Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei Bagian 3
Dengan ini pasti ketiga orang itu akan mati bersama dalam seperahu.
Sebaliknja Louw Eng tak menghiraukan segala gertakannja. Kakinja per-lahan2
menindak selangkah dua langkah, hampir dekat sudah.
"Louw Toako !" teriak Hek Hoo putus asa. Louw Eng tidak mendjawab, langkah ketiga
sudah menjusul.
Dalam keadaan mati hidup sekedjap mata ini, Hek Hoo memutar otaknja seratus kali
lebih tjepat dari biasa. Ia heran kenapa Louw Eng dalam waktu singkat me musuhinja
dan memaui djiwanja. Keadaan terlalu mendesak pikiran untuk melolosi sama sekali tidak
dipikir. Ia ingin mendapat sesuatu dari Djie Hai. Tapi ia tak mengetahui hubungan apa
sebenarnja antara Louw Eng dan Djie Hai. Waktu berlalu lagi, Louw Eng kembali
melangkah setindak.
Sekali lagi Hek Hoo menteriak: "Louw Toako !"
Louw Eng kembali melangkah pula sambil tersenjum. Hek Hoo mendjadi gemas,
biarlah mati ber-sama2 pikirnja. Tangannja bergerak setjepat kilat, perahu berlubang
ketjil, tangannja bergerak pula .
Pada detik inilah Louw Eng bagai terbang menjergapnja seperti gunung rubuh. Sebuah
Iengannja menghadjar kepala:Hek Hoo, sebuah lagi memegang lengan Hek Hoo, dengan
sekuat tenaga ditekan. Hanja terdengar djeritan jang menjajatkan telinga keluar dari
mulut Hek Hoo. Suara ini tak sampai habis sudah berhenti. Waktu dilihat lagi Hek Hoo
sudah tak bernjawa. Pada wadjahnja membajang sesuatu jang tersimpul didalam hatinja.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Kiranja waktu akan mati Hek Hoo baru dapat mengetahui, bahwa Louw Eng
mengorbankan djiwa npereka se-mata2 untuk mendapat kepertjajaan Djie Hai. Sajang
belum dapat ia memetjahkan tabir ini, napasnja sudah mendahului pergi kealam baka.
Kematiannja sungguh menjedihkan. Kiranja sebuah Iengannja sudah melesak niasuk
kelubang ketjilbuatannja sendiri. Sehingga lubang itu bagai disumpal dan tak botjor lagi.
Kasian nasib Hek Hoo, belasan tahun mendjadi kaki tangan Louw Eng setjara setia
achirnja mendapatkan nasib jang demikian ditangan Louw Eng.
Ong Djie Hai melihat peristiwa ini dengan heran. Tapi beberapa waktu kemudian, ia
sudah dapat me-raba2 delapan bagian kemana tudjuan Louw Eng. Adapun tabiat dari
Ong Djie Hai sangat bentji terhadap kekedjaman. Kira Louw Eng dengan mengorbankan
dua orang kepertjajaannja sudah dapat kepertjajaan dari Ong Djie Hai. Sesudah itu ia
niat dari Djie Hai mendapat keterangan dimana mengeramnja kaum pendekar pentjinta
negara. Dengan ini ia ingin sekaligus membasmi kaum patriot itu. Tapi siapa kira
pendapatnja itu salah sama sekali. Karena dengan kekedjaman jang dipertundjukkan
kepada Djie Hai, membuat Djie Hai melawan
didalam hati dan bentji kepadanja. Pikir Djie Hal kelakuan demikian bukan kelakuan
kaum patriot.
"Louw Siok-siok, kalan tjita2mu berhasil seperti jang 1 kau sebut tadi, rakjat dan
pendekar dari seluruh negeri akan memuliakan kau bukan alang kepalang."
"Ha ha ha !" Louw Eng tertawa besar, hatinja bunga betul. "Tapi aku mempunjai dua
pertanjaan jang tidak . dapat kudjawab, dapatkah kau tolong mendjawabnja ?" sambung
Djie Hai.
"Katakanlah lekas !"
Dengan hati2 Djie Hai berkata: "Tjiu Tjian Kin setjara diam2 berhubungan dengan Wan
Tie No penghianat itu. Kalau demikian Tjiu Piau adalah anak penghianat. Tapi kenapa
kau demikian telaten dan baik memperlakukan dia ? Tidak tahu kami dua saudara harus
bagaimana memperlakukan dia?"
Mendengar ini Louw Eng merasa kaget djuga, tak kira botjah ini dapat memikir sampai
kesitu. Sambil mcngelah napas ia berkata: "Jang lalu biarlah ia berlalu. Djelek baik Tjiu
Tjian Kin adalah saudara angkatku dari banjak tahun. Tjiu Piau masih muda, urusan jang
lalu tak ada sangkut pautnja dengan dia. Kini asal dia berlaku benar aku sudah tjukup
merasa puas. Demikian djuga dengan kalian djangan disebabkan urusan jang lalu
sehingga mengasingkan atau dendam kepadanja." Kata2 ini memang tjukup beralasan.
Ong Djie Hai menganggukkan kepalanja sambil berkata : "Sebenarnja harus demikian,
tapi mengenai urusan jang lalu harus kubitjarakan dengan dia setjara hati terbuka.
Apakah dendam atau budi. Mau diteruskan atau diputuskan. Supaja persoalannja
mendjadi beres dan tidak mendjadi gandjalan selamanja. Dengan kata2 ini Djie HaiLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
bermaksud menjampingkan urusan didepan matanja dan ingin mentjari ketika untuk
berkumpul dengan Tjiu Piau dan adiknja, guna membitjarakan sesuatu dengan teliti.
Kata2 Djie Hai tjotjok, dengan permintaan Louw Eng. Memang ia bermaksud
merenggangkan kedua keluarga ini.
"Kau bitjara benar. Aku pasti membantumu dari samping."
"Adapun hal jang kedua, ialah mengenai danau ini. Kau tahu sendiri kami bermalam
di Ban Liu Tjung, kenapa begitu mendusi berada disini? Pulau ini sebenarnja tempat apa
? Perlgemudi2 itu manusia dari golongan mana ? Orang jang kau perkenalkan kepada
kami waktu dahar itu, jakni jang bernama Ong Sui Sen itu, sebenarnja manusia matjam
apa ? Dapatkah mereka itu dipertjaja ? Orang2 jang mengiringi kau itu, apakah diam2
memusuhi pemerintah Tjeng djuga ? Atau sebangsa dengan Mau San Djie Hoo ?
Mengenai ini aku jang mendjadi tamu, seharusnja tidak boleh banjak bertanja, tapi kalau
tidak. demikian urusan tidak ada beresnja. Atas ini harap kau tidak menjalahkan
kepadaku. Sukalah mendjawab pertanjaanku bila rasanja harus didjawab." Pertanjaan
Djie Hai jang mengandung ketjurigaan ini. Siang2 sudah dalam dugahan Louw Eng.
Perahu per-lahan2 dikajuh menudju perahu jang bekas dinaiki Mau San Djie Hoo.
"Mari kita berganti perahu dulu." Sesudah dua orang ganti perahu, Louw Eng dengan
satu kali pukulan menghantjurkan perahu jang bekas dinaikinja. Perahu itu dikaramkan
sekalian dengan majat Hek Hoo. Sesudah berbuat ini Louw Eng berdiam diri beberapa
lama, kemudian baru berkata: "Djie Hai aku tahu pasti kau akan menanjakan hal ini, jah
pasti kau bertanja. Sebenarnja aku ingin mentjari tempat jang sepi guna melandjutkan
pembitjaraanku. Adapun mengenai kau berada disini, disebabkan waktu kau dalam
keadaan mabuk, Ban Liu Tjung diamuk api. Kami ter-gesa2 meninggalkan kampung,
pikir2 tempat ini baik untuk didiami, dari itu kami kesini berikut kalian." Adapun pengikut2
aku itu, terketjuali dari Mau San Djie Hoo jang lain semua dapat dipertjaja. Misalkan ada
sesuatu urusan jang menjukarkan kalian dapat kau katakan kepadaku atau kepada
mereka. Tapi dengan penghuni Bu Beng To ini sebaiknja djangan terlalu banjak bitjara.
Adapun Ong Sui Sen ini ialah anaknja Hu Lui Ong Hie Ong (radja sungai ,== buaja) Ong
Hie Ong adalah kawan karibku, ini tak perlu kusembunjikan. Tapi mengenai Ong Sui Sen
ini, ia masih muda dan belum dapat dipertjaja betul. Dari itu didepannja djangan suka
membitjarakan sesuatu jang penting."
Ong Djie Hai mendengar Ong Sui Sen adalah putera dari Ong Hie Ong hatinja mendjadi
kaget.
"Oh, kiranja adalah Ong Sui Sen jang pemah menggemparkan Thai Ouw sepuluh tahun
jang lalu."
"Benar, benar. Memang dialah orangnja. Kini ia tinggal disini dengan tiga orang
kepertjajaannja. Jakni tiga saudara Lu. Jang bernama Lu Tie, Lu Kang dan Lu Hoo."Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Harus diketahui, walaupun Djie Hai masih muda tapi pendengarannja banjak sekali.
Hal iehwal dan peristiwa Kang Ouw banjak diketahuinja. Demikian djuga Ong Hie Ong Si
Radja Sungai sudah lama ia tahu. Bahkan ia tahu pula bahwa Ong Hie Ong adalah Ok Pa
jang sangat kedjam dan bengis sekali. Ong Sui Sen adalah putera radja sungai, dengan
sendirinja semendjak ketjil sudah pandai bermain diair. Sehingga dalam kepandaian ini
sukar mentjari lawannja. Semasa ia berusia delapan belas tahun. Berkenalan dengan
pendekar wanita jang sangat tjantik. Belakangan pendekar ini dimaui djage istana jang
bernama Gui To Tjeng. Bahkan dengan tjara paksa pendekar itu ditangkap dengan
kekerasan, se-mata2 untuk didjadikan gundiknja. Hal ini dapat diketahui Ong, Sui Sen
tak ajal lagi begitu Gui To Tjeng dan orang tawanannja lewat di Thai Ouw dihantamnja !
Sedangkan (5ui To Tjeng adalah kawan baik dari ajahnja. Sesudah ajahnja turun tangan
baharu ia mengalah. Tapi pendekar wani'ta itu putus asa dan menerdjunkan diri kedalam
telaga dan binasa. Sesudah terdjadi peristiwa itu, Ong Sui Sen hatinja mendjadi tawar
dalam penghidupan, diam2 ia meninggalkan Thai Ouw, sehingga namanja tak terdengar
lagi dalam dunia Kang Ouw. Siapa tahu ia berada disini. Dari itu begitu Djie Hai
mengetahui bahwa orang itu ada Ong Sui Sen hatinja sudah tergerak. Diam2 ingin ia
berkenalan dengan Ong Sui Sen ini.
Louw Eng melihat Djie Hai mulai pertjaja kepadanja, hatinja mendjadi girang. Ia
tnenantikan waktu untuk menanjakan kediaman ibu Djie Hai. Sebab antara tiga djanda
dari mendiang saudara angkatnja. Isterinja Ong Tie Gwan-lah jang paling dimalui Louw
Eng. Sebab ia itu pengetahuannja tentang dunia Kang Ouw sangat luas. Asal sadja ia
dapat membereskan djanda itu, hatinja baharu merasa lega dan lapang.
Tiba2 dari pulau terdengar suara Lsjarat, tidak tahu telah terdjadi apa disana. Burn2
dikajuhnja perahu itu dengan tjepat menudju pulau. Tak lama kenuidian dari depan
mendatang sebuah perahu dengan pesat menudju kearah mereka. Orang jang
mengemudikan ialah Lu Tie. Begitu ia melihat Louw Eng segera berkata sambil tertawa:
"Tuan mudaku menghendaki Tuan datang kepulau."
"Ada apakah jang terdjadi ?" tanja Louw Eng. "Sebenarnja bukan apa2, hanja adikku
jang nakal itu meminum arak sehingga mabuk dan melibat orang untuk bertanding.
Harap Tuan membereskan hai ini."
"Tamu mana jang diadjak tarung ?"
"Jakni Thay-su jang gemuk. itu.-"
Louw Eng dengan ter-gesa2 mendaratkan perahunja. Begitu sampai begitu melihat
Tong Leng Hwesio sudah merah mukanja, agaknja lebih mabuk daripada Lu Hoo. Kedua
prang itu tengah duduk berhadapan didekat pantai, sambil minum tak henti2nja tertawa,
sama sekali tidak menundjukkan tengah mengadu kekuatan atau bertarung. Jang Iain
menonton dipinggir. Tjiu Piau dan Gwat Hee-pun terdapat disitu. Gwat Hee begitu melihat
kakaknja kembali tanpa kurang stiatu apa, dengan sendirinja merasa girang.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Sesudah diawasi Djie Hai baharu tahu kedua orang ini tengah bertanding ilmu Tjee
Tee Sen Ken (duduk berakar) salah satu ilmu dalam jang hebat. Kalau orang iang biasa
sadja pasti tak mengenal ilmu jang lihav ini. Dengan duduk berdiam, per-lahan2
dikerahkan tenaga, tempat jang diduduki per-lahan2 mendjadi legok. Kalau jang ilmunja
sudah tinggi, dengan tjara berduduk selama dua belas djam, seluruh tubuhnja bisa
ambles kedalam tanah. Ong Djie Hai pern ah mendengar adama ilmu ini. tapi untuk
menjaksikan baru pertama kali ini sadja.
Inilah jang disebut putjuk ditjinta, ulam tiba. Atau awak rindu kekasih datang, pikir
Djie Hai. Dengan ini ia dapat melihat pertundjukkan jang djarang terdapat. Terketjuali
itu kesempatan pula untuk mengamat-amati keadaan orang2 guna melarikan diri.
Tong Leng tubuhnja sudah melesak sebanjak satu dim. Tjawannja di-isi penuh2,
sambil di-tjium2nja tak henti2nja mengutjaokan harum. Arak itu bergelukgukan me lalui
tenggorokannia langsung keperut. Tubuhnja dimelari, semangatnja dikumpuli, tubuh itu
tanpa dirasa sudah melesak lagi beberapa em. Riuh redah tampik-sorak para penonton !
Tong Leng bukan main bangganja, berulang kali tjawannja diisi dan dikeringkan lagi !
Se})aliknja Lu Hoo dengan tenang duduk bersila. Tubuhnja seperti merapung diatas
pasir, sedikit djuga tak ada tanda2 melesek ! Melihat dari tjara duduknja sadja sudah
dapat dipastikan, bahwa ia itu bukan dari achli , tenaga dalam. Budak ini tjengar-tjengir,
se-kali2 tak menghiraukan orang. Sambil mengunjah sepotong daging ikan,
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
iapun turut berkata: "Bagus ! Kepandaian saudara sungguh bagus !"
"Kalau begitu kau sudah mengaku kalah !"
"Masih terlalu pagi untuk mengatakan itu ! Buktikan sadja siapa jang akan minum air
danau itu !" Kiranja dua orang ini bertaruh. Siapa jang menang minum arak, jang kalah
minum air danau. Jang menang minum seteguk arak, jang kalah harus minum setjawan
air danau.
Louw Eng sadar, mereka berbuat demikian sebab dipengaruhi air kata2. Terhadap Lu
'Hoo ia merasa tidak puas. Pikimja kenapa budak itu tak mengenal adat. Masa tamu
diadjak bertanding ! Tapi iapun ingin menjaksikan ilmu memberatkan tubuh dari Tong
Leng. Tanpa kata2 iapun berdiri disamping turut menjaksikan.
Tong Leng sudah enam pululi persen mabuk. Sambil tertawa kaja orang gila ia
berteriak2 : "Budak ini rupanja sudah mabuk. Kenapa tidak lekas menjerah, agar
kuringankan agar kau tidak terlalu banjak menegek air danau. Bilamana tidak aku minum
sampai pagi hari, dan kau minum air danau itu sampai kering !" Habis berkata ia tertawa
lagi sambil mengusap-usap lengannja jang besar. Tangannja itu sekalian ditepakkan
ketanah, sehingga ditanah tertjetak lengannja sedalam beberapa dim. Tanda tjetakan itu
demikian rata, sampai sebutir pasirpun tidak ada jang melorok djatuh !Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Ong Djie Hai diam2 merasa kagum, ia tahu inilah ilmu dalain jang sedjati. Sadarlah ia
bahwa Tong Leng adalah musuh jang tangguh.
