Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei Bagian 8
kabut masih tebal mereka berdiri diatas pohon sambil menjabetkan rantai emasnja, tidak
heran kalau dua saudara Wan tidak dapat menemuinja mereka. Sementara ini
pertarungan berdjalan semakip seru dan hebat, dua saudara Wan sudah dapat
merangsak musuhnja dan menempatkan dirinja diatas angin. Tiba2 Kim Dju Kie
membuka mulutnja: "Hentikan tangan, kita setop pertandingan sampai disini !"
Dua saudara seperguruannja itu segera mentjelat keluar dari kalangan perkelahian.
Sedangkan dua saudara Wan berdiri disamping lain sambil tersenjum mengedjek: "Begini
sadja ? Takut ?"
"Saudara ketjil, kita toch sudah tjukup lama ber-main2, dari itu kami melepaskan kalian
untuk pulang," habis berkata tubuhnja berlalu keatas gunung, dua saudara Wan dengan
tjepat mengikuti dari belakang. Kira2 sudah sampai diatas gunung, dari belakang batu
besar berkeIebat beberapa bajangau orang jang disusul dengan tubuhnja, orang2 ini
adalah Hek Liong Lo Kuay, Louw Eng, Bok Tiat Djin dan lain2.
Lo Kuay menundjuk kepada sekalian orang gagah dengan sombong dan tersenjum
mengedjek: "Bagaimana ? Mau menerdjang lagi ? Dipersilahkan ? Tapi ingat, sungguhpun
kami tidak mempunjai pasukan besar dan ribuan kuda, tapi mempunjai tjukup orang
untuk melajani kalian melatih tenaga atau melemaskan urat2 !" Louw Eng jang diam
disampingnjapun tidak ketinggalan: "Hari sudah malam, perut tentu sudali lapar sekali,
kembalilah ke,gunung untuk masak dan makan se-puas2nja, sesudah tidur njenjakLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup
semalam penuh esok boleh kembali lagi untuk ber-main2 lagi. Kalian tidak perlu kuatir
nanti kami naik keatas untuk mengganggu !" Mereka antara puntjak dan lembah tak lama
kemudian suara tertawa ini mendapat sambutan dari kawan2nja jang berada didjurang
dan puntjak, sehingga seluruh gunung ini tengah tertawa.
Saat ini Tjiu Piau sudah lapar sekali, tambahan kena edjekan pihak lawan jang
mengetahui bahwa persediaan makan dari mereka tinggal sedikit sekali, sehingga
laparnja men-djadi2, didekatinja Gwat Hee sambil berkata: "Tahukah maksud dari Louw
Eng ?"
"Tentu sadja aku tahu."
"Biar bagaimana kita harus mati2an menerdjang turun."
"Untuk menerdjang, harus berentjana dan berdamai dengan jang lain." Tengah
mereka bitjara, terdengar kembali siulan dari Kie Sau. Yauw Tjian Su tidak tahan
mendengar otjehan dari pihak lawan, mulutnja terbuka sambil berludah: "Tjuehhh !
Binatang busuk, djangan banjak sombong, besok kita berkelahi lagi sampai puas !"
kepalanja menoleh kepada putera-puterinja: "Anak2 mari kita pulang !" Lo Kuay tidak
mendjawab, hanja tertawa terus sambil menekan perutnja.
Dengan per-lahan2 orang banjak kembali kepuntjak gunung dengan perasaan tidak
tenang. Sesampai dipuntjak mereka melihat Kie Sau sedang menantikan sambil
berduduk. Sesudah sekalian orang berduduk dengan baik, Kie Sau mulai mengeluarkan
perkataan: "Tjoba periksa makanan masing2, masih tjukup untuk berapa hari ?"
Sebetulnja mereka mendaki Oey San dengan membekal makanan untuk tudjuh hari
iamanja, tapi makanan ini sudah menipis sekali, kira2 hanja dapat untuk dua hari lagi.
"Anak2 dengar ! Makanan tinggal dua hari lagi, karenanja kita harus berhemat betul2
untuk mendjadikan tiga hari. Dalam tiga hari setindakpun djangan turun gunung !"
"Aku tahu memang kau mempunjai daja jang baik," kata Yauw Tjian Su, "selandjutnja
tindakan apa jang akan kau ambil."
"Sebenarnja akupun tidak mempunjai daja apa2, tapi dalam tiga hari ini masakan kita
tidak dapat memikir nja untuk mentjari djalari keluar ?" djawab Kie Sau dengan meringis.
"Aku sudah tua, otakku sudah berkarat, dari itu ka.lian sadja jang memikir daja2 dan
rentjana untuk turun gunung."
"Tidak bisa, biar bagaimana kami mengandalkan sekali bantuanmu ini !"
Yauw Tjian Su bersenjum tidak mendjawab.
Pemuda dan pemudi sudah memusatkan pikirannja mentjari daja jang baik untuk
mengatasi kesulitan jang tengah dihadapinja kini. Keadaan mendjadi sunji, hanja suaraLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup
daun Siong tertiup angin jang terdengar. Malampun sudah mendatang, diiringi bulan
bulat dibalik gunung sebelah timur. Gwat Hee baharu mengetahui bahwa Tju Siok-siok
dan Tju Sie Hong tidak berada dengan mereka, ia tahu mereka pasti suelah turun kedalani
goa untuk beristirahat. Tanpa ber-kata2 ia berlalu meninggalkan saudara2nja jang tengah
berpikir keras untuk menudju kedalam goa. Tjiu Piau meiihat, segera mengikuti dari
belakang. Keadaan dalam goa gelap gulita, tapi mereka sudah agak biasa dengan
keadaan ini, sesudah melalui beberapa tikungan mereka meiihat sesosok tubuh kurus
berduduk dalam kegelapan.
"Siapa itu ? Sah-ko atau Siok-siok ?"
"Sah-komu," djawab Sie Hong, "Sie-moy tepat sekali kau datang kesini kami tengah
berkutet dengan suatu hal."
"Hal apa ?"
"Dalam dua hari ini aku mengetahui sesuatu, jakni setiap ajahku masuk kegoa ini selalu
berdiam diri seperti memikiri sesuatu jang aneh. Se-waktu2 ia berdiri dengan girang dan
me-raba2 din ding goa seperti tengah mentjari sesuatu barang. Pikirku tentu ada
sebab2nja."
"Sebabnja apa, apa kau tahu ?"
"Djustru aku tidak mengerti dan minta bantuan darimu.
"Dimana Siok-siok sekarang .?"
"Masih tetap me-raba2 dinding didalam, aku tidak mau mengganggunja dan berdiam
disini untuk mendjaGwat Hee menarik lengan Tjiu Piau sambil berkata: "Mari kita lihat
dengan diam2."
Mereka melihat Siok-sioknja tengah me-raba2 dinding tembok dengan hati2 dan
tjermat, se-olah2 sesenti detni sesenti tidak mau dilewatkan. Kelakuannja ini
mengherankan sekali dan tidak mengandung sesuatu tudjuan. Sebegitu lamanja mereka
mengawasi masih tetap udak mengetahui dan menjadari apa jang tengah dilakukan Siok-
siok itu. Kembali mereka menemukan Tju Sie Hong.
"Pernahkah kau bertanja apa jang tengah ditjarinja?" tanja Gwat Hee.
"Ah, sukar sekali kutanja segera membengong. Kemudian ia balik bertanja kepadaku
apa jang kau tjari ? Sedangkan pikirannja kembali lupa ingat dan segera menghentikan
pekerdjaan rabanja itu. Sesudah ia istirahat dan ingatannja kembali, lagi2 dinding itu di-
raba2nja tanpa djemu2. Kau pikir heran tidak ?"
"Agaknja Siok-siok mengenal sekali tempat ini, mungkin djuga didinding ini terdapat
sesuatu barang jang pernah dilihatnja pada masa jang lalu."Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup
"Mungkin didinding ini terdapat huruf timbul ?" sela Tjiu Piau.
"Djie-ko, Sie-moy, marilah kita membantunja untuk meraba dinding ini, bagaimana ?"
"Memang aku mengandung maksud ini !" djawab mereka serentak.
Mereka segera menjingsingkan lengan mulai meniru Tju Hong meraba dengan tjermat
dinding goa jang gelap. Tapi usaha mereka ini sekian lamanja tidak membawa hasil jang
diharapkan. Pemah Gwat Hee meraba tempat jang ber-Iekuk2 dan tidak rata, tapi begitu
dilihat dengan sinar api tidak terdapat surat apa2; sekali Tjiu Piau terkedjut waktu meraba
benda jang litjin dan basah, tapi waktu ditegasi njatanja hanja lumut jang tumbuh disitu,
bahkan di-sela2 goa masih terdapat rumput hutan jang djarang terlihat.
Tiba2 Tju Sie Hong berkata: "Djie-ko, Sie-moy, dengan tjara ini paling2 kita dapat
mereka tempat setinggi tangan kita, sedangkan bagian atas dari tubuh kita tidak kena
diperiksa !"
"Betul, marilah kita usahakan untuk merabanja seluruh din ding goa ini dari bawah
sampai keatas dengan tjermat," djawab Gwat Hee.
"Sah-tee lekaslah kau naik diatas pundakku, untuk memulai memeriksa bagian atas
dari dinding ini," kata Tjiu Piau.
"Baik, siaplah !"
Gwat Hee seorang bertugas memeriksa bagian bawah, Tju Sie Hong bagian atas, Tjiu
Piau bagian tengah. Kesian sekali mereka ini, sekian lamanja berusaha tapi tidak
mendapat hasil, sesudah satu tikungan goa kena diraba habis tanpa jang diharap
semangat mereka mulai kendur. Sementara itu orang2 jang berada dipuntjak Thian Tou
sudah kembali kedalam goa, Tjiu Piau bertiga segera istirahat menghentikan usaha
mereka.
Kie Sau dan sekalian sekian lamanja merundingkan dan mentjari siasat untuk
memetjahkan kesulitan tanpa berhasil, mereka kembali kegoa untuk istirahat. Terketiuali
itu ia mengatur pula pendjagaan malam agar Louw Eng tidak bisa naik keatas dan
membuat serangan gelap. Giliran pertama jang mendapat tugas ini adalah dua saudara
Wan. Sedangkan jang lain dititahkan untuk beristirahat sepenuhnja guna memelihara
semangat, dengan tiara ini sesuatu diatumia dengan baik. Sedangkan ia sendiri berdiam
disalah sebuah sudut sambil memusatkan pikirannja.
Betapapun dimeramkan matanja, Sie Hong tetap tak dapat tidur, pikirannja selalu
mengingat ajahnja jang tengah me-raba2 dinding. Tengah malam ia keluar untuk melihat
keadaan ajahnja, hatinja mendjadi girang melihat ajahnja tertidur dengan njenjak. Dalam
nganggur-. nja ia ber-djalan2 mundar-mandir ditikungan goa jang kedelapan belas ber-
balik2. Tiba2 dilihatnja sinar jang halus mentjelos masuk kedalam goa. Keheranannja
mendjadi2, tubuhnja berdiri dengan tegak mengawasi dengan tjermat, tapi tiada sesuatuLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup
jang dapat dilihatnja terketjuali dari dinding jang gelap. Dalam tenangnja ini hidungnja
merasakan sesuatu wewangian jang menjegarkan tubuh ! Tanpa terasa ia menghirup
udara segar dengan pandjang, sehingga wewangian ini terasa harumnja jang demikian
halus dan tak terkatakan dengan kata2. Hawa harum ini membuatnja seperti bukan
berada didunja lagi, ia mabuk dalam keheranan, biar bagaimana sumber harum ini tidak
dapat diketahui, tapi membangkitkan hasrat orang untuk mentjarinja. Dengan tenang ia
mengendus dan mentjari sekeliling. Ditatapnja sinar halus jang tipis dan bersemu merah
jang seperti ada seperti tidak itu. Wewangian jang semerbak harumnja ini se-olah2
datangnja dari situ.
Tanpa banjak pikir lagi ia mentjelat keatas dan mendjambret kearah sinar itu.
lengannja berhasil memegang rumput, tapi malang baginja rumput itu tertjabut sehingga
tubuhnja dajtuh kebawah sambil mengeluarkan bunji "blukk", suara ini membanguni
seluruh orang jang berada didalam goa. Yauw Tjian Su, Kie Sau dan lain2 segera
menghampirinja, dilihatnja Sie Hong jang tengah duduk ditanah tidak ber-gerak2.
"Sah-tee, kenapa kau berada disini, lukakah ?" tanja Tjiu Piau.
Dengan wadjah jang mengherankan bertjampur kcgirangan Sie Hong menundjuk
keatas dinding sambil berkata: "Kalian lihat, apakah jang terdapat disitu !"
Sekalian orang memalingkan pandangannja kepada arah jang ditundjuk. Ah, benar
sadja diatas dinding itu terdapat liang ketjil. Didalam liang jang ketjil itu terdapat benda
jang berwama merah dan berbentuk aneh. Berkepala seperti djamur, sedangkan
batangnja bengkok2 dan pandjang, tak ubahnja seperti rantai kumala. Seluruh bagian
dari benda itu bening seperti katja dan mengeluarkan sinar merah jang halus, sehingga
dapat terlihat dengan tegas dimalam gelap.
Sekalian orang terpaku dengan mulut terbuka, tidak terketjuali Yauw Tjian Su atau
Hoa San Kie Sau. Sesudah sunji seketika Iamanja baharu terdengar suara dari Yauw Tjian
Su: "Ah, dalam seumur hidupku baharu pemah melihat dua kali benda jang djarang ini,
kalian harus tahu benda ini adalah Leng-tjah atau rumput obat jang sakti. Pertama kali
kulihat enampuluh tahun jang lalu, tapi tidak sebesar jang ini, benda ini mungkin sudah
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berumur ribuan tahun ! Anak jang baik bagaimana tjaranja kau dapat mentjarinja ?" Tju
Sie Hong menuturkan apa jang dialami barusan, kemudian ia menambah: "Barusan aku
merajap dan mentjabut rumput ini, terketjali dari ini terdapat pula batu jang djatuh, jang
membuat kuheran benda ini se-olah2 sengadja ditaruh orang, sedangkan batu ini untuk
menutupnja." Orang2 melihat lagi pada Leng-tjah jang terdapat di-sela2 itu, benar sadja
memang taruhan orang, karena tidak mungkin Leng-tjah bisa hidup disini.
Hal ini membuat teka-teki jang gawat untuk sekalian orang, sehingga suasana
mendjadi sunji kembali, masing2 diam memutar otak untuk mentjari djawaban. Kie Sau
berkata dengan tiba2: "Sie Hong lekas kau ambil Lengtjah itu, tak perduli benda ini
simpanan siapa pokoknja lekas kau ambil untuk menolong ajailmu !"Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup
"Betul, paling perlu menolong orang sakit," sambung Yauw Tjian Su.
"Untuk diberikan kepada ajahku ?" tanja Sie Hong bingung.
"Betul, kau harus tahu Leng-tjah ini adalah benda sakti jang djarang terdapat dikolong
langit, menurut kata orang2 dahulu barang siapa bisa makan Leng-tjah segera akan
mendjadi dewa, ini hanja kata2 jang mengatakan bahwa Leng-tjah ini adalah obat jang
sangat mudjarab sekali. Sesudah berobat dengan ini ajailmu pasti akan lekas sembuh.
Dengan baiknja ajailmu bukan sadja dirinja tidak mendjadi beban dari kita, sebaliknja
akan mendjadi pembantu jang sangat berharga, sehingga tintuk turun dari Oey San ini
lebih mudah adanja." Kata2 pendjelasan dari Kie Sau ini membuat jang lain bertambah
semangat. Dengan tjepat Sie Hong merajap seperti tjetjak mengambil Leng-tjah, begitu
ia turun seluruh goa terasa semerbak diliputi harumnja Leng-tjah ini, sehingga setiap
orang jang menghirup udara digoa ini mendjadi segar dan bersemangat sekali. Yauw
Tjian Su menitahkan Tju Sie Hong untuk mengambil air embun, dan meminumkan obat
itu kepada Tju Hong.
Tiga hari sudah berlalu, segala makanan sudah habis termakan. Mau tidak mau Kie
Sau dan lain2 harus turun gunung sambil mengatur segala daja dan persiapan. Keputusan
terachir ialah harus menerdjang musuh dengan paksa. Diatumja Kie Sau barisan, kesatu
harus saling bantu dan tidak boleh berpentjar; kedua menjerang dan memukul mundur
musuh jang diketemukan. Ketiga, kalau ketemu Louw Eng seorang diri harus
inc.nggabungkan seluruh tenaga uhtuk menawannja. Audaikata tidak dapat menangkap
Louw Eng, boleh mennngkap Hek Liong Lo Kuay, tapi Lo Kuay lebih susah ken a
ditangkap, pokoknja harus menangkap jg. mendjadi otak musuh untuk didjadikan
djaminan turun gunurig. Baharu rentjana ini sampai disini tiba2 dari dalani gea ferdengar
teriakan Tju Sie Hong: "Tia-tin sudah baik ! Tia-tia sudah baik !" Kie Sau dan lain2 segera
menghampiri.
Sesudah memakan Leng-tjah kesehatan dan daja ingatnja Tju Hong sudah pulih
seperti sediakala. Waktu ia terbangun segera diliputi keheranan, dilihatnja Su-heng'nja
Ong Tie Gwan jakni Nio Tjay sudah mendjadi tua belasan tahun, dilihatnja anak2 muda
jang mengelilinginja, kemudian dilihat dirinja sendiri dan sendjatanja jang tinggal
separuh. Ia menarik napas kebingungan. Saat inilah Kie Sau madju kemuka sambil
memperken.alkan sekalian orang jang berada disitu. Kemudian mentieritakan apa jang
sudah terdjadi selama delapan belas tahun berselang dan keadaan sekarang jang sangat
gawat. Tju Hong mendengari penuturan ini dengan penuh perhatian, sehingga ia tersadar
betul2 dari impiannjaselama delapan belas tahun. Per-lahan2 ia berkata: "Menurut
hematku tjuma2 sadja kalau menerdjang dengan kekerasan !"
"Kenapa ?" tanja Kie Sau.
"Aku ingat, ada djalanan jang langsung kebawah gunung ! Kalau kita mengambil djalan
ini pasti tidak diketahui musuh !"Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup
"Dimana letaknja djalanan itu ? Kenapa kau tahu ?" tanja Kie Sau.
"Untuk menuturkan ini memerlukan waktu jang pandjang, tapi keadaan kita tengah
terdesak dari itu singkatnja sadja kutjeritakan; tahun jang lalu itu aku turun kebawah
djurang untuk mentjari pohon obat mustika. "Dengan girang aku berhasil mendapatkan
Leng-tjah jang sangat besar, aku segera naik keatas untuk mempersembahkan benda ini
guna dinikmati beramai-ramai. Siapa tahu ditengah perdjalatian puking aku mendengar
sunra in nangisnja anak ketjil. Dengan perasaan ingin tahu aku mentjari suara itu,
achirnja aku dapat menemukan goa rahasia ini. Didalam goa aku menemukan dua baji
kembar jang tengah menangis sampai disini Tju Hong memandang dulu kepada dua
saudara Wan, "tidak kira anak baji jang ketjil itu dalam sekedjap sadja sudah demikian
besar. Saat itu aku berpikir kenapa hal kegirangan ini tidak diberitahukan kepada kami !
Akhirnja aku ingat Wan Djie-ko sibuk mengurus negara dan lupa memberi tahu hal ini.
Tapi biar bagaimana aku hauis mengutjapkan selamat lahir dan meniberikan bingkisan.
Tanpa banjak ribut lagi Lengilah jang sudah kupetik itu kuletakkan disamping tubub anak
kembar itu. Sedangkan aku segera keluar, tapi baharu djalan beberapa tindak aku
kembali lag! dan mengambil Leng-tjah dan kusimpan diatas bang goa sambi! kututup
dengan sebilah batu, maksudku berbnat begitu jakm untuk membuat senrise kepada jan?
lain. Tak kukira Leng-tjah jang sudah delapan belas tahun kusimpan disitu tidak mendjadi
rusak, bahkan dapat menolong djiwa tuaku ini." Tju Hong tertawa, jang lainpun turut
tertawa. Kemudian ia berkata lagi: "Mengenai djalan turun dari sini itu ada diluar, marilah
kita lihat!"
Orang2 mengikutinja keluar dari goa, dengan tiba2 Tju Hong berdiri dibatang pohon
Siong jang berada diluar goa, lengannja menundjuk kebawah: "Kalian lihat, bukankah itu
sebuah djalanan jang sudah tersedia !" Scmua mata menudju ketempat jang ditundjuk,
tampaklah tempat itu demikian tjuram, sedangkan batu2 tjadas jang tadjam bersarakan
seperti rebung muda, ditambah batu gunung berlumut dan litjin se-kali2 tidak bisa dipakai
berdjalan, apa jang dimaksud dengan djalan itu ?
"Sie Hong kalau kau ingin kesana dapat memutar lereng gunung, apa kau sanggup?"
tanja Tju Hong.
"Sanggup," kata Sie Hong sesudah mengamat-amati keadaan.
"Kalau kau sanggup, jang lainpun sanggup !"
Orang banjak jang berada disampingnja djadi bingung melihat keadaan ini, mata
dengan mata saling berpandangan tak ber-kata2. Mereka mengetahui bahwa ilmu dari
dua beranak itu sangat liehay dan dapat pergi kesana, tapi untuk jang lain belum pernah
mempeladjari ilmu sematjam jang dimiliki mereka, karenanja mana bisa mengikuti
mereka. Lebih2 Kie Sau menganggap Tju Hong baharu baik dari sakitnja dan belum pulih
betul, sehingga ngotjo tidak keruan, ia ingin mengadjukan usul, tapi tidak keburu sebabLiong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup
Tju Hong sudah menundjuk kesebatang pohon Siong: "Diantara dua batang pohon Siong
itu terdapat sebuah rantai besi jang tergantung seperti djembatan, kelihatan tidak ?"
Sesudah sekalian orang memusatkan pandangan matanja kearah jang ditundjuk, terlihat
sebuah benda hitam jang bergantung.
"Nah itulah jang kumaksud dengan rantai besi jang merupakan djembatan ! Ja kalau
dikatakan memang mengherankan, entah siapa jang menggantungkannja disitu ! Kalau
dipikir tidak tahu berapa banjak orang2 gagah dari djaman dahulu hingga sekarang jang
mundarmandir digunung ini, kita-haras mengutjapkan terima kasih kepada mereka jang
meninggalkan djalan jang Iuar biasa ini !"
Kemudian Tju Hong mengawasi sendjatanja jang tinggal separuh, dengan sedih ia
berkata: "Saat ini diriku tidak ubahnja seperti seekor burung jang kehilangansajap,
sehingga harus mengandalkan rantai besi untuk 'menjeberang kesana. Tapi tidak
denTikian pada delapan belas tahun jang lalu, dibawah sinar bulan jang terang tjemerlang
aku naik kesebatang pohon Siong jang tua, dengan setjara kebetulan sekali aku
menemukan rantai besi jang pandjang itu. Dengan girang aku mendekatinja dan berlarian
diatasnja ber-balik2, tidak kira rantai ini akan menolong kita. Sie Hong pergilah kau ambil
rantai itu bawa kesini. Sedangkan pohon Siong jang banjak itu merupakan batu lontjatan
jang dibuat alam, kita dapat melaluinja halte demi halte, dengan tjara ini kita bisa
meninggalkan gunung ini tanpa jang mengetahui !"
"Aku pergi," kata Sie Hong.
"Sabar dahulu !" seru Kie Sau.
Tju Hong mengawasi Kie Sau tidak mengerti.
"Tjoba lihat apa jang tengah datang ?" tanja Kie Sau. Semua mata memandang kearah
jang ditundjuk, tanpa terasa mereka berseru setjara berbareng: "Lautan awan!!!"
Kiranja benar sadja lautan awan jang demikian tebal itu kembali datang seperti air bah.
"Sekali ini Thian membantu kita, nantikan sesudah kabut meliputi puntjak dan gunung
baharu kita bergerak, dengan ini bukan sadja kita dapat melarikan eb'ri tanpa diketahui
orang, bahkan setanpun tidak mengetahui ! Louw Eng dan pengikutnja boleh menantikan
kita seumur hidup di Oey San ini ! Sie Hong kau sabar, nantikan sebentar baharu kau
ambii rantai besi itu. Kalau tidak begini bisa2 kita diketahui orang2 jang berada digunung,
akibatnja djalan turun kita bisa didjaga mereka, bukankah kalau sampai gagal
kesempatan jang baik!, ini tjuma2 sadja kita dapati !" Semua orang muda sangat kagum
atas Kie Sau jang dapat memikir demikian baiknja, sehingga hatinja merasa senang dan
lapang.
Seketika berlalu, seluruh puntjak sudah masuk dalam pelukan kabut putih jang
demikian banjaknja.Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup
"Tia-tia aku segera berangkat !"
"Hay-tju anak kabut demikian tebalnja, dapatkah kau menunaikan tugasmu ?"
"Tia, legakan hatimu, ber-tahun2 aku berdiam didjurang, kabut ini se-kali2 tidak dapat
mempersukar aku !" Selesai bitjara lengannja bergerak melontarkan tambangnja, dalam
sekedjap tubuhnja hilang dalam kabut jang tebal, berikutnja suara geraknja semakin
djauh dan hilang tidak terdengar.
Kira2 sepemakan nasi Sie Hong sudah kembali dengan rantai besi jang dibawanja.
Dikedua udjung rantai itu berkaitan jang tjukup besar. Orang banjak kegirangan dengan
tjepat kaitan rantai itu ditjantelkan kepada batang pohon Siong, sedangkan Sie Hong
membawa udjung satunja lagi untuk dikaitkan kepada pohon Siong lain dengan kokohnja.
Dalam tempo sebentar sebuah djembatan sudah terbentang didepan mata.
"Nah sekarang kita dapat mulai meninggalkan tempat tjelaka ini, Sie Hong mendjadi
pembuka dialan, jang kedua harus Yauw Lo jang djalan untuk melindunginja, kalau
ketemu musuh " baharu ia sampai disini tiba2 ia menoleh kekiri kanan: "Ihh, Yauw Lo
kemana?"
Betul sadja disitu tidak terdapat Yauw Tjian Su, entah ia pergi kemana? Orang2 tengah
sibuk dan tidak memperhatikannja, sehingga ia menghilang tanpa diketahui!
"Moy-tju mari kita tjari !" kata Wan Djin Liong. Baham kedua orang ini akan
mengangkat kaki, tiba2 Gwat Hee berseru: "Sabar ! Tjoba dengar suara apa itu ?"
Semua orang diam memasang telinganja. Dari atas puntjak mendatang suara jang
halus bening dan merdu dari suara burung berkitjau. Kie Sau dan Tjiu Piau serentak
berkata: "Ah, suara walet sakti !" Memang suara ini adalah suara burung ketjil berwarna
ungu jang sudah pernah dilihat Tjiu Piau dan Kie Sau, tak perlu diragukan lagi orang tua
jang tjinta pada burung itu pasti berada diatas puntjak.
"Kasilah aku menemuinja orang tua ini !" kata Gwat Hee sambil lari menudju
kepuntjak, tak lama kemudian Gwat Hee mendjumpainja orang tua ini jang tengah
kegirangan bermain dengan bumng iang mungil dan manis itu sambil me-nari2. Burung
itu hinggap diatas pundaknja, kepalanja dan tangannja. Mulutnja tidak henti2nja
meniru suara burung "tjat .. tjat tjit.. tjit", memikat burung ketjil itu. Kiranja tak perlu
diherankan kalau orang tua ini bisa memikat burung2 karena kehidupan se-hari2nja
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memain dengan burung, sehingga bisa mengeluarkan suara burung.
"Lo-tjian-pwee !" seru Gwat Hee, "marilah kita turun kebawah untuk mendjalankan
siasat dari guruku, agar Louw Eng mendjadi kaget dan mendjaga angin digunung jang
sunji ini."Liong Hong KiOm - 0 6 Team K olektor Ebook FB grup
"Ah, untuk apa ter-gesa2, lebih2 kalau sudah mempunjal siasat lambat sebentar tidak
mendjadi soal, pokoknja asal dapat menang !" Sambil bitjara mereka sudab tiba ditempat
orang banjak.
Kie Sau mendjelaskan lagi siasatnja, Tju Sie Hong membuka djalan diikuti Yauw Tjian
Su, menjusul Tju Hong kemudian sekalian pemuda jang lain dan ia sendiri jang paling
belakang. Sesudah didengar tidak ada pergerakan barang sedikit dari pihak musuh
mereka mulai berdjalan meninggalkan Tliian Teu Hong. Sebelum berangkat Kie Sau
tertawa geli: "Louw Eng. Louw Eng maksudmu ingin membuat kami mnti kelaparan diatas
aunung, saiang maksudmu itu tidak akan tertjapai !" Sedangkan Tjiu Piau menendang
batu dengan gemas: "Louw Eng kini kau dapat terlepas, nanti kau pasti akan merasakan
seperti batu ini dikakiku !"
"Bagus," seru jang lain. Dengan tjepat mereka sudah melintasi dengan selamat
langkah jang pertama.
Bersambung.
RALAT:
Djie Hay, dibatja: Djie Hai.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grupLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
LIONG HONG KIAM
(PEDANG NAGA DAN PEDANG TJENDRAWASIH)
DJILID KE-VII
K A R J A:
TANG FEI
TERDJEMAhAN:
lauWtsu eng
PENERBIT:
KARJA NAJA
Dja k ar ta
SOMBER BOKO : GONAWAN AJ
kqntribotqr dan scanner : a We dermaWAn
OCR - CONVERT PDF TEXT : ANDy MOLLLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
DISCLAIMER
Kolektor E-Book adaiah sebuah wadah niriaba bagi para pecinta Ebook untuk beiajar,
berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengaiaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah
su it didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara m engaih mediakan dalam bentuk
digital.
Proses pemiiihan buku yang dijadikan abjek aiih media diklasifikasikan berdasarkan
kriteria keiangkaan, usia,maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam
bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang seianjutnya dikonversikan
kedaiam bentuk teks dan dikompiiasi daiam form at digita l sesuaf kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansia i dari buku-buku yang diaiih
mediakan daiam bentuk digita l ini.
Saiam pustaka!
Team Kolektor EbookLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
L I O N G H O N G K I A M
Djilid ke-VII
Sie Hong kembali mengambil kaitan besi dan membawanja kembali untuk dikaitkan
lagi kepohon jang berada dimuka, dengan tjara inilah mereka berhasil melewatkan
beberapa pohon Siong dan kini berada ditebing jang paling tjuram sekali. Sekali ini rantai
besi-inLjelU kaitkan diantara dua pohon Siong jang tidak seberapa djauh djaraknja,
sehingga rantai mi tidak tertarik kentjang melainkan kendur sadja. Sehingga sukar untuk
berdjalan diatasnja. Untuk Yauw Tjian Su jang berkepandaian tinggi tidak mendjadi soal
demikian djuga untuk Tju Hong, dengan mudah mereka dapat melewatkan djalan jang
kendur itu dengan baik. Selandjutnja siapa jang akan djalan ? "Aku", kata Tjiu Piau,
dengan ilmu kakinja jang baik mulailah ia berdjalan diatas rantai besi itu dengan gesitnja.
Tiba2 langkah kakinja berhenti ditengah djalan, karena dari kabut putih jang sangat
tebal terdengar bunji kelapakan sajap burung. Hal ini membuatnja terkedjut sekali,
karena burung itu adalah garuda kepunjaan Tjen Tjen. Orang banjak mengeluh "tjelaka"
didalam hatinja. Dalam keadaan begini burung ini sukar sekali untuk dilawan. Gwat Hee
sangat gugup dengan tjepat ia memberi peringatan: "Tjiu Suko, lekaslah kau djalan !"
Belum suaranja habis burung itu sudah ber-putar2 diatas kepala mangsanja.
Tjiu Piau mendjadi gugup, langkahnja diperbesar, tapi malang baginja rantai besi
tergerak dengan keras dan ber-gojang2 karena burung itu sudah mulai menjerang dan
menerkam korbannja. Gwat Hee menutup matanja tidak berani melihat. Yauw Tjian Su
melihat garuda itu menjerang orang segera mentjegah dengan beberapa helai daun
Siong. Hal ini dilakukan dalam waktu sekedjap sadja sehingga tidak terlihat oleh jang
lain. Rurung itu segera mengapungkan dirinja keatas sambil bertjowet dengan keras,
mungkin tubuhnja kena daun pohon Siong jang dilepaskan si orang tua. Lekas2 orang
melihat keatas rantai besi. "Tjelaka" diatas rantai tidak terdapat orang ! Kemana ?
Hilangkan ? Ah tidak ! Sebab Tjiu Piau dapat terlihat berada dibawah rantai besi dan
menahan tubuhnja dengan kedua lengannja. Untunglah ia mendapat pertolongan dari
orang tua kalau tidak djhranja pasti sudah melajang dibawah kuku garuda jang tadjaiu
itu. _Diantara orang jang demikian banjak Gwat Heelah jang paling tjemas, dengan tjepat
ia madju untuk menolong. Tapi Yauw Tjian Su sudah memperingatinja terlebih dahulu:
"Djangan bergerak! siapapun tidak boleh bergerak !" Gwat Hee lekas2
menghentikan kakinja, sedangkan Tjiu Piau jang tengah berontak2pun diam tidak
bergerak menurut perintah si orang tua. Dalam saat ini garuda itu sudah mulai berputar2
dan menubruk mangsanja, tapi mengherankan sekali, paruhnja jang tadjam itu tidak
dipatukkan kepada tubuh mangsanja hanja berbunji sekali dan kembali menggelapak
terbang. Sedangkan jang lain sudah siap dengan sendjata rahasia, kalau dilihatnja garudaLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
itu membuka mulutnja pasti berhamburanlah sendjata2 itu untuk menamatkan
riwajatnja. Kini walaupun Tjiu Piau, tidak menderita apa2, tapi orang2 dibuatnja
berkeringal dingin djuga.
Setiap burung buas mempunjai penglihatan jang tadjam sekali, tidak perduli berdjarak
djauh pandangannja tetap awas, lebih2 kalau sasarannja ber-gerak2 semakin njata pula
dilihatnja. Tapi waktu ia menubruk Tjiu Piau jang tidak ber-gerak2 dikiranja benda mati,
sehingga tidak berapa diperhatikan lagi. Yauw Tjian Su adalah achli burung djadi
mengetahui tabiat dari binatang buas ini, karenanja memerintahkan agar kawan2nja
djangan bergerak dengn tudjuan seperti diatas.
Burung buas ini tidak henti2nja berputar diatas, sifat buasnja semakin njata, lebih2
sesudah kehilangan sasarannja ? bukan hilang hanja tidak bergerak. Semua orang
berdiam seperti mati, sampai djalan napasnja pun seolah2 tidak bergerak ! Dalam
kesunjian jang demikian menjeramkan, semakin njata dan tegas suara bergedeberan dari
sajap garuda buas itu, dalam keadaan begini burung ini tak ubahnja seperti radja udara
sadja.
Tju Sie Hong memandang Tjiu Piau jang sudah kepajahan, diam2 dikeluarkan
tambangnja, begitu dilihat garuda sudah terbang lewat ditubuh saudaranja, tangannja
segera bergerak menerbangkan sendjatanja. Dengan tepat kaitannja mentjantel diikat
pinggang saudaranja. 'Sedangkan garuda jang sedang kesal. tidak melihat korban,
berbunji keras dan menerkam kepada tambang jang ber-gojang2, kukunja jang tadjam
itu mentjengkeram dengan keras kepada tambang dan diterbangkan keatas ! Tjiu Piau
sekuat tenaga mempertahankan dirinja berpegang kepada rantai besi dengan erat,
demikian pula dengan Sie Hong tidak mau melepaskansendjatanja. Sang garuda
mempunjai kekuatan jang luar biasa besamja, dua orang ini dibuatnja dalam keadaan
tjemas sekali. Saat ini setjara tiba2 terlihat walet sakti jang ketjil dan mungil terbang
mendjurus kepada sang garuda.
Walet sakti itu sambil terbang tak henti2nja mengeluarkan bunji, sehingga kawm2nja
beterbangan menudju garuda besar. Orang2 mendjadi bingung melihat keadaan ini,
mereka mengira walet sakti terkedjut dan melarikan diri kala melihat bumng jang
demikian ganas. Tapi kalau ditiiik dari sikapnja jang gagah burung kctjil ini se-olah2
hendak menjerang sang garuda. Sebaliknja apa jang dapat dibuat oleh burung ketjil jang
sebesar bulu burung garuda itu teihadap burung raksasa jang demikian kuat ?
Sekelompok walet sakti segera terbang dihadapan garuda, dengan tjepat sudah
menarik perhatiannja. Kukunja jang mentjengkeram tambang segera dilepas, beralih
menangkap walet sakti. Dengan kegesitan dan ketjerdasannja burung2 ketjil dapat
mengegos dan menghindarkan diri dari paruh garuda. Malang bagi mereka, seekor
kawannja jang kurang hati2 kena tertangkap kuku garuda, tapi dengan ketjepatan kilatLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
burung ketjil mentjelos dari sela2 kuku jang sangat besar itu dan berkumpul lagi dengan
kawan2nja.
Sang garuda mendjadi gusar, sajapnja dikebutkan kekiri-kanan, sedangkan kuku dan
paruhnja mematuk.dan mentjengkeram dengan tenaga jang maha dahsjat. Tapi burung2
ketjil itu tidak mendjadi takut, terus sadja beterbangan mengelilinginja. Perkelahian iang
Iuar biasa ini membuat penonton mendelong sambil mengangakan mulut. Adapula jang
mengherankan orang banjak ini, semakin lama burung2 ketjil semakin sedikit djumlahnja,
dari belasan hanja tinggal tudjuh.. enam.. empat dua.. dan hilang
semuanja. Padahal burung2 ketjil itu tidak ada jang kena patuk atau kena tjengkeram,
tapi kemana gerangan burung2 ketjil jang mungil dan bagus itu ?
Dalam saat jang membingungkan ini, burung garuda itu tiba2 berkelapakan ditengah
udara dengan hebatnja, sajapnja jang besar dikebaskan kekiri-kanan dengan kuat,
agaknja ingin melepaskan sesuatu jang menempel ditubuhnja. Sesaat garuda itu seperti
kesakitan, sajapnja berkelapakan semakin dahsjat sambil mengeluarkan bunji menjajat
hati, menjusul tubuhnja berdjungkiran beberapa kali. Entah apa sebabnja tidak diketahui
orang, mereka melihat schelai dari bulu garuda tjopot dan terbang me-lajang2 kebawah,
kemudian bulu garuda jang rontok ini semakin banjak, tak ubahnja seperti daun kering
tertiup angin. Dengan tjepat disajapnja berwama hitam kelihatan sebuah liang. Saat inilah
orang banjak baharu sadar, bahwa walet sakti mempunjai tjara berkelahi jang luar biasa,
mereka masuk dan menjelusup diketiak musuh, dan tidak kelihatan. Selandjutnja mereka
mematuki bulu lawan sampai tjopot sehelai demi sehelai. Dalam waktu sekedjap sadja
burung garuda itu sudah kehilangan bulunja, sehingga tidak dapat mempertahankan
dirinja untuk tetap berada diudara, setjara per-lahan2 tubuhnja menukik djatuh
kedjurang. Sedangkan burung ketjil jang tjantik itu segera menjanjikan lagu kemenangan
dengan merdunja, mereka berputaran dan hinggap dibahu Yauw Tjian Su. Sang garuda
jang sudah kehilangan bulunja berusaha untuk terbang kembali, tapi usahanja selalu
kandas, ia berontak sekuat tenaga hasilnja tetap kosong, achimja dengan suaranja jang
berputus asa tubuhnja terus djatuh kebawah dan tidak kelihatan lagi. Perkelahian jang
menarik ini, membuat semua orang merasa kagum kepada burung ketjil jang dapat
mengalahkan seekor burung raksasa jang demikian kuat dan ganas. Waktu djaman
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
djajanja sang garuda dapat menerdjang keatas awan dan terbang ratusan lie, tapi
sesudah kena dikalahkan sedikitpun tidak berdaja menahan tubuhnja berada diudara.
Saat ini tubuhnja jang kepajahan itu pasti menukik dengan tjepat kebawah dan menemui
adjalnja. Dari hal ini orang banjak dapat menarik sesuatu peladjaran; semakin musuh
kuat, diri sendiri semakin lemah, tapi biar bagaimana masih berkesempatan mengalahkan
musuh.
Bahaja sudah lewat, Tjiu Piau dengan selamat sudah melintasi rantai besi, demikian
djuga dengan jang lain.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
Mereka beristirahat sedjenak dipohon Sioiig memperhatikan keadaan sekelilingnja,
karena pertarungan antara garuda dan walet sakti tadi lakut menarik perhatian musuh,
tapi sesudah mereka berdiam agak lama, pihak musuh tidak menundjukkan sesuatu
gerakan, demikianlah mereka melandjutkan lagi perdjalanannja dengan tjara jang sama.
Achimja mereka sampai dipohon Siong jang penghabisan, dengan tjepat Tju Hong
berkata: "Kini saatnja sudah tiba untuk memidjak tanah!" Tubuhnja segera berputar
memidjak akar pohon dan lontjat kebawah.
Kiranja dibawah akar Siong ini terdapat sebuah jalanan gunung jang ketjil, orang
banjak sesudah tunin merasa girang sekali, tapi belum habis senangnja kesusahan sudah
berada pula didepan matanja, karena djalanan ini belum pemah didjeladjah Tju Hong, ia
hanja tahu sadja. Terketjuali itu kabutpun demikian tebalnja djurusan mana jang harus
ditempuh tiada jang tahu. Dengan tjepat Kie Sau meraba tanah gunung, kemudian
menentukan djurus mana jang harus diambil: "Kita djalan kesebelah kiri !" Sekalian anak
muda dengan heran memandangnja tidak mengerti. Kie Sau tertawa: "Perhatikan,
djalanan ini kelihatannja rata, sebetulnja tidak. Lihatlah tanda2 bekas air mengalir,
semuanja menudju kesebelah kiri, kita tengah mentjari djalan turun, dari itu harus
menudju kesebelah kiri !" mendengar ini semua orang baharu tahu.
Saat ini mereka bergirang sekali, karena segera akan meninggalkan gunung jane
terkurung. Yauw Tjian Su masih tetap dengan burungnja, burung ketjil jang lutju itu tidak
henti2nja disuruh menjanji, sehingga jang lain tidak merasa sepi. Begitu mereka girang
sang perut terasa lapar, dan haus. Tapi segala makanan sudah habis, airpun tiada, untuk
menangsal perutnja mereka menggunakan kepandaiannja untuk menangkap burung dan
binatang liar jang terdapat disitu. Dengan perasaan menjesal Tju Sie Hong berkata:
"Kalau tahu begini garuda besar itu pasti kukait, dagingnja pasti enak dan tjukup dimakan
beramai !"
"Aha, saat itu mana kau ingai masih mempunjai perut !" kata Wan Thian Hong dengan
djenaka, sehingga membuat orang tertawa besar.
"Kalian djangan membuat gaduh, kini belum saatnja kita bergirang. Kalian harus ingat
seluruh dari Oey San masih dikuasai andjingnja bangsa Boan, dari itu hati2lah !" Wan
Thian Hong mengelelkan lidahnja tidak berani bersuara, demikian djuga dengan jang lain
tidak tertawa lagi.
Begitu suara tertawa berhenti keadaan mendjadi sunji kembali. Langkah demi langkah
madju terus. Tiba2 Yauw Tjian Su tertawa: "Siapa jang haus boleh minum, didepan
terdapat sumber air !" Orang tua ini walaupun sudah landjut usianja, tapi pendengarannja
adalah jang paling tadjam. Ia sudah mendengar air sedangkan jang lain masih belum.
Hanja Kie Sau dapat mendengar sesudah menenangkan perhatiannja: "Benar, marilah
kita kesana!"Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
Dengan tjepat mereka berlarian menudju kesumber air, Yauw Tjian Su berkata pada
Kie Sau: "Nio-heng agaknja bukan sumber air jang merupakan selokan. Tjoba kau dengar
sebenamja apa ?" Sesudah Kie Sau mendengari sebentar segera mendjawab:
"Suaranja menderu2, tidak ubabnja seperti air terdjun jang sangat besar !" Saat
ini mereka masih berdjarak djauh ketempat jang ditudju, sedangkan sekalian anak muda
ini baharu mendengar setjara samar2 sadja. Langkah dan kaki dipertjepat, sesudah
berdjalan agak lama suara air terdjun sudah dpat didengar mereka dengan njata sekali.
Dua saudara Wan paling muda dan paling ke-kanak2an, dengan girang mereka lari paling
dahulu, tak lama kemudian mereka balik kembali sambil berkata: "Heran, tidal terlihat air
terdjun, sedangkan djalanan mendjadi buntu !" Ramai2 orang menudju ketempat jang
disebut, benar sadja sesudah mereka melewati satu tikungan djalan gunung mendjadi
buntu, didepan mereka hanja terIihat sebuah lubang jang ketjil jang menghadang
perdjalanan mereka. Sedangkan suara gemuruh dari air terdjun datangnja dari liang itu.
Kie Sau memungut sebuah batu, dengan keras dilontarkan kebawah untuk mendengar
kembali suara balikannja, tapi begitu lama didengar batu itu tidak bersuara lagi se-olah2
masuk kedalam liang jang tidak mempunjai dasar. Dengan penuh keheranan Kie Sau
memandang pada Yauw Tjian Su sambil berkata: "Yauw Lo lobang ini agaknja dalain
sekali !"
Gwat Hee ingat dengan ilmunja jang pemah dipeladjari dan ingin mentjobanja:
"Kasihlah aku turun untuk memeriksanja !" langkahnja tjepat seperti arfak panah kedalam
liang. Kie Sau hanja bisa berkata: "Gwatdjie hati2 !" sedangkan sang murid sudah
menghilang didalam lobang.
Liang ini lebaruja kira2 satu depa, keadaannja tidak berapa gelap, Gwat Hee sudah
biasa dengan kegelapan digoa rahasia dengan sendirinja dapat melihat dengan tegas
keadaan jang terdapat disitu. Sesudah ia turun tak lama sampai disuatu tempat jg. dapat
dipidjak kaki, dari sini kembali terdapat suatu liang jang tembus kebawah merupakan
sumur. Kalau memandang kebawah dapat melihat sinar putih jang terang dan bunji air
terdjun jang semakin keras, hal jang paling mengherankan sumur ini tidak mempun jai
air, hama ada benda berwama kuning2 entah apa tidak diketahui.
Sumur jang terdapat dibawah liang ini lebarnja beberapa deoa dalamnja beberapa
tumbak, Gwat Hee: mempunjai kesanggupan untuk turun kebawah dari itu ia turun
setjara miring dengan ilmunja jang didapat dari Yauw Tjian Su, dalam sekedjap sadja ia
sudah tiba didasar sumur. Sesudah ditegasi njatanja benda jang ku
ning itu bukan lain dari pasir, begitu ia sampai kakinja sedikitpun tidak mengeluarkan
suara. Tak heran batu jang dilepas Kie Sau tidak menimbulkan suara, pasti djatuh diatas
pasir jang halus itu.
Gemuruh suara air terdjun semakin keras dan membisingkan telinga, sehingga
telinganja gadis ini tuli dibuatnja. Dengan tjepat kedua lengannja, matanja menatapLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
kesuara itu. "Ah" terdengar ia mengeluarkan suara kaget karena didepan matanja
terbentang suatu pemandangan jang luar biasa mentakdjubkan sukma !
Disamping dasar sumur ini terdapat pula goa jang agak pandjang dan lebamja lebih
besar daripada sumur jang didiami Gwat Hee, jang mengherankan mulut goa itu tertutup
oleh lapisan air terdjun jang sangat tebai, sehingga matahari jang menembus diair ini
tipis sekali. Saat ini mungkin sudah sendja, karena sinar lajung merah dan matahari
merah bulat membarah tepat sekali membajang dan mendjadikan pelangi jang ber-
wama2. Keindahan ini membuat sang gadis tertegun dan heran sesaat kemudian baharu
ingat dengan tugasnja dan kembali keatas untuk melaporkan penjelidikannja kepada
sang guru. Sesampainja diatas Gwat Hee mentjeritakan keadaan dibawah, sehingga
saudara2nja ingin turun menjaksikan. Hanja Kie Sau seorang dengan kalem berkata:
Djalanan ada dua udjungnja depan dan belakang, kalau jang ini buntu jang satu pasti
hidup dari itu kita balik lagi !"
Semua orang sudah merasa haus dan lapar, dua saudara Wan dengan kepandaiannja
menangkap beberapa burung jang sedang pulang kesarangnja, kemudian burung2 itu
dimatangi untuk dimakan ramai2, sedangkan air untuk menghilangkan dahaga diambil
dari bawah goa. Sesudah mereka selesai dengan urusan perut segera balik kembali
menurut pendapat Kie Sau.
Diatas gunung jang tinggi sendja terasa sangat pan djang, tapi begitu gelap teraa
sangatr tjepat sekali, sam pai jang tampak hanja bajangan dari mereka sendiri Untunglah
untuk mereka karena sudah biasa berdjalai dimalam hart, sehingga bisa berdjalan dengan
baik di djalan gunung jang sempit. Waktu sudah berlalu lagi malam mendjadi larut, tiba2
dilihat mereka sesuatu ben da menghadang perdjalanan. Sesudah dekat mereka me lihat
sebuah batu jang tingginja tudjuh-delapan tumbal mengachiri djalan gunung jang ketjil
dan merupakar djalan buntu pula.
"Diatas batu terasa tidak rata, entah terukir huruf apa," seru Djie Hay setjara tiba2.
Saat ini walaupun bulan sangat terang tapi untuk melihat apa jang terukir dibatu sukar
.sekali, karena bati itu lama kehudjan anginan sehingga wamanja mendjadi belang dan
berlumut.
"Anak2 tjoba kalian raba, surat apa itu !" perintah Kie Sau. Dengan tjepat muda-mudi
sudah mendjalankan titahnja, dalam sekedjap sadja mereka sudah mengetahui bunji
huruf2 jang terdapat dibatu itu jakni terdir dari empat huruf jang berarti "djalan terachir
untuk manusia"
"Tidak terdapat huruf2 lainkah dikiri-kanannja ?" tanja Kie Sau.
"Tidak,". d jawab mereka.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
"Pepatah mengatakan tidak ada djalan buntu atai terachir bagi manusia kenapa huruf
itu bertentangan se kali dengan pepatah itu !" kata Kie Sau. Tju Hong ter diam mendengar
ini, hatinja mendiadi kesal karena semua orang bisa datang kesini berkat atas adjakannja
Tapi ia biasa berdiam diatas gunung dan lereng se-kali2 tidak pertjaja dengan perkataan
dibatu itu. "Sie Hong keluarkan tambangmu untuk kupakai sebentar !" Sesu dah ia
menerima tambang dari anaknja, kaitan dari sen djata itu se-olah2 dengan sembarangan
sekali digaetkan kepada sela2 batu, tubuhnja menjusul terangkat naik. Dalam waktu
sekedjap sadja batu jang tinggi ini sudah kena dipandjat. Hui Thian Wan (kera terbang
dari langit) kembali muntjul dihadapan orang banjak, sehingga mereka merasa kagum
sekali. Sesudah Tju Hong keatas diselidikinja kekiri-kanan, kemudian dengan gojang2
kepala ia turun kebawah. Melihat ini semua orang sudah maklum, dan tidak heran lagi.
Dengan keluhan napas pandjang Tju Hong berkata pada Kie Sau: "Kalau dilihat dari
keadaan ini mungkin benar2 merupakan djalan terachir untuk manusia !" Andai kata
Thian sengadja mengadakan djalan ini untuk menjusahkan kita, kenapa kita tidak
mentjoba kekuatan kita untuk mengalahkan Thian ! Tjoba pikir masa tidak terdapat sama
sekali djalan keluar dari djalanan jang demikin pandjang ini ? Marilah kita berpentjar
untuk mentjarinja !"
Kie Sau-pun berpikir serupa dengannja, ia pemah mendjeladjah gunung besar dan
ketjil tapi beluni pemah menemui djalan buntu seperti sekarang: "Anak2 lekas kita tjari
djalan keluar setjara berpentjaran agar kita bisa meninggalkan tempat tjelaka ini setjepat
mungkin !" Sesudah diatur sebentar, anak2 muda dua orang didjadikan satu regu,
sedangkan tanda untuk minta bala bantuan kepada kawan sendiri harus membunjikan
siulan pandjang. Selesai diatur barisan ini segera berpentjar keempat pendjuru. Tjiu Piau
seregu dengan Gwat Hcc, sambil mentjari djalan mereka sambil ber-tjakap2 dengan
asjiknja. Saat ini bulan agaknja semakin terang untuk meieka berdua, keadaan pun
semakiri indah tampaknja, sehingga mereka lupa masih dalam keadaan bahaja ! Sesaat
kemudian Tjiu Piau mengeluh sambil menarik napas pandjang, hal ini membuat kawannja
mendjadi heran dan ingin bertanja. Tapi kata2nja batal bertanja melainkan mengeluarkan
kata: "Tjiu Suko kau lihat benda apa itu !"
Mereka mengawasi dengan tadjam pada benda jang berada dihadapannja. Dilihatnja
dari ben tuknja seperti manusia, tapi tubuhnja berukuran tudjuhdelapan tumbak agaknja
terlalu tinggi sekali bagi ukuran manusia. Mungkinkah machluk raksasa ? Ja hanja kata2
raksasa sadja jang tepat untuk menamakan benda jang berbentuk orang itu. Mereka ber
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
indap2 mendekati tanpa mengeluarkan suara. Sesudah dekat sekali Gwat Hee dapat
membedakan bahwa benda itu bukannja orang melainkan seperti batu. Ia berbisik pada
sang djaka: "Tjoba timpuk dengan batu !" Tjiu Piau menggeserkan kakinja dan
menendangkan batu setjara tiba2, batu itu dengan tepat mengenai sasaran sambil
mengeluarkan bunji "pung". Dari suaranja ini dapat dipastikan bukan batu melainkan
tunggul dari pohon Siong jang sudah tua sekali. Mereka saling pandang dengan tertawa,
atas hal menakutkan diri sendiri tadi.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
"Mari kita duduk disana dan memandang kebiwah, siapa tahu kita dapat menemukan
djalan selamat untuk meninggalkan tempat ini !" kata Gwat Hee. Tanpa banjak pikir lagi
Tjiu Piau menganggukkan kepalanja, kemudian mereka segera menudju ketempat
tunggul. Sesudah duduk Gwat Hee berkata: "Tjiu Suko kenapa kau menarik napas tadi
?" Begitu kena tanja hatinja sang djaka segera ingat lagi dengan soal2 jang menjesak
dadanja. Dengan suara elahan ia mendjawab: "Sedjak ketjil aku belum pemah berpisah
dengan ibu barang setindak, kini sudah setengah tahun lamanja aku berpisah, hari ini
entah bagaimana hatiku terangsang mengingat. tems r kan ibuku, sehingga membuatku
menarik napas dan ingin menemuinja."
"Kenapa kau tidak melandjutkan kata2mu ?"
"Aku, seperti mendengar suara orang ber-kata2 !"
"Ah, aku sendiri tidak mendengamja !"
Sesudah Tjiu Piau mendengari sebentar, benar sadja tidak terdengar suara lagi, ia
baharu melandjutkan katanja: "Kurasa saat ini ibukupun tengah memikirkan aku dan
ingin mengetahui kabar tentang anaknja. Sajang disini tidak terdapat burung pos jang
dapat mengirim surat !" habis berkata kembali ia mengeluh sambil memukulkan
lengannja kepada tunggul kaju Siong tua, sekadar melampiaskan kesedihan hatinja.
Gwat Hee melompat kaget dan memandang kepada tunggul Siong dengan penuh
perhatian. Tjiu Piau bertanja dengan penuh keheranan: "Kau kenapa ?" Sang kawan
memberikan tanda agar ia tidak bersuara. Hal ini menambah keheranannja, dengan
perlahan Gwat Hee berbisik: "Tepakanmu pada tunggul ini menerbitkan suara jang
aneh, apa kau tidak memperhatikan ?"
"Apa jang aneh ?"
"Suaranja pung seperti kaju kosong !"
"Kaju jang sudah ratusan tahun tentu sadja dalamnja sudah dimakan rajap, perlu apa
diherankan ?"
"Ini terketjuali dan mengherankan. Bukankah kau tadi mendengar suara orang ?
Mungkin orang itu bersembunji didalam kaju ini !"
"Tjoba kita periksa." kata Tjiu Piau perlahan. Dengan penuh hati2 mereka mulai
memeriksa tunggul ini dari atas kebawah dari bawah keatas dan sekitamja sambil di-
ketok2, alhasil sedikit tanda2 jang mentjurigakan tidak didapat. Tjiu Piau tidak sabaran
lagi kakinja terangkat menendang. "Krekkkk" berbunji sekali, tunggul itu se-olah2
bergerak sedikit.
Mereka mendjadi kaget, dengan tjepat Tjiu Piau mengerahkan tenaganja mentjabut
tunggul ini, sajang sedikit djuga tidak bergerak, keheranan mereka men-djadi2, sesudahLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
menjiapkan tenaga mereka sepenuhnja segera ditjabutnja ber-sama2. Sekali ini usaha
mereka berhasil baik, tunggul ini kena tertjabut, bahkan dibawah tunggul tertarik pula
seorang nona besar jang memegangi tunggul palsu ini sepenuh tenaga, sehingga tak
mengherankan tunggul ini mendjadi berat. Siapakah orang ini ? Tak lain dari Tjen Tjen
sinakal !
Dengan kaget Gwat Hee mentjelat kesamping sambil bersiap atas serangan lawan.
Sebaliknja dengan lawan begitu berada diatas segera membentak: "Kalian kenapa
bertjintaan disini ! Kalau maupun harus ditempat jang sunji agar tidak diketahui orang
daji terhindar dari segala gangguan ?" Nada katanja ini menundjukkan kegusaran jang
terpendam alias tjemburu !
"Tak tahu malu ! Ber-sembunji2 mengintip orang masih berani memaki orang ! Lekas
madju dan panggil semua orang2mu naik untuk kuhadjar satu2, djangan bersembunji
seperti pengetjut besar." Sengadja suaranja dibesarkan agar kawan2nja mendapat tahu.
Tak laina kemudian jang lain datang ketempat mereka mengadu mulut.
"Untuk apa banjak bitjara, lekaslah kau pergi djauhan untuk melandjutkan kasih
mesramu itu. Pepatah mengatakan air sungai tidak mengganggu air sumur, aku tidak
mau mengganggumu, kaupun djangan mengganggnku. Lekas !" Dari suaranja ini
menundjukan ketjemasan jang luar biasa, se-olah2 ingin mengusir orang dalam detik itu
djuga. "Pasti ada sebabnja, aku harus mengetahuinja," pikir Gwat Hee. Dengan
tersenjum ia menghampiri dan mendjulurkan lengan: "Haruskah kita berdjabatan tangan
untuk menguatkan apa jang kau katakan tadi ?" Tjen Tjen mengetahui kedatangan lawan
tidak bermaksud baik, dengan tjemas ia mundur selangr kah. Tiba2 lengannja keluar
mengeluarkan djurus ulamja menangkap lengan kanan Gwat Hee.
Pada hari belakangan ilmu silat Gwat Hee mendapat kemadjuan banjak, sudah lama
hatinja ingin mentjobanja, kebenaran sekali berdjumpah dengan lawan lamanja hatinja
mendjadi girang sekali. Tanpa mundur lagi lengannja mengeluarkan djurus "bukit aneh
terbang mendatang" membarengi serangan lawan. Dengan ketjepatan kilat Tjen Tjen
menarik lengannja dan mengegos dengan lintlah menghindarkan serangan.
Tjen Tjen enggan mengadu kekuatan, hatinja mem
punjai rentjana untuk mengalahkan Iawan dengan akal. la berpikir: "Lawan berada
ditempat jang litjin dan tidak rata. Kalau ia menggunakan tenaga menarik diriku, segera
kulepas setjara mendadak, tubuhnja pasti terguling kebelakang." Belum habis ia berpikir
musuh sudah mengeluarkan tangan untuk menariknja. Hal ini membuatnja tertawa
girang, tangannja itu sengadja dikeraskan sedikit agar lawan mengeluarkan tenaga
penuh baharu melepasnja. Tapi rentjananja gagal semua, karena sang lawan djuga
bukan anak kemarin dulu. Sebab begitu berhasil memegang lengannja kakinja menotol
bumi dan tubuhnja mentjelat keatas memindjam tenaga tarikan lawan. Begitu turunLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
tangannja segera mengeluarkan djurus Kapak langit membelah gunung menghadjar
batok kepalanja.
Tjen Tjen merasakan angin keras datang diatas kepala, ia sadar kelebihannja atas
lawan hanja kelintjahannja sadja, sedangkan mengenai tenaga ia mengakui tidak sekuat
lawan. Untuk menjelamatkan kepalanja lengan jang membelit dilepaskan, buru2
mentjelat mundur ingin kabur, tapi hatinja mendjadi kaget karena sekeliling su,dah
terdjaga rapat oleh musuh2nja. Tjen Tjen adalah seorang anak jang pintar dan tidak mau
menderita kerugian didepan mata, dengan tjepat ia mendjatuhkan diri ditanah sambil
berkata : "Aku mengaku kalah ! Kalian mau berbuat apa terhadapku ? Terserah !" Dua
saudara Wan madju memegang tangannja kiri-kanan, tidak memberikan ia berbuat nakal.
Sedangkan Djie Hay segera bertanja: "Kenapa kau bisa bersembunji disini, lekas katakan
I "
"Sebaliknja kalian kenapa bisa berada disini ?"
"Dimana ajailmu jang berhati binatang itu berada, lekas katakan !"
"Kalian ingin mentjarinja, itu hal jang mudah sekali, aku boleh membawa kalian
kesuatu tempat untuk mencmuinja." Baharu sadja pertjakapan mereka berdjalan sampai
disini tiba2 didengamja suara tangis Tjiu Piau dari dalam lobang bekas tunggul palsu.
"Piau Koko, Piau Koko !" seru Gwat Hee kalang kabut.
"Begitu sadja sudah gelisah !" edjek Tjen Tjen.
Djie Hay memegang bahunja dengan keras dan bertanja: "Siapa berada didalam
lobang ?"
"Ada seseorang jang sangat ditjintainja. Dantidak perlu heran kalau ia menangis,
sebab berdjumpah dengan djantung hatinja jang bukan alang kepalang dirindukan dan
ditjintainja !" Gwat Hee tak sabar lagi men-dengar edjekannja segera lari melihat kedalam
liang. Kiranja dibawah tunggul palsu terdapat lobang jang 'dalamnja satu tumbak lebih
dan lebar empat kaki, bisa dipakai untuk dua orang berduduk. Gwat Hee dari atas dapat
melihat dengan tegas Tjiu Piau tengah nangis dihadapan seorang nenek tua jang
berwadjah welas asih'. Didengamja Tjiu Piau berkata: "Bu, akulah jang menjebabkan kau
menderita susah !" Nenek itu dengaii Tasihnja meng-usap2 rambut anaknja sambil
tersenjum: "Kita bisa bertemu lagi sudah tjukup dari bagus, kenapa harus menangis !"
Sekali ini membuat Gwat Hee terpaku, biar bagaimana djuga ia tidak memikir dapat
berdjumpa dengan ibu Tjiu Piau ditempat semacam ini.
Orang banjak sesudah mengetahui hal ini mendjadi Tieran dan girang. Saat itu djuga
Tjiu Piau dibudjuknja untuk tidak menangis terlebih lama. Sesudah dua ibu beranak
diatas, anak2 muda segera memanggil Siok-bo, Pee-bo dengan mesranja. Ibu Tjiau Piau
mendjadi girang melihat putera-puteri dari saudara2 angkat mendiang suaminja sudahLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
demikian besar, hanja dua saudara Wan tidak diketahuinja, tapi sesudah diperkenalkan
olel Tjiu Piau ia baharu tahu.
Kenapakah ibu Tjiu Piau bisa berada disini ? Hal ini sedikitpun tidak mengherankan,
karena sedjak Louw Eng mengetahui ia berada di Thian Bok San segera mentjarinja.
Wanita tua jang tidak berapa mahir bersilat ini dengan mudah kena dipaksa untuk naik
Oee San dengan maksud tidak baik, karena nenek tua ini akan didjadikan djaminan untuk
menjelamatkan dirinja kalau usahanja gagal. Andai kata ia terkena mutiara beratjun boleh
pula menggunakan, nenek ini minta obat penawar kepada Tjiu Piau. Tapi kenapa
disembunjikan dibawah tungguj palsu, kiranja ia takut orang tua ini menuturkan tjerita
jang telah lalu didepan banjak orang, dan disuruhnja Tjen Tjeri mendjaga. Sedangkan ia
sendiri setiap hari datang untuk mendjenguknja sekali.
Ibu Tjiu Piau sangat girang sekali melihat Tju Hong, dengan tjepat hatinja ingat kepada
Tjiu Tjian Kin, sehingga mendjadi sedih dan mengutjurkan air mata. Orang banjak
membudjuk sambil menuturkan kedjadian baru2 ini jang dialaminja. Achimja mereka
terdiam, begitu sampai dengan kata2 "djalan terachir untuk manusia".
"Ini bukan djalan terachir untuk manusia, se-kali2 bukan" kata ibu Tjiu Piau.
,JBu, apa kau tahu djalan untuk turun gunung."
"Kau pikir kalau djalan inibuntu kenapa kau bisa berada disini, kenapa Louw Eng bisa
datang kesini setiap hari ?"
"Benar," kata Kie Sau, "apa Djie-so tahu djalan masuk kesini dari mana ?"
"Waktu aku dibawa seluruh tubuhku sudah ditotok, sehingga tidak mengetahuinja, tapi
masih dapat kita mengusutnja bukan ?"
"Panggil Tjen Tjen 1" seru Kie Sau.
"Anak perempuan itu sangat pandai ber-kata2, hati2lah dengan kata2 bohongnja.
Sedangkan aku mengetahui setiap kali Louw Eng datang ditubuhnja terdapat tetesan air.
Kupikir tentu ia datang kemari mengambil djalan sungai atau mata air
"Atau air terdjun," sambung Gwat Hee dengan tjepat.
Mendengar ini jang lainpun mendjadi ingat pada air terdjun jang terdapat didalam goa
dan memastikan dari air terdjun itu mempunjai djalan jang berhubungan dengan dunja
luar.
"Berilah aku menjelidikinja !" seru Djie Hay dengan bersemangat.
"Sabar," kata Kie Sau, "untuk apa ter-gesa2." Kata2 ini membuat seluruh mata
memandang kepadanja. Kie Sau melandjutkan lagi katanja: "Bukan sadja harus bersabar,
bahkan kita harus menjelesaikan dahulu penghianat2 bangsa itu, kemudian baharu kitaLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
tinggalkan tempat ini." Wan Thian Hong adalah anak jang pandai, sekedjap sadja sudah
mengetahui apa jang dimaksud dengan kata2 itu. Ia berkata: "Haruskah kita menjiapkan
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thian Lo Tee Bong (djaring langit dan bumi) disini untuk meringkus dan menantikan
Louw Eng masuk djaring sendiri ?"
"Benar ! Bukankah Louw Eng setiap hari datang kesini seorang diri ? Mungkin tidak
lama lagi ia bisa datang lagi, sebaiknja kita tunggu sampai hari esok untuk menjelesaikan
hal ini baharu berangkat !"
Mendengar tentang membalas sakit hati, sekalian muda-mudi meng-gosok2 lengan
dengan geram, demikian djuga dengan Tju Hong jang sudah berusia landjut tidak mau
ketinggalan. Ibu Tjiu Piau mengharapkan agar hal ini lekas2 berhasil, agar ia bisa
menjembajangkan arwah suaminja serta sekalian saudara angkatnja dengan djiwa sang
djahanam. Sekalipun orang tidak mau turun dan meninggalkan Oey San untuk membalas
dendam dan menjapu bersih sekalian kaum penghianat.
Pada hari kedua Kie Sau mulai mengatur lagi siasatnja: "Biar bagaimana Louw Eng
pasti datang, kita harus memasang perangkap disekitar ini, se-kali2 djangan diberi lolos.
TerketjuaU dari ini satu hal perlu pula diperhatikan kita mengurung sang djahanam, tapi
djangan sampai kitapun dikurung lagi kaki tangannja."
"Maksudmu bagaimana ?" tanja Yauw Tjian Su.
"Menurut hematku jang bodoh, harus ada orang jang mendjaga djalan masuknja,
begitu dia masuk, segera mendjaga djalan itu dan djangan kasi masuk jang lain. Dengan
tjara ini kita bisa membuatnja tidak bisa balik belakang dan tidak bisa memberi masuk
kawan2nja. Andaikata ada djuga pengikutnja mau menerdjang masuk dengan paksa kita
boleh membuat rentjana dahulu untuk menghadapinja."
"Tjara ini sungguh bagus, tapi dimana kita harus mendjaganja ?" tanja Tju Hong.
"Kalau dilihat keadaan sekarang djalan masuk kesini hanja dari belakang batu besar
dan dari balik air terdjun dua tempat, disitulah harus kita mendjaganja."
"Kau sungguh pandai mengatur rentjana dan siasat," kata Yauw Tjian Su, "dasar
tukang main tjatur jang achli, otaknjapun pandai sekali karenanja aku setudju dengan
apa jang kau atur."
Siapakah jang harus mendjaga pintu, hal ini agak menjulitkan, karena sekalian anak
muda langsung adalah musuh mereka, semua ingin berdiam disini untuk membereskan
musuhnja dengan lengan sendiri, sehingga tiada jang mau pergi mendjaga dikedua pintu
itu.
"Yauw Lo, kau dan aku tidak bermusuhan langsung seperti mereka terhadap Louw
Eng, kalau dilihat begini harus kita berdua mendjaga kedua djalan itu, bagaimana
pendapatmu ?"Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
"Bagus ! mari kita kerdjakan."
"Ja, kau mendjaga diair terdjun, aku dibalik batu besar. Tempat itu sangat baik
walaupun kita mendjaga seorang diri musuh sukar untuk masuk."
"Baiklah aku kesana untuk ber-main2!" ia berlalu sambil memanggil burung2 ketjil
setjara per-lahan2.
Sebelum berlalu Kie Sau memesan kepada Tju Hong dan ibu Tjiu Piau. "Mengenai
urusan disini sebaiknja kalian berdua jang mengatur. Sesudah berhasil menangkap Louw
Eng terserah kepada kalian, mau diapakan pun boleh. Tapi harus ingat kepada satu hal,
jakni tjari dan selidikinja ditubuhnja sesuatu jang terdapat, barangkali sadja kita dapat
mentjari sesuatu djalan turun dari gunung ini."
"Kami pasti mengingatnja. Ja urusan selandjutnja kuserahkan kepada Djie-so sadja
jang memimpin." Kata Tju Hong saling mengalah. Sementara itu Kie Sau sudah berlalu
untuk mendjaga dibalik batu.
Muda-mudi sudah siap membaihok (mendjaga setjara tersembunji) sedangkan Tjen
Tjen didjaga keras dua saudara Wan.
Yauw Tjian Su sudah sampai ditempat tudjuannja, ia berdiam sambil berduduk dibalik
air terdjun dengan tenang. Belum iama ia berduduk telingannja jang tadjam .segera
menangkap pembitjaraan dua orang.
Jang satu berkata: "Lauw-tee sekali ini kau harus menggusur nenek2 itu untuk
dibawa keatas puntjak, kita pukul sekali dan berkata sekali2 dengan tjara ini pasti anaknja
itu kena terpantjing datang."
"Siauw-tee tengah berpikir untuk mendjalankan siasat itu, dari itu kuminta Su-siok
menantikan disini, aku segera membawa nenek2 itu untuk didjadikan umpan. Dengan
nenek2 ini kita pantjing Tjiu Piau dengan botjah itu kita pantjing jang lain. Waktu itu kita
dapat menangkap satu demi satu !" Kata2 ini ditutup dengan tertawa besar dari kedua
orang.
Terdengar suaranja tapi tidak terlihat orangnja, Yauw Tjian Su tjukup mengenal suara
orang. Tang pertama mengeluarkan suara adalah Hek Liong T,o Kuav sedangkan jang
kedua adalah Louw Eng. Pertiakapan ini datang dari balik air terdjun, biar tidak melihat
orang tua ini sudah dapat. memastikan dimana kedudukan lawan, jakni dibalik air terdjun
sedjauh dua tiga tombak. Dengan tjepat tubuhnja bersembunji menantikan kedatangaa
sang djahanam. Keadaan didalam goa lekak-lekuk tidak rata, tubuhnja ditempatkan pada
suatu sudut jang tidak mudah terlihat orang sedangkan ia bisa melihat kemana sadja
dengan tegas. Tiba2 dari air terdjun berkelebat sesosok bajangan hitam masuk kedalam.
Gerakannja sangat tjepat dan lintjah, menundjukkan dirinja tjukup liehay. Tubuhnja tidak
basah, hanja pundaknja sadja terkena sedikit tetesan air, orang ini adalah Louw Eng.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
Begitu ia masuk segera me-nepak2 pundaknja dan menggojangkan kepalanja untuk
menghilangkan tetesan air-. Kakinja melangkah dengan tjepat menudju kedjalan terachir
untuk manusia. Diam2 Yauw Tjian Su tertawa didalam hatinja: "Kau begitu senang aiean
menangkap Ensomu sendiri, sehingga tidak mengetahui bahaja sudah berada diatas
kepalamu sendiri !" ia berpikir terus, hampir2 suara tertawanja keluar dari mulutnja, tapi
dengan tjepat ia bisa berbalik pikjr: "Biar bagaimana aku tidak boleh mengeluarkan suara,
sebab diluar air terdjun terdapat Hek Liong, kalau sampai ia masuk urusan akan mendjadi
kalut. Sedangkan anak2 sudah lama sekali ingin membalas sakit hatinja, biar bagaimana
aku harus membantunja agar soal ini bisa berdjalan dengan lantjar." Orang tua ini me-
megang2 kepalanja sambil menasehatkan diri sendiri: "Orang tua kau harus mendjaga
dengan baik disini !"
Siapa kira pada saat ini dari balik air terdjun kembali berkelebat sesosok tubuh orang,
orang tua ini sampai terbukg lebar matanja memandang orang itu, tampak olehnja tubuh
kurus menggelinding turun setjara diam2 dari sudut air terdjun. Agaknja dari sudut itu
tidak terdapat tempat untuk menaruh kaki, sehingga tidak bisa melontjat masuk dengan
baik, sehingga harus ber-guling2an. Dalam waktu sekedjap orang itu tidak bisa berdiri
dengan baik, kepalanja kena tertimpah air terdjun setjara deras, membuat dirinja
terbawa arus air terus djatuh kebawali Oran" itu dengan tjepat menusukkan lengannja
kedinding dengan keras, hebat luar biasa lengannja itu bis menembus dinding tebing
sehingga tubuhnja diselamatkan. Jang mengherankan orang tua ini lengan orang in tidak
berdjeridji sama sekali. Sedangkan tubuhnja jane kurus tak ubahnja seperti rangka tulang
terbungkus kulit. Sedangkan matanja ber-kilat2 bersinar. Dengan tjaranja menantjapkan
lengannja ia naik keatas dan membuntuti Louw Eng.
Yauw Tjian Su semakin heran, karena tidak mengetahui orang ini siapa, didunja Kauw-
ouw belum pemah ia menemui orang sematjam ini. Sedangkan lengannja jang tidak
berdjeridji tapi bisa menembus didinding jang keras menundjukkan akan ilmunja jang
tinggi dan menempatkan dirinja bukan dari kalangan biasa. Semakin berpikir orang tua
ini semakin pusing kepalanja, ia mengeluh dengan perlahan mengatakan: "Kalau Louw
Eng mendapat bantuan orang sematjam ini sukar untuk dihadapi seorang diri, aku harus
mengawasinja terlebih hati2." Sesudah mengambil keputusan dengan tjepat ia mengikuti
dengan tjepat tanpa menimbulkan suara.
Orang itu madju kemuka dengan tjepat, tanpa menghiraukan dibelakang ada tidaknja
orang mengikuti. Dilihat dari gerak-geriknja jang sembunji2 agaknja ia hanja takut orang
dari depan sadja. Orang tua ini semakin bingung dan tidak mengerti pada orang jang
tidak dikenal ini.
Sesudah berdjalan sebentar segera terlihat Louw Eng didepan, sedangkan orang jang
membuntuti dibelakang tidak mempunjai tempat untuk meniembunjikan diri karena
djalanan didalam goa sangat ketjil dan hanja tjukup untuk menempatkan tubuh seorangLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
sadja. Orang itu tanpa gugup mempertjepat djalannja menudju pada orang jang berada
didepannja. Sebaliknja dengan siorang tua tidak terus madju hanja memberhentikan kaki
nja sambil mengawasi mereka. Louw Eng balik badanbegitu mendengar suara kaki
dibelakang, begitu ia melihat orang jang datang ini, wadjah segera membajangkan
perasaan takut, ia bengong tidak bergerak seperti kesima. Orang itu berdiri sedjauh tiga
tindak dari hadapannja tanpa ber-gerak2, matanja mendelik tapi tidak mengeluarkan
sepatah katapun djuga. Dari sinar matanja menundjukkan suatu perasaan dendam dan
bentji" sedangkan mukanja dari putih berubah mendjadi merah, dari merah mendjadi
hidjau muda, menundjukkan perasaan hatinja jang tertusuk hebat dan sampai dipuntjak
kegusaran. Dalam waktu sebentar Louw Eng seperti tengah menghadapi seorang iblis
jang bengis, sampai ketenangan jang terpelihara hilang sebagian, sebagian dari kaki
tangannja menjusul tidak dapat diperintah dengan baik, semakin orang itu tidak ber-
kata2, ketakutannja semakin men-djadi2. Achimja ia memberanikan diri untuk membuka
nnilut: "Siapakah kau, orang atau setan ?"
Kalau setan lekas kau pergi djangan mengganggu aku, nanti aku membuat sadjian
untuk menjembajangkan arwahmu !"
Orang itu tidak mendjawab hanja mengeluarkan suara "he.. he!.." dua kali dari dalam
kerongkongannja, sedangkan kedua lengannja jang tidak berdjeridji diangkat. dan
dirapatkan satu sama lain sambil di-gojang2kan kedepan mata Louw Eng. Saat ini Yauw
Tjjan Su baharu dapat melihat tegas akan tangannja itu jang kering seperti terdjemur
dan menakiitkan. Sesudah di-gojang2kan leneran itu ditantjapkan kepada dinding goa,
sekali ini pukulannja lebih hebat dari tadi, lengan itu ambles kedalam dinding sedalam
satu kaki. Kemudian ditjabut kembali tanpa menderita luka. Louw Eng terkedjut dan
mundur setumbak lebih.
Saat ini orang itu baharu mengeluarkan suaranja: "Louw Eng ! Tiga bulan lamanja
kunantikan kau di Oee San ini. Aku tidak berani menundjukkan muka selama itu karena
kau mempunjai banjak pengikut, kini kesabaranku membawa hasil untuk berdjumpa
dengan kau seorang din. Keluarkanlah kedua lenganmu untuk menentukan siapa jang
lebih unggul diantara kita berdua!"
Mendengar orang ini mengeluarkan suara ketenangan Louw Eng madju banjak,
mukanja jang litjik segera mengeluarkan senjumnja jang terkenal menakutkan,
sedangkan kedua matanja tidak henti2nja menatap kepada orang itu, achimja ia berkata:
"Pek Hoo Heng, lama sudah kau kukenang, beruntung sekali kita berdjumpa disini
Memang orang itu tidak lain dari Pek Hoo !
Demi didengamja "Pek Hoo" dua huruf orang tua she Yauw lantas ingat pada
penuturan Djie Hay dipulau Bu Beng, jang mengatakan Pek Hoo dihantjurkanLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
djaritangannja dan tenggelam didanau Bu Beng. Tidak kira sampai sekarang ia masih
hidup dan muntjul di Oey San setjara sembunji2.
Suara Louw Eng tadi belum habis tapi sudah kena dipotong oleh Pek Hoo ditengah
djalan. Dengan dingin ia berkata: "Louw Eng kau djangan banyak bitjara lagi, seluruh isi
hatimu sudah kukenal. Kalau kau benar2 mengenang akan diriku. kuhaturkan terima
kasihku disini. 'Taoi sajang sekali Hek Hoo kakakku sudah mendjadi tulang tak berdaging,
atas dirinja mungkin kau masih mengenang djuga barangkali ?" Sambil bitiara matanja
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengeluarkan sinar iang merah berapi. Kita sudah tahu bahwa Pek Hoo adalah seorang
jang bukan main litjinnja dan tidak kalah disebelah bawah Louw Eng, tempo hari terhindar
dari kematian segera mengetahui maksud iang dikandung sang "Toa-ko" hanja
mendiadikan mereka mendjadi andjingnja sadja, lain tidak. Dari itu dendam ia semakin
besar. kini Louw Eng ingin menggojangkan lidah untuk menipunja lagi, mana bisa ? Ia
sadar lidahnja jang tidak bertulang ini sudah kurang kemudjarapannja, perbuatannja tadi
hanja untuk membuat lawannja tidak bersiaga agar ia bisa mengeluarkan tangan untuk
mematikannja.
Siauw Bu Siang kembali tertawa setjara litjik: "Pek Heng tak perlu lagi aku banjak
bitjara, katakanlah leka sapa jang kau kehendaki ?"
"Hanja dua matjam jang aku mau !"
"Katakan lekas !"
"Kesatu, hantjurkan sepuluh djarimu, untuk menggantikan kerugian djariku !"
"Boleh ! Aku sanggup ! Jang kedua ?"
"Kedua, bajarlah hutang darah dari kakakku dengan. djiwaku !" baharu suaranja habis
tubuhnja sudah madju menerdjang menjerang alis mata musuh dengan kedua lengannja
jang tak berdjari. Angin pukulannja ini membuat Louw Eng mundur lagi kebelakang, ia
tahu keliehayan lawan dan tak berani menangkis dengan kekerasan.
Pek Hoo tidak mau melepaskan lawan begitu sadja, tekadnja untuk membaias sakit
hati sudah lama disimpan didalam hatinja sedjak ia selamat dari Bu Beng To terus melatih
dirinja guna menghadapi hari ini. Tanpa banjak komentar lagi, Louw Eng menghunus
pedang mustikanja, mengandalkan ketadjaman dari pedangnja ini dihadapi lawan tanpa
gentar lagi, pedangnja diangkat tinggi dan ditapaskan kepada lawan. Pek Hoo tertawa
besar sedikitpun tidak merasa gentar, lengan kanannja terangkat naik menepak pedang,
digunakan seperti toja tanpa takut kena tertabas. Pedang itu kena disampok miring,
menjusul lengan kirinja keluar menghantam tenggorokkan lawan. Sebaliknja Louw Eng
merasakan pedangnja itu seperti mengenai benda jang lunak tidak lunak djuga tidak
keras, tidak melukakan djuga tidak membuat lawan berdarah ! Bukan sadja ia mendjadi
kaget, sedangkan Yauw Tjian Su pun turut mendjadi heran.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
Pertarungan kembali berdjalan dengan sengit, segala djurus dan serangan dari Pek
Hoo disertai tekad mengadu djiwa, kedua lengannja dipergunakan demikian ga.nas,
andaikata Louw Eng tidak bersendjata sepasang pedang mustika mungkin sudah tak
sanggup menahan serangan nekad jang membabi buta ini. Bebeberapa djurus sudah
berlalu Louw Eng sadar lengan musuh sudah terlatih mendjadi alot dan kedot sehingga
pedangnja tidak bisa berbuat apa2. Dari itu ia mengubah siasat lain, pedangnja tidak
menjerang lengan lawan melainkan diarahkan kepada bahu lawan, dengan maksud
memutuskannja. Kini sepasang pedangnja dan sepasang lengan bergumul mendjadi satu,
sedangkan dibagian tubuh masing2 mengeluarkan banjak lowongan2 jang dapat
diserang, sajang sekali hal ini tidak diketahui masing2 sehingga banjak kesempatan dilalui
begitu sadja.
Yauw Tjian Su jang memperhatikan perkelahian ini mendjadi mulas mehhat permainan
pedang Louw Eng jang tidak keruan. Kalau dibanding dengan ilmu berlengan kosong ia
dapat menggolongkan diri sekelas dengan Hoa San Kie Sau, bahkan ia bLsa
memperdalamnja kalau tidak banjak berpikir jang bukan2 dalam bulan2 belakangan ini.
Tapi sesudah bersendjata pedang ilmunja segera mendjadi biasa sadja, padahal sedjak
mendapat pedang mustika itu ia sudah melatih ilmu pedang selama delapan belas tahun
tapi tidak memperoleh kemadjuan jang diharapkan. Kesemua ini disebabkan ia tidak
mempeladjari ilmu pedang setjara radjin, hatinja selalu mengandalkan ketadjamannja
terketjuali itu sudah menganggap dirinja liehay sekali. Memang dalam pandangan orang
biasa ilmu pedangnja ini sudah luar biasa sekali tapi untuk mata Yauw Tjian Su
menundjukkan dengan njata kekurangan2 jang mentjolok sekali dan mudah untuk
dikalahkan.
Orang tua ini berpikir: "Aku harus membantu Pek Hoo. Tangannja meraup pasir sambil
memandang terus perkelahian. Per-lahan2 lengannja itu mentjentilkan butiran2 pasir
jang agak besar pada kaki tangan Pek Hoo, setjara otomatis kaki itu terangkat naik
menendang pinggang lawan, saat ini memang dibagian pinggang itu tengah kosong,
Louw Eng segera mengegos setjepat mungkin kesebelah kanan, tapi perutnja sebelah
kanan setjara tiba2 telak kena ditendang lawan. Hal ini terdjadi karena kaki kiri Pek Hoo
sudah kena pasimja Yauw Tjian Su kembali dan dapat menendang lagi. Dalam waktu
sekedjap sadja Louw Eng mendjadi kalang kabut dan berada dibawah angin, sehingga
pertempuran ini dapat diramalkan siapa jang menang siapa jang kalah. Ia mentjelat
mundur sambil bersiul pandjang. Suara ini mendatangkan seseorang dan mendjadikan
suatu pertarungan jang djarang terdjadi didunja Kang-ouw pada djapiannja ini.
Siulan pandjang dari Louw Eng se-mata2 untuk minta bantuan pada Hek Liong Lo
Kuav. Yauw Tjian Su segera mundur setindak menjembunjikan diiinja waktu mendengar
suara orang masuk melewati tabir air terdjun, matanja terbuka lebar dengan waspada
untuk melihat sesuatu keadaan. Sedangkan hatinja diam2 merasa kuatir djuga, pikimjaLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
kalau dua orang ini jang masuk untuk menangkap ibu Tjiu Piau sekalian anak muda
belum tentu dapat menandinginja.
Hek Liong terdiam sesaat menatap Pek Hoo, sebaliknja dengan Louw Eng semangatnja
mendjadi terbangun, ia berseru girang: "Su-siok orang ini berilmu luar biasa sebaiknja
ber-hati2 !" Tengah ia bitjara serangan lawan kembali sudah datang dan mendesaknja
mundur.
Pada umumnja ilmu silat mempunjai djurus menjerang dan bertahan, tapi ilmu Pek
Hoo lain dari jang lain, melulu menjerang dan tidak menghiraukan pendjagaan diri. Louw
Eng tidak berani sembarangan merang
sak rausuhnja jg. sudah nekad dan bertekad untuk mengadu djiwa, ia tak sudi mati
ber-sama2, karena hatinja masih ingin hidup terus untuk menikmati keindahan dunja !
Tak heran kalau semakin lama kedudukannja semakin berada dibawah angin, lebih2
sesudah Pek Hoo mendapat bantuan dari Yauw Tjian Su dapat dikatakan perlawanannja
sudah patah sama sekali.
Sesudah Hek Liong memperhatikan pertarungan mereka sebanjak lima-enam djurus.
segera mengetahui ilmu jang digunakan sirase, jakni mengambil dan mengumpulkan ilmu
serangan dari berbagai golongan tjabang ilmu silat. Serangan lengannja serabutan dan
liehay sekali, tapi kakinja tidak seliehay tangan. Kesalahan dan kekurangannja masih
banjak sekali sehingga ilmunja ini belum dapat dikatakan sempuma.
"Louw Eng," kata Lo Kuay, "mau ditangkap hidup atau mati ?"
Louw Eng berpikir, bahwa Pek Hoo sudah tidak ada gunanja untuk dirinja. Dari itu ia
berkata: "Aku tidak ingin ia hidup !"
"Baik, tunggu kuhadjar ! Selandjutnja kau jang membereskan !"
Pek Hoo tidak menghiraukan tanja djawab antara mereka, seluruh perhatiannja
berpusat menjerang lawan. Kedua pedang Louw Eng terangkat berbareng masing2
menjerang kedua bahu musuh dengan maksud memapaSnja keatas membuat pangkal
lengan lawan mendjadi putus. Pek Hoo sedikitpun tidak merasa gentar, kedua lengannja
terangkat merupakan ,huruf X sedangkan kakinja ditekuk dengan ilmu Han Kee Po
(langkah ajam kedinginan) menantikan pedang. Begitu serangan sampai lengannja
terbentang kekiri dan kanan mengebas pedang dengan lengannja jang luar biasa alot,
sedangkan kepalanja ditekuk menjeruduk kedada lawan.
Louw Eng ingin menangkis serangan tapi batal, ia balik pikir hal ini bukan main2, kalau
dada itu kena kepala musuh jang keras seperti besi apakah djiwanja ma sih bisa hidup ?
Tjilaka ! Tubuhnja segera dimelaikan kebelakang. Tak kira ia dapat mempeladjari ilmu
menekuk tulang dari Lo Kuay dengan baik. Tapi dengan berbuat begitu pinggangnja
mendjadi kosong tak ada pendjagaan, sedangkan Pek Hoo menjeruduk dengan setakarLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
tenaga, kini menubruk angin kosong sehingga tubuhnja tidak sempat dikuasai lagi terus
menggemblok .diperut lawan.
Saat ini Louw Eng bukan main tenangnja, tenaga dalamnja dikumpulkan diatas
perutnja dan menolak tubuh lawan, tak ampun lagi musuhnja kena dibikin terpental
sedjauh satu tumbak lebih. Louw Eng tidak menduga bahwa kepandaiannja demikian
liehay ! Sebaliknja dengan Yauw Tjian Su sudah melihat dengan tegas apa jang terdjadi
disitu" Pek Hoo bisa terpental karena 1engan Lo Kuay sudah madju dan meraba pinggang
Louw Eng untuk memindjamkan tenaganja. Kalau tidak paling2 Louw Eng hanja bisa
membuat lawan djungkir balik sadja.
Pek Hoo menggeliat diatas udara, matanja tidak mentjari tempat untuk hinggap
melainkan -menatap terus pada musuhnja. Tubuhnja dengan tjepat djatuh disamping
lawan sambil membarengi menjerang dengan tiga pukulan ampuhnja, Louw Eng
mengegoskankepalanja menghindarkan pukulan pertama. Malang baginja pukulan kedua
sudah bersarang dibalik kanannja menjusul dengan serangan musuh jang. ketiga .jang.
telah.mengenai pinggangnja, tanpa dapat ditjegah.
Louw Eng merasakan tubuhnja kaku. tidak sakit tidak gatal. Hatinja berpikir: "Wah,
Tjdaka !. Pukulan dari rase ini dapat menembus dinding batu, sekali ini mungkin
tulang2ku sudah mendjadi hantjur berantakan ? Tengah ia termenung tiba2 punggungnja
dirasakan-.panas: sekali seperti api, kemudian hawa panas irti. Seperti.suatu gaja tekan
dari telapak tangan orang,I a sadar dengan segera bahwa Lo Kuay sudah berada
disamping tubuhnja dan membantunja. Dengan begini ia sendiri terhindar dari luka jang
hebat ? Tangannja tjepat2 meraba denga'n keras ditempat kena pukulan, benar sadja
tidak apa2, karenanja ia mendjadi tenang. Sebenamja apa jang terdjadi ? Waktu kedua
tangan Pek Hoo bersarang ditubuh lawannja, Hek Liong Lo Kuay sudah berada
dipunggung Louw Eng sambil menempelkan lengannja mengeluarkan tenaga jang
tembus dari punggung keponakan muridnja menjambut serangan Pek Hoo. Ilmunja lebih
tinggi beberapa lipat dari Pek Hoo, tak heran kalau pukulan sirase kena dipetjahkan
setjara mudah dan tidak dapat melukakan Louw Eng.
Saat ini Lo Kuay tertawa dengan njaring: "Apakah kau kaget ? Tenanglah tidak apa2.
Lekaslah kau mundur agar kudapat menghadjarnja setjara leluasa !" Baharu habis ia
bitjara, kembali terdengar suara "pung .. pung" dibawah tebing. Entah bagaimana Lo
Kuay sudah membuat Pek Hoo djatuh kebawah, untuk menolong dirinja sang rase
menantjapkan kedua lengannja silih berganti didinding tebing sehingga menimbulkan
suara jang seperti diatas. Lo Kuay tjukup berpengalaman dan tahu bahwa rase ini
mempunjai ilmu untuk naik kembali, dari itu dinantikannja lawan naik, kemudian sambil
mentjelat kebelakang sedjauh satu tumbak. Pek Hoo berdiri dengan tenang, sedangkan
Lo Kuay memainkan tangannja seperti orang menari, gajanja sungguh mengherankan
dan aneh sekali, sesudah itu dari djarak satu tumbak ini ia melepaskan pukulannja.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
Mau San Pek Hoo sudah lama mendengar nama besar dari Hek Liong Lo Kuay, tapi
sebegitu djauh belum pemah San melihat Lo Kuay beberapakali, terketjuali itu ia melihat
Louw Eng dan lain2 orang berilmu sangat menghormat sekali pada Lo Kuay, tersebab hal
ini hatinja mempunjai rasa segan dan takut. Saat ini setjara kebetulan ia harus
menghadapi orang jang ditakuti, sehingga hatinja tidak tenang dan gontjang tertindih
sesuatu tenaga gaib jang tidak terlihat mata.
Kini Lo Kuay menggerakkan kaki tangannja mengeluarkan sematjam tarian jang luar
biasa anehnja dari djarak satu tumbak lebih, sehingga Pek Hoo merasa takut. Ingin
matanja tidak melihat, aneh sekali matanja tidak dengar kata tems sadja melihatnja. Lo
Kuay mengangkat lengannja menundjuk kelangit, Pek Hoo pun mengangkat lengannja
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menundjuk kelangit. Lo Kuay membuat suatu lingkaran bulat dimuka dadanja dengan
kedua lengannja, kemudian diiringi suara "tjit .. tjit" lengannja terpetjah menundjuk
kekanan dan kekiri, hal ini membuat lawannja tidak keruan rasa dan hilang semangat.
Selandjutnja Lo Kuay mentjengkeramkan kedua lengannja kedalam udara, tjengkeraman
ini demikian hebatnja dan ganas sampai Pek Hoo terkedjut dibuatnja dan merasakan
hatinja seperti kena ditjengkeram lawan. Semakin lama tjengkeraman Lo Kuay semakin
keras dan dipusatkan di-tengah2 dada, kemudian dibuka telapak tangannja kearah langit
sambil di-gerak2kan keatas kebawah seperti memainkan sebutir mutiara jang bulat,
selandjutnja diangkatnja tinggi2 dan didekatkan kepada alisnja kedua lengan itu per-
lahan2 dibukanja. Akibat dari kelakuannja jang luar biasa ini membuat kedua mata Pek
Hoo kena gaja tank lawan, begitu sepasang mata bentrok lagi, ia tidak dapat bergerak.
Dalam djiwanja ia merasakan bahwa mata dari Lo Kuay tidak ubahnja seperti iblis jang
djahat tengah mengeluarkan djimat untuk menangkapnja. Per-lahan2 ia merasakan
sekudjur badannja me-lajang2 dan gelisah.
"Lihat Pukulan !" seru Lo Kuay setjara tiba2 seperti geledek membelah bumi kerasnja,
sedangkan lengannja terangkat naik dan dilepaskan. Pek Hoo merasakan dan melihat
dari tengah2 alis musuh mendatang pukulan terbang dengan ganas menudju kepadanja,
walaupun. djaraknja sedjauh satu tumbak rasanja tjukup keras se kali. Dalam gugupnja
sang tubuh ber-gojang2 sebanjak beberapa kali, dan tidak dapat berdiri dengan baik, ia
terdjengkang kebelakang seperti benar2 kena pukulan jang keras.
Begitu Pek Hoo djatuh kebelakang segera disambut oleh Lomv Eng dengan dua
tabasan sepasang pedang mustikanja. Kasihan sekali akan nasib sirase putih, mentah2
kedua pangkal lengannja kena ditabas putus dalam keadaan lupa ingat ! Dengan tenaga
jang terachir Pek Hoo menjeruduk lawannja sambil membentak: "Louw Eng ! marilah kita
sama2 menghadap pada Giam Lo Ong !" Tapi maksudnja mana bisa tertjapai, karena
Louw Eng siang2 sudah siap sedia, begitu serudukan maut datang ia mengegos kekiri
sambil membalas rfienjerang. Pek Hoo tak dapat berbuat apa2, tubuhnja menggelinding
kebawah gunung berbenturan dengan batu tjadas jang tadjam dan menemui adjal setjara
penasaran.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
"Kek ... kek," Lo Kuay tertawa setjara puas sekali.
"Terima kasih banjak atas bantuan Su-siok, ilmu Pek Kong Keng jang berhasil
menamatkan riwajat Pek Hoo sungguh luar biasa," kata Louw Eng sambil
membungkukkan badannja.
"Wah, sungguh Pek Kong Keng (ilmu memukul udara kosong) jang liehay sekali !
Hemmm Pek Kong Keng! Ilmu untuk menipu orang melulu !" Suara ini terdengar setjara
mendadak dan bemada menghina. Lo Kuay se: gera menoleh, tampak olehnja seorang
tua dengan wadjah jang tidak menakutkan sama sekali Yauw Tjian Su.
Lo Kuay dan Louw Eng mendjadi kaget sekali. Mereka tidak memikir barang sedikit
bahwa orang tua ini bisa membaihoknja disini, ia menduga bahwa orang tua ini dapat
mengikuti masuk kedalam goa tanpa dirasa tentu ilmunja djauh melebihinja !
"Lo Yauw Tauw apakah kau datang untuk merasakan ilmu Pek Kong Keng ?"
"Betul, keluarkanlah sekarang djuga ilmu itu, kalau dapat membuat sehelai dari bulu
romaku tergojang sudah berarti kau menang; aku segera turun dari Oey San untuk se-
lama2nja !"
Lo Kuay mendjadi naik darah dan gusar, pertama Lo Yauw Tauw dapat membuntutinja
tanpa diketahui schingga ia membuang muka dan malu dihadapan keponakan muridnja;
kedua karena merasa dihina, sehingga hatinja ingin mengeluarkan ilmu andalannja jang
terahasia dan dapat mendjagoi jakni Pek Kong Keng.
"Lo Yauw Tauw, kau djangan menjesal ! Sekali lenganku terangkat djiwamu pasti
berada diaehirat, sehingga aku harus menjembahjangkan arwailmu pada tahun depan
pada waktu jang sama !" Kata2 baharu selesai diutjapkan, kaki tangannja sudah mulai
mengeluarkan tarian aneh, tarian ini berlainannja sewaktu ia menghadapi Pek Hoo,
gerak-geriknja lebih tjepat dan lebih banjak perubahan daripada jang sudah. Achimja
tariannja ini berubah mendjadi tjepat, lintjah, perlahan, lambat seperti mengikuti nada
irama tari. Hal jang aneh, Louw Eng jang melihati terus turut me-nari2 seperti kesurupan
tanpa sadarkan diri.
Gerak-gerik dari Lo Kuay semakin lama semakin menggila dan mendjadi tegang.
Sebaliknja dengan Lo Yauw Tauw tidak merasakan sesuatu apa2, matanja kedap-kedip
sambil menatapnja tanpa ber-gerak2. Tiba2 Lo Kuay menggerang keras sambil
mendorong kedua telapak tangannja mengeluarkan djurus Pek Kong Keng. Dorongan ini
mengeluarkan tenaga jang luar biasa sekali, sampai Louw Eng jang berada dibelakangnja
merasakan tertekan, tapi gaja pukulannja ini tidak membuat bergerak barang sedikit pada
musuhnja.
"Ha, ilmu matjam apa ini ! Lihatlah sampai udjung badjuku tidak bergerak barang
sedikit," edjek Yauw Tjian Su sambil ter-senjum2.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
"Lo Yauw Tauw kalau kau benar2 liehay terimalah sekali lagi Pek Kong Keng !" benlak
Lo Kuay penasaran.
"Djangankan sekali, seberapa kau suka tidak halangan!"
Tanpa banjak ribut lagi, Lo. Kuay kemak-kemik "nana ninih" entah nienjanjikan lagu
apa. Nada suaranja ini bukan main anehnja, membuat sipendengar mendjadi hilang
pikiran dan merasa m&buk. Menjusul kaki tangannja menari lagi dengan lambat sekali.
Lengan kanannja mendjurus pada musuhnja dengan perlahan dengan tenaga jang keras.
"Ha ha ha," Lo Yauw tertawa, "kau sedang berbuat apa? Persetan !" tangannja
mengeluarkan djari telundjuk menundjuk pada dada musuh sambil berkata: "Kau pun
harus merasakan ilmu Tauw Kong Tjie (ilmu djeridji menembus udara kosong) ini !"
Lo Kuay mengeluarkan tangan setjara lambat tapi berat, sebaliknja dengan musuhnja
mengeluarkan tangan setjara ringan tapi tjepat. Dengan sebuah djeridji jang tjepat ini
tjukup membuat Lo Kuay merasa terkedjut dan melompat kebelakang sambil melindungi
dadanja dengan gugup. Kedua matanja mengawasi musuh, ia tidak mengira bahwa
lawannja ini mempunjai ilmu hitam jang luar biasa liehaynja, dibalik hatinja jang ragu2
atas perkiraannja iapiin merasa kaget.
Dalam dunja persilatan sangat terkenal sekali ilmu Pek Kong Keng jang
dipertundjukkan Lo Kuay tadi, ilmu ini dapat memukul orang dari djarak satu tumbak
lebih, buktinja Pek Hoo dapat dipukul djatuh seperti jang sudah kita ketahui. Tapi ilmu
ini sebenamja benar2 begitukah ? Ja, memang ada, tapi bukan disebabkan ilmu
pukulannja benar2 dapat memukul udara kosong dan mendjatuhkan orang. Jang
sebenamja adalah ilmu hepnotis jangdikatakan orang djaman sekarang.
Kalau kita sangatmenghormat dan menjegani seseorang jang berilmu tinggi, tambahan
orang itu mempunjai ilmu hipnotis jang liehay dengan sendirinja mudah
sekali'dipengaruhinja, segala perintahnja segera diturut; sebaliknja kalau orang jang
dihepnotis berilmu tinggi dan tidak menakutinja, ilmu ini tidak bisa berbuat apa2 !
Demikianlah Yauw Tjian Su jang mempunjai ilmu dan pengetahuan luas sudah
mengetahui ilmu dari lawannja jang disebut. Pek Kong Keng adalah kosong belaka, sell
ingga dirinja tidak kena dipengaruhi musuh, sebaliknja djeridjinja jang dikeluarkan setjara
memain menghasilkan kemenangan jang diluar dugaannja sendiri ! Kenapa hal ini bisa
terdjadi ? Kiranja pengertian orang djaman dahulu terhadap ilmu hepnotis tidak seperti
orang djaman sekarang, mereka hanja mempeladjari turun temurun, bagaimana
menggunakannja dan bagaimana mendapat hasilnja. Lo Kuay adalah salah seorang jang
pertjaja betul adanja ilmu Pek Kong Keng, terketjuali itu ilmunja ini belum pemah gagal,
sehingga mendjadi andalannja betul. Terketjuali dari itu ia tidak mengerti bahwa orang2
jang kena dikalahkan oleh ilmunja sebenamja dikarenakan ilmunja jang memang sudah
tinggi dan kedudukannja didunja persilatan sangat disegani orang, sehingga jang
menghadapinja belum2 sudah merasa takut. Tak heran setiap ia mengeluarkan Pek KongLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
Keng selalu berhasil dengan gemilang. Demikian pula dengan Pek Hoo barusan tidak
terketjuali, jakni menghantarkan djiwanja dibawah telapak tangan kosong belaka.
Tapi ilmunja ini sama sekali tidak mandjur dan bermanfaat sama sekali terhadap Yauw
Tjian Su, karena lawannja ini berkepandaian dan berkedudukan tidak berada disebelah
bawahnja serta tidak merasa djerih pada dirinja. Tak heran tabasan demi tabasan dari
ilmu Pek Kong Kengnja tidak membawa hasil jang Djinginkan. Bahkan lawannja masih
berkesempatan untuk membalas menjerang dengan djarinja setjara bergurau ! Saat itu
pikiran Lo Kuay tengah ditjurahkan betul, tiba2 dikedjutkan oleh djari lawan sehingga
perhatiannja bujar, berikutnja dadanja merasa sakit, dengan tjepat lengannja membekap
dada dan mundur beberapa tindak kebelakang. Louw Eng jang berada disamping lebih2
merasa terkedjut, karena sedjak ia hidup belum pemah melihat Lo Kuay kalah ditangan
lawan, tapi sekarang dengan mata kepalanja sendiri harus melihat paman gurunja ini
kena dibikin mundur beberapa tindak dengan sebuah djeridji sadja setjara
mengetjcwakan. Ia lekas2 madju kemuka untuk memajang paman gurunja.
Begitu kena dipajang orang Lo Kuay segera sadar setjara tiba2, pikimja aku mana
boleh kalah didepan muka segala bangsa boan-pwee ! Lengannja digebeskan, kakinja
melangkah madju, dengan gusar ia membentak: "Lo Yauw Tauw djalan hidup atau pintu
kematian !"
"Djalan hidup bagaimana ? Pintu mati bagaimana ?" tanja Yauw Tjian Su setjara
tenang.
"Kalau mau hidup boleh kuantarkan kau turun gunung, mengenai alasannja djangan
kau tanja ! .Kalau mau mati, mari kita tjari suatu tempat jang baik untuk menentukan
siapa jang lebih unggul diantara kita ! Sebaliknja kau harus pikir bahwa kita ini sudah tua
sekali, dari itu kunasehatkan kepadamu untuk apa masih berangasan seperti anak muda,
marilah kuantarkan kau turun gunung dan hilangkanlah dan lupakanlah segala kedjadian
jang sudah2 sebagai impian sadja !"
Mendengar ini Yauw Tjian Su mendja'di geli didalam hatinja, karena ia sudah
mengetahui benar perhitungan lawan; kesatu memantjingnja turun gunung, agar Louw
Eng dapat membereskan kawan2nja diatas gunung; kedua lawan ingin menipunja turun
gunung, karena diluar goa banjak kawan2nja, andaikata terdjadi pertarungan pasti dirinja
akan dikerojok dan berada dibawah angin. Dari itu mana mau ia mendengari pendapat
lawan, karena iapun mempunjai perhitungan sendiri, jakni dengan menundjuki diri ia
bermaksud melihat Lo Kuay djangan sampai dapat masuk dan membantu Louw Eng.
Terketjuali itu iapun tidak mau berkelahi ditempat lain, taiut mendatangkan musuh2 jang
lain sehingga rentjananja gagal. Sesudah perhitungannja dipikir setjara masak2 scgera
ia berkata: "Lo Kuay ! Aku tidak mau mengambib djalan hidup djuga tidak mau
mengambil pintu sorga, pokoknja aku mau diam disini untuk menemani kau main2,
katakanlah permainan apa jang kau kehendaki. aku siap melajaninja !" "Lo YauwLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
Tauw aku tahu kau ingin bertarung denganku ! Begitupun baik, karena pada djam&n ini
hanja kaulah jang dapat menandingi aku, kesempatan jang begini baik tentu sadja tak
mau kulepaskan begitu sadja. Marilah dan mulailah dengan seranganm'u !" "Ja, aku tak
sungkan lagi terimalah seranganku ini !" seru Yauw Tjian Su sambil mentjelat dengan
gesitnja, hanja dua langkah tubuhnja sudah berada didepan Lo Kuay, lengannja terdjulur
keluar mengelu'arkaa ilmu pukulan Kam Kun Tjiang (pukulan langit dan bumi) jang luar
biasa ganas dan telengas, dalam waktu setarikan napas sadja orang tua she Yauw ini
sudah mengeluarkan djurus2 Tiat Be Siang Kauw (kuda besi dengan sepasang gaetan),
Tjuan Hoa Siauw Houw (menjunting bunga mentjekik tenggorokan) Hek Houw Siang Sim
(harimau hitam melukai hati), Mang Tjua Touw Tjian (ular berbisa menjemburkan ratjun),
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lee Hie Kauw Sauw (ikan gabus memainkan sungut), Huy Tiong Po Guat) merangkul
bulan kedalam dada) dan lain2, Louw Eng mengenai bahwa pukulan ini adalah ilmu Bu
Tong jang disebut Pat Kwa Tjiang.
Sebenamja ilmu ini adalah biasa dan tidak aneh sama sekali, tapi terlihatnja lain
dengan ilmu jang biasa dipergunakan orang. Karena Yauw Tjian Su mempergunakan dan
mengeluarkan ilmunja ini setjara kilat, demikian djuga dengan Lo Kuay menghalau
serangan2 ini dengan tjepat pula. Gelombang pukulan ini terdiri dari lima-enam puluh
djurus, kalau orang jang berkepandaian biasa menggunakan waktu sepemasang hio baru
dapat untuk memainkan habis djurus2 ini, tapi orang tua ini dapat menjelesaikan hanja
dalam sekedjap mata.
Begitu Yauw Tjian Su selesai menggunakan ilmu Bu Tong Kam Kun Pat Kwa Tjiang
segera berkata: "Kau liehay djuga sehingga tidak kena kuserang, kini giliranmu untuk
menjerangku, mulailah !"
Lo Kuay tidak mau banjak mulut lagi segera menjerang dengan ilmu Pee Bwee Kun
(pukulan seratus bunga Bwee), ilmu ini pun sangat biasa dan dikenal Lomv Eng dengan
baik. Lo Kuay mengeluarkan djurus ini tjepat dan liehay seperti lawannja sehingga
membuat mata jang menonton mendjadi ber-kun Lng2. Yauw Tjian Su menolak dan
menangkis setiap serangan dengan. tjepat tanpa ragu2, dalam sekedjap sadja ilmu ini
selesai dipergunakan tanpa mendapat hasil. Sehingga keadaan masih tetap sama
kuat."Kini giliranku kembali, Lo Kuay apakah kau kenal dengan ilmu ini !" seru Yauw Tjian
Su sambil mengeluarkan lengan seperti kilat tjepatnja, akan ilmunja jang dikeluarkan ini
Louw Eng mengenal pula jakni pukulan dari Go Bie Pay jang ditjiptakan oleh Go Sian Ho
Siang dengan nama Sauw In Hui Hong Kun (menjapu awan mengebut angin). Sekali ini
kedua belah pihak mengeluarkan lengan terlebih tjepat dari tadi, sehingga Louw Eng
tidak dapat melihat dengan tegas perubahan dari djurus kedjurus lain. Ilmu ini kembali
selesai digunakan dalam sepeminum air, sedangkan djalan pertandingan ma?ih tetap
berimbang.
Pertarungan ini tidak ubahnja seperti dua achli tjatur sedang bertanding, masing2
menggunakan pembukaan japg lumrah digunakan orang. Sehingga masing2 tahuLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
bagaimana harus berdjalan kalau musuh menggunakan langkah jang mana, hal ini dapat
dilakukan mereka tanpa banjak pikir lagi, dan achimja kedudukan ma
sih tetap berimbang. Sebenamja dalam langkah2 jang demikian banjak ini bertalian
benar dengan.kalah menangnja pertandingan asal sadja salah seorang melakukan
langkah jang salah. Tapi sebegitu djauh kedua orang ini tidak melakukan kesalahan2
kalau tidak pasti salah seorang diantara mereka sudah sekarat beberapa kali !
Lo Kuay mendapat giliran untuk jnengeluarkan ilmu Kuan Tang Hek Houw Kang (ilmu
pukulan harimail hitam dari daetah Kuan Tang), ilmu ini tidak berapa terkenal untuk orang
jang berdiam di Tiong Goan, tapi Lo Kuay dapat memainkannja sangat liehay dan mahir
sekali, karena dirinja ini sudah lama tinggal di Luar Tembpk Raksasa. Walaupiin
bagaimana Yauw Tjian Su adalah seorang Lo-tjian-pwee jang berilmu tinggi dan
berpengalaman luas, dengan mudah serangan2 lawan dapat dipatahkan. Pertarungan
terus berlangsung dengan hebat. dalam waktu jang singkat kembali empat matjam ilmu
selesai dipergunakan, jakni ilmu2 Hui Eng Sie Tjap Kauw Djiauw (elang terbang dengan
empat puluh sembilan kukunja), Ngo Tok Kun (lima pukulan beratjun), Tjit Tjee Sin Kun
(pukulan tudjuh dewa sakti), Bu Tiong Pee Tjua Kun (pukulan seratus ular tanpa
berbekas).
Gerak pukulan satu sama lain semakin ganas dan aneh, se-waktu2 mendjadi lambat
sekali, sampai ada gerakan jang dihentikan setengah djalan, karena masing2 diam tidak
bergerak, hal ini terdjadi disebabkan salah satu dari mereka harus berpikir dahulu untuk
memunahkan ilmu lawan, dalam waktu jang singkat tidak berani sembarangan bergerak,
takut kalau salah bisa menamatkan riwajat sendiri. Sesudahmenunggu lawan dapat
berpikir untuk mendjaga baharu pertarungan dilandjutkan lagi seperti kilat tjepatnja.
Tjara pertarungan jg. pakai setap2 dan jstirahat mengakibatkan tubuh mereka semakin
merapat satu sama lain. Terketjuali itu mereka sudah berusia landjut, pertarungan ini
meletihkan djuga, tak heran ke-dua2nja sudah bermandikan peluh.
Semakin bertarung hati Yauw Tjian Su semakin tjemas, ia berpikir: "Kalau pertarungan
ini berlangsung lama2, bisa2 kawan2 mereka datang semua, kalau terdjadi begitu
bukankah aku mengapirankan urusan ??' la sadar pemuda2 jang berada didalam semua
terdiri dari manusia berbakat baik dan dapat dibanggakan, tapi ilmu kepandaiannja masih
belum sampai dipuntjak kesempumaan, pokoknja belum bisa melajani musuh2 jang
djumlah dan kepandaiannja melebihi mereka.
Orang tua ini meng-gigit2 bibimja sendiri dan menetapkan pendiriannja sambil berkata
pada dirinja sendiri: "Orang tua, orang tua kau harus tahuanak2 muda itu dapat
membalas sakit hatinja dan dapat turun gunung dengan selamat semua mengandal dari
bantuanmu, keluarkanlah keachlianmu ! Ilmu tjiptaannru jang bemama Tiii Pouw Kie Gie
Tjiang sudah sampai pada saatnja untuk dikeluarkan !" Adapun Tjit Pouw Kie Gie Tjiang
diambil dari arti Seng Djin Kie Gie jang berarti kebadjikan mendjadikan kemuliaan.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
Sesudah orang tua ini bertekad bulat untuk mengadu djiwa, sebaliknja jang mendjadi
lawan sudah mengambil ketetapan untukmengeluarkan keachliannja jang bemama Hek
Liong Tjap Sah Pian (Naga hitam tiga belas kali berubah) guna mengadu djiwa. Dapat
dikatakan mereka mengambil keputusan ini dalatn waktu jang ber-samaan. Pada waktu
jang menentukan kalah menang ini ke-dua2nja tidak sungkan2 lagi, masing2 mengempos
semangatnja, empat mata saling tatap ber-kilat2 menjapu wadjh lawannja, dari gerak
matanja jang demikian riienakutkan sudah menggambarkan pertarungan jang sengit.
Tanpa terasa lagi suasana berubah setjara mendadak mendjadi demikian tegang, mereka
belum menggerakkan tangan tapi sudah merasakan terlebih dahulu antjaman dari
kematian, sampaipun Louw Eng jang berada disamping tertegun tidak berani
sembarangan bergerak ! !
Lo Kuay mulai melangkah setindak, Yauw Tjian Su pun madju setindak. Setiap tindak
ini demikian berat dan lambat, agaknja setengah langkah dari kaki mereka berarti
setengah langkah mendekati kematian, tapi sebenamja memang demikian adanja. Kalau
djago2 kelas berat bertanding, sedikitpun tidak boleh salah bertindik, djarak djauh dan
dekat sama pula artinja untuk menurunkan tangan berat dan ringaa, karena hal ini
membuat mereka berlaku hati2 sekali.
Mereka sudah semakin dekat satu dengan lain, kini ke-dua2nja melangkahkan kaki
kanannja setjara berbareng, sehingga mendjadikan kedudukan mereka mendjadi
sedjadjar digaris lurus, antara mereka tinggal dua langkah lagi djaraknja. Kalau salah
satu melangkah lagi aeau berbareng melangkah, kedua belah pihak sudah boleh
mengeluarkanpukulan2 dahsjat jang mematikan. Tiba2 setjara mendadak Lo Kuay madju
melangkah sambil menurunkan tangan terlebih dahulu, mentjakar dan mentjengkeram
dada lawannja. Kedua lengannja dikeluarkan setjara kilat, bahkan mengeluarkan bunji
"krek.. krek" jang lebih mengherankan lengannja itu terdjulur terlebih pandjang dari
biasa sesudah inengeluarr kan bunji jang aneh tadi. Terketjuali dari itu dada dan
punggungnja dikerutkan mendjadi satu dan sukar dibedakan jang mana dada dan mana
punggung, mungkin djuga tulangnja bergerak dan bertukaran tempat. Djurus jang liehay
ini bemama Hek Liong Tan Djiauw (naga hitam mengeluarkan tjakamja untuk mengetahui
keadaan), kalau diperhatikan geraknja ini tak ubahnja seperti lengan setan keluar dari
mega hitam mentjabut njawa. Kalau orang biasa pasti dadanja akan berlubang sepuluh
dibuatnja dan patah oleh lengan Lo Kuay jang keras.
Serangan dari Lo Kuay mengarah bagian tubuh dari lawan, berbareng dengan
serangan Lo Kuay setjara tiba2 tadi, Yauw Tjian Su pun tidak tinggal diam, tubuhnja
setjara mendadak dipendekkan, kedua lengannja direntangkan sambil menindak
setengah langkah dan vnenempatkan dirinja di-tengah2 dadanja musuh jang melengkung
seperti gendewa itu, sedangkan lengannja segera dirapatkan dan menjerang lutut kaki
lawan. Pikirlah ! Orang berilmu sematjam Yauw Tjian Su ini pukulannja tak ubahnjaLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
seperti gada besi kerasnja dan tadjam seperti keris pusaka, kalau tepakannja berhasil
baik, pasti tulang2 kaki dari Lo Kuay akan hantjur luluh ber-keping2!
Djurus dari kedua belah pihak ini mengandung daja kekuatan tersendiri; serangan Lo
Kuay mengarah bagian berbahaja dari musuh, sebaliknja Yauw Tjian Su hanja menjerang
bagian lutut dari lawannja, walaupun ganas tapi tidak sampai menewaskan lawan. Lo
Kuay se-olah2 me-rapung2 waktu menggunakan ilmunja, sedangkan lawannja tetap
mantap tidak bergerak, sambil melindungi dirinja. Kebaikan dari memantapkan diri
terlebih dahulu banjak sekali, kesatu dapat melindungi diri dan dapat menjerang musuh
kemudian. Tak heran kalau serangan Lo Kuay jang luar biasa ini keluar, musuh sudah
menetapkan dirinja sambil merendahkan dirinja dan melindungi dirinja dengan kedua
belah lengannja, bahkin masih berkesempatan memberikan serangan jang ganas kelutut
lawan, Lo Kuay tidak dapat berbuat apa2 dengan serangannja, bahkan kena diserang !
Tanpa banjak ribut lagi tubuhnja jang seperti gendewa tjekungnja digeh'atkan
kebelakang sambil berputar untuk mengangkat kakinja dari serangan, untuk menjiapkan
serangan jang kedua jang bemama Hek Liong Pay Wie (naga hitani menggojangkan
ekor).
Yauw Tjian Su bukan anak kemarin dulu, begieu melihat musuh menggeliat
kebelakang segera mengubah tudjuan lengann ja, ia tidak menjerang lutut lawan,
sebalikrija tubuhnja jg. dipendekkan segera bangun tegak mendjorak kemuka. Lengannja
tidak tinggal diam dengan tjepat Tan Hong Tiauw Yang (tjendrawasih tunggal
menghadap pada batara surja) keluar, lengan kanannja melindungi tubuh sedangkan
lengan kirinja dari pinggang terdjulur keluar setjara mendadak dan tjepat, serta
dilengkapi dua djeridjinja menotok bagian perut musuh. Gerak langkahnja jang tjepat ini
se-mata2 diambil untuk melumpuhkan seterunja jang selalu ingin mendahuluinja
bergerak.
Ilmu dari Yauw Tjian Su jang bemama Tjit Pouw Kie Gie Tjiang sungguh luar biasa
sekali, mengegos menjerang setjara mantap, ketjepatannja bertambah setindak demi
setindak. Langkah pertama jang dikeluarkan bemama It Pouw Kim Sin Sian (selangkah
mentjandak dewa) tjukup berhasil mengekang dan menguntji musuh, berikutnja langkah
kedua bemama Djie Pouw Po Tan Tian (langkah kedua menghantjurkan pusar) gana?
dan liehay menjerang bagian berbahaja dari musuhnja. Andai kata serangannja ini tidak
Dewa Arak 51 Raja Iblis Berhati Hitam 15 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Pendekar Hina Kelana 32 Pembalasan Maha
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama