kekuasaan Demak akan menentukan nasib Demak selanjutnya. Dan

dikepungnya Pasuruan bukan suatu sikap main-main lagi.



Sebelum

Supit Urang jatuh, Demak telah mengalami banyak kegagalan. Sekalipun jumlah lawan tidak seberapa berarti, namun kehebatan Supit

Urang membawa tentara Majapahit mampu bertahan beberapa lama.

Berbeda dengan itu Pasuruan bukan saja merupakan kehebatan tersendiri bagi Majepahit, juga disana berhimpunnya sisa-sisa yang

tak bisa dianggap ringan. Karena menurut catatan sejarah justru

di Pasuruan inilah nasib Demak digantungkan, bahkan juga nasib

Raja Perkasa Sultan Trenggana yang gagah berani dan cerdik itu

dipertaruhkan.

Raja Demak telah membuat jepitan-jepitan penyerangan bagi


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


lawannya. Dua kekuatan Demak dan Banten telah mulai tergabung

menjadi satu.



Sementara itu Prabu Udhara yang mendengar jatuhnya Supit

Urang bertambah cemas hatinya. Tetapi Rangga Permana yang meyakinkan Raja Majapahit itu tak merasa jerih, bahkan ia semakin

bertambah yakin akan kemenangan yang bakal dicapai Majapahit.

Dan ketika diingatkan oleh Pangeran Madi Alit perihal Aki Kerancang yang tengah membawa tentara Majapahit mengambil akar-

akar pohon beracun di Hutan Kalang, Rangga Permana sadar. Maka

ia perintahkan prajurit sandi untuk mencegat Aki Kerancang dan

memerintahkan membawa mereka ke Pasuruan. Dan Aki Kerancang

tertawa-tawa gembira ketika dengan kepandaian dan kecerdikannya

berhasil membawa duaratus orang prajurit masuk ke Pasuruan pada

tengah malam dengan membawa kantungan kulit yang mereka bawa

sejak dari hutan Kalang.



- Aku berhasil Kisanak Madi Alit.



Kata orang tua itu

dengan wajah cerah.



- Terimakasih paman, kau memang hebat.



Puji Rangga

Permana. Dan Aki Kerancang tertawa. Lalu ia perintahkan membongkar keduaratus kantungan yang tergantung pada masing-masing

kuda prajurit yang datang bersamanya.



- Awas jangan sentuh!-



Aki Kerancang berseru kaget ketika

Rangga Permana meraih isi kantungan itu. Tapi Madi Alit lebih

cepat. Sebelum tangan Rangga Permana menyentuh isi kantungan

kulit itu ia telah pukul tangan itu hingga Ranggga Permana terpental mundur dan kaget.



- Berbahaya. Akar-akar dan tanah itu amat ganas dan berbisa. -



Kata Aki Keancang. Maka ia dengan pergunakan pedang

memungut salah sebuah akar lalu dilumatnya, dicacah dengan pedang itu.



- Ambil air!-



Katanya. Dan seorang pengawal cepat membisa. Kata Aki Kerancang. Maka ia dengan pergunakan pedang

memungut salah sebuah akar lalu dilumatnya, dicacah dengan pedang

oleh Aki Kerancang dimasukkan kedalam air rendaman akar dan

Rangga Permana serta orang-orang yang melihat terkejut ketika

terdengar bunyi menceracas hebat dan tubuh kelinci yang kedalam air meleleh untuk kemudian larut kedalam air rendaman itu, hancur

pelahan-lahan



- Berbahaya, bukan?



Aki Kerancang berkata.



- Air yang

direndam dengan akar-akar beracun dan bercampur dengan tanah

hutan Kalang itu mampu melumatkan tubuh manusia tanpa sisa.



Rata-rata yang menyaksikan ternganga dan bergidig bulu kuduknya. Bahkan Pangeran Madi Alit yang pernah menyaksikan

kejadian semacam itu di Hutan Kalang dulunya tak urung merasa

ngeri dan meremang pula. Kedahsyatan akar beracun yang tumbuh

disekitar Kubang beracun di Kedung Bubak Hutan Kalang itu benar-benar menimbulkan rasa gentar.



- Dengan mempergunakan kehebatan akar inilah kita akan

buat beteng keliling. Kita tempatkan cairan-cairan yang telah kita

rendam dengan akar itu disekeliling daerah pertahanan kita. Dengan

demikian bisa dipastikan manakala prajurit Demak mendekat, sebelum berhasil menyerang mereka akan hancur dan lumat tanpa

berkutik..



Yang mendengar rencana itu sekalipun girang, tetapi hati mereka merasa cemas dan ngeri membayangkan yang akan dialami

oleh prajurit lawan kalau saja mereka menyentuh jebakan itu.



- Tunggulah, Demak tak akan mampu menyentuh kekuatan kita

di tempat ini! --



Aki Kerancang berseru dengan semangat kemudian ia memimpin prajurit yang membawa akar-akaran itu untuk

mempersiapkan keperluannya mengatur jebakan maut bagi lawan-

lawannya.



****



- Kedua orang itu amat tangguh tuanku,-



Kata Sentanu

ketika memberitahukan siapa Pangeran Madi Alit dan Rangga Permana yang ditemuinya sewaktu mereka menyusup kedalam Supit

Urang.



- Kalau saja dulu itu tuanku segera mengejar mereka, tak

akan sesulit seperti sekarang ini.



Raden Trenggana tertawa.



- Aku tahu maksudmu Sentanu. Akupun mempercayai Pangeran Pajajaran seperti yang kau katakan itu adalah seorang linuwih yang memiliki kemampuan tinggi. Tetapi dengan kekuatan kita,

mengapa kau harus merasa bimbang Sentanu? Apalah artinya

Pasuruan yang tinggal kecil itu? Demak telah meratai seluruh

jajahan Majapahit semenjak dari tlatah barat hingga ketimur ini,

Sentanu. Percayalah. Demak akan kembali dengan seluruh kemenangan itu.



- Hamba percaya tuanku. tetapi hamba merasa ada ketidak

enakan dalam perasaan hamba. Sejak waktu-waktu ini hamba selalu


Pendekar Bayangan Sukma Tiga Ksatria Pendekar Slebor 18 Warisan Ratu Mesir Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong

Cari Blog Ini