Ceritasilat Novel Online

Interograsi Maut 5


Stephen Spignesi Interograsi Maut The Gas Room Bagian 5



"Saya menusuk mereka semua di leher dengan tabung suntik berisi pavulon. Pancuronium bromida."

   "Apa yang dilakukan pavulon, Nona Troy?"

   "Itu obat pembuat paralisis."

   "Itu digunakan dalam eksekusi suntik mati, bukan begitu?"

   "Ya."

   Kau menusukku dengan keras, Tory. Rasanya seperti sengatan lebah terburuk yang pernah kualami. Ya, aku tahu, Teresa.

   "Tolong, bisakah Anda ceritakan sedikit kepada kami tentang obat ini?"

   "Apa yang ingin Anda ketahui?"

   "Apa pun yang bisa Anda bagi dengan kami."

   "Well, pavulon digunakan dalam operasi untuk untuk melumpuhkan paru-paru dan diafragma dan menghentikan napas."

   "Dalam dosis berapa?"

   "Antara dua puluh dan lima puluh mikrogram per pon berat badan."

   "Dan apa itu mikrogram?"

   "Seperjuta gram."

   "Jadi, orang seberat 125 pon-katakanlah, seseorang seperti Marcy atau Teresa jika hitungan saya benar, akan menerima sekitar lima atau enam miligram obat sebelum operasi. Apa itu benar?"

   "Bagus sekali, Tuan Loren! Anda pasti jago matematika di sekolah."

   "Terima kasih, Nona Troy, tapi tolong, bisakah kita tetap pada pertanyaannya? Apa saya benar?"

   "Ya."

   "Apa Anda tahu berapa miligram yang digunakan untuk suntikan mati?"

   "Ya."

   "Yaitu?"

   "Seratus miligram."

   "Begitu. Dan bisakah Anda memberi tahu persidangan berapa miligram yang Anda gunakan untuk masing-masing korban Anda?"

   "Saya tidak ingat."

   "Mendekati sepuluh miligram, Nona Troy."

   "Apa itu pertanyaan?"

   "Dan berapa lama yang dibutuhkan pavulon hingga bekerja, Nona Troy?"

   "Paling sedikit tiga menit."

   "Itu dalam penggunaan konvensional obat. Tapi, benarkah bahwa obat itu juga bisa berefek hampir seketika?"

   "Ya."

   "Benarkah bahwa jika obat disuntikkan langsung ke pembuluh balik atau pembuluh nadi, efeknya hampir seketika?"

   "Ya."

   "Laporan otopsi menunjukkan bahwa keenam korban Anda masing-masing disuntik di pembuluh balik posterior internal jugular, yang berakibat obat tersebut mengalir ke pembuluh balik paru-paru dan langsung bersirkulasi ke seluruh aliran darah. Apa itu benar?"

   "Ya."

   "Apakah itu disengaja?"

   "Ya."

   "Nona Troy, sebelum Anda mulai bekerja di penampungan hewan, Anda adalah sales representative sebuah perusahaan farmasi. Apa itu benar?"

   "Ya."

   "Kenapa Anda meninggalkan posisi itu?"

   "Saya tidak meninggalkannya. Saya dirumahkan."

   "Kenapa?"

   "Mereka tidak memerlukan saya lagi. Mereka menciptakan laman untuk pemesanan obat, dan dokter serta rumah sakit mulai mengurus kebutuhan obat mereka sendiri."

   "Begitu. Sekarang saya ingin mengajukan pertanyaan langsung, Nona Troy."

   "Yang tadi tidak langsung?"

   "Apakah Anda mencuri beberapa tabung suntik berisi pavulon dari perusahaan obat sebelum Anda dirumahkan?"

   "Saya tidak mau menjawabnya."

   "Baiklah. Saya pikir jawaban itu mengungkapkan sesuatu kepada kita. Kembali di sore saat kejahatan terjadi, apa Anda ingat urutan rekan kerja yang Anda suntik?"

   "Ya."

   "Tolong, bisakah Anda beri tahukan kepada kami?"

   "Jake, Teresa, Marcy, Renaldo, Ann, dan Phil."

   "Jadi, setelah mereka semua dilumpuhkan oleh pavulon, apa yang Anda lakukan selanjutnya?"

   "Saya menyeret mereka ke kamar gas."

   "Dan kemudian?"

   "Saya menutup dan menyelot pintu."

   "Dan kemudian?"

   "Saya menyalakan gas."

   "Dan kemudian?"

   "Saya berdiri di sana."

   "Anda hanya berdiri di sana saat gas beracun dipompakan ke dalam ruangan tempat Anda baru saja menyeret enam rekan kerja Anda ke dalamnya?"

   "Ya."

   "Berapa lama Anda hanya 'berdiri di sana', Nona Troy?"

   "Saya tak tahu."

   "Lebih lama dari lima belas menit?"

   "Mungkin."

   "Apa yang Anda lakukan selanjutnya?"

   "Saya menyalakan pengisap udara di kamar gas."

   "Dan kemudian?"

   "Saya membuka pintu."

   "Dan apa yang Anda lihat, Nona Troy?"

   "Mereka semua mati."

   "Keenam rekan kerja Anda-Jake, Teresa, Marcy, Renaldo, Ann, dan Phil-semuanya meninggal. Benar?"

   "Ya."

   "Tolong, bisakah Anda menggambarkan apa yang Anda lihat?"

   "Apa maksud Anda?"

   "Bisakah Anda menceritakan kepada persidangan bagaimana posisi mereka?"

   Iya, Tory, ceritakan bagaimana posisi kami.

   Ceritakan kepada mereka apa yang kaulihat.

   Ceritakan kepada mereka bagaimana tanganku memeluk.

   Ann.

   Dan ceritakan kepada mereka bagaimana Teresa meringkuk sendirian di pojok.

   Dan ceritakan kepada mereka bagaimana Renaldo duduk, bersandar ke dinding belakang dengan mata terbuka lebar.

   Dan ceritakan kepada mereka bagaimana Philip dan Marcy dalam posisi berpelukan dengan wajah menempel satu sama lain.

   Ceritakan kepada mereka semua itu, Tory.

   Silakan, kutantang kau.

   Berengsek, kau, Jake.

   "Nona Troy?"

   "Ya?"

   "Bisakah Anda jawab pertanyaannya?"

   "Tentang posisi mereka?"

   "Ya."

   "Saya tidak ingat."

   "Oh, ayolah, Nona Troy. Saya yakin Anda bisa mengingat yang Anda lihat."

   "Keberatan. Saksi berkata dia tidak ingat, Yang Mulia."

   "Lanjut, Tuan Loren."

   "Tidak, tak apa-apa, Pak Hakim. Saya rasa saya ingat. Saya akan ceritakan apa yang ingin diketahuinya."

   "Baiklah. Lanjutkan."

   Tapi bukan itu yang kaulihat, ya kan, Tory? Tutup mulut, Jake.

   "Bisakah Anda ceritakan kepada kami bagaimana posisi mereka?"

   "Mereka semua berdesak-desakan di lantai."

   "Ya, memang, bukan begitu? Mereka semua berdesak-desakan-berbaring di samping dan di atas satu sama lain-seperti saat Anda menyeret mereka ke dalam kamar gas, bukan begitu, Nona Troy?"

   "Ya."

   "Dan apa yang Anda lakukan kemudian?"

   "Saya hanya berdiri di sana memandangi mereka. Lalu Tommy muncul."

   "Terima kasih. Tidak ada pertanyaan lagi, Yang Mulia. Penuntut istirahat."

   "Nona Payne? Pertanyaan?"

   "Ya, Yang Mulia."

   "Lanjutkan."

   "Tory, apakah Anda menyetujui euthanasia hewan?"

   "Saya menerimanya."

   "Kenapa?"

   "Karena ada hal yang lebih buruk daripada kematian bagi banyak hewan tersebut."

   "Misalnya?"

   "Kelaparan, menderita, sendirian, dan tak dicintai."

   "Bisakah Anda beri tahu kami berapa banyak binatang yang diadopsi dari penampungan?"

   "Tujuh dari sepuluh binatang di-euthanasia."

   "Kenapa Anda membunuh rekan kerja Anda, Tory?"

   "Saya tak tahu."

   "Anda memiliki rasa cinta yang besar terhadap binatang, bukan begitu, Tory?"

   "Ya, memang. Meskipun saya tidak yakin bahwa cinta adalah kata yang tepat."

   "Kenapa begitu? Kata apa yang akan Anda gunakan untuk menggambarkan perasaan Anda terhadap hewan?"

   "Menghargai."

   "Menghargai?"

   "Ya."

   "Apa yang terjadi dalam diri Anda hari Jumat itu, Tory?"

   "Jumat adalah hari euthanasia. Jumat selalu hujan."

   "Jumat tidak selalu hujan, Tory."

   "Ya, selalu. Jumat itu hujan. Saya ingat. Hewan-hewan menangis saat saya menutup pintu. Dan saat itu hujan."

   "Tory, apakah Anda baik-baik saja?"

   "Hewan-hewan menangis saat saya menutup pintu."

   "Tidak ada pertanyaan lagi. Pembela istirahat."

   "Anda boleh turun, Nona Troy."

   Well, kau tamat, Tory. Dalam lebih dari satu cara. Kau benar, Jake. Menurutku kau benar soal ini.

   "Tuan Loren? Argumen penutup?"

   "Ya, sir, saya siap."

   "Silakan, kalau begitu."

   "Terima kasih, Yang Mulia. Ibu-ibu dan Bapak bapak, saya punya gelar di bidang hukum. Saya membaca banyak buku. Saya beranggapan bahwa saya dapat mempertahankan diri dalam arena pergulatan ide dan percakapan intelektual. Saya juga menghargai kebenaran. Dan saya percaya bahwa fakta adalah fakta dan fakta sering, jika tidak selalu, mengungkapkan kebenaran. Victoria Abigail Troy bersalah atas enam pembunuhan berencana. Sekarang, Anda mungkin bertanya kepada diri sendiri, bagaimana pria ini tahu dengan pasti bahwa pembunuhan tersebut direncanakan? Mudah. Tabung suntik pavulon. Victoria Abigail Troy dengan sengaja membawa enam tabung suntik pancuronium bromida ke tempat kerja hari Jumat yang hujan itu. Apakah yang diungkapkan oleh adanya perencanaan, Ibu-ibu dan Bapak-bapak? Itu mengungkapkan kepada kita bahwa pembelaan terdakwa, yaitu tak bersalah dengan alasan kegilaan, paling tidak adalah lelucon yang bisa ditertawakan dan yang terburuk adalah penghinaan terhadap aturan hukum dan moral. Apakah Victoria Abigail Troy membunuh enam rekan kerjanya. Jake, Ann, Marcy, Philip, Renaldo, dan Teresa? Ya. Apakah Victoria Abigail Troy memikirkan tentang pembunuhan ini sebelumnya? Ya. Apakah Victoria Abigail Troy tidak waras saat dia melakukan pembunuhan mengerikan itu? Jelas tidak. Jadi, di manakah kita sekarang, Ibu-ibu dan Bapak-bapak? Anda telah mendengar para saksi. Anda melihat bukti-buktinya. Anda mengetahui kejahatannya. Satu-satunya yang perlu Anda lakukan sekarang adalah kembali ke ruang juri, menyetujui vonis bersalah, dan juga setuju untuk merekomendasikan hukuman mati bagi terdakwa. Fakta-faktanya jelas. Dan fakta mengungkapkan kebenaran. Terima kasih."

   "Terima kasih, Tuan Loren. Nona Payne?"

   "Ya, Yang Mulia, terima kasih. Ibu-ibu dan Bapak-bapak, pada 1979, grup rock Irlandia, Boomtown Rats, merilis lagu hit terkenal yang mendunia. 'I Don't Like Mondays'-'Aku Benci Hari Senin'. Anda mungkin mengenal lagu ini. Lagu ini diputar di stasiun radio rock FM sepanjang waktu. Sekarang, kenapa saya membicarakan lagu rock berumur 23 tahun? Karena cerita di balik lagu tersebut. Pada 29 Januari 1979, gadis berumur enam belas tahun dari San Diego, California, yang tinggal di seberang sekolah dasar mengambil senapan hadiah Natal dari ayahnya, berjalan ke jendela, dan menembak lapangan bermain sekolah. Dia berhasil membunuh kepala sekolah dan kepala penjaga kebersihan. Dia juga melukai delapan anak dan seorang petugas polisi. Ketika polisi membuat kontak dengannya dan menanyainya kenapa dia melakukan hal buruk seperti itu, dia merespons, 'Aku benci hari Senin'. Bayangkan. Sesuatu sesederhana ketaksukaan terhadap hari Senin menyebabkan gadis ini meledak. Jika tak ada apa pun kecuali hari Senin yang bisa memicu amukan untuk membunuh dalam diri seorang gadis muda, bukankah tak berlebihan jika trauma emosional akibat keharusan Tory untuk melakukan suatu bagian dari pekerjaannya memicu perbuatan yang dilakukannya? Bukankah si penembak lapangan bermain dinyatakan tak waras sementara pada saat dia melakukan pembunuhan? Kita semua jelas punya pendapat soal itu, tapi pertanyaannya tak dapat diperdebatkan. Gadis itu mengaku bersalah dan saat ini berada dalam lembaga pemasyarakatan federal, menjalani hukuman antara 25 tahun hingga seumur hidup. Sama seperti dia, Tory Troy meledak, Ibu-ibu dan Bapak-bapak. Tapi, dalam kasusnya, pengabaiannya atas semua yang dia tahu sebagai benar dan salah disebabkan oleh sesuatu yang lebih buruk daripada hari Senin. Dia tak bisa menghadapi pembantaian massal lagi ... setiap Jumat ... selama hampir setahun. Tempatkan diri Anda dalam posisinya, Ibu-ibu dan Bapak-bapak. Apakah Anda mampu pergi ke tempat kerja dan mengeksekusi anjing dan kucing-beberapa di antaranya tak lebih daripada anak anjing dan anak kucing? Apakah Anda mampu mengatasi tugas yang begitu mengerikan? Masing-masing dan Anda harus melihat ke dalam diri sendiri dan menjawab pertanyaan pertanyaan itu dengan jujur. Dan, jika jawabannya 'tidak' atau bahkan 'Aku tak tahu', tugas Anda-lah untuk kembali ke sini dengan vonis tidak bersalah dengan alasan tidak waras. Terima kasih."

   "Ibu-ibu dan Bapak-bapak anggota juri. kesaksian kini telah berakhir. Anda sekarang ditugasi untuk menentukan vonis dan, jika vonisnya bersalah, membuat rekomendasi hukuman. Para penjaga persidangan saya akan menyediakan daftar berisi hal-hal spesifik yang perlu Anda pertimbangkan dalam penentuan vonis pada masa istirahat Anda. Seperti yang Anda tahu, Anda tidak akan dikarantina, dan masa istirahat mencakup setiap hari sampai jam lima sore, sampai vonis diputuskan. Namun demikian, begitu pintu ruang juri dikunci, Anda tidak boleh keluar. Seorang penjaga akan ditempatkan di luar pintu dan akan menyediakan segala kebutuhan Anda, baik berkaitan dengan persidangan maupun keperluan pribadi. Dialah yang akan berperan sebagai perantara antara Anda dan saya. Anda tidak akan dijamu dengan makanan selama hari istirahat. Berbagai minuman akan tersedia sepanjang hari. Anda boleh keluar untuk makan siang selama satu jam. Anda boleh makan di restoran mana pun yang ada di daerah ini. Anda boleh makan bersama rekan juri yang lain, atau sendiri. Pada saat ini, saya minta Anda semua untuk menuju ke ruang juri. Persidangan ini reses."

   Para Juri "Ruangan ini bau."

   "Tidak kok."

   "Kita tidak boleh memperkenalkan nama kita, kan? Hanya nomor juri kita, kan?"

   "Ya, betul."

   "Well, kalau begitu, halo. Saya Juri Nomor Sembilan. Saya seorang akuntan."

   "Pekerjaan yang menarik."

   "Maaf? Kita belum pernah bertemu."

   "Saya bilang. 'Pekerjaan yang menarik.'"

   "Apa Anda bersikap sarkastis?"

   "Siapa, saya? Nggak. Bekerja dengan kolom berisi angka seharian penuh pasti pekerjaan yang menarik."

   "Dan apa pekerjaan Anda kalau saya boleh bertanya?"

   "Saya menyolder papan sirkuit di Raytheon."

   "Di jalur perakitan? Melakukan hal yang sama berulang-ulang seharian penuh? Maling teriak maling."

   "Tolong, bisakah kita hentikan omong-kosong ini? Kita perlu memilih ketua. Saya Juri Nomor Enam. Saya pialang saham."

   "Bisakah kita memainkan musik di sini? Anda tahu, seperti radio atau CD? Saya Juri Nomor Dua Belas. Saya seorang apoteker."

   "TV dan radio tidak diizinkan. Begitu katanya di pamflet 'Menjadi Juri' Anda. Dan saya Juri Nomor Tiga. Saya ibu rumah tangga."

   "Anda benar-benar membacanya?"

   "Ya."

   "Anda tidak bekerja."

   "Saya bekerja di rumah."

   "Tapi, Anda tidak menerima gaji?"

   "Tidak."

   "Cukup basa-basinya, ya? Bisakah kita memilih ketua kita? Saya ingin keluar dari sini sebelum Natal. Saya Nomor Sebelas. Saya reporter di Messenger New Haven."

   "Anda mau jadi ketua? Saya Nomor Tujuh. Saya bekerja di jalur perakitan di Pratt and Whitney."

   "Saya ambil jabatan itu kalau semuanya setuju."

   "Saya tak masalah jika dia jadi ketua. Saya Nomor Dua. Perawat yang bekerja di rumah."

   "Apa ada yang keberatan jika Juri Nomor Sebelas menjadi ketua? Tidak? Baiklah, kalau begitu. Juri Nomor Sebelas, Anda ketua dan pemimpin kami yang pemberani."

   "Lucu. Saya rasa hal pertama yang kita lakukan adalah memilih kursi di sekeliling meja, benar?"

   "Semua film tentang pengadilan yang pernah saya lihat menampilkan ketua di ujung meja, dan juri-juri yang lain duduk berdasarkan nomor mulai dari kirinya."

   "Seperti di Twelve Angry Men, ya?"

   "Tepat."

   "Saya lebih suka versi baru daripada versi asli nya. Tony Soprano main di situ. Tapi, sebelum dia main di The Sopranos."

   "Semuanya? Tolong? Bisakah kita membatasi semua-atau setidaknya sebagian besar pembicaraan kita hanya yang berkaitan dengan persidangan? Tolong? Oke, mari kita duduk. Saya rasa hal pertama yang harus kita lakukan adalah melakukan pemilihan suara awal untuk melihat posisi kita."

   "Itu masuk akal. Saya Juri Nomor Lima. Ngomong-ngomong. Saya kuliah dan saya bekerja di Olive Garden."

   "Saya suka roti stiknya."

   "Anggota juri ... tolong?"

   "Halo, senang bertemu Anda. Saya Juri Nomor Sepuluh. Saya seorang guru. Kita harus ngobrol nanti."

   "Oke, oke ... cukup basa-basinya. Bisakah kita melakukan pemungutan suara awal sekarang?"

   "Bagaimana Anda ingin melakukannya?"

   "Well, kita adakan pemungutan suara secara rahasia, kalau semua setuju. Saya bisa memotong kertas folio menjadi dua belas. Masing-masing dan Anda lalu bisa menulis bersalah atau tidak bersalah di lembaran Anda, dan saya akan mengumpulkannya."

   "Kedengarannya bagus."

   "Kecuali jika Anda semua ingin melakukan pemungutan suara terbuka dan bukannya rahasia?"

   "Sejujurnya, saya pikir-oh, saya Juri Nomor Satu, ngomong-ngomong. Saya ahli bedah toraks-"

   "Bahkan dokter tidak bisa kabur dari tugas juri?"

   "Sejujurnya, saya pikir kita sebaiknya melakukan pemungutan suara dengan mengacungkan tangan. Karena kita semua akan berada di sini sampai kita meraih suara bulat, saya pikir kita harus tahu dengan jelas posisi semua orang."

   "Masuk akal bagi saya. Saya Juri Nomor Empat. Saya tinggal di rumah dan mengurus anak-anak saya."

   "Satu lagi yang tidak bekerja."

   "Cukup. Bagaimana pendapat Anda soal mengacungkan tangan dan bukannya pemungutan suara rahasia? Apakah Anda semua setuju untuk melakukannya dengan cara itu?"

   "Tentu. Mari segera kita selesaikan. Siapa tahu? Mungkin kita bisa langsung menentukan apakah dia bersalah atau tidak dan bisa segera keluar dari tempat sia-maaf-dari sini. Saya Juri Nomor Delapan, dan saya bekerja sebagai arsitek."

   "Oke, kalau begitu. Mari kita lakukan. Semua yang berpendapat bahwa terdakwa harus dinyatakan bersalah, acungkan tangan Anda. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas. Semua yang ber pendapat bahwa terdakwa harus dinyatakan tak bersalah, acungkan tangan Anda. Satu. Hasil pemungutan suara pertama; sebelas bersalah, satu tak bersalah."

   "Juri nomor ... berapa nomor Anda?"

   "Tiga."

   "Juri Nomor Tiga. Anda memilih tak bersalah? Apa Anda gila? Dia mengaku melakukannya!"

   "Ya, tapi vonis tak bersalah adalah dengan alasan tidak waras."

   "Jadi?"

   "Jadi, saya pikir dia tak waras waktu dia melakukannya."

   "Omong kosong."

   "Bahasa, tolong?"

   "Dia sewaras Anda atau saya, dan dia tahu persis apa yang dilakukannya. 'Alasan tidak waras' itu hanyalah tipuan pengacara untuk membuatnya lolos."

   "Saya tidak setuju."

   "Dan kita mampus."

   "Juri Nomor Tiga, apa yang diperlukan untuk meyakinkan Anda bahwa terdakwa bersalah? Apa yang akan meyakinkan Anda untuk mengubah pilihan Anda?"

   "Saya tidak tahu."

   "Ini menyedihkan. Dan saya tidak ingin berada di sini."

   "Oh ya? Tidakkah Anda bangga mengetahui bahwa Anda melakukan kewajiban sebagai warga negara?"

   "Satu-satunya kewajiban saya sebagai warga negara adalah mendapatkan penghasilan supaya saya bisa membayar pajak dan tidak hidup dan bantuan negara."

   "Maaf, Bapak-bapak? Semakin banyak pembicaraan yang tidak nyambung, semakin lama kita terkunci dalam ruangan ini."

   "Yang bau."

   "Jadi, sekarang kita sebelas banding satu dalam menyatakan bersalah."

   "Apa yang terjadi jika dia tidak berubah pikiran?"

   "Secara teknis, kita menghadapi kebuntuan menggantung. Tapi, tidak mungkin hakim mau menerimanya begitu saja."

   "Apa maksud Anda?"

   "Maksud saya, dia akan mengirim kita kembali ke sini dan menyuruh kita untuk mencoba lagi. Para hakim benci juri yang menemui jalan buntu. Dia harus menyatakan kesalahan persidangan dan dia harus mencobanya dari awal lagi."

   "Saya hanya tidak yakin pikirannya baik-baik saja saat dia melakukan apa yang dilakukannya."

   "Sampah."

   "Hei! Tidakkah saya bebas berpendapat soal ini?"

   "Tentu saja. Tolong, saya harus minta agar Anda semua menjaga sopan santun. Mungkin Anda bisa jelaskan kepada kami kenapa Anda pikir dia harus dibebaskan?"

   "Anda tahu, saya ingat pernah membaca di novel sesuatu tentang tes 'impuls tak tertahankan.'"

   "Apa itu?"

   "Maksudnya bahwa seseorang harus menerima vonis tidak bersalah bilamana tindakannya adalah akibat ketidakmampuannya untuk menahan diri dari 'impuls tak tertahankan'. Ada contoh di buku tersebut tentang polisi di belakang seseorang."

   "Apa maksudnya itu?"

   "Maksudnya bahwa untuk menentukan suatu kejahatan adalah impuls tak tertahankan atau tidak, Anda harus bertanya kepada diri sendiri apakah Troy akan melakukan hal yang persis sama jika ada polisi yang berdiri di sampingnya. Saya pikir dia akan melakukannya."

   "Ya, tapi saya pikir bahwa seseorang harus dinyatakan tidak bertanggung jawab atas tindakannya hanya jika ketidakwarasannya menghalanginya untuk membuat keputusan moral."

   "Jadi?"

   "Itulah sebabnya saya memilih bersalah! Tidakkah Anda lihat? Dia membunuh orang-orang itu karena menurutnya itulah tindakan moral yang perlu dilakukan."

   "Tapi pembunuhan tidak bermoral ..."

   "Dia tahu persis apa yang dilakukannya! Anda mencoba mengatakan bahwa dia tak mampu membedakan antara tindakan bermoral dan tidak bermoral. Saya mengatakan bahwa dia melakukan tindakan tidak bermoral dengan keyakinan bahwa itu bermoral."

   "Tapi itu tidak bermoral. Jadi, bukankah itu berarti dia tak dapat membedakannya?"

   "Dalam pikirannya, dia menentukan perbedaannya. Itu tindakan sadar. Itu tidak gila dalam kamus saya."

   "Juri Nomor Tiga, bolehkah saya bertanya?"

   "Tentu saja."

   "Apakah Anda penggemar Beatles."

   "Kurang lebih."

   "Apakah menurut Anda pria yang membunuh John Lennon seharusnya dieksekusi?"

   "Saya tidak tahu."

   "Well, dia tidak dieksekusi. Dia di Attica. Dan suatu hari dia mungkin keluar. Apa Anda pikir itu benar?"

   "Sebenarnya, tidak, saya pikir itu tidak benar."

   "Bolehkah saya mengajukan satu pertanyaan lagi?"

   "Silakan saja."

   "Apakah Anda tahu bahwa pria yang mencoba membunuh Presiden Reagan mencoba memperoleh izin untuk meninggalkan institusi mental tanpa pengawasan?"

   "Ya, saya tahu itu. Tapi, bukankah Agen Rahasia akan mengawasinya?"

   "Ya, memang, tapi di mata hukum, dia cukup waras untuk berjalan-jalan di Washington bersama orangtuanya. Dan dia dinyatakan tidak bersalah dengan alasan tidak waras. Apa Anda pikir itu benar?"

   "Saya ..."

   "Apa Anda pikir itu benar?"

   "Tidak."

   "Berhenti mengintimidasinya."

   "Saya tidak mengintimidasinya. Saya mencoba membuatnya mengerti kenapa pemikirannya salah. Troy membunuh enam orang. Enam keluarga kini penuh kesedihan. Beberapa rekan kerjanya yang meninggal masih muda-dua orang bahkan masih belasan tahun. Dan, bagaimana dengan keluarga imigran yang sekarang ditinggalkan sendirian di ... negara mana pun dia berasal?"

   "Spanyol, kalau tidak salah."

   "Dia bekerja mati-matian mengumpulkan uang untuk membawa keluarganya ke Amerika, dan dia mengeksekusinya. Tak mungkin saya memilih vonis tak bersalah untuk mengirimnya ke institusi mental selama sisa hidupnya tempat dia berbaring di tempat tidur, tak sadar karena obat penenang, dan menonton TV sepanjang hari."

   "Itu bukan cara untuk hidup."

   "Hei, Sayang. Pilih salah satu. Di sini tempat tidur, valium, dan TV kabel. Belum lagi tiga meter persegi sehari. Di sini, tabung suntik berisi cukup racun untuk menyingkirkan seluruh pemeran The Practice. Saya tahu yang mana yang saya pilih. Saya pikir dia bersalah, dan saya pikir dia harus mati. Titik. Sekian."

   "Apakah Anda semua berpikir dia tahu apa yang dilakukannya?"

   "Tentu saja dia tahu apa yang dilakukannya."

   "Tapi, bukankah kau harus tidak waras untuk melakukan sesuatu seperti itu?"

   "Anda mau tahu sesuatu, Sayang? Saya bukan dokter jiwa dan saya pikir bukan tugas saya untuk membuat keputusan macam itu. Saya mengajukan dua pertanyaan kepada diri sendiri. Pertama, apakah terdakwa membunuh enam orang? Jawabannya ya. Dia mengakuinya, sialan! Dan sebelum Pak Ketua mendenda saya seperempat dolar, saya minta maaf untuk sumpah serapahnya. Pertanyaan kedua yang saya ajukan kepada diri saya adalah, apakah dia harus dihukum untuk kejahatannya? Sekali lagi, jawabannya ya. Lihat betapa mudahnya itu?"

   "Tapi, ini tentang hidup seseorang yang kita putuskan."

   "Oh, tak perlu melankolis begitu deh! Dia mengeksekusi enam orang. Bagaimana jika mereka semua anggota keluarga Anda?"

   "Oh, jangan berkata seperti itu!"

   "Kenapa tidak? Tepat sasaran, ya? Anda terlalu terjebak dalam masalah teknis hukum dan saya juga berpikir bahwa Anda takut bertanggung jawab atas keputusan yang mengharuskan seseorang mati. Saya tidak meminta para perempuan untuk merespons ini, tapi saya akan mengatakan satu hal. Jika ada di antara Anda yang pernah melakukan aborsi, Anda tidak berhak mengatakan apa pun soal tak ingin memilih bersalah atau tak ingin menjatuhkan hukuman mati."

   "Mengingat semua perempuan di sini sudah memilih bersalah, Anda menujukannya kepada saya kan? Anda ingin tahu apa saya pernah melakukan aborsi? Jika saya pernah melakukannya dan kemudian memilih tidak bersalah, Anda bisa memanggil saya munafik, kan?"

   "Saya bicara kepada semuanya. Para perempuan, maksud saya."

   "Yang benar saja."

   "Apa Anda punya anak?"

   "Bukan urusan Anda."

   "Oh, ayolah. Jangan begitu."

   "Ya, saya punya anak."

   "Berapa?"

   "Tiga."

   "Laki-laki? Perempuan?"

   "Saya punya dua anak perempuan dan seorang anak laki-laki."

   "Umur?"

   "Yang perempuan dua-duanya enam belas. Kembar. Putra saya 22 tahun."

   "Anak perempuan Anda masih sekolah?"

   "Ya."

   "Dan anak laki-laki Anda?"

   "Dia punya bisnis sendiri."

   "Pada umur segitu?"

   "Dia memulainya segera setelah lulus SMA."

   "Apa yang dilakukannya, kalau Anda tak keberatan saya bertanya?"

   "Dia punya bisnis katering sendiri."

   "Oh ya? Bisakah kita meneleponnya? Saya agak lapar."

   "Katering macam apa?"

   "Vegetarian."

   "Tidak ada makanan dari hewan sama sekali?"

   "Tak ada."

   "Apa Anda vegetarian?"

   "Ya, tapi saya tidak melihat apa hubungannya dengan semua ini."

   "Oke."

   "Apa maksudnya itu?"

   "Saya anggap ini menarik bahwa ibu vegetarian dengan putra vegetarian ingin membebaskan pembunuh yang membunuh untuk membela binatang."

   "Itu bukan-"

   "Biar saya bertanya lagi."

   "Apa Anda mencoba bersikap menyebalkan? Atau memang sudah dari sananya?"

   "Bagaimana jika putra Anda-siapa namanya?"

   "Peter."

   "Bagaimana jika Peter bekerja paruh waktu di Penampungan Hewan Waterbridge dan kebetulan bekerja pada Jumat sore itu?"

   "Sepertinya menyampaikan sesuatu secara tersirat juga bukan kekuatan Anda."

   "Mari kita bawa ini selangkah lebih jauh. Bagaimana jika putri kembar Anda yang berumur enam belas tahun yang bekerja sukarela di Penampungan Hewan Waterbridge dan mereka bekerja pada Jumat sore itu?"

   "Tolong, berhentilah bicara kepada saya."

   "Pak Ketua?"

   "Tenanglah, Juri ... berapa pun nomor Anda."

   "Well, apa yang akan kita lakukan sekarang? Sebelas berbanding satu dan saya tidak boleh bicara kepadanya soal itu?"

   "Tentu saja Anda boleh. Hanya saja jangan menyinggung masalah pribadi. Dan jangan konfrontatif. Dan jangan arogan atau kasar."

   "Lupakan. Saya selesai. Kita bisa duduk di sini sampai hari kiamat sialan sejauh yang saya tahu."

   "Dan jangan vulgar."

   "Ay-ay, Kapten."

   "Dan jangan bersikap tidak hormat."

   "Berengsek kau!"

   "Hei!"

   "Oke, oke, semuanya tenang. Apa ada sesuatu yang ingin Anda diskusikan sebelum saya mengadakan pemungutan suara kedua?"

   "Iya, bagaimana kalau episode Friends minggu lalu?"

   "Ada?"

   "Maaf?"

   "Ya?"

   "Bolehkah saya bertanya?"

   "Tentu saja."

   "Saya hanya bertanya-tanya berapa banyak di antara kita di sini yang punya binatang peliharaan. Saya tetap memilih bersalah, tapi saya cuma penasaran."

   "Angkat tangan? Ada yang punya binatang peliharaan? Wow. Sepuluh. Bagaimana kalau sebutkan satu-satu?"

   "Kucing."

   "Kucing. Tiga."

   "Anjing."

   "Anjing."

   "Saya punya anjing golden retriever kembar."

   "Ikan mas."

   "Anjing."

   "Hamster."

   "Musang."

   "Kucing. Induk dan lima anak. Ada yang mencari anak kucing?"

   "Saya pikir musang ilegal."

   "Tidak."

   "Saya mencoba mencarikan rumah untuk semua anak kucing."

   "Mungkin Anda harus bicara dengan terdakwa dia bekerja di penampungan hewan, kan?"

   "Ha-ha-ha. Sangat tidak lucu."

   "Saya mempertimbangkan untuk memelihara anak kucing ..."

   "Hebat. Kita bicara setelah ini beres."

   "Oke."

   "Ada yang lain?"

   "Pak Ketua?"

   "Ya, Juri Nomor Tiga?"

   "Saya berubah pikiran."

   "Apa Anda ingin memilih lagi, Juri Nomor Tiga?"

   "Ya."

   "Oke. Sekali lagi. Semua yang berpendapat bahwa terdakwa harus dinyatakan bersalah, acungkan tangan Anda. Baiklah. Semua yang berpendapat bahwa terdakwa harus dinyatakan tidak bersalah, acungkan tangan Anda. Suara bulat. Vonis bersalah seperti yang dituduhkan."

   "Well, tadi itu perubahan keputusan yang mengejutkan."

   "Tolong, jangan bicara kepada saya."

   "Apa kita harus mengeluarkan rekomendasi hukuman sekarang?"

   "Ya."

   "Apa saja pilihan kita?"

   "Seumur hidup di penjara tanpa pembebasan bersyarat. Mati dengan suntikan."

   "Saya pikir kita harus melakukan pemungutan suara untuk itu juga."

   "Saya setuju saja. Apa semua setuju melakukan pemungutan suara untuk rekomendasi hukuman? Oke. Baiklah. Semua yang setuju seumur hidup di penjara tanpa pembebasan bersyarat, acungkan tangan Anda. Satu."

   "Pantas."

   "Hei. Hentikan."

   "Kenapa? Pertama dia menentang putusan bersalah dan sekarang dia tak mau mengeksekusinya. Well, setidaknya dia konsisten-dengan caranya yang aneh."

   "Saya benci itu."

   "Sayang sekali."

   "Maukah Anda memberi tahu kami semua kenapa Anda tidak berpendapat bahwa dia perlu dieksekusi, Juri Nomor Tiga?"

   "Tidakkah ... tidakkah ..."

   "Tidakkah apa? Ngomong dong!"

   "Tidakkah hidup di penjara tanpa kesempatan keluar pantas?"

   "Pantas apa?"

   "Hukuman yang pantas?"

   "Saya pikir Anda tahu bagaimana kami akan menjawab pertanyaan itu."

   "Ya. Saya rasa saya tahu."

   "Well, kalau begitu, Anda juga harus tahu bahwa tak ada yang akan berubah pikiran-lagi-dan yang Anda lakukan hanyalah mengulur waktu yang harus kita habiskan di ruangan ini."

   "Yang bau."

   "Anda sebaiknya menerimanya. Dia membunuh enam orang, kita menyatakannya bersalah, dan sebelas dari kita merasa dia seharusnya dieksekusi."

   "Sudahlah. Saya menyerah. Lakukanlah yang Anda mau."

   "Oke. Mari kita melakukan pemungutan suara lagi. Semua yang setuju hukuman mati dengan suntikan, acungkan tangan Anda. Dengan suara bulat, kita para juri menyatakan bahwa terdakwa bersalah seperti yang dituduhkan dan rekomendasi yang kami berikan kepada hakim adalah hukuman mati dengan suntikan. Ibu-ibu dan Bapak-bapak, urusan kita di sini selesai. Terima kasih atas jasa Anda."

   "Saya akan beri tahu penjaga persidangan."

   Transkrip Persidangan. Tory Troy Pengacara Pembela Carolyn Payne Jaksa Wilayah Brawley Loren Hakim Gerard Becker Pegawai Pengadilan Pengunjung Para Juri "Ibu-ibu dan Bapak-bapak anggota juri. Apakah Anda sudah mencapai putusan?"

   "Sudah, Pak Hakim."

   "Lanjutkan."

   "Kami, para juri, dalam perkara Victoria Abigail Troy, menyatakan bahwa terdakwa bersalah dalam keenam kasus pembunuhan yang dituduhkan kepadanya."

   "Pengacara Payne, apakah Anda ingin menanyai juri?"

   "Tidak perlu, Pak Hakim."

   "Tuan Loren?"

   "Tidak, Yang Mulia."

   "Dengan ini vonis diterima. Ketua Juri, apa Anda mengajukan rekomendasi hukuman?"

   "Ya, Yang Mulia."

   "Dan apakah itu?"

   "Mengingat beratnya kejahatan terdakwa, kami memutuskan, setelah pertimbangan yang hati-hati dan dengan suara bulat, untuk merekomendasikan kepada pengadilan agar terdakwa menerima hukuman mati."

   "Dicatat. Pengadilan berterima kasih atas kecermatan Anda dalam membuat putusan yang masuk akal, berhati-hati, dan lugas, dan pengadilan mengungkapkan penghargaannya atas jasa Anda. Dengan ini, juri dibebas tugaskan. Nona Payne? Permohonan untuk naik banding?"

   "Tidak, Yang Mulia. Terdakwa melepaskan haknya untuk naik banding."

   "Anda sadar bahwa semua hukuman berat secara otomatis diajukan untuk banding?"

   "Ya, Yang Mulia, kecuali bila terdakwa melepaskan hak itu. Dan, dia melakukannya, Pak Hakim."

   "Nona Troy, apakah Anda melepaskan hak Anda untuk naik banding?"

   "Ya, Yang Mulia."

   "Boleh saya bertanya kenapa?"

   "Anda boleh bertanya, Yang Mulia, tapi saya memilih untuk tidak menjawab pertanyaan tersebut. Dengan segala hormat, Sir."

   "Apa Anda sadar bahwa Anda menandatangani surat kematian Anda, Ma'am?"

   "Ya, Sir, saya sadar."

   "Baiklah. Terdakwa akan dikirimkan kembali ke Institut Psikiatri Woodward Knolls sampai dia dipindahkan ke fasilitas penjara tempat putusan dilaksanakan. Persidangan dibubarkan."

   Tory Troy Viviana Troy "Kau tidak perlu datang menengokku, Mam."

   "Aku harus."

   "Kau akan jadi sedih, yang akan membuatku sedih juga."

   "Tidak, aku akan baik-baik saja."

   "Apa kau yakin?"

   "Ya."

   "Sebenarnya, aku akan menulis surat untukmu tentang beberapa hal. Ada beberapa rincian yang ingin kautahu untuk ...nanti."

   "Oh, tidak."

   "Lihat apa maksudku?"

   "Tidak. Maafkan aku. Aku tidak apa-apa."

   "Kita bisa menyelesaikannya sekarang ... kalau kausiap ..."

   "Oke. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus menuliskannya?"

   "Itu mungkin ide yang bagus."

   "Baiklah."

   "Pertama, semua milikku adalah milikmu. Semua. Aku tidak akan memberitahumu bagaimana membayar sisa tagihanku atau apa yang harus dilakukan dengan pakaian-pakaianku. Itu sepenuhnya terserah padamu."

   "Oh, Tory?"

   "Tolong jangan menangis ya, Mam? Ini sudah sulit bagiku."

   "Baiklah. Maafkan aku."

   "Hanya saja ada satu hal spesial yang kuingin agar kau lakukan untukku."

   "Apa saja."

   "Di dalam kotak perhiasanku ada kotak berukir kecil dari logam. Kotak itu bergambar pemain kecapi abad pertengahan. Di dalam kotak ini, ada kalung mutiara yang mulai kaurangkai untukku saat aku dilahirkan. Kita tak pernah menyelesaikannya. Sekarang terdiri dari, kalau tidak salah, dua belas mutiara, dan terangkai mulai dari yang besar di tengah sampai yang kecil-kecil di ujung. Rantainya darin emas dan panjangnya sekitar enam belas inci. Yang ingin agar kau lakukan untukku adalah mengambil satu mutiara yang ada terikat tepat di tengah, dan kemudian memberikannya kepada Carolyn Payne, pengacaraku. Kau bisa memberikannya kepadanya saat ini, kurasa, tapi jika kau menambahkan satu mutiara untukku, itu akan sangat berarti bagiku."

   "Baiklah. Aku akan melakukannya. Ini menyedihkan sekali."

   "Ya, aku tahu, Mam, tapi ini harus dilakukan."

   "Aku tahu ... aku tahu."

   "Ada satu hal lagi. Pemakamanku."

   "Tidak."

   "Mam-"

   "Tidak. Aku tidak akan membicarakan pemakamanmu."

   "Kau tidak perlu. Apa yang akan kukatakan adalah aku tidak menginginkannya."

   "Apa maksudmu?"

   "Aku tidak menginginkan upacara atau masa berkabung. Aku ingin dikremasi dan aku ingin kau menyebarkan abuku."

   "Aku tak bisa melakukannya."

   "Tentu saja kau bisa."

   "Tidak."

   "Ya."

   "Di mana kau ingin ... aku tak percaya menanyaimu soal ini ... di mana kau ingin abumu ... abumu disebarkan, Tory?"

   "Kau harus mengemudi ke sana."

   "Ke Old Saybrook?"

   "Ya."

   "Tidak apa-apa. Aku biasa mengemudi sekarang."

   "Kau harus mengajak seseorang bersamamu."

   "Aku akan melakukannya."

   "Ada pantai pribadi yang kecil di ujung ... aku rasa namanya Donnelly Road ... Belok kanan saja dari Jalan Raya Satu dan mengemudi sampai kau bertemu perairan."

   "Aku akan menemukannya."

   "Ada batu karang yang menjorok ke arah air. Kau bisa berjalan lumayan dekat lewat sini ke Long Island South. Ketika pasang naik, air mencapai sisi-sisinya, tapi ujungnya tak pernah terendam."

   "Baiklah."

   "Bertahun-tahun lalu ... ingat temanku Gail Ravine?"

   "Tidak."

   "Tidak masalah. Kami berdua mengemudi ke sana suatu hari dan berjalan ke luar menuju batu ini. Hampir sampai ujung. Ketika kami di luar sana, aku memungut batu kira-kira sebesar kepalaku dan melemparnya ke air. Aku ingat mencoba melemparnya setinggi mungkin ke udara sebisaku. Dan aku masih ingat suara plung keras yang ditimbulkannya saat menabrak air."

   "Kapankah ini, Tory? Kau tidak pernah memberitahuku tentang pergi ke Old Saybrook."

   "Waktu aku SMA. Kelas tiga, kalau tidak salah. Ada banyak hal yang tak pernah kuceritakan kepadamu, Mam."

   "Oke."

   "Well, batu itu masih di sana, di dalam air. Dan itu akan di sana selama berabad-abad. Batu itu mungkin takkan pernah bergerak dari tempatnya mendarat. Aku sering memikirkan tentang batu itu."

   "Bagaimana dengan abu?"

   "Aku ingin kau menaburkannya ke dalam air dekat tempatku melemparkan batu itu."

   "Bagaimana aku bisa tahu persis di mana tempatnya?"

   "Kau tidak perlu tahu persis tempatnya, Mam. Yang harus kau lakukan hanyalah berjalan di tanjung karang itu sejauh yang kau bisa hati hati!-dan kemudian berbalik dan menghadap ke arah matahari terbenam. Lalu, taburkan abuku ke dalam air."

   "Aku tak tahu apakah aku bisa melakukannya, Tory."

   "Tentu kau bisa ... tentu kau bisa. Dan kau tidak perlu langsung melakukannya. Kau bisa menunggu, katakanlah, setahun jika kau mau. Kau akan tahu kapan saatnya tepat."

   "Bagaimana aku bisa tahu?"

   "Kautahu begitu saja, Mam. Percayalah kepadaku. Dan berjanjilah kepadaku kau akan melakukannya."

   "Baiklah. Aku janji."

   "Trims. Well, sudah. Itu semua yang ingin kuberitahukan kepadamu. Bisakah kau tinggal sedikit lebih lama lagi."

   "Aku bisa tinggal."

   "Bagus. Kita bisa minum kopi."

   "Ya. Kita bisa minum kopi."

   "Aku menyayangimu, Mam."

   "Aku tahu, Tory. Aku tahu. Dan aku menyayangimu juga. Lebih dari yang kautahu."

   "Aku ..."

   "Kau tak perlu mengatakan apa pun. Mari kita minum kopi."

   "Oke. Oke."

   "Tidak apa-apa, Tory."

   Tory Troy Bapa David North "Kau baik sekali mau datang, Bapa!"

   "Tentu saja."

   "Bagaimana semuanya di St. Fran?"

   "Semuanya baik-baik saja, Tory. Gereja perlu atap baru dan organ perlu disetem, tapi secara umum, gereja baik-baik saja."

   "Bagus. Bolehkah aku bertanya?"

   "Tentu saja."

   "Bagaimana menurutmu, Bapa? Apa aku akan masuk neraka?"

   "Tuhan mengirimkan jiwa-jiwa ke neraka hanya sebagai jalan terakhir, Tory. Kau bisa bersama-Nya jika kau menyesal dan melakukan Pengakuan Dosa dengan tulus."

   "Aku sudah melakukannya."

   "Well, kalau begitu, segera setelah hidupmu di sini berakhir, kau akan kembali ke rumah dan menghabiskan keabadian dalam kasih Tuhan."

   "Apa kau benar-benar percaya itu, Bapa?"

   "Dengan sepenuh hatiku."

   "Benarkah? Soal 'penyelamatan lewat penyaliban' itu?"

   "Ya, Tory. Soal 'penyelamatan lewat penyaliban' itu, seperti yang kau katakan dengan penuh ketaatan"

   "Kurasa aku bisa jujur sekarang dan mengakui bahwa agama Katolik tak pernah tampak masuk akal bagiku."

   "Apanya yang tidak masuk akal bagimu?"

   "Well, pandangan bahwa Tuhan menuntut pengorbanan darah-dan dari anaknya, pula-untuk menebus dosa-dosa yang dilakukan oleh makhluk ciptaannya."

   "Itu terlalu menyederhanakan, Tory. Ada sesuatu dalam dogma penebusan yang lebih daripada itu."

   "Mungkin aku tidak memerhatikan dengan saksama di sekolah dasar, kalau begitu, tapi aku tetap harus mengatakan bahwa itu tak tampak masuk akal bagiku."

   "Itu salah satu doktrin dasar agama Katolik, Tory. Itu, dan Kelahiran dari Perawan, dan Kebangkitan Kembali."

   "Ya, aku tahu. Tapi-dan jangan marah kepadaku-kupikir Yesus hanyalah salah satu dari banyak kristus yang datang ke bumi."

   "Salah satu dari banyak? Oh, tidak, Sayangku. Dia-lah satu-satunya, dan Dia-lah satu-satunya jalan menuju penyelamatan."

   "Banyak penganut Hindu dan Buddha yang akan berdebat denganmu soal itu, Bapa."

   "Aku tahu. Tapi, itu tidak mengubah kebenaran sejati."

   "Bagaimana kauyakin bahwa itulah, sesungguhnya, kebenaran sejati, Bapa?"

   "Keyakinan."

   "Maaf, tapi itu persoalan besar untuk diterima semata-mata dengan keyakinan, Bapa."

   "Sayangku, Tory sayang. Bukankah justru itu intinya?"

   Petugas LP Miranda Wiater Petugas LP Jesus Morales "Memeriksa jalur tiga."

   "Jalur tiga."

   "Mengeluarkan larutan garam."

   "Aliran larutan garam telah dikonfirmasi."

   "Mengosongkan jalur tiga."

   "Pengosongan jalur tiga telah dikonfirmasi. Tiga jalur telah diuji dan dikonfirmasi."

   "Siap untuk uji ruangan?"

   "Mari kita periksa inventaris dulu."

   "Oke."

   "Natrium tiopental?"

   "Lima puluh ribu miligram dalam stok. Tidak kedaluwarsa."

   "Pancuronium bromida?"

   "Seribu miligram dalam stok. Tidak kedaluwarsa."

   "Kalium klorida?"

   "Seratus gram. Tidak kedaluwarsa."

   "Oke. Semuanya siap di sini. Mari kita periksa ruangannya dan kemudian kita selesai. Aku akan mengarsipkan laporan kesiapan sore ini, dan kemudian satu-satunya hal yang tersisa dalam agenda kita adalah eksekusi jam enam sore untuknya."

   "Aku membencinya bila mereka begitu muda."

   "Aku tahu."

   "Apa kau sudah melihatnya?"

   "Iya. Dia mirip seperti Bridget Fonda. Atau mungkin Jennifer Aniston. Kombinasi antara Bridget Fonda dan Jennifer Aniston. Aku juga melihat ibunya. Dia mirip Stockard Channing. Dan pengacaranya mirip Tea Leoni."

   "Kausuka mendeskripsikan semua orang dengan aktor atau aktris yang mirip mereka, ya?"

   "Kau harus mengakui bahwa itu berhasil, kan?"

   "Kurasa. Bagaimana kau mendeskripsikan aku?"

   "Serius?"

   "Ya."

   "Julia Roberts pendek."

   "Benarkah?"

   "Ya."

   "Dia cantik."

   "Aku tahu."

   "Well, terima kasih untuk itu, Jesus. Apa kau bertugas malam ini?"

   "Mengawal. Kau menjalankannya?"

   "Iya. Akulah yang akan memutar kuncinya."

   "Bagian dari pekerjaan, kan?"

   "Bagian dari pekerjaan. Oke. Mari kita mulai. Kondisi umum kereta dorong?"

   "Baik."

   "Kebersihan kereta dorong?"

   "Bersih."

   "Kondisi seprai?"

   "Bersih."

   "Pengikat lengan?"

   "Dalam kondisi baik. Dalam keadaan berfungsi."

   "Pengikat kaki?"

   "Idem."

   "Pengikat badan?"

   "Sama."

   "Sambungan intra-vena?"

   "Kencang dan bersih."

   "Selang?"

   "Aman."

   "Lantai?"

   "Bersih. Dipasangi linoleum di beberapa titik."

   "Jendela?"

   "Bersih."

   "Kerai?"

   "Bersih dan berfungsi."

   "Mikrofon?"

   "Dalam posisi dan berfungsi."

   "Jam?"

   "Bekerja dan tepat waktu."

   "Itu saja."

   "Bagaimana dengan perincian tugas?"

   "Jerry yang mengurusnya. Dia sudah memastikan keadaan kamar jenazah."

   "Oke. Apa aku masih dibutuhkan? Aku pergi sepuluh menit lagi."

   "Tidak, kita selesai. Trims, Jesus."

   "Panggil aku jika kau memerlukanku."

   Tory Troy Dr. Baraku Bexley "Saya akui bahwa saya kaget mendengar kabar darimu, Tory."

   "Benarkah? Kenapa begitu?"

   "Saya tak yakin bagaimana perasaanmu tentang pernyataan saya bahwa kau mampu menghadapi persidangan-atau kesaksian saya untuk jaksa penuntut, dalam hal itu ... meskipun dengan enggan."

   "Oh, saya baik-baik saja dengan itu. Mari kita hadapi. Kita berdua tahu bahwa saya menghadapi persidangan adalah kesimpulan yang sudah dapat dipastikan."

   "Mungkin. Tapi, kenapa kauingin bertemu saya sekarang?"

   "Saya tinggal menghitung hari, Dok. Anda tak perlu meresponsnya. Memang begitu. Jadi, saya pikir saya ingin mengobrol terakhir kalinya dengan Anda sebagai seorang kenalan, bukannya sebagai pasien.

   "Saya tersanjung."

   "Benarkah? Terima kasih. Tapi, apa Anda perhatikan bahwa saya menggunakan kata kenalan, bukan teman?"

   "Ya, saya memerhatikan. Lalu?"

   "Itu karena saya tidak mau berprasangka atas hubungan kita. Tapi, saya beri tahu ini. Jika saya menggunakan kata teman dan itu tidak menyinggung Anda, saya akan sangat senang dan berterima kasih."

   "Aku selalu memiliki perasaan yang sangat hangat terhadapmu, Tory. Selalu."

   "Begitukah? Saya selalu bertanya-tanya apa yang sesungguhnya Anda pikirkan mengenai saya, Dr. Bexley. Saya tahu Anda berpikir bahwa saya cukup waras untuk menghadapi persidangan. Tapi, saya juga bertanya-tanya apa yang Anda pikirkan tentang saya sebagai pribadi. Apa Anda menyukai saya? Apakah Anda keberatan menghabiskan semua saat itu bersama saya? Apa Anda pikir saya orang yang pantas dibenci karena apa yang saya lakukan? Apakah Anda pernah memikirkan saya? Saya sering memikirkan Anda."

   "Apakah Anda menginginkan jawaban untuk semua pertanyaan itu, Tory?"

   "Jelas tidak."

   "Ketidaktahuan adalah anugerah?"

   "Saya rasa."

   "Lalu, kenapa kauingin bertemu dengan saya?"

   "Hanya untuk bicara, saya rasa."

   "Tentang apa?"

   "Saya ..."

   "Binatang, mungkin?"

   "Selalu jadi dokter jiwa, ya, Dok?"

   "Sepaket dengan ijazahnya."

   "Saya bicara tentang hewan di kursi saksi."

   "Saya tahu. Saya di sana. Ada hal lain dalam pikiranmu?"

   "Saya tak tahu. Iya, saya rasa. Mungkin kita bisa bicara tentang itu."

   "Apa?"

   "Baru-baru ini terlintas dalam pikiran saya bahwa mungkin saja tujuan keberadaan hewan adalah untuk memanusiakan manusia."

   "Bagaimana?"

   "Mereka menghilangkan jurang pemisah."

   "Ya, itu benar."

   "Apakah Anda pernah melihat bagaimana sikap seseorang ketika mereka bertemu orang lain-misalnya di taman-bersama seekor anjing?"

   "Ya."

   "Mereka mulai mengobrol dengan orang itu seakan-akan mereka sudah mengenalnya selama bertahun-tahun."

   "Ya, saya sering melihat hal itu terjadi. Sebenarnya, saya sendiri sering seperti itu."

   "Begitu juga saya. Ini kadang-kadang terjadi dengan bayi juga, tapi orang-orang lebih menahan diri ketika bicara dengan orang asing tentang bayi mereka. Mereka berhati-hati agar tidak bicara terlalu pribadi dengan orang asing. Seberapa 'lepas' mereka."

   "Kau benar."

   "Tapi, dengan hewan, orang-orang berlutut, bicara kepada mereka, menghadapkan wajah mereka tepat di depan wajah hewan ... mereka melepaskan semua penghalang, sepertinya."

   "Dan menurutmu apa artinya itu?"

   "Apa artinya?"

   "Ya, dalam aturan main kehidupan. Pemahaman mengenai hal ini pasti mengena dalam pikiranmu sehingga bukan saja kau mengingatnya, tapi juga menyinggung-nyinggungnya."

   "Belum lagi membuat saya ingin bertemu dengan Anda."

   "Belum lagi membuatmu ingin bertemu dengan saya."

   "Saya benar-benar tidak tahu, Dok. Tapi tampaknya ... tidak pantas bagi saya bahwa kita tidak bersyukur karena kita punya hewan."

   "Kautahu apa kata Kitab Suci tentang ini, kan?"

   "Beri saya pencerahan."

   "Kitab Kejadian. Dan Tuhan berkata, Biarkan kami membuat manusia dalam bayangan kami ... dan biarkan mereka menguasai ikan di laut, dan unggas di udara, dan ternak ... Menguasai. Itu kata yang cukup kuat."

   "Saya terkesan."

   "Jangan. Itu salah satu dan sedikit ayat yang entah kenapa bisa saya ingat selama bertahun tahun ini."

   "Tapi, tidakkah menurut Anda ayat itu ..arogan?"

   "Saya tidak ingin mendiskusikan bukti kebenaran Kitab Suci, Tory. Saya ingin tahu kenapa perasaanmu begitu mendalam soal ini sehingga kau meminta untuk bertemu dengan saya."

   "Itu bukan alasan kenapa saya ingin bertemu Anda."

   "Baiklah. Teruskan."

   "Anda Yahudi sebagian kan, Dok?"

   "Ya."

   "Kakek Anda meninggal di Auschwitz, benar?"

   "Ya."

   "Saya tahu ayah Anda orang Tanzania, jadi berarti keluarga ibu Anda yang Yahudi, kan?"

   "Ya."

   "Jadi, Anda pasti punya beberapa teman Yahudi, kan?"

   "Ya, saya punya beberapa teman Yahudi. Dan beberapa anggota keluarga besar yang Yahudi. Kenapa kau bertanya? Kenapa tiba-tiba tertarik dengan silsilah keluarga?"

   "Anda tahu apa Kaddish itu?"

   "Tentu saja. Doa Yahudi tentang Berkabung untuk Orang Mati. Dibacakan pada tubuh jenazah saat pemakaman."

   "Saya ingin dibacakan doa itu saat mati."

   "Kau bukan Yahudi."

   "Dan yang lebih bagus lagi, saya bahkan tak ingin pemakaman."

   "Jadi, apa yang kau bicarakan?"

   "Saya meninggalkan instruksi untuk ibu saya untuk ... setelah saya tiada."

   "Dan?"

   "Dan saya memintanya untuk menaburkan abu saya di lautan."

   "Begitu."

   "Dan jika mungkin, saya ingin dia membacakan Kaddish sebelum dia menaburkannya."

   "Ahhh ..."

   "Dan itulah sebabnya saya minta bantuan Anda, Dok. Bisakah Anda menyediakan Kaddish untuk ibu saya?"

   "Apa kau percaya Tuhan itu ada, Tory?"

   "Sebagai sebuah entitas? ... Anda tahu, seperti manusia?"

   "Bagaimanapun caramu memahami konsep itu."

   "Apa Anda tahu bahwa Galileo-kalau tidak salah Galileo ... mungkin juga Da Vinci-adalah ateis sebelum dia mulai mempelajari mata manusia?"

   "Saya tidak tahu itu."

   "Dan kemudian-masuk akal, menurut pendapat saya-dia mengajukan pertanyaan. Bagaimana bisa ini berkembang dari ketiadaan? Dia melihat bahwa ada sesuatu yang pintar dalam desain mata. Strukturnya begitu teliti dan jelas 'dipikirkan' dengan baik."

   "Ya. Saya setuju."

   "Dan apakah itu kebetulan? Begitu juga dengan bagian tubuh lainnya dan seluruh alam semesta, kalau begitu? Kebetulan? Bagi saya sama sekali tidak masuk akal bahwa kita hidup-itu kata kuncinya, ngomong-ngomong, hidup-dalam alam semesta yang tanpa pikiran dan kacau."

   "Banyak yang tidak percaya itu, Tory. Banyak orang melihat struktur dan keteraturan sebagai tanda pekerjaan Tuhan."

   "Bisakah Anda menyalahkan mereka? Maksud saya, semuanya terlalu ... pintar ... Saya ... Apa kata-kata saya masuk akal?"

   "Ya. Memang. Saya selalu berpikir tentang apa yang Albert Einstein, yang tak disangkal merupakan seorang ilmuwan, katakan tentang penciptaan."

   "Apa?"

   "Dia memandang bintang-bintang dan bertanya, 'Bagaimana mungkin simfoni luar biasa tidak memiliki konduktor?' Atau sesuatu seperti itu. Tapi, saya membawanya selangkah lebih jauh, Tory, dan bertanya, 'Bagaimana mungkin simfoni luar biasa tidak memiliki komposer?'"

   "Saya menyukainya."

   "Jadi, kau ingin Kaddish dibacakan dalam ... pelepasanmu."

   "Ya."

   "Kaddish biasanya dibacakan dalam bahasa Aramaic. Dan biasanya dibacakan sampai sebelas bulan satu hari setelah kematian orang tercinta."

   "Benarkah? Aramaic mungkin menjadi sedikit masalah bagi Viviana Troy. Tak adakah dalam bahasa Inggris?"

   "Oh, ya, ada banyak terjemahan doanya."

   "Dan soal sebelas bulan itu mungkin takkan terjadi."

   "Well, saya yakin membacakannya sekali sudah memuaskan keinginanmu juga."

   "Saya pikir juga begitu. Bisakah Anda membantu saya, Dok?"

   "Tentu saja. Saya akan mencarikan Kaddish dalam bahasa Inggns-untuk dibacakan oleh ibumu."

   "Trims. Saya amat menghargainya."

   "Tidak apa-apa. Apa ada hal lain yang ingin kau bicarakan sebelum saya pergi? Saya menunggu untuk kau bebaskan."

   "Tidak, itu sudah semuanya ... saya rasa ini perpisahan, Dr. Bexley, benar?"

   "Siapa yang benar-benar tahu, Tory? Sepertinya begitu, tapi kadang-kadang keadaan tidak selalu berjalan seperti yang kita harapkan."

   "Saya pikir kematian adalah sebuah pintu, Dok. Saya sungguh yakin begitu."

   "Mungkin. Dan mungkin pintu itu masih tertutup untukmu atau mungkin akan terbuka lebar. Kita tidak pernah benar-benar yakin apa yang akan dibawa oleh masa depan, Tory."

   "Oke ... tapi pintu itu sepertinya terbuka lebar bagi saya saat ini."

   "Kita tak pernah sungguh-sungguh yakin apa yang akan dibawa oleh masa depan, Tory."

   Bangsal Sembilan Makanan terakhir Tory sebelum meninggalkan Old Saybrook untuk hukuman mati dibawakan kepadanya di atas baki.

   Satu pastel vegetarian.

   Nasi putih.

   Kacang polong dan wortel.

   Roti bundar.

   Mentega dalam wadah plastik, kecil.

   Saus tomat dalam kemasan aluminium foil.

   Sepaket kecil garam dan merica.

   Sekaleng limun jahe Schweppe satu seperdelapan ons.

   Satu kemasan puding vanila.

   Satu apel.

   Dia tidak memakannya sama sekali.

   Dia duduk, di tempat tidur dengan piyama ungunya, dagunya menempel di lutut, menggulung-gulung rambut dengan jari kecilnya, dan memandangi TV-TV yang tak.

   pernah sekali pun dinyalakannya selama dia di sini.

   Akhirnya, amat larut malam, setelah cahaya remang-remang yang menembus kerai pelan-pelan menghilang sehingga menjadi gelap gulita, dia hanyut ke dalam tidur yang gelisah dan tidak, tenang.

   Dialog Terakhir "Siapa kau?"

   "Hai, Tory."

   "Siapa kau?"

   "Lihat sekelilingmu, Tory. Apa yang kaulihat?"

   "Aku tahu tempat ini."

   "Tentu saja kautahu."

   "Tapi, bagaimana bisa aku di sini?"

   "Di mana, Tory? Bagaimana bisa kau di mana?"

   "Di bawah air."

   "Benar. Kau di bawah air. Apa yang kaulihat?"

   "Batu itu ..."

   "Ya?"

   "Batu itu di sana."

   "Teruskan."

   "Aku melempar batu itu ke dalam air."

   "Ya, memang."

   "Batu itu masih di sana."

   "Betul. Tepat di tempat kau melemparkannya dulu."

   "Tapi, bagaimana bisa aku ... apa aku benar benar di bawah air?"

   "Bagaimana menurutmu?"

   "Aku ... ini gila."

   "Oke. Ini gila. Apa sekarang?"

   "Apa maksudmu?"

   "Apa yang terjadi selanjutnya, Tory?"

   "Kenapa kau menanyaiku?"

   "Karena kau Tory."

   "Ya. Aku Tory."

   "Kau adalah Victoria Abigail Troy. Putri dari Viviana Troy. Putri Crouch Troy yang terasingkan. Teknisi euthanasia hewan."

   "Siapa kau? Katakan kepadaku."

   "Lulusan perguruan tinggi. Penulis tak ternama. Teman banyak orang. Pembawa Tic Tac. Penggemar iPod. Mantan Katolik. Agnostik setengah hati. Langsing. Penonton acara dokumenter. Libra."

   "Siapa kau?"

   "Kupikir kautahu."

   "Aku tak tahu."

   "Oh, ya, kautahu."

   "Tidak."

   "Apa yang kaulihat, Tory?"

   "Tidak masalah apa yang kupikir kulihat. Aku jelas bermimpi. Aku berbaring di tempat tidurku di Institut Psikiatri Woodward Knolls di Old Saybrook, Connecticut, memakai piyama ungu pucat, dan bermimpi aneh."

   "Oh, ya?"

   "Bukan begitu?"

   "Aku tidak bilang kau tidak begitu. Apa yang kaulihat saat kau memandangku?"

   "Aku tak bisa melihatmu. Malah, aku tak tahu bagaimana bisa aku mendengarmu. Semuanya sunyi."

   "Itu benar."

   "Aku kedinginan."

   "Mungkin tekanan darahmu rendah. Atau kadar gula darahmu rendah."

   "Aku kedinginan."

   "Tidak. Kau hanya berpikir kau kedinginan."

   "Tempat apa ini?"

   "Tidakkah kau mengenalinya?"

   "Tampaknya tidak asing ..."

   "Berpikir lebih keras, Tory."

   "Ini rumah ... ini rumah tempat penampungan hewan."

   "Ding-ding-ding! Betul!"

   "Tapi, tidak terlihat sama."

   "Apa yang berbeda? Apa yang kaulihat?"

   "Kosong ... dindingnya membengkok ke arahku .. ada bayangan aneh di mana-mana ... aku takut."

   "Tidak, kau tidak takut. Kau hanya mengira kau takut."

   "Aku tidak bisa melihat apa pun di luar jendela. Gelap gulita."

   "Lihat lagi."

   "Apa aku harus?"

   "Tidak. Tentu saja tidak. Lihat lagi."

   "Ada sesuatu ... aku melihat bayangan di jendela."

   "Lihat lagi, Tory."

   "Oh, Tuhan ... ada wajah-wajah dijendela."

   "Itu benar, Sayang. Wajah-wajah. Ada yang kau kenal?"

   "Aku tidak mau berada di sini."

   "Sedikit terlambat untuk itu, Sayang. Apa yang kaulihat, Tory?"

   "Aku melihat ..."

   "Ya?"

   "Aku melihat orang mati."

   "Itu benar. Kau melihat Marcy. Jake, Teresa, dan yang lainnya, kan? Orang-orang yang bekerja denganmu, bukan begitu, Tory? Mereka orang orang yang kaubunuh."

   "Tinggalkan aku sendiri."

   "Apa kautahu bahwa kawat tajam diciptakan oleh orang Jerman saat Perang Dunia Dua?"

   "Apa?"

   "Kawat berduri sudah cukup untuk ternak, tapi terlalu mudah dilewati oleh manusia."

   "Apa yang kau bicarakan?"

   "Kawat pada kawat tajam mirip seperti gagak bersayap terkembang. Ada kawat tajam di bagian atas seluruh pagar yang mengelilingi Northern Correctional Institute-Lembaga Pemasyarakatan Northern."

   "Aku tidak mengerti."

   "Di Somers, Connecticut. NCI adalah tempat pelaksanaan hukuman mati di negara bagian Connecticut. Tapi, kau sudah tahu itu kan, Tory? Apakah kau ingin mendengarkan musik?"

   "Apa sih yang kau bicarakan?"

   "Mungkin sebuah lagu?"

   "Aku mulai tidak waras."

   "Bagaimana dengan puisi? Mungkin sesuatu dari Michael Wigglesworth?"

   "Aku tak mendengarmu."

   "Tentu saja kau mendengarku."

   "Tidak."

   "Wigglesworth lumayan pandai bercerita. Hanya saja setiap kisah yang diceritakannya biasanya menyinggung soal orang yang disiksa atas dosa-dosanya."

   "Stop."

   "Tahun 1662 dia menulis lagu ceria berjudul 'The Day of Doom'-'Han Kiamat.' Tahu?"

   "Kenapa kau melakukan ini kepadaku?"

   "Ceritanya tentang neraka, dosa, dan bunyi terompet membahana dan kembalinya Kristus Sang Raja untuk melemparkan semua pencuri dan pezina dan pembunuh-ke danau api."

   "Berengsek kau."

   "Apa kausuka Steely Dan, Tory? 'My Old School'?"

   "Tinggalkan aku sendiri."

   "Bagaimana dengan Barry Manilow? Nat King Cole? Jerry Yale? Paula Cole? Sinatra? Nirvana?"

   "Satu, dua, tiga, empat. Ular melingkar di pagar, ular melingkar di pagar, ular melingkar di pagar."

   "Itu tidak akan berhasil, Tory."

   "Kuku kakiku kaku tertusuk paku. Kuku kakiku kaku tertusuk paku."

   "Begitu pula itu, Sayang."

   "Melakukan apa?"

   "Memencet tombol reset mental. Memprogram otakmu. Memformat jiwamu. Me-restart badan abu-abu otakmu. Me-relaunch kesadaranmu. Kau berada di sini untuk saat ini, Sayang. Olahraga lidah jelas tidak akan mengeluarkanmu darinya."

   "Tidak."

   "Oh, ya. Sudah pasti ya."

   "Kubilang tidak."

   "Pemotongan cakar benar-benar suatu prosedur operasi untuk mengamputasi. Apa kautahu itu?"

   "Ya, aku tahu itu. Tapi, itu kadang-kadang perlu."

   "Oh, benarkah?"

   "Ya."

   "Rumus empiris pancuronium bromida adalah C35H60Br2N2O4."

   "Stop."

   "Apa kau sudah melihat penelitian terbaru mengenai kemampuan supernatural hewan?"

   "Aku tidak mendengarkan."

   "Oh, Ya, Kau mendengarkan. Aku tahu dengan pasti, Victorious."

   "Victoria."

   "Sama saja."

   "Tidak, tidak sama."

   "Militer Inggris menghadiahkan salib perunggu bagi mereka yang menunjukkan tindakan penuh keberanian dan kepahlawanan."

   "Lalu?"

   "Namanya Victoria Cross.""Baik sekali mereka."

   "Ngomong-ngomong, itu nama asli Sungai Nil, kautahu."

   "Apa nama asli Sungai Nil? Kau membuatku lelah"

   "Beberapa bagian Sungai Nil disebut Victoria Nile"

   "Itu tidak benar."

   "Benar kok. Karena sungai tua itu mengalir dari Danau Victoria di Uganda menuju ke Mediterania."

   "Kenapa kau memberitahuku hal-hal ini?"

   "Pertanyaan itu seharusnya ditekankan dengan penggunaan tanda tanya dan tanda seru."

   "Demi nama Tuhan, apa yang kau bicarakan?"

   "Barusan-waktu kau berteriak-Kenapa kau memberitahuku hal-hal ini?-kau begitu emosional sehingga aku merasa bahwa tanda tanya tidaklah cukup. Perlu yang lain."

   "Tolong hentikan."

   "Apakah kautahu bahwa ada tanda baca yang menggabungkan antara tanda tanya dan tanda seru? Namanya interrobang. Tapi, tak ada yang menggunakannya."

   "Aku merasa tidak enak badan."

   "Sakit kepala? Sakit di sendi rahang? Tumor otak? Kulit terkelupas? Sakit dada? Kram perut? Herpes? Mual? Lepra?"

   "Aku tak tahan lagi."

   "Benarkah? Sayang sekali, soalnya kita baru mulai."

   "Aku ingin terbangun. Aku mau muntah."

   "Tidak. Kau hanya berpikir kau ingin muntah. Beritahukan kepadaku, apa yang kaulihat, Tory?"

   "Ruangan apa ini?"

   "Kautahu."

   "Aku tak tahu."

   "Kautahu. Lihatlah ke sekeliling. Apa yang kau lihat?"

   "Terang sekali."

   "Apa yang kaulihat? Di situ? Di pojok?"

   "Itu ... itu tidak mungkin ..."

   "Tapi, memang begitu, Tory. Beritahukan ke padaku apa yang kaulihat."

   "Itu botol pil."

   "Benar. Tapi, ada sesuatu yang tak biasa tentang botol itu, bukan?"

   "Ya."

   "Apakah itu?"

   "Ukurannya sebesar kulkas."

   "Benar. Botol pil sebesar kulkas. Dan apa yang tertulis di sisi botol itu, Tory?"

   "Angka 650."

   "Benar. Dan apa arti penting angka itu bagimu, Tory?"

   "Jumlah miligram."

   "Jumlah miligram apa?"

   "Hydrocodone."

   "Benar. Dalam botol sebesar kulkas itu ada 650 miligram hydrocodone yang kau sembunyikan dan kau pertimbangkan untuk kaupakai bunuh diri, bukan begitu, Tory?"

   "Ya."

   "Meskipun pil di dalam botol secara proporsional sesuai dengan ukuran botol, mungkin saja dosis per tabletnya lebih besar. Harus ada seseorang yang menghitungnya."

   "Botol itu sekarang menghilang."

   "Lihat ke sekeliling ruangan, Tory."

   "Tidak."

   "Ya. Lihat ke sekeliling ruangan. Apa yang kaulihat?"

   "Aku melihat jendela. Aku melihat kerai."

   "Benar. Ngomong-ngomong, kerai itu produksi Brilliant Blinds & Wallpaper di Temple, Arizona, dan berwarna kulit telur. Terbuat dari bahan baru yang tidak bisa ditempeli debu. Sangat mudah dibersihkan. Warnanya menenteramkan, tidakkah menurutmu begitu? Sempurna untuk calon mayat."

   "Ini membuatku gila. Kepalaku terasa seperti mau meledak."

   "Well, jaga supaya kepalamu tidak meledak dulu, oke?"

   "Apa yang kau inginkan dariku?"

   "Ada seseorang di sini yang ingin bicara ke padamu, Tory."

   "Siapa?"

   "Seorang teman lama."

   "Aku tak punya teman."

   "Tentu kaupunya, Tory. Kaupunya Marcy ... dan Ann ... dan Renaldo ... dan bahkan Jake."

   "Aku tidak mendengarkan."

   "Ya, ya, ya, terus saja katakan itu, tapi kita berdua tahu bahwa itu omong kosong, jadi kenapa kau tidak berhenti saja, oke?"

   "Siapa yang ingin bicara kepadaku?"

   "Dia berdiri tepat di belakangmu. Aku akan tutup mulut sebentar selama kalian berdua mengobrol."

   "Hai, Tory."

   "Siapa kau?"

   "Kau tidak mengenaliku?"

   "Tidak."

   "Tidak ... tentu saja kau tak mengenaliku. Kau sebenarnya tak pernah melihatku langsung."

   "Siapa kau?"

   "Mungkin ini bisa membantu."

   "YaTuhan! Dari mana bayi itu berasal? Tunggu .. kau Sarah."

   "Benar, Tory. Dan ini Annie Bananny."

   "Dia cantik."

   "Ya, aku tahu. Dan, aku harus berterima kasih kepadamu untuk itu."

   "Aku?"

   "Tentu saja. Kau yang menciptakannya. Dan aku, kalau dipikir -pikir. Dan aku sangat berterima kasih kau tak membunuhnya. Memang, kau membuatku mengalami hal yang mengerikan, tapi semuanya berakhir bahagia, kukira. Terima kasih untuk itu."

   "Kenapa kau ada di sini?"

   "Untuk menolongmu."

   "Tapi, kau tidak nyata."

   "Aku tidak nyata?"

   "Ini mimpi."

   "Begitukah?"

   "Ya, aku yakin akan hal itu."

   "Well, kalau begitu, jika kauyakin akan hal itu, mungkin memang benar. Tapi, sekali lagi, mungkin juga tidak. Mungkin kau hanya berpikir bahwa ini mimpi."

   "Aku bingung sekali."

   "Aku mengerti, Tory. Aku sungguh mengerti. Tapi sekarang, sudah terlambat untuk kembali. Kau harus melihatnya dengan jelas. Sampai selesai."

   "Apa? Apa yang harus kulihat sampai selesai?"

   "Kautahu."

   "Kematianku? Eksekusiku?"

   "Mungkin. Mungkin juga bukan."

   "Seperti apa rasanya, Sarah?"

   "Rasanya apa, Tory?"

   "Yang kaualami ..."

   "

   Maksudmu soal Annie?"

   "Ya. Bagaimana rasanya meyakini bahwa orang yang kau sayangi sudah meninggal?"

   "Kau tak tahu?"

   "Tidak."

   "Bagaimana bisa kau tak tahu? Kau yang membuatku memercayainya. Kau Tuhanku."

   "Tuhanmu?"

   "Penciptaku. Dan, aku di sini untuk menolongmu melihat dengan jelas, Tory."

   "Bagaimana?"

   "Itu sepenuhnya terserah kau, Tory."

   "Apa maksudmu?"

   "Kau yang mengatur."

   "Apa yang kuatur? Rasanya aku sama sekali tidak punya kontrol atas apa pun."

   "Misteri cinta lebih besar daripada misteri kematian, Tory."

   "Oh, ya? Begitukah?"

   "Begitulah katanya."

   "Kata siapa,Sarah? Siapa yang memberitahumu?"

   "Kau, Tory."

   "Apa maksudnya?"

   "Maksudnya tepat seperti itu. Kita bisa memahami kematian. Itu mudah. Kau sendiri percaya bahwa kematian adalah pintu, benar?"

   "Bagaimana kautahu itu?"

   "Oh, burung kecil yang memberitahuku."

   "Lucu sekali, Sarah."

   "Burung Caleb, sebenarnya. Burung di akhir cerita yang melompat ke pundaknya setelah ibunya meninggal."

   "Yang ini lebih lucu lagi."

   "Kematian bisa diketahui, Tory, karena ... tak terelakkan. Keberadaannya. Cinta, di sisi lain, tampaknya adalah soal lain."

   "Kupercayai kata-katamu soal ini."

   "Tidak, Tory. Itu bukan kata-kataku. Itu kata katamu."

   "Betul. Aku lupa. Aku Tuhanmu."

   "Ya, kau Tuhanku. Begitulah. Aku sudah selesai. Aku pergi sekarang."

   "Kau pergi? Apa kautahu apa yang terjadi selanjutnya?"

   "Ya."

   "Maukah kau memberitahukannya kepadaku sebelum kaupergi?"

   "Tidak. Sekarang, pandangi aku, Tory."

   "Aku memandangimu."

   "Apa yang kaulihat, Tory?"

   "Aku melihat ... tidak, tidak mungkin ... tapi, tentu saja, ini mimpi, jadi kurasa ..."

   "Apa yang kaulihat saat kau memandangiku Tory"

   "Aku ... aku melihat diriku sendiri."

   "Benar. Dah, Tory."

   "Jadi, apakah kau senang dikunjungi oleh salah satu ciptaanmu, Tory?"

   "Kau lagi. Aku rasa."

   "Lihat ke sekeliling ruangan, Tory. Apa yang kaulihat sekarang?"

   "Itu aku ... berbaring di atas meja."

   "Ya, betul."

   "Aku tak mau berada di sini."

   "Maaf. Tak ada pilihan."

   "Aku tak mau berada di sini."

   "Ya. Aku sudah mendengarmu tadi. Tapi, di sini lah kau berada, Sayangku. Di sinilah tempatmu benar-benar berada."

   "Tidak."

   "Apa yang kaulihat, Tory?"

   "Sudah kukatakan. Aku melihat diriku sendiri berbaring di atas meja."

   "Teruskan."

   "Ada seprai yang menyelimutiku."

   "Betul."

   "Apa aku mati?"

   "Oh, tidak. Apa kau tidak pernah menonton ER, Tory?"

   "Apa hubungannya dengan semua ini?"

   "Seprainya cuma sampai lehermu, benar?"

   "Ya... tapi ..."

   "Seprainya menutupi wajah jika seseorang meninggal."

   "Jadi, berarti aku masih hidup di meja itu?"

   "Untuk saat ini. Apa lagi yang kaulihat?"

   "Lenganku terulur."

   "Betul sekali. Bisakah kaulihat ada apa di dekat lenganmu?"

   "Ada tabung."

   "Betul. Tabung itu adalah paspormu menuju keabadian, Tory. Bila ada larutan tertentu yang mengalir melalui tabung itu maka, hasta la vista, Tory."

   "Suara itu ..."

   "Ada apa dengan itu?"

   "Apa itu?"

   "Kautahu apa itu."

   "Aku tak tahu."

   "Tentu saja kautahu, Tory. Kau cuma tak mau mengakuinya."

   "Tidak."

   "Ya."

   "Tidak!"

   "Katakan saja."

   "Kenapa?"

   "Karena kubilang begitu."

   "Tidak."

   "Tory..."

   "Baiklah, dasar bangsat! Aku mendengar gonggongan anjing. Banyak anjing."

   "Ding-ding-ding! Benar! Bagus sekali, Tory! Dan apa yang kita punya untuk Tory sebelum kita melaju ke babak bonus, Johnny? Apa? Kantong mayat dan persediaan Triscuit seumur hidup? Hebat sekali! Tapi, hanya ada enam Triscuit di sini. Tapi, tentu saja! Hanya itulah yang dibutuhkan Tory selama sisa hidupnya yang singkat!"

   "Lucu sekali."

   "Awasi kerai itu baik-baik."

   "Kenapa?"

   "Lihat saja."

   "Kerainya bergeser terbuka."

   "Benar. Mau pasang sedikit taruhan untuk apa yang akan kaulihat di sisi lain jendela itu? Di belakang kerai berwarna kulit telur?"

   "Tidak."

   "Tidakkah kau penasaran?"

   "Aku bahkan tak mau berada di sini. Permainan yang kau lakukan denganku ini mengerikan."

   "Permainan? Kaupikir aku bermain-main dengan mu? Ini bukan permainan, Victorious Abigail. Percayalah kepadaku. Permainan punya pemenang dan pecundang. Tidak ada pemenang di sini."

   "Kadang-kadang permainan berakhir seri."

   "Tidak hari ini, Sayang."

   "Apa maksudnya itu?"

   "Maksudnya persis seperti yang kau pikirkan. Dapat dipastikan akan ada pecundang dalam permainan kita hari ini. Dan itu bukan aku."

   "Aku, kan?"

   "Ya. Dan aku."

   "Tapi, kau baru bilang bahwa pecundangnya bukan kau."

   "Ya, aku bilang begitu, bukan? Tapi, aku dirimu, Tory. Dan kau sudah mengetahuinya selama ini."

   "Apa pula yang terjadi di sini? Dan apa sih yang kau bicarakan?"

   "Jangan khawatir, Sayang. Awasi saja bola yang bergulir-er, kerai yang bergeser."

   "Aku merasa sakit."

   "Tidak, kau tidak sakit. Kau hanya berpikir kau sakit."

   "Apa kerai itu terbuka? Kerai itu bahkan tak tampak bergerak."

   "Oh, ya. Kerai itu terbuka. Terbuka sangat perlahan ... dalam gerakan yang sangat lambat ... gerakan kecil yang menyingkapkan secercah jendela di baliknya ... pelan-pelan ... satu milimeter setiap saat. Dengan kecepatan ini, butuh selamanya sampai kerai itu terbuka seluruhnya."

   "Ini gila."

   "Tidak, itu bukan kata yang tepat untuk menggambarkannya, Tory."

   "Jadi, kata apa yang tepat? Bagaimana kau menggambarkan semua kegilaan ini? Bagaimana kau menggambarkan semua hal aneh yang dikatakan oleh orang yang bahkan tak bisa kulihat?"

   "Perhatikan kerainya, Tory."

   "Tidak, sudah cukup bagiku. Aku tidak akan mendengarkanmu lagi. Dan kenapa sekarang aku mendengarkanmu? Dan bicara kepadamu? Ini mimpiku dan harusnya aku yang mengatur, bukan kau."

   "Ha-ha-ha. Kocak sekali, Victorious."

   "Jika kau adalah aku, aku yang mengatur."

   "Apa yang kaulihat melalui jendela, Tory?"

   "Mereka banyak sekali."

   "Ya, Tory."

   "Apakah mereka binatang-binatang yang ku ..."

   "Bagaimana menurutmu?"

   "Aku takut."

   "Akan apa? Kebenaran? Apakah aku harus melakukan adegan Jack Nicholson di A Few Good Men untukmu? Kau tak bisa menerima kebenaran!"

   "Kenapa kau lakukan ini kepadaku?"

   "Ini saatnya untuk mengakhiri semuanya, Sayang."

   "Apa maksudnya itu sebenarnya?"

   "Ingat lagu 'Good Night' di The White Atbum?"

   "Iya. Ringo yang menyanyikannya. John yang menulisnya."

   "Sekaranglah saatnya mengucapkan selamat tinggal?"

   "Benar. Dan inilah saatnya."

   "Sudahkah aku memberitahumu bahwa aku benci eufemisme?"

   "Itu tidak mengejutkan. Biar bagaimanapun, kau seorang penulis. Bahasa yang singkat dan jelas selalu menjadi tujuan utama penulis, bukan?"

   "Ya. Jadi, tolong, maukah kaubicara dengan bahasa yang singkat dan jelas?"

   "Kau terganggu dengan referensi atas ucapan selamat tinggal?"

   "Ya. Katakan apa maksudmu."

   "Oke. Baiklah. Aku akan mengatakannya. Sekarang saatnya untuk mati, Tory."

   "Tidak."

   "Oh, ya. Lihat di mana kau sekarang, Sayang."

   "Aku di atas meja ... ada tabung ... oh, Tuhan "Apa yang bisa kaulihat, Tory?"

   "Yang bisa kulihat hanyalah langit-langit ... aku terbaring ... yang bisa kulihat hanyalah langit-langit ...."

   "Palingkan kepalamu, Tory. Lihat ke jendela. Apa yang kaulihat?"

   "Binatang-binatang itu menghilang ... aku harus mengucapkan doa yang diberikan oleh perempuan tua itu kepada Sarah ... aku harus mengucapkannya ... tapi aku tak ingat sepatah kata pun ... aku tak ingat ..."

   "Kau mengoceh, Sayang. Lebih baik kau diam dan membiarkannya terjadi."

   "Tidak ... aku tidak mau mati ... aku ..."

   "Selamat datang kembali, kawanku, dalam pertunjukan yang tak. pernah berakhir."

   "Aku berbaring di sini ... dan kau menyanyikan lagu dari Emerson, Lake and Palmer, untukku?"

   "Tentu saja. Kenapa tidak?"

   "Itu kejam."

   "Kurasa begitu. Apa yang kaulihat di balik jendela sekarang, Tory?"

   "Aku merasa sakit."

   "Lihat ke jendela, Tory. Beri tahu aku apa yang kaulihat."

   "Aku melihat ... dirimu."

   "Benar. Dan siapa aku, Tory? Silakan. Katakanlah."

   "Kau ... kau ... adalah aku."

   "Ya."

   "Aku ingin terbangun."

   "Sekarang apa yang kaulihat, Tory?"

   "Aku melihat ..."

   "Ya?"

   "Di sana..."

   "Teruskan."

   "Di sana penuh ..."

   "Berhenti di situ. Jangan berani-berani untuk memberitahuku bahwa di sana penuh bintang bertaburan. Cuma Arthur C. Clarke Stanley Kubrick yang boleh menggunakan kalimat itu. Apakah kau mengerti?"

   "Tapi ..."

   "Tidak ada tapi. Apa yang kaulihat?"

   "Aku takut."

   "Kau seharusnya takut. Apa yang kaulihat?"

   "Jendelanya hilang."

   "Benar sekali. Apa yang kaulihat sekarang,Tory?"

   "Aku melihat diriku sendiri."

   "Benar. Beri tahu aku apa yang kaulihat."

   "Aku melihat ke bawah ... aku melihat diriku terbaring di atas meja di bawahku ... ada rasa panas tak tertahankan mengalir melalui tubuhku ... aku ... aku ..."

   Aku memandangi diriku dari atas...

   Hari Euthanasia Pukul 15.30 Kamar gas sunyi.

   Tory tahu bahwa gas karbondioksida yang mematikan telah menjalankan tugasnya.

   Kini, saatnya pemindahan dan pembuangan bangkai hewan serta pembersihan ruangan.

   Tory mengeluarkan sarung tangan karet kuning yang berat, mengenakan masker pelindung wajah, dan menyiapkan diri untuk tugas di hadapannya.

   Pekerjaan ini semakin berat, pikirnya.

   Jauh lebih berat.

   Jake tidak pernah meninggalkan kantornya saat Tory mengosongkan kamar gas, dan tak ada satu pun staf front-office yang mendekati bagian belakang gedung.

   Bagian dari tugasnya ini membuat Tory teringat akan kutipan "The Waste Land"-"Negeri Penghabisan"-karya Eliot.

   "Ia yang dulu hidup telah mati/Kita yang hidup sekarang akan mati/Bila kita bersabar sedikit lagi."

   Tory berhenti sejenak, tangannya yang dibungkus sarung tangan berjuntai di sisi badannya, headphone-nya yang tidak bersuara memeluk lehernya.

   Bila kita bersabar sedikit lagi.

   Ia merasakan sesuatu membuncah dalam dirinya, tapi ia tak tahu perasaan apa ini.

   Sedih? Marah? Panik? Takut? Ia tidak tahu, tapi ia tahu bahwa ia tak pernah merasa seperti ini.

   Ya, ada saatnya ia merasakan semua emosi itu, selintas lalu menusuk nuraninya ...

   tapi hari ini berbeda.

   Dan tiba-tiba, kaleidoskop gambar dan suara membanjiri pikirannya ...

   anjing dan kucing yang masuk ke dalam penampungan selama beberapa bulan terakhir ...

   bagian dalam kamar gas ...

   keluarga berjalan melalui kandang, anak-anak mencari hewan peliharaan yang sempurna ...

   ekspresi memohon di mata hewan-hewan dalam kurungan saat mereka memohon secara mental kepada orang asing untuk membawa mereka pulang-dan jauh dari tempat ini ...

   obrolan staf kantor di hari kerja, tidak sadar akan kenyataan yang terjadi di bagian belakang gedung gambaran Tory yang duduk sendiri di sofa ruang keluarga rumah ibunya setiap malam Jumat selama beberapa bulan terakhir, memeluk bantal, kakinya terlipat di bawah tubuhnya, tak mampu makan apa pun sampai, paling cepat, malam Sabtu bayangan kabur rumah tua itu saat sinar matahari menerpanya dengan cara tertentu ...

   dan kemudian, sekali lagi, para hewan ...

   para hewan ....

   Tory mengulurkan tangan dan meraih pegangan pintu kamar gas.

   Ia menutup mata sesaat dan mengambil napas.

   Kemudian, ia membuka matanya ...

   dan ia membuka pintu.

   Dan kemudian Tory melihat ...

   dia melihat ....

   Aku memandangi diriku dan atas ...

   dengan mata yang tiba-tiba berbinar ....

   "Jake! JAKE!! Telepon 911! Tory! Sepertinya tidak bernapas!"

   Rumah Sakit St. Raphael "Dia begitu muda."

   "Serangan jantung pada umur 28? Iya, menurutku begitu. Kenapa kau terlambat?"

   "Macet. Parade Hari Colombus. Mereka menutup Chapel Street. Dia datang dengan ambulans?"

   "Iya, tapi mereka harus memberinya kejut listrik di lokasi."

   "Dia bekerja di penampungan hewan?"

   "Mari kita naikkan lasix-nya sedikit ... beri dia morfin juga."

   "Iya, Waterbridge."

   "Dan dia langsung kolaps?"

   "Iya. Salah satu rekan kerjanya menemukannya terbaring di lantai di depan kamar gas milik penampungan."

   "Ya Tuhan. Dan, kau tidak menemukan bukti adanya penyakit jantung-tidak ada penyumbatan di pembuluh darah?"

   "Tidak. Dia sesehat yang kau harapkan untuk orang seumurnya."

   "Gas beracun?"

   "Tidak. Mereka bilang pintunya tidak akan terbuka sampai gasnya sepenuhnya terisap."

   "Lalu, apa pula yang terjadi?"

   "Aku tidak tahu. Tapi, mereka bilang salah satu hewan tidak mati."

   "Apa maksudmu?"

   "Manajer tempat itu-Jay siapa gitu-dia berkata bahwa ketika mereka menemukannya di lantai, ada anak kucing yang duduk di sampingnya."

   "Maksudmu dari kamar gas-salah satu binatang yang mereka euthanasia?"

   "Iya. Kucing itu tidak mati."

   "Oh, Tuhanku! Apa menurutmu itu sebabnya? Menyebabkannya kena serangan jantung?"

   "Siapa tahu? Kudengar yang semacam itu bisa terjadi."

   "Tapi, dia begitu muda. Dan tampaknya dalam keadaan sehat."

   "Dia pasti akan segera pulih. Mengingat semua nya."

   "Iya. Mau minum kopi?"

   "Kau membaca pikiranku."

   DARI MEJA TORY TROY 21 Oktober 2001 Jacob Slezak, Manajer Penampungan Hewan Waterbridge 167 Gilman Place New Haven CT 06510 Dear Jake, Dengan surat ini saya informasikan bahwa saya, Victoria Troy, mengundurkan diri dari posisi saya di Penampungan Hewan Waterbridge.

   Pemberitahuan ini berlaku segera.

   Dengan hormat, Victoria A.

   Troy 363 Elizabeth Anne Road -New Haven.

   CT 06512 (203) 790-1953 -torytroy@snet.net

   Epilog Sabtu, 2 November 2002 All Soul's Day Perempuan muda itu duduk dengan dagu di sikunya, memandangi permukaan air.

   Batu yang didudukinya berwarna kelabu gelap dan dingin, dengan rumput laut yang terjalin dari lumut kerak yang menempel di permukaannya.

   Ia tak bergerak saat ia menatap kaki langit.

   Ia tidak memerhatikan udara November yang menggigit; ia tidak mencium bau air asin; ia tidak mendengar bunyi ombak yang memecah.

   Tapi, matanya melihat lebih banyak sekarang.

   Serangan jantung itu tidak membunuhnya, meskipun mendorongnya untuk berhenti dari pekerjaan yang ia kira mampu ia tangani.

   Ia menjalani hari itu lagi dan lagi; kadang kadang di malam hari, saat pepohonan bergerak dan ranting-ranting menggores ambang jendela kamar tidurnya; kadang di sore hari, saat mengemudi ke toko atau membungkuk untuk mengosongkan mesin pengering; kadang di pagi hari, saat anak kucing barunya, yang tidur di sampingnya, terbangun dan memanjat ke dadanya sebagai tanda waktunya makan.

   Ia menjalani lagi masa ketika dia membuka pintu berat itu dan melihat tubuh hewan-hewan mati-semuanya tergolek, mata mereka tertutup ....

   Ia menjalani lagi saat ketika dia menunduk dan melihatnya-duduk di antara dua anjing mati, ekornya ditekuk mengelilingi tubuhnya dengan penuh rasa takut, memandanginya, matanya yang lebar memohon.

   Dan kemudian Tory menjalani lagi-apa? Ia masih tak tahu apa yang dialaminya.

   Ia masih belum memahami sepenuhnya apa yang terjadi padanya di saat gelap ketika ia ...

   di tempat lain.

   Jadi, ia memusatkan pikiran kepada transformasi yang ditimbulkannya, meskipun ia tak bisa melupakan ...

   perinciannya ...

   orang-orang yang tak dikenalnya, suara-suara yang tak pernah didengarnya sebelumnya, skenario aneh yang mengalir bebas, ketakutan, kesedihan....

   Perinciannya.

   Ia tidak ingat saat ketika Marcy menemukannya, tak sadarkan diri di lantai di depan kamar gas, jantungnya berhenti-dalam arti sesungguhnya karena kaget, anak kucing mengeong di sampingnya.

   Ia ingat terbangun di rumah sakit, tapi ia tak ingat teriakan-teriakan yang terjadi sebelumnya, atau EMT, atau ambulans, atau air mata rekan kerja dan ibunya.

   Kemudian, ia memikirkan apa yang telah terjadi, tentang apa yang dijalaninya selama ...

   apa? detik? menit? dekade? Tak nyata ketika jantungnya tidak berdetak.

   Ia memikirkan betapa mengerikan perbuatannya, obrolannya dengan Dr.

   Bexley, persidangan, dan penjatuhan vonis.

   Dan ya, ia memikirkan saat ketika ia memandangi tubuhnya yang tak berdaya dan atas akibat suntikan mematikan ...

   dan bagaimana, selama satu milidetik, ia melihat dirinya berbaring di lantai di depan ruang euthanasia.

   Ia ingat merasakan jiwanya terpisah dari tubuhnya dan berkelana ke negeri cahaya, kaleidoskop gambar dan suara yang membanjiri kesadarannya-bola cahaya yang muncul di balik matanya yang tiba-tiba berbinar hingga waktu terhenti.

   Dan kemudian, ia memikirkan tentang terbangun di rumah sakit dan pandangan ngeri di wajah ibunya saat ia membuka matanya.

   Tory menatap kaki langit, tak melihat gerakan perlahan-lahan kapal tanker yang ditarik, the whitecaps, atau sayap burung layang-layang Kaspia yang melayang tinggi dengan jambul hitamnya yang berkilap.

   Namun, matanya melihat lebih dari itu.

   cahaya yang mengagumkan, langit tak berbatas, kawah-kawah di bulan.

   Ada batu dalam perairan ini dan pikirannya sering teralihkan kepada hal ini.

   Batu itu akan ada di sana selama berabad-abad, di tempat ia melempar kannya, air mencucinya setiap hari setiap pasang naik.

   Tory merasakan gerakan di dadanya dan melihat ke bawah.

   Bexley sudah bangun, bergelung di kereta bayi, dan dia ingin diberi makan.

   Sekarang.

   Ia menggaruk Bexley di belakang lehernya, tersenyum saat meongan kecil keluar dari dalam tubuh kecilnya, dan ia pun berdiri.

   Rambutnya sedikit lebih panjang sekarang.

   Saat angin dingin mengacak-acaknya, ia bertanya-tanya sejenak apakah ia perlu memotongnya.

   Ia menatap permukaan air untuk terakhir kalinya, warna terang cahaya yang dibiaskan di antara ombak tampak tak nyata baginya.

   Mata hijaunya yang jernih disipitkan melawan angin saat ia berbalik meninggalkan tempat yang cerah dan dingin ini.

   Saat ia berjalan sepanjang tanjung batu menuju pantai, ia melihat anjing putih kecil mengorek-ngorek pembungkus hamburger yang dibuang di pasir.

   Rasa lapar dan putus asa tampak bahkan dari kejauhan.

   Segera setelah kakinya menyentuh pasir, ia segera menghampiri anjing itu, nyengir melihat Bexley bersembunyi makin dalam di keranjang bayi.

   Ketika anjing itu melihatnya, dia gemetar dan mulai menggeram, merasa takut dan terancam, tapi tidak bersedia melepaskan potongan kecil dalam pembungkus.

   Ia berhenti beberapa kaki dari anjing itu.

   Anjing itu memandanginya dengan campuran ekspresi bingung dan takut, tapi tidak kabur.

   Ia meraih ke dalam saku jaketnya dan mengeluarkan kantong Ziploc berisi daging giling segar.

   Kadang, ia membawa biji-bijian untuk burung, kadang ia membawa tuna untuk kucing yang berkeliaran.

   Hari ini ia membawa daging.

   Ia membuka kantong itu, membaliknya, dan mengosongkan isinya ke pasir yang keras.

   Mata si anjing terbelalak, tapi dia tetap tak bergerak.

   Tory mengembalikan kantong kosong ke dalam sakunya dan mulai berjalan menuju lapangan parkir, tahu bahwa si anjing takkan mendekati daging itu selama ia masih berdiri di dekatnya.

   Ia menoleh ke belakang dan melihatnya bergerak pelan-pelan, ragu-ragu, mendekati daging itu.

   Ketika dia cukup dekat, dia mengendusnya, lalu mulai melahapnya.

   Ombak bergulung di pasir.

   Si anjing mengabaikannya.

   Ketika Tory tiba di mobilnya, ia menoleh ke belakang sekali lagi.

   Kilatan cahaya matahari warna-warni yang terpantul di air menari-nari di matanya, dan ia pun tersenyum.

   UCAPAN TERIMA KASIH Aku mengucapkan terima kasih kepada agen dan teman baikku, John White, untuk bantuan dan sarannya.

   John memainkan peran besar dalam mengantarkan buku ini ke tanganmu.

   Aku juga ingin mengucapkan terima kasih kepada editorku, Ann Harris.

   Dewi fortuna tersenyum kepadaku saat aku diberkahi dengan Ann sebagai konduktor simfoni ini.

   Kebijaksanaan dan panduannya tak bisa dinilai.

   Penghargaan dariku juga untuk semua orang baik di Bantam Dell, khususnya Irwyn Applebaum, Matthew Martin, Nita Taublib, Judy Young, dan Megan Keenan.

   Aku berterima kasih kepada Laura Ross di Black Dog & Leventhal dan Salvatore V.

   Didato, Ph.D.

   karena mengizinkanku (Dr.

   Bexley, sebenarnya) untuk menggunakan beberapa tes kepribadian dan buku Dr.

   Didato, The Big Book of Personality Tests (Black Dog & Leventhal, 2003).

   Terima kasih untuk Anda berdua karena telah membantu Dr.

   Bexley untuk lebih memahami Tory.

   Aku juga menghargai dukungan dan keluarga, teman, dan kolega yang telah menyemangatiku.

   Carter Spignesi, Steve dan Marge Rapuano, Frank Mandato, Mike Lewis, Dolores Fantarella, Dr.

   Michael Luchini, Dr.

   Edward Gogha dan teman temanku di Rumah Sakit Hewan Ridgehill, Alyse "Ally McSpero"

   Spero-Geremia, Mary Toler, Charlie Fried, Jim Cole, George Beahrn, Stan Wiater, Tyson Blue, Dave Hinchberger, Jay Halpern, Andy Rausch, Ann LaFarge, Colin Andrews, Paul, Andy, Chris, Bill, dan Mike di East Haven P.O., Laura Ross, Marlyn Allen, teman baikku Adrienne, dan Bill Savo yang tak bernilai.

   Dan terakhir, aku berterima kasih kepada istriku Pam, ibuku Lee, dan saudara perempuanku Janet semuanya perempuan luar biasa.

   Stephen Spignesi New Haven, Conn.

   All Souls' Day, 2004 TENTANG PENGARANG STEPHEN SPIGNESI adalah pengarang lebih dari tiga lusin buku nonfiksi.

   Dialog adalah novel pertamanya.

   Dia tinggal di Connecticut bersama istrinya, Pam, dan kucing mereka, Carter.

   Dia bisa dihubungi melalui lamannya www.stephenspignesi.com.

   

   

   

Pendekar Rajawali Sakti Darah Dan Asmara Wiro Sableng Roh Dalam Keraton Roro Centil Geger Tombak Pusaka Ratu Shima

Cari Blog Ini