Ceritasilat Novel Online

Pendekar Setia 9


Pendekar Setia Karya Gan KL Bagian 9



Pendekar Setia Karya dari Gan K L

   

   Diam-diam ia mengitar kesana dan melompat ke wuwungan cu-pi-am, ia mendekam di atas dan mengawasi keadaan didepan biara, ingin diketahuinya apa maksud kedatangan ibundanya.

   Tidak lama kemudian, tiga buah pintu besar cu-pi-am mendadak terbuka, dari dalam terpancar cahaya lampu yang terang, tertampak berpuluh nikoh berbaris keluar melalui kedua pintu samping.

   semuanya membawa obor yang terang benderang.

   Sikap para Nikoh tampak sangat Khidmat, mereka terus berbaris melingkar sehingga Tan Siok-cin terkepung di tengah.

   Barisan nikoh ini kelihatan jelas di bawah penerangan obor, semuanya berjubah putih, jadi semuanya serba putih, hanya tidak terdapat rambut putih.

   Apabila mereka pun berambut perak serupa Pek-yan- pemandangan ini akan mirip barisan dewi kayangan turun ke bumi.

   Walaupun begitu, topi nikoh mereka yang bundar putih itu kan juga menimbulkan pemandangan yang angker.

   Mereka keluar dengan teratur, pakaiaannya juga seragam, jelas sudah bersiap-siap sebelumnya dan bukan terjadi secara mendadak.

   Jika demikian, jadi sebelumnya cu-pi-am sudah mengetahui bakal kedatangan tamu, sebab itulah menyambutnya dengan adegan yang aneh ini.

   Lantas siapakah tamu itu? Segera terpikir oleh Yu Wi.

   "Sekarang yang kelihatan cuma ibu saja seorang dan tidak ada orang lain-Jangan-jangan tamu yang ditunggu pihak cu-pi-am adalah ibu. Mereka sudah memperhitungkan kedatangan ibu pada malam ini?"

   Berpikir demikian, ia tambah heran apakah mungkin pertemuan ini sudah dijanjikan sebelumnya oleh kedua pihak? Waktu ia pandang ke arah ibunda dibawah cahaya terang seperti siang hari kelihatan wajah sang ibu dengan jelas, sampai bulu alisnya saja hampir dapat dihitung.

   Sejak terbukanya ketiga pintu biara hingga munculnya barisan nikoh itu, sejauh itu Tan siok-cin tidak bergerak sedikit pun.

   Sesudah barisan nikoh itu menempati posisinya masing masing, dia tetap diam saja seakan-akan tidak melihat datangnya barisan nikoh itu.

   Hal ini menandakan adegan ini sudah biasa terlihat olehnya, meski otaknya tidak waras, bilamana mendadak melihat adegan luar biasa ini tentu juga akan merasa heran dan kaget, tapi dia tidak memperlihatkan emosi apa pun, hal ini semakin menguatkan dugaan Yu Wi bahwa ibunya sudah lama ada janji pertemuan dengan pihak cu-pi-am, sekarang yang masih ditunggu hanya munculnya ji- bong Tay-su saja.

   Pintu tengah belum digunakan sejak tadi, akhirnya muncul dua orang, yang di depan Ji-tiau Taysu, menyusul barulah Ji- bong Taysu, keduanya lantas menuruni undak-undakan batu.

   Baru sekarang air muka Tan siok-cin tampak bergerak dan menyongsong maju dua-tiga langkah.

   Dengan tegang Yu Wi memandangi sang ibu dan Ji-bong Taysu, ia pikir pertemuan kedua orang dalam adegan demikian tentu akan terjadi sesuatu yang luar biasa, akibatnya bagaimana belum diketahui, namun cukup membuat Yu Wi merasa prihatin- Dilihatnya ji- bong Taysu berdiri di depan sang ibu dalam jarak dua tombak.

   lalu memberi hormat dan menyapa.

   "Li sicu, setahun tidak bertemu ternyata tambah segar. selamat, selamat"

   Basa-basi Ji- bong Taysu ternyata bukan omong kosong, sejak pertama kali Yu Wi bertemu dengan ibunya, selama sekian tahun wajah Tan siok-cin memang tidak berubah sedikit pun.

   Tidak kelihatan bertambah tua.

   Mungkin lantaran kehilangan ingatan, tidak pikir dan tidak ada sedih.

   makanya tidak tambah tua, Tan siok-cin ternyata tidak tahu basa-basi segala, dengan singkat dia hanya berkata.

   "Kembalikan"

   Diam-diam Yu Wi merasa heran apa yang diminta kembali sang ibu dari Ji-bong Taysu? Dilihatnya ji- bong Tay-su agak kikuk, jawabnya.

   "Selama ini Lisicu ternyata tidak pernah melupakan pohon Jit- yap ko itu dan senantiasa ingin minta kembali, sungguh aku merasa sangat kagum. Hendaknya kau maklum bahwa Jit-yap-ko itu adalah barangku, mana dapat kukembalikan kepadamu...."

   "Kembalikan Ayo kembalikan ...."

   Sela Tan siok-cin dengan sabar. ji- bong tampak serba susah, ucapnya pula.

   "Entah sudah berapa kali kuberi penjelasan padamu selama sekian tahun dan selalu tidak kau hiraukan, memangnya engkau hanya dapat berucap kembalikan- saja dan tidak ada kata lain?"

   Tapi dengan tegas Tan siok-cin berucap pula "Kembalikan"

   Setiap tahun pada hari yang sama Ji-bong selalu serba susah manghadapi Tan siok-cin seperti sekarang ini, ia tahu otak Tan siok-cin kurang waras, maka sambil menggeleng kembali ia berkata.

   "Lisicu. biar aku jelasken satu kali lagi. Meski Jit-yap-ko itu dapat kurampas dari tanganmu, tapi barang ini asalnya adalah milik keluarga Kan, waktu hidup leluhur mereka Kan Yok-koan, pohon ini dihadiahkan padaku. Tapi lantaran aku kurang mengerti cara menanamnya. pohon ini hampir kering di tempatku, terpaksa kukirim kembali dan minta Yok-koan merawatnya lagi. Seterusnya belum sempat lagi kuambil kembali pohon itu. Beberapa puluh tahun kemudian- waktu kau datang lagi kesana untuk mengambil kembali pohon ini, Kan Yok-koan ternyata sudah meninggal dunia. Malam itu kupergoki kau bawa pohon ini, kupikir biarpun kukatakan pohon ini sudah menjadi milikku. pasti juga takkan kau pecayai, maka kugunakan kekerasan dan merebutnya. Bisa jadi engkau tidak percaya kepada keteranganku ini, namun seorang Jut-keh-lang pasti tidak berdusta. Nah, biar kutegaskan lagi. Lisicu,Jit-yap-ko ini adalah milikku, apabila Kan Yok-koan masih hidup tentu dia dapat menjadi saksi bagiku, tapi sayang, dia sudah meninggal dunia, Ai, sesungguhnya kau percaya tidak?"

   Tapi sejenak kemudian lagi-lagi Tan siok-cin berkata.

   "Kambalikan"

   Ji- bong menunggu jawaban orang, siapa tahu tetap "Kembalikan"

   Yang diucapkannya. Meski ucapan ini tidak memberi jawaban langsung, tapi sama dengan menyatakan tidak percaya atas keterangannya. Kalau percaya masakah perlu omong "Kembalikan"

   Lagi? Mau-tak- mau Ji- bong Taysu menghela napas. ucapnya.

   "Karena engkau tetap tidak percaya, terpaksa aturan lama kita gunakan lagi. Nah, Lisicu, silakan mulai"

   Habis berkata, sorot matanya setajam kilat menatap Tan siok-cin tanpa berkedip.

   Agaknya Tan siok-cin juga tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

   iapun balas menatap dengan tajam, dalam sekejap orang linglung ini seolah-olah telah berubah menjadi seorang lain, sorot matanya tidak buram lagi.

   sikapnya juga tidak kaku pula.

   Sampai disini, Yu Wi jadi terkejut.Jelas keadaan ini menunjukkan sang ibu hendak bertanding kungfu dengan Ji-bong Taysu.Jika Ji-bong Taysu menang, mau-tak-mau ibu harus mengakui Jit-yap-ko itu adalah miliknya.

   Ia tahu kungfu Ji-bong Taysu sudah mencapai taraf yang tidak ada taranya, boleh dikatakan tidak ada tandingannya di dunia ini, meski ilmu silat ibu juga tidak lemah, rasanya juga bukan tandingan Ji-bong..

   Karena kuatir, hampir saja ia melompat turun untuk membantu sang ibu.

   Tapi baru terpikir demikian, segera pikiran lain mancegah tiadakannya ini.

   Pikirnya.

   "ibu pasti tidak akan mengalami bahaya, Ji-bong takkan berani melukai beliau, bisa jadi Ji-bong merasa bersalah, maka cuma menghendaki ibu dihalau pergi saja, masakah setelah merebut Jit-yap-ko ibu akan dilukai pula?"

   Kini Yu wi merasa yakin Jit-yap-ko pasti milik ibu, keterangan Ji-hong Taysu tadi hanya karangan kosong belaka.

   Tiba-tiba terpikir olehnya mumpung sekarang cu-pi-am dalam keadaan kosong, semua nikoh dikerahkan keluar untuk menghadapi ibu.

   biarlah kucuri Jit-yap-ko dan nanti dikembalikan kepada ibu.

   Sudah tentu sebelumnya tidak terpikir olehnya bahwa jit-yap-ko yang hendak dicurinya malam ini asalnya adalah milik sang ibu.

   Semula hatinya merasa tidak tenteram karena harus mencuri barang orang, sekarang setelah diketahui pohon itu adalah milik ibu, rasa tidak tenteram itu lantas lenyap dan bertekad akan mencuri pohon itu.

   Di bawah cahaya obor yang terang benderang, Tan siok-cin dan Ji-bong Taysu tampak berdiri berhadapan, kedua nya saling tatap.

   tak terlihat siapa yang condong melancarkan serangan lebih dulu.

   Muklumlah, pertandingan diantara tokoh kelas tinggi memang berbeda daripada pertarungan antara jago pasaran- Semakin lama saling pandang dengan diam, semakin dahsyat pula bilamana serangan dilakukan, sebab setiap jurus serangan pasti jurus mematikan, kalau bukan jurus maut tidak sembarangan dilancarkan- Yu Wi cukup mengerti keadaan pertandingan di antara tokoh kelas tinggi, mestinya dia ingin tinggal disitu untuk menyaksikan pertarungan yang jarang terjadi itu, tapi ia pikir bilamana kedua orang sudah saling gebrak.

   waktunya tentu juga akan terlangsung dengan singkat.

   Ibu pasti sukar menahan sepuluh jurus serangan Ji- bong Taysu.

   Dan bila sepuluh jurus sudah berlalu dan ibu merasa kewalahan dan terpaksa mengundurkan diri, tentu Ji-bong dan para nikoh akan segera masuk lagi kedalam kuil.

   dan ini berarti sulitlah baginya untuk mencuri Jit-yap-ko.

   Sebab itulah untuk mencuri pohon itu harus dilakukan secepatnya sebelum para nikoh masuk kembali ke cu-pi-am.

   Dengan perasaan berat ia memandang sekejap sang ibu sambil berdoa dalam hati.

   "o, ibu, apabila kau tidak sanggup melawannya, semoga engkau cepat melarikan diri saja, anak akan mencurikan kembali Jit-yap-ko itu bagimu dan jangan sekali-kali teriibat pertarungan dengan Ji-bong yang lihai, sebab engkau pasti bukan tandingannya. Wahai Ji- bong Taysu, hendaknya kau punya perasaan dan menyudahi pertarungan ini pada batas tertentu seperti kejadian tahun-tahun yang lalu, bilamana engkau ini mengganggu seujung rambut ibuku, Yu Wi bersumpah pasti akan menuntut balas padamu."

   Habis berdoa ia lantas melayang masuk ke cu-pi-am dengan enteng dan gesit.

   Yu Wi tahu jelas sang ibu bukan tandingan Ji-bong Taysu, tapi iapun tidak marasa kualir, ia jakin Ji-bong pasti takkan mencelakai ibunya.

   Sebab kalau ji- bong Taysu bermaksud melukai ibunya tentu hal ini sudah dilakukannya sejak dulu-dulu dan takkan menunggu sampai sekarang.

   Padahal janji pertemuan mereka setiap tahun jelas sudah berlangsung sedikitnya belasan tahun- Padahal dia memang tidak perlu menguatirkan hal-hal itu, lebih-lebih tidak perlu menguatirkan ibunya akan dicelakai Ji-bong Taysu, sebab biarpun Ji-bong ingin melukai Tan siok-cin juga belum tentu mampu.

   Yu Wi telah menilai rendah kepandaian ibunya, ia tidak tahu kungfu sang ibu hanya sedikit di bawah Ji-bong saja.

   Malahan kalau Ji-bong Taysu kurang hati-hati, bukan mustahil juga bisa dikalahkan oleh ibunya.

   Apabila Yu Wi mau merenungkan keadaan sekarang tentu tidak sulit untuk menarik kesimpulan seperti itu, Cara ji- bong mengerahkan segenap anak buahnya seperti menghadapi musuh maha tangguh, hakikatnya tidak meremehkan Tan siok-cin dan pertarungan ini dianggap sebagai suatu pertarungan yang sangat penting.

   Menurut jalan pikiran Ji-bong Taysu, asalkan Tan siok-cin dapat digempur mundur sudah puas baginya.

   hakikatnya tidak terpikir olehnya akan dapat melukai Tan siok-cin- Sama sekali Yu Wi tidak menduga bahwa kepandaian sang ibu hampir tidak ada bandingan jaman ini kecuali Ji-bong Taysu saja.

   Begitulah Yu Wi terus menyusup masuk ke dalam cu-pi-am, ia tidak mencari tempat lain, tapi langsung menuju kamar Ji- bong Taysu.

   Ia pikir Jit-yap-ko adalah benda mestika yang dicari, tidak mungkin disimpan di tempat lain- jika disembunyikan tempatnya tentu juga berada diatas kamarnya.

   Dugaannya memang tidak salah, Ji- bong memandang Jit-yap-ko itu serupa jiwanya, kalau bisa sungguh ingin selalu dibawanya kemana pun dia pergi.

   Tapi Jit-yap-ko itu ditanam pada pot bunga, sendirinya tidak dapat dibawa kian kemari setiap waktu, maka oleh Ji-bong pohon itu disembunyikan disuatu ruangan didalam kamarnya.

   Pintu rahasia itu tidak mudah terlihat, setiba di kamar Ji- bong Taysu, Yu Wi tidak menemukan suatu petunjuk yang menarik.

   Di dalam kamarnya terdapat sebuah dipan, sebuah meja batu, di atas meja ada anglo dupa dan tidak ada perabot lain- Tapi Yu Wi yakin Jit-yap-ko pasti disembunyikan di dalam kamar ini, sebab itulah dia tidak putus asa dan masih terus mencari dan menyelidiki keadaan kamar itu.

   Ia tidak paham teknik alat pesawat, tapi tiba-tiba ia menaruh perhatian terhadap anglo dupa itu.

   Sebab dirasakannya anglo itu agak janggaL fungsi anglo itu adalah untuk membakar dupa dan tempat abu, tapi di dalam anglo ini ternyata tidak ada abu dupa.Jelas anglo ini tidak pernah digunakan melainkan cuma sebagai hiasan belaka.

   JiKa anglo dupa dibuat barang hiasan dirumah orang biasa tidaklah perlu dicurigai, tapi anglo dijadikan hiasan di kamar seorang nikoh inilah yang aneh, Sebab umumnya setiap hari kaum nikoh tentu membakar dupa, masakah anglo diatas meja melulu digunakan sebagai barang hiasan saja? Dengan sangsi ia mendekati meja itu dan termangu- mangu memandangi anglo itu, dilihatnya anglo itu sangat resik, sangat bersih, seperti selalu dipegang sehingga tidak terdapat debu sedikit pun, terlalu resiknya anglo ini menimbulkan ilhamnya, ia coba merabanya, setelah dipegang sini dan diraba sana, mendadak terdangar suara keriat-kuriut pelahan- Girang sekali Yu Wi, cepat ia berpaling kearah suara itu, ternyata pada dinding sebelah sana telah terbuka sebuah pintu rahasia.

   Tidak perlu disangsikan lagi dibalik pintu rahasia ini tentu tersimpan Jit-yap-ko.

   Jelas setiap hari Ji-bong Taysu memeriksa pohon mestika itu, pantaslah anglo itu sangat resik karena setiap hari dipegang, rupanya anglo ini merupakan kunci pintu rahasia.

   Dengan girang Yu wi coba melongok kebalik pintu, ternyata tidak kecil tempat ini, ditengah-tengah ruangan tergantung sebuah keranjang bunga2, daun pohon bertebaran diluar keranjang, setiap daun terdiri dari tujuh kelopak.

   tercium bau harum memenuhi seluruh ruangan- Yu Wi tidak sangsi lagi, ia yakin di dalam keranjang itu pastilah jit-yap-ko.

   Karena senangnya, tanpa berpikir panjang ia terus menyelinap masuk keruangan itu terus melompat kearah keranjang bunga, Pada saat itulah konyong-konyong terdengar suara mendesir di sebelahnya, seorang telah mendahului meraih pegangan keranjang bunga.

   Tentu saja Yu Wi kaget.

   ia tidak sempat melihat jelas penyerobot itu, tapi lebih dulu harus berebut Jit-yap-ko, maka selagi tubuh terapung diatas.

   tangan terus terjulur untuk merampas pohon dalam keranjang.

   "cis, untuk apa berebut denganku? ...."

   Omel orang itu dengan tertawa.

   Belum habis ucapannya, mendadak orang itu menjerit, rupanya baru tangannya meraba pegangan keranjang, segera tangan terasa ditusuk beribu jarum, sakitnya tidak kepalang, cepat ia melepaskan keranjang itu sambil menjerit kesakitan- Jeritannya membikin kaget Yu Wi, sebab segera dikenalnya orang ini ialah Pek-yan-Karena gugupnya,Jit-yap-ko tidak berhasil dibedolnya, hanya segenggam daun saja yang dapat dipetiknya, lalu tidak dapat tahan lagi diudara, ia terus anjlok ke bawah.

   Pek-yan juga anjlok ke bawah barsama Yu Wi.

   Waktu mereka melompat keatas dimulai pada saat melangkah masuk pintu, sekarang tempat anjlok mereka berada ditengah-tengah ruangan.

   Begitu kaki menyentuh lantai, terdengariah suara "Blang", kiranya di tengah ruangan dipasang papan putar, sekali injak papan itu lantas terbalik dengan orangnya lantas kejeblos ke bawah.

   Sungguh mereka tidak menyangka orang beragama sebagai Ji-bong Taysu juga dapat memasang perangkap keji begini.

   Tanpa ampun tubuh mereka terus kejeblos kebawah, dalam amat lubang itu, entah meluncur berapa lama barulah terdengar suara "biyurr", suara air.

   Untung dibawah adalah air, kalau tanah yang keras dan kejeblos setinggi ini, andaikan tidak terbanting mati juga akan terluka parah atau cacat selamanya.

   Kedua orang sama-sama mahir berenang sehingga tidak takut kepada air, sembari mengambang di permukaan air, Yu Wi menggerundel.

   "Untuk apa kau ikut kesini?"

   "Aku menguatirkan dirimu, maka diam-diam mengintil kemari,"

   Jawab Pek-yan. Yu Wi kurang senang.

   "Tampaknya engkau tidak rela melepaskan diriku. kuatir kukabur. Sudah janji memberi kebebasan tiga hari padaku, tapi diam-diam aku diawasi."

   "Huh. dasar orang yang tidak tahu kebaikan,"

   Omel Pek-yan.

   "jika kukuatir kau kabur, untuk apa kuberi kebebasan tiga hari padamu?Justeru aku benar-benar menguatirkan keselamatanmu, maka kuikut kesini, kenapa sembarangan kau tuduh orang?"

   "Hm,jika benar kau perhatikan keselamatanku engkau berebut keranjang bunga itu denganku?"

   Jengek Yu Wi.

   "Tentunya kau kuatir benda mestika ini akan kutelan sendiri."

   Muka Pek-yan menjadi merah, debatnya.

   "Huh, masih berani bicara demikian- sudah kutelan pil pahit bagimu malah kau maki lagi."

   Rupanya Pek-yan juga serupa wanita lain, kebanyakan tamak.

   ia sangka Yu Wi menemukan sesuatu rahasia Ji-bong Taysu dan mungkin akan mendapatkan benda mestika simpanan nikoh tua itu, maka dia mendahului hendak menyerobotnya.

   Tapi sekali dia sentuh pegangan keranjang bunga, tangannya lantas kena racun yang dipoles pada keranjang bunga itu, sampai sekarang tangannya masih terasa kesakitan- Padahal kalau Pek-yan tidak main serobot, tentu Yu Wi sendiri juga akan memegang keranjang bunga itu.

   Lantaran melihat pegangan keranjang telah diraih oleh tangan Pek-yan, secara taktis dia lantas berebut jit-yap-ko didalam keranjang, jadi ucapan Pek-yan juga ada benarnya, dia telah telan pil pahit bagi Yu Wi.

   Dengan sendirinya Yu Wi tidak tahu keranjang bunga itu beracun, ia malah tanya.

   "Kau telan pil pahit apa, mengapa aku yang disalahkan?"

   Tangan Pek-yan masih kesakitan- dengan tidak sabar katanya.

   "Sudahlah, kita tidak perlu cekcok. kita terendam air, memangnya menunggu agar ditangkap mereka? Ayolah lekas mencari akal untuk naik ke atas"

   Tapi lantaran jarak permukaan air dengan atas terlalu jauh, dibawah keadaan gelap gulita, Yu Wi terpaksa harus berenang sekian lamanya baru mencapai tepian, waktu ia meraba, terasa dingin keras, ternyata dinding batu yang sangat kuat.

   ia terus merambat mengikuti dinding batu, meski sudah diraba sekeliling, semuanya dinding batu, tiada satu tempat pun yang dapat dibuat pegangan tangan- Karena kedua kakinya harus terus menerus bekerja untuk berenang, sampai sekarang juga sudah pegal dan letih.

   Pek-yan juga tidak terkecuali, ia merasa semakin berat kakinya untuk bergerak didalam air, serunya kuatir.

   "Bagaimana, bisa naik ke atas atau tidak?"

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ai, tampaknya kita akan terkubur disini,"jawab Yu wi dengan menyesal.

   "Apa katamu?"

   Pek-yan menegas.

   Yu Wi tahu keadaan rada gawat, semuanya jalan buntu, sukar untuk mencari jalan hidup, Bilamana kaki sudah tidak kuat bergerak.

   mau-tak-mau mereka harus tenggelam.

   Yu Wi menyadari kematian sukar dihindar lagi, hati Yu Wi menjadi lapang malah, ucapnya dengan tertawa.

   "Pek-siocia. biasanya orang dikubur di daratan, jarang yang dikubur didalam air, entah bagaimana rasanya, kukira tidak jelek."

   "Ai, jangan bicara yang tidak-tidak. ayolah lekas berdaya,"

   Ujar Pek-yan, Dalam keadaan bahaya, orang perempuan selalu menaruh harapan atas diri orang lelaki, meski sesungguhnya kungfu Pek-yan lebih tinggi daripada Yu Wi, tapi dalam keadaan kepepet sekarang iapun berharap Yu Wi akan menyelamatkannya.

   "Jika ada akal, silakan kau renungkan, aku tidak berdaya,"

   Ujar Yu Wi. Pek-yan lantas berenang juga sekeliling. setelah memahami keadaan setempat, dengan putus asa ia berkata.

   "Yu Wi, apakah kita harus menunggu kematian dengan begini saja?"

   "Thian menghendaki kematian kita, apa dayaku."

   Ucap Yu Wi dengan angkat pundak. Pek-yan menjadi takut, omelnya.

   "Seorang lelaki gagah perkasa seperti dirimu, masa tidak dapat kau peras otak untuk mencari akal dan menolong seorang perempuan?"

   "Baiklah, Tuan Puteriku, akan kuperas otak bagimu,"

   Ujar Yu Wi sambil menyengir.

   Habis berkata ia terus menyelam.

   dirasakannya air itu sangat dalam, sampai lama sekali baru ia timbul lagi keatas.

   Didalam air gelap gulita, tidak kelihatan apa pun- Betapapun Pek-yan tidak berani ikut menyelam.

   Setelah Yu Wi timbul lagi ke atas, segera ia tanya.

   "Bagaimana, ada jalan tidak?"

   "Jalan apa?"

   Jawab Yu wi dengan tertawa.

   "Memangnya kau kira di bawah ada jalan daratan? Bukan maksudku hendak menakuti dirimu, ketahuilah di bawah hanya air belaka, dasarnya saja sukar dicapai, Bilamana dapat mencapai dasarnya, kita sudah mati sesak napas lebih dulu."

   Muka Pek-yan menjadi pucat, katanya sambil menggigit bibir.

   "Wah, lantas... lantas bagaimana..."

   Mendengar suaranya yang memelas itu, Yu Wi jadi menyesal telah menakut-nakutinya. cepat ia menghiburnya.

   "Jangan kuatir, meski tidak dapat mencapai dasar kolam, tapi tadi sudah dapat kutemukan sumbernya."

   Pek-yan masih juga menggigil ketakutan.

   "Memangnya apa ... apa gunanya."

   "Tentu saja berguna,"

   Kata Yu Wi.

   "semula air disini adalah air diam, air mati. jika air mati jangan harap akan hidup, sekarang diketahui air disini air hidup, berdasarkan kata hidup ini, kitapun ada harapan untuk hidup,"

   Pek-yan rada terhibur, dia tidak gemetar lagi, bicaranya juga mulai lancar, katanya cepat.

   "cara bagaimana bisa hidup, lekas katakan, makin lama kakiku terasa tambah berat dan hampir tidak kuat lagi...."

   Selagi Yu Wi hendak bicara, tiba-tiba dari atas sayup-sayup berkumandang suara bicara orang yang lemah, karena tidak jelas terdengar, cepat Yu Wi menghimpun tenaga dalam dan berteriak.

   "Siapa yang di atas sana? Silakan bicara sekerasnya"

   Agaknya orang yang di atas juga tahu jaraknya tarlalu jauh, segera iapun mengerahkan tenaga dan berteriak.

   "Apakah disitu Yu-toako? Aku Ko Bok-cing"

   Sungguh girang Yu Wi tak terpirikan, cepat ia balas berteriak.

   "Ah, kiranya Ko-cici, cara bagaimana engkau datang kesini?"

   Tadinya ia menyangka yang bicara itu adalah musuh, sama sekali tak terduga ialah Ko Bok-cing, pantas si nona tidak berani bicara keras-keras, agaknya kuatir akan didengar oleh nikoh cu-pi-am.

   Lwekang Ko Bok-cing sudah mencapai tingkatan yang tidak ada taranya, dengan datangnya penolong ini, rasa putus asa Yu Wi seketika lenyap.

   dengan gembira ia lantas berkata kepada Pek-yan.

   "Pek-siocia, sekali ini kita pasti akan tertolong"

   Dengan mendongkol Pek-yan menjawab.

   "Bukankah tadi kau bilang ada akal, biarlah kita menyelamatkan diri dengan akalnya sendiri dan tidak perlu pertolongannya."

   "Tapi akalku itu entah dapat digunakan atau tidak belum lagi diketahui,"

   Ujar Yu Wi dengan tertawa.

   "Andaikan dapat digunakan, harapan hidup juga sangat tipis. Sekarang ada penolong, kita tidak kuatir lagi, kuyakin seratus persen pasti akan tertolong. Sabarlah sebentar, kita tunggu"

   "Huh, dia kan bukan malaikat dewata,"

   Jengek Pek-yan- Nada Yu Wi terlalu yakin seakan-akan perempuan di atas itu dianggap sebagai malaikat penolong yang maha sakti, hal ini menimbulkan rasa iri Pek-yan sehingga lupa bahwa keselamatannya juga memerlukan pertolongan orang.

   Sampai sekian lama lagi belum terdengar suara Ko Bok-cing, segera Yu Wi berteriak pula sekerasnya.

   "Ko-cici ...Ko-cici ....

   "

   Pek-yan mendongkol, omelnya.

   "Kenapa bergembar-gembor? Hendak kau kagetkan musuh?"

   Dengan gemas Yu Wi berkata.

   "Ai, kemana perginya?"

   Pek-yan jadi lupa kepada seramnya kematian, ia masih tetap cemburu, katanya.

   "Kau kira dia mau menolongmu dengan menyerempet bahaya? Hm, jika dia mau turun kesini untuk menolongmu, tempat setinggi ini apakah dia mampu turun dan naik lagi kesana? Yu Wi, hendaknya jangan berpikir muluk-muluk. dia sudah pargi, biarlah kita mencari jalan sendiri saja."

   "Aha, kutahu dia pasti sedang pergi mencari tambang,"

   Seru Yu Wi.

   "Huh, tinggi tempat ini sedikitnya ratusan tombak, seketika dari mana bisa diperoleh tambang sepanjang ini?"

   Jengek Pek-yan.

   "Betapapun Ji-bong Taysu adalah seorang beribadah,"

   Ujar Yu Wi.

   "tentunya beliau mengutama welas-asih, meski diketahuinya Lit- yap-ko pasti selalu diincar orang, makanya dia memasang perangkap ini. tapi tentu juga sudah menyiapkan tali panjang untuk memberi pertolongan bilamana perlu. Maka asalkan Ko-cici dapat menemukan tali panjang itu, segera kita dapat diselamatkan-"

   Pek-yan pikir uraian Yu Wi ini memang masuk diakal, betapa keselamatan jiwa lebih penting.

   maka diam-diam iapun berharap selekasnya Ko Bok-cing dapat menemukan tali panjang itu, bilamana terlambat dan diketahui Ji-bong Taysu, maka tamatlah segalanya.

   Ditunggu lagi sekian lamanya, kedua orang menjadi kelabakan, syukuilah dari atas lantas terdengar kumandang suara Ko Bok-cing.

   "Yu-toako, ini kuturunkan tambang"

   "Hah, bagus, lekas turunkan"

   Seru Yu Wi dan Pek-yan hampir berbareng.

   Dengan gelisah mereka menunggu turunnya tambang, sekarang bahkan Pek-yan yang berharap ujung tambang lekas jatuh kedepannya, sebab dia merasa sudah kehabisan tenaga, bertahan saja rasanya sangat payah.

   Maklumlah sudah lebih satu jam mereka kejeblos kesitu, betapapun mahir orang berenang, jika terus menerus kaki digunakan mengenjot air tanpa berhenti sejenak pun juga pasti akan lelah.

   Apalagi mereka hanya paham berenang dan bukannya sangat mahir, hanya berkat lwekang mereka yang tinggi untuk bertahan sehingga tidak sampai tenggelam, kalau tidak tentu sejak tadi mereka sudah mati terbenam.

   Tunggu punya tunggu, hati mereka jadi berdebar-debar, tapi tambang belum lagi kelihatan terjulur kebawah.

   "Mungkin budak itu mampus diatas."

   Maki Pek-yan saking mendongkol.

   "Tempat ini sekian tingginya, tentu makan waktu turunnya tambang itu,"

   Ujar Yu Wi.

   "Ai, tampaknya kau jadi keblingar,"

   Kata Pek-yan dengan tertawa.

   "biarpun sehelai bulu ayam juga sekarang seharusnya sudah jatuh ke bawah sini. Yu Wi, kukira dia sengaja berdusta padamu. pada hakikatnya dia tidak menemukan tambang apapun, dia sengaja membual supaya hatimu tanteram."

   Diam-diam Yu Wi menggeleng kepala.

   ia tidak percaya Ko Bok-cing tidak menemukan tambang, ia pikir mungkin terjadi apa-apa diatas sehingga Ko Bok-cing tidak sempat menurunkan tambangnya.

   Setelah ditunggu lagi sebentar, Pek-yan men-jadi tidak sabar lagi, dengan suara keras ia memaki.

   "Budak busuk, apakah kau mampus di atas? Kenapa tidak lekas lepaskan talinya ke sini?"

   Tiba-tiba ada jawaban dari atas.

   "Ini, ku-turunkan"

   Pek-yan menjadi girang dan berseru.

   "Ya, lekas, lekas"

   Tapi Yu Wi lantas berkata.

   "He, itu bukan suara Ko-cici, tapi lebih mirip suara Ji- bong Taysu."

   Selagi Pek-yan hendak mendamperat karena menganggap ngawur ucapan Yu Wi itu, tiba-tiba terdengar suara "blang"

   Yang keras disertai muncratnya air, cepat ia berenang kesana untuk menyongsongnya, sebab disangkanya yang jatuh itu adalah tambang penyelamat.

   Tapi belum lagi mendekat.

   tiba-tiba terdengar suara tangis orang perempuan.

   Sekali ini Pek-yan jadi melenggong seperti disamber petir sehingga kaki pun lupa mengenjot air, kontan tubuhnya terus tenggelam.

   Yu Wi juga berenang mendekat, serunya dengan suara sedih.

   "Apakah engkau Ko ... Ko-cici?..."

   Yang jatuh ke bawah itu memang betul Ko Bok-cing adanya. Dia masih terus menangis. Yu Wi tidak tahu cara bagaimana menghibur si nona. Mendadak terdengar lagi suara "blang"

   Yang keras, menyusul lantas terdengar suara "klik"

   Yang pelahan.

   waktu ia menengadah, tertampak papan putar tadi sudah kembali ketempat semula.

   Setitik cahaya yang remang-remang tadi kini pun hilang, keadaan sekarang benar-benar gelap gulita sama sekali, apa pun tidak terlihat lagi.

   Dengan ketajaman mata Yu Wi yang sudah terlatih, mendingan dia masih dapat melihat dengan samar-samar.

   tiba-tiba ia merasakan permukaan air kehilangan sebuah kepala, cepat ia berseru.

   "Hei, Pek-siocia, dimana kau, Pek-siocia...."

   Rupanya Pek-yan menjadi putus asa dan tenggelam, sejak tadi belum kelihatan timbul kembali.

   Yu Wi tahu gelagat tidak baik.

   cepat ia menyelam sampai sekian lama baru tubuh Pek-yan dapat ditemukan dan dibawa ke atas.

   Karena cemas dan juga lelah, seketika Pek-yan tidak dapat siuman- Kini Yu Wi jadi bertambah beban, dia memang sudah terlalu letih, tentu saja semakin payah sekarang.

   cepat ia berseru.

   "Lekas kemari, Ko-cici"

   Ko Bok-cing berhenti menangis dan berenang kesana, Yu Wi tidak sempat memberi penjelasan dan segera menyerahkan Pek-yan kepada Bok-cing, dengan demikian barulah dia sendiri tidak sampai tenggelam.

   cukup mahir kepandaian berenang Ko Bok-cing, katanya sambil mengapung di permukaan air dengan memondong tubuh Pek-yan- "Sungguh aku merasa malu tidak dapat menolongmu."

   "Janganlah engkau menyesali diri sendiri, semuanya adalah salahku sehingga membikin susah dirimu ikut terjeblos ke sini,"

   Kata Yu Wi dengan menyesal Bok-cing menjawab dengan menghela napas.

   "Sejak kau berangkat ke Hoa-san sini, sudah lebih sebulan dan belum pulang, ayah merasa kuatir dan aku disuruh menjenguk kesini, bilamana perlu supaya dapat membantu ..,." ---ooo0dw0ooo--- Bab Padahal mana mungkin Ko Siu menyuruh seorang gadis menempuh perjalanan sejauh ini sendirian, biarpun diketahui puterinya menguasai kungfu maha tinggi juga takkan menyuruhnya ke Hoa-san- apalagi dalam istananya tidak sedikit jago pilihan mustahil tidak bisa diberi tugas. Ko Siu tidak gelisah karena Yu Wi belum kelihatan pulang, sebaliknya Ko Bok-cing sendiri yang gelisah, maka diam-diam ia berangkat kesini dan secara kebetulan ditemuinya kejadian malam ini. Sejenak kemudian, Bok-cing berkata pula.

   "Sebenarnya siang tadi aku sudah tiba disini, cuma terhalang oleh penjagaan yang ketat, terpaksa kuselidiki pada waktu malam, kebetulan pihak cu-pi-am sedang menghadapi musuh tangguh sehingga penjagaan menjadi kendur. Kupikir selama lebih sebulan engksU menghilang, tentu karena tertawan dan terkurnng dipenjara, kebetulan ada kesempatan baik, bila dapat kutemukan dirimu dapatlah kutolong keluar. Tapi sudah kucari semua kamar tahanan didalam kuil ini dan tidak menemukan dirimu, setiba disini, kusangka dibawah sini adalah penjara, tak tersangka adalah sebuah kolam air yang sangat dalam. Dari suaramu tadi kuketahui kolam ini sangat dalam, maka ingin kucari tali yang panjang untuk menolongmu, siapa tahu belum ... belum lagi sempat kulepaskan talinya ... ."

   Yu Wi menghela napas dan menukas.

   "Lantas keburu dipergoki Ji-bong Taysu, bukan?"

   Bok-Cing mengiakan.

   Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Mungkin bgi apes, kebetulan lawan tangguh Ji- bong Taysu telah digempur mundur dan dia lantas kembali kekamarnya. tentu saja aku dipergoki. ..."

   "Sampai sekian lama pertandingan antara ibuku dan Ji-bong Taysu baru dapat ditentukan kalah dan menang?"

   Tanya Yu Wi dengan terkejut. Bok-cing juga melengak.

   "Hei, jadi perempuan berambut panjang dan berbau hitam itu ialah ibumu?"

   "Ya, ibu kandungku,"

   Jawab Yu Wi.

   "Tak tersangka kungfu ibuku ternyata sanggup menandingi Ji-bong Taysu sampai sekian lamanya."

   "Kulihat pertarunganannya Ji- bong Taysu dengan ibumu berlangsung dengan sangat dahsyat, diam-diam aku merasa kuatir bilamana... ."

   Yu Wi sangat berterima kasih atas perhatian Ko Bok-cing terhadap ibunya, katanya dengan tertawa.

   "Biarpun kalah juga tidak berbahaya bagi ibu, jika beliau mampu menempur Ji- bong Taysu Sampai sekian lamanya andaikan kungfunya bukan tandingan Ji-bong Taysu, untuk mengundurkan diri tentu bukan soal sulit."

   Baru sekarang ia tahu ilmu silat ibunda ternyata lain daripada yang lain, di dunia sekarang mungkin cuma Ji-bong Taysu seorang saja yang sanggup menandingi beliau.

   Semula ia menyangka karena Ji-bong Taysu telah merebut Jit-yap-ko dari ibunya dan tentu tidak sampai hati lagi mencelakainya, kalau dipikir sekarang, jelas Ji- bong Taysu seorang nikoh keji dan berjiwa sempit, tentu tidak punya kebaikan hati sebagaimana dibayangkannya.

   Bahwa dia sungkan kepada ibu jelas lantaran dia memang tidak mampu melukai ibu, kalau belasan tahun yang lalu tidak dapat melukainya, tentu juga sekarang tidak dapat berbuat apa-apa.

   Maka sekarang Yu Wi tidak perlu lagi menguatirkan keselamatan sang ibu, segera ia berkata pula.

   "Setelah Ji- bong Taysu mempergoki dirimu, tentu dia melarang kau turunkan tali, apakah engkau lantas bertempur dengan dia?"

   Dengan gemas Bok-cing menjawab.

   "Nikoh siluman itu melarang Kutolong dirimu, bukankah berarti dia sengaja hendak membunuhmu supaya mati tenggelam disini. Seorang Jut-keh-lang berhati sekeji itu. sia-sia dia bertapa sampai tua. Saking gusarnya meski aku tidak paham jurus serangan, ingin juga kugampar dia beberapa kali ... ."

   "Dan berhasil kau pukul dia?"

   Tukas Yu Wi cepat.

   "Dalam hati aku bersumpah akan menggampar mukanya, maka tanpa menghiraukan betapa tinggi kungfu lawan segara kupukul dia, tentu saja berhasil kupukul dia, tapi akupun tergetar oleh pukulannya dan jatuh kesini . .. ."

   "Bagus sekali telah kau hajar dia"

   Puji Wu Wi.

   "Tapi sayang tidak sempat kugunakan tenaga dalam, hanya kugampar dan tidak melukainya, kalau tidak- tentunya aku tidak sampai tergetar masuk ke kolam ini,"

   Tutur Bok-cing dengan gemas.

   "Ai, nikoh siluman tua itu memang sangat keji, kita tidak ada permusuhan apa pun dengan dia, tapi dia ... dia sengaja hendak membikin kita mati tenggelam."

   "Dia sengaja menutup lagi papan putar di atas, jelas dia memang sengaja hendak membunuh kita. Mendingan jika kita mati tenggelam, sebab kedatanganku sengaja hendak mencuri Jit-yap-ko dan tentu dipandang sebagal musuh olehnya. Tapi engkau tidak ada permusuhan apapun dengan dia, memang tidak pantas dia memperlakukan dirimu sekejam ini."

   "Aku tidak tahu Jit-yap-ko itu buah mestika macam apa,"

   Kata Bok-cing.

   "biarpun benda mestika yang tidak ada bandingannya juga tidak pantas dia menenggelamkan diriku disini hanya gara-gara pohon yang hendak kau curi itu. Percuma dia menjadi orang beribadah dan sudah bertapa berpuluh tahun, mengapa masih juga punya pikiran jahat untuk membunuh orang?"

   "Apakah kau tahu sebab apa dia juga hendak membikin kau mati tenggelam disini?"tanya Yu Wi dengan menyesal. Dengan menggreget Bok-cing menjawab.

   "Dari mana kutahu, pendek kata dia adalah nikoh tua siluman yang jahat, hanya lahirnya saja kelihatan alim dan suci. Sungguh aku merasa penasaran bagiJimoay, mengapa dia jut-keh (cukur rambut dan meninggalkan rumah) di biara yang diketuai orang semacam ini?"

   "Tapi bila engkau tidak menampar mukanya, mungkin sekali dia takkan menutup papan putar di atas dan bertekad membinasakan dirimu,"

   Kata Yu Wi pula.

   "Masakah cuma muka ditampar orang lantas timbul pikiran jahatnya untuk membunuh orang?"

   Tanya Bok-cing dengan tercengang.

   "Persoalannya tidak begitu sederhana,"

   Tutur Yu Wi sambil menggeleng.

   "Justeru lantaran tamparanmu itulah tetah membuat dia mengenali dirimu sebagai ahli waris Goat-heng-bun. Hendaknya kau maklum, apabila engkau tidak berhasil meyakinkan ilmu sakti Su-ciau-sin-kang yang merupakan kungfu tertinggi perguruan Goat-heng-bun, mana mungkin dapat kau tampar mukanya, padahal engkau sama sekali tidak paham jurus serangan- Dan setelah diketahuinya engkau sudah menguasai Su-ciau-sin-kang, bilamana mau setiap saat dapat merobohkan dia, maka tidak bisa lagi engkau dibiarkan hidup olehnya."

   "Memangnya merugikan dia hanya lantaran aku menguasai Su-ciau-sin-kang?"

   Kata Bok-cing dengan penasaran- "Tentu saja sangat besar akan merugikan dia,"

   Ujar Yu Wi.

   "Masa engkau tidak tahu dia adalah anak murid Thay-yang-bun?"

   "Hah, dia ... benar dia anak murid Thay- yang- bun? "jerit Bok-cing kaget.

   "Ya, bukan saja dia anak murid Thay yang-bun, bahkan terhitung tokoh yang berkedudukan sangat tinggi dalam perguruannya."

   "Wah, jika begitu, akulah yang membikin susah padamu, akulah yang membikin celaka Toako,"

   Keluh Bok-cing berulang-ulang. Yu Wi diam saja tanpa bersuara pula, ia tahu apa arti "akulah yang membikin susah padamu"

   Ucapan Bok-cing itu. Bok-cing lantas menyambung pula ceritanya.

   "Nikoh siluman itu sungguh sangat keji hanya lantaran aku ini ahli waris Goat-heng-bun yang merupakan musuh bebuyutan Thay-yang-bun mereka sampai.... sampai Toako juga mesti ikut terkubur bersamaku di sini."

   "Jangan kau bicara demikian,"

   Ujar Yu Wi.

   "mati atau hidup sudah ditakdirkan-biarlah kucari akal untuk mencari jalan hidup . ..."

   "Tidak- tidak- harus kukatakan, akulah yang membikin susah padamu, Toako,"

   Kata Bok-cing pula dengan menangis.

   "Apabila aku tidak datang, betapa kejam nikoh siluman itu juga takkan membunuh kalian dan tentu kalian akan ditolong naik ke atas. Tadi ...tali panjang itu memang ...memang sudah disiapkannya untuk menolong setiap pencuri Jit-yap-ko yang kejeblos kesini ... ."

   Yu Wi tidak tega mendengarkan kata-kata Ko Bok-cing yang mencela dan menyesali dirinya sendiri itu.

   Ia pikir mumpung belum kehabisan tenaga, harus selekasnya mencari jalan hidup, Meski sangat kecil harapan akan menemukan jalan hidup ini, tapi setiap kesempatan tidak boleh disia-siakan- Karena itulah dia terus melejit dan menyelam lagi ke bawah.

   Gelap gulita keadaan di dalam air, tapi mata Yu Wi cukup tajam untuk melihat dalam kegelapan, berulang-ulang ia terus merambati sekeliling dinding batu itu untuk mencari.

   Sampai ketujuh kalinya, waktu menyelam lagi, akhirnya ditemukan sebuah tempat tembus air.

   Rupanya setelah tadi Yu Wi menemukan air kolam itu adalah air hidup, air yang bergerak dan mengalir, ia yakin di sekitar itu pasti ada lubang pembuangan air, kalau tidak.

   mana bisa terbentuk penjara air alam yang aneh dan berbahaya ini? Jika ada lubang tembus air, bukankah orangnya juga dapat lolos melalui lubang tembus ini? Berdasarkan kesimpulan ini, makanya.Yu Wi berusaha mati-matian dengan menyelam untuk mencari lubang pembuangan air itu.

   Dan syukurlah usahanya itu akhirnya tidak tersia-sia, dapatlah ditemukan sebuah gua karang yang tingginya setengah tubuh manusia, melalui gua karang itulah air mengalir ke luar.

   Pada gua karang di bawah air inilah terletak harapan mereka untuk hidup Meski belum diketahui betapa bahaya yang harus mereka hadapi, tapi inilah kesempatan baik satu-satunya yang berharga untuk dihadapi dengan menyerempet bahaya.

   Mestinya Yu Wi kuatir lubang tembus air itu terlalu dalam letaknya sehingga sukar menyelam kebawah untuk menemukannya, bilamana betul demikian, maka tamatlah segala sebab betapa dalamnya kolam air ini tidak dapat dijajaki, dengan tenaganya yang terbatas pasti sukar menyelam sampai ke dasarnya.

   Untung lubang tembus air itu dapat ditemukan oleh Yu Wi pada titik akhir ketika napasnya sudah tidak tahan untuk menyelam terlebih dalam.

   Tentu saja penemuan ini membuatnya girang setengah mati, maka begitu dia timbul lagi ke permukaan air, dengan gembira ia lantas bersorak.

   "Aha, sudah kutemukan, kita tertolong, kita bakal tertolong"

   Pada saat itu juga mandadak terdengar suara "Kletak"

   Di atas, papan putar kembali terbuka muncul cahaya remang-remang di atas, menongol pula kepala Ji-bong Taysu yang kelihatan sangat kecil, maklumlah, saking tingginya.

   "Hai, sispa yang datang mencuri Jit-yap-ko?"

   Demikian terdengar Ji-bong berteriak di atas.

   "Aku, Yu Wi"

   Jawab anak muda itu.

   "o, kiranya kau"

   Seru Ji-bong Taysu.

   "Baik, tunggu sebentar, akan kutolong kau naik ke atas."

   Hanya sebentar saja, pelahan terjulur seutas tali panjang dari atas. Dengan heran Bok-cing berkata.

   "Aneh, nikoh siluman ini mengapa mendadak berubah baik hati dan mau menolong kita."

   "Hm, urusan tidak sedemikian sederhana,"

   Jengek Yu Wi.

   "Semula dia sudah menutup papan putar di atas. jelas dia bertekad akan membinasakan kita.Jadi sekarang dia berubah pikiran, tentu ada sebabnya atau maksud tujuan tertentu."

   Pelahan tali panjang itu terjulur sampai kebawah dan dapat dipegang, terdengar Ji bong berseru di atas.

   "Yu Wi, naik lebih dulu dengan merambat tali ini"

   Tergerak hati Yu Wi, segera ia berteriak "Apakah boleh kedua nona di sini dibiarkan naik lebih dulu?"

   "Tidak- tidak boleh, harus kau naik lebih dulu."

   Jawab Ji-bong Taysu tegas.

   "Taysu,"

   Seru Yu Wi dengan tertawa.

   "jika engkau memang mau menyelamatkan jiwaku, hendaknya kedua nona ini ditolong lebih dulu."

   Tapi Ji-bong tetap menjawab dengan ketus.

   "Tidak, yang kutolong cuma dirimu seorang, yang lain tidak"

   "sebab apa?"

   Tanya Yu Wi dengan suara mendongkol.

   "Masakah perlu kau tanya lagi?"

   Sela Ko Bok-cing.

   "Lekas kau naik dulu, jangan sampai dia berubah pikiran lagi, urusan bisa runyam. Pokoknya seorang bisa diselamatkan biarlah seorang lolos lebih dulu"

   "Jangan kuatir."

   Ujar Yu Wi.

   "dia pasti ingin mendapatkan sesuatu dariku, tidak nanti dia bermain gila. Kalau hidup biarlah kita hidup semuanya."

   Dalam pada itu Ji-bong sedang berteriak.

   "Yu Wi, sesungguhnya kau mau naik ke sini tidak?"

   "Aku akan naik sebentar lagi, biarlah nona yang menampar mukamu itu naik lebih dulu"

   Sahut Yu Wi.

   "Apa katamu? Dia berani?"

   Tariak Ji-bong gusar.

   "Begitu dia pegang tali, segera kulepas tangan- Ingat, tali panjang cuma ada satu, untuk membuatnya lagi sedikitnya makan waktu sebulan."

   "Nah, Toako. lekaslah. naik saja, jangan ditunda lagi."

   Ujar Bok-cing.

   "bawalah nona ini keatas dan jangan pikirkan diriku, dia cuma melarang aku saja ikut naik ke atas."

   "Hm, jika dia menghendaki Jit-yap-ko, tapi tidak mau menolong dirimu, tidak nanti kuterima,"

   Jengek Yu Wi.

   "Ha, Jit-yap-ko dapat kau curi?"

   Tanya Bok-cing.

   "Ehm, kukira tidak dapat dikatakan kucuri barangnya, sebab Jit-yap-ko ini asalnya milik ibuku,"

   Tutur Yu Wi.

   Kiranya tadi waktu tangan Yu Wi menyambar tumbuhan didalam keranjang bunga itu, meski pohonnya tidak kena dibadolnya, tapi satu biji buahnya berikut daunnya dapat dipetiknya.

   lalu buah itu sudah disimpannya didalam baju.

   Selama hidup Jit-yap-ko hanya berbuah satu kali dan tidak mungkin berbuah lain lagi, bila buahnya sudah masak dan jatuh, pohon itu lantas layu dan mati juga.

   Dengan susah payah Ji-bong Taysu menunggu sekian lama dan akhirnya Jit-yap-ko berbuah.

   buah itu sudah hampir masak.

   tidak lama lagi akan dipetiknya untuk dimakan sebagai obat kuat yang dapat membikin panjang umur dan awet muda.

   Setelah makan buah ajaib itu, meski usia Ji-bong sekarang sudah seratus tahun, tentu dia dapat hidup lagi beberapa puluh tahun.

   Tak tersangka buah yang telah ditunggunya dengan susah payah itu sekarang telah dipetik oleh Yu Wi, tentu dirinya kelabakan setengah mati.

   Semula disangkanya buah ajaib itu masih berada di tempatnya ketika dilihatnya keranjang bunga itu tidak rusak.

   Siapa tahu waktu diperiksa dan dicari, buah ajaib itu ternyata sudah terbang tanpa sayup, Sedangkan si pencuri buah itu diketahui kejeblos ke dalam penjara air, maka ia yakin buah itu pasti juga masih berada padanya.

   sebenarnya dengan hati keji Ji-bong Taysu sudah bertekad akan membuat Ko Bok-cing dan lain-lain mati tenggelam, maka papan putar lubang jebakan itu telah ditutup rapat.

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
sekarang terpaksa ia membuka kembali papan putar itu dengan harapan si pencuri buah belum lagi mati terbenam.

   Tak terduga si pencuri ternyata Yu Wi yang sudah dikenalnya, malahan sekarang Yu Wi berkeras minta agar Ko Bok-cing dibiarkan naik lebih dulu ke atas, tentu saja hal ini membuatnya serba salah.

   Karena sayang akan kehilangan buah ajaib.

   mestinya ada maksud Ji-bong akan membiarkan Ko Bok-cing naik ke atas sesuai permintaan Yu Wi, tapi dasar wataknya memang kepala batu, sekali dia sudah menyatakan tidak.

   terpaksa ia tidak dapat menjilat kembali ludahnya sendiri.

   Maka sekali lagi ia melarang Yu Wi menaikkan Ko Bok-cing.

   Tak terduga pendirian Yu Wi terlebih keras daripada dia, dengan tekad "lebih baik hancur sebagai ratna daripada utuh sebagai genting", mendadak ia berkata keppda Bok-cing dengan tegas.

   "Mari kita menyelam ke bawah."

   Melihat anak muda itu membelanya tanpa reserve, saking terharunya Ko Bok-cing mencucurkan air mata, ucapnya.

   "Masakah hendak kau tinggalkan jalan hidup yang tersedia ini?"

   "Kan ada jalan hidup lain, jadi bukan soal ditinggalkan atau tidak jalan hidup yang ini,"

   Ujar Yu Wi.

   "Apakah tidak berbahaya jalan hidup sana?"

   Tanya Bok-cing dengan gegetun.

   "Setiap usaha mencari hidup memang harus menyerempet bahaya,"

   Kata Yu Wi.

   "Tapi ... tapi jalan hidup yang tersedia di sini kan tidak ada bahaya apa pun bagimu?"

   Kata Bok-cing dengan terharu.

   "juga belum tentu,"

   Ujar Yu Wi.

   "Sudahlah, jangan banyak bicara lagi, marilah lekas kita menyelam"

   Tanpa menunggu jawaban Ko Bok-cing, segera ia mendahului menyelam kebawah.

   Karena terpaksa, mau-tak- mau Bok-cing ikut menyelam dengan membawa Pek-yan- Dalam pada itu Ji-bong Taysu menjadi tidak sabar menunggu, iapun kuatir Yu Wi akan mati tenggelam sehingga kehilangan buah ajaib.

   Terpaksa menahan wataknya.

   yang keras itu dan berseru.

   "Baiklah, Yu Wi, boleh suruh nona-nona itu naik lebih dulu"

   Akan tetapi sayang sudah terlambat seruannya Yu Wi bertiga tidak mendengar lagi suaranya.

   Ji- bong Taysu menjadi sangat menyesal.

   Dalam pada itu Yu Wi terus menyelam menuju kelubang tembus, ia tarik Ko Bok-cing dan diajak menyusup ke dalam gua.

   Gua air itu tidak terlalu longgar, Ko Bok-cing tidak dapat melihat dalam kegelapan, kalau tidak ditarik Yu Wi, bisa jadi akan kesasar.

   Anak perempuan takut kegelapan, begitu menyelam masuk ke gua itu, karena daya tarik aliran air yang keras, Ko Bok-cing rada takut, ia pegang tangan Yu Wi dengan erat.

   Yu Wi berdiri dulu di dalam gua, dirangkulnya Pek-yan yang pingsan itu, dengan tangannya ia memberi isyarat agar Ko Bok-cing merangkul pinggangnya, dengan saling berdekapan mereka bertiga menyusuri gua itu dengan pelahan- Selain daya sedot, aliran air itu juga menimbulkan daya tekan yang berat.

   dengan hati-hati mereka melangkah maju, tapi belasan langkah saja mereka merasa sukar maju lagi.

   Lubang air makin jauh makin sempit, sampai disini sudah tidak muat tubuh mereka untuk maju lebih jauh.

   Tanpa pikir Yu Wi mengeluarkan Hi-jong-kiam, pedang sempit serupa usus ikan itu, disayatnya disekitar lubang air yang sempit itu Pedang mestika itu dapat memotong emas eperti memotong sayur, dengan sendirinya memotong batu karang tidak terlalu sukar, sekali tabas lantas rontok.

   Arus air mestinya tidak terlalu keras, setelah bagian yang sempit itu dibobol, hilanglah rintangannya.

   seketika arus air mengalir dengan derasnya.

   Rasanya seakan-akan semua arus berkumpul disini sehingga terbentuk menjadi sebuah saluran induk.

   saking kerasnya arus, Yu Wi bertiga tidak sanggup bertahan, mereka ikut terhanyut kebagian yang dalam.

   Karena terhanyut oleh arus yang kencang, Yu Wi dan Bok-cing jatuh pingsan juga serupa Pak- yan- Arus air yang gulung-gemulung itu menghanyutkan mereka semakin jauh dan entah menuju kemana.

   sepanjang terhanyut, badan mareka bertiga banyak terluka oleh batu karang yang tajam.

   Mereka merasa sekali ini pastilah tamat riwayatnya, Pek-yan yang pingsan itu sempat siuman dan segera pingsan lagi, Dalam lubuk hatinya yang dalam Bok-cing merasa Yu Wi dan Pek-yan mestinya tidak perlu ikut menempuh bahaya ini, mareka mestinya dapat diselamatkan keatas oleh Ji- bong Taysu, tapi mereka rela ikut berkorban baginya.

   Karena rasa menyesalnya, Su-ciau-sin-kang yang maha sakti yang dikuasainya dengan sendirinya digunakan untuk mancari hidup, sekuatnya ia meronta, dalam kaadaan sadar-tak-sadar timbul juga semacam kewaspadaan.

   "Bila ada kesempatan, lebih baikku korbankan jiwaku daripada mereka ikut mati."

   Tapi apakah takdir akan memberi kesempatan padanya untuk menyelamatkan Yu Wi dan Pek-yan?....

   000ooodwooo000 Suara air terjun bergemuruh laksana bunyi guntur, gemuruh yang memekak telinga itu membangunkan orang yang tertidur lelap.

   Waktu Yu Wi membuka matanya, hari sudah terang benderang, lebih dulu ia melihat dirinya sendiri tidur di atas tanah berlumpur yang lunak.

   disamping berbaring pula satu orang yang membelakanginya.

   Waktu ia membalik tubuh orang itu, ternyata Pek-yan yang belum lagi siuman dari pingsannya.

   ia coba memandang jauh kesana yang penuh rumput gelagah belaka, namun tiada bayangan orang lain lagi yang tertampak.

   "He, kemana dia?"

   Gumam Yu Wi.

   Dia yang dimaksudkan dengan sendirinya ialah Ko Bok-cing.

   Nona ini ternyata tidak kelihatan berada disitu, padahal semula mereka bertiga saling rangkul, mengapa cuma dia saja yang hilang? Dengan menahan rasa sakit sekujur badan yang penuh luka Yu Wi berdiri dan melihat baju sendiri hampir hancur seluruhnya.

   cepat ia meraba saku, syukurlah Jit-yap-ko yang tersimpan dalam lapisan dalam baju tidak sampai hilang, juga tidak pecah terbentur batu karang.

   Padahal bajunya telah robek-robek.

   namun buah ajaib sebesar manggis itu tidak rusak sama sekali.

   Buah ajaib ini sangat penting baginya, bukan maksudnya hendak makan buah ini, tapi buah ini akan disimpannya untuk dipersembahkan kepada sang ibu.

   Buah ajaib ini mempunyai seribu macam khasiat, penyakit otak Tan Siok-cin tentu dapat disembuhkan setelah makan buah ini.

   Yu Wi yakin akan manfaat buah ini, andaikan penyakitnya tidak sembuh, sedikitnya juga bisa memperpanjang umur.

   Akan tetapi cita-citanya yang luhur dan berbakti ini tampaknya sukar terlaksana, sebab setelah dia memeriksa keadaan sekitar setempat, mau-tak-mau ia menghela napas menyesal.

   "Ai, habis, tamatlah sekali ini Biarpun hidup juga tidak ada gunanya"

   Semula dia bersyukur jiwanya dapat ditemukan kembali, tapi rasa syukur ini sekarang lenyap sama sekali, sebagai gantinya adalah sedih luar biasa.

   Maklumlah, setelah keadaan setempat ditelitinya, ternyata mereka berada di suatu tempat yang sekelilingnya terkurung oleh tebing karang yang curam dan tingginya tak terkirakan- Sebuah lembah maut.

   Tanah lembah itu sebagian berupa kolam yang penuh rumput gelagah yang panjang dan juga macam-macam tumbuhan lain- Padang rumput meluas sehingga merapat dengan dinding tebing, sedangkan dinding tebing sangat terjal, sebuah gua untuk berteduh saja tidak tampak.

   seluruhnya terdiri dari dinding tebing yang berwarna hitam gelap.

   Kolam itu berbentuk panjang, ujung sana terletak di bawah sebuah air terjan yang besar dengan airnya yang tertuang dari atas seperti seutas rantai perak.

   Air terjun raksasa itu sangat megah, suaranya yang bergemuruh sangat mengejutkan orang, bila memandang keatas, ujung air terjun di atas cuma kelihatan satu titik kecil saja, maka dapat dibayangkan betapa tingginya air terjun itu.

   Air yang tertuang dari ketinggian yang sukar diukur itu membentur batu karang ditepi kolam, betapa hebatt kekuatannya, pantas menimbulkan suara gemuruh yang memekak telinga.

   Tercengang juga Yu Wi memandangi air terjun yang luar biasa ini, ia pikir dirinya tentu terhanyut dari atas air terjun sana, anehnya mengapa tidak.

   terbanting keatas batu karang di tepi kolam ini? bilamana terbanting di situ, mungkin sudah hancur lebur.

   Jangan-jangan dibawah air terjun ini ada arus sembunyi lain yang telah menghanyutkan tubuhnya kepermukaan air sehingga dirinya tidak sampai mati tenggelam.

   "Ai, air saja tidak menghendaki diriku, o, thian, apa artinya aku dibiarkan hidup?"

   Demikian keluh anak muda itu.

   Setelah mengetahui dirinya akan terkurung selama hidup dilembah maut ini, tentu saja hatinya murung.

   Apalagi bila teringat masih banyak urusan di dunia ramai sana belum diselesaikannya, ia tambah sedih sekali, sungguh ia menyesal mengapa tidak terbanting mati saja waktu terhanyut dari atas air terjun itu, kan tamat segalanya dan tidak perlu dipusingkan lagi.

   Dengan sendirinya jalan pikirannya ini adalah jalan pikiran kaum lemah.

   Tapi maklum juga, dalam keadaan begini, siapa pun akan berpikir seperti dia.

   Dan kalau masih hidup, mau-tak-mau ia harus berusaha hidup terus.

   Kesukaran yang dihadapinya sekarang jelas tak terhindarkan, namun Yu Wi juga tidak bermaksud mencari mati, jika selama hidup harus tinggal disini, hidup tetap harus dipertahankan- Teringat kepada masalah hidup, ia bertekad akan menemukan dulu Ko Bok-cing, tiga orang kumpul bersama, bertambah satu orang kan lebih baik dari pada hidup berduaan, apalagi mati atau hidup Ko Bok-cing belum diketahui, sebelum nona itu ditemukan hati Yu Wi tidak bisa tenteram.

   Sekalipun nona itu sudah mati juga harus ditemukan jenazahnya dan dikubur.

   Akan tetapi dia sudah menjelajahi setiap pelosok lembah kurung ini, kaceknya cuma belum dicarinya kedasar kolam, namun tetap tidak ditemukan setitik jejak yang ditinggalkan Ko Bok-cing.

   Andaikan Ko Bok-cing mati tenggelam di dalam kolam, sepantasnya mayatnya akan mengapung keatas, mustahil bisa mati menghilang tanpa bekas.

   Tapi fakta memang demikian, Ko Bok-cing benar-benar hilang secara misterius.

   seperti ditelan mentah-mentah oleh air terjun yang tidak kenal ampun itu, tiada tersisa setitik pun.

   Yu Wi marasa putus asa untuk menemukan Ko Bok-cing, sejak mula juga dia tidak menaruh harapan akan menemukan Bok-cing dalam keadaan hidup, asalkan dapat menemukan jenazahnya sudah puas baginya.

   Tapi sekarang untuk manemukan jenasahnya saja juga putus harapan- Diam-diam terpikir oleh Yu Wi.

   "Mengapa Thian tidak membiarkan diriku mati dan membiarkan Bok-cing hidup di dunia ini."

   Tapi lantas terpikir lagi.

   "Ah, hidup hanya tersiksa saja. siapa tahu kalau mati justeru lebih beruntung daripada yang hidup?"

   Kemudian ia melihat Pek-yan yang masih belum siuman, itu terpikir pula.

   "Mengapa dia malah tetap hidup?Jika Thian memberi hidup kepada Ko Bok-cing kan lebih baik daripada membiarkan Pek-yan hidup?"

   Menurut penilaian Yu Wi,jika disuruh memilih antara Ko Bok-cing dan Pek-yan, jelas dia harap Ko Bok-cing yang dapat hidup bersamanya di lembah maut itu.

   Apabila Pek-yan tahu jalan pikiran Yu Wi ini mungkin saking kekinya dia tidak mau mendusin lagi.

   Kalau tidak mati, orang pingsan achirnya pasti akan siuman- Tapi Yu Wi tidak menunggu si nona siuman sendiri, tanpa disuruh ia lantas mendekat untuk menolongnya.

   Jika harapan hidup Ko Bok-cing sudah tidak ada, tentu juga dia tidak mengharapkan Pek-yan mati.

   Dua orang hidup bersamakan jauh lebih baik daripada hidup sendirian- Ia pikir bila dirinya harus hidup sendirian disini, akan lebih baik jika dia bunuh diri saja.

   Pelahan akhirnya Pak-yan siuman juga, waktu melihat Yu Wi, entah sengaja berlagak manja atau memang takut, mandadak ia membenamkan kepalanya dalam pangkuan Yu Wi sambil merangkulnya erat-erat, serunya.

   "Apakah kita sudah mati?"

   Bau harum lantas tercium oleh Yu Wi, kenikmatan ini tentu akan terjadi kebalikannya apabila Ko Bok-cing masih hidup dan berkumpul disini.

   Seharusnya Yu Wi berpendapat dalam hal ini jelas Pek-yan jauh lebih menyenangkan daripada Ko Bok-cing bila kedua nva sama-sama hidup dan dirinya diharuskan memilihnya.

   Apalagi sebelum racun Liap-hun-ciam dalam tubuh Yu Wi itu dipunahkan, andaikan Ko Bok-cing berkumpul disini juga sukar baginya untuk tinggal bersama, sebab dari badan gadis lain segera akan tercium olehnya bau busuk yang tak tertahankan berbeda dengan Pek-yan yang tubuhnya menyiarkan bau harum yang memikatnya.

   Tidak mati tertimpa bencana, yang dihadapi sekarang juga jalan buntu, dengan sendirinya pikiran Yu Wi sangat kompleks, kini si cantik berada di dalam pelukannya, terasa terhibur juga, dengan senang ia berkata.

   "Mati sih belum, cuma selanjutnya kita berdua harus hidup berdua selamanya."

   "Hah, bagus aekali kalau begitu."

   Seru Pek-yan sambil melonjak bangun.

   "memang sudah sejak mula kuminta kau hidup bersamaku selamanya."

   Yu Wi tertawa geli.

   "Ai, jangan keburu senang dulu, lihatlah sekeliling tempat ini"

   Waktu Pek-yan memandang sekitarnya, ia menjerit kaget, segera ia berlari-lari kesana, makin lari makin kecut hatinya, sampai akhirnya ia berduduk lesu ditanah dan berteriak.

   "o, lantas bagaimana? Kita akan mati tua disini?"

   "Nah, apa kataku tadi. kan kubilang jangan keburu gembira dulu,"

   Kata Yu Wi yang menyusulnya Mendadak Pek-yan tertawa terkekeh-kekeh, serunya.

   "Wah, sungguh baik sekali Thian mengatur semua ini. ..."

   Tentu saja Yu Wi kaget, disangkanya saraf Pek-yan terganggu, tapi waktu ia perhatikan, keadaan Pek-yan tiada sesuatu kelainan, jangat normal, si nona sedang menatapnya sambil berkata dengan manja.

   "o, kakak Wi, mestinya kutakut selama hidup ini tidak dapat memikat hatimu, sekarang aku tidak kuatir lagi, Thian telah mengatur hidup kita ini takkan terpisahkan, sungguh aku sangat gembira"

   Nona itu lantas mementang kedua tangannya dan menari-nari dengan riang gembira, Diam-diam Yu Wi menghela napas.

   "Hati orang perempuan memang aneh, semula dia kelihatan lesu dan sedih, dalam sekejap saja lantas kegirangan setengah mati, sungguh sukar dimengerti."

   Hati orang perempuan meski sukar dimengerti dan sukar diraba, tapi kegirangan Pek-yan itu adalah kejadian yang lumrah dan sederhana alasannya.

   Hidupnya di dunia ramai ini tidak mempunyai beban pikiran apa pun, hidup boleh, tidak hidup juga tidak menjadi soal, asalkan dapat berdampingan dengan Yu wi, baginya sudah cukup segalanya.

   Jika mati dan hidup saja tidak terpikir olehnya, sekarang dapat berdampingan selamanya dengan Yu Wi.

   mana dia mau pedulikan soal lembah maut yang akan mengurungnya selama hidup segala.

   Perasaan gembiranya ini selamanya takkan bisa dipahami oleh kaum lelaki.

   apalagi pemuda seperti Yu Wi.

   Dengan tidak mengerti Yu Wi menyaksikan si nona menari, gaya menarinya sangat indah, seakan-akan tidak merasakan sakit pada luka sekujur badannya.

   makin menari makin bersemangat.

   Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Semula Yu Wi hanya menonton secara iseng saja.

   tapi lama-lama ia terpikat juga oleh gaya tarian Pek-yan yang eksotik itu, pembuluh darahnya terasa menegang.

   Tarian Pek-yan itu adalah tari adat pada waktu sembahyang kepada Dewi Harum yang dipuja mereka itu, Dewi Harum yang dipuja Bu- eng- bun dilukiskan dalam keadaan telanjang bulat, maka tariannya dapat dibayangkan betapa merangsangnya.

   Sembari menari Pek-yan terus menarik kain bajunya yang robek, sampai akhirnya tubuhnya menjadi bugil serupa Dewi Harum yang mereka puja itu.

   setelah menari lagi sejenak.

   mendadak ia menubruk kepangkuan Yu wi.

   Pikiran Yu Wi sudah linglung terpikat oleh tarian yang merangsang itu, ditambah lagi bau harum yang keluar dari tubuh Pek-yan yang membangkitkan nafsu berahi, maka mulailah Yu Wi menari mengikuti gaya tari Pek-yan tadi dalam keadaan bertiduran ....

   Sampai disini, terkabul cita-cita Pek-yan berhasil dipinjamnya bibit yang selamanya belum pernah dilakukannya.

   Kegembiraan yang luar biasa akan disusul dengan kebimbangan yang tak terhingga.

   Sesudah jernih kembali pikirannya, Yu Wi jadi menyesal terjadinya hubungan yang luar biasa itu.

   Dilihatnya Pek-yan tidur disampingnya dalam kaadaan telanjang bulat.

   Sekarang masih dalam musim dingin, di tengah lembah ini tentu saja terlebih dingin, Yu Wi kuatir si nona kedinginan, segera ia bermaksud menutupi tubuh Pek-yan dengan bajunya yang sudah rombeng tak terbentuk itu.

   Waktu baju si nona dipegangnya, tiba-tiba terjatuh sebuah kantung kecil yang bersulam sangat indah, sepasang merpati sulaman serupa hidup saja.

   Dengan heran Yu Wi menjemput kantung yang jatuh itu mendadak tercium bau harum yang sudah sangat dikenalnya, ia tambah heran, kantung itu dibukanya, ternyata berisi dedaunan kecil berbentuk lancip berwarna hijau segar.

   Bau harum semerbak itu justeru tersiar dari dedaunan kecil ini, Seketika tahulah Yu Wi sebab musabab bau harum badan Pek-yan, kiranya adalah khasiat daun kecil ini.

   Waktu Yu Wi memakai baju sendiri, sekalian ia simpan kantung harum itu bersama Jit-yap-ko.

   Habis itu barulah ia bantu Pek-yan memakai bajunya.

   ia merasa pakaian mereka sungguh tidak pantas lagi.

   maka soal pakaian yang pertama-tama harus diselesaikan- Sejak tadi sudah diketahuinya di tengah semak rumput ada sejenis tikus hitam yang dapat bergerak sangat cepat.

   kulit bulu tikus itu sangat panjang dan tebal, rasanya dapat digunakan untuk bahan baju.

   Betapapun cepat gerak-gerik tikus hitam itu juga tidak sukar disambit batu oleh Yu Wi, maka tidak terlalu lama sudah berhasil dibunuhnya beberapa puluh ekor dan cukup rasanya untuk dibuat dua potong baju panjang.

   Yu Wi membangunkan Pek-yan dan memberi tahukan rencananya membikin baju.

   Dengan mata sepat, masih ngantuk, Pek-yan menjawab dengan kemalas-malasan.

   "Aku tidak mau, boleh kau bikin dan pakai sendiri."

   Dia ternyata gampangan saja, akan dilewatkannya hidup ini hanya dengan baju rombeng yang sekedar dapat menutupi tubuhnya.

   "Tidak mau berbaju kan juga perlu mencari sedikit makanan?"

   Ujar Yu Wi dengan tertawa.

   "Makanan apa?"

   Tanya Pek-yan cepat, dia memang sudah lapar.

   "Terpaksa makan daging tikus saja,"

   Jawab Yu Wi sambil menuding tikus mati. Tikus hitam itu jenis tikus yang besar dan gemuk. bila dipanggang tentu akan merupakan makanan lezat.

   "Aha, usul bagus, akan kuolah tikus panggang, tunggu dan rasakan nanti"

   Seru Pek-yan sambil berkeplok.

   Tidak lama, belasan tikus panggang telah tersedia.

   keduanya lantas makan sekenyangnya .

   Nafsu makan Yu Wi belum lagi terpenuhi, dia masih menggerogoti sisa daging pada tulang paha tikus.

   Sedangkan Pek-yan lantas mengumpulkan kulit tikus yang berbulu lebat itu agar dapat dikeringkan untuk dibuat baju.

   Dengan Hi-jong-kiam Yu Wi mengorek dua lubang gua pada dinding tebing yang tiba cukup untuk berteduh.

   Kedua gua itu digalinya terpisah, yang satu disebelah timur, yang lain di sebelah barat, dipisah oleh kolam, jadi kedua gua itu seberang menyeberang.

   "Untuk apa bersusah payah menggali dua gua?"

   Tanya Pek-yan.

   "Untuk tidur kan? Betapapun kita tidak dapat tidur di tanah rumput selamanya,"

   Kata Yu Wi.

   "Jika begitu, satu kan sudah cukup, untuk apa menggali dua, terlalu iseng barangkali?"

   Omel Pek-yan. Yu Wi menjawab dengaan tak acuh.

   "Satu untukmu, satu untukku sendirii, hanya satu gua mana muat dua orang?"

   Hati Pek-yan kurang senang.

   "Masa kita masih perlu tidur terpisah, malahan terpisah begitu jauh?"

   Yu Wi hanya tertawa tanpa menjawab, ia pikir kalau tidak terpisah agak jauh, tentu akan kau ganggu diriku lagi.

   Ia memutuskan hubungan yang tidak wajar itu cukup satu kali saja dan takkan terulang lagi.

   Pek-yan adalah gadis cerdik, sudah tentu ia tahu maksud Yu Wi.

   Perempuan yang pintar tentu takkan memaksakan kehendaknya terhadap pihak lawan dalam keadaan demikian, sebab kalau dipaksa tentu dirinya akan dipandang hina.

   ia membatin.

   "Aku tidak percaya selama hidup disini dapat kau tinggal terpisah denganku selamanya, pada suatu hari tentu akan kau tinggal bersamaku secara suka rela."

   Dia cukup yakin Yu Wi pasti tidak mampu menahan godaannya sendiri, asaikan bersabar dan dipancing lagi dengan gaya yang lebih memikat, akhirnya anak muda itu pasti akan menyerah pula.

   Malam ini, tanpa beda pendapat Pek-yan tidur terpisah dengan Yu Wi.

   Tapi esok paginya, begitu Yu Wi mendusin- segera dilihatnya Pek-yan duduk didepan guanya, dengan heran Yu Wi menyapa.

   "Pagi benar kau bangun?"

   Dengan muka bersungut-sungut Pek-yan berkata.

   "Aku kehilangan sesuatu barang, entah kau ambil atau tidak?"

   Yu Wi tahu apa yang dimaksudkan si nona, tapi ia berlagak bodoh dan bertanya.

   "Barang apakah? Penting tidak?"

   "Penting sih tidak- cuma barang itu tidak boleh kau ambil."

   Kata Pek-yan- Yu Wi pura-pura gelisah.

   "Sesungguhnya barang apa? Tampaknya kau anggap pasti aku yang mengambilnya."

   "Di sini hanya kita berdua,"

   Omel Pek-yan.

   "Jika bukan dirimu, siapa lagi yang mengambilnya? Lekas kembalikan kantung wangi itu."

   Melihat kecemasan Pak-yan, Yu Wi tahu kantung harum itu pasti barang penting, asalkan kantung ini dipegangnya, tentu tidak takut lagi kepada racun Liap-hun-ciam.

   Dengan sendirinya kantung ini tidak mau dikembalikannya, maka ia menggeleng dan menjawab, Jangan sembarangan kau tuduh orang, bisa jadi kantung yang kau maksudkan itu hilang terbawa air waktu kita terhanyut ke sini,"

   Rupanya semalaman Pek-yan tidak bisa tidur karena kehilangan kantung yang penting itu, yang dikuatirkannya juga kalau hilang terhanyut air, sebab hal ini memang sangat mungkin terjadi.

   arus air yang keras itu lelah menghanyutkan mereka sehingga babak belur tergosok batu karang, baju mereka juga robek semua, mungkin sekali kantung yang tersimpan dalam baju itu juga hanyut terbawa air.

   Apabila benar tidak diambil Yu Wi, maka kantung itu takkan ditemukan lagi untuk selamanya.

   Padahal kantung wangi itu adalah jimat andalannya untuk mengendalikan Yu Wi, Pek-yan tidak tahu anak muda itu berdusta, disangkanya benar hilang terbawa air, maka ia menjadi cemas dan kelabakan..

   "Wah, bagaimana baiknya, bagaimana?"

   Sekali berdusta harus-berdusta sampai akhirnya, Yu Wi lantas mendekati si nona dan bertanya "Kantung itu penting atau tidak? Penting dalam urusan apa? Kalau tidak penting anggap sudahlah..."

   "Tentu saja penting,"

   Tukas Pek-yan- "Lekas bantu mencari."

   Tidak enak baginya untuk menjelaskan di mana letak pentingnya kantung wangi itu, segera ia mendahului memeriksa sekitar tempat itu dengan setengah berjongkok. Terpaksa Yu Wi mengeraskan hati dan tetap berdusta, katanya.

   "Baiklah, akan kubantumu mencari."

   Segera iapun berlagak mencari kian kemari, melihat keprihatinannya, seperti dia sendiri yang kehilangan barang penting.

   Padahal mana dia mencari, kantung yang dimaksud justeru berada dalam sakunya, setan yang dicari? Akan tetapi mau-tak-mau dia harus berlagak ikut sedih agar tidak dicungai Pek-yan-Bilamana nanti sudah kehabisan tenaga dan tetap tidak bertemu, tentu Pek-yan akan menyerah.

   Tentu saja Pek-yan sedih, ia menghela napas panjang dan pendek setelah segenap pelosok lembah dijelajahi dan tetap tidak menemukan sesuatu.

   Yu Wi coba menghiburnya.

   "Sudahlah, jangan sedih, kesehatanmu bisa terganggu, akan kucoba cari kedalam kolam, bukan mustahil kantung itu tenggelam didalam kolam."

   Segera ia terjun kedalam kolam dengan berbaju.

   Semula Pek-yan menyangsikan kantungnya diambil Yu Wi, kini ia tidak curiga lagi, diam-diam ia malah berterima kasih atas bantuan anak muda itu.

   ia pikir pikir bila didalam kolam juga tidak ditemukan-perkara ini akan disudahi.

   Yu Wi benar-benar mencari dengan teliti didasar kolam, tapi yang dicari tentu saja bukan kantung wangi melainkan ingin mencari barang tinggalan Ko Bok-cing.

   Jenazah Bok-cing tidak berada di dalam kolam, maka tidak terapung keatas.

   tapi mungkin barang yang dibawanya ada yang terhanyut dan tenggelam didasar kolam, Melihat anak muda itu sebentar menyembul diatas.

   lain saat menyelam pula, Pek-yan bertambah terima kasih atas kegiatannya.

   Ia tidak tahu bahwa Yu Wi justeru sedang mencari barang tinggalan Ko Bok-cing.

   Pelahan Yu Wi mencari sampai di tepi air terjun, harapan disini sangat besar, bila tidak ditemukan sesuatu.

   berarti Ko Bok cing telah ditelan bulat-bulat oleh air terjun yang misterius ini.

   Dengan menaruh harapan besar Yu Wi terus menyelam kebawah air di sekitar kolam.

   Lantaran terjangan air kebawah itu sangat keras sehingga air dibawah sini berputar dengan sangat cepat, daya tekan sangat berat bilamana hendak menyelam kesitu, berbeda dengan air kolam yang sangat tenang.

   Namun Yu Wi pantang menyerah, tidak dihiraukannya bahaya apapun, saat ini dia mirip sedang bertanding dengan seorang tokoh kelas tinggi sedikit melempen semangatnya segera akan tergempur roboh oleh daya pusar air dibawah itu.

   Seluruh badan penuh tenaga, pelahan ia menyelam kedalam air terjun, meski sudah cukup dalam menyelam, tenaga tekanan air terjun juga tak berkurang.

   namun masih tertekan sehingga ia pun terasa sesak.

   Terpaksa ia bertahan sekuatnya.

   serupa pertandingan dengan tokoh kelas wahid yang sudah mencapai titik menentukan antara mati dan hidup, sedikit pun tidak boleh lengah.

   Batu karang dibawah ternyata sangat aneh dan tajam, berserakan dimana-mana, bagian yang sempit tidak cukup dilalui tubuh seorang.

   Selagi Yu Wi mau mundur teratur, tiba-tiba dilihatnya sebuah sepatu bersulam terselip didalam seonggok batu.

   Segera Yu Wi dapat mengenali itulah sepatu Ko Bok-cing.

   Seketika semangat Yu Wi terbangkit, diam-diam ia mengerahkan tenaga.

   ia menyelam kesana untuk mengambil sepatu kain bersulam itu.

   Sambil memandangi sepatu ini, pikirnya.

   "Sepatu ini terjepit di tengah batu karang, bisa jadi mayat Bok-cing juga terjepit di bawah batu sehingga tidak dapat terapung keatas?"

   Begitu timbul pikiran demikian, tanpa menghiraukan keselamatan sendiri segera ia berusaha menerobos barisan batu karang sehingga tubuhnya bertambah beberapa luka lagi, tapi dia pantang mundur, makin jauh dia menyelam kedalam.

   Daya tekan air semakin lemah.

   Yu Wi tahu sudah menyelam sampai di dalam air terjun sehingga tidak langsung kejatuhan daya tekan air terjun dari atas.

   Tapi kecuali sepatu tadi, tidak ada benda lain lagi yang ditemukan, jangankan menemukan mayat Ko Bok-cing.

   Sudah lama Yu Wi menahan napas, betapa dia perlu menongol ke permukaan air untuk berganti hawa.

   Ia tidak tahu apakah di atas ada tempat luang atau tidak, kalau tidak ada tempat luang untuk berganti napas, urusan tentu bisa celaka.

   Pelahan ia menjumbul keatas, diam-diam ia berdoa semoga di atas jangan berwujud batu karang yang terendam dalam air.

   Mendadak "blang", kepalanya menyundul barang keras.

   Wah, celaka Ternyata benar batu karang yang miring.

   Habis, tamatlah riwayatnya, dia pasti akan terkubur disini.

   Makin sesak napas Yu Wi.

   pembuluh darah serasa mau meledak.Jika tidak mendapat zat asam, dia pasti akan mati tak bisa barnapas.

   Ia coba merambati dinding karang yang miring terendam air itu, dengan harapan dalanm waktu sesingkatnya akan mencapai tempat geronggang untuk berganti napas.

   Maka sekuatnya kaki bekerja, dengan sisa tenaga yang ada ia mengapung miring kesana.

   Pada detik dia hampir pingsan kehabisan napas, pada detik terakhir itulah tahu-tahu kepalanya menongol kepermukaan air, hawa segar yang sangat berharga dan menyenangkan telah didapatkan- Serupa setan yang kelaparan, cepat dia pentang hidung dan mulut untuk menghirup hawa sekuatnya, Di situ ternyata sebuah gua yang sangat longgar, Yu Wi tidak sempat memeriksanya, segera ia berenang ke tepian, dengan lelah ia merangkak keatas, ia perlu istirahat sebaik-baiknya.

   Disini Yu Wi sedang istirahat.

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
diluar Pek Yan menjadi kelabakan setengah mati.

   Dia berkaok-kaok setengah harian memanggil Yu Wi dan tetap tidak kelihatan anak muda itu mengapung keatas.

   Maklumlah, yang terdengar oleh Yu Wi dibawah air tadi hanya suara gemuruh air terjunjang memekak telinga, suara Pek-yan mana bisa terdengar.

   Setelah mengaso sebentar, tiba-tiba Yu Wi dengar suara seorang seakan-akan- berbunyi di telinganya.

   "Siapa kau?"

   Yu Wi merasa heran, suara gemuruh air terjun ternyata tidak dapat menutupi suara ucapan orang ini.Jelas pembicara ini memiliki tenaga dalam maha tinggi dan sudah mencapai taraf sanggup mengirimkan gelombang suara sehingga tidak terpengaruh oleh suara gemuruh air terjun.

   Lwekang setinggi ini sangat terbatas orangnya didunia Kangouw sekarang, maka orang pertama yang teringat oleh Yu Wi adalah mungkin Ko Bok-cing adanya.

   Bisa jadi nona itu tidak mati tapi terhanyut kesini? Tapi lantas terpikir olehnya bila betul pembicara itu adalah Ko Bok-cing, tentu nona itu akan segera mengenalnya, kenapa mesti bertanya pula.

   "Siapa kau?"

   Keadaan Yu Wi sekarang sangat lelah, mengangkat kepala saja rasanya malas.

   Hanya urusan mati- hidup Ko Bok-cing yang masih menarik perhatiannya, biarpun pembicara itu ada orang kosen juga tidak dihiraukan olehnya.

   Maka sedapatnya ia pejamkan mata untuk mengumpulkan tenaga.

   Sikap Yu Wi ini sudah cukap aneh, tapi orang itupun tidak kurang anehnya.

   Tempat ini hampir tidak pernah didatangi orang luar, sekarang ada orang muncul disini, seharusnya orang itu sangat senang.

   jika Yu Wi diam saja, mestinya dia mendekat untuk memeriksa keadaannya masih hidup atau sudah mati.

   Akan tetapi setelah Yu Wi diam orang itu juga tidak bertanya lagi.

   Waktu Yu Wi merasa sudah pulih tenaganya dan merangkak bangun, segera ia bertanya.

   "Mohon tanya cianpwe ... ."

   Belum lanjut ucapannya, mendadak ia menjerit.

   "Hei, engkau Ko-cici... ."

   Kiranya yang bersuara tadi memang Ko Bok-cing, nona itu kelihatan duduk di tempat gelap diujung gua sana, tapi dapat dilihat Yu Wi dengan jelas, siapa lagi dia kalau bukan Ko Bok-cing.

   Semula Bok-cing menunduk.

   mendengar suara Yu Wi, ia mengadah dengan terkejut, serunya.

   "Yu ..Yu-toako ...."

   Setelah terkejut, segera pula Yu Wi berjingkrak kegirangan, serunya dengan menangis terharu.

   "o, engkau tidak ...tidak mati Engkau tidak mati... ."

   Selagi ia hendak mendekati si nona, mendadak Bok-cing berseru.

   "Nanti dulu, jangan kau mendekat kemari Betul, aku tidak mati, tapi ..,tapi aku tidak dapat menemui kau lagi."

   Yu Wi tidak tanya apa alasannya, tanpa berhenti ia terus melangkah maju, dengan suara tersendat ia berkata.

   "Ya, kutahu wajahmu terluka berat, tapi apa halangannya? Masa lantaran sedikit luka wajahmu ini lantas tidak mau menemui kawan lama lagi?"

   Tapi Bok-cing lantas membentak dengan gusar-"Kularang kau maju kesini, harus kau turut, kau dengar tidak"

   Dengan melenggong Yu Wi berhenti. ucapnya sambil menyengir.

   "Baiklah, aku tidak mendekat, bolehlah kita bicara dari sini saja?"

   "Mau omong apa, silakan bicara"

   Kata Bok-cing.

   "Apakah kau tahu aku membawa sebuah Jit-yap-ko?"

   Tanya Yu Wi.

   "Ada apa dengan Jit-yap-ko? Apakah hendak kau gunakan buah ajaib itu untuk memulihkan wajahku?"

   Kata Bok-cing dengan tersenyum getir. Yu Wi mengangguk.

   "Jit- yap- ko ini digilas dan dibubuhkan pada bagian luka, khasiatnya menumbuhkan daging dan menghilangkan racun, mukamu tergores rusak oleh batu karang, asalkan dibubuhi Jit-yap-ko tentu akan pulih tanpa meninggalkan bekas apapun-"

   Diam-diam ia berduka mengapa Ko Bok-cing sedemikian malang, padahal luka dirinya dan Pek-yan tidak terlalu banyak.

   sebaliknya Bok-cing tampak babak belur, bahkan mukanya penuh goresan luka.

   Malahan suaranya juga berubah, apakah tenggorokannya juga terluka? ---ooo0dw0ooo--- Bab 20 Terdengar Bok-cing berkata sambil menggeleng.

   "Tidak perlu, wajahku sudah rusak dan tidak menjadi soal, untuk apa mesti buang-buang Jit-yap-ko yang sangat berharga dan sukar diperoleh itu?"

   Diam-diam Yu Wi heran, masa ada nona cantik tidak sayang akan wajah sendiri, sekarang dirinya hendak memberinya Jit-yap-ko untuk memulihkan wajahnya yang rusak.

   kesempatan baik ini ditolaknya? Agaknya Bok-cing dapat membayangkan jalan pikiran Yu Wi, ia berkata pula.

   "Bukan maksudku sungkan menerima kebaikanmu, tapi kupikir Jit-yap-ko lebih baik kau simpan saja. Menurut pendapatku. tujuanmu mencuri Jit-yap-ko dengan menyerempet bahaya tentulah karena hendakkau gunakan buah itu untuk menyembuhkan penyakit ibumu, maka sekarang buah itu harus kau simpan baik-baik untuk beliau.".

   "Ai, masa tidak kau periksa keadaan kita sekarang."

   Ujar Yu Wi dengan gegatun.

   "Untuk lolos dari sini saja dengan hidup, kukira sangat tipis harapannya, jelas buah ini pun sukar diantarkan kepada ibuku. Daripada rusak tak terpakai, apa salahnya kau makan untuk penyembuhan wajahmu. Nah. jangan kau tolak lagi biarlah kumulai mengobati lukamu."

   Tapi baru saja ia menggeser langkah, segera Ko Bok-cing berteriak.

   "Sesungguhnya kau mau turut perintahku atau tidak?"

   Yu Wi terkejut dan tidak berani bergerak lagi, Ia heran mengapa perangai Bok-cing berubah menjadi seaneh ini? Masa dirinya dilarang keras mendekatinya? Tiba-tiba Bok-cing mengeluarkan dua

   Jilid buku bersampul kuning dan dilemparkan ke depan Yu Wi.

   "Ini, untukmu"

   Yu Wi memungutnya. dilihatnya yang satu

   Jilid adalah "Su-ciau-sin-kang"

   Dan yang lain adalah "Hai-yan-kiam-boh", dua kitab pusaka idaman setiap jago silat di dunia ini, sungguh sukar dilukiskan perasaan Yu Wi demi memegang kedua kitab ini.

   Hai-yan-kiam-boh lantas disimpan Yu wi, sebab kitab ini memang dihadiahkan kepadanya oleh Ko Bok-ya.

   Tapi Su-ciau-sin-kang takkan diterimanya, katanya.

   "Su-ciau-sin-kang adalah milik cici, silakan engkau menyimpannva sendiri."

   Bok-cing menjadi kurang senang.

   "Pemberian Jimoay dapat kau terima, pemberianku kau tolak"

   "Bukannya kutolak,"

   Sahut Yu Wi.

   "kupikiri bila orang tidak sudi menerima barang pemberianku, masa tanpa malu kuterima barang pemberiannya?"

   "Ai, jadi kau minta aku harus menerima Jit-yap-ko untuk menyembuhkan wajahku?"

   Tanya Bok-cing dengan gegetun.

   "Itulah sedikit sumbangsihku."

   Kata Yu Wi.

   "Kita tukar menukar, kedua pihak sama-sama menerimanya. Mau?"

   Terpaksa Bok-cing menjawab.

   "Baik, lempar Jit-yap-ko kemari"

   Diam-diam Yu Wi menyesal, ia tidak habis mengerti sebab apa Bok-cing tidak mau didekati, segera ia melemparkan Jit-yap-ko dan diterima oleh Bok-cing.

   "Sementara ini kusimpankan buah ini bagimu, bilamana kelak dapat lolos dari tempat ini segera kukembalikan,"

   Kata si nona.

   "Jika begitu, kitab Su-ciau-sin-kang ini juga sementara kusimpan bagimu,"

   Segera Yu Wi menjaWab.

   "Siapa yang minta kau simpan?"

   Seru Bok-cing dengan gusar.

   "Masa kau tidak tahu tujuanku memberikan Su-ciao-sin-kang padamu?"

   "Dan cici tentunya juga tahu maksud tujuanku memberi Jit-yap-ko."

   Sahut Yu Wi dengan tenang.

   "Aku tidak ingin membuang Jit-yap-ko secara percuma, sebaliknya jika Su-ciau sin-kang berhasil kau yakinkan berarti tidak menyia-nyiakannya,"

   Kata Bok-cing.

   "Kau mesti tahu, agar dapat membalaskan dendam Ban-locianpwe, tanpa meyakinkan Su-ciau-sin-kang apakah usahamu akan berhasil?"

   Tapi dengan tagas Yu Wi manjawab.

   "Jit-yap-ko dapat memulihkan wajahmu yang rusak, mengapa kau bilang terbuang percuma?"

   Sahut Yu Wi tegas "Singkatnya, bila tidak kau gunakan dia untuk menyembuhkan mukamu, maaf,aku pasti tidak mau meyakinkan Su-ciau-sin-kang .

   "

   Sungguh aneh bin ajaib watak Yu Wi ini.

   Padahal Su-ciau-sin-kang adalah ilmu sakti idaman setiap jago silat didunia ini, sekarang Yu wi menggunakan berlatih dan tidak berlatih ilmu sakti itu sebagai syarat berunding dengan Ko Bok-cing.

   Bilamana hal ini didengar oleh orang ketiga, mustahil kalau orang itu tidak mentertawakan Yu wi sebagai "orang tolol nomor satu didunia".

   "Apakah kau tahu, tanpa menguasai Su-ciau-sin-kang, selama hidupmu ini jangan harap akan dapat menandingi Ji-bong Taysu?"

   Kata Bok-cing pula.

   "Ya, kutahu cukup jelas,"

   Jawab Yu wi.

   "Apa lagi Thay- yang- bun sudah hampir lahir, untuk menghadapinya, Su-ciau-sin-kang merupakan berkah bagi anak murid Goat-heng-bun."

   "Jika demikiin setelah kuyakinkan Su-ciau-sin-kang, seterusnya kau pun mengaku sebagai murid Goat-heng-bun dan mempunyai tugas kewajiban menumpas musuh bebuyutan Goat-heng-bun, yaitu Thay- yang- bun?"

   Tanya Bok-cing.

   "Sudah barang tentui"

   Jawab Yu Wi.

   "Baik, jika begitu akan kugunakan Jit-yap-ko untuk memulihkan kerusakan wajahku,"

   Kata Bok-cing dengan menyesal.

   "Padahal pulih atau tidak wajahku ..."

   Bok-cing tidak meneruskan ucapannya, Yu Wi juga tidak curiga, dengan tertawa ia berkata pula.

   "Sekedarnya kupaham ilmu pengobatan, soal menyembuhkan mukamu, bolehkah kuberikan jasa-jasaku? "

   Bok-cing tersenyum getir.

   "Kau ingin mendekati diriku, tetap kularang. Bukannya ada kelainan padaku, soalnya selama hidupku ini aku ingin sendiri dan tidak. mau menemui siapa-siapa lagi. Nah, pergilah kau. soal penyembuhan mukaku tentu dapat kulakukan sendiri, engkau tidak perlu ikut merisaukannya."

   Jika si nona sudah mengusirnya, betapapun tebal muka Yu Wi juga tidak dapat tinggal lagi disitu.

   Ucapan Bok-cing cukup tegas, dia ingin hidup sendiri disitu, andaikan diajak keluar gua ini untuk hidup bersama pasti juga takkan diterima.

   Mestinya Yu Wi bermaksud mengajukan ajakannya ini, sekarang terpaksa diurungkan- Ia pikir dirinya sendiri sudah ada hubungan tidak senonoh dengan Pek-yan, bilamana diselipi Ko Bok cing yang masih suci bersih ini tentu menjadi repot malah.

   Padahal mana Ko Bok-cing tahu antara Yu Wi dan Pek-yan sudah terjadi persetubuhan, bagi dia tidak mau meninggalkan gua ini tentu saja ada alasannya yang pahit....

   Memandangi air terjun yang bergemuruh bergantung didepan gua, ternyata gua ini tersembunyi di balik air terjun, agaknya air terjun ini sangat dahsyat sehingga telah menghanyutkan Yu wi dan Pek-yan kekolam sana, sebaliknya Ko Bok-cing terhanyut kedalar gua ini Tiba-tiba Yu Wi teringat sesuatu, ia berpaling dan bertanya.

   "Selama ini cici makan apa sehari-hari?"

   "Jamur yang terdapat didalam gua ini adalah makanan yang paling baik,"jawab Bok-cing. Yu Wi dapat membayangkan betapa sengsaranya orang makan barang yang tawar setiap hari itu, melihat sikap dingin Bok-cing, tampaknya seperti jemu terhadap dirinya bila tinggal lebih lama lagi di situ, maka ia menggeleng dan menghela napas, segera ia menyelam lagi, melalui seluran air tadi dan kembali ke permukaan kolam semula. Dalam pada itu entah sudah berapa kali Pek-yan terjun kedalam kolam untuk mencarinya, matanya merah bendul karena terlalu banyak menangis. Sebab disangkanya Yu telah dimakan oleh makhluk apa yang mungkin hidup didasar kolam. Maka waktu melihat pemuda itu menongol kembali keatas, ia kucek- kucek mata dan mengira sedang mimpi. Pek-yan tidak tahu dibelakang air terjun itu masih ada dunia lain, ia tidak berani menerobos air terjun yang dahsyat itu, ia pikir Yu Wi pasti juga takkan menyerempet bahaya dan mencari kematian menerjang kesana, tak tersangka lantaran menemukan sebelah sepatu Ko Bok-cing yang terjepit dibawah batu, maka tanpa memikirkan risiko apa pun Yu Wi telah menyelam ke gua itu. Setelah merangkak kedaratan, segera Pek-yan menubruk kedalam pangkuannya, ucapnya dengam suara merayu.

   "Ai, kemana kau pergi? Hampir saja aku bunuh diri saking cemasnya."

   Yu Wi ma rangkul si nona dengan kaku seperti memegang sepotong kayu, ia diam saja tanpa bicara, entah apa yang dipikirnya, yang jelas pikirannya sangat kusut, yang hendak dipikirnya sungguh terlalu banyak.

   "He, kenapa diam saja"

   Seru Pek-yan sambil menggoyang-goyangkan tubuh Yu wi. Pelahan Yu wi mendorong Pek-yan, Pek-yan yang menyala-nyala itu disambutnya dengan dingin, ucapnya.

   "Tidak apa-apa. aku lelah ingin mengaso."

   Pek-yan bersandar pada tubuh Yu wi yang basah kuyup sehingga badannya ikut basah, karena saling berdekapan, hasrat Pek-yan tambah menyala, sudah didorong Yu wi segera ia mendempetnya lebih rapat, keluhnya dengan pelahan.

   "Peluklah aku,jika sekarang tidak kau peluk diriku selanjutnya tidak ada kesempatan lagi."

   Tapi Yu Wi tidak ada selera maka makan, kembali ia mendorong si nona dan menjawab dengan dingin "Hidup bersama setiap hari. masa kuatir tidak ada kesempatan lagi?"

   Dia bicara terbalik untuk mengejek godaan Pak-yan itu, rupanya rasa dongkolnya atas sikap Ko Bok-cing yang dingin itu kini hendak dibalas semua terhadap Pek-yan- Pek-yan yang ketiban pulung ternyata tidak mengherankan sikap dingin Yu wi itu, ia malah tertawa dan berkata.

   "Selanjutnya akan kau cium lagi bau busuk tubuhku, andaikan ada kesempatan juga takkan kau peluk diriku."

   Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Jika kau kuatir kucium bau busuk badanmu, mengapa tidak kau punahkan Liap-hun-ciam yang kau masukkan atas diriku?"

   Kata Yu Wi.

   Ia tahu setelah Pek-yan kehilangan kantung wangi, maka kuatir bau tubuhnya akan berubah menjadi seperti anak perempuan umumnya.

   Kini ia tambah yakin bahwa sebabnya badan Pek-yan tidak berbau adalah karena khasiat daun kecil yang terisi didalam kantung wangi itu.

   "Dari mana kau tahu Liap hun-ciam segala?"

   Tanya Pak-yan heran.

   "Be-eng-jin ada tiga macam jarum dan ditentukan penggunaannya menurut sasarannya,"

   Rengek Yu Wi.

   "Pertama disebut Tui- hun-ciam. yang kedua Sit- hun-ciam dan ketiga Liap-hun-ciam. Yang ku- derita ini adalah jarum jenis ketiga itu."

   "Sia ... siapa yang, memberitahukannya padamu? ..."

   Pek-yan tercengang.

   "cin Pek- ling "jawab Yu wi dengan ketus. Pek-yan menggeleng.

   "Aneh, mengapa dia tahu sejelas itu mengenai Bu eng-bun kami?"

   Bila teringat kepada urusan jarum keji itu, seketika hati Yu Wi lantas gemas, ucapnya dengan gusar.

   "Siociaku yang baik, menghadapi jalan buntu begini, sepantasnya kau keluarkan Liap-hun-ciam yang berada dalam tubuhku"

   Pek-yan tertawa, katanya.

   "Bagiku tempat ini belum lagi jalan buntu, malahan sudah kuberi nama padanya, yakni Yu-cing-kok, lembah cinta. disinilah kita menjalin cinta, kan sangat tepat nama yang kuberikan ini?"

   Dalam hati Yu Wi pikir sama sekali tidak tepat. cinta harus timbul dari kedua pihak, sekali aku tidak berminat padamu, dari mana datangnya cinta? Tapi Pek-yan tampak tersenyum mesra, ucapnya pula.

   "Kau ingat kemarin kita telah ... dan- ..dan mungkin sekali aku sudah mengandung ..."

   "Mengandung apa? Tidak mungkin begitu kebetulan,"

   Sahut Yu Wi cepat.

   gugup juga dia mau-tidak mau.

   Sama sekali dia tidak mengharapkan Pek-yan akan mengandung, hubungan badan mereka kemarin itu tidak wajar, dilakukannya dalam keadaan lantaran dirinya kurang jernih, anak yang akan lahir tentu juga tidak sehat dan tidak sah, Pek-yan menengadah memandang langit yang terkurung oleh puncak tebing di atas, dengan gembira ia berkata pula.

   "Kau ingin kulahirkan anak lelaki atau perempuan?"

   Terpikir juga oleh Yu Wi apabila Pek-yan benar-benar hamil betapapun dirinya harus bertanggung jawab kepadanya.

   Yang salah adalah dirinya dan tidak dapat menyalahkan orok yang akan lahir.

   Untuk ini mereka harus lekas ...lekas menikah secara resmi.

   Ia lupa kepada keadaannya sekarang, di tempat begini, bila benar Pek-yan hamil, cara bagaimana mareka akan menikah? Siapa yang akan menjadi saksi? Biarpun keduanya menikah, anak yang lahir tetap tidak resmi, tidak sah.

   Selagi ia termenung-menung urusan hamil dan menikah, ketika ditanya Pek-yan, sekenanya ia menjawab.

   "Lelaki atau perempuan tidak menjadi soal."

   "Tidak- aku ingin anak perempuan dan pasti takkan melahirkan anak lelaki,"

   Seru Pek-yan sambil melonjak.

   "Kuyakin pasti akan melahirkan anak perempuan, hendaknya kaupun mengharapkan anak perempuan."

   Yu Wi merasa geli oleh kepolosan Pek-yan itu, ia pikir masakah kau kuasa memilih anak perempuan atau anak lelaki yang akan dilahirkan? Tapi dengan sikap sungguh-sungguh Pek-yan berkata pula.

   "Aku takkan melahirkan anak lelaki, kau tahu, aku hanya boleh melahirkan anak perempuan-"

   Yu Wi tahu anak murid Bu-eng-bun semua perempuan, dengan sendirinya ia sendiri tidak menghendaki anak perempuannya mewarisi adat perguruan Bu-eng-bun yang kurang terhormat itu, maka anak lelaki yang diharapkannya.

   Tapi bila dipikir lagi.

   iajadi tertawa geli sendiri, masajadi serius begini, tidak mungkin hanja satu kali begituan Pek-yan lantas hamil.

   Segera ia berkata.

   "Sudahlah. jangan bicara urusan ini, engkau bukan dewa, mana bisa manentukan hamil atau tidak. coba katakan, sesungguhnya kau mau mengeluarkan Liap-hun-ciam bagiku atau tidak?"

   "Liap-hun-ciam sudah lama punah"

   Ujar Pek-yan dengan tertawa.

   "Haha, kau kira aku ini anak kecil?"

   Seru Yu Wi dengan terbahak.

   "Kalau tidak mau bilang saja tidak mau, untuk apa membohongi diriku? Kutahu bilamana Liap-hun-ciam dikeluarkan, tentu aku tidak dapat kau kendalikan lagi."

   "Ai,jangan banyak curiga,"

   Kata Pek-yan sambil menggeleng.

   "Berada dalam keadaan demikian, selama hidup kita sukar berpisah lagi, masakah bicara tentang terkendali segala. Pula, hubungan kita sudah sejauh ini, umpama tidak kukendalikan apa kau tega meninggalkan diriku?"

   Yu Wi tidak menjawab, tapi dalam hati ia pikir kenapa tidak bisa terjadi? Hubungan kita ini terjadi secara tidak wajar, tidak dapat kupandang dirimu sebagai isteri yang tidak boleh kutinggalkan- Bilamana pada suatu hari dapat meninggalkan tempat ini.

   kita masing-masing boleh pergi kearahnya sendiri-sendiri, tidak ada Soal tega atau tidak tega.

   Jalan pikiran Yu wi ini sudah tentu terlalu keras, namun hubungan yang tanpa dilandasi cinta sejati, cepat atau lambat pasti juga akan retak, apa lagi hubungan badan mereka itu terjadi secara tidak sah, tidak ada persyaratan soal ikatan batin antara suami- isteri, pada suatu hari kelak jika benar-benar dapat lolos dari lembah maut ini, Yu Wi merasa bisa jadi nona ini ditinggalkannya.

   Didengarnya Pek-yan berkata pula.

   "Ketiga jenis jarum yang kau sebut tadi, bila masuk badan manusia, tidak sampai satu jam akan terus buyar di dalam tubuh. Jarum tersebut dibuat dari tepung urat, maka cukup keras kalau kena panas lantas cair, bahkan tidak menimbulkan bahaya apa-apa."

   "Huh, mana aku mau percaya."jengek Yu Wi "Jika tidak berbahaya, kenapa disebut Tui-hun (pemburu sukma), Sit-hun (penghilang sukma) dan-Liap-hun (pembetot sukma)?"

   "Yang bekerja bukanlah jarum yang sebenarnya, bukan jarum itu, melainkan sejenis obat yo-pia. (kue kering) "

   "Apakah kue kering yang berbentuk bundar dan berwarna hitam itu?"

   Tanya Yu Wi dengan terkejut.

   "Bukankah kau bilang yo-pia itu obat penawar racun jarum?"

   "Bukan,"jawab Pek-yan.

   "Yo-pia juga terbagi menjadi tiga macam seperti ketiga macam jarumnya dan digunakan menurut sasarannya. Tidak pernah kuberi Yo-pia kedua macam yang pertama itu, melainkan kuberikan jenis ketiga. Setelah kau makan hanya akan menimbulkan satu macam khasiat yang tidak berbahaya."

   "Hah, terima kasih tidak kau beri makan yo-pia dua macam yang lain,"

   Ejek Yu Wi dengan tertawa.

   "Syukurlah aku dapat hidup sehat sampai sekarang. Akan tetapi aku justeru berharap diberi makan sekalian dua macam yo-pia tarsebut, akan lebih menyenangkan jika sebulan lagi aku akan mati dan bebaslah segala urusan-"

   "Sudah kukatakan, yo-pia yang kuberikan padamu takkan berbahaya, kenapa kau bicara demikian?"

   Ujar Pek-yan dengan hampa.

   "Dari pada hidup tidak bebas, kan lebih baik mati saja,"jengek Yu Wi.

   "Masa mendampingi diriku kau anggap tidak bebas?"

   Pek-yan tambah menyesal. Yu Wi tidak bersuara, ia cuma memandang jauh ke depan. orang yang tidak menjawab berarti diam-diam mengakui. Maka Pek-yan menghela napas pelahan.

   "Sekarang kau pun tidak perlu kuatir akan kugoda dirimu. Kantung wangi sudah hilang. tiga hari kemudian cairan wangi yang terpoles di atas tubuhku akan lenyap. tatkala mana mungkin engkau akan menghindari diriku serupa orang bertemu dengan ular berbisa."

   Yu Wi berlagak tidak mengerti dan bertanya.

   "Masakah kantung wangi itu sedemikian penting?"

   Pek-yan mengangguk.

   "Kantung itu berisi Li-hiang-yap (daun harum gadis) yang selalu berwarna hijau, daun ini tumbuh di puncak yang terpencil dan sukar dicari. Bila air rendaman daun itu dipoles kan pada tubuh, begitu kau cium baunya, dapatlah yo-pia yang kau makan itu dipunahkan-"

   "o, jika demikian, bila aku tidak mencium bau harum daun itu, tentu aku takkan tahan bekerjanya racun yo-pia itu tiga hari kemudian?"

   "juga tidak mutlak demikian-"

   Tutur Pek-yan- "Kecuali bau harum daun itu dapat mengatasi bau kerjanya racun yo-pia, masih ada semacam obat penawar lain yang dapat memunahkan racun yo-pia itu secara tuntas."

   Yu Wi berlagak cemas dan bertanya.

   "Wah, apa obat penawar itu? Kau punya sekarang?"

   "Ada sih ada ... cuma ..."

   "Dalam keadaan begini, tentunya engkau takkan sayang memberikan obat penawar tersebut padaku.

   "

   "Keadaan audah begini, tentu saja aku tidak perlu mempersulit, cuma ...cuma sayang"

   "Sayang apa?"

   Desak Yu Wi.

   "Semua obat penawar dan kantung yang berisi daun wangi Li-hiang-yap itu sudah hilang sama sekali."

   "Wah, lantas ... lantas bagaimana?"

   Ucap Yu Wi dengan sedih.

   "Jangan-jangan ingin kau lihat keadaanku yang mengenaskan bilamana racun mulai bekerja tiga hari lagi?"

   "Tiba waktunya nanti, terpaksa digunakan satu cara lain untuk mencegah bekerjanya racun untuk sementara."

   "cara bagaimana?"

   Tanya Yu Wi.

   "cara ... cara ini kalau ..,kalau digunakan terhadapmu ... ."

   "Takkan menguntungkan terhadapku. begitu bukan?"

   Jengek Yu Wi. Pek-yan mengangguk.

   "Ya, bukan cuma tidak menguntungkan kesehatanmu, juga akan membikin serba susah padamu ... ."

   Yu Wi tahu cara yang dimaksudkan pasti cara yang kotor, maka tanpa pikir ia menjawab.

   "Sudahlah, tidak perlu kaujelaskan lagi, jika cara itu merendahkan harga diriku, lebih baik tidak perlu digunakan saja."

   "Akan tetapi selain jalan ini tidak ada cara lain yang dapat mencegah penderitaanmu bilamana tiga hari kemudian racun bekerja dalam tubuhmu."

   "Penderitaan itu dapat kubayangkan, tentu serupa orang kecanduan morfin- sehari tidak isap morfin tentu akan kecanduan hingga kelejetan. penderitaannya sukar ditahan, begitu bukan?"

   "Ya, memang sangat sulit menahan, dalam hal tertentu bahkan jauh lebih tersiksa daripada orang kecanduan morfin"

   "Baik, kutahu sudah,"

   Jengek Yu Wi.

   "Tiga hari kemudian, akan coba kutahan sekuatnya. bila tidak tahan baru kuminta pertolonganmu."

   Dalam hati Pek-yan yakin anak muda itu pasti tidak tahan.

   Menurut perhitungannya, tiga hari lagi Yu Wi pasti akan minta bantuannya untuk menolongnya, tapi melihat anak muda itu sebegitu percaya akan kesanggupan sendiri, iapun tidak mau banyak omong lagi, biarlah tiga hari kemudian baru akan ditawarkan racun dalam badan Yu Wi, jika dikatakan sekarang tentu anak muda itupun tidak percaya.

   Tiba-tiba Yu Wi berkata pula.

   "Dan harus bertahan sampai kapan barulah racun yo-pia itu akan punah?"

   "Sehari tidak minum obat penawarnya, sehari pula racun itu sukar dipunahkan-"jawab Pek-yan- "Maka bila tahan harus kau tahan terus, sampai saat kau minum obat penawarnya."

   "obat penawar macam apa? cara bagaimana meraciknya. dapatkah aku diberitahu?"

   "Sangat sulit untuk meracik obat penawarnya.

   "jawab Pek-yan.

   "Dalam keadaan dan ditempat begini, tidak ada gunanya kuberitahukan padamu, biarlah kelak akan kukutakan-"

   Yu Wi hendak mendesak lagi, tapi Pek-yan lantas berbangkit dan melangkah pergi.

   ia tahu percuma bertanya lagi jika nona itu tidak mau menerangkan- ia lantas melangkah pergi ke arah lain, kembali ke gua sendiri.

   Keduanya tinggal seberang menyeberang, dari kejauhan dipisahkan oleh kolam.

   Terkadang Pek-yan suka memandang ke arah sini, sebaliknya Yu Wi sama sekali tidak pernah melirik kesana.

   Dia duduk sendiri serupa seorang pertapa.

   Duduknya sangat khidmat, tapi batinnya bergolak tidak keruan, dia sedang berpikir "Mengapa Ko Bok-cing melarang kudekati dia?"

   Juga terpikir olehnya.

   "Harus kulatih Su-ciau-sin-kang atau tidak? Dan bagaimana melangsungkan kehidupan semacam ini?"

   Begitulah banyak sekali yang dipikirnya, persoalan didepan mata belum lagi teratasi, segera terpikir kepada kemungkinan yang akan datang.

   Kemungkinan yang akan datang belum selesai terpikir, segera teringat lagi kepada kejadian masa lampau, kejadian masa lampau yang ruwet itu sungguh membikin pusing kepalanya ....

   cahaya matahari tidak mudah menyinari dasar lembah yang terkurung oleh tebing tinggi itu, maka bila sang surya sudah condong ke barat, rasa nya hari sudah petang, Tiba-tiba Pek-yan datang dengan membawa dua tangkai kayu, yang sebelah tersunduk beberapa ekor ikan, tangkai kayu lain tersunduk beberapa ekor tikus, semuanya sudah dipanggang dan kelihatan berminyak dan merangsang selera.

   Setelah mencium bau sedap ikan barulah Yu Wi ingat telah duduk semadi setengah harian, ia mengangkat kepalanya dan berkata.

   "Ai, aku hanya duduk dan mengelamun melulu sehingga lupa mencari makanan."

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Pek-yan tertawa dan barucap.

   "Jangan kuatir, makanan sehari tiga kali akan kusiapkan, silakan kau nikmati saja."

   "Wah, mana boleh begitu, kemungkinan tinggal disini bukan soal sehari dua hari, kalau terus menerus begitu, kan tidak enak?"

   Ujar Yu Wi sambil menggeleng.

   "Apa salahnya? Membuat makanan adalah pekerjaan kaum wanita, orang lelaki tidak perlu memikirkan urusan ini, Pula, mengenai bahan makanan, baik didalam kolam maupun di atas tanah, dimana-mana ada, tinggal ambil saja, Paling-paling kutambah pekerjaan memasak dan memanggang saja, tidak banyak merepotkan, maka tidak perlu kau-pusingkan."

   "Tidak.. tidak boleh jadi,"

   Ujar Yu Wi ngotot "Hari ini engkau mencari makan bagiku, besok aku yang menyiapkannya bagimu."

   Pek-yan tertawa geli.

   "Baiklah jika engkau berkeras ingin begitu. Besok akan kunikmati makanan yang tersedia, dan sekarang silakan kau makan dengan tenteram."

   Lalu ia taruh kedua tusuk "satai raksasa"

   Itu dan tinggal pergi.

   Ia tidak lagi menggoda Yu Wi, semula Yu Wi merasa kuatir, sekarang melihat si nona pergi tanpa disuruh, hatinya merasa lega, Segera ia angkat satai ikan, selagi hendak dilalapnya, tiba-tiba teringat olehnya akan Ko Bok-cing.

   Nona itu hidup terpencil sendirian di kolam gua karang yang lembab dan hanya menggunakan jamur sebagai rangsum, betapapun hidupnya teramat sengsara.

   Seharusnya nona itupun perlu menikmati satai ikan yang lezat ini.

   Berpikir demikian- cepat ia melepaskan semua ikan yang tersunduk di tangkai kayu itu, dilihatnya di tepi kolam ada daun teratai yang lebar, segera ia mengambil beberapa helai, ikan panggang dibungkusnya dengan baik, lalu disimpan di dalam baju.

   Dengan melalui jalan semula, Yu Wi menyelam pula ketempat tinggal Ko Bok-cing.

   Setelah ia memberitahukan maksud kedatangannya, Bok-cing ternyata tidak memperlihatkan rasa terima kasih, sebaliknya bertanya dengan ketus.

   "Bagaimana, Su-ciau-sin-kang sudah kau baca belum?"

   "Belum kucoba.

   "jawab Yu Wi.

   "Jangan bicara urusan ini, mumpung masih hangat, makan dulu ikan ini."

   "Lemparkan,"

   Seru Bok-cing sambil menjulurkan tangannya.

   Mestinya Yu Wi bermaksud mengantar kedepan si nona, tapi kuatir didamperat, terpaksa ia melemparkannya dari jauh.

   Setelah bungkusan ikan itu diterima, mendadak Bok-cing meremasnya, lalu dibuang jauh kedalam air.

   "Plung", dengan cepat bungkusan itu tenggelam terbawa arus.

   "Ha, ap... apa artinya ini?" ... ."

   Seru Yu Wi terkejut. Dengan dingin Bok-cing berkata.

   "Aku dapat makan jamur disini, tidak perlu kau pikirkan soal makan bagiku.Jika ada tempo, kenapa tidak kau latih Su-ciau-sin-kang?"

   Nadanya jelas menyalahkan Yu Wi membuang WaktU Untuk membawaka makanan baginya dan menelantarkan pelajaran.

   

   first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 21:34:58

Ular Belang Putih -- Kauw Tan Seng Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung Legenda Pendekar Ulat Sutera -- Huang Ying

Cari Blog Ini