Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei Bagian 2
batu. Tubuhnja jang masih berada diudara tak dapat mengegos hanja dapat dimiringkan.
Dengan djalan ini tiga butir batu dapat dihindarkan kesamping. Tangannja berhasil
menangkap dua butir, sebutir lagi tepat mengenai tangan kanannja. Sedikit rasa njeri
dinikmatinja. Hal ini membuat Louw Eng kaget sekali. Ia diam terpaku sambil meng-
usap2 lengannja jang kena batu itu.
Louw Eng merasakan sesuatu jang gaib. Kedjadian delapan belas tahun di Oey San
seperti terulang kembali dalam kelopak matanja. Bedanja tahun dulu lengannja kena
Bwee Hoa Tok Tju, kini hanja kena batu ketjil. Tapi jang Iainnja semua serupa se-mata2.
Ilmu sendjata rahasia ini, gerak dan djurusnja satu persatu serupa belaka. Pemuda ini
tak diragukan lagi pasti puteranja Tjiu Tjian Kin. Orang jang delapan belas tahun
ditjaritjari, kini berada didepan mata ! Louw Eng sudah tahu
"Apakah kau bukan Tjiu Piau Tit-djie jang selalu mendjadi buah pikiranku siang dan
malam ?" tanja Louw Eng lemah-lembut.
"Siok-siok memang benar aku adalah Tjiu Piau, djawab Tjiu Piau sambil
mendongakkan kepalanja memandang Louw Eng. Ahhhhh sebuah senjum iblis memenuhi
ruang matanja. Tjiu Piau seperti tersadar dari impian manis ! Tubuhnja seperti digujur
air dingin ! PerlahanJahan lengannja melepaskan Louw Eng, kakinja mundur beberapa
langkah
Keadaan mendjadi hening dan sunji, pasangan2 mata berputar dengan tak wadjar.
Mereka menantikan djawab. Untuk menghilangkan suasana jang djanggal ini.
"Hei kawan !" suara mendatang memetjahkan kesunjian, "djagalah diri baik2 ! Lain
waktu kita berdjumpah pula !" Suara itu datang dari tumpukan batu2 andi beibentuk
orang. Tjiu Piau burn2 menoieh kearah suara datang. Pada waktu inilah matanja nielihat
dua benda putih rnelajang datang. Tjiu Piau menangkap sendjata rahasia itu dengan
kedua tangannja.
Louw Eng melihat keangkasa jang luas sambil berkata: "Surja sudah menundjukkan
diri, siapa jang bersedia masuk kedalam untuk mengundang beberapa kawan itu ?"
"Tumpukan batu2 ini demikian gaibnja, meski sudah terang tanah, tapi tak boleh
sembarangan masuk. Kalau2 diserang musuh setjara menggelap. Tjukup kita djaga dari
luar sadja. Dimana ada gerakan disitu kita rintangi dengan tjara ini djangan kuatir merek
dapat melarikan diri !" kata salah satu dari Mau San Djie Hoo.Team/Kolektor E-book
Louw Eng menganggukkan kepala membenarkan. Pek Hoo dan Hek Hoo mentjejat
naik dibatu tinggi janoberdekatan dengan tubuhnja. Matanja tjelingukan ki> dalam batu,
gerak-geriknja tak ubahnja seperti rase jang djahat.
Tjiu Piau mengambil dan memegang sendjata rahasia
jang bersinar putih itu, benda itu demikian lemas. Kiranja tak lain tak bukan adalah
dua sobekan kain. Benda
itu dipegangi terus sedari tadian. Kini baharu dapat dilihatnja, waktu orang2 Louw Eng
sibuk dengan orang2 jang berada didalam tumpukan batu. Waktu dibuka, kain itu
berhuruf jang mengedjutkan Tjiu Piau bukan alang kepalang. Dua tjarikan kain itu
bertulisan: "Tamu menanti malam Tiong Tjiu bulan delapan" "Peristiwa Oey San
membawa dendam bagai lautan". Huruf2 itu merah warnanja sebab ditulis pakai darah.
Tjiu Piau berpikir: "Dua Sie-seng itu pasti putera dan puteri Ong Pee-bo. Toa Sie-seng
pasti jang disebut A Pang semasa ketjilnja. Siauw Sie-seng seharusnja anak perempuan,
kenapa menjerupai anak laki2 ?" Bukankah ia menjamar ? Berpikir sampai disitu Tjiu Piau
bukan main napsunja unluk segera mendapatkan kedua saudara Ong itu. Pikirnja, ia akan
saling berpelukan dan irfenangis se-puas2nja ! ? Disamping itu ber-sama2 merundingkan
hal membalas dendam dan sakit hati. Ia menjesali dirinja jang demikian bodoh ! Kenapa
ia tak menjadari sedikit djuga, bahwa dua orang itu adalah saudara2 dari keljiarga Ong.
Untuk mentjarinja kini sukar sekali. Demikianlah ia berpikir atas dirinja sendiri.
Sementara itu Louw Eng dan kawan2 masih tetap mengurung batu2 aneh itu untuk
mendjaga keluarnja Toa Sie-seng, Siauw Sie-seng dan orang tua itu. Misalkan
diketemukan pasti terdjadi perkelahian jang hebat. Tapi dapat dipastikan pihak orang tua
itu akan menderita rugi, sebab djumlahnja sedikit. Tjiu Piau sangat kuatir atas
keselamatan ketiga orang itu. Hatinja sudah meiigambil ketetapan, bilamana ketiga orang
itu tertangkap, Bwce Hoa Tok Tju pasti akan mengamuk untuk membantu mereka ! ! !
Tunggu-punja tunggu matahari sudah djauh ditinggi. Batu2 gaib itu hilang kegaibannja
dibawah sinar surja jang panas itu. Schingga keadaan didalam dapat didalam pertemuan
Tiong Tjiu dibukit Oey San. Karena demikian kita harus terlebih waspada !"
Man San Hek Hoo berkata: "Menurut hematku, orang itu sudah lama dan sering masuk
kedalani terowongan itu untuk mentjuri dengar rahasia kita. Hari ini kalau bukan Tjen
Tjen mendahului masuk kedalani, pasti mereka menjusup dan mendengari rahasia
penting kita. Dapat dikatakan kita masih mudjur, bahwa mereka belum mengetahui
sesuatu apa jang kita pertjakapkan. ' Louw Eng meng-angguk2kan kepalanja mendengar
keterangan Hek Hoo itu.
Tiang Bin Kau Tam Tjiu Liong, biasanja sangat pendiam tak banjak ber-kata2, kinipun
mengeluarkan pendapat:Team/Kolektor E-book
.,Mengenai Liong Hong Siang Kiam Kek (dua pendekar pedang Naga dan Merak) jang
demikian berani menjatroni istana dan tneninggalkan -urat, ini membuktikan bahwa
mereka bukan oraug jang sembarangan ! Mungkin mereka sudah menghimpuni
orang2nja untuk menjelidiki kita. Tiga orang jang masuk kedalam tumpukan batu2 itu,
bukan lain daripada penjelidik dan sepion mereka."
Louw Eng manggut2 mendengar ini seraja berkata: "Ban Liu Tjung sebenarnja kita
pergunakan untuk menjelidiki gerakan2 orang2 Kang-ouw. Siapa kira sebaliknja kita jang
kena diselidiki musuh !" kata2 ini memerahkan selebar muka Ouw Yu Thian.
Louw Eng mengawasi kesemua, mendadak ia berdiri dan berkata lagi: "Terhadap hal
ini masih adakah pendapat2 jang berharga dari saudara2 ?"
"Kami mempertjajai dan menjerahkan semuanja kepada Toako !" djawab mereka
serentak.
Suasana niendjadi hening seketika, sedikit suarapun tidak ada. Louw Eng
melandjutkan lagi perkataannja: "Rapat rahasia di Oey San tinggal beberapa bulan lagi.
Sebenarnja masih ada waktu untuk berpikir guna meng
hadapinja. Tapi dengan adanja kedjadian kemarin maIam. Njata dan tak perlu
disangsikan lagi, pengatjau2 itu sudah bertekad untuk mengadu kekuatan dengan kita.
Kita harus ingat, semendjak tentara Tjeng kita niasuk kewilajah Tiong Goan. Orang2
gagah dari dunia Kang-ouw sudah dua puluh tahun lamanja tidak mengundjukkan diri.
Andaikata pengatjau2 itu berserikat dengan mereka. Ha] ini harus dipikirkan setjara
mendalam. Tak usah dikatakan lagi saudara2 jang berada disini adalah orang2 gagah
kelas utama. Tapi untuk merebut ke* menangan setjara mejakinkan, jang rendah berniat
jnengundang seorang berilmu jang luar biasa.
(Akan disambung)
Djagalah tanggal terbitnja buku kedua.
Siapakah jang akan diundang Loinv Eng.
Djawaban ini semua saudara dapalkan dalam buku jang akan datang.
Djilid kedua pasti lebih seru dan lebih mengesankan Ingatlah dan djagalah tanggal
terbitnja.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grapLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
LIONG HONG KIAM
(PEDANG NAGA DAN PEDANG TJENDRAWASIH)
DJILID KE-II
K A R J A:
TANG FEI
TERDJEMAHAN:
lauWtsu eng
FENERBIT:
KARJA NAJA
Djak arta
somber BUKU : GUNAWAN AJ
kontributor dan scanner : aWIe dermaWAn
OCR - convert PDFtext : ANDy MULLLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grup
DISCLAIMER
Kolektor E-Book adaiah sebuah wadah niriaba bagi para pecinta Ebook untuk beiajar,
berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengaiaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah
su it didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara mengalih mediakan dalam bentuk
digital.
Proses pemiiihan buku yang dijadikan abjek aiih media diklasifikasikan berdasarkan
kriteria keiangkaan, usia,maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam
bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang seianjutnya dikonversikan
kedaiam bentuk teks dan dikompiiasi dalam form at digita l sesuaf kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansia i dari buku-buku yang diaiih
mediakan dalam bentuk digita l ini.
Saiam pustaka!
Team Kolektor EbookLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
L I O N G H O N G K I A M
Djilid ke-II.
Sebenarnja kepandaian Louw Eng sudah sampai dibatas sempurna. Biasanja
menganggap dirinja jang terpandai, sehingga dimatanja tak ada jang dipandang.
Tapi kini mengeluarkan pernjataan jang demikian."Membuat para hadirin merasa
heran bertjampur tjemas. Mereka sadar pertemuan Oey San kali ini hebat adanja.
Musuh2 pasti terdiri dari orang2 berilmu tinggi.
Tong Leng berpikir didalam hati: "Terhadap botjah2nja sadja aku agak kewalahan, apa
lagi kelak ?" Memikir
sampai disini hatinja mendjadi deg-degan.
Louw Eng berkata pula: ",Ban Liu Tjung tidak berdjauhan dengan Oey San, tjotjok
untuk kita berkumpul. Botjah2 tadi sungguh tak kenal mati, beberaman datang
menjelidiki kita. Dari itu kita. harus memburu mereka. Untuk membalikkan keadaan kita
dipihak menjerang. Untuk membereskan hal ini kuserahkan pada saudara Ouw."
"Legakan hati Toako, hal ini dapat kami lakukan dengan sempurna," sahut Ouw Yu
Thian dengan penuh kejakinan.
"Djangan memudahkan sesuatu hal dengan begitu sadja !" kata Louw Eng
memperingati. "Saudara2 mungkin agak heran melihat keadaanku hari ini. Memang
dalam hal ini aku terlalu hati2 ITnikah jang mengherankan ? Hal ini tidak dapat
kudjelaskan sekarang. Tunggulah pada saatnja ! Jang perlu saudara2 ketahui ialah
tersebarnja djaring2 sepion musuh untuk menjelidiki kita.
Dari itu tjutju kura2 itu harus pula kita awasi. Kendati demikian saudara2 tidak perlu
kuatir, sebab kemenangan pasti ditangan kita. Dalam beberapa bulan ini aku akan
mengadakan perdjalanan ke Kwan Tong guna mengundang Hek Liong Lo Kway (Naga
hitam jang gaib) untuk membantu kita. Bukankah dengan tjara ini kemenangan pasti
terdjamin setjara mutiak ?" Kata2nja habis ditutup dengan suara tertawa jang aneh.
Orang banjak mendjadi heran lagi. Mereka masing2 berpikir: "Mungkinkah Hek Liong
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lo Kway masih hidup ?"Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Mendengar kata2 Louw Eng, se-olah2 hubungannja dengan Hek Liong Lo Kway erat
adanja. Tapi hal ini belum pernah didengar dan diketahui orang.
Perundingan selesai keputusan sudah diambil. Jakni bagaimana menjelidiki lawan,
bagaimana mengundang kawan, semuanja sudah diatur dengan baik untuk menghadapi
pertemuan Oey San.
Tjiu Piau jang berdiri disamping, hatinja merasa tjemas. Keringat dingin membasahi
sekudjur badannja. Berbagai pertanjaan timbul dalam hatinja; Di Oey San kelak akan
terdjadi pertempuran dahsjat jang bagaimana ? Siapakah Liong Hong Siang Kiam Kek itu
? Kenapa dua pendekar itu memberi tahu rapat Oey San ini kepada radja ? Apakah rapat
Oey San jang dimaksud mereka adalah rapat Oey San jang akan dihadirinja sendiri ? Atau
rapat lain lagi ? Tapi jang pasti rapat Oey San kali ini akan menerangkan dan memberi
djawaban tentang kematian ajahnja setjara terang.
Sementara itu para hadirin sudah meninggalkan tempatnja masing2. Tjiu Piau pun
bangkit berlalu. Sebelum itu Louw Eng sudah membuka mulut: "Tjiu Tit-djie, harap
djangan berlalu dulu." Tjiu Piau merasa kaget, entah apa jang menjebabkan Louw Eng
menahannja.
Sesudah Louw Eng mengantar para tamu, segera merapatkan dau.n pintu.
Dihampirinja Tjiu Piau, didjabat tangannja dengan erat. Sedangkan air mata buajanja
menggenangi kedua kelopak matanja.
"Tit-djie, delapan belas tahun lamanja aku mentjari dan merindukan kau siang dan
malam. Banjak kata2 memenuhi dadaku, baiklah nanti per-lahan2 kita bitjarakan.
Sebaliknja adakah sesuatu pertanjaan dalam hatimu ? Silahkan kau bertanja sekarang."
Mendapat kesempatan ini Tjiu Piau djadi berpikir. "Sesuatu pertanjaan jang menjesak
dada, kiranja sudah tiba waktunja kuketahui." Diberanikan dirinja untuk bertanja, "Louw
Siok-siok, dapatkah kau tjeritakan perihal kematian ajahku dengan se-djudjur2nja ?"
Louw Eng sudah menduga bakal mendapat pertanjaan ini. Tanpa ber-kata2 digulung
lengan badju kanannja. Disitu tertera dengan tegas setangkai bunga bwee. Inilah
peninggalan Bwee Hoa Tok Tju keluarga Tjiu. Tjiu Piau tidak mengerti maksud Louw Eng.
Achirnja Louw Eng menundjuk tanda itu sambil berkata: "Inilah tanda peninggalan dari
Tok Tju, tentu kau kenal bukan ?" suara ini demikian halds diutjapkannja, sedikitpun tak
mengandung nada kebentjian. Tjiu Piau menganggukkan kepalanja, "Jah, Tit-djie kenal."
"Ratjun dari Tok Tju Keluarga Tjiu, tak ada duanja didunia ini. Barang siapa terkena,
hanja keluarga Tjiulah jang dapat. menolong dengan obat pemunah buatan mereka. Tapi
kalau sedjam kemudian sesudah terkena, obat keluarga Tjiupun tak ada gunanja.
