Banjir Darah Di Pulau Neraka 4
Banjir Darah Di Pulau Neraka Hiat Sie Tee Gak To Karya Kiam Hong Bagian 4
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono Dengan sebuah gerakan yang lincah lagi cepat, si nona telah berhasil merebut senjata musuh dengan memakai gaja Kin Na Chiu, setelah mana ia melemparkan golok tersebut kedarat seraya berteriak.
"Lekas sambut senjata ini!"
Barulah sekarang orang banyak tahu akan makna perkataan dari nona itu barusan! Ceng Tong cepat-cepat menyam-butinya, lalu iapun melompat kekapal dan mendobrak pintu geladak, didalamnya terdapat lebih kurang dua puluh mayat hidup, ditambah tiga orang tawanan yang diikat kencang sekali, mereka tak lain dari pada Han Tiong Houw, empe Sion Hok bersama anaknya, entah sejak kapan mereka bisa jatuh kembali ketangan kawanan mayat hidup! Sambil membentak keras Ceng Tong mengubat-ngabitkan senjatanya kian kemari, membikin kawanan mayat hidup jadi kelabakan untuk mengegoskannya, apa lagi hendak mengeluarkan kepandaian masing-masing, sudah tak mungkin, sebab ruangan tersebut sempit sekali.
Maka tak heran, didalam tempo sekejap saja, telah ada lima enam orang yang kena dilukainya.
Ditambah pula belakangan Piauw Hiang melontarkan Cit Kiat Sin Cin, yang mengarah selalu kebagian lemah dari lawannya, membikin kawanan mayat hidup jadi sangat kacau dan umumnya mereka.berusaha meloloskan diri keluar dari ruangan itu, untuk kemudian menceburkan diri kelaut! Piauw Hiang bersama pamannya dengan enaknya memunguti senjata lawan'nya, kemudian melemparkan kedarat dengan disambuti oleh Kian Kong dan lain-lainnya.
Dengan adanya senjata ditangan, nyali mereka lebih besar jauh dari pada bertangan kosong barusan, mereka semuanya meluruk kemedan pertempuran, mengurung diri Peh Kut Sin Kun.
Kala itu kedua anak angkat Peh Kut Sin Kun telah meniup semacam tanda, tak berselang lama, dari sekitar pulau telah bermunculan kawan-kawan dari mayat hidup, mereka menyerbu bagaikan gelombang yang tengah mengamuk.
Melihat itu Lie Ciang jadi sangat terkejut, segera ia meneriaki kawanan orang gagah.
"Away Khek-wie, kawanan Peh Kut Kiauw telah mengurung kira, 'elms meloloskan diri!"
Ketika mendengar teriakan itu, Peh Kut Sin Kun jadi terperanjat, barulah ia insyaf kini bahwa isteri dan anak- perempuannya telah menyeberang kepihak musuh, ia mengeluarkan tertawa besar yang sangat mnusuk pendengaran.
"Wanita busuk she Hon, inikah pembalasanmu atas perlakuanku yang cukup baik selama. ini? Kau lihatalh, setelah aku berhasil membereskan kunyuk' kecil ini, akan kuatur sebuah perjalanan bagimu untuk menemui Giam Loo Ong, begitu juga anakmu!"
Ciong Peng mendadak neendapat satu akal, ia melompat keluar gelanggang pertempuran, lalu dengan kecepatan luar biasa ia membebaskan totokan Lie Ciang bersama puterinya seraya berkata.
"Tolong kalian halangi kawanan mayat hidup supaya jangan maju terlebih jauh. Lekas!"
Permintaan empe Ciong ini membikin sadar Pit Ya bersama ibunya, sebab pada biasanya, bila Peh Kut Sin Kun berhalangan, merekalah yang mewakilinya.
Jadi semua anggota dari Peh Kut Kiauw, selain mendengar kata serta perintah dari pemimpin niereka, mereka juga patuh terhadap kedua wanita ini.
Tanpa berkata, mereka menyongsong kedatangan kawanan mayat hidup, guira mencegah kemajuan mereka terlebih jauh.
Ouw Hian Hong juga tidak mau kalah pengaruh, biar ia lagi repot, ia lantas memerintahkan kedua anak angkatnya.
"Ngo-jie dan Tong-jie, lekas halangi kedua wanita bangsat itu!"
Sehabis mengiakan, kedua bocah itu terus menjalankan perintah, menyusul dan mencoba menghalangi Lie Ciang bersama
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono anaknya.
Namun biar bagaimana, ilmu entengi tubuh mereka masih kalah jauh terhadap wanita yang lari duluan, sebab kala itu Lie Ciang telah mengeluarkan kelenengan emas dan menggoyang- gojangkannya beberapa kali, barisan kawanan mayat hidup yang berada paling depan lantas berhenti bergerak.
Dilain pihak Pit Ya juga mengeluarkan benda yang sama dan melakukan perbuatan yang serupa dengan ibunya, hasilnyapun sama juga, barisan lain berhenti pula.
Kala itu kedua oocah tadi telah sampai disitu, mereka segera membentak.
"Wanita-wanita yang tak tabu diri, selama ini suhu toh memperlakukan kamu baik-baik, mengapa kalian melakukan perbuatan yang tak mengenal budi ini. Rupanya kalian telah bosan hidup!"
Lie Ciang bersama anaknya jadi sangat marah, serentak mereka menerjang kedua bocah yang lancang mulut ini.
Dan sudah tentu, bahwa Hong Ngo dan Hong Tong bukanlah menjadi tandingan dari ibu dan anak ini, pada suatu ketika, sambil sama-sama melompat mundur, mereka masing-masing menge-uarkan senjata gelapnya dan serentak ditimpukkan kearah Pit Ya berdua.
Senjata yang dilontarkan oleh kedua bocah itu adalah ajaran tunggal dari Oaw Hian Hong, yang bila terkena angin lantas meledak dan riengeluarkan asap beracun yang bisa membikin orang semaput.
Tapi Lie Ciang berdua juga berasal dari orang-orang Peh Kut Kiauw, malah menjadi isteri dan anak dari perkum-pulan itu juga, mana bisa mereka kena diserang secara begitu mudah, melihat kedua bocah memakai senjata tersebut, mereka cepat-cepat melompat ketempat yang berlawanan angin, dengan begitu mereka jadi lolos tanpa menderita rugi suatu apapun.
Namun mereka jadi sangat gusar, Pit Ya dengan kecepatan luar biasa melontarkan tiga buah senjata gelapnya, kedua bocah ini cepat-cepat memencarkan diri untuk mengegoskan serangan itu.
Tak tahunya, baru saja mereka berhasil menyejakkan kaki, telah dihujani Peh Hut Tang- oleh Lie Ciang, tak am-pun lagi dada dan leher Hong Ngo dan Hong Tong tepat terserang, sambil mengaduh, tubuh mereka terkapar ditanah dan menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Dengan matinya kedua saudara Hong, Peh Kut Sin Hun telah kehilangan dua orang pembantunya yang dapat diandalkannya.
Kala itu ia melihat Lie Ciang bersama puterinya tengah menggiring kawanan mayat hidtap ketepi pantai, yang membikin ia disamping kelabakan pun menjadi sangat gusar.
Hingga belakangan, didalam keadaan gugupnya, ia bertekad hendak menggunakan Tay Eng Hian Kongnya yang belum selesai ia latih.
Ia angkat tangan kanannya, angin kencang yang sangat dingin segera menyerang Seng Gwan! Empe Gwen tak mau berlaku gegabah, cepat-cepat ia mengegoskan diri seraya memperingatkan kedua saudara angkatnya.
"Hati-hati Jie-tee, Sam-tee!"
Ouw Hian Hong tidak mau memberi hati kepada orang banyak, kembali ia melancarkan serangannya.
Namun tiba- tiba wajahnya berobah, sepasang matanya terbalik, dibarengi dengan jatuh tertelungkupnya sang tubuh.
Hal ini membikin kaget orang banyak, mereka mengira sang Iowan hendak membentangkan semacam ilmu yang aneh serta hebat luar biasa, cepat mereka melompat keluar kalangan.
Tidak tahunya, setelah ditunggu beberapa saat, tubuh Peh Kut Sin Kun tetap berbaring disitu.
Ditunggu lagi beberapa saat, tetap badan Hian Hong tak bergerak.
"Aneh, mengapa makhluk tua ini bisa jadi begini? Mungkinkah karena dosanya telah melewati batas hingga nyawanya harus dicabut!"
Kata Beng In Siansu. Selesai berkata, ia beranikan diri untuk menghampiri tubuh orang, kemudian menyodok bebokorng musuh.
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono Sebenarnya, pada saat itu Ouw Dian Hong bukannya mati, tapi karena belum saatnya ia menggunakan ilmu Tay Eng Hian Kong, dengan begitu bukannya lawannya yang terkena diserang, maiah sebaliknya dirinya sendiri yang kena akibatnya.
Seluruh badannya menjadi lemas dan kesemutan, ia terus berusaha menyalurkan tenaganya untuk membebaskan diri, tapi selama itu usahanya tak membawa hasil.
Adalah kini, Beng In bukannya menusuk dengan ujung senjata bulan sabitnya, tapi hanya menyodok bebokong orang dengan gagangnya.
Inilah ketika yang tengah ditungg-u-tunugu oleh si Loo Koay.
Cepat-cepat ia menyalurkan tenaga dalamnya kebagian yang kena disodok, dengan begitu dirinya jadi bisa bebas kembali.
Begitu bebas tanpa menunggu orang ketahui, ia telah lompat dan membentak, secara ganas ia menceng-keram diri Cian Chiu Tat Mo.
Hal yang diluar dugaan ini membikin Beng In jadi sangat terkejut, cepat ia melompat dengan memakai gerakan Hoat Pun Tu Kang (sampan menyeberangi kali).
Namun gerakan Peh Kut Sin Kun cepat sekali, ia berhasil menangkap senjata orang dan menariknya sampai putus menjadi dua keping.
Sang Hweeshio meminjam tenaga dari patahnya senjata.
cepat- cepat melambungkan diri kesebelah depan, dengan begitu ia jadi berhasil lobos dari bahaya.
Seng Gwan, Han Beng dan Ciong Peng sudah lantas majukan diri.
Ouw Hian Hong karena kekuatannya belum pulih semua, tak berani menghadapi orang banyak, sambil mengeluarkan teriakan yang amat menusum pendengaran, tubuhnya melambung tinggi, kemudian terjun kedalam laut dan menghilang dibalik gulungan ombak! Orang banyak memperkuat penjagaan serta memasang matanya benar", mereka takut kalau-kalau Peh Kut Loo Koay secara mendadak muncuikan dirinya bagi.
Akan tetapi setelah ditunggu- tunggu selama beberapa waktu, masih juga belum kelihatan batang- hidungnya, barulah lega hati mereka.
Mereka mengira bahwa situa kejam telah mengantarkan nyawanya kedalam laut.
"Thian sungguh maha adil serta pengasih dan penyayang, membikin kita berhasil membasmi iblis yang sedang mencelakakan orang. Waktu mendengar Ouw man Hong telah mati, Pit Ya bersama ibunya jadi sangat gembira, mereka mengajak orang banyak kembali kegoa, dari sana mereka baru menuju kesarang si iblis tua, dimana mereka mendapatkan banyak sekali barang-barang berharga serta lima buah kapal aneh. Orang banyak segera memusnakan semua barang serta benda yang dianggapnya dapat mencelakakan orang dike-mudian hari. Piauw Hiang mencoba mengobati orang-orang yang telah menjadi mayat-hidup, hasilnya hanya sebagian kecil yang inasih dapat disembuhkan, sedang yang lainnya, karena telah mendalam, tak ada harapan bagi mereka akan bisa sembuh lagi. Maka orang banyak lantas membawa barang-barang serta orang yang telah dapat disembuhkan kembali kedaratan. Sedangkan bagi mayat-mayat- hidup yang telah mendalam kemasukan racun, dibiarkan dipulau itu, menunggu sampai ajal mereka sampai dan bagi mereka ditinggalkan ransum cukup untuk beberapa saat lamanya! Hu Hai Sam Kie, karena telah bertempur mati-matian dan mengeluarkan banyak tenaga, mereka tidak ingin tinggal di Kwan- Iwee (didalam tembok besar), dengan membawa Han Tiong Houw, mereka menuju ke Kwan-gwa (keluar tembok besar).
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono Goei Thian Co, Yo Ceng Tong beserta kedua anaknya karena telah pernah dijadikan mayat-hidup, semangat mereka belum pulih seluruhnya, maka dengan mengajak Bong San Kiam Khek mereka kembali ke Leng Po.
Hanya Piauw Hiang dan Siok Leng yang bermaksud pergi ke Kang Lam untuk menikmati pemandangan alam disana dan mereka mengundang Pit Ya bersama ibunya untuk pergi bersama.
Lie Ciang menolaknya dengan mengemukakan alasan bahwa mereka sudah tak ingin menikmati panorama, sebab hati mereka telah dingin akan keindahan serta keramaian duniawi, mereka bermaksud hendak mencari sebuah tempat yang sepi guna menghabiskan sisa-sisa penghidupan mereka.
Siok Leng dan Piauw Hiang juga tak memaksa terlebih jauh, dengan berdua saja mereka menuju be Kang Lam.
Untuk sementara keadaan didalam kalangan Kang-ouw telah menjadi tenang.
(VII) Angin bertiup sepoi-spoi basah, air laut di luar kampung nelayan Sam Tu Ouw sangat tenangnya.
Ada serombongan nelayan dari desa itu berlayar menangkap ikan.
Rombongan tersebut dipimpin oleh Sim Sam Kui dengan dibantu oleh dua orang puteranya, Sim Hong dan Sim Yong.
Nasib mereka mereka pada saat itu rupanya sangat baik sebab begitu mengangkat jala, telah mendapat sekelompok ikan, banyak sekali jumlahnya.
Menyusul mereka menebarkan jala lainnya, begitu diangkat, terasa berat sekali.
Dengan dibantu oleh beberapa orang lainnya, barulah jala tersebut perlahan-lahan terangkat naik.
Untung pembuatan dari benda itu kuat sekali, hingga tak sampai bobol dibebani benda seberat itu.
Namun waktu diangkat, mereka jadi sangat terkejut, sebab disamping ikan-ikan kecil, didalam jala tersebut terdapat juga seekor ik anbesar, yang ketiita ditegaskan adalah Mo Kui Hie (ikan setan, sebangsa than cucut).
Pada pung-gung ikan menongol sebuah kepala orang tua yang amat menyeramkan.
Hal itu membikin kawanan nelayan dari Sam Tu Ouw jadi sangat terkejut.
Bahna kagetnya hampir mereka melepaskan jala kedalam taut.
"Jangan dilemparkan, lekas naikkan keatas!"
Perintah Sam Kui.
"Thia-thia, buat apa kau naikkan benda aneh ini? Lebih baik kita melepaskannya kembali!"
Kata Sim Hong.
"Ikan aneh ini pasti ada riwajatnya, baik kita angkat dulu kesini!"
Sang ayah memberi penjelaskan.
Sim Hong San Sim Yong selamanya menghormati ayahnya, tak mau mereka membantah terlebih jauh.
Bersama yang lain mereka mengangkatnya keatas.
Ada seorang nelayan yang menggunakan Hie-cee (tombak bercagak peranti menangkap ikan) hendak menusuk kekepala orang aneh itu.
Akan tetapi tiba-tiba orang itu membentangkan mulutnya dan bersamaan dengan mana, sebuah panah air meluncur dan mengenai tepat ke-kepala orang yang hendak menyerangnya tadi.
Sambil mengeluarkan teriakan, tubuh nelayan tadi ngeloso jatuh dan tak sadarkan diri lagi.
"Kurang ajar, siluman ini berani melukai teman kita! Mari kita bersama-sama membunuhnya!"
Bentak Sim Hong. Serentak dengan beberapa orang kawannya Sim Hong dan Sim Yong lantas maju untuk menghantam.
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono "Besar sungguh nyali kalian, sudah bosan hidupkah kalian hingga berani berlaku kurang ajar terhadapku?"
Dibentak begitu, sebagai orang-orang desa yang masih tebal akan kepercayaan terhadap tahayul, memang pada mulanya mereka telah ragu-ragu untuk menghadapi orang tua aneh ini, sebab menurut dugaan mereka, kalau bukannya jejadian, orang itu pasti adalah utusan dewa.
Kini waktu dibentak dengan suara yang berwibawa, mereka kalah pengaruh disamping takut sikakek benar- benar membutkikan perkataannya.
Sebab bukti telah cukup nyata, bahwa dengan sekali meludab empe berjenggot ini telah berhasil merobohkan seorang kawan mereka.
"Maafkan pandangan kami yang picik sehingga berlaku tak sopan terhadap paduka Dewa!"
Kata Sam Kui mernpelopori yang lainnya dengan berlutut dan menganggukkan ke palanya dihadapan siorang tua.
"Binatang-binatang tolol, bukalah kuping kalian biar lebar, aku adalah Sam Tay Cu (putera ketiga) dari Hai Liong Ong. Tapi berhubung secara tak sengaja aku melanggar salah satu peraturan dari istana, hingga diriku dihukum begini selama tiga tahun lamanya. Tadi sengaja aku masuk ke dalam jala kalian supaya kamu mendapat pahala dalam me-olongku. Tidak tahunya kalian berani berlaku begitu rang ajar, hingga bukan saja pahala takkan kamu peroleh, malah kutultanlah yang akan kamu terima. Mengapa kalian tidak lekas berlutut dihadapan Pun-sian (dewa yang agung atau dewa dalam membahasakan diri), untuk minta ampun atas kesalahanmu tadi. Jangan tunggu sampai aku marah, kalian pasti akan musnah ditelan oleh badai topan!"
Sam Kui yang masih sangat tebal kepercayaannya terhadap tahayul, begitu mendengar perkataan tersebut, seluruh tubuhnya jadi gemetar, cepat-cepat ia berpaling kearah kedua anaknya seraya berkata.
"Hong-jie, Yong-jie, lekas berlutut dihadapan Sian-ya! Jangan kalian menunggu sampai beliau menjadi marah hingga bukan saja kamu, aku juga akan mati konyol dibuatnya."
Kedua putera Sam Kui sebenarnya masih ragu', tapi mereka adalah anak-anak yang mendengar kata orang tua, maka kemudian mei?eka terpaksa ikut berlutut. Dalam pada itu Sam Kui telah berkata lagi.
"Entah ada perintah atau pesan apa atas kehadiran Sian-ya disini?"
"Sebelum kuterangkan maksudku, aku hendak bertanya, tempat apakah ini? Siapa nama kalian? Lekas jawab!"
Bila seorang cerdik yang mendapat pertanyaan ini, orang itu pasti akan sadar bahwa dirinya tengah dibohongi serta dipermainkan orang.
Sebab, bila si penanya benar-benar adalah putera ketiga dari Hai Liong Ong, dengan sendirinya ia akan mengetahui tentang tempat itu atau nama-nama para nelayan! Namun seperti, telah dikatakan tadi, bahwa Sam Kui adalah seorang yang masih tebal kepercayaannya terhadap tachayul, disamping itu keadaannya pada saat itu sedang berada didalam ketakutan dan panik, hingga tak ia insyafi semua itu.
Maka cepat- cepat ia menyebutkan namanya serta yang lain-lainnya, malah keadaan Sam Hu Ouw juga diterangkan secara jelas sekali.
"Sekarang kalian harus lekas bawa aku ketempat yang tidak berpenduduk. Disana aku akan melatih kesaktianku. Bila kemudian kemujizatanku bisa pulih seluruhnya, niscaya kalian akan mendapat pahala!"
Kata si kakek. Permintaannya itu tidak segera mendapat jawaban dari orang banyak. Melihat para nelayan pada ragu-ragu, si kakek melanjutkan perkataannya dengan disertai ancaman.
"Kalian rupanya tidak mau mengantarkan aku ke tenpat yang kuingini. Baik, kalian akan
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono merasakan kehebatanku, derita yang akan kamu alami sebentar begitu dahsyat bila sampai aku memanggil tentara udang dan kepitingku!"
Banjir Darah Di Pulau Neraka Hiat Sie Tee Gak To Karya Kiam Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sam Kui dan lain-lainnya mengira si empe benar-benar hendak membuktikan ancamannya, cepat.
ia mendahului orang banyak mengangguk-anggukkan kepalanya seraya memperlihatkan roman gelisah dan takut.
Yang lain menelad perbuatannya.
Melihat ini diam-diam kakek aneh jadi tertawa didalam hati, karena merasa menang pengaruh.
Ia segera membentak.
"Bagus, bagus. Kalian sungguh orang-orang yang dapat melihat selatan, mau aku mengampuni jiwa kalian. Sekarang lekas antar aku ketempat yang kuminta dan sediakan pula ransum untuk tiga hari untukku. Jelaskah kalian?"
Sam Kui cepat-cepat menyanggupinya dan memerintahkan anak-anaknya untuk memutar haluan.
Tak berselang lama, sampailah mereka disebuah pulau yang tak berpenghuni, terletak diluar Sam Tu Ouw.
Sehabis meletakkan ikan yang berkepala manusia dengan hati-hati ditepi serta menyediakan ransum cukup untuk beberapa hari, cepat-cepat mereka meninggalkan tempat itu.
Seperginya kawanan nelayan, si kakek tertawa nyaring sekali serta menusuk pendengaran.
Empe itu tak lain dari pada Ouw Hian Hong.
Tempo hari, karena salah menggunakan Tay Eng Hian Kong hingga melumpuhkan seluruh tubuhnya, untung kemudian Beng In Siansu menyodok bagian bebokohgnya, hingga bagian atas dari tubuhnya dapat bergerak lagi.
Ia melambungkan diri dan menceburkan tubuhnya kedalam laut dengan menggunakan tenaga tangannya.
Begitu pandainya ia menyembunyikan kelemahannya, hingga cacadnya itu tak sampai terlihat oleh lawan-lawannya, yang mengira ia telah dapat bergerak dengan leluasa kembali.
Andai kata orang- orang gagah mengejarnya, ia pasti takkan dapat berbuat banyak, sebab bagian bawah tubuhnya tak dapat digerakkan.
Sebetulnya, bila tidak bernasib mujur, ia akan mati tenggelam, apa mau begitu badannya kelelap, lewat ikan Setan yang lantas menelannya.
Anehnya, ketika masuk kedalam perut ikan, bagian pinggang keatasnya lantas dapat digerakkan dengan leluasa kembali.
Ouw Hian Hong lantas sembarang menggigit bagian isi perut sang ikan, yang membikin binatang itu jadi sangat menderita.
Keadaannya persis sepea-ci Gu Mo Ong didalam cerita See Yu Kie yang diaduk-aduk perutnya oleh Sun Go Kong.
Terus ia bergulingan diatas air, sampai akhirnya bagian pinggangnya kena digigit tembus oleh Peh Kut Sin Kun dan menemui ajalnya pada seat itu juga.
Setelah mati, tubuh ikan hendak mengambang dan sungguh kebetulan sekali masuk kedalam jala Sam Kui dan kawan-kawan.
Hingga belakangan ia dapat mengelabui kawanan nelayan.
Dilain pihak, Sim Hong bersama saudaranya sekembalinya kekampung lantas mengadakan perundingan secara diam-diam, sebab mereka masih meragukan keadaan ikan yang berkepala manusia.
"Jie-tee, bagaimana penglihatanmu tentang kepala orang yang ada dipunggung ikan itu? Dewakah dia? Setankah ia atau manusia biasakah?"
"Aku kurang jelas akan maksudmu, Toako!"
Kata sang adik.
"Jang kumaksud ialah menurut dugaanku kakek itu kebanyakan adalah manusia yang jatuh kelaut dan ditelan oleh ikan. Tapi entah dengan cara apa ia sampai bisa menyembulkan kepalanya diatas punggung ikan dan menyamar sebagai setan atu dewa untuk menakut-nakuti kita. Coba kau pikir andai kata ia benar-benar seorang dewa, mengapa harus kita yang mengantarkannya kedarat
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka . Aditya Indra Jaya Scan/foto image . Awie Dermawan Distribusi & arsip . Yon Setiyono dan menyuruh menyediakan ransum sekali. Benar tidak dugaanku itu, Jie-tee?!"
"Aku sependapat denganmu itu, akan tetapi yang masih belum kumengerti ialah, sebagai manusia biasa, setelah ditelan oleh ikan, bukan saja ia tidak mati, malah ia bisa menembusi punggung binatang tersebut dengan menyembulkan kepala disitu. Menurut dugaanku ia pasti bukan manusia biasa dan tentunya mempunyai kepandaian yang luar biasa!"
"Jie-tee, untuk menghilangkan keraguan kita, lebih baik besok kita pergi ketempat orang aneh itu berada. Aku masih ingat akan tempat ia diturunkan, yaitu di Loan Cio Wan."
"Baik, besok kita pergi kesana."
Begitulah, perundingan dua ora.ng bersaudara ditutup sampai disitu saja.
Keesokan harinya, pagi' benar mereka berdua menuju ketempat yang dimaksud.
Karena jaraknya tak begitu jauh hanya belasan lie dari Sam Tu Ouw, maka tak sampai setengah hari mereka telah kembali be Loan Cio Wan.
Namun begitu sampai, mereka sama-sama menjadi kaget, hampir saja mengeluarkan teriakan bahna terkejutnya.
Kiranya, kalau kemarin hanya kepalanya saja yang me-nongol keluar, kini setengan badannya telah berhasil keluar dari perut ikan.
Seluruh tubuhnya nenuh darah ikan, rambutnya menggempal menjadi satu dan kaku.
Kala itu mulutnya tampak berkomat-kamit, rupanya tengah mengunyah sesuatu, Tangannya sebentar dirapatkan, belakangan diangkat keatas.
Begitu terangkat, segera meluncur naik beberapa kerang menuju kemulutnya, yang begitu membentangkan mulutnya, kulit krang tersebut ikut terbuka.
Terlihat kemudian Ouw Hian Hong menghisap, isi kerang segera terlepas dari kelopaknya dan masuk langsung kedalam mulutnya.
Sedang kulitnya segera jatuh kepasir.
Kejadian itu berlangsung berulang-ulang.
Hingga didalam waktu yang amat singkat, diatas pasir telah bertumpuk kulit kerang.
Hal mana membikin Sim Hong berdua jadi bengong ditempatnya.
Mendadak mereka dikejutkan oleh suara tertawa nyaring dari si kakek.
Dari terkejut, mereka jadi sangat takut dan tanpa berjanji lagi mereka sama hendak mengambil langkah seribu.
Tapi baru saja mereka hendak kabur, tiba-tiba jalan darah Cie Tong Hiatnya Sim Hong dan Hong Tee Hiatnya Sim Yong telah kena terhajar, yang membikin sekujur tubuh mereka jadi kesemutan dan kaku, sedikitpun tak dapat gergerak.
"Bocah yang tak tahu mampus, berani kalian datang kemari untuk menyelidiki keadaan Su-couw-ya-mu! Andai kata aku mau, dengan sekali menggerakkan tangan, aku sudah akan dapat mengambil jiwa kalian."
Kata Hian Hong sambil tetap tertawa besar. Mendengar mana kedua tubuh saudara Sim jadi menggigil bahna takutnya. Dalam pada itu Peh Kut Sin Run telah berkata lagi.
"Hanya karena memandang jasa ayah kalian yang sudah menolong jiwaku, mau aku mengampuni jiwa kalian pada saat ini"
"Pandangan kami sungguh sangat picik, hingga tanpa kami sadari telah berbuat salah terhadap kau orang tua."
Kata Sim Hong, yang biarpun tubuhnya tak dapat bergerak, tapi masih dapat berbicara.
"Kini tolong bapak lepaskan kami."
"Aku takkan melepaskanmu dengan begitu saja, tapi harus dengan syarat."
Kata Hian Hong sambil mendehem.
"Apa syaratnya Loojinkee?"
Tanya Sim Hong cepat.
"Kalian hams mengerjakan sesuatu. Setelah mana Su-couw-ya- mu baru akan melepaskan kamu!"
Kata Peh Kut Sin Kun.
"Apa yang harus kami lakukan? Asal yang dapat kami kerjakan, kami pasti akan berusaha dan ichtiarkan bagi penyelesaiannya dengan sesungguh hati."
Kata Sim Hong cepat.
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono Mendapat kesanggupan orang, Hian Hong jadi bergirang hati, namun ia tak utarakan perasaannya itu pada mulanya.
Dengan muka dingin seperti semula ia berkata.
"Aku mau tanya pada kalian, apakah distkitar tempat ini ada rumah obat?"
"Berhubung disini adalah sebuah tempat yang terpencil, jadi tak ada sebuah rumah obatpun yang dibuka, orang. Bila mau membeli obat, kita harus pergi kekota yang berdekatan."
Menjelaskan Sim Hong.
"Oh begitu, berapa jauh letak kota yang terdekat dari .sini?"
Tanya si kakek.
"Jang paling dekat adalah kota Co An Shien Shia (kota kecil Co An), letaknya kira-kira dua belas lie dari sini."
"Bagus, lekas kau pergi kesana dan bawa ini untuk didiadikan uang pembeli obat!"
Kata Peh Kut Sin Kun seraya menyentilkan sebutir mutiara kejalan darah Sills Hong.
Dengan dibentur oleh mutiara itu, Sim Hong telah dapat bergerak dengan leluasa lagi.
Waktu ia memandang kearah mutiara yang dilemparkan, in jadi sangat kaget.
Biarpun sebagai orang miskin yang tak pernah memiliki mutiara, tapi waktu ikut ayahnya kepasar dikota, ia sering melihat di toko-toko dan mengetahui juga harganya, betapa kecilpun bentuknya.
Kini ia menampak akan mutiara sebesar mata-naga, jadi harganya tentu mahal sekali.
Kemudian ia cepat.
memungutnya dan memasukkan kedalam bayunya.
"Siauwcu, lekas kau jual mutiara itu ketoko, hasil penjualannya kau belikan lima macam obat."
Kata Peh Kut Sin Kun sambil kemudian menyebutkan kelima nama obat yang diingini. Sim Hong menghapalkannya. Beberapa kali ia mengulanginya.
"Bagus,"
Kata Ouw Hian Hong beberapa saat kemudian.
"Sekarang kau boleh pergi!"
"Kami boleh pergi sekarang, Loo-ya-cu?!"
Tanya Sim Hong.
"Ya, tapi hanya kau seorang. Sedang saudaramu harus ditinggal disini. Jangan kau mimpi bisa pergi bersama, untuk kemudian kabur terus dengan membawa mutiaraku. Aku bermaksud menahan saudaramu sebagai barang tanggungan, andai kata kau ternyata kabur, jiwa adikmu akan kuhabisi!"
Baru sekarang Sim.
Hong insyaf bahwa disamping lihay, orang tua ini licin sekali.
Diam-diam ia jadi mengeluh.
Terpaksa sambil mengangguk perlahan ia nieninggalkan tempat itu dengan langkah lesu.
Tak berapa lama, sampailah ia di kota yang dituju.
Ia memasuki sebuah toko yang bernama Cin Ciang Seng dan khusus menyual beli segala macam perhiasan.
Waktu Sim Hong masuk, si pemilik toko tengah berbicara dengan seorang pemuda kaya yang berumur kira-kira tiga puluh tahun, yang kala itu terus menggoyang- goyangkan kipasnya.
Dibelakangnya berdiri beberapa, orang pengawal.
Begitu sipemuda masuk beberapa orang pengawal si pemuda lantas menghalanginya dengan berkata.
"Mau apa kau masuk kemari? Tak tahukah kau bahwa pada saat ini tuan muda kami tengah membeli mutiara? Ayo lekas keluar sini!"
Sebagai seorang yang tahu gelagat, tanpa berkata Sim Hong segera hendak berlalu, tapi telah keburu disapa oleh si pemuda bangsawan.
"Tunggu soudara, apa maksudmu datang kemari? Hendak membeli mutiarakah?"
"Tidak Kong-cu, aku hendak menjual mutiaraku."
Sahut pemuda she Sim.
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka . Aditya Indra Jaya Scan/foto image . Awie Dermawan Distribusi & arsip . Yon Setiyono "Kau benar-benar memiliki mutiara, saudara?"
Sim Hong mengangguk.
"Coba kasi aku lihat, bila cocok dengan keinginanku, akan kubajar dengan harga bagus!"
Mendengar ini Sim Hong jadi bergirang hati, cepat-cepat ia mengeluarkan mutiaranya, dengan sikap menghormat ia menyerahkannya kepada si pemuda bangsawan.
Begitu menerima, Kui Kongcu jadi sangat terkejut, berbareng girang mendapatkan benda bagus, ia membolak-balikkan beberapa kali benda itu, lalu bertanya pada si pemilik toko.
"Menurut dugaanmu, berapakah harga mutiara it ini?"
"Inilah sebuah mutiara yang jarang ada, harganya pa-ling murah juga diatas seribu tail!"
Sun Hong jadi semakin girang, tak diduganya semula bahwa mutiara itu bisa berharga demikian mahal. Siapa sangka, selagi ia berasa girang, mendadak si pemuda bangsawan telah memerintahkan orang-orangnya.
"Benda ink pasti ada barang curian, lekas kalian tangkap dan bawa kekantor ayahku untuk diperiksa!"
Orang-orangnya menurut perintah dan dengan serentak menyergapnya.
Sim Hong terus meronta-ronta sambil berteriak-teriak menyatakan penasarannya, namun tak diperdulikan oleh orang- orang si Kongcu, terus diseret keluar.
Kala itu diluar toko banyak sekali yang berlalu lintas, mereka umumnya pada heran melihat kejadian itu, apa lagi mendengar Sun Hong berteriak meminta tolong, namun tiada seorangpun diantara mg reka yang berani datang menolong.
Tiba-tiba dari rbmbongan orang banyak telah muncul dua orang nona, yang menghadang pada tukang-tukang pukul si pemuda bangsawan seraya.
membentak.
"Kalian toh bukannya pihak yang berwajib, mengapa tanpa sebab menangkap orang? Apa salahnya pemuda ini?"
Sim Hong ketika melihat ada orang yang hendak membela dirinya, biarpun hanya dua gadis, tapi gagah sikap mereka. Sebelum orang si Kongcu memberi penjelasan, ia telah mendahului berkata.
"Nona, maksud kedatanganku kemari sebenarnya untuk menjual nautiara dan pemuda itu berjanji akan membelinya. Tapi setelah melihatnya, bukan saja ia merampas benda milikku, malah merampas juga kebebasanku dan hendak diserahkannya pada pihak ;ang berwajib!"
"Siauwcu yang tak tabu diri berani kau mengatakan kami merampas milik dan kebebasanmu!"
Bentak salah seorang tukang pukul, seraya memukul muka Sim Hong, yang membikin pandangan pemuda ini jadi berkunang-kunang.
Pemukul itu rupanya belum puas akan perbuatannya, ia sudah hendak menambahkan dengan tendangan.
Kedua non tak sampai hati melihat orang disakiti begitu rupa, salah seorang yang berpakaian merah lantas majukan diri, dengan gerakan yang amat lincah dan entah ia menggunakan gaya apa, ia telah berhasil membikin orang galak tadi mundur sampai tujuh atau delapan langkah jauhnya.
Pemuda bangsawan yang kala itu masih berada didalara karena suara ribut-ribut itu, lantas berjalan keluar.
Banjir Darah Di Pulau Neraka Hiat Sie Tee Gak To Karya Kiam Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Begitu mengetahui akan persoalannya, ia segera membentak.
"Lekas kalian panggil pihak yang berwajib guna meringkus kedua wanita usilan ini!"
Baru saja ia habis berkata, badannya telah dijambret dan dilempar sampai jatuh jumpalitan oleh nona yang berbaju hijau. Ciutlah nyalinya seketika. Sambil meringis dan memegang pantatnya ia mengajak orang-orangnya berlalu. Belum lagi ia
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono berjalan beberapa langkah, lehernya kembali telah kena dicengkuk dan kembali dilempar, yang membikin ia menjerit kesakitan.
Karena takut nona-nona gagah mengulangi lagi perbuatan mereka, ia segera berteriak.
"Ampun aku nona aku akan mengembalikan mutiara itu dan takkan menarik panjang persoalan ini!"
Ia ternyata menepati kata-katanya, karena begitu bangun sambil terbongkok-bongkok kesakitan, ia segera mengeluarkan mutiaranya dan mengangsurkan pada si nona berbaju merah. Ang Ie Lie menyuruh Sim Hong mengambilnya. Setelah mana ia membentak.
"Binatang yang tak tahu malu, kali ini mau Kouw-nio mengampunimu. Lain kali bila kulihat kau melakukan kejahatan lagi, takkan kuampuni jiwa anjing-mu lagi!"
Sambil mengangguk-anggukkan kepala, si pemuda bangsawan mengajak orang-orangnya berlalu.
Kedua wanita itu bersenyum puas.
Baru ia hendak berkata pada Sim Hong, tiba-tiba pundaknya ada yang Eepuk.
Cepat-cepat ia berpaling, namun tak dilihat orang yang melakukan perbuatan tadi.
"Leng-moay, engkaukah yang menepukku barusan?"
Ia tanya pada temannya. Sang kawan menggelengkan kepala seraya berkata.
"Tidak. Barusan akupun mengalami hal yang sama, kukira kau yang melakukannya."
"Aneh!"
Ia menggumam.
"Pasti ada orang yang hendak bermain-main dengan kita."
Begitu selesai ia berkata, kupingnya segera mendengar orang berkata.
"Betul, aku hendak bermain-main dengan kalian!"
Suara itu terdengar bagaikan berasal dari sampingnya, namun waktu ia menoleh, ia tetap tidak melihat sesuatu.
"Hei orang yang baru datang, bila engkau benar-benar seorang pemberani, lekas perlihatkan dirimu!"
Bentak Ang Ie Lie.
"Aku ada disini!"
Sahut satu suara dari samping toko permata. Kedua wanita itu waktn melihat tegas siapa yang mempermainkan mereka, roman mereka jadi sangat girang dan segera menghampirinya Sim Hong mengikutinya dari sebelah belakang.
"Mengapa Ciong Cianpwee bisa ada disini, bukankah kau tengah memberi petunjuk untuk memulihkan kesehatan paman Yo serta ayahku?"
Tanya Ang Ie Lie, yang tak lain dari pada Goei Piauw Hiang.
Sedang temannya, dengan tak usah dijelaakan lagi, pembaca tentu sudah akan maklum bahwa ia adalah Han Siok Leng.
Sedang orang yang dipanggil paman Ciong tak lain dari pada Bong San Kiam Khek adanya.
"Kesehatan mereka sebenarnya telah pulih, hanya masih memerlukan beberapa saat untuk mengasoh. Dengan memberi sedikit petunjuk dan obat, keadaan mereka akan kembali keasalnya. Aku karena khawatir akan kalian berdua, sebagai nona-nona cilik yang belum berpengalaman, takut kalau-kalau kalian masuk kedalam perangkap musuh yang amat licin. Maka sejak dibeberapa tempat aku telah membajangi kalian dan selama itu karena-tak ada hal-hal yang diluar dugaan, aku jadi tak mau memperlihatkan diri. Baru tadi, karena takut ada kawan-kawan lain dari pemuda itu yang akan mengeroyok lagi, aku sengaja memanggil kalian kemari!"
Selagi mereka asjik bercakap-cakap, tiba-tiba mereka mendengar teriakan Sim Hong.
"Celaka!"
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono Dengan adanya teriakan tersebut, barulah mereka teringat akan diri si pemuda nelayan, orang banyak lantas berpaling dan memperhatikannya, yang ternyata Sim Hong tak kurang suatu apa, hanya romannya saja tampak gugup dan gelisah! "Kenapa kau? Kehilangan mutiaramu atau barang lainnya?"
Tanya Piauw Hiang.
"Barang-barangku tidak ada yang hilang, hanya jiwa adikku yang sedang terancam bahaya!"
Keterangan tersebut membikin ketiga orang gagah itu jadi agak terperanjat. Nona telah bertanya lagi.
"Rupanya adikmu sedang sakit payah, hingga kau mau menjual mutiara pusakamu untuk mengundang Sinske?!"
"Bukan, adikku sama sekali tidak sakit,"
Menerangkan Sim Hong sambil menggelengkan kepala.
"Hanya .."
Lalu diceritakan tentang pengalamannya dalam menemui kan Peh Kut Sin Kun. Selesai mendengar penuturan itu, wajah ketiga orang gagah jadi berubah, Ciong Peng segera berkata.
"Tak kusangka didalam keadaan luka Peh Kut Sin Kun masih bisa hidup dengan melarikan diri melalui jalan laut. Setelah mendengar penuturanmu, aku dapat menduga bahwa lukanya itu belum sembuh betul dan kalau ditilik akan obat-obatan yang dipesan terhadapmu, sebagian dirinya pasti sedang lumpuh, Siapa namamu bocah? Dapatkah kau mengantarkan kami kesana?!"
"Namaku Sim Hong. Bukan saja aku bersedia mengantarkan, malah tadinya malah aku henadk minta tolong pada Insu untuk pergi kesana guna menolong saudaraku, Sim Yong. Atas kesediaan Loocianpwee sebelumnya kuucapkan banyak terima kasih."
Sim Hong kata sambil menjura, belakangan rupanya ia ingat sesuatu, segera memberi hormat pada Piauw Hiang berdua.
"Akupin merasa bersyukur dan berterima kasih atas pertolongan nona berdua barusan!"
"Jangan kau berbuat demikian shejie, saudara Sim kami tak dapat menerimanya. Bantuan kami tadi hanyalah kebetulan saja dan memang sudah menjadi kewajiban kami untuk membasmi kawanan orang jahat!"
Kata Piauw Hiang sambil balas menjura.
"Sudahlah, jangan kita membuang-buang waktu disini dengan segala tegur sapa yang tak berarti, mari kita lekas pergi ketempat kakek aneh tadi!"
"Betul, mari. kita kesana!"
Siok Leng menimpali. Sim Hong menurut, ia memimpin orang banyak pergi ke tempat Peh Kut Sin Kun berada. Namun sesampainya ditempat tang dituju, mereka jadi kecele, sebab disitu hening saja keadaannya, jangan kata ada orang, bayanganpun tak nampak.
"Mungkin kau salah ingot saudara Sim!"
Kata Piauw Hiang setelah meneliti keadaan disitu beberapa saat lamanya.
"Tidak, aku berani memastikan empe itu tadi berada dipinggir laut sana, sedangkan aku bersama adikku dibikin tak berdaya disini!"
Sim Hong kata dengan suara pasti.
"Mari kita memeriksa keadaan disekelilingnya!"
Ajak kakek Ciong. Biar mereka telah berulang kali meneliti keadaan disek;tarnya, tapi tetap tak membawa "Jie-tee, Jie-tee, dimana kau?!"
Teriak Sim Hong berulang kali.
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka . Aditya Indra Jaya Scan/foto image . Awie Dermawan Distribusi & arsip . Yon Setiyono Sampai suaranya agak serak ia tetap tak mendapat jawaban.
"Akulah yang bertanggung-jawab atas kematian saudaraku!"
Si pemuda kata kemudian dengan roman sedih dan putus-asa.
