Ceritasilat Novel Online

Pendekar Setia 8


Pendekar Setia Karya Gan KL Bagian 8



Pendekar Setia Karya dari Gan K L

   

   sudah barang tentu jalan pikirannya ini keliru besar.

   Sesudah Yu Wi berlari turun dari tebing, mendadak ia keserimpet dan jatuh terduduk ditanah, sampai disini dia tidak tahan lagi rasa unek-uneknya, ia terus menumpahkan air kuning kecut.

   seharian dia menyiapkan diri, dengan penuh semangat ditunggunya malam untuk menemui Ya-ji.

   sedikitpun dia tidak mengisi perut, maka apa yang ditumpahkan hanya air kuning kecut belaka.

   Setelah tumpah barulah Yu Wi merasa agak lega, ia tidak mengerti apa sebabnya pada tubuh Bok ya bisa timbul bau busuk yang menakutkan itu, bau busuknya lebih keras daripada bau busuk yang terdapat pada tubuh Pek-yan dan jauh lebih sukar ditahan.

   Semalaman Yu Wi berduduk ditanah, sedangkan soh-sim berdiri semalam di atas tebing, kedua orang sama-sama berpikir dengan bingung, sampai fajar tiba soh-sim dapat menarik kesimpulan yang keliru, sebaliknya Yu Wi tidak menghasilkan kesimpulan apa-apa, kesimpulan yang keliru juga tidak.

   Tidak ada hasratnya lagi untuk bertemu dengan Ko Bok ya, hal ini bukan karena terlalu cepat perubahan pikirannya, tapi dia takut mengendus bau busuk pada tubuh Bok ya yang sukar dijelaskan itu- Betapapun ia tidak tahan bau busuk itu.

   Maklumlah, hidung manusia memang ajaib.

   Bila terlalu banyak mengendus bau harum, maka lama-lama hidung akan kebal dan takkan merasakan bau harum itu Tapi bau busuk yang dicium Yu Wi itu tidak mungkin dapat diterimanya, makin tercium makin bacin sehingga akhirnya terpaksa ia tinggal pergi.

   sebelum Yu Wi merangkul Bok ya, sayup,sayup sudah terendus juga bau busuk itu dari jauh padahal dia sangat apal terhadap bau badan Bok ya, tentu saja ia tidak percaya bau busuk itu timbul dari tubuh si gadis.

   Tapi ketika dia kegirangan dan berkobar kasih mesranya terus memburu maju dan merangkul Bok ya, seketika bau busuk itu menyerang hidungnya, segera pula timbul reaksi ingin tumpah Jelas bau busuk itu timbul dari tubuh Bok ya dan tidak mungkin keliru, Sungguh tak tersangka olehnya Ko Bok ya yang yang dipandangnya suci bersih itu bisa timbul bau busuk yang memuakkan seperti ini.

   Bau busuk ini mengakibatkan gerak-geriknya tidak terkontrol dan tidak ingat sopan-santun lagi, secara kasar ia lepaskan Bok ya dan tinggal pergi.

   Kemudian disadarinya perbuatannya itu pasti sangat menyinggung perasaan Bok ya, tapi tak dapat dia memberi penjelasan, sedapatnya ia menahan rasa ingin tumpahnya, mestinya ia ingin tanya Bok ya mengapa pada tubuhnya bisa terdapat bau bacin begitu, tapi baru saja dia berucap "Kau", mendadak air kecut dalam perut dalam perut mau tumpah keluar, dia tidak mau mendapat malu dengan tumpah-tumpah didepan Bok ya, maka cepat dia kabur sejauhnya.

   setiba di bawah tebing, setelah suara Ya-ji tidak terdengar, barulah ia tumpah-tumpah.

   Hari sudah terang, Yu Wi kuatir dirinya akan dilihat si nenek penjaga tebing, terpaksa ia meninggalkan siau-hoa-san dengan badan yang penat dan penuh tanda tanya yang sukar dipecahkan- Hoa-im-koan, sebuah kota kabupaten, terletak diantara Thay-hoa-san dan siau-hoa-san-Dengan langkah berat Yu Wi masuk kekota itu.

   Waktu itu sudah dekat lohor, perut terasa sangat lapar.

   Yu Wi mencari sebuah rumah makan, selagi hendak masuk kesitu, tiba-tiba dilihatnya seorang lalu diseberang sana, cepat ia berterak.

   "Cin Pek ling ... Cin Pek ling... ."

   Orang itu memang betul Cin Pek ling adanya, karena suara teriakan Yu Wi itu, orang yang berlalu- lalang sama menoleh dengan kaget.

   Tapi Yu Wi tidak peduli, buru-buru ia mengejar kesana, ternyata Cin Pek ling sudah menghilang di tengah orang berlalu- lalang.

   Mana Yu Wi mau tinggal diam, bila teringat kepada kelicikan orang ini dengan intrik busuknya, walaupun dirinya sukarela mau terpancing, tapi orang telah memperalat dirinya untuk menerjang rintangan cu-pi-am dan dia ikut mambonceng masuk kesana, kelicikann itu sungguh sangat menggemaskan.

   Jika orang tua itu benar-benar ingin menolongnya.

   seharusnya dia menjelaskan akibat yang akan timbul bilamana Yu Wi menerjang ke Cu-pi-am, tapi dia tidak memberitahukan pun, kalau tidak ada bantuan Boh-tin dan oh-pi yang merasa kasihan kepada Bok ya, bukankah Bok ya yang akan tertimpa akibatnya dihukum Ji-bong Taysu tanpa berdosa.

   Begitulah Yu Wi terus mangejar ke arah Cin Pek ling, sampai di luar kota, tahu-tahu dia kehilanganjejak orang tua itu.

   padahal dari jauh masih kelihatan bayangannya.

   selagi Yu Wi merasa heran, tiba-tiba seorang menegurnya dengan tertawa dari belakang.

   "saudara cilik, apakah kau cari diriku?"

   Yu Wi terkejut dan cepat berpaling, siapa lagi orang yang berdiri dibelakangnya kalau bukan cin Pek ling.

   Ginkang tua bangka ini sungguh terlalu tinggi.

   Melihat orang.

   seketika berkobar rasa murka Yu Wi, sikapnya jelas memperlihatkan rasa benci seperti berhadapan dengan musuh, tapi sedapatnya ia berlagak tenang dan berkata.

   "Memang ada sesuatu urusan ingin kutanya padamu."

   "Baik, baik, marilah kita mencari suatu tempat tenang untuk bicara,"

   Kata Cin Pek ling dengan tertawa.

   Ia membalik tubuh seperti mau mencari tempat yang dimaksud, tapi mendadak jarinya lantas menjentik.

   Karena tidak berjaga-jaga, kontan Yu Wi terselentik Hiat-to kelumpuhannya sehingga roboh terkulai.

   Cin Pek ling lantas mengangkatnya, katanya dengan senang.

   "Dengan demikian barulah aku tidak perlu kuatir untuk berbicara denganmu."

   Ia membawa Yu Wi kesuatu tempat teduh didalam hutan dan menurunkan anak muda itu menggeletak di atas tanah rumput, sungguh perut Yu Wi hampir meledak saking gusarnya, segera ia tanya.

   "Antara kita tidak pernah bermusuhan apapun, mengapa kau sergap diriku secara rendah?"

   "Hahaha. kita memang tidak pernah bermusuhan,"

   Sahut Cin Pek ling dengan gelak tertawa.

   "Tapi air mukamu memberitahukan padaku bahwa saudara cilik menaruh prasangka apa-apa terhadapku.Jika sudah ada pikiran tidak senang, waktu bicara tentu akan cepat marah. kalau marah, urusan menjadi runyam. Tapi kalau terjadi seperti sekarang, ingin marah juga sulit, tentu dapat kita bicara dengan baik dan segala persoalan juga mudah dijelaskan- Nah, betul tidak, saudara cilik?"

   Diam-diam Yu Wi mengomeli diri sendiri yang kurang sabar.

   Dari sini pula dapat diketahui betapa licik dan licinnya Cin Pek ling.

   Bilamana orang ini beraksi, sungguh dunia Kangouw bisa diaduknya hingga kacau-balau dan menimbulkan huru-hara.

   Cin Pek ling lantas duduk didepan Yu Wi, lalu berkata dengan tertawa.

   "

   Entah, ada urusan apa, boleh kau tanya padaku."

   Dengan gemas Yu Wi lantas buka kartu, makinya.

   "Cin Pek ling, sebenarnya aku sangat kagum dan menghormat dirimu, tapi sekarang harus kusebut dirimu ini manusia rendah dan kotor"

   Orang yang polos dan jujur, biarpun tertawan juga tidak sudi menyerah. Memangnya Yu Wi hendak mengumpat orang, maka sekarang dilontarkan caci- makinya sekaligus. Cin Pek ling bergelak tertawa.

   "Haha, apa kataku, cocok bukan? Ternyata betul engkau berprasangka padaku. Untuk ini harus kukatakan dirimu yang salah. Memangnya belum cukup banyak bantuanku padamu? Mengapa tidak berterima kasih, tapi malah kau maki diriku? Betapapun kan tidak patut?"

   Saking gusar Yu Wi menjadi tertawa.

   "Haha, kenapa tidak bicara terus terang saja. kau sengaja membantu memberi petunjuk jalan padaku atau cuma memperalat diriku untuk membuka jalan bagimu?"

   Seketika senyuman munafik Cin Pek ling tadi lenyap. ucapnya dengan culas.

   "Saudara cilik, rupanya rahasiaku telah kau ketahui. Wah, bisa runyam. Eh, siapakah yang bilang padamu bahwa aku memperalat dirimu?"

   Tapi setelah berpikir sejenak, mendadak ia bertepuk tangan dan berseru.

   "Aha, betul pasti orang yang mencuri dengar percakapanku dengan Ji-bong Taysu itu. Lekas katakan, siapa dia?"

   "Otakmu yang penuh akal licik itu masakah tidak dapat menerka siapa dia?"

   Jawab Yu Wi. Senyuman munafik Cin Pek ling lenyap seketika, ucapnya dengan kurang senang.

   "Adik cilik, jadi sudah kau ketahui rahasiaku? Wah, tidak enak jadinya. Eh, siapakah yang memberitahukan padamu bahwa sengaja kuperalat dirimu?"

   "Mm, benakmu. yang licin itu masakah tidak dapat menerka siapa dia?"

   Jengek Yu Wi. Cin Pek ling menganggap dirinya maha cerdik, ia tidak bertanya lagi, tapi bergumam.

   "Di dunia ini, orang yang mampu menguntit dibelakangku dan ikut menyusup masuk ke Cu-pi-am, boleh dikatakan dapat dihitung dengan jari. Bahwa ginkang orang itu lebih tinggi daripadaku? Dan, juga jatuh hati padamu, jelas dia ... ."

   Mendadak teringat olehnya waktu Ji-bong Tay-su mengejar keluar, bayangan orang yang mencuri dengar itu tampaknya berpotongan kaum wanita, segera ia tahu siapakah dia, ia berkeplok dan berseru.

   "Aha, betul, di dunia ini hanya ginkang Bu-eng-bun yang dapat melebihi diriku. Nah, saudara cilik, tidak kau katakan juga sudah kukatahui. Dia adalah kekasihmu, juga majikanmu. salah seorang pembeli bayangan, yaitu Pek yan. betul tidak?"

   Dengan gusar Yu Wi menjawab.

   "Mulut Anda hendaknya tahu diri sedikit, memangnya kekasihku apa?"

   "Hahaha, didepanku masakah perlu menyangkal segala?"

   Ujar cin Pek ling dengan tertawa.

   "Seluk beluk orang Bu-eng-bun cukup kuketahui dengan jelas. Kekasih adalah istilah yang halus, jika mau kasar, katakanlah gendakmu. Nah, saudara cilik, kungfu gendakmu ditempat tidur tentu hebat bukan?"

   Dengan gusar Yu Wi mendamperat.

   "Dasar mulut kotor, bila kau sembarangan omong lagi. pada suatu hari tentu akan kau rasakan gamparanku."

   "Hal ini memang bisa terjadi,"

   Ujar Cin Pek ling sambil meraba pipi sendiri.

   "Ai, setelah kau punya beking yang kuat, tentu aku tidak berani main kasar lagi padamu. sayang aku sudah lanjut usia, kalau tidak. anak cakap saperti dirimu tentu kusimpan sendiri dan tidak nanti kuberitahukan tempat para pembeli bayangan itu. Ya, meski kau jual bayanganmu dan sudah kehilangan kebebasan, tapi sebagai imbalannya kau dapatkan beking yang kuat, juga punya pacar cantik, mustahil tidak kau nikmati"

   "Cis, rendah dan kotor,"

   Damperat Yu Wi. Cin Pek ling menggeleng.

   "Caci- makimu itu harus kau tujukan kepada dirimu sendiri. Aku paling-paling cuma omong saja, tapi kau sendiri benar-benar telah berbuat, bayangan sendiri pun kau jual, apakah perbuatanmu ini terhormat. Tampaknya sementara ini belum sempat kau rasakan si cantik. Tapi tidak perlu terburu-buru, Pek-yan tidak nanti meninggalkan dirimu. Pinjam bibit adalah langkah yang harus ditempuh oleh setiap anak murid Bu-eng-bun mereka, tanpa dirimu, kemana Pek yan yang masih perawan itu akan dapat meminjam bibitnya?"

   "Apa yang kau maksudkan dengan pinjam bibit segala?"

   Cin Pek ling tertawa misterius, ucapnya.

   "

   Cerita ini sangat panjang, biarlah kujelaskan, cuma jangan kau lupa pada kebaikanku ini, kelak bila saudara cilik sudah jaya, jangan kau lupakan diriku, tentu masih banyak juga yang perlu kuminta bantuanmu."

   Belum lagi Yu Wi menanggapi, sakonyong-konyong di ujung hutan sana ada suara jeritan orang perempuan, lalu terdengar teriakannya.

   "Tidak. jangan Tolong ... tolong"

   "Ah, ada tontonan menarik, saudara cilik,"

   Seru Cin Pek ling dengan tertawa.

   "Marilah kita coba melihatnya."

   Segera ia kempit Yu Wi dan dibawa lari kearah datangnya suara.

   Yu Wi berjiwa luhur, ia berharap Cin Pek ling dapat berlari lebih cepat agar perempuan yang tertimpa bahaya itu dapat tertolong.

   Dilihatnya ginkang Cin Pek ling memang sangat tinggi, cepat sekali larinya.

   Akan tetapi rupanya dia cuma ingin menonton pertunjukan saja.

   dia melompat keatas pohon untuk mengintip ke bawah, jelas tidak ada maksud untuk menolong.

   Suara jeritan perempuan tadi semakin keras dan melengking, tampaknya keadaan sudah sangat mendesak tapi cin Pek ling tetap tersenyum dan menonton belaka, seakan-akan orang yang sedang menonton sandiwara yang menarik dan tidak peduli mati hidup orang lain.

   Yu Wi dikempit dengan membalik kebelakang sehingga tidak dapat melihat apa yang terjadi meski urusannya tidak menyangkut kepentingan sendiri, tapi didengarnya suara jeritan si perempuan yang minta tolong itu semakin memelas, sedangkan Cin Pek ling sama sekali tidak ada tanda mau menolong, segera ia memaki.

   "Orang she Cin, jika tidak lekas kau turun tangan menolongnya, segera kumaki kau"

   "Sandiwaranya belum mencapai klimaksnya, untuk apa terburu-buru?"

   Ujar Cin Pek ling sambil memutar arah kempitan Yu Wi sehingga anak muda itu dapat melihat keadaan tempat kejadian itu.

   Maka dapatlah Yu Wi melihat dengan jelas ada tiga lelaki berbaju hitam dengan dandanan kaum hamba, dengan golok terhunus sedang menyerang seorang perempuan.

   Perempuan itu membopong seorang bayi sembari berkelit kian kemari terhadap serangan golok lawan, begitu melihat wajah perempuan itu dan si bayi, seketika hati Yu Wi tergetar hebat.

   Pada saat itulah mendadak punggung golok seorang lelaki baju hitam itu kena mengetuk lengan si perempuan.

   Rupanya dia tidak mau melukai perempuan itu, hanya mengetuk lengannya sehingga kaku dan kesakitan.

   segera seorang budak tangkas yang lain menubruk maju dan sempat merampas bayi yang dibawa perempuan itu.

   Budak ketiga tidak tinggal diam, iapun menubruk maju dan merangkul perempuan itu dengan dua tangan.

   Gerak ketiga budak tangkas itu cukup hebat, perempuan itu tampaknya sangat lemah, hanya mengandalkan kegesitan saja untuk menghindar kian kemari, namun begitu juga tidak mudah bagi mereka untuk membekuk perempuan itu.

   Cin Pek-ling tertawa gembira dan berkata.

   "Aha, sandiwara sudah mulat main, lekas lihat, saudara cilik."

   Tiba-tiba dirasakannya Yu Wi yang terkempit diawah ketiaknya itu bergemetar keras, ia menunduk dan bertanya.

   "He, kenapa kau?"

   Wajah Yu Wi tampak pucat. serunya.

   "Lep... lepaskan aku ...."

   "Eh, ada apakah?"

   Tanya Cin Pek-ling dengan heran.

   "Apakah kau kenal perempuan itu?"

   Dalam pada itu keadaan di bawah sana sudah berubah lagi, ternyata bukan perbuatan kotor sebagaimana dibayangkan oleh Cin Pek- ling, dia mengira ketiga budak tangkas itu hendak memperkosa perempuan itu. Terdengar perempuan itu sedang berteriak kuatir.

   "Lepaskan anakku, jika kalian berani mengganggu dla, ayahnya pasti takkan mengampuni kalian ... ."

   Budak tangkas yang membopong bayi itu berseru dengan tertawa.

   "Haha, jelas engkau masih perawan asli, dari mana datangnya anak? Agaknya perkataan Kongcu kami memang betul, anak ini pasti anak haram yang kau lahirkan dengan gendakmu, jika anak ini dibunuh, tentu tidak perlu lagi kaupikirkan dia."

   Budak yang berdiri disamping segera angkat goloknya dan bertceiak.

   "Yau Lip. lekas sodorkan kepala anak haram itu, biar kucoba golokku cukup tajam atau tidak. He he, masakah kutakut kepada ayahnya? Umpama sekarang ayahnya muncul juga kuberi sekali bacok."

   Budak yang membopong anak itu benar-benar menyodorkan kepala anak yang baru berumur antara satu tahun itu.

   Tertampak wajah bayi yang gemuk dan cakap menarik itu, mesliknya ia pentang matanya yang jeli dan memandang Yau Lip tanpa berkedip.

   Melihat keberanian anak bayi itu.

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
tanpa terasa Cin Pek ling memuji.

   "Anak hebat"

   Tapi Yu Wi tidak tahan- dengan suara gemetar keluhnya.

   "O, dia ..dia anakku, lekas ...lekas kau lepaskan diriku"

   Cin Pek ling jadi melengak.

   sungguh tak pernah terbayang olehnya bahwa anak bayi yang pemberani dan tidak menangis dan ribut itu adalah anak Yu Wi.

   semula dia cuma menduga Yu Wi kenal perempuan itu, sebab itulah biarpun diketahui anak muda itu kelihatan gelisah, tidak segera ia membuka Hiat-to yang ditutuknya, ia sengaja membiarkan Yu Wi kelabakan dan akhirnya memohon pertolongannya barulah akan dibebaskannya.

   Sekarang setelah mengetahui anak bayi itu adalah anak Yu Wi, seketika otaknya bekerja lagi, ucapnya dengan tertawa.

   "

   Untuk melepaskan dirimu kan tidak sulit, cuma cara bagaimana akan berterima kasih setelah kuselamatkan mereka?"

   Dalam pada itu si budak yang bernama Yau Tong menjadi murka melihat anak bayi itu memandangnya dengan berani, dengan gemas ia mendekat dengan golok terhunus, ucapnya dengan gregetan.

   "Anak haram, lihatlah yang jelas tampang tuanmu"

   Melihat anaknya terancam babaya, dalam keadaan terpaksa tanpa pikir Yu Wi lantas berkata "sesudah kau pimpin Thay- yang- bun nanti, aku berjanji takkan mempersulit dirimu."

   Cin Pek-ling menggeleng.

   "Hal ini tidak berarti bagiku, aku menghendaki kemudian hari harus kau bantu diriku, mau tidak?"

   Sementara itu Yau Tong sudah mengangkat goloknya, asalkan goloknya menabas kebawah, jiwa anak bayi bernama Yu Ki-ya itu pasti akan segera melayang. Karena tidak ada jalan lain, terpaksa Yu Wi berteriak "Baik"

   Suaranya yang keras ini mengejutkan ketiga budak jahat yang sedang beraksi itu, mastinya mereka tidak mendengar percakapan cin Pek-ling dan Yu Wi di atas pohon.

   Mereka tidak menyangka perbuatan jahat mereka akan dipergoki orang, ketika budak jahat bernama Yau sin yang merangkul tubuh perempuan itu terkejut sehingga pegangannya menjadi kendur.

   Kesempatan itu segera digunakan oleh perempuan muda itu untuk menggigit tangan Yau sin.

   saking kesakitan Yau sin berteriak dan lepas tangan, terus melompat mundur.

   Karena teriakan Yau sin.

   Yau Tiong menjadi gugup, sebenarnya mereka bukan kaum panjahat, biasanya mereka cukup tenang menghadapi sesuatu.

   tapi lantaran gugup, golok Yau Tiong yang terangkat lalu tanpa terasa membacok kebawah.

   Melihat golok berkelebat, saking kuatirnya perempuan itu menjerit pula sehingga lupa pada bahaya yang juga bisa mengancamnya, tanpa pikir ia menubruk maju dan mengadu jiwa dengan Yau Tiong.

   Bacokan Yau Tiong itu ternyata mencong dan tidak mengenai Yu Ki-ya, namun serangan ini juga lantas menimbulkan nafsu jahatnya untuk membunuh orang.

   Maka begitu melihat si perempuan menubruk tiba, tanpa pikir goloknya terus membacok.

   Karena cemasnya.

   perempuan itu sampai lupa gerak llmu silat yang dikuasainya.

   Terlihat golok yang mengkilap itu sedang membacok batok kepalanya, tiba-tiba Yau Lip yang membopong Yu Ki-ya berteriak.

   "Hei, Yau Tiong, apa kau gila? Tidak boleh membunuh dia"

   Teriakannya tidak sempat lagi mencegah tindakan buas Yau Tiong, untuk bisa menyetopnya harus merebut goloknya itu.

   Syukurlah pada detik yang berbahaya itu, tahu-tahu Yu Wi melayang turun dari udara.

   Dia baru bebas dari Hiat-to yang tertutuk.

   belum sempat mengatur tenaga untuk memulihkan aliran darahnya sehingga gerak-geriknya belum leluasa, sukar baginya untuk merampas golok Yau Tiong itu.

   Maka begitu berdiri di atas tanah, segera ia rangkul si perempuan muda itu terus menggelinding kesamping.

   Dengan sendirinya bacokan Yau Tiong itu mengenai tempat kosong, waktu dia hendak menyerang pula, namun Yu Wi telah mendahului menendang, kontan golok Yau Tiong terdepak lepas, menyusul Yu Wi menghamtam dan tepat mengenai dada Yau Tiong.

   Mana Yau Tiong sanggup menahan pukulan Yu Wi itu, ia menjerit ngeri, tubuhnya mencelat jauh dan jatuh terbanting dengan tumpah darah dan binasa.

   Pukulan Yu Wi yang hebat ini membikin Yau Lip dan Yau sin ketakutan setengah mati, tanpa pikir lagi mereka terus kabur.

   "Tinggalkan anakku"

   Teriak Yu Wi. Ucapan ini dapat didengar dengan baik oleh perempuan muda tadi, ia menengadah dan dapat melihat Yu Wi dengan jelas, serunya girang "He, engkau ... engkau Yu ....

   "

   Karena suara perempuan muda yang terputus-putus ini Yu Wi jadi tidak segera mengejar Yau Lip untuk merampas kembali anaknya, ia berpaling dan menjura kepada perempuan muda itu, katanya.

   "Nona Lau, baik- baikkah. selama berpisah?"

   Kiranya perempuan muda ini ialah si gadis penjinak singa alias Lau Yok-ci.

   sejak berpisah diThian-ti-hu dahulu, belum pernah lagi Yu Wi bertemu dengan dia.

   Meski secara diam-diam Lau Yok-ci pernah melihat Yu Wi beberapa kali, tapi berhadapan empat mata seperti sekarang ini membuat mereka merasa sudah berada di jelmaan hidup yang lain.

   Mendadak Lau Yok-ci berseru cemas.

   "He, lekas kau rebut kembali Ki-ya"

   Belum lama dia berkumpul dengan Yu Ki-ya, tapi perhatiannya terhadap anak itu tidak kurang daripada ayah-ibu kandungnya.

   Hal ini cukup dimengerti oleh Yu Wi, dari cara Lau Yok-ci yang berusaha mati-matian membela anaknya itu sudah kelihatan betapa kasih sayangnya terhadap Ki-ya.

   Dan hanya tertunda sejenak saja, Yau Lip dan Yau sin sudah kabur tanpa kelihatan bayanjannya lagi.

   Keruan Yu Wi menjadi gugup, ia meraung sekerasnya.

   "Ayo berhenti"

   Karena suara raungan yang menggelegar ini, biarpun didengar dari jarak ratusan tombak kedengarannya juga seperti orang membentak dibelakang.

   Apabila saat itu Yau Lip dan Yau sing sadang berlari, mungkin mereka juga akan berhenti ketakutan- Belum lagi Yu Wi mengambil keputusan akan mengejar kejurusan mana.

   tiba-tiba dilihatnya dari dalam hutan yang lebat sana melayang tiba dua sosok bayangan.

   "bluk. Bluk., dua mayat terbanting didepan Yu Wi. Kedua mayat ini ternyata bukan lain daripada Yau Lip dan Yau sin yang kabur itu. Tapi Yu Ki-ya tidak diketahui berada dimana. Selagi Yu Wi merasa kuatir. tertampaklah Cin Pek ling muncul dari arah datangnya kedua sosok mayat itu, siapa lagi bayi dalam pangkuannya itu kalau bukan Yu Ki-ya. Girang sekali Yu Wi, diam-diam iapun kagum terhadap kehebatan ginkang Cin Pek ling, dalam waktu sesingkat itu dapat menyusul dua budak jahat yang berlari terpencar kedua jurusan, untuk itu Yu Wi sendiri merasa tidak sanggup, Segera ia mamapak kedepan dan menjura, ucapnya.

   "Terima kasih atas bantuan Cin-siansing yang telah menyelamatkan putraku."

   Segera ia menjulurkan kedua tangannya dengan maksud hendak menggendong kambali Yu Ki-ya.

   Dalam benak kecil anak bayi itu agaknya juga masih ingat pada wajah sang ayah, segera Ki-ya mengangkat tangannya yang kecil dan bercelotek dengan gembira.

   Tapi Cin Pek ling lantas mengegos kesamping dan menampilkan senyuman yang licik, ucapnya.

   "saudara cilik, anak ini sangat menyenangkan, baiklah kugendong sebentar."

   Sembari menggendong Ki-ya dengan sebelah tangan- sebelah tangan yang lain segera digunakan untuk menimang.

   Ki-ya ternyata tidak takut kepada orang yang belum dikenalnya, tangannya yang kecil itu mencakar-cakar jenggot Cin Pek ling dan kelihatan sangat menyenangkan.

   Meski tahu Cin Pek-ling tidak bermaksud baik, terpaksa Yu Wi tidak dapat memperlihatkan rasa tidak senang, jika anak bayi itu sudah berada ditangan orang, terpaksa ia tidak berani sembarangan bertindak.

   Dalam pada itu Lau Yok ci telah merangkak bangun dan mendekati Yu Wi.

   Tindakan ini sebenarnya sangat wajar, tapi ketika nona itu sudah dekat, mendadak Yu Wi menggeser kesamping.

   Rupanya Lau Yok-ci tidak memperhatikan sikap Yu Wi itu, dengan tertawa ia berkata.

   "Ki-ya sungguh anak yang baik, selama beberapa bulan berada bersamaku belum pernah dia menangis."

   Yu Wi menghela napas, ucapnya.

   "sejak dilahirkan Ki-ya memang tidak pernah menangis. Pernah satu kali tanpa sengaja ibunya menjatuhkan dia, selagi orang tua merasa kuatir kalau-kalau dia terluka, siapa tahu, meski kepalanya benjut, tapi dia tidak menangis, sebaliknya terus merangkak dan bermain seperti biasa. ibunya mengira anak ini terjatuh pingsan dan tidak bisa menangis, padahal..,."

   Makin lama makin lirih suaranya dan akhirnya dia berhenti bertutur.

   Lau Yok-ci cukup memahami perasaan Yu Wi sekarang, pantas juga bicaranya terputus sebelum selesai, tentu karena, terkenang kepada kematian Yap jing yang mengenaskan dan baru berselang beberapa bulan itu suasana hening sejenak, kemudian Yok-ci berkata.

   "Jarang juga anak bayi tidak menangis, kelak kalau sudah besarnya pasti seorang lelaki keras yang tidak kenal menyerah."

   Yu Wi masih juga berduka. Tapi lelaki tetap lelaki, tidak lama dapatlah dia pulih seperti biasa, segera ia berseru.

   "Hilangnya Ki-ya waktu itu kusangka diculik musuh, tapi kemudian setelah kuperiksa keadaan setempat baru kutahu anak ini telah diselamatkan oleh nona Lau."

   "Siapa pembunuhnya, apakah sudah kau ketahui?"

   Tanya Yok-ci. Dengan sedih Yu Wi mang angguk. Yok-ci berkata pula dengan berduka cita.

   "Kan ciau-bu banyak melakukan kejahatan ... Ai, tempo hnri kebetulan kulewat ditempat tinggalmu, kudengar suara jeritan, diam-diam kumasuk kesana untuk memeriksanya, kulihat ... kulihat ..."

   Ternyata sukar baginya untuk melukiskan kejadian waktu itu, ia menggeleng kepala dengan sedih, lalu menyambung.

   "Kedatanganku ternyata terlambat dan tidak dapat menyelamatkan kedua isterimu. setelah mengganas, Kan cian-bu berdiri termangu di depan kedua sosok mayat dan lupa dibelakangnya masih ada ranjang goyang, dimana Ki-ya sedang tidur nyenyak. Demi menolong jiwa Ki-ya, aku tidak berani kepergok dengan dia. Maka pada waktu dia termangu setelah melakukan keganasan itulah, diam-diam aku menyusup kedalam untuk membawa lari Ki-ya, sekalian kuambil juga singa kemala yang terikat ditempat tidurnya ... ."

   Yu Wi jadi teringat kepada kematian Yap Jing dan He si yang mengenaskan itu, tak tertahan lagi air matanya bercucuran. Tapi segera ia membangkitkan semangat dan berucap.

   "Terima kasih atas pertolongan nona, jika tidak kebetulan engkau lalu ditempat kediamanku, tentu jiwa Ki-ya sukar diselamatkan- Kutahu sekali-sekali bukan Kan ciau-bu berhati baik dan tidak tega membunuh anakku. Kelak bilamana Ki-ya sudah besar, selain budi orang tua yang telah membesarkan dia, pasti akan kusuruh dia selalu ingat kepada pertolongan jiwa nona Lau."

   "Ah, kenapa kau omong seperti orang luar saja,"

   Ujar Yok-ci.

   "Kalau waktu itu aku tidak datang terlambat, sedikitnya dapat kucegah tindakan Kan ciau-bu yang jahat itu. Engkau tidak menyesali diriku yang tidak dapat menolong dengan baik, kemurahan hatimu sudah cukup membuatku berterima kasih."

   "Mati dan hidup sudah takdir, masa dapat kusalahkan orang lain,"

   Kata Yu Wi, Jika ada yang salah, maka salahku sendiri yang telah meninggalkan rumah.

   Kalau tidak, mana bisa terjadi drama ini.

   Aku harus berterima kasih atas pertolonganmu kepada Ki-ya.

   Ai, biarlah jangan kita bicarakan urusan ini, kalau disinggung hanya akan menambah rasa duka saja.

   Justeru mengenai malapetaka yang menimpa nona sekarang ini perlu kuketahui, entah mengapa nona Lau berubah menjadi lemah sehingga tiga budak jahat itu saja tidak dapat kau tandingi?"

   Dengan sangat berduka Lau Yok-ci bertutur "Ai, aku ...

   aku telah bertemu dengan seorang lelaki yang berhati keji, dia telah menaruh semacam obat didalam makanan diluar tahuku dan telah kumakan setiap hari, pelahan kurasakan seluruh kekuatanku telah dipunahkan oleh obat yang di taruhnya itu, keadaanku sekarang lemah tidak ada ubahnya seperti perempuan biasa, dengan sendirinya aku tidak sanggup melawan ...."

   "Hah, siapakah lelaki itu?"

   Tanya Yu Wi dengan gusar.

   "Racun yang ditaruhnya dalam makananmu itu bernama Hoa-goat-yau (siluman bunga bulan), jenis tumbuhan ini sangat jahat, tidak berwarna, tidak berbau, tapi merangsang nafsu birahi, bila banyak makan bisa berubah menjadi sinting, bagi orang yang bertenaga dalam kuat juga musnah tenaganya secara berangsur dan akhirnya akan berubah menjadi linglung. sungguh keji amat orang ini, entah apa maksud tujuannya sehingga meracuni dirimu dengan obat ini?"

   Lau Yok-ci cuma tahu tenaga sendiri hilang akibat obat itu, tak diketahuinya obat itu, bahwa obat itu juga berkhasiat membangkitkan nafsu iblis segala, keruan ia terkejut dan kuatir.

   "Wah, .... keji amat dia ... ."

   "Siapakah dia?"

   Segera Yu Wi tanya pula. Mendadak Lau Yok-ci menggigit bibir, sedapatnya ia menahan rasa murka hatinya, jawabnya dengan pelahan.

   "sudahlah, selanjutnya budi dan dendam ini kuhapus sama sakali, Toa . ..Toako tidak ... tidak perlu lagi kita membicarakan dia...."

   "Apakah kau utang budi padanya?"

   Tanya Yu Wi pula. Yok-ci menghela napas perlahan.

   "sejak kubawa diri Ki-ya, mestinya hendak kucari dirimu agar engkau tidak menguatirkan keselamatan anakmu. Pula engkau tidak tahu siapa pembunuhnya, bukan mustahil engkau bisa salah menuduh orang baik sehingga menimbulkan permusuhan, akan kutemukan dirimu untuk menceritakan apa yang terjadi..."

   "Waktu itu aku pergi ke Thian-ti-hu, tiga hari kemudian baru pulang,"

   Kata Yu Wi.

   "Akan tetapi aku tidak tahu."

   Kata Yok ci.

   "kusangka engkau pergi jauh berkelana, maka aku tidak sabar menunggu kepulanganmu disekitar tempat kediamanmu. Kupikir dapat kutemukan engkau di dunia Kongouw. kuyakin namamu sudah terkenal dan tidak sulit mencari jejakmu. siapa tahu jejakmu tidak kutemukan, sebaliknya kepergok suhu dan dia tahu aku sedang mencari dirimu."

   "Sepulangnya Giok-bin-sin-po di Tionggoan, bukankah dia membawa serta Hoay-soan dan seorang gadis negeri asing?"

   Tanya Yu Wi. Yok-ci mengangguk.

   "Memang betul, Dari suhu dan Hoay-soan kudengar pengalaman kalian di Ho-lo-to, Meski Kai-liong-ong Auyang Liong-lian tidak cocok dengan suhu, tapi setelah mengetahui kitab pusaka Hian-ku-cip telah diperoleh orang Thi-bang-pang, rasa iri antara mereka berdua lantas hilang, suhu telah diantar dengan selamat kedaratan Tiong-goan- Kalau kuceritakan, suhu juga bersalah, beliau tahu Hian-ku-cip berada pada tangan orang Thi-bang-pang, tapi tidak berani mendatanginya untuk merebut kitab itu, namun beliau tidak pernah melupakan kitab pusaka itu, setiap kesempatan memperoleh kitab itu pasti tidak disia-siakannya. Maka ketika mengetahui sebab musababnya dirimu, dia lantas memaksa diriku agar gunakan Ki-ya sebagai sandera untuk memeras dirimu agar mau pergi ke Thi-bang-pang untuk Hian-ku-cip. Menurut suhu, katanya bila engkau yang mengunjungi Thi-bang-pang pasti dapat memperoleh Hian-ku-cip yang diimpikannya itu melalui puteri ketua Thi bang-pang, seluk-beluk hal ini aku tidak tahu, tapi suhu merasa yakin engkau pasti dapat melakukan apa yang dikehendakinya."

   Mendadak Yu Wi menjengek.

   "Hm, sekalipun kutipu kitab itu juga aku tidak sudi, jelek-jelek Yu Wi tidak nanti melakukan perbuatan menipu, biarpun Giok-bi-sin-po mengancam akan membunuh anakku juga takkan kuterima."

   Walaupun demikian, bahwa Yu Wi memang tidak nanti melakukan tindak penipuan terhadap wanita, namun diluar tahunya perbuatan demikian telah dilakukan Kan ciau-bu yang memalsukan namanya, sehingga mendapatkan nona cantik dan kitab pula sehingga kelak akan banyak menimbulkan huru-hara.

   Maka Yok-ci bertutur lebih lanjut.

   "Setelah Ki-ya kuselamatkan, dengan sendirinya kupandang dia sebagai keponakan, maka kehendak suhu itu tidak dapat kuterima. Meski suhu mengawasi diriku dengan ketat, akhirnya dapat juga kukabur bersama Ki-ya di tengah malam buta, aku berdoa semoga Thian memberkahi Ki-ya supaya dapat selamat kembali kepangkuanmu. Tapi akhirnya meski dapat kuloloskan diri bersama Ki-ya, ditengah jalan dapat disusul oleh suhu dan terkena satu pukulannya. Untung ditengah malam gelap. pandangan suhu agak terganggu sehingga kami sempat menyelinap kesemak-semak. akhirnya kami dapat melarikan diri meski aku terluka cukup parah ..."

   Mendengar cerita Yok-ci itu, tiba-tiba Cin Pek ling menimbrung.

   "Percuma Giok-bin-sin-po dipandang sebagai tokoh kalangan Pek-to (golongan putih), ternyata demi mendapatkan se

   Jilid Hian-ku-cip dia tidak sayang mencelakai murid sendiri He-he, tampaknya Hian ku-cip yang dimaksud pasti tulen-"

   "Tentu saja tulen"

   Kata Yu Wi.

   "Cin-siansing, tentunya kaupun tahu Hian-ku-cip adalah ilmu sakti andalan Goat-heng-bun yang merupakan musuh bebuyutan Thay-yang-bun kalian-"

   Air muka Cin Pek ling berubah, ucapnya.

   "Oo. tahu Hian-ku-cip adalah ilmu sakti andalan Goat-heng bun? jika demikian tentu juga kau tahu Thi-bang-pang sekarang apakah benar ada ahli-waris dari Goat-heng-bun?"

   Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Mendingan kalau ahli waris Goat-heng-bun tidak muncul lagi, kalau muncul mana bisa dia bersembunyi ditengah Thi-bang-pang segala,"

   Ujar Yu Wi.

   "Cin sian-sing, masa kau nilai Thi-bang-pang setinggi itu. Coba pikir, apakah Thay- yang- bun kalian mau membonceng dibelakang sebuah gerombolan bajak yang tidak ada artinya itu?"

   "Sudah ratusan tahun ,Goat-heng-bun tidak muncul di dunia Kang-ouw sehingga tidak banyak dikenal orang, tapi tampaknya kau sangat paham seluk- beluk perguruan mereka, bahkan mengetahui musuh bebuyutannya adalah Thay-yang-bun-"

   Lau Yok-ci hanya mendengarkan percakapan mereka, setelah melihat mereka tidak melanjutkan pembicaraan, segera ia sambung penuturannya tadi.

   "Dengan menanggung luka kulari terus hingga sangat jauh, akhirnya aku tidak tahan dan jatuh pingsan- Ki-ya ternyata sangat pendiam. dia tidak menangis dan ribut, dia hanya duduk menunggu disampingku. Waktu aku siuman kembali, kurasakan berbaring di suatu kamar, baju juga sudah berganti, diatas meja disamping tempat tidur ada semangkuk obat, tapi Ki-ya tidak kelihatan lagi. Kukuatir terjadi apa-apa atas diri Ki-ya, aku berteriak kuatir pada saat itulah masuk seorang Kongcu... ."

   "Apakah dia yang menolong dirimu itu?"

   Tanya Yu Wi. Dengan gemas Yok-ci menjawab.

   "Meski dia penolong jiwaku, tapi dia juga meracuni aku, jadi budi dan dendam ini kuanggap lunas. Toa ...Toako, bahwa tidak kukatakan namanya, apakah kau tahu maksudku?"

   Dua kali dia memanggil "Toako", tapi rasanya kikuk.

   Maklumlah, bilamana seorang gadis lagi kasmaran, perasaannya juga cepat tersinggung.

   Bilamana tidak terdapat perasaan apa-apa terhadap Yu Wi, dia tidak perlu merasa kikuk memanggilnya Toako.

   Padahal sudah lama Yok-ci jatuh hati kapada Yu Wi, cuma dia sudah dijodohkan kepada Kan ciau-bu, maka rasa cintanya itu tidak berani diperlihatkannya.

   sekarang perjodohannya dengan Kan ciau-bu boleh dikatakan sudah batal, maka cintanya kepada Yu Wi lantas diperlihatkannya secara halus.

   Bukankah dahulu Yu Wi pernah berteriak-teriak memanggil "

   Nona penjinak singa"

   Di bukit Thian-ti-hu tatkala mana Yu Wi juga sangat menyukai Lau Yok-ci, sebaliknya Yok-ci terpaksa bersikap dingin padanya.

   Kemudian Yu Wi berumah tangga dan berdiam di ci-he-san, untuk mengobati rasa rindunya, pernah beberapa kali Yok-ci berkunjung kesana, cuma selalu diluar tahu Yu Wi.

   Padahal kalau Yu Wi mau berpikir lebih cermat masakah bisa terjadi secara kebetulan Yok-ci berada disana, ketika Kan ciau-bu membunuh Yap Jing dan Ho si, lalu Ki-ya berhasil diselamatkan oleh Lau Yok-ci, jika nona itu tidak sering datang kesana mustahil bisa memergoki peristiwa itu secara kebetulan? Waktu mengetahui Yu Wi sudah menikah punya anak, diam-diam Yok-ci pernah berduka, Waktu Ki-ya berumur sebulan, pernah dia mengirimkan singa kemala, arti yang terkandung dalam kado yang dikirimnya itu mungkin cuma diketahui oleh Yu Wi saja seorang.

   Lantaran hilangnya singa kemala itu bersama Ki-ya, Yu Wi sudah memperkirakan anak itu mungkin diselamatkan oleh Lau Yok-ci.

   Ternyata betul dugaannya.

   Ki-ya memang dibawa lari oleh Yok-ci, perasaan Yok-ci yang istimewa itu juga tidak diketahuinya, ia anggap pertemuannya dengan Lau Yok-ci sebagai kejadian yang wajar, dia tidak bersikap terlalu mesra.

   Maka ketika Yok-ci bertanya tadi.

   Yu Wi menjawab dengan hambar.

   "Apakah kau kuatir akan kucari perkara padanya? Tidak. jangan kuatir, karena engkau utang budi padanya. meski diam-diam dia juga meracuni dirimu. kedua urusan jadi lunas. Pula Hoa-goat-yau yang diminumkan padamu cuma merusak lwekangmusaja dan belum lagi mempengaruhi jiwamu, masih dapat disembuhkan dengan mudah."

   "Apakah betul dapat disembuhkan dengan mudah?"

   Tanya Yok-ci dengan girang.

   "Jika ..jika begitu, jadi lwekangku dapat pulih kembali?"

   "Tidak sulit untuk memulihkan lwekangmu,"

   Kata Yu Wi.

   "Nanti kuberi satu resep setelah kau minum obat ini, racun Hoa-goat-yau dalam tubuhmu dapat dipunahkannya."

   "Ah, kenapa aku lupa bahwa engkau adalah murid Yok-ong-ya,"

   Seru Yok-ci.

   "Setelah kau pelajari kitab Pian-sik sin-bian, tentu engkau sudah menjadi tabib sakti, jika engkau bilang mudah disembuhkan pasti dapat sembuh."

   Yu Wi tidak heran mengapa Lau Yok-ci mengetahui dirinya mendapatkan kitab Pian-sik-sin-bian dari Yok-ong-ya, sebab dahulu waktu Kan Hoay-soan kehilangan ingatan, secara diam-diam Lau Yok-ci selalu menguntit dibelakang untuk melindunginya.

   Waktu dirinya kebetulan bertemu dengan Kan Hoay-soan di Lam-keng dahulu, kejadian itu juga dapat dilihat oleh Yok-ci.

   ---ooo0dw0ooo--- Bab 17 Tapi tidak terpikir oleh Yu Wi mengapa Lau Yok-ci menghela napas ketika menyaksikan dirinya diladeni Lim Khing-kiok, dia seperti tidak mau memikirkan cinta Lau Yok-ci, perubahan batin ini tidak diketahui oleh Yu Wi adalah akibat dia telah makan obat pemberian Pek-yan sehingga sakarang dia tidak bergairah lagi terhadap perempuan manapun di dunia ini kecuali terhadap Pek-yan sendiri.

   Begitulah, dengan sikap dingin Yu Wi berkata pula.

   "obat yang kuberi nanti hanya dapat memunahkan racun Hoa-goat-yau, tapi untuk memulihkan lwekangmu diperlukan bantuan kaum ahli untuk melancarkan beberapa urat nadimu."

   Yok-ci rada kecewa, ucapnya.

   "Siapa kiranya yang mau mengorbankan tenaganya untuk menyembuhkan diriku? Pernah kudengar cerita Suhu bahwa untuk bantu menyemhuhkan penyakit dengan melancarkan urat nadi orang, tenaga dalam sendiri juga harus banyak kehilangan, kalau bukan sahabat karib atau sanak keluarga sendiri jarang yang mau berkorban sebesar ini. Ai, sekalipun ada orang yang sudi membantu memulihkan tenagaku, tapi berapa orang kosen didunia ini yang dapat kucari untuk menolong diriku dengen cara demikian?"

   "Aku kenal seorang kosen yang dapat memulihkan lwekangmu tanpa mengganggu tenaga dalam sendiri,"

   Kata Yu Wi.

   "siapa dia?"

   Tanya Yok-ci dengan girang.

   Sejak diketahui tenaga dalam sendiri telah punah, ia merasa sangat sedih dan hampir-hampir putus asa.

   Maklumlah, dari seorang gadis yang tangkas kini telah berubah menjadi lemah.

   siapa pun sukar menahan pukulan batin seberat ini.

   Kalau saja dia tidak kehilangan tenaga, mana dapat dihina oleh tiga orang budak jahat.

   Pengalaman pahit itu benar-benar dirasakannya sebagai akibat seorang yang telah kehilangan tenaga dalam.

   Kini mendengar ada harapan tenaganya itu bisa dipulihkan-tentu.saja ia bergirang.

   cuma dia seorang gadis yang mampu menguasai perasaan, dia cuma tanya secara singkat saja dan sebisanya menahan perasaan girangnya yang meluap itu.

   Walaupun cuma pertanyaan singkat, namun Pek-ling yang licin itu dapat melihat betapa besar hasrat Lau Yok-ci yang berharap akan disembuhkan itu.

   Ia tahu dalam keadaan demikian, lwekang nona itu dapat dipulihkan, nona itu pasti tidak sayang membayar dengan imbalan apapun.

   Tiba-tiba semacam pikiran jahat terkilas dalam benak cin Pek-ling, diam-diam ia mencari kesempatan akan mengadu domba dan memecah belah.

   Dia menaruh prasangka terhadap Yu Wi, setiap kesempatan yang mungkin akan menghantam anak muda itu sedapatnya akan dipergunakan- Selagi Yu Wi menimbang apakah mesti bercerita tentang Ko Bok-cing atau tidak- sebab ia kuatir bilamana nama Ko Bok-cing sudah diceritakan,jangan2 nona itu tidak mau mengobati Lau Yok-ci, kan urusan bisa menjadi kikuk, maka lebih baik tidak diceritakan lebih dulu agar Lau Yok-ci tidak terlalu banyak menaruh harapan dan akhirnya akan kecewa.

   Ia pikir Ko Bok-cing harus dibujuk lebih dulu agar tanpa syarat nona itu mau menolong Lau Yok-ci.

   Setelah menunggu dan Yu Wi belum lagi mengatakan siapa orang yang dapat menolongnya, Yok-ci lantas mendesak.

   "Toako, dapatkah kau katakan siapa dia?"

   "orang ini ... orang ini ...."

   Yu Wi menjadi ragu.

   Melihat sikap Yu Wi yang serba sulit itu, Yok-ci tertawa, dia salah paham atas sikap Yu Wi itu, disangkanya Yu Wi merasa serba susah sebab orang yang dapat menolongnya itu adalah seorang lelaki.

   Maklumlah, untuk menyembuhkan Lau Yok-ci seluruh badannya harus terbuka bagi orang yang akan menolongnya itu.

   Bilamana yang menyembuhkan itu seorang lelaki, jadinya kan serba susah? Biasanya, menurut peraturan Bu- lim.

   untuk belajar ilmu Tiam-hiat saja guru lelaki tidak mau mengajarkan kepada murid perempuan, juga guru perempuan tidak mengajar kepada murid lelaki, hal ini adalah untuk menghindari persentuhan tubuh menurut adat kuno menjadi pantangan besar.

   Maka menurut perkiraan Yok-ci sebabnya Yu Wi sukar mengatakan orang itu adalah karena persoalan antara lelaki dan perempuan.

   tentunya Yu Wi tidak senang bila tubuh Yok-ci disentuh lelaki lain, karena itulah Yok-ci tertawa geli.

   Tertawa ini jangankan membingungkan Yu Wi, cin Pek-ling yang cerdik itupun tidak memperhati isi hati si nona.

   Dengan muka agak merah Yok-ci lantas berkata.

   "Toako, adat kuno tidak perlu kita kukuhi. bagiku asalkan lwekangku dapat pulih seperti sedia kala, urusan apa pun tidak kupikirkan- cuma entah....Toako...."

   Meski kurang lengkap ucapan Lau Yok-ci, tapi jelas artinya.

   Maka tahulah cin Pek-ling sebab apa si nona tertawa.

   Rupanya nona she Lau ini sangat mencintai Yu Wi, hal ini terbukti dari ucapan Yok-ci yang terakhir dengan terputus-putus itu.

   Padahal pulihnya lwekang bagi orang Bu-lim dipandang soal besar yang tidak kurang pentingnya daripada jiwa sendiri.

   Bahwa keputusan ini diserahkan oleh si nona kepada Yu Wi, bukankah sudah cukup jelas dan tidak perlu ditanya lagi.

   Dengan sendirinya Yu Wi juga bukan anak tolol, mustahil dia tidak tahu.

   Tapi setelah paham maksud si nona, ia jadi melongo malah.

   Sungguh tak tersangka olehnya Lau Yok ci yang dahulu bersikap dingin itu kini dapat memperlihatkan sikapnya yang mesra itu secara terang-terangan- Kesempatan ini segera digunakan oleh Pek-ling, dengan tertawa ia berkata.

   "Saudara cilik, jlka engkau merasa serba sulit, mengapa tidak kau sembuhkan ssndiri penyakit nona ini?"

   Yu Wi terkejut, serunya gugup.

   "Aku ... aku. ^ .."

   "Hehe. kukira saudara cilik jangan rendah hati,"

   Jengek cin Pek-ling.

   "siapa yang tidak tahu bahwa segenap urat nadimu sudah berjalan lancar, untuk menyembuhkan lwekang nona ini kenapa mesti susah-susah mencari orang lain? Daripada tubuh nona yang suci bersih ini tercemar oleh orang lain, kan lebih baik kau sembuhkan dia, toh akhirnya dia tetap akan menjadi milikmu, kenapa mesti memikirkan urusan lain?"

   Seketika muka Lau Yok-ci menjadi pucat, serunya dengan air mata beriinang.

   "Toa ... Toako, apakah benar engkau sudah ...."

   "Betul, memang segenap urat nadiku sudah berjalan lancar, namun ...."

   Ucap Yu Wi dengan menggosok-gosok tangan dan entah apa yang harus dikatakan- Meneteslah air mata Lau Yok-ci. pikirannya sekarang menjadi sangat terang. sekata demi sekata ia berucap.

   "Ai, memang betul, akulah yang terlalu kekanak-kanakan-Keterangan Suhu memang benar, di dunia ini mana ada orang yang mau mengorbankan tenaga murni sendiri bagi orang lain? Wahai Yu Wi, memang tidak pantas kupanggil engkau Toako. Sebutan Toako bukankah terlalu mesra bagimu...."

   Sampai di sini, ia tidak tahan lagi pergolakan emosi sendiri, ia mendekap muka dan berlari pergi. Yu Wi menjadi gugup, serunya.

   "He. nona tunggu, nona Lau, dengarkan penjelasanku ..

   "Penjelasan apa?"

   Bentak cin Pek-ling dalam gusar.

   "Lekas kau susul dia"

   Tapi Yu Wi tidak bergerak satu langkah pun, ia termaugu-mangu, lalu menggelang kepala dan berkata.

   "Sudahlah, biarkan dia pergi, Toh aku tidak dapat memulihkan lwekangnya, menyusulnya juga percuma."

   Cin Pek-ling sangat kecewa.

   "Ai, apa artinya ucapanmu ini? Memangnya kau tidak mau mengorbankan tenaga sendiri untuk menolongnya? Kenapa sedemikian tipis budi pekertimu? Jangankan nona itu memang menyukaimu, melulu soal anakmu telah diselamatkan olehnya, budi inipun pantas kau balas menyembuhkan dia tanpa syarat."

   Yu Wi menghela napas menyesal, ucapnya.

   "Aku memang pantas menyembuhkan dia, apa artinya sedikit tenaga murni bagiku? Biarpun setengah nyawaku dicabut juga kurela. Akan tetapi...."

   Tiba-tiba teringat sesuatu, ia ganti pokok persoalan dan bertanya.

   "Eh, cin-siansing, dari mana kau tahu seluruh urat nadiku sudah barjalan lancar?"

   Rupanya mendadak teringat olehnya cin Pek-ling sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai dirinya, kenal saja belum lama, jelas maksudnya tadi sengaja hendak memecah belah. Tapi cin Pek-ling menjawab dengan tenang.

   "Apa sulitnya mengetahui kekuatanmu? Memangnya cuma berapa orang di dunia ini yang segenap urat nadinya dapat dihubungkan dengan lancar? Tentunya saudara cilik masih ingat waktu pertama kali kita bertemu tempo hari, waktu itu aku telah menguji ginkangmu, jelas ginkangku lebin tinggi daripada mu, tapi kau terus mengejar tanpa berhenti, dalam hal ketahanan jelas aku jauh ketinggalan-Jika bukan disebabkan lancarnya segenap urat nadimu, mana bisa begitu kuat daya tahanmu."

   Yu Wi pikir jawaban orang memang cukup beralasan.

   Semula ia sangka cin Pek-ling sengaja hendak memecah belah mereka, sekarang lenyaplah prasangkanya itu, malahan ia mengira cin Pek-ling benar-benar bertujuan baik menghendaki dia menyembuhkan Lau Yok-ci.

   Padahal mana cin Pek-ling bermaksud baik tujuannya justeru sengaja memecah belah hubungan Yu Wi dan Lau Yok-ci, retaknya hubungan baik mereka sebenarnya tidak mendatangkan keuntungan baginya, tujuannya melulu membikin Yu Wi menolong Lau ok-ci, dengan demikian sedikitnya tenaga akan banyak surut daripada kekuatan semula dan berarti berkurang seorang lawan maha tangguh.

   Sekarang cing Pek-ling sudah memandang Yu Wi sebagai lawan, sebab ia percaya Yu Wi berdiri di pihak Goat-heng-bun, bilamana Thay- yang- bun lahir kembali, setiap orang yang ada hubungannya dengan Goat-heng-bun seluruhnya adalah musuh.

   Selain itu cin Pek ling juga masih ada rencana lain, semula dia sengaja memperalat Yu Wi agar menjual bayangan untuk mendapatkan ilmu yang dapat mematahkan Sian-thian-ciang, supaya sumpah Ji-bong Taysu batal, lalu setuju Thay-yang-bun dilahirkan lagi kedunia persilatan, cuma sama sekali tak terduga olehnya bahwa Yu Wi bisa berdiri di pihak Goat-heng-bun.

   Setelah tahu sekarang, ia menjadi kuatir, sebab ilmu silat Bu-eng-bun sangat ajaib dan maha tinggi, tidak tergolong pada perguruan mana pun melainkan berdiri sendiri, meski dia tidak takut akan dimusuhi Bu- eng- bun, tapi bila Yu Wi memusuhi dirinya, sedangkan bayangan anak muda itu sudah dijual kepada Bu-eng-bun, hal ini berarti dia sudah terhitung orang Bu-eng-bun dan dirinya tidak berani lagi membikin susah anak muda itu, kalau terjadi apa-apa terhadap Yu Wi, tentu Bu-eng-bun akan membelanya, dan ini tentu tidak menguntungkan Thay- yang- bun.

   Sebab itulah ia pikir mumpung sekarang Yu Wi belum ada hubungan resmi dengan Bu-eng-bun- lebih dulu akan diadu domba, asalkan Yu Wi berhubungan rapat dengan Lau Yok-ci, tentu cinta lama akan berkobar lagi, tatkala mana Yu Wi pasti tidak sudi lagi dikuasai oleh Pek-yan, dan hal ini berarti akan terjadi pertengkaran di antara Pek-yan dan Yu Wi.

   cuma sayang.

   kelakuan Yu Wi sangat aneh, sedemikian tegas dia menolak cinta Lau Yok-ci, meski persoalan kedua muda-mudi itu sudah di-bongkarnya, Yu Wi lebih suka membikin keki Lau Yok-ci dan tidak mau menyusulnya untuk menolong memulihkan lwekangnya.

   Sungguh ia tidak habis mengerti sebab musababnya.

   padahal Yu wi pasti bukanlah pemuda tak berbudi biarpun dipandang dari sudut mana pun- Selagi cin Pek-ling merasa beran, diam-diam Yu Wi juga merasa menyesal, sebenarnya bukan maksudnya bersikap dingin begitu, tapi Lau Yok-ci berlari pergi dengan sakit hati.

   betapa pun hal ini membuat hatinya tidak tenteram.

   Begitu pula kedua orang berdiri berhadapan dan masing-masing merenungkan urusannya sendiri.

   Lama juga keduanya termenung, tiba-tiba cin Pek-ling berkata dengan tertawa.

   "Saudara cilik, coba katakan terus terang. sebab apa tidak mau kau-sembuhkan nona Lau itu?"

   Yu Wi tidak suka kepada keculasan cin Pek-ling, tapi lantaran anaknya masih berada dalam Cengkramannya, terpaksa ia menjawab dengan ramah.

   "Yang sudah lalu untuk apa dibicarakan lagi. cin-siancing, harap kembalikan anakku."

   Tapi cin Pek-ling lantas menyurut mundur sambil meraba kepala Ki-ya, katanya.

   "Ai, sungguh anak montok. anak menyenangkan, tidak menangis, juga tidak ribut. Anak sebaik ini sukar dicari di dunia ini. Makin kupandang jadi makin kusayang, berat rasanya untuk kulepaskan-"

   Keruan Yu Wi terkejut, ia kuatir cin Pek-ling mengerahkan tenaga dalam dan menggetar mati anak bayi itu, terpaksa ia tidak berani main rampas, dengan suara gemetar ia tanya.

   "cin-siansing. sesungguhnya apa ... apa kehendakmu?"

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Saudara cilik,"

   Jawab cin Pek-ling dengan tertawa.

   "anakmu sangat menyenangkan, biar kugendong sebentar memangnya kenapa, masa kuatir kubikin celaka dia? Jangan kuatir, matipun tidak nanti kuganggu dia seujung rambut pun. Marilah kita berbincang lagi."

   "Berbincang apa?"

   Tanya Yu Wi. Dengan licin cin Pek-ling berkata.

   "Umpama-nya, mengapa tidak mau kau sembuhkan nona Lau yang cinta padamu itu."

   Terpaksa Yu Wi menjawab.

   "Sebab aku tidak tahan berdekatan dengan dia."

   Kiranya pada waktu Yu Wi merangkul Lau Yok-ci untuk menghindari bacokan Yau Tiong tadi, tiba-tiba tercium olehnya bau badan Lau Yok-ci yang sama bacinnya seperti bau badan Ko Bok-ya.

   Bau ini membuat dia tidak berani lagi mendekati Yok-ci.

   Dan kalau tidak dapat berdekatan, cara bagaimana dia mampu menolong nona itu untuk memulihkan tenaga dalamnya? Tiba-tiba cin Pek-ling bergelak tertawa dan berkata.

   "Aha. ternyata tidak salah, jarum jenis ketiga."

   "Apa katamu, cin-siansing?"

   Tanya Yu Wi.

   "Saudara cilik, apakah tidak kau ketahui sebab apa engkau tidak tahan berdekatan dengan dia?"

   Tanya cin Pek-ling dengan tertawa.

   "Tidak tahu,"

   Jawab Yu wi.

   "Memangnya apa sebabnya?"

   "Kau sendiri tahu apa sebabnya, bagaimana rasanya tentu juga sudah kau ketahui,"

   Kata cin Pek-ling. Yu Wi tahu orang sengaja tidak mau menjawab terus terang, dengan tidak senang ia berkata pula.

   "Kau bilang jarum jenis ketiga, jarum apa yang kau maksudkan itu?"

   "Untuk persoalan ini kita harus kembali kepada pokok pembicaraan semula,"

   Ujar cin Pek-ling.

   "Kita tetap harus bersahabat, urusan ini akan kujelaskan padamu, hanya kuharap kelak harus kau bantu diriku."

   Yu Wi menjadi prnasaran, katanya.

   "Bicara atau tidak terserah padamu, jika hendak kau peralat diriku, lebih baik jangan kau ceritakan-"

   Cin Pek-ling tertawa licik.

   "Tentu akan kukatakan- tentu akan kujelaskan- Apa salahnya kita bersahabat. Eh, saudara cilik, masa tidak kau ketahui bahwa pada orang yang suka membeli bayangan itu mempunyai tiga jenis jarum?"

   "Tiga jenis jarum?"

   Yu Wi menegas.

   "Ketiga jenis jarum apa?"

   "Jarum pertama di sebut Tui hun-ciam (jarum pemburu nyawa),"

   Tutur cin Pek-ling.

   "Yang kedua adalah Sit-bun-ciam (jarum kehilangan sukma) dan ketiga Liap-hun-ciam (jarum pembetot sukma). Yang dialami oleh saudara cilik adalah jarum ketiga yang disebut Liap hun-ciam itu. Bilamana sukma sudah dibetot oleh jarum jenis ketiga ini, maka seterusnya saudara cilik, sungguh kasihan dirimu, kecuali terhadap Pek- yan, tidak dapat lagi engkau berdekatan dengan perempuan lain."

   "He, apa artinya itu?"

   Seru Yu Wi kuatir.

   "Jangan-jangan bau busuk badan meraka sebenarnya ... sebenarnya bukan ...."

   "Ya, bau badan mereka memang bukan sungguh-sungguh berbau busuk. tapi lantaran kau sendiri sudah kena racun Liap-hun-ciam, asalkan ada perempuan muda mendekati dirimu, segera akan menimbulkan semacam bau yang kau rasakan sebagai bau busuk. Sebaliknya Pek-yan sendiri bukan saja tidak...."

   "Tidak. salah,"

   Potong Yu Wi sambil menggeleng.

   "Pek-yan juga berbau busuk. cuma kemudian ...."

   "Belum selesai penuturanku, kau tahu apa?"jengek cin Pek-ling.

   "Kemudian tubuh Pek-yan tidak lagi berbau busuk. sebaliknya malah mengeluarkan bau harum, betul tidak?"

   "Betul,"

   Jawab Yu wi dengan menahan rasa dongkolnya.

   "Kemudian pada badannya memang, tercium semacam bau harum yang sangat merangsang."

   "Mereka adalah keturunan Hiang-sin (dewa harum), dengan sendirinya mereka sendiri dapat menghindari bau busuk itu,"

   Tutur cin Pek-ling.

   "Ada pun mengenai sebab musabab bau harum yang timbul pada badannya, aku sendiri juga tidak tahu. Yang jelas bau harum itu bila sudah banyak tercium orang yang tidak suka lambat-laun menjadi suka juga padanya dan akhirnya sukar lagi dipisahkan-"

   "Jika betul demikian, asal selanjutnya kuhindari bertemu dengan dia, kalau tidak mencium bau harum badannya, kan tidak bisa terpikat?"

   "Hm, omong sih gampang, memangnya boleh tidak kau temui dia?"

   Jengek Pek-ling. Setelah berpikir, Yu Wijadi bungkam. Pikirnya.

   "Sudah kujual bayanganku kepnaanya, asalkan Pek yan minta kudampingi dia, mau-tak-mau harus kulakukan menurut perintahnya sesuai sumpah yang sudah kuucapkan- Apalagi melulu satu malam saja tidak kucium bau harum badannya. sekujur badan lantas merasa tidak enak.Jika beberapa hari lagi tidak tercium baunya, mungkin aku bisa lemas dan tidak sanggup berjalan. Tatkala mana, jangankan hendak menghindari dia, mungkin saking tidak tahan terpaksa aku harus merangkak dan mohon bertemu dengan dia."

   Karena sudah apal membaca isi Pian-sik-tin-bian, dengan sendirinya ia dapat memperkirakan kemungkinan yang akan timbul atas dirinya.

   Kalau cin Pek-ling tidak mengungkit urusan ini masih mendingan, kini setelah tahu duduknya perkara, malam nanti bila jadi tak bisa tidur nyenyak.

   Baru sekarang dia menyadari dirinya telah keracunan yang sangat dalam selama hidup ini sukar lagi berpisah dengan Pek-yan- Diam-diam cin Pek-ling merasa senang melihat kecemasan Yu Wi, selang sejenak ia berkata pula.

   "Salah satu macam jarum Be-eng-jin itu sama-sama dapat membuat hidupmu ini merana dan tak bebas. Hehe, kalau saja aku tidak tahu betapa lihainya Be-eng-jin, mana aku sendiri tidak pergi minta bantuan padanya? Aku sudah tua dan tidak tahan Liap-hun-ciam, tapi kedua jenis jarum yang lain rasanya aku masih tahan."

   Ia berhenti sejenak. lalu menyambung pula.

   "Mungkin belum kau ketahui betapa lihainya jarum jenis pertama, yaitu Tui-hun-ciam.Jika Bu-eng-jin tidak penujui dirimu dan menganggap dirimu tidak sesuai baginya, bibitmu takkan baik, maka permohonan menjual bayanganmu harus diterima dengan memberi kedua jenis jarum bagian depan itu."

   "Memangnya bagaimana pula akibatnya bila terkena kedua jenis jarum itu?"

   Tanya Yu Wi dengan masgul.

   "Tui- hun-ciam akan bekerja satu kali setiap bulan."

   Tutur cin Peksiing.

   "bila tidak mendapatkan obat penawar dariBe-eng-jin, sebulan kemudian jiwamu akan melayang .jika kau ingin hidup sebulan demi sebulan, hm, terpaksa kau harus bekerja mati-matian baginya. Apa yang diperintahkannya mau-tak-mau harus kau laksanakan dan tidak mungkin kau bantah. Adapun jarum jenis kedua, yaitu Sit- hun-ciam, khasiat jarum ini jauh lebih mengerikan lagi. orang yang tertusuk jarum ini, berubahlah dia menjadi orang linglung. Selama hidupmu hanya kenal pada Be-eng-jin yang menjadi satu-satunya majikanmu, satu-satunya dalangmu. orang yang terkena jarum Sit- hun-ciam akan berubah serupa seekor anjing, duduk dan menggoyang ekor. jika majikan memerintahkan kau gigit siapa, segera harus kau gigit orang itu. Sekarang saudara cilik cuma terkena jarum jenis ketiga, hal ini boleh dikatakan beruntung bagimu. Padahal kalau dipikir lebih jauh, orang yang terkena jarum jenis ketiga ini harus merasa bahagia. Haha, tidak lama lagi kukira saudara cilik akan merasakan senangnya. Kelak jika bibitmu sudah bersemi, putri yang lahir akan menjadi calon Be-eng jin pula dikemudian hari, maka jangan sekali-kali bibitmu mekar menjadi anak lelaki."

   Makin dipikir makin gemas Yu Wi, mau-tak mau ia menyesali diri sendiri yang salah perhitungan, tanpa pikir menjual bayangan sendiri begitu saja sehingga menimbulkan akibat seperti sekarang ini.

   Dia juga gemas terhadap kelicikan dan kekejian cin Pek-ling, sudah tahu Be-eng-jin memakai syarat keji bila ada orang minta bantuan mereka tapi dia justeru mendorongnya minta bantuan kesana.

   Saking gusarnya ia lantas tuding cin Pek-ling dan memaki.

   "Tua bangka, ken ... kenapa dahulu tidak kau katakan terus terang kelihaian ketiga macam jarum itu. tapi senjaja kau bujuk diriku untuk minta bantuan kepada Be-eng-jin. apakah tidak terlambat jika sekarang baru kau jelaskan seluk-beluk ketiga jarum itu?"

   "Jangan marah dulu, saudara cilik Jika kau anggap tidak cocok menjadi suami Be-eng-jin, sekarang juga dapat kuberi jalan keluar lagi."

   "Hm. suami kentut anjing"

   Damperat Yu Wi.

   "Ada lelaki, hilang bayangan- Baru sekarang kutahu arti kedua kalimat ini. Bu-eng bun mereka juga terlalu. memangnya lelaki bukan manusia dan harus tunduk kepada perintah mereka? Huh, suami budak demikian siapa yang mau?"

   "Kalau bisa mengeloni si cantik. jarang yang mau berpikir urusan lain."

   Kata cin Pek-ling dengan tertawa.

   "Ai, saudara cilik, janganlah terlalu keras."

   "cin Pek-ling,"

   Teriak Yu Wi pula. Jika kau ejek diriku lagi, jangan menyesal. jika kelak kutindak dirimu,"

   Cin Pek-ling memberi hormat dan minta maaf.

   "Ah, jangan marah, jangan marah Tidak berani lagi kusindir dirimu, marilah kita bicara urusan yang benar."

   Sedapatnya Yu Wi menenangkan diri, ia pikir urusan sudah kadung bagini. biarpun ribut juga tidak ada gunanya. jalan paling baik adalah berdaya mengubah keadaan yang tidak menguntungkan ini. segera ia tanya.

   "Kau bilang ada jalan keluar apa?"

   Cin Pek-ling sengaja jual mahal, ia berdehem, lalu berucap.

   "Apakah benar keberatan kau pinjamkan bibitmu kepada Be-eng-jin? Hendaknya kau tahu, tidak sembarangan Be-eng-jin meminjam bibit kepada setiap orang. Pihak yang dipilihnya harus gagah dan cakap. cerdas dan perkasa, semuanya harus pilihan- Bilamana sudah terpilih tentu takkan dilepaskannya lagi. Maka perlu kau pikirkan betapa serius akibatnya bila kau telah menjadi suami Pek-yan-"

   Tapi dengan tegas Yu Wi menjawab.

   "Tidak perlu kupikir dan timbang lagi. Perjodohan laki perempuan harus berdasarkan suka rela kedua pihak. mana boleh ditentukan begitu saja oleh pihak perempuan- Pula, akupun tidak berharap putriku kelak akan menjadi Ba-eng-jin yang tidak terpuji itu."

   "Baik, jika demikian ucapanmu, segera kuberi petunjuk jalan keluarnya padamu,"

   Seru cin Pek-ling.

   "Nanti dulu,"

   Kata Yu Wi.

   "harus kuperingatkan dulu padamu, apabila engkau bermaksud memperdayai diriku, asalkan orang she Yu tidak mati, aku bersumpah pasti tidak akan melepaskan dirimu."

   Cin Pek-ling mengangkat pundak^ "Ai, ucapanmu ini sungguh menusuk telinga.Jika kau takut kubikin celaka dirimu. lebih baik jangan kita bicara lagi urusan ini."

   Yu Wi tahu betapa jahat racun Liap-hun-ciam, jika dirinya sendiri yang telah menguasai Pian-sik-cin-bian saja tidak mampu menyembuhkannya, apalagi orang lain-sekarang cin Pek-ling ternyata sanggup memberi petunjuk.

   tentu saja Yu Wi tidak mau kesampingkan begitu saja, bahkan ia percaya cin Pek-ling tidak berdusta, buktinya orang tua ini sedemikian paham terhadap Bu-eng-bun, dengan sendirinya dia juga tahu cara menyembuhkan racun Liap-hun-ciam.

   cuma Yu Wi juga rada heran, jelas-jelas Bu-eng-bun adalah sebuah perguruan yang sangat dirahasiakan dan jarang diketahui orang, mengapa cin Pek-ling dapat mengetahuinya sedemikian terang? Dalam pada cin Pek-ling berlagak hendak melangkah pergi, cepat Yu Wi memburu maju, ia memberi hormat dan berkata.

   "Tunggu sebentar, cin-Siansing, marilah kita bicara lagi dengan lebih baik."

   Dengan sendirinya cin Pek-ling tidak benar mau pergi, ia lantas berhenti dan menjawab.

   "Jika kau perca yapadaku, boleh kita bicara lagi, tapi ada syaratnya."

   Mendengar "syarat", segera kening Yu Wi berkerut.

   Keadaannya sekarang justeru dibikin celaka oleh syarat Be-eng jin, sekarang cin Pek-ling juga pakai syarat, mau-tak-mau timbul rasa was- was dalam hati Yu Wi.

   cin Pek-ling juga pandai melihat arah angin dan ganti haluan, segera ia bersikap lunak dan pura-pura mendengus.

   "IHm. tentang syarat boleh dibicarakan nanti. Biarlah kuceritakan cara menyelamatkan dirimu. Nah .Ji- bong TaySu, tentunya saudara cilik sudah kenal dia. bukan?"

   Melihat ada kesempatan, segera Yu Wi menyindir.

   "tentu saja kukenal dia. Nenek moyangmu itu adalah tokoh maha termashur, masa aku tidak tahu."

   Cin Pek-Ling berdehem kikuk, ucapnya kemudian- "Aha, saudara cilik, janganlah kau pandang rendah Ji-boog Taysu.

   Usianya paling sedikit sudah diatas satu abad, jika kupanggil beliau sabagai nenekkan juga pantas.

   Lagipula, meski sekarang dia tidak dikenal umum, tapi ratusan tahun yang lalu beliau adalah tokoh yang sangat menonjol didunia persilatan- Apalagi, ketahuilah saudara cilik, racun Liap-hun-ciam yang mengeram dalam tubuhmu itu hanya dia saja yang mampu memunahkannya."

   "Oo, apa betul"

   Yu Wi menegas, tergerak juga hatinya.

   "Masa kudusta?"

   Ujar cin Pek-iDg.

   "Di dunia ini ada semacam buah aneh yang bernama Jit-yap-ko (buah tujuh daun), pernah kau dengar tidak?"

   Yu Wi sekarang sudah terhitung ahli obat-obatan, dengan sendirinya juga menyangkut segala macam tetumbuhan yang merupakan bahan obat. Maka dengan serius ia menjawab.

   "Tentu saja kutahu. jit-yap ko berbunga tujuh kelopak, sepuluh tahun berbunga satu kali, warna bunganya bersemu merah, ratusan tahun baru berbuah satu kali. BaiK bunga maupun buahnya sama merupakan obat ajaib yang sukar dicari. Lebih-lebih buahnya,jauh lebih berharga dan sukar diperoleh mengingat pohon itu hanya berbuah satu kali selamanya habis berbuah, bunga pun layu, pohon itupun kering dan mati."

   "Haha, dari cerita nona Lau tadi, katanya engkau ini murid Yok-ong-ya, ternyata engkau memang tidak malu sebagai murid si tabib sakti dan raja obat itu."

   Yu Wi tidak mengacuhkan pujian orang, katanya pula.

   "Meski di dalam kitab kuno juga ada catatan mengenai Jit-yap-ko, tapi menurut keterangan catatan itu, katanya buah ini sangat sulit ditanam, Sejak jaman dahulu hanya pernah ada satu orang yang mampu menanamnya, tapi juga cuma sebatang saja yang dapat hidup lebih dari itu sukar lagi dibesarkan- Apakah mungkin Ji-bong Taysu juga dapat menanam dan membesarkan Jit-yap-ko?"

   "Tepat juga keteranganmu,"

   Seru cin Pek-ling.

   "Pantas Ji- bong Taysu memandang Jit-yap-ko itu seperti mestika ajaib, rupanya sedemikian sulit untuk menanam dan merawatnya. Aha, saudara cilik, bilamana dapat kau curi buah Jit-yap ko itu, bukan mustahil nenekku itu akan mati kaku saking kekinya."

   "He, darimana kau tahujit-yap-ko yang ditanam Ji-bong Taysu itu telah berbuah?"

   Tanya Yu Wi.

   "Dari mana kutahu?"jengek cin Pek-ling dengan pongahnya.

   "Percuma saja bicara denganmu secara bertele-tele. Pendek kata, jika kau ingin memunahkan racun Liap hun-ciam dalam tubuhmu harus kau makan buah ajaib itu."

   "Tapi setahuku..."

   Ucap Yu Wi setelah berpikir.

   Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "bunga jit-yap-ko juga dapat menawarkan segala macam obat bius di dunia ini ....

   "

   "Hah. apa gunanya bunga?"

   Jengek cin Pek-ling.

   "Belum lama ini buru kuketahui Jit-yap-ko yang ditanam Ji-bong Taysu telah berbuah. Maka menurut pendapatku, saudara cilik, kesempatan baik ini janganlah kau sia-siakan, bilamana buahnya sudah rontok. maka racun Liap- hun-ciam dalam tubuhnya juga tak dapat dipunahkan untuk selamanya. Memangnya perlu kau tunggu lagi Jit-yap-ko lain yang berbuah lagi seratus tahun kemudian- tatkala mana, hahaha, jelas kita sudah menuju akhirat."

   Yu Wi masih juga ragu-ragu, ucapnya.

   "Tapi ... tapi mungkin Ji-bong Taysu sendiri juga ingin makan buah itu. Dengan susah payah dia menanamnya selama ratusan tahun dan buru kelihatan hasilnya sekarang, jika kuserobot begitu saja, betapapun tidak dapat dibenarkan perbuatanku ini."

   "Huh, manusia hidup didunia ini kalau tidak memikirkan kepentingan sendiri, maka dia sendiri yang akan binasa,"

   Jengek cin Pek-ling.

   "Saudara cilik, tampaknya kau takut membelai janggut harimau, kau jeri terhadap ilmu silat Ji-bong Taysu bukan? Haha, memang, bukan sengaja kunilai rendah dirimu, bicara tentang kungfu memang engkau masih selisih jauh dibandingkan dia."

   Kesan Yu Wi terhadap Ji-bong Taysu kurang baik, segera ia menjawab.

   "Meski kutahu kepandaianku jauh dibawahnya, tapi ucapanmu memang benar, manusia harus memikirkan keselamatan diri sendiri lebih dulu. Demi diriku, janggut harimau ini harus kubelainya."

   Serentak cin Pek-ling memperlihatkan ibu-jarinya dan memuji.

   "Bagus, beginilah baru sikap seorang lelaki sejati. Saudara cilik. kubilang harus mengadu akal dan jangan bertanding kungfu. biarlah kakak tua berdoa bagi kesuksesanmu. Selain itu, kesempatan ini juga dapat kau gunakan untuk bertemu dengan si cantik Soh-sim. Hehe, betul tidak?"

   Yu Wi menjadi kurang senang.

   "Memangnya kau kira aku sangat merindukan Soh-sim?Jika dia sudah bertekad bulat menyerahkan dirinya kepada agamanya, terpaksa harus kuturuti kehendaknja, cuma ....

   "

   "cuma ikut pada ji- bong Taysu yang berwatak aneh itu, pengawasannya ketat, disiplinnya ketat, betapapun tidak leluasa baginja, maka lebih baik mencari suatu tempat bebas agar kau ..."

   Ketika dilihatnya air muka Yu Wi memperlihatkan rasa tidak senang, segera ia berhenti bicara, cepat ia ganti haluan dan berkata pula.

   "Saudara cilik mengenai syaratku itu sangat sederhana, asalkan urusan disini sudah selesai, aku cuma berharap engkau suka mengadakan perjalanan keTiangkang."

   "Kau minta kupergi ke Tiangkang? Untuk apa?"

   Tanya Yu Wi.

   "Tujuanku serupa dengan guru si nona Lau tadi,"

   Jawab cin Pek-ling.

   "He jadi kau mintai kupergi ke Tiangkang, untuk menipu kitab pusaka Hian-ku-cip yang berada pada orang Thi-bang-pang itu?"

   "Ah, jangan keras-keras saudara cilik. kan malu?"

   Ujar cin Pek-ling.

   "Kakak tua berharap engkau suka melaksanakan tugas ini. Terus terang, ratusan tahun- yang lalu Thay- yang- bun selalu bermusuhan dengan Goat-heng-bun, selama itu pihak Thay-yang-bun selalu terdesak. sebab ilmu silat Goat-heng-bun ternyata tidak di bawah Thay- yang- bun. Hian-ku-cip adalah ikhtisar Ilmu silat Goat heng-bun secara lengkap. perguruan kami pernah menugaskan murid perempuan dengan menyamar dan diselundupkan kedalam Goat-heng-bun dengan tujuan hendak mencuri Hian-ku-cip itu. Akibatnya. hah, bukannya untung, tapi malah buntung. Sekarang Thay- yang- bun akan muncul lagi, bila Hian-ku-cip tidak kami dapatkan, tentu selamanya kami tidak bisa hidup tenteram."

   Yu Wi geleng-geleng kepala, katanya.

   "Tidak tidak boleh jadi Jangankan aku tidak sudi berbuat serendah itu, kalau mmpu harus kita lakukan secara terang-terangan menurut kepandaian masing-masing. Kalau main mancuri dan menipu, memangnya terhitung kesatria macam apa? cin-siansing. engkau adalah calon pimpinan Thay-yang bun yang bakal lahir kembali itu, bila engkau takut padagoat-heng-bun. seharusnya kau pelajari lebih mendalam kungfu perguruan sendiri untuk melawan musuh. Maksudmu akan mencuri Hian-ku-milik orang, betapapun tidak nanti kulakukan bagimu."

   "IHm, memang sudah kuduga kau pasti tak mau,"

   Jengek cin Pek-ling.

   "Memangnya kau tidak...^"

   Belum lanjut ucapannya, sekonyong-konyong dari luar hutan sana berkumandang suara lari kuda, kedangarannya cuma seekor kuda tunggangan saja Tapi suara keleningan kuda yang juga bergema itu tiba-tiba mambuat air muka cin Pek-ling berubah pucat.

   cepat ia berkata.

   "Itu dia kekasihmu datang, kakak tua tidak enak tinggal disini. ingat, berusaha meninggalkan dia. Setahuku, kau tahan berpisah dengan dia selama tiga hari, dalam waktu tiga hari sedapatnya berusaha mencuri Jit-yap-ko ...."

   Belum habis ucapannya, segera ia angkat kaki dan berlari pergi dengan ginkang yang maha tinggi. segera Yu Wi menyusulnya sambil berteriak^ "He, tinggalkan anakku"

   Tapi ginkang cin Pek-ling terlalu cepat baginya, dalam sekejap saja bayangannya sudah menghilang dalam hutan. Tentu saja Yu Wi kelabakan dan mengejar dalam hutan. Didengarnya suara cin Pek-ling berkumandang dari jauh.

   "Putramu berada padaku sebagai sandera boleh kau tukar dengan Hian-ku-cip...."

   Yu Wi mengejar kearah sana, tapi sudah terlambat.

   meski dia mengitari hutan tetap tidak melihat bayangan orang.

   Ginkang cin Pek-ling sungguh terlalu hebat.

   Akhirnya Yu Wi berlari kembali ketempat semula.

   Di tengah hutan situ masih menggeletak tiga sosok mayat ketiga budak jahat tadi dan tidak ada orang lain, untuk menyusul cin Pek-ling jelas tidak sanggup lagi.

   terpaksa Yu Wi menghela napas dan berpikir dengan lesu.

   "Rasanya tidak pantas membiarkan ketiga sotok mayat ini tergeletak di tempat terbuka, biarlah kukubur mereka."

   Selagi dia hendak menggali sebuah liang kubur, dilihatnya seorang perempuan muda muncul dengan menuntun seekor kuda berkeleningan emas.

   Perempuan itu memakai mantel bulu warna putih, punggung menyandang pedang, tangkai pedang yang berwarna hijau muda menongol keluar mantelnya.

   Waktu Yu Wi berpaling, ia merasa kulit badan perempuan muda ini putih halus, berwajah bersih dan beralis lentik, sungguh model gadis cantik yang tiada taranya.

   cuma kecantikannya tetap kalah setingkat dibandingkan Pek-yan- Dari ucapan cin Pek-ling tadi jelas ia menyangka yang datang ini ialah Pek-yan, ternyata keliru dugaan cin Pek-ling yang licin sekali ini, yang datang adalah seorang perempuan cantik lain yang tidak pernah dikenalnya.

   Tampaknya kungfu parempuan ini tidak lemah.

   Betapapua cantiknya seorang perempuan, bagi Yu Wi sekarang boleh dikatakan tidak ada gunanya, tidak menimbulkan rangasangan apa pun, bahkan membuatnya jemu dan muak.

   coba kalau perempuan ini tidak datang, tentu cin Pek-ling tidak lari, dan karena larinya cin Pek-ling, ikut juga anaknya dibawa kabur.

   Karena tidak dapat menyusul cin Pek-ling, rasa gemas Yu Wi lantas tertumpah atas dari perempuan pendatang ini.

   Sebab itulah setelah meliriknya sekejap.

   segera terunjuk rasa tidak senang, ia lantas asyik menggali liang kubur pula.

   Perempuan cantik itu menjadi heran bahwa ada lelaki di dunia ini baru untuk pertama kali memandangnya hanya memberinya sekali lirikan saja.

   lalu tidak acuh lagi padanya.

   Padahal menurut pengalamannya, setiap lelaki yang pertama kali melihatnya rata-rata pasti memperlihatkan rasa kagum dan kesemsem.

   Mau-tak-mau ia menyangsikan jiwa Yu Wi mungkin abnormal, atau bisa jadi cacat fisik.

   Maka ia berhenti dikejauhan dan menegur "Hai, kau she siapa?"

   Yu Wi tidak menoleh dan juga tidak menggubris, ia asyik menggali liang sendiri.

   Karena pertanyaannya tidak mendapat jawabaan, perempuan cantik itu tambah curiga terhadap Yu Wi yang tidak sehat.

   Padahal lelaki siapa pun bila melihat dirinya biasanya berharap akan mendekati dan mengajak bicara padanya, lelaki yang tidak mau berbicara dengan dirinya pastilah ada kelainan jiwa.

   Setelah mennggali liang sekian lama dan rasanya sudah cukup untuk mengubur ketiga sosok mayat, barulah Yu Wi berdiri tegak dan dilihatnya perempuan cantik itu masih berada di belakangnya, ketiga sosok mayat budak jahat itu juga berada disampingnya, untuk menyeret mayat itu kedalam liang mau-tak-mau harus berdekatan dengan perempuan cantik itu.

   Tanpa terasa Yu Wi berkerut kening.

   Melihat sikap Yu Wi itu perempuan itu menjadi gusar, ucapnya.

   "Memangnya mukaku jelek sehingga kau perlu mengernyitkan dahi segala? Kalau tidak sudi pandang boleh kau pejamkan matamu."

   Padahal sebabnya Yu Wi berkerut kening adalah karena kuatir mencium bau busuk pada badan orang, sebab sekarang diketahuinya perempuan muda mana pun tidak dapat didekati.

   dengan sendirinya perempuan ini pun tidak terkecuali.

   Kini didengarnya orang salah paham terhadap sikapnya yang berkerut kening, ia pikir kebetulan jika kau suruh aku memejamkan mata, bukan cuma mata akan kupejamkan, bahkan hidung juga akan kututup untuk sementara.

   Maka ia benar-benar memejamkan mata, dengan menahan napas ia melangkah ketempat menggeletak ketiga sosok mayat itu.

   Di tariknya dua sosok mayat itu sambil mundur.

   Melihat Yu Wi benar-benar memejamkan mata hal ini berarti menganggap dia memang bermuka jelek dan tidak sedap dipandang, tentu saja perempuan cantik itu menjadi gusar sekali.

   Maklumlah, pembawaan orang perempuan pasti sayang kepada kecantikan, lebih-lebih perempuan yang memang ayu, bilamana ada orang berani bilang mukanya jelek, muttahil dia tidak marah setengah mati.

   Dengan sendirinya sifat khas perempuan itu tidak terkecuali bagi gadis cantik bermantel putih ini.

   Meski Yu Wi tidak berucap.

   tapi sikap memejamkan mata jelas-jelas sangat menyinggung perasaannya.

   Membayangkan kemungkinan dalam hati Yu Wi akan bilang mukanya jelek.

   perempuan molek itu menjadi gusar, segera ia membentak.

   "Berhenti"

   Tapi Yu Wi telah menahan napas, ia perlu menjauhinya agar dapat bernapas lagi, maka bukannya berhenti, sebaliknya ia melangkah terlebih cepat ke tepi liang yang digalinya, lalu membalik tubuh sambil menggoyang tangan, katanya.

   "Wah, nanti dulu, nona?"

   Karena Yu Wi tidak mau berhenti, selagi nona itu hendak mengejar, dilihatnya sikap Yu Wi yang agak kelabakan itu, ia mengentak hati dengan mendongkol.

   "Sialan Sesungguhnya kau ini manusia atau bukan-"

   "Aku bukan manusia, nona juga bukan,"

   Jawab Yu wi.

   "Kau ... kau berani memaki orang?"

   Damperat nona cantik itu sambil menuding.

   "Aku tidak memaki orang, tapi memaki diriku sendiri,"

   Ujar Yu Wi dengan tertawa.

   "Kita sama-sama punya hidung, punya mata, jika kau bilang aku bukan manusia, bukankah sama dengan memaki dirimu sendiri?"

   Dengan gemas nona cantik itu berseru.

   "Apabila manusia, kenapa kau tidak punya perasaan?"

   "Aneh,"

   Yu Wi berlagak bodoh.

   "justeru aku sangat berperasaan. coba pikir, ketika nona minta kututup mata, aku lantas tutup mata, aku suka manurut permintaan orang, masa kau bilang aku tidak berperasaan?"

   Nona itu menjadi tidak membantah lagi, tapi ia mengada-ada.

   "Jika kau manusia. manusia adalah makhluk yang suka hidup berkelompok. mengapa aku hendak mendekat ke situ, tapi kau larang."

   "Nona datang kemari untuk mengganggu pekerjaanku, secara bijaksana aku tidak mau cekcok denganmu, mengapa kau bilang kularang kedatangan-mu, bukan mustahil akan kau pukul diriku"

   Melihat sikap Yu Wi yang serius itu, nona cantik itu tertawa geli, katanya.

   "Selamanya kita tidak bermusuhan apa pun, masa kupukul dirimu tanpa sebab?"

   "Tapi badanku berbau, kukuatir nona tidak tahan mengendus bau ini, sebab itulah..."

   Yu Wi bicara secara terbalik, tapi nona itu tidak tahu, ia lantas menggoyangkan tangan dan memotong^ "Baik, tidak perlu bicara lagi, biarlah aku tidak jadi mendekat kesitu. Aku cuma ingin tanya sasuatu padamu."

   "Silakan nona tanya, akan kudengarkan dengan hormat,"

   Jawab Yu wi. Nona cantik itu menuding mayat ketiga budak jahat itu dan bertanya.

   "Mengapa kau kubur ketiga orang ini."

   "Mayat harus dikubur, aku tidak sampai hati mrlihat mayat mereka tergelesak di tempat terbuka begini."

   "Hm. aku tidak parcaya kebaikanmu ini,"

   Jengek si nona cantik.

   "Aku tidak berani bilang maksudku ini baik, yang penting demi tenteramnya hati."

   Menjengkit alis si nona, jengeknya.

   "Kalau tidak dikubur, apanya ang membuat hatimu tidak tenteram?"

   Karena pertanyaan orang yang terus mendesak iiu.

   Yu Wi jadi malas untuk menjawab, ia masukan kedua mayat tadi ke dalam liang, lalu kembali kesana untuk menyeret mayat yang ketiga.

   Setelah didorong juga kedalam liang, mulailah dia menguruknya dengan tanah.

   "Kau tidak bicara, suatu tanda berbuat salah,"

   Kata pula si nona.

   "Jika nona berkeras ingin tahu, biarlah kujelaskan terus terang. Di antara ketiga mayat ini ada seorang terbunuh olehku. Hanya lantaran inilah, kan pantas jika kukubur mereka bertiga."

   "Lantas dua orang yang lain dibunuh oleh siapa?"

   Tanya si nona dengan melengak.

   "Untuk apa nona menanyakan hal ini?"

   "Suruh kau bicara, lekas bicara, apa yang kau rewelkan?"

   Omel si cantik, Yu Wi tersenyum getir, berhadapan dengan perempuan yang tidak tahu aturan, lebih baikjangan digubris, maka ia lantas mulai menguruk kuburan lagi.

   Setelah menjadi gundukan, Yu wi menegak dan mengulet pinggang.

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Mendadak si cantik berkata.

   "Tidak perlu istirahat, lekas gali lagi sebuah liang."

   "Untuk apa, mana ada mayat lain?"

   Ujar Yu Wi dengan heran- "Ada, kau"

   Si cantik memandang Yu Wi. Yu Wi menggeleng dan menjawab.

   "Ah, nona jangan bergurau, aku kan tidak mati, untuk apa menggali liang?"

   Dengan bengis noda cantik itu membentak.

   "Nona tidak suka bicara, pokoknya segara kau akan mati, jika tidak kau gali liang kubur sendiri, siapa yang akan menggali bagimu?"

   Yu Wi baru mengerti maksud si nona, ucapnya dengan tertawa.

   "o, tampaknya nona menghendaki kematianku?"

   "Kenapa tertawa, apanya yang lucu?"

   Damperat si nona dengan gusar.

   "Kematianmu sudah di depan mata, pura-pura tertawa juga tidak berguna."

   "Apakah ketiga budak jahat tadi adalah kaum hamba nona?"

   Tanya Yu Wi.

   "Tidak perlu urus, pokoknya membunuh orang harus ganti nyawa, nah, lekas gali liang,"

   Bentak si nona.

   "Ketiga budak nona itu tidak ada seorang pun orang baik-baik, mati pun tidak perlu disayangkan- Sungguh menyesal, tak dapat kuganti nyawa mereka."- "Hm, tidak mau ganti nyawa, memangnya boleh sesukamu?"

   Jengek si nona.

   "Biar kuberitahu, setelah kau mati, tidak nanti kugali liang kubur bagimu.Jika kaurasa akan lebih aman dikubur setelah mati, maka sekarang juga lekas kau gali liang kubur sendiri, nanti nona akan bantu mengurukkan tanah bagimu."

   "Terima kasih,"

   Ucap Yu Wi sambil menjura.

   "jika nona ingin membunuhku boleh silakan saja. cuma perlu kukatakan lebih dulu, aku pasti akan melawan."

   Dengan angkuh nona itu menjawab.

   "cahaya kunang-kunang masakah berani berlomba terang dengan sinar rambulan? Hm, jika hendak kubunuh dirimu, apanya yang sukar?"

   Meski mendongkol, Yu Wi tetap menjawab dengan tenang.

   "Jika tidak dapat menandingi dirimu. nanti akan kujulurkan leherku untuk dipenggal nona."

   "Aku tidak sembarangan membunuh orang,"

   Ucap nona cantik itu.

   "Jika kau ingin hidup, harus kau jawab dua pertanyaanku."

   Yu Wi tidak percaya kepandaian si nona bisa melebihi dirinya, dengan tertawa ia menjawab.

   "Dari pada mati kan lebih baik hidup, silakan nona tanya saja, jika dapat kujawab kan tidak perlu saling gebrak." .

   "Siapa yang membunuh dua budak yang lain tadi?"

   Tanya si nona. Tanpa pikir Yu Wi menggeleng.

   "Entah"

   "Kemana perginya perempuan yang dikejar ketiga orang ini?"

   Tanya pula si nona. Dengan tegas Yu Wi menjawab.

   "Tidak tahu."

   Ia pikir "bila kau memusuhi nona Lau, terpaksa harus kulabrak dirimu."

   Nona itu tidak bertanya lagi, segera ia melolos pedang dan berseru.

   "Biasanya, tak peduli lawan bersenjata atau tidak. nona tetap menggunakan pedang."

   Yu Wi membentangkan kedua tangan, katanya.

   "Biar kulayani nona dengan cara begini saja."

   Tanpa bicara lagi nona cantik itu terus menusuk.

   serangan ini dilakukan dengan tak acuh, sebab dirasakan kurang terhormat apabila menyerang sacara sungguh-sungguh terhadap seorang lawan yang tak bersenjata.

   Sekali menyerang segera akan diketahui lawan berisi atau tidak.

   Maka begitu si nona menusuk.

   segara Yu Wi tahu serangan orang lihai sekali dan sukar dilawan dengan bertangan kosong.

   cepat ia maraba baju, cahaya dingin berkelebat.

   "creng", ia melolos Hi-jong-kiam untuk menangkis serangan lawan- cepat si nona menyurut mundur, waktu ia periksa pedang sendiri, ternyata ujung pedang telah tertabas putus sebagian.

   "Pedang bagus"

   Puji si nona.

   "Ilmu pedang si nona juga sangat hebat,"

   Yu Wi balas memuji.

   Dalam gebrakan tadi Yu Wi telah mengeluarkan jurus Bu-tek-kiam dari Hai-yan-kiam-hoat.Jurus serangan ini mestinya sukar untuk ditandingan siapa pun, Yu Wi pikir serangannya pasti akan melukai si nona.

   Tapi bahu si nona yang diincarnya ternyata tidak kena, hanya ujung pedang lawan saja yang tertabas putus sebagian.

   Maka mau-tak mau Yu Wi harus memuji kehebatan ilmu pedang si nona yang dapat menandingi Hai-yan-kiam-hoat.

   Ia tidak tahu bahwa si nona menyerangnya dengan acuh-tak-acuh.

   sebaliknya ia sendiri menggunakan jurus yang jarang ada yang dapat menangkisnya, serangannya toh tidak mencapai sasarannya.Jadi sesungguhnya ilmu pedang si nona bahkan di atas Hai-yan-kiam-hoat yang belum lengkap dilatihnya itu.

   Nona itu juga tidak tahu ilmu pedang Yu Wi itu belum lengkap dipelajari, sekali gebrak itu telah mengejutkan dia.

   Ia merasa malu karena pedangnya tertabas putus.

   diam-diam ia mengerahkan tenaga, akan dilancarkan serangan berikutnya dengan segenap Kemahirannya tanpa meremehkan musuh lagi.

   Sebaliknya Yu Wi tidak tahu persis kekuatan lawan, setelah berhasil menangkis satu kali.

   ia merasa yakin akan kemampuan sendiri.

   Ia tidak tahu bahwa serangan berikutnya si nona sangat lihai, biarpun keenam Jurus Hai-yan-kiam-hoat yang dikuasainya tetap tidak sanggup menandinginya.

   Tampaknya Yu Wi pasti akan kalah di bawah si nona cantik, bahkan bisa kalah dengan konyol, sebab si nona menyesali pedang kesayangan dipatahkan oleh Yu Wi, maka serangannya sekarang tidak kenal ampun, andaikan tidak mati pasti jugayu Wi akan terluka parah.

   Pada saat genting itulah, sekonyong konvong dari luar hutan sana berlari datang seorang sembari berteriak.

   "Jangan,jici (kakak kedua)"

   Waktu Yu Wi memandang ke sana, ia berseru kaget "Ha, dia datang" ---ooo0dw0ooo--- Bab Dalam pada itu serangan si nona cantik tetap dilontarkan, apalagi Yu Wi agak meleng, tentu saja lebih sukar untuk menghindar.

   Tampaknya dia pasti akan mati konyoL Untunglah pada detik terakhir itu, pendatang itu melayang tiba secepat terbang pundak Yu Wi ditariknya dan keduanya terlempar jatuh terguling ke bawah.

   Terdengar suara gemuruh, tiga pohon besar dibelakang Yu Wi tertabas kutung dan tumbang.

   Yu Wi melongo kaget menyaksikan kejadian luar biasa ini.

   seketika ia hanya berbaring di tanah dan lupa untuk bangun.

   Pendatang ini ternyata Pek-yan adanya, dia melompat bangun dan memberi hormat kepada si nona cantik.

   ucapnya.

   "Hebat benar ilmu pedang Jici,jika tidak memberi kelonggaran, tentu kepala adik sudah putus."

   Waktu Yu Wi memandangnya, ternyata sebagian rambut Pek-yan yang putih seperti perak itu terpapas secomot, keruan kejutnya tak terkatakan.

   sungguh tidak kepalang kagumnya terhadap ilmu pedang si nona mau-tak-mau ia harus mengakui ilmu pedang sendiri masih jauh untuk dibandingkan dia.

   Sebenarnya jalan pikiran Yu wi ini juga kurang tepat, ia sendiri belum lengkap mempelajari Hai-yan-kiam-hoat yang meliputi delapan jurus itu sehingga betapa dahsyat ilmu pedang itu belum mengeluarkan segenap daya serangnya.

   apabila ke delapan jurus Hai-yan-kiam-hoat dapat dikuasainya dengan baik, lalu bertempur lagi, biarpun si nona mengeluarkan segenap kemahirannya juga belum tentu dapat mengalahkanya.

   Karena dilukai Yu Wi, si nona cantik menjadi marah.

   dengan alis menegak ia mendamperat.

   "Simoy (adik keempat), untuk apa kau bela lelaki liar ini?"

   Pek-yan menjawab dengan tersenyum.

   "Dia adalah kenalanku, terpaksa kutolong dia."

   Lalu ia berpaling dan mengedipi Yu Wi, katanya.

   "Lekas memberi hormat kepada Jici Tho-kin, Yu Wi"

   Cepat Yu Wi merangkak bangun, dengan jeri katanya.

   "Dia....dia..

   "

   "Jangan banyak omong, lekas memberi hormat,"

   Seru Pek-yan. Dengan menahan napas Yu Wi mendekati si nona. Tapi Tho-kin lantas menggoyangkan tangan dan berseru "Tidak. tak mau kutemui dia."

   Yu Wi pikir kebetulan jika demikian, sebab dia memang takut kepada bau busuk badan Tho-kin.

   Bau busuk itu tercium olehnya ketika saling gebrak tadi, baunya serupa benar dengan bau busuk yang pernah tercium sebelum ini, cepat ia menyurut mundur ke belakang Pek-yan, habis itu barulah mulai bernapas.

   Sekali bernapas, terenduslah bau harum badan Pek-yan yang sangat sedap, serupa orang yang ketagihan, segera ia menyedot napas sepuas-puasnya, rasa tidak enak semula lantas tersapu bersih.

   "Jici,"

   Kata Pek-yan kemudian.

   "ada permusuhan apa antara kawanku ini denganmu? Mengingat diriku, sudilah engkau menyudahi urusan ini."

   "Dia cuma kawanmu saja?"

   Tanya Tho-kin dengan kereng.

   "Ya,"

   Jawab Pek-yan terpaksa.

   "Hm, jika cuma kawan saja tidak boleh kulepaskan dia,"

   Jengek Tho-kin "Pendek kata dia harus mati. bukan maksudku sengaja melanggar peraturan perguruan, soalnya dia telah menggunakan bisnisku, adalah pantas jika kubunuh dia."

   "Bisnis Jici apa yang digagalkan olehnya?"

   Tanya Pek-yan dengan kuatir.

   "Bisnis itu kan atas perantaraanmu,"

   Tutur Tho-kin- "Sudah kuterima dan telah kubeli bayangan Yau ce-sing, tapi dengan syarat harus kubantu menjadikan perjodohannya dengan seorang nona Lau.

   Nona itu sudah kuberi Hoa-goat-yau sehingga tenaga dalamnya dapat kubuyarkan, dia sudah menjadi kura-kura dalam tempurung.

   asalkan kubujuk lagi beberapa waktu tentu dia akan menurut dan menikah dengan Yau ce sing.

   Tapi sayang, dia berhasil kabur, mestinya dapat kubekuk kembali dengan mudah, tapi kawanmu ini telah ikut campur dan nona Lau itu sempat kabur lagi."

   Dengan gusar Yu Wi lantas berteriak^ "Bagus, kiranya kau yang meracuni nona Lau sehingga hilang tenaga dalamnya.

   Sungguh brengsek Yau ce-sing, dia menjual bayangan hanya karena ingin mendapatkan nona Lau, jika nona Lau tidak suka padanya, mana boleh dia bertindak dengan cara rendah begini?"

   Sama sekali tak terpikir oleh Yu Wi bahwa syair yang ditulis Yau ce-sing secara berulang-ulang pada secarik kertas yang tersalip pada kitab yang pernah dibacanya itu ditulis karena merindukan Lau Yok-ci.

   Betapapun Yu Wi tidak suka cara Yau ce-sing menjual bayangan karena urusan cinta, apalagi sekarang diketahui gadis yang diincarnya ialah Lau Yok-ci, tentu saja ia tambah gemas dan benci kepada pemuda itu.

   Ia tidak tahu betapa tinggi hati Lau Yok-ci, seorang gadis cantik dengaan ilmu silat yang tinggi.

   Meski Yau ce-sing pernah menolong jiwanya, tapi seorang pelajar lemah begitu mana terpandang olehnya apalagi sebelumnya cintanya sudah bersemi, dengan sendirinya Yau ce-sing tambah tidak digubrisnya.

   Sebaliknya Yau ce-sing memang tergila-gila kepada Lau Yok-ci, melihat si nona bersikap dingin padanya, ia tambah kasmaran, makan tidak enak.

   tidur tidak nyenyak.

   Demi cinta, apa pun berani diperbuat, sepantasnya tindakan Yau ce-sing yang bodoh ini dapat dimaklumi, ada berapa lelaki di dunia ini yang mampu bebas dari godaan cinta? Tho-kin lantas mendengus.

   "Hm, Simoay, kawanmu sudah mengaku terus terang, tentu tidak perlu kau rintangi lagi maksudku akan membunuhnya. coba, kau dengar sendiri, dia malah menyesali aku menggunakan Hoa-goat-yau, bukan mustahil nona Lau itu adalah sahabat karibmu?"

   Dengan gelisah Pek-yan lantas bertanya.

   "Yu-siangkong, benarkah engkau yang melepaskan nona Lau itu? Meng ... mengapa kau lepaskan dia? ..."

   "Tidak meng apa- apa,"

   Sahut Yu Wi dengan bandel.

   "Jangankan nona Lau memang kenalanku, biarpun tidak kenal juga tidak dapat kusaksikan dia diganggu oleh Bu-eng-bun kalian-"

   Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Nah, kau dengar sendiri, Simoay."

   Seru Tho-kin dengan gemas.

   "orang ini tidak tahu kebaikan, dia tidak tahu Bu-eng-bun tidak pernah merecoki urusan yang tidak bersangkutan, tapi siapa pun yang berani merintangi urusan Bu-eng-bun kita pasti akan mati tak terkubur."

   Habis berkata, pedang kutung terangkat, segera ia incar leher Yu Wi. Tapi Yu Wi sudah siap siaga. jelas iapun nekat dan siap mengadu jiwa. Pek-yan tahu Yu Wi bukan tandingan Tho-kin, dengan kuatir ia berseru.

   "Jici, jangan kau bunuh dia, sebab dia adalah bayanganku"

   Tho-kin melengak. mendadak ia tarik kembali pedangnya dan tertawa terkikik-kikik, katanya.

   "Ah, kiranya Moayhu (suami adik), jika demikian tentu harus dikecualikan- Kitakan tidak boleh geger dengan anggota keluarga sendiri. Simoay, kenapa kau jadi pelit dan bermaksud mengangkangi dia sendiri, masa tidak kau bagi sedikit agar dapat kucicipi dia juga."

   Habis berkata ia terus main mata kepada Yu Wi.

   Muka Pek-yan menjadi merah jengah.

   Sebaliknya Yu Wi menjadi bingung dan tidak tahu apa maksud percakapan mereka itu.

   Kiranya dalam Bu-eng-bun ada suatu peraturan, yakni asalkan bayangan yang akan dijadikan pembibit (atau pamacak), maka saudara yang lain kalau menaksir juga boleh ikut mencicipinya, dan saudara yang membeli bayangan pembibit itu tidak boleh menolak.

   Pek-yan sendiri baru pertama kali membeli bayangan Yu Wi dengan menggunakan Liap-hun-ciam, sebelum ini dia tidak pernah membeli bayangan pembibit bagi dirinya sendiri, juga tidak pernah ikut mencicipi sisa makanan saudara-saudara yang lain- Di antara keempat taci beradik Bu-eng-bun sekarang usia Pek-yan paling kecil, ketiga kakaknya sudah lama mempunyai bayangan pembibit sendiri, malahan entah sudah berapa kali berganti pemacak.

   Sedangkan Pek-yan sendiri masih perawan suci, lelaki pertama mana boleh dibagi kepada orang lain- Biarpun Bu-eng-bun memang ada peraturan aneh begitu, tapi perempuan tetap perempuan- egois.

   Semula Pek-yan tidak mau mengatakan Yu Wi adalah bayangan pembibit yang telah dibelinya, ia cuma mangaku sebagai kawan saja, soalnya dia kuatir Tho-kin akan minta bagian makanannya.

   Siapa tahu Yu Wi telah melanggar pantangan besar Bu-eng-bun dan Tho-kin berkeras akan membunuhnya, terpaksa Pek-yan membeberkan keadaan yang sebenarnya, sebab bayangan pembibit yang telah dibeli sama dengan anggota keluarga Bu-eng-bun sendiri, kalau orang sendiri yang melanggar pantangan perguruan tentu takkan dihukum terlalu berat.

   Watak Tho-kin memang cabul, gasang, doyan begituan.

   Sudah sering dia berganti bayangan pembibit.

   Kini mengetahui Yu Wi adalah calon bayangan pembibit Simoay, kesempatan ini segera digunakan untuk berolok-olok kepada Pek-yan, diam-diam juga timbul hasratnya akan ikut mencicipi makan-baru ini.

   Bilamana kehendak ini sudah dikemukakannya, terpaksa Pek-yan tidak dapat menolak.

   Pek-yan juga kuatir Tho-kin akan minta bagian makanannya, sekarang dilihatnya Tho-kin main mata terhadap Yu Wi.

   ia tahu keadaan rada gawat, cepat ia membelokkan pokok pembicaraan.

   "jici, kan belum kau laksanakan syarat Yau ce-sing yang telah kau terima itu?"

   Yau ce-sing bagi Tho-kin adalah seperti sepotong daging yang berada didepan mulut, tinggal dicaplok saja.

   Lahiriah Yau ce-sing memang tidak dibawah Yu Wi, apalagi Bu-eng-bun selalu memegang teguh perjanjian yang telah diterimanya, nama baik perguruan harus dijaga dan tidak boleh kehilangan kepercayaan pihak langganan- Maka sedapatnya Tho-kin menahan nafsu berahinya yang berkobar, ia pikir syarat Yau ce-sing itu memang harus lekas diselesaikan- kalau tidak, bila jadi daging yang tinggal dicaplok itu akan kabur, bahkan merusak kepercayaan langganan kepada Bu-eng-bun.

   Maka ia lantas tertawa dan berkata.

   "Aha, memang betul, kuselesaikan pekerjaanku lebih dulu. Biarpun nona Lau itu lari keujung langit juga akan kususul dia kembali."

   Habis berkata, kembali ia memicingkan mata ke arah Yu Wi, lalu melayang pergi secepat terbang. Tanpa bicara Yu Wi terus mengejar ke arah lari Tho-kin itu. cepat Pek-yan melompat maju untuk merintangi jalan Yu Wi, tanyanya.

   "Hai, kau mau apa?"

   Dengan gelisah Yu Wi menjawab.

   "Tidak dapat kubiarkan Bu-eng-bun kalian mengganggu nona Lau, dia adalah sahabatku, kungfunya sudah musnah, bila dia tertangkap oleh kalian dipaksa kawin dengan Yau ce-sing. kan urusan bisa runyam. Tidak- tidak boleh jadi, harus kubela dia."

   "Berdasarkan apa kau bela dia?"

   Jengek Pek-yan- Dengan gusar Yu Wi berteriak.

   "Dia sahabatku, adalah menjadi kewajibanku membelanya, biarpun mati juga tidak menjadi soal bagiku."

   "Ai, ternyata tidak sedikit kekasihmu,"

   Ujar Pek-yan sambil menghela napas gegetun.

   "Di cu-pi-am ada Soh-sim, disini ada lagi seorang nona Lau."

   "Jangan sambarangan omong, nona Lau bukan Kekasihku,"

   Kata Yu Wi.

   "Jika bukan kekasihmu, mengapa kau kelabakan seperti ini?"

   Ujar Pek-yan sambil menggeleng kepala.

   "Yau ce-sing cinta padanya dan tidak segan-segan menjual bayangannya, jelas cintanya sangat mendalam, mengapa tidak kau biarkan Bu-eng-bun kami bantu melaksanakan keinginannya .

   "

   Yu Wi menjawab.

   "Jika nona Lau mau menikah dengan Yu ce-sing secara sukarela, tentu aku setuju. Tapi Yau ce-sing menggunakan cara licik dan kotor, hal ini tidak boleh jadi, selama Yu Wi masih bernapas tidak nanti kubiarkan dia mencapai maksud tujuannya."

   "Jika demikian, jadi kau pasti akan merintangi tindakan Jici?"

   "Ya, hanya cara demikian, kalau tidak berarti aku berdosa terhadap nona Lau."

   Sahut Yu Wi tegas.

   "Jika engkau berkeras pada pendirianmu, Yu-siangkong, terpaksa aku harus bertindak berdasarkan kekuasaanku sebagai pembeli bayanganmu,"

   Kata Pek-yan. Mendengar Pek-yan hendak melaksanakan haknya, Yu Wi menjadi lesu, pikirnya, sekali salah langkah kacaulah langkah seterusnya.

   "Salahku sendiri, jika semula tidak kujual bayanganku untuk mematahkan Sian-thian-ciang. tentu takkan terjadi seperti sekarang ini."

   "sebenarnya aku tidak ingin melaksanakan kekuasaanku atas dirimu,"

   Kata Pek-yan pula. Pedih hati Yu Wi, tapi diluar ia tenang saja dan menjawab.

   "Karena sudah kujual bayanganku padamu. terpaksa kutunduk kepada perintahmu. Sian-thian-ciang sudah dapat kupatahkan, cita-citaku sudah terkabul, dan sekarang harus kutepati janjiku, cuma, bolehkah kumohon sesuatu pula padamu?"

   Pek-yan menyukai Yu Wi, dengan lembut jawabnya.

   "Urusan apa, katakan saja, kecuali merintangi tindakan Jici, urusan lain dapat kuterima menurut keadaan-"

   "Ingin kumohon kelonggaran lagi tiga hari sesudah tiga hari akan kuturuti segala perintah, nona, dalam tiga hari ini hendaknya aku diperbolehkan bergerak sacara bebas."

   Tanpa ragu Pek-yan menjawab.

   "Baik. Dan dapatkah kau beritahukan padaku, selama tiga hari ini kau hendak pergi kemana?"

   Yu Wi menerima kebaikan orang, dengan jujur ia menjawab.

   "Aku akan menerjang cu-pi-am pula .

   "

   "Jika kau pergi ke cu-pi-am, aku menjadi rada Kuatir,"

   Ujar Pek yan.

   "Hendaklah kau tahu, semalam lantaran kutunggu dan belum nampak kau pulang, maka kususul kesini. untung lalu dihutan ini, kalau tidak pasti kau sudah terbunuh oleh Jici. Sekarang kau hendak pergi lagi ke cu-pi-am, sungguh hatiku tidak tenteram."

   Yu Wi tertawa.

   "Mati dan hidup sudah ditakdirkan, jika kau kuatir akan terjadi apa-apa atas diriku sehingga engkau akan kehilangan satu jiwa yang berguna bagimu, sekarang juga masih dapat kau tarik kembali janjimu memberi kebebasan tiga hari padaku."

   "Meski seorang perempuan juga kutahu apa artinya pegang janji, takkan kurintangi lagi maksudmu, silakan kau berangkat saja."

   "Pegang janji."

   Kata-kata ini seakan-akan palu yang menghantam kepala Yu Wi. Diam-diam ia merasa malu sendiri, pikirnya.

   "Seorang perempuan saja dapat pegang janji, masakah seorang lelaki sebagai diriku tidak dapat pegang janji?"

   Tujuan kepergian Yu Wi ke cu-pi-am adalah untuk mencuri Jit-yap-ko untuk menawarkan racun Liap-hun-ciam, sesudah racun dipunahkan, dia tidak perlu lagi terkekang oleh Pek-yan- Kini timbul pikirannya untuk mengingkari janji penjualan bayangannya, maka ucapan "pegang janji"

   Membuatnya merasa malu.

   Tapi Yu Wi sudah bertekad bertindak demikian, betapapun ia tidak ingin terjeblos terlebih dalam, soal janji, taat dan tidak perlu juga melihat keadaan, meski dia menjual bayangan, mana boleh dijadikan pemacak bagi Pek-yan dan orang-orang Bu-eng-bun yang lain- Yu Wi tahu racun Liap-hun-ciam dapat ditahan selama tiga hari, sebab itulah dia tidak minta lebih lama daripada tiga hari, kalau lebih dari tiga hari, tentu dia akan ketagihan bau harum badan Pek-yan dan terpaksa akan merangkak kesana lagi untuk mencari Pek-yan- Jadi waktu bagi Yu Wi untuk mencuri Jit-yap-ko hanya tiga hari saja, lebih dari tiga hari tentu tidak ada kesempatan pula, maka waktu tiga hari harus dipergunakannya dengan baik.

   Setelah berpisah dengan Pek-yan, setiba di kota Yu Wi makan sekenyangnya, lalu mencari penginapan untuk tidur senyenyaknya.

   Waktu mendusin, hari sudah gelap, badan terasa segar dan penuh semangat.

   Ia berganti pakaian peranti jalan malam, setelah berdandan dengan baik.

   segera ia berangkat menuju cu-pi-am.

   Pada saat mulai mendaki gunung, dilihatnya depan sana ada sasosok bayangan.

   Diam-diam ia heran.

   "Siapakah yang mendaki Siau-hoa-san pada waktu malam demikian, jangan-jangan juga hendak menuju ke cu-pi-am?"

   Dugaannya memang tidak salah, bayangan itu jelas menuju ke cu-pi-am.

   kalau tidak.

   tentu orang bukan menuju ke cu-pi-am, memangnya hanya pesiar saja di Siau-hoa-san pada tengah malam buta begini? kan aneh jika bukan orang sinting? Dari pada bayangan itu dikatakan sedang berjalan atau berlari.

   lebih tepat dikatakan sedang melayang, gerak melayang bayangan itu sangat aneh.

   tampaknya seperti semacam ginkang yang khas.

   Makin dipandang makin tertarik Yu Wi, ia merasa ginkang ini sudah sangat dikenalnya, untuk membuktikan apa yang terpikir olehnya, segera ia mangejar dengan cepat.

   Walaupun ginkang bayangan itu sangat aneh, tapi dia tidak menggunakan kecepatan sepenuhnya, maka dalam waktu singkat Yu Wi dapat menyusulnya.

   Bayangan punggungnya kini dapat terlihat jelas di bawah cahaya rembulan- terlihat rambut panjang sebatas pinggang, perawakan ramping kaum wanita.

   Ah, rasanya potongan badan ini sudah sangat apal baginya.

   "Ah, ibu, kiranya engkau ..."

   Jerit Yu Wi dalam hati.

   Dia tidak bersuara, tapi terus menguntitnya secara diam-diam.

   Ia tidak mengerti untuk apakah ibundanya menuju ke cu-pi-am? Adakah sesuatu urusan yang perlu diselesaikan? Tidak lama kemudian, terlihatlah cu-pi-am berada di depan sana.

   Setiba di depan biara itu, si wanita berambut panjang dan berbaju hitaro, Tan siok-cin, ibu Yu wi, berhenti dan berdiri termenung-menung serupa orang yang sedang menunggu sesuatu.

   Yu Wi tidak berani mendekati sang ibu, ia tahu bila berdiri disana pasti akan diketahui oleh penjaga cu-pi-am, dan hal ini berarti tujuannya mencuri Jit-yap-ko akan gagal total.

   

   first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 21:34:58

Kelelawar Tanpa Sayap -- Huang Ying Beruang Salju -- Sin Liong Mayat Kesurupan Roh -- Khu Lung

Cari Blog Ini