Ceritasilat Novel Online

Da Vinci Code 6


Dan Brown The Da Vinci Code Bagian 6



"Karena Konstantin meningkatkan status Yesus hampir empat abad setelah kematian Yesus, ribuan dokumen yang mencatat kehidupan-Nya sebagai manusiabiasa sudah terlanjur ada. Untuk menulis ulang buku-buku sejarah, Konstantin tahu bahwa ia perlu mengambil sebuah langkah berani. Dari sinilah timbul sebuah momen paling menentukan dalam sejarah Kristen."

   Teabing berhenti sejenak, menatap Sophie.

   "Konstantin menitahkan dan membiayai penyusunan sebuah Alkitab baru, yang meniadakan semua ajaran yang berbicara tentang segala perilaku manusiawi Yesus, serta memasukkan ajaran-ajaran yang membuatNya seakan Tuhan. Injil-injil terdahulu dianggap melanggar hukum, lalu dikumpulkan dan dibakar."

   "Sebuah catatan menarik,"

   Tambaah Langdon.

   "Siapa pun yang memilih Injil-injil terlarang dan bukannya versi Konstantin akan dianggap sebagai kaum bidah, heretic. Kata heretic diambil dari momen sejarah tersebut. Kata Latin haereticus berarti 'pilihan'. Mereka yang 'memilih' sejarah asli dari Kristus adalah kaumheretic pertama di dunia."

   "Untungnya bagi para sejarawan,"

   Kata Teabing.

   "beberapa gospel yang dicoba untuk dimusnahkan oleh Konstantin berhasil diselamatkan. Dead Sea Scrolls, Gulungan-Gulungan Laut Mati, ditemukan pada tahun 1950-an tersembunyi di sebuah gua dekat Qumran di gurun Yudea. Dan, tentu saja, Gulungan Koptik pada tahun 1945 di Nag Hammadi. Sebagai tambahan dari penuturan kisah Grail sejati, dokumen-dokumen ini berbicara tentang kependetaan Kristus dalam keadaan-keadaan yang amat manusiawi. Tentu saja Vatikan, dalam memelihara tradisi misinformasi mereka, mencoba amat keras untuk menekan pengabaran gulungan-gulungan naskah ini. Mengapa tidak? Gulungangulungan itu menggarisbawahi ketidakcocokan dan pemalsuan sejarah yang mencolok, jelas-jelas membenarkan bahwa alkitab modern disusun dan diedit oleh manusia yang memiliki sebuah agenda politis--untuk mempromosikan keilahian, seorang lelaki bernama Yesus Kristus dan memanfaatkan pengaruhNya untuk mengukuhkan basis kuasa mereka sendiri."

   "Namun,"

   Sanggah Langdon.

   "amatlah penting untuk mengingat bahwa hasrat Gereja modern untuk menekan dokumen-dokumen ini datang dari kepercayaan tulus yang lahir dari pandangan mapan mereka akan Kristus. Vatikan terbangun dari orang-orang yang teramat saleh, yang sungguhsungguh percaya bahwa dokumen-dokumen yang bertentangan ini tak bisa lain adalah kesaksian palsu."

   Teabing tergelak, sambil menyantaikan dirinya pada sebuah kursi di hadapan Sophie.

   "Seperti yang dapat kaulihat, profesor kita ini punya hati yang jauh lebih lunak terhadap Roma daripada hatiku. Walau begitu, ia benar mengenai kaum pendeta yang meyakini dokumen-dokumen penentang ini sebagai kesaksian palsu. Itu dapat dimengerti. Alkitab versi Konstantin telah menjadi kebenaran mereka selama berabad-abad. Tiada seorangpun yang lebih terindoktrinasi kecuali pendoktrin itu sendiri."

   "Maksud dia,"

   Kata Langdon.

   "adalah bahwa kita memuja tuhan-tuhan dari para leluhur kita."

   "Maksudku,"

   Sergah Teabing.

   "adalah bahwa nyaris segala yang diajarkan para leluhur kita tentang Kristus adalahpalsu. Sebagaimana kisah-kisah Holy grail ini."

   Sophie memandang lagi kutipan Da Vinci didepannya. Kebodohan membutakan teiah menyesatkan kita. Oi! Orang-orang bodoh, bukalah mata kalian! Teabing meraih buku itu dan membuka lembar demi lembar hingga ke tengahnya.

   "Dan akhirnya, sebelum Aku tunjukkan kepadamu lukisan-lukisan Da Vinci tenrang Holy Grail, aku ingin kau melihat ini sekilas."

   Ia membuka buku itu tepat pada buah grafis warna-warni yang membentang sepenuh halaman.

   "Aku pikir kau mengenali lukisan ini?"

   Dia bercanda, bukan? Sophie menatap lukisan paling masyhur sepanjang masa,TheLastSupper, lukisan legendaris Da Vinci dari dinding Santa Maria delle Grazie di Milan.

   Lukisan yang meluntur itu menggambarkan Yesus dan para murid-Nya pada saat Yesus mengumumkan bahwa salah satu dari mereka akan mengkhianati-Nya.

   "Ya, aku tahu lukisan itu."

   "Mungkin kaumau memanjakanku dalam permainan ini? Tolong tutup matamu."

   Merasa ragu, Sophie menutup matanya.

   "Di mana Yesus duduk?"

   Tanya Teabing.

   "Di tengah."

   "Bagus. Apa makanan yang disantap Yesus dan para murid-Nya?"

   "Roti."

   Jelas.

   "Bagus sekali. Dan apa minumnya?"

   "Anggur. Mereka minum anggur."

   "Hebat. Dan satu pertanyaan final. Berapa banyak gelas anggur di atas meja?"

   Sophie berhenti sejenak, menyadari bahwa ini pertanyaan menjebak. Dan setelah makan malam, Yesus mengambil secangkir anggur, berbagi dengan paramurid-~Nya.

   "Satu cangkir,"

   Katanya.

   "Cawan suci."MangkukKristus. Holy Grail.

   "Yesus membagi-bagikan secawan anggur, sebagaimana yang dilakukan kaum Kristen modern pada komuni."

   Teabing mendesah.

   "Buka matamu."

   Sophie membuka matanya.

   Teabing menyeringai angkuh.

   Sophie memandang ke bawah, ke lukisan itu, melihat dengan takjub bahwa setiap orang di meja itu memegang segelas anggur, termasuk Kristus sendiri.

   Tiga belas cawan.

   Selain itu, cawan-cawan itu tampak kecil, tak bertangkai, dan terbuat dari kaca.

   Tak ada satu pun Cawan sesungguhnya dalam lukisan itu.

   Tiada Holy Grail.

   Mata Teabing berkedip-kedip.

   "Tidakkah sedikit aneh menurutmu, mengingat bahwa baik Alkitab dan legenda kita yang lazim tentang Holy Grail merayakan momen ini sebagai kemunculan pasti dari Holy Grail. Anehnya, Da Vinci tampak lupa untuk melukis Cawan Kristus."

   "Tentunya para sarjana seni telah mencatat hal ini."

   "Kau akan terkejut jika mengetahui berbagai anomali yang dicakupkan Da Vinci dalam lukisan ini, yang kebanyakan sarjana tak melihatnya atau sekadar memilih untuk mengabaikannya. Gambar ini, sesungguhnya, adalah kunci keseluruhan misteri Holy Grail. Da Vinci membentangkan semuanya secara terbuka dalamTheLastSupper."

   Sophie memindai karya itu dengan bersemangat.

   "Apakah lukisan ini mengatakan padakitaapa Holy Grail itu sesungguhnya?"

   "Bukan apa,"

   Bisik Teabing.

   "Tapisiapa dia. Holy Grail bukanlah sebuah benda. Sesungguhnya, Holy Grail ada1ah...seseorang. SOPHIE MENATAP Teabing lama, kemudian menoleh kepada Langdon.

   "Holy Grail seorang manusia?"

   Langdon mengangguk.

   "Seorang perempuan."

   Dari wajah Sophie yang tampak kosong, Langdon tahu, Sophie tidak mengerti.

   Dia ingat mempunyai reaksi yang sama ketika dia pertama kalinya mendengar pernyataan itu.

   Namun itu sebelum dia mengerti simbologi di balik Grail sehingga kaitannya dengan simbol perempuan menjadi jelas.

   Tampaknya Teabing mempunyai pemikiran yang sama.

   "Robert, mungkin ini saatnya simbolog memberi penjelasan?"

   Kemudian Leigh berjalan ke ujung meja, menemukan secarik kertas, dan meletakkannya di depan Langdon. Langdon mengeluarkan sebuah pena dari sakunya.

   "Sophie, kau mengenal ikon modern untuk lelaki dan perempuan?"

   Lalu Langdon menggambar simbol umum lelaki dan simbol perempuan yang biasa.

   "Tentu saja."

   "Ini,"

   Lanjutnya.

   "bukanlah simbol-simbol asli bagi lelaki dan perempuan. Banyak orang salah menduga bahwa simbol lelaki berasal dari sebuah perisai dan anak tombak, sementara simbol perempuan ditandai oleh sebuah cermin yang memantulkan kecantikan. Sebenarnya, symbol-simbol itu berasal dari simbol-simbol astronomi planet dewa Mars dan planet dewi Venus. Simbolsimbol aslinya jauh lebih sederhana."

   Langdon menggambar ikon lain pada kertas itu. ^ "Ini simbol asli untuk lelaki,"

   Kata Langdon kepada Sophie "Sebuah lingga tidak sempurna."

   "Sangat langsung ke tujuan,"

   Kata Sophie.

   "Seperti yang seharusnya,"

   Tambah Teabing. Langdon melanjutkan.

   "Ikon ini resmi dikenal sebagaibilahpedang dan itu mewakili agresi dan dunia lelaki. Sebenarnya simbol lingga ini masih digunakan di bidang militer modern sebagai lambang pangkat."

   "Betul."

   Teabing tersenyum.

   "Semakin banyak penis kaupunya, semakin tinggi pangkatmu. Anak lelaki tak pernah dewasa."

   Langdon mengedipkan matanya.

   "Kita lanjutkan. Simbol perempuan, mungkin sudah kaubayangkan, merupakan lawannya."

   Langdon menggambar simbol pada kertas itu.

   "Ini disebutchalice."

   V Sophie menatapnya, tampak terkejut. Langdon dapat melihat Sophie mulai menangkap hubungan itu."Chalice"

   Sambung Langdon.

   "mirip dengan cawan atau bejana, dan lebih penting, itu menyerupai bentuk rahim perempuan. Simbol ini berhubungan dengan keperempuanan, dunia perempuan dan kesuburan."

   Langdon menatap langsung pada sophie sekarang.

   "Sophie, legenda mengatakan kepada kita bahwa Holy Grail adalah chalice, sebuah tempat minum yang dipakai dalam upacara keagamaan -sebuah cawan. Tetapi, penggambaran Grail sebagai cawan merupakan kiasan untuk menyamarkan kesejatian Holy Grail. Jadi, legenda menggunakan cawan sebagai metafora bagi sesuatu yang jauh lebih penting."

   "Seorang perempuan,"

   Kata Sophie.

   "Tepat,"

   Langdon tersenyum.

   "Grail sebenarnya adalah simbol kuno untuk dunia keperempuanan, dan Holy Grail mewakili perempuan suci dan dewi, yang tentu saja sekarang sudah hilang, dihapuskan oleh Gereja. Kekuatan perempuan dan kemampuannya untuk melahirkan kehidupan pernah sangat disucikan, tetapi itu merupakan ancaman bagi kebangkitan Gereja yang dikuasai lelaki, dan karena itulah perempuan suci diibliskan dan diangggap kotor. Lelakilah, bukan Tuhan, yang menciptakan konsep dosa asal, yaitu ketika Hawa mencicipi apel dan menyebabkan jatuhnya ras manusia. Perempuan, yang pernah menjadi pemberi kehidupan yang suci, sekarang merupakan musuh."

   "Aku harus menambahkan,"

   Kata Teabing.

   "bahwa konsep perempuan sebagai pembawa kehidupan merupakan dasar dari agama kuno. Melahirkan anak merupakan peristiwa mistis dan penuh kekuatan. Sedihnya, filosofi Kristen memutuskan untuk menggelapkan kekuatan penciptaan perempuan dengan mengabaikan kebenaran biologis dan menjadikan lelaki sebagai pencipta. Kitab Kejadian mengatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Perempuan menjadi bagian lelaki dan penuh dosa. Kitab Kejadian merupakan awal dari berakhirnya pemujaan terhadap dewi."

   "Grail,"

   Kata Langdon.

   "merupakan simbol dari dewi yang hilang. Ketika Kristen hadir, agama-agama pagan lama ternyata tidak mati begitu saja. Legenda pencarian Grail yang hilang sebenarnya merupakan cerita-cerita tentang permintaan yang terlarang untuk mencari perempuan suci yang hilang. Para kesatria yang mengaku mencari cawan berbicara menggunakan kodekode untuk melindungi diri mereka sendiri dari Gereja yang telah menaklukkan perempuan, menghilangkan Dewi, membakar orang-rang kafir, dan melarang penghormatan kaum pagan kepada perempuan suci."

   Sophie menggelengkan kepalanya.

   "Maaf ketika kau mengatakan bahwa Holy Grail adalah seseorang, kupikir itu bukan orang yang sebenarnya."

   "Memang orang,"

   Kata Langdon.

   "Dan bukan hanya sembarang orang,"

   Teabing mencetus sambil berdiri dengan bersemangat.

   "Seorang perempuan yang membawa rahasia yang begitu kuatnya sehingga, jika terbongkar, akan mengancam merusak dasar Kristen!"

   Sophie tampak terkejut sekali.

   "Apakah perempuan ini terkenal dalam sejarah?"

   "Sangat,"

   Teabing mengambil tongkat ketiaknya dan berjalan menuju gang.

   "Dan jika kita berpindah ke ruang kerjaku, teman-teman, aku akan merasa terhormat untuk memperlihatkan kepada kalian lukisan Da Vinci tentang perempuan itu."

   Melewati dua kamar, di dapur, REmy Legaludec berdiri diam di depan televisi.

   Siaran berita menyiarkan foto lelaki dan perempuan ...

   yang sama dengan dua orang tamu yang baru saja dijamu the olehnya.

   SELAGI berdiri pada penghalang jalan di luar Bank Penyimpanan Zurich, Letnan Coliet bertanya-tanya apa yang membuat Fache begitu lama untuk mendapatkan surat izin penggeledahan.

   Para bankir itu pastilah menyembunyikan sesuatu.

   Mereka menyatakan bahwa Langdon dan Neveu memang datang ke bank mereka tetapi sudah diminta pergi karena tidak mempunyai nomor rekening yang benar.

   Tetapimengapakamitidakbolehmasukdanmencarimereka? Akhirnya,handphone Collet berdering.

