Ceritasilat Novel Online

Pedang Naga dan Cendrawasih 7

Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei Bagian 7



untuk menjelamatkan djiwanja, sajang tubuhnja terlampau berat sehingga rumput2 itu

tidak kuasa untuk menjelamatkan djiwanja, tubuhnja langsung tergelintjir kebawah untuk

menghadap pada malaikat Djibrail diachirat.

Seiring dengan djatuhnja pengawal itu terdengar orang memudji "Bagus," siapakali

orangnja jang mengeluarkan seruan itu ?

Louw Eng adanja ! Hal ini sungguh diluar perkiraan orang.

Sebab apakah ia mengeluarkan pudjian itu ? Hal ini memanggawat untuk dikatakan.

(Bersambung)Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grupLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

LIONG HONG KIAM

(FEDANG NAGA DAN FEDANG TJENDRAWASIH)

DJILID KE-VI

K A R J A:

TANG FEI

TERDJEMAHAN:

LAUW TSU ENG

FENERBIT:

KARJA NAJA

DJAKARTA

SUMBER BUKU : GUlAtfAN AJ

KONTRIBUTOR DAN SCANNER : AWE DERMAWAN

OCR - CONVERT PDF TEXT : ANDV MULLLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

DISCLAIMER

Kolektor E-Book adaiah sebuah wadah niriaba bagi para pecinta Ebook untuk beiajar,

berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengaiaman.

Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah

su it didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara m engaih mediakan dalam bentuk

digital.

Proses pemiiihan buku yang dijadikan abjek aiih media diklasifikasikan berdasarkan

kriteria keiangkaan, usia,maupun kondisi fisik.

Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam

bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang seianjutnya dikonversikan

kedaiam bentuk teks dan dikompiiasi daiam form at digita l sesuaf kebutuhan.

Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansia i dari buku-buku yang diaiih

mediakan daiam bentuk digita l ini.

Saiam pustaka!

Team Kolektor EbookLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

L I O N G H O N G K I A M

Djilid ke-VI.

Pertama ia mendaki Oey San dengan harapan untuk mendirikan djasa, tapi diluar

perkiraannja pula bahwa radja mengutus djuga tiga orang Kim Ie Thay Wie (bajangkari)

dengan alasan untuk membantunja, padahal disamping itu untuk menilik pula gerak-

geriknja; ketiga pengawal istana ini adalah tiga diantara delapan pengawal kelas satu

dari sri baginda jang beradat angkuh dan tak mau mengalah kepadanja, sehingga

terhadap dirinja tidak menundjukkan rasa hormat, bahkan terhadap djago2 undangan

Louw Eng tidak memandang barang sedikit.

Mereka selalu menganggap dirinja jang terpandai, tidak tahunja adalah kodok dalam

tempurung jang tidak mengetahui tingginja langit dan tebalnja bumi.

Waktu Louw Eng ingin masuk kedalam goa mereka pun ingin ikut serta, tapi dengan

susah pajah dapat djuga ditjegahnja.

Dari sebab ini Louw Eng mengandung dendam kepada tiga pengawal, walaupun ia

gemas dan bentji tak berdaja untuk melampiaskan kemendongkolannja, kini dilihatnja

Kie Sau menghantjurkan dan melukakan mereka, hatinja merasakan sukur sekali dari itu

suara pudjiannja tidak tertahan lag! keluar dari mulutnja.

Habis mengatakan pudjiannja itu terlihat ia diam terpekur, karena hatinja tengah

berpikir untuk melakukan sesuatu jang djahat pula, jakni sekuat tenaga ingin

mentjelakakan seseorang, siapakah jang akan ditjelakakannja, orang itu bukan lain

daripada Tju Hong jang berada didalam djurang.

Sebab apa ia berpikir demikian ? Tak Iain ingin menghilangkan suatu saksi jang

mengetahui betul atas perbuatannja selama delapan belas tahun di Oey San ini.

Hal ini sebenarnja sudah dipikirkannja sedan ia berada didalam goa, kalau orang ini

tidak mati hatinja mana bisa mendjadi tenang ?

Sesudah pikirannja tetap dihadapinja Hoa San Kie Sau sambil berkata: "Pukulan bukit

berantai jang benar2 lihay sekali ! Kapan hari kita berdjumpa ingin hatiku menerima

beberapa djurus pengadjaran darimu, kini untuk sementara kita berpisah !"

Sehabis bitjara ia bersiul pandjang, sesaat kemudian keluarlah orang2nja untuk

mengangkut tubuhnja pengawal jang luka dan segera ingin berlalu.

Wan Thian Hong segera mentjelat kedepan: "Hei ! Bagaimana dengan hal menolong

orang ?"Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

"Thai Tiang Hu (djantan) sekali bitjara tetap tak berubah ! Esok siang kita berdjumpah

pula." Selesai berkata tubuhnja berputar sambil memesan puterinja : "Tjen-djie, malam

ini kau harus memberi makan sekenjang2nja kepada garudamu itu untuk menolong orang

dihari esok !"

Kawanan Kie Sau mengetahui musuh berdjumlah besar, dari itu dibiarkannja Louw Eng

berlalu.

Malam itu mereka merentjanakan daja untuk mene-djang keluar dari kepungan musuh

dan menjaksikan apa betul Louw Eng akan menolong Tju Hong keluar dari dasar djurang

jang tjuram itu.

Dengan aman sang malam berlalu dan haripun berganti mendjadi pagi.

Suasana puntjak2 Oey San tetap tenang tapi dibalik itu apa jang akan terdjadi disini

pasti berlainan sekali dengan ketenangannja itu.

Sehingga keindahannja jang menawan hati ini tidak dapat dinikmati oleh Kie Sau dan

lain2.

Pemuda2 jang gemar akan keindahan dan tamak bermain2 kini terbenam dalam

suasana gawat sambil berpikir mentjari daja untuk turun dari gunung jang penuh bahaja

ini.

Hanja Yauw Lo-tjian-pwee sadja seorang jang masih sempat djalan kesana-sini sambil

me-lihat2 keindahan alam ini. Sedangkan mulutnja tidak henti2nja me-mudji2

keangkaran dan keindahan Oey San dengan penuh kegirangan.

Haripun sudah berlalu lagi mendjadi siang, kedelapan orang ini berkumpul diatas

puntjak Thian Tou menantikan kedatangan Louw Eng.

Tepat waktu matahari berada diatas dari balik batu2 tjadas jang berada digunung ini

berkelebat sesosok tubuh orang dengan gesitnja, pendatang ini adalah Tjen Tjen adanja.

Tubuhnja jang gesit dan lintlah ini tidak menerbitkan suara sedikit djuga,

menundjukkan bahwa ia ini adalah seorang anak jang berbakat.

Sesampainja diatas puntjak ia menghaturkan selamatnja kepada sekalian orang.

Tak lama kemudian dari belakangnja menjusul ajahnja, mereka datang hanja berdua

sadja.

"Urusan hari ini tak perlu ditjeritakan lagi pandjang2 jang benar didalam djurang ini

terdapat orang, sesudah orang ini tertolong baharu kita bitjara," kata Louw Eng dengan

tenang. "Tjen-djie selesaikanlah pekerdjaan kamu sekarang djuga !"

Tjen Tjen menundjukkan paras jang puas sekali.Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

Anak ini adalah pintar dan tjekatan, pada umumnja orang jang pandai paling anti

mengalah kepada lain orang.

Demikian pula dengan Tjen Tjen berketika dihadapan banjak orang jang berilmu tinggi

untuk memamerkan keachliannja, hal inilah jang membuat hatinja mendjadi girang.

Tampak ia djalan per-lahan2 seperti pengantin baru menudju ke-tengah2 puntjak,

tangan kanannja dimasukkan kedalam mululnja untuk mengeluarkan suara siulan jang

keras dan kentjang, belum suara ini habis dibawa gelombang udara seekor garuda jang

besar sudah terbang mendatang menudju kepadanja.

Dibawah sinar matahari jang demikian terang, burung ini dapat dilihat dengan tegas,

bulunja jang hitam mengkilap dengan kukunja jang putih tadjam menambah keangkaran

tubuhnja jang besar tegap.

Garuda ini se-olah2 ingin hinggap dibahu madjikannja, tapi Tjen Tjen tidak

mengidjinkan, lengannja dikebaskan sambil mengeluarkan titahnja: "Hajo terbang

berputar lagi untuk kulihat !"

Burung itu sangat dengar kata dan tjerdik dengan segera ia berputar diatas kepala

sekalian orang sambil melajang2 menantikan titah selandjutnja dari sang madjikan.

Tju Sie Hong melihat benar2-garuda ini akan menolong ajahnja, segera mendjalankan

rentjana jang sudah dirundingkan semalam jakni ia harus turun dulu kedalam djurang

untuk mendjadi penundjuk djalan bagi garuda ini, disamping ini dapat dengan baik2

menempatkan tubuh ajahnja pada burung itu.

Louw Eng sangat tertegun melihat kepandaian Tju Sie Hong turun kedalam djurang

itu, ia berpikir: "Tak heran binatang Tju Hong itu tidak mampus, pasti mengandalkan ilmu

jang serupa ini !"

Garuda itu dipanggil Tjen Tjen turun, dan dipesannja bagaimana harus menolong

orang.

Garuda itu sangat pintar sekali, mendengar sepatah perkataan orang segera manggut

sekali.

Sehabis memesan Tjen Tjen menggojangkan tangannja sambil berkata: "Lekas pergi

dan lekas kembali !" Garuda itu dengan tjepat membentangkan sajapnja turun

kedalam djurang, dalam waktu jang tjepat sekali sudah hilang masuk kedalam djurang.

Sekalian orang menantikan diatas puntjak sambil duduk.

Tak lama kemudian, dari dasar djurang terdengar suara Garuda jang keras diiringi

suara kelapakannja dari sajapnja jang besar.Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

Sekalian orang gagah jang berada dipuntjak Thian Tou mengarahkan pandangannja

kedalam djurang jang dalam. Dari dasar lembah jang demikian hitam, terlihat wama putih

jang membumbung naik keatas.

Sebenarnja garuda itu berwarna hitam, tapi mengkilap, tambahan kena sinar matahari

sehingga dari djauh kelihatannja mendjadi putih. Titik putih ini semakin lama semakin

besar dan semakin tegas terlihat.

Sajapnja jang sebentar terbentang dan sebentar rapat itu mempunjai tenaga jang

rnaha dahsjat, tak heran ia dapat membawa orang dengan kukunja.

Begitu ia meninggi lagi terlihat dengan tegas orang jang dibawa itu, orang itu berada

dalam para2 jang terbuat daripada tambang, sedangkan bagian atas dari tarnbang

tertjengkeram kuku garuda dengan kokohnja.

Sekalian orang gagah memasang matanja mengawasi Tju Hong.

Tampak wadjahnja jang seperti lilin kuning, rambut, kumis dan djenggotnja berwarna

putih terurai pandjang tidak terurus. Sedangkan badjunja jang dibuat oleh anaknja pada

tahun2 belakangan sudah petjah2 djuga, kakinja bersepatu kulit rusa. Lengannja

memegang terus sendjatanja jang tinggal separuh.

Semua orang merasakan sesak dada melihat keadaannja jang menjedihkan ini, Wan


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Thian Hong dan Gwat Hee tak kuasa untuk menahan air matanja.

Garuda sudah sampai dipuntjak, dengan djarak beberapa tumbak dengan sekalian

orang banjak.

Ong Djie Hai tidak tahan sabar lagi, diempos semangatnja sambil memanggil: "Tju

Siok-siok, Tit-djie Ong Djie Hai, Tjiu Piau, Tit-lie Ong Gwat Hee memberikan hormat atas

kedatanganmu. Tju Siok-siok, kami berada disini !" Tju Hong memalingkan kepalanja

kearah suara.

Tapi wadjahnja jang putjat kuning itu membajangkan semangat jang kurang irgatan,

sedangkan kedua matanja tak dapat dibukanja. Agaknja ia tidak mengetahui keadaan

sekeliling dan apa jang terdjadi disitu.

Wan Thian Hong dan Wan Djin Liong memanggil: "Tju Siok-siok, Tju Siok-siok !" Tapi

Tju Hong tetap menundjukkan paras seperti tadi, agaknja ia bingung sedangkan kedua

alisnja dikernjutkan seperti tengah memusatkan pikiran untuk mengingat sesuatu.

Garuda itu sudah sampai dipuntjak dan siap untuk hinggap, tiba2 Louw Eng berseru:

"Tjen-djie." Saat itu Tjen Tjen tengah bergirang melihat burungnja dapat menolong

orang, mendengar seruan ajahnja ini segera , ia mendjawab: "Oh, aku dapat

mengurusnja dan berlaku hati2".

"Tjen-djie suruhlah burungmu itu terbang sedjauh tiga tumbak lagi !"Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

Sekalian orang gagah mendjadi heran mendengar titahnja ini, mata mereka segera

berputar mengawasi, tampak sang djahanam ini dengan paras tenang dan dingin

mengeluarkan senjuman iblisnja.

Sebaliknja sang puteri tidak mengetahui apa jang dimaksud dengan titah ajahnja, ia

menurut sadja kata2 itu: "Garuda terbang lagi sedjauh tiga tombak.

"Suruh ia berhenti ditengah udara !"

"Tia-tia apa maksudmu ini !"

"Turut sadja perintahku !" bentak Louw Eng.

Garuda itu disuruh berhenti oleh Tjen Tjen ditengah udara, sedangkan dibawah

kukunja adalah Tju Hong, djarak burung dengan orang2 banjak ini kurang lebih tiga-

empat tombak djauhnja.

"Tia-tia, sebenarnja apa jang hendak kau perbuat ?" "Kau djangan banjak bitjara lagi

! Bukankah kita akan mendengarkan perkataan saksi. Biarlah ia berdiam disana agar lebih

mudah untuknja bitjara ! Hee hee he." Agaknja djahanam ini mendapat kegirangan jang

sesungguhnja dari hati iblisnja, sehingga wadjahnja benar2 diliputi kegirangan jang me-

luap2.

Inilah adat dari sang djahanam, kalau bisa ingm me matikan orang dengan tjara jang

bukan2, sesudah ia tertawa tjukup kenjang segera berpaling kepada puterinja: "Tjen-djie

! Marilah kita berlalu !" tubuhnja berputar dan berlalu.

Tjen Tjen mendjadi bingung, ia berkata dengan keras: "Tia-tia bukankah kita akan

membitjarakan urusan itu dengan mereka setjara djudjur ?"

Sedangkan tubuhnja mentjelat kedepan menarik badju ajahnja.

Louw Eng mengebaskan badjunja sambil membentak: "Hei budak bodoh kau tahu apa,

lekas turut padaku !" Karena sedetik inilah dua saudara Wan sudah berhasil menghadang

perdjalanannja, dengan mata gusar mereka menegur: "Louw Eng, djangan mimpi untuk

berlalu ! Lekas orang itu kau turunkan !"

Louw Eng sudah mempunjai maksud tertentu tanpa gugup barang sedikit segera

tertawa mengedjek: "Hei budak ketjil djangan kau kira selalu bisa beruntung dengan

kepandaianmu jang sekeluifit itu. Aku sudah menjediakan dua orang untuk melajani

kalian dengan baik !' selesai bitjara ia menepak tangan dua kali.

Saat inilah terdengar suara orang mentjelat naik keatas puntjak, Wan Thian Hong dan

kakaknja segera memalingkan kepalanja, tampaklah oleh mereka kawan lama dari sang

djahanam sudah berada disitu, jakni

Tong Leng Ho Siang dengan Peng San Hek Pau berdiri dikiri-kanan.Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

Tong Leng segera membuka mulutnja: "Aa..Aa.. botjah, djangan berkelahi, kami pasti

tidak dapat melawan," katanja sambil mengedjek.

Mendengar kata2 ini dua saudara Wan mendjadi gusar sekali, mereka harus bersabar,

karena harus menolong orang terlebih dahulu. Mereka tidak dapat berbuat apa2, matanja

mendelong memandang gurunja meminta petundjuk2.

Yauw Lo-tjian-pwee memandang ketempat djauh sambil bitjara: "Louw Eng !

Djanganlah ingkar pada djandji ! Sekali ini sadja kuminta kau tepati djandjimu ini, sebagai

pengetjualian dari adatmu iang biasa mendjusta dan berbuat bohong ! Lekaslah titahkan

burung itu menurunkan orang, apa artinja menggantung orang diudara setjara demikian

? Kalau kau gemar memain, aku siap untuk .menemani sampai kau puas, mau tidak ?"

"Yauw Tjian Su adatku sudah demikian, sedikit djuga tidak dapat diubah dan tidak ada

pengetjualian untuk siapapun !" djawab Louw Eng dengan sombong, sehingga seorang

berilmu tinggi seperti orang tua ini tidak Djindahkan sama sekali. Bahkan nama orang tua

ini disebut setjara langsung, membuatnja sekalian jang mendengar mendjadi kaget dan

heran.

Orang tua itu bangkit dari duduknja, matanja mendelik: "Binatang, djangan

mengandalkan banjaknja orang segera berani berbuat kurang adjar ! Hei Si Busuk Hek

Liong itu bersemBunji dimana ? lekas suruh dia keluar !" tampak Iengannja melepaskan

sehelai daun menjerang Louw Eng, sehingga sang djahanam ini tak dapat lagi mengegos

"plak" mukanja seperti kena digampar orang dengan kerasnja !

Pada saat inilah terdengar suara serak seperti kaleng rombeng memetjah udara.:

"Yauw-heng sekali ini ilmu kau banjak madju, sehingga tak tjuma2 kau hidup didunja ini

I "

Orang banjak tidak mengetahui suara ini dari mann arahnja datang, suara ini demikian

halusnja, se-olah2 keluar dari dalam tanah.

Tapi Yauw Tjian Su mengetahui dari mana datangnja suara itu.

"Binatang busuk ! Masih belum keluar, apa menantikan diundang dulu ?" lengannja

segera menerbangkan butiran batu2 ketjil menghantam sebuah batu besar jang berada

dibawah puntjak.

Batu2 ketjil itu sesudah mengenai batu besar sedikit djuga tidak mengeluarkan suara,

agaknja masuk kedalamnja.

"Aduh ! Lo Yauw agaknja djiwaku kau inginkan djuga ! Batu ini demikian ganasnja,

aku tak dapat menerimanja dan terimalah kembali !"

Batu jang sudah masuk kedalam batu besar itu tiba2 keluar mentjelat keluar dengan

keras menghantam dada Yauw Tjian Su.Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

Batu ini tidak dihiraukannja, begitu kena dadanja segera berbalik lagi sebanjak dua

meter baharu djatuh ditanah.

Hal ipi membuat Louw Eng mendjadi kaget sekali, sedangkan Djie Hai melihatnja

mendjadi kagum.

Semua orang sudah mengetahui dibalik batu itu sembunji Hek Liong Lo Kuay. Tapi ia

belum mau menundjukkan dirinja, hanja terdengar suaranja "Hei Lo Su Tau (kaju tua)

kau djangan ter-gesa2, mari kuperkenalkan dahulu dengan kawan2ku !" segera terdengar

suara siulannja jang pandjang, menggema disegenap pendjuru gunung dan lembah.

Tak lama kemudian disegenap puntjak2 gunung jang sebanjak tudjuh puluh dua itu

terlihat ada orang berdiri dengan gagahnja.

Sedangkan dihadapan Thian Tou Hong jakni Lian Hua Hong terlihat tiga bajangan

manusia, mereka menggapai2kan tangannja sambil me-nundjuk2 agaknja sangat

nganggur sekali.

Melihat gerak-gerik dari tangan mereka, se-olah2 tengah mentertawakan orang2 jang

berada dipuntjak Thian Tou Hong itu sudah berada didalam perangkap mereka.

Puntjak2 jang berada disebelah bawah Thian Tou Hong se-olah2 tunduk pada puntjak

jang tertinggi ini di-hari2 biasa, tapi kalau sekarang kita alihkan pandangan mata dari

puntjak jang tinggi kebawah, puntjak jang biasanja seperti berlutut itu kini bangun

menentang mengubah bentuknja seperti iblis jang siap akan menelan.

Berantai sepandjang bukit dan puntjak penuh dengan orang2nja djahanam Louw Eng.

Ong Djie Hai berempat belum pernah menjaksikan situasi jang demikian menegangkan

urat sjaraf, demikian djuga dengan kedua saudara Wan walaupun mempunjai kepandaian

tinggi serta ketabahan jang luar biasa tak urung merasakan tjemas djuga.

Hanja Yauw Tjian Su dan Hoa San Kie Sau jang masih dapat berpikir setjara tenang.

Lemah dan kuat dari keadaan masing2 pihak sudah njata kelihatan.

Louw Eng tidak henti2nja mengeluarkan sirara "ha ha ha" kegirangan.

Dengan wadjah ramai dihias kepuasan napsu iblisnja dipandang Tju Hong jang masih

berada diudara sambil tertawa mengedjek tidak henti2nja.

Tju Hong jang masih berada ditengah udara, masih tetap hilang daja ingatnja, dengan

wadjah jang harus dikasihani ia terdiam dengan tak mengetahui apa jang sudah terdjadi

disekelilingnja. Matanja masih tetap tidak dapat dibuka, karena terlampau lama diam

didasar djiTrang jang sangat gelap. Agaknja sang mata itu tidak tahan menerima sorotan

matahari jang demikian terang, dalam kesilauannja itu ia tak dapat melihat sesuatu.

Sedangkan pikirannja masih tetap mengambang tak keruan, inilah akibat gontjangan otakLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

jang diderita delapan belas tahun sewaktu djatuh dari atas djurang. Ia ingin mengingat

sesuatu, tapi tidak ada djalan untuk mengusutnja tak heran selalu kandas akan daja

mengingatnja jang lemah ini.

Hari ini ia merasakan tubuhnja seperti melajang diudara, perasaan ini agaknja

merangsang daja ingatnja sewakku djatuh dari djurang dengan tubuh melajang pula.

Tapi sebab apa ia djatuh, tidak dapat Djingatnja. Dalam saat ini ia mendengar suara

tertawa Louw Eng jang keras, walaupun ia tak dapat melihat orangnja tapi suara ini

tjukup dikenalnja. Suara siapakah ? perasaannja tertusuk dan tergontjang sampai kealam

pikirannja, karena ini tubuhnja merasa tidak keruan demi didengarnja suara tawa jang

sangat menusuk ini, dalam djiwa raganja merasakan sesuatu pikiran dongkol dan geram

jang sangat. Tiba2 dalam djiwa ketjilnja ia mengingat suara ini. Tanpa terasa lagi ia

membuka mulutnja sekuat mungkin: "Louw Eng ! Hai ! Louw Eng ! Ha ha ha "

entah kenapa ia tertawa menggila, sedangkan ingatannja masih tetap kabur, tapi agaknja

sudah dapat djuga mengingat sesuatu dengan samar2.

Suara djeritannja ini bagai palu jang besar menimpa ketjongkakan sang djahanam,

tanpa kuasa lagi Louw Eng melompat kaget. Orang jang dikira sudah mendjadi tulang

belulang selama delapan belas tahun, kini mengeluarkan suara, tak ubahnja suara ini

sebagai suara melaikat elmaut untuk pendengarannja. Mukanja segera berubah kaku,

tanpa ber-kata2, per-lahan2 terlihat tangannja bergerak menerbangkan sebuah piau ketjil

jang putih dan mengkilap seperti perak menghadjar burung garuda jang berada diatas

kepalanja Tju Hong.

Tangannja jang ganas ini dikerdjakan dengan tjepat dan diluar pikiran orang.

Terdengar suara Tjen Tjen jang mendjerit melengking: "Tia ! ! ! Kau membunuh

burungku ! ! !" Sedangkan Ong Djie Hai mendjerit pula "Tju Siok-siok ! ! " Mereka tahu

sekali burung itu mati Tju Siok-sioknja pasti akan djatuh kedalam djurang lagi. Sedangkan

garuda itu berada tiga-empat tumbak dari tepi puntjak, dengan sendirinja mereka tidak

dapat menolongnja. Tapi dalam keadaan jang segenting itu terlihatlah sehelai daun

kering menjampok djatuh sendjata perak itu, sedangkan piau jang dilepas kemudian

didjatuhkan pula oleh rumput kering dan sekuntum bunga. Kiranja tak perlu diterangkan

lagi, kesemua ini adalah kerdjaan dari orang tua she Yauw itu.


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Hei Louw Eng ! Kelakuanmu sungguh gila, terang2 didalam banjak mata jang

menjaksikan kau masih berani menurunkan tangan djahat untuk mentjelakakan orang ?"

tegur Yauw Tjian Su dengan bengis. Kata2 orang tua ini membuat Louw Eng mentjelat

ketempat beradanja Hek Liong Lo Kuay: "Hee .. he .. he jang kau maksud dengan

mentjelakakan orang ? Aku menerima firman dari Sri Baginda untuk menumpas kaum

pemberontak. Dari itu apa jang kulakukan se-kali2 tidak melanggar wet negara !"Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

Biar bagaimana Tjen Tjen adalah seorang gadis jang baik, hatinja tidak seperti ajahnja

jang demikian busuk. Dengan menangis ia berkata: "Tia-tia, perbolehkanlah aku

menolong orang itu, kemudian baharu kita bitjara."

"Kalau begitu kap memaksa aku untuk membunuh burungmu itu, bukan ?" tanja Louw

Eng dengan gusar.

"Tia-tia, itupun bukan, jang kumaksud tolonglah orang itu."

Saat ini tiba2 Tju Hong mengeluarkan lagi suaranja, tapi berlainan sekali dengan jang

semula. Ia berteriak: "Apakah Sie-tee Louw Eng berada disitu ? Sie-tee, Sietee aku jang

djadi kakak berada disini !" Kiranja daja ingatnja jang kena tusukan membuat pikirannja

agak baikan. Tapi tak dapat ia mengingat sesuatu dengan serempak, melainkan satu

demi satu. Saat ini ia ingat bahwa Louw Eng adalah saudara angkatnja jang kcempat.

Tabiat dari Tju Hong sangat mementingkan kebadjikan, dari itu antara perhubungan

saudara ini sangat keras dipegangnja, tapi baharu ia mengingat ini sedikit kembali

pikirannja mendjadi keruh dan tak dapat mengingat kembali. Suaranja sekali ini membuat

orang2 jang berada disitu mendjadi heran, karena suaranja ini mengandung nada jang

mesra sekali. Sedangkan Louw Eng sendiri turut merasa aneh djuga.

Tiba2 orang mendengar suara Tju Sie Hong jang baharu kembali dari dasar djurang:

"Tia-tia, apakah kau dapat mengingatnja kedjadian jang lalu ? Lekaslah kau tjeriterakan

kedjadian delapan belas tahun berselang di Oey San ini ? Tia-tia apakah kau ingat tidak

?"

"Kau siapa ?" tanja Tju Hong.

"Tia aku adalah Sie Hong puteramu sendiri jang kau tinggalkan sedjak ketjil dan baharu

bitiara."

"Oh !" kata2nja terdiam, agaknja djalan pikirannja kembali hilang dan ngaur lagi.

Louw Eng adalah manusia litjik dan djahat. Melihat wadjah dari Tju Hong jang kurang

ingatan ini, segera pikirannja kembali bekerdja untuk mengatjaukan pikiran orang, ia

ingin menangkap ikan diair keruh, agar dosanja jang sudah diperbuat dapat ditjutji bersih

! Kemudian ia berpikir untuk mentjelakakan Tju Hong maaih belum terlambat. Sesudah

berdehem membersihkan riak jang menjumbat kerongkongannja segera ia berkata : "Tju

Sah-ko, aku Louw Eng, kau djangan kuatir," sambil bitjara sambil ditatapnja wadjah Tju

Hong dengan penuh perhatian tampak olehnja wadjah orang jang masih belum sadar

betul daja ingatnja. Ia mendjadi girang: "Sah-ko apakah kau masih ingat sewaktu kita

mengangkat saudara dengan Wan Tie No dipuntjak Thian Tou ini ?" Tampak sudut bibir

Tju Hong agak tergerak, tapi kata2nja tak kundjung keluar.

"Apakah kau ingat siapa jang memberi lihat dua bilah pedang mustika dikala itu ? Ingat

bagaimana sendjatamu diputuskan, dengan pedang pusaka itu, sehingga kau djatuhLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

kedalam djurang ? Sah-ko kau ingatlah baik2 siapa jang mentjelakakan kau itu ?"

Kata2nja ini se-mata2 mengalutkan dan mengeruhkan daja ingat orang sadja, sehingga

ia berharap menarik keuntungan dari kata2nja.

Tju Hong jang masih dalam keadaan lupa ingat kena terganggu djalan pikirannja.

Daja ingat Tju Hong kena dipengaruhi kata2 dari Louw Eng, sehingga didalam otaknja

berbajang seperti didepan mata keadaan waktu mereka mengangkat sau-. dara, dimana

Wan Tie No memperlihatkan dua bilah pedang mustika. Ia ingat bahwa tambang dan

kaitannja itu kena dipapas pedang mustika, sedangkan pedang itu adalah kepunjaan Wan

Tie No bukankah kalau begitu djiwanja ini ditjelakakan Wan Tie No. Dengan gugup ia

ber-kata2 sendiri: "Ja.. ja.. Wan Tie No ?

Wan Tie No ? " untuknja kata2 ini belum terang benar, tapi untuk Louw Eng mengena

sekali didalam hatinja. Tiba2 ia berkata dengan santer: "Memang Wan Tie No ! Dengarlah

ramai2 !"

Dengan perasaan bangga Louw Eng menghadap kepada dua saudara Wan sambil

berkata: "Bagaimana ? Njatanja kata2 jang diutjapkan kalian didalam goa itu tidak tjotjok

dengan kenjataan ! Nah, djalankanlah sumpailmu jang kau pernah kau utjapkan !" Ong

Djie Hai dan lain2 memandang kepada dfla saudara Wan, mereka pertjaja kepada

perkataannja, tapi dapatkah mereka mendebat perkataan dari Louw Eng ini, sehingga

mereka mendjadi gelisah tampak oleh "mereka Wan Thian Hong bersenjum dingin kearah

Louw Eng, dengan tenang ia berkata:

"Waktu didalam goa kau pernah mengatakan bahwa pedang itu adalah kepunjaan kau

sendiri jang didapat dari luar tembok besar, betul tidak ? Tapi sekarang kau mengatakan

apa kepada Tju Siok-siok ? Kau mengatakan bahwa pedang itu kepunjaan ajahku, dari

kata2 ini sudah terang bahwa pedang itu bukan kepunjaanmu, enak sadja

menggojangkan lidah membuat tjeritera burung, sehingga kau terketjoh sendiri. Dari itu

perkataanmu jang didalam goa kah atau sekarang jang dapat dipertjaja ?"

Louw Eng tidak akan mengira bahwa pemudi ini otaknja masih berdjalan dengan

terang sehingga masih ingat apa jang telah dikatakannja didalam goa. Ia diam termangu

tidak bisa mendebat.

"Tak perlu gelisah kau boleh memikirnja setjara tenang untuk mendapatkan djawaban.

Pokoknja lepaskan dahulu Tju Siok-siok. Earusan kau membahasakan diri sebagai

saudara dengan mesrah bukan ? Nah, kau pikir apakah sudah mendjadi adat sang adik

membiarkan kakaknja terkatung diudara ? Lekas turunkan ! Agar kita dapat

membitjarakan kedjadian tahun jang lalu setjara terang."

Dari malu Louw Eng mendjadi gusar, dengan geram ia berkata: Baik, baik, kita bitjara

per-lahan2, Tjen-djie lekas kau turun gunung !" Katanja ditutup dengan mentjelatnja tiga

batang piau dari tangannja, sebuah menudju dada Tju Hong, sebuah lagi ketambangLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

jang menahan Tju Hong dan ketiga menudju kepada garuda itu tak perlu dikatakan lagi

Yauw Tjian Su jans: diam disamping segera merintangi djalannja piau itu. Tapi sung guh

diluar dugaan, tiba2 datang tiga butir bidji Siong jang merintangi djalannja sendjata jang

dilepas orang tua she YauWj Sendjata ini tak perlu diragukan lagi Hek Liong Lo Kuaylah

jang melepasnja.

Dengan gugup Kie Sau melepaskan tiga buah anak tjaturnja, untuk mendjatuhkan

sendjata rahasia Louw

Eng. Empat orang berilmu tinggi ini dalam sekedjap sadja sudah saling nielepaskan

sendjata rahasianja, walaupun tidak berbareng, tapi se-olah2 dalam waktu jang sama,

sehingga membuat jang melihatnja mendjadi berkunang2.

Diantara empat orang Yauw Tjian Su dan Hek Liong Lo Kuay kepandaiannja

berimbang, Louw Eng dan Kie Sau dapat dikatakan sekelas pula. Sendjata rahasia Louw

Eng berdjalan paling dahulu, tapi kena dirintangi sendjata Yauw Tjian Su. Hek Liong Lo

Kuay melepas sendjatanja agak terlambat setindak, sedangkan Kie Sau walau pun lebih

lambat ia sudah mempunjai persiapan, sehingga djangka waktunja tidak berapa

berselisih. Dalam waktu sekedjap sadja dua belas sendjata rahasia saling bentur ditengah

udara, benda2 itu ketjil adanja tapi suara benturannja itu tjukup keras dan membuat

orang terkedjut. Kemudian hantjur dan berpentjar keempat pendjuru ! Petjahan2 ini

masih tetap bertenaga, hampir2 mengenai mata sang garuda. Tjen Tjen berseru kaget:

"Garuda lekas kau berlalu !" Kegaduhan dan djeritan Tjen Tjen in.i membuat garuda

terkedjut se-konjong2 sajapnja bergelepakan terbang sedangkan kukunja jang

mentjengkeram tambang penjangga terlepas sehingga Tju Hong djatuh menudju

kedalam djurang dengan tjepatnja.

Orang2 tidak berdaja untuk menolong sebab djaraknja tidak mungkin kena didjangkau

oleh lengan. Pokoknja biar bagaimana tingginja kepandaiannja seseorang tetap tidak bisa

menolongnja ! Apakah hams dibiarkan dan dilihati sadja ? Sebelum orang banjak berdaja

untuk memikimja, tiba2 dari batang Siong jang terdapat ditepi djurang berkelebat sinar

emas mengait datang ! Sekembalinja Sie Hong dari dasar djurang, dilihatnja sang ajah

masih tetap bergelantungan diudara, hal ini sangat mentjemaskan dirinja, dari itu ia

menjiapkan diri disamping djurang untuk memberikan pertolongan andaikata ter djadi

hal jang tidak Djinginkan. Dugaannja benar sekali, tambangnja terbang niengait waktu

melihat tubuh ajahnja djatuh kebawah, malang baginja tambang itu tidak tjukup

pandjang, tanpa banjak pikir dan tak perlu mengadakan pertjobaan lagi tambang berikut

tubuhnja sekali-an menjambar dengan tjara ini ia berhasil mengait tambang jang berada

pada punggung ajahnja.

Perbuatannja ini membuat tubuhnja hilang pegangan, untung baginja sebelum

tubuhnja djatuh hantjur, terlebih dahulu terdengar seruan pandjang berbareng dengan

berkelebatnja seseorang jang seperti seekor walet menjambar lengan kirinja dengan erat.Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

Penolong itu demikian lintjah dan indah gerak-geriknja. Terlihat waktu ia terbang

mentjelat ikat pinggangnja jang berwarna merah dan lain2 mengeluarkan sinar jang

beraneka ragam dengan indahnja, tak ubahnja seperti dewi turun dari kahjangan.

Siapakah orang ini, tak lain dari Wan Thian Hong adanja.

Bukankah dengan demikian Wan Thian Hong pun kehilangan pegangan, ja memang

demikian. Tapi tak periu dikuatirkan, sebelum itu sang kakak sudah turun dan berada

dibatang Siong, dengan tjepat ikat pinggang sang adik itu kena ditangkapnja. Dalam

waktu jang demikian tjepat perasaan sekalian orang jang putus harapan hilang sebagian.

"Djin Liong djangan kau gentak, tunggulah aku membantu !" seru Yauw Tjian Su

sambil mentjelat kesisi tubuh sang murid. Sedangkan Kie Sau dan lain2 sudah siap sedia,

kalau2 musuh2nja menurunkan tangan djahat.

Dengan sebuah lengan Yauw Tjian Su menarik ikat pinggang Wan Thian Hong sambil

berkata: "Naiklah !" Begitu lengannja mengedut, Wan Thian Hong, Tju Sie Hong, Tju

Hong kena diangkat seperti ikan diatas tali djoran. Sedangkan lengannja dengan tjepat

mengempit tubuh Tju Hong dan berbalik mentjelat keatas puntjak dengan selamat.

Begitu Tju Hong mengindjak bumi, djalan pikirannja banjak madjuan, tapi matanja itu

tetap tak dapat terbuka, sambil memutar badan ia membentak: "Hei, Louw Eng djangan

kau lari !" Tapi orang jang dibentak itu sudah menggunakan kekalutan orang menghilang

diri tanpa berbekas.

Begitu akalnja gagal, Louw Eng takut kebusukannja terbongkar dihadapan sekalian

orang, untuk menghindarkan ini terpaksa ia berlalu sambil berpikir: "Pokoknja orang2

diatas puntjak ini sudah berada didalam tanganku, untuk apa gelisah dan ter-buru2."

Anak2 muda sibuk mengelilingi Tju Hong dan tak sempat pula untuk mengedjarnja. Saat

ini Tju Hong menundjukkan paras jang gusar sekali, Iengannja menjabetkan tambangnja

pergi datang seraja men-djerit2: "Louw Eng ! Louw Eng ! Djangan kau lari djawablah

pertanjaanku, kenapa kaitan emasku kau putuskan ? Kenapa tambangku diputuskan ?

Kenapa kau diam sadja, hendak mungkirkah ? Toa-ko, Djie-ko, Sah-ko kalian dimana ?

Lekaslah tangkap bangsat itu, dengari apa jang hendak dikatakan !! Mendengar ini semua

orang mendjadi girang, mereka tahu bahwa kesadarannja agak madju. Dari kata2nja itu

ia masih belum mengetahui bahwa Ong Tie Gwan, Tjiu Tjian Kin, Wan Tie No dan isteri

sudah meninggal, bahkan tidak mengetahui pula bahwa waktu sudah berlalu delapan

belas tahun lamanja. Dari kata2nja ini membuktikan bahwa kedjahatan Louw Eng

terbongkar sampai ke-akar2nja dan tak perlu diragukan lagi. Ia masih tetap me-maki2

Louw Eng dengan geramnja, sedangkan Iengannja menabrak Sana menubruk sini


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


dengan terhujung2, se-olah2 ingin menangkap orang. Tju Sie Hong mentjelat untuk

memajangnja sambil ber-seru2: "Tia-tia, Tia-tia istirahatlah !" Sebaliknja daripada

mendengar Tju Hong mendorong tubuh anaknja, sehingga jang tersebut belakanganLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

dibuatnja tunggang langgang. Memang sudah mendjadi kebiasaan orang jang lupa

ingatan mempunjai tenaga lebih besar dari tenaga aslinja.

Ong Djie Hai, Tjiu Piau, Ong Gwat Hee dengan tjepat madju menahan tubuh sang

paman. Demi didengarnja suara angin dari banjak orang Tju Hong menggerakkan kaki

tangannja, sehingga tambangnja ber-putar2 ianpa arah tudjuan menjerang sekalian anak

muda. Untunglah matanja tidak melihat orang, tambahan anak2 rnuda itu sangat lintjah

dan gesit, mengegos kesana-kcmari menjusup kesamping tubuhnja. Tjiu Piau berada

disamping kirinja sedangkan Gwat Hee berada disebelah kanannja, dengan serentak

mereka madju merangkul sambil berseru: "Tju Siok-siok istirahatlah !" Tju Hong tidak

tahu apa jang harus diperbuat, kakinja setjara tiba2 ditekuk mengeluarkan. djurus Po In

Kia Djit (mengusik awan memandang matahari) tangannja serentak bergerak kekanan

dan kekiri tenaganja bukan main besarnja, sampai muda-mudi ini kena ditolaknja sedjauh

dua tumbak lebih, hal ini terdjadi karena mereka tidak berani melajani setjara sungguh2

takut melukakan sang paman.

Ong Djie Hay berpikir: "Kalau begini, harus berlaku kurang adjar djuga ! Untuk

menotok djalan darahnja."Baharu sadja ia akan turun tangan. Tju Hong sudah

mengetahuinja, segera keluar bentakannja: "Hei budak ! kau ingin melukakan diriku ?"

Tambangnja mengiringi berputar men-deru2, Djie Hay setjepat kilat menghindarkan diri

dari serangan itu. Biar bagaimana gesitnja ia mengelak tak urung bahu kirinja kena

kepukul lengan sang Siok-siok jg. demikian tjepat datangnja. Ia merasakan pukulan Siok-

sioknja ini bukan main kerasnja, untuk menjambut serangan ini setjara otomatis ilmu Im

Yang Kangnja berputar kesebelah kiri tubuhnja. Sehingga pukulan itu seperti membentur

kapas lajaknja. Sedangkan tubuh disebelah bawah dari penjerano; mendjadi gempur dan

ambruk seperti pohon kering tertiup angin ! Sekali djatuh ini agak berat, Tju Hong djatuh

pingsan tak sadarkan diri.

Ong Djie Hay jang siap menjanggahnja sudah tak sempat untuk memberi pertolongan

lagi. Tapi sungguh mengherankan adanja, sekali djatuh .ini membuat wodjahnja

mendjadi kelihatannja tenang dan normal seperti biasa, ramai2 orang memajangnja,

sedangkan djalan napasnja sama sekali tidak terganggu seperti orang pingsan, melainkan

seperti orang tidur njenjak !

"Suhu, lekaslah kau obati Tju Siok-siok !!" pinta Wan Djin Liong pada gurunja.

"Baik, baik akan kutjoba," djawabnja singkat.

Tangannja orang tua ini segera djalan memidjit seluruh tubuh sisakit, kemudian

diulang sekali lagi dari mula sampai achir. Achirnja ia mengernjitkan keningnja dan

berkata: "Aku adalah orang tua jang tidak berguna." Mendengar katanja ini Tju Sie Hong

mendjadi kaget, belum sempat ia bertanja orang tua ini sudah melandjutkan lagi

kata2nja: "Aku dapat menjembuhkan segala penjakit diluar, tapi untuk menjembuhkan

orang jang sakit sjaraf sama sekali tidak mampu. Sudah kuperiksa seluruh djalanLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

darahnja, semua baik2 dan tak perlu diobati. Hanja penjakit kurang ingatannja sadja jang

perlu diobati, tapi mengenai sakit itu sudah kukatakan seperti tadi, jakni aku tidak mampu

mengobati."

"Suhu kau mengenai banjak orang, dapatkah kau tjari salah satu dari mereka untuk

mengobatinja ?" tanja Wan Thian Hong.

"Sembarangan tabib biasa mana bisa mengobatinja, tapi ada seorang jang bisa

menjembuhkannja."

"Siapa ?" tanja Thian Hong.

"Pang Kim Hong !" serunja, "tapi entah dimana sekarang ia berada aku tak tahu."

"Kulihat mata dari Tju Sah-tee masih takut sinar matahari, dari itu kita pindahkan sadja

kedalam goa agar ia dapat beristirafrat setjara tenang dan sekalian men

damaikan bagaimana tjaranja untuk keluar dari kepungan musuh. Yauw Tjian-pwee

bagaimana pendapatmu ?"

"Suatu pendapat jang baik sekali, kenapa tidak dari siang2 kau katakan !" Tubuh Tju

Hong segera diangkat menudju kegoa, sedang jang Iain2 mengikuti dari belakang.

Pada saat ini orang banjak ini baharu tahu bahwa keadaan suasana di Oey San sudah

berubah, puntjak2 gunung jang merantai demikian banjaknja sudah hilang dalam tutupan

kabut jang membandjir entail sedari kapan. Puntjak Lian Hoa jang berhadapan dengan

Thian Tou Hong se-olah2 merapung dalam lautan awan jang demikian indahnja. Inilah

"Laut Kabut" dari Oey San jang sangat kenamaan. Hoa San Kie Sau jang sudah sering

menjaksikan segala pemandangan gunung jang luar biasa, tak luput dari rasa kagumnja,

lebih2 sekalian pemuda semua terpaku mendelong keheranan.

Dalam keadaan liputan kabut dan awan ini terlihat seorang muda jang tidak turut

masuk kedalam goa. Pemuda ini adalah Ong Djie Hay. Kenapa ia berdiam seorang diri ?

Kiranja waktu ia niendengar bahwa penjakit Tju Hong hanja dapat disembuhkan Pang

Kim Hong, tanpa terasa hatinja djadi tergerak, ia tahu dimana beradanja orang berilmu

itu, karena ilmu Im Yang Kang jang diperolehnja a'dalah Pang Kim Hang sendiri jang

memberikannja. Tapi biar bagaimana ia tak berani mem- huka mulut untuk mengatakan

kediamannja, sebab ia mempunjai dua matjam perdjandjian dengan orang berilmu itu

jang tidak boleh dibuka dimuka umum.

Suasana perkelahian dan haus darah, hilang dibawah selimut awan. Keadaan ini

membangkitkan ingatan Djie Hay pada sepuluh hari jang lalu. Saat itu ia berpisah dengan

adiknja, dengan terpaksa ia mendaki Oey San seorang diri, untuk melewatkan waktu

tidak henti2nja ia melatih diri. Pada suatu hari ia melatih diri di Kiu Liong Po (air terdjun

Kiu Liong) dengan ilmu Kong Sim Tjiang, sebenarnja ilmu ini harus dilatih berdua sajang

kini adiknja tidak ada terpaksa ia berlatih seorang diri dengan memegang peranan duaLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

orang. Se-waktu2 ia menjerang dengan keras, kemudian melatih memantjing musuh.

Dua gerakan ini satu bertenaga satu tidak, satu keras satu lemah atau sebaliknja. Ilmu

ini sudah biasa dipeladjarinja sedari ketjil, dari itu walaupun sangat sukar dapat

dimainkannja setjara mahir.

Tengah asjiknjaia berlatih, tiba2 dari djeram jang berdekatan itu memertjik tetesan air

menudju kedadanja. Sebuah lengannja tengah mempergunakan Kong Sim Tjiang jang

bertenaga, sebuah lengan lainnja melindungi dada dan mendorong kedepan menjambut

tetesan air. Air itu dapat dibuatnja muntjerat keempat pendjuru tapi lengannja sendiri

sudah mendjadi merah. Saat ini ia sudah letih dan segera menghentikan latihannja.

Hari kedua Djie Hay datang lagi ditempat jang sama untuk berlatih, kedjadian seperti

kemarin kembali terulang. Saat itu air memertjik menghantam dadanja lagi, serangan itu

tidak disambut dengan. tenaga, tapi dengan pukulan kosongnja sehingga air itu dapat

dielakkan ke'samping. Ia berpikir djeram air ini mempunjai keanehan alam jang gaib dan

sembar?ng waktu bisa memertjikkan air. Siapa tahu setjara tiba2 sekali terdengar suara

orang memudji: "Bagus, bagus !" Ia terkedjut dan meng-amat2i sekeliling dengan

heran. Hatinja berpikir: "Suara ini agaknja dari dalam djeram itu, mungkinkah didalamnja

ada djedjadian air ?" Kakinja mundur beberapa langkah tanpa terasa, tiba2 dari djeram

itu keluar nenek2 berljadju hitam jang bertambalan. Diawasinja orang itu, hal jang lebih

mengherankan lagi bahwa nenek itu walaupun keluar dari dalam air tapi badjunja sedikit

djuga tidak basah. Orangkah atau djedjadian, pikirnja.

Nenek2 itu menghampiri Djie Hay sambil mengawasi dengan matanja jang saju,

mulutnja berkemak-kemik: "Pukullah bahu kiriku barang sekali !"

"Lo-popo (sebutan untuk nenek2 setjara hormat) aku tidak berani," kata Djie Hay

sambil memberikan hormatnja. "Kalau aku mempunjai kesalahan jang tidak disengadja

harap kuminta dimaafkan."

"Kalau kau tidak mau memukulku, aku akan memukulmu ! Dapatkah kau menahan

pukulanku ? Pukullah lekas !" kata nenek2 itu dengan gusar.

Ong Djie Hay tak dapat berbuat apa2, per-lahan2 lengannja terangkat mengirimkan

pukulannja perlahan. Pukulan itu terang2 mengenai sasarannja tapi heran sekali seperti

mengenai tempat kosong ! Untunglah ia tidak mempergunakan tenaga dengan keras

kalau tidak pasti terdjungkal sendiri. Nenek itu menahan dirinja jang terhujung2

disengadja wadjahnja jang saju mengeluarkan sinar girang. "Tidak salah, mataku masih

tadjam bahwa kau adalah anak jang berbakat baik. Hay-tju (anak) angkatlah aku

mendjadi gurumu, nanti akan kuturunkan ilmu Tm Yang Kang jang terkenal didunja ini

kepadamu !"

Djie Hay mendjadi bingung, hatinja berpikir: "Mungkinkah nenek ini achli waris dari

Pang Kim Hong, walaupun ia sudah tua masih dapat memunahkan ilmuku setjara mudah,Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

sungguh liehay sekali. Lagi pula ia dapat keluar dari dalam djeram air tanpa menderita

basah barang sedikit. Pasti ia mempergunakan tjara Im Yang Kang untuk memisahkan

air. Im Yang Kang sangat terkenal dan djarang jang bisa, kini kudapat dengan tjara jang

mudah pasti tidak kan kulewatkan kesempatan ini dengan begitu sadja." Selesai berpikir

segera ia berkata: "Mohon tanja, apa hubungannja antara Po-po dengan pentjipta Im

Yang Kang, jakni Pang Kim Pang Lo-tjian-pwee ?"

Nenek itu mendelikkan matanja sambil berkata: "Kau mengetahui djuga Pang Kim

Hong ? Pang Kim Hong itu bukan lain daripada aku sendiri !"

Ong Djie Hay mendjadi kaget, karena dalam penuturan gurunja bahwa Pang Kim Hong

sudah berusia lebih kurang delapan puluh tahun tapi nenek ini baharu berusia lebih

kurang enam puluh tahun. Sesudah dipikir lagi ia ingat memang orang jang

berkepandaian tinggi sangat awet muda, segera ia memberi hormat: "Aku

sungguh bodoh dan tidak berguna, mempunjai mata tidak melihat gunung Thay San,

harap mohon maaf atas ketololanku ini." Pang Kim Hong segera membanguninja sambil

berkata: "Peradatan sematjam ini aku tidak berani menerimanja, pokoknja kau menerima

atau tidak mendjadi muridku ?"

"Pasti mau."

"Nah, lekaslah panggil aku Su-tjuan !"

"Su-tjuan," kata Djie Hay sambil Kou-tou.

Dengan tjepat upatjara pengangkatan murid sudah selesai. Ong Djie Hay merasa

heran sekali didjadikan murid setjara paksa kalau tjaranja begini pasti muridnja banjak

sekali, tapi jang njata ia tidak bermurid, hanja satu-satunja orang jang mewariskan

ilmunja itu jalah Lu Kang di Bu Beng To. Belum selesai ia memikir Pang Kim Hang sudah

berkata lagi mengadjukan dua sjarat jang aneh, kesatu, sesudah mempeladjari ilmu Im

Yang Kang tidak boleh dipergunakan untuk kedjahatan, djuga tidak boleh mengaku

muridnja. Ditentukan pula pada suatu masa harus mengasingkan diri dari dunja bebas

seperti jang dilakukannja. Kedua, hari untuk mengasingkan diri kedalam gunung tidak

ditentukan, pokoknja asal sudah sedia boleh lantas melakukannja. Sepuluh tahun

kemudian tidak terlambat, setahun tidak ketjepatan. Dalam mengasingkan diri ini tidak

boleh menemukannja, kalau bertemu muka seumur hidup tidak boleh nikah dan turun

kedunja Kang-ouw lagi. Pada saat itulah ia akan mendapat ilmu ini jang sesungguhnja

dan mendjadi achli waris jang benar2.

Djie Hay menganggap dua sjarat ini luar biasa sekali, tapi ia tidak berani berkata,

semuanja disanggupi. Dengan begitulah ia diadjak pergi kedalam goa untuk

mempeladjarinja, seperti jang kita sudah ketahui pada pasal terdahulu.

Kini penjakit Tju Hong hanja Pang Kim Hong seorang jang dapat mengobatinja. Hatinja

mendjadi risauv pergi atau djangan ? Kalau menemuinja penjakit dari Tju Siok-siok pastiLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


dapat disembuhkan, tapi dirinja sendiri harus mengasingkan dunja bebas. Sedangkan ia

masih mempunjai banjak hal jang belum dapat diselesaikan.

Kesatu hal sakit hati ajahnja dan negara belum dapat diselesaikan, dari itu bagaimana

bisa ia mengasingkan diri ? Kedua hal Gwat Hee adiknja, kini orang tuanja sudah

meninggal, "Kakak harus mendjadi orang tua" untuk sang adik, karena itu hams

mengatur untuk hari kemudian dari sang adik. Beberapa hari ini dilihatnja pergaulan Tjiu

Piau dan adiknja jang deinikian intim sehingga hatinja mendjadi iega, tapi ia belum

sempat untuk menanjakan hal ini karena terlalu sibuk dengan hal lain. Disebabkan dua

hal ini ditambah dengan djiwa remadja jang masih senang akan pergaulan umum hatinja

mendjadi tidak bisa mengambil kgtetapan jang posidPIa tengah berpikir, sedangkan

kabut jang berada di Oey San sudah naik sampai diatas puntjak dan lewat disamping

tubuhnja. Dalam keadaan kabut jang demi.kian tebal pohon2 Siong jang berada disitu

mendjadi guram dan merupakan seperti naga jang tengah melingkar menembus mega.

Sesaat kemudian segala benda sudah tak tampak lagi kena diselimuti awan, dunja jang

luas ini kelihatannja hanja putih sadja. Segala pemandangan jang indah2 niendjadi

hilang, hal ini membuat Djie Hay berpikir: "Manusiapun seperti ini tidak perlu ada jang

diberatkan. Aku akan pergi setjara diam2 ke Kiu Oong Po mendjumpahkan guruku, agar

ia bisa turun tangan menjembuhkan penjakitnja dari Tju Sioksiok, aku sendiri boleh turut

dengannja mengasingkan diri sambil melatih diri, hal ini apa susahnja ?" Tengah ia

berpikir dengan asjiknja tiba2 diatas kepalanja menggelapak suara sajap burung, ia

menengadah dan melihat bajangan hitam dari burung garuda. Ia merasa heran dan tidak

mengerti garuda itu untuk apa datang kesitu, pedangnja ditjabut menantikan serangan,

tiba2 burung itu melewat diatas kepalanja, disambutnja dengan pedang jang sudah

terhunus, tapi burung itu sudah terbang pergi sambil mendjatuhkan sebuah bungkusan

jang menerbitkan suara "pluk".

Bungkusan itu, walaupun ketjil tapi berat, entah apa didalamnja. Ia tahu bahwa

kedatangan burung itu pasti menerima titah dari madjikannja. Tanpa membuang waktu

ia lari kedalam goa untuk rnenjerahkan bungkusan itu kepada gurunja. Begitu ia rnasuk

kedalam goa dilihatnja Tju Hong sudah sadar dari tidumja. Matanja dapat dibuka dengan

sorot jang aneh, ia merasakan asing tempat sekeliling ini, dibalik itu merasakan sudah

kenal pula, di-amat2inja sekeliling. Nanti ia memandang kesebelah kiri, kemudian me-

lihat2 sebelah kanan sambil mengernjitkan keningnja. Sesaat kemudian ia lari kedinding

goa kedua lengannja me-raba2, se-olah2 tengah mentjari sesuatu. Tapi tanpa mendapat

hasil, ia duduk lagi dengan perasaan kesal dan mabuk. Semua orang tahu ia tengah

mengingat2 kedjadian jang lalu, dari itu dibiarkan sadja tidak mengganggu. Tapi. Tju

Hong kembali sudah berubah lagi, kini kembali ia angin2an lagi, tambangnja mulai

dikebutkan kekiri-kanan setjara gila2an !

Djie Hay mendjadi sedih dan merasa kesal, sampa: bungkusan jang dipegangnja

djatuh tanpa dirasa lagi. Djatuhnja benda ini membuatnja sadar dari kesedihannja,Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

sedangkan bungkusan itu begitu djatuh segera terbuka ikatannja. Ber-matjam2 benda

terdapat disitu, melihat ini ia mendjadi kaget sekali, waktu ia mengangkat kepala untuk

mengawasi suhunja dan lain2, tampak mereka sudah menatap mengawasi benda2 jang

berserakkan ditanah. Pemuda-pemudi merasa aneh; sebaliknja dengan Kie Sau

menggojangkan kepalanja, sedangkan Yauw Tjian Su memandang benda itu dengan

djemu. Ia berkata: "Bagus, sekalian musuhku sudah datang kesini !"

Yauw Tjian Su madju kedepan mengambil sebilah pedang ketjil sambil tertawa:

"Heemmm inilah Tjie Sang Kiam (pedang djeridji) Lauw Tjiok Sim, botjah itu menamakan

dirinja salah satu pendekar dai'i Go Bie,sampai sendjata rahasianjapun berbentuk

pedang, kirii diberikan untuk dibanggakan barangkaii ? Baik pedang ini kusimpan.'Pedang

ketjil itu dimasukkan kedalam sakunja, kemudian di-korek2 kumpulan sendjata2 rahasia,

sesudah memilih kembali ia tertawa: "Ha ha ha, Thay Ouw Hu Lui pun datang, terketjuali

dari Ong Hie Ong orang lain mana suka memain tulang ikan ini. Baik tulang ikanpun ingin

kutelan,5sambil menjimpan barang itu. Kembali ia memeriksa benda2 lain.

Sebuah besi persegi mengkilap jang berat diangkatnja. Orang tua itu kembali berkata:

"Sendjata ini adalah kepunjaan Bok Tiat Djin. Besi itu diberikan kepada Kie Sau untuk

diperiksa: "Kau periksa, masih terdapat apa jang aneh disitu ! ?M Begitu Kie Sau melihat

ia mendjadi kaget: "Kiranja Pangeran Badju mas Kim Dju Kie pun ada disini ! Tadipun

aku sudah melihat badjunja jang meng-kilap2 di Lian Hoa Hong, tak salah lagi tentu dia

adanja." Orang banjak belum mengetahui, Kie Sau segera memberikan besi itu untuk

diperiksa mereka sambil berkata: "Lihat ! dibesi itu terdapat tanda apa ? Tan da itu adalah

peninggalan dari paku emasnja jang dipukulkan kesitu !" Orang banjak bergiliran

mengawasi, benar sadja dipapan besi tertantjap dengan tegas sebatang paku jang

hampir menjerupai kelingking. Dari sudut ini sudah dapat dibajangkan betapa liehaynja

orang itu.

Yauw Tjian Su kembali memeriksa benda lain jang menjerupai bendera, diatasnja

berlukisan sebuah gambar Pat-kwa.

"Hek Liong Lo Kuay rupanja kau ingin me-nakut2kan orang dengan bendera Pat-

kwamu ! Lihat akan kugunakan untuk menghapus ingus !" Baharu sadja bendera ini akan

dimasukkan kedalam sakunja tiba2 dilihatnja diatas bendera itu tertera lima liang ketjil

peninggalan dari djeridji wanita. Sesudah ditelitikan orang tua itu, berkata: "Tak

kupikir Niko (paderi perempuan) ketjil ini ilmunja madju demikian pesat lihatlah djeridjinja

dapat menembus benda jang demikian tipis dan ringan, kepandaiannja sungguh aneh

bukan ?" .

Sedangkan ditanah masih banjak sekali sendiata rahasia lain dari Louw Eng, Ouw Yu

Thian, Tam Tjiu Liong, Ku To, Hoo Pun, Wie Lie Hay, Poa Toa Hong tudjuh kauw, Pek

Sek Sie Seng Ie Kim Wan dan lain2 semua se-mata2 untuk menundjukkan kekuatan jang

besar.Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

Kie Sau menghitung djumlah dari seluruh sendjati rahasia ada tudjuh-delapan puluh.

Terketjuali dari Hek Liong Lo Kuay, Ong Hie Ong, Bu Ben? Nie, Lauw Tjiok Sim, Kim Dju

Kie, Bok Tiat Djin jang termasuk djago aliran kelas satu, masih'terdapat Louw Eng, Tong

Leng, Ie Kim Wan dan jang sekelas dengan mereka sebanjak dua puluh lebih. Terketjuali

itu jang lainnja terdiri dari sendjata rahasia orang2nja undangan Louw Eng jang pasti

berilmu tinggi pula. Dengan djumlahnja jang banjak ini tak heran musuh bisa mengurung

mereka dari segala pendjuru.

Kie Sau sadar bahwa Louw Eng sudah berhasil membuat satu djaring jang kokoh,

dengan maksud sekali tebar dapat menangkap semua orang. Dalam situasi jang

berbahaja ini, biar Yauw Tjian Su jang tinggi ilmu kepandaiannja belum tentu dapat

menerdjang keluar, lebih2 anak2 muda lainnja lebih sukar pula; sedangkan ia sendiri

paling banter hanja bisa menghadapi Bu Beng Nie seorang. Pikir2 keadaannja tetap

kurang djauh dari djumlah musuh. Terketjuali itu masih terdapat Tju Hong jang masih

lupa ingat dan mendjadi beban. Kie Sau terdiam sambil menarik napas, hatinja berpikir:

"Tjara yang terbaik, harus dapat meninggalkan puntjak ini tanpa diketahui

musuh."

Tapi hal ini masih belum memastikan pikirannja, dari itu ia bertanja kepada Yauw Tjian

Su: "Yauw Lauw, kau lihat bagaimana baiknja untuk menjelesaikan urusan hari ini ?"

"Menurut hematku, kita djaga puntiak ini, kalau mereka datang satu kita tangkap satu.

Karena tempat ini sukar untuk didaki mereka, sebalitnja untuk turunpun bukan hal jang

mudah. Kalau mereka tidak mau naik kita djangan turun, kita diarn terus disini sambil

menikmatl pemandangan jang indah menangkap beberapa ekor burung untuk memain,

seumur hidup untuk tetap tinggal disini aku pun ridlah. Sampai kita sudah tidak betah

tinggal disini, musuh sudah bosan pula menantikan kita, pasti diantara mereka sudah ada

jang pergi, saat itulah kita turun pasti tidak ada berani jang merintangi!" Orang tua ini

mempunjai pandangan jang ringan, dan mengambil ketetapan untuk tinggal terus disini

untuk selamanja. Pikir Kie Sau kata2nja itu memang masuk diakal djuga.

Wan Thian Hong adalah anak jang tjerdik dengan segera ia mendebat perkataan

gurunja: "Suhu, kau boleh mengatakan begitu, tapi darimana kita mendapatkan makanan

untuk waktu jang demikian lamanja itu ?"

"Ah, semua karena gara2mu jang mengundang mereka datang kesini, kini masih

berani banjak bitjara !" kata orang tua itu sambil bangun berdiri dan lari keluar.

"Suhu kau ingin kemana ?" tanja Wan Djin Liong.

"Disini tidak ada makanan, untuk apa berdiam lama2? Pergunakan waktu kabut

menutup gunung dan tak terlihat tegas kita menerdjang turun, mereka berdjumlah

banjak belum tentu bisa bergerak semuanja dalam tjuatja demikian buruk, marilah kita

terdjang !"Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

"Yauw Lauw kata2mu sungguh baik sekali ! Tapi sebelum turun kita harus membuat

rentjana dahulu !" kata Kie Sau.

"Bagus, tjobalah kau katakan !"

"Kesatu, kita tidak boleh berpentjar, harus berkumpul untuk sampai dibawah gunung.

Musuh berdjumlah banjak kalau kita berpentjar past] tidak dapat melawan kekuatan

mereka, kerugian pasti akan kita derita !" "Kata2mu sungguh baik. tapi sesampainja

dibawah gunung kalau kehilangan aku sendiri kalian tidak perlu kuatir dan menghiraukan

!" sela Yauw Tjian Su.

"Kedua, kita harus mengatur sebuah barisan, depan dan belakang tidak boleh

berpentjar. Kalau tidak dapat turun harus mentjari kawan djadi berdua." Sekalian pemuda

menganggukkan kepalanja. "Jang ketiga, Sie Hong kau harus menggendong ajailmu, aku

akan mendjaga disii tubuilmu." Saat ini Tju Hong sudah tidur dan mudah dibawa. "Jang

keempat, andaikata usaha kita gagal semua harms balik kembali kepuntjak ini, untuk

membuat rentjana lain." Kie Sau memesan sekalian pemuda sekali lagi, kemudian ia

berkata kepada Yauw Tjian Su: "Yauw Lauw, kau harus berada dibelakang barisan untuk

mengatur dari belakang, bagaimana pendapatmu ?"

Orang tua itu membenarkan siasat Kie Sau. Sesudah barisan beres diatur, Tjiu Piau

jang sangat awas matanja djalan didepan selandjutnja Djie Hay, ,Gwat Hee, dan saudara

Wan, Kie Sau, Sie Hong menggendong ajahnja, dan jan? terachir adalah Yauw Tjian Su.

Sesudah mereka keluar dari goa segera .naik keatas puntjak Thian Tou, tampaklah

sekeliling sudah mendjadi putih tertutup kabut, hanja sinar surja sendja sadja jang

keli"hatan mendjadi merah menembus kabut itu. Sesudah dilihatnja dibawah puntjak

tidak terdapat gerakan Tjiu Piau segera berseru: "Terdjang !" tubuhnja segera masuk

kedalam kabut dan hilang tidak kelihatan.

Ong Djie Hay mendengari arah kaki Tjiu iau dan menjusul dari belakang. Kedua

bajangan hampir hilang ditelan kabut, tapi belum terdengar gerakan apa2 dari musuh.

Selandjutnja Gwat Hee, Wan Thian Hong dan Wan Djin Liong menjusul dari belakang.

Baharu sadja beberapa orang jang tersebut belakangan ini memasuki kabut, segera

mendengar suara saling bentak dengan kerasnja, satu suara Tjiu Piau satu lagi suara

menggeledek dari musuh, menjusul terdengar suara saling labrak dengan hebatnja, tapi

hal ini tidak kelihatan dari belakang.

Siapakah jang lagi berkelahi dengan Tjiu Piau ? Kiranja adalah seteru lamanja, ialah

Tong Leng Ho Siang !

Paderi itu mengandalkan pada tebainja kabut, menjandar ditebing jang tjekung

kedalam untuk menjembunjikan dirinja. Siasat ini adalah Hek Liong Lo Kuav jang

mengatur, bukan sadja Tong Leng bahkan semuanja mengambil tempat jang demikian

untuk menjembunjikan dirinja, mendjaga kelalaian lawan dan menangkapnja.Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Tjiu Piau selalu berlaku hati2, sesudah berdjalan agak lama tampak olehnja didepan

terdapat tikungan, ia berhenti sebentar untuk mengamat-amati, ia tahu dibalik tikungan

itu terdapat musuh jang sedang bersembunji. Walaupun demikian ia tidak bisa berbuat

apa2 karena sekelilingnja penuh kabut, tengah ia bingung mendadak timbul akal bagus

diambilnja batang pohon jang agak

pandjang, badjunja dibuka dan ditaruh diatas kaju lalu diasongkan kedepan, dalam

keadaan remang2 badju itu tidak ubahnja seperti orang.

Sementara itu Tong Leng sudah mendengar suara kaki orang datang mendekat,

hatinja teramat girang, pikimja pasti akan berhasil menangkap orang jang datang. Siapa

tahu tiba2 suara kaki itu tiba2 hilang, sang paderi mendjadi gelisah, ia takut orang itu

tidak datang dan tidak patut kiranja kalau ia memanggil orang itu agar datang. Sedang

ia tjemas tiba2 terdengar lagi derak sepatu orang, sesosok tubuh berkelebat didepan

matanja menerdjang turun. Tak banjak rewel lagi sang paderi mengulurkan kedua

lengannja jang pandjang dengan ganas untuk menangkap, sambil membentak: "Kena !"

ja, memang kena sebatang kaju dengan badju. Sebenarnja begitu orang itu kena

dipegang segera akan dibantingkan kebawah kini ia diam mendelong keheranan, sambil

mengangkat kedua lengannja memcgangi kaju itu, sedangkan disamping tubuhnja

berkelebat dengan gesitnja seorang muda sambil menghadjar perutnja jang gendut

dengan telak sekali. Tong Leng berteriak kesakitan. Untunglah pukulan itu adalah ilmu

silat luar jang tidak berapa liehay, walaupun keras seperti batu tak berfaedah terlalu

besar menghadjar perutnja jang seperti kapas. Walaupun sakit tidak sampai

melukakannja, sang paderi segera balik badan melantjarkan serangan dengan ilmu Sian

Wan Pay Gwat, lengan kanannja jang besar terbuka lebar menjampok miring dengan

maksud memotes batang kepala orang. Tapi sang musuh itu sangat lintjah sekali ia sudah

berhasil memutar badan lari kearah djalan jang sempit sambil merapatkan diri dilembing

gunung sehingga tidak kelihatan. Terketjuali itu sewaktu membalik badan musuh itu

sudah melepaskan dua butir batu sambil membentak: "Hweeshio gemuk, makanlah batu

ini !" Tong Leng bemiat membuka mulutnja untuk menjambut serangan itu, tapi segera

dibatalkan karena batu itu datangnja terlalu keras, segera ia mengegos sehingga batu itu

lewat disamping tubuhnja dan langsung menghadjar tebing gunung dan mengeluarkan

bunji jang keras sekali. Gerakan tangan dan batu tjukup dikenai Tong Leng, sehingga ia

mendjadi gusar: "Hei Tjiu Piau sekali ini kalau kena kutangkap tak ada ampun lagi !"

Suara saling bentak ini terdengar njata sekali didalam kabut jang sunji. Pihak Tjiu Piau

sudah mendengar, demikian djuga dengan pihak Louw Eng. Mereka saling tidak melihat,

tapi pihak jang rugi adalah Tjiu Piau sckalian, karena mereka tidak mengetahui apa jang

sudah diatur musuh ditengah perdjalanan turun ini. Orang banjak mendjalankan siasat

Kie Sau; begitu melihat musuh segera diam tidak bergerak sambil menahan napas agar

tidak diketemukan musuh. Sesudah bersembunji Tjiu Piau segera menahan napasnja,

demikian djuga dengan jang lain. Dalam waktu sekedjap sadja kesunjian Oey San kembaliLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

seperti semula, kesunjian ini mendebarkan orang2 dipihak Kie Sau, mereka menahan

napas dengan engapnja.

Sebelum turun gunung Kie. Sau sudah memesan, kalau ketemu musuh harus

menggabungkan tenaga, untuk memusnahkan, dengan tjara ini baharu tidak terhambat

perdjalanannja. Dalam kesunjian jang mengandung suasana pembunuhan Tjiu Piau

sudah melewati Tong Leng, sedangkan Djie Hay masih berada dibelakang dengan dua

tenaga ini bisa mengapit Tong Leng. Mereka berdua mengawasi terus gerak geriknja

musuh dengan maksud sekali serang membinasakannja.

Tjiu Piau menahan napas sambil menghampiri musuh, tiba2 didengarnja suara

berderaknja sepatu dengan halus bergerak diatas kepalanja. setjara tjepat sekali.

Mungkin diatas itu terdapat pula djalan gunung, Tjiu Piau dongak keatas untuk melihat,

disitu masih tetap tampak kabut putih sedangkan bajangan orang tidakkelihatan. Ia

berpikir: "Walaupun didalam kabut jang demikian" tebal orang itu dapat lari dengan

pesatnja, agaknja sekali langkah ada beberapa tumbak djauhnja, ditambah dengan

gerak-geriknja jang demikian halus dan lintjah. entah djago kelas berat darimana ?"

Suara Iangkah kaki itu berhenti tepat diatas kepalanja se-olah2 sudah mengetahui ada

orang bersembunji dibawahnja.

"Wah, tjelaka, keluh Tjiu Piau, "kalau Tong Leng datang menjerang, aku harus

melawannja, kalau dalam keadaan begitu orang jang diatas datang menjerang pasti aku

dapat tjelaka. Lebih baik menjerang dahulu !" Lengannja segera melontarkan dua butir

batu kesebelah atas, serentak kakinja madju melompat kedekat Tong Leng, Tui In To

Gwat keluar menghantam musuh, berbareng dengan seranannja ia berseru njaring:

"Ong Toa-ko, mari kita hadjar binatang ini !" Djie Hay sudah siap dengan

lengannja, sesudah mengetahui dimana musuh berada segera menjerbu dengan Kie

Hong Hui Lay, ia sudah mempeladjari Im Yang Kang dan sudah mengerti tjara

menggunakannja sekaligus, serangannja sekarang berbeda djauh dengan dahulu,

tenaganja keras dan berat sukar ditangkis.

Begitu mereka bergerak. diatas kepala Tjiu Piau berkelebat sebuah baiangan langsing

jang tiba dihadapaJi Tong Leng Ho Siang. Sedangkan Tjiu Piau dan Ong Djie Hay masing2

merasakan dimukanja mengebas dengan perlahan tailgan jang berhawa dingin eperti es,

sehingga serangan mereka mendjadi bujar. Djie Hay masih dapat mempertahankan

kebasan itu, tapi Tjiu Piau sudah djungkir balik dibuatnja kebasan jang demikian halus

itu. Setjara tjepat mereka kembali bersiap dan menerdjang lagi, dalam djarak jang dekat

mereka melihat tegas orang itu adalah seorang Nikoh jang kurus ketjil berusia kurang

lebih lima puluh tahun, sedangkan mukanja putjat tak berdarah, matanja saju dan dingin,

badjunja jang berwarna putih, sangat bersih sekali. Dilehernja bergantung seuntai

mutiara Buddha jang pandjangnja sampai diperutnja. Melihat orang ini Djie Hay segera

membentak: "Hei ! Bu Beng Nie, kau djuga datang !"Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

"Hei botjah kemarin dulu, kenapa kau bisa tahu namaku ? Lekas knu wartakan kepada

gurumu, agar datang kemari untuk kutabok !" katanja dengan tawar. Sehabis bitjara

djeridji tangannja keluar satu setjara per-lahan2 disabetkan kepada Djie Hay. Melihat

serangan datang peniuda ini mengebaskan lengan badjunja, tapi kebasannja ini tidak

membuat djeridji lawan bergerak barang sedikit, bahkan masih tetap madju menjerang.

Djie Hay kaget dan mundur kebelakang. Musuh tidak memberikan kelonggaran terus

merangsak madju. Mereka saling desak, sepuluh tindak kemudian hilang dalam liputan

kabut. Tertinggal Tjiu Piau dengan Tong Leng sepasang lawan lama, masih tetap saling

mendelik.

Sepasang sarung tangan jang terbuat dari kulit rusa dipakai Tjiu Piau didepan mata

Tong Leng, ia berkata: "Tong Leng ! Apa kau berpikir untuk menikmati mutiara beratjun

seperti Louw Eng dan Bok Tiat Djin ?" Tofig Leng memang sangat segan terhadap

sendjata rahasia lawan, dari itu ia berlaku sangat hati2 sekali, lebih2 dilihatnja lawan

sudah menggunakan sarung tangan, sembarang waktu bisa melepaskan Tok Tju.

Diperhatikannja lengan kanan Tjiu Piau dengan kedua matanja jang besar, kalau2 tangan

itu melepaskan sendjata rabasia. Tiba2 ia menjerang waktu sang pemuda tidak siap

sedia, djurusnja tidak lain dari Sian Wan Pay Gwat. Pukulan lengannja menimbulkan angin

jang keras, Tjiu Piau tidak berani menjambut, ia segera berkelit sekilat mungkin

kesebelah samping sedjauh beberapa kaki.

Dalam djarak tudjuh delapan kaki, tubuh orang dapat dilihat seperti ada seperti tidak,

inilah kesempatan untuk Tjiu Piau melepas sendjata rahasianja jang ampuh. Sebaliknja

musuh tak akan melihat sendjata rahasianja jang dilepasnja. Segera disiapkannja mutiara

jang ber-kiiap2 digapaikannja musuh: "Hei Hweeshio, mutiara ini sudah pasti kuberikan

kepadamu, sambutlah !" Tangannja terangkat menggertak, Tong Leng ketakutan dan

mentjelat kebelakang sebanjak dua tumbak. Pemuda kita mendesak terus dan mendjaga

djarak antara tudjuh-delapan kaki, menantikan ketika jang baik untuk membereskan

djiwa lawan. Ho Siang mundur selangkah, ia madju selangkah.

Suasana sudah mendjadi terang, walaupun keadaan ini baharu -berdjalan sebentar,

dirasakan mereka sudah lama sekali. Tjiu Piau melempar sendjata setjara menggertak,

lengannja ditaruh dibelakang tubuhnja dengan njatan melepas sendjata dari bawah

ketiak kiri agar Tong Leng tidak men-duga2, tapi baharu akan bergerak lengannja sudah

ada jang pegang, dengan erat.

Kekagetan Tjiu Piau bukan alang kepalang, dengan tjepat tubuhnja berbalik dari

sebelah kanan. kaki kirinja menendang orang. Dalam waktu sekedjap mata, dilihatnja

dengan tegas orang jang memegang dan datang tanpa suara itu, kiranja adalah seorang

gadis besar jakni Tjen Tjen adanja. Tendangan Tjiu Piau itu lebih keras dari tenaga

tangannja sepuluh kali, sehingga menimbulkan angin dan tenaga jang mendesak lawan.

Tjen Tjen berseru dengan heran: "Ah, hei ilmu silatmu kenapa bisa madju demikian pesat

!" lengannja melepaskan lengan orang, sedangkan tubuhnja berbalik kebelakang danLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

hilang dalam kabut jang tebal. Dalam sedjenak sadja Tong Leng sudah menjerang

punggung belzikang Tjiu Piau dengan djurus Sian Wan Po Su (malaikat kera memeluk

pohon) dua tangannja itu seperti sendok garpu ditjotjokkan kepada teneeorokan lawan.

Pemuda ini tidak menantikan serangan lawan bersarang ditubuhnja sudah menundukkan

kepalanja, dan berguiing ditanah sambil mengaiunkan lengan kanannja untuk

menghadlahkan Tong Leng mutiara beratjun.

Tjiu Piau sebenarnja akan mempergunakan djurus "Naga rebah menjemburkan

mustika" tapi djalanan digun ung sangat sempit dan tak rata. Tak heran begitu ia

berguling segera tak kuasa menahan tubuhnja jang langsung ber-guling2 kebawah !

Bagian kaki Tong Leng sama sekali tidak gesit, begitu dilihatnja sinar inutiara jang

mengkilap menudju keperut membuatnja kaget dan menggunakan seluruh kekuatan

tenaganja mentjelat kesamplng. Malang baginja djalanan gunung sangat buruk sehingga

kakinja tak kuasa menahan tubuhnja, ia ter-guling2 djatuh kebawah. Djalanan gunung

ini litjin sekali dalam waktu sekedjap mereka belum bisa memperbaiki diri, sehingga jang

tertampak hanja dua gulungan besar bergelindingan sama2 menudju kebawah.

Kini kita tengok Djie Hay jang sedang bergebrak dengan Bu Beng Nie. Saat ini Djie

Hay tengah kena terdesak, dan tidak tahu harus bagaimana menghadapi lawan jang aneh

dan liehay ini. Sebenamja pemuda ini sudah mendapat didikan feaik dan Kie Sau sehingga

ilmu silatnja tidaklah buruk, ditambah Im Yang Kang jang baharu dipeladjarinja,

kepandaiannja ini sudah boleh disebut tjukup tangguh. Tapi kalau dibanding dengan

musuh, tenaga dan kepandaiannja ini masih kurang beberapa angka. Walaupun ia bisa

ilmu Im Yang Kang tapi belum berapa lama dipeladjarinja, sehingga tenaga jang berada

didalamnja belum dapat digunakan setjara sempurna. Tambahan nama Bu Beng Nie

sangat terkenal, belum2 hatinja mendjadi gugup. Dilihatnja ilmu lawan jang kukuay,

sampai ia tidak mengenal djurus apa jang digunakan, apa jang tampak hanja

terangkatnja kaki tangan musuh setjara bersamaan menghadjar bagian brrbahaja dari

tubuhnja.

Dalam waktu sekedjap ini membuatnja gugup dan terus mundur untuk siap

mengadakan serangan balasan, sesaat ia mundur lagi beberapa tindak terdengar suara

Gwat Hee: "Koko, kau dimana ?" Dengan tjepat ia mentjelat kearah suara adiknja, sambil

berkata: "Moy-tju, hati2 musuh liehay sekali, inari kita gabungkan tenaga untuk

menghadjarnja." Belum suara ini habis bajangan musuh sudah terlihat mengedjar

uatang.

Dua saudara Ong sudah biasa bek-eroja sama nniuk menghadapi lawan, begitu

dilihatnja musuh datang mereka setjara otomatis menggeser kakinja memisahkan diri.


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Ong Djie Hay ketimur, Gwat Hee keutara menjambut kedatangan musuh dari barat daja.

Bu Beng Nie segera melangkah masuk ke-tengah2, lengan kirinja dilepaskan dari dadanja

menjampok Gwat Hee jang berada diutara dan sekalian djeridjinja keluar menotok Djie

Hay. Dengan tjepat Gwat Hee mengeluarkan djurus Tian In Tjut Siu (awan pagi keluarLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

dari tjelah2 gunung) mengebutkan lengan badjunja memukul serangan musuhdisusul

dengan serangan balasannja dengan djurus Soa Tiong Leng Tiap (gunung besar bukit

bertumpuk; menudju kebahu kiri lawan dengan ganas dan ijepat. Ong Djie Hay jang

berada disebelah timur, begitu melihat cjeridji lawan, tak berani lambat2an lagi,

diemposrija tenaga diseluruh tubuhnja kepada dua lengannja jang diangkat tinggi dan

diserangnja musuh dengan djurus Thian Hu Pek San (kapak langit membelah gunung),

kalau kepala kena terpukul bisa terbelah dua, kalau orang jang menangkis akan hantjur

berantakan, pokoknja pukulan ini ganas dan membahajakan.

Bu Beng Nie semula tidak memandang mata kepada sepasang muda-mudi ini, siapa

tahu sesudah dihempitnja dengan serangan bersama baharu tahu keliehayan orang.

Lebih2 serangan Ong Djie Hay ini bukan sadja bertenaga besar menindih dan terasa

anginnja, bahkan dilengkapi pula dengan suatu gaja Im Yang Kang jang sukar diraba.

Kiranja Im Yang Kang inidiluar tahu Djie Hay sendiri sudah menambah tenaganja

denukian mengagumkan. Bu Beng Nie berpikir: "Aku sudah biasa malang melintang

didunja Kang-ouw, masa takut nenjambut lenganmu ? Biar kusambut !" Lengan kanannja

terangkat menangkis lengan lawan, sehingga dua. tangarr bentrok, aneh, tak

menimbulkan suara baraug srdikit, sedangkan tenaga jang mereka gunakan bukan main

besamja.

Kepandaian Bu Beng Nie berdasarkan pada Kang (keras) jang sudah sampai dibatas

maunja, sarnpaipun sutera halus jang menggeleber diudara dapat dibuat berlobang oleh

djeridjinja. Demikian djuga dengan ilmu Bukit Berantai dari Ong Djie Hay berdasarkan

kepada keras, tapi sedjak ia paham Im Yang Kang, tenaga ditelapak tangannja itu kalau

ketemu keras segera beruban Iunak, ketemu lunak berubah keras. Ong Djie Hay

merasakan kekerasan lawan melebihkan kekerasannja beberapa lipat, telapak tangan itu

tanpa dirasa sudah beralih mendjadi lunak untuk menghindarkan dari luka. Tak heran

begitu lengannja beradu tak terdengar suara, sehingfra membuat Bu Beng Nie ke-

heran2an. Tangannja ditarik pulang mengubah permainannja, djeridji telundjuk dari

sepasang lengannja ditegakkan kelinir setlang empat djeridji lainnja ditekuk dan

ditotokkan kepada dua lawannja. Pukulannja ini bukan merupakan kepalan atau telapak

tangan, sehingga mengherankan dua lawannja jang belum pernah melihat pukulan

sematjam itu" Mereka menjambut serangan ini setjara maksimum dengan ilmu pukulan

Bukit Berantai jang paling mahir dimainkannja.

Sepuliih diurus sudah berlalu, djeridji Bu Beng Nie jang tegak tak ubahnja seperti belati

pendek, mengeluarkan diurus bermain belati bertjampur ilmu pukulan tangan kosong,

ber-ubah2 setjara aneh. Dua saudara Ong tidak berani mendekatkan tubuhnja pada

lawan, mereka bertahan terus dari djarak agak djauh. Sepuluh djurus kembali berlalu,

dua saudara Ong masih belum berhasil menjelami ilmu lawan sehingga kedudukannja

berada dibawah angin.Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

"Ha ha ha," Bu Beng Nie tertawa, "kiranja kalian adalah murid2 Hoa San Kie Sau. tak

heran berilmu demikian baik. Sepuluh tahun jang lalu aku mengeteahui Kie Sau

mempunjai ilmu Bukit Berantai sebanjak delapan djurus, tak kira kini sudah bertarnbah

mendjadi duapuluh empat djurus banjaknja. Masih adakah djurus kedua puluh limanja ?"

sambil bitjara tangannja terpetjah kedua djurusan menghadjar dada dua musuhnja.

Tanpa berdjandji lagi dua saudara Ong mengeluarkan djurus Hud Siu Djie Kie mengebut

dengan lengan badjunja untuk menangkis serangan, sedangkan lengannja bersembunji

dibalik lengan badju, dapat dipakai menjerang atau bertahan. Djurus ini dimainkan

dermkian baiknja, tapi lawan sudah mengetahuinja. "Ha ha ha," Bu Beng Nie tertawa

mengedjek, "rupanja sudah kchabisan llmu, ini lagi, ini lagi !" Saat itu djuga saudara Ong

merasakan lengan badju mereka kena ditarik lawan. Matanja terbuka mengawasi, lengan

badju itu sudah iitembusi djeridji sang Niko sampai berlubang. dan terkait dengan eratnja,

sehingga lengan badju itu tidak dapat ditarik pulang.

Gwat Hee tjukup tenang, dikeluarkannja pisau belati dari pinggangnja lengan badju

itu disabet mendjadi petjah, sambil lalu belatinja menjerang lawan dengan djurus Kim

Liong Hiat (naga emas keluar dari guha) menusuk kerongkongan lawan. Bu Beng Nie

tjukup tangguh, bergerakpun tidak, dinantikan beiati lawan sampai didekat badannja

segera dipentil oleh djari2nja jang tertekuk, "ting" bersuara, belatih itu kena ditjentil

mundur. Bukan sadja ia bc-rhasil mematahkan serangan lawan bahkan telapak lengan si

gad is tergeter setiara keras, hampir2 belatinja itu terlepas djatuh. Ong Djie Hay djuga

sudah berhasil mentjabut sendjata dan memutuskan lengan badjunja, dengan sendjata

jang ber-kilat2 dua saudara Ong membuat pertandingan bertarnbah seru dan seimbang.

Semakin bertarung Gwat Hee semakin gelisah. Menurut siasat jang sudah ditentukan,

dua saudara Wan sudah harus sampai untuk membantu, kenapa sampai sekarang belum

kelihatan bajang2nja? Ia pun kuatir kepada Tjiu Piau jang berada seorang diri dimuka,

entah kalah entah menang tidak diketahuinja. Begitu ia merasa gelisah akalnja segera

keluar, tiap kali menjenmg atau menangkis selalu diiringi suara bentakannja. Hal ini

dilakukan dengan maksud saudara2 lainnja mengetahui mereka ada disitu dan datang

membantu.

Kenapa dua saudara Wan belum kundjung datang, tidak tahunja merekapun tengah

berkelahi mati2an dengan lawannja. Takala mereka mengetahui saudara jang berada

didepan sudah bergebrak dengan musuh, segera madju membantu, siapa tahu baharu

kakinja melangkah beberapa tindak tiba2 didengamja suara "bersiuttttttt !" dari sebuah

rantai jang ber-kilau2. Wan Djin Liong jang berada didenan segera merebahkan dirinja

menghindarkan serangan gelap itu, waktu ia bangun untuk mentjari sipenjerang sedikit

djuga tidak tertampak. Sedangkan Wan Thian Hong pun berhasil mentjelat beberapa

tindak menghindarkan serangan itu, tapi iapun merasa heran sebab tidak melihat

penjerangnja.Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

Mereka berdiri dengan heran, Djin Liong memanggil: "Moy-tju !" baharu suaranja

keluar dari belakang tubuhnja kembali terdengar suara "Ber.. siuuuut!" rantai ini

datangnja dari atas udara. Djin Liong menubruk dari mana suara mendatang, dalam

kabut jang tebal terlihat didepannja sebuah bajangan hitam, tidak kasian lagi diserangnja

bajangan itu dengan tendengan kakinja, bajangan itu tetap tidak bergerak. Waktu

diawasinja ia mendjadi kaget sebab bajangan itu bukannja orang melainkan sebuah

pohon Siong tua ! Kakinja ditarik sambil memutarkan badan, baharu ia berdiri kembali

datang serangan rantai emas dari belakang pohon Siong tua itu. Djin Liong mengegos,

tapi tetap belum bisa mengetahui dimana musuh berada.

Rantai emas itu mengeluarkan deni jang hebat sekali, tiba2 dibelakang tubuhnja

terlihat berkelebat sesosok tubuh dengan lintjah dan gesit, sebelum Djin Liong dapat

menjerang bajangan itu sudah sampai disampingnja sambil tersenjum, kiranja adalah

adiknja sendiri jang habis berkelit dari serangan rantai musuh.

Kedua orang ini merasa mangkel sekali, penjerang gelap jang tak menundjukkan diri

itu memang terlalu litjik berkelahinja dan tidak tahu malu.

Rantai itu lebih kurang pandjangnja ada sepuluh tombak, orang jang menjabetkan

berdiri sepuluh tindak diluar garis, sehingga tidak kelihatan mata hidungnja karena

teralang kabut jan tebal. Rantai itu selalu menjerang kalau lawan bergerak, ingin saudara

Wan membaIas menjerang tapi tidak diketahuinja dimana kedudukan lawan. Rantai itu

nanti berada disebelah kiri, nanti riisebelah kanan se-waktu2 ditengah udara dan tak

dapat ditentukan, sabetannja demiklan bertenaga dan membahajakan sekali, untung dua

saudra Wantjukup lintjah dan liehay, kalau tidak siang2 sudah kena dikerdjakan musuh.

Sesudah mereka mengelakkan sepuluh sabetan musuh, baharu mengetahui bahwa

musuh bukan terdiri dari seorang, mungkin ada dua-tiganja, tapi bersendjatakan rantai

emas jang serupa, hanja tenaga menjerangnja sadja jang berbeda. Mereka kesal dan

mendongkol tidak dapat dengan segera mengetahui dimana musuh bersembunji, untuk

menjerangnja dan mengadu djiwa.

Orang2 jang berdjalan duluan sudah masuk dalam pertarungan jang sengit.

Sedangkan Tju Hong jang masih berada dibelakang mendengar ini mendjadi ieumat lagi

penjakitnja, kaki tangannja bekerdja, ingin madju kedepan untuk berkelahi. Tju Sie Hong

sekuat tenaga menahannja diatas punggung dan tidak berani madju. Yauw Tjian Su

sesudah ber-sungut2 segera lari menerdjunkan diri kedalam kepulan mega jang putih

dan tebal dengan tudjuan menolong orang. Dengan kepandaiannja jang tinggi telinganja

bisa menggantikan mata terus berdjalan ditjuatja jang buruk dengan leluasa, tapi apa

mau dikata begitu ia masuk kedalam kabut segala djurusan tidak dapat dibedakannja.

Hoa San Kie Sau menahan napasnja untuk menerdjang musuh, ia diam tidak bergerak

seperti patung batu lajaknja, telinganja mengikuti terus djalannja pertandingan dengan

tenang. Dari itu ia sudah mengetahui Tjiu Piau, Djie Hay, Gwat Hee dan dua saudaraLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

Wan ditiga tempat. Hanja Yauw Tjian Su tidak diketahuinja lari kemana, sebab tidak

menimbulkan suara barang sedikit.

Saat ini hari hampir magrib, kabut2 masih tetap menjelimuti puntjak2 jang berada di

Oey San dengan tebalnja. Melihat keadaan dari pertandingan ini Kie Sau sadar bahwa

musuh sudah mempunjai persiapan untuk menghadang, tentu sadja mereka tidak dapat

menerdjang turun, ia sudah bertekad untuk menarik orang2nja. Dari itu dikumpulkannja

napasnja dari dalam pusar dan diemposkan keluar dengan siuian pandjang tanda

memanggil pulang. Pemuda-pemudi jang tengah bergulat sera walaupun sudah

mendengar ini mereka belum berhasil untuk melepaskan diri dari libetan musuh untuk

kembali keatas.

Begitu Yauw Tjian Su terdjun kedalam kabut jang. tebal, segera menudju ketempat

datangnja suara pertarungan. Tapi orang2 jang tengah berkelahi didalam kabut itu tak

ubahnja seperti main "kutjing2an", bergebrak sebentar lantas diam tak bergerak.

Sesudah orang tua ini berdjalan beberapa tindak tiba2 keadaan perkelahian mendjadi

sunii, sehingga membuatnja kehilangan penuntun djalan. Dipasang telinganja dengan

penuh perhatian. untuk menantikan lagi suara2 itu, tiba2 dari tempat jang djauhnja

seratus tindak lebih terdengar suara "Ohhhh.. kek !" dua kali, orang tua ini mengenal

betul suara itu, jakni batuk chas dari Hek Liong Lo Kuay. Berbareng dengan itu ia

mendengar suara Wan Thiaii Hong jang lemah: "Suhu, tolong !" agaknja mulutnja

disumpal orang dan memnksakan diri untuk berteriak. Orang tua ini djadi berpikir:

"Wah, Hek Liong Lo Kuay menangkap muridku, biar bagaimana aku harus

membebaskannja !" Segera ia meniusul dengan ilmu mengentengkan tubuh jang liehay,

tubuhnja seperti terbang dalam sekedjan mata sudah sampai ditempat jang ditudju.

Samar2 terlihat olehnja sesosok tubuh orang berkelebat, tak salah lagi Hek Liong Lo Kuay

adanja, dalam taneannja mengempit seseorang. Sebalik Lo Kuay bepitu meUhat Yauw

Tjian Su datang serera berteriak: "Waduh tjelaka, seteru lama datang, lebih baik

menjingkir." Tubuhnja segera hilang dibalik kabut putih jang menutup mata. Pada saat

ini hanja terdenear suara berderak sepatunja sadja dan rintihan dari Wan Thian Hong:.

"Suhuuuuu !"

Yauw Tjian Su tidak mau melepas begitu sadja. dikedjar terus seteru lamanja itu. Dua

oransr achli persilatan terliehay untuk djamannja saling kediar2an, dalam sekedjan waktu

sadja sudah banjak puntjak dan djurang jang dilaluinja, kini dihadapan mereka tampak

sebuah puntjak jang tinergi dari sangat meaah menghadang didepan mata, makin lama


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


mereka sudah berada ditempat jang semakin tinggi, disini keadaan kabut agak tipis,

sehinaga mata dapat memandang agak djauh.

Begitu mereka lari lagi seketika, puntjak gunung sudah didepan mata sedangkan

awan2 dan kabut berada dibawah kaki mereka. Kala mereka menoleh tampak puntjak

Thian Tou Hong berada dihadapannja, Yauw Tjian Su sadar bahwa mereka sudah sampai

dipuntfak Lian Hoa. Tak diperdulikan segala sesuatu, paling utama adalah menolongLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

muridnja, dipertjepat langkah kakinya sehingga dalam sekedjap mata dirinja sudah

berada di tempat tertinggi dari Lian Hoa Hong. Begitu matanja memandang, tak terasa

lagi membuatnja mendjadi terpaku seperti patung kaju jang terdapat dirumah berhala.

Tidak tahunja diatas puntjak tapi dibawah pohon Siong jang rindang dilihatnja dua

orang tengah duduk dengan menganggur sekali sambil minum arak. Satu Lo Kuay Iainnja

adalah Siseratu Lidah Ie Kim Wan, Yauw Tjian Su mengenal orang ini dan sadar bahwa

muridnja tidak terdjatuh dilengan musuh, ia terdjebak datang kesitu disebabkan gara2 Ie

Kim Wan jang meniru suara muridnja.

"Tjian Su-heng lama kita tidak bersua, mari kita bertjakap2 sambil duduk untuk

menuturkan pengalaman kita selama berpisah," kata Lo Kuay.

"Apa lagi jang perlu dipertjakapkan ! Bukankah kata2 kita sudah habis dipertjakapkan

duapuluh tahun berselang ! ?" djawab Yauw Tjian Su dengan gusar.

Hek Liong Lo Kuay ini memang sesuai benar dengan namanja jang aneh itu. Pundaknja

demikian lebar, perutnja luar biasa besamja, mukanja seperti raut daun sirih jang terbalik,

dibawah besar diatas lantjip. Lebih2 kcpalama pandjang berbentuk kerutjut dan botak di-

te-ngah2nja sehingga mengkilap, dan seperti tanduk kalau dilihat dari tempat jang agak

djauh. Sedangkan pakaiannja jang berwarna hitam tidak mengena ditubuhnja.

Sesudah Hek Liong mendengar perkataan itu, ia berkata: "Aaja, Lo-heng kenapa masih

aseran sadja seperti duapuluh tahun jang lalu !"

"Apa kau ingat waktu kuputuskan persahabatan kita pada tahun itu ? Ingatlah apa

iang kukatakan kepadamu ?" tanja Yauw Tjian Su dingin.

"Pasti ingat, tapi. waktu itu aku tidak membuat sesuatu kesalahan jang menjakitkan

hati loheng bukan ? Pikirlah betapa baik hatiku untuk memberikan suatu kemuliaan hidup

untukmu, tapi kebaikan ini tidak kau terima, bahkan aku diusirnja pergi ! Terketjuali itu

kau masih mengatakan segala urusan negara serta kebangsaan jang tidak masuk

diakalku. Kau pikir ada kesenangan tidak dinikmati bukankah sama dengan tjari susab

sendiri ?"

"Kata2ku pada tahun itu masih tetap tidak berubah seudjung rambut, karena

sedikitpun tidak salah !" "Kenapa tidak salah ! Apakah radja jang bertachta kini masih

she Tju (she dari radja Beng)? Kalau dahulu kau mendengar kataku, kini pasti sudah

dapat berdiri disamping radja untuk menikmatkan kebahagiaan hidup, sehingga tidak

perlu susah2 mentjari penjakit ke Oey San ini ! Hemmm dasar bodoh !"

"Djabatan Menteri andjing jang kau dapat dari radja andjing itu boleh kau nikmati

sesukamu untuk apa kau membudjuk aku pula ! Lo Kuay ! Ingatlah duapuluh tahun

berselang apa jang kukatakan sewaktu kita berpisah, jakni kalau kau tetap mendjadiLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

andjing bangsa asing, begitu ketemu muka lag! denganku salah satu harus lenjap dari

muka bumi !"

"Tentu aku ingat, tapi kata2mu itu terang salah adanja. Ambillah ibarat sekarang,

kenapa kita harus mendjadi seteru besar ? Pokoknja asal kau masih dapat mengubah

kelakuanmu, kesenangan jang kuperoleh tetap akan kubagi untuk kau nikmati !"

Mendengar sampai disini kesabaran Yauw Tjian Su habis maunja. Dengan kasar ia

membentak: "Lo Kuay, hari ini aku tidak sempat untuk menemani, lain hari njawamu

baharu akan kutjabut !" Tangannja bergerak menepok pohon Siong jang berada

disamping tubuhnja, daun2 jang runtjing seperti djarum itu r'ontok dan berhamburan

seperti anak panah menudju pada Hek Liong Lo Kuay. '

Bagus," pudji Lo Kuay sambil menghirup arak dan menjembur kepada daun2 Siong

jang Iebih kurang lima enam puluh helai itu. Semburannja itu mengandung tenaga jang

keras pula, membuat daun2 jang seperti djarum itu tertahan djalannja. Berikutnja Lo

Kuay mengebaskan lengan badjunja memukul semua daun2 itu ketanah. Tubuhnja

segera mentjelat kehadapan lawan, ia berkata: "Yauw Lo-heng, apa halangan kita

mengobrol tiga-empat hari lagi, dan djangan ber-gegas2 untuk berlalu !"

"Lo Kuay aku tahu maksudmu memantjing aku kesini tak lain untuk melibat aku, agar

kawan2mu jang tidak kenal malu dapat mengerojok botjah2 ketjil jang sedikit

djumlahnja. Lo Kuay lekas minggir ! Kalau kubilang djalan pasti djalan !"

"Tidak begitu mudah seperti kau gojangi lidahmu !" sambil memalangkan kedua

lengannja menghadang djalan: "Lo Yauw Tauw hari ini aku tidak njat untuk bertarung

mati2an denganniu. Kau mau pulang dengan selamat itu mudah sadja, pokoknja kita

bergebrak dulu barang sedjurus. Ingatlah duapuluh tahun lamanja kita tidak bertemu,

dalam waktu selama itu tentu kau banjak mendapat kemadjuan. Pergunakanlah

kesempatan jang djarang ini untuk men-tjoba2 keachlianmu itu !"

"Baik, dengan tjara apa kau mau ?"

Lo Kuay mengulurkan kaki kanannja, sedangkan kaki kirinja tetap tidak berubah,

tubuhnja berputar membuat satu lingkaran jang ber-djari2 satu kaki setengah. Ia

menggapaikan lengannja sambil berkata: "Mari, mari kita mengadu kekuatan sebelah

tangan, didalam lingkaran ini, barang siapa djatuh dan keluar dari bulatan ini berarti kalah

I "

"Kalau kau kalah lantas bagaimana ?"

"Ha ha ha," Lo Kuay tertawa keras, "kalau aku jang kalah pasti kau boleh berlalu.

Sepuluh tahun lamanja aku belum pernah menderita kalah, sehingga membuat aku rindu

untuk merasakan kekalahan itu. Sebaliknja kalau kau jang kalah, tidak kuidjinkanLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

meninggalkan temnat ini, kau harus tetap disini semalaman penuh minum2 arak

denganku, setudju tidak ?"

"Setudju," djawab Yauw Tjian Su dengan singkat. sedangkan tubuhnja sudah

mentjelat kedalam lingkaran itu.

Dua orang masuk dalam lingkaran, sehingga merasakan kesempitan. Masing2

mengambil kedudukan ditepian garis lingkaran sebelah dalam, mereka saling

berhadapan, pokoknja asal mau mengangkat kaki atau tangan pasti akan sampai ditubuh

lawan.

"Siap !" seru Lo Kuay, "apakah akan mengadu kekuatan telapak lengan atau kekuatan

djeridji ?"

"Mengadu djeridji kelingking (djeridji jang terketjil) setudju ?"

"Setudju," djawab Lo Kuay dengan girang.

Mereka mulai menekuk lengan bawahnja ketiak, sedangkan djempol, telundjuk, djari

tengah dan djari manis ditekuk kedalam jang dikeluarkan hanja kelingking sadja satu.

Mereka tidak ber-kata2 lagi, matama saling pandang seperti harimau lapar dan

mengumpulkan seluruh ambekannja guna merobohkan musuh. Dua manusia

berkepandaian tertinggl didunja persilatan menundjukkan pertarungannja jang luar

biasa, sungguh suatu pemandangan jang djarang dapat dililiat, hal ini membuat Ie Kim

Wan jang berdiri disamping bengong terpaku.

Selandjutnja dua Lo-tjian-pwee ini menekuk sedikit anggota bawahnja memasang

kuda2, tampaknja mereka senerti nohon jang berakar, teguh tak ber-gerak2. Lengan

kanannja mereka mulai terlihat madju kemuka dengan per-lahan2, belum kedua

kelingking ini bentrok, masing2 sudah mengeluarkan suatu tenaga penghalang jang tidak

dapat dilihat mata, mereka mengempos semangatnja, dieridji itu baharu bisa madju

sedikit. Hek Liong Lo Kuay mengernjitkan kedua alisnja mendjadi bersambungan satu

dengan lain, sedangkan kedua bibirnja melar kesamping, matama seperti meram; Yauw

Tjian Su matanja bulat, semakin melotot semakin besar.

Kedua lengan itu sudah hampir terdjulur habis dan rata, sedangkan kedua djari

kelingking mereka sudah hampir bertemu. Semua kekuatan sudah dialihkan kepada djari

ketjil ini, kalau djari ini beradu entah bagaimana djadinja ? Sedangkan Ie Kim Wan jang

berada disamping makin lama nganganja semakin lebar sehingga liurnja sudah keluar

dari mulutnja belum dirasa ! Tiba2 mereka membenturkan djeridjinja masing2 ke-pada

djeridji lawan, kedua djeridji ketjil itu tidak miring tidak kesamping, tepat beradu pada

tempatnja. Dengan bentroknja djeridji ini, kedua Lo-tjian-pwee sudah menundjukkan

ilmu dan kekuatan masing2. Mereka tak kuasa menahan getaran keras dari tenaga lawan,

tubuhnja masing2 tergeliat kebelakang. Harus diketahui dibelakang tubuh mereka sudah

tidak ada tempat lagi, asal bertindak kebelakang sedikit sadia sudah harus keluar dariLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

lingkaran dan kalah. Hek Liong Lo Kuay walaupun mempunjai kuda2 jang ampuh, tapi

bagian atas dari tubuhnja sudah tergempur desakan tenaga lawan jang maha dahsjat,

sehingga kepalanja terkulai kebelakang dan tak kuat mengangkat pinggangnja.

Sebaliknja dengan Yauw Tjian Su sama djuga keadaannja, pinggangnja sudah lekuk

kebelakang sedangkan tubuhnja ber-gerak2 sedikit.

Sedari dahulu Hek Liong Lo Kuay mendapat nama dan terkenal dengan ilmu jang

kukuay, sedangkan ilmunja jang benar dan wad jar tidak ada ja.ng luar biasa. Sebaliknja

ilmu jang aneh dan tidak wadjar dimilikinja dengan baik. Saat ini pinggangnja sudah

berapa kali hendak diluruskannja, tapi tetap nihil, walaupun demikian ia tak mendjadi

gelisah, tubuhnja terus menggeliat kebelakang. Se-olah2 tubuhnja ini tidak bertulang,

ditekuk beberapa kali sampai kebawah. sedangkan kepala nja sampai berada dibawah

kakinja dan menempel pada tanah. Pinggang dan pantatnja merapat mendjadi satu,

punggungnjapun merapat pula dengan pangkal pahanja.

Keseimbangan tubuhnja terletak diatas kepala, kedua kakinja per-lahan2 diangkat

naik, menjusul tubuhnja mendjadi tegak keatas, tubuhnja djadi berbalik kepala dibawah

kaki diatas, hal ini dilakukan untuk menghindarkan tubuhnja keluar dari lingkaran jang

mendjadi batas menang dan kalah. Dengan ini tubuhnja dapat tegak tidak bergerak dan

tidak kalah.

Sebaliknja Yauw Tjian Su agak tidak tahan serangan itu, tubuhnja tidak bisa meliat

seperti Lo Kuay dari itutubuhnja jang menudju kebelakang itu dengan tjepat diputar

membuat satu djungkiran besar. Menrut perkiraan biasa orang tua ini pasti kalah, karena

sehabis djungkir tubuhnja pasti berada dibelakang lingkaran sedjauh tiga-empat kaki.

Tapi dalam hal ini ia mempunjai kepandaian jang tjukup mengagumkan, begitu tubuhnja

berada diudara kepalanja berada dibawah, sedangkan anggota bawahnja berada diatas,

seperti merapung miring bagai burung lajang2. Terdengar ia berseru sekalir tubuhnja

dari udara mengeluarkan tenaga dan turun menukik menerdjang bumi, lengan kanannja

keluar sambil mendiulurkan djeridji telundjuknja, dengan tepat sekali djeridii itu djatuh

digaris lingkaran, menjusul tubulii nja berbalik masuk kedalam lingkaran, sambil

mengeluarkan angin jang keras tubuhnja sudah berdiri dengan anteng ditengah lingkaran

lagi. Hal ini dilakukan dengan tiepat dan indah, sehingga membuat Lo Kuay berseru

"bagus".

"Apa bagusnja ?" seru Yauw Tjian Su, "lain harimasih ada jang akan kupertundjukkan

kepadamu ! Sekarang aku tidak sempat lagi untuk menemani kau bermain !" belum

bitiara habis tubuhnja sudah berlalu. Orang tua ini mengetahui ilmu Lo Kuay tidak

disebelah bawah dari kepandaiannja, dari itu tidak ingin kena dilibat: sebaliknja Lo Kuay-

pun menganggap orang tua ini tidak dapat dibakal main, karena itu ia tak mau

menghadangnja dan dibiarkan seterunja itu kembali pulang.Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

Yauw Tjian Su mendjadi bingung dan tjemas memikiri keadaan buruk dipihaknja larinja


Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


semakin tjepat" dan seperti terbang. Saat ini awan2 per-lahan2 tertiupangin pindah

bergeser. Waktu ia hampir tiba dilereng; puntjak, awan2 itu sudah menipis sekali, mata

mulai diipat memandang kembali sedjauh dua-tiga puluh depa. Telinganja mendengar

suara perkelahian, buru2 ia menudju ketempat itu, dilihatnja seorang anak muda sedang;

mati2an melawan belasan dari Hweeshio2. Pemuda itu bukan lain dari Tjiu Piau adama.

Ia tengah mengerdjakan kakinja menerbangkan batu2 memaksa Hweeshio jg.

djumlahnja banjak ini tidak bisa mendekat kepada tubuhnja.

Hal ini baiklah kita lihat kembali sesudah Tjiu Piau djatuh tergulang2. Ia tjukup gesit

begitu kakinja mengindjak tanah tubuhnja segera mentjelat bangun, di-usap2 tubuhnja,

untung tidak menderita luka. Tiba2 dari djarak dau-tiga tumbak terdengar suara Tong

Leng: "Hei botjah mati tidak kau ? !"

Tjiu Piau berpikit: "Aku seorang diri, lebih baik aku pulang kembali dan tidak

melajaninja." Ia diam tidak rhembuat gerakan atau suara, dengan bertameng kabut ia

berdjalan per-lahan2, Tiba2 ia mendjadi kaget karena didepan matanja berkelebat

seorang Hweeshio jang membentaknja: "Bagus ! kau mengantarkan diri sendiri untuk

dibelenggu !" Sedangkan tangannja disembahkan mengeluarkan djurus Sian Wan Pay

Gwat. Tjiu Piau. lekas2 mentjelat kebelakang, hatinja berpikir: "Aneh, Hweeshio ini

pasti bukan Tong Leng, tapi siapa," baharu sadja ia mundur beberapa tindak angin

pokulan dari lawan sudah datang dari belakang ! Ia meuekuk kakinja dan melompat

seperti kodok, dan menoleh kebelakang, kembali dilihatnja seorang Hweeshio, tapi bukan

jang tadi. Hanja paderi lain jang mengeluarkan ilmu pukulan Sian Wan Pay Gwat.

Ia mengeluh dan tahu musuh sudah mempunjai baiisan tersembunji, untuk

menangkap dirinja. Lebih2 Hwee' shio2 itu serupa benar pukulannja dengan Tong Leng

tidak salah lagi mereka adalah murid2 dari Hweeshio gemuk itu. Tiba2 terbit akalnja,

tubuhnja di-bungkuk2kan djalan seperti kera, dengan tjara ini ia dapat melihat orang

terlebih dahulu sebelum lain orang nielihatnja. Begitu tampak bajangan orang tangannja-

segera bekerdja mengirimkan batu2, sedangkan tubuhnja segera mentjelat lagi

kesamping bersembunji dibalik awan. Dengan tjaranja ini ia mutar2 dan mehhat kurang

lebih delapan sampai sepuluh Hweeshio sudah dapat dilewatkan. Tapi sajang sekali

walauoun akalnja baik, akan dialanan untuk kembali tidak diketemukannja, lebih2

sesudah bernutar beberapa kali, segala arah angin sudah tidak dikenalnja. Hatinja sedikit

gugup, tatkala mendengar siulan pandjang dari Kie Sau.

Kala ini agin berhembus mebawa awan berlalu, ! keadaan semakin terang. sehingga

keadaan sekeliling dapat dilihat dengan baik. Hal ini membuatnja semakin sukar untuk

meloloskan diri. Hweeshio2 jang sudah letih bermain petak dengannja mendjadi girang

bisa melihat dirinja. Mereka segera madju mengurung. Hweeshio2 ini adalah achli2

tenaga dalam sehingga serangannja tjukup berisi, djangan dikatakan lagi pemuda ini

pasti bukan tandingan mereka, sedangkan Tong Leng berdiri disamping sambil tersenjumLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

dan mengomandokan murid2nja untuk menangkap orang. Dalam gugupnja

dikeluark.tnnja Bwee Hoa Tok Tju, sehingga sinar emas berkilauan menusuk mata.

Dibentaknja paderi2 itu dengan geram: "Mutiara beratjun berada ditanganku, siapa jang

besan hidup boleh madju kesini !" Gertakan ini membuat sekalian Hweeshio terkedjut

dibuatnja mereka mundur agak djauh kebelakang dengan berbareng, sehingga lingkaran

kurungan semakin besar.

Tjiu Piau lontjat kc-tengah2 lingkaran, begitu kakinja memidjak tanah hampir2 sadja

djatnh sebab kakinja mengindjak batu2 kolar jang litjin, akibat dari ini membangkitkan

ingatannja kepada kepandaian kakinja. Dengan mutiara beratjun sebagai sendjata

gertakan kakinja mulai menerbangkan batu2 kolar keen:pat pendjuru. Batu2 jang kena

tendangan itu berserabutan dengan dahsjatnja dan berhasil membendung serangan

musuli jang besar, tapi hal ini hanja dapat dilakukan sementara sadja sebab batu2 jang

berada disitu djumlahnja tidak berapa banjak. Ia mendjadi gelisah sekali, untung dalam

keadaan jang genting ini Yauw Tjian Su keburu datang menolongnja.

Sambil memperhatikan djalannja perkelahian, orang tua ini berbitjara sendiri: "Ilmu

kakinja anak mi sebenarnja tidak lemah, tapi sajang sekali tidak mempunjai aturan, apa

jang dilakukan hanja sembarangan sadja, sehingga tidak berapa liehay. Kalau ia dapat

mentjiptakan aturannja dan djurus2 dari kaki ini, dirinja boleh mendjagoi dikolong langit

!" Orang tua mi semakin melihat semakin senang, kala ia mau memberikan petundjuknja

bagaimana menjerang dan bagaimana bertahan, otaknja sadar dengan mendadak; paling

betui lebih baik lekas2 kembali keatas untuk sekalian menolong anak2 jang lain. Dari itu

ia segera membentak: "Hei Hweeshio2 hentikan tanganmu ! Kami tidak mempunjai

banjak waktu untuk menemani kalian Liam-keng (membat ja mentera)!" Kakinja madju

melangkah kedalam lingkaran dengan seenaknja.

Hweeshio2 itu tidak mengenal pada orang tua ini, dilihat laga orang jang se-mau2 ini

dengan gusar. Tak dapat dihindarkan lagi kaki dan tangan bekerdja madju merintang. Lo

Yauw tidak memperdulikan sarna sekali, setiap kaki lawan mengenai tubuhnja segera

terpental sedjauh satu tumbak lebih, hal ini membuat jang foin bengong dan memandang

Tong Leng jang mendjadi pemiinpin, siapa tahu Tong Leng sudari sedari tadi

membungkukan badan memberi hormat kepada Lo-tjianpwee ini.

"Anak jang baik kau terhindar dari kematian, anakku ini sudah bermain dengan kalian

setengah harian Iebih, :sekarang akan kuadjak pulang, kau lepas atau tidak."

"Pasti, pasti kulepas !" djawab Tong Leng ter-gesa2.

"Enjahlah kau dari sini dan bawalah barisan koiakmu itu !" sedangkan lengannja

menarik Tjiit Piau untuk diadjak berlalu. Tong Leng dan bciasan anak buahnja sc dikit

djuga tidak berani bergerak, ia tahu orang itu bukan tandingannja dari itu ia menghorrrat

dan membiarkan berlalu.Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

Yauw Tjian Su dan Tjiu I'iau dengan tjepat kembali keatas gunung, belum lama mereka

berdjalan sudah melihat dua saudara Ong jang tengah berkelahi dengan Bu Beng Nie.

Walaupun mereka menggabungkan tenaga dengan ilmu Kong Sin Tjiang jang baik masih

tetap tidak dapat mengalahkan lawan, perkelahian itu masih tetap seimbang. Kini kabut

putih sudah berlalu, keadaan sekeliling sudah dapat dilihat dengan tegas, melihat

keadaan begini sang Bikuni tertawa dengan dingin: "Budak ketjil, kalian dapat melawan

Lo-nie dalam lima-enam puluh diurus menandakan ilmu silat kalian sudah boleh djuga.

Tapi untuk bertanding lama2 aku tidak mempunjai tjukup waktu, dari itu terpaksa aku

harus menurunkan lengan djahat guna mempertjepat djalannja pertandingan ini ! Nah

siaplah !" Terlihat lengannja membuka Hudtju jang berada dilehemja, mulutnja membatja

mentera sambil menghitung mutiara2 dari rantainja, agaknja ia tidak menghiraukan Ong

Gwat Hee jang berada dibclakang tubuhnja, tubuhnja menghampiri pada Djie Hay. Dari

pertandingan tadi ia mengetahui bahwa anak laki2 ini berilmu Iebih tinggi dari jang

perempuan beberapa lipat, pikirnja asal dapat kukalahkan dahulu jang ini, satunja lagi

sudah tidak mendjadi soak Tapi dasar nasibnja masih gelap, tanpa diketahuinja Yauw

Tjian Su sudah berada dibelakang tubuhnja.

Djie Hay tidak tahu musuh akan mengeluarkan ilmu jang matjam apa, diawasinja

lengan bikuni jang memegang mutiaranja ja.ng terbuat daripada kumala hidjau jang

bemaas dan bersinar itu dengan tadiam. Pikirnja rantai kumala itu adalah benda keras,

kalau didjadikan sendjata untuk menjerangku sungguh mengherankan dan agak gandiil,

sesaat ini ia tida ktahu harus bagaimana menghadapinja, sedangkan kakinja melangkah

kebelakang beberapa tindak. Pada saat inilah ia melihat datangnja Yauw Tjian Su dan

Tjiu Piau sehintrga hatinja diadi besr dan tambah semangat, baharu sadja ia akan

memanggilnja serangan dari bikuni itu sudah sampai kedadama, dirasainja serangan itu

tidak mengandung tenaga jang terlalu hebat. Dengan seenaknja rantai kumala itu

disampoknja dengan tudiuan memingeirkan, tapi ia tidak mengetahui sampokan ini

mengakibatkan sesuatu iang diluar du?aan. Rantai itu bukan sadja tidak kena dikeping

drkan, bahkan berbalik meliht lengannja dengan keras, diiring dengan tertawa jang dingin

bikuni itu menarik raninja, sehingga lawan tak kuasa mempertahankan kuda2nja,

tubuhnja terhuiung kemuka dengan keras, kalau sampai tubuhnja ini kena beradu dengan

batu jang keras, pasti hika didnlam akan dierita. Tapi dalam kekagetan dan dieritan Gwat

Hee, Djie Hay merasakan suatu tenaera jang besar memVak masuk diantara batu2 dan

tubuhnja. sehingga dirinja tersangga dan terlunut dari bentiana itu. Sedangkan

kepandaian jang sudah liehay begitu mendapat pertolongan segera dapat menguasai lagi

tubuhnja dan berdiri dengan tetap. Sebaliknja sang lawan mendiqdi keheranan, mata

menatap dengan mendelong kepadanja.

Tiba2 didengarnja suara tertawa seorang dari belakang tubuhnja: "Kenapa ? Herankah

? Budak ini tetap bukan mendjadi lawanmu, ia dapat menghindarkan ketjclakaan jang

kau buat berkat bantuanku." Sang bikuni merasakan suara ini datangnja dari tempat

sedjauh tiga kaki, tapi dirinja tidak mendengar suara dari langkah kaki orang itu, ia tahuLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup

kalau bukan Yauw Tjian Su tidak jang lain. Tanpa menoleh ia berkata: "Yauw Lo-tauw!

Kenapa kau tidak turun tangan ?"

"Untuk apa memukul orang dari belakang, menang djuga tidak berarti. Terketjuali itu

akupun tidak mempunjai waktu terluang untuk melajani kainu, lekaslah kau pergi !"

"Baik, kapan waktu ada ketika aku ingin menerima pengadjaran darimu," kata Bu Beng

Nie dengan aseran dan bernada tjongkak. Sedangkan tubuhnja berlalu dari hadapan

orang banjak tanpa menoleh lagi.

Saat ini magrib sudah mendatang, tjuatja sudah mendjadi agak gelap. Sesudah

mereka berdjalan beberapa tindak, terlihat oleh mereka dua saudara Wan jang seperti

naga dan harimau galak melawan tiga laki2 berdjubah merah, laki-laki itu kira-kira berusia

tiga puluha.n, tubuhnja mengenakan perhiasan jang berkilauan. Sedangkan jang seorang

berdiri disampingnja memperhatikan djalan pertandingan, dua jang lain menggunakan

rantai emas mengebut pergi datang dengan gila2an, sehingga dalam tjuatja magrib

sendiatanja itu merupakan ular emas jang sedang me-nari2. Dua saudara Wan sedikitpun

tidak merasa gugup menghadapi mereka, dengan tubuhn ja jang gesit mentjelat dan

molos di-sela2 sinar emas, sehingga rantai itu tidak dapat berbuat apa2 pada diri mereka.

Pergumulan ini sudah berlangsung sedari kabut putih berpentjar. Hanja seorang jang

tidak turun tangan, orang ini tak lain dari Kim Dju Kie si Pangeran Berbadju Emas,

sedangkan kedua orang jang bertarung dengan saudara Wan adalah Su-teenja. Sewaktu


Rahasia Mantera Kuno Karya Tara Zagita Wiro Sableng 052 Guna Guna Tombak Api Jaka Sembung 15 Raja Sihir Dari Kolepom

Cari Blog Ini