"Jangan kau mengambil kesimpulan yang bukan-bukan sebelum melihat bukti, adikmu belum tentu telah mati ditangan si kakek. Sebagai manus.a, apa lagi pemuda seperti kau ini, tak boleh lekas putus asa dan harus tetap bersemangat menghadapi soal yang bagaimana sulit sekalipun."
Bong San Kiam Khek memberi dorongan.
Dengan adanya dorongan semangat itu Sim Hong tidak lesu seperti semula.
Sekali lagi mereka mencari kesekitarnya, namun cetap talc berhasil.
Cuaca perlahan-lahan menjadi gelap.
Walau hati mereka tak tenang, terutama sim Hong, mereka terpaksa pulang kekampung Sam Tu Ouw dengan langkah lesu.
Ketika mereka baru Melangitah masuk keperbatasan kampung, telah terdengar ada orang berteriak.
"Sam Kui, anakmu telah kembali!"
Belum habis suara itu terdengar, telah terlihat Sim Sam Kui lari keluar dari dalam kampung. Begitu melihat anaknya, ia segera berkata.
"Dari mana kau Hong-jie? Mana adikmu?"
Sim Hong tak menyawab, ia menunduk lemah.
"Ada apa Hong-jie? Apa yang telah terjadi dengan Yong-jie?"
Demikian sang ayah bertanya lagi dengan roman cemas bercampur khawatir.
"Harap tenang saudara Sim, anakmu telah ditangkap oleh kakek aneh yang kalian temukan kemarin. Tapi kau tak usah kelewat khawatir atau takut, empe itu bukanlah Dewa, tapi hanyalah orang jahat yang menyamar sebagai Dewa. Ia bernama Ouw Wan Hong dan bergelar Peh Kut Sin Kun berasal dari Tee Gak To. Tempo hari telah kami basmi dia berikut mengubrak-abrik sarangnya dan tadinya kami kira ia telah mati didalam laut, tidak tahunya ia muncul lagi disini."
Ciong Peng menerangkan. Kemudian ia menuturkan satu persatu tentang tingkah laku Peh Kut Sin Kun.
"Pernahkah saudara mendengar perihal dirinya?"
Tanya Bong San Kiam Khek pada akhirnya. Berhubung keganasan Peh Kut Sin Kun telah sangat termasyhur, beberapa saat yang lalu Sam Kui juga pernah mendengar tentangnya. Ia jadi semakin khawatir akan jiwa anaknya.
"Bagaimana jadinya nanti tentang anakku yang bungsu, bila tidak dibunuhnya pasti dijadikan mayat hidup oleh kakek iblis itu!"
Ia kata pada achrnya dengan suara gugup.
"Aku rasa anakmu yang bungsu itu takkan dibunuhnya, paling- paling ia dijadikan mayat-hidup, tapi andaikata belum berselang lama, kita masih dapat mengobatinya.". Ciong Peng memberi penerangan. Penjelasan tersebut membikin Sam Kul agak teuang hatinya, ia mengajak ketiga orang gagah untuk singgah dirumahnya.
"Sebaiknya, bila kalian ada waktu sekarang, mari kita ramai- ramai kesana. Aku kira dalam keadaan kurang leluasa bergerak, orang tua itu belum pergi jauh."
Bong San Kiam Khek memberi usul.
"Betul apa yang dikatakan oleh saudara ini, mari saudara", sekarang juga kita pergi kesana dengan membawa obor!"
Sam Kui lantas menyetujuinya.
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono Kakek Sim biarpun bukan kepala kampung disitu, tapi disamping usianya yang memang telah lanjut, iapun sangat disegani oleh teman-teman sekampungnya.
Maka begitu ia habis berkata, permintaannya lantas dituruti oleh orang banyak.
Beramai-ramai mereka kesana, biar mereka telah mencari dengan saksama, mereka tetap tak dapat menemui yang dicarinya.
Dengan langkah lesu, mereka kemball kekampung Sam Tu Ouw telah jauh malam.
Ciong Peng bertiga menginap dirumah keluarga Sim.
Pada keesokan harinya mereka kembali lagi ketempat yang sama, malah mencari agak jauh kemuka, namun tetap tak juga ketemu.
Seperti juga kemarinnya, mereka kembali dengan tangan kosong dan langkah lesu.
Selama beberapa hari mereka terus menerus berusaha mencari si kakek aneh sambil hendak menolong Sim Yong, akan tetapi selama itu usaha mereka tetap gagal.
Pada hari kelima, Ciong Peng, Piauw Hiang dan Siok Leng karena merasa sudah agak lama tinggal dirumah keluarga Sim, mereka lantas hendak berpamitan.
Pada mulanya Sam Kui terus coba menahannya, tapi tak dapat ia mencegah ketiga orang gagah.
Hingga belakangan, ia tak mau menahan terlebih jauh.
Sebelum pergi Ciong Peng ingat sesuatu, ia berkata pada Sam Kui.
"Sim-heng, didalam diri anakmu terseip suatu yang bagus, yaitu berbakat dalam mempelajari ilmu silat, Bila engkau dan anakmu tab berkeberatan, mau aku mengajarnya ilmu silat."
"Beruntung sekali bahwa Ciong-heng sudi mengajarkan ilmu silatmu yang amat berharga pada anakku. Memang tadinya aku juga bermaksud hendak meminta Ciong-heng untuk menjadi guru anakku, sebab anakku memang sangat berminat. Tapi karena kami seorang desa yang hina, jadi tak berani kuajukan soal itu padamu."
"Sim-heng sungguh sangat merendah diri bila demikian halnya sungguh kebetulan sekali. Baik kami ajak anakmu pergi bersamaku."
Ciong Peng kata dengan roman berseri.
"Terima kasih atas bantu saudara yang amat berharga."
Kata Sam Kui sambil menyura, kemudian ia memanggil anaknya.
"Hong-jie, lekas kemari untuk menemui gurumu!"
Cepat-cepat Sim Hong majukan diri, baru saja ia hendak menjalankan penghormatan sebagai murid terhadap gurunya, telah dicegah oleh Bong San Kiam Khek.
"Tak usah kau melakukan hal yang lapuk itu! Mari kita lekas berangkat."
Dengan diantar sampai keluar kampung oleh Sam Kui, berangkatlah kawanan orang gagah dari Sam Tu Ouey menuju kerumah Yo Ceng Tong.
Dirumah keluarga Yo, Sim Hong mendapat didikan silat dari Ciong Peng.
Begitu juga Piauw Hiang beserta kedua anak keluarga Yo, yaitu Lie Cu dan Klan Kong selalu mendapat tilikan dari Bong San Kiam Khek.
(VIII) Waktu beredar cepat sekali, sebentar saja Sim Hong telah tiga tahun lebih belajar dibawah d.dikan Ciong Peng, Disamping rajin iapun seorang pemuda yang cerdas, hingga didalam tempo yang boleh dikata belurn begitu lama, ia telah memperoleh kemajuan yang boleh dibanggakan.
Pada suatu pagi, selagi Sim Hong melatih diri dengan Kian Kong, Lie Cu dan Piauw Hiang serta Siok Leng dibawah tilikan
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Banjir Darah Di Pulau Neraka Hiat Sie Tee Gak To Karya Kiam Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yon Setiyono Bong San Kiam Khek, Ceng Tong dan Thian Co, mendadak datang seorang pelayan tua dari keluarga Yo yang mengabarkan bahwa didepan rumah menggeletak sebuah tubuh gadis yang berparas aneh.
Keempat anak muda itu lantas menghentikan latihannya dan cepat-cepat pergi kedepan dengan diikuti oleh empe Ciong dan lain- lainnya.
Setibanya dimuka rumah, semuanya jadi heran berbareng terkejut, sebab tubule orang yang menggeletak itu tak lain dari pada Hoa Pit Ya.
Bong San Kiam Khek cepat-cepat memeriksa urat nadinya dan ternyata masih berdenyut lemah.
Segera ia meminta pada Piauw Hiang dan Siok Leng untuk menggotong masuk dan diletakkan dipembaringan nona Goei.
Ciong Peng memeriksanya dengan lebih teliti lagi, sampai pada akhirnya ia menarik napes lega.
Tahulah orang banyak bahwa nona itu masih dapat ditolong.
Empe Ciong meminta disediakan air hangat dan kemu-dian membuka mulut secara paksa untuk dimasulckan obatnya dengan didorong oleh air hangat tadi.
Wajah yang pada mulanya telah pucat benar, perlahan-lahan berobah bersemu merah.
Mendadak pada waktu yang tak begitu lama Pit Ya menjerit ketakutan.
Setelah mana ia membelalakkan matanya, tapi ketika melihat orang banyak, mukanya jadi berseri dan hendak turun dari pembaringan.
Namun telah keburu dicegah oleh empe Clong.
"Kau tak boleh terlalu banyak btrgerak dulu, cjiwa dan ragamu masih sangat letih. Kau mengasohlah sebentar!"
Nona Hoa menurut. Keadaan menjadi hening untuk beberapa saat lamanya. Lewat beberapa saat, barulah Bong San Kiam Khek bertanya.
"Mengapa kau bisa jadi begini, nona Hoa?"
Dengan roman sedih bercampir takut, mulailah Pit Ya menuturkan kisahnya.
"Sejak berpisah dengan paman sekalian, aku bersama ibu berdiam disebuah tempat sepi yang tak jauh letaknya dari sini, yaitu diatas gunung Bong Him San. Selama beberapa saat kami hidup tenteram dan damai. Kami tak mau mengurusi lagi soal- soal keduniawian. Apa mau, kemarin, mendadak datang Peh Kut Sin Kun. dengan membawa ular-ular berbisa. Karena telah kepergok, tak ada jalan lain bagi kami kecuali melawannya. Sudah tentu kami bukan menjadi tandingan iblis tua itu, apa lagi ia membawa serta sejumlah binatang-binatang berbisa. Ibu kemudian memberi isjarat padaku untuk sama-sama melarikan diri, didalam satu kesempatan, kami lantas kabur dan dalam keadaan panik aku jadi berpisah dengan ibu. Entah bagaimana nasib ibu sekarang!"
Habis bercerita, si nona jadi menangis keras.
"Jangan kau bersedih nona. Ibumu belum tentu akan jatuh ketangan si iblis tua. Mari kita sama-sama mencarinya!"
Ciong Peng coba menghibur.
"Aku rasa ibu pasti celaka ditangan si laknat tua itu."
Pit Ya bilang sambil terus menangis sesunggukan.
"Tenangkan dirimu nona, jangan kau terlalu sedih karena terbawa oleh arus pikiran yang bukan-bukan. Ibumu seorang yang cerdik, rasanya ia dapat meloloskan diri dari kejaran si setan tua itu."
Bong San Kiam Khek terus menghibur.
Termakan juga akhirnya hiburan dari kakek Ciong, ia berhenti menangis.
Demikianlah, orang banyak lantas bersiap-siap untuk pergi mencari Hoa Lie Ciang.
Tiba-tiba dari luar masuk lagi seorang pembantu rumah tangga keluarga Yi yang mengabarkan bahwa diluar datang tiga orang tua,
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono seorang Tosu, seorang Hweeshio gemuk dan seorang kakek biasa yang berpakaian seperti seorang nelayan.
Ceng Tong dan kawan-kawan jadi senang sekali, mereka telah memastikan siapa-apa yang datang itu.
Cepat-cepat mereka keluar dan sesampainya diruang tamu telah tampak Hu Hai Sam Kie.
"Kebetulan kedatangan kalian bertiga, kami kebetulan hendak mengurus persoalan yang memerlukan tenaga bantuan orang-orang seperti kalian.'' Kata Cong Peng begitu melihat teman-temannya.
"Yang benar saja saudara Ciong, belum lagi kami bisa mengasoh, kau telah hendak suruh kami bekerja lagi."
Kata Loo Poan, Si Cian Chiu Tat Mo.
"Aku kira setelah kalian dapat membereskan urusan ini, kalian boleh terus mengasoh sepuasnya tanpa aku mengganggu kalian lagi."
Bong San Kiam Khek bilang seraya bersenyum.
"Baik, kami bersedia membantu, asal saja setelah urusan itu selesai, kami mendapat makan, minum dan tidur sepuasnya. Serta bila kami menghendaki sesuatu, kau harus segera memenuhinya."
Kata Bang In Siansu bergurau.
"Oh itu sudah pasti, andai kata tuan rumah tak mau menyediakan, biar harus menggadaikan segala milikku, akan kupenuhi dan hidupkan apa-apa yang kau ingini. Hanya Ada satu soal yang tak dapat kupenuhi biar kau bagaimaha mendesak juga."
Kata Ciong Peng.
"Kalau begitu aku tak mau membantumu."
Kata Loo Poan.
"Bila mau kualat dan batal kesucianmu, boleh saja kau desak aku untuk memintanya."
Kata empe Ciong dengan wajah tetap mesem.
"Coba kau sebutkan, soal apa yang tak kau penuhi bila aku memintanya?!"
"Kau jangan pura-pura tolol, tentu saja bagimu tak dapat kusediakan wanita, apa lagi yang cantik. Tapi bila kau mendesak juga, aku terpaksa harus menuruti."
Sahut Bong San Kiam Khek.
"Kau gila, saudara Ciong."
Kata si Hweeshio dengan roman bersemu merah.
"Sudah jangan kita bicarakan soal yang bukan', sekarang katakan persoalan yang sebenarnya pada kami, supaya dapat kita bereskan selekasnya."
Orang banyak pada tertawa.
Sambil tetap tertawa Ciong Peng segera menjelaskan duduk persoalannya.
Semangat Hu Hai Sam Kie jadi tergugah lagi, serentak mereka menyatakan kesediaan untuk ikut bergabung guna menempur Peh Kut Sin Kun lagi.
Beramai-ramai mereka berangkat kegunung Bong Him San dengan Pit Ya berjalan disebelah depan sebagai penunjuk jalan.
Karena letak tempat tak begitu jauh, tak sampai setengah hari tibalah mereka kerumah Pit Ya.
Rumah itu merupakan sebuah gubuk kecil-sederhana, tapi sangat manis dalam pengaturannya dan bersih keadaannya.
Begitu sampai Pit Ya segera memanggil.
"Ibu ibu dimana kau?"
Sambil berteriak in, mendahului orang banyak lari masuk kedalam. Namun tiada seorangpun yang terdapat di situ. Wajah Pit Ya berobah menjadi tegang kembali dan sedih.
"Mari kita cari kesekitarnya. Ibumu mungkin tak berani pulang, sebab ia takut Peh Kut Sin Kun menunggunya disini!"
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono Thong Peng mengemukakan pendapainya.
Secara terpencar orang banyak mencari Lie Ciang liesekitar tempat itu.
Akan tetapi usaha mereka tak membawa hasil.
Biar begitu, mereka tidak menjadi putus asa karenanya, terus berichtiar untuk menemukan bu Pit Ya.
Keadaan nona Hoa semakin lemas dan putus harapan.
Tiba-tiba dipihak Ciong Peng mendengar sesuatu rintihan, ia segera menghampiri asal suara.
Biar suara rintihan itu semakin dekat terdengar, akan tetapi orangnya tetap tak terlihat.
Waktu Bong San Kiam Khek lebih menelitikan, suara tersebut berasal dari tumpukan bats.
Cepati ia menuju ke-arah itu dan benar saja, dugaannya tepat.
Segera ia membongkarnya dan sebagai hasilnya, dibawah tumpukan batu ia melihat sesuatu, yang membikin ia jadi sangat kaget dan lantas meneriaki orang banyak! Ketika melihat tegas, Pit Ya-lah yang terdahulu menjerit dan menyatuhkan diri seraya memeluk tubuh orang yang mengeluarkan rintihan barusan seraya memanggil-manggil dengan suara sedih bercampur cemas.
"Ibu, ibu, ini anakmu yang tak berbakti hingga tak dapat melindungimu dari mara-bahaya!"
Orang yang dikubur hidup-hidup didalam tumpukan batu ternyata adalah Hoa Lie Ciang.
Tubuhnya penuh dengan luka bekas gigitan, mukanya tak keruan macam akibat santokan dan gigitan binatang-binatang berbisa.
Keadaannya pada saat itu telah seperti mayat, hanya bedanya ia masih bisa bersuara, melihat dan mendengar! Ketika anaknya memanggil, perlahan-lahan dibuka kelopak matanya, dengan sayu dipandang puterinya sambil tak henti- hentinya ia menggerang kesakitan.
Dengan gerakan yang berat diusap tangan puterinya seraya, memaksakan diri berkata.
"Matipun kini aku tenteram setelah melihat kau berhasil lolos dari cengkeraman si iblis tua yang telah menganiaya diriku .. dengan ular-ilar beracunnya. Pit-jie, harap .. aku harap .. kau .. kau balaskan .. sa .. sakit .. hatiku .. ni .. si iblis .. te .. lah .. kembali .. ke .. Tee .. Gak To .. Aduh!"
Habis mana ia segera menghembuskan napasnya yang terakhir.
"Ibu .. !"
Teriak Pit Ya seraya memeluk mayat sang ibu sambil menangis sedih sekali.
Orang banyak yang hadir disitu ikut iba berbareng panas dan geram hati.
Iba karena melihat keadaan ibu Pit Ya yang malang itu.
Panas serta geram hati mereka terhadap Peh Kut Sin Kun yang telah berbuat demikian kejam.
Dari tindakannya itu orang banyak telah dapat membayangkan betapa kejinya kelakuan Ouw Hian Hong, sebab sampai isteri sendiri diperlakukan demikian kejamnya, apa lagi terhadap orang lain, tak dapat mereka bayangkan! "Tak usah kau begitu sedih nona Hoa, mungkin ini memang kemauan Thian bahwa ibumu harus begitu menderita, yang membawa sampai keajaluja.
Andai kata kau terus menangis sampai mengeluarkan air mata-darah sekalipun, ibumu tetap takkan dapat hidup ke.nbali.
Sebaiknya kini kita mencari jalan untuk membalaskan penasarannya terhadap si iblis!"
Ciong Peng memberi dorongan disamping menghibur.
Lainnya juga ikut menghbur serta menenangkan Pit Ya.
Hiburan dan dorongan semangat dari kawanan orang gagah termakan juga didala,m diri Pit Ya, hingga Oelakangan ia tak menangis terlebih jauh.
Beramai-ramai kawanan pendekar mengubur mayat wanita malang itu.
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka . Aditya Indra Jaya Scan/foto image . Awie Dermawan Distribusi & arsip . Yon Setiyono "Ibu, aku bersumpah, biar bagaimana aku akan membalaskan sakit hatimu ini!"
Pit Ya bersumpah didepan kuburan ibunya.
"Sebaiknya kita tak usah membuang-buang waktu untuk segera pergi ke Tee Gak To!"
Seng Gwan mengusulkan.
"Mari!"
Teriak lainnya dengan suara hampir bersamaan.
Dengan naik perahu mereka menuju ketemnat dimana pada lebih kurang tiga tahun yang lulu merka pernah mengubrak-abrik sarang Ouw Man Hong.
Begitu sampai, sayup-sayup mereka mendengar suara orang jang lagi bertempur, lantas mereka mendarat.
Baru saja mereka menginjakkan kakinya diatas batu karang, mereka telah disambut oleh serombongan mayat-hidup.
Ciong Peng dan kawan-kawan mengenali beberapa diantara mayat-hidup itu adalah yang tempo hari juga.
Tanpa shejieshejie lagi mereka segera melabrak semua makhluk yang menghadang kemajuan mereka.
Sebentar saja para mayat-hidup telah dibikin kucar-kacir dengan meninggalkan banyak kawan-kawan mareka yang mati.
Hu Hai Sam Kie maju mendahului kawan-kawannya yang lain.
Ciong Peng dan lain-lainnya mengkuti dari belakang.
Keadaan disitu boleh dikata telah dihafal oleh mereka, jadi tanpa susah payah mereka telah sampai keempat dimana suara beradunya senjata tajam serta bentakan yang terdengar tadi.
Hanya sesampainya mereka disitu keadaan telah menjadi sangat sunyi.
Mereka hanya melihat ada tiga orang, dua orang muda muda dengan seorang Tosu tua, yang kala itu tengah memandang kian kemari, seakan-akan tengah mencari sesuatu.
Waktu dilihatnya kedatangan orang banyak, pada mulanya mereka jadi sangat terkeujut.
dan mempersiapkan diri lagi, akan tetap, begitu melihat Hu Hai Sam Kie terdapat diantaranya, bukan saja mereka jadi tenang kembali, malah si Tosu tua jadi sangat gembira dan segera berteriak girang.
"Hei tiga tolol, tak kusangka kita bisa bertemu dis ni!"
"Hidung kerbau, mengapa kau bisa berada. disini?"
Teriak Cian Chiu Tat Mo dengan nada gemuira.
"Tanya. saja pada diri kalian, akan terdapat jawaban yang tepat, sedikitnya bersamaan."
Sahut si Tosu.
"Jadi kau hendak menyatroni si iblis tua juga?"
Tanya Beng In Siansu. Sambil menganggukkan kepala Toojin itu berkata.
"Tak kusangka si gendut tolol sekarang telah menjadi agak pintar."
"Sudah jangan kau omong yang bukan-bukan hidung kerbau, sebab apa kau hendak membasmi si iblis?"
Tanya Sang Gwan. Dengan roman sungguh-sungguh berkatalah si Tosu.
Banjir Darah Di Pulau Neraka Hiat Sie Tee Gak To Karya Kiam Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Muridku telah diculik oleh setan tua itu pada beberapa saat yang lalu. Ketika kuselidiki, yang menculiknya ternyata adalah Ouw Han Hong!"
"Percuma saja kau menyebut dirimu pandai dan cerdik, kalau murid sendiri tak dapat kau lindungi .. Awas !"
Baru habis Seng Cavan berkata, telah menyambar beberapa buah batu besar ke kepala mereka.
Cepat-cepat mereka berkelit, namun batu-batu pada meluncur dengan derasnya.
Baal, Hu Hai Sam Kie, Wong Peng dan Tosu itu hal ini tidak sukar untuk mengelitkannya.
Tapi disamping mereka, masih ada pemuda-pemudi yang berkepandaian belum cukup sempurna.
Jadi mereka khawatir kalau-kalau Piauw Hiang dan lain-
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono lainnya terluka oleh serangan tersebut, maka cepat-cepat para kakek gagah mengajak angkatan muda kebalik batu besar untuk berlindung.
Sementara berlindung mereka berunding dan akhirnya diambil keputusan bahwa mereka akan menerjang orang-orang yang berbuat curang dibagian atas sana.
Dengan ginkang yang boleh dikatakan telah mencapai taraf sempurna, tak susah bagi mereka untuk naik keatas.
Sesampainya ditempat yang di'tuju, tak ada sebuan bangunanpun yang tampak disitu.
Biar belakangan mereka telah memeriksa keadaan di sekelilingnya, tapi tetap tak dapat menemukan orang-orang yang tengah dicari.
"Ini pasti adalah pancingan musuh belaka, supaya sebagian dari kita meninggalkan kawan-kawan. Setelan mana mereka lantas menyerang kelompok yang kita tinggaikan. Mari lekas kita balik kesana!"
Kata si Toojin.
"Mari!"
Mereka cepat. kembali ketempat semula dan benar saja, setelah dekat, mereka melihat Piauw Hiang dan lain-lain nya sedang repot menghadapl kawanan mayat-hidup, sedang disekeliling mereka telah berjejer ular. berbisa.
"Dugaanmu memang tepat, hidung kerbau!"
Puji Beng Iii Siansu.
"Fakta berbicara sendiri, bahwa aku tetap lebih cerdik dari pada kalian tiga tolol dari Hu Hai. Mari kita menerjang mereka!"
Selesai berkata, ia mendahului kawan-kawannya yang lain menerjang masuk kedalam lingkungan pertempuran.
Lainnya menelad perbuatannya.
Kawanan mayat-hidup ketika melihat dipihak lawan telah datang bala bantuan, mereka pada melarikan diri, dehgan beberapa loncatan saja telah lenyap dari hadapan orang banyak.
Tinggal kini rombongan orang gagah berada ditengah- tengah kurungan ular berbisa.
Mereka tidak jeri, masing-masing dengan kepandaian senjata gelap menyerang kawanan tang beracun.
Terlihat mulai dari Cie Hong Piauw, Kim Cie Piauw, Cit Kiat Sin Cin, pada bertebaran memusnakan kawanan binatang liar lagi beracun tersebut.
Dilain saat, binatang itu telah nada menggeletak tak berdaya seluruhnya.
"Sungguh keji perbuatan iblis tua itu. Kalau tidak kubikin mampus, jangan panggil aku Tosu pandai dari Bu Tong San lagi!"
Kata Toojin itu dengan gemas.
"Sepandai-pandainya kau, takkan bisa kau memusnakannya sendiri tanpa bantuan dari kami."
Ejek Seng Gwan.
"Eh kau menghina!"
Kata si Tosu, tapi kemudian teringat olehnya akan pertempuran yang barusan ia alami, yaitu ketika menghadapi Ouw Hian Hong, yang hampir' saja dirinya kena dicelakai.
Baiknya belakangan, secara tiba-tiba Peh Kut Sin Kun melarikan diri.
Pada mulanya ia merasa heran, tapi belakangan ia tahu akan sebabnya, yaitu dengan datangnya orang banyak.
Disitupun tak dpat disangkal, disamping ilmu silatnya lihay, kuping iblis itu ternyata hebat pula.
Dengan adanya, pikiran ini, ia robah nada suaranya dan berkata.
"Kali ini aku terpaksa mengakui pendapatmu bahwa dengan seorang diri aku takkan sauggup menghadapi si iblis tua. Memang seharusnya kita bergabung untuk memusnakannya. Oh ya, lama juga kita bercakap-cakap, tapi aku tak tahu akan saudara' yang ikut bersama kalian."
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono Seng Gwan lantas memperkenalkan Ciong Peng dan lain- lainnya pada si Tosu, yang ternyata adalah Yap Ceng Sie dari Bu Tong Pay.
Sedang dua anak muda yang dibawanya adalah muridnya, yang masing-masing bernama Tio Cun San dan Kam Seng In.
Setelah bercakap-cakap untuk beberapa saat lamanya, mereka lantas menuju keistana Ouw Hian Hong dengan dipimpin oleh Pit Ya.
Sebentar saja mereka telah sampai ditempat yang dituju, namun keadaan disitu sunyi benar.
Baru mereka hendak memeriksa terlebih jauh, tiba-tiba terdengar suara berisik, menyusul teriihat sekelompok burung yang terbang menuju kearah mereka, yang begitu sampai lantas melayang menyerang.
Burung-burung itu, entah diri jenis apa, hanya bentuknya seperti buring manyar, tapi patoknya tajam sekali dan rupanya telah mendapat latihan sempurna, sebab mereka mematok secara teratur, satu menyerang, yang lainnya menyusul kemudian.
Kawanan orang gagah cepat-cepat mengubat-ngabitkan senjata mereka kian kemari.
Sebentar saja telah separoh lebih dari binatang itu dapat dimusnakan.
Mendadak datang bahaya lain mengancam keselamatan orang banyak, yaitu dengan munculnya kawanan mayat-hidup dengan panah ditangan, yang begitu muncul lantas melepaskan panah mereka.
Hal mana membikin orang-orang gagah jadi repot juga, diantara mereka segera.
terdengar ada yang berteriak kesakitan, kiranya Goei Thian Co dan Yo Kian Kong karena kurang hati-hati telah terpanah masing-masing pada pundak dan paha mereka.
Ciong Peng segera menyuruh Piauw Hian; dan Sm Hong untuk menggotong kedua orang itu kebalik batu dengan ia sendiri sebagai pelindung dari serangan-serangan panah 'musuh yang diarahkan kejurusan mereka.
Perbuatan curang dari musuh ini membikin panas hati kawanan orang gagah, tanpa mengenal kasihan lagi mereka melabrak dan dilain saat telah berhasil memusnakan sebagian besar mayat-hidup, ada beberapa Hok Ciang (mayat-hidup) yang beruntung bias kabur dengan luka dibadan mereka.
Sedangkan kawanan burung telah kena dibunuh seluruhnya.
"Ouw Loo Koay, bila engkau benar-benar seorang jantan, lekas perlihatkan dirimu!"
Bentak Bang In Siansu.
Baru habis suara itu terdengar, tiba-tiba diruangan tersebut terdengai suara tertawa yang tajam serta menusuk pendengaran.
Dan hampir bersamaan dengan itu dihadapan mereka telah muncul Peh Kut Sin Kun dengan seluruh badannya dikelilingi oleh beberapa belas ular beracun yang beraneka warna dan jenisnya.
Dibelakangnya mengikuti empat orang, salah satu diantaranya diknali oleh Sins Hong.
Yap Ceng Sie juga mengenali satu diantaranya.
"Jie-tee!"
"Kim-jie!"
Suara panggilan antara Yap Ceng Sie dan Sim Hong diucapkan dengan suara yang hampir bersamaan. Tahulah orang banyak bahwa dua diantara keempat pengikut Ouw Hian Hong ada hubungannya dengan Sim Hong dan Toojin dari Bu Tong San.
"Ouw Hian Hong, bila engkau mempunyai keberanian, mari kita bertempur lagi sebanyak tiga ratus jurus!"
Ejek Seng Gwan.
"Kau kira aku takut padamu!"
Bentak Peh Kut Sin Hun. Tanpa menunggu dirinya diserang, tubuhnya telah melambung tinggi dan menerkam Seng Gwan seraya memukul ken tangan kanannya kemuka empe Gwan.
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono Serangan Ouw Hian Hong ini lihay luar biasa, waktu pukulannya hampir sampai, tangannya membuat setengah lingkaran, baru kemudian dimajukan lagi aengan gerakan yang amat aneh.
Sedangkan empat ekor ular yang ada dibahunya ikut terjulur maju.
Seng Gwan terpaksa mundur beberapa langkah seraya menabaskan pedangnya dengan gerakan Tui Coan Ong Gwat (membuka jendela memandang rembulan), untuk memotong kepala ular lawannya.
Tidak tahunya Peh Kut Sin Kun sebat sekali gerakannya, dengan menggeserkan sedikit badannya, ia berhasil lolos dari serangan musuh dan membarengi menggerakkan kakinya menyepak bagian bawah tubuh lawannya.
Bersamaan dengan bergeraknya sang kaki, dua ekor ular yang melibat disitu ikut bergerak dan bersiap menyantok mangsanya.
Dengan adanya serangan luar biasa dan aneh itu, lagi-lagi harus memaksa kakek Gwen melompat mundur untuk menghindarkannya.
Bong San Kiam Khek dan Yap Ceng Sie waktu melihat kawannya sangat terdesak, mereka lantas majukan diri untuk membantu.
Dilain pihak Han Ben dan Cian Chiu Tat Mo yang sehabis memberi obat penolak racun pada Thian Co dan Klan Kong, mereka lantas menerjang musuh, bukan Peh Kut Sin Kun yang diarah, tapi adalah empat orang pembantunya, yang tanpa susah payah telah berhasil mereka bereskan dengan menotok jalan-jalan darah mereka.
Habis mana mereka ikut menceburkan diri kerombongan kawan-kawannya untuk bersama-sama menghadapi Peh Kut Sin Kun.
Kala itu telah datang lagi serombongan mayat-hidup hendak membantu pemimpin mereka, namun Ouw Hian Hong yang repot menghadapi kelima lawan yang cukup tangguh, jadi tak bisa untuk memberi perintah.
Pit Ya unjuk kewibawaannya pada mereka, dengan mengayun-ayunkan kelenengan ia menggiring kawanan mayat-hidup keluar ruangan dan mengumpulkannya disebuah ruangan serta menguncikan dari sebelah luar.
Setelah itu ia kembal lagi pada orang banyak.
Belakangan ia ingat sesuatu, ia berkata pada kawan-kawan mudanya.
"Selama ular-ular masih pada mengelilingi tubuh si iblis tua, agak susah bagi para Loocianpwee untuk mengalahkannya. Kita harus bantu melumpuhkannya dari luar kalangan. Tapi entah dengan cara apa kita harus membantunya?"
"Aku kira ular paling takut pada belirang, baik kita gunakan benda itu untuk melumpuhkannya."
Piauw Hiang mengemukakan pendapat.
"Betul,"
Kata Pit Ya.
"Tapi dimana kita bisa mendapatkannya?"
Kembali anak-anak muda itu berdiam diri, masing-masing membawa pikirannya sendiri-sendiri.
Lewat sesaat nona Hoa berteriak girang, tanpa berkata ia mengeluarkan dari dalam badannya beberapa buah senjata gelap dan lantas ditimpukkan kearah Hian Hong.
Sebelum mengenai sasaran, telah meledak ditengah jalan dan mengepulkan uap belirang.
Inilah senjata rahasia pemberian Hian Hong tempo hari padanya, untuk digunakan diwaktu kepepet melemparkannya kepada musuh.
Karena sebelum mengenai sasaran telah meledak, betul tidak dapat melukai lawan, tapi sediklt banyak dapat membkin musuh jadi kaget dan merandek sesaat, Kesempatan tersebut dapat dipakai untuk segera melarikan diri.
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono Benda rahasia ini terbikin dari campuran belerang dan kini digunakan justeru untuk melumpuhkan ular-ular Hian Hong.
Serangan Pit Ya ini ternyata membawa hasil yang diluar dugaan, sebab disamping membikin tak berdaya kawanan ular, Ouw Hian Hong sendiri.
juga telah dibikn kaget oleh letusan tersebut, hingga ia harus berdiam diri untuk beberapa saat lamanya guna menenangkan diri.
Sampai ketika pinggir telinganya kena ditabok oleh Ciong Peng dan bebokongnya kena terserempet oleh senjata Bang In Siansu, ingatannya seakan-akan baru kembali lagi bahwa dirinya pada saat itu tengah menghadapi 1awan-lawan yang tangguh.
Ia jadi semakin beringas, akan tetapi musuh-musuhnya bukanlah lawan yang empuk.
Kala itu ia tak bisa menggunakan ilmu yang belum rampung ia latih, yaitu Tay Eng Hian Kong, sebab ia takut berakibat seperti tempo hari.
Bar ia lihay dan licin, toh akhirnya ia tordesak juga.
Sambl bertempur otaknya terus bekerja untuk sementara ia bermaksud hendak meloloskan diri dulu, baru kemudian ia mencari jalan-lain guna melakukan pembalasan.
Dasar ia seorang yang cerdik luar biasa, setelah memutar otaknya sebentar, ia mendapat jalan yang dianggapnya terbaik.
Sehabis menghindarkan bacokan Song Goan, tubuhnya mencelat jauh kemuka, melompat keluar kalangan sambil membarengi dengan kecepatan luar biasa disambarnya tubuh nona Goei.
Piauw Hiang tak menduga bahwa Hian Hong bisa her-buat begitu, hingga tubuhnya kena ditangkap dan dikempit tak berdaya.
Setelah usahanya membawa hasil, Hian Hong berdiri dihadapan orang banyak seraya memperdengarkan tertawanya yang aneh serta menusuk pendengaran.
"Ouw Loo Koay, tak kusangka sebagai seorang pemimpin dari sebuah organisasi perbuatanmu bisa selicik dan serendah itu."
Bentak Beng In Siansu.
"Tak perduli apapun yang hendak kalian katakan terhadap diriku, pokoknya aku mau menggunakan nona ini sebagai jaminan. Kalau kalian hendak melihat ia tetap bernyawa kalian harus memenuhi syarat-syaratku!"
"Apa sjarat-syaratmu? Lekas katakan!"
Bentak Seng Gwan beberapa saat kemudian.
"Pertama kalian harus segera meninggalkan pulau ini dan tak boleh menginjakkan kaki lagi kemari. Kedua, kalian harus menyerahkan Pit Ya padaku, sebab ia adalah puteriku."
Han Hong menyebutkan syarat-syaratnya.
"Kami tak dapat menyetujui syarat-syaratmu itu."
Kata Seng Gwan dengan suara keras, menandakan kepanasan hatinya.
"Itu terserah pada kalian, aku memberikan beberapa saat bagi kalian untuk berpikir Belum habis Peh Kut Sin. Kun berkata, telah menyambar tubuh seseorang kearahnya. Namun ia cukup lihay, dengan menggerakkan kakinya sedikit, ia telah berhasil membikin terpental badan orang itu, yang tak lain dari pada Tio Cun San. Habis mana ia lantas melambungkan diri untuk kabur dengan mengempit tubuh Piauw Hiang. Ciong Peng yang berdiri paling dekat dengannya lantas menggunakan gerakan Yan Cu Coan In (burung walet menembusi awan), badannya melesat keatas dengan membarengi menyambret kaki Piauw Hiang. Karena sedang tergantung diatas tanah, waktu kaki nona Goal terjambret turun, dengan sendirinya badan Hian Hong ikut turun dengan jatuh terguling berkat kerasnya jambretan tersebut.
Kolektor E-Book
Banjir Darah Di Pulau Neraka Hiat Sie Tee Gak To Karya Kiam Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono Belum lagi ia sempat bergerak, senjata bulan sabit Beng In Siansu telah menembus bebokong sampai keulu-hatinya, tak umpun lagi Ouw Hian Hong yang terkenal susah dimatikan itu, kini terpaksa nyawanya harus menghadap Giam Lo Ong.
Dasar rupa- rupanya dosanya telah helewat banyak, biar telah mati, kepalanya masih harus mengucapkan selamat bepisah dengan tubuhnya.
Yang memotong kepalanya tenyata acalah Pit Ya, puterinya sendiri, yang menggunakan pedang Piauw Hiang.
Sehabis menabas kepala ayahnya yang kejam itu, nona Hoa hendak menusuk dirinya sendiri! Untung pedangnya telah keburu direbut oleh Seng Gwan.
"Mengapa engkau hendak berlaku begitu nekad dan bodoh nona Hoa?"
Tanya kakek Gwen.
"Disamping mayat ibu aku telah bersumpah bahwa begitu aku berhasil membunuh iblis tua ini, aku akan menyusul beliau kealam baqa guns menemaninya sepanjang masa."
"Tindakanmu salah, nona. Untuk apa kau kelewat memikirkan yang telah tiada. Pikirkanlah masa depanmu yang gemilang."
Bujuk Seng Gwan lagi.
"Aku sudah tak mempunyai masa depan lagi, pula dengan sebatang kara dan roman begini siapa yang akan mau memperdulikan aku!"
Kata Pit Ya sambil menangis. Baru Seng Gwan hendak membujuk terlebih jauh, telah terdengar Yap Ceng Sie berkata girang.
"Kau tak usah merasa hina disebabkan oleh romanmu yang demikian, muridku telah menemukan obat penyembuhannya dari badan si iblis."
Orang banyak lantas berpaling kearahnya, termasuk Pit Ya yang memandangnya dengan roman ragu. Yap Toojin menunyukkan dua tabung pada orang hanyak seraya berkata.
"Kedua tabung ini berisi minyak untuk menghilangkan cacat-cacat dikulit, yang satu berwarna merah muda sedang lainnya berwarna putih. Ini obat-obat yang jarang sekali terdapat didalam dunia, entah dengan cara bagaimama iblis ini bisa mendapatkannya dan mengolahnya. Asal didalam tempo delapan belas hari kau memolesinya, setiap hari tiga kali dan terlebih dahulu kau harus memoleskan yang merah, baru kemudian memakai yang putih, kulitmu pasti akan berobah seperti asalnya. Disamping itu muridku, Seng In juga menemukan tabung yang berisi Yok-wan (pil) peranti menyadarkan mayat-hidup!"
Orang banyak masih setengah percaya akan keterangan Toojin dari Bu Tong San ini, mereka berebut untuk melihatnya.
Betul saja, diatas tabung disamping terdapat nama-nama dari obat itu, juga kegunaannya diterakan sekali disitu.
Tabung yang minyak bersemu merah diberi nama San Hu Houw, sedang tabung yang di dalamnya terdapat minyak berwarna putih diberi nama Eng Giok San.
Dan tabung lainnya tertera nama Kink-wan, obat penyadar! Kawanan orang gagah jadi bergirang hati, mereka pada mernuji-muji kemurahan hati Thian yang maha kuasa.
Tapi untuk niembuktikan bahwa obat-obat itu manjur atau tidak, mereka mmberikan Kiok-wan pada kawanan mayat-hidup, yang ternyata tak lama mereka menjadi sadar kembali seperti sedia kala.
"Karena kita telah berh.asil membasmi si iblis tua, seibaiknya kita kembali kedaratan."
Song Gwan mengusulkan beberapa saat kemudian.
"Baik, mari!"
Dengan bergelombang mereka pulang kedataran Tiong Goan.
Kolektor E-Book
https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook/ Sumber Pustaka .
Aditya Indra Jaya Scan/foto image .
Awie Dermawan Distribusi & arsip .
Yon Setiyono Atas permintaan Pit Ya, Yap Ceng Sie membawanya ke Bu Tong San.
Setelah memakai kedua obat mujizat itu, muka Pit Ya berangsur sembuh, akhrnya ia jadi seorang nona yang amat cantik.
Tio Cun San harus merawat diri selama sebulan lebih, sebab luka didalam akibat tendangan Peh Kut Sin Kun.
Didapat kabar kemudian bahwa Pit Ya menjadi isteri Cun San.
Dilain pihak, Sim Yong yang telah sadar seperti semula, menceritakan kejadian sebelum dirinya dijadikan mayat bidup.
Ternyata tempo hari, tiga tahun yang lalu, setelah menunggu agak lama akan kepergian Sim Hong untuk membel obat, Ouw Hian Hong timbul curiga terhadapnya, takut ia bukannya membeli obat malah sebaliknya memanggil kawan-kawannya untuk mengeroyok dirinya.
Betul kakek iblis ini tidak takut akan rombongan nelayan, tapi apa mau badannya pada saat itu masih susah bergerak, jadi tak leluasa baginya untuk menghadapi mereka.
Disamping itu ia juga rupanya khawatir bila sampai kejadian ia membunuh para nelayan, bila kabar itu sampai tersiar dan kalau sampai terdengar oleh orang- orang gagah yang menjadi musuhnya, ia akan menjumpai hal-hal yang ruwet dan akan merepotkan dirinya.
Apa lagi kemudian ia mendengar tentang tinakan ramai yang datang kearahnya, kecurigaan Hian Hong jadi mantep.
Ia segera membebaskan Sim Yong dan menyuruhnya menggendong dirinya untuk segera berlalu.
Tardorong oleh perasaan takut, Sim Yong menurut apa yang diperintahkannya dan membawanya kabur.
Belakangan ia dibawa kepulau itu dan waktu ia makan sesutu yang disuguhkan, ia segera lupa diri, untung kemudian orang-orang gagah datang menyedarkannya kembali.
Demik anlah cerita si pemuda nelayan.
Mulai saat itu, disamping Sim Hong, Sim Yong-pun diangkat sebagai murid Ciong Peng.
Karena sering bertemu, akhirnya jadi bekawan, belakangan berobah menjadi cinta, disusul kemudian dengan tali perkawinan.
Begitulah, beberapa saat kemudian Sim Hong memperisteri Piauw Hiang, sedang Sim Yang mendapatkan Lie Cu sebagai isterinya.
TAMAT Please give like to below cosplayer personal fb.
Thank you.
https.//www.facebook.com/kiraranpya/
Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung