Ceritasilat Novel Online

Pedang Naga dan Cendrawasih 10

Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei Bagian 10



ada, hal ini agak menjukarkannja djuga. Sesudah berpikir pulang pergi, achirnja ia

berkata: "Bisa, tapi kuminta bantuan dari saudara2. Aku akan beladjar dengan tjaranja

Sie-Moy tadi pasti dapat turun dan dapat naik."

Permintaan Sie Hong dengan serentak diterima dengan baik. Djie Hay dan Gwat Hee

berdiri diatas dengan teguh, lengannja memegang Wan Djin Liong sedang Djin Liong

memeganar pula Thian Hong, Sie Hong baharu memegang lengan Thian Hong dan turun

kebawah, dengan tjepat sobekan badju itu kena didjangkau dan dibawa keatas.

Sesudah sobekan badju itu diperiksa, membuat orang2 mendjadi heran, karena

sobekan badju itu terbuat dari dua lapis kain, lapis luar adalah badju lapis dalam adalah

dari peta jang teramat indah dilukisnja. Sesudah diperhatikan, orang banjak mengerti

bahwa peta itu adalah peta Oey San, sajang hanja sebagian sadja.

Tju Hong mematung dengan heran melihat peta itu, agaknja ia teringat pada sesuatu

hal. Tiba2 ia madju kedepan, mulutnja ber-kata2: "Kasihlah aku periksa peta itu !"

Lengannja memegang peta itu dan memeriksa dengan teliti, sedangkan kepalanja

manggut2 seperti mengerti: "Aku tahu bahwa peta ini adalah buah tangan dari Sie-tee

Louw Eng !" Kemudian peta itu diperlihatkan lagi pada Kie Sau: "Su-ko, tjoba kau

perhatikan tinta diatas peta ini, ada jang sudah lama ada pula jang baharu ditulis. Dua

sadjak ini agaknja baharu ditulis, heran ja ?"

"Memang tulisan ini masih baharu !" kata Kie Sau, "paling lama baru setahun, dengan

ini kita dapat memastikan bahwa Louw Eng pada tahun ini masih berada didalam dunja

I "

"Akupun berpikir demikian," djawab Tju Hong sambil meng-angguk2kan kepala. "Tapi

mungkinkah ia masih hidup sekarang ?"

Kie Sau berpikir, bahwa peta ini pasti mempunjai rahasia jang besar sekali, dan harus

diperiksa dengan teliti. Sedangkan hal jang utama mereka harus turun gunung dengan

segera. Ia ingat bagaimana Louw Tiau turun gunung, mungkin didalam peta itu ada

tertulis tjaranja. Achirnja ia menemukan djuga perkataan "Djalan terachir untuk manusia"

diatas peta, dan melihat suatu djalan rahasia jang sangat ketjil, jakni jang dimana mereka

berada. Terketjuali itu disisi djalan tertera tulisan dari huruf2 jang ketjil sekali.

Melalui tabir air terdjun, langsung keutara memutar menurut gunung. Tampaklah

sebuah batu bertulis "djalan terachir untuk manusia" menghadang perdjalanan. Disini

terdapat tebinar gunung jang menondjol, setiap hudjan dapat melihat selokanair

disebelah kanannja. Disamping air terlihat batu tjadas jang putih dan litjin. Terdjunlah

kearah ini. Kalau tidak hudian se-kali2 djangan mentjoba sebab bisa binasa badan.Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

Kie Sau mengangguk kepalanja sambil berkta: "Kiranja Louw Tiau menurut petundjuk

dari peta ini dan turun kebawah, djahanam itu se-kali2 tidak akan mengira bahwa

sebagian dari petanja bisa terdjatuh ditangan kita. Kita harus lekas2 turun gunung, tapi

Yauw Lo belum tampak datang, siapa jang mau memanggilnja datang ?"

"Aku !" djawab sekalian anak2 muda dengan serempak.

"Djie Hay, Djin Liong, Thian Hong sadja jang pergi, tjepatlah !" Tiga orang dengan

tjepat melangkahkan kakinja menurut perintah untuk mentjari Yauw Tjian Su.

Ketiga anak muda dengan keras melarikan kakinja, mereka kuatir sesudah hudjan reda

air selokanakan mendjadi surut. Mereka hampir sampai ditabir air terdjun, djauh2

dilihatnja sesosok tubuh jang tengkurap ditanah tidak bergerak. Ketiga orang merasa

heran, pikir mereka, djangan2 orang tua itu sudah letih dan tidur disana ? Sesudah dekat

mereka mendjadi heran karena orang itu adalah Lo Kuay jang sudah mendjadi kaku.

Sedangkan bajang2 dari Yauw Tjian Su tidak tampak berada disitu, mereka menteriak

memanggil, terketjuali mendengar suara mereka jang menggema dilembah, tak

terdengar suatu djawaban.

Kita tahu dimana Lo Kuay dan Yauw Tjian Su bertarung hanja diketahui Louw Tiau

seorang, sedangkan jang lain tidak mengetahuinja. Dengan sendirinja tiga anak muda ini

tidak mengetahui apa jang sudah terdjadi didalam goa ini. Dua saudara Wan berpikir:

"Pasti Shuhu jang membuat mati pada Lo Kuay ini. Tapi kemana gerangan perginja Shuhu

? Mungkinkah ia tengah girang dan mengamuk kesarang lawan ? Atau.. atau, ah,

mungkinkah Shuhu bisa djatuh kedjurang dan binasa ? Ah biar bagaimana hal ini tidak

bisa terdjadi!"

Atjak2an pikiran ketiga orang men-duga2 kedjadian didalam goa tanpa mendapat

hasil, Djie Hay tidak berputus asa, dengan teliti ditjari bekas2 dan djedjak dati orang tua

itu. Tiba2 kepalanja dongak, dan berseru heran : "Ah, guruku pemah datang kesini !"

Dua saudara Wan memandangkan matanja kemana Djie Hay mclihat, kiranja diatas

dinding goa terlihat tulisan dengan huruf besar:

Hek Liong Lo Kuay menemui adjal disini,

Yauw Tjian Su menderita luka parah disini,

Pang Kim Hong menolong orang disini.

Huruf2 itu njata adalah goresan tangan dan masih baharu. Dalam djaman ini terketjuali

dari Hek Liong Lo Kuay, Yauw Tjian Su hanja Pang Kim Hong jang mempunjai daja

kekuatan seperti itu, karenanja tak perlu diragukan lagi kebenaran dari kata2 itu.

"Entah bagaimana dengan luka Shuhu ? Kini ia berada dimana ?" tanja Wan Djin Liong

pada Djie Hay.Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

"Lekaslah kau laporkan kepada guruku dan katakan bahwa kau akan pergi mentjari

Pang Kim Hong. Terketjuali itu kalian harus lekas2 turun gunung, djangan sampai air

selokan mendjadi kering !"

Dalam kata2nja Djie Hay menjebutkan beberapa kali kata Shuhu, sehingga membuat

dua saudara Wan mendjadi bingung, karena mereka tidak mengetahui bahwa Toa-ko ini

sudah mendjadi murid dari Pang Kim Hong. Tapi mereka tidak sempat untuk menanjakan

hal itn, mereka berbareng memegang lengan dari Djie Hay: "Toa-ko diluar banjak sekan

musuh2, kau seorang diri ingin keluar, kiraku sangat berbahaja ! Sebaliknja kita kembali

dahulu dan minta pendapat dari Su-pee !" Djie Hay berpikir: "Kalau dapat menemukan

Pang Kim Hong segala sesuatu tidak perlu ditakuti, tapi kalau tidak, bahajanja memang

banjak, karenanja lebih baik menurut kata2 dari saudara2 Wan."

Tiga orang mendjadi gelisah, tanpa menghiraukan lagi majat dari Lo Kuay mereka

meninggalkan tempat itu, untuk pulang kembali ketempat semula dengan berlarian.

Hari sudah mendjadi terang, hudjan masih tetap turun dengan rintik2, sedangkanair

selokanagaknja hampir surut. Kie Sau mendjadi kaget mendengar kabar tentang

hilangnja Yauw Tjian Su, dengan tjepat ia menghibur sekalian orang: "Mengenai diri Yauw

Tjian Su pasti tidak kurang suatu apa, kalau benar mendapat pertolongan dari Pang Kim

Hong. Kini jang penting kita harus turun gunung sebelum air mendjadi kering !"

Tju Sie Hong membuka djalan menerdjunkan dirinja dengan tjepat, tak lama kemudian

dirinja segera hilang terbawa arus air. Dalam sekalian orang banjak hanja ibu Tjiu Piau

jang berkepandaian paling rendah, dari itu harus digendong oleh sang anak, demikian

seorang demi seorang menerdjunkan diri dengan tjepat.

Djalan rahasia ini sungguh luar biasa dan mengherankan, pokoknja begitu kaki

memidjak bumi dari udara dan berdiri dengan kokoh, dengan sendirinja bisa menggelesar

dengan tjepat mengikuti arus air. Selokan ini berlekuk2 seperti huruf Z dan sangat litjin

sekali. Pada hari biasa djalananair ini tidak berair dan penuh ditumbuhi lumut sehingga

mendjadi bertambah litjin, kini dialiri air hudjan jang banjak dengan sendirinja orang2

jang berkepandaian silat seperti Hoa San Kie Sau dan lain2 ditambah dengan keberaman

hatinja, dengan tenang dapat turun danatas gunung seperti malaikat2 turun kedunja.

Mereka beriring2 seperti main sky diatas saldju menggelesar dengan tjepatnja ! Turun

dari gunung jang berbahaia dan menjeramkan, Kie Sau memandang dengan nenuh

perhatian dan berkata: "Orang dahulu berkata, kembali dari Oey San tak melihat bukit !

Kalau dunja aman dan makmur, pasti kulewatkan hari tuaku digunung jang indah dan

menarik ini !" Sehabis berkata ia menarik napas dengan perlahan.

Tidak lama kemudian, djalanan rahasia ini sudah agak rata, sedangkanair selokan

sudah semakin surut. Andaikata mereka terlambat setengah diam sadja, pasti tak dapat

turun gunung. Begitu air selokan surut litjinnjapun berkurang, sehingga sukar untuk

mengimbangi tubuh. Kie Sau menampak dihadapannja terbentang tanah datar jang luasLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

dengan pohon2 Siong jang tinggi2, ia menoleh pada Tju Hong: "Sebaiknja kita

beristirahat disitu !" Tju Sie Hong mendahului, jang lain melompat dan disusul jang lain,

mereka ramai2 berlarian dengan tjepat memasuki pohon2 Siong untuk istirahat.

Semuanja merasa girang dan merasa habis bangun dari impian jang aneh, kala membalik

kepala menoleh pada Oey San tampaklah Thian Tou Hong jang ter-katung2 diatas awan

dengan megahnja. Sedangkan djalan tunm jang mereka gunakan semuanja terhalang

batu2 gunung sehingga tidak kelihatan sama sekali ! Kie Sau berseru, agar anak2 muda

berduduk dengan baik, guna merundingkan lagi siasat jang akan digunakan untuk

membekuk Louw Tiau jang sudah berhasil melarikan diri. Dengan tenang Kie Sau

mengatakan bahwa mereka harus lekas2 meninggalkan Oey San, karena musuh masih

tetap mengurungnja dengan rapat, kini menggunakan musuh belum mengetahui, dapat

denganaman meninggalkannja, sehingga membuat musuh mendjaga angin.

Tju Hong tidak berapa memperhatikan perkataan Kie Sau pikirannja dan mat all a

ditjurahkan pada peta jang sedari tadi berada dilengannja. Ia tahu bahwa Louw Eng

adalah seorang jang berbakat tentang ilmu bumi, ia pemah melihat dengan matanja

sendiri sang adik melukis peta2 dari gunung2, karenanja ia tahu benar bahwa peta jang

dipegangnja ini adalah kepunjaan sang adik. Tapi tulisan jang baharu itu membuatnja

mendjadi heran dan ragu2, pikirnja mungkinkah Louw Eng sudah seperti kakaknja

mengabdi pada pemerintah Tjeng? Kalau tidak kenapa peta jang dilukisnja ini diberikan

pada Louw Tiau sehingga digunakan oleh musuh untuk menumpas bangsa sendiri? ....

Djalan satu2nja untuk memberikan djawaban soal jang menjesak dadanja ini, harus

mentjari dan menemui Louw Eng. Saat itu djuga ia membuka mulut: "Kita harus mentjari

Louw Eng Sie-tee, djalan pengusut satu2nja terletak pada peta Oey San jang tinggal

separuh ini. Sajang sudah sobek sehingga sadjaknjapun tidak lengkap !"

"Sadjak apa ?" tanja Kie Sau.

Tju Hong jang meneliti sedan tadi pada peta itu memperlihatkan dua baris sadjak jang

tidak lengkap:

Hilang hubangan dengan dunja luar.

Tak ada musim semi dan musim rontok.

Kie Sau berkata: "Kalimat pertama sudah terang mengatakan bahwa ia tidak

mempunjai hubungan dengan dunja luar, tentu dirinja berada dalam pendjara."

"Ja, memang kalimat pertama mudah dimengerti tapi bagaimana dengan kalimat jang

kedua ? Mungkinkah berarti bahwa dirinja Sie-tee terkurung didalam suatu tempat jang

gelap sehingga ia tidak dapat membedakan waktu ? Ia mengatakan tidak mengenal

musim semi dan musim rontok, tempat apa jang didiami, menurut hematku biar ia tinggal

ditempat gelap tetap dapat membedakan keadaan udara jang panas dan dingin dalam

pergantian musim dalam setahun jang sebanjak empat kali !"Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

"Betul !' seru Kie Sau, "marilah kita pergi ketempat jang tidak mempunjai musim semi

dan musim rontok untuk menjelidikinja !" Kata2nja ini memang benar dan masuk diakal,

tapi dimana akan ditjari tempat jang tidak mempunjai musim semi dan musim rontok,

hal ini membuat orang bungkam tak ber-kata2.

Kie Sau berpikir sedjenak, dan mengambil keputusan, untuk sementara waktu

mengadjak sekalian orang menetap dahulu selama beberapa bulan di Hoa San untuk

mengatur siasat jang lebih sempuma. Dengan berdiam di Hoa San beberapa bulan,


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


banjak sekali faedahnja, kesatu sekahananak muda dapat memperdalam ilmunja. Kedua

kalau memaksakan untuk bekerdja sekarang, tenaga musuh masih terlalu besar dan

sukar dihadapinja dengan kekerasan. Dengan berlalunja waktu tenaga musuh pasti sudah

terpentjar dan mendjadi tipis hingga mudah untuk melawannja. Ketiga merentjanakan

untuk menjelidiki dim ana beradanja Louw Eng dengan djalan terpentjar.

Sedikitnja harus menjelidiki lagi Ban Liu Tjung, mengatjau di Thay Ouw mendaki Go

Bie San, pergi ke Kwan Tong, masuk kekota radja dan membajangi Ouw Yu Thian, Ong

Hie Ong, Lauw Tjiok Sim, Bu Beng Nie, Louw Tiau, Bok Tiat Djin, Kim Dju Kie dan lain2.

Hal ini tidak mudah dilaksanakan dengan serampangan, semua harus teratur rapi dan

mempunjai banjak persiapan serta bantuan dari orang2 berilmu. Mengingat hal jang

harus dilakukan terlalu banjak dan berat, lebih2 merasa kekurangan tenaga diri sendiri,

sehingga orang2 jang sudah banjak masih terlalu kurang untuk digunakan.

Kie Sau sudah berpikir tetap dan segera akan mengemukakan pendapatnja. Tiba2

dilihatnja Louw Tjen Tjen jang masih di-bawa2, ia bingung untuk menempatkan gadis

itu. Dipanggilnja Tjen Tjen: "Hay-djie, kau masih muda dan tidak mengetahui hal didunja

jang rumit ini, kini kubebaskan engkau setjara hati terbuka !"

Tjen Tjen masih tetap tidak bergerak dari tempat duduknja.

"Kau sudah merdeka, lekaslah kau tjari ajahmu hu!" kata Kie Sau.

"Aku tidak mempunjai ajah !" kata Tjen Tjen dengan murang-maring. Sedang air

matanja mengalir keluar dengan sedihnja. Sedangkan hatinja tengah tjuriga dan geram,

hal jang mentjuriga ialah ia tidak mengetahui bahwa ajahnja jang sedjati itu Louw Eng

atau Louw Tiau, kalau Louw Tiau sebagai ajahnja ia bentji dengan kelakuan djahatnja

dan tidak mempunjai perasaan sajang atas dirinja.

"Hay-djie," kata ibu Tjiau Piau madju mendekatinja, "kau tidak ingin turut pada

ajahmu, tetapkanlah pikir anmu untuk turut dengan kami, kau pikir bagaimana ?"

"Aku tidak mau turut dengan kamu !" djawab Tjen Tjen sambil melotot dan

mengangkat dada. Anak gadis jang ketjil ini berpikir, bahwa mereka adalah musuh,

bahkan baharu bertanding dengannja belum lama berselang, kini dirinja disuruh

mengikut, bukankab berarti harus tunduk dan menjerah ? Hal ini biar bagaimana pun

tidak boleh terdjadi ! Ia berpikir: "Aku tidak mau turut dengan siapapun dan tidak mauLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

mentjari siapa djuga, aku akan mendjeladjah dunja Kang-ouw seorang diri, kemana

kusuka kemana kupergi !" berpikir eampai disini tiba2 hatinja merasa bahwa dirinja

sangat sepi dan sebatang kara, betapa ia merindukan ibunja, tapi sang ibu sudah lama

meninggalkannja kealam baka pikirnja ibupun pasti sangat kesepian berada ditempat

djauh. Mengingat ini, tak kuasa pula ia menggoak nangis setjara memilukan sekali. Tanpa

berkata dan menoleh lagi ia berdjalan lurus.

"Kau hendak kemana ?" tanja ibu Tjiu Piau.

Dengan suara parau ia mendjawab: "Kalian sudah membebaskanaku, untuk apa

mengetahui kemana kumau pergi !" Agaknja kesedihannja belum hilang, dengan

mendadak ia menangis lagi, sedangkan mulutnja kemak-kemik: "Tidak ada orang jang

mentjinta aku dan tidak ada jang kutjintai lagi, aku akan pergi djauh2 mendaki gunung

melintasi lautan !" Habis berkata kakinja dipertjepat madju kemuka seperti terbang. Kie

Sau memberi tanda kepada sekalian orang, sambil berkata perlahan : "Antaplah sesuka

hatinja !"

Semua pandangan dari sekalian orang banjak menatap menghantar kepergian gadis

jang nakal. Hari ini ia mengenakan badju jang berwama kuning, dalam tjuatja sendja dan

surja jang menjorotkan sinar emas menibaatnja ia hilang dalam Vibuan benang halus dari

surja jang kuning. Tanpa mupakatan lagi semua orang menarik napas perlahan untuk

kepergiannja.

Sesuatu perasaan simpatik terhadap Tjen Tjen memenuhi dada senap orang, tapi

apa mau dikata, ia sudah pergi membawa tjaranja, mudah2an sadja kapan waktu akan

bertemu pula.

Tak lama kemudiari sekalian patriot bangsa, turun ter-gesa2 meninggalkan Bukit

Kuning (Oey San) untuk pergi ke Hoa San. Dalam perdjalanan, mereka menjamar sebagai

pelantjong dan berpentjaran seperti tidak mengenal satu sama lain, tapi diam2 mereka

tetap berhubungan. Untunglah sesuatu dapat berdjalan lantjar, sehingga dapat mentjapai

Hoa San dengan tjepat dan selamat, Hoa San adalah salah sebuah dari lima gunung jang

kenamaan di Tiongkok, sedangkan keangkarannja melebihi jang lain. Gunung ini

kebanjakanadalah tempat bersembunjinja kaum pentjinta negara jang berilmu tinggi,

sehingga segala penghianat bangsa atau mata2 dari pemerintah Boan djarang jang

berani datang menjelidiki kesini. Karenanja Kie Sau sekalian dapat denganaman melatih

diri dan membuat sesuatu sendjata baharu jang hilang atau habis terpakai.

Sedangkan orang2 Louw Tiau dan pengawal2 bangsa Tjeng tetap diam di Oey San

selama dua hari, selandjutnja mereka tidak menampak lagi pada Louw Tiau dan Hek

Liong Lo Kuay, kira mereka dua orang itu tengah melakukan sesuatu jang tidak boleh

diketahui mereka. Achirnja Bok Tiat Djin merasa ada sesuatu hal jang kurang beres,

karenanja ia berdamai dengan Ouw Yu Thian mentjari sekeliling, tapi hasilnja nihil !

Sedangkan orang jang dikurung mereka diatas Thian Tou Hong tidak menampakkanLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

gerak-gerik barang sedikit, tanpa sabar lagi mereka menerdjang naik keatas, tapi

sepotong dari bajangan orang tidak diketemukan. Mereka diliputi rasa bingung dan tidak

mengerti, achirnja terpaksa mereka bubar sendiri, karena kesal.

Thay Ouw adalah sebuah telaga jang sangat masjhur di Tiongkok, letaknja dilereng

gunung jang permai, sekelilingnja adalah tanah pertaman jang subur, sehingga

merupakan daerah jang makmur sedjak dulu sampai se karang. Saat ini adalah

permulaan dari musim panas, keadaan di Thay Ouw semakin indah dan permai Nelajan2

jang tinggal menetap dipesisimja, beriring2 dengan perahunja jang beraneka matjam

menudju ke-tengah2. Penghidupi an nelajanadalah berat sekali, setiap hari membanting

! tulang menangkap ikan, hasil jang diperoleh dibawa kei kota untuk didagangkan, akan

untungnja sekedar tjukup ! menangsal perut tidak kelaparan. Saat ini belasan perahu !

sudah tiba di-tengah2 telaga, dari djauh mereka memanj dang pada sebuah pulau ketjil

jang djauh dimata samI bil menghentikan perahu2nja. Nelajan2 tua jang berada diatas

perahu dengan tjepat menebarkan djalanja, semuanja mengharapkankan mendapat ikan

jang besar2, tapi hasilnja hanja beberapa ikan ketjil2 sadja. Padahal mereka tjukup

berpengalaman, sedikit banjak mengherankan sekali atas hasilnja jang mengetjewakan.

Salah sebuah dari perahu nelajan itu bermuatan seorang tua dan dua anak muda.

Salah seorang anak muda jang berpakaian nelajan itu, agaknja bukananak bungsu dari

orang tua itu, melainkananak sulungnja. Sedangkan jang seorang lagi, berpakaian rapi

dan menundjukkan wadjah jang gagah, usianja lebih kurang baharu dua puluhan.

Rupanja anak orang hartawan jang tengah menjewa perahu untuk pesiar didanau jang

terkenal ini sambil menjaksikan tjaranja menangkap ikan serta menikmati pemandangan.

Sesudah lama orang tua diperahu ketjil ini mendjaIa hanja memperoleh beberapa ekor

jang ketjil-ketjil, sedangkan jang paling besar tidak melebihi sebesar lengan. Orang tua

itu menarik napas pandjang sambil menggerutu: "Ai, hari ini sungguh inalang sekaJi,

kalau begini terus hari demi hari diJewatkan semakin susah !" Nelajan muda itu tidak

mendjawab dan tidak ber-kata2, tubuhnja berdiri, mendajung perahunja inelewati batas

air jang sudah ditandai, langsung menudju pada pulau jang djauh dimuka.

"Berhenti, setop ! Siau Sam, apa kau gila !" seru siorang tua. Pemuda itu seperti

menahan hawa amarahnja, tetapi tidak ber-kata2, malahan ia mengajuh semakin tjepat.

Perahu2 nelajan lain mengedjar sedjauh beberapa tumbak untuk merintangi, tapi tidak

berhasil, mereka ber-teriak2 dengan keras: "Siau Sam-tju, Siau Sam-tju, kalianajah

beranak akan kemana ? !"

Orang tua itu melangkahkan kakinja memegang kedua lengananakn ja sambil memaki:

"Binatang ! Apa kau sudah bosan hidup !" Sedangkan lengannja mengirimkan sebuah

tamparan pada sang anak. Pendajung direbutnja dari lengan sang anak sambil

membentak: "Lekas balikkan perahu ! Ingatlah perbuatanmu ini bisa me-rembet2 danLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

menjukarkan nelajan2 lain ! Kalau sampai hal ini tedjadi, apa kau bisa menanggung beban

ini ?"

Siau Sam mengertekkan giginja, matanja mendelik sambil berkata dengan terpaksa:

"Danau jang begini luas dan banjak ikan udangnja, habis dikangkangi ! ,9ungguh

keterlaluan !" Agaknja ia mendongkol sekali, njata dari parasnja jang merah padam.

Tampak lengannja bergerak per-lahan2 mengajun dan memutarkan perahu ketempat

semula. Sesudah mengomel pergi datang orang tua itu baharu ingat menarik djalanja

jang sudah lama sekali ditebarkan, begitu djala ditarik membuatnja mendjadi kaget sekali

!

Kiranja djala itu dipenuhi dengan ikan jang besar2. sisik ikan jang berkilauan kena

sinar mata hari membuat orang mendjadi senang. Orang tua itu tertegun seben tar, entail

girang entah bingung. Alisnja berkerut mendjadi satu, sudut bibimja terbuka sedikit

mengeluarkan senjuman djuga. Tiba2 orang tua itu mengambil kepastian sesudah diam

sedjenak, lengannja ditarik, djalanja sudah hampir diangkat. Nelajan muda itu menutup

mulutnja tidak bitjara, menatap pada ajahnja, sesudah lama baharu membuka mulutnja:

"Tia-tia, kau lihat, kalau tidak pergi kesana mana bisa memperoleh hasil jang baik ini !

Kau lihat ikan jang besar itu sedikitnja berharga " Kalau nelajan muda itu tidak

mem buka mulut mungkin tidak mengapa, tapi begitu ia bitjara se-olah2 menjadarkan

siorang tua, tampak orang tua itu menoleh dan membentak: "Binatang, tutup mulutmu !

Ikan ini tidak seharusnja kita peroleh !" Sambil mengeluh pandjang lengannja

dikendurkan dan dibukanja djaring jang berisi ikan, sehingga ikan jang sudah masuk

dalam djala terlepas semua. Pemuda gagah jang berada diperahu melihat kedjadian ini

dengan heran, diam2 merasa sajang, tapi ia merasa belum waktunja membuka mulut.

"Tia-tia, apa kau lepas semua !"

"Semua !" bentaknja.

"Bukankah kita sudah menjanggupi Siau-ya ini untuk menangkap ikan jang besar2 dan

segar ?" tanja nelajan muda sambil menatap bulak-balik pada ajahnja dananak muda.

"Sebaiknja kita tidak melakukan hal jang berbahaja!"

"Disana mana ada ikannja ?" Baharu suaranja keluar, terdengarlah suara teriakan2

dari para nelajan lain, sedangkan perahu2 ketjil itu ber'pentjaran dengan tjepat menudju

pada tempat mereka semula. Orang tua dananak muda jang berada diperahu ketjil segera

berpaling, tampaklah oleh mereka mendatang sebuah perahu ketjil pandjang dengan

tjepatnja dari balik pulau. Ajah dananak mendjadi putjat mukanja, serentak mereka

berkata: "Tjelaka ! Kita dipergoki andjing djahanam itu!"Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

Belum suaranja habis, terdengar berdesimja suara anak panah jang tepat nienantjap

diperahu ketjil sang nelajan. Dengan wadjah putjat, orang tua itu memaki anaknja:

"Binatang ! Atas kelakuanmu membuat kita sukar terlolos dari bentjana ini !" Kemudian

ia berpaling kepada anak muda: "Siau-ya apa kau bisa berenang? Anakku ini sudah

membuat bentjana besar, kalau bisa lekaslah kau berenang kepinggir agar djangan

tefsangkut dengan perkara ini !"

"Lo-tiang, kau tidak bersalah, tak mungkin mendatangkan bentjana untuk dirimu ?"

kata anak muda jang gagah itu.

"Siau-ya, kau harus tahu kami tidak boleh mendjala melewati batas itu. Kini sudah

kami langgar, sebaiknja pergilah lekas2 !"

"Siapakah jang membuat batas itu ?" tanja anak muda itu dengan tenang.

"Ok-pa (orang djahat) jang sangat bengis !"


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Lo-tiang, aku tidak bisa berenang, kau pikir bagaimana baiknja ?"

Mendengar ini orang tua itu bertambah gelisah. Sedangkananak muda itu tetap

menundjukkan ketenangan jang luar biasa. Tengah mereka bitjara anak nelajan itu sudah

menghentikan perahunja, karena sudah mengetahui tak berguna untuk melarikan diri.

Sedangkan perahu nelajan lain saat ini sudah kabur djauh sekali. Perahu pengedjar sudah

semakin dekat, diatas perahu ada dua orang, seorang berusia kira2 empat puluh tahun,

matanja menundjukkan kebengisan dan kekedjamannja. Sedangkan jang seorang lagi

baharu berusia lebih kurang tudjuh-delapan belas tahun, ia berdiri dihaluan perahu

dengan garang, dadanja tidak berbadju sehingga djelas terlihat otot2nja jang kekar dan

besar. Belum perahu mereka merapat jang muda itu sudah mem-bentak2: "Bangsat gila

dari mana berani mendjala ikan kcluarga Ong !"

Dengan tjara Kim Kee Tok Lip (ajam djantan berdiri dengan kaki tunggal) ia berdiri

dengan tegak dan menundjukkan bahwa dirinja adalah seorang jang mengerti ilmu silat

dan me-nakut2kan. Tapi dalam pandangan seorang achli segera mengetahui bahwa anak

muda jangan temberang laganja ini tidak lebih tidak kurang adalah seorang jang baharu

mengerti ilmu silat kampungan sadja. Walaupun tampaknja ia berdiri dengan kokoh,

sebenarnja seluruh ototnja digunakan terlalu berat, sehingga kaku kelihatannja, kalau

kena serangan djeridji orang berilmu pasti membuatnja djungkir balik. Sungguh kodok

dalam tempurung jang tidak mengenal tingginja langit dan tebalnja bumi !

"Hui Tay-djin," kata nelajan tua dengan hormat. "Jang rendah sedikit djuga tidak

berani mentjuri ikan keluarga Ong."

