Ceritasilat Novel Online

Pedang Naga dan Cendrawasih 13

Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei Bagian 13



dengan ilmu Tjetjak Merajap Ditembok susul-menjusul naik ke atas, sedangkan Tju Hong

dan anaknja sampai paling dahulu karena menggunakan sendjatanja jang lihay! Kiranja

di atas dinding es jang mengkilap itu kembali terdapat dataran lagi, disinilah mereka

inendapatkan lagi tanda2 dari telapak kaki dua orang! Kie Sau kini baharu tahu bahwaLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

orang tadi pasti naik ke atas menggunakan tjara jang sama dengan Bok Tiat Djin, bahkan

menggunakan liang2 bekas djari Bok Tiat Djin, sehingga didinding hanja terlihat

sematjam tanda sadja.

Di atas dataran itu terlihat saldju2 jang menondjol tinggi2 dan terlihat pula liang2 jang

tidak rata, tegas terlihat bahwa pernandangan ini bukan buatan alam semua, mungkin

sebagianadalah pernandangan buatan. Kedua telapak kaki itu ber-putar2 memasuki

tumpukan2 es, sewaktu2 telapak itu mendjadi satu dan berpisah, bei'putar2 tidak keruan,

se-olah2 sedang main petak lari.

Tiba2 sematjam suara "set set" jang halus terdengar dibelakang tubuh mereka,

sekalian orang menoleh kebelakang, tapi sepotong dari bajangan orengpun tidak terlihat.

Sebenarnja Ong Gwat Hee berada dipaling depan, tapi begitu mereka menoleh setjara

serentak, membuat dirinja berada dipaling belakang. Setjara aneh ia merasakan dibagian

kepalanja meridapat sematjam serang an jang hebat, untung ia dapat mengegos dan

menangkis dengan lengan badjunja, sehingga serangan mendadak dan membokong itu

kena dipunahkan, kemudian ia mentjelat kesamping sambil memasang kuda2nja.

Teliriganja mendengar suara memberebet, karena lengan badjunja kena disobek

sebagian, menjusul terdengar suara tertawa "ke, ke, ke" di atas kepalanja. Sekalian

kawannja berpaling, tampak oleh mereka disebuah gundukan es jang agak tinggi

terdapat seorang laki2 jang berpakaian serba hitam berdiri dengan tenangnja, orang ini

bukan lain dari Bok Tiat Djinadanja!

"Bok Tiat Djin kenapa kau main lari2an tidak keruan?" edjek Kie Sau.

"Djangan banjak mulut lagi! Kau sudah mentjelakakan dua saudar aku, atas ini aku

mentjari kalian untuk

menuntut balas! Hajo madju! " Belum suaranja habis diutjapkan, ia menoleh setjara

tiba2, kesebelah kiri, dimana terdapat tumpukan2 es jang tinggi, ia lari kesana setjara

gugup sehingga menghilang masuk dalam waktu sekedjap.

Sekalian orang merasa heran, kemudian mereka melihat dari sebelah kanan sebuah

gulungan berwama abu2 jang seperti angin pujuh bergulung datang melewati sekalian

orang sambil menoleh tapi tidak ber-kata2, terus mengedjar dimana tadi Bok Tiat Djin

hilang. Ong Djie Hai mendjadi girang dengan tjepat ia membuka mulut: "Pang Suhu!"

tubuhnja mentjelat mengedjar, tapi usahanja mendjadi sia2 karena orang jang berada

didepan sudah hilang tidak berbekas.

Waktu Djie Hai akan melandjutkan usahanja untuk mengedjar, terdengar angin dari

diauh membawa suara dan kata2 dari gurunja: "Kalian tidak boleh usilan, Kiu Sie Tin

diatur untuk aku, karenanja harus aku jang menghantjurkan!"Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

Sekalian mata saling pandang dengan penuh pertanjaan, teruskan atau tidak? dalam

keadaan demikian menemui hal jang serupa ini, benar membuat mereka mendjadi serba

salah. Siapapun mengetahui bahwa Pang Kim Hong adalah seorang Lo-tjian-pwee jang

berkedudukan tinggi didunja persilatan, tentu sadja hati ketjilnja berkeras untuk

menghantjurkan Kiu Sie Tin seorang diri, memang hal ini mudah untuk dimengerti orang

luar. Tapi dengan demikian mestikah rombongan Kie Sau mundur? Tentu sadja tidak

terdapat aturan ini!

Kie Sau memandang sekalian wadjah anak muda, tanpa bertanja iapun mengetahui

apa jang dikandung oleh mereka semua, untuk menjuruhnja mereka mundur tentu sadja

tidak bisa. Kie Sau jarig lihay dengan tjepat menggunakan akal dan berkata: "Untuk

sementara kita diam dahulu disini!"

"Suhu, kini hampir malam " kata Gwat Hee.

Kie Sau mengerti apa jang dikatakan muridnja berarti, sampai kapankah kita bisa

menanti, berapa lamakah kita bisa menunggu? Dengan didahului senjumannja sang guru

berkata: "Orang berilmu sematjam Pang Kim Hong mana bisa dilawan lama2 oleh

musuhnja! Nantikanlah sebentar, kau bisa melihat kenjataan sendiri." Sesudah merasa

letih setengah harian penuh, sebenarnja dapat istirahat adalah hal jang menguntungkan

djuga, demikianlah sekalian anak2 muda ber-duduk2 di atas saldju, melepaskan lelahnja

sambil menikmati pernandangan dan menangsal perutnja jang sudah lapar. Kala mulut

mereka merasa haus es di-gosok2 kedalam tangannja, sesudah mendjadi tj air diminum

begitu sadja, demikian kenjataannja tidak berkurang.

Perkiraan Kie Sau tepat adanja, tidak lama berselang sekalian mereka segera

mendengar suara saling bentak jang lapat2 terdengarnja. Menjusul terdengar suara

menggila dari Bok Tiat Djin jang tegas terdengar: "Pang Kim Hong! Kau keluailah,

keluarlah lekas! aku Bok Tiat Djin menantangmu berkelahi!" Dua suara jang satu dekat

dan satu lagi djauh, agaknja tengah saling sautan. Sesaat kemudian terdengar kembali

suara Pang Kim Hong jang marah2, tapi kata2,nja tidak tegas terdengar karena terlalu

djauh.

Tanpa menunggu perintah lagi dari Kie Sail, sekalian anak2 muda bangkit serentak,

Djie Hai madju berkata: "Suhu, kita harus melihat apa jang sudah terdjadi! Bok Tiat Djin

agaknja dekat sekali dengan kita!"

"Ta, tapi harus hati2," kata Kie Sau sambil menganggukkan kepalanja melulusi

permintaari muridnja.

Menurut dari mana datangnja suara, mereka menudju ketempat itu, baharu dua kali

melewati belokan, tampak Bok Tiat Djin menghadang djalan denganangkernja. Demi ia

melihat Kie Sau, segera berkata: "Tamu datang untuk memesan kamar pula, marilah ikutLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

denganku!" Lengannja m-";ndjuk kesebuah dinding es putih bening, sedangkan tawa

gilanja tidak ber-henti2.

Mereka tidak mengerti apa jang sudah terdjadi disitu dan tidak mengerti maksud

perkataan jang tidak keruan itu, tengah mereka bingung, tiba2 terdengar suara dari

dalam dinding es iang bening. sekali ini terdengar dengan njata suara Pang Kim Hong

berkata: "Bok Tiat Djin djangan kau mengharap benda matjam ini daDat merintangi aku,

lihatlah aku segera keluar!" Sekalian orang mendjadi kaget waktu memandangkan mata

mereka kedalam, kiranja Pang Kim Hong kena dimasukkan kedalam sebuah balokan es

jang besar dan tidak bisa keluar. Pada es Jang bening itu terlihat dengan njata bagian

belakangnja jang kosong, disinilah beradanja Pang Kim Hong. Es ini ukurannja kurang

lebih lima meter persegi, tak kira dibelakangnja masih terdapat suatu ruangan jang muat

orang, seperti dewa sadja jang membuatnja.

Melihat hal ini Djie Hai merasa terbakar hatinja, ia madju kemuka dan berkata: "Bok

Tiat Djin kau djangan main gila, kalau kau djantan mari berkelahi denganku!" "Mari2...

sebelum mengadu kekuatan, sebaiknja kita mengadu meringankan tubuh dahulu, kalau

kau berhasil mengedjar aku, baharu boleh mendjadi lawanku; kalau tak terkedjar kau

tidak mempunjai deradjat barang sedikit untuk menandingi diriku!"

Kie Sau memandang Djie Hai dan me-lrhat2 Pang Kim Hong,ia sudah dapat mengira

jang tersebut belakangan kena diedjek sehingga naik darah dan me-ngedjar2 Bok Tiat

Djin. Adapun kepandaian meringankan tubuh dari Pang Kim Hong bukan mendjadi lawan

dari Bok Tiat Djin, tapi jang tersebut belakangan mengerti dan mengetahui benar

keadaan gunung saldju ini, bahkan iapun membuat berbagai tempat untuk mendjebak

orang berilmu jang mendjadi musuhnja. Karena kedua orang itu ber-kedjar2an terus-

menerus, tapi entah bagaimana Kie Sau tidak mengetahui Pang Kim Hong kena terdjebak

dan masuk kedalam es, sehingga tidak dapat keluar. Misalkan orang biasa, siang2 sudah

mendjadi beku dan mati djengkar! Memikir sampai disini Kie Sau meneriaki muridnja:

"Djie Hai kau tak boleh mengedjarnja!" Bok Tat Djin mendjadi tertawa mendengar

perkataan ini, ia berdiri terus ditempatnja seperti menganggur sekali, sedangkan

mulutnja tidak henti2nja mengedjek: "Siapa jang merasa dirinja djantan boleh mengedjar

aku, kalau merasa dirinja pengetjut boleh turun gunung, njatakanlah lekas setjara

djudjur!"

Mendengar larangan dari gurunja Djie Hai tersadar dengan segera, ia tahu dirinja tidak

boleh kena terpedaja muslihat lit jin lawannja, saat itu pula hatinja mendjadi tenang dan

tidak menggubris edjekan dan perkataan kedji jang dilantjarkan tak henti2nja oleh sang

lawan.

Kie Sau tidak berhenti disitu, ia menjerukan sekalian anak buahnja untuk menolong

Pang Kim Hong. Dengan serentak sendjata2 terhunus dan dihadjarkan pada dinding es.

Pang Kim Hong jang berada didalam mendjadi bulat matanja melotot, dengan tjepatLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

inembuka mulut: "Kalian tidak boleh bergerak!" Suaranja njata terdengar, mau tak mau

sekaJian.menghentikan tangan, untuk melihat kedalam, sekali lihat ini membuat semua

orang menganga keheranan!

Kiranja Pang Kim Hong jang sudah berilmu tinggi, dengan tubuhnja menjandar pada

dinding es, mentj airkan es jang mengurung dengan suhu panas tubuhnja. Tegas terlihat

balokan es jang besar mengepul-ngepu! mendjadi uap, sedangkan tubuh Pang Kim Hong

sedikit demi sedikit menembus es jang lumer. Kalau dilihat tjaranja jang luar biasa ini ia

akan berhasil menembus dalam waktu sepernasangan batang hio.

Ilmunja jang luar biasa ini membuat Bok Tiat Djin bengong terp aku, tapi ia tidak diam

terus, otaknja segera bergerak dan mendapatkan akal djahat lain pula untuk menghadapi

musuhnja. Dengan tjepat tubuhnja berkelebat dan tak tampak lagi bajangannja. Tahu2

bajangan hitam sudah berada dibagian atas balokan es jang besar, entah dari mana ia

bisa .naik ke atas tiada jang tahu. Tampak ia djongkok di atas entah apa jang sedang

dilakukannja, Kie Sau dan lain2 mengikuti terus gerakgeriknja dengan siap sedia.

Tiba2 mengepul asap hitam membubung keangkasa, kiranja orang she Bok tengah

menjalakanapi. Ia sudah lama tinggal digunung es ini, tentu sadja mengetahui dan

mempunjai tjara sendiri jang luar biasa, tak heran dalam waktu sekedjap api sudah ber-

kobar2!

Es jang kena panas segera mendjadi air, mengalir dari tempat tinggi ketempat jang

rendah. air itu mengalir kedepan dinding ada pula jang kebelakang dinding. Kiranja

dibelakang dinding terdapat sebuah liang, dari sanalah air mengalir masuk kedalam

dimana Pang Kim Hong berada. Bahkan liang itu adalah pendjebak jang membuat tubuh

Pang Kim Hong masuk kedalam.

Hawa digunung es sangat dingin, air jang mengalir belum berapa lama segera

membeku lagi. Tj air es jang berada didepan dinding es mempertebal dan memperkokoh,

sedangkan jang kebelakang membeku dan menjumbat djalan hawa. Walaupun Pang Kim

Hong mempunjai kepandaian dalam jang dapat mentj airkan es, tapi tidak setjepat api

jang digunakan musuhnja, dengan begini perkelahian mendjadi tidalc langsung kepaj lan

ketemu kepalan melainkan akal melawan akal, Pang Kim Hong dapat menembus

bungkusan es sebanjak satu dim, sedangkan Bok Tiat Djin dapat mempertebalnja

sebanjak dua dim. Kalau tjara ini berlangsung terus, stxdah pasti jang tjelaka adalah Pang

Kim Hong. Njatanja kalau seorang diri sadja untuk menjerang barisan 'Kiu Sie Tin

berbahaja dan kebinasaan diri dari sipenjerang sudah pasti terdjadi. Walaupun kini sudah

dalam keadaan mati dan hidup Pang Kim Hong tetap angkuh dan sombong, ia tidak mau

minta tolong kepada sekalian orang jang dianggap hou-pwee, bahkan tidak mau'dirinja

dikatakan tidak mampu mendobrak Kiu Sie Tin seorang diri. Tambahan iapun sudah

mendongkol jang Kie Sau sudah mendahului menerdjang pintu kesatu dan kedua dariLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

barisan jang sedianja akan diselesaikannja sendiri itu, karena inilah mana mau ia


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


membuka mulut untuk minta bantuan.

"Dengan tjara apakah aku dapat menolong tanpa merusak namanja?" pikir Kie Sau

tanpa berdaja. Gwat Hee jang pintar mengetahui maksud gurunja, dengan tjepat

membisiki gurunja setjara perlahan. Kata2 muridnja mengenai benar dihati sang guru,

dengan demikian mereka dapat menolong tanpa menodai namanja orang berilmu itu,

serentak Kie Sau berkata: "Baik, marilah kita kerdjakan!"

Tampak Kie Sau menundjuk kebarat dan ketimur rambil menerangkan kepada anak

buahnja, hal ini membuat sekalian orang merasa girang, jang besar itu. Tju Hong dan

anaknja melopori barisan dan menerbangkan sendjatanja paling pertama.

Dua tambang berkaitan dengan tepat menjantel di atas es, Tju Hong menarik kekiri

sedangkan Tju Sie Hong menarik kesebelah kanan, pertjikan es berhamburan sambil

bertjampur dengan suara tjrek tjrek, dengan tjepat di atas es itu tergarus dua garis besar

jang merupakan huruf Y.

Tju Hong dan anaknja ber-kali2 menggunakan sendjatanja memperdalam goresan

jang dibuatnja, sedangkan jang lain menggunakan sendjatanja mentjungkil pada dinding

es, sehingga tjungkilan mereka menjambung dengan garis jang dibuat Tju Hong dan

anaknja.

Pekerdjaan mereka ini membingungkan Bok Tiat Djin jang berada di atas, kalau

mereka ingin menolong orang kenapa tidak langsung menghantjurkan dinding es dari

bawah? Kalau ingin naik tidak perlu melakukan pekerdjaan matjam ini, ia bingung

sebentar sadja, se'andjutnja ia mengerti maksud jang dilakukan orang banjak itu. Kiranja

sesudah mendapat dua garisan jang berbentuk huruf Y dan menjambung lagi

dibawahnja, air jang ditj airkannja tidak lari kedepan atau kebelakang semuanja mengalir

menggunai garisan huruf Y itu. Dengan tjara demikian tj airan es tidak mempertebal

bagian depan, sehingga membuat sia2 usaha dirinja jang berada dibagian atas.

Pang Kim Hong jang berada dibawah huruf Y melangsungkan tems usahanja, per-

lahan2 dan pasti sudah njata tubuhnja itu sudah dapat bergerak terlebih tjepat dari

semula, andaikata Bok Tiat Djin tidak mempertebal lapisan es siang2 dirinja sudah keluar.

Walaupun demikian kini ia hampir berhasil membebaskan dri dari kurungan.

Bok Tat Djin mendjadi gugup melihat keadaan ini, api tidak dinjalahkan lagi, tubuhnja

berkelebat menghilang, entah kemana ia bersembunji, tahu2 ia keluar lagi dihadapan

dinding es. Matanja membarah dan gusar menjapu pada Kie Sua sekalian jang sudah

menghantjurkan tipu dajanja, sedangkan hatinja diam2 berkata: "Kau lihat, sebentar

lagi kalian kumusnahkan, kalau sudah demikian baharu kamu mengetahui kelihayan Peng

San Hek Pau!" Sambil berpikir ia mengeluurkan sebatang toja pendek jang besar, dengan

sendjatanja ini ia berpikir untuk membarengi menghadjar Pang Kim Hong jang baharuLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

keluar. Karenanja belum2 ia sudah mendjadi girang dan berkata didalam hati: "Bijr kau

seorang Lo-tjian-pwee jang tinggi dan sakti ilmumu, kaki dan lenganmu terbungkus es,

dengan demikian kau djangan menganggap aku Bok Tiat Djin tidak dapat berbuat apa2

kepada dirimu!"

Benar sadja tidak lama kemudian Pang Kim Hong hampir berhasil keluar dari dalam

es, sedangkan es jang mengurung dirinja lebih kurang tinggal dua-tiga dim. Saat inilah

Bok Tiat Djin sudah siap sedia akan mementungkan toja pendeknja, tapi malang baginja

sebelum usahanja tertjapai ia menhat Pang Kim Hong mengeluarkan lengannja terlebih

dahulu tahu2 orang she Bek ini mendjerit: "Tjelaka! Sialan!"

Kiranja lengan Pang Kim Hong jang sudah menembus dinding es, bergerak setjara

perlahan, tanpa terlihat tegas dari lengannja melajang beberapa benda rahasia

memerang lawannja, sehingga membuat jang tersebut belakangan kalang-kabut untuk

melarikan diri.

Ketenangan selalu berada pada orang jang menjaksikan dari samping, demikianlah

Tjiu Piau jang mendjadi nenonton menhat dengan tegas sendjata jang dipergunakan

Pang Kim Hong. Sendjata itu terlepas dari lengan tanpa berwudjud atau berwama

agaknja, tapi sesudah terbang pergi, mendadak berubah setjara per-lahan2 sehingga

wamanja jang putih dapat terlihat dengan tegas! Peng San hawanja dingin .begitu air

jang dilepas oleh Pang Kim Hong terbang segera berubah'mendjadi butiran2 es. Butiran2

es itu tidak sama besarnja, ada jang sebesar bidji katjang kedelai ada pula jang seperti

djarum ketjilnja. Jang ketjil membeku terlebih dahulu dari jang besar, sehingga paling

dulu dapat dilihat, sedangkan jang besar agak terbelakang membekunja, sehingga

sering2 baharu terlihat sesudah sampai didepan mata, membuat orang tidak sempat

mengegos lagi. Inilah tjaranja Pang Kim Hong jang mentjiptakan melepas sendjata

rahasia dengan mengepret air jang ditiru oleh muridnja sewaktu Djie Hai naik ke Oey

San untuk kedua kalinja. Tak heran ia dapat melepaskan sendjatanja dengan tiermat dan

baik karena sudah terlatih betul2 sebelum ia mendaki Peng San.

Walaupun Bok Tiat Djin tidak menderita luka terlalu besar dari serangan lawannja,

berkat badjunja jang tebal dan djarak pendek jang belum membekukan air itu, kalau

tidak saat ini pula tubuhnja sudah tak dapat bergerak lagi. Untunglah nasibnja masih

baik, sesudah ia mengguling2 di atas saldju totokan sendjata musuhnja sudah mendiadi

punah.

Ia menggelinding bangun, tampak olehnja asap mengepul dari balok es, tubuh Pang

Kim Hong sudah keluar, sehingga tertinggal sebuah tanda jang berbentuk orang pada

dinding es itu. Kedjadian jang aneh ini memr buat sesuatu orang merasa kagum.

Bok Tiat Djin mengetahui bahwa dirinja bukan lawan dari musuhnja kalau benar2

mengadu kekuatan setjara ber-hadap2an, dengan tjepat ia melarikan diri. Pang Kim Hong

jang sudah keluar, mendelikkan matanja kearah Kie Sau, se-olah2 menjesali merekaLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

sudah membantu dirinja, sehingga ia merasa "Rugi" ditolong bangsa Siau-pwee, padahal

itu tidak dibutuhkannja. Sebaliknja kalau Pang Kim Hong tidak dibantu oleh mereka,

entah apa djadinja, sukar untuk diramalkan, pokoknja pertolongan mereka itu baik

adanja, karenanja ia Lanja melotot sadja, kemudian berlalu pergi.

Ong Djie Hai sedianja akan madju kemuka untuk memberi hormat kepada gurunja,

tapi sang guru sudah pergi mengedjar pada Bok Tiat Djin. dalam waktu sckedjap kedua

orang itu sudah saling kedjar kembali dan pergi ketempat djauh.

"Langkah2 kita sudah demikian madju, karenanja kita harus menjerang terus! Mari

madju mengedjar mereka!" Perintah Kie Sau. Tanpa disuruh dua kali, sekalian anak

buahnja membentangkan kepandaian larinja mengedjar dua titik hitam jang berada

dimuka. Dua titik hitam itu, jang satu adalah Hek Pau Tju jang sudah mengenal keadaan

dan dapat me-lompat2 dengan gesit seperti harimau kumbang; sedangkan jang satu lagi

adalah seorang berilmu silat tertingsfi untuk djamannja, mereka dapat berlarian saling

kedjar setjara mengagumkan dan tak mungkin kena dikedjar oleh lain orang. Karenanja

dalam waktu sekedjap sadja rombongan Kie Sau sudah tertinggal semakin djauh.

Untunglah saat ini mereka sedang mendaki, karenanja tidak kehilangan djedjak dari dua

orang itu.

Pengedjaran berlangsung terus, tiba2 kedua bajangan hitam itu men-tjelat2 dan hilang

dalam pandangan. Entah hal apa jang sudah terdjadi pada mereka belum dapat diketahui.

Rombongan pengedjar hanja dapat mempertjepat langkah kaki mereka, mereka naik

turun dari bukit kebukit, achirnja mereka mendaki sebuah bukit jang besar, sedangkan

puntjaknja tidak terlalu tjuram dan berbahaja, melainkan rata dan lebar. Telapak kaki

Bok Tiat Djin dan Pang Kim Hong tampak tidak keruan danatjak2an, mungkin disinilah

terdjadi perkelahian beberapa gebrakan. Tapi telapak ini kalau dnkuti terus sampai

kelereng gunung sudah hilang tak terlihat, sebagai gantinja terlihat dua garis lurus jang

sedjadjar dari atas gunung terus kebawah, tanpa banjak pikir sekalian orang mengetahui

garis itu adalah bekas Bok Tiat Djin meluntjur kebawah seperti main sky, sedangkan Pang

Kim Hong tentu mengikuti dengan tjara jang sama. Mereka dapat meluntjur dengan

tjepal, dan tak mungkin terlihat oleh mata lagi.

Tjiu Piau mempunjai ilmu kaki jang baik, dengan tjcpat ia melompat dan memasang

kedua kakinja pada garis mengkilap itu, sesaat kemudian tubuhnja segera menggelesar

djalan dan meluntjur kedepan. Dengan girang ia berteriak: "Mari, pergunakanlah tjara ini

untuk mengedjar mereka!" Belum suaranja habis, tubuhnja sudah berada demikian

djauh. Ong Gwat Hee menuruti djedjak patjarnja menerdjunkan diri pada garis itu,

sehingga, meluntjur menjusul jang didepan.

dalam waktu sekedjap sekalian orang sudah meluntjur dengan tjepatnja ditempat jang

menurun itu, mereka merasakan semakin lama semakin tjepat, sampai tidak dapat

melihat keadaan dengan terang, hanja telinga sadja mendengar men-deru2nja dari anginLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

jang menjampok muka mereka. Tib a2 Ong Gwat Hee menteriak: "Awas didepanada

lubang!" Tjiu Piau menjambung perkataan patjarnja: "Bukan lubang tapi djurang, bukan

satu tapi banjak!" Sekalian dari mereka ingin berhenti, tapi tiada tjaranja jang sempurna,

sehingga masih tetap dalam peluntjurannja dengan tjepat.

Semakin lama djurang itu sudah semakin dekat pada mereka, Tjiu Piau dan Gwat Hee

jang berada didepan tiada kuasa untuk menghentikan kaki mereka dengan tjepat mereka

memutarkan tubuhnja, untuk meluntjur ketempat lain, tapi hal ini serupa sadja, kemana

ia lari tetap akan masuk kedalam djurang jang menghadang itu.

dalam keadaan jang gawat itu, Wan Djin Liong dan Wan Thian Hong menteriak dengan

keras: "Lihatlah kami!" Mereka tidak menghentikan. atau memutarkan tubuhnja,

malahan mempertjepat gaja luntjurnja! Sekalian jang melihat mendjadi kaget, tanpa

terasa mengeluarkan djeritan2 ngeri, tapi sebelum hilang kaget mereka, dua saudara

Wan sudah dapat melewati djurang penghalang itu seperti terbang sadja! Seterusnja

penghalang keduapun dapat dilalui mereka setjara mudah.

Sesudah mereka berhasil melalui tjelah2 itu, terasa gaja luntjurnja sudah agak kurang,

dengan tjepat mereka mengeluarkan pedangnja masing2, dan ditantjapkan kedalam es,

sehingga mereka dapat berhenti denganaman, kemudian berdiri dengan per-lahan2. Hal

ini terdjadi dalam waktu sekedjapan mata sadja.

Kawan2nja jang berada dibelakang, menaulat perbuatan mereka, se-olah2 seperti

berterbangan satu persatu melewat rintangan demi rintangan dengan mudahnja.

Tengrih. dua saudara Wan girang, atas hasil kawan2nja tiba2 terdensar suara djeritan

jang tadjam dari belakang. Suara itu bukan lain dari suara Tjiu Piau dan Gwat Hee.

Sekalian orang memalingkan matanja kepada arah suara, tampak oleh mereka Tjiu

Piau dan Gwat "Hee berada ditepian tjelah djurang pertama. sebenarnja mereka adalah

jang paling dulu meluntjur, tapi waktu menhat rintangan jang berupa tjelah djurang

dihadapan mereka. segera mereka ingin menghentikan kakinja dengan berbelok. Tapi

saldju ini terlampau lit jin, tak mudab untuk mereka dapat berdiri dengan baik, lebih2

peluntjuran ini terdjadi dari tempat jang tinggi ketempat iang rendah, sekali mereka

membelok mana bisa berhenti? Karena terlambat sedikit inilah, gaja luntjur mereka agak

kendur, sedangkan djarak antara mereka dan tielah djurang sudah sedemikian dekat,

agaknja tak ada obat lagi untuk mengelakkan diri tidak masuk kedalam djurang jang

dalam itu.

Tiba2 sekalian orang melihat, Tjiu Piau mengulurkan kedua lengannja untuk menarik

Gwat Hee. Kalau dilihat dari geraknja, ia bermaksud, menggunakan ketika sebeIum

tubuhnja djatuh kedalam djurang, menarik lengan Gwat Hee dengan tenaga, agar jang

tersebut belakangan dapat memindjam tenaga balikan dapat ketepian tjelah djurang,

agar djangan sampai terdjadi mati berdua. Ong Gwat Hee menjambut kedua lengan

kawannja, tapi kemudian menggunakan sepenuh tenaga untuk mendorong padaLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

saudaranja itu. Dengan demikian kedjatuhan Tjiu Piau kedalam djurang kena tertahan,


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


sedangkan tubuhnja sang gadis sendiri semakin tjepat turun kebawah dan masuk

kedalam tjelah djurang dengan tjepat. Sekalian orang kesima tidak dapat berbitjara,

dalam keadaan jang demikian sunji ini hanja terdengar suara djeritan Tjiu Piau. jang

menjajatkan sukma. Ia selamat tidak sampai djatuh kedalam djurang, tapi harus melihat

dengan mata kepala sendiri bagaimana djatuhnja sang kekasih. Perasaan inilah jang

membuat djiwanja sukar untuk menerima. Sekalian jang lain masih tetap tidak

mengeluarkan sepatah katapun, diam berdiri dengan mata mendelong. Sungguh sunji

dan seperti dunja mati, sampai angin halus jang berkesiur meniup udjung badju dapat

terdengar dengan njata.

Agaknja sedetik dan semenit dalam keadaan sesunji ini, berdjalan semakin lambat

sadja. Tjiu Piau ingat bagaimana tadi, jakni pertolongannja tidak berhasil, sebaliknja

dirinja jang kena ditolong. Ah kini ia sudah djatuh, entah apa jang terdjadi pada dirinja?

Kalau barusan ia dapat berhasil menariknja, tentu saat ini sang kekasih itu masih dapat

berdiri ditempat ia sekarang, sedangkan jang djatuh adalah dia. Tjiu Piau berpikir: "Kalau

terdjadi begitu sungguh baik sekali, kalau aku djatuh sedikitpun tidak mendjadi apa? "

Tapi seg alama itu kini sudah tak,dapat berubah. Ia memandang kedalam tjelah

djurang dengan mendelong, tampak olehnja kedalaman dari djurang itu tidak terkatakan,

sedangkan sedalam seratus tumbak lebih sudah mendjadi hitam dan gelap tak tampak

apa2. Tanpa terasa ia duduk numpra di atas saldju, lengannja memegangi kedua

telinganja, dengan sukar ia mengutjurkan air matanja. Saat ini Ong Djie Haipun tidak

terketjuali daripada bengong sambil mengutjurkan air mata tanpa dapat ber-kata2.

Di antara tjelah djurang jang lebarnja tidak seberapa, ini sering2 terdjadi djembatan

alam. Kini Kie Sau menampak sebuah djembatan saldju tak seberapa djauh dari mereka,

dengan per-lahan2 ia berdjalan kesana. Ia bernjat untuk menasehati atau menghibur

Tjiu Piau, tapi ia sendiripun sangat sedih, sehingga dalam waktu sekedjap tiada kata2

jang dapat dikeluarkan dari mulutnja, hanja tangannja sadja jang per-lahn2 me-nepok2

kedua bahu Tjiau Piau silih berganti, kemudian ia pun menekuk lututnja nongkrong disisi

sang murid dan diam bengong memandang kedalam djurang.