Betulkah demikian ?"Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Mendengar ini Tjiu Piau manggut lagi. Disamping itu hatinja kembali berpikir: "Louw
Eng kena, ratjun tapi tidak mati, tentu seketika djuga mendapat obat penawarnja. Obat
pemunah itu hanja berada pada ajah dan hanja ajah pula jang mengetahui tjara
menggunakannja. Louw Eng mendapat kesembuhan pasti mendapat pertolongan dari
ajah. Kalau demikian djadinja, sampai matinja ajah masih mempunjai hubungan jang
baik dengan Louw Eng. Darivsegi ini dapat dipastiknn pembunuh dari ajah adalah orang
lain !" memikir sampai disini hatinja niendjadi panas. Ia berhasrat mengctahui pembunuh
ajahnja dengan tjepat. Dibalik itu karena ia seorang jang berhati polos.
Apa jang terkandung dalam pikiraanja, semua digambari dalam-wadjahnja dengan
terang. Dari wadjah tjuriga sampai kepertjaja, dari pertjaja mendjadi gusar, semua
perubahan ini njata dan tegas. Louw Eng melihat perubahan ini dengan tenang. Sebab
kata2 dari Louw Eng diatas itu bermaksud untuk menarik kepertjajaan Tjiu Piau se-mata2.
Sebelum Tjiu Piau membuka rnulut Louw Eng sudah melandjutkan lagi kata2nja:
"Delapan belas tahun berselang, kami berempat memenuhi permintaan Wan Tie No untuk
menghadiri rapat Oey San. Hal ini tentu kau sudah ketahui. Sesudah rapat berdjalan,
kami sadar bahwa diri kami ini sudah nkisuk perangkap tipu kedji Wan Tie No. Tak banjak
tiditera lagi pertarungan terdjadi ketika itu djuga. Tak kira Wan Tie No demikian lihay.
Kekuatan bergabung dari kami berempat hanja dapat mengimbangi kekuatan Wan Tie
No seorang. Pertarungan berdjalan dengan hebatnja, tiba2 ajailmu terpeleset djatuh;
menggunakan kesempatan ini Wan Tie No mengirimkan pukulan besinja !"
"Ahhhhh !" seru Tjiu Piau tanpa terasa.
Louw Eng melandjutkan lagi kata2nja: "Dengan nekad dan tak menghiraukan njawaku
lagi, kutubruk punggung Wan Tie No, demi keselamatan dari ajailmu. Entah bagaimana
mendadak Wan Tie No melontjat mendjauhi diri ? Tidak tahunja ajailmu sambil
merebahkan diri melepaskan Tok Tju, aku tak dapat menghindarkan diri lagi, lengan
kananku tak ampun lagi kena dilukai Tok Tju."
Louw Eng berhenti sebentar untuk menjeka air matanja, "kalau kuingat kedjadian ini
hatiku merasa sedih dan hampa. Ajailmu melihat aku roboh lekas2 membanguni aku serta
rnemberikan obat penawar ratjun dan menitahkan aku harus bagaimana memakainja.
Karena sedetik ini, Wan Tie No berkesempatan pula untuk mengirimkan pukulan mautnja
setjepat kilat pada ajailmu. Ah pukulannja itu demikian ganas, ajailmu terpental sedjauh
dua tunibak dan tergelintjir kedalam djurang." Bitjara sampai disini Louw Eng menarik
napas sambil meng'elah: "Duhhhh, apa gunanja hidup didunia dengan kehilangan
saudara jang kutjinta."
Kata2 ini membuat Tjiu Piau mengeluarkan air matanja setjara deras. "Tak njana
pembunuh dari mendiang ajahku kiranja benar2 Wan Tie No adanja," pikir hatinja.
Mulutnja sudah hampir bergerak untuk bitjara. Tiba2 sekali dari luar terdengar tertawa
dingin: "Louw Eng lidahmu sungguh beratjun !"Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Suara ini datang dari atas pohon. Louw Eng mengendjot tubuhnja mentjelat hagai
alap2 menerdjang wuwungan rumah. Krakkkkkk atap rumah hantjur mendjadi sebuah
liang. Tjepat sekali Louw Eng sudah berdiri tegak diatas genteng.
Tjiu Piau melontjat melalui liang itu. Sementara itu pohon liu dipavaliun timur turun
naik bagai ombak. Diudjung ranting tampak dua tubuh orang. Mereka terdiri dari seorang
anak laki2 dan seorang anak gadis. Usia mereka Jebih kurang tudjuh-delapan belas
tahun. Mereka berpakaian jang singset dan pas. Tjaranja berpakaian ini bukan main
gagahnja. Jang laki2 beralis kereng, bermata seperti matjan, ber-api2 penuh semangat.
Jang gadis serupa benar dengan raut wadjah jang laki2. Hanja gerak-geriknja lebih aju.
Begitu Tjiu Piau melihat mereka, hatinja tergerak, ia berkata didalam hati: "Kalau
pemandangan indah mempunjai sukma, pasti sukma itu masuk ditubuh mereka.
Gagahnja, tjantiknja, manisnja, segalanja berkumpul mendjadi satu ditubuh mereka.
Louw Eng lebih terkedjut lagi. Dalam matanja kedua
muda-mudi ini mempunjai paras welas asih jang sudah dikenal betul, entah dimana
rasanja pernah bertemu. Jang lebih mengherankan, ranting2 pohon liu ini demikian
halusnja. Tapi kedua botjah jang masih ingusan ini, mempunjai ilmu mengentengkan
tubuh jang demikian mengagumkan. Mereka dapat berdiri dengan seenaknja diranting
jang kefcjil itu. Kepandaian ini dapat dikatakan sudah sampai dibatas jang sukar diselami.
Angin bertiup datang pohon2 itu ber-gerak2, mereka dengan anteng mengikut alunan
dahan2 itu turun naik tanpa ber-gerak2 !
Tanpa ber-kata2 lagi Louw Eng menghunus pedang. Kedua tangannja masing2
memegang sebilah. Kedua pedang itu mengeluarkan sinar jang menjilaukan mata. Pada
pedang itu tertera ukiran burung hong dan naga. Tjiu Piau mendjadi terkesiap hatinja
melihat pedang2 ini.
Orang mengenal kepandaian Louw Eng sudah djarang tandingan. Orang2 Kang Omv
saugaf menjeganinja. Biasanja untuk menghadapi lawan djarang sekali menggunakan
sendjata. Tapi hari ini begitu ketemu dua orang budak ini, entah bagaimana hatinja.
Mungkin dikarenakan gentar ? Lebih2 ia menghunus pedang untuk menghadapi botjah2
! ! Hal ini sebelumnja belum pernah terdjadi !
Kedua anak muda itu, begitu melihat Louw Eng menghunus pedang. Matanja tak
henti2nja mengawasi pedang itu sambil ber-bisik2. Ketawa dingin keluar dari mulut
pemuda itu: "Louw Eng kau djangan kuatir, hari ini kami kakak beradik tak mau berkelahi
denganmu, ingat sadja hutangmu pada kami, pada suatu hari harus 'kau lunaskan.
Sebenarnja hutangmu pada kami sudah terlampau banjak, pedang Liong dan Hong jang
kau pegang itupun harus dibajar kembali kepada kami, tapi tidak sekarang. Jang penting
hari ini dengarlah sepatah kataku. Djangan mendustakan orang, djangan terlampau
banjak membuat kedjahatan !" Habis bitjara matanja tnelirik pada Tjiu Piau. "Kawan jangLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
baik, djangan sembarangan pertjaja pada mulut orang. Kau harus dapat berpikir setjara
mendalam, untuk membedakan mana kawan mana lawan. Semoga kau dapat berlaku
terlebih hati2 untuk hari2 jang akan datang."
Louw Eng tidak menantikan orang bitjara habis, tubuhnja sudah melesat seperti anak
panah. Masuk kebawah pohon. Sinar pedang berkelebatan bulak-balik, tudjuh-delapan
tjabang liu berbareng putus mendjadi dua. Menjusul suara ambruk dahan2 itu susul-
menjusul djatuh dibumi. Kedua muda-mudi itupun mengikuti tjabang liu turun hinggap
dibumi tanpa kurang sesuatu apa. Sinar pedang berkelebatan lagi sambil membawa angin
jang men-deruh2 tjepatnja seperti kilat menjerang dua anak muda itu. Kedua orang itu
hanja meng-egos2kan badannja, tanpa menderita Iuka. Djuga tidak melawan. Pemuda
itu berkata lagi dengan dingin: "Louw Eng kami tidak mau melawan hari ini, tunggulah
nanti. Atas ini kami minta maaf dan mohea pamit !"
Dua orang itu dengan sebekih tangan memegang tjabang liu, sesudah itu dengan
bebareng membal keata?. Sesampai diatas pohon mereka mc-lompat2 dengan tjepat
dalam sekedjap mata segera hilang dalam pandangan mata !
Louw Eng berdiri ditanah dengan gemas, sambil berpikir: "Kedua pemuda itu pasti,
adalab orang jang msnjatroni istana. Aku mendjelma mendjadi enghiong (orang gagah)
mana mau dipermaini mereka. Biarlah dalam pertemuan di Oee San nanti akan kutangkap
mereka hidup2 untuk melampiaskan kedongkolanku hari ini !"
Kegaduhan ini membuat orang2 Ban Liu Tjung budal semua. Tapi mereka datang
kesiangan karena Liong Hong Siang Kiam Kek siang2 sudah menghilang. Apa jang terlihat
mereka hanja tjabang2 pohon liu bertumpukan disamping tubuh Louw Eng. Melihat lagi
pada tjabang2 liu jang halus ber-gojang2 ditiup angin, mereka tak menduga ada orang
bisa hinggap diatasnja. Tak sadar lagi mereka saling pandang-memandang pada
kawan2nja dengan penuh pertanjaan. Walaupun terdjadi demikian, paras Louw
Eng'sedikitpun tidak berubah. Akan hatinja siapa jang tahu ?
Dalarh suasana gaduh dan ribut, tentu sadja Tjen Tjen tak mau ketinggalan. "Ada apa,
ada apa," tanjanja pada Tjiu Piau.
Tjiu Piau tengah dilandai berbagai soal, mana mau menghiraukan dia. Tjen Tjen
mendjadi uring2an. "Ajo bilang, ajooo bilang, bilang tidak ! Awas jail kalau nanti barii
kau beritahu, sepatahpun aku tak sudi mendengamja !" Tanpa menunggu djawaban ia
lari keluar.
.,Tjen Tjen kemari kau !" panggii Louw Eng.
Tjen Tjen merandek, tanpa menoleh lagi ia mendjawab: "Ada apa ajah ?"
"Tjen-djie, ajah lama tak mengadjak kamu bermain2. Sebenarnja ajah niat
mengadjakim main2 ditempat jang indah2 dan permai. Ber-djalan2 ditempat keramaianLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
untuk membeli mainan. Makan2 dirumah makan. Tjoba kau katakan baik tidak ?" Tjen
Tjen kegirangan, kantan balik badan menubruk ajahnja. "Ajah, betulkah ajah ?"
"Pasti benar2 tapi kini ajah masih sibuk dan belum bisa menemani kau."
Tjen Tjen hatinja mentjelos, harapan muluknja mendjadi bujar seketika. "Eummmmm,
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tuh dibohongi lagi, ajah gitu sih."
Louw Eng ber-gelak2 tertawa: "Lau Bok, lihat laga muridmu !"
Peng San Hek Pauw Bok Tiat Djin pun tertawa: "Kau lihat anakmu, dari pagi
menggeretjok sadja. Sampai hari siang masih belum mengasih hormatnja kepada jang
mendjadi guru !" kedua orang lantas tertawa bergelak2.
Tjen Tjen sedari ketjil selalu di-mandja2. Kini ia masih nmngkel dan sedih atas djandji
palsu dari ajahnja. Ia diam sambil ngedumel terus. Orang2 ada jang ikut2an tertawa. Ada
jang berpikir didalam hati: "Bapaknja gelo, pasti anaknja sableng !"
Lpuw Eng sengadja niembuat suasana mendjadi gembira, se-mata2 untuk
menghilangkan perasaan tjemas dan tegang para tamunja. Sesudah itu ia baharu
berkata: "Tjen-djie, ajailmu ingin mengurus sesuatu hal jang maha penting, dari itu tak
lama lagi akan meninggalkan Ban Liu Tjung. Karena ini kau harus memperlakukan tamu
istimewa ini setjara memuaskan. Temanilah dia bermainmain, agar hatinja tak merasa
kesal, dapatkah kau lakukan ?"
Tjen Tjen tahu ajahnja menjuruhnja menemani Tjiu Piau, karena ini hatinja dongkol
kembali. Dimonjongkan mulutnja. "Tamu matjam apa? Istimewa segala !"
"Kemari, ini adalah saudanramu Tjiu Piau ! Ia adalah anak dari saudara angkat ajah
jang bernama Tjiu Tjian Kin, jakni jang sering2 kukemukakan dan sebut2 didepanmu.
Tak lain tak bukan dari Tjiu Piau adanja. Mulai hari ini kau harus berkumpul, sama2
bermain dan berlatih silat ! Kau harus ber-sungguh2 memanggil Piau Koko !"
Mendengar ini orang banjak mendjadi girang. Jang di-tjari2 kini didepan mata. Didapat
tanpa banjak membuang tenaga. Lebih2 Ouw Yu Thian girangnja bukan main. "Toako,
kiranja pemuda ini Tit-djie Tjiu Piau. Berapa lama di-tjari2 kini berada didepan mata, hal
ini sungguh menggirangkan. Untuk ini kita harus mengadakan malam gembira untuk
bersuka ria ber-sama2 !" kata Ouw Yu Thian, Louw Eng tentu sadja melulusi dan setudju.
Pada malam harinja Ban Liu Tjung mendjadi ramai sekali, tapi hal ini tidak perlu banjak
ditjeritakan.
Semendjak itu orang2 di Ban Liu Tjung ber-sungguh2 memperlakukan Tjiu Piau
dengan hangat. Sanipaipun Tong Leng jang pernah merasakan batunjapun,
memperlakukannja setjara mesra. Hal ini membuat Tjiu Piau mendjadi sukur dan senang.
Beruntun beberapa hari Louw Eng sering2 mentjarinja untuk mengobrol. Tjiu Piau takutLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
ditanjai kenapa delapan belas tahun jang lalu keluarganja melarikan diri dimalam buta ?
Djuga takut ditanjai keadaah sekarang. Tapi sungguh heran, Louw Eng tak pernah me-
njinggung2 hal ini.
Hari ketiga Louw Eng berangkat pergi. Djago2 jang berkumpul di Ban Liu Tjungpun
satu demi satu berangkat pergi ketempatnja making2. Achirnja tinggal enam Kauw dan
para pelajannja sadja. Seb.elum pergi Louw Eng memesan pada Tjen Tjen agar ia
menemani Tjiu Piau baik2, setengah bulan kemudian babaru ia kembali lagi. Sebaliknja
Tjiu Piau tidak menanvpik untuk tinggal sedikit lama di Ban Liu Tjung sebab pertemuan
Oey San masih agak lama. Apa lagi memikir pembunuh ajahnja sudah meninggal, apa
lagi jang akan dibalasnja.
Satu dua hari kembali berlalu tanpa meninggalkan bekas. Pada suatu hari sehabis ber-
main2 Tjiu Piau merasa lelah sekali, ia beristirahat dimalam sunji dengan tenang. Malam
itu bulan tak menampakan diri. Ditjakrawala hanja terdapat ribuan bintang jang
berkelapkelip dengan ademnja. Sambil memandang pada bintang2 itu Tjiu Piau berpikir:
"Bintang2 ini demikian banjaknja, membingungkan sadja untuk dihitung. Aku Tjiu Piau
ingin mentjari saudara2 dari keluarga Ong dan Tju, tak ubahnja bagai ingin mentjari
beberapa bintang ketjil tanpa nama diantara lautan bintang. Entah kapan baru dapat
bersua. Ah sajang hari itu aku me-njia2kan ketika, waktu berdjumpa dengan dua saudara
Ong. Dapatkah kiranja aku bertemu lagi dengan mereka sebelum malam Tong Tjiu ?
Waktu berpikir sampai disini, mendadak sekali dari luar terdengar bunji langkah2 kaki.
Satu dengan tindakan berat, satu dengan langkah ringan agaknja orang2 itu terdiri dari
dua orang.
Tjiu Piau buru2 bangun mentjelat dari tempat duduknja. Pikirnja pendjagaan di Ban
Liu Tjung demikian keras, kenapa dengan mudah kena dimasuki orang. Djangan2 ada
djago2 datang menjelidiki lagi ? Lilin segera dikebut padarn. Per-lahan2 ia keluar pintu.
Terlihat dua bajangan orang, satu besar satu ketjil. Dengan lintjah mereka ma$uk
kekebun liu. Dilihat dari bentuk badannja. Siapa lagi kalau bukan saudara2 dari keluarga
Ong. Tjiu Piau bergembira sekali. Orang itupun menoleh, agaknja sudah mengetahui ada
jang bajangi. Jang ketjil meng-gapai2kan tangan pada Tjiu Piau serta menundjuk keluar.
Sesudah itu mereka menjusup kedalam daun2 liu dan tak kelihatan lagi.
Tjiu Piau mengerti, bahva saudara Ong datang menjelidiki dan mengadjak bitjara
diluar. Lekas2 ia mengikuti lari keluar. Didalam Ban Liu Tjung ini banjak terdapat
bangunan besar dan ketjil. Tapi tak mudah terlihat karena teraling pohon2 liu. Tiap2
rumah didjaga orang. Para pendatang malam kalau tidak mengenal djalan, walaupun
berkepandaian setinggi langit, sukar untuk menghindarkan diri dari mata dan tangan
orang2 dirumah2 itu. Tjiu Piau melihat kakak beradik itu, tanpa gentar mereka berlarian
diantara pohon. Tjiu Piau menguatirkan mereka kena dipergoki sehingga keluar keringat
dingin untuk orang lain. Siapa kira dua orang itu mengenal betul seluk-beluk djalanan
jang ber-liku2 itu. Nerabas sini nerobos Sana selalu djauh dari rumah2 jang adaLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
pendjaganja. Dalam sekedjap mata sudah sampai ditembok luar. Kedua orang itu
berbareng melompati tembok. Tjiu Piau mengikuti djedjak mereka. Sesudah berada diluar
masih tetap tak terdengar gerakan apa2 dari dalam, hal ini membuat Tjiu Piau menarik
napas lega.
Tjiu Piau mengikuti kedua orang didepannja itu dengan djarak jang tertentu. Kira2
sudah satu-dua lie dilewati, djalan selandjutkan sudah dikenal Tjiu Piau. Tak lain ialah
djalanan ,irienudju ketumpukan dimana terdapat batu2 aneh. Jang besar berkata
perlahan pada Tjiu Piau: "Mari kita bitjara didalam." Sesudah berkata tubuhnja langsung
masuk kedalam tumpukan batu2. Tjiu Piau mengikuti terus.
Diluar tahu ketiga orang ini, bajangan seseorang mengikuti djedjak mereka dari tadian.
Orang ini gerakannja sangat lintjah dan gesit. Tapi agaknja atjuh tak atjuh kelihatannja.
Siapakah dia ? Oh bukan lain dari Tjen Tjen adanja. Malam ini ia tengah bermain dengan
kakak tuanja. Tiba2 dilihatnja. bajangan Tjiu Piau berkelebat lari keluar. Ia gemar ber-
main2 segera diikutinja dari belakang.
Djalanan di Ban Liu Tjung sudah dikenalnja dengan baik. Dari itu ketiga orang itu tak
merasa dirinja dibuntuti sedari siang2. Tambahan berkat tubuhnja jang ringan dan lintjah.
Dia melihat ketiga orang memasuki batu2 itu. Ia sadar orang2 itu sudah mengambil
kedudukan baik. Jakni mereka dapat melihat keluar tanpa dapat dilihat orang dari luar.
Kiranja batu aneh ini, berantakan dan djadi sendiri. Tapi sebenarnja teratur dengan
rapi dan merupakan satu Tin. Memang kalau dilihat sepintas lalu berserakan dan kalang-
kabut. Tjobalah perhatikan dengan tjermat dari utara keselatan, atau dari selatan
keutara. Terdapat dua baris batu mendjadi garis lurus jang saling menutupi. Kalau dari
dua baris batu ini berdjalan kita dapat mengandalkan bentuknja ini untuk bersembunji,
sehingga tidak diketahui orang. Tak heran waktu dua Sie-seng dan orang tua itu dapat
meninggalkan tempat ini tanpa meninggalkan bekas. Hal ini waktu itu djuga sudah
diketahui Tjen Tjen. Kemudian Tjen Tjen datang seorang diri untuk mempeladjari terlebih
djauh. Sehingga keadaan batu2 itu dikenalnja dengan matang. Kini Tjen Tjen berpikir:
"Kebenaran sekali waktunja untuk aku mentjoba kegaiban dari batu2 ini." Dari itu ia
berputar keutara dan dari sana per-lahan2 masuk kedalam.
Baharu sadja ia masuk beberapa tindak. Terdengar suara orang ber-tjakap2, seorang
berkata per-lahan2: "Peristiwa Oey San membawa dendam bagai lautan". Mendengar ini
Tjen Tjen buru2 bersembunji, imtuk mendengarkan terlebih landjut apa jang akan
dipertjakapkan mereka.
Terdengar Tjiu Piau meridjawab: "Delapan belas tahun hidup menanggung
penasaran." Suara ini bernada gemetar. "Ong Toako. Ong Moy-tju kalian bersembunji
dimana ? Kenapa tidak mau keluar ?"
"Tjiu Heng-teekah ? tanya orang itu.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
"Benar, Siau-tee bernama. Piau. Mendiang ajahku adalah Tjiu Tjian Kin." Sesaat
kemudian baharu terdengar pula orang itu berkata, suaranja tetap perlahan. "Tjiu Heng-
tee kita harus hati2, dari itu lebih baik kita bitjara dengan tjara ini." Tjiu Piau pikir
beralasan. "Ong Toako Siau-tee sangat merindukan kalian, mengenai Tju Heng-tee apa
ada kabaru ja ?"
"Hal ini baharu mau ditanjakan kepadamu."
Tjiu Piau mentjelos mendengar ini. "Habis bagaimana ? Moga2 sadja bisa bertemu dan
berkumpul di Oey San."
"Jah, semoga demikian hendaknja."
"Ong Toako kini kalian tinggal dimana ? Bagaimana keadaan Pee-bo ? Ber-tahun2
ibuku merindukannja !" "Semua dalam keadaan sehat. Ibukupun selalu mengenang
kalian. Entah dimana Siok-bo kini berada ?" "Ibuku tinggal di Thian Bok San. Melewatkan
hari, depan memetik daun obat2an."
Mendengar sampai disini Tjen Tjen merasakan kenal suara orang jang bitjara dengan
Tjiu Piau. Sesudah diingat2 terpikirlah bahwa orang ini adalah Pek Sek Sieseng (Peladjar
seratus lidah) jang bernama Ie Kim Wan. Binatang ini kenapa datang kesini untuk menipu
orang ? Hampir2 Tjen Tjen tertawa atas penipuan ini.
Ie Kim Wan mempunjai kepandaian jang melebihi orang lain dalam hal memutar lidah.
Jakni ia dapat meniru suara segala matjam burung, ternak dan binatang liar. Hal ini
dapat ditiru asal ia sudah mendengar suara itu. Lebih2 suara orang tak perduli perempuan
atau laki2 dapat ditirunja dengan baik sekali. Pagi itu, ketika dua kakak beradik berkelahi
dengan sengit dengan orang2nja Louw Eng, Ie Kim Wan berada didekat bang goa.
Pertjakapan antara kakak beradik itu didengarnja dan kini ditirunja untuk menipu Tjiu
Piau. Tambahan ia bertubuh besar serupa benar dengan Ong Tea Sie-seng. Entah dari
mana ia mendapat pembantu jang bertubuh ketjil dan serupa dengan tubuh Ong Siau
Sie-seng. Sehingga mereka dapat menjamar dernikian sempurna. Tjiu Piau tidak sadar
dirinja kena disengkilit orang. Demi untuk tidak diketahui Tjiu Piau mereka mengadjak
bitjara dengan terpisah. Ilmu lidahnja dernikian lihay tidak urung kena diketahui Tjen
Tjen jang tjerdik.
Makin mendengar Tjen Tjen makin geli dan ingin tertawa. Sebaliknja Tjiu Piau kian
bitjara kian serius, sehingga Tjeh Tjen mules dibuatnja ! Beberapa kali ia niat keluar
untuk. membuka. kedok oransr. Tapi ia balik pikir. Biarlah dahulu, dengari sadja si Botjah
Tolol itu akan mengeluarkan kata2 apa lagi.
Pek Sek-sene bertanja pula: "Tjiu Hiari-tee, kapan kau mau ke Oey San ?"Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
"Sebenarnja aku mau terlebih pagi sedikit. Guna mementjari daja guna bertemu
dengan Tjiu Piau. Tapi Orang itu agak terkedjut: "Bukan malam Tiong Tjiu tapi sebe-
lumnja bukan ?"
"Toako kenapa lupa ? Sebelum Tiong Tjiu adalah untuk kita berempat berkumpul.
Malam Tiong Tjiu menantikan orang jang memberikan sadjak itu."
"Oh jah aku lupa."
"Toako ini kenapa bohelo betul !" pikir Tjiu Piau didalam hati.
Sebelum pertjakapan mereka berlangsung pula. Mendadak terdengar suara gemuru
menggelunggung bagai gunung runtuh. Entah bagaimana beberapa batu2 besar
berdjatuhan roboh. Petjahan2 batu berterbangan. Sesosok bajangan manusia muntjul
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan tiba2. Kedua tangaiinja ber-gerak2 memindahkan batu2. Membuat satu lingkaran
batu jang menjerupai sebuah pendjara ketjil. Orang ini melontjat.keatas batu, menatap
kebawah seperti harimau lapar. Perubahan ini terdjadi dalam sekedjap mata sampai
orang tak sernpat ber-djaga. Tapi Tjiu Piau tidak terkurung dipemhuian ketjil itu.
Badju orang itu bergeleberan disampok angin. Dandanannja sangat keren tak ubahnja
seperti anak sekolah. Siapa lagi kalau bukan Ong Toa Sie-seng ? Tjiu Piau kegirangan, ia
melompat menghampiri: "Toako, aku disini !"
"Tjiu Heng-tee apa jang kau katakan barusan sudah kudengar semua. Tapi orang jang
bitjara denganmu bukanlah aku !"
"Habis siapa ?"
Ong Toa Sie-seng menundjukkan djarinja kebawah.
"Tuh lihat I"
Dua saudara Ong sedjak mengetahui bahwa pemuda itu Tjiu Piau adanja, segera
memberikan kata2 dari sadjak itu. Mulai dari malam itu, siang malam mereka mentjari
daja guna bertemu dengan Tjiu Piau. Tapi akalnja kandas dalam pendjagaan pagar
manusia Ban Liu Tjung.
Malam ini mereka kembali datang berkeliaran diluar kampung untuk menjelidiki
keadaan. Pada waktu inilah setjara kebetulan dilihatnja dua bajangan terbang ! Menjusul
terlihat lagi dua bajangan lagi, satu didepan satu dibelakang. Dua bajangan jang
kebelakangan ini salah satunja adalah Tjiu Piau. Kedua saudara Ong tanpa membuang
waktu membuntuti mereka dari belakane. Mereka melihat baiane2 itu masuk kedalam
batu. Dua kakak beradikpun masuk kedalam tumpukan batu2 aneh. Waktu inilah mereka
mendengar Ie Kim Wan memalsukan dirinja dan menipu Tjiu Piau. Gusarnja tidak
tertahan. Diam2 dua saudara memberi tanda. Sang adik mengawasi Tjen Tjen. SangLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
kakak segera keluar sambil mengeluarkan ilmu Tiu San Tjiang (pukulan menggempur
gunung) mengatur batu2 mendjadikan sebuah buian ketjil mengurung dua penipu itu.
Dua orang itu kaget mengalami perubahan jang tiba2. Dilihatnja musuh sudah berdiri
dengan baik ditempat jang menguntungkan. Dua orang ini pun tak merasa gentar.
Masing2 menghunus sendjatanja.
Sendjata Ie Kim Wan adalah sebatang pipa jang lebih pandjang setengah kali lebih
dari pada sending. Diatas pipa terdapat banjak liang besar dan ketjil jang tidak serupa.
Entah apa gunanja belum dapat diketahui. Jang menjamar sebagai Siau Sie-seng
bersendjatakan sebilah pedang. Pedang itu lain dari pedang biasa, karena diudjungnja
bulat mengkilap seperti mutiara. Kiranja orang itu adalah salah seorang Tjit Kauw jang
bergelar Tiat Djiau Kauw (Kauw berkuku besi) bernama Hoo Pun. Seorang jang terkenal
sebagai ahli totok. Udjung pedang jang bulat itu chusus digunakan untuk menotok.
Dua orang ini siang2 sudah mempunjai rentjana untuk menghadapi dua saudara Ong.
Jakni mengambil siasat turun tangan terlebih dahulu. Sehingga tak memperdulikan lagi
aturan Kang Ouw jang tidak memperbolehkan tingkatan tuaan mentjabut sendjata
terlebih dahulu. Sebaliknja Ong Toa Sie-seng mempunjai perhitungan sendiri pula. Jakni
ingin sekali gebrak mengalahkan orang.
Ong Toa Sie-seng segera mengeluarkan ilmu Hong Gwa Lian Tjiang (ilmu bukit
berantai) jang lihay. Mulutnja berseru pandjang, tubuhnja merupakan bajangan hitam
menjergap dari atas menindih datang. Kedua tangannja membuat lingkaran besar ber-
putar2. Djurus ini dinamai Kie Hong Hui Lay (puntjak gaib terbang mendatang). Dalam
lingkungan dua lingkaran jang dibuat mengeluarkan angin jang men-deru2 dengan
dahsjat, tak ubahnja seperti puntjak gunung runtuh dengan baliana gemuruh gugur
kebawah !
Si Lidah Seratus tertawa pandjang, pipa besinja digigit dimulut, tubuhnja berkelit
kesamping, menghindarkan diri dari serangan maut ini. Menjusul tangannja bergerak
mengeluarkan djotosan kera? kedagu Ong Toa Sieseng. Berbareng dengan djotosan
mengiringi sematjam suara gemuruh jang aneh seperti setan djedjeritan. Suara ini
menusuk pendengaran dan membuat katjau pikiran si pendengar.
Sebenarnja Ong Toa Sie-seng akan mengirimkan kcIandjutan dari ilmunja jang
bernama Hong Gwa U Hong (diluar bukit terdapat bukit) dengan sepenuh tenaga. Tak
kira Pek Sek Sie-seng mengeluarkan bunji aneh itu, sehingga perhatian dari Ong Toa Sie-
seng agak katjau. Lekas2 serangannja dibatalkan untuk memusatkan kembali pikirannja.
Pek Sek Sie-seng tidak berhenti sampai disini, tangan kanannja menjerang dengan djurus
Tong Tju Tui Tjuang (katjung buka djendela) kesebelah kiri tubuh Ong Toa Sie-seng.
Waktu mengeluarkan tangan sekalian mengebas, sehingga pipa besi jang berada dimulut
pindah ketangan dipakai menghantam bagian kiri orang. Berbareng mulutnja
mengeluarkan gerangan dan mengaum dari harihiau lapar.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Ong Toa Sie-seng mengebutkan kedua lengan badjunja, untuk melindungi diatas dan
bawah. Djurus ini bernama Louw Hong In Pek (Puntjak hitam bertembok mega) sehingga
pendjagaannja mendjadi rapat.-Pipa best Pek Sek Sie-seng kena dikebut lengan badju,
telapak tangannja merasa tergetar. Pada waktu inilah Ong Toa Sie-seng merasakan
dibelakang tubuhnja suara tabasan pedang. Ia tahu tentu si pemalsu adiknja sudah turun
tangan. Perhatiannja djadi terbagi untuk menghadapi dua musuh, tiba2 terdengar suara
mendesingnja sendjata rahasia disamping tubuhnja. Tangan kirinja segera menjampok,
tapi tangannja menjampok angin, kiranja suara ini adalah buatan rnulut Si Lidah Seratus.
Pada detik inilah Ong Toa Sie-seng merasakan bahu kirinja kesemutan kena totokan
Iawan. Per-lahan2 tangannja mendjadi kaku tak dapat bergerak. Tiat Djiau Kauw Hoo
Pun tertawa sambil berkata: "Kiraku Iihay sekali. tidak tahunja hanja begini sadja !" Habis
berkata pedangnja mendjurus kebahu kanan Iawan, dengan maksud melumpuhkan
tangan kanan lawan.
Mendadak berkelebat sebuah bajangan: "Toako aku datang membantu !" serunja. Ini
adalah suara Tjiu Piau. Dari djarak dua depa ia melepas batu2 ketjil menudju Ong Toa
Sie-seng, tepat mengenai djalan darah TjianKin sehingga totokan musuh terbuka.
Walaupun totokan Hoo Pun demikian berat, batu itu tidak dapat membuka semua. Tapi
Ong Toa Sie-seng mempunjai Nui-kang jang tjukup baik. Sekali ia mengirimkan tenaga,
lengan kirinja segera dapat bergerak lagi.
Tjiu Piau takut terdjadi perkelahian lagi, buru2 berkata: "Ong Toako, Hoo Siok-siok, Ie
Siok-siok. Harap djangan salah mengerti. Kita adalah orang sendiri."
Hoo Pun ter-kekch2: "Akupun hanja bermaksud mengundang mereka kerumah, siapa
kira ia turun tangan main2, aku tidak berniat menjusahkan atau mentjelakakannja
mereka."
Mendengar ini Ong Toa Sie-seng mendjadi gusar. "Tjiu Heng-tce djangan pertjaja pada
mulut gilanja. Tanjakan pada mereka apa maksudnja menjamar sebagai kami, untuk
memantjing kau kesini. Tanjakanlah bermaksud apa?" '
Tjiu Piau memang mempunjai pertanjaan jang serupa dengan ini, segera ia menoleh
sambil berkata: "Djiewie Siok-siok, untuk apakah kau bergurau dengan tjara demikian ?"
Si Lidah Seratus berkata: "Kenapa heran ? Ini toh hanja main2 sadja. Louw Siok-
siokmu berkata bahwa kau sangat merindukan saudara Ong. Untuk menggirangkan
hatimu kami menjamar sekadar melutju dan berkelakar."
Tjiu Piau setengah pertjaja setengah tidak. Tapi dua Siok-siok ini sama sekali tidak
mempunjai laga kaja anak ketjil. Tjiu Piau djadi bingung.
Ong Toa Sie-seng kembali tertawa dingin: "Omo.ngan matjam itu hanjadapat menipu
nenek2 pikun ! Tjiu Heng-tee kenapa mereka mengetahui kata2 sadjak itu ? Apakah kau
perlihatkan pada mereka ?" Tjiu Piau bagai tersadar dari impian, di-raba2 tubuhnja, keduaLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
tjarikan kain itu sudah hilang ditjuri orang. Pikirannja bekerdja: "Waktu terdjadi
perkelahian dimulut goa aku tidak mengetahui, bahwa peladjar besar dan ketjil ini adalah
kedua saudara Ong. Aku mengetahui diri mereka sesudah menerima kedua baris
sadjaknja. Hal ini hanja aku seorang jang mengetahui. Terhadap Louw Siok-siokpun
belum pernah kukatakan. Kedua Siok-siok ini kenapa bisa mengetahui ?" Berpikir sampai
disini hatinja mendjadi tjuriga. "Djie-wie Siok-siok perkataanmu barusan mungkin kata
kelakar pula ?"
Ong Toa Sie-seng berkata: "Kata2 jang keluar dari niulut orang2 Ban Liu Tjung dapat
dipertjaja ! Didunia masih ada perkataan lain jang tak dapat dipertjajakah ? Tjiu Heng-
tee Ban Liu Tjung bukan tempat jang baik. Marilah turut kami berlalu." Mendengar ini
Tjiu Piau mengakui kata2 itu tjukup beralasan. Tapi ada pula sesuatu jang tidak mengena
hatinja. "Ong Toako. Louw Siok-siok siang malam 'memikiri kita, kenapa kau tak mau
menemuinja untuk membitjarakan urusan jang lalu dengan djelas ?"
Ong Toa Sie-seng tidak senang mendengar kata2 ini, Louw Siok-siok, Louw Siok-siok,
hemmmm demikian mesra kau membahasakan dia !" Tangannja bergerak dengan
sembarangan, tapi bertenaga besar. Tenaga ini sengadja dikebutkan menudju Tjiu Piau.
Dengan sepenuh tenaga Tjiu Piau baharu dapat menangkis kebutan ini. Tjiu Piau berpikir:
"Hari ini dengan susah pajah dapat berdjumpa dengan saudara Ong. Dari itu tidak boleh
membuang kesempatan. Ia tidak mau tinggal, biar aku mengikuti dia pergi. Sekalian
mendjelaskan .duduknja hal jang sebenarnja." Segera ia berkata: "Baiklah kita berlalu !"
Hoo Pun tertawa sambil berkata : "Untuk datang mudah, tapi berlalu tidak semudah
datang. Tjiu Tit-djie, kenapa kau tak menahan tamu, berbalik kena diadjak tamu ?
Ketahuilah oleilmu, tiap2 tamu jang lewat di Ban Liu Tjung hari ini. Pasti mendapat
penghormatan untuk sama2 dahar ! Sesudah kenjang dan puas baharu boleh berlalu."
Sesudah bitjara, Tiam Hiat Kiamnja melintang menghadang djalan. Pek Sek Sie-seng (si
seratus lidah) membunjikan pipa besinja dengan nada irama sedih. Sehingga suasana
berubah mendjadi demikian menjajatkan sukma, hening membenamkan pikiran orang
kedalam duka. Tiba2 ada suara orang dari belakang memetjahkan kesunjian jang sedih
ini. "Apa benar Ong Tit-djie datang ?" Kedatangannja ini tidak menerbitkan suara. Siapa
dia, siapa dia, siapa lagi kalau bukan Lauw Eng.
Katanja ia ingin keluar rumah untuk setengah bulan lamanja. Tidak tahunja kata2 itu
hanja untuk pelabu sadja. Jang benar ia tengah bersandiwara. Hatinja ingin lekas2 dapat
mengetahui kediamannja dari anak2nja mendiang saudara angkatnja dari Tjiu Piau.
Orang ini bekerdja tanpa kentara, Tjiu Piau ditahan beberapa hari tanpa ditanjai hal2
ini, djuga dengan sengadja menjuruh Tjen Tjen untuk menemani Tjiu Piau bermain.
Dibalik itu diam2 mengawasi sepak terdjangnja Tjiu Piau. Sesudah beberapa hari berlalu
tanpa dapat mengorek sesuatu dari mulut Tjiu Piau. Diluar tahu siapa2 barang2 bawaan
Tjiu Piaudigerajanginja dan dipriksa satu per satu.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Sebab kelalaian Tjiu Piau seketika, jakni tidak membawa sadjak pemberian saudara
Gag dibadan. Sehingga hal ini dapat diketahui Louw Eng. Dua baris itu dilihat Louw Eng
dengan hatR la sadar dua baris sadjak itu mempunjai hubungan erat dengan peristiwa
Oee San dimasa dulu. Melihat pula bahwa surat itu ditulis memakai darah, menandakan
darah jang baru. Di-ingat2 sesuatu dengan teliti, sesudah dikadji sebentar, sadarlah dan
mengetahuilah. Dua Sie-seng besar dan ketjil melepas sendjata rahasia kepada Tjiu Piau.
Tapi ia tidak mengetahui makna dari sadjak itu. Djuga tidak dapat memastikan bahwa
dua Sie-seng itu adalah keturunan dari keluarga Ong.
Untuk mengetahui ini dengan diam2 Louw Eng mengatur akalnja. Ditjarinja Pek Sek
Sie-seng dan Hoo Pun untuk menjamar sebagai Ong Kee Sie-seng. Tjiu Piau dapat
dipantjing dengan akal ini. Dengan kepandaian lidahnja Pek Sek Sie-seng berhasil
mengorek keterangan dari mulut Tjiu Piau, sedangkan Louw Eng sendiri sebelumnja
sudah bersembunji dibalik batu untuk mendengari pembitjaraan mereka. Diluar perkiraan
hal ini me nimbulkan suasana jang ramai.
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Persaudaraan Ong menampilkan din diluar perkiraan orang. Louw Eng sangat girang.
Dip'ikatnja ikan besai masuk kedalam djaring, tapi.ia tak ter-gesa2 menarik djalanja itu.
Waktu Pek Sek Sie-seng membunjikan pipa besinja, ia keluar dari tempat
persembunjiannja. Terketjuali dari Pek Sek Sie-seng dan Hoo Pun jang lain terkedjut
heran.
"Louw Siok-siok, saudara ini adalah Ong Toako. Mari kuperkenalkan." kata Tjiu Piau.
Ong Toa Sie-seng matanja membara, memberalak mernandang Louw Eng. Dari matanja
se-olah2 keluar api jang menembus dan menghanguskan tubuh Louw Eng. Louw Eng"
tak enak rasa kena tusukan sinar mata membentji itu. Keadaan mendjadi hening dan sepi
untuk seketika lamanja.
Louw Eng berbalik badan menghadapi Hoo Pun dan Pek Sek Sie-seng, lalu berkata:
"Kalian berdua bukan anak ketjil lagi ! Kenapa masib gemar melakukan pekerdjaan anak
ketjil sematjam ini.? Kalian kira lutju ? Apa maksudmu melakukan permainan ini ?
Sungguh tak bermalu !"
Diantara tudjuh Kauw Hoo Pun paling akur dengan Louw Eng, dari itu ia mendjadi
orang kepertjajaan Louw Eng jang sangat diandalkan. Hoo Fun tentu sadja mengerti
maksud Louw Eng, jakni ingin menumplekkan $emua kesalahan ini pada mereka berdua.
Hoo Pun mengetahui Ie Kim Wan adalah orang jang kenamaan didunia Kang Ouw. Tentu
sadja tidak mau begitu sadja menerima makian serupa itu, Dari itu lekas2 ia berkata:
"Toako hal ini semua Siau-tee jang salah. Hal ini dllakukan karena Siau-tee bertaruh
dengan Ie-heng, untuk mentjoba kepandaian lidahnja itu. Sehingga mengakibatkan
terdjadinja kelakar ini. Dari itu mohon beri maaf?"Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
"Apakah ini termasuk djuga urusan bergurau ?" tanja Louw Eng dengan gusar.
Tubuhnja bergerak seperti kilat, dua djeridji tangannja berkelebat disamping Hoo Pun.
Setjara mentah2 pedang Hoo Pun kena didjepil dan direbut, "dasar kuja !" katanja.
Berbareng menjusul suara trang tak pedang itu kena didjepit patah djeridjinja, patahan
pedang berdjatuhan ditanah. !
Amarah Louw Eng masih belum reda, kembali mulutnja njapnjap: "Enjahlah kalian dari
sini ! Menunggu apa lagi disini ?" Hoo Pun buru2 memungut patahan pedangnja dan
menundurkan diri sambil meng-angguk2kan kepalanja. Sebaliknja Ie Kim Wan, ia merasa
tid-k senang. "SemuIa. aku datang untuk membantu atas permintaanmu sendiri. Siapa
jang kesudian di-maki2 kamu?" pikirnja didalam. hati. Sudah itu tanpa ba atau bu, ia
berlalu dengan sombong sambil rneniup lagi pipanja dengan lagu kematian jang sangat
sedih !
Louw Eng tidak mau meladeni. Sebaliknja dengan mesra ia memanggil: "A Pang
ketahuilah inilah nama ketjil dari Ong Toa Sie-seng. Biasanja suara panggiian ini hanja
dapat didengar kalau ibunja memanggil. Kini mendadak mendengar suara ini keluar dari
mulur Louw Eng. Dengan terpaksa ia menjaut "ehhM.'
Louw Eng berkata pula: "A Pang kini kau lebih besar dari ajailmu. Tuhan sungguh
pemurah. Ong Toako pirn akan merasa senang dialam baka. Tit-djie kepandaianmu
sungguh lihay, semua sudah kusaksikan barusan. Berlatihlah beberapa tahun lagi,
tenagamu pasti mendjadi besar dan ilmumu bertambah lihay. Sehingga bi'sa
menggolongkan diri didunia Kang Ouw sebagai orang gagah kelas satu." Sambil bitjara
kakinja sambil mendekati, pelahan2 pundak A Pang di-tepak2.
A Pang merasa serba salah dan tak dapat ngadat. Mendengar Louw Eng me-njebut2
ajahnja, teringat ia akan pesan ibunja.
"Louw Eng membunuh ajailmu, itu sakit hati keluarga; Dia sebagai andjing bangsa
Boan, entah berapa banjak penjinta negara binasa ditangannja, ini .sakit had negara.
Sakit hati keluarga belum dapat dipastikan, tapi sakit hati negara sudah pasti. Hal
keluarga adalah ketjil, hal negara adalah besar."
Karena memikir hal ini, perasaannja terhadap Louw Eng mendjadi tetap dan tak
merasa sukar pula untuk menghadapinja. Akan tetapi pada saat ini djuga punggungnja
merasakan panas, suatu tenaga maha besar menindihnja. Dalam kagetnja tenaga
dalamnja bergerak melawan. Siapa kira tenaga menekan itu berat sebagai , gunung Thai
San dan ringan seperti kapuk. Kalau ia tak mengerahkan tenaganja, tenaga menekan itu
segera mendjadi ringan. Kalau ia mengerahkan tenaga, tenaga menekan itu turut
bertambah sebanjak tenaga jang dikeluarkan ! Hal ini membuat hatinja A Pang mendjadi
tjemas, ingin hatinja melepaskan diri dari tangan setan Louw Eng itu. Tapi tangan Louw
Eng jang meng-usap2 itu tak mau lepas2, agaknja sudah melekat sadja.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Hal ini membuat A Pang merijesal, hatinja berpikir: "Ah, sebab kelalaianku aku kena
akal Louw Eng. Kini asal ia mengerahkan tenaganja djiwaku pasti melajang. Ibu oh ibu,
tjapai lelahmu untuk mendidik aku guna mengetahui tentang kematian ajah dan
membalas sakit hati, njatanja sia2 belaka !" Pikirannja baharu sampai disitu, tenaga
dipundaknja terasa kendur. A Pang tak ragu2 lagi, dengan sekuat tenaga ia membalik
badan setjepat mungkin. Bebarengan tangannja bekerdja mengirimkan dua serangan
beruntun.
Sebenarnja Louw Eng sudah berpikir .untuk membinasakannja, tapi pikirannja berubah
dengan tjepat, "empat orang jang kutjari sudah tiga berada ditangan. Lebih baik
kuselesaikan sadja njawa mereka terlebih dahulu". Waktu akan turun tangan hatinja
kembali berpikir: "Kenapa harus ter-gesa2 ? Biarlah mereka ting| gal hidup dulu, masih
ada gunanja." Dari itu tenaga ditangannja dikendurkandan A Pang dapat melepaskan diri.
A Pang menjerang dengan ganas, Louw Eng sengadja mengalah, serangannja itu tidak
ditangkis, melainkan diegos kekiri dan kanan !
Sebaliknja A Pang djurus demi djurus menjerang dengan gentjar ! Pukulan bukit
barisan dipergunakan dengan tjermatnja, sedikitpun tidak memberi kesempatan kepada
lawan. Sampailah pertandingan didjurus ketudjuh, A Pang dengan tiba2 memutar
kebelakang tubuh Louw Eng. Tangannja berbareng diangkat dan ditebaskan dengan
ganas kepundak Louw Eng. Louw Eng terantjam serangan ini setjara hebat. Serangan ini
tak mungkin untuk diegos atau dikelit lagi. Mau tak mau Louw Eng terpaksa harus
mengeluarkan tangan untuk menangkis. Tubuhnja berbalik, tangannja terangkat naik
untuk menangkis. Diluar perkiraan orang tenaga A Pang itu terlampau keras, tak mungkin
dapat disambut oleh kekerasan. Terpaksa Louw Eng mundur beberapa tindak.
