Ceritasilat Novel Online

Pendekar Setia 13


Pendekar Setia Karya Gan KL Bagian 13



Pendekar Setia Karya dari Gan K L

   

   Sekarang mereka menyaksikan cin Pek-ling pimpinan Thay-yang-bun, telah menjadi tawanan, tapi hendak ditolong pergi oleh seorang nikoh tua, dengan sendirinya mereka tidnk tinggil diam dan berusaha merampasnya kembali dengan mati-matian- Sebab kalau cin Pek-ling berhasil mereka bekuk hal ini adalah kejayaan Goat-heng-bun, dalam sejarah permusuhan antara kedua perguruan belum pernah terjadi salah seorang ketua dari pihak lawan tertawan- Sekarang yang menjadi persoalan bagi mereka hanya Yu Wi saja, bila anak muda ini dapat ditundukkan, dengan mudah cin Pek ling akan dapat dibekuknya.

   Akan tetapi mereka tahu kelihaian Yu wi, meski akan menjadi ejekan orang juga tak terpikir lagi, mereka bertiga orang tua terpaksa harus menghadapi seorang anak muda.

   Begitulah maka Koh Peng bertiga lantas mengelilingi Yu wi di tengah, biarpun mereka jauh lebih tua, tiga lawan satu lagi, tapi mereka mas ih juga kebat-kebit, Sedikit pun tidak berani gegabah.

   Maklumkan, pukulan telapak tangan emas Yu Wi terlalu lihai, terlalu sakti, sesungguhnya mereka tidak berani mengharapkan akan menang.

   Sebaliknya Yu Wi juga tidak berani gegabah, betapa tinggi kungfu ketiga kakek yang dihadapinya sungguh sukar dijajaki, kalau menang sih mending jika kalah, dirinya dan Ya-ji serta yang lain-lain seorang pun tidak bisa lolos dengan hidup, Mau-tak-mau timbul rasa menyesalnya telah membela cin Pek-ling yang merupakan musuhnya sendiri itu dengan mempertaruhkan jiwa tujuh orang Sungguh pertaruhan yang besar dan juga terlalu tidak berharga, Namun apa mau dikatakan lagi.

   si nikoh tua berkeras hendak menyelamatkan cin Pek-ling betapa dia harus ingat pada Pek-yan, meski nona ini bukan isteri resmi.

   terpaksa ia harus menyerempet bahaya.

   Cuma iapun rada heran mengapa nikoh tua itu berkeras ingin menolong cin Pek-ling.

   jangan-jangan ada hubungan istimewa di antara mereka, begitu juga sebabnya cin Pek-ling sangat kenal seluk-beluk Bu-eng-bun, mungkin juga karena hubungannya yang erat dengan si nikoh tua ini? Dalam pada itu Koh Peng lantas membentak.

   ia mendahului bertindak secepat kilat, serentak Tan Ho dan Kan Hou juga bergerak.

   serangan mereka bertiga hampir terjadipada saat yang sama sehingga serupa seorang menyerang dari tiga jurusan- Ilmu siat ialah seorang saja sudah cukup menggetarkan dunia persilatan, apalagi sekarang tiga orang menyerang sekaligus, betapa ajaib ilmu pukulan Yu Wi juga sukar menahan kekuatan gabungan tiga tokoh kelas tinggi ini.

   Namun kekuatan tangan kiri Yu wi sudah mencapai tingkatan yang tidak ada taranya, biarpun ke-tiga orang itu menyerang sekaligus, namun selisih sedikit diantara serangan mereka terasa sang at jelas dalam pandangan Yu wi, ini berarti biarpun kerja sama ketiga kakek itu sangat cepat.

   tetap tenaga pukulan mereka tidak tergabung menjadi satu secara keseluruhan, tetap ada perbedaan antara yang menyerang lebih dulu dan menyerang kemudian- Karena titik kelemahan itulah, Yu Wi dapat melayaninya dengan baik, tangan kiri segera bergerak sehingga memancarkan cahaya keemasan, orang lain mengira dia cuma mengeluarkan satu jurus, tak tahunya sekaligus ia memainkan tiga jurus menangkis serangan dari tiga jurusan- Kalau Yu Wi hanya menggunakan satu jurus tentu sukar menandingi serangan gabungan ketiga orang itu.

   Karena cepatnya sehingga tidak ada yang dapat membedakan tiga jurus serangannya yang serupa satu jurus itu.

   Setelah saling gebrak.

   Koh Peng bertiga lantas merasakan harapan untuk menang sangat tipis, sebenarnya kalau satu lawan satu, tidak mungkin mereka mampu menghadapi tangan emas Yu Wi.

   Namun dengan gabungan tiga orang, kekuatan mereka juga tidak boleh diremehkan- dengan keuletan mereka, untuk sementara masih dapat menahan serangan tangan emas dengan Su-ciau-sin-kang itu.

   Hanya sekejap saja belasan jurus sudah berlalu, Yu Wi merasakan daya tekan lawan bertambah berat, ia pikir bila berlangsung terlalu lama, tentu tidak menguntungkan, maka ketika tiba pada jurus ke 73, Yu Wi mengambil keputusan tegas, ia harus melakukan serangan menentukan jika dirinya tidak mau kecundang.

   Maka pada jurus berikutnya.

   mendadak tangan emas Yu Wi telah bertambah sebilah pedang pendek.

   yaitu Hi-jong-kiam, pedang usus ikan, pedang yang sempit dan tipis pemberian putri ketua Thi- bang- pang dahulu.

   Meski harus menghadapi lawan yang bertangan kosong dengan bersenjata, namun Yu wi tidak perlu merasa malu, sebab pihak lawan mengerubutnya dengan bertiga orang, jika terpaksa dia menggunakan senjata juga adil.

   Maka begitu Hi-jong-kiam bergerak.

   pada jurus ke-74 segera berubah menjadi serangan pedang.

   Padahal kungfu andalan Yu Wi justeru terletak pada ilmu pedang, dan di antara ilmu pedangnya adalah Hai-yan-pat-kiam yang top itu, apalagi jurus ilmu pedang yang dikeluarkan ini adalah jurus Tay-lok-kiam, jurus gembira yang merupakan jurus paling ampuh itu, Perubahan ini entah berapa kali lipat manambah daya tempur Yu Wi, maka b eg itu jurus serangan dilancarkan, segera ia berdiri tegak ditengah kalangan dan tidak menyerang lagi, sebab tahu dirinya sudah menang.

   Betul juga, dia sudah menang, sebab Koh Peng bartiga juga melompat mundur, mereka juga tahu sudah kalah.

   Kalau Yu Wi tidak memberi kelonggaran, saat ini mereka pasti tidak dapat berdiri disitu melainkan sudah menggeletak menjadi mayat.

   Tertampak robekan kain berhamburan di udara seperti kupu-kupu.

   Baju bagian dada Koh Peng bertiga sama terbuka.

   Sekonyong-konyong Yu wi berteriak tertahan.

   "Goat-heng-bun"

   Untuk pertama kalinya dia melihat tiga orang murid Goat-heng-bun tulen, sebab pada dada Koh Peng bertiga yang telah telanjang itu terdapat gambar bulan sabit yang ditato.

   Sebegitu jauh Yu Wi tidak mengangangap organisasi Goat-heng-bun yang dibentuk Yu wi sebagai Goat-heng-bun tulen- maka pada waktu menerjang kepungan tadi, baik murid Goat-heng-bun atau anak buah Thi-bang-pang, semuanya dibinasakan tanpa ampun.

   Jika diketahuinya anak murid tulen Goat-heng-bun, tentu tak berani dibunuhnya, sebab Su-ciau-sin-kang yang dikuasai tangan kirinya itu adalah kungfu Goat-heng-bun, jika dia membunuh murid Goat-heng-bun dengan kungfu Goat-heng-bun, betapa terasa berdosa terhadap Ban Yu-coan dan pasti membuat arwahnya merasa sedih.

   Sebabnya Yu Wi turun tangan membantu tadi justeru lantaran ke-120 anak buah yang diajukan Kan ciau-bu itu menggunnkan atas nama Goat-heng-bun, walaupun dalam hati Yu Wi tidak menganggap mereka sebagai murid Goat-heng-bun, tapi tetap turun tangan membantunya.

   betapapun ia tidak dapat menyaksikan nama Goat-heng-bun dikalahkan oleh orang Thay-yang-bun.

   Sekarang dilihatnya tanda bulan sabit pada dada Koh Peng bertiga, ia tidak sangsi lagi, jelas mereka memang betul murid Goat-heng-bun, seharusnya dirinya membantu mereka, tapi sekarang malah memusuhinya.

   Karena itulah ia lantas berpaling dan berkata kepada si nikoh tua.

   "Harap kau serahkan cin Pek-ling kepadaku, cianpwe."

   "Untuk apa?"

   Tanya si nikoh tua.

   "Akan kuserahkan kepada mereka,"

   Jawab Yu Wi dengan suara berat.

   "Apa katamu?"

   Teriak si nikoh tua.

   "Kau ... kau bantu mereka dan tidak lagi membantuku? "

   "cianpwe,"

   Ucap Yu Wi dengan menyesal "Kuhormati engkau sebagai ibu Pek-yan, maka hendak kubela. Tapi sekarang lain keadaannya, di depan murid Goat-heng-bun, adalah kewajibanku untuk menyerahkan ketua musuh bebuyutannya kepada mereka."

   "Sebab apa?"

   Teriak pula si nikoh tua.

   "Ya, sebab apa?"

   Pek-yan ikut bertanya, betapapun ia tidak tenang karena Yu Wi tidak membela ibunya lagi.

   "Sebab aku juga murid Goat-heng-bun,"

   Jawab Yu wi. Keterangan ini membikin kaget para hadirin. Kan Hou juga merasa sangsi, katanya.

   "Janganlah Anda sembarangan mengaku sebagai orang Goat-heng-bun."

   Tapi Koh Peng lantas menukas.

   "Samte, dia memang betul murid Goat-heng-bun"

   Kan Hou memperlihatkan rasa tidak percaya, sedangkan Tan Ho lantas menambahkan.

   "Samte, masakah tidak kau lihat jurus serangan yang digunakan mengalahkan kita tadi adalah Hai-yan-pat-to andalan Goat-beng-bun kita?"

   "Ah, betul, memang betul,"

   Seru Kan Hou.

   "Ilmu golok kita telah diubahnya menjaki ilmu pedang, aku jadi salah lihat."

   Pada saat itulah mendadak Kan ciau-bu berseru.

   "Para murid Goat-heng-bun dengarkan perintah"

   Serentak Koh Peng bertiga membungkuk tubuh dan mengiakan. Namun Yu wi tetap berdiri tegak tanpa menggubrisnya meski tadi dia mengaku sebagai murid Goat-heng-bun. Dengan gusar Kan ciau-bu lantas mambentak "Yu Wi, kau berani membangkang?"

   Yu Wi mencibir dan tetap diam saja. Dalam hati Yu Wi hakikatnya tidak mengakui Kan ciau-bu sebagai ketua Goat-heng-bun segala. Segera Kan ciau-bu berteriak lagi.

   "Koh-tianglo, Tan-tianglo dan Kan-tianglo, apa akibatnya jika ada anak murid yang tidak tunduk kepada perintah ciangbunjin?"

   "Barang siapa tidak tunduk kepada perintah ciangbunjin, segenap anggota akan menistanya dan menjatuhkan hukuman berat padanya.

   "jawab ketiga Tiang lo berbareng.

   "Nah, apa katamu sekarang"jengek Kan ciau-bu terhadap Yu Wi.

   "Saudaraku,"

   Ucap Koh Peng terhadap Yu Wi.

   "Karena engkau mengaku sebagai murid Goat-heng-bun. apakah keberatan kusebut dirimu sebagai saudara?"

   Yu Wi memberi hormat, katanya.

   "Tiang lo adalah Loelanpwe Goat-heng-bun yang masih ada, orang muda sebagai diriku mana berani disebut sebagai saudara?"

   "Meski perguruan kita sangat keras membedakan tingkatan, namun segenap anggota perguruan boleh juga dianggap sebagai saudara."

   Kata Koh Peng.

   "Apalagi belum jelas perbedaan tingkatan antara kita, maka biarlah kupangil saudara padamu "

   Yu Wi mengiakan dengan hormat.

   "Sungguh aku sangat gembira karena ilmu silat perguruan kita telah memancarkan cahaya gemilang pada dirimu,"

   Ucap Koh Peng pula.

   "Ditinjau dari sejarah perguruan kita dari dulu hingga sekarang, hanya kungfu yang kau kuasai ini terhitung yang paling top."

   Yu Wi tahu ucapan orang masih ada lanjutannnya, maka ia bersikap menghormat untuk mendengarkan lagi.

   "Ilmu silatmu mencapai tingkatan tertinggi memang hal yang menggembirakan bagi perguruan Kita, namun, betapapun tinggi kepandaian seorang juga tidak boleh meremehkan tata tertib perguruan sendiri, saudaraku"

   Setelah merendek sejenak, lalu Koh Peng menyambung.

   "Maka ada engkau tetap mengaku sebagai murid Goat-heng-bun, hendaknya secara khidmat sukalah engkau mengumumkannya sekali lagi didepan orang banyak."

   Yu Wi mengiakan- Tapi sebelum dia menyatakan secara resmi, mendadak Ya-ji berseru.

   "Toako?"

   "Ada apa, Ya-ji?"

   Tanya Yu Wi sambil menoleh. Mendengar Yu Wi memanggilnya dengan nama kecilnya, seketika rasa cinta kasih masa lampau membanjir pula dalam hati Soh-sim. Dengan menggembeng air mata Soh-sim alias Bok-ya lantas berkata.

   "Harus kau pikirkan, orang ... orang jahat itu sekarang adalah ketua Goat-heng-bun ... ."

   Diam-diam Yu Wi berterima kasih atas perhatian Ya-ji. ia tahu Ya-ji kuatir bila dirinya mengaku sebagai murid Goat-heng-bun, mungkin Kan ciau-bu akan mengambil tindakan yang tidak menguntungkan dirinya. Dengan tertawa ia menjawab.

   "jangan kuatir, Ya-ji."

   Lalu dengan suara lantang ia berseru.

   "Aku Yu Wi adalah murid Goat-heng-bun, dan akan tunduk kepada setiap peraturan perguruan dengan segala akibatnya."

   "Bagus. bagus"

   Ucap Koh Peng sambil manggut- manggut.

   "Secara pirbadi, dalam kedudukanku sebagai angkatan tua perguruan- akupun mengakui kau sebagai murid Goat-heng-bun."

   Lalu dengan suara kereng ia berseru pula.

   "Sekarang hendaknya saudara Yu menemui pejabat ketua perguruan kita."

   Segera Kan ciau-bu menegak dengan sikap pongah, ia ingin tahu cara bagaimana Yu Wi akan menyampaikan sembah hormat padanya.

   Tak terduga Yu Wi tetap berdiri saja tanpa bergerak.

   Koh Peng coba mengulangi lagi ucapannya dengan suara lebih keras dan menuding Kan ciau-bu.

   "Beliau inilah ketua kita"

   Dengan tenang Yu Wi bertanya.

   "Maafkan bila Wanpwe kurang mengerti, numpang tanya ketiga Tiang lo, cara bagaimaoa membuktikan dia ialah ciangbunjin?"

   Serentak Tan Ho dan Kau Hou mendamperat.

   "Jangan kurang sopan, Yu Wi"

   Yu Wi tetap tenang saja. Koh Peng lantas berkata.

