Ceritasilat Novel Online

Girls Of Riyadh 4


Rajaa Alsanea Girls Of Riyadh Bagian 4



Ini adalah satu-satunya wilayah anak muda yang aman dari pengawasan petugas Amar Ma'ruf Nahi Munkar.

   Internet menjadi pilihan karena pertemuan di alam nyata dilarang oleh undang-undang dan nilai sosial.

   Kegemaran Lumeis akan internet akhirnya membawa Qamrah ikut menikmati penjelajahan maya.

   Awalnya Lumeis mengajaknya untuk masuk bersamanya pada pada waktu Lumeis melakukan chatting.

   Lumeis ingin memperkenalkan Qamrah kepada seseorang bernama Owen.

   Sedikit demi sedikit kegemaran Qamrah mengarungi internet bertambah dan akhirnya siang malam dia melakukan komunikasi dengan Owen atau si A, si B, si C dan pengguna internet lainnya.

   Sejak awal Lumeis telah menjelaskan kepada Qamrah tips-tips menggunakan internet, termasuk mensiasati sikap kepada kenalan-kenalan baru.

   Lumeis juga menjelaskan tentang berbagai cara dan teknik laki-laki menaklukkan kenalan perempuannya.

   Lumeis juga memperlihatkan beberapa percakapan dengan kenalan baru di internet yang sempat disimpan.

   Lumeis memberi penjelasan.

   "Lihat Qamrah, di mana-mana laki-laki selalu sama. Hanya saja mereka mempunyai sedikit perbedaan antara pemuda di satu daerah dengan pemuda di daerah yang lain. Pemuda Riyad berbeda dengan yang datang dari Barat atau wilayah lain di bumi ini. Kutunjukkan trik para pemuda Riyad".

   "Awalnya mereka akan memancing perkenalan, misalnya dengan menanyakan nama. Kamu hendaknya jangan memberi nama asli kepadanya. Kamu harus punya banyak nama samaran di internet. Intinya, berhati-hatilah memberikan namamu di internet. Boleh saja kamu mempunyai satu nama saja setiap kamu berkenalan dengan siapa saja. Ini akan sedikit menunjukkan dirimu sekaligus usaha agak serius untuk menjalin pertemanan di internet. Setelah basa-basi awal dengan menanyakan nama, biasanya pemuda Riyad akan mulai mengobral gombal-gombalan. Wah, kepribadian kamu sangat menarik! Aku sangat menyukai tipe seperti kamu! Kamu perempuan pertama yang membuatku ingin berkenalan langsung! Dan masih banyak lagi redaksi-redaksi penuh pujian. Bila tidak hati-hati, para wanita mudah saja tergoda. Selanjutnya mereka menjajaki kemungkinan untuk berbicara langsung melalui telepon, lalu ingin mengadakan 'kopi darat‟, tapi sebelumnya, dia akan meminta fotomu. Setelah semua pengakuan berhasil didapat, biasanya mereka memberikan bumbu-bumbu baru. Mereka mulai mengutip sayir lagu-lagu romantis atau membuat sendiri syair-syair pujian dan ekspresi hati. Kunci utamanya, wahai Qamrah, kamu jangan pernah memercayai seseorang di internet, dan berusahalah memahami bahwa kamu pun tak akan dipercaya oleh kenalan-kenalanmu itu. Percayalah ini adalah kancah humor dan hiburan. Kamu harus menemukan kesenangan untuk tersenyum dan tertawa. Maka itu, jangan pernah melibatkan hati! Bila hati sedikit terbuka, kamu akan rentan menemukan internet sebagai sumber penyakit hati baru... Kata-kata Qamrah di internet tidak sebaik Lumeis, maka itu dia tidak segera mendapatkan banyak kenalan. Tetapi pertemanan mereka berdua membuat Qamrah mempunyai jalan terbuka untuk ikut mendapatkan kenalan. Dengan banyak belajar dari Lumeis, Qamrah mulai mahir membangun komunikasi dan perkenalan dengan banyak teman di banyak wilayah di dunia. Usia mereka sangat beragam. Seperti yang dilakukan Lumeis, tidak satu pun teman internet mereka adalah seorang perempuan. Semuanya laki-laki. Di suatu sore yang menjemukan, Qamrah berkenalan dengan Sultan, seorang pemuda sederhana berusia dua puluh lima tahun dan bekerja di sebuah konveksi pakaian laki-laki. Cukup menyenangkan bercakap-cakap dengannya. Qamrah serius menyimak tema percakapan yang berlangsung. Sultan banyak menulis bait-bait puisi yang dibuatnya sendiri. Dalam perjalanan waktu, perkenalan itu terasa nyaman. Qamrah mulai membatasi penjelajahan internetnya pada sosok Sultan. Lelaki itu pun sebaliknya. Dia mulai menempatkan Qamrah pada deret paling istimewa untuk menapaki perkenalan lebih serius. Dia memanggil Qamrah dengan nicknamenya, Syamukh. Sultan banyak bercerita tentang dirinya secara seutuhnya dan dari semua sisi. Tetapi Qamrah tetap bertahan. Ia hanya bisa memperkenalkan dirinya tak lebih dari seorang Syamukh. Dengan sedikit kebohongan, Qamrah memperkenalkan diri sebagai aktivis salah satu gerakan ilmiah di kampus. Pada rentang waktu yang bersamaan, Lumeis juga telah berkenalan lebih intensif dengan seseorang bernama Ahmad. Ahmad adalah mahasiswa Kedokteran di kampus dan tahun yang sama. Suatu kesempatan, Ahmad memberikan sebuah makalah penting tentang materi kuliah. Lumeis juga mengirimkan email penting tentang kisi-kisi ujian semester ini. Para dosen yang kebanyakan adalah dokter memang lebih mudah memberikan materi kepada mahasiswi dibanding untuk mahasiswa. Maka sedikit banyak para mahasiswa dan mahasiswi menggantungkan keberhasilan ujiannya atas kemampuan saling bertukar informasi antar mereka. Banyak hal penting yang dikomunikasikan di internet antara mereka berdua. Semakin banyak hal penting yang perlu diketahui bersama, dan seringkali hal itu memang membutuhkan jawaban langsung. Maka itu, komunikasi mereka berdua berpindah dari chatting menjadi percakapan melalui telepon. To. seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date.

   13/8/2004 Subject.

   Sultan, Mr.

   Internet! Sudah seminggu aku tidak mengamati berita tentang tulisan-tulisanku di internet, tiba-tiba aku dikagetkan oleh sebuah judul sampul sebuah majalah terkenal yang kutemukan di sebuah forum.

   Judul itu berbunyi.

   Pendapat Para Tokoh Tentang Fenomena Panas di Jalanan Saudi.

   Aku yakin bahwa yang dimaksud dengan Fenomena Panas itu adalah aku.

   Sedang Jalanan Saudi adalah ungkapan untuk menggambarkan bahwa yang dikembangkan oleh sang Fenomena Panas adalah ide dan pemikiran liar dan mendobrak dinding kebiasaan.

   Kuambil satu eksemplar dengan sikap ingin tahu yang kusembunyikan dan kubaca di dalam mobil.

   Betapa gembira dan luar biasa! Empat lembar penuh dengan gambar para penulis, wartawan, politikus, bintang film, olahragawan, dan tokoh penting lainnya yang dilengkapi komentar mereka tentang email-email yang kutulis beberapa bulan terakhir ini.

   Aku membaca beberapa baris tulisan para seniman dan tidak sebarispun kumengerti.

   Aku melanjutkan bacaan dan mulai mengerti bahwa mereka memberikan analisa tentang tulisanku.

   Mereka menyebutkan bahwa gaya ungkapan dalam emailku adalah perpaduan antara fiksi dan kisah nyata.

   Di antara mereka ada yang menyebutkan bahwa aku adalah orang pertama yang melakukan penggabungan itu.

   Ah, padalah aku sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud tulisan fiksi dan apa yang dikatagorikan ke dalam kisah nyata.

   Aku berpindah ke kolom komentar para artis dan olahragawan.

   Kebanyakan memberikan pujian yang menyejukkan hati.

   Shedim dan Qamrah berbincang tentang Rasyid dan keluarganya.

   Sesekali menyinggung tentang raut muka anak Qamrah dan kemiripannya dengan ibu atau ayahnya.

   Sesekali tentang tanggung jawab masa depan sang bayi.

   Qamrah sendiri di sela-sela percakapan, membuka-buka kembali album foto pernikahannya dengan Rasyid.

   Berbagai perasaan berkecamuk, tetapi ada satu hal yang telah disimpulkannya, foto-foto itu semuanya mengekspresikan kebahagiaan.

   Tiba-tiba matanya terfokus pada foto dirinya di antara saudara-saudara perempuan Rasyid.

   Laila telah menikah dan mempunyai dua anak.

   Ghadah seusia dengannya.

   Iman, adik perempuan Rasyid berusia lima belas tahun.

   Beberapa detik Qamrah memandangi foto itu, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

   Setelah raut mukanya mengisyaratkan sebuah keputusan, Qamrah bergegas ke meja komputer, dan memasukkan foto itu ke sebuah pemindai.

   Beberapa saat kemudian, foto itu sudah tampil di layar monitor.

   Hanya dengan beberapa tahapan, Qamrah menghilangkan foto dirinya, foto Laila, dan Iman.

   Kini hanya foto Ghadah yang tersisa.

   Sore harinya, saat bertemu Sultan di chatting sebagaimana kebiasaan mereka berdua setiap malam dia memutuskan untuk mengirimkan foto kepadanya setelah Sultan terlebih dahulu telah mengirimkan banyak sekali foto dirinya.

   Qamrah mengirimkan foto Ghadah.

   Dia memberi penjelasan bahwa foto itu diambil dari foto sebuah acara pernikahan.

   Dia harus menghapus foto temannya yang lain.

   Ia khawatir kalau-kalau mereka tak rela fotonya terlihat orang lain.

   Setelah selesai semua proses pengiriman foto, dan setelah Sultan menyampaikan ungkapan kekaguman atas kecantikan yang belum pernah terbayang sebelumnya, Qamrah melancarkan strategi kebohongan kedua.

   Dia menyampaikan bahwa nama sebenarnya adalah Ghadah.

   Hafshah mendatangi kakak perempuannya, Naflah, untuk membicarakan 'masalah abadi' yang selama ini mencederai kebahagiaan rumah tangganya.

   suaminya, Khalid! Percakapan panjang tentang kebingungannya menghadapi sang suami.

   Akhir-akhir ini suaminya mulai menyinggung apa yang terjadi dengan Qamrah.

   Kejadian atas Qamrah bukan hal yang mustahil terjadi atas Hafshah.

   Begitulah seringkali Khalid mengungkapkan kemarahannya yang tidak berujung dan berpangkal.

   Juga tentang kebiasaan Qamrah melakukan chatting di internet, Khalid sering membahasnya dengan sinis.

   Sejak Qamrah mengirimkan foto Ghadah, Sultan semakin bertambah terikat dan dekat dengan sosok Qamrah.

   Sultan berulangkali mengutarakan keinginan untuk mengajak Qamrah berbincang-bincang melalui telepon.

   Tetapi Qamrah selalu menolak dengan alasan bahwa Qamrah bukan tipe perempuan yang mudah diajak janjian', meski hanya lewat telepon.

   Hanya saja setiap bertambah keras usaha Qamrah untuk menolak, semakin besar pujian Sultan kepada keunggulan akhlak Qamrah.

   Pada dasarnya, Qamrah telah mempertimbangkan pembicaraan melalui telepon dengan matang.

   Dia memutuskan untuk tidak memenuhi permintaan Sultan dengan dua alasan.

   Pertama, ponsel Qamrah atas nama ayahnya sehingga apabila Sultan menelepon, strategi bohongnya akan mudah terbongkar.

   Ini juga akan memudahkan Sultan untuk segera mengetahui bahwa yang selama ini dia anggap Ghadah adalah Qamrah.

   Kedua, Qamrah memang tidak suka melakukan percakapan melalui telepon dengan orang asing yang tidak dikenal secara langsung.

   Meski Qamrah telah merasa dekat dengan Sultan dan bersahabat dengan erat, tetap saja ada ganjalan untuk berbicara melalui telepon dan memberitahukan identitas sesungguhnya.

   Bermalam-malam berikutnya, Qamrah dipenuhi berbagai renungan yang berujung pada penyesalan atas keputusannya mengirimkan foto yang bukan dirinya.

   Sebenarnya, Qamrah bermaksud hendak membalas dendam atas kekejaman Rasyid, tetapi kedewasaannya menggugat dan menyatakan bahwa hal itu tidak tepat.

   Apalagi ibunya telah memberitahukan tentang komentar negatif suami Hafshah tentang kebiasaannya bermain internet.

   Akhirnya Qamrah mengambil keputusan sulit untuk meninggalkan perkenalannya di dunia maya.

   Ini juga berarti akhir dari hubungannya dengan Sultan yang sebenarnya tidak mempunyai cacat untuk berhak ditinggalkan.

   Terutama sejak Sultan mulai menjajaki kemungkinan terjalinnya hubungan yang lebih serius, Qamrah menghentikan semua email dan informasi tanpa terlebih dahulu memberikan alasan.

   Mungkin tepat ungkapan 'tiada mendung tapi turun hujan‟ untuk menggambarkan keputusan Qamrah ini.

   Sultan tetap mengirim email tentang cinta, kerinduan, kasih sayang, dan kesetiaan, namun tak satu pun yang dibalas oleh Qamrah.

   To.

   seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date.

   20/8/2004 Subject.

   Apakah Mathew mencintai Michelle? Atau Michelle yang justru mencintai Mathew? Ketika cinta di hati seorang wanita membeku, tak sebuah tempat pun di dunia mampu menghangatkannya (Nelson).

   Ibrahim, salah seorang pembaca setia email-emailku memberi masukan agar aku membuat website yang secara khusus memuat surat-suratku sejak awal hingga akhir.

   Dia mengkhawatirkan kemungkinan hilang atau dicuri orang.

   Website itu juga akan memperbanyak jumlah pembaca, sehingga melahirkan ikatan yang kuat antar pembaca.

   Website itu nantinya juga menjadi forum tukar pendapat, informasi, dan berbagai bentuk interaksi positif lainnya.

   Kuucapkan banyak terima kasih kepada saudara Ibrahim atas usulan berharga dan keinginannya untuk membantuku.

   Tetapi aku tak cukup trampil untuk membuat website sendiri.

   Tidak mungkin juga bagiku saat ini untuk melibatkanmu dalam urusan emailku.

   Masih belum lepas rasa hatiku untuk memasukkan orang lain ke dalam kisah-kisah yang kusampaikan.

   Maka untuk sementara biarkan aku tetap dalam karakter dan kebiasaanku mengirimkan email mingguan, sebagaimana yang kulakukan selama ini.

   Tentu aku tetap membuka diri terhadap beberapa penyesuaian dan pengembangan.

   Untuk saat ini, biarkan emailku menjadi semacam tabloid acara televisi mingguan yang ditunggu oleh banyak orang.

   Mathew bisa membuat hari-hari Michelle penuh kegembiraan dan kebahagiaan.

   Bersama Mathew, keceriaan gadis itu tidak pernah terputus.

   Tidak ada kesedihan yang menghinggapi kebersamaan mereka.

   Dalam kehidupan, masing-masing sosok menawarkan warna baru.

   Mereka saling memberi arti dari sisi keilmuan serta kenyamanan fisik dan batin.

   Mathew selalu memberi solusi akademis bagi Michelle, dan selalu mengikuti perkembangan gadis itu di asrama.

   Dalam asrama, Michelle menemukan kebebasan yang diimpikan dan terjaminnya priYa cy, namun dia tetap lebih sering menghabiskan waktu di rumah pamannya (ayah Mathew).

   Setelah melampaui masa sulit beradaptasi di bulan-bulan awal studi, Michelle mulai bergabung dalam lebih banyak kegiatan luar kelas.

   Sehingga itu menjadikannya banyak berinteraksi dengan Mathew dan teman-temannya.

   Pada sebuah libur akhir pekan, kampus menjadwalkan serangkaian outbond di sebuah camping ground.

   Mathew bergabung dalam rombongan itu sebagai utusan kampus untuk menjalankan tugas pengawasan dan kepemimpinan.

   Michelle sangat menikmati perjalanan itu.

   Selain keindahan alam yang belum pernah dilihatnya, sosok Mathew benar-benar menjadi orang yang tepat di waktu yang tepat.

   Mathew selalu membangunkan Michelle di pagi buta dan mereka bersama-sama duduk di atas sebuah batu besar menunggu terbitnya sang fajar.

   Sinar matahari pagi menembus sela-sela air terjun di depan mereka.

   Keduanya berlomba mengabadikan pemandangan yang sangat jarang mereka temukan di kota.

   Michelle membanggakan hasil fotonya; sebuah sinar yang menyembul dari kekokohan dua gunung di depan mereka.

   Mathew memperlihatkan sepasang tanduk rusa yang menghalangi perjalanan mentari menyapa bumi.

   Tanduk itu seperti cula raksasa yang gagah menantang sang surya.

   Selanjutnya mereka berdua menikmati tetumbuhan yang menyejukkan mata.

   Di antara tetumbuhan yang ada, beberapa telah berbuah, dan itu membuat perjalanan mereka semakin dipenuhi warna.

   Ini hanya gambaran dari salah satu liburan akhir pekan yang mereka habiskan berdua.

   Selain event ini, hampir selalu di setiap akhir pekan mereka menghabiskan waktu bersama-sama.

   Sementara di luar itu, mereka seringkali bepergian menuju Los Angeles atau San Francisco.

   Mereka menghabiskan liburan di atas roda, berkeliling ke tempat-tempat yang sulit untuk dilupakan.

   Ayah Mathew termasuk anggota masyarakat berkelas.

   Dia adalah salah satu tokoh yang mewakili kelas menengah ke atas.

   Karenanya, selain mendapat gaji dari kampus, Mathew juga mendapat 'jatah' dari sang ayah.

   Ditambah lagi, Michelle memang mendapat kiriman uang dalam jumlah yang banyak dari Saudi.

   Maka mereka berdua tidak pernah mendapatkan kendala finansial untuk melakukan apa saja pada liburannya.

   Mereka bisa memperoleh segala macam hiburan yang disediakan Amerika.

   Di Las Vegas, Mathew membawa Michelle mengunjungi tempat dan obyek yang menjadi Andalan kota itu.

   Tetapi di Los Angeles, Michelle yang menjadi pemandu karena dia telah beberapa kali berkunjung ke kota itu.

   Tidak lupa Michelle membawa Mathew ke tempat-tempat yang sering dikunjungi cowok-cowok Saudi bersama pacar mereka dari India atau Yunani.

   Michelle sendiri tidak banyak dipercaya setiap kali memperkenalkan diri sebagai orang Saudi.

   Kedekatannya dengan pemuda Amerika telah menimbulkan berbagai pertanyaan yang meragukan darah Arab yang dimilikinya.

   Pada hari-hari biasa, di sela kesibukan mereka di kampus, Mathew sering mengajak Michelle mengunjungi daerah Pecinan.

   Selain rumah makan yang menyediakan masakan-masakan khas Cina, toko-toko Pecinan juga menarik menjadi tempat yang mereka kujungi berdua.

   Menu favorit mereka di Pecinan itu adalah coktail yang dicampur dengan tapioka.

   Perpaduan itu melahirkan rasa yang sangat khas dan jarang ditemukan di tempat lain.

   Di musim semi mereka mempunyai tempat spesial untuk menunggu tenggelamnya matahari yang bernuasa romantis.

   Mereka sering mendendangkan lagu, terbawa petikan gitar Mathew yang lincah dan menghanyutkan.

   Mereka terus bernyanyi hingga matahari hanya tinggal sebesar mangkuk sayur di dapur asrama.

   Di musim hujan, mereka berdua sering menghabiskan hari-hari dalam canda tawa dengan minuman penghangat.

   Seiring dengan minuman yang menghangatkan badan, mereka berdua larut dalam percakapan dan perbincangan yang mungkin sama sekali tidak penting bagi orang lain.

   Salah satu yang dikagumi Michelle dari sosok Mathew adalah keterbukaannya dalam menyikapi perbedaan pendapat antara mereka berdua.

   Mathew sangat menghormati kebebasan berpendapat dan berbicara, meski yang didengar oleh telinganya adalah hal-hal yang tidak sejalan dengan pemikirannya.

   Michelle sendiri sering menangkap perasaan nyaman dan raut muka Mathew setiap kali mereka sedang bersama.

   Mathew selalu menjelaskan bahwa perbedaan yang terjadi antara mereka semata pada tataran pemikiran dan teori.

   Itu semua tidak pantas menjadi alasan untuk menghakimi orang lain bersalah dan mengklaim diri kita benar.

   Hal itu juga bukan legalitas pemaksaan kehendak atas keyakinan orang lain.

   Hal ini sama sekali baru bagi kultur akademis Michelle.

   Selama ini Michelle terbiasa dengan kultur yang membenarkan untuk saling menghujat dan menjatuhkan pendapat dan pemikiran orang lain.

   Kecuali dalam forum-forum terbatas antar teman-teman dekat, kesempatan diskusi seringkali menjadi forum saling menghakimi dan forum klaim kebenaran.

   Pendapat tokoh paling berpengaruh seringkali menjadi acuan bagi publik.

   Hal ini terjadi karena banyak orang yang sebenarnya memegang keyakinan dengan ragu sehingga begitu ada seseorang tokoh yang mengungkapkan pendapat, mereka berlomba mendukung.

   Tentu saja hal ini akan dihadang oleh kelompok lain yang berseberangan.

   Jadilah mereka berhadapan satu sama lain demi mempertahankan keyakinan kelompok, atau lebih tepatnya, keyakinan tokoh pujaan mereka.

   Apakah Mathew mencinta Michelle? Atau Michelle yang justru mencintai Mathew? Tidak mungkin dipungkiri bahwa kedekatan mereka berdua telah berlangsung dua tahun terakhir.

   Kedekatan itu juga tidak dipungkiri sebagai akibat dari seringnya mereka berdua melakukan aktifitas bersama.

   Michelle sendiri mengakui sering berkhayal terjadinya jalinan cinta antara mereka berdua, terutama sepulang bertamasya dan tempat-tempat romantis.

   Tak pelak Faishal tenggelam dan tersembunyi di sebuah ruang khusus dalam hati Michelle.

   Ruang itu mungkin menjadi penjara Faishal yang semakin hari semakin sempit.

   Tetapi mungkin juga suatu saat nanti kembali menjelma menjadi istana yang indah dan memenuhi kehidupan Michelle.

   Mathew yang sejak kecil lahir dan dibesarkan dalam kebebasan, mengira bahwa cinta datang membawakan sejuta mukjizat.

   Michelle sendiri semula berpikiran sama.

   Tetapi sejak kembali dari Amerika dan lama tinggal dan mengenal Saudi, Michelle menemukan cinta dalam wajah yang berbeda.

   Dia mendapati cinta dalam raut muka lesu karena harus tunduk pada wewenang yang lebih tinggi.

   Semula Michelle berpendapat bahwa cinta adalah penguasa tertinggi, tetapi toh dia harus menyadari bahwa cinta bisa dijajah dan dikendalikan.

   To.

   seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date.

   27/8/2004 Subject.

   Hanya Faraz.

   Bukan yang lain! Bila wanita telah menanam asmara, cinta menjelma menjadi agama (Thaghur).

   Berbagai kejadian membuatku menyadari bahwa segala mimpi akan menjadi kenyataan bila telah melengkapi semua persyaratan.

   Dan aku akan terus melakukan apa yang telah kulakukan, sampai aku menciptakan sebuah acara televisi dari kebiasaanku beberapa bulan terakhir ini.

   Sungguh tak ada batas yang lebih kokoh selain keterbatasaan itu sendiri.

   Segalanya dan dilalui.

   Mereka terus berusaha memojokkanku.

   Aku hanya membutuhkan satu kata.

   Maju Tak Gentar! Agar kalian bisa terus membaca apa yang selama ini kutulis.

   Agar selalu bisa kusampaikan apa yang sebenarnya menjadi keresahan kalian sejak lama.

   Ummi Nuwair meletakkan piring kue dan teko air teh di depan Shedim.

   Shedim menuangkan teh itu ke dalam dua gelas yang tersedia.

   Mereka berdua menikmati hidangan itu.

   Shedim yang memulai percakapan.

   "Percayalah padaku, tidak pernah ada yang mampu menutup luka yang ditorehkan Walid sesempurna yang saat ini dilakukan Faraz."

   "Ah, kamu sedang mabuk. Mungkin saja kamu akan berubah pikiran setelah mengetahui sisi lain Faraz."

   "Tidak. Allah saksinya. Aku tidak akan mencari di dunia ini selain Faraz. Faraz, Faraz, dan Faraz'."

   "Dulu kamu mengatakan hal yang sama tentang Walid. Tetapi setelah terluka, kamu berpaling !"

   "Bibi, Faraz bukanlah Walid. Mereka sama sekali berbeda. Berbeda seperti langit dan bumi. Hanya Faraz. Bukan yang lain, bibi!"

   "Sebegitu agungkah Faraz?"

   "Ya, bahkan aku telah terbiasa bersanding bersama bayangannya. Dia menjadi segalanya dalam hidupku. Suara pertama yang kudengar saat kubuka mata dan suara terakhir sebelum aku tidur, sepanjang hari, di mana pun dia di sanalah aku. Sepanjang hari di mana pun ada aku, di sanalah ada dia. Bayangkan bibi, sebelum kedua orang tuaku sempat bertanya, justru dia yang kali pertama menanyakan kabar kuliah dan ujianku. Bayangkan, dia yang selalu mengingatkanku akan tugas-tugas penelitian. Dia selalu berada pada setiap masalah yang tengah kuhadapi. Bayangkan, bilapun di tengah malam aku membutuhkan sesuatu, dia bangun dan mencarikannya untukku. Akulah yang merawatnya dan memenuhi segala kebutuhan hariannya. Sungguh hanya Tuhan yang tahu apa jadinya hidupku tanpa dirinya..."

   "Tapi pernahkah kamu melihat perubahan sikap yang terjadi saat Faraz mengtahui mengenai masa lalumu dengan Walid?"

   "Sama sekali dia tidak menunjukkan perubahan. Dia tetap sayang, lembut, dan perhatian kepadaku. Mungkinkah aku wanita pertama yang bertahta di hatinya?"

   "Begitukah?"

   "Baru feeling! Hatiku berkata bahwa akulah satu-satunya cinta di dalam hatinya."

   "Bila ternyata telah banyak wanita singgah di hatinya?"

   "Aku yakin mereka hanya singgah. Hanya aku yang pernah bertahta dan akan terus bertahta di singgasana permaisuri. Hanya aku yang mampu memberi apa yang diinginkan. Hanya aku yang mengerti apa yang dikehendaki hatinya sebelum mulutnya menyatakan."

   "Seriuskah Faraz dengan hubungan kalian?"

   "Aku yakin laki-laki seusianya hanya menginginkan pernikahan setiap kali berkenalan dengan perempuan. Aku tahu kata 'pacaran' tidak lagi tercantum dalam kamus hidupnya. Yang tersisa hanya keinginan menikah. Bersamanya aku dipenuhi kehendak berkorban untuk memberi dan memberi. Sungguh, terkadang aku malu pada diriku sendiri atas fantasiku ini..."

   "Seperti apa?"

   "Terkadang aku berkhayal setelah nikah nanti menciumnya setiap hari sepulangnya dari pekerjaan dengan badan yang lelah. Dia duduk di kursi dan aku di hadapannya, di atas lantai tetap di depan kedua telapak kakinya. Kubayangkan mengusap telapak kaki itu dengan air hangat setelah membersihkan mukanya. Bagaimana mewujudkan khayalan ini, bibi? Aku sepertinya telah menjadi tergila-gila."

   Bibi Ummi Nuwair menarik nafas panjang seperti agak menyesal dengan keterbatasannya memberi solusi bagi Shedim.

   "Hanya doa yang mungkin bisa bibi sumbangkan. Semoga Tuhan mendengarkan ketulusan cinta dan hatiku. Yakinlah bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan hambaNya yang mengikhlaskan dirinya."

   To. seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date.

   3/9/2004 Subject.

   Qamrah belum berubah Jika Allah menimpakan suatu kejelekan kepadamu, maka tidak akan ada yang mampu menghilangkannya kecuali Dia.

   Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karuniaNya.

   Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara para hamba-Nya.

   Dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Surat Yunus.

   107).

   Banyak surat yang masuk ke alamat emailku dan menyatakan kecaman terhadap Ummi Nuwair.

   Mereka juga menyatakan kecaman kepada keluarga sahabat-sahabatku yang membiarkan anak gadisnya bersahabat dengan seorang janda.

   Apakah perceraian adalah sebuah dosa besar bagi perempuan yang diceraikan? Sementara sedikitpun aibnya tidak ditimpakan kepada suami yang menceraikannya? Mengapa dalam kasus perceraian, para duda tidak dipojokkan sebagaimana para janda dikucilkan? Aku tahu Anda semua pasti akan mengabaikan pertanyaan-pertanyaanku ini.

   Tetapi ketahuilah bahwa pertanyaan itu semuanya logis dan sangat wajar untuk menjadi kegelisahan.

   Pertanyaan itu adil adanya dan menuntut jawaban yang adil juga.

   Pertanyaan itu akan melindungi Ummi Nuwair dan para janda lainnya dari pandangan sinis masyarakat kita selama ini.

   Pandangan sinis itulah yang memberikan ketenangan kepada para janda dan kenyamanan di hati mereka yang terluka.

   Qamrah tidak banyak berubah sejak kelahiran anak laki-lakinya.

   Perawatan sang bayi banyak dilimpahkan kepada seorang baby sitter yang sengaja disewa ibu Qamrah.

   Sang ibu tahu sifat malas dan kurangnya perhatian anaknya terhadap cucunya, bahkan terhadap dirinya sendiri.

   Qamrah tetap seperti dulu.

   Untuk beberapa rentang waktu, Qamrah dipenuhi bayangan Sultan.

   Sebenarnya Qamrah banyak mendapatkan kenyamanan berkomunikasi dengan lelaki itu.

   Tetapi akhirnya dia harus bersikap realistis dan memperhitungkan siapa dirinya dan siapa Sultan yang sama-sama menempati ruang situasi yang sulit untuk dipersatukan.

   Setiap malam, angan-angan membawa dirnya pergi jauh.

   Menemui ketiga teman terbaiknya dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan mereka masing-masing.

   Shedim larut dalam cinta seorang politikus sukses.

   Dia adalah sosok terkenal di negeri ini.

   Sesuai dengan cerita Shedim, mereka berdua telah sampai pada keadaan saling memahami dan mengerti satu sama lainnya di segala kondisi dan suasana.

   Lumeis saat ini berada di tahun ketiga masa kuliahnya.

   Sebentar lagi akan meraih gelar kesarjanaan yang membanggakan dan menjadi seorang dokter sebagaimana yang dicita-citakan banyak orang.

   Keterlambatan menikah tidak menjadi masalah baginya.

   Sudah menjadi rahasia umum bahwa mahasiswi kedokteran sering terlambat menikah.

   Bahkan menjadi aneh bila seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran menikah dalam usia muda.

   Sudah bukan rahasia lagi, untuk menghindari label 'perawan tua', seorang wanita Saudi harus masuk ke Fakultas Kedokteran.

   Tetapi bagi yang belajar di fakultas lain atau tidak mengenyam bangku kuliah sama sekali, maka setelah menginjak usia duapuluh tahun dan belum menikah, dengan sendirinya mereka akan mendapat 'gelar' perawan tua.

   Lumeis beruntung mempunyai ibu yang sangat pengertian.

   Ibunya sangat memahami kondisi anaknya dan selalu duduk bersama Lumeis dan Tamara.

   Ibunya tidak banyak mendikte, melainkan cukup memberikan keleluasaan kepada mereka.

   Sang ibu memang berpikiran lebih terbuka dibanding umumnya para ibu-ibu di negeri ini.

   Bahkan Qamrah merasa bahwa perjalanan hidup Michelle jauh lebih baik dibanding dirinya.

   Keluarga Michelle mengizinkannya untuk belajar di Amerika pada saat dirinya tidak diperbolehkan, bahkan, untuk sekadar keluar rumah sendirian.

   Pada kunjungan singkatnya di rumah Shedim, bahkan ibunya memaksa salah seorang saudaranya untuk mengantar dan selalu menemaninya sampai kembali.

   "Beruntunglah kamu Michelle. Kamu mendapatkan kebebasan dan bisa menjalani hidup sesuai dengan keinginanmu. Tak akan ada seorang pun yang mengusik ketenanganmu. Berbahagialah engkau, duhai sahabatku, kamu terbebas dari masyarakat yang selalu merasa wajib menggunjingkan urusan orang."

   Ketika berkumpul bersama ketiga temannya, Qamrah merasakan perbedaan yang sangat tajam terutama terhadap Lumeis.

   Satu hal yang hingga kini menjadi catatan keunikan Lumeis adalah keikutsertaannya dalam klub beladiri.

   Begitu juga dengan kedua temannya yang lain, Qamrah selalu mempunyai kenangan tak terlupa.

   Dan saat ini, saat mereka telah menjalani kebersamaan bertahun-tahun, dia merasa menjadi yang paling menderita di antara mereka.

   Michelle pada saat-saat tertentu mengejutkannya dengan membicarakan tentang kebebasan, hak-hak perempuan, ikatan agama, filsafat, sosial, dan interaksi antara laki-laki dan perempuan.

   Yang lebih tajam adalah nasehat Michelle kepada Qamrah untuk menjadi wanita mandiri dan lebih kuat mempertahankan hak-haknya.

   Dia menasehatinya untuk tidak pernah mengalah kepada lakilaki, terutama pada berbagai hal yang menyangkut pembelaan hak dan mempertahankan harga diri.

   Shedim yang paling dekat dengannya, kini tampak jauh lebih matang setelah menghabiskan masa liburan di Inggris.

   Mungkin perjalanan seorang diri, pekerjaan musim panas, dan bacaan-bacaan tertentu telah memberinya kematangan.

   Kepercayaan dirinya pun mulai tumbuh dengan baik seiring dengan mekarnya benih cintanya teruntuk Faraz.

   Apa pun sebab dan kondisinya, Qamrah merasa dirinya sendiri yang belum berubah dan berkembang sejak lulus sekolah menengah.

   Perhatiannya belum berubah, pemikirannya belum berkembang, keinginan dan cita-citanya belum berganti.

   Cita-citanya masih sama, yaitu menikah dengan seorang laki-laki yang membebaskan dirinya dan kesepian dan kesendirian.

   Laki-laki itulah yang diharapkan Qamrah akan memerdekakannya dari penderitaan yang selama ini dialaminya.

   Betapa jauh keberaniannya itu jika dibanding dengan Lumeis? Betapa panjang jarak antara dirinya dan perkembangan pemikiran Michelle? Betapa lebar jurang pemisah antara dirinya dan kematangan Shedim? Betapa ingin Qamrah untuk membuat dirinya mampu menirukan prestasi teman-temannya, sehingga bisa bergabung bersama mereka dalam sebuah diskusi yang seimbang.

   Tetapi Qamrah merasa tidak mampu melakukannya.

   Dia merasa dirinya memang telah tercipta sebagai sosok yang lemah dan selalu berdiri di belakang sepanjang hidupnya.

   Sebelum berangkat tidur, Qamrah menjenguk Shaleh.

   Dia memasuki kamar tempat sebuah kasur kecil berdampingan dengan ranjang baby sttter.

   Qamrah mendekatinya dengan sangat perlahan agar tidak membangunkan Shaleh dan baby sitter-nya.

   Mata Qamrah terhenti pada tatap mata anaknya yang bening di tengah gelapnya ruang.

   Ada tangis terdengar.

   Celana anaknya dibasahi pipis, dan harus segera diganti.

   Dia memberanikan diri membawa sang bayi ke kamar mandi, tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan.

   Apakah harus membangunkan ibunya? Atau adiknya? Atau baby sitternya? Sejenak dia menyimpulkan ternyata dirinya tidak mampu melakukan apa-apa, bahkan mengerjakan rutinitas seorang ibu.

   Bayi mungil dalam buaiannya bermain-main dengan kancing baju.

   Dia pasti tidak tahu apa yang sedang dipikirkan sang ibu.

   Segalanya menjadi sangat berat baginya.

   Rasyid, pandangan sinis masyarakat, tekanan ibunya, rumah tangga Hafshah dan semuanya seakan menambah himpitan-himpitan baru.

   Semua seperti semakin mendorongnya ke dalam lubang sempit dan gelap.

   Bahkan baby sitter yang disewanya "mulai"

   Menunjukan sikap malas dan tidak membantu ketika dia tahu bahwa ibu sang bayi tidak banyak mempunyai kepedulian terhadap urusan anakknya.

   Qamrah merasa benar-benar tengah berada dalam kungkungan dan sama sekali tidak mempunyai peluang untuk memikirkan masa depannya.

   Himpitan itu telah merampas semua waktu Qamrah.

   Masa mudanya habis untuk hal-hal yang tidak menjamin masa depannya.

   mengurusi bayi hasil pernikahannya dengan laki-laki yang tidak bertanggung jawab.

   Genggaman tangan Shaleh mencabut sebuah kancing baju dan jatuh.

   Anak di gendongan itu sama sekali tidak memahami penyesalan dan tekanan yang dirasakan ibunya.

   Bayi itu juga tidak mengerti mengapa sang ibu akhirnya menangis..

   To.

   seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date.

   10/9/2004 Subject.

   Dalam sebuah reuni...

   Cukup bagi perempuan seorang laki-laki yang mengerti.

   Tetapi beratus perempuan tidak cukup bagi seorang laki-laki hingga dia benar-benar memahami salah satu dari mereka (George Bernard S.).

   Kisah telah menjelma menjadi kehidupanku sendiri.

   Hari Jumat menjadi lebih sakral bagiku.

   Meja komputer menjadi tempat paling penting di kamarku.

   Tempat-tempat lain di rumahku seperti tidak lagi memberi arti.

   Aku jadi sering menertawakan teman-teman kampus atau dosen yang 'cerewet' mengingatkanku akan tugas kuliah.

   Bagiku aktifitas perkuliahan tidak lagi menarik dibanding rutinitas hari Jumatku.

   Kebahagiaanku mendapatkan respon dari para pembaca jauh melebihi kesenangan di mana pun.

   Gambaran para gadis dan remaja putri yang selalu setia menunggu tulisan mingguanku, cukup memberiku kebahagiaan di atas kebahagiaan.

   Dan mungkin cukup aku yang tahu betapa kebahagiaan ini begitu bermakna dalam hidupku.

   Empat bersahabat itu berkumpul di rumah Qamrah pada penghujung liburan musim panas.

   Teman-teman Qamrah membawakan mainan atau makanan kecil untuk Shaleh.

   Mereka berusaha memancing perhatian Shaleh untuk mendekati mereka.

   Mereka tertawa renyah melihat tingkah lucu Shaleh.

   Sudah barang tentu mereka saling bertukar cerita dan pengalaman.

   Qamrah memulai dengan mengungkit permainan ramalan yang sering dimainkan Lumeis.

   Dia menuduh Lumeis telah ketinggalan zaman dan tidak realistis menghadapi kenyataan.

   Perdebatan berlangsung tetapi tiba-tiba topik pembicaraan berubah tentang Faraz.

   Mereka meminta Shedim untuk menjelaskan perihal Faraz.

   Shedim berusaha meyakinkan teman-temannya bahwa dia hanya bertemu sekali dengan lelaki itu di luar negeri.

   Sebelumnya mereka menuduh Shedim telah menjalin hubungan yang lama sebelum mereka berdua bertemu di Saudi.

   "Aku tidak bohong. Aku benar-benar hanya bertemu sekali. Sepanjang tahun itu, aku sibuk dengan studi, dan dia sibuk dengan pekerjaannya. Di samping itu kami sepakat untuk tetap menggunakan etika Saudi dalam mengadakan pertemuan. Sampai ketika kami tinggal di Saudi kembali, tidak ada perubahan dalam pola pertemuan. Selain itu umur Faraz yang memang sudah matang memang menjadikan pola interaksi kami terlihat lebih 'dewasa'. Sudahlah, intinya Faraz dan aku saling memahami dengan sedetail-detailnya."

   "Sama sekali tidak ada masalah?"

   Qamrah mengejar berita.

   "Satu-satunya yang mungkin bisa dikatagonkan sebagai masalah adalah sikapnya yang terkadang aneh. Suatu hari dia mengatakan bahwa keluarganya memperkenalkan seseorang perempuan untuknya. Pada hari yang lain, dia mengatakan bila ada orang yang melamarku, hendaknya aku jangan menolak. Pada mulanya aku menganggap itu semua sebagai gurauan untuk memancing perasaan dan responku..."

   Qamrah benar-benar heran dengan sikap Shedim.

   Baginya perkataan Faraz lebih dari sekadar gurauan melainkan cerminan sikap ragu dan ketidakmampuan mengambil keputusan.

   Tetapi Shedim telah terlanjur mempunyai keyakinan bahwa cinta laki-laki tidak lahir dari kesendirian, melainkan tersemai dari interaksi dengan perempuan yang dengan tulus mencintainya.

   Lumeis telah bergantung pada harapan yang baginya hampir pasti terwujud.

   Harapan akan tersambutnya gayung cintanya oleh Faraz.

   Michelle memberikan pengertian dengan beberapa logika nalarnya.

   "Cinta adalah kecenderungan manusiawi yang tidak dimonopoli oleh sekelompok orang tertentu, melainkan dimiliki oleh semua orang di semua lapisan. Memenuhi kecenderungan itu seseorang tidak pasti mengikuti cara yang ditempuh orang tua, teman atau kerabat mereka. Mereka memiliki ciri khas. Bahkan bisa dikatakan bahwa cinta mereka sangat unik, dan masing-masing mempunyai jalan yang hampir tidak bisa digeneralisasi antara satu dan lainnya. Cinta akan memilih pasangannya yang diperhitungkan akan memberikan kebahagiaan. Tetapi perhitungan cinta tidak selamanya tepat. Terkadang yang terjadi di luar logika. Kegagalan sering mencengangkan prediksi banyak orang. Demikian juga, kebahagiaan sering lahir dari proses yang secara umum tidak bermuara pada bahagia."

   Semua yang hadir tidak pernah tahu dari mana Michelle bisa mengutarakan paparan yang begitu masuk akal.

   Gadis seusia Michelle telah mencapai kematangan wawasan.

   Mereka sama sekali tidak menduga bahwa Michelle akan mampu mengungkapkan kearifan itu.

   Dalam hati mereka menyimpulkan bahwa Michelle telah mengalami perkembangan yang tak terduga.

   To.

   seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date.

   17/9/2004 Subject.

   Ekspedisi burung-burung Tuan, hamba yang pertama Ya, hamba telah mengetahuinya Tenanglah tuanku di singgasana Jangan dulu memberi pernyataan sore ini Di tengah silang sengkurat sejarah Pelajan dulu apa yang tuan telah ketahui Terutama tentang masa lalu yang mungkin terlalu manis untuk dilupakan.

   (Syair Belanda) Kepada siapa lagi aku sampaikan keluhan atas tuduhan bahwa aku sama sekali tidak menggambarkan tipikal wanita Saudi? Harus berapa kali lagi aku harus ulangi pernyataanku? Aku sama sekali tidak menulis tentang sesuatu di awang-awang; aneh dan mustahil terjadi! Aku tidak menulis di atas buih yang tercerabut dari akar realita.

   Semua yang kutulis adalah kenyataan di sekitar kita.

   Semua yang kuungkapkan adalah segala yang sangat mudah dijumpai pada masyarakat kita.

   Buktinya, jumlah para pembaca emailku semakin hari semakin bertambah.

   Mereka adalah orang-orang terwakili oleh tulisanku.

   Maka sebenarnya yang kutulis adalah suara hati mereka.

   Adalah jeritan kalbu mereka.

   Adalah rintihan jiwa mereka...

   Maka karena aku mewakili suara hati para wanita Saudi, Anda yang kebetulan berseberangan dengan kami, silakan menulis tentang mereka dari sudut pandang yang berbeda! Michelle menemukan kesimpulan bahwa berbagai perselisihan yang terjadi di negerinya berakar sangat menghunjam ke masa lalu.

   Perjalanan panjang hingga akhirnya tradisi itu terwujud.

   Papanya yang selama ini dianggap sebagai contoh orang tua yang liberal dan demokratis, sebenarnya lahir dan menghabiskan masa kecilnya di Saudi.

   Tetapi pergaulan yang kental di Amerika, telah mengubahnya seperti yang terlihat pada dirinya saat ini.

   Akhirnya Michelle tahu bahwa siapapun yang bergaul dalam sebuah komunitas, disadari atau tidak, dia akan larut dan lebur ke dalam komunitas itu.

   Dan kesimpulan itu kembali teruji.

   Saat ini mereka mungkin telah kembali larut ke dalam kultur Saudi.

   Begitulah ketika Michelle berterus terang dengan apa yang dia lakukan bersama Mathew, papanya merespon dengan tidak demokratis dan cenderung kehilangan sosok yang selama ini dikenalnya.

   Bahkan mamanya yang hanya mempunyai seorang saudara laki-laki-yaitu ayah Mathew dan menganggap semua keponakannya sebagai anaknya sendiri, ikut terkejut sedemikian rupa mendengar pengakuan Michelle.

   Michelle belum melihat adanya keabsahan doktrin agama dalam hal ini.

   Selama ini, papa tidak pernah menerapkan aturan agama dengan kaku.

   Mama yang memeluk Islam sejak melahirkan anak perempuan pertamanya juga tidak pernah mempermasalahkan ikatan-ikatan syariat.

   Lantas apa yang mengakibatkan perubahan sedemikian ekstnm? Apa yang membuat mereka berdua memerlakukannya dengan begitu keras? Apa pula yang membuat mereka menegaskan bahwa Mathew tidak cocok untuknya? Michelle melihat bahwa kedua orang tuanya telah kuat terpengaruhi pendidikan masa lalu pada saat mereka berusia seperti dirinya.

   Apa yang akan terjadi bila ternyata Mathew benar-benar mencintainya? Apakah Michelle harus meninggalkannya demi memenuhi kehendak keluarga sebagaimana dulu Faishal memutuskan hubungan atas ketundukan terhadap keputusan keluarganya? Memang Michelle menyadari bahwa antara keduanya terdapat beberapa rintangan untuk bisa bersatu.

   Secara syariat, mereka berdua tidak bisa menikah karena Mathew adalah seorang penganut Nasrani.

   Apakah mereka berdua harus menikah di Amerika untuk melalui rintangan beda agama? Michelle tahu dengan pasti bahwa meski papanya mempunyai dasar demokrasi yang kuat, dia tidak mungkin menyetujui pemikiran gila semacam ini.

   Secara umum, Alhamdulillah, Mathew sendiri belum mulai menyatakan perasaannya.

   Mungkin dia tidak punya feeling apa-apa kecuali perasaan sayang sebagai saudara atau sahabat.

   Tetapi kultur Saudi yang bertahun-tahun dijalani Michelle memberikan kesimpulan bahwa perhatian dan segala yang dilakukan Mathew terhadap Michelle adalah tanda-tanda cinta yang nyata.

   Kedua orang tua Michelle tidak sabar menunggu hingga selesai masa studi anaknya untuk mengambil sebuah langkah antisipasi.

   Semula mereka berdua hendak ke Amerika setelah Michelle meraih gelar sarjana, tetapi rencana kunjungan itu dipercepat, apalagi dipicu oleh memanasnya suhu politik setelah kejadian 11 September.

   Tetapi Michelle merasa bahwa suhu hubungannya dengan Mathew lah yang lebih kuat mendorong papa mamanya mempercepat kunjungan.

   Pindah ke Dubai.

   Inilah keputusan yang diambil kedua orang tuanya sebagai langkah antisipasi.

   Inilah perilaku khas Saudi.

   Setiap orang bisa melakukan intervensi ke dalam urusan setiap orang.

   Kali ini Michelle tidak punya pilihan lain.

   Kalau Michelle bersikeras menolak rencana kepindahan, tentu kedua orang tuanya semakin menyimpulkan adanya hubungan serius antara mereka berdua.

   Padahal sampai detik keputusan itu diambil, tidak seorang pun yang bisa menyimpulkan perasaan apa yang sebenarnya disimpan Mathew terhadap Michelle.

   Apakah perasaan kasih sayang sebagaimana yang dilakukan kakak kepada adiknya dan berusaha untuk memberikan kebahagiaan, atau cinta antara dua anak manusia yang bermuara pada keinginan untuk saling memiliki? Semula, keputusan pindah ke Dubai akan dilaksanakan setelah Michelle menyelesai tahun kedua masa studinya.

   Tetapi kedua orang tuanya telah benar-benar mengambil langkah pencegahan dengan mempercepat kepindahan.

   Michelle akan melanjutkan studi di Universitas Amerika di Dubai, sehingga dia tidak akan kehilangan masa studinya.

   Fasilitas transfer inilah yang mempercepat kepindahan Michelle.

   Berbeda dengan saat pindah dari Riyad ke San Francisco, Michelle harus kehilangan dua semester pertama studinya.

   Di dubai, si kecil Misy'al juga akan disekolahkan di sekolah internasional.

   Rencananya, papa akan mengurus kependudukan di Dubai sehingga mereka bisa mendapatkan kebebasan yang tidak pernah mereka dapatkan di Saudi.

   Perpindahan kali ini jauh lebih sulit dibanding sebelumnya.

   Michelle harus meninggalkan teman-teman terbaiknya tanpa bisa menjanjikan pertemuan kembali, misalnya di liburan awal tahun.

   Mereka tetap mempunyai rumah di Riyad.

   Tetapi tentu tidak mudah untuk sering pulang pergi mengunjungi rumah itu kecuali ada kunjungan kolektif bersama keluarga.

   Mungkin yang bisa membawa mereka kembali ke Riyad adalah kerinduan untuk bertemu dengan keluarga besar papa.

   Tetapi itu pun kini sudah semakin kecil peluangnya, karena keluarga dekat papa tidak lagi menunjukkan kedekatan sebagaimana masa kecil papa dulu.

   Lumeis mengadakan pesta besar di rumahnya untuk menandai perpisahan dengan Michelle.

   Ketiga temannya memberikan kenang-kenangan berharga bagi sahabatnya yang akan menjalani kehidupan di ibukota salah satu negara demokratis di Jazirah Arab.

   Mereka menangis, mengenang masa-masa bersama sejak masa sekolah dulu.

   Terlalu manis untuk dilupakan.

   Terlalu banyak kenangan untuk tidak segeran melepas Michelle pergi.

   Mereka larut dalam kesedihan.

   Mungkin mereka ingin melawan takdir, atau setidaknya memilih yang lain, selain perpisahan abadi semacam ini.

   Ummi Nuwair menenangkan mereka.

   Dia mengingatkan adanya fasilitas internet dan alat komunikasi lain yang memungkinkan mereka tidak hanya saling bertukar informasi melalui kata atau suaram, bahkan bisa saling menyaksikan aktifitas masing-masing saat itu.

   Mendengar hal itu, mereka terlihat tenang walaupun tetap memperkirakan bahwa hubungan mereka akan berubah seperti perubahan yang terjadi saat Michelle masih tinggal di Amerika.

   Apalagi sekarang ini Michelle hanya mempunyai sedikit peluang untuk kembali ke Riyad.

   Besar kemungkinan perpisahan ini menjadi akhir masa indah Michelle bersama mereka, meski masing-masing selalu berusaha mempererat komunikasi.

   Lumeis lah yang paling merasa bersedih di antara mereka bertiga.

   Itu dipicu oleh masalah lain yang sedang dihadapi.

   Contohnya adalah Masalah perkuliahan dan interaksi dengan para dosen.

   Termasuk masalah yang selama ini tidak pernah selesai diurusi, yaitu Tamara.

   Tidak henti-hentinya ia mengkritik segala sesuatu yang dilakukan kakaknya.

   Selain itu, Lumeis juga bermasalah dengan Ahmad yang dianggapnya telah menyebarkan isi pembicaraan melalui telepon mereka berdua kepada teman-teman di kampus.

   Lumeis menyesalkan sikap Ahmad yang tidak bisa menyeleksi mana yang bisa dibagi bersama teman dan mana yang pantas dikonsumsi berdua.

   Beberapa waktu belakangan, Lumeis memiliki jarak cukup jauh dengan Michelle.

   Lumeis sering melakukan perbandingan antara Michelle dengan teman-teman lainnya di kampus.

   Lumeis sampai pada kesimpulan bahwa hanya Michelle yang mampu memahaminya dengan sempurna.

   Kepribadian Michelle yang paling cocok dengan dirinya.

   Dalam banyak hal, mereka berdua banyak memiliki persamaan.

   Michelle adalah satu-satunya tumpahan rahasia bagi Lumeis.

   Mereka berdua telah menjalani suka dan duka bersama.

   Mereka melalui masa-masa sulit di kampus secara bersama-sama.

   Tapi apa keuntungan kebersamaan yang selama ini mereka bangun? Michelle akan pergi, dan mungkin tak akan pernah kembali.

   Lumeis akan kehilangan teman terdekatnya.

   Ia menyadari betapa berharganya kehadiran Michelle, justru sesaat sebelum dia pergi meninggalkannya.

   To.

   seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date. 24/9/2004 Subject. Syarat Musaid Rasulullah (saw) bersabda.

   "Para janda lebih berhak atas dirinya dibanding walinya. Sedang bagi para gadis perawan, diam adalah tanda setuju" (Shahih Muslim. 3477). Seorang pemerhati emailku memberi masukan agar aku mengumpulkan semua surat-surat dan memasukkannya ke dalam beberapa katagori, sehingga mempermudah para pembaca untuk mencernanya. Ya Tuhan, apakah email-email ini akan terbit menjadi sebuah buku? Beberapa orang menasehati agar aku mencetak di Lebanon, karena kemungkinan besar, tulisan ini menjadi terlarang di Saudi. Lalu aku pun berpikir, apakah nanti fotoku juga ikut terpampang di dalam buku seperti foto para penulis terkenal lainnya? Ya, masukan itu membuatku bangga dan senang, tetapi di saat yang sama, itu membuatku takut dan heran. Heran karena masih banyak pengguna internet yang belum membaca email itu secara keseluruhan. Di antara mereka masih terdapat beberapa orang yang baru mengikuti perjalanan emailku mulai minggu ke sepuluh. Ini di luar targetku, karena aku ingin menyebarkan semua email kepada semua pengguna internet di seluruh kerajaan Saudi. Adapun rasa takut terkait dengan keharusan dicantumkannya namaku dalam penerbitan buku itu. Karena setelah sekian lamanya, aku telah mengaburkan identitasku yang sebenarnya kepada semua pembaca. Dari sini lahir pertanyaan turunan. Apakah teman-temanku tokoh dalam kisah ini bisa terjamin priYa cynya bila namaku tercantum dengan jelas? Apakah teman-temanku itu bersedia untuk dicantumkan dalam buku itu? Untuk hal ini aku membutuhkan pendapat dari para pembaca. Kutunggu! Ibunda Qamrah sangat mendukung pertemuan Qamrah dengan Musaid. Dia adalah salah seorang petinggi di jajaran Tentara Kerajaan. Bertahun-tahun dia berteman dengan Abu Fahd, paman Qamrah. Umurnya sudah empat puluh enam tahun. Dia pernah menikah, tetapi sampai tahun ke delapan perkawinannya, Allah belum mengkaruniainya seorang keturunan. Musaid memutuskan untuk menikah lagi ketika mendapat berita bahwa mantan istrinya hamil dari suami keduanya. Mendengar niat itu, Abu Fahd menyampaikannya kepada Qamrah dan ibunya. Qamrah duduk tidak jauh dari Musaid. Dia benar-benar mencermati dengan detail calon suami yang ditawarkan kepadanya. Tiga tahun yang lalu, Qamrah tidak melakukan hal itu kepada Rasyid. Kali ini ia tidak ingin melakukan kesalahan kedua. Ia lebih tenang dibanding dulu, tidak lagi salah tingkah, dan hampir terjatuh saat berjalan menuju ruang tamu. Qamrah tidak melihat penampilan Musaid sebagai orang tua dan renta seperti yang dibayangkan. Dia tidak setua umurnya. Penampilan fisiknya masih pantas untuk mengaku berumur tigapuluh delapan tahun. Tidak ada uban di kumisnya, tetapi beberapa bagian rambutnya terlihat mulai memutih. Ayah dan ibu Qamrah sengaja memberi peluang yang luas kepada anaknya untuk menilai. Peluang yang tidak mereka berikan kepada Qamrah sewaktu Rasyid datang melamarnya dulu. Mereka berdua telah sepakat dengan Abu Fahd untuk memberi waktu yang leluasa. Seperti pada ajaran Islam yang memberikan kebebasan kepada seorang janda untuk menentukan masa depannya sendiri, Qamrah melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Meski pamannya telah tahu benar siapa Musaid, Qamrah tetap menjadi orang yang paling berhak memberi keputusan. Tetapi sebelum orang tua dan paman Qamrah pergi meninggalkan ruang tamu, sempat terjadi salah paham yang membuat Qamrah hampir marah padahal dia baru bergabung dalam pembicaraan tidak lebih dari dua menit. Ada ucapan Musaid yang menyinggung perasaannya, tapi penjelasannya cukup mendinginkan suasana dan meredakan amarah Qamrah.

   "Saya yang sebagaimana Anda semua ketahui adalah seorang tentara yang tidak banyak tahu mengenai pemilihan kata dan tutur kata yang tersusun rapi. Tetapi untuk lebih jelasnya, saya sampaikan maksud saya sebenarnya. Sejak awal saya mendengar bahwa Qamrah telah mempunyai seorang anak dari suami pertamanya, maka saya mempunyai syarat, yakni bila Allah berkehendak menjodohkan saya dengannya, saya ingin agar anak Qamrah tinggal di rumah kakeknya. Saya tidak nyaman merawat bayi yang bukan anak saya."

   "Tapi bukankah anak Qamrah masih kecil?"

   Kata ayah Qamrah.

   "Kecil atau besar sama saja. Ini adalah syaratku,"

   Musaid menjawab. Abu Fahd berusaha meredakan ketegangan.

   "Sabarlah Musaid. Insya Allah semua akan berjalan sesuai dengan harapan semua pihak."

   Pandangan mata Qamrah berpindah-pindah dari ayah, ibu, pamannya, dan Musaid.

   Tak seorang pun yang berinisiatif memberikan hak suara kepada Qamrah dalam musyawarah ini.

   Qamrah sendiri seperti robot yang hanya bisa menggerakkan kepala dan matanya ke kanan dan ke kiri.

   Pada sebuah kesempatan, akibat musyawarah yang berlangsung tidak nyaman, Qamrah berdiri dan meninggalkan ruangan.

   Di kamarnya, Qamrah berkeluh kesah kepada ibunya yang setia mendengarkan.

   Ia menyampaikan kekecewaan atas sikap ayah yang kasar, pamannya yang keras, dan sikap Musaid yang menyebalkan.

   Sebisa mungkin sang ibunda berusaha menenangkan Qamrah dan meredakan kekesalannya.

   Lalu mereka terdiam membayangi kejadian yang baru saja dialami.

   Qamrah heran mendengar syarat yang diajukan.

   Bagaimana mungkin seorang duda yang terbukti mandul bermaksud untuk memisahkan perempuan yang akan dinikahi dari anak semata wayangnya? Bagaimana keadaan Shaleh bila harus menuruti syarat itu? Bagaimana mungkin laki-laki itu menuntutnya mengorbankan kepentingan ibu dan anak demi tuntutan pengorbanan yang lebih besar, yaitu bersuamikan laki-laki mandul? Kemudian layakkah meski dia seorang tentara untuk bertutur kata tidak sopan kepada tuan rumah yang didatanginya? Qamrah telah banyak mendengar gaya hidup para tentara, tetapi dia tidak pernah menyaksikan sikap sekasar itu dilakukan oleh lakilaki dewasa! Paman dan ayah Qamrah menyusul.

   Musaid telah pergi dengan marah atas sikap Qamrah yang meninggalkan ruangan tanpa permisi.

   Sebagaimana sang paman mempermalukan Qamrah di depan Musaid, dia melakukan hal serupa di depan ibunya.

   "Sikap kamu tadi tidak selayaknya dilakukan oleh seorang perempuan dewasa di depan orang yang sedang mengajukan lamaran. Sudah kukatakan, serahkan semua kepada Allah. Musaid adalah laki-laki terhormat yang tidak mempunyai aib. Bersyukurlah kamu telah dikaruniai anak. Maka sekarang kamu harus berusaha mempunyai suami untuk terhindar dari gunjingan orang. Bukankah kamu bisa menjenguk anakmu kapan saja kamu mau?"

   Ayah Qamrah hanya terdiam dan menyerahkan semuanya kepada Abu Fahd.

   Abu Fahd pergi meninggalkan mereka setelah terlibat permasalahan yang bukan haknya.

   Sang ayah juga menyusul pergi menuju pekerjaan bersama teman-temannya.Tinggal Qamrah yang membenamkan diri pada tatapan kasih ibunya.

   Pada proses perkawinannya yang pertama, Qamrah tidak dinasehati untuk melakukan istikharah atau shalat memohon petunjuk dan Allah atas beberapa pilihan yang ada.

   Tapi kali ini sang ibu mencoba mengarahkan putrinya untuk melibatkan Allah dalam pengambilan keputusan.

   Apakah perangai Rasyid kala itu begitu mengagumkan sehingga tidak perlu beristikharah, tidak perlu memohon petunjuk dari Allah? Malam itu Qamrah mendirikan salat dua rakaat untuk memohon petunjuk.

   Ia melakukan hal itu setelah mendapat penjelasan betapa pentingnya tata cara itu dilakukan dalam kondisi seperti yang sedang dia alami.

   Qamrah mengucapkan doa istikharah.

   "Ya Allah aku mohon izin-Mu untuk menentukan pilihan terbaik bagiku. Engkau dengan keluasan ilmu dan keagungan kuasa-Mu, aku memohon dari sisi karunia-Mu. Engkau Maha Kuasa, sedang aku tidak memiliki daya upaya. Engkau Maha Mengetahui, sedangkan pengetahuanku sangat sempit. Engkaulah yang Maha Tahu atas segala kegaiban. Ya Allah bila Engkau memastikan bahwa Musaid terbaik bagiku, bagi agama, kehidupan dunia, dan akhiratku, maka berikanlah aku kuasa dan kemampuan. Tetapi bila Engkau mengetahui bahwa Musaid tidak mendatangkan kebaikan bagiku, bagi agama, kehidupan dunia dan akhiratku, maka jauhkanlah dia dariku, dan jauhkan aku darinya. Kemudian berikan aku kemampuan untuk menemukan yang terbaik di mana pun adanya, dan ridhai aku melakukannya."

   Dia juga mendapatkan penjelasan bahwa seseorang tidak harus mendapatkan petunjukkan Allah atas Istikharahnya itu melalui mimpi seperti yang sejak awal dikiranya.

   Dengan Istikharah berkali-kali, seseorang akan mendapatkan kemantapan hati dan kejernihan pikiran untuk cenderung memilih ini atau itu.

   Dia juga akan mempunyai ketetapan untuk menerima atau menolak sesuatu.

   Qamrah memang berkali-kali melakukan istikharah, tetapi tetap belum mendapat petunjuk untuk menentukan pilihan.

   Setelah sekitar sepuluh hari, setelah berwudhu dan mengerjakan salat Istikharah, Qamrah beranjak menuju peraduan.

   Dalam tidurnya dia bermimpi sedang tidur bukan pada ranjang yang biasa dia tempati.

   Hanya muka dan telapak kaki yang terlihat dalam tidurnya.

   Dia tidak bisa memastikan antara wajah dirinya atau wajah sahabatnya Shedim.

   Tetapi Qamrah yakin bahwa yang tidur di ranjang itu adalah dirinya, tapi dalam suasana yang sangat ganjil.

   Qamrah memastikan bahwa yang tidur di ranjang itu adalah seorang perempuan berambut panjang tetapi berjenggot.

   Jenggotnya panjang dan sudah memutih.

   Qamrah melihat perempuan itu membangunkan dirinya sendiri dan berteriak.

   Bangun! Waktu salat telah habis! Qamrah membolak-balikkan badan di atas kasur hingga sadar telah berada di alam mimpi.

   Qamrah dibawa kepada seorang Ulama yang terbiasa menafsirkan mimpi.

   Qamrah menjelaskan bahwa mimpi itu terjadi setelah dia mengerjakan dua rakaat Istikharah atas datangnya lamaran seorang duda.

   Ulama itu bertanya apakah Qamrah pernah menikah.

   Qamrah menjelaskan bahwa dirinya pernah menikah, tetapi saat ini telah bercerai.

   Selanjutnya Ulama itu bertanya apakah dirinya mempunyai seorang anak.

   Qamrah menjawab sejujurnya.

   Kemudian Ulama itu berkata.

   "Perempuan yang sedang tidur itu adalah kamu. Bukan temanmu seperti yang kamu ragukan. Sebelum kusampaikan lebih jauh, aku menasehatimu agar kamu segera kembali kepada ajaran agama. Di dalam agama itulah terdapat perlindungan dari segala bencana, dan keselamatan dan segala kejahatan. Wajahmu yang terbuka adalah pertanda bahwa ketundukan dan ketaatan kamu kepada agama sangat rendah. Mimpimu juga mengabarkan bahwa kamu merasa nyaman dan tenteram dengan perkawinan pertamamu, tetapi rambutmu yang terurai menunjukkan bahwa suami pertamamu tidak berkehendak rujuk kepadamu. Ini lebih baik bagimu, karena uban dalam sebuah mimpi menunjukkan kefasikan dan khianatnya kepadamu. Adapun jenggot adalah kabar gembira, bahwa dengan izin Allah, kelak anakmu akan mendapatkan kedudukan yang tinggi dan mulia dalam keluarga dan masyarakat. Adapun keterlambatanmu mengerjakan salat dalam mimpi itu adalah isyarat dari kesulitan dan keburukan yang sedang ingin kamu mintakan petunjuk dari Allah. Aku nasehatkan agar kamu tidak menerima lamaran laki-laki itu. selanjutnya serahkan semua kepada Allah. Wallahu a'lam."

   Badan Qamrah seperti bergetar, tetapi pada saat yang sama seperti muncul kepuasan.

   Ia bergegas memberitahukan berita tafsir mimpi itu kepada keluarganya.

   Mereka marah dan kecewa atas lamaran yang tidak berkelanjutan pada proses pernikahan itu.

   To.

   seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date.

   1/10/2004 Subject.

   Kesejukan yang menghibur Berbagai ide dan pendapat masuk ke alamat emailku.

   Aku tidak bisa memilah mana yang serius dan mana main-main.

   Seorang pembaca asli Saudi mengusulkan agar emailku diturunkan dalam sebuah cerita berseri selama bulan Ramadhan yang akan segera datang.

   Mengapa tidak? Bila ada usulan untuk mencetak kisah ini mengapa tidak sekaligus dibuat sinetron atau sebuah mini seri? Aku sepakat dengan usulan itu karena sejak awal aku memang bermaksud menyampaikan kisah dan riwayat ini kepada publik.

   Apapun medianya.

   Dari sini muncul pertanyaan penting, siapa yang akan menerima naskah ceritaku? Lantas apakah harus menggunakan aktris luar Saudi untuk cerita ini dengan catatan mereka harus belajar dialek Saudi? Atau kita harus menempatkan para pemuda Saudi untuk peran perempuan? Rumah Syaikh Abdullah al-Harimly penuh dengan para pelayat yang berbelasungkawa atas meninggalnya ayah Shedim Abdul Muhsin yang meninggal di kantornya akibat serangan jantung mendadak.

   Syaikh Abdullah adalah saudara tertua ayah Shedim.

   Di sebuah tiang terbesar di ruang tamu, Shedim bersandar.

   Di sampingnya duduk bersebelahan Qamrah dan Lumeis.

   Keduanya menghibur Shedim tetapi air mata keduanya lebih banyak dari air mata Shedim.

   Bagaimana Shedim menghadapi masa depan tanpa ayah dan ibu yang membimbingnya? Bagaimana dia bisa tidur tanpa seorang teman di rumah yang sedemikian besar? Apakah Shedim akan dipaksa tinggal di salah satu rumah pamannya? Berbagai pertanyaan tidak bisa dijawab oleh kedua sahabat Shedim dan bahkan oleh Shedim sendiri.

   Ibunya meninggal sebelum sempat ia mengenalnya.

   Sedang kini ayahnya meninggal ketika kebutuhan Shedim akan hadirnya seorang ayah sedang pada puncaknya.

   Tidak ada pilihan bila Allah telah menghendaki kematian datang.

   Inna lillah wa inna ilaihi rajiun.

   Kita adalah semata milik Allah dan niscaya akan kembali kepada-Nya.

   Ummi Nuwair berada di deret istri paman-paman Shedim dan bibinya Badriyah.

   Mereka menyambut para pelayat yang datang mendoakan almarhum.

   Kedua mata Ummi Nuwair selalu mengawasi keadaan Shedim yang sedang dirundung duka.

   Shedim berusaha mengamati keadaan para wanita yang datang memenuhi ruangan.

   Tidak ada ekspresi kesedihan pada raut muka mereka.

   Sebagian mereka datang dengan perhiasan lengkap.

   Sebagian yang lain larut dalam percakapan yang sama sekali tidak berhubungan dengan takziyah.

   Sebagian lainnya tertawa-tawa lirih satu sama lain.

   Apakah mereka memang benar-benar datang untuk menghibur Shedim? Shedim pergi meninggalkan ruangan yang dipenuhi oleh orang-orang yang datang tanpa empati.

   Mereka benar-benar tidak sedang merasakan apa yang dirasakan Shedim.

   Benarkah di antara mereka tidak ada yang memahami perasaannya selain seorang Faraz? Tidak ada selain Faraz yang paham sejauh apa ketergantungan Shedim dengan sang ayah.

   Hanya Faraz yang mampu meringankan kesedihannya.

   Ya, hanya Faraz yang tersisa setelah laki-laki yang selama ini melindunginya pergi menghadap Ilahi.

   Pesan yang dikirim Faraz untuk Shedim tidak pernah berhenti.

   Faraz selalu memposisikan diri selalu di samping Shedim pada saat sedih seperti ini.

   Faraz mengingatkan bahwa dirinya selalu ada bersamanya dan selalu merasakan kesedihan dan kehilangan sebagaimana yang dirasakan Shedim.

   Ayah Shedim adalah ayah Faraz.

   Shedim adalah ruh Faraz.

   Mereka tidak terpisahkan apapun yang terjadi.

   Di sepertiga malam terakhir, Faraz memegang buku kecil berisikan doa-doa.

   Dia membacakan untuk Shedim di ujung telepon dengan harapan Shedim adakan mengamininya.

   Ya Allah, sungguh hamba-Mu Abdul Muhsin al-Harimly telah berada di dalam perlindungan-Mu.

   Maka lindungilah dia dari fitnah kubur dan azab neraka.

   Ampunilah segala dosanya dan limpahkan kasih sayang atasnya.

   Engkaulah Maha Pengampun dan Penyayang.

   Ya Allah sesungguhnya dia adalah hamba-Mu.

   Dia benar-benar bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau dan bahwa Muhammad adalah rasul utusan-Mu.

   Ya Allah pindahkanlah dia dari tempat fana ke surga-Mu yang abadi.

   Ya Allah sayangilah dia di bawah bumi.

   Tutuplah aibnya di hari perhitungan.

   Dan jangan Engkau rendahkan derajatnya pada hari berbangkit.

   Ya Allah berikan catatan amalnya dengan tangan kanan dan mudahkanlah penghitungan amalnya.

   Jadikan timbangan kebaikannya berat dan kokohkan pijakan kakinya di atas Shirath*.

   Tempatkan dia di surgaMu yang tertinggi berdampingan dengan surga para nabi-Mu dan rasul pilihan Mu Muhammad Shallahu alaihi wa sallam.

   Wahai Dzat Maha Pengasih dan Penyayang.

   Wahai Dzat yang selalu hidup.

   Wahai Dzat Pencipta langit dan bumi.

   Wahai Dzat Pemilik segala keagungan dan kemuliaan...

   Faraz membaca doa itu dengan suara serak.

   Hatinya turut berdoa dan merasakan kesedihan Shedim.

   Tetapi Faraz tetap menunjukkan ketegaran agar kekasihnya itu juga turut tegar bersamanya.

   Faraz tidak pernah putus asa untuk menanam asa dalam hati Shedim.

   Shedim sendiri telah menemukan setitik kesejukan dengan adanya Faraz.

   Sampai berangsur-angsur mental Shedim pulih, Faraz tetap berada di sisi Shedim.

   * Jembatan yang memisahkan antara Surga dan Neraka 35 To.

   seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date.

   8/10/2004 Subject.

   Libra dan Aquarius Selama masih hidup di tengah karunia Allah, selama Anda masih bernaung di belantara milik Allah, hanya dua hal yang harus Anda kerjakan.

   tenteramkan akal jiwamu dan terbanglah bebas di udara (Kahlil Gibran).

   Izinkan aku di penghujung Syaban ini menyampaikan kepada Anda semua ucapan selamat atas karunia Allah kembali bisa bersua dengan bulan Ramadhan.

   Bulan ini memang disediakan bagi kita dan segenap kaum muslim oleh Allah (Swt).

   Semoga Allah berkenan melimpahkan kepada kita untuk menyelami hakikat puasa siang hari dan bangun malam harinya.

   Mohon maaf yang sebesar-besarnya atas keterbatasanku mengirimkan email dan melanjutkan kisah-kisahku selama bulan Ramadhan ini.

   Kita akan bersua kembali setelah bulan mulia ini pergi.

   Sejak awal aku telah menyatakan akan selalu merindukan kalian.

   Percayalah aku akan datang dengan cerita-cerita yang lebih mengejutkan pada awal bulan Syawal.

   Tunggulah! Setelah menyelesaikan tahun keempat studinya, Lumeis dan Tamara memutuskan untuk magang di salah satu rumah sakit di Jeddah.

   Seperti umumnya para mahasiswa yang magang, mereka berdua tidak diperkenankan melakukan pengobatan terhadap pasien.

   Mereka hanya diposisikan sebagai asisten atau pendamping dokter saat mereka melakukan pengobatan.

   Sesekali pihak rumah sakit memperbolehkan beberapa mahasiswa pilihan untuk menyaksikan pelaksanaan operasi terhadap pasien sebagai usaha pemberian bekal pengetahuan kepada mereka.

   Bersama Lumeis dan Tamara tidak ada peserta magang lainnya kecuali dua orang mahasiswa Kedokteran Umum dan beberapa mahasiswa lain dari Kedoktran Gigi yang magang di klinik gigi.

   Pada mulanya Tamara merasa risih dan tidak nyaman dengan keberadaan mereka berdua di tengah para mahasiswa laki-laki.

   Hingga Tamara sering sengaja terlambat datang pada lagi hari dan pulang lebih awal sebelum habis jam kerja kerja di sore hari.

   Sementara Lumeis selalu berdisiplin terhadap waktu dan tidak ingin melewatkan saat-saat penting mempelajari hal-hal baru di rumah sakit itu.

   Para dokter dan karyawan rumah sakit sangat ramah dan hangat terhadap mereka berdua.

   Tamara tetap merasa malu duduk-duduk bersama kedua mahasiswa yang lain di sebuah ruang yang tidak terlalu luas tempat yang disediakan untuk istirahat pada jam-jam jeda.

   Sementara untuk bergabung dengan para dokter dan karyawan lain tentu lebih tidak nyaman karena mereka juga sedang menikmati saat-saat rehat.

   Tinggallah Tamara dalam galau dan kebingungan menentukan apa yang harus dikerjakan.

   Tamara tetap mempertahankan adanya batas-batas yang harus ditaaati dalam berinteraksi antara dia dan kedua mahasiswa itu.

   Pada balutan rasa bingung itu, Tamara menyaksikan Lumeis telah benar-benar larut dan menikmati kebersamaan di rumah sakit bersama karyawan dan dokter serta pihak-pihak lain di rumah sakit itu.

   Setelah sekitar seminggu dari awal magang mereka, Tamara memutuskan untuk tidak lagi berangkat ke rumah sakit bersama Lumeis.

   Bersamaan dengan itu, salah satu mahasiswa yang juga sedang magang itu menyatakan pengunduran diri dari aktifitas magang untuk sebuah kepentingan di luar negeri.

   Demikianlah, akhirnya Lumeis hanya tinggal berdua bersama Nizar melanjutnya aktifitas magang.

   Lumeis sendiri merasa keberadaannya sendirian bersama seorang mahasiswa lebih menyenangkan dan nyaman dibanding dia bersama dua orang mahasiswa.

   Tetapi mereka berdua tetap melangsungkan interaksi yang datar dan sekadarnya saja.

   Tidak ada hubungan spesial dan rasa khusus terjadi antara mereka berdua.

   Lumeis menemukan pola interaksi yang berbeda bersama Nizar yang tidak dia rasakan dengan Ahmad atau teman-teman lainnya di internet.

   Suatu hari Nizar mengajak Lumeis untuk makan bersama di kantin rumah sakit pada hari pertama kepergian temannya ke luar negeri.

   Saat itu Lumeis menolak dengan alasan ingin membaca buku kedokteran yang sedang dibawanya.

   Lumeis menyatakan akan makan sebentar lagi.

   Nizar akhirnya berangkat sendiri dan kembali dengan membawa dua kotak nasi.

   Satu untuknya dan yang lain diberikan kepada Lumeis.

   Nizar memberikan nasi kotak itu dengan sikap yang lembut dan sangat sopan.

   Saat memberikan itu, Nizar mengingatkan bahwa satu jam lagi mereka harus mengikuti sesi pendampingan bersama seorang dokter.

   Setelah itu Nizar terlihat pergi makan di sebuah ruang pasien yang kebetulan sedang kosong.

   Pada mulanya Lumeis memang selalu merespon sikap Nizar dengan datar dan biasa saja.

   Tetapi semakin lama, Lumeis semakin merasakan sikap santun dan kepribadian yang mengesankan dari Nizar.

   Beriringan dengan itu materi percakapan antara keduanya melampaui batas hal-hal kedokteran, pengobatan dan kesehatan.

   Mereka mulai membicarakan rancangan masa depan masing-masing setelah menyelesaikan studi.

   Informasi tentang kehidupan pribadi, jumlah saudara, keluarga, lingkungan tempat tinggal, masalah-masalah kecil dan berbagai rutinitas harian menjadi materi-materi percakapan antara mereka.

   Tak pelak, rumah sakit itu menorehkan kenangan.

   Tempat-tempat khusus, kejadian-kejadian ringan dan beberapa aktifitas yang mereka jalani bersama menjadi sebuah relief abadi di dinding memori masing-masing.

   Mungkin mereka tidak sedang memahat dinding itu, tetapi kebersamaan mereka telah mematrikan pengalaman, kenangan dan perasaan.

   Hari itu pembicaraan yang paling dikenang adalah tentang ramalan zodiak.

   Mereka saling menebak bintang masing-masing.

   Lumeis sendiri yang memang banyak menguasai hal itu dari berbagai literatur dan kebudayaan mulai menebarkan pesona kepada Nizar dengan beberapa kali menebak dengan tepat sifat-sifat khas bintang-bintang tertentu.

   Dalam hati, Nizar memang membenarkan beberapa prediksi Lumeis.

   Hal pertama yang dilakukan Lumeis sepulang dari rumah sakit hari itu adalah membuka-buka buku perbintangan tentang berapa besar prosentase keberhasilan hubungan antara Libra dan Aquarius.

   Lumeis menemukan di sebuah buku keberhasilan itu mencapai depalan puluh lima persen sedang di buku lain tidak lebih dari lima puluh persen.

   Lumeis memutuskan untuk memercayai ramalan yang pertama.

   Tetapi kali ini Lumeis merencanakan strategi khusus untuk memenuhi harapannya.

   Dia memasang target agar Nizar bisa terperangkap dalam 'jerat' yang dia pasang.

   Dia yakin bahwa perempuan mempunyai kemampuan dan peluang untuk melakukan rekayasa cinta sebagaimana selama ini hal itu didominasi kaum laki-laki.

   Dengan sedikit kesabaran dan kerja keras, Lumeis meyakini keberhasilannya.

   Malam itu Lumeis tidak bisa tidur hingga setelah dia menunaikan salat Fajar.

   Malam itu Lumeis memenuhi buku hariannya dengan langkah dan strategi yang harus dilakukan lengkap dengan undang-undang yang harus ditaati.

   Dia juga mengantisipasi untuk selalu memasang pengingat bagi hatinya sewaktu-waktu mulai berubah arah suatu hari nanti.

   Ini memang kebiasaan Lumeis.

   Dia selalu menuliskan pemikirannya di atas kertas untuk menjadi panduan dan rambu-rambu teknis di lapangan.

   Ini adalah pelajaran paling berharga dari ibunya, dr Fathin.

   Lumeis mencatat semua pengalaman dan pelajaran berharga dari guru kehidupan yang dia saksikan setiap kali berinteraksi dengan orang dan kelompok lain.

   Dia juga menganggap pengalaman orang lain sebagai peringatan bagi dirinya.

   Dia juga mencatat banyak hal tentang kebiasaan kaum laki-laki yang dia temukan di sekitarnya.

   Nasehat dan didengar dan bacaan juga menjadi bahan-bahan coretan harian Lumeis.

   Dari sekian banyak catatan, Lumeis membuat daftar "Tidak akan"

   Untuk dirinya.

   Tidak akan mengizinkan dirinya memulai cinta sebelum merasakan dan memastikan laki-laki pilihannya juga mencintainya.

   Tidak akan menaruh harapan dan menggantungkan cinta sepenuhnya kepada seorang laki-laki sebelum dia mengajukan lamaran secara resmi.

   Tidak akan bermanis kata kepada laki-laki dan tidak akan menceritakan dirinya seutuhnya.

   Itu semua bisa dilakukan dengan mempertahankan diri sekuat tenaga untuk tidak terbawa oleh perasaan kewanitaan yang sering memberi dorongan untuk menyerahkan diri kepada laki-laki.

   Tidak akan menjadi seperti Shedim, Qamrah, atau Michelle! Tidak akan menjadi pihak pertama yang memulai hubungan dan komunikasi.

   Tidak akan menanggapi pancingan percakapan yang tidak perlu dari laki-laki.

   Tidak akan mendikte kaum laki-laki sebagaimana sebagian wanita melakukannya.

   Tidak akan menyuruh laki-laki yang mencintainya untuk berubah demi menyesuaikan diri dengan seleranya.

   Kelebihan dan kekurangan masing-masing pasangan harus menjadi sesuatu yang alami dan mempererat hubungan.

   Tidak akan membiarkan hak-hak wanita diremehkan.

   Tidak akan membiarkan laki-laki membiasakan diri dengan kesalahan yang merendahkan martabat wanita.

   Tidak akan menyatakan cinta sebelum dia terlebih dahulu menyatakannya.

   Tidak akan mengubah diri demi memuaskan kehendak dan kemauannya.

   Tidak akan menganggap remeh segala yang berpotensi mengakibatkan bahaya! Tidak akan membiarkan diri berlarut-larut dalam ketidakpastian.

   Maksimal tiga bulan waktu toleransi bagi laki-laki untuk menyatakan cintanya.

   Bila dalam waktu tiga bulan dia tidak memberi kepastian status hubungan mereka berdua, pihak perempuan harus mengambil langkah tegas memutuskan hubungan terlebih dahulu.

   Tidak akan ada kesempatan bagi laki-laki untuk menggantung status.

   To.

   seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date.

   12/11/2004 Subject.

   Michelle membebaskan diri dari ikatan! Aku tidak sedang mengatakan bahwa semua yang kusampaikan bebas dan kesalahan.

   Aku hanya berharap setiap kata yang kusampaikan di sini adalah kebenaran (Ghazi al-Qashiby).

   Kullu "am wa antum bikhair.

   Selamat datang Ramadhan.

   Semoga sepanjang tahun selalu dalam kebaikan! Semoga Allah berkenan menerima ibadah puasa, amalan malam hari dan semua amal saleh kita.

   Aku merindukan Anda semua.

   Siapapun Anda dan apapun Anda memposisikan diri; kawan atau lawan, penentang atau pendukung.

   Aku selalu mendambakan mendapat berita tentang mereka yang telah tulus menjalin silaturahmi.

   Ini aku datang kembali kepada Anda sebagaimana kembalinya para pelaku puasa menjadi fitri dan suci di bulan Syawal.

   Sebagian menganggapku berhenti sampai di sini dan tidak akan melanjutkan kisah ini setelah Ramadhan berlalu.

   Aku sampaikan bahwa aku akan tetap menuntaskan tulisanku.

   Bahkan kutegaskan sebagai berita gembira pengagung cinta dan kubangkitkan amarah penebar benci bahwa ini semua baru permulaan.

   Masih sangat banyak yang akan kuungkap dan semakin keras perlawanan semakin menguatkan aku untuk terus menulis...

   Michelle memasuki fase baru kehidupannya setelah sekian lama menunggu.

   Dia berusaha membenamkan kenangan dan pengalaman masa lalunya sedalam-dalamnya dan memulai babak baru.

   Benar, Michelle memendam amarah dan kebencian tetapi Michelle mampu merekayasa keduanya menjadi bagian dan perjalanan hidupnya.

   Hal yang membantunya adalah keindahan Dubai yang benar-benar tak pernah terbayangkan.

   Ditambah lagi sambutan dan perlakukan masyarakat Dubai terhadap dirinya dan keluarga sungguh lebih hangat dari yang pernah diperkirakan.

   Di kampusnya yang baru, Michelle berkenalan dengan Jimnah, salah seorang mahasiswi asal Emirat.

   Dia seusia dengan Michelle.

   Dalam beberapa materi kuliah, mereka mengikutinya bersama-sama.

   Jimnah dan Michelle saling mengagumi kecantikan dan kecerdasan masing-masing.

   Papa Michelle senang melihat hubungan mereka berdua.

   Selain hal itu menunjukkan bahwa putrinya telah mulai menemukan kenyamanan di Dubai, Jimnah sendiri adalah putri seorang tokoh kenamaan di Emirat.

   Papa Michelle ikut merasa bangga dan gembira.

   Misy'al adik kecil Michelle mulai mengenal Jimnah sebagai sosok yang secara fisik benar-benar mirip dengan kakaknya.

   Pilihan pakaian, hiburan, selera makan dan beberapa kebiasaan mereka berdua sama.

   Mereka sering melakukan aktifitas bersama-sama, baik yang berkaitan dengan kuliah maupun yang sama sekali tidak berhubungan.

   Ini memungkinkan kedekatan mereka berdua terbangun lebih cepat.

   Kedekatan mereka berdua menjadi semacam tirai tipis yang membatasi hubungan dengan teman-teman lainnya.

   Tirai tipis penghalang itu berupa beberapa hal kedudukan, kemampuan materi dan mungkin beberapa penampilan fisik.

   Jimnah mengajak Michelle untuk bersama dirinya bekerja di perusahaan ayahnya pada sebuah liburan musim panas.

   Michelle langsung menyetujuinya.

   Mereka berdua tergabung dalam kepanitiaan bersama untuk mempersiapkan sebuah acara mingguan yang berkaitan dengan dunia kesenian.

   Mereka berdua mencari informasi-informasi tentang seni dan internet.

   Mereka semakin dekat dengan semakin banyaknya kegiatan kepanitiaan yang mereka jalankan bersama-sama.

   Tetapi menjelang akhir masa liburan, Jimnah dan keluarganya bepergian ke Spanyol.

   Akibatnya Michelle mendapat limpahan tanggung jawab kepanitiaan yang ditinggalkan sahabatnya itu.

   Michelle melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya hingga akhir masa liburan, bahkan hingga telah masuk masa kuliah.

   Kegiatan itu mewadahi para pekerja seni yang tersebar di berbagai negara.

   Dari kegiatan itu Michelle mendapatkan alamat dan nomor telepon para seniman dalam jumlah yang sangat banyak di seantero negeri.

   Michelle menghubungi mereka untuk memberi dan meminta berbagai informasi yang dibutuhkan.

   Kesempatan ini dimanfaatkan Michelle untuk membangun jaringan secara personal dengan tokoh-tokoh itu hingga ketika mereka berkunjung ke Dubai, Michelle telah mempunyai entry point yang kuat.

   Michelle diundang secara khusus untuk menghadiri acara yang mereka adakan di Dubai.

   Semuanya berkembang.

   Michelle mempunyai cara bagaimana agar para tokoh itu bergabung di dalam kegiatan mereka, atau melibatkan mereka dalam kegiatannya.

   Ini sekaligus membuka cakrawala baru bagi gadis itu untuk bidang dan sektor yang baru.

   Cakarawala baru itu juga berperan membebaskan ikatan-ikatan yang selama ini terasa membelenggu kebebasan berkreasinya.

   Dia membangun hubungan dengan banyak orang dari berbagai profesi dan kalangan.

   Dia pun menemukan kekuatan rasa percaya dirinya dan merasa selalu bisa memberi kenyamanan kepada setiap relasi baru yang ditemuinya.

   Mereka menyukai cara kerja Michelle dan meletakkan kepercayaan yang besar.

   Dia sendiri menyadari kesempatan emas ini dan selalu berusaha memberi jaminan mutu dan prestasi bagi setiap kepercayaan yang diterimanya.

   To.

   seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date.

   19/11/2004 Subject.

   Sama seperti yang lain, dia hanya laki-laki biasa.

   Kutahu jalanku berliku Kutahu berpisah denganmu menyakitkan Kepulanganku juga berat Bahkan derita Bukan sehari, mungkin sebulan Aku lupa semuanya Dan semuanya membuatku melupakan kehidupanmu Manis dan pahit Mungkin pertemuan denganmu Akan mengobati luka Dan mengembalikan ceria dan gelak tawa (Badr bin Abdul Muhsin) Saudara Adil mengirimkan email kepadaku yang berisi kritikan.

   Dia menyampaikan bahwa emailku kurang tertata dengan sistematika yang baik.

   Sering tidak ada korelasi antara email minggu ini dengan minggu berikutnya.

   Adil menjelaskan panjang lebar tentang aturan yang diketahuinya serta berbagai komposisi yang tepat dalam sebuah tulisan.

   Komposisi informasi, fiksi, penjelasan dan berbagai perhitungan matematis lainnya.

   Adil menjelaskan dengan terperinci.

   Peraturan-peraturan itu ingin kucoba terapkan tetapi setiap kali kucoba setiap kali itu aku merasa tidak nyaman...

   Faraz menghadiahi Shedim sebuah laptop beberapa hari setelah awal masa liburan semester.

   Faraz memang pernah menjanjikan pemberian hadiah itu.

   Michelle sangat bahagia hingga datang saatnya ketika Shedim harus menghadapi kenyataan yang benar-benar nyata.

   Kenyataan yang menyatakan bahwa dengan suara tertahan dan kalimat yang keluar perlahan namun pasti, Faraz menyampaikan bahwa dirinya telah melamar seorang gadis atas kehendak keluarga besarnya.

   Shedim seperti tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

   Tetapi mendadak seperti ada hempasan keras menerpa tubuh dan perasaannya.

   Hempasan itu menguburnya sangat dalam di bawah tanah.

   Shedim seperti dikubur hidup-hidup...

   Logiskah bila Faraz menikahi perempuan lain setelah rentetan kisah kasih dan tahun-tahun panjang yang mereka lalui berdua? Bagaimana semua ini terjadi? Masuk akalkah seorang tokoh sekaliber Faraz tidak mampu meyakinkan keluarganya akan perempuan pilihannya? Atau memang selama ini Faraz memang tengah tidak yakin dengan cintanya? Sia-siakah usaha dan kerja Shedim untuk menempa diri menjadi layak' menyanding orang terkenal bernama Faraz? Selama ini Faraz menempatkan diri dalam lingkar tanggung jawab atas prestasi akademis Shedim.

   Shedim sendiri dengan senang dan bahagia mengikuti saran dan arahan Faraz.

   Kematian sang ayah memberinya pukulan yang berat.

   Tetapi Faraz tampil sebagai pahlawan.

   Dia mampu mengembalikan Shedim ke lintasan prestasi dan percaya diri.

   Tidak.

   Tidak mungkin Faraz sama dengan Faishal! Bagi Shedim, selama ini Faraz jauh lebih kuat, lebih besar dan lebih kokoh untuk bisa disamakan dengan laki-laki pengecut yang meninggalkan dirinya itu.

   Tetapi ternyata mereka berdua setali tiga uang.

   Sama dan tidak berbeda kecuali pada penampilan fisik mereka.

   Terlihatlah bahwa semua laki-laki hakikatnya sama.

   Tuhan hanya membedakan wajah setiap laki-laki sekadar agar perempuan bisa dengan mudah membedakannya.

   Faraz menghubungi Shedim duapuluh tiga kali ke handphone Shedim dalam rentang tujuh menit.

   Tetapi gumpalan kesedihan bercampur amarah di tengorokannya terlalu besar untuk mengizinkannya berbincang-bincang dengan laki-laki itu! Sekian lama ia merindukan inisiatif Faraz menghubungi dirinya.

   Bahkan setiap detik Shedim selalu merindukan suaranya.

   Tetapi kali ini menjadi peristiwa pertama Shedim menolak mengangkat telepon dari orang yang selama ini dirindukannya.

   Tetapi jengkel dengan dering ponsel.

   Shedim akhirnya mengangkat telepon itu.

   "...Kutemukan ruhku sejak pertama kumemandangmu..."

   Dari ujung telepon setelah berbagai basa-basi dan perkataan manis Faraz menyampaikan kepada Shedim bahwa sebentar lagi akan datang kepadanya sepucuk surat.

   Shedim membaca surat yang dimaksudkan untuk menjelaskan duduk perkara semuanya.

   Tetapi alih-alih menjadi tenang dan damai, Shedim justru bertambah marah.

   Faraz menyembunyikan berita lamarannya selama dua minggu terakhir ini.

   Dua minggu itu adalah masa-masa ujian akhir bagi Shedim.

   Saat itu Faraz masih menghubunginya puluhan kali dalam sehari agar Shedim tetap konsentrasi dan fokus pada materi ujiannya.

   Semuanya wajar seperti tidak terjadi apa-apa.

   Inikah pasalnya mengapa selama ini dia menghubungi bukan dengan nomor yang biasa dia gunakan? Mungkin dia takut diketahui anggota keluarganya telah menjalin hubungan spesial dengan seorang wanita.

   Berarti bukankah untuk hal itu Faraz telah mempersiapkannya berbulan-bulan yang lalu? Faraz menyampaikan dalam suratnya bahwa dia menyembunyikan berita lamaran itu sampai memastikan Shedim telah lulus kuliah dengan prestasi terbaik.

   Dan itulah yang terjadi.

   Shedim lulus dengan predikat terbaik sebagaimana pada semester-semester sebelumnya sejak perkenalannya dengan Faraz.

   Selama ini Faraz memang memposisikan diri sebagai motivator ulung dalam memompa semangat berprestasi Shedim.

   Shedim sendiri dengan senang hati dan bahagia menaati dan menuruti semua arahan dan bimbingan Faraz.

   Sepuluh bulan sebelum ujian akhir, ketika ayahnya meninggal, Shedim sempat jatuh dan hampir tidak mempunyai semangat belajar.

   Saat itu Shedim merasa tidak akan lulus ujian.

   Tetapi Faraz mampu meyakinkan Shedim atas kemampuannya.

   Akankah kali ini Faraz akan pergi meninggalkan dirinya dan tidak akan pernah kembali sebagaimana beberapa minggu sebelumnya sang ayah mendahuluinya? Siapa yang akan bersamanya sepeninggal mereka berdua? Siapa yang akan membimbing hidupnya? Shedim teringat dengan sejarah tahun kesedihan yang dialami Rasulullah (saw).

   Pada tahun yang sama Rasulullah kehilangan dua orang terdekat yang sangat berpengaruh dalam hidupnya.

   Paman yang selalu membela perjuangannya dan sang istri yang selalu menyertai suka dukanya pergi dalam waktu yang berdekatan.

   Shedim beristighfar.

   Setelah beberapa saat kontemplasi, Shedim meyakini bahwa kesedihannya kali ini telah dirasakan oleh sebagian besar manusia di muka bumi.

   Ketika mereka bisa tegar di atas kesedihan itu, mengapa dirinya tidak? Ketika mereka bisa bangkit, mengapa dia harus terpuruk? Tiga hari berturut-turut, Shedim tidak bisa makan.

   Setelah seminggu menyendiri di dalam kamar, baru Shedim mau keluar.

   Hari pertama Shedim keluar kamar adalah hari pertama setelah selama bertahun-tahun dia melibatkan Faraz dalam semua masalah.

   Kali ini Shedim harus memutuskan semuanya sendiri.

   Faraz menyatakan kesediaannya untuk menjadi kekasih Shedim selama hidupnya.

   Tetapi Faraz akan menyembunyikan hal itu dari istri dan keluarganya.

   Faraz menegaskan bahwa keputusan pernikahan dirinya bukan ditentukan olehnya.

   Faktor dan tekanan eksternal lebih kuat memaksa dirinya dan calon istrinya.

   Faraz juga menyampaikan bahwa dirinya tersiksa dengan kondisi ini.

   Tetapi dia tak punya daya untuk menolak.Hanya kesabaran menjadi satu-satunya pilihan.

   Faraz berusaha dengan seluruh kemampuannya untuk menenangkan Shedim.

   Dia menjamin bahwa dia tetap akan mencintai Shedim selama hidupnya.

   Dia sampaikan bahwa tak seorang wanitapun mampu menggantikan kedudukan Shedim di hatinya.

   Faraz memastikan bahwa dirinya adalah laki-laki yang terlanjur mengenyam kesempurnaan dari sosok wanita yang dicintainya.

   Maka tidak akan ada yang mampu menghapus sosok itu dan kamus kehidupannya.

   Bertahun-tahun Shedim merenda kesempurnaan diri untuk layak bersanding dengan Faraz.

   Tetapi setelah kesempurnaan itu perlahan menampakkan wujudnya, Faraz menginjaknya hancur dan melangkahkan kaki menuju wanita lain.

   Faraz mengakui bahwa hanya Shedim yang mampu mengerti dirinya dan bisa menjadi pendamping sejati.

   Hanya Shedim yang mampu memenuhi tuntutan hati dan kecenderungan perasaannya.

   Faraz berusaha meyakinkan Shedim setelah meyakinkan dirinya bahwa hanya Allah yang paling mampu menentukan perjodohan manusia.

   Biarlah hanya Dia yang berkehendak menyatukan atau memisahkan mereka berdua.

   Selanjutnya, Faraz berpandangan bahwa semua wanita sama.

   Bila Tuhan sudah menghendaki seseorang, maka dialah yang paling utama.

   Tetapi di balik semua itu, Faraz tetap mengungkapkan bahwa Shedim telah terlebih dahulu bertahta.

   Maka di antara seluruh wanita di dunia yang berpeluang akan dipilihkan Tuhan untuknya, Shedim menempati derajat paling spesial.

   Kalau akhirnya Shedim memutuskan untuk menjaga jarak dari Faraz, itu adalah keputusan spontan tanpa pemikiran yang matang.

   Shedim juga tidak pernah mengantisipasi akibat dan keputusan itu.

   Rasa sakit yang tak terperi membuat Shedim tidak bisa menyembunyikan perasaannya.

   Pukulan ini mungkin akan membuat Shedim semakin tegar dan tahan menghadapi segala kemungkinan di masa depan.

   Dua minggu air matanya tidak berhenti mengalir.

   Belum kering air mata atas kematian ayahnya, kini dia harus berurai kesedihan dengan perginya Faraz.

   Shedim berpikir bahwa salah satu yang mempercepat penyembuhan luka adalah menghilangkan ketergantungan kepada Faraz seperti selama ini dia lakukan.

   Shedim berusaha mengembalikan dirinya seutuhnya tanpa bantuan Faraz.

   Masih terekam jelas ketika Faraz berhasil membangkitkan keterpurukan Shedim setelah kepergian ayahnya.

   Kini dia menghadapi keterpurukan yang sama.

   Hanya saja kali ini Shedim harus bangkit sendirian.

   Shedim duduk di meja makan dengan bibinya, Badriyah.

   Tidak berbilang menit sejak dia duduk, Shedim telah tak kuasa menahan tangis.

   Shedim menumpahkan perasaan dan kesedihannya di depan hidangan-hidangan favorit yang selalu dirindukan.

   Andai Shedim mempunyai otoritas untuk memutuskan.

   Andai tidak lagi tersisa akal sehat dalam dirinya.

   Andai tidak dimiliki keteguhan hati dalam perangai yang mulia, niscaya Shedim akan pergi menemui Faraz dan menumpahkan semua yang ingin diungkapkan.

   Shedim seperti ingin bersembunyi ke dalam dada Faraz dan menanyakan kepada hati kecilnya mengapa ini semua harus terjadi...

   Bibi Badriyah memang tinggal bersama Shedim sejak kematian ayahnya.

   Tetapi setelah selesai kuliah Shedim, bibi mengajak Shedim pindah ke kota tempat tinggal Faraz.

   Shedim menolak dengan tegas.

   Shedim tidak akan tinggal di kota tempat tinggal Faraz apapun keadaannya.

   Shedim tidak akan mampu tinggal di bawah satu langit dengan Faraz yang telah melukai hatinya, maka bagaimana mungkin Shedim akan mampu tinggal di dalam kota yang sama dengannya? Akhirnya sang bibi berjanji tidak akan meninggalkan Shedim sendirian di Riyad.

   Sang bibi menyayangi keponakannya mengingat betapa sang ayah telah begitu baik memerlakukan dirinya.

   Belum lebih dari beberapa hari sejak perpisahannya dengan Faraz, Shedim telah merasakan benar-benar membutuhkan kehadiran laki-laki itu.

   Kebutuhan itu bukan hanya atas cinta dan kerinduan melainkan atas nafas kehidupan yang menjadi nadinya.

   Memang selama beberapa tahun terakhir Faraz telah menjelma nafas bagi Shedim.

   Faraz adalah satu-satunya sosok yang dirindukan, diharapkan, dan diinginkan dalam sisa hidupnya.

   To.

   seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date.

   26/11/2004 Subject.

   Kesabaran yang kokoh berbuah jodoh Pelita laki-laki adalah nurani.

   Sedang bagi perempuan, harapan adalah bintang gemintang.

   Pelita memberi arah terang bagi jalan, sedangkan harapan memberi jalan keselamatan (Victor Hugo).

   Beberapa pembaca menyatakan kesedihan yang mendalam atas berakhirnya hubungan Shedim dan Faraz.

   Sebagian lain menyatakan kegembiraannya, karena Faraz memilih istri yang salehah sebagai pengganti Shedim yang mereka anggap tak layak menjadi ibu bagi anak-anaknya kelak.

   Aku membaca di beberapa email sebuah kesimpulan yang senada satu dan lainnya.

   cinta yang mulai dirajut setelah pernikahan adalah cinta yang akan abadi.

   Sebaliknya, cinta yang dimulai jauh hari sebelum hari pernikahan tidak lebih dari permainan rasa dan kecenderungan hasrat.

   Apa pendapat Anda? Lumeis tak menduga bahwa perkenalan dan kebersamaannya dengan Nizar akan menuntut kesabaran yang lebih kokoh.

   Semula, dia yakin bahwa ini semua hanya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk menaklukkan lelaki itu.

   Tetapi perjalanan waktu dan cerita yang berkembang di antara mereka ternyata mengharuskan proses yang lebih panjang.

   Seiring dengan itu, Lumeis semakin menemukan sisi-sisi yang mengagumkan di dalam diri Nizar.

   Lumeis belum pernah berusaha menghubungi Nizar, tetapi dia semakin menyadari bahwa daya tahan dirinya telah melemah setiap kali membaca nama Nizar di phonebook ponselnya.

   Mata Lumeis sering memandangi deret angka-angka yang menjadi milik Nizar.

   Dering ponsel sering membuatnya tersentak dari lamunan yang memang tengah mengharapkannya.

   Dengan strategi ini, pada mulanya Lumeis mendapatkan hasil yang memuaskan.

   Lumeis berhasil merebut perhatiannya.

   Sedari awal, Lumeis menegaskan agar Nizar tak pernah berusaha melakukan campur tangan dalam urusan pribadinya.

   Lumeis juga memberikan pemahaman bahwa interaksi antara mereka berdua bukan menjadi alasan bagi Nizar untuk mengetahui dengan rinci kegiatan harian yang dilakukannya.

   Akhirnya lelaki itu memahami, dan hanya meminta jadwal kosongnya sehingga bisa berkomunikasi di waktu rehat agar tidak mengganggu kesibukan.

   Lumeis juga menolak berkomunikasi melalui surat, karena hal itu akan menyita banyak waktunya.

   Tetapi perjalanan waktu merendahkan intensitas dan kualitas perhatian Nizar.

   Ini menimbulkan kesedihan, kekhawatiran, dan ketakutan pada diri gadis itu.

   Nizar menjadi semakin jarang menghubunginya.

   Bilapun ada pembicaraan, selalu lebih bernuansa resmi dan 'kering'.

   Nizar mulai meletakkan batasan dalam hubungan mereka yang sebelumnya tak pernah direncanakan oleh Lumeis.

   Lelaki itu pun banyak melakukan penyesuaian dengan keinginan Lumeis, yang justru itu malah berada di luar skenario dan strategi yang digariskan oleh Lumeis sendiri.

   Lumeis mulai melihat sinyal untuk tidak secara ketat lagi menerapkan rambu-rambu yang dibuatnya sendiri.

   Lumeis melihat adanya keuntungan yang lebih banyak bila dia menerapkan ikatan yang lebih lunak.

   Tetapi dia masih saja ragu.

   Di sebagian dirinya masih tersimpan dorongan yang kuat untuk bertahan dalam kesabaran dan kesetiaan menapaki proses dan tahapan.

   Dia benar-benar tak mau merasakan apa yang telah dirasakan oleh ketiga sahabat terbaiknya lantaran lantaran mereka tak mau sedikit lebih bersabar untuk menjalani proses.

   Lumeis menghibur diri dengan cara menyadari bahwa Nizar memang bukan tipe laki-laki yang mudah ditaklukkan.

   Ini justru semakin menegaskan keunggulan Nizar.

   Dan saat berhasil nanti, tentu kebanggaan tersendirilah yang akan dirasakannya.

   Lumeis bertahan untuk menjaga dan memelihara langkah-langkah positif yang selama ini dilakukan.

   Dia mulai mempertimbangkan batas waktu tiga bulan yang diletakkannya demi menunggu terucapnya pernyataan cinta dan laki-laki itu.

   Lumeis mengingatkan dirinya akan berbagai kelebihan yang dimiliki Nizar.

   Pada bulan pertama sekembalinya ke Riyad, semuanya berjalan dengan mudah dan sesuai dengan rencana.

   Berbagai peristiwa yang mereka lalui bersama di Jeddah akan membekas lama di kenangan masing-masing.

   Nizar sangat pengertian dan selalu mendengarkan dirinya.

   Nizar juga sangat menghargai apa yang dikatakan dan dilakukan Lumeis.

   Perkataan dan apa yang dikerjakan Lumeis seringkali tidak banyak berguna dan sekadar pemanis bibir dan sikap basa-basi.

   Nizar tetap menghargai.

   Sampai di sini, komunikasi keduanya melalui telepon masih selalu berwarna indah dan puja-puji.

   Nizar selalu berperan sebagai pendingin perselisihan yang sering terjadi akibat perbedaan mereka berdua.

   Lumeis sendiri masih mempertahankan rambu-rambu untuk tetap dingin dan tidak responsif terhadap laki-laki.

   Keributan yang muncul selalu berakhir dengan kerelaan Nizar meminta maaf dan menjelaskan semua duduk perkaranya.

   Pada bulan kedua, Lumeis mulai sedikit mengabaikan rambu-rambunya, dia mulai menerapkan fleksibilitas dalam mengambil keputusan.

   Lumeis juga selalu mengedepankan perhitungan sebab akibat.

   Seperti sebuah kenangan pada hari terakhir keberadaan mereka di rumah sakit Jeddah.

   Ketika makan bersama di kantin,Nizar mempersiapkan kursi tempat duduk Shedim sebelum mereka bersama-sama menyantap menu yang ada.

   Nizar duduk berdampingan berbeda dengan biasanya yang selalu menempatkan diri pada kursi yang berhadapan dengan Lumeis.

   Mungkin di hari perpisahan ini, posisi duduk saling berhadapan akan membentangkan jarak yang terlalu jauh.

   Nizar menanyakan beberapa hal terkait pengejaan beberapa kata bahasa Inggris.

   Misalnya water yang huruf T di dalam kata itu diucapkan seperti D.

   Atau tentang beberapa kalimat yang diucapkan sama sekali berbeda dengan tulisannya.

   Juga tentang lidah Arab yang seringkali sulit mengucapkan beberapa intonasi dan karakter bahasa Ingris.

   Mereka berbicang dengan seru, sehingga Nizar tertawa ketika mendengar intonasi khas Lumeis pada beberapa kalimat.

   Pada permulaan bulan ketiga, hari itu adalah hari keempat belas sejak terakhir Nizar menghubungi Lumeis melalui telepon.

   Lumeis mulai benar-benar letih mengikuti langkah dan strategi yang diterapkannya.

   Tetapi secara diam-diam, dia mulai takut memperkirakan apa yang akan dilakukan Nizar.

   Di tengah kegalauannya, dia berusaha meyakinkan diri bahwa suatu hari nanti Nizar akan kembali kepadanya.

   Baik sangka dan keteguhannya menaati rambu-rambu itu telah memberikan hasil positif.

   Tiga bulan yang ditetapkan untuk menjadi batas waktu bagi Nizar untuk menyatakan cinta, ternyata tidak sia-sia.

   Belum genap tiga bulan, tepatnya dua bulan lebih satu minggu, Nizar dan keluarganya mengajukan lamaran secara resmi kepada Lumeis! To.

   seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.

   "seerehwenfadha7et"

   Date.

   3/12/2004 Subject.

   Lembaran-lembaran dari langit Jangan kau bangunkan perempuan yang sedang dilanda cinta.Biarkan dia larut dalam mimpi manis agar tak menangis saat menghadapi fakta yang ternyata pahit (Mark Twain).

   Salah seorang pembaca setiaku mengemukakan pendapatnya bahwa aku telah melakukan diskriminasi dan stampel negatif.

   Aku dianggap telah memberikan gambaran sangat positif kepada laki-laki yang datang dari Saudi wilayah Barat dan menggambarkan mereka yang datang dan Timur dengan sosok dan karakter sebaliknya.

   Barat digambarkan mewakili kelembutan, santun, dan penyabar.

   Sedang yang dan Timur digambarkan dengan sifat keras, kasar, dan otoriter sikapnya terhadap wanita.

   Pembaca setiaku itu juga melihat bahwa aku menggambarkan wanita Riyad selalu kehilangan hak, terikat, terbelenggu, dan kehilangan kebebasan.

   Sedang wanita-wanita Jeddah selalu mempunyai kesempatan untuk berbahagia dan mencapai kesenangannya dengan mudah.

   Aku katakan bahwa permasalahannya sama sekali tak berhubungan dengan letak dan kondisi geografis.

   Ini semata kisah yang sesuai dengan kejadiannya.

   Aku yakin, tidaklah tepat melakukan generalisasi pada kisah semacam ini.

   Di setiap daerah dan tempat, kita akan bisa melihat berbagai karakter manusia.Ini keniscayaan yang tidak terbantahkan.

   Wahai para pembaca emailku, aku berdoa, kelak engkaulah yang akan tampil memimpin mereka yang kini terpojokkan pada kisah-kisah kehidupan yang sangat luas ini.

   Dalam sebuah lembar buku harian berwarna biru langit, tempat dulu dia rajin membuat kliping foto dan berita tentang Faraz, Shedim menulis.

   Wahai cinta Cintamu di hatiku bertumbuh layu Aku tak memiliki apa pun kecuali kenangan kita Itulah satu-satunya bekal hidupku Dunia menjadi gelap dan sunyi Badan membeku dan jiwa dipenggal Siapa di sisiku sepeninggalmu? Bantal di ranjang penuh air mata Semua tertunduk hanya Iblis tertawa Di dalam sedih kupuja keagungan-Nya Duhai Rahman, Sang Maha Cinta Jadikanlah cintaku menyentuh hatinya Jadikanlah cintaku sebagai mimpi dalam tidurnya Shedim tak sempat menuliskan beberapa kekhawatirannya sebelum menjalin hubungan dengan Faraz.

   Cintanya telah mematikan kewaspadaan dan selalu memperdengarkan puisi cinta dari waktu ke waktu.

   Cinta itu seperti ayam jantan yang berjalan angkuh dan mengepakkan warna-warna indah yang dimiliki Shedim.

   Tetapi kepedihan setelah tercabutnya Faraz dan kehidupannya, membuat Shedim sering berpuisi tentang luka.

   Di ujung sunyi malam hari, Shedim merangkai air mata menjadi bait-bait.

   Shedim menulis.

   Untuk sahabatku yang mulia, engkaulah paling berharga Untuk hati penyayang, engkaulah persemayaman jiwa Sebuah bintang jatuh di telapak tanganku Suatu hari aku tidak lagi akan menulis puisi Aku bukan purnama atau sabit Tetapi hari ini engkaulah inspirasiku Perkawinanmu, Kebebasanmu, Tahun-tahun panjang yang kita lalui bersama Tiga tahun dalam bahagia, dan inilah yang keempat, luka! Seluruh perasaan tumpah Aku hidup dalam malam yang terindah Cinta, kerinduan, dan kini, kehilangan yang pedih Takdir kita berpisah untuk bertemu kembali Cinta akan terus lestari meski dilukai Andai mereka tahu, Cinta yang menjembatani Cinta yang membentur karang Cinta yang melapangkan jalan Cinta yang menyelesaikan semua urusan Niscaya akan kita katakan terus terang Sahabatku, Apa yang harus kita katakan kepada mereka? Allah akan mengampuni, atau Dia akan meludahi? Aku tidak senang, tetapi tidak juga benci Ada yang memasuki dadaku dan meledakkan semua Bila Tuhan memang belum berkehendak kita bersatu Dialah memang yang Agung dan Maha menentukan.


Pendekar Slebor Lembah Kutukan Pendekar Rajawali Sakti Huru Hara Di Watu Kambang Roro Centil Ular Betina Selat Madura

Cari Blog Ini