Ceritasilat Novel Online

Wasiat Sang Ratu 2


Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu Bagian 2



"Kalian tidak lebih daripada iblis bermuka setan! Pangeranmu itu tidak lebih baik dari kalian! Dengar.... Aku melihat warna aneh pada bibir kalian! Di dalam tubuh kalian pasti ada sejenis racun jahat yang perlahanlahan tetapi pasti akan membunuh kalian berdua. Mungkin ada hubungannya dengan maksud kalian mencari mayat Pendekar 212 dan mengajakku ke puncak Gunung Merapi?!"

   Dua orang di hadapan Puti Andini samasama terkesiap mendengar ucapan si gadis. Keduanya tak habis pikir bagaimana gadis itu bisa mengetahui keadaan diri dan maksud mereka.

   "Selagi hari masih siang sebaiknya kalian lekas angkat kaki dari hadapanku!"

   "Ah, gadis cantik ini rupanya tak bisa diatur!"

   Kata Tiga Bayangan Setan.

   "Kalau begitu biar kita gebuk dan pegangi di tempat ini juga!"

   Ujar Elang Setan sambil menyeringai lebar.

   "Kau betul, tapi jangan terlalu keras memberi pelajaran padanya. Bagaimana kalau kau pergunakan kukukuku jarimu untuk merobek pakaian dan menelanjangi tubuhnya terlebih dulu! Aku ingin menyaksikan satu pemandangan bagus agar mataku tidak keburu lamur! Ha...ha...ha...!"

   Puti Andini sudah lama mendengar riwayat dua manusia jahat ini.

   Karenanya selain berhatihati dia tak mau memberi kesempatan.

   Sebelum Elang Setan menyerbu gadis ini berkelebat hantamkan tangan kanannya ke arah dada lawan.

   Selarik angin dingin menyambar.

   Elang Setan terkejut besar sewaktu tubuhnya menjadi huyung.

   Cepat dia dorongkan tangan kanannya ke depan.

   Lima larik sinar hitam kemerahan Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu bertabur dari kukukukujarinya membuat angin serangan Puti Andini bersibak ke samping.

   Selagi gadis ini memasang kudakuda menyiapkan serangan baru, Elang Setan mendahului.

   Puti Andini melihat sepuluh sinar hitam kemerahan berkiblat di depan matanya.

   Si Gadis tak berani menangkis ataupun membalas.

   Kedua kakinya dijejakkan ke tanah.

   Seperti anak panah tubuhnya melesat ke udara.

   Elang Setan yang tak mau melepaskan lawan begitu saja cepat memburu.

   Kembali sepuluh sinar hitam merah melesat ke arah Puti Andini.

   Sambil melompat tadi Puti Andini gerakkan tangan kanannya ke punggung mencabut satu dari tujuh payung yang ada dalam buntalan perbekalannya.

   Lalu terdengar suara "blepp!"

   Elang Setan dan Tiga Bayangan Setan terkejut ketika melihat di udara, di depan tubuh gadis berbaju merah itu berputar sebuah benda bulat berwarna hijau.

   Ternyata Puti Andini telah mengambil payung hijau dan sekaligus mengembangkannya.

   Begitu payung terkembang jarijaritangannya disentakkan.

   Payung hijau berputar deras mengeluarkan deru dahsyat.

   Elang Setan berseru kaget ketika melihat bagaimana putaran payung hijau menggulung serangan sepuluh kukunya dan ketika si gadis mendorongkan payungnya ke depan sepuluh cahaya hitam yang keluar dari kukunya itu membalik menghantam arahnya! Sambil berteriak keras Elang Setan jatuhkan diri ke tanah, berguling selamatkan diri.

   Begitu dia berguling di bawah sosok Puti Andini secepat kilat dia melompat seraya lepaskan satu pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi.

   Pada saat Elang Setan jatuhkan diri Puti Andini lepaskan payung hijaunya.

   Payung itu kini melayang berputarputar du udara.

   Payung itu kini melayang berputar putar di udara.

   Ketika lawan lewat di bawahnya si gadis cabut payung kedua yakni payung putih.

   Begitu Elang Setan menyerang, payung putih menukik laksana kilat.

   Payung mengembang dengan bagian runcing menusuk ke arah bahu Elang Setan.

   Dalam keadaan marah karena kedua kalinya serangannya gagal Elang Setan menjadi nekad.

   Dia kerahkan tenaga dalam lebih banyak lalu menggebuk ke arah payung putih.

   Jotosannya yang laksana palu godam masakan tidak sanggup menjebol payung putih yang hanya terbuat dari kertas pikirnya.

   Tapi alangkah kagetnya Elang Setan ketika satu gelombang angin yang keluar dari putaran payung putih membuat tangan kanannya seperti dipuntir.

   Sebelum dia sempat melakukan sesuatu, pinggiran payung putih yang berputar laksana gerinda raksasa itu menyambar ke arah pergelangan tangannya.

   "Craaasss!"

   "Breett!"

   Elang Setan berteriak kesakitan.

   Lengan pakaiannya yanga terbuat dari kain tebal robek besar.

   Pada ujung robekan kelihatan cairan merah tanda daging lengannya ikut tersambar.

   Sakitnya bukan main.

   Dengan muka sepucat mayat Elang Setan melompat mundur.

   Melihat lawan terluka Puti Andini tidak mau memberi kesempatan.

   Gadis ini Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu putar payung putihnya dengan sebat.

   Bagian runcing di pertengahan payung laksana ujung tombak yang berputar menusuk ke arah kening Elang Setan.

   Yang diserang cepat menghindar.

   Tapi dia kecele.

   Serangan berupa tusukan itu ternyata hanya tipuan belaka karena begitu Puti Andini menyentakkan gagang payung, laksana kilat pinggiran payung putih menderu ke arah bahu tepat di pangkal leher Elang Setan! "Celaka!"

   Jerit Elang Setan.

   Seumur hidup manusia satu ini membunuh lawan lawannya yang berkepandaian tinggi dengan cepat dan mudah.

   Tapi hari ini dia berhadapan dengan seorang gadis cantik jelita, bersenjatakan payung dan dia tak mampu menghadapinya! Dalam keadaan seperti itu tibatiba datang lagi serangan Puti Andini.

   Si gadis pergunakan payung hijaunya seolah tali gantungan.

   Tubuhnya diayun ke bawah.

   Kakinya menyambar.

   "Bukkk!"

   Elang Setan terhempas ke tanah. Darah menyembur dari mulutnya akibat tendangan telak yang mendarat di dadanya.

   "Saatnya aku menghabisi manusia setan satu ini!"

   Ujar Puti Andini. Dengan kertakan rahang si gadis sentakkan tangannya yang memegang payung hijau. Tubuhnya berputar membal. Lalu dia membuat gerakan menukik. Ujung payung hijau dihujamkan ke batok kepala Elang Setan.

   "Tiga Bayangan! Tolong!"

   Teriak Elang Setan karena saat diserang dia tak mampu berbuat apaapa! Tiga Bayangan Setan yang memang sejak tadi memperhatikan jalannya mperkelahian dan tahu saudara angkatnya berada dalam bahaya besar secepat kilat melompat.

   Dua tangannya diulurkan untuk mencekal sepasang kaki Puti Andini yang masih mengapung di udara.

   Serangan Tiga Bayangan Setan bukan serangan biasa.

   Sekali dia sempat mencekal salah satu kaki si gadis, dia mampu menanggalkan kaki itu dari persendiannya! Puti Andini bukan tidak maklum bahayanya serangan lawan kedua itu.

   Dia terpaksa mencari selamat lebih dahulu.

   Serangan maut yang ditujukan pada Elang Setan hanya merobek leher baju tebal lawan dan menggurat sedikit daging bahunya.

   Masih berada di udara Puti Andini lipat ke dua kakinya lalu mencekal gagang payung hijau.

   Bersamaan dengan itu payung putih dihantamkan ke arah kepala Tiga Bayangan Setan.

   Lawan yang diserang keluarkan suara mendengus lalu menyusup ke balik putaran payung putih.

   Puti Andini tersentak kaget ketika melihat tahutahu Tiga Bayangan Setan berada di balik putaran payung putihnya dan menggempurnya dengan dua jotosan sekaligus! Puti Andini tersentak tangan kanannya.

   "Cleeppp!"

   Payung putih menguncup kencang.

   Karena kepala Tiga Bayangan Setan berada di belakang payung tak ampun lagi kepalanya amblas dalam kuncupan payung.

   Seperti diketahui manusia ini memiliki kesaktian kebal segala macam pukulan sakti dan senjata tajam.

   Tapi saat itu dia sama sekali tidak menerima pukulan ataupun tusukan senjata.

   Yang mendapat serangan adalah jalan pernapasannya karena kepalanya tersangkup payung.

   Dalam waktu singkat kakinya melejanglejang kian kemari.

   Tangannya Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu menggapaigapai coba memukul.

   Namun saat itu Puti Andini telah melepaskan pegangannya pada payung hingga sosok Tiga Bayangan Setan melayang berputarputar di udara.

   "Jahanam! Kurang ajar! "

   Teriak Tiga Bayangan Setan terpengappengap.

   Saat itu dia telah merapal aji kesaktian ilmu paling diandalkannya yakni mengeluarkan tiga raksasa jejadian dari batok kepalanya.

   Bersamaan dengan itu dia adukan tinjunya kiri kanan satu sama lain seraya berteriak.

   "Hancurkan payung!"

   Tiga guratan di kening Tiga Bayangan Setan mengeluarkan sinar berkilauan.

   Bersamaan dengan itu dari kepalanya keluar kepulan asap! Sebelumnya Puti Andini tidak pernah berhadapan dengan Tiga Bayangan Setan.

   Namun dia banyak tahu mengenai ilmu iblis yang dimiliki manusia ini berdasarkan keterangan guru dan beberapa tokoh silat di pulau Andalas.

   Dia sendiri tidak dapat memastikan apakah payung yang menjadi senjata andalannya mampu menghadapi kesaktian lawan.

   Karenanya begitu melihat ada kepulan asap keluar dari bawah payung serta merta dia gerakkan tangan menarik gagang payung.

   Bersamaan dengan itu payung hijau tempatnya bergantung digerakkan demikian rupa.

   "Clepp!"

   Begitu payung hijau menguncup si gadis tusukkan benda itu ke arah perut lawan.

   Sementara tangan kirinya bergerak mengembangkan payung putih! Semua dilakukan dengan gerakan secepat kilat.

   Ketika tiga kepulan asap di kepala Tiga Bayangan Setan mulai membentuk sosok tiga raksasa bermuka seram, rambut riapriapan, taring mencuat sedang dada yang telanjang penuh bulu, Puti Andini lipat gandakan tenaga dalam di tangan kanan dalam menusukkan payung.

   "Wuttt!"

   "Bukkk!"

   "Kraaak!"

   Ujung runcing payung hijau mendarat di ulu hati Tiga Bayangan Setan dengan telak.

   Jubah hitamnya robek besar.

   Tubuhnya terbanting ke tanah.

   Tapi tusukan payung itu tak mampu menembus perutnya.

   Sebaliknya ujung runcing payung hijau patah, membuat Puti Andini terbeliak kaget! "Setan alas ini benarbenar memiliki ilmu kebal luar biasa! Terpaksa aku menghindari perkelahian lebih jauh.

   Aku harus cepatcepat memperbaiki ujung payung yang patah.

   Urusan besar menghadang di depanku!"

   Puti Andini cepat tarik tangan kanannya yang memegang payung hijau. Lalu tangan kirinya disentakkan. Payung hijau berputar deras. Tubuhnya melesat ke atas. Di bawah sana Tiga Bayangan Setan berteriak marah.

   "Kejar! Bunuh!"

   Tiga sosok raksasa jejadian melesat ke atas.

   Tiga pasang tangan mereka menghantam.

   Namun Puti Andini yang bergantungan pada payung putih sudah terlalu tinggi untuk dikejar.

   Apalagi saat itu dia telah sempat membuka tiga payung lagi untuk melindungi dirinya.

   Ilmu kesaktian tiga raksasa angker yang keluar dari batok kepala Tiga Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu Bayangan Setan walaupun hebat luar biasa tapi mempunyai keterbatasan untuk menjangkau sasaran yang terlalu jauh.

   Tiga Bayangan Setan usapusap perutnya yang tadi kena tusukan ujung payung hijau.

   Memandang ke udara dia menggeram dan memaki pajang pendek.

   Saat itu dilihatnya Puti Andini tengah mengembangkan payung merah lalu berpindah ke payung itu melayang makin jauh.

   "Kita gagal besar!"

   Kata Elang Setan yang tegak di samping saudara angkatnya itu sambil mengepalkan tinju.

   "Kita tak dapat mencari tahu apa yang terjadi atas mayat Pendekar 212. Kita juga tak berhasil mendapatkan gadis itu! Apa akal sekarang?!"

   Tiga Bayangan Setan usap bagian kepalanya yang sulah. Mata kanannya yang besar dipejamkan. Dari lereng bukit itu dia memandang ke tengah lautan.

   "Hanya ada satu cara untuk cari selamat. Kau ingat Ki Ageng Unggulmulyo bekas juru rias Istana yang ahli membuat topeng di Bantul itu...?"

   Elang Setan tidak mengerti.

   "Apa hubungan orang tua itu dengan urusan kita...?"

   Tanyanya.

   "Justru erat sekali!"

   Jawab Tiga Bayangan Setan.

   "Ayo kita ke sana sekarang juga!"

   Ke dua orang itu segera melangkah ke tempat mereka meninggalkan kuda masingmasing.

   * * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu SEMBILAN Dalam ruangan pertemuan yang besar itu hanya terdapat dua buah kursi dari batu, terletak berhadapahadapan mengapit sebuah meja batu pualam yang di atasnya ada jambangan bunga.

   Baik jambangan maupun bunganya terbuat dari sejenis kerang.

   Yang membuat bunga dari kerang kelihatan menyerupai bunga hidup sungguhan.

   Kursi batu sebelah kanan selain lebih besar dan tinggi juga sebelah kanan selain besar dan tinggi juga memiliki ukiran bagus berupa ikan lumbalumba besar yang tegak agak melengkung.

   Bila seseorang duduk di atas kursi batu ini maka kepalanya seolah ditudungi oleh kepala ikan.

   Wiro telah melihat kursi seperti itu di ruangan besar pada pertama kali dia memasuki tempat itu.

   Kursi satunya yang di sebelah kiri memiliki bentuk sama dengan sebelah kanan hanya saja kecil dan lebih rendah.

   Seluruh ruangan tertutup tirai tebal berwarna biru.

   Di langitlangit ruangan sebelah tengah ada sebuah batu putih aneh yang memancarkan cahaya berkilau.

   Cahaya dari batu inilah yang menerangi seantero ruangan besar itu.

   Wiro menghirup napas dalamdalam.

   Ruangan itu berbau wangi semerbak.

   Udaranya pun sejuk nyaman.

   "Silahkan mengambil tempat duduk di kursi sebelah kiri,"

   Memberi tahu salah seorang dari empat gadis berpakaian hitam ketat yang membawa Wiro ke ruangan itu.

   "Ratu akan segera datang ke tempat ini."

   Pendekar 212 anggukan kepala. Emapt gadis kemudian menyelinap ke balik tirai biru dan lenyap. Wiro memandang berkeliling lalu melangkah seputar ruangan. Setiap sudut diperiksanya.

   "Aneh, dari mana jalan aku masuk tadi? Di mana pula bagian tempat empat gadis tadi menyelinap pergi?"

   Setiap bagian tirai dibaliknya tapi dia hanya menemukan dinding batu hitam.

   "Janganjanganaku telah kena jebak! Dijebloskan dalam penjara yang keadaannya lebih lumayan dari Ruang Penantian terkutuk itu! Hemmm.... Kalau benar aku dipenjarakan lagi di tempat ini aku tak segansegan mengencinginya. Kalau perlu aku akan buang hajat besar di sini! Biar tahu rasa!"

   Begitu murid Sinto Gendeng berkata dalam hati sambil senyumsenyum sendiri. Lalu dia berusaha mengingatingat telah berapa lama dia berada di tempat itu. Namun otaknya tak mampu menduga.

   "Tempat celaka ini punya hitungan hari aneh dengan dunia luar sana...."

   Lalu tibatiba saja murid Sinto Gendeng menjadi kecut.

   "Bagaimana kalau aku tidak pernah keluar selamalamanya dari tempat ini?"

   Wiro garukgarukkepalanya berulang kali. Teringat dia pada tugas penting mendapatkan Kitab Putih Wasiat Dewa yang sampai saat ini masih gelap dimana beradanya.

   "Nelayan berpenyakit cacar sialan itu..."

   Maki Wiro.

   "Hampir putus tanganku disambar ikan hiu!"

   Wiro perhatikan lengan kanannya yang pernah luka. Tibatiba terbayang wajah cantik Bidadari Angin Timur di pelupuk matanya.

   "Gadis itu... Akutak dapat melupakannya. Waktu berduaduaan di dalam telaga.... Bidadari, dimana kau saat ini? Aku kangen sekali padamu...."

   Tibatiba tirai biru di dinding sebelah kanan tersingkap.

   "Bidadari Angin Timur, kaukah itu....?"

   Karena tengah mengenang gadis yang dirindukannya itu, ucapan itu lepas begitu saja tanpa disadari Pendekar 212.

   Ketika dia berpaling ke kanan yang tegak di tempat itu memang seorang perempuan secantik Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu bidadari.

   Mengenakan pakaian sangat ketat terbuat dari manikmanik berwarna merah berkilauan yang pada bagian dada serta pinggulnya terbelah.

   Di tangan kanannya dia mendadak bertambah harum oleh bau Ratu Duyung yang baru masuk.

   "Kau menyebut nama seseorang...."

   Ujar Ratu Duyung.

   "Ah, maafkan aku..."

   Kata Wiro garukgaruk kepala.

   "Kau tengah melamuni seseorang...."

   Wiro tertawa lebar.

   Kembali dia garukgaruk kepala.

   Ratu Duyung melangkah mundar mandir di hadapan Wiro beberapa lamanya.

   Sesekali dia melirik ke arah pemuda itu dan diamdiam mengakui walau sepintas pemuda ini seperti orang tolol suka cengengesan tapi wajahnya ternyata tampan.

   Apalagi kini kulitnya telah kembali ke bentuk asli.

   Wiro sendiri diamdiam memperhatikan kebagusan tubuh sang Ratu dengan mata tak berkesip.

   Walau mengagumi Pendekar 212, Ratu Duyung tidak menyembunyikan rasa sukanya melihat sikap seenaknya murid Sinto Gendeng.

   Dalam hati dia menggerendeng.

   "Pemuda satu ini benarbenar kurang ajar. Dia duduk di kursi batu dimana seharusnya aku duduk. Aku harus menegurnya. Mengingat dia sekarang merupakan sebagai tamu yang kuhormati, bagaimana caranya menyuruhnya berdiri dari kursi itu tanpa merasa tersinggung. Hemmm...."

   Sambil terus melangkah Ratu Duyung bertanya.

   "Mungkin anak buahku yang mengantar kau ke sini lupa memberi tahu dimana kau harus duduk...."

   "Astaga!"

   Wiro purapura terkejut.

   "Maafkan aku! Anak buahmu memang memberi tahu. Tapi aku sedang kacau pikiran hingga lupa...."

   Wiro berdiri dari kursi batu besar.

   Sandaran dan bagian kursi yang barusan didudukinya dibersihkannya dengan tangan.

   Lalu dia membungkuk mempersilahkan sang Ratu duduk.

   Ratu Duyung jengkel ada geli juga ada melihat kelakuan pemuda itu.

   Wiro menunggu sampai sang Ratu duduk di kursi batu besar dia kemudian ddudk di kursai batu yang kecil.

   "Kau mengatakan sedang kacau pikiran...."

   Ratu Duyung membuka pembicaraan.

   "Betul sekali...."

   Jawab Wiro polos.

   "Pikiran kacau adalah salah satu sumber kelemahan manusia yang bisa membawa kelengahan, mengundang datangnya malapetaka...."

   "Aku memang telah berlaku lengah dan menghadapi malapetaka.... Aku tidak tahu apa artinya aku berada di ruangan ini. Mungkin ini salah satu bentuk lain dari penjaramu....?"

   Ratu Duyung tersenyum.

   "Kau pernah berbuat salah, ditawan dan dihukum. Tapi sekarang kau kembali sebagai tamu yang kami hormati....."

   "Kalau begitu aku mengucapkan terima kasih. Terima kasihku banyak sekali untukmu Ratu. Kau telah menyelamatkan aku waktu tenggelam di laut. Mengobati luka sambaran ikan hiu di lenganku. Mengembalikan sepasang mataku. Entah kebaikan apa lagi yang akan kuterima darimu. Jangan terlalu banyak membagi kebaikan padaku Ratu Duyung. Aku khawatir tak dapat membalas semua budi baikmu itu..."

   Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu Ratu Duyung berpurapura mengusap hidung dan mulutnya. Padahal dia tengah berusaha menyembunyikan tawa mendengar semua ucapan Wiro tadi.

   "Ratu, aku mendapat penjelasan dari anak buahmu bahwa kau hendak memberikan wasiat padaku. Jika ini benar tentu saja aku ingin tahu wasiat apa. Namun jika itu tidak betul, aku mohon bisa meninggalkan tempat ini secepatnya. Selama berada di sini banyak pelajaran baik yang telah kudapat. Aku sekali lagi mengucapkan terima kasih...."

   Ratu Duyung letakkan cermin bulatnya di pangkuan lalu berkata.

   "Sewaktu sobatmu Dewa Ketawa berada di sini, kami sudah mengetahui kalau kau membekal satu tugas besar dan berat. Mencari sebuah kitab sakti bernama Kitab Putih Wasiat Dewa...."

   Wiro mengangguk.

   "Bagaimana Ratu bisa mengetahui. Padahal Ratu jarang sekali meninggalkan tempat ini...."

   Ratu Duyung mengambil cermin bundar di pangkuannya.

   "Hampir semua yang terjadi di luaran, dalam kejauhan tertentu bisa kupantau lewat cermin sakti ini. Waktu kau masih di pantai, sibuk mencari perahu tumpangan, aku dan Dewa Ketawa sudah melihat gerak gerikmu lewat cermin ini...."

   Pendekar 212 Wiro Sableng jadi ternganga saking herannya mendengar keterangan itu. Matanya memandang tak berkesip pada cermin yang ada di tangan sang Ratu.

   "Kalau begitu...."

   Wiro garukgaruk kepalanya.

   "Aku tahu apa lanjutan ucapanmu Pendekar 212. Kau pasti menduga aku mengetahui dimana beradanya Kitab Putih Wasiat Dewa itu....."

   "Betul sekali! Dapatkah kau melihat ke dalam cermin dan memberi tahu padaku?"

   "Banyak hal bisa dilihat lewat cermin ini. Tapi betapapun hebatnya sebagai benda fana cermin ini tetap memiliki keterbatasan. Cermin ini tidak mampu mengetahui dimana beradanya Kitab Putih Wasiat Dewa...."

   Wiro Sableng menarik napas dalam. Wajahnya tampak kecewa.

   "Jangan lekas putus asa Pendekar 212. Cerminku memang tidak bisa mengetahui langsung. Ini disebabkan karena Kitab Putih Wasiat Dewa itu bukan sembarangan. Kekuatannya yang dahsyat membuat cermin saktiku tidak mampu melakukan sambung getar secara sempurna. Namun secara tersamar dimana kemungkinan beradanya kitab itu. Selain itu jauh sebelum kau dan kawanmu Dewa Ketawa datang kemari aku sudah mengetahui sedikit cerita tentang asal muasal kitab itu...."

   Wiro ingat pada penjelasan Ratu Duyung pada hari pertama dia berada di tempat itu.

   "Aku ingat, pada hari pertama aku di sini Dewa Ketawa mengatakan kalau Kitab Putih Wasiat Dewa itu berasal dari daratan Tiongkok. Apa betul....?"

   Ratu Duyung mengangguk.

   "Berarti apapun yang tertulis dalam kitab itu dalm huruf cina? Wah... Bagaimana mungkin aku bisa membacanya!"

   Ujar Wiro seraya garukgaruk kepala. Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu "Pendekar 212, melihat kitab itu saja kau belum. Tahupun beradanya dimana kau belum! Mengapa sudah memikir segala macam isinya?"

   Ujar Ratu Duyung pula.

   "Kalau tidak dipikirkan dari sekarang, seandainya aku nanti dapatkan kitab itu percuma saja. Atau kau mungkin bisa membaca menjadi juru bahasaku?"

   Ratu Duyung tersenyum.

   "Hemmm...senyum itu membuat wajahnya tambah cantik. Tapi menurutku Bidadari Angin Timur jauh lebih cantik...."

   "Pendekar 212, agar jelas bagimu biar aku ceritakan asal usul yang kuketahui mengenai buku itu,"

   Kata Ratu Duyung.

   Lalu sang Ratu menuturkan.

   Sekitar satu abad yang silam seorang sakti di tanah Jawa diundang oleh Raja Tiongkok untuk berkunjung ke daratan Cina.

   Selain menjalin persahabatan juga direncanakan untuk saling tukar ilmu kepandaian.

   Orang sakti itu konon dipanggil dengan sebutan Kanjeng Sri Ageng Musalamat.

   Entah apa sebabnya Sri Ageng Musalamat dan rombongan tak pernah ke tanah Jawa.

   Kabarnya dia bermukim di Tiongkok, kawin dengan penduduk setempat dan menjadi salah seorang tokoh silat sangat disegani.

   Karena ilmunya yang tinggi maka Kaisar sering meminta bantuan Sri Ageng Musalamat termasuk para anak buah perguruannya, terutama dalam menumpas gerombolan penjahat yang bertebaran hampir di setiap pelosok pada masa itu.

   Hubungannya yang dekat dengan Kaisar membuat banyak pejabat tinggi merasa iri dengki terhadap Sri Ageng Musalamat.

   Maka disusunlah satu rencana busuk.

   Dengan menggunakan suratsurat palsu Sri Ageng Musalamat difitnah berkomplot membantu kaum pemberontak bangsa Mongol untuk menumbangkan Kaisar Tiongkok yang berkuasa.

   Kaisar marah besar.

   Sri Ageng Musalamat ditangkap dan dijatuhi hukuman pancung.

   Anak buah dan muridmuridnya ditumpas habis.

   "Namun ada seorang yang selamat,"

   Kata Ratu Duyung melanjutkan penuturannya.

   "Orang ini bernama Ki Hok Kui. Pada waktu itu meski baru berusia sekitar tiga puluh tapi boleh dikatakan dia sudah mewarisi hampir seluruh kepandaian Kanjeng Sri Ageng Musalamat. Rimba persilatan Tiongkok memberinya gelar hebat yaitu Tiat Thow Houw yang berarti Harimau Kepala Besi. Pada waktu Sri Ageng Musalamat dan para murid serta anak buahnya yang ratusan jumlahnya dibantai, Ki Kok Kui sedang mengadakan perjalanan di daratan timur Tiongkok. Ketika orangorang yang dengki itu mengetahui Ki Kok Kui masih hidup, mereka merasa sangat khawatir kalaukalau satu satunya anak murid Sri Ageng Musalamat ini akan melakukan balas dendam. Selain itu orangorang tersebut juga kasak kusuk mencari sebuah kitab sakti milik Sri Ageng Musalamat yang tidak berhasil ditemukan. Kitab itu adalah Kitab Putih Wasiat Dewa, sebuah kitab berisi ilmu langka hampir tanpa tandingan. Orangorang itu sama memastikan bahwa kitab itu berada di tangan Ki Hok Kui. Maka satu rombongan besar dikirim ke timur untuk mencarinya. Ki Hok Kui alias Harimau Kepala Besi dihadang di dekat Nanchang. Namun berkat pertolongan seorang sahabat dia berhasil meloloskan Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu diri lewat anak sungai Yang Tse Kiang dan menghilang di pantai timur Tiongkok sekitar Seochow...."

   "Berarti kitab ilmu sakti masih berada di daratan Tiongkok,"

   Ujar Wiro sambil manatap tajam pada Ratu Duyung. Sang Ratu menggeleng.

   "Seperti aku ceritakan tadi Harimau Kepala Besi Ki Hok Kui adalah murid kesayangan Sri Ageng Musalamat, merupakan murid paling pandai dan mewarisi hampir semua ilmunya. Disamping itu dari sang guru di juga belajar bahasa Jawa kuno. Karena itu dia mampu membaca isi Kitab Putih Wasiat Dewa...."

   "Jadi, kitab sakti itu ditulis dalam bahasa Jawa kuno?"

   Tanya Wiro ingin menegaskan.

   "Betul sekali,"

   Jawab Ratu Duyung.

   "Lalu apa betul kitab itu ada di tangan si Harimau Kepala besi?"

   Tanya Wiro lagi.

   "Rupanya Kanjeng Sri Ageng Musalamat seolah punya firasat bahwa satu malapetaka besar akan terjadi atas dirinya, keluarga serta anak buah dan anak murid perguruannya. Maka tanpa ada orang lain yang tahu Kitab Putih Wasiat Dewa diserahkannya pada Tiat Thow Houw alias Harimau Kepala Besi...."

   "Berarti orang ini sudah membaca isinya dan mempelajarinya!"

   Ujar Wiro.

   "Hal itu tidak bisa dipastikan. Yang jelas selama dia memegang kitab sakti itu dia selalu diburu oleh orangorang Kaisar yang jahat...."

   Jawab Ratu Duyung, lalu meneruskan .

   "Suatu hari sahabat yang pernah menolong Ki Hok Kui melarikan diri tertangkap. Setelah disiksa akhirnya dia memberi tahu dimana bersembunyinya murid Sri Ageng Musalamat itu. Si sahabat kemudian dibunuh secara keji. Tempat persembunyian Ki Hok Kui digerebek. Terjadi pertempuran hebat. Kabarnya sebelum berhasil meloloskan diri Harimau Kepala Besi berhasil membunuh perwira tinggi pemimpin pasukan pengejar itu. Ikut tewas dua orang tokoh silat serta beberapa orang prajurit. Orangorang Kaisar marah besar. Bala bantuan didatangkan. Sementara Ki Hok Kui melarikan diri menuju muara sungai. Dari sini dengan sebuah jukung dia mengarungi lautan luas. Tujuannya hanya satu menuju tanah Jawa. Sulit dipercaya hanya dengan sebuah perahu kecil Ki Hok Kui mampu mengarungi samudera luas dengan membawa satu benda sangat berharga. Rupanya orangorang Kaisar berhati culas masih belum puas. Mereka terus menyelidik. Beberapa hari kemudian mereka berhasil mengetahui bahwa Ki Hok Kui telah kabur dengan sebuah jukung. Satu kapal kayu besar disiapkan untuk mengejar. Karena dia bukan seorang pelaut maka Ki Hok Kui tidak pernah mencapai pantai utara pulau Jawa tempat kelahiran gurunya tapi justru tersesat ke pantai selatan. Dekat sebuah pulau orangorang Kaisar berhasil mengejarnya. Setelah terjadi perkelahian hebat dan perahu kecilnya tenggelam Ki Hok Kui berenang ke daratan pulau terdekat. Orangorang Kaisar terus memburu. Entah apa yang terjadi Ki Hok Kui kemudian lenyap di pulau itu...."

   Mungkin dia terbunuh dan Kitab Wasiat itu dirampas oleh orangorang Kaisar?"

   Ujar Wiro.

   Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu "Tidak ada petunjuk yang menunjang dugaan itu.

   Kabarnya orangorang Kaisar kembali dengan kecewa besar.

   Mereka tidak menemukan Ki Hok Kui, juga kitab sakti yang diburuburu.

   Ki Hok Kui sendiri tidak pernah terdengar kabar beritanya lagi...."

   Wiro termenung sesaat. Dia ingat pada buku lilin yang ada di ruangan besar.

   "Lalu apa hubungan buku lilin yang ada di tempatmu ini dengan kitab yang asli?"

   Bertanya Wiro.

   "Aku pernah mendapat mimpi, melihat kitab itu. Walaupun samarsamar aku berusaha membuatnya. Siapa tahu aku berjodoh dengan kitab itu walau aku tidak menginginkannya...."

   "Susah juga mencari kitab wasiat itu..."

   Kata Wiro sambil garukgaruk kepala.

   "Ratu, apa kau tidak punya petunjuk lain yang bisa menolong? Aku ditugaskan oleh tiga tokoh silat tanah Jawa untuk mendapatkan buku itu karena kabarnya ada satu kitab tandingan bernama Kitab Wasiat iblis yang jika jatuh ke tangan orang jahat pasti dia akan menguasai dunia persilatan dengan semenamena. Hanya Kitab Putih Wasiat Dewa yang agaknya mampu menghadapi Kitab Wasiat Iblis itu...."

   "Aku akan coba melihat mundur pada harihari sebelum kau muncul dan menjelang kedatanganmu ke sini,"

   Jawab Ratu Duyung. Lalu diambilnya cermin sakti yang ada di pangkuannya. * * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu SEPULUH Ratu Duyung menatap paras Pnedekar 212 sesaat lalu berkata.

   "Aku akan melihat ke dalam kaca sakti dan mengatakan apa yang aku lihat. Selama aku melakukan itu jangan sekalikali mengeluarkan suara atau bertanya. Kau mengerti Pendekar 212?"

   Wiro anggukkan kepala. Sang Ratu memandang ke dalam cermin bulat. Perlahanlahan sepasang matanya yang biru bagus dipejamkan.

   "Ini aneh lagi..."

   Membatin Wiro yang memperhatikan.

   "Yang namanya melihat itu dua mata mustinya dibuka lebarlebar, dia justru pejamkan ke dua matanya!"

   "Aku melihat sebuah bukit di luar Kartosuro..."

   Mulut sang Ratu terbuka dan ucapan itu meluncur dari mulutnya.

   "Ada dua orang bermuka iblis di dekat sumur. Tampaknya mereka sengaja berjagajaga...."

   "Itu pasti Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan!"

   Kata Wiro dalam hati.

   "Orang ke tiga muncul. Tinggi tegap, berwajah gagah tapi congkak. Dia mengenakan mantel hitam. Mereka bercakapcakap.... Ah, terjadi perkelahian. Dua lawan satu...."

   "Orang tinggi tegap... berwajah congkak. Mengenakan mantel hitam.... Siapa lagi kalau bukan...."

   "Orang yang barusan datang menyibakkan bagian depan mantelnya. Aku melihat... aku melihat ada gambar gunung dan matahari pada bagian dada bajunya...."

   Dugaanku tidak meleset! Manusia itu ternyata memang benar anjing jahanam berjuluk Pangeran Matahari!"

   Wiro kepalkan ke dua tinjunya lalu pasang telinga mendengarkan kelanjutan keterangan Ratu Duyung.

   "Ada kepulan asap. Ada tiga sosok raksasa keluar dari kepala salah seorang pengeroyok. Orang bermantel terdesak hebat. Hampir celaka.... Tapi tidak. Dia berhasil menotok tubuh lawan. Lalu.... Orang bermantel masuk ke dalam sumur...."

   Sampai di sini Ratu Duyung berhenti berucap. Lama Wiro menunggu hampirhampir dia tak sabaran membuka mulut hendak bertanya. Namun sesaat kemudian tampak bibir merah sang Ratu membuka.

   "Muncul seorang nenek berjubah kuning yang mukanya dirias tak karuan. Perempuan ini melepaskan totokan dua orang di tepi sumur. Sekarang muncul kembali orang bermantel. Dia keluar dari dalam sumur. Terjadi keributan. Si nenek menyerang orang bermantel. Dari dada orang bermantel melesat satu cahaya angker berwarna hitam. Tubuh si nenek mencelat. Tergelimpang di tanah. Tewas mengerikan dengan tubuh jadi tulang belulang hangus gosong!"

   "Tidak salah dugaan para tokoh!"

   Kata Pendekar 212 dalam hati.

   "Kitab Wasiat Iblis telah dikuasai oleh Pangeran Matahari!"

   Wiro menarik napas dalam dan melihat sepasang mata biru Ratu Duyung terbuka.

   Wajahnya yang cantik keringatan.

   Dia mengeluarkan sehelai sapu tangan lalu menyeka keringat pada bagian kening bawah mata serta dagu.

   Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu "Ratu, turut keteranganmu Kitab Wasiat Iblis sudah dikuasai oleh Pangeran Matahari dari Gunung Merapi...."

   Ratu Duyung mengangguk.

   "Apa yang bisa kulihat dalam cermin sakti masih berlanjut. Kau masih ingin mendengarkan?"

   "Tentu saja Ratu. Tapi jika kau merasa capai silahkan istirahat. Aku akan menunggu...."

   Ratu Dutung tersenyum. Dia pejamkan ke dua matanya kembali.

   "Tampak sebuah telaga. Ada seorang dara berpakaian biru. Aku juga melihat kau berada di tempat itu Pendekar 212...."

   Murid Sinto Gendeng sampai bangkit dari kursinya saking terkejutnya.

   "Celaka.... Jika dia melihat semuanya dan membeberkan...."

   Wajah murid Sinto Gendeng ini berubah dan tangannya menggaruk kepala berkalikali! "Ada yang tidak beres.... Cermin sakti mengalami kesulitan. Keadaan sekitar telaga terlihat sangat samar...."

   Wiro merasa lega dan duduk kembali ke kursi batu. Ratu Duyung membuka ke dua matanya, menatap ke arah Wiro. Sepertinya ada seberkas cahaya keluar dari dua bola mata biru perempuan muda yang cantik jelita itu.

   "Gadis berbaju biru di telaga....' ujar sang Ratu.

   "Apakah dia yang kau panggil dengan sebutan Bidadari Angin Timur waktu kau melamun tadi...?"

   Wiro tak menjawab. Kalau sang Ratu sudah tahu apa gunanya menjawab, begitu murid Sinto Gendeng berfikir.

   "Apa hubunganmu dengan gadis itu Pendekar 212?"

   Bertanya Ratu Duyung.

   "Eh nada suaranya seperti cemburu..."

   Membatin Pendekar 212.

   "Kalau kau tak mau menjawab tak jadi apa. Aku akan meneruskan melihat ke dalam cermin sakti."

   Ratu Duyung arahkan pandangannya pada cermin yang dipegangnya. Begitu dia memejamkan mata maka kembali mulutnya menutur.

   "Pendekar 212, kau terlihat di dekat sumur di lereng bukit bersama gadis cantik berpakaian biru itu.. Seseuatu terjadi. Dalam keadaan tertotok...."

   Apa yang dikatakan Ratu Duyung selanjutnya tidak begitu diperhatikan Wiro karena dia yang mengalami dan tahu sendiri apa yang terjadi selanjutnya. Dia baru tersentak ketike mendengar ucapan sang Ratu selanjutnya.

   "Aku melihat puncak sebuah gunung. Ada bayangan seseorang di pintu sebuah bangunan. Ternyata lelaki bermantel itu. Dua orang mendatanginya. Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan. Dua orang ini menyerahkan sesuatu pada orang bermantel. Yang satu berbentuk hitam pekat, tak jelas apa adanya. Namun yang satu lagi sebuah senjata bermata dua yang memancarkan sinar berkilauan. Ah.... Sebuah kapak......."

   Pendekar 212 setengah terlompat dari duduknya. Kalau tidak lekas menguasai dirinya hampir saja dia memukul lengan kursi batu yang didudukinya. Sambil mengepalkan tinju murid Sinto Gendeng menyumpah dengan suara ditekan.

   "Jahanam! Dua senjata mustika milikku diserahkannya pada manusia keparat itu! Kapak Maut Naga Geni 212 dan pasangannya batu hitam ternyata berada di tangan Pangeran Matahari Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu musuh besarku! Benarbenar kurang ajar!"

   Wiro melangkah mundar mandir di ruangan itu sampai dia mendengar suara Ratu Duyung menegur.

   "Pendekar 212, apakah kau masih ingin mengetahui kelanjutan penglihatanku lewat cermin atau kita sudahi saja semua ini?"

   "Maafkan aku Ratu Duyung! Aku sangat terkejut dan tidak mnenyangka kalau dua senjata mustika milikku kini jatuh ke tangan Pangeran Matahari musuh besarku sejak bertahuntahun silam... Dua manusia setan alas itu ternyata adalah kaki tangan Pangeran Matahari!"

   Wiro mengusap wajahnya. Setelah dia duduk ke kursi batu baru Ratu Duyung pejamkan mata dan melihat kembali ke dalam cermin saktinya.

   "Gadis berbaju biru tawanan Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan berhasil meloloskan diri setelah menghajar Elang Setan sampai babak belur....Hemmmm..... cerminku kehilangan sambungan getar. Aku tak dapat melihat apaapa. Tunggu dulu.... Aku melihat laut. Ada sebuah perahu putih. Kau berada di atasnya bersama seorang lelaki korengan, pakai caping dan mukanya ditutup dengan cadar. Kurasa tak perlu kulanjutkan karena kau tahu sendiri apa yang kemudian terjadi. Tapi tunggu....Aku melihat ada sebuah perahu lagi. Melesat mendampingi perahu putihmu. Kau dalam keadaan tak berdaya, terjepit tangan kanan pada lantai perahu. Hemmm..... Penumpang perahu yang satu itu ternyata adalah gadismu si baju biru itu. Dia seperti mencari carimu. Tapi wajahnya menunjukkan kegelisahan. Sayang dia tidak sempat mengetahui kalau kau berada di perahu putih itu. Perahunya membelok dan menghilang di kejauhan..."

   Ratu Duyung membuka kedua matanya. Menatap Pendekar 212 sesaat lalu berkata.

   "Hanya itu yang bisa kulihat melalui cermin saktiku......"

   "Ratu... Apa yang kau lihat sama sekali tidak memberi petunjuk dimana beradanya Kitab Putih Wasiat Dewa itu."

   Kata Wiro pula.

   "Pendekar 212, perlu kau ketahui apa yang terlihat di dalam cermin bisa saja keliru karena betapapun saktinya benda ini selalu ada keterbatasan. Karenanya kita perlu mengkaji ulang apaapa yang terlihat. Apakah kau mengenal oarang bercaping yang berpenyakit kulit itu?"

   "Orang itu berkepandaian sangat tinggi. Sikapnya aneh penuh rahasia tapi jahat sekali. Nelayan di pantai menyebutnya dengan panggilan Makhluk Pembawa Bala. Sulit kuduga siapa dia adanya. Janganjangan salah seorang kaki tangan Pangeran Matahari pula. Tadinya aku mengharapkan dia akan membawa aku ke pulau tujuan dimana aku bisa bertemu dengan seorang sakti bergelar Raja Obat Delapan Penjuru Angin. Ternyata dia mencelakai diriku di tengah laut. Aku berterima kasih padamu yang telah menolong..."

   "Selama ini sering terlihat di cermin manusia itu malang melintang di lautan. Anak buahku berulang kali melakukan penyelidikan namun masih belum bisa mengetahui siapa adanya makhluk satu itu. Katamu kau mencari Raja Obat Delapan Penjuru Angin. Mengapa...?"

   Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu "Menurut para tokoh yang memberi tugas padaku, dia mengetahui dimana beradanya Kitab Putih Wasiat Dewa itu.... Dia diam di salah satu pulau sekitar sini."

   "Dugaan itu mungkin betul. Aku pernah bertemu satu kali dengannya. Singkat sekali. Dia berusaha mengobatiku tapi tidak mampu...."

   "Hemmm.... Memangnya kau punya penyakit apa?"

   Tanya Wiro. Lama Ratu Duyung berdiam diri, tidak menjawab.

   "Kalau kau tak mau menjawab tak apa. Tapi apa kau bisa memberi petunjuk dimana kirakira letak pulau kediaman Raja Obat itu...?"

   Ratu Duyung memandang ke langitlangit ruangan. Lalu dia berpaling pada cermin yang dipegangnya.

   "Akan kucoba..."

   Katanya seraya memejamkan mata. Lama sekali baru perempuan bermata biru ini berkata.

   "Aku melihat samudera luas. Kosong... Ada satu titik hitam di sebelah tenggara..."

   Ratu Duyung membayangkan wajah Raja Obat Delapan Penjuru Angin. Titik hitam dalam cermin berkedapkedip. Matanya dipejamkan lebih rapat.

   "Ada warna merah. Buki... gunung... batu... batu...."

   Dada sang Ratu kelihatan berguncang. Dia seperti berusaha menahan satu kekuatan yang menghadang pandangannya. Tapi tak sanggup. Perlahanlahan perempuan ini buka sepasang matanya dan menatap Wiro.

   "Tak bisa kulihat lebih rinci.... Ada satu daya tolak yang hebat. Bukan berasal dari si Raja Obat, tapi dari beberapa kekuatan yang datang dari luar. Ada kekuatan yang tak ingin aku mengetahui letak pasti pulau itu. Namun dari penglihatan yang terbatas aku bisa mendugaduga. Pulau itu terletak jauh di sebelah tenggara muara Kali Opak. Berarti di sebelah timur dari tempat kita berada saat ini. Pulau itu tidak berpenghuni karena tak ada yang tumbuh di sana kecuali bukit dan gunung batu berwarna merah.....Hanya itu yang bisa kuberi tahu....."

   "Terima kasih Ratu Duyung. Terima kasih banyak. Apa yang kau jelaskan bisa kujadikan pegangan untuk mengarungi laut selatan mencari pulau tempat kediaman Raja Obat itu...."

   Wiro diam sebentar.

   "Apa yang ada dalam pikiranmu Pendekar 212?"

   Tanya sang Ratu.

   "Sebenarnya ada beberapa pertanyaan ingin aku sampaikan. Entah apakah kau mau menjawab atau tidak..."

   "Katakanlah..."

   Ujar Ratu Duyung pula.

   "Walau kau memberi penuturan tadi, sebagian tidak begitu kuperhatikan, mohon dimaafkan. Kau pasti menuturkan tentang seorang gadis berpayung merah...."

   "Ya, apa yang ingin kau ketahui..."

   "Gadis itu berasal dari tanah seberang. Punya tugas yang sama dengan tugasku yakni mencari Kitab Putih Wasiat Dewa..."

   "Kau merasa bersahabat dengan dia?"

   Tanya Ratu Duyung.

   "Aku berhutang budi dan berhutang nyawa padanya. Tapi cepat atau lambat dia akan membunuhku..."

   "Bagaimana kau tahu?"

   Tanya Ratu Duyung. Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu Wiro lalu ceritakan tentang surat aneh yang dibawa Puti Andini. Mendengar itu Ratu Duyung termenung. Lalu dengan suara perlahan dia berkata.

   "Dia bisa jadi sahabat sejati tapi juga bisa jadi musuhmu paling berbahaya kelak. Yang jelas saat ini aku punya firasat dia salah satu yang menimbulkan kekuatan penolak hingga tadi aku tidak mampu melihat lebih jelas dalam cermin sakti.... Tapi sekali lagi kukatakan apa yang kuberitahu bisa saja salah....Karena...."

   Ratu Duyung tidak meneruskan ucapannya.

   "Karena apa Ratu?"

   Tanya Wiro.

   "Karena aku juga punya firasat dia telah jatuh cinta padamu pada pandangan pertama.... Tapi kau kurang perhatian karena hatimu telah direbut oleh gadis bernama Bidadari Angin Timur itu...." * * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu SEBELAS Wajah murid Sinto Gendeng dari Gunung Gede menjadi merah seperti saga. Dalam duduk diam di atas kursi batu dan memandang dengan mata besar pada wajah cantik Ratu Duyung di hadapannya.

   "Apakah ada pertanyaan lain yang ingin kau ajukan?"

   Ratu Duyung tibatiba bertanya.. Wiro merasa lega sedikit. Sang Ratu rupanya tidak ingin memperpanjang pembicaraan tadi.

   "Memang ada Ratu,"

   Jawab Wiro.

   "Seperti kau ketahui Tiga Bayangan Setan memiliki ilmu kebal yang tak memungkinkan dia dibunuh dengan cara apa pun..."

   "Dia memang tidak mempan pukulan sakti dan senjata tajam. Semua itu datang dari luar. Tapi kematian yang datang dari dalam tetap tak bisa diledakkannya. Dia tidak kebal terhadap racun. Turut penglihatanku lewat cermin tadi, baik Tiga Bayangan Setan maupun temannya Elang Setan mengidap sejenis racun mematikan secara perlahan dalam tubuh masingmasing. Mereka akan menemui ajal sekitar dua ratus hari dimuka jika tak berhasil mendapatkan obat penawar..."

   "Ratu, aku benarbenar kagum dengan kemampuanmu melihat sejauh itu,"

   Memuji Wiro.

   "Tapi rasanya aku tak bisa menunggu sampai sekian lama, membiarkan mereka mati sendiri. Mereka merampas dua senjata mustikaku. Mereka diketahui pula kai tangan Pengeran Matahari. Mereka akan membunuhku begitu bertemu! Elang Setan tidak aku khawatirkan,. Tapi Tiga Bayangan Setan jadi momok nomor satu saat ini. Aku harus mengetahui kelemahan ilmunya. Gadis berpayung tujuh itu pernah memberi tahu bahwa seorang pemabuk bernama Iblis Pemabuk mengetahui pasti kelemahan Tiga Bayangan Setan..... Apakah kau bisa melihat ke dalam cermin untuk mengetahui dimana aku bisa menemui orang ini?"

   "Kau percaya begitu saja pada keterangan gadis itu?"

   Tanya Ratu Duyung.

   Pendekar 212 tidak bisa menjawab.

   Ratu Duyung tersenyum lalu jentikkan jari telunjuk tangan kanannya ke ibu jari.

   Suara jentikan menggema keras dalam ruangan itu.

   Tirai biru di sebelah kanan tersingkap.

   Seorang anak buah Ratu Duyung muncul.

   "Aneh, tadi aku setangh mati mencari jalan atau pintu keluar ruangan ini. Ternyata ada di sebelah sana...."

   "Saya menunggu perintah..."

   Kata gadis yang baru muncul seraya membungkuk.

   "Bawa kemari tamu kita yang datang malam tadi..."

   Berkata Ratu Duyung.

   Gadis berpakaian hitam mengangguk lalu menyelinap ke balik tirai biru kembali.

   Saking percayanya Wiro berdiri dari kursi batu lalu membuka tirai di bagian tadi si gadis menghilang.

   Tembok batu! Dia sama sekali tidak melihat pintu atau apa kecuali tembok batu! Wiro kembali ke kursinya sambil garukgaruk kepala.

   Ratu Duyung tertawa perlahan.

   "Apa yang kau lihat, Wiro?"

   Tanya sang Ratu.

   "Dinding batu!"

   Jawab murid Sinto Gendeng. Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu "Kau pernah mendengar ujarujaratau petuah yang mengatakan bahwa apa yang terlihat mata telanjang belum tentu seperti itu kenyataannya?"

   "Ya, aku pernah mendengar orang pandai berkata seperti itu..."

   "Kau melihat batu tapi apakah kau pernah membuktikan kalau itu pernah membuktikan kalau itu benarbenar batu? Coba kau singkapkan lagi tirai biru di bagian mana saja kau suka. Jika kau melihat batu coba kau sorongkan tubuhmu ke depan. Lihat nanti apa yang terjadi...."

   Wiro pandangi wajah sang Ratu dengan mimik tak percaya.

   Lalu dia berdiri, melangkah ke dinding ruangan sebelah kiri.

   Dengan tangan kanannya dia menyingkapkan tirai biru tebal.

   Dinding batu kelihatan di depannya.

   Seperti dikatakan Ratu Duyung Wiro selalu maju menabrak dinding batu itu.

   Astaga! Ternyata tubuhnya lewat begitu saja seperti menerobos udara kosong.

   Sesaat kemudian tahutahu dia sudah berada di depan satu pedataran berumput.

   "Aneh! Benarbenar aneh!"

   Kata Wiro sambil memutar tubuh. Kembali dia melangkah menabrakkan diri ke dinding batu. Tubuhnya lewat dan kini dia sampai kembali ke dalam rauang semula! "Bagaimana...?"

   Tanya Ratu Duyung.

   "Aku banyak mendapat pelajaran bagus darimu Ratu Duyung..."

   Jawab Wiro seraya duduk kembali ke kurai batu. Tibatiba dia mendongakkan kepala. Hidungnya bergerakgerak.

   "Ada apa?"

   Tanya Ratu Duyung.

   "Aku mencium bau minuman keras. Keras Sekali. Mungkin tuak atau air ketan...."

   Ratu Duyung cuma tersenyum mendengar katakata itu.

   Sesaat kemudian tirai biru di samping kanan terbuka.

   Empat orang gadis berpakaian ketat hitam muncul mendampingi seorang lakilakigemuk pendek berwajah seperti dedemit.

   Pada cuping hidungnya sebelah kiri melingkar sebuah anting bulat terbuat dari akar bahar.

   Orang ini hanya mengenakan celana komprang hitam.

   Muka dan tubuhnya berwarna merah.

   Sekujur badannya mulai dari kepala sampai ke kaki yang tak berkasut menghamparkan bau minuman keras.

   Pada ikat pinggang besarnya tergantung selusin kendi.

   Di tangan kanan dia memegang sebuah kendi yang setiap saat disorongkannya ke mulutnya.

   "Gluk...gluk... gluk!"

   Dia meneguk lahap minuman keras yang ada dalam kendi itu.

   Lalu dari mulutnya keluar suara antara orang menyanyi dan orang meracau.

   Tubuhnya bergoyanggoyang seperti mau rubuh! Wiro memperhatikan empat gadis yang datang bersama si gemuk muka setan ini membawa masingmasing enam buah kendi berisi tuak.

   "Sobatku tamuku agung, coba terangkan siapa dirimu pada tamu muda ini..."

   Berkata Ratu Duyung. Seolah sadar si gemuk itu turunkan kendi dari mulutnya."Astaga, kukira aku masih berada di sorga! Rupanya sudah turun ke bumi! Ha..ha..ha...!"

   Sepasang mata si gemuk berputarputar. Tubuhnya oleng ke kiri, menghuyung ke kanan.

   "Tuan rumah Ratu Duyung, siapa yang kepingin tahu diriku yang jelek ini?"

   Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu Ratu Duyung anggukan kepala pada Wiro.

   Murid Sinto Gendeng segera membuka mulut."Namaku Wiro Sableng.

   Aku yang ingin tahu siapa adanya dirimu kalau kau tidak keberatan..."

   "Ha... ha... ha....! Wiro Sableng! Tak pernah ku dengar nama itu sebelumnya. Kalau Cuma pada seorang kurcaci jalek mengapa aku harus menyembunyikan siapa diriku. Tapi tunggu dulu! Aku mau mabok dulu!"

   Si gemuk lalu tenggak lagi minuman keras dalam kendi yang dipegangnya sampai habis. Begitu habis dia memaki.

   "Sialan! Bagaimana aku bisa mabok kalau Cuma minum sedikit?!"

   Lalu! Wiro ternganga.

   Seperti menyantap kerupuk enak saja si gendut itu melahap kendi tanah itu, mengunyah dan menelannya sampai habis! Wiro jadi leletkan lidah dibuatnya.

   Selesai menghabiskan kendi tanah itu si gemuk bermuka setan ambil sebuah kendi yang tergantung di pinggangnya lalu meneguk isinya sampai setengah."Nah, ini baru sedap.

   Aku sudah mabok! Ha...

   ha...

   ha....!"

   Tubuhnya kembali menghuyung tak karuan.

   "Ratu Duyung, apakah kurcaci jelek yang tadi menanyakan siapa diriku masih ada di tempat ini?"

   Sepasang mata si gemuk pendek berputarputar liar. Tangan kirinya mengusapusap perutnya yang buncit.

   "Benar tamuku agung! Kurcaci jelek itu masih ada di sini!"

   Menjawab Ratu Duyung. Wiro pencongkan mulutnya karena dari tadi dia disebut sebagai kurcaci jelek.

   "Kalau dia masih ada di sini tanyakan padanya apakah dia membawa nyawa cadangan karena aku ingin meminta satu dari dua nyawanya itu. Aku tidak ingin meminta satu dari dua nyawanya itu. Aku tidak serakah! Aku hanya minta satu saja... Biar enak mabokku! Ha... ha... ha!"

   Berubah paras Pendekar 212. Dia memandang pada Ratu Duyung tapi perempuan cantik itu diam saja.

   "Ratu Duyung, tuan rumahku mengapa kau tidak menjawab?!"

   Si gemuk bertanya lalu teguk minuman keras dalam kendi. Ratu Duyung memandang pada Wiro dan berkata.

   "Jawab pertanyaannya. Nyawamu tergantung pada bagaimana jawabanmu! Salah menjawab berarti mati! Jangan berharap bisa lolos!"

   Wiro merasa tengkuknya sedingin es. Keringat memercik di keningnya. Dalam hati dia berkata.

   "Orang gila harus dilayani gila. Orang mabok harus dilayani secara mabok!"

   Wiro melompat, menyambar sebuah kendi minuman keras yang dipegang salah seorang anak buah Ratu Duyung lalu meneguknya hingga mengeluarkan suara keras. Minuman keras itu menyengat mulut membakar tenggorokkannya.

   "Tuanku besar raja kurcaci! Aku kurcaci jelek menemanimu mabok bersama! Mabok barengan lebih asyik dari sendirian! Ha... ha... ha...!"

   Teriak Wiro seraya acungkan kendi minuman keras lalu huyungkan dirinya ke kiri dan ke kanan.

   Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu "Ah....

   Apa aku yak salah dengar? Ada kurcaci jelek yang memanggilku tuan besar raja kurcaci! Asyikk! Ayo teguk! Tenggak sampai ludas! Mabok bersama memang bagus! Tapi mana nyawa cadanganmu yang aku minta!"

   Teriak si gendut pendek bermuka seram! Wiro jadi tercekat.

   Tapi dasar gendeng dia tak kurang akal.

   Sambil tertawa haha hihi kendi di tangan kanan dikocok hingga minuman keras muncrat ke udara.

   Begitu minuman itu melayang jatuh Wiro buka mulutnya lebarlebar.

   "Gluk...gluk...gluk!"

   Minuman keras amblas masuk ke dalam tenggorokannya. Melihat apa yang dilakukan Wiro itu si gemuk pendek tertawa bergelak. Tapi sesaat kemudian tetap saja dia berkata.

   "Ayo, jangan berani menipuku! Mana nyawa cadanganmu!"

   "Tuanku besar raja kurcaci! Kau mabok asyik. Pasti lupa. Bukankah nyawa cadanganku sudah kuberikan padamu malam tadi di pintu gerbang. Kau menyimpannya di dalam kantong kulit ikat pinggang besar."Mungkin benar aku lupa. Mungkin benar sudah kusimpan....Eh, kurcaci jelek. Coba kau ambil dan perlihatkan nyawa cadanganmu itu padaku!"

   "Mampus aku!"

   Ujar Wiro.

   "Apa yang harus aku lakukan?"

   Dia melirik pada Ratu Duyung.

   Sang Ratu angkat bahu tak bisa menolong.

   Wiro garukgaruk kepalanya.

   Sambil berpurapura terhuyunghuyung Wiromelangkah mendekati si gemuk pendek.

   Dengan tangan kirinya dibukakannya kantong kulit besar di ikat pinggang lalu tangan kiri itu dikepalkan dan dimasukkan ke dalam kantong.

   Ketika tangan dikeluarkan masih dalam keadaan terkepal.

   "Tuanku besar raja diraja kurcaci! Nyawa cadangan sudah kuambil, ada dalam genggamanku! Silahkan kau melihat sendiri!"

   Wiro lalu acungkan tangannya yang mengepal seperti menggenggam sesuatu. Dengan kepala bergoyanggoyang tak karuan si gemuk ini perhatikan kepalan tangan Wiro yang menggenggam. Lalu dia tertawa gelakgelak.

   "Kurcaci jelek! Kau Betul! Aku sudah lihat nyawa itu. Hai! Lekas kau masukkan kembali ke dalam kantong kulit! Aku khawatir nyawa itu nanti terbang!"

   "Perintah tuanku besar raja diraja kurcaci aku ikuti!"

   Kata Wiro lalu kepalannya dimasukkan ke dalam kantong kulit.

   "Bagus... bagus! Sekarang mari kita mabok lagi samasama!"

   Kata si gemuk sambil teguk sisa minuman keras yang ada dalam kendi. Lalu seperti tadi kendi kosong dari tanah itu dilahapnya seperti melahap krupuk garing! Wiro menunggu sampai si pendek gemuk ini meneguk kendi ke tiga. Lalu diapun bertanya.

   "Tuanku besar raja diraja kurcaci, aku kurcaci jelek minta budi baikmu untuk memberi tahu siapa kau adanya!"

   "Tentu... tentu, bukankah kita sekarang sudah jadi teman satu pemabokan?! Ha.... Ha.... Ha...! Dengar baikbaik, dekatkan ditelingamu padaku! Aku akan memberi tahu siapa aku adanya!"

   Wiro cepatcepat angsurkan kepalanya dan dekatkan telinga kanannya ke mulut si gemuk pendek. Dia mendengar suara mendesis halus. Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu "Sudah kau dengar kurcaci jelek?!"

   Tanya si gemuk lalu meneguk minuman dalam kendi sampai berlelehan di dagu dan jatuh ke perutnya yang telanjang.

   "Aku tidak mendengar apaapa!"

   Kata Wiro.

   "Kurcaci tolol! Aku memang belum mengatakan apaapa!"

   Kata si gemuk lalu tertawa mengekeh.

   "Sial dangkalan!"

   Maki Wiro dalam hati tapi terus pula tertawa gelakgelak.

   "Kurcaci jelek, mari dekatkan lagi telingamu. Yang sebelah kiri saja. Yang kanan baunya membuat aku mau muntah! Ha... ha... ha!"

   Kata si gemuk pendek.

   "Setan! Maki Wiro. Tapi dia angsurkan juga telinga kirinya.

   "Namaku Iblis Pemabuk!"

   Teriak si gemuk pendek.

   Teriakan itu bukanj teriakan biasa.

   Demikian kerasnya hingga Wiro terpental dua tombak.

   Kepalanya seperti meledak dan dari liang telinganya kelihatan darah mengucur.

   Untuk beberapa lamanya Wiro terkapar di lantai ruangan, tak mampu bergerak.

   Pendengarannya seolah tuli, bukan saja pada telinga kiri tapi juga pada telinga kanan! "Eh, kurcaci jelek! Kau dimana...?!"

   Teriak si gemuk pendek yang ternyata adalah Iblis Pemabuk. Walau pendegarannya terganggu tapi dari gerak mulut si gemuk Wiro dapat menduga apa yang diucapkannya. Maka diapun menyahut.

   "Tuanku besar raja diraja kurcaci! Aku kurcaci jelek ada di sini, mengeletak di lantai!"

   "Walah! Lagi apa kau di sana?!"

   Teriak Iblis Pemabuk.

   "Lagi mabok!"

   Teriak Wiro. Iblis Pemabuk tertawa gelakgelak mendengar jawaban itu. Lalu dia melompat ke hadapan Wiro. Minuman keras di dalam kendi diguyurkannya ke telinga kiri murid Sinto Dendeng.

   "Minumlah yang banyak biar tambah asyik mabokmu!"

   Katanya.

   Wiro merasa telinganya sperti disengat kalajengking.

   Dia cepat berdiri.

   Karena berdiri minuman keras yang masuk ke dalam telinga kiri kini mengalir keuar.

   Dan terjadilah hal yang aneh.

   Telinga yang sakit tuli itu sembuh kembali! Darahnyapun lenyap tidak berbekas.

   Pendegaran Wiro pulih kiri kanan.

   "Manusia gila aneh tapi punya kepandaian yang sulit kujajagi!"

   Kata Wiro memaki dalam hati tapi juga kagum.

   "Ratu Duyung tuan rumahku, panas sekali udara di sini. Apa aku bisa minta tolong agar anak buahmu mengantarkan aku keluar?"

   Tibatiba Iblis Pemabuk berkata setelah meneguk sampai sepertiga isi kendi yang dipegangnya.

   "Tuanku besar raja diraja kurcaci, tunggu dulu! Aku kurcaci jelek masih ada satu pertanyaan. Kalau kau tak menjawab besokbesok aku tak akan menemanimu mabok mabokan lagi!"

   "Dasar kurcaci geblek! Lekas bilang apa kau mau tanya!"

   Bentak Iblis Pemabuk lalu bantingkan kendi yang masih banyak isinya itu ke lantai hingga pecah dan minuman keras di dalamnya membasahi lantai."

   Astaga! Apa yang aku lakukan?!"

   Seru Iblis Pemabuk seolah sadar dan menyesal.

   Lalu dia membuka mulutnya lebarlebar.

   Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu Minuman keras yang tergenang di lantai laksana disedot melesat ke dalam mulutnya hingga lantai menjadi kering! Wiro leletkan lidah melihat kejadian itu.

   "Tuanku besar raja diraja kurcaci! Aku mau tanya begini! Ada manusia jahat berjuluk Tiga Bayangan Setan. Kebal pukulan sakti kebal senjata tajam! Dia memiliki ilmu hitam yang dapat mengeluarkan tiga raksasa jejadian! Kalau dia dibiarkan hidup dunia persilatan bisa kacau balau! Aku minta petunjukmu. Tolong beri tahu aku dimana letak kelemahannya!"

   "Tiga Bayangan Setan....?"

   Sepasang mata Iblis Pemabuk berputar liar. Lalu dia tertawa gelakgelak.

   "Gelas angker tapi tak masuk akal. Yang ada bayangannya itu cuma manusia! Setan mana ada bayangannya! Tiga sekaligus! Buset sompret! Tidak masuk akal!"

   Iblis Pemabuk tertawa mengekeh sampai kedua matanya basah.

   "Tapi dengar, aku akan menjawab pertanyaanmu. Dengar baikbaik apa yang aku ucapkan. Tepat tengah hari bolong! Pilih yang di tengah!"

   Habis berkata begitu Iblis Pemabuk membungkuk di hadapan Ratu Duyung yang dibalas dengan menjura dalam oleh Ratu Duyung.

   Anak buah sang Ratu menyibakkan tirai biru.

   Iblis Pemabuk melangkah terhuyunghuyung.

   Tibatiba dia berbalik pada Wiro dan tudingkan jari telunjuk tangan kanannya ke arah murid Sinto Gendeng itu.

   Astaga! Wiro sampai tergagau.

   Jarak antara dia dan si gemuk Iblis Pemabuk terpisah sekitar tiga tombak.

   Tapi saat itu Wiro merasa ujung jari telunjuk itu telah menyentuh dan menekan hidungnya! "Kurcaci jelek! Dengar baikbaik! Aku tunggu kau pada matahari terbit hari sepuluh bulan sepuluh di Pangandaran! Wiro terkejut dan tak mengerti maksud ucapan Iblis Pemabuk itu.

   Namun waktu dia hendak bertanya si gemuk pendek ini telah lenyap di balik tirai biru.

   "Pangandaran..."

   Desis Wiro.

   "Teka teki apa pula ini? Ada apa di sana? Mau mengajak aku mabokan?!"

   Murid Eyang Sinto Gendeng berpaling pada Ratu Duyung. Dia tidak menemukan jawaban di wajah yang cantik jelita itu. Akhirnya sambil menggaruk kepala Wiro bertanya.

   "Ratu Duyung lewat cermin saktimu apakah kau bisa mengetahui apa yang akan terjadi pada hari sepuluh bulan sepuluh di Pangandaran pada saat matahari terbit seperti dikatakan Iblis Pemabuk tadi?"

   Perlahanlahan Ratu Duyung ambil cermin sakti di pangkuannya lalu memandang ke dalam kaca dengan sepasang mata terpejam. Wiro melihat paras cantik itu berubah. Ketika kedua matanya dibuka Ratu Duyung berucap dengan suara bergetar.

   "Aku melihat darah di seluruh pantai Pangandaran...." * * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu DUA BELAS Pendekar 212, apakah masih ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?"

   Ujar Ratu Duyung.

   "Kurasa semua sudah kutanyakan. Banyak yang belum sempat kutanyakan kau sudah memberi penjelasan.... Hanya ada satu hal, kalau aku memang bukan lagi sebagai tawanan apakah aku bisa meninggalkan tempat ini? Ratu Duyung mengangguk.

   "Pada saatnya kau bisa pergi dari sini dan pada saat yang kau suka kau bisa kembali ke sini..."

   Wiro hendak berdiri tapi Ratu Duyung memberi tanda dengan mengangkat tangan.

   "Sebelum kau pergi, jika memang tak ada pertanyaan lain, kini giliranku untuk mengajukan satu pertanyaan. Hanya satu, tak lebih dan tak kurang...."

   "Silahkan saja Ratu,"

   Jawab Wiro Sableng seraya kembali duduk di kursi batu di hadapan sang Ratu.

   "Apakah kau masih perjaka?"

   Pertanyaaan itu diucapkan Ratu Duyung dengan tenang, wajah lembut dan perlahan.

   Tapi sampainya ke telinga Wiro seperti satu ledakan keras.

   Dipandanginya wajah sang Ratu.

   Lalu dia tertawa gelakgelak.

   Namun ketika dilihatnya paras sang Ratu tidak berubah menandakan bahwa dia memang tidak ada maksud bersenda gurau dengan ucapannya itu maka Wiro serta merta hentikan tawanya.

   "Ratu Duyung, kau barusan menanyakan apa....?"

   "Kau mendengar dengan jelas, aku tak akan mengulang pertanyaanku..."

   Jawab Ratu Duyung.

   "Ah, mungkin dia merasa tersinggung,"

   Pikir Wiro. Dia mendehem beberapa kali. Lalu dengan polos dia berkata.

   "Ratu Duyung, mengingat apa yang telah kau perbuat padaku aku menghormatimu..."

   "Betul?"

   Wiro mengangguk.

   "Tak ada dendam mengingat hukuman yang telah aku jatuhkan padamu?"

   Wiro menggeleng.

   "Kuharap kau jangan tersinggung dengan sikapku barusan. Pertanyaanmu sangat mengejutkan. Kau mau menerangkan apa maksudmu...?"

   "Aku akan terangkan setelah kau menjawab pertanyaanku..."

   Jawab Ratu Duyung pula. Wiro garuk kepalanya. Lalu dia berucap."Sampai saat ini aku memang belum pernah kawin. Maksudku menikah...."

   "Bukan itu yang aku tanyakan. Kau masih perjaka artinya apakah kau pernah melakukan hubungan badan dengan perempuan?"

   Wiro merasa kulit mukanya menjadi panas.

   "Aku tak pernah berzina..."

   Katanya perlahan.

   "Berzina ada beberapa macam. Zina mata, zina telinga, zina tangan dan zina badaniah..."

   Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu "Hemmm...Anu...Zina mata atau tangan atau telinga mungkin sudah pernah aku lakukan.

   Aku bukan manusia tanpa rasa.

   Aku pernah melihat wajahwajah cantik, aku pernah melihat halhal yang dianggap terlarang, aku juga pernah mendengar sesuatu yang kotor, aku pernah memeluk dan mencium gadisgadis.

   Tapi jika zina yang kau maksudkan, itu belum pernah melakukan.

   Tuhan masih memeliharakanku dari yang satu itu...."

   "Aku melihat di cermin sakti. Kau dan Bidadari Angin Timur bersatu badan berpelukpelukan di dalam telaga. Hanya sayang yang terlihat di cermin tidak begitu jelas. Apakah kau tidak mau mengakui bahwa kau telah melakukan..."

   Wiro bangkit dari kursi batu. Dia gelenggelengkan kepalanya.

   "Waktu itu keadaan memang benarbenar penuh kesempatan. Kalau aku mau mungkin gadis itu pasrah saja mengikuti nafsuku. Tapi aku tidak melakukan hal yang satu itu. Bukan karena aku pemuda baikbaik, tapi karena aku sadar aku mencintainya dan tak akan merusak dirinya...."

   "Apakah hal itu akan kau lakukan pada gadis yang tidak kau cintai...?"

   "Ratu Duyung, kau lebih baik memberikan seribu tekateki padaku. Pertanyaanmu sulit kujawab..."

   Kata Wiro pula. Ratu Duyung terdiam sesaat.

   "Kalau ada seseorang menderita sakit. Tak ada obat penyembuhannya kecuali melakukan hubungan badan. Jika diminta apakah kau akan melakukannya?"

   "Ratu, bagaimana aku bisa menjawab pertanyaanmu..."

   Kata Wiro pula lalu dia memandang lekatlekat pada perempuan cantik bermata biru itu.

   "Ratu"... kata Wiro setengah berbisik.

   "Apakah kau menderita sakit? Apakah pertanyaanmu ada sangkut pautnya dengan dirimu?"

   "Aku tidak menderita sakit. Tapi hidupku dalam kutukan. Kutukan itu hanya bisa dimusnahkan jika ada seseorang melakukan hubungan badan denganku dan dengan cinta kasih yang murni, sematamata tulus untuk menolong..."

   "Kutukan.... Kutukan bagaimana Ratu...?"

   Tanya Wiro.

   "Aku akan coba menerangkan walau kau mungkin tidak mengerti... Aku dan juga semua anak buahku yang ada di sini dulunya adalah para gadis kepercayaan seorang sakti penguasa laut selatan. Hidup kami penuh bahagia walau dalam alam yang tidak sama dengan alam manusia. Namun dalam kehidupan iut terdapat laranganlarangan yang tak boleh dilanggar. Satu ketika kami tertipu oleh serombongan pemuda gagah yang tengah mengadakan pesta di pantai. Kami tergoda turun mengikuti pesta itu. Tidak sampai di sana saja. Kami sampai melakukan hubungan badan walau sebenarnya tidak ada bagian tubuh kami yang cacat. Namun kami telah melanggar larangan. Penguasa mengusir kami, mengutuk kami menjadi setengah manusia setengah ikan. Jika badan kami tersentuh air tawar atau air laut bagian sebelah bawah tubuh kami akan menjadi ikan. Kami tidak akan bisa kembali ke dalam keadaan semula kecuali ada seorang pemuda yang mengasihiku, melakukan hubungan badan dengan tulus sematamata mau menolong..."

   Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu Wiro ternganga mendengar keterangan Ratu Duyung itu.

   "Jumlah kalian belasan mungkin puluhan. Apakah aku harus melakukan hubungan itu dengan semua kalian?"

   Tanya Wiro lalu dia menggerendeng sendiri karena merasa pertanyaannya itu adalah pertanyaan tolol. Tapi Ratu Duyung mau menjawab.

   "Waktu hukuman dijatuhkan dan disumpahkan, aku mengatakan pada penguasa laut selatan bahwa aku yang bertanggung jawab atas semua kejadian itu. Karenanya jika ada yang menolong diriku dari beban kutukan maka semua gadis di sini akan terbebas dari kutukan yang sama...."

   "Aku ingat anak buah yang kau bunuh di Ruang Penantian. Agaknya dia bermaksud hendak mengatakan hal yang sama padaku. Tapi kau membunuhnya..."

   "Aku menyesal melakukan hal itu. Tapi tak bisa kuhindari karena bahaya yang menghadang kepada Wiro selama ini Ratu Duyung selalu memandang kepada Wiro dengan mata tak berkesip dan sikap gagah maka kini dia duduk dengan menundukkan kepala. Diamdiam Wiro merasa iba terhadap perempuan cantik bermata biru ini. Tapi bagaimana mungkin dia bisa menolong?"

   Aku bukan orang alim. Melakukan hal itu pasti hemm..."

   Wiro garukgaruk kepala.

   "Ratu, aku yakin ada cara lain untuk menghilangkan kutukan itu..."

   "Kalau kau tahu katakanlah..."

   Murid Sinto Gendeng kembali garukgaruk kepala.

   "Ratu, maafkan pertanyaanku ini. Apakah pernah meminta hal yang sama pada pemuda lain...?"

   Paras sang Ratu berubah merah. Bola matanya yang biru menyorotkan sinar aneh walau tak kehilangan pesonanya. Dia seperti hendak meledak marah namun perlahan akhirnya dia tundukkan kepala. Kepala itu kemudian digelengkan.

   "Betapapun dosa dan kesalahan telah kubuat, tapi aku dan semua anak buahku bukanlah gadisgadis rendah, bukan perempuanpperempuan nakal. Aku tak pernah meminta pada siapapun. Aku tak akan pernah melakukannya kecuali jika aku menyadari bahwa aku menyukai dan merasa cinta terhadap orang itu...."

   Wiro mengusap wajahnya. Dalam hati dia berkata.

   "Jadi... dia mencintaiku... Ah, bagaimana ini! Aku ingin menolongnya tapi..."

   Dipandanginya wajah sang ratu dengan perasaan semakin iba. Perlahanlahan dia berdiri menghampiri.

   "Ratu... Kalau ada cara lain yang bisa kulakukan, aku pasti akan menolongmu. Maafkan diriku...."

   Sambil menundukkan kepala menyembunyikan sepasang matanya yang berkaca kaca Ratu Duyung mengangguk.

   "Aku kecewa besar. Bukan terhadap dirimu, tapi terhadap nasib diriku dan kawankawan. Namun walaupun kecewa ada rasa bahagia. Bahagia bahwa aku pernah bertemu dengan seorang pemuda berhati jujur, berjiwa besar. Hanya satu kupinta, jika kelak kau berubah pikiran hendak menolongku, datanglah kemari. Kayuhlah perahu dari muara Kali Opak. Kayuh ke tengah lautan. Di satu tempat orangorangku akan menjemputmu..."

   "Mudahmudahan kita akan mendapat satu petunjuk memecahkan persoalan ini..."

   Kata Wiro. Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu "Kalau tidak aku akan terjerat di tempat ini. Untuk masa yang tidak satu makhlukpun dapat menghitungnya!"

   Sahut Ratu Duyung. Lalu ditanggalkannya cincin kerang warna biru di jari manis tangan kirinya.

   "Ambillah benda tak berharga ini. Mudahmudahan ada gunanya...."

   Wiro tak berani menolak. Khawatir Ratu Duyung akan tambah berduka.

   "Terima kasih,"

   Katanya seraya menerima cincin itu.

   "Aku akan menyimpannya baikbaik...."

   "Terima kasihku untuk itu,"

   Ujar Ratu Duyung pula. Lalu dia menatap dalam dalam ke arah sepasang mata Pendekar 212 Wiro Sableng. Wiro merasa satu getaran aneh masuk ke dalam dua rongga matanya, terus menjalar ke rongga dada.

   "Pendekar 212, aku minta maaf atas hukuman yang aku jatuhkan terhadapmu tempo hari. Tapi percayalah semua itu dengan maksud baik...."

   "Terus terang aku sudah melupakan hal itu. Lagi pula aku memang pantas menerima hukuman. Lalu kaupun telah mengembalikan kedua mataku."

   "Apakah kau merasakan suatu kelainan setelah matamu dimasukkan kembali ke rongganya?"

   Wiro usapusap dagunya. Dia ingat lalu menjawab."Aku merasa penglihatanku lebih terang, lebih bersih...."

   "Coba atur jalan darahmu menuju kepala. Lalu salurkan tenaga dalammu pada kedua mata. Setelah itu kedipkan matamu dua kali. Dan lihat apa yang terjadi...."

   Wiro pandangi paras Ratu Duyung sesaat. Lalu diikutinya apa yang dikatakan. Begitu dia selesai mengedipkan kedua matanya murid Sinto Gendeng tersurut beberapa langkah. Matanya diusap berulang kali. Lalu memandang ke kiri, ke kanan, berkeliling.

   "Ratu Duyung..."

   Kata Wiro tersendat.

   "Walau samarsamar aku mampu melihat benda benda di luar ruangan ini...."

   "Katakan apa saja yang kau lihat..."

   Kata Ratu Duyung.

   "Aku melihat beberapa orang anak buahmu di sebuah taman. Lalu di sebelah sana ada pedataran rumput. Di kejauhan aku lihat Bukit Batu Putih.... Bagaimana ini bisa terjadi...?!"

   "Kedipkan lagi kedua matamu dua kali,"

   Kata Ratu Duyung. Wiro mengikut. Penglihatannya kembali seperti semula. Penuh rasa tak percaya dia kerahkan lagi tenaga dalam dan kedipkan dua matanya dua kali. Seperti tadi dia mampu melihat bendabenda di luar ruangan.

   "Ratu..."

   "Pendekar 212, kini kau mempunyai ilmu baru. Kau mampu melihat satu benda yang terhalang oleh benda lain. Ilmu itu bernama Menembus Pandang...Mudah mudahan saja ada manfaat bagi dirimu."

   Terkejutlah Wiro mendengar katakata Ratu Duyung. Dia melangkah mendekat.

   "Ratu..... Jadi hukuman mencabut mata tempo hari itu sebenarnya..... Aku telah kesalahan menilai.... Sekarang aku sadar betapa tololnya diriku1"

   Ratu Duyung tersenyum.

   "Aku punya sedikit ilmu yang bisa kubagi. Siapa tahu ada gunanya..."

   Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu Wiro Sableng gelenggeleng kepala. Kedua tangannya diulurkan memegang bahu Ratu Duyung. Lalu dengan setulus hati diciumnya kening perempuan itu seraya berbisik.

   "Aku banyak menerima budimu. Aku tak akan melupakan...."

   Lalu Wiro memeluk sang ratu eraterat.

   Ratu Duyung hanyut dalam kebahagaiaan yang belum pernah dirasakannya.

   Namun dia cepat sadar diri.

   Pelahanlahan dia melangkah mundur.

   Jarijari tangan kirinya dijentikkannya.

   Tirai biru di sebelah kanan bergerak.

   Empat orang gadis berpakaian hitam ketat memasuki ruangan.

   Salah seorang di antaranya adalah gadis bertubuh jangkung yang tempo hari menemui Wiro sewaktu diikat ke batu putih dalam menjalani hukuman.

   "Antarkan tamu kita ke Pintu Gerbang Perbatasan."

   Empat gadis menjura lalu memberi isyarat pada Pendekar 212 untuk mengikuti. Namun sebelum berlalu Wiro berkata.

   "Ratu waktu pertama datang kemari aku mengenakan pakaian lain. Walau jelek dan dekil aku mohon pakaian itu dikembalikan padaku."

   "Kau akan mendapatkannya. Seorang anak buahku akan memberikan padamu sebelum meninggalkan tempat ini. Aku tahu pakaian itu kotor namun yang sangat berarti bagimu adalah sekuntum bunga kenanga sakti yang tak pernah layu di salah satu kantongnya, bukan begitu?"

   Selagi Wiro terkejut mendengar ucapan Ratu Duyung, perempuan ini berkata lagi.

   "Jika kau bertemu dengan gadis dari alam gaib bernama Suci berjuluk Dewi Bunga Mayat itu, sampaikan salam hormatku padanya..."

   Wiro hanya bis mengangguk.

   Dalam hati dia mengagumi betapa luasnya ilmu pengetahuan Ratu Duyung sampaisampai dia juga mengenal Dewi Bunga Mayat.

   (Untuk jelasnya siapa adanya Suci atau Dewi Bunga Mayat silahkan baca serial Wiro Sableng berjudul "Dewi Bunga Mayat") "Satu lagi Ratu, pakaian hitam yang melekat di tubuhku saat ini apakah aku boleh memakainya terus.

   Atau harus kutanggalkan di hadapan anak buahmu seperti kejadian dulu...?"

   Empat orang anak buah Ratu Duyung tampak terkesiap mendengar katakata Wiro itu. Mereka khawatir mendengar katakata Wiro itu. Mereka khawatir sang Ratu marah. Tapi ternyata Ratu Duyung tersenyum.

   "Kau boleh memakainya selama kau suka..."

   "Terima kasih, aku minta diri sekarang."

   Wiro membungkuk dalamdalam lalu melangkah mengikuti empat gadis anak buah sang Ratu.

   * * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu HANYAsesaat setelah Pendekar 212 meninggalkan ruangan itu, Ratu Duyung duduk terhenyak di atas kursi batu.

   Dia tak sanggup lagi menahan runtuhnya air mata.

   Dia menangis hampir tanpa suara.

   Sambil bersandar tangannya bergerak menekan sebuah tombol di lengan kanan kursi batu.

   Terdengar suara berdesing.

   Tirai biru di hadapannya menggulung ke atas.

   Lalu tampak sebuah celah yang merupakan pintu sebuah lorong pendek.

   Ratu Duyung bangkit dari kursi batunya.

   Setengah berlari dia memasuki lorong itu hingga sebuah ruangan berbentuk bundar.

   Di bagian tengah ruangan ini ada sebuah benda setinggi manusia tertutup kain beluderu merah muda.

   Ratu Duyung menarik lepas kain beluderu itu.

   Begitu kain tersingkap kelihatan sebuah patung seukuran tinggi manusia yang sangat halus buatannya.

   Patung itu memiliki wajah dan sosok tubuh menyerupai Pendekar 212 Wiro Sableng.

   Di hadapan patung Ratu Duyung jatuhkan diri.

   Bahunya kelihatan berguncang.

   Kedua tangannya memegangi bagian kaki patung.

   Tangis yang sejak tadi ditahan dan disembunyikannya kali ini tak dapat dibendung lagi.

   Ratapannya terdengar mengharukan.

   "Wiro... Lima tahun aku menunggumu. Setelah kau hadir di sini ternyata aku tak mampu berharap dan meminta.... Kalau saja hidup di tempat ini mengenal mati, aku lebih rela menghembuskan napas penghabisan saat ini juga...."

   Tekanan batin dan keputusasaan membuat Ratu Duyung tak sadar lagi apa yang diperbuatnya.

   Patung batu Pendekar 212 Wiro Sableng dipeluk diciumnya dengan berurai air mata.

   * * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu TIGA BELAS Yang disebut Pintu Gerbang Perbatasan adalah tumpukan batubatu besar berbagai bentuk yang disusun demikian rupa membentuk sebuah pintu gerbang.

   Saat itu udara terasa dingin dan malam sangat gelap karena bulan purnama dan bintang bintang tak satupun menghiasi langit.

   Tiga orang gadis berpakaian hitam ketat berjalan di depan Wiro.

   Mereka melangkah cepat menuju pintu gerbang batu.

   Wiro mengikuti dengan buntalan kecil berisi pakaiannya tergantung di punggung.

   Di samping kanannya berjalan anak buah Ratu Duyung, gadis cantik bertubuh jangkung.

   Sejarak sepuluh tombak sebelum mencapai pintu gerbang gadis ini berbisik pada Wiro.

   "Pada saat mencapai pintu gerbang batu, aku akan melompat melewatinya. Jika aku selamat maukah kau mengantarkan aku ke satu tempat....?"

   Tentu saja Wiro terkejut mendengar katakata gadis itu. Dia ingat pada gadis yang menemui ajalnya di tangan Ratu Duyung di Ruang Penantian.

   "Aku tidak bisa memastikan. Tapi apakah rencanamu itu tidak akan mencelakai dirimu sendiri?"

   "Hidupku dan kawankawan sudah lama dirundung celaka. Kalaupun muncul celaka besar yang bisa membunuh diriku, aku malah akan merasa lebih tenteram..."

   Jawab si gadis.

   "Kau masih muda, mengapa sengaja mencari bencana?"

   Mengingatkan Wiro.

   "Aku tahu masalah yang kalian hadapi. Suatu ketika semua akan mencapai akhirnya. Kalian bisa kembali ke alam sebelum kalian berada di tempat ini..."

   "Hemmmm...Kau pasti tahu itu dari Ratu kami. Tapi akhir yang kau katakan itu datangnya mungkin lama sekali. Bahkan bisa saja tak pernah terjadi."

   Jawab si gadis. Air mukanya agak berubah. Lalu dia berkata setengah menyesali.

   "Tadinya aku mengira bisa menggantungkan secuil harapan padamu. Ternyata aku keliru. Jika kau tidak bersedia menolong tak jadi apa. Tapi ketahuilah apapun yang terjadi aku tetap akan berusaha menembus keluar dari kungkungan kehidupan penuh tekanan batin ini. Sejak lama aku sudah tak tahan. Kurasa kawankawan yang lain begitu juga. Termasuk Ratu kami sendiri...."

   Pintu Gerbang Perbatasan semakin dekat juga.

   Satu tombak dari hadapan pintu batu ini tiga gadis di depan Wiro hentikan pintu batu ini tiga gadis di depan Wiro hentikan langkahnya.

   Mereka berpaling pada Pendekar 212.

   Wiro sendiri coba meneliti apa sebenarnya yang ada di seberang pintu gerbang batu itu.

   Dia hanya melihat tebaran awan putih bercampur kelabu.

   "Kami hanya mengantar sampai di sini,"

   Kata gadis yang di tengah.

   Dia kawan kawannya tidak memperhatikan kawan mereka yang satu si jangkung.

   Wiro yang sudah tahu gelagat cepat melangkah ke bagian tengah pintu gerbang batu, maksudnya hendak menghadang perbuatan nekat yang hendak dilakukan gadis Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu jangkung itu.

   Tapi dia lupa kalau saat itu dia masih berada di alam aneh kekuasaan Ratu Duyung.

   Lebih cepat dari langkah yang dibuat Pendekar 212 si gadis jangkung berkelebat.

   Murid Sinto Gendeng hanya merasa ada sambaran angin.

   Ketika dia berpaling ke kiri gadis jangkung itu telah melesat di atas kepalanya! Tiga anak buah Ratu Duyung berseru kaget melihat kejadian itu.

   Mereka memburu tapi sadar lalu cepat bersurut.

   Di depan sana mereka semua melihat gadis jangkung yang tadi melesat di udara kini melayang turun.

   Lalu terjadilah hal yang membuat tiga gadis terpekik sedang Wiro keluarkan seruan tertahan.

   Begitu tubuh gadis jangkung menyentuh tebaran awan, terdengar letupan keras lalu wusss! Satu kobaran api yang besar dan garang tahutahu menyelimuti tubuh gadis jangkung itu.

   Si gadis menggeliat kian kemari.

   Tanpa jeritan sama sekali tubuhnya musnah tanpa bekas.

   Bersamaan dengan itu kobaran apipun padam.

   "Kalau aku melewati pintu gerbang batu ini, lalu tubuhku bersentuhan dengan awan putih kelabu, apakah nasibku bakalan sama dengan gadis nekat tadi...."

   Apa yang ada dalam pikiran Pendekar 212 rupanya diketahui oleh tiga gadis di dekatnya. Salah seorang dari mereka lalu berkata.

   "Keadaan dirimu tidak sama dengan kami. Tak usah ragu. Lewati Pintu Gerbang Perbatasan tanpa rasa takut tanpa ragu. Kau akan kembali ke duniamu dengan aman...."

   Wiro pandangi tiga gadis di hadapannya sambil garukgaruk kepala. Hatinya meragu dan kebimbangan terlihat di wajahnya. Tiga gadis di hadapannya anggukkan kepala satu persatu untuk pertama kalinya mereka tersenyum pada pemuda itu.

   "Selamat jalan...."

   Kata ketiga gadis hampir bersamaan.

   Wiro lambaikan tangan kanannya.

   Dia melangkah menaiki tangga Pintu Gerbang Perbatasan sebelah dalam.

   Pada pertengahan tangga batu, tepat di bawah pintu gerbang dia berpaling pada tiga gadis itu.

   Yang dipandangi kembali mengucapkan selamat jalan.

   Wiro gelenggeleng kepala.

   Kakinya kini menuruni tangga batu sebelah luar pintu gerbang.

   Dia melangkah lagi.

   Sesaat dia merasa seperti melayang di udara.

   Lalu kaki dan tubuhnya menyentuh awan putih kelabu.

   Pada saat itu juga terjadi satu hal yang tidak bisa dipercayainya.

   Memandang ke bawah dia melihat kedua kakinya kini menginjak pasir pantai.

   Memandang ke depan dia dapatkan laut luas terbentang ditebari pulaupulau di kejauhan.

   Ombak berdebur tiada henti di tepi pantai.

   Dua buah perahu lengkap dengan pendayung terapungapung dipermainkan ombak.

   "Aneh, bagaimana ini bisa terjadi...?"

   Pikir Pendekar 212.

   Dia menoleh ke belakang.

   Astaga! Pintu Gerbang Perbatasan lenyap.

   Tiga gadis anak buah Ratu Duyung tak kelihatan lagi.

   Selagi Wiro tercengangcengan seperti itu tibatiba satu tangan besar memegang pundaknya.

   Murid Sinto Gendeng tergagau keras saking kagetnya.

   Dia cepat membalik sambil bersiap menghantam.

   Saat itu juga meledak suara tawa keras sekali.

   Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng Wasiat Sang Ratu "Kerbau Bunting sialan!"

   Maki Wiro lalu tarik pulang tangan kanannya yang siap menjotos.

   "Selamat datang di dunia kita Sobatku Muda!"

   Kata Dewa Ketawa.

   "Betapapun bagusnya dunia orang lain, jauh masih lebih bagus dunia kita yang serba gila ini! Ha... ha... ha....."

   Mau tak mau Wiro jadi ikutikutan tertawa. Mendadak Dewa Ketawa hentikan gelaknya.

   "Eh, apakah kau sempat diajak tidur oleh Ratu Duyung bermata biru itu...?"

   Dewa Ketawa bertanya.

   "Bagaimana kau tahu....?"

   Balik bertanya Wiro dengan mata mendelik.

   "Ha...ha...Sebelumnya dia pernah minta pendapatku. Kukatakan padanya agar menanyakan sendiri. Jadi sudah ya...?"Wiro gelengkan kepala. Dewa Ketawa pukul jidatnya sendiri.

   "Sayang aku sudah tua! Kalau saja masih muda dan segagahmu pasti aku yang duluan diminta sang Ratu untuk masuk ke kamarnya! Ha...ha...ha!"

   Dewa Ketawa menunjuk pada dua buah perahu yang ada di pasir pantai.

   "Pasti Ratu Duyung yang mengatur. Aku ambil satu kau ambil satu. Kita tinggalkan tempat ini dan berpisah di sini. Kalau umur sama panjang pasti bisa bertemu lagi...."

   Tubuh Dewa Ketawa melesat di udara lalu mendarat masuk ke dalam salah satu perahu.

   Walau nyatanyata tubuhnya yang gendut itu berbobot lebih dari dua ratus kati perahu sama sekali tidak bergoyang! Wiro juga tak mau menunggu lebih lama.

   Sekali berkelebat tubuhnya melayang di udara, berputarputar seperti bola.

   Di lain kejap kedua kakinya menyentuh lantai perahu.

   Salah satu kakinya sengaja dipakai menginjak ujung kayu pendayung.

   Pendayung melesat ke udara, sebelum jatuh murid Sinto Gendeng cepat melompat dan menyambar gagang pendayung selagi masih berada di udara.

   Ketika turun lagi ke dalam perahu, perahu itu tetap tidak bergoyang! "Ha...ha....ha! Pertunjukan hebat!"

   Memuji Dewa Ketawa.

   "Sobatku Gendut!"

   Teriak Wiro.

   "Kalau ada undangan besar apakah kau mau datang ke satu tempat?"

   "Tergantung siapa yang mengundang, kapan dan dimana!"

   Jawab Dewa Ketawa seraya mulai mengayuh perahunya.

   "Yang mengundang Iblis Pemabuk! Waktunya hari sepuluh bulan sepuluh! Saat matahari terbit. Tempatnya Pengandaran"

   Jawab Wiro.

   "Waktunya cocok! Tempatnya sesuai! Si Pengundang tepat! Kita bisa mabuk samasama di sana nanti!"

   Dewa Ketawa tertawa panjang.

   Sekali dia menggerakkan tang an mengayuh, perahu yang ditumpanginya melesat menembus ombak.

   TAMAT Serial selanjutnya Delapan Sabda Dewa sudah diselesaikan oleh kucinglistrik...Saya lanjut ke serial Muslihat Para Iblis...Harap sabar menunggui...(mercenary_007)

   

   

   

Raja Petir Empat Setan Goa Mayat Pendekar Rajawali Sakti Siluman Penghisap Darah Pendekar Rajawali Sakti Sayembara Maut

Cari Blog Ini