Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei Bagian 9
berhasil, dirinja tetap berada diatas angin, dan boleh melandjutkan serangan'langkah
ketiga menghantam pinggang dan langkah keempat menjerang dada musuh, langkah
kelima menjerang kerongkongan, langkah keenam mentjolok mata, langkah ketudjuh
membelah kepala lawan.
Serangannja ini dapat dilantjarkan menurut tata tertib jang sudah diatur baik. Kalau
djurus jang satu tidak membawa hasil, segera dapat diubah setjara tjermat dan selalu
berada dipihak menjerang, sehingga kedudukan musuh dari atas kebawah kena dikuasai
karenanja setiap selesai satu djurus, pihak musuh kena dibuat kehilangan satu angkaLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
kebebasan bergerak. Kalau musuh jang kurang pandai dan belum sempuma ilmunja pasti
tidak dapat bertahan sampai Iangkah ketudjuh dari ilmunja ini, sedangkan jang berilmu
sudah sempuma sukar untuk meloloskan dirinja dari sal ah satu pukulannja ini. Inilah
Ilmu Tudjuh Langkah Mengambil Kebedjikan jang selalu menempatkan pentjiptanja
berada ditempat jang menguntungkan.
Sebaliknja ilmu Lo Kuay jang bemama Naga Hitam Tiga Belas Kali Berubah ganas dan
kedjam, setiap djurusnja tjukup dan dapat membinasakan lawan. Asal sarija lawannja
berkepandaian disebelah bawahnja sedikit sadja, pasti dalam dua djurus siidah hantjur
luluh dibuatnja ! Sajangnja ilmunja ini depan dan belakang tidak terlalu bekerdja erat,
lain dengan ilmu lawannja jang demikian mantap dan membuat musuh sukar bemapas.
Saat tadi dua djeridji Yauw Tjian Su tengah menghantam keperut lawan dan menang
tjepat, walaupun demikian Lo Kuay bukan manusia golongan biasa, tulang2 jang berada
ditubuhnja sudah terlatih demikian sempuma dan dapat digerakkan sekehendak hatinja.
Tanpa gugup barang sedikit besinja tidak bergerak, pinigangnja seperti ular menggeliat
kesebelah kanan mengegoskan serangan dan menempatkan tubuhnja dengan ketjepatan
kilat disebelah kanan lawan, serentak leilgan kirinja menggaet bahu kiri lawannja. Asal
lengannja bethasil menggaet, lengan kanannja boleh menjusul mentjakar punggung
lawannja, sebuah serangannja ini, bukan main ganasnja dan dapat mentjabut sebagian
dari tulang punggung musuh ! Inilah djurus jang bemama Hek Liong Pok Su (naga hitam
mentjabut pohon).
Pergerakan Lo Kuay jang demikian tjepat diluar dugaan lawannja. Dalam dunja
persilatan pada djamannja mungkin tidak ada orang kedua jang dapat menekuk tulang
badannja seliehay dia. Untunglah Yauw Tjian Su berilmu tinggi dan mantap serta tenang,
ia mengegos dan berkelit demi dilihat perubahan ilmu dari lawan, lengan kanannja
dikeluarkan menjerang seperti kilat kesebelah kanan dan menotok pinggang kanan lawan
jang dinamai Tiong Kui Hiat. Biasanja orang jang bagaimana liehaypun kalau kena
tertotok djalan darahnja itu pasti mendjadi roboh. Lo Kuay mendjadi gugup menghadapi
sejf rangan lawan jang bemama Sam Pouw Tuan Sak Tju (tiga langkah menghantjurkan
pilar batu), lengannja panjang tengah terangkat tinggi membuat bagian perutnja tidak
terlindungi, tanpa ajal lagi lengannja ditarik tvirun sambil dipukulkan kepada lengan
kanan musuh jang tengah mendatang, kalau berhasil pasti lengan musuh itu dapat
didjadikan beberapa potong. Sajang lawannjapun mempunjai reaksi jang tjepat pula,
lengannja ditarik dan disilangkan dipergelangan tangan sambil melindungi dadanja,
lengannja itu tidak ubahnja merupakan gunting jang aneh. Inilah djurusnja jang bemama
Sie Pouw Ijian Luan Ma (empat langkah menggunting benang goni jang kusut). Dengan
berbuat demikian se-olah2 kedudukan orang tua ini berada dipihak pasip bukan ? Tapi
sebenamja dugaan ini salah sekali, karena lengaanja jang menjerupai gunting besar
terbuka lebar menudju keatas melindungi dadanja. Biar musuh mempunjai jlmu pukulanLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
jang liehay atau djotosan, gamparan, tabasan, kepretanj libatan, serudukan,
tjengkeraman djangan harap dapat berbuat apa2 pada dirinja.
Sebab seluruh dari serangan lawan dapat diguntingnja hantjur bagai menggunting
benang goni jang kusut. Terketjuali itu lengannja jang merupakan gunting ini berlainan
sekali denga gunting biasa, pergelangan lengannja, telapak lengan, djeridji masih dapat
mengeluarkan puluhan matjam perubahan, karenanja dalam sedjurus ini dapat
menghadapi ber-matjam2 djurus serangan lawan !.
Gunting jang terbuat dari tangan ini menghadap pada la warm ja dan menggunting
lengan Lo Kuay jang tengah turun menabas, Lo Kuay terkedjut dan menghentikan
serangannja dengan tjepat tanpa mengubah djurusnja, terketjuali itu iapun tidak
menjerang, hanja matanja sadja merah membara menatap wadjah lawan. Kiranja inipun
termasuk ilmunja jang liehay, ia dapat menjetop dan menghentikan serangan dalam
pergumalan jang dahsjat, hal ini membuat lawan mendelong dan heran, selandjutnja ia
mengawasi dimana letak kelemahan musuh dan menjerangnja untuk mematikan, hal ini
sering2 di lakukannja pada waktu jang lalu dengan berhasil gemilang !
Yauw Tjian Su benar2 merupakan musuh jang tangguh dan ampuh untuk Naga Hitam
ini, tanpa banjak komentar lagi lengannja itu langsung menggunting kemuka lawan jang
tiba2 berhenti sambil mengeluarkan langkah kelima dan keenam dari ilmunja, perubahan
jang tjepat terletak pada djarinja jakni nienudju untuk mengorek mata Naga iHitam. Ia
tahu sekali ilmunja ini dikeluarkan, lawan hanja dapat menghindarkan maut dengan
menundukkan kepalanja !
"Bagus," kata Lo Kuay sambil mengataikan tubuhnja, sehingga musuhnja menggunting
angin ! Tapi ! keadaan ini membuat kedudukan masing2 mendjadi berubah; bagian
bawah dari Lo Kuay sudah tergentjet dibawah kekuasaan lawannja dan tidak dapat
bergerak, ingin pinggangnja dibungkukkan kebelakang sajang tubuhnja sudah separuh
bungkuk .dan tidak dapat dikemanakan lagi akan tubuh bagian atasnja, dengan berbuat
begini kepalanja itu berada dimuka lawannja tanpa pendjagaan. Asal sadja Yauw. Tjian
Su menarik lengannja dan menggeprok, pasti kepala itu akan hantjur berantakan ! Lo
Kuay tidak berdaja dan menunggu adjalnja sadja, sedangkan ilmunja jang disebut Hek
Liong Tjap Sai Pian tidak dapat menolong dirinja.
Yauw Tjian Su mengangkat lengannja dan akan menggempur batok kepala lawan jang
botak, tiba2 lengannjadihentikan. hatinja sangat iba untuk nienurunkan lengannja itu.
Sifat welas asih dari orang tua ini sangat pantang membunuh orang, karenanja ia
berpikir: "Lo Kuay sudah tua dan mempunjai ilmu jang demikian liehay, kalau aku
membunuhnja sungguh tidak pantas, biarlah ia hidup beberapa tahun lagi dan mat!
dengan tubuh jang utuh !" Ia berpikir demikian sehingga melupakan dirinja masih berada
didalam keadaan berbahaja. Tahu2 ia sadar dari lamunannja demi dirasakannjaLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
sematjam perasaan jang panas, sematjam benda melekat ditubuhnja, ia tahu dirinja
sudah kena lengan djahat dari musuhnja.
Yauw Tjian Su mendjadi naik darah, tanpa kasihan Iagi lengannja turun keatas kepala
musuhnja dengan ganas. Lo Kuay merasakan sematjam perasaan dingin diatas
kepalanja, terketjuali itu perasaan lainnja sudah mendjadi hilang.
Louw Eng. jang sedari tadi berdiri disamping dengan mendelong, kini melihat kedua
Tjian-pwee jang tengah bertarung berdiam tidak bergerak, kedua lengan Lo Kuay melekat
didada musuh, sedangkan kedua lengan Yauw Tjian Su melekat pula diatas kepala
lawannja. Sedangkan kedua tubuh dari djago2 utama rimba persilatan ini tidak
menundjukkan lain perubahan jang aneh, hanja matanja sadja jang saling tetap dengan
mendelik tanpa me-ngedip2. Louw Eng jang terhitung seorang Kangouw jang tjukup
kawakan belum dapat mengetahui siapa jang menang dan siapa kalah, ia diam dari
samping tanpa berani sembarangan bergerak.
Kiranja waktu Lo Kuay mengeluarkan lengan djahat, tidak berani setjara keras, takut
menimbulkan angin dan dapat dirasa oleh lawannja, karenanja itu lengannja perlahan2
ditempelkan kepada dada musuh, kemudian baharu menjalurkan tenaga dalamnja setjara
mendadak dengan maksud menghantjurkan isi perut lawannja. Begitu Yauw Tjian Su
inerasakan dadanja panas sudah mengetahui karena apa, tanpa banjak pikir lagi
ketetapan untuk mengambil djiwa musuhnja segera timbul dalam otaknja, walaupun
sudah berada dalam keadaan hidup dan mati orang tua ini masih tetap tidak mau
membuat kepala musuh hantjur, sebaliknja ia menggunakan tenaga dalamnja dan
berhasil menghantjurkan otak lawannja.
Dua orang ini tetap tidak menderita luka kalau dilihat dari luar, sehingga orang lain
tidak mengetahui mereka tengah melakukan pertarungan apa. Louw Eng mengira mereka
tengah melakukan perang tenaga dalam ia diam terus sambil mengawasi dan melihat.
Kira2 sesudah. sepenjasang batang hio berlalu mereka masih tetap dalam keadaan
serupa. Louw Eng mendjadi heran dan tergerak hatinja, dengan memberanikan dirinja
dirabahnja tubuh Lo'Kuay dan dirasakannja tubuh itu sudah mendjadi dingin seperti es,
sedangkan tubuh Yauw Tjian Su sangat panas seperti api !
Louw Eng terkedjut bertjampur heran, lekas2 diperiksanja keadaan pemapasan kedua
orang itu, ia baharu tahu bahwa Hek Liong Lo Kuay sudah berhenti napasnja, sedangkan
Yauw Tjian Su masih mengeluarkan napasnja jang tinggal sedikit. Ia mentjelat
kebelakang takut dipegang orang tua itu jang njatanja belum menemur adjal. Tapi Yauw
Tjian Su tetap tidak bergerak. Louw Eng dari djarak dua tumbak memungut batu dan
melontarkannja, orang tua itu tetap tidak bergerak djuga.
Yauw Tjian Su sudah kena hadjaran tenaga dalam lawannja, sehingga isi perutnja
gontjang dan menderita luka parah, dengan sekuat tenaga diatur djalan napasnja, tapi
per-lahan2 keletihannja terlalu hebat, dan tidak berdaja untuk menolong dirinja dariLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
Iukanja. Walaupun demikian ia belum meninggal, dengan tenaganja jang tinggal sedikit
dipertahankan tubuhnja agar tidak djatuh, ia tahu kalau sampai tubuhnja djatuh napasnja
pun segera berhenti. Ia mempunjai tenaga dalam jang tinggi sekali, dari itu bisa bertahan
dan tak djatuh. Sedangkan tubuhnja disebelah dalam mendjadi panas dikarenakan terlalu
hebat mengatur djalan pemapasannja. Kini Louw Eng menghadjamja dengan beberapa
butir batu, ia tetap 'tidak bergerak dan menahan terus untuk berdiri. Padahal orang tua
ini sudah mengetahui bahwa dirinja sudah tidak bisa tertolong lagi, tapi tetap tidak mau
djatuh terlebih dahulu daripada Lo Kuay, ia berpikir: "Walaupun mati aku harus berdiri."
Begitu Louw Eng melihat ia tetap tidak bergerak, sudah mengetahui bahwa orang tua
ini sudah tidak berdaja lagi. Pikiran takutnja mendjadi kurang banjak, sedangkan pikiran
djahatnja segera timbul pada detik itu djuga. Ia tertawa dengan wadjah jang djahat dan
akan menentukan pikiran bangsatnja. Setindak demi setindak ia melangkahkan kakinja
madju mendekat pada orang tua jang tidak berdaja, tampak olehnja bahwa orang tua itu
masih tetap diam tidak bergerak barang sedikit, diant2 hatinja mendjadi girang sekali.
Sesudah ia madju beberapa langkah, dengan tiba2 tubuhnja mentjelat dengan tjepat dan
mengirimkan tangannja kepada punggung Yauw Tjian Su. Pukulannja ini menggunakan
tenaga jang luar biasa kerasnja, sedangkan lawannja janghampir putus napasnja. tentu
sadja tidak bisa melawan. Dalam saat jang kritis ini orang tua she Yauw masihdapat
bemikir: "Waktunja aku berpulang sudah sampai, mataku sudah mestinja dirapalkan
untuk se-lama2nja !?" Sedangkan sudut bibimja mengeluarkan senjunv simpul jang
wadjar dan seperti tidak kedjadian apa2. Saat inilah pukulan latvan mengenai tubuhnja,
tubuhnja dengan tjepat memindjam tenaga serangan lawan madju mendorong kemuka
sehingga tubuh Lo Kuav jang sudahkaku segera djatuh, akan dirinja hanja ber-gojang2
dan tidak sampai roboh !
Sesudah Louw Eng menjerang sekali segera mentjelat kebelakang, hal ini dilakukan
karena ia takut bahwa orang jang dihadjar itu belum mati dan mengadakan serangan
balasan, hatinja semakin takut dan heran waktu dilihatnja orang tua itu tidak djatuh
bahkan masih tersenjum. Dengan setakar tenaga dihadjamja lagi orang tua itu, kali ini
tubuh Yauw Tjian Su jang sudah hampir mati baharu djatuh roboh.
Louw Eng mengetahui bahwa orang tua jang sangat ditakuti semasa hidupnja itu
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah meninggalkan dunja jang ramai, hatinja mendjadi girang, sampai lengannja di-
lihat2 dengan bangga ia tertawa keras sambil berkata pada dirinja sendiri: "Louw Eng
sepasang lenganmu ini sedjak sekarang boleh malang melintang dan mendjagoi dama
Kang-ouw. Dua orang djago kelas utama dari rimba persilatan sudah menutup mata
untuk se-lama2nja, sunggub beruntung sekali kau dapat menamatkan riwajat Yaw Tjian
Su dengan kedua lengan kosong, kalau orang mengetahui hal ini pasti semuanja akan
merasa takut kepadamu !" Ia tertawa setjara menggila dan berpikiran setjara gila pula,
kegirangan jang tidak ada taranja melupakan djalan pikirannja untuk berpikir, kenapa
Yauw Tjian Su bisa berada didalam goa ini ? Pikirannja itu hanja berdjalan diatasLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
kesenangan dan keberuntungan sadja, sehingga ia tidak mengetahui didalam itu terdapat
se-teru2nja semua. Sebaliknja ia berpikir: "Sesudah aku berhasil menamatkan riwajat
seteruku jang liehay ini, tak perlu untuk menakutkan musuh2 -lain jang masih berada di
Thian Touw Hong." Hatinja girang dan senang, ia memastikan kali ini djasanja terhadap
pemerintah Tjeng bukan buatan besamja, pokoknja asal menangkap sadja ibunja Tjiu
Piau untuk didjadikan umpan, semuanja dapat diringkus satu persatu. Tanpa
memperdulikan lagi djenazah dari Lo Kuay ia masuk kedalam untuk menangkap orang.
Djalan jang sunji dan seperti ini sudah biasa untuk sang djahanam, dengan tjepat ia
madju melangkah sambil lari2 ketjil menudju dimana terdapat tanggul dan ibu Tjiu Piau,
suaranja jang keras segera diperdengarkan: "Tjen-djie !" Tak ada djawaban. Dipanggilnja
sekali lagi "Tjen-djie ! Keluar !" Tetap tak ada djawaban. Hatinja mendjadi panas dan
mendongkol, ia memaki: "Dasar budak, kemana kau ber-main2 sampai urusan besar
dibuat terbengkalai seperti begini ! Dasar !"
Dengan tjepat kakinja madju melangkah kedekat tunggul palsu jang sudah berdiri
dengan baik ditempat asalnja, dengan per-lahan2 dibuka pintunja sambil memanggil lagi:
"Tjen-djie, lekas keluar !" Dari dalam tetap tidak kundjung datang suara balasan dari
panggilannja jang sudah ber-kali2 itu. Dengan tjepat kepalanja melongok kedalam untuk
mengetahui keadaan sebenamja, begitu kepalanja melongok kekagetannja bukan alang
kepalang, didalam kosong tidak terdapat manusia seorangpun djuga, ibu Tjiu Piau dan
Tjen Tjen tidak terdapat disitu, dalam keadan gelap hanja terlihat sinar kuning dari benda
ketjil ber-kilat2. Dengan tjepat ia turun masuk, lengannja memungut benda itu, tapi
seperti dibandjur air dingin kagetnja, lengannja segera ditarik lagi, karena benda itu
adalah sebutir mutiara beratjun jang sangat ditakuti sekali. Dengan tjepat tangannja
diperiksa, untung tidak menderita luka, hatinja baharu dapat menarik napas lega.
Memang benda itu adalah sebutir mutiara beratjun dari keluarga Tjiu jang ditinggalkan
Tjiu Piau dengan sengadja untuk memperingatinja. "Hati2 dengan mutiara beratjunku !"
Tanpa berajal lagi Louw Eng mentjelat naik keatas, baharu kakinja memidjak bumi,
telinganja segera mendengar suara tertawa dingin jang menusuk pendengaran : "Louw
Eng ! Lama sudah kami menantikan engkau disini !"
"Kalian kenapa bisa mengetahui adama tempat ini, siapa jang mengadjak kalian
datang kesini ?,? tanja Louw Eng dengan penuh keheranan. Wan Thian Korig dan Wan
Djin Liong serentak tertawa: "Tiada siapa2 jang mengadjak aku datang kesini, melainkan
melaikat dan setan jang menjuruh aku datang kesini untuk memutuskan batang lehermu
I "
"Apakah orang tahananku kau bebaskan ?"
"Apakah tidak ada aturan untuk membebaskan orang tahananmu !' tanja Wan Djin
Liong.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
"Tien-djieku kau kemanakah ?"
"Oh, anakmu ?" kata Djin Liong, "ia tengah menantikan engkau didalam tanah untuk
sama2 menghadap pada malaikat Djibrail !" Mendengar ini Louw Eng mendjad gusar, tapi
ia adalah seorang Kang-ouw jang berpeng alaman, dengan sabar ia berpikir: "Kun Tju
tidak mai menerima kerugian didepan mata, lebih baik aku mere but djalan dahulu untuk
melarikan diri !"
Tanpa banjak pikir lagi, matanja mengawasi keseke liling. Wan Djin Liong berada
disebelah kirinja sedang kan Wan Thian Hong menghadang disebelah kanannja djalan
untuk keluar berada didepannja masih terbukci Louw Eng mengerahkan tenaganja
kepada dua kakinja setjara diam2, tiba2 ia mentjelat inadju melompat ke muka sambil
menghunus pedangnja ditengah udara, her bareng dengan itu mulutnja mengeluarkan
seruan kera sambil mengeluarkan ilmu "Puap Sen Tan Ko" (mem balik badan memetik
buah) menjabet dada Wan Thian Hong, sungguh suatu djurus jang tjukup mengedjutkan
orang !
Wan Thian Hong setjara ringan mentjelat sedjaul satu tumbak untuk menghindarkan
serangan, terketjual dari itu lengannja bergerak melepaskan batu2 ketji menghadjar sang
djahanam, dengan tepat batu ketji itu mengenai udjung pedang. Saat itu djuga pedang
iti mengeluarkan bunji jang njaring menggema diselurul gunung tak putus2nja, membuat
seseorang bangkit se mangatnja. Louwr Eng walaupun sudah delapan bela tahun lamanja
memiliki pedang itu tapi tidak mengeta hui bahwa udjung pedang kalau digetarkan
akanme ngeluarkan bunji jang demikian hebat. Karenanjn t:dai heran kalau ia merasa
bingung dan kaget atas hal ini.
Mendengar suara ini dua saudara an segera ber kata dengan serentak: "Ah, sungguh
luar biasa bunji nja, sehingga mengalahkan auman harimau, sunggul hebat laksana
djeritan naga terkedjut !" Wan Thian Hong menoleh pada Louw Eng sambilberkata: "Lou
Eng, pedang jang kau pegang itu adalah pedang nag terkedjut ! Betul tidak ?" Pada hari2
biasa Louw Eng tidak pemah memperhatikan jang mana Keng Hong Kiam dan jang mana
In Hong Khun, karena keduanja sama pandjang dan sama mengkilapnja. Kini iapun tidak
mengetahui pedang apa jang tengah dipergunakan, buru2 dilihatnja ukiran jang berada
diatas pedang. Ia tidak mendjawab karena ia tahu bahwa Wan Thian Hong mengetahui
bahwa pedangnja itu bisa mengeluarkan bunji karena memiliki buku ilmu pedang Naga
dan Tjendrawasih. Ia berpikir: "Aku tidak sempat untuk mengetahui dan menjelidiki
pedang Hong atau Liong." Sedangkan kaki tangannja tidak tinggal diam, djurusnja jang
bemama Heng Kang Tauw (malang melintang dan mendjeladjah sungai telaga)
membabat pada Wan Thian Hong sehingga jang tersebut belakangan ini terdesak pada
djalan ketjil dan meraberikan ia djalan keluar.
Tanpa gugup Wan Thian Hong membalikkan keadaan buruk ini mendjadi baik, ia
merebahkan diri demi dilihat udjung pedang datang menudju kepada dirinja. DenganLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
berbuat begitu ia berhasil menghindarkan bahaja maut tapi kesukaran kembali datang,
karena pedang lawan kembali menjerangnja dengan tipu Kang Hong Sauw Yap (angin
utara menjapu daun rontok), sebelum sang gadis tjelaka, Louw Eng dipaksa menarik
pedangnja, ia tahu bahwa Wan Djin Liong sudah datang menjerang. Dirinja pemah
merasakan dan menderita kerugian diatas lengan kedua kakak beradik ini, dan
mengetahui bahwa ilmu bergabung dari mereka sungguh luar biasa dan sukar mentjari
tandingannja, karenanja se-kali2 tidak boleh berajal lagi untuk melarikan diri. Sebelum
usahanja berdjalan, Wan Thian Hong sudah mentjelat bangun dengan tjepat dan segera
menggabungkan tenaganja dengan sang kakak. Sehingga tenaga bergabung dari mereka
melibat dengan tjepat pada sang lawan.
Louw Eng menarik pedang dikanan dan menjerang pada Thian Hong, sedangkan
dilengan kiri diubah mendjadi ilmu pukulan menjerang pada musuh jang berada
dibelakang. Djin Liong tidak mau mengadu tenaga untuk menjambut serangan ini,
dengan tjepat kakinja me!angkah mundur, sedangkan Thian Hong dengan tjepat
menggulingkan badannja menghindarkan udjung pedang dan merapat pada musuh
untuk merampas pedang; Djin Liong kembali melantjarkan serangan dari belakang
dengan maksud memetjahkan perhatian lawan. Dalam gugupnja Louw Eng membentak
dengan keras: "Kalian bermaksud mengerojok ? Mari, mari, sepuluhpun aku tidak takut
!" Ia berharap dengan kata2nja ini bisa terhindar dari kerojokan.
Wan Thian Hong tertawa mendengar kata2 ini: "Kami berdua, kau pun berdua, apa
artinja jang kau katakan mengerojok ?"
"Siapa bilang aku berdua, apa matamu buta," djawab Louw Eng kasar.
"Lihat ! Lenganmu berkawan pedang mustika ? Sungguh tak bermalu ! Namanja sadja
Bu Lim Tee It, menghadapi anak ketjil menghunus pedang terlebih dahulu, bahkan masih
mengatakan kami mengerojok !" Sambil berkata sambil menerdjang dengan ilmu tangan
kosong merampas sendjata, lengan kiri menjampok pedang, lengan kanannja. menjerang
dengan ilmu Siauw Houw Tjian (memanah tenggorokan) kemudian diubah mendjadi
Tiong Thian Po (menjangsot keatas). Louw Eng menghindarkan dirinja, kepalannja
segera berubah mendjadi telapakan, sedangkan djeridji2 gadisnja jang running langsung
mentjakar pada mata lawan dengan ketjepatan kilat.
Louw Eng bersendjatakan pedang tadjam, biar bagaimana seharusnja tidak bisa kena
didesak lawan jang bertangan kosong, hal ini terdjadi se-mata2 karena akalnja jang
sangat litjik, ia tahu Thian Hong mendjalankan djurus berbahaja, sedangkan Djin Liong
menantikan ketika untuk mengalahkannja. Dari itu Thian Hong tidak dihadapinja dengan
sepenuh tenaga, schingga dirinja kena didesak. Saat ini djeridji Thian Hong jang seperti
besi sudah dekat dengan matanja, dengan tjepat lengan kirinja mengeluarkan ilmu Kuku
Elang menggaet lengan lawannja. Sebaliknja dengan Thian Hong tidak menantikan
lengannja kena ditjakar musuh sudah menariknja dan membarengi melepaskanLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
tendangan perusak hati pada pergelangan lawan jang memegang seridjata, sedangkan
Djin Liong meningkah serangan adiknja dengan ilmu Mendorong Djendela Meraih Bulan
memaksa lawan tidak bisa mundur, bahkan mengharuskan musuh madju kemuka.
Pokoknja kalau ia madju kemuka Thian Hong pasti dapat menghadapinja dengan ilmu
jang tjukup luar biasa.
Siapa tahu Louw Eng ini memang tjukup litjin dan litjik, dinantikannja Djin Liong, begitu
sampai segera tubuhnja mendek dan membalikkan pedangnja menjerang kebelakang
dengan ganas dan tepat, hal ini hampir2 membuat kerongkongan pemuda kita kena
dilubangi tenggorokannja.
Dalam saat sekilas ini Wan Djin Liong masih ingat kata2 jang terdapat dibuku ilmu
pedang naga (Keng Liong Put), dibagian sepertiganja pedang kalau kena tersentuh akan
menimbulkan gontjangan jang keras sehingga memungkinkan terlepas dari sipemegang.
Ia sudah bertekad untuk menarik keuntungan dari keadaan jang berbahaja, tenaga
dilengan kanannja dikerahkan keudiung djeridji, sesudah membidik dengan tjermat
djeridjinja keluar setjara tiba2 menjentuh dibagian dua pertiganja pedang. Pedang itu
tergetar tapi tidak menimbulkan suara seperti tadi. Louw En? mendjadi kaget dan merasa
lengannja tergetar, hampir2 melepaskan pegangannja. Sekuat tenaga dipertahankan
pedangnja itu, tapi getarannja pedang itu bergelombang terus seperti naga iang tengah
me-londjak2 ingin menerdjang mega. Louw Eng tidak mengetahui bahwa hal ini adalah
rahasia dari pedang Liong," ia. hanja berpikir bahwa ilmu lawannja sangat tinggi,
schingga hatinja mendjadi agak takut, beriikutnja gerak2nja mendjadi agak lambat. Pada
saat inilah ia merasakan pergelangan lengan kanannja kena ditangkap orang dan
terpelintir dengan hebat, sedangkan matanja melihat pula berkelebatnja bajangan hitam
melewati diatas kepalanja.
Orang itu bukan siapa2 melainkan adalah Wan Thian Hong adanja, gadis ini sesudah
melihat djurus2 tak kenal bahaja dari kakaknja segera mengatur siasat, begitu melihat
sang lawan agak lengah segera menangkap dan memelintir lengan kanan lawan sambil
mentjelat melewati kepala lawan terus kebelakang. Sedangkan Wau Djin Liongsudah
mengangkat lengannja seraja membentak: "Louw Eng, lepaskan pedangmu kalau
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak lenganmu ini akan kupatahkan !" Begitu suaranja selesai diutjapkan segera
terdengar suara "trang" dari djatuhnja pedang jang dilepaskan Louw Eng. Dengan tjepat
Djin Liong memungut pedang itu sambil mentjelat bersama adiknja kekiri dan kekanan
lawannja. Dengan girang mereka mengawasi hasil rampasannja, sehingga membuat
Louw Eng mendelu dan memaki setjara diam2: "Budak ini terlalu bodoh sekali, kalau
mereka menggunakan kesempatan tadi untuk membinasakan aku pasti akan berhasil
baik, bukankah dengan tjara begitu mereka bisa memiliki pedang itu ? Rupanja mereka
hanja menginginkan pedang itu sadja. iktau menganggap dirinja adalah "ksatrya" jang
berdjiwa luhur, lutju betul ! Kalau mereka bisa terdjatuh ditanganku segera kulubangi
dadanja untuk kulihat hatinja itu !"Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
Sesudah Wan Djin Liong merasa puas me-nimang2 dan me-njabet2kan pedangnja,
segera menuding pada seterunja sambil berkata: "Hei, djahanam lekaslah kau keluarkan
lagi sebilah pedang tjendrawasih. Kini boleh satu lawan satu untuk menentukan siapa
jang lebih unggul !"
Louw Eng dengan tjepat mengeluarkan pedang Tjendrawasih, per-lahan2 pedang itu
di-usap2 kemudian dilemparkan pada Thian Hong sambil berkata: "Kalia.n dua saudara
agaknja senang dan'suka sekali pada pedang ini, aku sebagai orang baik, terimalali
pemberianku ini!" Habis berkata matanja melirik melihat gerakan lawan, tampak olehnja
Thian Hong ragu2 sebentar kemudian tnemungutnja sambil membungkukkan badan.
Sesudah menantikan lawan selesai memegang udjung pedang Louw Eng membuka lagi
mulutnja dengan ramah tamah: "Bagaimana ? Pemberian ini kurasa tjukup mtnjenangkan
kamu ?" Sambil bitjara kakinja siap untuk melarikan diri, pikimja sang lawan akan merasa
tidak enak hati untuk menghadang lagi sesudah menerima pemberiannja itu. Tapi
sebelum maksudnja tertjapai ia mendengar suara gadis itu: "Koko, kau dengar !"
sedangkan tangannja jang berdjeridji lentik segera menggetarkan beberapa kali pada
pedang tjendrawasih, dalam sekedjap sadja terdengarlah nada irama jang tinggi rendah
mempersonakan pendengarannja. Kedua saudara saling menatap dengan hati bangga,
se-olah2 mendapat sesuatu hal iang luar biasa menjenangkan. Dalam keheranannja Louw
Eng tertegun sebentar, sedangkan telinganja mendengar bentakan dari sang gadis:
"Ambillah l5Pedang tjendrawasih dilontarkannja seperti pisau menudju pada dirinja.
Dengan tjepat tubuhnja mengegos dari pedang itu sambil mengeluarkan dua djeridjinja
untuk mendjepit pedang itu, sedang wadjahnja mengeluarkan gerak tipu seperti tidak
mengerti kehendak lawan, ia berkata: "Nona, mungkinkah kau tidak suka pada pedang
ini ?"
"Djangan mengeluarkan kata2 jang tidak berguna, kakakku sudah lama menantikan
seranganmu !".
Louw Eng sadar bahwa dirinja tidak terlepas dari keSukaran, tipu halusnja untuk
melarikan diri terang2 sudah kandas, djalan satu2nja harus memberanikan diri untuk
menggunakan kekerasan. Lengannja mentjekal pedang dengan erat, mata2nja
memandang ketempat lain seperti tidak melihat apa2, mulutnja kemak-kemik berkata2:
"Mungkinkah pedang ini tidak baik, sehingga tidak disenangi ?" Sementara itu kakinja
bergerak setjara tiba2, membuat satu djungkiran mendekat pada Djin Liong sambil
mengirimkan serangan menusuk pada kerongkongan lawan dengan ganas.
Wan Djin Liong tidak mungkin kena perangkap lawan jang litjik, karena siang2 sudah
bersiap sedia untuk menghadapi serangan lawan. Begitu ia menampak sinar pedang,
segera memelintangkan pedangnja dan mengetok-ngetok beberapa kali pada pedang
lawan dengan ketjepatan seperti kilat, ketokannja menimbulkan nada suara jang bukan
main merdunja, Louw Eng hanja mengenal membunuh dan merusak kehidupan orang,Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
terhadap seni suara sedikit djuga tidak mengerti, ia hanja tahu bahwa bunji itu tjukup
merdu.
Sekali serangannja gagal, segera mendudukkan dirinja pada keadaan berbahaja,
dengan tjepat lengannja mengirimkan lagi serangan ber-tubi2 dengan djurus Djie Bee
Hun Tjiong (dua kuda membagi rambut kuduknja), Ku Su Poan Kim (pohon tua
membengkokkan akar), Kim Liong Touw Sie (.naga emas mengelelkan lidah), Say Tju
Thio Kauw (singa membuka mulut) setjara ganas mengarah kepada tempat berbahaja
dari Wan Djin Liong. Dengan tjepat pedang naga diputamja dengan tjepat mematahkan
setiap serangan. Dalam pertarungan ini terdjadi beberapa kali bentrokan antara pedang
naga dan tjendrawasih, tapi mengherankan sekali sedikitpun tidak mengeluarkan suara
atau bunji. Sambil menghalau serangan2 lawan, Djin Liong membarengi mengeluarkan
bentakan keras: "Louw Eng kau dengar ! Aku memberikan kau menjerang sebanjak
delapan belas djurus, kalau tidak dapat mengalahkan aku, terpaksa aku harus mengubah
daja tahanku mendjadi serangan ! Moy-tju kini sudah sampai pada djurus keberapa ?"
"Ah, baharu delapan djurus ! Tenanglah kau hadapi lawan, aku dapat menghitungnja
I "
Louw Eng memainkan pedangnja tjukup hebat sekaii dan lain dari biasa, mungkin ia
menggunakan seluruh tenaga dan bertempur nekad untuk rtienghadap lawannja. Dalam
liputan sinar perak jang ber-kilat2 terlihat dua bajangan orang ber-gerak2 sebentar kekiri
sebentar kekanan. Sementara itu dalam pertempuran jang sengit ini terdengar suara
njaring dari Wan Thian Hong jang tengah menghitung djurus pertandingan:
"Duabelas .. limabelas .. tudjuhbelas ... delapanbelas, habis ! Habis sudah ! Louw
Eng djurus seranganmu sudah habis kenapa tidak memperoleh kemenangan ?"
"Kini sampai pada giliranku untuk menjerangnja, Moy-tju kau hitung !"
"Baik,J' djawab Thian Hong, "dengan merampun aku dapat menghitungnja." Louw Eng
tidak mengerti perkataan sang gadis, sedangkan Wan Djin Liong sudah mulai
memutarkan pedangnja, bahkan tabasannja sudah datang, pedang bentrok satu sama
lain dan mengeluarkan bunji jang menjenangkan. Wan Thian Hong segera membuka
mulut: "Djurus pertama !" Bentrokan pedang terdjadi ber-kali2 sambil memperdengarkan
suara2 irama jang merdu, tak ubahnja seperti mendengar orang tengah memainkan Kim
(alat musik Tionghoa) sadja. Nada irama ini dengan tjepat mempersona pendengamja,
sehingga membawa orang seperti pergi kepertapaan dewa dan mendengari para dewa-
dewi memainkan alat musiknja. Tanpa terasa semangat orang seperti hilang dihanjut
irama itu, sehingga kaki tangan tidak wadjar dan ingin me-nari2 menumt irama itu.
Louw Eng bukan seorang manusia tidak berguna, kenapakah kena dipermainkan lawan
demikian matjam ? Tidak tahunja Wan Djin Liong memainkan pedangnja menurut pada
djurus2 jang tertulis dalam buku Kiam Pu (ilmu pedang), sehingga membuatnja seperti
bertanding pedang djuga seperti main Kim. Pokoknja asal djurus pertama ia bisa dapatLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
mengetahui dibagian mana dapat menimbulkan nada irama, selandjutnja sudah mudah
sekali. Djurus pertamanja tadi demikian mendesak dan memaksakan Louw Eng
menangkis dengan pedangnja. waktu pedang bentrok segera mengeluarkan bunji,
selandjutnja ia menggetarkan lagi beberapa kali dari pedang lawan sehingga timbul bunji
irama jang tidak henti2nja: sedangkan Louw Eng dibuatnja tidak berdaja untuk
membebaskan diri dari lib at an lawan. Perasaan hatinja semakin tidak keruan mendengar
irama pedang ini, nada2 ini seperti mengandung tenaga jang kian lama kian hebat, dan
semakin tjepat, hatinja seperti kena pengaruh lawan dan mendengar kata. Kini hatinja
seperti disuruh me-nari2 sadja.
Dengan kekuatan batin ingin hatinja mengubah djurus2nja agar irama iblis untuk
telinganja itu mendjadi kabur, tapi siapa kira setiap usahanja untuk mengubah djurus2nja
selalu gagal. Bahkan hatinja mendjadi terlebih tak keruan rasa. Wan Thian Hong jang
menghitung djurus2 pertandingan, sudah sedari tadi menghentikan mulutnja. Walaupun
demikian ia sudah apal buku peladjaran pedang ini, nada bagaimana dan sampai dimana
ia sudah mengenalnja karena ia mengingatnja dengan matang. Kini mulutnja meningkah
suara dari pedang jang merupakan musik itu dengan njanjian. Semakin ia menjanji
dengan tjepat gerak pedang kakaknjapun seperti semakin tjepat, padahal Wan Djin Liong
menggerakkan pedangnja semakin lambat, untuk kesenangannja dua saudara Wan,
Louw Eng sudah mengutjurkan keringat jang luar biasa banjaknja.
Nada bunjian sudah berubah seperti katjau.
Louw Eng berkata didalam hati: "Tidak salah lagi mereka menggunakan ilmu siluman,
biar bagaimana aku harus berdaja memetjahkannja." Sesudah mengambil kctetapan
kakinja ingin meninggalkan gelanggang pertarungan, kasihan sekali djahanam jang
biasanja djahat ini dalam keadaan begini tidak ada dajanja, usahanja sama sekali tidak
bisa didjalankan. Sebaliknja dari berhasil, dirinja semakin kena dilibat, kaki tangannja,
tubuhnja tak dapat dikuasai lagi, seluruhnja sudah berada dalam pengaruh musik, kalau
musik tjepat gerakannja mendjadi tjepat; kalau lambat iapun mendjadi lambat dan
seterusnja.
Peluh dingin sudah sedari tadi membasah dan memi bandjir ditubuhnja. Untunglah ia
mempunjai ilmu dalam j jang tjukup mempunjai dasar, sampai saat ini ia masih | bisa
bertahan dan belum putus napas. Tapi kalau per1 tandingan ini dilandjutkan terus, mau
tidak mau ia harus 1 mati djuga. Waktu begini gugupnja semakin men-djadi2. Saat ini
telinganja mendengar seruan Wan Thian Hong: "Louw Eng kalau kau ingin terbebas dari
kesusahan ini hanja ada satu djalan; lepaskanlah pedang tjendrawasih jang kau tjekal itu
I "
Louw Eng mendjadi semakin katjau djalan pikiran. nja, perkataan sang gadis
didengamja, tapi otaknja sudah membatu dan tidak bisa menangkap apa jang dimaksud
dengan kata2 itu, lengannja terus menggerakkan pedangnja se-djadi2nja.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
"Koko, setoplah permainanmu !"
Wan Djin Liong melulusi permintaan adiknja, dengan tjepat pedangnja ditarik, tapi
suara jang masih mengiang2 masih terus bergenja ditempat jang sutji ini. Begitu bunji
pedang hilang, terlihat Louw Eng diani mematung setjara menjedihkan !
Wan Thian Hong mengulangi lagi kata2nja tadi: "Louw Eng, seharusnja kau sudah
mengetahui keliehayan dari Liong Hong Kiam ini ! Kau bukan pemilik dari pedang ini,
kalau kau tetap ingin mempunjai pedang ini, berarti pedang itu mendjadi seterumu. Kalau
kau tetap tidak mau melepaskan pedang itu, kau bisa mati lemas dibuatnja !" Sekali ini
kata2 itu baharu masuk kedalam otaknja, ia berpikir: "Sesudah kau menghentikan
pedangmu, kini memiiita pedangku dengan ijara demikian. mana ada aturan sematjain
ini !" Tanpa banjak komentar lagi penasarannja memaksakan ia untuk menusukkar
pedangnja lagi pada Wan Djin Liong. Pikimja ia sudak mengenal dan mengetahui tjara
lawan berkelahi, dan merasa tidak mungkim kena dimabukkan lagi lagu iblis sematjain
tadi. Siapa tahu belum pikirannja hilang dari otaknja pedangnja jang menusuk kemuka
sudah dipentil lawan dengan pedang lagi dan mengeluarkan bunji scperti tadi, saat itu
pulalah ia mendjadi tidak keruan rasa, sekali ini Wan Djin Liong mempertjepat irama nada
dari pedang, sehingga membuat lawannja mendjadi kalang kabut dan tak kuasa
menghadapi lawan.
"Louw Eng ! menunggu apa lagi ? Lekaslah lepas pedang itu !" seru Wan Thian Hong
lagi dengan keras.
Louw Eng berpikir: "Wah, tjelaka, pedang ini terpaksa harus kulepaskan djuga." Tapi
ia tidak tahu harus bagaimana tjaranja melepaskan itu, karena iapun takui kalau sampai
pedangnja terlepas, lawannja pasti dapat menamatkan riwajatnja. Sesudah lama ia
berpikir, baharu berani mengambil ketetapan, serentak serangan ganas dilantjarkan
sekuat tenaga untuk menabas kepala lawan. Dinantikannja musuh menangkis segera
membarengi melepas pedangnja. Begitu pedang terlepas, dirinja segera terbebas dari
irama pedang dan dapat mentjelal meninggalkan gelanggang.
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wan Djin Liong dengan tjepat mentjongkel pedang tjendrawasih dan melemparkan
kepada adiknja sambl berseru: "Moy-tju sambutlah !" Dengan tjepat Thiar Hong
mendjulurkan lengannja menjambut pedang jans sangat disenanginja itu, sedangkan
Louw Eng tidak di hiraukan lagi oleh mereka.
"Koko, marilah kita bunjikan lagi irama pedang !"
Pedang itu segera diadukan dan mengeluarkan bunji jang demikian lain dengan jang
tadi, suaranja halus rasa sajang menjajangi, halus mengalun dan membuat puas setiap
pendengamja.
Louw Eng berpikir: "Mereka hanja bermaksud nierampas pedangku, sesudah berhasil
segera lupa kepada diriku, waktunja sudah sampai untuk kutinggalkan tefnpat ini !"Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
Kakinja melangkah dan bergeser setjara perlahan, ia tidak lari takut menimbulkan
ketjurigaan lawannja, sesudah berhasil menggeser tubuhnja melewat dua saudara Wan,
baharu ia mempertjepat langkah kakinja. Dua saudara Wan tidak menghiraukan, mereka
tengah asjik dengan pedangnja, sehingga membuatnja mendjadi girang dan merasa
dilepas dengan begitu sadja.
Sesudah ia berdjalan lebih kurang sedjauh tudjuh delapan tumbak, hatinja berpikir
lagi: "Kalau kalian tidak waspada lagi. aku akan melarikan diri dengan lekas, biar
bagaimana liehay ilmu mengentengkan tubuilmu djangan harap dapat mengediar E'
Sambil berpikir sambil melangkah dan melihat. Tampak olehnja dua saudara Wan masih
tetap tidak bergerak, dengan perasaan girang ilmu mengentengkan tubuhnja
dibentangkan untuk melarikan diri.
Siapa tahu begitu ia balik badan, segera mengeluarkan kata "tjelaka"
Kiranja didepan tubuhnja kembali berkelebat sepasang muda-mudi menghadang
djalan. Pasangan ini adalah Ong Djie Hay dan Ong Gwet Hee jang sudah tjukup dikenalnja
dan mendjadi seteru besamja pula. la mendjadi kaget dan mengawasi sekeliling untuk
mentjaii djalan keluar, malang baginja dua saudara Wan sudah datang dan diam
dibelakang dirinja, terketjuali itu dilihatnja pula dua anak muda jang sedang berdiri
tidakberdjauhan dari dirinja, seorang memegang seutas tambang sedang iang satu lagi
memainkan mutiara emas jang ber-sinar2 !
Saat ini ia sadar sudah masuk dalam kurungan sekalian para pemuda dalam gugupnja
ia merasa heran kenapa sekalian anak muda jang terkurung diatas Thian Touw Hong bisa
berada dan berkumpul disini.
Ia berpikir didalam hatinja: "Djalan terachir untuk manusia ini hanja aku jang
mengetahui dari peta rahasia jang kumiliki. Ia ingat peta itupun menerangkan, dibalik air
terdjun jang besar itu masih ada djalan gunung; tapi djalan itulah jang bemama Djalan
terachir untuk manusia. Tapi mengapa mereka dari Thian Touw Hong bisa berada disini,
sedangkan djalan lain untuk sampai ditempat ini tidak tertulis dibuku peta rahasia,
mungkinkah peta ini tidak dapat dipertjaja ? Mungkin anak2 muda ini mempunjai peta
rahasia jang lebih baik ?" Ia berhenti berpikir, untuk me-lihat2 keadaan lain, tampak
olehnja ibunja Tjiu Piau dan Tju Hong sedang berdiri sambil mengawasinja dengan bentji.
