Sepasang Taji Iblis 2
Pendekar Rajawali Sakti Sepasang Taji Iblis Bagian 2
Ki Tambuk tidak berani menyertai.
Bersama istri, dan kedua anaknya mereka hanya mengintip dan celah-celah jendela dengan harap cemas, *** "K isanak yang berada di dalam! Keluarlah kau! Ada urusan yang mesti kita selesaikan hari ini'"
Teriak Ki Sedang lantang, begitu tiba di depan podok yang ditempati Cupu Manik. Belum ada sahutan, kecuali suara kokok ayam-ayam yang bertebaran di sekitar pondok.
"K isanak! Keluarlah kau, Atau,..,"
Suara Ki Sedang terputus ketika terdengar suara derit pintu terbuka. Tak lama, muncul seorang pemuda, berdandan aneh yang memang Rangkamaya alias Si Cupu Manik.
"Pergilah kau, Orang Tua! Jangan ganggu sarapanku!"
Dengus Rangkamaya, menatap tajam K i Sedang, Lalu dia berbalik, dan kembali masuk ke dalam.
"Sarapanmu boleh ditunda, Tapi urusan ini tidak!"
"Kalau kau memang ada urusan denganku masuklah!"
Maka dengan langkah tegap Ki Sedang memasuki pondok si Cupu Manik.
Sesaat langkahnya terhenti ketika mendadak terdengar ayam jantan berkokok bersahutan menyambut kedatangannya.
Tapi, kemudian laki-laki setengah baya itu kembali melangkah.
Tidak seorang pun tahu apa yang mereka lakukan di dalam.
Namun tiba-tiba K i Tambuk serta istri dan kedua anaknya, dan mungkin juga beberapa tetangga yang mengintip kejadian itu, dibuat kaget ketika...
"Yeaaa...!"
Semua mata melihat, satu sosok tubuh kurus yang tak lain Ki Sendang menerobos keluar rumah si Cupu Manik. Laki-laki itu kemudian mendarat di halaman, seperti menunggu.
"Keparat busuk! Kau kira bisa lari seenaknya dariku?! Kau akan mati seperti yang lainnya!"
Terdengar bentakan Rangkamaya. Pemuda itu lantas menerobos keluar, mengejar K i Sendang yang menunggu di luar.
"Bocah terkutuk sepertimu tidak selayaknya hidup di dunia ini! ingatlah! Kau manusia, bukan hewan. Tapi kalau kau hendak diperlakukan seperti hewan, maka biar aku yang mencobanya pertama kali!"
Balas Ki Sedang.
"Manusia terkutuk! Kau akan kusembelih. Dagingmu akan kugoreng, lalu kumakan bersama saudara-saudaraku!"
Desis Rangkamaya. Saat itu juga, si Cupu Manik melompat menyerang K i Sedang dengan gerakan cepat bukan main bagai ayam kinantan.
"Uts! Bocah edan!"
Rutuk K i Sedang, seraya berkelit ke samping.
Mau tidak mau K i Sedang mesti membenarkan penuturan Ki Tambuk kalau pemuda itu tak bisa dipandang sebelah mata.
Semula dikira hanya orang gila biasa.
Tapi merasakan serangannya yang mengeluarkan desir angin kencang, sadarlah lelaki setengah baya ini Begitu mendapat kesempatan, secepat kilat Ki Sedang mencabut kerisnya.
Saat itu juga, ganti dia yang balik menyerang, Wut! Bet! Ujung keris K i Sedang berkelebat cepat.
Namun hanya dengan meliuk-liukkan tubuhnya, si Cupu Manik mampu menghindar dengan gerakan tidak kalah gesit.
Kemudian tiba-tiba sebelah telapak tangannya menghantam ke arah dada.
Ki Sedang terkejut Dicobanya untuk melompat ke belakang.
Tapi, terlambat.
Telapak tangan Rangkamaya lebih cepat menghujam dada.
Begkh! "Aaakh,..!"
Disertai pekikan kesakitan, K i Sedang terjungkal dua tombak ke belakang.
"Mampus kau!"
Dengus Rangkamaya geram, seraya melompat menerkam, Ki Sedang yang masih merasakan dadanya terasa nyeri menerima hantaman tadi, menyadari kalau bahaya tengah mengincar, Maka secepat kilat tubuhnya bergulingan.
Tapi Rangkamaya pun tidak kalah gesit.
Begitu sasarannya luput, maka tubuhnya ikut bergulingan sambil mengayunkan sebelah kakinya, Karena gerakan pemuda itu lebih cepat, akibatnya..., Creb! Creb! "Aaa_..!"
Tak ayal lagi, sepasang taji yang melekat di kaki Rangkamaya menancap di dada kiri K i Sedang beberapa kali, Ki Sedang kontan terpekik.
Darah langsung mengucur deras dari jantungnya.
Sesaat orang tua itu menggelepar tak berdaya, lalu diam tak berkutik.
Rangkamaya bangkit berdiri memandangi mayat bekas lawannya, Sambil mengepal-ngepalkan kedua tangannya, dia berkokok lantang menandakan kemenangannya, Kemudian tubuhnya berkelebat cepat mendekati rumah Ki Tambuk "Orang tua busuk! Kau coba mengancam kekuasaanku, he?! Kali ini kumaafkan, tapi mulai hari ini juga kumpulkan semua laki-laki di desa ini, Aku akan mengadakan sabung manusia.
Siapa yang membantah akan kubunuh!"
Teriak si Cupu Manik lantang, begitu berada sepuluh tombak di depan rumah Ki Tambuk.
Kepala Desa Loyang yang melihat kejadian itu menggigil ketakutan.
Demikian pula istri dan kedua anaknya.
Mereka tidak berani bersuara sedikit pun, sampai pemuda itu telah berbalik menuju pondoknya.
"Apa yang mesti kita lakukan, Kang? Orang tua yang menurut katamu bisa diandalkan kini terkapar tak berdaya,"
Keluh Nyi Tambuk dengan muka pucat dan bibir gemetar, ketika Rangkamaya sudah tak terlihat lagi.
"Entahlah, Nyi. Aku sendiri bingung, Rangkamaya mungkin dimasuki roh jahat. Kesaktiannya sungguh hebat dan kita tidak berdaya melawannya..,,"
Desah K i Tambuk "Sebaiknya kau turuti saja perintahnya dulu...,"
Usul Nyi Tambuk.
"Apa?! Mengumpulkan orang-orang desa untuk disabung?!"
Sentak Ki Tambuk.
"Apa kau ingin dia membunuh kita semua?! Kumpulkan saja mereka. Dan beritahukan ancamannya tadi. Yang penting kita jalankan saja dulu kemauannya."
"Eh, iya. Baiklah..." *** Ki Tambuk memberitahukan perintah Rangkamaya kepada para penduduk Tidak sulit menemukan mereka, karena sampai matahari terbit belum ada seorang pun yang berani keluar rumah. Apalagi pergi ke sawah atau ladangnya. Beberapa orang yang sudah ketakutan, langsung menuruti permintaan pemuda itu, Tapi sebagian menolak, meski K i Tambuk telah memberitahu ancamannya.
"Aku tidak peduli! Dia tidak bisa seenaknya memerintahkan kita untuk berkelahi antar sesama!"
Bantah seorang penduduk.
"Kau lihat sendiri, Jumeneng. Kalau tidak dituruti dia bisa membunuhmu!"
Kata K i Tambuk memperingatkan, setelah mengumpulkan penduduk di tempat yang agak luas.
"Aku tidak peduli! Bukan aku takut berkelahi. Tapi berkelahi seperti ayam aduan, aku tidak mau!"
Sergah laki-laki berperawakan besar yang dipanggil Jumeneng.
"Kalau sudah begitu keputusanmu, apa boleh buat? Tentu saja aku tidak bisa memaksa..."
"K ukuruyuuukkk... !"
"Heh?!"
Kata-kata Ki Tambuk terputus begitu mendadak terdengar suara ayam berkokok lantang, Semua orang langsung menoleh ke arah asal suara.
Dan ternyata Rangkamaya tahu-tahu telah berada di belakang kerumunan.
Entah kapan datangnya yang jelas dari sini bisa diketahui betapa tingginya kepandaian pemuda itu.
"Kau akan bersabung pertama kali denganku!"
Tuding Rangkamaya geram kepada Jumeneng, sambil melangkah ke tengah-tengah kerumunan penduduk. Bukan saja Jumeneng yang terkejut melihat kehadiran Rangkamaya. Tapi, juga Ki Tambuk serta beberapa penduduk desa yang berada di sekitarnya.
"Kreaaakh,..!"
Tapi sebelum hilang keterkejutan mereka, si Cupu Manik telah menerkam Jumeneng yang masih termangu.
"O hhh..,!"
Jumeneng terkesiap, tak tahu mesti berbuat apa. Sebenarnya dia sedikit mengerti ilmu olah kanuragan, Tapi mendapat serangan mendadak begitu, membuatnya gugup, Akibatnya..., Creb! Creb! "Aaa...!"
Tak terelakkan lagi, kedua taji di kaki Rangkamaya meluruk tepat di dada Jumeneng beberapa kali.
Laki-laki berperawakan besar itu menjerit kesakitan.
Tubuhnya kontan roboh ke tanah disertai lumuran darah.
Istri dan anaknya yang melihat kejadian itu langsung menjerit ketakutan seraya memburu mayatnya.
"Lanjutkan pada yang lain!"
Seru si Cupu Manik dingin, Si Cupu Manik memandang ke sekeliling. Sedikit pun tidak tersirat rasa penyesalan pada wajahnya setelah membunuh secara keji begitu.
"Eh! Ba... baik!"
Sahut K i Tambuk yang masih terkesima dan tidak percaya dengan pandangan matanya sendiri.
Padahal K i Tambuk pemimpin di desa ini, Tapi di mata penduduk, dia malah justru seperti pembantu Rangkamaya.
Namun begitu mereka tidak menyalahkan.
sebab memang tidak ada pilihan lain lagi.
"Ayo, bersabunglah kalian! Siapa yang menolak, maka akan kubunuh sekarang juga!"
Perintah si Cupu Manik lantang sambil mengelus-elus beberapa ekor ayam jantan.
"Tapi...."
"Tutup mulutmu!"
Si Cupu Manik membentak, ketika salah seorang penduduk hendak buka mulut "Kau hendak mampus sekarang juga?!"
Lanjut pemuda itu.
Semuanya terdiam....
Mereka pun terpaksa memenuhi keinginan Rangkamaya untuk bersabung satu sama lain, seperti mereka menyabung ayam, *** Belakangan ini kota kadipaten Gringsing yang cukup jauh dari Desa Loyang ramai dikunjungi orang-orang Desa Loyang, Mereka bukan melakukan kunjungan biasa, tapi hendak mengungsi.
Dan dari mulut mereka berkembang cerita aneh tentang si Cupu Manik, yang langsung merebak ke telinga semua orang.
Cerita itu mengundang bermacam-macam tanggapan.
Ada yang menertawakan karena tak masuk akal.
Ada yang menganggap orang-orang Desa Loyang itu sudah sinting.
Tapi, di samping itu ada pula yang prihatin, malah tak kurang pula ada yang amat .penasaran, Di kedai yang cukup ramai di kota kadipaten ini, empat orang sejak tadi begitu terpana mendengar cerita aneh yang dibawa seorang penduduk Desa Loyang.
Mereka saling pandang sesama kawan, Wajah mereka yang kasar dan menyimpan kelicikan, seperti menemukan sesuatu yang bagus.
"Apakah Kakang Jalma percaya cerita mereka?"
Tanya laki-laki bertubuh kekar. Kepalanya besar dengan rambut awut-awutan.
"Kenapa tidak, Bareng? Yang cerita bukan satu dua orang. Semua penduduk desa itu yang mengungsi ke sini menceritakannya, Apa mereka semua sepakat untuk berbohong?"
Tukas laki-laki yang kelihatannya paling tua, dan dipanggil Jalmo, Kepalanya kecil, dengan mata sipit.
"Kakang Jalmo benar. Tidak mungkin mereka bohong. Orang-orang itu mengungsi karena takut Empat Hantu Sesat harus membereskan orang sinting yang mereka takuti itu. Lalu, uang emas yang dimiliki kita rampas!"
Timpal laki-laki berkepala botak "Bukankah begitu, Patria?"
"Sudah! Jangan banyak omong kau Jantra! Yang penting kapan kita berangkat ke sana? Huh! Aku sudah tidak sabar ingin melihat tampang si sinting itu!"
Dengus laki-laki yang berambut panjang dan dipanggil Patria.
"Sekarang saja! Buat apa lama-lama?!"
Sambut laki-laki botak bernama Jantra.
"Baiklah, K ita berangkat sekarang'"
Sahut Jalmo, orang paling tua di antara empat laki-laki yang menamakan diri Empat Hantu Sesat Sementara Empat Hantu Sesat segera bangkit dengan bersemangat.
Dan seperti biasa, mereka hanya membayar seadanya saja untuk sejumlah makanan yang begitu banyak Tapi bila pemilik kedai berani menagih, maka tamparan dan hajaran yang akan diterima, Sehingga pemilik kedai hanya bisa mengurut dada tanpa bisa berbuat apa-apa.
*** Menjelang sore hati, Empat Hantu Sesat telah tiba di Desa Layang, Suasana di desa kelihatan sepi Tak seorang pun terlihat.
Beberapa rumah tampak kosong-melompong ditinggalkan penghuninya.
"Hoooi! Di mana orang sinting bernama Rangkamaya?! Keluarlah kau! Dan, hadapi kami!"
Teriak Jalmo, lantang. Beberapa ekor ayam jantan yang berada di dekat mereka terkejut. Dan binatang-binatang itu berkokok-kokok saling bersahutan. Beberapa ekor di antaranya malah beterbangan kian kemari.
"Hei, Orang Sinting! Keluarlah kau! Perlihatkan dirimu?!"
Teriak Barong dengan suara melengking tidak kalah nyaring.
"Keparat! Ke mana dia?!"
Dengus Jantra sambil melangkah pelan-pelan mengikuti yang lainnya.
"Mungkin cerita itu bohong...!"
Tukas laki-laki berambut awut-awutan yang dipanggil Barong.
"Tidak ada alasan mereka mengungsi. Tempat ini subur, Dan kelihatannya, mereka hidup makmur,..,"
Sahut Jalma memberi alasan.
"K ita putari desa ini. Mungkin dia sedang bertelor!"
Ujar Patria dengan wajah geram.
"Kalian telah mengganggu ketenteraman saudara-saudaraku! Pergilah, Dan jangan mengganggu lagi!"
"Heh?!"
Tiba,tiba terdengar sebuah suara bentakan yang membuat Empat Hantu Sesat terjingkat kaget.
Serentak mereka menghentikan langkah dan langsung berbalik.
Tampak seorang pemuda berpenampilan aneh tegak berdiri pada jarak tujuh langkah.
Hampir saja laki-laki bernama Barong terkekeh geli melihat penampilan pemuda yang tak lain Rangkamaya alias si Cupu Manik yang dinilainya sinting, Betapa tidak? Pemuda itu mendandani dirinya seperti layaknya seekor ayam jantan.
Lengkap dengan jambul jengger, ekor, sepasang taji dan paruh.
"Diamlah!"
Desis Jalma.
Laki-laki paling tua di antara Empat Hantu Sesat ini sama sekali tidak melihat keanehan pemuda bernama Rangkamaya di depan matanya, selain rasa curiga yang dalam.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian hebat, Jalma bisa merasakan sepasang mata tajam menusuk memandang mereka.
Mata yang memancarkan kekuatan serta tenaga dalam kuat luar biasa.
"Kenapa? Apakah aku tidak boleh tertawa melihat badut yang tengah berdiri di depanku?"
Tanya Barong sambil tersenyum, melecehkan pemuda di depannya.
"Manusia berhidung tomat! Hentikan ejekanmu! Atau aku akan menghentikannya sendiri!"
Dengus Rangkamaya geram.
Barong memang memiliki hidung agak besar dan kemerah-merahan.
Meski begitu, dia menganggapnya bagus.
Bahkan tidak sudi orang lain mengejek hidungnya, Siapa pun yang coba mengusik-usik keberadaan hidungnya, akan merasakan hajarannya.
Apalagi kalau dia tengah marah.
Maka bukan tidak mungkin orang itu dibunuhnya.
Namun pemuda aneh bernama Rangkamaya itu bukan sekadar mengejek Tapi, juga melecehkannya.
"Bocah sinting! Ingin kulihat sampai di mana kau punya nyali! Coba hentikan aku!"
Dengus Barong geram dengan mata melotot garang, Srak! Begitu mencabut goloknya, Barong langsung melompat. Kali ini kemarahannya berkobar cepat, sehingga begitu bernafsu saat membabatkan goloknya.
"Barong, tahan seranganmu!"
Cegah Jalma.
"Tenang saja, Kakang! K ubereskan si sinting ini untukmu!"
Teriak Barong tak mempedulikan.
"Huh!"
Rangkamaya mendengus dingin melihat serangan. Kelihatannya dia tenang-tenang saja, Tapi serambut lagi serangan itu tiba, tubuhnya mencelat ke atas dengan ringan, Sehingga serangan Barong hanya menyambar angin.
"Heaaa...!"
Sebelum Baroog sempat berbalik, si Cupu Manik ini telah meluruk sambil mengibaskan kedua tangannya, disertai teriakan keras menggelegar.
Barong terkejut melihat pemuda itu mampu bergerak cepat, sehingga menimbulkan angin kencang yang berdesir hebat.
Tapi dia sudah terlambat untuk menghindar.
"Celaka..,!"
Desis Jalma kaget.
Sebagai orang tertua di antara Empat Hantu Sesat, Jalma punya kewajiban' untuk melindungi keselamatan adik seperguruannya.
Maka melihat keadaan Barong yang gawat, secepat kilat tubuhnya mencelat.
Langsung saja kedua tangannya dihentakkan, melepas pukulan jarak jauh.
"Yeaaa..,!"
Wusss." ! Merasa ada angin mendesir kencang di belakangnya, Si Cupu Manik cepat menarik pulang serangan, Cepat dia membuang diri sambil menghentakkan kedua tangannya ke arah Jalma.
Wesss...! Blam...! Seketika terdengar ledakan dahsyat, ketika serangan Jalma terpapak hantaman si Cupu Manik.
Begitu kuat tenaga dalam yang dikeluarkan Rangkamaya, membuat tubuh Jalma terjengkang ke belakang, Sedangkan Rangkamaya cepat bangkit berdiri setelah bergulingan beberapa tombak Sementara Barong yang selamat dari cengkeraman buru-buru melompat ke belakang.
"Gila! Siapa kau sebenarnya?!"
Bentak Jalma, seraya bangkit "Kraaakh...!"
Si Cupu Manik menjawabnya dengan lengkingan panjang seperti kemarahan seekor ayam jantan yang melihat musuh.
Secepat kilat, kembali pemuda itu melompat menerjang.
Kali ini sasarannya Jalma.
Srak! Pada saat itu juga Jalma langsung mencabut golok besar yang sejak tadi terselip di pinggang untuk menyambut erangan.
"Kakang! Biar kita bereskan saja bersama-sama. Dengan begitu lebih cepat selesai!"
Teriak Patria, Tanpa menunggu jawaban laki-laki berambut panjang sebahu itu sudah langsung menerjang setelah mencabut goloknya, diikuti Jantra.
"Hup!"
Rangkamaya yang sudah meluruk ke arah Jalma cepat menghentikan gerakannya, Tubuhnya mendadak membalik, menghadang serangan Jantra dan Patria. Seketika telapak tangan kirinya dihentakkan.
"Hih!"
Wesss..,! Dari telapak kiri si Cupu Manik mendadak melesat sinar berwarna kuning yang disertai desir angin kencang.
Jantra yang menjadi sasaran terkesiap.
Sementara Barong dan Jalma melihat kesempatan baik.
Buru-buru serangannya ditarik, lalu bergulingan di tanah, Secepat kilat mereka melesat sambil membabatkan goloknya bersamaan ke leher dan pinggang.
"Heaaa...! Wuuut! Rangkamaya cepat menjatuhkan diri ke tanah sehingga, kedua serangan itu luput Setelah bergulingan, tubuhnya melenting ringan dan kembali meluruk ke arah Jantra yang baru saja bangkit. Sepasang taji pada kedua kakinya berkelebat Dan... Crasss! "Aaakh...!"
Jantra yang tak kuasa menghindar, berteriak keras ketika salah satu taji Rangkamaya membeset dadanya, Tubuhnya kontan terhuyung-huyung ke belakang dengan kedua tangan menekap dada.
Dati sela-sela jarinya tampak merembes cairan merah.
Dan belum sempat Jantra menguasai keseimbangan, si Cupu Manik telah berkelebat Lalu....
Crok! "Aaa...!"
Kembali Jantra memekik setinggi langit, begitu jidatnya terhantam paruh Rangkamaya. Tubuhnya limbung ke belakang kemudian ambruk tak berdaya, Dari kepalanya, mengucur darah merah kental.
"Keparat! Kau telah membunuh saudaraku. Kau akan menebusnya dengan nyawa busukmu!"
Desis Barong geram. Saat itu juga Barong melompat, diikuti Patria. Mereka menyerang dari belakang, Sedangkan Jalma menyerang dari kanan.
"Hup!"
Namun Rangkamaya telah lebih dulu melejit ke depan sambil jungkir balik.
Maka serangan ketiga orang itu hanya menerabas angin.
Dan tiba-tiba si Cupu Manik meluruk dengan sepasang taji menerjang Barong.
Begitu cepat gerakannya, sehingga Barong tak mampu menghindar lagi.
Dan....
Crab! Cras! "Aaa...!"
Barong memekik menyayat ketika dua buah taji si Cupu Manik menancap di lehernya. Saat taji itu dilepaskan, tubuh Barong terhuyung-huyung ke belakang kemudian ambruk tak berdaya.
"Bedebah! Aku akan mengadu jiwa denganmu!"
Dengus Jalma dengan amarah meluap-luap.
Laki-laki ini segera berputar mengelilingi Rangkamaya dengan golok berkiblat di bawah, Demikian pula halnya Patria.
Agaknya kedua orang ini telah mengganti jurus yang lebih ampuh.
Dari jurus ini, kedua orang itu mampu mengecoh dengan gerakan-gerakan aneh yang membingungkan, Untuk sesaat, Rangkamaya menjadi bingung dan ikut berputar.
Tapi hal itu tidak lama.
Sebab sebelum terkecoh, kedua tangannya telah lebih dulu menghentak, melepas pukulan jarak jauh.
"Yeaaa...!"
Wuuus! *** "Hei?!"
Kedua orang itu terkejut melihat dua sinar kekuningan yang keluar dari telapak Rangkamaya. Kerjasama mereka kontan terpecah, karena masing-masing berusaha menghindari serangan sinar kuning.
"Kaaakh..!"
Sementara itu, Rangkamaya tidak mau tinggal diam. Langsung diterjangnya ke arah Patria, yang menurutnya lebih lemah.
"K urang ajar!"
Bentak Jalma geram. Secepat kilat, ditubruknya pemuda itu dari belakang sambil menyabetkan golok untuk menyelamatkan Patria.
"Kreaaakh!"
Tanpa diduga, Rangkamaya menghentikan serangan ketika sedikit lagi Jalma membokongnya. Dan tiba-tiba, kakinya melepaskan sapuan memutar, mengarah ke perut. Begitu cepat gerakannya, sehingga.. .. Crasss.. .! "Aaa...!"
Jalma menjerit kesakitan, ketika taji pada kaki Rangkamaya menyambar perutnya.
Tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang sambil mendekap perutnya yang sobek lebar hingga isi perutnya terburai.
Bola matanya melotot tajam.
Sebelah tangannya menuding si Cupu Manik.
Tapi sebelum kata-katanya keluar, tubuhnya ambruk tak berdaya.
"Kakang Jalma...!"
Teriak Patria, seraya menubruk kawannya, Laki-laki ini kemudian memandang Rangkamaya dengan tatapan tajam, Api dendam makin berkobar, melihat ketiga temannya tewas. ''Keparatthh...! " ''Kreaahhh.,,! "
Patria mendengus geram, Dan dia makin geram, melihat pemuda itu telah menerjang kembali.
Maka dengan amarah meluap dia berlompatan menghindar sambil menyabetkan golok.
Tapi Rangkamaya sama sekali tidak memberi kesempatan sedikit pun.
Dia terus mengejar ke mana saja Patria bergerak.
Pada satu kesempatan, Rangkamaya melepaskan sapuan kaki ke pinggang, Patria terkejut, dan berusaha menyabetkan goloknya.
Wuuut! Golok itu hanya menyambar angin, karena mendadak saja Rangkamaya telah melenting dengan bertumpu pada satu kaki.
Begitu berada di udara, sebelah kakinya yang menekuk cepat menjulur ke depan, mengancam kepala Patria yang terlambat menghindar.
Akibatnya....
Crok! "Aaa...!"
Taji Rangkamaya bergerak cepat menghantam jidat Patria, Kontan orang terakhir dari Empat Hantu Sesat menjerit menyayat dengan tubuh terpaku berdiri.
Matanya yang melotot dilewati darahnya yang mengalir ke bawah Bruk! Tepat ketika si Cupu Manik yang sudah mendarat berbalik, tubuh Patria ambruk di tanah.
"Kreaaakh...! "
Rangkamaya menjerit keras lalu berkokok nyaring menyuarakan kemenangannya. Matanya berkilat tajam memandang sebagian penduduk yang mengintip kejadian itu dari celah-celah rumah.
"Ha ha ha,..! Kalian lihat, bukan? Tidak seorang pun bisa menghalangiku. Siapa saja di antara bangsa manusia yang coba hendak menjajah kami lagi, maka kebinasaan baginya!"
Teriak Rangkamaya lantang.
Kemudian pemuda aneh ini berkokok seperti ayam yang kemudian bersahutan dengan ayam jantan yang banyak berkeliaran di desa ini.
Aneh bin ajaib! Pelan-pelan tapi pasti, kawanan ayam itu mendekati dan mengelilinginya.
*** "Orang gila! Ada orang gila...!"
Kota Kadipaten Gringsing yang semula tenang, mendadak dikejutkan oleh teriakan orang-orang di jalan, Seketika perhatian tamu-tamu yang ada di kedai terbesar di kota ini berpaling, Tampak di jalan utama beberapa orang berlari ketakutan.
Sekujur tubuh mereka berdarah penuh luka, Sementara, dua orang malah ambruk terkapar di tengah-tengah jalan.
"Aoouw...-!"
Dalam sekejap hiruk-pikuk itu semakin ramai, ditingkahi jeritan wanita dan anak-anak Beberapa orang yang bernyali besar sudah langsung menghunus senjata untuk menghajar pembuat keonaran yang tiba-tiba saja muncul.
"Bunuh saja orang gila itu! Dia telah membunuh beberapa orang!"
Teriak seseorang.
"Ya, bunuh saja dia!"
Timpal yang lain.
Keributan itu memang menarik perhatian banyak orang.
Dan dalam waktu singkat saja orang-orang telah berkerumun untuk menyaksikan apa sebenarnya yang terjadi.
Dan mereka yang belakangan muncul, hanya melihat beberapa orang lelaki bersenjata golok terhunus mengeroyok seorang pemuda yang tubuhnya dipenuhi bulu-bulu ayam, Pemuda yang berdandan seperti ayam jantan itu mengamuk hebat sekali dengan gerakan-gerakan lincah dan tenaga kuat.
Crab! Bret! "Aaa..,!"
Korban kembali berjatuhan ketika pemuda aneh yang bagai orang gila itu mematuk serta menyerang orang-orang yang mengeroyoknya dengan sepasang taji berupa pisau yang dilekatkan di pergelangan kaki.
Belum lagi tamparan kedua tangannya yang diikuti desir angin kencang yang mampu membuat orang-orang yang berada dekat-dekat bergoyang-goyang seperti daun tertiup angin.
"Lari...! Lariii...!"
Teriak salah seorang pengeroyok yang merasa kewalahan menahan amukan pemuda berpenampilan mirip ayam itu. Tiga orang ikut-ikutan kabur, Dan, masih tersisa lima orang yang tetap nekat menyerang pemuda aneh itu.
"Keparat! Kau datang tiba-tiba dan menyerang tanpa alasan. Jangan main-main dengan aku, si Kebo Pitu, Aku sebagai keamanan di kota ini, tidak bisa membiarkan tingkahmu! Kau mesti dihukum, Anak Muda!"
Bentak seorang laki-laki berusia empat puluh tahun.
Badannya besar.
Pada tangannya tergenggam sebuah tongkat panjang, Laki-laki kekar, bernama Kebo Pitu memang bukan prajurit kadipaten, Namun bersama beberapa anak buahnya, dia dikenal sebagai kepala keamanan di kota Kadipaten Gringsing, Tiga anak buahnya telah kabur.
Namun bersama empat kawannya yang tersisa, dia merasa bertanggung jawab untuk membereskan pengacau ini.
"Jangan banyak mulut, kau Kebu Dungu! Kau dan kawan-kawanmu telah menyaksikan saudara-saudaraku! Untuk mereka, aku akan membalaskan dendamnya, Dan kalian mesti mati!"
Dengus pemuda aneh berpakaian seperti ayam jantan itu. Pemuda yang tak lain Rangkamaya alias si Cupu Manik itu memandang orang-orang yang mengurungnya dengan sorot mata tajam penuh amarah.
"Aku tidak mengerti, apa yang kau bicarakan. Cerita yang kudengar mengatakan bahwa kau mengganggu di kedai sana dengan menyerang mereka yang tengah bersantap!"
Kata Kebo Pitu.
"Mereka menyantap saudara-saudara ku! Tidakkah kalian merasakan bahwa perbuatan itu amat kejam? Kalian cabuti bulu-bulu saudaraku. Lalu kalian gorok mereka. Kalian panggang, kalian goreng! Tidakkah itu perbuatan biadab?! Aku bersumpah atas nama mereka, akan kubasmi kalian semua!"
Sergah Rangkamaya membentak. Suaranya lantang dengan sorot mata semakin berkilat tajam.
"Astaga! Kau mungkin sinting, Anak Muda, Apakah yang kau maksudkan ayam yang mereka makan?"
Tukas Kebo Pitu.
"Bangsaku bukan makanan! Mereka berhak hidup layak. Bukankah kalian bisa mencari makanan lain?!"
"Kang Kebo Pitu! Tanganku sudah gatal untuk menampar mulutnya! Bocah sinting ini tidak perlu dilayani. Dia harus kita ringkus secepatnya. Bahkan kalau perlu, bunuh!"
Teriak salah seorang anak buah Kebo P itu, yang berbadan agak kurus. Mendengar itu Rangkamaya memandang tajam pada laki-laki berbadan agak kurus ini.
"Kereaaakh...!"
Mendadak saja, si Cupu Manik berteriak keras. Bahkan kemudian diikuti dengan luncuran tubuhnya.
"Lengser! Awasss..!"
Kebo Pitu terkejut seraya memperingatkan laki-laki agak kurus yang dipanggil Lengser. Dan secepat itu pula tongkatnya dikebutkan sambil melompat untuk menahan serangan Rangkamaya yang menggunakan kakinya, Prak! "Heh?!"
Bukan main terkejutnya Kebo Pitu melihat apa yang terjadi.
Memang, temannya yang bernama Lengser selamat.
Tapi tongkatnya patah terpapak tendangan Rangkamaya.
Padahal meski tongkatnya terbuat dari kayu keras, namun dikerahkan lewat tenaga dalam tinggi.
Dan belum lagi hilang keterkejutannya, mendadak satu kaki Rangkamaya telah meluncur kembali.
Begitu cepat gerakannya, sehingga....
Crasss! "Aaakh...!"
Kebo Pitu terpekik ketika wajahnya sempat tergores taji di kaki si Cupu Manik.
Dia terdorong berapa langkah sambil membekap wajahnya yang tersayat.
Sementara Rangkamaya yang baru saja mendarat di tanah, kembali berkelebat sambil melepaskan sambaran-sambaran tajinya dengan kecepatan dahsyat ke arah anak buah Kebo Pitu lainnya.
Crasss...
! "Aaakh..,!"
Seorang anak buah Kebo Pitu roboh sambil menjerit kesakitan, Perutnya robek disambar taji si Cupu Manik. Yang seorang lagi menyusul terkena patukan paruh di jidat lawan.
"Kreaaakh..,!"
Rangkamaya benar-benar mengamuk hebat.
Kini tak ada lagi yang berani melihat pertarungan itu dari jarak dekat Mereka semua takut terserempet kemarahan pemuda sinting itu.
Sementara itu, si Cupu Manik kembali melesat menerjang Kebo Pitu yang masih terpaku, terkesima melihat kematian dua' kawannya tadi.
Dan Kebo Pitu betul-betul terkejut, ketika Rangkamaya kini berkelebat ke arahnya "Heh?!" *** Pada saat yang gawat bagi Kebo Pitu mendadak berkelebat cepat bagai kilat satu sosok bayangan putih dari arah samping.
Dan belum sempat Rangkamaya mengalihkan perhatian, tiba-tiba....
Plak! Plak! "K urangajar!"
Rangkamaya geram bukan main melihat serangannya kandas. Lebih geram lagi ketika tubuhnya terjajar beberapa langkah, Sementara, sosok yang menggagalkan serangannya sudah berdiri tegap sambil bersedekap.
"Siapa kau, Kisanak! Berani benar kau berurusan denganku!"
Bentak Rangkamaya, ketika menatap tajam pada pemuda tampan berbaju rompi putih dengan pedang bergagang kepala burung di punggung.
"Aku Rangga, seorang pengembara biasa. Aku di sini hanya ingin mengingatkanmu, Kisanak. Cobalah tenang, Tidakkah kau sadari kalau kau adalah manusia yang punya harkat. Janganlah kau rendahkan dirimu, hingga bertingkah laku dan berdandan bagai hewan?"
Sahut pemuda tampan yang ternyata Rangga. Dalam rimba persilatan, orang mengenalnya sebagai Pendekar Rajawali Sakti.
"Siapa peduli ocehanmu?! Aku adalah ayam jantan perkasa dari Hutan Loyang! Aku raja kawanan ayam. Dan kuperintahkan pada kalian untuk menghentikan penyiksaan kepada bangsaku. Siapa saja yang melanggar berarti sengaja melawan dan mengajak bermusuhan denganku. Dan dia patut mati!"
Dengus Rangkamaya, sengit.
"Kau hanya menuruti hawa nafsu belaka, Kisanak!"
"Tutup mulutmu! Jangan berkhotbah di depanku!"
Tukas Rangkamaya geram.
"K uingatkan, bangsa manusia lebih terhormat. Lantas, kenapa kau rendahkan derajatmu dengan menjadikan dirimu sebagai hewan?"
Lanjut Rangga tanpa mempedulikan kemarahan Rangkamaya alias si Cupu Manik.
"Durjana terkutuk! K ubunuh kau sekarang juga!"
Desis Rangkamaya semakin geram. Amarah si Cupu Manik betul-betul tak bisa dikendalikan lagi. Maka dengan gerakan secepat kilat diserangnya Pendekar Rajawali Sakti.
"Kreaaakh...! "
"Kau betul-betul keras kepala dan tidak bisa diajak bicara baik-baik..,"
Gumam Rangga sambil menggeleng lemah.
Pendekar Rajawali Sakti pun tidak tinggal diam menghadapi serangan yang dahsyat itu.
Dengan gerakan tidak kalah gesit Rangga menghindar ke samping, Kemudian tubuhnya mencelat ke atas saat, Rangkamaya menyapu pinggangnya.
"Uhhh...! Benar-benar tak bisa dianggap main-main!"
Desis Pendekar Rajawali Sakti, begitu kakinya mendarat di tanah.
Sementara Rangkamaya terus menggebrak, membuat Rangga harus berputar ke samping.
Namun di luar dugaan, si Cupu Manik juga memutar tubuhnya sambil melepaskan sapuan kakinya yang bertaji.
Wuuutt!! Tak ada waktu lagi bagi Rangga untuk menghindar.
Secepat kilat, tangannya mengibas untuk memapak.
Plak! Baru saja Rangga menangkis, kedua belah tangan Rangkarnaya yang berkuku tajam sudah berkelebat mengancam lehernya.
"Uts!! Pendekar Rajawali Sakti terpaksa berjumpalitan ke belakang. Namun, si Cupu Manik terus mengejar sambil berusaha mematuk jalan kematian di tubuh Pendekar Rajawali Sakti. Rangga tak kurang akal. Pada jumpalitan yang entah ke berapa kali, mendadak dia menjatuhkan diri sambil menjulurkan kakinya ke atas. Sementara Rangkamaya yang berada di atas, tak mampu lagi menghindar. Dan.. Desss! "Hekh,..!"
Telak sekali kaki Pendekar Rajawali Sakti mendarat di perut Rangkamaya.
Saat itu juga tubuh Si Cupu Manik terlontar ke atas, lalu jatuh berdebuk keras di tanah.
Perbuatan amat nekat.
Karena kalau kurang cepat, justru batok kepala Pendekar Rajawali Sakti tadi memang bisa remuk dihantam paruh Rangkamaya.
Tapi Rangga telah memperhitungkan kecepatan pemuda aneh itu, sehingga mampu memperhitungkannya.
Rangkamaya berusaha bangkit berdiri.
Matanya mencorong tajam, memandang penuh kebencian pada Pendekar Rajawali Sakti.
Kali ini baru disadari kalau lawan yang dihadapi tak bisa dianggap enteng.
"K urang ajar! Belum pernah ada seorang pun yang berani menyakitiku!"
Dengus si Cupu Manik.
"Kalau begitu aku termasuk orang yang beruntung."
"Keparat! Kubunuh kau, Durjana!"
Bukan main geramnya Rangkamaya mendengar jawaban itu.
Benar-benar hatinya terasa ditusuk-tusuk Maka dia bertekad hendak membinasakan Pendekar Rajawali Sakti secepatnya agar menjadi peringatan bagi mereka yang melihat dan mendengar di sekeliling tempat ini.
Sementara itu para penduduk yang semula ketakutan, perlahan-lahan berubah pikiran setelah kehadiran Pendekar Rajawali Sakti.
Bahkan mereka yang semula melihat amukan Rangkamaya aneh itu menjauh, kini mendekat penuh kekaguman kepada pemuda berbaju rompi putih itu.
Dalam waktu singkat dan tidak kesulitan sama sekali, dia telah menghempaskan pemuda aneh itu.
"Yeaaa...!"
Rangkamaya membentak nyaring, mengiringi tubuhnya yang terbang, Kali ini dia berjumpalitan beberapa kali dengan kedua tangan bergerak cepat membentuk gulungan-gulungan yang membingungkan.
Wesssu.! Bersamaan dengan itu terasa angin kencang berputar-putar di sekitar si Cupu Manik ini.
"Hai.., Ajian apa yang tengah dikerahkannya?"
Gumam Pendekar Rajawali Sakti sambil bersiap-siap. *** Rangga seketika memperkokoh kuda-kudanya. Sebentar dia membuat gerakan dengan kedua tangan, lalu terakhir menakup di depan dada, Dan ketika serangan hampir mendekat..
"Aji Bayu Bajra! Heaaa..,!"
Seiring teriakannya, Pendekar Rajawali Sakti menghentakkan kedua tangannya ke depan. Maka seketika berhembus angin kencang cukup dahsyat, menghadang angin yang meluruk dari tangan si Cupu Manik Blash! "Setan!"
Rangkamaya membentak geram ketika ajiannya mampu dipunahkan dengan serangan yang tidak kalah dahsyat.
Sementara tempat ini telah dipenuhi debu-debu yang beterbangan bagaikan kabut akibat berhembusnya dua serangan kencang yang menimbulkan angin topan, Beberapa batang pohon bergoyang keras, Genteng-genteng rumah terlihat melayang-layang.
Sedangkan orang-orang yang menonton pertarungan aneh ini terhumbalang, walau tak sampai mengakibatkan kematian.
"Kreaaakh".!"
Tiba-tiba si Cupu Manik menjerit dahsyat.
Lalu dia melompat ke depan, kembali menerjang dengan pukulan pamungkas.
Tapi Rangga tak kalah sigap.
Segera dikerahkannya jurus-jurus dari lima rangkaian jurus 'Rajawali Sakti' untuk meladeni.
Saat ini juga disampoknya tangan Rangkamaya dengan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali', Wuuut! Plak! "Aaakh...!"
Begitu habis terjadi benturan, Pendekar Rajawali Sakti melenting ke atas, mengerahkan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'.
Sebelum Rangkamaya menyiapkan serangan kembali, Rangga telah merubah jurusnya menjadi 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa', dengan kecepatan dahsyat.
Seperti seekor rajawali menyambar anak ayam, Rangga berkelebat cepat melepaskan kibasan ke kepala Rangkamaya yang hanya mampu tercekat Dan,.., Dugkh! "Aaakh...!"
Si Cupu Manik kontan terjungkal roboh disertai pekik kesakitan.
Untung saja Pendekar Rajawali Sakti tidak seluruhnya mengerahkan tenaga dalam.
Sehingga kepala pemuda aneh itu tak sampai retak.
Rangkamaya seraya bangkit perlahan-lahan dengan mulut meringis menahan sakit.
Sepasang matanya masih berkunang-kunang, Namun tersirat dendam pada sinar matanya.
Jika mampu, rasanya dia ingin menikam pemuda yang berdiri tegak di depannya.
"Hari ini kau menang, Manusia durjana! Tapi guruku tidak akan rela melihat aku diperlakukan begini. Kau akan terima pembalasan darinya!"
Desis si Cupu Manik.
"Apakah gurumu juga seekor ayam?"
Sebenarnya Rangga tidak terlalu sungguh-dengan kata-katanya, Dia ingin agar Rangkamaya menyadari kekeliruannya.
Dan dengan begitu akan sadar bahwa dirinya seorang manusia, bukan seekor ayam.
Apalagi menganggap raja dari kalangan ayam dengan segala macam dandanan yang dikenakan.
"Huh!"
Rangkamaya hanya mendengus sinis, kemudian berkokok nyaring.
Tidak lama kemudian beberapa ekor ayam jantan menghampiri.
Kembali ditatapnya Pendekar Rajawali Sakti, lalu melangkah pergi meninggalkan kota ini.
Arah yang dituju jelas ke Desa Loyang, Bersamaan dengan itu ayam-ayam jantan yang tadi dipanggilnya, mengikuti dari belakang.
Pemandangan ini membuat mereka yang memperhatikannya mendecak takjub.
Sementara Rangga hanya menatapi kepergian si Cupu Manik dengan helaan napas panjang, Dan kakinya akan melangkah, namun,...
"K isanak, tunggu dulu,..!"
Teriak seseorang.
Pendekar Rajawali Sakti mengurungkan niatnya.
Kepalanya lantas menoleh, Tampak seorang laki-laki berusia sekitar empat puluh tahun menghampiri.
Dia membawa beberapa perabotan di kedua tangannya, Kelihatannya kepayahan sekali, Demikian pula seekor kuda yang membawa beban terlalu sarat.
Di belakangnya ikut juga seorang wanita dengan tiga orang anaknya, Dan yang terakhir adalah orang tua bertubuh kurus dengan muka menyiratkan keletihan.
"Ada apa gerangan, K isanak?"
Tanya Rangga.
"Eh, maaf. Namaku Surapati, Aku penduduk Desa Loyang,..,"
Kata laki-laki setengah baya ini, begitu tiba satu tombak di depan Rangga.
"Adakah sesuatu yang bisa kubantu?"
Tanya Rangga.
"Pemuda tadi, eh! Maksudku, si Rangkamaya,... Dia, dia...."
"Kenapa dia?"
"Maukah K isanak mengusirnya dari desa kami? Karena kami amat menderita akan kehadirannya,"
Kata K i Surapati penuh harap, Kemudian tanpa diminta laki-laki ini menceritakan ihwal kedatangan Rangkamaya, termasuk ulah yang diperbuatnya kepada penduduk Desa Layang yang terpaksa mengungsi ke Gringsing.
"Tolonglah, Kisanak Kau usir dia sekalian dari desa kami? Seluruh penduduk dicekam ketakutan dan tidak bisa bekerja dengan aman,"
Sambung K i Surapati memelas. Rangga berpikir sebentar.
"Di mana Desa Loyang itu, K i?"
Tanya Rangga halus.
"Arah barat laut kota kadipaten ini... oh, jadi kau bersedia membantu kami, Kisanak?"
Rangga tersenyum ramah.
"Aku hanya manusia biasa, K i. Segala sesuatunya diatur oleh Yang Maha Kuasa, Dan aku hanya menjalankan saja, Apakah nanti berhasil atau tidak, ya terserah yang di atas sana...!"
Kata Rangga merendahkan diri. *** "Jahanam...! Keparat..! Durjana terkutuk...! Keluar kalian semua,..! Keluaaar...!"
Rangkamaya berteriak-teriak semakin gila.
Terkadang dia malah berkokok lantang seperti hendak melampiaskan kemarahannya, Sudah barang tentu hal ini menimbulkan ketakutan para penduduk Desa Loyang yang mendengar dan menyaksikan kehadirannya kembali, Semula mereka gembira ketika melihat pemuda itu angkat kaki dengan membawa sebagian pasukannya, Tapi ketika melihat pemuda itu muncul kembali, maka penduduk desa ini kembali merasa dibayang-bayangi ketakutan lagi.
Entah kepada siapa si Cupu Manik ini berteriak-teriak Mungkin kepada kawanan ayam, atau juga kepada penduduk desa, Tapi orang-orang desa yang telah jadi pecundang, tidak mau menanggung akibat dari sedikit kesalahan.
Mereka perlahan-lahan keluar dengan wajah takut-takut.
Ternyata bukan hanya mereka saja yang keluar, Tapi, juga kawanan ayam yang ditinggalkannya, Hewan-hewan itu berkokok nyaring saling bersahutan dan berkumpul di dekat Rangkamaya.
Rangkamaya memandang sekilas kepada penduduk desa yang telah keluar dari rumah masing-masing.
Matanya memancarkan kegarangan bercampur kebencian.
"Kalian bangsa manusia betul-betul memuakkan dan terkutuk!"
Maki si Cupu Manik tanpa sebab.
Tapi orang-orang desa itu sudah kebal terhadap makian, Karena bukan sekali ini saja mendengar makian Rangkamaya.
Namun yang mengherankan mereka adalah, pemuda ini kelihatannya marah betul.
Entah, apa yang membuatnya demikian marah.
"Kalau aku tidak bertindak sekarang, maka kalian akan semakin merajalela!"
Lanjut si Cupu Manik geram seraya melangkah mendekati para penduduk diikuti oleh kawanan 'rakyat'nya di belakang.
"Rangkamaya! Apa maksudmu,..?"
Tanya K i Tambuk dengan suara lirih, Meskipun menjabat kepala desa, namun K i Tambuk tak mampu berbuat banyak.
Di mata pemuda itu, kedudukannya sama saja dengan manusia-manusia lain, Tapi melihat gelagat yang tidak baik di depan matanya, laki-laki setengah baya itu merasa terpanggil untuk sedikit banyak berusaha melindungi keselamatan penduduknya.
"Kalian harus mampus!"
Desis si Cupu Manik.
"Kau... ah! Kau tidak bisa berbuat seperti itu kepada kami!"
Sergah Ki Tambuk.
"Aku bisa berbuat apa saja kepada kalian! Kau dan yang lain sama saja, Kalian durjana-durjana terkutuk! Cukup lama aku melihat kekejaman kalian kepada bangsaku. Maka, inilah saatnya pembalasan bagi kalian!"
Tandas Rangkamaya.
"Rangkamaya, ingatlah! Kau pun penduduk desa ini, Kalau kau hendak membunuh semua penduduk Desa Loyang, maka sama artinya kau pun membunuh dirimu sendiri!"
Tukas K i Tambuk, tak patah semangat.
"Tutup mulutmu, Durjana Terkutuk! Aku tidak butuh nasihatmu. Telah berapa kali kukatakan kepada kalian, aku bukan penduduk desa ini. Tapi, aku raja dari rakyatku, Dan kalian adalah musuh-musuh kami yang mesti dibasmi!"
Bentak Rangkamaya.
"Apakah kau kira itu hanya kesalahan kami belaka? Seluruh manusia di muka bumi ini pernah memakan daging bangsamu!"
Sergah K i Tambuk membela diri.
"Mestinya kau menuntut balas pula kepada mereka!"
"Tentu saja! Mereka akan mendapat bagian. Tapi bagian pertama adalah kalian dulu."
"Kau benar-benar biadab, Rangkamaya! Kau bukan manusia! Kau binatang terkutuk!"
Maki Ki Tambuk geram, Agaknya kepala desa itu sudah kehabisan kata-kata untuk membela diri.
Sehingga dalam keadaan terpojok begitu, dia jadi nekat.
Tidak dipedulikannya kalau Rangkamaya akan langsung membunuh karena kata-katanya lagi.
Dia sudah bertekad, kalau pemuda itu menyerangnya, maka akan dilawannya sekuat tenaga.
Daripada, mati sia-sia.
"K isanak semua, dengar! Dia hendak membunuh kita, Maka daripada kita mati sia-sia, kenapa tidak melawan saja? Toh, itu lebih baik, agar dia tidak semena-mena kepada kita, Ayo masuk ke dalam rumah masing-masing, Cari senjata-senjata untuk menghajarnya!"
Ujar Ki Tambuk berteriak lantang, Tanpa diperintah dua kali, para penduduk Desa Loyang segera masuk ke rumah masing-masing mencari segala macam senjata yang bisa digunakan untuk membunuh Rangkamaya.
"Dutjana terkutuk!"
Rangkamaya kembali memaki geram, si Cupu Manik tidak bisa membiarkan mereka begitu saja melawan, Meski hal itu tidak merubah keputusannya, Tapi kalau didiamkan akan cukup merepotkan juga.
"Kau yang lebih dulu mampus!"
Desis Rangkamaya kepada Ki Tambuk.
Saat itu juga, si Cupu Manik menerkam, ketika K i Tambuk baru saja hendak berbalik masuk ke pekarangan rumahnya.
Cepat bagai kilat laki-laki kepala desa itu menjatuhkan diri, Serangan pertama Rangkamaya luput dari saran.
Namun baru saja Ki Tambuk bangkit berdiri, kaki bertaji milik Rangkamaya berputar menyambar dada, Bret! "Aaakh...!"
Ki T ambuk menjerit kesakitan begitu dadanya robek lebar tersambar taji.
Pendekar Slebor Dendam Dan Asmara Pendekar Pedang Matahari Iblis Bukit Setan Delapan Kitab Pusaka Iblis Karya Rajakelana