   "Terhadap kedudukan ciangbunjin tidak pantas menaruh curiga."

   "Namun Wanpwe memang tidak tahu,"

   Kata Yu Wi. Rupanya Kau Hou masih mendongkol karena anak muda itu mengalahkan mereka bertiga, bahkan membikin malu mereka dengan merobek baju mereka hingga dada telanjang didepan orang banyak^ maka ia lantas membentak.

   "Dengan pengakuan kami berfiga, masakah perlu disangsikan lagi?"

   Jiwa Koh Peng lebih besar daripada Kan Hou, meski dikalahkan Yu Wi, dia tidak menyesal, sebaliknya malah gembira, sebab merasa perguruan sendiri telah muncul seorang tokoh kelas wah id- sungguh bahagia bagi perguruan sendiri, maka dengan adil ia berucap.

   "Kan-hiante, jangan terlalu kerdil pada pendirian sendiri, hanya pengakuan kita bertiga saja belum cukup berbobot, masih harus dibuktikan lagi dengan sesuatu tanda pengenal."

   Lalu dia berpaling kearah Kan ciau-bu dan berkata.

   "Silakan memperlihatkan tanda kepercayaan ciangbunjin."

   Kan ciau-bu melirik Yu Wi sekejap. lalu mengeluarkan se

   Jilid buku tipis dan diacungkan ke atas.

   Waktu Yu Wi memperhatikannya, jelas itulah kitab pusaka ilmu silat Goat-heng-bun, yaitu Hian-ku-cip.

   Pada tepi sampul buku itu ada sebaris tulisan tinta merah yang berbunyi "Setiap anak murid perguruan kita harus mempelajarinya agar paham cara mematahkan ilmu silat musuh".

   Tulisan ini adalah tulisan tangan ayah ji-bong Taysu yang dulu menjabat sebagai ketua Thay-yang-bun itu.

   Melihat benda pusaka Goat-heng-bun itu memang tulen, sebagai tanda hormat Yu Wi membungkuk tubuh ke arah sana.

   Koh Peng mengangguk sebagai tanda membenarkan sikap Yu Wi itu, katanya.

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Buku ini berisi iktisar segenap ilmu silat perguruan kita, di sini kita sebut sebagai tanda kepercayaan bagi ciangbujin kita."

   "sekarang apakah kau masih sangsi, Yu Wi?"

   Tanya Tan Ho. Sedangkan Kan Hou lantas setengah membentak "Lekas memberi hormat kepada ciangbunjin."

   Baru sekarang Yu Wi menggeser langkah ke depan Kan ciau-bu.

   Rupanya kuatir kitab pusakanya direbut orang, cepat-cepat Kan ciau-bu menyimpan Hian- ku- Cip.

   Padahal kalau Yu Wi benar-benar mau merampasnya, sebelum kitab itu disimpan kembali mungkin sudah berpindah ketangannya.

   Segera Yu Wi membungkuk tubuh hendak melakukan penghormatan- Diam-diam Ya-ji menyesal, ia tahu bilamana penghormatan Yu Wi itu dilakukan, itu berarti secara resmi telah mengaku Kan ciau-bu sebagai pimpinan dan selanjutnya mau-tak-mau Yu Wi harus tunduk kepada perintahnya.

   Dari cerita Yu Wi telah diketahuinya wajah Kan ciau-bu serupa benar dengan Yu Wi.

   tapi hatinya sangat kejam, tidak seperti hati Yu Wi yang jujur dan luhur budi.

   Malahan juga diketahui Kan ciau-bu memandang Yu Wi sebagai musuh besar, dan berniat membunuhnya, maka sekarang ia juga berkuatir.

   Kan ciau bu sendiri tidak percaya Yu Wi akan menghormatnya dengan tulus ikhlas, diam-diam ia sudah menganbil keputusan akan menghina dan membuatnya malu didepan orang banyak.

   sedikitnya harus menyuruhnya menyembah.

   Siapa tahu Yu Wi benar benar berlutut di depannya dan memberi penghormatan terbesar menurut peraturan.

   Hal ini sungguh diluar dugaan Kan ciau-bu, bahkan Ya-ji juga melenggong, semula ia sangka paling-paling Yu Wi hanya menjura sekadarnya saja dan tidak mungkin memberi penghormatan sebesar itu terhadap musuh pembunuh isterinya itu.

   Diam-diam Koh Peng memuji.

   "orang ini sungguh kesatria sejati yang jarang ada dalam dunia persilatan-"

   Sebaliknya Kan ciau-bu juga melenggong karena diluar dugaan Yu Wi memberi peng hormat sebesar itu kepadanya, ia menjadi lupa pada rencananya yang hendak membikin malu Yu Wi, ucapnya dengan gugup.

   "Bangun, lekas bangun"

   Setelah berdiri, Yu Wi lantas memanggil.

   "Koko (kakak) "

   Lazimnya setelah berdiri dia harus memanggil "ciangbun"

   Kepada Kan ciau bu, dengan sendirinya panggilan "Koko"

   Ini diluar dugaan siapa pun, keruan semua orang sama terperanjat. Hanya Soh-sim alias Ya-ji saja diam-diam mangangguk.

   "o, kiranya demikian."

   Kan ciau-bu merasa bingung oleh panggilan itu, sahutnya dengan gugup.

   "Apa ...apa maksudmu ini? ....

   "

   "Seluk beluk urusan ini tidak leluasa dijelaskan begitu saja,"

   Ujar Yu Wi. ia berpaling dan memandang hadirin, lalu berseru.

   "Kukira hadirin sejak tadi merasa heran mengapa wajahku mirip dengan wajahnya seperti saudara kembar, sesungguhnya dia memang kakak kandungku, dia sendiri tidak tahu, tapi aku tahu dengan pasti."

   Mendengar keterangan ini barulah Pek-yan tahu duduknya perkara dan hilanglah rasa sangsinya.

   Kiranya tadi waktu dia melihat Kan ciau-bu, hampir saja disangkanya sebagai Yu Wi, tapi kemudian ia pikir hal ini tidak mungkin, mana bisa Yu Wi yang baru saja keluar dari lembah kurung bersama dia itu secepat ini datang ke Thi-bang-pang dan diangkat menjadi ketua Goat-heng-bun segala, ia menduga mungkin ketua Goat-heng-bun yang menurut berita juga she Yu bisa jadi ada hubungan darah dengan Yu Wi, makanya muka keduanya sedemikian mirip.

   Kemudian iapun sangsi waktu mula-mula kenal Yu Wi mengapa anak muda itu tidak mengaku sebagai anak murid Goat-heng-bun juga tidak mengaku she Yu, hal ini sungguh membuatnya bingung.

   Sekarang setelah mendengar sendiri Yu Wi memanggil "Koko"

   Kepada Kan ciau-bu, ia sangka sebabnya Yu Wi tidak mau mengaku orang she Yu adalah akibat kelakuan Kan ciau-bu yang jahat itu, maka tidak sudi mengakuinya, padahal keduanya adalah saudara kandung.

   Ia mengira rekaan sendiri Itu sangat pintar, tak tahunya di balik urusan ini masih banyak lika-liku.

   Kan ciau-bu sebenarnya tidak she Yu, Yu Wi tidak mau mengaku Kan ciau-bu sebagai saudara karena gemas kepada kelakuannya yang bejat.

   Setelah mengetahui Yu Wi adik sang ketua, Loh Peng tambah senang, segera ia berkata.

   "Selamat ciangbun mempunyai saudara yang berkepandaian maha sakti ini."

   Nyata sama sekali ia tidak menyangsikan kemungkinan Yu wi hanya membual saja, namun wajah keduanya sangat mirip.

   bukti nyata ini tak dapat disangkal oleh siapa pun.

   Meski di dalam hati Kan ciau-bu memandang Yu wi sebagai musuh, tapi orang mau memanggil Koko padanya, dengan senang hati diterimanya juga, pikirnya.

   "Bagus, aku memang lagi kehabisan akal cara mengatasi dirimu, sekararg aku adalah Koko dan juga ciangbun, masakah kau berani lagi membangkang pada perintahku."

   Maka ia hanya menjawab dengan suara pelahan, lalu berseru kepada Koh Peng.

   "Koh-tianglo. Sekarang tangkap dulu musuh bebuyutan kita, cin-Pek-ling."

   Ia pikir dengan perintah ini akan menguji bagaimana reaksi Yu Wi. Koh Peng mengiakan, tanpa kuatir lagi ia dekati si nikoh bermuka buruk.

   "Yan-ji"

   Nikoh tua itu memanggil dengan sedih, ia berharap Pek-yan akan membantunya.

   ia menyadari sangat sukar mencegah tindakan Koh Peng yang akan merampas cin Pek-ling.

   Menghormati orang sebagai ibu mertua Yu Wi, Koh Peng memberi hormat lebih dulu.

   dengan suara pelahan.

   "Taysu, mohon serahkan Pek-ling padaku."

   Diam-diam ia memberi isyarat, serentak Tan Ho dan Kan Hou lantas mengepung ke depan- Tindakan Koh Peng ini hanya ingin membikin si nikoh tua tahu gelagat dan mau mundur teratur agar tidak perlu terjadi pertarungan sehingga membikin Yu Wi merasa serba salah.

   Padahal cukup dia sendiri saja sudah dapat merampas cin Pek-ling dari tangan nikoh tua itu.

   Karena dipanggil ibunya, terpaksa Pek-yan menjawab.

   "Bu, boleh kau serahkan saja Kakek cin kepada mereka."

   "Tidak kau bantuku lagi?"

   Tanya si nikoh tua dengan gusar. Pek-yan menggeleng, pikirnya.

   "Kalau Yu Wi tidak membantu, biar kubantu- juga sia-sia."

   Dia dapat memperhitungkan kekuatan sendiri biarpun ditambah lagi ketiga kakaknya juga tetap bukan tandingan Koh Peng bertiga.

   "Yan-ji."

   Ucap nikoh tua dengan menyesal.

   "apakah kau tega menyaksikan dia ditangkap musuh bebuyutannya dan mati terhina?"

   "Kenapa tidak tega. memangnya ada hubungan apa antara kakek cin dengan diriku?"

   Demikian pikir Pek-yan- "Anak Yan, tidak pantas kau sebut dia sebagai kakek cin, kau tahu sebenarnya dia ...."

   Sampai lama si nikoh tua tergegap. akhirnya baru tercetus ucapannya.

   "sebenarnya dia adalah ayahmu"

   "Ha h, murid Bu-eng-bun masakah mempunyai ayah?"

   Seru Pek-yan kaget.

   "Jangan ..jangan kau bohongiku ... ."

   "Aku tidak berbohong padamu. cin Pek-ling denganku serupa hubungan Yu wi denganmu"

   Ucap si nikoh tua dengan sedih "Tentunya kau tahu siapa ayah Ih-hok?"

   "Ih-hok"

   Yang disebut adalah salah seorang anak kembar yang dilahirkan Pek-yan bersama Yu Wi. yaitu anak perempuan yang dibawa Pek-yan itu. Pek-yan terkesiap. ia menegas dengan suara gemetar.

   "Apa ..,apakah betul?"

   Padahal tidak perlu tanya lagi juga dia tahu si nikoh tua pasti tidak berdusta padanya.

   sebab dari nasibnya sendiri ia dapat membayangkan nasib dan pengalaman sang ibu.

   Meski Bu- eng- bun turun temurun hanya terdiri dari ibu dan anak perempuan, tanpa kenal ayah, juga tidak ada anak lelaki, namun bila salah seorang murid perempuan Bu-eng-bun benar-benar mencintai seorang lelaki, meski pihak perguruan dapat memaksa mereka meninggalkan kekasih yang dicintainya, namun tak dapat memaksa mereka melupakan lelaki itu.

   Serupa Pek-yan, setelah dia meninggalkan Yu Wi dengan membawa Ih-hok, ia sudah ambil keputusan akan putus hubungan dengan Yu Wi, tapi biarpun sampai tua renta pasti juga sukar melupakan bayangan Yu Wi.

   Dahulu, waktu cin Pek-ling kenal si nikoh bermuka buruk, tatkala mana nikoh bermuka jelek itu masih muda remaja dan tidak memakai kedok yang jelek ini, wajahnya secantik bunga, nama kecilnya Jiu-peng.

   Cinta keduanya sangat mendalam, namun cin Pek-ling bukanlah bayangan bibit Jiu-peng cin Pek-ling juga baru berhubungan badan dengan Jiu-peng, namun ada hubungan badan atau tidak- bagi saudara sesama perguruan Jiu-peng, cin Pek-ling tetap dipandang sebagai bayangan bibit Jiu-peng.

   Menurut peraturan, murid Bu-eng-bun tidak boleh mempunyai kekasih yang nyata, Jiu-peng justeru mencintai cin Pek-ling yang tidak pernah menjual bayangan kepada Bu-eng-bun, dengan sendirinya ia tidak mau menganggapnya sebagai pembibit yang kehilangan bayangan dan dipaksa bersama saudara seperguruannya Maka ia memberitahukan kepada cin Pek-ling segala peraturan perguruannya, ia minta cin Pek-ling suka memutuskan hubungan saja.

   Rupanya cin Pek-ling memang orang takut mati, setelah mengetahui bahaya yang mungkin akan mengancam jika dia menyukai Jiu-peng.

   cepat saja dia kabur dan tidak mau kenal Jiu-peng lagi Jiu-peng sendiri sudah kadung mencintai cin Pek-ling, setelah ditinggal pergi, sembilan bulan kemudian lahiriah Pek-yan, Sampai sekarang juga dia masih terkenang kepada cin Pek-ling.

   sejauh itu dia tidak pernah lagi berhubungan dengan lelaki lain seperti perbuatan saudaranya yang lain, diam-diam ia menjaga kesucian demi cin Pek-ling.

   Kemudian cin Pek-ling dapat juga mengetahui jejak Jiu-peng dan mengetahui bekas kekasih itu mempunyai anak perempuan, hanya tidak diketahuinya perempuan itu adalah keturunannya sendiri.

   Karena seluk-beluk yang diketahuinya itu, maka dia menganjurkan Yu wi menjual bayangan kapada Pek-yan untuk bisa masuk ke cu-pi-am dan menolong Bok-ya.

   Cin Pek-ling sendiri dengan mati-matian berusaha menguasai Goat-heng-bun maka dengan harta benda yang dimilikinya ia membeli jasa kepada Bu-eng-bun, tatkala mana Jiu-peng sendiri tidak tahu cin Pek-ling adalah bekas kekasihnya.

   Maklumlah, dahulu Cin Pek-ling tidak menggunakan nama ini, dia kuatir dicari oleh Bu-eng-bun yang lain, maka ganti she dan tukar nama, sebab ia menyadari kepandaian sendiri bukan tandingan orang Bu-eng-bun.

   Setelah lebih 20 tahun, cin Pek ling sudah tua, banyak perubahan pada wajahnya, Jiu-peng jadi pangling dan mengira dia cuma langganan Bu-eng-bun yang ingin memberi order pekerjaan saja, Baru pada waktu berlangsungnya pesta tadi, demi mohon bantuan Jiu-peng, diam-diam cin Pek-ling memberitahukan padanya siapa dirinya sendiri, tentu saja Jiu-peng tercengang, setelah diamat-amati, lamat-lamat dapat dikenalnya memang betul cin Pek-ling adalah bekas kekasihnya.

   Demi cin Pek-ling, selama hidup ini Jiu-peng menjaga tubuhnya dengan suci bersih tanpa hubungan lagi dengan lelaki lain, dari sini dapat diketahui betapa cinta nva kapada cin Pek-ling, sekarang dapat bertamu lagi dengan kekasih yang sukar dilupakan itu, biarpun mengorbankan jiwa juga akan dibelanya mati-matian- Sekarang dia malah bicara terus terang kepada Pek-yan bahwa cin Pek-ling adalah ayahnya dengan harapan Pek-yan mau membantu menyelamatkan ayah sendiri.

   Begitulah, si nikoh tua bermuka buruk alias Jiu-peng lantas berkata pula.

   "Anak Yan, jika kau tidak percaya. biarlah kumati bersama ayahmu saja"

   Rupanya ia menjadi nekat dan akan menempur Koh Peng bertiga.

   "Taysu, engkau sudah mencukur rambut menjadi nikoh, mana boleh terkenang lagi kepada cinta kasih masa lalu?"

   Kata Koh Peng.

   "Boleh kau bunuh saja diriku"

   Jawab Jiu-peng dengan gusar.

   Mendadak kedua tangan Koh Peng mencengkeram tubuh cin Pek-ling, dengan bertangan kosong saja Jiu-peng bukan tandingan Koh Peng, apalagi sekarang membawa cin Pek-ling, cepat ia menyurut mundur.

   Tapi dari samping Tan Ho lantas melonpat maju, dengan gerakan yang aneh dan diluar dugaan, sebelah tangan Cin Pek-ling dapat dicengkeramnya.

   Jui-peng menarik sekuatnya.

   "krek", terdengar bunyi ruas tulang.

   "Apakah kau ingin lengannya patah?"

   Bentak Tan Ho. Karena harus memikirkan keselamatan cin Pek-ling, Jiu-peng tidak berani lagi menarik. Sebaliknya Tan Ho tidak sungkan padanya, orang tidak menarik, dia lantas membetot. Segera terdengar pula suara "krek"

   Sekali.

   Diam-diam Tan Ho pikir kalau si nikoh tua merasa kasihan, tentu cin Pek-ling akan dilepaskannya .

   Tak tahunya telapak tangan Jiu-peng mendadak menabas lengan kiri cin Pek-ling yang dipegang Tan Ho itu.

   Tindakan ini sungguh diluar dugaan siapa pun.

   Kerena sedang membetot dengan keras, Tan Ho jadi terhuyung-huyung ke belakang, dan hampir jatuh terjengkang dengan membawa lengan Cin Pek-ling yang putus itu.

   Begitu ada peluang, segera Jiu-peng melayang keluar kepungan ketiga kakek.

   Koh Peng dan Kan Hou juga melenggong oleh tindakan Jiu-peng yang luar biasa itu, Tan Ho sendiri melongo sambil memegang lengan kutung yang berlumuran darah itu.

   Setelah lari keluar kepungan,Jiu-peng mengira akan dapat lolos dengan selamat.

   Ia pikir meski sebelah lengan Cin Pek-ling terpaksa harus dikorbankan, namun orangnya dapat diselamatkan, kan lebih baik daripada tertawan musuh dan sukar dibayangkan nasibnya.

   Setelah bertari sekian jauhnya, selagi Jiu-peng bergembira karena tidak ada orang mengejar, tiba- tiba dilihatnya di depan sana berdiri beberapa ratus lelaki muda tangkas, berbaris mengurung rapat jalan keluar semenanjung itu.

   Ketika Jiu-peng sudah mendekat, serentak barisan orang-orang itu mengurung rapat dari kedua sisi.

   Jiu-peng tidak memandang sebelah mata terhadap ratusan orang ini, langsung ia menerjang ke depan, kakinya bekerja cepat, melayang maju sambil menendang.

   Beberapa orang yang diterjang itu tidak melawan, mereka hanya berputar saja.

   seketika barisan orang banyak juga ikut berputar sehingga seperti lingkaran setan, makin berputar semakin cepat.

   Berulang-ulang Jiu-peng main menendang pula.

   tapi selalu mengenai tempat kosong, sukar mengenai lawan yang berputar dengan cepat itu.

   Karena serangannya tidak dapat mengenai sasarannya, tanpa terasa Jiu-peng juga ikut bergeser dengan barisan yang berputar-putar itu.

   Tidak lama kemudian, mendadak beberapa ratus orang itu membubarkan diri, dalam sekejap saja lantas menghilang.

   Jiu-peng bergirang, segera ia lari lagi kedepan, tapi mendadak angin pukulan dahsyat memapaknya .

   Berbareng itu seorang menegur.

   "Taysu, serahkan saja cin Pek-ling"

   Waktu Jiu-peng memandang ke depan, busyet, kiranya telah berada lagi di tempat semula.

   Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Kembali Koh Peng bertiga telah mengapungnya ditengah, yang menghantamnya barusan ialah Kan Hou, tapi tujuannya hanya untuk mendesaknya mundur saja.

   Rupanya karena putaran barisan orang-orang tadi terlalu cepat sehingga membingungkan pandangan Jiu-peng, tanpa terasa ia ikut berputar dan tahu-tahu kembali lagi ketempat semula tanpa disadarinya Kemudian beberapa ratus orang itu lantas kembali lagi ketempat penjagaannya tadi untuk mengawasi pelarian lain- Diam-diam Pek-yan dan lain-lain sama terkejut dan kuatir melihat si nikoh tua ternyata gagal melarikan diri.

   Jiu-peng sangat berduka, meski sebelah lengan Cin Pek-ling telah dikorbankan masih juga tak bisa lolos, ia duduk lemas di tanah dengan air mata bercucuran- "Setiap jalan keluar dari tempat ini sudah dijaga rapat oleh anak murid kami, kukira lebih baik Taysu menyerahkan Cin Pak-ling saja,"

   Bujuk Koh Peng. Jiu-peng menaruh Cin Pek-ling di depannya. katanya dengan lesu.

   "Boleh kalian mengambilnya .

   "

   Tapi Koh Peng bertiga kuatir ada tipu si nikoh. mereka mengepung maju dengan waspada, lalu Kan Hou mengangkat cin Pek-ling yang buntung sebelah tangan dan belum lagi sadar itu. Jiu-peng hanya duduk tertunduk lesu tanpa merintangi.

   "Jangan kuatir Taysu,"

   Ucap Koh Peng, kini Cin Pek-ling berada dalam tawanan kami tidak pasti akan kami perlakukan dia dengan kejam, kami hanya ingin mempermaklumkan kepada dunia bahwa ketua Thay-yang-bun sekarang meringkuk sebagai tawanan di tangan orang Goat-heng-bun."

   Lalu ia berpaling dan berkata pula.

   "Kan-hiante, bawa cin Pek-ling keruangan belakang, beri obat luka dan dirawat seperlunya."

   Sesudah Kan Hou membawa pergi cin Pek-ling, mendadak Jiu-peng mengangkat lengan kiri sendiri, secepat kilat ditabasnya dengan telapak tangan kanan- Meski tangan kanan Jiu-peng itu tidak selihai telapak tangan emas Yu Wi, tapi untuk memotong lengan sendiri ternyata dapat dilakukannya seperti menggunakan golok tajam.

   "krek", kontan lengan terkutung dan darah bercucuran. Pek-yan manjerit kaget dan memburu ke sampingJiu-peng, tanyanya dengan suara gemetar.

   "Ken ... kenapa... ."

   Jawab Jiu-peng dengan menangis.

   "Sudah kubuntungi sebelah tangan ayahmu, biarlah aku pun mem... memotong sebelah tangan sendiri."

   Cepat Pek-yan menutuk beberapa Hiat-to Jiu-peng untuk menghentikan aliran darahnya, lalu dia merobek baju sendiri untuk membalut tangan yang sudah buntung itu.

   Kejadian sudah berubah sejauh ini, namun Yu Wi hanya berdiri diam saja tanpa menghiraukannya .

   Diam-diam Kan ciau-bu bergirang, disangkanya Yu Wi telah tunduk kepada wibawa sang ketua sehingga tidak berani lagi membela pihak musuh.

   Segera ia memberi perintah lagi.

   "Koh-tianglo dan Tan-tianglo, lekas tangkap keempat perempuan pembunuh anak murid kita itu untuk diadili."

   Perintahnya cukup jelas dan tegas, karena Pek-yan berempat telah membantu cin Pek-ling membunuhi anak murid Goat-heng-bun, menurut peraturan adalah pantas diberi hukuman berat.

   Segera Koh Peng dan Tan Ho mengiakan.

   karena perintah sang ketua, mereka tidak menghiraukan lagi Yu Wi adalah suami Pek-yan- serentak mereka mendekati Pek-yan berempat.

   ^ Pada saat itu juga Kan Hou juga telah kembali, serentak iapun ikut mengepung kesana.

   Gin- goat, Tho-kin dan Klok-gim lantas bergabung dengan Pek-yan dan mengelilingi Jiu-peng untuk menghadapi musuh.

   "Nona Cin, sebaiknya jangan kalian menggunakan kekerasan,"

   Kata Koh Peng.

   ia anggap Pek-yan adalah putri Cin Pek-ling, tentu juga she Cin- sedih juga perasaan Pek-yan, diam-diam ia menyesal kenapa tadi tidak turun tangan membantu sang ibu ketika musuh hendak menawan cin Pek-ling yang ternyata ayahnya sendiri.

   Terdengar Gin goat sedang menjawab.

   "Lantas bagaimana kalau tidak memakai kekerasan?"

   "Kalian ikut ke sidang peradilan untuk diperiksa, karena kalian cuma menjual jasa dan atas permintaan orang, mungkin keadahan kalian dapat diberi keringanan hukuman,"

   Ujar Koh Peng.

   "Apa hukumannya?"

   Tanya Gini^oat pula dengan tertawa.

   "Menurut kesalahan kalian, sedikitnya harus dipotong kedua tangan,"

   Teriak Kan Hou.

   "Hihi. terima kasih atas keringanan hukuman itu,"

   Sahut Gin goat dengan tertawa ngikik.

   "Tapi kaiau tidak menyerah untuk diadili, tentu takkan mendapat keringanan,"

   Tukas Koh Peng.

   "Maksudmu supaya kami menyerahkan diri untuk diringkus?"

   Tanja Gin-goat. Kan Hou tidak suka kepada anak murid Bu-eng-bun yang kerjanya membunuh orang atas pembayaran, ia anggap orang perempuan yang malang melintang ini hanya membikin malu orang perailatan saja. Maka dengan asara lantang ia berkata.

   "Ya, kalian harus menyerah untuk diringkus"

   Gin- goat melirik Yu Wi sekejap. lalu tertawa ngikik dan berseru.

   "Tanpa bantuan Yu-kongcu. jelas kami tidak mampu melawan kerumunan orang banyak. terpaksa kami harua menyerah dan tiada jalan lain."

   Karena namanya disebut Gin goat, Yu Wi hanya mengangkat alis saja dan tetap tidak bersuara. Gin- goat barkata pula.

   "Akan tetapi, Yu-kongcu sendiri apakah tidak membunuh anak murid kalian, bukankah dia juga diharusKan menyerah untuk diringkus?"

   Orang Goat-heng-bun yang dibunuh Yu Wi sangat banyak. kalau mau bicara hukuman, sedikitnya dia bisa dihukum mati. Koh Peng tahu orang sengaja hendak menghasut agar Yu Wi membantunya, segera ia membentak "Tidak perlu banyak omong, lekas menyerah"

   "Memangnya kalian mengira dapat kabur" -jengek Tan Ho.

   "Jika tahu diri, lekas menyerah untuk diringkus untuk meringankan hukuman kalian."

   "Pantasnya, bila kami tahu gelagat, mestinya kami harus menyerah."

   Ucap Gin goat.

   "Tapi sebelum menyerah, ada sedikit permohonan kami."

   "Permohonan apa?"

   Tanya Koh Peng. Ia pikir bukanlah pekerjaan gampang jika hendak menangkap keempat perempuan ini, jika syarat yang dikemukakannya tidak terlalu pelik, boleh juga diterima. Gin- goat lantas berkata.

   "Bu-eng-bun kami ada suatu peraturan, yaitu barang siapa membikin susah orang yang menjadi langganan kami harus dihukum mati. Si nikoh tua tidak perlu dibicarakan, yang jelas si tua she Cin itu adalah orang memberi pekerjaan kepada kami, sekarang mereka terkutung sebelah tangan, bila diusut, hal itu adalah karena gara-gara kalian bertiga, berdasarkan peraturan tadi, kalian juga harus dihukum mati, tapi kalian telah mau memberi kelonggaran kepada kami, biarlah kami juga memberi keringanan kepada kalian, sekarang Ciangbun dan kalian boleh segera memotong sebelah tangan sendiri untuk menebus dosa."

   "Hm, inikah permintaan yang kau maksudkan?-jengek Koh Peng.

   "Betul,"

   Jawab Gin goat dengan tertawa.

   "Setelah kalian sama membuntungi tangan sendiri. segera kami juga akan menyerah untuk diringkus."

   Kan Hou tidak tahan lagi rasa murkanya, bentaknya.

   "Budak busuk. kau cari mampus"

   Mendadak ia menubruk maju dan menghantam.

   "Su-siang-tin"

   Teriak Gin goat kepada ketiga kawannya untuk memasang barisan pertahanan- Sekali bergerak.

   segera keempat nona berputar klan kemari dengan cepat.

   Dengan sendirinya pukulan Kan Hou mengenai tempat kosong.

   Serentak Koh Peng dan Tan Ho juga menerjang maju.

   Segera terjadi serangan kilat, dalam sekejap saja sudah berlangsucng ratusan jurus, meski keempat nona itu bukan tandingan Koh Peng bertiga, tapi pertahanan mereka sekarang sangat ketat, Yu Wi yang menonton disamping segera tahu keempst nona itu pasti sukar dikalahkan, Keempat nona itu memasang Su-siang-tin atau barisan empat musim, pertahanan barisan ini sulit ditembus.

   Sebenarnya jurus serangan ilmu silat mereka tidak kalah lihainya daripada Koh Peng ber- tiga, yang kalah hanya soal keuletan saja, tapi kelemahan ini sekarang ditambal dengan Su-siang tin, Koh Peng bertiga menjadi kerepotan sendiri.

   Meski Koh Peng bertiga juga ahli tempur barisan seperti halnya barisan anak muridnya yang tak bisa ditembus oleh si nikoh tua tadi, namun sayang, antara mereka bertiga belum pernah berlatih satu barisan tersendiri, kalau tidak.

   dengan barisan melawan barisan, tentu keempat nona itu dapat diatasi.

   Sekarang mereka merasakan kehebatan Su-siang-tin lawan yang sukar dibobol, Koh Peng tahu bila berlangsung lebih lama lagi, jangankan hendak menang, jika meleng sedikit saja mungkin mereka sendiri bisa kecundang.

   Selagi dia hendak menyuruh kedua kawannya agar berbenti menyerang, mendadak terdengar Kan ciau-bu berseru.

   "Ketiga Tianglo harap berhenti dahulu"

   Koh Peng bergirang, perintah ini lebih terhormat bagi mereka daripada berhenti menyerang sendiri. Maka serentak mereka melompat mundur.

   "Lawan memasang barisan empat orang, biarlah kita juga menghadapi mereka dengan barisan empat orang,"

   Kata ciau-bu pula.

   Diam-diam Koh Peng memuji kecerdikan Kan ciau-bu, untuk membobol barisan lawan memang diperlukan juga empat orang.

   cuma seorang lagi harus sama kuatnya dibandingkan musuh, kalau tidak tetap sukar membobol barisan mereka.

   Rupanya Kan ciau-bu melihat Yu Wi cuma berdiri diam saja tanpa membantu Pek-yan yang diakui isterinya itu, hal ini menandakan anak muda itu telah mutlak tunduk kepada perintah ciangbujin sendiri.

   Sekarang ciau-bu hendak mengujinya lagi bagaimana reaksinya, maka segera ia memberi perintah.

   "Saudara Yu, hendaknya kau bantu ketiga Tiang lo."

   Ciau-bu pikir bila perintah ini diturut Yu Wi, selanjutnya dia akan punya akal untuk membinasakan seterunya itu.

   Yu Wi tampak melenggong sejenak.

   lalu melangkah kesamping ketiga Tiang lo itu dengan tetap tidak bersuara.

   Koh Peng bergirang karena mengira Yu Wi hendak membantu mereka.

   Ia tahu dengan ikut sertanya Yu Wi, barisan keempat nona itu pasti dapat dibobol dengan mudah.

   Sesudah Yu Wi mendekat, Koh Peng lantas berkata kepadanya dengan tertawa.

   "Saudara Yu hendaknya menempati sudut kiri."

   Tak terduga Yu Wi lantas menggeleng dan menjawab.

   "Tidak. Koh-tianglo, kedatanganku bukan untuk membantu kalian."

   Karena ingin cepat menang, Kan Hou tidak sabar, teriaknya gusar.

   "Apa katamu? Masa tidak kau dengar perintah Ciangbun?"

   Koh Peng juga menambahkan dengan nada orang tua.

   "Tidak boleh kau bangkang perintah Ciangbunjin, saudara Yu."

   "Aku tidak mengakui dia sebagai Ciangbun perguruan kita.

   "jawab Yu wi. Ucapan ini membuat ketiga kakek itu terkejut. Air muka Kan ciau bu juga berubah. Tapi di sebelah lain ke-empat nona merasa kegirangan- Ya-ji juga merasa lega, pikirnya.

   "Jika demikian, tidak lagi kukuatirkan Kan ciau-bu akan membikin susah padanya nanti."

   Tan Ho juga lantas membentak.

   "seorang lelaki mana boleh plin-plan begitu, sebentar ya sebentar tidak?"

   "Aku hanya mengakui dia sebagai Koko dan tidak pernah menganggap dia sebagai Ciangbun,"

   Jawab Yu wi.

   "Perintah Ciangbun memang tidak boleh dilanggar, namun dia bukan ketua perguruan kita, dengan sendirinya perintahnya tidak perlu ku-turut."

   Semua orang merasa ucapan Yu Wi juga betul, setelah dia memberi hormat kepada Kan Ciau-bu tadi, ia hanya memanggil "Koko"

   Saja dan tidak pernah menyebutnya "Ciangbun", jika sekarang dia tidak mau tunduk kepada perintahnya dan tidak mengakui Kan Ciau-bu sebagai Ciangbunjin, tindakan ini tidak dapat dikatakan sebagai plin-plan- "Mengapa engkau tidak mengakui dia sebagai Ciangbunjin, apa alasanmu?"

   Tanya Koh Peng.

   "Silakan Koh-tianglo memeriksa barang apakah ini?"

   Kata Yu Wi.

   Koh Peng lantas memeriksa barang yang diperlihatkan Yu Wi.

   lalu bergiliran Tan Ho dan Kan Hou juga disuruh melihat oleh Yu Wi, Yu Wi berdiri menghadap Kan ciau-bu, waktu Koh Peng memeriksa barang yang dipegang Yu Wi, Mereka berdiri membelakangi Kan ciau-bu, dengan sendirinya ciau-bu teraling dan tidak tahu barang apa yang dilihat oleh ketiga kakek itu.

   Dasar orang busuk.

   sudah terlalu banyak kejahatan yang diperbuatnya, tentu segala sesuatu membuat hatinya tidak tenang.

   Apalagi setelah memeriksa barang yang diperlihatkan Yu Wi itu air muka ketiga Tiang lo lantas berubah khidmat, keruan hatinya tambah kebat-kebit sebab tidak tahu permainan apa yang sedang dilakukan Yu Wi.

   Didengarnya Yu Wi berkata pula.

   "apabila berdasarkan barang tinggalan Ban Yu-coan, Ban-loelanpwe, sebagai tanda kepercayaan untuk menjadi ciangbunjin, maka sekarang aku dapat mengaku sebagai ciangbunjin juga."

   Koh Peng termenung sejenak, katanya tiba-tiba.

   "Tan-hiante dan Kan-hiante, dalam urusan ini kita tidak enak untuk ikut campur lagi, bagaimana kalau kita lepas tangan dalam persoalan ini?"

   Tan Ho dan Kan Hou mengangguk sebagai tanda setuju.

   Ketiga orang lantas mengeluarkan suara suitan aneh, serentak beberapa ratus anak muridnya yang berjaga rapat disekitar Eng-bu-ciu lantas berlari datang menghadap mereka, Dengan membawa anak buah mereka, pelahan Koh Peng bertiga lantas melangkah pergi.

   Keruan Kan ciau-bu menjadi kelabakan, cepat serunya.

   "Kembali ketiga Tianglo"

   Koh Peng bertiga menjawab berbareng.

   "Maaf tidak dapat kami turuti"

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dalam sekejap saja ketiga kakek itu bersama anak buahnya sudah menghilang.

   Sungguh Ciau-bu tidak mengerti permainan sulap apa yang dilakukan Yu Wi sehingga dalam sekejap saja ketiga pembantu utamanya itu membawa pergi anak buahnya tanpa pamit lagi.

   orang lain juga sukar mempercayai kepergian Koh Peng dan rombongannya itu sebagai hal nyata, namun orang sebanyak itu benar-benar telah pergi meninggalkan Eng-bu-ciu, masa perlu disangsikan lagi? Tentu saja Pek-yan dan saudara seperguruannya sangat girang melihat lawan tangguh telah pergi semua, lebih-lebih Gin goat, Tho kin dan Klok-gim, sungguh mereka ingin bersorak memuji kehebatan Yu Wi.

   Terpaksa Kan Ciau- bu mencari pembantu lain, ia membisiki Ce Ti-pang yang berdiri disebelahnya, orang tua itu mengangguk, lalu tampil kemuka dan berseru.

   "Yu Wi, lekas turut kepada perintah Ciangbunjin dan bekuk keempat perempuan berkerudung itu."

   "Apakah kau sendiri anak murid Goat-heng-bun?"

   Tanya Yu Wi.

   "Memangnya bisa palsu?"

   Jengek Ce Ti-peng dengan lagak orang tua.

   "Setiap murid Goat-heng-bun pasti ada tanda bulan sabit didepan dadanya, adakah padamu tanda pengenal itu?"

   Tanya Yu Wipula.

   "Tentu ... tentu saja ada,"

   Jawab ca Ti-peng dengan gelagapan- "Coba perlihatkan,"

   Kata Yu Wi dengan tertawa.

   Padahal didada Ce Ti-peng sama sekali tidak ada tanda bulan sabit apa segala.

   mana dia berani memperlihatkan dadanya.

   Iapun kuatir orang akan paksa membuka dadanya, maka kedua tangannya lantas mendekap dada sendiri.

   Mendadak dilihatnya Yu Wi mengangkat tangan kirinya yang berwarna keemasan itu, Ce Ti-peng menjerit kaget dan cepat menyurut mundur sambil mendekap dada, kelakuannya itu mengingatkan orang pada anak perempuan yang takut dadanya dijamah tangan jahil.

   Tapi Yu Wi lantas menyimpan kembali Hi-jong-kiam yang baru dilolosnya itu, lalu berkata pula dengan tertawa.

   "Jangan malu-malu, bukalah dadamu supaya semua orang dapat melihat jelas."

   Dalam pada itu tertampak kain kecil berhamburan, dada Ce Ti-peng yang didekap kedua tangan itu sudah terbuka, malahan masih ada dua-tiga potong robekan kain yang tertahan oleh tangannya.

   Segera Yu Wi pura-pura mengangkat pula tangannya sambil membentak.

   "Terima lagi pukulanku ini"

   Ce Ti-peng benar-benar sudah ngeri terhadap tangan emas Yu Wi itu, cepat kedua tangannya menolak kedepan sekuatnya.

   Tapi Yu wi lantas mengelak malah ke samping sehingga tenaga tolakan Ce Ti-peng itu menyambar lewat.

   Dengan demikian kedua tangan Ce Ti-peng lantas meninggalkan dadanya sehingga kain yang masih menempel di dada juga jatuh, maka tertampaklah dadanya yang telanjang itu putih mulus tanpa sesuatu cacat apa pun.

   Dengan tertawa Yu Wi lantas bertanya.

   "Nah, dimana bulan sabit tanda pengenal Goat-hang-bun itu? Eh, barang kali dapat menghilang?"

   Seketika semua orang menjadi lupa Yu Wi kawan atau lawan, meledaklah gelak tertawa mereka. Dari malu Ce Ti-peng menjadi gusar, teriaknya.

   "Aku memang tidak punya tanda pengenal bulan sabit segala, memangnya kau sendiri punya?"

   Dengan terawa Yu Wi menyingkap bajunya sehingga kelihatan dadanya, katanya.

   "Silakan lihat"

   Terlihat jelas tanda bulan sabit hijau tercetak pada dadanya.

   Jelas warnanya dan mendekuk cukup dalam sehingga setiap orang dapat melihatnya, Seketika semua orang berbisik membicarakannya sehingga suara gemersik berjangkit disana sini.

   Dengan sendirinya yang menjadi pokok pembicaraan mereka tidak lain adalah.

   "Jelas orang she Yu ini adalah murid Goat-heng-bun tulen, entah Pangcu kita mempunyai tanda pengenal ini atau tidak,"

   Tentu saja kasak-kusuk orang banyak itu juga didengar oleh Kan Ciau-bu, ia tahu anak buahnya telah menaruh curiga padanya, tapi ia tetap tidak berani memperlihatkan dadanya.

   sebab dadanya juga halus licin serupa dada Ce Ti-peng.

   Jika sebelumnya mereka tahu setiap anak murid Goat-heng-bun ada tato bulan sabit sebagai tanda pengenal, tentu dengan menahan sakit akan mereka tusuk kulit badan sendiri.

   Semua orang sekarang percaya penuh Yu wi adalah murid asli Goat-heng-bun, tidak ada yang memperhatikan tanda bulan sabit didada Yu wi letaknya tidak sama dengan tanda pada dada Koh Peng bertiga.

   Jika bulan sabit diatas dada Koh Peng bertiga itu terletak tepat ditengah,adapun bulan sabit di dada Yu wi terletak di bagian kiri dada.

   Menurut pikiran Yu wi, karena ilmu sakti pada setengah badan kiri itu berasal dari Ko Bok-cing, sedangkan Ko Bok-cing adalah ahli waris Ban Yu-coan, murid Goat-heng-bun tulen.

   maka setengah badannya itu juga harus menjadi murid Goat-heng-bun.

   Sebab itulah tato bulan sabit hijau itu dibuatnya diatas dada sebelah kiri dan tidak serupa Koh Peng dan lain-lain yang mempunyai tanda pengenal tepat ditengah dada.

   Begitulah Yu Wi lantas berseru.

   "Ce-cianpwe, apabila pimpinan kalian benar murid Goat heng-bun tulen, dapatkah dia memperlihatkan dadanya?"

   Ce Ti-peng tahu pada Kan Ciau-bu tidak terdapat sesuatu tanda apa pun, maka jawabnya dengan gelagapan.

   "Kukira tidak .. .tidak perlu ...."

   "Jika begitu, masakah aku harus sembarangan tunduk kepada seorang ketua yang belum jelas asal-usulnya?"

   Kata Yu Wi pula. Selagi Ce Ti-peng merasa serba runyam, tiba-tiba Kan Ciau-bu berseru kepadanya.

   "Ce-losu kembali sini"

   Seketika Ce Ti-peng merasa seperti mendapat pengampunan besar, cepat ia lari kembali terus masuk kebelakang untuk ganti baju.

   Ce Ti-peng adalah pembantu baru Kan Ciau-bu, anak murid juga bawaannya, cuma sudah dilatih dulu oleh Kan Ciau-bu sehingga tidak lemah lagi kepandaian mereka.

   lantaran itulah mereka mampu menghadapi anak murid Cin Pek-ling.

   Kan Ciau-bu merasa kehilangan muka karena kekalahan Ce Ti-peng, katanya dengan gusar.

   "Yu Wi, kau mengaku sebagai murid Goat-heng-bun, tapi perintahku sebagai pejabat ketua tidak kau turut. padahal akupun tidak pingin menjadi ketua macam begini, selanjutnya kunyatakan bukan anggota Goat-heng-bun lagi"

   "Seharusnya memang demikian,"

   Ujar Yu Wi.

   "Engkau mengaku sebagai murid Goat-heng-bun, bahkan sengaja menyuruh Ce Ti-peng menyamar sebagai anak buahmu untuk memancing keluarnya anak murid Goat-heng-bun yang selama ini mengasingkan diri, tujuanmu tidak lain hanya ingin memupuk kekuatanmu sendiri, padahal kenapa perlu engkau bertindak sejauh ini, mestinya kan sudah cukup jabatan ketua Thi-bang-pang yang telah kau rampas dengan intrik kejimu itu?"

   Tapi Kan Ciau-bu lantas berteriak.

   "Thi-bang-pang tersebar ditempat ini,Jika kalian bermaksud meninggalkan tempat ini harus kalian bunuh diri segenap anggota Thi-bang-pang kami."

   Habis berkata mendadak ia mengangkat tinggi-tinggi sesuatu benda sambil berseru.

   "Inilah tanda pengenal kebesaran Thi-bang-pang apa amanat Lopangcu tatkala beliau masih hidup?"

   Melihat yang dipegang Kan Ciau-bu itu adalah sebuah jaring kawat baja berwarna hitam gelap, serentak para anggota. Thi-bang-pang berteriak dengan khidmat.

   "Melabrak musuh tak gentar, kalau rela dihina berarti kelemahan"

   "Dan sekarang kita menghadapi musuh tangguh, banyak anggota kita yang menjadi korban, apakah penghinaan ini dapat kita terima?"

   "Tidak, tidak terima"

   Teriak para anggota Thi-bang-pang dengan penuh semangat.

   "Baik, kita harus patuh kepada amanat mendiang Lopangcu kita!"

   Teriak Kan Ciau-bu pula.

   "Kita harus menuntut balas bagi yang telah gugur, betapa harus kita bekuk musuh yang telah membunuh anggota Pang kita."

   Seruan Kan Ciau-bu ini serupa api disiram minyakk dan makin mengobarkan semangat tempur anggota Thi-bang-pang, serentak Yu Wi dan rombongannya dikepung dengan rapat.

   Melihat kemurkaan musuh yang menggelora itu, Yu Wi menyadari keadaan cukup gawat, kalau tidak menggunakan tindakan kejam rasanya sukar lolos dari kepungan musuh.

   Dilihatnya jaring baja hitam yang dipegang Kan Ciau-bu itu memiliki daya pengaruh terhadap semangat tempur anak buah Thi-bang-pang.

   tiba-tiba pikirannya tergerak mendadak ia melompat maju dan mencengkeram Kan Ciau-bu Meski di depan Kan Ciau-bu dyaga oleh beberapa lapis anak buahnya, namun dengan langka ajaib Hui-liong-pat-poh, tidak sulit bagi Yu Wi untuk menyelinap lewat kesana dan langsung menerjang seteru itu.

   Ketika mendadak melihat tangan emas mengkilap menyambar mukanya, Kan Ciau-bu terkejut tahu-tahu jaring baja hitam yang dipegangnya telah lenyap secara ajaib, ternyata sudah berpindah tangan emas Yu Wi, begitu dapat terampas jaring hitam segera Yu wi melompat mundur ke tempat semula untuk melindungi Pek-yan dan Soh-sim alias Bok-ya.

   Anah buah Thi-bang-pang sama berteriak kaget, tapi rasa kaget yang menunjukkan rasa sangsi mereka.

   Dengan jaring hitam di tangan Yu wi, anak buah Thi-bang-pang yang mulai mendesak maju itu seketika lantas berhenti.

   Cepat Kan Ciau-bu membentak.

   "Penjahat itu merampas pusaka Pang kita, ayo lekas serbu dan serang dia"

   Keras sekali suaranya, namun anggota Thi-bang-pang tidak ada yang bergerak. karuan Kan Ciau-bu sangat gelisah, ia tahu jaring baja itu sangat penting artinya, segera ia berseru pula dengan tertawa.

   "Yu Wi, kau panggil Koko padaku, dengan sendirinya takkan kubikin susah saudaraku sendiri."

   Yu Wi hanya menjengek saja tanpa menjawab, ia ingin tahu apa yang hendak dikatakannya lagi.

   "Mengingat sesama saudara sendiri, kuperintahkan segenap anggota jangan membikin susah padamu, boleh kau tinggalkan mereka, biarlah keenam perempuan itu mati didepan segenap anggota Pang kita untuk melampiaskan rasa murka orang banyak."

   "Engkau mengakui diriku sebagai adik?"

   Tanya Yu Wi tiba-tiba. Kan Ciau-bu tertawa,jawabnya.

   "Wajah kita serupa, dengan sendirinya tidak perlu disangsikan lagi persaudaraan kita.Jadi tidak ada soal mengaku atau tidak, sebab setiap orang tentu juga percaya. Cukup hal ini saja tiada seorang pun berani membikin susah padamu."

   "Numpang tanya, Koko ini she apa?"

   Tanya Yu wi.

   "Dengan sendirinya juga she Yu"

   Jawab Kan Ciau-bu dengan tidak tahu malu. Betapapun ia tidak berani mengaku she Kan sebab setiap anggota Thi-bang-pang tahu menantu Lo pangcu adalah she Yu, yaitu putra Ciang-kiam-hui Yu But Thian. Maka Yu Wi bertanva pula.

   "Lantas siapakah ayahmu?"

   "Mendiang ... mendiang ayahku ...."

   Kan Ciau-bu menjadi gelagapan, sebab apapun juga tidak enak untuk mengakui orang lain sebagal ayah sendiri. Pada saat itulah mendadak suara seorang perempuan berseru.

   "Biarlah kujawab bagimu jika engkau tidak dapat menjawabnya."

   Waktu semua orang berpaling, beramai-ramai mereka lantas memberi jalan lewat, tertampaklah seorang perempuan berwajah pucat kurus tampil kedepan dengan pelahan, dimana dia lewat para anggota Thi-bang-pang sama memberi hormat dan menyapa.

   "Selamat Hujin"

   Yu Wi dapat melihat jelas pendatang ini ialah Lim Khing-kiok, Sudah beberapa tahun sejak Lim Khing-kiok dibawa minggat oleh Kan Ciau-bu dari Mo-kui-to.

   mendadak dapat bertemu sahabat lama disini, tentu saja YU Wi sangat gembira, Didengarnya Lim Khing-kiok lagi berkata.

   "Ayahmu Thian-ti hu ...."

   "Tutup mulut"

   Bentak Kan Ciau-bu mendadak, Ia pikir perempuan hina ini sudah melahirkan anak tapi hatinya masih condong kepada orang lain, sungguh tidak kepalang gemasnya sehingga air mukanya berubah kelam.

   Namun Lim Khing-kiok tidak takut gertakan Ciau-bu.

   ia menyambung pula.

   "Kau memalsukan Yu wi untuk mencuri hati Le-siocia, sesudah menikah kau bunuh dia pula, padahal engkau sebenarnya bukan Yu Wi melainkan Kan-toakongcu dari Thiau-ti-hu, Kan Ciau-bu adanya."

   Keterangan ini dikemukakan Lim Khing-kiok dengan cepat, seketika gemparlah para anggota Thi-bang-pang. Cepat Ciau-bu berusaha membela diri, serunya.

   "Jangan kalian percaya kepada ocehannya, dia orang gila, keterangannya menyesatkan. Siok-coan meninggal karena sakit, hal ini diketahui setiap orang."

   Siok-coan adalah nama puteri kesayangan Pangcu Thi-bang-pang, Le Kun.

   Kematian Siok-coan memang disaksikan orang banyak waktu layonnya dikubur, mereka pikir kematian Le Siok-coan memang akibat sakit dan bukan dibunuh oleh suami sendiri.

   Walaupun ragu, namun semua orang juga percaya kepada keterangan Lim Khing-kiok, sebab setelah Le Siok-coan mati, secara resmi Kan Ciau-bu lantas menikah dengan Lim Khing-kiok, Suami-isteri seharusnya bersatu hati,jika sekarang isteri sendiri saja menuduhnya, mau-tak-mau mereka menjadi percaya kepada keterangan Lim Khing-kiok itu.

   "Semua orang menyaksikan bahwa Siok-coan memang mati sakit, masakah perlu disangsikan lagi?"

   Demikian Ciau-bu berteriak pula dengan gugup.

   "Dia sakit apa?"

   Tanya Lim Khing-kiok.

   "Setelah Lopangcu wafat karena terlalu berduka dia lantas jatuh sakit dan akhirnya meninggal."

   Alasan Ciau-bu ini cukup kuat, dahulu anggota Thi-bang-pang juga menyangka demikianlah menigggalnya Le Siok coan. Lim Khing-kiok hendak bertanya lagi, Ciau-bu merasa tidak menguntungkan bila terdesak oleh pertanyaannya, cepat ia membentak.

   "Perempuan hina, lekas kau katakan kepada segenap saudara kita bahwa kau memang sembarangan mengoceh."

   Khing-kiok menggeleng, katanya.

   "Tidak, Le-siocia telah kau bunuh, sekarang aku yang menjadi sasaranmu pula, namun sayang, tiada seorang pun berhasil kau bunuh."

   Sesudah berhenti sejenak, mendadak ia berseru.

   "Cici. mari keluar"

   Segera orang banyak menyingkir dan memberi jalan lewat bagi kemunculan orang baru ini membikin para anggota Thi-bang-pang sama melongo dan mengira sedang mimpi. Yu Wi juga terkejut demi mengenali pendatang ini, pikirnya.

   "Serapat-rapatnya Kan Ciau-bu mengatur muslihatnya toh terjadi juga kebocoran, sekali ini dia mati kulu benar-benar dan tidak mampu bicara lagi."

   Ketika mengetahui siapa yang muncul ini, hampir saja Kan Ciau-bu jatuh pingsan. Serentak para anggota Thi-bang-pang juga lantas bersorak.

   "Hah, Pangcu Pangcu"

   Ada yang terharu dan menitikkan air mata. Sambil berseru.

   Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Pangcu tidak meninggal, Pangcu hidup kembali ...,"

   Pendatang ini kelihatan kurus kering tinggal kulit membungkus tulang.

   namun dapat dikenal dengan jelas ialah putri kesayangan Le Kun, Le Siok-coan adanya.

   ketua Thi-bang-pang sesudah Le Kun wafat.

   setelah Le Siok-coan dinyatakan meninggal barulah jabatan ketua diteruskan oleh Kan Ciau-bu.

   Thi-bang-pang yang berpengaruh di lembah Tiang-kang ini didirikan oleh Le Kun sendiri, maka setiap anggota merasa kegirangan demi melihat satu-satunya keturunan Lopangcu telah hidup kembali setelah dinyatakan mati.

   Kan Ciau-bu tidak menyangka Le Siok-coan ternyata belum meninggal, keruan tidak kepalang kagetnya dan timbul juga rasa takutnya, segera ia merenungkan daya upaya untuk melarikan diri.

   Yu Wi lantas menyongsong ke depan dan menyapa "Selamat Nona Le, syukur engkau ternyata tidak mengalami cedera apa-apa oleh tindakkan keji bangsat itu.Jaring hitam ini harus kuserahkan kembali kepada Pangcu yang asli."

   Ia lantas menyerahkan jaring hitam yang dirampasnya dari Kan Ciau-bu tadi kepada Le Siok-coan. Setelah menerima jaring hitam itu, dengan suara gemetar Le Siok-coan lantas berseru.

   "Dengarkan segenap anggota Pang kita, akan kujelaskan segenap dosa penjahat yang telah merusak persaudaraan kita ...."

   Kan Ciau-bu tidak berani merampas kembali jaring hitam ketika masih dipegang Yu Wi, sekarang jaring itu berada ditangan Le Siok-coan yang kurus kering, ia yakin pasti dapat merampasnya, mendadak ia menerjang maju sambil menggertak.

   Tapi apa yang terjadi sungguh diluar dugaannya, mendadak terlihat Le Siok-coan menebarkan jaring hitam itu sehingga serupa selapis tabir mengurung keatas kepala Kan Ciau-bu.

   Sama sekali Kan Ciau-bu tidak menduga Le Siok-coan masih mempunyai jurus simpanan yang lihai ini, tabir jaring hitam itu mengurung tiba dengan cepat dan luas jangkauannya sehingga sukar baginya untuk menghindar.

   Serentak para anggota Thi-bang-pang juga bersorak.

   "Thiau-lo-te-bang (jaring langit dan jala bumi)"

   Waktu Le Siok-coan menarik pelahan, segera jaring hitam itu menyurut dengan kencang sehingga Kan Ciau-bu terjerat didalam jaring dan tidak dapat berkutik, Dilihatnya Go Lam-thian berdiri tidak jauh disebelahnya dan ikut bersorak sorai, diam-diam Kan Ciau-bu sangat mendongkol, pikirnya.

   "Bangsat ini sungguh tidak tahu budi, tadinya kau berkomplot denganku, sekarang keadaanku terdesak segera kau ganti haluan, jika aku mati,jangan kau harap akan hidup."

   Begitu timbul pikiran demikian, segera ia menggelinding kesana sekuatnya.

   Kemahiran menebarkan jaring hitam itu masih dikuasai Le Siok-coan dengan baik, tapi tangannya sebenarnya tidak bertenaga, karena gelindingan Kau Ciau-bu yang keras itu, Siok-coan kuatir dirinya ikut terguling, cepat ia melepaskan ikatan tali jaring pada tangannya.

   Menggulingnya tubuh Kan Ciau-bu sungguh sangat keras.

   karena tidak berjaga-jaga, kedua kaki Go Lam-thian tergilas patah, menyusul lantas tertindih oleh tubuh Kan Ciau-bu.

   Sekuatnya Go Lam-thian berusaha melawan, tapi diam-diam Kan Ciau-bu mengerahkan tenaga sehingga Go Lam-thian menjerit ngeri, mati tertindih.

   Semua anggota Thi-bang-pang sama pucat ketakutan melihat keganasan Kan Ciau-bu meski terbungkus oleh jaring itu.

   Namun jaring yang meringkus Kan Ciau-bu itupun bertambah kencang karena bergulingnya itu sehingga dia tidak dapat berkutik lagi, kawat baja jaring hitam tampak mendekuk kedalam kulit badan Kan Ciau-bu sehingga membuatnya sesak napas.

   Semula Kan Ciau-bu mengira jaring hitam itu adalah kebesaran Pangcu saja, tak tersangka juga mempunyai daya guna mengatasi musuh selihai itu, malahan harus menguasai cara menebarkan jaring barulah dapat memanfaatkan jaring itu.

   Baru sekarang ia paham sebab apa para anggota Thi-bang-pang sama bersuara heran ketika Yu Wi merampas jaring dari tangannya tadi.

   Rupanya para anggota Thi-bang-pang tahu jaring hitam tinggalan Lopangcu itu seharusnya tidak dapat direbut musuh kecuali musuh memang teramat lihai sehingga sukar menebarkan jaring itu, namun begitu jaring akan tetap terikat ditangan.jadi untuk merampas jaring itu hanya kalau tangan ikut terpenggal.

   Begitulah Le Siok-coan lantas mendamperat dengan suara gemetar sambil menuding Kan Ciau-bu yang teringkus didalam jaring itu.

   "Kau bangsat keparat, ada permusuhan apa antara keluarga Le kami dengan kau, mengapa kau bunuh ayahku dan diam-diam mencelakai diriku pula?____"

   Mendengar kematian Pangcu tua mereka juga akibat perbuatan keji Kan Ciau-bu, serentak anggota Thi-bang-pang sama mencaci-maki kekejamannya.

   Kalau Le Siok-coan tidak berada disitu bisa jadi mereka akan menerjang maju dan menginjak-injaknya hingga mampus.

   "Kematian ayahku semula kusangka karena sakit tua, tak terduga dengan cara yang sama hendak kau bunuh pula diriku,"

   Demikian Le Siok-Coan berserupula.

   "Untung Thian memberkati panjang umur kepadaku sehingga aku lolos dari kekejamanmu, karena itulah dapat kuketahui kematian ayahku ternyata tidak wajar melainkan perbuatanmu."

   Dengan suara parau Kan Ciau-bu berlagak berduka, katanya.

   "Siok-coan, setelah kau meninggal, setiap hari kucaci muka dengan air mata. Kuharap jangan kau percaya kepada ocehan perempuan hina itu, sungguh aku tidak tahu segala seluk-beluknya, kusangka yang meninggal ditempat tidur itu ialah dirimu sehingga kukubur dirimu dengan berduka cita. Siapa tahu secara diam-diam ada komplotan jahat telah menukar dirimu, dan berdusta padamu bahwa aku hendak membunuh dirimu, padahal mana mungkin kubikin celaka dirimu. Yang jelas komplotan jahat itu ingin merampas kedudukanmu, maka telah digunakannya tipu muslihat keji ini."

   "Bangsat, sudah begini masih juga berani menyangkal dan memfitnah orang lain"

   Bentak Khing-kiok. Kan Ciau-bu lantas berteriak penasaran.

   "O. Thian, dosa apa orang she Kan sehingga mendapatkan perempuan berhati lebih berbisa daripada ular ini. Dia menipu isteriku dan menyembunyikannya agar kusangka isteriku benar-benar mati, dengan begitu dia dapat menikah denganku. sesudah menjadi isteri yang resmi, tambah menonjol kekejiannya dan sekarang bermaksud mencelakai suami sendiri."

   Saking gusar suara Lim Khing-kiok sampai bergemetar, teriaknya.

   "Kan Ciau-bu, sebulan yang lalu mulai kau taruh racun didalam makananku. memangnya kau kira Aku tidak tahu? tentunya tidak kau sangka siapa yang melihat kekejamanmu ini."

   "Memangnya siapa?"

   Tanya Ciau-bu.

   "Aku"

   Tukas Le Siok-coan dengan tertawa dingin. Tapi Kan Ciau-bu lantas berlagak lagi, ucapnya dengan suara lembut.

   "O, Siok-coan, sayang, selama ini kau tinggal dimana? Sungguh aku sangat merindukan dikau."

   "Kau rindu padaku "jengek Siok-coan "Huh, apa betul? Aku justeru tinggal dibalik tembok rahasia dikamar tidur, setiap hari dapat kuawasi gerak-gerikmu, tapi tidak pernah kulihat kau memikirkan diriku."

   "Aku berpikir di dalam hati, dengan sendirinya tak dapat kau lihat,"

   Sahut Ciau-bu dengan tidak tahu malu.

   "Huh, tindakanmu hendak mencelakai nona Lim telah kulihat seluruhnya, coba cara bagaimana akan kau jelaskan?"jengek Siok-coan.

   "Ini... ini karena ...."

   Kan Ciau-bu menjadi gelagapan. Belum sempat ia mengemukakan alasannya.segera Siok-coan memotong.

   "Tentunya karena ada kejelekan nona Lim yang kau lihat,"

   "Betul, betul,"

   Seru Cau-bu.

   "memang banyak kejelekannya, misalnya tentang kematianmu, aku menjadi sangsi mungkin dia biang-keladinya, sayangnya aku tidak punya bukti dan saksi, maka kurancang jalan ini untuk membalas dendam."

   "Akan kuperlihatkan lagi dua orang, coba kau kenal mereka tidak?"

   Kata Siok-coan pula. Sejenak kemudian muncul pula dua anak perempuan.

   "Hai, Hoay-soan Hana"

   Teriak Yu wi dengan girang. Kan Hoay-soan melirik Yu wi sekejap, melihat senyumnya itu lantas diketahuinya bukan kakaknya sendiri, waktu melihat orang yang teringkus didalam jaring. segera ia memburu maju dan memanggil.

   "Koko. Koko"

   Hati Hoay-soan memang lemah, melihat keadaan kakak satu ayah lain ibu itu, seketika dia lupa dendamnya kepada sang kakak yang telah membunuh ibu dan kakak kandungnya.

   Dalam keadaan demikian, mau-tak-mau tergugah juga hati nurani Kan Ciau-bu, dengan suara pelahan iapun memanggil.

   "Moay moay"

   Sedangkan si gadis asing, Hana, dia tidak dapat membedakan yang manakah Yu Wi tulen, begitu disapa segera ia mendekati Yu Wi dengan gembira sambil berseru.

   "Toako, bilakah baru akan kau nikahi diriku?"

   Keruan Yu Wi melengak, sahutnya dengan kikuk.

   "O, aku ... aku ...."

   Diam-diam ia menggerutu, bilakah pernah ku-katakan akan menikah denganmu? Agaknya Hana juga pernah mendapatkan janji Kan Ciau-bu, maka sekarang Yu Wi yang ditagih janji, Segera Le Siok-coan berkata pula.

   "Kan Ciau-bu. berhubung kau ingin mengawini gadis asing ini, maka tujuanmu ini dijadikan alasan untuk membunuh nona Lim, sama halnya karena kau ingin kawin dengan nona Lim, maka aku harus kau bunuh lebih dulu. Syukur Thian kasihan kepada nona Lim berhati baik sehingga dia mengetahui muslihatmu yang keji, ketika melihat aku akan mati, diam-diam nona Lim menukar diriku dengan sesosok mayat yang serupa diriku, lalu aku disembunyikannya, diam-diam nona Lim merawat diriku. bilamana selama ini aku masih bisa bernapas. semuanya adalah berkat pertolongan nona Lim yang telah mencarikan obat penawar racun bagiku. Siapa tahu kau memang berhati keji, racun yang kau gunakan adalah racun yang bekerja lambat dan maha jahat, sampai sekarang juga racun belum terpunah seluruhnya dari tubuhku sehingga kesehatanku juga belum pulih "

   "Aku ... pada hakikatnya aku tidak kenal gadis asing itu"

   Demikian Ciau-bu masih berusaha membela diri. Kan Hoay-soan menggeleng kepala, katanya.

   "Toako, kukira lebih baik akui saja semua dosamu. Sejak aku dan Hana datang mencarimu, Hana mengira engkau ialah Yu Wi, tapi segera dapat kulihat engkau adalah Kokoku sendiri, meski sedapatnya engkau berlagak sebagai Yu Wi, namun senyummu tetap tidak dapat menirukan senyum Yu Wi."

   Setelah menghela napas pelahan, lalu Hoay-soan menyambung lagi.

   "Rupanya kau penujui Hana, kami berdua lantas kau simpan di suatu tempat tersendiri. Kutahu maksud tujuanmu, kuberitahukan kepada Hana agar waspada, akulah yang menghasut dia agar jangan mau dinikahimu jika tidak dilakukan secara resmi. Siapa tahu hal ini berakibat membikin susah nona Lim, sungguh tidak kuduga sebelumnya."

   "O, sungguh adik yang terlalu baik sehingga berkomplot dengan orang luar untuk menjebak kakkaknya sendiri,"

   Teriak Ciau-bu dengan gusar.

   "Sebenarnya tidak perlu lagi kupanggil dirimu sebagai Koko,"

   Kata Hoay-soan.

   "Ibu dan Jiko telah kau bunuh, mana dapat kupandang dirimu sebagai kakak lagi. Sunggguh perbuatanmu mele .... melebihi...."

   Ia tidak melanjutkan ucapannya, betapapun ia tidak dapat mendamperat kejahatan kakak satu ayah lain ibu ini di depan umum.

   "Apa yang kulakukan itu tidak lebih hanya untuk membela diri,"

   Seru Ciau-bu.

   "Kau tahu,jika tidak kubunuh ibumu dan saudaramu, akulah yang akan dibunuh mereka,"

   Hoay-soan menghela napas dan menyingkir kesana, sungguh ia tidak ingin bicara lagi dengan kakak yang jahat itu.

   "Kan Ciau-bu,"

   Seru Le Siok-coan.

   "Kau kira tidak ada yang tahu dua gadis yang kau sembunyikan itu. Huh, ketahuilah segala sesuatu di dunia ini hanya takkan diketahui orang apabila engkau memang tidak berbuat sasuatu. Padahal jauh sebelumnya adik Hoay-soan sudah pernah bertemu satu kali denganku dilautan bebas sana, maka kucari dia baru diketahui sebenarnya kau adalah Kan Ciau-bu dari Thian Ti hu dan bukan putra Yu Bun-thian. Syukurlah adik Hoay-soan mengutamakan keadilan dan kebanaran, kami lantas barsama-sama barusaha untuk membongkar berbagai dosamu. Tapi lantaran kekuasaanmu cukup kuat, kami tidak berani sembarangan bertindak. Sekarang Koh-tianglo, Tai tianglo dan Kan-tianglo sudah pergi semua, kau telah kehilangan pembantu yang dapat diandalkan, maka biarlah sekarang juga kita mengadakan-perhitungan terakhir."

   Kan Ciau-bu menyadari bukti dan saksi cukup lengkap, maka ia tidak berani berdebat lagi, malahan ia sengaja menantang.

   "Bikin perhitungan juga boleh, memangnya mau apa? Paling-paling cuma mati saja, kenapa takut? Tapi bila aku mati, terpaksa kau pun harus hidup menjadi janda. Ada lagi isteriku yang sekarang ini, mendingan kau, masih ditemani seorang putri kita."

   Dengan ucapan ini tiada ubahnya dia mengaku mengaku dosanya sendiri. Keruan para anggota Thi-bang-pang menjadi gusar dan sama berteriak.

   "Lekas bunuh bangsat ini untuk membalas dendam Lo Pangcu."

   "Ya. cincang dia atau gantung saja"

   Teriak yang lain. Kan Ciau-bu bergelak tertawa.

   "Wahai Pangcuku, jandaku sayang, lekas kau beri perintah agar semua orang tidak menunggu terlalu lama lagi,"

   Seru Ciau-bu. Dia benar-benar seorang penjahat yang tabah, dalam keadaan demikian ia malah menantang. Selagi Siok-coan hendak memberikan perintah, mendadak Lim Khing-kiok berseru.

   "Cici...."

   Lim Khing-kiok dan Le Siok-coan boleh dikatakan senasib, dengan sendirinya Siok-coan dapat mengerti maksud seruan Khing-kiok itu, yaitu tidak sampai hati menyaksikan kematian Kan Ciau-bu didepan mata sendiri.

   Lebih-lebih Lim Khing-kiok, ia berduka karena putri sendiri yang baru berumur sebulan akan segera kehilangan ayah.

   Setelah memandang sekajap wajah Lim Khing-kiok yang berduka itu, Siok-coan menghela napas, katanya kemudian.

   "Giring pergi dan tahan dulu"

   Meski para anggota Thi-bang-pang tidak rela karena Kan Ciau-bu tidak dihukum mati sekarang juga , tapi juga tidak ada yang berani menyatakan sikapnya.

   Betapapun mereka tetap segan kepada Le Siok-coan, meski sudah berselang satu tahun dan sekarang menjabat Pangcu lagi, namun wibawanya masih tetap besar.

   Segera beberapa anggota Thi-bang-pang menggusur pergi Kan Ciau-bu, berbareng juga menggotong pergi mayat Go Lam-thian untuk dikubur.

   "Cara bagaimana Cici akan membereskan dia?"

   Tanya Khing kiok kemudian.

   "Akupun tidak tahu cara bagaimana memutuskan soal ini,"

   Ujar Siok-coan.

   "Orang yang paling berjasa dalam hal ini ialah Yu-kongcu, biarlah kita tanya bagaimana pendapatnya?"

   Ia pandang Yu Wi yang berwajah serupa benar dengan Kan Ciau-bu, tapi jelas lebih polos dan jujur itu, tanpa terasa sangat terharu hatinya. Pikirnya.

   "Semua ini permainan nasib, kalau saja tidak kukenal dia lebih dulu, mana bisa aku terikat oleh bangsat itu sehingga terjadi keadaan seperti sekarnng ini."

   Namun dia tidak menyalahkan Yu Wi melainkan cuma menganggap sudah suratan "nasib". Yu Wi juga lantas menggeleng dan menyatakan pendapatnya.

   "Terserah, akupun tidak dapat memutuskannya."

   Meski Kan Ciau-bu adalah musuhnya. tapi bila teringat kepada sang ibu, ia merasa tidak tega membunuh putra beliau yang lain alias saudaranya sendiri lain ayah. Ia pikir.

   "Mungkin Kan Ciau-bu belum mengetahui siapa sesungguhnya ibu kandungnya, disangkanya dia dilahirkan oleh Lau Heng-cui. isteri Kau Jung-ki yang pertama dan sudah meninggal itu. Maklumlah, menurut buku silsilah keluarga Kan, disitu tercatat "Giok-ciang-kim-tiap"

   Lau Heng- cui meninggal karena melahirkan dan meninggalkan anak Kan Ciau-bu.

   Padahal Lau Heng-cui mati karena melahirkan memang betul, namun anak yang dilahirkan juga mati bersama.

   Sedangkan putra yang ditinggalkan itu adalah anak Kan Jung-ki yang dilahirkan Tan Siok-cin dan diantarkan pada waktu Kan Jung-ki menikah lagi.

   Diam-diam Kan Jung-ki dan isterinya memelihara anak yang ditinggalkan Tan Siok-cin dan menganggapnya sebagai Kan Ciau-bu yang dilahirkan Lau Heng-cui.

   Hal ini sangat sedikit diketahui orang, andaikan tahu juga tak ada yang berani membongkarnya.

   sebab itulah sejak kecil Kan Ciau-bu mengira ibu kandungnya ialah Lau Heng-cui.

   Khing-kiok mendekati Yu wi dan bertanya dengan suara tertahan.

   "Apakah tetap hendak kau cari ayahku untuk menuntut balas?"

   Pertanyaan yang mendadak ini membikin Yu wi sukar memberi jawaban.

   "Mungkin tidak kau ketahui bahwa ayahku sudah meninggal hampir setahun lamanya."

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kata Khing-kiok pula.

   ---ooo0dw0ooo--- KARENA terkurung di lembah buntu itu, maka perubahan dunia Kangouw selama setahun ini tidak banyak yang diketahui Yu Wi.

   Sebelum terkurung dilembah itu, berdasarkan daftar nama pembunuh yang diterimanya dari ayah Ko Bok-cing dahulu, satu persatu musuh itu telah diselidikinya, maka dapat diketahuinya ayah Lim Khing-kiok, yaitu Lim Sam-han juga termasuk salah satu pembunuh ayahnya, sebabnva Lim San-han ikut dalam komplotan pembunuh itu adalah karena antara ayah Yu Wi dan Lim San-han sama-sama orang Soa say, Dahulu setelah Yu Bun-thian meninggaikan panglima angkatan perang KoSiu, dia lantas pulang ke kampung halaman sendiri di Soasay.

   Disana dia tidak senang melihat tingkah laku Lim San-han yang sewenang-wenang itu.

   maka pernah satu kali ia ikut campur urusannya.

   Alhasil Lim Sam-han merasa dirinya bukan tandingan Yu Bun Thian.

   maka tidak berani berbuat kejahatan secara terang-terangan, Namun Lim Sai-han juga tidak rela ditindas orang lain, iapikir kalau Yu Bun-thian dilenyapkan barulah dirinya dapat merajalela lagi di daerah Soasay.

   Kebetulan ada komplotan musuh Yu Bun-thian mencarinya ke Soasay dan bersiap menyergapnya.

   Hal ini diketahui Lim Sam-han, ia lantas mengajukan diri untuk ikut dalam komplotan jahat itu.

   Ia lantas mengatur siasat dan pasang perangkap, ia pura-pura mengundang Yu Bun-thian kerumahnya untuk berdamai, katanya ingin mengadakan perjanjian dengan Yu Bun-thian dan takkan lagi melakukan keganasan di daerah Soasay.

   Sudah tentu Yu Bu-thian merasa senang bilamana kekuatan jahat di daerah Soasay bisa dibersihkan, maka dengan gembira ia terima undangan Lim Sam-han.

   Dalam perjamuan itu sikap Lim Sam-han sangat akrab dan berulang-ulang mengadi gelas dengan Yu Bun-thian.

   Namun menghadapi kawakan Kangouw seperti Yu Bun-thian, Lim Sam-han tidak berani menaruh racun di dalam arak, namun arak yang disediakan itu berkadar tinggi, karena terlalu banyak minum, akhirnya terasa pening juga kepala Yu Bun-thian.

   Pada saat itulah kawanan musuh Yu Bun-thian lantas muncul.

   Waktu itu Yu Bun-thian tidak tahu Lim San-han berkomplotan dengan mereka, disangkanya jejak sendiri dapat diketahui musuh sehingga disusul kesitu.

   Meski jumlah musuh sangat banyak namun Yu Bun-thian tidak gentar, ia tempur mereka dengan tenang.

   Meski dalam keadaan agak mabuk, Yu Bun-thian tidak terkalahkan dalam pertempuran itu.

   Lim Sam-han pura-pura kuatir dan berlagak ingin bantu Yu Bun thian, Tapi satu ketika selagi Yu Bun-thian lengah, mendadak ia hantam punggungnya.

   Pukulan Lim Sam-han itu tidak membinasakan Yu Bun-thian seketika itu, tapi membuatnya kehilangan daya tempur, dengan mati-matian Yu Bun-thian menerjang keluar kepungan dengan penuh luka.

   Setiba dirumah, keadaannya sudah kembang-kempis, sebelum mengembuskan napas terakhir ia sempat meninggalkan pesan kepada Yu Wi yang masih kecil bahwa yang mencelakainya ialah Hek po-pocu Lim Sam-han.

   Meski waktu itu Yu Wi masih kecil.

   tapi nyalinya sangat besar, ia menyamar diri mengaku she Tan seperti ibunya serta menyusup ke Hek-po atau benteng hitam dan mencari kesempatan untuk membalas dendam.

   Separti apa yang telah diuraikan pada permulaan cerita ini (bacalah Pendekar Kembar).

   selanjutnya Yu.

   wi lantas berkecimpung di dunia Kangouw lantaran Lim Khing-kiok telah menolongnya lari dari Hek-po sehingga untuk sementara rasa permusuhannya terhadap Lim Sam-han banyak berkurang.

   Kemudian setelah tahu lebih jelas perbuatan Lim Sam-han terhadap ayahnya, rasa dendamnya tambah berkobar, ia pikir kalau Lim Sam-han tidak menyergap ayahnya dari belakang, tentu takkan meninggal, apa lagi sergapan Lim itu dilakukan secara rendah dan pengecut? Sebab itulah ia bertekad akan membunuh Lim Sam-han untuk membalas sakit hati kematian ayah tanpa menghiraukan lagi budi pertolongan Lim Khing-kiok, Sekarang dari keterangan Lim Khing-kiok sendiri diketahuinya Lim Sam-han telah meninggal dunia, diam-diam ia menyesal tidak dapat menuntut balas dengan tangan sendiri.

   Ia coba tanya.

   "Cara bagaimana ayahmu meninggal?"

   "Dibunuh musuh"

   Sahut Khing-kiok.

   "Musuh siapa?"

   Tanya Yu wi dengnn gegetun.

   "Apakah engkau menyesal karena musuh yang kumaksudkan bukan dirimu?"

   "Ya, akhir-akhir ini aku memang bertekad akan membunuh Lim-pocu untuk menuntut balas"

   Jawab Yu Wi terus terang.

   "Dan sekarang tentunya hatimu dapat tenteram, pada waktu meninggal mungkin ayahku mengira engkau yang membunuhnya."

   "He, maksudmu Kan Ciau bu yang membunuhnya?"

   Tanya Yu Wi dengan terkejut. Khing-kiok mencucurkan air mata, sahutnya.

   "Ya, memang perbuatan orang jahat itu."

   "Mengapa dia membunuh Lim-pocu?"

   Heran juga Yu Wi.

   "Jiwa Kan Ciau-bu sangat sempit. sedikit sakit hati pasti dibalasnya. Soalnya dahulu orang Hek-po pernah menyatroni Thian-ti-hu, maka sudah tentu timbul hasratnya akan menuntut balas. Tahun yang lalu setelah Koh Peng bertiga Tianglo menggabung diri padanya, ia mengira dunia sudah miliknya, musuh pada masa lampau satu persatu hendak dicarinya untuk membalas dendam. Satu hari, bersama Ce Ti-peng ia menuju ke Soasay, dia bilang padaku pada kesempatan itu akan berkunjung ketempat ayah.

   "Sesudah pulang, kutanya bagaimana keadaan ayah, apakah sehat dan baik saja? Aku jadi curiga ketika ia menjwab secara samar-samar. Diam-diam kutanyai Ce Ti-peng, karena tidak tahan kudesak akhirnya Ce Ti-peng memberitahukan padaku bahwa ayah telah dibunuh olehnya."

   Yu Wi menggeleng kepala oleh cerita itu. pikirnya.

   "Ayah Ciau-bu adalah seorang pahlawan gagah perkasa dan serba pintar, mengapa bisa mengeluarkan anak yang berjiwa rendah dan kotor seperti dia?"

   Selagi menghela napas, tiba-tiba dari jauh berkumandang suara teriakan dan bentakan orang.

   Sementara itu anggota Thi-bang-pang sudah bubar, yang tertinggal hanya Yu Wi, Soh-sim, Pek-yan dan Hana.

   Le Siok-cian sudah masuk ke dalam untuk mengatur pekerjaan rumah dan Thi-bang pang yang sudah lama ditinggalkannya.

   Waktu Yu Wi berpaling, dengan jelas terlihat dua orang melayang tiba secepat terbang.

   Yang di depan adalah seorang kakek berjubah merah, wajahnya tampak kereng dan terhormat.

   Di belakangnya adalah seorang pemuda yang berwajah angkuh.

   Tempat yang dilalui kedua orang itu, apabila dirintangi anggota Thi-bang-pang, mareka hanya bergerak lincah, dengan sedikit menggerakkan kaki dan tangan, seketika anak buah Thi-bang-pang dapat dirobohkan dengan sangat mudah.

   "Haha, inikah anak murid Goat-heng-bun?"

   Terdengar pemuda dibelakang si kakek bergelak tertawa, nadanya menghina. Sesudah dekat, si kakek lantas berseru.

   "Dimana orang Goat-heng-bun?"

   Yu Wi tampil ke muka dan memberi hormat,jawabnya.

   "Auyang-cianpwe, baik-baikkah selama berpisah?"

   Kakek itu memandang Yu Wi sekejap, sahutnya dengan tertawa.

   "Aha, bertemu lagi"

   Kiranya kakek ini ialah Hai-liong-ong Auyang Liong-lian, pemuda di belakangnya adalah putranya, Auyang Po.

   Berhadapan dengan Yu wi, sikap angkuh Auyang Po seketika lenyap.

   rupanya ia belum lupa kepada kekalahannya dahulu "Apakah anak murid Goat-heng-bun sudah mampus seluruhnya?"

   Demikian Auyang Liong-lian berseru pula.

   "Mengapa mulut Cianpwe sedemikian kotor."

   Kata Yu Wi. Auyang Liong-lian melengak, tanyanya.

   "Memangnya ada sangkutpaut apa antara anak murid Goat-heng-bun denganmu?"

   "Cayhe ialah murid Goat-heng-bun,"

   Kata Yu Wi.

   "Cuh"

   Auyang Liong-lian meludah, lalu menjengek.

   "Hm, setimpal kau?"

   Yu Wi tidak menghiraukan sikap orang yang congkak itu, ucapnya dengan tetap sopan.

   "Ada Keperluan apakah Cianpwe mencari murid Goat-heng-bun?"

   "Suruh orang Goat-heng-bun bicara sendiri denganku,"

   Ujar si kakek.

   "Akulah satu-satunya murid Goat-heng-bun disini,"

   Sahut Yu Wi.

   "Hm, boleh juga kucoba betapa kekuatanmu sehingga berani mengaku sebagai murid Goat-heng-bun.

   "

   Jengek Auyang Liong-lian sambil menjulurkan tangan.

   "Apakah Cianpwe sudah dapat makan ikan aneh dibawah pulau Holo sana?"

   Tanya Yu Wi dengan tertawa.

   "Kau dapat memakannya, dengan sendirinya akupun dapat makan,"

   Kata Auyang Liong-lian.

   "Pantas engkau ingin mencoba tenaga genggamanku,"

   Yu Wi bergelak tertawa. Segera iapun menjulurkan sebelah tangan, tapi tangan kiri emas.

   "Masakah ada orang berjabatan tangan dengan tangan kiri?"

   Ujar si kakek, Dilihatnya tangan kiri Yu Wi itu berwarna keemasan, ia takut ada sesuatu yang tidak beres. Meski dia sudah makan ikan ajaib yang berkhasiat menumbuhkan tenaga dalam itu, namun ia tetap tidak berani gegabah.

   "Dengan tangan kanan juga boleh,"

   Kata Yu Wi dengan tertawa.

   Segera ia ganti menjulurkan tangan kanan, tapi diam-diam mengerahkan ilmu sakti Koh-bok-siau-kang yang mempunyai daya isap itu.

   Auyang Liong-lian mengerahkan segenap tenaga dalamnya, diam-diam ia bergirang dan yakin setelah ia berjabatan tangan baru Yu Wi akan merasakan kelihaiannya.

   Siapa tahu begitu berjabatan tangan, sama sekali ia tidak dapat merasakan tenaga perlawanan Yu Wi, sebaliknya tenaga sendiri yang dikerahkannya itu terus bocor keluar.

   Keruan ia terkejut dan cepat menarik kembali tangannya "Eh, bagaimana kalau coba dengan tangan kiri saja,"

   Ujar Yu Wi dengan tertawa.

   "Cuma bila berjabatan dengan tangan kiri, mau tak-mau engkau pasti akan lebih runyam, jika takut, kukira lebih baik jangan mencobanya."

   Auyang Liong-lian merasa penasaran segera ia menjulurkan tangan kiri, ia pikir biarpun tenagamu terasa aneh, masakah bisa lebih kuat daripada tenagaku setelah kumakan ikan ajaib itu.

   kalau tidak, mana bisaku tarik kembali tanganku dengan begini gampang? Tapi begitu mereka berjabatan tangan kiri, seketika Auyang Liong-lian merasakan tenaganya terkuras terlebih hebat, mungkin kalau berjabatan tangan setengah jam saja seluruh tenaga dalamnya bisa terkuras habis.

   Cepat ia membentak dan menarik tangan sekuatnya, tapi tangan kiri lawan ternyata tidak bergerak sedikitpun dan tetap memegang tangannya dengan erat.

   Sampai dua tiga kali Auyang Liong-lian membentak dan menarik tangan barulah Yu Wi melepaskannya dengan tertawa.

   Karena sejenak ini saja tenaga dalam Auyang Liong-lian sudah terisap tidak sedikit, lengan kiri juga tarasa pegal sehingga hampir tidak kuat terangkat.

   Diam-diam ia terkejut dan heran dari manakah bocah ini mendapatkan ilmu ajaib ini, mengapa bisa mengisap tenaga lawan? Meski didalam hati terkejut, tapi dimulut dia tidak berani sembarangan omong lagi, sebab biar bagaimana pun kekuatan Yu Wi ternyata jauh diatasnya, kalau anak muda itu tidak melepaskan dia, jangankan menggertak tiga kali, biarpun berteriak seratus kali juga tetap tidak terlepas.

   Tadi dengan sekali tarik saja tangan kanan dapat terlepis dari pegangan lawan, sekarang ia pikir pasti Yu Wi sengaja mengalah padanya, Maka dia tidak berani memandang rendah lagi kepada anak muda itu, cepat ia memberi hormat dan berkata.

   "Ada sepucuk surat harus kusampaikan langsung kepada Ciangbunjin Goat-heng-bun."

   "Serahkan padaku kan sama saja,"

   Ucap Yu wi dengan tertawa. Auyang Liong-lian lantas mengeluarkan sepucuk surat dan diangsurkan dengan kedua tangan. Yu Wi menerimanya dan coba membacanya, pada sampul surat tertulis;

   "Kepada yang terhormat ketua Goat-heng-bun". Lalu ia buka sampul dan membaca suratnya, isi surat itu berbunyi;

   "Dengan pengirim surat Auyang Liong-lian, dengan ini kami tantang Ciangbun bersama segenap anak murid untuk bertanding dipuncak Kun-san pada pertengah bulan terakhir (bulan dua belas), urusan menyangkut mati-hidup kedua perguruan, hendaknya hadir pada waktunya". Di bawah surat itu ditanda tangani ketua Thay-yang-bun. Diam-diam Yu Wu terkejut.

   "Siapakah di dunia ini yang mampu menjadikan Auyang Liong-lian sebagai pengantar surat?"

   Dari derajat si pengantar surat tentu dapat dinilai betapa tinggi dan terhormatnya kedudukan penulis surat itu. Dengan suara hormat Auyang Liong-lian lantas bertanya.

   "Bagaimana surat balasannya?"

   "Jadi, pasti datang"

   Jawab Yu Wi, singkat dan tegas.

   Auyang Liong-lian sekarang benar-benar sangat takut kepada Yu Wi, ia tidak berani tinggal lebih lama lagi, dengan membawa jawaban tegas itu segera ia mohon diri.

   Pada waktu datangnya tadi Auyang Po juga main bentak dan berlagak tuan besar, sekarang dia ikut pergi dibelakang ayahnya, kentut saja tidak berani.

   Le Siok-coan mendengar suara ramai-ramai itu dan keluar untuk bertanya apa yang terjadi.

   Yu Wi menceritakan maksud kedatangan Auyang Liong-lian dengan surat tantangan tadi, lalu berkata.

   "Ada suatu permohonanku, entah dapat diterima atau tidak?"

   Dengan tertawa Le Siok-coan menjawab.

   "Ada urusan apa, silakan bicara saja dan jangan sungkan-sungkan."

   "Ada dua persoalan ingin kutanyakan kepada Cin Pek-ling soal pertama adalah ...."

   Yu Wi lantas menyodorkan surat antaran Auyang Liong-lian tadi kepada Siok-coan. Sesudah membaca isi surat itu, Siok-coan berkata.

   "Apakah kau sangsikan siapa si pengirim surat ini?"

   Yu Wi mengiakan.

   "Ya, memang, kalau orang yang mengaku ketua Thay-yang-bun berada disini, siapa pula yang berani bertindak sesombong ini dengan menulis surat tantangan ini?"

   Ucap Le Siok-coan.

   Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Makanya perlu kutanyai Cin Pek-ling,"

   Kata Yu Wi.

   "Soal lain adalah mengenai seorang anakku yang berada padanya dan hendak kuminta kembali."

   "Siapa nama anakmu?"

   Tanya Siok-coan.

   "Ki-ya,"

   Tutur Yu Wi.

   Mendengar nama putra Yu Wi itu, diam diam Soh-sim alias Bok-ya tahu apa artinya.

   Le Siok-coan lantas berkata pula "Aku bukan murid Goat-heng-bun, sebenarnya Cin Pek-ling tidak perlu ditahan disini.

   Biarlah kuserahkan dia kepadamu dan terserah apa yang hendak kau-lakukan terhadapnya."

   "Terima kasih,"

   Yu Wi memberi hormat. Pada saat itulah mendadak seorang anak buah Thi-bang-pang berlari datang dan memberi lapor dengan gugup "Tah... tahanan kabur ...."

   "Siapa yang kabur?"

   Tanya Siok-coan dengan terkejut.

   "Ketua Thay-yang-bun, Cin Pek-ling,"

   Sahut pelapor itu. Seketika hati Yu Wi serasa tenggelam, diam diam ia mengeluh, kalau Cin Pek-ling tidak ada, kepada siapa akap meminta kembali anaknya? Segera pelapor tadi menambahkan lagi.

   "Ada lagi... ."

   "Siapa?"

   Potong Le Siok-coan tak sabar. Pelapor itu gelagapan sekian lamanya dan tidak berani bicara.

   "Pasti Kan Ciau-bu,"

   Kata Yu Wi. Dengan gugup pelapor itu mengangguk. Segera Siok-coan membentak.

   "Siapa yang begitu berani melepaskan mereka?"

   Pelapor itu berlutut ketakutan, sahutnya dengan gemetar.

   "En ...entah, hamba tidak tahu."

   "Adakah Ce Ti-peng disana?"

   Tanya Yu Wi. Pelapor itu menggeleng kepala.

   "Sudah setengah hari tidak ...tidak tampak bayangannya."

   Yu Wi menghela napas, katanya "Dia bukan anggota Thi-bang-pang, besar kemungkinan dia yang melepaskan Kan Ciau-bu."

   Tapi lantas timbul lagi rasa sangsinya, katanya pula.

   "Tapi tidak mungkin dia juga membebaskan Cin Pek-ling yang merupakan musuhnya."

   IA tidak tahu bahwa setelah Ce Ti-peng melepaskan Kan Ciu-bu.

   kemudian Kan Ciau-bu yang membebaskan Cin Pek-ling, tujuannya jelas ingin bersekutu dengan Cin Pek-ling sebab musuh bersama mereka sekarang ialah Yu Wi.

   ---ooo0dw0ooo--- Tibalah Lah-gwe atau bulan kedua-belas, angin meniup dingin menyayat kulit serupa dicocok oleh jarum, kebanyakan pejalan kaki sama berkeret leher dan membungkuk punggung, meski memakai baju tebal tetap tidak tahan rasa dingin yang merasuk tulang.

   Kun-san juga terkenal dengan nama Siang-san, yaitu umumnya dikenal sebagai Tong-ting-san, terletak dibarat laut Gak-yang-koan, sebuah kabupaten dipropinsi Oh-lam, gunung itu menjulang tinggi di tengah danau Tong-ting yang termashur itu dan tepat didepan menara Gak-yang-lau dipintu barat kota.

   Gak-yang-lau adalah tempat tamasya yang sangat terkenal, tapi sekarang lantaran hawa sangat dingin, kecuali kaum pelancong yang fanatik, umumnya jarang ada orang pesiar ke situ sehingga keadaan sunyi sepi.

   Bersama dengan sunyi sepinya Gak-yang-lao, pelancong yang mengunjungi Kuu-san juga sangat sedikit, lebih-lebih pada hari tanggal 15 bulan akhar tahun ini, hawa jauh lebih dingin dari pada biasanya sehingga tiada tampak seorang pelancong pun yang pesiar di danau.

   Para tukang perahu yang biasanya berlabuh disamping Gak-yang-lau juga sama tahu pada cuaca buruk begini jarang sekali ada kaum pelancong, maka kebanyakan tinggal dirumah.

   Yang tidak punya rumah juga tidur berselimut didalam perahunya.

   Tapi hari itu dipuncak Ku-san pagi-pagi sudah datang seorang kesatria muda gagah perkasa dan duduk semadi di undak-undakan didepan sebuah kelenteng.

   Pemuda itu hanya memakai jubah panjang, melihat dandanannya meski serupa seorang pelajar, tapi pada cuaca sedingin ini hanya mengenakan baju tipis dan dapat duduk tenang tanpa kedinginan, maka sekali pandang orang segera dapat menduga dia pasti orarg Kangouw yang perkasa.

   Dia bukan lain daripada Yu Wi yang datang memenuhi janji.

   Kemarin juga dia sudah naikperahu sendirian datang ke Kun-San sini, semalam dia tidur di kelenteng Sian-hui-bio ini dan pagi-pagi sudah duduk disitu untuk menanti kedatangan lawan.

   Menjelang lohor, Yu Wi makan rangsum yang dibawanya, baru selesai makan, dilihatnya belasan orang muncul dari depan sana.

   Seketika terbangkit semangat Yu Wi, duduknya bertambah tegak, Dapat dilihatnya di antara pendatang itu terdapat Ji-bong Taysu dan belasan orang lain yang semuanya terhitung tokoh anak murid ketua Thay-yang-bun, Maka ia tidak perlu memandang lebih jauh melainkan terus menunduk dan memejamkan mata.

   diam-diam menghimpun tenaga dan menanti pertarungan sengit yang segera akan terjadi.

   Segera Ji-bong Taysu juga dapat melihat Yu wi yang duduk di depan kelenteng itu, ia tertawa dingin dan berkata kepada rombongannya.

   "Silakan kalian menunggu sejenak,"

   Seorang kakek berambut putih dan berkepala besar, tapi bertubuh pendek, berucap.

   "Mengapa tidak tampak orang Goat-heng-bun?"

   "Coba kutanya dia,"

   Kata Ji-bong. Belasan orang itu tidak menaruh perhatian terhadap Yu Wi, mereka berdiri disana sambil bersenda-gurau, hanya Ji-bong saja yang mendekati Yu Wi. Sebelum dekat. mendadak Yu wi mengangkat kepala dan menyapa.

   "Selamat bertemu. Taysu."

   "Kehadiranmu ini apakah mewakili Goat-heng-bun?"

   Tanya Ji-bong.

   "Betul,"jawab Yu wi.

   "Dimana saudara seperguruanmu yang lain bersembunyi?"

   Yu Wi menggeleng tanpa menjawab.

   "Hm, memangnya kenapa tidak berani keluar?"jengek Ji-bong.

   "Bukannya tidak berani keluar, disini dan saat ini hanya aku sendiri murid Goat-heng-bun yang berada disini,""

   Ji-bong jadi tercengang, mendadak ia tertawa.

   "Hahaha, apakah anak murid Goat-heng-bun telah mampus semua? Masa cuma tersisa kau seorang?"

   Karena gelak tertawa Ji-bong itu, belasan orang itu jadi tertarik, beramai mereka lantas mendekati mereka.

   Baru sekarang Yu Wi sempat mengamat-amati mereka, dilihatnya ada tujuh orang kakek yang berusia sebaya Koh Peng, sembilan orang lagi berusia tidak sama, ada yang sebaya Yu Wi, ada yang setengah umur, ada lagi kakek berkepala botak, tapi usianya jauh lebih sedikit daripada ketujuh kakek itu.

   Diantara belasan Orang itu hanya seorang saja yang dikenal Yu Wi, yaitu pemuda yang dahulu pernah menjadi komandan pengawal istana Ko Siu, Siau Hong.

   Dia ikut dibelakang kakek berkepala besar dan bertubuh pendek itu.

   Lalu Yu Wi menjawab ucapan Ji-bong tadi.

   "Yang menerima surat undangan Thay-yang-bun hanya diriku seorang saja"

   "Apakah kau yakin hanya dirimu sendiri sudah cukup perkasa untuk menghadapi lawan, maka tidak perlu memberitahukan saudara seperguruanmu yang lain?"

   Yu Wi tertawa dan diam saja. Ji- bong meajadi gusar, teriaknya.

   "Bocah she Yu, hari ini biar kau mati tanpa terkubur."

   Belum lagi Ji-bong bertindak, mendadak Siau Hong melompat maju, ia memberi hormat kepada Ji-bong, katanya.

   "Supek, tidak perlu engkau marah. biarkan Siautit saja yang membereskan dia."

   Lalu dia berpaling dan berkata pula dengan tertawa.

   "Suhu, kedatangan kita ini dengan mengerahkan segenap kekuatan secara besar-besaran, tampaknya agak keterlaluan dan mestinya tidak perlu."

   Kakek kepala besar dan pendek itu memang guru Siau Hong, terkenal dengan julukan "Kun-kiam-bu-siang"

   Atau ilmu pukulan dan ilmu pedang tidak ada bandingan. Ia pun tidak senang dan berucap.

   "Ya, jika jauh-jauh kudatang dari Tibet hanya untuk menghadapi anak muda semacam ini, rasanya memang agak penasaran."

   Di balik ucapannya itu seakan-akan menyesalkan Ji- bong seharusnya tidak perlu mengundangnya jauh-jauh dari Tibet.

   Ji-bong diam saja mendengar ucapan Kun-kiam-bu-siang dan Siau Hong yang sombong itu.

   Ia pikir "jika kalian merasa penasaran karena lawan yang dihadapi cuma seorang anak muda, silakan saja cara bagaimnna akan kalian lakukan terhadap bocah she Yu itu."

   Maka tanpa bicara ia lantas menyurut mundur beberapa tombak jauhnya.jelas maksudnya membiarkan Siau Hong tampil kemuka. Dengan pongahnya siau Hong lantas berkata.

   "Jika murid Goat-heng-bun betul cuma orang she Yu ini saja. sesungguhnya para Supek dan Susiok memang tidak perlu ikut hadir, cukup Siau Hong sendiri saja mampu menghajar adat kepada bocah she Yu itu supaya dia tahu kelihaian Thay-yang-bun."

   Lalu ia memberi pesan juga kepada beberapa orang yang seangkatan dengan dirinya yang berada di belakang para kakek itu, katanya.

   "Para Toako juga tidak perlu lagi ikut maju."

   Nadanya seperti dia sendiri saja sudah cukup membereskan segalanya.

   Semua orang mengira Siau Hong pasti paham sekali akan kungfu Yu Wi, makanya begitu yakin akan kemampuan sendiri.

   Mereka pikir jika betul demikian halnya, maka kedatangan mereka dari jauh ini memang sia-sia belaka, diam-diam mereka merasa mendongkol, kalau saja Ji-bong tidak berada disitu, tentu mereka sudah tinggal pergi.

   Begitulah setelah omong begar, Siau Hong lantas mendekati Yu wi.

   Namun Yu wi tidak menghiraukan kedatangan orang, ia tetap berduduk dltempatnya tanpa bergerak, Semua orang melihat pandangan Yu wi tertuju lurus kedepan, banyak yang menyangka anak muda itu merasa ketakutan menghadapi Siau Hong ang lebih lihai, makanya terkesima.

   Kira-kira lima kaki di depan Yu wi barulah Siau Hong berhenti, lalu menegur dengan tertawa.

   "Laute (adik), setelah berpisah dikediaman keluarga Ko, apakah sudah banyak kungfu sakti yang kau pelajari"

   Usianya memang lebih tua dua-tahunan dari pada Yu Wi, maka tanpa sungkan dan juga mengandung ejekan ia sebut "Laute"

   Saja kapada Yu Wi. Namun Yu Wi tetap tidak menghiraukannya, pandangannya tetap tertuju ke depan sana, mendadak air mukanya berubah dan bersuara.

   "Haah"

   "Eh, jangan takut, jangan takut"

   Seru Siau Hong dengan gelak tertawa.

   "Meski kutahu betapa bobotmu, tentu juga takkan kuserang begitu saja. Nah, silakan bardiri dulu, ingat-ingat dulu kungfu yang pernah kau pelajari, habis itu baru kita mulai coba-coba."

   Siapa tahu Yu Wi sama sekali tidak menggubris ocehannya, ia malah berseru kedepan sana.

   "He, jangan kau ikut kemari"

   Siau Hong jadi melenggong dan heran siapakah yang diajak bicara Yu Wi? Dalam pada itu semua orang lantas berpaling dan dapat melihat dari kejauhan seorang berlari datang secepat terbang, Ketika sudah agak dekat dan mendengar seruan Yu wi tadi, segera orang itu berhenti.

   Akhirnya, Siau Hong juga berpaling kesana dan dapat melihat jelas siapa pendatang itu, serunya terkejut dan bergirang.

   "He, kiranya adik Bok-ya"

   Pendatang itu memang betul Soh-sim alias Ko Bok-ya, sesudah berdiri sejenak, akhirnya ia melangkah maju pula dengan pelahan.

   Selain Ji-bong Taysu, orang lain tidak tahu siapakah pendatang ini, maka tidak ada yang merintanginya.

   Soh-sim melalui samping orang banyak dan menuju ke depan Siau Hong.

   "Untuk apa kau datang kemari?"

   Dengan tersenyum Siau Hong menegur pula Namun Soh-sim tidak menghiraukannya, ia lalu pula di samping Siau Hong, kemudian menyapa Yu Wi.

   "Toako, mengapa kau datang sendirian, kepadakupun tidak memberitahu sama sekali?"

   Siau Hong merasa kikuk karena pertanyaannya tidak mendapat jawaban, apa lagi lantas teringat Yu Wi adalah kekasih Bok-ya dahulu, seketika berkobar rasa gusarnya, segera ia berteriak.

   "Adik Bok-ya, masa sudah kau lupakan orang ini pernah mengakibatkan kau bunuh diri?"

   Baru sekarang Soh-sim memperhatikan Siau Hong, ia berpaling dan berkata.

   "Eh, Siau-toako, engkau juga hadir?"

   Panggilan "Siau-toako"

   Membikin senang hati Siau Hong. Mendadak Yu Wi bertanya.

   "Ya ji, kau kenal dia?"

   Soh-sim mengangguk, katanya.

   "Tahun itu, karena tidak kutemukan jejakmu di dunia Kangouw, kusangka racun dalam tubuhmu telah bekerja dan menewaskanmu, maka aku pun tidak mau hidup lagi sendirian di dunia ini. kubunuh diri terjun ke sungai, tapi Siau-toako ini telah menyelamatkan diriku. Karena bosan pada dunia fana ini, berulang aku ingin membunuh diri lagi, akhirnya Siau-toako yang baik hati ini mengantarku ke Cu-pi-am"

   "Oo,"

   Segera Yu Wi memberi hormat kepada Siau Hong.

   "Terima kasih kepada Siau-toako."

   Ia pikir "Ya-ji gagal membunuh diri lantaran diriku dan akhirnva menjadi nikoh di Cu-pi-am, tapi tetap merasa kuatir juga bagi keselamatan paman Ko, maka Siau Hong diminta bantuannya untuk menjadi pengawal KoSiu.

   Jadi boleh dikatakan Bok-ya utang budi kepada orang ini.

   betapapun tidak boleh kubersikap kasar padanya."

   "Hm. dengan kedatangan adik Bok-ya, aku menjadi tidak enak untuk bertindak padamu,"

   Jengek Siau Hong pula.

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Maksudnya mestinya dia hendak menghajar Yu Wi, tapi sekarang mengingat Soh-sim, ia menjadi tidak enak hati untuk turun tangan.

   Padahal tak diketahuinya bahwa kemunculan Soh-sim ini justeru telah menyelamatkan jiwanya.

   Yu Wi juga tidak banyak omong dengan dia, dengan menyesal ia menjawab ucapan Bok-ya tadi "Ai, semua ini adalah urusan Goat-heng-bun, engkau bukan murid Goat-heng-bun, dengan sendirinya tidak ingin kulibatkan dirimu.

   Siapa pun tidak perlu ikut terlibat, bukankah kau lihat aku datang sendiri ke sini."

   "Tapi orang banyak segera akan tiba,"

   Seru Soh-sim.

   "Orang banyak? Siapa?"

   Yu wi terkejut, ia pikir orang Goat-heng-bun hanya aku sendiri saja yang tahu adanya janji pertarungan di Kun-san ini, mestinya harus kuberitahukan kepada Koh Peng dan lain-lain, tapi jejak mereka tidak diketahui, siapa pula yang akan membantu diriku? "

   Mendadak terlihatlah serombongan orang muncul dari sana dipimpin oleh baberapa orang perempuan.

   di antara mereka ada grup Pek-yan, Kan Hoay-soan, Hana, bahkan Le Siok-Coan dan Lim Khing-kiok membawa pula beberapa puluh jago pilihan dari Thi-bang-pang.

   Diam-diam Yu Wi menggeleng kepala, pikirnya.

   "Aku justeru kuatir kalian ikut terlibat sehingga sebelumnya tidak kuberitahukan sesuatu lantas datang kesini sendirian. Siapa tahu kalian tetap menyusul kemari."

   Kiranya hari itu setelah Yu Wi menerima surat tantangannya yang diantar Auyang Liong-lian, dapatlah diduganya penulis surat itu pasti Ji-bong Thaysu dan tokoh Thay-yang-bun yang telah lama mengasingkan diri.

   Meski resminya Cin Pek-ling adalah ketua Thay-yang-bun, namun tidak berbahaya, justeru pencabutan larangan seratus tahun dan para gembong Thay-yang-bun yang mungkin diundang keluar lagi oleh Ji-bong, itulah yang mungkin membikin gawat.

   

   first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 21:34:58

Sukma Pedang -- Gu Long Bara Naga Karya Yin Yong Si Pedang Kilat -- Gan K L

Cari Blog Ini