"Wah, tjelaka tiga belas, biar bagaimana aku harus dapat meninggalkan tempat tjelaka
ini, sedangkan Tjendjie terpaksa harus kubiarkan sadja untuk berusaha sendiri." Ia
dongak kelangit dan dilihatnja awan hitam tengah mendatang dengan tjepatnja seperti
gelombang air bah. Hatinja mendoa: "Oh Thian, Giok Hong Siang Tee (dewa langit jang
berkedudukan hampir sama dengan Bhatara Guru dalam dunja perwajangan) Liong Ong
(radja naga) lekaslah turunkan hudjan jang lebat, guna menolong djiwaku ini. Kalau aku
berhasil menjeIamatkan diri segera akan kudirikan tempat pemudjaan kalian dikota Pak
Kia; (Pekking) sedangkan rumah2 berhala iang sudah rusak akan kuperbaiki seluruhnjaLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
jang terdapat dari Oee San sampai ke Pak Kia !" Doanja ini mungkin mandjur djuga,
karena awan hitam semakin tebal sadja. Inilah jang dinamai kehendak alam, sama sekali
tidak berhubungan dengan doanja Louw Eng. Dengan girang sang djahanam mempunjai
djalan hidup jang tidak diketahui lawan2nja.
Sedang para seterunja semuanja berwadjah dingin dan tak ber-kata2 menatap
kepadanja. Agaknja mereka tengah menghadapi suatu hal jang maha berat, kalau
semakin lama mereka menunggu hatinja pasti akan semakin tenang, demikianlah
keadaan para muda-mudi jang berada disitu. Mereka semuanja mempunjai dendam jang
maha besar pada dirinja, siang malam menantikan ketika untuk membalasnja, kini saat
ini sudah tiba dan berada didepan mata, Louw Eng mengetahui bahwa dirinja sudah tak
dapat tertolong lagi dengan tjara biasa. Dalam diamnja setem2nja ini seperti djuga
malaikat Djibrail jang sedang menentukan vonisnja. Pastilah sesaat lagi akan petjah suatu
ledakan amarah jang maha hebat dan berlainan dengan suasana sepi seperti sekarang !
Delapan orang dengan kedelapan pasang mata membar a menatap Louw Eng. Dalam
waktu sekedjap para muda-mudi melangkah madju mendekati sang djahanam, dalam
keadaan berbahaja jang mengantjam djiwanja Louw Eng tidak ber-gerak2 maupun ber-
kata2, wadjahnja seperti tidak berubah, matanja mengawasi keenam anak muda jang
menghentikan kakinja sedjauh enam langkah dari dirinja.
Ong Djie Hay menatap terus dengan matanja jang merah, membuat sang djahanam
jang biasa menggunakan sinar matanja mengawasi orang kini tidak berani menentang
mata Iawannja, tiap kali bentrok ia membuang pandangannja ketempat lain.
"Louw Eng ! Gunakanlah matamu melihat kepadaku !" bentak Ong Djie Hay dengan
keras seperti petir, sehingga membuat Iawannja lontjat terkedjut.
Dengan terpaksa Louw Eng melihat pada anak muda itu, telinganja kembali
mendengar suara jang lantang keluar dari inulut seterunja: "Louw Eng, bukti2 dari
pertanjaanmu sewaktu didalam goa kini sudah ada, pokoknja kami akan mendjawab
setiap pertanjaanmu; kesatu kau minta bukti tentang dirinja dari dua saudara Wan. Kami
sudah mendapat saksinja jakni Tju Sioksiok, masih berani membantahkah akan
kebenarannja ?"
Louw Eng dengan gugup mejigeluarkan kata "ehh", tidak tahu kata apa sebenamja
jang diutjapkan. "Tidak terang ! , Jang kedua kau mengatakan bahwa pedang naga dan
tjendrawasih bukan kepunjaan keluarga Wan. Kini dua saudara Wan menggunakan ilmu
pedang Keng Liong dan In Hong, setjara bertangan kosong dapat merampas sendjatamu,
dengan ini sudah membuktikan bahwa me reka adalah pemilik dari dua bilah pedang itu.
Mengenai buku dari ilmu pedang itu berada disini apakah kau berani membantah ?"
Dengan serampangan Louw Eng mengeluarkan kata2 jang kurang terang.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
"Louw Eng ! Apa jang kau katakan ? Kalau kau djantan sedjati bitjaralah dengan keras
agar kami dapat mendengamja. Mengaku berdosa atau tidak ? Kuberi tahu, biar
bagaimana sukar untukmu melewatkan kesusahan sekali ini. Kalau kau mengakui semua
kedosaanmu, kami akan membuatmu mati dengan djenazah jang baik, kalau tidak
tubuhmu ini akan kami hantjurkan !"
"Sekali ini mau tidak mau aku harus mengaku," pikir hatinja, "kalau tidak, .mereka bisa
mendjadi panas dan bisa menamatkan hidupku." Dengan perlahan bergojanglah lidaknja
dan berkata dengan keras: "Aku mengaku, semuanja kuakui !"
Pengakuan Louw Eng jang demikian polos, membuat semua orang merasa heran,
sungguh diluar dugaan. Dengan begini kedjahatannja jang sudah diperbuat pada delapan
belas tahun berselang semuanja diakui.
Mendengar ini sekalian dari anak muda mendjadi terkesiap, kegusaran didalam
dadanja jang seperti gunung akan meletus, mendadak mendjadi hilang seperti ban
kempes. Ong Djie Hay gdalah jang tertua disekalian anak muda, biar bagaimana ialah
jang harus berkata, tapi katanja dengan mudah dibenarkan oleh Louw Eng, sehingga
rentjana jang akan didjalankan kalau sampai sang djahanam tidak mengaku tidak perlu
lagi untuk dikeluarkan; sebelumnja merelea menduga bahwa sang djahanam pasti tidak
akan mengaku dosanja, mereka sudah niupakat untuk mendesaknja sampai ia mengaku.
Hal ini tidak berlaku lagi, apa jang harus dilakukan pada saat ini ? Ditabaskah dengan
pedang ? Tidak ! Hal ini mengenakkari sang djahanam sadja ! Djie Hay menoleh kepada
Tju Hong dan ibunja Tjiu Piau sambil berkata: "Tjiu Siok-bo, Tin Siok-siok, binatang
dilaknat ini sudah mengakui dosa2nja, kau pikir harus bagaimana menghukumnja ? Adik2
apakah kalian mempunjai pendapat djuga ?"
Ibu Tjiu Piau seperti tertawa bukan tertawa dan menangis bukan menangis
mengeluarkan suara "Heu .. heu" dua kali, selandjutnja berkemak-kemik sendiri: "Hemm.
Louw Eng, achimja kau mengakui djuga akan dosamu ! Delapan belas tahun lamanja aku
menantikan hari ini, achimja kini tiba didepan mata ! Tjian Kin, Tjian Kin kau pasti jang
berada dialam baka pasti akan meraa terhibur. Waktu sudah berdjalan lama, aku dapat
mendjaga dan membesarkan anak, bahkan sudah bisa membalas sakit hati !" Ia berkata
dan berpaling pada .Tjiu Piau sambil melandjutkan kata2nja dengan terang: "Piau-djie,
keluarkanlah Bwee Hoa Tok Tju !" Dengan hati2 Tjiu Piau mengambil mutiara beratjun
dan memberikan kepada ibunja: "Bu, untuk apa mutiara ini?"
"Hay-djie, delapan belas tahun lamanja aku berpikir dan memastikan bahwa hari jang
dinantikan akan tiba, kini saatnja untuk membalas dendam ! Kau kugunakan Bwee Hoa
Tok Tju untuk menghadjar djahanam im, agar ia mati dengan ratjun dari mutiara ini !
Sekarang .. Sekarang .." Ia berkata sampai disini, segera berhenti demi melihat mutiara
jang berkilauan, hatinja seperti melihat sang suami jang sangat ditjintai, tanpa disadari
lagi kerongkongannja seperti disumbat, sementara itu air matanja sudah turunLiong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
membasahi kedua pipi tuanja. Sedangkan Tjiu Piau pun turut menangis, demikian pula
dengan anak muda jang lain tidak terketjuali.
Ibu Tjiu Piau menahan air matanja, lengannja segera mengenakan sarung tangan jang
terbuat dari kulit rusa, dengan bengis mengawasi ia berkata: "Anakku, marilah mutiara
itu !" Sesudah lengannja menerima mutiara matanja segera mengawasi sang djahanam,
dengan heran ia berkata: "Louw Eng apa jang kau tengah tangisi ?"
Mendengar ini, semua orang memalingkan muka melihat pada sang djahanam, benar
sadja dilihat mereka Louw Eng tengah nansjis dengan sedihnja, hal ini sungguh diluar
dugaan sama sekali.
"Djie-so, selama duapuluh tahun aku melakukan kedjahalan melewati dari batas, aku
mengakui pada waktu jang lalu hatiku tak ubahnja seperti binatang. Tapi pada saat akan
menutup mata, mungkin aku masih mempunjai kebaikan sedikit. Kini akupun merasakan
kesusahan akibat dari perbuatanku jang djahat pada masa jang lalu. Djie-so tak perlu
kau menggunakan Bwee Hoa Tok Tju, aku bisa mentjari kematian sendiri. Kalau kau mau
menggunakannja aku tidak perlu mengegos, tapi Djie-so harus tahu aku mempunjai
sesuatu hal jang sangat menggandjel dilubuk hatiku, jakni mengenai tulang2 dari Tjiu
Djie-ko hingga kini belum dikubur, sebelum hal ini diselesaikan aku tidak tenang
meninggalkan dunja ini. Tempat dimana ia djatuh kedalam tjadas hanja aku seorang jang
mengetahui, pokoknja sebelum aku mati hal ini perlu kuberi tahu dahulu kepada kalian.
Djie-so kalau kau suka boleh kuadjak ketempat itu !"
Mendengar kata ini, lengannja isteri Tjiu Tjian Kin jang sudah terangkat untuk
melepaskan mutiara beratjun, berhenti setjara tiba2 hatinja mendjadi sedih, air matanja
mengalir dengan deras seperti mata air dipegunimgan. Lengannja turun, dengan lengan
badjunja air mata diusap, pikimja ingin menahan kesedihan, sebaliknja dari berhasil
kesedihannja men-djadi2. Sesudah ia menangis tjukup lamanja baharu membuka mulut:
"Louw Eng aku tidak pertjaja bahwa kau masih mempunjai hati jang baik, tapi kalau kau
benar2 dapat menepatkan perkataanmu, mungkin dosamu akan berkurang sesampainja
didunia baka. Djalan, kini aku turut padamu ketempat jang kau sebut !"
Louw Eng menarik napas seperti benar2 merasa sedih dan insjaf atas kesalahannja.
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan menundukkan kepalanja ia memutar badan berdjalan dengan per-lahan2. Dari
gerak langkah kakinja agaknja benar2 bahwa ia mempunjai hati kesal dan tak habisnja
menjesali dirinja jang sesat. Tjiu Piau dengan langkah tjepat madju melompat sambil
berseru :"Bu, aku turut !"
"Kami tidak terketjuali, marilah semua turut untuk menjaksikan tempat dimana
manusia berhati binatang ini melakukan kekedjian pada delapan belas tahun berselang
!" Mendengar ini Louw Eng jang berdjalan dimuka kembali menarik napas serta meng-
geleng2kan kepalanja, seperti dalam kesedihan jang benar2.Liong Hong KiOm - 0 7 Team K olektor Ebook FB grup
Dua saudara Wan tetap menghunus pedangnja, dengan mata gusar mengawasi sang
djahanam, ingin hati mereka dengan sekali tikam untuk menamatkan riwajat manusia
jang dibentji. Saat ini Louw Eng berdjalan melewati mereka dan melihat bahwa dua anak
muda ini berwadjah penuh dengan amarah. Ia tertawa meringis sambil membusungkan
dadanja pura2 berani: "Untuk apa kalian gelisah, dadaku ini lambat atau tjepat achirnja
akan kau tubles djuga bukan ?"
"Louw Eng kau djangan kuatir, kami tidak mau menikam dadamu, paling2 djuga
menusukmu dari punggung belakang !" djawab Djin Liong dengan ketji Katanja ini
membuat punggung sang djahanam terasa panas dingin. Tahun jang lalu Louw Eng
membokoi Wan Tie No suami-isteri dari punggung belakang, kedua saudara Wan akan
membalasnja berbuat demikiam hal ini'"membangkitkan rasa takut sang djahanam, d
ngan menenangkan dirinja se-djadi2nja ia iewat didepan dua saudara Wan, didengamja
suara pedang jang sengadja diadukan oleh mereka, menjusul irama sedih jai memilukan
hati terdengar dari pedang itu. Louw Ei mendjadi kagci, dengan tjepat ia mentjelat,
karena menduga dua saudara Wan menikam punggungnja dari belakang. Sesudah irama
sedih mereda baharu bera kepalanja menoleh kebelakang, dengan tersenjum ia berkata:
"Aku tahu kalian tengah bermain pedang lagi."
"Djangan banjak mulut lagi, lekas djalan !" bentak Djin Liong.
Louw Eng berdjalan didepan sambil menarik napas lagi, sedangkan seteru2nja
mengikuti dari belakang di ngan perasaan benar2 sedih. Mereka semua ingin mem mukan
tulang belulang dari mendiang Tjiu Tjian Kit Tiba2 hati Wan Djin Liong tergerak dan
mempunjai sesuatu pirasat; begitu hatinja tergerak kontan sang adik pun mempunjai
pirasat jang serupa dengannja kedua perasaan jang sama ini membuatnja mereka madju
melompat kedepan tanpa berunding lagi. Mereka membentak setjara berbareng; "Louw
Eng,hentikan kakimu ! Dengan tjepat Louw Eng mmebalik badan dan mengeluarkan
paras seperti kaget: "Kenapa ?"tanjanja heran
( Bersambung )Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
B^MhT' * y i
Team Kolektor E-book J
Sumber Pustaka : Gunawan AJ
Kontribusi - scan : Awie Dermawan
OCR- PDF : Andy MullLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
LIONG HONG KIAM
(PEDANG NAGA DAN PEDANG TJENDRAWASIH)
DJILID KE-VIII
K A R J A:
TANG FEI
TERDJEMAhAN:
lauWtsu eng
PENERBIT:
KARJA NAJA
Dja k ar ta
SOMBER BOKO : GONAWAN AJ
kqntribotqr dan scanner : a We dermaWAn
OCR - CONVERT PDF TEXT : ANDy MOLLLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
DISCLAIMER
Kolektor E-Book adaiah sebuah wadah niriaba bagi para pecinta Ebook untuk beiajar,
berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengaiaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah
su it didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara m engaih mediakan dalam bentuk
digital.
Proses pemiiihan buku yang dijadikan abjek aiih media diklasifikasikan berdasarkan
kriteria keiangkaan, usia,maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam
bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang seianjutnya dikonversikan
kedaiam bentuk teks dan dikompiiasi daiam form at digita l sesuaf kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansia i dari buku-buku yang diaiih
mediakan daiam bentuk digita l ini.
Saiam pustaka!
Team Kolektor EbookLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
L I O N G H O N G K I A M
Djilid ke-VIII
Sebelum Louw Eng selesai berkata, dua saudara Wan sudah melesat madju kemuka
dan menghadang perdjalanannja, mereka me-nundjuk2 sambil memaki: "Hei...
djahanam, djangan harap kau dapat mengabui kami lagi, kebusukanmu sudah ada
dikantong kami ! Kau mengetahui perasaan kami, lantas sengadja menggerakkan
perasaan ini untuk memantjing kami keluar, ja meraantjing sampai pada telapak
tanganmu, agar kami merupakan ikan jang masuk kedalam perangkap !"
Kalimat jang diutjapkan ini menjadarkan jang lain, bahkan membuat Louw Eng berdiri
mendelong karenu kaget. Ia mendongkol bukan main rahasia hatinja kena dibongkar,
bila tidak ia njat melarikan diri waktu musuh2nja lengah, kemudian membawa bala
bantuan untuk menumpas mereka. Hal ini hampir berhasil, terbukti dengan ibu Tjiu Piau
jang kena dianggusi dalam keadaan sedih. Untunglah usaha dari sang djahanam kena
dipetjahkan sebelum berhasil melalui mulut keluar dari djalanan buntu itu.
Dari malu Louw Eng mendjadi putus asa, dari putus asa berbalik mendjadi nekad, dari
nekad berbalik mendjadi gusar, tapi adatnja jang akan diumbar ini tertekan kembali
karena suasana tidak mengidjinkan. Akalnja tetap ber-pura2 tunduk, ia tertawa: "Kau
boleh mengatakan begitu, sehingga kebaikanku dianggap kedjahatan. Kalau kalian tidak
pertjaja, boleh kubalik kembali. Untuk apa hidup2 sudah tidak dipertjaja orang, djiwa
jang busuk ini lebih baik siang2 mati sadja !"
Ong Gwat Hee sedari tadi memang sudah merasa tjuriga dan mengetahui bahwa ibu
Tjiu Piau disebabkan gontjangan djiwa dalam kesedihan sehingga kena diakali lawan, kini
ia merasa girang bahwa dua saudara Wan sependapat djuga dengan pikirannja, dengan
tjepat kakinja melangkah madju seraja berkata: "Louw Eng ! berkatalah dengan djudjur
untuk apa kau ber-pura2 lagu lama itu sudah tak mudjarap lagi ! Katakanlah dimana
tempat Tjiu Siok-siok kau tjelakakan ! Oee San ini sekelihngnja dikenal Tju Sah-ko kami,
sebutlah lekas, dibukit mana, dilembah mana, menghadap kemana, didekat pohonapa ?
Katakanlah lekas dan djangan mendusta. Kalau kau membandel dan berani
mengeluarkan sepatah kata bohong berarti kau akan menerima seksaan lebih berat
setikal ! Lekas bitjara !"
Sedikitpun Louw Eng tidak menundjukkan perubahan pada wadjahnja, ia berkata
dengan tjepat: "Baik, segera aku berkata." Kata2nja baharu keluar sedikit, tiba2
lengannja terdjulur dengan tjepat menangkap Gwat Hee. Djarak mereka berdua sangat
dekat, tambahan sang gadis tidak bersiaga dan berlaku alpa, dalam bingungnja ia
mendjadi gugup dan kena ditjekal lengan kanannja, sehingga tidak bisa bergerak lagi.Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
Siang2 Louw Eng sudah mempunjai njat untuk melarikan diri, kini ia bisa berbuat tjepat
dan berhasil mendjalankan langkah pertama untuk menolong dirinja. Tubuh Gwat Hee
jang sudah tak berdaja diputar kearah kanan dan membalik punggung kepadanja.
Lengannja ini bekerdja dengan tjepat sekali, sehingga jang lain tidak sempat berbuat
apa2.
Dalam kagetnja Ong Djie Hay madju melangkah, Louw Eng membentak: "Djangan
bergerak! Kalian djangan mengandalkan djumlah jang banjak untuk menghina diriku,
kalau. aku mau dengan sekali djungkir dapat segera meluntjur kebawah djurang untuk
ber-sama2 menemui adjal dengan botjah ini, siapapun tidak dapat merintangkan
perbuatanku !" Kata2nja ini dapat menggertak lawan2nja mendjadi diam tidak bergerak.
Ibu Tjiu Piau mendjadi gusar, denganamarah jang meluap2 ia berkata: "Kau .. kau .. k a
u .."
Dalam sekedjap sadja ia merasakan. tidak ada kata2 jang tepat untuk memaki
kedjahatan dari sang djahanam. Segala sumpakan dan nistaan jang paling berat didalam
dunja, agaknja terlalu ringan guna memaki Louw Eng.
"Maafkanlah aku," kata Louw Eng sambil njengir djahat, "aku segera akan
membawanja berlalu !" Gwat Hee didjadikan tameng dan dipaksa djalan dihadapan
mukanja melalui pada dua saudara Wan.
Dua saudara Wan masing2 menghunus pedang, tetap merintang tak memberikan
djalan. Louw Eng mendorong Gwat Hee pada udjung pedang dua saudara kembar,
sehingga membuat jang tersebut belakangan terpaksa mundur, Louw Eng madju
selangkah, mereka mundur setindak.
"Djangan dikasih Iolos djahanam ini ! Madjulah semua, se-kali2 djangan menghiraukan
diriku !" seru Gwat Hee dengan lantang tanpa takut sedikit djuga.
"Mau mampus kau ! Aku tidak njat ter-gesa2, djangan bersuara !" bentak Louw Eng
dengan kasar. Tepat kata2nja habis, menderu sematjam benda setjara mendadak
dibelakang tubuhnja. Louw Eng memegang Gwat Hee disebelah depannja, dengan tjepat
kepalanja menoleh kebelakang, tampak olehnja sematjam benda jang merupakan ular
bergulung datang mengarah kepada tubuhnja, sedang udjungnja ber-kilau2an seperti
emas kuning, benda itu tak lain dari kaitan emas Tju Sie Hong jang menjerang setjara
tjepat.
"Lepaskan tambangmu !" bentak Louw Eng, djeridjinja terdjulur keluar sebanjak dua,
merupakan sepitan kepiting mendjepit tambang itu. Dengan tjepat tambang jang kaku
itu dikendurkan oleh pemegangnja sehingga terkulai, Louw Eng jang memegangi Gwat
Hee biar bagaimana tidak dapat bergerak dengan bebas, begitu dilihat tambang terkulai
pikirnja sang lawan sudah tidak bertenaga, karenanja ia tidak merampas tambang itu"
melainkan melangkahkan kakinja madju kemuka. Tju Sie Hong menggerakkan tangannja,Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
sehingga tambangnja itu seperti hidup, kaki lawan jartg melangkah madju disambernja,
sambil dibarengi dengan seruan: "Kena !".
Tambang ini tidak membuat Louw Eng mendjadi kaget, kaki kanannja diangkat dengan
udjung sepatunja ditendang tambang itu sambil memaki: "Enjahlah ! Djanganlah
mempergunakan permainananak ketjil untuk mengikatku !" Kata2nja baharu terhambur
keluar, ia merasa sedikit tidak benar pada kakinja jang baharu terangkat itu. Karena
tambang Sie Hong sudah berubah mendjadi lunak kembali. Sesudah melilit beberapa kali,
kaitannja mentjantel dan membuat suatu ikatan mati, sedangkan udjung lain dari
tambang itu tetap berada dilengannja.
"Louw Eng, ingin kulihat apa kau masih bisa djalan tidak ? !" tanja Sie Hong sambil
me-narik2 tambangnja.
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Louw Eng segera duduk ditanah, kedua lengannja mengangkat tubuh Gwat Hee,
mulutnja mengeluarkanantjaman: "Botjah she Tju ! Kalau kau tidak melepaskan
tambangmu, terlebih dahulu mustika ini kulempar kedalam djurang !" sebenarnja lengan
kirinja tidak bekerdja apa2, asal ia mau melepaskan ikatan tambang masih dapat, tapi
hal ini tidak dilakukan, ia takut Ong Djie Hay dan Wan Djin Liong datang menjerang dan
merampas Gwat Hee. Kalau hal ini sampai terdjadi dirinja pasti berada dalam kekuasaan
musuh lagi.
Tju Sie Hong tidak mempunjai pendirian jang teguh. dilepaskanatau tidak ? Dilihatnja
Djie Hay jang tengah gusar dan membentak sang djahanam: "Louw Eng, djangan banjak
tingkah ! Djagalah seranganku !" Kakinja menotol dan tubuhnja melesat tjepat seperti
burung menubruk pada seterunja. Waktu sampai ditengah udara kembali terdengar
bentakannja: "Aku akan mentjelakakan kau, seperti kau mentjelakakanajahku !
Rasakanlah ilmu Im Yang Kang jang akan kupukulkan dipunggung dirimu !" Melihat
serangan Djie Hay jang menggila ini Louw Eng mengetahui bahwa botjah ini akan
menjerangnja dengan pukulan jang ganas. Tanpa banjak pikir lagi tubuh Gwat Hee
dilempamja kedalam djurang.
"Louw Eng ! Walaupun sudah mendjadi setanaku tetap akan mengganggumu !" seru
Gwat Hee dari tengah udara dengan nada jang luar biasa geramnja, seruannja ini
membuat pula jang lain mendjerit kaget. Dalam kegaduhan suara djeritan, terdapat
seseorang jang masih tetap tenang, orang ini menggerakkan lengannja menerbangkan
sematjam benda.
Orang ini bukan lain daripada Tju Sie Hong. Lengannja jang memegang tambang,
seudjung sudah melibat kaki musuh, udjung satunja lagi masih tetap didalam lengannja.
Dalam keadaan jang demikian mendesak, tak sempat untuknja melepaskan libatan
tambang jang berada dikaki lawan, sehingga tambang jang tengah dipegangnja dilempar
untuk mengait Gwat Hee.Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
"Sie-Moy, peganglah tambang ini !" Tju Sie Hong bertubuh kurus tapi seruannja ini
tjukup mendengungkan setiap pendengar, Gwat Hee mengeluarkan lengan mendjangkau
tambang begitu mendengar seruan saudaranja. Dengan suatu gerakan jang luar biasa
indahnja berhasillah ia memegang dengan erat tambang jang datang itu.
Kalau udjung tambang satu lagi berada didalam lengan Sie Hong segala urusan segera
akan mendjadi beres. Tapi udjung satunja lagi masih melibat dikaki lawan. Sedangkan
sang djahat jang sudah melempar Gwat Hee segera memasang besinja dengan teguh
sambil menjedot hawa segar guna mengkokohkan pertahanan kakinja, lengannja berada
didadanja menguasai ketenangan, ia hanja memperhatikan serangan Djie Hay dan
menantikan kekosongan lawan untuk mengirimkan serangan kematian. Pada saat inilah
tubuh Gwat Hee djatuh kebawah, walaupun tjukup keras sedikitpun kakinja tidak
bergerak, berkat persiapannja sudah baik.
ilmu Djie Hay bukan lain dari Bukit Berantai jang bemama Bukit Aneh Terbang
Mendatang, gaja serangannja menjergap dari atas kebawah serta dilengkapi Im Yang
Kang jang liehay langsung menjerang kelemahan dan tempat berbahaja lawan. Dengan
tenang Louw Eng mengawasi setiap gerak-gerik lawan, begitu serangan hampir tiba,
tububnja mengegos dengan tjepat, dan memaksa musuh menjerang tempat kosong.
Sedan gkan lengannja didjulurkan sambil mengeluarkan dua djeridjinja jang ditekuk
merupakan belentjang jang siap mengait mata lawannja, djurus ini dapat dilakukan
dengan tjepat seperti ular mengeluarkan lidahnja.
Djie Hay merasakan hawa dingin menjerang kepalanja, setjara otomatis lenganja
menjampok keatas dengan keras, malang baginja lengan ini kembali neugenai angin.
Terketjuali begitu, dengan berbuat begini bagian bawahnja mendjadi kosong waktu
lengannja berada diudara. Kekosongan ini segera tidak dibiarkan lawan, kakinja terangkat
naik mendjurus pada dada.
sebenarnja Djie Hay sedang menjiapkan serangannja jang bemama San Tjiong Sui Kin
(air kering ditanah tandus) mendjaga dengan rapat seluruh tubuhnja, begitu dilihat kaki
lawan menendang dadanja, tubuhnja segera mentjelat mundur. Louw Eng menurunkan
lengan dengan tjepat membuka tambang jang mengikat kakinja, dan memegangnja
dengan erat cidalam lengannja, dengan berbuat begini kembali sang djahanam berhasn
menggantungkan mati hidupnja Gwat Hee diatas lengannja. Hasilnja ini membuat
wadjahnja ber-seri.2 setjara girang sekali.
Orang banjak sekali lagi dibuat mengeluarkam keringat dingin ! Tjiu Piau
menggenggam mutiara emasnja tanpa mempunjai pendirian sama sekali, akan
dihadjarkan bangsat tua tjelaka itu ? Takut mendatangkan musibat untuk Gwat Hee.
Kalau dibiarkan begini sadja, artinja sudah merasa muak atas sikap lawan jang litjik dan
mendjemukan.Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
"Semua orang tidak kuidjinkan melangkahkan kakinja mendekat padaku ! Barang siapa
melanggar kata2ku tainbang ini segera kulepaskan ! Kalau hal ini kugunakan djangan
sesalkan diriku jang tidak mempunjai perikemanusiaan lagi !" seru Louw Eng dengan
delak-deliknja menjapu pandangan semua seterunja dengan kepuasan jang ber-limpah2.
Denganamarah meluap Djie Hay melangkahkan kakinja sedikit, dengan njat untuk
mengadu djiwa.
"Kulepas tambang ini !" seru Louw Eng sambil benar2 melepaskan tambang itu dari
lengan kanannja, sedang tangan kirinja buru2 menudju ketanah dan memegang lagi
tambang itu dengan erat. Gertakannja jang tjukup baik ini mengedjutkan seteru2nja dan
membuat Djie Hay tidak berani melangkahkan kakinja barang setengah tindak. Kedjadian
membuat orang banjak bengong mematung seperti batu gunung di Ban Liu Tjung.
"Louw Eng, katakanlah apa maksudmu berbuat begini !" tanja Djie Hay.
"Tidak apa2 " djawab Louw Eng dengan dingin, "aku mengambil djalanku sendiri dan
kalian mengambil djalan kalian, satu sama lain tidak mengganggu. Dari itu kalau aku
madju melangkah setindak, kalian harus mundur setindak ! Siapa berani merintang,
terpaksa aku akan melawannja setjara mati2an, sedang tambang ini pasti hams
kulepaskan !" Habis berkata lengan kanannja memeeang tambang, kakinja madju
melangkah menudju ,djalan ketabir air terdjun dari mana tadi ia masuk.
Dengan terpaksa dua saudara Wan mundur beberapa tindak. Louw Eng madju lagi
dua tindak, dua saudara Wan kembali kena dipaksa mundur sebanjak dua tindak.
"Djangan hiraukan diriku, djangan kasih binatang Louw Eng meloloskan diri !" seru
Gwat Hee dengan keras dari tebing dimana ia berada.
"Moy-tju tak perlu kau gelisah, bangsat tua ini pasti tidak kan kulepaskan dan tidak
mungkin mentjelakakan kau," djawab Tjiu Piau dengan gagah.
"Kalau kalian tetap akan melepaskan bangsat Louw Eng, lebih baik aku sendiri
melepaskan peganganku, kalau tidak begini sakit hati negara danajah mana bisa dibalas
I "
Louw Eng tak menghiraukan pertjakapan mereka, kakinja tetap melangkah inadju,
melangkah menjusuri tepian tebing, sehingga Gwat .Hee jang berada dibawah terus di-
bawa2. Ibu Tjiu Piau merasa iba sekali atas nasib sang gadis, ia berkata pada Tju Hong:
"Asal sadja bangsat itu mau melepaskan dirinja Gwat Hee dirinja boleh djuga kita
bebaskan !" Tju Hong jang sependapat dengan Djie-sonja, tentu sadja tidak senang
melihat keponakannja hidup2 kena diseksa musuh, ia menganggukkan kepalanja
mendengar kata2 sang Djie-so, kakinja madju melangkah dan mengeluarkan
bentakan:"Louw Eng hentikan kakimu ! Kau dengar !".Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
Tju Hong baharu sadja akan melandjutkan kata2nja, tapi mendjadi urung waktu
melihat Louw Eng menundjukkan wadjah gusar dan mengeluarkan bentakan: "Botjah gila
kau bersembunji dimana !" Tambang jang dipegang dengannja terkulai menundjukkan
tidak ada orangnja disebelah bawah. Kepalanja melongkok kebawah, benar sadja
diudjung tambang itu sudah tidak terlihat bajangan dari Gwat Hee.
Tanpa terkendalikan lagi Djie Hay dan Tjiu Piau mendjerit: "Moy-tju ! Moy-tju !" Suara
mereka ini demikian keras dan menggema lagi: "Moy-tju, Moy-tju." Semua orang
berputus asa, kira mereka Gwat Hee benar2 sudah melepaskan pegangannja dan
meninggal dibawah lembah. Untunglah hal ini berdjalan tidak lama, karena orang banjak
ini segera mendengar suara Gwat Hee jang keras dari bawah: "Koko aku berada disini
dengan selamat, tangkaplah dahulu bangsat itu baharu menolong diriku !" Semua kepala
memandang kebawah, tapi tidak melihat bajangan2 dari Gwat Hee. Kiranja disamping
tebing, terdapat tjela2 jang lekuk kedalam, bahkanada pula rumput dan semak2, Louw
Eng jang keenakan menjeret2 sang gadis, terlalu memusatkan pikirann ja kepada Djie
Hay dkk, sehingga tidak memperhatikan keadaan ditebing itu, sehingga Gwat Hee dapat
melepaskan lengannja sesudah melihat tempat jang kuat untuk menempatkan dirinja.
Suatu ketika jang bukan main baiknja kembali terlepas dengan begitu sadja, hatinja
mendjadi sedih dan kesal, diam2 ia meratap: "Louw Eng, mungkin hari matimu sudah
sampai pada waktunja, hari ini selalu djalan2nja tidak baik, segala kesempatan jang
bagus sudah berlalu seperti impian !" Sang djahanam ini sebenarnja diam2 sedari semula
sudah merentjanakan diri untuk kabur, pertama menggunakan penipuan, tapi hal ini
gagal; kedua menangkap salah seorang untuk didjadikan djaminan, sajang ketika ini
kembali mendjadi kandas, harus bagaimanakah ? Menggunakan kekerasankah ? Wah,
semuanja sukar dan tak mungkin.
Sekelilingnja berdiri Wan Djin Liong danadiknja, Ong Djie Hay, Tjiu Piau dan lain2. Ia
mengharapkan hudjan tjepat2 tapi sampai saat ini masih belum ada tanda2nja
hudjanakan turun, pokoknja kalau sampai hudjan datang ia mempunjai suatu rahasia
jang dapat meloloskan diri, tapi sajang sekali jang di-harap2 ini belum datang djuga.
Louw Eng mengertakkan giginja, hatinja merasa mendongkol sekali, diam2 hatinja
menggerutu: "Baik ! Segala dajaku sudah habis, tapi tidak halangan untuk mengadu
sabar dengan kalian. Aku diam disini tidak bergerak, kamu djuga tidak dapat mengurung
untuk mengerubuti aku sebab djalan gunung sangat sempit sekali, kalau satu2 jang
madju bukan main baiknja, aku belum tentu dapat dikalahkan. Datang satu kuhadjar
satu, kalau dua boleh kugeprak keduanja djatuh kedjurang !" Sesudah pikirannja tetap
ia mengambil kedudukan jang baik untuk menjiapkan kuda2nja. Sedangkan sendjata Sie
Hong jang masih berada dilengannja dibuang kedalam djurang. Sie Hong membuat
sendjatanja dengan susah pajah, kini mentah2 melihat benda kesajangannja itu dibuang
seperti benda tidak berharga, dengan sendirinja mendjadi gusar: "Kurang adjar, harus
kau ganti!" Tubuhnja mentjelat madju menerdjang. Dengan satu gerakan Sian Hong TiauLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
Yang (tjendrawasih tunggal menengadah kelangit) Louw Eng memiringkan tubuhnja.
Kepandaian silat Sie Hong tidak seberapa dan djauh sekali kalau dibandingkan dengan
musuhnja, kepergiannja ini kebanjakan tjelakanja daripada untungnja. Djie Hay dengan
tjepat merintangi terdjangan sang adik sambil menarik tubuhnja: "Sahtee sabarlah,
biarlah aku jang membereskan !" Terdjangan Sie Hong demikian kuatnja, tapi dengan
mudah kena dirintangi kakaknja, sehingga tidak dapat bergerak lagi. Toa-ko ini benar2
mempunjai ilmu jang lebih tinggi dari saudara2nja.
Djie Hay mengfrertak dengan lengan kiri, sambil berusaha untuk mendekat pada tubuh
lawan, sedangkan lengan kanannja menjodok dengan hebat keulu hati musuh. Tempat
jang diserang ini adalah suatu tempat jang berbahaja sekali, kalau kena kesodok pasti
akan muntah darah dan luka parah. Louw Eng berbuat sengadja membiarkan lawannja
merangsak dan mendekat tubuhnja, begitu dilihatnja serangan lawan, djurusnja segera
berubah mendjadi Oey Eng Lok Tjia (burung kenari djatuh dari sarang), kanan-kiri dari
lengannja tertekuk didepan dadanja, lengan kiri melindungi dada, lengan ka nan berbalik
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menghadjar lengan lawan jang menudju pada dirinja, lima djeridjinja terbuka seperti
kuku garuda siap mentjengkeram djalan darah dilengan lawan. Djie Hay mengetahui
keliehayan lawan, lengan kanannja segera berubah arah kesebelah kiri sambil membuat
suatu lingkaran besar, sedangkan telapak lengan kirinja menerobos keluar dari sikut
kanannja, melindungi lengan kanannja dari lima djeridji lawan. Gerak dari Djie Hay ini
dikira Louw Eng terlalu lambat, sehingga ia menganggap pemuda ini hanja bisa bertahan
dan tidak mampu untuk menjerang, geraknja segera diubah lagi mendjadi Liu Seng Kan
Guat (meteor mengedjar rembulan) dengan tjepat, menghadjar kearah muka dari
pemuda kita.
Ong Djie Hay tidak berani setjara berdepan untuk menangkis serangan. lawan, ia tahu
akan kekuatan sedjati dari ilmu dalamnja belum memadai kekuatan lawan, kini keadaan
sudah memaksa karena tiada tempat untuk berkelit. Setakar tenaganja dikumpulkan pada
lengannja untuk menangkis serangan lawan, dua pasang lengan beradu dengan keras
"pung" berbunji, Djie Hay tidak kuasa menahan dirinja, sehingga ter-hujung2 beberapa
kali.
"Hambuslah kau dari sini !" bentak Louw Eng sambil mendorong lagi dengan maksud
menggulingkan lawan masuk kedjurang.
"Lihatlah siapa jang harus terdjun kedjurang!" balas Djie Hay dengan lantang,
sedangkan lengannja kembali menangkis, pukulan ini lebih tjepat dan lebih hebat dari
jang tadi, begitu bentrok kaki Djie Hay tergetar lebih hebat dari semula. Louw Eng
mengirimkan lagi serangannja jang ketiga, Djie Hay tetap tidak mundur, kembali ia
menjambut serangan ini. Sekali ini lengannja dilengkapi ilmu Im Yang Kang, agar
lawannja jang menjerang dengan keras terbang kesamping dan terdjerumus djatuh
kekaki gunung.Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
Louw Eng adalah manusia jang litjin dan litjik serta banjak akal bulusnja, sedari tadi
sudah bersiaga atas ilmu Im Yang Kang lawan jang ampuh. Serangannja selalu hanja
mempergunakan delapan bagian tenaganja. Tenaga jang delapan bagian ini walaupun
mengenai angin tidak mungkin membuat dirinja djatuh terdjerumus. Bentrokan ini
membuat lengan Louw Eng seperti mengenai kapas, tapi kakinja masih tetap teguh tidak
bergerak setengah langkahpun.
Tjiu Piau pada saat ini sudah mempunjai pendapat baik, tanpa ber-kata2 matanja
mengawasi gerak-gerik dari Djie Hay sedangkan lengannja sudah siap dengan mutiara
beratjun. Begitu dilihatnja sang kakak menjeaang lagi, lengannja bergojang sambil
berseru: "Kena!" dua butir mutiara dengan tjepat mengarah kepada kedua hxtut kaki dari
sang djahanam. Tempat jang dihadjar benar2 merupakan kelemahan lawan ! Louw Eng
tengah berkelahi setjara mati2an untuk mempertahankan djiwanja dengan Djie Hay jang
tidak kenal takut, dengan penuh perhatian kuda2nja dipasang demikian kokoh, akan ilmu
dilengan dapat dikuasainja dengan bebas, mau berapa bagian tenaga dapat digunakan
berapa bagian. Kini mendapat serangan mutiara jang mengarah pada Iututnja,
memaksanja membuat ia melontjat setinggi tiga kaki. Dengan gugup kerling matanja
melihat mutiara, tubuhnja jang berada diatas udara dilengkam daja tahan berbau
menjerang. Kakinja terangkat naik menendang dengan ganas pada lengan kanan musuh,
serangan ini kalau berhasil pasti dapat mematahkan tulang dari lengan lawan. Dengan
terpaksa Djie Hay menghentikan serangannja dan menarik dengan tjepat, akan tetapi
dengan perbuatannja ini membuat sang musuh berada kembali dipihak aktip.
Hal ini tidak membuat dan mendjadikan Louw Eng girang, karena dipunggungnja
merasa angin dingin, agaknja ada sematjam benda tadjam mengantjam punggung
nja. Ia mendjadi kaget dan berdjingkrakan, pikirnja memastikan bahwa Wan Djln Liong
sudah menjerang. Kalau kakinja hinggap pada numi dan diserang lagi dua mutiara
beratiun, ditambah dengan serangan Djie Hay dan tabasan dari pedang Djin Liong, kalau
sampai hal ini terdjadi biar Louw Eng mempunjai tiga kepala dan tudjuh lengan djangan
harap dapat menghindarkan bentjana maut ini. Ia sadar djalan njati sudah berada
didepan matanja, dari itu tubuhnja jang masih berada diudara tidak Djindjakkan kebumi
melainkan digeliatkan dengan suatu salto jang luar biasa dan langsung menukik
menjerang Djie Hay dengan kedua lengan lurus, angin dari serangannja ini belum2 sudah
memaksa Djie Hay mundur dan memberikan tempatnja kepada lawan. Sungguh
mengherankan tenaga dorongannja jang maha hebat tiba2 kena tertahan sematjam
tenaga dalam jang luar biasa hebatnja, bahkan tenaga ini masih mengandung daja keras
dan ganas, ia merasakan dan membedakan bahwa serangan ini mengandung tenaga
dalam jang melebihi tenaganja sendiri. Dengan kaget Louw Eng menolehkan kepalanja,
tanpa terasa ia menteriak: "Habislah djiwaku !" Kiranja jang berdiri dihadapannja kiniLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
bukan Ong Djie Hay lagi melainkan seorang berilmu lain jang sudah berhasil datang tanpa
bersuara.
Orang ini berdjenggot pandjang dan ber-gojang2, dengan wadjah jang welas asih, tapi
matanja sangat tadjam dan mengeluarkan sinar jang tidak dapat ditentang. Siapakah ?
Tak lain dari Hoa San Kie Sau adanja !
Louw Eng bemiat menarik sepasang lengannja, akan tetapi sudah tidak keburu. Saat
ini kakinja belum memidjak tanah, mundur madju serba salah. Sedangkan nukulan Kie
Sau sudah tiba, bentrokan sepasang lengan ini tak dapat ditjegah, walaupun hanja
bersentuhan setjara ringan tubuh Louw Eng seperti kena dilontarkan orang dan terbang
miring2 kearah djurang. Adapun kepandaian Louw Eng sebenarnja tidak terpaut djauh
de ngan lawa,nnja, tapi saat ini tubuhnja masih diudara, begitu lengannja mengeluarkan
tenaga tubuhnja terpental semakin djauh, semata2 kena tenaga balikan sendiri!
Tanpa terkendalikan lagi tubuh sang djahanam melintang dan sudah melalui tebing,
matanja sudah melihat dasar djurang jang demikian dalam, keringat dinginnja keluar
bersamaan dengan gugur semangatnja. Dalam saat jang menentukan hidup matinja tiba2
kakinja terasa kena dipegang orang.
Lengan Kie Sau itu mempunjai tenaga jang mana besar, begitu kena memegang kaki
lawan serentak djeridjinja menotok lima djalan darah sekali gus. Walaupun terhaiang
sepatu dan kaos kaki, totokannja tjukup tepat, lebih2 urat nadi jang berada diatasan
tumit kaki, kena tertotok setjara mutlak dan ditekan demikian keras sehingga saat itu
djuga dapat melumpuhkan orang.
Orang2 jang berilmu tinggi sebenarnja tidak merasa takut walaupun tubuhnja
terkatung diudara, pokoknja asal dapat memidjak sesuatu segera dapat memindjam
untuk mentjurahkan seluruh tenaga badannja guna berdjungkir dan berdiri, Lomv Eng
pun menggunakan tjara ini waktu merasa kakinja dipegang orang, tapi ia terlambat,
sebelum tenaganja ditjurahkan untuk berdjungkir kakinja sudah lemas terlebih dahulu
kena totokan lawan, sehingga tubuhnja tidak berdaja lagi dan terkulai kebawah.
"Djie Hay kau berdiri disebelah sana, kalau dia be:balik badan segera kau serang; Piau-
djie siapkan mutiaramu, kalau dia berani berbuat gila lagi segera kau hadjar; Djin Liong,
Thian Hong bersiaplah dengan pedangmu, djagalah dikiri-kanan, todongkanlah udjung
pedangmu pada dirinja, djangan kasih bergerak ! Sie Hong djagalah baik2 akan ajahmu
dan Tjiu Peh-bomu. Sekarang kalian boleh bertanja apa jang hendak ditanjakan kepada
djahanam berhati andjing ini; selesai bertanja, kerdjakanlah apa jang kalian kehendaki !"
Mendengar kata2 ini, Gwat Hee jang berada dibawah, sudah mengetahui bahwa Louw
Eng sudah dapat ditangkap, hatinja mendjadi girang. Begitu ia menengadah keatas
tempat dimana tubuh sang djahanam tepat berada diatas kepalanja, hal jang serbaLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
kebenaran ini membuat hatinja bertambah girang, dengan tjepat ia berteriak keatas:
"Suhu, kasihlah aku naik dahulu keatas !"
"Tunggulah sebentar untuk kudajakanagar kau bisa naik keatas."
"Tak perlu lama2, balikkanlah tubuh Louw Eng kepadaku, aku segera bisa naik keatas."
Kirama Gwat Hee sudah memikir untuk naik keatas dengan tiara menarik lengan musuh
dan berdjungkir keatas, tapi ia takut musuh menurunkan lengan djahat, kalau mukanja
menghadap pada dirinja. Kie Sau menurut, tubuh Louw Eng jang tidak berdaja dibalikkan
menurut kehendak muridnja. Gwat Hee mentjelat memegang nadi dilengan lawan,
sedangkan tubuhnja segera membal dengan ringannja, dengan ringan badannja sampai
diatas. Orang2 jang berada diatas hanja menampak ia mentjelos keluar dari selah2
tebing, segera menjambutnja sambil mengulurkan lengan. Sesampainja diatas, dengan
geram ia membuka mulutnja: "Bangsat ini banjak sekali akal bulusnja, ingin hatiku
mentjungkil hatinja guna kulihat sebenarnja berbentuk bagaimana !"
Sementara ini Louw Eng jang sudah mati kutu, diam tidak bergerak dan tidak ber-
kata2 barang sepatah. Waktu tubuhnja diperhina dan Djindjak Gwat Hee sebagai tangga,
ia tidak melakukan perlawanan, membiarkan lawannja mentjapai tudjuannja dengan
selamat. Ia sudah mempunjai sesuatu rentjana dan pendapat, se-kali2 tidak bernjat
untuk memantjing amarah lawannja jang demikian banjak.
Begitu Tjiu Piau melihat Gwat Hee tidak kurang suata apa, segera menoleh pada Louw
Eng sambil membentak: "Louw Eng, katakanlah lekas dimana kau mentjelakakanajahku
I "
Louw Eng tidak mendjawab, tetap membungkam.
Tjiu Piau membentak lagi dengan sengit, Louw Eng tetap tidakmembuka mulutnja.
Tjiu Piau membentak sekali lagi: "Kalau kau tidak berkata, mutiara emas ini tidak
sungkan2 lagi untuk menamatkan riwajatmu !" Louw Eng tetap tidak mendjawab.
"Awas dengan mutiara ini !" bentak Tjiu Piau dengan tiba2, serentak melepaskannja
didepan matanja sang persakitan, "inginkah kau mengetjap lagi rasanja mutiara ini ?"
Louw Eng merapatkan matanja, sedangkan mulutnja tetap tidak mendjawab.
Orang jang sematjam Louw Eng ini semakin dirinja berada didalam bahaja, akal gilanja
semakin banjak. Saat ini kelakuannja demikian tenang, ia tahu kalau selesai bertanja
segera bakal mati. Sebab ini ia diam terus sambil memelihara semangatnja untuk mentjari
ketika lagi guna meloloskan diri.
Thian Hong sudah tak sabaran lagi, dengan belakang pedang, dada sang djahanam
dipukul sekali, ia membentak: "Kalau kau tetap membungkam, pedang ini segera akan
membelah dadamu !" Louw Eng merasakan dadanja sakit, tapi tetap membungkam, ia
berpikir: "Kalau botjah ini benar2 mau mengambil djiwaku, tentu ia menabas denganLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
mata pedang jang tadjam dan tidak dengan belakang pedang untuk menggertak orang !
Hemm kalau aku terus membungkam kalian bisa apa !" Waktu ia berpikir, tiba2 sematjam
perasaan dingin menjerang ulu hatinja. Matanja dibuka sedikit, tampak olehnja Djin Liong
dengan pedangnja tengah meng-geret2kan pedangnja didepan dadanja, tiba2 pedang
itu seperti lidah ular, terdjulur dan tertarik "brekkk" menggores didadanja sehingga
membuat badjunja petjah, sedangkan kulit dagingnja sedikit djuga tidak menderita luka.
Dari tjaranja ini dapat dimengerti bahwa putera Wan Tie No dapat melakukan sesuatu
serangan dan dapat mengendalikannja, dengan tepat.
Djin Liong membuka badju orang, bulu dada jang lebat memenuhi sekudjur badan
bagian muka dari Louw Eng. Pedang jang luar biasa tadjamnja diletakkan didepan bulu2
jang lebat: "Louw Eng ! Kalau kau tetap tidak bitjara dadamu ini akan kubelek per-lahan2,
sekali2 tidak kuperbuat untuk menusuk dari punggungmu!" Habis berkata pedang itu di-
kebas2kan didepan dada orang, sehingga membuat beberapa helai bulu dada jang lebat
berhamburan putus! Kalau bukan orang jang luai biasa litjinnja, dalam keadaan jang
demikian matjam pasti tiga dari tudjuh sin-hun (ruh) sudah hilang entah kemana, tapi
Louw Eng bukan sembarangan orang ia tetap membisu dan merapatkan matanja lagi.
Dibalik lain Tju Hong mendjadi tertegun menampak sesuatu benda didada lawan,
benda ini menimbulkan ketjurigaan besar dalam sanubarinja. Semakin dipikir semakin
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak benar, dengan tjepat kakinja melangkah dan meminggirkan sekalian jang lain,
lengannja menarik Djin Liong sambil berkata: "Keponakanku jang baik, sabarlah
sebentar, aku mempunjai pertanjaan padanja!" Tubuhnja segera membungkuk,
membuka badju Louw Eng sambil meng-amat2i dengan seksama. Terlihatlah tattoo
(tjatjahan tinta) dari seekor burung jg. besar. Tju Hong mengetahui bahwa burung itu
bukan elang, melainkan Tiau (garuda) dalam sekedjap sadja ia sudah dapat memikir
sesuatu, tiba2 lengannja memegang dadu orang jang penuh dengan bulu2, bentakannja
menjusul keluar: "Bangsat ! Kau bukan Louw Eng ! Kau siapa ! Lekas katakan !"
Bentakannja inL benar2 membuat Louw Eng terkedjut setjara wadjar. Matanja terbuka,
tampak olehnja mata merah dari Tju Hong menatap pada dirinja, sedangkan jang lain
menundjukkan paras heran dan bingung karena tidak mengetahui apa jang sudah
terdjadi.
Louw Eng menutupkan lagi matanja, pikirannja ditenangkannja untuk memberikan
sesuatu djawaban. Tiba2 mukanja merasakan sematjam tetesanair jang dlnoenah,
kiranja hudjan sudah datang, sekedjap sadja pikiran untuk hidup memenuhi lagi djiwanja.
Biar bagaimana djalan jang terbaik mereka dapat melepaskan dirinja untuk tidak mati.
Sesudah ia mengambil ketetapan jang mutlak, mulutnja berkata: "Memang aku bukan
Louw Eng, kalian sungguh liehay sehingga mengetahui hal ini!" Kata2nja ditutup dengan
tarikan napas jang benar2 menjedihkan, keluh kesah ini agaknja benar2 keluar dari lubuk
hatinja.Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
Tanja djawab jang singkat antara Tju Hong dan Louw Eng membuat para
pendengamja mendjadi kaget. Terketjuali dari Tju Hong dan Louw Eng palsu jang lain
tidak mengetahui sebab2nja. Ibu Tjiu Piau dengan suara gemetar segera berkata:
"Bagaimana ? Ia bukan Louw Eng ? Setengah mati kita mengalami penderitaan
menantikan hari ini, baharu bisa mengetahui keadaan sekarang, kiraku segala sakit hati
negara dan pribadi sudah dapat dibalas, tapi binatang ini bukan Louw Eng?" Hoa San Kie
Saupun lekas2 tjampur bitjara: "Sahtee, sebenarnja apa jang sudah terdjadi ?"
Tju Hong seperti tidak mendengar perkataan mereka, dirinja masih tetap berpikir
dengan tenang untuk memctjahkan suatu rahasia jang terpendam. Semakin berpikir
tampak wadjahnja semakin gusar, mukanja sudah mendjadi putjat lesi, giginja
berkertakan, matanja menundjukkan kebentjian jang lebih hebat dari tadi2, tiba2 lima
djarinja terdjulur keluar, sambil membentak dengan kasar: "Bangsat ! Ingin hatiku
mentjungkil hatimu, untuk melampiaskan sakit hatiku ! Kiranja kau bukan Sie-teeku, kau
pasti sudah mentjelakakan Sie-teeku, kemudian mentjelakakan tiga saudaraku ! Empat
saudara angkatku, semua sudah kau tjelakakan setjara kedji !" Suara gemetar terlalu
dikendalikan oleh perasaannja, kerongkongannja kering dan tidak dapat melandjutkan
Iagi ieata2nja. Sesudah berdiam sedjenak, baharu ia menoleh kepada ibu Tjiu Piau:
"Djieso, bangsat ini bukan Louw Eng ! Kedjahatannja jang diperbuat, dibanding dengan
jang kita ketahui entah berapa tikal banjaknja !"
Mata sekalian orang banjak, menundjukkan keheranan jang semakin men-djadi2
sesudah mendengar perkataan Tju Hong. Ia tahu bahwa perkataannja diutjapkan terlalu
beremosi sehingga tidak tegas didengar jang lain.
Ia menjedot napas dalam2 sesudah berapa kali menghirup, hatinja mendjadi agak
tenang, suaranja baharu keluar lagi: "Kalian mungkin merasa, bahwa kata2ku
agak tidak keruan, betul tidak ? Ah, aku merasa menjesal tidak dapat menggunakan
sepatah kata untuk mendjelaskan, berbitjara ter-buru2 berbalik membuat orang tidak
mengerti. Dengarkanlan penuturanku, kami empat saudara angkat sangat akur satu sama
lain. Pada suatu hari aku bersama Sie-tee pergi pesiar. Saat itu tepat pada musim panas,
hawa udara sangat panas sekali, membuat orang merasa gerah dan engap. Sesampainja
disebuah lembah dari bukit jang ketjil, tiba2 tunm hudjan besar seperti di-tuang2, disitu
tidak terdapat rumah untuk didjadikan tempat meneduh, tak ampun lagi badju kami
mendjadi basah-kujup. Sesudah hudjan reda tjuatjapun mendjadi terang tapi keadaan
kami sudah seperti ajam ketjebur diketjomberan. Saat itu Sie-tee berkata, lebih baik kita
djemur badju kita diatas pohon, untuk melewatkan waktu kita boleh mandi disungai. Aku
setudju . dengan pendapatnja. Sesudah membuka badju, kamisegera mandi dengan
enaknja. Pada saat itulah aku melihat sesuatu benda, didada Sie-tee jakni tattoo dariLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
seekor burung Eng (elang) jang gagah. Hal itu pada masa itu adalah biasa sekali, tidak
Jura sekarang mendjadi benda jang sangat penting."
Mendengar kata2 ini semua orang tanpa dirasa lagi memalingkan pandangannja
kepada dada Louw Eng palsu. Mereka hanja melihat didadanja djahanam itu tertjotjok
burung garuda jang tengah membentangkan sajap.
Tju Hong melandjutkan penuturannja: "Kami berdua duduk ditepian sungai sambil
mengobrol. Aku bertanja kepadanja, bahwa burung elang jang ditjatjahkan didadanja itu
sangat indah sekali. Sie-teeku dengan senang mengatakan bahwa mereka, menjuruh
Ong Djie Ma Tju mentattoo elangnja itu. Ia mengatakan kalau mau mentattoo boleh pergi
pada Ong Djie Ma Tju ! Dari pembitjaraan itu, aku mengetahui bahwa Sie-tee mempunjai
seorang kakak. Katanja kakaknja itu adalah seajah berlainan ibu, usianja berbeda dua
tahun, akan wadjahnja satu sama lain sangat bersamaan dan tak ubahnja seperti terlahir
kembar. Kakaknja itu bemama Louw Tiau, dari itu didadanja ditattoo seekor burung Tiau
(garuda)."
Semua orang kembali memandang kepada Louw Eng palsu beberapa kali, hatinja
masing2 berpikir: "Kalau begini, binatang ini pasti Louw Tiau dan bukan Louw Eng. Tapi
kenapa bisa bertukar sematjam ini ? Sungguh sukar untuk diselami."
"Mereka dua saudara tidak mempunjai kerukunan jang harmonis. Kakaknja itu sedari
ketjil sudah gadungan dan tidak mempunjai pekerdjaan jang baik, kemudian ia pergi ke
Kwan Tong tanpa kabar tjerita. Sedangkan sang adik adalah seorang jang baik dan
sangat tjinta pada negara, karenanja dapat mendjadi saudara angkat kami." Tju Hong
menjedot napas sedjenak: "Sesudah mendengar perkataannja itu, sedikit djuga aku tidak
menaruh didalam hati, dan melupakannja. Kemudian Sie-tee mendapat kabar bahwa
kakaknja menderita penjakit keras di Kwan Tong. Perhubungan saudara antara mereka
biar bagaimana tetap tebal, karenanja ia pergi untuk menjambangi saudara tuanja. Hal
ini tidak dapat kami rintangi. Sekembalinja ia dari Kwan Tong, kami merasa ia sudah
berubah demikian matjam dan seperti berganti orang, Louw Eng mengatakan bahwa
kakaknja sudah meninggal. Kira kami karena kematian saudaranja ia menderita
kesedihan dan mendjadi berubah. Siapa tahu rahasia ini baharu sekarang dapat
dibongkar. Dapat dipastikan orang jang kembali dari Kwan Tong itu adalah Louw Tiau
jang memalsu Louw Eng dan bertjampur dengan kami untuk mengetahui sesuatu rahasia
pergerakan didalam tanah, bahkan djahanam ini berhasil membunuh Wan Toa Ko, dan
dua saudara lain." Penuturannja sampai disini, Tju Hong menoleh pada Louw Tiau sambil
membentak: "Hei, bangsat, betul tidak !"
Louw Tiau memeranikan matanja terus sambil mendengari penuturan Tju Hong. Tapi
perhatiannja tidak sebanjak orang lainatas kata2 itu. Sedangkan perhatian sepenuhnja
ditjurahkan untuk mentjari daja guna menjelamatkan dirinja. Saat ini tetesan hudjan
sudah semakin terasa membasah diatas mukanja, ia sadar bahwa harapan untuk hidupLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
terbentang lebar dihadapan mukanja. Kala Tju Hong membentaknja, ia baharu
mendjawab denganajal2an: "Segala kata2mu benar belaka !"
"Kalau begitu orang jang mentjelakakanaku di Oey San itu engkau adanja, benarkah
?"
"Perlu apa lagi di-ulang2 pertanjaan itu, siang2 sudah kuakui !"
"Begitupun baik, tapi kau harus menerangkan dimana beradanja Louw Eng !"
Louw Tiau tersenjum tidak mendjawab. Melihat ini Tju Hong mendjadi gusar kembali,
beberapa kali bentakannja kembali keluar mendesak agar Louw Tiau menerangkan
dimana keadaannja sang adik.
"Segala apa dapat kuterangkan dengan se-terang2nja, asal kamu dapat melulusi
sebuah permintaanku." "Permintaan apa?"
"Aku tahu bahwa kalian biar bagaimana tidak akan mengampuni dosaku ini, akupun
tidak memikir untuk hidup lagi, tapi berikanlah kelonggaran untuk aku menemui adjal
dengan menerdjunkan diri kedalam djurang !" kata Louw Tiau dengan serius sekali.
"Njatanja engkau sudah mengetahui dosa jang sudah diperbuat itu sudah terlalu besar,
sehingga tidak mengharap hidup lagi. Tapi mati ja mati, untuk apa niemilih2 tempat !"
kata Gwat Hee dengan dingin.
"Nona jang baik, kau sungguh baik bisa mentjarikanaku tempat jang baik guna aku
mati setjara utuh !" "Mengatjo !"
"Kalian dapat membuat aku mati dengan penasaran, akupun dapat membuat kalian
hidup seumur hidup dengan perasaan tidak tenteram !"
Semua pandangan diarahkan pada Hoa San Kie Sau, sebaliknja Kie Sau pun
memandang orang banjak, semuanja meng-angguk2kan kepala, menandakan melulusi
permintaan Louw Tiau.
"Baik, permintaanmu itu kami lulusi, katakanlah lekas bagaimana mulanja kau
menjamar mendjadi Louw Eng? Sedangkan Louw Eng kau apakan ? Masih hidupkah atau
sudah kau binasakan? Delapan belas tahun jang lalu bagaimana kau merentjanakan
untuk mematikan saudara2 kami ? Sedangkan Tjiu Djie-ko dimana kau tjelakakan ?
semuanja ini kuminta kau lekas? tjeritakan, asal kau berani membohong, permintaanmu
itu tidak akan kukabulkan !"
"Pasti kukatakan, tapi kamu tidak mengidjinkanaku naik keatas, aku tidak mau kena
tipu ! Kalau aku sudah menuturkan kalian pasti akan menjukarkan diriku kennbali !"
Kie Sau menggerakkan lengannja mengangkat dia keatas dan membantingnja dengan
keras: "Apa lagi, katakanlah !"Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
Louw Tiau menoleh kekiri-kanan, sekelilingnja berdiri lapisan musuh, ia tahu biar
bagaimana rahasia harus dibongkar djuga, kalau tidak kesulitan jang dihadapinja pasti
sukar dilalui: "Baiklah, segalanja akan kututurkan!" katanja sambil menghirup udara.
Dengan djelas Louw Tiau mentjeritakan kedjadian delapan belas tahun. Kiranja bahwa
dirinja sedjak ketjil sudah tidak keruan, belakangan sesudah dewasa segera
meninggalkan kampung halamannja mengembara kedaerah Kwan Tong, dalam
menempuh perdjalanan hidup dirantau orang ia bertemu dengan Lo Kuav. Saat itu 'Hek
Liong Lo Kuay sudah mendjadi budaknja bangsa Tjeng dengan kedudukan jang tinggi.
Pertemuannja ini membuat mereka mendjadi intim karena berpikiran dan bertudjuan
sama. Louw Tiau jang kemaruk akan. kesenangan hidup, bernjat keras untuk mendirikan
djasa2 terhadap pemerintah Boan, dan itu tidak segan2 untuk mentjelakakan sesama
bangsanja asal sadja dirinja mendjadi senang. Ia memikir bahwa adiknja adalah seorang
patriot bangsa jang memusuhi pemerintah pendjadjah dan mempunjai hubungan sangat
luas dikalangan orang2 Kang-ouw pentjinta negara, dengan bertekad bulat
mendjadikanadiknja sebagai pantjingan dikirimkannja surat kepada adiknja, mengatakan
bahwa dirinja menderita sakit berat dan mengharapkan benar kedatangan sang adik.
Louw Eng adalah seorang budiman, biar bagaimana tidak akumja antara mereka, ia tetap
sajang pada kakaknja, dengan menempuh bahaja jang besar ia pergi djuga ke Kwan
Tong mentjari kakaknja. Pertemuanantara dua saudara ini menggirangkan hati masing2.
Louw Tiau mentjeritakan bahwa dirinja sudah insjaf dan ingin mengikut djedjak sang adik
guna membela tanah air. Tentu sadja hal ini membuat jang mendjadi adik girang sekali,
tanpa tjuriga lagi, satu demi satu hal jang bersangkutan dengan penggerakan dibawah
tanah dituturkan kepada kakaknja dengan djelas. Dari kata2 sang adik Louw Tiau
Pedang Naga Dan Pedang Cendrawasih Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendapat tahu baihwa Ong Tie Gwan dan saudara2 angkatnja adalah saudara angkat
dari adiknja. Hal ini membuat hatinja girang dan timbul daja untuk menjamar mendjadi
adiknja guna memasuki daerah Tionggoan dan bertjampur dengan Ong Tie Gwan,
ditanjainja sesuatu jang mengenai paras dan keistimewaan, adat tabiat pengawakan dari
Ong Tie Gwan, Tjiu Tjian Kin, Tju Hong dan lain2, kemudian pergi ke Tionggoan.
Sesampainja ditempat tudjuan kebetulan sekali ia bertemu dengan Ong Tie Gwan jang
mendapat surat undangan dari Wan Tie No guna mendaki Oey San pada malaman Tiong
Tjiu, tanpa ragu2 ia pergi mengikut dengan mereka. Dan menggunakan ketika untuk
mentjelakan Wan Tie No dan lain2.
Louw Tiau selesai mentjeritakan sesuatu dengan singkat, tapi mengenai dimana ia
mentjelakakan dirinja Tjiu Tjian Kin dan dimana kediamannja Louw Eng tidak disebutkan.
Saat ini hudjan sudah semakin besar. Air hudjan sudah berkumpul dan merupakan
mata air mengalir kebawah gunung seperti air terdjun. Louw Tiau berkata pada dirinja:
"Saatnja sudah sampai !" Ia berontak dan . menggunakan tenaga dalamnja untuk
membuka semua djalan darahnja jang dikuntji Kie Sau tadi. Matanja memandangLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
keadaan situasi gunung, dirinja menghadap pada djalan terachir untuk manusia,
langkahnja diangkat setindak demi setindak.
Gwat Hee dan Tjiu Piau serentak mengeluarkan bentakan gusar: "Louw Tiau hentikan
langkahmu !"
"Bangsat ! Penuturanmu itu belum selesai !" kata Tju Hong sambil mengangkat tangan
merintang didjalan.
"Kamu sudah mengatakan kalau segala sesuatu sudah habis kutjeritakan, aku bebas
untuk mentjari tempat guna membuang diriku kedalam djurang."
"Kami adalah djantan sedjati, kalau sudah mengatakan putih tetap putih !" kata Kie
Sau.
"Kalau begitu baik, tapi kamu semua harus mundur sebanjak tiga tombak. Agar diriku
dapat memilih tempat kematian setjara bebas dan tenang."
"Djangan banjak ribut lagi, kami tidak mempunjai njat untuk mentjelakakan dirimu
setjara menggelap ! Katakanlah dimana kau mentjelakakan Tjiu Tjian Kin? Sedangkan
Louw Eng dimana rimbanja ?"
"Tempat dimana. Tjiu Tjian Kin djatuh ialah dipuntjak Tian Tou sebelah selatan tepat
didekat pohon Siong jang delapan batang banjaknja. Tjarilah kesana, pasti dapat kamu
ketemukan tulang2nja."
"Dapatkah keteranganmu dipertjaja ?" tanja Tjiu Piau.
"Orang jang akan mati, kata2nja selalu betul belaka!y Kie Sau berpikir: "Dalam hal ini
agaknja Louw Tiau menuturkan dengan betul dan djudjur." Dari itu ia melandjutkan
pertanjaannja dengan tak sabar: "Louw Eng berada dimana ?"
"Ia sudah meninggal !"
Tiga patah kata ini membuat sekalian orang terkedjut dibuatnja, lebih2 Tju Hong
merasakan dadanja mendjadi sesak sekali. Ia tak habis pikir saudara angkatnja semua
mendjadi korban dan mati konjol ditangan djahanam ini, sehingga tinggal ia seorang
dirinja jang masih dapat hidup. Sesudah ia menenangkan diri, segera menanja: "Karena
apa ia meninggal ?"
"Makan ratjun !"
"Siapa jang mentjelakakannja ?" tanja Tju Hong semakin dongkol.
"Tak perlu ditanja lap, tentu perbuatan diriku !" Tju Hong merasakan dadanja terbakar,
dipandangnja bangsat jang dibentji itu, ingin hatinja menusuk dan tusuk dengan ratusan
dan ribuan pedang agar sakit hatinja terbalas, tapi ia sudah menjanggupi sang djahanam
mati membunuh diri, saat ini bagaimana pula ia tidak boleh turun tangan. Telinganja saatLiong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
ini mendengar suara Louw Tiau jang bitjara dengan Hoa San Kie Sau: "Kie Sau, semuanja
sudah kukatakan !"
Kie Sau memandang sekalian orang, ia tahu mereka diliputi perasaan kesal dan geram,
tapi biar bagaimana semuanja adalah bangsa satrya jang pantang ingkar pada djandji.
Lengannja digojangkan memberi tanda agar semuanja menepati djandji dan memberikan
kelonggaran pada sang djahanam untuk memilih tempat guna seumur hidup. Sekalian
orang tidak membuka mulut semuanja mundur mendjadi dua baris kekiri dan kanan
sedjauh tiga tombak.
Louw Tiau melangkahkan kakinja terus kearah "djalan terachir untuk manusia", setiap
ia melangkah setin-1 dak jang lain pun mengikuti madju selangkah, sekalikali tidak
memberi kesempatan untuknja melarikan diri. Sesudah melewati beberapa belokan ketjil,
tibalah disuatu tebing jang menondjol seperti bukit ketjil. Dan tempat jang tinggi ini
terlihat "Tjoat Djin Tja Louw" (djalan terachir bagi manusia), melihat ini Louw Tiau
menghentikan kakinja dan memandangkan matanja kesekeliling. Tampaklah didepan
tebing mengalir air hudjan jang merupakan selokan ketjil dengan suara kerutjukannja
jang merdu, air ini tidak berapa banjak, mungkin sesudah hudjan sadja baharu berkumpul
mendjadi satu dan merupakan selokan. Diam2 Louw Tiau mendjadi senang: "Ah, tak
kukira peta rahasia dari bukit kuning (Oey San) ini sedikitpun tidak salah. Benar sadja
disini terdapat selokanair, menurut peta rahasia terdjunkanlah diri dari atas keselokan ini,
segera bisa mengikuti arus air dan hanjut sampai dikaki gunung. Hal inipun pasli benar
adanja. Ehem, ehem, hari ini dilangit tidak ada djalan, tapi dibumi ada pintu." Tubuhnja
berbalik dan memberi hormat pada sekalian anak muda, kemudian ia bitjara dengan
kata2 dingin: "Tju Wie marilah ! sampai berdjumpa kembali !"
"Tia-tia ! Tia-tia !" Tjen Tjen ber-teriak2 dengan. tiba2. sebenarnja gadis ini
disembunjikan Djie Hay, tapi kala Louw Tiau menuturkan kedjadian jang lalu, Gwat Hee
membebaskannja, agar ia bisa mendengari tjerita dari jang mendjadi bapak. Semakin
mendengar Tjen Tjen semakin bingung, ia tak habis pikir bahwa ajahnja bisa melakukan
perbuatan kedji jang tidak berperi kemanusiaan sama sekali. Walaupun dirinja dibesarkan
didalam rumah jang djahat, biar bagaimana Tjen Tjenadalah seorang anak perempuan
jang djudjur dan baik, untuk mendjadikan dirinja seperti sang ajah sedikit djuga tidak
berani, paling2 hanja mengganggu orang ! Hatinja mendjadi sedih dan duka mendengar
kisah ajahnja. Ia berpikir: "Kalau begini aku anak siapa ? Apakah anak kandung dari
Louw Tiau atau dari Louw Eng?" Sekali ia berpikir begini, segera membuat pikirannja
mendjadi katjau dan diam tidak membuka mulut. Saat inilah ia melihat Louw Tiau akan
menerdjunkan diri kedalam djurang, tanpa terasa lagi mulutnja terbuka untuk
memanggil. Tapi apa jang dikatakan tidak lain dari "tia-tia, tia-tia" sedangkan kata2 lain
tidak Djingat untuk diutjapkan.Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
Mendengar teriakan dari sang anak ini Louw Tiau menoleh dengan mendadak, sambil
memesan: "Tjen-djie rawatlah dirimu baik2, aku tidak berdaja untuk membawamu !"
Sedangkan tubuhnja segera melesat seperti burung walet menudju selokanair gunung.
Orang banjak baharu sadar dari impiannja, bahwa Louw Tiau bukan mentjari mati
melainkan melarikan diri. Serentak semuanja mengeluarkan seruan tertahan, Tjiu Piau
menggenggam mutiaranja dan menghadjarkan kepada sang djahanam: "Bangsat
djangan kau berpikir dapat selamat !" Mutiara2 itu tak ubahnja seperti kuntuman bunga
emas turun dari kajangan mengedjar pada Louw Tiau jang sudah berhasil menggelintjir
sedjauh tiga-empat tumbak. Ia mendjadi terkedjut demi melihat mutiara2 emas jang
mengurung dirinja sepasang kakinja lidak berani berpisah pada tudjuan, begitu berpisah
pasti menerdjang tjadas2 dan menemui adjal. Dengan terpaksa dan mangkel ia
mengegos kesamping, menjusul terdengar suara "brek" dari badjunja jang sobek
tersangkut pohon dan sebagian besar tersangkut diatas ranting pohon. Dengan sobeknja
badju ini sebagian dari bahu kirinja terlihat tegas, pada saat inilah salah sebutir dari
mutiara beratjun tepat bersarang dipangkal lengannja jang tidak berbadju.
"Bangsat ! Achirnja kau tidak terhindar dari kematian !" seru Tjiu Piau dengan girang
melihat hasil baik dari mutiaranja. Walaupun sudah kena mutiara Louw Tiau masih tetap
tidak mendjadi gugup, dengan tjepat ia mentjabut pisau belati dari pinggangnja dan
menabaskan kepada pangkal lengannja, sehingga lengan itu putus dan djatuh entah
kemana. Dengan menahan sakit tubuhnja terdjun kedalam air dan hilang dibalik tjadas
jang berada digunung itu.
Perubahan jang berdjalan setjara mendadak dan tjepat ini, membuat sekalian orang
mendjadi ter-menung2 tidak keruan.
"Bangsat itu dapat turun kebawah, masakan kita tidak !" kata Ong Djie Hay sambil
madju melangkah kedepan. Sebelum kehendaknja tertjapai Kie Sau sudah merintanginja
sambil menasehatkan: " Anak2! Se-kali2 djangan sembarangan turun, lebih banjak
tjelakanja dari selamat !"
"Dapatkah kita melihati sadja sang djahanam merat dari hadapan kita ?" tanja Djie
Hay.
"Se-pandai2 tupai melompat achirnja terdjerat pula," kata Kie Sau. Larangannja Kie
Sau dipatuhi sekalian anak2 muda, sehingga tidak ada jang berani men-tjoba2 untuk
mengedjar sang bangsat.
"Sie Hong," panggil Kie Sau.
"Ja, Su-pee, aku menantikan perintahmu !"
"Kau lihat," kata Kie Sau sambil menundjuk pada sobekan badju Louw Tiau. "Ambillah
bawa kemari sobekan badju itu."Liong Hong KiOm - OS Team K olektor Ebook FB grap
"Baik Su-pee !" Kata Sie Hong sambil memperhalikan, pikirnja kalau masih mempunjai
sendjata dengan mudah sobekan badju itu dapat diambil tapi sendjatanja kini sudah tidak
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Pendekar Pulau Neraka 27 Keris Kala Pendekar Pulau Neraka 18 Darah
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama