Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei Bagian 14
Louw Tiau mendjadi sempojongan tidak keruan, inilah akibat dari tenaga dorongannja
sendiri jang tidak mengenai sasaran, ia djatuh ngusruk kemuka sedjauh dua tumbak.
Lengan.nja bekerdja untuk mengangkat tubuhnja guna merat, tapi setjara mendadak
usahanja berhenti setengah djalan, kaki dan lengannja seperti kehabisan tenaga,
tubuhnja bertiarap lagi di atas saldju dan tidak ber-gerak2 lagi.
Sekalian orang siap sedia dengan keras untuk mendjaga akal bulus sang djahanam,
dalam waktu sekedjap tidak berani menghampiri melainkan mengadakan kurungan
dengan rapat, hanja Tjen Tjen jang mendjadi anaknja madju melangkah sesudah
melongo seketika, tiba2 ia mendjerit: "Tia-tia!" Ditubruk ajahnja dan dibalikkan tubuhnja
agar dapat tjelentang. Begitu tubuh ajahnja terbalik ia mendjerit kaget dan lompat
mundur, sambn me-nundjuk2 ajahnja jang terkapar di atas saldju.
Waktu sekalian orang memandangkan matanja, tampak oleh mereka muka Louw Tiau
sudah mendjadi hitam, kedua matanja mendelik putih tak bersinar, rpulutnja agak
terbuka dan masih-sengal2. Lengan kanannja terangkat ke atas seperti orang kelelap
meminta tolong! Tapi tenaganja tangan ini segera mendjadi habis dan terkulai djatuh dan
tak terangkat untuk selamanja, dadanja bemapas dengan gentjar serta memburuh, gerak
mulutnja tampak dengan tegas, tapi sepatah katapun tiada dapat dikeluarkannja. Per-
lahan2 gerak2nja mendjadi lemas, kelopak matanja merapat, menjusul tarikan napasnja
jang ter achir didahului kekeledjetan tubuhnja.
Seorang penghianat bangsa jang terkutuk ber achir riwajatnja dengan setjara
demikian.
Kie Sau dan sekalian jang lain merasa heran sekali, mereka tidak mengerti dengan
suatu kelitan Djie Hai dapat menamatkan riwajat sang djahanam, Pang Kim Hong sendiri
belum tentu dapat sekali egos membinasakannja, barang kali tiada orang jang mempunjai
kekuatan gaib jang demikian mentakdjubkan!
"Kalau dilihat dari tjara matinja djahanam ini seperti kena ratjun sadja," pikir Tjiu Piau,
"tapi ratjunapa?"
Keheranan jang menjelimutkan pikiran mereka hanja berdjalan dalam waktu sedjenak
sadja, terlihat kini seluruh tubuh Louw Tiau jang tidak terbungkus dengan badju mendjadi
hitam seperti arang, mereka sadar bahwa sang djahanam terkena ratjun jang teramat
dahsjat!
Tjiu Piau madju kemuka untuk memeriksa apa jang terdjadi, di atas saldju jang putih
terlihat sebutir mutiara beratjun dari sendjatanja. Sedangkan dibahu, dada, perut dan
lain2 tempat Louw Tiau penuh terkena benda beratjun itu, tak heran dalam waktu
sebentar sadja ia mati tanpa berdaja. Sambil berdiri Tjiu Piau menundjuk kelantai: "BarusLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup
an aku menjebarkan sendjata rahasi aku disini, sedangkan djahanam jang berhati bina
tang ini menubruknja dan binasa!"
Orang jang mendjadi buruan dan pelampias dari angkara murka mereka kini
menggeletak mati dengan tubuh hitam tak keruan sesuai dengan sumpah jang
dinjatakannja, dendam jang mengeram selama duapuluh tahun lebih kini mendjadi hilang
dibawa arwah sang djahanam. Ong Djie Hai bertengadah ke atas sambil berkata: "Ajah
jang berada di alam baka dengarlah kata2ku bahwa Louw Tiau penghianat bangsa sudah
meninggal ditangan kami be-ramai2 berkat kedjahatannja jang tidak mau diubah!"
Tampak ia meneteskan air matanja dengan deras, sedangkan saudara2njapun berderai
air matanja karena terharu. Hanja Tjen Tjen seorang jang mengertekkan giginja
menahan air mata jang akan keluar, ia berkata setjara samar2: " aku tidak mempunjai
ajah sematjam dia"
Mereka serombongan kembali ke atas puntjak dimana berada rumah batu, Tjen Tjen
mengikuti dari belakang dengan langkah lemas, ia merasa terharu atas kebaikan2 anak2
muda kita, sehingga didalam hatinja jang masih sutji timbul rasa persaudaraan jang tebal.
Sewaktu mereka sampai diruangan dalam tampak Tju Hong tengah asjiknja mengobrol
dengan Louw Eng setjara tertulis. Mereka mentjeritakan kedjadian barusan dengan
terang dan tegas, mendengar ini Tju Hong membuka mulut: "Orang jang berdosa
seharusnja menerima sematjam itu, bahkan siang2 hukuman sematjam itu harus
diterimanja!" Mereka terdiam sebentar dengan perasaan berlainan.
Sesudah diam seketika, tampak Louw Eng memberikan setjarik kertas jang berbunji:
"Bagaimana dengan rentjana kita tempo hari untuk menggulingkan pendjadjah bangsa?
Kita sudah tua, hal ini kini harus diserahkan kepada sekalian anak2 muda ini!" Tju Hong
melihat ini mendjadi tertawa, njata semangatnja masih tetap nebat seperti mudanja,
kemudian ia menjerahkan kepada Djie Hai, "lihatlah!"
Anak muda adalah tiang negara, segala tanggungan jang berat sama sekali tidak
dirasai, sesudah ia melihat surat itu, hatinja mendjadi girang sekali. Sekalian jang lain
turut melihat, masing2 menundjukkan rasa girang dan siap sedia memikul beban jang
berat itu. Sedangkan Tjen Tjen pun tidak ketinggalan dan mempunjai peranan seperti
saudara2nja jang lain.
"Saudara2 kita harus bersatu padu untuk memikul beban ini!" seru Djie Hai.
"Pasti!" djawab jang lain2.
"Kita selamanja bersatu dan tidak berpisah untuk seumur hidup demi tugas jang mulia
ini!" seru Djie Hai kembali sambil mengepalkan lengannja.
Djawaban bergelora girang serentak terdengar dari jang lain: "Pasti tidak berpisah!"
Dengan sendirinja suara Tjen Tjen terdapat didalam. achirnja mereka mengangkatLiong Hong KiOm - 10 Team K olektor Ebook FB grup
lengannja semua terinasuk Kie Sau, Tju Hong, dan Louw Eng, setjara be-ramai2 memekik
keras: "Untuk kemerdekaan dan tanah air kami bersumpah akan mengusir pendjadjah
dari bumi pertiwi sampai titik darah kami jang penghabisan!"
? T A M A T ?
Kindo 01 Wasiat Di Puri Elang Wiro Sableng 145 Lentera Iblis Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama