Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei Bagian 5
terbenam terus dari lamunannja setengah djam lebih, sedangkan Gwat Hee berdiri
disampingnja tanpa berani mengeluarkan sepatah kata.
Senjum gembira per-lahan2 menghiasi bibir orang tua itu. Mulutnja terbuka dibantu
dengan gerakan2 tangannja ia ngotjeh sendiri: "Sungguh suatu pendapat jang bagus
sekali, bagussssssss sekali. Sajang waktu dulu aku tak dapat memikimja. Ah ! KenapaLiong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
dulu aku tidak dapat memikirnja ! ! !" Matanja meiirik pada Gwat Hee. "Siau-ko kau
turutlah padaku !" Mereka segera pergi kedalam pepohonan jang rimbun sekali.
Mereka hilir-mudik didalam hutan itu selama setengah djam lebih, achirnja orang tua
itu berhenti dibawah pohon jang besar sekali. Pohon itu lebih kurang tiga pelukan orang
dewasa tingginja kurang lebih lima puluh depa.
"Kau Iihat," kata orang tua itu kepada Gwat Hee. "Disini ada sebatang, disebelah sana
ada pula sebatang. Dua pohon ini demikian tingginja. Apakah kau sanggup untuk
memandjatnja ?"
Gwat Hee menghitung didalam hatinja, bahwa djarak antara pohon jang pertama
dengan pohon jang kedua sedjauh lima-enam tumbak.
"Ja, akan kutjoba," kata Gwat Hee dengan sungguh2. Dengan ilmunja jang serupa tadi
Gwat Hee sudah mulai memandjat, dalam waktu singkat tubuhnja sudah berada ditempat
jang tinggi. Tak lama kemudian Gwat Hee sudah kembali lagi dibumi dengan tidak kurang
suatu apa. Orang tua itu tetap memandang keatas, se-olah2 tidak melihat gerakan turun
dari Gwat Hee. Hanja mulutnja kemak-kemik berkata: "Lambat sekali, kenapa kau tidak
mempertundjukkan ilmu kepandaianmu jang sedjati ?"
"Ja, aku hanja dapat memandjat dengan ketjepatan demikian. Dapatkah kau
memandjat terlebih tjepat dariku untuk diperlihatkan kepadaku ?"
"Terang2 kau memnunjai ilmu jang baik, kenapa tidak kau perlihatkan kepadaku ?"
Biar bagaimana Gwat Hee adalah anak gadis jang pandai, kata2 orang tua itu membuat
hatinja gugup. Hatinja berpikir :"Aku sudah memperlihatkan segala kemampuanku jang
terbaik, tapi masih dikatakan aku belum mengeluarkan ilmu jang sedjati. Bukankah
dengan kata ini ia mengatakan aku masih bodjie (tolol)?" Mulutnja ingin mengeluarkan
beberapa patah kata, tapi semuanja kandas ditepi bibirnja.
"Kau ingin aku memperlihatkan ilmu jang lebih baik? Katakanlah jang bagaimana, aku
sendiri merasakan tidak mempunjai tjara lain jang terlebih baik dari ilmuku jang tadi itu."
"Waktu kau mengundurkan lengan dan mengangsrot keatas kenapa tidak kau tei.aga
itu ditambah dengan sendirinja kau bisa mengangsrot terlebih tinggi dari angsrotanmu
tadi, bahkan dengan tjara ini kau bisa mandjat terlebih tjepat ?"
Gwat Hee mendengari petundjuk dari orang tua itu dengan tenang.
Hati ketjilnja mempeladjari dan me-nimbang2 kata2 orang tua itu. Bulak-balik ia
berpikir tetap merasa tidak sanggup. Dari itu dengan hati2 sekali ia mendjawab:
"Pak, kau harus tahu aku tidak mempunjai tenaga jang demikian besar untuk
melakukan itu, dapatkah kau mengadjarinja kepadaku ?"Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
"Kenapa kau merasa tidak mampu ? Dapatkah kau djelaskan kepadaku ?"
"Pohon ini demikian tinggi dan tegak berdirinja. Dengan sendirinja kaki dan tangan
tidak daj5at mengeluarkan tenaga untuk mengendjot tubuh ngangsrot keatas. Misalkan
dipaksakan djuga terpaksa kedua kaki dan tangan harus terlepas dari batang pohon. Kaki
dan tangan tak mempunjai pegangan sesampainja d'iatas, bukankah dengan tjara
demikian bisa djatuh terbanting kebawah?"
Orang tua itu menundjuk kebatang pohon satunja lagi sambil berkata: "Ja, memang
djadi miring dan terlepas dari batang pohon itu, tapi kau bisa mendjambret pohon satunja
lagi." Kata2 orang tua itu agaknja serampangan sadja. Tapi untuk Gwat Hee jang tjerdik
sudah tjukup dimengerti dengan baik maksudnja orang tua itu.
Dengan girang ia berkata: "Terima kasih banjak atas petundjukmu itu pak." Habis
berkata tubuhnja segera mentjelat keatas pohon setinggi satu depa, kedua kakinja
menotol batang pohon itu dengan keras, tubuhnja terbang miring kebatang pohon
satunja lagi. Sesampai dibatang pohon kakinja ditekuk untuk mendjedjak batang pohon
dengan mendadak dan tjepat, tubuhnja membal kembali kepohon jang semula setinggi
satu depa lagi. Gatw Hee bulak-balik diantara dua pohon itu dengan lilmu itu dalam waktu
sekedjap ia sudah berada ditempat jang tertinggi dari pohon tersebut, sedangkan
letjepatannja melebihi tjaranja jang semula satu setengah kali.
Dari tempat tinggi Gwat Hee memandang keempat pendjuru, keluasan alam dan langit
jang tidak ada batasnja membuat hatinja berpikir.
"Ilmu itu tak ada batasnja, seperti luasnja alam. Lebih2 ilmu silatku masih terhitung
biasa, tapi dengan di
dapatnja ilmu ini setjara kebetulan aku dapat naik kesegala pohon atau tebing jang
tinggi asalkan sadja terdapat pohon atau tebing jang tidak berdjauhan. Ah, kakakku
mempunjai kepandaian jang lebih dalam dari kepandaianku, kalau nanti kutjeratakan hal
ilmu ini kepadanja tentu dapat mempeladjarinja terlebih baik dariku. Aku kuatir dalam
sekali tarikan napas ia bisa terbang ratusan tingginja."
Saat inilah Gwat Hee dikedjutkan suara burung jang merdu. Burung itu tidak berapa
djauh dari tubuhnja. Warnanja sama dengan burung jang dibelinja dipasar. Dalam
girangnja Gwat Hee berpikir: "Aku harus membalas budi pada oiling tua itu, dari itu aku
harus menangkap beberapa ekor burung jang disenangi ini." Pikirannja itu segera
didjalankan, tubuhnja mentjelat sedjauh dua tumbak, tangannja terdjulur menjergap
burung itu.
Gerakan Gwat Hee ini tidak ubahnja seperti djalannja anak panah jang pesat sekali.
Tapi burung itu lebih gesit lagi. Baru sadja tangan Gwat Hee akan berhasil menangkap
entah bagaimana burung itu hilang dari pandangan, sehingga Gwat Hee menangkap
angin. Gwat Hee berdjumpalitan untuk membetulkan tubulinja dan mengawasiLiong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
kesekeliling. Mana dan dimana ada burung itu ? Sedangkan bajang2nja sadja tak
kelihatan.
Burung ini demikian lintjah dan gesit sekali, sewaktu ia mengetahui akan ditangkap
se-kali2 tidak terbang, sebaliknja molos kedalam tubuh orang melalui lengan badji terus
keketiak dan sampai dipunggung. Tak heran Gwat Hee tak dapat menemuinja.
Tubuh Gwat Hee jang makin ada diudara itu kembali djumpalitan untuk hinggap
ditjabang pohon. Tapi tak terkira sekali ini ia gagal. Matanja entah kenapa merasa kabur,
pandangannja mendjadi gelap. Sedang kepalanja pening dan tak sadarkan diri, tubuhnja
djatuh tanpa dirasa lagi !
Orang tua itu sedang merasa girang dengan hasilnja pemuda jang menurut
petundjuknja itu. Tiba2 dilihatnja pemuda itu berdjumpalitan diatas udara,
menundjukkan sebagai seorang berilmu jang tidak rendah. Hatinja berpikir untuk mc-
raba2 Gwat Hee itu murid siapa. Tiba2 dilihatnja Gwat Hee djatuh dari atas, orang tua
itu mendjadi kaget. Buru2 tubuhnja mentjelat untuk menolong, Gwat Hee dapat
diselamatkan, akan tetapi mukanja sudah putjat sekali. M'atanja meram dengan napasnja
jang sudah mendjadi lemah sekali, lekas2 Gwat Hee diletakkan ditanah untuk diperiksa
nadinja. Orang tua itu merasa heran, karena ia merasakan bahwa Gwat Hee menderita
penjakitnja berat jang diakibatkan sestiatu pukulan keras.
Tapi disekeliling tidak terdapat bajangan orang. Orang tua itu djadi berpikir keras
mengenai pemuda ini jang tadi berada ditempat jang tinggi sekali, biar orang jang
bagaimana tinggi kepandaiannja djuga tidak mungkin dapat mentjelat setinggi itu untuk
melukakannja demikian hebat. Dengan hati2 diteruskan pemeriksaannja terlebih landjut.
Alhasil ia dapat mengetahui bahwa pemuda itu sudah menderita luka sebelum naik keatas
pohon, sakitnja itu belum sembuh betul. Dengan mentjelat dan djumpalitan
mengeluarkan tenaga terlalu banjak sehingga penjakitnja kambuh kembali. Penjakitnja
ini walaupun tidak meminta djiwa tapi orang tua itu sangat kuatir, kepalanja di-
gojang2kan tanpa merasa.
Pemeriksaan orang tua itu memang sedikit djuga tidak salah, sebab Gwat Hee sesudah
kena pukulan lengati Louw Eng dan menderita luka parah, betul sudah diobati Kie Sau,
akan tetapi penjakitnja belum sembuh betul. Barusan sebab terlalu girang ia tidak
merasakan sesuatu akan penjakitnja itu, schingga ia mengeluarkan terlalu banjak tenaga
dan akibatnja djatuh kemuka bumi tanna sadarkan diri.
Tidak lama kemudian Gwat Hee siuman dari pingsannja, ia merasakan seperti hidup
kembali dari suati kematian. Matanja terbuka, dilihatnja orang tua in dengan penuh
perhatian berada disamping tubuhnja Gwat Hee ingin berdiri, tapi tubuh itu terasa lemas
dai tak berdaja.Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
"Nona ketjil kau djangan bergerak ! Telanlah tiga butir pel ini dahulu, baharu bitjara."
Kiranja begin orang tua ini memeriksa nadi Gwat Hee sudah menge tahui bahwa pemuda
ini sebenarnja adalah seorang non; jang menjamar. Karenanja tidak ragu2 untuk
memanggi Gwat Hee dengan sebutan nona. Sesudah Gwat Hei menelan pel2 itu segera
tertidur dengan njenjaknja.
SSwaktu Gwat Hee akan pulas ia merasakan sesuatut jang njaman. Seluruh urat dan
djalan darahnja terasj longsong, pikirannja terasa djernih. Gwat Hee berpikir "Heran ?
mungkinkah aku akan mati ! Kenapa aki mempunjai perasaan demikian jang belum
pernah ka alami, ja, mimpipun belum pernah demikian nikmatnja !" Tapi belum pikirannja
dapat diutarakan kepad: orang tua itu ia sudah djatuh pulas terlebih dahulu.
Orang tua itu merasa girang melihat Gwat Hee tertidur dengan njenjak. Sudut bibirnja
mengeluarkan senjuman dari kepuasan. Diperiksanja nadi Gwat Hee sekali lagi, kepalanja
manggut2, mulutnja bitjara sendiri; "Sungguh menjusahkan gadis ini, disebabkan ingin
menangkap burung untukku sehingga menimbulkan kekambuhan dari penjakitnja ini.
Tapi tidak mengapa sebab lukanja ini kalau tidak diobati pasti pada sautu ketika akan
kumat lagi. Lebih2 kalau kekumatan ini terdjadi waktu bertarung lantas pingsan bukankah
mentjelakakan akan dirinja ? Tapi gadis ini sungguh mengherankan sekali, begini muda
usianja sudah mempunjai kepandaian jang hebat djuga. Terang2 lukanja ini diderita dari
pukulan seseorang jang berilmu lebih tinggi darinja ! Kenapa tidak mati ? Lagi pula aku
tidak mengetahui murid siapakah dia ? Biarlah sesudah ia terdjaga dari tidurnja akan
kutjoba barang sedjurus untuk mengetahui dari tjabang perguruan mana gadis ini
berasal."
Sambil bitjara sendiri dilepaskannja kain pandjang jang melibat dipinggangnja.
Dikeluarkannja sebuah bungkusan ketjil, dengan hati2 dibukanja. Apa jang berada
didalam jakni sematjam pel jang serupa dengan jang diberikan kepada Gwat Hee.
Dihitungnja pel jang tinggal enam butir itu. Orang tua itu kembali bitjara seorang diri:
"Enam butir pel ini hanja bisa menjuruh dia tidur lagi selama dua hari. Tapi untuk
menjembuhkan seluruh penjakitnja tidak bisa tidak harus menjuruhnja tidur selama
tudjub hari tudjuh malam. Orang tua, ja aku orang tua biar bagaimana harus berdaja
untuk mengobati gadis ini sampai sembuh betul."
Orang tua itu melihat burung Gwat Hee jang masih berada didalam sangkar dengan
perasaan sajang. Hatinja berpikir, ah, sebab burung ini gadis itu menderita kembali
lukanja setjara begini. Lebih baik kulepas sadja. Dibukanja sangkar itu dan disyruhnja
burung itu terbang untuk mendapatkan kembali kebebasannja. Dengan penuh
kegirangan burung itu terbang ber-ptar2 kernudian baharu terbang mendjauh.
Sebaliknja kita tengok dulu Tjiu Piau jang tengab melatih diri.
Sesudah sendja ia kembali kepenginapan.Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
Sesampainja dipemondokan haripun sudah djauh malam. Hoa San Kie Sau pun baharu
habis melatih diri. Nasi sudah dihidangkan. Dua orang ini menantikan kembalinja Gwat
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hee untuk makan malam. Siapa tahu tunggu punja tunggu Gwat Hee belum djuga pulang,
dari itu mereka makan terlebih dahulu. Kedua orang ini masing2 diliputi perasaan tjemas
tak keruan. Per-tama2 mereka mengi'ra Gwat Hee melupakan waktu untuk menuntut
ilmu. Tapi sampai djauh malam masih belum djuga kelihatan ia kembali, sehingga
kekuatiran mereka ber-tambah2. Sehingga mereka berpikir Gwat Hee kc
temu orang djahat dan menirnbulkan sesuatu hal jang tidak Djinginkan. Hoa San Kie
Sau tidak sabaran lagi untuk menunggu, Diadjaknja Tjiu Piau sebagai petundjuk djalan
dan terus pergi menjusul untuk mentjarinja.
Tjiu Piau ingat dimana Gwat Hee masuk kepepohonan jang lebat itu. Tapi disebabkan
mengurus dirinja sadja melatih diri, sehingga tidak tertarik untuk melihat keadaan
mereka. Saat ini kedua orang ini ubak2au didalarri hutan tanpa mengeluarkan suara.
Waktu berlalu terus, Gwat Hee belum kena ditjari. Tak lama kemudian haripun segera
akan mendjadi terang.
Tiba2 dari djarak djauh mendatang suara njanjian jang merdu sekali. Suara ini semakin
lama semakin dekat.
Dengan penuh perhatian kedua orang ini memasang telinganja. Dengan suara
perlahan Kie Sau berbisik ditelinga Tjiu Piau: "Ini adalah suara burung Gwat Hee jang
ungu itu !"
"Ja, benar," kata Tjiu Piau, "tapi bukan suara seekor, agaknja banjak sekali."
Kala ini fadjar menjingsing dari timur, gempalan awan ungu jang terang mendatang
dari arah timur djuga. Awan ini semakin lama semakin rendah terbangnja. Oh kiranja
bukan awan dari angkasa, melainkan adalah ribuan burung ketjil berwarna ungu.
Burung2 ini sesudah terbang melewat Kie Sau dan Tjiu Piau segera menudju kebarat
daja, maka kedua orang ini berbareng mengangkat kaki menudju arah itu.
Mereka terus mentjari djedjak Ong Gwat Hee tanpa berhasil. Mereka memutari sebuah
bukit ketjil, disini mereka melihat kembali burung2 ungu jang merupakan gempalan awan
itu. Burung2 itu berputaran tak Jienti2nja diatas pepohonan jang rimbun. Dihutan itu
terlihat dua batang pohon jang mendjulang tinggi mentjakar angkasa. Kedua orang itu
tertjengang melihat pemandangan jang luar biasa ini. Sementara itu burung2 itu sudah
berhenti tidak berkitjauan lagi. Tapi masih terus berputar mengelilingi pohon raksasa itu.
Semakin lama semakin tjepat burung2 itu ber-putar2. Kemudian hinggap dengan
tjepatnja kedalam tjabang2 pohondan hilang tidak kelihatan.
"Lekas kita kesana," kata Hoa San Kie Sau. "Burung2 itu ber-putar2 disitu, mungkin
Yauw Tjian-pwee berada disitu untuk menangkapnja beberapa ekor !" Kedua orang iniLiong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
segera lari dengan pesat masuk kedalam hutan. Dari djauh mereka melihat seseorang
tengah terlentang dibawah pohon jang besar itu.
"Nah, itu Gwat Hee !" seru Tjiu Piau kegirangan.
Memang tidak salah orang itu Gwat Hee adanja. Mereka mempertjepat tindakannja
menudju ketempat Gwat Hee berada.
Hoa San Kie Sau mengawasi Gwat Hee tengah lidur njenjak. Wadjahnja menundjukkan
tengah tidur dengan tenang, dibalik parasnja jang putjat terdapat sinar semu merah, Kie
Sau memeriksa djalan darahnja walaupun denjutan nadinja itu agak lemah, djalannja
sang rata.
"Denjutan nadi Gwat-djie agak lemah, tapi teratur. Seperti sakit tapi tidak. Terkedjuali
itu ia bisa tidur didalam hutan ini dengan begini njenjak. Sungguh mengheran'kan sekali,
dan tidak dapat kumengerti," kata Kie Sau dengan heran.
"Tjoba banguni dan tanjai kepadanja," kata Tjiu Piau.
"Oh, djangan biarlah ia menikmati tidurnja ini !" Dna orang ini selandjutnja duduk
disamping tubuh Gwat Hee untuk beristirahat. Keletihan mereka semalam suntuk ini
membuat Tjiu Piau merapatkan mata dan tertidur njenjak, sedangkan Hoa San Kie Sau
tetap diam diri mernelihara semangatnja.
Entah berapa lama sudah berlalu. Waktu. Tjiu Piau membuka matanja terlihat orang
tua itu sudah berada diantara mereka. Tjiu Piau ter-gesa2 bangun dan niemberi hormat.
Seruan Tjiu Piau ini membuat Hoa San Kie Sau membuka matanja. Hatinja kaget dan
berkata setjara diam. "Kepandaiannja Lo Yau (si Yauw tua) ini sungguh luar biasa sekali.'5
Sebelum Hoa San Kie Sau sempat membuka mulut, orang tua itu sudah tertawa ter-
kekeh2 terlebih dahulu.
"Nio Lo-tee ini murid kau bukan ?" tanja orang tua itu sambil menundjuk pada Tjiu
Piau.
"Yauw Tjian-pwee, jang tidur ini baharulah ada muridku jang tak berguna."
Djawaban itu diluar perkiraan orang tua itu. Kembali ia tertawa: "Ah Lo-tee,
kepandaianmu sungguh bagus, sehingga dapat mengadjar seorang murid jang tjakap
seperti dia Apakah jang terdjadi atas dirinja sehingga ia menderita luka jang demikian
hebat ?" Dengan singkat Hoa San Kie Sau menuturkan hal jang dialami Gwat Hee.
Kemudian Tjiu Piau diperkenalkan.
"Oh, kalau demikian kita rnasih orang sermnah I" kata orang tua itu.
Hoa San Kie Sau dan Tjiu Piau tidak mengerti apa jang dimaksud dengan perkataan
"orang serumah" itu.Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
Kie Sau minta keterangan tentang hal Gwat Hee pada orang tua itu. Orang tua itu
dengan singkat menerangkan: "Setiap orang jang makan obatku segera akan tidur
njenjak. Seharusnja ia mesti tidur selama tudjuh hari tudjuh malam. Sajang aku
belakapgan ini mendjadi malas, sampai pelku hampir habis belum membuatnja lagi. Jang
tertinggal hanja sembilan butir, dan nanja dapat menjuruhnja tidur selama tiga hari tiga
malam sadja; sehabis minum sebanjak sembilan butir ini sebenarnja tidak seberapa
berguna, paling banter kesehttannja dapat dipulihkan seperti penjakitnja belum
scvmbuh."
"Lo Tjian-pwee, dapatkah resepnja diberikan kepadaku?" tanja Tjiu Piau dengan
tjepat.
"Tjaranja dapat kuberikan kepadamu, tapi obat2 jang dibutuhkan untuk membuatnja
tidak tjukup dalam tiga lima hari didapatnja. Tjara membuatnja dapat diselesaikan dalam
waktu sepuluh sampai lima belas hari. Tapi kalian tidak perlu gelisah, sebab botjah ini
mujur sekali; jakni ada sesuatu benda jang tak ternilai harganja masih dapat
menjembuhkannja.".
Tjiu Piau mendengar adanja sematjam benda jang langka, membuka matanja lebar2.
Orang tua. itu mengeluarkan sebuah tjangkir ketjil jang digunakan Gwat Hee untuk
memberi minum burungnja. Didalam tjangkir itu tidak berisi air melainkan berisi tjairan
jang berwarna ungu, entah benda apa itu adanja.
"Bukan sadja kalian belum pernah melihatnja, akupun baharu pertama kali
melihatnja"Dahulu menurut orang2 tua punja tjerita, diantara bumi dan langit ini terdapat
sedjenis burung jang dinamai walet sakti jang ketjil dan tjerdika&varnanja ungu mulus
harganja tak ternilai. Walet saktrini bisa mengeluarkan tjairan ungu jang harum dan
berkasiat untuk menjembuhkan segala matjam penjakit. Sungguh diluar perkiraan botjah
ini bisa men dapatkan walet sakti ini. Kemarin aku melepaskan burung itu, hari ini ia
mengundang ribuan dari teman2nja datang kesini. Aku. mentjoba membawa tjangkir ini
naik keatas pohon, diluar perkiraan burung2 itu satu demi satu mengeluarkan liurnja
ketjangkir ini. Kamu lihat inilah liur harum dari-ribuan ekor walet sakti itu. Kalian harus
mendjaga botjah ini baik2. Beriknlah obatku dulu untuk menidurkan ia selama tiga hari
tiga malam, kemudian baharu berikan liur harum dari walet sakti ini. Dengan tjara ini
tidak perlu dikuatirkan sakitnja itu tidak akan sembuh. Bahkan sesudah sembuh tubuhnja
itu akan terlebih sehat dan terlebih kuat daripada sebelumnja memakan obat ini." Tjiu
Piau buru2 menerima obat2 itu.
Orang tua itu memandang Tjiu Piau dan berkata pada Hoa San Kie Sau: "Lo-tee, lebih
baik Siau-ko ini kau terima djuga sebagai muridmu ! Ilmu kakinja melepas sendjata
sungguh menjenangkan sekali. Tjarilah tempat jang baik untuk membimbing dan
mendidiknja, aku djamin ia akan berhasil dengan gemilang sekali. Terketjuali itu
menerima murid sematjam dia ini pasti tidak akan memalukan !"Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
"Djika dihari kemudian ia mendapat kemadjuan, ia harus mengutjapkan sukur dan
terima kasih kepadamu, sebab semua ini adalah djasamu."
"Bagus, bagus kau melulusi untuk menerima dia sebagai murid!" Tjiu Piau buru2
madju kedepan Kie Sa untuk memberi hormat, dan memanggil "Soe-hoe".
Sewakt orang2 sibuk mendjalankan kehormatan sebagai murid dan guru. Orang tub
itu mengentjengkan kain pengikat pinggangnja, dengan tenang ia berlalu. Dua murid
berguru itu berdiri dengan hormat mengantar kepergian orang tua itu dengan sinar
matanja.
"Sampai ketemu pula, tak lama iagi kita kembali bertemu !" kata orang tua itu sambil
me-lambai2kan tangannja. Sementara itu kakinja melangkah semakin tjepat, kemudian
tubuhnja lenjap dibalik pohon2 jang rimbun.
Kemudian Kie Sau berpaling pada Tjiu Piau: "Piaudjie kau harus mengingat petundjuk2
dari Yauw Tjianpwee itu, peladjarilah terlebih giat ilmu itu."
"Aku masih membutuhkan banjak petundjuk dari Soe-hoe djuga."
Dua guru bermurid ini kelihatannja senang sekali. Kiranja sesudah Kie Sau berkumpul
dalam beber.ipa hari dengan Tjiu Piau, didalam hatinja timbul rasa sajang dan ingin
mendjadikan Tjiu Piau sebagai muridnja. Demikian djuga dengan Tjiu Piau sudah
nempunjai niat untuk berguru kepada Kie Sau scwaktu di Ban Liu Tjung. Hanja keduanja
belum bisa membuka rnulut untuk mengutarakan pikirannja, kini mendapat bantuan dari
Yauw Tjian-pwee dengan sendirinja mereka rnerasa girang.
"Disini, tidak berapa leluasa untuk ber-larna2, mari kita pulang," kata Kie Sau. Tjiu
Piau lengannja belum sembuh betul. Dari itu Gwat Hee harus dipondong oleh Hoa San
Kie Sau.
Ketiga orang itu kembali pulang kedalam kota ketjil. Mereka mengatakan habis
mengadjak Gwat Hee berobat, karenanja tidak seorangpun merasa tjuriga atas krpergian
mereka semalaman penuh.
Gwat Hee tertidur sampai malam hari baharu bangun. Dilihatnja sang guru dan Tjiu
Piau berada disisinja. hal ini membuatnja merasa heran. Tjiu Piau menuturkan hal iehwal
ini kepada Gwat Hee.
"Tak kukira burung ungu itu adalah walet sakti, kapan hari kalau ketemu burung2 itu
harus baik2 memperlakukannja, baharu betul !"
Sesudah dahar Gwat Hee meminum obat Yauw Tjianpwee lagi, sesaat kemudian
kembali ia tidur njenjak. Hal ini ber-turut2 sudah dilakukan tiga hari lamanja. Sehingga
kesehatannja sudah pulih kembali seperti semula. Tapi mereka tidak berani mengabaikan
pesan dari orang tua itu. Gwat Hee diberinja minum liur harum dari walet sakti itu sedikit2Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
setiap harinja. Sepuluh hari kemudian liur harum itu sudah habis diminum. Gwat Hee -
nerasakan kian hari kian bersemangat dan sehat.
Kie Sau melihat sakitnja Gwat Hee dan Tjiu Piau sudah sembuh betul. Dari itu
djadjaknja mereka berdamai untuk pergi ke Oee San gunanja mentjari tonpat jang baik
untuk melatih kepandaian. Tentu sadja kedua orang itu menurut saran gurunja.
Keesokan harinja mereka meninggalkan kota ketjil itu untuk melandjutkan
perdjalanannja. Mereka singgih sebentar di Gui Tju Hu.
Disitu terdapat gunung jang bernama Pek Gak San. Disinilah Tiiu Plan dan Gwat Hee
memperdalam ilmu silatnja gibawah penilikan Hoa San Kie Sau. Malam hari mereka tidur
digua, siang hari melandjutkan lat.ihannia.
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Adapun letaknja Pek Gak San tidak berdjauhan dengan Oey San. Mereka menunggu
waktu untuk mendaki Oey San sambil berlatih terus.
Kedua lengan Tjiu Piau sudah banjak baikkan, tapi belum bisa digunakan seperti masa
sehatnja, mengenai ilmu kakinja itu setiap hari dilatih terus dengan giatnja. Hari ini Tjiu
Piau dan Gwat Hee tengah asjiknja me-, latih diri, tiba2 Tjiu Piau menghentikan latihannja
dan duduk dibawah pohon dengan mata mendolong kaja orang tolol. Sudah lama djuga
ia terbenam dalam lamunannja, kemudian lontjat bangun sambil berseru kegirangan:
"Aku sudah menjadari ! Aku tahu !" Gwat Hee melihat ia kegirangan demikian mat jam
segera lontjat tyrun dari atas pohon.
"Apa jang kau sudah sadari, dan ketahui ?" tanjanja dengan heran.
"Yauw Lo Tjian-pwee pernah mengatakan kepadaku. Kau harus dapat membidik
seekor lalat seperti seekor kerbau. Kini aku sudah mendapatkan ijaranja ini !"
"Kalau begini kau sudah mendapatkan batas jang dikehendaki Yauw Lo Tjian-pwee
bukan ? Tentu ini batas jang sukar dan tidak mudah untuk didapat oleh sembarang orang
!" Tjoba kau tjeritakan kepadaku apa jang kau sudah sadari itu."
Tjiu Piau memusatkan pikirannja. Agaknja ingin mengin'gat dan mentjatat dengan baik
apa jang sudah disadari itu. Sesaat kemudian baharu ia bitjara: "Begini, barusan aku
mengambil lantjah jang terdapat dipohon itu sebagai bulan2an dari batuku." Gwat Hee
melihat ketempat arah jang ditundjuk Tjiu Piau, tampak sebua i sarang labah2 jang sudah
rusak.
"Batuku jang pertama hanja dapat merusakkan sarangnja, sedangkan lantjah2 itu
tengah merajap pergi, sehingga batu pertama gagal. Sesudah itu lantjah2 itu mundar-
mandir diatas djaringannja itu. Menjukarkan untuk membidiknja. Terpaksa aku membuka
mataku lebar2 dan kuperhatikan gerak geriknja dan menantikan dia diam setjara tenang.
Sesudah aku menatap demikian lamanja, tiba2 kurasakan sesuatu jang aneh, ldbah2 itu
semakin lama semakin besar, baru2 sebesar kep-ila, terus sebesar kura2 kemudianLiong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
berubah pula mendjadi sebesar kerbau. Tatkala mataku melihat lantjah jang sebesar
kerbau itu, mataku se-olah2 tertutupnja dan tidak melihat lagi keadaan sekeliling, apa
jang kulihat inelulu lantjah itu. Aku kegirangan dapat mentjapai batas jang diberikan
Yauw Lo Tjian-pwee itu. Sehingga membuat perhatianku terpentjar, begitu bujar akan
pikiranku kembali aku dapat melihat lagi keadaan dunia jang luas ini. Sedangkan labah2
itu kembali berubah mendjadi ketjil lagi."
Ong Gwat Hee mendengarkan perkataan Tjiu Piau dengan penuh perhatian, dengan
kepintarannja jang luar biasa itu ia dapat menjadari dan memahami sebab2nja itu. Saat
ini Gwat Hee sudah tak tahan untuk mengutarakan pendapatnja.
Kata2 Tjiu Piau dipotongnja ditengali djalan: sudah mengerti akan hal itu. Jakni waktu
kau mentjm rahkan perhatianmu pada labah2 itu, matamu hanja melihat itu sadja,
sehingga dunia dan alam jang luas ini se-olah2 tertutup oleh labah2 itu. Tak heran labah2
dalam matamu itu mendjadi sebesar kerbau. Kerbau bisa sebesar dunia, betulkah begitu
?"
"Benar ! Benar ! Memang demikian. Tadi aku duduk menjandar dibawah pohon untuk
beristirahat. Demikian djuga benda mendjadi ketjil kalau ada benda lain jang lebih besar.
Dalam diamku aku mendapatkan sesuatu jang mendjadi pertanjaanku selama ini. Jakni
adanja benda besar dan ketjil se-mata2 hanja,dari perbandingan sadja. Kalau mata kita
tidak melihat kerbau tentu tidak merasakan labah2 itu ketjil adanja. Kalau mata
memandang sebuah gunung maka kerbau itu mendjadi ketjil. Disebabkan hal ini seekor
kerbau tidak mudah untuk dikenakan batu, sebaliknja kalau kita memusatkan perhatian
pada seekor labah2, labah2 itu bisa merhenuhi mata kita. Karenanja mudah untuk
dikenakan' mendengar ini Gwat Hee tidak henti2nja menganggukkan kepalanja.
Tiba2 Tjiu Piau melontjat bangun sambil berseru: "Sekarang aku dapat menghadjar
seekor labah2 semudah inembalikkan tangan, lihatlah pertjobaanku ini !"
Tjiu Piau mengangkat kakinja, matanja penuh peihatian kepada labah2 jang tengah
merajap kesana merajap kesini itu. Batu itu ditendangnja terbang menjamber labah2
tersebut, tidak miring tidak terlampau tinggi tepat mengenai sasaran.
"Wah, hebat betul !" seru Gwat Hee dengan girang. "Sumoy tjoba kau djadjal tjaraku
ini !"
"Ah, tidak bisa. Labah2 itu pulang pergi kulihat tetap sebesar katjang kedelai sadja !"
"Kau harus memusatkan perhatianmu, segala pikiran harus disingkirkan, dan
anggaplah dimatamu hanja ada labah2 itu sadja. Dengan tjara ini pasti kau berhasil."
"Ilmu melepas sendjata rahasia pun aku tak berapa bisa !" kata Gwat Hee sambil melirik
Tjiu Piau. Tak terkira Tjiu Piau pun tengah menatapnja dengan asjiknja. Keempat sinar
mata bentrok ! Masing2 merasakan sesuatu jang menjegarkan dan menggontjangkan
perasaan. Mulut mereka se-olah2 penuh dengan kata2 jang sukar dilukiskan. Ingin hatiLiong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
mereka untuk mengutarakan sesuatu akan isi hati masing2 tetapi kandas daiam
gontjangan hati muda jang penuh diliputi tjinta dan malu2. Sesudah mereka
membungkam dan terbenam daiam kematjetan dan ketidak wadjaran muka mereka
mendjadi dadu dan manis !
Gwat Hee buru2 memungut batu sambil berkata untuk rnenghilangkan suasana jang
djanggal ini: J5Aku ingin mentjoba untuk menghantam sarang burung itu !" Batu
melajang, tapi djauh sekali dari sasaran. Tak heran Gwat Hee tak berhasil sebab
pikirannja masih risau di sebabkan hal tadi.
Pergaulan hidup bersama beberapa hari membuat hubungan mereka terlebih intim.
Tjiu Piau merasa kasian pada Gwat Hee jang kehilangan Djie Hai. Sehingga Gwat Hee
hidup seorang diri tanpa saudara, atas ini Tjiu Piau memperlakukannja seperti adik
sendiri; sebaliknja djuga Gwat Hee memperlakukan Tjiu Piau seperti kakak kandungnja.
Perasaan bersudara ini agaknja berubah pada hari2 terachir, antara dua orang ini
tersimpul suatu perasaan saling memperhatikan dan menjajang. Tak heran begitu mata
Gwat Hee bentrok pada Tjiu Piau tadi denjutan djantungnja ber-debar2 sehingga
bidikannja tak menemui sasaran.
Dengan berseraangat Tjiu Piau menarik lengan Gwat Hee.
"Tjoba, ajo tjoba sekali lagi. Kau pasti berhasil !" Begitu lengan Gwat Hee kena
terpegang ia merasa likat. Lengannja dipengkeretkan. Tjiu Piau pun sadar atas ini, buru2
menurunkan tjekelannja. Tapi njatanja orang muda ini tidak melepaskan lengan mereka
satu dengan lain bahkan semakin erat !
Dengan lemah-lembut Gwat Hee berkata: "Piau Soeko, kau sungguh baik, mau
menurunkan kepandaian jang hebat ini kepadaku. Kalau kau tidak menurunkan ilmu ini,
bukankah kau bisa mendjagoi didunia Kang Ouw ?"
Dengan pandangan jang penuh arti Tjiu Piau mendjawab: "Sumoy, kenapa kau berkata
begitu. Aku ridlah dengan se-ichlas2nja segala jang kupeladjari dan jang kupipir untuk
diberikan kepadamu."
"Akupun demikian ingin memberikan apa jang kupeladjari, jang kupikir kepadamu."
Kembali mata mereka saling menatap dan tertawa. Tertawa ini penuh dihiasi
kemeseraan gelombang remadja jang bergelora penuh asmara. Kedua hati mudamudi ini
mendjadi.hangat penuh kenikmatan jang sukar dilukiskan dengan kata2 ini.
Saat ini bukan main senang dan segarnja sen.angat Gwat Hee. Serentak lengannja
dilepaskan per-lahan2 dari pegangan Tjiu Piau.
"Baik ! Akan kutjoba sekali lagi !" Dipungutnja sebuah batu dan ditatapnja sarang
burung itu dengan sepenuh perhatiannja. Kini entah bagaimana hatinjamen djadi tenang
dan tenteram. M a tab] a hanja melihat sarang burung terketjuali itu jang lain tidakLiong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
diperhatikan. Begitu lengannja bergerak maka sarang burung teischut kena dihantjurkan
sehingga burung2 jayng berada didalamnja bertjowet terbang.
"Piau Soe-ko, kau lihat bagaimana hasilnja ?" tanja Gwat Hee dengan girang.
"Sedari tadipun aku memastikan bahwa kau akan t>erhasil." Kembali mereka
berpegangan tangan, hatinja mendjadi terbuka penuh kepuasan.
Tjiu Piau sudah dapat mempeladjaui apa jang disebut "tepat", selandjutnja Tjiu Piau
melatih kedahsjatan dan ketjepatan dibawah pimpinan Hoa .San Kie Sau. Tjiu Piau dalam
waktu singkat sudah memiliki ilmu melepas sendjata rahasia itu dengan baik. Hal ini
disebabkan radjinnja dan sudah dipeladjarinja sedjak ketjil.
Tambahan sekarang mendapat guru jang ternama tak heran kalau ia bisa seratus kali
melepas seratusikali kena. Harus diketahui bahwa tenaga kaki adalah lebih besar dari
tenaga lengan, dari itu Tjiu Piau dapat melepaskan sendjata rahasianja sedjauh tiga-
empat pulvdi tumbak untuk membinasakan seekor kelintji. Sedangkan kedua lengannja
sudah semakin sembuh dan dapat dipakai seperti dulu, tapi tenaganja belum pulih
seratus perser"
Demikian pula Gwat Hee kesehatannja sudah pulih dan bertambah sesudah minum
liur harum walet sakti. Beberapa hari ini Kie Sau melatihnja akan ilmu jang diberi orang
tua itu. Berkat latihan dan keuletannja Gwat Hee dapat turun naik ditebing, dipohon
dengan sesuka hatinja.
Tanpa dirasa musim panas sudah berlalu musim rontok sudah mulai menggantikannja.
Bulan delapan Tiong Tjiu sudah dekat. Hati ketiga orang ini penuh diliputi sesuatu
perasaan jang aneh2 uhtuk mendaki Oey San.
Perasaan danpikiran Gwat Hee mendjadi aduk2an, demi dipikirinja pertemuan Oey San
jang akan datang itu. Kesatu saat untuk mentjari balas guna ajahnja sudah hampir
sampai saatnja, hal ini tentu sadja membuat hatinja bergelora; kedua, sedjak kakaknja
terpisah dengan dirinja, hingga kini masih belum ada kabar tjeritanja. Dapatkah kiranja
sang kakak itu berkumpul di Oee San pada waktu jang sudah ditentukan. Kajau2 kakak
itu tidak datang, harus kemana ditjarinja? Ketiga dapatkah kiranja berdjumpa dengan
saudara Tju itu? Keempat, mengkuatirkan orang jang meniberikan sadjak itu masih hidup
atau tidak? Orang dari golongan mana?
Pikirannja ini membuat Gwat Hee tak keruan rasa, sehingga sering tidak tidur dan
tidak napsu makan.
Tjiu Piau pun mempunjai perasaan sama seperti Gwat Hee. Terketjuali dari itu dalam
waktu jang senggang ia memetik daun obat2an untuk membuat ratjun guna mutiaranja.
Hoa San Kie Sau pun mempunjai sesuatu jang terkandung didalam hatinja, semendjak
ia menerima Djie Hai dan Gwat Hee mendjadi muridnja. Dari saat itulah ia sudahLiong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
mempunjai rasa tanggung djawab jang berat untuk mendidik dua saudara itu mendjadi
orang jang berkepandaian, sepuluh tahun lamanja, segala kepandaiannja sudah
diturunkan kepada mereka. Sungguh menggirangkan sekali anak2 itu sangat radjin
beladjar, sehingga dalam usia jang masih muda itu sudah mempunjai kepandaian jang
baik. Tapi semendjak di Bu Beng To, murid sulung jang sangat ditjinta itu hilang entah
kemana, dalam hari2 belakangan ia pergi menjelidiki kemana2, tapi hasilnja tetap nihil.
Kalau sampai tidak dapat diketemukan dalam pertemuan Oey San nanti, hatinja merasa
tidak enak,terhadap Soc-teenja suami-isteri jang berada dialam baka itu. Tapi Kie Sau
seorang Kang-ouw iang berpengalatnan sekali, kalau dibandingkan dengan kedua hati
anak muda jang risau itu, pikirannja Iebih tenang. Hatinja selalu berpikir, bahwa
pertemuan Oey San ini pasti akan terdiadi keributan, bahkan sesuatu bahaja besar akan
dihadapi, untuk mengatasi keadaan ini, hatinia tak henti2nia berpikir.
Bulan delapan iang di-nanti2kan sudah diambang pintu. Bulan jang terbenam
ditjakrawala pe-lahan2 menampakkan dirinja, lama kelamaan membentuk seperti sisir.
Kemudian mendjadi agak besar. Ketiga guru bermurid itu melandjutkan perdjalanannja
mendaki Oey San pada tanggal sepuluh. Dengan perhitungan akan sampai pada malaman
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiong Tjiu (tanggal lima belas bulan delapan dipuntjaknja Oey San jang bernama Thian
Tou Hong.
Pagi itu Tjiu Piau terdjaga dari tidurnia tanpa melihat Gwat Hee. Hatinja merasa tiemas
sekali, tidak Viiketahui kemana Sumoynja pergi. Sesudah membereskan dirinia, terus
mentjarinja sepandjang djalan jang biasa mereka bermain dan melatih diri. Tapi bajangan
Gwat Hee tak kelihatan sama sekali, ia berpikir sedjenak, hatinja ingat dipuntjak gunung
terdapat djeram (air terdjun) iang ketiil. Dimana air itu berkumpul merupakan satu situ
jang ketiil. Tempat ini adalah tempat mereka biasa bermain djuga, mungkinkah Gwat Hee
pergi kesana? Kakinja segera bergerak membentangkan ilmu merigentengkan tubuhnia
lari keatas.
Pada hari belakangan ini Tjiu Piau baharu memperoleh peladiaran ilmu dalam dari Hoa
San Kie Sau. Karena dasarnia tidak berapa dalam, belum bisa mempeladjari ilmu
sematjam Gwat Hee untuk mendaki dan naik kepohon setjara tjepat, tapi hari2
belakangan ini, ia banjak melatih ilmu kakinja. Sehingga tenaga kakinja memperoleh
banjak kemadjuan. Tak heran ia bisa lari seperti terbang diatas pegunungan seperti
didataran biasa. Sesaat kemudian ia sudah tiba ditempat tudjuan. Tampaklah dibawah
air terdjun, didepan situ berduduk seorang gadis, jang membalik badan kearahnja.
Agaknja gadis itu tengah menghias diri, rambutnja jang pandjang terurai hitam mengkilap
dan menjenangkan. Membuat orang belum melihat mukanja sudah memastikan gadis itu
sangat tjantik adanja.
Tjiu Piau merasa tertegun akan hatinja. Pikimja didalam hutan balantara ini, dapat
menemui seorang gadis jang demikian tjantiknja, sungguh mengherankan sekali,
dapatkah gadis biasa datang kesini ?Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
Sementara itu gadis itu sudah selesai berhias. Tubuhnja membungkuk keair situ untuk
mengatja, sedangkan -rrTulutnja kemak-kemik entah mengatakan apa. Tanpa merasa
Tjiu Piau menggeser kakinja mendekati. Telinganja segera mendengar kata2 gadis itu.
"Oh, ajah inilah wadjah dari puterimu." Tjiu Piau semakin mendekati, kepalanja melongok
air situ, dalam air itu terdapat bajangan dari seorang gadis tjantik bermata bulat hitam.
Tjiu Piau merasa kenal wadjah ini, tapi tak dapat mengingatnja dalam waktu jang singkat.
Per-lahan2 gadis itu berdiri bangun, badannja berputar kearah Tjiu Piau berdiri.
Ditatapnja Tjiu Piau, sedangkan pipinja mendjadi merah dadu. ia tertawa dengan
manisnja sambil berkata: "Piau Soe-ko!" Suara ini membuat Tjiu Piau sadar dari
lamunannja. Inilah suara Gwat Hee bukan? pikir hatinja. Tak heran membuatnja
mendjadi bengong tak keruan, karena pada hari2 biasa belum pernah melihat sang
Sumov berpakaian wanita. Tak kira sesudah Gwat Hee menghias diri gadisnja demikian
matjam, tjantiknja luar biasa, sampai Tjiu Piau tidak tahu harus mengatakan apa. Ia
terpaku terus menatap tubuh jang demikian ramping, langsing dan geulisnja.
Sesudah membengong demikian lamanja, Tjiu Plan baharu dapat berkata dengan tak
wadjar: "Moy-tjoe, kau .. kau .. kenapa ?!"
Dengan keren Gwat Hee menerangkan: "Piau Soe-ko, sedjak ketjil aku biasa
mengenakan pakaian anak laki2 Dengan tjara menjamar ini aku dapat bergerak bebas
didunia Kang-ouw, tapi kini aku akan mengurus dan membereskan sakit hati ajahku, dari
itu aku harus kembali pada wadjah gadisku, agar ajahku dapat melihat wadjahku jang
sebenarnja. Kau pikir betul tidak?" Tjiu Piau tak dapat mendjawab, hanja kepalanja jang
mengangguk. Sesudah hening seketika, Tjiu. Piau baharu dapat mengeluarkan lagi
kata2nja: Gwat Hee Moy-tjoe, apakah pada hari2 nanti kau tetap berdandan
sematjam ini?"
"Ja"
"Selamanjakah begini?" tanja Tjiu Piau lagi.
"Kenapa?"
"Aku senang dengan tjara kau berdandan ini."
"Ja, selamanja begini," djawab Gwat Hee ter-sipu2.
Kedua muda-mudi ini ber-duduk2 ditepian situ itu sarnbil mandi sinar surja pagi jang
indah. Masing2 hati mereka mempunjai sesuatu omongan jang indah2 dan banjak sekali
untuk diutarakan. Tapi agaknja entah bagaimana mereka lebih senang terbenam dalam
kesunjian tanpa kata2. Pagi hari dipegunungan, sungguh indah sekali, burung2
berkitjauan dan beterbangan. Angin sepoi2 basah membawa kesegaran hidup. Harumnja
bunga hutan membuat mereka terbenam dalam kemabukan mesra hidup remadja.Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
Waktu berlalu dengan tjepat tanpa terasa oleh mereka. Saat inilah matahari sudah
mendjulang tinggi diangkasa.
Gwat Hee tersadar dari lamunannja jang manis itu Jengan kaget.
"Kita harus segera pulang, djangan2 Soe-hoe tengah menunggu kita dengan tak
sabar!" kata Gwat Hee sambil menarik sang djaka.
Mereka segera turun kekaki gunung, Tjiu Piau mempunjai ilmu kaki jang liehay dalam
sekedjap sadja sudah meninggalkan Gwat Hee dibelakang. Tapi begitu ada pohon Gwat
Hee segera mempergunakan ilmunja dengan tjaranja itu ia dapat berlari kebawah terlebih
tjepat dari Tjiu Piau. Demikianlah mereka ber-kedjar2an susulmenjusid, sehingga dalam
waktu sebentar sudah tiba dibawah kaki gunung. Benar sadja mereka melihat Hoa San
Kie Sau sudah menantikan mereka dalam banjak waktu.
Tiga orang ini segera ber-kemas2. Langsung menudju Oee San. Sesudah berdjalan
sepuluh lie djauhnja, didepan mereka menghadang sebuah. -surigai ketjil, disitulah
mereka beristirahat untuk memakan ransum keringnja. Kemudian perdjalanan
dilandjutkan lagi sesudah tjukup beristirahat. Kembali sepuluh lie sudah dilalui, djauh2
memandang terlihat sebuah pegunungan jang berbukit berantai bertumpuk mendjadi
satu. Hoa San Kie Sau menundjuk arah itu: "Nah, itulah Oey San jang mendjadi tudjuan
kita." Habis bitjara, hatinja berkata sendiri: "Ah, Oey San Oey San. Delapan belas
tahun berselang ditubuilmu itu terdjadi peristiwa apa jang sesungguhnja. Kini tak lama
lagi, kembali ditubuilmu itu akan terdjadi pula kisah, kisah jang harus kau saksikan.
Penghidpan orang tak ubahnja seperti awan jang mudah berubah, asal matanja sudah
rapat segala sesuatu peristiwa jang dialami segera mendjadi tamai. Tapi lain denganmu.
kau akan terus tegak mendjulang keanakasa demran megahnja, sambil menjaksikan
terus peristiwa2 kehidupan manusia jang tidak habis2nja ini."
Oey San kelihatannja didepan mata, tapi tidak dapat dengan segera ditjapai. Sesudah
memakan waktu seharia lagi, baharu mereka tiba dilereng Oey San itu. Untr melewatkan
malam mereka menumpang mondok pad penduduk disitu.
Dengan berlalunja waktu ini, bulan diangkasa luas it sudah mendjadi bulat. Tjiu Piau
dan Gwat Hee mem rut pesan dari Kie Sau segera mendaki kepuntjak Thia Tou Hong,
sedangkan Kie Sau membuntuti dan melir dungi dari belakang. Malam harinja mereka
sudah san pai dipuntjak gunung itu.
Thian Tou Hong adalah salah satu dari puntjak Oy San jang banjak itu. Salah satu jang
tertinggi dari sekal an puntjak. Satunja lagi jang menjamai Thian Tou Hon adalah Lian
Hoa Hong. Tapi untuk didaki Thian To Hong lah jang paling sukar. Tapi untuk mereka jan
mempunjai ilmu liehay itu, puntjak ini sedikit djug tidak meniukarkan.Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
Hati mereka mendjadi rtiabuk sesampainja dipuntja ini, walaupun mereka dibesarkan
didaerah pegunungar tapi belum pernah menjaksikan pemandangan alam jan demikian
indah dan permai. Terketjuali dari puntja Lian Hoa tak sebuah puntjak lain jang menjamai
pun tjak Thian Tou Hong. Ratusan dan ribuan puntjak lai semua berada dibawah kaki
mereka. Puntjak2 itu tida teratur dengan rata, selang-seling dikiri-kanan mendjadi kan
sesuatu pemandangan jang mentakdjupkan. Hal jan lebih mengherankan, jakni di-sela2
awan jang banjak itu tampak warna-warni jang indah.
Tjiu Piau berkata: "Konon pohon Siong dari Oe San ini sangat ternama didjagat raja.
Kini aku bahar dapat menjaksikan dengan mata kepala sendiri, menuia sebenarnja indah
sekali. Agaknja aku tengah dalam miin pi sadja. Kau lihat ! Diantara banjaknja pohon
Sion, itu terdapat tambahan warna merah, apa itu ?"
"Sewaktu aku ketjil pernah mendengar pertjakapan seorang paderi dengan Soe-hoe.
Paderi itu mengatakan bahwa pohon Siong di Oey San sangat terkenal dan dikagumi
orang tapi tidak pernah ada jang memudji akan pohon Hongnja. Kala musim rontok daun
pohon Hong itu mendjadi kuning dan merah sehingga pertjampuran warna merah dari
Hong dan warna hidjau dari pohon Siong itu mendjadikan suatu keindahan alam jang
sukar didapat. Dari itu pemandangan di-tjelah2 awan itu bukan lain daripada kombinasi
daun Hong dan Siong." Tjiu Piau mengangguk.
Mereka menikmati panorama jang luar biasa ini dengan perasaan lapang dan segar.
Malam hari demikian sunji, sekeliling tak ada suara atau kepulan asap maupun sinar
api dari rumah penduduk. Dibalik puntjak sebelah timur tampak bulan jang membulat
seperti njiru sudah naik ketinggi.
"Pertemuan malam ini hanja diketahui beberapa orang sadja. Tetapi tak dapat
dipastikan, terketjuali dari kita mungkin ada jang mengetahui dan sengadja datang untuk
mengatjau. Lebih baik kita bersembunji untuk mendjaga sesuatu diluar perhitungan,"
kata Tjiu Piau. Gwat Hee menganggukkan kepalanja.
Mereka mendapatkan sebuah batu besar diatas puntjak jang tinggi itu.
"Tempat itu sungguh baik untuk kita menempatkan diri," kata Tjiu Piau. Tetapi
sesampai mereka dibalik batu itu hatinja mendjadi kaget. Sebab dibelakang batu tersebut
adalah sebuah tebing jang sangat tjuram sekali, sama sekali tidak ada tempat untuk
mereka berdiam.
"Disini tidak bagus, lebih baik disana sadja," kata Gwat Hee.
Tjiu Piau memandangkan kearah jang ditundjuk o!eh Gwat Hee. Tampak sebuah
pohon Siong tua jang berlekuk2 dibawah batu besar itu. Tanpa ber-kata2 lagi mereka
memandjat kepohon Siong itu dengan tjepat dan bersembunji didalam daunnja jang
lebat.Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
Dalam kesunjian jang sangat ini terdengar sematjam suara jang semakin lama semakin
keras dan tinggi. Suara ini tak ubahnja seperti gelombang laut dengan topannja jang
dahsjat, membuat hati pendengar mendjadi gontjang.
"Inilah suara gelombang pohon Siong," kata Gwat Hee.perlahan. Saat itu kembali
terdengar suara gelombang dan ombak daun Siong itu memenuhi djurang dan bergema
kembali.
"Apa katamu, aku tak mendengar," kata Tjiu Piau.
"Kataku, suara gelombang pohon Siong !" seru Gwat Hee dengan keras.
"Gelombang suara pohon Siong ini mematikan dan menghilangkan suara jang lain,
Misalkan ada orang lain naik kesini sukar untuk dibedakan. Kita harus terlebih hati2, baru
betul," sambung Tjiu Piau.
"Tentu sadja," djawab Gwat Hee singkat.
Kedua orang itu bersembunji sampai bulan tinggi diatas. Tetapi apa jang dinantikan
belum djuga datang, per-lahan2 hatinja mulai gelisah.
Mereka masing2 berpikir: "Sudah larut malam begini belum djuga ada jang datang
mungkin tak ada jang datang." Mereka berpikir demikian tapi enggan untuk
mengatakannja. Kembali beberapa saat sudah berlalu.
"Kita turun kebawah sadja mungkin mereka berada disana," kata Gwat Hee.
"Baik kasilah aku turun terlebih dahulu," djawab Tjiu Piau.
Perlahan dan tak menimbulkan suara Tjiu Piau turun mengindjak bumi. Bulan jang
bulat dan terang menggambarkan tubuhnja mendjadi bajangan hitam. Baharu ia akan
dongak untuk bitjara dengan Gwat Hee telinganja telah mendengar suara tertawa dingin.
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tjiu Piau mendjadi terkedjut kepalanja segera meno
! leh kearah datangnja suara itu. Diatas batu besar tadi , terlihat sesosok tubuh orang
jang tengah duduk dengan ! senangnja. Sesudah tertawa dingin orang itu kembali bitjara
dengan suara mengedjek: "Kiranja bersembunji diatas pohon, kau tahu aku sudah lama
menantikan dan membuang waktu."
Dengan heran Tjiu Piau mengawasi orang itu, ia berpikir: "Bilamana orang itu sampai
disitu; sedangkan djalan untuk mentjapai batu itu hanja ada satu jakni dja lan jang
dibawah pohon. Meski seekor kelintji jang bagaimana gesitpun akan terlihat dengan tegas
dari atas pohon apalagi orang. Tetapi sekian lama aku menantikan diatas pohon iak
melihat sama sekali akan adanja bajangan orang. Mungkinkah orangini mengambil djalan
dari belakang batu ? Tetapi dibeJakang batu itu ialah satu tebing jang tjuramLiong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
sekali,dapatkah kiranja didaki?" Memikir sampai disini hati Tjiu Piau mendjadi tak habis
mengerti, "kau siapa," tanja Tjiu Piau dengan kasar.
Orang itu tidak mendjawab melainkan berdiri diatas batu. Dalam penerangan sinar
bulan jang terang tertair.. pak tegas orang itu. Tubuhnja kurus dan djangkung, anggota
tubuhnja sangat lintjah, sedangkan mukanja penuh dengan kernjutan, usianja kurang
lebih tiga puluhan. Matanja kedap-kedip bersinar, dalam gelap mata itu tak ubahnja
seperti mata matjan. Tiba2 tubuhnja madju dua tindak dan setjepat kilat melajang seperti
anak panah, tangannja memegang sematjam sendjata jang aneh serta langsung
menjerang Tjiu Piau.
Hal ini diluar perkiraan siapapun. Dengan berseru kaget Tjiu Piau mengangkat kakinja
menjerang pergelangan lawan. Ilmu kakinja jang lihai ini dengan enaknja'menurut
perintah tak ubahnja seperti menggunakan lengan sadja. Serangannja demikian keras
dan tepat, hampir mengenai lengan orang itu. Heran sekali ! Orang itu tidak kelihatan
mengegos atau berkelit hanja lengannja kelihatan mengedut sendjata dan sinar emas
meme
nuhi mata Tjiu Piau, kiranja adalah sebuah kaitan jane mengkilap. Kaitan itu hampir
mengikat dan menggaei kaki Tjiu Piau. Tetapi Tjiu Piau dengan tjepat dapai menjetop
kakinja untuk ditarik pulang.
Begitu kaki kanannja turun maka kaki kirinja terangkat naik. Kaki ini menjerang sendi
lengan bawah dan orang itu Iangsung menudju Tjie-tjek-hiat. Meskipun sendjata orang
itu demikian pandjang dan tak dapat meraba dari mana serangan datang maka bahunja
diangkat untuk menjambut serangan Tjiu Piau. Entah dari mana terdapat pula sebuah
kaitan dari bawah bahunja. Kaki Tjiu Piau tengah menjerang dengan dahsjat, misalkan
kena tergaet kaitan tersebut sama dengan mentjari penjakit sendiri. Maka bum2
dihentikan serangannja di atas udara setjepat kilat kakinja ditarik kembali sambil mundur
dua langkah.
Kedua kaki ini dapat menjerang dengan tjepat dan ganas serta dapat ditarik kembali
dari udara dengan tjepatnja membuat orang itu berseru mengeluarkan pudjaan:
"Sungguh sematjam ilmu jang liehay sekali !': ia berteriak sekali lagi: "Kini kau lihat
permainanku !" Berbareng dengan hilangnja suara seruan itu sendjatanja jang aneh
sudah keluar pula menjambar kearah Tjiu Piau.
PadahaP'Tiiu Piau sudah mundur sedjauh dua langkah, djaraknja dengan orang itu
kurang lebih sedjauli satu tumbak. Tetapi se-konjong2 sematjam sinar kunins seperti
emas sudah berada didepan mata. Kekagetan TjiS Piau tidak terkatakan tubuhnja burn2
menggelindins untuk mendjauhi diri. Sambil berbaring diatas tanah Tjiu Piau dapat
melihal sendjata orang itu dengan tegas kiranja sendjata itu terbuat dari seutas tambang
jane mempunjai kaitan ditiap udjungnia.Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
Begitu melihat sendjata itu Tjiu Piau mendjadi girang Orang ini kalau bukan saudara
Tiu siapa lagi adanja Baharu sadja mulutnja akan berkaok, tapi ia tidak diberi kesempatan
sama sekali karena orang itu begitu menarik tambangnja segera mengebutnja pergi,
tambang itu berputar diatas udara dengan mengeluarkan suara menderu2 daU langsung
menjerang kedada Tjiu Piau. Ketjepatan sekali ini tak dapat dikatakan, tanpa gugup lagi
Tjiu Piau meraup batu2 jang terdapat disitu dan dihadjarnja kaitan itu. ,Walaupun tenaga
lengannja belum putih seperti semula. Tenaga itu tjukup besar. "Trang' terdengar suara
beradunja batu dan kaitan itu, sedangkan kaitan itu sendiri dibikin terpental sedjauh
beberapa kaki.
Bersamaan mana tubuh Tjiu Piau sekalian men tjelat bangun mendekati orang itu.
"Kau bukankah "
Baharu sadja suaranja keluar sebagian segera mulutnja tertutup lagi. Kiranja begitu
dekat dengan orang itu. Tjiu Piau segera melihat wadjah orang itu dengan terang. Orang
itu hitam legain, selebar mukanja penuh dengan kernjutan jang menandakan ketuaannja.
Sama sekali tidak merupakan seorang jang baharu berumur dua puluh tahun ! Lebih2
wadjahnja jang demikian dingin itu membangkitkan rasa tjuriga orang. Tak terasa lagi
kata2 "saudara Tju" tertelan lagi kedalam mulut
nja "Aku, ja aku," djawabnja dingin. "Kau lihat." Tiba2 tambangnja jang berkaitan itu
menjerang kembali kearah Tjiu Piau. Tjiu Piau rnenjambut setiap serangan. Kembali
serangan kilat dari kaitan itu lewat ditubuh Tjiu Piau, ia mengegos dengan tjepat. Dalam
perkiraan Tjiu Piau kelitannja ini demikian sempurna, siapa tahu sekali ini ia masuk
perangkap. Tidak tahun ia begitu kaitan emas ini mendekati Tjiu Piau maka tangannja
tiba2 ditarik sehingga ilmunja berubah mengeltfarkan djurus jang aneh. Tambang itu
kena ditarik kembali sambil me-lingkar2 merupakan bulatan. Ketienatan dari pulang-
perginja tambang ini sungguh luar biasa. Hanja beberapa kali berputar, maka tubuh Tjiu
Piau kena di
ringkus dengan eratnja. Orang itu mengiringkan hasilnja itu dengan suaiui ketawa jang
gembira.
Tjiu Piau niasih tetap mengawasi orang itu dengan penuh pertanjaan. Kalau dilihat
sendjatanja serta gerakgeriknja orang ini adalah saudara dari keluarga Tju. Tetapi kalau
dilihat akan usianja agak lebih tua sepuluh tahun sedangkan wadjahnja kelihatan
demikian dingin dan beku. Tjiu Piau hanja berpikir sadja sama sekali tidak menghiraukan
akan tambang jang membelit tubuhnja. Malahan ia niasih sempat bertanja: "Kau
sebenarnja siapa ?"
"He he he," orang itu ketawa. "Aku sudah berhasil menangkapmu seharusnja akulah
jang bertanja. Kau bermaksud apa pada malam bu.ta datang kesini ?." lekas bilang !"
"Aku datang dengan sekalian orang," djawab Tjiu Piau. 'Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
Orang itu mengeratkan tambangnja sambil membentak:"Sekalian dengan siapa !" Pikir
Tjiu Piau lebih baik berlaku hati2, maka sengadja ia tidak mendjawab, sebaliknja ia
berkata: "Kau lepas dulu tambang ini !"
"Aku dapat melepas kaii, pokoknja kau harus menerangkan siapa kau ini ? Apa
maksudmu datang kesini ?"
Tjiu Piau merasa dongkol djuga maka ia berpikir: "Orang ini terlalu kurang adjar sekali,
kiranja aku sudah terdjatuh didalam kekuasaannja. Hem, masih terlalu pagi. Kalau tidak
diadjar adat agaknja tidak puas." Tubuhnja tetap tidak bergerak dan kakinja sudah siap
melakukan serangan. Tiba2 ia membentak: "Lepas segera !" Menjusul kakinja terangkat
menerbangkan dua butir batu.
Batu itu demikian dahsjat dan tepat menghantam kedua mata orang itu. Orang itu
' tidak mengira akan mendapat serangan jang demikian hebat dan mendadak.
Buru2 kepalanja diegoskan. Sedangkan Tjiu Piau mengirimkan lagi dua butir batu kearah
dada orang. Orang itu terpaksa berdjungkir kebelakang sedjauh satu tumbak lebih.
Dengan tjara ini ia berhasil menghindarkan batu itu. Gerakannja sungguh lintjah sekali.
Tapi dengan berbuat begitu, tangannja jang memegang tambang itu terpaksa harus
dilepaskan. Sewaktu ia sudah berdiri dari djungkir-balik, Tjiu Piau sudah berhasil
melepaskan dirinja dari belengguan tambang itu dan sendjata itu dipeganginja sambil
diamat-amati.
Melihat sendjatanja kena dirampas, orang itu mendjadi nekad, dengan mati2an
diserangnja Tjiu Piau untuk merampas kembali sendjatanja. Entah kapan ia sudah
mengeluarkan dua buah kaitan, tiap tangannja memegang sebuah, seperti angin pujuh
ia menjerang sambil ber-teriak2: "He ! Kau harus tahu, tiap2 benda ada tuannja, lekas
kau kembalikan benda itu kepadaku !"
Tjiu Piau mengawasi tambang itu dengan teliti. Ia merigenangkan kata2 dari ibunja
bahwa tambang dan Tju Siok-siok ini pandjangnja ada tiga tumbak terbuat dari benang
emas, dan seutas tali besi jang sudah diolah setjara baik sekali dipilin mendjadi satu.
Sambil berpikir matanja tetap mengawasi tambang itu tak henti2nja. Ah, sendjata ini
memang kepunjaan Tju Siok-siok ! Kalau orang itu mudaan sedikit sadja pasti ia sudah
memanggil Tju Heng-tee dan sudah menerangkan dirinja ini siapa. Tapi sekarang ia tidak
dapat me-raba2 siapa gerangan orang ini. Waktu ia akan bitjara tiba2 mendengar suara
dari Ong Gwat Hee jang demikian njaring diatas kepalanja.
"Piau Soe-ko, djangan kembalikan kepadanja !" Habis bitjara tubuhnja melajang turun,
seperti daun kering, badjunja me-lambai2 kena tiupan angin halus. Sorotan rembulan
jang terang dan halus ini membuat wadjali Gwat Hee tak ubahnja seperti bidadari turun
dari kajangan. Orang itu mula2 merasa kaget tetapi achirnja tenang kembali, dengan
dirigiri ditatapnja wadjah Gwat Hee. .Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
"Kiranja masih mempunjai pembantu ! Masih ada berapa, ajo keluar semuanja,"
tantangnja dengan sengit.
"Kau djangan kuatir, tak ada lagi. Kau minta kembali tambangmu ini, boleh sadja.
Asalkan mau melulusi permintaanku," kata Gwat Hee dengan tersenjum.
"Apa permintaanmu ?"
"Aku mempunjai tiga matjam permintaan jang harus kau djawab dengan se-
djudjur2nja." Orang itu sudah mulai ingin bitjara tetapi kena didahului Gwat Hee: "Kami
sudah pasti akan menanjamu, dibalik itu kalau kau ingin bertanja kepada kami silahkan
kau adjukan tiga pertanjaan. Pertanjaanmu itu dengan sendirinja akan kami djawab
dengan iehlas dan djudjur."
"Begitupun baik, pokoknja kembalikan dulu tambangku !"
"Laki2 bitjara tak mungkin menarik lagi kata2nja 1" seru Tjiu Piau dengan gagah.
Sesudah itu tambang orang segera dikembalikannja. Orang itu sudah menerima
tambangnja, dengan dingin kembali berkata: "Tanjalah lekas."
"Jang pertama. Tambang ini siapa tuannja ?" tanja Gwat Hee.
"Pemiliknja kini berada dipuntjak Thian Tou Hong!"
"Jang kedua. Pemilik dari tambang ini, apakah menurut perintah dari ibunja datang
kesini menunggu orang?"
"Ja, menunggu tiga orang."
"Jang ketiga Piau Soe-ko tjoba kau batja sadjakmu itu."
Tjiu Piau baharu ingin membatjakan sadjaknja itu, tiba2 ia ingat sadjaknja itu bukan
jang pertama. Sedangkan jang pertama seharusnja Ong Djie Hai jang membatjakan.
Pada saat inilah terdengar orang membatja sadjak. Tapi suara itu adalah suara anak
ketjil.
Orang jang membatjakan sadjak itu walaupun anak ketjil tetapi suaranja dapat
terdengar dengan tegas. Sadjak itu berbunji:
"Peristiwa Oee San membawa dendam bagai lautan!"
Hal ini bukan sadja membuat Tjiu Piau dan Gwat Hee berdiri bengong, sedangkan
orang2 jang tidak dikenal itupun agaknja mendjadi terkedjut. Ketiga orang itu
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memalingkan kepalanja kearah suara itu. Terlihatlah didjalan kegunung itu mendatang
seorang anak ketjil jang berusia delapan sembilan tahun. Anak ini berwadjah demikian
gagah dan aksi. Matanja jang besar tak henti2nja larak-lirik dengan mungil
membajangkan wadjah jang tjerdik dan tjekatan. Begitu ia sampai dihadapinja tiga orang
itu dengan tak gentar. Anak itu sengadja melewat'i tiga orang itu sambil membatjakanLiong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
lagi sadjaknja: "Peristiva Oey San membawa dendam bagai lautan." Dadanja ditondjolkan
kemuka dengan gagah sedangkan matanja ber-putar2 menjapu wadjah tiga orang itu
bergiliran se-olah2 menantikan gerakan dari mereka.
Tanpa terasa mata Gwat Hee mengawasi Tjiu Piau sedangkan orang jang tidak dikenal
itupun mengawasi pula kepada Tjiu Piau.
Terlihat Tjiu Piau membuka xtiulutnja sesudah berpikir sedjenak.
"Delapan belas tahun hidup rnenanggung penasaran." Orang jang tidak dikenal itu
dengan ter-gesa2 melandjutkan sadjak itu: "Putera-puteri membawa pedang
mendaki Oey San Suaranja itu demikian bersemangat penuh aliran darah mendidih, lain
sekali dengan wadjahnja tadi jang demikian adem. Air matanja tak dapat ditahan lagi
mengalir dikedua pipinja. Orang itu tidak menghapus air matanja, hanja bengong sambil
mengawasi pada Gwat Hee. Pada saat ini, Gwat Hee merasa orang ini usianja berubah
dari tiga puluh tahun mendjadi pemuda jang berusia sembilan belas tahun. Dalam
wadjahnja jang ke-tua2an terlihat sifat ke-kanak2annja. Saat ini Gwat Hee pun
merasakan pandangannja mendjadi guram sebab air matanja sudah menggenangi kedua
kelopak matanja. Lekas2 ditahan perasaan hatinja dan ia melandjutkan sadjak itu:
"Tamu menanti lama Tiong Tjiu bulan delapan."
Sehabis membatjakan sadjak itu. ketiga orang itu meridjadi diam dengan penuh
pertanjaan. Kenapa Toa-ko mereka tidak datang, sebaliknja seorang botjah jang
mewakilinja. Tapi saat inimereka tak sempat untuk mengetahuinja sebab masing2
perasaannja dipenuhi kegirangan dan kekangenan. Dalam hati Gwat Hee sudah
memastikan orang jang berusia tiga puluh tahun ini adalah saudara Tju jang berusia
sembilan belas tahun. Sebaliknja Tjiu Piau masih tetap tjuriga. Ia tak habis pikir saudara
Tju ini kenapa sudah berusia demikian tua. Sebaliknja orang itu hatinja mendjadi lega.
sebab orang jang akan ditjarinja ini tak salah lagi adalah dua orang ini. Masing2 pihak
mempunjai pertanjaan didalam hati tetapi tak tahu harus bagaimana membuka mulut.
Achirnja mereka kena didahului botjah ketjil itu. Anak itu merogo sakunja mengeluarkan
segulungan benda, kiranja adalah setjarik kain, anak itu meiribeberkannja sambil berkata:
"Lekas keluarkan sadjak masing2 untuk diakurkan." Suaranja sangat keren dan bei-
semangat.
Gwat Hee begitu melihat segera mengenali benda itu adalah kepunjaan kakaknja, tak
terasa lagi ia menteriak t kaget, ia lontjat sambil menarik lengan anak itu untuk ditanja.
Anak itu lintjah bukan buatan begitu tangan Gwat Hee datang, ia sudah berada
dibelakang tubuh Tjiu Piau tanpa diketahui orang sehingga Gwat Hee menangkap angin.
Sebaliknja botjah itu mengulurkan tangan kepada Tjiu Piau: "Lekas keluarkan kain
sadjakmu !"Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
Terhadap botjah jang nakal dan wadjar ini Tjiu Piau harus mengalah. Dikeluarkannja
kain jang bertulisan sadjak itu untuk diberikan kepada botjah itu. Botjah itu mengulurkan
sebelah tangannja mendjambret. Kemudian bergilir keorang ketiga dan keempat
mengambil kain sadjak itu. Sesudah itu kesemua digelarnja ditanah untuk. ditjotjokkan.
Dilihatnja dengan tjermat, lantas di-sambung2. Sampai satu dengan lain potongan itu
menempel mendjadi satu. Ia baru bangun dengan perasaan puas. Dengan lagaknja jang
kotjak sekali lagi ditatapnja wadjah orang dengan bergiliran.
"Tak salah lagi, kalian adalah adik2nja dia, aku dapat mengantar kalian untuk
menemuinja !" Habis berkata segera ia mengangkat kaki, membuka djalan. Mulutnja
masih tak henti2nja bitjara: "Lekas kalian susul aku, kalau tak dapat mentjandaknja, aku
tak mau meladeni lagi kalian untuk mendjumpai dia !" Lagaknja sungguh banjak.
Tjiu Piau bertiga sebenamja mempunjai banjak kata2 jang akan ditjeritakan dan
ditanjakan. Tetapi untuk sementara terpaksa ditahan dulu. Enam pa.sang mata saling
berpandangan, menantikan jang lain untuk memutuskan dan mengambil ketetapan. Gwat
Hee .sangat memikiri kakaknja, dialah jang mengambil keputusan terlebih dahulu dan
berkata dengan perlahan: "Mari kita pergi !" Kakinja sudah melangkah dengan tjepat.
Dua orang lainnja menjusul dari belakang dengan kentjang.
Botjah itu dari aras turun kebawah dengan tjepat. Ta tidak mengambil djalanan
gunung jang biasa, sebaliknja belok kekiri berputar beberapa kali, menudju tepi tebing
jang tjuram. Kakinja terus melangkah keudjung tebing, tubuhnja dirapatkan pada tebing
itu dengan erat, menjusul tubuhnja merosot turun. Dalam sekedjap mata tubuhnja sudah
tak kelihatan lagi.
Ketiga orang itu dengan tjepat sudah sampai keudjung tebing. Tebing itu se-olah2
buatan orang, lurus kebawah dengan dasarnja jang hitam gelap tak kelihatan dengan
njata. Tjiu Piau dan Gwat Hee merasa kaget djuga, sebaliknja wadjah orang itu tenang
sadja se-olah2 tebing itu tidak dipandang. sebelah mata.
Terang2 botjah itu terlihat merosot kebawah, kenapa kini tak tampak.
"Djangan2 anak itu djatuh kebawah !" kata Gwat Hee berkuatir. Belum suaranja hilang
dari pendengaran, botjah itu menondjolkan kepalanja dari djarak dua tumbak dibawah.
,;Lekas merosot kesini !" Kiranja ia berdiam disebuah goa.
Tjiu Piau dan Gwat Hee tidak tahu harus bagaimana turun kebawah. Tengah mereka
bingung, terlihat orang itu sudah lontjat turun dengan ringan sekali.
Begitu turun tubuh orang itu sudah duduk dengan tcnang disebuah pohon Siong jang
berada disebelah bawnh goa. Lengannja mengeluarkan tambang dan dilontarkan keatas
sebuah batu. Dengan kokoh kaitan itu segera mentjantel keras disebuah batu karang.
"Kalian peganglah tambang ini, da nsegera turun!"Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
Tjiu Piau dengan berpegang pada tambang itu segera merosot turun. Dilihatnja
disebelah atas pohon terdapat dua mulut goa jang gelap dan hitam. Ia mentjelat masuk
terlebih dahulu dari jang lain kedalam goa tersebut.
Selandjutnja Gwat Hee mengikuti dari belakang. Orang itu memegang tambangnja,
dengan sekali kedutan tubuhnja sudah naik keatas dan masuk kedalam goa.
Didalam goa itu sangat gelap sekali, sampaipun lima djeridji sendiri tidak dapat dilihat
dengan tegas. Berapa dalamnja goa ini tidak dapat diketahui dengan pasti, Sedangkan
botjah itu entah sudah lari kemana.
"Koko, Koko!" terrak Gwat Hee dengan keras. Dari dalam kembali terdengar gema
suara "koko, koko !'
Suara balikan itu agaknja dari tempat djauh datangnia, njatalah bahwa goa ini
dalamnja bukan buatan. Tjiu Piau dan Gwat Hee ragu2 tak berani masuk kedalam.
Sedangkan orang itu selangkah demi selangkah menindakkan kakinja masuk kedalam.
Agaknja ia dapat melihat dengan tegas ditempat gelap. Sambil berdjalan orang itu sambil
bitjara: "Marilah ! Djalanan ini tidak sukar untuk dilalui disini harus menundukkan
kepala sebab goa ini sangat rendah ah, disini ada tjadas gunung jang tad jam, hati2lah
sedikit ah, ada medja dan kursidari batu. Hei Siau Tee-tee, kiranja kau berada disini !
Kenapa kau tak mengeluarkan sepatah katapun ?" Dua orang jang berada diluar
mendengar suara ini, mengetahui bahwa orang tersebut sudah menemukan botjah
pembawa djalan itu.
Saat mana mereka pun sudah dapat melihat bagaimana bentuknja goa ini. Tapi
mereka masih tetap menurut petundjuk jang diberikan orang itu dengan hati2 sekali
masuk kedalam. Sesudah lama djuga berkutet didalam Hang jang gelap, per-lahan2
dapat melihat keadaan dalam goa. Kiranja goa ini adalah goa alam, tetapi disini terdapat
kursi medja dari batu, menandakan goa ini ada penghuninja. Sesudah berputar dan
melewatkan beberapa tikrmgan, achirnja mereka melihat botjah itu tengah duduk bersila
sambil melatih ilmu napas. Orang itu pun berada disitu sedang menantikan mereka.
"Kakakku berada dimana ?" tanja Gwat Hee tak sabar.
Botjah itu hanja menundjuk dengan djarinja kedalam.
"Dari sini masuk kedalam, melewati sembilan tikungan dan memutar sebanjak delapan
belas kali segera dapat bertemu." Gwat Hee bertiga setengah pertjaja setengah tidak
terhadap botjah jang nakal ini. Tapi tak ada daja lain daripada harus mentjoba.
Baharu mereka berdjalan beberapa tindak, kembali botjah itu memanggil mereka:
"Hei, sedikit lagi aku lupa memesan kalian. Waktu kalian melihat dia se-kali2
djangan mengadjak bitjara. Esok magrib ilmu silatnja baharu selesai, saat itu kalian boleh
bitjara dengan dia se-puas2nja."Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
Keadaan goa jang terletak tak seberapa djauh dari mulut goa keluar masih mendapat
sinar rembulan, sehingga masih dapat membedakan barang. Tatkala masuk kembali
kedalam segala sesuatu tidak terlihat lagi. Gwat Hee ingin menjalahkan api, tapi orang
itu sudah berkata terlebih dahulu.
"Lebih baik hati2 dan djangan menjalahkan api. lkutlah kepadaku."
Orang ini dimalam gelap matanja seperti mata harimau sadja, karena itu ia dapat
berdjalan dengan sekehendak hatinja.
Mereka sudah melewatkan sembilan tikungan dan tudjuh belas putaran; sebelum
mereka melewatkan putaran jang kedelapan belas sampailah mereka pada djalan buntu
karena putaran itu tak ada lagi. Mata orang ini ber-kilat2 melirik kesana-kesini tanpa
melihat orang jang ditjari. Gwat Hee menjalahkan api, terlihat satu ruangan jang besar
kosong melompang. Mereka merasa heran dan takut dipermainkan orang. Tak terasa lagi
mereka menahan napas untuk mentjurahkan pikirannja guna mendengar ada tidaknja
suara orang bernapas.
Tiba2 Gwat Hee berseru perlahan: "Dengar ! Ada suara orang bernapas."
"Bukaan seorang, tapi dua orang !" sambung orang itu.
Sesudah Gwat Hee mendengarkan lagi dengan penuh perhatian benar sadja terdengar
pernapasan dari dua orang. Satu kuat satu lemah, tapi berbareng dihembuskannja dan
bersama pula dihirupnja. Orang itu memeriksa lagi keadaan tempat. Dalam sekedjap
sadja agaknja sudah ada jang didapat.
"Ada, ada," katanja kegirangan. Tubuhnja mentjelat kemuka, sampai didinding jang
penghabisan itu. "Liang masuk berada disini !"
Ketiga orang susul-menjusul masuk kemulut djalan, suatu tempat jang tidak beberapa
besar. Disana terlihat seseorang jang tengah duduk, kedua matanja dimeramkan, diam
tak ber-gerak2 seperti patung dimusium.
"Toa-ko !" teriak Gwat Hee dengan penuh perasaan. Sedangkan tubuhnja akan
menubruk madju. Tjiu Piau burn2 menghadang sambil menarik lengannja. "Apakah kau
lupa dengan pesan anak itu !" Gawt Hee menghen
tikan kaki. Sedang Djie Hai masih tetap sadja duduk tak bergerak.
"Inikah Toa-ko ?" tanja orang itu kepada Gwat Hee. Gwat Hee manggut membenarkan.
Terlihat ia madju kemuka dua tindak. Dengan hormat sekali ia membungkukkan badan
memberikan hormatnja kepada Djie Hai.
"Siau-tce Tju Sie Hong memberikan hormat kepada Toa-ko." Tapi Djie Hai tetap tidak
bergerak, ia tidak meladeni dan menghiraukan, terus sadja tekun dengan ilmunja.Liong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
Orang ini mengaku sebagai putera dari Tju Hong dan membahasakan diri Siau-tee
kepada Djie Hai. Ong Gwat Hee dan Tjiu Piau mendjadi kaget, mereka mengawasi Tju
Sie Hong dengan mendelong. Dalam keadaan gelap, tak terlihat tegas wadjah dari Tju
Sie Hong, sekali lagi se-olah2 mukanja itu kembali mendjadi muda belia. Dalam pada itu
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gwat Hee berpikir: "Kasian sekali kakak Tju ini, entah hai apa Jang diderita. Sehingga
mendjadikan ia terlihat tua sepuhih tahun. Sebaliknja kakak tengah mempeladjari ilmu
jarig kukuay, sehingga tidak boleh diusik. Lebih balk kaini bertiga mentjeritakan dulu
riwajat masing2. Sesudah perhatiannja tetap didengamja sekali lagi djalan napas dari
Ong Djie Hai. Ia tahu kakaknja bernapas dengan teratur, menandakan tak berbahaja dan
tak perlu dikuatirkan."
"Kakak Tju, Tjiu Soe-ko kita djangan mengganggu Toa-ko, lebih baik kita bitjara diluar
sadja. Dengan ini kita dapat heristirahat dan mendjaga Toa-ko bukan ?"
Tju Sie Hong melangkah mundur dengan perasaan kaget.
"Bukankah barusan kita mendengar suara napas dua orang ? Sorang lagi berada
dimana ? Kita harus mentjari dulu !"
"Tak perlu ditjari lagi, aku sudah mendengarnja dengan njata," kata Gwat Hee sambil
tersenjum.
"Dimana ?" tanja Tjiu Piau dengan tjepat.
Gwat Hee menundjuk Djie Hai:" Semua berada ditubuhnja."
Tju Sie Hong dan Tju Piau memasang telinganja baik2, benar sadja pemapasan satu
kuat satu lemah keluar dari tubuh Djie Hai, mereka mendjadi heran sekali. Dua orang ini
tidak mengarti apa jang tengah diperbuat Djie Hai. Tapi melihat Djie Hai demikian tekun
nielatih diri dan tidak menghiraukan orang lain terpaksa mereka mundur keluar untuk
tidak menggangu. Kerinduan Tju Sie Hong selama delapan belas tahun dan kerinduan
Gwat Hee dan Tjiu Piau selama beberapa bulan tak dapat dituturkan kepada Djie Hai,
mereka dapat bertemu tapi tak dapat ber-kata2.
Sesudah mundur mereka duduk dengan tenang dirungan besar. Mereka duduk saling
pandang entah apa jang harus dikatakan, dalam wakeu sesingkat itu tak. dapat
dikeluarkan. Sesudah memikir lama sekali Tjiu Piau membuka mulutnja: "Sie Hong
sahtee, tadi diatas puntjak, kenapa begitu melihat aku lantas menjerang ? Barang kali".
"Aku sendirian sadja, tentu sadja takut kena diakali orang. Dari itu aku ingin mentjoba
untuk meraba ilmu dari Ong pepe dan Tjiu pepe." dengan djengah ia meJandjutkan lagi
"Malahan aku ingin mendesak agar djiko mengeluarkan mutiara emas."
"Dari atas pohon aku sudah melihat sendjata sahko itu dan aku sudah menebaknja
siapa sahko ini. Tapi begitu melihat wadjah sahko jang agak tua aku tak beraniLiong Hong KiOm 04 Team Kafekfor Ebook FB grap
sembarangan memperkenalkan diri. Sahko dalam tahun2 lewat penghidupanmu
bagaimana ?"
Pertanjaan Gwat Hee ini membangkitkan sesuatu jang aneh pada Tju Sie Hong.
Terlihat ia mundur madju sambil berkata: "Ah, betul, tempat ini. Ja, tempat ini betul." Ia
memeriksa terus keadaan goatangannja mengusap2 pembaringan batu. "Tak salah, disini
terletak sebuah pembaringan batu." Ia djalan kelebar dan pandjangnja goa.
"Tak salah ada dua puluh langkah persegi luasnja.' Tiba2 ia menarik napas dengan
sedih. "Ah, tempat ini kutjari setahun lamanja, tak kunjana disini adanja."
Tjiu Piau dan Gwat Hee mendengarkan kata2 jang tidak tentu djuntrungannjaitu
dengan heran. Achirnja Gwat Hee bertanja begitu kata2 Sie Hong berhenti. "Sah-ko,
apakah kau sudah lama mentjari tempat ini ?"
"Benar, aku mendaki Oey San sudah lima tahun Iamanja. Dalam waktu lima tahun ini
aku kenjang menikmati segala matjam penderitaan, menerima angin, embun, halimun,
hudjan. Terbakar sinar matahari jang panas. Karena itu aku mendjadi lebih tua sepuluh
tahun. Sewaktu2 aku mengatja tanpa mengenal lagi wadjahku. wadjah ini biar
bagaimana lain sekali dengan wadjah lima tahun jang lalu."
"Ja, lima tahun jang lalu kau baharu berusia empat lima belas tahun ? Waktu itu kau
menemukan dan mengalami hal apa ?" tanja Tjiu Piau.
Belum bitjara Sie Hong sudah mengutjurkan air mata terlebih dahulu. "Saat itu aku
berusia empat belas tahun, sedikit banjak aku sudah mempunjai ilmu silat. Djuga sudah
bisa mempeladjari ilmu silat warisan. Tiba2 ibu mentjeritakan had delapan belas tahun
jang lalu kisah ajah dan mendesak aku untuk segera datang ke Oee San."
"Oh, kami belum menanjakan kesehatan dari Tju Siokbo, entah bagaimnaa keadaan
beliau sekarang ?" sela Gwat Hee.
Tju Sie Hong tidak mendjawab pertanjaan Gwat Hee. Ia terus sadja menuturkan
kisahnja sambil menundukkan kepalanja.
"Saat itu kami berada digurun pasir. Djarak dengan Oey San djauh sekali. Ibu
mendesak untuk segera berangkat. Katanja, bahwa ia tidak pertjaja ajahleu bisa mati
didalani djurang. Sebab ajah mempunjai ilmu senerti burung walet katanja. Kalau sampai
tak dapat menijari tulangnja beliau akan mati dengan tak merarn. Terketjuali itu beliau
sering terbangun dari tidurnja dimalam buta. Katanja merasakan ajah tidak mati hanja
terletak dibawah djurang tak dapat mandjat keluar. Beliau selalu berkata dan berpikir
begitu sehingga membuatku pertjaja penuh dan tak ragu2. Ibu pun berkata, tiga tahun
lamanja tak dapat tidur dengan njenjak. Setiap kali meramkan matanja pa.sti melihat
ajah seorang diri mundar-mandir dibawah djurang. Karenanja ibu menitahkan biarLiong Hong KiOm - 04 Team K olektor Ebook FB grap
bagaimana aku harus mendapatkan ajah kembali. Kalau tak ditjari ,setiap saat hatinja
tak dapat tenang Achirnja kami sampai di Oey San ini.
Tetap ibuku tua dan tak kuat, baharu mendaki sampai setengah gunung, tiba2 djatuh
tergelintjir kedjurang jang dalam."
Sampai ditempat jang mengeiikan ini, Tju Sie Hong masih dapat menuturkan dengan
teriang. Agaknja hal itu tidak bersangkutan dengan dirinja. Tapi kisah itu membuat Tjiu
Piau dan Gwat Hee tak terasa lagi mendjerit kaget.
(Akan disambung)
Apa jang akan dituturkan Tju Sie Hong..
Dapatkah Djie Hai menguasai perasaannja ?
Ilmu apa jang tengah dipeladjari Djie Hai.
Semua ini saudara2 pembatja, djawaban kisahnja terdapat didjilid jang kelima.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup
mm
Team Kolektor E-book
Sumbe r Pustaka : Gunawan AJ
Kontribusi, - scan : Awie Derm a wan
OCR- PDF : Andy MullLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup
LIONG HONG KIAM
(FEDANG NAGA DAN FEDANG TJENDRAWASIH)
DJILID KE-V
K A R J A:
TANG FEI
TERDJEMAHAN:
LAUW TSU ENG
FENERBIT:
KARJA NAJA
DJAKARTA
SUMBER BUKU : GUlAtfAN AJ
KONTR1BUTOR DAN SCANNER : AWE DERMAWAN
OCR - CONVERT PDF TEXT : ANDV MULLLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup
DISCLAIMER
Kolektor E-Book adaiah sebuah wadah niriaba bagi para pecinta Ebook untuk beiajar,
berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengaiaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah
su it didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara m engaih mediakan dalam bentuk
digital.
Proses pemiiihan buku yang dijadikan abjek aiih media diklasifikasikan berdasarkan
kriteria keiangkaan, usia,maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam
bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang seianjutnya dikonversikan
kedaiam bentuk teks dan dikompiiasi daiam form at digita l sesuaf kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansia i dari buku-buku yang diaiih
mediakan daiam bentuk digita l ini.
Saiam pustaka!
Team Kolektor EbookLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup
L I O N G H O N G K I A M
Djilid Ke-V
Saat ini, Ong Djie Hai jang berada didalam, perasaannja mendjadi tidak keruan karena
mendengar perkataan Tju Sie Hong. Hampir2 ia mengeluarkan teriakan. Achirnja dengan
kekuatan jang luar biasa perasaannja itu dapat dikuasai. Kembali ia mengheningkan
pikirannja. Tetapi telinganja ini tak dapat untuk tak mendengar sama sekali, entah
bagaimana telinga ini mau mendengar terns penuturan Tju Sie Hong. Kembali terdengar
suara Tju Sie Hong untuk menuturkan kisahnja jang lebih dapat menggontjangkan
perasaan orang.
Enam hari sebelumnja Ong Djie Hai sudah berada didalam goa ini berlatih sematjam
ilmu, apa jang tengah dipeladjarinja ? Kiranja tak lain dan tak bukan ialah ilmu Im Yang
Kang jang terkenal didunia ini !
Sedjak Ong Djie Hai berpisahan dengan adiknja dan Tjiu Piau di Bu Beng To, segera
mentjarinja kesekeliling. Lukanja dikaki tidak berapa hebat, sesudah dirawat beberapa
hari luka itupun mendjadi sembuh. Sedangkan mentjari adiknja dan Tjiu Piau mengalami
kegagalan, dari itu untuk melewati harinja ia memperdalam ilmunja jang sudah ada.
Sementara itu pertemuan di Oey San sudah semakin dekat, hatinja mendjadi gelisah, tak
banjak pikir lagi Oey San segera didaki. Dengan kebetulan sekali ia bertemu dengan
seorang nenek2 pemetik daun obat2an. Djie Hai ditjobanja -oleh nenek2 itu beberapa
djurus, sesudah itu tanpa sebab pula disuruhnja mempeladjari Im Jang Kang. Saat ini
Djie Hai belum boleh membuka mulutnja, dengan sendirinja ia tak dapat menuturkan
kisahnja selama berpisah kepada saudara2nja itu, pembatja tak perlu kuatir kisah ini pasti
dapat diketahui belakangan.
Adapun ilmu Im Yang Kang ini sangat aneh adanja. Waktu mempeladjarinja harus
ditempat jang sunji, segala pikiran lain jang terdapat didalam kalbu harus
dikesampingkan segenap pikiran ditjurahkan melulu untuk mengatur dan mengendalikan
pernapasan Im (negatif) dan Yang (positif) sekehendak hati. Ilmu ini dapat diranipungi
dalam waktu tudjuh hari, selandjutnja setiaptahun melatih diri kembali seperti semula.
Sehingga kekuatan itu tambah terus tak putus2nja. Sebaliknja waktu berlatih, apabila
pikiran bertjnbang atau bitjara maupun berdiri, dapat mengakibatkan jang dipeladjari
tidak diperoleh peladjaran jang suelah ada mendjadi hilang.
Enam hari jang lalu Ong Djie Hai men dapat kesempatan baik untuk mempeladjari ilmu
ini dengan tekun ketika jang baik ini tak di-sia2kan. Dibalik itu ia mengingat dipertemuanLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup
di Oey San nant pasti terdjadi pertarungan jang sangat sengit, kini dapat mempeladjari
sepiatjam ilmu lagi bukankah membuat diri bertambah kuat. Tapi selama tudjuh hari itu
terdapat hari Tiong Tjiu, ia tak dapat berkumpul dengan saudara2nja. Baiknja nenek2 itu
sesudah mengadjarinja tjara dari ilmu itu. menjuruh pula seorang botjah ketjil untuk
mendjaganja. Sebelum Djie Hai mempeladjari ilmu Im Yang Kang, botjah itu sudah
dipesan dulu untuk menggantikannja menemani saudara2nja dimalam Tiong Tjiu. Botjah
ini njatanja sangat tjekatan, dan tidak mengabaikan tugasnja, buktinja saudara2nja Djie
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hai berhasil diadjak kedalam goa.
Waktu Ong Gwat Hee memanggil kakaknia dengan keras, hampir2 Djie Hai tak kuasa
untuk tidak mendjawb. Pikirlah mereka dua saudara demikian tjinta dan menjajangi satu
sama lain, tambahan sudah lama djuga tidak bertemu dan tidak mengetahui hidup
matinja. Tiba2 mendengar suara orang jang disajangi itu memanggil, siapa jang tidak
akan mendjadi girang. Tapi begitu ia ingat akan ilmunja, dengan tjepat ditindasnja
perasaan2 dan gangguan itu. Sehingga ia tetap dapat bersemadi mejakini terus
peladjaran jang baharu itu.
Derak kaki Tjiu Piau bertiga didengar Djie Hai dengan njata, ia tahu saudara Tju sudah
berkumpul. Kegirangannja meluap, hatinja bergelora penuh kerinduan, hampir2
perasaannja ini tak dapat dikendalikan lagi, lebih2 adik2nja itu satu2 berkelebatandidepan
matanja. ,Ia ingin ber-kata2 tapi terlebih dahulu merasakan tubuhnja mendjadi dua
bagian. Sebagian demikian dingin sebag'ian begitu panas, asal ia membuka mulut se-
olah2 tubuhnja itu akan mendjadi dua! Ong Djie Hai tak dapat berbuat lain daripada
mati2an memeramkan mata menenangkan pikiran. Ac him] a ia berhasil menenangkan
kegaduhan djiwanja sewaktti ketiga saudara2nja pergi keluar goa. Tak kira gangguan
jang tidak disadari kembali datang dari ketiga saudara2nja itu. Jakni mereka diluar
mentjeriterakan hai iehwal masing2, sehingga patah demi patah dari perkataan mereka
meresap kedalam telinganja, akibatnja gelombang pikiran mendjadi turun naik dengan
hebatnja !
Saat ini kembali terdengar penuturan dari Tju Sie Hong.
Hati Djie Hai dapat menenangkan pikiran dengan baik, apa daja sang telinga itu selalu
mendengar terus perkataan . dari Tju Sie Hong. Waktu sampai Tju Sie Hong menuturkan
ibunja djatuh kedalam djurang, Tjiu Piau dan Gwat Hee mendjadi kaget, tapi Tju Sie
Hong tetap tidak menundjukkan perubahan wadjahnja, ia terus sadja menuturkan
kisahnja: "Saat itu aku sebatang kara. kesedihan dan kedukaanku hanja bumi dan langit
jang mengetahui. Dalam keadaan bagaimana djuga aku tak dapat meninggalkan ibuku
atau membiarkannja begitu sadja. Dengan memberanikan diri, segera kupergunakan ilmu
warisan dari keluarga Tju. Pohon demi pohon jang terdapat didjurang itu kugaet dan
dengan hati2 aku menjusuri tebing jang terdjal itu turun kebawah. Untunglah tebing itu
tidak berapa dalam, dalam waktu jang tidak kuketahui achirnja aku sampai djuga
ditempat dimana ibuku. Beliau sudah memeramkan inatanja untuk se-lama2nja."Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup
Menutur sampai disini Tju Sie Hong berhenti sebentar, dalam keadaan jang sunji ini
terdengar elahan napas dari Tjiu Piau dan Gwat Hee. Sedang Ong Djie Hai pun merasakan
hatinja degdegan.
Seketika kemudian terdengar pula kelandjutan penuturan Tju Sie Hong dengan suara
parau: "Saat itu aku sangat duka, lebih2 melihat mata ibuku jang tidak meram, beliau
meninggal set jar a penasaran. Aku berpikir, mungkin beliau tidak menemukan ajahku
sampai saa? matinja. Dari itu disamping djenazahnja aku bersumpah, biar bagaimana
harus mendapatkan ajahku kembali. Kalau tak dapat menemukaji seumur hidup aku tak
mau meninggalkan Oey San. Selesai bersumpah, dengan perlahan2 kurapati mata beliau
kelopak itu setjara per-lahan2pula menutupi mata beliau. Djenazahnja itu tak dapat
kubawa keatas djurang, terpaksa ibuku jang kutjinta itu kumakamkan didalam djurang
itu. Untuk memberikan baktiku semalam suntuk kugadangi makam ibuku itu.
Pagi inendatahg bagaimana baiknja aku tak tahu. Ketetapan untuk mentjari ajah sudah
tetap, kalau tidak demikian ibuku mana dapat tenang-yerada dialam baka, terketjuali itu
hatiku mana bisa mendjadi tenang ? Hatiku semakin lama semakin tetap, keberamanpun
ber-tambah2, segala apa tidak kutakuti. Sebelum naik keatas djurang, kuberikan lagi
hormtku kepada mendiang ibuku. Dengan beberapa kali mengaetkan kaitanku dan
beberapa lontjatan aku sampai diatas tebing itu dengan selamat. Sesampainja diatas
sekali lagi aku menoleh kebawah. Aku merasakan untuk turun lagi kebawah itu adalah
hal jang mudah sekali, hal ini mungkin aku mendapat bantuan dari arwah ibuku.
Ketabahanku semakin mendjadi2. Tiap hari kudjeladjah bukit dan djurang jang terdapat
di Oey San ini guna menljari ajahku. Ah Oey San demikian besar, tudjuh puluh dua bukit
tig, puluh enam goanja. Bagaimana dan dimana harus aku mentjarinja ? Sedangkan
makanan kering jang kubawa siang2 sudah habis termakan. Untuk melewatkan hav
memburu dan makan segala daun2an. Angin dan hudjaj serta teriknja mata-hari tidak
kuhiraukan. Tanpa terasa lagi aku mendjadi demikian hitam dan kurus sepert begini
dalam. waktu setahun.
Dua tahun jang lalu, aku dataug dan terpekur dipuntjak Thian Tou itu dengan tiada
tudjuan. Tiba2 mendatang sematjam suara dari dasar djurang jang berada dibalik tgbing
puntjak Thian Tou ini. Suara itu bukan aunian dari harimau, bukan Iolongan serigala,
pokoknja segala binatang2 buas aku sudah kenal suaranja. Tapi suara itu seperti suara
orang, demikian mengilukan, sehingga membuat bulu roma berdiri dan membuat hali
mendjadi tersajat. Malam itu bulan demikian bulatnja dan sangat terang, sedikitpun tidak
ada awan jang menutupi sinarnja, djuga tidak terdengar aliran angin barang sedikit.
Sungguh sepi, hening tenang seorang diri. Aku bertiarap diatas batu besar jang berada
dipuntjak itu, sambil memasang telinga kearah djurang jang dalam menanti suara itu
kembali. Sekali ini suara itu membuat bulu badanku berdiri, kiranja suara itu berbunji:
Kimmmmmm .. aaaaaa... Kim adalah nama ketjil dari ibuku. Aku berpikir sebentar
mungkinkah arwah dari ajahku sudah bertemu dengan arwah ibuku ? Selandjutnja padaLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup
malam berikutnja selama tiga hari tiga malam aku tak dapat tidur, suara itu se-olah2
memenuhi tepian telingaku, putusan sudah kuambil untuk turun kebawah guna
menjelidiki. Keesokan harinja aku memburu dulu beberapa kelintji gunung guna
dikeringkan, sekadar untuk bekal kebawah. Dengan susah pajah aku hanja sampai
ditengah djurang, aku beristirahat disebuah pohon Siong jang besar untuk melewatkan
malam, hari kedua baharu dapat mendekat pada djurang jang merupakan lembah itu.
Tempat ini demikian gelap sekali, sinar mata hari hanja dapat menjinari pada tengah hari
sadja, selandjutnja gelap kembali aku memernahkan diri disebuah pohon Siong tua.
Tanah itu demikian hitam dan busuk, sekelilingnja penuh dengan tengkorak2 dari
binatang dan manusia, melihat mi hatiku mendjadi gentar djuga sedikit. Entah berapa
banjak orang dari dulu hingga sekarang hilang djiwanja djatuh kedjurang jang demikian
dalam ini. Aku tak berani turun kebawah, sedangkan dibawah tiada gerakan apa2, dan
tiada tanda2 dari djedjaknja manusia. Sendja mendatang, kegelapan dibawah semakin
tjepat, aku berpikir untuk melewatkan malam diatas pohon ini. Tapi baharu aku duduk
sedjenak lamanja, setjara tiba2 aku meudengar suara elahan napas, aku jakin inilah suara
orang.
Saat itu urat sarafku mendjadi tegang bertjampur takut, tapi dasar djurang itu sudah
mendjadi gelap, segala sesuatu tak terlihat lagi. Malam itu sekedjap djuga tak berani aku
menutup mata, otakku hanja mengharapkan lekasnja siang. Djurang ini seperti sebuah
sumur jang dalam sekali, dongak keatas sudah siang, melihat kebawah masih tetap gelap.
Sesudah matahari diatas baharu melihat dasar djurang itu, tapi tetap seperti kemarin,
tiada orang tiada gerakan. Aku memberanikan diri, dari atas pohon aku berteriak
pandjang, dengan harapan mendapat djawaban dari bawah. Ah, betul sadja, suara
kaokan ini berhasil memanggil keluar seseorang ! Djarak antara orang itu dengan aku
kira2 sedjauh lima-enam tombak, jakni disebuah batu karang jang besar. Batu itu sudah
bebearpa kali pernah kulihat, diatas batu itu bertumpuk rumput2 kering, tidak kira sekali
teriak ini membuat rumput2 kering itu ber-gerak2. Dari dalam tumpukan rumput2 kering
itu keluar sesosok tubuh orang, jang mengenakan badju terbuat dari rumput jang
dianjam, kaki tangannja kurus seperti benang, rambutnja riap2an terdjuntai ketubuhnja,
sedangkan mukanja demikian putjat tidak berdarah. Aku tak tahu, orangkah atau setan
jang tengah kuhadapi ini, sehingga aku takut djuga. Kutegasi dengan perasaan mantap
gerak-gerik darinja itu. Njatanja matanja dari orang itu sangat sajup sekali, se-olah2 tidak
melihat sesuatu, tengah aku ingin bertanja apakah ia setan atau manusia, tiba2 tangan
kanannja terangkat memutarkan seutas tambang jang sudah tinggal separu dan serupa
dengan kepunjaanku, sedangkan udjung tambangnja jang lain 'masih berkaitan jang
tinggal separu pula. Orang itu berkata.
Menuturkan sampai disini, suara Tju Shie Hong mendjadi parau dan tak terdengar lagi.
Tjiu Piau dan Gwat Hee mengeluarkan suara kaget jang berbareng: "Orang itu pasti Tju
Siok-siok adanja "Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup
"Melihat dari ramonnja, dari tangannja jang memeganof tambang, dari suaranja, tak
kuragukan lagi beliau adalah ajahku. Djie-ko, Sie-ruoy, tjoba kalian pikir saat itu
bagaimana perasaan djiwaku ? Aku tak 'dapat berkata2, sekali lontjat aku sampai
disamping tubuhnja sambil berseru, ajah anakmu datang ! Berulang kali aku sebutkan
tanpa mendapat djawaban kiranja beliau sudah djatuh pingsan. Kulihat disamping
tubuhnja penuh dengan bidji buah Siong, kulit kaju, dan akar rumput2. Ah, kasian sekali,
sepuluh tahun lebih ajahku melewatkan hari dengan memakan benda2 itu, sehingga
tubuhnja tersiksa mendjadi lemah dan kurus ! Saat itu berdiam diri disisi tubuhnja
menantikan beliau siuman dari pingsannja. Sesudah beliau sadar, mulutnja tidak
henti2nja me-njebut2 nama ketjil dari ibuku. Kukatakan, bahwa aku sudah datang tapi
siapa tahu bahwa kata2ku itu se-olah2 tidak dimengerti. Beliau hanja tertawa setjara
mengenaskan sekali. Kulihat ia terlampau lemah, sehingga kesadaran dan kewarasan dari
djiwanja agak terganggu. Hatiku bukan main piJunja, aku menangis Jengan sedih sekali,
tidak kira beliau tetap tertawa terus !
Aku tidak berdaja untuk mengangkat beliau naik keatas. Sesudah aku berpikir agak
lama, keputusan sudah kuambil, jakni menantikan dahulu kesehatannja puJih baharu
mentjari daja lain. Selandjutnja setiap hari aku membawa makanan untuk ajahku,
terketjuali itu akupun membawa kaju kebawah. Sesudah kupilih tempat jang agak kering,
kudirikan sebuah rumah gubuk jang sangat sederhana guna tempat tinggal darurat
dibawah djurang itu. Setiap malam kalau tidak memburu binatang2 selalu aku
mendampingi ajahku. Se-waktu2 hasil buruanku agak lumajan, kudjual kekota jang
berdekatan, guna membeli beras dan roti serta badju untuk ajahku. Setahun kembali
lewat, kesehatan dari ajahku ber-angsur2 mendiadi baik, mukanja sudah tidak demikian
putjat, tubuhnja tidak kurus Jagi, tapi masih tetap seperti orang hiJang ingatan, sangat
susah untuknja bitjara, apa jang iikatakan tidak dapat dimengerti, se-waktu2 ia men-
djerit2 keatas, adakalanja men-teriak2 dimalam buta memanggil nama ibuku. Kadang2
beliau duduk ter-menung2 seharian penuh, agaknja memikiri sesuatu, alhasil
renungaimja itu diselesaikan dengan elahan napas jang menjedihkan, rupanja apa jang
dipikir itu tidak Djingat lagi. Beliau sering2 menatapku setengah harian penuh tanpa
berkata2, kudjelaskan bahwa aku adalah puteranja, jang berhasil mentjarinja, agaknja
beliau mengerti djuga, senjum kelihatan sangat girang, tapi kata2nja tidak. kundjung
datang. Djie-ko, Sie-moy tjoba kalian bajangkan, bagaimana aku dapat melewatkan hari
? Kau-tahu penghidupan ini tak ubahnja seperti makan madu jang manis, tapi pahitnja
seperti empedu !"
Tju Shie Hong tidak dapat melandjutkan lagi kata2nja, kerongkongannja itu se-olah2
sudah mendjadi kering. Demikian djuga Gwat Hee dan Tjiu Piau tidak ber-kata2, mereka
terbenam dalam kesunjian dan kedukaan jang sangat hebat sekali. Terharu elan sr dih,
membuat Gwat Hee mengutjurkan air matanja.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup
Sesaat kemudian baharu Tjiu Piau dapat membi'ka mulutnja: "Sah-tee Tju Siok-siok
masih dalani keadaan sehat, dengan ini kita masih beruntung sekali. Kau tak perlu sedih
lagi; hari2 jang penuh penderitaan itu segera akan berachir. Banjak madjukah pikiran
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan kewarasan dari Tju Siok-siok dalani hari belakangan ini."
"Daiam tahun ini, masih tetap biasa. Hanja satu hal jang sangat mengherankan jakni,
sepandjang hari, bulan dan tahun lengannja tidak pernah melepaskan tambangnja itu.
Hari2 belakangan ini kalau pikirannja agak sadar, lengannja itu segera me-mutar2kan
tambangnja itu keatas, se-olah2 ingin berusaha naik keatas. Se-waktu2 kugunakan ketika
beliau dalam keadaan baikan untuk menanjakan sesuatu hal jang dulu2. Beliau berpikir
sebentar, selandjutnja pikiran dan~daja ingatnja mendjadi kabur kembali, se-olah2 tiada
sesuatu jang Djingatnja lagi kedjadian jang sudah pernaii diaiami. Hari2 biasa sika djuga
beliau bitjara tapi apa jang dikatakan tidak ad a djuntrungannja (tidak mengandung arti).
Pernah sekali kalian berkata, ada satu tempat jang luarnja kurang lebih tiga puluh kaki,
didalamnja terdapat beberapa kursi dan medja, dan keadaannja sangat gelap. Jang lain
tidak dikatakan lagi. Apa jang dikatakan kiranja seperti i mpat ini !" Habis berkata Tju Sie
Hong mundar-mandir sambil mengawasi sekeliling, agakuja tempat ini mempunjai
sesuatu rahasia iang tersembunji. Tjiu Piau dan Gwat Hee turut langak-longok, tanpa
mendapat sesuatu jang dapat didjadikan bahan pengusut. Saat ini Gwat Hee sudah
berhenti ber-ingsak2. Ia berkata dengan suara perlahan: "Sah-ko, Tju Siok-siok pasti
mengandalkan iimunja jang lihay itu, sehingga tidak sampai membuang eljiwa didalam
lembah jang gelap itu. Tapi kemungkinun besar niengalami geger otak, sehingga hiiang
daja ingatnja, kurasa penjakitnja dapat hiiang kalau mendapatpengobatan dari seorang
jang berilmu tinggi." Baharu Gwat Hee bitjara sampai disini, tiba2 Tju Sie Hong
memutuskannja dengan satu seruan kaget: "Dengar ! Dengar ! Ajahku sudah ber-teriak2
kembali !"
Perkataan ini membuat Gwat Hee dan Tjiu Piau mendjadi tegang, serentak, keadaan
mendjadi sunji, sampai suara napas dari Ong Djie Hai dapat didengar dengan tegas. Saat
ini terdengar dari luar goa badai pohon Siong jang sangat keras, gelombang itu susul-
menjusul hilang terbawa angin, sedikit djuga tidak terdengar suara kaokan atau djeritan
orang. Hanja Tju Sie Hong seorang jang dapat mendengar suara itu, telinganja itu sudah
terlatih dalam banjak tahun sehingga mendjadi tadjam sekali. Sesudah ia mendengari
dengan tenang, ia berk ita: "Ajahku berkaok sebanjk tiga kali dengan nada jang gagah.
Aku harus lekas2 menengokuja !" Tubuhnja segera bangkit lari keluar.
"Mari kita turut menengoknja !" kata Tjiu Piau.
"Baik, djawab Gwat Hee, "tapi bagaimana dengan kakakku !" sambungnja ter-gesa2.
Ong Djie Hai hampir2 akan lontjat keluar, tapi dengan kekerasan batinnja perasaan itu
dapat dikekang. Hatinja se-olah2 berkata : "Djangan bergerak, djangan bergerak !v Saat
ini terdengar derak dari sepatu Gwat Hee jang sampai didepon mulut goa. "Koko, kami
akan menjambangi dahulu Tju Siok-siok sebentar, harap kau djangan kuatir ! HanjaLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup
sedjenak sadja, aku segera kembali lagi." Ong Djie Hai mendongakkan kepalanja,
"pergilah !" mulutnja hampir terbuka, untung kata2 ini tidak djadi keluar J Buru2
kepalanja ditundukkan lagi, guna menenangkan pikirannja dalam semadi, karena sedetik
ini hatinja kembaU rnelakukan perang batin jang hebat sekali.
Djalanan didalam goa ber-liku2, tapi Gwat Hee dan Tjiu Piau sudah mengenalnja tadi,
sehingga mereka bisa berlarian dengan tjepatnja. Sesampainja dimulut goa, terlihat anak
ketjil itu masih duduk bersila dengan tekunnja, se-kali2 tidak menghiraukan orang2 jang
berserabutan lari didepan mukanja. Sesampainja mereka dimulut goa sudah tak
menampak pula bajang2 dari Tju Sie Hong. Gwat Hee segera membentangkan ilmunja
jang baharu, dengan miring2 tubuhnja mentjelat keatas pohon, dengan tjepat kakinja
menotol batang kaju, membuat tubuhnja merapung keatas tebing dan berdiri dengan
tenang diatasnja. Ia menoleh kebawah sambil berkata: "Tjiu Su-ko, lekas naik !" Tjui Piau
tidak sekaligus mentjapai atas tebing, ia lontjat dulu kepohon Siong, sesudah
mengumpulkan semangat dan tenaganja baharu melontjat keatas tebing.
"Tju Sie-ko mungkin turun dari batu besar jang terletak dipuntjak Thian Tou itu, lekas
kita kesana !" Dengan ketjepatan ilmu mengentengkan tubuhnja, mereka dapat
memidjakkan kakinja diaias batu itu dengan tjepat, mereka mendengar snara
menderuhnja dari suara tambang jang ber-putar2. Kedua orang itu melongokkan
kepalanja kebawah djurang, apa jang dapat dilihat mereka ? Sesosok tubuh manusia
dengan rnengandalkan seutas tambangnja, merosot turun laksana terbang, hanja dalam
sekedjap mata sudah hilang dari pandangan dan kegelapan djurang itu. Tanpa terasa
Gwat Hee mengutjurkan air matanja sambil berkata: "Tjiu Su-ko tjobalah kau bajangkan,
bagaiiuana rasanja hidup didalam djurang begini selama delapan belas tahun. Hari2 pasri
dilakukan seperti didalam neraka !'7 Sebaliknja Tjiu Piau mempunjai pikiran lain: "Su-moy
tjoba kau pikir seitjara mendalam, misalkan tambang dari Tju Siok-siok tidak putus, mana
bisa mendapat malapetaka ini. Tapi dengan tambangnja jang sudah tinggal separuh dan
kaitannja tinggal sedikit masih dapat menjelamatkan djiwanja dari kematian, sehingga
masih dapat hidup didalam djurang selama belasan tahun, hal ini sungguh tak dapat
kupikiri/' Gwat Hee meng-a.ngguk2kan kepalanja tanpa disadari.
Kedua orang ini berdiam ditepian tebing sambil men duga2 kedjadian jang lalu dengan
asjiknja.
Kiranja kedjadian pada tempo jang Jalu, jakni begiti Tju Hong tambangnja diputusi
tubuhnja segera djatul kedalam djurang jang dalam, tapi dengan mengandalkar
kepandaiannja jang lihav, ia dapat menjelamatkan dirinja. Waktu itu udjung tambangnja
sudah tidak berkaitan lagi. Dengan sendirinja tidak mungkin dapat mengaii pohon.
Demikianlah ia melajang dengan tjepat beberapa ratus meter dalamnja, ia melihat
sebatang pohon Sionq tua jang mendjorak dari lamping gunung, dengan tjepat
tambangnja terbang memutari dahan itu dan mengikat dengan kokohnja. Semangatnia
terbangun, diawasinja sekeliling, ia mendapatkan dirinja berada ter-katung2 djauh dariLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup
bumi dan diauh dari langit, sedangkan dikanan kirinia terdopat te.bi.ng2 jang tjuram
sekali, pokoknja tidak ada daja jang merrmrtgkinkan ia naik keatas kembali. Ia tak dapat
berbuat apa2. Achimja ia mengambil keputusan akan kedasar djurang itu dulu,
sedangkan hal jang lain akan diselesaikan kemudian. Demikianlah ia menerdjunkan diri
beberapa kali, dan dapat mendekati dasar itu, kira2 tinggal seratus meter, dia mengawasi
kebawah djurang, iang kosong melompong tak ada apa2 lagi, djuga tidak ada pohon
Siong besar lagi untuk membelitkan tambangnja, tiba didalam saat ini djuga ta.ngannja
jang sedang memegang tambang terasa semakin lemas, ditambah dahan kaju jang
menahan dirinja itu sudah kering dan tak kuat pula, sedikit demi sedikit mulai berbunji
"krek krek", suara ini sebagai suara kematian ! untuk telinga Tju Hong. Sedangkan
semangatnja sudah mulai gontjang, dan achirnja ia pingsan, tubuhnja langsung djatuh
kedasar lembah dengan hebatnja. Andaikata dasar djurang ini terdiri dari tana); jang
keras, djiwa Tju Hong pasti sudah melajang. Baiknja dibawah ini terdjadi dari tanah
lumpur dan daun pohon jang sangat tebal, Tju Hong hanja pingsan selama tiga hari tiga
malam dan achirnja siuman kembali.
Begitu ia sadar, otaknja sudah tidak wadjar lagi, kedjadian jang sudah dialaminja
mendjadi hilang dalam pikirannja. Sedjak itulah belasan tahun lamanja ia hidup menderita
dengan memakan segala sesuatu jang dapat diketemuinja. Akibat dari itu tubuhnja
mendjadi rusak dan tidak merupakan manusia, lagi dan berubah seperti djedjadian sadja.
Dasar adjal belum sampai achirnja Tju Hong dapat djuga diketemukan oleh anaknja
sendiri. Hanja sajang Tju Sie Hong walaupun berkepandaian seperti ajahnja, tapi seorang
diri ia tak dapat memondong ajahnja naik keatas djurang jang ribuan meter tingginja.
Sesudah Tjiu dan Ong me-Iihat2 kebawah dan membitjarakan pendapat mereka,
belum djuga terlihat Tju Sie Hong naik kembali. Ong Gwat Hee berkata: "Lebih baik kita
kembali dahulu kedalam goa. Toa-ko akan merampungkan peladjarannja pada waktu
sendja kita harus baik2 mendjaganja. Terketjuali itu kita harus istirahat, karena hari
sudah siang." Demikianlah kedua orang itu menurut djalan jang semula kembali kedalam
goa, sesudah masing2 mentjari tempat jang baik mereka lantas tidur. Biar bagaimana
Gwat Hee memeramkan matanja, tetap tidak bisa tidur, dipanggilnja Tjiu Piau jang
njatanja belum djuga tidur.
"Tjiu Su-ko, tjoba kau katakan bagaimana tjaranja dapat menolong Tju Siok-siok naik
keatas ?"
"Aku tak dapat memikiri sesuatu daja."
"Aku mempunjai suatu pendapat, tapi belum tentu dapat didjalankan."
"Akal apa ? Lekaslah kau katakan. Pokoknja asal masih ada daja biar bagaimana djuga
kita harus usahakan."Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup
"Begini kita tjari dan tebang sebatang pohon jang besar, kemudian kita palangkan
diantara tebing jang tjuram itu, hal ini dapat dilakukan karena djarak antara dua tebing
itu tidak seberapa djauh. Diatas batang itu kita taruhkan sebuah kerekan, dari atas kita
gantungkan sebuah kerandjang jang besar, agar Tju Siok-siok bisa duduk didalamnja,
kemudian dengan tenaga bersama kita kerek naik keatas."
"Akal ini tjukup bagus, kenapa kau kata belum tentu dapat didjalankan ?"
"Kau pikir, dari mana kita dapat memperoleh tambang jang demikian pandjang ?
Terketjuali itu tambang harus jang kuat agar tak putus ditengah djalan."
Tjiu Piau berpikir, bahwa kata2 itu benar adanja. Sesudah menarik napas kesal, ia
berkata: Tambang jang baik dapat kita usahakan, tjoba kau pikir urat rusa tjukup
kuat, bukan ? Ah darimana dapat kita tjara urat rusa jang demikian banjak ? Mungkin
ribuan dari urat rusa belum tentu tjukup untuk memenuhi lembah iang dalamnja luar
biasa itu."
Kedua orang ini saling sahutan, membitjarakan hal menolong Tju Hong. Tak kira kata2
dari mereka itu terdengar oleh Ong Djie Hai, sehingga membangkit kekesalannja pula.
Sedangkan ilmu jang tengah dipeladjarinja memerlukan sekali ketenangan jang luar
biasa, perhatiannja harus ditjurahkan untuk mengatur dua djalan pernapasan Im dan
Yang. Kini otaknja tak dapat tertahan lagi terpetjah memikiri daja untuk menolong Tiu
Hong. "Akal apakah jang dapat menolong Tju Sieksiok?" pikirnja.
Tak heran begitu pikirannja bertjabang, perdjalanan dua napas ini mendjadi kendur,
kalau tidak tertahan lagi, akibatnja aliran dua napas ini tidak dapat dikendalikan lagi dan
segera berhenti, kalau sampai hal ini terdjadi sama djuga peladjaran ini mendjadi batal,
sehingga jang dipeladjari gagal, bahkan peladjaran jang sudah dimilikipun akan mendjadi
musna. Setakar tenaga Djie Hai berusaha untuk menghilangkan pikiran guna menolong
Tju Siok-sioknja, tapi biar bagaimana djuga tak dapat dihilangkannja.
Hal ini lebih berat daripada waktu ia men dengar penuturan Tju Sie Hong tadi.
Pikirannja sema kin katjau sehingga tubuhnja itu terasa seperti dililit olel ribuan ular
berbisa, tanpa dapat dibebaskan. Ia bertahar dengan ketekunannja sedjam lebih tanpa
basil dan merasa kan tidak kuat pula untuk bertahan terlebih lama kin: sekudjur badannja
terasa sesuatu perasaan aneh, nanti panas, nanti bersemangat dan ingin me-lontjat2
serta mendjerit2. Kemudian merasakan lelah dan letih jang melewati batas, djalan
napasnja itu se-olah2 akan hil2ng, agaknja sudah akan mati sadja. Tanpa terasa lagi
perasaan2 itu menggontjangkan djiwanja, ia hampir pingsan agaknja. Pada saat inilah
teringat ia akan ajahnja, teringat pesan ibunja sewaktu akan meninggalkannja ketanah
baka, "anakku, biar gunung Himalaja akan menggentjat dadamu, kau harus mernbalas
dendam dari ajahmu !" Begitu pikiran ini datang, segala susah kekatjauan pikirannja itu
Kindo 01 Wasiat Di Puri Elang Pedang Siluman Darah 24 Misteri Si Raja Naga 03 Misteri Menara Berkabut
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama