Ceritasilat Novel Online

Pendekar Satu Jurus 13


Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Bagian 13




   Pendekar Satu Jurus Karya dari Gan K L

   
Tiba-tiba Knu-keh Siang It-ti bangkit sambil membentak.

   "Ada apa?"

   Teriak Cian Hui dengan kening berkerut.

   "Hehehe, kukira apa yang diucapkan saudara Tan sedikitpun tak salah, bila orang yang akan menjadi Kanglam-lok-lim-bengcu tidak mendemonstrasikan kelihayannya, hehe, mana mungkin kawan-kawan persilatan di wilayah Kanglam bisa puas dan takluk?"

   Sin-jiu Cian Hui tertegun, tapi sesaat kemudian ia berkata lagi dengan bengis.

   "Huitaysianseng adalah seorang gagah yang diundang olehku, Mo hengte dan Na-toako, bila ada orang yang merasa puas dengan pengangkatan ini, hmm hmm Kalau begitu, kenapa bukan Cianheng saja yang menjadi Bengcu saja?"

   Ejek Kim-keh Siang It-ti "Hmm, buat apa kau bermain sandiwara untuk mengelabuhi orang banyak?"

   "Hihibi, betul, betu!,"

   Tan Kek liong cekikikan "jika Cian-cengcu yang menjadi Bengcu, tentu saja aku tak akan bicara apa-apa lagi."

   Liong heng-pat-ciang Tham Beng yang sejak tadi diam saja tiba-tiba berdehem lalu berkeplok tangan, serunya sambil tertawa "Ya betul memang betul omongan itu!"

   Beratus pasang mata kawanan jago yang hadir disitu serentak memandang wajah Tham Beng, mereka tahu ikut bicaranya Liong-heng-pat-ciang dalam keadaan seperti ini tentulah bukan tindakan yang sederhana.

   Sejak masuk ke dalam ruangan, pikiran Hui Giok selalu dibebani berbagai persoalan yang memusingkan kepalanya, kini mendadak mendengar ucapan itu, hatinya tergerak ketika berpaling kebetulan sorot matanya beradu pandang dengan Tham Beng, seketika Hui Giok merasakan sekujur badannya bergetar keras, dilihatnya senyuman menghiasi bibir Tham Beng, tiba-tiba teringat olehnya kejadian yang pernah dialaminya setahun yang lalu di halaman belakang Huiliong- piau kiok, tiba-tiba iapun teringat kembali akan tekadnya ketika mengambil keputusan akan mengembara.

   Sin jiu Cian Hui tahu bahwa permainan ini adalah karya Kim-keh Siang It-ti.

   ditatapnya orang itu dengan geram.

   Tapi sebelum dia bersuara, tiba-tiba ia lihat Hui Giok telah tampil ke muka dengan dada membusung.

   Pemuda itu langsung menghampiri Tan Kek-hong, tegurnya dengan lantang.

   "Jadi kau hendak menjajal kepandaianku?"

   Sebenarnya orang yang bernama Tan Kek liong ini tidak lebih cuma seorang keroco di dunia persilatan, ia mendapat tugas dari Kim-keh Siang It ti untuk membuat keonaran, bilamana tiada yang menunjangnya, tak nanti dia berani main gila di long-bong-san-ceng.

   Sekarang ia lihat pemuda yang akan menjadi kang lam-lok-lim-bengcu ini sudah berdiri di hadapannya dengan gagah, suaranya lantang dan mata sinar seketika ia menjadi gugup dan tak tahu harus menjawab.

   Kim-keh Siang It ti cukup mengetahui seluk-beluk tentang Hui Giok, ia pun tahu pemuda itu tak pandai ilmu silat, melihat orang suruhannya ketakutan, ia lantas berseru "Betul, sahabat she Tan ini memang hendak mencari Hui-taysianceng."

   Tiba2 ia teringat pemuda she Hui ini bisu dan tuli, bahkan pernah kena dihajar olehnya hingga terluka parah? Kenapa sekarang bisa muncul kembali tanpa cedera, malahan sudah bisa bicara dan mendengar.

   Makin dipikir semakin keheranan, tanpa terasa kata-kata yang diucapkan terhenti di tengah jalan.

   "Hm, katanya kau ingin mencoba ilmu silat ku, kenapa tidak lekas turun tangan?"

   Kata Hui Giok dengan ketus.

   Waktu itu Jit giau-tongcu Go Beng-si merasa kaget bercampur heran ketika mendadak lihat Hui Giok tampil ke depan, sejak berkenalan dengan Hui Giok, ia merasa anak muda ini berbudi luhur, tidak suka menonjolkan diri, membalas kejahatan dengan kebaikan serta banyak kebaikan lainnya, hanya ada suatu kekurangannya.

   yaitu keberanian dan kegagahan sebagai seorang pendekar Kangouw, akan tetapi ia pun tahu Hui Giok sudah kenyang menderita, tidaklah aneh kalau dia jadi kekurangan keberanian.

   Tapi sekarang dilihatnya sikap Hui Giok mendadak gagah berani, seperti singa yang baru mendusin dari tidurnya, dalam kaget dan herannya merasa gembira bercampur kuatir, dia kuatir kungfu Hui Giok bukan tandingan Tan Keh-liong.

   Waktu ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, dilihatnya Liong heng pat ciang Tham Beng dengan tersenyum sedang mengawasi Hui Giok sedangkan Sin jiu Cian Hui berdiri kaku dengan tangan terkepal Pek-to-jit sat berwajah serius dengan sinar mata tajam.

   Jit-giau-tui-hnn mengernyitkan alis yang tebal seperti lagi merenungkan sesuatu, sebaiknya Hui Giok tetap berdiri seenaknya se-akan2 tidak memikirkan kehadiran Tan Keh-liong yang bertampang jelek itu.

   Di antara orang orang persilatan yang hadir dalam upacara ini ada di antara mereka yang datang khusus untuk mengikuti upacara, ada yang datang untuk mengikuti pengambilan sumpah setia.

   Ada yang merupakan orang-orang kepercayaan Sin jiu Cian Hui yang sengaja diselundupkan, ada pula anak buah perkumpulan Kim-keh yang sengaja hendik menerbitkan keonaran, dan ada juga yang termasuk anak buah Liong-heng-pat-ciang Tham Beng, pokoknya di antara sekian banyak yang ada sebagian yang ingin menyaksikan Hui sianseng mendapat malu di depan orang banyak, tapi ada pula yang berharap agar dia mendapat nama dan kedudukan.

   Demikian kacau balau dan kalutnya suasana di balik semua itu sungguh sukar untuk dilukiskan dengan kata0kata, tapi walaupun jalan pikiran tiap orang berbeda, sorot mata mereka justeru tertuju ke satu arah, yakni Hui Giok sekalipun Pak-to jit-sat, Jit-giau-tui-hun, Sin jm Cian Hui dan Liong-heng-pat-ciang terhitung jago kenamaan, tapi bila dibandingkan dengan kecemerlangan Hui Giok saat ini, mereka seolah-olah jadi guram secara mendadak.

   Sehabis Hui Giok bicara, suasana dalam ruangan seketika berubah jadi hening Tan Kek liong celingukan ke sana kemari seperti orang mohon kasihan, mirip pula orang yang sedang mencari bantuan, akhirnya tatapan matanya langsung tertuju ke wajah Kim-keh Siang It-ti.

   Si Ayam Emas Siang It-ti sedang berpikir tampaknya pemuda she Hui itu memang rada aneh, bagaimana pun juga, ada baiknya kalau Tan Kek liong ini disuruh maju dulu untuk mencoba kemampuannya.

   Maka ia lantas mendengus.

   "Sobat, bukankah kau bermaksud mencoba kepandaian Huitaysianseng? Kenapa tidak segera turun tangan? Mau menunggu sampai kapan lagi?"

   Selesai bicara dm lantas berpeluk tangan, melengos dan tidak memandang Tan Kek liong barang sekejap pun. Melihat sikap pangcunya itu, setiap anggota Kim~keh-pang yang memakai baju warna-warm itu sama bersorak malahan ada yang mengejek Tan Kek-hong.

   "Huh melihat tampangnya sih seorang laki-laki, tak tahunya tak becus dan penakut!"

   Suasana yang semula hening dengan cepat menjadi gaduh lagi, Liong-heng pat-ciang tetap duduk sambil tersenyum, sedang Tan Kek-hong jadi takut ngeri dan menyesal, keadaannya waktu itu persis orang yang duduk di punggung harimau, mau turun takut tetap duduk sungkan benar2 serba salah.

   Akhirnya ia jadi nekat, tiba-tiba bentaknya.

   "Aku akan mengadu jiwa dengan kau!"

   Seperti harimau kelaparan, ia menerkam Hui Giok dengan ganasnya.

   Semua orang hanya merasa pandangannya jadi kabur, jerit kesakitan segera menggema di seluruh ruangan, sebelum semua orang sempat melihat gerak tangan Hui Giok, tahu-tahu Tan Kek-liong sudah mencelat ke udara, terbanting ke tanah tak bergerak lagi.

   Suasana jadi gempar, semua orang jadi saling berpandang dengan mata terbelalak air muka Kim-keh Siang lt ti juga berubah hebat, beruntun dia mundur tiga langkah hingga berdiri bersandar dinding, ditatapnya Hui Giok dengan termangu, hampir saja dia tak percaya dengan apa yang di lihatnya.

   Liang heng-pat ciang juga mengernyitkan alisnya yang tebal serentak ia berdiri.

   Tanpa terasa Sin Jiu Cian Hui juga lantas mencabut kipasnya dan "creet", kipas dibentangnya lebar-lebar Pak-to jit sat bersaudara juga saling pandang dengan air muka berubah pucat.

   Seketika itu macam-macam dugaan berkecamuk dalam benak masing-masing orang, di antara sekian jago yang hadir hanya Liong-heng pat-ciang, Sin jiu Cian Hui, Pak-to-jit-sat, Kim-keh Siang If-ti, Jit-giau tui-hun, Tonghong-hengte dan Go Beng si yang sempat menyaksikan gerakan yang digunakan Hui Giok.

   Walaupun jurus serangannya amat sederhana, tapi gerakannya aneh sasaran tepat, semua ini betul-betul membuat orang merasa kagum, mereka terhitung jago-jago kenamaan dalam dunia persilatan, tapi tak seorang pun yang tahu dari aliran manakah jurus serangan tersebut.

   Sin jju Cian Hui menyapu pandang sekejap seluruh ruangan dengan tatapan tajam tiba-tiba dia mengulapkan tangannya sambil membentak "Gotong pergi mayat itu."

   Hui Giok sendiri masih berdiri termangu.

   seakan-akan sikapnya telah kembali menjadi dungu seperti semula.

   Sin jiu Cian Hui sendiri sangsi, tapi air mukanya tetap tenang tanpa menunjuk perasaan apaapa, dengan kening berkerut dia lantas berpaling kepada Kim-keh Siang It-ti, ia tertawa dingin, katanya.

   "Kuyakin mataku belum buta bukan? Nah apabila di antara saudara sekalian masih ada yang sangsi terhadap kemampuan Hui taysianseng, tak ada alangan untuk segera tampil ke depan dan mencoba sendiri"

   Suasana jadi hening, semua orang yang hadir di situ sama-sama bungkam, tampaknya mereka sudah pecah nyalinya oleh kemampuan jurus serangan Hui Giok tadi.

   Melihat keadaan kawanan jago itu, Sin jiu Cian Hui kembali tertawa, tapi sebelum dia mengucapkan sesuatu, tiba-tiba dilihatnya Liong-heng-pat-ciang Tham Beng sambil membawa cawan araknya langsung berjalan menuju ke hadapan Hui Giok, sambil tertawa ia menegur.

   "Anak Giok, sudah setahun kita tak berjumpa sungguh tak kusangka kungfumu mendapat kemajuan yang sangat pesat, kejadian ini sungguh membuat girang hatiku Marilah, kuhormati dirimu dengan secawan arak!"

   Air muka Sin-jiu Cian Hui berubah hebat, bagaimanapun juga dia tidak menyangka Hui Giok akan dikenal Tham Beng, bahkan ditinjau dari ucapan Tham Beng, tampaknya kedudukannya masih setingkat lebih tua daripada Hui Giok.

   hal ini tentu saja membuatnya tercengang.

   Keruan Kawanan jago lain lebih-lebih heran lalu mereka sama berpikir "Aneh benar, kenapa Lok-lim-bengcu yang diangkat Sin jiu Cian Hui ternyata adalah sanak keluarga musuh bebuyutan?"

   Pelahan Hui Giok alihkan pandangannya, ia tersenyum setelah gelagapan sejenak barulah berkata.

   "Baikkah paman selama ini?"

   "Hahahal Baik, baik?"

   Sambil terbahak-bahak Liong-hcng-pat-ciang meneguk habis isi cawannya.

   Sambii merangkul bahu Hui Giok ia berjalan balik ke tempat duduknya semula, Sin Jiu Cian Hui yang memandang mereka dengan melongo.

   Rasa bangga dan gembiranya kini sudah tersapu bersih, setelah melenggong beberapa saat akhirnya ia menyengir dan berkata.

   "Hehehe, kiranya Tham-tayhiap sudah kenal Hui-taysianseng"

   "Haha, bukan kenal lagi namanya, sejak kecil anak Giok tinggal bersamaku hubungan kami bukan cuma kenalan saja,"

   Sampai di sini ia berpaling dan tanya Hui Giok.

   "Betul tidak, anak Giok?"

   Hui Giok mengangguk tanpa bersuara.

   Pucat wajah Sin-jiu Cian Hui, dengan susah payah dia hendak mengorbitkan Hui Giok sebagai Liok-lim-bengcu, maksudnya agar dia dapat memerintah dari balik layar, asal Hui Giok berada dalam cengkeramannya, menurut anggapannya tak akan berbeda seperti dia sendiri yang menjadi Bengcu.

   Ketika Hui Giok mendemonstrasikan kungfunya yang lihay tadi walaupun dalam hati ia keheranan, tapi dia masih bangga, sungguh maupun tak tersangka kejadian berikutnya akan mengalami perubahan drastis begini.

   susah payahnya selama ini berakhir dengan memberi keuntungan besar pagi pihak musuh malah, dalam keadaan seperti ini kendatipun Long-bongcengcu ini terkenal karena kelicikan serta kemampuannya membawa diri, tidak urung berubah juga wajahnya.

   Liong-heng-pat-ciang melirik sekejap ke arah musuh, lalu tertawa bergelak.

   "Hahaha, aku hanya bergembira untuk diri sendiri hingga lupa saudara sekalian masih ada urusan penting. Anak Giok, kawan-kawan persilatan yang datang hari ini semua hanya tertuju untukmu seorang, setelah kau menjadi Kanglam-lok-lim-bengcu semoga jangan kau lupakan kasih sayang orang lain terhadap dirimu. Nah pergilah, pergilah melayani tamu-tamumu. Ai sobat karibku almarhum mempunyai keturunan baik, sungguh membuat hatiku kegirangan."

   Ia menengadah dan terbahak-bahak. lalu membalikkan lagi.

   "Cian cengcu, upacara pengambilan sumpahmu nyaris menjadi peristiwa yang kurang menyenangkan setelah terjadi pengacauan oleh manusia yang tak tahu diri tadi tapi untunglah semua persoalan bisa menjadi beres dengan sendirinya. Kukira sementara kawan persilatan yang hadir di sini masih banyak yang belum mendapat bagian arak darah, kenapa tidak segera kau selesaikan upacara ini? Meskipun diriku ini orang luar tapi hatiku sudah tidak sabar lagi"

   Cian Hui cuma bisa menyengir saja sambil mengiakan berulang kali.

   "Ya, ya betul."

   Tentu saja dalam hatinya sekarang ia sama sekali tidak berniat mengangkat Hui Giok sebagai bengcu lagi, tapi bagaimana pun juga dia tak mungkin menampar mulut sendiri dihadapan umat persilatan yang datang dan segenap penjuru apalagi mengucapkan kata-kata yang bertentangan dengan perkataannya semula.

   Tiba-tiba Kim keh Siang It ti bergelak tertawa, ia berkata.

   "Hui-taysianseng bukan saja masih muda dan tampan, sungguh tak nyana kalau kungfunya juga luar biasa, dengan tokoh macam begini yang menjadi Kanglam bengcu, tentu saja aku orang she Siang takkan bicara apa-apa lagi. Mari, saudara-saudara sekalian, kita juga minum secawan arak darah untuk menyampaikan selamat kepada Bengcu kita ini?"

   Dengan langkah lebar dia maju ke depan, mengambil secawan arak darah dan meneguknya sampai habis, kemudian memberi hormat kepada Hui Giok, lalu berseru dengan suara lantang "Mulai detik ini Hui-taysianseng adalah Bengcu-toako kita semua, seandainya ada orang yang berani bersikap kurang sopan kepada Toako kita ini, aku orang she Siang yang pertama-tama akan beradu jiwa dengan orang itu."

   Berbicara sampai di sini, tongkat besinya yang hitam itu di ketuk-ketukkan ke lantai sehingga berbunyi nyaring.

   Anak buah Kim-keh-pang yang menyaksikan sikap ketuanya itu segera berebutan maju ke muka untuk ikut meneguk arak darah.

   Pada hakikatnya kedatangan Kim-keh Siang It ti adalah berniat untuk bikin keonaran selama berlangsungnya pengangkatan Bengcu, tapi setelah menyaksikan kelesuan yang menyelimuti Cian Hui, bagai lawan yang membenci dan selalu berselisih paham dengan Cian Hui segera ia menfaatkan kesempatan yang baik ini untuk membuat musuhnya makin mendongkol bukan saja dia tidak bikin keonaran lagi, malahan dia yang paling dulu setuju dengan pengangkatan Bengcu ini."

   Memang begitulah kejadian yang selalu timbul dalam dunia persilatan kadangkala perubahan yang terjadi sukar diramalkan lebih dahulu, belum lama berselang orang2 seperti Tham Beng dan Kim-keh masih ada maksud untuk melakukan pengacauan, tapi sekarang mereka malahan setuju dan mendukung pengangkatan Hui Giok, sebaliknya orang2 yang sebelumnya setuju kini malahan menumbuhkan sikap tidak setuju, padahal merekalah yang memilih sang Bengcu itu, tapi kendatipun dalam hati merasa tidak setuju, ternyata tak seorangpun yang berani mengutarakan ketidak setujuannya itu secara terang2an.

   Melihat air muka Sin-jiu Cian Hui, Pek-to-jit sat dan Jit-giau-tui hun yang mengenaskan itu Jit giau-tongcu merasa geli dan ingin tertawa, tapi diam2 ia pun merasa kuatir, sebagaimana diketahui Jit-giau-tongcu Go Beng-si bukan saja merupakan seorang pemuda yang cerdik, ia pun mempunyai pengalaman yang cukup luas, sekilas pandang itu saja dia sudah lantas memahami isi hati yang sedang dipikir orang2 itu.

   Dia tahu, sebenarnya Liong-heng-pat-ciang menguatirkan terpilihnya seorang Bengcu yang akan mengepalai kaum Lok-lim di daerah Kanglam sebab mereka tentu akan bersatu dan mendatangkan gangguan baginya, maka dia sengaja hadir di sini dan berusaha dengan segala tipu dayanya yang licik untuk menghancurkan rencana musuh.

   Akan tetapi setelah diketahui olehnya bahwa sang "Bengcu"

   Itu tak lain adalah Hui Giok, dengan cepat semua rencananya lantas berubah, sekarang bukan saja ia tidak berusaha lagi untuk menggagalkan upacara pengangkatan itu dia malahan berdaya agar Hui Giok yang tetap menduduki kursi Bengcu itu, sebab bagaimanapun juga hubungannya dengan Hui Giok sudah tentu akan jauh lebih akrab daripada hubungan Hui Giok dengan Sin-jiu Cian Hui, dengan demikian diangkatnya Hui Giok sebagai Kang lam lok-lim bengcu bukan saja tidak merugikan malah sebaliknya sangat menguntungkannya.

   Sekalipun demikian Jit-giau tongcu Go Beng-sj tetap merasa kuatir dan apa yang pernah diceritakan Hui Giok ia tahu bahwa sikap Tham Beng terhadap rekannya ini bukan berdasarkan kebaikan yang sungguh-sungguh, sudah tentu ia tidak begitu jelas tentang latar belakang semua kejadian ini tapi ia dapat menduga diperalatnya Hui Giok oleh Liong heng-pat-ciang mungkin akan lebih buruk daripada diperalat oleh Sin-jiu Cian Hui.

   Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya Go Beng-si memang cerdik, tapi toh gagal menemukan cara yang bagus untuk mengatasi persoalan ini.

   Sementara itu mayat Tan Kek-liong sudah di usung keluar oleh anak buah Cian Hui, walaupun setiap orang yang hadir dalam ruangan ini merasa kebingungan tapi lantaran urusan telah berkembang jadi begitu, merekapun tetap antri untuk minum arak darah.

   Menyaksikan kesemuanya itu, Sin-jiu Cian Hui hanya bisa mengeluh di dalam hati, saking gelisahnya peluh sampai membasahi sekujur badannya.

   Di pihak lain, Liong-heng-pat-ciang dengan senyum dikulum telah memperkenalkan Hui Giok dengan Tonghong-hengte, selanjutnya ia pun menanyakan pengalaman Hui Giok selama setahun ini dengan penuh perhatian.

   Go Beng-si mengikuti semua perkembangan itu dari samping, ia hanya menghela napas panjang, dia tahu Hui Giok adalah seorang yang berbudi lembut, yang selalu dipikirkannya hanyalah budi pemeliharaan Tham Beng kepadanya selama ini sedikitpun ia tidak menaruh syak wasangka terhadap paman itu sekalipun Tham Beng pernah bersikap tidak baik kepadanya juga tak pernah di pikirkannya Kini ia duduk saling berhadapan dengan Tham Beng, keadaannya seakan berada kembali di Hui liong piau kiok setahun yang lalu, Tham Beng mengajukan pertanyaan, ia pun menjawabnya, masih untung keadaan waktu itu tidak mengizinkan sehingga Tham Beng tidak banyak nya, ia pun tidak banyak bicara.

   Selang sesaat kemudian, Hui Giok benar-benar sabar lagi.

   dengan rada tergegap ia bertanya "Paman, apakah keadaan adik Bun-ki baik-baik saja?"

   Air muka Liong-heng pat ciang berubah murung, tiba-tiba ia menghela napas panjang dan menjawab "Ai, aku tahu kau dengan anak Ki bermain bersama semenjak kecil dan kalian telah., Tapi.

   meskipun kita adalah orang persilatan soal sopan santun dan tata adat tak dapat diabaikan dengan begitu saja, maka ketika kulihat keadaan kalian di kebun tempo hari, hatiku tidak senang Ai.

   akupun tak menyangka watakmu sangat keca-^ di mana akhirnya kau pergi tanpa pamit meskipun aku sangat marah setelah mengetahui kejadian itu tapi sejak kepergianmu aku pun merasa kuatir tahukah kau sudah berapa banyak orang yang kuutus untuk mencari dirimu?"

   Hui Giok sangat terharu dia tahu sepanjang hidupnya memang tak ada berapa orang yang mau memperhatikan dirinya kecuali paman Tham ini, matanya jadi merah ia menunduk dan ingin mengucapkan sesuatu, namun tak tahu apa yang mau diucapkan.

   Setelah menghela napas.

   Tham Beng berkat pula.

   "Ai. padahal asal kau jadi orang baik-baik, apa salahnya kalau kujodohkan anak Ki kepadamu!"

   Dengan hati bergetar Hui Giok menengadah kebetulan sorot mata Tham Beng yang tajam sedang menatapnya.

   cepat dia tundukkan kepalanya lagi.

   Pembicaraan antara paman dan keponakan itu berlangsung dengan suara yang lirih seakanakan lupa di manakah mereka berada.

   Sin-jiu Cian Hui dapat menyaksikan kesemuanya itu.

   ia tambah gelisah bercampur berang, diam-diam ia menghampiri Pak-to-jn-sat dan membisikkan sesuatu, tapi Pak-to-jit sat segera mengunjuk wajah keberatan.

   setelah termangu sejenak mereka tetap menggeleng kepala.

   Melihat itu, Sin-jiu Cian Hui menghela napas panjang.

   Sementara itu, hampir seluruh hadirin sudah minum arak darah, ada yang segera kembali ke tempat duduknya, ada pula yang menghampiri Hui Giok untuk memberi hormat.

   Selagi hati Cian Hui masih gusar, suara mercon berkumandang lagi di luar ruangan, laki-laki raksasa yang berdiri di depan pintu itu segera berteriak keras upacara selesai!"

   Sin-jiu Cian Hui bertambah berang, pelahan dia hampiri laki-laki gede itu, di luar tahu orang dia sikut perut laki-laki itu, baru habis berteriak laki-laki raksasa tersebut terus melengking kesakitan.

   Tentu saja dia tak tahu perubahan apa yang sudah terjadi di sana, ia pun tidak habis mengerti sebab apa sang Cengcu menyikut perutnya meski rasa sakit di perutnya tidak kepalang, ia tak berani bersuara, setelah mundur beberapa langkah ia terus ngeluyur pergi untuk merawat lukanya di belakang.

   Cian Hui sendiri tetap dengan tersenyum seperti tak pernah terjadi sesuatu apapun.

   Meskipun demikian, rasa mendongkolnya belum juga terlampiaskan keluar, dia berjalan kembali ke lengah ruangan dengan tak bersemangat.

   Setelan berdehem, katanya kemudian "Kalau saudara sekalian sudah minum arak darah, itu berarti kita sudah menjadi saudara sendiri, silakan makan minum sepuasnya dan tak perlu sungkan-sungkan lagi."

   Perkataannya ini lirih sekali, bahkan orang yang duduknya agak jauh sama sekali tak mendengar apa yang dikatakannya, sikapnya yang lesu dan lemas ini sungguh bedanya seperti langit dan bumi dengan sikap gembira dan bersemangat yang ditunjukkan sebelumnya.

   Geli juga Kim-keh Siang It ti melihat itu, untuk menggodanya lebih jauh, ia sengaja mengangkat cawan sambil berseru "Cian-cengcu benar2 tokoh pujaan orang banyak, cukup beliau berseru satu kali urusan dunia persilatan wilayah Kanglam yang sudah lama tak terselesaikan segera dapat dibikin beres selamanya, aku Siang It-ti paling kagum pada manusia semacam ini Marilah, aku akan menghormati Cian cengcu dengan secawan arak,"

   Sin-jiu Cian Hui hanya mendengus, Kim-keh Siang It-ti sengaja mengernyitkan dahi katanya dengan suara tertahan "Hari bahagia yang patut kita rayakan ini, masakah Cian-cengcu sedang menghadapi sesuatu yang tak berkenan dihati?"

   "Aku gembira sekali.... aku gembira sekali"

   
Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Seru Sin-jiu Cian Hui dengan tertawa serak, dia lantas angkat cawan dan meneguk isinya sampai habis "brek"

   Ia meletakkan cawan itu keraskeras di atas meja, saking gemesnya terhadap ulah Siang It ti kalau bisa dia ingin menjotos perutnya sampai pecah.

   Maka perjamuan pun dimulai, para petugas dari perkampungan Long-bong-san-ceng bergiliran menghidangkan arak dan sayur, pertemuan Bengcu-tay-hwe yang belum lama berlangsung kini sudah selesai, Hui Giok yang sebelumnya tak terkenal bukan saja sudah menjadi Kanglam liok lim bengcu, bahkan kungfunya juga mulai menjadi pokok pembicaraan umat persilatan di dunia ini, tapi tak seorang pun yang mengetahui ilmu silat Hui tay sianseng itu berasal dari perguruan mana? Lebih-lebih lagi tak ada yang tahu sampai di manakah sesungguhnya kehebatan kungfu Hui-taysianseng!"

   Dengan lesu Sin Jiu Cian Hm menenggak habis dua cawan arak yang terasa pahit baginya, sementara dia masih termenung.

   Tiba-tiba Jit giau tongcu Go Beng-si menghampirinya dan membisik kan sesuatu pada telinganya.

   Sin Jiu Cian Hui yang pada mulanya termenung melulu dengan kening berkerut tiba-tiba bersemangat dan menjadi segar kembali sehabis mendengar bisikan Go Beng-si itu.

   Kebetulan Hui Giok berpaling, melihat Go Beng-si ada di sana, dia lantas menyapa sambil tertawa saudara Go.

   kenalkah kau dengan paman Tham ini?"

   Go Beng-si menghampiri sambil tersenyum "Nama besar Liong-heng-pat-ciang Tham tayhiap sudah tersohor di seluruh dunia, sudah lama aku yang muda mendengar nama besarnya, sayan belum ada kesempatan untuk berkenalan."

   Hui Giok lantas berpaling, katanya "Paman Tham, saudara ini adalah sobat karibku Go Beng si, dia juga punya nama di dunia persilatan, apakah paman Tham pernah mendengarnya."

   Dengan pandangan tajam Tham Beng mengawasi Go Beng si beberapa kejap, tiba2 dia seperti teringat sesuatu air mukanya agak berubah, tapi hanja sekejap saja ia lantas tertawa lagi, sahutnya.

   "Go Beng-si, Saudara Go tentunya adalah Jit giau-tongcu yang terkenal sebagai bocah ajaib duri dunia persilatan bukan? Sudah lama kudengar tentang namamu. hahaha, sungguh tak tersangka kalau kau adalah sahabat karib anak Giok"

   Meski juga tersenyum tapi Go Beng-si saling pandang dengan Tham Beng dengan sinar matanya yang tajam, lama dan lama sekali dia baru tertawa.

   "Tham-tayhiap terlalu memuji"

   Hui Giok adalah pemuda yang berwatak lurus, dia sangat berharap sobat karib satu-satunya bisa bergaul cocok dengan sang paman, siapa tahu meski di antara mereka sama bersenyum.

   tapi sekilas pandang saja setiap orang akan tahu kalau senyuman itu hanya senyuman palsu, Diamdiam dia sangat kecewa, tapi tak sampai membayangkan soal lain.

   Dalam tiga hari belakangan ini terlampau banyak pengalaman aneh yang ditemuinya, dia pun menuruti nasehat orang, karena itu ia tidak menolak ketika dirinya dicalonkan menjadi Bengcu, apa lagi setelah bertemu dengan Liong-heng-pat-ciang, secara tiba-tiba semua ini menyebabkan sifat kegagahannya terpancing keluar, dan makin lama kegagahannya itu kelihatan semakin nyata, meski demikian watak aslinya tetap sukar berubah dia tetap berterus terang dan bersikap terbuka bila dia diharuskan meniru kelincahan Jit giau-tongcu, jelas hal ini sulit dilakukan olehnya.

   Ketika dilihatnya pembicaraan antara paman Tham dengan Go Beng si hanya berlangsung beberapa kata untuk kemudian membungkam lagi, hatinya merasa sedih bercampur kesal dia cukup mengetahui tabiat Go Beng-si, bagaimana pun perasaannya dia selalu mengulum senyum, sekalipun terhadap manusia sebangsa Sin-jiu Cian Hui dan Jit-giau-tui hun ia pun tidak pernah menunjukkan sikap seaneh ini.

   Semua yang terpampang di depan matanya ini membuat Hui Giok semakin mengernyitkan dahinya dia ingin mengucapkan sepatah kata untuk meredakan suasana di antara mereka, tapi dia tak tahu apa yang mesti diucapkan.

   Untunglah Sin jiu Cian Hui segera bergelak tawa memecahkan keheningan itu, terdengar ia berkata.

   "Sebenarnya hari ini adalah suatu hari bahagia karena Hui-tay sianseng telah kita kukuhkan menjadi Bengcu, sungguh tak tersangka Hui taysianseng kita ini justeru adalah sanak keluarga yang berhubungan erat dengan Tham tayhiap, hal ini boleh dibilang merupakan suatu kejadian yang bahagia bertambah bahagia, kukira mulai saat ini kita orang-orang persilatan di wilayah Kanglam khususnya dapat membonceng ketenaran Hui tay sianseng dan mencari sesuap nasi juga di bawah kekuasaan Tham tayhiap"

   Ucapan mi membuat semua orang terkesiap sungguh aneh!"

   Demikian mereka berpikir, kenapa Sin-jiu Cian Hui mengucapkan kata-kata bernada lemah begini?"

   Liong-heng pat-ciang sendiri juga berkerut dahi dia ingin mengucapkan sesuatu, tapi didahului lagi oleh Sin jiu Cian Hui. Pemilik Long'bong-san-ceng itu berkata pula dengan tertawa.

   "Meskipun pada saat ini Hui taysianseng telah menjadi Bengcu toako kita semua, pun boleh dibilang belum lama berkenalan dengan saudara-saudara kita, yang kita ketahui hanya Hui- taysianseng berilmu tinggi tapi tak tahu dia berasal dari perguruan mana. Setelah mendengar perkataan Tham-tayhiap tadi, barulah kuketahui bahwa Hui taysianseng semenjak kecil tinggal bersama dengan Tham tayhiap, kalau demikian bukankah berarti kungfu Hui-taysianseng juga berasal dari satu aliran dengan kungfu Tham-tayhiap?"

   Sekali lagi Liong-heng-pat-ciang berkerut dahi Jit gtau-tongcu Go Beng-si segera menimbrung sambil tertawa.

   "Menrut apa yang kuketahui, meskipun Hui-bengcu bwrdiam sekian tahun di rumah Tham tayhiap, tapi kungfunya baru dipelajari setelah meninggalkan tempat Tham tayhiap begitu bukan Tham tayhiap?"

   Hati Hui Giok tergerak, pengalaman di masa lalu terbayang kembali dalam benaknya, teringat kembali pengalamannya waktu belajar silat di Hui liong-piaukiok, cara bagaimana orang menganggapnya goblok, dimana ia tak mampu mengalahkan seorang pesuruh sehingga dia sendiri percaya dirinya memang goblok dan tidak berbakat untuk belajar ilmu silat.

   Tapi sekarang, rasa percaya pada diri sendiri yang pernah hilang itu telah bangkit kembali, baru kemarin dan kemarin duku.

   selama dua hari berturut-turut dia mempelajari ilmu silat di bawah bimbingan Kim-tong-giok-li, ternyata apa yang dipelajarinya dalam dua hari itu sudah cukup untuk menggetarkan kawanan jago silat yang hadir di sini.

   Dia seorang yang polos dan tidak pernah berprasangka jelek kepada siapapun, namun setelah mengalami kejadian ini, timbul juga rasa sangsinya "Apakah dahulu sebenarnya aku tidak bodoh, tapi paman Tham yang tak mau menurunkan ilmu silatnya kepadaku maka dia sengaja membohongi."

   Ia berpaling ke arah pamannya itu, dilihatnya air muka Liong heng-pat-ciang berubah masam kembali dia menghela napas, Ai, sudahlah, Bagaimana pun aku berutang budi kepadanya seandainya paman Tham tidak memelihara diriku, mungkin aku sudah mati kelaparan sejak duludulu, siapa tahu kalau dia bermaksud baik kepadaku, maka kungfunya tidak diwariskan kepadaku."

   Berpikir begini, dia tidak merenung lebih jauh sebagai pemuda yang berhati mulia dia kuatir bila berpikir lebih lanjut mungkin kecurigaannya terhadap paman Tham akan timbul lagi. Sementara itu Sin-jiu Cian Hui telah berkata.

   "Sampai detik ini aku baru tahu bahwa Hui-taysianseng kita ini tak lain adalah puteri Jiang Kiam bu-tek Hui-si-siang-kiat yang namanya pernah menggetarkan utara sungai besar, meskipun mengenai kegagahan dan kependekaran Hui sisiang- kiat semasa hidupnya tak sempat aku melihatnya sendiri tapi sudah banyak yang kudengar dari cerita orang."

   Sebetulnya Hui Giok menaruh kesan yang kurang baik terhadap Sin-jiu Cian Hui, tapi ketika tiba-tiba didengarnya orang menyinggung ayahnya almarhum, perasaannya lantas bergetar, darah panas bergolak dalam dadanya ia merasa walaupun Sin-jiu Cian Hui mempunyai banyak kejelekan namun kepadanya jelas baik sekali.

   Matanya jadi merah, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia berbangkit dan menjura dalam-dalam ke arah Cian Hui, kemudian tanpa bicara ia duduk kembali.

   merasa tenggorokannya seakan-akan tersumbat walaupun ada beribu patah kata yang ingin diucapkan tapi tak sepatah katapun sanggup diutarakannya.

   Sin-jiu Cian Hui buru-buru bangkit dan membalas hormat, katanya dengan tegas.

   "Bengcu, kalau engkau bersikap begitu sungkan-sungkan kepadaku rasanya siaute menjadi repot."

   Perlu diterangkan urutan tingkat kedudukan di dunia persilatan sama sekali tidak ditentukan oleh usia, berbicara tentang usia Sin-jiu Cian Hui jelas cukup untuk menjadi paman Hui Giok, tapi sekarang pemuda ini adalah seorang Bengcu, maka walaupun Cian Hui membahasai diri sendiri sebagai "Siaute"

   Juga dianggap jamak oleh orang lain Hanya Kim-keh Siang lt-ti dan begundalnya saja yang keheranan mereka tidak tahu permainan busuk apa lagi yang sedang disiapkan orang she Cian itu di balik tindak-tanduknya ini.

   Cian Hui menghela napas panjang, lalu berkata lagi "Kisah hidup Hui-si-siang-hiap dahulu sudah banyak yang kudengar, sebab-sebab kematian Hui-si siang-hiap juga tak sedikit yang kudengar, sbenarnya persoalan ini sama sekali tak ada hubungannya dengan diriku, tapi sekarang Hui-tay sianseng sudah menjadi Bengcu-toako kita semua, ini berarti persoalan yang dihadapi Huitaysianseng sama pula seperti persoalan yang kita hadapi, bagaimana pun siaute harus membantu Hui-taysianseng untuk melakukan balas dendam terhadap sakit hati ayahnya itu"

   Semua orang sama melengak, sebagaimana diketahui orang berkerudung hitam yang membantai belasan tokoh Piautau di masa lalu itu akhirnya mati bersama dengan Tiong-ciu it kiam Auyang Peng, peristiwa itu menggemparkan seluruh dunia dan diketahui setiap orang Kang-ouw, maka ketika mendengar Cian Hui mengungkap kembali kejadian masa lalu, semua orang merasa heran.

   "Bukankah manusia aneh berbaju hitam itu sudah tewas? Masa Sin jiu Cian Hui mau menuntut balas kepada orang mati!"

   Hui Giok jadi emosi setelah mendengar perkataan itu, dengan nada sedih katanya.

   "Dendam kesumat mendiang ayahku tak akan kulupakan untuk selamanya, tapi musuh besarku sudah mati, dan lagi akupun tak jelas siapa nama si pembunuh itu, mana mungkin..."

   Sampai disini dia duduk kembali di kursinya dengan lemas. Sin-jiu Cian Hui mengernyitkan alis, tiba-tiba dia memukul meja seraya berseru.

   "Setiap orang persilatan menganggap manusia berkerudung itu sudah mati, tapi.... Hm siapakah yang menyaksikan sendiri jalannya peristiwa itu? Orang yang mati disamping Auyang lo-piautau di luar kota peking itu dalam keadaan rusak wajahnya, siapa yang berani memastikan bahwa dialah si pembunuh berkedok hitam yang sebenarnya... Hm aku yakin dibalik semua itu tentu ada hal-hal yang mencurigakan, siapa tahu kalau pembunuh keji itu bukan saja masih hidup di dunia ini, bahkan..."

   Tiba-tiba ia berhenti bicara, sementara matanya seperti tidak sengaja mengerling sekejap ke samping. Ketika dilihatnya Liong-heng~pat~ciang duduk dengan wajah yang dingin masam, diamdiam ia merasa senang, katanya pula.

   "Tham-tayhiap engkau adalah seorang yang terlibat langsung dalam peristiwa itu entah bagaimanakah pandanganmu terhadap soal ini?"

   "Sebenarnya duduk persoalannya sederhana sekali!"

   Jawab Tham Beng dengan air muka kelam, tapi karena ucapan Cian cengcu ini, urusannya jadi kacau dan rumit, bilamana Ciancengcu..." "Hm, bagaimana duduk perkara yang sebenarnya, lama2 pasti akan terbongkar juga, sebab sesuatu rahasia akhirnya pasti akan bocor juga, di dunia ini tiada api yang dapat dibungkus, rahasia apa pun akhirnya pasti akan tersingkap!"

   Seru Cian Hui. Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba ia berseru dengan lantang.

   "Maka setiap orang yang merasa sudah bergabung dalam perserikatan umat persilatan wilayah Kanglam, mulai sekarang kalian harus menganggap sakit hati Bengcu-toako kita yang lebih dalam daripada lautan ini sebagai sakit hatimu sendiri, ukir kejadian ini di dalam hatimu dan berusahalah dengan sepenuh tenaga untuk ikut membongkar rahasia di balik peristiwa ini."

   Selesai berkata dia lantas mengangkat cawan dan berseru lagi.

   "Untuk suksesnya tujuan ini, mari kita habiskan secawan arak!"

   Meskipun melengak, tapi sekalian jago yang hadir itu sama mengangkat cawan, Melihat itu berkilatlah mata Jit-giau-tongcu Go Beng-si dilihatnya Liong-heng pat-ciang masih berduduk dengan wajah kaku tanpa emosi, apa yang sedang dipikirnya tak seorang pun yang tahu

   Jilid ke- 11 - Hui Giok terharu sekali oleh kejadian itu, tenggorokannya terasa tersumbat, dia ikut mengangkat cawan dan meneguk habis isinya, arak panas yang mengalir ke dalam perutnya seakan2 berubah jadi darah panas yang bergolak hebat.

   Tapi ketika ia berpaling, tiba-tiba golakan darah panas dalam rongga dadanya itu se-olah2 menjadi dingin dan beku, dilihatnya dari luar muncul seorang dengan langkah perlahan.

   Orang itu berambut panjang, bergaun panjang mukanya pucat bagaikan pualam, sepasang matanya yang bening seolah2 bagai mutiara yang memancarkan cahaya berkilat.

   Meskipun kedatangannya tidak menimbulkan suara, tapi setiap orang yang berada di dalam ruangan itu seakan-akan terpikat oleh kehadirannya, serentak semua orang berpaling.

   "Liong-li Tham Bun-ki"

   Entah siapa yang mulai berbisik, maka seluruh ruangan pun ramai orang menyebut "Liong li"

   Namun, Tham Bun-ki sama sekali tidak memperdulikan suara itu seperti kejadian tempo hari dalam pandangannya saat ini hanya ada Hui Giok seorang, suara yang didengarnya juga hanya suara Hui Giok saja, dia sendiri tak tahu tenaga apa yang mendorongnya berbuat begitu, tenaga tersebut seperti datang dari tempat yang amat jauh tapi juga begitu saja jatuh seperti sinar matahari yang kini menyinari rambutnya dan nyata seperti juga sinar matahari itu bahkan tanpa dirasakan dia sudah tahu akan beradanya tenaga itu seperti juga dia tahu beradanya sinar matahari sinar matahari menciptakan bayangan tubuhnya yang memanjang di lantai.

   Bayangan panjang itu pelahan bergeser ke depan, Hui Giok pun pelahan meninggalkan meja perjamuan, bayangan itu bergeser dan sekarang sudah menyentuh ujung kakinya seperti juga sinar matanya yang sejak tadi sudah saling bersentuhan dengan sorot mata si dia.

   Sinar mata bagaikan empat jalur sinar yang tak berwujud berpadu menjadi satu yang satu lupa tempat apakah ini yang lain pun lupa di manakah ia berada.

   Dia tidak mendengar suara apa pun, si dia juga tidak mendengar apa-apa.

   dia buka mulut tapi tak mengucapkan sesuatu, si dia juga tak bersuara meski mulutnya ternganga.

   Melihat kedua anak muda yang lupa daratan itu, tiba2 Liong heng-pat-ciang bcrdehem, katanya.

   "Anak Ki, kenapa kenapa kau juga kemarin?"

   Dua kali dia mengulangi teguran itu, suaranya juga tambah keras.

   "Ya, aku datang kemari"

   Akhirnya Tham Bun-ki menyahut dengan lirih meski sorot matanya masih menatap wajah Hui Giok tanpa berkedip.

   Be-ratus2 pasang mata kawanan jago yang hadir dalam ruangan itu sebentar memandang Tham Bun-ki, sebentar memandang pula Hui Giok, rnereka merasa laki2 dm perempuan ini yang perempuan cantik jelita bak bidadari diri kahyangan, yang laki2 tampan dan gagah perkasa, meski mereka mentertawakan sikap mereka yang linglung, tidak urung mereka sendiri juga memandang dengan kesima.

   Pada waktu itulah dari luar ruangan kembali berjalan masuk seseorang, dia celingukan memandang ke sana kemari, setelah mengerling sekejap kawanan jago yang berada di situ, diam2 dia mengitari samping Liong-heng-pat-ciang dan menghampiri Sin jiu Cian Hui.

   Ketika itu sebenarnya Cian Hui sedang melamun, ketika laki-laki itu berdehen Cian Huj lantas berpaling, alis matanva berkernyit, ia berbangkit dan mundur beberapa langkah? "Adakah orang she Tham menyiapkan anak buahnya di luar kampung?"

   Dia tanya dengan suara tertahan.

   Laki-laki ini adalah orang yang ditugaskan Cian Hui untuk mencari berita keadaan musuh di luar perkampungan, ia melirik dulu ke arah Tham Beng, lalu menggeleng.

   Cian Hui berkerut kening, ia mendengus pikirnya "Orang she Tham, jangan kau sok jagoan dan tak kenal takut Hm seaidainya kau punya rencana lain, tentu kusuruh kau rasakan betapa lihaynya Long-bong-san ceng kami!"

   Sambil mengebaskan lengan jubahnya dia kembali ke tempat duduknya semula, tapi laki-laki itu lantas berbaik lagi "Meskipm d luar perkampungan tadi terlihat gerak-gerik mencurigakan tapi hamba telah menemukan gundukan tanah yang gembur di belakang kampung, agaknya sebuah kuburan baru."

   "Kuburan baru? Mana mungkin di belakang perkampungan ada pekuburan baru?"

   Cian Hui bekernyit alis pula.

   "Hamba sendiri juga heran, maka berguna dua-tiga orang kami telah menggali tanah itu ?"

   "Apa isinya?"

   "Sesosok mayat, Meski hamba tak kenal mayat itu, tapi menurut Ho Seng yang tinggal di luar kampung, katanya mayat itu adalah mayat Koay sim Hoa Giok yang kerjanya melulu menjual berita sekalipun mayatnya sudah dikubur tapi badannya belum terlalu kaku jelas matinya belum lama. Yang lebih aneh lagi badannya tanpa luka, maka hamba membuka bajunya dan memeriksanya, ternyata di dadanya ada bekas telapak tangan berwarna hitam, rupanya dia mati kena pukulan, entah siapa yang telah mengubur mayatnya di situ? "0o...."

   Sm jiu Cin Hui termangu-mangu dengan dahi berkerut.

   "Masih ada sesuatu keanehan lagi!"

   Laki2 itu berkata lebih jauh.

   "Cepat katakan!"

   Bentak Cian Hui ""Tak jauh dan kuburan baru itu terdapat bekas goresan jari di atas tanah, goresan itu berbunyi "Hanya Satu Jurus."

   Tulisan yang tiada ujung pangkalnya itu entah apa maksudnya, maka hamba lantas periksa lagi mayat Koay-sim Hoa Giok dengan teliti hamba temukan noda lumpur di antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya, jadi jelas keempat huruf ini diukir olehnya menjelang kematiannya.

   Laki-laki ini adalah seorang pembantu yang sangat diandalkan oleh Sin-jiu Cian Hui, meski kungfunya tak lihay, tapi pandai menganalisa sesuatu persoalan dan bekerja sangat teliti, sebab kemampuannya yang bagus itulah maka Cian Hui menugaskan orang ini dalam pencarian berita.

   Cian Hui termenung sebentar sesudah mendengar laporan itu, tiba-tiba dia memberi beberapa tanda dengan gerakan tangannya.

   Air muka laki-laki itu tampak berseri dia mundur tiga langkah sambil memberi hormat bisiknya.

   "Terima kasih atas penghargaan Cengcu!"

   Setelah mundur tiga langkah lagi, dia putar badan dan berlalu dari situ.

   Si Tangan Sakti Cian Hui memang seorang yang buas dan kejam, tapi dia juga seorang pemimpin yang bijaksana, di dalam memimpin anak buahnya dia selalu bertindak tegas dan disiplin siapa bersalah dihukum, siapa berjasa diberi pahala, Seperti gerakan tangannya barusan, gerakan itu merupakan suatu tanda bahwa ia berhak mendapat pahala atas jasanya ini.

   Tentu saja jasanya itu terletak pada ketelitiannya dalam melakukan pemeriksaan andaikata berganti seorang kasar dan tidak teliti yang melakukan tugas, jangankan tulisan di tanah dan bekas lumpur di sela jari, sekalipun kuburan baru itupun belum tentu bisa ditemukan oleh orang lain.

   Sementara itu Sin-jiu Cian Hui sedang termenung sambil putar otak akhirnya ia tersenyum dingin, ia pun berguman.

   "Hoa Giok Wahai Hoa Giok, sepanjang hidupmu berjualan berita, menjelang kematianmu kau memberitahukan pula suatu rahasia besar kepadaku, Sungguh sayang meski aku ada niat untuk memberi balas jasa kepadamu, namun selamanya kau tak dapat lagi mengambilnya. Ketika sorot matanya beralih kembali ke ruangan, dilihatnya Tham Bun-ki telah berdiri disamping ayahnya, hanya matanya yang sayu masih menatap wajah Hui Giok tanpa berkedip. Jit-giau-tongcu Go Beng si sebetulnya berdiri di samping Hui Giok, meski waktu itu Hui Giok sudah beranjak kembali ke tempat duduknya, tapi sinar matanya juga tak pernah beralih dari sasarannya yaitu Tham Bun-ki. Melihat itu, Go Beng-si berdehem sambil menegur.

   "Bengcu-toako, inikah nona Tham yang kau maksudkan"

   Hui Giok mengangguk, dalam hati terheran-heran. Hampir semua jago yang hadir di ruangan ini mengetahui nona ini adalah Tham Bun-ki, sudah tahu kenapa dia barunya lagi kepadaku?"

   Kemudian dia berpikir lagi "Aneh. dia selalu akrab dengan aku, kenapa sebutan Bengcu toako yang diucapkannya kedengaran begitu dingin dan asing?"

   Berpikir sampai di sini, tiba2 perasaannya jadi terkesiap, cepat ia berbalik pandang dan duduk di tempat semula, ia tahu maksud Go Beng si dengan ucapannya ini terutama menitik beratkan pada ucapan "Bengcu-toako"

   Tersebut sebagai pemuda yang cerdik meski wataknya polos dan berterus terang, setelah berpikir sebentar segera ia pun paham maksudnya.

   Dia tahu teguran Go Beng si itu bukan menanyakan soal Tham Bun ki, tapi sedang menperingatkan kedudukannya sekarang sebagai seorang Bengcu toako Kendatipun sinar matanya sudah dialihkan, tidak urung beberapa kali dia masih melirik ke arah nona itu.

   Diam-diam Go Beng si menghela napas, ia tahu pemuda itu sudah benar-benar jatuh cinta, demikian terpikatnya pemuda itu sehingga baginya seakan-akan tiada persoalan di dunia ini yang lebih penting daripada memandang Tham Bun ki sekejap saja.

   Go Beng-si mempunyai asal usul yang aneh, sejak kecil ia sudah mengembara di dunia Kangouw, gemblengan ber-tahun2 membuat wataknya sedikit berubah jadi tawar, kini menyaksikan cinta kasih yang begitu mendalam antara Hui Giok dengan Tham Bun-ki, ia jadi teringat pada kesepian sendiri seketika dia merasa pikirannya hampa tiada sesuatu perasaan cinta pun yang melekat dalam hatinya.

   Sin-jiu Cian Hui telah kembali ke tempat duduknya, meja perjamuan utama sebenarnya berisi empat belas orang kecuali Pak-to-jit sat Jit giau tui-hun serta Kim-keh Siang It ti berenam masih ada lagi Tonghong heng-te, Liong-heng-pat-ciang dia sendiri dan Hui Giok, sekarang bertambah pula Go Beng-si dan Tham Bun-ki yang berdiri di samping sehingga meja perjamuan yang besar ini jadi penuh sesak tiada tempat kosong, cuma saja ke enam belas orang ini masing-masing sedang diliputi pikir a sendiri, ternyata tak seorang pun yang angkat cawan, juga tak ada yang berbicara.

   Melihat tuan rumahnya yang murung, suasana perjamuan berubah jadi sepi, pertemuan besar Bengcu tay hwe yang pada mulanya meriah dan penuh gelak tertawa sekarang karena berbagai perubahan yang terjadi secara tiba-tiba telah menjadi kumpulannya orang-orang yang halus dan tenang, hanya yang tiada bersajak segala.

   Sesaat kemudian, Sin-jiu Cian Hu memandang sekejap sekeliling ruangan itu, lalu bergelak tertawa katanya.

   "Nona Tham, jauh-jauh kau datang kemari ternyata sebuah kursi pun tak ada, aku benar-benar bersikap kurang hormat"

   "Jangan repot-repot "

   Kata Tham Bun-ki dengan kepala tertunduk.

   ""aku hanya datang melihatnya... sebentar akan berlalu"

   Tiba-tiba gadis itu merasa ada seorang pemuda bermuka pucat dan bermata licik sedang mengawasinya tanpa berkedip di dalam ruangan ini banyak orang yang memandangnya tapi ia merasa di balik tatapan mata pemuda itu mengandung maksud busuk.

   Muka Bun-ki menjadi merah, diam-diam ia merasa gusar.

   Tampaknya pemuda itu merasa gembira karena nona cantik itu juga melirik padanya, ia tertawa terbahak-bahak, sambil mengangkat cawan araknya la berkata.

   "Nona Tham, kalau sudah datang ke mari, rasanya kurang hormat bila pergi lagi tanpa minum secawan arak pun."

   Bun-ki tidak tahu orang itu adalah Jit-sat Mo Seng yang di dunia persilatan terkenal sebagai setan perempuan, meskipun dalam hati merasa dongkol karena ketidak-sopanan orang, tapi dalam keadaan seperti ini apalagi berdiri di samping ayahnya ia merasa kurang leluasa untuk mengumbar amarahnya itu.

   Mo Seng makin tergelitik melihat gerak-gerik si nona yang malu-malu kucing itu.

   "Nona, kenapa mesti malu-malu? "serunya pula sambil cengar cengir.

   ""di sini kan tak ada orang luar mari...mari..."

   Sambil berkata dia lantas bangkit dan tempat duduknya dan menghampiri Bun-ki.

   Sebetulnya Mo Seng anggota ketujuh dari Pak to-jit-sat ini adalah seorang yang cerdik dan cekatan, ilmu silatnya juga lihay, pada hakikatnva dia merupakan seorang jago lihay di kalangan hitam, sayang dia mempunyai satu kelemahan yaitu tak boleh melihat gadis cantik, asal bertemu dengan nona yang cantik, maka semua kecerdikan dan kecekatannya lenyap dengan begitu saja lupa daratan, malah sikapnya jauh lebih tengik daripada seorang berandalan.

   Berang juga Liong-heng-pat-ciang menyaksikan tingkah laku orang itu, dengan wajah dingin katanya dengan ketus.

   Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Anak ini terlalu muda dan tak pandai minum arak Mo-jit-hiap, kukira janganlah kau memaksanya."

   "Hihihi tak jadi soal kan kalau cuma minum sedikit!"

   Dengan mata yang setengah dipicingkan Mo Seng cengar-cengir "minum satu cegukan saja sebagai adat, rasanya sudah cukup"

   Sambil berkata dia lantai mengangsurkan cawan araknya ke hadapan Tham Bun-ki.

   Siapa tahu, baru saja tangannya menjulur ke depan mendadak "trang", cawan aiak yang dipegangnya itu hancur berantakan arak yang ada di dalam cawan pun bermuncratan membuat wajahnya menjadi basah kuyup.

   "Siapa?"

   Hardik Mo Seng sambil mundur ke belakang, air mukanya berubah hebat.

   "Aku!"

   Seorang segera menanggapi dengan ketus. Ketika Mo Seng berpaling ternyata orang itu ialah Hui Giok. hal ini membuatnya melenggong. Katanya.

   "Dengan maksud baik kusuguh secawan arak kepadanya, kenapa. ."

   Kendatipun gusar, toh sedikit banyak ia merasa jeri juga terhadap Bengcu-toakonya ini.

   Hui Giok polos dan berhati bajik, sekalipun orang lain menganiayanya juga ia tidak dendam tapi ketika menyaksikan sikap kurang ajar Mo Seng di hadapan Tham Bun-ki, darah panas dalam rongga dadanya bergolak, tanpa terasa disambarnya sebatang sumpit perak dari meja terus disambitkan ke arah cawan arak orang.

   Padahal dia tak pernah belajar ilmu senjata rahasia timpukan yang dia lakukan barusan pun hanya terdorong oleh emosi tak tahunya cawan arak di tangan Mo Seng itu lantas hancur, ini membuat semua orang jadi melongo tidak habis mengerti.

   "Orang lain tak mau minum, buat apa kau memaksanya?"

   Kata Hui Giok terhadap Mo Seng yang masih termangu.

   Mo Seng berpaling, kebetulan sinar mata Tham Bun-ki seakan-akan sedang mengerling ke arahnya, hal ini membuat napsu birahi orang itu berkobar kembali, dalam keadaan demikian ia tak memikirkan persoalan lain lagi.

   Orang bilang napsu bisa membuat orang jadi nekat, begitu juga keadaan Mo Seng sekarang, sambil tertawa selangkah demi selangkah dia menghampiri Hui Giok.

   Kawanan jago sama gempar oleh peristiwa itu Bun-ki berkerut kening dan akan maju, tapi segera ditarik ayahnya, gadis itu tak berani meronta meski hatinya tak rela, ketika dia berpaling, tertampak ayahnya memberi tanda ke arah Sin-Jiu Ciau Hui dengan ujung mulut sambil berbisik.

   "Tidak perlu kau turun tangan sendiri"

   Waktu itu Mo Seng sambil tertawa dingin sedang menghampiri Hui Giok. Wah, Bengcu begini lebih baik tak usah saja,"

   Gumam Kim-keh Siang It-ti sambil tertawa.

   Maksudnya jelas, ia menyindir Mo Seng yang tak tahu diri dan berani main kasar terhadap Bengcunya.

   Padahal di antara keluarga Mo.

   kungfu Mo Seng paling tinggi dan paling keji, sekalipun sau darahnya yang lain tahu bahwa tindakan tersebut tak bisa dibenarkan tapi merekapun cukup memahami tabiatnya nekad.

   tak seorang pun yang berusaha mengulangi perbuatan saudaranya ini.

   Baru dua langkah Mo Seng maju ke muka tiba-tiba bayangan seorang menghadang di hadapannya, tahu-tahu Sin-jiu Cian Hui sudah berdiri di depannya sambil menegur "Saudara Mo apa yang hendak kau lakukan?"

   Mo Seng tertawa dingin, dia ingin mengucapkan sesuatu, tapi Sin-jiu Cian Hui yang memaklumi watak rekannya itu kuatir orang akan mengucapkan kata-kata yang tak senonoh maka segera serunya lagi.

   "Saudara Mo lupakah kau bahwa Hui-taysia-nseng ini apanya kita? jangankan ia tidak menghancurkan cawan arakmu, sekalipun..."

   "Apa maksud ucapanmu ini?"

   Tukas Mo Seng dengan dahi berkerut.

   Cian Hui tertawa, dia menggapai tangannya ke luar, seorang laki-laki berjubah panjang segera masuk ke dalam ruangan dengan langkah cepat kemudian menyerahkan sebuah benda kepada Cian Hui, ketika semua orang mengamati benda itu ternyata sebatang sumpit perak.

   "Hehehe, sumpit perak indah yang telah di sambitkan Hui-taysianseng barusan,"

   Kata Cian Hui sambil tertawa dingin "tapi bukan benda indah yang telah menghajar cawan arak di tangan "Moheng."

   Selagi Hui Giok dan Mo Seng sama melengak, tiba-tiba Tonghong Tiat bangkit berdiri sambil tertawa.

   "Hahaha, sungguh hebat ketajaman mata Cian-cengcu, ya benar, aku orang Tonghong yang menimpuk cawan arak di tangan Mo-heng itu sampai..."

   Tham Beng juga tersenyum, dia menjemput lidi tusuk gigi dari lantai dan pelahan diletakkan di atas meja.

   Kejadian ini membuat air muka semua orang berubah, Tonghong Tiat ternyata mampu menghancurkan cawan arak dengan sebatang tusuk gigi tanpa diketahui siapa pun, tenaga serta daya timpuknya sungguh menggetarkan hati semua orang.

   Mo Seng tertawa dingin, tiba-tiba dia putar badan menghadapi Tonghong-hengte, suasana dalam ruangan seketika berubah jadi tegang, setiap saat bentrokan keras bakal terjadi.

   Tapi sebelum terjadi apa-apa, Liong heng-pat tiang telah berkata sambil tersenyum, Tonghong se-heng silakan duduk dulu, cawan arak itu juga bukan kau yang memecahkannya"

   Semua orang melongo, sebelum tahu apa yang terjadi, Sin jiu Cian Hui telah terbahak-bahak.

   "Hahaha, hebat sekali Tham tayhiap, ternyata matamu yang paling tajam di antara sekian banyak orang yang hadir di sini?"

   Katanya. Tiba-tiba dia mengambil sebuah cawan arak lalu membantingnya ke lantai.

   "trang", cawan itu ternyata tidak pecah atau retak.

   "Kuakui kelihayan Tonghong-saji-hiap cukup mampu untuk menghancurkan sebuah cawan dengan kekuatan sebatang tusuk gigi"

   Kata Cian Hui sambil tergelak.

   "tapi cawan arakku ini terbuat dari bahan keramik pilihan yang kuat sekali, jika Tonghong sam-hiap tidak percaya, silahkan untuk mencobanya sekali lagi."

   Seraya berkata ia mengambil sebuah cawan lagi, sementara Tonghong Tiat masih mengerut dahi tiba-tiba Liong-heng-pat ciang mengambil sumpit peraknya terus mengaduk kuah sirip ikan yang ada di meja, waktu sumpit diangkat ke atas, dia menyumpit sebuah benda dan "tring", benda itu dibuangnya ke atas meja.

   Tindakannya ini mencengangkan semua orang, tapi ketika melihat sumpit perak yang barusan dipakai untuk menyumpit benda itu sudah berubah jadi hitam pekat air muka kawanan jago itu berubah pucat.

   Sambil meletakkan kembali sumpit perak itu ke atas meja, Liong-heng-pat-ciang berkata dengan tersenyum.

   "Saudara Mo, cawan arak yang berada di tanganmu bukan ditumbuk oleh Tonghong-seheng, bukan pula dilakukan oleh anak Giok, apabila saudara Mo masih penasaran, silakan saja cari pelaku yang sebenarnya, kenapa kau hendak melampiaskan gusarmu kepada orang yang tidak bersangkutan?"

   

Pedang Tetesan Air Mata -- Khu Lung Si Pedang Kilat -- Gan K L Pendekar Misterius -- Gan Kl

Cari Blog Ini