   Dari pos komando di Louvre.

   "Kita sudah dapat surat penggeledahan?"

   Tanya Collet.

   "Lupakan bank itu, Letnan,"

   Kata agen itu.

   "Kita baru saja mendapatkan petunjuk. Kita tahu di mana tepatnya Langdon dan Neveu bersembunyi."

   Collet terduduk di atas kap mobilnya.

   "Kau bercanda."

   "Aku punya alamat di pinggiran kota. Sekitar Versailles."

   "Kapten Fache sudah tahu?"

   "Belum. Dia sibuk dengan telepon penting."

   "Aku segera berangkat. Minta Kapten menelponku begitu dia selesai."

   Collet mencatat alamat itu dan meloncat masuk mobilnya.

   Ketika dia keluar dari bank, dia sadar telah lupa menanyakan siapa yang memberi tahu DCPJ tentang alamat di mana Langdon berada.

   Bukannya hal itu penting.

   Collet telah mendapat kesempatan untuk menebus keraguannya dan kesalahannya tadi.

   Dia akan membuat penAngkapan yang paling penting dalam kariernya.

   Collet menghubungi lima mobil polisi untuk mengikutinya.

   "Jangan gunakan sirene, bung. Langdon tidak boleh tahu kita datang."

   Empat puluh kilometer dari situ, sebuah Audi hitam keluar dari sebuah jalan pedesaan dan diparkir dalam kegelapan di tepi sebuah lapangan.

   Silas keluar dan melongok melalui jeruji pagar besi tempa yang mengelilingi kompleks di depannya.

   Dia menatap jalan melandai panjang yang diterangi cahaya bulan menuju puri di kejauhan.

   Lantai bawah terang benderang.

   Aneh, untuk jam seperti ini, pikir Silas, tersenyum.

   Informasi yang diberikan Guru sangat akurat.

   Aku tidak akan meninggalkanrumahinitanpabatukunci itu, dia bersumpah.Akutidakakan mengecewakanUskupdanGuru.

   Silas memeriksa pengunci pistol Heckler Koch 13 mm-nya, kemudian dia mendorongnya melewati jeruji dan menjatuhkannya di atas tanah berlumut di dalam kompleks itu.

   Kemudian dia menggenggam ujung pagar, mengangkat dirinya ke atas dan melewati pagar, lalu jatuh ke atas tanah di baliknya.

   Tanpa peduli terhadap rasa sakit yang disebabkan olehcilice, Silas menarik pistolnya dan mulai berjalan di sepanjang jalan berumput menuju rumah itu.

   RUANG KERJA Teabing tidak seperti ruang kerja yang pernah dilihat oleh Sophie pada umumnya.

   Enam atau tujuh kali lebih besar dari ruang kerja yang termewah sekalipun,cabinetdetravaille sang kesatria ini mirip dengan sebuah laboratorium ilmiah yang aneh, perpustakaan arsip, dan pasar loak dalam rumah.

   Diterangi oleh tiga lampu gantung tinggi, lantai keramiknya yang tak berbatas dihiasi oleh beberapa meja kerja besar yang terkubur di bawah bukubuku, benda-benda seni, artifak-artifak, dan, yang mengejutkan, setumpuk perlengkapan elektronik -komputer, proyektor, mikroskop, mesin fotokopi, dan scanner tipis.

   "Aku mengubah ruang dansaku,"

   Kata Teabing, tampak malu ketika dia menyeret dirinya masuk ke ruangan itu.

   "Aku tidak ada waktu untuk berdansa."

   Sophie merasa sepanjang malam ini seolah berada di tengah-tengah antara dunia nyata dan mimpi. Tidak ada satu hal pun yang dapat .diduganya.

   "Ini semua untuk pekerjaanmu?"

   "Mempelajari kebenaran telah menjadi kecintaanku,"

   Kata Teabing.

   "Dan Sangreal adalah kekasih favoritku."

   Holy Grail adalah seorang perempuan, pikir Sophie. Bentuknya menjadi sebuah susunan gagasan yang saling membelit namun tidak masuk akal.

   "Kau bilang mempunyai lukisan perempuan yang kausebut Holy Grail itu."

   "Ya, bukan aku yang menyebut perempuan itu Holy Grail. Kristus sendiri yang mengatakannya begitu."

   "Yang mana lukisan itu?"

   Tanya Sophie, sambil mengamati dinding-dinding disitu.

   "Hmmm ..."

   Teabing seakan lupa akan janjinya.

   "Holy Grail. Sangreal. Cawan."

   Tiba-tiba dia bergerak dan menunjuk ke dinding yang jauh. Pada dinding itu tergantung kopi lukisan The Last Supper sepanjang delapan kaki, betul-betul sama dengan gambar yang tadi dilihat Sophie dalam buku.

   "Nah, itu perempuannya!"

   Sophie yakin ada yang tidak dimengertinya.

   "Itu lukisan yang sama dengan yang baru saja kauperlihatkan padaku."

   Teabing mengedipkan matanya.

   "Aku tahu, tapi ukuran besar ini jauh lebih menarik. Bukan begitu?"

   Sophie menoleh kepada Langdon mencari pertolongan.

   "Aku tak paham."

   Langdon tersenyum.

   "Holy Grail memang muncul dalam lukisanTheLast Supper. Leonardo telah memasukkannya dengan jelas."

   "Tunggu dulu,"

   Kata Sophie.

   "Kau bilang Holy Grail itu perempuan. The LastSupper adalah lukisan tiga belas lelaki."

   "Benarkah?"

   Teabing mengangkat alisnya.

   "Coba lihat dengan lebih teliti."

   Dengan tidak yakin, Sophie mendekati lukisan itu, mengamati tiga belas tokoh di dalamnya -Yesus Kristus di tengah, enam murid di sebelah kiri-Nya, dan enam murid lainnya di sebelah kanan-Nya.

   "Mereka semua lelaki,"

   Jelas Sophie.

   "Oh?"

   Kata Teabing.

   "Bagaimana dengan yang duduk ditempat kehormatan, di sebelah kanantheLord?"

   Sophie memeriksa tokoh yang duduk tepat di sebelah kanan Yesus.

   Dia memusatkan perhatiannya pada tokoh tersebut.

   Ketika dia mempelajari wajah dan tubuh tokoh itu, gelombang kekaguman menerpanya.

   Tokoh tersebut berambut merah tergerai, kedua lengan lembutnya memberi isyarat.

   Tidak diragukan lagi ...

   itu perempuan.

   "Ini perempuan!"

   Seru Sophie. Teabing tertawa.

   "Kejutan, kejutan. Percayalah, terlipat, dan dadanya ini bukan kesalahan. Leonardo ahli dalam membedakan jenis kelamin tokoh dalam lukisannya."

   Sophie tidak dapat melepaskan tatapannya dari perempuan di samping Kristus.

   The Last Supper seharusnya merupakan lukisan tiga belas lelaki.

   Siapa perempuan ini? Walau Sophie telah pernah melihat gambar klasik ini beberapa kali, dia belum pErnah melihat ketidaksesuaian yang rnencolok itu.

   "Semua orang tidak melihatnya,"

   Kata Teabing.

   "Pendapat kita yang telah terbentuk sebelumnya tentang gambar ini begitu kuat sehingga pikiran kita memagari keganjilan itu dan mengesampingkan mata kita."

   "Hal itu disebut skotoma,"

   Tambah Langdon.

   "Kadang-kadang otak kita bekerja demikian pada simbol-simbol yang kuat."

   "Alasan lain yang membuatmu tidak melihat perempuan itu adalah,"

   Kata Teabing.

   "banyak foto-foto dalam buku seni dibuat sebelum tahun 1954, ketika rincian-rincian masih tersembunyi di bawah debu yang melekat dan beberapa pelukisan-ulang yang restoratif dikerjakan oleh tangan-tangan ceroboh pada abad XVIII. Kini, setidaknya, lukisan dinding itu sudah dibersihkan hingga lapisan asli lukisan Da Vinci muncul."

   Dia menunjuk pada foto itu.

   "Etvoila! Ini dia!"

   Sophie bergerak mendekati gambar itu. Perempuan di sebelah kanan Yesus itu muda dan tampak saleh, dengan wajah serius, rambut merah indah, dan lengan-lengan terlipat tenang. Inikah perempuan yang sangggup menghancurkanGerejasendirian? "Siapa dia?"

   "Itu,"

   Jawab Teabing.

   "adalah Maria Magdalena."

   Sophie menoleh.

   "Pelacur itu?"

   Teabing terkesiap, seolah dunia baru saja melukai perasaannya.

   "Magdalena bukan seperti itu. Konsepsi yang salah itu merupakan warisan dari kampanye negatif yang disebarkan oleh Gereja awal. Gereja harus menghapus nama Maria MagdAlena untuk menutupi tahasia yang berbahaya -perannya sebagai Holy Grail."

   "Peran-nya?"

   "Seperti yang kusebutkan tadi,"

   Teabing menjelaskan.

   "Gereja ketika itu harus meyakinkan dunia bahwa nabi yang dapat mati itu, Yesus, adalah seseorang yang memiliki sifat Tuhan. Karena itu, segala ajaran yang menjelaskan aspek keduniaan dari kehidupan Yesus harus dihilangkan dari Alkitab. Celaka bagi para editor terdahulu itu, satu tema keduniaan yang sangat mengganggu terus berulang dalam Injil. Maria Magdalena."

   Teabing terdiam sejenak.

   "Lebih khusus lagi, pernikahannya dengan Yesus Kristus."

   "Maaf?"

   Mata Sophie mengarah ke Langdon, kemudian kembali ke Teabing.

   "Ini menurut catatan sejarah,"

   Kata Teabing.

   "dan Da Vinci jelas sangat tahu kenyataan itu. The Last Supper secara khusus berseru kepada penikmat lukisan bahwa Yesus dan Maria adalah pasangan suami-istri."

   Sophie menatap ke lukisan dinding itu lagi.

   "Perhatikanlah, Yesus dan Magdalena berpakaian seperti pantulan mereka masing-masing."

   Teabing menunjuk pada dua took di tengah lukisan dinding itu.

   Sophie terkagum-kagum.

   Cukup yakin, pakaian mereka berwarna sebaliknya.

   Yesus mengenakan jubah merah dan mantel panjang biru; Maria Magdalena mengenakan iubah biru dan mantel merah.Yindanyang.

   "Yang lebih aneh lagi,"

   Kata Teabing.

   "perhatikan bahwa Yesus dan pasangannya tampak sangat berdekatan dan saling bersandar satu sama lain, seolah mereka menciptakan ruang negative yang tergambar jelas di antara mereka."

   Bahkan sebelum Teabing menunjukkan kontur lukisan itu, Sophie sudah melihatnya -simbolV yang tak dapat diragukan pada bagian yang tampak terang pada lukisan itu.

   Itu adalah simbol yang sama dengan yang sudah digambarkan Langdon tadi untuk mewakili Grail, cawan, dan rahim perempuan.

   "Akhirnya,"

   Kata Teabing.

   "jika kau dapat melihat Yesus dan Magdalena sebagal elemen-elemen komposisional dan bukannya manusia, kau akan dapat melihat bentuk lain yang lebih jelas lagi di depan matamu."

   Dia terdiam.

   "Sebuahhuruf alfabet."

   Sophie langsung dapat menemukannya.

   Mengatakan bahwa huruf itu di depan mata adalah terlalu menyederhanakan persoalan.

   Bagaimanapun, huruf itu segera dapat dilihat Sophie.

   Berkilauan di tengah lukisan, begitu jelas dan besar, tak diragukan lagi, huruf M.

   "Agak terlalu sempurna jika dikatakan itu hanya kebetulan saja, bukan?"

   Tanya Teabing. Sophie terpesona.

   "Mengapa huruf itu ada di situ?"

   Teabing mengangkat bahunya.

   "Teori konspirasi akan mengatakan, itu adalah singkatan dari Matrimonio atau Maria Magdalena. Jujur saja, tak seorang pun yakin akan hal itu. Satu-satunya yang meyakinkan hanyalah bahwa huruf M yang tersembunyi itu bukanlah kekeliruan. Karya-karya seni yang berhubungan dengan Grail, yang tak terhitung jumlahnya, menyisipkan huruf M -kadang sebagai cap air, di bawah sapuan cat, atau sebagai sindiran komposisional. Huruf M yang paling tampak jelas adalah, tentu saja, hiasan altar pada Our Lady of Paris di London, yang dirancang oleh mantan Mahaguru Biarawan Sion, Jean Cocteau."

   Sophie mempertimbangkan informasi itu.

   "Aku akui, M yang tersembunyi itu membangkitkan rasa ingin tahu, walau aku juga percaya tidak ada yang mengakui bahwa itu membuktikan bahwa Yesus menikahi Magdalena."

   "Tidak, tidak,"

   Kata Teabing, sambil berjalan ke meja penuh buku di dekatnya.

   "Seperti kukatakan tadi, pernikahan Yesus dan Maria Magdalena merupakan bagian dari catatan sejarah."

   Dia mulai rnengaduk-aduk buku-buku koleksinya.

   "Lagi pula, Yesus sebagai lelaki yang menikah adalah lebih masuk akal daripada pandangan standar kitab suci kita, yang menyatakan Yesus seorang bujangan."

   "Mengapa?"

   Tanya Sophie.

   "Karena Yesus orang Yahudi,"

   Kata Langdon, menyela ketika Teabing masih mencari-cari bukunya.

   "Dan menurut kepantasan sosial pada zaman itu, jelas terlarang bagi seorang lelaki Yahudi untuk tidak menikah. Menurut adat Yahudi, tidak menikah itu terkutuk, dan kewajiban seorang ayah Yahudi adalah mencarikan istri yang pantas bagi anak lelakinya. Jika Yesus tidak menikah, paling tidak salah satu Injil akan mengatakannya dan memberikan beberapa penjelasan tentang kelajangannya yang tak biasa itu."

   Teabing menemukan sebuah buku besar dan menariknya luar dari tumpukan.

   Sebuah edisi bersampul kulit seukuran poster seperti sebuah atlas besar.

   Pada sampulnya tertulis The Gnostic Gospels, Injil Kaum Gnostik.

   Teabing membukanya, dan Langdon serta Sophie ikut melihatnya.

   Sophie dapat melihat buku itu berisi foto-foto dari dokumen-dokumnen kuno yang mengagumkan -papirus tersobek-sobek dengan tulisan tangan.

   Sophie tidak mengenali bahasa kuno itu, namun halaman-halaman disebelahnya berisi terjemahannya.

   "Ini adalah fotokopi dari Nag Hammadi dan Gulungan-gulungan Laut Mati, yang tadi kuceritakan,"

   Kata Teabing.

   "Ini catatan Kristen paling awal. Yang membingungkan adalah tulisan di sini tidak sesuai dengan Injil."

   Teabing kemudian membuka bagian tengah buku, lalu menunjuk sebuah bagian.

   "Injil Philip selalu awal yang baik."

   Sophie membaca bagian itu.

   Dan teman Sang Juru Selamat adalah Maria Magdalena.

   Kristus mencintainya lebih daripada cinta-Nya kepada seluruh muridnya, dan Yesus sering menciumnya di mulut.

   Murid-murid yang lain tersinggung kerenanya,danmengungkapkanketidaksetujuanmereka.

   Merekaberkata kepada Yesus.

   "Mengapa Engkau lebih mencintainya daripada kami semua?"

   Kata-kata itu mengejutkan Sophie, namun tidak cukup meyakinkan.

   "Ini tidak menyebut-nyebut soal perkawinan."

   "Au contraire, sebaliknya,"

   Teabing tersenyum, sambil menunjuk pada baris pertama.

   "Seperti yang akan dikatakan oleh setiap sarjana Aramaic padamu, katateman, pada zaman itu, secara harfiah berartipasanganhidup."

   Langdon mengiyakan dengan sebuah anggukan.

   Sophie membaca baris pertama itu lagi.

   Dan teman Sang Juru Selamat adalahMariaMagdalena.

   Teabing membuka-buka halaman buku itu dan menunjukkan beberapa bagian lainnya yang mengejutkan Sophie, betul-betul menunjukkan bahwa Maria Magdalena mempunyai hubungan mesra dengan Yesus.

   Saat Sophie membaca bagian itu, dia ingat pada seorang pendeta yang marah yang menggedor pintu rumah kakeknya ketika dia masih anak sekolah.

   "Apakah ini rumah Jacques SauniEre?"

   Tanya pendeta itu, sambil mendelik ke bawah pada Sophie kecil ketika gadis cilik itu membuka pintu untuknya.

   "Aku ingin berbicara dengannya, tentang editorial yang ditulisnya."

   Pendeta itu mengangkat sebuah koran.

   Sophie memanggil kakeknya, dan kedua lelaki itu menghilang ke ruang kerja kakeknya dan pintu tertutup.Kakekkumenulissesuatudalamkoranitu? Sophie langsung berlari ke dapur dan membuka koran pagi.

   Dia menemukan nama kakeknya pada sebuah artikel pada halaman dua.

   Dia membacanya.

   Sophie tidak mengerti apa yang dikatakan di sana, tetapi itu kira-kira tentang pemerintah Prancis yang, di bawah tekanan para pendeta, telah menyetujui larangan sebuah film Amerika yang berjudul The Last Temptation of Christ, yaitu tentang Yesus yang bercinta dengan seorang perempuan bernama Maria Magdalena.

   Artikel kakeknya mengatakan bahwa Gereja arogan dan keliru karena telah melarang film itu beredar.

   Tidakheranjikapendetaitumarahsekali, pikir Sophie.

   "Ini sebuah pornografi! Pelanggaran!"

   Teriak pendeta itu, sambil keluar dari ruang kerja kakeknya dan bergegas keluar pintu.

   "Bagaimana kau bisa mendukungnya! Orang Amerika ini, Martin Scorsese, adalah pelaku bidah, dan Gereja tidak akan mengizinkannya untuk naik mimbar di Prancis!"

   Pendeta itu membanting pintu dan pergi. Ketika Kakeknya masuk ke dapur, dia melihat Sophie dengan koran di tangannya, dan mengerutkan dahinya.

   "Kau cepat sekali."

   Sopohie berkata.

   "Kaupikir Yesus Kristus mempunyai kekasih?"

   "Tidak, sayangku. Aku mengatakan, Gereja seharusnya tidak diizinkan untuk mengatakan gagasan mana yang boleh dan tidak boleh kita nikmati."

   "Apakah Yesus punya kekasih?"

   Kakeknya terdiam beberapa saat.

   "Apakah buruk sekali jika Dia memang punya kekasih?"

   Sophie memikirkannya, kemudian dia mengangkat bahunya.

   "Aku tidak keberatan."

   Sir Leigh Teabing masih berbicara.

   "Seharusnya aku tidak membuatmu bosan dengan referensi-referensi yang begini banyak tentang hubungan Yesus dan Magdalena. Itu telah diselidiki ad nauseam oleh sejarawan modern. Namun, aku ingin menunjukkan yang berikut ini."

   Dia bergerak ke bagian lain.

   "Ini dari injil Maria Magdalena."

   Sophie belum pernah tahu ada ajaran yang berisi kata-kata Magdalena. Dia membaca teks itu. Dan Peter berkata.

   "Apakah Sang Penyelamat betul-betul berbicara dengan seorang perempuan tanpa sepengetahuan kami? Apakah kami akanberpalingpadanyadansemuamendengarkan-Nya?Apakahdialebih menyukaidiadaripadakami?"

   Dan Levi menjawab.

   "Peter, kau selalu tidak sabar. Sekarang aku melihatmu menentang perempuan itu seakan seorang musuh. Jika Sang Penyelamat menghormati dia, siapa sebenarnya Kau hingga berani menolakperempuanitu? PastilabSangPenyelamat mengenalnyadengan baik.Karena itulahdia mencintainyalebihdaripadakita."

   "Perempuan yang mereka bicarakan,"

   Teabing menjelaskan.

   "ada1ah Maria Magdalena. Peter cemburu padanya."

   "Karena Yesus lebih sayang pada Maria?"

   "Tidak hanya itu. Taruhannya lebih dari sekadar masalah kasih sayang. Di titik Injil yang ini, Yesus menduga Dia akan segera ditangkap dan disalib. Sehingga, dia memberi Maria instruksi bagaimana cara melanjutkan GerejaNya setelah Dia tiada. Sebagai akibatnya, ketidakpuasannya karena merasa dinomorduakan perempuan. Aku berani berkata, Peter agak bias gender."

   Peter mengungkap di bawah seorang Sophie berusaha mengikuti uraian itu.

   "Ini Santa Peter itu? Bukankah ia menjadi fondasi bagi Yesus untuk Gereja-Nya?"

   "Memang Peter yang itu, kecuali satu hal. Menurut Injil yang tak diubah ini, bukan Peter yang diberi petunjuk oleh Kristus untuk mendirikan Gereja Kristen. Tetapi Maria Magdalena."

   Sophie menatapnya.

   "Maksudmu, Gereja Kristen seharusnva dikepalai oleh seorangperempuan?"

   "Itu rencananya. Yesus betul-betul memihak pada perempuan. Dia menyiapkan masa depan GerejaNya akan dipimpin oleh Maria Magdalena."

   "Dan Peter tidak setuju,"

   Kata Langdon, sambil menunjuk pada The Last Supper.

   "Itu dia Peter. Kau dapat melihat bahwa Da Vinci sangat tahu bagaimana perasaan Peter kepada Maria Magdalena."

   Lagi, Sophie tak dapat berbjcara.

   Dalam lukisan itu, Peter mengancam dengan mencondongkan tubuhnya ke arah Maria Magdalena dan mengiriskan tangannya yang seakan pisau menyembelih leher Maria.

   Gerakan yang sama terdapat pada lukisanMadonnaoftheRocks! "Dan di sini juga,"

   Kata Langdon, sambil sekarang menunjuk pada kelompok di dekat Peter.

   "Agak menyebalkan, bukan?"

   Sophie mengernyitkan matanya dan melihat sebuah tangan menjulur keluar dari kerumunan para murid.

   "Apakah tangan itu memegang sebilahbelati?"

   "Ya. Lebih aneh lagi, jika kauhitung tangan-tangan itu, kau akan tahu bahwa tangan itu miik ... tak seorang pun. Tangan itu tidak bertubuh. Anonim."

   Sophie mulai merasa bingung.

   "Maaf aku masih tidak mengerti bagairnana semua ini membuat Maria Magdalena sebagai Holy Grail.

   "Aha!"

   Teabing berseru lagi.

   "Di situ letak pokoknya!"

   Dia memutari meja itU sekali lagi dan menarik selembar kartu besar, menebarkannya untuk Sophie. Kartu itu merupakan gambar silsilah yang rumit.

   "Sedikit orang yang tahu bahwa Maria Magdalena, sebelum menjadi tangan kanan Kristus, sudah merupakan perempuan yang berkuasa."

   Sophie sekarang dapat melihat .judul pohon silsilah itu. RUMPUN BENJAMIN "Maria Magdalena di sini,"

   Kata Teabing, sambil menunjuk mendekati puncak pohon silsilah itu. Sophie terkejut.

   "Dia dari keluarga Benjamin?"

   "Betul,"

   Kata Teabing.

   "Maria Magdalena adalah keturunan bangsawan."

   "Aku kira Magdalena perempuan miskin."

   Teabing menggelengkan kepalanya.

   "Magdalena diperlakukan seperti pelacur supaya menghapus kenyataan bahwa dia berasal dari keluarga yang memiliki kekuasaan."

   Sophie mengerling pada Langdon lagi, yang juga mengangguk lagi. Sophie kembali kepada Teabing.

   "Tetapi mengapa Gereja terdahulu peduli bahwa Magdalena berdarah bangsawan? Orang Inggris itu tersenyum.

   "Anakku sayang, bukan darah bangsawan Maria Magdalena yang sangat menggelisahkan Gereja, tetapi kebersamaan Maria Magdalena dengan Yesus, yang juga berdarah bangsawan. Seperti kautahu, Kitab Matius mengatakan bahwa Yesus adalah keturunan Keluarga David. Pewaris takhta Raja Salomo -Raja Yahudi. Dengan menikah dengan seorang dari Keluarga Benjamin yang kuat, Yesus telah menggabungkan dua keturunan bangsawan, menciptakan persatuan politis yang kuat yang berpotensi melegitimasi tindakan mengambil alih takhta dan membarui garis raja-raja di bawah garis Salomo."

   Sophie merasa Teabing akhirnya mulai jelas maksudnya. Teabing tampak bersemangat sekarang.

   "Legenda Holy Grail adalah legenda tentang darah bangsawan. Ketika legenda Grail berbicara tentang 'cawan yang mewadahi darah Yesus' ... sebetulnya itu membicarakan Maria Magdalena -rahim perempuan yang berisi garis keturunan bangsawan Yesus."

   Kata-kata itu seperti menggema di seluruh ruangan dansa itu dan memantul kembali, sebelum gema itu utuh, ke dalam benak Sophie. Maria Magdalena mengandung keturunan Yesus Kristus? "Tetapi bagaimana Kristus memiliki garis keturunan, kecuali jika ...?"

   Sophie terhenti dan menatap Langdon. Langdon tersenyum lembut.

   "Kecuali jika mereka memiiki seorang anak."

   Sophie berdiri kaku.

   "Dengarlah,"

   Teabing berkata.

   "ini pengungkapan terbesar dalam sejarah manusia. Tidak saja Yesus menikah, tetapi Dia juga seorang ayah. Maria Magdalena adalah Cawan Suci. Dia adalah cawan itu, yang mewadahi garis keturunan bangsawan Yesus Kristus. Magdalena adalan rahim yang mengandung garis keturunan dan anggur tempat buah suci itu tumbuh!"

   Sophie merasa merinding pada lengannya.

   "Tetapi rahasia sebesar itu ditutupi selama ini?"

   "Ya Tuhan!"

   Seru Teabing.

   "Garis keturunan Yesus Knistus merupakan sumber dari legenda yang paling masuk akal selama ini -Holy Grail. Cerita Magdalena telah diteriakkan dari atap-atap rumah selama berabad-abad dengan berbagai metafora dan kiasan. Cerita Magdalena ada di mana-mana, begitu kau membuka matamu."

   "Dan dokumen Sangreal?"

   Kata Sophie.

   "Apakah dokumen itu berisj bukti bahwa Yesus punya keturunan?"

   "Memang."

   "Jadi seluruh isi legenda Holy Grail adalah tentang darah biru?"

   "Nyaris secara harfiah,"

   Kata Teabing.

   "Kata Sangreal berasal dari San Greal---atau Holy Grail. menjadi dua kata."

   Tetapi dalam bentuk tertuanya, kata Sangreal dibagi Teabing lalu menulis diatas secarik kertas lalu memberikannya kepada Sophie.

   Sophie membaca apa yang ditulis Teabing.

   SangReal Langsung Sophie mengenali terjemahannya.

   Sang Real secara harfiah berarti Darah Bangsawan.

   RESEPSIONIS LELAKI di lobi kantor pusat Opus Dei di Lexington Avenue, New York City, terkejut mendengar suara Uskup Aringarosa di telepon.

   "Selamat malam, Pak."

   "Apakah aku mendapat pesan?"

   Tanya uskup itu, terdengar cemas tak seperti biasanya.

   "Ya, Pak. Saya sangat senang Anda menelepon. Saya tidak dapat menghubungi Anda di apartemen. Anda mendapat pesan telepon penting kirakira setengah jam yang lalu."

   "Ya?"

   Aringarosa terdengar lega karena berita itu.

   "Apakah penelepon meninggalkan nama?"

   "Tidak, Pak, hanya nomor telepon."

   Operator itu menyebutkan nomor itu.

   "Diawali dengan nomor tiga puluh tiga? Itu nomor Prancis, bukan?"

   "Ya, Pak. Paris. Penelpon mengatakan sangat penting sehingga Anda harus segera menghubunginya."

   "Terima kasih. Aku menunggu-nunggu telepon ini."

   Aringarosa segera memutuskan hubungan.

   Begitu resepsionis itu memutuskan hubungan, dia bertanya-tanya mengapa saluran telepon Aringarosa tidak terdengar jernih.

   Menurut daftar kegiatan, uskup itu ada di New York minggu ini.

   Namun dia terdengar begitu jauh, seperti di luar negeri.

   Lelaki itu mengangkat bahunya.

   Uskup Aringarosa telah bertingkah sangat aneh beberapa bulan terakhir ini.

   Ponselku pastilah tadi tidak bisa menerima telepon, pikir Aringarosa ketika Fiat itu mendekati pintu keluar dari Bandara Ciampiano Charter di Roma.

   Guru tadi mencoba menghubungiku.

   Walau Aringarosa sedang memikirkan telepon yang tak dapat diterimanya tadi, dia merasa lebih bersemangat karena Guru merasa cukup percaya diri untuk menelepon langsung ke kantor pusat Opus Dei.

   PastilahsemuaberjalanlancardiParismalamini.

   Ketika Aringarosa mulai memutar nomor telepon itu, dia merasa sangat bersemangat karena mengetahui dia akan segera berada di Paris.

   Aku sudah mendarat sebelum fajar nanti.

   Aringarosa telah menyewa sebuah pesawat turboprop untuk melakukan penerbangan pendek ke Prancis.

   Pesawat terbang komersial bukanlah pilihan sekarang ini, terutama dengan apa yang dibawanya dalam kopernya.

   Saluran itu mulai tersambung.

   Suara perempuan menjawabnya."DirectionCentralePoliceJudiciaire."

   Aringarosa merasa ragu. Ini tidak terduga.

   "Ah, ya ... Saya diminta untuk menelepon nomor ini?"

   "QuiEtes-vous?"

   Tanya perempuan itu.

   "Nama Anda?"

   Aringarosa tidak yakin apakah dia harus mengatakannya. Polisi Judisial Prancis? "Nama Anda,Monsieur?"

   Perempuan itu mendesak.

   "Uskup Manuel Aringarosa."

   "Unmoment."

   Ada suara klik di saluran. Setelah menunggu lama, suara seorang lelaki terdengar, nadanya kasar dan serius.

   "Uskup, saya senang akhirnya dapat menghubungi anda. Anda dan saya punya banyak hal untuk dibicarakan."

   SANGREAL ...

   SangReal ...

   SanGreal...Darah Biru ...HolyGrail.

   Itu semua saling terkait.

   HolyGrailadalahMariaMagdalena...Ibu darigarisketurunanbangsa wan dari Yesus Kristus.

   Sophie merasa sebuah gelombang kebingungan baru ketika dia berdiri diam di tengah ruang dansa dan menatap Langdon.

   Semakin banyak hal dijelaskan oleh Langdon dan Teabing di atas meja itu, semakin tidak terduga puzzle ini.

   "Seperti yang dapat kaulihat,"

   Kata teabing, terpincang-pincang ke arah rak buku.

   "Leonardo bukanlah satu-satunya yang telah mencoba mengatakan kepada dunia tentang kebenaran dari Holy Grail. Garis keturunan bangsawan dari Yesus Kristus telah dicatat dengan rincian yang tepat oleh sejumlah ahli sejarah."

   Dia lalu membalik-balik beberapa buah buku.

   Sophie menggoyang kepalanya dan memindai daftar judul buku-buku itu.

   THE TEMPLAR REVELATION.

   SecretGuardiansoftheTrueIdentityofChrist THE WOMAN WITH THE ALABASTER JAR MariaMagdalenaandtheHolyGrail ThE GODDESS IN THE GOSPELS.

   ReclaimingtheSacredFeminine "Ini mungkin buku besar yang paling terkenal,"

   Kata Teabing, sambil menarik buku bersampul keras dan sudah compang-camping dari tumpukan, lalu memberikannya kepada Sophie. Sampulnya bertuliskan. HOLY BLOOD, HOLY GRAIL TheAcclaimedInternationalBestseller Sophie menatap Teabing.

   "Buku terlaris internasional? Aku belum pernah dengar tentang buku ini?"

   "Kau masih muda. Pada tahun 1980-an, buku ini menggemparkan. Menurut penilaianku, pengarang-pengarangnya membuat loncatan keyakinan yang meragukan dalam analisis mereka, tetapi pemikiran fundamental mereka logis, dan mereka akhirnya mengungkapkan gagasan tentang garis keturunan Kristus itu ke orang banyak."

   "Apa reaksi Gereja pada buku ini?"

   "Marah, tentu saja. Tetapi itu sudah bisa diduga. Lagi pula, ini merupakan rahasia yang Vatikan coba sembunyikan pada abad keempat. Itu adalah bagian dari Perang Suci. Mengumpulkan dan menghancurkan informasi. Ancaman Maria Magdalena kepada orang-orang Gereja terdahulu berpotensi menghancurkan. Bukan saja perempuan itu ditugasi Kristus untuk mendirikan Gereja, tetapi perempuan itu juga punya bukti nyata bahwa yang baru saja dinobatkan Gereja sebagai bersifat tuhan ternyata telah memiliki keturunan yang dapat mati. Gereja, untuk membela diri dari kekuatan Magdalena, mengabadikan profil Magdalena sebagai pelacur dan menguburkan bukti-bukti pernikahan Kristus dengan perempuan itu. Karena itu, Gereja menghancurkan segala kemungkinan pengakuan bahwa Kristus mempunyai keturunan, juga bahwa Kristus adalah nabi yang dapat mati."

   Sophie menatap Langdon, yang mengangguk.

   "Sophie, bukti-bukti sejarah yang mendukung ini sangat banyak."

   "Aku mengakui,"

   Kata Teabing.

   "pernyataan tegas ini memang mengerikan, tetapi kau harus mengerti mengapa Gereja sangat kuat ingin menutupi hal itu. Seorang anak Kristus akan merusak pikiran yang sangat penting tentang ketuhanan Kristus dan, dengan demikian, Gereja Kristen, yang menyatakan diri merupakan satu-satunya kapal yang memungkinkan manusia berhubungan dengan Tuhan dan mendapatkan jalan masuk ke kerajaan surga."

   "Mawar lima kelopak,"

   Kata Sophie, sambil menunjuk pada bagian punggung sebuah buku.Gambaryangsamaterterapada kotakkayumawar. Teabing menatap Langdon dan tersenyum.

   "Dia punya mata tajam."

   Kemudian dia beralih ke Sophie.

   "Itu adalah simbol biarawan bagi Grail. Maria Magdalena. Karena namanya terlarang oleh Gereja, Maria Magdalena diam-diam terkenal dengan banyak alias -Cawan, Holy Grail, dan Mawar."

   Dia terdiam.

   "Mawa (Rose) memiliki ikatan pada bintang lima sudut Venus dan Mawar Kompas pemandu. Omong-omong, katarose dipakai oleh berbagai bahasa, seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan banyak bahasa lainnya.

   "Rose,"

   Langdon menambahkan.

   "juga merupakan anagram dari Eros, dewa cinta seksual Yunani."

   Sophie menatapnya dengan terkejut ketika Teabing melanjutkan.

   "Mawar selalu menjadi simbol pertama bagi seksualitas perempuan. Pada pemuja dewi yang primitif, lima kelopak itu mewakili lima fase dalam kehidupan perempuan. melahirkan, menstruasi, menjadi ibu, menopause, dan mati. Dan di zaman modern, mawar yang berkembang itu berkaitan dengan duni perempuan yang lebih visual."

   Teabing menatap Robert.

   "Mungkin simbolog kita dapat menjelaskannya?"

   Robert ragu-ragu. Agak terlalu lama.

   "Oh, ya ampun!"

   Teabing gusar.

   "Kau orang Amerika benar-benar pemalu."

   Dia lalu kembali pada Sophie.

   "Yang Robert malu katakana adalah kenyataan bahwa mawar mekar itu disamakan dengan alat kelamin perempuan, kemekaran yang mulia, tempat awal semua manusia memasuki dunia. Dan jika kau pernah melihat lukisan karya Georgia O'Keeffe, kau akan tahu pasti apa yang kumaksudkan.

   "Yang penting di sini,"

   Kata Langdon, sambil menunjuk lagi pada rak buku itu.

   "adalah bahwa semua buku ini berisi pengakuan sejarah yang sama."

   "Bahwa Yesus adalah seorang ayah?"

   Sophie masih tidak percaya.

   "Ya,"

   Kata Teabing.

   "Dan bahwa Maria Magdalena adalah rahim yang mengandung keturunan kebangsawanan-Nya. Biarawan Sion, hingga kini, masih memuja Maria Magdalena sebagai Dewi, Holy Grail, Mawar, dan Ibu Agung."

   Kenangan Sophie pada ritual yang diiihatnya di ruang bawah tanah kakeknya melintas lagi.

   "Menurut Biarawan,"

   Lanjut Teabing.

   "Maria Magdalena hamil pada saat penyaliban. Untuk keamanan anak Kristus yang belum lahir itu, Magdalena tidak punya pilihan kecuali melarikan diri dari Tanah Suci. Dengan bantuan paman Yesus yang dapat dipercaya, Josef dari Arimethea, Maria Magdalena diam-diam pergi ke Prancis, yang kemudian dlikenal sebagai Gaul. Di sana dia mendapat tempat berlindung yang aman di komunitas Yahudi. Di Prancis inilah dia melahirkan seorang bayi perempuan. Namanya Sarah"

   Sophie menatapnya.

   "Mereka tahu nama anak itu sesungguhnya?"

   "Lebih jauh dari itu. Kehidupan Magdalena dan Sarah dicatat dengan lebih cermat oleh pelindung Yahudi mereka. Ingat, anak Magdalena termasuk garis keturunan Raja Yahudi -David dan Salomo. Karena alasan ini, orang Yahudi di Prancis menganggap Magdalena sebagai bangsawan suci dan memujanya sebagai nenek moyang dari garis keturunan raja-raja. Tak terhitung ilmuwan pada zaman itu yang mencatat hari-hari Maria Magdalena di Prancis, termasuk kelahiran Sarah dan berikut pohon silsilahnya."

   Sophie takjub.

   "Adapohonsilsilah Yesus Kristus?"

   "Ya. ini diakui sebagai salah satu dasar dokumen Sangreal. Sebuah silsilah lengkap keturunan awal Kristus."

   "Tetapi apa gunanya sebuah dokumen silsilah dari garis keturunan Kristus?"

   Sophie bertanya.

   "Itu tidak terbukti. Ahli sejarah tidak dapat membuktikan keasliannya."

   Teabing tertawa.

   "Mereka juga tidak dapat membuktikan keaslian Alkitab."

   "Artinya?"

   "Artinya, sejarah selalu ditulis oleh dua pemenang. Ketika dua budaya berseteru, yang kalah dimusnahkan, dan pemenang menulis buku-buku sejarah -buku-buku yang mengagungkan alasan mereka sendiri dan menghina musuh yang kalah. Seperti yang pernah dikatakan Napoleon.

   "Apalah sejarah itu, kecuali tabel yang disepakati?"

   Teabing tersenyum.

   "Menurut sifatnya, sejarah selalu merupakan cerita satu sisi."

   Sophie tidak pernah berpikir seperti itu.

   "Dokumen-dokumen Sangreal hanya menceritakan sisi lain dari cerita Kristus. Pada akhirnya, sisi cerita yang mana yang kau ikuti, itu tergantung dari kepercayaan dan eksplorasi pribadimu, tetapi paling tidak informasi itu bertahan. Dokumen-dokumen Sangreal terdiri atas puluhan ribu halaman informasi. Catatan para saksi mata Sangreal menggambarkan dokumen itu begitu banyak sehingga harus dibawa dalam empat peti besar. Dokumendokumen di dalamnya dianggap sebagai Kaum Murni -ribuan halaman dokumen yang belum diubah dari zaman Pra-Konstantin, ditulis oleh pengikutpengikut Yesus terdahulu, yang memujanya sebagai guru dan nabi yang seutuhnya manusia. Juga dikabarkan bahwa yang termasuk bagian harta karun itu adalah Dokumen 'Q'---sebuah teks yang bahkan Vatikan pun mengakui keberadaannya. Konon, itu merupakan sebuah buku tentang ajaran Yesus, kemungkinan ditulis dengan tangan-Nya sendiri."

   "Ditulis oleh Kristus sendiri? "Tentu saja,"

   Kata Teabing.

   "Mengapa tidak mungkin Yesus mencatat sendiri kependetaan-Nya? Banyak orang melakukannya hari-hari ini. Dokumen yang mengejutkan lain lagi yang dipercaya terkubur adalah sebuah teks The Magdalena Diaries -catatan pribadi Maria Magdalena tentang hubungannya dengan Kristus, penya1iban-Nya, dan hari-harinya di Prancis."

   Sophie terdiam, lama.

   "Dan keempat peti dokumen itu terkubur dan ditemukan oleh Templar di bawah Kuil Salomo?"

   "Tepat. Dokumen-dokumen itu membuat Templar menjadi sangat kuat. Dokumen-dokumen itu telah menjadi objek bagi pencari Grail yang tak terhitung banyaknya di sepanjang sejarah."

   "Tetapi kau bilang bahwa Holy Grail adalah Maria Magualena. Jika orang mencari dokumen, mengapa kau mengatakan mereka mencari Holy Grail?"

   Teabing menatap Sophie. Tarikan wajahnya melembut.

   "Karena tempat persembunyian Holy Grail termasuk sebuah peti mayat dari batu."

   Di luar angin berdesau di pepohonan. Teabing berbicara dengan lebih perlahan sekarang.

   "Pencarian Holy Grail benar-benar berarti pencarian untuk berlutut di depan tulang-belulang Maria Magdalena. Sebuah perjalanan untuk berdoa di kaki orang yang terbuang, perempuan suci yang hilang."

   Sophie tiba-tiba merasa heran.

   "Tempat persembunyian Holy Grail sebenarnya adalah ... sebuahmakam?"

   Mata besar Teabing berkabut.

   "Itu merupakan makam berisi Maria Magdalena, dan dokumen tentang cerita kehidupannya yang sebenarnya. Pada intinya, pencarian akan Holy Grail sudah merupakan pencarian akan Magdalena -Ratu yang diperlakukan secara tidak adil, dimakamkan bersama bukti tuntutan sah keluarganya akan takhta."

   Sophie menunggu sejenak ketika Teabing menenangkan diri. Begitu banyak hal tentang kakeknya yang masih belum dimengertinya.

   "Anggota Biarawan,"

   Akhirnya melakukan tugasnya Magdalena?"

   Sophie bertanya.

   "

   Menjaga dokumen Selama tahun-tahun ini telah Sangreal dan makam Maria "Ya, tetapi perkumpulan itu memiliki tugas yang lebih penting juga -melindungiketurunan itu sendiri.

   Garis keturunan Kristus dalam bahaya besar.

   Gereja terdahulu takut jika garis keturunan itu dibiarkan tumbuh, rahasia Yesus dan Magdalena akan terkuak akhirnya, dan menantang doktrin fundamental Katolik---bahwa Messiah yang hebat tidak berhubungan dengan perempuai atau terikat dalam kesatuan seksual."

   Dia terdiam sejenak.

   "walau begitu, garis keturunan Kristus diam-diam berkembang dalam penyamaran di Prancis hingga terjadi sebuah gerakan berani pada abad kelima, ketika keturunan ini kawin dengan keturunan bangsawan Prancis dan menciptakan sebuah garis keturunan yang dikenal sebagai garis keturunan Merovingian."

   Berita ini mengejutkan Sophie. Merovingian adalah istilah yang dipelajari oleh setiap pelajar di Prancis.

   "Merovingian mendirikan Paris."

   "Ya. Itu salah satu alasan mengapa legenda Grail begitu kental di Prancis. Banyak pencari Grail dari Vatikan di sini menghapus secara sembunyisembunyi keanggotaan dari garis keturunan bangsawan itu. Pernah dengar tentang Raja Dagobert?"

   Samar-samar Sophie mengingat nama itu dari cerita mengerikan di kelas sejarahnya.

   "Dagobert adalah seorang raja Merovingian, bukan? Yang ditusuk matanya ketika sedang tidur? "Tepat. Dibunuh oleh Vatikan, bekerja sama dengan Pepin d'Heristal, di akhir abad ketujuh. Dengan pembunuhan Dagobert, keturunan Merovingian hampir musnah. Untunglah, putera Dagobert, Sigisbert, diam-diam lolos dari serangan dan melanjutkan garis keturunan itu, yang belakangan mencakup Godefroi de Bouillon -pendiri Biarawan Sion."

   "Orang yang sama,"

   Kata Langdon.

   "yang memerintahkan Templar untuk mengungkap dokumen Sangreal dari bawah kuil Salomo, dan, dengan demikian, untuk memberikan kepada keturunan Merovingian bukti akan ikatan leluhur mereka dengan Yesus Kristus. Teabing mengangguk, sambil mendesah berat.

   "Biarawan Sion modern memiliki tugas penting. Ada tiga tuntutan. Kelompok itu harus melindungi dokumen Sangreal. Mereka harus melindungi makam Maria Magdalena. Dan, tentu saja, mereka harus memelihara dan melindungi garis keturunan Kristus, segelintir anggota keluarga bangsawan keturunan Merovingian yang masih hidup hingga zaman modern ini."

   Kata-kata itu seperti tergantung dalam ruangan besar itu, dan Sophie merasakan sebuah getaran aneh, seolah tulang belulangnya tergetar oleh beberapa kebenaran baru.

   KeturunanYesusyangmasihhiduphingga zaman modernini.

   Suara kakeknya kembali berbisik di telinganya.Putri,akuharus mengatakanyangsesungguhnya tentangkeluargamu.

   Rasa dingin menyentuh daging tubuh Sophie.

   Darah biru.

   Dia tidak dapat membayangkan.

   PutriSophie.

   "Sir Leigh?"

   Kata-kata pelayan itu bergetar dinding, dan Sophie tersentak "Bisakah Anda sebentar di dapur?"

   Dari sebuah intercom di bergabung bersama saya Teabing mengumpat karena gangguan yang sangat tidak tepat waktu itu. Dia mendekati interkom itu dan menekan tombol.

   "Remy, kautahu aku sibuk dengan tamu-tamuku. Jika kami memerlukan sesuatu di dapur malam ini, kami akan melakukannya sendiri. Terima kasih dan selamat malam."

   "Mohon berbicara sebentar dengan Anda, Pak. Sebelum saya pension, jika Anda mau."

   Teabing menggerutu dan menekan tombol itu lagi.

   "Cepatlah, Remy."

   "Ini masalah rumah tangga, Pak, hampir tidak dapat didengar oleh para tamu."

   Teabing tampak ragu.

   "Dan tidak dapat menunggu hingga besok pagi?"

   "Tidak, pak. Permintaan saya hanya beberapa menit saja."

   Teabing menggulung matanya dan menatap Langdon dan Sophie.

   "Kadang aku bertanya-tanya, siapa melayani siapa?"

   Dia lalu menekan tombol itu lagi.

   "Aku akan segera kesana, Remy. Ada yang harus kubawa kesana?"

   "Hanya kebebasan dari tekanan, pak."

   "Remy, kausadar bahwa Steak au poivre-mu adalah satu-satunya alasan kau masih bekerja padaku."

   "Begitu yang anda katakan, pak. Begitu."

   PUTRI SOPHIE Sophie merasa kosong ketika mendengar suara klik klik dari penyangga kaki Teabing yang menjauh di gang.

   Dengan perasaan mati, dia menoleh ke Langdon di ruangan dansa yang sunyi itu.

   Langdon sudah menggelengkan kepalanya, seolah dia dapat membaca apa yang ada dalam benak Sophie.

   "Tidak, Sophie,"

   Dia berbisik, matanya menatap yakin.

   "Pikiran yang sama sudah melintas dalam benakku begitu kau mengatakan bahwa kakekmu anggota Biarawan, juga ketika kau mengatakan bahwa kakekmu ingin menceritakan rahasia keluargamu. Tetapi itu tidak mungkin."

   Langdon terdiam sejenak.

   "SauniEre bukanlah nama Merovingian."

   Sophie tidak tahu apakah dia harus merasa lega atau kecewa. Sebelumnya Langdon pernah mengajukan pertanyaan tidak biasa tentang nama gadis ibunya. Chauvel. Sekarang pertanyaan itu menjadi jelas.

   "Dan Chauvel?"

   Tanya Sophie, cemas. Lagi, Langdon menggelengkan kepalanya.

   "Maafkan aku. Aku tahu itu akan menjawab beberapa pertanyaanmu. Hanya dua keturunan langsung Merovingian yang tersisa. Nama keluarga mereka Plantard dan Saint-Clair. Kedua keluarga itu hidup bersembunyi, mungkin dilindungi oleh Biarawan."

   Diam-diam Sophie mengulang-ulang nama itu dalam hatinya dan kemudian menggelengkan kepalanya.

   Tidak ada da1am keluarganya yang bernama Plantard atau Saint-Clair.

   Sebuah arus bawah yang melelahkan menyeretnya sekarang.

   Dia sadar belum juga menjadi lebih mengerti sekarang tentang apa yang akan disampaikan kakeknya padanya daripada ketika dia masih berada di Louvre.

   Sophie berharap kakeknya tidak pernah menyebutnyebut keluarganya sore tadi.

   Dia telah merobek luka lama yang terasa sama sakitnya seperti dulu.Merekatelahtiada,Sophie.Merekatidakakankembali.

   Sophie teringat pada ibunya yang selalu menyanyi untuk mengantarnya tidur, ayahnya yang menggendongnya di pundak, neneknya, adik lelakinya, mereka semua tersenyum padanya dengan mata mereka yang hijau tajam.

   Semua telah tercuri.

   Apa yang dimilikinya hanyalah kakeknya.

   Dan,sekarangdiapunsudahpergi.Akusendirian.

   Sophie perlahan menoleh pada lukisan The Last Supper dan menatap rambut merah Maria Magdalena dan mata teduhnya.

   Ada sesuatu pada tarikan wajah perempuan itu yang mengungkap perasaan kehilangan kekasih.

   Sophie juga dapat merasakan itu.

   "Robert?"

   Katanya lembut. Langdon mendekat.

   "Aku tahu, Leigh berkata bahwa cerita Grail ada disekitar kita, tetapi baru malam ini aku mendengar cerita seperti itu."

   Langdon tampak seperti ingin meletakkan tangannya pada bahu Sophie untuk menenangkannya, namun Langdon mengurungkannya.

   "Kau pernah mendengar cerita tentang Magdalena sebelumnya, Sophie. Semua orang pernah. Kita hanya tidak menyadarinya ketika kita mendengar cerita itu."

   "Aku tidak mengerti."

   "Cerita tentang Grail ada di mana-mana, tetapi tersembunyi. Ketika Gereja melarang pembicaraan tentang Maria Magdalena, cerita dan arti pentingnya harus diceritakan secara diam-diam ... yaitu dengan cara metafora dan simbolsimbol."

   "Tentu saja. Karya seni."

   Langdon menunjuk pada The Last Supper.

   "Sebuah contoh sempurna. Beberapa karya seni modern yang paling abadi, karya sastra, dan musik, diamdiam menceritakan sejarah Maria Magdalena dan Yesus."

   Langdon dengan cepat menceritakan karya-karya Da Vinci, Botticelli, Poussin, Bernini, Mozart, dan Victor Hugo yang semuanya membisikkan permintaan untuk memulihkan perempuan suci yang terbuang.

   Legendalegenda abadi seperti Sir Gawain dan Kesatria Hijau, Raja Arthur, dan Putri Tidur, merupakan perumpamaan dari Grail.

   Hunchback of Notre Dame karya Victor Hugo dan Magic Flute karya Mozart berisi simbolisme Masonik dan rahasia-rahasia Grail.

   "Begitu kau membuka mata untuk Holy Grail,"

   Kata Langdon.

   "kau akan melihatnya di mana-mana. Lukisan-lukisan. Musik. Buku-buku. Bahkan dalam film animasi, taman-taman besar, dan film populer."

   Langdon mengangkat jam tangan Mickey Mouse-nya dan mengatakan bahwa Walt Disney telah membuat itu sebagai karya seumur hidupnya untuk mengabarkan cerita Grail kepada generasi yang akan datang.

   Di sepanjang hidupnya, Disney telah dipuja sebagai 'Da Vinci Masa Kini'.

   Kedua lelaki itu memang seniman yang lebih maju daripada zamannya, berbakat unik, anggota dan kelompok rahasia, dan, yang paling khusus, sangat suka berolok-olok.

   Seperti Leonardo da Vinci, Walt Disney suka menanamkan pesan-pesan tersembunyi dan simbolisme dalam karya seninya.

   Bagi ahli simbologi yang terlatih, menonton film-film awal Disney seperti diserang oleh longsoran sindiran dan perumpamaan.

   Kebanyakan dari pesan-pesan tersembunyi Disney berhubungan dengan agama, mitologi pagan, dan cerita-cerita dewi yang ditaklukan.

   Tak salah lagi, Disney menceritakan ulang kisah-kisah seperti Cinderella, Putri Tidur, dan Putri Salju, yang semuanya berhubungan dengan pengurungan perempuan suci.

   Orang tidak memerlukan sebuah latar belakang dalam simbolisme untuk mengerti bahwa Putri Salju -seorang putri yang jatuh dari tempat terhormat setelah memakan buah apel terlarang -merupakan sindiran jelas bagi jatuhnya Hawa dari Taman Surga.

   Atau Putri Aurora dalamPutriTidur -dengan nama kode 'Rose' dan disembunyikan jauh di dalam hutan untuk melindunginya dari cengkeraman penyihir bengis -merupakan cerita Grail bagi anak-anak."

   Lepas dari citra korporatnya, Disney masih mempunyai unsur yang cerdas dan jenaka di kalangan para pegawainya, dan para senimannya masih bisa menghibur mereka sendiri dengan menyisipkan simbol-simbol dalam film-film Disney.

   Langdon akan melupakan salah satu dari mahasiswanya yang membawa DVD The Lion King, dan menghentikan film itu sejenak untuk mendapatkan gambar diam yang memperliharkan kata SEX dengan jelas, pada debu yang mengambang di atas kepala Simba.

   Walau Langdon menduga ini lebih sebagai kelakar sang kartunis daripada sindiran yang cemerlang bagi seksualitas manusia pagan.

   Langdon telah belajar untuk tidak rneremehkan pemahaman Disney akan simbolisme.TheLittleMermaid merupakan hiasan yang memikat dari simbolsimbol spiritual, begitu khusus terhubung dengan dewi, sehingga tidak mungkin jika hanya merupakan kebetulan saja.

   Ketika Langdon menonton untuk pertama kalinya film TheLittleMermaid, dia betul-betul terkesiap keras ketika melihat bahwa lukisan pada rumah bawah air Ariel tidak lain adalah lukisan seniman abad XVII, Georges de Ia Tour, The Penitent Magdalena -rumah pembuangan Maria Magdalena.

   Karena dekor yang sesuai itu, film berdurasi sembilan puluh menit itu menjadi rujukan simbolik yang jelas tentang kesucian yang hilang dari Isis, Eve, Pisces, dewi ikan, dan, yang berulang-ulang, Maria Magdalena dalam perkuliahan.

   Nama Mermaid Kecil, Ariel, memiliki pertalian kuat dengan perempuan suci dan, di dalam Kitab Yesaya, merupakan sinonim dari "Kota Suci mengepung".

   Tentu saja, rambut merah tergerai Mermaid Kecil juga bukan kebetulan belaka.

   Suara klik klik dari penyangga-besi kaki Teabing mendekat dari arah gang.

   Langkahnya terdengar bergegas.

   Ketika memasuki ruang kerja itu, tarikan wajah tuan rumah ini serius.

   "Kau sebaiknya segera menjelaskan semuanya, Robert,"

   Katanya dingin. Kau sudah tidak jujur kepadaku."

   "AKU DIJEBAK, Leigh,"

   Kata Langdon, sambil mencoba untuk tetap tenang. Kaumengenal aku.Akutidakakanmembunuhseorangpun. Nada suara Teabing tidak melembut.

   "Robert, kau ada ditelevisi, demi Kristus. Katahu kau dicari polisi?"

   "Ya."

   "Kalau begitu kau menodai kepercayaanku. Aku heran kau membahayakan aku dengan datang ke sini dan memintaku menjelaskan tentang Grail sehingga kau bisa bersembunyi di rumahku."

   "Aku tidak membunuh siapa pun."

   "Jacques SauniEre mati, dan polisi mengatakan kau yang melakukan itu."

   Teabing tampak sedih.

   "Sumbangan yang hebat bagi dunia seni ..."

   "Pak?"

   Remy muncul, berdiri di belakang Teabing di ambang pintu ruang kerja. Lengannya bersilang.

   "Saya harus mengantar mereka keluar?"

   "Aku saja."

   Teabing terpincang-pincang melintasi ruang kerjanya, membuka kunci pintu kaca yang lebar, dan mendorong pintu-pintu itu hingga terbuka lebar ke halaman rumput di samping.

   "Silakan cari mobilmu dan pergi."

   Sophie tidak bergerak.

   "Kami punya informasi tentang clef de voUte. Biarawanbatukunci."

   Teabing menatap Sophie untuk beberapa detik dan tertawa mengejek.

   "Siasat orang putus asa. Robert tahu bagaimana aku selama ini mencarinya."

   "Dia berkata benar,"

   Kata Langdon.

   "Karena itulah kami datang menemuimu malam ini. Untuk membicarakanbatukunci itu."

   Si pelayan sekarang ikut campur.

   "Pergi, atau aku akan memanggil polisi."

   "Leigh,"

   Bisik Langdon.

   "kami tahu di mana batu kunci itu."

   Keseimbangan Teabing tampak agak goyah. REmy bergerak kaku ke tengah ruangan.

   "Pergi sekarang juga! Atau aku akan memaksa -"

   "REmy!"

   Teabing menoleh, membentak pelayannya.

   "Tinggalkan kami sebentar."

   Rahang pelayan itu terkuak.

   "Pak? Aku harus protes. Orang-orang ini -"

   "Aku akan mengatasi ini."

   Teabing menunjuk ke arah gang.

   Setelah diam beberapa saat, REmy menyelinap keluar seperti anjing terusir.

   Dalam tiupan dingin angin malam yang masuk melalui pintu yang terbuka, Teabing menoleh kembali ke Sophie dan Langdon.

   Tarikan wajahnya masih kaku.

   "Semoga ini berita bagus. Apa yang kautahu tentangbatukunci?"

   Didalam gerumbul semak yang lebat, di luar ruang kerja Teabing, Silas menggenggam pistolnya dan menatap melalui pintu kaca.

   Beberapa saat yang lalu, dia sudah mengelilingi rumah itu dan melihat Langdon serta perempuan itu berbicara di ruang kerja yang besar itu.

   Sebelum dia dapat masuk, seorang lelaki dengan kaki ditunjang metal masuk, lalu membentak Langdon, mendorong pintu hingga terbuka, dan meminta tamu-tamunya untuk pergi.

   Kemudian si perempuan menyebut batu kunci, dan segalanya berubah.

   Teriakan berubah menjadi bisikan.

   Emosi melunak.

   Dan pintu kaca tertutup lagi dengan cepat.

   Sekarang, Silas meringkuk di kegelapan.

   Dia mengamati dari kaca.

   Batu kunciituadadidalamrumahini.

   Silas dapat merasakannya.

   Dan kegelapan, Silas mengendap-endap mendekati kaca, sangat ingin mendengarkan apa yang mereka bincangkan.

   Dia memberi mereka waktu lima menit.

   Jika mereka tidak mengatakan tempatbatukunci itu berada, Silas akan masuk dan meminta mereka dengan kekerasan.

   Di dalam ruang kerja, Langdon dapat merasakan kebingungan tuan rumah mereka.

   "Mahaguru?"

   Teabing tersedak, menatap Sophie.

   "Jacques Sauniere? Sophie mengangguk, dan melihat keterkejutan pada mata Teabing.

   "Tetapi kau tidak mungkin mengetahuinya!"

   "Jacques SauniEre kakekku."

   Teabing terhuyung-huyung di atas penyangga kakinya, menatap Langdon yang mengangguk. Teabing kembali menatap Sophie.

   "Nona Neveu, aku tidak bisa berkata apa pun. Jika ini benar, aku sangat turut berduka cita. Aku harus mengakui, demi penelitianku, aku telah membuat daftar orang-orang di Paris yang mungkin terlibat dalam Biarawan. Jacques SauniEre juga ada dalam daftar itu bersama-sama dengan banyak yang katamu? Itu sulit dibayangkan."

   Teabing lainnya. Tetapi Mahaguru, terdiam sesaat, kemudian menggelengkan kepalanya.

   "Tetapi tetap tidak masuk akal. Kalaupun kakekmu Mahaguru Biarawan, dan menciptakan batu kunci sendiri, dia tidak akan mengatakan padamu bagaimana menemukannya. Batu kunci mengungkap jalan menuju harta karun besar dari kelompok persaudaraan itu. Cucu perempuan atau bukan, kau tidak berhak menerima pengetahuan itu."

   "Pak SauniEre sekarat ketika dia memberikan informasi itu,"

   Kata Langdon.

   "Dia punya pilihan yang terbatas."

   "Dia tidak memerlukan pilihan,"

   Bantah Teabing.

   "Ada tiga senEchaux lainnya yang juga tahu rahasia itu. Itulah keindahan sistem mereka. Salah satu dari mereka akan dinobatkan sebagai mahaguru dan mereka akan melantik seorangsEnEchal baru dan membagi rahasiabatukunci itu padanya."

   "Aku rasa kau belum melihat berita itu seluruhnya,"

   Kata Sophie.

   "Selain kakekku, ada tiga orang penting Paris yang dibunuh hari ini. Semuanya dengan cara yang sama. Semuanya tampak seperti baru saja diinterogasi sebelum dibunuh."

   Teabing ternganga.

   "Dan, kaupikir mereka itu ...."

   "SEnEchaux,"

   Kata Langdon.

   "Tetapi bagaimana? Seorang pembunuh tidak mungkin tahu identitas semua dari keempat anggota teratas Biarawan Sion! Lihatlah aku, sudah menyelidiki mereka selama puluhan tahun, tapi tidak dapat menyebutkansatu pun nama anggota Biarawan itu. Tampaknya tak dapat dibayangkan bahwa ketiga sEnEchaux itu dan Mahaguru dapat ditemukan dan dibunuh dalam satu hari."

   "Aku meragukan bahwa informasi itu didapatkan dalam satu hari saja,"

   Kata Sophie.

   "Itu tampaknya pembantaian yang telah direncanakan masakmasak. Itu sebuah teknik yang kami gunakan untuk menghadapi sindikatsindikat kriminal yang terorganisasi. Jika DCPJ ingin menyergap satu kelompok tertentu, mereka akan diam-diam melihat dan mendengarkan selama beberapa bulan, mengenali semua pemain utamanya, kemudian bergerak dan menyergap semuanya dalam satu waktu. Penjagalan. Tanpa kepemimpinan, kelompok itu akan kacau balau dan membuka rahasia lainnya. Mungkin saja seseorang telah mengamati Biarawan dengan sabar dan kernudian menyerang, dengan harapan para anggota teratas itu akan membuka rahasia tempat batu kunci berada."

   Teabing tampak tidak yakin.

   "Tetapi pensaudaraan itu tidak akan membuka mulut. Mereka bersumpah akan menjaga rahasia itu. Bahkan, dengan taruhan nyawa sekalipun."

   "Tepat,"

   Kata Langdon.

   "Berarti, jika mereka tidak akan membuka rahasia, dan mereka dibunuh ..."

   Teabing terkesiap.

   "Maka lokasi batu kunci akan hilang selamanya!"

   "Dan, bersama itu juga,"

   Tambah Langdon.

   "lokasi Holy Grail."

   Tubuh Teabing tampak terayun dengan beratnya kata-kata Langdon. Kemudian, seolah terlalu letih berdiri, dia menjatuhkan diri ke atas kursi dan menatap ke luar jendela. Sophie berkata, suaranya lembut.

   "Mengingat keadaan sulit kakekku saat itu, mungkin saja dalam keadaan terjepit dia mencoba memberikan rahasia itu kepada seseorang di luar persaudaraan. Seseorang yang dianggapnya dapat dipercaya. Seseorang dalam keluarganya."

   Teabing memucat.

   "Tetapi seseorang yang mampu melakukan serangan seperti itu ... menemukan penyamaran persaudaraan ..."

   Dia terdiam. Ada ketakutan baru pada wajahnya.

   "Hanya ada satu kekuatan yang sanggup melakukan ini. Penyusupan semacam ini hanya dapat berasal dari musuh tertua Biarawan."

   Langdon menatapnya.

   "Gereja."

   "Siapa lagi? Roma telah mencari Grail sejak berabad-abad yang lalu."

   Sophie meragukan hal itu.

   "Kau pikir Gereja membunuh kakekku?"

   Teabing menjawab.

   "Itu bukan pertama kalinya dalam sejarah Gereja membunuh orang untuk melindungi diri. Dokumen-dokumen yang menyertai Holy Grail sangat berbahaya bagi mereka, dan gereja sangat ingin menghancurkannya selama bertahun-tahun."

   Langdon merasa sulit menerima alasan Teabing bahwa gereja akan membunuh orang begitu saja untuk mendapatkan dokumen-dokumen itu.

   Langdon pernah bertemu dengan Paus yang baru dan banyak kardinal.

   Dia tahu, mereka sangat spiritual dan tidak akan membunuh.Apapuntaruhannya.

   Sophie tampaknya memiliki pemikiran yang sama.

   "Mungkinkah anggota anggota Biarawan ini dibunuh oleh seseorang diluar Gereja? Seseorang yang tidak tahu apa itu Grail sesunguhnya? Cawan Kristus, bisa saja, merupakan harta karun yang menggoda. Jelas, pemburu harta karun akan membunuh untuk nilai yang kurang dari itu."

   "Menurut pengalamanku,"

   Kata Teabing.

   "seseorang akan menjadi lebih nekat untuk menghindari apa yang ditakutinya daripada mendapatkan apa yang diinginkannya. Aku merasa sebuah keputusasaan dalam penyerangan Biarawan ini."

   "Leigh,"

   Kata Langdon.

   "alasan itu berlawanan. Mengapa pastur-pastur Katolik mau membunuhi anggota Biarawan dalam rangka menemukan dan menghancurkan dokumen-dokumen yang mereka percaya hanya merupakan kesaksian palsu belaka?"

   Teabing tergelak.

   "Menara gading Harvard telah membuatmu lunak, Robert. Ya, para pastur di Roma diberkati oleh keimanan yang kuat. Karena itu, kepercayaan mereka dapat bertahan dari segala badai, termasuk dokumendokumen yang berlawanan dengan segala yang mereka percayai selama ini. Tetapi, bagaimana dengan orang-orang lain di dunia ini? Bagaimana dengan mereka yang tidak diberi keyakinan kuat seperti itu? Bagaimana dengan mereka yang melihat kejahatan di dunia ini lalu berkata, di mana Tuhan hari ini? Mereka yang melihat skandal-skandal dalam Gereja dan bertanya, siapa orang-orang ini yang mengaku menyuarakan kebenaran tentang Kristus namun berbohong untuk menutupi pelecehan seks terhadap anak-anak yang dilakukan anggota mereka? Teabing terdiam sejenak.

   "Apa yang terjadi dengan orangorang itu, Robert, jika bukti-bukti ilmiah yang persuasif membuktikan bahwa versi Gereja tentang cerita Kristus ternyata tidak tepat, dan cerita terbesar yang pernah diceritakan, sesungguhnya, hanyalah cerita terbesar yang pernah dijual?"

   Langdon tidak menjawab.

   "Aku akan mengatakan kepada kalian apa yang akan terjadi jika dokumen itu ditemukan,"

   Kata Teabing.

   "Vatikan menghadapi sebuah krisis kepercayaan yang tak pernah terjadi selama dua milenium sejarahnya."

   Setelah lama sunyi, Sophie berkata.

   "Tetapi, jika memang Gereja yang bertanggung jawab atas penyerangan itu, mengapa mereka bertindak sekarang? Setelah bertahun-tahun? Biarawan menjaga dokumen Sangreal tetap tersembunyi. Mereka tidak mengancam Gereja secara langsung."

   Teabing mendesah berat dan menatap Langdon.

   "Robert, kukira kau tahu perintah terakhir bagi Biarawan."

   Langdon merasa napasnya terhenti karena pikiran itu.

   "Ya."

   "Nona Neveu,"

   Kata Teabing.

   "Gereja dan Biaraawn telah saling tahu selama bertahun-tahun. Yaitu, Gereja tidak menyerang Biarawan, dan Biarawan tetap menyembunyikan dokumen Sangreal."

   Dia terdiam sejenak.

   "Namun, sejarah Biarawan selalu mencakup sebuah rencana untuk mengungkap rahasia itu. Dengan kedatangan suatu hari yang khusus dalam sejarah, persaudaraan itu merencanakan untuk tidak berdiam diri lagi dan melanjutkan kemenangan besar mereka dengan membuka dokumen Sangreal kepada dunia, mengabarkan cerita Kristus yang sesungguhnya dari titik yang paling awal."

   Sophie menatap Teabing, tak bersuara. Akhirnya, dia juga duduk.

   "Dan, kau pikir hari itu sudah dekat? Dan Gereja mengetahuinya?"

   "Sebuah spekulasi,"

   Kata Teabing.

   "tetapi itu pasti akan memberi Gereja motivasi untuk menyerang habis-habisan, untuk mencari dokumen-dokumen itu sebelum terlambat."

   Langdon merasa tidak nyaman karena ulasan Teabing ternyata masuk akal.

   "Kaupikir Gereja akan betul-betul mampu untuk mengungkap bukti nyata dari hari khusus itu?"

   "Mengapa tidak -jika kita menduga Gereja mampu membuka identitas anggota Biarawan, dan kemudian dapat mengetahui rencana mereka. Dan, kalaupun mereka tidak tahu hari khusus itu tepatnya, takhayul mereka mungkin berpengaruh lebih baik pada mereka."

   "Takhayul?"

   Sophie bertanya.

   "Dalam istilah ramalan,"

   Kata Teabing.

   "akhir-akhir ini kita sedang berada dalam sebuah zaman perubahan dahsyat. Milenium telah berlalu, dan dengan itu berakhir juga dua ribu tahun Zaman pisces---ikan, yang merupakan simbol dari Yesus. Seperti yang diberitahukan semua ahli simbol astrologi, kepercayaan ideal kaum pisces menyatakan bahwa manusia harus selalu diberi tahu apa yang harus dikerjakannya oleh kekuatan yang lEbih tinggi, karena manusia tidak dapat berpikir sendiri. Karenanya, ini adalah waktu untuk agama yang kuat. Namun, sekarang kita memasuki Zaman Aquarius---Pembawa air--yang idealnya mengklaim bahwa manusia akan mengetahui kebenaran dan mampu berpikir bagi dirinya sendiri. Perubahan ideologi ini sangat dahsyat, dan itu sedang terjadi sekarang."

   Langdon merasa merinding. Ramalan astrologi tidak pernah terlalu menarik perhatian Langdon, namun dia tahu ada orang-orang di Gereja yang sangat mengikutinya dengan cermat.

   "Gereja menyebut periode tradisional ini sebagai Hari Akhir."

   Sophie tampak ragu.

   "Seperti akhir dunia? Kiamat?"

   "Bukan,"

   Jawab Langdon.

   "Itu kesalahan konsep yang umum sekali. Banyak agama berbicara tentang Hari Akhir. Itu tidak mengacu pada akhir dunia, tetapi lebih kepada zaman kita -Pisces, yang dimulai sejak kelahiran Kristus, terentang hingga dua ribu tahun, dan memudar bersama berlalunya milenium. Sekarang, karena kita telah melewatinya dan memasuki Tahun Aquarius, maka Hari Akhir telah tiba."

   "Banyak sejarawan Grail,"

   Kata Teabing menambahkan.

   "peraya bahwa jika Biarawan memang merencanakan untuk membuka kebenaran itu, saat ini dalam sejarah akan menjadi waktu yang tepat secara simbolis. ParA peneliti Biarawan umumnya, termasuk aku, memperkirakan persaudaraan itu akan membuka kebenaran mereka tepat pada saat milenium baru. Ternyata tidak. Memang diakui, bahwa kalender Roma tidak terhubung secara sempurna dengan tanda-tanda astrologi, sehingga ada beberapa daerah abu-abu dalam perkiraan itu. Apakah Gereja sekarang memliki informasi dari dalam persaudaraan itu sehingga kepastian hari itu terlihat, atau apakah mereka hanya menjadi panik karena ramalan astrologi itu, aku tidak tahu. Bagaimanapun juga, itu semua tidak nyata. Kedua skenario itu menjelaskan bagaimana Gereja mungkin saja termotivasi Untuk melakukan serangan lebih dulu kepada Biarawan."

   Teabing mengerutkan dahinya.

   "Dan, percayalah padaku, jika Gereja menemukan Holy Grail, mereka akan menghancurkannya. Dokumendokumen itu dan juga barang-barang peninggalan Maria Magdalena."

   Matanya menjadi berat.

   "Jika begitu, sayangku, dengan hilangnya dokumen Sangreal, semua bukti akan hilang. Gereja akan memenangkan perang lama mereka untuk menulis ulang sejarah. Masa lalu akan terhapus selamanya."

   Perlahan Sophie mengeluarkan kunci salib itu dari saku sweternya dan mengulurkannya ke Teabing. Teabing mengambil kunci itu dan mempelajarinya.

   "Ya ampun! Segel Biarawan. Di mana kaudapatkan ini?"

   "Kakekku memberikannya kepadaku malam ini sebelum dia dibunuh."

   Teabing mengusapkan jemarinya pada salib itu.

   "Kunci sebuah gereja?"

   Sophie menarik napas dalam.

   "Kunci ini memberikan akses kebatukunci."

   Kepala Teabing tersentak, wajahnya liar karena tidak percaya.

   "Tidak mungkin! Gereja mana yang belum kumasuki? Aku sudah meneliti semua gereja di Prancis!"

   "Tidak di gereja,"

   Kata Sophie.

   "

   Di bank penyimpanan Swiss."

   Tatapan gembira Teabing memudar.

   "Batu kunci ada di sebuah bank?"

   "Di dalam sebuah ruang besi,"

   Kata Langdon.

   "Ruang besi sebuah bank?"

   Teabing menggelengkan kepalanya dengan keras.

   "Tidak mungkin. Batu kunci seharusnya tersimpan di bawah tanda Mawar."

   "Memang,"

   Kata Langdon.

   "Batu kunci itu tersimpan didalam kotak kayu mawar berukir sekuntum Mawar dengan lima kelopak."

   Teabing tampak seperti tersambar petir.

   "Kau sudah melihat batu kunci itu?"

   Sophie mengangguk.

   "Kami mengunjungi bank itu."

   Teabing mendekati mereka, matanya ketakutan.

   "Teman-temanku, kita harus melakukan sesuatu. Batu kunci ini dalam bahaya! Kita punya kewajiban untuk melindunginya. Bagaimana jika ada kunci lainnya? Mungkin dicuri dari para sEnEchaux yang terbunuh itu? Jika Gereja dapat memperoleh akses ke bank itu seperti kalian -"

   "Mereka akan terlambat,"

   Kata Sophie.

   "Kami telah memindahkan batu kunci itu."

   "Apa! Kalian memindahkan batu kunci dari tempat persembunyiannya?"

   "Jangan khawatir,"

   Kata Langdon.

   "Batu kunci itu tersembunyi dengan aman."

   "Betul-betul amat sangat aman, kuharap!"

   "Sebenarnya,"

   Kata Langdon, tak dapat menyembunyikan senyuman.

   "itu tergantung pada seberapa sering kau membersihkan bagian bawah kursi panjangmu."

   Angin di luar Puri Villette bertiup semakin kencang sehingga jubah Silas berkibar-kibar ketika dia berjongkok di dekat jendela.

   Walau dia tak dapat mendengar percakapan itu dengan jelas, katabatukunci telah sering terdengar menembus kaca jendela itu.

   Batukunciitudidalam.

   Kata-kata Guru segar dalam ingatannya.

   Masuk ke Puri Villette.

   Ambil kunciitu.Janganlukaiseorangpun.

   Sekarang LAngdon dan yang lainnya telah berpindah ke ruangan lain, mematikan lampu ruang kerja ketika mereka keluar.

   Merasa seperti seekor macan kumbang yang sedang mengikuti mangsanya, Silas memanjat jendela kaca itu.

   Jendela itu tidak terkunci.

   Kemudian dia menyelinap masuk dan menutup jendela perlahan.

   Dia dapat mendengar suara tak jelas dari ruang yang lain.

   Silas menarik pistolnya dari saku, membuka kuncinya dan mengendap-endap ke gang.

   LETNAN Collet berdiri sendirian di ujung jalan menuju rumah Leigh Teabing dan menatap rumah besar itu.

   Terpencil.

   Gelap.

   Tertutup dengan baik.

   Collet mengawasi enam orang agennya yang berpencar diam-diam di sepanjang pagar.

   Mereka dapat melewatinya dan mengepung rumah itu dalam beberapa menit saja.

   Langdon tidak akan tahu darimana agen-agen Letnan Collet akan menyergap.

   Collet baru saja akan menelepon Fache ketika tiba-tiba teleponnya berdering.

   Seperti yang sudah dibayangkan Collet, Fache terdengar tidak senang dengan perkembangan keadaan itu.

   "Mengapa tidak seorangpun mengatakan kita punya petunjuk tentang Langdon?"

   "Anda sedang bertelepon dan -"

   "Di mana kau tepatnya, Letnan Collet?"

   Collet memberinya alamat itu.

   "

   Tempat tinggal ini milik seorang Inggris bernama Teabing. Langdon mengemudikan mobil cukup jauh untuk tiba di sini. Kendaraan itu ada dalam pagar pengaman, tanpa tanda-tanda masuk paksa, sehingga kemungkinan besar Langdon mengenal pemilik rumah ini."

   "Aku segara ke sana,"

   Kata Fache.

   "Jangan bertindak. Aku akan menangani ini sendiri."

   Collet ternganga.

   "Tetapi Kapten, Anda dua puluh menit dari sini! Kita harus bertindak segera. Aku telah mengurungnya. Aku bersama delapan orang. Empat orang membawa senapan dan yang lainnya memegang pistol."

   "Tunggu aku."

   "Kapten, bagaimana jika Langdon mempunyai sandera di dalam? Bagaimana jika dia melihat kita dan melarikan diri tanpa mobil? Kita harus bergeraksekarang! Orang-orangku sudah di tempat dan siap bertindak."

   "Letnan Collet, kau harus menungguku tiba sebelum bertindak. Ini perintah."

   Fache menutup telponnya.

   Letnan Collet termangu dan mematikan teleponnya.

   Mengapa, sih, Fache menyuruhkumenunggu? Collet tahu jawabannya.

   Fache, walau terkenal karena nalurinya, juga terkenal karena kesombongannya.

   Fache ingin dipuji untuk penangkapan ini.

   Setelah menayangkan wajah orang Amerika itu di seluruh saluran televisi, Fache ingin memastikan bahwa wajahnya juga akan disiarkan sebanyak itu.

   Pekerjaan Collet hanyalah menunggu sampai pimpinannya muncul menuntaskan pekerjaan mereka.

   Ketika berdiri di sana, Collet memikirkan kemungkinan alasan kedua bagi penundaan ini.

   Pengendalian kerusakan.

   Dalam penegakan hukum, keraguan menangkap buronan hanya terjadi ketika muncul ketidakpastian tentang kesalahannya.

   Apakah Fache mempunyai anggapan bahwa Langdon boleh jadi tidak bersalah? Pemikiran itu menakutkan.

   Kapten Fache telah bersusah payah malam ini untuk menangkap Robert Langdon---surveiliance cachEe, Interpol, dan sekarang televisi.

   Bahkan, Bezu Fache tidak akan selamat dari tuntutan politis jika dia ternyata salah menyiarkan wajah seorang Amerika yang penting ke seluruh Prancis sebagai pembunuh.

   Jika Fache sekarang sadar bahwa dia akan membuat kesalahan, Collet untuk menunggunya sebelum maka masuk akal bila dia menyuruh bertindak.

   Hal yang akan paling merugikan Fache adalah jika Collet tiba-tiba menyergap masuk ke rumah pribadi seorang Inggris yang tak bersalah dan menangkap Langdon dengan todongan pistol.

   Lagi pula, Collet tahu, jika Langdon memang tidak bersalah, itu akan menjelaskan pertentangan aneh dalam kasus ini.

   Mengapa Sophie Neveu, cucu korban, membantu orang yang disangka pembunuh kakeknya untuk kabur? Kecuali Sophie tahu bahwa Langdon tidak bersalah.

   Fache telah mengeluarkan segala penjelasan tentang sikap Sophie yang aneh, termasuk bahwa Sophie satu-satunya ahli waris SauniEre, telah membujuk kekasih gelapnya Robert Langdon, untuk membunuh SauniEre demi uang warisan.

   Lalu, SauniEre, yang mungkin telah menduga ini semua, meninggalkan kepada polisi pesan PS.Cari Robert Langdon.

   Collet agak yakin ada hal lain yang tengah terjadi di sini.

   Sophie Neveu tampak mempunyai sifat yang terlalu baik untuk melakukan halhal yang kotor.

   "Letnan?"

   Salah seorang agen datang berlari.

   "Kami menemukan sebuah mobil."

   Collet mengikuti agen itu berjalan kira-kira lima puluh yard dari jalan mobil.

   Agen itu menunjuk ke arah tepi jalan di seberang jalan itu.

   Di sana, terparkir di semak-semak, hampir tak terlihat, sebuah Audi hitam.

   Ada pelat mobil sewaan.

   Collet menyentuh kap mesinnya.

   Masih hangat.

   Bahkan panas.

   "Ini pasti yang digunakan Langdon tadi,"

   Kata Collet.

   "Tellepon penyewaan mobil. Tanyakan apakah mobil ini dicuri."

   "Ya, Pak."

   Agen yang lain melambai kepada Collet agar kembali ke arah pagar.

   "Letnan, lihatlah ini."

   Dia memberikan teropong malam kepada Collet.

   "Lihat pepohonan dekat ujung jalan mobil itu."

   Collet mengarahkan teropong itu ke bukit dan menyetel pemutarnya sehingga gambar tampak jelas.

   Perlahan, bentuk kehijauan menjadi lebih jelas.

   Dia mengarahkannya ke tikungan dari jalan mobil, lalu menyusuri jalan itu perlahan-lahan hingga mencapai pepohonan yang dimaksud.

   Apa yang dapat dilakukannya hanya menatap.

   Di sana, terselubung kehijauan, terparkir sebuah mobil lapis baja.

   Collet segera tahu bahwa itu adalah truk yang tadi dihentikannya dan dibiarkan pergi dari Bank Penyimpanan Zurich.

   Dia berdoa semoga ini hanyalah kebetulan yang aneh, namun dia tahu itu tidak mungkin.

   "Jelas sekali,"

   Kata agen itu.

   "Langdon telah menggunakan truk ini untuk melarikan diri dari Bank."

   Collet tidak dapat berkata apa-apa.

   Dia memikirkan pengemudi truk yang tadi dihentikannya di Ketidaksabarannya untuk kargonya.

   penghalang jalan.

   Jam tangan Rolex itu.

   segera pergi.

   Aku tidak pernah memeriksa isi Collet percaya ada orang di bank yang berbohong kepada DCPJ tentang keberadaan Langdon dan Sophie dan membantu mereka melarikan diri.Tetapi siapa?Danmengapa? Collet bertanya-tanya apakah mungkin ini alasan Fache menyuruhnya untuk tidak bertindak dulu.

   Mungkin Fache tahu ada orang lain selain Langdon dan Sophie yang terlibat.

   Dan, jika Langdon dan Neveu tiba denganmobillapisbaja,lalu siapayangmengemudiAudi? Ratusan mil ke arah selatan, sebuah pesawat carteran Beechcraft Baroon 58 terbang ke arah utara melintasi Laut Tyrhenia.

   Walau langit tenang, Uskup Aringarosa memegangi kantong mabuk udara, untuk jaga-jaga.

   Percakapannya dengan Paris sama sekali tidak seperti yang dibayangkannya.

   Sendirian di dalam kabin kecil, Aringarosa memutar-mutar Cincin emas pada jarinya dan mencoba menenangkan perasaan takut dan putus asanya yang meluap-luap.

   Di Paris segalanya berjalan kacau.

   Dia menutup matanya, lalu berdoa agar Bezu Fache berhasil membereskannya.

   TEABING DUDUK di atas bangku panjang, menimang-nimang kotak kayu itu di atas pangkuannya dan mengagumi tutupnya yang dihiasi ukiran Mawar.

   Malaminitelahmenjadimalamyangpalinganehdanajaibdalam hidupku.

   "Buka tutupnya,"

   Bisik Sophie, dekatnya, di samping Langdon.

   Teabing tersenyum.Janganmemburu-buru aku.

   Dia sudah menghabiskan satu dekade mencari batu kunci itu, sekarang dia ingin menikmati setiap milidetik dari peristiwa ini.

   Tangannya mengusap tutup kotak itu, merasakan tekstur ukiran mawarnya.

   "Mawar,"

   Teabing berbisik.

   Mawar itu adalah Magdalena, adalah Holy Grail.

   Mawar itu adalah kompas yang memandu jalan.

   Teabing merasa bodoh.

   Selama bertahun-tahun dia telah melakukan perjalanan dari katedralkatedral dan gereja-gereja di se1uruh Prancis, membayar izin masuk khusus, memeriksa ratusan lengkungan di bawah jendela mawar, mencari sebuah batu kunci berukir.Laclefdevoute -sebuah batu kunci di bawah tanda Mawar.

   din Teabing perlahan membuka pengunci tutup kotak itu dan menaikkannya.

   Begitu matanya akhirnya melihat isi kotak itu, dia tahu segera, itu pastilah batu kunci yang dicarinya.

   Teabing memandangi sebuah batu berbentuk silinder, dengan lempengan-lempengan bertulisan yang saling menyambung.

   Benda itu, anehnya, seperti sudah biasa dilihatnya.

   "Dirancang dari buku harian Da Vinci,"

   Kata Sophie.

   "Kakekku membuatnya karena hobi."

   Tentusaja, Teabing tahu.

   Dia pernah melihat sketsa itu dan cetak birunya.

   Kunci untuk menemukan Holy Grail terletak di dalam batu ini.

   Teabing mengangkat cyptex berat itu dari kotaknya, memeganginya dengan lembut.

   Walau dia tidak tahu bagaimana cara membuka sunder itu, dia merasa bahwa takdirnya ada di dalam silinder itu.

   Pada saat-saat kegagalannya, Teabing mempertanyakan apakah permintaan hidupnya akan pernah dikabu1kan.

   Sekarang keraguan itu hilang untuk selamanya.

   Dia dapat mendengar kata-kata kuno ...

   dasar legenda Grail.

   VousnetrouvezpasleSaint-Graal,c'estleSaint-Graalquivoustrouve.

   KautidakmenemukanGrail.

   Grailmenemukanmu.

   Dan malam ini, luar biasa, kunci untuk menemukan Grail telah berjalan masuk melalui pintu depan rumahnya.

   Ketika Sophie dan Teabing duduk dengan cyptex dan berbicara tentang cairan cuka itu, lempengan-lempengan, dan kemungkinan kata kuncinya, Langdon membawa kotak kayu mawar itu melintasi ruangan ke meja yang diterangi lampu, supaya dapat dilihat dengan lebih baik.

   Sesuatu yang baru saja dikatakan Teabing sekarang berputaran dalam benaknya.

   KuncimenujuGrailtersembunyidibawahtandaMawar.

   Langdon memegangi kotak kayu itu ke dekat lampu dan memeriksa simbol Mawar itu.

   Walau dia terbiasa dengan benda-benda seni, itu tidak termasuk ukiran kayu atau perabot ukiran.

   Langdon teringat pada langit-langit keramik pada sebuah biara di Spanyol di luar kota Madrid.

   Di sana, tiga abad sete1ah pembangunannya, langit-langit itu mulai runtuh, memper1ihatkan teka-teki suci yang ditulis oleh biarawan-biarawan pada semen dibawah keramik itu.

   Langdon melihat lagi Mawar itu.

   DibawahMawar.

   SubRosa.

   Rahasia.

   Suara jatuh di gang di belakangnya membuat Langdon menoleh.

   Dia hanya melihat kelebatan bayangan.

   Mungkin saja pelayan Teabing yang lewat.

   Langdon kembali ke kotak kayu.

   Dia mengusapkan jarinya pada tepi ukiran yang halus itu, bertanya-tanya apakah dia dapat melepaskan Mawar itu.

   Namun, ukiran itu tampak begitu sempurna.

   Dia bahkan meragukan silet akan bisa mencungkil bagian antara Mawar dan dasarnya.

   Dia membuka kotak itu, dan memeriksa bagian dalam tutupnya.

   Rata.

   Ketika dia mengubah posismya, di bawah sinar, dia dapat melihat seperti ada lubang kecil di bagian bawah tutup itu, tepat di tengah.

   Dia lalu menutup penutup itu dan memeriksa bagian atasnya.

   Ternyata tidak ada lubang.

   Lubangitutakdapatditembus.

   Langdon meletakkan kotak itu di atas meja, lalu mengamati sekeliling ruangan dan melihat setumpukan kertas dengan penjepit kertas.

   Dia mengambil penjepit itu, membuka kotak itu, dan mengamati lubang itu lagi.

   Dengan berhati-hati dia meluruskan penjepit kertas itu dan menyelipkan satu ujungnya ke lubang itu.

   Dia menekannya dengan lembut.

   Dia mendengar ada yang berkertak lembut di atas meja.

   Langdon menutup penutup kotak itu untuk melihat.

   Ternyata sepotong kecil kayu, seperti sepotongpuzzle.

   Ukiran mawar itu terlepas dan jatuh ke atas meja.

   Tanpa kata-kata, Langdon menatap bagian tutup kotak yang sekarang tak tertutup oleh ukiran mawar lagi.

   Di sana, terukir pada kayunya, tertulis tulisan tangan yang rapi sekali, empat baris teks berbahasa asing yang belum pernah dilihat Langdon.

   KarakterhurufnyasepertiSemit, pikir Langdon pada dirinya sendiri,tetapi akutidakmengenalibahasanya.

   Gerakan yang tiba-tiba di belakang Langdon menarik perhatiannya.

   Entah dari mana, sebuah pukulan keras menghantam kepala Langdon, membuatnya jatuh tersungkur.

   Ketika jatuh, dia sempat mengira telah melihat hantu pucat berdiri di dekatnya sambil memegang pistol.

   Lalu semuanya menjadi gelap.

   SOPHIE NEVEU, walau bekerja sebagai penegak hukum, belum pernah ditodong senjata sampai malam ini.

   Hampir tak dapat dibayangkan, Sophie menatap sebuah pistol sang dipegang olEh tangan pucat dari seorang albino yang besar berambut putih panjang.

   Albino itu menatap Sophie dengan mata merahnya yang memancarkan sinar menakutkan dan seperti hantu.

   Mengenakan jubah wol dengan ikat pinggang dari tali, orang itu tampak seperti pendeta abad pertengahan.

   Sophie tak dapat membayangkan siapa lelaki itu, namun tiba-tiba Sophie menghargai dugaan Teabing akan keterlibatan Gereja dalam kasus ini.

   "Kalian tahu aku datang untuk apa,"

   Kata biarawan itu, suaranya dalam.

   Sophie dan Teabing duduk di atas bangku panjang dengan tangan mereka terangkat ke atas seperti yang diperintahkan orang itu.

   Langdon terbaring mengerang di atas lantai.

   Mata biarawan itu segera mengarah pada batu kunci di atas pangkuan Teabing Nada suara Teabing menantang.

   "Kau tidak akan dapat membukanya."

   "Guruku sangat bijak,"

   Biarawan itu menjawab, bergeser mendekat sedikit sedikit, sambil pistolnya terayun antara Teabing dan Sophie. Sophie bertanya-tanya ke mana pelayan Teabing. Apakah dia tidak mendengar Robertjatuh? "Siapa gurumu?"

   Tanya Teabing.

   "Mungkin kita bisa membuat kesepakatan harga."

   "Grail tak ternilai harganya."

   Biarawan itu bergerak mendekat.

   "Kau berdarah,"

   Kata Teabing tenang, sambil mengangguk ke mata kaki sebelah kanan biarawan itu yang tampak meneteskan darah.

   "Dan pincang."

   "Kau juga,"

   Kata biarawan itu sambil menunjuk pada tongkat metal di sebelah Teabing.

   "Sekarang, serahkan batu kunci itu padaku."

   "Kau tahu tentang batu kunci?"

   Kata Teabing, terdengar kaget.

   "Tidak penting apa yang kutahu. Berdirilah perlahan, dan serahkan padaku."

   "Berdiri sulit bagiku."

   "Tepat. Aku lebih senang jika tidak ada yang bergerak cepat."

   Teabing menyelipkan tangan kanannya pada salah satu tongkatnya dan memegang batu kunci dengan tangan kirinya.

   Dia lalu bangkit berdiri, tegak, sambil menggenggam silinder yang berat itu pada tangan kirinya dan bertumpu tidak pasti pada tongkat sebelah kanannya.

   Biarawan itu mendekat sampai beberapa kaki, sambil tetap mengarahkan pistolnya ke kepala Teabing.

   Sophie menatap, merasa tak berdaya ketika biarawan itu mengulurkan tangannya untuk mengambil silinder itu.

   "Kau tidak akan berhasil,"

   Kata Teabing.

   "Hanya yang bErhak yang dapat membuka batu ini."

   HanyaTuhan yangmenentukansiapayangberhak, pikir Silas.

   "Agak berat,"

   Kata Teabing, lengannya bergetar sekarang.

   "Jika kau tidak segera mengambilnya, aku takut akan menjatuhkannya."

   Dia terhuyung hampir jatuh.

   Silas cepat melangkah ke depan untuk menerima batu itu, dan begitu dia melakukannya, lelaki bertongkat itu kehilangan keseimbangannya.

   Tongkatnya meluncur dari bawahnya, dan dia mulai tumbang ke sebelah kanan.

   Jangan! Silas bergerak untuk menyelamatkan batu itu, dan senjatanya bergerak turun ketika itu juga.

   Namun batu kunci bergerak menjauh darinva sekarang.

   Ketika Teabing jatuh ke sisi kanan, tangan kirinya mengayun belakang, dan batu kunci terlempar dari tangannya dan mendarat di atas bangku panjang.

   Pada saat yang sama, tongkat metal yang meluncur dari Teabing bergerak cepat, memotong melengkung ke depan, ke arah kaki Silas.

   Kesakitan yang luar biasa merobek tubuh Silas ketika tongkat metal itu memukul tepat pada cilice-nya, menenggelamkan duri-durinya lebih dalam pada daging yang sudah terluka itu.

   Dia terbungkuk, lalu roboh tersungkur, mengakibatkan cilice itu mengirisnya lebih dalAm lagi.

   Ketika Silas roboh, pistolnva meledak dengan suara yang memekakkan telinga.

   Pelurunya menembus lantai, tidak melukai siapa pun.

   Sebelum Silas dapat mengangkat pistolnya dan menembak lagi, kaki Sophie melayang tepat mengenai rahangnya.

   Di ujung jalan, Collet mendengar suara tembakan.

   Ledakan itu membuatnya panik sekali.

   Dengan Fache masih dalam perjalanan, Collet telah melepaskan harapannya untuk mendapatkan Langdon malam ini.

   Namun penghargaan pribadi atas penangkapan dia akan celaka jika keegoisan Fache membuatnya berhadapan dengan Dewan Pertimbangan Menteri karena kelalaian petugas polisi dalam bertugas.

   Sebuah senjata telah meletus di dalam sebuah rumah pribadi? Dan kau menunggudiujungjalan? Collet yakin kesempatan untuk mendekat secara diam-diam sudah hilang.

   Dia juga yakin jika dia tetap berdiri diam saja disini, kariernya akan hilang sama sekali keesokan harinya.

   Sambil mengamati pintu gerbang besi itu, dia membuat keputusan.

   "Ikat, dan tarik hingga roboh."

   Di kejauhan, dalam benaknya yang masih puyeng, Robert Langdon mendengar suara tembakan. Dia juga mendengar teniakan kesakitan. Suaranya sendiri? Sebuah palu besar telah melubangi tempurung kepalanya. Terdengar tak jauh, ada orang berbicara.

   "Kau di manasih tadi?"

   Bentak Teabing. Pelayan lelaki itu datang bergegas.

   "Apa yang terjadi? Oh, Tuhan! Siapa ini? Saya akan telepon polisi!"

   "Jangan telepon polisi! Buat dirimu berguna dan ambilkan kami sesuatu untuk mengikat monster ini."

   "Dan es batu!"

   Seru Sophie dari belakangnya.

   Langdon jatuh pingsan lagi.

   Ada lebih banyak suara.

   Gerakan.

   Sekarang dia didudukkan di atas bangku panjang itu.

   Sophie memegangi kantong es batu pada kepala Langdon.

   Kepalanya sakit.

   Ketika menjadi terang, dia menatap sesosok tubuh di akhirnya pandangannya atas lantai.

   Apakah aku berhalusinasi? Tubuh biarawan albino yang besar itu tergeletak terikat dan mulutnya tersumbat dengan pita berperekat.

   Dagunya terbuka, dan jubah disebelah paha kanannya basah oleh darah.

   Tampaknya dia juga mulai sadar.

   Langdon menoleh kepada Sophie.

   "Siapa dia? Apa ... yang terjadi?"

   Teabing terpincang-pincang mendekat.

   "Kau baru saja diselamatkan oleh seorang kesatria bersenjatakan sebuah Excalibur buatan Acme Orthopedic."

   Hah? Langdon mencoba duduk tegak. Sentuhan Sophie bergetar, namun lembut.

   "Tenanglah dulu sebentar, Robert."

   "Rasanya,"

   Kata Teabing.

   "aku baru saja memamerkan keuntungan dari kondisiku di depan teman perempuanmu."

   Dari duduknya di atas bangku panjang itu, Langdon menatap ke bawah pada biarawan itu dan mencoba membayangkan apa yang baru saja terjadi.

   "Dia mengenakan sebuahcilice."

   Teabing menjelaskan.

   "Sebuah apa?"

   Teabing menunjuk pengikat dari kulit berduri yang tergeletak di atas lantai.

   "Sebuah pengikat disiplin. Dia mengenakannya pada pahanya. Aku tadi membidiknya dengan tepat."

   Langdon mengusap kepalanya. Dia tahu apa itu pengikat disiplin.

   "Tetapi, bagaimana ... kau tahu?"

   Teabing tersenyum.

   "Kristen adalah lapangan penelitianku Robert, dan ada beberapa sekte tertentu yang mengenakan hati mereka pada lengan mereka."

   Dia menunjuk dengan tongkat metalnya pada jubah biarawan yang bersimbah darah itu.

   "Seperti ini tadi."

   "Opus Dei,"

   Bisik Langdon, sambil mengingat laporan media akhir-akhir ini tentang beberapa pengusaha penting di Boston yang juga anggota Opus Dei.

   Beberapa rekan kerja mereka telah secara terbuka dan tanpa bukti menuduh mereka mengenakan pengikat disiplin di bawah tiga potong pakaian jas mereka.

   Kenyataannya, ketiga orang itu tidak mengenakan benda semacam itu.

   Seperti banyak anggota Opus Dei, pengusaha-pengusaha ini berada di tingkat 'supernumeracy' dan sama sekali tidak melaksanakan mortifikasi.

   Mereka merupakan pemeluk Katolik yang taat, ayah yang peduli terhadap anak-anak mereka, dan anggota masyarakat yang baik.

   Tidak mengherankan, media hanya menyoroti tanggung jawab spiritual mereka secara singkat sebelum bergerak menyoroti "numerary"

   Yang lebih keras nilai mengejutkan dari anggota-anggota dari sekte itu ... anggota-anggota seperti biarawan yang tergeletak di atas lantai di depan Langdon. Teabing sedang mengamati dengan cermat pengikat berdarah itu.

   "Tetapi, mengapa Opus Dei mencari Holy Grail? Langdon terlalu pening untuk memikirkannya.

   "Robert,"

   Kata Sophie berjalan ke arab kotak kayu.

   "Apa ini?"

   Sophie memegang Mawar kecil yang tadi dicungkil Langdon dari tutup kotak kayu itu.

   "Itu tadi menutupi ukiran pada kotak itu. Kupikir teksnya mungkin memberi tahu kita bagaimana membuka batu kunci itu."

   Sebelum Sophie dan Teabing menjawab, lautan cahaya biru lampu mobil polisi dan sirene yang meraung-raung memotong percakapan mereka, berasal dari bawah bukit dan mulai merayap naik ke jalan mobil sepanjang setengah mil itu.

   Teabing mengerutkan dahinya.

   "Teman-temanku, tampaknya kita harus memutuskan sesuatu. Dan cepat."

   COLLET dan agen-agennya menyerbu dari pintu depan tempat tinggal Sir Leigh Teabing dengan senjata terhunus.

   Mereka menyebar, dan mulai meneliti semua ruangan di lantai pertama.

   Mereka menemukan lubang peluru di lantai ruang duduk, tanda-tanda perkelahian, sedikit ceceran darah, pengikat kulit berduri yang aneh, dan pita berperekat yang sudah dipakai sebagian.

   Keseluruhan lantai tampaknya sudah ditinggalkan.

   Baru saja Collet akan membagi agen-agennya untuk menggeledah lantai di bawah tanah dan lantai dasar di belakang rumah, dia mendengar suara-suara di atas mereka.

   "Mereka di atas!"

   Collet dan teman-temannya berlari menaiki tangga lebar, kemudian berpindah dari ruangan yang satu ke ruangan yang lain di seluruh rumah besar ini, memeriksa kamar-kamar tidur yang gelap dan gang-gang ketika mereka semakin dekat dengan suara-suara itu.


Wiro Sableng Tiga Makam Setan Rajawali Emas Dewi Karang Samudera Agatha Christie Lapangan Golf Maut

Cari Blog Ini