Ceritasilat Novel Online

Pedang Naga dan Cendrawasih 11

Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei Bagian 11



membentangkan busurnja dan membidikkan panahnja.

Ketiga orang jang berada diatas kapal, melongok kekanan-kiri mentjari tempat jang

lebih aman untuk menerdjunkan dirinja. Seorang diantaranja segera berseru sambil

mendjedjakkan dirinja melontjat kedjurusan selatan. Dari lompatan jang demikian djauh

dapat dinilai bahwa kepandaian orang ini tjukup tinggi. Tapi malang baginja belum

tubuhnja menjentuh air, dua batang anak panah sudah merapung keudara menjongsong

tubuhnja, dalam sinar api jang demikian terang dapat terlihat sebatang menembusLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

dadanja, satu lagi menantjap diperutnja, iblis itu mendjerit sekali dan hilang tenggelam

kcdalam air.

"Sungguh liHay," pudji Kie Sau tanpa terasa, ia tidak mengira akan mendjumpai tukang

panah jang lihay dalam barisan Pek Tau Peng, sehingga kepalanja manggut2 tanpa terasa

pula.

Dua kawannja jang masih berada diatas perahu saat ini sudah menerdjunkan dirinja,

tubuh mereka melajang diudara, sedangkan tukang panah belum siap untuk me

Iepaskan anak panah jang kedua. Agaknja dua iblis itu akan dapat meloloskan diri,

tapi dasar nasib lagi merosot ditambah sudah sampai adjal, sebelum tubuhnja sampai di

air terlebih dahulu tubuhnja sudah dikenai dua sinar kuning jang gemerlapan setjara

tepat. Tak perlu didjelaskan lagi siapa jang berbuat. Tjiu Piau jang menolong dua tukang

panah untuk membereskan dua iblis itu. Biar bagaintana tinggi ilmu mereka sukar

menolong dari mutiara beratjun, lebih2 tubuh mereka berada diudara, sehingga sampai

meninggal mereka tidak mengetahui disebabkan Bwee Hoa Tok Tju jang sangat lihay.

Kapal besar lambat laun sudah musna dan karam kedasar danau setjara per-lahan2,

perubahan jang sangat tjepat ini membuat sekalian anak muda mengingat pada beberapa

djam jang lalu perahu itu masih bersinar setjara megah, kini sudah hilang ditelan air.

Kedjadian jang djarang ini membuat oraug menarik napas bahna lieran entah bagaimana

Dua kapal jang besar saat ini sudah mengetahui bahwa pemimpin dari Pek Tau Peng

berada diperahu ketjil jang terletak dibarisan belakang ratusan perahu ketjil. Tiba2 sadja

perahu besar itu datang dengan tjepat menudju kepada perahu jang diduduki Thio Sam

Nio, perahu2 ketjil jang merintang habis diterdjang hantjur, agaknja mereka napsu sekali

untuk meringkus pemimpin ini. Sam Nio mendjadi bulat njatanja melihat apa jang

dilakukan musuh, dengan gusar ia berteriak keras: "Hei bangsat, berani betul kau

menghantarkan diri !" Ia menoleh pada Kie Sau: "Sampailah saatnja untuk kalian turun

tangan, naiklah keperahu jang sebelah kanan, sapu bersih sekalian bangsat2 jang berada

disitu, kemudian baharu mengedjar jang disebelah kiri! Tjara ini pasti membuat mereka

tidak sempat untuk melarikan diri!"

"Kami siap!" djawab Kie Sau dengan bersemangat.

Perahu Sam Nio dengan tjepat meluntjur madju kemuka, menjongsong perahu musuh.

Anak2 panah jang seperti hudjan datang menjerang, sepasang golok berputar seperti

titiran, sehingga tidak dapat ditembus hudjan panah, setiap anak panah kena disampok

djatuh kedalam air. Kini djarak mereka lebih kurang tinggal satu tumbak. Sam Nio

berdjongkok sedikit mengumpulkan semangatnja, tiba2 tubuhnja mentjelat keperahu

besar.Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

Gerak dan tjaranja lompat tjepat dan luar biasa, siapa tahu begitu tubuhnja sampai

diatas kapal musuh, terlebih dahulu sudah ada dua orang lain jang sampai terlebih

dahulu. Kedua orang ini bukan orang lain, melainkan Tju Hong dananaknja. Dua ajah

beranak ini, masing2 sudah mempunjai sendjata baharu jang pandjangnja tiga tumbak,

sendjata ini dibuat sewaktu mereka berada di Hoa San. Sedari tadi mereka sudah gatal

untuk mempertundjukkan kelihayannja, tak heran begitu menerima perintah dari Sam

Nio tubuhnja mentjelat sambil menggerakkan tangannja mengeluarkan ilmu tambangnja

jang tiada duanja diatas dunja. Musuh tidak mengira ada orang jang dapat naik keatas

kapal setjara kilat, karena heran dengan sendirinja persiapan jang harus dilakukan tidak

dapat dikerdjakan dengan baik, dalam sekedjap sadja sudah ada beberapa orang jang

kena ditendang roboh oleh Tju Hong dananaknja. Sedangkan sendjata tambang jang

berkaitan itu segera ber-putar2 seperti ular putih menjerang keempat pendjuru dengan

hebatnja, dimana jang tidak hati2 segera tersabet djatuh atau terkait. Kembali beberapa

korban djatuh dalam tanganajah beranak.

Sementara itu Kie Sau, Djie Hai dan lain2 sudah mengendjot tubuhnja naik perahu.

Orang2 jang berada diatas perahu hanja sebagai lawan jang terlalu empuk, karenanja

dalam sekedjap waktu sadja habislah pasukan musuh diubrakabrik. Tapi sebelum orang

gagah kita berhasil menjerang masuk kedalam ruangan kapal, terdengar suatu tertawa

dingin: "Siapa jang ingin mati terlebih dahulu, kupersilahkan masuk!"

Kie Sau dan kawan2nja berpaling kearah suara, tampak pintu tengah dari perahu

dibanting dengan keras dan terkuntji dengan rapat. Menjusul "bret" bunji terbuka dari

djendela ketjil jang ada disamping pintu. Dari bulatan djendela tampak kepala orang jang

berkata setjara mengedjek: "Hajo, madju, kalau benar2 djago boleh madju !"

"Oh, kiraku siapa," kata Thio Sam Nio, "tak tahunja adalah Iblis Kuning Kim Li! Hei

bangsat biasanja kau dan kawan2mu sangat temberang dan berlaku gagah terhadap para

nelajan, kini kenapa bersembunji seperti kura2 jang tak berguna!" Baharu suara ini

selesai diutjapkan dari luar djendela berkelebat sesosok tubuh orang sambil melepaskan

sendjata rahasia, saat ini tjuatja belum terang, segala benda tidak terlihat dengan tegas,

tapi semua orang berkepandaian tinggi tiada seorangpun jang menderita rugi, walaupun

demikian serangan itu tjukup membuat seseorang menahan napas.

"Oh kiranja, lagi2 kita kedatangan Iblis Putih KaTjin, kau djangan harap dapat

mentjelakakan kami setjara menggelap! Itu berarti mimpi!" sambil bitjara lengannja turun

kebawah memungut beberapa butir benda berwama putih. "Segala mata ikan sematjam

begini untuk apa dipertontonkan? Terimalah kembali!" Lengan Sam Nio bergerak,

beberapa butir mata ikan melesat kedalam pintu djendela. Kiranja orang tadi itu

menjebarkan sendjata. rahasia jang berupa mata ikan.

"Ha ... ha ..." tertawa lantang terdengar dari dalam djendela. "He, bini Thio

Sam! Apa kau berani madju? Aku menjediakan sematjam masak kuah dari ular untuk kauLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

makan!" Thio Sam Nio mengangguk2kan kepalanja beberapa kali, lalu berpaling pada Kie

Sau sambil berkata: "Lagi2 satu iblis lain, orang2 mendjuluki Ular air Jan Kia. Orang ini

berkepandaian sangat kukuay. Njata sudah bahwa perahu ini didjaga oleh tiga iblis, untuk

menghalaunja agak sukar djuga. Pintu masuk satu2nja ialah dari djendela, tapi hal inipun

sukar dilalui karena didjaga musuh. Terkctjuali itu kalau seorang sadja jang bisa

menerdjang masuk sama dengan mentjari bentjana untuk diri sendiri, siapa tahu Ong Hie

Ong ada didalam dan kawan2njapun berada ber-sama2, orang jang demikian banjak

tentu sukar dapat dilawan oleh tenaga seorang bukan? Tapi kalau untuk sekalian madju

menerdjang tidak mungkin dapat dilaksanakan."

Tju Hong dananaknja ber-bisik2, kemudian mentjelat kedepan setjara mendadak,

tambangnja dilempar menggaet wuwungan kapal, sedangkan tubuhnja seperti dua

burung besar melajang dan berada diatas wuwungan. Mereka segera mentjabut pisau

belati jang di-bawa2 dipinggangnja, wuwungan kapal didobrak dengan pisau mereka.

"Bagus!" seru Kie Sau, "Djie Hai, Gwat Hee kalianpun harus naik keatas buatlah empat

liang dan sekalian masuk kedalam. Sedangkan kami akan membarengi masuk melalui

djendela!" Dua saudara Ong segera memberi tanda pada Tju Hong dananaknja, tambang

jang berkaitan segera kena dipegang, mereka segera kena ditarik naik.

Empat belati segera bekerdja dengan tjepat dengan mengeluarkan suara "krakas

krekes", dalam waktu sebentar segera terbuat empat liang jang tjukup untuk badan. Tiga

Iblis jang berada disebelah bawah mengetahui ada musuh disebelah atas tengah

membuat liang, tapi mereka harus mendjaga djendela, sehingga tidak bisa berbuat apa2

untuk merintangi. Mereka hanja menunggu, begitu melihat berkelebatnja musuh segera

menjerang dengan sendjata rahasia.

Tju Hong bertiarap diatas wuwungan, matanja mengintai kebawah, tampak olehnja

didalam hanja didjaga tiga musuh. Diberikan tanda kepada Ong Djie Hai, Ong Gwat Hee

dan Tju Sie Hong untuk turun. Sedangkan ia sendiri memasukkan sebagian sendjatanja

kebawah, lengannja bekerdja per-lahan2 tambang dibuatnja berputar dengan tjepat.

Semakin lama semakin keras, apa jang terlihat hanja sinar putih sadja, orang2 jang

berada dibawah berdaja sekuat tenaga menjerang dengan sendjata rahasia.

"Sie Hong, terdjang!" perintahnja. Sang anak mengangguk dan terus mentjelos

kebawah, waktu tubuhnja akan memidjak lantai, tampak sinar putih dari sendjata musuh

membabat datang. Sie Hong menggeliat sebentar menghindarkan serangan, kemudian

tubuhnja berdiri dilantai sambil menghalau lagi rangkaian serangan musuh, malang

baginja, kakinja jang memidjak lantai entah bagaimana tidak dapat terus berdiri dengan

baik, agaknja ia memidjak sematjam benda jang litjin, tak ampun lagi tubuhnja ambruk

dengan keras, menggeloso dilantai! Kiranja ia terkena perangkap musuh, benda jang

litjinadalah mata2 ikan jang sudah disebarkan Siular air Ka Tjin dengan banjaknja. Hal

ini dilakukan waktu musuh turun dibarengi dengan sendjatanja, sehingga Iawan bukanLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

memidjak lantai tapi sendjatanja jang litjin ditambah waktu ini keadaan masih gelap,

sehingga Sie Hong tidak dapat melihat dengan tegas sendjata lawan dan tidak

mengetahui apa jang membuatnja ambruk seperti gedebong runtuh!

Begitu dilihatnja lawan djatuh, Ka Tjin segera menjerang dengan Hie Kut Kiam (pedang

tulang ikan) pada dada lawan. "Tjelaka," keluh Sie Hong sambil berusaha membalik

badan untuk menerima serangan de-ngan punggungnja. Dalam keadaan jang sangat

genting, tampak sinar emas setjepat kilat dan mendadak menjapu datang serta mengait

pedang Ka Tjin. Hal ini membuat sang Iblis kaget, buru2 pedangnjaditarik dan dipakai

menjampok sendjata musuh, kemudian baharu menjerang Sie Hong kembali. Tapi

lawannja jang masih muda beliah itu sangat lintjah sekali, demi melihat suatu ketika baik,

tubuhnja sudah mentjelat berdiri, sedangkan lengannja sudah niemutarkan sendjatanja

dengan hebat, sehingga lawan tak bisa mendekat untuk melukakannja. Dalam waktu

sebentar mereka segera bertarung dengan sengitnja, untuk sementara belum dapat

diketahui siapa jang menang siapa jang kalah.

Pada saat ini Gwat Hee dan Djie Hai sudah turun kebawah. Djie Hai disambut oleh Kim

Li, sedangkan Gwat Hee diserang Jan Kia. Sehingga pertarungan terdjadi ditiga tempat.

Jan Kia tidak bersendjata apa2, ia memakai badju jang lengannja pandjang, sedangkan

kakinja tidak bersepatu. Lengannja bergerak kekiri dan kekanan, lengan badju meletak

meletik seperti menari dengan gerak serangan jang sangat ganas dan kukuay. Gwat Hee

melajani dengan bertangan kosong pula, ilmunja jang dikeluarkan ialah Bukit Berantai,

tindakan pertama jang dilakukan ialah melindungi dahulu tubuhnja dengan rapat,

kemudian baharu melantjarkan serangan.

Jan Kia melindungi dadanja dengan lengan kiri, sedangkan djeridji kanannja terdjulur

keluar menjerang mata lawan, Gwat Hee mengeluarkan djurus Awan Pagi Keluar Dari

Tjelah2 Bukit, djeridjinja berbentuk garu menggaet djalan darah musuh. Jan Kia

menurunkan lengannja, lengan badiunja mengebut setjara mendadak menjampok

serangan. Djurus ini tidak bertenaga terlalu besar, sehingga lengan Gwat Hee kena

dilibat.

Gwat Hee mendjadi kaget sekali, waktu lengannja kena memegang lengan badju

lawan, telapak lengannja merasakan sematjam benda dingin jang litji.n sekali dan bisa

ber-gerak2. Setiap orang akan bergidik dan terbangun bulu roman ia kalau kena

memegang benda sematjam ini. Gwat Hee menarik benda jang berada ditangannja,

sekadar untuk dilihat. Alangkah terkedjutnja demi dilihat benda jang dipegang itu ada


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


seeker ular!

Anak gadis ini men-teriak2 sambil melepaskan lengannja dan mentjelat kebelakang.

Si Ular air Jan Kia tertawa ter-bahak2, lengan badjunja digojangkan lagi2 seekor ular

keluar dan dilemparkan kepada sang gadis. "Nona, benda ini kuberikan untukLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

permainanmu!" Gwat Hee mana berani menjambut, tubuhnja mengegos sambil

berdjingkrakkan. Andaikata dalam saat ini Gwat Hee diganti Tjen Tjen, tentu ia akan

merasa kesenangan sekali, tapi sajang sekali gadis jang nakal itu sudah lama tidak ada

kabar tjeriteranja.

Jan Kia sudah biasa menggunakan ular sebagai sendjata rahasia, lengan badjunja jang

gedombrongan penuh dengan ular2 air, karena inilah ia mendapat djulukan Si Ular air.

Kini terlihat lengan kirinja digebeskan, sedangkan lengan kanannja digojangkan, ular2

air tidak hentinja keluar dan dilemparkan pada lawannja. Gwat Hee mendjadi sibuk,

untunglah ia bertubuh ketjil dan lintjah, sehingga tidak kena diserang lawan. Ilmu

melepas ular dari Jan Kia ada dua matjam, satu dengan bertenaga keras, sematjam lagi

dengan tenaga keras berlipat ganda, kalau sadja orang kena terserang ilmunja jang

tersebut belakangan pasti akan menderita luka; sematjam lagi adalah dengan tenaga

ringan, ular itu seperti me-lajang2 diudara, kalau mengenai tubuh lawannja segera

melibat, musuh2 pasti akan hilang daja perhatiannja, saat inilah baharu ia melakukan

serangan.

Gwat Hee berkepandaian lebih tinggi dari lawannja, ditambah sangat lintjah gerak

geriknja, sehingga beberapa ular jang dilemparkan lawannja belum seekorpun jang

berhasil mengenai tubuhnja, walaupun dilantjarkan dengan ber-tubi2. Tapi ular dan

sendjata rahasia biasa berlainan sekali, kalau sendjata rahasia lain dapat dihindarkan

berarti sudah selamat, sedangkan ular2 ini begitu djatuh kelantai segera bergerak dan

merajap kearah Gwat Hee. Jan Kia menundjuk kelantai sambil berkata: "Nona kau lihat!

menjenangkan bukan!" Tanpa terasa Gwat Hee memalingkan matanja, tampak olehnja

puluhan dari ular air jang tengah menggeleser sungguh mendjidjikan, kepalanja

dialihkan ketempat lain, sedangkan lengannja menutupi sang mata: "Lekaslah kau buang

benda2 jang mendjidjikan ini, tak. suka aku melihatnja!" Belum suaranja habis terbawa

angin, tiba2 ia merasakan samberanangin dibelakang punggungnja. Inilah kesalahan

untuknja menutup mata, membuat suatu kesempatan baik jang tidak dibuang pertjuma

oleh lawannja.

Sang gadis dalam bahaja sekali, ia tak sempat untuk berkelit atau mengegos untuk

menghindarkan serangan jang setjara tiba2, terketjuali itu hatinja penuh diliputi rasa

takut digigit ular. Tepatlah pada waktunja, ia merasakan sematjam tenaga pukulan

seorang lewat disamping tubuhnja madju kemuka menangkis serangan jang tengah

mengantjam djiwanja. Keampuhan pukulan penolongnja tidak tertahan oleh Jan Kia, jang

tersebut belakangan ini terpaksa mentjeiat mundur. Kiranja orang jang mengeluarkan

tenaga membantu Gwat Hee adalah Hoa San Kie Sau. Mereka sekelompok kiranja sudah

mentjelos masuk melalui diendela ketjil sewaktu ketiga iblis sibuk melajahi orang2 jang

masuk melalui wuwunganatas. Dan berdiam diri disamping menjaksikan djalan

pertandingan.Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

Gwat Hee mendjadi girang mendapat pertolongan gurunja, hatinja bertambah besar,

sambil berbalik badan lengannja me-nundjuk2 pada sang lawan: "Tidak tahu malu,

beraninja mengandalkan binatang kotor ini untuk melawanku, kalau kau benar2

mempunjai kepandaian jang sedjati. Ehhh..ehhh, datang lagi?" Kata2nja baharu

diutjapkan sebagian, tampak olehnja ular2 air sudah datang kembali menudiunja,

membuat hatinja mendjadi bergidik, sehingga ia ber-kaok2 tanpa terasa.

"Sie-moy. lekas kau lontjat!" seru Sie Hong jang berada disamping tubuhnja. Gwat

Hee dalam keadaan takut, dengan tjepat kakinja terangkat naik menurut kata2

saudaranja.

Baharu kaki Gwat Hee terangkat dari lantai, segera terdengar suara "sreet" lewat

dibawah kakinja dengan tjepat. Kepalanja tunduk melihat, kiranja adalah tambang Sie

Hong jang lewat menjapu. Sekali sapu ini membuat lantai mendjadi bersih sekali, seekor

ularpun tiada satn jang tertingga], semuanja sudah kena disapu kedekat tubuh. Jan Kia

sendiri. Orang jang berada disamping memudji sambil bertepuk tangan. Gerakan Sie

Hong jang luar biasa ini diluar perkiraan Jan Kia, sehingga ia bengong tak mengerti. Gwat

Hee sangat girang dan merasa puas, dengan djurus "Bukit Aneh Terbang Mendatang"

kepalanja menindih sang lawan setjara ganas. Dalam waktu sekedjap sadja, kembali

kedua orang ini melandjutkan perkelahiannja setjara seru.

Tiga pasangan berkutet terus untuk merobohkan lawannja, sehingga pertarungan

sukar diramalkan siapa jang menang siapa jang kalah, tengah asjiknja mata mengikuti

djalannja pertandingan, tiba2 terdengar suara seruan dari Kim Li: "Awas!" Kiranja ia

sedang berkelahi dengan Djie Hai, dengan didahului oleh seruannja lengannja keluar

menghadjar pada lawan "bung" terdengar seseorang djatuh keatas lantai dan

menerbitkan suara berisik. Waktu semua orang menggunakan matanja mensrawasi,

kiranja jang djatuh adalah Kim Li sendiri. Berikutnja Djie Hai sudah madju kemuka. Begitu

Kim Li mengangkat kepala segera dihadjarnja; kakinja bergerak, Djie Hai menghantam

lagi dengan keras. Tiga pukulan jang terbagi pada kepala, pinggang dan paha, membuat

Kim Li terkapar dilantai tanpa mengeluarkan engak-engek lagi. Dari wadjahnja jang

menundjukkan keputjatan dapat dipastikan lagi ia sudah sekarat.

Kim Li mendapat gelaran Iblis Bintang Mas, dikarenakan mukanja berwama kuning.

Diantara Kelima Belas Iblis ia terkenal akan keganasannja, lebih2 ilmu telapak tangannja

dapat dibanggakan. Tapi kalau dibanding tentang tenaga dalam, ia adalah jang terlemah

dari Tiga Iblis jang tengah berkelahi, dasar lagi sial boleh2 ia ketemu lawan jang terkuat

dari tiga lawan jang berkelahi dengan kawannja. Djie Hai melajani Kim Li dengan ilmu

Im Yang Kang, maka tak heran dalam waktu sebentar sadja lawannja sudah dibuat tidak

berdaja.

Kim Li ber-gerak2 sebentar, kemudian dari mulutnja keluar darah segar, berikutnja

napasnja mendjadi putus dan mati. Djie Hai mengangkat tubuh orang dan dipertontonkanLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

kepada dua Iblis lainnja: "Lihat, inilah karma seorang jang djahat!" Ka Tjin dan Jan Kia

men-tjolong2 dapat melihat djuga nasib kawannja, lubuk hatinja terasa tnut dan djeri,

sedangkan kaki tangannja semakin kendur dan kalut.

Ka Tjin memutar otaknja terlebih tjepat dari biasa sepuluh kali, ia tahu keadaan sangat

buruk untuk pihaknja, ia berpikir larilah djalan jang terbaik, tanpa berdamai lagi dengan

kawannja, mata ikan disebarkan saat itu djuga, terlihat benda2 seperti bintang2

bertaburan ditiakrawala.

Dengan menjebar mata ikannja Ka Tjin bermaksud mendesak Sie Hong mundur,

kemudian baharu lari. Tapi ia tidak berpikir bahwa orang2 jang tengah dihadapnja adalah

berilmu tinggi, satupun tiada jang menakuti mata ikannja. Tampak olehnja sekalian lawan

menggojangkan lengan badjunja, sehingga sekalian sendjata rahasianja jang berupa

mata ikan kena disampok djatuh. Ka Tjin jang akan melarikan diri, mendjadi bengong

seperti patung, berikutnja kakinja bergojang dan djatuh berlutut diatas lantai. Kiranja

Tjiu Piau sudah menghadjar dengan mata ikan Ka Tjin sendiri pada lututnja, sehingga

membuatnja tidak kabur!

sebenarnja ilmu Ka Tjin untuk melepas sendjata rahasia jang berupa mata ikan tjukup

lihay, biasanja ia menggunakan kedua lengannja setjara bergantian melepas serangan

berangkai tak putus2nja. Tapi ia tidak mengira ia berhadapan dengan seorang pelepas

sendjata rahasia jang lihay sekali. Sehingga dirinja kena dilumpuhkan tanpa mengetahui

diserang siapa. Berikutnja Tjiu Piau sudah melangkah kedepan dan menendangnja

sehingga membuat lawannja mendjadi mati kutu, terketjuali itu Djie Hai sudah

melangkah madju sambil mentjekek leher musuhnja, membuat Ka Tjin tidak bisa

bergerak dan menteriak barang sedikit.

Dalam keadaan kalut sedemikian rupa, Jan Kia bukan sadja tidak menolong kawannja,

sebaliknja bernjat lari. Tampak ia melantjarkan beberapa serangan jang lihay untuk

mendesak lawannja, sehingga Gwat Hee terpaksa mundur sebanjak dua langkah, ia

membalik badan kemudian mentjelat kedjendela ketjil.

Thio Sam Nio jang mengawasi keempat pendjuru, segera membentak: "Djangan lari!"

Tubuhnja berkelebat dan sudah berada didepan djendela ketjil menghadang perdjalanan

musuh, sedangkan goloknja sudah bekerdja menjerang Jan Kia menuridukkan kepalanja,

hal ini dilakukan setjara terpaksa, karena djalan mundur dan madju tiada sama sekali.

Tengah ia ragu2 kembali terasa angin dingin menjerang datang, pada tubuhnja setjara

luar biasa. Jan Kia adalah seorang Kang-ouw jang tjukup berpengalaman dan dapat

mengetahui atau membedakan segala mat jam sendjata rahasia, tapi sekali ini ia tak

mengetahui sendjata apa jang menjerang, bahkan tidak mengetahui dari mana datangnja

serangan. Hatinja mendjadi kaget, dan berpikir untuk kabur, tapi sebelum usahanja

berhasil terasa pinggangnja mendjadi sakit, se-olah2 seperti kena dilibat sematjam

benda, seterusnja seluruh tubuhnja sudah terikat setjara keras. Dengan tjepat tubuhnjaLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

berputar setjara gugup, dilihatnja seluruh tubuhnja sudah terikat seperti lepet,

sedangkan udjung tambang satunja lagi berada dilengan seorang tua kurus, orang ini

bukan lain dari Tju Hong adanja.

Ilmu tambangnja jang luar biasa hebatnja, sekali dikeluarkan sudah berhasil meringkus

Jan Kia setjara mudah.

Diantara tiga Iblis ada jang mati ada jang kena ditawan hidup2. Thio Sam Nio madju

kemuka ingin mengompres tawanannja, tapi setjara tiba2 terdengar suara djeritan susul

menjusul dari sebelah luar, ia menoleh dan memandang keluar, tanpa terasa lagi alisnja

berkerut dan mendeluh serta menteriak tjelaka.

Kiranja sewaktu mereka naik keatas perahu besar, musuh sudah mengatur barisannja

lagi. Enam Iblis jang turun menghadjar kaum Pek Tau Peng tjukup ganas dan hebat,

sehingga tiada sedikit kaum Pek Tau Peng jang kena dilukakanatau dibinasakan,

walaupun demikian kaum Pek Tau Peng bukan bangsa takut mati, mereka mengandalkan

kekuatannja tetap mengurung terus setjara rapat, sedikitpun tidak memberikan

musuh2nja bergerak bebas. Enam Iblis tidak kuasa lagi untuk menahan serangan

musuh2nja jang berdjumlah besar, ditambah sebuah perahu besar sudah kandas,

sedangkan sebuah lagi tengah dikurung rapat, mereka segera kembali keperahu besar

satunja lagi. Sesudah mereka naik keatas perahu, dengan, tjepat perahu besar itu

menerdjang dan membobolkan sekalian perintangnja.

Perahu besar ini berkekuatan sembilan Iblis, ditambah sekalian pengikutnja jang

berdjumlah lumajan, sehingga kekuatannja tjukup besar. Tak heran setiap perahu ketjil

jang ingin mendekat kena diterdjang hantjur. Dilihat arahnja perahu besar ini menudju

pada perahu besar jang sedang kena kurung, mereka men-teriak2 dengan keras sambil

mendekat pada lawan2nja jang sudah berhasil menguasai perahu kawannja. Keadaan

sudah demikian hebatnja, tapi Ong Hie Ong belum kelihatan mata hidungnja sehingga

membuat Thio Sam Nio merasa heran sekali. Ia mengerutkanalisnja melihat keadaan ini.

"Semua Iblis ini menghantarkan mati sendiri! Marilah kita ulangi kemenangan kita pada

mereka!" kala Djie Hai dengan bersemangat.

"Sabarlah, lantai dibawah tjukup luas sekali, kalau kita turun untuk berkelahi, mungkin

tenaga kita bisa berpentjar, hal ini tidak kutakuti jang perlu dikuatirkanadanja alat2

rahasia jang dapat mendjebak kita!" kata Thio Sam Nio mendjelaskan.

"Marilah kita tipu mereka!" kata Kie Sau. Sehabis bitjara ia madju melangkah kepada

Kan Tjin dan Jan Kia, lengannja masing2 mentjekal seorang kemudian madju kedekat


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


djendela, kedua orang tawanannja di-gojang2kan keluar, sedangkan mulutnja berseru

keras: "Wahai Lima Belas Iblis dari Thai Ouw dengarlah baik2! Kalian hanja tinggal

sembilan orang, empat sudah kena kami binasakan, dua kami tawan hidup2! Kalau kalian

ingin hidup lekaslah lari, tapi kalau ingin mati boleh diam menanti adjal!" seruan iniLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

agaknja berhasil djuga, karena suara ribut2 jang membisingkan telinga segera reda

sebagian.

Melihat keadaan ini Kie Sau berpaling pada sekalian orangnja. "Marilah kita berdamai,

bagaimanatjara untuk membereskan djiwanja sembilan Iblis itu!"

"Kalau diadu tenaga, pasti kita menang, karena kitapun terdiri dari delapan orang

" ehhhh Wan Thian Hong kemana?" kata Thio Sam Nio dengan keras. Semua orang

mendjadi kaget, kala mereka membuka mata untuk memperhatikan sekeliling, benar

sadja tidak melihat bajang2 dari Thian Hong, sehingga kekuatirannja men-djadi2.

"Wah, tjelaka," keluh Thio Sam Nio, "rupanja anak itu tidak turut dengan kita naik

keatas loteng, dengan sendirian berdiam dibawah pasti besar. bahajanja. Kalau begini

biar bagaimana kita harus lekas2 turun untuk menolong padanja." Sehabis berkata

kakinja menendang pintu kapal, sehingga menimbulkan suata pang, jang keras. Sam Nio

memutarkan pedangnja dengan keras, mendahului jang lain menerdjang turun kebawah.

Jang lainpun menurut djedjaknja mengikuti dari belakang. Kie Sau membereskan dahulu

kedua Iblis jang ada dikedua lengannja, kemudian baharu turun. Sehingga terdjadilah

pertarungan jang luar biasa hebatnja dilambung kapal dalam waktu sekedjap.

Sewaktu Thio Sam Nio dan lain2 sibuk menjerang keruanganatas, Wan Thion Hong

berpirasat bahwa kakaknja tidak berada disana. Matanja berpaku pada sisi lambung kapal

jang berpintu besi serta terkuntji rapat. Beberapa gundalnja dari keluarga Ong jang

berparas kedjam2 terdapat mendjaganja dengan keras. Thian Hong hatinja bergerak, ia

berpikir: "Mungkin kakakku berada disitu."

Pendjaga2 itu tidak dipandang sebelah mata olehnja, dengan gerakan jang lintjah

diserangnja setjara nekat, pedang jang terhunus diputarkan, mendesak tiga lawannja

jang berada disebelah kanan, seiring dengan itu kakinja terangkat mendupak seseoraug

jang berada disebelah kanan. Dengan gerakan jang berangkai dan tjepat ini, membuat

sekalian para pendjaga pintu mendjadi kutjar-katjir. Pintu besi jang berkelotok besi

ditabas putus dan djatuh kelantai sambil menerbitkan suara berkelotak. Thian Hong

mendupak pintu besi terbuka tubuhnja seperti terbang mentjelat masuk. Lima pendjaga

lain tidak sempat mengedipkan matanja lagi sudah kehilangan lawannja. Selandjutnja

terdengar suara berkelotak didalam dan pintu besi segera tertutup. Mereka mendjadi

kaget menjaksikan kelihayan orang, dengan tjepat perundingan diadakan untuk

melaporkan pada atasannja.

Begitu Thian Hong masuk tidak menampak apa2, karena keadaan didalam teramat

gelap. Sang gadis merebahkan diri, sambil menahan napas, berdjaga dari bokongan

musuh. Sesudah ia berdiam seketika dan memperhatikan keadaan setjara teliti, ia tahu

dalam djarak dua tumbak persegi tidak ada orang, per-lahan2 hatinja mendjadi besar,

tubuhnja madju kemuka dengan merangkang, telinga dan matanja dibuka lebar2 untuk

memperhatikan sesuatu gerakan dari musuh dengan waspada.Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

Heran, sedikitpun tidak. ada gerakan maupun suara jang mentjurigakan, keadaan

tetap sunji. Sesudah ia merangkang beberapa lama ia menemui djalan buntu, terketjuali

itu ruangan jang dimasukkan ini kosong meiompong tiada kursi tidak pula medja. Thian

Hong berpikir: "Biar bagaimana aku harus membesarkan hati untuk menjelidiki

terus!" Dengan pedang dilengan kanan dan tangan kiri melindungi dada, segera ia

bangun berdiri sambil me-raba2 kesekeliling. Dalam keadaan gelap, apapun tidak dapat

terlihat, sampai dari mana tadi ia masuk sudah tidak ingat lagi! Akibat dari raba Sana

raba sini lengan kirinja memegang sematjam benda jang dingin sekali, ia mendajdi kaget

dan melepaskan buru2. Ia berpikir sebentar kemudian ia ingat bahwa benda itu seperti

palang pintu jang dipergunakannja tadi untuk menutup, dengan tjepat lengannja meraba

kembali, benar sadja dugaannja, benda jang dingin itu palang pintu adanja. Palang itu

terbuat dari logam jang sangat berat, tadi tidak diperhatikan karena ter-gesa2. Gadis kita

kembali berpikir: "Haruskah aku balik lagi keluar? Ah, tidak, biar bagaimana aku tidak

boleh keluar lagi, sekali masuk tetap masuk, biar masuk kepintu neraka pantang untuk

berbalik lagi!" Palang dilepaskan untuk meraba tempat jang lain.

Sesudah meraba kesana kemari lengannja jang halus berhasil memegang sebuah

gelang pintu jang bundar setjara mendadak. Tanpa berpikir pandjang lagi Thian Hong

menariknja dengan sekuat tenaga. Terdengarlah suara berkeretek jang disusul suara

berkerotok, dari sebelah kiri pintu tampak sedikit sinar terang menembus kedalam melalui

pintu ketjil jang sepas badan.

"Aku tak mengira perahu ini dilengkapi dengan segala matjam rahasia," pikir Thian

Hong, "andaikata mengandalkan dua tiga orang untuk menjerang masuk kebanjakan

bahajanja dari untungnja." Pikirannja ini memang tjukup beralasan, misalkan orang2 jang

berada diperahu tidak sibuk melajani lawan2nja jang gagah perkasa, siang2 Thian Hong

sudah mengalami tjelaka.

Kembali Thian Hong berpikir: "Kini aku sudah menerdjang sampai disini, untukku hanja

ada madju dan tidak ada mundur!" Saat itu djuga ia menghirup napas pandjang2 untuk

menenangkan. pikirannja, dengan ilmu mengentengkan tubuh jang luar biasa lintjahnja,

tubuhnja mentjelos pada liang ket jil jang baharu diketemukan itu. Ta berdjalan demikian

tjepatnja, tapi baharu ia melangkah beberapa tindak, tiba2 kakinja merasakan lantai

papan mendjadi miring dan terdjungkit. Kekagetannja tidak alang-kepalang, ingin hatinja

balik kembali ketempat semula, tani sudah tidak keburu. kini lantai sudah miring benar

dan sangat lit jin, tidak kuasa Iagi untuknja mempertahankan diri Iagi, dengan tjepat

tubuhnja merosot turun dan djatuh ketempat gelap. Untunglah sebelum tubuhnja sampai

dibawah, sudah mempunjai persiapan terlebih dahulu, sehingga ia dapat montjapai lantai

tanpa menderita luka. Kala ia dongak keatas pintu masuknja sudah tidak terlihat Iagi.

Dengan perasaan heran Thian Hong mengawasi kesekeliling, empat pendjuru terbuat

dari papan jang tebal dan kuat, dinding kaju itu dipenuhi dengan liang2 ketjil jang

berkatja, sehingga dari liang2 ini dapat melihat keadaan wama air jang ke-hidjau2an.Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

Tempat ini luasnja lebih kurang tudjuh delapan meter. Walaupun tempat ini tidak terlalu

besar, akan perabotnja bukan main menjenangkannja. Kamar ini terketjuali bersih

hawanjapun sangat sedjuk sekali, andai kata pada musim panas masuk kesini membuat

seseorang enggan meninggalkannja Iagi.

Thian Hong tergerak hatinja, ia berpikir: "Bukankah tempat ini berada didalam air?

Mungkinkah aku menerdjang sampai di Istana air Ong Hie Ong tanpa merasa?" Dengan

tjepat telinganja ditempelkan pada dinding kaju, untuk mendengari suara diluar, sesudah

ia mendekam sesaat lamanja, telinganja belum djuga menangkap sesuatu suara, keadaan

disitu maupun diluarnja agaknja sangat sunji sekali. Matanja segera memandang keluar

melalui Hang2 jang berkatja, dari dalam Istana air memandang keluar, terketjuali wama

air jang tampak ke-hidjau2an masih dapat terlihat ikan2 besar maupun ketjil, udang,

kepiting jang tengah be-renang2 kesana kemari dengan bebasnja. pernandangan

didalam air jang luar biasa menjenangkan ini membuatnja lupa daratan, sehingga

sesuatu jang mengenai dirinja terlupakan seketika.

Tiba2 telingannja mendengar rentetan suara jang aneh "pung ... pung" beberapa kali

dengan kerasnja,agaknja seperti ribuan palu besi jang diketokkan pada sesuatu benda.

Terketjuali ltu masih terdengar suara berkerontang jang mengiringinja, tak ubahnja

seperti suara dari bentrokan sendjata. Thian Hong memusatkan pendengarannja se-

tjermat2nja, sajang suara itu sudah hilang dibawa udara dan tidak kembali lagi sehingga

keadaan mendiadi sunji kembali. Hatinja merasa kaget dan takut, tanpa terasa lagi bulu

romanja bangun berdiri dan kear keringat dinginnja. Kenapa didalam air sematjam ini

bisa terdengar suara sematjam itu? Ah, djangan2 suara setan? Pikir hatinja.

Per-lahan2 Thian Hong memalingkan kepalanja, guna memeriksa dengan teHti. Sesaat

kemudian ia baharu mendapatkan dan mengetahui, bahwa sebagian dari dinding perahu

ada jang tidak berkatja. Hatinja sang gadis tergerak dan berpikir: "Dapat mungkin dinding

sebelah ini tidak menembus kedalam air, tapi berhubungan dengan kamar lain.

Sedangkan suara tadi barangkali datangnja dari djurusan ini!" Dengan tjepat telinganja

ditempelkan keatas dinding. Sesudah mendengari sedemikian lamanja telinganja tiada

menangkap sedikit suarapun. Hatinja niulai tak sabar untuk mendengari tems,

telinganjapun segera diangkat dari dinding, saat inilah terdengar sematjam suara jang

membuat hatinja mendjadi berdenjut kaget.

Kiranja suara jang didengarnja itu, adalah bentrokan sendjata tadjam jang

mendebarkan djantung, dan ia dapat memastikan suara itu adalah pedang Naga jang

kakak. Dengan begini ia dapat memastikan dan tak perlu meragukan lagi bahwa kakaknja

berada dibalik dinding.

Karena berpikir begini hatinja djadi dak.. dik... duk, sedangkan napasnja ditahan terus

untuk mendengari suara itu terlebih landjut, ingin hatinja menangkap semua suara itu,Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

sajang sesaat kemudian suara itu hilang tak terdengar, sebagai gantinja hanja terdengar

suara air jang tidak dingin.

Waktu berlalu lagi sedemikian lamanja, lagi2 suara bentrokan sendjata terdengar

njata, bahkan lebih hebat dari jang sudah. Dari rentetan suara sendjata ini, Thian Hong

seperti melihat dua orang sedang bertarung mati2an, sesudah pertarungan berdjalan

beberapa djurus, suara itu kembali berhenti. Demikianlah suara pertarungan itu, nanti

terdengar nanti berhenti.

Dalam kegelapan seorang diri membuat gadis kita mendjadi girang bertjampur kaget,

girangnja ia dapat mengetahui dimana adanja sang kakak, sedangkan jang membuat

hatinja gelisah, takut kalau kakaknja mengalami bahaja. Ingin hatinja untuk membantu,

tapi tiada djalan untuk kesana. sehingga kegelisahannja ber-tambah2. Dengan tjepat

lengannja mengetuk-ngetuk dinding sambil ber-teriak2: "Koko, koko kau berada dimana,

aku datang membantumu!" Sambil menteriak lengannja tidak henti2nja me-raba2 dinding

untuk mentjari djendela. Tapi usahanja ini sia2 belaka, karena dinding itu sangat litjin

dan tiada suatu djendela maupun pintu jang dapat menembus keruangan dimana sang

kakak berada. Kegelisahannja mendjadi berkurang kala ia ingat akan pedang

Tjendrawasihnja jang dapat memotong besi seperti tanah. Dengan tjepat pedangnja

sudah dihunus dan dibatjokan keatas dinding, dengan harapan sekaligus dapat membuat

suatu djalan tembusan untuk menemukan kakaknja.

Siapa kira, begitu pedangnja mengenai dinding, hanja terdengar suara "Tring", kala

ditegasi pedangnja itu menembus dinding kaju, tapi terhalang oleh sematjam benda jang

keras. Nampaknja didalam dinding kaju terlapis besi plat jang sangat kuat. Walaupun

pedang Tjendrawasih dapat memotong besi seperti tanah, memutuskan pedang atau

pisau setjara mudah, karena benda2 itu ada ketjil dan tipis, sedangkan lapisan papan ini

sangat lebar dan tebal, sehingga sukar untuk dipapasnja. Thian Hong mentjabut

pedangnja sambil termenung, ia tidak tahu bagaimana baiknja. Saat inilah telinganja

kembali mendengar suara pedang Naga sang kakak, sehingga semangatnja terbangun

me-luap2 tanpa banjak pikir lagi pedangnja dikerdjakan setjara keras untuk

membobolkan dinding. Sesudah ia bekerdja sesaat lamanja. baharu berhasil

menghilangkan kajunja jang tebal, sedangkan lapis besi jang hitam segera tertampak

dengan njata. Dengan semangat jang me-njala2, besi itu sedikit demi sedikit dipapasnja,

ia tak mau mengerdjakan pedangnja setjara sembarangan, karena takut merusak

pedangnja sendiri, sesudah ia berdenging sekian lamanja, ia merasakan napasnja sedikit


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


sesak sedangkan tubuhnja dirasakan sangat letih sekali. Ia berpikir:"Djangan2 tempat

ini tertutup rapat, sehingga udara didalamnja tidak mengalir, kalau lama2 begini bisa2

aku mati sesak." Sedangkan lengannja bekerdja terus, mentjungkil, memapas. Plat besi

sepotong demi sepotong kena dipapas putus, sekian lamanja ia bekerdja, baharu berhasil

membuat sebuah liang jang sangat ketjil, lengannja segera dimasukkan kedalam liang,

dan ia baharu tahu bahwa besi itu tebalnja tidak kurang dari dua dim.Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

Thian Hong beristirahat sebentar untuk mengatur napas, baharu sadja hatinja ingin

melandjutkan lagi pekerdjaannja, kepalanja sudah terlebih dahulu merasakan pusing.

Ia memaksakan dirinja untuk bertahan, tapi seluruh. anggotanja sudah lemas terkulai

dan tidak menurut perintahnja lagi. Dengan terpaksa ia mendeprok dipinggir dinding.

Sesudah ia dapat bemapas sebentar keadaannja segera mendjadi baik lagi. Kiranja sang

gadis bukannja pening, melainkan tidak dapat bemapas, sehingga merasa engap. Dengan

hati2 Thian Hong mengatur djalan pernapasannja. Saat inilah telingannja kembali

mendengar suara bentrokan sendjata dikamar sebelah. Sedangkah suara pedang Naga

sudah demikian katjau sekali, se-olah2 hanja bisa bertahan sadja sedangkan untuk

mengadakan serangan balasan sudah tidak bisa sama sekali. Tanpa terasa lagi Thian

Hong mengeluarkan suara seruan: "Koko!" Sedangkan tubuhnja mendjadi bersemangat

sekali, ia bangun berdiri untuk melandjutkan lagi usahanja guna mentjungkil dinding

kapal jang sangat kokoh itu.

Entah dari mana datangnja kekuatan jang demikian besar pada gadis kita ini, sehingga

ia bisa bertahan untuk berdiri terus, sedangkan pedangnja dimasukkan kedalam liang

ketjil itu, diputarkan dengan tenaga jang penghabisan, alhasil sebuah liang jang tjukup

dimasukkan tubuh orang terdjadi dibuatnja. Dengan girang Thian Hong mentjoba

memasukkan tubuhnja untuk mentjelos masuk kekamar sebelah, apa mau tubuhnja

segera mendjadi lemas, karena terlalu banjak mengeluarkan tenaga, dengan tubuh

berduduk, diawasinja liang jang sudah dibuatnja itu setjara tak berdaja. Tiba2 dari

ruangan sebelah terdengar suara serak jang ter-putus2: "Hweesio... hwee...sio, sesaat

matimu sudah sampai. Aku akan mempertjepat kau pulang ke achirat!" Thian

Hong dapat mendengar dengan tegas bahwa suara itu adalah suara kakaknja, hanja agak

berbeda dgn. hari2 biasa. Suaranja demikian lemah, seperti orang jang menderita

penjakit sudah lama sadja. Ia tidak tahu kenapa kakaknja dapat mengalami nasib

demikian, tapi hatinja tidak terlalu gelisah lagi karena ia tahu kakaknja belum meninggal.

Baharu sadja tubuhnja akan berdiri, telinganja kembali mendengar suara djawaban dari

seseorang: "Botjah! Tutup batjotmu! KaJau tidak disebabkan pintu angin diatas tertutup

dan membuat engap, djiwa ketjilmu siang2 sudah berhadapan dengan malaikat Djibrail!"

Suara orang ini walaupun sangat ketjil dari bergemetar, tapi kalimatnja dapat diutjapkan

tanpa putus2, dari hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa orang ini mempunjai ilmu

dalam jang tinggi sekali dan berada disebelah atas Wan Djin Liong.

Sesudah Thian Hong mendengar hweesio itu bitjara satu kalimat, segera mendengar

suara dari napas memburuh dan suara Hweesio itu melontjat bangun serta mendengar

kembali suara sendjata beradu. Djin Liong menggunakan ilmu pedangnja jang Iuar biasa

mengadakan Derlawanan se-bisa2nja untuk mendjaga diri.

Thian Hong tidak bisa tinggal diam, dengan kedua leneannja tubuhnja diangkat

bangun, kepalanja melongok kekamar sebelah, dalam kegelapan ia melihat kakaknjaLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

sedang berkelahi dengan seorang hweesio jang sudah dikenalnja, jakni bukan lain dari

Tong Leng Hweesio. Ia merasa heran kenapa Hweesio ini bisa berada disini.

Thian Hong mengetahui, bahwa untuk mengadu tenaga seorang lawan seorang, ia

maupun kakaknja bukan tandingan dari sang Hweesio. Ia heran kenapa kakaknja bisa

melawan Hweesio itu demikian lamanja, ia berpikir demikian sedangkan tubuhnja segera

mentjelos kedalam liang sambil memanggil: "Koko aku datang untuk membantu !"

Sesudah empas-empis sekian lamanja, tubuhnja berhasil djuga masuk kedalam kamar

dimana kakaknja berada. Tapi hal ini rupanja sangat melelahkannja, terbukti ia tidak bisa

dengan segera bangun berdiri untuk membantu kakaknja, melainkan hanja duduk

mendeprok sambil memelihara djalan pernapasannja. Sementara itu pertarunganantara

Tong Leng dan Djin Liong sudah berhenti lagi, mereka bertiga berduduk ditiga bagian

sambil menarik napas empas-empis. Tong Leng mendjadi gelisah sekali melihat

kedatangan Thian Hong, dengan ini ia tahu keadaan sangat buruk untuk dirinja, tanpa

merasa ia mengeluh didalam hati: "Habislah djiwaku hari ini! Ah, kenapa botjah

perempuan ini bisa masuk kedalam!" Sedangkan hatinja merasa menjesal sekali sudah

memasuki istana air ini setjara gegabah, kalau tahu akibatnja begini tidak nanti ia

sembarangan memasukinja. Ja tapi apa mau dikata sesuatu sudah demikian djadinja. Ia

boleh menjesal.

Kiranja beberapa hari ini Tong Leng mendjadi tamu dari Ong Hie Ong. Kedatangannja

ini se-mata2 untuk menjampaikan kabar rahasia dari Louw Tiau jang teramat penting.

Sedangkan Ong Hie Ong segera meninggalkan kapalnja untuk menjampaikan kabar

kepada orang lain lagi, Tong Leng terpaksa berdiam dikapal untuk menantikan

kedatangan dari tuan rumah, kemudian baharu berangkat ber-sama2 untuk bertemu

dengan Louw Tiau.

Karena hal ini kedok Djin Liong iang menjamar sebagai utusan dari Louw Tiau kena

dilotioti. Thai Ouw Tjap Go Sat segera berunding dengan Tong Leng, sehingga mereka

mengetahui kedatangannja Djin Liong mengandung hal jang tidak baik. Tersebab itu

ketua dari Tjap Go Sat segera memantjing Djin Liong sehingga jang tersebut belakangan

kena didjebloskan didalam istana air, danakan menjerahkan pada Ong Hie Ong untuk

diadili. Sedangkan Tong Leng hanja sebagai tamu, biar hatinja sangat gemas dan ingin

menggetjek Djin Liong, tetap tiada bisa berbuat apa.

Thai Ouw Tjap Go Sat tahu akanada orang datang menjelidiki sarang mereka dgn.

tertangkapnja Wan Djin Liong. Walaupun demikian mereka sedikitpun tidak mengira dan

nienduga sama sekali, nelajan2 Thai Ouw bisa berdjuang untuk memerangi mereka.

Sehingga membuat mereka sibuk untuk melajaninja, sedangkan hal Wan Djin Liong

dikesampinginja atau terlupakan. Hanja Tong Leng seoranglah jang masih ingat pada

sang tawanan tambahan ia melihat suasana perkelahian bertambah buruk untuk

pihaknja, hatinja segera berpikir: "Kalau aku dapat menangkap botjah she Wan itu danLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

melarikannja untuk diserahkan kepada Louw Toako, djasaku tidak sedikit." Karena

berpikir begini ia menjelidiki rahasia istana air seorang diri untuk menangkap Wan Djin

Liong.

Hweesio ini beradat sembrono. Tanpa mengetahui dengan djelas rahasia dari

djebakan2 jang berada didalam istana air, sudah berani sembarangan memainkannja,

sehingga membuatnja terdjeblos djatuh dimana Wan Djin Liong berada, terketjuali itu

pintu angin jang membawa udara segar tertutup setjara otomatis. Perbuatan tolol jang

dilakukan ini mengakibatkan mentjelakakan dirinja sen diri.

Tersebab tiada hawa segar didalam ruangan ini, membuat Djin Liong dapat melajani

Tong Leng seratus djurus lebih. Demikianlah mereka bertarung dengan serunja, diselingi

waktu istirahat untuk menjedot hawa dan mengatur napasnja jang sesak, sampai

datangnja Wan Thian Hong.

Djin Liong mendjadi girang sekali melihat kedatangan sang adik, demikian pula

dengan Thian Hong tidak terketjuali. Mereka tidak bisa saling rangkul untuk menuturkan

kisahnja selama berpisah, hanja matanja sadja saling pandang. Sedangkan hal inipun

tidak dapat dilakukan lama2 karena musuh masih berada didepan mata. Tapi dari

pandagan sang kakak Thian Hong merasakan sesuatu didalam hatinja dan ia mengetahui

bahwa sang kakak mempunjai sesuatu rentjana untuk menghadapi musuh.

"Kakakku pasti menjuruh aku bergiliran menghadapi sang Hweesio agar musuh ini

dapat dibikin mati kelelahan. Dengan begini biar bagaimana tinggi ilmunja pasti tidak

dapat menghindarkan diri dari kekalahan ditangan kami kakak ber adik." Thian Hong

kembali memandang sang kakak sesudah berpikir. Tiba2 ia melihat Djin Liong menjedot

hawa pandjang dan berdiri setjara mendadak, sedangkan pedangnja sudah terhunus,

dengan djurus Hong Tjui Liu Tung (angin berkesiur daun Liu gojang) kakinja madju dua

langkah menjerang. Serangannja ini seperti kekanan dan kekiri, seperti betul dan pura2,

membabat kepundak lawan. Tong Leng tidak tinggal diam dengan tongkatnja jang berat

ditangkisnja pedang lawan. sehingga bentrokan njaring jang berbunji "Trang" kembali

terdengar didalam gelap. Tangkisan dari sang Hweesio rupanja tjukup hebat, Djin Liong

kena dibikin mundur sebanjak dua langkah dan diatuh numpra diatas lantai tanpa

berdaja. Sedangkan Tong Leng sendiri tidak terhindar dari mundur sebanjak satu

langkah.

"Saat inilah waktunja jang paling tepat untukku madju!" pikir Thian Hong. Ia belum

berapa lama masuk kedalam kamar jang engap ini, kalau dibanding dengan jang lain

kesegerannja masih menang banjak. Dengan tjepat tubuhnja mentjelat mendekat musuh

sambil mengirimkan serangan jang bemama Tong Tju Pai Hud (sang botjah bersudjut

kepada Budha) mengarah tenggorokan sang lawan. Tong Leng jang masih empas-empis

disebabkan mengeluarkan tenaga sangat besar untuk meLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

nangkis serangan Djin Liong saat ini masih belum dapat mengatur pernapasannja jang

menggeros, kala matanja melihat serangan datang, kakinja segera mau digeser

kesamping selandjutnja melontjat kebelakang musuh dan mengirim suatu serangan

dahsjat jang dapat sekali pukul merobohkan lawan. Hatinja mempunjai niat dan rentjana

demikian indah, sajang napasnja sangat sesak, shingga kaki tangannja tidak dapat

dikerahkan setjara bebas. Sedangkan sinar pedang dari lawannja sudah hampir sampai

ditenggorokan, ia masih mengawasi sadja dengan matanja jang melotot.

Biar bagaimana Thian Hongpun sudah lelah, karena itu gerakannjapun tidak segesit

dan seindah seperti dulu. Kalau tidak tenggorokan sang Hweesio pasti sudah berlubang

dibuatnja, Saat ini dilihatnja sang Hweesio diam ter-longong2, sedikitpun tidak bergerak,

hatinja mendjadi girang, tenaganja ditambah dengan tjepat, tapi baharu sadja akan

sampai mengenai sasaran, Tong Leng sudah mundur selangkah, tubuhnja jan? besar

djatuh njengtjle seperti nangka busuk tertiup angin. Kiranja kedjatuhannja ini diakibatkan

kelewat lemas. Sekali djatuh ini membuat sang Hweesio tidak bisa bangun lekas2.

Wan Thian Hong menjedot hawa sambil berpegangan pada dinding kapal, sedangkan

Wan Djin Liong saat ini sudah bangun kembali, udjung pedangnja diarahkan kepada Tong

Leng, setindak demi setindak kakinja madju mendekat nntuk meng achiri kisah sang

lawan. Tong Leng memaksakan diri mengangkat tongkatnja dan memukulkannja

kesamping. Bukan kepada Wan Djin Liong melainkan kepada katja jang berada dnstana

air.

Katja itu tidak kuat menerima gempuran itu, segera petjah berantakan. air danau

segera menjembur masuk dengan membawa hawa segar jang sangat sedjuk, ketiga

orang jang tengah kehabisan udara segar segera membuka alat napasnja se-besar2nja,

sehingga masing2 terbangun kembali semangatnja. Tapi dengan hilangnja bahaja sesak

napas, bahaja sesak air segera mengantjam! Sebab istana air ini berada didalam kapal.

Dalam waktu setengah djam sadja sudah tjukup membuat seluruh dari istana air

kemasukan air. Tong Leng sudah tahu bahwa dirinja berada dibawah angin dan tidak

ungkulan lagi untuk merebut kemenangan, sebab inilah ia memetjahkan Hatja dan

membiarkan air masuk, hal ini dilakukan dengan harapan bisa mengubah kekalahan

mendjadi kemenangan, atau se-dikit2nja bisa mati bersama dengan musuh2nja.

Akan nasib dari dua saudara Wan belum dapat ditentukan, jang njata kerugian terang2

berada dipihak Tong Leng. Sesudah dua saudara Wan segar lagi tenaga bergabung


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


mereka mendjadi normal dan sukar ditandingi lagi oleh lawannja. Djin Liong tidak

membuang waktu lama2, tubuhnja segera menerdjang dengan hebatnja, seperti harimau

lepas dari kerangkeng. Pedangnja bersinar2 mengarah. dada lawannja dan siap untuk

ditubleskan.

Tong Leng pun mendjadi segar kembali sesudah menghirup hawa segar. Tapi

tongkatnja jang dihadjarkan pada katja tidak dapat dengan segera ditarik kembali, untukLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

menghindarkan serangan tubuhnja segera mengegos sedikit, malang baginja sang lawan

tidak menusuk bagian tengah dadanja melainkanagak kesampmg. Tong Leng

mengeluarkan bunji "ah", dari dalam tenggorokannja, sedangkan napasnja semakin

memburu. Djin Liong mentjabut pedangnja, tapi sudah tiada kekuatan untuk

mengirimkan tusukan jang kedua. Wan Thian Hong siap melantjarkan serangan untuk

menggantikan kedudukan sang kakak, ia menghentikan usahanja tatkala melihat Tong

Leng bergelimpangan sambil me-raba2 sekudjur badannja dengan kedua lengannja,

entah apa jang sedang ditjari tidak diketahuinja. Thian Hong diam tidak bergerak sambil

mengawasi terus apa jang sedang diperbuat lawannja.

Tong Leng berhasil merogo keluar sematjam benda berbentuk segi pandjang dari

dalam sakunja. Matanja jang mendelik mengawasi kedua lawannja, sedangkan sebuah

dari lengannja menekap dadanja jang luka, tongkatnja dibuang kesamping dengan begitu

sadja, agaknja ia tak memerlukan lagi. Menampak gerak-gerik jang luar biasa dari

musuhnja, dua saudara Wan bersiaga terlebih hati2 lagi. Hweesio gemuk menudju pada

katja jang dipetjahkan tadi, kemudian dengan tjepat benda persegi jang dipegangnja

dilemparkan keluar. air jang mantjur kedalam ruangan mempunjai tenaga jang maha

hebat, tapi Tong Leng berhasil melemparkan benda ita keluar, menundjukkan bahwa

tenaganja masih kuat sekali.

"Hentikan!" seru Thian Hong mentjegah, tapi sudah terlambat. Dua saudara Wan

mendjadi sadar setjara berbareng: "Benda ketjil itu, pasti mengandung rahasia jang maha

besar, tak heran sampai mau matinja Tong Leng masih tetap berusaha untuk

membuangnja."

"Hai, Hweesio durhaka! Benda apa jang kau buang?" seru Djin Liong dengan kasar.

Tong Leng diam tidak mendjawab. Sehingga membuat Djin Liong membentak lagi: "Lekas

katakan! Kalau tidak pedang ini akan membereskannja!" Belum suara Djin Liong hilang

teibawa arus udara, djeritan Tlnan Hong jang melengking tadjam sudah terdengar:

"Koko! Awas!" Kiranja ia melihat didalam diamnja Tong Leng sebenarnja tidak diam,

melainkan tengah memusatkan seluruh perhatiannja dan semangatnja, untuk melakukan

serangan ter achir. Djin Liong mengerti apa jang dimaksud oleh adiknja, dengan tjepat

kakinja mundur dua langkah kebelakang.

Sementara itu, air danau sudah masuk kedalam ruangan Istana air setmggi lutut,

dapat dikatakan pintu untuk menjelamatkan diri tidak ada sama sekali. Agaknja kematian

dari tiga manusia jang tengah bertarung ini sudah berada diambang pintu.

Tong Leng mendjulurkan kedua lengannja jang pandjang, siap menjerang kedepan.

Akan mukanja kini sudah mendjadi putjat lesi, luka didadanja mentjutjurkan tems

darahnja jang merali segar, agaknja ia menderita sekali. Selandjutnja ia mendjadi

limbung, lengannja jang siap dipakai menjerang terpaksa ditarik kembali untuk menekapLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

lukanja setjara erat, kelopak matanja mendjadi meram, tubuhnja jang besar tidak dapat

dipertahankan lagi, segera djatuh terdjungkal kedalam air.

"Plung" terdengar bunji djatuhnja, air memertjik keempat pendjuru.

Dua saudara Wan dapat bemapas setjara lega dengan kematian lawannja jang kuat

itu. Saat ini Thian Hong merasakanaliran darahnja sangat kuat sekali, ia berteriak: "Koko,

kita harus lekas melarikan diri!" Ia mengira suaranja ini keras sekali, tapi sesudah

didengar tidak lebih tidak kurang seperti suara orang berbisik didalam udara terbuka.

Akibatnja ia merasakan dadanja sesak, karena didalam ruangan air sudah semakin

banjak, sehingga membuat sukar bemapas.

Djin Liong menundjuk pada katja jang petjah: "Sajang kita tidak dapat berenang, kalau

tidak hal melarikan diri tidak mendjadi soal lagi."

Dua saudara saling pandang dengan putus asa. Mereka terdiam, sedangkan air

mengalir terus. Dalam keadaan jang sangat keritis, Thian Hong dapat berpikir setjara

tiba2: "Atr semakin banjak, kami bisa merapung naik keatas dan dapat membuka pintu

rahasia diatas." Pikirannja ini diutarakan kepada kakaknja.

"Tapi kau harus tahu, hal ini dapat dilakukan kalau kita bisa berenang. Untuk kita mana

dapat melakukannja?" kata Djin Liong setjara lemas.

Thian Hong menarik napas sambil berkata: "Sajang kita tidak dapat berenang."

Dua saudara Wan memandang terus air jang kian lama kian membanjak, hatinja tidak

mengira bakal me

nemui adjal ditempat ini. Thian Hong ingat betul bagaimana gerak-gerik jang anch dari

Tong Leng disaat matinja, dan berusaha melemparkan benda persegi kedasar danau. Ia

berpikir: "Sebelum mati aku hams berusaha meninggalkan sesuatu petundjuk pada Kie

Sau Pepe." Dengan tjepat badjunja disobek mendjadi beberapa bagian, kemudian

djarinja digigit sampai berdarah dan dituliskannja pada kain itu beberapa huruf jang

berbunji "Tong Leng Hweesio disaat matinja melemparkan benda persegi kedasar danau,

hal ini pasti mengandung rahasia jang maha besar, harap diusahakan untuk menjelam

dan mengambilnja." Baharu sadja ia selesai menulis, diatasan kepalanja terdengar bunji

jang sangat gaduh sekali.

Djin Liong memusatkan perhatiannja untuk mendengari suara ribut2 itu. Tanpa terasa

dua saudara ini menundjukkan perasaan kaget bertjampur girang dimasing2 wadjahnja.

Kagetnja, takut musuh2 datang untuk menawannja; jang membuatnja girang adalah

kawan2nja sudah menang dan mentjari mereka. Demikian' lah mereka sambil

mendengari sambil men-duga2. Tapi ke?aduhan itu tidak berdjalan lama, sesaat

kemudian sudah kembali mendjadi sunji kembali.Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

Dengan wadjah ber-seri2 Djin Liong memandang pada adikni'a, agaknja ia mempunjai

sesuatu pendapat jang baik sekali. Mulutnja jang mengeluarkan senjuman terbuka

mengeluarkan kata2: "Moy-tju, naiklah lekas keatas bahuku! Kita bisa mati satu tapi hidup

satu sudah tjukup dari baik djika dibanding harus mati bersama!" "Aku sadja jang berada

disebelah bawah," pinta Thian Hong setjara sungguh2, "lekaslah kau naik

dibahuku."Djangan banjak tjeritera lagi," kata Djin Liong dengan gagah, "lekas!"

Tengah mereka ribut tidak mau mengalah, tiba2 pintu diatas mengeluarkan bunji kreek

dan terbuka.

Wan Djin Liong dongak memandang, tampak olehnja seorang wanita tua jang

menggubet kepalanja dengan kain putih, sedangkan kedua lengannja bersendjatakan

sepasang golok, dari pintu jang terbuka kepalanja melongok kesebelah bawah. Djin Liong

tidak kenal pada Thio Sam Nio dan tidak mengetahui peristiwa bangkitnja Pek Tau Peng

untuk menghantjurkan Ong Hie Ong. Kini ia dalam keadaan mati dan hidup, dengan lekas

pedangnja diatjungkan keatas sambli membentak: "Siapa kau!" Dengan girang Thio Sam

Nio menjerukan jang lain: "Lekas kemari, mereka dua saudara ada disini!" sesaat

kemudian banjak bajangan orang berserabutan, orang pertama jang datang menjelidiki

adalah Tju Sie Hong, demi Djin Liong dan Thian Hong menampak saudara itu girangnja

bukan buatan, serentak mereka berseru girang: "Tju Sahko!" Sie Hong melihat adik2nja

hampir terendam air, tanpa ajal lagi tambangnja diulur turun: "Lekaslah naik!" Dengan

terbukanja pintu angin diatas udara dibawah mendjadi sempuma kembali, sehingga dua

saudara Wan kesegerannja pulih lagi seperti sediakala. Dengan tjepat mereka memegang

tambang, dan naik keatas dengan selamat. Misalkan pertolongan datang terlambat saat

ini mungkin dua saudara Wan sudah mati terbenam air. Kini mereka bergirang sekali

bisa berkumpul dengan saudara2nja.

Tampak oleh mereka diruang kapal berkumpul sekalian saudara2nja. Hanja apa iang

beda dengan hari2 biasa, semua dari mereka berpakaian robek2 dan berdarah, aeaknja

seperti baharu melakukan pertarungan besar. Kiranja waktu Thian Hong meninggalkan

rombongannja seorang diri untuk mentjari kakaknja, Kie Sau sudah membagi anak

buahnja untuk menghadapi Thai Ouw Tjap Go Sat, tengah mereka bertempur

denganasjiknja, Thio Sam Nio sudah mengatur barisannja untuk mengurung musuh,

diantara nelajan2 itu tidak kurang orang gagahnja, mereka slerentak naik keatas perahu

untuk membantu. Thai Ouw Tjap Go Sat sudah melihat kekalahan dipihaknja, sehingga

sudah tidak mempunjai hati untuk melandjutkan pertarungan lagi, tak heran

mereka.dapat dibinasakanatau kena dilukakan setjara mudah. Dari peristiwa inilah dapat

dibajangkan bahwa Tjap Go Sat itu hanja terkenal namanja sadja akan kepandaian jang

sesungguhnja tidaklah sehebat namanja. Kini mereka sudah ludes semua, jang mati,

mati, jang hidup kena ditawan.

Sesudah sekalian lawan dibereskan, Thio Sam Nio tidak menemui bajangan dari Ong

Hie Ong. Dengan tjepat salah seorang anak perahu besar ditangkapnja untuk mendjadiLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

petundjuk rahasia dari perahu besar. Anak perahu itu njatanja takut mati, dengan segera

melakukan tugasnja, demikianlah sekalian orang bisa sampai dnstana air dan dapat

menolong dua saudara Wan.

Anak2 muda dengan tjepat berkumpul mendjadi satu sambil menuturkan kisahnja atau

djalannja pertempuran tadi dengan asiknja. Tiba2 Thian Hong memotong peikataan

orang banjak: "Saudara2 sabar, ketahuilah didalam istana air masih terdapat seseorang!"

"Apakah ia Ong Hie Ong adanja?" tanja Thio Sam Nio dengan tjepat.

"Bukan, seseorang jang diluar perkiraan sama sekali! Ia adalah Tong Leng Hweesio!"

"Aha." kata Kie Sau tanpa terasa, karena ia merasa kaget sekali.

"Binatang itu sudah kami bereskan, tapi sewaktu mau mati ia masih berusaha untuk

melemparkan sematjam benda ketjil berbentuk persegi kedasar danau. Entah

mengandung rahasia besar matjam apa pada benda itu?"

"Benarkah ada ldjadian sematjam ini! Benda itu matjamnja bagaimana?" tanja Thio

Sam Nio sambil melemparkan goloknja kelantai perahu, sedangkan le ngannja segera

menggulung lengan badjunja, matanja jang tadjam memandang pada danau tanpa ber-

kedip2. Pemimpin Pek Tau Peng ini adalah seorang jang bersifat polos, apa jang

dikatakan apa dikerdjakan, sesudah mendengar perkataan dart Thian Hong segera sedia,

kini ia berseru pada orang bawahannja: "Saudara2 jang dapat menjelam lekas2 siap!"

Saat itu pula muntjul beberapa orang Pek Tau Peng madju kemuka sambil berkata: "Kami

siap menantikan perintah!" Thio Sam Nio mem| balikkan badan dan bertanja

"Benda matjam bagaimana orang dilemparkan Tong Leng kedalam danau?" Thian Hong

dengan segera menerangkan Iagi dengan djelas, Sam Nio meng-angguk2kan kepalanja,

kemudian ia ber| kata pada Hoa San Kie Sau: "Kie Sau, urusan diatas perahu ini

kuminta kau bereskan, aku ingin menjelam kedalam telaga, dalam waktu setengah djam

pasti aku kembali!'Tentu sadja Kie Sau meluluskan permintaannja.

Sam Nio memilih empat Pek Tau Peng untuk menjer; tainja turun kedalam telaga:

"Benda itu agaknja berat, pasti tidak lari ke-mana2. Marilah kita turun kesini," kata Sam

Nio sambil menundjuk air telaga jang berada dibawahnja. "Lumpur telaga sangat banjak,

benda jang berat dapat tertimbun, karena itu sukar ditjarinja, kuharap saudara2 berlaku

terlebih hati2!" tambah sang pemimpin. Sedangkan tubuhnja segera terdjun kedalam

telaga, disusul suara. "plung plung plung"

dari pengikutnja, dalam waktu sekedjap sadja air telaga mendjadi tenang kembali,

sedangkan orang jang selulup hilang tak tertampak.

Lima orang turun kedasar danau untuk mentiari benda jang tidak kelihatan, mereka


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


menjelam demikian lamanja. Sesaat sudah berlalu tampak kepala orang timbul dari

permukaan air, sesudah menjedot hawa segar segera selulup kembali kedalam air.Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

Penjelam2 ini adalah ahli semua. mereka timbul dalam waktu sepembakaran hio,

sedangkan Thio Sam Nio seperti tiada kabaruja, sesudah menjelam demikian lamanja

belum djuga kelihatnn ia timbul, agaknja ilmu dalamnja sangat tinggi sekali, sehingga tak

perlu mengadakan pertukaran hawa.

Semua mata mengawasi kepermukaan air, mereka kesal tidak mempunjai mata Tjian

Lie Gan (mata jang dapat melihat seribu Lie dan menembus segala penghalang) untuk

menjaksikan orang jang menjelam didasar air itu.

Sepembakaran batang hio kembali berlalu, Thio Sam Nio baliaru kelihafan muntjul dari

permukaan air. Lengannja mentjekal sematjam benda, dengan berteriak girang ia

membuka mulutnja: "Lihat! Apa ini!" Suara teriakannja disambut oleh sekalian orang

dengan sorakan jang riuh rendah. Dengan tjepat Sam Nio lontjat keatas perahu setjara

ringan. Keempat penjelam Pek Tau Peng satu persatu mengikuti naik, walaupun keempat

orang ini tidak mendapatkan benda jang ditjari, tapi masing2 lengannja berhasil

mendapatkan benda2 lain jang sangai indah dan menarik, baiklah hal ini tidak perlu

dituturkan terus.

"Inikah bendanja jang kau maksud?" tanja Thio Sam Nio pada dua saudara Wan

sesampainja diatas perahu. "Benar," djawab dua saudara Wan setjara serempak. Thio

Sam Nio menjerahkan benda itu pada Hoa San Kie Sau untuk diperiksanja: "Kau

mempunjai pengalaman dan pandangan jang banjak sekali, periksalah benda ini

sebenarnja apa, dan apa gunanja."

Sambil mundur Kie Sau menerima benda itu, kemudian mengamat-amatinja dengan

teliti, benda itu pandjangnja enam senti, lebaruja tiga senti, tebalnja satu senti, hitam

mengkilap, tiada huruf atau sesuatu tanda jang didapat diatasnja. Walaupun ia

berpengalaman seumur hidupnja belum pernah melihat benda sematjam itu, ia tidak tahu

dan tak dapat menduga kegunaan dari benda itu. Hatinja berpikir, bahwa benda itu

dibuang oleh Tong Leng Hweesio disaat matinja diambang pintu, pasti mempunjai

sesuatu rahasia jang hebat, dalam seketika ia tak dapat mengetahui, sebaiknja harus

per-lahan2 memikirinja, karenanja ia berkata: "Timah ini untuk sementara djangan kita

pikirkan, sebaiknja marilah kita bereskan terlebih dahulu urusan di Thai Ouw ini."

"Benar," kata Sam Nio paling dahulu. Saat itu pulalah ia mengeluarkan perintah, untuk

menghitung sekalian kerugian jang diderita serta mengatur lagi barisannja. Walaupun

kaum Pek Tau Peng ada jang luka dan gugur serta kehilangan beberapa perahu ketjil,

alhasil tetap memperoleh kemenangan jang sangat besar. Sedangkan pihak musuh dapat

dikatakan hampir dihantjurkan sama sekali kekuatannja, sedangkan Thai Ouw Tjap Go

Sat kalau tidak mati, pasti tertawan kaum Pek Tau Peng. Sedangkan Ong Hie Ong tidak

kelihatan mata hidungnja, berbalik Tong Leng tnendjadi gantinja, hal ini mambuat

mereka bingung dan tidak habis mengerti. Sesudah sekalian diatUr beres Thio Sam Nio

memerintahkan sekalian tentaranja kembali ke-masing2 tempatnja setjara diam2, danLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

melakukan pekerdjaan mereka sebagai nelajan seperti sediakala, sehingga dalam

pandangan orang luar peristiwa kebangkitan kaum Pek Tau Peng tidak diketahui dan

seperti belum pernah terdjadi sadja. Selandjutnja Sam Nio memerintahkan untuk

membakar perahu Ong Hie Ong. Mereka melakukan hal ini karena memastikan bahwa

gembong Thai Ouw tidak terdapat disitu, dan pasti akan datang kembali membawa bala

bantuan untuk mengadakan suatu pembalasan, kalau tidak demikian pasti sukar

dihadapinja. Karena memikir demikianlah tjara ini dipergunakan, jakni untuk sementara

sekalian orang harus berpentjar. Untuk mengumpulkan lagi orang2 jang satu tudjuan dan

tjita2 tidak terlalu sukar, Sam Nio bertan'ja pada Kie Sau bagaimana tentang tjaranja ini

baik atau tidak. Dengan djudjur Kie Sau memudji dan membenarkan siasat jang

dipergunakan.

Thai Ouw Tjap Go Sat adalah musuh2 dari sekalian nelajan2, sebelum Sam Nio

membubarkan bala tentaranja terlebih dahulu mereka diadili, karena dosa mereka

terlampau banjak tentu sadja seketika dibunuh mati atau dihukum pitjis sampai mati,

kemudian majatnja dilemparkan kedalam danau sebagai umpan ikan, demikian pula

dengan tubuh Tong Leng tidak terketjuali. Sekalian dari kaum nelajan merasa girang dan

puas, mereka enggan untuk segera meninggalkan pemimpinnja jang disajangi dan

ditjintai itu, sampai djauh malam baharulah mereka kembali ketempatnja setjara

sembunji2.

Mereka melakukan pertarungan satu hari satu malam, jakni dari malam ketemu malam

lagi, sehingga masing2 merasakan sangat lelah. Tapi untuk Thio Sam Nio tetap sadja

dalam keadaan bersemangat, sesudah ia beres mengatur segalanja, baharu datang

kembali berkumptil dengan Kie Sau untuk menghantjurkan Ong Hie Ong djuga untuk

mentjari dimana rimbanja Louw Eng. Njata Louw Eng tiada berada didalam perahu,

karenanja harus mentjari ketempat lain. Mendengar ini Thio Sam Nio tidak bisa menahan

lama2, hanja meminta kepada sekalian tamunja untuk ber-main2 beberapa hari di Thai

Ouw menikmati pernandangannja jang terkenal indah. Sudah mendjadi kebiasaan kaum

pendekar didunja Kang-ouw, pertemuan jang sekedjap bisa mendj adikan teman sedjati,

tak heran sekalian anak muda mendjadi enggan dan merasa berat untuk berpisah,

sesudah semuanja memutuskan tiga hari kemudian baharu berangkat, dapatlah mereka

tidur dengan njenjak pada malam itu.

Malam sunji mendatang, tiada suara maupunangin jang menderu, agaknja orang2pun

sudah demikian letih dan terbenam dalam alunan irama malam jang menjenjakkan sekali,

sebaliknja dengan Tjiu Piau malam ini ia tak dapat tidur. Otaknja berpikir: "Sarang Ong

Hie Ong jang demikian besar dalam waktu sebentar sadja dapat disapu bersih dari

permukaan bumi! Sungguh suatu hasil jang luar biasa, tak salah kalau pepatah

mengatakan bersatu teguh bertjerai runtuh. Kemudian otaknja memikirkan benda ketjil

jang didapatnja itu, ia menduga dan memikir terus sampai tak dapat tidur. Tadi siang

sesudah Kie Sau memeriksa tanpa hasil atas benda im, Iantas diberikan kepada Tju HongLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

kemudian kepada jang lain, dan jang ter achir adalah Tjiu Piau jang memegangnja, kini

benda itu tak lepas dari 'tangannja sambil dibakal main. Hatinja kembali berpikir: "Kenapa

Tong Leng mementingkan sekali benda ini? Kenapa sampai mau matinja Hweesio itu

masih berusaha untuk melemparkannja kedalam danau?" Ia berpikir dan berpikir terus

sambil meng-usap2nja benda itu. Kantuknja mendatang, benda jang berada didalam

tangannja terasa semakin lama semakin berat, ia kuatir begitu matanja meram, benda

itu bisa terlepas dari tangannja, buru2 ditjekal se-kentjang2nja, sedangkan semangatnja

kembali terbangun setjara mendadak, ia berpikir untuk menjimpannja dahulu benda itu

baharu tidur. Tapi setjara tiba2 otaknja mendapatkan sesuatu perasaan, ia heran kenapa

benda jang terbuat dari timah itu agak berat.

Kita harus mengetahui, setiap ahli sendjata rahasia, dapat menimbang beratnja loam.

hal ini terdjadi karena kebiasaan jang ber-tahun2. Tjiu Piau masih muda,

pengalamannjapun tidak berapa baru'ak, tapi biar bagaimana ia toh seorang ahli dalam

sendjata rahasia, karenanja tak perlu heran ia mempunjai kepandaian untuk

membedakan beratnja logam. Begitu ia mengingat pendapatnja ini kegirangann iapun

timbul setjara mendadak, sedangkan kantuknja hilang pada waktu itu djuga. Timah

persegi itu di-timbang2nja bulak-balik dikedua lengannja setjara bergantian. achirnja ia

merasakan bahwa benda ketjil ini memang agak lebih berat daripada timah biasa.

Ia berdiri dengan bengong diudjung perahu, otaknja kembali berpikir: "Heran, kenapa

benda ini bisa lebih berat daripada timah biasa? Kalau ia lebih ringan, mudah sadja

ditebaknja, jakni pasti dalamnja kosong dan dipergunakan untuk menjimpan sesuatu

benda lain. Tapi sebaliknja kenapa lebih berat?" Hatinja berpikir terus, sedangkan

mulutnja tak henti2nja berkata: "Kenapa lebih berat? Kenapa lebih berat?"

Tiba2, sebuah batu ketjil meJajang melalui kepaJanja dan djatuh ke air didepan

mukanja, segera terlihat riak mengalun bulat keempat pendjuru susul menjusul. Tjiu Piau

tengah berketjamuk dengan hal timah persegi, sehingga tidak merasakan sesuatu

gerakan jang terdjadi disekelilingnja. Sedangkan orang jang melempar batu sudah tidak

sabaran lagi menunggu reaksinja, segera madju melangkah, per-lahan2 lengannja meng-

usap2 bahu orang, dengan lemah-lembut ia berkata: "Piau Koko, kau kenapa? Malam

demikian larut belum djuga tidur, apa gerangan jang menjebabkan?"

Mendengar suara ini, Tjiu Piau sudah tahu bahwa Gwat Hee jang datang. Ia menoleh

dan menatap wadjah sang gadis, sepasang mata bentrok, mereka bersenjum. "Kau

sendiri kenapa belum tidur?" tanja Tjiu Piau.

"Aku sudah tertidur sekian lamanja, tiba2 aku terdjaga setjara mendadak, demi

mataku terbuka kulihat kau masih ter-menung2 terhadap air telaga. Dalam heranku aku

datang menemui kau, 'katakanlah sebenarnja kau tengah merenungkan hal apa?"

"Aku mempunjai suatu hal jang tak mau lepas dari alam pikiranku, sehingga tak dapat

tidur!" djawab Tjiu Piau sambil memberikan timah persegi pada sang gadis, "timah iniLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

lebih berat daripada timah biasa. Aku heran kenapa bisa begini? Mungkinkah disini

letaknja rahasia itu?"

Gwat Hee memutarkan matanja, se-olah2 ada sesuatu pendapat didalam hatinja, ia

berkata: "Piau Koko, djawablah pertanjaanku."

"Katakanlah lekas!"

"Kalau emas timbangannja apakah lebih berat dari timah atau tidak?"

"Betul2," djawab Tjiu Piau kegirangan, "benda ini pasti adalah emas jang dilapis

timah!"

"Rahasia itu pasti terletak disitu. Esok kita tjari dapur untuk melumerkan timah itu,

dengan tjara ini kita dapat melihat emas jang terdapat didalamnja bukan?"

"Benar," kata Tjiu Piau dengan girang, "timah pasri lumer, sedangkan emas tidak."

Demikianlah kedua anak muda ini mendjadi girang sekali. Suatu hal jang meudjadi teka-

teki sudah diketahui kuntjinja hati mereka mendjadi terbuka dan tak perlu memikirkan

terlebih landjut akan hal timah persegi itu.

Mereka berpandangan lagi dengan girang, sementara itu angin malam meng-usap2

mereka. Tjakrawala jg. berblntang tak terhitung menaungi mereka jg. tengah terapung2

diatas perahu dgn. asjiknja, tak ubahnja seperti seorang ibu jang sutji tengah mengina

bobokan bajinja jang ditjintai. Tjiu Piau merasakan sudah lama sekali lidak memasang

omong dengan sang patjar, se-mata2 disebabkan hal membalas dendam dan melatih diri

memperdalam ilmu, sehingga soal peribadi agak terkesampingkan. Tatkala sibuk ia tak

merasakan rindu atau kangen, tapi begitu ketemu dan memikir dengan otaknja, hatinja

merasa menjesal dan merasa terlalu tidak memperhatikan gadisnja. Hatinja penuh diliputi

api asmara jang me-njala2, otaknja berputar mentjri kata jang sedap untuk memulai

pembitjaraan, tapi semua mendjadi batal, karena ia tak tahu harus bagaimana memulai

membuka pokok pembitjaraan. Kepalanja memandang keatas langit, se-olah2 mentjari

ilham, tanpa terasa lidahnja bergojang djuga: "Ribuan bintang menghias diangkasa

jang luas, kalau aku menjuruh kau mentjarinja sesuatu bintang, dapatkah kau

mentjarinja!" Ia dapat berkata demikian karena siang hari malam selalu mengingat untuk

mentjari Louw Eng jang tiada diketahui rimbanja, tak heran tanpa terasa ia dapat

menjebutkan kalimat itu. Sebaliknja kalimat itu untuk pendengaran Gwat Hee lain

bunjinja, dan terasa sedap sekali, dengan girang ia mendjawab: "Kau lihat bintang apa

itu namanja?" Tjiu Piau memandangkan matanja pada bintang jang ditundjuk, sambil

menggojang kepaJa ia berkata: "Aku terhadap ilmu perbintangan sama sekali tidak

mengetahui, darimana kutahu akan namanja!"


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Itulah bintang Gu Lang, sekali tjari lantas dapat kutemukan!"Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

"Oh," kata Tjiu Piau, "mana bintang Tjek Lie?" "Pasti bintang Tjek Lie tidak berdjauhan

dengan bintang Gu Lang!"

"Dimana? Dimana?" kata Tjiu Piau sambil dongak men-tjari2.

Melihat laga tolol2an dari kawannja, Gwat Hee tak kuasa untuk tertawa: "Tak perlu

sibuk, nantikan sadja pada bulan tudjuh tanggal tudjuh mereka pasti akan berkumpul

mendjadi satu."

Malam jang indah terasa pendek dalam suasana roman jang harmonis untuk kedua

hati muda-mudi ini. Suara dan tawa mereka hanjadidengar air telaga, demikianlah tanpa

terasa lagi fad jar sudah menjingsing, dengan ter-gopo2 mereka lari kebiliknja masing2

untuk tidur. Dalam waktu sekedjap sadja mereka sudah mendjadi njenjak. Sementara itu

jang lain sudah bangun dan ber-tjakap2 tanpa henti2nja disela suara gelak tertawanja

jang kegirangan. Kie Sau lekas2 mentjari Tjiu Piau untuk menanjakan soal timah persegi,

sesudah di-tjari2 baharulah diketahui bahwa muridnja itu masih tidur. Sang guru jang

baik hati tidak mau mengganggu muridnja jang tengah tidur, hatinja berpikir: "Mungkin

anak ini terlalu letih sehingga tertidur sampai lupa daratan." Sesudah agak siang matahari

memantjarkan sinarnja jang panas, Tjiu Piau baharu bangun dari tidurnja, ia melangkah

untuk berkumpul sekalian untuk makan nasi, ia melihat Gwat Hee sudah ada disitu, waktu

ia memandang pada sang gadis, Gwat Hee membuang muka sambil tertawa ketjil

sedangkan mukanja mendjadi merah.

Kie Sau adalah seorang jang sudah berpengalaman, bcgitu melihat wadjah dan mata

Tjiu Piau ia tahu bahwa muridnja ini tidak tidur tadi malam. Dengan tjepat ia berkata:

"Apa jang kau lakukan, sampai tidak tidur semalam suntuk."

Dengan gugup Tjiu Piau membuka mulutnja, belum suaranja keluar Gwat Hee sudah

mendahului berkata: "Piau Suko memikirkan hal timah persegi itu sehingga tidak dapat

tidur!" Gwat Hee mengetahui bahwa Tjiu Piau seorang jang djudjur, ia takut segala

apapunakan ditjeriterakan kepada gurunja tak heran ia mendahului membuka mulut.

"Oh," kata Kie Sau sambil tertawa, "adakah sesuatu jang kau ketemukan pada benda

itu?"

"Ada," kata Tjiu Piau sambil menuturkan penemuannja itu.

Sesudah Kie Sau dan Thio Sam Nio berunding, mereka segera mentjari dapur jang

besar, timah persegi itu dibakarnja segera. Sesaat sesudah api padam mereka

meneinukan sepotong emas dari dalam abu api, agaknja timah pembungkus sudah

mendjadi lumer. Kie Sau mengambil dan meng-gosok2 sampai bersih, kemudian

memeriksanja, ia terdiam sebentar sesudah membatja habis. Kepalanja di-angguk2kan

dan berkata: " Kir an j.a Louw Tiau mengirimkan kabar rahasia dengan demikian baiknja,

mungkin hal ini sangat hebat untuk mereka, tapi aku merasa heran apa jang dimaksud

dengan "musuh mereka" entah siapa aku tidak tahu " Kata2nja tidak selesaiLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

diutjapkan, timah itu diasangkan kepada jang lain untuk dilihat setjara bergiliran, Kiranja

diatas potongan emas itu terdapat beberapa huruf jang tertulis den'gan indah dan tegas

terbatja, njatalah buah kolam seorang berilmu dalam jang tinggi. Surat itu berbunji:

Dalam tiga bulan diminta siap berkumpul di Peng San, untuk menghadapi musuh

dengan Kiu Sie Tin (sematjam barisan untuk berkelahi). Lawan sangat tangguh sekali dan

bukan mendjadi lawan dan seorang seperti kami, kalau tidak ber-sama2 dihadapi,

bentjana besar pasti terdjadi. Berita lebih lengkap akan disampaikan setjara lisan.

Louw. Bok.

Kata ter achir jang berbunji "Louw" semua mengetahui jakni singkatan dari Louw Tiau,

sedangkan kata "Bok" singkatan dari Bok Tiat Djin. Sedangkan tempat jang ditundjuk

untuk berkumpul, sudah terang sarang dari Bok Tiat Djin. Sedangkan kata2 lain seperti

Kiu Sie Tin itu apa? Siapa jang dimaksud dengan lawan tangguh, bukan sadja sekalian

anak muda tidak tahu, sampai Tju Hong sendiri tidak mengetahui barang sedikit. Ja hal

ini tidak perlu disalahkan karena orang tua ini sesudah berdiam hampir duapuluh tahun

didalam djurang mendjadi kurang sekali pendengaran dan pengetahuannja didunja Kang-

ouw.

Hanja Kie Sau mengetahui apa jang dimaksud dengan Kiu Sie Tin, tiga huruf ini

membuat gontjangan besar didalam hatinja. Ia terdiam merenungkan sambil menutup

kedua matanja. Kala ia membuka mata lagi, sekalian mata anak muda sudah memandang

kearahnja menantikan sesUatu pendjelasan dengan tak sabar. Kie Sau memandang

kepada Djie Hai sambil berkata: "pernahkah aku menuturkan tentang Kiu Sie Tin

kepadamu?" "Suhu belum pernah menuturkannja sama sekali." "Baiklah, akan kututurkan

kepada kalian semua," kata Kie Sau sambil meng-angguk2kan kepalanja. "Sedjudjurnja

kuterangkan, untuk melihat aku belum pernah melihat Kiu Sie Tin, hanja aku tahu didunja

terdapat barisan jang dinamai Kiu Sie Tin. Barisan ini ditjiptakan oleh seorang berilmu

tinggi dari Go Bie Pay. Pada djaman itu di Hoo Pak muntjul seorang paderi berilmu tinggi,

hanja sajang kelakuannja sangat sesat sekali, paderi ini dapat dikatakan tak ada

tandingannja pada djamannja.

Sedangkan orang berilmu tinggi dari Go Bie Paypun bukan mendjadi lawannja. Tapi

untuk menjingkirkan paderi jang djahat itu, ia mengumpulkan sembilan muridnja jang

sangat diandalkan, diaturlah barisan itu dan dihadapinjalah paderi sesat tersebut, maka

pertarunganpun terdjadi dengan serunja selama tiga hari tiga malam, achirnja paderi

djahat itu dapat dibinasakan djuga. Sedangkan orang berilmu dari Go Bie Pay itu dan

sekalian muridnja banjak jang luka dan binasa, lima tahun kemudian jang hiduppun susul

menjusul meninggalkan dunja jang fana ini. Sedjak itulah didunja persilatan orang

mengenal apa jang dinamai Kiu Sie Tin, tapi tidak mengetahui jang bagamama

sebenarnja barisan itu. Tak kira sekarang Louw Tiau mendapatkan rahasia dari ilmu Kiu

Sie Tin, entah dari mana ia mendapat?" Sesudah Kie Sau menerangkan pandjang lebar,Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

sekalian orang baharu tahu. Tapi penerangan ini agaknja tidak memuaskan benar,

terbukti dengan permintaan Gwat Ilee jang menanjakan apa artinja dari Kiu Sie Tin itu.

"Barisan ini memakai nama Kiu Sie Tin (sembilan puluh persen mati), artinja kalau

menggunakan barisan ini, sudah pasti sembilan puluh persen dari pendjaga barisanakan

mati. Kalau bukan lawan terdiri dari orang jang berilmu luar biasa, orang sematjam Louw

Tiau tidak nanti menggunakannja. Hal inilah jang mengherankan sekali. Kita mengetahui

pada djaman sekarang orang jang mempunjai ilmu luar biasa hanja tiga orang sadja Hek

Liong Lo Kuay sudah meninggal, Yauw Tian Su menderita luka berat dan tidak diketahui

dimana n'mbanja lagi, sedangkan Pang Kim Hong sudah lama mengasingkan diri dari

dunja persilatan, terketjuali dari mereka apakah terdapat lagi seorang jang berilmu

seperti mereka? Orang itu pasti ilmunja sangat luar biasa, sampai Louw Tiau dipaksanja

harus menggunakan Kiu Sie Tin."

"Suhu kitapun sebaiknja pergi sadja ke Peng San," kata Gwat Hee.

"Ah!" seru Kie Sau, karena perkataan Gwat Hee menjang dalam dugaannja, tambahan

iapun mempunjai njat jang serupa. "Baik, tapi kau katakan dahuiu hal a pa dan pendapat

apa jang menjebabkan kau ingin ke Peng San ?"

"Aku tidak mempunjai pendapat jang luar biasa. Aku hanja berpikir, Tong Leng

sebelum mati berusaha untuk membuang emas jang berhuruf ini kedasar danau, tentu

hal ini dianggapnja sebagai rahasia jang besar sekali dan tidak boleh diketahui orang.

Karena itu kita harus menjelidiki rahasia ini sebenarnja bagaimana!"

Sekalian anak muda memang berdarah panas dan se. nang menghadapi musuh tentu

sadja pendapat Gwat Hee mendapat sokongan mutlak. Belum2 Tjiu Piau sudah

melandjutkan perkataan patjarnja: "Tong Leng itu bodoh sekali, misalkan emas itu

disimpan didalam saknnja pasti kita tidak dapat mengetahuinja. Benda itu agaknja

disengadja diperlihatkan kepada kita, agar kita mendjadi tegang untuk menghadpinja!"

"Mereka kenapa takut rahasianja diketahui kita?" anja Gwat Hee.

"Kalau kita mengetahuinja pasti Peng San kita ilaki, karena mereka adalah musuh dari

kita, dengan perginja kita kesana sedikit banjak bukankah dapat membantu orang

berilmu itu dan merepotkan mereka djuga bukan? Karena inilah mereka tidak

mengharapkan kita dapat sampai disana," djawab Tju Hong setjara kalem.

"Mau2 kita pergi djuga!" kata dua saudara Wan setjara berbareng.

Per-lahan2 Kie Sau meng-angguk2, orang tua ini hatinjapun memang sudah bemiat

untuk pergi. Misalkan Kin Sie Tin tidak dapat dihantjurkan, tapi disana banjak kawanan

penghianat bangsa, inipun suatn kesempatan baik untuk menumpas mereka.

Melihat Kie Sau mengangguk, Thian Hong bel t a mbah girang, ia berkata: "Kita sedang

memburu Louw Tiau, binatang itu pasti berada di Kiu Sie Tin bukankah kebetulan sekali?Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

Terketjuali itu Louw Eng Sioksiok djuga barang kali dapat kita ketemukan djuga disana!"

Begitu perkataan ini keluar, menarik perhatian setiap orang, sehingga semua mata

ditudjukan kepadanja sambil menunggu kelandjutan dari perkataannja.

"Dalam peta jang kita dapati di Oey San bertunsan." Tidak mengetahui musim semi

dan musim rontok. Aku berpikir seoandiang tahun dipuntjak Peng San selalu ditutupi

saldju, tempat itu pasti tidak mempunjai musim semi dan musim rontok bukan?

Terketjuali itu tempat itu sangat tjotjok sekali untuk menjembunjikan orang, sehingga

seorang jang berkepandaian biasa tidak bisa sampai disana!"

"Anak jang baik, perkataan mu tepat sekali!" kata Tju Hong.

"Dasar anak muda, otaknjapun masih diemih sehingga daja pikirnja tjepat dan baik.

Walaupun perkataan ini tidak dipastikan seratus persen, akan kebenarannja mengandung

sembilan puluh persen. Kalau begini kepergian kita ke Peng San sudah pastilah!" kata Kie

Sau dengan girang.

Sekalian anak muda tidak mengetahui tingginja langit dan tebalnja bumi, dengan tak

sabar iagi sudah ingin lari terbang untuk sampai di Peng San. Hanja Tju Hong dan Kie

Sau masih tetap mengemjutkan alisnja, mereka memperhitungkan setjara matang

kesukaranS jang akan dihadapi, sedangkan Thio Sam Nio jang sedari tadi berdiam diri,

kini turut bitjara: "Kie Sau, hal ini bukan urusan ketjil, se-kali2 tidak boleh berlaku

gegabah! Untuk kami jang sudah tua pasti akan berlaku hati tapi untuk sekalian anak2

ini disuruh masuk keapi nerakapun, mereka akan girang melakukannja."

Thio Sam Nio adalah pendekar wanita jang mempunjai kelihayan dan ketabahan tiada

disebelah bawah kaum pria. Mengetahui adanja keramaian Peng San, hatinja tergerak

untuk turut pergi guna menarr.bah pengetahuannja. Tapi sekalian nelajan dan kaum Pek

Tau Peng jang berada di Thai Ouw tak dapat ditinggalkan. dengan terpaksa njatnja ini

dibatalkan. Terketjuali itu Ong Hie Ong tidak tertangkap, berarti urusan di Thai Ouw

belum selesai, dapat diduga bahwa musuh itu pasti akan datang, untuk menghadapinja

pasti tidak boleh ketinggalan pemimpinnja. Andai kata musuh datang dengan djumlah

besar, sehingga tidak dapat dilawan harus berlaku bagaimana, karenanja ia minta

pendapat dari Kie Sau. Dengan tjepat jang tersebut belakangan ini membuat dua surat,

bilamana keadaan memaksa bo!eh dikirimkan! Dua orang kawannja jang tidak

berdjaunan bisa datang membantu. Selandjutnja mereka membitjarakan kedjadian se-

hari2 jang tidak perlu dituturkan disini.

Sesudah keributan berlalu, danau Thai Ouw jang termasjhur kembali mendjadi tenang

seperti sediakala. Sekalian anak muda jang gemar bermain, masing2 berebutan naik

keperahu nelajan dan bertolak menudju kctengah2 danau. Saat ini adalah sendja, mata

hari sore jang ke-merah2an berbajang didalam air, melukiskan keagungannja dari abad

keabad. Para muda-mudi tidak henti2nja saling panggil satu sama lain, suara tawa jang

ringan memetjahkani keadaan danau jang luas tenang. Jkan2 berlompatan dariLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

permukaan air, menundjukkan kesuburan dan kemakmurannja danau jang agung ini.


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Dalam keadaan jang.riang ini, mereka agaknja lupa daratan, sehingga tidak mengetahui

dan tidak memperhatikan kedatangannja sebuah perahu jang agak besar dan tjepat

ladjunja. Perahu itu sesudah datang agak dekat, tidak langsung menemui sekalian anak

muda melainkan berputar sebentar, perahu itu bermuatan empat orang, tiga diantaranja

agaknja adalah tukang perahu, njata dari masing2 lengannja memegang pendajung jang

sangat besar, sedangkan seorang Iagi wadjahnja putjat danagak kurus duduk diam

dengan wadjah mengedipngedip. Thian Hong jang seperahu dengan kakaknja berada

paling dekat dengan orang2 itu. Ia agak tjuriga mclihat orang jang aneh itu, pilar hatinja

djangan2 orang ini adalah kembratnja Ong Hie Ong jang datang untuk menuntut balas.

Matanja jang tadjam. menatap dengan bulat, sedangkan orang jang berada diatas perahu

itupun memandangkan matanja tak lepas2. achirnja salah seorang dari tukang perahu

itu membuka mulut dengan seenaknja: "Hei, nona tjantik, pandangan matamu itu terlalu

galak!"

Thian Hong mendjadi gusar mendengar perkataan jang berbau menghina itu, dengan

meludah ia berkata: "Tjis, tidak tahu malu, sembarang berkata sadja, nanti kupotong

lidahmu itu!"

Orang itu agaknja tidak puas mendapat djawaban kasar, mulutnja kembali sudah ingin

dibuka, tapi sebelum kata2nja terhambur keluar terlebih dahulu salah seorang dari tukang

perahu lain sudah membekapnja, sambil memaki: "Siau Sam, kau djangan membuat

onav! Urusan kita sendiri belum beres, lekaslah kita kajuh perahu kita kedjurusan lain

sadja." Baharu perahu mereka akan hergerak, terdengarlah teriakan jang girang dari

Gwat Hee. dan Tjiu Piau: "Ong Totju, Lu Toako! Tungguh dulu!" Orang itu mengawasi

perahu Tjiu Piau iang baharu datang dari salah satu djurusan lain. "Oh kiranja adalah

kenalan lama," kata Lu Tie dengan girang.

Perahu2 dari sekalian anak muda sudah kumpul semua, Tjiu Piau memperkenalkan

mereka kepada Thian Hong,

Djin Liong dan Sie Hong. Terketjuali itu Tjiu Piau dan dua saudara Ong tidak hentinja

menghaturkan banjak terima kasih kepada Ong Sui Seng jang sudah menolong djiwanja

tempo hari di Bu Beng Ouw. Sedangkan Ong Sui Seng dan Lu Sie hengte tetap merendah

seperti dulu, dan mengalihkan pembitjaraan kesoal lain. Kiranja kedatangan Ong Sui Seng

ke Thai Ouw se-mata2 untuk mengadjak ajahnja menjepi ke Bu Beng Ouw dan

menjuruhnja sang ajah untuk meninggalkan gelanggang kotor jang dipegangnja

sekarang, jakni mendjadi komplotan Louw Tiau mengabdi pada pemerintah Tjeng. Sui

Seng mengambil ketetapan ini sesudah mengenal Louw Tiau itu sebetulnja manusia dari

matjam apa, ia tahu bagaimana setianja Hek Hoo, tak urung dibunuhnja demi untuk

keuntungan dirinja. Karena hal2 inilah, sengadjaia meninggalkan Bu Beng Ouw untuk

memberikan nasehat kepada ajahnja. Malang baginja ia mendapat kabar bahwa sarang

alahnja sudah diubrak-abrik kaum Pek Tau Peng. Sedangkan kemajia pergi ajahnja tidakLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

diketahui. Kini ia ber-putar2 ditengah danau dengan harapan hampa untuk kembali lagi

ketempat kedlamannja. Kebetulan sekali ia berdjumpa dengan rombongan Tjiu Piau

seperti jang sudah dituturkan diatas.

"Kawan2 sekalian," kata Ong Sui Seng, "kami mengetahui sarang ajahku sudah

mendjadi hantjur berkat tenaga saudara2, atas itu saudara2 tak perlu kuatir akan

pembalasan dariku. Memang sudah mendjadi adatnja orang salah itu harus mendapat

hukuman. Karena itu jang sudah biarlah ia berlalu, sedangkan kini tak berarti lagi bagiku

untuk membela seorang ajah jang berdosa! Baiklah pembitjaraan kita setop sampai disini,

marilah, sampai ketemu lagi!"

Sekalian pemuda kita merasa kagum atas pendirian Ong Sui Seng jang demikian tegas

dan tjemerlang, dengan perasaan iang likat sekalian nemuda kita melambaikan

lengannja, menghaturkan selamat djalan.

"Selamat djalan untuk Ong Totju dan sekalian Lu Koko," kata Gwat Hee.

"Terima kasih," kata Lu Tie sekalian mewakili jang lain. "Kapan waktu saudara2

mempunjai waktu terluang, kuharap datang ke Bu Beng To, kami selalu menantikan

kedatangan saudara2 dengan hati terbuka!" Sambil bitjara tangannja sambil bekerdja,

sebentar kemudian perahu mereka sudah djauh.

Sekalian anak2 muda memutarkan perahunja mendarat, hanja Djie Hai jang masih

ber-putar2 ditepian, ia berperahu seorang diri sadja. Saat ini Kie Sau kebetulan sedang

ber-djalan2 menikmati pernandangan. Begitu ia melihat muridnja, jang seperti

kebingungan kakinja segera datang menghanipiri.

Dengan berbatuk ketjil terlebih dahulu, Kie Sau memanggil muridnja: "Djie Hai!"

"Suhu."

"Kau tunggu sebentar!" kata Kie Sau sambil mentjelat terbang dari tepian danau keatas

perahu muridnja, perahu bergerak sedikit menjatakan ilmu meringankan tubuh jang

tinggi dari orang tua ini.

"Suhu ..." kata Djie Hai.

"Djie Hai!" potong sang guru. "Dalam hari2 belakangan ini sering2 kulihat kau ter-

menung2 seorang diri, bahkan waktu jang lain sedang merundingkan hai pergi ke Peng

San, agaknja kau tidak gembira sekali, katakanlah hai apa jang menggandjel didalam

kalbumu?" Pertanjaan Kie Sau jang mengenai benar hati Djie Hai, membuat sang murid

merasa likat sekali, tapi dengan menguasai perasaannja dan wadjah tak berubah, ia

berkata sambil menarik napas ketjil: "Suhu, aku menipunjai suatu hai jang tak dapat

dipetjahkan, sehingga membuat dadaku terasa sesak."

"Apakah soal pribadi?"Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

"Benar, tapi termasuk hai besar pula."

"Botjah ini mungkin djatuh tjinta," pikir Kie Sau, sedangkan mulutnja berkata lain: "Tak

perlu kau sembunjikan, terus teranglah aku katakan kepada Suhu dengan djudjur!"

Djie Hai memandang dengan kerling matanja pada sang guru jang welas asih sambil

berkata dengan penuh ketetapan: "Suhu, marilah kita pergi ke-tengah2 danau, akan

kututurkan disana." Kajuh bergerak perahu mubi ladju ketengah.

Sesampainja di-tengah2 danau, suasana mendiadi sepi sekali, seorang pun tidak

tampak bajang2nja. Djie Hai memandang kepada sang guru, saat ini sang gurupun

tengah memandangnja dengan sorot mata menjajang, menantikan kisah penuturan

daripadanja.

"Suhu," kata Djie Hai agak gemetar, "aku ingin meninggalkan kau orang tua dan

sekalian adik2 untuk selama2nja, bahkan aku akan melupakan dan membuang semua

perasaan permusuhan dan dendam pada musuh2 besarku! "

Kie Sau tidak mengira, bahwa muridnja akan mengeluarkan pernjataan jang tidak

keruan, dengan keras ia memutus perkataan sang murid: "Djie Hai, apa katamu!? Sebab

apa jang mendj adikan kau berkata begitu?"

"Karena untuk membantu menolong sekalian adik2 untuk menuntut balas,

membersihkan kaum penghianat. Aku harus mentjari seseorang untuk membantu."

Kie Sau memandang setjara mendelong terhadap muridnja jang sari2nja sangat

djudjur dan baik, hatinja tak habis mengerti kenapa kini murid jang dibanggakan ini bisa

mengeluarkan perkataan jang sangat aneh, dengan sinar matanja jang ber-api2 orang

tua ini memandang tadjam kepada muridnja, ia berkata: "Djie Hai siapakah jang kau

ingin tjari? Kenapa harus meninggalkanaku dan sekalian adik2mu?"

"Suhu, soal Peng San diambang pintu, biar bagaimana kita harus menerdjang barisan

Kiu Sie Tin jang ampuh dari pihak musuh, kalau Yauw Tjian Su berada disam

ping kita untuk memberi petundjuk, bukankah terlebih baik lagi?"

"Eh," kata Kie Sau sekali, sedangkan kata lain tidak diutjapkan, telinganja terpasang

lebar menantikan kelandjutan perkataan sang murid.

"Yauw Lo-tjian-pwce, menderita luka berat di Oey San, dan ditolong oleh Pang Kim

Hong. Suhu "

"Apa? Suhu?" potong Kie Sau dengan heran.

"Benar Suhu. Tetju merangkap mendjadi murid dari Pang Kim Hong pula," kata Djie

Hai sambil menuturkan pertemuannja dengan Pang Kim Hong di Oey San. Kemudian

membitjarakan mereka berbalik pada soal jang dihadapi sekarang.Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

"Yauw Lo-tjian-pwee menderita luka dan ditolong oleh Pang Kim Hong, aku

mengetahui dimana tempat tinggalnja dari Pang Suhu, karenanja aku bernjat untuk

datang menjambangi sekalian memanggil Yauw Lotjian-pwee untuk membantu. Tapi

kalau sekali aku bertemu dengan Pang Suhu, selamanja Tetju harus mengikutinja dan

meninggalkan kehidupan bebas didunja ini. Suhu, haruskah Tetju pergi? Tetju

menantikan petundjuk2 jang berharga dari Suhu." Sesudah kata2nja terhambur keluar

dari sanubarinja, Djie Hai merasakan hatinja demikian lapang.

Kie Sau terbenam sedjenak, pikirannja bekerdja keras, ia tahu bahwa Pang Kim Hong

mempunjai adat jang aneh, dan mempunjai aturan perguruan jang aneh pula. Setiap

muridnja hanja diberikan ilmu pokok dari perguruannja, kemudian ia mendjauhkan diri

tidak mau diketemukan, kalau murid itu mendengar kata dan mau turut dengannja untuk

menuntut ilmu terlebih tinggi, harus selamanja meninggalkan penghidupan dunja bebas.

Menyingkir kedalam gunung dan mentjutji tangan dari pergaulan, saat itulah sang murid

boleh menemukannja. Ja, kalau dipikir aturan perguruan jang demikian ini sangat tak

berperasaan sekali, tak heran sepuluh tahun lebih ia masih belum mempunjai ahli waris

jang sesungguhnja dari ilmunja.

"Dengan diketahuinja dimana beradanja Yauw Tjian Su, aku harus meluluskannja ia

pergi menengoki. Terketjuali itu memang benar kata Djie Hai, kalau Kiu Sie Tin tidak

dipetjahkan oleh orang tua itu agaknja sukar dihantjurkan oleh jang lain. Untuk menemui

Pang Kim Hong, terketjuali Djie Hai seorang jang lain pasti tidak bisa menemuinja, biarlah

aku harus ichlas membiarkan muridku jahg kusajang ini mengasingkan diri, dan tak

ketemu lagi" pikir Kie Sau setjara ragu2.

"Wanita tua itu adatnja lain dari orang biasa, dapatkah hatinja tergerak, tapi usaha ini

harus dilakukan, andaikata berhasil itulah jang kuharap!" Sesudah berpikir bulak-balik,

Kie Sau masih tetap belum dapat keputusan jang positif, pertanjaan dan permintaan sang

murid masih belum didjawab djuga.

Guru bermurid terdiam tanpa kata2, waktu berlalu agak lama, achirnja Djie Hai tidak

sabar menanti djawaban, dengan suara jang demikian tenang ia berkata: "Suhu,

Tetjupun berpikir, jakni satu hai jang belum kubuat selesai adalah hai menuntut balas at

as kematianajahku jang sudah dua puluh tahun dibukit Oey San. Tapi aku jakin hai sakit

hati keluargaku itu pasti dapat dibereskan setjara memuaskan oleh saudara2ku. Karena

itu segalanja sudah Tetju pikir dan tidak ada jang diberatkan lagi? Esok Tetju permisi

pamit dengan Suhu serta sekalian saudara2 untuk menemukan Pang Suhu."

Dengan mata tadjam Kie Sau memandang muridnja sambil meng-gojang2kan

kepalanja: "Anak muda jang tidak punja semangat sama sekali. Baiklah kululusi kau

berangkat meninggalkan kami, tapi biar bagaimana aku tidak mengidjinkan kau mendjadi

seorang pertapa jang mengasingkan diri dan tidak mau tahu urusan dunja Kang-ouw lagi.

Lihatlah akan diriku, walaupun senang akan pegunungan jang sunji dan hidup tenang,Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

tapi kalau didunja Kang-ouw terdjadi keributan dan ketidak adilan, aku pasti turun tangan

untuk mentjampurinja! Sebaliknja kau adalah seorang anak muda jang berbakat, kenapa

harus mendjadi seorang pertapa jang demikian?" "Tetju melakukan hal ini setjara

terpaksa, dikarenakan tata tertib dari Pang Suhu jang sudah ditetapkan."

"Ha... ha.. ha," Kie Sau tertawa besar sambil berkata, "sesuatu hal diatas dunja

ini sebenarnja tidak ada jang pasti. Kau pilihlah tiga djalan petundjuk untuk kepergian


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


kau ini, jakni bawah, tengah dan atas!" "Kuminta Suhu mendjelaskan dahulu."

"Djalan bawah kau boleh pergi dan terus mendjadi seorang pertapa iang tidak

mengenal dunja lagi!" Mendengar ini Djie Hai meng-angguk2kan kepalanja.

"Djalan tengah kau boleh turut dengan Pang Kim Hong mempeladjari seluruh ilmu

kepandaiannjk, kemudian nantikanlah sesudah ia meninggal untuk mewariskan ilmu

kepandaiannja pada orang2 jang berbakat, agar djangan sampai ilmu jang demikian

hebat itu hilang dan musna dari permukaan bumi setjara mengetjewaka." Dengan kaget

Djie Hai segera mendiawab: "Suhu, dengan tiara demikian bukankah sama dengan

melanggar peraturan perguruan?"

"Didalam dunja ini hanja sematiam iang tidak boleh dilanggar. jakni soal keadilan.

Tjamkanlah, misalkan aku berbuat dlahat, apakah kaupunakan turut djahat?" Perkataan

Kie Sau ini seperti djuga genta bergetar ditelinga Djie Hai, sebelumnja tak pernah ia

berpikir setjara demikian, sehingga membuatnja diam mematung dan tidak bisa ber-

kata2 untuk seketika.

Kie Sau melandjutkan lagi perkataann ja: "D]'alanatas ialah, begitu kau bersua muka

dengan Pang Kim Hong, segera kau nasehati. Asal sadja dia bisa menerima nasehatmu

untuk turun gunung guna membantu kita meng hadapi penghianat2 bangsa, segala hal

akan lekas mendjadi beres!"

"ja kurasa tidak mudah untuk menasehatinja."

" Segala hal mendjadi sukar kalau dipikir sukar, djadi mudah kalau dipikir mudah. Kau

haras tahu, semasa mudanja Pang Kim Hong pun seorang pendekar waruta jang tjinta

keadilan, kemudian entah bagaimana ia bisa berabah mendjadi demikian. Kau selidikilah

setjara mendalam sebahnja ia mendjadi begitu, kalau berhasil hal jang kau anggap sukar

itu akan mendjadi mudah." Mendengar pendjelasan ini Djie Hai seperti siuman dari

pingsannja, atau seperti baharu sadar dari impian, ia baharu berpikir kepergiannja sekali

ini bukan sadja tjuma2 sebaliknja mengandung harapan dan kebaikan besar, segaia

keraguannja jang menjesak dada pada detik itu pulalah mendjadi bujar, iapun

mendjawab dengan segera: "Segalanja Tetju sudah mengerti."

"Segala soal djangan di-tunda2, hari esok kau boleh berangkat!"Liong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

Malam harinja Djie Hai masuk tidur terlebih pagi dari biasa, sambil berbaring hatinja

tidak terlepas dari hal keberangkatannja pada esok hari, ia merasakan baliwa kewadjiban

jang berada dipundaknja tidak enteng, terketjuali itu perasaanakan berpisah dengan

sekanan saudaranjapun, sangat menjesak dadanja, tapi sesudah berpikir pulang pergi. ia

merasa girang bisa menjampaikan kandungan hatinja jang sudah ber-bulan2 mengeram

didalam sanubarinja. Sehingga ia dapat tidur dengan njenjak untuk melewatkan malam.

Kie Sau sudah mentjeriterakan hal Djie Hai pada sekanananak2 muda, sehingga pada

hari kedua mereka merasakan kesedihan dan perasaan enggan berpisah. Tapi semuanja

tidak bisa berbuat apa2 melainkan berlinang air mata sadja. Kie Sau mengiringi

sekanananak buah

nja untuk mohon pamit pada Thio Sam Nio guna meuinggalkan Thai Ouw.

Ong Djie Hai jang akan pergi menemui Pang Kim Hong, tentu sadja harus mematuhi

aturan2 dari orang gagah itu, untuk tidak mentjeriterakan kepada sekalian orang,

karenanja sesampai ditengah djalan ia berpisah dengan induk rombongan untuk

melandjutkan perdjalanan seorang diri. Tentu sadja sebelum berpisah, mereka sudah

mendjandjikan suatu tempat untuk bertemu. Kie Sau memesan kalau bertemu dengan

Yauw Tjian Su, harus menjuruh orang tua itu pergi ketempat mereka untuk bertemu

dengan sekalian, semua ini sudah diatur dengan baik. Kie Sau dengan rombongannja

meneruskan perdjalanan dengan sekalian anak2 muda menudju Peng San.

Sementara ini Djie Hai jang sudah meninggalkan sekalian saudara dan gurunja,

berdjalan seorang diri dengan perasaan tidak keruan matjam. Kala berpisah, sekalian

wadjah dan paras Serta gerak-gerik dari saudaranja jang demikian mentjintainja

membuat sanubarinja sukar melupakannja. Lebih2 Ong Gwat Hee jang memegangi terus

lengannja, diam berlinang air mata, sesudah. lama baharu mengeluarkan perkataan:

"Koko perpisahan sekali ini mungkin untuk selamanja, atau baharu bisa bertemu

muka lagi delapan belas tahun kemudian." Perkataan adiknja ini selalu men-dengung2

ditepian telinganja, membuat hatinja merasa ketjut dan tawar.

Walaupun bagaimana Ong Djie Hai adalah djantan sedjati, dengan tegas ia berkata

terhadap dirinja sendiri: "Djanganlah memikirkan lagi hai itu!" Ia dongak keatas

memandang gempalanawan putih dan menoleh kekiri dan kanan memandang

pemandangan jang indah, sedangkan kakinja melandjutkan lagi langkahnja madju

kemuka.

Kemanakah ia harus pergi dengan sendirinj ia tahu.

Pang Kim Hong pernah menitahkannja kalau mau bertemu dengannja boleh pergi ke

Kiu Liong Po di Oey San, duduk tiga hari tiga malam disana, pasti dapat mendjumpainja.

Dengan langkah mantap kakinja menudju Oey San dengan penuh perasaan jang lain

dengan dahulu. Kedjadian setengah tahun jang lalu dibukit Oey San masih berbajangLiong Hong KiOm - 09 Team K olektor Ebook FB grap

dengan tegas dikedua kelopak matama. Satu demi satu sesuatu kedjadian jang pernah

diala.mi.nja kembali bergambar didepan matanja dengan djelas, ia menarik napas

dengan dalam kala mengingat pada Yauw Tjian Su. Hatinja berkata seorang diri:

"Menderita luka apakah orang tua itu? Kini ia berada dimana?" Ia tahu sebelum bertemu

muka dengan oran& tua itu. sukar untuknja men-duga2 kedjadian jang sebenarnja. Tapi

ia ingat perkataan Kie Sau, bahwa Pang Kim Hong pasti dapat menjembuhkan orang tua

she Yauw itu, mengingat sampai disini hatinja mendjadi agak tenang dan gembira.

Dengan tjepat waktu berlalu. Ong Djie Hai sudah hampir mentjapai Oey San.

pernandangan dimusim panas bukan main indahnja pohon2 hidjau menglebat, bunga

harum semerbak memenuhi sekeliling menghias Bukit Kuning dan menarik orang jang

lalu. Menghadaoi tempat jang sudah dikenal ini membuat Djie Hai tidak merasa kikuk

lagi, dengan tjepat kakinja sudah mendaki Thian Tau Hong, mengikuti djedjak2 kakinja

dahulu ia memutari puntjak itu denganasjiknja, sedangkan pohon demi pohon Siong jang

pernah dilaluinja kini dilaluinja sekali lagi, kelakuannja tak ubahnja seperti berdjumpa

dengan kawan lama jang baharu ketemu muka lagi. Mengingat dahulu ia ramai2 dengan

saudara2.nja berada disini hatinja kembali mendjadi tawar terhadap penghidupan,

sehin?ga ia berdiam mematung dan merasakan hidup terpentjil dan terasing dari

pergaulan. Sementara, ini angin bertiup dengan sedjuknja, membawagempalan2 awan

putih, jang dalam waktu sebentar sadja sudah meliputi dan menjelimuti sekalian bukit,

sehingga apa jang tampak hanja wama putih. Pada saat inilah dengan setjara mendadak,

terasa olehnja sematjam benda menjerang pada dirinja, sehingga membuat pemuda kita

merasa terkedjut sekali.

Djie Hai mengetahui ada benda jang datang menudju kepada dirinja, benda itu

demikian tjepat dan bukan main lihaynja, dan menundjukkan sematjam sendjata rahasia

jang keras tak berbanding. Diam2 hatinja merasa bergidik, ia tak tahu ada orang

bersembunji jang membokong dirinja setjara gelap, terketjuali itu bidikan dari

pembokang demikian hebat dan tepat. Tanpa banjak pikir lagi dirinja berguling

menghindarkan serangan, sedangkan telinganja terus dipasang mendengari dari arah


Prabu Siliwangi Bara Di Balik Pendekar Mabuk 113 Tabib Sesat Wiro Sableng 069 Ki Ageng Tunggul

Cari Blog Ini