Marilah kita tengok bagaimana dengan nasib Gwat Hee jang djatuh kedalam djurang

seperti dituturkan tadi.

Begitu tubuhnja djatuh kedalam djurang ia masih sempat melihat Tjiu Piau terlepas

dari bahaja maut. Sehingga hatinja agak terhibur dan merasakan senang sekali,

sampaipun tubuhnja jang sudah masuk kemulut djurang masih tidak dirasakan. Tapi

dalam sekedjap mata sadja ia sudah djatuh sedalam tiga empat puluh tumbak, kemudian

matanja merasakan sekelilingnja mendjadi gelap gulita, sedangkan tubuhnja merasakan

dingin djuga. Dengan perasaan seratus persen tentu mati, ia memeramkan kedua

matanja, untuk menantikan adjal.Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

dalam keadaan jang luar biasa ini, ia tidak mengetahui sudah berapa lama terdjatuh,

ia hanja mengetahui sudah lama sekali, dan sudah berapa puluh meter dalamnja, se-

olah2 djurang ini tidak mempunjai dasar. Mungkinkah hanja suatu impian? Apakah

benar2 djurang ini tidak mempunjai dasar?

Tengah ia dalam keadaan setengah sadar, setjara tiba2 pangkal lengannja seperti

dipegang orang. Tenaga pemegang itu demikian besar! Gwat Hee mendjadi kaget,

pikirnja didalam tempat jang sangat aneh begini mana bisa ada orang? .

Tenaga itu membuat dirinja tertarik kesebelah samping. Dengan tjepat kakinja sudah

memidjak tanah. Dengan penuh rasa heran jang tidak terhingga ia membuka mata,

sedangkan pikirannja terhadap hal jang di alami setjara sungguh2 ini seperti impian

belaka. Didepan matanja berdiri seorang wanita tua, orang ini bukan lain dari Pang Kim

Hong adanja. Dengan rasa heran sang gadis menatapkan matanja jang penuh keheranan

kesekeliling. Kiranja ia berada di-tjelah2 djurang es, tapi dua dinding tjelah jang

ditempatkan kini, agak lekuk kedalam, sehingga merupakan dua buah goa, jang

berhadap2an, Pang Kim Hong berdiri disebuah goa, sedangkan disatu goa lagi terdapat

seorang jang berbadju hitam.

Dengan penuh perhatian ia mengawasi pada orang jang berbadju hitam, sedangkan

hatinja mengatakan, bukankah ia Bok Tiat Djin? Pang Kim Hong kenapa bisa djatuh

kesini? .

Bok Tiat Djin menjandarkan tubuhnja ketebing es dengan kaku, sedikitpun tidak ber-

gerak2, sedangkan matjamnja sangat lutju sekali, tegas melukiskan gerak djatuh dari

atas tjelah2 tapi sudah kaku sehingga matjamnja gerakan melompatnja tetap. Seperti

apakah matjamnja itu? Tak ubah seperti patung Tiat Lo Han jang terdapat di-kelinting2

berhala.

Pang Kim Hong melihat wadjah sang gadis jang penuh rasa aneh, segera berkata: "Ia

kena kutotok." Perkataan jang singkat ini mmebuat Gwat Hee mengerti dan hilang rasa,

anehnja. Ia pernah melihat Pang Kim Hong melepaskan sendjata rahasianja jang berupa

air, karera itu ia tidak heran Bok Tiat Djin kena dibuatnja demikian mat jam. Walaupun

bagaimana ia merasa heran kenapa dua orang ini bisa djatuh dan berkelahi dibawah

djurang?

Ong Gwat Hee jang tjerdik, otaknja segera berpikir: "Pang Kim Hong jang lihay bisa

turun pasti bisa naik pula, kalau bukan kepadanja minta tolong harus kepada siapa lagi?"

Dengan segera ia memberi hormat dan mengutjapkan terima kasih atas pertolongannja,

kemudian ia melandjutkan berkata: "Dengan sangat Teetju minta petundjuk kepada

Lo-tjian-pwee untuk meninggalkan tempat ini."

Pang Kim Hong menatap sang gadis dengan tadjam dan lemah-lembut ia berkata:

"Ingin naik ke atas? Hal ini agaknja tidak mudah dilakukan."Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

Gwat Hee tertegun tidak mengerti. Sebelum ia membuka mulut untuk mengutarakan

ketidak pertjajaannja, Pang Kim Hong sudah berkata lagi sambil me-nepok2 bahunja:

"Djangan ter-gesa2, duduklah terlebih dahulu dan istirahat sebentar." Sehabis berkata ia

kemak-kemik sendiri dengan suara perlahan: "Sukar kiranja mendapat tempat jang

demikian sunji dan sepi, dalam tempat jang demikian tjotjok sekali untuk duduk sambil

merenungk anakan kehidupan jang lalu2 "

Dengan penuh keheranan Gwat Hee duduk dan mendekat pada tubuh Pang Kim Hong,

sehingga masing2 merasakan hangat dan njaman. Dengan penuh kasih sajang orang

berilmu itu meng-usap2 sang gadis dan berkata: "Hai-tju ( anak) kau masih muda dan

mempunjai hari kemudian jang tjemerlang karena itu kau berpikirlah dan berdaja untuk

naik ke atas!"

Mendengar suara orang jang demikian penuh kasih c.ajang, Gwat Hee memberanikan

diri membuka mulut: "Lo~tjian-pwee apakah kau djatuh kesini dikarenakan tipu Bok Tiat

Djin?"

"Haa ha," ia tertawa, "walaupun aku kena akalnja, tapi iapun tidak dapat hidup

dengan selamat Kau dengar baik2, saat itu botjah she Bok meluntjurkan diri dari lereng

gunung, aku membuntuti dari belakang. Ia dapat melintasi tjelah djurang dengan baik,

kemudian ia membalik belakang dan melepaskan dua pukulan jang hebat, saat itu aku

tengah melintasi tjelah ini, dengan sendiri serangan mendadak di atas udara itu sukar

untuk diegosi atau dikelit agaknja kedjatuhan diri tu aku kedalam djurang sudah

mendjadi pasti. Hemm aku tidak menangkis serangannja itu, sebaliknja aku

mendjulurkan lenganku dengan ilmu kuku garuda (Eng Djiau Kang) dan berhasil

menangkap dirinja, demikianlah kami djatuh ber-dua2. Sesudah me-lajang2 agak lama

di-tjelab2 djurang, kulihat tempat ini jang dapat dipakai menaruh kaki, dengan tjepat

tubuhnja kulempar, dengan tenaga balikan jang kuterima aku dapat kesini dengan

selamat, sedangkan iapun terdorong djatuh disana tidak mati."

Gwat Hee menataplean matanja memandang tubuh Bok Tiat Djin jang kaku dan lutju

itu. Sedangkan Pang Kim Hong sudah melandjutkan lagi kata2nja: " aku mengetahui

bahwa botjah she Bok ini mengetahui dan mengenal baik keadaan di Peng San, aku

kuatir ia dapat melarikan diri, karenanja sebelum tubuhnja berdiri baik aku sudah

menatoknja." Sambil berkata orang berilmu ini meng-gosok2kan sepotong es dikedua

lengannja, kemudian air es itu dikepretkan pada tubuh Bok Tiat Djin. Sekali ini ia tidak

menotok melainkan membebaskan totokan gagu dari lawannja, agar sang lawan dapat

berkata2.

"Hai botjah she Bok, adakah djalan untuk naik ke atas? Katakanlah lekas! Asal kau

dapat berkata dengan baik kau dapat selamat dan kubebaskan dari kematian."Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

Bok Tiat Djin me-mutar2 kedua bidji matanja, sesaat kemudian ia menarik napas dan

berkata: "Daja apa jang dapat menolong kita? Terketjuali tumbuh sajap dan terbang ke

atas!"

"Botjah tidak tahu diri! Nantikanlah kematian dengan menutup mulutmu rapat2."

"Pang Kim Hong sepuluh tahun berselang kau berhasil mengalahkan Peng San Pai

dengan Im Yang Kang-mu, kami tidak mentjarimu untuk menuntut balas sebaliknja kau

mentjari klami untuk menjusahkan, hal apakah jang membuatmu demikian? Kematian

kita bersama sudah pasti dan tak perlu diragukan Iagi karena itu aku mohonagar kau

dapat mentjeritakan sebab musababnja, agar aku tidak mati setjara penasaran."

PanpKim Hang tertawa tidak mendjawab pertanjaan orang. Sebalikrija Gwat Heq ingin

benar mendengar djawaban dari pertanjaan itu, dengan per-lahan2 ia berbisik: "Pang Lo-

tjian-pwee, katakanlah per-lahan2 kepad aku, dan djangan kasih binatang itu

mendengarnja!"

Pang Kim Hong melihat sang gadis jang demikian lintjah dan penuh hasrat, tak tega

untuk menolak. Sesudah ia berpikir sebentar: "Kalau kau ingin tahu boleh kututurkan.

sebenarnja dalam hal ini tiada hal jang luar biasa, melainkan waktu aku mengobati luka

dari Yauw Tjian Su, orang tua she Yauw ini berbalik menjembuhkan penderitaan hatiku.

aku tak berhasil menjembuhkannja, tapi hatiku kena dibikin tergerak. aku pernah

melulusinja suatu hal jang membebani dirinja, ia memesanagar aku suka inembantu

kalian guna melenjapkan penghianat2 bangsa. Karenanjalah aku mengirim surat

menantang sekalian orang djahat itu, untuk sekalian menjapu bersih dari Dermukaan

bumi. Tapi tak kuduga bahwa kalianpun bisa datang ke Peng San ja hanja begini sadja!"

Sehabis berkata orang tua berilmu ini tidak hentinja tertawa, agaknja dari suara tawanja

itu mengandung suatu rahasia hati jang tidak diketahui orang, agaknja tidak tertahan

lagi untuk membendung suatu perasaan jang mendalam didalam sanubarinja, ia berkata

kemak-kennk seorang diri: "Ja, achirnja aku

dapat berbuat sesuatu jang dimintanja " Ia berkata2 dan sedangkan gerak-

geriknja demikian saju, wadjahnja membajangkan suatu perasaan pilu jang tidak alang

kepalang, perubahan jang demikian tjepat ini entah disebabkan apa?

Dengan penuh rasa tanda tanja tidak mengerti Gwat Hee menatapkan matanja tanpa

me-ngedip2, tapi ia tak dapat menduga apa artinja dari sekalian pandangan jang

dilihatnja ini. Ja tak perlu diragukan lagi, perubahan jang mendadak dari Pang Kim Hong

ini hanja ia sendiri jang mengetahuinja.

Kiranja 'sewaktu ia remadja puteri, Yauw Tjian Su mengutarakan kandungan hatinja

kepada pendekar wanita jang tjantik ini, sajang saat itu ia sangat tawar memperlakukan

orang jang mengasihinja. Sedangkan hatinja terpikat pada Hek Liong Lo Kuay. Tapi

achirnja ia mengetahui perdjalanan hidup dari orang jang dikasihinja itu djauh dari rilLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

kebenaran, dengan penuh rasa rindu dendam dan putus asa, ia mengasingkan diri

ketempat jang sunji dan putus pergaulannja dengan dunja umum. Demikianlah ber-

tahun2 sudah berlalu, per-lahan2 hatinja berbalik menjesal dan merasa tidak enak pada

Yauw Tjian Su jang baik hati dan luhur peribudirija, tapi hal itu sudah berlalu dan sudah


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


terlalu telat untuk dibitjarakan!

Perihal tjinta kasih dan rindu dendam dari kisah hidupnja Pang Kim Hong hanja sedikit

orang sadja jang tahu, mungkin untuk sekarang hanja dirinja sadja jang mengetahui.

Dengan perasaan hati jang djemu mengenang nasib jang malang, orang tua ini

memeramkan matanja untuk mengalihkan pikirannja kedjurusan lain. Tapi biar

bagaimana ia berusaha, bajangan dari Yauw Tjian Su se-olah2 masih terlihat dikelopak

matanja. Tiba2 ia ingat kata2 dari mendiang jang sering memudjikan ketjerdasan dan

kepandaian anak2, bahkan pernah pula mentjeriterakan kepandaian Gwat Hee. Dengan

segera ia bertanja: "Hay-tju, adakah kau jang dipanggil Ong Gwat Hee?"

"Lo-tjian-pwee kenapa mengetahui nama aku?" kata Gwat Hee dengan heran.

"Kalau kau Ong Gwat Hee sudahlah, kau bisa meninggalkan tempat ini sekarang djuga,

tapi aku heran kenapa kau belum berpikir untuk keluar?"

"Maaf' kata Gwat Hee, "Tetju tidak mengerti apa jang dimaksud."

"ha ha," Pang Kim Hong tertawa besar,

"mungkin sewaktu kau djatuh dari atas, semangatmu itu kabur karena takut, sehingga

ilmu jang kau punjai itu lupa untuk digunakan, pikirlah Yauw Tjian Su memberikan

peladjaran apa kepadamu?"

Gwat Hee jang tjerdik segera ingat peladjaran melompat di atas pohon jang pernah

dipeladjarinja dibawah petundjuk Yauw Tjian Su. Dengan tjepat ia melongok keluar dari

Kang goa, tampak olehnja#tebing es jang demikian tinggi dan putih lit jin tidak terhingga,

belum2 hatinja sudah merasa gentar. " aku kuatir nmuku tidak berdjalan pada tebing es

jang lit jin!"

"Apa jang kau takuti? Tjobalah kau naik, kalau tidak berhasil tentu kau djatuh lagi,

sedangk an aku masih berada disini perlu apa kau merasa kuatir!"

Gwat Hee masih tetap ragu2, tanpa sabar lagi Pang Kim Hong mentiekal dan

melemparkannja ke atas sambil berseru: "Tjoba!" Tenaga lemparan dari orang tua ini

bukan main hebatnja, kalau dibanding dengan tenaga mentjelat Gwat Hee sendiri

mungkin kekuatannja lebih sepuluh tikal. Belum sempat untuk sang gadis me-nguutjak2

matanja. tubuhnja sudah merapung lebih kurang sepuluh tumbak dan hampir membentur

tebing. Pada saat ini tiada pilihan lain untuknja, dengan tjepat ilmunja jang tiada

keduama dikolong langit dipergunakan pada tempatnja. Begitu kedua kakinja mendjedjak

tebing tubuhnja dengan tjepat berbalik hadapan, demikianlah ia bulak-balikLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

menggunakan kedua kakinja. Es jang litjin itu tidak sedikit mengganggu dan mengurangi

tenaga balikan dari kedua kakinja. Karena kakinja sering meledjit waktu mendjedjak.