"Wah, pukulan ini indah betul ! Kiranja ilmu pukulan Bukit Barisan jang terdiri dari
delapan djurus lihay, kini sudah mendapat tambahan djurus2 jang indah dari Hoa San
Kie Sau," kata Louw Eng sambil memasang mata.
Kiranja Hoa San Kie Sau jang disebutkan Louw Eng bukan orang lain; Jakni orang tua
berambut putih jang datang bersama dua saudara Ong. Ia adalah Su-heng (kakak
seperguruan) dari Ong Tie Kwan. Ia bernama Nio Tjay.
Adapun Nio Tjay senang bergelandangan dan mengembara melebihi dari Ong Tie
Gwan. Sesudah ia berusia empat puluh lima tahun. Ia mengundurkan diri dari dunia Kang
Ouw. Sebaliknja untuk melewatkan hari, ia berdiam di Hoa San. Hoa San adalah gunung
indah, dilereng gunung terdapat kupel untuk beristirahat kaum pelantjong. Dikupel itu
terdapat pula tempat bermain tjatur. Nio Tjay setiap hari pergi kesana membawa anak
tjatur untuk melewatkan hari sambil menghibur diri dengan anak2 tjatur. Demikianlah
pekerdjaannja setiap hari; jakni mengadjak pelantjong2 jang datang kesana untukLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
menamaninja bermain. Kalau pelantjong2 itu menanjakan namanja. Djawabnja selalu.
Hoa San Kie Sau (bidji tjatur dari Hoa San).
Terketjuali dari bertjatur. Setiap hari Nio Tjay menikmati keindahan pemandangan
gunung kenamaan ini. Bukit2nja jang indah, tebing2nja jang keren serta sedjuknja udara
dan suasana tenang ini, xnembuat Nio Tjay mengenangkan pada tempat2 dan gunung2
jang kenamaan jang sudah pemah didjeladjahnja. Pikirannja bekerdja siang dan malam.
Achirnja ia berhasil mentjiptakan ilmu pukulan tersendiri. Djurus dan gerakan2 dari ilmu
pukulannja mengandung suasana pegunungan. Tenang adem, sedjuk sepi, seram
berbahaja, ber-ubah2 tak dapat diselami.
Ilmu bukit barisan ini sangat. terkenal didunia Kang Ouw. Delapan belas tahun jang
lalu ilmu pukulan ini hanja terdiri dari delapan djurus seperti jang disebutkan Louw Eng.
Tapi keanehan dialam fana sungguh luar biasa, perubahan2 terdjadi diluar perkiraan
orang. Misalkan gunung runtuh tanah langsor dan lain2 jang tak perlu disebut satu derhi
satu. Dari hal inilah Hoa San Kie Sau sudah berhasil menambah djurus2 lihay jang tidak
dikenal Louw Eng.
Sesudah Ong Tie Gwan meninggal dunia, isterinja membawa anak2nja menemui. Nio
Tjay. Sesudah berulang kali memaksa achirnja Nio Tjay menerima kakak beradik ini
sebagai muridnja. Hoa San Kie Sau terketjuali memberikan ilmu pukulan dari
perguruannja, djuga memberikan ilmu tjiptaannja sendiri pada dua muridnja itu.
Kini pertemuan Oey San sudah hampir sampai. Hoa San Kie Sau menemani kedua
saudara Ong turun gunung. Sebelum itu ia berdjandji lebih dahulu, jakni begitu sakit hati
Ong Tie Gwan terbalas, segera ia akan kembali ke Hoa San untuk bermain tjatur lagi.
Pukulan Ong Toa Sie-seng walaupun lihay, tapi per jakinannja belum sanipai titik
sempurna. Biar begitu tekanan lengannja bagai puntjak gunung runtuh kerasnja. Karena
Louw Eng memandang rendah dan mengalah, dalam gebrakan ini hampir2 kena
dirugikan.
Louw Eng mengawasi dengan teliti setiap pukulan lawan sambil memasang kuda2.
Tampak tubuhnja Ong Toa Sie-seng mentjelat naik, sepasang lengannja berputar2 men-
deru2 membawa angin jang keras. Dari atas menurun menjergap lawan.
"Inilah pukulan Puntjak Gunung Aneh Terbang Mendatang !" seru Ong Toa Sie-seng
dengan keras.
Louw Eng tidak menunggu suara habis, sudah melontjat sedjauh dua tumbak
menghindarkan serangan ini. Ong Toa Sie-seng membajangi dari belakang sambil
mengirimkan lagi sebuah pukulan. Louw Eng tidak mengegos lagi ditangkisnja serangan
itu. Lagi2 ia tergempur mundur.
"KembaIi djurus jang lihay !" pudji Louw Eng sambil berseru.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Tidak tahunja Louw Eng sengadja pura2 tidak kuat menahan dan mundur beberapa
tindak. Se-mata2 untuk mengetahui pukulan baharu jang bagaimana sudah ditjiptakan
Hoa San Kie Sau.
Hal jang sebenamja tenaga dan kepandaian Louw Eng sudah berlebihan untuk
menghadapi botjah umur dua puluhan ini. Tapi pertarungan ini agaknja luar biasa.
Walaupun tenaga Ong Toa Sie-seng tidak memadai tenaga Louw Eng. Tapi pukulan2nja
dari ilmunja luar biasa lihay dan tak boleh dipandang enteng.
Louw Eng berhasrat untuk memantjing kepandaian lawan guna mengetahui dan
menjelidiki ilmu pukulan lawan. Kendati kekurangan2 dan lowongan2 didapat dari sang
lawan, se-kali2 Louw Eng tidak bemiat menurunkan tangan djahat. Ia membuat
pertarungan selalu berdjalan dengan seimbang. Dengan tjara begini tak urung Louw Eng
setengah mati djuga menghadapi serangan2 botjah ini.
Sepuluh djurus berlalu. Louw Eng sudah menghitung djurus2 baru dari Hoa San Kie
Sau jakni tidak lebih dan tak kurang terdiri dari enam belas rupa, digabung dengan jang
lama tjukup mendjadi dua puluh empat djurus. Diam2 Louw Eng mendjadi kaget. Hatinja
berpikir: "Apakah pukulan2 ini tak habis2nja dan dapat ditambah lagi P'Bagaimana kalau
Hoa San Kie Sau sendiri jang memainkan ilmunja ini. Ah benar2 aku tak boleh
memandang enteng."
Ong Toa Sie-seng mengetahui Louw Eng meng-ulur2 waktu, tapi tak mengetahui apa
maksudnja jang dikandung Louw Eng. Ia sendiripun sengadja mengulur waktu, untuk
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mentjari ketika guna melarikan diri.
Pertarungan sudah -berlangsung demikian Iamanja, Ong Toa Sie-seng hatinja merasa
heran dengan tak muntjulnja sang adik. Sepuluh djurus kembali berlalu, hatinja semakin
tjemas, sambil menghalau serangan2 lawan ia memanggil adiknja: "Moy Tju (adik
perempuan) tiup angin selatan !" Tanda ini diberikan dengan artian agar sang adik lari
menurut angin keutara. Ber-ulang2 ia berteriak2 tanpa mendapat djawaban. Ingin hatinja
melompat untuk mendjenguk sang adik. Tapi Louw Eng melibatnja dengan serangan2
hebat.
Dalam ketjemasannja Ong Toa Sie-seng merasa menjesal, hatinja mengeluh: "Kalau
tahu begini tak sepatutnja aku membohongi Suhu untuk melakukan penjelidikan malam
ini."
Kiranja sesudah terdjadi perkelahian dimulut goa tempo hari. Ong Kee Sie-seng ingin
menemukan Tjiu Piau dengan tak sabar. Tapi mereka selalu dilarang oleh gurunja. Karena
itu kedatangan mereka malam" ini ke Ban Liu Tjung adalah diluar tahu Hoa San Kie Sau.
Louw Eng melakukan serangan hebat. Ong Toa Sie-seng tak dapat menangkis, mundur
madju serba salah. Louw Eng berhasil dengan tangan kirinja menangkis kedua lengan
lawan. Tangan kanannja seperti kampak membatjok turun. Dalam keadaan genting iniLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Ong Toa Sie-seng mengambil putusan nekad. Pikir hatinja, kukerahkan tenaga dalamku
untuk menangkis dan kubarengi menjerang ulu hatinja. Biar sama2 menemui adjal !"
Diperhatikan turunnja tangan Louw Eng dengan mantap.
Siapa tahu lengan Louw Eng mendadak terhenti diudara. Kedua orang ini diam tidak
bergerak. Matanja terbuka lebar saling melotot, kedua mata Ong Toa Sieseng ber-api2,
sebaliknja Louw Eng matanja saju, sehingga sukar diketahui hatinja.
Kemudian Louw Eng membatalkan serangannja itu sambil mundur kebelakang.
Dengan ramah tamah ia berkata: "A Pang mengertikah kau akan hatiku ? Kita adalah
Orang serumah. Djika kau rnenganggap aku Siok-siok silahkan datang ke Ban Liu Tjung.
Kita dapat bitjara dengan tenang untuk menghilangkan salah paham ini."
A Pang tahu apa jang harus dilakukan. Kata2 Louw Eng sedikitpun tak didengar,
seratus kali tak didengar ! Ia bersiul sambil memanggil adiknja: "Moy Tju !"
"Kau ingin mentjari Tit-lie (keponakan perempuan) akukah ? Ia sudah melulusi
permintaanku untuk bermalam beberapa hari di Ban Liu Tjung !" kata Louw Eng "Tjen-
djie keluarlah !"
Batu2 aneh itu bergerak, Tjen Tjen sambil tertawa djalan keluar.
"Ajah, nenek2 jang menjamar laki2 ini, walaupun tadi berhasil menotok djalan
darahku. Tapi kini mendapat gilirannja. Aku sudah mengikatnja seperti lepat !"
Ong Toa Sie-seng agak ragu2 mendengar ini. Ia tahu kepandaian sang adik bukan
dari golongan kampungan.
Tambahan mengenal keadaan tempat. Kenapa tidak kcruan2 dapat dikalahkan botjah
berandalan ini ?
Tidak tahunja sewaktu dua saudara menampak Tjen Tjen membuntuti Tjiu Piau, sang
adik diam2 mendekatinja dengan dialingi batu2 itu tanpa disadari Tjen Tjen. Dengan
tjepatnja Tjen Tjen disergap dan ditotok.
Tjen Tjen merasakan angin dingin berkesiur dibelakang tubuhnja. Ia sadar ada jang
membokong, badannja segera berbalik, tangannja mendjambret tangan lawan.
Lengannja itu seperti ular, ketemu apa, apa dilibat. Tangan penjerang dengan segera
kena dililitnja. Kelintjahannja ini tak ada taranja, tapi tenaganja tidak melawan tenaga
lawan jarig demikian kuat. Ia merasakan djalan darahnja mendjadi beku kena totokan
lawan. Lengannja mendjadi kaku tak berkutik, sebab inilah tangannja terus melilit lengan
sang lawaij tak lepas2. Dua2 berlibat mendjadi satu tak dapat melepaskan diri.
Tiba2 sebuah bajangan hitam berkelebat dibelakang mereka. Ong Siau Sie-seng
merasakan punggungnja kaku, kena totokan orang. Njatanja orang iniadalah Louw Eng,
jang setjara kebetulan sekali tengah menantikan disamping batu besar ini.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Louw Eng buru2 membebaskan djalan darah sang puteri. Dititahkannja Tjen Tjen
mengawasi perempuan penjainar laki2 itu. Ia sendiri keluar untuk menghadapi Ong Toa
Sie-seng.
Mengingat kena ditotok gadis ini, Tjen Tjen mendjadi dongkol sekali. Tanpa banjak
pikir lagi djari2nja menotok ber-kali2 ketubuh orang setjara keliwatan ! Sesudah itu
diikatnja tubuh orang seperti lepat. Ia sendiri menonton bapaknja bertarung !
Tjen Tjen keluar dari batu2 waktu mendengar panggilan sang ajah.
Louw Eng mendengar ia mengikat gadis itu demikian matjam. Pura2 bergusar sambil
membentak: "Begitukah tjaranja memperlakukan tamu ? Lekas kau persilahfean ia
datang !"
Tjen Tjen membalik badan sambil me-Ielet2kan lidahnja. Ong Toa Sie-seng melihat
dia keluar lagi menengteng tubuh adiknja. Tubuh adiknja jang sudah tak berdaja itu
digabruki ketanah. Sang adik tidak berdaja, matanja mendelik menundjukan
kegusarannja jang mcmuntjak.
Kiranja waktu Tjen Tjen melepaskan Ong Sia.u Sieseng ketanah. Tangannja
memegang udjung tali pengikat. Begitu udjung tali ditarik, tali itu lepas semuanja. Bahkan
tubuh Ong Siau Sie-seng tidak djatuh ketanah, sebaliknja berdiri tegak sambil ber-putar2
seperti gangsing ! Tjen. Tjen berwatak senang bergurau. Demikianlah tubuh orang diikat
dan dipermainkan seperti panggal.
Ong Toa Sie-seng begitu melihat adiknja, segera menubruk seperti terbang. Tjen Tjen
dengan se-enaknja melempari udjung tali dari tangannja kearah Ong Toa Sie-seng. Tali
itu demikian halus dan tak bertenaga. Sedikitpun tak diperdulikan dan dipandang oleh
Ong Toa Sie-seng.
Siapa njana tali itu seperti se-ekor ular, melipat, tangannja dengan erat sekali. Begitu
Tjen Tjen menggerakkan tenaganja Ong Toa Sie-seng tak dapat bergerak lagi !
Ong Toa Sie-seng merasa kaget, "Botjah ini mempunjai tenaga jang demikian besar
sekali ? Aneh betul ! !" pikir hatinja. Waktu ia menoleh untuk mengawasi, entah kapan
udjung tali pengikat ini sudah berada ditangan Louw Eng. Ia tak heran lagi tenaga ini
demikian besar.
Louw Eng menteriaki orang2.nja untuk membawa Ong Siau Sie-seng kedalam Ban Liu
Tjung untuk beristirahat. Saat itu djuga beberapa orang keluar dari tumpukan batu. Jang
melopori adalah Hek Pek Djie Hoo.
Ong Toa Sie-seng melihat adiknja dibawa orang.
diam2 hatinja merasa susah. Matanja melirik kesekeliling, tampak Louw Eng masih
memegangi tali seperti tadi, sedikitpun tidak menundjukkan habis berkelahi.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Tjen Tjen ter-tawa2 kegirangan melihat keramaian ini. Tjiu Piau berdiri disampingnja
dengan pikiran melajanglajang tak bertudjuan.
Ong Toa Sie-seng berpikir: "Baiklah aku pergi ke Ban Liu Tjung, sebab adikku ditawan
orang. Saudara Tjiu pun belum kuketahui bagaimana pikirannja. Aku harus mentjari
ketika untuk bitjara dengannja."
Ia sadar, dalam keadaan begini biar bagaimana tinggi ilmunja djangan harap dapat
melarikan diri.
"Anak jang baik. Mungkin kau belum puas dengan pertarungan tadi. Silahkan kau
pertundjukkan lagi kepandaianmu !" kata Louw Eng menjindir.
Ong Toa Sie-seng diam tidak mendjawab. Hanja tampak udjung tali jang mengikat
Jengan kirinja tiba2 mendjadi tegak rata sebagai toja. Louw Eng sedikit kaget, sadarlah
ia bahwa tenaga dalam botjah didepannja ini adalah dari golongan kelas utama. Ia tak
bergerak, tahu2 udjung tali jang berada ditangannja turut berdiri. Tenaga dalam dari dua
orang ini mengalir melalui tali ini dan bertemu di-tengah2. Masing2 mengempos
tenaganja. Tiba2 "tas !" tali itu putus mendjadi dua. Ong Toa Sie-seng diam2 merasakan
dahinja berkeringat. Tangannja dikebaskan sambil tertawa dingin. Tali jang sudah putus
itu djatuh ditanah.
"Atas kebaikan dari tuan2 jang demikian besar, jang rendah terpaksa tak menampik
untuk bertandang dan mengganggu Ban Liu Tjung jang mulia."
Ramai2 orang banjak mengangkat kaki menudju Ban Liu Tjung. Louw Eng merasa
gembira dan puas. Delapan belas tahun jang lalu, djanda2 dan anak2 dari tiga saudara
angkatnja, tiba2 hilang dalam semalaman dan tidak diketahui dimana rinibanja. Hal ini
menjebabkan hatinja tak tenang. Penderitaan bathin diderita selama
kurang lebih dua puluh tahun lamanja. Dalam waktH demikian lamanja ini, tak pernah
wadjah mukanja menundjukkan kekuatiran hatinja itu. Apa jang tampak pada wadjahnja
hanja perasaan menanti dan rindu pada . keponakan2 dari mendiang saudara2 angkatnja
itu. TamDahan hal ini sering di-kata2kan pada kawan2nja selama delapan belas tahun,
sehingga orang pertjaja bahwa ia mempunjai hati jang baik itu.
Bahkan orang2 kepertjajaannja seperti Mau San Djie Hoo, Hoo Pun djuga tidak
mengetahui hal jang sebenarnja. Kira mereka Toako sudah mendapatkan keponakannja.
Antara mereka terdjadi salah paham, sehingga terdjadi pertarungan.
Louw Eng bergirang mendapatkan tiga diantara empat anak jatim itu. Tambahan
sudah mengetahui dimana ibu Tjiu Piau berdiam. Tinggal dua djanda dan seorang anak
jang belum diketahui.
"Pada suatu hari pasti dapat kutjari mereka. Kalau sudah lengkap sekaligus
kubersihkan mereka dari permukaan bumi. Dengan djalan ini perbuatanku jang kurangLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
baik itu tak dapat diketahui lain orang,"-pikir Louw Eng dengan asjik. Pikiran ini se-mata2
untuk menutupi perbuatan kedjinja jang memalukan, dibalik itu untuk mendjamin
keselamatan djiwanja pula. Memang terkctjuali dari ia sendiri, kiranja hanja beberapa
orang ini vsadja jang mengetahui sedikit akan perbuatannja jang buruk itu.
Sesudah berpikir demikian Louw Eng merasa gembira, senjum manis menghias
mulutnja ! Inilah senjum wadjar jang benar2 keluar dari sanubarinja.
Orang2 tengah bergembira, sambil djalan sambikbertjakap2 serta ter-tawa2 Waktu
mereka sampai dibawah kaki gunung, tiba2 dari atas mendatang seorang tua be rambut
putih dengan ketjepatan seperti terbang !
"Suhu !" panggil Ong Toa Sie-seng, tapi orang tua itu tak menolongnja, sebaliknja
menerdjang bagai air bah
pada pagar manusia itu. Tanpa diketahui bagaimana tjaranja, tahu2 lengannja sudah
mengempit seseorang. Sesudah itu kembali berlalu bagai bajangan !
Orang2 banjak tak ubahnja seperti kesima. Mereka hanja dapat mengeluarkan seruan
sekali, tapi tidak keburu untuk menggerakkan tangannja.
Louw Eng otaknja tetap tenang, ia berseru: "Saudara2 harap sabar ! Sekali-kali
djangan mengedjar ! jang penting kita harus melajani tamu2 ini !" Dirinja sendiri tetap
berdiri dekat kedua saudara Ong. Setengah tindakpun ia tak berkisar.
Malam hari Hoa San Kie Sau tidak melihat dua saudara Ong berada dipenginapan.
Pikirannja memastikan mereka pergi menjelidiki Iagi Ban Liu Tjung. Lekas2 ia menjusul,
sebab hatinja tak merasa tenang.
Sajang kedatangannja terlambat. Dua saudara Ong sudah djatuh ketangan Louw Eng.
Musuh terdiri dari djago2 rimba persilatan, sebaliknja ia hanja seorang diri. Pemain tjatur
ini berpikir: "Lebih banjak tjelakanja dari untungnja kalau Menteri berani sembarangan
masuk vilajah musuh tanpa .pengawal. Lebih baik diam dulu tak bergerak untuk
menantikan ketika."
Terlihat rombongan Louw Eng dengan kegirangau ber-Iimpah2 kembali pulang. Tjen
Tjen gemar ber-main2, lari sana lari sini djauh dari rombongan. Pemain tjatur ini
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendapat ketika baik, tubuhnja seperti terbang menjergap Tjen Tjen. Satu langkah jang
berlalu berani didjalankan dengan berhasil !
Dengan tjara dan perhitungan tjaturnia ia mengharapkan orang2 terpentjar untuk
menolong Tjen Tjen. Ia sendiri akan berbalik arah untuk menolong dua muridnja.
Harus diingat kepandaian saudara Ong sudah terma' suk(lihay. Asal sadja Louw Eng
dan kawan2nja berlaluLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
setindak sadja, mereka pasti dapat melolosi diri. Tambahan dapat sambutan dari
gurunja, tjara ini pasti berhasil baik. Bilamana tipu ini gagal, Tjen Tjen sudah ditangan,
keselamatan dua saudara Ong sucjah terdjamin. Pokoknja sudah menang satu stap.
Lauw Eng sebagai djago Kang Ouw jang sudah kawakan, tenang2 sadja waktu melihat
Hoa San Kie Sau menampakkan diri. Tapi ia tak mengira Hoa San Kie Sau berani
mengambil langkah berbahaja ini. Sehingga puterinja kena ditawan. Hatinja berpikir: "Kie
Sau tidak mungkin rnau mentjelakakan Tjen Tjen semasa saudara2 Ong berada
ditanganku. Jang perlu kedua botjah ini tak boleh terlepas, sekali terlepas sukar
didapatnja kembaii."
Ia menjuruh kawan2nja melandjutkan perdjalanan menudju pulang. Wadjahnja
sedikitpun tak menundjukkan perubahan. Sementara itu Hoa San Kie Sau sudah hilang
dari pandangan mata.
Ong Kee Sie-seng mengeru maksud gurunja. Hatinja mendjadi lapang. Ia dongak
keiangit sambil ber-siul2 ketjil !
Louw Eng tidak ber-kata2 menurut perhitungannja Hoa San Kie Sau tjepat atau lambat
pasti akan datang menjatroni mereka. Tiba2 dipanggilnja Mau San Djie Hoo dan
dibisikinja beberapa patah. Djie Hoo mengangguk2kan kepalanja dan berlalu dengan
tjepat.
Sebenamja Louw Eng berpikir akan berbelok djalan, tak kembali ke Ban Liu Tjung.
Sesudah bulak balik pikir, achirnja diambil keputusan untuk kembali ke Ban Liu Tjung
dulu terlebih baik. Saat ini pasti Kie San membuntutinja, sesudah kembali kekampung,
baru berbalik djalan. Tjara ini dilakukan diam2 tak di-duga2, pasti dapat melepaskan diri
dari Kie Sau. Dari itu disuruhnja Djie Hoo melakukan tugas ini.
Malam hari dua saudara Ong dan Tjiu Piau menghadiri perdjamuan jang diadakan
Tjung Tju. Louw Eng
bitjara kebarat ketimur mentjeritakan keadaan dunia Kang Ouw. Sedikitpun tidak me-
njinggung2 urusan lama atau bertanja keadaan mereka sekarang. Jang ditanjai ialah
nama kedua sa,udara Ong. Jang besar bemama Ong Djie Hai jang ketjil bemama Ong
Gwat Hee. Dua nama ini masing2 diambil dari sadjak jang dipunjai mereka sendiri. Louw
Eng sudah mengetahui dua baris kata2 dari sadjak itu. Mendengar nama ia sadar sadjak
itu bertalian besar dengan urusan Oey San. Diam2nja sadjak itu diingatnja didalam hati.
Ong Djie Hai menggunakan ketika memberi tanda pada adiknja. Agar tenang dan
menunggu ketika baik untuk bergerak. Mereka minum air kata2 dengan tenang agar tidak
ditjurigai orang2 Ban Liu Tjung. Siapa tahu perdjamuan belum selesai ketiga orang ini
sudah mabuk tak sadar diri.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Apa jang diminum mereka kiranja adalah arak bertjampur obat pulas chas buatan Ban
Liu Tjung. Obai ini sedikitpun tidak mengeluarkan bau, buatannja sangal teliti. Barang
siapa terkena, akan mabuk selama dua belas djam. Waktu sadar kembali tak ubahnja
merasakan diri seperti mabuk arak biasa. Sehingga takkan memipunjai sangkaan
dikerdjakan orang.
Ketiga orang ini tengah mabuk. Tiba2 terdengar suara berisik dari para pelajan dan
penggawai Ban Liu Tjung.
Mereka berserabutan sambil berteriak: Api api kebakarannnnnnnnnn ! Kebakaran ini
terdjadi setjara mendadak. Louw Eng tenang2 sadja melihat kesibukan orang. Sebab hai
ini terdjadi atas titahnja pada Mau San Djie Hoo. Louw Eng mendjadi orang selalu berhati
penuh tjuriga, tindakannja selalu hati2. Ia merasa Ban Liu Tjung sudah kena diselidiki
orang. Sengadja membakarnja, menggunakan orang sibuk dan kalut, ia berlalu bersama
Djie Hoo. Tong Leng Ho Siang, Peng San Hek Pau serta tiga anak itu melalui djalan tanah.
Dimulut goa Hoo Pun sudah menantikan, mereka
naik kuda dan hilang dalam kepulan debu.
Sebelum berlalu Louw Eng meninggalkan surat pada Hoo Pun untuk disampaikan pada
Ouw Yu Thian. Dalam suratnja itu Louw Eng memesan untuk melakukan sesuatu menurut
rentjana.
Hari kedua dikala sendja, Ong Gwat Hee per-tama2 jang lajap2 sadar dari mabuknja.
Ia merasakan tubuhnja seperti di-ajun2 dan tidur dalam gempalan awan. Matanja
terbuka, ia kaget dan heran mendapatkan dirinja disebuah perahu ketjil jang terumbang-
ambing disungai. Lekas2 ia bangun, diamat-amati keadaan sekeliling. Suatu
pemandangan dari hutan belantara jang tak terawat manusia terbentang dikiri-
kanandengan indah nja. Perahunja berdjalan disebuah sungai jang ber-liku2 dengan
tjepatnja.
Gwat Hee mendjadi merah pipinja, waktu mendapatkan Tjiu Piau masih tidur njenjak
disiSi tubuhnja. Diperiksa pakaiannja tak ada perubahan tetap masih seperti sediakala.
Gwat Hee semendjak ketjil selalu memakai pakaian laki2. Tambahan sudah lama
mengikuti gurunja mengembara didunia Kang Ouw. Sehingga tidak pemaluan lagi seperti
gadis2 lain. Kini mendapatkan seorang pemuda jang sebaja dengannja tidur ber-sama2,
hal ini membuat ia merasa malu. Terketjuali dari djuru mudi, hanja dialah berdua.
Kagetnja tak terkira.
"Kakakku ? Kemana dia ? Ini tempat apa ? Benarkah aku sudah terlepas dari tangan
Louw Eng dan komplotannja ? pikir hatinja penuh pertanjaan. Serentak ia berdiri
memandang ketempat djauh.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Pengemudi perahu itu ter-tawa2 melihat kelakuan Gwat Hee. "Siau Ko sudah bangun,
njenjak benar tidurmu !" ngomong2 tangannja tetap mengajuh air. Pendajungnja itu
demikian besar dan terbuat dari logam. Paling sedikit dua ratus kg beratnja !
Pengemudi itu mengajuh seperti tidak mengeluarkan tenaga, tiap kali kajuh perahu itu
seperti terbang dibuatnja. Perahu madju kehulu melawan air, air kena diterdjang perahu
jang pesat schingga berterbangan muntjrat setinggi dua tumbak. Membuat satu
pemandangan jang langkah dan indah sekali ! Gwat Hee melihat kedjadian ini semua. la
tahu bahwa pengemudi itu bukan orang sembarangan. Dengan hormat ia bertanja:
"Toako, num pang tanja sudah berapa lama kami diperahu ini ? Tempat ini apa namanja
?"
"Kalian demikian njenjak sehingga tak sadar diri ! Setahuku waktu air pasang, kalian
naik perahu, kini air sudah pasang lagi."
Gwat Hee menghitung sehari dua kali air pasang, kini sudah sendja. Dari itu paling
kurang semalam suntuk aku mabuk.
Pengemudi itu berkata pula: "Tak lama lagi kita akan sampai di Bu Beng Hoo (sungai
tak bemama). Pemandangan disitu baru indah"
"Dimana letak Bu Beng Hoo ?"
"Bu Beng Hoo adalah sungai jang rnengalirkan air Bu Beng Ouw (danau tak bemama)."
"Dari Bu Beng Ouw ada lagikah terusan lain ?"
"Ditengah danau terdapat Bu Beng To (pulau tak bernama), bukankah kalian
bertudjuan kesana ?"
"Berapa perahukah jang seiring dengan kita ?"
"Dua didepan satu dibelakang."
Gwat Hee melihat kedepan dan belakang, tapi tak
mendapatkan perahu itu.
"Kenapa tak tampak ?"
"Dua perahu didepan masing2 dikajuh adikku. Mereka lebih kuat daripadaku, dari itu
aku tak dapat menjusulnja."
"Masa jang djadi kakak kalah oleh jang djadi adik?"
Pengemudi itu tertawa: "Mereka terketjuali bertenaga
besar, pengajuhnjapun lebih besar dari jang aku !", Mendengar ini Gwat Hee semakin
kaget. Orang ini sudahLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
begini kuatnja. Tapi masih ada jang melebihinja.
"Bukan main !" serunja. "Siapakah jang naik perahu didepan ?"
"Sebuah dinaiki seorang Hwce-sio gemuk dan dua orang bermuka lantjit seperti rase.
Sebuah lagi dinaiki seorang tua dan seorang muda jang tidur njenjak seperti kalian."
Gwat Hee agak terhibur mendengar kakaknja berada didepan.
"Siapa pula jang naik perahu dibelakang ?"
"Oh, tuan rumah dan tamu tengah asjik ngobrol diperahu itu."
Gwat Hee menduga tamu itu Louw Eng adanja, tapi siapa gerangan tuan rumah itu.
Diamat-amati pengemudi itu. Kira2 berusia empat puluhan, mukanja persegi, mulutnja
besar, kulitnja hitam manis. Wadjahnja tjukup gagah dan simpatik.
"Dapatkah aku mengetahui nama Toako jang besar?"
"Perahu berlalu tanpa meninggalkan bekas dimuka air. Orang hiduppun tak ubahnja
demikian. Untuk apakah meninggalkan nama ?" '
Gwat Hee kaget mendengar djawaban berfilsafat dari pengemudi itu.
Waktu mau bitjara lagi, Gwat Hee merasakan perahu mendjadi miring. . Tak tahunja
Tjiu Piau sudah sadar. Ia berbalik berdiri sewaktu merasakan tidur ditempat jang aneh.
Sebab ini perahu hampir diterbalikkan. Terlihat pengemudi itu menotolkan pengajuh
kemuka air dengan pelahan, perahu ini mendjadi tenang kembali. Terlihat mulut Tjiu Piau
akan bergerak, tetapi sebelum suaranja keluar terlebih dahulu datang suara ribut terbawa
angin mendatang dari depan.
"Didepan ada orang ketjebur," kata pengemudi itu. Sudah bitjara pengajuh besinjg
dikerdjakan terlebih tjepat, sehingga perahu ketjil ini Iadjunja terlebih pesat.
Mendengar ini mau tak mau Ong Gwat Hee merasa tjemas, ia takut Ong Djie Hai sudah
membuat onar.
dengan orang2 didepan. Perahu ladju seperti terbang tapi dua orang penumpang itu
masih merasa lambat sekali. Baiknja begitu keluar dari tikungan, perahu didepan sudah
didepan mata. Herannja tak ada orang diatasnja !.
Mendadak dari dalam air muntjul sebuah kepala orang.
Orang ini Ong Djie Hai adanja. Huppp hup dia menarik napas dan kelelap lagi.
Gwat Hee menteriak ter-tolong2, ia tahu kakaknja jang besar dipegunungan melulu
mempeladjari silat. Sama sekali tak dapat berenang seperti dirinja. Ia minta tolong pada
pengemudi, iapun bertanja pada Tjiu Piau:Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
"Tjiu Koko kau bisa berenang tidak ? Bisa tidak ?" Tjiu Piau hanja melongo sadja karena
tidak betjus berenang,
Pengemudi itu mendekati perahunja sambil ter-tawa2. Sementara itu tampak
beberapa kali tubuh Ong Djie Hai timbul-tenggelam sambil ngengap2an menjedot hawa.
"Lau Sam, djangan mengganggu Orang, lekas keluar!" teriak pengemudi itu kedalam
air.
Sekali ini Ong Djie Hai muntjul kepermukaan air sebatas badan. Tubuhnja kelepekan
mendekati perahu jang ter-katung2 itu. Dengan susah-pajah berhasil djuga ia
mendjambret dan naik keperahu itu. Sesampai diperahu tubuhnja sudah lemas, ia
terlentang ngengap2an.
Saat ini dari dalam air muntjul seseorang, dengan muka persegi usianja masih muda,
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kira2 dua puluhan.
Ia tertawa dan berpaling pada pengemudi perahu Gwat Hee sambil tertawa: "Toako,
bukan aku jang mengganggu dia, melainkan ia jang mentjoba aku !" Habis, berkata
kembali ia menjelam, dalam waktu sekedjap kembali ia muntjul dengan sebuah pengajuh
besinja jang besar. Pengajuh itu sudah somplak sebesar pangkal lengan anak ketjil.
Kiranja begitu Djie Hai sadar, tampak disampingnja berduduk Peng San Hek Pau,
dibelakangnja berduduk pengemudi perahu dengan pengajuh besinja jang besar.
Djie Hai tak dapat berenang, tapi djarak perahu kedarat tak seberapa djauh. Pikirnja
asal perahu sedikit kepinggir, ia dapat melompat kedarat. Sesudah mengambil
keputusan. Diadjaknja tukang perahu ngobrol. Ditanjainja bagaimana tjaranja
mengemudikan perahu. Sementara tangannja me-megang2 pengajuh orang, ditjobanja
sekuat tenaga mengajuh perahu agak kepinggir. Begitu tenaganja dikerahkan, tiba2 ia
merasakan tenaga balikan jang demikian besar dari pengemudi itu. Djie Hai memang
mengandung pikiran untuk mengudji tukang perahu itu. Semangatnja diempos,
tenaganja kian bertambah. Pengemudi itu dengan erat memegang pengajuhnja dengan
dua tangan, sedangkan tubuhnja sedikitpun tidak bergeming. Sebaliknja pengajuh itu
jang tidak tahan menerima tenaga dua orang itu. Bagian jang dipegang Djie Hai mendjadi
tjekung, sebaliknja jang dipegang pengemudi itu mendjadi tjembung !
Djie Hai mengubah keputusannja setjara tiba2. Hatinja berpikir: "Pengemudi itu
bertenaga besar sekali, lebih baik kupindjam tenaganja untuk Iontjat kedarat." Habis
berpikir tubuhnja mentjelat, tangannja menekan pengajuh, dengan tenaga balikan jang
diterima tubuhnja melajang seperti terbang. Pengemudi ini tak bersiaga atas tindakan
Djie Hai ini, begitu Djie Hai berlalu, ia kehilangan imbangan badan. Perahunja miring
kesebelah kanan. Buru2 ia pindah kesebelah kiri dengan maksud menenangkan perahu.
Siapa tahu Peng San Hek Pau mendadak tubuhnja melajang dengan totolan kakinja !
Hampir2 menterbalikkan perahu. Tukang perahu terigojang2 diatas perahunja. TubuhnjaLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
belum dapat ditetapkan mendadak Djie Hai djatuh dari atas dan mendjambretnja. Tak
ampim lagi dua2 ketjebur kedalam sungai!
Sedari semula Peng San Hek Pau sudah memperhatikan gerak-gerik Djie Hai. Begitu
ia'melihat Djie Hai lompat, tubuhnjapun melajang mengikuti. Ditariknja Djie Hai dari
udara sampai djatuh keair. Hek Pau sendiri memindjam tenaga tarikan, schingga
tubuhnja membal beberapa tumbuk ! Per-lahan2 dan tak bersuara tiba dibumi.
Ong Djie Hai tidak bisa berenang, beberapa teguk air kena diminum. Semakin ia
berontak semakin gelebekan. Dalam keadaan setengah mati ia merasakan tubuhnja
didorong orang dari dalam air. Membuat ia dapat mengeluarkan kepala dari permukaan
air. Udara dihirupnja setjepat mungkin. Sesudah mati2an achirnja ia berhasil sampai
diperahu.
Beberapa saat kemudian pikirannja tenang kembali. Telinganja mendengar suara
ribut2. Waktu matanja melek tampak beberapaperahu, dinaiki Louw Eng dan
komplotannja. Disamping Louw Eng duduk seorang muda dengan tubuh kurus seperti
bambu. Adiknja dan Tjiu Piau terdapat pula disitu. la hanja dapat menarik napas. Matanja
dimerami lagi dan tak ber-kata2"
Begitu Louw Eng mengetahui ketiga orang ini tak bisa berenang, hatinja bertambah
lega. Sesampainja di Bu Beng To boleh berbesar hati untuk meninggalkan mereka. Kalau
sudah beres pertemuan di Oey San baru kembali flagi untuk membereskan mereka. Pikir
Louw Eng.
Pengemudi diandjurkan meneruskan perdjalanannja sambil di-buru2 Peng San Hek
Pau per-lahan2 melompat keperahu. Gwat Hee mengadjak kakaknja pindah keperahunja.
Dua saudara itu tidak ber-kata2. Hatinja pasti tengah me-raba2 pikiran lawan. Merekapun
tidak mengetahui pikiran Tjiu Piau. Ingin mereka bitjara, sajang bukan tempatnja.
Sebaliknja Tjiu Piau pun ingin bitjara dengan mereka untuk mendjelaskan tentang dirinja
seterang mungkin. Sajang tak ada waktu dan ketika.
Sesudah ribut meredah, malampun mendatang, keada1 an sangat gelap sebab gelap
bulan. Sesudah perahu djalan tak seberapa lama. Tiba2 tampak dimuka se-olah2 tidak
ada djalan lagi.
Waktu didekati kiranja dimuka penuh ditumbuh gelagah jang sangat lebat sekali.
Perahu berputar kearah timur sebanjak dua kali, dalarn sekedjap sadja, djalanau
mendjadi terbuka, dimuka terbentang sebuah danau dengan tenangnja, angin dingin
bertiup per-lahan2 mengusap air, bintang2 ketjil kelap-kelip berbajang diair, pern
andangan mendjadi indah tampaknja.
Di-tengah2 danau tampak sebuah teng dengan sinar lampunja jang ber-gojang2
tertiup angin. Disekeliling teng terlihat bajang2 gelap jang besar, tak salah lagi pasti inilah
jang disebut Bu Beng To.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Gwat Hee terlentang diatas perahu memandang langit. Ia melihat bintang tudjuh jang
terang bergemerlapan. Perahu membuat suatu garis lurus dengan bintang ini. Karenanja
hatinja mendjadi tergerak, djalan keluar dari Bu Beng To ialah disebelah selatan dari Bu
Beng To, hal ini diingatnja betul2.
Waktu ia melihat kakaknja dan Tjiu Piau, mereka tengah asjik mendengari
pemhitjaraan Louw Eng. Tapi sajang sekali jang dibitjarakan Louw Eeng adalah lagu lama
dari kedjadian2 di Kang Ouw melulu. Sehingga kedua orang merasa bosan untuk
mendengari terlebih landjut.
Perahu sudah sampai ditengah-tengah Bu Beng To didepan mata. Pulau ini tidak lebih
tidak kurang sebesar bukit ketjil. Keadaan tanahnja datar. Hanja di-tenggah2-nja agak
menondjol, dan disitulah terdapat beberapa batang pohon, dari tengah2 pohon
memantjarkan sedikit sinar terang, mungkin disitu terdapat beberapa rumah. Tempat ini
sangat sepi dan. sunji sekali,'tak ubahnja seperti hutan belantara !.
Gwat Hee berpikir: Siapa gerangan jang mendiami pulau ini ? Tempat jang demikian
ketjilpun tidak terurus ! "Sementara itu perahu sudah merapat, orang2 sudah mendarat,
dibawah pimpinan anak muda jang kurus seperti bambu itu. Mereka berdjalan diatas
djalan jang terbuat dari batu2 jang merupakan tanggul2 Lekaklekuk. Sesudah lama
kemudian baharu sampai ditempat jang tinggi jakni dimana terdapat rumah2.
Kiranja rumah ini terbuat dari tumpukan batu2, buatannja sangat kodi sekali. Ketiga
mengemudi sudah memasak nasi, lauk pauknja terdiri dari ikan dan udang melulu, tapi
segar dan manis serta njaman akan rasanja.
Tjiu Piau bertiga siang2 sudah merasa lapar sekali, tak banjak ribut lagi segala
hidangan itu disikatnja sepuas mungkin. Selesai bersantap Louw Eng berkata pada Ong
Djie Hai: "Dalam tjuatja malam jang demikian indah sajang kalau dilewatkan bigitu sadja,
maii kit a ber-djalan2 mentjari angin."
Ong Djie Hai sudah bertekad melihat segala tindak tanduk Louw Eng. Dengan tak
banjak pikir lagi ia mendjawab mau. Pikirnja: "Lagaknja segera akan keluar." Sebelum
berlalu ia mengedipkan dahulu adiknja menberi isjarat. Louw Eng dan Djie Hai segera
naik perahu tanpa pengemudi, sebab Louw Eng dapat berperahu. Demikianlah perahu
ketjil itu sudah mulai djalan perlahan2 dikajuh Louw Eng.
Beberapa hari ini perlakuan Louw Eng terhadap Tjiu Piau dan dua saudara sangat aneh
sekali. Se-olah2 ia sangat memperhatikan dan telaten sekali, dibalik itu djuga sangat
keras mendjaganja. Pengikutnja jang terdiri dari djago2 ulung tidak henti2nja mengawasi
sepak terdjang ketiga orang ini.
Djie Hai gagal usahanja untuk melarikan diri sewaktu di Bu Beng Hoo. Mereka djuga
tidak mengusikusik hai ini, se-olah2 tidak terdjadi sesuatu. Mungkin mereka mempunjaiLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
tjaralain jang akan dikeluarkan. Tapi Djie Hai selalu siap sedia untuk menjelamatkan
dirinja.
Didalam, perahu Djie Hai membawa laga'k seperti tengah menikmati pemandangan
didanau itu, tapi sebenarnja tengah mengawasi gerak-gerik Louw Eng.
Sanipai di-tengah2, keadaan sekeliling sangat sunji
sekali, hanja tiupan angin halus jang terdengar samar2 datang dan berlalu. Tiba2 Louw
Eng berkata: "Djie Hai Tit-djie (keponakan) kau tahukah, kenapa aku ingin dengan kau
ber-djalan2 kesini ? Aku mempunjai suatu rahasia jang maha penting, jang sudah
terbenam dalam dadaku selama delapan belas tahun lamanja. Terketjuali dari diriku,
hanja seorang sadja jang mengetahuinja. Sajang orang itu sudah meninggal. Hari ini
rahasia itu akan kuberitahukan kepadamu !"
"Apakah rahasia ini sangat erat hubungannja denganku ?"
"Bukan sadja berhubungan dengan kau seorang, tapi berhubungan pula dengan rakjat
seluruh negeri! Bersumpahlah dahulu untuk tidak mengatakan rahasia ini kepada orang
kedua. Sesudah itu baharu aku mau memberi tahu kepadamu !"
"Aku bukan ahli untuk bersumpah, sumpah apa jang kau kehendaki dariku ?" Kata Djie
Hai dengan suara dingin.
Louw Eng melirik, tiba2 pengajuh diangkat dari air, dengan tangan kanannja mentah2
dipapas, sret plung ! pengajuh itu mendjadi somplak, petelannja djatuh ditempat djauh.
pengajuh jang sudah rusak itupun dilemparnja ke-tengah danau.
Tenaga tangannja memang tjukup mengedjutkan orang sesudah itu ia berpaling pada
Djie Hai seraja berkata : "Bersumpahlah sematjam ini ! Bilamana kau mentjeritakan
rahasia ini kepada orang Iain, kau mendapat nasib serupa pengajuh ini "
Tanpa ragu2 sedikitpun Djie Hai mulai bersumpah: Baik ! Demi kepentingan rakjat
djelata. Bilamana aku Ong Djie Hai mentjeritakan sesuatu jang seharusnja tidak
kutjeritakan" Kehidupanku semogah seperti pengajuh itu !"
Louw Eng tertegun tak ber-kata2, agaknja banjak2 kata2 jang ingin ibitjarakan, tapi
untuk seketika semua
kandas ditepi bibirnja. Kini perahu itu terbawa angin merapung-rapung diatas danau,
sebab sudah tidak dikcmudikan lagi.
Dengan keren dan mantab Louw Eng memperdcngarkan suaranja : "Ketahuilah Sri
Baginda Tjeng djiwanja sudah diatas tanganku !"
Dengan kata2nja ini Louw Eng melihat tubuh Djie Hai ber-gojang2 dan berhenti lagi.
Tahulah ia bahwa kata2nja ini mengenai hatinja Djie Hai benar2. Dari itu sambungnjaLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
pula : "Kini tertjapailah tjita2ku selama delapan belas tahun untuk mendapat kepertjajaan
dari radja Tjeng, sembarang waktu aku dapat mendampinginja. Tjita2ku selama delapan
belas tahun ini hanja diketahui oleh ajailmu seorang. Menjesal sekali ia sudah mendahului
aku pergi ketanah baka !"
Tak terasa lagi Djie Hai bertanja: "Apa artinja akan kata2 ini ?"
"Diam dulu, djawablah pertanjaanku dahulu. Tahukah kau akan kematian ajailmu se-
djelas2-nja ? "Perlahan2 Djie Hai menggeleng-gelengkan kepala, wadjahnja sangat
tenang.
"Inipun ada rahasia pula. Delapan belas tahun jang lalu.
Nama Wan Tie No bukan main terkenal dan dimalui orang. Tak seorang tidak
mengetahui, bahwa ia adalah pengikut dari Giam Ong Lie Tju Seng. Tidak sedikit djasa2
didirikan. Sewaktu tentara Tjeng masuk diwilajah Tiongkok ia menjembunjikan diri
digunung sunji. Diam2 ia mengumpulkan orang gagah untuk mengorbankan
pembrontakan pada pemerintah. Siapa kira dan skpa menjangka, tidak tahunja terlebih
dahulu ia sudah sekongkol dengan penghianat bangsa nomor satu Ang Sin Tiu !"
"Bitjara sampai disini Louw Eng berdiam sambil mengawasi dengan tadjam.
Sekeliling terbenam dalam kesunjian seperti mati, perahu terkatung2 tanpa arah
tudjuan. Tan pa diketahui lagi perahu sampai ditepi jang berumput tebal.
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ong Djie Hai hampir? njeletuk : Benarkah terdjadi hal ini ? "Tapi kata2 ini tertelan lagi
kedalam mulutnja, Ia berusaha untuk menguasai perasaannja mendjadi tenang. Agar
dapat mengetahui betul dan palsunja perkataan orang. Ia tahu jang terbaik, wadjahnja
tidak boleh berubah, harus pura2 pertjaja.
Per-lahan2 Louw Eng berkata pula : "Walaupun ajahlmu mempunjai hubungan jan]g
erat dengan Wan Tie No, tapi tidak mengetahui hatinja jang sesungguhnja.
Delapan belas tahun jang lalu, ajailmu mendengar perkataannja, dan mengadjak kami
empat saudara untuk menghadiri pertemuan di Oey San, katanja untuk rentjana besar
guna menggulingkan pemerintah Tjeng.
Diluar perkiraan, ajailmu setjara kebetulan sekali mengetahui perbuatannja dan
rahasianja, hal ini akibatnja besar. Dari kawanbaik mendjadi nrusuh besar. Sepontan
disitu djuga terdjadi gelanggang laga jang besar. Akibat dari pertarungan itu tertinggallah
aku jang tidak berguna ini. Kedjadian delapan belas tahun jang lalu tak ubahnja seperti
dalam impian sadja."
Louw Eng berkata lagi dengan nada sedih sesudah diam seketika: , Jang lebih tjelaka
ialah salah satu dari persaudaraan kami ini sebenarnja mendjadi penghianat pula. Waktu
terdjadi perkelahian bukan sadja ia tidak membantu kami, bahkan membantu musuh.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Hian Tit, djika kau ingin mengetahui siapa orang itu, lihatlah apa jang tertera dipangkal
lenganku ini !" Digulungnja lengan badju, dibawah sinar bintang samar2 terlihat bunga
bwee merah. Ong Djie Hai sudah mengetahui dipangkal lengan Louw Eng terdapat bwee
merah ,itu. Kini dilihatnja bunga itu, sekadar ingin me-lihat2 sadja.
"Tjiu Tjian Kin Siok-siokkah jang kau maksudkan orang itu ?"
"Benar dia adanja. Mutiara beratjun itu dilepas tanpa kukira. Tak ampun lagi aku kena
tipu busuknja ini. Untung dalam bahaja jang demikian hebat itu, ajailmu 'dapat
menghadjarnja luka, dan mengambil pemunah dari mutiara itu. Perkelahian jang hebat
ini untuksementara waktu tak dapat kututurkan dengan djelas. Apa jang akan kukatakan
ialah perkelahian ini berachir sangat menjedihkan. Wan Tie No mati ditanganku, Tjiu Tjian
Kin dengan lukanja masuk kedjurang sebab malu. Tju Hong djatuh kedalam djurang jang
terdjal. Ajailmu mati kena tangan besi Wan Tie No sehingga luka parah dan tak sadarkan
diri beberapa djam Iamanja, dalam pada itu aku terus mendjaga dan mendampinginja.
Achirnja ia siuman dan sadar kembali. Ia berkata sepatah kata kepadaku, sesudah itu ia
lantas meninggal. Kata2nja ini memesan agar aku memeriksa dan membersihkan sisa2
dari gerombolan Wan Tie No. Aku berpikir tjara jang terbaik untuk melakukan hal ini ialah
pura2 mengabdi pada pemerintah Tjeng disamping itu aku mendjadi musuh didalam
selimutnja !" Bitjara sarnpai disini tiba2 terdengar suara orang ber-kata2.
Dimana gelagah jang rimbun, bergojang bajangan hitam.
"Siapa !" bentak Louw Eng.
Dimana bajangan hitam bergerak, sebuah perahu ketjil per-lahan2 madju mendatang.
Dua orang penaik perahu, berbadan serupa, tubuhnja kurus dan wadjah mukanja seperti
rase. Satu berbadju putih satu berbadju hitam. "Oh, kiranja Louw Toako berada pula
disini ?" Dua orang ini tidak lain dari Mau San Pek Hoo dan Hek Hoo.'
Louw Eng diam sedjenak, tiba2 dalam kegelapan malarn, dibawah remang2 sinar
bintang ketjil, tampak sebuah senjiiman dari bibirnja.
Kiranja Djie-wie (dua tuan) marilah sama2 kita nikmati pemandangan malam jang
indah ini ber-sama2.
Pengajuh kami djatuh tanpa sengadja sehingga perahu ini ter-katung2 dan berdjalan
tanpa pengemudi. Kini kalian datang sungguh kebetulan sekali. Perahu ini agak besar,
bawalah pengajuh itu sama2 kita seperahu, bagaimana ?"
Pek Hoo setudju sadja, perahu mereka dikajuh perlahan2 menghampiri.
Kira2 tinggal beberapa meter pula, Hek Hoo melontjat terlebih dahulu keperahu Louw
Eng.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Louw Eng mengulurkan tangan menjambut. "Hati2 saudaraku !" Begitu tubuh Hek Hoo
kena kepegang Louw Eng, itu detik djuga tidak berkutik lagi, dan tidak dapat bersuara
lagi. "Rebahanlah istirahat !" Hek Hoo tidak dapat apa2 mentah2 dikerdjakan orang.
Disana Pek Hoo berdiri diperahunja, per-lahan2 pengajuhnja dilemparinja pada Louw
Eng, pengajuh ini terbuat dari kaju biasa, Louw Eng menerimanja. Sebuah gulungan putih
per-lahan2 datang tak siapa lagi ialah Pek Hoo lontjat mendatang.
"Indah sekali !" Suaranja belum habis, pengajuh itu sudah mendahului menj abet
kearah kaki dari Pek Hoo. Pek Hoo terkedjut, ditarik tubuhnja membuat saldo diudara,
dan djatuh tepat dipinggir perahu, tangannja jang baharu berhasil dan memegang kaju
perahu itu, digeprak Louw Eng sehingga hantjur. Pek Hoo mendjerit setjara
mengenaskan, belum djeritannja habis, tubuhnja sudah masuk kedalam air. Diatas papan
terlihat darah daging merah hantjur menggambarkan sepuluh djeridji tangan. Sungguh
ngeri !
Louw Eng membersihkan pengajuh itu, pakai air danau. Seperti tidak kedjadian apa2
ia berkata: "Dalam dua sudah beres satu, tinggal satu ini harus diapakan Hian-tit ?"
Ong Djie Hai bertanja: "Apa artinja ini?"
Louw Eng terkekeh tertawa: "Kau sungguh terlalu muda ! Bukankah mereka sudah
mentjuri dengar akan
rahasia djiwaku bukan ? Kalau dibiarkan mereka hidup, pasti aku tak dapat hidup. Aku
tak dapat hidup tak mendjadi soal. Jang penting jakni rentjana untuk menggulingkan
pemerintah Tjeng mendjadi berantakan dan hantjur ! Mereka adalah pengikut pemerintah
Tjeng jang sangat setia. Sedari dulu sudah niat kubereskan mereka. Nah, Djie Hai kau
bereskan satunja lagi itu !" Tangannja diulur untuk mendjambak Hek Hoo, niatnja Hek
Hoo akan dilempar kedepan Djie Hai. Begitu tangannja memegang badju Hek Hoo segera
dibetotnja, dalam sekedjap inilah lengan kanan dari Hek Hoo setjara tiba2 menudju iga
Louw Eng, dilengannja memegang sebilah pisau jang mengkilap, pedang pendek ini
entah kapan berada ditangannja. Kali ini semua diluar perkiraan Louw Eng, untuk berkelit
sudah tak mungkin.
Tapi Louw Eng adalah orang Kang Ouw kelas satu, sudah biasa menghadapi segala
bahaja jang hebat2. Waktu itu djuga lengan kanannja jang memegang badju Pek Hoo,
mengeluarkan tenaga, setjara tiba2 kedepan, seperti angin besar meniup rumput, Pek
Hoo kena didorong mundur sebanjak dua langkah. Ia sendiri buru2 memengkeratkan
dadanja kedalam. Tak ubahnja seperti tubuh udang. Dengan tjara inilah ia berhasil
menghindarkan dari serangan Pek Hoo itu. Tapi tak urung badju luarnja kena tergores
petjah. Sehingga bulu dadanja jang lebat tampak keluar.
"Hai Rase ! Sungguh litjin kamu jah ?" bentak Louw Eng dengan gusar.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Semua orang mengenal kelitjikan dan kelitjinan Mao San Djie Hoo ini. Karena inilah
mereka terkenal dikalangan Kang Ouw. Bukankah barusan Hek Hoo sudah kena ditotok
Louw Eng sehingga tak berkutik. Tapi kenapa'dengan setjara tiba2 ia dapat bangun
menghadapi lawan ? Ini semua adalah kelitjinannja. Waktu Louw Eng mengulur tangan
menjambutnja, ia merasakan djalan darah diketiaknja mendjadi kaku, sadarlah ia urusan
tak beres, burn2 badannj,a dimengkeratkan, sehingga djalan darah agak tergeser.
Terketjuali itu otot dan daging ditubuhnja dikakukan, pura2 djatuh berlaga sudah
djengkar ken a ditotok. Louw Eng mengetahui, bahwa Djie Hoo tidak mempeladjari ilmu
dalam, kiranja dengan tenaganja jang penuh itu sudah berhasil melumpuhkan Hek Hoo.
Dari itu dibiarkannja ia tanpa tjuriga, sebaliknja sepenuh perhatian dihadapinja Pek Hoo.
Siapa kira totokan pada Hek Hoo itu tidak telak kenanja, sehingga lengan kirinja masih
dapat bergerak bebas, menantikan Louw Eng tidak bersiaga, dibukanja djalan darah itu
sendiri. Waktu inilah ia melihat saudaranja menerima nasib jang mengharukan dibawah
tangan Louw Eng jang ganas. Tak tertahan rasa kaget dan dendara mendjaidi satu,
tekadnja bulat untuk mengadu djiwa.
Tusukan belatinja tidak mengenai sasaran, buru2 ia mundur kebelakang berdiri dihulu
perahu, kedua orang itu berdiri berhadapan satu dihulu perahu satu diburitan perahu.
Saling menatap dengan rasa djemu dan bentji. Ong Djie Hai duduk di-tengah2 perahu,
pikirannja terbenam dalam keraguan. Haruskah aku turun tangan ? Siapakah jang harus
kubantu ? pikir hatinja.
Tak perlu menunggu lama, Louw Eng sudah menjerang dengan ganas. Dilangkahinja
kepala Ong Djie Hai dengan djurus "Hie Jauw Liong Bun" (ikan mentjelat kepintu naga)
tubuhnja langsung mendjurus kehulu perahu. Tangannja sekalian dikerdjakan.
Sebenarnja Hek Hoo sangat djeri pada Louw Eng, tapi menghadapi antara mati dan hidup
ini, hatinja mendjadi berani, tambahan ia bersendjata pisau belati. Sedangkan Louw Eng
tidak bersendjata sama sekali.
Waktu serangan Louw Eng tiba, tak ajal lagi diputar lengannja mendjaga dengan rapat.
Tiba2 Louw Eng menekuk kakinja seperti gendewa, lengan kirinja mendorong, lengan
kanannja membuat sebuah lingkaran besar sambii memapas, tiba2.kaki kirinja terangkat
naik, menendang Hek Hoo. Dalani sedjurus ini mengandung tiga serangan jang hebat
dan berlainan arahnja.
Hek Hoo adalah seorang jang litjin, ilmu pisaunja diubah mendjadi ilmu pukulan
tangan, sehingga dalani ilmu ini tangannja se-olah2 tambah pandjang. Melihat ini Louw
Eng tak berani terlalu mendesak, sehingga pukulari dari kedua tangannja ditarik setengah
djalan. Tapi tendangan kakinja hanipir bersarang diperut Hek Hoo.
Djurus ini berbahaja untuk Hek Hoo, tapi tangannja tidak tinggal diam langsung
mendjurus menikam Louw Eng. Sajang Louw Eng terlalu tangguh untuk Hek Hoo, hanjaLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
dengan kelitannja jang seperti kilat, serangan Hek Hoo mendjadi kandas. Sedangkan
kakinja tinggal mendjungkirkan Hek Hoo kedanau.
Tiba2 Ong Djie Hai berseru: "Tinggali belas kesian dibawah kaki, segala hal dapat
didamaikan !" Mendengar ini Louw Eng menarik serangannja setjepat kilat. Hek Hoo
tubuhnja ber-gojang2 tapi tidak sampai djatuh ketjebur.
Adapun maksud Djie Hai berbuat demikian, ialah Untuk memadu kedua orang ini, guna
mengetahui pembitjaraan Louw Eng itu dapat dipertjaja atau tidak.
Sesudah menarik serangannja Louw Eng kembali berpikir. Aku seperti tengah naik
harimau, lebih baik aku bereskan Si Rase Hitam ini. Tangannja tjepat seperti 'angin
menjerang Hek Hoo kembali dengan ilmu Leng Miau Pou Su (Kutjing sakti menerkam
tikus), tangannja terbentang tubuhnja mendjorok kemuka, dengan ganas ia menerkam
Pek Hoo. Saat ini Pek Hoo sudah mempunjai persiapan. Mengandalkan kegesitan
tubuhnja, berkali2 ia berputar, tjara ini bukan sadja dapat memunahkan serangan lawan,
bahkan tubuhnja dapat lolos ketengah perahu. Hek Hoo djongkok dilantai perahu,
pisaunja ditantjapkan dipapan perahu.
"Hai Louw Eng, terlalu kau ! Bila tanganmu bergerak pula, kita harus menghadap
malaikat maut ber-sama2 !"
Louw Eng dan Djie Hai mengerti maksud Hek Hoo ialah ingin membotjorkan perahu,
dengan tjara ini ketiga orang akan mati konjol, karena ketiganja tak dapat berenang.
Walaupun berteriak belum tentu suara ini terdengar orang, larnbat laun toh achirnja mati
djuga.
Louw Eng kaget djuga mendengar gertakan ini, tapi wadjahnja tenang sadja.
Sedangkan hatinja tengah mentjari daja.
Menggimakan ketika ini Hek Hoo bitjara pula dengan Ianggam suara bernada sedih:
"Louw Toako, sebenarnja kami salah apa ?" berilah petundjuk padaku. Aku bukan bangsa
takut mati, tapi sebelum mati aku haras mengeitahui aku salah apa, sehingga andai kata
djadi setan tidak mendjadi setan penasaran. Lagi pula kami telah mengikuti Toako sudah
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Iima-enam belas tahun lamanja. sedikit banjak kami sudah membuat sesuatu untukmu.
Kini andai kata kami salah, seharusnja wad jib kau beri maaf. Kebenaran Ong Shie-heng
ada disini dan mengerti dan melihat kedjadian dari mula2 sampai sekarang. Kapan hari
boleh ditjeritakan didunia Kang Ouw, siapa salah siapa benar. Louw Toako katakanlah
dimana letak kesalahan kami. Kini kakakku Pek Hoo sudah meninggal, kematian diriku
hanja menunggu kata2mu," sambil ber-kata2 tangannja tidak bergeser dari papan
perahu. Asal sadja Louw Eng bergerak, pasti perahu itu dibotjorinja.
Katanja ini sungguh lemah tapi bersiwat keras. Ong Djie Hai pun ter-bawa2. Kata2nja
itu memperingati Louw Ens Djie Hai adalah saksi dari peristiwa ini. Djuga memperingat
Djie Hai bahwa Louw Eng tidak bisa berbuat baik terhadapnja. Misalkan sampai terdjadiLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
pula pertarungan ia mengharap bantuan dari Djie Hai. Memang dalam hai menghitung
sesuatu Hek Hoo mempunjai kepandaian tersendiri. Hal ini mau tidak mau harus diakui.
Tapi Louw Eng pun tak mudah kena dimakan. Dalam sekedjap mata ia sudah
mengambil ketetapan.
"Hek Hoo ! Apa maksudmu bersembunji disana guna mentjuri dengan pembitjaraan
kami ?"
"Bintang tudjuh mendjadi saksi, asal aku Hek Hoo mentjuri dengar setengah patah
dari kata2mu aku ridlah
Louw Eng membentak memutuskan perkataan orang.
"Kau belum mendengar, dengarlah sekali lagi. Aku Louw Eng bekerdja dipemerintah
Tjeng tapi hatiku tetap bekerdja untuk bangsa Han. Kini waktunja aku mengambil djiwa
andjingmu. Hai andjing Tjeng terimalah kebinasaanmu !"
Hek Hoo mengawasi Louw Eng dengan mata harus dikasiani. Ia melihat Louw Eng
tertawa. Ia tahu asal Siau Bu Siang (Si djarang ketawa) tertawa, tidak harapan untuk
hidup pula. Kini menantikan asal Louw Eng bergerak, perahu itu pasti mendjadi botjor.
Pusaka Tongkat Sakti Karya Tjoe Beng Si Bayangan Iblis Karya Kho Ping Hoo Pedang Penakluk Iblis Sin Kiam Hok Mo
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama