Ceritasilat Novel Online

Interograsi Maut 4


Stephen Spignesi Interograsi Maut The Gas Room Bagian 4



"Terima kasih, Tuan Loren. Nona Payne?"

   "Ya. Terima kasih, Yang Mulia. Selamat pagi, Ibu-ibu dan Bapak-bapak. Saya Pengacara Pembela Carolyn Payne, dan saya mewakili Tory Troy. Kakek saya pernah mengatakan sesuatu yang selalu saya ingat. Kau bisa mengungkapkan banyak hal tentang masyarakat, tentang kebudayaan, lewat dua hal. bagaimana mereka memperlakukan manula dan bagaimana mereka memperlakukan hewan. Saat ini, Anda mungkin berpikir bahwa kita memperlakukan hewan dengan baik di Amerika. Bagaimanapun, setiap toko besar yang menjual bahan kebutuhan sehari-hari menyediakan satu lorong penuh untuk makanan hewan. Pemilik hewan bisa membeli asuransi kesehatan untuk anak anjing mereka, dan beberapa keluarga lebih sering mengunjungi dokter hewan daripada dokter mereka sendiri. Dokter untuk manusia. Tapi, ada sisi gelap tentang hewan di Amerika. Dan sisi gelap itu adalah banyaknya hewan yang tak diinginkan. Hewan-hewan berkeliaran di jalanan, banyak yang akhirnya tinggal di penampungan hewan publik yang kurang pegawai dan kurang dana tempat mereka dikurung selama beberapa waktu -biasanya waktu yang amat singkat dan lalu di-euthanasia. Ditidurkan. Disingkirkan. Dibunuh. Kita melatih orang-orang untuk pekerjaan mengerikan itu. Tory Troy adalah teknisi euthanasia hewan. Tugasnya adalah menyingkirkan hewan-hewan yang tak diinginkan siapa pun, yang tak seorang pun bersedia mengurusnya, yang tak dipedulikan siapa pun. Kecuali Tory. Tory memedulikan hewan-hewan yang dibawa ke Penampungan Hewan Waterbridge. Dia amat sangat memedulikan mereka. Tapi, dia melakukan pekerjaannya. Kenapa? Karena dia tahu pilihan lain untuk hewan-hewan yang tak diinginkan siapa pun jauh lebih mengerikan daripada dibunuh. kelaparan, diabaikan, penyakit ... dan lebih buruk lagi. Dia melakukan pekerjaannya. Dan mencegah penderitaan yang lebih besar. Namun suatu hari, dia tak sanggup lagi dan meledak. Kengerian luar biasa dalam pekerjaannya menguasainya dan menghancurkan kemampuannya untuk berpikir rasional, logis, penuh kasih -dan dia meledak. Apakah Tory Troy waras saat melakukan keenam pembunuhan? Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin perempuan sensitif, cerdas, penyayang ini berada dalam penguasaan diri penuh ketika dia melakukan yang dilakukannya? Kami percaya bahwa, setelah mendengar fakta-fakta kasus ini, termasuk kisah Tory yang diceritakan oleh Tory sendiri -terutama tentang penyiksaan yang dia terima di tangan ayahnya ketika dia anak-anak -Anda akan menyimpulkan bahwa satu-satunya vonis yang adil dan jujur yang bisa Anda buat adalah tidak bersalah dengan alasan tidak waras. Terima kasih."

   "Terima kasih, Penasihat. Kita akan reses untuk makan siang selama satu jam."

   "Semua berdiri."

   Transkrip Persidangan. Tory Troy Pengacara Pembela Carolyn Payne Jaksa Wilayah Brawley Loren Hakim Gerard Becker Pegawai Pengadilan Pengunjung Para Juri "Penuntut memanggil Victoria Abigail Troy untuk bersaksi."

   "Tunggu sebentar. Tuan Loren. Nona Payne. Tolong mendekat ke kursi hakim."

   "Ya, Pak Hakim?"

   "Apa yang Anda lakukan, Tuan Loren?"

   "Sir?"

   "Penuntut tidak diizinkan memanggil terdakwa sebagai saksi."

   "Itu benar, Sir. Tapi, dia ingin bersaksi dan dia meminta saya untuk menanyainya. Dan dia meminta agar saya memanggilnya lebih dulu."

   "Nona Payne?"

   "Itu benar, Yang Mulia."

   "Sudahkah Anda menyarankan bahwa bukan saja dia tak perlu setuju untuk ditanyai oleh Tuan Loren, tapi dia bahkan tak perlu bersaksi?"

   "Sudah, Yang Mulia."

   "Jika saya menanyakan pertanyaan yang sama kepada Nona Troy, apakah dia akan memberikan jawaban yang sama?"

   "Pasti, Yang Mulia."

   "Ini tidak biasa, Nona Payne."

   "Saya tahu, Sir, tapi Tory ... Nona Troy ingin bersaksi dan dia ingin ditanyai oleh Tuan Loren. Berlawanan sekali dengan saran saya, tapi dia bosnya."

   "Dan, Anda tidak keberatan dengan ini, Tuan Loren?"

   "Sama sekali tidak, Yang Mulia. Saya sangat ingin menanyai Nona Troy tentang kejahatan yang dituduhkan kepadanya."

   "Aku taruhan kau tidak keberatan, Brawley."

   "Nona Payne. Anda bicara kepada saya?"

   "Maaf, Yang Mulia."

   "Baiklah. Asalkan saya mendapat kepastian dan Anda, Nona Payne, sebagai petugas pengadilan, bahwa Anda telah menjelaskan hak-haknya dengan jelas, juga konsekuensi yang mungkin timbul akibat kesaksiannya, saya akan mengizinkannya."

   "Terima kasih, Yang Mulia."

   "Terima kasih, Pak Hakim."

   "Mundur. Ibu-ibu dan Bapak-bapak anggota juri. Bisa dibilang, kita beralih dari prosedur standar karena terdakwa setuju untuk bersaksi bagi penuntut, dan akan dipanggil pertama. Tuan Loren, Anda boleh teruskan."

   "Silakan angkat tangan kanan Anda dan letakkan tangan kiri Anda di atas Alkitab. Apakah Anda sungguh-sungguh bersumpah bahwa kesaksian yang akan Anda berikan dalam persidangan ini adalah kebenaran, kebenaran seutuhnya, dan kebenaran semata?"

   "Saya bersumpah."

   "Silakan sebutkan nama Anda untuk catatan."

   "Victoria Abigail Troy.""Terima kasih."

   "Selamat pagi, Nona Troy."

   "Tuan Loren."

   "Tolong beri tahukan kepada persidangan, apa pekerjaan Anda."

   "Saya seorang teknisi euthanasia-hewan yang bersertifikat."

   "Dan apakah itu?"

   "Yang Mulia, bolehkah saya bicara kepada Anda?"

   "Mundur, Penasihat. Ada apa, Nona Troy?"

   "Pak Hakim, saya merasa tidak enak badan. Saya mual, dan kepala saya sakit, dan saya merasa panas dan pusing."

   "Bisakah Anda meneruskan kesaksian Anda?"

   "Saya pikir tidak. Tidak hari ini. Maaf, tapi saya benar-benar merasa tidak kuat. Saya ingin berbaring."

   "Baiklah kalau begitu. Kita bubarkan untuk hari ini."

   "Saya menghargainya, Pak Hakim. Saya takkan melakukan ini jika saya merasa baik-baik saja. Saya ingin Anda tahu."

   "Terima kasih, Nona Troy. Kita bisa mulai lagi jika Anda merasa baikan. Penasihat, mendekat ke meja hakim."

   "Ada apa ini, Pak Hakim?"

   "Terdakwa sakit. Saya bubarkan untuk hari ini dan kita akan mulai lagi jika dia merasa baikan."

   "Anda bercanda? Kantor saya menghabiskan banyak waktu dan uang untuk mempersiapkan kasus ini, dan Anda menundanya saat kami baru mengajukan pertanyaan pertama?"

   "Cukup, Penasihat."

   "Saya ingin dia diperiksa oleh dokter untuk memastikan bahwa dia tidak berpura-pura."

   "Oh, ayolah, Brawley, sudahlah."

   "Pengacara Payne, tolong kembali ke kursi."

   "Maaf, Pak Hakim."

   "Jadi, begitu saja? Kita harus menunggu sampai dia mengatasi ... penyakitnya?"

   "Betul, Penasihat, dan tolong jaga nada bicara Anda. Mundur. Reses sampai pemberitahuan lebih lanjut. Persidangan dibubarkan."

   Juri Nomor 4 Juri Nomor 3

   "Apa kaupercaya kalau dia benar-benar sakit?"

   "Kenapa? Kaupikir dia berpura-pura? Tolong ambilkan mericanya."

   "Aku tak tahu. Tapi, Jaksa Wilayah baru mengajukan satu pertanyaan kepadanya lalu dia tiba-tiba terlalu sakit untuk melanjutkannya. Sepertinya nyaman sekali."

   "Kupikir kita sebaiknya tidak bicara soal ini."

   "Kenapa tidak? Kita akan membicarakannya di ruang juri, kan? Kenapa dua juri tidak boleh membicarakannya di luar ruangan seandainya tak ada yang mendengarkan kita?"

   "Kurasa begitu ..."

   "Dan selama kita tidak membocorkan apa pun soal ini kepada orang lain yang bukan juri, aku tak bisa bayangkan bahwa kita melanggar sesuatu."

   "Hakim mungkin berbeda pendapat soal itu."

   "Apa kauingin mengganti topik?"

   "Tidak. Kita bisa membicarakannya kalau kau mau."

   "Apa kaulihat apa yang dipakainya? Sweter lavender berkerah tinggi? Sepertinya dari kasmir."

   "Memang. Dari Cynthia Rowley. Kupikir aku melihat foto Angelina Jolie memakai sweter yang sama di Star. Atau di Enquirer, mungkin. Atau mungkin itu Sandra Bullock."

   "Bagaimana mungkin dia sanggup membeli baju karya desainer?"

   "Aku tak tahu. Mungkin itu hadiah?"

   "Hadiah yang bagus. Dan, dia punya teman yang pemurah kalau itu betul. Sweter seperti itu pasti berharga hampir tiga ratus dolar. Hei, bagaimana kalau atasan itu adalah hadiah dari salah satu orang yang bekerja dengannya?"

   "Oh, itu terlalu mengerikan bahkan untuk sekadar dipikirkan."

   "Tidak. Pikirkan tentang itu. Satu-satunya orang yang tahu adalah keluarga dan teman dari orang yang memberikannya kepadanya. Itu seperti meludahi wajah mereka. Seperti pesan rahasia."

   "Aku tak bisa bayangkan dia melakukan hal yang menyakitkan hati dengan sengaja."

   "Kenapa tidak? Dia membunuh enam orang, kan? Apa yang lebih 'menyakitkan hati dengan sengaja' daripada itu?"

   "Kurasa begitu. Tapi, tetap saja ..."

   "Aku harus bertanya. Apa kau punya kecenderungan?"

   "Pastinya bersalah atau tidak bersalah dengan alasan tidak waras, benar?"

   "Ya. Risotto ini enak banget."

   "Entahlah."

   "Tidak ada kecenderungan terhadap salah satu vonis?"

   "Well, kadang-kadang kupikir seseorang tak mungkin waras dan melakukan yang dilakukannya. Tapi, lalu kupikir bagaimana dia merencanakan pembunuhan, dan melumpuhkan mereka semua dengan pavulon, dan menyeret mereka satu-satu. Itu sangat ... sistematis. Bagaimana bisa orang tak waras melakukannya?"

   "Tak bisa. Itulah sebabnya pikiranku sudah bulat."

   "Sebelum kau mendengar kesaksian apa pun? Kau bercanda!"

   "Nggak. Keju parut?"

   "Tidak, terima kasih."

   "Kau tidak suka keju parut?"

   "Aku suka keju parut. Hanya saja, aku tak bisa mencerna laktosa dan aku lupa membawa lactaid-ku."

   "Dia jelas-jelas bersalah dan dia harus mati karena kejahatannya."

   "Jadi, coba kuperjelas. Kau mendengar responsnya atas satu pertanyaan yang, seingatku, adalah apa pekerjaannya, dan kau sudah memutuskan bahwa dia bersalah dan harus dikenai hukuman mati?"

   "Betul. Aku orang yang tak suka basa-basi, rekan juriku. Aku melihat yang kulihat dan aku tahu apa yang kutahu. Dan cewek ini bersalah."

   "Kedengarannya begitu ... terburu-buru. Dan tidak adil."

   "Kenapa tidak adil."

   "Karena tujuan persidangan ini adalah memberikan kesempatan bagi tertuduh untuk membela diri. Betul? Kau tidak memberinya kesempatan itu."

   "Biar kujelaskan seperti ini, Bu Hakim. Dia mengaku melakukannya. Dalam pikiranku, itu langsung berarti kasus ditutup. Aku tidak percaya bisa ada orang yang tak bersalah karena mereka tak waras saat melakukan kejahatan, dan kemudian langsung kembali waras segera setelah menuntaskannya. Sama sekali tak masuk akal bagiku. Jadi, jika aku mengesampingkan kemungkinan vonis tak bersalah dengan-alasan-tidak-waras dan atas meja, satu satunya hal yang tersisa untuk dipertimbangkan dan aku cuma membicarakan diriku adalah hukuman. Dan karena aku pro-hukuman mati, menurutku dia harus mati untuk kejahatannya. Seperti kataku. Kasus ditutup."

   "Bagaimana kau bisa sambil lalu membicarakan soal menghukum mati seseorang?"

   "Mudah saja. Aku hanya memikirkan enam orang yang mati dan keluarga mereka."

   "Well, jika pikiranmu sudah bulat dan pikiranku belum, apa yang akan terjadi di ruang juri jika aku ingin memilih 'tidak bersalah'?"

   "Satu dari tiga hal. Pertama. Semua di ruangan setuju denganmu dan vonisnya adalah tidak bersalah. Dua. Kau akan berubah pikiran dan setuju dengan semuanya dan vonisnya adalah bersalah. Atau tiga. Kita punya juri yang menemui jalan buntu. Kedalaman dan semangat komitmen tiap juri atas keputusannya akan menentukan seberapa gigih mereka berjuang. Dan berapa lama kita tetap terkunci dalam ruangan itu."

   "Bagaimana jika aku memutuskan bahwa dia tidak waras dan, karena itu, tidak bersalah dan semuanya setuju denganku."

   "Maka kita sial, manis. Karena cewek ini tidak akan mengubah pikirannya."

   "Well, kalau begitu, kurasa kita harus menunggu dan melihat apa yang terjadi setelah kesaksiannya berakhir, benar?"

   "Benar sekali. Wah, risotto ini luar biasa. Pelayan? Maaf?"

   "Ya, Ma'aml"

   "Kuharap aku tidak memintamu untuk mengungkapkan rahasia negara atau semacamnya, tapi bisakah kau memberitahuku rasa dominan apakah yang kurasakan di risotto ini?"

   "Dengan senang hati, Ma'am. Ini adalah Italian Glory Risotto kami, dan yang Anda rasakan adalah campuran keju provolone dan ricotta, tumis bawang putih dalam minyak zaitun non-olahan, sedikit mentega, dan kemangi segar. Koki juga menambahkan sedikit lada putih ke dalam nasi saat sedang dimasak bersama bahan-bahan lain. Dan saya katakan lada putih secara spesifik. Saya mendapat perintah langsung. Setelah dia menciptakan masakan ini, koki kami berkata kepada kami semua, 'Ada perbedaan antara lada putih, lada hitam, dan lada merah. Risotto Italia-ku menggunakan lada putih'".

   "Well, tolong sampaikan pujianku kepada koki. Ini luar biasa lezat."

   "Akan saya lakukan, Ma'am. Dan saya ucapkan terima kasih mewakili beliau. Apakah ada yang lain?"

   "Tidak, bonnya saja, tolong. Terima kasih. Kecuali kalau kau mau tambah kopi?"

   "Tidak, aku baik-baik saja."

   "Bonnya saja, kalau begitu. Terima kasih. Bukankah dia baik, memberi tahu kita apa yang ada dalam risotto-nya?"

   "Aku merasakan kemangi, tapi ricotta, itu kejutan. Mungkin itu sebabnya risotto ini terasa sangat lembut. Dan ada hal lain yang baru terpikir olehku."

   "Apa itu? Tentang vonis lagi?"

   "Bukan. Hal itu terpikir olehku saat kita mendengarkan pelayan memberi tahu bahwa ada dua macam keju di dalamnya. Plus mentega."

   "Oh, tidak. Soal laktosamu!"

   "Ya. Yang berarti aku punya tepat satu jam sebelum aku menghabiskan banyak waktu di ... uh 'kursi saksi'".

   "Itu lucu! Kursi saksi! Pintar sekali!"

   "Jadi, kuharap kau memaafkanku kalau aku pergi terburu-buru. Ini rasanya cukup untuk membayar tagihanku. Jika lebih, akan kubayar kepadamu besok di pengadilan. Tapi, aku benar-benar harus pergi."

   "Pergilah. Biar kuurus tagihannya."

   "Trims. Sampai ketemu di gedung pengadilan."

   "Semoga sukses dengan ... uh, 'kesaksian'mu."

   "Lucu banget."

   "Maaf. Sekarang kuharap aku mendapat taksi."

   "Beri tahu aku kalau ada yang bisa kubantu."

   "Trims. Sampai ketemu."

   Tory Troy Pengacara Pembela Carolyn Payne "Jadi, Sayang, ada apa tadi? Kau kelihatan oke-oke saja menurutku."

   "Wah, Pengacara Payne-apakah kau bermaksud mengatakan bahwa aku berpura-pura? Aku terkejut mendengar tuduhan semacam itu."

   "Ya, aku yakin kau terkejut. Aku hanya bertanya ada apa dengan semua itu. Menunda persidangan karena terdakwa merasa 'tidak enak badan', sejujurnya, menyebalkan. Terutama setelah dia duduk di kursi saksi dan menjawab tepat satu pertanyaan."

   "Cukup cerdik, huh?"

   "Jadi, kau memang berpura-pura?"

   "Aku benar-benar merasa sedikit mual. Sejujurnya. Tapi, mari kita anggap bahwa aku sedikit melebih-lebihkan gejalanya."

   "Boleh kutanya kenapa?"

   "Karena Brawley Loren seorang bangsat."

   "Tidak bisa kusangkal. Tapi, apa yang kau dapat dan melawan Jaksa Wilayah dan menunda persidanganmu?"

   "Tak ada. Tapi, aku tak peduli. Kau dan aku sama-sama tahu apa yang akan terjadi. Dan itu bukan akhir yang bahagia."

   "Tory, kau tak boleh bicara seperti itu. Dan, kau jelas tak boleh berpikir seperti itu."

   "Kautahu apa yang terjadi padaku akhir-akhir ini, Carolyn? Aku melihat wajah-wajah orang yang sekarat."

   "Meskipun aku tak yakin aku harus bertanya tolong, beri tahukan kepadaku apa maksudnya itu."

   "Apa kau pernah melihat seseorang di jalan atau melihat-lihat di toko dan kau langsung-hampir secara refleks-berpikir betapa sehatnya wajah mereka terlihat? Seperti saat kau melihat seorang remaja berwajah bersih, mata terang, gigi sempurna, rambut indah ... mereka memancarkan kesehatan, kautahu?"

   "Tory, normal jika orang muda terlihat sehat. Kau kelihatan sehat."

   "Iya, aku tahu itu. Tapi, ada yang lebih dari itu. Mereka kadang hampir terlihat bersinar."

   "Oke ... dan?"

   "Akhir-akhir ini, jika aku melihat seseorang yang bagi semua orang di dunia terlihat sehat, aku mendadak mendapat kilasan seperti apa wajah mereka tepat sebelum mereka mati."

   "Ya Tuhan, Tory. Seram amat?"

   "Aku tak bisa mencegahnya. Tiba-tiba saja aku melihat mereka digerogoti kanker, atau gagal ginjal, atau penyakit parah lainnya."

   "Itu sinting."

   "Kaupikir aku sengaja membayangkannya?"

   "Aku tak tahu apakah kau secara sadar mencoba membayangkan seperti apa orang-orang ini bila mereka sakit. Tapi, karena alasan tertentu, benakmu langsung memikirkan penyakit dan kematian saat kau melihat seseorang yang sehat. Aku bertaruh itu ada hubungannya dengan ... situasimu saat ini. Masalah, kautahu, yang kau hadapi."

   "Kaupikir karena aku dalam persidangan pembunuhan rekan kerjaku-lah maka aku melihat orang mati. Seperti di film?"

   "Well, anak itu memang melihat orang mati. Itu, Bruce Willis."

   "Benar."

   "Oh, aku payah."

   "Kenapa?"

   "Pikiran ini tiba-tiba muncul dalam kepalaku, Well, itu kan sama saja."

   "Carolyn! Kau bukan penggemar Bruce Willis, kan?"

   "Bukan penggemar Bruce Willis botak, pasca Demi. Aku penggemar Willis era Moon Lighting/Die Herd."

   "Apa karena kebotakannya?"

   "Tidak juga. Aku tidak keberatan dengan kebotakan. Botak bisa seksi. Maskulin. Sean Connery? Patrick Stewart? Lebih karena perilaku, kupikir. Dia jelas tidak 'lapar' lagi, dan itu melintas dalam pikiranku. Tapi, dia sepertinya pria baik."

   "Kupikir aku tahu apa yang kaumaksud."

   "Tory, masalah 'visi tentang kematian' yang mengganggumu? Apa kau merasa baik-baik saja untuk bersaksi?"

   "Aku tak punya pilihan, Carolyn. Si tua baik hati Dr. Bex bilang aku mampu menghadapi persidangan. Jadi, 'isu' mental yang muncul sekarang hampir pasti akan ... apa namanya ... tidak valid?"

   "Tidak juga. Aku bisa menghadap hakim dan meminta penundaan persidangan supaya kau bisa bicara kepada psikiater lain jika kaurasa itu akan membantu."

   "Kaupikir dia akan mengabulkannya?"

   "Sulit ditebak. Mungkin. Kesediaannya untuk segera melakukan penundaan kemarin karena kau merasa tidak enak badan menunjukkan bahwa dia punya perasaan murah hati terhadapmu. Plus ada yang lain. Ini kasus besar baginya. Enam pembunuhan. Aku yakin dia sudah merencanakan tentang bagaimana dia bisa melindungi aturannya dan membatasi kemungkinan banding berdasarkan kesalahan yang dilakukannya. Jadi, aku bertaruh dia akan berjaga-jaga. Jadi, kau mau bicara soal lain?"

   "Tidak."

   "Apa kauyakin?"

   "Ya."

   "Oke, kalau begitu, apa kau punya ide tentang kapan kau akan cukup, uh, 'sehat' untuk melanjutkan kesaksianmu?"

   "Aku siap sekarang."

   "Tory, ini jam empat sore."

   "Tidak, maksudku bukan sekarang juga. Maksudku, aku siap kapan pun."

   "Apa kau sudah bertemu staf dokter?"

   "Ya. Dan, dia sudah bertemu denganku."

   "Apa katanya?"

   "Bahwa itu mungkin virus 24jam."

   "Begitu."

   "Virus 24jam itu berengsek."

   "Tampaknya. Dan, mereka tampaknya tahu kapan 24 jam itu habis. Pengganggu kecil yang pintar, ya, mereka itu?"

   "Itu lucu, Carolyn. Dan kaubilang kau tak punya selera humor."

   "Iya, betul. Aku akan menyerahkan permohonan untuk menjadi pelawak di kehidupanku berikutnya."

   "Apa yang akan terjadi sekarang?"

   "Aku akan memberi tahu hakim bahwa kausiap meneruskan kesaksianmu besok pagi."

   "Oke. Dan, trims"

   "Untuk apa?"

   "Untuk semuanya. Aku cuma bisa membayangkan bagaimana rasanya mencoba membela seseorang yang kautahu pasti kalah."

   "Aku tak pernah bilang begitu."

   "Kau tak perlu mengatakannya."

   "Aku akan menemuimu besok, Tory. Dan tolong, bisakah kau membantuku?"

   "Apa?"

   "Bisakah kaucoba untuk setidaknya memikirkan satu hal yang positif malam ini?"

   "Akan kucoba. Tapi, tidak dijamin."

   "Kau membunuhku, Tory. Kautahu itu, kan? Kau membunuhku. Selamat malam."

   "Well, kita lihat saja nanti, ya?"

   "Membunuhku. Penjaga."

   "Dah, Carolyn."

   "Dah, Tory."

   Transkrip Persidangan. Tory Troy Pengacara Pembela Carolyn Payne Jaksa Wilayah Brawley Loren Hakim Gerard Becker Pegawai Pengadilan Pengunjung Para Juri Tomoyuki Nakamura "Saya ingin mengingatkan Anda, Nona Troy, bahwa Anda masih di bawah sumpah."

   "Ya, Yang Mulia."

   "Terima kasih. Anda boleh lanjutkan, Penasihat."

   "Selamat pagi, Nona Troy. Dalam kesaksian Anda yang ... singkat sebelumnya, Anda menyatakan bahwa Anda adalah teknisi euthanasia-hewan yang bersertifikat. Apa betul?"

   "Ya."

   "Tolong, bisakah Anda beri tahu kami, apa saja rincian pekerjaan itu?"

   "Saya meng-euthanasia binatang yang sakit, buas, dan tidak diadopsi di penampungan hewan."

   "Jadi, Anda membunuh hewan sebagai penghidupan."

   "Saya tidak menganggapnya 'membunuh' binatang."

   "Kenapa tidak?"

   "Karena tidak ada niat jahat. Kata membunuh dan saya hanya bicara bagi diri saya sendiri sekarang kata membunuh bagi saya mengisyaratkan kesengajaan, niat keji, dan itulah hal terakhir yang saya pikirkan saat melakukan pekerjaan saya."

   "Apakah Anda selalu menguraikan kata-kata Anda dengan hati-hati, Nona Troy?"

   "Saat kata-kata itu cukup penting, Sir, ya, saya melakukannya."

   "Maka, tolong jelaskan kepada persidangan apa perbedaan antara membunuh hewan dan apa yang Anda lakukan."

   "Hasil akhirnya sama, tentu saja. Binatang itu mati. Tapi, saya menganggap apa yang saya lakukan-yang dulu saya lakukan-adalah membebaskan mereka dari hidup yang tak seorang pun mau bertanggung jawab atas mereka. Ini manusiawi, tidak kejam."

   "Begitu. Apa Anda suka binatang, Nona Troy?"

   "Saya sayang binatang."

   "Tampaknya meng-euthanasia hewan adalah pekerjaan terakhir yang mau dilakukan oleh penyayang binatang."

   "Apakah itu pertanyaan?"

   "Lewat saja. Tidakkah menurut Anda pekerjaan membunuh hewan bagi penyayang binatang itu munafik? "Tidak."

   "Jadi, menurut Anda itu tidak munafik."

   "Tidak."

   "Tidak sedikit pun."

   "Saya bilang tidak."

   "Tolong, bisakah Anda memberi kami kehormatan, mencerahkan kami dengan cara membagi pendapat Anda?"

   "Keberatan. Menyindir. Menyindir dengan nada sarkastis pula, Pak Hakim."

   "Kendalikan nada pertanyaan Anda, Tuan Loren."

   "Maaf, Yang Mulia. Tolong, bisakah Anda ceritakan pemikiran Anda kepada persidangan?"

   "Akan saya coba. Saya pernah membaca sesuatu yang mencekam saya. Katanya, hampir tiga perempat binatang yang dibawa ke penampungan binatang diserahkan, menurut istilah kami-harus di-euthanasia. Artinya hanya satu dari empat hewan di penampungan yang mendapatkan rumah. Apa yang diberitahukan hal tersebut kepada saya, Tuan Loren, adalah bahwa tidak ada minat untuk, pertama, mencarikan rumah untuk hewan-hewan ini, dan kedua, mengontrol populasi hewan. Dan akhirnya kita hanya memusnahkan mereka. Dan di situlah saya masuk."

   "Jadi, Anda menganggap diri Anda sebagai seorang pemusnah? Bukankah pemusnah menyingkirkan hama, Nona Troy?"

   "Pilihan kata yang buruk, Penasihat. Ya, saya memusnahkan hewan yang sakit dan tak diinginkan, tapi saya melakukannya dengan pemahaman terhadap gambar besarnya."

   "Dan apakah 'gambar besar' itu?"

   "Apa yang akan terjadi jika kami tak melakukan yang kami lakukan."

   "Dan apa maksudnya itu?"

   "Mari kita membuat sedikit hipotesis. Mari kita berandai-andai bahwa euthanasia hewan dihapuskan besok. Apakah itu akan memecahkan masalah tentang hewan yang tak diinginkan? Kemungkinan besar tidak. Mendadak, kota-kota di mana saja dihadapkan dengan ribuan anjing dan kucing tanpa rumah dan makanan. Siapa yang akan memberi makan hewan-hewan ini? Apakah pembayar pajak mau duduk diam menghadapi kenaikan besar pajak untuk mendanai penampungan dan perawatan hewan-hewan ini? Apa Anda mau, Tuan Loren? Kota tak punya cukup ruang di penampungan bagi orang tunawisma, demi Tuhan, apalagi hewan. Jadi, setelah beberapa waktu, apa yang akan terjadi? Hewan yang kelaparan, sakit, liar akan berkeliaran di jalanan kita, mengobrak abrik tempat sampah, susah payah mencari apa pun untuk dimakan. Orang-orang akan takut berjalan jalan di luar karena khawatir diserang binatang liar yang ganas."

   "Oh, ayolah, Nona Troy. Tidakkah itu terlalu berlebihan? Sejenis skenario ekstrem?"

   "Jahanam, jelas tidak! Maaf, Pak Hakim. Itu sama sekali tidak berlebihan. Hewan-hewan ini hidup. Dan, karena mereka makhluk hidup, mereka perlu makan. Dan, jika mereka tidak memperoleh cukup makanan, mereka akan berburu. Itu soal bertahan hidup, Tuan Loren. Beberapa ahli percaya bahwa dalam situasi seperti yang baru saja saya terangkan, binatang liar bahkan akan membunuh dan memakan sesamanya sendiri."

   "Kanibalisme hewan?"

   "Tepat sekali."

   "Jadi, bagaimana semua itu memengaruhi keputusan Anda untuk menjadi teknisi euthanasia hewan?"

   "Saya mengevaluasi keadaan tersebut dengan tenang, dan saya berharap secara rasional, dan sampai pada kesimpulan bahwa, ketika dihadapkan pada situasi dengan dua solusi, kauambil yang berisiko paling kecil. Jadi, saya menganggap yang saya lakukan itu penuh belas kasih."

   "Apa Anda pernah merasa bersalah soal itu?"

   "Tidak, tidak pernah."

   "Bisakah Anda menjelaskannya lebih jauh?"

   "Apa maksud Anda?"

   "Sebagai bagian tambahan dalam persiapan kami untuk persidangan Anda, Nona Troy, kami bicara dengan orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat tentang rincian pekerjaan Anda. Banyak dari mereka yang menunjukkan respons sama. 'Bagaimana bisa seseorang pergi bekerja dan membunuh hewan sebagai bagian dari pekerjaan mereka?' Publik jelas menganggap bahwa apa yang Anda lakukan mengerikan. Tidakkah Anda sedikit pun merasa bersalah tentang apa yang Anda lakukan?"

   "Lagi-lagi tentang rasa bersalah? Orang-orang berpikir seperti itu karena mereka cuek. Dan juga karena mereka tidak mau ambil bagian dalam menerima tanggung jawab mengenai masalah teman-binatang di negara ini. Saya merasa sedih, tapi tidak bersalah."

   "Begitu. Baiklah. Yang Mulia, jika boleh, saya ingin berlanjut ke saksi lain saat ini, sambil mempertahankan hak untuk menanyai Nona Troy lagi nanti."

   "Pengacara Payne, apa Anda punya pertanyaan untuk terdakwa?"

   "Tidak saat ini, Yang Mulia."

   "Baiklah. Nona Troy, Anda boleh turun. Tolong ingat bahwa Anda masih di bawah sumpah. Panggil saksi Anda yang berikut, Tuan Loren."

   "Penuntut memanggil Tommy Nakamura."

   "Silakan angkat tangan kanan Anda dan letakkan tangan kiri Anda di atas Alkitab. Apakah Anda sungguh-sungguh bersumpah bahwa kesaksian yang akan Anda berikan dalam persidangan ini adalah kebenaran, kebenaran seutuhnya, dan kebenaran semata?"

   "Saya bersumpah."

   "Silakan sebutkan nama Anda untuk catatan."

   "Tommy-uh, Tomoyuki Nakamura."

   "Terima kasih."

   "Selamat pagi, Tuan Nakamura."

   "Selamat pagi."

   "Tolong beri tahukan pekerjaan Anda kepada kami."

   "Saya pelajar. Dan saya bekerja paruh waktu di Penampungan Hewan Waterbridge. Setiap hari Minggu."

   "Dan apa yang Anda pelajari di sekolah?"

   "Saya belajar di jurusan biokimia."

   "Begitu. Apa Anda menikah?"

   "Tidak, Sir. Saya lajang."

   "Apa Anda mengenal terdakwa?"

   "Ya."

   "Bagaimana Anda mengenalnya?"

   "Dia C.A.T. di penampungan hewan."

   "C.A.T.?"

   "Certified Animal Euthanasia Technician-teknisi euthanasia-hewan bersertifikat."

   "Tentu saja. Anda melupakan huruf E untuk euthanasia dalam akronim."

   "Ya. Well, setidaknya saya begitu. Sebenarnya, sebagian dari kami begitu."

   "Berapa lama Anda kenal dengannya?"

   "Sejak saya mulai bekerja paruh waktu di sana, sekitar tujuh bulan, kalau saya tidak salah. Saya bisa mencari tanggal pastinya kalau Anda perlu."

   "Tidak, tak apa-apa. Bisakah Anda memberi tahu persidangan tentang Jumat sore saat Anda mengunjungi penampungan dan menemukan bahwa rekan kerja Anda telah dibunuh?"

   "Keberatan."

   "Ditolak. Nona Troy mengaku melakukan pembunuhan dan enam orang telah dibunuh, Penasihat. Lanjutkan, Tuan Loren."

   "Tuan Nakamura, bisakah Anda memberi tahu persidangan apa yang Anda lihat sore itu?"

   "Saya bekerja di penampungan setiap hari Minggu. Saya bekerja di meja penerima tamu dan menerima hewan-hewan yang diantarkan orang. Saya mencatat, memberi makan mereka, dan menempatkan mereka di kandang. Tidak terlalu sibuk di hari Minggu. Jadi, saya biasanya membawa bahan pelajaran, dan saya selalu membawa pemutar CD bersama saya. Saya mendengarkannya dengan headphone, tapi karena saya tepat di depan pintu depan, saya bisa melihat jika ada yang masuk, dan bila lampu di telepon menyala merah, berarti ada telepon masuk. Jadi, saya tidak melewatkan apa pun. Hari Minggu sebelum pembunuhan, saya meninggalkan pemutar CD di penampungan ketika saya pulang malam itu. Saya sedikit kesal pada diri sendiri karena saya punya CD yang baru saya beli, dan saya ingin mendengarkannya lagi malam itu."

   "CD apakah itu?"

   "Paula Cole. Amen."

   "Album yang bagus."

   "Apa Anda tahu Paula Cole?"

   "Tentu. Harbinger. This Fire. Dia-"

   "Tuan Loren?"

   "Maaf, Pak Hakim. Silakan teruskan, Tuan Nakamura."

   "Jadi, seperti yang saya katakan, saya ketinggalan pemutar CD, dan saya awalnya berencana untuk mengambilnya di antara waktu masuk kelas hari berikutnya, tapi saya tidak sempat."

   "Kenapa tidak?"

   "Saya hanya terlalu sibuk dengan urusan sekolah."

   "Well, bagaimana dengan hari lain pada minggu itu? Kenapa Anda menunggu sampai Jumat untuk mengambilnya?"

   "Saya tinggal dengan orangtua saya dan, pada Senin malam, pemanas air mereka meledak dan membanjiri ruang bawah tanah. Selama beberapa hari berikutnya, setiap waktu luang yang saya punya, dihabiskan untuk membantu mereka membersihkan ruang bawah tanah dan membuang barang-barang. Kami tanpa air panas selama hampir tiga hari pada saat tukang pipa datang ke sana."

   "Bisakah Anda ceritakan kepada kami tentang Jumat sore saat Anda kembali ke penampungan untuk mengambil pemutar CD Anda?"

   "Kelas selesai pukul sebelas empat-lima-Fisiologi Manusia-dan saya tidak ada kerjaan sore itu. jadi, saya pergi ke McDonald dan makan siang. Lalu, saya nonton film, dan lalu mengemudi ke penampungan hewan. Apa Anda ingin tahu apa yang saya makan?"

   "Tidak, itu tidak perlu. Apakah Anda sendirian?"

   "Ya, Sir."

   "Film apa yang Anda tonton?"

   "Road to Perdition."

   "Bagus?"

   "Luar biasa."

   "Jam berapa mulainya?"

   "Itu pertunjukan pukul dua belas empat-lima. Saya pergi ke pertunjukan siang karena lebih murah."

   "Jam berapa Anda tiba di penampungan hewan?"

   "Sekitar jam tiga, saya pikir."

   "Teruskan."

   "Pintunya dikunci, sangat aneh."

   "Kenapa?"

   "Pintu harusnya tidak dikunci pada jam itu. Mereka selalu menguncinya saat makan siang dan setengah satu sampai setengah dua, tapi pada jam tiga, pintu harusnya terbuka."

   "Jadi, apa yang Anda lakukan?"

   "Saya menggunakan kunci saya dan masuk."

   "Apa yang Anda lihat ketika pertama memasuki gedung?"

   "Tidak ada. Maksud saya, tidak ada siapa pun di meja penerima tamu, yang sedikit tidak lazim, tapi tidak mencurigakan. Kadang-kadang semua orang sibuk di belakang dan meja itu tidak ditunggui selama beberapa menit."

   "Jadi, apa yang Anda lakukan kemudian?"

   "Saya masuk ke front office dan mengambil pemutar CD saya."

   "Di manakah itu?"

   "Di laci meja Marcy. Dia mungkin menemukannya di mejanya ketika dia datang Senin pagi dan menyimpankannya untuk saya."

   "Apa yang Anda lakukan kemudian?"

   "Saya meletakkannya di tas punggung saya dan berjalan ke belakang untuk mengucapkan halo kepada semuanya sebelum saya pergi."

   "Dan, kemudian?"

   "Lalu, saya melihat Tory."

   "Teruskan."

   "Dia berdiri di pintu ruang euthanasia."

   "Apakah pintunya terbuka?"

   "Ya."

   "Bisakah Anda melihat ke dalam ruangan?"

   "Ya."

   "Tolong ceritakan kepada persidangan apa yang Anda lihat."

   "Mereka semua mati."

   "Siapakah 'mereka', Tuan Nakamura?"

   "Semua orang yang bekerja di penampungan. Semuanya."

   "Marcy, Ann, Philip, Teresa, Renaldo, dan Jake?"

   "Ya."

   "Apa yang Anda lakukan kemudian?"

   "Saya bilang, 'Berengsekl'-maaf, Yang Mulia-dan mengeluarkan telepon genggam saya."

   "Dan, kemudian?"

   "Saya mulai berlari ke luar penampungan. Saya memencet 911 sambil berlari."

   "Apakah Nona Troy melihat Anda?"

   "Ya."

   "Apakah dia mengatakan sesuatu kepada Anda?"

   "Tidak. Dia cuma memandangi saya."

   "Apa yang terjadi kemudian?"

   "Saya melompat ke dalam mobil dan duduk di sana sampai polisi datang."

   "Kenapa Anda tidak pergi?"

   "Karena operator 911 menyuruh saya untuk mencari tempat yang aman tapi tetap di penampungan. Jadi, itulah yang saya lakukan."

   "Lalu, apa yang terjadi?"

   "Polisi datang."

   "Berapa?"

   "Dua mobil masing-masing dengan dua polisi di dalamnya."

   "Dan, kemudian?"

   "Mereka melompat keluar dari mobil dengan pistol teracung, berlari ke dalam penampungan, dan mereka di dalam selama beberapa lama."

   "Apakah ada yang bicara kepada Anda?"

   "Ya. Setelah itu. Setelah detektif tiba."

   "Dan kapan itu terjadi?"

   "Dua mobil dengan dua detektif muncul dalam beberapa menit setelah polisi sampai di sana."

   "Apakah Anda melihat terdakwa dibawa ke tahanan?"

   "Saya tidak melihat mereka menahannya di dalam penampungan jika itu yang Anda maksud. Tapi, saya melihat mereka memasukkannya ke mobil polisi."

   "Apa yang terjadi kemudian?"

   "Saya bicara dengan detektif sebentar, dan lalu mereka bilang saya boleh pergi."

   "Apakah Anda melihat mereka memindahkan jenazah dari penampungan hewan?"

   "Tidak, sir."

   "Itu saja dan saya untuk Tuan Nakamura, Pak Hakim."

   "Nona Payne?"

   "Tuan Nakamura, apa yang Anda ingat tentang ekspresi di wajah Nona Troy ketika Anda melihatnya berdiri di pintu kamar gas?"

   "Ekspresi di wajahnya?"

   "Ya. Apa dia kelihatan marah? Atau sedih? Atau takut?"

   "Tidak, Ma'am."

   "Bagaimana ekspresinya?"

   "Kosong. Maksud saya, tanpa ekspresi, seperti sedang memandangi tembok atau semacamnya. Sepertinya dia dalam keadaan netral."

   "Begitu. Terima kasih. Itu saja, Pak Hakim"

   "Anda boleh turun, Tuan Nakamura. Terima kasih."

   "Terima kasih, Yang Mulia."

   "Persidangan ini reses sampai besok pukul sepuluh pagi. Persidangan dibubarkan."

   Viviana Troy Pengacara Pembela Carolyn Payne "Tapi, saya memang takut, Nona Payne. Saya berubah pikiran. Saya tidak mau bersaksi di pengadilan."

   "Kenapa Anda takut, Nyonya Troy?"

   "Pria itu membuat saya takut. Dan, tolong panggil saya Viviana."

   "Jaksa Wilayah Loren?"

   "Anda tak perlu khawatir, Sayang. Hakimnya seorang pria luar biasa yang sangat protektif terhadap para saksi dan jurinya. Para pengacara yang jadi masalah."

   "Apa yang akan mereka lakukan kepada saya saat saya bersaksi?"

   "Mereka tidak akan melakukan apa pun kepada Anda. Anda hanya perlu menjawab beberapa pertanyaan. Itu saja."

   "Pertanyaan macam apa?"

   "Well, Anda mungkin harus menjawab beberapa pertanyaan mengenai Tory."

   "Apakah aku harus bercerita tentang Crouch?"

   "Ya, mungkin harus."

   "Apakah mereka akan menanyai saya tentang apa yang dilakukannya kepada Tory?"

   "Sebetulnya, Sayang, saya mungkin mengajukan beberapa pertanyaan soal itu. Penyiksaan yang dialami putri Anda di tangan suami Anda mungkin berpengaruh terhadap keadaan mentalnya dan berperan dalam kesediaannya untuk membunuh rekan kerjanya. Kita harus meyakinkan juri agar memahami trauma yang dideritanya ketika masih kecil. Saya akan mencoba menggunakan kejadian yang dialami Tory untuk membantu Tory."

   "Tidakkah Tuan Loren ingin bicara soal itu?"

   "Mungkin tidak karena dia tidak mau memberi juri kesempatan untuk bersimpati kepadanya. Tidak, pertanyaan tentang Crouch datang dari saya, tapi saya berjanji kepada Anda bahwa mereka tidak akan terlalu mengesalkan Anda."

   "Baiklah. Saya percaya Anda, Nona Payne."

   "Terima kasih, Viviana. Itu sangat berarti bagi saya."

   "Berapa lama saya akan berada di kursi saksi?"

   "Kurang dari dua jam katanya. Saya harap."

   "Dan, Anda suka hakim ini?"

   "Ya. Sangat. Hakim Becker pria yang tegas tapi penuh perhatian. Dia takkan mengizinkan pengacara mendesak saksi, dan saya pribadi telah menyaksikan apa yang terjadi saat dia naik darah kepada pengacara."

   "Apa yang dia lakukan?"

   "Satu saat, dia menahan pengacara pembela di penjara selama satu malam karena dia membentaknya tiba-tiba. Hakim Becker segera menyatakannya menghina pengadilan dan pria itu menghabiskan semalam di sel penjara. Hakim mengetukkan palu kayunya begitu keras sehingga kupikir dia akan meretakkan permukaan mejanya."

   "Apa yang dilakukan pengacara itu sehingga membuat hakim marah?"

   "Dia bersikap sangat agresif terhadap seorang gadis remaja yang berada dalam mobil bersama pengemudi mabuk ketika pengemudi itu menabrak dan membunuh seorang anak laki-laki. Pengacara itu membela anak yang mengemudi."

   "Apa yang terjadi?"

   "Well, gadis itu bahkan tidak minum, tapi karena dia ada dalam mobil, dia diberi perintah subpoena untuk bersaksi. Dia tolol dari awal karena mau bersama anak itu di dalam mobil, tapi dia sungguh tak ada hubungannya dengan kecelakaan. Pengacara si pengemudi menyerang gadis itu-Anda tahu, mengalihkan perhatiannya, menantang anak itu untuk mengebut ... hal-hal semacam itu-dan gadis itu mulai menangis. Dia benar-benar hancur. Hakim memperingatkan pengacara, yang, seperti saya katakan, membentaknya dan menginterupsinya mencoba mempertahankan dirinya, saya rasa. Hal berikut yang dia tahu adalah dia berada di balik jeruji."

   "Wah, wah."

   "Saya kenal pengacara itu juga. Biasanya dia lebih pintar daripada itu. Tapi hari itu, dia mulai berdebat dengan hakim saat Becker masih bicara dan begitulah. Satu hal yang dipelajari pengacara di sekolah hukurn adalah jangan pernah menginterupsi hakim. Jangan pernah. Hakim adalah dewa di ruang sidang. Kadang-kadang, di tengah suasana panas persidangan, beberapa pengacara melupakan itu."

   "Apakah pengacara itu keluar dari penjara?"

   "Oh, iya. Pagi berikutnya hakim melepaskannya. Agak lucu sebenarnya karena hakim memerintahkan pembebasannya pukul delapan pagi dan dia harus di pengadilan pukul sepuluh. Jadi, dia harus buru-buru pulang, mandi, berganti pakaian, dan kembali ke gedung pengadilan tepat waktu. Dan, karena dia ada di sel semalaman, dia tidak sempat menyiapkan kesaksian untuk hari selanjutnya. Tak pelak lagi, kasus itu tak berjalan terlalu baik bagi temanku."

   "Saya masih amat gugup, Nona Payne."

   "Tak ada hal yang perlu Anda cemaskan, Viviana. Dan, ingatlah selalu bahwa semua yang Anda lakukan adalah untuk membantu putri Anda."

   "Baiklah. Terima kasih. Saya akan coba untuk tetap tenang."

   "Anda akan baik-baik saja. Saya janjikan itu kepada Anda, dan hakim akan memastikannya."

   Transkrip Persidangan.

   Tory Troy Pengacara Pembela Carolyn Payne Jaksa Wilayah Brawley Loren Hakim Gerard Becker Pegawai Pengadilan Pengunjung Para Juri Dr.

   Gwyneth June "Silakan angkat tangan kanan Anda dan letakkan tangan kiri Anda di atas Alkitab.

   Apakah Anda sungguh-sungguh bersumpah bahwa kesaksian yang akan Anda berikan dalam persidangan ini adalah kebenaran, kebenaran seutuhnya, dan kebenaran semata?"

   "Saya bersumpah."

   "Silakan sebutkan nama Anda untuk catatan."

   "Gwyneth June."

   "Tolong beri tahukan kepada persidangan, apa pekerjaan Anda."

   "Saya seorang ahli patologi forensik untuk negara bagian Connecticut. Non-lapangan."

   "Apa maksud 'non-lapangan'?"

   "Saya tidak pergi ke tempat kejadian perkara. Saya melakukan otopsi atas korban kematian dini di laboratorium Hartford."

   "Dan, apakah 'korban kematian dini' itu?"

   "Korban pembunuhan, kematian mendadak, korban yang identitasnya tidak diketahui, bunuh diri. Kurang lebih hampir semua kematian yang terjadi di luar fasilitas kesehatan atau rumah perawatan."

   "Begitu. Apakah Anda ahli patologi yang mengotopsi enam korban pembunuhan yang dituduhkan kepada terdakwa?"

   "Ya."

   "Dan, apakah kesimpulan Anda tentang penyebab kematian keenam korban?"

   "Mereka semua mati karena sesak napas."

   "Dan, apakah penyebab mereka semua sesak napas sehingga meninggal?"

   "Kelumpuhan paru-paru, terutama; menghirup gas beracun-karbon monoksida-sebagai penyebab sekunder."

   "Kelumpuhan paru-paru dan keracunan karbon monoksida."

   "Ya."

   "Apakah Anda melakukan penapisan toksikologi?"

   "Tentu saja."

   "Dan bisakah Anda memberi tahu kami apa saja obat, atau senyawa, jika ada, yang ditemukan dalam jenazah?"

   "Temuannya cukup umum, kecuali pancuronium bromida. Pavulon. Rincian apa saja yang ditemukan dalam setiap jenazah ada di laporan laboratorium saya."

   "Kita akan bahas pavulon nanti, Dokter. Minta izin untuk menggunakan laporan toksikologi Dr. June sebagai bukti, Pak Hakim?"

   "Dikabulkan."

   "Dr. June, apa lagi yang bisa Anda beri tahukan kepada kami tentang temuan otopsi yang Anda anggap relevan untuk kasus ini dan penting untuk diketahui oleh anggota juri?"

   "Ada dua temuan yang saya anggap penting. Yang pertama adalah setiap korban memiliki luka tusuk kecil di bagian tengah tulang belakang servikal posterior."

   "Ada lubang di belakang leher mereka."

   "Tusukan. Ya."

   "Dan, apa yang menyebabkan luka tusukan itu, Dokter?"

   "Tabung suntik hipodermik."

   "Jarum."

   "Ya."

   "Hal ini mengarahkan saya untuk bertanya mengenai temuan Anda yang kedua."

   "Setiap korban menunjukkan kandungan pancuronium bromida yang dapat terukur dalam darah mereka. Pavulon."

   "Dan, apa itu pavulon, Dr. June?"

   "Agen penyebab paralisis. Obat untuk melumpuhkan."

   "Dan, untuk apakah pavulon digunakan?"

   "Terutama untuk melumpuhkan pasien sebelum operasi."

   "Anda katakan untuk melumpuhkan pasien. Apa itu membuat mereka tak sadar? Pingsan?"

   "Tidak. Itu ditimbulkan oleh anestesi standar. Obat pelumpuh mencegah tubuh pasien bergerak secara spontan selama operasi, tapi itu bukan obat bius."

   "Jadi, pada saat kematian mereka, keenam korban lumpuh?"

   "Ya."

   "Dan sadar."

   "Ya."

   "Berapa lamakah mereka tetap sadar setelah disuntik dengan obat tersebut?"

   "Setidaknya beberapa menit. Sampai mereka pingsan karena kekurangan oksigen dan kemudian mati."

   "Jadi, kalau begitu, Dr. June, berdasarkan temuan Anda, keenam korban dalam kasus ini lumpuh, sesak napas, dan terjaga sepenuhnya saat mereka diseret ke dalam kamar gas dan saat gas dinyalakan."

   "Ya."

   "Tak ada pertanyaan lagi, Yang Mulia."

   "Apakah Pengacara Pembela punya pertanyaan untuk saksi ini? Nona Payne?"

   "Tidak saat ini, Yang Mulia."

   "Anda boleh turun, Dr. June."

   Tory Troy Perawat Psikiatri Chiarra Ziegler "Hei, Chiarra."

   "Hai, Tory."

   "Kautahu apa yang terpikirkan olehku semalam?"

   "Apa itu?"

   "Bahwa aku bersyukur atas musik."

   "Kau bersyukur atas musik? Bersyukur? Apa maksudnya?"

   "Aku mendengarkan banyak musik klasik akhir akhir ini. Ibuku mengirimkan beberapa CD. Dan, Carolyn memberiku dua set CD berisi 24 prelude dan fugue piano Shostakovich. Dimainkan oleh Keith Jarrett. Aku biasanya tidak mendengarkan komposer modern, tapi aku suka CD ini."

   "Well, bagus, Tory. Aku senang musik karena memberiku semacam ketenangan. Kami senang sekali bila pasien kami-apa namanya-damai."

   "Damai? Apa aku begitu?"

   "Well, kau terlihat lebih rileks."

   "Itu karena persidangan."

   "Apa maksudmu?"

   "Sekarang sidangnya sudah berjalan ... dan karena beberapa alasan, kenyataan bahwa akhirnya sudah dapat diramalkan membuatku tidak terlalu ... tegang."

   "Tory-"

   "Memang begitu, Chiarra ... kita berdua tahu itu ... Ngomong-ngomong, kurasa karena aku punya waktu yang terbatas untuk mendengarkan musik, aku tiba-tiba bersyukur karenanya."

   "Kuperhatikan kau lebih banyak membaca juga."

   "Iya. Aku sedang membaca buku mengenai Zen sekarang. Apa kautahu apa koan itu?"

   "Apa kau serius?"

   "Itu semacam teka-teki-tapi teka-teki yang bisa membuat kepalamu meledak jika kau berpikir terlalu keras tentangnya."

   "Apa maksudmu?"

   "Itu semacam hal yang tidak punya jawaban sesungguhnya. Tapi, berpikir tentang itu harusnya membawa ... pencerahan, kurasa."

   "Aku bingung."

   "Oke. Coba yang ini sebagai contoh. Ketika kau tak bisa melakukan apa pun, apa yang bisa kau lakukan?"

   "Itu gampang."

   "Oh ya?"

   "Jelas. Ketika kau tak bisa melakukan apa pun, maka kau tak bisa melakukan apa pun. Sederhana."

   "Tapi, jika kau tak melakukan apa pun, bukankah kau melakukan sesuatu?"

   "Aku ..."

   "Jangan coba-coba."

   "Betul."

   "Itu cerita Zen yang hebat. Seorang murid mendatangi guru Zen dan bertanya kepadanya bagaimana dia bisa mengenal Zen. Sang guru menyuruhnya untuk duduk di pantai dan memandangi laut selama sepuluh tahun. Si murid protes, berkata bahwa itu terlalu lama. Dia lalu menanyai sang guru berapa lama yang dibutuhkan jika dia bekerja sangat keras untuk itu. Dan, sang guru berkata, 'Oh, dua puluh tahun'".

   "Aku suka itu. Aku tidak yakin aku paham-tapi aku menyukainya."

   "Selamat bergabung."

   "Kau tidak memahaminya?"

   "Aku ... mungkin. Aku mencoba. Kadang-kadang aku ... kautahu, mendapat sekilas gambaran."

   "Terdengar terlalu membingungkan bagiku."

   "Membingungkan bagiku juga."

   "Lalu, kenapa mempelajarinya?"

   "Karena jika tidak, aku jadi ingin makan."

   "Tory, kau kan kerempeng, demi Tuhan."

   "Mau lihat pahaku?"

   "Kau gila."

   "Itulah yang mereka-Well, itulah yang dikatakan beberapa orang."

   "Apakah kau harus bermeditasi ketika kau ..... melakukan-itukah kata yang tepat?-Zen?"

   "Itu bagian darinya, tapi aku selalu bermeditasi. Ada satu yang sering kulakukan. Buat pikiranmu diam seperti batu. Kau harus mencobanya."

   "Tolong. Cukup banyak orang yang memberi tahuku bahwa aku punya batu di kepalaku bertahun-tahun ini. Aku tak perlu bergabung, terima kasih banyak."

   "Ada hal lain yang kutemukan di buku-buku yang memberitahukan untuk membayangkan bahwa tubuhmu adalah ruang kosong dengan dinding berupa kulit. Kadang-kadang itu berhasil, tapi bayangannya sering membuatku mual dan mengingatkanku pada film Videodrome."

   "Itu menjijikkan."

   "Benar, kan? Aku menghindari yang satu itu."

   "Gadis pintar."

   "Kau melihat Carolyn di sini hari ini, kan? Aku bercanda dengannya soal bekerja pada hari Minggu. Aku bilang, 'Kau tak pernah libur, ya?' dan dia berkata, 'Soal apa ini tentang 'libur' yang kau bicarakan?' Dia lucu."

   "Aku menyukainya."

   "Dia memberitahuku bahwa dia dengar Jaksa Wilayah mempertimbangkan untuk memanggil dokter yang menyatakan aku mampu menghadapi persidangan untuk bersaksi."

   "Bexley."

   "Iya. Meskipun aku tak tahu untuk apa. Dia hanya bisa bersaksi tentang kompetensiku saat ini. Kecuali jika Loren menemukan cara untuk membuat Bexley mengakui bahwa aku waras saat aku ... kautahu."

   "Apakah menurutmu dia akan melakukannya? Mengakui hal itu kepada Jaksa Wilayah?"

   "Aku tak tahu. Aku benar-benar tak tahu."

   "Tory, boleh aku bertanya?"

   "Tentu."

   "Kau Katolik, kan?"

   "Iya. Well ... begini. aku dibaptis."

   "Apa kau pernah berdoa tentang masalah ini?"

   "Tidak. Aku dulu lebih religius daripada sekarang, Chiarra. Dan, tulisanku pun mencerminkan itu. Sekarang aku agnostik setengah hati-satu krisis lagi menuju ateis."

   "Oh, jangan berkata begitu, Tory."

   "Itu benar. Aku bahkan bermimpi tentang Yesus, percaya tidak, dan ketika aku bangun, aku bahkan lebih yakin daripada sebelumnya bahwa aku sendirian. Beberapa orang-terutama orang Italia-mereka percaya bahwa jika kau bermimpi tentang Yesus, atau Maria Sang Perawan, atau orang suci, itu berarti mereka benar-benar datang kepadamu ketika kautidur. Aku tahu ibuku memercayainya."

   "Dan kau tidak?"

   "Aku dulu percaya. Aku biasanya menafsirkan macam-macam dalam mimpiku. Suatu kali, aku bermimpi bahwa Yesus dan aku menyaksikan pekerja membangun salibnya. Dia bahkan bicara kepadaku."

   "Apa yang dikatakan-Nya?"

   "Aku tidak ingat dengan pasti, tapi sepertinya tentang bagaimana dia sudah mengalami semua itu sebelumnya ... bahwa dia hanyalah salah satu dari banyak kristus ... kristus dengan k. kecil."

   "Benarkah? Bagaimana hal itu membuatmu merasa?"

   "Seperti melihat film fiksi ilmiah. Aku tidak bisa menghilangkan gambaran Yesus-Yesus alien mengunjungi bumi selama berabad-abad ... dan aku tidak mengerti ... dan kemudian aku-sekali lagi-bangun dengan rasa bingung dan skeptis."

   "Jangan marah, ya?"

   "Kenapa?"

   "Aku akan bertanya tentang sesuatu, tapi aku tak ingin kau marah?"

   "Bagaimana aku berjanji kalau aku belum mendengar apa yang akan kau tanyakan?"

   "Iya, aku tahu-tapi cobalah untuk tidak marah kepadaku, oke?"

   "Oke, akan kucoba. Lempar saja."

   "Apa kaupikir kaumampu membunuh orang-orang itu karena kau kehilangan agamamu?"

   "Apa-seperti lagu R.E.M.?"

   "Kautahu apa maksudku."

   "Iya, aku tahu. Dan, jawabanku adalah mungkin, bisa saja, aku meragukannya, dan aku tidak tahu."

   "Oh. Itu menjelaskan sesuatu bagiku. Trims."

   "Maaf, Chiarra. Aku tidak bermaksud menyinggungmu seperti itu. Hanya saja meskipun kedengarannya menyedihkan-itu adalah jawaban sesungguhnya atas pertanyaanmu. mungkin, bisa saja, aku meragukannya, dan aku tidak tahu."

   "Apa kau punya keyakinan, Tory?"

   "Terhadap apa?"

   "Terhadap apa pun. Bahwa hidup berarti. Bahwa kita terus hidup sesudah mati. Bahwa Tuhan itu ada."

   "Well, aku selalu berpikir bahwa hidup punya arti-tapi lihat apa yang kulakukan. Bagaimana mungkin aku memegang keyakinan itu dan melakukan apa yang kulakukan. Beri tahu aku."

   "Aku tak tahu, Tory."

   "Iya. Aku juga. Apa kaupercaya, Chiarra?"

   "Oh, ya. Selalu. Akan selalu."

   "Kautahu, jauh di dalam hati, aku curiga aku mengerti apa yang kau maksud. Biar bagaimanapun, masuk akal bagiku jika ada ... sesuatu yang mengawali semuanya. Tidak ada yang berasal dari ketiadaan, benar? Aku kadang merasakannya di lubuk hati."

   "Bukan hatimu. Jiwamu."

   "Oh ya? Well, itu tak tampak di MRI, kuberitahu. Dan, sebagian besar waktu, aku melawan kekosongan dalam diriku ... bahwa tak ada apa pun di dalam sana."

   "Kau mengalami krisis keyakinan, Tory. Jangan khawatir. Itu akan berlalu."

   "Ada cara untuk mempercepatnya?"

   "Kalau ada, aku tak tahu. Tapi, aku yakin kau akan terlepas dari keadaan terjun bebas ini."

   "Maksudmu, aku terjun dengan kepala duluan menuju kekosongan?"

   "Tak ada apa pun dalam kekosongan. Kau tak bisa terjun dalam kekosongan."

   "Benar juga. Jadi, apa maksudnya aku akan terus jatuh?"

   "Oh, tidak. Kau akan tersangkut. Percayalah kepadaku."

   "Akan kucoba."

   "Bagus. Ngomong-ngomong, waktu istirahatku usai. Terima kasih sudah memberiku sesuatu untuk menyibukkan pikiranku ... Well, setidaknya selama sisa giliran jagaku."

   "Maaf!"

   "Aku cuma bercanda. Dan, kau belum meminum ambien-mu, Tory."

   "Sial. Kupikir kaulupa."

   "Aku mungkin tak ingat nama sepupu-sepupuku, tapi aku tak pernah melupakan obat untuk pasien."

   "Oh, baiklah. Trims, Chiarra."

   "Karena apa? Kau tak mau minum pil. Jadi, kau berterima kasih karena apa?"

   "Karena sudah mendengarkan."

   Transkrip Persidangan.

   Tory Troy Pengacara Pembela Carolyn Payne Jaksa Wilayah Brawley Loren Hakim Gerard Becker Pegawai Pengadilan Pengunjung Para Juri Dr.

   Baraku Bexley "Silakan angkat tangan kanan Anda dan letakkan tangan kiri Anda di atas Alkitab.

   Apakah Anda sungguh-sungguh bersumpah bahwa kesaksian yang akan Anda berikan dalam persidangan ini adalah kebenaran, kebenaran seutuhnya, dan kebenaran semata?"

   "Saya bersumpah."

   "Silakan sebutkan nama Anda untuk catatan."

   "Baraku Bexley."

   "Tolong beri tahukan kepada persidangan apa pekerjaan Anda."

   "Saya seorang psikiater."

   "Apa Anda telah disertifikasi oleh dewan?"

   "Ya."

   "Apakah Anda punya praktik pribadi?"

   "Ya."

   "Apakah Anda menjadi staf di salah satu rumah sakit lokal?"

   "Ya. Rumah Sakit St. Raphael dan Rumah Sakit Yale-New Haven. Dua-duanya di New Haven."

   "Apakah Anda mengajar psikiatri?"

   "Ya. Saya anggota staf pengajar Sekolah Kedokteran Yale. Psikiatri klinis."

   "Terima kasih. Dr. Bexley, apa hubungan Anda dengan terdakwa?"

   "Saya ditunjuk oleh pengadilan ini untuk memeriksa terdakwa dan menentukan kemampuannya dalam menghadapi persidangan."

   "Dan, apa maksud tepatnya, Dokter?"

   "Saya mewawancarainya secara detail dan melaksanakan sejumlah tes psikologis untuk menentukan apakah dia dapat memahami tuduhan atasnya dan berperan serta dalam pembelaannya."

   "Dan, Anda menentukan bahwa dia mampu, benar?"

   "Jelas sekali, Penasihat. Atau kita semua tidak akan berada di sini, kan?"

   "Ya, tentu saja. Terima kasih, Dokter. Apa yang bisa Anda beritahukan kepada kami berkaitan dengan kondisi pikiran terdakwa saat pembunuhan?"

   "Apa Anda menanyai saya apakah dia tidak waras saat itu, Penasihat?"

   "Tidak, Dokter. Saya menanyakan pendapat Anda mengenai kondisi pikirannya saat itu-waras atau tidak waras, yang mana pun yang Anda pikir tentang keadaannya saat itu. Apa Anda percaya bahwa terdakwa, Victoria Abigail Troy, memiliki kapasitas mental pada saat pembunuhan untuk menyadari bahwa yang dilakukannya salah?"

   "Saya percaya."

   "Mari kita perjelas, Dokter. Seperti yang Anda tahu, terdakwa mengajukan pembelaan tidak bersalah dengan alasan tidak waras. Dia mengaku bahwa kapasitas mentalnya menurun jauh sehingga membuatnya tidak memahami bahwa tindakannya salah secara hukum dan moral. Anda menyatakan di sini hari ini, secara terbuka, dan di bawah ancaman sumpah palsu, bahwa Anda percaya dia mengendalikan seluruh kemampuan mentalnya saat membunuh enam orang?"

   "Ya."

   "Tidak ada pertanyaan lagi, Yang Mulia."

   "Nona Payne?"

   "Terima kasih, Yang Mulia. Selamat pagi, Dr. Bexley."

   "Halo."

   "Dokter, Anda menghabiskan beberapa hari dengan Tory, bukan?"

   "Ya. Rentang waktu wawancara saya adalah sepuluh hari terpisah dalam periode tiga minggu. Kami bicara berkali-kali."

   "Begitu. Dan selama waktu itu, menurut Anda apakah Anda mengenal Tory cukup baik?"

   "Saya rasa begitu. Sebaik yang mungkin dilakukan dalam keadaan tersebut."

   "Keadaan tersebut?"

   "Dia dipenjara dan saya sedang 'bertugas', bisa dibilang begitu. Itu adalah, dilihat dari keadaannya, situasi artifisial. Maka, saya 'mengenalnya' dengan parameter yang sangat terbatas."

   "Saya mengerti. Terima kasih. Kalau begitu saya ingin bertanya, Dokter. Apakah menurut Anda Tory Troy orang yang baik?"

   "Keberatan, Yang Mulia. Kabur. Pertanyaan itu mustahil dijawab tanpa membuat persetujuan mengenai definisi baik."

   "Ditolak. Anda boleh menjawab pertanyaan itu, Dokter."

   "Tolong, bisakah Anda mengulang pertanyaannya sekali lagi?"

   "Tentu saja. Apakah menurut Anda Tory Troy orang yang baik?"

   "Menurut saya ya."

   "Kenapa begitu?"

   "Selama wawancara kami, saya tidak merasakan-baik secara profesional maupun secara intuitif-iktikad buruk atau kebencian dalam dirinya."

   "Lalu, menurut pendapat Anda, Sir, bagaimana Anda menjelaskan tindakannya di penampungan hewan?"

   "Perilaku anomali yang tidak merepresentasikan pola perilaku yang diharapkan bilamana perilaku tersebut merupakan hasil dari psikosis. Displacement activity."

   "Displacement activity? Apakah itu, Dokter?"

   "Displacement activity atau displacement behavior adalah pengalihan emosi atau impuls dari tujuan sebenarnya-dalam kasus Tory, sistem euthanasia-ke hal lain, rekan-rekan kerjanya."

   "Kenapa hal ini terjadi, Dokter?"

   "Pemicu hebat stres."

   "Sir?"

   "Sesuatu memicu keruntuhan mental. Kita tidak tahu apa yang memicu keruntuhan mental Tory. Sejujurnya, kita tidak sepenuhnya memahami apa yang menyebabkannya meledak seperti itu merespons penyebab stres dengan tindakan yang mengakibatkan kematian rekan kerjanya tapi pasti ada sesuatu yang menyebabkan dia mengabaikan aturan moralnya dan bertindak seperti itu."

   "Anda menyebut ini perilaku anomali."

   "Ya."

   "Apa sajakah yang merupakan, mengingat tak ada istilah yang lebih baik, perilaku non-anomali bila kita asumsikan bahwa stres disebabkan oleh pemicu hebat yang sama?"

   "Tindakan yang ditujukan langsung ke objek sebenarnya."

   "Tolong, bisakah Anda menjelaskan maksud Anda?"

   "Dia bisa saja menghancurkan kamar gas atau, mungkin, bahkan membakar penampungan hewan."

   "Begitu. Jadi, perilaku Tory tidak normal, kalau begitu."

   "Well ..."

   "Jika dia melakukan perbuatan yang berbeda dari perbuatan, tanda petik, normalnya, maka perilakunya abnormal, bukan begitu, Dokter?"

   "Ya, tapi-"

   "Itu saja, Dokter."

   "Keberatan, Yang Mulia. Dokter tidak mendapat kesempatan untuk menuntaskan jawabannya."

   "Diterima. Silakan selesaikan yang akan Anda katakan, Dr. Bexley."

   "Terima kasih, Yang Mulia. Saya akan berkata bahwa meskipun perilaku Tory dapat dianggap anomali, itu hanya dalam konteks yang sangat sempit-konteks tersebut adalah displacement behavior dan tipe perilaku yang tidak mengalihkan emosi. Jadi, anomali, ya. Inkonsisten? Ya. Kasar? Sudah jelas. Tapi, tak waras? Tidak."

   "Terima kasih, Dokter. Anda boleh turun. Persidangan ini reses sampai besok pukul sepuluh pagi. Persidangan dibubarkan."

   Tory Troy Perawat Psikiatri Chiarra Ziegler "Hai, Tory."

   "Hei, Chiarra."

   "Apa yang kaubaca?"

   "Joyce."

   "Siapa perempuan itu?"

   "Laki-laki. James Joyce. Ulysses? Finnegans Wakel"

   "Oh, benar. Maaf. Iya, aku membaca karyanya waktu kuliah. Tapi, aku tidak mengerti apa maksud tulisannya. Apa yang kaubaca?"

   "Aku melahap Ulysses lagi."

   "Lagi? Berapa kali kau membacanya?"

   "Nol. Aku belum pernah membacanya sampai selesai. Tapi, karena sekarang aku, ironisnya, punya banyak waktu di tanganku serta mengingat sisa waktuku yang tinggal sedikit, kupikir aku akan mencobanya sekali lagi."

   "Kenapa?"

   "Karena aku sudah membaca semua majalah People yang dibawakan ibuku."

   "Pembohong."

   "Sebenarnya, ini ada hubungannya dengan soal Zen yang kuceritakan kepadamu."

   "Apa maksudmu?" '"Sastra Pembebasan'. Seorang penulis bernama John White menciptakan istilah itu."

   "Apa maksudnya?"

   "Istilah itu mendeskripsikan novel dan puisi yang membebaskanmu. Kautahu-melampaui dirimu."

   "Apa kau ingin terbebas, Tory?"

   "Aku rasa aku ingin."

   "Terbebas dari apa? ... Dan apa yang terjadi kemudian-setelah kau terbebas?"

   "Itu pertanyaan yang sangat bagus, Chiarra. Sungguh."

   "Sudah berapa jauh?"

   "Ulysses?"

   "Iya."

   "Bab Dua."

   "Sejauh itu, huh?"

   "Lucu sekali. Tapi itu menyesatkan-aku sebenarnya sudah melihat-lihat semuanya sedikit."

   "Benarkah? Bagaimana isinya?"

   "Amat romantis."

   "Ulysses? Apa kau serius?"

   "Oh, iya. Selain pencapaian sastranya yang monumental, kalimat terakhirnya benar-benar panas."

   "Apa itu? Kalimat terakhirnya? Apa kautahu?"

   "........ dan mula-mula aku memeluknya dan menariknya mendekatiku sehingga dia bisa merasakan dadaku yang harum ya dan jantungnya yang berdebar kencang dan ya aku berkata ya aku akan Ya."

   "Itu indah. Dan panas."

   "Iya. Sayang bagian lain buku itu tidak se...gamblang itu."

   "Well, aku akan meninggalkanmu membaca, kalau begitu."

   "Chiarra, sebelum kau pergi, boleh aku bertanya?"

   "Tentu saja."

   "Apa kaupernah melihat salah satu?"

   "Salah satu apa?"

   "Eksekusi suntikan mati."

   "Ya."

   "Oh, Tuhanku, Chiarra. Eksekusi siapa yang kaulihat?"

   "Tak apakah bila kau membicarakan soal ini, Tory?"

   "Tentu. Aku baik-baik saja. Beri tahukan kepadaku. Eksekusi siapa yang kaulihat?"

   "Ini pasti akan mengagetkanmu."

   "Kenapa? Apa seseorang yang pernah kudengar?"

   "Timothy McVeigh."

   "Si Pengebom Oklahoma City?"

   "Ya."

   "Bagaimana caranya kau bisa menyaksikan eksekusi McVeigh?"

   "Apa kauyakin mau mendengar soal ini?"

   "Tentu saja."

   "Oke, kalau begitu. Pada Januari 2001, aku memulai magang psikiatri setahun di rumah sakit kecil komunitas di luar Terre Haute, Indiana. Pada saat itu, tak ada yang tahu kapan eksekusi McVeigh akan berlangsung. Pengacaranya mencoba berbagai macam cara untuk naik banding dari manuver hukum untuk mengubah hukumannya menjadi penjara seumur hidup. Suatu saat, di musim semi itu-April, kalau tak salah-putusan keluar dari ibukota negara bagian bahwa semua usaha naik bandingnya ditolak dan bahwa McVeigh akan dieksekusi dengan suntikan mati Pada 11 Juni 2001."

   "Aku ingat membaca banyak hal tahun itu tentang pengacaranya yang mencoba untuk mendapatkan hukuman seumur hidup."

   "Iya, well, tak ada satu pun usaha mereka yang berhasil. Jadi, tanggal ditetapkan dan lalu mereka mencari saksi-saksi."

   "Kubayangkan bahwa jumlah permintaan untuk menjadi saksi atas eksekusinya pasti luar biasa banyak."

   "Yang kau bayangkan benar. Tampaknya, semua koran, stasiun TV, stasiun radio, dan laman berita di dunia mengirimkan permohonan untuk media."

   "Jadi, dengan semua orang itu-plus anggota keluarga semua korbannya-bagaimana kau dipilih?"

   "Dewan Lembaga Pemasyarakatan Negara Bagian Indiana mengizinkan universitas-universitas dengan program perawat psikiatri untuk mengirimkan lamaran yang mengizinkan satu mahasiswanya untuk menyaksikan eksekusi. Kira-kira dua puluh dari dua-puluh-dua sekolah di AS dengan program itu melamar. Sepuluh sekolah dipilih secara acak, dan sepuluh sekolah itu diminta untuk mengirimkan satu nama. Dekan-ku mengirim namaku. Sepuluh nama itu ditempatkan di dalam kotak terkunci, dan sipir memilih satu nama. Dan, itu namaku."

   "Apa kauingin pergi?"

   "Dekan menemuiku sebelum dia menyerahkan namaku dan kami bicara. Mulanya aku agak ragu, tapi dia berkata kepadaku bahwa pengalaman itu akan memperluas wawasanku mengenai beberapa isu psikiatri, termasuk kesedihan, kemarahan, hukuman mati-kautahu, hal-hal seperti itu. Dia berkata kepadaku bahwa ada kemungkinan aku bisa bicara dengan beberapa anggota keluarga yang ada di sana. Jadi, aku memutuskan untuk pergi."

   "Kau harus menceritakan semuanya kepadaku."

   "Sekali lagi, apa kauyakin?"

   "Ya. Mulai dengan di mana kaududuk?"

   "Aku salah satu yang harus melihatnya dari TV sirkuit tertutup. Aku bersama banyak anggota keluarga korban. Ada terlalu banyak orang sehingga tidak muat dalam ruang observasi."

   "Apa ada anggota keluarga yang tahu siapa kau?"

   "Tidak. Ternyata kami tidak diperbolehkan bicara satu sama lain. Mereka menggiring kami dan kami duduk dan menunggu. Kursinya dari plastik keras. Setelah beberapa lama, pantatku mulai sakit. Kami semua memandangi layar TV yang kosong selama kira-kira sejam, dan lalu mereka menyalakannya."

   "Apa kau melihatnya berjalan masuk ke ruangan?"

   "Tidak. Ketika mereka menyalakan TV dia sudah diikat ke kereta dorong."

   "Dia seperti apa?"

   "Well, keadaannya seperti gambar seram. Kamera di atas kepalanya sehingga layar hanya dipenuhi wajahnya. Kami tidak melihat bagian ruangan yang lain atau orang lain di dalam ruangan."

   "Kau melihat wajahnya?"

   "Iya. Dia kelihatan takut. Wajahnya seputih seprai dan dia kelihatan kurus kering. Dia seperti pasien tahap akhir yang pernah kulihat."

   "Well, itu sudah jelas, tidakkah kaupikir begitu? Biar bagaimanapun, pada saat itu dia memang pasien tahap akhir, kan?"

   "Kurasa begitu."

   "Apa yang terjadi kemudian?"

   "Eksekusinya dijadwalkan pukul tujuh pagi. Kami semua diberi ... aku tidak tahu apa namanya ... jadwal eksekusi, kurasa. Kami semua diberi jadwal. Aneh, kan?"

   "Sangat."

   "Pada jam tujuh, dia ditanyai apakah punya kata-kata terakhir. Tapi, itu hanya formalitas karena dia sudah memberi tahu sipir bahwa dia akan menuliskan kata-kata terakhirnya. Kami semua punya salinannya."

   "Apa yang dikatakannya?"

   "McVeigh sendiri tak mengatakan apa-apa.'Kata kata'nya adalah sebuah puisi berjudul 'Invictus'. Kupikir itu ditulis pada 1800-an."

   "Dia merilis puisi sebagai kata-kata terakhirnya?"

   "Iya. Aku membaca semuanya saat itu, tapi yang bisa kuingat hanyalah dua baris terakhir. 'Akulah penguasa takdirku. Akulah nakhoda jiwaku.'"

   "Dia tak mengatakan apa pun?"

   "Tidak sepatah kata pun."

   "Jadi, apa yang terjadi kemudian?"

   "Beberapa saat setelah pukul tujuh, mereka memberinya natrium pentothal untuk menjatuhkannya. Kelopak matanya bergetar sedikit, dan lalu dia menutup matanya. Terlepas dari segala niat dan tujuan, itulah akhir baginya."

   "Apa maksudmu?"

   "Pentothal digunakan sebagai anestesi untuk pembedahan, dan dosis umumnya untuk operasi adalah sekitar 100 hingga 150 miligram. Kupikir mereka memberi McVeigh lima ratus miligram. Dosis itu fatal, tapi mereka melanjutkannya dengan dua obat lain."

   "Apa yang terjadi selanjutnya?"

   "Tory, apa kau yakin ingin membicarakan tentang ini?"

   "Chiarra, aku baik-baik saja. Jujur. Apa selanjutnya?"

   "Agen penyebab paralisis."

   "Oh."

   "Iya."

   "Pavulon?"

   "Ya. Pancuronium bromida. Dengan dosis sekitar dua puluh kali yang digunakan untuk operasi."

   "Oke. Lalu, apa?"

   "Pada titik itu, mereka tak bisa menyadarkannya kembali meskipun mereka mau. Pentothal sendiri sudah fatal, dan pavulon melumpuhkan diafragma paru-parunya sehingga dia tak dapat bernapas, bahkan secara tak sadar. Namun, mereka melanjutkannya dengan pemberian dosis fatal obat terakhir, kalium klorida, yang mengganggu sinyal listrik ke jantung dan menyebabkan jantung berhenti."

   "Apa dia bergerak atau bersuara?"

   "Tidak juga. Dia hanya berbaring di sana. Wajahnya kejang-kejang sedikit, dan lalu pada jam tujuh empat-belas dia dinyatakan meninggal, dan layarnya kosong."

   "Bagaimana keadaannya di ruangan berisi orang orang lain? Apa ada yang menangis?"

   "Tidak. Dan, mungkin itu karena semua yang bersamaku adalah keluarga korban pengeboman Oklahoma City. Jadi, tak ada simpati untuk McVeigh di ruangan itu. Semua anggota keluarganya dan temannya ada di ruang peninjauan di penjara. Mereka sengaja dijauhkan dari orang-orang yang bersamaku."

   "Mengingat dengan siapa kau berada, aku heran tidak ada sorakan atau tepuk tangan di ruangan itu."

   "Kau mungkin berpikir mereka semua gembira, tapi nyatanya, semua sangat khusyuk. Beberapa orang menunjukkan ekspresi yang hanya bisa dideskripsikan sebagai kemarahan. McVeigh mungkin membayar hukuman setimpal untuk kejahatannya, tapi itu tak mengembalikan orang-orang yang mereka kasihi."

   "Begitukah aku akan dihukum?"

   "Tory!"

   "Oh, ayolah, Chiarra. Kautahu vonisnya pasti bersalah dan bahwa hukumanku adalah hukuman mati dengan suntikan. Semua tahu itu. Jadi, beritahukan kepadaku. Begitukah aku akan dihukum?"

   "Ya. Prosedurnya sama di semua negara bagian yang menggunakan suntikan mati untuk eksekusi."

   "Apakah menyakitkan?"

   "Tory-"

   "Well, sakitkah?"

   "Kita benar-benar tak tahu, Sayang. Kita tak tahu. Lagipula, apakah rasa sakit itu? Aku pernah berkencan dengan pria yang punya penyakit kulit parah di musim dingin. Tangannya gatal begitu parah, dia menggaruknya sampai berdarah. Dia mencoba semuanya. Krim hidrokortison. Salep yang diresepkan. Beberapa ada yang berhasil, tapi efeknya tidak segera dan lengket di mana-mana. Dia memberitahuku bahwa pembersih tangan berbahan dasar alkohol bermanfaat."

   "Purell dan yang semacamnya?"

   "Iya. Tapi, dia tidak menggunakannya seperti sebagian besar orang-kautahu, teteskan sedikit di telapakmu dan lalu gosokkan kedua telapak tanganmu. Dia akan mengeluarkan sejumlah besar ke tangannya dan kemudian mengoleskannya ke seluruh kulit. Lalu, dia akan meniup-niupnya sampai kering. Bentuknya seperti lapisan sarung tangan dan rasanya melegakannya."

   "Dia pasti benci musim dingin."

   "Amat sangat. Tapi, meskipun dia menggunakan krim dan purell, dia pernah memberitahuku bahwa ada saatnya dia merasa benar-benar di ambang kegilaan karena gatal. Dan itu membawaku kembali kepada pertanyaanmu tentang rasa sakit. Mau dengar apa yang kadang dilakukannya untuk mengurangi gatal?"

   "Aku hampir-hampir takut untuk bertanya."

   "Aku tak percaya ketika dia memberitahuku tentang itu, tapi dia membuatku menyaksikannya suatu kali, dan lalu aku jadi yakin."

   "Apa yang dia lakukan?"

   "Dia membakar dirinya sendiri."

   "Membakar? Dengan air panas?"

   "Ya. Dia berkata bahwa dia merasa lega seketika, dan bahwa rasanya enak sekali, dia membandingkannya dengan orgasme."

   "Oh, ayolah."

   "Aku tidak bercanda. Dia menjelaskan bahwa dia harus mengatur agar airnya bersuhu tepat. Tidak cukup panas, gatalnya makin parah. Terlalu panas dan rasa lega akan segera berubah menjadi nyeri. Dia memberitahuku bahwa ujung sarafnya begitu terstimulasi oleh rasa gatal dan garukan sampai sampai dia bisa meletakkan tangannya di bawah air sangat panas yang seharusnya menyebabkan luka bakar tingkat satu jika kulitnya normal. Atau bahkan tingkat dua. Entah bagaimana, membakar menyebabkan gatalnya berhenti."

   "Dan kau melihatnya melakukan ini?"

   "Ya. Dan, aku bahkan memintanya untuk membiarkanku merasakan suhu airnya. Aku tak sanggup mencelupkan jariku ke dalamnya, apalagi seluruh tanganku. Tapi, dia memasukkan tangannya ke sana, dan memberitahuku bahwa dia bisa merasakan sensasi panas menembus seluruh kulitnya hingga menimbulkan rasa lega yang luar biasa. Dia bilang tubuhnya perlu suhu yang tepat karena sedikit saja perbedaan suhu air, ia tak akan mendapatkan kelegaan yang dicarinya."

   "Tidakkah tangannya terbakar?"

   "Nggak. Cuma merah dan itu hilang setelah beberapa saat, tapi rasa leganya bertahan berjam-jam."

   "Kedengarannya berbahaya."

   "Ketika aku bertemu dengannya, dia sudah melakukannya selama bertahun-tahun dan tanpa hasil yang membahayakan. Dia memberitahuku bahwa dia sudah ahli dalam menentukan suhu air yang berefek sehingga dia bisa tahu berapa suhu yang diset sesorang di pemanas airnya saat dia harus melakukannya di rumah orang itu."

   "Rasa sakit satu orang ..."

   "... adalah kenikmatan bagi yang lain."

   "Jadi, apa hubungannya itu dengan pertanyaanku?"

   "Aku hanya mengatakan bahwa menurutku apa pun yang kau rasakan, itu bukanlah rasa sakit. Kau mungkin merasakan panas saat obat mengalir dalam tubuhmu. Kau mungkin merasa dadamu ditekan atau terasa berat. Tapi, dosis obat yang pertama diberikan sangat tinggi sehingga sulit bagiku untuk percaya bahwa kau akan merasakan apa pun."

   "Pentothal?"

   "Betul."

   "Itu lima puluh kali dosis yang diberikan untuk operasi, kan?"

   "Ya."

   "Well, kurasa aku akan segera mengetahuinya, betul?"

   "Tolong, bisakah kita membicarakan yang lain?"

   "Bagaimana dengan James Joyce?"

   "Oke. Setelah dipikir-pikir, aku harus patroli."

   "Penakut."

   "Dah, Tory."

   Transkrip Persidangan. Tory Troy Pengacara Pembela Carolyn Payne Jaksa Wilayah Brawley Loren Hakim Gerard Becker Pegawai Pengadilan Pengunjung Para Juri Nyonya Viviana Troy "Silakan sebutkan nama Anda untuk catatan."

   "Viviana Troy."

   "Terima kasih."

   "Selamat pagi, Nyonya Troy."

   "Tolong beritahukan kepada persidangan apa hubungan Anda dengan terdakwa."

   "Saya ibunya."

   "Kapan terakhir kali Anda berbicara dengan putri Anda."

   "Kemarin."

   "Apa Anda menikah, Nyonya Troy?"

   "Bercerai."

   "Dan siapakah nama mantan suami Anda?"

   "Crouch Troy."

   "Diakah ayah Tory?"

   "Ya."

   "Sudah berapa lama Anda bercerai?"

   "Hampir lima belas tahun."

   "Jadi, Tory sekitar tiga belas tahun ketika ayahnya meninggalkan rumah keluarga?"

   "Ya."

   "Bisakah Anda ceritakan mengapa Anda berdua bercerai?"

   "Keberatan. Relevansi, Yang Mulia?"

   "Tuan Loren?"

   "Saya membatalkan pertanyaannya, Yang Mulia."

   "Lanjutkan."

   "Nyonya Troy, apa yang bisa Anda ceritakan mengenai putri Anda semasa anak-anak?"

   "Saya tidak mengerti. Apa maksud Anda?"

   "Bagaimana dia ketika anak-anak? Apa kesukaannya? Hobinya? Bagaimana dia di sekolah?"

   "Dia murid yang baik. Dia mendapat A untuk setiap ulangannya. Dia selalu membaca. Saya ingat dia duduk di luar di bawah pohon elm dengan sebuah buku dan apel. IQ-nya sangat tinggi. Dia pernah dites dan IQ-nya 145. Dia ikut klub ... klub IQ tinggi itu ... Menses?"

   "Maksud Anda Mensa?"

   "Ya! Itu dia. Dan nilai SAT-nya-Standard Aptitude Test atau Tes Kemampuan Dasar-tinggi juga. 1370. Semua hal membuatnya kagum ... dia suka sains, sejarah, dan biologi ... dia murid yang baik."

   "Begitu. Apa dia punya binatang peliharaan saat tumbuh besar?"

   "Hanya ketika dia masih sangat kecil. Henry. Kucing. Tapi, tak punya setelah Henry mati. Tapi, dia selalu menyayangi binatang."

   "Lalu kenapa dia tidak punya kucing atau anjing?"

   "Ayahnya tidak mengizinkannya."

   "Bagaimana setelah ayahnya meninggalkan rumah?"

   "Ya. Kucing."

   "Setahu Anda, apa dia pernah kejam terhadap hewan?"

   "Tuhan, tidak! Tentu saja tidak!"

   "Anda bisa memahami, saya yakin, kenapa saya mengajukan pertanyaan seperti itu, Nyonya Troy? Biar bagaimanapun, dia memperoleh penghidupan dengan cara bekerja membunuh binatang."

   "Keberatan. Pak Hakim?"

   "Tuan Loren, kuasai diri Anda atau saya akan mengenai Anda dengan tuduhan penghinaan."

   "Maaf, Pak Hakim. Tidak ada pertanyaan lagi untuk saksi ini."

   "Nona Payne?"

   "Ya, Yang Mulia. Saya punya beberapa pertanyaan untuk Nyonya Troy."

   "Lanjutkan."

   "Selamat pagi, Viviana."

   "Selamat pagi, Nona Payne."

   "Viviana, dalam salah satu sebelum persidangan ini, dan kesaksian Anda hari ini di sini, perbincangan kita sekali lagi dalam Anda menyatakan bahwa Tory selalu menyayangi binatang."

   "Oh, ya. Meskipun ayahnya tak membiarkannya memiliki hewan peliharaan ketika kecil, dia selalu menemukan cara untuk bersama binatang."

   "Dengan cara apa?"

   "Well, dia akan menjaga hewan tetangga yang berlibur. Atau dia akan memohon gurunya supaya melakukan karyawisata ke Kebun Binatang Bridgeport dan East Rock Nature Center. Dia selalu sangat persuasif. Mereka pergi beberapa kali. Dan kemudian ada burung-burung camar."

   "Burung camar?"

   "Ya."

   "Ada apa dengan camar?"

   "Dia memberi mereka makan."

   "Di mana, Viviana?"

   "Perlukah saya menceritakan bagaimana dia memberi makan burung camar, Nona Payne?"

   "Ya, Sayang, tolong ceritakan."

   "Baiklah. Ada pusat perbelanjaan kecil dekat tempat kami tinggal dan saya dulu biasa membawa Tory berbelanja setiap Sabtu sore. Kadang-kadang kami pergi pada malam-malam di hari kerja jika besoknya sekolah libur."

   "Teruskan."

   "Ada salah satu tempat yang punya toko barang obral. Di sana semuanya sangat murah ... uh, tidak mahal. Aluminium foil, contohnya. Stop & Shop menjual aluminium foil dengan harga 1 dolar 99 sen yang dijual di toko barang obral seharga dua puluh sen. Dua puluh sen!"

   "Pak Hakim?"

   "Tuan Loren?"

   "Apakah kita akan dijamu dengan perbandingan lengkap inventaris antara Stop & Shop dan toko barang obral?"

   "Bisakah Anda mengatur jawaban Anda agar tetap dalam ruang lingkup pertanyaan, Nyonya Troy?"

   "Oh. Baiklah. Maafkan saya, Yang Mulia."

   "Silakan teruskan."

   "Di tempat parkir toko barang obral itu ada lusinan burung camar. Lebih banyak daripada di pusat perbelanjaan lain."

   "Dan kenapa begitu?"

   "Karena ada restoran Burger King di pusat perbelanjaan ini, dan orang-orang yang, sayangnya, membuang makanan ke tanah dan dalam mobil mereka. Hamburger yang baru dimakan separuh. Setengah kotak kentang goreng. Anda tahu, yang seperti itu."

   "Dan burung camar akan memakannya."

   "Ya, Ma'am."

   "Teruskan."

   "Kapan pun Tory tahu lebih dulu bahwa kami akan pergi ke toko barang obral ini, dia akan mulai mengumpulkan makanan apa pun yang bisa didapatkannya untuk burung-burung camar. Dia selalu mengambil roti basi saya-meskipun sejujurnya, roti sisa itu belum basi, tapi saya tetap membiarkannya mengambilnya. Dan beberapa teman sekelasnya akan memberinya cracker atau kue kering dan bekal makan siang mereka yang tidak mereka inginkan."

   "Dia menyimpan makanan untuk burung camar?"

   "Ya, Ma'am. Dia menyimpannya di kantong plastik dalam laci lemarinya."

   "Ceritakan apa yang terjadi saat Anda berdua sampai di pusat perbelanjaan."

   "Segera setelah dia keluar dari mobil dan mulai berjalan di tengah-tengah lahan kosong, burung burung mulai berkumpul di sekitar kakinya. Saya tidak mengatakan bahwa mereka mengenalnya atau semacamnya, tapi mereka tampaknya tahu bahwa orang-orang yang keluar dari mobil namun tidak serta merta menuju toko biasanya punya sesuatu untuk mereka."

   "Teruskan."

   "Well, pada saat kami mencapai lahan kosong tempat tak ada mobil, dan dia berhenti berjalan, kira-kira ada lima puluh burung di sekelilingnya. Hanya berdiri di sana sambil menatapnya."

   "Apakah dia memberi mereka makan?"

   "Oh, ya. Dia akan membuka kantongnya dan mulai melemparkan potongan-potongan kecil roti ke tanah. Burung-burung itu akan mengerumuni makanan, dan mereka memungut potongan potongan itu dan memakannya, dan mereka akan menoleh lagi ke arah Tory dan menatapnya."

   "Di manakah Anda saat semua ini terjadi, Viviana?"

   "Saya berdiri di dekat mobil, menunggunya."

   "Begitu. Silakan teruskan."

   "Setelah beberapa menit melemparkan makanan ke tanah, dia mulai melemparkan potongan potongan makanan ke udara. Dan burung-burung akan menangkapnya dengan mulut mereka! Atau paruh? Itu hal luar biasa untuk dilihat, Nona Payne! Setelah beberapa detik, setidaknya dua puluh atau tiga puluh burung melayang-layang mengelilingi Tory di udara. Saya hampir selalu tak bisa melihatnya! Dan dia dengan lembut melemparkan potongan itu ke setiap burung dan si burung akan menangkapnya, menelannya, dan kemudian kembali mengepakkan sayap dan melayang di sekelilingnya. Dia akan membidik potongan roti ke satu burung pada satu waktu, dan burung yang dilempari selalu menangkapnya."

   "Itu pasti pemandangan yang mengagumkan untuk dilihat."

   "Oh, memang. Memang."

   "Viviana, apakah mantan suami Anda menyiksa putri Anda? Tidak apa-apa. Anda boleh menjawabnya."

   "Ya."

   "Secara fisik?"

   "Ya."

   "Secara seksual?"

   "Ya."

   "Terima kasih, Sayang. Tidak ada pertanyaan lagi, Yang Mulia."

   "Terima kasih, Nyonya Troy. Anda boleh turun."

   Tory Troy Pengacara Pembela Carolyn Payne "Hai, Carolyn."

   "Hai, Tory. Bagaimana kabarmu hari ini?"

   "Aneh."

   "Aneh? Apa maksudnya?"

   "Akhir-akhir ini, aku merasa mengambang."

   "Mengambang?"

   "Ya. Aku merasa seperti ini hampir setiap saat. Aku tidak berada di dekat langit-langit atau semacamnya. Aku tidak melayang atau semacamnya. Aku hanya satu atau dua inci dari atas tanah dan aku merasa terapung seperti gabus di atas air."

   "Gabus di atas air."

   "Sebenarnya, itu cara yang lumayan bagus untuk menjelaskannya. Aku merasa seperti di bawah air. Bahkan, ketika aku berjalan, dan aku tahu secara sadar dan empiris bahwa kakiku bergerak dan aku menempatkan satu kaki di depan yang lainnya, aku masih merasa seakan mengambang di udara."

   "Apakah kau sudah memberi tahu seseorang tentang ini? Apa kauingin aku bicara kepada dokter?"

   "Tidak ... setelah semua yang terjadi, tak ada lagi yang terlihat nyata. Aku terjebak dalam eksistensi yang aneh, seperti dalam mimpi tempat adegan-adegan di depan mataku butuh beberapa detik untuk 'menyusul' jika aku berpaling. Aku kenal seseorang-Pete si tukang perhiasan-yang menderita penyakit Memere dan begitulah caranya menjelaskan apa yang dirasakannya. Dalam kasusku, jika aku melihat, katakanlah, ke arah tempat tidurku di kamarku di sini di institusi termasyhur ini, dan kemudian memalingkan kepalaku ke kanan untuk melihat dinding, aku masih melihat tempat tidur selama beberapa detik hingga akhirnya bergeser ke kiri dan kemudian aku melihat dindingnya. Pengalaman yang cukup aneh ... tapi tidak sungguh-sungguh tak menyenangkan."

   "Tory, kau setidaknya harus menyinggung hal ini kepada salah satu perawat psikiatri."

   "Dan aku terus menderita sakit kepala ini. Pusatnya di antara kedua mataku, dan lalu menyebar ke dahiku dan terus ke kulit kepala. Aku sepenuhnya kehilangan libidoku dan selera makanku juga. Aku merasa mati rasa seakan-akan aku terbuat dari es."

   "Aku mulai khawatir."

   "Hal paling mengkhawatirkan soal perasaan ini, Carolyn-seakan bermimpi ketika aku terjaga-adalah bahwa aku bisa melihat dan mendengar orang-orang yang kubunuh."

   "Oh, Tuhanku."

   "Maksudku bukan berarti mereka ada tepat di depanku-bukan berarti mereka ada di seberangku dan aku bisa melihat dan mendengar mereka seolah-olah mereka orang biasa. Lebih tepat jika mereka seakan berada di tepian realitasku. Aku melihat mereka sekilas. Aku mendengar suara mereka yang tidak nyata. Kadang-kadang aku mengadakan percakapan imajiner dengan mereka. Marcy atau Teresa mengatakan sesuatu yang akan kurespons seperti biasa seperti saat kami bekerja bersama. Sekarang, suara mereka terdengar bergema dari jauh, tapi aku masih merespons mereka. Aku cukup yakin mereka bisa mendengarku juga."

   "Tory, aku yakin kau seharusnya tidak bicara tentang ini kepadaku."

   "Kenapa tidak? Kau pengacaraku."

   "Ya, tapi aku tak tahu bagaimana meresponsmu ketika kau menceritakan hal seperti itu kepadaku."

   "Mereka tidak mengajarkan tentang Klien Delusional di sekolah hukum?"

   "Uh, tidak, mereka tidak mengajarkannya ."

   "Tidak apa-apa, Carolyn. Percayalah kepadaku. Kau tak perlu merespons. Aku berterima kasih kau mendengarkanku."

   "Oke. Jika itu membantu, teruskan saja."

   "Pasti membantu karena akhir-akhir ini aku merasa lebih takut. Terhadap apa, aku tidak terlalu yakin."

   "Kematian?"

   "Mungkin. Ketakutanku telah menjadi nyata, Carolyn. Aku melihatnya sebagai jubah hitam yang membungkus seluruh tubuhku. Jubah ini ada tutup kepalanya juga. Tidak ada yang bisa melihatnya kecuali aku. Saat lain, sesuatu terasa begitu berat sehingga aku bisa merasakan punggungku membungkuk. Badanku masih mengambang, tentu saja. Beratnya rasa takutku tak pernah menjatuhkanku ke bumi. Sangat aneh."

   "Dan sedikit yang kuingat dari kuliah psikologiku, kedengarannya seperti Jung."

   "Iya, kurasa begitu. Dan?"

   "Dan itulah alasan lain kenapa kupikir kau perlu bicara dengan doktermu tentang ini."

   "Satu malam aku punya pengalaman aneh. Tiba-tiba saja, suatu pertanyaan muncul dalam benakku. Bagaimana jika salju berwarna hitam?"

   "Menyeramkan amat."

   "Aku tahu! Ini mengguncangku. Ada hal-hal tertentu yang kita abaikan di dunia ini, dan salju putih adalah salah satunya. Begitu juga dengan rumput hijau dan langit biru dan, yang lebih menyeramkan, darah merah. Segera setelah pikiran tentang salju hitam terlintas olehku, gambarannya bermanifestasi dalam pikiranku, dan itu tidaklah menyenangkan, Carolyn. Aku bisa melihat salju hitam berjatuhan, dan salju hitam menyelimuti semuanya. Aku bisa melihat orang-orang menyekop salju hitam, dan tak ada warna lain di mana pun."

   "Betapa buruknya gambaran itu, Tory."

   "Salju selalu putih, Carolyn. Putih."

   "Ya, memang, Tory. Dan kupikir kita benar benar harus menyudahinya untuk hari ini."

   "Kautahu, terpikirkan juga olehku bahwa aku tidak perlu berhenti di hitam. Bagaimana jika salju berwarna biru? Atau hijau? Atau, mudah-mudahan tidak, merah? Bisakah kau membayangkan salju merah? Seluruh dunia tampak seakan-akan terbakar."

   "Sampai ketemu besok, oke?"

   "Salju merah, Carolyn, salju merah."

   Tory Troy Perawat Psikiatri Chiarra Ziegler "Hai, Tory."

   "Hei, Chiarra."

   "Bagaimana perasaanmu?"

   "Tidak bisa lebih baik dari ini."

   "Benarkah?"

   "Tidak."

   "Bisakah kuambilkan sesuatu?"

   "Tidak, terima kasih. Apa itu?"

   "Bandul kalung itu. Apa itu baru?"

   "Noah memberikannya untukku."

   "Bagus."

   "Trims."

   "Sudah berapa lama kau dan Noah bersama?"

   "Lima tahun."

   "Apakah kalian bertunangan."

   "Satu tahun."

   "Kapan pernikahannya?"

   "Kami belum menetapkan tanggalnya."

   "Well, kalau aku tak di sini, kuharap kau memaafkanku jika tak mengirimkan hadiah."

   "Tory-"

   "Tak apa-apa, Chiarra. Mungkin aku akan minta Viviana untuk mengirimkan sesuatu untukmu."

   "Tory, tolong-"

   "Apa kausuka Steely Dan?"

   "Iya. Noah juga. Kami punya sebagian besar pernak-pernik mereka. Kenapa?"

   "Kautahu lagu 'My Old School'?"

   "Tentu. Kenapa memangnya?"

   "Baris pertama lagu itu terbayang-bayang dalam pikiranku akhir-akhir ini."

   "Aku ingat ... tiga puluh lima salam perpisahan yang manis... ?"

   "Tepat."

   "Aku tak tahu apa yang harus kukatakan, Tory. Aku mengerti yang kau katakan, tapi aku benar-benar tak tahu apakah apa pun yang kukatakan bisa membantumu."

   "Chiarra, kau seorang teman, dan kau telah banyak membantuku, bahkan meskipun kau tak merasa begitu. Jadi, aku menganggapmu keluarga."

   "Wah, wah. Itu benar-benar menyenangkan untuk didengar. Dan aku ingin kautahu sesuatu, Tory. Jika ada sesuatu yang bisa kulakukan untukmu selama hal ini berlangsung-apa pun-tolong jangan ragu untuk meminta. Oke?"

   "Oke."

   "Janji?"

   "Aku berjanji. Kau baik, Chiarra. Semua orang di tempat ini menghindariku seperti wabah penyakit, tapi kau tidak bergidik saat ditugaskan padaku. Aku ingin kautahu seberapa besar aku menghargainya."

   "Aku harus patroli, yang sebaiknya cepat-cepat kulakukan sebelum aku mulai menangis."

   "Sayang."

   "Ya, beginilah."

   "Oke. Sampai ketemu lagi, Chiarra."

   "Dah, Tory."

   Transkrip Persidangan. Tory Troy Pengacara Pembela Carolyn Payne Jaksa Wilayah Brawley Loren Hakim Gerard Becker Pegawai Pengadilan Pengunjung Para Juri "Selamat pagi, Nona Troy."

   "Halo, Tuan Lawrence."

   "Loren."

   "Maaf?"

   "Nama saya Loren, bukan Lawrence."

   "Tentu saja. Maafkan saya."

   "Saya sekarang ingin mengajukan beberapa pertanyaan mengenai hari pembunuhan."

   "Baik."

   Kau kelihatan cantik, Tory. Aku selalu suka kalau kau menata rambutmu seperti itu. Jake, tinggalkan aku sendiri.

   "Pukul berapa Anda sampai di tempat kerja pada pagi hari pembunuhan?"

   "Sekitar pukul delapan."

   "Dan bisakah Anda memaparkan tentang hari itu sampai saat pembunuhan?"

   "Rutin."

   "Apa maksudnya?"

   "Maksudnya rutin. Kami memproses hewan hewan yang datang di penghujung hari pada hari sebelumnya. Kami memeriksa mereka, memberi mereka makan, dan menempatkan mereka dalam kandang."

   "Teruskan."

   "Itu paginya, dan kemudian kami makan siang."

   Kita makan kacang mede hari itu.

   Ingat, Tory? Bukannya membawa sekantong kecil untuk diriku sendiri, aku membawa sekaleng besar Imperial Whole Salted Cashew.

   Sedang diobral di Wal Mart.

   Dua kaleng, tujuh dolar.

   Ingat? Ya, Marcy, aku ingat.

   Kaubilang rasanya sangat enak dan kau lebih menyukainya daripada Planter.

   Ingat, Tory? Ya, Marcy, aku ingat.

   "Apa hari itu Anda makan siang di penampungan hewan, Nona Troy?"

   "Ya."

   "Anda makan siang dengan siapa saja hari itu?"

   "Ann, Marcy, dan Teresa."

   "Bagaimana dengan Jake, Philip, dan Renaldo?"

   "Jake selalu makan sendirian di kantornya. Philip harus pergi ke departemen kendaraan bermotor di waktu makan siang untuk memperbarui SIM-nya. Renaldo selalu melewatkan makan siang. Mungkin untuk menghemat uang."

   Seneca membencimu, kautahu. Ya, Teresa, aku tahu dia membenciku. Bisakah kau menyalahkannya? Tidak, tidak. juga.

   "Saya hanya penasaran, apakah Anda ingat apa yang Anda santap untuk makan siang hari itu, Nona Troy?"

   "Kacang mede."

   "Maaf?"

   "Aku makan segenggam kacang mede. Marcy membawa sekaleng besar."

   "Begitu. Ada yang lain?"

   "Limun jahe diet. Apa Anda ingin tahu mereknya?"

   "Yang Mulia?"

   "Nona Troy, tolonglah."

   "Maaf, Pak Hakim."

   Itu tidak, sopan, Tory.

   Dan kasar.

   Ya, Ann, aku tahu.

   Aku minta maaf.

   Aku selalu mengajari anak-anakku sopan santun dan tata krama.

   Aku senang mereka tidak, di sini mendengarmu bersikap sarkastis kepada pria baik.

   itu.

   Sudahlah, Ann.

   Aku bilang aku minta maaf.

   "Tidak, saya tidak perlu tahu mereknya, Nona Troy. Mereknya Schweppe, ngomong-ngomong. Kalengnya merupakan salah satu bukti yang diambil dari tempat kejadian perkara."

   "Betapa efisien."

   "Apa yang terjadi setelah makan siang, Nona Troy?"

   "Kami semua kembali bekerja."

   "Tolong, bisakah Anda paparkan kepada persidangan tugas spesifik Anda siang itu?"

   "Saya mengerjakan berkas-berkas sampai sekitar pukul dua."

   "Apa yang terjadi pada pukul dua?"

   "Sebuah keluarga datang mencari anjing."

   "Sebuah keluarga?"

   "Ya. Ibu, ayah, dua anak. Anak-anaknya laki-laki dan perempuan. Anak laki-lakinya sekitar tujuh tahun. Anak perempuannya, saya pikir, dua belas."

   "Teruskan."

   "Marcy memanggil saya ketika mereka bilang mereka mencari binatang untuk diadopsi."

   "Adopsi?"

   "Ya, itu yang kami katakan bila seseorang membawa binatang pulang ke rumah mereka."

   "Tidakkah adopsi biasanya digunakan untuk anak-anak?"

   "Tidak di penampungan hewan."

   "Jadi, Anda membicarakan soal orang-orang yang mengadopsi binatang, benar?"

   "Ya. Apa Anda punya masalah dengan itu?"

   "Tidak. Tentu saja tidak. Dan tolong biarkan saya yang bertanya, Nona Troy?"

   "Betul."

   "Jadi, keluarga datang mencari binatang untuk diadopsi."

   "Ya."

   "Silakan teruskan."

   "Jadi, saya memperkenalkan diri dan lalu duduk bersama mereka selama beberapa menit dan menjelaskan bagaimana caranya. Bahwa mereka harus memberikan sumbangan kepada penampungan, dan bahwa mereka harus setuju untuk memvaksinasi dan mengebiri hewan."

   "Apa itu prosedur standar?"

   "Ya."

   "Teruskan."

   "Saya juga menjelaskan kepada mereka bahwa anjing yang akan saya tunjukkan untuk kemungkinan adopsi sudah diuji temperamennya dan bahwa kami merasa yakin mereka akan baik-baik saja dalam lingkungan keluarga."

   "Diuji temperamennya?"

   "Ya."

   "Dan apakah itu?"

   "Kami menguji tiga hal kepada anjing. Pertama, reaksi mereka bila gigi mereka dipandangi; kedua, bagaimana mereka bertindak jika mainan, dari kulit, diambil dari mereka; dan ketiga, apa yang mereka lakukan bila mereka terganggu saat makan."

   "Kenapa ketiga hal itu, Nona Troy?"

   "Karena ketiganya adalah hal yang paling sering dialami anjing sebagai binatang peliharaan. Soal gigi untuk melihat bagaimana dia akan bereaksi saat pemeriksaan oleh dokter hewan. Soal mainan untuk simulasi apa yang terjadi saat bermain. Dan pengujian tentang makanan untuk melihat apa yang akan dilakukannya jika seorang anak mencoba menarik makanannya atau bermain dengannya saat dia makan."

   "Begitu. Dan, tes ini umum di semua penampungan hewan?"

   "Saya tidak mewakili semua penampungan hewan, tapi saya tahu hal tersebut umum dilakukan di banyak penampungan."

   "Di penampungan-yang-tidak-membunuh juga?"

   "Saya rasa."

   "Terima kasih. Silakan lanjutkan cerita Anda kepada kami tentang keluarga yang ingin mengadopsi anjing."

   Anak-anakku punya anjing di Manacor, Tory.

   Anjing beagle kuning kecil.

   Namanya Evita.

   Ya, aku tahu, Renaldo.

   Kau memberitahuku mereka mungkin tak.

   dapat membawanya jika mereka datang ke sini.

   Aku ingat.

   Sekarang mereka sendirian, Tory.

   Mereka tidak, punya ayah lagi.

   Ya, aku tahu, Renaldo.

   Maafkan aku.

   "Jadi, setelah mereka menyetujui semuanya dan berkata mereka memahami yang saya terangkan kepada mereka, saya membawa mereka ke belakang tempat kami menyimpan para hewan."

   "Berapa banyak binatang yang ada di penampungan hari itu, Nona Troy?"

   "Saya tidak ingat."

   "Teruskan."

   "Seperti biasanya, anak-anak jadi gila segera setelah mereka masuk ke area kandang. Mereka mulai berlari dari kandang ke kandang, bicara kepada binatang, memanggil tiap binatang untuk meng hampiri mereka, dan melihat berbagai hewan. Tipikal. Dan tentu saja, semua anjing menggonggong dan berdiri dengan kaki belakang mereka. Benar-benar pemandangan yang bagus. Dan lumayan ribut. Banyak anjing baru yang berhenti mencari pemilik lama mereka saat anak-anak ada di sana."

   "Mencari pemilik lama?"

   "Banyak anjing baru yang diserahkan ke penampungan mengalami periode mencari pemilik lama saat mereka tidak melakukan apa pun kecuali, well, mencari pemilik mereka. Perlu waktu bagi mereka untuk menyesuaikan diri di penampungan. Sangat menyedihkan untuk dilihat."

   "Begitu. Dan apa yang dilakukan para orangtua selama kehebohan ini?"

   "Mereka hanya berdiri di sana. Mereka berdua tersenyum lebar."

   "Kenapa begitu?"

   "Karena mereka bahagia dan anak-anak mereka begitu bersemangat soal mendapatkan teman binatang."

   "Apakah teman binatang istilah yang lebih di sukai akhir-akhir ini, Nona Troy?"

   "Ya, memang."

   "Apakah keluarga ini memilih hewan peliha-maaf-teman binatang?"

   "Ya."

   Mereka mengambil collie kecil kan? Aku suka anjing itu sejak, kita menerimanya masuk.

   Ya, Phil, mereka mengambil collie itu.

   Dia hewan yang indah.

   Dia dijadwalkan untuk di-euthanasia sore itu, benar kan ? Ya, minggunya sudah habis.

   Untung baginya, ya? Ya, untung baginya.

   "Binatang mana yang mereka pilih, Nona Troy?"

   "Seekor collie kecil."

   Aku berdoa untukmu, Tory.

   Sudahlah, Phil.

   Aku serius.

   Kau dalam doaku.

   Kau benar-benar munafik berengsek.

   Hei! Tolong, tidak ada sumpah serapah.

   Dan apa pula maksudnya itu? Kaupikir aku melupakan kejadian di Home Depot? Apa kau bersyukur kepada Tuhan bahwa kau mengantongi uang yang salah diberikan oleh gadis itu, Philip? Apa kau bersyukur? "Apa yang terjadi kemudian, Nona Troy?"

   "Saya mengisi formulir, menyerahkan kuitansi dan lembar instruksi kepada mereka, dan mengantar mereka ke mobil."

   "Begitu. Apa yang Anda lakukan kemudian, Nona Troy?"

   "Saya mengisi lembar kerja untuk agenda euthanasia hari itu."

   "Berapa binatang yang dijadwalkan untuk hari itu, Nona Troy?"

   "Saya tidak ingat."

   "Mungkin ini akan menyegarkan ingatan Anda?"

   "Dari mana Anda mendapatkan itu? Itu lembar kerjanya."

   "Bagaimana kami memperolehnya tidak relevan, Nona Troy. Bisakah kau memeriksanya saja dan memberi tahu kami apa isinya?"

   "Jika Anda sudah tahu berapa yang di-euthanasia hari itu, kenapa Anda bertanya kepada saya?"

   "Pak Hakim?"

   "Nona Troy, tolong jawab saja pertanyaan Tuan Loren. Ini bukan perdebatan."

   "Bisakah kau memeriksanya, Nona Troy?"

   "Saya sedang memeriksanya. Lalu?"

   "Bisakah Anda memberi tahu persidangan berapa binatang yang dijadwalkan untuk euthanasia sore itu?"

   "Sembilan."

   "Empat anjing dan lima kucing. Benarkah?"

   "Ya."

   "Tolong Anda beri tahu persidangan bagaimana Anda mengeuthanasia hewan, Nona Troy."

   "Tidak."

   "Maaf?"

   "Saya tidak akan memaparkan prosedurnya. Pokoknya saya tidak mau."

   "Pak Hakim?"

   "Nona Troy?"

   "Maaf, Pak Hakim.Saya tidak bisa melakukannya"

   "Yang Mulia?"

   "Ya, Nona Payne?"

   "Bolehkah saya berdiskusi dengan Anda dan jaksa penuntut?"

   "Yang cepat."

   "Yang Mulia, klien saya diadili atas enam pembunuhan, bukan karena meng-euthanasia hewan. Apakah perlu menunjukkan kepada juri gambaran jelas tentang bagaimana hewan dibunuh di penampungan hewan? Dia juga akan memaparkan tentang bagaimana dia membunuh rekan kerjanya. Tidakkah itu cukup? Saya punya perasaan bahwa kolega saya yang terhormat mencoba menarik perhatian, Yang Mulia."

   "Carolyn, aku benci itu!"

   "Oh, ayolah, Brawley. Kautahu kau mengejar unsur kejutan. Jadi, sudahi saja, bisa nggak?"

   "Penasihat! Tolong tujukan komentar Anda kepada saya dan hanya saya. Nona Payne, apa Nona Troy memaparkan proses euthanasia hewan dalam wawancara kompetensinya dengan Dr. Bexley?"

   "Secara terperinci, Pak Hakim."

   "Tuan Loren, apakah Anda menerima jika transkrip sesi tersebut, saat terdakwa memaparkan proses euthanasia hewan kepada Dr. Bexley dijadikan sebagai bukti?"

   "Apakah juri akan mendapat akses atas materi tersebut, Pak Hakim?"

   "Tentu saja."

   "Maka, saya setuju. Saya hanya menginginkan rincian pekerjaan yang dilakukannya maaf pekerjaan yang dulu dilakukannya untuk menghidupi diri agar menjadi bagian catatan persidangan."

   "Nona Payne?"

   "Setuju."

   "Mundur. Ibu-ibu dan Bapak-bapak anggota juri, pada saat ini penuntut menjadikan yang berikut ini sebagai bukti; transkrip wawancara kompetensi terdakwa oleh Dr. Baraku Bexley saat Nona Troy memaparkan proses euthanasia hewan. Materi ini akan tersedia untuk Anda tinjau ulang di ruang juri selama waktu bebas Anda. Lanjutkan, Tuan Loren."

   Menurutmu soal apa itu tadi, Tory? Aku tak. tahu, Marcy. Kenapa tak. kautanyakan kepada mereka? Ha-ha, lucu sekali.

   "Apakah Anda meng-euthanasia hewan sore itu, Nona Troy?"

   "Tidak."

   "Kenapa tidak?"

   "Karena kamar gasnya dipakai."

   "Kamar gas dipenuhi enam jenazah korban Anda, benarkah, Nona Troy?"

   "Ya."

   "Tolong beri tahu persidangan bagaimana Anda membunuh rekan kerja Anda sore itu, Nona Troy."

   "Apa saya harus?"

   "Saya khawatir begitu, Nona Troy. Mulailah dengan memberi tahu kami, dan berdasarkan urutan apa, Anda menaklukkan mereka."


Agatha Christie Misteri Kereta Api Biru Agatha Christie Lapangan Golf Maut Pengemis Binal Malaikat Bangau Sakti

Cari Blog Ini