Tarian Cinta 2
Sayed Kashua Tarian Cinta Bagian 2
Aku merusak Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi kunci lemari-lemari dapur, membuat mampet toilet dengan memasukkan pasir ke dalamnya, menyembelih ayam-ayam tetangga, menaruh semut di mata sepupuku, dan aku membakar separuh kebun mangga.
Aku memiliki stok ketapel komplit, tetapi bukannya batu, aku menggunakan paku sebagai pelurunya, dan aku membidik mobil-mobil atau orang-orang yang kebetulan melintas.
Orangtuaku berhenti menghadiri pernikahan kerabat-kerabatku gara-gara aku.
Mereka hampir tidak pernah bisa tidur pada masa itu, takut akan apa yang mungkin aku lakukan pada malam hari.
Orang-orang merasa kasihan pada mereka.
Setiap orang mengira ada yang tidak beres denganku.
Tidak ada apa pun yang membuatku takut.
Aku tidak takut pada anakanak atau orang-orang dewasa, ikat pinggang atau ular.
Ketika mereka memukulku, aku akan berpura-pura menangis, dan aku akan meminta maaf, berjanji ini adalah terakhir kalinya aku melakukan itu.
Dalam waktu dua menit akan ada sesuatu yang lain yang pecah, malapetaka lain yang datang.
Itulah masalah terbesarku.
Aku tahu bagaimana berakting dengan bagus.
Aku akan menggeliat kesakitan dan berpura-pura sekarat, sehingga mereka akan merasa kasihan padaku dan melepaskanku.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Orangtuaku telah mencoba segala macam hal.
Mereka mencoba bersikap lembut, galak, memukulku dengan ikat pinggang, dengan tongkat, dengan tangan mereka, menamparku, memukul punggungku dan kakiku.
Mereka berkonsultasi ke dokter, memberiku beberapa pil, dan mendatangi para kyai dan tabib, tetapi semua usaha itu gagal.
Justru benjolan di kepalakulah yang membawa perubahan.
Hal ini terjadi ketika tetangga kami, Aisha, dan suaminya, Abu-Ibrahim, bercerai.
Pada hari itu dia membawa seluruh barang-barangnya dari rumahnya ke halaman rumah kami-sebuah kasur dan beberapa selimut, bantal dan pakaian-dan menunggu truk.
Ada tumpukan barang-barang yang empuk di sana.
Ketika aku melihat tumpukan itu, aku memanjat balok-balok bangunan yang aku ambil dari sebuah lokasi bangunan, meraih pipa air, dan menggunakannya untuk memanjat naik ke atap.
Kemudian aku mencoba terjun ke tumpukan kasur dan baju Aisha.
Aku meleset dan tulang tengkorakku retak.
Mereka mengira aku mati.
Kemeja ayahku berlumuran darah saat dia dan Abu-Yakkan, pegawai toko kelontong, melarikanku ke rumah sakit.
Tak seorang pun yang melihatku telentang di sana di atas bebatuan itu, berdarah-darah dan segalanya, Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi mengira bahwa aku akan selamat.
Tetapi aku ...
aku seperti seekor kera, aku kembali berlari-lari beberapa hari kemudian.
Kata orangtuaku, aku tidak ingat kepalaku pernah terbentur dan tidak ingat apa pun yang aku lakukan sebelum itu.
Kata mereka, benjolan di kepalaku mengubahku menjadi seorang manusia.
Tulang tengkorakku retak, tetapi otakku masih utuh.
Aku beruntung karena memiliki kepala sekeras batu.
Selama dua hari aku berbaring tak sadarkan diri, tetapi setelah siuman aku menjadi orang yang berbeda-anak yang menyenangkan, sopan, tenang dan pandai.
Pada hari pertama aku pulang dari rumah sakit aku memakai piyamaku dan menggosok gigi.
Pada pukul enam aku mengucapkan selamat tidur kepada orangtuaku.
Hari Ketika Aku Melihat Orang-Orang Yahudi dari Dekat untuk Pertama Kalinya Saat pertama kali aku melihat orang-orang Yahudi dari dekat, aku terkencing di celana.
Ibu marah sekali karena dia telah meminta kami agar menjaga baju kami tetap bersih.
Dia mendandani kami dengan pakaian terbaik kami pagi itu.
Dia tahu, ketika dia pulang ke rumah setelah bekerja Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi malam itu, dia hampir tidak memiliki cukup waktu untuk memasak sebelum para tamu datang.
Karena itu dia, mendandaniku kemudian mengantarkan aku ke taman kanak-kanak.
Pada hari itu para guru taman kanak-kanak telah memutuskan untuk membawa kami ke lapangan sepak bola.
Mereka membawa kudapan kwaci biji bunga matahari untuk diri mereka sendiri, kemudian mereka duduk di tempat duduk terbuka di stadion, dan mulai mengobrol.
Anak-anak berpencar dan bermain-main dengan gembira dan di lapangan, jatuh, dan bermain bola.
Anak-anak perempuan bermain di pasir dan saling melempar kantung berisi pasir dan batu-batu kecil.
Guru-guru terus saja memecah kwaci biji bunga matahari dan bersantai.
Dari waktu ke waktu mereka mendamprat salah satu murid, dan memarahinya.
Aku tahu, tidak seharusnya dia ikut bermain-main.
Aku tidak ingin pakaianku jadi kotor, tidak untuk hari ini.
Aku mengenakan celana overall biru dan kemeja putih.
Pakaian putih cepat kotor.
Aku tahu ini adalah baju terbaikku, baju baruku.
Jika aku membuatnya kotor, mereka tidak akan mengizinkanku menemui orang-orang Yahudi yang bekerja dengan Ayah.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Aku ingin pipis, tetapi aku tahu aku tidak mau membuka celana overall-ku di depan guru-guru dan anak-anak lain.
Aku melihat anak-anak lain melaku-kannya, tetapi aku tidak bisa.
Jadi aku menahannya lebih lama lagi.
Kemudian aku mulai merasa sakit.
Aku tidak pernah menangis sekencang itu seumur hidupku.
Aku telah mengompol di celana.
Aku tidak dapat menyembunyikannya.
Semua orang melihat.
Salah satu anak mulai menertawakanku dan berlari untuk memberi tahu pada guru.
Bu Guru itu tidak memukul bokongku karena dia merasa kasihan padaku.
Aku menangis dengan kencang, menjerit, dan menggosok-gosok mataku dengan kepalan tangan.
Sampai sekarang aku masih dapat merasakan air mata dan ingus yang keluar dari hidung, rasa pedih di mataku, dan bagian bawah celanaku yang basah, yang menggesek kakiku dan membuatku sulit untuk berjalan.
Salah satu guruku, yang sebenarnya seorang asisten guru, menyeretku kembali ke sekolah.
Dia merentangkan tangannya sepanjang jalan, untuk menjagaku agar tetap jauh darinya.
Ekspresinya menunjukkan rasa jijik yang teramat sangat.
"Kamu seharusnya malu,"
Katanya padaku.
"Kamu kan sudah besar."
Lenganku sakit. Dia membawaku ke kelas kakakku, ke Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi kelas satu, dan menyuruhnya keluar.
Semua anak di dalam kelas itu mendengar perkataannya bahwa kakakku harus mengantarkanku pulang karena aku mengompol.
Jeritanku semakin keras ketika kakakku menyambar tanganku dan menyeretku.
Dia gembira karena bisa pulang sekolah lebih awal.
Dia menertawakanku, senang aku kena masalah.
"Orang-orang Yahudi dari tempat kerja Ayah akan melihatmu."
Dia tertawa.
"Ibu akan membunuhmu."
Seperti aku tidak tahu saja! Aku tidak ingat apakah pada hari itu aku jadi menemui orang-orang Yahudi atau tidak, tetapi kukira Ibu tidak memukul bokongku.
Sepertinya dia berhasil mengendalikan diri.
Yang aku ingat hanyalah setelah mereka pergi, Ibu membuka bingkisan yang mereka bawa.
Bingkisan itu berisi cokelat.
Aku ingat Ibu berkata "Hanya itukah yang mereka bawa? Padahal kita telah menyiapkan segala sesuatu untuk mereka selama seminggu penuh!"
Lima tahun kemudian, ketika aku duduk di kelas empat, guru bahasa Ibrani kami datang ke kelas dengan seorang ajnabi, orang Barat, orang asing-berambut pirang, tinggi, tampan, tidak seperti kami.
Guru itu menerjemahkan bahasa Ibrani orang asing tersebut.
Dia dari organisasi Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Seeds of Peace (Benih-Benih Perdamaian).
Mulai saat itu kami juga menjadi anggota Seeds of Peace, dan kami akan bertemu dengan orang-orang Yahudi.
Mereka akan mengunjungi kami, dan kami mengunjungi mereka.
Kami menyukai gagasan itu.
Orang-orang Yahudi berarti libur sekolah.
Dan guru-guru akan bersikap lebih baik.
Mereka tidak akan memukul kami, dan mereka akan tersenyum setiap saat.
Orang-orang Yahudi memiliki lebih banyak guru perempuan.
Kami hanya memiliki satu orang, dan sudah tua.
Orang-orang Yahudi itu berasal dari Kfar Sava.
Guru bahasa Ibrani memberi tahu kami siapa temanteman Yahudi kami nanti.
Kelas kami lebih besar bila dibanding dengan kelas orang-orang Yahudi, jadi kadang-kadang dua orang anak harus berbagi seorang teman.
Aku mendapatkan Nadav Epstein sebagai temanku.
Kami diminta untuk mengajak teman kami ke rumah.
Seluruh desa tahu akan ada orang-orang Yahudi yang datang.
Seminggu sebelum kedatangan mereka, kami masing-masing mendapatkan surat yang isinya meminta orangtua kami untuk menyiapkan segala sesuatu, tidak melakukan apa pun yang bisa memalukan kami, dan menampilkan kesan yang baik.
Ibuku mengambil cuti, sehingga dia memiliki cukup waktu untuk memasak dan menata rumah.
Sebenarnya dia hanya harus Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi mengajar dua kelas pada hari itu, dan dia telah mengatur segala sesuatu untuk mendapatkan pengganti.
Ibu-ibu dan anak-anak yang tidak pergi ke sekolah keluar rumah lebih awal untuk menunggu orang-orang Yahudi.
Ibuku menyiapkan daging seniyyeh dengan tehini, maklubah, melukhiyyeh dengan ayam, dan salad.
Dia menata meja, membeli tanaman hias dari palstik, dan berdandan.
Nadav orangnya baik.
Aku tidak banyak mengerti bahasa Ibrani, tetapi dia baik.
Ramah.
Yang tidak aku mengerti adalah mengapa dia menyebut roti kami pitta.
Di Tira, pitta adalah sebutan untuk roti kadet.
Roti yang orangorang Yahudi sebut pitta kami sebut roti.
Dua minggu kemudian kami pergi ke Kfar Sava untuk mengunjungi mereka, sementara kelompok orang Yahudi yang kedua pergi ke Tira.
Sekolah mereka terlihat benar-benar berbeda.
Mereka memiliki pengeras suara di lapangan, dan mereka mendengarkan musik saat istirahat.
Aku melihat anak laki-laki dan perempuan berjalan bergandengan tangan dan menunggu seseorang untuk menampar mereka.
Aku mencari Nadav dan sadar bahwa mereka telah membuat kesalahan.
Kelas yang mereka kirim ke Tira saat itu adalah kelas yang sama yang telah berkunjung.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Mereka memasangkan kami, seorang Yahudi dan seorang Arab.
Beberapa orang Yahudi mendapatkan dua orang teman Arab.
Mereka memasangkan aku dengan orang baru.
Aku bahkan tidak menanyakan namanya.
Tak lama setelannya, kami pun paham bahwa orang-orang Yahudi tidak akan membawa kami ke rumah mereka.
Mereka telah menyiapkan makanan bagi kami di sekolah, mereka mengisi meja dengan roti Yahudi, batangan cokelat, dan selai.
Aku tidak makan apa pun.
Aku merasa sangat kecewa.
Beraninya mereka memberiku teman yang baru? Setelah akhirnya ayahku berhasil mengajariku bagaimana mengucapkan Epstein dengan benar.
Orangorang Arab berdiri di satu sisi, orang-orang Yahudi di sisi lain.
Aku nyaris saja menangis, tetapi aku memutuskan untuk menahannya.
Aku kesal pada diriku sendiri karena terlalu memikirkan orang Yahudi mana yang mereka pasangkan denganku.
Aku bahkan tidak mengerti apa yang dibicarakan Nadav! Lagi pula, tak ada seorang pun yang peduli.
Dan aku berani bertaruh Nadav bahkan tidak sadar mereka telah menukar kelas.
Guruguru kami terus bergumam tentang makanan.
Sebelumnya mereka yakin orang-orang Yahudi itu akan membawa kami ke rumah mereka, dan sekarang mereka sadar mereka telah sia-sia berdandan.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Tiba-tiba kepala sekolah kami datang belari-lari, marah-marah dan berkeringat, mencoba merapikan rambutnya sambil berlari. Dia langsung menemuiku.
"Ayo,"
Katanya.
"Mereka mengirim kelas yang salah. Aku akan membawamu kembali ke Tira bersamaku."