Terketjuali itu, djurang itu tjukup dalam, sesudah ia berkutet demikian lamanja belum

djuga berhasil sampai ditempat tudjuan, mau tak man tenaganja kian lama kian

mengurang, berikutnja hatinja merasa gentar dan tjemas, ia berpikir, kalau tidak berhasil

naik ke atas pasti djatuh lagi, betul dibawah ada Pang Kim Hong, tapi kalau tubuhnja

tidak dapat disangga bagaimana djadinja?

dalam keadaan jang maha genting, umumnja manusia bisa mengembangkan daja

pikirnja lebih tadjam dari hari2 biasa, demikian dengan Gwat Hee tanpa banjak pikir lagi,

ia menggigit gigi dan menggunakan tenaganja .se-kuat2nja. Mulailah ia melontjat lagi

dengan mati2an, sesudah melompat lagi beberapa balik, djarak dirinja dengan

permukaan djurang lebih kurang tinggal tiga empat tumbak. Dengan tenaga jang hampir

habis tubuhnja diendjot lagi. Saat ini ia berhasil mendekat pada permukaan Hang, asal

sadja ia bulak-balik satu kali lagi tubuhnja pasti berhasil keluar dari mulut djurang, tapi

boleh2 tenaganja habis pada saat itu, sedangkan kaki-tangan sudah tidak mendengar

perintahnja lagi. Berbareng dengan ini telinganja mendengar suara panggilan Tjiau Piau:

"Gwat Hee! Gwat Hee!" Heran binadjaib suara itu seperti djuga bunga Widjajakesuma,

membuat gadis kita jang hampir semaput bisa membuka matanja lagi, tampak olehnja

lengan Tjiu Piau jang terdjulur, dengan kekuatan gaib lengan sang gadis mendjambret

pada lengan pemuda, kedua tangan saling pegang dengan erat, Gwat Hee segera pingsan

pada detik itu.

Dengan tjepat sang gadis dikerumuni oleh saudara2nja, sedangkan Kie Sau berusaha

mengurut dan membantu muridnja mengatur pernapasannja jang SeninKemis kelelahan.

Setjara tjepat Gwat Hee pulih lagi kesehatannja, dengan ter-buru2, ia membuka mulut

mentjeritakan bagaimana 'pengalamannja, kepada sekalian saudaranja. Biarlah kita

tinggal dulu Gwat Hee jang tengah bertjerita untuk menengok Pang Kim Hong jang masih

berada dibawah.

Pang Kim Hong merasa kagum melihat kepandaian Gwat Hee jang dapat bulak-balik

dengan lintjahnja diantara kedua tebing setjara mejakini, tanpa terasa Jagi kepalanja

manggut2, sedangkan hatinja merasa girang sekli, karena ia tahu bahwa sang gadis pasti

akan berhasil keluar dari dalam djurang. Sambil memperhatikan gerak dan tjara Gwat

Hee, hatinja berpikir: "Bisakah nenek2 sebagai aku meniru tjaranja botjah itu untuk

keluar dari djurang? Ah, mana mungkin? Ilmu itu harus menggunakan kelintjahan, aku

jang sudah tua tentu sadja tidak selintjah anak muda, kalau kupaksakan kuatir sampai

ditengah djalan dan djatuh, tentu hal ini membuat tertawaan sadja untuk orang2 Kang

Ouw." Sehabis berpikir ia diam bersemadi, pikirnja orang hidup harus mati, karenanja

mati ditempat jang demikian indah, sedikitpun tidak perlu merasa menjesal.

Tiba2 ia merasakan sesuatu benda, terdjuntai dari atas dan ber-gerak2 didepan

matanja. Ia membuka mata, kiranja benda itu adalah seutas tambang jang dipilin dariLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

badju jang di-sobek2. Ia tahu bahwa Gwat Hee sudah berhasil sampai di atas dengan

selamat dan ingin menolong dirinja. Tapi orang tua ini sungguh beradat aneh, tambang

itu sedikitpun tidak diladeni, tubuhnja tetap diam tidak bergerak. Ia berkata didalam hati:

" aku adalah golongan Lo-tjian-pwee kelas satu, mana boleh menerima

pertolongan segala botjah jang masih ingusan? Lelutjon ini terlalu gila, bisa2 dunja

tertawa!" Hal muka inilah jang sangat memberatkan pendekar wanita ini, ia terus diam

sambil bersemadi, untuk terus menanti kematian.

Tapi orang jang berada di atas, sengadja me-mutar2kan tambang itu, mau tak mau

gangguan ini mendjengkelkan djuga hatinja, dengan geram tambang itu ditangkap

selandjutnja untuk diputuskan dan dibuang, tapi hal itu mendjadi batal waktu matanja

melihat dua baris kalimat.

Kiranja di atas tambang itu tertera huruf2 jang berbunji: "Seumur hidupku aku

melakukan pekerdjaan, tanpa banjak pikir, pokoknja asal benar! Untuk apa

membodohkan diri disebabkan hal malu." Kata2 ini menggerakkan lubuk hati Pang Kim

Hong, sehingga ia seperti melihat Yauw Tjian Su berdiri dihadapannja menuding dirinja:

"Orang jang menolong dirimu adalah kawan sendiri, kenapa mementingkan sekali soal

kedudukan dan muka? Kau harus tahu, kalau kau seorang diri sadja jang menggempur

Kiu Sie Tin siang2 djiwamu sudah melajang. Djanganlah kau berbuat bodoh, aku tidak

senang dengan tjara jang luar biasa dungunja itu!" Pang Kim Hong terdiam tenang,

otaknja terkenang waktu ia mengobati Yauw Tjian Su, pernah satu kali mendebatkan hal

ini, saat itu kedua pihak tidak mau mengalah, sekarang dua baris kata2 itu kembali

tampak dihadapannja.

"Yauw Tjian Su, kata2mu itu benar, aku menurut," katanja dengan suara perlahan,

dengan tjepat lengannja mentjekal kembali tambang dan meng-gojang2kanagar orang

jang berada di atas mendjadi tahu.

Adapun surat itu tulisannja Hoa San Kie Sau, jang didapatnja dari badju Yauw Tjian

Su, ia sudah memastikan bahwa orang she Pang itu tidak mungkin menerima bantuannja,

demikianlah ia ingat dengan dua baris kata2 itu, karenanja diudjung tambang itu

digantung sobekan kain jang berhuruf, dan benar2 berhasil menggerakkan hati Pang

Kim Hong.

Bok Tiat Djin jang berada dihadapan Pang Kim Hong mendjadi iri hati melihat lawannja

akan berhasil menjelamatkan diri, dengan tjara mengedjek ia berkata memanas-manasi:

"Pang Kim Hong! Kita belum bertarung setjara sungguh2, kau harus tahu bahwa Im Yang

Kang itu biar bagaimana bukan tandinganku!"

Pang Kim Hong hatinja tergerak dan ingin menolong musuhnja itu, tapi bajangan Yauw

Tjian Su se-olah2 berada didepan mukanja lagi: "Djangan kau tolong manusia bangsat

ini! Biarlah ia meninggal, karena dosanja sudah terlalu banjak. Kau harus tahu, ingatlah

Jjangau se-kali2 menolong serigala buas di atas gunung!"Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

Pang Kim 'Hong tiada pilihan lain terketjuali menuruti kata2 itu, ia tersenjum dingin

sambil memandang pada musuhnja dan membiarkannja berdiam disitu, sedangkan ia

sendiri sudah mulai memegang tambang dan menggunakan tjara Gwat Hee naik ke atas,

sedangkan orang2 jang berada di atas membantu menariknja, tak lama kemudian

tertolonglah djago wanita ini keluar dari dalam djurang, sedangkan lawannja jang

bergelar Peng San Hek Pau terus diam didalam djurang jang dingin itu seperti artja

dirumah berhala, sampai ia sudah mati tubuhnja masih tetap utuh dan segar seperti

belum mati sadja, karena es jang dingin.

Begitu Pang Kim Hong sampai di atas, ia diam tidak mengutjapkan terima kasih, hanja

kepalanja sadja mengangguk2 ketjil kepada Kie Sau, kemudian ia melangkah pergi tanpa

menoleh lagi. Djago wanita ini sudah mempunjai ketetapan hati untuk menolong sekalian

anak muda untuk menghantjurkan Kiu Sie Tin. Diam2 ia berkata sendiri: "Menurut

kebiasaan dari barisan maut ini, kalau tiga pintu sudah didobrak, musuh akan semakin

kuat. Kalau saat itu dua musuh menggabungkan diri untuk menjerang, entah dimana dua

orang itu menundjukkan dirinja."

Dengan membungkukkan badan Pang Kim Hong mentjomot saldju, dan

membiarkannja mendjadi tj air dikedua telapak lengannja. Tubuhnja terus madju

kemuka, sehingga Kie Sau dan rombongannja tertinggal beberapa tombak dibelakang.

Dengan setjara tiba2 telinganja jang tadjam, menangkap suara berdesis dikedua tepian

tanah es. Ia berdiam sambil memnerhatikan, belum rasa herannja hilang, matanja

melihat berkelebat dua baiangan orang.

Dua orang itu berhasil menjembunjikan diri mengandal pada keadaan es jang

berandjal berendjul tidak rata, mereka merosot terus dan memperlihatkan dirinja sesudah

berada dekat dengan musuh. Kedua orang ini memakai badju berwarna abu2 jang

serupa, seorang laki2 dan seorang wanita. Jang laki2 berpakaian To-djin (orang

pertapaan) lengannja mentjekal sebilah pedang jang pandjang dan ber-keredep2

mengkilat. Orang ini adalah salah satu dari pendekar pedang Go Bie Pay jang bemama

Lauw Tjiok Sim sedangkan pedangnja jang berkilauan itu adalah pedang mustika jang

bemama Tjai In Kiam; jang seorang lagi adalah seorang bikuni, jakni Kuan Tong It Kuay

Bu Beng Nie, lengannja menggenggam rantai mutiaranja. Kedua orang ini sudah berusia

di atas lima puluh tahun, sedangkan ilmunjapun lihay dan berdiri tersendni.

Mereka berdiri dihadapan Pang Kim Hong sedjauh satu depa, asal pedang Lauw Tjiok

Sim jang pandjang madju selangkah, pasti akan mengenai pada musuhnja. Sesudah

mereka saling bersenjum dingin dan melotot, segera menggerakkan lengannja, sehingga

pertarungan dua lawan satu berkobar dengan dahsjatnja.

Dengan ilmu pedang Go Bie Kiam Hoat orang she Lauw itu menerdiang dengan

tusukan maut kebagian kanan tubuh musuhnja. Djurus ini bemama "Pek Houw Lo Peng

Yang" (memaksa harimau galak turun ketanah datar). Sedangkan Bu Beng Nie tidak mauLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

ketinggalan, rantai mutiaranja dengan tjepat berputar dan mendjurus keulu hati orang.

Dua seranean jang demikianampuh dan lihay ini dibiarkan Pang Kim Hong begitu sadja,

tubuhnja tidak kelihatan bergerak barang sedikit. Dimenantikannja kedua lawannja

sesudah dekat benar, ilmu nja baru dikeluarkan, tampak kedua lengannja mengepretkan


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


butiran2 air kedjurusan muka musuhnja. Berbareng dengan itu, tubuhnja tetap tidak

bergerak, sedangkan serangan lawan sudah sampai, tubuhnja baharu bergerak sedikit,

menjusul terdengar suara teriakan mendjerit dari kedua musuh jang saling bentur satu

dengan lain.

Pedang Lauw Tjiok Sim jang datang memapas dengan dahsjat sejogjanja akan didjepit

oleh Bu Beng Nie dengan kedua djeridjinja, malang baginja bukan sadja usahanja gagal

bahkan tiga djeridjinja kena dipapas pedang lawannja jang kenamaan. Detik itu pulalah

darah segar muntjrat dengan deras memerahi saldju jang putih! Sementara itu rantai Bu

Beng Nie seperti djeridji sadja akunja, tak heran dada Lauw Tjiok Sim kena ditotok

habis2an. Sehingga membuatnja jang disebut belakangan merasakan dadanja sesak dan

kaku, luka jang hebat ini pasti tidak bisa sembuh dalam sekedjap, bahkan dalam-waktu

setahunpun tidak akan pulih seperti biasa kalau tidak dirawat dengan hati2.

agaknja suatu lelutjon besar, kalau terdjadi saling gebuk di antara orang jang

kenamaan dirimba persilatan sematjam Lauw Tjiok Sim dan Bu Beng Nie. Tapi hal ini

tidak bisa disangkal, memang terdjadi dengan sesungguhnja Kiranja didalam perkelahian

ini mengaudimg sebab, jakni kedua mata dari mereka sudah mendjadi buta kena sendjata

rahasia jang luar biasa dari Pang Kim Hong. Terketjuali itu serangan mereka jang

dilantjarkan dari kiri dan kanan kena diegaskan oleh Im Yang Kang jang luar biasa

lihaynja. Saat itu pikiran kedua orang mengira orang jang dilukai adalah Pang Kim Hong,

mereka tidak mengira sama sekali orang jang dilukakan dengan serangan maut mereka

adalah kawan sendiri. Tak heran mereka merasa kaget sekali waktu musuhnja membuka

mulut: "Manusia busuk jang tidak mengenal selatan dan berani mati melawan Ku Nay

Nay-mu (nenekmu). Hidup matimu kini berada dilenganku. Kalau ingin mati,

kupersilahkan madju bertanding sebanjak dua djurus! Kalau ingin hidup lekas bertekuk

lutut! aku bertanja sepatah kau djawab sepatah!"

Bertekuk lutut dihadapan musuh, adalah suatu penghinaan besar jang tiada

bandingannja, karenanja Lauw Tjiok Sim dan Bu Beng Nie tetap diam mematung dan

tidak mendjawab. Perubahan jang terdjadi dengan sekedjap mata ini, membuat kedua

orang jang menganggap dirinja nhay dan berpikir pasti berhasil mengalahkan Pang Kim

Hong dengan bergabung, mereka mendjadi heran begitu bergebrak matanja mendjadi

buta, sedangkan mukanja terasa perih dan ber-liang2 bopeng. Se-kali2 mereka tidak

pernah berpikir bahwa. uap putih jang dilcpas lawannja membeku kena dingin, berubah

seperti ratusan djarum putih melukakan matanja. Pukulan ini membuat mereka gusar

tidak alang kepalang, tapi jang terlebih hebat terpukul adalah kegarangannja. Kini merekaLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

sudah buta dan mengetahui bukan lawan dari lawannja lagi. Tapi untuk berlutut mereka

enggan melakukannja.

"Masih membangkang tidak berlutut? Sehingga djalan hidup kau tutup rapat! Terus

terang kukatakan sebenarnja aku masih merasa sajang kepada kalian, seorang murid

kelas satu dari Go Bie Pay dan seorang kenamaan dari Kuan Tong, walaupun kalian

berbuat djahat, melulu hanja mengekor kepada orang lain dan tidak terhitung biang

keladi dari kedjahatan, karenanja aku meringankan kamu dari hukuman mati asal sadja

mau berlutut dan tidak akan melakukan kedjahatan lagi dihari kemudian. Pihhlah lekas

mau mati atau hidup! Tekuk lututmu! Segera!"

Lauw Tjiok Sim dan Bu Beng Uie tetap berdiri dengan tegak seperti patung, sedangkan

mukama jang berdarah menundjukkan gusar atau sedih tidak dapat dibedakan.

"Lauw Tjiok Sim!" bentak Pang Kim Hong, "apa kau mau mati!"

Bentakan ini membuat Lauw Tjiok Sim kaget dan petjah njalinja, kakinja seperti kena

ilmu sihir, tertekuk dan berlutut setjara patuh, mulutnja berkata: " aku Lauw Tjiok Sim,

sedjak saat ini akan mengubah kelakuan buruk mendjadi baik!"

"Bu Beng Nie, bagaimana dengan kau!"

Tanpa disuruh untuk kedua kalinja, bikuni ini menekuk lututnja.

Pang Kim Hong mulai bertanja: "Tjeritakan dengan djelas keadaan di atas Peng San!"

Dengan tjepat Lauw Tjiok Sim mendjawab dengan djudjur: "Di atas Peng San terdapat

sebuah rumah. Sedangkan Louw Toa-ko berada disana!"

"Terketjuali ia siapa lagi jang berada disana?"

Bu Beng Nie mendjawab dengan tjepat: "Louw Toako pernah mengundang tudjuh

saudara angkatnja, tapi mereka tidak datang demi mendengar bahwa Lo Djin-ke akan

datang kesini. Terketjuali itu lainnja aku tidak tahu."

"Terhitung bahwa kalian ber-sungguh2 akan merubah perbuatanmu, karenanja

kudoakan kalian pandjang umur, dan kupersilahkan kalian turun gunung. Ingat! Sekali

lagi kutahu kalian berbuat sesat, djiwa ketjilmu segera kuhabiskan. Kupersilahkan!"

Dengan tjepat Lauw Tjiok Sim dan Bu Beng Nie berbangkit bangun, tubuhnja berputar,

dengan raba Sana raba sini ia berdjalan menudju kebawah gunung setjara menjedihkan.

Walaupun demikian mereka tetap adalah djago2 kelas utama karenanja walaupun buta

dan menderita luka parah tetap dapat turun dengan baik. Menurut orang jang tahu, dihari

tuanja Lauw Tjiok Sim dan Bu Beng Nie betul2 tobat dan berdiam diri dikuilnja mendjadi

orang sutji jang sedjati.Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

Pang Kim Hong jang sudah berhasil mengalahkan lawannja, natinja merasa agak

terhibur, biar bagaimana tugasnja sudah kesampaian untuk membereskan hal jang

diberikan oleh Yauw Tjian Su. Perasaan orang memang selalu aneh, waktu dulu Yauw

Tjian Su sedikitpun tidak memberikan kesan pada dirinja, kini sudah tidak ada lagi

membuatnja be: pikir waktu ia menolak kebaikan orang,

menjesal ia tidak bisa berbuat sesuatu untuk orang jang sudah meninggal guna

menghiburkan dirinja jang penuh penjelesaian.

Saat itti rombongan Kie Sau sudah sampai, dengan tenang Pang Kim Hong berkata

kepada Ong Djie Hai dan saudara2nja: " anak2 Louw Eng berada di atas gunung,

segeralah kalian naik ke atas, aku jakin tiga Louw Eng pun bukan mendjadi tandingan

kalian. Sedangk an aku tidak mau turut tjampur lagi soal kalian, kalian boleh naik kesana

untuk memperhitungkan hutang piutang!" begitu suaranja selesai diutjapkan tubuhnja

terus berputar dan berlalu dengan tjepat tanpa pamit lagi.

Sekalian anak muda mengetahui Louw Eng jang dimaksud Pang Kim Hong adalah

Louw Tiau adanja. Mereka serentak lari memburu sambil ber-teriak2 waktu melihat Pang

Kim Hong mengangkat kaki.

"Pang Lo-tjian-pwee! Pang Lo-tjian-pwee!" Suara teriakan ini se-olah2 mengandung

suatu perasaan tjinta dan sajang untuk berpisah. Sesudah mereka mengedjar beberapa

Iangkah, Pang Kim Hong menghentikan kakinja sambil berkata: "Djie Hai, sesudah selesai

dengan urusanmu, kuharap kau datang ke Kiu Liong Po menemuk an aku. Seluruh dari

ilmu jang kunnliki akan kuturunkan kepada dirimu. Sedangkan soal dan peraturan jang

kusebutkan dahulu sedjak sekarang tidak berl aku lagi, kau boleh beladjar dengan bebas

dan tak perlu mendjadi pertapa!" Sehabis berkata tubuhnja seperti terbang turun

kebawah gunung. Sekalian anak muda tak berdaja untuk mentjandaknja, hanja mata

mereka sadja menghantar kepergian orang dengan mendelong, sesudah orang berilmu

itu berbelok ditikungan, mereka hanja melihat es jang putih sadja, sesudah itu baharu

mereka berbalik badan.

Kie Sau memandang Djie Hai sambil me-nepok2 pundak sang murid: "Djie Hai, aku

mengut japkan sukur atas keberuntungan dirimu jang akan didj adikanachli

waris Im Yang Kang-nja. Kapan waktu kau menuntut ilmu itu kuharap kau dapat

berlatih dengan giat, agar harapan darinja itu tidak mendjadi sia2."

"Apa.jang Suhu katakan Tetju mengerti semua," djawab Djie Hai sanibil tersenjum

girang.

Saat ini udara sudah hampir malam. Sesudah terdjadi ribut hampir seharian, semua

orang merasakan sudah lelah sekali, ditambah udara dingin jang menusuk sumsum,

membuat keadaan malam di Peng San bertambah gelap dan pekak.Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

_ " anak2 sekalian, hari sudah mendjadi malam, marilah kita mentjari tempat untuk

istirahat, besok baharu mendaki ke atas gunung, atau sekarang djuga kita naik? aku

kuatir kalau kita tidak berhasil pada malam ini djuga sampai ditempat tudjuan, aku

kuatir Louw Tiau (sedangkan Lauw Tjiok Sim dan kambratnja serta Pang Kim Hong, masih

belum mengetahui bahwa Louw Eng itu sebenarnja adalah Louw Tiau, karenanja didalam

pertjakapan selalu mengatakan Louw Eng) melihat keadaan buruk, segera berlalu setjara

diam2, dengan demikian tjapai lelah kita mendjadi tjuma2 sadja bukan? Terketjuali itu

pada malam hari lebih banjak bahajanja untuk kita jang tidak mengenal keadaan

tempat!"

Belum suara djawaban dari sekalian anak muda terdengar, Kie Sau melihat dengan

heran pada Thian Hong jang sedang djalan kehilir-mudik sambil menundukkan kepalanja.

Kemudian sang gadis itu berkata: "Koko dan Tjitji kemarilah lekas, kau lihat telapak kaki

siapa ini!" Dengan tjepat Iangkah2 kaki memburu ketempat jang ditundjuk, benar sadja

tampak oleh mereka tapak kaki orang berdjalan tjepat menudju ke atas gunung.

Dengan, geram Djie Hai berkata: "Kita kena terdjebak Bu Beng Nie. Ia mengatakan

bahwa di atas gunung tiada siapa2 terketjuali Louw Tiau, tapi telapak kaki ini terang2

bukan telapak sang Djahanam! Karena agak ketjil."

sebenarnja sekalian orang ini akan berdamai untuk naik atau tidaknja ke atas gunung,

tapi denganadanja telapak kaki itu pembitjaraan itu dihilangkan sedangkan pertanjaan

Kie Sau dibatalkan dan tak perlu didjawab lagi.

Kie Sau mengeluarkan perintah untuk mendaki gunung, detik itu pulalah kelelahan

jang berketjamuk disetiap dada pemuda kita mendjadi hilang, sebagai gantinja, semangat

jang ber-api2 merangsang mereka! Mereka melangkahkan kakinja dengan tjepat

menudju ke atas gunung!

Telapak kaki jang bentuknja ketjil itu mendjurus kesebuah bukit saldju jang djelas

tampak menondjol didepan, se-waktu2 tampak djelas dan dalam, agaknja orang itu

seperti berhenti lama ditempat itu; se-waktu2 tertera tidak teratur, agaknja orang itu

me-lompat2 atau lari.

"Kalau dilihat dari tanda2 jang tidak teratur ini, menundjukkan bahwa orang itu

agaknja me-njolong2 naik kesini dan kuatir diketahui orang," kata Wan Djin Liong

mengeluarkan pendapat.

" akupun mempunjai dugaan jang serupa," kata Sie Hong, "tjoba kau lihat, ada djalan

jang baik tidak dipergunakan, boleh2 menggunakan djalan lekak-lekuk jang bererradiulan

tidak rata!"

Sekalian dengan jang lainpun mempunjai perasaan jang sama. Mereka melangkahkan

kakinja mengikuti tems telapak2 itu naik ke atas, semua diam tidak bitjara, karenanja diLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

atas Peng San hanja angin menderu jang membawa aliran dingin terdengar dengan

halus, keadaan sunji jari" membuat setiap orang sukar menarik napas.

Entah sudah berapa lama mereka melakukan pendakian itu, sedangkan hari telah

mendjadi gelap gulita. Untimglah es2 jang putih memberikan sinar saju jang tjukup

memberikan penerangan sehingga rombongan pendaki tidak mendjadi sesat. Sewaktu

mereka hampir sam

pai dipuntjak bukit, tampak sebuah rumah jang bertengger dengan kela]>-kelipnja

sinar penerangan jang tidak terlalu terang. Dihadapan rumah ini tepat terdapat sebuah

lereng jang terdjal, kalau njat melakukan serangan dari djurusan ini agaknja terlalu sukar

sekali. Sebab musuh asal mendjaga dan menghudjani dengan sendjata rahasia habislah

daja penjerang.

Sedangkan telapak kaki itu tidak langsung menudju kerumah itu, melainkan belok


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


kearah kanan mengelilingi belakang gunung. Sekalian orang segera mengadakan

perundingan, alhasil keputusan didapat harus mengikuti terus djedjak telapak itu.

Benarnja sadja, djalan dibalik gunung itu lebih baik dan rata. Terketjuali terdapat es jang

tidak rata dan memberikan suatu bentuk aneh jang berguna sekali untuk

menjembunjikan tubuh, dengan begini rombongan ini dapat madju terus mendekat pada

rumah itu, bahkan keselamatan mereka lebih terdjamin daripada harus mengambil djalan

depan.

Telapak itu sesudah memutar ketimur dan belok kearah barat, terus langsung menudju

kerumah itu.Sekalian orang mendjadi kaget, untuk sementara mereka mentjari tempat

bersembunji dan tidak melakukan gerakan. Sesudah beberapa saat masih belum terlihat

tanda2 dari pihak musuh, Kie Sau segera berkata: "Kita harus mengirim dua orang

sebagai regu penjelidik."

" aku siap," seru dua saudara Wan dengan berbareng, sedangkan tubuhnja segera lari

seperti terbang dengan ringannja. Sewaktu mereka sudah berada didjendela rumah itu,

matanja segera mengintai kedalam, hati mereka mendjadi kaget sekali. Didalam tendapat

seorang jang tengah duduk, orang itu bukan lain dari Louw Tiau adanja.

Dua saudara ini tetap tidak ber-kata2, mereka mengawasi terus keadaan didalam

dengan tenang.

Rumah ini, terbuat dari batu2 jang terkikis rata. Pintu dan djendela terbuat dari kaju

jang baik, tapi dibanjak

tempat terdapat jang lapuk, hal ini mungkin karena terlalu lama kehudjan-anginan.

Ruangan dalam luasnja dua kali tiga tombak persegi, Louw Tiau berduduk ditengah2 di

atas sebuah bangku, matanja dimeramkan rapat2, sedangkan napasnja jang halus

terdengar dengan tegas. Disamping bangku menjalah sebuah perapian jang

menghangatkan ruangan, ditembok sebelah kiri membajang bajangan dan Louw TiauLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

seorang diri jang penuh kesunjian, kalau angin masuk berembus, lidah api bergojang2,

bajangan hitam itupun turut ber-gojang2 seperti setan penasaran, sehingga membuat

setiap hati orang merasa bergidik.

Musuh sudah berada didepan mata, hal ini memang diluar pikiran siapapun. Djin Liong

dan Thian Hong merasakan dadanja seperti dibakar panasnja, napasnjapun agak

memburu dan tidak terkendalikan lagi, ingin hatinja segera melakukan serbuan, untuk

menikamkan pedangnja, membuat lobang ditubuh sang djahanam. Tapi mereka sudah

setahun lebih berkelana didunja Kang-ouw karenanja ketjerdasan dan pengalamannja

sudah madju banjak, mereka tahu melakukan pekerdjaan ini tidak boleh dikuasai emosi.

Sesudah masing2 memberikan tanda dengan tangan, dua saudara ini segera turun

menghentikap pengintaiannja. Sedangkan Louw Tiau jang berada didalam agaknja masih

belum sadar atas ikedatangannja musuh, karenanja masih tetap sadja tidur

denganasjiknja.

Dua saudara sesudah turun kembali mengutarakan masing2 pendapatnja pada

saudara2nja sekalian, mau tak mau mereka merasakan perasaan dan gelora hatinja

mendjadi tidak wadjar. Sedangkan Kie Sau pun tidak mengira bahwa sang djahanam

dapat didjumpai dengan setjara mudah, dan tegas terlihat duduk tenang tanpa

pendjagaan, seperti menunggu kematian sadja. Tidak mungkin kiranja? Ja memang tidak

mungkin demikian mudah. Begitulah semua berpikir.

Sesudah Kie Sau berpikir sebentar, segera berkata: " anak2 aku mengetahui bahwa

kalian ingin dengan segera menerdjang masuk, dan menusukkan pedang kalian untuk

menamatkan riwajat djahanam itu. Tapi kuminta dengan sangat agar gemuanja bersabar,

Louw Tiau sudah berada didepan mata biar bagaimana tak dapat pula untuknja melarikan

diri. Kini kita harus melakukan penjelidikan kesekeliling rumah, kalau2 ada kambratnja

jang bersembunji, marilah kita mulai."

Sekalian orang menurut pendapat Kie Sau, saat itu djuga berpentjar keempat pendjuru

untuk melakukan penjelidikan. Mereka memeriksa sedjengkal demi sedjengkal dengan

teliti, penjelidikan terus dilakukan sampai mereka berada disekeliling rumah. Rumah ini

mempunjai djendela diempat pendjurunja, dengan setjara kebetulan sekali berdjumlah

delapan, dengan demikian setiap orang dapat sebuah djendela untuk melihat kedalam.

Keadaan didalam masih tetap tak berubah, seperti jang dituturkan oleh saudara Wan.

Louw Tiau jang memakai badju pandjang dan gedombrogan masih tetap tidur dengan

njenjaknja, tapi terlihat dengan tegas lengan badju kirinja jang terkulai djatuh tidak berisi.

Tak salah lagi pasti Louw Tiau dia adanja! Bukankah lengan sang djahanam sudah

buntung kena Tok Tju sewaktu di Oee San?

Wan Thian Hong, tidak dapat lagi menguasai dirinja, setjara tiba2 ia mendobrak

masuk, dengan berkerotak daun djendela jang sudah tua terpentang lebar, tubuhnja

mentjelat masuk seperti burung walet, pedang tjendrawasihnja dibabatkan menudjuLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

tubuh sang djahanam.Tiba2 dan setjara aneh, entah dari mana datangnja seseorang

berseru: "Sabar, tahan dulu!" pendatangpun

mengangkat pedangnja menangkis pedang Thian Hong, tring berbunji, di atas lantai

kedjatuhan potongan pedang jang putus.

Jang patah pedangnja adalah orang itu, sedangkan

jang terkedjut adalah Thian Hong!

Bukan sadja Thian Hang, sedangkan seluruh orang jang berada diluar rumah

merasakan keheranan pula. Siapakah orang jang datang setjara aneh itu? Dan dari mana

ia datang? Kiranja dibawah badju gedombrongan dari Louw Tiau ia keluar! Siapakah

orang ini? Tak lain tak bukanadalah Louw Tjen Tjen sidjahil jang sudah lama tidak ada

kabar tjeritanja.

Tjen Tjen jang berada dibawah pakaian, segera keluar waktu melihat berkelebatnja

sinar pedang sambil menangkis dengan pedangnja. Pedangnja jang terbuat dari bahan

biasa segera mendjadi dua potongan kena pedang Thian Hong. Walaupun demikian ia

berhasil memetjahkan serangan jang dilantjarkan penjerang. Dengan wadjah merah, ia

berkata: "Sabar, sabar!" Pedang Thian Hong jang sudah terangkatttinggi mendjadi batal

turun waktu ia melihat wadjah gadis n akal jang tidak mengandung kedjahatan, sebagai

gantinja. ia membentak: "Oh! Kiranja engkau, ada perkataan apa? Katakanlah lekas!"

Habis berkata tubuhnja segera mentjelat mundur takut Louw Tiau jang sedang duduk

melakukan serangan gelap. Tapi dugaannja meleset Louw Tiau tetap tidak bergerak,

hanja kepalanja sadja dongak dan membuka matanja, ia tersenjum kepada orang jang

datang. Thian Hong merasakan senjuman ini tidak seperti dulu lagi, kali ini penuh

perasaan baik dan manis budi, sinar matanjapun demikian baik dan peramah!

Sesudah diam tergugu sebentar Louw Tjen Tjen baharu bisa melandjutkan lagi

katanja: "Ai, darimana aku

harus memulai tjerit aku? aku hanja dapat

mengatakan bahwa orang ini bukan jang kau djumpai di Oey San!"

"Ihhh," kata Thian Hong sambil menoleh kebelakang, saat ini Kie Sau dan lain2 sudah

berada dibelakangnja. mereka semua merasakan keheranannja djuga. Tju Hong hatinja

tergerak dengan tjepat, ia madju kedepan seba

1

njak dua langkah: "Kau mengatakan ia bukan Louw Tiau? Kalau begitu ia adalah Si-

tee-ku Louw Eng?" "Benar!" djawab Tjen Tjen sambil mengangguk. Sekalian orang

mendjadi bengong, sambil meneliti dengan tjemas, mereka mendapatkan orang jang

berada didepannja ini serupa dengan Louw Tiau, adapun jang beda ialah wadjahnja jangLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

lebih putjat dan penuh dengan keramah tamahan. Orang itu sendiri dengan tenang

melihat dan memandang kepada sekalian orang jang mengamat-amatinja, wadjahnja

menundjukkan perubahan sewaktu pandangan mataja bentrok dengan Tju Hong,

selandjutnja kembali mendjadi tenang, hanja mulutnja sadja tersenjum menundjukkan

kegirangan jang tidak dapat dikendalikan lagi.

Sekalian orang pernah merasakan tipu muslihat Louw Tiau tidak sedikit. Kie Sau madju

kemuka menarik Tju Hong, ia kuatir orang she Tju ini kena dipengaruhi perasaan dan

madju kemuka untuk memeluk dan kena perangkap sang djahanam. Selandjutnja ia

menanja Tjen Tjen: "Kenapa kau tahu?"

"Kenapa tidak? Sudah berapa bul an aku berada disini dan membawakan ia nasi setiap

hari!"

"Kalau ia Louw Eng kenapa lengan kirinja hilang?" tanja Tjiu Piau. .

agaknja Tjen Tjen sudah menduga akan mendapat pertanjaan ini, ia tidak mendjawab

dipergunakan pedang jang buntung untuk menabas lengan badju kiri orang, dengan

dnringi suara mmeberebet, tegas terlihat sebuah pangkal lengan jang luka baru. Sekalian

orang mengerti dan pertjaja pada Tjen Tjen, sebab luka itu masih merah dan menjatakan

belum lama dideritanja. Sedangkan luka Louw Tiau jang dideritanja di Oey San sudah

setahun lebih, perbedaan ini njata dan tegas, sehingga tak perlu untuk meragukan lagi

bahwa orang jang sedang duduk membungkam itu adalah Louw Eng jang sedang mereka

tjari.

Sambil menutupi Iuka orang Tjen Tjen berkata lag!: "Kalian tak tahu sewaktu

lengannja ini dibuntungi aku melihat dengan mata kepala sendiri, kedjadian ini sungguh

mengerikan! Hal ini sudah berselang sebulan lamanja, saat itu dia duduk menjendiri

disudut dinding sambil tertawa dan bitjara seorang diri, tetapi suatu djeritan jang tiba2

membuat aku terkedjut, kubalik badan dengan tjepat, tampak dia sudah mendjadi

sematjam sckarang, lengannja penuh dibandjiri darah segar. Sedangkan ia mentjekal

lengan jang sudah dikutungi itu dengan lengan kanannja, seperti tak kedjadian apa2

pergi keluar dan melemparkannja entah kemana?"

Tjen Tjen selalu menjebut "Ia" dan "Ia" lagi dalam penuturannja, membuat sekalian

pendengar mendjadi bingung.

"SelaIu kau mengatakan ia lagi, ia lagi, sebenarnja siapa ia itu?" tanja Tjiu Piau tak

sabar.

Sambil melirik dengan mata jang membentji Tjen Tjen berkata sambil menangis:

" aku tidak mengenal ia itu

siapa!" Mau tak mau djawaban ini membuat Tjiu Piau mendjadi kaget, sedangkan jang

lain mendjadi diam bengong!Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

Harus di akui pengalaman Kie Sau jang luas, dengan melihat keadaan ia dapat

menduga hati orang. Karenanja ia mengetahui "Ia" jang dimaksud adalah Louw Tiau

sedangkan dia adalah Louw Eng, ia menghindarkan perkataan Tia-tia (ajah), dan

mengatakan tidak tahu ia siapa, hal ini tentu ada sebab2nja.

"Tjen Tjen, kau djangan merasa gelisah, dengarkanlah kata2ku," kata Kie Sau dengan

sabar, "kau tentu bermaksud mengatakan bahwa ajahmu membuntungi lengan Siok-siok

(paman)mu bukan?"

"Ia bukanajahku, ia bukanajahku!" seru Tjen Tjen dengan geram.

Tju Hong menundjuk kepada Louw Eng dan berkata : "Apakah ia ada ajahmu?"

Tjen Tjen meng-angguk2kan kepalanja setjara tidak wadjar, kemudian meng-

gojang2kan kepalanja dengan tjepat. Tampaknja ia tidalc mempunjai pendirian jang

tetap. Sedangkan Louw Eng tetap diam dan tidak berubah paras 'wadjahnja, hanja sudut

bibirnja dihiasi senjuman waktu melihat Tjen Tjen.

"sebenarnja siapakah jang mendjadi ajahnja?" pikir Tju Hong dengan bingung, "hal ini

harus diselidiki setjara per-lahan2 baharu bisa beres." Ia menundjuk Iagi kepada Louw

Eng sambil bertanja lagi kepada Tjen Tjen: "Jang benar ia adalah Louw Eng bukan?"

"Ja, benar," djawab Tjen Tjen sambil menangis dengan sedih, "kalian harus tahu,


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


bukan sadja lengannja dibuntungi "ia", sedangkan urat nadi dikakipun diputuskan,

bahkan lidahnja djuga dipotong sebagian, karenanja dia tidak bisa djalan dan bitjara,

sampaipun telinganjapun mendjadi tumpul pendengarannja. "Ia",

"ia" sangat kedjam! " Ia menghentikan kata2nja

sampai disini, disetiap orang jang mendengar seperti terbajang wadjah Louw Tiau jang

kedjam itu. Ja, memang ia sangat kedjam! la melakukan hal jang diluar perikemanusiaan

ini, melulu untuk kepentingan dan keuntungan dirinja. Dengan demikian ia berharap

saudaranja ini dapat serupa dengan dirinja dan mendjadi talenan dari dosanja, untuk

menggantikan kebinasaannja dari tuntutan musuh2nja jang selalu me-ngedjar2 tak

djerah2nja.

Sesudah hening menjepi tak bersuara barang sepatah, Thian Hone membuka mulutnja

menggojang udara tenang itu: "Kalau begitu baik, tapi dimana bersembunjinja Louw

Tiau?"

Dengan pandangan jang menjedihkan Tjen Tjen menundjukkan matanja keluar

djendela, dengan suara parau dan perlahan ia berkatar "Ia sudah berlalu. Waktu ia

melihat keadaan perkelahian tidak menguntungkan pihaknja, tanpa ajal lagi ia segera

berlalu. Sewaktu ia akan berlalu aku bersembunji, ia tak mentjarinja atauLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

memanggil aku, ia hanja berdjalan seorang diri tanpa memikir nasib siapapun!

Karenanja aku tiada tahu ia pergi kemana!"

"Louw Tiau sudah pergi!" Dengan tjemas sekalian orang berseru kaget. Serentak

disetiap hati masing2 memaki untuk alamat sang djahanam: "Dasar manusia rendah

tidak mengenal persahabatan, sudah mengundang sekalian kawan untuk sama2

menghadapi musuh, tapi pada saat jang genting melarikan diri. Sungguh tak bermalu

dan rendah peribudinja!"

dalam tjemasnja Djie Hai madju melangkah mendjambret Tjen Tjen: "Kau kau

harus tahu

kemana perginja bangsat itu! Katakan lekas!"

Tjen Tjen mendjadi gelisah, lengannja bekerdja melepaskan diri dari lengan orang:

"Lutju, bagaimana aku bisa tahu?"

Djie Hai terpaksa diam membungkam, karena ia sadar bahwa kata2nja jang ter-gesa2

keluar itu tidak bermanfaat sama sekali.

Kie Sau madju kemuka sesudah berpikir dengan tenang, ia berkata: " anak2 kalian

djangan gelisah. Njatanja bahwa Louw Tiau melarikan diri ini tentu sudah direntj anakan

terlebih dahulu, karenanja sukar untuk kita mentjarinja dengan tjara jang tidak teratur.

Kini sudah malam, sebaiknja kita beristirahat terlebih dahulu, hari esok baharu kita

melandjutkan lagi untuk mendapatkannja."

Daripada istirahat sekalian orang mendekati pada Louw Eng jang masih terus duduk

di atas bangku. Dengan penuh rasa tjinta dan hangat masing2 beramahtamah dengan

tulus ichlas. Tapi Louw Eng tidak dapat mendengar pertjakapan orang dengan baik, hanja

bibirnja sadja ramai dengan senjuman. dalam tahun2 jang silam ia menderita penghinaan

dan siksaan jang demikian matjam, mati tidak hidup tidak. Tapi beruntunglah achirnja

ia dapat bertemu muka lagi dengan Tju Sah-ko

nja dan Kie Sau dan sekalian anak2 jang bersemangat.

Tju Hong merasa berduka sekali, ia tahu bahwa saudaranja itu dalam waktu jang

singkat tidak dapat mengerti pertjakapannja. Ia membalik badan hendak berlalu, begitu

berputar tampak olehnja Tjen Tjen jang tengah berdiri menjendiri disalah satu sudut,

matanja merah dan mengalirkan air matanja dengan kesedihan jang ber-limpah2. Tju

Hong mendekat dan bertanja dengan welas asih: "Tjen-djie, bagaim anakah halnja kau

bisa berada disini? Dapatkah kau mentjeritakannja kepada kami?"

Tjen Tjen menundjuk kepada Louw Eng dan berkata: " aku harus menanja ia dahulu."

"Apa jang kau akan tanja?"

"Aku ingin bertanja apakah ia ajahku atau bukan!"Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

"Kau tanjalah!"

"Pendengarannja sudah tidak terang, aku mau bertanja dengan surat!"

Tampak ia mengeluarkan setjarik kertas jang sudah bertulisan dari dalam s akunja,

diangsurkan kepada Louw Eng, sedangkan wadjahnja agaknja sangat tegang

menantikan djawaban.

Surat itu berbunji "Siapakah ajahku jang sedjati, kuminta pendjelasan se-djudjur2nja."

Kiranja sedjak peristiwa Oey San terdjadi Tjen Tien merasa tjuriga pada Louw Tiau

bukanajahnja. Kai'enanja ia ingin tahu bahwa ajahnja jang sedjati itu siapa? Ia berpikir

bahwa Louw Tiau selalu memperlakukan dirinja setjara dingin, sedikitpun tiada

mempunjai perasaan kasih ajah. Untuk mengetahui hal ini ia mengeliling kcempat

pendjuru untuk mentjari Louw Tiau guna menegaskan pertanjaan jang merupakan teka-

teki didalam hatinja. achirnja ia dapat menemuinja di Peng San, kemudian iapun

menemui Louw Eng jang dipendjara ditempat ge]ap. Ia melihat Louw Eng demikian sabar

dan manis budi peker_ tinja, waluapun tidak dapat bitjara, tegas Jan njata ke

baikannja itu, sehingga didalam hatinja segera timbul perasaan menjajang dan suka.

Ia pun merasakan sesuatu pertanjaan didalam hati: "Mungkinkah ajahku jang sedjati ia

adanja?" Tapi untuknja belum ada ketika jang baik untuk menanjakan hai ini. Baharu kini

ia memperoleh kesempatan guna bertanja.

Sesudah Louw Eng menjambuti surat itu, ia me-lihat2 dengan teliti dan memandang

kepada Tjen Tjen berkali2, tak terasa dari dalam hatinja timbul suatu perasaan. kesian

terhadap sang gadis. Ia dapat menjelami djiwa sang gadis, jakni ingin mempunjai

seorang ajah jang baik, kalau ia tahu bahwa Louw Tiau sebagai ajahnja jang sedjati

sesungguhnja memang demikian, bagaim anakah baik?

Louw Eng berpikir: "Untuk mendjustakan ia bukan tjara jang baik." Ia sudah

mengambil keputusan dengan tjepat lengannja menulis "ajahmu jang sedjati adalah

Louw Tiau, sedangk an aku hanja mendjadi Siok-siokmu." Dengan tenang disodorkannja

tulisannja itu, begitu Tjen Tjen melihat segera diam bengong mematung. Perasaan

ketjewanja tampak diwadjahnja dengan tegas, ia membalikkan kepalanja kehadapan

tembok dan berkata2 sendirian: " aku tidak mau mempunjai ajah jang

demikian, tidak mau " Suaranja bertjampur isak tangis setjara menjedihkan.

Hoa San Kie Sau membiarkan ia menangis dengan puas, agar perasaan ketjewanja

dan gemasnja habis dialirkan air mata, sesaat kemudian baharu ia menghampiri dan

meng-usap2 punggung orang dengan per-lahan2:

"Anak jang baik, kau tak perlu merasa gelisah. Walaupunajahmu melakukan banjak

hal jang melanggar kcbedjikan, dan berkelakuan tidak baik, tapi dapat dinasehati agar iaLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

dapat merubah kelakuannja mendjadi baik bukan? Nah kini kuminta kau mentjeritakan

hal Sioksiokmu."

Sesudah ia ber-isak2 seketika, Tjen Tjen baharu bisa menghentikan tangisnja dan

dapat bitjara. Tadi sudah banjak djuga jang dikatakannja tentangjang ia ketahui. Kini ia

menuturkan lagi sewaktu ia naik ke Peng San; sebenarnja ia tidak mengetahui bahwa

Louw Tiau pun berada disitu. Kita mengetahui bahwa sang gadis jang n akal ini senang

berkelujuran seorang diri ke-tempat2 jang sepi, karenanja tak perlu heran lagi dalam

tiga-empat bulan seluruh Peng San sudah habis dikelilinginja dan didjeladjah. Sekali

peristiwa sewaktu ia ber-djalan2 dengan serampangan, setjara tidak di-duga2 ia

menemui sebuah goa es jang sangat kukay, liang masuknja terhalang oleh sebalok es

jang sangat besar, ia merasa heran, dengan kuat pintu itu kena ditolak terbuka, tampak

sebuah terowongan goa jang dalam dan sunji. Tjen Tjen jang tidak mengenal takut,

segera masuk kedalam seorang diri. Semakin dalam goa ini semakin penuh lekak-kuknja

se-olah2 tiada habisnja. Andaikata seorang jang bernjali ketjil pasti tidak berani masuk,

andaikata berani pasti akan keluar lagi sesampai ditengah perdjalanan. Tapi lain dengan

Tjen Tjen, semakin mengherankan ia merasa semakin enak dan senang, sedikitpun tiada

merasa takut. Ia djalan terus, sesudah melakukan perdjalanan lama djuga, tiba2 ia

mendengar suara orang, ia mengetahui dengan pasti suara orang itu adalah suara

ajahnja dan Bok Tiat Djin jang sedang mem-bentak2 orang.

