Kekaisaran Rajawali Emas 1
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung Bagian 1
Kekaisaran Rajawali Emas Karya dari Khu Lung
Tiraikasih WEBSITE
http.//kangzusi.com
Tiraikasih WEBSITE
http.//kangzusi.com PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.
Kekaisaran Rajawali Emas, Pendekar 4 Alis Buku 1 Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khulung Prolog Pendahuluan Lu Xiao Feng adalah seseorang, orang yang tak akan pernah kamu lupakan seumur hidupmu.
Dalam kehidupannya yang luar biasa dan aneh, ia telah melihat banyak orang-orang luar biasa dan aneh serta peristiwa-peristiwa yang aneh dan luar biasa.
Mungkin lebih aneh dan luar biasa dari apa yang pernah kamu dengar di manapun.
Maka, sekarang aku ingin memperkenalkan beberapa orang kepadamu, dan lalu berlanjut ke cerita mengenai mereka.
Kacang Gula Nenek Xung Bulan tampak bundar; kabut pun tebal.
Tertutup oleh kabut yang tebal, bulan purnama tampak kelam dan sunyi, cukup untuk mematahkan hati seorang manusia.
Tapi Zhang Fang dan teman-temannya tidak ingin menikmati pemandangan itu, mereka hanya ingin berjalan-jalan tanpa mengkhawatirkan apa-apa.
Mereka baru selesai mengantarkan barang dari tempat yang sangat jauh; mereka juga baru saja minum anggur.
Semua ketegangan dan kerja keras telah selesai.
Mereka merasa santai, tanpa rasa cemas dan bahagia.
Saat itulah mereka melihat Nenek Xung.
Nenek Xung tiba-tiba muncul dari kabut seperti hantu.
Dia seolah-olah membawa batu tak terlihat yang luar biasa besarnya di punggungnya, membebaninya sedemikian rupa sehingga seluruh tubuhnya membungkuk.
Pinggangnya seolah-olah akan patah.
Di tangannya ada sebuah keranjang bambu yang sangat tua; keranjang itu tertutup rapi oleh sehelai kain katun yang sangat tebal.
"Apa yang ada di dalam keranjang itu?"
Seseorang bertanya. Dengan suasana hati mereka seperti sekarang, mereka akan tertarik pada apa saja. "Kacang gula."
Wajah Nenek XUng yang penuh keriput mengembangkan sebuah senyuman.
"Kacang gula yang manis dan panas, hanya 10 farthing sekatinya." (Satu kati sama dengan 1/2 kg) "Kami ambil 5 kati, masing-masing 1 kati."
Kacang gula itu benar-benar panas, dan benar-benar manis.
Tapi Zhang Fang hanya makan satu.
Ia tidak pernah suka kacang; di samping itu, ia telah banyak minum.
Ia baru makan sebuah kacang waktu perutnya mulai terasa sangat sakit, seolah-olah ia akan roboh.
Ia belum roboh waktu ia melihat bahwa teman-temannya tiba-tiba berjatuhan.
Setelah roboh, tubuh mereka segera mengejang sementara busa putih mulai PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.
Kekaisaran Rajawali Emas, muncul di sudut mulut mereka.
Busa putih itu tiba-tiba berubah menjadi merah, menjadi darah! Nenek Xung masih berdiri di sana, memandang mereka, senyuman di wajahnya tiba-tiba tampak sangat menakutkan.
"Ada racun di kacang gula itu!"
Zhang Fang mengertakkan giginya dan ingin menghambur ke arah perempuan itu.
Tapi saat itu ia merasa seolah-olah tidak ada kekuatan yang tersisa dalam dirinya.
Ia ingin mematahkan leher nenek ini, tapi ia sendiri yang roboh di kakinya.
Ia tiba-tiba melihat bahwa tersembunyi di balik gaun panjang nenek itu, dia mengenakan sepasang sepatu merah bersulam.
Merah seperti yang dipakai oleh pengantin perempuan di hari pernikahannya.
Tapi sepatu itu bukan bersulamkan sepasang angsa, tapi seekor burung hantu.
Mata burung hantu itu hijau, seolah-olah menatap Zhang Fang, mengejek kedunguan dan ketololannya.
Zhang Fang tersentak.
Nenek Xung tertawa dan berkata.
"Rupanya kamu anak nakal yang suka melihat kaki perempuan."
Zhang Fang berusaha mengangkat kepalanya dan bertanya.
"Kenapa kau bermusuhan dengan kami?"
Nenek Xung tertawa dan menjawab.
"Anak bodoh, aku tidak pernah melihat kalian sebelumnya, bagaimana aku bisa bermusuhan dengan kalian?"
Zhang Fang mengertakkan giginya dan bertanya.
"Lalu mengapa kau membunuh kami?"
Nenek Xung menjawab dengan santai.
"Tidak ada alasan sebenarnya, aku hanya ingin membunuh."
Ia memandang ke arah kabut yang tampak samar dan bulan yang sunyi dan menjawab dengan lambat.
"Bila bulan sedang purnama, aku ingin membunuh!"
Zhang Fang memandangnya terbelalak, matanya penuh dengan rasa ketakutan dan amarah.
Ia ingin sekali menggigit tenggorokan perempuan itu.
Tapi tiba-tiba, seperti hantu, nenek ini menghilang dalam kabut yang tebal.
Kabut tetap tebal dan samar-samar, dan bulan bertambah bundar.
Hwesio Jujur Matahari tenggelam di barat sementara angin musim gugur meniup buluh-buluh tumbuhan air di rawa-rawa itu.
Tidak ada jejak-jejak manusia di tepi rawa.
Hanya seekor burung gagak yang terbang mendekat dan semakin dekat, akhirnya mendarat pada sebuah tiang kayu di tepi rawa yang biasanya digunakan untuk mengikat perahu.
Tempat ini adalah sebuah dermaga yang sunyi, dan sekarang perahu itu telah berangkat untuk penyeberangan terakhir kalinya.
Orang yang mengemudikan perahu itu adalah seorang lelaki yang sangat tua, bahkan jenggotnya pun telah putih.
Setiap hari selama 20 tahun ini, ia telah bolak-balik di antara kedua tepi rawa di atas perahu miliknya itu.
Tidak banyak lagi dalam hidup ini yang bisa membuatnya bahagia, kecuali minum dan judi.
Tapi malam ini ia bersumpah tidak akan berjudi.
Karena sekarang ada seorang hwesio di perahunya.
Hwesio ini tampak sangat alim, sangat jujur, tapi hwesio tetaplah hwesio.
Setiap kali melihat hwesio, ia akan kehilangan semua uang yang dimilikinya.
Hwesio Jujur ini duduk dengan sangat khusyuk di sudut perahu, menatap kakinya sendiri, kaki yang sangat kotor.
Di kakinya yang sangat kotor, ia memakai sepasang sandal jerami yang sangat usang.
Penumpang lain duduk sejauh mungkin darinya, seolah-olah mereka takut kutu-kutu di tubuhnya akan pindah kepada mereka.
Hwesio Jujur tidak berani memandang yang lain, bukan hanya ia seorang yang jujur, ia juga sangat pemalu.
Bahkan waktu penjahat-penjahat itu melompat ke atas perahu, ia juga tidak menoleh, hanya mendengar teriakan-teriakan terkejut para penumpang diikuti oleh suara 4 orang melompat ke haluan perahu.
Lalu ia PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.
Kekaisaran Rajawali Emas, mendengar para penjahat mengancam dengan sengit.
"Kami adalah pahlawan-pahlawan Sekte Ular Air, kami hanya ingin uang dan bukan nyawa, jadi kalian tidak perlu takut, serahkan saja semua uang dan barang-barang berharga kalian dan semuanya akan beres."
Matahari terbenam menyinari golok-golok di tangan mereka, pantulan dari golok-golok itu menerangi bagian dalam perahu.
Di dalam perahu, laki-laki gemetaran dan yang perempuan menangis, semakin banyak uang mereka, semakin keras mereka gemetaran, semakin sedih tangis mereka.
Hwesio Jujur masih duduk di sana dengan kepala tertunduk, memandang kakinya sendiri.
Tiba-tiba, ia melihat sepasang kaki lain, sepasang kaki yang memakai sepatu boot yang bersih dan tebal, berdiri tepat di depannya.
"Giliranmu, serahkan!"
Hwesio Jujur ini tampaknya tidak mengerti apa yang ia katakan dan bergumam. "Apa yang kau ingin aku serahkan?"
"Selama ada nilainya, serahkan semua!"
"Tapi aku tidak punya apa-apa."
Kepala Hwesio Jujur semakin menunduk. Ia melihat bahwa orang itu seperti akan menendang dirinya tapi ditarik mundur oleh temannya.
"Lupakan saja, hwesio kotor ini tampaknya bukan orang yang punya uang, mari kita keluar dari sini."
Mereka datang dengan cepat, dan pergi dengan cepat, semua penjahat memang kurang percaya pada diri sendiri.
Dengan segera bagian dalam perahu itu menjadi kacau, ada yang berjingkrak-jingkrak, ada yang mencaci-maki, bukan hanya memaki para penjahat, tapi si hwesio juga.
"Melihat hwesio benar-benar mendatangkan nasib buruk!"
Mereka tampaknya tidak perduli bahwa si hwesio bisa mendengar makian mereka, tapi si Hwesio Jujur tampaknya tidak mendengar mereka.
Ia masih duduk di sana dengan kepala tertunduk, raut wajahnya tampak berubah-ubah, tiba-tiba ia melompat bangkit dan berlari ke haluan perahu.
Di haluan perahu ada sepotong papan, papan itu biasanya digunakan sebagai jembatan saat perahu berlabuh di dermaga.
Hwesio Jujur meraup papan itu memukulnya pelan, papan kayu setebal 3 inci itu terbelah menjadi 5 atau 6 potong.
Semua orang di perahu itu terkejut.
Hwesio Jujur melemparkan potongan pertama, potongan itu baru saja mendarat di air ketika ia melesat, ujung kakinya baru saja mendarat dengan lembut di atas potongan kayu itu waktu potongan kedua dilemparkan.
Ia tampak seperti capung di permukaan air, sesudah 4 atau 5 lompatan di air, ia telah berhasil mengejar perahu Sekte Ular Air yang menjauh.
Para pahlawan Sekte Ular Air baru saja menghitung pendapatan mereka hari ini waktu mereka melihat seseorang melompat dengan perlahan ke haluan perahu seperti seorang malaikat, itu adalah si hwesio kotor.
Bukan hanya mereka belum pernah melihat kungfu seperti ini sebelumnya, bahkan mendengarnya saja belum.
"Jadi hwesio ini menyembunyikan dirinya, menunggu sampai kami telah mendapatkan uang sebelum ia mengganggu kami."
Telapak tangan mereka telah basah dengan keringat dingin dan mereka berharap bahwa hwesio ini hanya ingin uang mereka dan bukan nyawa mereka.
Tidak seorang pun dari mereka yang membayangkan kalau si hwesio tiba-tiba berlutut di depan mereka dan berkata dengan sopan.
"Aku punya 4 tael perak, sebenarnya aku bermaksud membeli satu set pakaian dan sepasang sandal jerami, itu pun sebenarnya sudah terlalu tamak."
Ia mengeluarkan perak itu dan meletakkannya di kaki mereka, dan lalu meneruskan.
"Di samping itu, hwesio seharusnya tidak berdusta, tapi aku telah berdusta kepada kalian, sekarang aku hanya memohon ampunan kalian. Bila pulang nanti aku akan menghadap tembok dan memikirkan semua ini di hadapan sang Buddha selama paling sedikit 3 bulan untuk menghukum diriku sendiri."
Semua penjahat itu terheran-heran, mereka tidak berani mengatakan apa-apa. PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Kepala Hwesio Jujur menunduk ketika ia berkata.
"Jika para pahlawan tidak mengampuniku, maka aku tidak punya pilihan selain berlutut di sini."
Siapa yang menginginkan orang seperti ini di atas perahu? Akhirnya seseorang mengumpulkan keberaniannya dan berkata.
"Baiklah, kami... kami... mengampunimu."
Kalimat itu seharusnya dikatakan dengan keyakinan penuh, tapi waktu orang ini mengatakannya, suaranya seperti orang tercekik.
Kebahagiaan tiba-tiba muncul di wajah Hwesio Jujur, (Duk! Duk! Duk!) ia bersujud 3 kali di geladak perahu, bangkit dengan lambat, tiba-tiba melompat sejauh 20 meter ke tepi rawa, dan menghilang.
Semua orang berdiri dengan kaget di haluan perahu, mereka hanya bisa saling berpandangan, lalu memandang uang perak tadi.
Entah sudah berapa lama, seseorang akhirnya menarik napas panjang dan berkata.
"Kalian kira dia benar-benar seorang hwesio?"
"Apa lagi jika dia bukan hwesio?"
"Malaikat, malaikat yang nyata."
Keesokan paginya, seseorang menemukan bahwa 18 anggota ternama Sekte Ular Air mati di tempat tidur mereka.
Semuanya tampaknya mati dengan damai, tidak ada luka maupun racun ditemukan, tidak seorang pun sanggup membayangkan bagaimana mereka bisa mati.
Xi Men Chui Xue Xi Men Chui Xue tidak meniup salju, ia meniup darah.
Darah yang ada di pedangnya.
("Chui"
Berarti tiup.
"Xue"
Berarti salju, tapi lafalnya sama dengan darah.
Ini permainan kata-kata yang sangat cerdas).
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Air di bak mandi masih hangat dan masih tersisa harumnya bunga melati.
Xi Men Chui Xue baru saja mandi dan membasuh kepalanya, ia telah membasuh setiap bagian tubuhnya sampai bersih.
Sekarang Xiao-Hong sedang menyisir rambutnya, sementara Xiao-Cui dan Xiao-Yu sedang memotong dan membersihkan kukunya.
Xiao-Yun telah menyiapkan seperangkat baju baru untuk dipakainya, semuanya putih mulai dari pakaian dalam hingga kaus kaki, putih seperti salju.
Mereka semua adalah pelacur terkenal di kota itu, semuanya sangat cantik, sangat muda, mereka semua tahu bagaimana caranya menyenangkan laki-laki - menyenangkan laki-laki dalam segala cara.
Tapi Xi Men Chui Xue hanya memilih satu cara.
Ia tidak pernah menyentuh mereka.
Ia telah berpuasa selama 3 hari.
Karena ia akan melakukan sesuatu yang ia percaya merupakan hal yang paling mulia di dunia.
Ia akan membunuh seseorang! Namanya Hong Tao.
Xi Men Chui Xue tidak kenal orang itu, juga belum pernah melihatnya.
Xi Men Chui Xue akan membunuhnya hanya karena dia telah membunuh Zhao Gang.
