Pendekar Kembar 16
Pendekar Kembar Karya Gan KL Bagian 16
Pendekar Kembar Karya dari Gan K L
"Tidak. didunia ini hanya ada dua orang yang mahir menggunakan senjata rahasia ini, yang seorang ialah diriku, yang lain adalah satu-satunya muridku."
Dengan girang Yu Wi menukas.
"Murid Locianpwe itu apakah anak perempuan dan bernama Lau Yok ci?"
"Ya, memang, pernah kudengar nama Gu-mo-thian-ong-ciam dari Liu-cici,"
Seru Hoay-soan- "Sebenarnya aku tidak suka terima murid, akhirnya toh tetap menerima Yok-ci sebagai murid ku,"
Tutur Giok-bin-sin-po dengan tersenyum.
"Kejadian itu juga ada sebab musababnya. Kedatanganku ke lautan ini juga mendapat pesan sesuatu dari muridku itu."
"Urusan apa?"
Cepat Yu Wi tanya. Giok-bin-iin-po tertawa dan berkata.
"Dia bilang ada seorang pemuda she Yu membawa adik perempuan suaminya berobat ke Mo-kui-to, dia sendiri tidak enak untuk ikut, tapi juga merasa kuatir, kebetulan aku hendak mencari sesuatu pulau ditengah lautan ini dan sekalian diminta memperhatikan adik perempuannya."
Kan Hoay-soan menghela napas pelahan, katanya.
"Ai, Lau-cici sungguh sangat baik, selalu memperhatikan diriku."
Mendengar kata "suami", Yu Wi menjadi sedih, sampai saat ini dia belum lagi melupakan Lau Yok-ci.
tapi apa daya, orang sudah punya bakal suami, betapapun dirinya tidak boleh menaksirnya.
Sekarang pahamlah dia siapa yang menghamburkan Gu-mo-thian-ong-ciam tempo hari dan siapa yang menghela napas diluar jendela, kiranya Lau Yok-ki selalu mengikuti jejak Hoay-soan dan melindunginya, maka apa yang dialaminya setelah bertemu dengan Yok-ong-ya tentu juga dilihat seluruhnya oleh nona Lau.
Yu Wi termenung-menung, dia tidak berani lagi mengenangkan Yok-ci, ia coba mengenangkan masa kecilnya, pikirannya jadi melayang-layang.
Belasan hari kemudian, ditemukan sebuah pulau.
Sebuah pulau yang kecil, sejauh mata memandang terlihat dengan jelas kedua ujung pulau yang membentang di depan mata itu, panjangnya paling-paling cuma satu li (500 meter) saja.
Tentu saja mereka sangat girang.
Tapi Yu Wi tetap duduk termenung saja, selama belasan hari ini dia jarang bicara, juga tidak dapat bantu mendayung perahu, maka dia hanya berduduk mengelamun saja, sampai saat ditemukan pulau dia masih tetap mengenangkan kehidupannya di masa lampau.
Hoay-soan menggoyang-goyang pundak Yu Wi, serunya dengan tertawa.
"Lihatlah Toako, bentuk pulau itu mirip sebuah Ho lo (buli-buli, berbentuk buah labu)."
Seruan Hoay soan itu mengagetkan Giok-bin-sin-po, dengan suara rada gemetar ia menegas.
"Apakah betul mirip Ho-lo?"
"Ya, betul, sungguh mirip sekali"
Seru Yap Jing dan Hana berbareng.
Giok-bin-sin-po berhenti mendayung, tapi menyuruh orang lain mendayung terlebih cepat.
sesudah semakin dekat dengan pulau itu barulah ia tahu bahwa saking gembiranya sehingga dirinya lupa ikut mendayung lagi.
Ia mengomeli dirinya sendiri, segera ia angkat penggayuh dan mendayung lagi, tapi terlalu bernafsu sehingga menimbulkan debur air.
Yu Wi dapat melihat jelas kelakuan si nenek.
dengan tertawa ia tanya.
"Locianpwe, ada apa di pulau itu sehingga membuatmu sedemikian gembira?"
"Di sana berdiam seorang tokoh kosen, yaitu guru oh It to,"
Sahut si nenek tanpa pikir.
"Hah, guru oh It-to?"
Seru Yu Wi berkejut. Ia tahu oh It-to adalah jago nomor satu di dunia ini, gurunya bahkan terlebih hebat daripada dia.Ia coba tanya pula.
"Guru oh It-to. bukankah sudah berumur lebih seratus tahun?"
"Ya, sedikitnya berumur 120 tahun,"
Jawab Giok-bin-sin-po.
"Apakah mungkin masih hidup?"
Tanya Yu Wi.
"Tidak. sudah lama mati,"
Ujar si nenek.
Sementara itu perahu sudah menepi, pulau itu benar-benar teramat kecil, panjangnya tidak sampai satu li, lebarnya bahkan cuma belasan tombak saja, bentuknya memang benar-benar serupa buah labu, yakni sempit di bagian pinggang.
Giok-bin-sin-po mendahului melompat keatas pulau, ia coba memandang sekeliling pulau yang gundul tanpa tetumbuhan apa pun sehingga tidak terlihat sesuatu napas kehidupan.
Berturut-turut Yu wi, Hoay-soan, Yap Jing dan Hana juga mendarat.
Setelah memperkirakan keadaan setempat, Yu Wi lantas tanya.
"Cio-locianpwe, apakah dulu pernah ada orang tinggal dipulau ini?"
Giok-bin-sin-po mengiakan secara samar-samar, ia sedang memandang langit, lalu memandang lagi sekeliling pulau, tampaknya sedang merenungkan sesuatu. Setelah sunyi sebentar, kembali Yu Wi tanya lagi.
"Menurut dugaanku, sekalipun pulau ini pernah ditinggali orang, tentu juga takkan berdiam terlalu lama disini."
"Apa dasar dugaanmu ini?"
Tanya Giok-bin-sin-po sambil berpaling.
"Sebab untuk tinggal lama di sini, yang pertama harus diatasi adalah masalah air minum dan rangsum, hal maka nan mungkin bukan soal karena di lautan ada ikan, mengenai air minum, pulau sekecil ini dan dapat dilihat dari ujung ke ujung mana ada sumber air tawar?"
Giok-bin-sin-po mengangguk pelahan, katanya.
"Ya. akupun merasa sangsi, tapi guru oh It-to jelas tinggal disini sampai akhir hayatnya."
Ia merandek sejenak. lalu menyambUng dengan menyesal.
"Jangan-jangan oh It-to sengaja bohong."
"Apakah oh It-to sendiri yang mengatakan gurunya tinggal disini sampai meninggalnya?"
Tanya Yu Wi pula.
"Empatpuluh lima tahun yang lalu, setelah pertemuan besar di Hoa-san, dengan tegas oh It-to mengatakan gurunya berdiam di Ho-lo-to, cara bicaranya waktu itu kelihatan sungguh-sungguh, kalau kupikirkan sekarang juga tetap percaya kepada katerangannya. Tapi kalau melihat keadaan pulau ini, cara bagaimana mungkin dijadikan tempat kediaman dalam jangka waktu sekian lama?"
Dengan penuh harapan Yap Jing dan lain-lain berharap setiba dipulau ini akan mendapatkan air tawar, siapa tahu pulau mini ini ternyata tidak ada sumber air tawar, padahal sisa air dalam perahu mereka tinggal sedikit, beberapa hari lagi akan habis bilamana tidak ada tambahan air, bisa jadi mereka akan mati kehausan.
Karena itu mereka lantas berduduk dengan lesu sehingga tidak memperhatikan apa yang dipercakapkan antara Yu Wi dengan Giok-bin-sin-po.
"Dari percakapan Cio-locianpwe dengan Auyang- losiansing, kudengar kalian menyinggung pertemuan besar di Hoa-san, sesungguhnya pertemuan apa di gunung Hoa itu, dapatkah Locianpwe memberi keterangan lebih jelas?"
Tanya Yu Wi.
"Pertemuan di Hoa-san itu disebut Hoa-san-bu-hwi (pertemuan mengadu silat di Hoa-san), istilah yang diberikan pada waktu itu, dengan usiamu yang masih muda tentu saja kau tidak tahu, biarpun orang Kangouw sekarang juga jarang yang tahu,"
Demikian tutur Giok-bin-sin-po.
"
Untuk bercerita, marilah kita duduk saja."
Sang surya sudah terbit dan memancarkau cahayanya yang hangat.
Yap Jing bertiga merasa lelah, mereka tidak menghiraukan kulit badan akan hangus oleh sinar matahari, tanpa pikir mereka terus berbaring di atas tanah pasir.
Padahal selama hampir sebulan ini kulit badan mereka sudah terjemur hingga hitam, meski pembawaan anak perempuan suka akan kecantikan, tapi dalam keadaan demikian, nyawa saja setiap saat bisa melayang, mana ada yang memikirkan lagi soal kecantikan segala.
Melihat ketiga nona itu tertidur, sungguh Yu wi juga ingin berbaring dan tidur, betapapun tidur di atas tanah jauh lebih enak daripada tidur di atas perahu yang selalu terombang-ambing oleh gelombang laut.
Akan tetapi kisah dunia persilatan dimasa lalu sungguh sangat menarik.
maka ia mencurahkan segenap perhatian untuk mengikuti cerita Gioks bin-sin-po.
Didengarnya si nenek lagi berkisah.
"Hoa-san-bu-hwe itu sungguh tiada bandingannya baik di masa lampau maupun pada jaman kini, pertemuan itu hanya diketahui oleh kaum Cianpwe saja, ada juga tokoh Bu-lim yang tahu pertemuan itu, tapi lantaran urusannya tidak menyangkut kepentingan mereka, maka jarang yang memberi keterangan hasil pertandingan itu."
"Pertandingan besar demikian adalah kejadian yang menggemparkan, masa tidak ada orang lain yang tertarik?"
Tanya Yu Wi.
"Hoa-san-bu-hwe itu berbeda daripada pertandingan di dunia persilatan umumnya, pertandingan itu tidak ada penonton juga tidak ada pemain yang turun ketengah kalangan satu persatu. yang ada cuma berkumpulnya lima orang. Dan hanya gara-gara hasrat seorang diantaranya saja sehingga terkumpul lima orang dalam pertemuan itu. Menurut maksud tujUannya hanya untuk bertukar pikiran saja, untuk mendiskusikan ilmu silat pada umumnya dan tiada maksud saling berebut gelar jago nomor satu segala, sebab itulah ketika hal ini kemudian tersiar di dunia Kangouw juga jarang yang tahu duduknya perkara. Mula-mula, pada suatu malam musim panas pada 45 tahun yang lalu kuterima sepucuk surat singkat, surat itu tertulis. Diharap dengan hormat kehadiran Anda dipuncak barat Hoa-san pada lohor hari Toan-yang, sebagai pengundang tertulis nama oh It-to."
"O, jadi oh It-to yang mengundang akan pertemuan Hoa-san itu?"
Kata Yu Wi. Giok-bin-sin-po mengangguk. katanya.
"surat sesingkat itu mestinya tidak dapat mengundang kutinggalkan Thian-san, sebab Thian-san dengan Hoa-san ada ribuan li jauhnya, mana ada hasratku untuk hadir kesana dari tempat sekian jauhnya, Tapi nama oh It-to siang dan malam selalu berkecamuk dalam benakku, sampai hari kelima, aku tidak tahan, akhirnya kuberangkat juga memenuhi Undangan itu ...."
"Sebab apa?"
Tanya Yu Wi.
"Sebab nama oh It-to waktu itu sangat menggemparkan dunia Kangouw, sudah banyak kudengar ilmu goloknya tiada tandingannya di dunia ini, maka ingin kulihat berdasarkan apa dia merajai dunia persilatan"
"Apakah sebelum itu Cia npwe tidak pernah bertemu dengan oh It-to?"
"Tidak. tidak pernah,"
Sahut Giok-bin-sin-po sambil menggeleng.
"Biarpun ketiga orang lain yang ikut hadir juga belum pernah kenal dia. hal ini disebabkan oh It-to baru menonjol akhir-akhir ini, sedang kan aku dan ketiga orang lainnya sudah lama terkenal, justeru lantaran tidak pernah melihat dia, makanya kami jadi tertarik ingin tahu dan sama hadir dari jauh "
Diam-diam Yu Wi berpikir.
"Cio- locianpwe dan ketiga tokoh lainnya tentu tidak cuma tarkenal saja, tapi pasti tokoh yang berkuasa pada daerah masing-masing, sedang kan oh It-to adalah tokoh muda yang baru menonjol tentu saja ingin mengundang mereka untuk bertanding "
Didengarnya Giok-bin-sin-po berkata pula.
"Sepanjang jalan kurasakan kehadiranku itu mestinya tidak perlu kulakukan, kupikir kungfuku mempunyal keunggulannya sendiri, masakah hanya diundang seorang muda lantas hadir begitu saja, kan menurunkan derajatnya sendiri -Beberapa kali aku bermaksud putar balik, tapi ilmu golok oh It-to yang tiada tandingannya itu sungguh daya tarik yang kuat, betapapun berat bagiku untuk tidak hadir. Akhirnya tiba juga hariToan yang dan kuhadir tepat pada waktunya dipuncak barat Hoa-san- sambil naik ke Hoa-san kupikir bila oh It to hanya bernama kosong saja, maka percumalah perjalanaaku ini, tapi kalau oh It-to benar-benar tiada tandingannya di dunia dan dalam pertandingan nanti akupun kalah, lalu apa yang harus kulakukan? waktu kusampai di atas puncak. kulihat dipuncak yang datar itu sudah dibangun sebuah barak yang tinggi, di dalam barak itu berduduk seorang tua berumur 50-an, aku tidak kenal dia, kukira dia juga salah seorang undangan, diam-diam kupuji persiapan oh It-to yang rapi, sudah dibangunkan barak itu untuk bertanding dengan baik. -Kumasuk kedalam barak. segera orang tua yang berduduk di dalam itu menyambut kedatanganku, setelah memperkenalkan diri baru kuketahu ialah oh It-to sendiri. Sungguh tak kuduga oh It-to adalah seorang kakek berumur 50- an- semula kukira umur oh It-to paling-paling baru 30-an, siapa tahu dia malah lebih tua daripada diriku, -Kemudiau berturut-turut hadir pula Hay-liong-ong Auyang Liong-lian, lalu Wi-san-tayhiap Tan It-kong."
"Wi-san-tayhiap itu apakah suheng seng-jiu-ji-lay-Yok-ong-ya yang termashur itu?"
Tanya Yu Wi.
"Kaupun tahu Wi-san-tayhiap adalah suheng Yok-ong-ya?"
Tanya Giok-bin-sin-po.
"Pernah kudengar dari Yok-ong-ya bahwa gurunya ialah Wi-san-ya-so (si kakek pertapa di Wisan) dan seorang suhengnya dengan kungfu yang mendapat warisan seluruh kepandaian sang guru, namanya termashur di dunia Kangouw dan mendapat predikat Tayhiap."
"Tan It-kong memang pantas mendapat sebutan Tayhiap."
Tutur Giok-bin-sin-po.
"pada waktu termashur, Yok-ong-ya sendiri belum lagi terkenal. Kemudian berkat ilmu pengobatannya barulah nama Yok-ong-ya menggemparkan dunia Kangouw, tapi entah mengapa dia meracun mati suhengnya, peristiwa ini sebegitu jauh masih menjadi teka-teki, semua orang menganggap tidak pantas Yok-ong-ya meracun mati suhengnya sendiri "
Yu Wi tahu sebab musabab kejadian itu, teringat olehnya cerita tentang kedua orang itu samasama bertanding dengan minum racun, tanpa terasa ia meraba kitab Pian-sik-sin-bian dalam bajunya.
"Nama Tan It-kong pada jaman itu jauh lebih gemilang daripada namaku,"
Tutur pula Giok-binsin- po.
"Melihat kedatangannya. kurasakan perjalananku ini cukup berharga mengingat orang yang diundang ternyata ada yang lebih terhormat daripada diriku. Malahan orang terakhir yang tiba juga mempunyai nama lebih tinggi dari padaku, yaitu Tiong-ciu-sin-kiam Liu Tiong-cu, sipedang sakti dari Tiongciu."
"Ah, Toa-supekku,"
Seru Yu wi.
"Apa katamu? Jadi Lau Tiong-cu adalah Toa-supekmu?"
Tanya Giok-bin-sin-po.
"Betul, beliau memang paman guruku, tapi Wanpwe tidak tahu paman guru berjuluk Tiong-ciusin- kiam.
"
"Pantas kau tidak tahu,"
Kata Giok-bin-sin-po.
"sejak muda dia berkelana dan mendapat predikat sebagai Tiong ciu-sin-kiam, tapi setelah pertemuan di Hoa-san, dia mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa sebutan itu tidak digunakan lagi, dan selanjutnya juga tiada orang menyebutnya dengan nama itu. Bagian 28
"Sebab apa Toa supek menghapuskan sebutan kehormatan itu?"
Tanya Yu Wi. Giok bin-sin-po menggeleng, tuturnya dengan gegetun.
"Setelah pertemuan Hoa-san, dia dikalahkan oleh kedelapan jurus ilmu golok oh It-to, ia merasa malu untuk disebut sebagai Tiongciu- sin-kiam, maka tidak mau lagi memakai gelar tersebut"
Ia berhenti sejenak, katanya kemudian sambil memandang Yu Wi.
"Tak tersangka paman gurumu ialah Tiong-ciu-sin-kiam. Selama hidupku hanya mengagumi dua orang, seorang adalah Wi-san-tayhiap Tan It-kong, yang lain ialah Supekmu itu. Aku tidak pernah menerima murid, akhirnya menerima juga Lau Yok-ci sebagai murid hanya lantaran dia adalah keturunan Toa supekmu."
Giok bin-bin-po tidak tanya siapa guru Yu Wi, maklumlah, nenek ini sangat tinggi hati, selama hidup kecuali Tan It-kong dan Lau Tiong-cu memang tiada orang lain yang dikaguminya, maka ia malas untuk tanya siapa guru Yu Wi, biarpun diketahuinya kungfu Yu Wi tidakLah rendah.
Mendengar nama Lau Yok-ci, diam-diam Yu Wi berduka, mestinya hendak dijelaskannya bahwa Toa supeknya tidak punya keturunan, sebab isteri Toa supek seteiah melahirkan anak perempuan, ibu dan anak lantas meninggal semuanya.
Lalu Toa supek tidak berkeluarga lagi, jadi tidak mungkin Lau Yok-ci adalah keturunan Toa supeknya.
Tapi ia merasa berat untuk menyebut nama Lau Yok-ci, rasanya lantas sedih bila menyebut nama nona itu.
"Apakah kau tidak enak badan?"
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanya Giok-bin-sin-po.
"o, ti ... tidak,"
Jawab Yu Wi gugup, Giok-bin-sin-po melihat sikap Yu Wi rada aneh dengan sendirinya ia tidak tahu urusan menyangkut muridnya sendiri, yaitu Lau Yok-ci.
Nenek itu menengadah memandang sang surya di angkasa, secara di bawah sadar ia mengipas dengan tangannya, padahal saat itu matahari tidak tepat di tengah cakrawala, dengan kekuatan Lwekangnya tentu tidak terganggu oleh sedikit hawa panas ini.
"Kemudian bagaimana setelah Toasupek tiba, lalu pertandingan dimulai?"
Tanya Yu Wi. Giok-bin-sin-po bercerita pula.
"Ya, dimulai. Begitu Toa supekmu tiba, oh It-to lantas memberi hormat kepada para hadirin, katanya dengan tenang.
"sungguh beruntung orang she oh dapat mengundang kehadiran Anda berempat. Pada dunia persilatan jaman ini, hanya Anda berempat saja yang terhitung tokoh utama, dengan hormat Wanpwe mohon dengan sangat sudilah kalian memberi petunjuk seperlunya."
"Ucapannya itu membikin senang hati kami, apalagi oh It-to menyebut dirinya sendiri sebagai Wanpwe, kupikir orang ini cukup rendah hati, padahal usia oh It-to lebih tua daripada kami berempat, bahkan lebih tua beberapa tahun daripada Wi-san-tayhiap yang paling tua di antara kami berempat. Pertemuan itu lantas dibuka dengan ramah tamah, benar-benar seperti orang yang sedang berdiskusi tentang ilmu silat.Babak pertama dimulai dengan oh It-to menghadapi diriku, dengan ilmu goloknya yang memang hebat itu, sampai jurus keseribu barulah dia mengalahkan aku. Meski kalah, tapi aku menyerah dengan lahir batin, tidak ada sesuatu yang perlu kusesaLkan. Hanya saja dalam hati kecilku timbul semacam perasaan yang tidak enak, seharian itu aku tidak lagi bicara sepatah kata pun. -Babak berikutnya adalah Lau Tiong-cu lawan Auyang Liong-lian, meski sama kuat dan berakhir dengan seri, tapi sama sekali aku tidak berniat untuk menonton pertandingan mereka. Besoknya pertandingan dilanjutkan, babak pertama oh It-to melawan Auyang Liong-lian. Hasilnya tetap oh It-to lebih unggul, setelah ribuan jurus Auyang Liong-lian juga menyerah kalah, Melihat Auyang Liong-lian juga mengalami kekalahan, perasaanku ya tidak enak itu barulah terasa rada berkurang. Babak kedua giliranku pula menghadapi Wi-san-tayhiap. sesudah ribuan jurus, wi-san-tayhiap melompat mundur dan menyatakan pertarungan itu berakhir dengan seri. Padahal kutahu bilamana diteruskan tentu aku yang akan kalah,jelas Wi-san-tayhiap sengaja mengalah padaku, Hatiku sangat berterima kasih padanya. Kemudian waktu aku bertanding dengan Lau Tiong-cu, dia juga mangalah dan menyatakan pertandingan kami berakhir seri. Inilah sebabnya kukagumi mereka berdua sampai sekarang. -Dalam pertandingan itu, setiap hari tentu oh It-to mulai terjun dalam babak pertama. Pada hari ketiga, kembali dengan ilmu goloknya ia mengalahkan lagi LauTiong-cu pada jurus keseribu. sampai disini barulah kami merasa heran, mengapa berturut-turut dalam tiga babak selalu dimenangkan dia setelah seribuan jurus, tidak lebih dan tidak kurang Jangan-jangan hal ini memang sengaja diaturnya. Padahal tidak perlu sampai seribu jurus sebenarnya dia mampu mengalahkan kami? Mengingat hal itu bukan mustahil, maka pada hari keempat ketika pada babak pertama dia bertanding dengan Wi-san-tayhiap. kami menaruh perhatian khusus terhadap pertandingan mereka. Pribadi Wi-san-tayhiap memang rendah hati tapi di antara kami berempat, tidak dapat disangkal kungfunya terhitung paling kuat, namun dia tidak mau kelihatan lebih unggul daripada kami secara terang-terangan. - Kupikir apabila Wi-san-tayhiap juga dikalahkan oh It-to, maka gelar jago nomor satu di dunia ini dengan sendirinya akan dimilikinya. Kulihat sebelum seribu jurus, oh It-to bertempur dengan teratur dan seenaknya, tapi setelah lewat seribu jurus, mendadak Wi-san-tayhiap juga dikalahkannya. Wi-san-tayhiap mengaku kalah lahir dan batin, tapi menurut pandangan kami, sebenarnya tidak sampai seribu jurus oh It-to dapat mengalahkan wi-san-tayhiap. ini berarti tidak perlu seribu jurus juga dapat mengalahkan kami bertiga. -Pada hari kelima, pertemuan itu diakhiri, antara empat orang yang diundang tak ada yang kalah atau menang, tapi semuanya telah dikalahkan oleh oh It-to, mengenai kepandaian Auyang Liong-lian dia hanya setingkatan denganku, kuberani pastikan bilamana bertanding benar, dia pasti akan dikalahkan oleh Wi-san-tayhiap dan Lau Tiong-cu. Tapi dasar kulit muka si tua itu memang tebal, ia menganggap dirinya dapat bertanding dengan seri bersama kami bertiga, kecuali oh It-to, apabila beelatih lagi sekian lama tentu tidak sulit untuk mengalahkan kami bertiga. Karena itutlah, segera ia menghasut agar kami bersekutu dan mengerubut serta membinasakan oh It-to. Alasan yang dikemukakannya adalah oh It-to tidak cukup jantan, tidak berlaku terang-terangan. Tenlu saja oh It-to kurang senang, apalagi habis mengalahkan empat tokoh besar, sikapnya menjadi agak angkuh, tanpa sungkan ia balas bertanya, 'Memangnya kau tidak terima, dalam hal apa kau anggap aku tidak terang terangan?' -Auyang Liong-lian bilang, kalau oh It-to sudah mengundang kami untuk saling tukar pikiran mengenai ilmu silat masing-masing, seharusnya dia berlaku blak-blakan dan tidak boleh menyimpan rahasia, tidak seluruhnya dia memperlihatkan inti-sari ilmu silatnya. Tanpa tedengaling-aling ia lantas menunjukkan kemenangan oh It-to yang sebenarnya bisa dilakukannya sebelum seribu jurus, tujuannya sengaja menghasut, kami tahu hal ini, namun diam-diam kami juga merasa oh It-to memang sengaja menyimpan kepandaian, seakan-akan undangannya pada kami sengaja hendak mengalahkan kami satu persatu. -Apabila waktu itu oh It-to mau memainkan lagi seluruh ilmu goloknya yang telah mengalahkan kami berempat itu mungkin keributan selanjutnya takkan terjadi, tapi oh It-to justeru berkata dengan ketus, 'Memang tidak perlu seribu jurus dapat kukalahkan kalian, tapi mengingat kalian adalah tokoh terkemuka, jika kalah sebelum seribu jurus, kan bisa kehilangan muka?' -Ucapan ini telah menimbulkan rasa gusar kami, akulah orang pertama yang tidak tahan, aku berteriak. Bagus,jika demikian harap oh-tayhiap sudi memberi petunjuk lagi -sungguh memalukan jika diceritakan, padahal sudah jelas diketahui Auyang Liong-lian sengaja mencari perkara dan ingin mengadu domba, tapi aku toh tidak tahan, berbeda dengan Wi-santayhiap dan Lau Tiong-cu berdua, mereka hanya mengernyitkan kening saja, sedangkan aku lantas angkat golok dan membacok oh It-to. -sekali ini oh It-to juga tidak sungkan-sungkan lagi, segera ia keluarkan ilmu goloknya yang lihay, hanya lima jurus saja aku sudah dikalahkan. Tentu saja hal ini sangat mengejutkan, apabila kejadian ini sampai tersiar bahwa dalam lima jurus saja Giok-bin-sian-li (si dewi cantik) dari Thiansan telah dikalahkan oh It-to ... o, kau tahu, waktu itu aku masih muda, dengan sendirinya tidak berjuluk Giok-bin-sin-po . ." .
"
Yu Wi tertawa. pikirnya.
"Tentu saja tidak disebut Giok-bin-sin-po, masa perempuan berusia 30- an di sebut nenek. bukankah sekarang kau pantas di sebut nenek buyut?"
Lalu terpikir pula olehnya.
"
Waktu mudanya dia digelari sian-li (si dewi) tentu juga pantas, kalau dipandang sekarang saja wajahnya serupa perempuan setengah umur, berbeda jauh daripada umurnya yang sesungguhnya, jelas dia pintar merawat muka sehingga awet muda, sungguh harus dipuji."
"Bahwa aku dikalahkan dalam lima jurus, tentu sukar untuk dipercaya. Akan tetapi fakta memang begitu, tatkala mana aku sangat berduka dan hampir menangis, sungguh sangat memalukan, sebesar itu untuk pertama kalinya aku telah mencucurkau air mata, sialan si Auyang Liong-lian itu, dia malah sengaja berolok-olok, katanya, 'Kenapa menangis, nona cantik? Biar tuan muda membalas dendam bagimu.' Keparat, dia tidak berkaca lebih dulu masakah dia anggap dirinya paling jempolan dan hendak membalaskan dendam bagiku ... ."
Yu Wi ingin tertawa. tapi tidak berani, pikirnya.
"Cara bicara nenek ini seakan-akan lupa pada usianya yang sudah lanjut, jelas itulah nada ucapannya pada masa mudanya."
Didengarnya Giok-bin-sin-po bertutur pula.
"Tapi akhirnya dia juga tidak terhindar dan kekalahan, bukan saja keok dalam lima jurus. bahkan pantatnya terketuk oleh golok oh It-to dan jatuh tersungkur Jelek-jelek Auyang Liong-lian juga seorang maha guru suatu aliran tersendiri, tidak seharusnya oh It-to membuatnya malu begitu. Lau Tiong-cu jadi penasaran, segera ia tampil ke muka dan berkata, 'oh-tayhiap. boleh coba kaupun ketuk aku satu kali'. -Lau Tiong-cu memang lebih kuat daripada Auyang Liong-lian dan juga diriku, tapi iapun dikalahkan oh It-to pada jurus ketujuh meski tidak kalah secara memalukan, tapi cukup membuat sedih Lau Tiong-cu. Melihat ketiga rekannya sudah kalah semua, tanpa bicara Wi-san-tayhiap lantas tampil ke muka dan menusuk dengan pedangnya, oh It-to tertawa bergelak. serunya, 'Haha, sekalipun kulian maju semua juga aku tidak takut.' -Ucapan ini membikin kami tambah dongkol, dalam pada itu Wi-san-tayhiap juga dikalahkan pada jurus ketujuh, kesempatan ini segera digunakan Auyang Liong-lian untuk mengaduk. serunya, 'Ayolah kita maju sekaligus' -Aku memang tidak senang terhadap sikap oh It-to, maka begitu Auyang Liong-lian menubruk maju, tanpa pikir akupun ikut menerjang, baru saja bergebrak. mendadak Wi-san-tayhiap berseru, 'Berhenti dulu, berhenti. Janganlah kita merusak nama baik kita sendiri' Melihat Wi-san-tayhiap dan Lau Tiong-cu tidak ikut maju, teringat olehku main kerubut bukan tindakan yang terhormat, akupun tidak berhasrat untuk bertempur lagi, maka begitu Wi-san-tayhiap berseru segera aku melompat mundur. Tapi Auyang Liong-lian tidak mau mundur, hal ini membikin gemas oh It-to, sekali serang ia robohknn dia pula, bahkan melukainya. -Hal ini menimbulkan rasa gusar Wi-san-tayhiap. katanya. 'oh-tayhiap. tindakanmu ini jelas tidak benar. Kami diundang menghadiri pertemuan ini, tujuan kita adalah berbincang secara baikbaik, jauh-jauh kami datang dengan maksud baik, mengapa kau lukai Auyang-heng sekarang?' -Kesempatan itu segera digunakan Auyang Liong-lian unjuk mengambek. serunya, 'orang she oh, jika memang lihai, ayolah bunuh diriku. Wi-tayhiap dan Lau-tayhiap. kuharap kalian suka mengurus layonku nanti.' Dengan gusar Lau Tiong-cu juga berkata, 'Jangan kuatir, Auyang-heng, tidak nanti dia berani membunuhmu, andaikan terjadi begitu, tidak nanti kami tinggal diam.' -Berturut-turut mengalahkan empat tokoh terkemuka, oh It to tampak sangat senang. apalagi lawannya tidak ada yang mampu menangkis lebih dari tujuh jurus serangannya, dengan tertawa ia berkata, 'Haha, anggaplah orang she oh bertindak salah pada kalian, boleh kalian maju saja sekaligus. coba apakah kalian mampu melayani ketujuh jurus Hay-yan-to-hoatku, bilamana sanggup baru nanti kita bicara lagi.' -Melihat orang tidak mau bicara tentang aturan dan tetap hendak pamer ilmu goloknya, Wi-santayhiap sangat marah, katanya, 'Meski permainan golokmu memang sangat lihai, tapi sayang tenaga dalammu belum cukup kuat, jangankan kami berempat, cukup aku dan Lau-tayhiap berdua saja sanggup mengalahkan kau.' -oh It-to tidak percaya kepada keterangan Wi-san-tayhiap. dengan tertawa ia menjawab, 'Betul, tenaga dalamku memang belum sempurna, bahkan tidak sekuat salah seorang di antara kalian, tapi kalau kau bilang berdua saja sanggup mengalahksn diriku, betapapun aku tidak percaya, bahkan berani kukatakan kau cuma mimpi belaka' -Agaknya Lau Tiong-cu mempunyai pandangan yang sama dengan Wi-san-tayhiap. dengan penuh keyakinan iapun berkata . 'Tapi bila secara beruntung kami dapat mengalahkan kau, lalu bagaimana?' Tanpa pikir oh It to menjawab, 'Apapun permintaan kalian pasti akan kuterima.' Ia menyangka dalam tujuh jurus saja dapat mengalahkan Wi-san-tayhiap dan Lau Tiong-cu, apa artinya biarpun kedua orang itu bergabung dan mengeroyoknya. Ia lupa bahwa dalam hal ilmu silat, setiap gerak jurus serangan memang sangat penting, tapi soal tenaga dalam adalah unsur yang terlebih penting untuk mencapai kemenangan. -Rupanya Auyang Liong-lian dapat melihat hal ini, segera ia berseru, 'Baik, jika kau kalah, kau harus segera membunuh diri, apakah kau berani?' Pancingan Auyang Liong-lian ini ternyata berhasil, dengan tegas oh It-to menjawab, 'Baik, jika orang she oh kalah segera akan membunuh diri' -Pertarungan selanjutnya jelas tidak sama lagi dengan beberapa kali pertarungan sebelumnya, dalam pertandingan sebelumnya Lau Tiong-cu dan Wi-san-tayhiap hanya berpatokan saling belajar dengan oh It-to, asal menyentuh lawan segera diakhiri, sekarang mereka berdua bergabung dan harus menang, maka cara bertempur mereka dilakukan sepenuh tenaga. Mereka menyerang dengan mantap dan bertahan dengan rapat. Benar juga, meski ilmu permainan golok oh It-to sangat bagus, sayang kurang kuat dalam hal tenaga dalam, sukar baginya mematahkan serangan Wi-san-tayhiap dan Lau Tiong-cu. Tapi kalau satu lawan satu tetap kalah, sebab jurus serangun oh It-to terlalu lihai, betapa rapatnya pertahanan akhirnya pasti juga akan bobol. Tapi sekarang dua lawan satu, yang seorang menyerang dan yang lain bertahan secara bergiliran, dengan kerja sama yang rapat, ratusan jurus kemudian oh It-to mulai gelisah, pada kesempatan itu Wi-san-tayhiap dapat mengetuk jatuh pedang oh It-to. seketika oh It-to berdiri kesima dengan muka pucat. Meski menang, tapi Wi-san-tayhiap dan Lau Tiong-cu tidak merasa senang, sebab kemenangan itu adalah berkat main kerubut, apabila bertempur satu lawan satu, tidak mungkin mereka menang. -Auyang Liong-lian lantas membonceng keadaan itu untuk mengejek. 'Huh, jangan berlagak pilon, keberatan untuk menggorok leher sendiri bukan?jika takut mati seharusnya tadi jangan sok omong besar' -Baru habis ucapannya, mendadak oh It-to memungut goloknya yang jatuh itu, kukira dia hendak melabrak Auyang Liong-lian, siapa tahu oh It-to benar-benar mengangkat golok untuk memotong leher sendiri Tampaknya jago nomor satu dijaman itu segera akan mati hanya karena menepati apa yang sudah diucapkannya, syukurlah mendadak pedang Wi-san-tayhiap keburu menangkis golok oh It-to, katanya, 'Hanya satu perkataan saja untuk apa harus mengorbanknn jiwa secara sia-sia' Lau Tiong-cu juga ikut membujuknya, 'Auyang-heng telah kau lukai, boleh kau minta maaf saja padanya dan urusanpun selesai. Pertemuan kita ini hanya untuk tukar pikiran dan belajar kenal dengan ksatria yang namanya menggemparkan dunia Kangouw dan bukan untuk bunuh membunuh, jika kematianmu sampai tersiar, tentu orang Kangouw akan mengira kami yang mendesak akan kematianmu. Maka kuharap kaupikir lagi lebih masak dan jangan menuruti pikiran sesat.' -Perkataan kedua orang itu tidak langsung membujuk oh It-to menghentikan tindakannya akan membunuh diri, mau-tak-mau oh It-to mengurungkan niatnya, katanya dengan menyesal, 'Baiklah, kuminta maaf kepada Auyang-heng.' Tapi Auyang Liong-lian ternyata tidak mau terima, ia berteriak pula, ' Tidak... tidak bisa... Tidak jadi bunuh diri juga boleh, tapi kau sudah janji akan melaksanakan apa pun yang kami minta. sekarang ada suatu syaratku, kalau tidak kau laksanakan, bila urusan ini tersiar, cobalah apakah kau oh It-to masih sanggup berkecimpung di dunia Kangouw?' -sebagai orang Kangouw kita harus menepati janji, meski sejak mula oh It-to tidak suka kepada Auyang Liong-lian. tapi terpaksa ia menerima kahendaknya dan bertanya, 'Apa syaratmu?' -Ternyata Auyang Liong-lian minta oh It-to membeberkan kedelapan jurus ilmu goloknya yang mengalahkan kami itu. Aku jadi tertarik oleh jalan pikirannya itu, segera aku menyongkongnya, 'Betul, beberkan rahasia kedelapan jurus ilmu golokmu itu dan selesailah segala urusan, kami pun takkan menyiarkan apa yang terjadi ini.' -Padahal siapa yang mau menyiarkan peristiwa itu? Memangnya kami tidak malu jika kekalahan kami diketahui umum? Apakah gemilang mengalahkan oh It-to dangan main kerubut? Tapi oh Itto tidak melaksanakan apa yang telah diucapkannya, jika tersiar tentu juga dia akan di tertawai sebagai seorang pengecut, agar bisa tetap berkecimpung di dunia Kangouw mau-tak-mau oh It-to harus membeberkan rahasia ilmu goloknya. Tak terduga, mendadak oh It-to bergelak tertawa dan berkata, 'Kan lebih gampang jika kalian menghendaki kematianku saja?' sembari bicara secepat kilat ia angkat golok dan menabas pula keleher sendiri. Meski cukup cepat Wi-san-tayhiap mencegahnya. tapi senjata oh It-to sudah melukai leher sendiri, cukup parah lukanya, darah mengucur dengan derasnya. Untung Wi-san-tayhiap rada mahir ilmu pengobatan. cepat ia memberinya obat dan membalut lukanya sehingga jiwa oh It-to dapat diselamatkan. oh It-to masih berusaha membunuh diri pula, tapi Lau Tiong-cu telah merampas goloknya, lalu mendamperat aku dan Auyang Liong-lian, 'Hm, percuma kalian menganggap diri sendiri sebagai maha guru suatu aliran, tapi suka mengincar ilmu silat orang lain, apakah kalian tidak malu?' - Kupikir tindakan kami memang tidak patut, maka aku tunduk kepala dan tidak berani menjawab, namun Auyang Liong-lian memang tidak tahu malu, ia masih terus berkaok-kaok, Tidak peduli dia akan membunuh diri atau tidak. yang jelas dia harus mengajarkan ilmu goloknya, kalau tidak, lihat saja akibatnya nanti, oh It-to -Wi-san-tayhiap meajadi gusur. damperatnya.
"Auyang-heng, jika kau berani mendesak ohheng lagi, hal itu sama dengan memusuhi diriku, nanti kita boleh mengadakan peryelesaian tersendiri" -Lau Tiong-cu juga berkata, 'Kau berani mencemarkan nama baik oh-heng, orang she Lau juga takkan tinggal diam.' -Karena kedua orang itu membela oh It-to, seketika Auyang Liong-lian mengkeret dan tidak berani bicara lagi. Kalau oh It-to saja tidak mampu melawan kerubutan kedua orang itu. mana Auyang Liong-lian sanggup? -oh It-to sangat berterima kasih kepada pembelaan Wi-san-tayhiap dan Lau Tiong-cu itu, ucapnya dengan gegetun, 'sebenarnya bukan aku sengaja tidak mau membeberkan rahasia kedelapan jurus ilmu golokku ini, soalnya orang yang mengajarkan ilmu golok kepadaku itu dengan tegas-tegas telah menyatakan bahwn ilmu golok ini dilarang diajarkan lagi kepada siapa pun, untuk itu aku sudah bersumpah akan mentaati pesan beliau.Jika sekarang kubeberkan ilmu golokku akan berarti kulanggar sumpahku sendiri, jadi permintaan ini tidak mungkin kupenuhi. Tapi jika kalian menghendaki kulakukan urusan lain, apa pun akan kulaksanakan, sekalipun terjun kelautan api atau masuk kolam mendidih juga tidak kutolak.' -Wi-san-tayhiap lantas berkata, 'sudahlah, urusan ini jangan disebut-sebut lagi, tidak ada yang menghendaki kau berbuat apa pun. sungguh memalukan jika diceritakan, kami sudah dikalahkan semua olehmu, masakah kami yang menyuruh kau berbuat sesuatu, hanya orang yang tidak tahu malu saja yang dapat bertindak demrkian.' -Ucapan Wi-san-tayhiap itu jelas-jelas ditujukan kepada Auyang Liong-lian dan memakinya sebagai orang yang tidak tahu malu. Tapi dasar bermuka tebal, Auyang Liong-lian berlagak tidak mendengar. orang ini memang licik dan licin, ia tahu jika banyak bicara lagi mungkin akan menimbulkan rasa gusar orang banyak. Agaknya Lau Tiong-cu sangat mengagumi kedelapan jurus ilmu golok oh It-to itu, ia coba tanya siapa gurunya dan menyatakan hasratnya ingin menemui beliau, -oh It-to menjawab bahwa siapa orang yang mengajarkan ilmu golok itu, baik she atau namanya, ia sendiri pun tidak tahu. Kuatir dituduh berdusta, ia lantas bercerita pengalamannya waktu mendapat ajaran ilmu golok itu. Kiranya peristiwa oh It-to mendapat ajaran ilmu golok itu baru terjadi lima tahun sebelumnya, pada satu hari bentengnya kedatangan seorang tua, yang tidak dikenal, esoknya mendadak kakek itu jatuh sakit dan terpaksa tinggal sampai setengah tahun di tempatnya. selama setengah tahun itu oh It-to meladeni orang tua itu dengan hormat. segala keperluannya dicukupi. setelah sembuh, orang tua itu sangat berterima kasih atas budi kebaikan oh It-to, maka ia telah mewariskan padanya delapan
Jilid kitab ilmu golok.
itulah pengantar latihan kedelapan jurus ilmu golok yang hebat.
-oh It-to berlatih menurut petunjuk kitab pusaka itu, lima tahun kemudian selesailah pelajarannya.
setelah berhasil melatih kungfu yang tinggi, tentu saja ia getol mencobanya.
Ia mului mengembara dan mendatangi berbagai perguruan untuk menguji kepandaiannya, ternyata ilmu goloknya .
memang sangat lihai, selama itu belum pernah ketemu tandingan, bahkan tiada seorang pun mampu melawannya lebih dari tiga jurus.
Akhirnya tidak ada lagi yang berani bertanding dengan dia.
Maklumlah, bila seorang sudah tidak ada tandingannya dan tidak dapat bertempur sepuas-puasnya, hal ini justeru dirasakan sangat tidak enak.
Maka dia lantas berusaha mencari kabar dan akhirnya mengetahui nama kami, lalu mengirim kartu undangan.
Kami juga sudah mendengar nama orang she oh itu, tapi tidak menyangka ilmu goloknya yang tidak ada tandingannya itu baru dilatihnya selama lima tahun, padahal kalau oh It-to tidak mendapatkan ajaran ilmu golok itu, paling-paling dia hanya jago silat kelas dua atau tiga saja, seorang jago kelas menengah dengan usia sudah setengah umur, lalu mulai berlatih kungfu baru, tapi baru lima tahun berlatih sudah mampu mengalahkan empat maha guru terkemuka dunia persilatan, hasil yang dicapainya ini sungguh suatu keajaiban.
Dan unsur pokok yang menjadikan keajaiban ini hanya kedelapan kitab ilmu golok pemberian seorang kakek tak terkenal, apabila kakek tak terkenal itu menambahi sedikit pelajaran kungfu yang lain, bukankah kelihaian oh It-to akan lebih hebat lagi.
-Begitulah setelah mengetahui kisah oh It-to mendapatkan ajaran ilmu golok itu, kami tambah ingin bertemu dengan kakek tak bernama itu, ber-ulang2 kutanyai oh It-to pula dimana tempat kediaman kakek itu? semula oh It-to tidak mau menjelaskan.
tapi kemudian Wi-san-tayhiapjuga bertanya, 'Ya, dapatkah kami menemukan beliau? Apabila dapat, sungguh akupun sangat ingin menemui tokoh kosen semacam ini.' -Karena Wi-san-tayhiap sudah ikut bicara, terutama mengingat dia adalah penyelamat oh It-to, betapapun oh It-to sudah hutang budi dan tidak enak untuk tutup mulut lagi, akhirnya ia berkata, 'Menurut keterangan Bu-beng-lojin (kakek tak bernama), katanya kedelapan kitab pusaka pelajaran imu golok ini hanya berisi ilmu golok biasa saja.' -serentak kami berempat merasa heran, sungguh sUkar untuk dipercaya bahwa ilmu golok selihay itu dikatakan cuma ilmu golok biasa saja.
bila empat tokoh terkemuka seperti kami telah dikalahkan kedelapan jurus ilmu golok itu, dan ilmu golok itu dikatakan kungfu biasa, lalu kungfu macam apakah baru terhitung kungfu sejati? -Maka oh It-to menutur pula, katanya, ^'Menurut ceiita Bu-beng-lojin, ilmu silat beliau yang sejati dipelajarinya dari se
Jilid kitab pusaka yang disebut Hian-ku-cip.
barang siapa, asalkan berhasil mempelajari salah satu macam kungfu yang termuat dalam kitab pusaka Hian-ku-cip itu, maka cukup baginya untuk menyapu habis setiap jago silat tanpa tandingan.' -Mendengar ceritanya ini, tanpa, terasa kami hanya menelan air liur, semuanya terpikat oleh keterangannya itu dan ingin menemukan kitab pusaka semacam itu, kupikir asalkan dapat membaca kitab itu, biarpun mati juga tidak menyesal.
Maka tanpa menunggu oh It-to bicara lagi segera kudesak.
'Ayolah lekas ceritakan, di mana tempat tinggal Bu- beng-lojin?' -Dengan kereng oh It-to menjawab, 'Dapat kuterangkan tempat kediaman Bu-beng-lojin, tapi kalian harus bersumpah akan menerima syaratku setelah selesai mendengar ceritaku.' -Kami terdiam dan merasa sangsi.
setelah berpikir sejenak.
Wi-san-tayhiap bicara lebih dulu, ia tanya, 'Apa syaratmu?' -Tidak sulit syaratnya menurut oh It-to, katanya, 'Wi-san-tayhiap, jika sampai kuberikan syarat yang sulit, biarlah orang she oh mati tak terkubur.' -Dengan tegas Wi-san-tayhiap lantas menjawab, 'Baik, aku bersumpah' -setelah kami sama mengucapkan sumpah akan taat kepada syaratnya nanti, lalu oh It-to berkata pula, setelah menyebut Hian-ku-cip.
dan melihat aku tidak tertarik oleh kitab pusaka itu, Bu beng-lojin berkata pula dengan tertawa, 'sekarang kitab Hian-ku-cip tidak menarik perhatianmu, tapi nanti setelah kedelapan
Jilid kitab ilmu golok sudah selesai kau pelajari, tentu timbul hasratmu ingin membaca Hian-ku-cip.
bahkan hasrat membaca terus berkobar sehingga membuat kau lupa makan dan tidak dapat tidur.
-Apa yang diuraikannya itu memang tidak salah, hal ini terbukti setelah oh It-to memberitahukan kepada kami tempat kediaman Bu-beng-lojin selama 45 tahun ini hampir siang malam senantiasa timbul hasratku ingin mencari Bu- beng-lojin, bila teringat kepada kungfu maha sakti dalam kitab pusaka itu, sungguh makan terasa tidak enak tidur pun tidak nyenyak.
Menurut cerita oh It-to setelah mendengar keterangan Bu-beng-lojin itu, ia hanya tertawa saja tanpa menghiraukannya.
sebab dia benar-benar tidak percaya kepada Bu- beng-lojin yang jatuh sakit dan hampir mati itu bisa memiliki kungfu maha sakti, menurut ceritanya, semula kedelapan
Jilid kitab ilmu golok itu pun diremehkan olehnya.
Akan tetapi Bu- beng-lojin masih juga berkata padanya, pada suatu hari kelak, apabila kau ingin menemui diriku, boleh kau datang saja ke Ho-loto.
Ho-lo-to yang dimaksudkan ialah pulau yang kita diami sekarang ini ...
."
Bercerita sampai di sini barulah Giok-bin-sin-po berhenti. Yu Wi memandang sekelilingnya dan berpikir.
"Ho-lo-to ini sedemikian kecil dan tandus, hampir tidak ada tempat untuk berteduh, jangankan bertempat tinggal disini dalam jangka waktu panjang, hanya berdiam satu hari saja disini mungkin akan mati terjemur oleh terik sinar matahari"
Maklumlah, pulau kecil ini memang betul tandus, gundul, datar, lapang, sepotong batu yang agak besar saja tidak ada, cara bagaimana orang akan dapat berteduh dari panas sinar matahari.
Padalal saat ini tepat lohor, sang surya berada di tengah cakrawala, Yu Wi merasakan hawa sangat panas, rasanya seperti dipanggang, lebih- lebih batu karang yang didudukinya, rasanya pantat bisa hangus terbakar.
Anehnya, dilihatnya Yap Jing bertiga yang berbaring di tanah berpasir itu iusteru dapat tidur dengan sangat nyenyak, diam-diam Yu Wi merasa kasihan Kepada ketiga nona itu, selama sebulan ini mereka benar-benar kelelahan dan tidak pernah tidur nyenyak seperti sekarang ini.
Ia berbangkit dan menuju ke perahu, mengambil satu ember air tawar.
Mungkin sudah haus karena sibuk bercerita tadi, Giok-bin-sin-po lantas menceduk satu gayung air dan diminum hingga habis.
setelah membasahi kerongkongan, lalu nenek itu bertutur lebih lanjut.
"
Waktu oh It-to menyebut nama Ho-lo-to, diam-diam kami heran HHo-lo-to macam apakah, mengapa tidak pernah kami dengar nama pulau demikian? serentak pandangan kami lantas terpusat kearah Auyang Liong-lian.
Maklumlah, Auyang Liong-lian adalah raja laut (Hay liong-ong) yang terkenal, pengalamannya berlayar sangat luas, boleh dikatakan segenap pelosok samudera raya pernah dijelajahinya, hanya dia saja yang kenal nama pulau aneh ini.
Tapi Auyang Liong-lian kelihatan gugup karena pandangan kami, cepat ia menggoyang tangan dan berkata.
'Jangan kalian tanya padaku, akupun tidak tahu dimana letak Ho-lo-to, setahuku di dunia ini tidak ada pulau bernama demikian.' -Dengan sendirinya kami tidak percaya, tapi kami pun tidak bertanya lagi melainkan cuma tersenyum saja.
Kami pikir tak apalah jika kau tidak mau bicara.
siapa lagi yang tidak tahu Hayliong- ong merajai lautan dan pasti tahu setiap pulau.
hanya saja tidak kau katakan terus terang.
Agaknya Auyang Liong-lian tahu jalan pikiran kami, cepat ia bersumpah, 'Aku benar-benar tidak tahu, jika kutahu dan tidak kukatakan, biarlah aku keparat, anak jadah.' -Wi-san-tayhiap dan Lau Tiocg-cu lantas percaya padanya, tapi aku tetap tidak percaya.
Aku lantas memberi macam-macam sindiran, kutuduh dia ingin mendatangi HHo-lo-to sendiri, maka tidak mau menerangkan di mana letak pulau itu agar kami tidak mencari lagi.
Lantaran urusan ini, dia telah ribut denganku, karena kedua pihak sama ngotot, hampir saja kami berkelahi.
Kalau kupikirkan sekarang, kejadian itu memang bukan salahnya, hanya setan yang tahu di mana letak Ho-lo-to ini.
Rupanya pulau ini meundapatkan nama Ho lo berbubung bentuknya terupa Ho lo.
Apabila tadi kalian tidak bilang pulau ini berbentuk serupa Ho-lo, mungkin tidak kuperhatikan bahwa pulau sekecil ini adalah tempat kediaman guru oh It-to, akan tetapi, ai ...."
Yu Wi tahu apa sebabnya nenek itu menghela napas, meski pulau ini sudah ditemUkan, tapi tidak ada tanda-tanda pulau ini pernah didiami manusia,jadi percuma saja meski sudah ditemukan, kitab pusaka Hian-ku-cip tidak mungkin tersimpan di pulau tandus ini.
Terdengar Giok-bin-sin-po berkata pula.
"
Karena dilarang oleh Wi-san-tayhiap.
maka aku dan Auyang Liong-lian tidak jadi berkelahi.
Lalu oh It-to menyambung ceritanya, 'Dari nada ucapan Bubeng lojin itu, kutahu beliau berharap kupergi mencarinya di pulau yang disebutkan itu, maka dengan tertawa kunyatakan kelak pasti akan mencari beliau.
Cuma tujuanku mencarinya bukan untuk belajar kungfu yang tertera dalam kitab pusaka Hian-ku-cip melainkan hanya untuk menjenguknya saja sebab apa pun juga beliau terhitung guruku.
setelah belajar kungfunya.
adalah pantas jika kuakui beliau sebagai guru.' -Tapi Bu- beng-lojin lantas menjengek dan menjawabnya, 'Hm,justeru kalau sudah timbul keinginanmu untuk mencari diriku, kukira tujuanmu bukan untuk menyambangi sang guru, tapi cuma ingin mencari dan belajar kungfu dalam kitab Hian-ku-cip.' -oh It-to hanya tertawa saja atas ejekan kakek tak bernama itu, ia tak membantah atau memberi penjelasan, sebab saat itu sama sekali tak terpikir olehnya betapa memikatnya kungfu ynng tertera dalam Hian-ku-cip itu, sama halnya seperti dia tidak berminat terhadap kedelapan
Jilid ilmu golok pemberian si kakek waktu itu.
Kemudian Bu-beng-lojin berkata pula kepada oh It-to dengan serius, 'Kelak boleh saja kau datang menemui aku, tapi ada satu peraturan, yaitu.
bila kau sudah berusia seratus tahun baru boleh kau datang ke Ho-lo-to, tatkala mana tentu aku sudah lama kumati, jadi bukan maksudku menyuruh kau jenguk diriku kesana.
Akan tetapi kau harus tetap ingat, baru boleh datang ke Ho-lo-to setelah kau genap berumur seabad.' -oh It-to tidak mengerti apa maksud Bu-beng-lojin itu, ia coba tanya alasannya.
setelah mendapat penjelasan barulah diketahui bahwa kungfu dalam Hian-ku-cip itu terlalu lihai, kakek itu kuatir setelah oh It-to menguasai kungfu dalam kitab pusaka itu, lalu digunakannya untuk malang melintang di dunia Kangouw dan disalah gunakan sehingga tidak ada orang lain yang mampu mengatasinya, Tapi kalau dia sudah berumur satu abad.
sudah kakek-kakek.
tentu hasratnya untuk unggul sudah hilang.
lalu mulai belajar kungfu dalam Hian-ku-cip.
hasilnya tentu tidak akan digunakan untuk membikin susah sesamanya.
-Waktu itu Bu-beng-lojin mengharuskan oh It-to bersumpah bahwa dia akan taat kepada pesan kakek itu Menurut pikiran oh It-to, apabila dirinya nanti berumur seratus tahun, berjalan saja sudah susah, mana ada hasrat lagi untuk mencari Ho-lo-to, padahal umpama dia mau mencari pulau itu juga sukar dan bergantung pada nasib atau secara untung-untungan, buktinya seperti Auyang Liong-lian yang sudah berpengalaman di bidang pelayaran saja, sudah hampir 50 tahun dia berusaha mencari dan sampai sekarang belum juga menemukan pulau ini.
Maka oh It-to menutur pula, 'selesai Bu-heng-lojin mendengarkan sumpahku.
tampaknya dia merasa puas, tapi diam-diam aku merasa geli, kupikir usiamu sekarang masih jauh dari seratus tahun dan sudah jatuh sakit begini dan hampir mati, tapi kau suruh aku bersumpah baru boleh mencari dirimu bila sudah berumur seabad.
Andaikan kungfu yang terkumpul di dalam Hian-ku-cip itu benar bisa membuat orang awet muda dan panjang umur.
mengapa kau sendiri tidak berlatih supaya sehat dan kuat?' -Dengan sendirinya rasa sangsinya tidak diucapkan, sebelum berangkat Bu-beng-ojin berkata lagi kepada oh It-to, 'setelah perpisahan ini kutahu hidupku tidak tahan lama lagi, sukar bertemu pula bagi kita, kelak bila kau datang ke Ho-lo-to aku sudah berubah menjadi seonggok tulang belaka, mungkin dalam hatimu kaupikir mengapa aku tidak bisa panjang umur, padahal aku memiliki Hian-ku-cip dengan isinya yang ajaib itu? setelah menghela napas menyesal kakek itu berkata pula kepada oh It to, supaya kau tidak penasaran, biarlah kujelaskan bahwa persoalan ini memang ada sebabnya, kelak bila kau datang di Ho-lo-to tentu segalanya akan kau ketahui, tatkala mana asalkan kau latih kungfu dalam Hian-ku-cip.
jangankan umurmu sudah seratus tahun, untuk hidup lagi beberapa puluh tahun tentu juga tidak menjadi soal.' -setelah oh It-to mengantar kepergian Bu-beng lojin, pesan orang tua itu tidak diperhatikannya.
Dilihatnya isi kedelapan
Jilid kitab ilmu golok itu memang rada menarik, maka bila ada waktu luang ia lantas melatihnya.
-Menurut cerita oh It-to, begitu ilmu golok itu mulai dikuasainya, tanpa terasa ia jadi tenggelam dalam keasyikan berlatih, selama lima tahun tanpa kenal lelah ia berhasil meyakinkan ilmu golok itu.
setelah itu, segera teringat olehnya akan kungfu yang tertera dalam Hian-ku-cip seperti ceritera si kakek.
la tidak tahu kungfu macam apakah yang dikatakan bisa membikin awet muda dan panjang umur itu? Masakah bisa lebih lihai daripada ilmu golok? -sang waktu terus berlalu, hasratnya mengunjungi Ho-lo-to untuk mencari Hian-ku-cip bertambah mendesak, ia bilang, kalau saja dia tidak bersumpah.
tentu dia sudah berangkat mencari pulau itu.
sekarang, hanya dengan beberapa jurus ilmu goloknya itu dapatiah dia mengalahkan empat tokoh besar ilmu silat, maka secara terus terang ia berkata kepada kami bahwa dia benar-benar tergila pada kungfu yang tertera dalam Hian-ku-cip.
kalau bisa ia ingin segera mendatangi Ho-lo-to.
-Maka aku lantas berkata, Jika demikian, 'ayolah kita berangkat sekarang juga untuk mencarinya, harus kita baca kungfu mujizat apa yang tercantum dalam kitab pusaka itu.' -Tapi oh It-to lantas menjengek, 'Biarpun aku keranjingan untuk mendapatkan kitab pusaka itu, tapi aku tidak berani melanggar sumpah, tahun ini umurku baru 55, harus 45 tahun lagi, setelah umurku genap seratus baru dapat kupergi mencari Ho-lo-to.' -Auyang Liong-lian mengejek kebodohan oh It-to itu, 'kalau tunggu sampai berumur seratus, andaikan berhasil menemukan kitab itu lalu apa faedahnya? sumpah juga harus dibedakan, apakah masuk di akal atau tidak?' -Mendengar olok-olok Auyang Liong-lian itu, air muka oh It-to seketika berubah, serunya, ' orang she oh memang bukan manusia baik-baik, tapi selama hidup tidak pernah mengingkari janji, apa lagi melanggar sumpah.
sekali sudah sumpah, betapapun tidak menyesal.
sebagai seorang maha guru suatu aliran tersendiri, masakah Auyang-heng malah memandang ringan sumpah?' -Ucapan Auyang Liong-lian memang bertujuan memancing oh It-to agar mau berangkat untuk mencari Ho-lo-to, supaya dia melanggar sumpah lebih dulu.
sebab meski kami juga sudah disuruh bersumpah, tapi oh It-to belum lagi mengemukakan syaratnya, tahulah kami maksudnya menyuruh kami bersumpah, dan sekarang kalau dia melanggar sumpah sendiri, dengan sendirinya kami pun tidak perlu mematuhi sumpah dan boleh ikut pergi mencari Ho-lo-to.
-Benar juga, segera oh It-to menyuruh kami mematuhi syaratnya tadi, katanya.
'Mengingat kedudukan kalian yang tinggi dan terhormat, tentunya kalian takkan melanggar sumpah sendiri, kalau tidak.
apa bedanya kalian dengan kaum pengecut yang rendah dan kotor?' -Padahal di antara kami berempat, kecuali keparat Auyang Liong-lian saja yang tidak bisa pegang janji, kami bertiga tidak nanti melanggar sumpah, mestinya dia tidak perlu bicara demikian.
-oh It-to menambahkan pula.
"Tempat kediaman Bu-beng-lojin telah kukatakan kepada kalian, tapi sekarang kuharuskan kalian mematuhi dua syaratku sebagaimana kalian sudah janji tadi. Pertama, urusan ini hanya diketahui kalian berempat saja dan tidak boleh lagi diceritakan kepada orang kelima tentang adanya Ho-lo-to segala. Kedua, siapa pun dilarang pergi mencari Ho-lo-to ... -Mendingan syarat yang pertama, tapi syarat kedua ..."
Tiba-tiba Yu Wi menghela napas dan berkata.
"Padahal syarat pertama saja tidak dipatuhi oleh Cianpwe sendiri"
"Kenapa tidak kupatuhi?"
Tanya Giok-bin-sin-po dengan kurang senang.
"oh It-to minta kalian jangan diceritakan lagi kepada orang kelima tentang Ho-lo-to, maksud oh It-to adalah supaya tempat kediaman gurunya itu tidak lagi diketahui orang lain. Tapi sekarang cianpwe telah bercerita padaku. bukankah ini berarti telah melanggar sumpah?"
"Memang betul, akan tetapi oh It-to telah berdusta pada kami, untuk apa kami harus patuh pada sumpah ingi?"
Teriak Giok-bin-sin-po dengan gusar.
"Cara bagaimana oh-tayhiap dustai kalian?"
Tanya Yu Wi.
"Sudah 45 tahun Auyang Liong-lian berusaha mencari,"
Demikian tutur Giok-bin-sin-po.
"berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya yang luas apabila di dunia ini benar ada suatu pulau semacam Ho-lo-to ini, dia pasti mampu menemukannya. Akan tetapi dia tidak berhasil menemukannya, sebaliknya malah dapat kita temukan secara tidak sengaja. Bilamana keterangan oh It-to itu betul, Ho-lo-to yang dimaksudkannya pastilah pulau tandus ini, sekarang pulau ini jelas tidak ada penduduknya, bukankah oh It-to telah membohongi kami, bisa jadi pulau yang dikatakan Bu-beng-lojin itu bukanlah Ho-lo-to.' "Tapi menurut peikiraanku. oh-tayhiap tidak mungkin berdusta,"
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kata Yu Wi.
"Akupun berpikir demikian,"
Ujar Giok-bin-sin-po dengan gegetun.
"waktu itu oh It-to bicara dengan jujur dan setulas hati, siapa pun tidak menyangka dia akan berdusta. Tapi sekarang fakta terpampang di depan mata, apakah ada yang percaya lagi kepada keterangannya? "
Setelah menggeleng kepala dan menghela napas, lalu nenek itu menyambung lagi.
"setelah dia menerangkan syaratnya yang kedua, kami menjadi sangat kecewa.Jika sumpah tidak boleh dilanggar, maka siapa pun tidak berani lagi berusaha mencari Ho-lo-to. Padahal orang yang belajar silat seperti kita siapa yang tidak keranjingan ingin mendapatkan kungfu ajaib?Jika oh It-to bisa menjadi jago nomor satu didunia hanya dengan kedelapan jurus ilmu goloknya. maka kungfu yang tersimpan dalam Hian-ku-cip sukarlah dibayangkan hebatnya, coba, siapa yang tahan untuk tidak mencarinya? Biarpun WUsan-tayhiap adalah seorang pendekar besar yang paling jujur, tidak urung beliau juga menggeleng dengan menyesal, katanya, 'sayang, sungguh sayang, bila mana Hian-kucip dapat kubaca, biarpun mati juga tidak menyesal.' -Lau Tiong-cu juga berkata,'Tampaknya Hian-ku-cip akan terpendam untuk selamanya di Ho-loto. dan kalau kitab pusaka dengan ilmu maha sakti ini sampai terbuang begitu saja, sungguh hal ini harus disesalkan dan disayangkan. Maka dari itu, kuharap semoga oh-tayhiap dapatlah panjang umur dan hidup sampai seratus tahun. lalu dapat berkunjung ke Ho-lo-to dan menemukan kitab pusaka Hian-ku-cip serta diwariskan kepada angkatan yang akan datang, walaupun juga ada kemungkinan ilmu maha sakti itu akan dipelajari oleh orang jahat sehingga akibatnya bisa membikin susah sesamanya, akan tetapi seperti halnya air yang dapat menenggelamkan kapal, tapi air juga dapat dilayari kapal, jadi bagaimana jadinya nanti, apakah akan mendatangkan bencana atau keberuntungan bagi sesamanya masih belum dapat dipastikan' -Selagi semua orang merasa bimbang. oh It-to berkata pula. 'Aku sendirijuga tidak tahu apakah sanggup hidup sampai berumur seratus, kiasan Lau-tayhiap memang betul, air dapat menenggelamkan kapal juga dapat mengapungkan kapal. Maka kukira syaratku yang kedua perlu diubah sedikit.' -Rupanya hati oh It-to tergerak juga oleh perkataan Lau Tiong-cu tadi dan tidak sampai hati membiarkan Hian-ku-cip terpendam hilang di Ho-lo-to, maka dia bersedia melunakkan syaratnya yang kedua yaitu kami diperbolehkan datang ke Ho-lo-to untuk mencari kitab pusaka tersebut. Akan tetapi larangan itu tetap berlaku untuk sementara, larangan itu baru batal bila dia sudah berumur satu abad. baik dia sudah meningga dunia atau belum pada waktu itu, Dengan perubahan syaratnya yang kedua itu, maka Hian-ku-cip ada harapan akan beredar dijaman baru nanti dan tidak sampai hilang begitu saja, sebab usia Wi-san-tayhiap dan kami rata- rata lebih muda daripada oh It-to, umpama oh It-to tidak dapat hidup sampai berumur seratus tahun, kami juga tidak pasti akan cekak umur dan mati lebih dulu, dengan demikian tentu di antara kami berempat ada yang sempat mencari Hian ku- cip. -Lalu oh It-to berkata pula, Bu-beng-lojin telah memberi batas umur seratus tahun pad aku, pada waktu itulah baru diperbolehkan mencari kitab pusaka itu, tapi orang lain kan di luar pembatasan tersebut, setiap saat kan boleh pergi mencarinya. Maka bila umurku sudah lewat satu abad, silakan kalian berangkat mencarinva, hal mana tidak dapat dianggap melanggar sumpahku lagi.' -Dan begitulah kami telah bersepakat, semuanya menyatakan setuju. Waktu itu umur oh It-to sudah 55 tahun, maka kami berjanji lewat 45 tahun lagi akan bersama-sama pergi mencari Hianku- cip. -secara berkelakar oh It-to berkata pula, 'Mudah-mudahan aku dapat hidup sampai seratus tahun, lalu pergi mencari Hian-ku-cip bersama kalian, berbareng itu akupun berziarah ke makam Bu-beng lojin di Ho-loto.' -Tapi sayang seribu sayang, oh It-to ternyata tidak berumur panjang, hanya lima tahun kemudian setelah pertemuan di Hoa-san itu, kami lantas menerima berita kematiannya. Dengan menyesal Yu Wi manukas.
"Ya, dia mati diracun oleb sumoay Toa supek."
Giok-bin-sin-po merasa heran, tanyanya.
"Dari mana kau tahu Thio Giok-tin yang meracun mati oh It-to?"
"Kudengar dari keturunan lurus oh It-to sendiri, yaitu Pek-po-pocu oh Ih-hoan,"
Tutur Yu Wi. Giok-bin-sin-po manggut-manggut, katanya.
"Pantas kalau begitu. sebab sedikit sekali orang yang mengetahui hal ikhwal kematian oh It-to itu, kecuali kami, memang cuma keturunan keluarga oh sendiri saja yang tahu. Kasihan, sesudah mati, kedelapan
Jilid kitab ilmu golok yang diterima oh It-to dari Bu-beng-lojin itu telah dicuri oleh Thio Giok-tin, sejak itu keluarga oh lantas runtuh dan sukar bangun kembali.
Kejayaan leluhur mereka yang gilang gemilang di dunia Kangouw pada jamannya tidak pernah kembali lagi pada keluarga oh mereka."
"Tapi Thio Giok-tin juga tidak menerima manfaatnya setelah berhasil mencuri kedelapan
Jilid kitab ilmu golok itu,"
Tutur Yu Wi.
"Setelah pertemuan Hoa-san, kemudian aku lantas mengasingkan diri di Thian-san dan jarang berkecimpung pula di dunia Kangouw, kabarnya Thio Giok-tin berhasil mengubah kedelapan jurus ilmu golok itu menjadi ilmu pedang, mengapa kau katakan dia tidak mendapatkan manfaat dari kitab yang dicurinya itu?"
Yu Wi lantas menceritakan seluk beluk setelah Thio Giok-tin berhasil mengubah ilmu golok menjadi ilmu pedang, tapi mengakibatkan diri sendiri mengalami kesukaran, iapun bercerita pengalamannya mendapatkan ajaran keenam jurus Hai-yan-kiam-hoat.
"Sungguh tak tersangka bahwa kaum wanita tidak dapat meyakinkan Hai-yan-to-hoat, jadi yang beruntung ialah dirimu yang secara kebetulan berhasil belajar enam jurus ilmu pedang itu. Coba apabila kedua tanganmu tidak terikat, lalu kau mainkan keenam jurus ilmu pedangmu itu, pasti Auyang Liong-lian akan kau kalah kan"
Tapi Yu Wi lantas menggeleng, katanya.
"Tidak bisa jadi, Auyang-losiansing adalah maha guru suatu aliran tersendiri, biarpun Wanpwe menguasai keenam jurus ilmu pedang sakti itu juga bukan tandingannya."
"Tapi jangan kau lupakan, dahulu Auyang Liong-lian hanya mampu menahan lima jurus serangan oh It-to. meski sudah lewat berpuluh tahun tapi kungfunya juga tidak kelihatan banyak lebih maju, maka kuyakin keenam jurus ilmu pedangmu pasti mampu mengalahkan dia."
"Daya tempur Hai-yan-kiam-hoat yang lihai harus meliputi kedelapan jurus secara lengkap. meski Wanpwe menguasai enam jurus di antaranya, tapi belum dapat memahaminya secara mendalam, tentu sangat jauh bila dibandingkan oh It-to, kukira tidak sanggup kulawan Auyangsiansing,"
Demikian Yu Wi tetap rendah hati.
"Oo, kalau begitu, kedua jurus Hai-yan-kiam-hoat yang lain tidak boleh tidak harus kau pelajari, sesudah berhasil tentu kau akan merupakan jago nomor satu di dunia, tatkala mana akupun tidak dapat menandingi kau."
Yu Wi menanggapi, ia pikir kitab pusaka itu kini berada pada Nikoh bangsat Thio Giok-tin, untuk mempelajarinya jelas tidak mungkin terjadi.
Apa lagi dirinya bertekad akan membunuhnya untuk membalas sakit hati Ang-bau-kong dan Lam-si-khek.
mana mungkin dirinya memohon padanya agar suka memberikan kitab ilmu pedang itu? sinar matahari semakin panas sehingga membuat orang tidak tahan berduduk lagi di situ.
"Locianpwe, marilah kita berteduh ke atas perahu saja,"
Ajak Yu Wi. Perahu itu beratap dan tidak perlu kuatir akan jemuran sinar matahari. Giok-bin-sin-po menyatakan setuju dan berbangkit. Anehnya dilihatnya Yap Jing bertiga masih tidur dengan nyenyaknya.
"He, kenapa mereka dapat tidur sepulas itu tanpa terganggu oleh terik sinar matahari?"
Ucap nenek itu dengan heran- Yu Wi coba menggoyangi tubuh Yap Jing agar nona itu mendusin, tapi meski sudah didorongdorong belum juga bangun, Begitu juga Kan Hoay soan, didorong-dorong tetap tidak mendusin.
"Kiranya mereka pingsan terjemur sinar matahari,"
Kata Giok-bin-sin-po dengan tertawa. Segera Yu Wi menutuk Jin-tiong-hiat Yap Jing dan Kan Hoay-soan, yaitu Hiat-to atas bibir dan bawah hidung. sejenak kemudian barulah kedua nona itu mendusin, begitu bangun mereka lantas berkaok-kaok.
"Wah, alangkah panasnya? sungguh panas sekali"
"Kalau kalian tak dibangunkan, mungkin kalian akan terjemur hangus,"
Ujar Giok bin-sin-po. selagi Yu Wi hendak membangunkn juga Hana dengan cara yang sama, tiba-tiba dilihatnya Hana telah mendusin sendiri, bahkan lantas berseru dengan tertawa.
"Wah, nyenyak benar tidurku. Eh, apakah mau berangkat?"
Yu Wi melengak melihat keadaan Hana yang segar bugar itu Giok-bin-sin-pojuga heran dan bertanya.
"Kau tidak kepanasan?"
"Kukira tidak terlalu panas, kalau tidak terburu-buru mau berangkat, malahan aku ingin tidur lagi,"
Kata Hana dengan tertawa.
Yu Wi merasa bingung, padahal Hana tidak mahir ilmu silat, mengapa nona ini lebih tahan panas daripada dirinya dan Yap Jing serta Kan Hoay-soan? sungguh janggal, Giok-bin-sin-po tidak tahu Hana tidak mahir ilmu silat, disangkanya nona itu memiliki ilmu gaib, dengan tertawa ia lantas berkata.
"Pulau ini tidak ada makanan dan air minum, tiada gunanya kita tinggal disini, lebih baik cepat pergi saja, mau tidur boleh tidur saja di atas perahu."
"
Guncangan perahu terlalu keras, tidak enak untuk tidur,"
Kata Hana.
"Nanti kalau ketemu pulau besar yang banyak pepohonan rindang, boleh kau tidur sepuasnya disana,"
Ujar Yap Jing dengan tertawa.
Di tengah senda gurau mereka lantas ikut Giok-bin-sin-po menuju ke tempat tambatan perahu Sudah sekian jauh mereka berjalan, Yu Wi ternyata tidak ikut berangkat, ia malah mendekati tempat berbaring Hana tadi, ia berjongkok di situ dan meraba tanah berpasir itu, sekali diraba seketika ia berseru keheranan.
"Aneh, sungguh aneh...."
Mendengar suara anak muda itu. Giok-bin-in-po menoleh dan bertanya.
"Aneh apa?"
"Coba Cianpwe kemari dan memeriksanya,"
Seru Yu Wi. Cepat Giok-bin-sin-po putar balik ke tempat semula dan ikut meraba tempat berbaring Hana tadi. Merasa tanah yang dirabanya itu dingin segar, ia berseru heran dan girang.
"Hah, di bawah sini ada aliran air di bawah tanah, inilah mata air."
Cepat ia menggaruk tanah pasir itu dengan tangan, segera Yu Wi bantu mengeduk, hanya sekejap saja sudah segundukan tanah pasir tergali, mendadak terpancurlah air sumber sehingga badan mereka tersemprot basah kuyup, dengan kaget mereka melompat mundur.
Air yang menyembur keluar itu ternyata sangat dingin melebihi es.
Cepat ketiga nona menyusul tiba, melihat pancuran air sumber itu, mereka coba meraupnya dengan tangan, tapi tangan segera ditarik kembali demi terasa air itu sangat dingin, serentak mereka berteriak.
"He, sungguh aneh! Air apakah ini?"
Pantas tidurku sangat nyenyak seperti tidur di atas kasur air, kiranya di bawah situ ada mata air, apabila airnya mendadak menyembur keluar, mungkin aku bisa mati beku,"
Seru Hana dengan tertawa. Giok-bin-sin-po menggunakan ember untuk menadahi air mancur itu. lalu dijemur sebentar, ketika air diceduk dan dicicipi, rasanya ternyata tawar. Segera ia berseru kegirangan.
"Hah, bagus sekali! Sekarang kita mendapatkan air tawar, kita isi seperahu penuh dan cukup bagi kita untuk sebulan lamanya, andaikan sementara sukar menemukan daratan juga tidak menjadi soal lagi."
"Eh, jika betul air tawar, kuyakin Bu-beng-lojin pasti bertempat tinggal di pulau ini,"
Seru Yu Wi tiba tiba. Giok-bin-sin-po pikir ucapan anak muda itu memang betul, katanya.
"Tak tersangka di bawah pulau kecil ini ada sumber air tawar, bahkan sumber air dingin yang sukar dicari. maka soal Bubeng- lojin bertempat tinggal di sini tidak perlu di sangsikan lagi."
"Tapi apakah mungkin, di mana dia akan tinggal di pulau setandus ini?"
Ujar Yap Jing.
"Mungkin kakek itu tinggal di dalam gua yang terahasia,"
Kata Yu Wi.
"Betul,"
Giok-bin-sin-po berkeplok.
"pasti ada gua di pulau ini, bahkan di dalam gua pasti ada sumber air dingin yang besar, Bu-beng-lojin tidak saja menggunakan sumber air dingin ini untuk air minum, juga digunakannya untuk berlatih kungfu. Sungguh tempat ini suatu tempat tinggal yang teramat bagus."
Begitulah kelima orang lantas berpencar untuk mencari dimana beradanya gua karang, tapi sampai magrib tiada seorang pun menemukan sebuah lubang, apalagi gua.
Mereka lantas berkumpul lagi untuk berunding.
tapi tidak dapat menyimpulkan apa pun.
Sementara itu hari sudah gelap.
Yu Wi mengambil rangsum dari perabu, habis makan berkatalah Yap Jing.
"'Pulau ini tandus dan datar, tiada sesuatu yang aneh sehingga tidak mungkin ada gua, kecuali menggali gua di bawah tanah dan tinggal di situ."
"Kan bisa mati sesak napas tinggal di dalam gua bawah tanah?"
Ujar Yu Wi dengan tertawa. Kan Hoay-soan juga tertawa, katanya.
"Gua galian mudah ditemukan, padahal sekeliling pulau ini sudah kita periksa dan tidak ada tanda-tanda gua galian. Umpama habis digali, ditutup kembali tanpa meninggalkan suatu bekas. hal ini sama juga seperti mengubur dirinya sendiri."
"Sekalipun dapat ditutup lagi gua galian itu juga harus dilakukan orang lain, Orang yang sudah berada di dalam mana bisa mengurung dirinya sendiri lagi dari luar?"
"Hanya tukang batu yang mampu berbuat demikian,"
Ujar Hana seperti anak kecil.
"Walaupun betul, masakan setelah Bu-beng-lojin mengurung dirinya sendiri di dalam, lalu tidak keluar lagi?"
Ujar Yu Wi. Karena tidak masuk akal percakapan mereka, Giok bin-sin-po lantas berkata.
"Sudah lelah semua, ayolah tidur, bicara lagi besok!" =o- 00O00 00O00 -o= Besoknya. masih remang-remang Yu Wi sudah bangun, dilihatnya yang lain masih tidur dengan nyenyaknya. Ia berjalan ke ujung pulau sana dan duduk di tanah memandangi lautan luas yang tak berujung itu. Selagi Yu Wi termenung sendiri, tiba-tiba seorang menegurnya dari belakang.
"Mengelamun apa Toako?"
"O, adik Soan, kau sudah bangun?"
Sapa Yu Wi sambil menoleh. Kan Hoay-soan duduk di samping anak muda itu.
"Pulau sekecil ini terletak di tengah samudera raya ini, pulau ini ibaratnya satu butir pasir di tengah gurun,"
Ujar Yu Wi.
"Toako,"
Kata Hoay-soan tiba-tiba.
"kulihat pulau ini tidak mirip Ho-lo."
"Di mana letak bedanya?"
Jawab Yu Wi dengan tertawa.
"Ho-lo kan juga ada mulutnya, tapi pulau ini tidak ada mulut,"
Kata si nona.
"O, aku tidak memperhatikan hal ini,"
Sahut Yu Wi.
"Bentuk pulau ini memang serupa Ho-lo muka dan belakang besar, kecil bagian tengah. Bentuk Ho-lo juga demikian, bagian yang paling luas sana mirip pangkal Ho-lo."
Yu Wi mengiakan saja dengan tak acuh.
"Jadi tempat kita berada sekarang seharusnya letak mulut Ho-lo, tapi coba kau lihat, bagian ini terputus tidak mirip mulut Ho-lo, kalau memanjang sedikit, lalu mencuat ke atas, jadinya akan mirip sebuah Ho-lo."
Yu Wi berduduk di tepi laut, ia pandang ke bawah. dilihatnya di bawah memang serupa sebuah ujung pulau yang terpotong putus. Ia pandang kedasar laut. tiba-tiba teringat ucapan Hoay-soan yang menyatakan "mencuat atas', ia pikir kalau "mencuat kebawah"
Kan juga bisa terjadi? Kalau sebuah labu yang ujungnya agak serong ditaruh ditempat rata, ujung serong itu akan mencuat ke bawah.
Berpikir demikian, tanpa bicara lagi mendadak ia terjun ke dalam laut.
Keruan Kan Hoay-soan terkejut, ia pikir apakah Toako sudah gila, masakah pagi-pagi buta tanpa lepas baju terjun ke laut, memangnya mau apa? Ingin berenang kan juga harus membuka baju? Segera ia berteriak-teriak.
"Toako, Toako! Lekas naik! Air laut terlalu dingin!"
Tapi dilihatnya Yu Wi terus menyelam ke dasar laut.
"He. jangan!"
Teriak Hoay-soan pula dengan kuatir.
"ada ikan hiu. lekas kembali!"
Karena teriak-teriakannya itu, Giok-bin-sin-po, Yap Jing dan Hana jadi terjaga bangun dan beramai-ramai memburu tiba, tanya mereka.
"Ada apa?"
Hoay-soan menunjuk ke dalam laut dan berseru.
"Entah kenapa, mendadak Toako menyelam kelaut."
Dengan sendirinya Yap Jing dan lain-lain juga tidak berdaya, terpaksa mereka hanya menunggu saja. Tapi sampai sekian lamanya Yu Wi tetap tidak kelihatan naik kembali, ketiga nona menjadi gelisah dan berteriak.
"Toako! Toako! ...."
Akan tetapi tidak ada suara jawaban dan pertanda apa pun, Yu Wi seolah-olah telah ditelan bulat-bulat oleh samudera raya itu.....
TAMAT Bagian Pertama = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = "Pembaca yang mulia, = Tugas Yu Wi belum selesai, dia masih mengemban amanat penderitaan keluarga, sakit hati ayahnya belum terbalas, kewajiban lain juga masih menunggu, misalnya dia masih harus menyelesaikannya urusan pribadinya dengan para nona yang mengelilinginya.
= Yu Wi adalah pemuda yang berdarah panas, Impati dan penuh rasa tanggung jawab, segala persoalan pasti diselesaikannya dengan tuntas, oleh kareua itu kisah lanjutannya akan kita berikan dengan judul.
PENDEKAR SETIA =Penemuan aneh apa dibawah pulau tandus itu dan cara bagaimana Yu Wi akan mengatasi persoalan cinta yang serba kompleks itu, silakan ikuti cerita baru tersebut di atas.
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Tiraikasih WEBSITE
http.//kangzusi.com
first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 21:32:02
Pedang Angin Berbisik -- Han Meng Senyuman Dewa Pedang -- Khu Lung Antara Budi Dan Cinta -- Gu Long