Pendekar Satu Jurus 19
Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Bagian 19
Pendekar Satu Jurus Karya dari Gan K L
Ketika mengucapkan kata- ini, kebetulan Leng kok-siang-hok berpaling, sorot mata mereka yang dingin memandang sekejap sekeliling tempat ini, kemudian berhenti pada senjata di tangan Tiong-hong kiam dari Si-hun-to.
Dalam pada itu kawanan jago yang hadir di situ sama mendesis.
Liong-heng pat-ciang kembali memberi tanda suasana yang semula gaduh segera menjadi hening yang terdengar hanya gesekan baju tertimpa angin, dalam pandangan para jago persilatan perawakan tinggi kekar tokoh persilatan itu se-akan2 lebih kuat daripada Thay san, siapapun tak berani memandang rendah kepadanya.
Tak usah kita persoalkan bagaimana watak serta prilaku orang nomor tiga dan Pak-to-jit sat ini,"
Kata Tham Beng lebih jauh dengan lantang.
"yang pasti, ketika dia menemui ajalnya kebetulan kuhadir dan menyaksikan kematiannya dengan mata kepalaku sendiri. Aku merasa kejadian ini tidak adil, masa hanya disebabkan suatu perselisihan yang sangat kecil, Leng-kok siang-bok yang juga sudah termashur karena keganasan dan kekejamannya itu telah membantai orang secara keji."
Leng kok-siang bok cuma tertawa dingin sambil tetap berdiri di tempat semula mereka sama sekali tidak mengalangi Tham Beng untuk melanjutkan tuduhannya.
Air muka Huj Giok merubah hebat, sedang para jago ber bisik2 memperbincangkan soal itu.
Setelah hening sejenak, Tham Beng berkata lebih jauh "Memang antara diriku dan Pek to jitsat tidak tersangkut hubungan sanak maupun keluarga, tapi demi menegakkan keadilan dan kebenaran dunia persilatan, aku tak dapat berpeluk tangan setelah menyaksikan peristiwa itu.
Demi menegakkan keadilan dan kebenaran, selama puluhan tahun belakangan ini aku telah pontang panting kesana kemari.
seperti halnya saudara lihat sekarang, kedatanganku sekarang juga disebabkan oleh alasan yang sama."
Dia merandek sejenak, lalu melanjutkan dengan suara keras.
"Hari ini aku Liong heng-patciang Tham Beng sengaja datang kemari mencari Leng-kok- siang - bok untuk menuntut balas bagi Pak~to-jit-sat."
Sampai disini kembali ia memandang sekejap sekeliling tempat itu, ketika dilihatnya para jago telah terpengaruh olehnya hingga tak seorang pun berani bicara, dengan wajah penuh kebanggaan dia berkata lebih jauh.
"Dalam pertarungan yang akan berlangsung hari ini, baik siapa yang menang atau kalah, harap saudara sekalian jangan mencampuri urusan ini, bila ada di antara kalian membantu aku Tham Beng, meski hanya suatu pukulan atau sekali tendangan, dia bukan sahabatku lagi."
Kata-kata itu sepintas lalu kedengarannya gagah dan bersifat jantan, padahal diam-diam ia sedang memperingatkan orang lain agar jangan membantu Leng-kok-siang-bok.
Pada dasarnya sebagian besar kawanan jago itu memang tidak menaruh kesan baik terhadap Leng kok-siang-bok, tentu saja seruan tersebut disambut dengan sorak gegap gempita.
Sambil mengelus jenggotnya Liong-heng pat-ciang tertawa, pelahan ia memutar tubuhnya.
Sementara itu Hui Giok menjadi bingung, ia tak tahu kenapa paman Tham secara tiba-tiba bisa membela Pak to-jit-sat, ia segera memburu ke depan untuk mencegahnya.
Tapi sebelum anak muda itu sempat mengucapkan sesuatu, Tham Beng sudah memberi tanda, Tiang hong-kiam serta Si-hun-to segera menerjang ke muka, senjata mereka dengan membawa kilatan tajam menyilaukan langsung menabas batok kepala Leng-kok siang-bok.
Selama peristiwa itu berlangsung, meski air muka Leng-kok-siang-bok tetap tenang tanpa menunjukkan perubahan apapun namun diam-diam mereka menghimpun tenaga dalam untuk menghadapi segala kemungkinan.
Maka begitu pihak musuh mulai melancarkan serangan, kedua orang bersaudara itupun tertawa dingin Leng Ko-bok mengerutkan dahinya, waktu pedang berbentuk aneh dari Pian Sauyan yang membawa sinar hijau hampir menyayat tubuhnya, tiba-tiba ia bergeser ke samping, telapak tangannya cepat bergerak ke atas, ia balas mengancam jalan darah Hang-bun-hiat di pinggang lawan.
Padahal para jago menyaksikan pedang Tiang hong-kiam Pian Sau-yan menyambar ke tenggorokan Leng Ko-bok, siapa tahu dalam waktu sekejap saja telapak tangan maut manusia aneh itu sudah berada di bawah iga Piau Sau-yan.
Menghadapi ancaman itu, cepat Tiang-hong kiam Pian Sau-yan bergeser ke samping, pergelangan tangannya bergetar, seketika itu juga pedangnya menabas pergelangan tangan lawan.
Leng Ko-bok membentak keras, begitu terhindar dan sambaran pedang, dia lancarkan tendangan kilat pada pergelangan tangan lawan yang memegang pedang.
Pian Sau-yan buru2 menarik tangannya ke bawah, tapi Leng Ko-bok terus berputar, ujung jari tengah dan telunjuk setajam pisau menutuk Hu-ciat-htat di bawah tulang iganya.
Cepat Tiang-hong kiam Pian Sau-yan bergeser ke samping lagi, pedangnya berkembang menciptakan selapis jaring sinar dan melancarkan serangan dahsyat ke muka pula.
Dingin air mukanya, nafsu membunuh terpancar dan balik matanya, jangan kira badannya jangkung, tapi kelincahannya betul2 mengagumkan, pedang istimewa yang satu kaki lebih panjang dari pedang biasa ini dimainkannya sedemikian gencar, setiap serangannya tertuju pada bagian tubuh lawan yang mematikan.
Leng Ko-bok sendiri meski bertubuh jangkung, tapi dibandingkan Pian Sau-yan ternyata masih kalah tingginya Dalam waktu singkat, terlihatlah sekujur badannya yang kurus kering seolah-olah terhimpit oleh serangan lawan yang dahsyat bagaikan tindihan gunung, dia lebih banyak bertahan daripada menyerang.
Merasa kedudukannya di atas angin, semangat Tiong-hong-kiam Pian Sau-yan tambah berkobar jurus serangannya makin garang, kalau bisa rasanya dia ingin sekali tusuk menebas kutung batok kepala Leng Ko bok.
Sementara itu di pihak lain, Leng Han-tiok dengan gerakan secepat angin berputar kian kemari dengan lincahnya dia kurung Si-hun-to Lo Gi dengan serangan gencar? Permainan golok duri Si-hun to Lo Gi mantap dan berat, setiap serangan yang dilancarkan selalu disertai deru angin tajam, jurus2 serangannya tampak lambat tapi di tengah sinar goloknya sama sekali tak ada peluang dia seperti tak acuh terhadap gerak tubuh Leng Han-tiok yang cepat, seolah-olah tak memandangnya barang sekejap pun.
jurus serangannya yang berat dan mantap selalu mengancam bagian tubuh Leng Han-tiok yang paling fatal, belasan jurus kemudian, permainan goloknya bertambah cepat, variasi serangannya juga bertambah banyak.
Liong-heng-pat-ciang Tham Beng sendiri cuma berdiri di samping sambil mengelus jenggot, ketika menyaksikan Tiang-hong kiam dan Si-hun-to melancarkan serangan yang indah, dia manggut-manggur sambil tertawa.
"Bagus, bagus!"
Serunya berulang kali, Pat kwa-ciang Liu Hui yang berada di sampingnya ikut bertepuk tangan sambil memuji tiada hentinya "Bagus, bagus"
Jurus serangan yang indah!"
Suasana jadi bertambah ramai lagi setelah kawanan jago yang ikut menonton pertarungan itu ikut bersorak-sorai memberi semangat.
Padahal kalau berbicara dengan sesungguhnya pertarungan yang melibatkan ke empat orang itu berlangsung dengan cepat luar biasa, di antara sekian banyak jago hanya beberapa gelintir orang saja yang betul-betul dapat mengikuti perubahan serangan yang terjadi dalam gelanggang pertarungan.
Hanya pemuda berbaju hitam saja yang berdiri kaku itu, meski mukanya tanpa emosi, matanya yang tajam tampak mengerling hina, seakan akan ilmu silat yang digunakan keempat orang itu tak terpandang sebelah mata olehnya.
Hui Giok menjadi gugup, saking cemasnya peluh sampai membasahi jidatnya, walaupun ia bermaksud menolong Leng kok siang-bok dan keadaan yang tidak menguntungkan itu, tapi ia pun segan bermusuhan dengan "lnjin" (tuan penolong) paman Tham, karena itulah ketika dilihatnya posisi Leng-kok-siang-bok semakin terdesak di bawah angin, tak tahan lagi pemuda itu lantas berjalan menghampiri Tham Beng.
Tapi sebelum ia sempat buka suara sambil tersenyum Liong-heng-pat-ciang Tham Beng telah berkata lebih dulu.
"Sudah lama kudengar nama besar Leng-kok-siang-bok tapi setelah kujumpai hari ini, hah, tak tahunya cuma begini begini saja, sungguh mengecewakan Anak Giok, coba lihatlah kedua anak buahku itu bukankah ilmu silat nya lumayan juga?"
"Bagusnya memang bagus..."
Sahut Hui Giok tergegap.
"Cuma..."
Sambil tersenyum, cepat Liong heng-pat ciang Tham Beng menyela.
"Sepintas lalu walaupun kungfu kedua orang ini tampaknya memiliki keistimewaan yang berbeda, apalagi jika kita lihat senjata yang mereka gunakan, ilmu silat mereka lebih mirip aliran keras, padahal kenyataannya kungfu mereka justeru menganut aliran cepat dan lincah, terutama Si-hun-to Lo Gi, permainan goloknya makin lama semakin cepat, jurus serangannya juga makin cekatan, coba lihatlah jurus Hui hoa-hud-hiat (memisah bunga menyambar jalan darah) yang barusan digunakan, bukankah amat indah dan hebat?"
"Ya, benar, benar,"
Kembali Hui Giok men jawab dengan tergegap.
"cuma .
"
Liong-heng-pat-ciang Tham Beng tertawa, tukasnya lagi.
"Permainan pedang Tiang hong-kiam Pian Sau-yan juga lumayan, meskipun dia menggunakan pedang pada jurus Tiang-hong koan jit (bianglala menutupi matahari) barusan, padahal jurus itu berasal dari jurus tombak. Coba lihatlah bukankah serangan yang dipakainya itu adalah jurus Hong-tiam-rau (burung hong mengangguk)? Untunglah Leng Ko-bok cepat menghindar, kalau tidak ..cukup jurus serangan ini nyawanya dapat dibereskan."
Semua keterangan itu diucapkan dengan senyuman dikulum, seakan-akan seorang guru sedang menerangkan manfaat suatu jurus serangan terhadap muridnya.
Sambil manggut-manggut Hui Giok tak pernah mengalihkan pandangannya atas tubuh kedua Leng bersaudara, dapat dilihatnya betapa kedua orang itu terdesak oleh serangan musuh yang gencar, bahkan permainan kedua macam senjata aneh itu kian lama kian bertambah ganas, terutama suara dentingan nyaring dari gelang gelang golok yang saling beradu betul-betul membuat buyar konsentrasi orang.
Pada dasarnya kawanan jago yang hadir sudah keder terhadap Liong-heng-pat ciang, maka sekarang merekapun ikut bersorak sorai memberi semangat untuk Tiang-hong-kiam dan Si hun-to.
Sementara itu, setelah berhenti sebentar Liong-heng-pat-ciang kembali berkata dengan tersenyum.
"Walaupun kurang adil rasanya bagi anak buahku yang bertarung melawan musuh yang bertangan kosong, namun harus diingat bahwa pertarungan ini bukan pertarungan adu kepandaian melainkan suatu pertarungan menuntut balas, tentu saja keadaannya berbeda sekali, Bukankah demikian anak Giok?"
Dengan kaku Hui Giok terpaksa mengangguk "Ya, memang betul, cuma..."
Semakin cerah senyuman yang menghiasi wajah Liong-heng-pat-ciang, tampaknya dia ingin memotong lagi perkataan Hui Giok itu. Tapi sekali ini anak muda itu telah berteriak lebih dulu.
"Sebetulnya siautit tak ingin banyak berbicara terhadap niat paman Tham untuk membalaskan dendam bagi orang lain, tapi perlu paman ingat bahwa hingga kini kedua Leng bersaudara masih dalam pertaruhan denganku, kukira tidak seharusnya kalau paman Tham."
"Tidak seharusnya kenapa?"
Tegur Liong-heng-pat-siang dengan air muka berubah. Hm Giok tertegun, tapi sesudah mengenaskan napas panjang, lalu lanjutnya.
"Kukira tidak seharusnya paman Tham melaksanakan niatmu pada saat dan keadaan seperti sekarang ini."
Pengalaman yang semakin masak, ilmu silat yang semakin lihay dan kecerdasan yang semakin tumbuh telah mengubah Hui Giok yang lemah jadi Hui Giok yang tangguh, akan tetapi berhubung sejak kecil disebarkan dalam lingkungan pengaruh Tham Beng, otomatis rasa jeri dan segannya terhadap Tham Beng masih tersisa dalam hatinya.
Itulah sebabnya untuk mengucapkan kata-kata semacam itu dia harus menggunakan tenaga sekuatnya.
Ia tidak tahu bahwa tindakan Liong-heng-pat-ciang Tham Beng sekarang selain dikarenakan ia hendak membalas budi kepada Pat-to jit-sat yang berhasil menyelamatkan dia dari kepungan ketika berada dalam perkampungan Long-bong-san-ceng tempo hari, yang penting lagi adalah dia tak ingin pertaruhan antara Hui Giok dan Leng-kok-siang bok berlangsung lebih lanjut.
Hui Giok berpaling, ketika dilihatnya Thamn Beng berdiri membungkam dengan wajah dingin, ia merasa agak kaget bercampur takut, tapi sebisanya pemuda ini berusaha mengendalikan perasaannya itu, kembali katanya.
"Paman Tham, bukan kah perkataan siautit masuk di akal?"
"Hmm"
Liong-heng-pat-ciang Tham Beng mendengus.
"urusan dunia persilatan bukan urusan yang mudah kau ketahui, usiamu masih sangat muda, lebih baik..."
Sebelum kata-kata itu berakhir tiba-tiba Leng-kok-siang bok berpekik nyaring, tubuh mereka berdua bergerak semakin cepat, gaya serangan pun ikut berubah, tiga kali pukulan berantai yang dilancarkan secara gencar seketika itu juga memaksa Tiang-hong kiam dan Si-hun-to melompat mundur ke belakang.
Pada kesempatan itu Leng Ko-Bok bergeser ke samping, kedua telapak tangannya menari kian kemari dengan gencarnya, sebentar menebas ke kiri sebentar membacok ke kanan, dalam sekejap mata ia sudah mencecar Tiang-hong kiam habis-habisan.
Pada saat yang sama, Leng Han-tiok juga melancarkan serangan ke arah Si-hun-to.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah melepaskan tujuh kali pukulan berantai, sedemikian gencarnya serangan itu sehingga Tiang-hong kiam dan Si-hun-to tak bisa berkutik, jangankan melancarkan serangan balasan, bertahan pun rasanya berat.