Kodok dalam tempurung itu membentak dengan gusar: "Sungguh berani mati ! Apa

kau berani membantah apa jang kukatakan ? Kami melihatnja dengan tegas apa jang

kau lakukan !"Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

"Tay-djin djangan mendjadi gusar, anakku salah memasuki perairan Tay-djin, benar

kami memperoleh banjak ikan, tapi semuanja sudah dilepas kembali ! Periksalah apa jang

ada dalam perahu kami." Sambil berkata orang tua ini memperlihatkan tempat ikannja

pada "kodok dalam tempurung". Sesudah botjah itu melirik, segera berkata: "Untung kau

mengenal gelagat, dan kubebaskan diri tuamu !" Sedangkan matanja melirik lagi pada

nelajan muda.

Orang tua itu bum2 berkata: "Hui Tay-djin, maafkanlah anakku jang tidak kenal urusan

ini, ia mengajuh perahunja dengan ter-buru2 sehingga melewati batas perairan tanpa

disengadja. Aku sudah memakinja danakan menghadjamja lagi sesampai dirumah."

"Boleh kubebaskan, tapi djempolnja jang kuat mengajuh itu harus dipotong !" serunja

sambil melemparkan pisau itu keatas perahu.

"Potong lenganku sadja jang sudah besar ini," pinta orang tua itu sambil meratap,

"anakku masih ketjil, djempolnja masih ketjil, kasianilah anakku ini, bagaimana kelak ia

mentjari penghidupan dan mendjala kalau tidak mempunjai djari djempol ?"

"Djangan banjak batjot lagi !" bentak orang muda itu, "kalau kau tidak mau

memutuskan djempolnja, akan kutjungkil hatinja !" Orang tua itu tidak berapi berkata2

lagi, dengan mata mengembeng dipandang anaknja jang masih ketjil itu dengan

perasaan sedih, dengan gemetar pisau belati dipungutnja: "Siau Sam, keluarkan

djedjempolmu potonglah !"

Dari kedua matanja dapat dibajangkan, ia menjesalkan perbuatan anaknja: "Binatang,

aku lihat bentjana sudah datang, untung djiwamu tidak diminta !" Ia mengharap anaknja

lekas2 melakukan apa jang disuruh agar bentjana jang lebih besar tidak menimpah

dirinja. Siau Sam jang berdarah muda dan berangasan, saat ini tidak kurang kagetnja

dari sang ajah. mukanja putjat lesi. Ia menjambut belati jang diberikan ajahnja, matanja

dirapatkan, diberanikan hatinja dan ditabaslah djempol kanannja sendiri. Tiba2 terdengar

"tang", belati tergetar dan terlepas dari lengannja.

Sebilah belati itu segera mendjadi dua sesudah terbang keudara, ke-dua2nja sama2

mengkilap dan mengeluarkan sinar putih. Jang sebilah dengan tjepat masuk kedalam air,

sedangkan jang sebilah lagi bisa ber-gerak2 diudara dan membalik badan, kemudian

baharu turun kedalam air dan segera berenang. Sesudah diawasi, orang baharu tahu

bahwa jang sebilah itu adalah seekor ikan ketjil. Entah bagaimana ikan itu mementalkan

belati tiada orang jang mengetahui. Hanja pemuda itu sadja jang masih tetap tenang,

sedangkan orang setengah umur jang datang dengan perahu pesat mengeluarkan bunji

"hemm2" dua kali dan hidungnja, karena ia seoranglah jang melihat bagaimana ikan itu

terbang, jakni diterbangkan oleh anak muda jang berpakaian peladjar.

Sedangkananak muda konjol jang pandai menakutnakuti orang, benar2 seperti kodok

didalam sumur. Kakinja terangkat dan naik diperahu orang sambil memaki seenaknja:Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

"Bagus ja, belatiku jang indah itu, berani kau buang, kini kau harus merasakan sesuatu

dari perbuatanmu itu !" Lengan kanannja diangkat tinggi2 dan digamparkan kepada

nelajan muda itu. "Plak" terdengar suara gamparan, menjusul terlihat pemuda konjol itu

berbalik kena dibikin mundur dan hampir terguling kedalam air. Kiranja pada saat itu

kembali terdapat ikan terbang merintangi lengannja, begitu kena tamparan ikan itu

segera menggojang ekomja menggebes, seperti melawan dan berhasil memundurkan

law an. Sedangkan anak nelajan tetap diam dengan baik tanpa menderita kerugian apa2.

Pemuda jang berada diperahu tetap tenang sambil meng-gosok2 lengannja jang

basah. Sebaliknja pemuda konjol tidak mengenal gelagat, sesudah serangannja tidak

membawa hasil djadi geregetan sekali, matanja mengawasi kesekeliling untuk

mengetahui dari mana datangnja ikan, matanja lianja menampak pada anak muda

peladjar itu. Sikonjol berpikir: "Anak sekolah paling enak dibakal main !" Ia tidak

memikir bahwa kaum peladjar banjak jang berilmu tinggi sehingga disegani orang, jang

lutju otaknja tidak menduga sama sekali bahwa dua ikan jang sudah mengganggu dirinja

adalah perbuatan peladjar itu. Sebaliknja dari hati2, sikonjol djustru ingin mengganggu

orang. Dilihatnja ikan besar jang menggebesnja masih terdapat diatas papan perahu

dengan tjepat diambil dan dilempar pada pemuda peladjar itu. pikirnja dengan sekali

gebot ini, peladjar itu pasti akan muntah darah ! Siapa tahu peladjar itu tanpa bergerak,

mengeluarkan sehelai sapu tangan dan melilit ikan itu dengan setjara mudah sekali,

kemudian djeridjinja bergerak ikan itu kembali ketempatnja. Sedangkan peladjar itu

seperti tidak melakukan apa2, matanja tetap memandang ketempat djauh seperti tengah

menikmati pemandanganalam denganasjiknja. Pemuda konjol itu semakin penasaran,

bukannja ia sadar sebaliknja langkah gilanja tidak dihentikan, dengan setakar tenaga

diangkatnja ikan besar sambil ngeden2 dan dilemparkan lagi pada dada orang. Peladjar

itu tidak gugup, dengan tjepat dari sakunja mengeluarkan seputjuk surat sambil

dibatjanja.

Sesudah surat itu dikeluarkan, seperti sengadja dan tidak sengadja ikan itu

ditangkisnja dengan perlahan memakai kertas jang tipis itu. Ikan jang besar dan

ditambah dengan tenaga besar hilang gajanja dan kena ditangkis mundur! Peladjar itu

seperti tidak mengetahui sudah terdjadi sesuatu, dgn. tetap memegang surat ia bertanja

kepada nelajan tua: "Lo-tiang aku ingin bertanja, di Thay Ouw ini bukankah terdapat

seorang she Ong bemama Hie Ong jang tjukup terkenal ?"

Nelajan tua itu sedari tadi mukanja sudah berubah putjat, ia duduk termenung

memikirkan nasib anaknja, sama sekali tidak memperhatikan perkataan pemuda peladjar

itu, ia hanja mendjawab: "Eh.. eh."

"Lo-tiang, kalau ingin menemui Ong Hie Ong harus mengambil djalan mana ?"

Suara anak muda jang lantang dan terang ini, kedua kalinja didengar dengan tegas

oleh orang2 keluarga Ong. Dengan tjepat orang jang setengah umur itu mengawasiLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

kepada pemuda peladjar; sedangkan si konjol itu melirik dengan tidak memandang

sebelah mata, Se-olah2 tengah bitjara: "Dengan djiwamu jang demikian, mau menrmui

madjikan kami !" Sedangkananak muda nelajan demi mendengar nama "Ong Hie Ong"

wadjahnja menundjukkan suatu perasaan mendongkol jang bermusuhan sekali. Orang

tua itu mendengar ini, mengambil kesimpulan bahwa penumpang perahunja itu kiranja

adalah kawan dari si Radja Sungai, hatinja berpikir: "Habislah sudah, mereka

sekomplotan !" Tanpa berajal lagi ia membuka mulut setjara hormat: "Hui Tay-djin ini

adalah orang dari Ong Tay-djin. Apakah tuan famili dari Ong Toa-ya ?"

"Bukan, aku hanja ingin mengantarkan seputjuk surat !"

"Kalau begitu kasihkan sadja pada Djie-wie Tay-djin ini." Saat ini pemuda peladjar

baharu memandang pada pemuda konjol sambil bitjara: "Adik ketjil, apa kau bisa

mengantar aku ?" suaranja diutjapkan setjara mengedjek, se-olah2 pemuda konjol itu

tidak dihargai sama sekali.

Si konjol mendjadi tak senang hati, dengan kasar lengannja dikeluarkan: "Marikan

surat itu !" Peladjar itu tidak menghiraukan sama sekali, mulutnja tersenjum dan berkata

pada orang setengah umur: "Bolehkah aku memberabekan pada Toa-ko untuk

mengantar aku ? Karena surat ini adalah dari keluarga Louw dikota radja jang harus

kuantarkan sendiri."

Orang jang setengah umur sedari tadi diam sadja menatap dengan dingin, kini

mendengar disebutnja "keluarga Louw dari kota radja" lekas2 bangun dan berkata: "Oh,

kiranja tuan dari kota radja ! Marilah pindah keperahu kami. Peladjar itudengan mudah

melangkahkan kakinja pindah perahu, dengan dingin ia berkata: "Bagaimana dengan

perahu nelajan itu ?" Belum orang setengah umur membuka mulut, "kodak dalam sumur"

sudah mendahului: "Mereka harus Ikut dengan kami !" njata ia masih penasaran dan njat

untuk menjiksanja nelajan itu. Dengan segera pemuda itu berubah wadjahnja, ia

membentak: "Kiranja kau adalah kurtjatji jang se-wenang2 dan membuat rusak nama

baik dari Ong Toa-ya." Lengannja didjulurkan menangkap bahu kanan sipemuda konjol.

Si konjol biasa berbuat se-wenang2, mana mau menerima penghinaan ini, dengan

tjepat ia berpikir pula untuk menundjuk gigi dihadapan orang baharu ini. Tampak ia

menguatkan kuda2nja sambil mengembungkan dadanja menahan supaja tidak tergojang

kena betotan orang. Siapa tahu lengan peladjar itu bukan main kuatnja, begitu berhasil

memegang segera menggunakan tenaganja dan menggentjetnja, kasian sikonjol, tak

kuasa lagi untuk tidak mendjerit "aduh2an" beberapa kali sambil meminta ampun.

Sedangkan kuda2nja siang2 sudah mendjadi ge'mpur dan menundjukkan bahwa dirinja

adalah benar2 Kodok Dalam Sumur jang baharu keluar !

"Begini tidak berguna, masih berani menghina orang! Kau harus berlutut dan kou-tou

pada yayamu (tuan besar)!" Lengan kanannja segera dikendurkan, dengan dua djeridji

ditariknja tubuh orang, hanja terdengar "bluk" sekali, tubuh sikonjol segera menjerudukLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

danambruk kedepan membentur papan perahu, sampai perahu dibuatnja agak tertekan

kedalam air. Waktu ia bangun lagi mukanja sudah berlumuran darah. Sedangkan pemuda

peladjar mengulapkan lengannja memberi tanda agar nelajan itu boleh berlalu,

sedangkan dirinja sendiri duduk dengan seenaknja dan memerintahkan orang setengah

umur itu: "Silahkan Toa-ko mengantar aku!"

Orang setengah umur itu, tjukup berpengalaman dan mengerti bahwa peladjar ini

bukan orang sebarangan, ditambah mau mengantar surat pada madjikannja, ia berpikir:

"Aku tidak mau menerima kerugian didepan mata, sebaiknja kuadjak dahulu menemui

Tay-djin baharu mengambil tindakan." Karenanja dengan laku hormat ia membuka mulut:

"Baik, silahkan tuan duduk dengan tenang." Sedangkan matanja melirik memberi

tanda pada sikonjol agar jang tersebut belakangan djangan membuat onar lagi,

sementara itu perahu sudah pesat madju kedepan.

Peladjar itu menarik napas pandjang2 matanja dirapatkan, diam tidak bergerak entah

memikiri apa Djalan pikirannja ini hanja diketahui seseorang sadja, orang itu tidak ada


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


disampingnja melainkan djauh ditempat lain. Siapa gerangan dari pemuda peladjar ini ?

Kiranja tak lain dan tak bukanadalah Wan Djin Liong adanja ! Segala sesuatu jang

terkandung didalam hatinja ini dengan segera terasa pada adiknja jang berada di- tempat

djauh.

Saat ini Wan Thian Hong tengah duduk diatas loteng pendjual arak jang letaknja ditepi

danau. Sesudah ia ter-menung2 depgan lama, tiba2 merasa sesuatu perasaan jang

mendebarkan hati, ia diam memahami pergerakan djantungnja. Sesudah lama, baharu

ia merasa lega dan berkata pada pemuda jang berada disampingnja: "Toa-ko, saat ini

kakakku belum mendapat kesukaran, agaknja ia belum sampai disarang musuh !"

Pemuda itu adalah Ong Djie Hai. Mereka bertiga didjadikan serugu untuk menjelidiki

sarang Ong Hie Ong guna mengetahui djedjak dari Louw Tiau dan sekalian mentjari Louw

Eng.

Baiklah kita kembali lagi pada Wan Djin Liong jang berada di-tengah2 danau. Dengan

tjepat perahu membawa mereka keperairan Thay Ouw jang terdalam. Mereka merasa

seperti berada disamudera jang besar, bedanja samudera bergelombang didanau tidak.

Se-waktu2 dari 'permukaanair mentjelat ikan Le Hie jang besar, Wan Djin Liong melihat

ini mendjadi kagum, hatinja berpikir: "Kiranja ikan jang berada disini demikian banjak

dan besar2, tapi sudah dikangkangi oleh Ong Hie Ong, sehingga membuat penghidupan

para nelajan terdjepit, tak heran kalau Siau Sam ingin menerdjang batas air dengan

setjara nekad."

Perahu itu berdjalan dengan pesatnja, sebentar belok ketimur, kemudian kebarat,

berputar dan berbelok beberapa kali, Wan Djin Liong kehilanganarah tudjuan, ia tak tahu

lagi dari mana tadi ia datang dan kini sudah sampai dimana. Perdjalanan ini terus

berlangsung, haripun sudah mendjadi sendja, saat inilah baharu terlihat didepan mukanjaLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

sebuah perahu jang sangat ,besar tengah berlabuh disana. Orang setengah umur segera

melepas anak panah "siuuuut" memberi tanda. Dengan tjepat terlihat tanda balasan dari

perahu besar jang mengidjinkan mereka. Sedangkan perahu jang dipakai Djin Liong

menambah ketjepatannja madju kemuka. Kebesaran dari Thay Ouw ini membuat

perasaan orang me-lajang2, se-waktu2 terlihat gempalanawan berkisar. djauhi2

tertanipak gunung2 menghidjau. Panorama jang menjegarkan ini membuat perasaan

tegang Wan Djin Liong berkurang banjak.

Tiba2 dari perahu besar memantjar sinar api tengloleng jang besar2, tanpa ber-kata2

orang setengah umur mengajuhkan perahunja setjepat mungkin tanpa berkata2. Per-

lahan2 djarak mereka mendjadi dekat, kim dapat terlihat dengan tegas bahwa perahu itu

demikian besar dan indah, sinar terang jang terdapat diperahu membuat suasana malain

seperti siang sadja. Diatas perahu terlihat sebilah papan dengan huruf "Tiau In" jang

berarti menjepi. Orang setengah umur kembali melepaskan tiga batang anak panah jang

njaring. Begitu suara panah hilang semua teng2 jang terang benderang mendjadi padam.

