Ceritasilat Novel Online

Pedang Naga dan Cendrawasih 6

Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei Bagian 6



sedikit2 mendjadi hilang. Dengan pajah ia menenangkan pikirannja selarna beberapaLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

djam, baharu terasa sesuatu didalam tubuhnja mendjadi normal kembali. Dalam

ketenangannja ini kembali telingannja mendengar sesuatu suara jang aneh sekali.

Suara apakah ini ? Bukan derak dari kaki orang, bukan suara telapak binatang buas,

se-waktu2 seperti bergeraknja kipas, se-waktu2 seperti angin badai jang besar, sehingga

menimbulkan angin didalam goa. Angin ini membawa bebauan jang amis sekali, sewaktu

ia mengendus ni, hatinja ingin sekali melihatnja, ia berpikir: "kemana perginja Tjiu Piau

dan Gwat Hee ?" Ia menenangkan pikirannja sehingga dapat mendengar suara

pernapasan dari kedua orang itu, agaknja mereka sudah terlalu letih sekali, sesudah

mengobrol sebentar masing2 segera terbenam dalam alunan malam. Ia mendjadi gelisah,

hatinja berpikir: "Kalau musuh datang, bagaimana baiknja ?"

Ia menjesal: "Kalau tahu begini, pasti ilmu ini tidak kupeladjari, kini kalau terdjadi

perubahan, aku tak dapat berbuat apa2, kalau bergerak segala ilmuku akan habis !" Tiba2

benda jang bau amis itu berkesiur didepan mukanja, dan bergelapakan dua kali. Ia sadar

dan tahu benda itu adalah garuda ! Hatinja mendjadi kuatir sekali dan tak tenteram !

Tiba2 sekali, ia merasa sesuatu benda hinggap diatas tubuhnja, kekagetannja bukan

alang kepalang ia menahan napas dan tidak bergerak sedikit djuga. Terasa benda ini

mempunjai kuku jang tadjam sekali dan mengait dengan keras diatas kepalanja. Benda

apa lagi kalau bukan kuku garuda ! Ia sadar biar mempunjai kepandaian jang lihay dan

dapat dengan sekali tepak untuk mematikan garuda itu. Tapi tak mungkin dapat

menghindarkan diri dari kematian.

Menghadapi kegawatan jang luar biasa ini, ia dapat menenangkan dirinja dengan baik.

Ia tetap duduk tak bergerak, sehingga merupakan artja, sehingga tidak dipatok oleh

paruh garuda jang tadjam. Begitu hatinja tenang .napas Im dan Yang mendjadi bergerak

dengan baik setjara otomatis, kelihatannja dari luar ia duduk seperti pilar tak ber-gerak2,

tapi pergerakan napas didalam itu berdjalan dengan sempurna. Ia merasakan ilmunja ini

hampir selesai, hatinja mendjadi girang, sehingga melupakan diri berada dalam bahaja.

Ketenangan ini berlalu hanja sebentar telinganja kembali mendengar sesuatu suara lain,

jakni suara menggelapaknja dari seekor burung ketjil jang masuk kedalam goa. Burung

itu berterbangan ber-putar2 didalam goa. Ia berpikir: "Tepat sekali kedatangan burung

itu, sehingga bisa memantjing garuda ini pergi keluar." Tapi garuda itu tetap sadja tak

ber-gerak2.

Tiba2 mendatang suara halus dari seorang anak perempuan. "Tempat jang baik,

tempat jang indah," berulang kali disebutkannja. Suara ini tjukup dikenalnja dan ia ingat

suara ini bukan suara siapa2 terketjuali Lu Tjen Tjen adanja.

Diam2 hatinja menjebut tjelaka, kegelisahannja melewati batas ia tak tahu gadis nakal

itu bisa datang kesini, jang mengherankan lagi ia tak mendengar suara napasnja,

mungkinkah dalam djangka pendek Tjen Tjen dapat mempeladjari ilmu jang luar biasa

lihaynja ?Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Sekuat tenaga ia nienenangkan pikiran dan memusatkan pendengarnja untuk

mengetahui dimana Tjen Tjen berada. Sekian lama ia memasang telinga dengan tjuma2,

ia kuatir dan takut Tjen Tjen menurunkan tangan djahat kepada Tjiu Piau dan adiknja.

Sampai disaat ini kembali ia berpikir: "Biar seluruh ilmu kepandaianku mendjadi musna,

aku haras menteriak sekuat tenaga untuk membanguni mereka guna ber-siap."

Pikirannja sudah tetap, baharu sadja ia akan berteriak dan membuka matanja, tiba2

ia ingat pada burung garuda diatas kepalanja. Burung2 ini pasti kepunjaan Tjen Tjen, ia

pernah melihatnja. Kalau ia bergerak, burung ini pasti mentjakarnja, mungkinkah masih

dapat hidup ? memikir sampai disini, ia mendjadi ragu2.

Saat ini seluruh darah didalam tubuhnja mendjadi panas, segala pikirannja serentak

berketjamuk didalam otaknja. Tapi otaknja dapat tenang djuga achirnja, ia berpikir: "Biar

bagaimana djadinja mati luka berat kek, aku harus membangunkan mereka, djangan

sampai sekali gus menderita rugi !" Segala keraguannja mendjadi hilang, dikumpulkan

semua semangatnja, guna mendengari dimana beradanja Tjen Tjen dan sekaligus akan

menjerangnja !

Saat ini kembali terdengar suara Tjen Tjen dengan kata jang sama : "Tempat jang

indah, tempat jang baik." Jang mengherankan sekali, suara ini bergenia, dari atas

kepalanja, mungkinkah anak itu sudah mati dan mendjadi setan penasaran jang datang

mengganggu ? Dalam bingung dan keanchan jang dialami ini, membuatnja tidak dapat

memastikan kedjadian ini apakah benar2 atau hanja impian sadja. Dalam saat jang

sangat kritis ini, tepian telinganja mendengar seruan kaget dari Gwat Hee: "Tjiu Su-ko,

Tjiu Su-ko !"

Begitu Tjiu Piau bangun, segera ia melontjat berdiri, mereka itu mendjadi kaget demi

dilihatnja seekor garuda jang sangat besar hinggap diatas kepala kakaknja, diatas garuda

terdapat pula seekor burung kakak tua. Burung ini tidak henti2nja berkata: "Tempat jang

indah, tempat jang baik !" Suaranja itu persis seperti suara Tjen Tjen.

"Wah, tjelaka, dua ekor burung ini adalah kawan bermain Tjen Tjen, kenapa mereka

dapat datang kesini ?" kata Tjiu Piau.

"Mungkin djahanam2 semuanja datang kesini ?" tanja Gwat Hee.

"Djangan gelisah ! Jang terutama kita harus berusaha untuk memantjing pergi burung

garuda itu, kalau diantap terus besar bahajanja untuk Toa-ko." Habis berkata Gwat Hee

meritjabut pedangnja dari dalam serangka, sedangkan Tjiu Piau segera menjiapkan

batu2nja. Mereka mengeluarkan bunji2 dari berbagai binatang untuk menghalau garuda

itu, burung itu sangat pintar, didengarinja suara2 itu sedangkan tubuhnja tetap diam tak

ber-gerak2. Hanja burung kakak tua itu sadja jang berl terbangan dengan bersuara:

"Sungguh indah, tempat jang baik !"Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Gwat Hee mendapat akal, dibisikinja Tjiu Piau: "Kita tangkap burung ketjil ini dahulu

!" Mereka mengikuti burung ini dari bawah, dinantikannja burung itu terbang rendah,

serentak empat lengan terdjulur menangkapnja. Sekali ini terpantjinglah amarah dari

garuda itu, sesudah mengeluarkan bunji jang keras, segera ia datang menubruk.

Biar bagaimana lihay burung garuda itu, tapi untuk melawan kepandaian orang, hanja

impian belaka. Begitu ia menubruk datang, Gwat Hee sudah mentjelat mendekati sang

kakak, pedangnja terhunus dengan waspada mendjaga dan melindungi kakaknja. Tjiu

Piau bergulingan keluar goa sambil memegang terus burung kakak tua itu, garuda itu

membuntuti terus dari belakang dan sering2 menjerangnja tanpa mendapat hasil,

sehingga amarahnja semakin besar, ia dikedjar terus. Begitu burung itu hampir dekat

dengan tubuhnja, lengannja segera melepas batu2, sehingga terdjangan hebat dari

garuda itu dapat tertahan.

Kira2 hampir sampai dimulut goa, dilepasnja burung kakak tua jang dipegang, dengan

girang burung itu terbang sambil berkata: "Tempat jang indah, tempat jang baik !"

Garuda itu pun terbang keluar mengikuti burung kakak tua. Dengan ketjepatan luar biasa

burung2 itu dalam waktu sekedjap hilang dari dalam pandangan. Tjiu Piau mengerti goa

itu sangat sempit, sehingga burung itu tidak dapat terbang dengan leluasa, bilamana

tidak mana bisa dirinja dengan mudah menghindarkan serangan jang maha hebat dari

paruh garuda itu.

Saat ini goa itu telah mendjadi agak terang, entah sudah djam berapa sekarang ini,

buru2 Tjiu Piau masuk kedalam untuk menemukan dua saudara O.ng, tampak Gwat Hee

dengan tekun mendjaga Djie Hai, kalau2 burung itu datang kembali. Begitu ia melihat

Tjiu Piau kembali tak kurang apa2, hatinja mendjadi lapang. Ta menundjuk kepala

kakaknja sambil berkata: "Kau lihat, kuku garuda itu membuat beberapa tapak kuku jang

njata sekali, bukan main berbahajanja !" Begitu Tjiu Piau mengawasi benar sadja diatas

kepala Djie Hai terdapat tanda dari kuku garuda jang dalam, garuda itu tidak

menggunakan tenaga, kalau tidak bukankah kepala itu bisa remuk dibuatnja.

"Sungguh bahaja, garuda itu merupakan lawan keras dari kita !" kata Tjiu Piau.

"Kini jang ditakutkan, ia pergi dan kembali pula membawa Tjen Tjen, kalau Louw Eng

sekali datang, ini bisa tjelaka."

Tjiu Piau menganggap perkataan Gwat Hee masuk diakal, segera ia berleata :

"Sekarang sebaiknja dibelokan terachir dari goa ini kita sumbat dengan batu, andaikata

mereka datang, tidak dapat dengan segera menemukannja, kalau burung itu datang tidak

bisa terbang masuk, paling2 diluar."

"Sungguh suatu pendapat jang manis !" pudji Gwat Hee.

Dengan tjepat kedua orang itu menjingsingkan lengan badjunja, untuk me-

mindah2kan batu. Dalam waktu sekedjap belokan dari Hang goa jang terachir tersebutLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

sudah disumpat dengan baik, dengan sengadja dibuatnja beberapa liang ketjil untuk

melihat keluar, kesatu untuk mengawasi gerak-gerik musuh, kedua takut Tju Sie Hong

datang kembali dan tak dapat menemukan mereka. Sesudah selesai mereka duduk

istirahat, pada saat ini baharu mereka nierasakan perutnja kerontjongan dan lapar.

Dibukanja ransum kering jang dibawanja dari rumah, dengan rakusnja makanan itu

digajamnja dengan napsu sekali.

Ong Djie Hai dengan tenang melandjutkan lagi peladjarannja, hatinja mendjadi tenang

sebab mengetahui disamping tubuhnja ada jang mendjaga. Per-lahan2 didalam tubuhnja

ada sesuatu perasaan jang tak dapat disebutkan namanja, isi perut, nadi dan sepir2

dengan seenak hatinja dapat digerakkan ke-mana2 tak ubahnja seperti dapat

menggerakkan kaki dan tangan. Sedang dua aliran napas positif dan negatif berdjalan

dengan seiring, tidak seperti api dan air lagi jang demikian berlawanan. Sampai pada saat

ini semangatnja terasa semakin penuh, sehingga Djie Hai merasa girang dan sukur.

Tidak lama kemudian terdengar derak sepatu jang membisingkan kepala, Tjiu Piau

mengintai dari tjela2 batu, dengan kaget digapaikannja Gwat Hee: "Kau lihat siapa itu ?"

Begitu Gwat Hee melihat, diluar dugaannja sekali, dengan nada halus ia berkata: "Louw

Eng ! Ah benar2 Louw Eng jang datang. Mendengar ini, hampir2 Ong Djie Hai mentjelat

bangun !.

Tak salah dugaan sesudah burung itu keluar dari goa, segera kembali lagi membawa

madjikannja. Dengan tjara berbisik Gwat Hee berkata: "Mungkin bukan ia sendiri, kita

harus hati2 dan djangan bersuara." Tjiu Piau mengangguk tanda mengerti. Tampak oleh

mereka Louw Eng tengah langak-longok didalam goa, dengan wadjah penuh tjuriga. Tak

lama kemudian ia membalik badan dan berlalu. Mendengar derak sepatu jang semakin

djauh ini, membuat mereka menarik napas lega.

Siapa tahu, baharu mereka merasa tenang kembali teidengar derak sepatu jang

ringan, menjusul terdengav suara sajap garuda jang bergeiapakan. Tampak oleh mcreka

dibelakang burung itu terdapat madjikannja. Burung itu melihat Hang goa sudah

berubah, segera berterbangan ber-putar2. Dalam waktu sekedjap garuda itu agaknja

sudah mengerti, dengan dahsjat ia menjerang kepada batu2 jang didirikan Tjiu Piau dan

Gwat Hee. Sedangkan burung kakak tua itu tidak henti2nja berkata: "Tempat indah,

tempat baik." Tjiu Piau mendjadi gelisah, dengan geram ia berkata perlahan: "Dua

binatang jang laknat, lihatlah akan kukirim djiwamu keacherat dengan batu2 ini !"

Sungguh tadiam perasaan Tjen Tjen, begitu melihat keadaan sudah dapat menjelami

delapan bagian. Walaupun ia datang mendekat serentak di-pegang2nja batu2 itu, ia

segera mengerti dan berseru keluar dengan keras: "Ajah, lekas datang. mereka ada disini

!" Ia hanja dapat berteriak sekali sadja, kemudian merasakan seluruh tubuhnja mendjadi

kaku dan tak dapat bergerak. Kiranja begitu tubuhnja berputar kearah luar, tepat sekaliLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

membelakangi lawannja, Gwat Hee mendjulurkan lengannja dari liang batu dengan

tepat menotoknja, sebenarnja Tjen Tjen berkepandaian tidak terlalu lemah, tapi dalam


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


keadaan tak siap sedia kena dibokong setjara mudah sekali.

"Seret djangan tubuhnja ?" kata Tjiu Piau.

"Tak mungkin, sebab harus membongkar dahulu batu2 ini."

Mereka tengah berunding, sedangkan dari luar sudab terdengar derak jang berat dari

musuh, mereka mengintai keluar sambil menahan napas.

Louw Eng mendjadi kaget, demi dilihatnja sang puteri terlentang tanpa dapat

bergerak, ia mentjelat mundur kebelakang, dinjalahinja bahan pembakar, sehingga Tjiu

Piau dan Gwat Hee dapat dilihatnja dengan tegas. Mukanja per-lahan2 menundjukkan

perubahan, matanja mulai mengedip-ngedip, sedangkan alisnja dikernjutkan, sehingga

satu dengan lain mendjadi nempel dan bersambungan, tepian bibimja terbuka

mengeluarkan gigi jang kuning se-besar2 kampak, dari dalam kerongkongannja

mengeluarkan bunji ,heee heee" dua kali, ia dapat dikatakan ia tertawa djuga.