Selewatnya tujuh jurus serangan tadi, posisi Tiang-hong kiam dan Si-hun-to semakin kritis, keadaan mereka sangat berbahaya.
Menyaksikan hal tersebut, Liong-heng-pat ciang mengernyitkan alis mata, sementara para jago sama terdiam, hanya Hui Giok seorang yang berdiri dengan senyuman dikulum, sebab dia tahu kedua bersaudara itu berhasil mengelabui musuhnya dengan suatu siasat pura-pura kalah yang amat jitu.
Pertahanan Tiang-hong-kiam dan Si-hun-to makin lama semakin kacau, tampaknya bila pertarungan itu dibiarkan berlangsung lebih jauh, maka sepuluh gebrakan lagi mereka pasti akan terluka oleh telapak tangan baja Leng kok-siang-bok.
Diam2 Hui Giok mengembuskan napas lega ia coba berpaling, dilihatnya air muka Liong-hengpat- ciang Tham Beng bertambah serius kedua alis matanya makin berkerut, tak perlu melihat pun dia tahu posisi Tiang-hong kiam dan Si hun to sudah berada dalam keadaan yang sangat berbahaya.
Tiba? Liong heng-pat-ciang Tham Beng berseru dengan dahi berkerut "Pa-cu!"
Pemuda baju hitam yang berada di depan sana mendadak melambung ke udara dan melayang lewat di atas kepala Tiang hong kiam, Si hun-to serta Leng-kok-siang-bok, cepat sekali gerak tubuhnya bagaikan rajawali yang melayang di udara.
Begitu melayang turun di depan Tham Beng dengan enteng pemuda itu menyahut "Pa cu berada di sini!"
"Yakinkah kau akan kemampuannya."
Than Beng bertanya dengan mata berkilat tajam.
"Hanya satu orang!"
Sahut pemuda baju hitam tanpa berpaling. Kalau begitu suruh Sau yan dan Lo Gi menghadapi seorang, yang lain kau hadapi sendiri, jika kalah, tak usah temui aku lagi."
Pemuda kekar itu tidak banyak bicara lagi, pelahan dia lepaskan sarung kulit aneh dipinggangnya, isi sarung kulit itu adalah sebuah ruyung yang berwarna ke-perak2an, panjangnya satu depa.
"Sau-yan, menyingkir ke kanan,"
Teriak Liong heng-pat ciang Tham Beng kemudian.
Keadaan Tiang hong-kiam Pian Sau-yan waktu itu sudah amat payah, jurus serangannya juga kalut dan tak menurut kehendak hatinya lagi, maka begitu mendengar seruan tersebut, dia tarik napas panjang pedang menyapu ke depan dengan jurus Heng sau-aan kun (inenyapu bersih beribu prajurit) Ketika Leng-ko-bok terdesak mundur, cepat ia berputar lalu menyusup ke samping Si-hun-to dan melancarkan suatu tabasan kilat ke lambung Leng Han-tiok Tentu saja Leng Ko-bok tidak membiarkan musuhnya kabur begitu saja, ia membentak sambil memburu ke depan, pemuda kekar berbaju hitam itu bertindak cepat, ketika musuh akan bergerak ke muka, ia bertindak lebih dulu, ia menyusup maju mengadang jalan Leng Ko-bok.
"Manusia liar yang tak tahu diri, kau juga ingin berkelahi?,"
Teriak Ko-bok. Pemuda baju hitam itu menggigit bibirnya menahan geram sehingga tampak kedua pipinya melembung, dengan mata jelilatan seliar binatang buas dia menatap musuhnya tajam-tajam, lalu teriaknya.
"Kau mengatakan aku orang liar?"
"Ya, benar!"
Jawab Leng Ko-bok cepat "Sudah puluhan tahun ia malang melintang dalam dunia persilatan tapi belum pernah menemui sinar mata sebuas itu, bergidik juga hatinya.
Air muka si anak muda baju hitam itu tiba-tiba berubah seram, ia menyeringai kemudian telapak tangan kirinya diayun ke depan lima jarinya di pentang lebar-lebar, diancamnya jalan darah Ing hiang, Hui-pek serta He-ciong di tubuh lawan.
Leng Ko bok membalik telapak tangannya ke atas, dengan tangan kanan dia tutuk urat nadi musuh, sedang tangan kirinya membacok dada lawan.
Pemuda baju intan itu tertawa seram, ruyung perak tiba-tiba menuang ke muka secepat kilat, jangan kira panjang ruyung itu cuma satu depa, dalam serangan tersebut ruyung yang pendek seakan2 berubah jadi lebih panjang satu kaki.
Leng Ko bok terkejut, cepat ia menarik kepalanya dan dada menyurut, sambil berputar badan sekuatnya, dengan susah payah serangan itu dapat terhindar juga akhirnya.
Tentu saja pemuda baju hitam itu tak memberi kesempatan bagi musuh untuk berganti napas, ruyung perak berputar, cahaya perak memancar seolah2 ribuan jalur sinar kilat yang menyilaukan mata, serentak dia kurung sekujur tubuh Leng Ko-bok dengan rapat.
Dengan serangan yang luar biasa ini, posisi Leng Ko-bok makin kececar, hanya sekejap terasa lah dari muka dan belakang, kiri dan kanan muncul sinar perak yang disertai desingan angin tajam dalam keadaan demikian, kecuali menghindar sedapatnya boleh dibilang tak mampu melancarkan serangan balasan lagi.
Hawa nafsu membunuh makin menyelimuti wajah pemuda hitam itu, sinar matanya semakin buas, tiba-tiba tangannya bergetar ke depan, ruyung perak yang semula pendek berubah seperti toja panjang dengan jurus Thay-san-ap teng (bukit Thay menindih kepala), dia hantam kepala musuh.
Sekali lagi Leng Ko-bok terdesak mundur tiga lnngkah.
"Trak"
Letikan bunga api memancar ke empat penjuru bersamaan dengan terhajarnya api unggun oleh ruyung perak itu.
Kayu-kayu arang yang membara dengan membawa lelatu api serentak bermuncratan di udara dan menyambar ke tubuh Leng Ko-bok.
Pemuda itu menarik kembali ruyungnya dia putar badan terus menyabat pinggang lawan pula.
Leng Ko-bok tak berani gegabah, cepat dia melambung ke udara dengan gerakan Ui-ho congthian (bangau kuning menembus angkasa) Pemuda baju hitam itu tarik kembali ruyungnya, segera ia menutuk jalan darah Yong-coan niat pada telapak kaki Leng Ko-bok dengan jurus Liau-thun-itcu (tonggak sakti menegak ke langit).
Cepat Leng Ko-bok tarik kaki dan menekuk pinggang, sesudah jumpalitan satu kali dia melayang turun jauh ke sana, tapi belum sempat mengatur napas, percikan api yang menempel dibajunya telah berkobar.
Pemuda hitam itu menyeringai seram, sambil menerobos maju ruyung perak berputar gencar dan menghantam secara berantai, walaupun semua serangan dapat dihindari Leng Ko-bok, tapi api yang membakar bajunya berkobar makin besar Dalam keadaan demikian dia hanya bisa menghindar ke kiri berkelit ke kanan belaka dalam keadaan yang mengenaskan Liong-heng-patciang tertawa dingin, sementara para jago lain sama menjerit kaget, siapapun tak menyangka pemuda hitam yang baru pertama kali muncul dalam dunia persilatan ini ternyata memiliki kungfu serta tenaga dalam yang sakti, sampai-sampai Leng-kok-siang-bok yang tersohor pun kewalahan menghadapi dia.
Di pihak lain, Tiang-hong-kiam dan Si-hun-to yang bekerja sama menghadapi Leng Han-tiok berhasil pula memperbaiki posisinya, mereka dapat bertempur makin mantap dan mulai berada di atas angin.
Cahaya senjata mereka menyambar ke sana ke man, sebentar ke atas sebentar ke bawah, lalu ke kiri dan kemudian ke kanan, serangan mereka makin lama makin bertenaga dan tepat sasarannya, M^skt dengan susah payah Leng Han tiok masih sanggup melayaninya, namun lamalama menjadi gelisah juga.
Perlu diterangkan baik Tiong-hong-kiam Pian Sau-yan maupun Si-hun to Lo Gi adalah tokoh2 silat kelas satu dalam dunia persilatan, kungfu mereka tentu saja jauh lebih hebat daripada Patkwa- ciang Liu Hui atau Koay be sin-to Kiong Cing yang, dengan kungfu mereka ini biasanya telah merajai satu daerah.
Dan sekarang mereka bekerja sama untuk menghadapi seorang musuh yang sama, bisa dibayangkan betapa berat serangan mereka, sekalipun Leng Han-tiok berilmu tinggi, lama-lama tak tahan juga menghadapi kerubutan mereka.
Hui Giok jadi berdebar menyaksikan kejadian ini, mukanya sebentar pucat sebentar menghijau, apalagi setelah menyaksikan keadaan kedua Leng bersaudara yang mengenaskan itu.
ia betul-betul me-rasa tak tega.
Teringat pada budi kebaikan mereka selama ini, akhirnya pemuda itu tak dapat mengendalikan emosinya lagi, tiba-tiba ia membentak keras.
"Tahan"
Secepat kilat ia terus menerjang masuk ke arena.
Dalam bentakan tersebut rupanya ia sertakan tenaga dalam yang sempurna.
suara bentakan ibaratnya geledek yang menggelegar bumi terasa berguncang.
Para jago terperanjat Tiang hong-kiam Pian su yan dan Si-hun-to Lo Gi yang sedang bertarung pun tanpa terasa menghentikan serangan mereka."
"Apa yang hendak kau lakukan?"
Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Liong-heng pat-ciang segera membentak Hui Giok tidak menggubris bentakannya itu, kepada Tiang hong-kiam dan Si-hun-to ia berkata seraya menjura.
"Bersediakah saudara berdua memberi muka kepadaku dan sementara menghentikan pertarungan?"
Meskipun Pian Sau-yan dan Lo Gi adalah Piautau kelas satu dari Hui-liong-piaukiok, tapi sepanjang tahun mereka selalu melakukan perjalanan ke sana kemari, dengan demikian tidak pernah berjumpa muka dengan Hui Giok sebelumnya, mereka hanya tahu Hui Giok punya hubungan erat dengan Tham-congpiautau.
Berbicara selaku Bengcu Perserikatan orang persilatan Kanglam, ditambah pula ucapannya yang sungkan dan ramah, kedua orang itu jadi tercengang dan buru2 membalas hormat.
Hui Giok tersenyum, sorot matanya beralih ke arah pemuda baju hitam, tapi ketika dilihatnya permainan ruyung orang masih gencar, sedikitpun tiada tanda-tanda hendak menghentikan pertarungan bahkan wajahnya yang bengis mengingatkan orang pada harimau buas yang siap menerkam mangsanya seketika alis Hui Giok berkerut.
"Saudara Pa...
"
Teriaknya Belum lenyap suara bentakan itu, tiba-tiba pemuda baju hitam itu berpekik nyaring, ruyung peraknya diputar makin gencar, padahal api yang berkobar di tubuh Leng Ko-bok sudah membakar jenggot dan rambutnya, hal ini membuat keadaannya semakin mengenaskan.
Darah yang mengalir dalam tubuh Hui Giok jadi mendidih, ia tak peduli apakah kungfunya mampu menandingi si pemuda baju hitam atau tidak, dengan suatu loncatan mendadak dia menerjang maju.
"Keparat, kau juga ingin mampus""
Bentak pemuda baju hitam itu dengan wajah seram.
Ruyung perak yang semula menyerang Leng Ko~bok mendadak ditarik kembali lalu menyabat ke arah Hui Giok Serangan itu membawa kekuatan yang mengejutkan, angin menderu bagaikan amukan angin puyuh, Melihat itu kedua Leng bersaudara jadi kaget Liong-heng-pat-ciang juga terkesiap, sedang para jago berteriak tertahan, semua orang menganggap Hui Giok yang lemah lembut dan bertangan kosong itu pasti bukan tandingan pemuda baju hitam yang menyerang seperti harimau gila itu.
Hui Giok sendiri juga terkesiap oleh serangan dahsyat itu, ketika sinar keperak-perakan itu hampir bersarang di kepalanya, tanpa pikir lagi tangan kirinya bergerak ke depan, sementara tangan kanan berputar setengah lingkaran dan balik mencengkeram ujung ruyung tersebut.
Jurus serangan mi merupakan salah satu jurus ampuh yang tercatat dalam kitab pusaka Haythian- pi-lok.
kungfu ini sudah puluhan tahun lenyap dan peredaran dunia persilatan.
Kawanan jago hanya merasa pandangan jadi kabur, tahu2 ujung ruyung sudah terpegang oleh Hui Giok.
Leng-kok-siang bok terbelalak kegirangan.
Liong-heng-pat-ciang berubah pucat, sedang pemuda baju hitam itu segera menghardik "Lepas."
Dengan kaki terpantek di tanah bagaikan tonggak baja, sekuat tenaga ia betot ruyungnya ke belakang.
Waktu itu Hui Giok sama sekali tak menyadari betapa kuat tenaga dalam yang dimilikinya, ketika berhasil serangan yang pertama tadi, dia sendiri ma lah tertegun, maka ketika timbul tenaga yang maha dahsyat membetot ruyung, serta merta ia lepas lengan dan ruyung itupun terlepas dan genggamannya.
Sekali lagi para jago menjerit kaget, sebaliknya pemuda baju hitam itu dengan wajah bangga melancarkan serangan lagi dengan ruyungnya.
Setelah pengalamannya tadi, pemuda baju hitam itu bertindak lebih hati2.
ia kuatir ruyung akan ditangkap lagi oleh lawannya, maki dalam serangan ini ruyungnya disertai tenaga penuh dan berbagai gerak perubahan.
Tak terduga, Hui Giok ayun tangan kiri dan memutar tangan kanan ke atas, dengan sangat mudahnya ia berhasil menangkap lagi ruyung, ruyung itu bahkan tenaga murni si pemuda baju hitam yang tersalur pada senjata itupun dipunahkan.
Dengan peristiwa ini, bukan saja para jago terperanjat sampai2 pemuda baju hitam itupun melongo bingung, sungguh ia tak tahu kenapa lawan beruntun dua kali berhasil menangkap ujung ruyungnya dengan suatu gerakan yang sederhana.
Se-akan2 merogoh barang dalam sakunya sendiri saja.
Tentu saja ia tak menyangka jurus serangan Hui Giok barusan bernama Tam-nang ci but (merogoh saku mengambil benda) dan merupakan jurus ajaib dalam ilmu silat, jangankan cuma dua jurus serangan, sekalipun dia menyerang sepuluh kali dengan tipu yang berbeda, cukup dengan suatu gerakan yang sederhana ini Hui Giak juga tetap mampu memegang ujung ruyungnya.
"Lepas."
Bentak pemuda baju hitam setelah merandek sejenak dengan gigi gemertukan Kali ini Hui Giok juga sudah siap sedia, tenaga murni disalurkan penuh, tubuh terpantek bagaikan tonggak, ketika musuh membetot ruyungnya, dia juga membetot ke belakang.
"Krak!"
Ruyung pemuda baju hitam itu patah jadi dua bagian.
Karena pemuda baju hitam itu sedang membetot dengan sekuat tenaga, maka begitu senjatanya putus, ia tak mampu mempertahankan keseimbangan badannya lagi, dia terhuyung ke belakang dan hampir saja jatuh terjengkang.
Semua orang bersorak, Leng kok siang bok kegirangan, yang aneh adalah Tiang hong kiam dan Si hun to diam2 mereka pun senang.
Kiranya pemuda itu bernama Biau Pa, dia adalah seorang yatim piatu dari daerah Biau, sejak kecil berlatih hingga bertenaga kasar serta ilmu silat yang beraneka ragam, suatu ketika bakatnya yang bagus itu ditemukan Liong heng-pat ciang, maka dia diterima sebagai muridnya dan diajari ilmu silat otomatis kungfunya memperoleh kemajuan yang amat pesat.
Sejak diketahuinya bahwa ia sangat dimanja Liong-heng-pat ciang, sikapnya terhadap Pian Sau yan dan Lo Gi atau kawanan Piausu lainnya jadi berbeda.
ia tak pandang sebelah mata terhadap orang-orang itu, sedang orang lainpun sedikit banyak segan terhadapnya karena dia bertenaga sakti dan berilmu tinggi, otomatis banyak orang yang sakit hati kepadanya.
Maka setelah menderita kekalahan sekarang orang lainpun ikut bergirang.
Air muka Liong-heng-pat-ciang berubah hebat sedangkan si pemuda baju hitam alias Biau Pa masih berdiri melongo sambil memandang ruyungnya yang patah, agaknya ia tak percaya kalau tenaga saktinya yang tiada tandingan itu telah ketemu batunya.
Setelah termangu sejenak, akhirnya ia membentak keras dan menyerbu lagi ke depan.
Berhasil dengan serangannya yang pertama, kepercayaan Hui Giok atas kemampuan sendiri bertambah besar, ia putar ke samping menghindarkan terkaman musuh, kemudian dengan menggunakan kutungan ruyung tadi ia menyabat.
Sabatan ini seperti sekenanya, tapi sebenarnya mengandung daya serang yang dahsyat, Biau Pa buru2 berkelit ke samping.
Secepatnya dia menghindar tapi ujung bajunya tersambar juga oleh sabatan ruyung patah Hui Giok Berbicara soal kepandaian silat, kendatipun dia kalah setingkat dibandingkan Hui Giok, tapi pengalaman tempur jauh lebih banyak daripada Hui Giok, andaikata ia dapat bertarung dengan hati yang tenang, mungkin dia tak akan sampai dikalahkan secepat itu.
Tapi kenyataannya sekarang, walaupun sikap nya tetap garang dan buas, tapi nyalinya sudah keder oleh keampuhan ilmu silat Hui Giak, setelah pikiran kalut dan nyalinya pecah, andaikan beradu jiwa juga tiada gunanya.
Liong heng-pat-ciang berkerut kening, cepat ia membentak "Pa-cu, tahan!"
Berbareng dengan itu ia melangkah maju dengan pelahan, tubuhnya yang tinggi besar dengan sekali loncat sudah tiba di samping Biau Pa. ia merampas kutungan ruyung perak dan tangan pemuda baju hitam itu, lalu menghardik.
"Kenapa belum juga mundur!"
Gerak maju dan merebut senjata ini bukan saja cepat bahkan tepat, sungguh sangat mengejutkan.
Gerak tertawa berkumandang dan samping arena di mana para jago berada, dengan muka kelam Biau Pa mundur beberapa langkah, lalu putar badan dan lari pergi dan situ.
Sambil memegang kutungan ruyung Liong heng pat ciang sama sekali tidak memandang sekejap pun pada Biau Pa, sebaliknya ia tersenyum ke pada Hui Giok.
Senyuman itu dalam pandangan orang lain mungkin merupakan suatu senyuman biasa, tapi Hui Giok jadi bergidik tiba-tiba teringat kembali masa kecilnya waktu berada di Hui liong piauwkiok, ia sering melihat senyuman semacam itu menghiasi wajah sang paman Tham, tapi entah mengapa ia selalu merasa dibalik senyuman yang ramah itu seakan-akan terselip sesuatu yang membuatnya merinding, setiap kali ia bercakap cakap atau bermain dengan Tham Bun-ki, paman Tham selalu menampilkan senyuman seperti itu dan mengajak puterinya berlalu.
Suatu kali tanpa disengaja ia masuk ke kamar paman Tham, waktu itu paman Tham sedang mempermainkan semacam benda di atas meja, ketika melihat ia masuk, senyuman seperti itulah segera tersungging di bibirnya, lalu ia diberitahu agar selanjutnya jangan masuk ke kamarnya lagi.
Bilamana ia mendapatkan sebuah benda yang disukainya, seringkali sang paman Tham akan membawa senyuman semacam itu dan mengambil benda tadi, bahkan memberitahukan padanya bahwa sebagai pemuda tak boleh terlalu banyak bermain sehingga lupa pada tugas seorang muda.
Ia tidak pernah dendam terhadap semua kejadian ini, karena dia menganggap paman Tham telah memberi nasihat kepadanya, agar dia belajar baik Tapi entah mengapa, demi melihat senyuman tersebut pada saat dan keadaan seperti sekarang ini tiba-tiba saja kenangan lama terlintas kembali dalam benaknya, membuatnya bergidik seperti apa yang dialaminya waktu kecil dulu.
Tanpa terasa ia menyurut mundur selangkah.
Liong-heng-pat-ciang tersenyum, katanya lagi "Orang selalu berkata bahwa pekikan burung Hong muda tentu lebih nyaring daripada burung Hong tua.
Hiantit, kau betul-betul telah membuat kejutan, kesuksesanmu sudah tentu sangat menggirangkan paman, tapi kukira lebih baik kau menyingkir saja."
Ia tidak menunggu jawaban Hui Giok, begitu selesai bicara dia lantas putar badan dan menghadap ke arah Leng kok siang bok, sambil mempermainkan kutungan ruyung di tangannya, ia berkata pula sambil tersenyum.
"Kungfu kalian berdua memang cukup mengagumkan sampai aku jadi gatal tangan, bila kalian berdua tidak terlalu mengandalkan tenaga Hui hiantit..hendak kutantang kalian berdua untuk bertarung!"
Begitu maksudnya diutarakan, para jago jadi terperanjat diam2 mereka bersyukur karena dapat menyaksikan pertarungan yang jarang ditemui di dunia persilatan ini, sementara orangorang yang berdiri di belakang serentak berkerumun maju ke depan.
Selama belasan tahun nama besar Liong-heng pat ciang menggetarkan Kangouw, tapi belum pernah seorang jago silatpun yang pernah menyaksikan tokoh ini turun tangan sendiri maka tiada yang tahu sampai di manakah tinggi rendahnya kepandaian tokoh termasyhur ini.
Suasana kembali menjadi gaduh, diam2 para jago mulai berbisik memperbincangkan soal ini bahkan ada yang mulai bertaruh.
"Ayo coba tebak, pada jurus yang keberapa liong heng pat ciang akan mengalahkan kedua bersaudara keluarga Leng itu?"
"Lima puluh jurus!"
"Tiga puluh jurus!"
"Aku bertaruh lima belas tahil pegang tiga puluh jurus?"
"Aku bertaruh seekor kuda, pegang lima puluh jurus."
Ternyata tak seorang pun yang berani mengatakan bahwa Leng-kok-siang-bok yang akan menangkan pertarungan ini.
Air muka Leng kok siang bok berubah jadi kelabu menyeramkan, tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan kedua bersaudara ini.
Menghadapi mati dan hidup mereka tetap menunjuk ketenangan yang mengagumkan, diamdiam para jago sama memuji.
Kedua bersaudara itu hanya melirik sekejap ke arah Hui Giok dengan pandangan hambar, setelah membereskan pakaian mereka bersama-sama maju ke hadapan Liong-heng-pat ciang, tanya mereka dengan dingin.
"Akan Pibu (beradu silat) atau..."
Liong heng pat ciang terbahak-bahak.
"Mau Pibu atau apa saja, kalian berdua boleh maju bersama"
Berbicara sampai di sini, mendadak telapak tangannya diayun ke depan, selarik cahaya perak segera meluncur ke angkasa bagaikan meteor, hanya sekejap saja cahaya itu lantas lenyap tak berbekas sambitan yang disertai tenaga dalam yang amat sempurna itu sudah tentu menimbulkan kegemparan para jago, seruan kaget tertahan berkumandang di sana sini, sementara Tiang-hong kiam dan Si-hun to menyurut mundur beberapa langkah.
Helaan napas dan seruan tertahan bergema, tapi Hui Giok seolah-olah tidak mendengar apapun ia sedang berpikir apa makna yang sebenarnya dari kerlingan Leng kok siang-bok kepadanya barusan.
Hanya dia saja yang dapat memahami betapa beratnya perasaan kedua kakek yang berwajah dingin dan kaku ini, hanya dia yang dapat merasakan betapa berdukanya dan kerlingan itu.
Kerlingan itu mengandung arti perpisahan antara mati dan hidup juga mengandung luapan perasaan kasih sayangnya terhadap Hui Giok seakan-akan mereka merasa menyesal karena tak dapat menyaksikan anak muda itu mencapai kesuksesan dan tersohor namanya dalam dunia persilatan, karena mereka cukup menyadari arti dan pertarungan ini, merekapun menyadari baik soal kungfu maupun tenaga dalam, mereka berdua bukan tandingan Liong-heng pat-ciang.
Seketika itu Hui Giok merasa pikirannya sangat kalut dan bingung.
Berbicara soal budi, Liong-heng pat ciang yang memeliharanya hingga dewasa, tapi tanpa Leng kok siang bok, dapatkah ia sukses seperti hari ini? Berbicara soal hubungan batin, kendatipun Leng kok-siang bok bermuka dingin dan kaku, tapi kebaikan mereka terhadap dirinya begitu mendalam sehingga wajah kaku mereka tidak dapat menutup rasa kasih sayang mereka padanya.
Sementara dia masih melamun, tiba-tiba Liong heng pat-ciang bertepuk tangan dan bergelak tertawa.
"Hahaha, aku Tham Beng bila dengan tangan kosong tak mampu mencabut nyawa kalian, maka utang lama atau baru akan kuhapus sampai disini saja, Mari, mari". Nyaring amat gelak tertawanya. Di tengah gelak tertawa itulah pelahan Liong heng-pat-ciang maju ke muka dan menghampiri Leng-kok-siang bok. Dua saudara Leng dari lembah dingin ini serentak terpencar ke samping kiri dan kanan, mereka tak berani gegabah, diawasinya setiap langkah Liong-heng-pat ciang tanpa berkedip. Sekejap mata kemudian, tubuh yang tinggi besar itu sudah berada tiga langkah di depan Leng kok-siang-bok, dalam jarak sedekat ini cukup baginya untuk mengayunkan tangannya dan niscaya jalan darah kedua Leng bersaudara dapat dicapainya. Hui Giok angkat kepalanya, kebetulan sinar mata Leng-kok siang bok yang dingin sedang mengerling ke arahnya. Seketika itu juga kerlingan tersebut mengobarkan semangat Hui Giok, terasa darah dalam tubuhnya bergolak.
"Tahan! bentaknya tiba-tiba, walaupun tidak terlalu nyaring bentakan itu namun pada saat dan keadaan seperti ini, kedudukan Hui Giok dalam pandangan semua orang sudah berbeda, maka semua orang pun segera mengalihkan perhatian mereka kepada pemuda itu. Dalam pada itu Hui Giok telah bertindak, dia bergerak maju ke muka dan berdiri di samping Leng kok-siang-bok sambil merentangkan kedua tangannya untuk merintangi sang paman. Berubah air muka Liong-heng pat ciang, tegumya.
"Hm, kini sayapmu sudah mulai tumbuh, apakah kau juga ingin mencoba kepandaian paman Tham?"
"Mana berani!"
Sahut Hui Giok cepat dengan tangan diluruskan ke bawah. Liong-heng pat ciang Tham Beng tersenyumm "Kalau begitu, mundurlah dan situ!"
Hui Giok tidak mundur, sebaliknya malah menengadah sambil berkata lagi dengan nyaring "Maaf paman, keponakan takkan mundur dari sini, justeru keponakan memberanikan diri akan memohon kepada paman Tham agar lepas tangan tunggu dulu setelah menang atau kalah pertaruhan kami sudah diketahui."
"Hehehe! bagus, bagus sekali!"
Liong-heng-pat-ciang menukas sambil tertawa dingin.
"Apakah tindakanku sekarang juga harus di bawah perintah mu?"
Berbareng dengan selesainya perkataan itu, tiba-tiba ia mendorong bahu Hui Giok sambil membentak "Minggir"
Mencorong tajam sinar mata Hui Giok, ia tidak menghindar juga tidak berkelit, maksudnya serangan itu akan diterimanya begitu saja.
Siapa tahu, setelah urat penting mati hidupnya tertembus, otomatis tenaga murni yang terkandung dalam tubuhnya akan menimbulkan daya perlawanan terhadap pukulan orang lain, seperti halnya orang biasa yang memegang sesuatu benda panas secara refleks tangannya segera diangkat kembali.
Dengan daya refleks ini, meski dia tidak bermaksud menghindari serangan Tham Beng, tapi ketika angin serangan menyentuh badannya, tanpa terasa tangan kirinya membalik ka atas dan langsung memotong urat nadi pergelangan tangan lawan.
Liong heng-pat ciang berkerut kening, pergelangan tangannya digetarkan serangannya juga berubah arah.
Siapa tahu tangan Hui Giok seperti tumbuh mata, ke manapun serangan itu beralih, jarinya selalu membuntutinya dan tetap mengancam pada urat nadi pergelangan tangannya, pada hakekatnya Hui Giok sendiripun tidak tahu kenapa tangannya bisa berputar seperti itu bagaikan hal itu sudah sewajarnya saja, dengan leluasa dan begitu bebasnya tangan itu berputar ke sana kemari.
Dia tidak tahu kitab pusaka Hay thian-pi-lok adalah kumpulan ilmu silat maha sakti yang diciptakan oleh Hay-thian ko-yan (si walet dari Hay-thian), seorang tokoh sakti dunia persilatan.
Pada masa mudanya Hay thian ko yan malang melintang dalam dunia persilatan boleh di bilang ilmu silat dan pelbagai perguruan di dunia ini berhasil dipelajarinya maka tidak heran jika isi kitab pusaka Hay-thian-pi-lok terdiri dan intisari ilmu silat berbagai aliran.
Selama satu tahun terakhir ini, setiap hari Hui Giok mengapalkan isi kitab pusaka itu dengan tekun, boleh dibilang catatan dalam kitab itu sudah apa semua di luar kepala, padahal ilmu pukulan yang digunakan Liong heng~pat ciang tercantum pula dalam kitab Hay-thian-pi-lok, dengan demikian maka tanpa disadari Hui Giok, setiap jurus yang digunakan anak muda itu justru merupakan jurus anti pukulan Liong-heng-pat ciang itu.
Begitulah, kedua orang itu terus bergeser kian kemari sudah tentu para jago tak paham akan rahasia di balik pertarungan itu, mereka sama terbelalak dan melongo heran.
Sedingin es wajah Liong-heng-pat ciang, sungguh tak terlukiskan rasa kagetnya, Setelah bertarung tiga putaran tiba-tiba ia tarik kembali serangannya setelah mengamati sekejap wajah Hui Giok, lalu dia terbahak-bahak.
"Hahaha! Anak Giok, apa kau betul-betul ingin berkelahi dengan pamanmu?"
"Keponakan berharap paman Tham suka berbuat kebaikan dan sudahi persoalan hari ini sampai di sini saja!"
Sahut Hui Giok sambil membusungkan dada.
Sebetulnya ia merasa tubuh Tham Beng terlampau tinggi besar, tapi setelah ia busungkan dadanya tiba-tiba dirasakan bahwa ia sama tingginya dengan Tham Beng, serta merta rasa jeri yang semula mencekam itu lenyap beberapa bagian.