Perubahan ini demikian tjepat, membuat suatu istana dewi jang gilang gemilang

mendadak hilang dari pandangan mata dan mendjelma mendjadi benda gelap, dalam

keadaan malam benda itu tak ubahnja seperti segugusan pulau ketjil. Diam2 Djin Liong

mengeluarkan pudjian tertahan: "Tak heran orang2 Kang-ouw menamakan Siradja Thay

Ouw tidak ketentuan tempat tinggalnja, sehingga sukar untuk menemuinja. Kiranja

saran.gnja adalah sebuah perahu jang bisa berpindah kemana2."

Tiba2 dari atas perahu besar terdengar suara anak perempuan: "Tamu dari mana ?"

"Dari keluarga Louw di Pak Kia, ia membawa surat untuk Ong Toa-ya," djawab laki2

setengah umur.

Anak perempuan itu segera mcwartakan kedalam, tak lama kemudian diatas perahu

menjalah empat teng jang besar sekali, teng itu sebelah bertjat hitam, sehingga jang

terang hanja sebagian sadja. Bagian jang terang menjorot keluar, membuat orang jang

datang terlihat tegas, sedangkan bagian jang hitam membelakangi sipemegang, sehingga

tak terlihat wadjahnja.

Pada saat ini Wan Djin Liong menenangkan debaran djantungnja, dari dalam sakunja

dikeluarkan seputjuk surat, dengan gagali ia berdiri diatas perahu dan berkata: "Aku

menerima tugas dari Louw Toa-ya, guna men jampaikan dengan lengan sendiri surat ini

pada Ong Toava."

"Silahkan !" kata seseorang dari perahu besar, menjusul terlihat sebilah papan turun

membuat suatu djembatan pada perahu ketjil, dua pelajan wanita jang masih muda2

turun membawa teng.

"Tju-djin mempersilahkan tuan masuk !"Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

Djin Liong per-lahan2 menjalurkan tenaga dalam pada kedua kakinja, kemudian

melontjat pada papan djembatan. Pelajan membuka djalan sambil berjeat.t: "Silahkan

djalan disebelah sini !" Wan Djin Liong tjelingukan keempat pendjuru, ia merasa kagum

pada perahu besar jang merupakan istana dujungf ini. Tapi jang mengherankan bahwa

perahu jang demikian besar tidak ada orangnja, hanja dua pelajan ini sadja jang tengah

berdjalan madju kemuka.

Sesudah bulak-belok beberapa tikungan, sampailah ia diruangan tengah dari perahu.

Pelajan wanita segera menghentikan kakinja dan mengetuk pintu per-lahan2: "Tamu

sudah tiba." Pintu terbuka, keadaan sangat gelap, terdengar djawaban dari dalam:

"Silahkan masuk!" Dari pintu besar terlihat sedikit sinar terang, sedangkan pelajan jang

mengiringi segera memadamkan lampu mereka ! Dalamsekedjap waktu sekeliling

mendjadi suram, pemegang sinar lampu ketjil mengadjak Wan Djin Liong kehadapan

sebuah kursi terukir, "silahkan duduk," katanja, sedangkan lampu itu ditaruh disamping,

kemudian ia berlalu.

Tiba-tiba dari dalam kegelapan berkelebat sesosok tubuh, jang berpakaian sangat

indah sekali, sedangkan mukanja menundjukkan penuh wibawa, seorang jang benar2

berkedudukan tinggi. Ia madju kemuka sambil berkata: "Madjikan kami tengah berada

dikamar tidur, surat itu berikan sadja kepadaku." Djin Liong mengepal keras suratnja,

perasaannja sedikit gugup, karena surat adalah palsu, kalau diserahkan pasti dapat

diketahui lawan. Dengan tjepat diberanikan dirinja, sural itu diserahkan. Orang itu

menjambut surat dan mentjelat mundur, gerak-geriknja sangat lintjah dan

mengagumkan, sedangkan tubuhnja hilang dalam kegelapan.

Sesaat kemudian dari depan terdengar suara parau dari orang tua jang didahului

dengan dehamannja: "Siapa nama tuan jang mulia ?" Wan Djin Liong memandang

kepada arah suara, dalam kegelapan ia tak berhasn melihat wadjah orang dengan tegas.

Hatinja berpikir: "Mungkinkah orang ini Ong Hie Ong adanja ?" dengan tjepat ia

mendjawab: , Jang rendah adalah Pang Kia, mendjalankan tugas dari Louw Toa-ya untuk

menjampaikan salam hangat pada Ong Toa-ya." "Dalam suratnja madjikanmu

mengatakan bahwa kau akan menetap beberapa hari disini, sekadar untuk menjelidiki

hasil2 kenamaan dari daerah Kiang Tjek, kemudian baharu kembali kekota radja pada

bulan tudjuh dengan benda jang berharga itu dan menjerahkannja pada hari ulang tahun

dari sri baginda."

"Atas ini kuminta bantuan jang berharga dari Toaya." Djawab Djin Liong.

"Apakah madjikanmu tidak mengirimkan kabar lisan?" Sebelumnja Wan Djin Liong

sudah mempunjai per siapan, dengan tjepat ia mendjawab: "Madjikanku beikata,

sesudah menghadiri ulang tahun dari sri baginda segera akan bertandang menemui Ong

Toa-ya guna merundingkan sesuatu hal jang maha penting." Tanja djawab ini, memang

sudah disiapkan oleh Kie Sau sewaktu masih berada di Hoa San. Kita tahu seturunnja KieLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

Sau dan kawan2 dari Oey San segera menjembunjikan diri selama enam bulan di Hoa

San. Dalam waktu setengah tahun, dihubunginja Ho Kiat (para satrya) dari empat

pendjuru, untuk mentjari djedjak dari Louw Eng, karena pengetahuan dan pandangan

jang luas serta banjak kawannja Kie Sau segera mendapat kabar bahwa Louw Tiau

berada dikota radja, tetap menggunakan nami Louw Eng untuk mendjalankanaksinja;

sedangkan kabar tentang LouwEng sampai saat ini masih belum terdengar.

Kie Sau mengetahui bahwa Louw Tiau pada suatu hari pasti akan datang mentjari

mereka untuk membalas dendam, sedangkan hal bagaimana ia kehilangan sebelah

lengannja dan bagaimana Hek Liong Lo Kuav meninggal pasti ia dapat mengarang sebuah

tjeritera burung untuk mengelabui kawan2nja sendiri. Louw Tiau mempunjai pendjagaan

keras dikota radja dan sukar untuk orang2 Kie Sau membekuknja, karenanja tukang tjatur

ini menjebarkan orang2nja kesegala pendjuru untuk mengendus dimana rimbanja Louw

Eng.

Didunja Kang-ouw tersiar luas tentang Tjui Tjing Kong (istana air) dari Ong Hie Ong

jang luar biasa, katanja waktu turun saldju tetap hangat waktu musim panas tetap

sedjuk. Akan tetapi Istana ini sangat gaib sekali dan sukar diketemukan orang, sedangkan

orang iang pemah melihatnja djumlahnja terlalu sedikit, walaupun sudah melihat mereka

tidak tahu Istana ini letaknja dimana. Hoa San Kie Sau berpikir: "Mungkinkah perkataan

tiada musim rontok dan musim panas Jang terdapat dipeta rahasia Louw Eng menundjuk

Thay Ouw" karena berpikir begitu ia memutuskan untuk menjelidlki Thay Ouw.

Ong Hie Ong berdiam didalam telaga jang Iuas dan tidak tetap tempat tinggalnja,

karenanja hams bagaimana menjelidikinja ? Orang banjak segera berunding, dan

memutuskan Djin Liong menjamar mendjadi suruan Louw Tiau menghantarkan surat

pada Ong Hie Ong. Sedangkan Kie Sau mengetahui Louw Tiau tengah sibuk dengan hari

lahir dari sri baginda dan ingin mengumpulkan barang2 berharga untuk bingkisan, sebat

itu bunji suratpun disesuaikan dengan keadaan dan ditulis oleh achli sehingga sempa

betul dengan tulisan sang djahanam. Sedangkan tanja djawab pun sudah disiapkan kalau

berdjumpah dengan siradja sungai. Karenanja Wan Djin Liong dapat melakukan tanja

djawab tanpa menimbulkan ketjurigaan lawan.

Suara parau dari orang itu berhenti sedjenak, kemudian tertawa sekali. Wan Djin Liong

merasakan suara tawa ini demikian berat dan membuatnja merasa tidak tenang, orang

itu kembali bertanja : "Madjikanmu mungkin terlalu sibuk dengan hari ulang tahun sri

baginda dan menetap dikota radja."

"Ja..." djawab Djin Liong.

Orang itu berdeham dua kali, kemudian terdengai suara gembreng jang keras seperti

geledek membelah bumi menjambut dchemannja itu. Tiba2 diempat pendjuru terlihat

sinar api menjala, membuat keadaan malam mend jadi terang benderang dan tak

ubahnja seperti siang hari. Wan Djin Liong mendjadi terkedjut sekali, matanja tjelingukanLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

keempat pendjuru, tampak olehnja ruangan jang tiga tumbak persegi. Ia sendiri duduk

di-tengah2 ruangan sedangkan dihadapannja berdiri seseorang jang kate dan hitam tapi

tegap dan gagah, usianja kira2 limapuluh tahun. Sedangkan ditiap sudut berdiri seorang

sambil menjandar dengananekamja. Sekeliling dinding penuh dihiasi segala alat sendjata

tadjam jang beraneka ragamnja, ada jang terbuat dari tulang ikan, ada jang dari buntut

ikan, semuanja mengeluarkan sinar jang berkelat-kelit. Orang jang berdiri dihadapannja

segera mengeluarkan djeridjinja me-nundjuk2 pada Djin Liong dengan suara bentakan

menggeledek: "Kau terlalu bernjali besar !"

Djin Liong tahu bahwa dirinja bukan berhadapan dengan Ong Hie Ong, hatinja berkata

"tjelaka" dan tidak tahu ia berada ditempat siapa.

Orang itu dengan dingin berkata : "Kau sudah datang disini, biar bagaimana tinggi

kepandaianmu djangan harap dapat keluar pula, sebaiknja berterus terang sadja, apa

maksudmu datang kesini! kau dari mana? Lekas katakan !"

"Jang rendah Pang Kia dari kota radja, menerima titah dari Louw Toa-ya untuk

mengirimkan surat dan salam hangat pada Ong Toa-ya, kini aku tidak tahu apakah Ong


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Toa-ya berada disini atau tidak."

"Hai, budak jang tidak takut mati, kalau tidak kubuka kedokmu mungkin kau masih

penasaran, dengarlah ! Bahwa madjikan kami saat ini tengah minum2 arak dengan Louw

Toa-ya ! Kau adalah utusannja masa tidak mengetahui hal ini ? Hee he !" Wan Djin Liong

bukan main kagetnja, sama sekali tidak menduga usahanja bisa kebentur soal jang diluar

dugaan sekali. Otaknja berputar, akalnja segera timbul, tubuhnja segera bangkit dan

djalan keluar: "Kalau benar madjikanku berada disini kau harus mengantarkanaku untuk

menemuinja 1" Orang kate itu agak bingung sebentar, dalam waktu sekedjap tidak bisa

ia menahan langkah kaki dari tamunja. Djin Liong sudah berada diambang pintu masuk.

"Berhenti !" bentak sikate. Seiring dengan suara bentakan dari dalam keluar seorang

jang berkepala besar dan berdagu lantjip, lagaknja serupa benar dengan scekor kera. Ia

tertawa: "Kawan. kau adalah tamu dari keluarga Ong, kini sudah berada disini untuk apa

tergesa2 berlalu." Dengan tjepat Ljin Liong mengangkat lengan kirinja keatas bahu kanan

dan memukulkannja pada dada penghadang. Dengan tjepat orang itu menarik dadanja,

sedangkan lengan kanannja nielakukan serangan balasan. Djin Liong menibalik lengannja

dan menangkap lengan la wan sambil menekan djalan darahnja, lengan kanannja

berbareng dengan tjepat menghunus pedang Naga: "Kalau ingin selamat lekas dan

minggir !" Pedang itu diputamja kedepan menggertak, membuat penghadang dimuka lari

meninggalkan ruangan. Djin Liong mengangkat kakinja untuk merat, tapi sial baginja

baharu sang kaki terangkat sedikit, pintu sudah tertutup dengan menimbulkan suara

keras, sedangkan dibelakang kepalanja berkesiur angin dari sendjata lawan. Berbareng

dengan ini dari kiri-kanan mendatang beberapa orang.Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

Djin Liong mendorong orang jang berwadjah kera membendung orang dari sebelah

kirinja, menggunakan kesempatan orang repot kakinja madju melangkah dan balik badan

menangkis serangan dibelakang kepalanja dengan bertenaga. "Trang," bunjinja sekali,

kedua orang masing2 merasakan tergetar lengannja, mereka sadar bahwa kekuatan

masing2 tidak berdjauhan satu sama lain. Djin Liong sebenarnja bemiat memutarkan

pedangnja membuat suatu lingkaran perlindungan, siapa tahu pedangnja tidak dapat

digerakkan dengan bebas, seolah2 seperti terdjepit sematjam benda.

Wan Djin Liong melirik melihat, kiranja sendjata sikate aneh sekali, pandjangnja seperti

pedang biasa, dikiri-kanannja berduri, tak ubahnja seperti ikan jang tinggal tulangnja.

Pedang pemuda kita djusteru tersepit diantara duri2 itu. Sikate mengerahkan pedang

tulang ikannja mendjepit dengan keras, sehingga membuat pedang Djin Liong mendjadi

miring, walaupun pedang mustika dalam keadaan begini tidak terlalu banjak bisa berbuat.

Djin Liong mengerahkan tenaga dalamnja sekuat mungkin dan berdaja untuk

membebaskan pedangnja dari pedang tulang ikan jang aneh itu.

Pedang tulang ikan sudah aneh, djurus ilmunjapunaneh pula. Djin Liong berdaja untuk

membebaskan dan menarik pedangnja, apa mau pedang tulang ikanpun dikerahkan

pemiliknja menekan dari atas kebawah dengan tjepat. Dari gerakan jang hebat ini,

membuat pedang lawan terkuntji dan berbau pula hawa serangan maut mendjurus pada

kepala lawan. Andaikata serangannja berhasil, kepala orang itu entah bagaimana .

Menampak gerakan lengan lawan jang demikian tjepat, Djin Liong mendjadi terkedjut,

ia tak berani memandang enteng lagi, pedang jang sebenarnja akan ditarik diubahnja

setjara tiba2 mendjurus keatas. Gerak sekali tank sekali lepas ini dilakukan tjukup tjepat

sekali, membuat orang luar tidak dapat mehhat dengan tegas dari. perubahan diurusnja.

Kemudian Wan Djin Liong mengendurkan sedikit pegangannja pura2 tergetar, tiba2

ditjekalnja pedangnja lagi dengan keras. Sikate mengetahui bahwa lawannja berilmu

liHay dan tjepat gerak lipunja serta dilengkapi tenaga lunak dan keras setjara berbareng

disetiap djurusnja. sebenarnja ia akan menggunakan keachliannja untuk menjepit terus

pedang lawannja, tapi segala pikirannja itu mendjadi bujar kena tipu silat lawan jang

nanti kendur dan nanti keras, tanpa diketahui lagi terdengar bunji "trak..trik..trik"

njatanja duri2 ikan dari pedangnja sudah putus dibabat pedang mustika lawan.