Semua orang tahu bahwa Zhao Gang adalah orang yang sangat lurus dan setia, lelaki sejati di antara manusia.
Xi Men Chui Xue tahu hal itu juga, tapi ia juga tidak kenal Zhao Gang, belum pernah melihatnya juga.
Ia telah menempuh ribuah kilometer, berkuda selama 3 hari di bawah terik matahari, tiba di kota yang tidak ia kenal ini, mandi, puasa selama 3 hari, hanya untuk membalas dendam bagi seseorang yang tidak pernah ia temui sebelumnya dengan membunuh seorang lainnya yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.
Hong Tao memandang Xi Men Chui Xue, ia tidak percaya ada orang seperti ini di dunia yang akan melakukan hal seperti ini.
Pakaian Xi Men Chui Xue putih seperti salju sementara ia berdiri dengan tenang di bawah Pintu Gerbang Barat, menunggu Hong Tao menghunus goloknya.
("XiMen"
Berarti Pintu Gerbang Barat, jadi kata ini juga permainan kata-kata dari nama Xi Men Chui Xue.) Sebagian besar orang di dunia persilatan tahu tentang Hong Tao si Golok Kilat.
PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.
Kekaisaran Rajawali Emas, Jika goloknya tidak benar-benar secepat kilat.
"Satu Golok Mengguncangkan 9 Propinsi"
Zhao Gang tidak akan mati di bawah goloknya. Hong Tao membunuh Zhao Gang karena 5 kata itu.
"Satu Golok Mengguncangkan 9 Propinsi", 5 kata, 1 nyawa! Xi Men Chui Xue hanya mengucapkan total 4 kata! Hong Tao bertanya mengapa ia datang, ia hanya menjawab.
"Untuk membunuhmu!"
Hong Tao lalu bertanya "Kenapa", ia menjawab.
"Zhao Gang!"
Hong Tao bertanya.
"Apakah engkau teman Zhao Gang?"
Ia hanya menggelengkan kepalanya. Hong Tao bertanya.
"Jadi kau datang untuk membunuhku hanya karena seseorang yang tidak pernah kau temui?"
Ia hanya mengangguk.
Ia datang untuk membunuh, bukan untuk bicara.
Wajah Hong Tao berubah warna, ia sudah tahu siapa orang ini, ia telah mendengar ilmu pedangnya dan sikapnya yang aneh.
Kelakuan Xi Men Chui Xue memang aneh, ilmu pedangnya juga aneh.
Bila ia memutuskan untuk membunuh seseorang, ia telah mempersiapkan diri untuk 2 kemungkinan dan hanya 2! "Kau yang mati, atau aku yang mati!"
Sekarang Hong Tao tahu bahwa ia hanya punya 2 kemungkinan pilihan ini, ia tidak punya pilihan lain.
Angin barat menghembus jalan raya sementara daun-daun melayang dengan perlahan.
Di halaman bagian dalam tembok tinggi itu, sekelompok burung gagak tiba-tiba terbang ke arah matahari terbenam di barat.
Hong Tao tiba-tiba menghunus goloknya dan dengan kecepatan kilat menyerang sebanyak 8 kali.
Zhao Gang mati di bawah "8 Gerakan Kilat Membelah Pualam"
Ini. Sayangnya "Membelah Pualam"
Ini seperti ilmu pedang lainnya di dunia, dia punya celah.
Hanya celah kecil.
Maka Xi Men Chui Xue hanya menusuk sekali, satu tusukan cukup untuk menembus tenggorokan Hong Tao.
Waktu ia menarik kembali pedangnya, ada darah di pedang tersebut.
Xi Men Chui Xue meniup pedangnya dengan lembut, dan lalu darah menitik setetes demi setetes, jatuh di sehelai daun kuning di atas tanah.
Waktu daun itu melayang terhembus angin barat, Xi Men Chui Xue telah menghilang di keremangan senja, menghilang bersama angin barat....
Hua Man Lou Bunga-bunga segar menghiasi bangunan itu.
Hua Man Lou sangat menyukai bunga-bunga segar, persis seperti bagaimana ia mencintai kehidupan.
Pada waktu senja, ia suka duduk dekat jendela dengan matahari terbenam bersinar, membelai lembut kelopak bunga yang halus seperti bibir sang kekasih dan menikmati harum bunga yang wangi seperti napas kekasih.
Sekarang sedang senja, matahari terbenam terasa hangat, angin semilir pun terasa lembut.
Bangunan itu damai dan sepi, ia duduk di dekat jendela sana sendirian, hatinya penuh dengan rasa syukur, syukur kepada Tuhan karena memberinya kehidupan, mengijinkannya menikmati kehidupan manusia yang demikian indah.
Tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki bergegas di tangga.
Seorang gadis berumur 17 atau 18 tahun bergegas menaiki tangga, raut wajahnya panik, napasnya pun terengah-engah.
Walaupun ia tidak terlalu cantik, tapi ia memiliki sepasang mata yang besar dan cemerlang, sayangnya mata itu sekarang penuh dengan perasaan ngeri dan panik yang luar biasa.
Hua Man Lou berpaling dan menghadapinya.
Ia tidak kenal gadis itu, tapi ia tetap bersikap sangat sopan dan penuh perhatian.
"Ada apa, Nona?"
Gadis itu menarik napas dan menjawab.
"Ada yang mengejarku, bolehkah aku bersembunyi di sini sebentar?"
"Ya!"
Hua Man Lou tampaknya sama sekali tidak memikirkan jawabannya.
Tidak ada siapa-siapa di lantai bawah, pintu depan memang selalu terbuka, jelas PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.
Kekaisaran Rajawali Emas, gadis ini berlari masuk karena paniknya saja.
Tapi, bahkan jika dia seekor serigala terluka yang lari dari seorang pemburu pun, Hua Man Lou akan mengijinkannya masuk.
Pintunya selalu terbuka, karena, tidak perduli siapa pun yang datang kepadanya, ia akan menyambutnya.
Mata gadis itu memandang sekeliling ruangan, tampaknya mencari tempat yang aman untuk bersembunyi.
Hua Man Lou meyakinkan dirinya dengan lembut.
"Kamu tidak perlu sembunyi lagi, selama kamu di sini, kamu aman."
"Benarkah?"
Gadis itu mengedip-ngedipkan matanya, seolah-olah tidak mempercayai dirinya.
"Bukan hanya orang yang mengejarku itu jahat dan keji, dia juga membawa golok, dia bisa membunuh orang kapan saja!"
Hua Man Lou tersenyum dan menjawab.
"Aku jamin dia tidak akan membunuh di sini."
Masih merasa tidak yakin, gadis itu hendak bertanya.
"Kenapa?"
Tapi ia tidak sempat bertanya, laki-laki yang memburunya telah tiba di gedung itu dan berlari menaiki tangga.
Tubuhnya tinggi dan besar sekali, tapi gerakannya sangat cepat dan gesit saat menaiki tangga.
Ia benar-benar membawa sebatang golok, matanya juga memancarkan sinar kejam dan tajam seperti pisau.
Ketika ia melihat gadis itu, ia segera berseru.
"Sekarang kita lihat ke mana kau bisa lari."
Gadis itu berlari ke belakang Hua Man Lou, Hua Man Lou tersenyum.
"Sekarang dia ada di sini, ia tidak perlu lari lagi."
Orang itu menatapnya, melihat bahwa ia tidak lebih dari seorang pemuda yang tampan dan halus, orang itu tertawa dan berkata.
"Kau tahu siapa bapakmu ini? Berani-beraninya kau mengganggu urusan bapakmu!"
Hua Man Lou masih tenang dan sopan.
"Siapa kamu?"
Orang itu mengangkat pundaknya dan menjawab.
"Bapakmu ini adalah Raja Golok Bunga Cui Yi Dong, kuberi kau satu bacokan, tubuhmu akan punya satu lubang lagi." {Masih permainan kata-kata.
"YiDong"
Berarti satu lubang.} Hua Man Lou menjawab.
"Beribu-ribu maaf, aku tidak pernah mendengar namamu yang terhormat sebelumnya, tubuhku pun tidak perlu lubang tambahan, aku tidak ingin lubang lagi, baik yang kecil maupun yang besar."
Gadis itu tidak bisa menahan tawanya yang nyaring. Wajah Cui Yi Dong berubah warna, tiba-tiba ia menjerit.
"Kau akan mendapatkannya biarpun kau tidak ingin!"
Ia menggetarkan goloknya, sementara sinarnya masih berkeredep, goloknya telah menusuk ke perut Hua Man Lou.
Hua Man Lou tidak menggerakkan tubuh sama sekali, hanya 2 jarinya saja.
Ia tiba-tiba menggerakkan tangannya, dan kedua jari itu langsung menjepit golok tersebut.
Golok itu seolah-olah berakar di antara kedua jarinya.
Cui Yi Dong menarik dengan seluruh kekuatannya, tapi ia masih tidak mampu menarik kembali goloknya.
Hua Man Lou masih tersenyum.
"Jika kamu ingin meninggalkan golokmu di sini, aku akan menjaganya, pintuku selalu terbuka, kamu bisa datang kapan saja untuk mengambilnya kembali."
Cui Yi Dong sudah penuh dengan keringat dingin, tiba-tiba ia menghentakkan kakinya ke lantai, melepaskan golok, dan lari menuruni tangga tanpa melihat ke belakang lagi.
Larinya jauh lebih cepat daripada waktu naik tadi.
Seperti suara lonceng, gadis itu tertawa, ia memandang Hua Man Lou dengan kagum dan heran.
"Aku tidak tahu kalau kau mempunyai kemampuan sehebat itu."
Hua Man Lou tersenyum dan menjawab.
"Bukan aku yang mempunyai kemampuan hebat, tapi dia sendiri yang tidak punya kemampuan!" PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Gadis itu menjawab.
"Siapa bilang dia tidak punya kemampuan? Banyak orang di dunia persilatan tidak mampu mengalahkan dia, termasuk aku."
Hua Man Lou bertanya.
"Kamu?"
Gadis itu menjawab.
"Walaupun aku tidak bisa mengalahkannya, tapi banyak juga orang yang tidak bisa mengalahkan aku, aku Shang Guan Fei Yan dari selatan sungai besar."
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri dan menarik napas.
"Tentu kau tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya!"
Hua Man Lou berjalan dan meletakkan golok di tangannya itu dengan perlahan di atas sebuah meja dekat dinding, ia tiba-tiba berpaling dan bertanya.
"Kenapa dia mengejarmu?"
Shang Guan Fei Yan menggigit bibirnya dan bimbang sebentar, akhirnya ia tersenyum dan berkata.
"Karena aku mencuri sesuatu miliknya."
Hua Man Lou tidak terkejut atau heran, ia tertawa. Shang Guan Fei Yan segera meneruskan.
"Walaupun aku pencuri, tapi dia seorang bandit, aku tidak pernah mencuri dari orang baik-baik, hanya dari bandit."
Ia menundukkan kepalanya dan mengintip Hua Man Lou dari sudut matanya, lalu ia berkata.
"Aku hanya berharap engkau tidak memandang rendah diriku, kau jangan membenciku."
Hua Man Lou tersenyum.
"Aku menyukaimu, aku suka orang yang berkata jujur."
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Shang Guan Fei Yan mengedip-ngedipkan matanya.
"Bisakah orang yang berkata jujur tinggal di sini lebih lama?"
Hua Man Lou menjawab.
"Tentu saja."
Shang Guan Fei Yan yang tampaknya sudah agak lega berujar dengan manis. "Aku merasa jauh lebih baik sekarang, tadi aku benar-benar takut kalau kau mengusirku keluar."
Ia berjalan menghampiri jendela dan menarik nafas dalam-dalam, udara penuh dengan harum bunga. Di luar hari mulai gelap, tapi di dalam telah benar-benar gelap. Shang Guan Fei Yan menarik nafas perlahan.
"Hari ini berlalu begitu cepat, sekarang sudah gelap lagi."
Hua Man Lou menjawab dengan sebuah "Hm"
Sederhana. Shang Guan Fei Yan bertanya.
"Mengapa kau tidak menyalakan lampu?"
Hua Man Lou tersenyum dan menjawab.
"Maaf, aku lupa kalau ada tamu."
Shang Guan Fei Yan bertanya.
"Kau hanya menyalakan lampu bila kau punya tamu?"
Hua Man Lou hanya menjawab dengan sebuah "Hm"
Lagi. Shang Guan Fei Yan bertanya.
"Kau tidak menyalakan lampu jika kau sedang sendirian?"
Hua Man Lou menjawab.
"Aku tidak perlu lampu."
Shang Guan Fei Yan masih bertanya lagi.
"Kenapa?"
Ia berpaling, memandang pada Hua Man Lou dengan tatapan tidak percaya. Tapi ekspresi wajah Hua Man Lou masih tetap bahagia dan tenang ketika ia menjawab dengan lambat.
"Karena aku buta."
Senja bertambah gelap, udara masih penuh dengan semerbak wangi bunga. Tapi Shang Guan Fei Yan tidak memperhatikan itu sama sekali, ia benar-benar terkejut. "Karena aku buta."
Walaupun hanya 3 kata yang sangat biasa, Shang Guan Fei Yan belum pernah mendengar kalimat yang lebih mengejutkan dirinya daripada 3 kata ini.
Ia menatap Hua Man Lou, lelaki ini, yang penuh dengan perasaan cinta terhadap kehidupan, yang penuh dengan harapan untuk masa depan, yang jarinya bisa menjepit golok yang dibacokkan orang dengan seluruh kekuatannya, yang hidup sendirian di gedung ini, bukan hanya dia tidak memerlukan bantuan orang lain, tapi dia pun selalu siap menawarkan pertolongan pada orang lain.
Shang Guan Fei Yan tidak bisa percaya kalau orang ini buta.
Tak tahan lagi ia PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.
Kekaisaran Rajawali Emas, bertanya.
"Apakah kau benar-benar buta?"
Hua Man Lou mengangguk.
"Aku buta sejak berumur 7 tahun."
Shang Guan Fei Yan mengamati.
"Tapi tingkah lakumu tidak seperti orang buta."
Hua Man Lou tersenyum lagi.
"Bagaimana seharusnya tingkah laku orang buta?"
Shang Guan Fei Yan tidak tahu bagaimana menjawabnya.
Ia telah melihat banyak orang buta sebelumnya, ia selalu menganggap orang-orang itu selalu sedih dan murung, karena dunia yang indah dan penuh warna ini telah berubah menjadi bukan apa-apa selain kegelapan bagi mereka.
Walaupun ia tidak mengatakan hal ini, Hua Man Lou jelas mengerti apa yang ia maksud.
Masih sambil tersenyum, ia berkata.
"Aku tahu bahwa kau membayangkan orang-orang buta itu seharusnya tidak sebahagia diriku."
Shang Guan Fei Yan terpaksa mengakuinya. Hua Man Lou berkata.
"Sebenarnya menjadi buta itu tidak buruk sama sekali, aku masih bisa mendengar dan merasa, kadang-kadang aku menikmati jauh lebih banyak kesenangan daripada orang lain."
Wajahnya penuh dengan sinar kepuasan yang berasal dari kebahagiaan ketika ia meneruskan dengan lambat.
"Pernahkah kau dengar suara salju jatuh di atap? Bisakah kau merasakan kekuatan kehidupan yang aneh tapi menakjubkan ketika kuncup bunga mengembang dengan perlahan di musim semi? Apakah kau tahu bahwa angin musim gugur sering membawa wangi pepohonan dan hutan dari lereng bukit di kejauhan sana?."
Shang Guan Fei Yan mendengarkan ia bicara dalam diam, seolah-olah dia sedang mendengarkan sebuah lagu yang lembut dan indah. Hua Man Lou berkata.
"Jika kau ingin mencarinya, kau akan menemukan betapa cantik dan indahnya kehidupan, setiap musim memiliki banyak keunikan dan kesenangan yang bisa membuatmu melupakan semua masalah dan kecemasanmu."
Shang Guan Fei Yan menutup matanya, tiba-tiba ia merasakan angin menjadi lebih lembut dan bunga-bunga menjadi lebih harum. Hua Man Lou meneruskan.
"Apakah kau bahagia atau tidak, tidak ada hubungannya dengan apakah kau buta atau tidak, tapi semuanya berhubungan dengan apakah kau benar-benar mencintai kehidupanmu dan apakah kau benar-benar ingin hidup bahagia."
Shang Guan Fei Yan memandang wajahnya yang damai dan bahagia, yang tampak gemerlapan dalam sinar senja.
Kali ini mata gadis itu tidak lagi penuh dengan perasaan terkejut dan heran, tapi dengan rasa hormat dan terima kasih.
Ia berterima-kasih kepada pemuda itu, bukan karena dia telah menyelamatkan hidupnya, tapi karena dia telah membuatnya sadar apa artinya hidup.
Ia menghormatinya, bukan karena kungfunya, tapi karena sikap dan hatinya yang mengagumkan.
Tapi tak tahan ia bertanya lagi.
"Kau tidak punya keluarga lagi?"
Hua Man Lou tersenyum.
"Aku punya keluarga yang sangat besar, ada banyak orang di keluargaku, semuanya sangat sehat dan bahagia."
Shang Guan Fei Yan bertanya.
"Lalu mengapa kau tinggal di sini sendirian?"
Hua Man Lou menjawab.
"Karena aku ingin tahu apakah aku bisa hidup sendirian. Karena aku tidak ingin orang lain membantuku di setiap langkahku, aku tidak ingin orang lain memperlakukanku sebagai orang buta."
Shang Guan Fei Yan bertanya lagi.
"Kau apakah kau benar-benar suka tinggal sendirian di sini?"
Hua Man Lou menjawab.
"Aku telah tinggal di sini selama 8 bulan, dan aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya."
Shang Guan Fei Yan menarik napas perlahan dan bertanya.
"Tapi selain salju di musim dingin dan bunga-bunga di musim semi, apa lagi yang engkau punya?"
Hua Man Lou menjawab.
"Aku bisa tidur nyenyak, punya selera makan yang baik, rumah yang sangat nyaman, dan sebuah sitar berdawai 7 yang suaranya sangat PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, merdu, itu semua sudah cukup. Di samping itu, aku juga punya seorang teman yang sangat baik."
Shang Guan Fei Yan bertanya.
"Siapa temanmu itu?"
Wajah Hua Man Lou bersinar lagi.
"Marganya Lu, panggil dia Lu Xiao Feng."
Ia tersenyum dan melanjutkan.
"Tapi jangan kamu kira dia seorang gadis, walaupun namanya XiaoFeng (burung phoenix kecil), ia seorang lelaki tulen."
Shang Guan Fei Yan menjawab.
"Lu Xiao Feng? Kurasa aku pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi tak tahu orang macam apa dia."
Hua Man Lou tersenyum semakin lebar.
"Ia orang yang benar-benar aneh, kau hanya perlu memandangnya sekali, lalu kau tak akan pernah melupakannya, bukan hanya ia punya 2 pasang mata dan telinga, 3 tangan, ia juga punya 4 alis."
Dua pasang mata dan telinga, tentu saja berarti ia bisa melihat dan mendengar lebih banyak dan lebih baik daripada orang lain.
Tiga tangan mungkin berarti bahwa tangannya lebih cepat dari siapa pun, sangat cekatan dan trampil.
Tapi apa arti "4 alis"? Shang Guan Fei Yan tidak bisa membayangkannya.
Ia memutuskan bahwa, tidak perduli apa pun, ia harus mencari cara untuk bertemu dengan Lu Xiao Feng yang beralis 4 ini.
Bab 1.
Isteri Tauke Yang Tercantik Kota Batu Kuning adalah sebuah kota yang besar.
Jalan ini seharusnya merupakan jalan yang ramai dan sibuk.
Tapi sekarang hari telah larut malam, bulan baru tampak seperti sabit saat menyinari jalan batu hijau itu.
Dua ekor kuda yang membawa dua orang lelaki berpakaian hijau berlari dengan cepat, tapi tidak ada siapa-siapa di jalan.
Lelaki yang kehilangan separuh telinga kirinya dan mempunyai bekas luka dari bawah telinga kiri hingga ke sudut kanan mulutnya, menarik tali kekang kudanya untuk berhenti dan bertanya dengan suara yang berat.
"Menurutmu dia akan bermalam di sini?"
Laki-laki bermuka ungu dan berjenggot menjawab.
"Ya! Dia tetap manusia dan dia masih harus tidur pada malam hari, walaupun semua orang tahu bahwa dia mempunyai masalah dengan kebiasaaan tidurnya."
Laki-laki bercodet bertanya.
"Jika dia harus bermalam, di mana dia akan tinggal?"
Laki-laki bermuka ungu bahkan tidak berpikir sebelum menjawab.
"Salam Musim Semi."
"Salam Musim Semi"
Mempunyai gadis-gadis tercantik. Si "dia"
Selalu tidur dengan seorang wanita di dekatnya, itulah masalahnya. Semua orang punya satu atau dua macam masalah. Lentera besar di pintu depan "Salam Musim Semi"
Masih menyala, cahaya merahnya menggoda setiap orang untuk datang dan menikmati "malam berwarna merah"
Di situ.
Pintu itu setengah terbuka.
Pria bermuka ungu menyentak tali kekang kudanya dan mereka berdua menerjang masuk.
Seorang lelaki kurus bermuka kuning sedang tidur di kursi bambu di halaman gedung itu.
Cambuk di tangan laki-laki bermuka ungu tiba-tiba telah melingkar di leher lelaki tersebut sementara ia berseru dengan bengis.
"Apakah seorang laki-laki berjubah merah datang ke sini malam ini?"
Laki-laki itu hampir kehabisan nafas karena tercekik, ia hanya bisa mengangguk. Laki-laki bermuka ungu akhirnya melepaskannya dan bertanya.
"Apakah ia masih di sini?"
Sambil berusaha menarik nafas, laki-laki kurus itu mengangguk lagi. Lelaki bermuka ungu bertanya.
"Di mana dia?"
Laki-laki itu menjawab.
"Dia baru saja minum bersama 4 orang lagi di Aula PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Bunga Persik. Keempat orang itu menawarkan dia minum secara bergiliran, akhirnya dia pun mabuk."
Wajah laki-laki bercodet berubah.
"Empat orang yang mana?"
Laki-laki itu menjawab.
"Empat orang yang sangat bengis, tapi mereka tampaknya sangat sopan kepadanya."
Laki-laki bercodet bertanya.
"Di mana mereka sekarang?"
Laki-laki itu menjawab.
"Aku melihat mereka membantu dia masuk ke kamarnya. Kurasa mereka masih ada di sana!"
Laki-laki bermuka ungu telah memutar kudanya dan menerjang ke arah kebun persik di sebelah kiri.
Lampu-lampu di Aula Bunga Persik masih menyala.
Cangkir-cangkir dan piring di atas meja di Aula Bunga Persik tampak berantakan, ada 3 atau 4 kendi arak yang kosong berserakan di sana juga.
Laki-laki bercodet melompat dan berjumpalitan di udara, ia berlari maju dan menendang pintu di bagian belakang aula hingga terbuka.
Tiba-tiba ia berdiri terpaku.
Hanya ada 4 orang di ruangan itu, semuanya berlutut dalam sebuah barisan.
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semula wajah mereka tampak putih dan pucat, tapi ketika melihat laki-laki bercodet itu tiba-tiba wajah mereka berubah menjadi merah padam.
Mereka berempat mengenakan pakaian yang mewah, seharusnya mereka tampak sangat bergaya.
Tapi seseorang telah menggambari wajah mereka.
Orang pertama mempunyai gambar penyu di keningnya, juga ada dua buah kata di wajahnya.
"Aku penyu."
Orang kedua mempunyai gambar kura-kura.
"Aku kura-kura."
Orang ketiga.
"Aku babi."
Orang keempat.
"Aku anjing."
Laki-laki bercodet berdiri di sana, menatap mereka, memandang pada gambar-gambar dan kata-kata di wajah mereka.
Tiba-tiba ia tertawa, tertawa begitu keras sehingga ia terbungkuk, seakan-akan ia tidak pernah melihat kejadian yang begitu lucu dalam hidupnya.
Keempat orang itu mengertakkan giginya dan melotot padanya, mata mereka penuh dengan kebencian dan kemarahan, seolah-olah mereka akan menerjang dan mencincang tubuhnya saat itu juga.
Tapi mereka masih berlutut di sana, bukan hanya tidak bisa melompat bangkit, bahkan mereka tidak bisa bergerak sedikit pun.
Sambil masih tertawa keras, laki-laki bercodet berseru.
"Kapan 4 Pendekar dari JiangDong berubah menjadi penyu, kura-kura, babi dan anjing?"
Laki-laki bermuka ungu telah berlari keluar sambil tertawa terbahak-bahak. Ia bertepuk tangan dan berseru sekeras-kerasnya.
"Semua orang dipersilakan untuk menyaksikan kehebatan 4 Pendekar JiangDong yang terkenal di seluruh dunia! Sepuluh tael perak bagi siapa saja yang datang, tidak perduli siapapun dia!"
Wajah keempat lelaki yang berlutut di lantai itu tiba-tiba berubah pucat, begitu pucatnya sehingga hampir tembus pandang. Keringat menetes dari kening mereka seperti air hujan. Sambil tertawa, laki-laki bercodet berkomentar.
"Walaupun orang itu bajingan, paling tidak dia seorang bajingan yang baik."
Laki-laki bermuka ungu setuju.
"Paling tidak perjalanan ini tidak sia-sia."
Tiba-tiba mereka berdua berhenti tertawa, karena mereka melihat seseorang berjalan masuk dengan kepala tertunduk.
Gadis itu berumur paling banyak 14 atau 15 tahun.
Walaupun penuh riasan dan perhiasan, wajahnya masih imut-imut dan menggemaskan seperti anak kecil.
Dengan kepala tertunduk, ia bertanya.
"Apakah Tuan berdua mencari Tuan Lu?"
Wajah laki-laki bercodet menjadi gelap ketika ia bertanya.
"Bagaimana kau tahu?"
Gadis kecil itu berkata.
"Beberapa saat yang lalu Tuan Lu tampaknya sedang mabuk, aku kebetulan duduk di sampingnya, jadi diam-diam aku minum 2 gelas untuknya." PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Laki-laki bercodet mendengus.
"Orang ini benar-benar mempunyai peruntungan dengan perempuan!"
Wajah gadis itu memerah dan ia menukas.
"Aku tidak tahu apa-apa tentang itu! Lalu tiba-tiba ia sadar, ia mengatakan padaku bahwa aku mempunyai hati yang baik dan itulah sebabnya ia mau memberiku sesuatu untuk dijual kepada kalian berdua."
Laki-laki bermuka ungu segera menukas.
"Apa yang dia berikan kepadamu?"
Gadis itu menjawab.
"Sebuah sebuah kalimat."
Laki-laki bermuka ungu mengerutkan keningnya.
"Sebuah kalimat? Kalimat macam apa?"
Gadis itu menjawab.
"Ia bilang kalimatnya ini berharga paling sedikit 300 tael perak. Ia juga bilang bahwa kalian berdua harus membayar sebelum aku memberitahu kalian kalimat ini."
Ia tampaknya merasa bahwa urusan ini memang mustahil.
Sebelum ia selesai bicara, wajahnya bahkan sudah memerah.
Tapi laki-laki bermuka ungu tidak bimbang sedikit pun, segera ia mengeluarkan 3 lembar nota bank yang masing-masing bernilai 100 tael perak dan melemparkannya ke atas meja di hadapan gadis itu.
Ia berkata.
"Baik, aku akan membeli kalimatmu itu."
Mata gadis itu terbelalak lebar, menatap 3 lembar nota bank itu, tidak percaya bahwa ada orang seperti ini di dunia, benar-benar mau membayar 300 tael perak untuk satu kalimat. Laki-laki bermuka ungu memberi perintah.
"Ayo ke sini dan bisikkan kepadaku, jangan sampai 4 binatang di sana itu mendengarnya."
Gadis itu bimbang sebentar sebelum akhirnya berjalan menghampiri laki-laki itu dan berbisik di telinganya.
"Dia berkata. Jika kau ingin menemukanku, temukan dulu isteri tauke."
Laki-laki bermuka ungu mengerutkan keningnya, ia tidak paham arti kalimat itu.
Ada tak berhingga jumlahnya isteri tauke di dunia ini, setiap toko mempunyai minimal seorang isteri tauke.
Bagaimana ia menemukan orang yang dicari? Gadis itu tiba-tiba menambahkan.
"Ia bilang bahwa jika kau tidak memahami kalimat ini, ia bisa menawarkan sebuah kalimat lagi sebagai petunjuk. Ia bilang bahwa isteri tauke ini adalah yang tercantik di dunia."
Laki-laki bermuka ungu berdiri termangu sesaat.
Lalu, tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi, ia memberi isyarat kepada temannya dan mulai berjalan keluar.
Laki-laki bercodet mengikutinya.
Tiba-tiba ia berpaling, meraup sebuah kendi arak yang kosong, dan melemparkannya.
Kendi kosong itu mendarat dengan mulus di atas kepala orang kedua dari 4 Pendekar JiangDong tadi, kendi itu berwarna hijau.
