Ceritasilat Novel Online

Mencari Tombak Kiai Bungsu 8

Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan Bagian 8





Dengan kejadian itulah maka Pati Unus merasa diburu-buru oleh rasa kurang puasnya sebab masih belum berhasil menghancurkan Supit Urang yang menjadi pertahanan terakhir Majapahit.



Namun demikian, niatnya menghancurkan Majapahit terhalang dengan kepentingan lain yang dianggap lebih besar. Sebelum itu Pati Unus setelahnya merebut daerah Jepara, ia melancarkan keinginan untuk menguasai Malaka. Akan tetapi Pati Unus telah kedahuluan tentara Portugis dibawah pimpinan d'Albuquerque yang merebut Malaka terlebih dulu.



Pati Unus tak menjadi mundur, ia minta bantuan Palembang yang membantu dengan mengirim 90 buah perahu dan 12000 tentaranya mengarungi laut disebelah barat Pulau Andalas dan muncul di muka Pelabuhan Malaka.



Tetapi tidak diduga oleh Pati Unus ternyata d'Albuquerque telah mengetahui datangnya tentara Demak dan Palembang itu maka sebelum Pati Unus melakukan serangan tentara Portugis telah mendahuluinya dan dalam pertempuran itu Pati Unus menderita kekalahan hebat. Beruntung Pati Unus selamat dengan sisa tentaranya men darat kembali di Jepara.



Semenjak kekalahan menyerang Malaka itulah Pati Unus kembali memusatkan perhatian guna menghancurkan Majapahit Pajajaran dan memerintahkan Tumenggung Santa Guna mengumpulkan barisan anak muda diseluruh Demak guna menghancurkan Supit Urang di Singasari Majapahit dan membunuh Prabu Udhara.



Supit Urang menurut catatan sejarah adalah sebuah tempat bekas milik Mahapatih Gajah Mada yang setelah Majapahit mulai terdesak dan mendekati keruntuhan akibat serangan Demak, berubah menjadi sebuah negri kecil dengan Rangga Permana sebagai kepala daerahnya. Maka cita-cita Pati Unus adalah menghancurkan daerah itu yang menjadi benteng dan kekuatan terakhir bagi Majapahit dan bagi Prabu Udhara.



Suatu ketika Tumenggung Santa Guna yang masih menunggu kedatangan Pati Unus di perkemahan mereka menjadi agak kesal sebab yang ditunggu telah dua pekan masih belum muncul. Prajurit yang dibawanya terlihat telah merasa jemu berada terlalu lama di tempat itu. Maka atas pendapat Bagus Prana, Tumenggung Santa Guna memerintahkan para prajurit melakukan latihan perang2an.



- Kau siapkan orang-orangmu untuk berlatih sekarang juga.-



Kata Bagus Prana pada kepala tamtama yang mengangguk mendengar perintah itu.



- Seluruh prajurit harus mengikuti, Gusti ? -



Bertanya kepala tamtama itu.



- Bodoh ! tidak demikian.sebagian harus menjaga daerah pertahanan. kita sisakan yang lain dibagi sebagai lawan berlatih. Nah, kau beritahu mereka bukit kecil disebelah utara itu kita jadikan beteng dan menjadi daerah perebutan. Barisan penyerang serahkan kepala prajurit yang lain. Maka sampai senja hari nanti persiapan harus sudah selesai dan esok menjelang fajar sudah harus mulai. Mengerti?



- Hamba mengerti. -



Jawab kepala Tamtama itu kemudian mundur dari hadapan Bagus Prana untuk melakukan persiapan.



Maka didaerah hutan dimana prajurit Demak berkubu itu terjadilah kesibukan. Bekas hutan sarang perampok yang telah ditaklukkan Sentanu menjadi pusat pertahanan yang dipergunakan Tumenggung Santa Guna untuk menetap. Pecahlah kemudian pertempuran-pertempuran kecil diantara para prajurit yang berlatih. Hutan itu menjadi ramai oleh teriakan dan benturan senjata para prajurit, sementara Bagus Prana mengawasi perang-perangan itu dari kejauhan diatas bukit kecil tidak jauh dari Tumenggung Santa Guna berdiam.



Sementara itu Sentanu bertiga dengan Pamasa dan Wijaya yang berada dalam barisan tukang masak tidak mengetahui adanya latihan prajurit itu. Mereka terkejut sayup-sayup mendengar suara teriakan-teriakan dari kejauhan. Dan bagi telinga ketiga'anak muda yang terlatih itu tahu bahwa telah pecah pertempuran kecil dan benturan suara senjata jelas terdengar oleh mereka.



- Kang Sentanu, suara pertempuran. Siapa mereka? -



Bertanya Pamasa sedang Wijaya memasang telinga lebih sungguh.



- Ya, suara senjata beradu kang ! -



Katanya kemudian Tetapi Sentanu cepat memberi isyarat agar keduanya bersikap tenang,



- Kita keluar dan lihat apa yang terjadi, jangan-jangan ada lawan menyerang kawan-kawan kita.



Kata Sentanu.



- Keluar? -



Tukas Wijaya.



- Kalau Tumenggung Santa Guna tahu bisa kita dihardik kang! _



- He. sejak kapan kau takut dengan Tumenggung itu ? -



Pamasa mengejek adiknya. Tapi Wijaya tertawa. Jelas ia tidak takut, maka ia loncat lebih dulu sambil berkata :



- Baik, aku berangkat dulu kang, kalau kalian takut boleh tinggal disitu. _



Sentanu tersenyum mendengar perkataan Wijaya. demikian pula Pamasa, Tetapi keduanya tidak banyak berkata pula lantas menyusul, berlari keluar menuju arah terdengarnya suara senjata beradu.



Tak mengherankan jika Sentanu dengan kedua saudara angkat itu tidak mengetahui bahwa prajurit Demak hanya berlatih, tidak melakukan peperangan sungguh-sungguh. Sebab Tumenggung Santa Guna tidak memberi tahukan pada barisan belakang, lebih-lebih prajurit yang berkuwajiban menyediakan ransum seperti Sentanu. Mereka ditinggal bersama prajurit lain menjaga perkemahan.



Ketiganya berlari menuju bukit kecil yang menjadi arena pertempuran. Tetapi disana Sentanu dengan dua saudara angkatnya menjadi kaget melihat suatu pemandangan yang mengerikan. Ketika Sentanu bertiga tengah terheran-heran, puluhan Prajurit Demak berlari dengan panik kearahnya, bahkan Bagus Prana nampak pula lari diatas kudanya dengan muka ketakutan.



- Awas ! -



Pamasa berseru seraya menarik lengan Wijaya yang hampir saja kena tubruk binatang tunggangan Bagus Prana yang dibedal dengan keras.



Sentanu melihat ditanah lapang yang agak luas dimana prajurit Demak berlatih, dua ekor binatang loreng sebesar anak sapi tengah mengamuk hebat dan terlihat dua harimau itu sedang dikurung oleh puluhan prajurit bersenjata. Sedang disekitar tempat itu terlihat puluhan prajurit lain telah roboh luka-luka.



Ternyata, sewaktu Bagus Prana memimpin prajurit tamtama berlatih itu, tanpa diduga beberapa orang prajurit melihat dua ekor harimau tengah mendekam dekat sumber air yang banyak ditumbuhi rumput. Akan tetapi dua ekor binatang itu nampak jinak dan tidak bergerak sedikitpun ketika prajurit Demak tadi mendekat.



Para prajurit yang semula kaget, menjadi lega melihat harimau itu tak berbuat apapun, sampai ketika mereka tinggalkan, dua ekor

binatang itu tidak berbuat sesuatu, bahkan keduanya membalikkan badan lalu meninggalkan prajurit yang keheran-heranan naik keatas lukit menghilang dari pandangan prajurit-prajurit itu. !



- He, mereka pergi !



Seru salah seorang diantara mereka.



- Aneh, kita tidak diganggunya. -



Sahut yang lain.



- Ah, aku takut, hayo kita kembali.



Kata yang lain pula.



- Ha, kau memang jerih.



Sahut kawannya.



- Bukan begitu.kalau binatang itu marah, hiii kita bisa habis dalam sekejap. Sudah, jangan diganggu, ia tentu yang mbau rekso gunung ini.



Dalam pada itu tiba-tiba saja muncul Bagus Prana membentak dengan marah.



- Gila apa yang kalian lakukan disini? Kalian pantas dihukum, hayo menghadap Rama Tumenggung ! -



- Ampun Gusti, kami baru saja melihat dua ekor harimau berada disini. -



Kata salah seorang diantara prajurit itu. .



- Benar Gusti, dua ekor lebih besar dari seekor pedet-



Kata yang lain.



- Harimau ?!



Bagus Prana melototkan matanya tak percaya.



- Benar Gusti, harimau ! -



Sahut prajurit itu pula.



- Kalau benar, kita bunuh binatang itu, lekas kalian panggil kawan-kawanmu yang lain, kita tangkap binatang itu. -



- Ampun Gusti. -



Salah seorang diantara prajurit itu maju dan berkata dengan muka. pucat.



- Seyoganya Gusti tak usah mengganggu binatang itu, sebab hamba merasa ia tentu yang menguasai daerah pegunungan ini. -



- Gila ! Siapa percaya omonganmu !



Bagus Prana marah.



- Benar kata kawan hamba itu Gusti. sebab kalau ia harimau biasa tentulah kami semua telah habis dimakan sejak tadi.



- Diam, kalian jangan banyak cakap, lekas kau panggil kawan kawanmu dan kita tangkap, lekas ! -



Prajurit itu tak kuasa membantah pula, hingga dalam sekejap tempat itu telah penuh oleh prajurit yang lantas mengepung sekitar bukit dimana harimau tadi berjalan naik.

Bagus Prana hampir saja melonjak kaget ketika ia dengan diiringkan para pengawalnya mencapai tanjakan bukit melihat dua ekor binatang yang dicarinya sedang duduk bersanding, seakan tengah berkasih-kasihan.

Demikian pula kedua harimau itu nampaknya tak terpengaruh

oleh munculnya para prajurit Demak yang meluruk dengan menyandang senjata telanjang. Kedua binatang itu tenang-tenang duduk di

atas sebuah batu besar. Tetapi sekalipun matanya tidak terlihat ganas,

namun menyorotkan sinar tajam dan menimbulkan kengerian bagi

yang kurang berani.

Bagus Prana terheran-heran melihat dua ekor binatang besar loreng itu tidak mengacuhkan kehadiran puluhan prajuritnya. Diam-diam

bergidig juga ia dan bulu kuduknya terasa meremang..



Dua binatang

loreng itu nampak angker dan menerbitkan rasa gentar dalam hatinya.

Namun ketika Bagus Prana menoleh, seluruh prajuritnya juga

terpaku ditempat itu seakan terpesona melihat kehebatan harimau

jantan dan betina yang terlihat gagah duduk tenang-tenang diatas

batu gunung.

Melihat prajuritnya mematung, Bagus Prana tiba-tiba berseru keras:

- Tangkap, bunuh binatang itu



Dan puluhan tombak

prajurit Demak melayang setelahnya .Bagus Prana mendahului menyerangkan tombaknya kearah binatang hutan itu. Berkelebatan senjata-senjata menghujani dua harimau yang semula hanya berdiam

diri.

Tetapi terjadilah keanehan. Ketika puluhan tombak prajurit


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


menghujani tubuhnya, dua ekor harimau itu tiba-tiba loncat turun

seraya mengibaskan ekornya dan tubuhnya berjungkir balik kemudian turun di bawah seraya mengaum panjang dengan hebatnya. Saat itulah senjata para prajurit runtuh seakan tertangkis oleh gerakan

yang terlatih dan tak satupun berhasil menyentuh kulit binatang itu.

Bagus Prana ternganga. Seakan harimau itu mengerti tata kelahi dengan baik hingga mampu menghindarkan serangan senjata.

Namun Bagus Prana memang sombong luar biasa. Ia merasa serangan yang gagal itu hanya kebetulan, maka ia mencabut kerisnya

dan melempar senjata itu kearah harimau jantan yang berdiri menatap dengan angker.



Agaknya telah menjadi nasib bagi para prajurit Demak itu. Kalau saja mereka tidak mengganggu binatang itu tak akan terjadilah nasib naas mereka. Terbukti ketika hujan tombak tadi gagal mengenai sasaran, kedua binatang hutan itu tak mau melakukan serangan, kecuali menatap para prajurit dengan sorot mata memancarkan kemarahan.. Akan tetapi ketika Bagus Prana melempar kerisnya, harimau jantan tiba-tiba loncat maju dan kaki depannya menyampok senjata itu hingga keris tadi mencong kesamping untuk kemudian jatuh ketanah. Tetapi tidak hanya itu saja, tiba-tiba harimau betina loncat sambil mengaum panjang menimbulkan getaran dahsyat digunung itu dan tanpa diduga, seorang prajurit kena diterkam binatang hutan itu dan tanpa sempat mengelak prajurit itu roboh terlempar oleh terjangan harimau betina seraya mengeluarkan jeritan ngeri dan mukanya hancur termakan cakaran kuku si binatang.



Bersamaan dengan itu pula, dua orang prajurit lain, menjerit ketika harimau jantan melabrak mereka dengan terjangan dan kuku kukunya yang kuat dan tewaslah mereka oleh serangan itu. '



Bagus Prana kaget, ia balikkan badan dan kabur dengan kudanya turun bukit. Tetapi dua harimau tadi tak berhenti, dilabraknya para prajurit yang sudah ketakutan hingga dalam waktu singkat mereka roboh luka-luka dan sisanya menyelamatkan diri dengan panik dan ketakutan.



Dua binatang itu terus turun dan sewaktu dilihatnya puluhan prajurit lain yang tengah berlatih bertempur, harimau itu terus mengamuk dan menerjang kesana kemari.

Maka gegerlah tempat itu, puluhan prajurit berusaha mengepung dan menangkap dua binatang hutan yang menakutkan itu. Tetapi amukan keduanya tak mampu ditahan oleh prajurit Demak hingga bubarlah mereka melarikan diri mencari keselamatan. Tetapi tak urung puluhan prajurit menjadi korban dan tewas sedang sebagian besar diantaranya menyandang luka-luka parah oleh amukan binatang itu.



Pada saat itulah Sentanu muncul bertiga dengan Pamasa dan Wijaya yang hampir saja tertabrak kuda tunggangan Bagus Prana yang tengah melarikan diri. Bagus Prana melihat Sentanu berada di tempat itu berseru dengan gugup :

- He, lekas kau lihat harimau itu me ...... cepat Sentanu kau tangkap heh... he... he... lekas kalian bantu mereka...._



Pamasa menarik bibir mengejek melihat anak Tumenggung Santa Guna yang ketakutan. Demikian pula Wijaya, ia tak memandang Bagus Prana, bahkan membelakangi seraya sebentar-sebentar berdehem kecil seakan ingin membuat panas hati Bagus Prana. Tetapi Sentanu tak sampai hati berbuat itu. Ia maju dan berkata :



- Mundurlah Gusti, hamba bertiga akan mencoba menghalau binatang itu. -



Dan tanpa berunding Sentanu loncat lebih dahulu seraya berseru menggamit dua saudaranya.



Ketiga anak muda itu berlari menyerbu ketengah lapangan mendekati dua ekor harimau yang masih mengamuk hebat. Sentanu memasang dirinya menghadap binatang itu sedang Pamasa dengan Wjava mencar mendekati binatang satunya.



Aneh!



ketika Sentanu dengan saudara angkatnya itu maju. tiba tiba dua ekor binatang hutan yang kini nampak ganas mengerikan itu menghentikan serangan hingga para prajurit sempat mundur dan mereka membuat lingkaran menonton munculnya Sentanu menunggu serangan dua harimau itu.



Rupanya sepasang binatang hutan itu mengetahui bahwa kini yang muncul menghadang mereka bukan lagi prajurit biasa. Terasa olehnya sorot mata dan gerak-gerik ketiga anak muda itu membuat gelisah dan harimau jantan menggaruk-garuk tanah, menggeram perlahan memandang Sentanu.



Sebaliknya Sentanu melihat pula perubahan sikap sepasang raja hutan itu. Maka diam-diam hatinya menduga-duga dengan heran. Jelas tadi ia melihat harimau itu mengerti tata tempur dan Sentanu telah menduga bahwa binatang itu tentulah piaraan seorang linuwih.



Berpikir demikian Sentanu menjadi ragu-ragu. Ia harus mempertimbangkan sikap agar tak keliru. Namun saat Sentanu dihinggapi keragu-raguan itu.Pamasa tiba-tiba bergerak cepat, tombakwyang dibawanya mengayun deras menyerang harimau betina seraya ia loncat dan berseru keras.

- Wuut ! Wuut -



Tombak Pamasa menyerang bertubi tubi tetapi harimau itu ternyata gesit dan tangkas. Serangan tombak Pamasa dengan amat mudah berhasil delakkan dengan meloncat tinggi-tinggi kemudian menerjang Wijaya yang berdiri menonton.



Mendapat serangan tak terduga itu Wijaya agak kaget. Tapi ia cepat sadar. Tombak yang dipegangnya ia gerakkan cepat menyambut serbuan harimau. Tetapi sungguh mengagumkan. Loncatan harimau yang disambut serbuan tombak Wijaya tak berhasil menghindar. Tetapi kaki depan binatang itu tiba-tiba bergerak mencakar dan menyampok hebat hingga tombak Wijaya terlempar kena sampukan itu.



Wijaya kaget tenaga binatang itu ternyata cukup besar hingga tombaknya terlepas. Maka ia mencabut keris dan membalas serangan itu dengan marah.



Bersamaan dengan itu Pamasa telah pula mendekat dan sekaligus ia lancarkan serangan dengan tombaknya. Dan kini harimau betina terpaksa melayani serbuan dua pemuda tangguh dan sakti itu.



Dengan terjadinya perkelahian itulah, harimau jantan yang dihadang Sentanu tiba-tiba juga bergerak menerjang Sentanu sambil mengeluarkan auman panjang.



Sentann siap untuk itu. Ia melihat harimau jantan itu bergerak. Tak ayal ia babatkan tombak Kiai Jalak Diding yang selalu dibawanya hinga babatan itu menimbulkan suara angin keras menerjang lawan berkaki empat itu.



Dalam benturan yang terjadi kemudian Tombak ditangan Senin itu bergerak dengan hebat. Maka tentu saja harimau itu bukan lawan Sentanu yang sudah cukup tangguh masih memegang kiai Jalak Diding yang berat. Maka ketika harimau jantan berusaha menyampok tombak itu tiba-tiba binatang tadi terus menjerit keras dan tubuhnya terlempar balik kebelakang oleh kekuatan serangan Sentanu hingga jatuh bergulingan ditanah dan kaki depannya nampak kesakitan.



Tiba2 terdengar binatang itu mengaum panjang dengan suara memilukan membuat yang mendengar menjadi bergetar hatinya. Rasakan tersayat oleh suara auman yang menyedihkan itu.



Harimau betina yang mendengar auman itu tiba2 beranjak mundur. Pamasa dan Wijaya tidak bergerak. Keduanya tak luput kena pengaruh suara itu hingga ketika harimau betina menjauhkan diri ke dua anak muda itu tidak menghalangi. Tetapi rupanya akibat gempuran tombak pusaka ditangan Sentanu .Harimau jantan lumpuh kaki depannya. Hingga sewaktu betinanya mendekati, binatang itu berusaha melangkah, namun ia terguling, mencoba melangkah pula namun begitu bergerak terguling pula sambil menggerang menahan sakit. Si betina maju dan menjilat-jilat kaki kawannya. Akan tetapi harimau jantan itu tak mampu berdiri dan ia mendeprok tanpa bangkit pula sambil menggerang menahan sakitnya.



Prajurit2 yang menyaksikan kejadian itu bersorak girang, namun mereka tak berani mendekat sebab harimau betina masih nampak kuat dan berbahaya.



Dalam pada itu prajurit2 yang pertama2 menemukan harimau itu telah berlari mendekati Sentanu lalu dengan ketakutan mereka berkata : '



- kisanak Sentanu. Seyogiyanya kau lepaskan binatang itu. Kamilah yang pertama-tama menemui kedua binatang itu.



- Tetapi sungguh mati! Harimau itu tak mau mengganggu kami, bahkan mereka pergi setelah berpapasan tadi. Tetapi karena desakan

Gusti Bagus Pranalah memerintahkan mencari dan membunuh binatang itu. Maka lepaskanlah. Kami merasa iba melihat dua binatang itu. ,



Sentanu yang sejak semula merasa ada sesuatu yang luar biasa pada binatang hutan itu dan sejak tadi telah timbul ibanya, mendengar penuturan prajurit itu bertambah yakin bahwa binatang itu tak selayaknya diganggu. Maka dengan beberapa kali loncatan Sentanu telah mendekati binatang itu.



Si betina melihat Sentanu loncat mendekat, secepat kilat menggerang dan loncat menghadang Sentanu dengan sorot mata mengamati. Ia menduga Sentanu akan melancarkan serangan pula. Tetapi anak muda itu segera menghentikan gerakan. Lima belasan langkah lagi dari binatang itu Sentanu berdiri kemudian ia mengangkat tangan menggoyang-goyangkan tangan itu dimuka dadanya seraya menggelengkan kepala. Maksudnya memberi tanda pada binatang itu bahwa ia tak akan mengganggu.



Si betina agaknya mengerti dengan maksud anak muda itu, terbukti ia tidak berbuat sesuatu ketika Sentanu loncat pula mendekati.



Sementara itu para prajurit yang melihat dari kejauhan gerak gerik Sentanu menjadi berdebar ketika dilihatnya anak muda itu mendekati dua harimau yang kini tak memberikan perlawanan. Mereka bertanya2 dalam hati apa yang akan dilakukan Sentanu dan apa yang akan terjadi sesudahnya.



Namun seluruh mata yang memandang menjadi terheran2, ketika Sentanu bukan menyerang binatang itu pula, sebaliknya mendekati harimau jantan yang terluka lalu berjongkok dimuka binatang ini mengangkat kaki depan binatang yang terluka. Sentanu mengurut kaki itu seraya memijit dan sekali2 terlihat Sentanu meludahi kaki yang terluka oleh tombak pusakanya tadi.



Harimau betina melihat perlakuan Sentanu menggerang pula. Namun kali ini ia menggerang senang sebab ia tahu Sentanu justru berusaha menyembuhkan luka jantannya.



Pada saat terakhir Sentanu mengibaskan kaki binatang itu dan sekira semakanan nasi lamanya ia mengurut dan memijat-mijat kaki itu lalu dengan tiba-tiba ia dorong harimau ini perlahan.



- Berdirilah kawan! -



Kata Sentanu kemudian. Harimau itu agaknya mengerti dengan perintah Sentanu, ia berdiri dan tiba2 binatang itu mengaum keras2 hingga membuat yang mendengar kaget dan hampir melonjak mendengar suara yang tiba2 itu.



Kini terlihat harimau jantan itu melangkah. Sakit pada kakinya yang lumpuh telah pulih. Dan ia meloncat beberapa tindak. Si betina loncat pula memperlihatkan girang hatinya.



- Pergilah kawan, kami tak akan mengganggu kalian. Maafkan kawan-kawanku yang telah mengganggu tadi. Nah, kalian pergilah dengan aman! -



Kata Sentanu dengan senyum lebar.



Dua ekor binatang itu untuk beberapa saat menatap Sentanu

dengan pandangan sayu. Rupanya merasa terharu dan ingin mengucapkan terimakasih pada anak muda yang telah mengalahkan mereka sekaligus menjadi penolongnya.



Lalu keduanya membalikkan tubuh kemudian loncat dan berlari

kecil meninggalkan tempat itu.

Namun tanpa diduga terdengar desingan anak-anak panah melesat menghujani kedua binatang yang tengah meninggalkan tempat.

Tetapi sebelum anak-anak panah itu menghunjam tubuh raja

hutan tadi, sebuah bayangan melesat bagai kilat dan terdengar suara

sang anak panah dan batang anak panah kena tangkisan

tombak panjang hingga runtuh ketanah sebelum mengenai sasaran.



Bersamaan dengan itu, sebuah bayangan lain melesat kearah

Bagus Prana dan terdengar seruan tertahan ketika Bagus Prana menjerit kaget. Sewaktu para prajurit melihat dengan seksama, ternyata

Pamasalah yang meloncat menangkis serangan anak panah yang

ternyata dilakukan oleh Bagus Prana hingga anak panah itu runtuh

oleh tangkisan tombak Pamasa. Sedang bayangan lain yang menuju

Bagus Prana tak lain adalah Wijaya dan kini terlihat anak muda itu

menyeret Bagus Prana kehadapan Sentanu.



- Pengecut keji, tak pantas kau dihidupi!



Kata Wijaya.



Bagus Prana terbanting tepat dihadapan Sentanu. Namun

ia cepat bangun dengan mata merah menahan

marah. Tetapi karena ia tahu ketiga anak muda yang berkali-kali membuat ia tak berdaya maka Bagus Prana hanya menggeram dan bertanya menahan marah?



- Mengapa kalian selalu mencari permusuhan denganku? Bukankah binatang jahat itu harus dibunuh sebelum menyerang kita disini.

Salahkah aku ?!-



Sentanu maju kemudian dengan sedikit membungkuk memberi

hormat ia berkata perlahan



- Mohon diampuni kelakuan dua saudara hamba yang kasar

Tuanku. Namun hamba sependapat dengan mereka. Tak malukah Tuanku membokong melepas senjata pada dua binatang yang telah mengakui kesalahan. Lagi pula hamba mendengar binatang-binatang itu

tidak pernah mengganggu para prajurit. -



- Gila, bagaimana kau tahu binatang itu tidak mengganggu dan

mengapa kau berani memastikan ia mengakui kekalahan? -



Bertanya

Bagus Prana dengan masih menahan marahnya.



- O, ampunilah hamba jika terlalu banyak berkata Tuanku, bukankah Tuanku sendiri menyaksikan dua ekor binatang itu pergi tanpa banyak ribut dan tanpa melawan pula?- Bukankah itu bukti yang

selayaknya Tuanku percayai?



- Cukup! Kalian mundur dan kembali ketempat masing-masing!-



Terdengar sebuah suara lain yang ketika diperhatikan ternyata adalah Tumenggung Santa Guna muncul dengan pengawalnya.

Bagus Prana tak membantah pula. Kemudian Sentanu memberi

tanda pada dua saudaranya agar kembali ketempatnya dikuti oleh

para prajurit yang segera kembali ketempat masing-masing dengan

dada penuh kekaguman pada anak muda Sentanu yang berkali-kali

memperlihatkan kehebatan dihadapan mereka, sampai Tumenggung

Santa Guna tak berani turun tangan menegur ketiga anak muda itu.



- Kang Setanu, sekali lagi aku kecewa tak berhasil membikin

kapok anak manja Bagus Prana itu.



Gumam Wijaya sewaktu mereka ada ditempatnya. Tetapi Sentanu tertawa.



- Kau tunggu kesempatan lain masih banyak adi Wijaya!


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo




Sahut Pamasa yang dapat memahami perasaan hati saudaranya itu.

Namun Wijaya masih terlihat bersungut-sungut. Kecewa benar rupanya.

Setelahnya kejadian itu Tumenggung Santa Guna masih memerintahkan agar para prajurit menetap menunggu, kedatangan Baginda Pati Unus.

Setelahnya terjadi perkelahian dengan harimau itu tiba-tiba saja timbul kejadian lain yang menggemparkan seluruh prajurit Demak

yang masih berkubu ditempat itu.

Seperti biasanya pada malam harinya, Tumenggung Santa Guna telah membagi kuwajiban diantara prajurit jaga untuk selalu meronda dan berjaga-jaga. Tetapi malam itu, tidak seperti malam-malam sebelumnya, suasana amat sunyi dan mencengkam perasaan. Banyak diantara para perajurit yang masih terbayang kejadian siangnya

menghadapi amukan dua ekor harimau yang hampir saja menelan korban diantara mereka lebih banyak kalau saja tidak muncul Sentanu dengan dua saudaranya itu.



Namun demikian secara tanpa disadari terselip juga dalam relung hati para prajurit itu kehebatan harimau jantan dan betina yang telah mereka saksikan itu. Dan diam-diam ada perasaan ngeri kalau kalau harimau itu tiba-tiba muncul di malam gelap itu dan langsung menyerang.



- Ah aku masih terbayang peristiwa siang tadi.



Kata seorang prajurit jaga pada kawannya yang mulai diserang kantuk.



- Bukan ,kau saja, akupun merasa demikian. Bahkan lebih dari itu. Rasanya kedua binatang itu akan muncul malam ini ditempat kita ini dan tiba-tiba menyerang kita yang tengah berjaga. -



- He, mengapa kau berkata demikian? --



Tukas kawannya.



- Kau jangan membuat kawan lain berkecil hati dan ketakutan.



Kawannya itu tertawa.



- Ah, kurasa tak beralasan kita takut. Bukankah binatang itu sudah jera,siang tadi ? -



- Tetapi meskipun aku berpendapat seperti pendapatmu itu. -



Sahut prajurit lain



- Hatiku merasa akan ada sesuatu yang terjadi malam ini -'



- Ah, sudahlah jangan bicarakan itu pula. Kita lebih baik berhati-hati dan waspada.



Untuk beberapa saat kemudian prajurit jaga inipun terdiam. Ada kemudian dua kelpmpok jaga yang lain menggabung dengan kelompok itu, hingga membuat mereka semakin bertambah semangat dan keberaniannya timbul kembali.



Namun tidak terduga, pada saat kesunyian malam telah hampir sempurna, sekonyong-konyong terdengar jeritan ngeri dari arah tenda utara berturut turut



Rupanya jeritan itu telah memecahkan kesunyian yang telah mencekam tadi dan menimbulkan kejutan dikalangan prajurit yang telah siap siap semenjak tadi.



Terdengar kemudian loncatan-loncatan kaki prajurit jaga yang terbangun dengan kaget. Berlarian mereka menuju arah datangnya suara jeritan tadi.



Bukan kepalang kaget hati kepala prajurit yang ikut memeriksa, terlihat dua sosok tubuh terkapar telah menjadi mayat dan darah segar membasahi tempat itu. Dan sewaktu diperhatikan ternyata dada dua orang prajurit yang tewas telah robek dan muka keduanya hancur oleh bekas cakaran persis seperti dada yang robek oleh bekas cakaran binatang



- Ah, jelas ini perbuatan harimau itu



Desis kepala prajurit. Namun ia segera memerintahkan mengangkat kawan yang naas itu, kemudian melaporkan pada Tumenggung Santa Guna dan Bagus Prana.



- Bangsat benar! -



Bagus Prana memaki.



- Ini buahnya Sentanu menghidupi binatang itu. Rama Tumenggung harus memberikan hukuman pada ketiga anak yang keras kepala dan sombong ini!



- Sabar anakku,cari jalan lain untuk memecahkan persoalan ini. Kita tidak boleh berlaku gegabah menghukum Sentanu demikian saja.



- Ah, rama Tumenggung terlalu memberi hati hingga mereka menjadi sombong dan kurang ajar. Jelas merekalah yang melepaskan binatang jahat itu dan sekarang hasilnya? sekali binatang tetap binatang. Sekalipun ditolong, pastilah akan menerkam penolongnya



Namun sekalipun mengeluh panjang pendek, Bagus Prana tak berani membantah perkataan Tumenggung itu.



Ternyata kemudian kejadian itu terulang pada esok malamnya. Tiga orang prajurit kedapatan tewas dengan luka-luka tak ubahnya prajurit yang tewas duluan. Maka dugaan semakin kuat bahwa kejadian itu disebabkan oleh serangan binatang harimau, karena jelas bekas-bekas luka menunjukkan bekas cakaran kuku binatang harimau.



Tumenggung Santa Guna menjadi habis sabar, dan lagi atas desakan Bagus Prana, Tumenggung itu memanggil Sentanu bertiga dua saudara angkatnya.



- Kau tentu telah mengetahui sebabnya kupanggil kemari.



Kata Tumenggung itu. Dan Sentanu mengangguk.



- Sekarang kau harus menyelesaikannya Sentanu, karena setiap prajurit disini mengetahui kaulah yang melepaskan kedua binatang itu. Dan ternyata kemudian 11 orang menjadi korban keganasan binatang hutan itu. Maka terserah bagaimana kau ingin melakukan, aku hanya memintamu agar menangkap hidup atau mati

dua binatang itu dan memperlihatkan dihadapanku. Kau boleh

berangkat dan sesukamu mau membawa berapa orang prajurit. Aku

percaya kau tak akan kembali dengan tangan hampa.



Sentanu tidak banyak berkata. Ia mengiyakan saja perintah

Tumenggung itu. Meskipun dalam hati masih meragukan apakah

ia mampu mencari binatang yang telah kembali kesarangnya itu di

hutan yang masih belum diketahui dimana letaknya. Tetapi Sentanu

bertekad akan mencarinya sekaligus ia ingin menyingkirkan rasa heran bagaimana harimau itu dapat melakukan yang demikian. Ia

tak heran, sebab harimau itu sejak semula telah memperlihatkan

gerak gerik yang mencurigakan seakan bukan harimau sembarangan. Hanya dugaan Sentanu kuat binatang itu ada yang memiliki.

Maka Sentanu ingin sekali mengenal orang itu yang demikian mengagumkan mampu melatih dua binatang ganas menjadi makhluk

lain yang memiliki tata tempur tak ubahnya manusia lumrah lain.

Pamasa dan Wijayapun sependapat dengan Sentanu. Maka

keduanya tak banyak rewel kecuali menuruti kemauan Sentanu.

Ketiganya segera kembali ketempat untuk bersiap esok harinya.

Malam itu seluruh prajurit berjaga dengan kuat. Bahkan Sentanu telah ikut meronda bertiga dengan saudara angkatnya

yang gemas mengingat perlakuan Tumenggung Santa Guna.



- Kang Sentanu, pada pikirmu, harimau macam apakah binatang yang sedang kita cari ini?



Tanya Pamasa.



- Loreng dan berkaki empat!



Sahut Wijaya tertawa.



- Mungkin dugaan kalian akan sama denganku.



Kata Sentanu kemudian.



- Aku merasa binatang itu bukan sembarang binatang.-



- Dan ketika kau tolong itu kang, nampaknya mereka tidak

sekeji sekarang ini.-



Tukas Pamasa.



- Ya, itulah yang mengherankan.-



Ketiganya terdiam.

Malam hampir berganti pagi hari, namun tak terjadi serangan

binatang itu. Para prajurit bernapas lega. , Manakala malam habis

siang dapat dipastikan tak akan terjadi peristiwa mengerikan itu.

Namun ketika fajar merah mulai nampak diufuk timur dan pada saat para prajurit mulai berganti prajurit jaga yang lain, Pamasa

menjadi kaget dan loncat menyambar pedang yang tergantung pada tenda. Sebab Pamasa yang baru saja melangkah masuk kedalam

tempatnya itu dikejutkan oleh adanya sesosok tubuh loreng sebesar

anak sapi yang tahu-tahu telah ada dalam tendanya. Tetapi harimau itu menggerang perlahan dan sebelum Pamasa melakukan sesuatu, Sentanu dengan Wijaya yang masih berada diluar, mendengar gerakan terkejut Pamasa, keduanya loncat masuk kedalam

tenda pula.

Keduanya merandek dengan kaget pula melihat raja hutan itu

telah berada dalam kamar tenda mereka.



- Tahan!



Sentanu berseru perlahan mencegah kedua saudaranya bertindak menyerang. Lalu ia mendekati binatang itu karena matanya yang awas melihat sesuatu pada moncong harimau

jantan yang datang sendirian itu.

Ternyata kemudian pada mulut harimau itu menggigit sebuah

badik kecil terbungkus dengan kain sutra biru. Dan ketika Sentanu

mengambil benda itu si raja hutan tidak menolak bahkan sengaja

memberikan senjata itu. Sentanu memeriksa badik itu dengan heran.

Demikian kedua saudaranya. Lalu Sentanu mengalihkan pandangan

menatap binatang itu yang menggelengkan kepala dengan pandangan aneh.



- Eh, apa maksudmu kawan?-



Bertanya Sentanu.



- Mengapa

kau datang dan tak tahukah kau bahwa kami tengah siap untuk menangkapmu, bahkan kami dan seluruh prajurit disini siap untuk membunuhmu?_



Harimau itu menggerang perlahan, lalu mendekat dan tiba-tiba mendekam dihadapan Sentanu menjilati jari kaki anak muda itu lalu loncat bangun dan mundur pula seraya menggerakkan kepalanya ke arah ketiga saudara angkat itu.



- Apa maksudmu?



Pamasa bertanya.



- Eh kang Sentanu ia mengajak kita keluar dari tempat ini.



Kata Pamasa kemudian.Sentanu mengangguk tanda mengerti.



- Eh apa. maksudmu kawan? Apa yang terjadi, mana kawanmu itu?

Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo




Tanya Sentanu seraya mengelus leher binatang itu pula. Tetapi si raja hutan tiba-tiba bangkit, dan bertindak keluar lalu loncat dan lari kabur meninggalkan tempat itu.



- Kita ikuti! --



Seru Sentanu. Maka berloncatan ketiga saudara angkat itu mengejar harimau jantan.



Ternyatalah kemudian harimau jantan itu berlari keluar daerah perkemahan para prajurit Demak dengan susah payah. Berbeda dengan sewaktu binatang itu masuk tak seorangpun prajurit melihat .Tetapi rupanya karena menunggu datangnya Sentanu sampai fajar, binatang itu tiba2 saja kepergok oleh beberapa prajurit jaga.

- Tolong!



- Tolong -



Prajurit itu berteriak ketakutan dan teriakan inilah yang memanggil prajurit lain yang serentak dilihatnya raja hutan itu mereka meluruk dan berkali kali melepaskan panah dan tombak menghujani binatang itu yang berusaha lari menerobos kepungan.



Tak lama binatang itu telah berada diluar daerah perkemahan akan tetapi ketika itulah muncul Bagus Prana yang telah mendengar keributan dan dengan menunggang kudanya Bagus Prana menghujani binatang itu dengan puluhan anak panah dibantu para prajurit lain.



Keadaan telah terang benderang sehingga dengan mudah para prajurit melihat binatang itu.



Kehebatan main panah Bagus Prana memang cukup terpuji. Hujan panah dari tangannya demikian gencar. Maka binatang hutan yang tengah berusaha lari itu menjadi kerepotan.



Dalam pada itu Sentanu bertiga dengan saudaranya menjadi serba salah, mereka telah menyaksikan bagaimana harimau itu dikepung dan dihujani panah, bahkan keselatannya terancam. Tetapi Sentanu

tak berani bertindak menolong. Sebab seluruh prajurit telah menaruh dendam hebat pada binatang itu. Maka ketiganya menjauh tidak turut mengepung.



Pada suatu saat dua batang panah tiba-tiba menyambar paha belakang harimau jantan itu, dan karena kerasnya sambaran dan tenaga Bagus Prana yang melepas, binatang itu terhuyung. Dan pada saat terhuyung itulah sekaligus lima batang anak panah prajurit yang mengepung menyambar kaki depan dan dua menancap di perut binatang itu hingga tanpa dapat dicegah binatang itu roboh terguling dengan lemas.



Bertepatan dengan robohnya harimau jantan itu tiba tiba terdengar auman keras dan panjang. Dan muncul ditempat itu harimau betina yang langsung menubruk harimau jantan yang terluka tanpa dapat bangkit.



Bagus Prana majukan kuda siap melepas panah pula.Ia melihat munculnya harimau betina itu. demikian para prajurit telah bergerak dan kembali mengepung dan



- Tahan! Jangan bunuh! _



Tiba-tiba terdengar suara nyaring mencegah. Membuat para prajurit terhenti beberapa saat tidak bergerak. Tetapi mereka lebih heran ketika dibelakang harimau jantan tadi muncul seorang gadis mengenakan pakaian ringkas tanda ia pejalan jauh. Dan gadis itu kemudian berseru pula:



-Jangan bunuh mereka!



Lalu ia berlari mendekati harimau yang sedang kesakitan



Melihat munculnya gadis itu, Bagus Prana berpikir lain. Ia menduga tentulah gadis itu pemilik harimau yang mengacau dan menyerang para prajurit, maka tiga batang panah melesat dari gendewa Bagus Prana, dan ...,...... tanpa dapat dicegah tiga batang panah itu beruntun menyambar si gadis yang tengah berlari mendekati harimau dan tepat pundak dan pahanya termakan panah

panah itu dengan hebatnya.



- Agh ...,...



si gadis mengeluh pendek dan roboh terguling.



- Kau! kau! .. kejam tak mengenal belas terhadap wanita lemah



kata gadis itu menuding Bagus Prana yang melepas senjata padanya. Dan muka si gadis merah padam bibirnya mengerut menahan sakit kena senjata itu.



Si gadis bergerak untuk bangkit. tetapi rupanya pahanya kena panah amat sakit, ia terhuyung menggigit bibir dan tangannya bermain mencabut dua batang panah yang menancap pada pundaknya..



Pada saat itulah muncul Sentanu dengan Pamasa dan Wijaya yang tak kurang kagetnya melihat munculnya gadis itu. Sentanu cepat mendekati si gadis, lalu dengan mengucapkan



- Maaf kisanak, kubantu kau melepas senjata ini. _



Dan Sentanu bergerak sehat. Ia pukul pundak si gadis dan paha yang terluka, lalu dengan hati hati Sentanu mencabut panah-panah itu.



Si gadis meringis menahan sakit, tetapi untung Sentanu telah

memukul sekitar tempat yang terluka guna melumpuhkan bagian itu agar tak terlalu sakit sewaktu panah dicabut.



Pamasa bertindak cepat pula. Ia yang berpengalaman hidup di hutan sebagai kepala rampok, kenal berbagai daun obat yang terdapat di gunung itu.Maka ia telah muncul dan memeras daun obat ia lalu menutup pada luka si gadis.



Dan ketika Sentanu menoleh, ia tersenyum melihat Wijaya sedang mengobati harimau jantan yang terluka setelahnya mencabuti

panah-panah yang menancap ditubuh binatang itu. Sentanu mengagumi kelebihan dua saudara angkat yang kenal baik dengan daun

dan obat hingga dapat diharap luka-luka kena panah itu akan pulih kembali.



Si gadis mengangguk mengucapkan terima kasih pada Sentanu.



Sementara itu seluruh prajurit kini mengelilingi si gadis dan kembali mereka dibuat kagum oleh kejadian yang tak diduganya itu. Sentanu berdiri ketika Bagus Prana menegur ia pula:



- He, Sentanu sekali ini kau melindungi pembunuh orang-orang Demak ini maka tak ada pilihan lain aku akan memberitahukan pada Tuanku Pati Unus agar kau dihukum picis. ,



Tiba-tiba si gadis berdiri pula, dan sambil masih menahan sakit akibat lukanya ia berkata dengan berani :



- Kalian jangan salah paham. Kami sesungguhnya tidak bersalah. Dua harimau inipun sebenarnya tak bersalah. Bahkan mereka menyerang prajurit itu karena diganggu lebih dahulu.



- He,siapa kau berani menegur aku Bagus Prana -



Anak Tumenggung itu meradang dan membentak dengan kasar.



- Hati2 kau membuka mulut. Puluhan prajuritku tewas oleh serangan

gelap binatang piaraanmu itu. _



- Tidak ! kalian jangan terburu napsu, kau harus meneliti terlebih dahulu. --



Jawah si gadis pula. Tetapi Bagus Prana mengangkat tangan dan berseru :



- Cukup! kau harus dihukum, tangkap dia !



Puluhan prajurit segera bergerak akan menangkap gadis itu. Namun sebelum terjadi, tiba-tiba terdengar sebuah suara tertawa keras dan seruan berulang-ulang :



- Benar, kalian terburu napsu ...... ha .. ha ...... ha .. memang benar kata orang, Demak

hanya memiliki kerbau2 dungu yang tak bisa berpikir he ... he ..!... .. he ...... _



Yang mendengar suara itu tiba2 terdiam. Mereka rasakan getarannya memekakkan telinga seakan mengandung kekuatan tersembunyi dan bisa merontokkan isi dada mereka.



Bersamaan dengan itu, terlihat seorang penunggang kuda muncul beroman gagah. Tetapi sewaktu diperhatikan ternyata orang itu membawa seseorang yang terikat menelungkup diatas kuda didepannya .



Bagus Prana kaget. Orang itu nampak angker dengan roman muka tampan dan gagah memeluk tawanannya. Maka Bagus Prana mengangkat tangan pula dan memerintahkan tangkap orang itu.



Para prajurit yang mulanya menangkap si gadis menjadi berbalik dan kini mengurung orang berkuda itu seraya mengancam dengan senjata. Tetapi orang itu menggerakkan kudanya ke muka dan berteriak tak kalah kerasnya.



- Tahan!-



Katanya.



- Kalian tak melihatkah siapa yang kubawa ini? -



Dan berkata demikian orang itu mengangkat muka tawanan yang dibawanya. Maka serentak dilihat, kagetlah yang ada disitu, sebab tawanan itu bukan lain adalah Tumenggung Santa Guna. Mereka mundur tanpa sadar, Bagus Prana nampak pucat mukanya sementara Sentanu dengan yang lain masih tidak bergerak melihat orang itu kini tertawa-tawa diatas kudanya.



- Kalian benar bodoh.



Kata orang itu kemudian.



- Benar gadis itu! ia tidak bersalah. Kalian tunggu apa? Mau serang aku seranglah! Atau kalian mundur dan jangan ganggu aku menangkap gadis itu.Dan sebagai ganti aku akan serahkan Tumenggung penakut ini. Nah, terimalah! -



Orang itu mengangkat tubuh Tumenggung Santa Guna melemparkan kearah para prajurit yang berloncatan mundur lalu menolong Tumenggung Santa Guna berdiri kembali.



Dalam pada itu orang berkuda inipun bergerak dan menuju si gadis yang masih berdiri dengan mata tak berkedip. Tetapi sewaktu orang itu mendekat serta kemudian bergerak menyambar dirinya, si gadis baru menyadari bahaya dan ia berseru kaget lalu menyingkir dari tangkapan orang itu dan melarikan diri.



Sentanu kaget. Terlihat si gadis tidak akan mampu menghindar karena orang berkuda itu jelas memiliki kemampuan tinggi. Dan terlanjur basah Sentanu tadi menolongnya. Ia tak tahu siapa yang harus dianggap benar, tetapi melihat gadis yang nampaknya tak memiliki kemampuan tempur dikejar kuda demikian ia tak sampai hati. Maka hanya dengan beberapa kali loncatan Sentanu telah menghadang dimuka kuda orang itu dan tak banyak berkata Sentanu gerakkan tombak panjangnya dengan cepat memutar senjata panjang itu dimuka kuda yang tengah berlari mengejar si gadis.



- He, mundur! Siapa kau berani mati menghalangi? _



Seru orang itu dengan marah. Ia tak menghentikan kudanya dengan maksud ingin menabrak Sentanu yang diduganya adalah prajurit biasa.



Akan tetapi orang itu menjadi kaget bukan main, ketika Sentanu merasa orang itu akan menabrakkan kudanya, tombaknya ia gerakkan berputar dan tiba tiba kuda tunggangan tadi meringkik keras untuk kemudian roboh tersungkur kakinya kena sambar tombak Sentanu. Tapi penunggangnya cukup gesit dan tangkas Ketika kudanya tersungkur hebat ia loncat dan berjumpalitan lalu turun dalam keadaan berdiri.



- Kau hebat anak muda, siapa namamu?



Bertanya orang itu pada Sentanu.



- Rasanya aku pernah melihat cara berkelahi yang kau perlihatkan tadi.



Namun Sentanu tidak menjawab, ia tersenyum dan langsung menabaskan tombaknya kearah orang itu seraya berkata:



- Nama tak perlu

kau ketahui. Tapi aku tahu kau adalah orang Majapahit yang sengaja datang mengacau, maka jangan harap akan bisa lolos dari tanganku untuk kuserahkan pada tuanku Pati Unus._



Dan



- wuut!

wuuut



Tombak ditangan Sentanu bergulung hebat mengurung orang itu.

Yang diserang sadar, ternyata anggapannya keliru menduga lawan mudanya hanya prajurit biasa. Tetapi terlambat, tombak Sentanu telah bergerak cepat mengancam nyawanya hingga orang itu mulai mundur-mundur dan berloncatan.



- Bagus! kau hebat!



Seru orang itu memuji.



- Tetapi kau


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


akan kecewa jika berhadapan dengan Rangga Permana ditempat ini,

lebih baik kita tunda perkelahian kelak jika Majapahit berhadapan

dengan Demak.



- Rangga Permana? -



Bagus Prana ternganga mendengar orang

itu mengaku sebagai Rangga Permana.



- Bukankah Rangga Permana kepala daerah Supit Urang anak

buah Prabu Udhara, Rama? -



Tanyanya pada Tumenggung Santa

Guna yang telah berada didekatnya. Dan Tumenggung itu mengangguk membenarkan.



- Kalau demikian jangan biarkan ia lolos.



Bagus Prana memberi isyarat menggerakkan ratusan prajurit meluruk mengurung Rangga Permana yang tengah berhadapan dengan Sentanu.



- Ah

orang Demak licik dan pengecut. Menghadapi

seorang aku saja harus mengerahkan ratusan prajurit bersenjata. Bagus ! Kecurangan yang pantas dipuji!



Seru Rangga Permana.

Sentanu yang mendengar langsung perkataan itu mukanya berubah merah. Ia terpukul oleh perkataan itu dan diam-diam menyalahkan Bagus Prana yang memberi perintah. Tetapi terlambat, gelombang prajurit sudah bergerak dan berkelebatan senjata mereka menyerang Rangga Permana.

Rangga Permana sadar dirinya terancam. Tiba2 ia loncat mundur. Dan hatinya heran bercampur lega ketika Sentanu tidak mengejar. Orang Majapahit itu tiba2 pula melempar benda bulat sebesar

telur angsa kearah para prajurit yang menyerangnya.



Dan



- wuuuusss duar! Dar! Dar!





terdengar letusan2 keras dan asap tebal bergulung dari akibat benda-benda yang dilempar Rangga Permana menyaput seluruh tempat itu.

Para prajurit panik dan ribut. Mata mereka menjadi pedas dan

gelap. Sekitar tempat itu menjadi ramai karena mereka saling bertubrukan sesama kawan.

Hanya Sentanu dengan orang-orang yang tergolong tinggi ilmunya masih dapat selamat dari letusan dari asap yang menyakitkan

mata itu. Bahkan Sentanu melihat Rangga Permana sesudahnya menghujani prajurit dengan benda-benda itu setelah loncat kabur merampas

seekor kuda prajurit lalu melarikan diri dengan cepat.

Sentanu tak bergerak. Ia tak mau mengejar, perasaan malunya

masih mengeram dalam hati mengeroyok Rangga Permana yang sendirian.



- Masih ada kesempatan lain untuk berhadapan satu lawan satu



Pikirnya. Maka Sentanu membiarkan Rangga Permana melarikan diri tanpa mengganggu sedikitpun.

Para prajurit baru sadar kemudian bahwa buruannya telah lepas setelahnya asap menipis. Mata mereka sekalipun masih terasa

pedas, tetapi telah dapat melihat dengan terang.

Tumenggung Santa Guna dengan gemas memerintahkan prajuritnya untuk kembali. Sedang si gadis diperintahkan menghadap padanya dan dengan diiringkan Sentanu bertiga saudaranya gadis itu di

giring ketempat Tumenggung itu berdiam di tendanya.



- Seharusnya kaulah yang menerima hukuman pancung karena

kaulah yang menimbulkan bencana ini.-



Kata Tumenggung itu.



- Tetapi karena adanya Bagus Prana anakku yang telah menimbang

dengan bijaksana, kau bebas! Namun begitu, kau masih harus berada

ditempat ini menunggu keputusan Tuanku Pati Unus. Nah, sebutlah

namamu agar kami semua mengetahuinya.-



Sentanu yang mendengar kata-kata Tumenggung demikian menjadi sedikit lega. Berarti gadis itu tak akan diganggu. Tetapi sebelum

gadis itu membuka mulut. Sentanu maju dan berkata:



- Ampun Tuanku, hamba ingin mengemukakan pendapat hamba. Seyogyanya Tuanku memberi kesempatan pada gadis itu untuk

memaparkan awal mula kejadian hingga binatang piaraannya itu

mengganggu prajurit. Dan ada hubungan apa ia dengan Rangga Permana.



Tumenggung Santa Guna mengangguk-anggukkan kepala mendengar usul Sentanu.



- Kau benar, nah kau dengar bukan perkataan Sentanu?-



Kata Tumenggung pada gadis itu kemudian.



- Mulailah kau tuturkan dari mulanya kau bisa menimbulkan keributan disini. Tetapi

awas, jika kau membuat cerita palsu hukuman akan kau terima tanpa menunggu Tuanku Pati Unus pula. Nah, mulailah!-



Si gadis menjadi girang mendengar itu. Diam-diam ia berterima

kasih pada Sentanu yang dianggapnya amat pandai dan cerdik. Bahkan tak langsung Sentanu yang dianggapnya memberi kesempatan

ia mengulur waktu dan berusaha menyelamatkan diri dari hukuman.

Maka ia maju dan membungkuk dihadapan Tumenggung Santa Guna

lalu dengan suara sekalipun tak keras, namun jelas terdengar oleh

seluruh yang hadir, gadis itu membuka kisahnya.





- Sesungguhnyalah Tuanku, hamba tidak merasa bersalah.

Nama hamba Ken Rati. Tiga pekan yang lalu diperintahkan oleh kakek hamba mencari ayah yang pergi ke Demak. Oleh kakek hamba

diberi kawan dua ekor harimau. Maksud kakek kawan hamba itu

agar menemani serta melindungi hamba karena kakek tak sampai

hati melepas hamba seorang diri diperjalanan yang penuh bahaya.

Namun ditengah perjalanan, hamba tiba-tiba bertemu dengan

Rangga Permana yang tadi bertempur dengan prajurit Tuanku._



Kemudian Ken Rati melanjutkan ceritanya dengan suara yang makin menarik membuat yang mendengar terpaksa terpaku mendengar

sepenuh perhatian.



- Rangga Permana dengan menunggang kudanya yang tinggi besar, semula amat kaget dan heran melihat seorang gadis cantik berada seorang diri dalam hutan. Tetapi segera mengenal siapa adanya

gadis itu.



- He, bukankah kau anak Ken Sanggit dari padepokan Julang?



Bertanya Rangga Permana.



Si gadis yang tidak menduga buruk mengakui benar ia adalah

anak Ken Sanggit. Maka mendengar jawaban itulah Rangga Permana tiba-tiba majukan kudanya lalu loncat turun mendekati si gadis

. Dengan menyeringai Rangga Permana berkata:



- Bagus! Kebetulan. Aku tak usah berpayah-payah ke Demak pula. Kau cukup menjadi pengganti orang tuamu yang sombong. Nah, kau menurutlah

untuk kutangkap.



Ken Rati terkejut mendengar perkataan Rangga Permana.

Maka sadarlah ia bahwa dirinya dalam bahaya. Maka ia berseru

memanggil dua binatang harimau yang tengah turun mencari sumber

air. Tetapi teriakan itu tak banyak berguna. Rangga Permana sebat

bergerak dalam sekejap Ken Rati telah ada dalam pondongannya

untuk kemudian ia loncat naik keatas kudanya melarikan Ken Rati

dengan tertawa-tawa.

Si gadis berontak sekuat tenaga seraya menjerit-jerit. Namun

tenaganya tak mampu melepas tubuhnya dari cengkeraman Rangga

Permana yang berilmu tinggi. Dan sementara kuda yang membawa

dua orang itu kabur naik menuju sebuah bukit kecil, Ken Rati terus

berteriak-teriak hingga kehabisan suara dan jatuh pingsan dalam

pelukan Rangga Permana.

Rangga Permana tersenyum lebar. Hatinya girang bukan main.

Sebab niat kedatangannya ke Demak, adalah mencari dan menyelidiki kekuatan lawan. Rangga Permana yang diserahi kekuasaan menguasai daerah Supit Urang yang menjadi benteng pertahanan Majapahit terakhir tahu lawan cukup berat.

Iapun kemudian mengetahui adanya tentara Demak yang berdiam ditempat itu. Maka semenjak pertama tentara Demak membuat perkemahan ia telah ada disekitarnya. Namun tanpa diduga

Rangga Permana kemudian bertemu dengan Ken Rati yang juga

dicari-carinya.

Sementara itu Ken Rati dalam keadaan tak berdaya telah menjadi tawanan Rangga Permana. Ia disembunyikan dalam gubug di

mana orang Majapahit itu tinggal selama mengintai prajurit Demak.





Pada saat itulah dua binatang piaraan yang dibawa gadis itu

naik dan keduanya mengaum keras sewaktu tuannya tidak mereka

temukan, sepasang harimau yang rupanya terlatih itu kebingungan.

Mereka berusaha mencium jejak Ken Rati keseluruh daerah perbukitan itu. Ketika keduanya tengah mencari Ken Rati itulah tiba-tiba

beberapa prajurit Demak memergoki mereka hingga Bagus Prana

kemudian memerintahkan menangkap dan terjadilah perkelahian

hebat antara para prajurit dengan binatang-binatang itu hingga

Sentanu turun tangan,

Setelahnya kedua binatang itu dilepas oleh Sentanu, keduanya

terus mencari jejak adanya Ren Rati. Dan berkat penciuman yang

tajam, pada suatu saat mereka temukan gubug persembunyian Rangga Permana dan tanpa disengaja mereka menemukan badik kecil

milik gadis itu. Maka jelaslah bagi kedua harimau itu bahwa yang

dicari ada dalam gubug itu.

Namun berkat kehebatannya, harimau jantan seakan berunding

dengan betinanya ia membawa badik itu pada Sentanu dengan maksud meminta bantuan sedang si betina diam-diam memasuki gubug

Rangga Permana mencari Ken Rati yang terikat dalamnya.

Dalam pada itu Rangga Permana yang tak menduga bahwa

Ren Rati memiliki dua binatang piaraan tak menaruh kecurigaan,

hingga saat harimau betina itu memasuki gubugnya, ia tinggalkan

Ken Rati dan masuk keperkubuan tentara Demak dan berhasil menculik Tumenggung Santa Guna.


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Sampai kemudian terjadinya perkelahian orang-orang Demak

dengan harimau jantan dan munculnya si betina mengiringkan Ken

Rati ditempat itu.



- Demikianlah Tuanku, hamba mohonkan pengampunan bagi kedua binatang kawan hamba yang tak bersalah itu. -



Kata Ken

Rati kemudian

.Tumenggung Santa Guna yang mendengar penuturan si gadis

manggut-manggut, rupanya mengerti dan hilang kemarahan yang semula mengeram dalam dadanya.



- Aku tahu.



Katanya kemudian.



- Tetapi siapakah yang

membunuh prajurit-prajurit dengan keji itu?- Bukankah kedua binatang piaraanmu itulah yang melakukannya?



Sentanu mendengar itu menyela dan berkata.



- Bukankah ada Rangga Permana yang telah mengakuinya

Tuanku? Tak mustahil dialah yang berbuat melihat kehebatannya

yang cukup mengagumkan.-



Semua yang ada ditempat itu terdiam. Perkataan Sentanu masuk dalam akal mereka. Baru untuk beberapa saat kemudian Tumenggung itupun berkata pula.



- Baik, kalau demikian Ken Rati boleh lepas dari hukuman.

Kau boleh pergi sekarang.



Ken Rati cepat menyahut mendengar perkataan itu.

- Ampun

Tuanku, sesungguhnyalah hamba ingin menggabung dengan Tuanku disini. Hamba akan membantu dengan segala kemampuan yang

hamba miliki, lagi pula kedua piaraan hamba itu akan banyak menolong prajurit Tuanku dalam pertempuran



Tumenggung Santa Guna terheran-heran. Tak diduganya gadis

itu akan berkata demikian. Tetapi sebelum Tumenggung itu membuka mulut pula, Bagus Prana berbisik perlahan:



- Terimalah Rama, aku rasa gadis itu bukan sembarangan,

tentu ada yang dibelakangnya hingga ia berani melakukan segalanya

ini. Dan dua ekor binatang miliknya, anak menduga tentu milik seorang linuwih.



Tumenggung Santa Guna manggut pula sependapat dengan Bagus Prana.

Namun hati orang tua itu tidak melihat sesuatu yang tengah terpancar dari sinar mata Bagus Prana yang semenjak tadi berputar

aneh manakala menatap kearah Ken Rati. Agaknya hanyalah Sentanu dengan Pamasa dan Wijayalah yang dapat menduga isi hati

dan kepala Bagus Prana yang terlihat jelas terpikat oleh kecantikan

Ken Rati dan agaknya memendam maksud kotor terhadap gadis

itu. Namun mereka tidak mengucapkan sesuatu hanya saling memandang dan melirik dengan maklum.



- Baiklah! kau boleh menetap disini dan sementara menunggu keputusan lebih lanjut dari Tuanku Pati Unus, kau boleh tinggal. -



Kata Tumenggung Santa Guna kemudian.



- Dan

kau boleh kembali ketempat masing-masing!



Perintahnya kemudian.

Sementara itu Wijaya yang telah kembali ketempatnya bergumam dengan kesal.



- Mengapa gadis itu meminta berdiam disini. Apa maunya?-



- Ya, akupun merasakan aneh sikapnya itu.



Sahut Pamasa.



- Pendapatmu bagaimana kang Sentanu?



Sentanu tertawa kecil. Ia tidak segera menjawab. Namun memperhatikan saudara-saudaranya yang selalu tak puas dengan sikap-

sikap yang timbul dilingkungan mereka. Tetapi sebentar kemudian ia

berkata:



- Kita tak usah mengambil pusing semua itu. Bukankah tak

ada kepentingan dengan kita sendiri?-



- Itu benar. -



Jawab Wijaya.



- Tapi kau lihat sikap Bagus

Prana, yang matanya liar ketika memandang Ken Rati, tentu ada

apa-apa dibalik pandangan anak Tumenggung itu, kang. _



- Benar kau adi Wijaya. Aku merasa sikap Bagus Prana mengandung maksud tersembunyi. Bukankah dia juga yang mendesak

Tumenggung Santa Guna agar menerima gadis itu disini?-



Sentanu tidak berkata pula. Sekalipun diam-diam dalam hatinya

juga tersimpan rasa curiga terhadap Bagus Prana, tetapi Sentanu tak

mengatakan hal itu. Hanya kemudian ia berkata:



- Sudahlah, kita

beristirahat lebih dahulu.



Pamasa tak puas dengan jawaban Sentanu, bahkan Wjiaya lebil

tak puas lagi maka ia segera bertindak keluar dengan roman muka

muram.

Dalam pada itu Sentanu semakin diganggu oleh dugaan-dugaan

yang membuatnya tak tenang.



Mungkinkah Ken Rati adalah musuh Demak yang sengaja dikirim untuk mematai prajurit disitu?



Dan

benarkah gadis itu tak berkepandaian?



Berpura-purakah dia, tetapi

penglihatan Sentanu merasa yakin bahwa gadis itu memang tak berilmu. Bahkan gerak paling mudah dalam dasar tata kelahi nampaknya

tak dikenal sama sekali.



Tapi siapakah dia sesungguhnya?



Sentanu masih bertanya-tanya.



Dugaan-dugaan mereka kemudian ternyata terbukti. Bagus

Prana yang melihat kecantikan Ken Rati sejak semula telah tergoncang hatinya. Namun ia masih belum dapat berbuat apapun. Pertimbangannya berputar. Ia ingin sekali gadis itu menjadi miliknya. Tetapi kedua kawan Ken Rati tak dapat dianggap ringan

binatang hutan yang selalu dekat dengan gadis itu akan berbahaya baginya. Maka Bagus Prana dengan sabar mengendalikan keinginannya.

Pada malam berikutnya, dua harimau hutan yang selalu bersama

Ken Rati kebetulan berada di tenda Sentanu. Sepasang binatang itu

sengaja dibawa oleh Pamasa. Dan karena mereka kini terbiasa dengan

mereka, maka tak mengherankan jika binatang itu tak ubahnya sebagai kawan. Bahkan mereka kerapkali terlihat berada di hutan berburu bersama sama.

Agaknya telah menjadi garis bahwa Bagus Prana memiliki watak rendah. Suatu saat keinginannya mengganggu Ken Rati tak tertahankan lagi. Dan Ken Rati menjadi kaget ketika dengan tiba-tiba

Bagus Prana muncul dengan mata menakutkan.

Sekalipun Bagus Prana mencoba tersenyum manis pada gadis itu,

tetapi dalam pandangan Ken Rati senyum itu tak ubahnya seringai

serigala. Tetapi ia kuatkan perasaan dan bertanya



- Ada maksud apakah Tuanku mencari hamba pada malam

begini ?-



Bagus Prana tidak menyahut, hanya matanya berputar aneh dan

bibirnya masih menyunggingkan sebentuk senyum yang mengerikan

dalam pandangan Ken Rati. Bergerak-gerak seraya melangkah maju

mendekati.

Tahulah Ken Rati apa yang akan terjadi, ia mundur-mundur melihat Bagus Prana berhal demikian. Tak diduga sedikitpun olehnya

jika akan terjadi hal itu.



- Tuanku, jangan! Jangan lakukan itu. Bukankah Tuanku harus

menjunjung kehormatan wanita yang tak berdaya..... jangan !

dan..... dan..... kalau Tuanku Pati Unus mengetahui ini .

jangan ..



Namun Bagus Prana yang telah dikuasai oleh napsu iblis melihat gadis itu gemetar ketakutan, bukannya mundur, sebaliknya ia melihat si gadis nampak semakin cantik, menarik. Dan bibir si gadis

yang gemetar bergerak-gerak, menimbulkan rangsangan berahinya semakin menggelora.

Tiba-tiba Bagus Prana meloncat menubruk. Ken Rati menjerit

dan menghindarkan diri. Tetapi tak urung pundaknya kena direnggut

oleh Bagus Prana hingga si gadis terhenyak kesudut tenda.



- Mengapa kau melawan? Siapa menentang kemauanku harus

mati. Hati-hatilah kau!?



Ancam Bagus Prana melihat si gadis melawan.



- Penjahat keji! Awas kelak akan kuberitahukan perbuatanmu

ini pada tuanku Pati Unus. Kau tentu dipenggal....


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo




Akan tetapi anak Tumenggung Santa Guna itu bukan menjadi

reda napsunya. Ia kembali loncat dan menerkam Ken Rati yang telah

memucat mukanya. Tetapi Ken Rati berubah niat mengingat kalau

banyak orang mendengar teriakannya dan mereka kemudian melihat

apa yang terjadi, tentulah ia hanya akan menderita malu. Lagipula

Ken Rati tahu Bagus Prana cukup ditakuti oloh para prajurit.

Jadi

siapakah yang akan berani mencegah perbuatannya ?



Dengan demikian, Bagus Prana beruntung. Maka ia semakin menyeringai dan kembali Ken Rati dikejar dengan bernapsu. Ditubruknya si gadis. Dan



Breeet!



Pakaian Ken Rati robek bagian

atas hampir separuh.

Gadis itu menggigit bibir lalu ia menelungkup keatas pembaringan tetapi matanya tak lepas menatap Bagus Prana dengan cemas.

Bagus Prana semakin gila melihat dada Ken Rati yang terbuka

maka saat itulah ia kerahkan kepandaian dan tangannya bergerak cepat. Dalam sekejap kemudian gadis itu telah berhasil didekap olehnya

lalu dengan kasar tubuh Ken Rati ia balikkan hingga menghadap ke

arahnya dan tangan Bagus Prana terus bergerak merobek pakaian

si gadis yang meronta-ronta sambil menangis. Marah, malu, campur

aduk dalam hati si gadis disertai rasa takut luar biasa membakar hati

dan pikirannya. Namun sampai disitu Ken Rati tetap tak mau berteriak. Ia akan lebih merasa terpukul dan malu manakala prajurit ada

yang melihat ia diperlakukan demikian. Maka gadis itu hanya meronta-ronta.



Bagus Prana semakin kalap. Ia banting Ken Rati kembali keatas pembaringan dan ditubruknya. Maka rupanya Ken Rati telah

tak mempunyai pilihan lain. Ia menyesal Badiknya tak ia bawa. Dan

kini gadis itu telah kehabisan tenaga melawan Bagus Prana yang sudah barang tentu tak dapat ia lawan begitu saja. Selain Bagus Prana

tergolong berilmu, juga tengah dikuasai napsu gilanya.

Apalah artinya kekuatan Ken Rati?



Maka Bagus Prana merasa girang. Ia merasa niatnya kesampaian dan perasaan itu membuat ia lupa bahwa sesungguhnya masih ada

dua harimau yang sewaktu-waktu bisa menerkamnya dan mencabik-

cabik tubuhnya.

Hampir separuh pakaian Ken Rati telah robek dan lepas. Dan

Bagus Prana masih ketat memeluk tubuh yang meronta dan berusaha

lepas dari cengkeraman.

Pada saat Ken Rati telah hampir tak berdaya, tiba-tiba tenda

itu terbuka dan seseorang muncul dengan muka tegang menahan marah yang membakar dada.



- Gila! Apa yang kau lakukan ini?! Apakah kau sudah ingin,

mati dipenggal di alun-alun?!



Terdengar orang itu menegur dengan

keras dan marah.

Bagus Prana kaget. Cepat ia bangkit dan menoleh kebelakang.

Dan mukanya menjadi pucat melihat yang muncul. Ternyata adalah

Tumenggung Santa Guna yang ketika Bagus Prana bangkit, Tumenggung itu loncat kedua tangannya bergerak dan



Plak! Bluk!



Bagus Prana terlempar bergulingan oleh pukulan tangan Tumenggung

Santa Guna.



- Bangsat rendah memalukan!-



Geram Tumenggung itu dan

sekali lagi ia loncat kemudian tubuh Bagus Prana diangkat lalu



- Buk! Blug! -



Kembali Bagus Prana terlempar kena serangan pukulan Tumenggung yang marah itu.



- Kau tak pantas dihidupi! Bangsat rendah! -



Dalam pada itu Ken Rati yang melihat munculnya Tumenggung

Santa Guna cepat berdiri dan membenahi pakaiannya, lalu si gadis

menyambar buntalan yang dibawa kemudian cepat ia berganti pakaian

lalu keluar dan berlari meninggalkan tempat itu.

Tumenggung Santa Guna masih geram dan mengumpat Bagus

Prana yang kini terduduk dengan ketakutan dimukanya.



- Kau keterlaluan. -

Kata Tumenggung itu kemudian.



- Bukan

aku melarang kau main perempuan, tetapi bukan ditempat ini dengan

cara kurang ajar. Bayangkan jika ada prajurit yang melihat kemudian

melaporkan perbuatanmu pada Tuanku Pati Unus. Bukan kau saja

akan dihukum penggal tetapi akupun akan dirajam dan dicopot kedudukanku. Huh!



Bagus Prana tak membuka mulut.



- Hayo kembali ketempatmu! -



Bentaknya kemudian.

Bagus Prana bangkit perlahan, lalu dengan kepala tunduk ia melangkah keluar diikuti Tumenggung yang marah itu.

Sementara itu Ken Rati yang berlari keluar dengan membawa

buntalan pakaiannya mendekati kemah Sentanu, lalu dengan isyarat

ia memanggil dua binatang yang ada dalam tenda itu.

Si harimau jantan yang menangkap isyarat itu keluar diikuti betinanya dan Ken Rati yang melihat dua kawannya itu keluar berkata

perlahan:



- Ayo, kita tinggalkan lebih dahulu tempat ini



Kemudian

berlari diikuti oleh dua kawannya itu meninggalkan perkemahan menerobos kegelapan malam yang hampir mendekati pagi hari.

Sementara itu Pamasa tiba-tiba terbangun ketika dilihatnya sepasang raja hutan yang tidur menemani mereka tak terlihat. Ia loncat bangun lalu menjenguk keluar. Samar-samar dikejauhan ia melihat sosok bayangan kedua binatang yang berlari-lari kecil mengikut

Ken Rati.

Pamasa menggamit Sentanu dan Wijaya.



- Eh, ada apakah kau bangunkan aku?



Bertanya Wijaya

dengan heran.



- Entah ada apa, tetapi aku melihat, binatang-binatang itu berlari pergi kearah timur keluar.

jangan-jangan ada yang tengah terjadi disana. _



- Mereka pergi?



Tanya Sentanu dengan heran.



- Kita susul,



Ketiganya loncat dan bergegas berlari menyusul kearah yang ditunjuk oleh Pamasa.



- Kesana aku tadi melihatnya.



Kata Pamasa kemudian.



Kelebihan ketiga orang itu membuat tak seorangpun prajurit melihat ketika mereka berloncatan keluar. Berbeda dengan Ken Rati

yang keluar dengan sembunyi-sembunyi.

Sementara itu Ken Rati telah beberapa ratus langkah meninggalkan tempat itu. Hatinya masih diliputi kemarahan hebat. Ia menjadi

benci bukan alang kepalang pada anak Tumenggung Santa Guna itu.

Marah dan malu diliputi rasa dendam membakar hatinya. Mau rasanya ia pukul kepala Bagus Prana kemudian melumat jantungnya saat

itu juga. Tetapi Ken Rati ternyata mampu menindih perasaan itu,

hingga tak kentara pada wajahnya. Hanya diam-diam ia mengancam

anak Tumenggung itu dengan balas dendam yang hebat kelak.

Ken Rati terus berlari kecil diikuti dua kawan yang setia itu.

Sewaktu fajar telah mulai terlihat ditimur, Ken Rati berhenti. Ia bermaksud mencari sumber air. Namun sebelum niatnya itu terlaksana,

tiba-tiba ia mendengar suara orang mendatangi dan berseru kepadanya.



- E, berhenti dulu kawan! Mau kemana kau pergi dengan diam

diam?-



Ken Rati terkejut. Semula ia menyangka prajurit Demak yang

mengejar atas perintah Tumenggung Santa Guna. Tetapi sewaktu

dilihatnya yang mendatangi adalah Sentanu dengan dua saudara yang

telah dikenal sebagai penolongnya, menjadi lega. Maka ia berhenti

dan berusaha menyembunyikan kerusuhan hati dan kemarahannya.



- Mau kemanakah kau sepagi ini? -



Bertanya Pamasa.



- Maafkan aku. Terpaksa aku meninggalkan tempatmu tanpa

pamit. Sebab masih ada yang harus kulakukan. Maafkanlah aku dan

terima kasih atas segala budi baik dan pertolongan kalian padaku

yang tak berarti ini.

Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo




Jawab Ken Rati dengan mencoba tersenyum.

Sentanu berpandangan dengan saudara-saudaranya. Jelas mereka

merasa ada sesuatu yang disembunyikan gadis itu. Tetapi ketiganya

tak enak untuk bertanya lebih jauh.



- Maafkanlah aku saudara-saudaraku, kalian amat baik dan

tinggi budi. Tentulah kelak Tuanku Pati Unus akan menaikkan pangkat kalian. _



Sentanu loncat maju.



- Kau mau pergi kemanakah?



Tanyanya.



Pamasa dengan Wijaya loncat maju pula dan ikut bertanya



- Ya, kau sendirian pergi. Mengapa tidak mengajak kami saja?



Ken Rati terpukul hatinya. Ia terharu mendengar perkataan tiga

anak muda yang dirasanya memperhatikan sekali padanya itu.



- Ya, ya, aku tahu kalian adalah pendekar berbudi dan berhati

mulia. Biarlah aku pergi. Kelak tentu masih bertemu pula, bukan?

Sudahlah, kalian tak ubahnya saudaraku juga. Selamatlah bertemu

kelak kita kembali. -



Ren Rati melangkah, dan ketiga anak muda itu tak kuasa mengucap. Ada rasa iba melihat Ken Rati. Ketika si gadis melangkah

lebih jauh seraya mengucap-



- Selamat tinggal saudara-saudaraku.-



Ketiganya baru sadar dan mereka melambaikan tangan dengan terharu.



- Ken Rati!-



Sentanu berseru perlahan.

Pamasa dan Wijaya melihat gadis itu menggelengkan kepala dan

terlihat ia seperti mengeluarkan air mata. Namun langkah-langkah

gadis itu semakin menjauh dan menjauh, sampai kemudian hilang di

tikungan memasuki hutan kecil dimukanya.

Sentanu bertiga masih berdiri mematung. Mereka menatap arah

hilangnya Ken Rati. Baru ketika terdengar auman panjang kedua

ekor harimau yang dibawa si gadis, ketiganya sadar. Dan tiba-tiba

Wijaya loncat maju dengan suara keras dan panjang ia menirukan

suara auman raja hutan itu menyahut mereka.

Rupanya kedua binatang piaraan Ken Rati mengetahui maksud

Wijaya maka dari kejauhan mereka masih mengaum panjang memberi tanda dan seakan mengucapkan selamat tinggal pada mereka

bertiga. Demikian pula Wijaya masih terus menerus mengeluarkan

teriakan itu sampai kemudian ketika suara auman telah semakin

jauh dan hilang, Sentanu beranjak dan berjalan kembali ketendanya.



- Siapakah sebenarnya Ken Rati pada pikirmu?



Tanya

Pamasa pada Sentanu ketika mereka berjalan itu.



- Kurang dapat menduga dengan persis. Tetapi aku merasa

ia tentu anak seorang linuwih, atau sekurang-kurangnya ia murid

orang itu. Dan melihat tindak-tanduknya agaknya ia ada kepentingan dengan Demak.-



- Tetapi kang. -



Jawab Wijaya.



- Kalau Ken Rati murid

seorang linuwih, mengapa ia tak sedikitpun terlihat memiliki kepandaian? Kecuali dua binatang piaraan yang dibawanya itu.



Tetapi ketiganya terdiam tanpa dapat menjawab pula dan mereka masuk kembali ketempatnya dengan pertanyaan masih mengeram dalam kepala masing-masing.





****





Sementara itu jauh dari kotaraja Demak dan masih puluhan

pal dari sebelah barat hutan Purwodadi dimana prajurit Demak dengan Tumenggung Santa Guna berdiam, terlihat seorang lelaki muda beroman tampan menunggang kuda menyusuri sungai Tuntang

dengan berjalan perlahan.

Orang itu nampak benar baru saja melakukan perjalanan jauh.

Pakaian yang dikenakan adalah pakaian rakyat kebanyakan. Namun ikat kepalanya memperlihatkan ia bukan salah seorang kawula

Demak. Dan menilik dari caranya menunggang kuda serta melihat

sorot matanya yang tenang berwibawa, bisa diduga ia bukan seorang biasa. Sekalipun roman mukanya masih muda, tetapi kerut dan

garis-garis kening serta wajahnya memperlihatkan bahwa ia merupakan seorang yang telah matang jiwa dan pribadinya. Dan gerak-

gerakan tubuh ketika mengimbangi jalan kudanya menunjukkan ia

seorang yang cukup berilmu dan terlihat agung sikapnya duduk di-

atas pelana kudanya itu.

Baru juga kemarin sorenya orang muda itu turun dari punggung Gunung Ungaran lalu menyusuri sungai Tuntang ia menuju

kearah utara dengan tanpa banyak melarikan binatang tunggangannya.

Lelaki muda dengan roman tampan yang nampak agung sikapnya itu tak lain adalah Putra Mahkota Pajajaran yang kini berganti

nama sebagai Pangeran Madi Alit yang telah melarikan diri dan lolos dari Pajajaran karena melawan kehendak ayahnya yang menginginkan ia mengganti sebagai Raja di Pajajaran. Akan tetapi karena Madi Alit lebih suka hidup sebagai pertapa hingga ia bertemu

dengan seorang tua yang tak dikenalnya memerintahkan agar ia

mencari adanya sebuah senjata Pusaka yang disebutnya -Pambengkas papa nista Tombak Pusaka Kiai Bungsu, Pangeran Pajajaran itupun lolos meninggalkan kemewahan istana dan negara yang

dicintainya di Pajajaran. (Baca Jilid 1).



Madi Alit telah jauh berjalan, semenjak ia berpisah dengan

ayah Sentanu Aki Kerancang, kaki kudanya telah membawanya ke

tlatah timur dan Madi Alit selama dalam perjalanan telah banyak

mendengar timbulnya

banyak peperangan. Bahkan ia telah mendengar sebuah Negeri baru yang bernama Demak telah berdiri dan semakin kuat saja. Malah Madi Alit mendengar pula dari para saudagar dan pejalan bahwa negri yang bernama Demak itu memusuhi

negrinya Pajajaran dan berkali-kali mengirim tentara menyerang ke

Pajajaran. Bukan itu saja Demak menurut yang didengarnya telah

pula melakukan serangan ke Majapahit, dan banyaklah orang-orang

Majapahit yang menyingkir akibat serangan-serangan itu.

Mengingat yang demikian, adakalanya Madi Alit ingin kembali ke Pajajaran dan membantu negrinya. Tetapi dorongan hatinya

ternyata lebih kuat untuk tetap mencari dimana adanya Tombak

Pusaka Kiai Bungsu. Sebab masih membayang jelas ramalan Begawan Seda Paningal yang bertemu dengannya memaparkan bakal

hancurnya Pajajaran manakala Tombak Pusaka Kiai Bungsu tidak

ia temukan. Maka Pangeran Madi Alit sekalipun seringkali diganggu kecemasan mengingat nasib Pajajaran, tetapi ia merasa yakin

Pajajaran tak akan runtuh manakala ia telah berhasil menemukan

yang dicarinya. Bahkan tidak hanya untuk kawula Pajajaran saja,

iapun akan dapat menyelamatkan seluruh manusia dari kehancuran

dan papa sengsara.

Lalu oleh adanya berita-berita yang ia dengar mengenai negri

Demak itulah membuat Pangeran Pajajaran itu ingin mengetahuinya

dan datang ke Demak. Dinegri itu pula Madi Alit berharap akan

menemukan yang dicarinya.

Namun dalam pada itu Pangeran muda yang kini hidup dalam perjalanan itu menjadi semakin terkejut dan semakin cemas

hatinya setelahnya ia memasuki tlatah-tlatah yang menjadi kekuasaan Demak. Dari rakyat yang selalu ditemuinya ia mendengar

Negri Majapahit telah banyak mengalami kekalahan dalam peperangan, bahkan hampir seluruh kekuatan Majapahit telah berpindah di Demak

Kalau Majapahit hampir runtuh, tidak mustahil Pajajaranpun

akan menjadi milik Demak, sebab Majapahitlah satu-satunya negri

bagi Pajajaran untuk saling membantu. Hanya tinggal sebagian tlatah Majapahit saja yang tersisa, dan benteng Supit Urang yang ada

dalam kekuasaan Rangga Permana sajalah membuat negri Majapahit masih hidup dan Prabu Udhara masih memegang separuh sisa

kekuasaan.

Maka terjadi kemudian benturan dan perang dalam batin pangeran Madi Alit. Ia menangis mendengar kisah-kisah yang menyedihkan hatinya. Apapun yang terjadi. Ia masih berdarah Pajajaran. Dan Majapahit tak ubahnya bagian dari negrinya sendiri.

Karena bagi orang Pajajaran semenjak kecil telah diajar bahwa

Pajajaran merupakan bagian dari Majapahit, itu terjadi setelahnya

Pajajaran dulunya ditaklukkan oleh Mahapatih Gajah Mada.

Dengan demikian Pangeran Madi Alit bertekad, sambil ia

mencari adanya Tombak Pusaka Kiai Bungsu, ia ingin membantu

Majapahit untuk melawan Demak. Maka dengan diam-diam ia terus berjalan dan berusaha memasuki tlatah Demak dan niatnya

ingin sekali melihat Raja Demak Pati Unus yang ia dengar memiliki kemampuan bagai Dewa. Sekalipun dalam hatinya kagum dengan nama Pati Unus, tetapi Madi Alit menganggap Raja Demak

itu sebagai lawan yang harus ia hadapi, bahkan ia ingin bertemu

dan mengadu kepandaian dengan Pati Unus yang telah ia dengar

kehebatannya dari orang-orang yang pernah ia temui.



Darah sebagai seorang ksatria yang mencintai negri dan leluhurnya bangkit dan kini menyala dalam dada Pangeran Madi Alit.

Kalau saja ia tidak mendengar Demak berusaha menghancurkan

Pajajaran dan Majapahit ia tak akan banyak berniat melawan, sebab niatnya yang terutama adalah mencari adanya Tombak Pusaka Kiai Bungsu.



Madi Alit membayangkan ketika ayahandanya Prabu Mahesa

Tambreman mengusir setelahnya berusaha membunuhnya lantaran

Raja Pajajaran itu menghendaki ia menggantikan menjadi raja. Namun Madi Alit menolak sehingga menimbulkan kemarahan ayahandanya itu. Membuat kini harus meninggalkan negrinya, meninggalkan segala yang dicintainya di Pajajaran.

Mengingat yang demikian, Madi Alit terbangkitkan kembali

pada kenangan semasa ia kecil teringat segala yang pernah ia kecap

di negri itu. Maka kecintaan pada Pajajaran timbul dan kemarahan

hati serta ketidak relaan mengembang dalam dadanya mendengar

Demak berusaha keras menghancurkan Pajajaran dan Majapahit.

Dan tiba-tiba Pangeran Madi Alit menyentakkan kendali kudanya

hingga binatang itu melonjak berlari keras kemuka.

Kuda itu berlari disepanjang sungai yang masih ditumbuhi

oleh semak belukar. Namun agaknya karena terbiasa, binatang itu


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


tak terlihat mengalami kesulitan menerobos sepanjang rintangan

kecil yang menghadang dimukanya itu. Sedang Madi Alit nampak

semakin gagah dengan menunggang kuda demikian. Romannya

yang tampan bersinar ketika matahari menimpa wajah itu. Kuning

kemerah-merahan pipi anak muda itu dan sorot matanya memancarkan kegembiraan melihat kuda tunggangannya masih segar bugar dan bersemangat.

Beberapa saat kemudian Madi Alit tiba disebuah tanah lapang

ditepi sungai itu. Dan dikejauhan tebing menjulang agak terjal sedang

sekitar tempat itu terasa mempersonakan dalam pandangannya. Maka

Madi Alit menghentikan kudanya dan melayangkan pandangan kesekeliling.

Madi Alit baru saja hendak turun dari atas kudanya, ketika tiba

tiba binatang itu meringkik keras dan sekonyong-konyong membalikkan tubuh dan berlari meninggalkan tempat itu.

Pangeran Pajajaran itu kaget. Tak biasa kudanya berlaku demikian. Ia menjadi heran. Maka ditahannya agar kuda itu tak berlari

pergi. Tetapi kali ini rupanya binatang itu tak mau menurut perintah

tuannya. Terbukti ia melawan kehendak Madi Alit bahkan berusaha

melarikan diri dari tempat itu.



- Eh, ada apakah? Jangan takut. Bukankah aku selalu

mau

melindungi dan menemanimu?



Kata Madi Alit seraya memegang leher kudanya.

Namun kuda itu tak menghiraukan kata-kata Madi Alit. Bahkan

meringkik-ringkik dan tak mau menghentikan larinya membuat Madi

Alit semakin heran.



- Sahabat, berhentilah aku ingin berbicara denganmu!



Tiba-

tiba terdengar suara menegur. Madi Alit semakin heran. Dan ketika

ia menengok kebelakang, hampir saja ia bedal kudanya yang sudah

ketakutan untuk kabur melarikan diri. Tetapi niat itu segera diurungkan dan sekuat tenaga ia menahan lari kudanya menunggu datangnya

orang yang menegur itu. Madi Alit segera mengerti mengapa kudanya

tak mau diajak berhenti. Rupanya penciuman binatang itu telah mengendus sesuatu yang membuatnya takut.

Madi Alit menunggu orang itu yang bukan lain adalah Ken Rati

yang menunggang harimau jantan sedang disebelahnya berjalan pula

seekor harimau lain. Pemandangan itulah yang tadi membuat Madi

Alit menjadi kaget dan heran.



Seorang gadis menunggang harimau?



Rasanya mustahil. Tetapi Madi Alit yakin bahwa yang dilihatnya adalah benar. Seorang gadis cantik dengan dua binatang hutan yang mengagumkan tengah berlari kecil menuju kearahnya.



- Hehhhh



kuda anak Pajajaran itu kembali meringkik ketakutan. Tetapi Madi Alit menghiburnya.



- Tenang kawan,

mereka tak akan mengganggumu, tenanglah kau bersamaku



Setelah Ken Rati mendekat Madi Alit menyapa dengan suara

datar :



- Ada apakah kau menghentikan perjalananku? Adakah yang

dapat kubantu untukmu?



Si gadis sewaktu telah dekat benar dan melihat siapa yang tadi

ia panggil, menjadi kaget roman mukanya. Ia menutup mulut dengan

tiba-tiba, dan matanya melotot heran menatap Madi Alit.



- Oh, eh, jadi kau bukan, oh maafkan kekeliruanku!



Madi Alit ternganga. Kalau tadi ia sudah merasa heran melihat seorang gadis ditemani dua binatang buas itu, kini herannya berganti

melihat orang menjadi tergagap setelahnya menegur terlebih dahulu.

Maka ia majukan kuda dan berkata pula



- Apa maksudmu? Bukankah kau tadi yang memanggilku?-



Si gadis mencoba tertawa.



- Maafkan aku. Benar aku yang memanggil. Tetapi bukan

kau yang kumaksud. Kukira kau yang bernama Sentanu. Dari belakang tadi kau benar mirip anak itu. -



Jawab Ken Rati.

Tahulah Madi Alit mendengar jawaban itu. Ia menjadi geli hati. Tetapi tiba-tiba ia bertanya dengan kaget



- He, kau tadi menyebut Sentanu. Siapakah dia?

Ah, kau kenal Sentanu? -



Si gadis tak kurang herannya.



- Dia tentu saja prajurit Demak yang kukenal gagah dan berbudi.



Madi Alit mengerutkan kening. Ia teringat Sentanu, yang disebut-sebut sebagai anak Aki Kerancang yang pernah ditemuinya. Namun karena ia belum pernah melihat anak itu, Madi Alit ingin bertemu. Dan sejak ia berpisah dengan Aki Kerancang, Madi Alit diam

diam telah memendam niat mencari anak muda yang pernah dihukum oleh Mpu Sugati karena melakukan pelanggaran perintah orang

tua itu. (Baca jilid I).



Dan kini tiba-tiba saja gadis itu menyebut

seorang prajurit Demak yang bernama Sentanu.



Benarkah dia

anak Aki Kerancang?



Pikir Madi Alit.



- Apakah kau kenal anak itu? --



Bertanya pula Ken Rati

membuat Madi Alit tersadar dari lamunannya. Tetapi ia menggelengkan kepala.



- Tidak! aku tidak mengenalnya. Hanya pernah mendengar

nama anak itu. Bahkan aku sedang berusaha mencarinya. _



Si gadis terdiam. Ia tidak dapat menduga siapa yang sedang

berhadapan dengannya dan menanyakan Sentanu. Tetapi Ken Rati

tidak menjadi khawatir, sebab Madi Alit tak nampak sebagai seorang penjahat. Bahkan diam-diam gadis itu mengagumi Madi Alit

yang tampan dan dengan gerak gerik kata-kata yang menarik. Lagi

pula ada sesuatu yang luar biasa dibalik ketenangan sikap serta tutur kata Madi Alit. Ia bayangkan Sentanu. Anak itupun tak kurang

gagah dengan roman muka menarik. Tetapi anak muda yang kini

ada dihadapannya agak berbeda. Kalau Sentanu terlihat sebagai seorang yang berwatak keras, sebaliknya Madi Alit terlihat lebih tenang dan sorot matanya membayangkan ia sedikit lebih tua dari

Sentanu.



Madi Alit yang dipandang begitu rupa, tak terasa juga bahwa

debaran hatinya menjadi lain. Tatapan si gadis yang polos dan nampak jujur, membuat Madi Alit kagum. Jelas dalam pandangannya

gadis itu tidak memiliki kepandaian dan agaknya tak memiliki pengetahuan tata tempur dan ilmu kelahi. Namun sikapnya terbuka

dan berani membuat Madi Alit kagum. Dan lagi melihat pengawalnya yang nampak menakutkan itu diam-diam Pangeran Pajajaran

ini menjadi bertanya dan heran juga.

Agaknya jika pada saat itu ada orang lain yang melihat mereka,

akan menjadi geli. Sebab terlihat Ken Rati menatap Madi Alit dengan sikap bagai anak kecil mengagumi ayahnya, sebaliknya Madi

Alitpun memandang gadis itu dangan segala kelebihan kecantikannya,

kata-katanya yang menarik dan segala yang ia lihat tadi benar-benar

membuatnya terpikat. Madi Alit jadi membayangkan gadis-gadis Pajajaran yang pernah dilihatnya di istana namun tak seorangpun

berhasil menarik hatinya untuk dipandang begitu rupa seperti ia menatap Ken Rati. Hingga keduanya kini membisu sampai beberapa lamanya. Tetapi ketika harimau jantan melihat Ken Rati dan Madi Alit

berhal demikian, tiba-tiba saja ia menggeram dengan sedikit keras.



Akibatnya, kuda Madi Alit menjadi kaget dan meringkik keras

serta bergerak mau kabur. Namun Madi Alit yang segera tersadar

cepat memegang leher binatang itu membujuknya untuk tidak melarikan diri.



- Eh, ada apakah kau menakut-nakuti saja.



Ken Rati memegang leher harimaunya pula. Dan ketika ia mendongak kembali memandang Madi Alit orang muda itu ternyata juga tengah menatapnya. Maka kembali mereka berdua tertawa geli.

Namun Madi Alit menjadi tak enak hati juga. Ia cepat membuka perkataan kembali dengan bertanya.



- Jadi kau ini siapakah, dari mana dan mau kemana?



Si gadis tersenyum. Pertanyaan itu terasa benar dibuat-buat. Tetapi

ia tak ingin mengecewakan maka menyahut dengan masih tersenyum:



- Namaku buruk. Kau boleh panggil aku Ken Rati. Dan kau

siapakah?



Kini Madi Alit yang tersenyum.



- Kau harus menyebut dahulu darimana asalmu dan kau siapa

sebenarnya membawa-bawa binatang berbahaya itu?



Katanya.



- He, mereka tidak berbahaya, asal tak diganggu lebih dahulu.



- Ya, lalu darimana pula asalmu?


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo




Bertanya kembali Madi

Alit.



- Ah, dasar. Benar juga kata orang tuaku laki-laki maunya menang sendiri. Kaulah yang harus menjawab lebih dahulu darimana

asalmu. Bukankah aku sudah mengatakan siapa namaku, bukan?



Dan Ken Rati tertawa. Madi Alit jadi tertawa juga. Ia geli dan tiba-

tiba timbul rasa senang berbicara dengan gadis itu. Kelihatan nakal

dan pintar.

Tak mengherankan jika Madi Alit berperasaan demikian. Sejak perjalanan lolos dari Pajajaran dulu, ia tak sekalipun berhadapan

dengan gadis semacam Ken Rati. Maka kegembiraannya timbul.



- Eh jadi kau menginginkan namaku juga? Bukankah nama

tak penting kau ketahui? Kita sebentar lagipun akan berpisah dan

tidak akan saling mengenal lagi.

Kata Madi Alit.

Mendengar itu Ken Rati cemberut. Aneh juga. Ken Rati menjadi heran pada diri sendiri.



- Mengapa aku harus marah ia tak

mau menyebut nama?



Pikir gadis itu dalam hati.



- Dan mengapa aku kecewa kalau ia tak mau mengatakan siapa dirinya. Ah. ah

mengopa aku jadi begini?



Ken Rati bertanya-tanya dalam hatinya. Dan berpikir demikian tiba-tiba ia mengucap



- Baik, tak

apalah kau tak mau menyebut namamu. Aku memang tak membutuhkan lagi.



Lalu Ken Rati menggamit kedua binatangnya seraya berkata



- Hayo kita pergi!



Dan kedua binatang itupun menurut,

mereka melangkah berbalik meninggalkan Madi Alit yang tak kuasa mengucap sepatah katapun melihat si gadis agaknya marah. Tetapi tiba-tiba:



- Tunggu dulu!-



serunya.



- Kau kembali dulu, ada

yang akan kukatakan!_



- Tak usah, aku tidak membutuhkan lagi!



Jawab si gadis

dengan masih mengikuti langkahnya meninggalkan Madi Alit.



Dengan demikian Madi Alit menjadi habis akal. Maka ia larikan kudanya menyusul Ken Rati yang sudah membelok keluar dari

tepi sungai.



- Eh Ken Rati, kau dengar, aku bernama Madi Alit dari Pajajaran.



Tetapi Ken Rati tidak menyahut. Ia nampak tak perduli pula

dengan Madi Alit yang kini menjadi bengong untuk beberapa saat.

Hatinya menjadi bingung. Dan tanpa disadari tiba-tiba hatinya merasa tak enak dan sepi rasanya jika si gadis menghilang begitu saja.

Maka kembali ia larikan kudanya menyusul lebih dekat, lalu dengan

berani ia kemudian menghadang gadis itu dimukanya, lalu dengan

sigap Madi Alit loncat turun dari punggung kudanya berdiri seraya

menggoyang-goyangkan tangannya dan berkata dengan gugup.



- Tunggu dulu, mengapa kau marah. Bukankah aku telah mengatakan siapa diriku. Jadi jadi bukankah itu cukup?

Atau kau masih ingin tahu siapa aku sebenarnya?-



Tiba-tiba pula Ken Rati tertawa. Ia merasa geli melihat sikap

orang yang baru dikenalnya itu.

Sedang Madi Alit menjadi terbodoh-bodoh melihat si gadis tertawa itu.

Ia berubah mendadak bagai kanak-kanak berhadapan dengan gadis yang menyenangkan hatinya itu.



- Aku pinjam kudamu.



Kata Ken Rati.



- O, boleh. Kau bisa menunggang kuda?



Jawab Madi Alit.

Tetapi si gadis tak menjawab lagi. Ia menghampiri kuda Madi Alit lalu dengan sigap ia meloncat keatas pelana binatang itu..

Gerakan si gadis membuat Madi Alit tersenyum. Nampak lucu dan canggung.



- Hati-hati, ia galak dan binal.



Tetapi ia diam saja.



- Kau kira hanya dirimu saja yang dapat menunggang kuda?

Akupun pernah diajar menunggang kuda oleh kakekku.



Kata si

gadis kemudian setelahnya ia berada diatas punggung binatang itu.



- Ah, tentu kakekmu pandai dan gagah. _



Tukas Madi Alit.



- Ya, kakekku memang pandai. Tidak hanya gagah. Kakek

bisa menghilang bagai hantu.



- Bisa menghilang?



Madi Alit tertawa.



- Siapa nama kakekmu itu?



- Sudah, kau tak usah bertanya, aku memberitahupun tentulah kau tak akan mengetahuinya.

- Oh, mungkin nama kakekmu itu buruk, dan kau malu mengatakan.



Ken Rati melototkan mata mendengar perkataan itu.

- Ha, kau mengejek, kalau kakek tahu jangan harap kau akan lolos dari jewerannya. -



Katanya pula.



- Ya, siapa kakekmu? Mungkin aku pernah mendengar namanya. _



- Yang kutahu,

Jawab Ken Rati kemudian.

- Orang menyebut kakek dengan sebutan Mpu Sugati.



- Mpu Sugati?



Madi Alit kembali mengerutkan kening. Ia teringat bahwa Aki Kerancang pernah menyebut nama Mpu Sugati yang menjadi guru Sentanu bahkan menghukum Sentanu masuk ke Kedung Bubak di hutan Kalang dulunya. Jadi gadis itu cucu Mpu Sugati yang ia kagumi itu?



Pantas nakal dan berani.



- Kau benar cucu orang tua itu?



Tanyanya kemudian. Tetapi Ken Rati menjawab singkat.



- Ya!



Lalu ia larikan kudanya dengan cepat.



Binatang itu rupanya tak mau banyak rewel. Ia seperti telah mengetahui Ken Rati telah menjadi sahabat tuannya, maka ia menurut saja ketika gadis itu mengajaknya berlari mengitari tempat itu dengan gembira.



Madi Alit yang menyaksikan gadis itu tersenyum juga jadinya. Sekalipun si gadis nampak belum lincah menunggang binatang itu tetapi dari caranya mengendalikan kuda telah menunjukkan ia pernah dilatih baik-baik. Maka Madi Alit tak merasa khawatir Ken Rati akan cidera jatuh. Maka seraya menanti gadis itu, Madi Alit menghampiri sepasang raja hutan yang dibawa gadis itu. Perlahan ia mendekat dengan hati hati. Siap jika binatang-binatang itu marah dan menyerang.



Tetapi rupanya sepasang harimau itupun tahu Madi Alit telah bersahabat dengan tuannya, maka keduanya malah menghampiri dan ketika Madi Alit mengulurkan tangan, keduanya loncat maju

dan mengangsurkan kepala yang segera diusap-usap oleh Madi Alit

dengan perasaan kagum.



- Ah kalian memang gagah. Tak percuma menjadi murid

Mpu Sugati yang terkenal. -



Katanya

Dalam hati .Madi Alit menaruh rasa kagum dan hormat pada

Mpu Sugati yang sekalipun belum pernah ia kenal, tetapi kebesaran

namanya telah ia ketahui. Bahkan menilik gerak-gerik sepasang raja

hutan yang mengawal Ken Rati itu, membuktikan kehebatan orang

tua yang ia kagumi. Sebab hanya orang-orang luar biasalah yang

mampu menguasai binatang hutan seperti mereka.


Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Sementara itu diam-diam pula Madi Alit membayangkan Ken

Rati yang telah tak nampak batang hidungnya. Maka Madi Alit

segera mencari tempat yang terlindung oleh semak-semak. Ia mencari tempat bersih lalu duduk ditempat itu bertiga dengan dua harimau

loreng yang telah mulai mengenal dirinya.

Ada getaran yang aneh tiba-tiba ia rasakan. Madi Alit belum

sekalipun merasakan hal itu. Dan kegembiraannya timbul lebih besar. Ia rasakan perasaannya kali ini terlalu asing dalam dirinya. Kalau semula selalu merasa sepi dan sunyi perasaannya dalam menempuh perjalanan jauh semenjak meninggalkan Pajajaran, maka setelahnya bertemu gadis itu ia tak lagi merasakannya. Ken Rati dengan

mendadak telah menimbulkan banyak dugaan serta bayangan gadis

itu tiba-tiba saja tak mau lenyap dari angan2 dan pikirnya. Hingga

ketika Madi Alit duduk bertiga binatang hutan itu, bayangan Ken

Rati selalu ada didepannya. Pipinya yang tadi memerah ketika pertama mengira ia Sentanu, matanya yang meredup dan bibirnya yang

cemberut waktu marah tadi, terbayang dipelupuk mata Pangeran

Pajajaran itu.

Ketika Madi Alit tengah melamunkan itu terdengarlah suara

kaki kuda mendatangi. Sebentar kemudian muncul Ken Rati dengan

wajah gembira. Namun yang membuat heran Madi Alit, gadis itu

membawa sebuah buntalan besar menggantung dipelana kudanya.

Madi Alit loncat bangun lalu menolong si gadis turun

dari

punggung kudanya.



- Apa yang kau bawa ini?



Tanyanya ketika Ken Rati telah berada didekatnya. Tapi yang ditanya tertawa. Sedang kedua

binatang hutannya bangkit dan menggeram mendekati seraya mengendus buntalan yang dibawanya.



- Tunggu dulu. Hayo kita kesana!--



Kata Ken Rati kemudian dan ia melangkah ketempat Madi Alit tadi duduk bertiga dengan sepasang harimaunya.

Ketika buntalan itu telah dibuka, Madi Alit ternganga heran.

Gadis itu membawa dua buntalan daun pisang lalu mengangsurkan sebuah pada Madi Alit seraya berkata :



- Kau lapar, bukan? Nah makan ini!



Madi Alit ragu-ragu menerima buntalan daun itu.



- Ayo!-



Si gadis mendesak pula hingga terpaksa diterimanya juga. Ken Rati tertawa melihat itu. Lalu ia buka pula buntalan

lain yang lebih besar lalu mengangsurkan itu pada sepasang raja

hutan yang menunggu tak sabar lagi.

Ketika Madi Alit memperhatikan, buntalan itu berisi potongan potongan daging masak yang segera disantap oleh kedua binatang itu.



- He, kau tak lapar?



Ken Rati bertanya sambil masih tertawa melihat Madi Alit tidak juga membuka buntalan daun yang

dibawanya.



- Dan kau makan apa?



Tanya anak muda itu.



- O, masih ada. Kau lihat ini!



Dan si gadis meraih buntalan lain yang ketika dibuka dimukanya, terlihatlah nasi putih dengan potongan-potongan daging.



- Masih hangat. -



Kata Madi Alit setelahnya membuka buntalan yang dibawanya dan isinya serupa dengan yang tengah dipegang Ken Rati.

Madi Alit masih tak kurang herannya. Setelahnya buntalan besar yang dibawa gadis itu dibuka seluruhnya, nampak terlihat buah rambutan dan pisang bertumpuk.



- Ayo makanlah. Aku lapar sekali,--



Kata gadis itu kemudian.

Dalam sekejap habislah kemudian isi buntalan yang ada ditangan kedua orang muda itu.



Dan seraya masih menghabiskan sisa-sisa yang tinggal sedikit Madi Alit bertanya :



- Kau dapat darimana makanan enak ini?



- Di utara itu ada dusun, aku kesana tadi. Maunya aku membeli. Tetapi orang pedusunan itu tak mau menerima penukarannya. Diberikannya saja seluruh makanan ini. Dan ia potong kambingnya yang kita makan ini. -



- Pantas kau lama sekali. -



- He, aku merasa hanya sebentar saja di dusun tadi.



-Rasanya lama benar. -



Jawab Madi Alit.



Si gadis tertawa lalu ia berlari kecil turun ketepi sungai dan mencari air, diikuti oleh Madi Alit. Keduanya mencuci tangan dan minum dari air bersih yang ada disumber itu.



Tiba-tiba Ken Rati merah mukanya. Sewaktu kedua tangannya mengambil air, ialah menyentuh tangan Madi Alit yang juga bersamaan menyendok air dengan tangan. Satu getaran aneh merayap dalam dada si gadis. Namun untung Madi Alit tak mengetahuinya hingga Ken Rati segera berlari ketempatnya semula.



Madi Alit menyusul. Dan ketika ia melihat sepasang harimau itupun telah menghabiskan santapannya, tersenyum. Lalu ia mendekati kudanya, yang berdiri tenang-tenang ditempatnya.



- Hayo kau makan disana!



Lalu Madi Alit menuntun binatang itu kearah dataran yang banyak ditumbuhi rumput segar.



- Hei, terlambat kawan!



Seru Ken Rati melihat itu.



- Ia sudah kenyang tadi makan dedak didusun itu! -



- Oh!



Madi Alit terhenti. Diam-diam ia girang melihat gadis itu ternyata menaruh perhatian sedemikian rupa. Tanpa sadar ia meraba perutnya yang telah terasa kenyang. Dan sekonyong-konyong, Madi Alit mendongak keatas pandangannya menatap awan-awan putih yang berarak dengan lembut tertiup angin.



Sesungguhnya, Madi Alit berbuat begitu karena ia tak ingin mukanya terlihat oleh Ken Rati yang tengah bercakap dengan kedua kawannya.



Madi Alit melihat gerak gerik Ken kali sejak semula melihat gadis itu menaruh perhatian dan memikirkan kebutuhan rasa laparnya, bahkan tak lupa binatang-binatang peliharaannya ikut terawat, menjadi teringat pada Ibundanya yang di Pajajaran. Madi Alit merasa Ken Rati mirip-mirip Ibundanya itu. Namun membayangkan yang demikian membuat Madi Alit terharu. Maka tak terasa tiba-tiba butiran air bening meloncat dari pelupuk matanya. Tetapi segera ia mendongak agar air mata itu tak terlihat oleh si gadis.



Cepat Madi Alit mengusapnya lalu dengan memperlihatkan perasaan girangnya ia mendekati gadis itu pula, lalu ikut duduk pula dihadapan Ken Rati.



- Kau amat berani. -



Katanya.



- Berani?-



- Ya. berani berjalan seorang diri tanpa kawan



- Kawan? Mereka adalah kawan baikku. -



Jawab gadis itu seraya menunjuk kedua harimaunya. Membuat Madi Alit tertawa.



- Oh ya, darimanakah asalmu sesungguhnya? Dan dimana pula kakekmu Mpu Sugati? -,



- Ah, kau memang aneh. Tadi bertanya Sentanu, kini menanyakan kakekku pula. Jadi manakah sebenarnya yang kau kehendaki? -



- Ya, dua-duanya. _.



Jawab Madi Alit.



- Kakek, aku tak tahu ada dimana, tetapi Sentanu aku tahu. Sudah kukatakan ia ada dalam barisan tentara Demak di hutan Purwodadi itu, tidak jauh dari tempat, sekira lima belas duapuluh pal. Kau boleh mencarinya. Tetapi hati-hatilah. Disana ada yang bernama Bagus Prana anak Tumenggung, amat sombong dan jahat.



- Aku akan mencari Sentanu esoknya. --



Jawab Madi Alit.



- Ya, kau boleh mencari Sentanu. Tapi sebut dahulu asal dan tujuanmu kemana? --



Kata si gadis.

Madi Alit tak banyak membantah pula. Kali ini ia tak sampai hati menolak permintaan itu. Berbeda dengan tadinya. Kini rasanya ia telah mengenal si gadis bertahun-tahun. Bahkan lebih dari itu. Ia tak ingin Ken Rati menjadi kecewa



- Kau tak usah heran jika mengetahui siapa aku yang sesungguhnya.



Jawab Madi Alit kemudian.

- Tapi aku minta kaupun menuturkan asal usul dan tujuanmu. Maka berjanjilah! -



Ken Rati menatap Madi Alit. Hati gadis itu berdetak keras. Sebuah permintaan yang ia rasakan kekanakan dan manja. Anehlah. Baru kali ini ia bertemu pemuda semacam itu. Bahkan Sentanu yang ditemuinya terlebih dahulu sekalipun ia mengagumi Sentanu yang berilmu tinggi, tetapi berbeda dengan Madi Alit yang kini juga menatap padanya itu.



Namun Ken Rati segera menundukkan kepalanya lebih dahulu.



- Kau berjanjilah, aku akan kisahkan riwayatku.



Kata Madi Alit kemudian. Dan tanpa sadar tiba-tiba tangannya menangkap lengan gadis itu. Namun si gadis yang niatnya mau menolak, tak bergerak sedikitpun.



- O, alangkah senangnya.




Mencari Tombak Kiai Bungsu Karya RS Rudhatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Pikir si gadis.



- Jangan kau lepas tanganku --



Katanya dalam hati. Maka untuk beberapa saat keduanya terdiam.



- Berjanjilah!



Kata Madi Alit pula.



- Ya, aku berjanji.



Jawab Ken Rati singkat.



- Baiklah, kisahku tak banyak, sesungguhnya namaku bukan Madi Alit seperti yang kau ketahui tadi. Tetapi aku adalah Mundingwangi anak Tuanku Prabu Mahesa Tambreman dari Pajajaran di tanah Pasundan. -



Dan Madi Alit kemudian menuturkan bahwa ia melarikan diri dari Pajajaran karena dipaksa untuk mengganti tahta dan menikah dengan putri kraton. Dituturkan pula olehnya ia tengah berusaha mencari sebuah tombak Pusaka yg bermana Kiai Bungsu. Hingga kemudian bertemu dengan gadis itu.



Ken Rati terdiam mendengar penuturan Madi Alit. Tetapi segera berkata dengan penuh hormat.



- 0, jadi kau adalah putra Pajajaran? Pantas kau demikian berani berjalan seorang diri.



- Ya, ya, kini kaulah berganti menuturkan riwayat dan mengapa kau bisa berada ditempat ini? -



Tanya Madi Alit kemudian.

Si gadis terdiam beberapa lamanya. Namun setelahnya menimbang nimbang akhirnya ia berkata :



- Sebenarnyalah, aku tak ingin orang lain mengetahui siapa aku. Tetapi setelahnya kau berkata terus terang dengan segala perjalanan yang sedang kau tempuh, aku tak sampai hati menolak. Nah, kau dengar baik-baik aku memulai dari awal meninggalkan padepokan dimana orang tuaku berada dan tinggal.



Bagai anak kecil Madi Alit menggeser duduknya lebih dekat.



- He, lepas dulu tanganku! -



Tiba-tiba Ken Rati berseru membuat Madi Alit tertawa. Tak sadar mereka telah bergenggaman tangan sekian lamanya.



Maka Ken Rati memulai kisahnya dengan suara menarik membuat Madi Alit melongo mendengar penuturannya.



Sesungguhnya Ren Rati berasal dari sebuah dusun di kaki Gunung Sundoro. Tetapi jauh sebelumnya Ken Rati lahir, seorang linuwih bernama Mpu Sugati datang ditempat itu lalu mendirikan sebuah padepokan yang kemudian disebut orang dengan Padepokan Julangwangi.



Mpu Sugati dalam waktu singkat telah memiliki banyak-murid. Rata rata mereka dilatih oleh Mpu Sugati dalam ulah pande menciptakan senjata dan berbagai gegaman perang. Selain itu para muridpun digembleng dalam ulah kaprajuritan dan tata kelahi yang membuat Padepokan itu semakin terkenal dan ramai. Kehebatan Mpu Sugati cepat tersiar keseluruh tanah Jawa. Hingga tak mengherankan jika banyak berdatangan raja-raja dan bangsawan memesan senjata dan minta dibuatkan keris bertuah oleh Mpu Sugati yang hebat itu.



Salah seorang diantara murid Mpu Sugati yang tergolong pandai dan menjadi tangan kanannya adalah seorang lelaki bemama Tirta. Tirta inilah yang terlihat memiliki kemampuan lebih dari yang lain. Maka Mpu Sugati memilih Tirta sebagai pembantunya yang amat diandalkan. , '



Dalam pada itu Tirta mempunyai tinggalan anak gadis cantik bernama Ken Sanggit. Dan karena kecantikan Ken Sanggit diseluruh wilayah pedusunan dan Padepokan Julangwangi tak ada yang menyamai, tak mengherankan jika ia menjadi buah bibir seluruh pemuda pedusunan itu.

Akan tetapi siapakah yang berani mengganggu atau mencoba menaksir Ken Sanggit yang jelita?



Lebih-lebih mencoba meminta agar menjadi istrinya.



Siapakah yang berani melakukan itu?



Seluruh

penduduk tahu bahwa Ken Sanggit adalah anak Tirta murid terkasih dari Mpu Sugati yang mereka segani.



Bukan saja karena kehebatan Tirta dan Mpu Sugati yang telah didengar dan diketahui, bahkan lebih dari itu Mpu Sugati maupun Tirta terkenal sebagai orang-orang berbudi dan banyak menanam jasa kebaikan pada hampir seluruh penduduk. Bahkan Padepokan Julangwangi dianggap oleh mereka sebagai tempat suci yang harus dihormati. Maka menjadi masgul dan kecewalah jika terdapat seorang muda yang mencoba mencintai Ken Sanggit.



Ken Sanggit bagai bunga tumbuh dalam hutan. Kecantikan yang tak ada taranya membuat tergila-gila dan mabuknya orang-orang yang melihatnya. Namun untuk memetik tak terdapat satu tanganpun yang berani terulur. _



Namun demikian kejadian ini segera berakhir ketika pada suatu hari ditempat itu muncul seseorang muda gagah tampan memasuki pedusunan dengan menunggang kuda tinggi besar.



Orang itu mengaku bernama Sasadara dan sengaja mencari Mpu Sugati untuk minta dibuatkan sebuah badik bertuah.



Mpu Sugati yang bermata awas segera mengetahui siapa yang datang, maka disapanya dengan lembut.



- Menilik dandanan yang anakmas kenakan, tentulah seorang pedusunan lumrah. Tetapi melihat cara bertutur kata, aku yang tua ini menduga tentulah seorang yang sedang mencari adanya wahyu kerajaan di tanah Jawa ini. _



Sasadara kaget mendengar umpan Mpu Sugati. Tetapi karena ia tahu orang tua itu cukup waskitha dan mumpuni, ia tak banyak membantah.



- Segala yang kau katakan benarlah adanya. -



Kata pemuda Sasadara.



- Namun aku hanya meminta kau sang Mpu juga membuatkan sebuah Badik yang dapat kupergunakan mendapatkan keinginan ku itu.



Mpu Sugati termenung. Matanya yang awas dapat melihat bahwa anak muda yang ada dihadapannya itu adalah seorang luar biasa dan memiliki bakat-bakat baik serta nampak berjiwa luhur. Sedang melihat sinar mukanya Mpu Suyati telah dapat menduga bahwa Sasadara adalah seorang yang kelak akan dapat menguasai tanah Jawa.Maka orang tua itu mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar permintaan Sasadara demikian.



- Baiklah, anakmas kini boleh tinggal untuk sementara waktu ditempat ini sementara aku akan buatkan permintaan anakmas itu.



Dan Sasadara kemudian tinggal di Padepokan Julangwangi menunggu selesainya Badik yang ia pesan dari Mpu Sugati.



Semenjak munculnya pemuda Sasadara itulah terjadinya perubahan dalam diri Ken Sanggit anak gadis Tirta yang jelita. Sudah barang tentu dari pertemuan dari hari keseharinya antara Sasadara dengan Ken Sanggit maka tumbuhlah hubungan batin dan cinta kasih diantara mereka.



Semula Tirta mencoba melarang anak gadisnya berbuat demikian. Akan tetapi Mpu Sugati sebaliknya membenarkan dan malah orang tua itu yang meminta Sasadara agar mengambil Ken Sanggit menjadi istrinya.



Karenanya Tirta menerima gembira perkawinan Ken Sanggit dengan Sasadara.



- Terimalah Tirta,



kata Mpu Sugati sebelumnya.



- Sasadara adalah pemuda baik-baik. Ia seorang prajurit Demak yang pandai. Siapa tahu Ken Sanggit anakmu kelak akan menjadi seorang terpandang di Demak? -



Namun demikian, hanya enam bulan lamanya Sasadara berdiam di Padepokan. Sesudahnya Badik yang diminta selesai dibuat oleh Mpu Sugati, Sasadara minta perkenan orang tua itu dan pada Tirta ia me minta diri untuk kembali.



- Jadi anakmas masih belum mau membawa anakku Ken Sanggit?



Tanya Tirta.



- Maafkan anakmu ini.



Jawab Sasadara.



- Saat ini tentulah aku belum dapat membawanya ke Demak. Sebagai seorang prajurit aku masih harus membantu Demak menyelesaikan peperangan yang akan

timbul. Kelak jika Demak telah aman, aku akan kemari menjemput Ken Sanggit.



Maka ditinggallah Ken Sanggit yang sedang berbadan dua. Namun Mpu Sugati telah memperhitungkan segala yang akan timbul kelak kemudian harinya. Pada saat Mpu Sugati membuatkan badik yang diminta oleh Sasadara, orang tua itu memerintahkan pada Tirta agar membuat sebuah lagi Badik kembaran hingga terdapatlah dua senjata kembar yang serupa bentuk dan warnanya. Satu diserahkan pada Sasadara. sedang satunya diberikan pada Ken Sanggit sebagai tanda bukti kelak bahwa ia adalah istri dari Sasadara.



Pada suatu saat, ketika Ken Sanggit kemudian merasa kandungannya hampir genap sembilan bulan, ia meminta diri pada Tirta ayahnya untuk pergi ke Demak mencari Sasadara. Ken Sanggit sangat ingin melahirkan bayinya dekat Sasadara. Akan tetapi karena saat itu Mpu Sugati telah pergi meninggalkan padepokan .Tirta tidak dapat mengantar anaknya mencari Sasadara. Mpu Sugati adalah seorang Mpu yang tak betah tinggal berlama-lama disatu tempat. Maka seringkali harus berpindah-pindah. Oleh karenanya Tirta tidak dapat meninggalkan Padepokan yang banyak dihuni orang dalam mencari ilmu dan kasampurnaan hidup. Tirta telah menjadi pengganti Mpu Sugati mendidik mereka. Maka dengan berat hati terpaksalah Ken Sanggit dilepas untuk pergi ke Demak mencari Sasadara hanya dengan dikawal oleh dua orang pembantunya.



Ada semacam kerinduan yang aneh dalam hati Ken Sangkit terhadap Sasadara yang telah meninggalkan dirinya. Kandungannya yang telah mendekati bulan tua menimbulkan perasaan itu hingga Ken Sanggit berani meninggalkan Padepokan hanya untuk mencari Sasadara di Demak. Lagi pula ia ingin bayinya lahir didekat orang yang dicintainya itu.



Maka ditempuhlah perjalanan berat hanya dengan ditemani dua orang pembantu ayahnya.



Pada suatu saat Ken Sanggit telah mencapai batas kotaraja Demak, membuat hatinya berdebar girang. Ia bayangkan Sasadara akan gembira menerima kedatangannya. Tetapi dimana adanya anak muda itu, Ken Sanggit masih belum mengetahuinya. Hanya Sasadara mengaku sebagai prajurit pengawal kraton yang pada waktu itu masih dikuasai Raden Patah.



Namun demikian Ken Sanggit merasa yakin akan mudah menemukan Sasadara sebab menilik gerak gerik dan tutur katanya, Sasadara pastilah seorang yang amat dikenal dikalangan prajurit-prajurit Demak. Hingga Ken Sanggit girang ketika langkah-langkahnya semakin mendekati pintu regol istana. Ia tidak mengetahui dimana Sasadara, tetapi Ken Sanggit merasa pujaan hatinya ada dalam lingkungan tembok-tembok kraton yang terlihat itu.



Seorang prajurit jaga menjadi heran melihat seorang wanita muda dengan perut besar berjalan perlahan dengan dua orang lelaki di sampingnya sambil menggendong buntalan. Tetapi prajurit itu diam saja dan membiarkan Ken Sanggit lewat.


Tujuh Pembunuh Qi Sha Shou Karya Gu Long Pendekar Naga Putih 68 Warisan Terkutuk Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong

Cari Blog Ini