Tak ajal lagi sikate mentjelat kebelakang, sedangkan orang2 jang berada diruangan

itu segera mentiabut sendjatanja setjara serempak. Djin Liong memutarkan matanja

menjapu kesekeliling, tampak olehnja aneka sendjata aneh iang belum pemah dilihatnja

memenuhi mang matanja. Orang jang berdiri dipodiok selatan bersendjata toja jang

dikedua udjungnja memakai buntut ikan orang jang berada disudut barat kedua

lengannja bersendjata pandjang dan lengkung seperti tulang ikan; orang jang menduduki

sudut utara bersendjata ikan2an jang terbuat dari besi, ikan2an ini membuka mulutnja

mengeluarkan gigi2nja jang runtjing; orang jang diam dipodjok timur menggenggamLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

tumbak, tapi udjung tumbak bukan dari besi jang tadjam melainkan dari sisik ikan besar

jang tadjam.

Diam2 Djin Liong mendjadi gentar hatinja, ia kuatir sendjata2 aneh dari lawan itu

mempunjai tipu djurusnja jang aneh pula, sehingga membuat orang mudah terpedaja.

Dengan tjepat dan tjekatan ia mundur ke-tengah2 ruangan, dengan pikiran

menggunakan kursi tempat duduknja tadi sebagai sandaran, agar tidak kena dihadjar

dari empat pendjuru. Ia mundur, lima orang lawannja njadju mengurung. Asal sadja ia

ada kesempatan untuk mereka menurunkan lengan, pasti Djin Liong akan didjadikan

mangsa dari mereka jang sudah merupakan serigala lapar.

Djin Liong mundur setjara per-lahan2, lengannja memegang kursi itu kemudian

tubuhnja mentjelat naik, membuat dirinja berada ditempat tinggi, pedangnja

mengeluarkan tjahaja putih jang angkar menantikan setiap serangan dari musuh. Orang2

itu aneh pula, mereka tidak madju menjerang melainkan membuat suatu lingkaran

mengurung, kurungan ini dibuatnja semakin lama semakin ketjil. Djin Liong memusatkan

perhatiannja menantikan segala kemungkinan, ia tidak berani sembarangan bergerak

terlebih dahulu takut menderita rugi. Mereka saling pandang dengan penuh perhatian,

asal sadja ada jang berani bergerak mengangkat sendjata, pertarungan hebat pasti

terdjadi. Perhatian semua orang tengah terbenam kedalam lawannja masing2, satu sama

lain tidak mau menjerang terlebih dahulu. Dalam kesunjian jang mendadak ini membuat

suasana perkelahian bertambah seram.

Tiba2 terdengar bunji "Aaaa.. Oooo.. Aaaaaaa.." jang mengedjutkan mereka, agaknja

ada orang jang menarik sesuatu benda besar setjara berbareng dengan berseru

"Aaaaaaaa Ooooooo Aaaaaaaa" (di Djakarta unium menggunakan perkataan Rambati

rata hajo). Seiring dengan seruan ini Djin Liong merasakan kursi tempat berdirinja agak

bergojang, tak lama kemudian disusul dengan berputamja kursi membuatnja merasakan

dunja terbalik. Tak sempat untuknja berpikir dan mengetahui apa jang sudah terdjadi,

tubuhnja sudah mendahului terdjungkal masuk kedalam liang jang hitam dan gelap.

Baharu kaki Djin Liong memidjak bumi, segera ia dongak keatas, tampak olehnja liang

diatas kepalanja sudah ditutup orang dengan sematjam benda jang menimbulkan suara

"Brukkkkk". Membuat pemuda jang gagah terkurung didalamnja.

Kisah beralih kewarung arak jang berada ditepi Thay Ouw. Djie Hai jang tengah

meneguk arak mendjadi kaget mendengar seruan dari Thian Hong jang menjebutkan

tjelaka.

"Kenapa ?" tanja Djie Hai dengan tjepat, sambil meletakkan tjawan araknja. Pada saat

jg. bersamaan tamu2 lain jang berada diruangan itu menundjukkan paras berubah,

semua mata ditudjukan kepada gadis kita dengan penuh perhatian. Beberapa orang ini

kiranja tidak lain dari Tju Sie Hong dan Tjiu Piau serta Gwat Hee, sedangkan Kie Sau dan

Tju Hong-pun berada disitu pula. sebenarnja mereka menjamar sebagai orang jang tidakLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

mengenal satu sama lain dan duduk terpisah, sekadar menghindarkan ketjurigaan orang.

Tapi waktu mendengar seruan tjelaka dari Thian Hong, mau tak mau para muda-mudi

menundjukkan perasaan kekuatirannja, hanja Kie Sau jang sudah ulung dalam dunja

Kang-ouw tetap tidak menundjukkan perubahan wadjahnja, matanja tetap memandang

ketempat lain seperti tengah menikmati keindahanalam dari telaga jang terkenal itu. Tapi

diam2 matanja mengawasi gerak-gerik dari seorang Lo Yi (sebulan untuk wanita tua),

wanita ini walaupun berpakaian tua jang sudah petjah2 dan .seperti nelajan umumnja

tapi sinar matanja demikian tadjann dan bukan orang sembarangan. Lo Yi itu

mengerlingkan matanja menjapu sekalian wadjah dari anak2 muda kita. Kie Sau talm

bahwa Lo Yi itu tengah memperhatikananak buahnja, saat itu djuga ia berlaku terlebih

hati2.

Tanpa sadar lagi Wan Thian Hong membuka mului: "Toa-ko, kiranja ada hal tidak

benar atas diri kakakku,

mungkin dirinja itu sudah menemui " Djie Hai mengetahui bahwa rumah makan ini

bukan tempat jang baik untuk berunding, dengan tjepat ia mengangkat tjawannja sambil

berkata: "Moy-tju, marilah kita keringkan tjawan ini dan pulang untuk istirahat l" Thian

Hong dengan tjepat sudah mengerti maksud saudaranja, dengan tjepat kata2nja ditelan

lagi, Dengan tjepat mereka membajar rekening sesudah itu segera turun dari loteng. Tak

lama kemudian Tju Sie Hong, Tjiu Piau dan Gwat Hee pun turun kebawah. Kesemua ini

diawasi didalam mata Lo Yi itu.

Kie Sau mengetahui bahwa urusan mendjadi tidak benar, tapi dalam saat ini biar

bagaimana ia harus berada dalam keadaan tenang, untuk menghindarkan ketjurigaan

orang ia menuang arak penuh2 dan meneguknja mendjadi kering: "Arak jang baik !"

pudjinja, kemudian ia berpaling pada pelajan : "Bawakanlah satu kati lagi !" Tju Hong

punadalah orang Kang-ouw jang sudah berpengalaman sekali, ia tahu maksud Kie Sau,

karenanja iapun menuang arak menemani Kie Sau minum2 seenaknja seperti tidak

kedjadian sesuatu apa.

Baharu mereka minum kering dua tjawan, tampak oleh mereka Lo Yi itu berdiri dari

tempat duduknja, kemudian berlalu sesudah melemparkan perak hantjur kepada pelajan.

Sekali lihat sadja Tju Hong sudah mengetahui bahwa langkah wanita tua itu demikian

ringan dan berilmu tinggi. Dengan tjepat merekapun turun dari loteng membuntuti Lo Yi

tersebut.

Saat ini keadaan gelap sekali, walaupun demikian wanita tua itu dapat berdjalan

dengan langkah jang pesat. Ia berdjalan terus, sedangkan Kie Sau dan Tju Hong

membajanginja dari belakang. Kie Sau merasa heran sekali, karena Lo Yi itu berdjalan

menudju ketempat dimana para anak2 muda berkumpul. sebenarnja Wan Thian Hong

dan saudara2nja sudah berdjalan djauh, tapi mengherankan sekali bahwa Lo Yi itu dapat

membunlutinja dengan tak salah.Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

Sambil membajangi Kie Sau tetap merasa heran, ia berpikir: "Djie Hai sudah berlalu

demikian djauh dan tidak-meninggalkan djedjak sama sekali, tapi kenapa Lo Yi ini dapat

mengikuti mereka terus ?" Sesudah mereka melewati beberapa belokan, Tju Hong jang

matanja awas sudah mulai melihat sesuatu jang mentjurigakan, kiranja disetiap sudut

terdapat seseorang dengan kepala digubet kain putih. Kalau orang itu berdiri disebelah

kiris Lo Yi itu pun berdjalan kesebelah kiri, kalau orang itu berada disebelah kanan, Lo Yi

itupun menepi kekanan. Orang jang menggubet kepalanja itu terdiri dari laki2, wanita2

dan orang tua dananak ketjil. Tampaknja mereka berdiam ditepian djalan dengan

menganggur sekali seperti tengah mengadam, atau ber-main2 dan mengobrol,

menundiukkan kewadjaran jang sukar diketahui kekurangannja. Tapi untuk Tju Hong hal

ini menarik perhanannja sekali. Dengan keadaan begini kita bisa menarik kesimpulan,

bahwa urang2 jang menggubet kepalanja dengan kain putih adalah anggota2 dari

sesuatu perkum-. pulan jang besar, tempat ini pasti sudah berada dalam kekuatannja.

Lo Yi itu agaknja adalah pemimpin dari mereka. Tju Hong tak berani menentukan orang2

ini kawanatau lawan. Kalau benar2 merupakan lawan, berarti mereka sudah berada


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


didalam lengan musuh, karenanja bahaja dapat mengantjam pada setiap detik.

Djalan punja djalan, kota sudah dilcwati, merekt mulai masuk kedaerah jang sepi. Lo

Yi itu dengan tjepai membentangkan ilmu mengentengkan tubuh madju kcdepan seperti

terbang. Kie Sau dan Tju Hong leraj membuntuti dengan djarak jang tertentu. Achirnja

mereka sampai pada suatu tempat jang sunji sekali, disitu hanja berdiri beberapa rumah

gubuk jang mengeluarkan sinar pelita jang berkelap-kelip. Dengan tjepat Lo Yi itu masuk

kedalam salah satu rumah dan hilang dari pandangan mata, orang jang membajangi

dibelakangnja segera berteriak: "Tjelaka !" melihat keadaan ini, kedua djago tua kita

tanpa menundjukkan diri segera bertiarap diatas tanah, sedangkan mata mereka tak

lepas2 memandang kedepan menantikan sesuatu gerakan. Mereka berkuatir karena

rumah jang dimasuki Lo Yi adalali iempat berkumpul dari sekalian anak muda kita.

Tiba2 Kie Sau melihat salah satu pelita dari rumah gubuk mendjadi padam, dalam

keadaan gelap dilihatnja lima anak muda mentjelat keluar dari dalam rumah dan bersikap

mengurung rumah gubuk itu, menjusul terdengar suara bentakan dari Ong Djie Hai:

"Manusia matjam apa jang berani mentjuri dengar perkataan kami, lekas turun !"

Tiba2 dari atas wuwungan rumah berkelebat sesasok tubuh, jakni Lo Yi tersebut.

Tampak ia berdiri dengan tenang dan tertawa besar: "Kawan2 ketjil, kamu ingin pergi

mengatjau di Thay Ouw, hal ini kuanggap terlalu gila sekali !" Belum suaranja habis,

kembali terdengar suara Tjiu Piau berkata: "Kau dari golongan apa, turunlah untuk bitjara

!" kata2nja. ini ditutup dengan melajangnja sebuah batu dari kakinja menjerang Lo Yi itu.

"Hai, botjah djangan berlaku kurang adjar !" bentak Lo Yi itu sambil memiringkan

tubuhnja menghindarkan batu itu, kemudian tubuhnja turun kebawah seperti walet jang

ringan, lengannja digapaikan: "Mari ..mari.. mari dekatan sedikit, untuk saling mengenal

dan mendjadi kawan, kemudian baharu bitjara." Mendengar dari nada suaranja jangLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

berlainan dengan jang diutjapkan tadi sewaktu ia berada diatas wuwungan, membuat

para anak muda tidak dapat meraba Lo Yi itu dari golongan mana, karenanja mereka

tidak berani datang mendekat. Djie Hai-pun mengubah nada suaranja terlebih halus dari

semula: "Siapa sebenarnja engkau ini ? Untuk apakah engkau mentjuri pembitjaraan

kami ?"

"Ha ..ha ..ha," ia tertawa, "dasar botjah djuga, bitjara tidak melalui otak sama sekali !

Sembarangan sadja menggojang lidah memaki orang mentjuri dengar pembitjaraan.

Kalian hams tahu, seharusnja aku jang berhak menegur kamu, kenapa. berani

sembarangan mentjuri bitjara ditempatku ini ?" Sekalian anak muda mendjadi tak

mengerti, terang2 perkataan mereka sudah ditjuri dengar wanita tua ini, sebaliknja

wanita tua ini tidak mengaku dan berbalik menatap mereka "mentjuri bitjara".

"Lo Thai Po (sebutan untuk wanita tua, tapi tidak seberapa horma't) kau bitjara asal

enak untuk diri sendiri sadja, segala perkataan "mentjuri bitjaralah" keluar dari mulutmu,

se-mata2 untuk membenarkan dirimu jang salah ! Terketjuali itu tempat ini kau sebut

sebagai milikmu, apa alasannja ? Katakanlah lekas agar kami tidak salah sangka pada

dirimu !"

"Siapa jang menjangkal dan meragukan tempat ini bukan milik kami ? Kau dengarlah

pendjelasanku ! Thai Ouw jang luas beserta dengan pulau2 dan gunung2nja semua

termasuk milik kami kaum Pek Tau Peng (tentara bergubet putih) ! Kalian tanpa idjin

membitjarakan hal penjerangan kesarang Ong Hie Ong ditempatku sama dengan

mentjuri bitjara ! Kami tidak mengidjinkan setiap manusia berani mentjuri bitjara didalam

wilajah kami !" Waktu mendengar perkataan Pek Tan Peng tiga huruf Djie Hai agaknja

mengingat dan kena! nama itu. tapi dalam waktu sedjenak ia tak dapat mengingatnja

dengan terang. Kala ia mengingat2, Ong Gwat Hee sudah melandjutkan lagi perang lidah

dengan serunja: "Apa jang kami rundingkan kau sudah tahu, tapi kenapa kau tidak mau

mengaku mentjuri dengar ? Bukti sudah ada masih tidak mengaku tandanja tidak tahu

main !"

Lo Yi tertawa tertahan, agaknja ia tidak mau bertengkar dengan segala botjah. Tampak

ia mengawasi kepada sekalian anak muda dengan suatu sapuan mata jang luar biasa

tadjam. Tiba2 ia berkata dengan halus dan sabar tapi mengandung perintah jang tidak

dapat ditawar lagi: "Benar, perkataan kamu sudah kudengar. Kamu ingin men jerbu

sarang Ong HieOng bukan ? Aku tidak setudju, kularang kalian berbuat begitu ! Pckoknja

tanpa persetudjuan dari Pek Tau Peng kalian tidak boleh bergerak !"

Mendengar larangan dari wanita tua ini, Thian Hong mendjadi gelisah, dengan gusar

ia membentak: "Apa hubungannja antara kau dan Ong Plie Ong ?"

"Musuh besar," djawab Lo Yi sambil mengertekkan gigi tanda dari gusamja. Tjukup

dengan beberapa patah ini, sekalian anak muda sudah mengetahui bahwa orang tua ini

mempunjai dendam chasumat jang besar sekali pada Ong Hie Ong.Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

"Kalau benar sebagai musuh besarmu, kenapa kau melarang kami untuk melakukan

penjerbuan pada sarang orang djahat itu ? Kau harus tahu kamipunadalah seteru besar

dari Ong Hie Ong !"

"Kalau kataku tidak boleh, tidak boleh ! Bukan sadja tidak boleh bahkan kamu tidak

boleh meninggalkan tempat ini barang setindak mulai dari saat ini djuga ! Kalian boleh

istirahat selama tiga hari didalam rumah !" Wan Thian Hong merasakan dadanja seperti

dibakar, mendengar perkataan djumawa dari Lo Yi itu, mulun nja segera membentak

dengan keras: "Hai Lo Thai Po, dirimu ini pasti komplotan dari Ong Hie Ong ! Djaga| !ah

pedang ini !" Dalam keadaan gelap gulita, tampak sinar pedang berkilat putih seperti

perak mendesak peraI saan orang bergerak datang dari lengannja dan langsung

menjerang wanita tua itu. Dengan tjepat Lo Yi memuI tarkan sedikit bagianatas dari

tubuhnja, kepalanja se1 dikit miring menghindarkan serangan. Dengan tjepat Thian Hong

niengubah arah serangannja, pedang berbalik kekiri dan mengarah tenggorokan lawan

setjara mendatar.

"Ilmu pedang jang tjukup lihay," seru Lo Yi itu. Seif dangkan kaki kanannja terangkat

tinggi mendjurus ke[ lengan sang gadis. Thian Hong tidak berani berajal lagi, pedangnja

kembali beralih menjerang perut lawannja dengan tjepat sesudah membuat suatu

lingkaran jang tjukup besar. Kaki Lo Yi jang masih berada ditengah udara belum dapat

ditarik pulang, demi dilihatnja sej rangan kembali tiba, dengan terpaksa kaki kirinja

ditotolkan kebumi dan tubuhnja mentjelat kesebelah kiri sedjauh dua tumbak. Thian

Hong terlalu dikuasai perasaannja jang ingin menolong kakaknja dengan tjepat2.

sehingga Lo Yi jang merintangi kemauannja ini mendapat serangan ganas ber-tubi2.

Kinipun pedangnja tidak memberi kelonggaran barang sedikit, lagi2 sudah mendekat

pada dada lawannja.

"Bagus !" seru Lo Yi tanpa merasa, sebenarnja Wan Thian Hong jang dianggap botjah

oleh dirinja ini dianggap tidak mempunjai ilmu kepandaian jang lihay, karenanja ia

berhasrat menaklukkan gadis kita dengan tangan kosong, siapa tahu pikirannja segera

mendjadi kandas sesudah menerima empat serangan berangkai jang ganas dari sang

gadis. Sesudah ia memudji bagus, lengannja segera menghunus sendjatanja jang terdiri

dari dua bilah golok mengkilap, lengan kanannja menjampok kesebelah kanan dengan

tjepat dan membarengi menghantamkan goloknja pada pedang Thian Hong dengan

bagian jang tumpulnja. Thian Hong merasakan suatu tenaga jang maha berat menindih

datang dan tidak sanggup untuknja menangkis, dengan tjepat lengannja dikendurkan,

menghindarkan bentrokan keras dan kerugian. Dengan tjepat Lo Yi menarik pulang

goloknja kesebelah atas untuk melantjarkan serangan lain kearah pangkal lengan kanan

lawannja. Untuk menghindarkan antjaman ini Thian Hong tidak merasa gugup barang

sedikit, . dengan tjepat dan lintjah dikeluarkannja ilmu silat pedangnja jang paling ampuh

untuk menandingkan serangan2 golok lawan jang tidak termakan pedangnja, serangan

jang menudju pangkal lengannja itu disambut dengan satu geprakan dahsjat, pedangLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

dan golok kembali bentrok, tapi kali ini lain dengan jang semula, pedang Thian Hong

menimbulkan suara jang merdu luar biasa sehingga membuat pendengamja terpesona

tidak keruan.

Lo Yi itu mendjadi heran dan 3a mentjelat kebelakang sedjauh satu tumbak, dengan

keras ia berkata: "Bukankah pedangmu itu bemama Hong ?" kata2nja bergetar

bertjampur nada girang dan heran. Sekalian anak muda jang mendengar Lo Yi itu

menjebutkan nama pedang Hong, segera mendjadi heran, mereka men-duga2 orang

jang dihadapinja tapi sia2. Sedangkan Wan Thian Hong pun mendjadi heran, dengan

menegakkan tubuh segera berkata : "Kalau benar bagaimana ? Sebaliknja kalau

tidak bagaimana ?"

"Dua bilah pedang mustika Jin Hong dan Keng Liong, selama delapan belas tahun

terdjatuh ditangan bangsat Louw Eng. Kenapa bisa berada didalam lenganmu ?" tanja Lo

Yi dengan penuh rasa heran.

"Memang dan mau2 pedang ini terdjatuh kedalam tanganku ! Djangan kau anggap

Louw Eng sadja jang lihay ? Ia biasa merampas pedang dari lengan orang lain,

masakanaku tidak ?"

"Perkataanmu terlalu terkebur dan berbau ketjongkakan ! kata Lo Yi dengan dingin,

sedangkan hatinja berpikir keras: "Sudah lama kudengar bahwa Louw Eng mempunjai

seorang anak perempuan jang pintar dan tjerdas, botjah ini barang kali adalah puterinja

! Tak mungkin orang luar bisa merampas pedangnja ! Botjah2 ini merundingkan

penjerbuan pada sarang Ong Hie Ong mungkin hanja pelabi sadja, jang sebenarnja

mereka tengah menjelidiki kedudukan dari Pek Tau Peng. Kalan begini aku harus

meringkusnja dahulu dan memeriksa kemudian ! Sesudah pikirannja tetap, tiba2

pedangnja diputarkan diatas kepalanja, sedangkan mulutnja mengeluarkan siulan

pandjang dan berkaok keras: "Siapppp ! Tangkap mata2 musuh ini !" Seiring dengan

hilang sunji suaranja, tampak keluar dari kaki gunung, dari dalam danau, dari bawah

pohon dan dari balik batu, beratus-ratus orang. Dengan bersendjatakan lengkap

menerdjang laksana air bah membobol tanggul, dalam waktu sekedjap sadja sekalian

anak muda sudah dalam kurungan jang rapat sekali, Lo Yi tetap mentjekal sepasang

goloknja dan menjerang dengan tjepat pada Thian Hong.

Dji Hai pun sedari tadi sudah memberikan isjarat pada saudara2nja, mereka berkumpul

sambil pynggung membelakangi punggung siap menghadapi segala kemungkinan jang

akan terdjadi. Thian Hong didesak oleh lawannja dengan gerak s.erangan ganas beratjun

jang luar biasa hebatnja, sehingga hatinja mendjadi gentar, dengan tjepat saudara2nja

menjambut masuk kedalam benteng pertahanan jang mereka buat. Sekalian anak muda

ini sudah lain dengan dahulu, sepulangnja dari Oey San mereka sudah melatih lagi

ilmunja dan menetapkan sendjata pegangannja jang chusus, Tju Hong sudah membuat

lagi sendjatanja jang baru, Ong Djie Hai kini menggunakan Sam Tjiat Kun (toja jangLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

terbuat dari tiga ruas), Tjin Piau mempeladjari lagi beberapa matjani ilmu melepaskan

sendjata rahasia dan membuat pula mutiara beratjun tanpa bisa ular Ong Gwat Hee kini

bersendjata tongkat bambu jang berporos besi jang berat. Kini mereka menghadapi

musuh setjara bersatu padu tanpa gentar barang sedikit. Sendjata Tju Sie Hong sering2

berhasil mendesak lawannja jang merangsak; Sam Tjiat Kun dari Djie Hai mengandung

tenaga Im Yang Kang dan membingungkan lawan! Tongkat Gwat Hee jang kelihatannja

ringan, djurus demi djurus dirasakan berat oleh musuhnja; sendjata rahasia dari Tjiu Piau

demikianainpuh dan keras serta tepat ditambah dengan pedang Thiam Hong jang dapat

menabas besi seperti tanah membuat setiap pedang atau sendjata lawan jang biasa sadja

mendjadi putus berantakan. Dalam waktu singkat pertahanan mereka tetap liHay dan tak

dapat ditembus para lawannja. Lo Yi merasa gelisah dan bingung, berapa kali ditjobanja

menjerang dengan kekerasan untuk membobolkan garis pertahanan anak2 muda, tapi


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


hasilnja selalu nihil.

Tapi walaupun bagaimana kuat pertahanan beberapa orang mana bisa melawan

musuh jang demikian banjak. kalau berlangsung terus perkelahian sematjam ini, achirnja

pasti pihak Djie Hai jang menderita rugi. Diam2 Djie Hai mendjadi gelisah, hatinja berpkir:

"Pertarungan ini tidak djelas sebab2nja, andaikata terdjadi salah tangan dan terdjadi

pertumpahan darah, urusanakan bertambah katjau." Terketjuali itu ia merasa heran

bahwa gurunja belum djuga datang, andai kata gurunja berada disitu, mungkin djuga

bisa mengetahui bahwa Pek Tau Peng dari golongan apa. Ia sendiri mengingat Pek Tau

Peng tiga huruf tapi tidak dapat mengingatnja dari kalangan apa.

Tengah ia berpikir, Lo Yi itu sudah mengebutkan lengannja memberikan tanda rahasia,

orang2 jang mengurung mundur kebelakang membuat lingkaran besar, sehingga Ong

Djie Hai dan saudara2nja terkurung ditengah2nja. Tiba2 dart empat pendjuru mendatang

orang2 Pek Tau Peng, lengannja membawa sematjam benda, mereka menghampiri

dengan langkah per-lahan2. Dalam waktu sebentar sadja, tempat kosong jang

ditinggalkau empat orang tadi, sudah dnsi oleh empat orang jang baru, empat orang jang

baharupun madju per-lahan2 sambil membawa sematjam benda pula. Delapan orang ini

mengambil tempat didelapan pendjuru angin.

Lo Yi bersiul setjara tiba2 memberikan tanda, empat orang jang duluan segera

menggojangkan lengannja, benda jang berada dilengannja terbang mendjurus kearah

sekalian anak2 nmda kita. Benda itu dengan tjepat berkembang diudara dan menegrap

turun, kala ditegasi benda itu tak lain dari djala ikan jang teramat besar. Kalau anak2

muda berpentjar pasti satu2 akan kena tangkap; kalau tetap tidak bergerak sama dengan

tertangkap djuga. Tengah mereka tidak tabu apa jang harus dilakukan, keempat orang

jang datang belakangan sudah mertebarkan lagi djalannja, sehingga djala mendjadi dua

lapis. Seiring dengan ini Lo Yi itu kembali bersiul pandjang memberikan tanda; barisan

pengurung kembali merapat mendjadi ketjil, dengan kegngahan jang hebat mereka

menerdjang untuk menangkap sekalian anak muda jang sudah dalam djaringan.Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

Sekalian pemuda kita sebenarnja siap membobolkan djalan langit dan bumi jang lain

dari djalan ikan biasa, tapi usaha mereka seniua gagal, sehingga kena diringkus. Lo Yi itu

ber-gelak2 lertawa dengan girang sekali "Bagaimana ?" tanjanja mengedjek, "anak2

bawalah kurtjatji itu kehadapanku, guna kuperiksa satu persatu "

Baharu suara Lo Yi itu habis terbawa angin, seruan suara jang menggema segera

memenuhi setiap telinga jang berada disitu.

"Numpang tanja, kalau pemimpin Pek Tau Peng jang bemama Tjek Kak (berkaki

telandjang) Thio Sam pernah apa dengan Toa-so ?" suara ini sudah tjukup dikenal

sekalian anak muda, mereka tahu bahwa Kie Sau sudah datang, sehingga perasaan

dukanja berubah mendjadi girang, masing2 merasa lega.

Lo Yi mendjadi kaget mendengar suara jang tidak dikenal ini. Kesatu orang ini datang

setjara tiba2 tanpa diketahuinja, menandakan ilmu sUatnja berada diatasannja. Kedua

orang ini menanjakan tentang Tjek Kak Thio Sam" sehingga hatinja mendjadi gontjang.

Tanpa terasa lagi ia berpaling kebelakang sambil mengangkatsepasang goloknja, matanja

segera melotot mengawasi orang jang datang sedangkan mulutnja segera bertanja:

"Siapa ?"

"Jang rendah adalah Hoa San Kie Nio Tjay kenalan lama dari Thio Toa-ko."

"Ah," keluar seruan tertahan dari Lo Yi, karena hal ini diluar perkiraannja sama sekali,

dengan tjepat kakinja madju melangkah sebanjak dua tindak: "Kiranja Hoa San Kie Sau

! Maafkanatas kelalaianku dan terimalah hormatku ini !" nada suaranja penuh diliputi

perasaan girang jang me-luap2. Kie Sau segera membalas hormat sambil berkata:

"Mohon tanja siapa nama besar dari Toaso ?"

"Tje Kak Thio Sam adalah mendiang suamiku ! Sedangkanaku bemama Thio Sam Nio."

"Ah, tak heran kalau ilmu golok jang Toa-so mainkan tadi serupa betul dengan ilmu

Thio Toa-ko," baharu Kie Sau berkata sampai disini, tiba2 ia ingat bahwa Thio Sam sudah

meninggal dunja, tak baik untuk di-sebut2, takut kalau2 Thio Sam Nio mendjadi sedih,

dengan tjepat ia mengubah perkataannja kedjurusan lain sambil menundjuk djaring jang

ber-lapis2: "Anak2 ini mengganggu Toa-so sadja, harap dimaafkan sadja atas

tindaktanduknja jang kurang sopan." Kemudian ia menoleh pada sekalian anak muda

sambil berkata: "Anak2 lekas haturkan maafmu pada Thio Sen-sen (bibi)!"

"Oh, kiranja Tju-wie adalah murid dari loheng ? Dalam dimia Kang-ouw tersiar berita

bahwa Kie Sau nienjembunjikan diri dipegunurigan jang sepi. Kini entah anginapa jang

bisa membawa Loheng datang dengan sekalian Tju-wie ini ?"

"Hal ini tidak dapat ditjeriterakan habis dalam waktu singkat !" Kata Kie Sau. Kemudian

ia mentjeriterakan kedjadian Oee San sepintas lalu. Saat ini Thin Sam Nio sudah

membebaskan Djie Hai dan saudara2nja, sesudah niendengar penuturan dari Kie SauLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap

iapun berkata: "Oh, kiranja puteranja Wan Tie No Toa-ko terdjatuh ditangan Ong Hie

Ong, tak heran kalau barusan Tju-wie ingin lekas2 menerdjang sarang siradja sungai."

"Benar, hal ini dilakukan karena terpaksa"

"Nio Toa-ko, kuminta hal ini sebaiknja ditunda dulu," sedangkan matanja melihat

wadjah bingung dari sekalian anak muda, "kita adalah orang sendiri, karenanja tidak

halangan untuk kuterangkan rahasia dari Pek Tau Peng," tambahnja.

Saat ini Djie Hai sudah mengingat tentang permulaan tentara Tjeng masuk ke

Tiongkok disana sini ditentang rakjat. Saat itu tentara rakjat jang berada di Thay Ouw

menggubet kepalanja dengan kain putih dan menamai diri Pek Tau Peng (tentara

berkepala putih). Adapun pemimpinnja jang paling terkenal ialah Tje Kak Thio Sam.

Terketjuali itu mereka merupakan suami isteri jang pandai menggunakan sepasang golok

dan pandai bermain didalam air. Belakangan Thio Sam kena didjebak Han Sim Kang,

mula2 diadjaknja berdamai, sewaktu sampai dimedan perundingan segera diloloh arak

dan ditangkap. kemudian dibunuh. Sedjak itulah Ong Hie Ong menghantam kaum Pek

Tau Peng jang kehilangan pemimpin dan mendjadikan diri sebagai Pa Ong di Thay Ouw.

Djie Hai mengetahui hal ini dari gurunja, kini ia tahu bahwa Lo Yi jang tengah

dihadapinja adalah Thio Sam Nio, tanpa lerasa timbul rasa hormatnja dan mendengari

perkataan orang tua itu dengan penuh perhatian.

Thio Sam Nio memandang djauh ke-tengah2 danau dengan lama, tiba2 ia berkata:

"Sam Ko ! Lima belas tahunaku meninggalkan Thay Ouw, achirnja aku dapat kembali !"

Ia menoleh pada Kie Sau menjambung perkataannja: "Tak perlu kiranja aku

merahasiakan tentang kami, mereka mengira aku sudah peninggal pada tahun2 jang

lampau ! sebenarnja hal itu ada salah aku tetap tidak meninggal, bahkan pada tahun

jang lalu setjara diam2 aku kembali membentuk tentara Pek Tau Peng dengan berhasil.

Kini sudah kuputuskan untuk bangkit kembali guna menghantjurkanandjing2 pemerintah

asing dan menghilangkan penghisap rakjat sekalian membalas dendam atas kematian

dari suamiku dan rakjat sekalian ! Tiga hari jang lalu kami sudah mengetahui kedatangan

kalian ketempat kami ini, sebaliknja kalian tetap tidak mengetahui tentang adanja Pek

Tau Peng ! Sekalian penduduk kota sudah menggabungkan diri untuk bersama2

menuntut balas alas kedjahatan Ong Hie Ong, sehingga tiada kabar jang botjor.

Walaupun demikian terhadap orang luar kami berlaku hati2, karena itu kami minta maaf

kalau tindak-tanduk dari saudara selalu mendapat pengawasan dari kami !"

Mendengar ini Kie Sau mendjadi berpikir: "Kenapa aku tidak mengetahui ada orang

mengawasi kami ? Ah, tak perlu heran, karena setiap peloksok kota sudah dikuasai

sekalian Pek Tau Peng !" Sesudah berpikir ia tersenjum sendiri, mendengari terus apa

jang dikatakan Thio Sam Nie.Liong Hong Kiam - OS Team K olektor Ebook FB grap

(Bersambung)Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grapLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

LIONG HONG KIAM

(FEDANG NAGA DAN FEDANG TJENDRAWASIH)

DJILID KE - IX

K A R J A:

TANG FEI

TERDJEMAHAN:

LAUW TSU ENG

FENERBIT:

KARJA NAJA

DJAKARTA

SUMBER BUKU : GUlAtfAN AJ

KONTRIBUTOR DAN SCANNER : AWE DERMAWAN

OCR - CONVERT PDF TEXT : ANDV MULLLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

DISCLAIMER

Kolektor E-Book adaiah sebuah wadah niriaba bagi para pecinta Ebook untuk beiajar,

berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengaiaman.

Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah

su it didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara m engaih mediakan dalam bentuk

digital.

Proses pemiiihan buku yang dijadikan abjek aiih media diklasifikasikan berdasarkan

kriteria keiangkaan, usia,maupun kondisi fisik.

Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam

bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang seianjutnya dikonversikan

kedaiam bentuk teks dan dikompiiasi daiam form at digita l sesuaf kebutuhan.

Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansia i dari buku-buku yang diaiih

mediakan daiam bentuk digita l ini.

Saiam pustaka!

Team Kolektor EbookLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

L I O N G H O N G K I A M

Djilid ke-IX

"Tadi kudengar beberapa kawan ketjil ini akan menerdjang Thay Ouw. Hal ini kalau

dilakukan sama dengan memukul rumput mengedjutkan ular, sehingga merugiTean

rentjana besar dari kami. Terketjuali itu Tju-wie tidak mengenal keadaan Thay Ouw, biar

bagaimana lihay kepandaian jang Tju-wie miliki akan sia2 belaka, malahan sep?rti ikan

masuk kedalam bubu. Karena hal ini aku tak ragu2 untuk melarang, tapi bukan berarti

bermusuhan. Wan Tie No terkenal sebagai pahlawan bangsa, setiap orang dari rimba

persilatan semuanja menaruh hormat. Kini anaknja terdjatuh ditangan Ong Hie Ong, biar

bagaimana Pek Tau Peng akan turun tangan untuk menolongnja. Sebaliknja kamipun

membutuhkan bantuan dari saudara2 untuk melaksanakan tjita2 dari Pek Tau Peng. Nio

Heng bagaimana pendapatmu ?"

Terhadap Thio Sam Nio jang djudjur, membangkitkan rasa sjukur pada Kie Sau,

dengan gembira ia berkata: "Apa jang dikatakan Toaso benar semuanja, kami siap

membantu dan mendengar perintah dari Toa-so dengan patuh !"

Thio Sam Nio mendjadi girang, tanpa ragu2 ia mengutjapkan banjak terima kasih.

Lengannja digapaikan memanggil dua laki2 gagah: "Kuminta kalian segera berangkat

untuk menjelidiki keadaan Wan Kong-tju, pada djam dua belas malam harus sudah

kembali membawa kabar !"

Tanpa ragu2 dua orang Pek Tau Peng itu menerima perintah, mereka melepaskan

ikatan kepalanja dan melangkah ketepi danau. Dengan suatu lontjatan indahmereka

hilang kedalam air dalam waktu jang singkat.

"Marilah kita bitjara didalam rumah sambil menantikan kabar !" kata Sam Nio sambil


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


mendahului jang lain menindak masuk. Kie Sau dan sekalian jang lain mengikuti dari

belakang. Sesudah duduk dengan tenang segera anak2 muda jang dibawa diperkenalkan

satu2 pada Sam Nio, mereka merasa girang dan mengobrol untuk menantikan kabar.

Tepat djam duabelas tengah malam, dua orang Pek. Tau Peng jang menjelidiki tentang

Wan Djin Liong sudah kembali. Dengan bahasa rahasia mereka bitjara dengan Sam Nio

tanpa dimengerti orang luar. Kemudian Sam Nio baharu berkata pada Kie Sau "Segala

hal sudah diselidiki dengan djelas. Wan Djin Liong sudah kena dilotjoti kedoknja dan

dipendjarakan didalam kurungan air, sementara waktu pasti tidak akan terdjadi apa2

pada dirinja, saudara2 tak perlu kuatir. Dalam tiga hari pasti kami dapat

membebaskannja." Kie Sau merasa kagum sekali atas gerak tjepat dari penjelidik2 PekLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

Tau Peng, iapun tahu bahwa disarang musuhnja punsudah ada kawanan mereka.

Sehingga hatinja merasa lega benar2.

Ia berkata: "Dalam beberapa hari lagi Pek Tau Peng akan mengadakan perlawanan

pada musuh, sekali lagi kutegaskan bahwa diriku dan sekalian anak2 jang tak berguna

ini siap menantikan perintah dari Toa-so !"

"Sudah kukatakan untuk mentjapai usaha mulia ini kami mengharapkan bantuan dari

Tju-wie. Pek Tau Peng memang berdjumlah besar, tapi jang mempunjai kepandaian silat

tinggi tiada sama sekali, sebaliknja pihak musuh mempunjai pembantu2 jang lihay.

Kedatangan saudara2 sungguh menggirangkan kami karenanja bantuan saudara2 sangat

dibutuhkan." Kata Thio Sam Nio dengn djudjur.

Sehari dua hari sudah berlalu, Thio Sam Nio bukan main sibuknja mengurus sesuatu

persiapan untuk bangkit menjerang musuh. Saatnja sampai pada hari ketiga, Sam

Niobertandang pada Kie Sau untuk mewartakan rentjana penjerangan pada malam hari

dan mengharap para tamunja siap sedia. Tiga hari lamanja sekalian anak muda merasa

betah berdiam diri, kini mendengar berita akan bergerak hatinja mendjadi panas dan

semangatnja bertambah me-luap2. Hidangan malam luar biasa terasa enaknja, sesudah

semua mengisi perut dengan kenjang, malam jang di-nanti2kan sudah tiba. Sam Nio

mengadjak Kie Sau dan sekalian anak muefe. kesebuah rumah makan untuk berkumpul

dan berunding sekali lagi, kemudian naik perahu jang sudah disiapkan.

Dengan perlahan Sam Nio mengeluarkan sebuah perintah: "Njalakan panah api,

periksa barisan air !" Dengan tjepat panah api terbang keangkasa sambil memantjarkan

sinar putih jang terang benderang. Sekalian anak muda mengarahkan matanja pada sinar

api, sehingga tidak diketahuinja lagi pada saat ini diatas danau menggambarkan suatu

pernandangan jang luar biasa. Dalam kegelapan ditengah malam buta, tiba2

dipermukaan air timbul banjak sekali api jang kelap-kelip, memenuhi Thay Ouw jang

maha luas. Api jang kelap-kelip ini bukan sinar dari bintang, melainkan dari suatu barisan

perahu jang teratur.

Tiba2, terbang lagi sinar dari panah api menerdjang angkasa. Ribuan dari sinar api

segera bergerak melihat tanda itu. Ada jang mengambil arah kananada djuga jang kekiri.

Saat ini sinar api itu sudah merupakan empat baris dari satu Tin. Tiap2 satu tin entah

berapa banjak tentaranja tidak dapat dihitung lagi. Agaknja semakin dilihat semakin

banjak. Semua orang memudji bagus, saat ini kembali sinar dari panah api terbang

keangkasa setjara miring2. Pada detik itu pulalah ribuan titik dari sinar api diatas telaga

mendjurus kesebelah selatan setjara teratur.

Menurut pertanda dari panah api, ribuan dari perahu nelajan ini berubah mendjadi

beberapa tin. achirnja membentuk delapan bulatan jang merupakan rantai, berputar2

di-tengah2 danau, indahnja bukan main. Pada saat inilah Thio Sam Nio mengeluarkan

perintah lagi, taklama kemudian diangkasa terlihat tiga batang sinar panah berapi jangLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

terbang mendjurus ketiga tempat. Spontan dari arah timur dan barat tampak titik2 sinar

api dari perahu nelajan, djumlahnja tidak kurang dari jang terdahulu, agaknja adalah

tentara bersembunji. Tentara bay-hok ini segera berdjalan dan merapat udjung timur dan

baratnja merupakan lingkaran jang besar, mendj adikan titik2 api jang berlapis dua.

Thio Sam Nio mengawasi dengan perasaan puas, dengan tertawa dingin ia berkata

sendiri: "Hemmm ! Ong Hie Ong walaupun kau ada radja sungai, kali ini djangan harap

dapat meloloskan diri dari tangan Pek Tau Peng!" Kembali ia mengeluarkan perintah,

jang disusul oleh tanda api berwama kuning. Pegitu sinar api kuning terhhat, segera

djuga ribuan titik sinar api dari perahu nelajan hilang padam dalam kegelapan, sehingga

keadaan jang indah mendjadi hilang, kembali keadaan mendjadi sepi, seolah-olah

kedjadian tadi belum pernah ada, melainkan suatu impian manis sadja.

Sekalian anak muda seperti tersadar dari impiannja sepatah katapun tidak keluar dari

mulutnja, masing2 menahan napas sambil merenungkan ingatannja pada kedjadian

barusan. Gwat Hee jang sedari tadi diam didekat Tjiu Piau baharu bisa membuka

mulutnja: "Piau koko, aku belum pernah melihat kekuatan tentara jang demikian besar,

sunguh mengagumkan bukan ".

"Ja, akupun tidak pernah melihat dan memikirnja !"

"Tin jang demikian besar ini pasti dapat mengalahkan pihak musuh jang bagaimana

kuatpun. Tjoba katakan benar tidak?"

"Apa jang kau katakan semuanja benar. Sebaliknja aku djadi berpikir melihat kekuatan

ini, tjoba kalau kita mendapat bantuan sematjam ini waktu di Oey San, biar sepuluh Hek

Liong Lo Kuay, sepuluh Louw Tiau, sepuluh Bok Tiat Djin, Kim Dju Kie, Lauw Tjiok Sim

pasti tidak dapat melarikan diri dari tangan kita !"

"Ja, tapi kapan kita baharu bisa mendapat pembantu jang demikian besar seperti

sekarang !"

Tengah mereka asjik bitjara, Thio Sam Nio sudah mengeluarkan perintah lagi, untuk

mengurung Ong Hie Ong dan sekalian kambratnja diwaktu subuh. Sedangkan Kie Sau

dan tudjuh pengikutnja berpisah naik ketiga perahu ketjil jang menempatkan diri dikiri

dan kanan dari Thio Sam Nio. Saat ini disekeliling sangat gelap, sesuatu benda tidak

terlihat dengan tegas, se-olah2 perahu jang dinaiki masing2 seperti sendirian sadja

ditengah danau jang luas! Walaupun demikian sekalian anak muda mempunjai perasaan

jang sama dengan sekalian kaum Pek Tau Peng, jakni untuk membasmi penghianat

bangsa. Mereka merasakan tenaga mereka tjukup besar dan tak dapat ditentang pihak

musuh !

Diantara sekalian banjak orang, dapat dikatakan perasaan Wan Thian Hong jang paling

bersemangat, pikirnja tak lama lagi kakaknja segera tertolong. Saudara kembar jang

selalu ber-sama2 dan belum pernah berpisah sedjak ketjil, dalam beberapa hari iniLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

merasakan hal jang tidak enak dikarenakan berpisah. Saat ini Wan Thian Hong

merasakan denjutan djantungnja demikian tenang, ia tahu bahwa kakaknja tidak

mengalami sesuatu jang berbahaja. Ia berpikir: "Kakakku mungkin tengah tidur dengan

njenjak, sehingga tidak mengetahui adanja tentara jang demikian besar menjerbu

dengan gagah untuk menodong dirinja !"

air danau sangat tenang, perahu2 ketjil madju dengananteng. Ditengah perdjalanan

sering2 terdengar suara pertarungan, sewaktu-waktu disebelah kanan, sewaktuwaktu

disebelah kiri, sewaktu didepan sewaktu dibelakang. Thio Sam Nio mengandjurkan

kepada Kie Sau agar tak menghiraukan suara2 itu, kapan tenaga mereka dibutuhkan

segera akan membuka mulut. Kiranja perahu2 dari Pek Tau Peng menemui djuga kaki

tangan Ong Hie Ong ditengah perdjalanan, sehingga saling bunuh tidak dapat

dihindarkan. Sam Nio duduk diatas perahu dengan wadjah tenang, rentjana penjerangan

tetap tidak berubah, menangkap-nangkapi tentara musuh jang ketjd, seorangpun tidak

diberi lolos untuk melaporkan pada Ong Hie Ong, sehingga lawan tidak dapat membuat

persiapan.

Setiap bentrokan dari perkelahian ditengah perdjalanan dan suara ributnja, hanja

berlangsung sepernasangan batang hio segera reda kembali. Danau Thay Ouw sangat

luas dan sudah lama dibawah kekuasaan Ong Hie Ong, hal ini membuat siradja sungai

mendjadi agak besar kepala dan mengakibatkan pendjagaan jg tidak teratur baik,

walaupun pendjagaan berada dimana-mana, perhubungan satu sama lain masih kurang

sekali. Setiap Pek Tau Peng sampai disuatu tempat, peronda dari pasukan Ong Hie Ong

mendjadi hilang pegangan dan kena dikalahkan setjara mudah.

Bintang utara semakin lama semakin terang, malam semakin larut dan ber achir

mendekat terang terbang lalat. Thio Sam Nio menghentikan perahunja tidak bergerak-

gerak ditengah danau, sedangkan Kie Sau dan lain2 pun diam tidak bergerak.

"Ong Hie Ong adalah manusia jang litjin sekali," kata Thio Sam Nio pada Kie Sau.

"Gugusan pulau dari danau ini sangat banjak, ditambah dengan gunung2nja jang sangat

baik letaknja, walaupun ditempat-tempatnja jang kusebutkan terhadap pendjagaan

musuh jang kuat, Ong Hie Ong sendiri tidak terdapat disana! Menurut penjelidikan anak

buahku gembong dari Thay Ouw jang sangat ditakuti rakjat, membuat tiga perahu besar,

sekalian dart pembantunja jang berkepandaian tingggi berkumpul didalamnja. Perahu itu

tidak tetap kedlamannja, hari ini berlabuh disini hari lainnja berlabuh ditempat lain

schingga sukar diketahui dan diraba perdjalanannja. Hari ini kami sudah dapat menjelidiki

bahwa perahu2 ini akan berlabuh tidak berdjauhan dari tempat ini, untuk sementara

waktu tidak perlu kita bergerak, biarlah mereka mengantarkan diri masuk perangkap

kita."

Perkataan itu baharu selesai diutjapkan, benar sadja dari tempat djauh mendatang

teng (sematjam lampu) jang besar. Sam Nio tertawa dingin demi melihat sinar api jangLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

datang: "Hem! Andjing keparat! kedjahatanmu sudah sampai di achirnja! Anak2 siap!"

Hari belum berapa terang, anak2 muda belum dapat melihat tegas bentuk dari perahu

besar, mereka hanja menampak sinar terang dari perahu besar jang tak ubahnja seperti

mata iblis raksasa. Gwat Hee jang seperahu dengan Tjiu Piau bertanja pada sang kakak:

"Piau Koko, tjoba kau terka berapa besar perahu itu ?"

"Kau duga bagaimana?" Tjiu Piau balik tanja.

"Kutebak, kutebak.. Ah, kau lihat perahu itu sudah akan dekat, sinar teng jang terang

melukiskan bajangan kelam dari tubuh perahu, benda hitam itu benar2 merupakan

sebuah bukit ketjil atau pulau jang ketjil"

Tiba2, panah api jang bersinar putih mentjelat keudara. Ribuan dari perahu2 ketjil

berbareng bersinar terang dan mengeluarkan suara dan teriakan2 jang menggema dan

menggontjang sukma. Seluruh Thay Ouw mendjadi seperti bergolak-golok dalam waktu

sekedjap.

Orang jang berada diperahu besar tentu sadja melihat kedjadian ini, mau tak mau

mereka mendjadi repot tidak keruan. Dengan tjepat mereka menjalakan lentera. Dihaluan

perahu jang berada ditengah-tengah berdiri seseorang sambil mengeluarkan bentakan

keras: "Apa jang terdjadi! Hari belum terang sudah berkumpul untuk apa " suara orang

ini tjukup keras dan dapat didengar dari tempat djauh. Mendengar perkataannja ia masih

mengira perahu2 ketjil jang mengurung ini adalah hamba2 dari Ong Hie Ong.

Sam Nio mengajuh perahunja perlahan-lahan madju kemuka, ia membuka mulut

mendjawab pertanjaan orang: "Ong Hie Ong dan sekalian andjing2 jang berada diatas

perahu bukalah telingamu lebar2! Hari ini adalah kematian dari kalian! Pek Tau Peng

adalah tentara jang tak mungkin dibunuh habis, lihat! Sepuluh tahun berselang kami

dibunuh kalian, kini hidup lagi dan datang untuk menuntut balas !" Orang2 jang berada

diatas perahu mendjadi kaget, dengan tjepat memberikan tanda dengan lengannja,

seluruh dari lentera jang berada diperahu segera mendjadi padam, mereka membungkam

tak bersuara.

"Hati2 dan siap" seru Sam Nio sambil mengajuh mundur perahunja, dalam seketika


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


kedua belah pihak tidak bergerak, membuat keadaan mendjadi sunji dan menjesakkan

dada.

"Akal bulusnja Ong Hie Ong banjak sekali, kita tak perlu tergesa2 melakukan serangan,

sebaiknja mendjaga dan menghindarkan diri dari perangkap mereka. Nantikanlah sampai

mereka tidak sabar dan ingin melarikan, diri, baharu kita bergerak. Ong Hie Ong

mempunjai lima belas pembantu jang lihay, kalangan Kang Ouw menggelari mereka

sebaagi Thay Ouw Tjap-go Sat (lima belas iblis dari Thay Ouw), setiap perahu besar

mempunjai lima iblis. Misalnja tidak ada saudara2 jang datang membantu, agaknja sukar

untuk kami menundukkan lima belas iblis itu, terketjuali itu pihak kamipun pastiLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

mengalami kerugian jang lebih besar, tapi segalanja tak perlu kukuatir lagi berkat

kedatangan dari saudara2. "Kie Sau sudah lama mendengar Tjap Go Sat dari Thay Ouw

Orang jang jang menteriak tadi pasti adalah orang pertama dari lima belas iblis jang

bemama Tan Toa Kau" (berarti Simulut Besar) "

"Betul."

"Hari ini mulut besar dari iblis kepala itu pasti ber achir untuk memakan orang lagi !"

Pertjakapan belum selesai terpaksa harus dihentikan, karena diputus suara jang riuh

dari teriakan2 njaring.

Tampak dari tiga perahu besar beterbangan ribuan titik2 sinar api memetjahkan

malam jang gelap. Kaum Pek Tau Peng masing2 berteriak: "Musuh melepas panah api!

Panah api! Awas!" Kiranja sinar api itu memang adalah panah api! jang dilepas perahu

besar guna membakar perahu2 pengurung. Begitu sinar api mentjelat keudara segera

djatuh berpentjar keempat pendjuru seperti hudjan. Begitu perahu dari Pek Tau Peng

kena api segera berkobar terbakar. Dalam sekedjap sadja Thay Ouw mandi api dengan

hebatnja.

Tiga perahu besar menggunakan kekatjauan ini untuk menurunkan enam perahu ketjil

jang bermuatan dua orang, seorang mengajuh perahu seorang lagi berdiri dihaluan

perahu dengan sendjatanja jang aneh2. Perahu2 jang baharu turun melesat madju

seperti terbang menerdjang perahu nelajan jang terbakar dengan tudjuan untuk

membasmi dan mengatjaukan barisan Pek Tau Peng. Keenam orang jang berada

diperahu ketjil berkepandaian sangat tinggi, begitu perahu mereka merapat segera

berlompatan keperahu lawan tanpa memandang mata sama sekali.

Dalam waktu seketjap sadja banjak kaum Pek Tau Peng jang ketjebur dan luka parah.

Orang jang berada diperahu besar menterik-teriak menambah semangat kawannja,

sedangkan suara Tan Toa Kau pun terdengar paling njata ia berkata sambil tertawa

besar: "Pek Tau Peng! Belasan tahun jang lalu kalian sudah kami bunuh habis, apakah

kalian tidak ingat?. Inginkah nasib seperti dahulu ?"

Baharu enam dari Lima Belas Iblis THay Ouw jang turun tangan, sudah tjukup

membuat sekalian Pek Tau Peng kalang-kabut melihat keadaan ini, sekalian pemuda kita

sudah siap untuk turun tangan, mata mereka mendolong mengawasi Kie Sau menantikan

perintah.

"Enam Iblis sudah turun tangan, sisanja masih ada sembilan orang diperahu. Jang

enam ini dapat kami bereskan sendiri, sedangkan jang sembilan kami minta bantuan

saudara2 untuk menghantjurkannja !" kata Sam Nio ter-buru2, kemudian ia

mengeluarkan perintah pada bawahannja setjara bersiul pandjang.Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

Perahu2 nelajan berpentjar dan berkumpul lagi mendjadi beberapa regu, begitu

mendengar tanda, tiap duapuluh tiga perahu mendjadi satu regu dan mengurung satu

perahu Iblis. Perahu2 nelajan terketjuali melajani setiap serangan lawan, merekapun

tidak hentinja bergeser kesebelah barat untuk berkumpul, sehingga tampak dengan tegas

satu djalanan air jang terbentang luas. Sekalian pemuda kita tidak mengetahui dan

menduga apa jang akan diperbuat oleh Thio Sam Nio, mereka hanja mendengar lagi

suara siulan pandjang dari pemimpin Pek Tau Pek, jang kemudian mendapat sambutan

dari ratusan siulan balasan, suara siulan jang saling sambut terus bergelombang dari

perahu keperahu, suara ini membuat pendengar mendjadi tegang, sedangkan suasana

mendjadi semakin genting.

Pada saat inilah, perahu2 nelajan jang terbakar, terkajuh terbang madju kemuka,

seperti awan merah turun dari angkasa. Sedangkan pengemudi dari perahu2 nelajan ini

tjukup kawakan, mereka dapat mendjalankan perahunja, asal sadja masih ada tempat

untuk menempatkan salah satu dari kakinja, bahkanada jang turun kedalam air untuk

mendorong perahu mereka jang sudah terbakar. Sekalian pemuda kita baharu tahu

bahwa djalan air jang dibuat semata2 untuk memberi djalan pada perahu jang terbakar.

Dalam waktu jang tidak seberapa lama, perahu jang berapi itu sudah mendekati ketiga

perahu besar dari musuhnja. Orang2 jang berada diperahu besar masih tetap melepaskan

panah apinja, tapi melihat keadaan begini mereka mengetahui gelagat djuga, dan berpikir

bahwa tjara ini tidak dapat diteruskan, karena setiap perahu jang kena api berbalik

mengurung perahu mereka sendiri. Mereka mendjadi gugup menghadapi perahu2 berapi

jang sudah semakin mendesak mereka, menghentikan hudjan panah berapinja. Tapi agak

terlambat, karena seratus buah lebih dari perahu nelajan jang berkobar berpentjar dan

berhasil mengurung setiap kapal besar dengan tiga puluh lebih perahu2 terbakar, asap

api dan tjahaja api membuat keadaan hebat luar biasa dan sukar dilukiskan dengan

kata2.

Kie Sau bengong melihat keadaan jang luar biasa hebatnja, tanpa terasa ia menepak

pahanja sendiri sambil berseru: "Aduh, tjara jang baik sekali, inilah jang dinamai sendjata

makan tuan !" Sedangkan sekalian anak mudapun merasa kagum, mereka menjaksikan

kediadian dan peristiwa ini dengan mata mendelong bahna asjiknja!

Thio Sam Nio memusatkan sekalian perhatiannja pada keadaan dan djalannja

pertarungari, sehingga telinganja tidak mendengar perkataan Kie Sau. Tiba2 ia berdiri

dan ber-kata2 dengan bahasa rahasia sambil menggojonggojangkan lengannja, apa jang

dikatakan sedikitpun tidak dimengerti orang luar. Sekalian orang bawahan itu segera

mewartakan kedepan, dalam waktu sebentar sadj.i sekalian Pek Tau Peng sudah

menerima tugas baharu. Perahu2 jang terbakar dengan tjepat sudah bergerak lagi

kesebelah kanan berkumpul mendjadi satu mengurung sebuah perahu besar lawannja.

Saat ini banjak perahu jang sudah terbakar tinggal separuh, tapi kaum Pek Tau Peng

tetap gagah berani dan tinggi'daja tempurnja. Perahu besar jang dikurung seratus lebihLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

perahu terbakar, mendjadi kalang-kabut, dengan ter-gesa2 mereka membandjiri panah,

mentjegah perahu2 ketjil dapat merapat, tapi sekalian Pek Tau Peng tidak inengindahkan

bahaja ini, mereka terus madju kemuka untuk membakar lawannja.

Ketiga perahu besar terbuat dari kaju jang baik mutunja, keras dan tak mudah

dimakanapi. Tapi sesudah kena api, sukar untuk memadamkannja, dalam waktu sekedjap

sadja perahu besar jang terkurung perahu berapi mendjadi terbakar, api berkobar dengan

hebatnja. Orang2 jang berada diatas perahu segera keluar dan berkumpul kedalam

lambung kapal kemudian menjendok air dengan tong jang besar dan menjiramkannja

kepada api jang tengah mengamuk. Dalam tjahaja jang terang benderang itu tampak

tiga orang sedang memerintahkan sekalian orang untuk memadamkanapi. Sedangkan

mereka bergerak dengan lintjah dan gesit, tenaganjapun besar dan lebih hebai dari jang

lain. Thio Sam Nio menundjuk kepada orang2 ini sambil berkata: "Tiga orang itu

termasuk diantara Lima Belas Iblis pula, pada hari2 biasa sudah mendjadi adat mereka

untuk berlaku se-wenang2 menindas dan berbuat kedjam pada para nelajan. Kali ini

habislah laganja, marilah kita tonton bagaimana tjaranja ia meloloskan diri dari kurungan

api!"

Orang2 jang berada dikapal besar sudah semakin gugup, usaha mereka sra2 belaka,

sudah ada diantaranja menerdjunkan diri untuk menjelamatkan njawanja sedjadi2nja,

manusia jang tamak hidup dan takut mati ini malang nasibnja, mereka tidak sadar bahwa

perahu jang demikian banjak itu sudah bermuatanapi, begitu tubuhnja melompat. keluar

segera terpanggang hangus dan masuk kedalam laut. Sedangkan jang takut untuk

terdjun diam sadja diatas kapal menantikanadjal. Mereka hanja dapat berteriak setjara

mengeneskan dan menjedihkan, tapi siapa suruh mereka berlaku djahat pada hari2 jang

lalu, inilah jang dinamai dosa tidak berampun.

Api semakin panas dan besar, perahu besar dapat dikatakan sudah tidak dapat

tertolong lagi. Tiga iblis jang mendjadi pemimpin dari sekalian anak buahnja, saat ini

sudah tak memperdulikan lagi anak buahnja, mereka berlarian setjara tjepat dan hilang

dibalik asap jang tebal. Sesaat kemudian kembali terlihat tiga bajangan sudah berada

ditempat jang tertinggi dari kapal jang hampir musna. Melihat ini Thio Sam Nio segera

beiseru: "Siapkan panah! Djangan diberi ampun tenggelamkan mereka kedasar danau,

satupun djangan dikasih lolos!" Begitu suaranja habis, segera terdengar sambutan dari

perahu ketjil jang berada disamping. Tjiu Piau melihat dua orang laki2, masing2 sudah


Pedang Penakluk Iblis Sin Kiam Hok Mo Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca Pedang Penakluk Iblis Sin Kiam Hok Mo

Cari Blog Ini