Laki-laki bercodet tertawa terbahak-bahak.
"Sekarang benar-benar seperti kura-kura betulan."
Masih ada beberapa orang isteri tauke yang cantik di dunia ini, yang mana yang paling cantik? Laki-laki bercodet mengerutkan keningnya.
"Apakah orang ini ingin agar kita pergi ke semua toko dan membandingkan setiap isteri taukenya?"
Laki-laki bermuka ungu hanya menjawab.
"Tidak."
Laki-laki bercodet bertanya.
"Apakah kau punya rencana?"
Laki-laki bermuka ungu berpikir sebentar dan berkata.
"Kurasa aku bisa membayangkan apa yang ia maksud."
Laki-laki bercodet bertanya.
"Apa maksud dia?"
Laki-laki bermuka ungu tiba-tiba tertawa.
"Apakah kau lupa nama julukan Zhu Ting?"
Laki-laki bercodet tergelak lagi.
"Tampaknya aku harus membawa satu kendi kosong lagi untuk dia." ______________________________ PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Zhu Ting tidak pernah berdagang, ia juga tidak punya toko. Karena ia percaya bahwa tidak perduli bisnis atau toko macam apa pun yang engkau buka, sukar bagimu untuk tidak kehilangan uang. Ia tidak pernah mau mengambil resiko seperti itu. Sebenarnya ada sebuah alasan yang sangat penting lainnya mengapa ia tidak pernah berbisnis, yaitu karena ia tidak punya cukup uang untuk memulai bisnis. Tapi nama julukannya kebetulan adalah "Tauke". Zhu Ting adalah orang yang sangat mengerti cara mencari kesenangan, dan ia juga selalu berpikiran terbuka tentang apa saja. Bila 2 hal ini terpenuhi, maka ia akan semakin gemuk dan semakin gemuk. Orang gemuk selalu tampak seperti memiliki peruntungan yang baik, dan hanya orang-orang yang memiliki peruntungan baik ini yang bisa menjadi tauke, maka banyak orang memanggilnya Tauke. Kenyataannya, ia benar-benar memiliki banyak peruntungan. Walaupun ia tidak begitu tampan, ia memiliki isteri yang sangat cantik; ia tidak pernah melakukan satu pun hal serius dalam hidupnya, tapi ia selalu tinggal dalam rumah yang sangat nyaman, mengenakan pakaian-pakaian termewah, dan minum anggur terbaik. Ada satu lagi yang sangat ia banggakan ia selalu percaya bahwa ia adalah orang yang lebih pemalas daripada Lu Xiao Feng. Sekali kamu melihat ia sedang duduk di kursinya yang besar dan nyaman itu, kau akan tahu bahwa tidak banyak hal yang bisa membuat ia bangkit dari situ. Karena tidak perduli apa pun yang akan ia lakukan, ia akan selalu "berhenti"
Dan memikirkannya dulu sebentar.
Bagi seorang yang berpikiran terbuka, tidak ada hal di dunia ini yang harus dilakukan apabila ia memikirkannya dulu.
Ia bisa hidup demikian enaknya karena, dan hanya karena, keterampilan tangannya yang bisa membuat segala macam benda aneh.
Jika kau bisa membayangkannya, maka ia bisa membuatkannya.
Pernah ia bertaruh dengan seseorang bahwa ia bisa membuat orang-orangan kayu yang bisa berjalan.
Ia memenangkan 50 helai karpet bulu burung walet dan 50 kendi arak simpanan, membuatnya mendapatkan 5 kati lemak lagi di tubuhnya.
Sekarang ia sedang membayangkan bagaimana caranya membuat layang-layang yang cukup besar untuk bisa membawa orang.
Dulu ia ingin melihat apa yang ada di bawah tanah, sekarang ia ingin naik ke langit.
Saat itulah ia mendengar suara dengus kuda di luar, lalu ia melihat 2 orang laki-laki berpakaian hijau.
Kali ini laki-laki bercodet itu tidak menendang pintu dulu, karena pintu memang sedang terbuka.
Segera setelah menerjang masuk ia menatap Zhu Ting dan berseru.
"Di mana isteri Tauke?"
Zhu Ting menjawab dengan santai.
"Jika kau ingin mencari isteri tauke, maka kau harus pergi ke toko di seberang jalan, dia ada di sana."
Laki-laki bercodet menjawab.
"Di sini juga ada satu. Kau dipanggil Tauke, maka isterimu adalah isteri Tauke."
Zhu Ting tertawa.
"Jika isteri Tauke di sini tahu bahwa ada orang-orang dari Paviliun Baju Hijau datang mencarinya, dia pasti akan merasa sangat beruntung."
Ia mengenali 2 orang ini. "Paviliun Baju Hijau"
Bukan terdiri dari 1 paviliun saja, tapi ada 108 paviliun, masing-masing dengan 108 orang anggota, sebuah organisasi yang sangat besar dan kuat.
Bukan hanya kuat, organisasi mereka juga sangat rahasia.
Maka jika mereka ingin melakukan sesuatu, sangat jarang mereka gagal melakukannya.
Kedua orang ini adalah orang-orang yang potretnya terdapat di paviliun pertama dari Paviliun Baju Hijau.
PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.
Kekaisaran Rajawali Emas, Tidak ada yang tahu di mana paviliun pertama berada, tidak ada juga yang pernah melihat 108 potret anggota mereka.
Tapi semua tahu bahwa jika seseorang memiliki potret di sana, maka ia bisa berbuat sesukanya di dunia persilatan.
Orang bercodet itu dipanggil "Hakim Berwajah Besi".
Menurut kabar burung, jika orang membacok wajahnya dengan golok, golok itu akan patah, itulah asal-usul nama "Wajah Besi"
Tersebut. Orang yang satunya lagi berjuluk "Pengait Jiwa", karena ia telah banyak mengait nyawa orang dengan sepasang kaitan peraknya. Zhu Ting meneruskan dengan santai.
"Sayangnya dia sedang ada urusan penting, mungkin tidak punya waktu untuk bertemu kalian."
Hakim Berwajah Besi bertanya.
"Urusan penting macam apa?"
Zhu Ting menjawab.
"Ia sedang minum anggur dengan seorang sahabat. Bukankah minum-minum dengan sahabatmu adalah hal yang paling penting di dunia?"
Hakim Berwajah Besi bertanya.
"Apakah sahabat kalian itu bermarga Lu?"
Wajah Zhu Ting tiba-tiba menjadi gelap.
"Lebih baik hal ini diluruskan dulu. Orang bermarga Lu itu sahabatnya, bukan sahabatku."
Hakim Berwajah Besi bertanya.
"Di mana mereka minum?"
Zhu Ting menjawab.
"Mungkin di Losmen Awan Cerah tempat orang itu menginap."
Hakim Berwajah Besi memandangnya beberapa kali, tiba-tiba sebuah senyum berbisa muncul di wajahnya.
"Isterimu berada di sebuah hotel, minum-minum dengan seorang penakluk wanita terkenal, dan kau masih duduk-duduk di sini?"
Zhu Ting menjawab dengan santai.
"Anak-anak biasa mengintip, isteri-isteri biasa bergosip, ini hal yang tidak bisa dikendalikan orang. Apa yang bisa kulakukan jika aku tidak duduk di sini? Naik ke atap dan berjumpalitan? Bergulingan di lantai dan merangkak?"
Hakim Berwajah Besi tertawa terbahak-bahak lagi.
"Aku mengagumimu, kau orang yang berpikiran terbuka."
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia tertawa sesering mungkin, karena ia tahu bahwa bila ia tertawa ia tampak lebih menakutkan.
Bila ia tertawa, codet di wajahnya tiba-tiba akan bergetar dan ia akan tampak lebih menyeramkan daripada hantu-hantu di kuil yang terpencil.
Zhu Ting menatapnya.
"Apakah kau punya isteri?"
Hakim Berwajah Besi menjawab.
"Tidak."
Zhu Ting tertawa dan berkata dengan malas-malasan.
"Jika kau punya isteri secantik isteriku, kau juga akan berpikiran terbuka." ______________________________ Lu Xiao Feng sedang berbaring di ranjang, sebuah cangkir besar yang penuh berisi anggur berada di atas dadanya. Satu-satunya sebab mengapa tidak ada anggur yang tercecer adalah karena ia hanya berbaring di sana, tanpa bergerak sedikit pun, hampir seperti mayat. Ia bahkan tidak membuka matanya sekali pun. Alisnya tebal, bulu matanya panjang, dan tepat di bawah bibirnya ia memelihara kumis, kumis yang sangat terawat rapi. Isteri Tauke duduk di seberangnya, sedang menatap kumisnya. Ia seorang wanita yang benar-benar cantik, dengan alis mata melengkung, mata yang besar, dan bibir yang penuh dan indah. Ia tampak seperti madu yang matang, tidak ada yang tak tahan untuk memandangnya sekilas. Tapi yang paling menarik dan menggoda dari dirinya bukanlah wajahnya, juga bukan tubuhnya, tapi gayanya. Jika kamu seorang laki-laki, kamu akan tertarik dengan perempuan seperti ini. Tapi saat ini tampaknya ia yang tertarik pada kumis Lu Xiao Feng. Sesudah memandangnya beberapa lama, tiba-tiba ia tertawa nyaring.
"Kumismu itu benar-benar seperti sepasang alismu, tidak heran semua orang mengatakan bahwa kau punya 4 alis."
Seperti bunga sedang mekar waktu ia tertawa.
"Orang yang tidak pernah PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, bertemu denganmu tidak akan bisa menduga bahwa kau punya sepasang alis di atas bibirmu."
Lu Xiao Feng masih tidak bergerak, tiba-tiba ia menghirup, cangkir di atas dadanya pun tertarik ke bibirnya, anggur di dalam cangkir itu terhirup ke dalam mulutnya, dan "Glek!"
Semuanya langsung habis. Ia lalu meniup, cangkir itu pun kembali ke posisinya semula. Isteri Tauke tertawa lagi.
"Apakah kamu sedang minum atau bermain sulap?"
Lu Xiao Feng, dengan mata masih tertutup, tidak menjawab, hanya menunjuk pada cangkir kosong di atas dadanya. Isteri Tauke tidak punya pilihan lain kecuali mengisi cangkir itu untuknya lagi, tapi ia tak tahan untuk tidak berkomentar.
"Kamu ingin aku datang ke sini dan minum bersamamu, lalu kenapa kamu hanya berbaring di situ seperti orang mati dan bahkan tidak memandangku?"
Lu Xiao Feng akhirnya bicara.
"Aku takut memandangmu."
Isteri Tauke menyelidiki lebih jauh.
"Kenapa?"
Lu Xiao Feng menjawab.
"Aku takut kau akan merayuku."
Isteri Tauke menggigit bibirnya.
"Kau sengaja memberi kesan kepada orang lain bahwa ada sesuatu di antara kau dan aku, dan kau masih takut kalau aku merayumu, untuk apa sebenarnya kau melakukan ini semua?"
Lu Xiao Feng menjawab.
"Untuk suamimu!"
Isteri Tauke terkejut.
"Untuk dia? Kau benar-benar mengira dia suka menjadi kura-kura hidup?"
Lu Xiao Feng menjawab.
"Menjadi kura-kura hidup masih lebih baik daripada menjadi kura-kura mati!"
Ia tidak memberi kesempatan Isteri Tauke untuk memotong.
"Dengan profesinya sekarang ini, seseorang mungkin akan mencoba membunuhnya kapan saja dan di mana saja. Ia benar-benar telah bertemu terlalu banyak orang dan tahu terlalu banyak rahasia!"
Isteri Tauke tidak bisa memperdebatkan hal itu, Zhu Ting memang tahu banyak rahasia dan hal-hal yang aneh dari banyak orang.
Walaupun mereka tahu bahwa bibirnya tertutup rapat, tapi bibir siapa yang lebih rapat daripada bibir orang mati? Membunuh untuk menjaga rahasia mereka, itulah hal yang bisa saja dilakukan orang-orang itu kapan saja.
Lu Xiao Feng melanjutkan.
"Sesudah dia tewas, aku sangat meragukan kalau kau akan mau menjanda selama setahun!"
Isteri Tauke mengangkat alisnya dan mendengus.
"Kau kira aku orang macam apa? Fan JinLian?"
Lu Xiao Feng menjawab dengan santai.
"Bahkan jika kau Fan JinLian, aku bukanlah Xi MenQing!" {Catatan. Di sini disebut-sebut sebagian cerita Para Pahlawan Batas Air, salah satu dari 4 karya Sastra Cina Klasik tentang seorang wanita yang telah menikah dan seorang laki-laki lain.} Isteri Tauke menatapnya; tiba-tiba, ia bangkit, berputar, dan mulai berjalan keluar. Lu Xiao Feng masih berbaring di sana, tidak bergerak sama sekali, bahkan tidak memiliki keinginan untuk menariknya kembali. Tapi baru saja Isteri Tauke berjalan keluar dari pintu, ia segera melesat masuk kembali dan berdiri di dekat ranjang, dengan tangan bertolak pinggang.
"Kau kira aku benar-benar tidak tahu apa yang kau coba lakukan? Kau kira aku bodoh?"
Lu Xiao Feng menjawab.
"Emangnya tidak?"
Isteri Tauke menjawab, lebih keras daripada yang diperlukan.
"Kau bertengkar dengannya, tapi kau masih khawatir kalau hidupnya dalam bahaya, itulah sebabnya kau ingin orang lain mengira ada sesuatu antara kau dan aku; karena jika aku ingin membuktikan kesucianku aku tidak boleh membiarkan diriku menjadi janda, tentu saja aku harus memohon kepadamu untuk melindungi dia. Dengan kau melindungi dia, maka orang harus berpikir masak-masak jika mereka ingin membunuh dia." PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Kemarahannya pun bertambah, begitu juga dengan volume suaranya.
"Tapi pernahkah kau memikirkanku? Kenapa aku harus dibebani dengan awan gelap yang bau ini?"
Lu Xiao Feng menjawab.
"Demi suamimu!"
Isteri Tauke tiba-tiba tidak bisa menjawab. Berkorban sedikit untuk suaminya memang sesuatu yang harus dilakukan oleh seorang isteri. Lu Xiao Feng menambahkan.
"Itulah sebabnya, selama suamimu mempercayaimu, kau tidak boleh memikirkan atau bahkan perduli terhadap anggapan orang lain!"
Isteri Tauke menggigit bibirnya dan berdiri dengan pikiran kosong sebentar sebelum akhirnya tidak tahan bertanya lagi.
"Kau kira dia benar-benar mempercayaiku?"
Lu Xiao Feng menjawab.
"Dia bukan orang bodoh!"
Isteri Tauke menatapnya.
"Tapi apakah dia mempercayaimu juga?"
Lu Xiao Feng menarik nafas dengan malas-malasan.
"Mengapa tidak kau tanyakan sendiri kepadanya?"
Ia menghisap lagi dan meminum anggur di cangkir yang ada di atas dadanya, ia bergumam pada dirinya sendiri.
"Jika orang-orang dari Paviliun Baju Hijau itu tidak bodoh, mereka tentu akan segera tiba, maka kau harus segera pergi!"
Isteri Tauke tiba-tiba tampak cemas.
"Mereka sedang mencarimu, tapi untuk apa?"
Lu Xiao Feng menjawab dengan santai.
"Aku juga ingin menanyakan hal itu kepada mereka, kalau tidak aku tak akan membiarkan mereka menemukanku!" ______________________________ Zhu Ting duduk di kursi malasnya, tenggelam dalam pikirannya sendiri, yang biasanya merupakan pikiran-pikiran atau ide-ide yang aneh. Semua peralatan aneh dan ganjil buatannya berasal dari renungannya ini. Isteri Tauke berjalan masuk dengan anggun, memegang sehelai saputangan dengan kedua jarinya, dan, memilin-milinnya dengan gaya yang menggoda, berjalan di dekat Zhu Ting sebanyak dua kali. Zhu Ting tampaknya tidak memperhatikan. Isteri Tauke tidak bisa menahan dirinya lagi.
"Aku pulang!"
Zhu Ting menjawab.
"Aku sudah lihat!"
Isteri Tauke sengaja memasang mimik muka yang sangat misterius.
"Aku baru saja minum anggur dengan Xiao Feng, begitu banyak sehingga aku masih agak mabuk sekarang!"
Zhu Ting menjawab.
"Aku tahu!"
Isteri Tauke mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali.
"Tapi, selain minum, kami tidak melakukan apa-apa!"
Zhu Ting menjawab.
"Aku tahu!"
Isteri Tauke tiba-tiba mulai berteriak.
"Kau tahu kentut!"
Zhu Ting menjawab.
"Sebenarnya, aku tidak tahu apa-apa tentang kentut!"
Temperamen Isteri Tauke semakin naik ketika ia berkata dengan ketus.
"Aku telah menghabiskan waktu untuk minum-minum dengan laki-laki lain di kamarnya, bukan hanya kau tidak cemburu atau marah, kau masih bisa melamun saja di sini?"
Zhu Ting menjawab.
"Aku tidak tahu apa-apa, itulah sebabnya aku tidak cemburu atau marah."
Isteri Tauke bertolak pinggang lagi.
"Seorang laki-laki seperti dia, seorang wanita seperti aku, bersama-sama di sebuah kamar, mungkinkah kami masih bersikap terpuji selama itu?"
Ia mendengus dan meneruskan.
"Kau kira siapa dia? Seorang malaikat? Liu Xia Hui?"
Zhu Ting tersenyum.
"Aku tahu dia bajingan besar, tapi aku percaya dia!"
Isteri Tauke bertambah marah.
"Kau tidak marah atau cemburu karena kau percaya dia, dan bukan karena kau percaya aku?"
Zhu Ting menjawab.
"Tentu saja aku percaya kamu!" PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Isteri Tauke mencela.
"Tapi kau lebih mempercayai dia!"
Zhu Ting menjawab.
"Jangan lupa bahwa kami sudah saling kenal sejak kami masih memakai popok!"
Isteri Tauke mendengus.
"Jadi kalian telah berteman selama 20 atau 30 tahun, lalu kenapa tampaknya kalian tiba-tiba berubah menjadi musuh seumur hidup, tidak pernah bicara satu sama lain!"
Zhu Ting menjawab dengan santai.
"Karena dia bajingan besar, dan aku bajingan besar juga!"
Isteri Tauke menatapnya sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak, menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa, ia berkata.
"Hal-hal yang kalian 2 bajingan besar lakukan, bukan hanya tidak bisa kubayangkan, malah aku semakin bingung bila mencoba memikirkannya."
Zhu Ting menjawab.
"Tentu saja kau tidak bisa membayangkan apa yang dilakukan bajingan-bajingan besar, karena kau bukan bajingan besar."
Akhirnya Isteri Tauke tersenyum manis dan berkata.
"Akhirnya ada ucapanmu yang masuk di akal."
Zhu Ting tersenyum sedikit dan menambahkan dengan santai.
"Paling banyak kamu cuma bajingan kecil, bajingan yang sangat-sangat kecil!" ______________________________ Mata Lu Xiao Feng masih tertutup sementara ia masih berbaring di atas ranjang, dengan secangkir penuh anggur bertengger di atas dadanya. Cangkir itu diisi oleh Isteri Tauke sebelum ia pergi. Lu Xiao Feng tidak akan bangkit dari ranjang hanya untuk secangkir anggur. Ranjang itu lembut dan nyaman, tidak ada yang bisa membuatnya bangkit dari ranjang itu sekarang. Jubah merahnya tergantung di sebuah kaitan di kepala ranjang. Untuk suatu alasan tertentu, tidak perduli kapan dan di mana pun, ia selalu membawa jubah seperti ini. Kau hanya perlu melihat jubah merah ini dan kau akan tahu bahwa ia berada di situ. Hakim Berwajah Besi dan Pengait Jiwa telah melihat jubah merah itu sekarang, mereka melihatnya dari jendela. Lalu mereka bedua melompat masuk lewat jendela, langsung ke kepala ranjang, dan menatap Lu Xiao Feng. Lu Xiao Feng masih berbaring di sana seperti orang mati, tidak sedikitpun ada reaksi atau gerakan, bahkan, tampaknya tidak bernafas. Hakim Berwajah Besi bertanya dengan bengis.
"Apakah kau Lu Xiao Feng?"
Tidak ada jawaban. Pengait Jiwa mengerutkan keningnya dan berkata dengan dingin.
"Kurasa orang ini sudah mati!"
Hakim Berwajah Besi mendengus.
"Mungkin sekali, orang seperti ini memang tidak berumur panjang!"
Lu Xiao Feng tiba-tiba membuka matanya, memandang mereka, segera menutup matanya lagi, dan bergumam.
"Aneh, aku bersumpah telah melihat 2 orang di kamar ini!"
Hakim Berwajah Besi menjawab dengan keras.
"Karena memang ada 2 orang di kamar ini!"
Lu Xiao Feng bertanya.
"Jika benar ada 2 orang di sini, lalu kenapa aku tidak dengar suara ketukan sebelumnya?"
Pengait Jiwa menjawab.
"Itu karena kami memang tidak mengetuk."
Lu Xiao Feng membuka matanya lagi dan memandang mereka, tiba-tiba ia bertanya.
"Apakah kalian benar-benar manusia?"
Hakim Berwajah Besi menjawab dengan marah.
"Emangnya apa kalau kami bukan manusia? Hantu?"
Lu Xiao Feng berkata.
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Manusia mengetuk pintu sebelum mereka memasuki ruangan, hanya anjing liar yang melompat lewat jendela!"
Wajah Pengait Jiwa berubah warna.
Tiba-tiba ia mengayunkan cambuknya.
Bukan PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.
Kekaisaran Rajawali Emas, saja ia termasuk 4 orang pendekar yang terkenal dengan senjata kaitan gandanya di daerah dalam Tembok Besar, kungfu dan kemampuannya menggunakan cambuk kulit ular itu juga tidak buruk sama sekali.
Menurut kabar angin ia mampu menghancurkan sebutir kenari yang ada di atas 3 potong tahu.
Jelas Lu Xiao Feng jauh lebih besar daripada sebutir kenari, apalagi ia sedang berbaring di ranjang itu seperti orang mati, maka tidak mungkin serangannya ini akan gagal.
Tapi siapa yang tahu kalau Lu Xiao Feng tiba-tiba mengangkat tangannya dan menjepit cambuk itu di antara 2 jarinya seperti seorang pengemis tua yang menjepit kutu.
Ia tidak mempelajari gerakan ini dari Hua Man Lou, ia yang mengajarkannya kepada Hua Man Lou.
Ekspresi wajah si Pengait Jiwa persis seperti Cui Yi Dong waktu goloknya tertangkap, sebentar hijau, lalu putih, dan akhirnya menjadi merah.
Ia mengumpulkan seluruh kekuatannya, tapi masih tidak mampu merenggut cambuk itu dari jepitan jari-jari Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng masih berbaring dengan santai di sana, tanpa setetespun anggur yang tumpah dari dalam cangkir di atas dadanya.
Hakim Berwajah Besi melihat semua itu dari samping dengan raut muka terkejut, tiba-tiba ia tertawa dan berkata.
"Hebat, kungfu yang benar-benar hebat! Lu Xiao Feng benar-benar sehebat yang dikatakan kabar burung."
Pengait Jiwa tiba-tiba tertawa juga sambil melepaskan cambuknya.
"Kali ini aku yakin bahwa Lu Xiao Feng yang ini benar-benar asli!"
Hakim Berwajah Besi menambahkan.
"Di jaman ini, jumlah penipu di dunia persilatan bertambah setiap hari, jadi sahabat Lu jangan menyalahkan kami."
Dengan 2 kalimat itu mereka berdua berusaha menolong diri mereka sendiri dari posisi yang serba salah, tapi Lu Xiao Feng tampak tertidur lagi. Pengait Jiwa merasa sukar untuk tetap tertawa sehingga ia batuk 2 kali dan berkata.
"Kurasa sahabat Lu sudah tahu siapa kami!"
Ia tampaknya mengingatkan Lu Xiao Feng untuk tidak melupakan bahwa orang-orang Paviliun Baju Hijau bukanlah orang-orang yang bisa disepelekan. Hakim Berwajah Besi berkata.
"Kami datang hanya karena kami diperintahkan untuk mengundang sahabat Lu ikut dengan kami, bukan hanya kami bertanggung-jawab untuk mengundang dan mengantarkanmu, tapi kami juga harus memastikan kalau sehelai rambutmu pun tidak akan terganggu."
Lu Xiao Feng akhirnya menarik nafas dengan malas-malasan.
"Mengapa aku harus ikut dengan kalian? Rasanya tidak mungkin isteri tauke kalian ingin aku menemaninya di tempat tidur!"
Wajah Hakim Berwajah Besi menjadi gelap ketika ia menjawab dengan dingin. "Di sana kami tidak punya isteri tauke, tapi di sini ada!"
Wajah Lu Xiao Feng juga menjadi gelap.
"Karena kalian telah tahu tentang hal ini, maka kalian harus kembali dan laporkan pada orang bernama Wei di gedung kalian itu bahwa lebih baik jika ia tidak mengganggu Zhu Ting, atau aku akan membakar 108 gedung kalian itu!"
Hakim Berwajah Besi mendengus.
"Jika kami membunuh Zhu Ting, kami mungkin telah membantumu, bukan begitu?"
Lu Xiao Feng menjawab dengan sederhana.
"Apakah kalian belum pernah dengar? Aku tidak menyukai janda."
Hakim Berwajah Besi menjawab.
"Asal kau setuju ikut dengan kami, aku berjanji bahwa Isteri Tauke tidak akan segera menjanda."
Baru saja ia selesai bicara, terdengar suara ketukan di pintu.
Tidak ada orang di luar, orang yang mengetuk itu telah berada di dalam kamar.
Ia tidak menggunakan tangannya untuk mengetuk, karena ia tidak punya tangan.
______________________________ Senja lagi.
Sinar matahari terbenam menembus jendela dan menyinari wajah orang itu.
PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.
Kekaisaran Rajawali Emas, Wajah itu benar-benar tidak bisa dianggap sebagai wajah.
Setengah dari wajah sebelah kiri telah teriris, lukanya meninggalkan kerutan, menarik hidung dan matanya ke sisi itu bukan sebuah hidung sebenarnya, tapi hanya setengahnya, dan bukan sepasang mata, tapi hanya satu.
Sebuah lubang yang gelap dan dalam, itulah yang tersisa di mata kanannya, ada sebuah codet besar di pipinya, kedua tangannya telah buntung di pergelangan, di pergelangan tangan kanannya ada sebuah kaitan yang menakutkan, dan di pergelangan tangan kiri ada sebuah bola besi besar yang lebih besar daripada kepala manusia.
Bila dibandingkan dengan orang ini, Hakim Berwajah Besi tiba-tiba tampak seperti laki-laki yang tampan dan halus.
Sekarang ia berdiri di dalam kamar dan mengetuk pintu dengan kaitan besi di tangan kanannya sambil berkata dengan dingin.
"Aku bukan anjing liar, aku manusia, maka bila aku memasuki kamar orang lain, aku selalu mengetuk!"
Bila ia bicara, bagian wajahnya yang teriris akan mengerut, mukanya pun seperti menangis, tapi juga seperti tertawa.
Melihat orang ini, bahkan Hakim Berwajah Besi pun tak tahan untuk tidak bergidik.
Ia benar-benar tidak melihat bagaimana caranya orang ini masuk.
Pengait Jiwa pun telah mundur 2 langkah dan berteriak.
"Liu YuHen?"
Suara tawa seperti 2 pedang berkarat yang saling bergesekan terdengar dari tenggorokan orang itu.
"Masih ada orang di dunia ini yang mengenaliku, itu jarang sekali terjadi di jaman sekarang."
Hakim Berwajah Besi tampak terkejut.
"Kau adalah si Jantan Tampan Liu YuHen?"
Orang seperti ini dikenal sebagai si "Jantan Tampan"? Tapi orang ini mengangguk dania berkata dengan sedih.
"Perasaan seperti kebencian yang terlupakan, tidak ada gunanya mengungkit-ungkit masa lalu. Jantan Tampan sudah mati, sayangnya Liu YuHen masih hidup." {YuHen berarti kebencian yang terlupakan, sebuah permainan kata-kata.} Raut muka Hakim Berwajah Besi berubah.
"Mengapa mengapa kau datang ke sini?"
Tampaknya ia sangat takut kepada orang ini, begitu takutnya sehingga suaranya pun berubah. Liu YuHen menjawab dengan dingin.
"Liu YuHen ingin mati 10 tahun yang lalu, tapi karena dia masih hidup hari ini, aku hanya datang untuk meminta kematian."
Hakim Berwajah Besi bertanya.
"Kenapa aku harus membunuhmu?"
Liu YuHen replied.
"Because if you don't kill me, I'll kill you..."
Liu YuHen menjawab.
"Karena jika kau tidak membunuhku, aku yang akan membunuhmu"
Hakim Berwajah Besi terpana.
Wajah si Pengait Jiwa pun berubah menjadi hijau.
Saat itulah terdengar suara ketukan lagi di pintu.
Kali ini orang yang mengetuk berada di luar, tapi tiba-tiba ia berjalan masuk, ia masuk tanpa membuka pintu.
Pintu kayu yang tebal itu seperti sehelai kertas tipis di hadapannya! Ia tidak menghancurkan pintu itu dengan menggunakan alat atau menendang pintu itu dengan kakinya, ia hanya berjalan maju dan pintu itu tiba-tiba hancur berkeping-keping.
Tapi penampilannya sama sekali tidak mencerminkan kekasaran, ia malah tampak seperti seorang pelajar yang halus dan lembut, wajahnya yang putih dan bersih itu pun selalu tersenyum.
Sekarang, ia sedang tersenyum dan berkata.
"Aku manusia juga, aku juga mengetuk."
Hakim Berwajah Besi tiba-tiba melihat bahwa walaupun ia tersenyum, nafsu membunuh dan tatapan setajam pisau tampak di matanya. Pengait Jiwa mundur 2 langkah lagi dan berseru.
"Xiao QiuYu!"
Orang itu tersenyum.
"Hebat, sobat, pengetahuanmu memang mengesankan!" PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Hakim Berwajah Besi kembali terkejut.
"Jago Pedang Penghancur Usus Xiao QiuYu?"
Orang itu mengangguk dan menarik nafas.
"Angin dan hujan musim gugur selalu menghadirkan kecemasan, kalau ada yang akan terbunuh, aku merasa cemas."
Hakim Berwajah Besi tak tahan untuk bertanya.
"Mencemaskan apa?"
Xiao QiuYu menjawab dengan santai.
"Sekarang pun aku sedang cemas karena aku tak bisa memutuskan apakah aku yang membunuh kalian atau aku harus membiarkan Liu Toako yang membunuh kalian."
Hakim Berwajah Besi tiba-tiba tertawa, tapi suara tawanya tersekat di tenggorokan dan lebih mirip suara tangisan.
Pengait Jiwa malah lebih lucu, ia memandang ke sekeliling ruangan itu, seolah-olah sedang mencari jalan keluar.
Tiba-tiba seorang laki-laki berkata sambil tertawa.
"Apa yang kau cari? Sepasang kaitan perakmu?"
Laki-laki ini berdiri di luar jendela, wajahnya tirus dan hitam dan tubuhnya pendek, tapi ia mempunyai jenggot berwarna merah yang menutupi sebagian besar wajahnya, juga ada sepasang kaitan di genggamannya, kaitan milik si Pengait Jiwa.
Ia tersenyum dan berkata.
"Aku telah membawakan kaitanmu ke sini, ambillah!"
Waktu ia selesai mengatakan "ambillah", ia mendorongkan tangannya ke depan dan sepasang kaitan itu terbang dengan perlahan ke arah si Pengait Jiwa, benar-benar perlahan, seolah-olah ada sepasang tangan tak kelihatan yang membawanya.
Bahkan Hakim Berwajah Besi mengenali orang ini dan ia berteriak.
"Pengelana Abadi DuGu Fang?"
DuGu Fang juga mengangguk.
"Aku jarang memasuki kamar orang lain, tapi kali ini aku membuat pengecualian!"
Waktu selesai bicara, ia telah menghilang.
Ia tiba-tiba muncul di pintu dan mengetuk pintu yang telah hancur itu; tepat ketika suara ketukan terdengar, ia tiba-tiba melesat kembali ke jendela dan melompat masuk lewat jendela; sambil tersenyum, ia berkata.
"Aku manusia juga, aku mengetuk."
Pintu itu telah hancur berkeping-keping, tapi ia masih mengetuknya; sesudah mengetuk, ia malah melompat masuk lewat jendela.
Pengait Jiwa telah menangkap kaitannya.
Tiba-tiba ia berteriak dengan bengis.
"Apakah kau ke sini untuk mengganggu kami juga?"
DuGu Fang menjawab dengan santai.
"Aku tidak membunuh anjing liar, aku hanya menonton orang membunuh."
Ia menarik sebuah kursi dan duduk, tepat di dekat jendela.
Langit di luar sana tampak semakin merah.
Lu Xiao Feng masih berbaring dengan santai di ranjangnya, seolah-olah tak perduli apa pun yang terjadi di sana, semuanya tak ada hubungannya dengan dirinya.
Ia tahu tentang Liu YuHen, Xiao QiuYu, dan DuGu Fang.
Mungkin tidak banyak orang dunia persilatan yang tak tahu tentang mereka, tapi lebih sedikit lagi orang yang bisa membuat Lu Xiao Feng bangkit dari ranjang itu sekarang.
Tampaknya ia telah memutuskan untuk tinggal di situ dan bermalas-malasan di ranjang.
Liu YuHen, Xiao QiuYu, dan DuGu Fang mungkin bukan orang-orang paling aneh di dunia persilatan, tapi mereka tidak jauh dari itu.
Tapi sekarang mereka datang bersama-sama dan muncul di sini, sebenarnya untuk apa? Walaupun wajahnya tampak sangat hijau, Pengait Jiwa masih bisa mendengus dan berkata.
"Paviliun Baju Hijau tidak ada persoalan atau dendam dengan kalian bertiga, kenapa kalian datang dan membuat masalah dengan kami?"
Xiao QiuYu menjawab.
"Karena aku suka!"
Ia tersenyum dan melanjutkan.
"Aku membunuh siapapun yang aku inginkan bila aku suka, aku ingin membunuh kalian berdua hari ini, maka aku datang untuk membunuh kalian!" PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Pengait Jiwa melirik Hakim Berwajah Besi dan bertanya dengan lambat. "Bagaimana jika kau tidak suka?"
Xiao QiuYu menjawab.
"Bila aku tidak suka, bahkan jika kau berlutut dan memohon juga aku tidak akan mengangkat satu jari pun!"
Pengait Jiwa menarik nafas; saat itu juga Hakim Berwajah Besi melompat maju dan berjumpalitan, dengan sepasang pena hakimnya yang terbuat dari besi ia menutuk ke arah titik darah Langit Terkejut dan Salam Wewangian di tubuh Liu YuHen.
Gerakannya tidak luar biasa, tapi akurat, cepat, dan efektif! Ia malah melangkah maju.
"Buk!"
Sepasang pena hakim itu serentak menusuk pundak dan dada Liu YuHen.
Tapi bola besi yang terpasang di tangan kirinya juga mendarat di wajah Hakim Berwajah Besi.
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wajah itu tiba-tiba hancur terbelah dua.
Ia tidak mengeluarkan suara sedikit pun saat tubuhnya melunglai, tapi kaitan di tangan kanan Liu YuHen menusuk tubuhnya dan mencegahnya roboh ke lantai.
Pena Hakim itu masih menancap di tubuh Liu YuHen, walaupun tidak mengenai titik darah yang dituju, tapi tetap saja menancap dalam-dalam.
Liu YuHen seolah-olah tidak merasakannya dan ia hanya memandang dingin pada wajah yang hancur itu; tiba-tiba ia berkata dengan dingin.
"Ternyata wajahnya tidak terbuat dari besi."
Sebuah sentilan dengan kaitannya dan Hakim Berwajah Besi pun melayang keluar jendela, untuk menemui Hakim yang sebenar-benarnya.
Saat itulah sepasang kaitan perak milik si Pengait Jiwa juga melayang keluar jendela.
Tapi ia masih ada di kamar itu, wajahnya pucat, tangannya terkulai, sambungan di kedua tangan itu mengeluarkan darah dengan derasnya.
Darah juga menetes dari pedang pendek di tangan Xiao QiuYu.
Ia tersenyum, memandang pada si Pengait Jiwa, dan berkata.
"Tampaknya kau tak akan pernah bisa mengait jiwa lagi dengan tanganmu itu!"
Pengait Jiwa mengkertakkan giginya, begitu kerasnya sehingga terdengar di seluruh ruangan itu, tiba-tiba ia menjerit.
"Kenapa kau tidak membunuhku!"
Xiao QiuYu menjawab.
"Karena aku tidak ingin membunuhmu, sekarang aku ingin kau pulang dan beritahu pada orang-orang di gedungmu bahwa mereka lebih baik tinggal di sana dan jangan keluar selama 2 bulan ini, atau mereka akan menemukan kenyataan bahwa sangatlah sukar untuk kembali ke gedung kalian dalam keadaan hidup."
Mimik muka si Pengait Wajah berubah beberapa kali tapi ia tidak berkata apa-apa dan mulai berjalan ke pintu. Tiba-tiba DuGu Fang muncul di hadapannya dan berkata dengan dingin.
"Kau masuk lewat jendela, jadi sebaiknya kau juga keluar lewat jendela!"
Pengait Jiwa menatapnya dengan bengis sebelum akhirnya menghentakkan kakinya2 orang yang masuk lewat jendela itu akhirnya keluar lewat jendela juga.
Liu YuHen memandang langit yang gelap di luar jendela, pena hakim itu masih menancap di tubuhnya.
Xiao QiuYu berjalan menghampiri dan mencabutnya dengan perlahan, melihat darah mengucur dari dadanya, sedikit rasa simpati muncul dari sepasang matanya yang dingin seperti batu.
Liu YuHen tiba-tiba menarik nafas dalam-dalam.
"Sayang sayang."
Xiao QiuYu bertanya.
"Sayang kau tidak mati kali ini?"
Liu YuHen tidak menjawab! Xiao QiuYu menarik nafas dalam-dalam juga.
"Kenapa kau melakukan ini pada dirimu sendiri?"
DuGu Fang tiba-tiba menarik nafas juga.
"Kau menghancurkan usus orang, tapi dia menghancurkan dirinya sendiri!" ______________________________ PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Seseorang telah tewas di kamar itu dan kamar itu sendiri berantakan, Lu Xiao Feng masih tidak bergerak sedikit pun, seolah-olah ia tidak melihat apa-apa. Yang lebih aneh adalah 3 orang itu tampaknya juga tidak melihat dia, seakan-akan tidak ada orang yang berbaring di ranjang tersebut. Kamar itu telah gelap. Mereka berdiri di sana dalam kegelapan, tidak ada yang bicara, tapi tidak ada juga yang pergi. Saat itulah suara musik terdengar mengalun dibawa angin malam, suara yang indah seolah datang dari surga. Semangat DuGu Fang tampaknya tiba-tiba bangkit. Ia berkata dengan suara yang serius.
"Mereka di sini!"
Siapa yang di sini? Siapa yang memainkan musik yang demikian indah? Lu Xiao Feng mendengarkan juga, tak ada yang tahan untuk tidak mendengarkan musik seperti ini.
Ia tiba-tiba menyadari bahwa kamar yang tadinya dipenuhi dengan bau anyir darah sekarang penuh dengan aroma yang sangat harum.
Aromanya lebih wangi daripada harum bunga yang datang terbawa angin bersama alunan musik itu, dalam sekejap mata dunia tampak penuh dengan keharuman yang luar biasa ini.
Lalu kamar yang gelap itu menjadi terang.
Lu Xiao Feng akhirnya tak tahan untuk membuka matanya, tiba-tiba ia melihat bunga-bunga memenuhi udara.
Bunga-bunga segar dari berbagai jenis terbang dibawa angin melalui jendela dan pintu sebelum akhirnya mendarat di lantai dengan perlahan.
Sebuah karpet dari bunga-bunga segar tiba-tiba tercipta di lantai, terhampar hingga keluar pintu kamar.
Seseorang berjalan memasuki pintu.
Lu Xiao Feng telah melihat banyak wanita, ada yang jelek, ada pula yang sangat cantik.
Tapi ia belum pernah melihat wanita secantik ini.
Ia mengenakan jubah hitam lembut yang terjulai sampai ke lantai, menyentuh bunga-bunga segar itu.
Rambutnya yang hitam terurai hingga ke pundak, tapi wajahnya putih, biji matanya yang hitam begitu gelapnya sehingga tampak berkilauan.
Tidak ada perhiasan lain, tak ada warna lain.
Ia berdiri di atas bunga-bunga itu, tapi bunga-bunga yang indah dan berwarna-warni di atas lantai itu tiba-tiba seakan kehilangan warnanya.
Kecantikan seperti ini tidak berasal dari alam dunia, ini sesuatu yang lebih agung, sesuatu yang jauh di luar jangkauan akal pikiran.
Liu YuHen, Xiao QiuYu, dan DuGu Fang diam-diam berpindah ke sudut ruangan, wajah mereka penuh dengan perasaan hormat.
Lu Xiao Feng merasa seakan-akan berhenti bernafas.
Tapi ia masih tidak mau bangkit.
Gadis berjubah hitam itu menatapnya, biji matanya bening dan jernih seperti embun musim semi yang jatuh di atas bunga mawar di saat fajar menjelang.
Suaranya juga lembut seperti angin, seperti angin musim semi yang berhembus di atas danau di pegunungan yang jauh di sana di saat fajar tiba.
Tapi senyumnya misterius, misterius seperti suara seruling yang mengalun di kejauhan di tengah malam yang sepi dan tenang, mengambang tanpa tujuan, membuatnya mustahil untuk ditebak maksud dan tujuannya.
Ia memandang Lu Xiao Feng, tersenyum, tiba-tiba ia berlutut, seolah-olah sebuah awan di langit tiba-tiba turun ke dunia nyata.
Lu Xiao Feng tidak bisa berdiam di ranjang lagi.
Tiba-tiba ia melompat bangkit.
Tiba-tiba ia menjadi seperti sebatang anak panah yang melesat dari busur yang ditarik sekuatnya, tubuhnya terbang menembus kelambu tempat tidurnya; diikuti oleh suara "Brak!"
Ketika ia menembus atap.
Sinar bulan menyinari lubang di atap yang baru saja ia buat, tapi ia sudah tidak kelihatan lagi.
Seorang gadis yang sangat manis dan berwajah jujur dengan mata yang besar PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.
Kekaisaran Rajawali Emas, dan bundar, berdiri di samping gadis berjubah hitam, berdiri atas bunga-bunga.
Melihat Lu Xiao Feng tiba-tiba melarikan diri seperti baru melihat hantu, gadis itu merasa agak takut dan ia tak tahan untuk bertanya.
"Yang Mulia begitu sopan dan hormat kepadanya, kenapa dia malah lari? Apa yang ia takuti?"
Gadis berjubah hitam tidak menjawab pertanyaan itu.
Tiba-tiba ia berdiri, menyentuh dengan perlahan rambutnya yang lembut seperti awan dan sebuah ekspresi aneh muncul di sepasang matanya yang bening dan bersinar; tak berapa lama kemudian ia akhirnya berbisik.
"Dia benar-benar orang yang cerdik, salah satu orang yang paling cerdik di dunia ini!"
Bab 2.
Orang Terkaya Waktu ia memasuki rumah Lo Huo (Huo tua) yang kecil itu, Lo Huo sedang minum arak.
Rumah itu adalah sebuah pondok kayu yang kecil dan sangat sederhana, berdiri di tengah sebuah hutan kecil yang terdiri dari pohon-pohon kurma di lereng sebuah gunung.
Lo Huo juga seperti pondok kayu kecil itu, kecil, sendirian, bersih, dan tegar, mirip sebutir kacang berkulit keras yang telah mengalami berbagai macam badai.
Kebetulan ia sedang minum di sebuah meja yang kecil tetapi indah.
Arak itu baunya enak, ruangan itu penuh dengan kendi arak dari berbagai jenis dan ukuran, dan tampaknya juga berkualitas tinggi.
Waktu ia melihat cangkir arak di tangan Lu Xiao Feng, tak tahan lagi ia tertawa dan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ia berkata.
"Apakah kau takut kalau aku tidak tahu kamu datang ke sini untuk minta minum? Itukah sebabnya kau membawa sebuah cangkir arak untuk mengingatkanku?"
Lu Xiao Feng juga tertawa.
"Waktu berangkat tadi aku hampir tidak punya waktu untuk memakai celana, bagaimana mungkin aku punya waktu untuk meletakkan cangkir ini? Tadi ada arak di cangkir ini, sayang sekarang sudah tumpah."
Lo Huo merasa hal ini sangat janggal sehingga ia mengerutkan alisnya dan bertanya.
"Kenapa kau begitu tergesa-gesa?"
Ia tidak bisa membayangkan apa yang telah terjadi. Lu Xiao Feng menarik nafas dan tertawa masam.
"Tidak ada apa-apa, tadi ada seorang gadis yang memasuki kamarku."
Lo Huo tertawa lagi.
"Rasanya ada saja wanita yang memasuki kamarmu setiap hari, kau tidak pernah ketakutan sebelumnya!"
"Gadis ini berbeda!"
"Apa yang membuatnya begitu berbeda?"
"Semuanya!"
Lo Huo mengedip-ngedipkan matanya.
"Apakah gadis ini sangat buruk?"
Lu Xiao Feng tiba-tiba menggelengkan kepalanya.
"Bukan saja ia tidak buruk, ia malah cukup cantik untuk menjadi seorang dewi, dan dia membawa hawa seperti seorang puteri!"
"Lalu apa yang kau takutkan? Takut dia akan memperkosamu?"
Lo Huo bergurau. Lu Xiao Feng tersenyum.
"Jika dia ingin memperkosaku, maka kau tak akan bisa mengusirku pergi biarpun dengan memakai sapu!"
"Lalu kenapa dia bisa membuatmu melarikan diri?"
Lo Huo bertanya. Lu Xiao Feng menarik nafas lagi.
"Dia berlutut di depanku!"
Lo Huo membuka matanya selebar mungkin dan menatap Lu Xiao Feng, seolah-olah sebuah bunga tiba-tiba tumbuh dari lubang hidungnya. Lu Xiao Feng khawatir ia tidak mengerti dan menerangkan lebih lanjut.
"Tepat sesudah ia memasuki kamarku, tiba-tiba ia berlutut ke arahku, berlutut dengan dua kaki!"
Lo Huo akhirnya menghembuskan nafas sekuatnya dan berkata.
"Aku selalu mengira kau orang yang normal, tanpa masalah sama sekali, tapi sekarang aku mulai agak curiga!"
Lu Xiao Feng tersenyum masam lagi.
"Sekarang kau mulai agak curiga kalau- PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, kalau aku memang ada masalah?"
Lo Huo menjawab.
"Seorang wanita seperti dewi, masuk ke kamarmu, dan berlutut di hadapanmu, tapi kau malah begitu takutnya sehingga melarikan diri dengan panik?"
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Bukan hanya panik, aku malah harus lari lewat atap!"
Lo Huo menarik nafas.
"Tampaknya bukan hanya kau punya masalah, masalah itu pun rupanya sangat besar!"
"Aku lari karena otakku masih bekerja dengan baik!"
"Oh?"
"Sudah kubilang kan, bukan hanya cantik, dia juga membawa hawa tertentu!"
"Hawa seperti apa?"
"Hawa seorang puteri!"
"Pernahkah kau bertemu seorang puteri sebelumnya?"
"Belum, tapi aku tahu bahwa seorang puteri sekalipun tak akan bisa membawa tiga orang pengawal seperti dia!"
"Siapa saja pengawalnya?"
"Liu YuHen, Xiao QiuYu, dan DuGu Fang!"
Lo Huo mengerutkan keningnya.
"Liu YuHen yang bertarung seperti orang mencari mati?"
"Ya!"
Lu Xiao Feng menjawab.
"Xiao QiuYu yang tampaknya halus dan terpelajar tapi kenyataannya kuat seperti banteng liar?"
"Ya!"
"DuGu Fang yang datang dan pergi tanpa jejak dan selalu sendirian?"
"Ya!"
"Mereka bertiga itu pengawalnya?"
"Ya!"
"Dia punya 3 orang pengawal seperti itu, dan masih berlutut kepadamu? "Ya!"
Lo Huo tidak berkata apa-apa lagi. Ia menuangkan secangkir arak lagi dan meminumnya. Lu Xiao Feng juga menghabiskan apa yang tersisa di cangkirnya dan berkata. "Kau mengerti sekarang? "Ya!"
Lo Huo menjawab.
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Menurutmu, kenapa dia berlutut kepadaku?"
"Karena dia ingin kau melakukan sesuatu untuknya!"
"Seorang gadis seperti itu, berlutut di hadapanku, untuk apa sebenarnya?"
"Untuk sesuatu yang sangat sukar!"
"Aku belum pernah bertemu dengannya sebelumnya, mengapa aku mau menempuh segala masalah untuknya?"
"Hanya orang tolol yang mau!"
"Apakah aku tolol?"
"Tidak!"
"Jika kau jadi aku, apakah kau akan lari juga?"
"Aku akan lari seperti kau, mungkin sedikit lebih cepat!"
Lu Xiao Feng menghembuskan nafas panjang sebelum tersenyum kembali. "Tampaknya biarpun kau mulai tua, kau belum menjadi orang bodoh."
Lo Huo menjawab.
"Tapi kau yang bodoh walaupun masih muda."
"Oh?"
"Seorang gadis seperti dirinya, mau berlutut kepadamu dan memohon sesuatu kepadamu, maka persoalan ini pasti tidak bisa diselesaikan oleh orang lain."
Lu Xiao Feng setuju dengan dugaan itu. Lo Huo meneruskan.
"Ia sudah berhasil menemukanmu, apakah menurutmu kau bisa lari?"
"Menurutmu dia akan datang kembali?"
"Mungkin ya!" PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Lu Xiao Feng tersenyum.
"Aku tidak punya banyak keahlian, tapi aku cukup cepat bila melarikan diri!"
"Hingga tidak ada orang yang bisa mengejarmu?"
"Hingga tidak banyak orang yang sanggup mengejarku!"
Lo Huo mendengus. Lu Xiao Feng bertanya.
"Kenapa kau mendengus?"
"Dengusanku itu berarti aku sedang mendengus!"
"Aku tidak tahu apa maksudmu."
"Banyak yang kau tidak tahu."
Lu Xiao Feng tertawa lagi.
"Paling tidak aku masih tahu bagaimana caranya menentukan kendi mana di tumpukan ini yang berisi arak terbaik."
Ia mengambil sebuah kendi, memang yang terbaik. Tapi baru saja ia hendak membuka segelnya, terdengar suara "Brak!"
Yang keras sebanyak tiga kali.
Ada orang yang telah membuat 3 lubang di dinding sebelah kanan, kiri dan di depannya.
Tiga orang laki-laki berjalan masuk melalui lubang di dinding itu.
Ternyata mereka Liu YuHen, Xiao QiuYu dan DuGu Fang.
Dari wajah mereka yang pasti dan tenang, seolah-olah bukan mereka yang membuat lubang di tembok itu.
Seakan-akan mereka bertiga hanya membuka pintu dan kembali ke rumah mereka sendiri setelah semalaman keluar.
Xiao QiuYu tersenyum dan berkata.
"Kami tidak masuk lewat jendela!"
"Jadi kami bukan anjing!"
DuGu Fang menyimpulkan.
Sementara keduanya bicara, masing-masing mengambil sebuah kursi.
Tiba-tiba saja kedua kursi yang berukiran indah itu sudah hancur berkeping-keping.
Liu YuHen duduk dengan perlahan di tempat tidur, tapi baru saja ia duduk seluruh tempat tidur itu sudah roboh dengan menimbulkan suara yang keras.
Xiao QiuYu mengerutkan kening.
"Perabotan ini rupanya tidak kuat."
"Lain kali lebih baik kita ingat supaya tidak membeli perabotan dari sini."
DuGu Fang meneruskan.
Saat kedua orang itu mengucapkan kalimat-kalimat ini, 5 atau 6 macam benda lagi telah hancur.
Lu Xiao Feng dan Lo Huo seolah-olah tidak melihat semua kejadian itu.
Lo Huo masih duduk dan minum-minum, tanpa sedikit pun ada perasaan marah di wajahnya, seolah-olah benda-benda yang mereka hancurkan itu bukan miliknya.
Sebentar saja semua benda di rumah itu sudah hancur, termasuk 20 lebih kendi arak.
Xiao QiuYu memandang sekelilingnya.
"Rumah ini seperti akan roboh, lebih baik kita perbaiki dulu!"
DuGu Fang berkomentar.
"Itu baru ide yang bagus!"
Mereka bertiga mulai membongkar rumah itu. Lu Xiao Feng dan Lo Huo masih duduk di sana, sambil meminum arak mereka dengan perlahan-lahan. "Brak!".
"Bum!".
"Bukk!"
Dinding di 4 sisi rumah itu sudah roboh.
"Buummm!!"
Atap pun roboh, tepat di atas Lu Xiao Feng dan Lo Huo.
Tiba-tiba mereka berdua menghilang.
DuGu Fang dan Xiao QiuYu saling berpandangan dan memandang ke belakang mereka, kedua orang itu ternyata sedang duduk-duduk di lapangan rumput tepat di depan rumah, masih di atas 2 kursi, dan kendi arak pun masih berada di atas meja di hadapan mereka.
Xiao QiuYu berkata lagi.
"Nafsu adalah pisau yang mematahkan tulangmu, arak adalah racun yang merusak perutmu, kami tidak bisa membiarkannya!"
DuGu Fang pun meneruskan.
"Benar, kita tak bisa meninggalkan satu kendi pun!"
Maka ia berjalan menghampiri dengan tenang, mengambil kendi di atas meja, dan melemparkannya ke atas tanah dengan keras.
Kali ini kendi itu tidak hancur.
Tiba-tiba benda itu kembali ke atas meja.
DuGu Fang mengerutkan kening, mengambilnya kembali, dan melemparkannya PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.
Kekaisaran Rajawali Emas, sekuat yang ia bisa.
Kali ini ia melihat apa yang terjadi.
Sebelum kendi itu tiba di tanah, Lu Xiao Feng tiba-tiba merenggutnya di udara.
DuGu Fang melemparkannya lagi, Lu Xiao Feng menangkapnya lagi.
Dalam sekejap mata DuGu Fang telah melempar kendi itu paling tidak sebanyak 8 kali, tapi kendi ini masih tetap berdiri di atas meja.
DuGu Fang menatap kendi itu, seolah-olah ia sudah kehilangan kesadarannya.
Sesudah memandangnya beberapa lama, akhirnya ia berbalik dan berkata pada Xiao QiuYu dengan senyum yang dipaksakan di wajahnya.
"Kendi ini kepunyaan setan, tidak bisa dihancurkan!"
Xiao QiuYu bertanya.
"Setan macam apa?"
"Setan arak tentunya!"
"Biar aku yang coba."
Ia berjalan menghampiri, seakan-akan tidak ada 2 orang lagi yang duduk di meja itu, tiba-tiba mengambil kendi itu dan mendorongnya.
Kendi itu terbang 20 atau 30 m.
Tapi masih tidak hancur.
Waktu kendi itu terbang, begitu juga Lu Xiao Feng.
Waktu Lu Xiao Feng duduk kembali di kursinya, kendi itu juga kembali ke atas meja.
Xiao QiuYu mengambilnya lagi dan mendorong, kali ini kendi itu terbang lebih cepat dan lebih jauh.
Dari lahirnya ia memang lelaki yang sangat kuat, dorongannya yang seperti itu mampu memindahkan sebuah balok besi berbobot beberapa ratus kilogram.
Tapi kendi itu kembali lagi, diikuti oleh Lu Xiao Feng.
Xiao QiuYu juga terpana sehingga ia bergumam.
"Tampaknya memang ada setan yang memiliki kendi ini, setan arak yang punya sayap."
Liu YuHen tiba-tiba mendengus.
Sesudah tertawa sekali, ia sudah tiba di meja itu.
Ia mengambil kendi itu dengan kedua tangannya, memegangnya erat-erat, dan tiba-tiba mencoba menghancurkannya dengan keningnya.
Orang lain berusaha menghancurkan kendi itu, tapi ia tampaknya mencoba menghancurkan kepalanya sendiri.
Xiao QiuYu menarik nafas, kali ini kendi itu pasti akan hancur, tapi kepala Liu YuHen mungkin keadaannya tidak lebih baik.
Tapi kepala itu tidak rusak dan kendi itu juga tidak hancur.
Tangan Lu Xiao Feng tiba-tiba terjulur dan menangkap kendi itu dengan menempatkan tangannya di antara kendi dan kepala Liu YuHen.
Liu YuHen mendengus lagi dan tiba-tiba ia melompat dan menendang perut Lu Xiao Feng.
Tendangan ini juga tidak berhasil.
Lu Xiao Feng tiba-tiba melompat dan berjumpalitan melewati kepalanya, mendarat di belakangnya, masih menahan kendi arak itu dengan tangannya.
Liu YuHen menendang ke belakang, Lu Xiao Feng bersalto kembali ke depannya.
Tiba-tiba ia menarik nafas dan berkata.
"Kendi arak ini adalah kendi kami yang terakhir, kepala itu juga kepalamu yang terakhir, kenapa kau begitu ingin menghancurkan kedua-duanya?"
Liu YuHen menatapnya, sebelah matanya yang masih baik seolah-olah berubah seperti matanya yang rusak, tampak seperti lubang yang gelap dan dalam. Xiao QiuYu tiba-tiba tertawa.
"Kelihatannya orang ini Lu Xiao Feng yang asli!"
DuGu Fang menjawab.
"Oh?"
"Selain Lu Xiao Feng, siapa lagi yang mau bersusah-payah hanya untuk sekendi arak?"
DuGu Fang juga tertawa.
"Itu benar, tidak banyak orang bodoh seperti ini di dunia!"
Sambil tersenyum Xiao QiuYu menjauhkan kendi itu dari Liu YuHen dan meletakkannya kembali di atas meja. "Bruk!"
Tiba-tiba kendi itu pecah berkeping-keping dan arak di dalam kendi juga tumpah di atas meja -- tangan Liu YuHen dan tangan Lu Xiao Feng tadi menyalurkan tenaga dalam ke kendi itu, biarpun kendi itu terbuat dari besi pun ia PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.
Kekaisaran Rajawali Emas, akan hancur.
Xiao QiuYu tercengang sebentar, lalu mengeluarkan sebuah senyuman yang agak dipaksakan.
"Aneh ya? Bila kau ingin menghancurkannya, eh tidak berhasil; bila kau tidak ingin menghancurkannya lagi, eh malah pecah sendiri!"
Lu Xiao Feng menjawab dengan santai.
"Ada banyak kejadian di dunia ini yang terjadi dengan sendirinya dan tidak bisa dipaksakan, jadi kenapa menganggapnya begitu serius?"
Mata Liu YuHen tiba-tiba tampak sedih luar biasa dan membuat iba orang lain.
Ia berpaling dan berjalan menjauh.
Tampaknya apa yang dikatakan Lu Xiao Feng barusan telah mengingatkan dirinya pada suatu rahasia yang terkubur dalam-dalam di benaknya.
Saat itulah sebuah suara yang merdu dan menyegarkan berkata.
"Yang Mulia Tuan Puteri DanFeng dari dinasti Rajawali Emas, sang Puteri Phoenix Merah sendiri, ingin bertemu dengan Tuan Lu, Lu Xiao Feng."
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suara itu milik seorang gadis manis berwajah polos yang memiliki mata besar dan berpakaian warna-warni.
Ia baru saja berjalan keluar dari semak-semak pohon kurma yang lebat, tapi tampaknya seluruh bintang-bintang di langit telah pindah ke matanya.
Lu Xiao Feng bertanya.
"Puteri Phoenix Merah? Puteri DanFeng?"
Gadis itu memandang dirinya dengan sepasang matanya yang bening dan bersinar, dan tersenyum.
"Puteri DanFeng, Phoenix Merah. Bukan Puteri XiaoFeng, phoenix kecil."
Lu Xiao Feng memandang Lo Huo, menarik nafas dan bergumam.
"Jadi dia benar-benar seorang puteri!"
Gadis itu menjawab.
"Seratus persen asli!"
Gadis itu tersenyum lagi, senyuman yang demikian manis.
"Beliau takut Tuan Lu akan lari lagi, maka ia menunggu di luar!"
Meskipun senyumnya manis, ia berbicara lambat-lambat. Lu Xiao Feng hanya bisa balas tersenyum. Gadis itu menatapnya dan tersenyum lagi.
"Beliau menunggu di luar, sekarang pertanyaannya adalah apakah Tuan Lu berani menemuinya atau tidak."
Lo Huo tiba-tiba memotong.
"Tentu saja dia berani!"
Lelaki tua yang pendiam dan misterius itu tersenyum dan melanjutkan.
"Jika dia tidak pergi menemui sang puteri, seluruh rumah teman-temannya mungkin akan segera hancur!"
Bintang-bintang berkerlap-kerlip di langit, bulan muda berdiam dengan nyaman di peraduannya yang gemerlapan, tiba-tiba sebuah keharuman memancar di hutan pohon kurma itu -- asalnya bukan dari pohon kurma, itu adalah bau harum bunga.
Ternyata bau harum itu berasal dari seekor anjing, anjing pemburu yagn tampaknya sangat kuat, dengan telinga yang panjang dan kaki-kaki yang panjang.
Ada banyak rangkaian bunga di tubuh anjing itu, dan ia pun membawa sebuah keranjang bunga di mulutnya.
Di dalam keranjang yang penuh bunga itu sekilas tampak kilauan emas, datangnya dari 4 emas batangan yang masing-masing berbobot paling sedikit 50 tael.
Gadis tadi mengambil keranjang tadi dan berkata dengan manis.
"Ini adalah ganti rugi dari puteri kami atas kerugian laki-laki tua itu, maukah Tuan Lu mewakilinya untuk menerimanya?"
Lu Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya.
"Untuk apa itu? Karena kalian telah merobohkan rumahnya?"
Gadis itu mengangguk. Lu Xiao Feng berkata.
"Empat emas batangan ini totalnya lebih dari 100 tael, bukan uang yang sedikit!"
Pondok kayu yang kecil seperti itu, dengan 50 tael pun kau akan mendapat beberapa buah, maka tentu saja ganti rugi yang ditawarkan gadis itu tidak sedikit PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, jumlahnya. Gadis itu berkata.
"Kami hanya berharap agar pak tua itu mau menerima penghargaan dan penyesalan kami yang kecil ini."
Lu Xiao Feng menjawab.
"Ia tak akan mau!"
"Mengapa?"
"Karena ia tidak butuh 100 tael perak ini sama sekali, dan jika ini ganti rugi untuk rumah itu, tampaknya masih kurang."
"Emas batangan ini masing-masing bernilai 50 tael!"
"Aku tahu."
"Ini masih tidak cukup untuk membayar rumah itu?"
"Masih kurang sedikit!"
"Kurang berapa?"
"Berapa jumlahnya, aku tidak terlalu yakin. Tapi kurasa sekitar 30 atau 40 ribu tael lagi baru cukup!"
"30 atau 40 ribu tael apa?"
"30 atau 40 ribu tael emas, tentunya!"
Gadis itu tertawa.
"Kau tidak mempercayaiku? Gadis itu tak bisa berhenti tertawa, mendengar lelucon seperti itu apa yang bisa ia lakukan selain tertawa? Membayarnya puluhan ribu tael emas? Lu Xiao Feng tiba-tiba mengambil kursi kayu berhias yang tadi ia duduki.
"Apakah kau tahu kursi macam apa ini?"
Gadis itu berkata sambil tertawa.
"Kursi untuk diduduki orang!"
"Tapi kursi ini dibuat 400 tahun yang lalu oleh tukang kayu terkenal Lu Zhi, ia sendiri yang mengukir hiasan-hiasan ini. Hanya ada 11 kursi seperti ini di dunia, 5 ada di istana kaisar, 6 ada di sini, tapi kalian telah menghancurkan 4 di antaranya."
Mata gadis itu terbelalak selebar mungkin ketika ia memandang kursi di tangan Lu Xiao Feng, ia pun tertawa semakin keras! Lu Xiao Feng bertanya.
"Apakah kau tahu siapa yang tinggal di rumah itu sebelumnya?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Dulu pondok itu adalah tempat peristirahatan musim panas milik penyair terkenal Lu FangWeng, ia menuliskan beberapa puisinya di dinding pondok itu, sekarang semuanya telah hancur berkeping-keping."
Mata gadis itu semakin terbelalak dan ia tampak kaget. Lu Xiao Feng berkata dengan santai.
"Setiap potong kayu di rumah itu tidak ternilai harganya, bahkan jika kau datang dengan 40 atau 50 ribu tael emas, itu juga masih kurang."
Ia tertawa kecil dan melanjutkan.
"Untunglah orang tua itu sama sekali tidak ingin kalian membayar kerusakannya, karena 40 atau 50 ribu tael emas hanyalah uang recehan bagi dirinya!"
Gadis itu diam-diam menjilat bibirnya sambil memandang pada si laki-laki tua dengan tidak percaya.
Lo Huo masih duduk dengan nyaman di sana, perlahan-lahan menghirup setengah cangkir arak yang masih tersisa di cangkirnya, seakan-akan tidak ada yang lain di dunia ini yang lebih penting daripada setengah cangkir arak itu.
Lu Xiao Feng tiba-tiba berpaling pada DuGu Fang, tersenyum, dan bertanya.
"Aku tahu kau memiliki pengetahuan yang luas tentang kejadian-kejadian di dunia, maka kupikir kau tentu telah mendengar siapa orang terkaya di dunia!"
DuGu Fang menjawab dengan suara yang berat.
"Jika kau bicara tentang tanah, tentu keluarga Hua di selatan Sungai Yangtze; jika menyangkut benda-benda tak ternilai, maka keluarga Yan di dalam Tembok Besar di daerah ShanXi tengah. Tapi yang benar-benar terkaya, mungkin itulah Huo Xiu."
"Apakah kau tahu orang macam apa Huo Xiu ini?"
"Walaupun ia orang terkaya di dunia, ia suka hidup seperti pertapa, maka tidak banyak orang yang pernah melihatnya; Kudengar dia adalah seorang laki-laki tua PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, yang sangat pendiam dan eksentrik, dan ...."
Tiba-tiba ia berhenti dan memandang Lo Huo. Sekarang semua orang akhirnya menyadari bahwa laki-laki tua yang pendiam dan misterius itu adalah Huo Xiu, orang terkaya di dunia. Lo Huo tiba-tiba menarik nafas dan bangkit dengan perlahan.
"Karena semua orang sudah tahu aku tinggal di sini, aku tak bisa tinggal di sini lagi, kenapa kau tidak mengambilnya saja."
Lu Xiao Feng memandang potongan-potongan kayu di atas tanah dan berkata. "Seingatku kau bahkan tidak mau meminjamkannya kepadaku beberapa hari yang lalu."
Lo Huo menjawab dengan santai.
"Kau sendiri yang mengatakannya, semua benda di sini tak ternilai harganya, bagaimana mungkin aku meminjamkannya pada orang lain?"
"Tapi karena sekarang sudah jadi kayu biasa, kau mau!"
"Itu benar!"
Lu Xiao Feng menarik nafas dan tersenyum.
"Akhirnya aku tahu kenapa kau bisa begitu kaya!"
Wajah Lo Huo tidak berubah sama sekali ketika ia menjawab.
"Ada sesuatu lagi yang harus kau ketahui."
"Apa?"
"Bila kau melarikan diri, memang tidak banyak orang yang bisa mengejarmu di dunia ini; tapi selain orang, ada banyak makhluk-makhluk lain di dunia, contohnya...."
"Contohnya, seekor anjing pemburu dengan penciuman yang sangat tajam!"
Lo Huo menarik nafas.
"Jadi kau tidak begitu bodoh, mungkin suatu saat kau akan kaya juga!" ______________________________ Kereta hitam itu ditarik oleh seekor kuda hitam, hitam berkilauan dan gagah. Kereta hitam itu juga tertutupi oleh bunga-bunga dari berbagai warna. Gadis kecil itu berkata.
"Yang Mulia menantimu di dalam kereta, kenapa kau tidak masuk."
Lu Xiao Feng bertanya.
"Masuk?"
"Mmhmm!"
"Lalu?"
"Lalu kereta ini akan membawamu ke suatu tempat yang tidak pernah kau datangi sebelumnya. Kujamin kau tak akan menyesal setelah kita tiba di sana!"
"Tentu saja aku tak akan menyesal, karena aku tidak ikut."
Gadis itu memandangnya, ia tampak terkejut.
"Kenapa tidak?"
"Kenapa aku harus membiarkan diriku sendiri dibawa ke suatu tempat yang tidak pernah kudatangi oleh orang yang tidak pernah kutemui sebelumnya?"
Gadis itu mengedip-ngedipkan matanya.
"Karena karena kami akan memberimu banyak emas!"
Lu Xiao Feng tertawa. Gadis itu bertanya.
"Kau tidak suka emas?"
"Aku suka, tapi aku tidak suka mempertaruhkan nyawaku hanya untuk emas."
Gadis itu memutar-mutar biji matanya dan kemudian berbisik.
"Di dalam kereta begitu nyaman, Yang Mulia pun sangat cantik, dan perjalanan ini cukup panjang, siapa yang tahu apa yang mungkin terjadi di sepanjang perjalanan!"
Lu Xiao Feng tersenyum.
"Nah, itu lebih manjur untukku!"
Mata gadis itu berkilauan.
"Kau mau masuk?"
"Tidak!"
Gadis itu mencibir.
"Kenapa tidak?"
Dengan tenang Lu Xiao Feng menjawab.
"Aku selalu suka wanita cantik, tapi aku tak suka mempertaruhkan nyawaku untuk wanita cantik!"
"Jadi untuk siapa kau mau mempertaruhkan nyawamu?"
"Untuk diriku sendiri."
"Selain dirimu sendiri, kau tak mau mempertaruhkan nyawamu untuk orang lain PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, di dunia ini?"
"Tidak!"
Mata gadis itu berputar-putar lagi.
"Tidak juga untuk Hua Man Lou?"
"Hua Man Lou?"
Gadis kecil itu berkata dengan santai.
"Kurasa kau tentu tahu siapa Hua Man Lou, ia sedang menunggumu di tempat itu. Jika kau tidak pergi, ia mungkin akan sangat kecewa!"
"Jika ia ingin aku pergi, ia sendiri yang akan datang dan mencariku."
"Sayangnya ia tidak bisa datang sekarang!"
"Kenapa?"
"Karena ia tidak bisa pergi ke mana-mana sekarang!"
"Kau bilang dia sudah jatuh ke tangan kalian?"
"Kira-kira begitulah!"
Lu Xiao Feng tiba-tiba tertawa, seakan-akan ia baru saja mendengar lelucon paling lucu di dunia, ia tertawa begitu kerasnya sehingga tubuhnya terbungkuk. Gadis kecil itu tak tahan untuk tidak bertanya.
"Apa yang kau tertawakan?"
Masih sambil tertawa, Lu Xiao Feng menjawab.
"Kamu. Kamu masih terlalu kecil, bahkan tak tahu bagaimana caranya berdusta!"
"Oh?"
"Jika kalian bisa mendapatkan Hua Man Lou, tentu tak ada hal di dunia ini yang tak bisa kalian lakukan, lalu apa gunanya datang dan mencariku?"
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gadis itu tersenyum kecil.
"Kau tahu, kau tak sebodoh itu, tapi kau juga tidak cerdas!"
"Oh?"
"Jika kau cerdas, kau tentu menyadari 2 hal sekarang!"
"Oh?"
"Pertama, aku bukan anak-anak lagi, aku adalah kakak sepupu Puteri DanFeng. Ia baru 19 tahun, aku sudah 20 tahun."
Ucapannya itu membuat Lu Xiao Feng tercengang dan ia memperhatikan gadis itu lagi. Tak perduli berapa kali ia memandangnya, ia masih melihatnya sebagai seorang gadis berumur 12 tahun, jauh dari usia 20 tahun. Gadis itu meneruskan.
first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 01:11:18
oleh Saiful Bahri Situbondo
Pedang Abadi -- Khu Lung Renjana Pendekar -- Khulung Pengelana Rimba Persilatan -- Huang Yi