Iblis Bukit Setan 1
Pendekar Pedang Matahari Iblis Bukit Setan Bagian 1
PENDEKAR PEDANG MATAHARI Dalam Episode 3 .
IBLIS BUKIT SETAN By .
chimilly Edit .
Gilang (pendekarpinilih@yahoo.com) (sebagian naskah telah mengalami pengeditan sesuai dengan EYD untuk lebih memudahkan dalam membaca naskah ini dengan tidak mengurangi isi dari naskah yang bersangkutan) SUARA lolongan anjing hutan begitu menggidikkan bulu kuduk bagi yang mendengarnya.
Memecah kesunyian malam yang begitu tenang dan damai.
Di kaki Bukit Setan selatan Gunung Bromo tampak sebuah desa yang terpencil namun cukup ramai penduduknya.
Setiap harinya para penduduk desa hidup dengan bertani dan berdagang.
Desa itu bernama Desa Karang Asem.
Di antara rumah rumah penduduk tampak sebuah bayangan hitam berkelebat sambil mengendap-endap dari satu rumah ke rumah yang lain.
Sesekali bayangan hitam itu berhenti sambil celingukan ke kanan kiri lalu kembali bergerak cepat ke rumah satu ke rumah lain.
Tepat di satu rumah yang berada paling ujung desa, bayangan itu berhenti di samping rumah tepat di bawah jendela.
Pelan-pelan bayangan itu membuka jendela rumah lalu masuk setelah jendela berhasil di buka.
Di dalam rumah bayangan hitam segera menuju sebuah kamar yang cuma satu-satunya di rumah itu.
Pelan-pelan pintu kamar di bukanya.
Tampak di dalam kamar yang cuma di terangi lampu minyak kecil tidak cukup menerangi ruangan namun bagi bayangan itu sudah lebih dari cukup untuk melihat seseutu yang tengah di carinya yaitu segolek tubuh di atas ranjang yang terbuat dari balai-balai bambu.
Tubuh seorang wanita berumur 30 tahunan yang sedang terlelap tidur dengan pulas.
Bayangan hitam itu pelan-pelan mendekatI ranjang bambu, matanya begitu liar menatap tubuh wanita di atas ranjang, jakunnya naik turun seiring nafasnya yang sudah menderu karena terbakar birahi.
Tanpa pikir panjang bayangan itu dengan cepat menindih tubuh wanita itu.
"Ekh?!"
Si wanita terbangun karena kaget tiba-tiba ada orang menindih tubuhnya.
"Emmhhppmm,"
Suara wanita itu tertahan karena mulutnya di bekap oleh orang yang menindihnya.
Wanita itu coba berontak sekuat tenaga tapi apa daya kekuatan seorang wanita di hadapan laki laki yang dirasuki iblis maka wanita tersebut menjadi tak berdaya dan harus rela merasakan keberingasan bayangan hitam yang memperkosa dirinya.
Wanita malang tersebut hanya bisa merintih-rintih karena kehormatan yang dijaganya kini telah dirusak iblis bejat yang menindih tubuhnya.
Bayangan hitam yang tengah menikmati tubuh mangsanya terus memperkosa wanita malang itu dengan ganas sekali.
Hingga pada satu saat bayangan hitam tersebut mengejang hebat sambil melenguh panjang karena mencapai puncak kenikmatan.
Begitu e-bukugratis.blogspot.com puas memperkosa wanita malang tersebut, maka dengan sangat kejam bayangan hitam tersebut membunuh wanita itu dengan menggigit leher wanita itu menghisap darahnya sampai puas lalu pergi begitu saja.
Pagi ini suasana Desa Karang Asem tampak tidak seperti biasanya.
Hampir seluruh penduduk berkumpul di depan rumah yang paling ujung di Desa Karang Asem itu.
Di dalam rumah pun juga dipadati orang-orang yang penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Lontaran kata yang mengutuk keluar dari mulut orang yang tahu apa yang terjadi.
Sedang yang lain cuma bisik bisik saja.
Tiba-tiba ada orang yang datang dan dengan cepat menyingkirkan para penduduk desa yang menghalangi jalannya.
Para penduduk yang marah dan jengkel dengan orang yang memaksa masuk tadi langsung reda dan mengangguk hormat, karena yang barusan datang adalah kepala keamanan Desa Karang Asem yaitu Ki Jarot.
Di belakang Ki Jarot mengikuti dua bawahannya yaitu Prasmani dan Sartolo.
Semua penduduk desa segera memberi jalan kepada tiga orang keamanan desa itu.
"Apa yang terjadi?!"
Tanya Ki Jarot agak keras namun berwibawa.
"Anu Ki. Nyi Ratih mati."
Sahut seorang penduduk yang paling dekat dengan Ki Jarot.
"Tapi matinya tidak wajar, Ki."
Imbuh orang itu.
"Hemmp?!"
Ki Jarot mengerutkan keningnya bingung.
"Apa maksudmu?"
Seru Ki Jarot cepat.
"Di leher Nyi Ratih ada bekas gigitan yang meninggalkan dua lubang besar. Tapi ...
"
"Sudah sudah biar aku periksa sendiri,"
Kata Ki Jarot cepat.
Ki Jarot ingin memastikan apa yang terjadi dengan Nyi Ratih.
Ki Jarot segera masuk ke dalam kamar Nyi Ratih di ikuti dua temannya.
Orang-orang yang ada di dalam ruangan segera menyinkir.
Ki Jarot memeriksa mayat Nyi Ratih dengan teliti.
"Biadab!"
Kata Ki Jarot geram.
"Kakang! Sepertinya pelakunya bukan manusia biasa tapi orang yang menganut ilmu hitam,"
Ucap Sartolo memberikan pendapatnya.
"Di lihat dari kondisinya, Nyi Ratih sebelum di bunuh di perkosa dulu baru di bunuh dengan cara yang tidak wajar,"
Ucap Prasmani meneruskan. Ki Jarot diam merenungkan ucapan dua temannya itu kemudian Ki Jarot mengedarkan Pandangannya ke sekitar kamar dan beberapa orang yang ada di situ.
"Siapa yang pertama kali menemukan Nyi Ratih sudah meninggal?"
Seru Ki Jarot.
"Saya Ki."
Sahut seorang wanita muda maju. Ki Jarot menatap wanita muda itu.
"Ceritakan padaku,"
Ucap Ki Jarot.
"Tadi pagi saya bermaksud menghampiri Nyi Ratih karena tiap hari kami sering pergi ke pasar bareng untuk jualan. Tapi saya panggil-panggil Nyi Ratih tidak menyahuti. Pikir saya Nyi Ratih mungkin masih tidur karena capek. Saya masuk ternyata pintu tidak di kunci dan ketika saya samperin ke kamarnya ternyata Nyi Ratih sudah kaku dan pakaiannya berantakan. Karena saya panik dan juga takut akhirnya saya lapor ke para tetangga. Begitu!"
Cerita wanita muda itu. e-bukugratis.blogspot.com Ki Jarot manggut-manggut.
"Ya sudah. Tolong kalian urus mayat Nyi Ratih, aku akan melaporkan in ke Kepala Desa,"
Ucap Ki Jarot.
"Baik, Ki."
Sahut para penduduk desa.
Ki Jarot bersama dua temannya segera pergi dari tempat itu dan pergi ke tempat Kepala Desa untuk melaporkan kejadian itu.
Sepasang mata yang tajam menatap kepergian Ki Jarot bersama dua temannya.
Sepasang mata itu juga menatap satu persatu wanita-wanita yang ada di tempat kejadian naas itu.
Senyumnya merekah dengan sesekali meleletkan lidah membasahi bibir begitu melihat seorang wanita muda yang bertubuh agak gemuk berisi.
--o0o--"Ki Jarot! Selidiki kejadian ini.
Jangan sampai pelaku biadab itu merajalela,"
Ucap Kepala Desa Karang Asem tegas.
"Baik."
Sahut Ki Jarot mantap.
Ki Jarot melangkah keluar dari rumah Kepala Desa setelah melaporkan kejadian meninggalnya Nyi Ratih dengan tidak wajar.
Prasmani dan Sartolo mengikuti dari belakang.
Di depan rumah Nyi Ratih, Ki Jarot berkata dengan lantang di hadapan para penduduk Desa Karang Asem.
"Para penduduk sekalian! Saya mendapat amanat dari Kepala Desa mulai malam ini kita akan melakukan ronda secara bergiliran. Kita jaga keamanan Desa Karang Asem agar tidak jatuh korban lagI. Paham?!"
Teriak Ki Jarot.
"Paham ... !!!"
Seru para penduduk desa keras.
"Maaf, Ki Jarot. Siapa kira-kira orang biadab yang telah membunuh Nyi Ratih itu?"
Tanya seorang penduduk yang berperawakan cukup gagah. Namanya Aji Kartiko.
"Hemmm ... Aku belum tahu. Tapi aku akan berusaha membekuk pembunuh biadab itu!"
Seru Ki Jarot tegas dengan tangan mengepal erat tanda geram.
"Ya sudah sebaiknya kita kebumikan dulu Nyi Ratih. Ayo!"
Ucap Ki Jarot.
Semua penduduk segera bergegas mengebumikan jenasah Nyi Ratih.
Jelas para penduduk desa masih di liputi perasaan heran, bingung serta penasaran atas kejadian yang benar-benar membuat bulu kuduk merinding.
Kini sore hari pun Desa Karang Asem jadi sepi sekali padahal biasanya sampai menjelang malam masih ramai.
Tapi kenapa sekarang jadi sepi bagai tiada kehidupan? Itu dikarenakan para penduduk desa was-was dengan kejadian yang menimpa Nyi Ratih.
Mereka takut kejadian itu bisa terjadi pada mereka khususnya para gadis desa.
Malam ini tampak para lelaki penduduk desa melakukan ronda malam.
Padahal mereka jarang ronda karena keamanan desa sudah ada Ki Jarot dengan dua temannya.
Selama ini Desa Karang Asem aman dan tenang tanpa ada suatu kejadian yang meresahkan penduduk Desa Karang Asem.
e-bukugratis.blogspot.com Di sudut tempat gelap bawah pohon rindang dekat rumah penduduk tampak sesosok bayangan hitam berdirI dengan sorot mata tajam ke arah para penduduk yang tengah melakukan ronda malam.
Matanya yang merah menyala tampak berputar melihat keadaan sekitarnya.
Ketika malam semakin larut tiba-tiba suara lolongan anjing hutan terdengar sangat nyaring dan menyayat hati.
Seolah-olah bakal ada kejadian yang mengerikan di Desa Karang Asem.
Sosok bayangan hitam yang dari tadi hanya diam kini melesat cepat menyelinap di antara rumah rumah penduduk.
Sosok bayangan hitam itu berhenti di sebuah rumah kecil.
Dengan gerakan pelan bayangan hitam itu meneriksa jendela yang terletak di samping rumah.
Jglekkk! Jendela dengan mudah di buka maka bayangan hitam itu melompat masuk lewat jendela kemudian menutupnya.
Bayangan hitam itu berdiri di samping ranjang yang terbuat dari bambu.
Di ranjang tampak seorang wanita muda tengah terlelap tidur dengan pulas sekali tanpa tahu bahaya maut tengah mengancam jiwanya.
Bayangan hitam itu segera menindih tubuh si wanita muda dan melakukan aksi bejatnya memperkosa wanita muda tersebut.
Setelah puas merengguk madu dari wanita muda itu, maka bayangan hitam itu menggigit leher wanita muda itu lalu menghisap darahnya hingga wanita muda itu tak bernafas lagi.
Dengan cepat bayangan hitam itu berlalu dari rumah korbannya.
--o0o--Kembali Desa Karang Asem di buat gempar dengan ditemukannya seorang gadis mati dengan kondisi yang sama, yaitu habis di perkosa lalu di gigit lehernya.
Ini membuat Desa Karang Asem jadi mencekam saat malam tiba.
Para penduduk di landa ketakutan yang luar biasa terutama para gadis gadis desa.
Mereka takut jika jadi korban makhluk yang mencari mangsa dengan cara memperkosa kemudian di bunuh secara mengerikan.
Desa Karang Asem benar-benar di landa kegalauan yang teramat sangat.
Sementara itu di rumah Kepala Desa Ki Sarmin tampak Ki Sarmin tengah berkumpul dengan Ki Jarot serta beberapa orang penduduk.
"Ini benar-benar sudah gawat. Jika dibiarkan bisa-bisa banyak anak gadis yang jadi korban. Ki Jarot apa yang harus kita lakukan untuk mencegah semua kejadian ini?"
Kata Ki Sarmin ke Ki Jarot selaku kepala keamanan Desa Karang Asem. Ki Jarot menghela nafas panjang.
"Makhluk terkutuk itu benar-benar membuatku geram. Siapa sebenarnya makhluk itu?"
Ucap Ki Jarot seolah untuk dirinya sendiri.
"Yang pasti kita belum tahu wujud dari makhluk terkutuk itu. Sebaiknya kita minta bantuan ke Perguruan Silat Ular Emas untuk membantu kita dalam menangkap makhluk misterius itu,"
Kata Ki Sarmin memberi usul.
"Ya. Saya setuju, Ki. Kebetulan Perguruan Silat Ular Emas sangat baik pada kita."
Sahut Ki Jarot setuju dengan usul Ki Sarmin. e-bukugratis.blogspot.com "Maaf Ki, bukankah Perguruan Silat Ular Emas sangat jauh dari desa. Perlu 1 hari perjalanan berkuda lalu siapa yang akan pergi?"
Sela Aji Kartiko cepat. Aji Kartiko adalah pemuda yang cukup di segani, selain tampan dia juga salah satu tokoh pemuda di Desa Karang Asem. Ki Sarmin dan yang lain menatap Aji Kartiko, mereka manggut-manggut membenarkan ucapan pemuda itu.
"Nakmas Aji Kartiko. Kamu benar juga, Perguruan Silat Ular Emas memang cukup jauh dari sini dan juga di antara penduduk desa cuma Ki Jarot, Prasmani dan Sartolo serta Nakmas sendiri yang pandai menunggang kuda dengan baik,"
Ucap Ki Sarmin bersikap tenang.
"Hemmm ... Sebaiknya siapa di antara kalian yang pergi?"
Tanya Ki Sarmin.
"Biar saya yang pergi, Paman!"
Seru Aji Kartiko cepat. Ki Sarmin menatap Aji Kartiko sejenak.
"Baik tapi Nakmas jangan pergi sendiri, harus ada yang menemani."
"Biar saya yang menemani Aji Kartiko."
Sahut Ki Jarot cepat.
"Baik. Segeralah kalian berangkat. Mumpung hari masih terang."
"Baik ... !!"
Ki Jarot dan Aji Kartiko segera bergegas pergi dari rumah Kepala Desa untuk persiapan menuju Perguruan Silat Ular Emas.
--o0o--SIANG ini di Gunung Bromo cuacanya sangat cerah, matahari bersinar terik seolah ingin membakar bumi.
Angin yang berhembus sepoi-sepoi mampu memberikan kesejukan di cuaca yang panas di Gunung Bromo.
Di sebuah lereng timur Gunung Bromo tampak seorang gadis jelita tengah berlatih dengan keras.
Walau cuaca cukup menyengat tapi tak di pedulikan oleh gadis itu.
Tubuh ramping yang di balut pakaian warna biru tampak berkelebatan di antara batu satu ke batu yang lain.
Gerakan tubuhnya sungguh lincah sekali meliuk liut bagai menari.
Bila ada yang melihat sudah pasti akan mengira ada bidadari sedang menari.
Setiap gerakan gadis itu yang sangat lembut selalu di iringi deburan angin sehingga di tempat itu jadi terasa dingin.
"Hiaaaaatt!"
Terdengar teriakan si gadis keras sambil mendorong tangannya ke arah sebuah batu besar.
Blaarrr ...
! Sebuah batu besar hancur berantakan terkena angin yang keluar dari tangan gadis cantik itu.
Gadis itu lalu melompat tinggi sambil mencabut pedang di punggungnya.
Sriiiiiing ...
! Sebilah pedang yang memancarkan cahaya keputihan terang tergenggam di tangan kanan gadis itu.
Dengan gerakan sangat cepat gadis itu memainkan pedang itu.
Setiap tebasan yang dilakukan gadis itu menimbulkan deru angin yang mencicit dan terjadi ledakan-ledakan yang memporak-porandakan tempat itu.
Sungguh luar biasa dahsyat kekuatan pedang di tangan gadis itu.
e-bukugratis.blogspot.com Kemudian gadis itu berdiri tegak di atas tanah lapang sambil memasukkan kembali pedang di tangannya ke sarung pedang yang ada di balik punggungnya.
Gadis itu jadi terhenyak sendiri setelah melihat sekitarnya yang porak-poranda bagai terkena bencana alam.
Plok! Plok! Plok! Suara tepuk tangan dari arah belakang gadis itu.
Gadis baju biru dengan cepat berbalik lalu tersenyum indah ke seorang pemuda tampan yang tadi bertepuk tangan.
"Kakang!"
Seru gadis itu. Pemuda tampan itu menghampiri si gadis.
"Kau sudah menguasai semua ilmu dari Pedang Naga Suci itu dengan cepat Pandan,"
Kata pemuda tampan itu yang ternyata adalah Surya atau Pendekar Pedang Matahari.
"Bahkan kekuatanmu meningkat tajam 3 kali lipat di banding kamu masih memakai Pedang Naga Geni."
Imbuhnya sambil menepuk pundak Pandan Wangi pelan. Pandan Wangi tersenyum senang mendengar itu.
"Terima kasih, Kakang."
Surya mengangguk cepat.
"Tapi ingat. Gunakan Pedang Naga Suci jika kamu benar-benar terdesak."
"Baik, Kakang."
Sahut Pandan Wangi mengangguk cepat.
"Ayo ikut aku sebentar,"
Kata Surya sambil berlalu dari hadapan Pandan Wangi "kemana?"
Tanya Pandan Wangi cepat.
Tapi Surya keburu jauh dari tempatnya berada maka dengan cepat Pandan Wangi menyusul Surya yang sudah agak jauh pergi.
Di dalam Goa Setan tampak Surya duduk bersila di atas batu pipih dengan tenang, Pandan Wangi segera duduk di depan Surya dan menunggu apa yang ingin di bicarakan oleh pemuda tampan di depannya itu.
Surya mengambil nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya cepat seperti melepas suatu beban berat di dadanya.
"Sudah lebih dari satu purnama kamu tinggal di sini. Ada satu rahasia besar yang ingin aku sampaikan padamu. Tapi ...
"
Surya diam tidak meneruskan ucapannya. Pandan Wangi diam menunggu kelanjutan ucapan Surya. Surya kembali menghela nafas kuat-kuat. Setelah beberapa Surya mulai membuka suara lagi.
" ... Tapi sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk mengatakan rahasia besar itu,"
Ucap Surya pelan. Pandan Wangi mengerutkan keningnya karena heran dengan sikap Surya yang sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu yang sulit untuk dikatakan.
"Ada apa sebenarnya Kakang?"
Tanya Pandan Wangi penasaran. Surya menatap Pandan Wangi beberapa lama.
"Akh ... sudahlah,"
Ucap Surya sambil menggeleng cepat.
"Pandan! Boleh aku tahu apa maksud tanda mawar hitam dalam lingkaran yang ada di lengan kirimu itu?"
Tanya Surya pelan. Pandan Wangi langsung melihat ke lengan kirinya.
"Aku juga tidak tahu Kakang. Tanda ini sudah ada sejak aku masih bayi,"
Ucap Pandan Wangi pelan. e-bukugratis.blogspot.com Surya mengangguk-angguk saja mendengar itu.
"Memang kenapa dengan tanda ini?"
Tanya Pandan Wangi cepat.
Surya kembali menghela nafas pelan kemudian dia membuka baju di depan dada.
Tampak di dada kiri Surya juga ada tanda gambar mawar hitam dalam lingkaran.
Pandan Wangi yang melihat Surya juga punya tanda yang sama dengan dirinya jadi tersentak kaget.
"Kau juga punya tanda yang sama denganku, Kakang?"
Tanya Pandan Wangi cepat tak bisa menyembunyikan keterkejutanya itu. Surya mengangguk pelan.
"Tap ... tap ... tapi?"
Pandan Wangi malah jadi bingung sendiri.
"Tapi kenapa Pandan?"
Tanya Surya heran. Pandan Wangi menatap Surya sejenak, ada bayangan keraguan di pikirannya.
"Sejak kapan Kakang punya tanda itu?"
Tanyanya ingin memastikan apakah apa yang ada di dalam pikirannya benar. Surya mengerutkan keningnya.
"Apakah ada yang aneh dengan tanda ini, Pandan?"
Tanya Surya balik.
"Jawab saja, Kakang!"
Seru Pandan Wangi cepat.
Surya diam saja tidak mau menjawab pertanyaan Pandan Wangi.
Malah dia membalikkan tubuhnya membelakangi Pandan Wangi, Surya perlahan membuka bajunya.
Tampak ada gambar matahari berjumlah sembilan buah yang mengitari mahkota di tengah lingkaran di punggung Surya.
Pandan Wangi begitu melihat gambar di punggung Surya malah terkejut bukan main, perlahan air matanya keluar dari dua matanya.
Dengan perasaan yang sukar di bayangkan yang bergejolak di dalam dadanya, Pandan Wangi langsung memeluk Surya dari belakang dengan erat.
Tangisnya pun langsung meledak keras.
Ada apa sebenarnya?!!.
Pandan Wangi ingat dengan pesan terakhir kakeknya sebelum meninggal.
"Cucuku Pandan Wangi. Akan kakek ceritakan sebuah rahasia besar tentang dirimu. Sesungguhnya kamu masih memiliki saudara. Carilah saudaramu itu jika kamu sudah besar nanti. Saudaramu itu memiliki tanda yang sama seperti tanda di lengan kamu selain itu tanda yang paling kuat adalah berada di punggung yaitu tanda sembilan matahari yang mengitari mahkota dalam lingkaran. Dialah Pangeran Matahari kakakmu,"
Ucap sang kakek Pandan Wangi.
Pandan Wangi masih menangis memeluk Surya erat dari belakang.
Surya hanya diam saja membiarkan Pandan Wangi menumpahkan segala perasaannya yang mengganjal selama bertahun-tahun.
Ini wajar saja karena sudah sejak lama Pandan Wangi mencari kakaknya agar rahasia tentang jati diri kehidupannya dapat terungkap.
Karena kelelahan akhirnya Pandan Wangi pingsan.
Surya langsung menangkap tubuh Pandan Wangi agar tidak jatuh membentur lantai goa.
--o0o--e-bukugratis.blogspot.com Dua anak muda -satu wanita dan satu pria-tampak sedang menyusuri jalan setapak menurun di lereng timur Gunung Bromo.
Mereka adalah Surya dan Pandan Wangi yang sudah meninggalkan Goa Setan.
Matahari siang ini tampak sedikit terhalang oleh awan putih di langit.
"Kakang! Kenapa kamu tidak memakai topeng perakmu lagi?"
Tanya Pandan Wangi membuka suara setelah mereka jauh dari Goa Setan. Surya cuma melirik saja sejenak kemudian Pandangannya di arahkan ke langit.
"Hehhmm ... tidak, Pandan,"
Jawab Surya pelan.
"Kenapa?"
Sahut Pandan heran.
Surya menghela nafas berat.
Pandan Wangi memperhatikan sikap Surya yang sepertinya menyembunyikan sesuatu yang enggan untuk dibicarakan.
Akhirnya Pandan Wangi memilih untuk diam saja.
Pada sore hari mereka tiba di sebuah desa di kaki Gunung Bromo.
Mereka segera mencari kedai untuk melepas lelah dan mengisi perut yang sudah dari tadi teriak-teriak minta jatah makanan.
Di kedai tengah desa mereka melepas lelah dan mengisi perut yang lapar.
Begitu duduk kursi di dekat jendela pemilik kedai mendatangi mereka.
"Silakan Aden berdua mau pesan apa?"
Tanya Paman pemilik kedai ramah.
"Kami ingin makan, Ki. Tolong kami pesan makannya,"
Kata Surya sopan.
"Baik. Sebentar saya siapkan dulu,"
Kata pemilik kedai lalu beranjak masuk ke dalam kedai.
"Kakang! Kemana tujuan kita sekarang?"
Tanya Pandan Wangi pelan sambil melihat keluar lewat jendela dekatnya. Surya bersandar di dinding kedai yang terbuat dari anyaman bambu.
"Ke Bukit Tandur,"
Jawab Surya pelan.
"Bukit Tandur?! Mau apa kita kesana?"
Tanya Pandan Wangi penasaran. Surya menoleh ke arah Pandan Wangi lalu tersenyum saja. Pandan Wangi mengerutkan keningnya karena heran dengan Surya yang cuma seyum saja.
"Kenapa?"
Ucap Pandan Wangi cepat.
"Nanti kamu juga akan tahu Pandan,"
Ucap Surya acuh tak acuh. Tentu saja Pandan Wangi jadi jengkel sendiri di buatnya, wajahnya langsung di tekuk cemberut dengan sikap Surya itu.
"Kita menginap dimana? Di hutan atau kita cari penginapan?"
Tanya Surya tenang tak hIraukan Pandan Wangi yang cemberut.
"Tahu ... akh,"
Sahut Pandan Wangi masa bodo. Surya tertawa kecil saja mendengar Pandan Wangi yang cemberut. Tak berapa lama pemilik kedai datang membawa makanan ke meja mereka.
"Nah ini Den, silakan di nikmati,"
Kata pemilik kedai tersebut ramah.
"Terima kasih ki,"
Ucap Surya sopan.
"Saya permisi dulu,"
Pemilik kedai itu hendak pergi tapi buru-buru di cegah Surya.
"Maaf sebentar, Paman."
Cegah Surya cepat. e-bukugratis.blogspot.com "Ya, Den. Mau pesan apa lagi?"
"Oh, tidak. Kami bukan pesan lagi. Oya Paman ...
"
"Saya Ki Tarto. Panggil Ki Tarto saja."
Potong pemilik kedai yang bernama Ki Tarto.
"Ki Tarto! Maaf apa di desa ini ada penginapan, ya?"
Ki Tarto diam sejenak sambil melihat dua orang di depannya itu.
"Aduh maaf. Maaf den. Di sini tidak ada penginapan. Maklum, Den desa inikan jarang di lewati orang dari luar desa jadi ya, tidak ada penginapan,"
Kata Ki Tarto ramah sekali.
"Oh, begitu ya, Ki,"
Kata Surya pelan manggut-manggut.
"Maaf, Aden berdua ini hendak kemana?"
Tanya Ki Tarto pelan.
"Kami hendak ke Bukit Tandur, Ki,"
Jawab Pandan Wangi. Ki Tarto menoleh ke Pandan Wangi.
"Bukit Tandur?! Wah, Bukit Tandur masih 3 hari perjalanan dari sini,"
Kata Ki Tarto pelan.
"Tapi kalau aden berdua mau menginap, mungkin gubuk saya bisa kalau aden berdua mau,"
Kata Ki Tarto kemudian.
"Wah, terima kasih Ki. Jadi merepotkan,"
Kata Surya basa basi.
"Iya Ki maaf kalau merepotkan Ki Tarto,"
Kata Pandan Wangi menambahi.
"Tidak apa-apa, Den. Saya malah senang bisa membantu orang lain yang membutuhkan,"
Ucap Ki Tarto lembut.
"Ya sudah saya permisi dulu."
"Silakan, Ki."
Sahut Surya dan Pandan Wangi bareng.
Surya dan Pandan Wangi kemudian menyantap makanan yang tadi di hidangkan oleh Ki Tarto.
Di sudut tempat lain kedai itu sepasang mata tak henti-hentinya menatap ke arah Surya dan Pandan Wangi berada, terutama sepasang mata itu menatap lekat ke Pandan Wangi, karena kecantikan Pandan Wangi yang bagai bidadari dari khayangan membuat pandangan mata itu ingin sekali mendapatkan gadis cantik yaitu Pandan Wangi.
Tak berapa lama si pemilik sepasang mata itu beranjak meninggalkan kedai Ki Tarto.
Hari sudah semakin sore hampir mendekati senja.
Cahaya mentari sudah berubah jadi warna jingga, berati sebentar lagi malam akan tiba menyelimuti maya pada ini dengan kegelapannya.
--o0o--"Mari Den, ini gubuk saya.
Maaf gubuk reot jadi cuma ala kadarnya saja,"
Kata Ki Tarto sambil mempersilakan Surya dan Pandan Wangi masuk ke dalam rumah Ki Tarto yang hanya terbuat dari anyaman bambu dan beratap daun rumbia yang di tata secara rapi.
Mereka segera masuk ke dalam gubuk, ternyata Ki Tarto tinggal bersama istri dan anaknya yang hampir sebaya dengan Pandan Wangi.
"Ini istri dan anak saya,"
Kata Ki Tarto mengenalkan istri dan anak gadisnya.
Mereka kemudian bincang-bincang di ruang tamu di atas balai-balai bambu yang cukup besar.
e-bukugratis.blogspot.com "Oya aden berdua ini namanya siapa, ya? Ko dari tadi ngobrol belum tahu namanya.
He-he-he ...
"
Kata Ki Tarto sambil tertawa kecil.
"Saya Surya dan ini adik saya Pandan,"
Kata Surya mengenakan diri.
"Oh Den Surya dan Den Ayu Pandan. Ha-ha ha!"
Kata Ki Tarto ketawa.
"Oya, Ki. Kenapa kedainya tutupnya awal padahal hari masih sore. Apa memang biasa tutup sore hari, Ki?"
Tanya Pandan cepat. Ki Tarto tidak langsung menjawab, ia diam sambil menghela nafas berat. Sejenak Ki Tarto melihat istrinya yang duduk di sampingnya. Istri Ki Tarto juga diam dan menghela nafas pendek.
"Ada apa, Ki?"
Tanya Pandan Wangi heran dengan perubahan sikap Ki Tarto dan istrinya.
Surya menyentuh pundak Pandan Wangi dan menekan pelan mengisyaratkan agar tidak terlalu banyak bertanya.
Pandan Wangi menoleh ke arah Surya dengan Pandangan tidak mengerti.
Surya hanya melirik sebentar kemudian menatap Ki Tarto.
"Maafkan Pandan, Ki. Kalau pertanyaannya tadi menyinggung hati Ki Tarto dan Nyi Darsi,"
Ucap Surya lembut.
"Oh, tidak tidak den. Tidak kok."
Sahut Ki Tarto cepat.
"Sebaiknya ceritakan saja, pak,"
Kata Nyi Darsi pelan. Ki Tarto menatap istrinya lalu mengangguk. Surya dan Pandan Wangi sama-sama mengerutkan keningnya mendengar ucapan nyi dari istri Ki Tarto itu. Dalam hati mereka penuh dengan pertanyaan yang tidak bisa mereka jawab sendiri.
"Sebenarnya begini den ...
"
Ki Tarto mulai menceritakan tentang kejadian yang menimpa Desa Karang Asem yang menyebabkan penduduk desa di landa ketakutan yang mencekam.
Surya dan Pandan Wangi mendengarkan dengan penuh keseriusan karena mereka merasa ini adalah peristiwa yang membangkitkan jiwa kependekaran mereka yang tidak mau berpangku tangan untuk membantu orang lain yang sangat membutuhkan bantuan.
Ki Tarto juga mengutarakan yang mengganjal hatinya tentang keselamatan putri satu-satunya yang sangat mereka sayangi.
"Begitulah den ceritanya. Sampai sekarang belum ada yang mampu mencegahnya,"
Ucap Ki Tarto mengakhiri ceritanya. Surya manggut-manggut mendengar cerita Ki Tarto itu.
"Apa ada yang sudah melihat makhluk itu ki?"
Tanya Pandan Wangi ingin tahu.
"Pernah satu kali, Nini. Yaitu Ki Jarot dan tiga murid Perguruan Silat Ular Emas memergoki makhluk itu ketika hendak masuk ke rumah salah satu penduduk Desa Karang Asem ini,"
Jawab Ki Tarto.
"Ki Jarot? Murid Perguruan Silat Ular Emas? Siapa mereka itu, Ki?"
Seru Pandan Wangi cepat.
Surya dengan cepat menekan bahu Pandan Wangi agar Pandan Wangi tidak banyak bertanya.
Pandan Wangi menoleh dan hanya tertawa kecil.
e-bukugratis.blogspot.com "Ki Jarot adalah kepala keamanan di desa ini sedang murid Perguruan Silat Ular Emas adalah orang-orang yang dimintai bantuan oleh Kepala Desa,"
Jawab Ki Tarto.
"Bagaimana dengan mahluk itu Ki, apakah ada yang melawan dia?"
Seru Pandan lagi. Kali ini Surya mencubit bahu Pandan Wangi sehingga Pandan Wangi mengeluh kesakitan. Wajahnya langsung cemberut menatap Surya.
"Ada apa, Nini Pandan?"
Seru Nyi Darsi cepat melihat Pandan Wangi meringis kesakitan.
"Tidak apa-apa, Nyi. Pandan cuma kelelahan saja pengen istirahat,"
Ucap Surya cuek saja tidak menggubris Pandan Wangi yang cemberut.
"Oh, gitu. Ya sudah sebaiknya Nini Pandan tidur dengan Asih di kamar. Biar ada temannya,"
Kata Nyi Darsi lembut "Ekh, tapi ...
"
Ucap Pandan bingung.
"Sudah sana tidur. Temani Asih biar aman,"
Kata Surya memotong Pandan Wangi. Tentu saja Pandan Wangi makin cemberut mendengar itu. Dengan malas-malasan Pandan Wangi beranjak berdiri menghampiri Asih yang duduk di dekat ibunya. Tiba-tiba ada suara mengiang di telinganya.
"Kau jaga Asih karena aku merasa ada bahaya yang sedang mengancam dia. Jangan sampai lengah,"
Kata suara itu.
Pandan Wangi langsung menoleh ke belakang dan dia melihat Surya masih ngobrol dengan Ki Tarto jadi suara itu hanya dirinya saja yang mendengarnya.
Tapi Pandan Wangi yakin itu pasti Surya yang mengirimkan suara tadi.
Namun apa maksudnya dengan bahaya yang sedang mengancam asih? Batin Pandan Wangi bingung.
Surya merenung sejenak mendengar cerita Ki Tarto yang sangat ganjil sekali tapi Surya bersikap tenang saja.
"Jadi semenjak makhluk itu mengganggu desa maka semenjak itu pula desa ini jadi sepi bila malam tiba,"
Kata Surya pelan manggut-manggut.
"Benar, Den. Bila malam tiba kami selalu was-was kalau-kalau makhluk itu datang kesini dan ... Hehhmh,"
Kata Ki Tarto tidak meneruskan ucapannya lalu menghela nafas berat. Mereka lalu sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Tak berapa lama suara pintu di ketuk dari luar maka Ki Tarto buru-buru mendekat ke pintu.
"Siapa?"
Seru Ki Tarto.
"Ini aku, Ki Jarot."
Sahut suara dari luar. Buru-buru Ki Tarto membuka pintu setelah tahu siapa yang datang malam-malam gini di rumahnya.
"Oh, Ki Jarot. Ada apa ya, Ki?"
Ucap Ki Tarto cepat.
"Maaf, Ki Tarto ganggu malam-malam begini aku datang. Ada satu hal yang ingin saya tanyakan pada Ki Tarto. Benar Ki Tarto membawa dua orang asing ke dalam rumah?"
Tanya Ki Jarot agak menekan suaranya tapi masih cukup ramah juga.
"Oh iya benar, Ki. Masuk dulu, mereka ada kok. Silakan,"
Kata Ki Tarto pelan.
e-bukugratis.blogspot.com Rupanya Ki Jarot kepala keamanan desa yang datang bersama dua orang di belakannya.
Salah satu dari dua orang bersama Ki Jarot adalah murid Perguruan Silat Ular Emas yang bernama Suro Manik.
Mereka lalu masuk ke dalam rumah Ki Tarto dan duduk di balai-balai bambu dimana Surya berada.
"Ada apa ya Ki Jarot dan aden-aden ini kemari?"
Tanya Ki Tarto kalem.
"Begini Ki Tarto. Kami kemari karena dapat laporan kalau di rumah Ki Tarto ada dua orang asing yang menginap. Apa itu betul?"
Tanya Ki Jarot membuka omongan tentang maksud kedatangannya bersama dua orang temannya.
"Iya betul. Ini orangnya sedang yang satu sudah istirahat bersama Asih di kamar,"
Jawab Ki Tarto pelan.
"Di kamar bersama Asih?"
Seru Ki Jarot agak heran.
"Iya Ki. Ehk ... dia seorang wanita kok, Ki,"
Kata Ki Tarto cepat menangkap keheranan Ki Jarot.
"Oh."
Ki Jarot manggut-manggut. Ki Jarot lalu menoleh ke arah Surya.
"Maaf Kisanak. Siapa nama Kisanak dan hendak kemana tujuan Kisanak?"
Surya menghela nafas panjang.
"Saya Surya, Ki. Saya seorang pengembara."
Sahut Surya kalem. Ki Jarot manggut-manggut mengerti arti jawaban Surya itu.seorang pengembara memang tidak mempunyai arah tujuan yang pasti.ia akan mengikuti kemana kaki melangkah.
"Maaf Nakmas Surya. Terus terang kami sebagai keamanan desa harus menanyai setiap orang asing yang datang karena desa sekarang sedang kurang aman,"
Ucap Ki Jarot pelan sambil mengusap janggutnya.
"Iya Ki. Ki Tarto sudah menceritakan pada saya,"
Kata Surya mengerti maksud Ki Jarot.
"Begitu? Hehmm ... Kami harap Nakmas maklum. Seluruh penduduk sedang di landa perasaan mencekam. Bukan maksud kami mencurigai Nakmas tapi ini harus kami lakukan demi keamanan desa ini,"
Kata Ki Jarot menjelaskan.
"Kami sedang menghadapi bahaya yang setiap saat bisa mengancam gadis-gadis di desa ini."
Imbuh Ki Jarot.
"Iya Ki,"
Jawab Surya singkat. Tiba-tiba ada seorang penduduk datang dengan tergopoh-gopoh.
"Ki ... Ki ... Ki Jarot gawat ... Ki ... gawat!"
Seru orang yang datang itu dengan nafas tersengal-sengal.
"Dirman. Ada apa? Apa yang gawat?"
Sahut Ki Jarot cepat.
"Itu ki itu ... makhluk itu muncul lagi."
"Apa?!!"
Seru semua kaget.
"Dimana?"
Tanya Ki Jarot sambil terlonjak berdiri.
"Di rumah Ngadimen, Ki. Makhluk itu sedang bertarung dengan murid Perguruan Silat Ular Emas."
"Apa?! Kita sebaiknya pergi kesana. Ayo!!"
Seru Ki Jarot cepat. Semua lalu segera keluar dari rumah Ki Tarto.
"Maaf, Ki. Apa saya boleh ikut?"
Seru Surya cepat sebelum semua pergi.
e-bukugratis.blogspot.com Ki Jarot menoleh ke arah Surya lalu mengangguk cepat.
Maka Surya segera ikut dengan Ki Jarot dengan yang lain.
Mereka berlari menerobos kegelapan malam dengan tergesa-gesa.
Seolah di kejar setan saja mereka terus berlari cepat hingga tak berapa lama mereka sampai di tempat kerumunan penduduk yang sudah menghunus senjata masing-masing.
Ada yang membawa cangkul, sabit dan juga kayu.
--o0o--Di samping sebuah rumah tampak dua orang berpakaian coklat memakai ikat kepala warna kuning emas tengah bertarung mengeroyok seseorang berpakaian serba hitam dengan rambut panjang dan juga wajahnya penuh dengan bulu hitam banyak, sorot mata makhluk itu berwarna merah menyala.
Sepasang taring tampak mencuat di sela-sela bibirnya yang hitam.
"Iblis Bukit Setan?!!"
Seru Ki Jarot agak keras.
"Semuanya kepung iblis itu jangan sampai lolos lagi."
Teriak Ki Jarot lantang.
Mendengar teriakan Ki Jarot yang keras itu mak para penduduk segera mengepung tempat pertarungan Iblis Bukit Setan dengan cepat.
Dikepung begitu rupa, maka si Iblis Bukit Setan mana mungkin lagi bisa lolos.
Pertarungan sengit terus berlangsung antara dua orang dari Perguruan Silat Ular Emas melawan Iblis Bukit Setan.
Dikeroyok dua orang dengan kepandaian silat yang bisa dikatakan cukup tinggi tak membuat Iblis Bukit Setan jadi gentar, malah gerakan Iblis Bukit Setan kelihatan tenang dalam menghadapi lawannya.
Beberapa kali pukulan dan sabetan pedang tidak membuatnya terluka.
Rupanya Iblis Bukit Setan kebal senjata tajam dan daya tahan tubuhnya sungguh mengagumkan.
Ini hanya disadari oleh Surya yang memperhatikan pertarungan mereka.
Surya melihat lihat dengan teliti untuk mencari kelemahan Iblis Bukit Setan itu.
"Aaaarghh!"
Teriak dua murid Perguruan Silat Ular Emas terpental jatuh terkena tendangan si Iblis Bukit Setan yang dialiri tenaga dalam. Dua murid Perguruan Silat Ular Emas langsung muntah darah segar dari mulut mereka.
"Kurang ajar. Hiaaaatt!"
Teriak Suro Manik keras menerjang Iblis Bukit Setan.
Sabetan pedang mengarah leher Iblis Bukit Setan.
Ini bisa membuat Iblis Bukit Setan mati dengan terpotong lehernya.
Namun semua orang malah kaget bukan main karena bukan leher yang terbelah tapi pedangnya yang patah.
Dengan gerakan cepat Iblis Bukit Setan memutar badan sambil tangannya bergerak ke arah dada Suro Manik menghantam keras.
Dugh ...
! "Aaaahkk!"
Teriak keras Suro Manik terkena pukulan terbuka si Iblis Bukit Setan. Begitu tersungkur di tanah Suro Manik langsung muntah darah.
"Hoeekh!"
Gerakan Iblis Bukit Setan tidak sampai di situ saja, dia langsung menerjang Suro Manik yang tersungkur dengan tangannya yang berkuku panjang runcing mengarah ke e-bukugratis.blogspot.com leher, jelas si Iblis Bukit Setan hendak merobek leher Suro Manik.
Karena gerakannya yang cepat maka Suro Manik tidak sempat lagi untuk menghindar, dia hanya bisa memejamkan matanya pasrah pada maut yang siap mencabut nyawanya.
Semua orang yang terkesiap menyaksikan itu tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong Suro Manik.
Sejengkal lagi cakar tajam si Iblis Bukit Setan siap merobek leher Suro Manik, tiba-tiba sekelebat bayangan putih menyambar tubuh Suro Manik.
"Kisanak tidak apa-apa?"
Tanya bayangan putih yang ternyata adalah Surya setelah menyandarkan Suro Manik di bawah pohon. Suro Manik yang sudah pasrah akan terkena cakaran Iblis Bukit Setan jadi kaget karena ada seseorang yang menolong dirinya.
"Ekh?!"
Serunya tertahan.
Suro Manik menatap pemuda tampan yang menolongnya itu.
Surya berdiri tenang di hadapan si Iblis Bukit Setan yang menatap dirinya dengan mata tajam merah menyala.
Surya pun menatap Iblis Bukit Setan dengan tajam juga seolah ingin memastikan sosok di depannya itu setan beneran atau jadi-jadian saja.
Surya langsung mengeluarkan Ajian 'Menembus Pandang' untuk melihat wujud asli Iblis Bukit Setan, tampak di hadapan Surya wujud Iblis Bukit Setan berubah jadi seorang pemuda.
"Hemm ... wujud asli makhluk ini ternyata seorang pemuda. Jadi makhluk ini bersekutu dengan iblis."
Batin Surya dalam hati.
"Greaaookk!"
Di iringi teriakan menggidikan bagai binatang buas, Iblis Bukit Setan langsung menerjang cepat ke arah Surya.
Tampak makhluk jejadian itu sangat marah karena tidak berhasil membunuh mangsanya.
Surya menghadapai serangan Iblis Bukit Setan dengan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib'-nya.
Jurus itu sangat ampuh untuk bertahan karena levelnya akan semakin meningkat seiring meningkatnya jurus lawan.
Serangan Iblis Bukit Setan dengan sangat mudah dipatahkan Surya dan ini semakin membuat Iblis Bukit Setan jadi semakin ganas serangannya.
Di jurus yang sudah mencapai empat puluh tujuh, Iblis Bukit Setan melompat tinggi bersalto lalu mendarat di dahan pohon.
Secarik sinar merah melesat keluar dengan cepat ke arah Surya.
Buummm ...
!!! Suara ledakan keras ketika sinar merah yang keluar dari mata makhluk hitam menghantam tanah.
Beruntung Surya tanggap dan melopat tinggi begitu sinar merah melesat ke arahnya.
Tampak di tanah yang terkena jurus 'Mata Merah' Iblis Bukit Setan tampak berlubang sebesar kerbau dewasa.
Dapat dibayangkan jika sinar merah itu kena tubuh maka niscaya orang yang terkena jurus itu bisa langsung mati.
Para penduduk desa jadi menjauh dari tempat pertarungan itu.
Sedang yang memiliki Ilmu tenaga dalam hanya diam saja di tempat pertarungan tadi.
Surya melihat ke arah Iblis Bukit Setan yang berdiri di dahan sebuah pohon cukup besar.
"Jurus mata?! Hmmmm ... Rupanya makhluk itu memiliki jurus yang dahsyat."
Batin Surya dalam hati. e-bukugratis.blogspot.com Tampak Iblis Bukit Setan kembali menyerang Surya dengan jurus 'Mata Merah'. Sinar merah kembali melesat cepat dari mata Iblis Bukit Setan ke arah Surya.
"Hup ... !!"
Surya kembali melompat tinggi menghindari jurus 'Mata Merah' itu. Tapi kali ini Surya dengan cepat mengeluarkan jurus pukulan jarak jauh.
"Pukulan 'Tameng Sinar Matahari'!"
Seru Surya langsung mengarahkan Pukulan 'Tameng Sinar Matahari' ke arah si Iblis Bukit Setan.
Si Iblis Bukit Setan menggembor lalu memapaki pukulan jauh Surya.
Des ...
des ...
! Pukulan Surya mengenai Iblis Bukit Setan hingga terpeNtal jauh.
Dengan teriakan keras Iblis Bukit Setan langsung berlari untuk melarikan diri.
"Iblis itu melarikan diri. Kejaaar!!"
Teriak beberapa orang penduduk.
"Jangan!"
Seru Ki Jarot keras.
"Tidak usah di kejar."
"Tapi. Ki?!"
Seru salah seorang penduduk.
"Berbahaya kalau kita mengejarnya. Iblis itu pasti kembali ke Bukit Setan."
Sahut Ki Jarot cepat.
"Kalau kita nekat mengejarnya ke Bukit Setan, bisa-bisa kita akan terbunuh. Kita tidak tahu apa yang terjadi jika kita ke Bukit Setan. Sebaiknya kita tetap berjaga-jaga malam ini."
Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Pendekar Bayangan Sukma Pertarungan Di Gunung Tengkorak Mencari Bende Mataram Karya Herman Pratikto