Lu Hoo masih sadja atjuh ta atjuh, dengan gila2an ia berkata : "Hai, Hweesio gemuk.
Kau tahukah bagaimana rasanja air danau ini ? Kuberi tahu tidak manis, tidak asin, tidak
masam dan tidak sepat. Kami tiga saudara siang malam membuang air ketjil disitu, tjoba
terka bagaimana rasanja air itu ?" Habis berkata, tangannja mentjomot ikan besar, gres
gres dengan tjepat
ikan itu tinggal tulangijja.
"Hai Hweesio germik, kita bertaruh lagi. Siapa jang kalah harus makan tulang ikan !"
Tangannja bergerak, tulang ikan dilempar pada Tong Leng.
Tong Leng menjambuti tulang ikan itu dengan gusar. "Ja, kau jang makan tulang ini
P' sambil melemparkan kembali tulang itu. dengan tenaga keras.
"Tjelaka banget !" teriak Lu Hoo.
Kepalanja ditundukkan, tubuhnja menekan tanah. Tanah. itu bersua, air keluar dari
dalamnja. Tubuhnja menjusul ambles sedalam dua dim ! Louw Eng dan lain2 tak terkira
kagetnja, tak terasa lagi pada datang mendekat. Umu sematjam itu, benar2 sudah sanipai
dibatas maunja, didunia ini tak mungkin ada lawannja lagi !
Louw Eng diam2 merasa terketjut. Dimerami matanja, seluruh kekuatannja
dipusatkan. Tubuhnja diberatkan seperti ribuan kati palu besi. Sesudah ngeden2 mati2an
tubuhnja melesak lagi sedikit.
Kepandaian memberatkan tubuh adalah kebiasaan Tong Leng jang dibuat bangga.
Tapi dengan ngeden2 ngeplah begitu memakan tenaga teriebih banjak. Kira2 tubuhnja
melesak sedalam satu setengah dim, napasnja sudah engos2an. Keringatnja sebesar2
kelereng membasahi keningnja. Mabuknjapun kurang beberapa bagian ! Buru2 ia
mengatur tenaganja, urat2nja dilemaskan, ia menarik. napas senen kemis. Matanja
terbuka, melihat Lu Hoo. Kagetnja seperti ditjekek setan ! Kiranja tubuh Lu Hoo sudah
terbenam dua pertiganja. Tmggal dada dan kepalanja sadja jang kelihatan. Louw Eng
dan para tamu lainnja, matanja terbuka lebar2 mulutnja nganga melongo ! Hanja Lu Shi
heng-tee dan Ong Sui Sen diam2 tenang seperti tak kedjadian apa2 !.
Adapun ilmu memberatkan tubuh ini memusatkan scluruh tenaga, dan dapat
mengerahkan tenaga ini kemana jang dikehendaki. Kelihatannja tubuh tidak bergeming
sedikit djuga, tapi didalam tubuh pergerakan ini demikian hebat. Kalau bisa mempeladjari
ilmu ini dengan
biuk. Tjukup dengan satu djeridji menjerang lawan, sebab tenaga seluruh tubuh dapat
disaluri dengan djeridji itu, Hhainja bukan buatan ! itu waktu dr Ban Liu Tjung, kedua
lengan Tong Leng sudah dililit Tjen Tjen dengan ilmu ularnja jang aneh, tapi denganLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
perlahan sadja tenaganja dikerahkan Tjen Tjen segera terlempar pargi. Tong Leng
mengira ilmunja ini paling hebat dikolong langit, tapi siapa tahu menghadapi djago2 kelas
rtjerat, hatinja agak gentar sedikit. Mendadak ia berdiri gambil berkata : ''Sudah2 kita
tidak perlu bertanding
Pengemudi jang tertua Lu Tiepun madju dua langkah, "ditarik adiknja dari benaman
tanah sambil dimaki r "Membuat onar sadja ! Lekas kau minta maaf pada Lauj Tjian-pwee
ini !"
Semua orang melihat bekas tubuhnja Lu Hoo jang sudah merupakan liang besar.
Demikianlah rata dan rapi seperti sudah dibuatnja terlebih dahulu. Melihat ini Louw Eng
nierasa tak senang, ia merasa Lu Shi Hengtee ini terlalu kurang adjar ! Masa tamu
dipermaini demikian matjam !
Pada hari2 biasa, Lu Hoo membuat liang2 ditanah. Inilah tjaranja dia untuk menangkap
ikan dan udang. Setiap air .pasang liang2 itu terendam air, begitu air surut banjak ikan
dan udang tertinggal didalamnja. Sungguh baik bukan tjara ia menangkap ikan itu ? Siapa
kira sesudah meminum arak, Tong Leng mengadjaknja bertanding ilmu memberatkan
badan. Sebenamja tentang ilmu ini mendengarpun ia belum pernah ! Tapi sesudah
didjelaskan begini begitu, ia teringat pada liang2 penangkap ikan. Buru2 ia keluar,
diuruknja liang2 itu. Satu ditinggalkan dan ditutupi dengan sebilah papan dan ditutup
kembali dengan pasir sehingga tidak ketahuan. Kemudian ia kembali kedalarn dan
mengadjak Tong Leng bertanding disitu. Papan jang didudukinja hanja sekali tekan lantas
petjah, tubuhnja lantas masuk kedalam.
Adapun tabiat Lu Hoo sangat gernar bergurau dan main2. Tambahan ia terlalu
dimandjakan saudara2nja dan Ong Sui Sen, sehingga tabiatnja keras dan tak mcngenal
takut.
"Maaf apa ? Dia suda menjerah ! Lihat sadja berapa besar perutnja dapat dimasuki air
danau ini !" Habis berkata ia menuang arak. Pada waktu inilah sebuah hajangan hitam
datang menubruk, desiran angin demikian besar dan bertenaga sekali, sebuah kepalan
lurus menudju kedadanja. Lu Hoo melengkungkan tubuhnja seperti gendewa, berbareng
kakinja terangkat naik menghadjar selangkangan orang. Tak kira main2 ini
mengakibatkan mengadu djiwa !!!!!????
Kiranja Tong Leng dari malu mendjadi gusar, tambahan masih dalam keadaan mabuk
arak. Pikiran buteknja ingin segera mengambil djiwa Lu Hoo.
Lu Hoo dikurniakan alam bertenaga gadjah. Dari itu ia senang rnempeladjari Gwa-
kang (ilmu luar) Kakaknja sering menasehatkan ur.tuk beladjar Nui-Kang -(ilmu dalam)
tapi ia tak mempunjai kesabaran untuk rnempeladjari ilmu itu.
Walaupun ia kena didahului Tong Leng, tapi reaksinja sangat tjepat dan tepat.Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Dengan djurusanja itu berbalik menguntungkan dia. Ia membentuk dengan gusar:
"Hai Hweesio kau djangan ingkar pada djandji ! Tukang djeblug (hutang tak membajar)."
Kaki kirinja melangkah miring, lengan kirinja membabat miring, lengan kanannja
menggotjo kebawali, dimadjukan kaki kirinja sambil menendangkan kaki kanannja. Satu
djurus dilengkapi tiga matjam serangan beruntun. Dengan . tekad mentaruhkan djiwa
dengan Tong Leng Hwce-sio.
Tong Leng menjambut semua serangan, hatinja agak terkedjut. Ia tak mengira budak
ini bertenaga besar, sc, rangannjapun demikian ganas. Sedikit sadja tak waspada pasti
djiwanja melajang. Untung iapun djago dari kelas
wahid. Sesudah bergerak seru,Tong Leng mengetahui bahwa budak ini tak bisa ilmu
dalam. Sengadja niemberikan lowongan diselangkangan, Lu Hoo den gap sepenuh
tenaga menendang sebagai pilar runtuh !
Dengan tenang Tong Leng membawahkan perutnja. Lu Hoo merasakan sebagai
menendang kapas jang Junak. Tak sempat untuknja meiiarik serangan itu. Ia hanja
merasakan tenaga balikan jang maha besar menghantam dirinja. Tak ampun lagi,
tubuhnja ambrug dan djungkie kebelakang sedjauh dua tumbak.
Lu Kang melihat dua orang ini benar2 bertarung dengan sungguh2, baru inadju
melerai. "Hai budak ! Bukan lekas2 minta maaf !" Iapun berpaling pada Tong Leng sambil
berkataHarap Thai-su tenang. Budak ini tidak mengarti urusan, tambahan sudah mabuk.
Sukalah ITai-su memberi maaf, sebelum itu jang rendah menghaturkan maaf dulu
untuknja " Kata2 itu belum
habis, Lu Hoo sudah madju pula dengan pengajuh besi ditangan Pei ! Apa maaf,
keledai botak ini harus minta maaf dulu kepadaku. "Lekas kau tenggak air danau itu
sebanjak dua puluh tjawan !" Tangannja memutarkan penggajuh. Ber ber
diserangnja Tong Leng. Tong Leng sudah siap sedia. Dua orang itu kembali bertarung
dengn sengitnja. Satu berilmu dalam jang lihai" Seorang lagi bertenaga alam besar
tambah penggajuh besi. Dalam sekedjap sadja sudah memasuki djurusan2 berbahaja.
Louw Eng menonton dari pinggiran, ia tahu budak ini bukan tandingan Tong Leng
Hwee-sio. Andai kata tidak mabuk siang2 Tong Leng sudah membuat Lu Hoo minta2
ampun. Sengadja ia tidak merintangi, menunggu kalau Tong Leng menghadjarnja babak
belur baharu turun tangan memisah. Pemuda kurus itu, wadjahnja tetap seperti biasa
dan sukar dirabah djiwanja. Ia mengawasi perkelahian ini dengan mata tadjam.
Lu Hoo menabas dengan penggajuhnja dari atas keb a wall, Tong Leng berkelit
memiringkan tubuhnja. Lu Hoo mengkajuhkan niendajungnja seperti mengkajuh perahu.
Penggajuh itu dan belakang mendadak kedepan dan menghantam bahu kanan Tong
Leng. Tong Leng memindahkan seluruh kekuatannja kesitu, tanpa bergeming dinantikan
serangan itu. Pundaknja kelihatan sebentar mengkeret sebentar berdiri. Plang ! ! ! ! tepatLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
penggajuh itu bersarang ditudjuan, akan tetapi begitu kena penggajuh itu mental
keudara sedjauh lima enatp tumbak.
Lu Hoo gugur besinja, tak ampun lagi ia kena digempur mundur. Tubuhnja sungsang-
sungsep sedjauh dua tumbak. Sebelum ia dapat memperbaiki diri, Tong Leng sudah
mendahului lagi. Lengan kanannja diangkat, Lu Hoo mati kutu, tinggal menunggu
kehantjuran badannja sadja. Pada saat inilah terdengar teriakan: "Awas Thai-su, hati2lah
!" Serangan mendatang dari belakang. Tong Leng mengegos sekilat mungkin. Dilihatnja
penggajuh tadi djatuh dari atas kebawah entah siapa jang menjampoknja kesitu. Lu Kang
per-lahan2 menghampiri sambil memberi hormat pada Tong Leng.
Raut muka persegi dari Lu Kang serupa benar dengan Lu Tie. Orang ini tabiatnja.
berlainan sekali dengan adiknja -Lu Hoo. Sedikit bitjara tapi berisi. Dengan serius ia
menghaturkan hormatnja pada Tong Leng: "Thai-su demi Bhuda jang maha pengasih,
ampunilah kesalahan dari adikku. Ia masih muda tak kenal peradatan, atas ini kami tiga
saudara menghaturkan maaf pada Thai-su lahir batin." Suara itu masih mendengung
ditelinga, Tong , Leng sudah membentak lagi dengan beringas: "Pei ! aku tak butuh
maafmu !" Tangannja madju kedepan mendorong Lu Kang. Anch bin adjaib Lu Kang
masih tetap berdiri tidak bergeming.
Tong Leng bukan main kagetnja, kiranja kepandaian Lu Kang paling djuga sekelas
dengan adiknja. Siapa kira kepandaiannja melebihi adiknja sepuluh tikal. Tong Leng men-
dilak2, mata mabuknja naenjapu muka Lu Kang: "Terkena sekali lagi doronganku !" Lu
Kang tidak bermaksud mengadu urat dengan Tong Leng. Tapi orang mengerti ilrnu silat
begitu terserang dengan sendiri mempunjai gaja penolak jang otomatis. Tanpa disadari
Lu Kang sudah menundjukkan kepandaiannja. Tong Leng berwatak ingin menang sendiri.
Tidak ke-ruan2 orang diadjak tarung. Lu Kang menjesal didalam hatinja. "Jang rendlah
mana dapat melawan Thai-su." Saat ini tenaga air kata2 sudah mempengaruhi Tong Leng
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benar2. "Lekas pasang besimu !" Lu Kang tergerak hatinja, segera ia mendjawab:
"Silahkan Thai-su, jang rendah menantikan petundjuk jang berharga." Tong Leng seperti
babi buta, tidak ba tidak bu mendorong orang 'dengan ganas. Begitu lengannja tiba. Lu
Kang sempojongan djatuh sedjauh tiga tumbak. Ia merajap bangun dengan malu."
Terima kasih atas kebaikkan Thai-su." Siapa kira hal ini membangkitkan amarah Tong
Lfeng men-djadi2. "Budak gila ! kenapa kau mengalah ! Aku tidak inginkan itu, asal kau
mengalah lagi sama dengan mendjadikan aku tontonan orang. Mari, sekali lagi. Kalu tidak
kau mengeluarkan ilmuniu benar2 djangan menjesal kedua kakimu akan kupatahkan !"
Lu Kang setjara terpaksa mendjawab: "Thai-su doronganmu itu tidak memakai
bertenaga, sehingga aku dapat menahannja. Kalau kau sungguh2 mendorongku aku pasti
dapat tjelaka"
Tong Leng memotong perkataan orang dengan sengit: "Ja kalau begitu baiklah, tapi
kau harus melajani aku menuang arak untuk menebus dosa." Lu Kang menerima sadjaLiong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
tawaran itu, dituangnja arak dan diberikan pada Tong Leng. Diluar perkiraan Tong Leng
kembali mendorongnja setjara mendadak. Lu Kang biasa bersifat kasatrva, tak terpikir
Tong Leng mau menipunja. Pukulan itu hanja tinggal satu .dim lagi dari tubuhnja. Lu
Kang walaupun sabar ia toh berdarah muda, hatinja dongkol djuga, aku harus
mengeluarkan kepandaianku djuga. pikimja. Tampak ia tidak bergerak. Dorongan Tong
Long ini demikian bertenaga tapi hanja dapat menggojangkan tubuhnja sedikit, kuda2nja
tidak bergeser barang setengah langkah. Sebaliknja Tong Leng hampir dibuatnja tak
dapat berdiri. Hal ini membuat si Hweesia mengangakan mulutnja sambil mendelik
melihat dia.
Dari pinggir, Louw Eng mengenali ilmu Lu Kang. Dibisikinja Peng San Hek Pauw Bok
Tiat Djln: "Han, botjah ini dapat bersilat dengan ilmu Pang Kim Hong jang lima puluh
tahun dnlu berhasil mengalahkan Peng San Pai dengan ilmu Im Yang Kangnja." Kiranja
lima puluh tahun berselang Peng San Pai pernah dipetjundangkan Pang Kim Hong, gadis
berusia sembilan belas tahun, sehingga seluruh anggota Peng San Pai merasa malu. Louw
Eng sengadja berkata demikian untuk memanasi Peng San Hek Pauw agar ia sudi
mempertundjukkan ilmu kepandaiannja.
Walaupun perhubungan Louw Eng dengan Bok Tiat Djin sangat erat, tapi ia selalu
beradat angkuh dan tinggi, selalu tak mau tunduk dibawah orang. Kalau menghadapi
urusan biasa tak pernah ia mau turun tangan sendiri. Hanja se-kali2nja ia
mempertundjukkan kepandaiannja, jakni waktu menarik Onk Djie Hai kedalam sungai.
Kini mendengar asutan Louw Eng hatinja djadi tergerak. Ia ingin mengeluarkan
kepandaiannja dengan tjara jang indah, untuk mendjaga muka.
Disudut lain Ong Djie Hai menggunakan ketika mendekati Tjiu Piau dan Gwan Hee.
"Adikku apakah kau masih ingat tjeritera Shu-hu tentang Im Yang Kang ? Kita belum
pernah melihatnja, kini ketika jang baik untuk kita menjaksikannja." Sambil berbisik ia
berkata pula: "Tjiu Heng-tee, adikku, pernahkah Louw Eng mentjeriterakan peristiwa Oee
San kepada kalian ?" Gwat Hee menggojangkan kepala, sebaliknja Tjiu Piau berbisik elan
berkata: "Ia sudah berbitjara denganku, elan aku tengah mentjari ketika untuk
membitjarakan ini kepada kalian."
"Apa jang dikatakannja ?" tanja Djie Hai.
"Katanja musuh kita adalah Wan Tie No." "Pertjajakah kau akan ini ?"
"Perkataannja beralasan djuga, "
"Perlu kita selidiki dulu, tidak boleh sembarangan percaja mulut orang," potong Djie
Hai. "Tahukah kau, bahwa kita dua keluarga adalah bermusuhan." Tjie Piau kaget
mendengar ini, tapi belum ia bitjara lagi suara
Gwat Hee sudah mendahului: "Kak, kau lihat, lihat tu !"Liong Hong KiOm Team K olektor Ebook FB grap
Waktu Djie Hai melihat tampak Bok Tiat Djin tengah memberi petundjuk pada Tong
Leng.
"Doronglah sekali, kudjamin pasti kau berhasil membuatnja terpental tiga-ernpat
tumbak !"
"Bagaimana kau dapat menentukan ?"
"Djangan banjak ribut ! Dorong sadja !" Tong Leng kegirangan: "Kalau begitu baiklah,"
ia menoleh pada
Lu Kang. "Apa kau tnau djuga bertaruh jang menang minum arak jang kalah minum
air ?"
"Thai-su kau sudah mabuk, lebih baik istirahat sadja baik2. "
"Apa mabuk ! ? Dengan kata2mu ini tidak boleh tidak kau harus bertanding denganku
se-kurang2nja dua ratus djurus !" Tubuhnja madju kemuka, ber ber suara
tangannja. Lu Kang sesudah berkelit beberapa djurus, hatinja benar2 mendjadi panas.
"Baiklah kau dorong lagi aku sekali, untuk menentukan siapa jang terlebih unggul.
Sesudah ini aku tak mau menemani lagi." Sesudah berkata ia berdiri serampangan:
"Silahkan !"
Tong Leng tidak ragu2 lagi, tangannja terlepas mendorong. Kali ini sungguh aneh,
dorongannia berhasil membuat Lu Kang terpental keudara dan djatuh berguling2 sedjauh
empat tumbak lebih. Lu Kang membalik badan kembali berdiri dengan tak kurang suatu
apa.
Dengan dingin ia berkata: "Sekali Iagi ini tidak dihitung, dibatalkan !"
Ong Djie Hai melihat tegas, waktu Tong Leng mendorong Lu Kang. Bok Tiat Djin
membarengkan menjentilkan Tiat Wan Tju (pelor besi) pada Lu Kang. Sungguh
mengherankan sendjata rahasia seketjil itu dapaertenaga demikian besar. Sesudah ia
mengeluarkan jRdjiannja. Djie Hai berbisik kepada Tjiu Piau dan adiknja: "Kita harus
bersatu untuk melarikan diri dari tangan mereka. Mengenai dendam atau budi pada tahun
jang selam sebaiknja nanti baharu dibitjarakan. Mereka ini biar bagaimnaa djuga bukan
orang baik2. Tjiu Heng-tee bagaimana pendapatmu ?" Sesudah memikir sebentar, Tjiu
Piau meng-angguk2kan kepalanja. Djie Hai berkata pula: "Malam ini harapan kita,
semoga mereka main djadi sungguhan. Biar mereka saling hantam antara kawan dan
kita berketiga untuk rnelolosi diri !"
(Akan disambung).
BAGAIMANA NASIB TJIU PIAU, GWAT NEE, DJIE HAI, DAPATKAH MEREKA
MELOLOSKAN DIRI DARI BU BENG TO, DAN BAGAIMANA TJARANJA IA MENDAKI OEY
SAN, DJAGALAH TANGGAL TERBITNJA DJILID KETIGA.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grupLiong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
LIONG HONG KIAM
(PEDANG NAGA DAN PEDANG TJENDRAWASIH)
DJILID KE-III
K A R J A:
TANG FEI
TERDJEMAhAN:
lauWtsu eng
PENERBIT:
KARJA NAJA
Djak arta
SOMBER BOKO : GONAWAN AJ
kontribotor dan scanner : a We dermaWAn
OCR - convert PDFtext : ANDy MOLLLiong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
DISCLAIMER
Kolektor E-Book adaiah sebuah wadah niriaba bagi para pecinta Ebook untuk beiajar,
berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengaiaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah
su it didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara m engaih mediakan dalam bentuk
digital.
Proses pemiiihan buku yang dijadikan abjek aiih media diklasifikasikan berdasarkan
kriteria keiangkaan, usia,maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam
bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang seianjutnya dikonversikan
kedaiam bentuk teks dan dikompiiasi daiam form at digita l sesuaf kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansia i dari buku-buku yang diaiih
mediakan daiam bentuk digita l ini.
Saiam pustaka!
Team Kolektor EbookLiong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
L I O N G H O N G K I A M
Djilid Ke-III
Tjiu Piau tengah berunding untuk melarikan diri, dipihak lain Lu Kang sudah mendjadi
gusar.
"Sekali lagi Thai-su, tapi harus kau sendiri jang turun tangan, djangan main
menggelap. Kalau dengan tjara djudjur kau bisa memenangi aku hatiku baru puas
menerima kekalahan ini ?" kata2 ini diutjapkan dengan tadjam, disamping itu menjindir
pada Bok Tiat Djin.
Tong Leng-pun mengetahui, bahwa Bok Tiat Djin membantunja dengan sebuah Tiat
Wan Tju. Hanja tidak mengetahui apa gunanja dari pelor besi seketjil itu. "Pasti aku
sendiri. Kau terpental demikian djauh, bukan dikarenakan kekuatanku ? Kiranja kau hanja
menakutkan pelor jang demikian ketjil itu ?" "Pelor besi matjam apapun aku tak takut,
asal sadja tidak menggelap !" Tiba2 Bok Tiat Djin berkata mendahului Tong Leng.
"Apa katamu ? Tak takut pada Tiat Wan Tju ? Djagalah ! Dua Tiat Wan Tju segera
akan menjerangmu !" Bok Tiat Djin bertubuh djangkung, kepalanja kelihatan tegas
diantara kepala orang2. Kepala itu tak ubahnja seperti matjan tutul. Ditutupi ' warna kulit
jang hiitam degam, karena inilah ia mendapat gelar Hek Pau (matjan tutul hitam). habis
bitjara matanja ber-kilat2 menjeramkan dan menakutkan orang.
Louw Eng memusatkan perhatiannja, untuk melihat bagaimana tjara Bok Tiat Djin
memetjahkan Im Yang Kang lawan. Demikian djuga dengan Ong Djie Hai, ingin
memperluas pengetahuannja. Diam2 ia berbisik kepada dua kawannja : "Perhatikanlah
tjara mereka bertarung. Menurut tjeritera Shuhu Im Yang Kang hams di peladjari sedari
berusia delapan tahun"lewat dari itu tak dapat dipeladjari dengan baik, dari itu
achliwarisnja sedikit sekali. Kalau Lu Kang benar2 dapat peladjaran asli dari ilmu ini.
Dirinja pasti mempunjai asal usul jang tak sembarangan !"
"Apa jang dinamai Im Yang Kang itu ?" tanja Tjiu Piau. Baru Djie Hai mail membuka
mulutnja. Tampak Bok Tiat Djin sudah melepaskan sebuah Tiat Wan Tjunja. Keras
menghantam Lu Kang.
"Djie Hai menundjuk ituisambil berkata: "Kau lihat, Tiat Wan Tju ini tak dapat
mengenainja !" Benar sadja Tiat Wan Tju jang terbang lurus itu, entah bagaimana
sesampai dipangkal lengan Lu Kang, tergelintjir terbang kedjurusan lain. Sedangkan Lu
Kang tak terlihat mengegos barang sedikit.
"Bagus !" seru Bok Tiat Djin dengan dingin. Kembali sebuah Tiat Wan Tju melesat lebih
keras lagi. menjerang dada kiri Lu Kang. Sekali lagi pelor itu terbang njamping kearah
lain.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
"Kau lihat tegaskah !" tanja Djie Hai pada Tjiu Piau. "Kau tahu Lu Kang sudah berhasil
melatih dua aliran hawa satu Im (negatip) satu Yang (po?itip). satu keras, satu lunak,
satu kuat satu lemah. Dua aliran ini dapat dipergunakan sekehendak hatinja. Sekuat
tenaga orang menghantamnja, ia dapat memunahkan dengan Im Yang Kang. Sebabnja,
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagian Yang mengeluarkan suatu tenaga penolak jang besar bagian Im bagai tak
bertenaga menjambutnja satu menolak satu menjambut. Sehingga tenaga menjerang itu
dapat dikepinggirkan. Dari itu walaupun Tong Leng Hweesio bertenaga besar, tapi tak
dapat berbuat apa2 pada dirinja. Kini serangan Bok Tiat Djin punah semua, pasti
perkelahian akan bertambah seru.
Tiba2 Peng San Hek Pau memutari Lu Kang, sambil mendjalani tjara Pat-Kwa. Ia
berdjalan dua langkah lantas berhenti, se-waktu2 berdjalan tjepat2 beberapa tindak baru
menoleh. Lu Kang mentjurahkan pikirannja dan tak menghiraukan dia. Tiba2 waktu Peng
San Hek Pau menindak sekali tiga langkah, tangannja bergerak dua butir Tiat Wan Tju
terbang menjerang, satu dimuka terbang agak perlahan satu dibelakang menjerang
dengan pesat. Dua butir ini menjerang kiri dan kanan, berbareng menjerang Tjie-Kong-
hiat. Serangan ini diiringi suara tertawa menggila dari Bok Tat Djin.
Pembatja harus tahu, kekalahan Peng San Pai ditangan Pang Kim Hong itu sangat
memalukan seluruh anggotanja. Waktu itu ketua dari partai ini ialah Lui Lai Tjun. sebelum
wafat meninggalkan pesan dahulu kepada segenap anggotanja. Agar para muridnja
tekun berlatih ilmu untuk memetjahkan Im Yang Kang lawan. Barang siapa dapat berhasil
kedudukan ketua ada miliknja. Kini sudah berlalu sepuluh tahun. Sesampai digenerasi
Bok Tiat Djin, sudah sampai turunan jang ketiga. Atas petundjuk2 dari jang tuaan dan
para Su-hengnja serta ketekunan mentjiptanja. Achirnja Bok Tiat Djin dapat menemukan
tjara memetjahkan ilmu Im Yang Kang itu. Tapi semendjak didapat itu belum pernah
ditjobanja. Kini setjara kebetulan sekali Bok Tiat Djin mendjumpai seorang jang mengerti
Im Yang Kang. Tak terkatakan rasa girangnja, dibalik itu iapun merasa kuatir. Hal jang
menggirangkan mendapat ketika untuk mentjoba ilmunja, kalau berhasil ia berhak
mendjadi Tjiang Bun Djin Peng San Pai. Dengan ini semua toa su-heng jang tak tjotjok
dengannja dapat ditundukkan. Hal jang mengkuatirkan, misalkan ilmunja gagal untuk
memetjahkan ilmu lawan tjita2nja mendjadi kandas. Terketjuali itu ia malu sekali kalau
sampai bersendjata untuk menghadapi Lu Kang.
Dari itu sebelum bergerak, Tong Leng dulu dibuat sebagai Sian Hong (pembuka djalan)
sambil dibantu dengan Tiat Wan Tjunja. Pikirnja kalau berhasi] baik, kalau kalah Tong
Leng jang ketempuhan.
Belum tertawa gilanja habis, mukanja sudah berubah, sebab dua Tiat Wan Tjunja tak
hudjan tak angin sudah djatuh ketanah.
Tjiu Piau adalah achli melepas sendjata rahasia, begitu melihat tjara Bok Tiat Djin
melepaskan sendjata sudah dapat merabanja.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
"Toako, kau lihat dua sendjata rahasia itupun satu keras satu lunak, satu Im satu Yang.
Maksudnja dengan lunak mengalahkan keras, dengan keras mengalahkan lunak. Tapi
kenapa berdjatuhan lagi ?"
"Mungkin arahnja lain, sehingga terdjadi keras lawan keras, lunak lawan lunak. Karena
salah raba ini mendjadi gagal kembali."
Gwat Hee turut bitjara :
"Tenaga Bok Tiat Djin sebenarnja lebih tinggi beberapa lipat, dengan tjara keras lawan
keras dan lunak lawan lunak. Lu Kang tetap bukan lawannja. Tapi ditubuh Lu Kang
mengalir dua hawa Im dan Yang jang hidup dan saling bantu. Sebaliknja sen djata rahasia
Bok Tiat Djin adalah benda mati jang tak bisa saling membanitiu, dari itu tak dapat mje
nang. Asal tangannja bekerdja, aku kuatir Lu Kang pasti menderita rugi. Tengah mereka
asjik bitjara, Bok Tiat Djin sudah mentjelat dengan ilmu Pau Tju Tiau Hian (matjan tutul
melintas sungai, lengan kanannja menggentjet dari atas kebawah dengan Tiat Tjui Kie
Tjin (palu besi menjerang kaisar Tjin Shi Ong), lengan kirinja menjapu datang dengan
Mang Him Liat She (beruang buta mentjari korban), serangan berantainja ini memaksa
Lu Kang untuk mengadu kekuatan dengan sesungguhnja.
Lu Kang menghindarkan semua serangan itu dengan baik. Gelanggang pertandingan
tengah serunja. Tiba2 perhatian orarig beralih demi didengarnja suara burung raksasa
melewat terbang. Dipunggungnja burung raksasa itu menggemblok seekor burung ketjil.
Burung itu berputar sekali Jagi, sehingga tegas dilihat Tjiu Piau. Kiranja seekor burung
garuda jang sangat besar. Sedangkan burung ketjil itu adalah kakak tua berwarna ungu
kepunjaan Tjen Tjen. Burung itu bertjowet kegirangan menemukan orang, sesudah itu ia
terbang berlalu. "Toako kau lihatkah burung itu ? Kakak tua itu adalah kepunjaan Tjen
Tjen. djangan2 ia sudah meloloskan diri dan datang kemari." "Budak itu sangat tjerdik,
kalau dia datang sungguh berabe,kata Gwat Hee dengan tjemas.
Djie Hai mengawasi kemana burung itu berlalu. "Djangan2 Shu-hupun ada disana."
Ketiga orang ini hatinja risau. Karena orang jang akan datang itu menguntungkan atau
merugikan tidak diketahuinja.
Saat inilah Lu Kang mengeluarkan djurus Twi In Toh Gwat (mendorong-awan meraih
bulan). Kedua tangannja terangkat naik, sedangkan dua tangan Bok Tiat Djin setjepat
kilat datang menggentjet. Empat tangan itu bentrok mengeluarkan suara "plakk" jang
keras sekali. Sekali ini perhitungan Bok Tiat Djin tepat sekali. Keras lawan lunak, lunak
lawan keras ditambah tenaganja jang berlipat ganda diatas Lu Kang. Sekali ini sadja Lu
Kang kena dipukul mundur sebanjak dua langkah. Lu Kang menggeliat sebentar, dari
mulutnja menjeburk'an darah hidup.
Bok Tiat Djin tertawa ter-bahak2. "Pang Kim Hong, Pang Kim Hong ! kini Im Yang
Kangmu tak dapat mendjagoi lagi dikolong langit ini. Lu Kang kutanja kepadamu, dariLiong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
mana kau dapat mempeladjari ilmu ini ? Wartakanlah kepada shu-humu atau Shu-tjou-
mu, bahwa Peng San Pai minta bertemu untuk mengadu kekuatan !"
Bukan sadja Bok Tiat Djin jang kiegirangan setengah mati. Louw Eng-pun. turut
bergirang atas kemenangan erangnja itu. Menggunakan ketika baik itu ia madju kedepan,
dipajangnja Lu Kang sambil berkata :
"Bok-heng mengeluarkan tangan terlalu berat, sehingga melukakan orang, lekas2 Lu-
heng berobat dan istirahat," ia berpaling pada Ong Sui Sen "0ng Shi-heng, maksud kami
datang kesini hanja numpang tetirah, sebab disini tjukup tenang. Atas ini mohon Shi-
heng memandang persahabatan antara ku dan ajailmu. Mengenai mereka dikarenakan
mabuk arak mendjadi onar. sehingga membuat kami tidak seperti tamu lagi. Kalau Ong
Shi-heng tidak keberatan hari esok kami akan mengadakan perdjarauan. Kesatu untuk
mengundjukkan rasa terima kasih kami atas perawatan baik dari Shi-heng. Kedua untuk
menghaturkan maaf dan menebus drsa hari ini. Apakah Shi-heng tidak keberatan ?" Ong
Gwat Hee mendengar ini mendjadi gelisah, ditarik tangan kakaknja. "Kak bagaimana
sekarang ? Mereka sudah berdamai, kita bagaimana dapat melarikan diri ?"
"Tenang sadja dulu, lihat sadja bagaimana dja- dinja."
Ong Sui Sen berdiri sambil tertawa. ia berkata > "Atas kedatangan Tju-wie, disini
mendjadi lebih ramai. Sajang orang2ku tidak mengenal aturan.
Dengan kepandaiannja jang tidak keruan masih berani mempertontonkan diri, atas
pengadjaran dari Bok Tjian-pwee, boan-pwee menghaturkan terimakasih." Ia berpaling
pada Lu Shi heng-tee, "Ingatlah baik2, diair kalian dapat mempertundjukkan
kedjelekanmu itu, tapi se-kali2 djangan mengganggu orang didarat."
Mendengar nada suara ini, Louw Eng sadar bahwa mereka sudah merusak pamor
pemilik pulau ini.
Kata2 itu berarti mengatakan mereka tak dapat menandingi para tamunja didarat. Tapi
untuk diair mereka tak dapat dibuat tjelaka.
Louw Eng sadar pada tahun jang lalu Ong Sui Sen bertabiat tak mau mengalah. Barang
siapa berani berbuat salah kepadanja, walaupun dewa akan dilawannja. Kini tenaga
mereka tengah dibutuhkan, permusuhan tak boleh dilandjutkan, dengan sabar ia berkata
: "Dibawah pimpinan panglima jang gagah tidak terdapat peradjurit jang lemah. Barusan
saudara2 Lu sudah menundjukkan ilmu diair jang mer.gagumkan sekali. Tapi untuk kami
jang tak dapat berenang, asal ketjebur diair pasti ilmu kami pun turut kerendam !"
"Tjian-Dwee terlalu merendah. kapan hari kami masih mengharap pengadjaran jang
berharga dari Tjian-pwee2. Kini hari sudah malam, kami mempersilahkan Tjian-pwee2
naik kepulau untuk beristirahat. Lu toako antarlah mereka."Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
Lu Tie djalan dimuka. Lu Hoo mengikuti dibelakang sambil menggendong Lu Kang.
Ong Sui Sen sesudah memberikan djalan dulu pada beberapa orang baru mengikuti dari
belakang.
Pantai itu sangat mengherankan, jakni memandjang senerti djalanan. Kanan kiri
tergenang air.
Kalau ingin sampai kerumah2 jang berada dipulau lebih tjepat mengambil djalan air
dari pada djalan darat. Sesampai ditepi danau Lu Tie berkata : "Kita memotong djalan ini
sadja ! Lebih dekat." Tak menoleh lagi, kakinja melangkah masuk keair, dengan tjepat
air sudah merendam sampai kelututnja. Lu Hoo sambil menggendong Lu Kang djuga
melangkah keair, air merendam sampai dipinggangnja. Tong Leng pun madju melangkah
seenaknja. Begitu kakinja kena air seluruh tubuhnja masuk kedalam. Tak tahunja air itu
demikian dalam, sesudah gelebekan dan menenggak beberapa tjeguk air danau. baharu
kena ditolongi Bok Tiat Djin.
"Djalan air lebih enak, tapi kalan Tju-wie tidak suka boleh ambil djalan darat." Habis
berkata, perlahan2 ia melangkahkan kakinja keair. Tampak tubuhnja semakin melangkah
semakin rendah, seolah2 berdjalan ditangga sadja ! Achirnja seluruh tubuhnja terbenam
dalam air. Tak lama kemudian alunan airpun hilang dan mendjadi hening, dan tenang.
Tjaranja ungkang-angkit masuk keair ini, mengingatkan orang pada setan air, sehingga
membuat bulu roma pada berdiri !
Orang tahu, bahwa mereka sengadja mempertontonkan kepandaiannja. Louw Eng
dan. kawan2nja bengong mematung melihat ini. Tak lama kemudian, dipantai seberang
kelihatan tubuh Ong Sui Sen jang muntjul sedikit2. seperti tak kedjadian apa2, ia
mendarat kepantai. Waktu diteliti terdapat sesuatu benda dinunggungnja. Orang2
mendjadi heran, berlarian dulu mendahului pergi kepantai seberang. Tamoak dipasir
menggeletak sesosok tubuh jang basah kujup. Wadjahnja telah mendjadi putjat nasi, tak
berkutik mendjadi maiat. Orang ini tak lain dari Mau San Hek Hoo ! Majat ini sudah
merapung diair dan kena didaratkan oleh Ong Sui Sen.
Tak terkira kagetnja Louw Eng, matanja berputar memberi isjarat pada Djie Hai. Sebab
hanja Djie lah jang mengetahui rahasia ini. Djie Hai berlagak gila seperti tak melihat.
Louw Eng madju paling muka, pura2 memeriksa den jut djantungnja. Sesudah itu dengan
sedih dan wadjah berputus asa ia berkata : "Tak tertolongilagi djiwanja. Entah siapa jang
mentjelakakan Hek Hoo-heng ini ? Kita harus bertekad untuk melakukan pembalasan
untuknja !" Tak tertahan lagi air matanja bertjutjuran.
Djie Hai hatipja bergerak : "Kalau tidak sekarang, kapan lagi kita berlalu ?" Ditariknja
tangan adiknja dan Tjiu Piau. "Tempat ini tidak baik untuk didiami terus. Kini saatnja tiba
untuk melarikan diri, bagaimana pendapatmu pergi atau tidak ?"
"Ketika apa ?" tanja Gwat Hee dengan gelisah.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
"Hek Hoo itu mati ditangan Louw Eng sendiri. Kini ia tengah bersandiwara, agar orang
tidak mentjurigai ia jang melakukan nembunuhan itu. Dengan antjaman untuk membuka
rahasia kita paksa Louw Eng untuk melepaskan kita. Kalau Louw Eng nm lulusi
permintaan kita dengan sendirinja jang lain akan setudju sadja."
"Bagaimana tjaranja ?" tama Tjiu Piau. "Kita harus sampai kepantai dan naik perahu,
tanpa pamit kita berlalu. Misalkan mereka tak dapat mengedjar kita itu jang terbaik. Kalau
sadja terkedjar baharu kita bitiara dengan Louw Eng." Baiklah kata dua orang itu dengan
berbareng.
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ingatkah dimana kita mendarat tadi ? Sebelum kita mentjapai perahu jang tengah
berlabuh itu. Kita harus merepotkan dulu mereka dengan akal, agar perhatian mereka
mendjadi katjau. Kita saling memberi tanda, begitu dapat ketika segera mengangkat
kaki." "Bagus," djawab Djie Hai "dengan bertepuk tangan tiga kali sebagai kode.
Mengenai akalnja serahkan padaku !" Sesudah berkata ia berbisik pada Gwat Hee.
Kemudian pada berlarian untuk melihat permainan Louw Eng.
Leuw Eng dalam sedihnja mengutjurkan banjak air mata buajanja. Tiba2 ia berpaling
pada Ong Sui Sen sembari berkata dengan tadjam : "Ong Shi-heng apakah dipulau ini
tidak terdapat orang luar ?"
Dengan wadjah jang tetap tenang Ong Sui Sen mendjawab : "Bu Beng To adalah
tempat jang tersembunji, dapatkah kiranja orang luar datang kemari ? Demikian djuga
dengan kalian, kalau tidak mendapat petundjuk dari ajahku djangan harap datang kesini
! Lagi pula semendjak kami mendiami pulau ini tak pernah mendjumpai barang seorang
pantja longok. Kami pun tidak mempunjai gandjalan apa2 dengan orang luar, bilamana
datang erang luar. oaling2 untuk menjeterukan kalian?" Dengan kata2nja ia
membersihkan diri dengan baik, dan menjatakan dirinja hanja sebagai penenton sadja.
Louw Eng berpikir : "Kau dapat membersihkan diri demikian baik, aku pun akan
mendjadikan diri da.ri tamu mendjadi tuan rumah. Sehingga pulau ini dapat kugunakan
dengan bebas." Baharu sadia mulutnja akan dibuka. Tiba2 terdengar suara Djie Hai
berteriak :
"Lihat ! Disana ada lagi majat terapung bukan?" Orang2 memalingkan kepalanja
menurut arah telundjuknja. Dalam penerangan bintang jang demikian suram. se-olah2
benar sadja terdapat benda merapung. Diam2 Louw Ener terperandjat. Pikirnja:
"Ini pasti majat dari Pek Hoo." la beriari memburu kesana be-ramai2.
Akal Djie Hai mendapat hasil. buru2 ia bertepuk tangan tiga kali. Ketiga orang itu
segera mengeluarkan ilmu mengentengkan tubuhnja. nesat menudju kearah timur laut.
Kiranja diam2 Djie Hai membuka badju luarnja dan dibungkusnja sebilah papan. Waktu
Louw Eng dalam keadaan sibuk dengan sandiwaranja benda ini dilepas Djie Hai.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
Sedangkan jang lain otaknja tengah memikir siapa pendatang jang membunuh Hek Hoo
itu. Sehingga orange jang demikian banjak ini kena ditjeboki Djie Hai.
Bu Beng To ini tidak seberapa besar, dalam waktu sebentar sadja Djie Hai dan dua
orang lagi sudah berhasil kepantai utara, dengan sekali lontjat rnereka sudlah berada
diperahu jang berpendajung dari besi, mereka tak dapat mengajuhnja dengan baik.
Setjara adug-adugan di-kajuh2kannja pendajung itu. Baharu sadja perahu itu mau
bergerak. Gwat Hee menahan setjara tiba2 : "Perlahan dulu !" Tubuhnja mentjelat
keperahu satunja lagi, dengan pisau ketjil perahu itu di-batjok2. Kemudian tubuhnja
mentjelat kembali : "Hajoh ! Lekas2 kajuh !"
Atas permainan diair, sangat asing untuk tiga orang itu. Dengan pengajuhnja jang
berat mereka tak mengetahui tjaranja mengajuhkan pendajung ittf. Sehingga perahu itu
berputar2 diatas air. Gwat Hee mengambil pengajuh itu. ditjontohnja bagaimana tjaranja
Lu Tie mengajuhkan pendajungnja. sehingga perahu itu berdjalan. Pendajung itu sanngat
berat, baharu sadja beberapa kali Gwat Hee mengajuh, ia sudah merasa lelah. Djie Hai
buru2 sadia menggantikannja.
Ketiga orang ini belum melihat pergerakkan orang2 didarat, sehingga dapat bernapas
lega. , "Toako, apa jang kau bitjarakan dengan Leuw Ene tadi ?" tanja Tjiu Piau.
"Kini belum slaatnja untuk kita bitjar dengan teliti. Sebaiknja kita berdamai, bagaimana
tjaranja menghadapi mereka djika kita terkediar ?" "Misalkan satu lawan satu sadja kita
tak dapat melawannja. Lebih2 mereka terdiri dari tudjuh djago2 kelas berat. kalau
terkedjar, sukar untuk mengatakannja," djawab Tjiu Piau.
"Kita harus mentjari akal untuk satu lawan satu " djawab Gwat Hee.
"Aku kuatir mereka tidak datang sendiri2."
"Perahu jang satu itu sudah kulubangi beberapa buah, dengan perahu itu sudah tak
mungkin mereka mengedjar kita. Jang ditakuti dipulau itu terdapat pula perahu lain,
kaLau tidak kita tak perlu kuatir. Hanja empat penghuni pulau itu sadja jang mengarti
ilmu diair dan dapat mengedjar kita. Tapi empat orang itu tidak bermusuhan dengan kita,
djuga bukan orang kepertjajaan Louw Eng, bila mereka dapat mentjandak masih bisa
berdamai dengan mereka," kata Gwat Hee.
"Kalau begitu," kata Djie Hai" kita terpaksa harus mendjalankan akal litjik. Waktu turun
tangan kita harus menggabungkan tiga tenaga kita untuk djalan hidup. Tjiu Piau Hian-
tee kau kira bagaimana ?"
"Begini baik djuga, sajang kepandaianku tidak seberapa. Hanja dalam melepas
sendjata rahasia aku dapat bergaja djuga. Hweesio jang gemukpun pernah merasakan
beberapa batuku !" Kata2 ini membuat Gwat Hee berbesar hati, tangannja digosok2. "Ada
! Ada !" katanja.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
Djie Hai mengarti bahwa adiknja sudah memikiri sesuatu djalan atau pendapat baik.
"Kau sudah mempunjai pendapat apa ?" tanja Djie Hai terburu2.
"Tjiu Piau koko, kau tahu bahwa kami dua saudara sudah biasa menggabungkan
tenaga. Dengan tjara ini kami masih dapat bertahan untuk menghadapi lawan. Kini
ditambah tukang melepas sendjata rahasia, tiga tenaga digabung permainanpun
bertambah banjak. Nab ginih ! Aku dan Toako menghadapi lawan dengan Kong Sim
Tjiang, Kong Sim Tjiang menggunakan tenaga telapak tangan. dapat benar2 bertenaga
dapat djuga tidak.
Dengan ini dapat membuat lawan kalang kabut, dalam keadaan inilah kau had jar
musuh dengan batu. Tempo hari Tong Leng Hweesio berhasil memenangi kami sedjurus,
tapi kini kau disamping kami. Aku berani memastikan ia tak dapat berbuat apa2 lagi
terhadap kita !"
"Tjara ini memang baik. Tapi aku tidak mengetahui waktu kalian menggunakan tenaga
atau tidaknja. Kalau aku sudah tahu dimana digunakan tenaga kosong, dapat kubarengi
melepas sendjata, musuh dalam keadaan limbung pasti kena kuhadjar." "Apa kau hanja
menggunakan batu melulu ?" tanja Djie Hai.
"0h, djangan kuatir Bw6e Hoa Tek Tju keluarga Tjiu masih belum hilang dari muka
bumi !"
"Kalau begitu bagus, Hian-tee, kalau terpaksa kau pergunakanlah mutiara itu."
"Jah, kalau terpaksa." Hatinja tidak terasa lagi merasa kesal. Sebab Bwee Hoa Tok Tju
ini terdiri dari dua matjam ratjun. Ia sendiri hanja mempunjai sematjam obat
pemunahnja, sedangkan pemunah dari ular seribu matjam itu ada pada Tjen Tjen. Barang
siapa kena ratjun ini djiwanja pasti tak dapat tertolong lagi. Apakah Louw Eng dan
kawanZnja mempunjai dosa jang harus ditebus dengan djiwanja ?"
"Adanja mutiara itu, membuat hatiku tambah beeani. Tjiu Piau ko kau ingat sadja.
Kalau kita mengeluarkan djari rapat tandanja bertenaga benar2. tapi kalau djari terbuka
tandanja tidak bertenaga. Sesudah musuh kena tipu kita badannja tentu limbung,
gunakan ketika itu dengan baik."
Tjiu Piau mengnna-gut-anggut mendengar itu.
Kembali ia bertanja pada Djie Hai : "Toako, sebenarnja Louw Eng mengatakan apa
sih ?" Djie Hai mentjeriterakan apa jang dibitjarakan antara ia dan Louw Eng. Djuga
tentang kematian dari Mao San Djie Hoo. Achirnja Djie Hai menutup penuturannja dengan
kata : "Louw Eng hanja bisa bitjara kata2 gila. Lihat sadja wataknja tidak berdjiwa patriot
sarna sekali. Dari itu kata2nja boleh dianggap seperti andjing menggonggong."
"Kalau Louw Eng berdjusta, keiiapa Djie Hoo dibunuh ?"Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
"Kesatu kata2nja kena ditjuri dengar oleh Djie Hoo, sehingga ia takut mendatangkan
bentjana dihari kelak pada dirinja. Kedua membunuh dua orang untuk Louw Eng sudafc
biasa. Ia membunuh dengan harapan bisa dipertjajai kita."
"Kakak berkata benar," kata Gwat Hee" Tahukah sepuluh tahun lebih berapa banjak
orang2 dari pentjinta negara mati ditangannja. terhadap manusia sematjam ini, kita tak
boleh kesian2 lagi." Kata2nja Gwat Hee membuat Tjiu Piau manggut2 tak henti2nja. Ia
merasa kagum terhadap gadis jang amat tjermat ini. Matanja melirik, tampaklah olehnja
seorang gadis jang semakin gagah. Hatinja merasakan gontjang !
Sebaliknja Djie Hai pun menanjakan apa jang ditjeriterakan Louw Eng pada Tjiu P;au.
Dengan sedjudjurnja Tjiu Piau mentjeriterakan apa jang didengar.
"Akupun sudah menduga dari semula. bahwa katama itu bohong belaka. Kini
dugaanku tidak meleset barang sed:kit. Untung kita tak dapat diadu dombakan. Baiklah,
Louw Eng, Louw Eng maksudmu ingin kami bentrok. SebaMknja kami akan bersatu padu.
untuk menghadapi kau bangs at tak kenal malu !" Mendengar kata ini Tjiu Piau merasakan
penkataan. Louw Eng benar2 tidak karuan djantungnja.
"Perkataan toako benar adanja. Kita bersama tudjuan untuk mendaki Oey San dan
menemukan erang jang mengantarkan sadjak itu. Disitu kita baharu dapat membereskan
penasaran kita selama delapan bo'.as tahun dan menghilangkan penasaran dari orang
tua kita.
Saat inilah terdengar suara jang aneh, tidak djauh dari tengah2 danau terlihat sinar
api mendjulang keangkasa. Agaknja seperti panah api, tappanah api tidak seterang ini !
Kita berbalik melihat orang2 di Bu Beng To. Begitu mereka tiba ditempat terdapat
majat jang ditundjuk Djie Hai, Ln Tie mondahului jang lain turun keair. Seperti ikan sadja
tjaranja ia fcerenang. Sebentar kemudian ia sudah sampai kebenda jang disebut majat
itu. Begitu sampai tak tahan lagi ia tertawa ha... ha... ha... ha... Dalam kegelapan orang2
tidak dapat melihat tegas apa jang dikerdjakannja terhadap majat itu. Suara tertawa
memetjah suasana itu, begitu melihat Lu Tie mendarat dengan pakaian anak sekolah !
"Dimana ada majat, hanja badju luar ini jang terdapat !" kata Lu Tie sambil tertawa
terpingkalpingkal. Louw Eng mengenali badju Djie Hai dan dilihatnja Djie Hai sudah tak
ada disitu. Ia naik ketsrnpat tertinggi dari bagian pulau itu. dilihatnja sebuah perahu
tengah bertolak pergi. Ia sadar kena Djingusi. betjah2 itu, gusar dengkol, gelisah malu
menjadi satu dialam pikirannja.
Bok Tiat Djin, Tong Leng Hweesio dan kesmpat orang lain sudah sampai ditempat
Louw Eng berada. Louw Eng mengkerutkan keningnia menghadap pada mereka. Akal
bulusnja kembali keluar. "Tjuwie dapat melihatnja dengan mata kepala sendiri, bahwa
Hek Hoo mati, Pek Hoo hilang, sedangkan ketiga botjah ini melarikan diri. Kalau bukan
kerdjaannja botjah2 ini siapa lagi jang melakukan? Botjah2 jang masih hidjau ini biarLiong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
bagaimana tak dapat terlepas dari tangan kita. Baiklah kini kita kedjar dan tangkap.
Sesudah itu kita baharu mengurusnja !" Ia tahu ilmu diair terhitung Ong Sui Sen jang
terlihai. Kalau sadja mendapat bantuannja alangkah baiknja. Otaknja segera berputar
untuk memanasi orang: "Ong Shi-heng mendiami pulau ini tak pernah ada jang berani
berbuat kurang ad jar datang kesini. Tak kira kini terdapat pembunuhan didanau ini,
lebih2 jang dibunuh itu adalah kawan seperdjoangan dari kita. Misalkan kabar ini sampai
tersiar didunia Kang Ouw, sungguh tak enak dipendengaran. Tong Leng, Hek Pau dua
saudara bantulah aku untuk membereskan hal ini. Agar peristiwa ini tidak sampai tersiar
diluaran dan merusak nama baik dari radja sungai Ong Hie Ong." Mendengar kata2 dari
Louw Eng ini, kedua mata Ong Sui Sen kontan mendelik. Ia tahu kata2 Louw Eng ini
mengandung sesuatu siasat. Sebenarnja tidak perlu Louw Eng turun tangan, hal ini pasti
akan diselesaikannja. Karena iapun tahu hal ini bisa merusak keangkaran nama ajahnja.
Tapi disebabkan Louw Eng berkata begitu, hatinja djadi berbalik pikir. Dengan senjuman
jang memenuhi mukanja ia berkata : "Kalau Sam Wie Tjian-pwee hendak turun tangan,
tidak satu perkara didunia ini jang tak dapat dibuat beres. Dengan inilah Bu Beng To akan
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lebih terkenal lagi. Sebelumnja Siau-pwee menghaturkan terima kasih." Kembali ia
mengambil djalan tengah. Louw Eng tak dapat berbuat apa2. Diadjaknja kawan2nja pergi
mengedjar. Perahu jang berlabuh itu dinaikinja dan d:kajuh keras2. Pengedjaran
dilakukan dengan ter-gesa2.
Bok Tiat Djin adalah achli mengajuh perahu, dengan tjepat perahu itu melesat madju
kemuka. Tak lama kemudian terdengar teriakan Tong Leng japg mengatakan tjelaka.
Kiranja Tang jang dibuat Gwat Hee sudah mulai bereaksi begitu kena tekenan berat
badan ketiga orang itu. Air makin lama makin banjak jang masuk. Nasib perahu itu segera
akan tamat. Tong Leng jang paling gelisah. Bok Tiat Djin dapat djuga berenang, tapi
untuk menolongi orang, bisa2 djiwanja djuga akan mati konjol. Ia mengambil keputusan
untuk tak menolong orang. Leuw Eng memutar otaknja terlebih tjepat dari biasa."
Dengan kepandaian kami ini apakah harus mengantarkan djiwa setjara tjuma2 di Bu Beng
To ini ? Thai-tiang-hu sebelum mati harus berdaja. " Dengan tjepat dirogoh sakunja dan
dilepaskan panah apinja jang dapat melesat sedjauh 10 lie guna minta jeertelongan pada
Ong Sui Sen.
Sinar api inilah jang dilihat Djie Hai dan saudara2nja. Tapi walaupun sudah lama api
itu padam, tak terlihat gerakan apa2 diatas pulau. Menurut peraturan Kang Ouw kalau
sudah melihat tanda minta tolong, harus segera memberi isjarat lagi sebagai tanda
balasan. Tapi heran sekali orang2 dipulau itu tidak menghiraukan tanda bahaja dari Louw
Eng ini. Liang diperahu itu kian lama kian besar, air sudah hampir memenuhi lambung
perahu itu. Sedikit lagi sadja air masuk sudah tjukup untuk mengaramkan perahu itu.
Ketika inilah Louw Eng teringat waktu membunuh Hek Hoe, papan perahu pada
meranung. Mengingat ini hatinja merasa lega.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
Teng Leng tak henti2nja menjumpah2 Djie Hai bertiga. Katanja ini pasti kerdjaan
mereka, kalau ia tak mati, Djie Hai tinra orang akan dinentjet dan dirames satu2 katanja.
Hanja Bok Tiat Djin sadjalah jang tetap tenang. Pikirnja kalau sampai perahu karam,
dengan meminjam tenaga balikan buru2 mentjelat mendjauhkan diri dari dua orang ini,
agar tidak sampai dipegangi dan mati konjol mendjadi setan air !
Louw Eng mendongkol bukan main pada Ong Sui Sen. Tapi ia sudah mempunjai daja
untuk menjelamatkan dirinja. Akal itupun diberi tahu pada kawannja sehingga mereka
mendjadi kegirangan. Sesudah berdamai, tubuh tiga orang ini segera mentjelat keatas.
Louw Eng membarengi menghadjarkan pengajuhnja pada perahu itu. Demikian djuga
dengan Tong Leng dan Tiat Djin menghantamkan tangannja pada perahu itu. Atas
hadjaran dari tiga orang perahu it# mendjadi kepingan2 papan. Ketiga orang%temilifi
kepingau2 papan jang agak besar. Dengan indah merdka turun dari udara hinggap diatas
papan2 itu.
Sesudah berdiri teguh Louw Eng memunguti belasan keping papan itu.
Dengan tolol2an Tong Leng bertanja pada Louw Eng: "Louw Eng, kaju jang basah ini
mana dapat dipakai masak ?"
"Kau turut sadja tjaraku." Habis berkata, kepingan papan itu dilempar sedjauh tiga
empat tumbak, tubuhnja menjusul meng.indjak papan2 itu. Begitu sampai begitu
dilempar lagi sekeping papan dan tubuhnja kembali mentjelat dan hinggap dipapan itu.
Demikianlah ia madju kemuka. Papan2 jang bekas dipidjak Louw Eng dipergunakan Bok
Tiat Djin dan Tong Leng. Dengan tjara ini ketiga tubuh orang ini seperti terbang diatas
air. Lebih tjepat puluhan kali dengan naik perahu !
Sesudah menempuh perdjalanan djauh djuga, papan2 itu segera akan terpaka! habis.
Dalam saat ini Louw Eng mengikat beberapa papan itu dengan tarnbang. Udjung
tambang dipegang ditangannja, habis dipakai papan itu bisa ditarik pulang, sehingga
dapat d!pergunakan tak habis2nja. Bok Tiat Djin melihat ini merasa senang bahwa
djiwanja tidak bakal mati. Atas ini ia mengakui ketjerdikan Louw Eng.
Tak lama kemudian, dimuka mereka sudah tampak sebuah perahu.
Louw Eng terbahak-bahak tertawa kesenangan pikirnja "Botjah2 ini hampir sadja
berhasil melarikan diri dari tanganku, tapi achirnja mereka tak dapat meloloskan diri dari
tanganku. Dengan kepandaianku aku selalu mengalami kemudjuran didunia Kang Ouw.
Kali ini kalau aku berhasil lagi dalam pertemuan Oey San namaku akan mendjadi terkenal
benar2, mengingat Oey San lantas teringat kata2 sadjak jang dimiliki Djie Hai, Tjiu Piau,
Gwat Hee. Tiga sudah diketahui, hanja tinggal satu baris jang belum diketahui. Baris itu
pasti menundjukkan dimana mereka harus berkumpul dimalaman Tiong Tjiu. Karena
pentingnja sadjak itu aku harus mendapatkannja, hal ini harus kuselidiki dari Djie Hai.
Terketjuali dari itu, akupun harus mengetahui dimana tempat tinggal dari ibunja. SesudahLiong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
itu baru kuhabiskan riwajat mereka." Memikir sampai disini, senjumannja jang djarang
itu kembali keluar.
Djie Hai tiga orang sekuat tenaga mengajuh perahu. Danau itu tjukup luas, sehingga
mereka tak dapat membedakan arah tudjuan. Bagusnja Gwat Hee sudah memperhatikan
keadaan bintang dilangit, menurut arah bintang mereka langsung menudju kearah
selatan. Dimuka sudah terlihat gelagah-gelagah jang menutupi air danau. Mereka tahu
Bu Beng Ho sudah dekat, mereka girang sekali mendekati djalan keluar itu.
Tiba2 mereka mendengar seruan dari belakang. Dilihatnja tiga bajangan orang datang
menghampiri, orang2 itu berdjalan diair seperti djuga didaratan sadja. Ilmu kepandaian
ini didengarnja sadja belum, apa lagi, iintuk melihatnja. Tapi ini kenjataan didepan mata
!
"Kak, mereka pastadalah Ong Sui Sen dan Lu-shi Heng-tee. Orang Iain mana
mempunjai kepandaian begini ?"
"Mereka tidak berempat bukan ?" tanja Tjiu Piau.
"Lu Kang sudah terluka, tentu tidak datang." djawab Gwat Hee.
"Kalau benar2 mereka jang datang, kita tjoba dengan kata2 untuk menasehatkannja
mereka supaja tidak bergaul dengan komplotan Louw Eng jang djahat itu." Mereka
sedang berunding dan bitjara, sedangkan pengedjar sudah semakin dekat. Sehingga
tubuh dari pengedjar itu sudah dapat dilihat dengan tegas.
"Kak, kau lihat, orang jang bertubuh gemuk itu bukankah Tong Leng ?" tanja Gwat
Hee. "Nah ! satu lagi itu Louw Eng !" seru Tjiu Piau.
Habis berkata kedua orang itu bungkem, karena tak mengira bahwa kepandaian diair
dari tiga orang ini denrkian mentakdjubkan. Tak terasa lagi mereka mendjadi gelisah.
Keadaan mendjadi liening dan sepi, suara pengajuh sadja dan lontjatan ketiga orang jang
terdengar. Suara tiga orang itu makin jnendekat makin menakutkan. Tiba2 Djie Hai
mendapat keputusan lain. Perahu itu dikajuhnja masuk kedalam gelagah2 jang lebat,
gelagah itu tumbuh lebih tinggi dari erang, didalamnja terdapat tempat lain. Arah timur
dan barat ditutupnja, merupakan Pak-kwa tin diatas sungai."
"Kita masuk kedalamnja bersembunji, dan kita sikat satu2!" kata Djie Hai. Tjiu Piau
dan Gwat Hee menganggutkan kepalanja.
Suara lontjatan kaki sudah terdengar dekat sekali.
"Kalau tiga botjah ini bersembunji, urusan djadi berabe. Dimana kita harus mentjarinja
?" tanja Bok Tiat Djin. Louw Eng tertawa menakutkan sambil berkata: "Mudah, mudah
sekali. Kutanggung mereka lari keluar !"
Tiga erang itu bertjekat hatinja mendengar kata2 Louw Eng ini.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
"Kita tutupi sadja telinga, djangan mendengar ! Bangsat tua ini kembali
menggojangkan lidahnja tak keruan." Belum suara Gwat Hee habis, suara Louw Eng
sudah menjusul : "Keponakanku jang manis, keluarlah ! Djangan nakal !" Tiga orang itu
tidak mendjawab.
"Kalau kalian tidak mau keluar djuga, hati2lah dengan api jang akan membakar
gelagah itu !" Tiga orang itu mendjadi kaget, pikirnja Kalau mereka melepas api, ini
sangat tjelaka."
"Sebaiknja kita lekas memasuki gelagah itu, dengan harapan ada djalan keluar dari
dalam gelagah itu. Kalau kita berhasil, api itu tak dapat membakar kita," kata Gwat Hee
sambil menundjuk kesatu djurusan.
"Tjukup beralasan!" djawab Djie Hai. Burn2 dikajuhnja perahu itu kedalam gelagah.
S:apa tahu gelagah itu semakin lebat, perahu itu dipaksa djalan sesudah mendapat
bantuan dari tangan untuk menjingkirkan gelagah2 perintang. Dibalik sana Louw Eng tak
henti2nja memberikan ultimatum. Ketiga orang itu tetap tak mendjawab. Sinar api sudah
terlihat. Ketiga orang itu tetap mengajuh perahunja dengan tenang.
"Djangan takut dengan api! Api itu harus membakar dulu gelagah jang banjak itu,
baharu bisa datang kesini. Sedangkan kita masih mempunjai waktu jang tjukup untuk
melarikan diri," kata Gwat Hee. Tiba2 Tjitttttt ! panah api terbang melewati kepala
mereka.
"Tjelaka tiga belas, mereka memakai panah api seru Gwat Hefe dengan kaget.
Sebentar sadja api sudah membakar gelagah disebelah kirinja.
Ong Djie Hai dan kedua saudaranja terkurung api didalam gelagah.Louw Eng
bermaksud membakar mereka hidup2.
Ong Djie Hai mendjadi gusar, ia berseru keras : "Hei Louuw Eng bangsat jang ganas
melebihi serigala. Djangan harap kau berhasil menipu kami lagi". "Hmmmm" terdengar
djawaban jang mengedjek. Kembali dua panah api terbang mendatang. Panah ini entah
terbuat dari bahan apa terangnja bukan buatan, begitu sampai gelagah2 itu segera
menjala. Se-olah2 gelagah2 itu seperti rumput kering. Dalam sekedjap djalan kemuka
sudah dikuasai Si Djago Merah.
Tiga orang mendiadi bingung. ingin diputarnja perahu kekiri afeau kekanan, lagi2 api
mendahului. Sehingga tinggal djalan mundur sadja jang tak dikuasai api. Louw Eng
bermaksud agar mereka mundur kembali. Siapa tahu mereka lebih suka mati dari pada
kembali.
Apitu membuat engap pernapasan tiga orang itu, membuat matanja mengutjurkan air,
kepedihan kena asap itu, tubuhnja mandi peluh kepanasan.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
"Kita mentjari kesempatan untuk menerdjang keluar. Akan kuhantam ke-tiga2nja
dengan mu tiara beratjun agar mampus semua !" Belum sempat dua saudaranja
mendjawab, tiba2 api sudah membakar djalan mundurnja. Sehingga mereka terkurung
api dan menantikan nas:b sadja !
Apakah kita harus mati setjara begini ? Anakah kita tidak dapat melewatkan kesusahan
ini ? Duh ! Mati tjara begini stfngguh mengetjewakan dan tak berharga !" kata Ong Gwat
Hee.
"Orang hidup hams mat1, tapi hams mati setjara wad jar. Sajang sakit hati dari orang
tua kita belum dapat diusut setjara terang, sudah harus mati tak keruah !" kata Ong Djie
Hai.
"Peristiwa Oey San sudah berlalu delapan belas tahun lamanja. Kini hari itu sudah
dekat untuk kita menemui orang jang melepaskan sadjak itu. Guna mengetahui kedjadian
jang sebenarnja. Asal aku dapat tahu kedjadian dan peristiwa itu dengan terang. matipun
aku senang !" sambung Tjiu Piau.
"Putera dan putermembawa pedang mendaki Oey San. Ada tamu menanti malam
Tiong Tjiu bulan delapan." Djie Hai membatjakan sadjak itu sambil mengelah napas :
"Kini tinggal Tju Hengtee sadja seorang. Semoga ia dapat mendaki Oee San pada
waktunja. Tapmengandalkan dia seorang untuk membalaskan sakit hati dari kita
berempat, agaknja terlalu berat beban ini untuk dipikulnja sendiri
Api sudah semakin dekat. Gwat Hee niap-njap dengan sengit : "Sajang kita tak dapat
main diair. Asal sadja aku tak mati. Aku akan mempeladjari ilmu diair ini dengan se
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sempurna2nja." Habis berkata ia tertawa sedih.
Gwat Hee mengulurkan tangannja sambil berkata : "Tjiu Piau koko, Djie Hai koko, kita
saling pegang tangan untuk mati." Tjiu Piau mengulurkan tangan, dengan tangan Gwat
Hee berpegangan dengan erat, ia merasakan tangan sigadis demikian halus dan lit jin.
membuat hatinja tergerak! Tapi waktu apa kini? Sehingga segala pikirannja tentang itu
nadam sendiri. Ong Djie Hai-pun mengulurkan tangan. tiga pasang lengan berpegangan
dengan erat hatinja djalan napasnja se-olah2 telah mendjadi satu.
Tjiu Piau memikiri ibunja diam seorang diri dengan sepinja di Thian Bok San.
Mengharapkan ia kembali, tapi jang diharap itu takkan kundjung datang sepandjang
masa. Tak terasa lagi air matanja merabasahi pipinja. Gwat Hee bertengadah kelangit
sambil berkata: "Bu, kami kakak beradik menantikan waktu untuk menjusulmu ke
Suargaloka !"
Asap api membawa hawa panas menjerang mereka, sehingga mereka sudah tak dapat
ber-kata2 lagi. Lidah api mendjilat kesamping perahu, membuat badju Gwat Hee jang
bergeleberan kena terbakar. Bums direndamnja udjung badju itu keair, sehingga api itu
mendjadi padam.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
Dalam keadaan jang menentukan antara mati dan hidup, tiba2 api di depan padam
setjara mendadak. Ini sungguh mengherankan dan tak terpikir otak. Kiranja gelagah jang
didepan itu entah bagaimana tenggelam kedalam air sehingga api mati dengan sendirinja.
Tjeretjesssss, tjisssss bunji api dimakan air. Tak lama kemudian seiring dengan
tenggelamnja gelagah jang lebat itu, terbentang satu djalanan, dengan menerdjang api
jang mengurung mereka bertarung dengan maut untuk mentjari hidup. Alhasil dengan
susah pajah perahu mereka dapat me.lewatkan tempat berbahaja itu.
Mereka bergirang lebih dari setengah mati. Kedjadian demikian kebetulan, se-olah2
mereka mendapat pertolongan dari dewa sadja. Tak lama kemudian mereka tiba ditepi
danau. Perahu berhenti, mereka sebagai sadar dari mimpi berlontjatan naik kedarat.
Kala ini sang surja sudah memantjarkan sinarnja jang maha terang dari ufuk timur.
Awan2 me-rapung2 seperti bidadari menari. Suatu pemandangan dipagi hari jang benar2
menjegarkan. Orang2 jang baharu mati menemui hidup lagi tak terlukiskan gi
rangnja. Sinar surja menjoret mengusap muka mereka jang riang dan gembira bagai
kupu2 dimnsim bunga.
"Kak, kenapa kita bisa hidup lagi ? Apa benar2kah didunia ini ada malaikat ?" tanja
Gwat Hee.
"Kita toh belum mati ! Mengenai mala:kat hanja dongengan belaka. Karena dari
djaman purba hingga sekarang pernahkah ada erang melihatnja ? Kurasa ada orang
pandai menolong kita, heran kenapa penolong itu tanpa mengundjukkan diri, dapat
menolong kits?; sungguh gaib bukan ?" Hab:s berkata mereka berbarengmenudju tepi
danau," Kami menghaturkan terima kasih atas pertelongan dari tuan. dengan ini sekali
lagi kami menghaturkan banjak2 terima kasih, terketjuali itu kami minta tuan penolong
memberi tahukan namamu. agar kami dapat mengingatnja sampai hari mati !"
Kata2 jang tak berapa , bermanfaat ini mendatangkan bentjana besar untuk mereka.
Karena suara ini memanggil datang tiga orang. -jakni Louw Eng, Tong Leng, Bek Tiat
Djin. Pikir Louw Eng. Djie Hai bertiga sudah hangus dimakan api. Dari itu der ngan
enaknja ia mendarat dengan tjara melontjat dipapan mereka. Tengah mereka asjik
beristirahat, tiba2 terdengar suara orang bertjakap2, sesudah ditiari dengan teliti
terlihatlah oleh mereka bahwa Djie Hai tiga erang tengah asjik ber-kata2. Keheranan
mereka tidak alang kepalang. Tak terkrra bahwa botjah2 itu masih hidup. Pikirnja botjah2
itu kalau tidak mati ketambus, pasti sudah mati kepanggang.
Pikiran djahat Louw Eng berkata : Kal:an dapat menjelamatkan diri dari air, kinilah
terimalah kematian didaratan !" Kiranja pertjakapan Djie Hai sudah diketahuinja dan
didengarnja. Louw Eng tabu bahwa ibunja Djie Hai sudah meninggal, djuga mendengar
sadjak jang dibatjakan Djie Ha . Jang mengatakan anaknja Tju Heng akan berkumpul
dengan mereka di Oey San. Dengan tak disengadja ia mendapatkan seluruh rahasia itu.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
Louw Eng berpikir : "Tjara jang terbaik adalah membereskan njawanja botjah2 terlebih
dahulu." Sesudah pikirannja tetap ::a berkata pada Teng Leng dan Bok Tiat Djin:
"Bukankah Djie-wie sudah mendengar pertjakapan mereka ? Dari sadjak mereka itu,
mengatakan bahwa mereka akan mendaki Oey San. ieaenanja mereka itu adalah musuh
kita. Tjara apakah jang terbaik untuk mengurus mereka ?"
"Sembelih dulu baharu bitjara !" djawabTong Leng. Sedari semuia Tiat Djin d;am2
sadja. Kini sesudah mengetahui maksud Louw Eng dengan terang. Ia mengeluarkan
pendapat : "Disini adalah tempat jang sunji, sungguh tjotjok untuk membereskan
djiwanja tjetjgre ini !"
"Berikan aku jang menangkap !" kata Tong Leng sambil meiangkah madju. Ong Djie
Hai bertiga mendjadi kaget waktu mendengar suara mereka. Tak terpikir akan berdjumpa
lagi dengan tiga lawan berat ini. Dibalik tubuh Teng Leng jang besar, Tjiu Piau meliliat
senjum Louw Eng jang misterius itu. Tak terasa lagi keringat dingin membasahi sekudjur
badannja.
"Tjiu Piau ko, ingat perkataan kita diperahu !" kata Gwat Hee. Sedangkan tubuhnja
sudah berdiri berdampingan dengan Djie Hai memasang, kuda2. hingga kedudukan
mereka merupakan segi tiga.
Teng Leng dengan atjuh tak atjuh menghadapi ket'ga orang itu : Hai ! ! ! tiga anak2an
madjulah berbareng. sedikitpun aku tak takut !" Kata2nja ditutup dengan gerakan
tubuhnja menghampiri Gwat Hee. tangannja dikepalkan siap menjerang.
"Ha, paling djuga ilmu Sian Wan Pai Gwat jang akan dikeluarkan. Apakah kau hanja
mempunjai djurus itu sadja ?" kata Gwat Hee sambi] mengedjek. Tong Leng kena ditebak
djitu isi hatinja. Dengan gusar ia berkata : "Jah, hanja djurus itu semenggah2nja
Dapatkah kau melawannja !" ngannja bekerdja, suatu tenaga dahsjat jang sukar
bandingannja membabat datang. Tanpa gugup Gwat Hee menotolkan kaki kanannja,
sedangkan kaki kirinja tidak bergerak, tubuhnja berputar kekiri membuat sebuah
lingkaran, menghindarkan serangan. Sehingga tubuhnja berada disebelah kanan seiring
dengan tsnaga berputar, kakinja menempel bumi dan kaki kirinja terangkat naik
menendang pipi kanan lawan. Tong Leng buru2 mendek, tangannja menjapu mendjurus
keperut musuh. Gwat Hee mjenekuk lutut kanan minggir menghindarkan serangan.
Tangan kiri Tong Leng kembali samnai. Tangan itu demikian pandjang. Dalam repetnja
kelihatannja Gwat Hee tak dapat menghindarkan serangan itu.
Ia tahu Nui-kang Tong Leng sangat tinggi, tak dapat ditangkis, hanja dapat dilajani
setjara nekad. Tjiu Piau berseru : "Kena !" tangannja bergojang membantu Gwat Hee.
Dua batu Tjiu Piau itu mengarah kedua mata musuh. Tong Leng hanja. melihat
didepan matanja melajang benda2 ketjil, buru2 ditundukkan kepalanja. Begitu
perhatiannia terpisah tenaganja tak dapat dikerahkan dengan keras. sehingga tenagaLiong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
ditangannja mendjadi berkurang. Sebaliknja Gwat Hee dengan sekuatnja menangkis
serangan Tong Leng. Begitu dua tarigan beradu, masing2 bergetar, sehingga Gwat Hee
tidak menderita rugi besar.
Tong Leng Hwee-sio sudah dua kali kena hadiaran Tjiu Piau. Tak heran begitu melihat
Tjiu Piau turun tangan, hatinja mendjadi gusar. Tubuhnja berbalik ingin menangkap Tjiu
Piau, tapi sebelum hasratnja tertjapai, angin dingin mendahului berkesiur dibelakang
otaknja. Ia berkelit setjepat mungkin, dilihatnja Djie Hai sudah berdiri d belakangnja,
mereka berdiri ditiga sudut dengan sikap mengurung.
Dengan dingin Gwat Hee menegur. "Tong Leng Hweesio ! Apa gerangan jang
membuat kau memusuhi kami? Gandjalan apa jang terdapat antara kau dan kami ? Kau
harus mengatakan dengan beralasan, kemudian kita baharu dapat berkelahi dengan ada
tudjuan." Tong Leng mendjadi melengek mendengar ini, pikirnja kata2 botjah ini benar
djuga. Memang tak ada ada alasan dan gandjalan. Sesudah berpikir pergi datang baharu
ia mendjawab: "Aku tak tahu segalanja, pokeknja tugasku hanja menangkap kalian dan
menjerahkan kepada Louw Toako!"
"Kalau demikian kau tidak bermaksud mengadu djiwa dengan kami, hanja bertudjuan
untuk menbngkap sadja?"
"Ja, benar begitu !" Gwat Hee memberikan tanda dengan mata kenada Tjiu Piau sambil
berkata pada Tong Leng: "Kalau begitu baik, kami. djuga tak ingin mengambil djiwamu,
tapi hanja ingin menangkap sadja. Dengan ini kita tetapkan dan tak boleh melalnggar
djandji."
"Baik, baik. Aku tak kuatir tidak dapat menangkapmu." Djie Hai dan Tjiu Piau mengarti
Gwat Hee berbuat demikian ini "sebab kalau tidak sukar sekali untuk menghadapi
sekaligus tiga lawan tangguh ini.
"Apa satu2 kami melawanmu, atau kau mau dikerojok ?" tanja Gwat Hee.
"Satu lawan satu bagaimana ? Main kerojok bagaimana pula ?" kata Tong Leng.
"Djika satu lawan satu setiap orang melawanmu tiga djurus kalau dalam tiga djurus
tidak ada jang kalah atau menang, kau tidak boleh lagi mentjampuri urusan kami.
Sebaliknja kalau kau mau dikero j ok, pasti tak dapat dengan mudah meugambil
kemenangan, dari itu kukasih waktu dalam sepuluh djurus. Kalau kau tak dapat
mengalahkan kami kau harus menghentikan taugan.
Tong Leng berpikir : "Kalau mereka mengerubuti aku, tak mudah untuk mengambil
kemenangan. Apa lagi ilmu Kong Sim Tjiang jang kukuay itu sudah pernah merugikan
aku. Sebaliknja kalau satu2 semua bukan tandinganku sehingga mudah untuk
memenangkannja. Sebaiknja satu2 sadja." Dari itu ia berkata : "Satu2 sadja kalian madjuLiong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
"Baik aku dulu jang menghadapimu !" kata Gwat Hee sambil tamoil kedepannja.
Kata2 Gwat Hee ini, menguatirkan Djie Hai dan Tjiu Piau. Djie Hai berpikir : "Dalam
tiga djurus Tong Leng tidak dapat memenangiku. Tapi adikku % berkepandaian lebih
rendah. aku tidak dapat mendjaminnja." Dari itu ia selalu siap sedia disamping kalau2
terdjadi hai jang diluar perkiraan. Demikian djuga dengan Tjiu Piau, lengan kirinja
mengepal batu, lengan kanannja menggenggam mutiara beratjun. Sedangkan matanja
mengawasi dengan penuh perhatian.
"Ingatkah perdjandjian kita ? Jakni tak boleh mentjelakakan orang ,hanja boleh
menangkap hidup2 sadja !" kata Gwat Hee pada Tong Leng.
"Ingat!" djawab Tong Leng tak sabaran.
"Kau adalah Tjianpwee, maka itu kupersilahkan kau menjerang terlebih dahulu !" kata2
ini diutjapkan dengan hormat sekali.
Tong Leng memutarkan lengannia, serangannja segera akan terlepas. Tapi setjara
tiba2 ia ingat sesuatu : "Dalam peraturan Liok Lim, kaum Boan pwee harus menjerang
dulu, mana ada aturan Tjianpwee menjerang terlebih dahulu." Dibatalkan serangannja
segera, sambil berkata : "Tidak, kau harus menjerang aku !"
"Begitupun aku setudju, tapi berilah ketika untukku, untuk memikir dulu, guna mentjari
djurus indah. jang dapat menangkap kau !" kata Gwat Hee. Tubuhnja diam tidak bergerak
otaknja berpikir. Tapi apa jang dipikiri adalah tjara bagaimana supaja ia dan saudara2nja
dapat melolosi diri.
Tempo sudah berlalu agak lama, tapi Gwat Hee belum turun tangan. Dengan tak sabar
Teng Leng membentak: "Apa2an nih !"
"Kau tunggu lagi sebentar, bisa tidak ?" Ilmu silatmu sangat lihay dengan sendirinja
aku harus mentjari dulu ilmu jang lihay untuk melawanmu baharu dapat menawanmu
hidup2. Kini masih belum terpikir djurus ilmuku jang lihay itu !" Tong Leng mengganggap
perkataan orang betul djuga. Terpaksa ia menahan sabar menantikan dia.
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bulak balik Gwat Hee berpikir, tapi tak terpikir daja untuk melarikan diri. Harapan se-
menggah2nja, ialah gurunja datang menolong. Kemarin malam Garuda itu ditunggangi
burung kakak tua Tjen Tjen. Moga2 sang guru bisa datang mengikuti -Tjen Tjen. Saat ini
tjara jang terbaik mengulur, ulur dan mengulur waktu !
Sesudah menunggu begitu lama Tong Leng tiak dapat bersabar lagi. 1 "Ganti jang lain
sadja dulu ! Kau boleh berpikir sesuka hatimu dipinggir !"
"Mana boleh ! Aku jang termuda dan terlemah, seharusnja aku tampil pal'ng dulu.
Kalau kakakku jang menggantikan aku, dalam sedjurus tjukup untuk menawanmu
mukamu akan ditaruh dimana ?" Tiba2 Bok Tiat Djin tampil kemuka, dengan dingin iaLiong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
berkata : "Hai, botjah2 djangan terlalu banjak ! kelakar! Teng Leng-heng kau sudah
kalah! MingL girlah lekas, kasih aku jang melawannja !"
"Kalah ! Mustahil ! Aku toh belum bergebrak !" kata Tong Leng dengan keras.
"Waktu sudah berdjalan demikian lama, lebih ku> rang sudah dua puluh djurus, alhasil
kau belum t dapat membekuknia. Bukankah sama dengan kaf lah ?"
Gwat Hee sadar bahwa Bok Tiat Djin sudah mengetahui maksudnja. Bot Tiat Djin lebih
sukar dilawannja dari pada Teng Leng. Buru2 :a melentjat sambil berkata : "Hai Thai-su
jang baik kini baru terpikir ilmuku. Marilah kita mulai !" Hab's berkata tangannja bergerak
dengan ilmu Kie Hong Hui Lai (bukit aneh terbang mendatang) salah satu tipu Bukulan
dari Hong Gwa Hong. Lian Hoan Tjiang (bukti berantai). Dengan ganas serangan itu
datang dari atas turun menggentjet kepala Tong Leng.
Djangan kira kepandaian Gwat Hee tjetek, djurus ini dimaininja tjukup baik. Artgin
menderu dibuatnja V ganas menjerang. Tong Leng tergesa2 mengangkat tangannja
keatas, siap mematahkan la wan setjara kasar. Gwat Hee melihat tangan Teng Leng
terangkat, sehingga bagian bawahnja memberikan lowrongan. Tiba2 ilmunja berubah,
tubuhnja mendek dua djeridji keluar dengan sempurna, langsung ditudjukan kepada
Tong Leng. Kedua tangan Tong Leng ; berada diatas, setjepat mungkin tangannja itu
dirapatkan dan diturunkan kebawah merupakan pukulan Pai Gwat (menjembah
rembulan). Kalau djurus ini membatjok datang, Gwat Hee sukar menjelamatkan diri.
Dalam kagetnja Tjiu Piau berseru . tertahan, baharu mau turun tangan untuk membantu
djalan pertempuran sudah berubah lagi.
Kiranja dalam keadaan terdesak, Gwat Hee berseru:" Ingat ! tak boleh membunuh
!Memang djurus dari Tong Leng itu, bisa mematikan lawan atau melukakan berat. Kini
mendapat peringatan lawan, ia djadi bengeng tidak keruan. Ketika ini tidak dilewatkan
Gwat Hee djeridjinja bersarang dengan tepat didjalan darah Tiong-teng dan Thian-tie.
Diluar perkiraan Tong Leng hal ini bisa terdjadi. Walaupun ilmunja lebih tinggi sepuluh
kali lipat dari sekarang, sudah tak mungkin untuk menutup djalan darahnja. Sekudjur
badannja terasa kaku. Hanja matanja sadja mendelik menatap Gwat Hee. Sesudah itu
Gwat Hee menambahi beberapa totokan keras diberbagai tempat.
"Apa jang kau pelototi ? Aku toh tidak membunuilmu, tapi kau sudah kalah?"
"Kegusaran Bok Tiat Djin tidak tertahan, bagai , gila ia berseru:" mentjelat dan berada
dimuka ketiga orang.
Kedatangannja sungguh luar biasa, batu2 ketjil terbawa terbang kena angin dari
tubuhnja. Bentakannja seperti geledek ditengah hari bolong. Sepasang tangannja
bergerak masing2 melepas Tiat Wan Tju, satu Iagi menjerang Tjiu Piau, sedangkan
tubuhnja menerdjang Ong Djie Hai sekali hantam ini sudah tjukup membuat ketiga orang
kalang kabut. Gwat Hee lari kesamping, tubuh Tong Leng mendjadi sial mentah2 iaLiong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
didjadikan , tameng. Tjiu Piau menjerang sendjata lawan dengan batunja, begitu dua
sendjata beradu batu Tjiu Piau mendjadi hantjur, Tiat Wan Tju tak tei-pukul djatuh masih
tetap bergaja tapi tidak sekeras tadi. Dengan menggulingkan "diri Tjiu Piau berhasd
menghindarkan sendjata ketjil itu. Sebaliknja Djie Hai sepezti diterkam matjan tutul, tak
berani terang2an menjambut serangan lawan, r ia mengeges kekanan dan krri.
Tenaganja digunakan sepenuhnj.a menangkis serangan2 lawan dari samping, dengan
tjara ini tenaganja baru dapat mengimhangi tenaga lawan. Dalam sekedjap sadja Bok
Tiat Djin sudah menjerang beberapa djurus, dengan susah pajah Djie Hai baharu dapat
menghindarkan pukulan2 ini. Dalam djurus2 mi Bok Tiat Djin tidak lupa melepas Tiat Wan
Tjunja menjerang Gwat Hee dan Tjiu Piau, sehingga kedua erang itu tak berkesempatan
untuk membantu Djie Hai.
Ong Djie Hai sambil mentjurahkan semangatnja melawan musuh, tak urung otaknj.a
berpikir djuga setjara diam2: "Inilah, ilmu lihay jang ss-benar2nja dari Peng San Hek
Pau." Ia pun ingat penuturan orang jang mengatakan bahwa ilmu silat Peng San Pai,
berpokok pada peladjaran Nui (dalam) digunakan sebagai Gwa (luar). Menerdjang,
menjerobot dengan ganas. Kelihatannja seperti peladjaran ilmu luar, tapi dibalik itu
mengairdung tenaga tersembuaji jang maha besar. Hal ini tidak dapat diketahui orang
jang tidak bisa ilmu dalam. Dari itu ilmu puklan dari partai ini lihainja bukan buatan. Kalau
lawan jang lemah dlalam, Avaktu beberapa djurus sadja, sudah tak tahan menerima
desakan tenaga jang demikian besar akibatnja menderita kerugian besar.
Tapi pukulan2 dari Peng San Pai ini, entah bagaimana bukan mendj ad i lawan dari Im
Yang Kang. Tak heran tahun dulu kena dipetjundangi Pang Kim Hong jang baharu berusia
19 tahun. Sebabnja pukulan2 gana.s dari Peng San Pai kena diterima dengan tjara hawa
hidup Im dan Yang. Sehingga keganasannja itu seperti andjing kena penggebuk ! Sekali-
kali tak berhasil merubah kedudukan mendjadi diatas angin. Sehingga terdjangannja dan
serobetannja dan segala keganasannja berbalik memberabekan dan menjusahkan diri
sendiri.
Ong Djie Hai sudah lama mendengar tentang ilmu dari Peng San Pai ini, tapi baharu
kali ini melihatnja dan menghadapinja dengan mata sendiri. Dalam kesibukannja Djie Hai
pun merasa gugup. Sesudah menerima beberapa djurus se.rangan, ia baharu ingat
kelemahan dari ilmu Peng San Pai. Hatinja berpikir, aku tak dapat maini ilmu Im Yang
Kang. Tapi ilmu Kong Sim Tjiangaku dan adikku bukankah pematah dari ilmunja?
Peng San Pai sudah berhasil memetjahkan ilmu Im Yang Kang Lu Kang, tapi belum
mengenal ilmu Kong Sim Tjiang, mungkin ilmu ini lebih lihai dari Im Yang Kang. Dari itu
Djie Hai mempertahankan serangan setjara hidup dan hiati. Sekuat tenaga ia merangsek,
agar berketika untuk memaini ilmunja ini. Sebaliknja Gwat Hee tidak bisa meninggalkan
Tong Leng sebab terus menerus diserang Tiat Wan Tju. Kasian Tong Leng jang ilmunja
gagah sekali didjadikan tameng oleh seorang botjah.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
Bok Tiat Djin mentjelat ketimur, molos kebarat. Dengan diluar dugaan diserangnja
Gwat Hee. tangannja menjapu Tjiu Piau. Walaupun ia berbuat demikian, Djie Hai
dihadapinja, kedudukannja tetap mendesak dengan gentjar. Satu la wan tiga, tapi masih
berada diatas angin, diteruskan perkelahian tjara ini, tiga orang itu pasti menderita
kerugian besar.
Louw Eng tertawa kegirangan.
"Bok-heng, kau tidak mengetjewakan nama baik dari Peng San Pai. Ku-harap beberapa
tjutju kura2 ini ditangkap hidup2, kemudian sesudah kuperiksa baharu kita genje2i
(dipukul sampai mati).
"Oh, ini perkara gampang, kutangkap jang ini dulu !" Tangannja menjamber dan
membabat Tjiu Piau sambil lalu.
Tjiu Piau menggulingkan tubuhnja ditanah, ta
ngannja sudah menerbangkan enam butir batunja, terbagi menjerang keatas, bawah,
kanan, kiri, tengah satu chusus kemata enam bagian. Mulutnja mengiringi sendjata itu:
"Lihatlah Bwee Hoa Tok Tju keluarga Tjiu!" Enam batu ini tidak dipandang Bok Tiat Djin
sebelah mata, tapi kata2 itu membuatnja kaget. Ia tak gerani menangkap dengan
tangannja sendjata itu, sebaliknja mundur sedjauh dua tumbak kebelakang dengan ter-
gesa2. Tubuhnja bergeliat kesamping dengan djungkiran badan jang mentakdjupkan, ia
berhasil melolosi diri dari serangan ini. Tubuhnja kenibali berdiri, dengan dongkel
dipandangnja Tjiu Piau dengan mata ber-api2:" Hai! Botjah, apakah Bwse Hoa Tok Tju
belum sirna dari duriia Kang Ouw ini ?"
"Sima, atau hilang itu 'bukan urusanmu, kenapa kau usilan betul. Pokoknja Bwee Hea
Tok Tju takkan bersarang ditubuilmu asaP saelja kau tidak mengganggu orang baik".
Belum sempat Bok Tiat Djin berkata. Tiba2 Louw Eng berseru:" Bok-heng samibutlah
!" seiring dengan seruan ini ada benda ketjil terbang mendatang tangannja .menjambuti,
apa jang terlihat ? Tidak lain dari butiran batu.
"Kau perhatikan apakah itu Bwee Hoa Tek Tju?" kata Louw Eng. Tidak tahunja ia sudah
memungut batu itu dari tanah dan diberikan kepada sang kawan Hal ini diketahuinja
sebab batu2 itu tidak bersinar seperti emas ! Bok Tiat Djin melihat itu bukan mutiara
emas, hatinja mendjadi lapang.
"Hai botjah jang baik, kenapa kau begitu berani mentjari kegembiraan dengan
memaini ajailmu Sendiri !"
Tangannja kembali sudah mau menangkap Tjiu Piau. Tapi sebelumnja sudah dirintangi
oleh Djie Hai dan Gwat Hee jang sudah mengambil kedudukan dikanan kirinja. Kedua
orang ini tidak memberikan kesempatan untuknja turun tangan terlebih dahulu.
Tangannja bergerak mendahuluinja, dengan sendirinja dirinja sudah kena dilibat botjah2Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
itu. Mereka mengambil kedudukan jang baik, ilmu pukulannja adalah saling membantu
dan bergabung. Sehingga ilmu pukulan Hong Gwa Hong Lian Hoan Tjiang (diluar-bukit
terdapat bukit ? bukit barisan atau bukit berantai) dimaini tjukup menderu2 dengan
lihainja. Bok Tiat Djin berada dalam keadaan pasip. segera merasakan sukar menghadapi
lawan. Buru2 perhatiannja ditjurahkan, walaupun ilmunja tinggi, tapi pukulan2 lawan
sangat aneh. Tambahan dua orang mengapitnja, dalam waktu singkatia belum dapat
bexbuat apa2.
Sepuluh djurus sudah berlalu, Bok Tiat Djin djadi gelisah. Ia sadar tanpa mengeluarkan
sepenuh tenaga tak mudah mengambil kemenangan. Pukulannja berubah, pukulannja
satu demi satu semakin bertenaga dan semakin ganas. pukulan itu tak mudah dapat
ditangkis. Dua kakak beradik baharu dapat menangkis serangan ini dengan menggabung
kedua tangannja.
Serangan Bok Tiat Djin semakin gentjar, dua saudara Ong semakin senang. Mereka
tahu saat baik sudah tiba. Tiba2 dua orang saling sautan. "Kie Hong Hui Lai" "IIong Gwa
U ITong" dengan bengis dan keras menggempur lawan. Bok Tiat Djin tak mau
menundjukkan kelemahannja. Gwat Hee diserangnja dengan pukulan kesong, sedangkah
tubuhnja berbalik dengan tjepat sambil menglrimkan serangan Pau Tju Tian Hian
menghadjar Djie Hai. Tjiu Piau melihat Djie Hai menangkis dengan kedua tangan
berdjeridji terbuka. Gwat Hee meningkah serangan kakaknja dengan tangan berdjeridji
rapat, pukulan ini adalah
Hoo Yap Tjiang (pukulan daun teratai jang ganas). Tjiu Piau tahu kedua orang ini
memainkan ilmu Kong Sim Tjiang untuk menundukan musuh. Mutiaranja s,egera dilepas
diantara Djie Hai dan Bok Tiat Djin.
Kali ini Bok Tiat Djin. masuk perangkap lawan. Pukulan Djie Hai dimuka mendjadikan
angin jang berputar dan menjedot, sebaliknja pukulan Gwat Hee menolak dari sebelah
lain. Tambahan Bok Tiat Djin menjerang dengan keras, sehingga keseimbangan tubuhnja
tak dapat dipertahankan. Tubuhnja terhujung kemuka beberapa tindak, serentalc
telinganja mendengar suara sendjata rahasia. Sarnbil membetulkan tubuhnja, kedua
djeridji tengah dan telundjuk keluar mendjepit sendjata Tjiu Piau jang dikiranja batu.
Tangkapan dan kelitannja iiidah bukan buatan. Sehingga serangan dari tiga djtirusan
ini dapat dipunahkan dengan berhasil. Tapi waktu dilihat apa jang didjepit djeridjinja.
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebuah benda berkilat menjilaukan mata, sepontan hatinja mendjadi gentar. Digebesi
mutiara emas itu tjepat2 tapi mutiara itu tidak mau djatuh, sebab durinja sudah melekat
diantara kedua djarinja itu.
Peng San Hek Pau mengira Tjiu Piau tidak bersendjata Bwee Hoa Tek Tju, sehingga
hatinja mendjadi girang, akibat dari ini membuat kesalahan besar. Ia berdiri bengeng tak
bei'-kata2 dalam gugupnja ditutupnja peredaran darahnja sekuat mungkin, mendjaga
agar ratjun itu tak masuk dalam peredafan darah. Dalam waktu sebentar sadjaLiong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
dikeningnja sudah penuh dengan peluh jang sebesar katjang tanah, sedang mukanja
mendjadi putjat pasi. Kedua djari itu sudah mendjadi merah menor seperti darah segar.
Peng San Hek Pau merasakan djeridjinja sebentar panas sebentar dingin. Waktu panas
se-olah2 badannja direbus dalam kuali panas. Waktu dingin seperti dimasiikkan kedalam
kulkas. Rasa jang demikian ini seumur Ivdupnja belum pernah dirasainja. Untung ia
berilmu tinggi dan dalam sehingga djalan darahnja tlapat dihentikan. Tjara ini dapat
menahan untuk sementara waktu sadja dari kematianTapi dalam waktu sebentar .sadja
kepalanja sudah merasa pusing dan berkunang2, agaknja tak kuat untuk bertahan lagi.
Asal sadja ia mengendurkan djalan darahnja, dan darah jtu mengalir, ratjun itu segera
memasuki djantungnja, djiwanja itu sudah boleh menghadap pada Giam Lo Ong
(malaikat maut).
Peng San Hek Pau hanja menahan napasnja sadja dan tak ber-kata2, sedangkan akal
lain tak terpikir olehnja. Lauw Eng sesudah melihat mutiara emas itu djuga mendjadi
bengong sejenak. Tapi hanja sebentar sadja pikirannja sudah bekerdja. Seperti terbang
ia menghampiri Bok Tiat Djin. Dengan pedang jang luar biasa mengkilapnja dua djeridji
itu dikutungi, dikelek tubuh Bok Tiat Djin dibawa kekaki bukit, dengan pedangnja jang
tadjam itu ditempelkan ketempat luka. Terlihat darah mengalir diatas pedang itu dan
mendjadi air jang bening.
"Tak berbahaja sudah" kata Louw Eng dengan perasaan lega. Bok Tiat Djin terlampau
banjak menggunakan tenaga. Kini sesudah mengetahui bahaja berlalu, djalan darahnja
dibuka kembah. Seluruh tubuhnja mendjadi lemes, dengan memerami mata ia terletang
beristirahat.
Tjiu Piau melihat pedang jang bersinar itu, hatinja teringat kepada dua pemuda jang
d ketemukannja di Ban Liu Tjung. Mereka mengatakan Liong Hong Kiam itu biar
bagaimana harus dikembalikan kepada mereka. Entah mempunjai hubungan apa antara
dua pedang itu dengan dua pemuda. Djuga tidak mengetahui Louw Eng dengan tjara
apa mendapatkan dua pedang itu. Gwat Hee dan Djie Hai berseru : "Ihhhh" waktu melihat
dua pedang itu. Djie Hai lantas berkata : "Dua bilah pedang itu adalah Liong Hong Po
Kiam jang sangat di:dam2kan orang Kang Ouw, tak njana ada ditangan dia ! Pedang itu
bukan sadja dapat memapas besi seperti tanah liat, bahkan dalam gelap bisa memberikan
sinar penerangan. Terketjuali dari itu dapat pula untuk memunahkan berbagai ratjun jang
djahat. Misalkan orang kena ratjun, tapi belum sampai kedalam dapat menggunakan
pedang ini untuk memotong tempat jang kena ratjun. Begitu ratjun ini kena pedang
segera ratjun itu bergumpal mendjadi hitam. Bila tidak beratjun tetesan darah begitu
kena pedang ini segera berubah mendjadi air bening. Pedang ini ada~ ditangan mereka
kita harus hati2 menghadapinja."
"Pedang ini ada dua bilah satu Liong Kiam (pedang naga) satu Hong Kiam (pedang
tjendrawasih), tidak tahu jang dipegang itu pedang apa ?" tanja Gwat Hee.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
"Waktu di Ban Liu Tjung sudah pernah kulihat ia menghunus kedua pedang itu,"
djawab Tjiu Piau. Dua saudara Ong menarik napas mendengar pendjelasan itu: "mnstika
ianer bebat ini kenapa bisa berada ditangan bangsat itu!"
Waktu ini Tong Leng sudah dibebaskan dari totokan oleh Louw Eng, disuruhnja
mendjaga Bok TiatDjin d:kaki gunung. Louw Eng tetap menghunus pedangnja, matanja
seperti binatang liar mengawasi dan mendekati per-lahan2 kepada Djie Hai bertiga.
Louw Eng sudah bertekad untuk membereskan djiwa tiga orang in:. Dari itu sudah tak
mengindahkan peraturan Kang Ouw jang tak memperkenalkan golongan tua menghunus
pedang dulu sebelum golongan muda bersendjata. Lebih2 pedang jang dihunus itu ada
pedang mustika. Kali ini ketiga orang ini tak berketika lagi untuk mentjari kemenangan.
Kesukaran dan bentjana besar didepan mata, tapi hati mereka tetap tenang dan djernih.
Tjiu Piau mengepel Tok Tju ditangannja, Djie Hai dan Gwat Hee menghunus sendjata
belatinja jang biasa dibawa2. Tak tahunja Tjiu Piau dalam hal bersendjata tak ada
pegangan jang chusus. Dua saudara Ong karena sepandjang djalan men jam ar sebagai
anak sekolah, djadi tak pernah membawa pedangnja
Louw Eng belum bergerak, dua orang dibelakangnja sudah berdiri dan turut
menghampiri Djie Hai bertiga. Bok Tiat Djin sudah tak merasakan sakit lagi, Tong Leng
sudah merdeka. Kedua2nja menderita kerugian ditangan botjah2. Hat-inja bukan buatan
gusar dan sakit, dengan kebentjian jang memuntjak mereka menghampiri untuk
menuntut balas.
Tjiu Piau belum pernah menghadapi situasi jang demikian menegangkan, tak heran
hatinja merasa gontjang. Diliriknja dua saudara Ong, tampak mereka dalam keadaan
tenang, sehingga membuat hatinja mendjadi tentram. Gwat Hee menatap Louw Eng jang
menghampiri setindak demi setindak itu. Mulutnja berkata kepada dua kakaknja : "Kak,
kita harus menarungkan dan menaruhkan djiwa kita mati dan hidup. Mereka madju
serentak kita tak dapat melawannja satu lawan satu. Kita harus dapat menghindarkan
jang dua dan menggabungkan tenaga kita bertiga untuk menghadapi jang satu. Kalau
mau menghantam, kita hantam sadja manusia laknat Louw Eng. Kita menggabungkan
tenaga kita mati2an untuk membelitnja, agar ia merasakan djuga paitnja empedu !"
"Adikku jang baik, kata2mu tepat adanja !"
Louw Eng menjerobot dan sudah berada didepan Djie Hai, pedang berputar, sinarnja
berkeredepan, kelihatannja lambat tapi tjepat, sebentar sadja pundak kiri Djie Hai sudah
dalam bahaja. Ia memiringkan tubuhnja kekanan, tubuhnja dikatekan menghindarkan
serangan ini. Tiba2 kaki kirinja jang lurus ditekuk, kaki kanannja jang ditekuk berubah
mendjadi lurus, tubuhnja lewat dibawah pedang. Tubuhnja merapat kebadan lawan. Tak
memberi kesempatan pada musuh memainkan pedangnja jang pandjang. Louw Eng
melihat Djie Hai sudah berada disebelah kirinja. Tapi ia tak balik badan. Pedangnja
berubah permainan mendjadipermainan tumbak jang disebut Iliat Tja Liu (menantjapkanLiong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
batang Liu setjara-miring) menudju kepada Djie Hai jang berada rendah disebelah kirinja.
Dada Djie Hai hampiii2 kena ditembusi pedang itu Djie Hai sepenuh hati rnentjari
lowongan dan bergumul rapat dengan lawan. Ia tak gentar menghadapi bahaja,
dinantikannja pedang itu sampai didadanja. Baharu kaki kanannja berdjingkai, kaki kirinja
sedikit menotol tanah. Tubuhnja berputar membuat satu puteran. Pedang itu tepat
berlalu dalam waktu sekilat mungkin kearah samping dimana tadi ia berputar. Kalau
dalam keadaan biasa biar djago jang bagaimana gagah dan berani, pasti akan kaget dan
mengeluarkan keringat dingin. Tapi lain dengan Djie Hai, ia sudah mengambil keputus
mati, dari itu sedikit djuga tak merasa kaget atau gentar. Dengan lintjah tubuhnja
berputar lagi, menimbulkan desiran angin dan tjepat sekali sudah sampai disebelah kanan
tubuh musuh. Lengan kanannja sekalian ditikamkan keperut Louw Eng? Tapi Louw Eng
terlalu kawakan, kakinja terangkat, belati ditangan Djie Hai dibuatnja terbang sedjauh
sepuluh tumbak dan djatuh kedalam danau. Serangian2 ini dilakukan seperti kilat,
membuat orang luar tak sempat membantu.
Djie Hai sudah kehilangan sendjatanja, Louw Eng sedikitpun tak memberi hati, wadjah
mukanja jang adem itu menundjukkan senjum iblisnja, pedangnja menodong dada Djie
Hai.
"Ong Djie Hai', kau kata ibumu sudah meninggal, katamu itu benar atau tidak ?" Djie
Hai tidak mau mendjawab. Sebaliknja Gwat Hee mendjawab, dengan maksud
mementjarkan perhatian Louw Eng : "Benar tidaknja, memang kenapa ?"
"Kalau masih hidup, aku akan mengutus orang untuk merawatnja !"
"Kau ingin menemu'nja, itu mudah ! Asal sadja dadamu kulubangi pisan barang sebuah
!" kata Gwat Hee.
Dengan tak berkisar sedikit djuga. pedang itu tetap mengantjam dada Djie Hai. la
berkata dengan dingin : "Kiranja ia sudah meninggal !" Tiba2 ia membentak "SebeIum
meninggal apa jang dikatakannja tentang aku kepada kamu f Ia meninggalkan pesan apa
? Lekas katakan kalau tidak pedang ini akan membereskan njawamu dulu !" Djie Hai
tetap tak mendjawab, sebaliknja kakinja bergerakmundur. Ia mundur setindak, Louw Eng
mengikuti madju setindak. Didesaknja Djie Hai ketepi danau.
Tjiu Piau ingin melepaskan mutiara beratjunnja, d:am2 Gwat Hee mengutiknja.
"Tunggu dulu. mutiaramu tak boleh sembarang dilepas, lebih baik kita hadapinja asal
sadja." Dari itu ia berkata lagi:
"Inginkah kau ketahui apa jang dikatakan ibuku kepada kami ? Kata2 ini boleh kuberi
tahu kepadamu, tapi tak boleh didengar telinga lain. Titahkanlah Si Matjan Tutul dan
Hweesio gemuk itu berlalu !" Louw Eng berkepandalan tinggi kegeramannja lebih dari
tjukup, lebih2 menghadapi botjah2 ini jang tidak dipandang sebelah matanja.
Pekoknja asal dapat mendengar apa jang dikatakan ibu Gwat Hee itu.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
"Bok-heng, Tong Leng-heng, kuminta kalian mendjauhkan diri agak djauh."
"Harus pergi kekaki bukit sana!" kata Gwat Hee. t "Turutlah kata2nja." kata Louw Eng
memnta pada dua kawannja.
Waktu ini Djie Hai sudah terdesak sampai dipinggir danau sekali. Sedangkan pedang
Louw Eng masih tetap berada didadanja. Ia tahu Kiam Hoat dari Louw Eng kelihatannja
lambat, tapi sebenarnja tjepat dan ganas. Kalau ia bergerak untuk menghindarkan
pedang itu. pasti tubuhnja mendapat tjelaka. Dari itu dia diam dengan mentjurahkan
perhatian guna mentjari ketika. Perkataan adiknja dengan Louw Eng sarna sekali tidak
masuk dalam telinganja. Waktu sudah berlalu sebentar. Bajangan Tong Leng dan Bok
Tiat Djin sudah tak ada. Louw Eng per-lahan2 menggerakkan udjung pedang dan berkata
: "Lekas katakan ! Ibumu meninggalkan kata2 apa ?"
Djie Ha: tetap membungkem, perhatiannja ditjurahkan memperhatikan gerak gerik
Louw Eng.
"Ibuku berkata, agar kami perg[ ke Oey San untuk membereskan sakit hati selama
delapan belas tahun dari mendiang ajah kami," djawab Gwat Hee dari samping.
"Sakit hati apa ! Bukankah aku sudah membalasnja, untuk kematian dari ajailmu itu."
seru Louwr Eng.
"Tapi ibuku tidak nertjaja kedjadian ada demikian mudah. Kami dititahkan untuk
mentjari sese? erang jang mengetahui peristiwa dan kedjadian ini, guna mengetahuinja.
Agar kedjadian Oey San jang sebenarnja dapat kami dengar dengan sebenar2nja."
Mendengar inLouw Eng mendjadi kaget, dalam hidupnja, ia paling takut ada orang
mengetahui hal Oey San itu. Mungkinkah orang ita tahu sampai ke-detail2nja ?
"Orang itu siapa ?"
"Untuk apa kau tahu ?" djawab Gwat Hee.
Per-lahan2 Louw Eng memutari pedangnja, matanja jang dingin menjapu wadjah Djie
Hai. "Kalau kau tak beritahu, kakakmu ini segera kusembelih !".
Gwat Hee sambil bitjara sambil berdjalan perlahan2 kebelakang tubuh Louw Eng.
"Orang itu siapa, hanja kakakku jang tahu, bila kau tjelakan dia tak mungkin ada jang
dapat memberitahu lagi kepadamu."
Belum Louw Eng mendjawab, Gwat Hee sudah mengedipi Tjiu Piau, minta bantuan. Ia
sendiri mengerahkan tenaganja, begit.u lontjat. sudah sampai dibelakang Louw Eng
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Djaga pukulan !" seru Gwat Hee. "Awas Tek-Tju!" kata Tjiu Piau membarengi kata2 Gwat
Hee. Dua butir mutiara terbang dengan pesat, satu mengarah kaki kanan, satu lagi pada
tangan lawan jang memegang pedang.Liong Hong KiOm 3 Team Ko/ekfor Ebook FB grup
Dua mutiara ini mer.intangi djalan madjunja Louw Eng pada Djie Hai. Asal aadja ia
madju setengah langkah, atau mengulurkan tangannja setengah senti. Menta2 harus
Wiro Sableng 103 Hantu Bara Kaliatus Pendekar Rajawali Sakti 161 Siluman Jaka Sembung 15 Raja Sihir Dari Kolepom
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama