Ceritasilat Novel Online

Mencari Tombak Kiai Bungsu 2

Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan Bagian 2





Dan tanpa menunggu jawaban dari orang-orang itu. Sentanu loncat dan berlari keluar dari gubugnya menuju dusun yang tengah menjadi ajang pesta pora gerombolan Lodaya.



- Bangsat keji, rasakan pembalasanku! -



Sentanu berseru keras seraya melancarkan serangan kepada para perampok yang tengah mabuk dan kegirangan. Maka akibat munculnya Sentanu itulah kini timbul perang tanding yang tak seimbang. Namun Sentanu dapat melayani perampok-perampok itu dengan hebat dan tak kenal takut.



Anak muda yang perkasa itupun mengamuk bagaikan banteng terluka. Dan tentu saja Sebagian besar gerombolan itu hanyalah lawan-lawan empuk baginya. Sentanu telah mencapai tingkat tinggi dalam hal ulah yuda. Kepandaiannya bukan lagi seperti sebelum memperoleh guru mPu Sugati. Kini Sentanu telah berubah menjadi seorang yang tidak mudah untuk dijatuhkan. Maka satu demi satu lawan lawannya roboh oleh senjatanya. Dimana Sentanu berkelebat tentu disitu ada yang terluka atau tewas.



Puluhan lawan telah menjadi korban amukan Sentanu yang merasa marah sekali melihat kekejaman permpok-perampok itu. Namun

ketika Sentanu tengah mengamuk itu, di arah lain tiba-tiba terlihat

asap mengepul dan orang banyak terlihat berlarian dengan cemas.Sentanu menjadi terperanjat. Sadarlah ia dengan apa yang terjadi. Ternyata di arah datang asap itu gerombolan yang berada disitu telah membakar rumah-rumah penduduk pedesaan.



Sentanu loncat menuju ke arah timbulnya kebakaran itu. Akan tetapi puluhan rampok yang masih menempurnya tidak memberi kesempatan ia pergi, dan mengurungnya dengan lebih ketat.



Dengan demikian Sentanu merasa kesulitan untuk lolos menolong Yang tengah ditimpa kebakaran. Namun akibat dari itu, kemarahannya menjadi makin tak tertahankan lagi. Sentanu dengan cepat beberapakali serangan akhirnya berhasil lolos juga dari kepungan. Akan tetapi ketika itulah terdengar bentakan nyaring:



- Bangsat kecil ingin mampus, hadapi aku!



Dan segera terdengar suara berkerincing ketika sebuah rantai panjang menyambar lehernya dengan mengeluarkan suara mengerikan.



Sentanu mendengar seruan itu masih menduga tentu seorang lawan berat yang muncul. Maka ia bersikap hati-hati. Dan ketika sambaran rantai itu melesat mengancam leher, ia loncat mundur, namun dari kanan kiri tiba-tiba menyelonong dua batang pedang membabat pinggang. Sentanu cepat menjatuhkan diri kemudian bergulingan mendapat serangan itu hingga berhasil lolos dari kejaran maut.



Ketika ia berdiri terlihatlah sekarang siapa penyerangnya. Ternyata ada kepala gerombolan Lodaya sendiri. Namun ia tidak menjadi gentar.



- He, kalian mundur biar kuhadapi tikus kecil ini! -



Teriak Lodaya dengan mengguntur sehingga anak buahnya yang sedianya mau menyerang kembali loncat mundur.



Sementara itu orang-orangnya Lodaya masih membersihkan seluruh isi desa dan tanpa mengenal kasihan mengangkuti harta kekayaan penduduk, menggiring ternak dan

menculik para wanita dan gadis-gadis.



Bersamaan dengan itu Sentanu kembali telah terlibat perkelahian dengan kepala rampok Lodaya.



Rantai Lodaya yang menyambar-nyambar dahsyat itu ternyata mampu mendesak Sentanu dengan hebat. Namun Sentanu tidak menjadi gentar dengan hal itu. Ia dengan kelincahan dan kepandaiannya bertahan dan sekali-kali masih sempat menyerang dengan tak kurang hebatnya. Namun Sentanu kini bertemu lawan tangguh yang sukar dirobohkan. Betapapun juga Lodaya berilmu tinggi dan telah banyak berpengalaman dalam banyak pertempuran. Sedangkan Sentanu kendati ia memiliki dasar dan ilmu tinggi, namun ia masih belum banyak mengetahui dan pengalaman tempurnya masih tertinggal jauh oleh Lodaya. Apalagi kini agaknya Lodaya sengaja memperdalami ilmunya untuk menghancurkan dusun yang pernah ia hancurkan dulunya.



Sentanu juga menduga tentulah kedatangan gerombolan Lodaya kali ini adalah karena ingin membalas dendam atas kekalahannya dulu dihancurkan oleh mPu Sugati dan Aki Kerancang. Rupanya mereka juga tahu bahwa kedua orang tua itu sedang tidak berada ditempatnya.



Tidak selang lama kemudian, segera terlihat Sentanu mulai terdesak benar. Kalau tadi ia masih berhasil balas menyerang diantara sambaran-sambaran senjata Lodaya. kini ia hanya mundur dan mundur tanpa mampu membalas sedikitpun. Lodaya telah mengerahkan kemampuannya dan ingin secepatnya menyelesaikan pertempuran itu.



Sentanu menjadi keripuhan. Keringat telah membasahi sekujur tubuh tertindih oleh serangan Lodaya yang ganas dan berbahaya .Kepala rampok itu tertawa-tawa seraya menyerang dengan rantai panjangnya yang akibat hebatnya gerakan sehingga menimbulkan suara desauan angin tajam dan bersiutan mengerikan. Kembali Sentanu harus mundur dan berloncatan dikejar oleh kehebatan senjata dan kepandaian lawannya.



Pada saat itu tiba tiba berkelebat dalam pikiran anak muda itu . Sesuatu yang harus dilakukan, karena merasa tak ada jalan lain.

Sesudah menimbang-nimbang. Sentanu mundur terus seraya mempertahankan diri dengan susah payah.



Lodaya tidak menduga lawannya menyimpan maksud lain. Maka ketika Sentanu semakin mundur ia bertambah girang dan melancarkan serangan dengan lebih gencar dan cepat.



Kendatipun lawannya mundur terus dan tidak beroleh kesempatan untuk balas menyerang dirinya, namun Lodaya merasa sulit juga untuk merobohkan anak muda itu dalam waktu singkat. Sentanu masih merupakan lawan berat untuk dapat dijatuhkan hanya dalam beberapa serangan saja.



Sementara itu gerombolan itu masih mengamuk dan terus menguras harta kekayaan penduduk dan diangkutnya ke arah kudakuda mereka ,kebakaran telah menjalar ketempat lain. Rumah-rumah yang belum kena api oleh anak buah Lodaya segera dibakarnya dengan kejam.



Dalam pada itu Sentanu yang bertahan dari serangan Lodaya berhasil memancing lawannya. Dengan terus mundur itu akhirnya Sentanu berhasil membawa lawannya ke arah pondoknya.



Lodaya tidak menduga sesuatu. Ia terus menyerang dengan nafsu membunuh pada anak muda itu. Maka ketika Sentanu dirasanya selalu berusaha lari, iapun loncat dan mengejar. Cuma Lodaya tidak mengetahui sedikitpun bahwa Sentanu kadang-kadang meloncat bukan untuk lari tetapi adalah agar lebih cepat berada dekat dengan pondoknya.



Pada akhirnya tinggal sepuluh tindak lagi Sentanu akan mencapai pondoknya. Maka ketika Lodaya masih menyambarkan rantai panjangnya, tiba-tiba Sentanu loncat mundur dan hanya dengan beberapa kali loncatan saja ia berhasil masuk pondok.



- Bangsat jangan harap kau akan lolos! -.



Terdengar seruan Lodaya dengan marah seraya susul meloncat kedalam mengejar Sentanu.



Sementara itu Sentanu sesudah berhasil memasuki pondoknya segera meraih Pusaka Tombak Baru Panatas yang tengah dibikin menjadi Keris Kacaran. Sentanu melupakan pesan dari mPu Sugati yang melarang ia menyentuh tombak pusaka itu. Namun Sentanu sudah berpikir lain. Ia merasa tidak ada jalan untuk membasmi gerombolan Lodaya. Maka dengan cepat ia siap menunggu serangan Lodaya, dan beranjak keluar.



Lodaya yang hampir saja loncat masuk menyusul lawannya, menjadi heran ketika anak muda itu keluar dengan berani dan ditangannya kini terlihat memegang sebatang tombak pendek yang telah tidak utuh berujud sebagai tombak lagi. Namun Lodaya tanpa banyak cakap maju dan membabatkan rantainya kembali.



Sentanu bergetar tangannya ketika memegang tombak Kiai Baru Panatas.



Seakan tombak itu bernyawa dan terasa ada aliran hidup dalam tangannya yang memegang Kiai Baru Panatas itu.



Pada saat itulah serangan Lodaya tiba. Namun Sentanu telah mengangkat senjata yang dibawanya. Ia menjadi kaget. Mengapa tanpa disadari ia mengangkat senjata itu tiba-tiba. Karena Sentanu masih belum berniat melakukan serangan. Tetapi terasa tombak Baru Panatas yang dipegangnya mempengaruhi hingga ia mengangkatnya tanpa sadar.



- Trang!



Terdengar suara senjata beradu dan lelatu memercik dari akibat benturan dahsyat itu.



Lodaya terpental mundur tiga tindak. Mukanya menjadi pucat dengan mendadak. Ujung rantainya hancur berhamburan ketika beradu dengan tombak lawannya.



Sentanu menjadi bertambah kaget ketika semakin terasa olehnya Kiai Baru Panatas bergetar semakin hebat dalam genggamannya. Dan sekonyong Sentanu loncat tanpa sadar menyerang lawannya yang masih terkejut. Ternyata tombak pusaka itu bagaikan bernyawa dan mempengaruhi Sentanu untuk menyerang.



Lodaya kaget melihat lawan berubah dengan tiba-tiba. Kalau tadinya ia mampu mendesak Sentanu, kini sebaliknya ia menjadi gentar sesudahnya ujung rantainya hancur oleh kehebatan senjata yang dipegang lawannya. Namun Sentanu bergerak cepat, agaknya Kiai Baru Panatas menjadi semakin haus darah. Terbukti Sentanu gerakannya makin cepat dan dahsyat.



- Trang! Trak! Cras!



Terdengar suara berturutan ketika tombak Sentanu berhasil membabat rantai lawannya hingga senjata panjang milik Lodaya telah hancur lebur tanpa dapat melawan.



Pada suatu saat Sentanu merasakan gerakan tombak itu semakin keras. Dan sekonyong konyong ia loncat kemudian dengan gertakan cepat dan bertubi-tubi ia melancarkan serangan mautnya



Lodaya kaget, dalam sekejap lawan hilang dari pandangan,

dan sebelum ia tahu apa yang terjadi, tiba-tiba terasa ada benda

dingin menyentuh dadanya. Namun segera disusul oleh rasa dingin yang lebih hebat. Lodaya tidak tahu apa yang terjadi. Cuma tubuhnya tiba-tiba menggigil dengan hebat kedinginan.



Dan ketika ia meraba dadanya yang menimbulkan hal itu, Lodaya terkejut. Ada cairan basah mengalir dari telapak tangannya basah.



Sadarlah Lodaya dengan apa yang terjadi. Darah mengalir dari lukanya akibat tertembus oleh senjata yang dipegang lawannya. Namun Lodaya tidak dapat berpikir lebih lama, tubuhnya telah menjadi semakin menggigil dengan hebat, untuk kemudian iapun roboh tergulingdan putus napas seketika itu juga.



Sentanu bernapas lega melihat lawannya roboh oleh senjatanya. Maka dengan cepat iapun berlari masuk pedusunan kembali. Disana anak buah Lodaya masih benpesta pora mengangkuti harta dan mengganggu wanita. Melihat itu Sentanu menggertak giginya. Menahan marah yang mendesak kedada. Namun ketika matanya melihat rumah rumah yang menjadi abu, hatinya bagai diiris sembilu.



Dalam pada itu Tombak Kiai Baru Panatas terasa olehnya masih bergetar hebat. Dan tanpa sadar Sentanu meloncat kemudian menerjang gerombolan yang masih mengganas.



Tidak terduga, agaknya tombak Baru Panatas menjadi semakin garang sesudah mencium bau darah. Terbukti Sentanu tanpa mendapat perlawanan yang berarti dan dalam waktu singkat telah menghancurkan orang-orangnya Lodaya dan mengirimkan keneraka.



Mayat berjatuhan, anak buah Lodaya roboh satu demi satu oleh amukan Sentanu yang memegang Kiai Baru Panatas. Mereka menjadi panik dan ribut melihat munculnya anak muda yang menakutkan itu. Apalagi ketika tak seorangpun dapat bertahan dalam tiga gebrakan melawan anak muda itu. Sebab setiap kali ada yang mendekat atau mendekati, segera terlihat beberapa orang roboh mandi darah dan putus nyawanya.



Penduduk pedesaan terkejut melihat Sentanu mengamuk sedemikian itu. Terlihat betapa mengerikan muka anak Aki Kerancang yang memegang tombak tidak utuh itu. Rasanya mereka menyaksikan iblis yang haus darah. Sedang dari ujung tombak yang dipegang anak muda itu memancarkan hawa maut yang hebat.



Gerombolan Lodaya bubar, oleh amukan Sentanu yang mengerikan itu. Mereka kini berusaha kabur dan menyelamatkan dirinya dari kejaran maut diujung tombak anak muda itu. Nyali gerombolan itu telah punah dan keberanian mereka menjadi rontok melihat kehebatan anak muda itu.



Akan tetapi mana mau Sentanu melepaskan gerombolan yang telah menimbulkan banyak korban itu. Dikejarnya mereka, dan satu demi satu segera roboh pula dengan mandi darah oleh tombak Baru Panatas. Maka segera hanya tinggal beberapa orang lagi yang berusaha kabur dengan menunggang kuda keluar dari regol dusun.



Sentanu loncat kepunggung seekor kuda yang ada dekat dengannya, lalu bedal binatang itu mengejar lawan-lawannya yang melarikan diri. Ia tak mau ada seorangpun lolos dari ujung senjatanya. Maka kudanya dibedal kabur bagai kilat menyusul gerombolan yang telah berada jauh didepan.



Lima orang gerombolan yang melarikan diri dengan kuda itu menjadi kaget melihat Sentanu mengejar dengan muka menakutkan. Maka akibat ketakutan, salah seorang diantaranya telah roboh dengan sendirinya dan mati tanpa disentuh senjata. Agaknya jantung berdetak lebih cepat hingga ia mati diserang ketakutan yang sangat.



Sentanu dengan cepat berhasil mengejar empat lainnya. Sesudah dirasa jaraknya semakin dekat dengan orang-orang itu. tiba-tiba Sentanu melempar Kiai Baru Panatas kepada seorang yang ada paling muka. Maka dengan mengeluarkan bunyi bersiutan tombak Baru Panatas melesat membelah udara dan punggung orang yang diarah segera termakan olehnya hingga roboh tanpa sempat menjerit pula.



Tiga kawannya yang berlari dibelakang, tidak sempat menghindar. Ketika kuda temannya melonjak kaget dan tuannya roboh terguling, orang orang yang dibelakang menjadi kaget karena kudanya tiba-tiba juga terkejut oleh bunyi bersuitan dari tombak tadi hingga ketiganya untuk sesaat berhenti. Maka ketika itulah Sentanu tiba dan hanya dengan beberapa kali gerakan pula, seorang kembali roboh. Sentanu cepat mencabut tombak kembali dan sekali serang dua lainnya menyusul menuju akhirat diantar tombak pusaka yang dipegang Sentanu.



Sesudahnya lawan-lawannya habis, Sentanu berdiri mengangkang dan tombaknya dipegang dengan gemetar. Hatinya merasa tak enak sesudahnya berhasil membunuh lawan sekian banyak dengan senjata itu.



Diam-diam Sentanu mulai menyadari tindakannya tadi seakan tidak sewajarnya. Ada tenaga gaib yang mendorongnya ketika ia mengamuk dan membunuh lawan-lawannya.



Sentanu merasakan benar hal itu. Lalu ia melirik kearah tombak yang dipegangnya.



- Benar yang dikatakan guru. -



Pikirnya.



- Agaknya tombak inilah yang menimbulkan pengaruh itu.



Maka sesudahnya tenang kembali Sentanu bergegas kembali masuk kedesanya. Disana terlihat penduduk sibuk membenahi barang-barang yang telah dibawa para gerombolan tadi. Kini mulai terlihat banyak orang yang tadinya lari sembunyi telah keluar dan berkerumun namun hawa di situ terlihat menyeramkan. Mayat bergelimpangan, darah mengalir disana sini menimbulkan getaran hati yang memandangnya.



Pada saat itulah muncul dua orang tua yang ketika orang-orang memperhatikan ternyata adalah mPu Sugati yang datang diiringkan oleh Aki Kerancang. Mpu Sugati 'terlihat mengerutkan kening melihat keadaan itu. Ia telah tahu apa yang terjadi. Namun orang-orang dusun segera berkumpul dan menuturkan segala yang terjadi kepada dua orang tua yang sewaktu timbulnya kerusuhan itu tengah tidak berada ditempatnya.



- Baik, sudahlah kalian kembali kerumah masing-masing dan urus segala sesuatunya dengan baik. -



Kata mPu Sugati kemudian.



- Tetapi kalian harus merawat seluruhnya yang tewas ini dengan baik-baik. Aku kembali ke pondok dulu, nanti kembali pada kalian. -



Sesudahnya berkata demikian mPu Sugati berjalan pergi menuju pondok dengan diiringkan oleh Aki Kerancang yang tertunduk dengan tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Namun ia tahu ada sesuatu yang sedang dipikirkan oleh mPu Sugati.



Ketika keduanya tiba di dalam pondok, disana terlihat Sentanu telah duduk bersila dihadapan tempat biasanya mPu Sugati duduk. Untuk sesaat mPu Sugati memperhatikan muridnya itu. Namun segera memberi isyarat pada Aki Kerancang untuk mengambil tempat duduk diatas tikar yang terdapat didekat itu. Kemudian mPu Sugati memanggil muridnya perlahan :



- Kemarilah Sentanu!



Yang dipanggil pelahan datang dan sebelum mPu Sugati berbicara Sentanu telah mendahului.



- Mohon ampun guru, aku telah melanggar perintahmu. -



- Aku sudah tahu itu Sentanu. -




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Jawab gurunya.

- Tetapi segalanya telah terlanjur terjadi. Tidak ada satu kekuasaan apapun yang dapat mengembalikan segala yang telah terjadi.



- Namun padamu kesalahan itu tetap akan melekat. Sebab ia terlanjur terpercik pada dirimu.



- Ya, aku tahu hal itu guru. Kini aku pasrahkan jiwa ragaku untuk menerima hukuman darimu. -



Kata Sentanu seraya masih menundukkan kepalanya.



- 0, bukan begitu Sentanu!



Kata mPu Sugati pula.



- Tidak ada kemarahan dariku yang harus kutumpahkan kepadamu. Benar kau telah melanggar perintahku. Akan tetapi sesungguhnya bukan perintah yang berasal dari aku sendiri. Melainkan lidahku yang mengucap hanya menjadi alat. Menjadi perantara dari ketentuan yang telah digariskan. Sebab sebelum aku mengatakan hai itu. Pada Kiai Baru Panatas memang telah memiliki watak keras demikian. Jadi ia sudah ada sebelum kau mendengarnya dari mulutku. Menjadi kau bukannya melanggar perintahku, melainkan ketentuan dan garis karma yang kau langgar. Ia adalah wet alam yang seharusnya tidak dipaksa. Namun Sentanu apapun yang terjadi tak akan dapat ditukar dengan penyesalan saja. Apapun yang kau rasakan, kau harus membersihkan dirimu dari percikan noda hitam itu Sentanu. Sebab amarah yang mendorongmu melakukan semuanya itu hanya terdapat dalam ujud nafsu. Dan nafsu selamanya akan menjadi penyakit manakala ia berkelebihan adanya. Manakala nafsu telah melewati takaran, ia akan menghancurkan manusia sendiri.



- Namun Ki Ageng.



Tukas Aki Kerancang menyahut perkataan.



- Bukankah Sentanu berbuat demikian lantaran ia dipaksa oleh keadaan. Lagipula kalau Sentanu tidak melakukannya pastilah rakyat dusun ini akan habis dan gerombolan itu akan menghancurkan dengan leluasa. -



- Benar katamu Aki,



Jawabnya mPu Sugati pula.



- Tetapi sedikit banyak Sentanu telah melakukan pelanggaran atas wet alam sendiri. Jadi ia tetap harus menerima hukuman. Percayalah Aki. Yang Maha Agung akan dapat membedakan mana barang baik dan mana yang buruk.

Sebab memang adakalanya manusia tidak bisa lepas dari keadaan yang melingkunginya. Seperti Sentanu saat inipun ternyata dengan tidak dikehendaki telah terseret dalam pusaran keadaan. Dan kalau ia menerima kesengsaraan akibat itu, tak akan mengurangi segala kesucian hati yang dimiliki. Ingatlah Aki, kadangkala Yang Maha Kuasa menunaikan bencana kealam ini. dengan meledakkan gunung berapi atau banjir bandang sebagai peringatan atas kesesatan manusia seperti yang telah digariskan, setiap kali manusia bertambah banyak hidup dalam kesesatan dan maksiat maka saat itulah Yang Maha Kuasa akan menurunkan azab dan kesengsaraan.Namun Aki, dalam kejadian bencana itu tidak sedikit orang-orang yang sebenarnya berhati suci telah ikut menjadi korban diantara orang orang yang sesat. Maka jangan berkecil hati. Sentanu telah terseret dalam pusaran semacam itu. Dan ia memang harus menerima hukuman. Kalau tidak anak turun kelak akan menanggung beban yang tidak ringan atas perbuatan yang ia lakukan.



Sentanu terdiam. Demikian pula Aki Kerancang. Untuk beberapa saat suasana menjadi hening. Sedang Sentanu telah tidak menjadi ketakutan lagi. Ia telah menerima dengan rela segala apa yang akan terjadi karena memang telah disadarinya kesalahan yang menyebabkan ia harus menerima akibat.



- Murid menerima perintahmu. guru!



Kata Sentanu kemudian.



- Kau siap menerima segalanya Sentanu?



- Ya, aku ikhlas atas semua yang harus kusandang.



- Baik. engkau akan, kukirim ke Kedung Bubak. Kau harus bertapa mensucikan diri dan batinmu dari kerusuhan duniawi ditempat itu. Dan kau hanya diperkenakan keluar dari tempat itu sesudahnya ada yang mampu menolong membawamu keluar. -



Yang mendengar terkejut. Kedung Babak adalah sebuah tempat bekas kedung yang terletak ditengah hutan yang meskipun tidak luas namun sekeliling tempat itu menjadi sarang binatang berbisa. Ular jahat dan berbahaya membuat sarang disekeliilng kedung kering itu. Sehingga jika bukan seorang yang memiliki kemampuan pinunjul jangan harap bisa melewatinya dengan selamat..



Namun Sentanu tidak menjadi gentar sedikitpun,ia telah siap menerima segala akibat dari perbuatannya melanggar perintah sang mPu Sugati. meskipun ayahnya Aki Kerancang cemas dan ketakutan karena Aki ini telah mengetahui benar tempat macam apa Kedung Bubak itu. Tak seorangpun manusia berani melintasi tempat itu sebab harus melalui sarang ular berbahaya. Ratusan bahkan mungkin ribuan binatang melata itu menghuni sekeliling hutan Kedung Bubak itu. Hingga Aki ini menjadi gemetar mendengar hukuman yang harus ditanggung Sentanu.



Kedung Babak merupakan tempat berbahaya bagi manusia yang kurang berpengalaman untuk melintasinya. Sekelilingnya terdapat sejenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuh subur dengan mengherankan. Namun batang pohon dan buah darinya mengeluarkan bau wangi

keras yang menusuk hidung. Inilah yang disebut oleh para mpu sebagai pohon Kalang. Buahnya keras mengeluarkan bau wangi itulah yang agaknya menjadikan daya tarik pada binatang-binatang melata semacam ular berbisa. Sehingga tidak mengherankan jika tempat itu menjadi sarang ular.



Menurut riwayat timbulnya sarang ular disekeliling kedung itu adalah sengaja dibikin oleh seorang mPu pada jaman sebelum pajajajaran tumbuh menjadi negri besar. mPu Kalang demikian disebutkan membuat benteng dengan pohon yang dibawanya dari tanah Hindu kemudian menanam mengelilingi Kedung Bubak. Dan mPu Kalang kemudian bertapa membuat berbagai macam senjata di dekat Kedung itu.



Karena seraya membikin senjata ia berlindung dari kejaran musuhnya yang berjumlah banyak dengan membuat benteng keliling dengan pohon yang ditanamnya itu.





Perhitungan mPu Kalang ternyata tepat, tidak lama sesudah pohon itu ditanam, maka ratusan ular datang karena mencium bau wangi yang keluar dari batang dan buah pohon itu. Maka ketika musuh datang menyerang, mPu Kalang terlindung oleh benteng ular yang ratusan banyaknya. Sampai kemudian ketika mPu itu meninggal dunia. pepohonan yang ditanam itu disebut orang dengan pohon Kalang. Sedangkan kedung yang semula berair kini telah mengering sehingga tinggal bekasnya saja.



Dan kini mPu Sugati berjalan diiringkan Aki Kerancang dan Sentanu menuju Kedung Bubak ditengah hutan.



- Nah. siaplah Sentanu! Jika kau ikhlas dan tetap dalam kesucian batin, kau akan selamat memasuki kedung itu. Sewaktu-waktu kau dapat saja keluar dari sana kapanpun. Tetapi yang demikian bukan artinya hukuman menjadi bebas.. Kau hanya bebas dari dosa dosamu jika telah datang seorang yang mampu mengeluarkan dirimu dengan kemampuannya sebagai manusia lumrah. Nah. berangkatlah Sentanu!



Sentanu termangu sejenak. Aki Kerancang cemas dan khawatir. Dimuka terhampar rapat dengan pepohonan dan semak belukar yang dipenuhi oleh pohon Kalang yang mengeluarkan bau wangi keras.



Sekali saja orang berjalan menginjak tanah dimuka itu, maka ratusan bahkan ribuan ular berbisa akan menyerang. Dan bisa dibayangkan apa yang akan terjadi.



- Berangkatlah Sentanu! -



Terdengar perintah mPu Sugati pula,



- Kau akan selamat jika hatimu bersih dan tabah. Semoga Yang Maha Kuasa memberkatimu Sentanu.



Sentanu yang semula ragu-ragu, segera melangkah maju, dan hanya dengan beberapa kali loncatan ia berhasil menyusup kedalam gerumbul semak dan pepohonan Kalang yang menutupi tempat itu dengan lebatnya.



Aki Kerancang tercekat hatinya melihat Sentanu tiba-tiba hilang dibalik pepohonan yang melebat dimuka sana. Terbayang ratusan ular berbisa yang segera menyerbu anak muda itu dan membunuhnya. Untuk beberapa saat ia bengong menatap arah hilangnya Sentanu.



- Marilah Aki! -



Kata mPu Sugati.



- Pada saatnya Sentanu akan kembali.



Aki Kerancang membalikkan tubuh dengan ragu-ragu baru kemudian ia berjalan tertunduk mengikuti langkah-langkah mPu Sugati kembali kepondoknya.



- Demikianlah kisanak, dan kini sesudahnya ia masuk kedalam hutan Kalang di Kedung Bubak itu belum sekalipun terlihat ia

keluar kembali



Kata Aki Kerancang mengakhiri kisah mulanya Sentanu kena hukuman.



Dan Pangeran Madi Alit yang mendengar menjadi heran juga.



- Jadi hal itukah yang menjadikan paman berduka? -



Tanyanya.



- Tidak kisanak. -



Jawab si Aki.



- Bukan karena anakku Sentanu mendapatkan hukuman itu. Tetapi paman merasa bersedih disebabkan anak paman itu telah membuat kesalahan, yang tak dapat diampuni.



- Tetapi bukankah ia telah ikhlas menjalani hukum denda itu?



- Ya, tetapi aku sungguh tidak mengerti dengan kehendak mPu Sugati. Menurut pemikiran paman yang bodoh. Sentanulah yang ternyata berhasil menghancurkan gerombolan Lodaya itu. Meskipun ia bersalah melanggar perintah, namun tanpa berbuat demikian, pastilah dusun ini habis menjadi abu berikut orang-orangnya.



Pangeran Madi Alit terdiam. Ia dapat memahami tindakan mPu Sugati yang telah memberikan hukuman atas diri muridnya.



- Paman, mungkin benar apa yang paman rasakan itu. Namun bukanlah segala yang terjadi dan menimpa setiap manusia tak lain adalah sebagian dari buah perbuatan pada masa sebelumnya juga? Dan Sentanu telah menerimanya. Apa yang kini harus ia jalani hanya merupakan salah satu matarantai dari karma hidupnya.



Aki Kerancang memandang kepada Pangeran Madi Alit. Tak ia duga orang muda itu demikian jauh pandangannya. Maka hatinya yang semula diganggu oleh kedukaan, kini berkurang dan rasanya ia telah mendapatkan ketetapan hati yang lain. Si Aki memang telah

menyadari ada satu tindakan Sentanu yang dapat dipuji. Namun satu hal lain telah menyebabkan ia harus menyandang denda yang ditimpakan oleh kodrat dan hukum sebab akibat yang mengikuti tindakannya itu. Maka si Aki agak terhibur dengan kata-kata yang diucapkan oleh sang Pangeran Pajajaran itu.



- Siapa yang pernah melihat anakmu disana? -



Tanyanya kemudian.



- Tak seorangpun. Lagi pula siapa yang berani mengantar nyawa masuk ketempat itu?



Madi Alit diam. Berpikir. Agaknya memperoleh satu perasaan lain sesudahnya mendengar keluhan Aki Kerancang itu.



- Eh, paman! -



Katanya.



- Bukankah menurut perjanjian anakmu itu akan lepas dari hukuman jika ada seorang yang dapat membawanya keluar dari Kedung Bubak itu, bukan?



Aki Kerancang memandang heran. Tetapi dijawabnya.



- Ya, begitulah dikatakan oleh sang mPu.



- Kalau demikian kita coba menolong Sentanu dan membawanya keluar dari tempat itu.



- He! -



Si Aki hampir meloncat dari tempat duduknya ketika mendengar perkataan Madi Alit demikian.



- Kisanak jangan bergurau, siapa yang akan dapat melakukan itu?

Aku kisanak, bukanlah pemburu yang tidak berkepandaian. Binatang buas manapun paman sanggup menghadapi. Tetapi terhadap ular-ular berbisa yang tidak sedikit jumlahnya itu? Ah, paman sungguh tidak tahu apa yang harus dilakukan. Lagipula tak seorangpun pernah keluar dengan selamat jika telah sesat masuk kedalam hutan Kalang dikedung Bubak itu.



Madi Alit membuka senyum mendengar perkataan si Aki.



- Bukan begitu paman, kita mencobanya dengan jalan dan akal, kalau paman setuju segera kita lakukan.



Untuk sesaat Aki Kerancang tidak menjawab perkataan tamunya. Hatinya merasa heran. Benar ia menduga tamunya itu adalah seorang yang memiliki kepandaian. Tetapi untuk dapat masuk menembus hutan Kalang dan masuk kemudian menolong Sentanu dari Kedung Bubak itu bukan merupakan pekerjaan mudah. Dalam hati si Aki mengatakan tamunya itu terlalu sombong dan menganggap ringan kehebatan hutan Kalang. Namun ia tidak berkata apapun. Ditatapnya langit-langit yang ada diatasnya.



Madi Alit memperhatikan wajah Aki Kerancang yang agaknya berpikir dan menimbang-nimbang permintaannya. Namun ketika beberapa waktu si Aki masih belum membuka mulut pula. Pangeran Madi Alit terpaksa bertanya:



- Bagaimana paman? Atau mengapa paman tidak menemui mPu Sugati untuk memintakan pertimbangan orang tua itu. Karena bukankah cukup lama Sentanu berada dalam hutan Kalang itu? -'



- Terlambat kisanak. Mpu Sugati telah beberapa waktu ini meninggalkan dusun.



- Kemana?



- Menurut,pendengaran paman ia tengah mencari upaya menyelamatkan Tombak Kiai Baru Panatas yang berubah menjadi ganas sesudahnya oleh Sentanu dipergunakan menghancurkan gerombolan Lodaya. -




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


- Sudahlah paman, kita coba untuk menyelamatkan anakmu. Kelak jika mPu Sugati merasa berkeberatan aku yang akan tanggung kemarahannya. Marilah paman!



Si Aki tidak berkata lain, kecuali mengiyakan pendapat tamunya.



Esoknya dengan diiringkan oleh beberapa orang penduduk dusun Pangeran Madi Alit menuju hutan Kalang. Sedang Aki Kerancang yang menyertai terlihat menyandang gendewa dan sekantung penuh anak panah tergantung dipinggang kirinya.



Si Aki berjalan dengan harap-harap cemas. Kendatipun ia seorang pemberani yang terbiasa menghadapi bahaya dan maut, namun sewaktu berjalan menuju hutan Kalang itu tak urung hatinya berdebar juga. Ia tahu benar bahaya apa yang menunggu Madi Alit jika benar hendak mencoba masuk kedalam hutan menuju Kedung Bubak yang dihuni oleh ratusan binatang berbisa. Namun hati Si Aki yang kebat kebit masih dipengaruhi juga oleh ketenangan Madi Alit yang menimbulkan keheranan juga dihatinya.



Namun begitu si Aki telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya.



Setibanya mereka ditepi hutan Kalang yang terlihat lebat dan gelap. Si Aki memerintahkan orang-orang yang menyertainya untuk membawa seekor kuda yang dibawanya kemuka. Lalu oleh Aki Kerancang binatang itu ditepuk dengan keras seraya berkata :



- Hayo kau kesanalah! --



Dan binatang itu karena terkejut ditepuk secara tiba-tiba oleh si Aki yang memiliki tenaga luar biasa, menjadi loncat kemuka seraya meringkik keras kemudian kabur mencongklang kearah hutan Kalang. Binatang ini terus berlari kabur dan masuk kedalam hutan berbahaya itu.



Yang menyaksikan menunggu dengan berdebar. Apa yang akan terjadi kemudian, mereka telah menduga sebelumnya. Dan benarlah dugaan itu karena ketika kuda itu telah masuk kedalam hutan, iapun segera hilang lenyap ditelan semak dan gerumbul pepohonan yang melebat. Orang-orang masih menunggu apa yang akan terjadi.



Pada saat itulah tiba tiba terdengar ringkik kuda yang melengking dengan keras dan menggetarkan telinga mereka. Suara ringkikan kuda yang dilepas itu. Terdengar menyeramkan. Sehingga Aki Kerancang dengan orang-orangnya tanpa sadar mundur setindak dengan muka pucat. sebab jelas suara ringkik binatang itu tak berbeda dengan jeritan binatang yang tersiksa, untuk kemudian terdengar erangan panjang si binatang yang menandakan tengah dicengkam maut. Sedang erangan itu terdengar bagai suara sapi disembelih. Hingga debaran hati yang mendengar menjadi bertambah kencang.



- Kau dengar itu kisanak? -



Aki Kerancang berkata seraya memperhatikan wajah Madi Alit.



- Binatang yang sekuat kudapun dalam waktu singkat harus meregang nyawa dan menemui ajalnya dalam hutan berbahaya itu. -'



Madi Alit hanya mengangguk kecil. Namun si Aki menjadi semakin penasaran dan tak senang dengan sikap Pangeran Madi Alit yang agaknya tidak mempercayai dengan apa yang ia katakan.



Pada saat itu tiba-tiba pula terdengar derap suara kaki kuda mendatangi tempat itu.



Aki Kerancang dan yang lain menjadi heran.

- Siapakah mereka? -



Pikir orang-orang itu, sebab kalau bukan orang-orang tersesat tentulah tak akan berani melintasi hutan Kalang yang berbahaya.



Tak lama terlihat lima penunggang kuda menghampiri mereka. Rata rata orang itu menyandang golok yang menggantung dipinggang. Dan anak panah terlihat menyembul dipunggung mereka. Mukanya beringas serta kelihatan garang dan kasar, dengan rambut berewok menutupi muka dan janggut orang itu.



Kelima orang yang baru tiba itu terkejut menyaksikan orang orangnya Aki Kerancang yang berdiri memandang kedalam hutan yang terdapat dihadapan mereka. -



- He, siapakah kalian ini dan apa yang tengah kalian lakukan?



Tanya salah seorang diantara lima penunggang kuda itu.



Aki Kerancang mendongkol melihat kelakuan orang yang menyapa dengan kasar. Maka dengan senyum mengejek ia maju dan berkata :



- Siapa kami, kau ada kepentingan apa bertanya? Bukankah lebih bagus jika kalian segera lewat dan meninggalkan tempat ini tanpa banyak mulut usil mencampuri urusan orang.



Pangeran Madi Alit terkejut dengan jawaban si Aki yang demikian. Tak ia duga Aki Kerancang akan memancing keributan dengan perkataannya. Namun sebelum ia berkata. si orang berewok yang tadi bertanya telah mendelikkan mata dan majukan kudanya seraya membentak :



- Kurang ajar! Kau sombong, dan mulut besar! Jangan sesalkan kami jika kepalamu bisa menggelundung pergi dari tempatnya akibat perkataanmu yang takabur itu.



-

Ha...... he......... kau kira aku takut dengan gertak sambalmu? Jangan kau kira aku tidak kenal mukamu yang buruk itu. Bukankah kau adalah adik seperguruan penjahat Lodaya yang mampus ditangan anakku?



Kelima orang itu terkejut mendengar perkataan Aki Kerancang. Dan ketika mereka kena ditebak dengan tepat oleh orang itu, maka tak ayal yang berada dibelakang dan sejak tadi tidak membuka mulut, berkata :



- Aha, kebetulan jika kau sudah mengaku sebelum kami memaksa. Memang benar kami adalah adik seperguruan kakang Lodaya. Sengaja kami kemari mencari muka burukmu untuk kami cincang guna membikin tenang arwah kakang Lodaya yang mati penasaran oleh anakmu. Tetapi ketahuilah! Kami tetap akan memberi ampun nyawa kerdilmu jika kau mau menunjukkan dimana sembunyi anakmu yang pengecut itu!



Aki Kerancang tertawa, lalu seraya menoleh kepada Madi Alit ia berkata :



- Kau lihat kisanak, mereka ini sesungguhnya hanyalah

tikus-tikus kecil yang tidak melebihi Lodaya. Tetapi aku puji keberaniannya mengantar nyawa kemari.



- Kurang ajar! -



Salah seorang yang ada dimuka tiba tiba mencabut goloknya dan membabat kemuka menyerang.



Aki Kerancang loncat mundur seraya masih tertawa.



- Bagaimana kisanak, apakah mereka harus diselesaikan ditempat ini atau kita giring agar menjadi korban hutan Kalang itu? -.

Tanya si Aki kepada Pangeran Madi Alit yang semenjak tadi masih berdiam tidak bergerak. Namun ditanya begitu, ia senyum juga dan menjawab :



- Sesukamulah paman, kalau mereka memang pantas untuk di jadikan santapan ular kedung Bubak itu.



- 0, ha ...... ha ...... jangan! Jangan. begitu! -



Kata si Aki masih tertawa.

- Kalau mereka dijadikan santapan binatang-binatang itu terlalu nikmat buat mereka. Biarlah kita goda lebih dulu agar terkencing-kencing, ha ...... ha ...... ha ......



Si Berewok habis sabar diejek begitu rupa. Ia maju dan putar goloknya dengan cepat menyerang si Aki dengan mengerahkan kekuatan yang ada padanya. Namun sudah barang tentu, Aki Kerancang bergerak sebat dan balas mencabut gendewa yang diselipkan dipunggung digunakan menangkis serangan golok lawan yang menyambar dahsyat.



- Trak! -



Terdengar dua senjata itu beradu. Si berewok terpental kebelakang hingga hampir saja ia lepas dan roboh dari punggung kudanya. Namun ketika itu tiba-tiba dua orang kawannya maju berbareng dan menusuk dari arah kanan dan kiri si Aki.



Mendapat serangan demikian si Aki terkejut,



- Curang!



Serunya. Dan ia berloncatan kebelakang menghindar dari serangan senjata lawan yang hampir saja merenggut jiwanya itu.



Orang-orang yang mengikuti si Aki agak cemas dan was-was melihat perkelahian itu. Namun Pangeran Madi Alit yang telah mengetahui kehebatan si Aki tidak bergerak dari tempatnya. Ia tahu Aki Kerancang tak akan mudah dikalahkan oleh orang-orang kasar yang datang-datang mencari penyakit itu.



Kiranya tidak meleset dugaan Madi Alit. Sebab ketika ia tengah menghadapi tiga pengeroyoknya, tanpa diduga dua yang lain maju dan menyerang. Namun yang menjadi sasaran adalah orang-orang dusun yang mengikuti si Aki datang ketempat itu. Hal ini tentu saja menimbulkan kemarahan si Aki sebab orang-orangnya bukan tergolong yang memiliki ilmu berkelahi cukup. Maka pada saat itulah tiba-tiba si Aki menjatuhkan diri bergulingan menghindarkan hujan senjata. tiga lawannya dan sekaligus si Aki menggerakkan gendewanya dengan hebat. Maka akibatnya sungguh hebat dan mengejutkan. Ketika si Aki bergulingan itu tiba-tiba berkelebat lima batang anak panah dari

gendewa yang dipegangnya.



Lima orang penyerang itu tidak menduga akan terjadi hal yang demikian. Maka hanya seruan kaget dan heran ketika tiba-tiba kuda kuda yang mereka tunggangi roboh hingga mereka terbanting ketanah. Tidak hanya disitu saja, si Aki telah menarik gendewanya pula dan bisa dipastikan lima batang panah kembali akan mencari mangsa. Namun ketika itu terdengar seruan keras:



- Tahan dulu! -



Membuat si Aki menahan gendewa yang sudah dipentang kemudian menoleh pada arah datangnya suara yang tidak lain adalah Pangeran Madi Alit yang mencegah si Aki melepas panahnya kembali.



- He, apa maksudmu kisanak? --



Tanya si Aki seraya masih mementang gendewanya.



- Tunggu dulu paman! -



Kata Pangeran itu kemudian berbalik dan menegur lima orang tadi.



- Eh, kalian ini siapakah yang tibatiba memusuhi kami tanpa sebab? -



- Ha, kau berlagak tuli rupanya!



Bentak si berewok.



- Sudah kukatakan kami menuntut balas atas kematian kakang Lodaya!



- Hm, lalu apakah kesalahan kami sehingga kau menyerang kawan-kawanku dengan tanpa selidik pula? Bukankah sudah disebutkan Sentanulah yang menewaskan saudaramu itu.

- Cukup dan tutup mulutmu yang pintar bicara itu! -



Bentak si berewok pula.



- Tidak perduli kalian siapapun, akan kubunuh jika tidak dapat menunjukkan sarang setan Sentanu itu.



Madi Alit menggelengkan kepala, semula ia memang ingin mencegah Aki Kerancang menurunkan tangan mautnya mencabut nyawa orang-orang itu, karena putra Pajajaran ini tahu sekali Aki Kerancang menggerakkan gendewanya tentulah nyawa mereka akan lepas dari jasad. Hal itu tidak dikehendaki oleh Pangeran Madi Alit. Namun melihat agaknya orang-orang kasar itu memang berwatak tidak terpuji, lagi pula menilik bentuk tubuh dan perangai pastilah mereka bukan orang baik-baik. Maka Madi Alit mundur dan tidak membuka suara pula.



- Hayo kawan-kawan kita hancurkan orang-orang ini!



Tiba tiba si berewok berseru dan loncat menyerang pangeran Madi Alit, yang segera diikuti oleh kawan-kawannya menerjang lawan yang dekat dengan mereka.



Pangeran Madi Alit mengangkat tangan menangkis serangan si berewok dengan gempuran keras pada pergelangan tangan lawannya yang memegang golok. Dan ketika ia melirik, terlihat Aki Kerancang telah menggerakkan gendewanya dengan cepat dan diputar-putar menangkis serangan orang-orang itu. Tidak seimbang. Si Aki dikerubut dua orang dan dua lainnya mendapat perlawanan dari orang-orangnya si Aki. Namun si Aki berada jauh diatas pengeroyoknya. Sambil tertawa-tawa ia permainkan orang-orang itu. Akan tetapi ketika si Aki tengah mempermainkan lawan-lawannya, tiba-tiba terdengar suara jeritan orangnya yang terkena babatan golok hingga terjungkal dan mandi darah, si Aki menjadi kaget. Ia sadar bahwa lawan memang tidak

dapat diberi hati dan ampunan. Maka tiba-tiba ia pentang kembali gendewa yang dipegangnya dan ...... sing... siut ...... berturut turut tiga batang anak panah melesat menyambar tiga lawan yang sedang bertempur. Maka tanpa ampun ketiga orang itupun roboh tertembus anak panah pada leher dan dadanya.



Sementara itu Pangeran Madi Alit masih tidak melakukan serangan dengan sepenuh hati. ia tak mau menurunkan tangan mencabut

nyawa lawannya, sebab kecuali ia merasa lawan tidak seimbang dan kepandaiannya berada jauh dibawahnya, ia juga merasa tidak bermusuhan dengan orang itu. Maka sampai saat kawan-kawannya telah menemui ajalnya itu lawan yang tinggal satu itu masih bernapas lega. Akan tetapi sewaktu ia melirik si Aki kembali pentang gendewa kearahnya, ia loncat dan kabur meninggalkan pertempuran berlari menuju hutan Kalang yang ada didepannya.



Namun baru saja ia berlari dan hendak loncat masuk kedalam gerumbul pepohonan sekonyong-konyong anak panah si Aki telah melesat dan menembus punggungnya hingga ia roboh menjerit tertelungkup.



Pada saat orang itu jatuh kena serangan panah si Aki, terjadilah hal yang mengejutkan sekali. Tubuh orang-itu tepat terjatuh kedalam sebuah kubangan yang digenangi air. Air itu tidak terlalu dalam, hanya setumit dalamnya. Namun ketika tubuh orang itu jatuh mengeluarkan suara Prass! -dan erangan orang itu segera lenyap, namun segera disusul oleh terdengarnya suara mendesis menceracas bagai bara api disiram air dingin dan tubuh orang itu tiba-tiba meleleh ketika terbenam pada kubangan air itu.



Aki Kerancang dan yang lain menjadi kaget ketika dilihatnya tubuh orang, kulitnya mencair dan hancur menjadi cairan kental, sedikit demi sedikit kulit orang itupun mengelupas dan mencair leleh menjadi bercampur dengan air kubangan itu.



Pangeran Madi Alit hampir saja loncat menarik tubuh orang itu, namun Aki Kerancang loncat dan mencegah dengan berkata :



- Jangan kisanak! Berbahaya! -



Pangeran Madi Alit mengurungkan niatnya.



- Kubangan itu berisi cairan beracun yang berbahaya. Tubuh manusia ataupun binatang akan hancur menjadi cairan bila terkena olehnya. Dan jika kisanak sekali memegang tubuh orang itu,maka kisanakpun akan ikut menjadi korban cairan ganas itu. -




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Aki Kerancang memberikan penjelasan. Dan Madi Alit menekap muka dengan cemas melihat kekejian alam yang merenggut tubuh orang itu dengan cara demikian.



Dan benarlah yang dikatakan oleh Aki Kerancang. Tidak menunggu terlalu lama tubuh orang yang berbunyi bagai bara menyala disiram air itupun perlahan-lahan lenyap dan habis tak tersisa. Kulit dan tulang-belulangnya musnah berubah menjadi cairan berwarna coklat untuk kemudian larut dalam air kubangan.



- Itulah kisanak, semenjak dulupun tlatah hutan Kalang ini amat berbahaya. Sekali orang salah langkah dan menginjak kubangan yang dikiranya air biasa itu, maka nyawa akan musnah dengan tidak ia duga. Sedang kubangan air yang demikian, banyak terdapat disekitar tempat ini. Maka, berhati-hatilah kisanak! --



Kata Aki Kerancang pula.



(BERSAMBUNG JILID 2)





******



Mencari Tombak Kiai Bungsu



Karya RS Rudhatan



Jilid 2



Cetakan Pertama 1976



Gambar Luar : Wid Ns



Gambar Dalam : Wid Ns



Penerbit : Muria



Yogyakarta



Hak Cipta dilindungi Undang Undang



*****



Buku Koleksi : Aditya Indra Jaya



(https://m.facebook.com/Sing.aditya)



Juru Potret : Awie Dermawan



(https://m.facebook.com/awie.dermawan)



Edit Teks dan Pdf : Saiful Bahri Situbondo



(http://ceritasilat-novel.blogspot.com)



Back up file : Yons



(https://m.facebook.com/yon.setiyono.54)



(Team Kolektor E-Book)



(https://m.facebook.com/groups/1394177657302863)



*******





PADA saat Pangeran Madi Alit tercengang mendengar penuturan Aki Kerancang perihal kubangan beracun itu, tiba-tiba, berkelebat sebuah bayangan ke arah mereka. Aki Kerancang sehat menarik gendewa yang dipegangnya. Demikian pula Madi Alit bersiap menunggu kalau-kalau yang muncul adalah lawan baru.



Namun Aki Kerancang kaget bersaampur girang ketika melihat siapa yang muncul.



- Ah tenyata Ki Ageng! Selamat datang mPu Waskita!



Seru Aki itu dengan muka berseri.



Orang itu yang tak lain adalah mPu Sugati tersenyum, dan sebelum yang lain membuka mulut pula, mPu Sugati telah mendahului berkata :



- Terimakasih Aki, terimakasih. Sengaja aku menemui kalian di sini dan sekaligus ingin aku mengucapkan selamat pada pangeran Madi Alit yang tengah mengemban kuwajiban berat.



Pangeran Madi Alit tercengang.



- Ah, ia telah mengetahui diriku! -katanya dalm hati.



Tapi ia diam saja seraya mengangguk tersenyum mendengarkan perkataan orang tua itu lebih jauh.



- Aki, layak aku memberitahukan padamu. Kini tak usahlah kau terlalu memikirkan anakmu Sentanu. Ia semenjak tiga hari yang lewat telah kubebaskan dari hutan kalang ini. Akan tetapi, sebagai kelanjutan denda yang harus ia pikul, Sentanu masih harus menjalani tapa brata mengalami pengembaraan. Biarkanlah Aki, Sentanu masih harus memikul dan menjalani dharmanya. Dan kini ia tengah berjalan ketlatah timur . .



- Aku juga mengharapkan Pangeran Madi Alit segera melanjutkan perjalanan kembali. Sebab pada Sentanu dan Pangeran ada hal-hal yang akan bertalian kelak. Hanya sekarang pangeran masih belum berjodoh untuk bertemu dengan anak muridku itu. Nah, kalian Aki kembalilah ketempatmu, pada saatnya Sentanu akan kembali padamu. Kini aku minta diri terlebih dulu untuk menyelesaikan kuwajibanku yang lain. Selamat tinggal semua!



- Ki Ageng! ........ -



Aki Kerancang berseru ingin mencegah dan bertanya. Tetapi mPu Sugati telah berkelebat dan menjauh. Hingga Aki Kerancang melongo dengan muka bodoh memandang kearah lenyapnya mPu Sugata



- Sudahlah Paman. -



Berkata Madi Alit.



- mPu Sugati telah mengatakan yang sebenarnya. Seyogyanya paman segera kembali.



Tanpa dapat membantah pula, Aki Kerancang memerintahkan orang-orangnya untuk kembali pulang.



Sementara itu Pangeran Madi Alitpun segera meminta diri pada Aki Kerancang dan seluruh penduduk untuk melanjutkan perjalanannya. Dan dengan berat hati Aki Kerancangpun melepas kepergian anak muda yang telah merebut hatinya itu.



Seperti yang dikatakan oleh mPu Sugati, benarlah Sentanu telah secara diam-diam ditolong oleh orang tua itu keluar dari hutan kalang.



mPu Sugati sesungguhnya tidak benar berniat menghukum Sentanu di hutan berbahaya itu. Ia hanya ingin menguji ketulusan serta keikhlasan muridnya menerima hukuman sebagai pengakuan ia telah melakukan kesalahan dan melanggar perintah. Maka ketika Sentanu berhasil memasuki hutan kalang, dengan diam-diam mPu Sugati menyusul masuk dan menolong anak muda itu serta kemudian memerintahkan untuk pergi meninggalkan tempat itu mengembara mencari pengalaman ,dan memperdalam kepandaian serta mencari orang pandai.



Sentanu tidak banyak membantah. Ia mentaati perintah gurunya yang ia ketahui tak akan mencelakakan. Dan sekalipun ia belum menerima banyak ilmu dari orang tua itu, tetapi ia rela meninggalkan dusun dan seluruh orang yang ia cintai.



Sentanu pergi meninggalkan hutan kalang menuju kearah timur tanpa mengenal arah yang hendak dituju. Namun tekadnya hendak mengembara seraya mencari guru yang paling pandai yang sekiranya dapat memberikan pelajaran yang lebih sempurna. Sebab Sentanu merasa bahwa ilmu yang diperolehnya masih jauh dari sempurna Maka ia tetap melangkah dengan tidak mengetahui hendak kemana yang dituju. Sesuka hatinya membawa, dan sekehendak kakinya melangkah, kesanalah ia berjalan. Tidur di hutan dan mencari makan pengisi perut manakala lapar ditengah hutan dan mengisinya dengan buah-buahan yang ia dapat dihutan yang dilalui.



Namun sesudah berjalan berhari-hari menempuh perjalanan yang sukar dan melelahkan. Sentanu mulai banyak mendapat rintangan. Meskipun tubuhnya tergolong kuat dan bakat ia rajin melatih ulah kanuragan, namun perutnya kerapkali tidak berisi oleh makan. Bahkan kini ia telah tiga pekan harus menahan lapar dan haus. Sedang untuk minta-minta pada penduduk terlalu jauh. Jalan yang ia lewati adalah jalan pegunungan dan bulak panjang yang gersang.



Perut Sentanu semakin memuntir dan melilit-lilit rasanya. Bagai dipilin perut itu hingga merasakan pedih dan sakit. Bibirnya telah menjadi kering. Mukanya pucat dan tubuhnya telah gemetar untuk diajak bergerak. Rasa melayang ketika mencoba terus melangkah maju dan berjalan. Sedang kepalanya berputar, pening dan berat rasanya.



Agaknya, telah menjadi kehendak nasib anak muda ini. Karena pada akhirnya ia telah tak kuasa lagi untuk berdiri tegak berdirinya telah sempoyongan dan tidak teratur pula. Matanya telah tak kuasa untuk dibuka melihat jalan didepannya. Berkunang-kunang mata itu. Hingga pada akhirnya Sentanu benar-benar tidak lagi mengetahui apa yang terjadi. Ia roboh terguling dan jatuh terbanting tertelungkup' diatas tanah kering tak sadarkan dirinya lagi.



Namun bertepatan dengan itu, ditempat Sentanu jatuh pingsan lewat sepasang suami istri yang membawa barang pada pikulan yang dibawanya. Kedua orang itu adalah pedagang keliling dari tanah Bagelen. Ketika dilihatnya Oleh suami istri itu akan Sentanu yang menggeletak diatas tanah dijalan ,pedagang keliling itu berseru pada istrinya:



- He, kau lihat itu? Hayo kita dekati, jangan-jangan dia menderita atau sakit.





Istrinya tidak membantah, diikutinya suaminya mendekati Sentanu yang tertelungkup pingsan. Lalu dengan cekatan pedagang keliling itu mengangkat'tubuh Sentanu, kemudian dipangkunya dan setelah diteliti, orang itu berkata pula .



- Kasihan orang ini. Ia sakit Agaknya menderita kelaparan. Kau lihat perutnya. Ia tentu lapar sekali.



- Aduh, kasihan benar! Kau tolonglah dia, aku akan siapkan makanan ini. -



Kata istri pedagang keliling itu, seraya tangannya sibuk membuka buntalan yang dibawa dengan pikulan oleh suaminya.



Orang itu dengan cepat menolong Sentanu dengan mengurut urut bagian tubuh anak muda itu. Dan akibat dari itu, tak lama Sentanu membuka mata dengan heran. Namun mata itu segera terpejam pula. Ia tahu ada orang telah menolong dirinya. Tetapi tubuhnya telah menjadi lemah, sehingga ia kembali memejamkan matanya.



- Kisanak, kau bangkitlah sebentar, makanlah ini lebih dahulu!



Kata orang itu seraya mendudukan Sentanu dan memberikan nasi yang baru saja disediakan istrinya dengan daun pisang.



Sentanu mendengar suara itu. Dan ketika ia merasa dirinya dibantu untuk duduk, ia bergerak kemudian duduk bersila diatas tanah.



- Makanlah kisanak.



Ulang orang itu kembali.



Sentanu menerima uluran yang diberikan penolongnya, lalu dengan perlahan ia menyuap nasi itu kedalam mulutnya, mengunyah dengan perlahan dan hati-hati.



- Minum kisanak!



Orang itu menyodorkan air minum dengan tempurung kelapa yang telah berwarna hitam halus. Sentanu menerima seraya mengangguk pelan.



Sementara Sentanu makan, kedua penolongnya memandang dengan muka berseri, karena segera terlihat Sentanu berangsur menjadi pulih dan nampak mukanya kini berseri pula. Sampai pada akhirnya Sentanu dapat berkata mengucapkan sukur dan terimakasihnya.



- Terimakasih kisanak, aku berhutang budi pada kalian.



-0, berterimakasihlah pada yg Maha Kuasa Kisanak, kami hanya sekedar menjalankan dharma menolong sesama yang tengah menderita kesusahan. ....



- Benar, tetapi jika kalian tidak ada, tentulah aku telah mati kelaparan. Tiga pekan perutku tidak terisi oleh apapun. Namun rupanya dewa masih menginginkan aku hidup dengan mengirim kalian suami istri ini kemari. Tetapi, siapakah nama kisanak ini ?



- Aku bernama Taruna dan ini istriku.Sedang kisanak ini siapakah dan hendak menuju kemana hingga tiba ditempat ini dalam kesengsaraan?



Sentanu terdiam untuk beberapa saat.



- Aku Sentanu.




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Jawabnya kemudian.



- Dari Pucanganem Daerah barat.



Lalu Sentanu tuturkan riwayatnya hingga ia tiba di tempat itu diketemukan Sepasang suami istri Taruna yang menolongnya.



- 0, kalau demikian, kisanak tidak ada tujuan dalam berjalan ini.



Tanya Taruna.



- Marilah kisanak singgah dahulu ke gubugku kalau sudi.



- Dengan Senang hati, aku akan singgah tetapi aku khawatir akan mengganggu perjalanan kisanak Taruna.



- Jangan! Jangan berkata demikian kisanak. Ayolah kau ikut kami kerumah di dusun Pringsewu.



Semula Sentanu masih hendak menolak ajakan sepasang suami istri Taruna. Tetapi karena didesak terus menerus, akhirnya ia terima juga ajakan itu.



- Biar aku bawakan barang itu! -



Sentanu minta pikulan yang dibawa Taruna. Hatinya merasa kasihan melihat orang itu membawa barang-barang berat.



- 0, sudah! Tak usah kisanak. Aku sudah terbiasa membawa ini. -



- Tak apa kisanak, biar aku bawakan. Aku hendak mengucapkan rasa terimakasih dengan membawakan barang ini.



Lalu dimintanya juga barang-barang yang dipikul Taruna, dipindah keatas pundaknya. Tentu saja kekuatan Sentanu melebihi Taruna. Sentanu yang pada dasarnya memiliki ilmu lumayan. Hanya karena kelaparan yang sangat sajalah telah membuat ia roboh dan jatuh pingsan tadi.



Kemudian Sentanu mengikuti Taruna berjalan pulang. Hati anak muda ini menjadi gembira bertemu dengan Taruna yang agaknya memiliki kecintaan terhadap sesama, sehingga dengan ikhlas diajaknya ia ke rumah tinggalnya di dusun Pringsewu.



- Seyogyanya menetaplah kisanak ditempatku ini kalau memang tak ada tujuan. -



Kata Taruna setelah mereka tiba dan menjamu tamunya di Pringsewu.



- Ah, jangan terlalu repot memikirkan itu. -



Jawab Sentanu pendek. Namun hatinya mulai merasa cocok dengan Taruna.



- Keadaan sedang kacau. kisanak. -



Kata Taruna pula.



- Dimana-mana banyak timbul perang. Dan perampok banyak berkeliaran. Hingga hidup rasanya semakin terjepit.



Sentanu termangu mangu mendengar perkataan Taruna itu. Ia

teringat ketika desanya dihancurkan perampok. Hatinya jadi panas oleh api dendam yang menyala dalam dadanya.



- Dendam. Dendam karena sakit hati dan permusuhan.



Kata Taruna dengan perlahan.



- Dendam tak akan pernah selesai kisanak. Aku masih muda sepertimu juga. Terbakar oleh dendam karena ayahku mati oleh pamaliku sendiri. Lalu aku juga belajar memegang senjata kemudian kucari paman dan kubunuh. Namun kemudian anak pamanku ganti mencari dan hendak membunuhku. Hanya untung ia sadar kembali dan tahu pamanku yang mulai memancing permusuhan. Kalau tidak sudah pasti akan terus terjadi saling bunuh.



- Demikian seterusnya. Bunuh membunuh. Menuruti dendam kesumat dan rasa permusuhan. Seperti dirimu kisanak. Ah. Dendam hanya memperpendek umur dan menanam penyakit dalam dada sendiri. -



Sentanu termenung pula mendengar perkataan Taruna yang demikian. Ia pikir ada benarnya juga perkataan penolongnya itu.



- Ah, kisanak Taruna. Aku jadi heran.



Tukas Sentana dengan kagum,



- Kau ternyata mempunyai wawasan yang lebih dalam serta jauh, seperti guruku mPu Sugati.



Taruna tertawa pula.



- Kau beristirahatlah kisanak, dikamar samping itu. Anggap sebagai tempat tinggalmu sendiri. Dan katakan apa-apa yang kau butuhkan -



Taruna meninggalkan sentanu, karena saat itu malam telah semakin bertambah panjang, dan beberapa saat lagi tentu seluruh dusun Pringsewu akan disaput oleh kesunyian yang mencengkam. Karena bunyi kentongan memberikan

tanda malam itu telah hampir berjalan separuhnya.



Beberapa lama kemudian. ketika Sentanu telah lelap pula dalam tidurnya, Taruna yang juga telah tertidur pulas, menjadi kaget dan heran ketika istrinya membangunkan dengan gugup dan bingung bercampur dengan keheranan.



- he ada apakah kau membangunkan ini? -



Taruna hampir

loncat dari bale bale ketika istrinya membangunkan dengan tidak memberi tanda terlebih dahulu.



- Ssst . ..... perlahan sedikit. -



Istrinya menempelkan telunjuk pada kedua bibirnya yang indah. Taruna menjadi heran.



- Apa yang terjadi?-Taruna bertanya pula.



Namun istrinya tidak berkata sepatahpun, melainkan ia tarik suaminya turun dari bale-bale dan lengannya ditarik dibawa berjalan ke arah kamar Sentanu disamping.



- He, apa maksudmu? -



Taruna bertanya dengan heran melihat kelakuan istrinya yang dirasa aneh.



- Kau diamlah dulu, nanti akan kau lihat sendiri.



Kata istrinya, seraya maSih menarik lengan suaminya. Dan ketika dekat dengan kamar dimana Sentanu berada, Taruna menjadi kaget dan heran. Karena dari celah-celah lubang dinding bambu terlihat cahaya aneh bersinar lembut dan indah.



- Kau lihat kedalam! -



Perintah istrinya. Dan Taruna menurut. Dengan hati-hati ia melangkah berjingkat mendekati pintu kamar itu. Dan pintu yang tidak terpalang, ia buka sedikit. kemudian Taruna melongok kedalam kamar, hendak melihat benda apakah yang bersinar hingga terlihat dari luar dinding itu.



Taruna melonjak dan hampir saja ia berseru kaget. dan heran, namun untung ia sadar hingga suaranya tertelan kembali dan tidak membuat Sentanu terbangun. Karena Taruna melihat ternyata benda yang menimbulkan sinar indah itu adalah kepala Sentanu yang tengah tidur lelap



Taruna melihat kepala itu bercahaya dan wajah Sentanu tengadah nampak agung dan berwibawa, sedang kedua bibirnya menyunggingkan senyum membayangkan roman mukanya yang gagah dan tampan. Sinar berwarna kuning lembut itu seakan bergerak-gerak, bagai asap kuning cemerlang berputar sekeliling kepala Sentanu yang tidak menyadari dirinya tengah diperhatikan oleh sepasang suami istri yang telah menolongnya.



Taruna menjadi sadar kembali dari kekaguman menyaksikan keajaiban pada diri anak muda itu, ketika istrinya menggamit ia agar kembali seraya berbisik :



- Ayo kita kembali, jangan sampai anak muda itu mengetahui kita mengintip dengan secara demikian.



Taruna mengikuti istrinya yang telah berjalan lebih dahulu. Hatinya masih diliputi oleh keheranan dengan pemandangan yang ia saksikan itu .



- Kakang Taruna, aku merasa Sentanu adalah seorang pemuda yang terpilih mendapatkan wahyu. Aku yakin dia pasti akan menjadi orang besar dikelak kemudian. Maka alangkah baiknya jika kita mulai sekarang mengangkat dia sebagai saudara. Bagaimana pikiranmu kang?



Taruna tidak segera menjawab perkataan istrinya. Namun ia menimbang nimbang dengan teliti.



- Bagaimana?



Desak istrinya.



- 0, apakah kau tidak mengingat lagi pada pesan ayah? -



Bertanya Taruna.



- Aku hanya hendak memberikan kepercayaan pada seorang yang memang kita cari. Sedang Sentanu. belum tentu orangnya yang sedang kita upaya untuk melepaskan pederitaan kita ini.



Istrinya menjadi terdiam.Teringat bahwa mereka memang sedang hendak mencari seorang yang menurut perjanjian akan dapat menolong dari papa sengsara yang tengah mereka jalani .



-Tapi kang! tak ada salahnya kita mengangkat saudara kepada sentanu itu.



- Isteriku, kalau kita mengangkat saudara kepadanya, sama halnya kita harus membuka rahasia kita yang selama ini kita simpan rapat rapat. Kemudian menceritakan semua rahasia itu kepadanya.



- Tentu saja harus demikian kang Taruna, tak ada buruknya, bukan ?



Taruna menjadi termangu-mangu. Hatinya bimbang. Meski dalam hati kecil Taruna terbit rasa senang dan cintanya kepada Sentanu yang belum lama ia ketahui. Namun waktu yang singkat itu ternyata telah menggugah perasaan hati Taruna untuk merasa cocok dengan Sentanu.

Tetapi untuk membuka rahasia yang selama ini dipendam rapat-rapat kepada anak muda itu?



Taruna masih ragu.

Karena hanya kepada seorang yang telah digariskan akan dapat menolonya saja rahasia itu boleh dibukakan.



Tetapi siapakah orangnya?



Taruna telah mencarinya bertahun tahun. Namun belum juga ia temukan orang itu. Dan kini muncul Sentanu ditengah perjalanan mencari orang yang telah digariskan akan menolongnya.



- Kau tak usahlah berbanyak pikir kang Taruna, aku merasa Sentanu cukup pantas untuk mengetahui persoalan dan kesulitan kita.Tak ada buruknya.



- Kalau kemudian ternyata bukan dia orangnya yang kita cari?



- Tak apalah kang, kau bisa mencobanya. Namun aku yakin dialah orang itu. Aku merasa benar akan hal ini. -



Istrinya terus berusaha menanamkan keyakinan pada suaminya. Sehingga akhirnya Taruna memperoleh ketetapan hati untuk mengikuti perkataan istrinya.



-Baik, kita tunggu besok pagi. Aku akan katakan semua persoalan kita padanya. Hanya semoga tidak keliru kita mengambil langkah ini.



- Percayalah kang, aku merasa tindakan kita tak akan salah. -




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Kata istrinya pula.





*****





- Kisanak Sentanu.



Taruna membuka percakapan ketika esok harinya mereka bersantap.



- Apakah kau cukup merasa senang bertemu denganku?



Sentanu heran mendengar pertanyaan itu.



- Apa maksudmu dengan pertanyaan demikian ini? Tak usah ditanyakan pun sudah barang tentu aku merasa bukan hanya sekedar gembira malah lebih dari itu kisanak Taruna.



- 0, baiklah.



Sahut Taruna pula.



- Maaf aku kisanak jika perkataanku menjadi janggal pada pendengaranmu. Cuma aku sesungguhnya mempunyai niat lain terhadap kisanak Sentanu.Bagai manakah jika pertemuan kita ini kita eratkan lagi dengan cara mengangkat saudara diantara kita ?



-He! -



Sentanu melengak heran dan terkejut. Tetapi :



- Ah Taruna apakah tidak keliru pikiranmu hendak mengangkat aku menjadi saudaramu? Bukankah hanya akan menambah beban dan penderitaan dihatimu yang karena hidupku yang masih dalam keadaan demikian ini.



- 0, tidak kisanak. Percayalah. Hanya kini semua. keputusan tergantung padamu. Kau terimakah keinginanku?



Taruna terkejut ketika tiba-tiba Sentanu merangkul dirinya dengan tiba-tiba.



- Kakang Taruna, tak usah ditanya aku telah menerima niatmu itu dengan ikhlas.



Taruna balas merangkul Sentanu seraya berkata :



- Terima kasih Adi. kau sungguh berbudi dan baik.



Keduanya segera bersumpah mengangkat saudara satu sama lain dan menyatakan hendak hidup sama mengenyam senang dan penderitaan.



- Kakang Taruna.



- Adi Sentanu!



Keduanya segera saling merangkul pula. Dan ketika itulah istri Taruna muncul dari dalam dan berkata:



- Kita rayakan hari ini dengan gembira. Ayo kita makan kedalam.



- Kakang Taruna.



Kata Sentanu kemudian.



- Karena kita telah saling mengikat janji sebagai saudara, sedang aku telah menuturkan riwayat kepada kakang Taruna, maka kini aku mohon kakang Taruna berganti menuturkan riwayat, kakang berdua. Aku ingin mendengarnya. -- .



Taruna kaget namun hatinya gembira. Karena sesungguhnyalah ia tadi mempunyai niat untuk memaparkan riwayatnya kepada Sentana. Dan siapa tanpa diduga malah bertanya terlebih dahulu.



- Adi Sentanu, sebenarnya memang demikian yang hendak kukatakan. Baiklah akupun hendak menuturkan riwayat hingga sampai kemudian aku bisa berada ditempat ini.



Taruna menghela napas dalam-dalam, sesudah itu barulah ia membetulkan duduknya diatas tikar lampit lalu memulai membuka perkataan pula.



- Kau dengarlah adi Sentanu. Sesungguhnyalah aku bukan berasal dari tlatah Pringsewu ini. Namun aku dulunya datang dari tempat yang jauh diujung timur Kadipaten Banyuwangi. Nah, apakah adi Sentanu pernah mendengar nama Tamponi?



- Tamponi? -



Ulang Sentanu mengingat-ingat.



- Rasanya memang pernah mendengar nama itu disebut-sebut orang.



- Baiklah adi Sentanu. Sebenarnya Tamponi adalah nama Adipati Banyuwangi yang menguasai seluruh tlatah Banyuwangi di ujung timur. Dulunya Banyuwangi masuk kedalam tlatah Negri Majapahit yang dikuasakan kepada Baginda Bra Wirabumi.



- Adipati Tamponi adalah seorang adipati yang gagah sakti. Dan kecuali memang merupakan seorang adipati yang mumpuni dalam ulah perang dan menguasai banyak ilmu, juga mumpuni dalam ulah kenegaraan. Maka tidak mengherankan jika Negeri Kadipaten Tamponi menjadi berkembang dengan baik. Perdagangan maju dan rakyat mengenyam hidup subur dan tenang serta tentram.



Adipati Tamponi mempunyai tiga orang anak. Dua laki-laki dan seorang perempuan. Mereka diberinya nama Raden Wilapribrata yang sulung dan adik Raden Wilapribrata adalah Raden Tawang Teruna. Sedang putri BungSu bernama Mirah Sekar.



Namun agaknya kebesaran kadipaten Banyuwangi tak akan berumur lama, sebab sepeninggal Adipati Tamponi, dalam kraton timbul kerusuhan yang diperbuat oleh Raden Wilapribrata.



Raden Wilapribrata yang menggantikan Adipati Tamponi memimpin Kadipaten Banyuwangi ternyata berwatak bengis dan tidak memikirkan nasib rakyat, sehingga lama kelamaan kadipaten menjadi mundur.



Sepanjang hari Wilapribrata hanya berfoya-foya dan bersanding dengan selir-selir yang tak terhitung jumlahnya. Nasib kadipaten

tak diurusnya lagi. Maka dimana-mana ditlatah Banyuwangi timbul kekacuan. Perampokan muncul dimana-mana. Kraton makin rusak dan mendekati keruntuhan. Namun hal itu tetap tidak membuat Wilapribrata sadar dari mabuk bergelimang dengan kesenangan duniawi, malah Adipati Wilapribrata semakin jauh dari memikirkan nasib rakyat yang mulai menyadari mereka tidak lagi mempunyai pimpinan yang bisa diharap menjadi pelindung dan pengayom yang baik.



Dalam pada itu, Tawang Taruna yang menyaksikan nasib rakyat dan kadipaten semakin memburuk, mencoba datang menghadap Adipati Wilapribrata dan memperingatkan keadaan yang bertambah buruk di tlatah Banyuwangi.



- Kanda Adipati sudah selayaknya hamba mohonkan perhatian untuk rakyat Banyuwangi yang tengah ditimpa kemiskinan. Dimana timbul kekacuan dan tak seorangpun merasa takut pada kanda Adipati melawan hukum dan peraturan yang pernah dibuat ayahanda Tamponi. -



Mendengar perkataan Taruna yang demikian itu, muka Wilapribrata menjadi merah. Ia merasa telah ditampar dimuka banyak punggawa dan nayaka yang ada saat itu.



- Hm, sejak kapan kau Taruna mulai belajar dan berani menasehati kakandamu? -Kau mengira apakah aku masih kanak-kanak yang perlu diberi wejang dan nasehat oleh anak ingusan macammu Taruna?



Taruna surut mendengar jawab Adipati Wilapribrata. Namun tekadnya telah bulat. ia hendak memberikan peringatan pada saudaranya agar kembali pada jalan yang benar dan memegang kadipaten dengan sebaik-baiknya.



- Ampun kakanda, aku bukan hendak sekali-kali melawan kehendak kakanda, namun hanya kepentingan rakyat sajalah yang hamba bela dan mohonkan kakanda untuk memerhatikan nasib mereka itu.



- He, Taruna !



Tiba-tiba Wilapribrata berteriak marah.



- Kau kini sudah mulai hendak memberikan pelajaran kepadaku ha ?!



- Cukup ! Kau pergilah dan jangan coba lagi memberikan perkataan bodohmu itu.



- Kakanda Adipati, hamba mohon kakanda memikirkan kata kata hamba ini, sebab segalanya akan menjadi berbalik dan kelak kakanda sendiri akan mengenyam buah perbuatan buruk itu jika kanda tidak mau bertobat sejak sekarang.



- Taruna !



Wilapribrata menggeram hebat. Mukanya mendadak bertambah merah bagai kepiting direbus. Dan saking marahnya gigi Adipati Wilapribrata gemeretak dan tangannya gemetar memandang Taruna dengan mata menyala bagai hendak menerkam saja layaknya.



Para pengawal kadipaten berloncatan melihat kejadian itu. Mereka tahu jika terjadi perkelahian, maka akan hebat jadinya. Sebab Wilapribrata dan Taruna adalah dua bersaudara yang semenjak kecil telah memiliki kehebatan dalam ulah keprajuritan dan telah mewarisi kepandaian ayahnya, Adipati Tamponi yang terkenal sakti pilih tanding di seluruh kadipaten.



Namun demikian, sekalipun Taruna telah bertekad hendak menberikan hajaran kepada Wilapribrata, namun ia juga menyadari bahwa kakandanya bukanlah tandingan untuknya. Karena Taruna tahu kakandanya ini menang jauh darinya. Kemampuan Wilapribrata bukan lagi lawan baginya. Dan agaknya jika benar terjadi perkelahian, ia tentu akan susah payah untuk menjatuhkan, bahkan mungkin untuk selamat dari tangan Wilapribrata akan sulit dan berbahaya.



Bertepatan dengan itu, tiba-tiba terdengar suara sorak sorai barisan rakyat kadipaten yang datang menyerang istana. Suara mereka terdengar bagai hendak meruntuhkan gedung istana kadipaten. Dan segera terlihat prajurit pengawal maju menyambut kedatangan para penyerang ini.



Wilapribrata menjadi kaget melihat munculnya rakyat yang membanjir dan datang-datang menyerang. Demikian pula Taruna menjadi heran melihat munculnya barisan rakyat yang kini tengah perang campuh dengan suaranya yang hiruk pikuk melawan prajurit kadipaten.



Ternyatalah rakyat telah tidak sabar lagi melihat keadaan yang mengenaskan mereka. Sedang adipati enak dan tenang berada di kraton tenggelam dalam pelukan selir-selir cantik yang tak terhitung jumlahnya itu. Tenggelam dalam arus kesenangan duniawi dan mabuk mabukan tanpa memikirkan nasib rakyat dan kadipaten lagi.



- Gantung Wilapribrata ! Bunuh mati anjing busuk itu !



Terdengar suara-suara teriakan yang memerahkan telinga Wilapribrata. Namun adipati ini cukup tahu bahwa prajuritnya tentu akan dapat membendung serangan rakyat itu. sebab bagaimanapun juga prajurit kadipaten adalah prajurit pilihan yang tidak mudah dilumpuhkan lawan, apalagi hanya menghadapi barisan rakyat tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam tata tempur yang baik. Akan tetapi dengan timbulnya pemberontakan itu Wilapribrata maju menggeram dan mencabut keris pusakanya kemudian berteriak dengan keras menatap Taruna seraya mengacungkan senjata pusakanya itu :



- He. Taruna ! Ternyata kau adalah binatang busuk yang tidak mengenal budi dan kebaikan. Jadi inikah balasanmu terhadapku ? membawa rakyat kotor untuk menghancurkan kadipaten ?



Taruna kaget mendengar tudingan itu. Maka ia maju dan berkata



- Kanda jangan salah menduga. Hamba tidak mengetahui rakyat yang tengah menyerang kraton itu. Mungkin karena mereka telah merasa habis kesabarannya hingga berani berlaku berontak kepada kanda Adipati. -



- Bohong ! Kau pura-pura tidak mengetahui, tetapi aku tahu tentu kaulah yang menjadi biang keladi timbulnya kerusuhan itu. Aku tahu kau iri hati hendak menguasai kadipaten. maka menghasut rakyat untuk brontak melawan padaku. -



- Kanda ............



- Cukup! Kau mampuslah !



Dan Wilapribrata, loncat menerjang dengan kerisnya menghunjam dada Taruna. Namun yang diserang cepat berkelit dengan sebat lalu loncat menyingkir menjahui Wilapribrata. Akan tetapi Wilapribrata Yang sesudah serangannya dapat dihindari, bertambah marah. Maka dengan menggeram hebat kembali ia terjang Taruna dan kali ini, bukan hanya senjatanya yang menyambar-nyambar menyerang Taruna tetapi juga tangan dan kaki bertubi-tubi melancarkan serangan yang berbahaya.



Taruna berloncatan menghindarkan diri dari serangan Wilapribrata yang dahsyat dan tak tertahan itu. Namun karena memang ia bukan lawan seimbang, maka pada satu saat keris ditangan Wilapribrata berhasil merobek lengan Taruna hingga lengan itu terpental dan robek mengeluarkan darah segar bertetesan membasahi lantai kadipaten.



Taruna yang robek lengan kirinya oleh serangan Wilapribrata,

loncat dan mengmbil keris yang sejak tadi masih terselip dipingganngnya, lalu dipergunakan menangkis dan menyerang Wilapribrata. Maka kini terjadilah perkelahian mati-matian ditempat itu.



Para prajurit tak satupun berani bergerak, mereka jadi bingung

melihat dua saudara itu mengadu senjata. Namun dalam pada itu ternyata dugaan Wilapribrata meleset. Barisan rakyat berhasil mendesak prajurit pengawal yang menahan serangan mereka.



Dan agaknya karena merasa rakyat yang berontak mulai terlihat merembes dan masuk kedalam, Wilapribrata menjadi bertambah marah. Dengan mengerahkan tenaga ia mendesak Taruna dengan hebat. Dikerahkan kepandaian dan ilmunya untuk menekan Taruna.



Sudah barang tentu Taruna yang kecuali memang berada jauh dibawah kemampuannya, juga telah terluka, maka menjadi semakin terdesak dan kini hanya tinggal mundur-mundur dan bertahan saja. Sedang kadangkala serangan Wilapribrata nampak semakin gencar dan menutup jalan lari bagi Taruna yang mulai kehabisan nafas dan pertahanannyapun terlihat mulai mengendur dan banyak tempat-tempat lowong menganga ditubuhnya.



Wilapribrata melihat hal itu, maka dengan bergerak cepat ia gerakkan senjatanya menyerang pula, dan suatu ketika sebuah tikaman adipati itu berhasil dengan tepat masuk ke paha Taruna, hingga darah mengucur dari luka itu, sedang Taruna terhuyung mundur membentur dinding.



Melihat itu Wilapribrata loncat maju dan kerisnya mengayun deras menghunjam perut dan dada Taruna. Namun bertepatan dengan itu tiba-tiba sebuah bayangan muncul dan menyambar Taruna hingga selamat dari tikaman maut Adipati Wilapribrata.




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Wilapribrata menjadi kaget melihat Taruna lolos dari ujung senjatanya. Dan ketika ia loncat membalikkan tubuh, seorang muda berdiri didepannya seraya tersenyum.



- Kau ?! -



Serunya dengan kaget. Karena Wilapribrata melihat ternyata yang datang menolong Taruna adalah anak paman sendiri.



Taruna tak kurang pula kagetnya melihat ternyata orang itu adalah Raden Bangsal anak paman mereka yang sejak lama memang hendak merebut kadipaten.



Wilapribrata menjadi marah, lebih-lebih ternyata ketika melihat prajurit kadipaten benar-benar terdesak oleh barisan lawan yang menyerbu. Pantas mereka mampu mengalahkan prajurit kadipaten. Pikir Wilapribrata karena tahu terdapat Raden Bangsal yang telah diketahui kehebatan dan ketinggian ilmunya. Namun karena Wilapribrata tetap menganggap Taruna berkomplot dengan pemberontak itu, maka ia loncat pula menerjang Taruna yang terduduk dekat pintu regol keluar ruangan.



Taruna melihat Wilapribrata menyerang pula, mengambil keputusan cepat. Dan untunglah Raden Bangsal maju menahan serangan itu pula hingga Taruna berhasil lolos dan kabur meninggalkan Kadipaten dengan membawa istrinya menuju kearah barat ke Majapahit. Namun dari sana Taruna terus melarikan diri kebarat.



Sementara itu Wilapribrata ternyata tidak berhasil memadamkan pemberontakan yang dipimpin oleh saudara sendiri itu. Akhirnya ia harus melarikan diri dan dengan membawa pengawal-pengawalnya yang masih setia kabur pula keluar dari Kadipaten menuju kearah barat. Dan Kadipaten jatuh ketangan Raden Bangsal anak dari paman mereka.



Wilapribrata melarikan diri dengan diikuti oleh prajurit dan pengawal Kadipaten yang ternyata jumlahnya tidak sedikit. Dan dalam menempuh perjalanan itu Wilapribrata membawa pula adik perempuan mereka Mirah Sekar.



Mirah Sekar sengaja dibawa oleh Wilapribrata karena adik perempuan itu adalah kesayangan Taruna. Dan dikarenakan Wilapribrata masih menyimpan dendam pada'Taruna yang tidak ia-ketahui kemana larinya maka dengan membawa Mirah Sekar, ia berharap Taruna akan menjadikan Mirah Sekar sebagai umpan untuk memancing datangnya Taruna dan dengan demikian maka mudah saja bagi Wilapribrata untuk membunuh Taruna yang dianggap jadi sebab ia kehilangan Kadipaten



Beberapa tahun kemudian ternyata Wilapribrata berhasil mendapatkan tanah baru ditlatah Wanabaya dan diangkat oleh Raja majapahit sebagai Adipati Wanabaya dengan tanah yang tidak terlalu luas.



Agaknya pengalaman di Kadipaten Banyuwangi membuat Wilapribrata harus bertindak lain.Maka kini ia berusaha sekuat tenaga membangun Wanabaya hingga karena kepintarannya dengan dibantu prajurit yang dibawanya ia berhasil membangun Wanabaya menjadi besar. Namun karena Taruna masih juga belum muncul, Mirah Sekar tetap menjadi tawanan di Wanabaya.



Dugaan Wilapribrata ternyata tepat. Taruna yang mengetahui Mirah Sekar dibawa oleh Wilapribrata menjadi khawatir karena Taruna tahu Mirah Sekar selalu menjadi bulan-bulanan kemarahan saudara tuanya itu. Maka timbul kasihan dan hendak mencari Mirah Sekar. Hingga akhirnya Taruna mengetahui Mirah Sekar berada dengan Wilapribrata di Wanabaya. Namun karena Taruna merasa tak mampu untuk mengalahkan saudaranya itu. ia datang minta bantuan pada Raden Bangsal yang telah menguasai Banyuwangi. Namun Raden Bangsal menolak permintaan itu. Raden Bangsal hanya mau memenuhi permintaan Taruna apabila sesudah Mirah Sekar lepas dari tangan Wilapribrata harus menjadi isteri muda Raden Bangsal. Maka sudah barang tentu Taruna menolak hal itu. Ia tahu Mirah Sekar sangat benci kepada Raden Bangsal yang memiliki watak mata keranjang.



Tak ada jalan lain, Taruna berusaha untuk membebaskan Mirah Sekar dari Wanabaya. Namun karena ia hanya seorang diri. Lagi pula memang terhadap Wilapribrata ia merasa kalah jauh maka Taruna hanya mendekati Wanabaya kemudian menetap dan tinggal di Pringsewu seraya menunggu kesempatan bagus untuk dapatnya membebaskan Mirah Sekar dari tangan Wilapribrata.



Taruna menyamar menjadi pedagang keliling guna menghindar dari prajurit Wanabaya yang mungkin mengenalnya. Hatinya

menjadi prihatin dan berduka mengingat hal itu hingga tak henti hentinya ia memohon dewa agar diberinya jalan untuk membebaskan Mirah Sekar dari tangan Wilapribrata saudara tuanya yang tidak mengenal kasihan terhadap saudara sendiri itu.



Terdorong oleh kehebatan rasa prihatin yang disandang oleh Taruna, pada suatu saat ia mimpi bertemu dengan ayahandanya Tamponi yang datang memberi padanya seekor harimau putih seraya berkata



- Taruna, kau bersabarlah, pada saatnya kelak Mirah Sekar akan bebas dari tangan Wilapribrata.



Sesudahnya Tamponi memberikan nasehat itu, ia sadar dan terbangun dari mimpinya.



Ia merasa heran dengan mimpi itu. Ketika diceritakan mimpi itu kepada istrinya, istrinya hanya mengatakan harapan dan menghibur dengan perkataan :



- Percayalah kakang Taruna, ayah tentu akan menolong kita. Bukankah dalam mimpi yang kang Taruna dapat itu dikatakan Mirah Sekar pasti akan kembali pada kita bukan ?



- Ya, tetapi apakah yang dimaksud ayah ?



- Kita tunggu saja kang Taruna, dewa-dewa tentu akan menolong dan membukakan jalan buat kita. Eh, kang Taruna, memikirkan mimpi itu rasanya aku mendapat ilapat kang Taruna akan dapat menguasai menggantikan Kakang Wilapribrata.



- Ah, jangan berpikir demikian tinggi, bagiku Mirah Sekar kembali sudah merupakan pahala besar buat kita.



- Tapi Kang. aku yakin akan itu. Dan tentu pula jika kang Taruna dapat menguasai Wanabaya, kita akan dapat kembali merebut Kadipaten Banyuwangi pula. '



- Sudahlah, jangan berpikir demikian jauh istriku, kita prihatinkan saja seraya mohon pertolongan dewa-dewa.

Istri Taruna kembali terdiam. namun dalam perasaan dan benak perempuan ini membersit suatu perasaan dan harapan yang melambung tinggi mengawang jauh kealam lain yang ada dibalik kepahitan hidup yang tengah disandangnya



- Demikianlah Adi Sentanu. riwayatku hingga aku terseret ke dusun Pringsewu ini, bukan lain hanya bermaksud hendak membebaskan Mirah Sekar dari tangan Wilapribrata.



Kata Taruna mengakhiri kisahnya kepada Sentanu.



- Jadi kakang Taruna sedang mencari jalan membebaskan saudaramu itu ?



- Ya, itulah.



- Eh, kang Taruna, bukankah saudaramu itupun sesungguhnya tak akan diganggu oleh Wilapribrata? Mengapa kakang Taruna harus membebaskan dari tangan saudara tuamu itu?



- 0, kau belum mengenal watak dan perangai saudara tuaku Wilapribrata. Namun aku yakin dan bisa memastikan Mirah Sekar tentu tak akan tinggal merasa senang dengan Wilapribrata. Menurut orang-orang dalam Wanabaya, aku mendengar Mirah Sekar selalu lebih banyak menangis dari merasa senangnya. Adi Sentanu, akulah yang paling tahu apa yang kini tengah dirasakan oleh saudaraku Mirah Sekar.



Sentanu terdiam. Ia merasa tidak mampu untuk memahami apa yang sedang dirasakan oleh Taruna. Namun ia diam saja, karena dengan membantah lebih banyak tak akan banyak berguna. Baru sesudah mereka saling membisu untuk beberapa saat, Sentanu berkata pula:



- Kalau demikian kakang Taruna, aku bersedia untuk ikut menanggung beban batinmu itu.



- Terimakasih Adi Sentanu, tetapi apa yang dapat kulakukan sekarang ?



- Kita serang Kadipaten Wanabaya !



- Ah, sama dengan mengantar nyawa sia-sia.



- Kang Taruna.

Hh ! . '



- Aku sanggup untuk melakukan kuwnjiban membebaskan saudaramu itu. -



- Kau ? Sendirian ?!



-Ya, aku sanggup kang.



- Jangan bergurau Sentanu ! -.



- Sungguh aku ingin melakukan. apakah kakang Taruna tidak percaya kepadaku ? Aku telah banyak belajar kang ! Seperti yang kukatakan belajar memegang dan menggunakan senjata. Kukira aku akan sanggup membebaskan saudaramu Mirah Sekar.



- Ah Sentanu !



- Bagaimana ? Tinggal kau setujui atau tidak ?



- Kau belum mengetahui kekuatan Wilapribrata !



- Nanti akan bisa kita ketahui jika aku telah melakukan pekerjaan ini kang.



- Bagaimana ?

Kau benar hendak membantuku membawa Mirah Sekar keluar dari Wanabaya ?



- Mengapa kau tanya lagi kang Taruna ? Sudah kukatakan aku akan kerjakan hal itu. Tunggu saja kakang dirumah. Mirah Sekar akan kubawa kepadamu.



- Jangan takabur Sentanu, sebaiknya berpikir lebih cermat untuk mengerjakan kuwajiban yang berat ini. Kesombongan hanya akan mengundang bencana bagi diri sendiri saja.



Sentanu terdiam ditegur demikian oleh Taruna.



- Jadi bagaimana pemikiranmu kang ? -



- Kita menggunakan siasat dan muslihat. ----



- Dan kalau benar kau siap hendak membantuku, maka sukurlah. Jadi kini agaknya penantianku telah mulai akan berakhir. Aku percaya dengan kemampuamnu. Tetapi jika bisa dilakukan dengan cara halus, apalah gunanya kita merebut dengan kekerasan ? -



- Ya,katakan bagaimana rencanamu?



Kau masuklah ke Kadipaten Wanabaya menyamar sebagai rakyat yang hendak mengabdi padanya. Karena kebetulan sekali saat ini Wilapribrata tengah membangun taman dan bangsal kaputren Kadipaten. Banyak pekerja dibutuhkan. Dan orang-orang semacam kau Sentanu ! Tentu akan mudah diterima. Dan setelahnya kau diterima bekerja disana, berusahalah untuk membawa lari Mirah Sekar dari Kadipaten. Aku akan menunggu ditepi hutan sebelah timur Pringsewu ini. Dan jika Wilapribrata mengetahui perbuatanmu. maka apa boleh buat kita lawan berdua. Nah, kau sanggup, bukan?



- Kang Taruna ! -'



-Apa lagi ?



- Aku berangkat sekarang juga kang !



Sentanu segera minta diri kepada Taruna suami istri.



- Beri tanda jika kau merasa tiba saatnya dapat membawa keluar Mirah Sekar.



Kata Taruna. Dan Sentanu mengangguk mengiyakan.



Dengan tidak menemui banyak rintangan Sentanu tiba dipintu regol Kadipaten. Namun sewaktu ia hendak masuk, prajurit jaga mencegat dan bertanya dengan suara keras : -



- Tunggu dulu ! Hendak kemana kau anak muda ?



Sentanu yang telah siap dengan jawaban, tersenyum, katanya:



- Aku hendak menghadap Gusti Adipati Wilapribrata.



- Hh, apa keperluanmu ?



- Bukankah Gusti Adipati tengah membutuhkan banyak tenaga pekerja untuk membangun taman Kadipaten ?



- Ya, benar, jadi kau menginginkan menjadi tenaga pekerja itu ?



- Begitulah.



- Kalau demikian tunggu dulu, biar prajurit juga itu memberitahukan kemauanmu pada kepala pengawas.



Sentanu menunggu beberapa saat. Tidak lama segera prajurit itupun keluar kembali lalu melambaikan tangan seraya berkata



- Kau masuklah kemari !



Anak muda itupun berjalan masuk kegedung yang tidak jauh letaknya dari regol Kadipaten. Lalu ia diterima oleh seorang tinggi besar yang agaknya adalah kepala pengawas seperti dikatakan prajurit jaga tadi.



- Kau hendak mengabdikan tenagamu di Kadipaten ini, benarkah ?



- Benar, hamba ingin ikut menyumbangkan tenaga hamba yang tidak terlalu banyak berarti ini.

Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo




- Tetapi sayang anak muda, yang tinggal belum memiliki tenaga hanyalah bagian angkut kayu dari hutan. Apakah kau sanggup menjalankan pekerjaan itu ?



Sentanu terkejut. Namun karena maksud utamanya hendak berada di Kadipaten itu, maka betapapun ia berat hati jika dipakai sebagai tenaga pengangkut kayu dari hutan, namun akhirnya setelah ia sedikit menimbang-nimbang diterimanya juga pekerjaan itu.



- Hamba sanggup. -



Jawabnya.



Sentanu bergabung dengan-kelompok orang-orang yang bertugas menjadi pembawa kayu kayu tebangan dari dalam hutan yang tidak jauh dari Kadipaten.



Ternyatalah kemudian oleh Sentanu diketahui adipati Wilapribrata adalah seorang yang memang pantas dipuji dan dikagumi. Wilapribrata ternyata bukan hanya sedang membangun taman kaputren, melainkan ia membangun sebuah beteng pertahanan dan jalan rahasia dalam istana Kadipaten yang luas. Sehingga apabila terjadi musuh menyerang dan jika tidak berhati-hati maka dapatlah mereka terjebak dan masuk kedalam jalur jalan yang membawa kedalam hutan tutupan penuh dengan rawa-rawa berlumpur yang berbahaya.



Dari luar nampak bangunan itu tidak bedanya dengan istana dan bangsal penghadapan bagi kawula dan rakyat Kadipaten. Namun jika orang telah masuk kedalamnya, maka pastilah akan terkejut karena didalam ruangan itu mereka akan kebingungan dan sesat. Dan sekali masuk akan sulit untuk keluar kembali. Ruang bangunan itu penuh dengan tikungan dan ruang yang menipu pandangan.



Belokan dan tikungan yang tidak terhitung serta menimbulkan kebingungan bagi yang masuk dan terlanjur berada didalam. Kemanapun akan keluar, ternyata bukan jalan menuju keluar, sehingga mereka hanya akan berputar-putar dalam ruang itu saja. Kecuali bagi yang mengenal tanda tanda tertentu yang sengaja dipasang ditempat

Itu.



Sepekan lamanya Sentanu berada di Kadipaten, dan kuwajiban mengangkat kayu-kayu tebangan masih juga dipikulnya. Namun sampai sejauh itu Sentanu masih belum dapat mencium dimana adanya Mirah Sekar. Meskipun telah berulangkali ia tanyakan pada orang-orang yang dekat dengannya, namun tetap tak seorangpun mengetahui dimana adanya gadis itu.



Sentanu menjadi bosan dengan keadaan itu. Ia mencari upaya lain agar dirinya bisa lebih mendekati ke dalam gedung Kadipaten. Karena jika masih harus menjadi tukang angkut kayu tebangan maka niatnya untuk mencari Mirah Sekar akan menemui kegagalan .Hingga karenanya Sentanu mulai memancing perhatian dengan menimbulkan hal-hal yang tidak sewajarnya. Ia bermaksud memancing perhatian Wilapribrata agar dapat ia berada di dalam kraton.



Secara kebetulan Sentanu memiliki tenaga luar biasa. Dan berkat latihan yang tidak pernah mengenal berhenti, maka membuat Sentanu jadi terlibat dan segera menjadi pusat perhatian teman-teman sekerja.



Kalau orang lain menebang pohon dengan kapak atau senjata golok atau parang, maka Sentanu melakukan dengan cara lain. Dengan menunggang seekor kuda, ia bawa tali dan pedangnya, lalu ia perlakukan pohon itu sebagai seorang lawan yang harus dirobohkan. Hanya dengan beberapa kali bacokan pedang. Sentanu melibatkan tali yang dibawanya meliliti batang itu dan kudanya kemudian dikeprak maju seraya menarik tali yang telah melibat batang pohon, dan kekuatan Sentanu berhasil merobohkan pohon dengan suara gemuruh.



Pekerja lain yang menyaksikan kelakuan anak muda itu menjadi heran dan terkejut. Perbuatan itu dianggapnya terlalu gegabah.



-Kau lihat !



Kata seorang kepada temannya.



- Ia menarik batang pohon itu dengan kudanya.



- Gila ! -



Kata yang lain.

- Bayangkan kalau batang besar itu menimpa kepalanya, pastilah hancur lumat.



- Ia main-main. -



Yang lain menyahut pula.



Namun bukan demikian saja Sentanu membuat tercegang banyak orang yang bersamanya. Kekuatan dan kepandaiannya telah menarik orang-orang disekitarnya. Maka tak mengherankan jika lain orang harus memakan banyak waktu berhari-hari untuk memotong batang pohon tebangan, maka Sentanu dengan kepandaiannya menggunakan sepasang pedang hanya beberapa kali bacokan telah mampu membikin batang pohon terpotong-potong.



Dalam waktu singkat. Sentanu telah menjadi perhatian dan kepala pengawas yang seringkali menyaksikan kelakuan anak muda, ia terkejut dan heran. Namun segera ia tersenyum gembira sebab anak muda itu dapat bekerja lebih banyak dari yang lain. Maka dibiarkan saja Sentanu berbuat semaunya. Hanya kepala pengawas itu diam diam harus mengawasi lebih dari yang lain karena jelas ia melihat Sentanu merupakan seorang muda yang berilmu.



Agaknya kelakuan Sentanu telah sampai pula kepada Adipati Wilapribrata. Namun Adipati Wanabaya ini masih diam tidak menaruh perhatian benar.



- Tetapi Gusti,

Kata kepala pengawas kepada Adipati.

- Anak muda itu ternyata memiliki kepandaian yang tidak rendah. Ia tentu kemari dengan sengaja mencari sesuatu.



- Kau maksudkan ia hendak menyatroni Kadipaten ? -



- Begitulah perkiraan hamba. -



- Ah, kau terlalu menaruh prasangka.



- Tetapi Gusti, hamba pernah melihat sendiri ia berlatih ditengah hutan dengan sepasang pedang yang hebat dan mengejutkan. Daunan pohon runtuh bagai hujan dihutan tempat ia berlatih



Adipati Wilapribrata menjadi terpengaruh juga akhirnya mendengar penuturan kepala pengawas itu. Namun dari bercuriga, sebaliknya Adipati ini menaruh rasa kagum dan hatinya tertarik pada Sentanu yang sedang menjadi perbincangan di Kadipaten.



- Kau panggil kemari anak itu!



Perintah Wilapribrata kemudian. Dalam hati Adipati berkehendak ingin memakai tenaga Sentanu jika memang ia mampu dengan kepandaiannya.



- Orang-orang seperti itulah yang sedang kubutuhkan.



Pikir Adipati.



Tidak lama yang dipanggil telah datang menghadap.



Adipati tercengang melihat anak muda bermuka tampan dan gagah yang kini membungkuk dihadapannya.



- Kaukah yang bernama Sentanu?



- Benar Gusti.



- Kau turut dalam kelompok mana?



- Kelompok pengangkut kayu tebangan dihutan timur.



Sang Adipati berdiam beberapa saat. Hatinya mengatakan tidak salah bahwa anak muda yang kini ada dihadapannya itu adalah seorang luar biasa yang memiliki kelebihan dari yang lain.



Sedang Sentanu diam-diam hatinya menjadi girang. Ia tahu Wilapribrata mulai tertarik kepadanya.



- Eh, mulai saat ini kau kupindahkan untuk ikut membantu dibagian dalam. Maukah?



- 0, hamba akan merasa senang hati Gusti.



- Bagus! --



- Nah kau bawalah dia ketempatnya! -



Perintah Wilapribrata kepada seorang pengawas lain.



Sentanu semakin terkejut dan kagum kepada Adipati Wilapribrata. Kini ia ditempatkan bersama kelompok orang-orang yang tengah membikin lorong-lorong jebakan dalam istana Kadipaten. Lorong itu demikian banyak. Sudah barang tentu barang siapa masuk kedalamnya akan bingung pula. Kemanapun berjalan dan keluar, akhirnya tetap akan masuk ketempat semula. Nampaknya demikian banyak jalan, namun sesungguhnya semua hanyalah jebakan yang menyesatkan.



Dalam pada itu bertambah lama.. Sentanu mulai kenal dengan para prajurit jaga dalam Kadipaten. Satu demi satu mereka mulai mengenal dan menyukai Sentanu yang menyenangkan dalam tutur dan sikap kesederhanaannya.



Pada akhirya Sentanu melihat sebuah ruangan yang cukup luas, dan ditengah ruang itu terdapat sebuah ruang lain yang lebih kecil. Namun yang menarik perhatian Sentanu adalah ruang itu yang dijaga oleh beberapa orang prajurit bersenjata.



- Tempat apakah itu? -



Tanya Sentanu pada salah seorang prajurit yang telah dikenalnya .



- He, berhati-hatilah kau bicara. --



Kata prajurit itu.



- Jika Sang Adipati mendengar kau tentu dihukum.



- Mengapa begitu? Apa salahku?



- 0, kau belum tahu kita disini semua dilarang membicarakan itu. -



Sentanu menjadi heran.



- Mengapa dilarang?



Tanyanya pula.



- Ssst.. ...... jangan terlalu 'keras. -



Prajurit itu memperingatkan.

- Sudahlah kau pergi dengan tugasmu Sentanu. Aku yang bertugas disini bisa kena marah jika ketahuan ngobrol denganmu.



Sentanu yang diliputi rasa heran menjadi penasaran ketika perajurit itu memberikan peringatan demikian itu. Maka ia beranjak pergi. Tetapi hatinya mulai merasa dekat dengan yang dituju. Maka ia memutar akalnya guna mencari jalan memastikan dugaannya.



Berkat kepintaran, dalam istana Kadipaten itupun ia telah berhasil memancing perhatian sekelilingnya. Dan suara-suara yang menyebutkan sebagai seorang yang luar biasa telah terdengar pula oleh prajurit-prajurit jaga dalam Kadipaten itu.



Adipati Wilapribrata yang mulai tertarik pula dengan Sentanu. diam diam mamendam niat hendak mengangkat sebagai prajurit Kadipaten.Namun hal itu belum dikatakan.Hanya beberapa orang dekat Sang Adipati yang telah mengetahuinya. Termasuk kepala prajurit Kadipaten.



Kepala prajurit inipun sejak Sentanu berada dalam Kadipaten merasakan kelebihannya dari yang lain. Maka pada suatu kesempatan kepala prajurit itu mendekati Sentanu yang tengah beristirahat digandok ketika baru saja menyelesaikan memasang dinding buatan.



Sentanu kini telah diangkat sebagai kepala pengawas pada pekerja yang membikin lorong jebakan menuju hutan yang banyak didapati rawa-rawa berlumpur.



Wilapribrata sengaja membuat itu dengan maksud jika lawan menyerbu atau menyusup akan tersesat dan masuk tergiring kedalam rawa-rawa dihutan itu. Dan jika seseorang telah terjerumus kedalam rawa itu, jangan berharap untuk dapat selamat. Tubuhnya akan terhisap oleh lumpur liat yang bagaikan hidup menyedot tubuh orang yang terperosok kedalamnya.



-Eh Sentanu



Kata kepala prajurit itu.



- Senangkah kau berada di Wanabaya ini?



Sentanu tersenyum. Ia tahu yang bertanya adalah kepala prajurit yang sejak lama diincar untuk ia dekati. Namun ternyata orang itu kini datang sendiri.



- Seperti kau juga, aku senang berada diSini.



Jawab Sentanu masih belum meninggalkan senyumnya.


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo




- Ah, kau keliru! -



Berkata kepala prajurit itu pula.



- Keliru?



Sentanu menjadi heran.



- Ya, keliru.



- Mengapa bisa keliru? Apakah yang berbeda diantara kita?



-Kau orang baru disini.'Tentu saja ada yang berbeda diantara aku dan kau.Bahkan berbeda diantara seluruh penghuni dalam Kadipaten. Perbedaan selalu ada.



- Ah apa maksudmu? -



Sentanu bertanya.



- Kelak kau akan tahu sesudahnya melihat dengan mata sendiri.



Ketika itu muncul prajurit jaga yang lain, membuat Kepala prajurit berdiam dengan tiba-tiba dan mengalihkan pembicaraan.



Sesudahnya prajurit tadi lewat kepala prajurit itu berkata pula.



- Kau kelak akan mengetahuinya Sentanu. Nah selamat tinggal, aku hendak kembali ketempatku.



- Tunggu dulu!



Sentanu maju dan mencegah kepergian kepala prajurit itu.



- Terlanjur kau katakan.



Katanya



- Mengapa tidak sekalian kau menyebut apa yang sebenarnya tengah terjadi di Kadipaten ini? '



Kepala prajurit itu ragu-ragu dan mundur beberapa tindak.



- Mengapa kau seakan ketakutan dilihat orang? -



Sentanu mendesak.



- Sudah kukatakan. Kau akan tahu kelak. -



- Mengapa tidak sekarang saja aku tahu? Apakah bedanya?



- Lain. jika sekarang kau tahu, aku akan bertambah pendek umur. Malah mungkin juga anak dan istriku. Sedang kalau kau kelak mengetahui sendiri, sekurang-kurangnya aku bisa menghidupi keluargaku beberapa lama lagi.



Sentanu menjadi kaget.Kini tahulah ia bahwa dalam Kadipaten tentu terjadi sesuatu yang agaknya dipendam oleh kepala Prajurit itu. Namun Sentanu telah mengambil keputusan untuk mencari dimana Mirah Sekar disembunyikan. Dan rupanya kepala prajurit itu akan bisa dimintai keterangan. Maka dengan setengah berbisik ia mendekat dan berkata pada kepala prajurit itu.



- Katakan? Bukankah seorang prajurit tak akan takut dengan apaun juga? .....



- Kau salah Sentanu, aku bukan takut kehilangan nyawa. tapi anak istriku? Mereka tidak tahu apa-apa! '



- Jadi?



- Ya, sudahlah jangan mencoba mendesak aku terus menerus. -



- 0, sama sekali talak. Aku hanya ingin tahu sesuatu yang ada didalam Kadipaten ini. Dan rupanya kaulah orang yang paling pantas untuk dapat memberikan keterangan yang kubutuhkan itu. Kau terlanjur basah menyinggung soal itu. Mengapa tidak seluruhnya kau katakan padaku? -



- Aku menyesal mengatakan padamu. Sentanu !



- Menyesal setelah terlanjur aku tahu, apakah kau tidak sadar bahwa kemungkinan aku bisa mengadukan keluhanmu itu pada Gusti Wilapribrata ?



- He, kau mengancamku Sentanu ?!



Kepala prajurit itu maju dan menentang pandang mata Sentanu dengan sorot yang lain.



- 0, tidak. Aku tahu kau adalah seorang prajurit yang tidak akan runtuh oleh ancaman, bukan? Aku tahu itu. Hanya mengapa kau sembunyikan. Nah, baik aku mendahului. Akupun datang ke Kadipaten ini bukannya begitu saja tanpa memendam maksud.



- Kau?



- Ya, apakah kau juga mengira aku hanya seorang pengangkut kayu tebangan? Ah, aku juga seorang prajurit yang kenal dengan senjata.



Kepala prajurit itu termangu-mangu. Tak ia duga Sentanu akan berkata demikian. Ia menjadi bimbang. Dan Sentanu tahu bahwa kepala Prajurit itu agaknya menyimpan satu ganjalan terhadap Wilapribrata. Maka ia tidak khawatir rahasianya akan terbongkar.



Sesudah bebera.pa saat kepala prajurit itu berdiam diri akhirnya ia berkata juga ;



- Baik, kau datanglah kerumahku, lewat tengah malam nanti. -



Sentanu mengangguk seraya tersenyum. Ia menyanggupi pemintaan kepala prajurit itu. Kemudian bergegas kepala prajurit itupun meninggalkan ia seorang diri.



Rasanya langkah Sentanu semakin mendekati tujuan. Dengan bertemu kepala prajurit itu ia tahu ada sesuatu yang amat penting akan diperolehnya. Maka dengan hati-hati ia menuju rumah kepala prajurit itu pada tengah malamnya.



Dengan kepandaiannya, Sentanu tak menemui kesulitan datang dan masuk kehalaman prajurit itu, kemudian dengan cepat iapun hilang dihalaman rumah orang itu.



Dipintu kepala prajurit telah menunggu.



- Kau menunggu ?



- Ya, masuklah! Lewat pintu samping itu.



Sentanu mengikuti dari belakang, keduanya berjalan hati-hati kebangunan belakang rumah kepala prajurit yang kini membawa Sentanu dengan debaran yang lain.



- Kau tak akan membunuhku, bukan? -



Prajurit itu berkata seraya tersenyum ketika mereka telah masuk kedalam sebuah ruang yang cukup bersih dan luas.



- Sesama kawan, mengapa harus saling bunuh ? Kita telah berjalan pada jalur yang sama.



Jawab Sentanu.



- Nah, kau duduklah !



Prajurit itu mempersilahkan duduk diatas tikar yang ada ditengah ruangan itu. Dan seorang perempuan masuk, membawa nampan berisi minuman dan sekedar makanan.



- Dia istriku.



Kata prajurit itu pula. Dan Sentanu mengangguk. .



- Nah, kita telah menjadi sahabat tanpa berunding terlebih dulu. -berkata pula Sentanu.



Dan prajurit itu tersenyum.



- Siapa yang harus mulai ? --



Tanya prajurit itu kemudian.



- Kau mulailah, aku akan menyusul kemudian.



Kepala prajurit terdiam beberapa saat. Mengatur kalimat yang hendak dikatakan kepada orang muda yang kini duduk didepannya.



- Sentanu,perlu kau ketahui sebelumnya. Dulunya Wanabaya ini bukan merupakan kadipaten seperti yang kau lihat ini. -



- Ya.. aku tahu itu.



Sahut Sentanu.



- He, jadi kau telah mengetahuinya ?



- Hanya itu saja, dan Gusti Adipati bukan dari Wanabaya. bukan ?



- Ya. ternyata kau telah tahu banyak.Baik kalau demikian aku akan langsung dari pokok.



Lalu beberapa saat ia terdiam. Baru setelah ia mengatur nafas berkata



- Dikadipaten ini terdapat dua golongan prajurit.Pertama adalah prajurit-prajurit berasal dari Banyuwangi. yang datang bersama sama Gusti Wilapribrata. Sedang golongan kedua adalah prajurit-prajurit yang diambil dari daerah Wanabaya ini. Seperti aku ini adalah prajurit golongan Wanabaya. Dan seperti yang kau saksikan, kini Gusti Wilapribrata tengah membangun Kadipaten. Beberapa tempat disebut dan disiarkan membikin taman kaputren. Namun sesungguhnya yang terjadi amat lain. Gusti Adipati bukannya membuat taman keputren tetapi tengah membikin beteng pertahanan yg amat kuat.



Sentanu mengangguk-angguk mendengar perkataan itu.



- Dan ternyata Gusti Adipati bukan orang sembarangan.



Lanjut prajurit itu pula.



- Dibuatnya tempat-tempat penuh jebakan guna menyesatkan lawan. Malah tempat yang kau tengah ikut mengerjakan itu, kau tentu bisa menduga untuk apa. Kalau bangunan dan lorong itu selesai seluruhnya. Dia akan tampak dari luar sebagai sebuah kamar yang indah dan menarik. Dan jika terjadi ada orang masuk, akan mengira masuk kedalam ruangan yang bagus. Tetapi jika terus berjalan mengikuti lorong yang berbelok-belok, ia akan masuk kedalam hutan tutupan yang ada di sebelah belakang kadipaten. Orang itu akan bingung. Namun untuk kembali sudah tak mungkin, karena lorong disana seluruhnya mempergunakan cara pengaturan sedemikian rupa yang telah diatur oleh Gusti Adipati sendiri sehingga jalan keluar hanya terdapat menuju hutan tutupan yang penuh dengan rawa-rawa berlumpur. Dan kau tahu sendiri, barang siapa masuk terperosok kedalam rawa itu, tak akan ada kekuatan yang akan mampu menolongnya. Dan orang itu akan tenggelam kedalam lumpur jahat itu."



- Aku tahu semuanya.



Sentanu menyahut.




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


- Lalu apa kaitannya dengan pertemuan kita malam ini ? -



- Itu yang hendak kukatakan. Kita disini terdiri dua golongan prajurit. Sudah barang tentu, semua orang yang pernah masuk kedalam kadipaten akan mengetahui rahasia yang sedang dikerjakan. Dan yang lebih hebat lagi, Gusti Adipati merasa tidak percaya kepada siapapun yang pernah masuk dan melihat pembanguan kadipaten yang serba rahasia itu. Maka telah dibuat rancangan. Begitu segala pembangunan selesai, seluruh prajurit dan penghuni kadipaten yang berasal dari Wanabaya harus dibunuh. Kecuali prajurit-prajurit dari Banyuwangi saja yang akan selamat.



Sentanu hampir melonjak mendengar penuturan kepala prajurit itu. Tidak ia duga kesudahannya akan sedemikian hebat.



- Termasuk juga kau, Sentanu. Jika selesai tentu nyawamu akan ikut menjadi banten.



Untuk beberapa saat Sentanu masih belum mengucap. Ia berpikir keras memutar otaknya sesudah mendengar kisah itu.



- Oh ya, apakah kalian tidak mencari jalan keluar dari kesulitan yang selama ini menjadi beban itu ? -



Sentanu bertanya.



- Maksudmu ?



- Mencari keselamatan, memukul terlebih dulu pada Wilapribrata sebelum ia berhasil menjirat kalian semua.



- Sudah, sudah kami pikirkan. tetapi kami tidak mempunyai pimpinan yang bisa diandalkan.



- Apakah kau berani memimpin kami untuk berontak ?



Sentanu terkejut mendengar itu. Namun ia menjawab dengan hati-hati :



- Bukan aku takut, tetapi aku masih mempunyai seorang kawan yang sekarang ada tidak jauh dari kadipaten ini. Dia pasti akan bersedia memimpin kalian.



- Siapa orang itu ? -



- Saudara kandung Wilapribrata sendiri.

lalu Sentanu menuturkan kepada kepala prajurit itu riwayat dan asal usul Wilapribrata hingga melarikan diri dari Banyuwangi yang kemudian mendirikan kadipaten Wanabaya. Dan ketika Sentanu menyinggung Mirah Sekar yang tengah dicarinya. Kepala prajurit itu berkata :



- O.jadi ini yang tengah kaucari?



- Ya, kau tahu dimana Wilapribrata mengurung? -.



- Ah, kau sudah melihatnya. Ditengah ruangan luas yang kita lihat kemarin itu. Mirah Sekar dikurung didalamnya. Tetapi gila Sentanu, itulah yang membuat aku semua tidak habis mengerti. Mirah Sekar meskipun saudara kandung Gusti Adipati, namun adipati yg nampak pandai itu ternyata bodoh juga. Menurut pengawalnya yang pernah bercerita padaku, gusti adipati menganggap Mirah Sekar adalah benda hidup untuk pesugihan. Gusti adipati percaya bahwa dengan menyimpan Mirah Sekar, akan dapat memperoleh kemuliaan dan derajat tinggi. Dan rupanya itu dibuktikan dengan berhasilnya menguasai Wanabaya ini dan kemajuan demi kemajuan yang dicapai agaknya semakin menguatkan kepercayaannya itu. Maka Gusti Adipati memperlakukan Mirah Sekar bagai binatang piaraan. Dikurung, diberinya makan minum dan dipelihara bagai memelihara burung saja. -



- Aku hendak membebaskan Mirah Sekar, dapatkah kau membantuku ? -



Tanya Sentanu kemudian, membuat kepala prajurit itu termenung dan berpikir.



- Itu masih harus dipikirkan masak-masak.



Jawabnya kemudian.



- Karena prajurit penjaga yang menungg Mirah Sekar adalah prajurit dari Banyuwangi. Tetapi baiklah, aku akan berbuat sesuatu untuk itu.



- Terima kasih, kita mengatur rencana. Sesudahnya Mirah Sekar bebas, kita berontak kepada Wilapribrata, atau kalian orang Wanabaya melarikan diri keluar dari kadipaten.



Sentanu segera berdiri dan kemudian berjalan menuju keluar. Karena telah terlihat tanda-tanda hari mulai menjelang pagi.. Maka sebelum ada seorangpun melihat ia telah masuk ke rumah kepala prajurit itu, ia harus berada ditempatnya semula.



Setelah terjadinya pertemuan itu Sentanu mulai mengadakan hubtangan dengan Taruna yang menunggu-nunggu dengan segala kesabaran berita darinya.



Dengan kepandaiannya Sentanu tak akan menemui kesulitan untuk keluar masuk istana kadipaten pulang balik kerumah Taruna di Pringsewu. Dan segala rencana disusun dengan teliti. sementara berita-berita dan perkembangan selalu dikirimkan Sentanu pada Taruna.



Dalam pada itu kepala prajurit telah menghubungi orang-orangnya pula untuk membantu usaha Sentanu membebaskan Mirah Sekar dari kurungan.



-Kita juga akan bebas dari ancaman maut.sebab lambat atau cepat jika kita masih ada disini,tentulah nyawa kita tak akan selamat.



- Berhati-hatilah kalian, jangan bocorkan rahasia kita ini.


Dewa Naga Karya Anang Widyan Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Anak Berandalan Karya Khu Lung

Cari Blog Ini