Tertawa litjik jang penuh kedjahatan ini dapat dilihat dengan tegas dari sela2 batu,

mereka bukan main muaknja menjaksikan gaja dan lagunja itu, lebih2 suara tertawanja

jang hanya dua kali "hehe" ini membuat mereka merasakan sesuatu mendjadi tak wadjar.

Dengan gagah berani ia madju kemuka untuk membebaskan totokan anaknja, Tjen Tjen

segera berkata: "Didalam ada orang ! Djangan ter-gesa2, mari kita keluar, aku

mempunjai akal untuk membuat mereka terus mengeram didalam goa ini !"

Dalam waktu jang pendek pemuda-pemudi ini tidak dapat menangkap maksud lawan.

Djie Hai mentjium asap api ia sadar musuh menjerang mereka setjara kedji,

kegelisahannja sampai dipuntjak maunja, tanpa sedikit bimbang, ia mentjelat bangun

sambil membentak : "Louw Eng kau djangan kabur !" kedua Iengannja segera

mendorong batu2 jang dibuat saudara2nja. Bahana guruh jang memekakkan telinga

terdengar, demi kena digempurnja tembok itu. Gempuran ini bukan sadja

menghantjurkan batu2 itu, bahkan menggugurkan pula dinding2 goa, sehingga batu dan

debu berterbangan dalam goa mengedjutkan orang. Djangan katakan orang lain, ia

sendiri tidak akan mengira kepandaiannja demikian ampuh. Tapi gempuran ini sia2 belaka

karena lawan2 itu sudah pergi ketikungan lain. Ketika itu pula Louw Eng mengangkat

obor ditangannja tinggi2, sehingga ia dapat melihat dengan tegas Ong Djie Hai, Ong

Gwat Hee, Tjiu Piau tiga orang, hal ini membuatnja mendjadi kaget, ia tak tahu siapakah

diantara tiga orang ini jang mempunjai ilmu jang mengedjutkan itu.

Kelima orang ini saling pandang-memandang tanpa ber-kata2. Ong Djie Hai berdiri di-

tengah2 dengan sikap gagah, matanja mentjerong, ia berkata: "Kiranja kau belum mati

?"Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

"Kebenaran sekali kita bertemu ditempat jang sempit ini, kalian tengah berbuat apa

disini ? Kenapa kalian mengumpat seperti kurtjatji tak bernjali waktu kami datang ?" tanja

Louw Eng sambil tertawa mengedjek.

"Kami sangat mentjintai Oey San ini, dari itu kami datang kesini untuk berkumpul.

Sebaliknja aku ingin bertanja kepadamu; kenapa kau mengikuti perdjalanan kami kesini

? Hatimu tentu mempunjai rentjana busuk untuk mentjelakakan kami, betulkah begitu ?"

tanja Ong Djie Hai.

Louw ,Eng tak mau ber-kata2 lagi, pertanjaan itu pura2 tidak didengar, ia mengawasi

keadaan sekeliling, kemudian ia berkata kepada sang anak: "Tjen-djie bawalah burung2

keluar djaga mulut goa itu, satu djuga djangan dikasih melolosi diri !" Habis bitjara ia

madju selangkah2 dengan djumawa.

Menggunakan kesempatan lawan bitjara, Djie Hai membisiki adiknja dengan ter-

gesa2: "Moy-tju, aku sudah tak berguna lagi, kepandaian jang kumiliki kini sudah musna

sama sekali, sebaiknja kita mempergunakan akal untuk menghadapi mereka. Kau dan

Tjiu Piau-tee harus bersatu padu untuk berusaha menerdjang keluar !" Gwat Hee

mengertakkan giginja sambil inemandang wadjah kakaknja, ia tak mengerti apa jang

dimaksud, tapi keadaan sudah demikian mendesak dan tak bisa bertanja pula. Louw Eng

madju lagi selangkah, sedangkan wadjahnja masih tetap dihiasi senjuman iblisnja.

Nampak ia akan menerdjang, Ong Djie Hai mendahului membentak: "Sabar ! Kau ingin

mengadu kepandaian apa ?" sambil mundur setindak. Ia tahu ilmunja jang dahsjat tadi

itu tak mungkin kembali pula, kalau terang2 bertarung dengan lawan, djeridji keliling dari

musuh sadja tak mungkin kena ditangkisnja. Ia ingin mengeluarkan kembangnja ilmu

silat sadja, karena ilmunja sudah musna tersebab batalnja merampungkan Im Yang Kang.

Pokoknja ia sendiri tidak takut mati, asal sadja adik2nja dapat melepaskan diri.

Louw Eng sudah mengambil keputusan mutlak untuk membinasakan mereka didalam

goa jang sepi ini, tanpa meninggalkan bekas dan diketahui orang, hai ini sungguh sesuai

sekali dengan permintaannja. Setjepat kilat tubuhnja mentjelat tinggi dan turun

menerkam kepada Djie Hai.

Djurusnja ini sangat lihay sekali, gerakan2 lintjah dan sukar diketahui lawan akan

perubahannja. Kemana lawan berkelit kearah itu ia menubruk, tubrukan ini disertai

dengan kedua belah kaki dan tangan sekali gus memasukkan lawan, inilah ilmu terlihay

jang dimilikinja. Andai kata Ong Djie Hai tidak kehilangan ilmunja jang dahulu, belum

tentu pula dapat menghindarkan serangan ini. apa lagi sekarang ? Begitu ia melihat Louw

Eng mentjelat, ia segera membungkukkan badan, kepalanja menghadap kepada bumi,

tubuhnja melingkar mendjadi bulat, dan bergulingan untuk menghindarkan diri dari

tubrukan musuh itu. Walaupun ilmunja Sudani musna tapi masih tetap lintjah sekali,

gulingan ini/ dilakukan dengan baik sekali. Louw Eng setakar tenaga menubruk kebawah,

dengan hasil nol besar. Dua lawan ini masing2 berpikir didalam hatinja, jang satu berpikir:Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

"Bagusnja aku dapat dengan tjepat menghindarkan serangan maut itu, kalau tidak ? Pasti

hantjur kepalaku !" Sedangkan jang lain berpikir: "Terang2 lengan kananku dapat

mendjangkau pundaknja, tapi kenapa bisa diegosnja demikian mengherankan ?

Mungkinkah mataku salah lihat ?"

Louw Eng membalik badan sambil berdiri dengan tenang, diawasinja keadaan

sekeliling dengan penuh perhatian. Apa jang terlihat hanja anaknja sadja dengan garuda

mendjaga didepan pintu. Sebaliknja Ong Djie Hai merapat dirinja kepada saudara2nja, ia

berbisik: "Kutitahkan kalian lekas pergi, kenapa masih tetap diam sadja ?" Louw Eng

mendengari dengan atjuh tak atjuh .pembitjaraan, tapi ia terkedjut mendengar suara

jang diutjapkan dengan serampangan itu, seperti djuga suatu tenaga jang maha dahsjat,

mengiang-ngiang dalam pendengaran. Bukan main kagetnja sehabis mendengar ini, ia

sadar kelihayan dan kedalaman ilmu botjah ini sudah setaraf dengan ilmunja. Ia ta

kberani lagi sembarangan menjerang, hanja matanja sadja menatap wadjah mereka

dengan dingin.

Gwat Hee mendjawab perkataan kakaknja: "Kak tak perlu kau takut, dengan tenaga

kita bertiga pasti dapat mengalahkan elang (Eng dari nama Louw Eng berarti Elang hitam)

djahat ini ?"

"Apakah kau tidak mendengar dengan tegas, bahwa ilmuku sudah " kata2nja

baharu sampai disini, segera diputuskan.

"Walaupun ilmumu sudah sampai taraf jang luar biasa, kami tetap tidak mengidjinkan

kau menghadapi mereka seorang diri ! Kalau mau mari kita menerdjang ber-sama," kata

Gwat Hee dengan salah mengerti. Habis berkata ia me-njeret2 lengan kakaknja: "Mari

kita keluar !"

Tjen Tjen begitu melihat lawan itu ingin keluar iegera berkata: "Boleh keluar, asal kau

dapat membobolkan pendjagaanku. Kita adalah lawan lama, tapi menjesal, sekali

sebegitu djauh belum pernah bergebrak dengan sesungguhnja. Mari lcemari, tjobalah

ilmu silat ularku ini !" Ia bersiul memberikan tanda kepada garudanja, sedangkan

tubuhnja segera bertanding dengan Ong Gwat Hee.

Garuda itu begitu mendengar suara siulan segera terbang menjerang Tjiu Piau. Tinggal

Ong Djie Hai seorang iang harus menghadapi Louw Eng. Ia sadar dan tahu, keadaan ini

tidak menguntungkan pihaknja. Ia menjesal bahwa adiknja tidak mengerti akan

maksudnja. Ia berpikir: "Biar bagaimana aku tidak dapat meloloskan diri lagi, aku ridlah

menemui adjal, tapi harus kuberi tahu agar saudara2ku dapat kabur !" Ketetapan sudah

matang, tubuhnja per-lahan2 melangkah mundur, dipantjingnja musuh masuk kedalam

goa agar saudara2nja mempunjai banjak waktu untuk menielamatkan diri.

Louw Eng tahu akal lawan, dari itu ia tetap pada tempatnja sedikit diuga. tidak

bergerak, diawasinja musuh sudah modjok disudut terachir dari goa keadaan disituLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

demikian sempitnja, sehingga sukar untuk membentangkan kaki tangan guna bertarung.

Ia berpikir: "Bukankah botjah ini mentjari djalan mati sendiri ? ! !" Ia melangkah besar

sebamak dua langkah, kakinja ditendangkan keperut pemuda kita, sedangkan lengannja

diangkat dua2nja dan sekali gus dipukulkan kebahu lawan. Pemuda ini tak dapat mundur

lagi, kanan-kiri tak terdapat tempat untuk mengegos, sedangkan djalan depan dan kiri

kanan didjaga mati oleh lengan musuh, sehingga membuatnja tak berdaja.

Ong Djie Hai memeramkan mata menantikan segala perubahan, akan hatinja tak

terhindar dari kedukaan jang sangat. Orang hidup tak luput dari mati, tapi saat ini sudah

terang perihal kematian ajah jang penasaran, kenapa harus mati dengan mudah sekali,

bukankah terlalu tidak berharga. Waktu ia merasakan kesukaran iny, terasa pukulan

sudah mengenai bahunja, sedangkan perutnja merasakan kena tendangan. Mendadak ia

merasakan bagian dalam dari tubuhnja ber-gerak2, bahu dan perut jang kena pukul dan

tendang itu sedikit djuga tidak menimbulkan rasa njeri, sebaliknja penjerang sendiri jang

menteriak "aduh" sekali, dan djatuh kesamPingMendengar ini matanja terbuka dan dilihat

tubuh lawan djatuh disebelah kanan badan tapi kini sudah mentjelat bangtm, dan

menatap dirinja dengan penuh keheranan. Ia pun mengawasi sekeliling dengan penuh

keheranan, dilihatnja kalau2 ada orang berilmu sudah menolongnja dari kematian. Tapi

ia tak menampak orang lain, terketjuali dari Gwat Hee jang tengah tarung dengan Tjen

Tjen dan Tjiu Piau jang tengah melawan garuda dengan sengitnja.

Louw Eng me-mikir2 dan meng-angguk2kan kepalanja, agaknja sudah mengerti

sesuatu keanehan tadi beberapa bagian. Dengan tangan melindungi dada, ia berdjalan

per-lahan2 menghampiri, lengannja mengeluarkan dua djari, dan didjuluri untuk menotok

djalan darah lawan Hal ini membuat Djie Hai berpikir: "Aku sudah tak mempunjai ilmu

jang berarti lagi, tak ubahnja seperti orang biasa, andai kata dapat memukulnja djuga

tidak berarti untuk dia, tapi kalau ia datang mendekat, aku dapat menjergapnja dan dapat

mengorek matanja l" Matanja menatap dengan awas kepada Louw Eng jang tengah

menghampiri dirinja. Begitu berada dalam dja rak dua langkah segera ia menerdjang

kedua lengannja seperti kilat dilondjorkan siap untu kmengorek mata musuh.

Louw Eng sangat lihay, tiba2 ilmunja diubah, salah satu dari lengannja memapas dari

kanan kekiri dengan maksud meminggirkan serangan, lengannja jang meiindungi

tubuhnja itu dengan tjepat. menotok tudjuh-delapan urat darah musuh dengan ganas.

"Hee he" ia tertawa, pikirnja sudah berhasil.

Siapa jang tahu, hal jang aneh kembali timbul, belum djurusnja selesai dilakukan, nada

tertawanja belum habis terbawa angin, tubuhnja sudah ter-gojang2 kekiri kanan sebanjak

dua kali, hampir ia terdjungkal djatuh. Tak alang kepalang rasa terkedjutnja, ia kuatir

Djie Hai membarengi menjerangnja, lekas2 kedua lengannja melindungi bagian2 jang

berbahaja seraja mundur kebelakang, ia membentak: "Hei botjah jang baik ! Dari mana

kau dapat mentjuri ilmu Im Yang Kang ini ?"Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Ong Djie Hai merasakan kena dikebas, dan ditotok beberapa kali tanpa menderita

kerugian, mendjadi heran sendiri dan tak habis mengerti. Mungkinkah ilmu musuh sudah

demikian merosot sehingga kebasannja tidak ganas, totokannja tidak bertenaga,

tubuhnja merasakan seperti di-pidjit2 kena totokan dan pukulan ini. Dalam bingungnja ia


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


mendengar suara bentakan kasar, sehingga ia bimbang. Mungkinkah ia berhasil

mempeladjari Im Yang Kang ini ? Dengan setengah pertjaja dan setengah tidak ia

bertanja kepada adiknja: "Moy-tju, saat apakah ini ? Sudah sendjakah ?" Ia bertanja

begitu sebab keadaan goa siang dan malam tidak berapa beda, dengan sendirinja tidak

bisa menentukan waktu. Sedangkan botjah jang disuruh mendjaganja senang sekali

mengganggu orang, waktu jang sudah ditetapkan sudah habis, dengan sengadja

diperpandjang membuatnja kena dipermainkan, sedangkan botjah itu sendiri sudah pergi

tanpa pamit dengan diam2.

Tjiu Piau dan Gwat Hee sedari malam diam didalam goa dengan sendirinja tidak tahu

waktu " Sebaliknja pertanjaan Djie Hai ini didjawab oleh Louw Eng dengan dingin:

" Waktu sendja sudah berganti lama ! kenapa ? Ada djandjikah ? Aku kuatir kawan2mu

itu berhalangan datang !" Mendengar waktu sendja sudah berlalu, hatinja mendjadi

girang sekali, karena bukan sadja ilmunja tidak hilang bahkan ilmu Im Yang Kang berhasil

dijakinkan. Tjiu Piau dan Gwat Hee berpikir waktu sendja sudah berganti, sedangkan

mereka belum keluar dari goa, bukankah pertemuan Tiong Tjiu sudah dilewatkan begitu

sadja? Pertemuan . jang dinantikan selama delapan belas tahun lamanja, mana boleh

dilewatkan begitu sadja ?

Ong Djie Hai berdiri tanpa ber-gerak2, tapi kedua djalan napasnja diatur dengan baik

dengan memuaskar. sekali, dan baharu mengerti kenapa beberapa kali Louw Eng tak

dapat berbuat apa2 kepadanja. Seketika djuga ia mendjadi girang: "Moy-tju, Piau-tee

mari kita keluar sekarang djuga, kasilah aku jang membuka djalan!"

Nada suaranja ini, penuh dengan semangat jang berapi2, sehingga menambah

semangat. saudara2nja. Serentak mereka mendjawab "Baik i" Mereka segera

memperhebat serangannja. Sebenarnja ilmu Gwat Hee lebih lihay dari Tjen Tjen, tapi

jang disebut belakangan ini lebih litjin dan banjak akal bulusnja, sedangkan ilmu silatnja

beru-bah2 tak habis2nja. Memang sedjak ketjil Tjen Tjen tidak mempeladjari ilmu jang

chusus setjara tekun, sebaliknja kanan kiri dipeladjarinja ilmu dari berbagai pintu

perguruan serba lumajan. Sehingga pertarungan ini sukar dipastikan jang mana kuat jang

mana lemah; Tjiu Piau jang berhadapan dengan garuda itu, keadaannja seimbang sadja,

tidak ada jang kalah tidak ada jang menang. Garuda ingin menjerang dan menerkamnja

jang segera dihadjar dengan batu, sehingga teihalang kemadjuannja itu. Tapi serangan

batu2 jang terarah kepada kepala garuda itu selalu gagal dan kena dipukul djatuh oleh

sajap garuda itu, tambahan keadaan didalam goa sangat sempit sehingga sukar untuknja

meLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

ngembangkan ilmunja dengan baik. Kalau pertarungan ini berlangsung diluar, biar

garuda itu dapat menjerangjnja dengan hebat, TjiuPiau dapat pula mengembangkan ilmu

kakinja. Tidak seperti sekarang ilmunja ini sama sekali tidak dapat digunakan.

Mereka serentak berseru dan mempergiat serangannja.

"Ber .. ber..." beberapa batu terlepas dari tangan

Tjiu Piau dan menjerang dengan dahsjat, sehingga burung itu tidak berani datang

mendekat; Gwat Hee mengeluarkan serangan beruntun angin dari pukulannja itu

demikian lihay, sehingga mau tidak mau Tjen Tjen terdesak mundur. Sedangkan Djie Hai

melesat seperti anak panah dengan ilmu "puntjak aneh terbang mendatang" sebuah

telapakan tangannja dengan keras mendesak Louw Eng.

"Bagus," pudji Louw Eng, sekali lengan kanannja sudah menghunus pedang jang

tadjam, disongsongkan dada lawan dengan tusukan maut: "Aku ingin tahu, apakah kau

mempunjai djuga ilmu Tiat Po San ? (ilmu mengebalkan tubuh)?" Demi dilihatnja sinar

pedang Djie Hai setjepat kilat mengegos pergi, sambil mentjabut djuga pedang jang

dibawanja.

Ilmu Im Yang Kang dipergunakan menurut perubahan tenaga dan kelintjahan gerakan,

tak perlu menangkis serangan lawan, bahkan mempergunakan tenaga serangan lawan

untuk menjerang sipenjerang sendiri. Tak heran ilmunja jang terpaut agak djauh dengan

lawan sesudah mempeladjari ilmu Im Yang Kang, dapat mentjapai kekuatan jang

seimbang. Pokoknja asal lawan tak ber-hati2, pasti dapat kena dikalahkan. Tapi ilmu ini

bukan sematjam ilmu "Tiat Po San ((ilmu badju berlapis badja, atau kebal) dan Kim Tjong

To (ilmu kebal djuga) jang tak mempan dimakan sendjata. Karena itu Louw Eng

menghunus sendjata tadjam, tidak memberi ketika untuk Ong Djie Hai mendapat

kesempatan jang baik.

Pedang itu tak ubahnja seperti scekor naga sakti keluar dari lautan, turun naik dengan

dahsjatnja menekan perasaan orang. Ong Djie Hai berpikir: "Asal aku dapat merapatkan

tubuh denganmu, kupergunakan Im Yang Kang untuk mengadu tenaga denganmu, dan

kulihat kan bisa berbuat apa terhadapku ?" Djurus "batu berserabutan menembus awan"

dipergunakannja menikam musuh ber-tubi2 ketiga djurusan. Louw Eng segera men-ibas

dengan pedangnja, sinar dingin dari pedang itu mendesak orang, Djie Hai sengadja

mempergunakan pedang dengan tenaga penuh jakni untuk menjambut serangan,

terketjuali itu ia hendak menjampingkan pedang lawan, segera merapatkan diri

kesamping tubuh Louw Eng. Siapa kira be.gitu pedang itu bentrok, "trinnnnnggggg"

udjung pedangnja terpapas putus sebanjak dua dim. Adapun pedang jang dipergunakan

itu adalah pedang naga atau dengan nama aslinja "Keng Liong" (naga terke#)

Keadaan berubah. Ong Djie Hai tidak dapat mendekati musuh dan mundur beberapa

langkah. Louw Eng menjerang terus, pedangnja diputer demikian kerasnja, ia mendesakLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

kekiri kanan, keatas dan kebawah, kalau Ong Djie Hai tidak tjepat2 berkelit, beberapa

batjokan pasti sudah mengenai tubuhnja. Mundur lagi beberapa tindak kebelakang, ia

terdesak kembali kesudut tikungan goa jang terachir. Tempat itu demikian sempitnja,

kalau mundur terus sama djuga mengantarkan djiwa.

Gwat Hee mendengar suara Louw Eng menghunus pedang, hatinja mendjadi gelisah.

selandjutnja didengar suara bentroknja sendjata jang ditutup dengan djatuhnja potongan

pedang jang putus, sedangkan kakaknja tengah didesak setindak demi setindak, diam2

ia berteriak "tjelaka" dan tak berdaja untuk membuat rentjana. Hams diketahui barang

siapa mempeladjari ilmu dalam, paling pantangan memetjahkan pikiran, begitu pikirannja

bertjabang, tenaga pukulannja per-lahan2 mendjadi kendur dan lemah, sehingga Louw

Tjen Tjen berhasil membelit tangannja dengan erat sekali. Berapa kali Gwat Hee

mempergunakan tenaganja untuk mengebaskan, tapi sebegitu djauh usahanja tetap nihil

lawan tetap membelitnja dengan keras.

Bukan main rasa gelisahnja lengan kirinja jang tidak bersendjata "bret" menjerang

bahu kiri Tjen Tjen, dengan. hasrat mendesak lawan untuk melepaskan tangan, siapa

jang tahu bahwa Tjen Tjen seperti anak ular, tubuhnja lemas seperti kapuk dan

menggeleot merosot, menghindarkan pukulan ini. Tjen Tjen tidak mau membalas

memukul, apa jang dilakukan ? Jakni lengan kirinja mengitiki ketiak sambil berkata: "Kau

gelian tidak?" Anak perempuan kebanjakan takut sekali dikitiki orang, tak heran Gwat

Hee mendjadi lemas dan tak bertenaga kena dikitiki ini. Dalam keadaan jang sangat

genting ia tertawa kegelian lemas tak berlenaga.

Tjen Tjen mengangkat kakinja, dibarengi dengan dilepasnja tubuh orang dari tangan

kiri, kaki bekerdja, saat ini Gwat Hee tengah lemas sekali, ia tak dapat bertahan tubuhnja

bergelindingan beberapa kali diatas tanah.

Gwat Hee bukan orang sembarangan, begitu tubuhnja menempel bumi segera

bergulingan terus, sekadat untuk bersiaga tangan djahat dari lawan, begitu tubuhnja

sampai didekat liang goa, kakinja segera menotol tanah, tubuhnja miring2 mentjelat

bangun, dengan niat mengubah kekalahan mendjadi kemenangan.

Tjen Tjen mempunjai sifat nakal sekali, begitu Gwat Hee kena disepaknja ia bersiul

kepada garuda jang dengar kata itu, dengan tenaganja jang luar biasa garuda itu

menjerang Gwat Hee dengan bengis. Kedudukan masih belum betul, kuku garuda itu

sudah terlihat didepan mata, ia berteriak kaget sambil menutupi kedua matanja ia hanja

berpikir untuk melindungi matanja padja.

Perbuatannja itu sebenarnja tidak berguna, karena kuku garuda itu merupakan seperti

badja jang sudah ditempah pergi datang ratusan kali banjaknja. Tak heran kalau satu

kali lengan itu kena ditjengkeram akan mendjadi hantjur, bahkan seluruh kepalanja akan

petjah beTantakan, tapi nasib orang siapa jang tahu. Demikianlah bintang penolong

untuk Gwt Hee datang pada waktunja. Siapa dia ? Tak siapa lagi Tju Sie Hong jang pulangLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

kegoa. Banjak tahun Sie Hong hidup dalam kegelapan, dari itu begitu dia masuk kedalam

goa ini, segera dilihatnja dengan njata apa jan gterdjadi. Dengan satu gerakan ia lari dan

menerbangkan tambangnja kepada garuda itu. Kaitan emas dari tambang ini tak meleset

sedikit djuga tepat mengait kuku garuda jang tadjam2 itu. Kuku garuda dan kaitan emas,

berkutetan saling kait mendjadi satu.

Tju Sie Hong menarik dengan sekuat tenaga, sebaliknja burung itu djuga berusaha

sekuat tenaga menerbangka.nnja, sesudah saling tarik agak lama, satu sama lain tidak

bisa menggerakkan lawannja. Gwat Hee lolos selamat dari bahaja maut ini, dari itu Tju

Sie Hong berpikir tak ada gunanja lama2 berkutetan dengan binatang, tambangnja

segera dikendurkan. Selandjutnja ia menoleh kebelakang, dan dilihatnja keadaan Djie Hai

jang menguatirkan, sehingga hatinja mendajdi gelisah tidak keruan.

Ong Djie Hai sudah terdesak sampai dibatasnja, tubuhnja sudah menempel didinding

goa, Louw Eng menusukkan pedang kedada kirinja, ia mengegos kesebelah kanan,

ototnja djuga berkerut kesebelah ka.nan, sehingga bagian kiri mendjadi tjekung dan

kosong, pedang naga terkedjut jang mengenai tjekungan ini dengan nihil. Pedang ditarik

dan ditusukkan kedada kana.n orang jang sudah terdesak.

Tju Sie Hong belum pernah bertemu muka dengan Louw Eng, ia berseru dengan keras:

"Aku tak mengidjinkan seseorang berbuat se-wenang2 disini, siapa kau? Djagalah kaitan

emasku !" Tambang dilengannja berputar dan terlepas menjerang datang, mendengar

angin serangan dengan hanja menundukkan sedikit kepalanja, Louw Eng dapat

mengegoskan serangan ini. Sebuah iengannja tetap memegang pedang menodong Djie

Hai, sebuah lengannja dipergunakan mendjambret serangan tanpa membalik badan.

Melihat orang jang tidak dikenal ini mempunjai kepandaain jang luar biasa, Tju Sie Hong

kembali membentak: "Siapa kau? !" Louw Eng mendjauhkan diri dulu dua tindak dari Ong

Djie Hai baharu berani membalik badan, matanja mendilik menjapu sekeliling goa, sambil

menarik napas pandjang. Kiranja dalam waktu sekedjap sadja keadaan didalam. goa

sudah berubah banjak. Tjen Tjen entah sedari kapan sudah kena ditotok dan diam

disudut goa tak berkutik. Sedangkan burung garuda sudah kabur tak meninggalkan

bekas. Terketjuali seseorang jang memegang tambang, dan berupa seperti Tju Hong,

masih ada pula isepasang muda-mudi sebagai tambahan, ia merasakan enam anak muda

ini dengan keenam pasang matanja jang bersinar tadjam menatap dengan djemu kepada

tubuhnja, pandangan itu seperti anak panah tadjamnja _ menjajat dan menembusi

dadanja. Diam2 mengeluh didalam hatinja: "Sekali ini habislah riwajatku, aku menjesal

sekali kawanku tidak kuadjak masuk kedalam, inilah akibatnja dari memandang enteng."

Enam orang ini,jang empat adalah, Ong Djie Hai, Tjiu Piau, Tju Sie Hong dan Ong

Gwat Hee, semuanja dikenal betul olehnja. Sedangkan jang dua lagi, adalah anak muda

kembar jang diketemuinja di Ban Liu Tjung.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Semendjak ia melihat pasangan muda-mudi ini di Ban Liu Tjung, hatinja selalu diliputi

perasaan tidak aman. Muda-mudi jang baharu berusia tudjuh-delapan belas tahun ini

berwadjah demikian welas asih, agaknja sudah pernah ia melihatnja, tapi tidak ingat

dimana. Belakangan sesudah ia berpikir dengan tenang, baharu ia ingat kedua muda-

mudi ini berwadjah seperti Wan Ti No suami-isteri. Kalau dilihat lagak-lagunja jang laki2


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


tak ubahnja adalah pendjelmaan Wan Ti No adanja, sedangkan jang perempuan seperti

pendjelmaan dari isterinja Wan Ti No.

Sesungguhnja suami isteri itu sudah binasa ditangannja, lagi pula tak pernah orang

mengatakan bahwa Wan Ti No mempunjai anak ? Tapi sepasang anak muda ini, dari

mana datangnja ? inilah suatu pertanjaan jang selalu tak henti2nja berketjamuk dalam

lubuk hatinja dan tak dapat dilupakan.

Kini sepasang muda-mudi jang aneh ini muntjul setjara tiba2, membuatnja berfirasat

membajangi maut.

Sepasang anak muda jang masih muda belia ini, berdiri sambil bersandaran bahu

dimulut goa dengan gagahnja, tak ubahnja seperti panglima besar dari satu pasukan

besar. Mereka menjapu keadaan sekeliling dengan matanja jang tadjam, kemudian

mereka saling pandang dan meng-angguk2, tapi tidak mengeluarkan sepatah katapun,

walaupun demikian mereka agaknja sudah mengerti dan mengetahui benar apa jang

sudah terdiadi didalam goa ini. Mereka melangkahkan kedua kakinja berbareng

menghampiri lawan, sedangkan Louw Eng menggeng gam pedangnja semakin erat

dengan hati berpikir keras: "Djalan hidup satu2nja kau harus menerdjang dengan

mati2an keluar goa."

Dua anak muda itu agaknja tidak merasa gentar menghadapi djago kawakan jang

bersendjata pedang naga jang luar biasa itu, dengan tangan kosong mereka madju terus.

Pemudaitu melirik pedang itu sambil berkata. "Pedang itu bernama Keng Liong (naga

terkedjut)." "Tak salah, memang pedang Naga Terkedjut adanja," djawab si-gadis.

"Dasar pedang wasiat, walaupun sepuluh tahun lebih dipegang oleh buaja darat ini,

masih tetap berkilat de ngan angkemja," kata pemuda itu.

"Lebih2 kalau ganti tuan, pedang itu akan lebih bersinar !" djawab si-gadis.

Mereka seperti djuga tengah ngobrol diwarung kopi, sama sekali tidak menundjukkan

paras jang tegang. Sebaliknja dengan Louw Eng, demi didengarnja pertjakapan mereka,

djalan darahnja semakin tjepat sehingga mendjadi tegang urat sarafnja. Wadjah dari

pemudapemudi itu membuat kabur pandangannja, dalam matanja mereka bukan anak2

jang baharu berusia tudjuhdelapan belas tahun, tapi adalah sepasang suami isteri rimba

persilatan jang berilmu tinggi !

Mereka sudah mendekat sekali dengan tubuhnja kurang lebih tinggal sedjauh

pandjangnja pedang jang pandjang, jang laid2 disebelah kiri, sedangkan jang perempuanLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

disebelah kanan. Louw Eng adalah orang Kangouw jang sudah kawakan sekali, dari itu

ia tak mau menjerang terlebih dahulu. Ia tahu bagaimana harus menjerang dan

melumpuhkan musuh, dan mengetahui pula bagaimana tjaranja bergerak belakangan

tapi menang. Lebih2 sepasang muda-mudi ini tidak diketahui dari tjabang apa, sebaiknja

ia bersabar sadja menantikan serangan mendatang.

Dengan mendadak pemuda-pemudi itu menghentikan kakinja, mereka mengedjek:

"Kenapa tak berani menjerang ? Berdiam diri dibawah pohan kaju mendjaga kelintji,

apakah djurus ini terdapat dikitab ilmu pedangNaga Terkedjut (Keng Liong Kiam Hoat)."

"Keng Liong Kiam Hoat ?" tanja Louw Eng dengan heran. Semendjak pedang wasiat

ini berada ditangannja, jang membuatnja menjesal tak habis2nja ialah tak dapat

mentjarinja Ilmu Pedang ini. Terketjuali itu didunia Kang-ouw pun tidak ada jang

mengetahui dimana djatuhnja ilmu pedang jang luar biasa ini, tapi diluar dugaan kedua

muda-mudi itu dapat menjebutkannja, sehingga membuatnja turut bertanja djuga, dan

membentak: "Siapa kau, kenapa mengetahui hubungan pedang ini dengan ilmu

memainkannja ?"

"Pertanjaanmu sungguh baik. Tunggu sebentar akan kututurkan hal ini dengan se-

terang2nja dari awal sampai achirnja. Sebelum itu keluarkan dulu lenganmu untuk

diborgol, dengan begitu aku baharu dapat menuturkan kedjadian ini dengan hati jang

lapang !" Begitu selesai bitjara, tampak ia mentjelat keinuka setjepat kilat, tubuhnja

miring2 menjusup dibawah lengan kiri Louw Eng, djurus Ya Hoo Tjan Ek (bangau liar

membentangkan sajap), suatu ilmu bertangan kosong melawan sendjata, tjaranja ini

mendesak mendekat ketubuh lawan. Tak ajal lagi Louw Eng menjabetkan pedangnja

dengan maksud mendesak pemuda itu sedjauh tiga Iangkah. Siapa tahu pada saat itu

djuga si-gadis itu mentjelat dengan tjepat kesebelah bawah lengan kanannja, sebuah

lengannja menjerang dengan ikat pinggangnja. Entah dari benda apa ikat pinggang itu

dibuatnja, merapung keudara tak ubahnja seperti djaring Iabah2 putus tertiup angin,

sedangkan pandjangnja tidak lebih dari dua tumbak, tengahnja membelit pinggang,

kedua udjungnja berdjuntai kebawah, lebaruja tak lebih dari setengah elo, diatasnja

bersulam Iurik jang mengeluarkan sinar, sendja jang merah, sungguh indah sekali. Begitu

lengannja bergerak, ikat pinggang itu seperti badai jang dahsjat turun naik mengarah

lengan kanan lawan. Louw Eng mengebaskan pedangnja dengan maksud menjingkirkan.

Tak kira ikat pinggang itu seperti naga bermain, ber-putar2 melilit ketangannja dan

pedangnja. Pedang itu tak dapat dilukiskan akan tadjamnja, tapi ikat pinggang itu tak

dapat dikatakan akan halus dan lunaknja, Louw Eng menggerek ikat pinggang itu keatas

kebawah, tapi sedikit djuga tidak rusak dan masih tetap melibatnja dengan erat.

Ketika ini pemuda itu sudah menjerang lagi kesebelah kiri, ia hanja bisa menangkis

dengan lengan kirinja. Lengan kanannja jang dilibet gadis itu membuatnja tidak wadjar,

tak dapat diputuskan, tak dapat dilepaskan. Biar bagaimana ulungnja ia didalam dunia

Kang-ouw, belum pernah melihat atau mendengar ilmu jang kukuay sematjam ini.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Sedangkan Ong Djie Hai dan saudara2nja turut mendjadi heran menjaksikan ilmu jang

aneh dari gadis itu. Ong Gwat Hee mendjadi girang menjaksikan ini, ia adalah anak gadis,

tapi belum pernah memikirkan bahwa ikat pinggang dapat digunakan demikian

mentakdjubkan, sehingga membuat Louw Eng tak dapat berkutik dilibatnja. Empat orang

ini memasang matanja dengan penuh perhatian mereka ingin menjaksikan

kelandjutannja dari pertarungan ini.

Pemuda itu tidak henti2nja rnelantjarkan serangan dari sebelah kiri, serangannja ini

tidak menjakitkan atau membuat lawan luka, agaknja serangan ini hanja bermaksud agar

Louw Eng tidak dapat membuka ikat pinggang jang melibet pedangnja; dalam waletu

jang bersamaan, gadis itu mempermainkan ikat pinggangnja beberapa kali, ikat pinggang

itu seperti mempunjai perasaan dan mendengar kata, melilit kekanan melibat kekiri, per-

lahan2 mendjadikan suatu ikatan mati. Pada saat ini, kedua anak muda ini merangsak

dengan berbareng. Dua djurus ini melakukan suatu kerdja sama jang luar biasa manisnja

!

Sang gadis mengerahkan tenaga cfalamnja menarik ikat pinggangnja, dengan tudjuan

membuat djatuh pedang lawan.

Perhatian Louw Eng ditjurahkan untuk menghadapi gadis ini, menjusul gadis itu sudah

menjerang dengan Gong Hong Tui (tendangan angin pujuh) menjapu kaki kanannja.

Ketika ini djuga pemuda jang berada disebelah kiri, memasuki djurus Pan Liong Kan Djiau

(naga melilit mengeluarkan tjakar) lengan kanannja berpindah mentjengkeram batok

kepala lawan. Louw Eng meng

angkat lengan kirinja menangkis serangan itu, sedangkan pemuda itu melandjutkan

serangannja dengan Tui In To Gwat (mendorong bulan meraih bulan) membuat lengan

kirinja kena terdorong, berbareng kaki pemuda itu terangkat dengan djurus Gong Hong

Tui jang serupa menjapu kaki kirinja.

Mereka melantjarkan dan memasukkan serangan2nja dengan gaja dan tjara jang

sama, sehingga menundjukkan kerdja sama jang erat sekali, tempo dan tehnik

terpelihara baik. Saat lengan sang gadis menarik ikat pinggang, sang djaka tengah

mendorong; ditambah dengan tendangan angi.n pujuh jang datang berbareng.

Dalam sekedjap sadja kedua lengan dan kedua kaki Louw Eng, langsung terantjam

bahaja, pikirannja katjau, serba salah.

Tak ampun lagi kedua kakinja kena disapa, tubuhnja jang besar terdjengkang

kebelakang ter-guling2.

Ingatlah lengan kanannja jang mentjekal pedang itu sudah diikat mati ikat pinggang

si-gadis. Begitu ia bergulingan beberapa kali gadis itu membarengi menarik ikat

pinggangnja sekuat tenaga, Louw Eng jang melihat itu tak ubahnja seperti kelintji matiLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

kena digantung Tubuhnja bergantungan ditengah udara, tak berdaja sehingga tjuma2

menamakan diri sebagai Djago nomor satu !

Pemuda itu dengan tjepat sudah berdiri dengan agak mendjongkok, lengannja terbuka

naik keatas. Gadis itu menarik tubuh Louw Eng dan didjatuhkan dengan tepat ditangan

jang sudah terbuka itu, ketika itu djuga Louw Eng merasakan sekudjur badannja

kesemutan dan mendjadi kaku. Karena sepuluh djalan darahnja sudah tertotok.

Pemuda itu membanting tubuhnja, selandjutnja dengan tambang jang sudah

disediakan dibelenggunja dan dililitnja tubuh orang se-mua2nja dengan tjepat sekah.

Dengan mudah dan tjepatnja pasangan muda-mudi ini berhasil meringkus lawan,

sehingga orang2 merasakan Louw Eng ini seperti "gentong kosong jang bersuara

njaring.".

Louw Eng sudah mempunjai firasat untuk kalah, tapi tak mengira bakal kalah setjara

mengetjewakan sekali. Ong Djie Hai dan saudara2nja merasa kagum sekali kepada kedua

anak rauda jang lebih muda dari mereka sendiri itu. Selandjutnja pemuda itu menggusur

lawannja ke-tengah2 goa. Digeletakkan diatas tanah.

Louw Tjen Tjen djuga diseret, ajah dan anak itu duduk bersenderan ta.npa ber-kata2.

Kedua anak muda itu merangkapkan kedua tangannja memberikan hormat kepada

Ong Djie Hai sekalian.

"Kakak sekalian terimalah hormat adikmu ini," tubuhnja mundur sambil

membungkukkan badan, tanpa komando keempat ora.ng ini membalas hormat mereka.

Kedua pemuda ini kembali bitjara: "Pada malam Tiong Tjiu ini, kami menantikan

lama sekali dibawah rembulan jang indah, kiraku saudara2 tidak datang, siapa tahu

tengah berkelahi dengan djahanam ini. Kalau bukan Sah-ko jang menundjukkan djalan,

tidak mudah untuk kami mentjarinja."

Mengingat baris terachir dari sadjak jang berbunji "Tamu menanti malam Tiong Tjiu

bulan delapan", apakah jang dimaksud dengan tamu itu adalah mereka ? Padahal dalam

hajalan Tjiu Piau, Gwat Hee dan Djie Hai tamu itu pasti adalah orang perempuan jang

sudah tua. Karena waktu itu ia mengantarkan sadjak itu sudah delapan belas tahun

lamanja, sedikitnja kini sudah berusia empat sampai lima puluh tahun. Siapa kira jang

dihadapkannja sekarang ini adalah anak2. muda belia jang lebih muda dari mereka.

Ketiga orang itu tanpa2 ber-kata2 melirik kepada Tju Sie Hong, karena pemuda itu ialah

jang membawanja.

Sedangkan empat mata pemuda2 itu, mengawasi djuga kepada Tju Sie Hong

menantikan pendjelasannja.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Tjiu Hong dari dalam sakunja mengeluarkan setjarik kain persegi, diberikannja kepada

Ong Djie Hai sambil berkata: "Toa-ko, ini adalah benda kepertjajaan dari saudara2 ini."

Sesudah Ong Djie Hai menjambut dan membuka kain itu, diatas kain ini tersulam Liong

dan Hong jang mengitari duapuluh delapan huruf. Huruf itu adalah sadjak untuk

pertemuan mereka. Dilihat dari tulisannja, tak salah lagi serupa betul dengan jang

mereka. Hanja tulisan ini semakin lama semakin tergesa2 dan tintanja tak senjata jang

dimiliki mereka.

Mungkin tahun lalu ditulisnja kesusu sekali. Sedangkan kain jang digunakan persis

sekali dengan jang mereka, demikian pula dengan pinggiran bekas guntingan pokoknja

tak perlu diragukan lagi semua serupa. Selesai melihat diserahkannja kain itu kepada Tjiu


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Piau, kemudian Tjiu Piau .menjerahkan kepada Ong Gwat Hee.

Selesai melihat mereka mengerti siapa jang berdiri dimukanja, jakni orang jang selama

delapan betas tahun di-nanti2kan.

Walaupun hati mereka masih meliputi keraguan tapi kegirangan dan keharuan mereka

suaah merangsang kedalam sanubarinja sehingga hai2 jang lain terdesak kesamping dan

dilupakan.

Ong Djie Hai melangkahkan kakinja kemuka, sudut bibirnja tergetar dan mengeluarkan

perkataan "Heng-tee (saudara) dan segera tidak dapat melandjutkan lagi. Sebaliknja

keduanja mengeluarkan tangan dan saling pegang dengan erat sekali tanpa ber-kata2

djuga. Dibalik lain Ong Gwat Hee tengah ber-neluk2an densran gadis itu dengan

mesranja, sedangkan Tjiu Piau saling rangkul dengan Tju Sie Hong.

OngDjie Hai menekan perasaan girangnja, ia berkata sambil melepaskan lengannja:

"Saudara2 marilah kita saling memperkenalkan diri, kemudian kuminta untuk saudara2

menuturkan apa jang sudah terdjadi selama delapan belas tahun jang lalu di Oey San ini.

Terketjuali itu siapakah jang mengantarkan sadjak delhpan belas tahun jang lalu itu ?

Mungkinkah ia berhalangan datang hari ini ? Hal ini perhi djuga saudara terangkan, agar

kami selalu dapat mengenang budinja jang besar itu." Sehabis bitjara mulailah ia

memperkenalkan diri, "aku Ong Djie Hai putera dari Ong Tie Gwan almarhum." Kedua

muda-mudi itu merangkapkan kedua tangannja sarnbil berkata: "Ong Toa-ko."

Selandjutnja ditundjuk Tjiu Piau dan diperkenalkannja; "Ini adalah Tjiu Piau Heng-tee."

Kedua pemuda itu memandang Tjiu Piau sambil tersenjum, kemudian baharu

memberikan hormatnja: "Tjiu Djie-ko." Mereka masing2 pernah bertemu muka di Ban Liu

Tjung, tentu sadja Tjiu Piau djuga masih ingat apa jang terdjadi disana. Sehingga

ketiganja mesem2 dengan lutjunja !

Ong Djie Hai menundjuk Tju Sie Hong: "Ini adalah Tju Sie Hong Sah-tee."

Serta memperkenalkan pula adiknja sendiri, sehingga upatjara perkenalan ini selesai

semua, sesudah itu pemuda ini memperkenalkan diri. "Aku bernuma Wan Djin Liong,Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

adikku Wan Thian Hong. Saudara2 mungkin tidak mengetahui bahwa kami ini adalah

adik2 dari saudara, tapi tak perlu heran karena kami berdua adalah anaknja saudara

angkat dari ajah saudara2."

"Siapakah nama besar dari ajailmu ?" tanja Djie Hai.

"Ajahku bernama Wan Tie No !" djawab mereka serentak.

Djawaban ini diluar dugaan Djie Hai ber-empat, mereka belum pernah mendengar

Wan Tie No mengangkat saudara dengan ajahnja, dan tak pernah mendengar beliau

mempunjai anak. Mereka terdiam sambil pandang memandang. Keadaan seketika

lamanja mendjadi sunji.

Tiba2 terdengar suara Louw Eng jang penuh amarah meletus dari mulutnja:

"Bohong ! Bohong ! Penipu ' Pendjusta ! Djangan dengari otjehannja ! Djangan

dengar tjerita burung "

Pemuda itu menghampiri sambil membentak: "Louw Eng ! Hari ini kau kedjepit tak

dapat lari ke-mana2, dari itu hutang piutang selama delapan belas tahun dapat kita

perhitungkan bersih sekarang djuga !"

"Tutup mulutmu dan djangan ber-kata2 ! Kalau tidak urat gagumu itu akan kutotok !"

bentak pemuda itu dengan garang. Kemudian ia menoleh kepada Djie Hai 'berempat,

"untuk menuturkan peristiwa Oee San mem-butuhkan waktu jang lama, mungkin sampai

fadjar menjingsing, dari itu kuminta saudara2 berduduk."

Mendengar ini semuanja menganggukkan kepala, belum sempat pemuda itu membuka

suara dari luar goa terdengar menderunja badai pohon Siong jang hebat seperti

gelombang pasang dimalam buta. Turun naik tak henti2nja membuat perasaan seseorang

seperti berada ditengah sebuah perahu ketjil jang sedang diumbang-ambingkan taufan

jang maha dahsjat. Suara gemuruh itu merupakan djuga suara peperangan jang sengit

dan membuat djantung ber-debar2 tak karuan.

Demi didengarnja suara jang aneh ini, muda-mudi itu inengutjurkan air mata mereka.

Sesaat kemudian pemuda itu berkata: "Moy-moy marilah kita mulai dengan penuturan

kita setjara bergilir, nah, kau mulailah terlebih dahulu !" Pemudi itu menganggukkan

kepalanja tanda setudju," mulutnja terbuka mengeluarkan suara jang garing dan merdu

melebihi suara seruling kumala, sehingga membuat para pendengar tak bosan2.

"Kami merasa terharu mendengar suara gemuruh pohon Siong ini dan mengutjapkan

sukur alhamdulilan. Berkat suara inilah kami terhindar dari kematian ! Saudara2 harus

mengetahui, delapan belas tahun berselang dimana Louw Eng tengah mengganas

dengan akal kedjinja jang luar biasa busuknja, terdapat anak kembar jang baharu

dilahirkan beberapa hari lamanja menangis tidak henti2nja. Untunglah suara anak jangLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

tak mengetahui bahaja ini redah tertekan badai Siong jang maha hebat, sehingga tidak

terdengar sang djahanam. Kalau tidak pasti kami tidak dapat hidup sampai hari ini.

Adapun ajahku bernama Wan Tie No, seorang bawahan dari Lie Tju Seng, waktu turut

Giam Ong menjerbu keutara beliau menderita luka parah. Saat itu bangsa Boan sudah

masuk kewilajah Tiongkok, tentara Giam Ong kena dipukul hantjur, untuk menjelamatkan

diri ajahku jang iuka membawa ibuku jang tengah mengandung menjingkir ke Oey San.

Seiring dengan orang tuaku mengikut pelajan kami jang setia, kami biasa memanggilnja

Yan Ie. Pelajan ini memiliki djuga ilmu silat jang lumajan, sepandjang djalan ibu dan

ajahku mendapat perawatannja jang baik sehingga mereka bisa sampai dipuntjak Thian

Tou Hong dalam keadaan sehat dan segar. Ajahku mengetahui adanja goa rahasia ini,

dari sedjak hari itulah mereka menetap digoa untuk melewatkan hari.

Sebulan kemudian luka ajahku sudah agak baikan, terketjuali itu kegirangannja ber-

tambah2 sebab kelahiran kami berdua. Waktu kembali berlalu, pada suatu hari ajah

menitahkan Yan Ie mengirim kabar kepada sekalian patriot bangsa untuk berkumpul di

Oey San guna ineri'ndingkan suatu pergerakan dibawah tanah untuk merobohkan

pemerintah pendjadjah. Yan Ie sangat tjekatan sekali dalam waktu singkat sudah selesai

mendjalankan tugasnja. Waktu ia kembali kedalam goa dibawanja seputjuk surat dari

orang2 pentjinta negara. Ajah sangat girang atas hasil Yan Ie jang baik itu, dibukanja

surat jang dibawa itu. Njatanja surat itu adalah balasan dari Ong Tie Gwan Pepe, dalam

suratnja beliau mengatakan bersedia turut dalam rapat ini dengan hati terbuka.

Pada harian Tiong Tjiu Ong Pepe, Tjiu Siok-siok, Tju Siok-siok datang mendaki Oey

San, terketjuali dari mereka mengikut pula djahanam ini. Ajahku tidak mengenal dan

tidak mengetahui sifat dan tabiat dari I.ouw Eng, tapi beliau tidak merasa tjuriga sebab

djahanam ini diperkenalkan pleh Qng Pepe sebagai saudarn angkatnja. Dengan girang

kedatangan mereka didjamu chatas Thian Tou Hong, sebelum ini ajah sudah memesan

Yan Ie untuk mendjaga kami, sehingga ia tidak bisa keluar untuk menjaksikan apa jang

tengah dirundingkan madjikannja diatas puntjak jang tinggi itu. Rupama pertjakapan

mereka sangat tjotjok satu dengan lain, dari itu semakin lama semakin banjak kata2

mereka, at.hirnja diputuskan untuk mengangkat saudara diantara mereka. Untuk

upatjara ini ajahku kembali kedalam goa untuk mengambil arak, saat itu kami sudah tidur

dengan njenjak, begitu ajah keluar Yan Ie mengikutinja dari belakang, dalam kegirangan

jang me-luap2 Yan Ie berhasil naik keatas dan bersembunji disebuah pohon Siong tanpa

diketahui mereka. Tidak tersangka kedatangannja ia kesitu seperti suruan dari malaikat

atau para dewa guna menjaksikan dan mendjadi orang satu2nja jang mengetahui apa

jang terdjadi disitu.

Dilihatnja keenam orang menghadap kelangit sambil berlutut kepada jang maha kuasa

untuk menjaksikan mereka mengangkat saudara. Sesudah upatjara selesai mereka

melandjutkan lagi pertjakapan. Dalam pembitjaraan itu dapat diketahui bahwa Louw Eng

dan ibuku adalah saudara misan. Kini mereka mentjeritarakan dengan asjik masaLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

berpisahan selama itu, sehingga pertjakapan berdjalan bertambah hangat, mereka

meminum arak dan ter us melangsungkan kegirangannja ini.

Yan Ie menjaksikan mereka kegirangan sampai mabuk arak, selandjutnja mereka

memain pedang dan menjanji. Ajahku mengeluarkan dua bilah pedang mustika kepada

saudara2nja. Dan mengatakan bahwa pedang itu dapat dirampasnja dari seorang

djenderal Tjeng belum lama berselang. Pedang ini bukan main tadjamnja, pcdang naga

dapat menabas logam seperti tanah lumpuiv pedang Hong kalau dibunjikan akan

mengeluarkan suara jang njaring dan menarik. Sesudah mereka melihat pedang ajah ini,

mereka memudji bahwa pedang itu bagus adanja. Lebih2 Louw Eng memegangnja lama

sekali, seolah2 tidak mau melepaskan kembali.

Saat itu bulan semakin tinggi di-awang2. Mereka semakin mabuk, hanja seorang jang

tidak mau minum dart tidak mabuk karena mengandung niat melakukan pekerdjaan kedji

dan terkutuk." Menurut sampai disini Wan Thian Hong berpaling kepada kakaknja sambil

berkata: "Koko selandjutnja kau tuturkanlah kisah selandjutnja dari peristiwa Oey San

ini."

"Baik, akan kuiandjuti," djawab Wan Djin Liong.

"Ketika itu Louw Eng sangat girang sekali, mulutnja itu tidak. henti2nja

mempropagandakan bagaimana ia tjinta negara, sedangkan tangannja tidak henti2nja

menuangkan arak kepada orang jang berada dikiri kanannja. Ong Pepe adalah achli

minum, sehingga kena diloloh terbanjak olehnja.

Adapun tabiat dari Ong Pepe sangat pendiam dan tidak suka membanggakan dirinja,

padahal beliauadalah seorang patriot jang sedjati. Dari itu demi didengarnja arak jang

diminum ini untuk kedjajaan kaum pentjinta negara diminumnja banjak dan banjak sekali,

sehingga mabuk tak sadar diri dan merebahkan dirinja disebuah batang Siong jang

rindang untuk istirahat.

Louw Eng menipunja pula kepada Tju Siok-siok, dikatakannja bahwa gunung Oey San

ini mempunjai alam jang indah dan tempatnja segala pohon2 jang djarang didapat

didunia Iain. Tju Siok-siok sangat girang mendengar ini, dan mengatakan ingin turun

kebawah djurang untuk mentjarinja. Terketjuali itu dengan otjehannja jang tidak baik

menipu Tju Siok-siok, ia mengatakan bahwa di Oey San ini terdapat sematjam binatang

hutan jang luar biasa lezat akan dagingnja, tapi binatang itu sukar sekali ditangkapnja,

bahkan seorang achli sendjata rahasia djuga belum tentu dapat memburunja. Hal ini

membangkitkan kegirangan besar untuk Tjiu Siok-siok, tanpa banjak komentar lagi ia

pergi untuk memburu binatang itu, guna dipanggang sebagai temannja arak.

Heran mulutnja Louw Eng ini pintar sekali mengeluarkan kata2 djusta, ajahku kena

diakalinja untuk mengeluarkanlagi Liong (Hang Kiam untuk dinikmatinja. Ia mentjekalnja

pedang itu dengan erat dan tak dilepaslepas, sedangkan mulutnja tidak henti2njaLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

mengotjeh terus. Mengatakan bahwa Giam Ong sudah tidak bertenaga lagi, sebaliknja

tentara Tjeng semakin kuat, dari itu niembudjuk ajahku untuk mengabdi kepada

pemerintah Boan. Katanja ajahku sebagai orang kenamaan didunia Kang-ouw pasti akan

rnendapat kedudukan jang tinggi dan hidup mewah kalau man kerdja sama dengannja,

waktu mengatakan ini Louw Eng tetap memegang dan me-mutar2kan pedang naga dan

tjenderawasih.

Tatkala itu Yan Ie jang berada diatas pohon dapat mendengar dengan tegas apa jang

dikatakan Louw Eng, sedangkan matanja tidak lepas2 menatap ajahku jang menahan

kegusaran untuk mendengarkan terus kata2 Louw Eng. Waktu mendengar sampai

dikelimaksnja ajahku tidak kuat bersabar lagi, ia melompat sambil menamparkan

lengannja kemuka Louw Eng. Waktu itu kepandaiannja kalau dibandingkan dengan

sekarang terlebih bangpak lagi, sebaliknja kepandaian ajahku lebih tinggi entah berapa

tingkat. Gerakan ajahku jang seperti kilat itu, mana dapat cidakkannja ! Mentah2 pipi


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


kirinja kena tamparan setjara mutlak, sehingga tubuhnja bergojang2 dan ter-hujung2.

Untunglah tamparan ini tidak terlalu keras bilamana tidak, tamparan ini pasti sudah

mengirimnja kedunia baka.

Sesudah menerima tamparan ini, Louw Eng masih dapat bersabar dan tidak gusar,

demikian djuga dengan pipinja sedikit djuga tidak diusap, agaknja-seperti tidak ada

kedjadian apa2.

Ia memungut ranting kering dari tanah sambil berkata: "Wan Djie-ko pikirlah terlebih

masak, kuberi waktu untuk kau berpikir beberapa tjegukan air teh lamanja, selewatnja

itu segera kau djawab apa jang kumaksud. Djika kau mengangguk tandanja setudju,

kalau kau gojang kepala djangan sesalkan pedang naga dan Hong jang tidak bermata ini

I "

Habis berkata ia menabas putus ranting2 kering itu mendjadi dua potong, gertakan ini

memaksa agar ajahku menganggukkan kepalanja.

Hal ini membuat niata ajahku mendelik, dengan tangan kosong diserangnia Louw Eng

penghianat ini, kedua kakinja mengeluarkan lendangan berantai menjapunja.

I.nilah ilmu jang luar biasa dari ajahku, tidak kena tendangan pertama pasti tidak dapat

mengelakkan tendangan jang kedua.

Sungguh diluar dugaan tendangannja ini mengenai angin.

Tentu sadja hal ini ada sebab2nja, jakni luka dikakinja belum sembuh betul, sehingga

tidak berapa bertenaga, terketjuali itu terlalu banjak meminum arak sehingga agak

mabuk adanja.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Sesudah tendangannja tidak membawa hasil, tubuhnja mendjadi ber-gojang2 tidak

tetap, ibuku dan Louw Eng mengerti apa jang menjebabkan terdjadinja ini, Louw Eng

mendjadi girang, sebaliknja ibuku mendjadi gelisah.

Dalam keadaan demikian ini Louw Eng tidak membuang2 waktu, diserangannja ajahku

ber-tubi2 dengan gertakan kosong, dengan tudjuan melemaskan dan menghabiskan

tenaga ajahku.

Semakin menjerang semakin keras bekerdjanja tenaga air kata2 itu didalam otak

ajahku.

Tindak demi tindak semakin tidak teratur langkah kakinja, sedangkan lengannja mulai

tak dengar kata pula.

Melihat hal ini ibuku mendjadi tjemas, dengan kedua lengannja dirangkul dan dipajang

ajahku dari belakang.

Ia menoleh kepada Louw Eng sambil berkata: "Piau ko, apakah kau sudah mabuk !

lekas hentikan lenganmu Ibuku adalah kaum terhormat jang mendjundjung kebadjikan,

dengan sendirinja dalam pikiran dan perkiraannja bahwa Louw Eng sudah mabuk.

Siapa tahu hal ini menjadarkan sang penghianat, dengan tiba2 ia pura2 mau muntah

seperti orang jang sesungguhnja mabuk, sedangkan tubuhnja sempojongan di-buat2 dan

berkata: "Aku tidak mabuk, aku tidak mabuk !"

Ibuku memegang ajah dari belakang tybuhnja semakin erat sedangkan ajahku

membungkuk ingin muntah, ketika inilah Louw Eng menjerang dari belakang.

Serangan gelapnja berhasil, pedang itu menembus dari tubuh ibuku langsung ketubuh

ajahku.

Andaikata tidak ada tubuh ibuku dibelakangnja djangan harap ia dapat melukakan

ajahku dengan kepandiannja jang begitu buruk.

Misalkan berdepan mungkin Louw Eng ini jang kena dan binasa terlebih dahulu

ditangan besi ajahku.

Kemudian ia menjebarkan berita didunia Kauw-ouw bahwa alahku itu kena

dikalahkannja dan dibinasakan dengan ilmu pedangnja, karena ini namanja mendjadi

besar dan terkenal ke-mana2.

Dalam girangnja ia menganggap dirinja jang paling lihav didunia persilatan ini.

Hal jang sesungguhnja Louw Eng ini tidak lebih dan tidak kurang seperti kodok buduk

jang djorok dan kotor.

Kenapa kukatakan demikian dengarlah terns apa jang akan kutjeritakan.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Sesudah membunuh ajah dan ibuku djahanam ini masih dapat berkata: "Piau-moy

tjara ini terpaksa kulakukan, kalau tidak demikian tentu aku jang .akan dibunuh kalian.

Untuk menebus dosa ini akan kupanggili beberapa orang paderi untuk membatjakan

liam-keng guna keberuntungan kalian diachirat," kata2nja ini hampir membuat dada Yan

Ie djadi meledak, kegusarannja tak tertahan lagi, tubuhnja segera akan turun untuk

mengadu djiwa dengan Louw Eng.

Tiba2 niatnja dibatalkan demi didengarnja tangisan dari bang goa, sehingga ia sadar

bebannja sangat berat adanja.

Orang tuaku sudah mati, orang satu2nja jang dapat merawat karni hanja Yan Ie

seorang.

Baiknja saudara2 angkat dari orang tuaku tidak pernah masuk kedalam goa ini,

tambahan begitu bertemu muka segera sibuk membitjarakan hai negara, dan melupakan

tentang kelahiran kami, sehingga Louw Eng tidak mengetahui ada dua djiwa ketjil jang

akan rnenuntut dosanja dihari kemudian.

Dengan kesabaran jang luar biasa Yan Ie menahan gelora hatinja jang seperti dibakar.

Terketjuali itu ia kuatir suara kami dapat didengar Louw Eng, untunglah sebelum

djahanam itu mendengar, badai pohon Siong jang keras men-deru2 terns sampai dua

hari lamanja.

Pada saat badai ini mengamuk se-olah2 Oey San ini tengah diamuk angkara murka,

sehingga membuat Ong Pepe tersadar dari mabuknja.

Waktu itu Yan Ie tidak mengetahui tabiat dari Ong Pepe, kiranja sama sadja dengan

Louw Eng, tak kira dugaannja ini salah sekali.

Sesampainja Ong Pepe ditempat kedjadian lantas mendjadi kaget, sebaliknja Louw

Eng meng-gerak2kan kaki dan tangan entah sedang mentjeritakan apa.

Ong Pepe mematung melihat tubuh orang tuaku jang mati setjara mengetjewakan,

kesedihannja teramat hebat, membuat dia tak bisa nangis membuka suara.

Per-lahan2 ia mendekat ketubuh orang tuaku dan ditubruknja orang tuaku itu, dia

mendekam demikian lama dan tak bangun2.

Ah, Louw Eng adalah manusia kedji tidak kepalang tanggung lagi kesempatan itu

dipergunakan dengan sebaik2nja.

Kedua lengannja dirangkap mendjadi satu, dengan ilmu peladjaran dari tjabang Hek

Liong Pang jang lihay.

Ong Pepe dihantam dari belakang.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Lengan kanan itu menghadjar terlebih dahulu, kemudian disusul dengan lengan kiri

jang menggunakan seluruh tenaga didalam, menghadjar ketangan kanan sehingga

tangan itu mendjadi satu, sedangkan tenaga serangan menembusinja dan langsung

menjerang kedalam tubuh Ong Pepe.

Pukulan ini terang2 adalah ilmu Hek Liong Lo Kuay, entah apa hubungannja antara ia

dan Hek Liong itu.

Tenaga pukulan ini menggunakan tenaga seluruh tubuh, tambahan Ong Pepe tak

mempunjai persiapan dan tidak bersiaga, dengan sekali pukul ini tak ampun lagi segera

mendekam ditubuh orang tuaku untuk se-lama2nja.

Louw Eng belum puas atas kedjahatanrtja itu, dengan tenang dinantikannja Tjiu Siok-

siok kembali.

Saat ini Yan Ie sudah mengetahui maksudnja Louw Eng, dan dapat membedakan

bahwa djahanam ini bukan kawan Ong Pepe, Tjiu Siok-siok, Tju Siok-siok.

Ia berpikir, biar bagaimana djuga harus memperingati Tjiu Siok-siok agar ia tidak kena

dibokong.

Lebih kurang beberapa djam lamanja Louw Eng menantikan didjalan gunung Tjiu Siok-

siok sudah kembali sambil menenteng dua anak rusa.

Tanpa memperdulikan sesuatu Yan Ie berteriak keras: "Hei pendatang awas serangan

gelap !" sajang suaranja jang dilepaskan demikian kuat itu kandas dalam gelombang

suara pohon Siong itu.

Sehingga mendjadi tjuma2 karena mereka tidak mendengarnja.

Dalam waktu sekedjap sadja peristiwa jang mengerikan sudah terdjadi.

Begitu Tjiu Siok-siok memidjakkan kakinja diatas puntjak, segera disamber saudara

angkatnja jang berhati binatang itu dengan pukulan Eng Hui Tjia Kiong (elang ganas

menubruk datang) jang sangat ganas.

Sukur Tjiu Siok-siok sangat gesit dan lintjah, tiba2 tubuhnja berbaring dibumi sambil

mengeluarkan ilmu Wo Liong Tou Tju (naga rebah menjemburkan mustika), sebuah

mutiara beratjun jang dilepaskan tepat mengenai pangkal lengan lawan.

Pada saat iang bersamaan Tjiu Siok-siokpun tidak dapat mengelakkan tendangan

lawan.

Mereka djatuh berbareng, dalam waktu jang singkat tidak bisa bangun lekas2.

Waktu itu Yan Ie tidak mengetahui kelihayannja Tok Tju keluarga Tjiu, karena ini ia

ragu2 untuk turun kebawah.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Dari tempat sembunjinja ia melihat Louw Eng dengan djeridji lengannja menulis dua

buah garis kata2 ditanah, kemudian tidak dapat bergerak.

Tjiu Siok-siok mentjelat bangun sambil menghampiri dua baris kata2 itu, agaknja ia

gugup sekali, matanja mendelong memandang Thian Tou Hong, sedangkan kakinja

melangkah setindak demi setindak, kemudian dengan ter-gesa2 ia balik kembali untuk

mengeluarkan obat pemunah guna mengobati Louw Eng.

Tak lama kemudian mereka menghampiri dimana terdjadinja drama jang menjedihkan

atas diri Wan Tie No suami-isteri dan Ong Pepe.

Louw Eng tak henti2nja menggerakkan tangannja nienundjuk2 keatas kebawah, entah

kata2 gila matjam jang tengah diutjapkan tidak dapat terdengar.

Tapi Tjiu Siok-siok mendengarinja tjeritera gilanja dengan mendelong, tiba2 sang

djahanam menundjuk kedalam djurang jang berada dibawah kaki mereka, se waktu Tjiu

Siok-siok memutar badan Louw Eng membarenginja menusukkan pedangnja dengan

tjepat, menjusul kakinja terangkat untuk mengirimkan tubuh saudara angkatnja kedasar

djurang.

Tjiu Siok-siok menderita luka besar dan tak dapat melawan pula kakinja tidak dapat

bertahan lama2 segera djuga tubuhnja itu ber-guling2 beradu dengan tjadas2 gunung

sambil mengeluarkan djeritan tertahan, tubuhnja hilang didalam djurang jang dalam itu.

Saat itu Yan le mendjadi heran, apa jang ditulis Louw Eng diatas tanah itu, sehingga

dengan mudahnja Tjiu Siok-siok mengeluarkan obat pemunah untuk menolong djiwanja.

Hal ini diketahuinja kemudian sesudah peristiwa ini berlalu, kata2 itu berbunji:

bentjana besar mendatang membuat Toa-ko mati setjara menjedihkan, Siau-tee mengira

Djie-ko jang melakukannja, dari itu kuhantamnja dengan tak sadar.

Aku mati tidak mendjadi soal, tapi sajang apa jang terdjadi tidak diketahui dengan

terang.

Hanja dengan kata2 ini Tjiu Siok-siok kena ditipu dan masuk kedalam djuarng.

Ah, rupanja djahanam ini belum puas atas hasil busuknja, dengan menghunus pedang

ia berdiri ditepian tebing menantikan datangnja Tju Siok-siok.

Ja kalau dikatakan sungguh aneh djuga, karena Tju Siok-siok itu sesudah pergi lama

belum djuga kembali, entah ia pergi kemana dan sudah menemukan bendaapa sadja

agaknja sampai sudah lama sekali belum kelihatan kembali.


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Waktu jang lama ini membuat Yan Ie kesal sekali dan tak sabaran.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Dalam kesalnja Yan Ie melihat berkelebatnja sinar emas dari kaitan Tju Siok-siok,

sehingga hatinja mendjadi girang.

Dengan per-lahan2 ia turun dari tempat persembunjiannja, pikirnja begitu Tju Siok-

siok naik segera ia akan berteriak untuk membuka kedok kedjahatannja djahanam itu.

Andai kata untuk bertarung ia jakin dengan tenaga ia da.n Tju Siok-siok berdua dapat

merobohkan djahanam ini. Alangkah kagetnja waktu dilihatnja apa jang dilakukan Louw

Eng, jakni belum tubuh Tju Sioksiok naik keatas sudah dihadjarnja dengan pedang naga,

sehingga kaitannja mendjadi putus, tapi Tju Siok-siok tidak mendjadi gugup, dengan

kaitan jang satu lagi ia berusaha menolong diri, tapi sajang sekali usahanja itu sia2 sadja,

karena djahanam ini tidak memberikan ketika sedikit djuga pada orang jang belum siap

sedia. Sekali lagi pedang naga berkelebat membabat putus kaitan itu, sehingga pemiliknja

tak berdaja lagi menguasai tubuhnja, terus tergelintjir dengan keras sambil mengeluarkan

djeritan keras jang menjedihkan dan mengerikan sekali.

Entah karena Yen Ie terlalu banjak menghajal entah bagaimana, katanja didalam

tidurnja atau mimpi sering mendengar djeritan jang luar biasa menjedihkan dan

penasaran itu. Dengan wadjah kedjam dan haus darah Louw Eng tetap memegang

pedangnja sambil mendjaga ditepi djurang, kalau2 orang jang ditjelakakan itu dapat naik

kembali, menggunakan ketika ini Yan Ie kembali naik keatas pohon dengan aman.

Kemudian dilihatnja Louw Eng mendorong batu2 besar kedalam djurang dimana Tju Siok-

siok djatuh, takut kalau2 saudara angkatnja itu belum mati, sesudah dinantikan lagi

seketika lamanja baharu ia pergi berlalu. Untunglah sampai ia pergi Yan Ie tidak

diketahuinja, sehingga hal ini dapat kita ketahui sampai sekarang. Hei, djahanam kau

pikir sudah tidak ada manusia lain jang mengetahui perbuatan kedjimu itu jang terkutuk,

kau harus tahu, kalau perbuatan kamu tidak mau diketahui orang djanganlah berbuat,

pasti tidak diketahui orang." Wan Djin Liong menutup tjeriteranja sampai disini,

sementara itu para pendengarnja mendjadi diam seketika tak ber-kata2.

Sesaat kemudian Tjiu Piau membuka mulut: "Kemudian bagaimana ? Orang jang

memberikan sadjak kepada kami pasti Yan Ie adanja ?"

"Memang," djawab Wan Thian Hong, "kira Louw Eng perbuatannja tidak ada jang tahu

dengan tenang ia meninggalkan Oey San. Sebaliknja Yan Ie segera turun dari atas pohon,

dengan perasaan duka ia menangis ter-sedu2. Ditempat bekas Tjiu Siok-siok ditjelakakan

ia menemukan mutiara beratjun jang segera disimpannja dengan hati2. Selandjutnja ia

rnendjenguk kami jang sudah menangis dengan hebat sekaii. Kami jang masih ketjil dan

tidak mengetahui apa2 sudah mendjadi anak jatim piatu untuk hidup didunia ini. Yan Ie

ingat kata2 dari ajahku bahwa pedang naga dan tjenderawasih itu akan diberikan kepada

kami, dari itu diberikanlah kami nama oleh Yan Ie dengan mengambil nama dari pedang

itu. Selandjutnja pada hari kedua sesudah terdjadinja peristiwa itu Yan Ie mengubur

djenazah orangtuaku dengan ter-gesa2 dan turun gunung untuk mewartakan dan .Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

memberikan sadjak kepada saudara2 untuk kembali berkumpul delapan belas tahun

kemudian."

Dengan serentak Ong Djie Hai, Tjiu Piau, Tju Sie Hong, Ong Gwdt Hee membuka mulut

dengan berbareng: "Kini Yan Ie berada dimana ? Kami ingin menemuinja untuk

menghaturkan terima kasih kepadanja." Dengan perasaan sedih dan duka dua saudara

Wan itu menundukkan kepalanja, sesaat kemudian Wan Thian Hong baharu mendjawab

pertanjaan ini: "Sajang Yan Ie sudah meninggal dunia, sebelum saudara2 dapat

menemuinja, ia .."

"Ha .. ha .. ha," Louw Eng tertawa dengan keras memotong pembitjaraan Wan Thian

Hong. Suara tertawa ini membuat semua orang memandang kepadanja dengan sorot

mata membentji, terketjuali Tjen Tjen seorang jang merasakan suara itu penuh diliputi

kebaikan. Karena saat itu gadis ini tengah ter-aduk2 otaknja, ia tidak habis pikir ajahnja

adalah seorang penghianat bangsa jang memalukan sekali. Dalam djiwa ketjilnja jang

murni Tjen Tjen mendjadi malu sekali mem-punjai ajah sematjam Louw Eng, sehingga

kepalanja tunduk terun sambil mendengari tjeritera jang dituturkan dua saudara Wan.

Tiba2 mendengar suara tertawa dari ajahnja dengan segera ia bertanja dengan napsu

sekali: "Tia-tia, kau, kau masih dapat tertawa dan apa jang ditertawakan ?"

"Sesudah aku mendengari semalam suntuk sampai dini hari, kiranja tidak lebih tidak

kurang hanja tjeritera kampungan jang lutju sekali, ah, tidak kukira dua botjah ini dapat

berkelakar demikian hebat sekali," kata2nja ditutup dengan suara tertawanja jang keras

sekali.

Dua saudara Wan agaknja enggan mengadu lidah dengan Louw Eng, dilihatnja Ong

Djie Hai dan saudara2nja jang menatap wadjah sang djahanam itu dengan tadjam,

agaknja mereka tidak tergerak sedikit djuga dengan suara tertawa jang memuakkan itu.

Hanja Louw Tjen Tjen sadja mendjadi lebih bergirang daripada tadi, ia berharap tjeritera

jang tadi itu adalah kosong alias bohong, agar dirinja terhindar dari sebutan puteri

djahanam.'

"Louw Eng, djangan harap kau dapat mengakali kami sebagai delapan belas tahun

jang lalu ! Akui sadja segala perbuatan busukmu itu."

Louw Eng diam tidak mendjawab, ia sadar hal ini tidak dapat dipungkir lagi, tapi biar

bagaimana ia berharap untuk meloloskan'diri dari goa tjelaka ini. Karena itu ia ingin

memperlambat waktu agar kawan2nja jang sudah mengurung Oey San ini dapat tahu

dan dapat sekali gus membekuk djago2 rimba2 persilatan jang menentang pemerintah

Tjeng, kalau hal ini berhasil ia boleh merasa aman untuk melewatkan hari2 jang akan

datang, sambil menikmati djasa2nja terhadap pemerintah Tjeng.

Louw Eng menatap wadjah orang satu demi satu, tanpa gugup ia berkata: "Karena

lalai aku terdjatuh ditangan kalian, maka itu disuruh mengaku kalah, aku mengaku kalah;Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

misalkan kalian ingin dengan sekali tabasan pedang untuk mentjelakakan aku, dengan

sendirinja aku akan mati. Tapi untuk aku mengakui sebagai penghianat saudara2ku

sendiri se-kali2 tidak berani."

"Katakan sekali lagi, mengaku atau tidak !" bentak Wan Thian Hong dengan sengit.

"Sudah kukatakan aku mengakuinja, karena terpaksa."

Wan Thian Hong dan Wan Djin Liong dalam waktu sekedjap sadja sudah mulai sengit

dan naik darah. Darah mudanja sudah mulai bekerdja sehingga pikirannja mendjadi kalut

dan dikuasai napsu, sehingga hilang pikiran djernihnja. Tidak dapat menimbang buruk

baiknja sehingga sesuatu tindakan hanja menurut perasaan sadja. Dua saudara Wan

adalah anak kembar, segala djalan pikirannja satu sama lain serupa sekali sedjak masih

ketjil. Kalau sang kakak berpikir begitu sang adikpun mempunjai pikiran begitu, djadinja

setiap ada soal berat dihadapi dan harus diselesaikan, mereka dapat melakukannja

dengan bersama dan tak perlu berdamai lagi. Kini menghadapi suasana gawat ini

masing2 berpikir: "Kau tidak mau mengakui dosamu, aku akan menantikan sampai kau

mengakui dosamu baharu kubunuh, agar kau mati dengan puas; kalau kau tidak mau

mengakui kalah akan kulepas dan kuhadjar lagi sampai kau menjerah dengan puas pula

!" Sehabis berpikir begitu dua saudara kembar ini saling menatap dengan puas. Wan

Thian Hong menghadapi saudara2 lainnja sambil berkata: "Sau

dara2 penghinat ini tidak mau mengakui dosanja, dari itu untuk membuktikan dosanja

itu kita hams mentjari

orang guna mendjadi saksi , " Belum habis ia berkata Ong Djie Hai sudah memotong

ditengah djalan: "Saudara2 Wan se-kali2 djangan berpikir begitu, masakan kami tidak

pertjaja kepada kata2mu ?"

"Atas kepertjajaan dari saudara2 kami mengutjapkan sukur, tapi djahanam ini tidak

mau mengakuinja dengan kemudian baharu menghukumnja agar ia mati setjara . puas."

Habis berkata demikian ia menatap kepada musuh, "Louw Eng, dengan sekali tjungkil

hatimu jang busuk itu dapat kulihat dengan njata, kini kuberikan waktu beberapa saat

untuk merenungkan dengan tjara apa kau hendak mati dan mengakui dosa2 jang kau

perbuat itu. Terketjuali itu kuberikan kelonggaran untuk mengadjukan pembelaan2, kami

tentu tidak akan melarangnja, dengan tjara ini kau akan kubuat mati setjara

memuaskan!" Wan Thian Hong berani mengatakan kata2nja itu karena ia berpikir hal itu

memang terdjadi sesungguhnja, pokoknja tidak dapat dipungkir lagi oleh terdakwa. Siapa

tahu mendapat kesempatan ber-kata2 untuk membela diri Louw Eng segera

menggojangkan lidahnja jang luar biasa lihaynja ini untuk menjelamatkan diri.

Dimulai dengan dehem kering Louw Eng mulai berkata, tapi kata2nja ini tidak

ditudjukan kepada Ong Djie Hai berempat atau kepada dua saudara Wan melain. kan

kepada puterinja. "Tjen-djie, dua botjah ini mengaku mendjadi anak siapa ?"Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

"Anaknja Wan Tie No."

"Tak kukira didunia ini ada lelutjon jang demikian besar dapat dipertjaja orang, kalau

begitukau boleh mengaku mendjadi puteri radja !"

Kepalanja menoieh kepada kedua saudara Wan, "kalian mengakui sebagai anak2nja

Wan Tie No, maria buktinja? Kenapa.orang2 didunia Kang-ouw tidak mengetahuinja ?

Kalian mengatakan orang2 disampingmu itu sebagai saudara2mu mana pula buktinja ?

Kalian mengatakan pula ada seorang perempuan mana Yan Ie jang merawat kalian

mendjadi besar, dan kini sudah meninggal, mana buktinja ? Pedang naga dan

tjendrawasih terang2 ada milikku jang kuperolch dari luar tembok raksasa, sekarang kau

kata milik ajailmu,jnana buktinja? Orang mau pertjaja pada sesuatu tanpa bukti itu,

tololnja lebih daripada kerbau dungu !" Selesai berkata ia menarik napas pandjang sambil

mengeluarkan suara "hemmmm" dari hidungnja disertai senjum keringnja jang

memuakkan.

Perkataannja ini memang masuk diakal, Ong Djie liai berempat walaupun tidak

mempertjajainja, tapi mereka enggan pula dikatakan "lebih bodoh dari kerbau dungu."

Bulak-balik pikir bukti harus ada, agar segala tuduhan itu mendjadi kuat, sehingga

terdakwa tidak dapat rr.emungkir pula dan menerima hukumannja setjara puas.

"Saksi untuk membuktikan kedjahatanmu itu memang sudah ada, dari itu kalausampai

saksi ini jang menguraikan kedosaanmu itu, apakah masih tetap akan menjangkal pula

?" tanja Wan Thian Hong dengan tegas.

"He he he" Louw Eng tertawa, "kalau sampai ada saksi jang membuktikan aku

melakukan sesuatu kedjahatan jang terkutuk itu, dengan senairinja aku harus dan ridlah

menerima hukuman mati !"

"Nah, kita dengar apa jang dikatakan itu !" kata Wan Thian Hong sambil balik badan

memandang Tju Sie Hong, "Tju Sah-ko, barusan aku mendengar pertjakapan kalian

bahwa Tju Siok-siok masih dalam keadaan sehat, betulkah ?"

Mendengar ini Tju Sie Hong mendjadi girang, sambil ber-lompat2 ia berkata:

"Benar, benar, walaupun ajahku pada delapan belas tahun jang silam djatuh

kedjurang, untung tidak sampai meninggal, kini beliau masih tetap dalam keadaan baik2

sadja berkata sampai disini ia tidak dapat meneruskan lagi kata2nja.

Karena dengan setjara tjepat ia ingat bahwa ajahnja itu walaupun sudah pulih

kesehatannja badannja tapi akan kewarasan otaknja masih terganggu djuga. Andai kata

dapat ditolong naik dari dalam djurang dan didjadikan saksi belum tentu ia bisa

menerangkan kedjadian tahun2 jang lalu itu dengan baik. Tapi hal ini tak mau dikatakan

didepan Louw Eng.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Sebaliknja sang djahanam mendengar kata2 ini mukanja mendjadi berubah, ia tak

habis pikir Tju Hong masih dapat hidup selama itu, sehingga bisa membuktikan

kedjahatannja sekarang.


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Otaknja kembali berputar dengan tjepatnja untuk mengatasi soal jang gawat ini, agar

dapat lolos dari bahaja maut ini.

Sesudah terdiam sebentar Sie Hong melandjutkan lagi: "Tapi ajahku kini berada

didalam djurang dan tidak bertenaga untuk naik keatas. Tjara apakah jang te'rbaik untuk

memadu kedjahatannja djahanam ini didepan beliau ?"

Mendengar ini hatinja Louw Eng mendjadi lega, baharu sadja ia ingin membuka mulut,

anaknja jang berada disampingnja sudah mendahuluinja: "Aku mempunjai daja untuk

menolong orang naik keatas !"

"Apa dajamu ?" tanja Wan Thian Hong dengan girang.

"Kalian semua harus berdjandji dahulu !"

"Hal apa ?" tanja dua saudara Wan berbareng.

"KaIau sampai sudah dipadu dan terbukti ajahku tidak berdosa dan bersalah, kalian

harus menghaturkan maafmu se-besar2nja kepada beliau, terketjuali itu lidah kalian

harus dipotong !"

"Baik," djawab mereka serentak.

"Nah, bebaskan dahulu kami ajah beranak dari belengguan ini !"

"Untuk melepaskan kau tidak sukar, tapi kau harus mengatakan dahulu dengan tjara

apa kau dapat meno

long orang ?" tanja Wan Djin Liong.

"Akan kusuruh garuda raksasa itu turun kebawah dan mengangkat orang !"

Mendengar ini sekalian orang mendjadi sadar dan girang.

"Baiklah !" kata Wan Djin Liong, "kalian kami bebaskan sekedar untuk mentjari saksi

untuk membuktikan kedjahatan jang diperbuat. Sesudah bukti njata sampai kau tidak

dapat mungkir lagi terimalah tusukan sebilah pedang ini."

"Baik," kata Louw Eng, "dengan ini kita putuskan, barang siapa tidak menepatkan

djandjinja akan menerima kematian dengan tak selamat."

"Ja, sekarang djuga kalian kan kulepas," kata Wan Djin Liong sambil madju kehadapan

sang tawanan untuk melepaskan belengguan.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Waktu lengannja menjentuh tubuh Louw Eng kena memegang pedang pusaka Hong,

tiba2 lengannja ditarik kembali sambil berpikir: "Pedang ini apa harus kuambil atau tidak

?"

Dengan sekilas sadja Louw Eng sudah mengetahui apa jang dipikir pemuda itu, dengan

tjepat ia berkata: "Kalian merindukan pedangku ini siang dan malam, ambil sadja djangan

malu2 lagi."

Belum Wan Djin Liong berkata sang adik sudah mendahuluinja: "Kau bawa sadja

pedang itu, sekalian dengan pedang naga jang sudah kurampas ini ! Kami akan

merampas pedang2 itu lagi pada kelak hari kemudian, dengan tjara ini kurasa kau tjukup

senang bukan ?"

"Betul," djawab Wan Djin Liong, dengan tjepat tarnbang jang membelenggu Louw Eng

dan Tjen Tjen sudah dilepas: "Marilah kita menolong orang !" katanja sambil mendjagai

Louw Eng dari sisi, takut kalau2 djahanam ini ingkar pada djandji.

Dengan tjepat Louw Eng bangun dari tempat duduknja sambii menggeliat untuk

menghilangkan pegalnja dipinggang, ia berpaling kepada puterinja sambil berkata:

"Tjen-djie, lekas kita berlalu untuk mentjari burung itu."

Kedua ajah beranak itu per-lahan2 menudju keluar goa. Baharu sadja mereka

menindak beberapa langkah tiba2 telinganja mendengar suara batuk2 ketjil jang

menggema digoa kosong ini, sehingga suara itu se-olah2 dari banjak orang sadja.

Semua orang mendjadi kaget sekali, karena tidak diketahui siapa jang datang.

Mendengar suara ini hati Louw Eng mendjadi berpikir: "Sekeliling dari gunUng ini

sudah dikuasai orang2ku. Tapi suara ini sama sekali tidak kukenal, mungkinkah orang

lain bisa datang kesini ?" Walaupun ia berpikir begitu, akan kakinja tetap melangkah

madju kedepan, baharu sadja ia menikung sebanjak dua kali, didepannja berdiri seorang

tua.

Melihat orang ini, dengan segera tubuhnja membungkuk memberi horniat. Orang tua

itu bertubuh tjebol, dengan muka jang ke-merah2an serta berbadju penuh tambalan.

Orang ini tak lain lagi daripada orang tua p>enangkap burung jang diketemukan Tjiu

Piau dan Gwat Hee !

Louw Eng mengenal orang ini dan mengenal .pula akan karakter orang. Hati ketjilnja

berteriak "tjelaka", karena ia tahu orang tua ini pasti akan mendjadi seterunja jang

ampuh. Kakinja madju lagi beberapa tindak sambil membungkukkan terus akan

badannja: "Yauw Lo-tjian-pwee, terimalah hormat dari Boan-pwee." Sesudah itu ia

menjuruh anaknja: "Lekas kau berlutut didepan Yauw Kong-kong !"Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Orang tua itu tidak menghiraukannja sebaliknja ia membentak dengan suara keras

sekali: "Binatang, bukan lekas2 kau enjah dari sini ! Orang lain baik hati melepaskan

kamu, untuk apa ber-lama2 disini ?"

Louw Eng sadar orang tua ini sudah lama berada didalam goa ini dan sudah

mengetahui apa jang sudah. terdjadi disitu.

Lekas2 ia berkata: "Ja, ja," sambil menuntun puterinja.

"Bagaimana dengan hal menolong orang ?" tegur orang tua itu.

"Djangan kuatir pasti kulakukan !"

Orang tua itu menggojangkan Iengannja memberikan mereka berlalu.

Tjiu Piau dan Gwat Hee melihat orang tua ini mendjadi girang sekali mereka berbareng

madju kedepau untuk menghaturkan hormatnja, tapi sebelum maksud mereka sampai

sudah didahului oleh dua saudara Wan mereka berlutut sambil mengutjapkan perkataan

"Suhu".

Hal ini diluar perkiraan Tjiu Piau dan Gwat Hee, kiranja Wan Djin Liong dan Wan Thian

Hong adalah murid dari orang tua ini. Dengan ini dua saudara Wan mendapat

pengetjualian dari orang tua jang tidak mau bermurid itu.

muda tidak berpengalaman ! Kalian harus tahu, tudjuh puluh dua puntjak Oey San ini

sudah dikuasai oleh komplotan Louw Eng !"

Keenam anak muda ini mendjadi terkedjut, sebab hal ini tidak dipikir sama sekali oleh

mereka.

Wan Thian Hong segera berkata: "Binatang itu kenapa bisa mengundang demikian

banjak orang ?"

"Hai ! Dasar botjah jang kurang pikir ! Kau harus tahu mereka semuanja adalah

.undangan kamu sendiri !;'

"Bilamana aku mengundang mereka ?" tanja Wan Djin Liong dengan heran.

"Mungkin kau sudah lupa ? tadi aku mendengar pertjakapan mereka, pada

malaman Tjap Go Me, ada tamu malam masuk kedalam istana menghantarkan surat

undangan, orang itu kalau bukan kamu siapa lagi orangnja ? Aku baharu ingin bertanja,

kenapa kalian berlaku gegabah sekali." Wan Djin Liong dan adiknja baharu sadar dan

mengerti atas hal ini.

"Suhu semua ini adalah salahku. Dengan akal iniLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Louw Eng dapat dipantjing untuk datang kesini, agar kami dengan leluasa untuk

membereskan hutang piutang selama delapan belas tahun jang lalu dengan se-puas2nja

! Tapi tidak sampai terpiklr ia bisa mengundang demikian banjak orang."

"Inilah tanda dari kehidjauan kalian ! Pikir sadja surat undangnmu itu bukan main

mengagetkan .sri baginda, tak heran radja itu mengirimkan pahlawan2nja untuk

membasmi rapat rahasia dari kawanan orang2 gagah jang seperti kalian sebutkan

didalam surat undangan itu !"

"Tak kukira radja itu demikian tololnja mau mempertjajai kata2ku, sehingga dengan

mentah2 kena kudjebak !" kata Wan Djin Liong.

"Jang njata kita jang terdjebak. Ah, semua karena gara2ku jang tidak baik !" djawab

Wan Thian Hong. "Suhu sukur kau datang membantu, dari itu tak perlu takut lagi dengan

djumlah mereka jang besar itu."

"Kalian tidak takut dengan djumlah musuh jang demikian besar ?" tanja orang tua itu

sambil meng-gojang2kan kepala. "Kalian harus tahu orang2 matjam a pa jang diundang

mereka ? Aku sudah menjelidiki keadaan mcreka, bahwa Hek Liong Lo Kuay pun turut

datang kesini. Binatang tua ini biar kuhadapi sendiri, sedangkan sisanja boleh kalian

hadapi !" Pemuda dan pemudi ini baharu mengetahui dan menjadari bahwa urusan

dideoan mata mereka ini bukan main beratnja, mereka saling berpandang satu dengan

lain tanpa ber-kata2. Achirnja sesudah diam seketika Wan Thian Hong berkata dengan

nada jang mantap: "Suhu kau djuga agak bersahh !

Kau tahu keadaan diluar demikian tidak menguntungkan kita, kenapa Louw Eng kau

lepaskan, tjoba kalau tidak binatang itu dapat kita djadikan djaminan !"

"Hai ini tidak dapat kita lakukan, kalian sudah rnelulusi ia berlalu dari itu ia berhak

untuk berlalu, I.ita tidak boleh salah djandji karena sebagai pantangan, dt ri itu apa jang

sudah dikatakan harus dilaksanakan." Ditatapnja keenam muda-mudi dengan tadjam.

"Ah, laki2 djangan takut mati, dari itu apa pula jang harus ditakuti. Berdajalah untuk

menerdjang dari kepungan ini. Tapi sebelum dilakukan kalian harus melakukan dua ha!,

kesatu biar bagaimana kalian harus dapat menolong dahulu kepada Tju Hong, Jcedua;

djangan takut dengan djumlah jang besar, musuh berdjulah besar banjak pula

keuntungannja bagi kita. Pokoknja asal kita bisa membeber kedjahatan Louw Eng jang

memalukan pada delapan belas tahun berselang, kurasa orang2 Bu-lim jang datang ini

tidak sedikit dari djantan sedjati, dan tak mau meinbantu manusia jang demikian;

sehingga Louw Eng akan diasingkan oleh mereka dalam. pergaulan selandjutnja." Kata2

orang tua jang belakangan ini memang adalah hal jang sangat ditakuti dan dirahasiakan

sekali olch sang djahanam.

Sesudah mendengar wedjangan dari orang tua itu, sekalian anak muda ini mendjadi

terang otaknja dan bersemangat sekali. Baharu sadja mereka ingin mengeluarkanLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

pendapatnja, tiba2 dari luar goa terdengar suara saling bentak jang seru sekali.

Terketjuali itu terdengar pula suara2 djeritan jang menjedihkan dengan tegas sekali.

Kesemua orang merasa heran, mereka berpikir: "Siapakah jang datang untuk bertarung

diatas puntjak ini ?" Tiba2 Ong Gwat Hee memikir sesuatu, segera ia mengeluarkan

djeritan kaget. "Suhu, suhu !" teriaknja sambil lari keluar, mendengar ini Tjiu Piau pun

mendjadi ingat kepada suhunja jang berada diluar. Dalam beberapa hari jang lalu Ong

Gwat Hee dan Tjiu Piau mendaki Oey San, sedangkan Hoa San Kie Sau melindunginja

dari belakang, tapi sebegitu lama mereka tidak mengalami sesuatu jang merintangi

sehingga sang guru agak terlupakan. Kini diketahuinja tudjuh puluh dua puntjak Oey San

sudah berada didalam kekuasaan musuh, tambahan mendengar suara pertarungan

sengit, mereka memastikan kalau bukan suhunja siapa lagi jang tengah bertarung !

Memang ! Jang menerdjang kc Oey San ini Hoa SanKie Sau adanja. Sang guru

mendjadi hilang sabar dan merasa kuatir atas diri muridnja jang tidak turun2 sedjak

mendaki gunung, dari itu menjusul untuk mengetahui apa jang terdjadi atas diri mereka

! Alangkah kagetnja waktu diketahuinja bahwa tudjuh puluh dua puntjak gunung ini

sudah diduduki djago2 dan pengawal pemerintah Tjeng, walaupun ia menghindarkan diri

dari musuh2 itu, tapi untuk sampai keatas puntjak jang ditudju harus mengambil djalan

jang sudah dikuasai musuh, dengan tjara paksa ia menerdjang lapisan musuh2itu.

Gwat Hee jang sudah berada diatas puntjak Thian Tou melihat dengan tegas sang

guru sedang bertarung sengit melawan dua pengawal istana terketjuali itu disamping

tubuhnja menggeletak seorang pengawal lainnja dan terdapat pula Louw Eng dan Tjen


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Tjen jang tengah menjaksikan pertarungan itu. Tak lama kemudian Tjiu Piau dan Yauw

Lo-tjian-pwee serta lain2, sudah sampai semuanja mereka tidak bergerak hanja

mengawasi sadja keadaan perkelahian itu.

Dua pengawal itu satu bertubuh besar satu bertubuh kurus dan ketjil, tapi gesit dan

lintjah sekali, setiap gerak serangnja mengandung tenaga jang berat dan keras. Dalam

waktu sementara Hoa San Kie Sau belum bisa mengambil kemenangan sehingga 'suasana

pertarungan kira2 berdjalan seimbang. Kedua pengawal itu tidak henti2nja menghudjani

Jawannja dengan tipu silat Siau Lim Sie, sebaliknja Kie Sau pun melajaninja dengan

pukulan Siau Lim.Sie djuga. Gerak dan djurusnja bersamaan, tapi dikeluarkahnja setjara

berlainan, kedua pengawal itu menjerang dengan tjepat dan gesit, sebaliknja Kie Sau

mengerdjakan lengannja dengan lambat dan ajal2an. Pengawal jang bertubuh besar kini

berada disebelah kanan, kepalan kanannja berkelebat menjerang: dan ditariknja dengan

tjepat, sebaliknja lengan kirinja jang benar2 mengirimkan serangan keras kebahu lawan,

serangan ini adalah djurus "Tjiu Kun Tjiat Tjian (Menarik kepalan melepas tabasan)

dilakukannja dengan tjepat dan lintjah sekali; Hoa San Kie Sau mengeluarkan djurus Sian

Hong Tiau Yang (tjendrawasih tunggal menghadap sang surja) lengan kanannja terdjulur

keluar dari bawah keatas, tiba2 sampai ditengah perdjalanan diubahnja setjara

mendadak, tangan jang seharusnja naik keatas dilekuknja kebawah menggentjet lenganLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

kiri dari pengawal bertubuh besar itu. Seiring dengan itu tubuhnja berputar mengeluarkan

djurus Djie Liong Tan Sam (Djie Liong memikul badju) lengannja dikembangkan, tepat

sekali menangkis serangan pengawal bertubuh kurus, begitu kedua lengan ini beradu

terdengar suara "plak" sekali se-olah2 bunji besi beradu, suara ini keras sekali. Pengawal

kurus itu agaknja mempunjai ilmu jang tinggi pula, sehingga gempuran jang keras dari

lawannja masih dapat ditahan dengan baik.

Sesaat sesudah waktu berlalu, Yauw Lo-tjian-pwee jang menjaksikan djalannja

pertandingan sudah dapat mengetahui bahwa dua pengawal itu bukan mendjadi

tandmgan dari Hoa San Kie Sau. Dua pengawal itu menggunakan ilmu dari Siau Lim Sie,

sebaliknja ilmu dari Hoa San Kie Sau ditjangkok dan diambil dari sari2 Siau Lim Sie jang

baiknja sadja, ditambah dengan ilmu tjiptaannja sehingga gerakan2 dari serangannja

dapat dimainkan dengan seenaknja sadja. Lihat sadja tadi dengan mudahnja pukulan

lawan jang demikian keras dapat dielakkan dan dipetjahkannja dengan mudah sekali. Hal

jang lebih perlu diketahui bahwa Yauw Lo-tjianpwee sudah melihat dalam bentrokan

lengan tadi pengawal kurus itu kakinja sudah tergetar sedikit. Untuk mata orang jang

tidak berkepandaian tinggi seperti dia sukar untuk mengetahuinja. Sebaliknja untuk Kie

Sau sudah ( mengetahui, dua pengawal ini menggunakan seluruh tenaganja dikedua

lengannja dan bagian atas tubu'h sadja, sedang dibagian bawah atau kakinja kurang

berapa teguh. Dari itu Kie Sau tidak mau membuang waktu terlalu lama, kaki kanannja

segera terangkat naik melepaskan djurus Hoay Sim Tui (tendangan perusak hati) dengan

tjepat seperti kilat, sehingga dalam sekilas sadja tidak kelihatan dengan tegas oleh lawan.

Tapi pengawal leurus itu segera berseru: "bagus" kedua lengannja segera berubah dan

mengeluarkan djurus Tiat Kun Siang Tjiang (kepalan besi saling beradu) sepasang

kepalan itu mula2 ditarik sampai kepinggangnja dan dihadjarkan kedepan setjara ganas,

gaja tekanan dan tenaganja besar sekali, baharu sadja pukulan ini menerdjang sampai

ditengah dadanja sendiri tiba2 dihentikan dan dihadapkannja satu sama lain, dua kepalan

jang lebih keras dari batu menudju dengan keras untuk mengapit kaki Kie Sau jang

menendang. Gentjatatan ini kalau berhasil pasti dapat menghantjurkan kaki lawan

mendjadi ber-keping2. Tapi Kie Sau bukan djago dari kelas ringan karena sebelum

serangannja dilantjarkan sudah mempunjai persiapan untuk mendjaga. Demi dilihatnja

lawan merangkapkan kedua lengannja, tiba2 kakinja jang mengarah dada lawan berubah

tudjuan mendjadi keatas dan melewatkan kepala musuh. Ketjepatannja ditambah entah

berapa kali lipat dari semula sehingga pengawal kurus itu tidak dapat melihat dengan

tegas, ia hanja merasakan sebuah benda hitam lewat dengan tjepatnja didepan matanja,

terketjuali itu disamping kedua kepalannja tgrdapat tenaga gentjetan jang luar biasa

besarnja, membuat dirinja tidak sempat lagi menarik kedua lengannja itu, sehingga satu

bentrokan keras antara lengannja sendiri tidak dapat dihindarkan ! Hasil dari bentrokan

itu membuat lengannja mendjadi kaku tidak sakit dan tidak gatal.

Kiranja walaupun Kie Sau menggerakkan kedua lengannja dengan ajal2an tapi kalau

mau dikerahkannja dengan tjepat, ketjepatannja ini sukar dilukiskan dengan kata2.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Dalam djurusnja tadi begitu kakinja melewati kepala sang lawan kedua lengannja

dikerahkan dengan tjepat sekali menggentjet kepada tangan lawan, sehingga tenaga

pukulannja ini dengan ganas menghempit kedua pukulan lawan dengan ganasnja,

sehingga tenaga pengawal jang sudah keras itu ditambah lagi dengan tenaganja.

Kedua lengan pengawal jang sedang dikerdjakan dengan keras itu dengan tiba2

kehilangan sasaran, sehingga lengan itu saling adu dengan keras sekali setjara dahsjat.

Djurus dari Kie Sau ini adalah salah satu ilmu tjiptaannja sendiri dari Bukit Berantai

jang bemama Siang Gak Heng Peng (dua gunung raksasa gugur melintang) begitu kedua

telapak tangannja dirapatkan membawa tenaga seperti dua gunung besar saling bentur,

dari itu mana dapat dielakkan oleh pengawal bertubuh kurus itu.

Pengawal kurus itu dengan tjepat mentjelat kebelakang sambil mengawasi lengannja

dengan senjum getir.

Kiranja lengannja jang amat disajang itu telah mendjadi "bonjok" serta pat ah2 tulang

djarinja dan terkulai seperti pepohonan jang sudah laju.

Tadi ia belum merasakan sakit kini sakitnja itu sudah menjerang sampai diulu hatinja

belum senjuman getirnja hilang ia sudah mengeluarkan suatu rintihan jang mengenaskan

sekali.

Hoa San Kie Sau tidak menghiraukannja, karena disampingnja masih terdapat

pengawal jang bertubuh besar.

Waktu ia menjerang pengawal kurus tadi lengannja tidak henti2nja mengeluarkan

djurus2 pelindung diri, sehingga sang lawan tidak dapat mendekatinja.

Kini pertandingan satu lawan satu, pengawal itu agaknja seorang djago jang lihay

djuga, terbukti kini dengan gerak serangan jang ber-ubah2 dikeluarkan, kalau tadi ia

mengeluarkan ilmu dari Siau Lim Sie kini djurus pu

kulannja itu berubah mendjadi tipu pukulan dari Bu Tong Pat Kwa Kun.

Gerak serangannja ini dilengkapi dengan tenaga dalam jang kuat pula, kini ia menarik

serangannja dengan ilmu Po Kun Kuan Hong (berpeluk tangan menikmati

pemandangan). Sedangkan matanja mengawasi lawan dengan tadjam. Kiranja pengawal

ini memang mempunjai kepandaian jang harus disebut tinggi, dari itu ia tidak mau

mengalah sama sekali kepada lawan, untuk mengambil kemenangan dikeluarkannja ilmu

jang mendjadi andalannja jakni Bu Tong Pat Kwa Kun, terketjuali dari itu sekalian ingin

dipamerkan kepada lawan bahwa iapun dapat menggunakan ilmu pukulan dari beberapa

golongan, kedua ingin mengadu kekuatan sedjati guna menentukan siapa jang terlebih

lihay.Liong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

Hoa San Kie Sau mengeluarkan senjum, lengan kanannja mengeluarkan serangan

mendjudju bahu kanan lawan, pengawal itu mengegoskan serangan ini sambil

mengirimkan kaki kanannja kelambung Kie Sau.

Kakinja ini terangkat tidak terlalu tjepat, tapi mengandung tenaga hidup, sesampai

ditengah djalan dapat dikekanankan atau kekirikan, dapat diteruskan dapat pula ditarik,

pokoknja melihat reaksi dari lawan dimana ada lowongan segera dapat bergerak dengan

tjepat menjerang tempat berbahaja dari musuh. Kie Sau tidak mau meladeni serangan

kaki lawan ini dipindahkan kedua kakinja dengan lintjah memutarkan tubuh lawan dari

sebelah kanan sehingga dapat menghindarkan serangan musuh dengan gaja kilat,

sedangkan lengannja dikirimkan menjerang musuh dari belakang.

Pengawal itu walaupun bertubuh besar tapi sangat gesit sekali, dengan tjepat dan

mantap tubuhnja berputar kearah belakang sambil mengirimkan kaki kanannja untuk

menghindarkan lengan Kie Sau, sedangkan lengan kanannja menotok djalan darah Pek

Leng Hiat lawan, gaja serangannja ini sungguh ganas dan keras. Serangan ini

menempatkan dirinja berada diatas angin, pukulan2 dahsjat selandjutnja dapat

dikirimkan dengan enaknja. Ia menduga Kie Sau pasti mundur menarik kaki kebelakang,

serangannja jang bernama Tiat Lan Koan Siong (kerangkeng besi mengekang gadjah),

Go Houw Kim Yong (harimau lapar menerkam kambing) dan lain2 segera akan

dilantjarkan. Inilah ilmu pukulan dari Pat Kwa Kun jang lihay sekali, kalau musuh tidak

menarik mundur kakinja, terang2 kakinja sudah terkekang, dan mati, sedangkan bagian

atas menerima serangan, alamat kalah sudah pasti diderita. Biar serangan ini demikian

lihavnja, tapi Kie Sau mengerti lawan ini tidak memadai dengan ilmunja, ia tetap diam

tdak bergerak seperti sebuah gunung jang angkar, sedangkan lengan kanannja berbalik

menindih lengan kiri musuh sedangkan lengan kirinja melindungi mukanja dan bentrok

dengan lengan kanan lawan, sehingga serangan lawan itu dapat dipatahkan. Dua pasang

tangan saling tindih menindih dan menempel, tubuh mereka tidak ber-gerak2, masing2

mengempos tenaga dalamnja untuk merobohkan musuh.

Tapi keadaan ini berdjalan tidak lama, sebab pengawal jang bertubuh besar ini tidak

kuat pula melawan tenaga iawan jang lebih besar dan ampuh dari tenaga dalamnja

sendiri, sehingga tak heran mukanja mendjadi merah sedangkan urat2nja keluar

membiru memenuhi keningnja, tiba2 kedua lututnja tertekuk, tapi lengannja masih tetap

mempertahankan tenaga musuh dengan mati2an.

Sebaliknja Kie Sau masih tetap sadja dalam keadaan tenang, se-olah2 baharu

mengeluarkan separuh tenaganja, musuh itu terus ditindihnja dengan tenaga jang kian

lama kian ditambah.

Pengawal jang bertubuh besar ini, kini tidak tinggi besar lagi karena kakinja jang sudah

ditekuk membuatnja mendjadi pendek, berikutnja kedua lengannja sudah tertekan

sampai dipundaknja kemudian punggungnja mendjadi bungkuk dan merapat denganLiong Hong KiOm - 0 5 Team K olektor Ebook FB grup

pinggangnja, achirnja kepalanja djuga tertekuk masuk kedalam bahunja, sehingga

mendjadikan ia seperti kura2 jang besar.

Sampai detik demikian lengannja masih mempertahankan tekanan lawan dengan

mati2an, sebab ia tahu kalau tangannja dilepaskan djiwanja segera berada dalam bahaja

serangan musuh.

Kie Sau berlaku bengis menghadapi pengawal pendjadjah ini, dengan keras ditekannja

lagi lawan itu dan ditendangnja dengan mendadak, hanja dengan satu tendangan ini

tubuh jang demikian besar ini terpental seperti bola, langsung masuk kedalam djurang.

Pengawal ini berdaja sekuat tenaga untuk mendjambret rumput2 jang berada ditebing


Pendekar Naga Putih 28 Laba Laba Hitam Pendekar Gagak Rimang 2 Genta Perebutan Pendekar Cambuk Naga 10 Asmara Pasak

Cari Blog Ini