Aku tidak percaya aku akhirnya bisa menumpang mobil kepala sekolah.
Kepala sekolah memberitahuku Nadav tidak mu berhenti menangis karena mereka telah menukar kelas.
Dia menolak pergi dengan siapa pun kecuali aku.
Kata kepala sekolah, dia menjerit-jerit seperti anak kecil.
"Anak itu punya masalah serius. Kamu harus menenangkannya,"
Dia menambahkan.
Dia ingin mengantar Nadav pulang, tetapi wakil kepala sekolah mengatakan tidak baik mengantar pulang anak orang Yahudi dalam keadaan menangis.
Aku sangat senang.
Nadav merasakan hal yang sama denganku.
Anak Yahudi itu ternyata benar-benar menyu-kaiku.
Taftish (Pemeriksaan) Guru geografi kamu adalah guru yang paling menakutkan dan paling kuat.
Pernah suatu kali dia menyambar telinga Yakub dan mengayunkannya di Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi udara.
Yakub adalah anak yang paling besar di kelas.
Kakinya melayanglayang di udara dan berputar, kemudian guru itu melemparkannya ke papan tulis.
Bruk! Kami terbengong-bengong.
Tubuh kami seperti membeku.
Kemudian beberapa anak menertawakan Yakub.
Ibu Guru bahasa Arab akan datang, berkeliling ke meja-meja kami, dan memeriksa untuk melihat siapa yang telah mengerjakan PR.
Biasanya, setengah jumlah anak-anak di kelas tidak mengerjakan PR.
Mereka bahkan tidak dapat membaca atau menulis, jadi bagaimana bisa mereka mengerjakan PR? Dia memiliki penggaris logam, dan siapa saja yang tidak mengerjakan PR akan diketuk kepalanya dan disuruh berdiri dengan wajah menghadap papan tulis.
Setelah dia menyelesaikan pemeriksaannya, mereka semua berbaris di hadapannya; mereka telah terlatih dengan baik, dan tak pernah ada yang mengeluh.
Mereka tidak mencoba untuk kabur atau memberi alasan macam-macam supaya lolos dari hukuman karena mereka tahu siapa saja yang mencoba berbuat begitu akan mendapat hukuman ganda.
Mereka akan menundukkan kepala, menutup mata, mengertakkan gigi, dan mengulurkan tangan mereka sejauh-jauhnya.
Tangan mereka tidak boleh Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi dekat dengan badan, karena guru itu tidak mau berdekatan dengan baju mereka yang berkutu dan bau.
Guru bahasa Arab itu akan memegang erat-erat penggarisnya dan memukul telapak tangan anak yang telah melakukan kesalahan dengan seluruh kekuatannya, padahal dia sangat kuat.
Hampir semua guru pernah memukul kami.
Beberapa dari mereka akan berjalan melintasi kelas dengan memegang selang air.
Yang lain membawa bilah bambu yang panjang.
Di dalam ruang guru ada cambuk, dan guruguru yang sedang bertugas di lapangan akan mengayunkannya saat mereka mengawasi kami di lapangan saat istirahat.
Guru IPA pernah suatu kali memukulku dengan cambuk itu ketika aku sedang pipis.
Dia masuk ke toilet, yang kotor seperti biasanya, dan mencambuk siapa saja yang kebetulan ada di sana.
"Binatang! Babi!"
Dia berteriak.
Cambuk itu pun mengayun, tetapi tidak terlalu parah.
Aku dipukul lebih sedikit bila dibandingkan dengan anak-anak yang lain, bahkan lebih sedikit daripada anak-anak perempuan.
Aku selalu mengerjakan PR.
Aku tidak pernah membuat keributan di kelas.
Aku tidak mengobrol dengan siapa pun.
Aku menghabiskan waktu istirahatku duduk di meja dengan tangan terlipat.
Beberapa guru menerapkan sistem Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi kedisiplinan bersama.
Jika satu kelas terlalu ramai selama istirahat, setiap orang yang ada di dalam kelas mendapat pukulan.
Siapa pun, kecuali anak-anak yang orangtuanya mengajar di sekolah.
Mereka dibebaskan dari hukuman.
Taftish adalah hal yang paling mengerikan.
Perawat akan datang, di tengah-tengah pelajaran, dan masing-masing dari kami-yang telah mengenal rutinitas itu-akan segera mengeluarkan sapu tangan katun kami, membentangkannya di depan kami, dan meletakkan telapak tangan kami di atasnya.
Jika kami tidak memiliki sapu tangan, kami mendapat pukulan.
Jika kami sudah menggunakannya dan sapu tangan itu jadi kotor, kami akan mendapat pukulan.
Siapa saja yang tangannya kotor atau yang jari kukunya panjang akan diantar pulang ke rumah.
Aku selalu membawa sapu tangan.
Bahkan, aku membawa duasatu sapu tangan yang bersih untuk taftish dan yang satu yang kugunakan.
Perawat itu akan memilih beberapa anak secara acak dan dengan dua tongkat tipisnya dia akan memeriksa rambut mereka untuk mencari kutu.
Dia selalu menemukan beberapa anak yang berkutu, kemudian dia menjerit dan memukul anak itu.
Siapa pun guru yang kebetulan bertugas di kelas akan membantunya.
Keduanya akan menuliskan Aku berkutu Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi pada selembar kertas, mengelemnya di dahi mereka yang telah diperiksa, dan mengantarkan mereka pulang.
"Sudah saatnya ibumu tahu apa yang terjadi di luar rumahnya,"
Adalah kalimat yang biasa diucapkan oleh perawat itu.
Mereka tidak pernah menemukan kutu di rambutku.
Setiap orang di sekolah merasa bahwa memukul adalah hal biasa.
Bahkan, penjaga gedung sekolah sekalipun.
Dia akan masuk ke dalam kelas, dan mengeluarkan tiga anak.
Dua di antaranya disuruh membawa ember plastik hitam untuk tempat sampah dan yang ketiga akan mengumpulkan sisa-sisa roti isi, bungkusan-bungkusan, dan kaleng-kaleng di lapangan.
Jika penjaga sekolah tahu bahwa lapangan itu masih belum bersih, mereka akan dipukul.
Itu pernah menimpaku sekali.
Salah satu anak yang memegang tempat sampah melapor pada penjaga itu bahwa aku tidak memungut semua sampah.
Dia menamparku sekali, hanya sekali, karena dia tetangga kami dan mengenal ayahku.
Aku mendapat dua pukulan di tanganku dengan penggaris kayu dari guru musik karena aku tidak mengetahui salah satu lagu yang dia mainkan dengan oud-semacam mandolin.
Pernah suatu kali aku mendapat pukulan karena ember sampah di kelas kotor, padahal saat itu aku bertugas memeriksa ember sampah.
Aku dicambuk di punggung oleh wakil kepala Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi sekolah karena takut memanjat naik ke atap pada Hari Kemerdekaan untuk menancapkan bendera pada tong pasir di atas ruang guru.
Tidak ada tangga ke atap itu.
Satu-satunya guru yang tidak memukul kami adalah guru pertanian.
Dia orang yang lumayan baik, tetapi belum lama ini meninggal karena serangan jantung.
Dia satu-satunya guru yang datang ke sekolah dengan memakai kemeja dan dasi, satu-satunya guru yang memiliki mobil sebuah Subaru berwarna biru.
Dia memarkir mobilnya jauh dari traktor-traktor milik para guru yang lain, yang langsung mereka gunakan setelah pulang dari sekolah untuk pergi ke ladang stroberi mereka.
Di kelas pertanian kami mencuci mobil Subaru itu.
Kami menyukai mobilnya, dan dia selalu senang.
Setelah kami selesai membersihkannya, dia akan melemparkan bola pada kami.
Kami senang bermain sepak bola.
S atu-Satunya Temanku di Tira Masuk Rumah Sakit Satu-satunya temanku di Tira masuk Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi rumah sakit.
Pada saat itu kami duduk di kelas delapan.
Dialah satusatunya anak di kelas yang mau duduk di sampingku tanpa diperintah guru.
Suatu hari dia tidak masuk sekolah.
Dalam perjalananku pulang, aku mengetuk pintu rumahnya, tetapi tak seorang pun yang menjawab.
Pamannya yang ada di toko kelontong bilang dia sakit.
Dia sakit kepala dan mereka membawanya ke rumah sakit di Ramatayim.
Orangtuaku kemudian berdandan.
Ibuku membeli sekantung makanan kecil dan membungkusnya seperti kalau kita membungkus kado, dan kami pergi untuk menjenguknya.
Ini adalah kunjungan pertamaku ke Ramatayim dan inilah pertama kalinya aku melihat rumah sakit.
Rumah sakit itu memiliki gerbang besar dan dua pintu yang berat pada jalan masuknya yang tidak bisa dibuka jika kita bukan seorang dokter dan tidak tahu kodenya.
Orangtuanya terlihat lebih sedih daripada biasanya.
Temanku adalah satu-satunya anak mereka.
Ayahku bilang, dia tidak mengerti mengapa mereka hanya memiliki satu anak, padahal ibunya memiliki bokong yang begitu bagus.
Tak seorang pun yang diizinkan menjenguknya, kecuali aku.
Temanku terlihat seperti biasanya.
Dia bilang, Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi kadang-kadang kepalanya sakit dan dia akan mendengar suara-suara aneh.
Aku tidak memerhatikan perkataannya sama sekali.
Dia tampak baik-baik saja bagiku, bahkan dia tidak demam.
Di samping tempat tidurnya ada seorang anak yang memegang sapu dan berpura-pura menembak.
Dia sedikit lebih tua dari kami, dan dia senang bermain perang-perangan.
Temanku bilang, kapan pun mereka bermain bersama, anak itu terus berkata.
"Dia orang Irak, dia orang Irak."
Orangtua temanku membelikannya mainan komputer dengan mobilmobilan, dan dia mengizinkan aku untuk bermain dengan alat itu.
Orangtuaku tidak akan pernah membelikanku permainan mahal semacam itu.
Aku selalu iri padanya.
Dia tidak pernah makan Popsicle, hanya es krim batangan yang mewah.
Dia memiliki sepeda dan pakaian-pakaian yang bagus, sebuah jam tangan dengan kalkulator, dan sebuah Atari.
Ibuku berkata semua itu karena dia adalah anak tunggal.
Ibu tidak dapat membelikan es krim yang mewah untuk kami berempat.
Dia adalah satu-satunya temanku yang tidak membuat Ibu marah ketika dia main ke rumah.
Ibu berkata para orangtua lain menyuruh anak-anak mereka datang ke rumah kami hanya untuk mengenyahkan mereka, dan dia memintaku untuk tidak membawa mereka masuk ke dalam rumah.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Tetapi ketika yang datang ke rumahku adalah temanku ini, Ibu selalu bersikap ramah, bahkan mengajaknya untuk makan bersama kami.
Tetapi, biasanya dia menolaknya.
Ayahku terus berkata, dia tidak dapat mengerti mengapa mereka tidak memiliki anak lagi.
Toh mereka memiliki banyak uang.
Dan bagaimana jika sesuatu terjadi pada anak itu? Ayah temanku memiliki traktor besar dengan kaca depan dan ruang kontrol yang berpendingin ruangan, dan ayahku bilang ia kedapatan membajak setiap ladang di Tel Mond, bekerja dari subuh hingga petang, dan tidak pernah melewatkan satu pekerjaan pun.
Mereka punya mobil baru yang selalu diparkir di luar rumah mereka, ditutupi dengan kain terpal putih.
Mereka jarang sekali menggunakannya, mobil itu hanya untuk pajangan, kata ayahku.
Mereka tidak pernah keluar rumah dan ayah temanku hanya akan menggunakan traktor karena setiap hari Jumat dan Sabtu, ketika dia tidak bekerja untuk orang-orang Yahudi, dia akan membajak ladang di Tira.
Tiba-tiba, di tengah permainan, temanku mengamuk.
Dia mulai memekik "Laaaaa! Laaaaa! (tidaaak)!"
Dan dalam waktu sekejap banyak perawat pria datang, mengeluar-kanku dari ruangan, dan mengikat temanku di tempat tidur. Menakutkan. Aku tidak pernah melihat peristiwa seperti itu. Aku Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi bertanya pada ayahku apa yang telah terjadi, dan mereka hanya berkata bahwa kami harus pulang.
Kami tidak saling bicara dalam perjalanan pulang kami ke Tira.
Ayah mengendarai mobil tanpa berbicara, dengan Ibu duduk di sampingnya dan aku duduk di belakang, seperti biasa.
Pada waktu itu orangtuaku tidak lagi mengizinkan aku tidur bersama Nenek, tetapi pada malam itu mereka berpura-pura tidak memerhatikan ketika aku diam-diam menyelinap ke kamar Nenek.
Mereka memberi tahu Nenek apa yang terjadi di rumah sakit.
"Seharusnya mereka tidak mengajakmu,"
Katanya seraya memelukku eraterat.
"Jangan menangis. Tuhan akan menyembuhkannya, dia akan kembali bersekolah, lihat saja. Pergilah tidur. Jangan takut, ya habibi."
Parliament Segala sesuatu, sepertinya berkembang pesat pada masa itu. Pada tahun terakhir sekolahku, mereka membuka jalan ke Tira dan memperkenalkan kami pada jaringan telepon, tim sepak bola naik peringkat, sebuah kolam Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi renang dibuka, dan seseorang di Taiyiba menghubungkan rumah-rumah di sana dengan jaringan televisi kabel.
Setiap rumah yang ada di desa dihubungkan ke jaringan televisi kabel.
Tak seorang pun yang menonton acara lain, hanya apa yang ditayangkan di televisi kabel.
Semua orang sangat senang melihat orang-orang yang mereka kenal muncul di televisi.
Mereka melihat orang-orang itu di iklaniklan toko kelontong yang ditampilkan di tengah-tengah penayangan film India atau Mesir.
Selama bulan Ramadan tahun itu, yang jatuh pada musim panas, televisi kabel menayangkan kuis yang membagi-bagi hadiah.
Setiap orang di desa diperbolehkan berperan serta.
Dalam dua hari kuis itu menjadi ajang perang kehormatan, dan setiap keluarga di desa kami mengikutinya dengan serius.
Beberapa keluarga akan berkumpul setiap hari untuk menghitung berapa banyak dari mereka yang telah berhasil memberikan jawaban yang benar dan bersiap untuk hari berikutnya.
Pemilihan perwakilan desa akan segera diadakan, dan persaingan antar keluarga pun kian bertambah sengit.
Setiap keluarga berharap untuk memperkuat posisi mereka di desa melalui acara kuis.
Keluarga kami adalah salah satu Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi keluarga tertua di desa, tetapi keluarga kami sangat kecil, dan ayahku sangat sadar bahwa kemungkinan kami terpilih sangat kecil.
Pada saat pertunjukkan kuis usai, Ayah tahu siapa yang ingin dipilihnya.
Ayah tidak melewatkan satu pun episode acara kuis di televisi kabel.
Pertanyaannya sangat mudah pada awal-awal, seperti.
"Kapan Nabi Muhammad lahir?"
Dan Ayah akan segera menjawabnya.
Bibirnya akan mengucapkan teks pembawa acara kuis itu.
Jelas sekali bahwa dia tidak berkeinginan untuk menelepon atau ikut-ikutan semua orang idiot yang terjebak dalam permainan bodoh mereka.
Tetapi kenyataannya adalah Ayah tidak seratus persen yakin akan dirinya sendiri, dan dia akan selalu menunggu untuk mendengar apakah jawabannya telah dibenarkan oleh pembawa acara kuis setelah beberapa pendengar lain menelepon.
Suatu hari, orang-orang di televisi kabel itu memutuskan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sulit, yang benar-benar penuh jebakan, dengan petunjuk-petunjuk yang rumit.
Saat itu pertengahan bulan Ramadan, dan obsesi menjawab pertanyaan-pertanyaan kuis itu telah sepenuhnya menyedot perhatian masyarakat desa.
Inilah satu-satunya hal yang diperbincangkan orang-orang di desa.
Ada beberapa orang yang berkata, pembawa acara kuis itu hanya akan menerima telepon dari para Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi kerabatnya sendiri, ia juga membentuk dewan juri yang beranggotakan wakil-wakil dari seluruh keluarga di desa untuk mengawasi kompetisi ketika ditayangkan.
Saat itulah pertanyaan yang tersulit dikemukakan.
Pertanyaan itu disusun oleh kepala sekolah, yang meru-kan ayah pembawa acara kuis.
Keluargakeluarga yang lebih besar tak lama kemudian bersatu dan mengirimkan wakil mereka ke stasiun televisi kabel-pria-pria bertubuh besar yang dapat membuat kita babak belur dengan sekali pukul-untuk mengamati dari dekat.
Ajang adu kekuatan ini mencapai momentumnya, sedemikian rupa sehingga kita sulit melihat atau mendengar pembawa acara karena banyaknya wakil keluarga yang hadir.
Orang datang beramai-ramai menyesakkan studio, saling menyikut, dan mengumpat begitu keras sampai kadang-kadang ada yang terdengar di setiap rumah di desa.
Orang-orang di stasiun televisi kabel sadar sudah saatnya melakukan sesuatu, lantas mereka memindahkan acara kuis itu ke lapangan sepak bola.
Orang-orang yang menonton dari rumah hanyalah mereka yang suka berpikir dan yang cepat memutar nomor telepon di setiap rumah tangga.
Semua orang lainnya mencari tempat di lapangan secepat-cepatnya setelah waktu berbuka puasa.
Orang-orang memadati Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi jalanan menuju lapangan sepak bola, nyaris berlari, mereka bahkan belum sempat mencerna makanan buka puasa yang mereka santap dengan teburu-buru.
Ayah tidak mau ikut-ikutan dalam permainan itu.
Dia dan kepala sekolah pernah satu kelas, dan dia sering bercerita pada kami bahwa kepala sekolah itu payah sekali ketika mengerjakan tugas-tugas sekolah dan melanjutkan kuliah di institut keguruan kelas dua.
Nilai-nilai Ayah adalah yang terbaik di kelasnya, dan jika saja dia memiliki uang yang cukup untuk menyelesaikan kuliahnya, dia mungkin sudah menjadi dokter dari dulu.
Hari di mana kompetisi itu dipindah ke stadion adalah ketika mereka mengumumkan Pertanyaan Besar.
Saat ayahku mendengar bahwa kepala sekolah yang dulu teman sekelasnya yang menyusun pertanyaan paling sulit itu, dia berdiri dan melangkah dengan berat menuju televisi.
"Ambilkan aku pena,"
Perintahnya.
"Sekarang, jangan berisik."
Ketika pembawa acara mengulangi pertanyaannya, Ayah menulisnya di telapak tangan.
Dari negeri Paman Sam.
Biru seperti langit.
Tidak mendatangkan apa pun, kecuali masalah.
Dapat diawali dengan dua huruf.
Abd el-Wahab bekerja di sana.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Begitulah, kuis ini menjadi pertempurannya.
Keluarga kami mungkin hanya keluarga kecil, tetapi kami memandang diri kami sebagai keluarga yang cerdas.
Ayahku menyalin pertanyaan itu dari telapak tangannya ke dalam buku catatannya dan mempelajari setiap katanya.
"Apa sudah ada yang memecahkan teka-teki ini?"
Tanyanya.
"Belum, Ayah."
Waktu berlalu, dan tampaknya tak seorang pun bisa menjawab.
Ayah marah, katanya pertanyaan itu sebenarnya pertanyaan yang bodoh dan dia tidak dapat berpikir seperti orang-orang idiot itu.
Program kuis itu berlanjut hingga waktu sahur, sekitar pukul lima pagi.
Ayah bergadang dan terus memikirkan pertanyaan itu.
Tak seorang pun berhasil menemukan jawabannya pada hari itu, dan hari berikutnya orang-orang mulai bergunjing bahwa kepala sekolah itu telah dengan sengaja menyusun pertanyaan yang tidak ada jawabannya.
Dia mewakili keluarganya sendiri di pemilihan daerah, dan dia akan melakukan apa saja untuk mengalahkan keluarga-keluarga yang lain.
Pada pagi hari, Ayah menelepon dan minta cuti kerja hingga hari Idul Fitridengan kata lain, sampai kompetisi selesai.
Kemudian dia duduk dengan semua ensiklopedia Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi yang kami punya di rumah dan mulai mencari.
Dia bahkan memeriksa arti kata-kata yang paling tidak berkaitan.
Ada rumor tentang orang-orang yang telah menemukan jawaban.
Ada lusinan telepon yang masuk dan ada lusinan jawaban, tetapi tak seorang pun punya jawaban yang tepat.
Kemudian ayahku mulai mencari konotasi agama dalam pertanyaan itu.
Dari waktu ke waktu dia mengira sudah menemukan jawaban yang benar, dan dia akan meneriakkan jawabannya pada kami, untuk meyakinkan kami bahwa dialah yang menemukan jawaban tersebut jika ada orang yang menelepon dengan jawaban yang sama.
Beberapa hari berlalu, dan ayahku memberi tanda silang pada semua j awaban yang telah diutarakan oleh orang lain dan dinyatakan salah.
Kemudian dia memutuskan untuk memeriksa sisanya.
Dia tidak mau menelepon.
Dia tidak cukup yakin akan dirinya, jadi dia memutuskan untuk bertanya pada manajer stasiun televisi kabel itu apakah di antara jawaban-jawabannya ada yang benar.
Jika ternyata ada jawabannya yang benar, dia akan kehilangan hadiah dan berjanji tidak menelepon hingga kompetisi berakhir.
Ketika Ayah pulang setelah pertemuannya dengan manajer stasiun, kelihatan jelas bahwa dia gagal.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Hanya ada dua hari tersisa menjelang hari raya, dan pertanyaan kuis itu belum juga terpecahkan.
Para kepala keluarga mulai mengajukan gagasan agar hadiah utama diberikan kepada pemenang pada upacara besar di lapangan sepak bola pada malam Idul Fitri.
Malam itu, Ayah tidak keluar dari kamarnya.
Sesaat sebelum pertunjukkan dimulai, dia membuka pintu, berjalan mendekatiku, dan berkata, dengan bibir yang bergetar dan mata yang berair.
"Rokokku habis. Pergi belikan sebungkus lagi."
Dalam perjalanan pulang, aku mengamati bungkus rokok yang ada di tanganku. Parliament, rokok kesukaan ayahku. Di bungkusnya tertulis, AMERICAN BLUE, dan ada gambar langit biru. Tiba-tiba semuanya tampak jelas.
"Ayah, jawabnya 'Parliament',"
Aku berkata padanya. Ayah memandangku, menyuruhku duduk, dan dia duduk di sampingku. Dia tahu itu adalah jawaban yang benar. Dia dan kepala sekolah merokok Parliament Long.
"Parliament adalah rokok buatan Amerika,"
Kataku.
"Bungkusnya biru seperti langit. Rokok tidak mendatangkan apa pun kecuali masalah. Kita dapat menulis awal kata Parliament dalam bahasa Arab baik dengan huruf P maupun B. Dan Abd el-Wahab Darawsheh adalah anggota Knesset, Parlemen."
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Tanpa berkata apa pun, Ayah bergegas menuju telepon dan menekan nomor.
Kepala sekolah dapat dilihat di layar kaca, sedang duduk di sofa biru di tengah-tengah panggung.
Pembawa acara duduk di sampingnya, dan di belakang mereka ada beberapa orang yang bertugas melayani telepon yang masuk.
Jaringan telepon sibuk.
Ayah berusaha sekuat tenaga.
Dia terus menekan nomor, lagi dan lagi.
Kemudian dia bergegas keluar rumah dan berlari ke lapangan sepak bola.
Dia harus bisa menjawab sebelum kepala sekolah mengumumkan jawabannya.
Lima belas menit kemudian aku melihat Ayah di televisi, mencoba masuk menembus sekumpulan mas-sa yang menutupi jalan masuk ke studio sementara.
Kemudian juru kamera berjalan mendekatinya dan aku dapat mendengar dia berkata.
"Aku tahu jawabannya."
Kepala sekolah juga mendengarnya. Aku dapat melihatnya bangkit dari kursinya, berjalan mendatangi anaknya, dan memintanya untuk menayangkan gambar Ayah.
"Aku ingin agar seluruh desa melihat dia tidak dapat menjawab kuis ini,"
Katanya. Manajer pasti telah mengatakan padanya tentang jawaban Ayah yang salah. Pembawa acara memberi tanda pada salah seorang petugas, dan ayahku berjalan menaiki panggung, hampir tidak mampu bernapas. Dia meraih pengeras Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi suara, berjalan menuju kursi kepala sekolah, menatapnya, dan berkata.
"Parliament."
"Benar!"
Anak kepala sekolah itu langsung berteriak, tetapi kepala sekolah kemudian bangkit, mengambil pengeras suara dari ayah.
"Jawaban tidak bisa diterima tanpa adanya penjelasan,"
Katanya. Ayah mengambil kembali pengeras suara itu. Sekarang dia tahu kemenangan ada padanya. Dia menoleh ke kamera.
"Parliament adalah rokok dari negeri Paman Sam. Rokok tidak mendatangkan apa pun kecuali masalah. Bungkusnya biru seperti langit. Kita dapat mengejanya dengan huruf P atau B, dan Abd el-Wahab Darawsheh adalah anggota Parliament (Parlemen)."
Kerumunan orang mendengarnya dan sadar jawabannya benar.
Mereka tidak membutuhkan konfirmasi.
Setiap orang sangat gembira.
Bahkan pembawa acara, anak kepala sekolah, terlihat sangat senang mendengar jawaban yang hanya dia dan ayahnya yang tahu.
Dia mendorong sorak sorai penonton.
"Selamat,"
Katanya kepada Ayah.
"Anda memenangkan lima kilo daging dari Toko Daging Triangle."
Tetapi, ayahku dan kepala sekolah hanya saling menatap, dengan napas terengah-engah. Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Saat itu seluruh kerumunan bertepuk tangan, senang bahwa anggota keluarga yang kecil dapat memecahkannya.
Ayah masih berdiri di sana dengan pengeras suara di tangannya, menatap kepala sekolah yang kalah.
Kamera menyorot dirinya saat dia mengangkat pengeras suara lagi dan berkata dengan senyum kemenangan.
"Anakku, anakkulah yang menemukan jawabannya."
Hari-Hari Terakhir Gulah hari-hari terakhir kelas sembilan.
Setiap pagi aku berangkat ke sekolah dengan perasaan sangat bangga.
Aku tahu orang-orang akan memerha-tikanku sekarang, tetapi aku ti-dak mengacuhkan mereka, bahkan tidak menoleh pada mereka.
Aku mencoba memusatkan perhatianku pada diriku sendiri dan berusaha terlihat seperti orang yang sedang sibuk berpikir serius, tengah berupaya memecahkan beberapa soal Fisika, misalnya.
Di sekolah mereka juga memperlakukanku dengan berbeda.
Sebelumnya, aku termasuk kelompok terlemah di kelas sembilan karena ayahku tidak Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi punya koneksi.
Aku adalah murid terpandai di kelas, tetapi setengah murid dalam kelasku tidak dapat membaca.
Beberapa hari setelah Idul Fitri, kepala sekolah sendiri datang menemui kami.
Dia menjabat tanganku dan meminta bertemu dengan Ayah.
Katanya, orang-orang Yahudi membuka sekolah baru untuk murid-murid yang berbakat, dan mereka juga ingin mengetes murid Arab.
Daftar calon murid dari Tira telah dikumpulkan, tetapi setelah aku berhasil menjawab pertanyaan kuis itu, dia berusaha membujuk orang-orang Yahudi untuk mengizinkan aku mengikuti tes.
Katanya, mereka akan mengambil satu dari seribu murid dan aku punya kesempatan, tetapi jangan terlalu kecewa jika aku tidak lolos.
"Tesnya sulit,"
Katanya.
Auditorium di kampus Hebrew University sarat dengan anak-anak Arab dari seluruh penjuru daerah.
Tira sendiri mengirimkan murid satu bus penuh.
Orangtua yang lebih kaya membawa anak-anak mereka dengan mobil.
Setiap orang tampak benar-benar pandai.
Aku langsung tahu, aku tidak punya peluang.
Seminggu kemudian, semua anak di sekolah telah menerima surat yang memberitahukan pada mereka bahwa mereka tidak lolos seleksi.
Aku satusatunya murid yang tidak menerima surat itu.
Aku membayangkan nilaiku Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi begitu rendah sehingga mereka, bahkan, tidak mau repot-repot memberitahuku.
Mereka pasti menganggap aku bisa menarik kesimpulan sendiri.
Ketika Ayah mengetahui bahwa setiap anak, kecuali aku, menerima surat penolakan, dia panik.
Dia mulai mencari nomor telepon Hebrew Universitydia berbicara dengan kepala sekolah, kemudian memanggil inspekturtetapi tak seorang pun yang tahu bagaimana menghubungi universitas itu.
Ayah berkata bahwa mereka pasti telah menipu kami.
Tidak ada sekolah semacam itu.
Negara Israel hanya ingin mengetahui tentang sistem sekolah Arab.
Beberapa hari kemudian-yaitu pada hari Jumat aku sedang bekerja di ladang zaitun di belakang rumah dengan ayahku dan tiga saudaraku.
Ibuku berteriak melalui jendela bahwa ada telepon dari seseorang yang berbahasa Ibrani.
Ayah meletakkan keranjang zaitun dan berlari.
Ayahku berlari cepat sekali dan aku berlari mengikutinya.
Dia bahkan tidak melepas sepatunya sehingga meninggalkan jejak lumpur di karpet.
Ketika aku masuk, dia baru saja menutup telepon.
Dia mengepalkan kedua tangannya, mengangkat lengannya, dan berteriak.
"yes!"
Kemudian dia memelukku dengan wajah berbinar-binar. Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi "Kamu lolos,"
Katanya.
Hari berikutnya, saat kami berbaris untuk apel pagi seperti biasa, kepala sekolah datang padaku dan memberiku ucapan selamat.
Mabruk(Selamat, kata yang diucapkan untuk menyatakan turut suka cita), katanya, dan memerintahkan setiap orang untuk bertepuk tangan.
Setiap orang tahu bahwa aku diterima.
Ada seorang gadis di sekolah ini yang bernama Rim.
Mungkin sekarang ada harapan dia akan mencintaiku seperti aku mencintainya, dan aku mengira dia pasti sudah tahu siapa aku, meskipun aku tidak pernah berbicara padanya.
Aku sering mencarinya dan mengikutinya.
Aku tahu kapan dia istirahat dan kapan dia pulang sekolah setiap hari dalam seminggu, dan berapa waktu yang dibutuhkan olehnya untuk mencapai kelasnya dari pagar sekolah.
Jadi, aku dapat mengatur waktu yang sama dengannya.
Setelah dua tahun, aku menjadi lincah dalam mengikuti Rim pulang dari kejauhan; cukup jauh untuk tidak diperhatikan, tetapi cukup dekat baginya untuk melihatku.
Dia pasti sudah mendengar tentang sekolah yang baru.
Setiap orang membicarakannya.
Mungkin dia akan datang dengan orangtuanya ke pesta yang diadakan Ayah sebagai penghormatan Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi karena aku diterima.
Mereka telah membelikanku baju baru.
Dia akan terkesan, pikirku.
Aku bahkan mencoba untuk mencukur sedikit kumisku, tetapi aku takut kumis itu akan tumbuh hitam.
Selain itu, hanya muridmurid yang paling jorok yang mulai lebih awal mencukur kumis mereka.
Orangtuaku dan orangtuanya bertemu di bus dalam perjalanan ke Mesir.
Mereka berada dalam kelompok yang sama, asyik mengobrol, berfoto bersama, dan setelah itu saling berkunjung dari waktu ke waktu.
Aku mulai mencarinya setelah aku melihat fotonya di dekat piramida.
Ia cantik, dengan kepala sedikit miring, rambut hitam panjang, dan mata yang tampak dewasa.
Yang kuketahui tentang dirinya hanyalah namanya dan bahwa dia duduk di kelas delapan.
Aku telah bertemu dengan kedua orang-tuanya ketika mereka berkunjung ke rumah.
Sekarang saat yang tepat.
Sekarang aku dapat berbicara dengannya.
Aku layak.
Aku pandai dan aku akan pergi dari rumah ke sekolah yang baru.
Ketika dia datang, aku akan memintanya untuk menungguku.
Dia tahu aku mencintainya.
Dia telah melihatku mengikutinya.
Aku akan berjanji padanya bahwa aku akan selalu memikirkannya dan kembali padanya Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi setelah tamat sekolah.
Kami akan menikah dan kami akan bahagia.
Ketika dia mengetahui apa yang telah aku lakukan untuknya selama dua tahun belakangan ini, ketika dia melihat fotonya di piramida ada di dompetku, ketika dia mengetahui bahwa aku hafal kebiasaannya, dia pasti akan setuju untuk menunggu.
Aku berjalan di belakangnya, merasa sangat bangga, sadar bahwa orangorang memerhatikanku dan bahwa setiap orang terkagum-kagum.
Jika ada yang menertawakanku hari ini, karena kumisku, karena tasku-orang-orang akan tahu bahwa itu hanya karena mereka iri, bahwa mereka adalah orangorang yang tidak dapat menerima kekalahan.
Celana motif kembangkembang Rim tertiup angin, kemudian menyangkut di kakinya.
Aku menundukkan pandanganku.
Ini adalah hari terakhir sekolahku dan dia akan tahu.
Mangga "Hari ini kamu adalah seorang aris, pengantin pria, seorang bintang,"
Kata ayahku, kemudian pergi ke pintu untuk menyambut para tamu. Aku berdiri di sampingnya-celanaku disetrika dengan rapi, kemeja putihku Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi terkancing hingga leher, rambutku tidak begitu kering, dan kumisku masih ada tipis-tipis.
Keempat bibiku turut hadir, lengkap dengan anak-anak mereka dan keluarga mereka masing-masing.
Teman-teman Ayah dari tempat kerjanya adalah yang pertama datang.
Mereka menjabat tanganku, mengucapkan mabruk dan selamat.
Mereka membawa kado, yang kebanyakan adalah pena Parker murahan.
Mereka berkata mereka berharap aku bisa menjadi il-muwan roket.
Mereka juga berkata aku akan merakit bom atom Arab yang pertama.
Orangtua Rim datang, membawa sekotak kado dan menjabat tanganku.
Rim pasti tertunda, terjebak di suatu acara, pikirku.
Dia pasti datang hari ini.
Orang-orang dewasa meminum kopi, menyantap knaf-feh (makanan ringan) dan buah mangga, dan tertawa silih-berganti.
Saudara-saudaraku bersama para sepupuku ada di luar.
Mereka sedang bermain petak umpet dan mereka mengajakku untuk bergabung dengan mereka, tetapi aku berkata aku tidak ingin mengotori bajuku.
Aku duduk di pagar yang memisahkan rumah dari jalan.
Aku ingin pergi tidur.
Tamu-tamu telah pergi, dan ibuku mulai membersihkan halaman.
Saudara-saudaraku telah masuk ke rumah.
Ayah keluar dan memintaku untuk meKoleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi matikan air di ladang mangga di belakang rumah.
Di luar sana gelap, dan aku takut.
Ayah memaksaku, tidak mengerti mengapa aku takut.
Dia jengkel dan menamparku.
Aku menangis dan pergi untuk mematikan air.
Ketika aku kembali masuk rumah, nenekku berteriak pada Ayah.
Ibu sedang mencuci alat makan dan dia berkata, aku seharusnya meminta maaf.
Aku masuk ke kamar.
Adikku sudah berada di tempat tidurnya, berdampingan dengan tempat tidurku.
Aku naik ke tempat tidur tanpa melepas kemejaku, menarik selimut hingga menutupi kepalaku, dan membiarkan air mata membasahi pipiku.
Nenek masuk dan menggumamkan sesuatu yang tidak kupahami.
Dia mencoba menurunkan selimutku, tetapi aku menahannya.
Dia berteriak pada ayahku.
"Kamu menyiksa anak itu. Lihatlah sendiri bagaimana dia gemetar. Kamu tidak punya hati."
Nenek meletakkan tangannya di selimut dan menyuruhku tenang. Dia juga menangis.
"Memang paling baik untukmu jika kamu pergi,"
Katanya.
"Alhamdulillah, semua telah berlalu."
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Bagian Tiga Aku Ingin Menjadi Seorang Yahudi Minggu Paling Berat dalam Hidupku Aku terlihat lebih mirip orang Israel daripada rata-rata orang Israel sendiri. Aku selalu senang jika orang Yahudi mengatakan ini padaku.
"Kamu tidak mirip orang Arab sama sekali,"
Kata mereka.
Beberapa orang bilang omongan semacam itu rasis, tetapi aku selalu menganggapnya sebagai pujian, sebuah tanda kesuksesan.
Lagi pula, itulah yang selalu aku inginkan, menjadi seorang Yahudi.
Aku sudah bekerja keras untuk mewujudkannya, dan akhirnya aku berhasil.
Ada suatu waktu di mana mereka mengetahui bahwa sesungguhnya aku orang Arab dan mengenaliku.
Segera setelah kupikir aku telah menjadi ahli dalam menampilkan identitas palsu.
Hal ini terjadi pada akhir minggu pertama sekolah di Yerusalem.
Aku sedang berada di dalam bus dalam perjalanan pulang ke Tira.
Seorang prajurit menaiki bus dan menyuruhku turun.
Aku menangis sejadi-jadinya.
Aku tidak pernah merasa terhina sedemikian rupa.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Kadang, sebelum aku tidur, bau yang sudah kukenal di asrama mendatangiku dan melumpuhkan setiap otot dalam tubuhku.
Bau itu jelas berasal dari sana, bukan dari tempat lain, dan bau itu kembali menghantuiku.
bau dari dunia yang berbeda, bau bangunan, mebel, karpet, dan orang-orang yang tidak aku kenal.
Bau yang biasa membuatku merasa gelisah, setiap waktu.
Aku menghabiskan tiga tahun di sana, dan aku tidak pernah bisa menyesuaikan diri dengan bau itu.
Bau itu tetap terasa asing bagiku.
Minggu pertama di sekolah merupakan minggu terberat dalam hidupku.
Setiap hari memberiku alasan untuk menyuarakan tangisan di hatiku.
Aku menangis ketika aku harus mengucapkan selamat tinggal pada Nenekku.
"Jangan bicara politik,"
Katanya, lalu menciumku.
Lalu Ayah mengantarku ke tempat pertemuan di jalan masuk Yerusalem.
Perjalanan melalui jalanan yang berliku dan menanjak menuju Yerusalem membuatku takut.
Bagaimana jika Ayah tidak berhasil pulang dengan selamat? Ketika itu hujan deras dan deretan panjang mobil-mobil memenuhi jalan yang naik ke gunung.
Aku berdoa dalam hati, semoga aku ketinggalan bus sekolah sehingga terpaksa kembali pulang ke rumah.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Di sana terdapat deretan meja, di mana orang-orang memberi kami kartu nama untuk dikalungkan di leher.
Mereka salah mengeja namaku.
Mereka memberi kami amplop yang berisi selembar kertas yang menunjukkan warna gedung kami dan nomor kamar kami.
Perlu beberapa waktu bagiku untuk menemukan tempatnya.
Ketiga teman sekamarku sudah sampai di sana lebih dulu dan meninggalkan ranjang untukku yang letaknya paling jauh dari jendela, paling dekat dengan pintu.
Setiap anak mengucapkan halo, dan salah satu dari mereka menjabat tanganku dan membaca namaku (yang salah ejaannya) pada kartu nama.
Aku tidak membetulkannya.
Pada minggu pertama itu, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dengan nampan di ruang makan.
Aku tidak tahu cara makan dengan pisau dan garpu.
Aku tidak tahu orang Yahudi meletakkan kuah daging di atas nasi, bukannya meletakkannya di mangkuk yang berbeda.
Aku menangis ketika teman-teman sekamarku mengetahui bahwa aku belum pernah dengar tentang The Beatles dan menertawaiku.
Mereka tertawa ketika aku mengucapkan musik bob (dalam ucapan orang Arab, huruf "p"
Diucapkan dengan "b") bukannya musik pop. Mereka tertawa ketika aku mengancam Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi akan mengadukan mereka pada kepala sekolah Binhas-bukannya Pinhas.
"Bagaimana kamu menyebutkan namanya tadi?"
Tanya mereka, dan seperti seorang idiot aku mengulanginya lagi.
"Binhas."
Mereka menertawakan seprai merah muda yang khusus dibelikan oleh ibuku. Mereka menertawakan celana panjangku. Mulanya, aku bahkan percaya ketika mereka berkata mereka sungguh ingin tahu di mana mereka dapat membeli celana panjang seperti itu.
"Apa mereka membuat celana panjang khusus untuk orang Arab?"
Tanya mereka.
Setelah pelajaran bahasa Inggris, salah satu murid berkata aku memiliki aksen yang sama dengan Arafat.
Sejauh yang aku tahu, Arafat adalah orang yang ada dalam film video The Aden Hapla.
Anak lainnya berkata aku mirip pemain kanoon buta yang ada di televisi.
Sepanjang minggu pertama, mereka terus saja memanggilku Abu Jamil el-Anzeh, orang yang membawakan acara kursus bahasa Arab di saluran Televisi Pendidikan.
Pada minggu pertama itu aku juga bertemu Adel, orang Arab kakak kelasku, setahun di atasku.
Aku melihatnya di ruang makan dan langsung mengenalinya.
Dia berada di sebuah meja dengan beberapa orang gadis, dan dia sedang makan ayam menggunakan jarinya.
Aku tahu aku tidak ingin terlihat seperti dia, tetapi hanya melihatnya di sana saja sudah bisa Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi membuatku ingin terus bertahan.
Dua hari kemudian kami menjadi teman sekamar.
Aku tidak kesulitan membujuk salah satu teman sekamarnya untuk bertukar kamar denganku.
Adel menganggap sepraiku sangat bagus.
Dia datang dari sebuah desa di Galilee Atas, empat jam perjalanan dengan bus.
Mereka pernah membuat sebuah film tentang dia untuk stasiun televisi Israel.
Film itu memperlihatkan dia sedang mendribel bola di lapangan bola basket, untuk membuktikan bahwa orang Arab dan orang Yahudi bisa hidup bersama.
Pinhas berkata tentang dia di dalam film.
"Adel menanggung beban seluruh desanya di atas punggungnya,"
Dan Adel berkata itu sebuah pujian.
Dia seorang murid yang baik dan tidak perlu banyak belajar.
Dia aktif menjawab di dalam kelas dan tidak pemalu.
Minggu pertama itu aku harus membaca lebih banyak halaman dalam bahasa Ibrani daripada yang harus aku baca selama di Tira sampai kelas sembilan.
Aku menyerah dan tidak melakukan apa pun.
Mereka juga mengadakan tes penempatan dalam pelajaran Fisika.
Adel memperoleh nilai seratus, sedangkan aku tidak bisa menjawab satu soal pun.
Satu minggu sudah cukup.
Sudah jelas aku akan dipulangkan untuk selamanya.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Jika aku memberi tahu keluargaku tentang peristiwa yang aku lalui minggu ini, mereka tidak akan mengirimku kembali ke sekolah ini, pikirku.
Mereka akan mengerti aku.
Mereka akan menyadari ini adalah sebuah dunia yang berbeda, dan aku tidak dapat hidup di sini.
Aku akan memberi tahu mereka betapa aku merasa terasing selama perjamuan Rosh Hashanah, betapa aku tidak mengenal satu kata pun dalam lagu-lagu mereka.
Aku akan bercerita pada mereka betapa aku menangis sampai tertidur setiap malam.
Dan betapa aku tidak bisa berhenti memikirkan keluargaku karena aku khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada mereka.
bahwa Nenek akan meninggal atau Ayah mengalami kecelakaan mobil.
Aku akan berkata pada mereka ada beberapa anak yang jahat di sekolah, yang memakai anting-anting, dan anak-anak perempuan yang berjalan ke sana-kemari mengenakan celana pendek.
Aku akan menjelaskan minggu itu adalah minggu terberat dalam hidupku dan mereka akan membolehkanku tinggal di rumah.
Polanski Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Ketika tiba waktunya untuk pulang saat liburan Rosh Hashanah, aku mengemasi semua barang yang aku bawa dari rumah dan naik bus.
Itulah perjalananku pertama kali sendirian menggunakan bus umum.
Jika aku tidak mengikuti beberapa anak yang naik bus sebelum aku, aku tidak akan tahu bahwa kita harus membayar sopirnya tepat ketika naik.
Adel dan aku duduk di satu bangku.
Tidak ada seorang pun di bangku seberang kami, dan Adel berkata, mungkin anak-anak perempuan dari sekolah kami seharusnya duduk di sana, tetapi hal itu tidak terjadi.
Semua anak dari sekolah kami duduk di depan, bercanda, dan membuat kegaduhan.
Aku amat ketakutan selama perjalanan itu, takut aku tidak akan berhasil sampai ke rumah, atau aku akan turun di tempat pemberhentian yang salah dan tersesat.
Ayahku sudah menulis semuanya untukku dalam sebuah buku catatan.
Naik bus menuju terminal pusat, turun dengan yang lainnya.
Lalu naik Bus 947, lokal Haifa, turun di pemberhentian Kfar Sava.
Jalan sampai Rumah Sakit Meir, lalu cari pangkalan taksi Tira.
Naik taksi ke Tira.
Adel seharusnya pergi ke desanya, Nahf, yang letaknya masih sangat jauh.
Dia harus pergi sejauh Haifa, lalu naik Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi bus lagi ke Karrni'el, dan di sana dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam menunggu bus yang melewati desanya. Dia berkata, dia mungkin berjalan dari Karmi'el.
"Jaraknya tidak begitu jauh, hanya setengah jam jalan kaki."
Adel tidak ingin pulang ke rumah.
Dia kecewa harus pergi hanya setelah satu minggu.
Dia bertanya pada kepala sekolah apa dia bisa menghabiskan liburan hari raya di sekolah, tetapi kata Pinhas itu mustahil.
Aku mengundangnya pulang bersamaku ke Tira, dan dia menerimanya.
Aku merasa lega karena ada seseorang yang membantuku untuk mencari jalan pulang, dan dia lega karena menghemat waktu dan uang.
Dia bertanya padaku, apa ada anak perempuan cantik di sekitar desa kami.
Bus berangkat dari pintu gerbang depan sekolah, dan pemberhentian pertamanya hanya berjarak beberapa menit, di Sekolah Kejuruan Polanski.
Murid-murid di sana terlihat berbeda dari murid-murid sekolah kami Adel dan aku tidak terlihat mirip dengan mereka.
Sekarang, bus itu penuh dengan murid-murid yang berteriak dan mengumpat, dan anak-anak perempuan dengan sepatu hitam bertumit tinggi dan anting-anting besar yang menghabiskan waktu di atas bus dengan berdandan.
Tiga anak duduk berdesakan di tempat duduk menghadap Adel dan aku, dan dua lainnya berdiri di dekat mereka, berpegangan pada tiang besi.
Aku Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi merasa kaku, mati. Aku bilang pada Adel, aku akan turun di pemberhentian berikutnya.
"Jangan bodoh,"
Katanya.
"aku tidak mau membayar lagi untuk tiket bus menuju ke terminal pusat."
Aku sudah menyesal mengundangnya, menyesal aku pernah menemuinya, menyesal aku naik bus bersamanya.
Aku yakin kami akan menghadapi masalah, dan dalam hitungan menit ketakutanku terbukti benar.
Salah satu anak di bangku seberang kami bertanya pada Adel dari mana dia berasal.
"Nahf,"
Kata Adel. Anak-anak itu tertawa dan menengok ke arahku.
"Dan kamu?"
Aku menyeringai selebar mungkin, mencoba untuk menjadi orang yang paling sopan di dunia. Mereka tidak akan menyakitiku. Aku anggota Seeds of Peace. Aku kenal orang-orang Yahudi. Mereka tidak akan menggangguku.
"Dari Tira,"
Kataku.
"Dekat Kfar Sava."
Aku mencoba untuk terus tersenyum, walaupun mereka sudah mulai menertawakanku. Dengan cepat aku berbisik pada Adel.
"Ayo turun, aku akan bayar tiketmu."
Tetapi dia tidak mau. Satu hal yang pasti. aku tidak akan naik bus ini lagi. Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Anak-anak di seberang kami berbisik, tertawa, mengulang-ulang nama desa kami dan melafalkannya secara salah dengan sengaja.
Mereka menertawai nama kami, dan kami tidak berbuat apa-apa.
Menggelikan rasanya jika kami melayani keriuhan ini, jadi aku tetap diam.
Mereka mulai menyanyikan sesuatu yang tidak asing bagiku, tetapi bukannya "Orang Yahudi itu mati"-seperti yang biasa kami menyanyi-mereka bernyanyi "Muhammad mati."
Mereka menyanyi dengan keras dan beberapa teman sekelas mereka ikut-ikutan menyanyi.
Aku menekan tombol BERHENTI.
Masa bodoh dengan Adel.
Aku turun.
Aku mengambil tasku, mengendalikan diriku, menahan air mataku.
Setelah aku turun, Adel juga memutuskan untuk turun.
Aku melihatnya setelah aku berada di trotoar.
Salah satu murid membuka jendela dan meludah, tetapi tidak mengenai kami.
Adel mulai berteriak padaku.
"Kok kamu bodoh sekali! Apa kamu tahu di mana kita berada? Apa kamu tahu bus mana yang harus kita naiki sekarang? Memangnya kamu pikir kejadian tadi tidak akan terulang di bus selanjutnya yang kita naiki?"
Aku bersedia mengambil risiko tersesat. Aku hanya merasa sangat lega kejaian itu sudah selesai. Ayhku sudah memberiku yang cukup. Kami naik Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi taksi ke terminal pusat.
Sekarang aku hanya ingin anak-anak Polanski tidak naik bus kami ke Kfar Sava.
Ben Gurion Catatan yang diberikan ayahku tidak menjelaskan tentang Bandara Ben Gurion.
Bajingan itu berbohong padaku.
Betapa aku membencinya waktu itu.
Ketika bus berhenti untuk pertama kali, aku yakin kami telah sampai di Kfar Sava, tetapi ternyata ada penghadang jalan di pintu masuk Bandara Ben Gurion.
Seorang prajurit masuk ke bus, dan menyuruh Adel dan aku untuk turun.
Lalu dia menanyakan kartu identitas kami.
"Kami belum berusia enam belas tahun,"
Kata Adel padanya, dan dia menjawab semua pertanyaannya.
dari mana kami berasal, ke mana kami akan pergi, di mana kami sekolah.
Prajurit itu menyuruh kami membuka tas kami, dan bus masuk ke bandara tanpa kami.
Prajurit itu menggeledah buku-buku kami, kertas-kertas catatan kami, pakaian kami dan berkata kami harus menunggu bus kembali dan menjemput kami untuk keluar dari bandara.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Aku memutuskan untuk tidak kembali ke bus itu.
Aku tidak ingin dipandangi seperti orang yang tidak tahu apa-apa.
Aku sudah tahu.
Aku tidak bisa menerima ini lagi.
Aku sudah selamat dari teman-teman sekamar, ruang makan, dan anak-anak Polanski, tetapi ini yang terakhir.
Aku menangis seperti bayi.
Aku jatuh melorot.
Bahkan prajurit itu merasa gelisah.
Dia berkata ini hanya pemeriksaan rutin.
Dia membawakan air untukku.
"Kamu kenapa?"
Tanyanya. Aku tidak meminumnya. Aku menelepon ayahku di rumah. Aku berteriak lantang. Ayahku berteriak.
"Kamu harus tenang. Apa yang terjadi?"
Dia bingung.
"Datanglah ke sini dan jemput aku segera,"
Teriakku, untuk memastikan dia paham aku tidak bisa pulang ke rumah seorang diri.
"Aku ada di bandara."
Adel memilih untuk tetap diam. Dia berkata, mestinya dia sudah sampai di Nahf dan dia menyesal dia ikut denganku. Aku duduk di sana, menangis, menunggu ayahku.
"Apa yang terjadi?"
Tanya ayahku, ketika akhirnya dia tiba untuk menjemput kami. Aku tidak menjawab. Aku duduk di depan dan Adel duduk di belakang. Wajahku bengkak semua, dan Adel bercerita pada Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Ayah bahwa seorang praj urit telah menurunkan kami dari bus dan aku tidak mau naik kembali ke bus. Ayah berkata.
"Apa kamu gila? Apa yang merasukimu? Masa begitu saja menangis?"
"Aku sudah bilang padanya jutaan kali, tetapi dia tidak mau mendengar,"
Kata Adel. Aku tidak berucap sepatah kata pun. Adel dan ayahku berbicara tentang sekolah, tentang makanan yang diberikan mereka pada kami di sana, dan tentang yang mereka sebut "kudapan pukul empat"
Yang berupa kue dan jus.
Adel berkata mereka menghidangkan daging untuk makan malam setiap hari.
Mereka berbicara tentang perpustakaan besar dan tempat bermain.
Kata ayahku, jutaan anak akan dengan senang hati bertukar tempat denganku, tapi aku justru menangis seperti bayi.
"Apa kamu ingin kembali ke Tira, belajar dengan semua gelandangan itu, apa yang kamu inginkan? Baiklah, lakukan saja seperti yang kamu mau. Tetapi jangan datang mengeluh padaku jika semua orang meledekmu karena dikeluarkan dari sekolah setelah baru satu minggu. Apa kamu mau orang-orang berkata bahwa kamu dikeluarkan, bahwa kamu tidak mampu belajar di sekolah Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi yang bagus? Apa kamu sudah memikirkan bagaimana orang-orang akan memandangmu?"
Air mataku belum mengering, tetapi aku bisa merasakan bahwa Ayah tidak akan membolehkanku tinggal di rumah. Aku tidak punya pilihan. Aku harus kembali ke sekolah.
"Lihatlah Adel,"
Kata ayahku.
"Mengapa dia tidak menangis?"
Lalu dia menertawakanku. Bajingan itu tahu mereka menurunkan orang Arab dari bus di bandara. Dia menaiki bus yang sama ketika dia pergi ke universitas.
"Tidak ada seorang pun yang pernah menyuruhku untuk turun,"
Katanya.
"Mereka tidak menyadari aku orang Arab. Setiap kali prajurit menyuruh orang Arab untuk turun, aku akan bangun dan berteriak, 'Aku akan turun juga, aku orang Arab!' dan aku akan menunjukkan kartu identitasku dan melambaikannya dengan bangga. Kamu ini kenapa sih? Kamu benar-benar lembek. Masa prajurit rendahan seperti dia saja dapat membuatmu menangis seperti ini? Coba lihat dirimu sendiri."
Aku naik bus jalur itu ratusan kali setelah kejadian itu.
Setiap kali, aku merasakan ketakutan itu lagi.
Perasaan itu tidak akan hilang sampai kami melewati bandara.
Sekali-kalinya mereka pernah menyuruhku turun adalah dalam perjalanan pertama itu.
Setelah itu, mereka tidak Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi memerhatikan aku lagi.
Aku merasa sedih melihat orang-orang Arab yang dipaksa turun, dan aku bersyukur pada Tuhan mereka tidak mengenaliku.
Pada minggu keduaku di sekolah, aku mencukur kumisku.
Aku bilang pada Adel kami harus belajar melafalkan huruf p dengan benar.
Dia tidak peduli.
Guru Alkitab memberi kami saran.
"Pegang selembar kertas di atas mulutmu. Jika kertasnya bergerak, kamu berhasil mengucapkan p,"
Katanya.
Adel menertawakanku, dan ketika kertasnya tidak bergerak, dia bilang dia tidak bisa dengar perbedaannya.
Dia yakin sebenarnya tidak ada perbedaan antara b dan p bahwa itu hanya ada di kepalaku, dan bahasa Ibrani adalah bahasa yang kacau.
Dia tidak mengerti mengapa mereka harus memiliki dua huruf berbeda untuk suara yang sama.
Pada minggu keduaku di sekolah, aku membeli sendiri celana panjang di toko Yahudi.
Aku membeli walkman dan beberapa kaset dalam bahasa Ibrani.
Setelah itu, aku selalu mendengarkan walkrnan dan membawa buku dalam bahasa Ibrani setiap kali aku pergi melalui bandara.
Aku tidak bertemu dengan anak-anak Polanski lagi.
Mereka sepertinya sudah mengenaliku.
Aku naik taksi setiap kali aku ingin pergi ke atau dari Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi terminal pusat.
Adel dan aku tetap berteman, tetapi aku tidak pernah lagi mengundangnya ke rumah.
Celana Pendek Di sekolah, aku bisa bermain dengan senjata betulan.
Aku tahu cara menggunakan karabin-senapan otomatis ringan-dan Uzi-sebuah tipe senapan mesin buatan Israel.
memasukkan magasin, mengokang senjata, menempatkan senjata itu di bahu, memosisikan diriku seperti seorang penembak jitu, dan menembak.
Dalam beberapa perjalanan sekolah, para guru membawa senjata, dan aku segera ditunjuk sebagai murid yang memimpin.
Senjata-senjata itu berat, dan aku satu-satunya murid yang siap untuk membawanya.
Aku merasa bangga berjalan berkeliling dengan senjata yang tersandang di bahuku.
Guru sejarah kami adalah seorang sayap kiri.
Dia selalu membiarkan aku membawa senjatanya dan memintaku untuk berjalan di dekatnya, karena pernah seseorang mengomentari hal tersebut, dan dia menjelaskan padaku bahwa itu adalah tanggung jawabnya.
Dia tidak mengizinkan aku membawa magasin, walaupun sebenarnya dia memercayaiku sepenuhnya.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Tidak lama kemudian aku mulai duduk di bagian belakang bus bersama anak-anak lainnya dan menyanyikan lagu-lagu perjalanan bus favorit mereka.
Aku mulai memimpin, dan mereka ikut menyanyikan refrainnya.
Aku hafal kata-katanya.
Ketika aku masih di sekolah dasar, kami punya satu lagu favorit yang kami nyanyikan berulang-ulang-"Dos, dos ya chauffeur, al 199
"-sebuah lagu yang mendesak sopir agar mengemudi lebih cepat, 199 kilometer per jam.
"Jangan khawatir dengan polisi. Kita adalah anakanak Palestina. Palestina adalah negara kami, dan Yahudi adalah anjing kami, yang mengetuk pintu kami seperti seorang pengemis."
Kami menyanyikannya tanpa mengerti kata-katanya sama sekali.
Suatu kali, guru sejarah kami di Tira menanyakan apakah ada yang tahu apa Palestina itu, dan tidak ada seorang pun yang tahu, termasuk aku.
Lalu dia bertanya dengan jengkel, apakah ada di antara kami yang pernah melihat orang Palestina, dan Mohammed si Gendut, yang takut kuku-kuku jarinya akan dipukul, berkata dia pernah sekali berkendara dengan ayahnya di dalam kegelapan dan mereka melihat dua orang Palestina.
Hari itu, guru sejarah memukul kami masing-masing di bagian kuku jari, dan melancarkan serangannya mulai dari Mohammed si Gendut.
Dia memukul kami dengan Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi penggaris, sambil berteriak-teriak.
"Kita adalah orang Palestina, kalian adalah orang Palestina, aku adalah orang Palestina, kalian bernar-benar tolol, kalian binatang, aku akan mengajar siapa kalian sebenarnya!"
Dalam perjalanan widya wisata kami, pada saat kami tidur di luar, kami akan menyalakan api, dan beberapa anak akan bermain gitar.
Tidak ada seorang pun di Tira yang pernah memainkan gitar.
Kami menyanyikan lagu-lagu hit The Beatles, dan juga lagu-lagu kelompok musik rock Israel.
Mashina, contohnya.
Aku sudah tahu siapa mereka, dan aku memaksakan diriku untuk mempelajari lagu-lagu mereka.
Pada mulanya, aku tidak tahan musik itu, tetapi dalam beberapa bulan musik itu sudah mulai tumbuh di dalam diriku dan aku mulai menyukainya.
Setiap kali aku pulang pada masa liburan, aku akan berteriak pada saudara-saudaraku, yang masih mendengarkan Fairuz dan Abed el-Halim.
Ketika ayahku mengantarku ke pemberhentian bus di Kfar Sava, aku akan memohon padanya untuk mengganti ke stasiun radio Yahudi atau setidaknya memelankan suaranya.
Itu bukan karena aku merasa malu.
Aku hanya tidak tahan lagi mendengarkan musik mereka.
Aku berkata padanya, telingaku sudah terbiasa pada jenis musik yang lain.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Dalam perjalanan ke Wadi Qilt, aku membawa Uzi dan berjalan dengan kelompok pejalan kaki yang pertama, bersama para guru dan pemandu.
Tiba-tiba kami mendengar sesuatu.
Pemandu mengangkat tangannya dan menyuruh semua anak berdiri di belakangnya.
Guru sejarah merenggut senjata dari bahuku, dan aku terjatuh dan sikuku terbentur.
Guru itu memasukkan magasin dan mengokang senjata.
Lalu kami melihat kelompok anak sekolah lainnya.
Kelompok itu adalah teman-teman sekelas lamaku di Tira.
Aku mengenali mereka dan mereka mengenaliku.
Mereka memiliki seorang guru baru, yang belum pernah aku lihat.
Dia meminta murid-muridnya untuk berdiri di pinggir untuk memberi jalan kepada kami karena gangnya terlalu sempit.
Aku memegang lenganku yang berdarah, menurunkan pandanganku, dan memusatkan perhatianku pada lenganku.
Anak-anak dari Tira memanggil-manggil namaku, dan aku berpura-pura tidak mendengar mereka.
"Hei, lihat, itu dia. Di sana, memakai celana pendek,"
Kata mereka. Aku melewati mereka dengan cepat. Beberapa dari mereka berkata.
"Hai, apa kabarmu?"
Dan aku ingin menggali sebuah lubang dan bersembunyi. Aku menunduk dan terus berjalan. Selanjutnya, Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi ketika beberapa anak menanyakan padaku apa aku mengenal mereka, aku menjawab tidak.
"Tapi mereka tahu namamu,"
Salah satu di antara mereka bersikeras dan aku berkata nama itu umum digunakan di antara orang Arab. Sekali Orang Arab, Tetap Orang Arab Ayahku berkata.
"Sekali orang Arab, tetap orang Arab."
Dan dia ada benarnya.
Dia berkata, orang-orang Yahudi bisa memberimu perasaan bahwa kamu adalah bagian dari mereka, bahwa kamu bisa seperti mereka dan berpikir bahwa mereka adalah orang-orang paling ramah yang pernah kamu kenal, tetapi cepat atau lambat kamu sadar bahwa mereka tidak akan memberimu kesempatan.
Bagi mereka, kamu akan selalu menjadi orang Arab.
Kadang, ketika aku berada di rumah, aku mencuri beberapa buku ayahku.
Aku benci membaca tulisan Arab, tetapi aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk melihat buku-buku itu agar memahami mengapa Mahmoud Darwish dianggap hebat dan mengapa Emil Habibi dianugerahi Penghargaan Israel.
Buku terakhir yang aku curi berjudul Hamarat alKoleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Balad karya Salman Natour.
Anak muda Arab ini-seorang penyair, mungkin, atau seorang pengarang-menulis tentang kehidupan di sebuah kedai minuman di Tel Aviv.
Dia menggambarkan tentang semua orang Yahudi sayap kiri, yang sangat baik padanya.
Mereka mendengar dirinya dengan perhatian besar dan memperkenalkannya pada teman-teman baru.
Gadis-gadis muda yang cantik duduk di sampingnya dan kadang-kadang menciumnya.
Dia mengingat bagaimana dia pernah merasa bisa berbaur dengan mereka sepenuhnya.
Aku merasa seperti idiot karena juga pernah berpikir aku dapat berbaur.
Ayahku sering mengatakan aku akan menjadi orang Arab pertama yang akan membuat bom atom.
Dia sungguh memercayainya.
Adel berkata, itu tidak mungkin.
Dia juga pernah berpikir demikian, tetapi meskipun dia orang terpandai di dunia, mereka tidak akan mengizinkannya mempelajari hal-hal semacam itu.
Ada beberapa hal yang tidak akan pernah dapat dimiliki orang Arab.
Kami berdua duduk di ruang penjaga.
Kami bertugas memonitor alarm pada malam itu.
Setiap malam, sejak Perang Teluk dimulai, dua orang murid harus berjaga semalaman dan membangunkan murid-murid lainnya jika alarm berbunyi.
Kata Adel, dia ingin membangunkan anak-anak perempuan karena pasti ada beberapa di Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi antara mereka yang tidur dengan hanya mengenakan pakaian dalam.
Ide itu menarik juga, tetapi aku tetap saja menertawakannya.
Di laci di bawah tempat tidurnya, dia menyimpan beberapa majalah yang memuat gambargambar wanita cantik.
Kadang-kadang, ketika tidak ada seorang pun di dalam kamar, aku mengunci pintu dan melihat-lihat majalah itu, dan selama itu aku selalu berpikir, anak itu sesat.
Perang sudah mendekati akhir.
Dalam beberapa malam terakhir tidak terdengar alarm, tetapi kata Adel masih ada harapan, dan orang Irak mungkin menang.
Mereka hanya menunggu tentara Amerika untuk datang lebih mendekat.
Orang Irak memiliki cukup minyak untuk membumihanguskan seluruh teluk.
Semua kapal induk akan terbakar.
Masalahnya adalah mereka tidak memiliki orang-orang yang dapat berpikir lurus.
Jika dia berada di sana, dia sudah akan mengajari mereka bagaimana memenangkan perang.
Penjaga berseragam di biik kaca di seberang kami membuatku takut.
Orang-orang berseragam selalu membuatku takut.
Setahuku, mereka semua adalah polisi.
Kukira dia juga sedikit takut pada kami.
Tanpa berkata sepatah pun, ia hanya duduk di sana dengan sebuah buku di tangannya seakan-akan sedang mencoba untuk mengerjakan Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi pekerjaan rumahnya.
Sesekali dia mengintip kami.
Begitu mata kami bertemu, dia akan kembali melihat bukunya.
Kukira dia juga seorang murid, tetapi kata Adel dia pasti sedang mencoba mengulang ujian masuk perguruan tinggi dan sepertinya dia tidak akan pernah berhasil.
Jangan biarkan alarm berbunyi sekarang.
Orang-tuaku sudah tidak mengenakan masker gas, apalagi tinggal di ruang yang tertutup.
Kata Ibu, Ayah dan saudara-saudaraku akan keluar rumah untuk melihat apakah ada rudal di udara.
Mereka bukan satu-satunya.
Tidak ada seorang pun di desa yang berdiam didalam rumah.
Orang-orang keluar rumah untuk memastikan peluru kendali Patriot tidak sedang mengudara.
Tetangga kami mulai berteriak-teriak supaya peluru kendali datang.
Seakan-akan dia tengah mencoba memandu mereka melewati Patriot.
"Tidaaaak ... kiri ... ya, benar. Ya!"
Anak-anaknya bertepuk tangan, dan para wanita menyerukan siulan lululu seperti yang mereka lakukan saat pernikahan. Surat-surat kabar Arab menulis cerita tentang seekor kambing yang bisa berkata.
"Sadaaaaam."
Lalu orang-orang mulai melihat wajah Saddam di bulan.
Ketika aku pulang, ayahku tidak bisa percaya aku tidak melihatnya.
Dia mengajakku keluar dan mencoba menjelaskan selama berjam-jam ke mana aku harus melihat.
di mana letak hidungnya, di mana mulutnya, Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi kumisnya, dan baretnya.
Pada akhirnya, aku berhasil melihatnya.
Memang terlihat mirip dia.
Tidak hanya mirip dia-itu memang dia.
Lihatlah ke atas.
Matzoh Ketika masih kecil, kami biasa berebut matzoh-yaitu makanan yang hanya bisa kita dapatkan selama beberapa minggu, seperti permen trick-ortreat saat Halloween.
Para perempuan tidak perlu memanggang selama musim matzoh.
Semua orang memakan matzoh.
Dengan humus, dengan salami, dengan kacang-kacangan, sungguh lezat.
Kata Nenek, orang Yahudi pernah menculik Dr.
Jihad, ketika dia masih kecil.
Ibunya, seorang janda seperti nenekku, menangis seharian.
Dia mencari anaknya ke seluruh penjuru Kfar Sava.
Dia hanya pergi ke toko untuk membelikan anaknya es krim, lalu anak itu hilang.
Beberapa pria dari desa membantunya mencari.
Ia adalah anak laki-laki satu-satunya, seperti halnya ayahku.
Ibu itu hampir mati karena sedih, wanita malang itu.
Tetapi pada akhirnya dia menemukan anaknya.
Dia bersama beberapa orang Yahudi, beberapa rabbi, dan mereka merasa kasihan padanya dan menyerahkan anaknya Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi kembali padanya.
Mereka ingin mengambil darah anaknya untuk dimasukkan ke dalam matzoh mereka, kata nenekku, tetapi kami tidak percaya bahwa Dr.
Jihad pernah jadi anak kecil.
Sagi adalah anak laki-laki pertama yang mengundangku ke rumahnya untuk merayakan Passover, Paskah kaum Yahudi.
Aku baru saja mencukur jenggotku.
Mereka tinggal di apartemen yang kecil tetapi nyaman, dalam sebuah gedung dengan sebuah lift.
Di desa kami tidak ada lift.
Satusatunya lift yang pernah kami lihat adalah di rumah sakit Meir di Kfar Sava.
Dia berkata, aku tidak perlu khawatir, bahwa orang-tuanya adalah sayap kiri.
Ibunya berasal dari Amerika Selatan dan pernah berada di tengah-tengah revolusi.
Dia adalah seorang sosialis yang gigih.
Ayahnya ber-asal dari Polandia dan ia belajar ilmu komputer di Amerika Serikat di tahun enam puluhan.
Aku ingin sekali melihat foto-fotonya berpakaian seperti para hippies-anak-anak generasi bunga.
Sagi juga punya seorang adik perempuan, ia bermain piano di ruang tamu.
Di dapur mereka memiliki satu set televisi kecil yang diletakkan di atas meja putar.
Mereka baik padaku.
Ibunya terus tersenyum, ramah.
Dia memasak seharian.
Ketika dia meminta Sagi mengambil kursi dari rumah tetangga, aku membantunya.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Kami bukan teman dekat.
Kadang-kadang aku meminjam kaset padanya karena dia suka musik hard rock dan aku ingin tahu bagaimana sih suara musik itu.
Ternyata aku tidak terlalu suka, tetapi dia mengundangku, jadi aku pergi.
Aku sering merasa berat untuk pulang ke rumah pada waktu itu.
Tak lama sebelumnya terbersit olehku bahwa selama ini orangtuaku tidak memperlakukan aku dengan benar.
Kemudian, pada malam itu juga, seorang pria tua datang, diikuti oleh sebuah keluarga lain dengan anak-anak mereka, termasuk seorang anak perempuan seusia kami.
Kami duduk di sisi, dan mereka bernyanyi.
Anak perempuan itu memegang buku Passo-ver dan melihat-lihat gambarnya dan berbicara dalam bahasa lain.
Dia hafal beberapa lagu yang dimainkan, dan ia menyanyikan lagu-lagu itu dengan aksen asing-ia terlihat bahagia.
Dia baru saja tiba di negeri ini.
Anak perempuan yang cantik.
Saat itulah aku belajar tentang hari-hari raya Yahudi.
Mereka duduk mengelilingi meja, berdandan, minum anggur, dan tidak memanggang apa pun di api.
Dan bahkan jika ada banyak orang, mereka tidak menggunakan piring yang dapat dibuang sesudah sekali dipakai.
Tidak ada hummus yang dihidangkan di atas meja.
Mereka makan hati cincang dan berbagai makanan yang aneh.
Mereka baik Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi padaku dan tidak menaruh semua makanan itu di piringku. Mereka terus berkata.
"Kalau kamu tidak suka, kamu tidak harus memakannya."
Tetapi, aku memakannya.
Kalau itu cukup baik bagi mereka, berarti cukup baik juga bagiku.
Sagi mengajarkanku banyak hal.
Tentang Haggadah, afikomen, sepuluh wabah Mesir, dan siapa Elijah sang Nabi itu.
Sagi berpakaian seperti Elijah, dan aku terus memandangi gadis itu, tetapi sulit untuk mengesankan seorang gadis jika kita tidak menguasai bahasa yang digunakannya.
Dia tinggal di sebuah ulpan, di mana dia belajar bahasa Ibrani.
Dia baru saja tiba di negeri ini, dan dia akan tinggal di sini.
Dia berkata.
"Ini negeri yang indah,"
Dan aku tidak mengerti apa yang diucapkannya.
Kamu tunggu saja, pikirku.
Tunggu saja sampai kamu bertemu anak-anak Polanski.
Tunggu saja sampai kamu harus naik bus.
Tetapi dia sungguh bahagia.
Orangtuanya pernah tinggal di Argentina, tetapi itu tidak penting baginya, katanya.
Dia mencintai Eretz Yisrael.
Kami duduk di kamar Sagi.
Aku lupa siapa namanya dan dia lupa siapa namaku.
Sagi bisa sedikit berbahasa Spanyol, dan dia menerjemahkan apa yang dikatakan gadis itu.
"Tanyakan apa ada orang Arab di tempat dia sekolah,"
Kataku. Kata gadis itu, tidak ada.
"Dia bilang dia pernah dengar Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi tentang orang Arab dan dia sama sekali tidak takut pada mereka,"
Sagi menerjemahkan.
Lalu Sagi berkata pada gadis itu ada orang Arab di sekolahnya dan mereka tidak menakutkan.
Kata gadis itu, dia tidak bisa mengerti mengapa kami setuju untuk belajar di sana, dan menurut pendapatnya, tidak ada yang namanya orang Arab yang baik.
Sagi menganggap itu lucu.
Katanya padaku gadis itu tolol, bodoh, bebal.
Dia memegang kepalanya, menunjuk padaku, dan berkata.
"Tahu tidak, dia orang Arab."
Gadis itu tertawa dan bilang tidak baik berkata buruk semacam itu tentangku.
Hari Kemerdekaan Terindah dalam Hidupku Guru-guru di sekolah baruku tidak memukul murid mereka.
Tidak ada pemeriksaan kutu.
Para guru tidak mengecek PR.
Kami tidak harus memanggil "Pak"
Dan ketika kami ingin pergi ke kamar mandi, kami tidak harus minta izin; kami dapat pergi ke mana pun yang kami mau.
Kamar mandinya bersih dan lapang, lengkap dengan mesin pengering yang mengembuskan udara panas untuk mengeringkan tangan.
Aku tidak tahan panas pengering itu, tetapi di sana juga disediakan kertas tisu.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Banyak petugas pembersih berseragam biru.
Mereka tidak diperbolehkan memukul.
Mereka bahkan tidak berbicara dengan para murid.
Kami tidak harus berbaris dahulu untuk memasuki kelas.
Kami tidak harus membaca Alquran setiap pagi.
Kami tidak menjumpai seorang anak perempuan yang bermain organ dengan lagu konyol yang sama setiap hari dan anak laki-laki diperbolehkan duduk bersebelahan dengan anak perempuan.
Suatu hari, Naomi duduk di sebelahku, dan aku jatuh cinta.
Aku tenggelam.
Aku ambruk.
Tiap kali kuletakkan kepala di bantal, membuka mata, dan menatap langit-langit aku merasa berbeda.
Sebuah perasaan yang tidak biasa, semacam perasaan sakit yang baru.
Di ruang makan, di perpustakaan, di kelas, di lobi, di mana-mana, telingaku terpasang untuk mendengar langkah kakinya.
Aku mengenali suara langkah itu, setiap waktu.
Aku mengenali suara itu dari kejauhan.
ketika dia bertelanjang kaki, ketika dia mengenakan sandal hitamnya, ketika dia memakai sepatu larinya.
Kami sering menghabiskan waktu bersama.
Pernah kami belajar kimia di kamarnya.
Aku duduk di tempat tidurnya yang dihiasi seprai cantik dan selimut dari kain bertambal.
Dia memiliki rambut yang panjang.
Tidak Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi hitam, tidak kuning, tetapi sebuah warna di antara kedua warna itu.
Tangannya putih.
Waj ahnya berbintik-bintik.
Aku suka bintik-bintik itu.
Ketika dia mendapat giliran bekerja di dapur, aku membantunya.
Dalam pelajaran sandiwara kami di akhir kelas sepuluh, aku berdansa dengannya.
Pada bulan pertama di kelas sebelas aku katakan padanya aku mencintainya.
Seminggu kemudian dia jadi pacar ?rang lain.
Aku melihat mereka berpelukan di tengah salju.
Itu adalah salju pertama yang pernah kulihat.
Sunyi, menerangi malam, tidak menampar-nampar kaca jendela seperti air hujan.
Aku berdiri di dekat jendela, melihat keluar ke arah halaman yang terselimuti oleh salju putih.
Setelah itu, aku menghabiskan kebanyakan waktuku dengan berbaring di tempat tidur dengan mulut terbuka dan kepala sakit, sampai akhirnya mereka putus.
Pada Hari Peringatan Holocaust, Naomi mengenakan blus putih dan membacakan selembar halaman hitam tentang seorang gadis kecil yang melihat ayahnya terbakar di hutan.
Di akhir upacara kukatakan padanya, aku mencintainya, dan dia tersenyum.
Pada Hari Peringatan untuk Prajurit yang Gugur, dia sangat marah karena aku tidak berdiri siap ketika sirene peringatan dibunyikan.
Kami duduk bersama di kelas Biologi.
Semua orang berdiri, dan Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi aku tetap saja duduk.
Bagaimanapun juga aku kehilangan seorang kakek dan seorang paman dalam perang itu.
Setelah sirene itu berhenti Naomi tidak duduk.
Dia mengambil tasnya dan pergi.
Dia tidak muncul ketika makan siang.
Dia tidak berada di dalam kamarnya, juga tidak ada di perpustakaan.
Betapa bodohnya diriku.
Apa masalahku? Tidak bisakah aku berdiri? Ayahnya terbunuh dalam tugas aktif, meninggal ketika dia masih sangat kecil.
Ada foto ayahnya di tempat tidurnya, dengannya di bahu ayahnya.
Dia pasti baru berumur tiga tahun.
dia nyaris tak ingat ayahnya sendiri.
Ayahnya adalah perwira IDF, dan dia memimpin evakuasi di Yamit.
Dia tidak meninggal dalam perang.
Dia mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang dari basisnya.
IDF membiayainya pergi ke Kanada sekali.
Mereka juga membayar uang sekolahnya.
Aku duduk di depan pintu gerbang sekolah mendengarkan musik sedih di Walkmanku-The Cranes mungkin, atau The Swans-dan aku menunggunya.
Naomi keluar dari mobil Mitsubishi ibunya.
Matanya berlinang air mata.
Itulah pertama kali aku melihat ibunya.
Dia menatapku dan melaju pergi.
Mereka baru saja menghadiri peringatan di pemakaman militer di Mount Herzl.
Tetapi, bukan karena itu Naomi sedih.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi "Mengapa kamu tidak berdiri ketika sirene dibunyikan?"
Aku bukan Yahudi.
"Aku cinta padamu. Aku sudah mencintaimu sejak dulu. Aku katakan pada ibuku bahwa aku mencintaimu. Aku menangis, dan aku katakan padanya aku tidak dapat menahankannya lagi. Setiap kali kamu mengatakan aku cinta padamu, aku berkata dalam hatiku, aku juga mencintaimu, aku juga mencintaimu."
Dia tersenyum.
Sekarang aku mengerti apa itu kegembiraan sejati.
Aku membawakan tasnya ke kamarnya.
Aku benar-benar bahagia.
Itu adalah malam Hari Kemerdekaan paling bahagia dalam hidupku.
Rumah Nasional Kadang aku berpikir tentang diriku ketika masih kecil, dan aku bersyukur kepada Tuhan karena aku bukan anak kecil lagi.
Betapa kacaunya aku kala itu.
penampilanku, perasaanku.
Aku sangat bahagia menjadi orang dewasa.
Di pertengahan kelas dua belas aku pergi ke kafe untuk pertama kalinya.
Tepatnya pada Selasa malam ketika mereka memberi kami waktu istirahat.
Waktu itulah aku tahu bahwa kita bisa memesan selada sebagai menu yang Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi terpisah, dihidangkan dalam mangkuk besar, dan ada bermacam-macam jenisnya.
Selada saja, tanpa pitta.
Kami sedang duduk di Atara Cafe, tempat Amos Oz duduk di My Michael.
Naomi memesan selada Yunani, dan aku memesan cokelat panas.
Sesuatu yang sudah kukenal, sesuatu yang mampu kubeli.
Di kelas dua belas, Naomi mengajakku pergi ke bioskop untuk pertama kali.
Aku tidak bisa percaya bahwa anak perempuan boleh pergi ke gedung bioskop.
Dulu, di Tira ada gedung bioskop, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.
Di sana ada ruang kecil, dengan tembok bata yang belum dicat dan sebuah pesawat televisi.
Ketika kami masih kecil, anak laki-laki Bibi Ibtissam, yang berperawakan sangat besar, mengajak kami menonton Tarzan.
Di dalam ruangan itu ada kursi-kursi kayu, seperti di sekolah dasar.
Ternyata tempat itu tidak lebih dari sebuah gubuk yang gelap.
Adik laki-lakiku muntah ketika film baru saja dimulai, dan kami semua berhamburan keluar dengan cepat.
Setiap orang terus saja berteriak dan merokok dan ketika si Tarzan muncul di hutan ada suara teriakan ejekan dan siulan.
Aku ketakutan.
Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Aku juga ketakutan di kelas dua belas.
Gedung bioskop selalu penuh dengan orang-orang seperti murid-murid Polanski.
Kadang mereka mengenaliku dan aku tidak bisa melarikan diri ke mana-mana.
Kadang anak-anak Polanski datang ke gerbang sekolah dan berteriak.
"Orang Arab mati saja!"
Aku tidak pernah keluar ke halaman di belakang pagar.
Sepertinya terlalu beresiko, terlalu jauh dari penjaga.
Naomi berkata tidak ada yang perlu aku khawatirkan di bioskop.
Kami akan menonton film Life According to Agfa, dan kata Naomi film itu tidak akan ditonton oleh orang-orang garis keras, sebuah film untuk kalangan sayap kii seperti dirinya.
Kami dapat duduk berdampingan sambil berpegangan tangan selama film berlangsung.
Aku tidak perlu merasa takut pada siapa pun.
Kehidupan baru ini sungguh menakjubkan.
Aku menyadari bahwa bukan hanya anak-anak nakal saja yang pergi ke bioskop.
Orang-orang dewasa juga pergi menonton.
Laki-laki dan perempuan duduk bersama.
Semuanya bersih dan nyaman.
Kursi-kursinya berbantalan empuk dan semua orang berbaju bagus.
Wah, aku senang sekali melihat dua pekerja dapur Arab di film itu.
Sungguh, mereka keren dan lucu.
Penjahatnya benar-benar orang yang jahat.
Aku tidak bisa melupakan pianis yang ada di restoran.
Kata Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi Naomi, namanya Danny Litani, seorang penyanyi yang terkenal. Dia tidak punya kaset penyanyi itu di kamarnya, tetapi dia punya rekaman dari seorang penyanyi lain yang menyanyikan "Things Have Got to Change,"
Dan "Just Get Out of My Territories."
Aku tidak bisa percaya seorang Yahudi bisa menyanyikan hal semacam itu.
Naomi tergabung dalam partai Ratz.
Dia memiliki kemeja hijau dengan logo partai itu, dan dia banyak berbicara tentang manusia sebagai manusia, tentang tidak adanya perbedaan antara kelompok bangsa, bahwa individu seharusnya dinilai dari perbuatannya sendiri, dan bahwa kita seharusnya tidak memandang sebuah kelompok seakan-akan semua orang dalam kelompok itu adalah sama.
Dia berkata, bahwa di setiap bangsa ada orang yang baik dan ada orang yang jahat.
Aku tidak pernah sepenuhnya paham dengan apa yang dibicarakannya, tetapi aku menganggap semua masalah itu serius.
Di kelas dua belas aku akhirnya mengerti apa sebenarnya perang '48, yang disebut sebagai Perang Kemerdekaan.
Di kelas dua belas aku mengetahui bahwa Zionis adalah yang kami sebut dengan Sahyuni, dan itu bukan kata umpatan.
Aku tahu kata itu.
Itulah kata yang kami gunakan untuk mengumpat satu sama lain.
Aku sebelumnya percaya Sahyuni adalah orang Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi yang gendut, seperti beruang.
Tiba-tiba aku paham bahwa Zionisme adalah suatu ideologi.
Dalam pelajaran kewarganergaraan dan sejarah Yahudi, aku mulai mengerti bahwa bibiku yang berasal dari Tulkarm disebut sebagai pengungsi, bahwa orang Arab di Israel disebut sebagai minoritas.
Di kelas dua belas aku mengerti bahwa masalah ini serius.
Aku mengerti apakah yang dimaksud dengan tanah air ke-bangsaan, dan apakah paham antiSemit itu.
Aku mendengar untuk pertama kalinya tentang "pengasingan dua ribu tahun"
Dan bagaimana bangsa Yahudi berjuang melawan Arab dan Inggris.
Aku tidak memercayainya.
Tidak mungkin.
Bukankah Inggris ingin bangsa Yahudi ada di sini? Di kelas Alkitab, aku pelajari bahwa Ibrahim adalah ayah Ishak.
Di kelas dua belas aku juga pelajari bahwa yang digantikan dengan seekor domba adalah Ishak, bukan Ismail.
Di kelas dua belas, anak-anak di kelasku berlari di tempat parkir, dilatih untuk menjadi tentara.
Mereka dibawa ke suatu instalasi dan kamp pelatihan, dan aku menerima kartu bus dan tiket ke Museum Israel.
Kadang para prajurit berseragam datang ke sekolah kami dan berbicara dengan para murid, dan aku tidak diizinkan untuk ikut bergabung.
Guruguru kami selalu meminta maaf.
Dia malu dan berkata bahwa itu bukanlah jalan untukku.
Di kelas dua belas aku sadar aku tidak akan pernah menjadi Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi pilot meskipun aku ingin jadi pilot, dan bukan karena aku tidak cukup sehat atau nilai-nilaiku tidak cukup baik.
Mereka bahkan tidak akan memanggilku untuk mengikuti tes saringan masuk.
Aku menertawakan ayahku dengan nikmat saat itu.
Sebuah Metode Pendidikan Pada hari itu, Ibu dan Ayah berada di rumah, tidak pergi bekerja.
Mereka berdandan, dan satu setengah jam sebelum waktu yang dijanjikan mereka masuk mobil.
Mereka tahu mereka tidak boleh terlambat.
Mereka harus terlihat seperti orangtua yang patut.
Malam sebelumnya, mereka datang menjemputku di rumah sakit.
Guru Bimbingan dan Penyuluhan (BP) telah membawaku ke Ruang Gawat Darurat di Rumah Sakit Shaarei Tsedek.
Betapa aku memakinya ketika aku tahu dia telah meminta orangtuaku untuk datang! Aku telah mempermalukan mereka dengan cara yang paling buruk.
Dan sekarang aku juga telah mempermalukan diriku sendiri.
Sekarang aku semakin membenci diriku.
Aku terus saja berdoa.
Jangan sampai orangtuaku tahu.
Jangan sampai ayahku tahu.
Tetapi kini mereka sudah tahu.
Mereka datang ke rumah Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi sakit dan melihat perutku dipompa.
Mereka berbicara dengan guru BP dan membawaku pulang ke desa.
Teman ayahku Bassem ada bersama kami.
Dia dan ayahku sedang bermain catur ketika guru BP menelepon, dan dia menawarkan diri untuk ikut ayahku, untuk melihat keadaanku.
Sekarang aku ingat bagaimana Bassem berdiri di samping tempat tidurku di rumah sakit dan bertanya.
"Apa yang terjadi padanya? Apa yang terjadi padanya?"
Dan Ayah menjawab.
"Ini semua karena perempuan jalangnya, pelacur Yahudi itu."
Aku merasa letih dan pusing.
Aku nyaris tak bisa tidur sama sekali.
Aku tidur tidak lebih dari dua jam setiap malam, kepalaku sakit luar biasa.
Sudah beberapa bulan seperti ini.
Aku tidak bisa berkonsentrasi, aku tidak bisa berpikir atau tidur atau bahkan duduk diam.
Ada suara dengungan aneh di telingaku, dan suara itu tidak pernah berhenti.
Pil sakit kepala tidak berpengaruh, dan CT scan tidak menunjukkan apa-apa.
Tes neurologi juga menun-kkan keadaan normal.
Pada suatu akhir pekan ketika aku pulang ke rumah, Ibu mengajakku menemui Amneh, tetangga kami, teman Nenek.
Dia berkata, putrinya adalah perawat, dan dia akan mengukur tekanan darahku.
Anak tertua Amneh ketika itu ternyata baru belajar untuk menjadi perawat, tetapi dia Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi memiliki alat pengukur tekanan darah.
Dia mengukur tekanan darahku dan katanya tekanan darahku tinggi.
Setelah itulah Amneh menyibukkan dirinya.
Dia membawa sehelai sapu tangan, dan mengikat simpul dan me-rkan garam di salah satu sudut; lalu dia berkomat-kamit membaca doa dan mulai menggosokkan sapu tangan itu di sekeliling kepalaku.
Dia berkata, penyakitku disebabkan oleh Mata Jahat, dan dengan bantuan Allah, penyakit itu akan segera sembuh.
Dia bilang, dia yakin usahanya akan berhasil karena dia menguap ketika dia mengusapkan sapu tangannya dan juga karena garamnya sudah meleleh.
Sakitnya tidak juga pergi, dan pil hipertensinya tidak membantu.
Sebulan kemudian, pada salah satu kunju-anku ke rumah, Ayah berkata pasti penyakitku berhubu-an dengan penglihatanku.
Aku mengalami sakit kepala karena aku belajar terlalu keras, dan karena semua buku dan komputer itu sudah merusak mataku.
Dia bilang, temannya di Taiyiba, seorang dokter mata, yang mengatakan ini padanya.
Temannya itu bernama Dr.
Majed, dan dia menganjurkan kami untuk menemuinya di kliniknya.
Aku setuju.
Aku senang membayangkan akan memakai kacamata bulat seperti milik John Lennon, tetapi sesungguhnya aku tahu aku tidak Koleksi ebook inzomnia
http.//inzomnia.wapka.mobi menghabiskan begitu banyak waktu untuk membaca dan menggunakan komputer.
Dalam perjalanan kami ke sana, aku mencoba untuk tidur di kursi belakang.
Aku tidak ingin Naomi melihatku dengan mata bengkak lagi.
Sesungguhnya, Dr.
Majed adalah seorang psikiater, pimpinan klinik kesehatan mental di Taiyiba.
Dia meminta kami datang di sore hari, ketika jumlah pasien sudah berkurang.
Hanya ada satu wanita di sana yang terus berayun ke depan dan ke belakang.
Dr.
Majed mempersilakan dia masuk lebih dahulu, memberinya resep baru, lalu meminta kami masuk.
Di dalam ruangannya ada seorang pria muda, mungkin seorang residen, mungkin seorang psikolog.
Raja Naga Misteri Menara Berkabut Detektif Stop Teror Melanda Kelas 9a Goosebumps Monster Telur Dari Mars