Berkilat sinar mata Tham Beng otaknya berputar keras, sejak belasan tahun berselang ia sudah berambisi ingin menjadi pemimpin dari para jago silat dunia persilatan, ia merasa betapa aibnya jika seorang pemuda yang baru berusia dua puluh tahunan tak mampu dikalahkannya.
Karena itu, meski hawa marah membakar hatinya dan menimbulkan nafsu membunuh namun wajahnya masih tetap tersungging senyuman katanya.
"Berbicara hubungan kita, seharusnya apa yang kau mohon tak boleh kutolak dengan begitu saja, akan tetapi . ya, kecuali hari ini saja bila lain kali kau..."
"Keponakan hanya minta agar paman Tham menunggu sampai menang atau kalah di antara aku dan kedua Leng locianpwe ini diketahui,"
Tukas Hui Giok cepat, ia keputusan akhir sudah ada, maka bagaimanapun hasil pertarungan antara paman Tham melawan Leng-locianpwe berdua Siau tit tak akan mencampurinya "
Dalam mengucapkan kata-kata tersebut ia sama sekali tidak merendahkan atau melemaskan posisi Leng-kok-siang bok hal ini tentu saja menumbuhkan rasa terima kasih yang amat sangat dalam hati kedua orang aneh itu.
Leng kok-siang-bok adalah tokoh persilatan yang sudah lama tersohor namanya dalam duma persilatan, seandainya Hui Giok menampilkan diri karena bertujuan melindungi kedua orang itu maka Leng-kok-siang-bok akan lebih baik mengadu jiwa daripada unjuk kelemahan di hadapan jago2 persilatan lainnya.
Tapi nyatanya sekarang Hui Giok berkata bahwa tindakannya itu adalah demi menjamin kelancaran pertaruhannya dengan kedua Leng bersaudara itu meskipun tujuan sebenarnya hendak menolong mereka berdua.
Soal gengsi bagi orang persilatan seringkali di pandang lebih berharga daripada nyawa sendiri, Hui Giok memang tak berpengalaman tetapi dengan wataknya yang mulia dan bijaksana, ia merasa tidak seharusnya melukai gengsi orang baik dalam tindakan maupun perkataan justru karena watak mulia dan bijaksananya inilah di kemudian hari ia dapat menjadi seorang pemimpin dunia persilatan yang dihormati dan disegani baik oleh orang-orang kalangan Hek-to maupun oleh orang-orang golongan Pek to.
Berkilatlah mata Liong-heng pat-ciang Tham Beng, tiba-tiba ia putar badan, lalu membentak nyaring "Sudahkah kalian dengar perkataan Hiu-taysianseng tadi?"
Melengak semua jago mendengar pertanyaan itu, dalam pada itu Tham Beng telah membentak pula.
"Sebelum menang atau kalah dalam pertaruhan mereka diketahui. barangsiapa berani berbuat hal2 yang tidak menguntungkan Leng-kok siang bok, itu sama artinya dengan tidak memberi muka kepada aku Liong heng-pat-ciang."
Meskipun dengan alasan ini ia bermaksud menyelamatkan muka sendiri, tapi ucapan itu cukup kereng dan gagah.
Maka ketika para jago menyatakan kesanggupannya air muka Liong-heng-pat-ciang pun pulih kembali dengan senyuman ramahnya ia berkata lagi.
Aku dan Hui-taysianseng telah berhubungan selama dua keturunan, maka setiap perkataan yang di ucapkan Hui-taysianseng sama pula seperti apa yang kuucapkan sendiri barang siapa merasa dirinya sebagai sahabat Tham Beng, untuk selanjutnya juga harus menganggap Hui taysiansecg sebagai sahabatnya"
Demi mempertahankan gengsi dan kedudukan sendiri, mau-tak mau ia harus mengangkat tinggi juga kedudukan Hui Giok. Sekali lagi para jago menyambut seruan itu dengan sorak gegap gempita. Hui Giok terharu sekali atas kejadian ini.
"Ai bagaimanapun juga, paman Tham memang baik kepadaku!"
Demikian pikirnya.
sementara itu Liong heng pat-ciang telah berpaling dengan wajah berseri di genggamnya tangan pemuda itu erat-erat, lalu berkata "Giok-ji, paman betul-betul ikut merasa gembira atas kesuksesan yang kau capai sekarang, arwah ayahmu di alam baka tentu juga akan ikut bergembira menyaksikan keberhasilanmu ini."
Waktu bicara tampak sikapnya amat simpatik, seakan-akan ucapan tersebut betul-betul timbul dari lubuk hatinya.
Hui C'iok merasakan hawa hangat yang terpancar masuk lewat tangan orang yang lebar, apa lagi menyinggung soal ayahnya, Hui Giok semakin terharu, ia termangu sesaat lamanya, dengan tergegap ia berkata "Budi kebaikan paman Tham tak ternilai tingginya, selama hidup keponakan tak akan melupakannya"
Liong heng-pat-ciang Tham Beng menghela napas panjang, katanya.
Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ai, walaupun kedudukan kita sekarang tampaknya bermusuhan tapi pada hakikatnya semua itu adalah hasil permainan busuk kaum keroco dunia persilatan. Kuharap sikapmu kepadaku selanjutnya masih juga seperti dulu, bila kau merasa orang orang lain bersikap dingin dan kejam kepadarnu, pulanglah ke rumahku, paman Tham akan menyambut kedatanganmu dengan senang hati."
Perkataan yang penuh kehangatan membuat Hui Giok sangat terharu, air mata pun berlinang2.
Adegan ini tentu saja membikin tercengang kawanan jago lainnya.
mereka tidak mengerti kenapa Tham-congpiautau dari Hui liong-piaukiok bisa bersikap begitu mesranya dengan Bengcu perserikatan orang-orang Kanglam sesudah berlangsungnya pertarungan tadi.
Go Peng dan si Jengger Ayam Pau Siau-thian yang berdiri di tengah kerumunan orang banyak itu saling pandang sekejap, saling memberi isyarat, Lalu Pau Siau-thiam juga melirik sekejap ke arah Koan jiya.
Koan-jiya manggut-manggut setelah menghela napas a berkata.
"Ya, pada hakekatnya dunia persilatan itu seperti satu keluarga besar, jika Tham-cong-piautau bisa bekerja sama dengan Huitaysianseng, hal ini sungguh merupakan suatu peristiwa yang patut digirangkan. Pau Siau-thian dan Go Peng mendengus, tapi Koan-jiya pura2 tidak mendengar. Setelah pertarungan berakhir, untuk menyatakan perguruannya juga berhubungan intim dengan Tham-congpiautau, sebetulnya dia ingin maju ke muka dan mengucapkan beberapa kata yang dapat meningkatkan martabatnya di mata umum. Tapi sebelum Koan-jiya maju ke muka, Liong heng-pat-ciang Tham Beng telah menggenggam tangan Hui Giok kencang2 dan berkata lagu "Setelah lama berpisah sebenarnya aku ingin berkumpul lebih lama denganmu tapi apa daya kalau urusan lain sedang menunggu penyelesaianku, mau tak mau aku harus pergi lebih dulu Baiklah, bila urusan telah selesai semua, tentu aku akan mengajak kau bercakap2 sepuasnya."
Saking terharunya, waktu itu Hui Giok merasakan tenggorokannya seperti tersumbat, sepatah katapun tak mampu diucapkan, dia hanya manggut belaka.
Dengan dingin Liong beng pat-ciang mengerling sekejap ke arah Leng-kok-siang-bok, seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat itu segera dibatalkan.
"Aku pergi dulu!"
Akhirnya dia berseru. Sekali lagi ia genggam tangan Hui Giok sebelum pergi, tapi beberapa langkah kemudian tiba2 ia berpaling dan menambahkan.
"Bun-ki baik2 saja ia sering membicarakan tentang dirimu."
Hui Giok sedang mengantar kepergian sang paman dengan langkah pelahan, demi mendengar perkataan itu dia merandek dan tertegun.
"Benarkah dia masih memikirkan diriku ? Masa ia masih ingat padaku?"
Semua sikap dan bayangan orang seolah-olah meninggalkan dia, kini yang tersisa hanya bayangan tubuh "Tham Bun ki.
Bagaimana menderitanya, betapapun sedih dan betapa ia berusaha melupakannya namun kenangan itu ternyata sudah terukir dalam2 di lubuk hatinya.
Meski kenangan itu sudah lama lalu namun kenangan lama itu terasa masih baru, ia terbayang kembali pemandangan dalam taman rumput yang hijau, bunga beraneka warna menyiarkan bau harum semerbak, di situlah ia bermain gundu dengan Tham Bun-ki.
Betapa murninya perasaan itu, sekalipun ia akan mendapatkan segalanya namun saat-saat yang manis, saat2 yang mesra itu tak mungkin kembali lagi, sekalipun ia dapat mempelajari segala kepandaian, segala pengetahuan, namun ia tak akan berhasil mendapatkan cinta yang suci dan polos seperti itu.
Selama hidup manusia hanya mengalami satu kali cinta pertamanya, seperti juga hanya sekali saja manusia mengalami kelahiran dan kematiannya.
Dengan termangu-mangu ia berdiri di situ hampir saja lupa di manakah ia berada waktu itu.
Ketika ia menengadah, tahu-tahu Leng-kok-siang-bok telah berdiri berjajar di hadapannya, sedang Liong - heog - pat - ciang entah ke mana perginya.
Leng Han-tiok sedang menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca karena air mata.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Tegurnya kemudian sambil menghela napas.
"Kenangan lama,"
Hui Giok tertawa pedih.
"Aku sedang membayangkan kenangan lama."
Tiba tiba ia bertanya "Apakah kalian juga pernah memenangkan kejadian masa lalu?"
Kedua Leng bersaudara saling pandang sekejap, lalu mengangguk.
"Setiap orang tentu mempunyai kenangan"
Kata Hui Giok lebih jauh.
"ada yang mempunyai kenangan manis, ada yang mempunyai kenangan pahit, kenangan manis ibaratnya sejumlah kekayaan, jika kekayaan dapat ludes, maka kenangan tak akan lenyap untuk selamanya. Kenangan orang yang miskin terkadang jauh lebih berharga daripada kenangan orang kaya, percayakah kau akan hal ini?"
"Ya, benar!"
Kedua Leng bersaudara menghela napas sambil mengangguk. Setelah termenung sebentar, Hui Giok berkata lebih jauh.
"Ada orang yang berjuang sepanjang hidupnya dan berhasil mendapatkan nama, kedudukan dan kekayaan seperti yang diharapkan, tapi bila memandang ke belakang, ternyata kenangannya penuh dengan penderitaan dan penghinaan, sebaliknya ada yang hidup sengsara, tapi dikala usia lanjut, ketika ajal hampir tiba, ia mempunyai banyak kenangan indah. Coba bayangkanlah manusia yang manakah yang lebih bahagia di antara ke dua jenis manusia itu?"
Kedua Leng bersaudara termenung, sebelum mereka memberikan jawaban, tiba2 terdengar suara gelak tertawa yang amat nyaring berkumandang memecah kesunyian. Hui Giok terkejut dan berpaling "Siapa?"
Hardiknya.
"Hahaha, Hui-taystanseng, baik-baikkah selama ini?"
Gelak tertawa seseorang kembali menggema di angkasa.
Berbareng dengan berakhirnya gelak tertawa itu.
dari balik batu di kegelapan sana muncul sesosok bayangan dengan gerakan cepat ia melayang tiba.
Orang ini berperawakan tinggi besar, jenggotnya berkibar terembus angin, tangan kirinya memegang kipas, Hui Giok segera kenal orang ini sebagai Sin-jiu Cian Hui yang sudah berpisah hampir setahun lamanya.
Baru saja kawanan jago mengantar kepergian Liong-heng-pat-ciang Tham Beng, kini mendadak muncul lagi Sin-jiu Cian Hui, semua orang menjadi gempar, siapapun tak menyangka pemilik perkampungan Long-bong-san-ceng yang jauh terletak di Kanglam bisa datang ke wilayah Tionggoan sini.
Hal ini seakan-akan telah membuktikan dugaan-dugaan mereka tadi, yaitu lima puluh lima jiwa penghuni kantor Hui liong-piaukiok cabang Kanglam betul-betul telah dibantai oleh Sin-jiu.
Setibanya di tengah arena, Sinjiu Cian Hui memandang sekejap sekeliling tempat itu, sambal terbahak-bahak, kemudian serunya lagi.
"Hahaha betul-betul sangat ramai, tak pernah kusangka di tempat sepi ini bakal bertemu dengan sahabat sebanyak ini, hal ini sungguh sangat menyenangkan. Setelah terbahak-bahak, sinar matanya beralih kembali ke arah Hui Giok dan mengamatinya dan atas sampai ke bawah lalu sambil tertawa nyaring, katanya lebih jauh.
"Tapi kejadian yang paling menggembirakan hatiku adalah kemampuan Beng toako dan Perserikatan orang-orang Kanglam kita yang sanggup menggempur mundur Liong-heng pat-ciarig Tham Beng hanya dengan dua tiga patah kata saja, hahaha, kejadian ini betul-betul suatu peristiwa yang menggembirakan Liong-heng-pat-ciang ternyata kecundang di daerah Tionggoan. Dari gelak tertawanya yang nyaring dapat diketahui betapa gembiranya karena kejadian tersebut. Hui Giok jadi melengak "0h. jadi Cian-cengcu sudah datang sejak tadi?"
"Hahaha! Memang aku sudah datang sejak tadi, tapi lantaran tak tega menyaksikan kejengahan Liong-heng-pat-ciang, maka sampai kini baru unjuk diri Hahaha... mulai sekarang, Perserikatan orang-orang Kanglam kita benar-benar boleh berbangga diri dalam dunia persilatan, sebab kita mempunyai seorang Bengcu-toako yang maha sakti."
Dari nada perkataannya itu dia melukiskan mundurnya Liong-heng-pat-ciang disebabkan jeri pada kehebatan kungfu Hui Giok seketika juga para jago yang sebagian besar terdiri dan orangorang Perserikatan Kanglam berrsorak-sorai memberikan sambutan yang meriah.
Sorak-sorai yang gegap gempita itu berkumandang hingga jauh, terdengarlah teriakan nyaring "Hidup Hui-taysianseng! Nama besarmu menggetarkan seluruh dunia, perserikatan orang-orang Kanglam merajai persilatan!"
Bagaikan api yang membakar hutan kering, dalam sekejap mata teriakan itu telah menjalar ke mana2, tersiar ke seluruh dunia persilatan.
Angin malam berembus kencang, api unggun berkobar, suara yang gegap gempita itu menimbulkan pergolakan darah panas di dada Hui Giok.
Teriakan itu bagaikan ombak samudera yang menumbuk batu2 karang, menumbuk hati sanubari Hui Giok.
Gulungan ombak menghanyutkan noda dan lumut di atas karang, sorak-sorai yang menghanyutkan kemurungan dan kesedihan hati Hui Giok, pelahan wajahnya kembali berseru sinar tajam kembali terpancar dan balik matanya.
Dengan pandangan tajam Sin jiu Cian Hui mengawasi perubahan air mukanya.
bagaikan seekor binatang buas yang siap menerkam mangsanya dan tiba-tiba diketahui sasarannya telah berubah menjadi seorang pemburu yang cekatan dan berpengalaman, sedikitpun tak berani melemaskan pengamatannya atas perubahan yang terjadi pada wajah Hui Giok.
Pedang Abadi -- Khu Lung Pedang Abadi -- Khu Lung Pedang Abadi -- Khu Lung