Dengan meringankan kakinja ia terus djalan mendekati, matanja jang tadjam

mengintai kedalam, kagetnja tidak kepalang, sehingga hatinja mendjadi gontjang.

Didalam ada tiga orang terketjuali Bok Tiat Djin danajahnja ada seorang lagi jang serupa

dan sepotongan dengan wadjah ajahnja, sehingga sukar untuknja membedakan mana

ajahnja dan mana orang lain jang baharu dilihatnja itu.

Tapi Tjen Tjen dapat membedakan dalam waktu tiada lama, jakni dari gerak-geriknja.

Jang bengis dan berwadjah djahat ialah ajahnja; sedang jang halus gerak-geriknja pasti

adalah orang lain. Saat ini Bok Tiat Djin dan Louw Tiau tengah me-maki2 Louw Eng

dengan kasarnja, mendesak jang tersebut belagangan ini untuk menjerahkan peta

Gunung Es. Akan tetapi Louw Eng tidak mendjawab tjatji makian itu, hanja kepalanja

tidak henti2nja di-gojang2kan, sementara itu lengannja menulis dikertas. Tjen Tjen dapat

melihat surat itu jang berbunji "Dibutuhkan penindjauan lagi sekali, baham dapat peta

itu dilukis." Louw Tiau mendjadi gusar, sambil menggerang keras ia membentak: "Kau

sudah menindjau sebanjak dua kali, apa belum tjukup untuk mclukisnja?" Louw Eng tidak

melakukan pergerakan apa2, melainkan meng-gojang2 kepalanja lagi. Melihat sampai

disini tanpa terasa Tjen Tjen menarik napas pandjang, Louw Tiau dan Bok Tiat Djin

merasa terkedjut dan melompat, tapi hatinja mendjadi tenang kembali waktu mereka

mengetahui jang napas itu adalah Tjen Tjen, karena inilah sang gadis mendapat

dampratan jang lumajan. Sedjak inilah ia mengetahui dimana adanja Louw Eng.Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

Louw Eng disekap didalam goa entah sudah berapa lama, sehingga ia tidak dapat

membedakan musim, karenama ia tidak mengetahui sudah berapa lama ia berada disitu.

Entah bagaimana Tjen Tjen terhadap ia menaruh simpati sekali. Sesudah mendapat

persetudjuan dari ajahnja ia melakukan tugas untuk mengantarkan nasi kepada Louw

Eng. Dengan berbuat demikian berhari2, per-lahan2 ia mengetahui bahwa Louw Eng

permula disekap didalam goa es merasa sangat menganggur sekali, untuk melewatkan

waktu sering2 ia menggunakan alat2 menulis untuk menggambar gunung2 jang pernah

didjeladjahnja. Peta rahasia dari Oey Sanadalah salah satu karjanja. achirnja lukisan jang

berharga itu diketahui Louw Tiau, dengan kekerasan dirampasnja dan diberikan kepada

pemerintah Tjeng, dengan demikianlah ia memperoleh pahala. Sesudah itu ia mendesak

sang adik untuk melukis peta2 dari berbagai tempat, Louw Eng mengetahui kalau peta

dilukisnja djatuh ditangan pendjadjah, sama dengan ia membantu untuk memudahkan

pendjadjah itu membasmi sekalian patriot2 bangsa, sebab inilah ia melukis segala peta

jang tidak keruan, sekadar menghindarkan diri dari segala teguran. Louw Tiau tiada bisa

berbuat apa2, tapi pada hari belakangan diadjaknja Louw Eng untuk me-lihat2 keadaan

Peng San sebanjak dua kali dan meminta sang adik melukisnja. Louw Eng bukan manusia

terlalu bodoh, ia mengerti kalau lukisannja selesai sama dengan dirinja sudah tidak

berguna lagi untuk Louw Tiau dan kambratnja, pasti dirinja akan dilenjapkan. Karena itu

tanpa takut lagi ia meng-ulur2 waktu tidak melukis.

Sesudah waktu berdjalan lagi agak lama, suasana di atas Peng San semakin genting.

Lauw Tjiok Sim, Bu Beng Nie, Ong Hie Ong, Kim Dju Kie susul-menjusul datang berkumpul

guna menjiapkan diri menghadapi Pang Kim Hong. Pada saat itulah Louw Tiau meniuruh

adiknja menanggalkan badjunja jang sudah tun dan mengenakan badju jang sering

dipakain ja sendiri, sedangkan lengan orang dibuntungi sehingga sang adik didanelani

serupa dengan dirinja, sesudah selesai melakukan tjpa jang diluar perikemanusiaan Louw

Eng diangkat dari goa es dan ditempatkan dirumah jang sekarang ini. Demikianlah


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


seterusnja ia tinggal didalam rumah sampai sekarang.

Tjen Tjen menuturkan ini dengan lantjar. Waktu Tjen Tjen menghentikan

penuturannja sampai disini, Ong Djie Hai dan sekalian saudaranja, sudah mengembang

air matanja, dengan tjepat mereka menubruk dan memanggil dengan mesra: "Louw Siok-

siok!" Mereka mengerumuni dari samping tubuh sang paman. Sedangkan Tju Hong pun

tidak mau ketinggalan memegang dengan erat lengan sang adik, dengan perasaan

senasib dengan dirinja.

Walaupun telinga Louw Eng tidak seberapa tadjani lagi, tapi dari gerak-gerik Tjen Tjen

ia dapat menduga sang gadis tengah menuturkan hal dirinja, ia diam terus mendengari

dengan baik, sehingga setengah penuturan dapat djuga ditangkapnja, selebihnja ia dapat

melihat dengan mata setiap wadjah orang jang berada disitu, sehingga ia mengerti apa

jang tengah ditjeritakan dan mengetahui pula bahwa Louw Tiau sudah tiada di antara

mereka melarikan diri.Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

Ia membiarkan sekalian orang ribut2 seketika, sesudah keadaan mendjadi tenang

kembali, ia menggerakkan tangan memberikan tanda minta perabot menulis. Dengan

tjepat Tjen Tjen menjediakan dengan lengkap, tampak Louw Eng menulis beberapa huruf

"Untuk mentjari Louw Tiau tidak terlalu sukar, ia masih berada digunung ini."

Sekalian orang mendjadi terbangun semangatnja melihat surat itu.

Kie Sau bertanja dengan surat. "Bagaimana kami dapat menemuinja?"

Louw Eng menulis lagi: "Sedjauh mata memandang, hanja pegunungan es jang putih

sadja, kalau Louw Tiau turun gunung mudah ketahuan, ikutilah djedjak kakinja pasti

dapat membekuknja. Kalau ia bersembunji, lebih mudah lagi mentjarinja daripada ia

kabur!"

Sehabis melihat ini Kie Sau bertepuk tangan dengan girang: "Benar! Benar!"

Louw Eng menulis lagi: "Digunung ini terdapat suatu tempat jang baik untuk

menjembunjikan diri. Untuk lebih terang sebaiknja kulukis keadaan tempatnja."

Kcmudian setjara tjepat dilukisnja peta dari Peng San setjara indah. Sesudah sekalian

orang melihat, bukan main rasa kagumnja, mereka dapat melihat dengan terang dimana

mereka bertempur dengan Ong Hie Ong, dimana Kim Dju Kie terkubur es, dimana Lauw

Tjiok Sim dan Bu Beng Nie dilepas, dan dimana kini mereka berada. Inilah kepandaian

Louw Eng membuat peta jang tiada taranja untuk djamannja.

Paling achir di atas lukisan jang sudah selesai itu dibubuhi sebuah lingkaran bulat dan

kata2 keterangan jang berbunji: "Disini terdapat sebuah bukit jang berliang dipuntjaknja,

sehingga dapat dipergunakan untuk meTijembunjikan diri; diluar liang terdapat tjelah2

jang berupa djurang mengelilingi sekitar mulut lubang kepuni tian itu, di atas tjelah2

pemisah ini terdapat djembatan alam jang terbuat daripada e$, tapi hati2lah melawatn

nja karena mudah gugur. Sesudah melewati tjelah2 sej kalian dari djembatan es kalau

dihantjurkan, tiada orang lagi jang dapat menjeberang, karenanja ia dapat beri sembunji

disana denganaman. aku mengetahui ditempat persembunjian itu terdapat banjak

makanan jang tahan , untuk tiga-empat bulan."

Karena adanja peta ini sekalian orang mendjadi girang. Tju Hong berkata: " aku

menemani Sie-tee disini, kalian boleh lekas menangkapnja djahanam itu, agar ia tak

sempat untuk melarikan diri lagi."

Kne Sau memimpin enam anak muda dan ditambah dengan Tjen Tjen seorang,

delapan orang ini mengikuti petundjuk2 dari peta setjara patuh. Benar sadja apa jang

dilukis sedikitpun tiada salah. Hal ini terdjadi dimalam hari, tapi sedikitpun mereka tidak

merasakan kesukaran barang sedikit.

Benar sadja puntjak bukit ini dikelilingi tjelah2 es jang dalam, sehingga menakutkan

orang jang akan lalu, scdangkan ditepian tjelah2 djurang tegas terlihat patahan2 dariLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

djembatan es jang baharu, agaknja dipatahkan orang. Dengan tanda2 ini menguatkan

dugaan bahwa Louw Tiau delapan puluh persen berada ditempat sembunji.

Keadaan dari tempat ini demikian membahajakan, tjelah2 jang selebar beberapa depa

bagaimana dapat dilewati?

Mereka meneriaki nama Louw Tiau dengan keras beramai, sehingga menggema

keseluruh gunung. Alhasil membuat Louw Tiau semakin takut dan bersembunji terus.

achirnja mereka mengelilingi puntjak bukit untuk mentjari tempat jang lebih dekat untuk

menjeberang, tapi usaha mereka ini sia2 belaka; Sedang mereka termenung memikiri

daja guna meng atasi kesulitan ini, Louw Tiau enak2an sadja menertawakan mereka

didalam hadi. Belum perasaan gelinja hilang ia mendengar lagi suara berkata: "Louw Tiau

kalau kau tidak keluar djuga kami mempunjai daja untuk membekukmu!"

"Pada tempat jang mengandung penuh bahaja, kalian mana bisa melewati tjelah2 itu?"

katanja didalam hati. Sedangkan tubuhnja tetap pada tempat semula, sementara itu

mulutnja terus sadja makan dengan enaknja.

Kata2 tadi jang dilepas Tju Sie Hong njatanja bukan omong kosong belaka, ia sudah

mempunjai rentjana baik. Ia menjeruhkan sekalian saudara2n ja: "Bangsat itu tidak mau

keluar setjara ksatria. Baiklah kita membuat djembatan untuk melintasinja!" sebenarnja

untuk membuat djembatanadalah pekerdjaan jang sukar, sebatang kajupun tidak

terdapat di atas gunung saldju jang gundul ini" kata2 ini mendjadi teka-teki pada sekalian

saudaranja.

Dengan tertawa Sie Hong mengeluarkan tambangnja jang pandjang, diputar dan

dikaitkan kedepan, malang baginja sendjatanja jang sudah tjukup pandiang itu agaknja

masih terlalu pendek untuk mentjapai tebing jang berada didepan. Walaupun gagal ia

tidak mendjadi putusasa, dengan tjepat ia berlalu meninggalkan tempat itu, untuk

kembali menemui ajahnja. Belum keheranan orang hilang melihat lagunja jang aneh itu,

ia sudah kembali lagi.

"Sekalian ini pasti berhasil," kata Sie Hong sambil memutarkan lagi tambangnja,

"njantel!" seruhnja. Benar sadja tambang itu kini sudah dua kali tambangnja semula,

karena disambung dengan tambang kepunjaanajahnja. "Kini dapat kita memulai

membuat djembatan!" Sedangkan lengannja meng-gosok2 potongan es sampai mendjadi

tj air, kemudian dikepretkan ke atas tambangnja, air mengalir dan membeku mendjadi

es dengan tjepat.

Sekalian orang mendjadi mengerti apa jang harus diperbuat, dengan tjepat mereka

mengerdjaiean tangannja membantu Sie Hong, dalam waktu seieedjap tambang itu

sudah terbungkus dengan es dan mendjadi sebesar pangkal lengan.

Suara gaduh itu mau tak mau membuat Louw Tiau mendjadi tjemas djuga, ia djadi

berpikir: "Barangkali mereka benar2 mempunjai daja untuk datang kesini, kalau akuLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

diam terus sama dengan menunggu mati!" Ia terpaksa mengangkat kepalanja keluar dari

liang sem"bunji. setjara men-tjolong2 ia memandang keluar. Bukan main kaget hatinja

waktu melihat sebuah djembatan es jang sedang dibuat.

Dengan tjepat ia masuk lagi kedalam goa untuk mengambil palu besar benda ini

memang sengadja dibawanja, dengan tjepat ia berlari meninggalkan goa untuk

menghampiri djembatan jang sedang dibuat, lengannja sudah terangkat untuk

mengajunkan palunja, tiba2 telinganja mendengar Tnu Piau berkata: "Hei bangsat, hati2

dengan mutiara aku!" Berbareng dengan peringatannja ini tampak beberapa sinar putih

beterbangan kedepan, padahal sekalian orang mengetahui bahwa tangan pemuda she

Tjiu ini tetap tidak bergerak. Serangan ini membuat Louw Tiau hilang semangatnja, lebih2

waktu ia ingat pada mutiara beratjun jang dimiliki musuh, dengan tjepat lengannja ditarik

mundur, sedane tubuhnja segera ber-guling2 menghindarkan serangan. Kiranja sinar

putih itu adalah potongan2 es jang dilepaskan kaki Tjiu Piau, walaupun tidak selihay

mutiaranja tap barang siapa kena dilanggarnja pasti akan tjelaka.

"Louw Tiau! Saat matimu sudah diambang pintu. Malaikat maut sudah menentukan

djam tiga mati, pasti tidak akan mengulur sampai djam lima. Kau berhasil melarikan diri

dari tangan kami ber-kali2, tapi untuk sekali ini, kau djangan harap!" seru Djie Hai dengan

keras.

Louw Tiau jang sedang menggelinding di atas saldju, hatinja berpikir: "Sekalian ini

habislah djiw aku, kenapa mereka tidak terpedaja oleh akalku? Bahkan mengetahui aku

berada disini, dasar sial!" Setjara tiba2 telinganja mendengar suara jang memanggilnja:

"Tia-tia!"

Biar bagaimana Tjen Tjenadalah anak jang masih sutji, perhubunganajah dan anak

masih terasa sekali. Sewaktu ia masih berada didalam rumah tadi, ia merasa gemas dan

tidak mau mengaku ajah lagi, tapi sekarang hatinja tidak tega melihat ajahnja jang

sedang di-kedjar2 sekalian anak2 muda jang sudah geram dan penuh angkara murka,

hatinja mendjadi lunak lagi dan memanggilnja dengan penuh rasa tjinta.

Louw Tiau tidak mendjawab seruan anaknja, sedangkan Tjen Tjen berkata lagi: "Tia-

tia, kau djawablah barang sepatah suar aku ini!" Sekali ini air matanja turut keluar.

Andaikata hati Louw Tiau saat ini terbuat dari batuT ketjintaan anaknja dapat

melunakkan pula, tapi apa gunanja? Ia hanja mendjawab: "Tjen-djie, kalau kau bisa

melarikan diri, kau larilah! Kau djangan mengurus aku. aku dapat menjelamatkan diriku

sendiri!" Ia mengira bahwa anaknja ini tertawan Kie Sau dan lain2.

Dengan sungeuh2 dan penuh kejakinan Tjen Tjen berkata lagi: "Tia-tia, kuharap kau

djangan pergi lagi, perbuatanmu jang berdosa itu sudah terlalu dalam dan berat, kau lari

kemanapun pasti di-kedjar2! Lebih baik kau mengaku sadja dan berdjandji untuk

memperbaiki kelakuan buruk itu. Kalau kau ber-sungguh2 untuk berbalik kedjalan baik,Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

boleh kumintai ampun pada Kie Sau Pee pee dan sekalian saudara2, aku jakin mereka

akan melulusi dan memberikan Tia-tia suatu djalan hidup untuk memperbaiki nasib dan

menempuh djalan baru! Kan setudjuilah saranku ini. Tia-tia!" Inilah kata2 "tia-tia" jang

diutjapkannja demikian lemah dan menjajat hati setiap pendengar!

Sehabis bitjara Tjen Tjen segera membalik badan dan menekuku lututnja kepada Kie

Sau sekalian enam anak muda seraja berkata: "Kie Sau Pe-pe, dan kakak2 sekalian,

sebenarnja ajahku dosanja sudah terlalu banjak, tapi biar bagaimana aku mohon

kebidjaksanaan kalian untuk memberikan kelonggaran dan kesempatan kepadanja guna

memperbaiki kelakuannja jang buruk itu." Sesudah berkata ia dongak memandang

kepada sekalian orang, tampak wadjahnja jang sungguh2 dan penuh harapan

menantikan djawaban, tapi sebelum mendapat djawaban ia berkata lagi: "Kalian aku

tahu kalian tidak bisa mengampuninja, tapi aku tetap tetap meminta kepada kalian agar

dapat melupakan kedjadian jang sudah silam, terketjuali itu kuminta agar djiwanja

djangan dihabiskan, hadjarlah ia dan perbuatlah ia seperti Louw Eng Siok-siok jang tampa

daksa!" Matanja jang mengembang menatap lagi sekalian wadjah orang, tampak olehnja

setiap wadjah muka anak2 muda penuh diliputi suatu kegemasan jang me-njala2, kali

ini ia berputus asa djuga, dengan lemah mulutnja bergerak: "Kini aku baharu jakin bahwa

dosa ajahku tidak berampun pula, tapi biar bagaimana ia adalah ajahku, aku harus

memintakanampun seberapa kubisa!" Sehabis berkata ia berdiri dengan lunglai, titik air

matanja seperti mutiara berantai menetes turun bagai hudjan gerimis.

Kie Sau me-nepok2 bahu Djie Hai dan berkata: "Kau sudah mendengar permintaannja

bukan? Kata2nja itu mengandung djuga kebenaran, misalnja ajahnja dapat menempuh

hidup baru dengan baik, sedjak inilah berarti Louw Tiau jang buruk sudah meninggal dan

mendjelma Louw Tiau jang baik. Kalau kita bunuh Louw Tiau jang buruk, pasti Louw Tiau

jang baik takkanada. Djie Hai kau bersediakah memberikan djalan baru untuknja Djie Hai

mengerti kata2 ini memang benar tapi untuk mengakuinja dengan mulutnja enggan ia,

karena itu ia berkata: "misalkan aku bisa, tapi bagaimana dengan saudara2ku?"

Mendengar ini Tjen Tjen segera berlutut dihadapan Djie Hai: "Terima kasih atas


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


kemurahan Ong Koko!" Melihat tjaranja jang demikian rupa ini hati Djie Hai merasa

sangat kasihan dan terharu, sehingga hatinja djadi berpikir: " aku sudah merasakan hidup

menderita tanpa ajah dan ibu, kalau kini kubunuh ajahnja, sama deng an aku

mengharuskan ia mengitjipkan rasa dan penderitaan jang seperti ku alami dan sedapat

mungkin tidak kuingini itu. aku tidak mau berdosa terhadap gadis jang baik ini, biar

bagaimana aku harus mengampuni ajahnja agar dapat berbalik mendjadi orang jang

berguna untuk nusa dan bangsa, mengenai dendam perorangan biarlah ber!alu dan

hilang terbawa arus angin perdamaian!" Sehabis berpikir ia mengela napas pandjang dan

membanguni Tjen Tjen sambil menghibur: "Bangunlah adikku, walaupun aku tidak dapat

memutuskan seorang diri tapi aku berdjandji untuk membantumu!"Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

Tjen Tjen menghampiri Tjiu Piau, Tju Sie Hong, Ong Gwat Hee dan dua saudara Wan

untuk memintakanampunajahnja, mereka memandang kepada Djie Hai dan berkata

dengan serentak: "Hal ini terserah kepada Ong Toa-ko!"

"Ong Toa-ko, berikanlah keputusan jang pasti!" Pinta Tjen Tjen.

"Kami tidak keberatan mengampuninja, tapi benar2 kah ia akan bertobat?"

Mendengar ini Tjen Tjen dadanja merasa lega dan sjukur kepada sekalian kemurahan

dan kebaikan hati2 pemuda2 kita. Dengan segera ia mendongak ke atas bukit dan berkata

dengan keras: "Tia-tia kau dengar tidak? Tia-tia sudah sampai waktunja kau memperbaiki

diri, kesempatan ini djanganlah dibuang pertjuma! Kau hams kapok atas djalan sesatmu

jang mendjerumuskan dirimu demikian maljam, kau sudah tidak mempunjai djalan lain

untuk merat terketjuali berbalik kemari, berbaliklah kedjalan benar jang penuh

mengandung kebahagiaan. Kalau kau membandel sama dengan tjari penjakit sendiri, kau

lihatlah empat pendjuru demikian menakutkan, satupun kawan2 tia2 tidak ada! Tia-tia

lekaslah kau djawab!" Kemudian tambahnja lagi: "Tia-tia kau bersumpahlah untuk

bertobat atas kedjahatan jang kau perbuat!"

dalam keadaan jang sunji ini tidak terdengar djawaban dari Louw Tiau, karena kesal

hati Tjen Tjen seperti mau melompat keluar untuk mendengar djawabanajahnja jang tak

kundjung datang itu.

Sesudah waktu berdjalan lagi seketika lamanja, baharu terdengar suara Louw Tiau

jang didahului elahan napasnja:

"Ah, kedjahatanku sudah demikian penuh dan tak dapat tertaker lasri. mungkinkah

ada orang akan mengampuninja? Sebaliknja kalau aku mendjadi mereka dan

ditjelakakan oleh orang djahat sematjam diriku. biar bagaimana aku tak dapat

mengampuni mereka. Karenanja kuminta kau djangan kena perangkap litjin dan tipu

kedji untuk aku keluar, sesudah aku berada didalam tangannja segalanja dapat diubah

oleh mereka. Biar bagaimana aku tak mungkin kena diperdaja setjara mudah!" Sewaktu

ia bitjara tubuhnja tetap bersembunji didalam goa.

"Tia-tia kau kenapa mempunjai pikiran begitu" "

"Kalau mereka mempunjai hati untuk mengampuni diriku," potong Louw Tiau, "kau

suruhlah tantjapkan seluruh dari sendjata mereka ke atas saldju. Bahkan suruhlali botjah

she Tjiu itu membuang mutiara beratjunnja!"

"Tia-tia kau tidak kenal pada kebaikan orang, kau pikir sadja dirimu itu sudah berada

didalam kekuasaan mereka, untuk apa mengeluarkan kata2 jang tidak perlu!"

Diluar perkiraan sekalian anak muda jang berdjiwa ksatria tanpa diminta Tjen Tjen

sudah mengeluarkan seluruh sendjatanja, dua saudara Wan menantjapkan pedangnja,Liong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

sedangkan Gwat Hee dan Djie Hai membuang sendjata mereka jang berupa tongkat dan

samtjiatkun kedalam djurang, Tjiu Piau menjebarkan mutiaranja di atas saldju.

"Louw Tiau, kami adalah bangsa setia jang patuh pada perkataan sendiri! Karenanja

djanganlah kau persamakan dengan diri rendailmu!" seru mereka setjara berbareng.

Louw Tiau tampak keluar dari tempat persembunjiannja, sesudah ia melihat pedang

menantjap dan mutiara menggeletak disaldju, ia meng-angguk2kan kepalanja sambil

berkata: "Kalian memperlakuk an aku demikian baik, karenanja aku pasti akan

mengubah kela.kuanku jang buruk ini mendjadi baik, andaikata aku melanggar djandji

aku rela mati dengan tubuh hantjur tak keruan!" Dengan tjara dan matjamnja ia berbuat

sesungguhnja memberikan kesan pada seseorang bahwa dirinja itu sudah tobat untuk

berbuat djahat lagi!

Kembali suasana mendjadi hening seketika. dalam sekedjap ini sekalian hati anak2

muda entah berapa kaU berputar balik menghadapi keadaan didepan mata, sekalian dari

peristiwa jang lalu berbajang dihadapan mata mereka, se-waktu2 bangkit geram dan

dendamnja, tapi dengan seketika kembali mendjadi reda kembali dan bangkit suatu

perasaan luhur jang bersih serta sutji, menjampingkan soal peribadi dan dendam,

sehingga dnwa kesatrianja memenangkan setiap gelora dendam jang akan bangkit.

Kie Sau sedari tadi membiarkan terus keadaan gawat jang penuh detik2 angkara

murka, kini ia tahu keredaan sudah datang dan sudah waktunja untuk dirinja tampil

kemuka, dengan tegas ia berkata: "Louw Tiau, mari kita turun kebawah untuk bitjara

dengan hati terbuka, mengenai jang lalu tak perlu kami meng-ungkat2 lagi!"

Saat ini djembatan jang dibuat Tju Sie Hong sudah selesai dan dapat dipergunakan

untuk berlalu. Louw Tiau mempergunakannja dan berdjalan per-lahan2 menghampiri.

setiap langkahnja agaknja demikian berat agaknja pikirannjapun meng alami gontjangan

hebat.

Sambil berdjalan otaknja berpikir, sedangkan palu besinja dibuang kedalam djurang,

membuat kepertjajaan pihak Kie Sau pada dirinja semakin tebal. Tapi disamping itu ada

suatu hal jang tidak diketahui orang lain, ia mempunjai sematjam sendjata jang bukan

mainampuhnja, jakni lengan kirinja! Sesudah ia kehilangan 1engannja itu, digantinja

dengan sebuah lengan besi, dan dipeladjarinja ilmu lengan itu dengan baik, sehingga

mempunjai djurus2 jang luar biasa anehnja. Pokoknja barang siapa kena dihadjar

lengannja itu paling sedikit akan terpental tiga-empat tombak dengan badan hantjur

luluh!

Matanja mengawasi keadaan diseberang djembatan, tampak Tjen Tjen berdiri

disebelah kiri, dibelakang anaknja berdiri dua saudara Wan. Disebelah kanan berdiri Tjiu

Piau, benar sendjata rahasia jang berupa mutiara beratjun sangat lihay tapi kini sudah

dilutjuti, kepandaian silatnja tidak berapa menguatirkan lagi. Dibelakang Tjiu Piau berdiriLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

Tju Sie Hong, jang tersebut belakanganpun sudah tidak bersendjata dan tak perlu

dikuatirkan lagi. Sedangkan dua saudara Ong berdiri agak djauh dari tengah djembatan,

Kie Sau terdapat dibelakang Djie Hai.

Keadaan ini sangat baik sekali menurut perkiraan Louw Tiau. Ia merasa girang, dan

berharap dapat meloloskan diri dari tjengkeraman orang! Dengan mempunjai pikiran

demikian njatanja orang she Louw ini tidak mengandung maksud untuk bertobat bahk

anakan meI akukan suatu pekerdjaan kedji lagi guna menambah dosanja! Kini ia

melangkah per-lahan2 diseling berhenti2, hatinja sudah mempunjai rentjana baik, jakni

ia akan mempergunakan kelengahan orang, akan menjerobot setjara mendadak

kesebelah kiri dan mendorong Tjen Tjen, agar sang gadis mental kedjurusan dua saudara

Wan, sehingga mereka terhalang untuk madju. Lengan kanan bergerak mendesak Tjiu

Piau dan Tju Sie Hong. Kakinja akan dipergunakan dengan tjepat mentjelat kehadapan

dua saudara Ong, berbareng dengan itu lengan kirinja sekuat tenaga akan digebukkan

pada Ong Djie Hai, sedangkan lengan kanannja siap untuk menangkap Ong Gwat Hee.

Pokoknja asal dapat menangkap seorang sadja tjukup untuk dirinja berlaga atau

bertingkah lagi!

Langkah2 jang sebentar madju sebentar berhenti ini achirnja sampai pula membawa

dirinja keudjung djembatan, per-lahan2 lengannja meng-usap2 kepala Tjen. Tjen,

membajangkan perasaan kasih sajang dari seorang ajah kepada anaknja. Tapi

sebenarnja hal ini sebagai pelabi sadja, jang njata ia tengah memperhatikan gerakgerik

dari setiap musuhnja. Saat ini sekalian anak inuda tidak bergerak dan tidak bersuara,

keadaan sangat sunji. karena sekahannja sudah melulusi untuk mengampuni djiwanja

jang kotor ini!

Serentak njat djahatnja jang sudah direntj anakau terlebih dahulu dipraktekkan setjara

mendadak, dengan tenaga bahunja jang kuat dibuatnja Tjen Tjen terpental. Tepat seperti

rentjana semula, Tjen Tjen mental dan merintangi djalan madjunja dua saudara Wan.

Berbareng dengan itu lengan kanannja menjerang dengan keras kepada Tjiu Piau dan

Tju Sie Hong sehingga mereka kena didesak mundur, menggunakan ketika ini ia madju

mentjelat dengan tjepat menjerang pada Ong Djie Hai dengan lengan kirinja sedangkan

lengan kanannja mendjambret pada Ong Gwat Hee.

Keadaan antara hidup dan mati pada diri Louw Tiau ini membuatnja ia nekad,

serangannja tentu sadja dengan tenaga jang maha besar, bahkan seluruh kepandaiannja

dipertaruhkan pada waktu jang singkat ini. Ong Djie Hai da Gwat Hee jang tidak siap

siaga mendjadi kalang kabut, Gwat Hee menangkis dengan sebisanja, sedangkan bahu

Djie Hai kelihatannja hampir kena kedupak lengan besi. Sambil berteriak tjelaka Djie Hai

merasakan sematjam benda dingin menjentuh tubuhnja. Hal ini terdjadi dalam seketika

tjepatnja. dalam keadaan jang luar biasa tegangnja ini Im Yang Kang jang dimiliki Djie

Hai bekerdja setjara otomatis sehingga herhasil menjelamatkan dirinja Orang jang sudah

berkepandaian tinggi dan sudah mahir menipeladjari sematjam ilmu, begitu mendapatLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup

suatu serangan mendadak, dapat keluar tanpa disadari, demikianlah halnja dengan Djie

Hai jang sedang kesusu, ilmu jang dimilikinja bekerdia tanpa perintah. Tak heran tubuh


Pendekar Rajawali Sakti 196 Pendeta Wiro Sableng 069 Ki Ageng Tunggul Pendekar Rajawali Sakti 122 Sepasang

Cari Blog Ini