Ceritasilat Novel Online

Pertentangan Kaum Persilatan 9


Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 9


olehlah aku bersumpah, selama hidupku, aku akan tjuma men tjintai kau seorang. Andaikata tjintaku berubah, biarlah diwaktu menjerbu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
neraka dunia nanti, djlwaku melajang dibawah batjokan golok dan tikaman pedang!"

   Siam In segera bekap mulut pemuda Itu.

   "Aku pertjaja kau, engko, djangan kau bersumpah sehebat itu..."

   Tjegahnja.

   Koduanja lantas saling merangkul hati mereka sama2 memukul.

   tjuma kuping mereka jang mendengar angin berdesir2 Mereka se-akan2 merasa seperti lagi berada didalam nirwana.

   Kemudian, disaat kedua anak muda Ini turun gunung, mereka tampak orang2 berlerot2 hendak naik kepuntjak.

   Mereka segera mengenali, orang2 Itu, orang2 jang kemarinnja mereka ketemukan ditengah perdjalanan jang pada perbekalan bungkusan kuning dan romannja seperti hamba2 negeri.

   "Lihat, adikku, bukankah mereka itu kawanan siewie dari istana?"

   Kata Hong Beng pada kekasihnja "Rupanja mereka sedang menudju kekuil."

   Sinona manggut.

   "Mengapa kuil itu terbuat bagaikan istana sadja?"

   Dia tanja.

   Tjong Beng hendak mendjawab atau ia batalkan niatnja itu sebab segera ia mendengar tindakan kaki dlarah belakangnja Kapan ia berpaling dengan segera, ia tampak dua orang asjlk berdiri - jang satu adalah pendeta, jang lamnja orang biasa.

   Herannja, tak ketahuan lagi dari mana muntjulnja mereka Sipendeta bermuka putih dan montok, dan kawannja tak sembarang wadjahnja, dia bertubuh kekar.

   Ke-dua2nja berumur diatas lima puluh tahun.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Sebentar lagi kawanan andjlng itu bakal meronda disini untuk membekuk kita orang mari, lebih baik kita pergi lebih dulu."

   Kata siorang bukan pendeta.

   "Kita toh tjuma pesiar...."

   Kala siorang alim "Mungkinkah tjuma radja jang boleh dalang kesini?"

   "Buat pesiar toh masih banjak harinja,"

   Kata pula siorang biasa.

   "maka kenapa mesti djusteru hari ini sadja Kalau sebentar andjing2 itu menjangka kita sebagai orang djahat, lalu mereka akan membekuk dan menahan kita, sampai nanti siradja bangkotan pergi, baharu kita dimerdekakan pula Sungguh tidak enak!. Mengapa kita mesti menderita setjara demikian ?"

   Tjong Beng segera merasa bahwa kata2nja orang itu sebenarnja ditudjukan ke padanja dan Siam In. Ia heran ia mau menduga, mereka itu orang2 jang berilmu. Lantas ia bertindak menghampirkan.

   "Djiewie"

   Katanja sambil mendjura.

   "aku adalah seorang she Opg dari Ngo-tay jang sampai disini belum lama, maka itu aku ingin mohon sedikit keterangan. Menurut djiewie. pengiring2 radja bakal meronda disini, benarkah?"

   "Djikalau djiewie tidak pertjaja, segera kamu bakal menjaksikannja,"

   Sahut orang bukan pendeta Itu.

   "Lihat itu kawanan andjing dibawah, bukankah mereka sedang mendatangi?"

   Tjong Beng memandang kebawah. Ia melihat sedjumlah tak sedikit tentara Gielim-koen, pasukan pengawal Radja, mulai berkumpul. Alat sendjata mereka bersinar diantara tjahaja matahari. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Apakah tuan anggota dari Thay-Kek Ong dari Ngo-tay?"

   Orang itu menanja pula "Adakah nona itu kawanmu?"

   Melihat orang mempunjal roman dan sikap dedak, Tjong Beng mau menghargai orang itu, maka sekali lagi ia memberi hormat.

   "Dengan sebenarnja, aku jang muda ada lah Ong Tjong Beng,"

   Ia memberi tahu "Dan dia adalah Tjeng In Loo-nie dari Kimleng punja...."

   "Aha!"

   Orang itu berseru.

   "Djadi dia adalah puterinja Kongtjoe Wan Boe tjioe!"

   Lantas dia mengawasi Siam In. Sipendeta djuga turut mengawasinja. Melihat slkapnja orang itu jang simpatik, Tjong Beng menduga dua orang ini mesti sahabatnja Tjeng In. Ia men djadi lebih2 menghargai.

   "Itulah benar,"

   Ia mendjawab dengan hormat. Bukan main girangnja mereka ini, lantas menghampirkan Siam In rambut siapa di usap2. Kelakuannya seperti seorang ajah yg menjajangi puterinja.

   "Ong Kongtjoe kiranja kamu telah menolongi dia dari tangannja pihak Ang Teng Kauw"

   Kata dia.

   "Kenapa aku tidak melihat Tjeng In Soe Thay bersama kamu?"

   "Ia baharu sadja berpisah dari kami."

   Sahut Tjong Bang ia pertjaja orang bukan orang biasa, terus ia menuturkan hal pertolongan jang diberikan kepada nona Wan Bahwa rombongannja Tjeng In menudju ke Kwan-gwa, dan ia bersama Siam In diberi ketika untuk pesiar. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Oranh itu mangut2. Waktu itu lantas terdengar suara terompet didelapan pendjuru, lalu banjak siewie seperti andjing pemburu mulai mendaki gunung.

   "Kami hendak menjingkir, mari kamu turut kami"

   Kata orang tadi.

   Bersama si pendeta, dia lantas memutar tubuhnja.

   Dan Tjong Beng bersama Siam In mengikuti.

   Pemuda ini heran sewaktu ia mendapat kenjataan mereka diadjak ke Pek In Soe.

   Orang itu tanpa mengutjap sepatah kata, bersama sipendeta mengadjak mereka memasuki pendopo samping dimana dibelakangnja terdapat medja sutji.

   Si pendeta jang telah menjingkap tangan djubanja, lantas menolak tembok, hingga disitu lantas terbuka satu pintu rahasia model rembulan.

   Dia terus masuk kedalamnja.

   Seperti siorang bukan pendeta, Tjong Beng mengadjak Siam In turut masuk.

   Njata mereka bukan memasuki sebuah kamar hanja satu pekarangan jang berlamping gunung.

   Disitu ada banjak pepohonan dan bunga2, dimana pun ada sebuah bangunan ketjil.

   Dimuka pintu rumah itu beberapa seebie muntjul untuk menjambut sipendeta.

   Kamarnja terang dan bersih, dialingi oleh selembar kere bambu.

   Seekor burung Nuri berada dipalangannja.

   "Taysoe sudah pulang ?"

   Menjambut burung Itu.

   "Satu tempat jang bagus."

   Pikir Tjong Beng. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Pendeta itu mengadjak mereka masuk kedalam rumah itu kesebuah ruang jang digelarkan permadani buatan Shoatang.

   Untuk duduk bersila disltu semua membuka sepatu mereka.

   Satu seebie menjuguhkan mereka air teh, jang baunja wangi dan rasanja istimewa.

   Setelah minum ituu, Tjong Beng merasakan dadanja lapang.

   Lantas ia berbangkit, dengan tjara hormat, ia mohoon tanja she dan nama kedua orang itu.

   "Ong Kongtjoe, tidak lama lagi kau bakal dapat tahu."

   Kata siorang bukan pendeta.

   "Kali Ini aku datang untuk dua urusan penting sekali jang pertama aku mesti membantu Tjeng In Soe-Thay jang aku terlambat. Sewaktu aku mencapai Shoatang aku mendengar kauwtjoe dari Ang Teng Kau sudah ditangkap dan kamu semua telah berhasil dengan usahamu. Karena itu aku segera datang kemari, untuk urusan jang ke-dua. Disini aku mesti bekerdja sama soehoe ini. Aku minta kamu berdua mengingat baik2, apabila kamu melihat suatu apa sekali djangan kamu muntjul, djangan djuga kamu perdengarkan suara!"

   Tjong Beng tidak mengerti, akan tetapi bersama Siam In ia memberi djandjinja.

   Ia pun tidak berani tanja apa2.

   Kapan sebentar hari mulai gelap, sato seebie lantas bebenah, terus dia menjalakan pendupaan sehabis mana dia ngelojor pergi.

   Sipendeta tetap berdiam didalam kamar itu bersama kawannja tapi Tjong Beng berdua Siam In disuruh menjembunjikan diri disebuah kamar, jang berada disainping.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kira2 djam permulaan seebie tadi muntjul.

   "Mereka sudah datang "katanja ."Kau buka pintu taman, setelah itu kamu semua menjingkir!"

   Sipendeta menitahkan.

   Tjong Beng dan Siam In mengintai.

   Segera djuga muntjul dua pembesar istana kedalam kamarnja sipendeta.

   Tiga kali mereka paykoei memberi hormat pada sipendeta lalu mereka memandang kesekitar kamar, setelah mana mereka membuka satu bungkusan, untuk diletakkan dihattapan pendeta itu.

   Itu adalah sematjam permadani kuning.

   Sehabis berbuat demikian, dua hamba istana itu manggut pula, terus mereka mengundurkan diri.

   Tidak lama, terdengarlah suara tindakan kaki, seperti banjak orang jang menghampirkan rumah itu, lalu sebentar sadja kelihatan satu orang bertindak masuk kedalnm kamar.

   Orang ini dandan sebagai orang Boan, tubuhnja tinggi dan besar, umurnja belum empat-puluh.

   Tindnkannja gagah dan romennja agung.

   Badju luarnja bersulamkan naga2an tjangkram lima, naga2an itu bersinar kuning emas.

   Sebab ia adalah Kong Hie Koen Kaisar Kong Hie, dari ahala Boan.

   Kapan kaisar ini melihat si pendeta lantas tekuk lututnja untuk paykoei.

   "Sianghong banswee!"

   Ia memudji "Harap sianghong menorima hormatnja sin-djie Hian Ip, semoga Sianghong sehat tak kurang suatu apa!" (Siang-hong panggilan mulia untuk radja jang telah mengundurkan diri Sin-djie = menteri anak.

   Jalah sebutan anak terhadap ajah.

   Inja jang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mendjadl radja. Ban-swee = selaksa tahun - jaitu seruan "Hidup !") Pendeta itu raanggut. ia tundjuk permadani jang digelar tadi.

   "Bangun !"

   Katanja.

   "Mari duduk, baharu kita bitjara."

   Lalu ia menundjuk si orang bukan pendeta didampingnja, dan memperkenalkannja .

   "Inilah pamanmu In Liong."

   Radja berpaling, untuk mendjura kepada paman jang disebutnja itu.

   "Sri Baginda, sudahkah kau pesan mereka untuk mendjauhkan diri "

   Tanja si paman.

   "Semua sudah dipesan, dilarang masuk,"

   Sahut radja, sesudah mana, baharu ia mengambil tempat duduk. Pendeta itu merangkap kedua tangannja.

   "Omietoohoed !"

   Ia memudji.

   "Hian Ip. aku puas untuk kebaktianmu. Selama dua-puluh tahun ini, sudah habis perasaanku mengenai hidup keduniawian. Dulu2 sudah tiga atau empat kali kau menjambangi aku di Ngo Tay San, maka untuk membikin putus kenang-kenangan kamu, sengadja aku menjingkir kesini. Aku telah mendapatkan pelajanan dari pamanmu ini, djadi tentang aku, tak usah kau memikirkan lagi. Aku tidak menjangka, kau terus- menerus mengikuti djedjakku. Telah aku bilang kepadamu, biar bagaimana djuga tidak nanti aku kembali kekota radja. Meskipun adanja kebaktianmu itu. kau toh mesti ingat kepada dua huruf itu 'memelihara tjita2' Radja meneteskan air-mata kembali ia berlutut.

   "Tak mungkin sindjie tak menginsafi tjita2 Siang-hong,"

   Katanja.

   "maka sekarang, sudah tjukup bagiku asal Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sianghong mengabulkan permintaan supaja sin djie boleh datang mengundjungi setiap tahun satu kali."

   Pendeta itu memimpin bangun.

   "Hian Ip, kau adalah kaisar dari Keradjaan tjeng jang terbesar, bagaimana dapat sering2 meninggalkan kota radja untuk datang kesini? Perbuatan sematjam itu mudah menerbitkan ketjurigaan orang, dan ketjurigaan itu dapat mengakibatkan jang tak baik. Sekarang ini orang telah menganggap aku sudah meninggal dunia sedjak banjak tahun, maka andaikata orang mengetahui aku masih hidup, akibatnja bakal menggemparkan hati sanubari rakjat. Inilah jang harus didjaga, selandjutnja emas dan mutiara serta barang keperluan lainnja, tak usah kau mengirimkan lagi padaku, jang dahulu kau bekalkan di Ngo Tay San, sampai sekarang belum aku pakai habis. Baik kau dengar perkataanku."

   Radja paksakan diri untuk bersenjum, Ia manggut.

   Tjong Beng dan Siam In mengintai dengan mengeluarkan keringat dingin.

   Tidak mereka menjangka akan menemui Kaisar Kong Hie ditempat ini Tapi mereka berdiam terus.

   Selandjutnja ajah dan anak itu berbitjara tentang urusan rumah-tangga, sampai kaisar menimbulkan soal pemerintahan.

   Katanja.

   "Sindjie akan mengikuti djedjak leluhur untuk memimpin rakjat, sama sekali sindjie tidak hendak mengambil peduli tentang asal-usulnja darah- turunan. Sekarang ini pokok-dasar Keradjaan kita sudah kokoh-kuat, selandjutnja sindjie akan mengutamakan sadja urusan orang2 djahat, andai-kata ada pemerintahan, supaja kedua suku-bangsa Han dan Boan dapat Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dipersatukan, agar tidak ada perbedaannja lagi. Seumurku, sindjie akan bekerdja untuk kebaikan rakjat negeri, untuk membalas budi Sianghong."

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Mendengar itu sang paman, Ong In Liong, manggut2.

   "Sri Baginda, disini ada dua permohonan untuk kau mengabulkan"

   Katanja kemudian.

   "Apakah itu, paman ?"

   Radja tanja.

   "Tolong paman sebutkan"

   "Jang pertama ialah aku minta Sri Baginda mengeluarkan firman untuk membebaskan turunan keluarga Wan jang hendak ditawan"

   Kata sang paman.

   "Jang kedua ialah sepulangnja Sri Baginda, segera Sri Baginda menutup semua pendjara rahasia. Dapatkah Sri Baginda mengabulkannja ?"

   Kong Hie Koen berpikir, ia mengeluarkan suara tak njata.

   "Keluarga Wan itu dapat diberi keampunan."

   Sahut dia kemudian "Mengenai pendjara2 rahasia, itu berada dibawah kekuasaan Heng-pou, aku rasa agak sulit..." (Heng-pou - Kementerian Kehakiman). Ong In Liong tampak orang agak berkeberatan, segera ia berkata .

   "Baik, baiklah aku memberitahukan kepadamu Soe In Teng, jang mengepalai pendjara rahasla didanau Pwee-djie, ada orang jang hendak menjerbu. Kalau itu sampai ter djadi, kau hendak bertindak bagaimana?"

   Kaisar Kong Hie melengak.

   "Dibawah perintahku tidak ada orang nama Soe In Teng,"

   Sahutnja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Memang mana kau tahu! Soe In Teng itu ialah In Geng, jang dalam kalangan Rimba Persilatan dikenal sebagai Tiat- ma Sin-kang si Kuda Besi. Benarlah, tjuma kau jang masih terbenam dalam tambur..."

   "Oh, kirauja binatang itu telab menukar she dan namanja!"

   Mengatakan radja.

   "Akan tetapi, terhadapku, dia sangat setia, dia telah membuat banjak djasa."

   "Begitupun baik,"

   In Liong bilang.

   "Kau mengambil djalanmu, aku mengambil djalanku! Baik aku memberitahukan terus-terang padamu. Soe In Teng dgn. aku adalah saudara kandung seibu, dan aku dengan ajahmu ini ada saudara satu ajah tetapi lain ibu. Kita memang ada sedarah, walaupun demikian, hendak aku menjingkirkan dia, maka itu mengertikah kau, dia adalah seorang manusia dengan djantung srigala dan peparu andjing!"

   Kaisar menghela napas.

   "Soesiok tahu aku mesti memperkokoh kekuasaan dan kepertjajaan dengan ber bareng,"

   Mendjelaskan dia.

   "Untuk itu tak dapat aku bertindak sembrono, atau nanti menteri2 mentjegah tindak-tandukku. Begini sadja, tidak nanti aku membotjorkan rahasia kepada Soe In Teng bahwa pihak mu hendak mensaterukan dia. Andai-kata soesiok gagal, pada saatnja, tidak nanti aku tidak memberikan kelonggaran pada soesiok..."

   In Liong tidak menunggu radja bitjara habis, ia sudah memotong.

   "Aku Ong In Liong, ketjuali aku tidak berbuat, umpama kata aku gagal, tidak nanti aku menunggu radja dari Keradjaan tjeng jang terbesar membekuk aku untuk dihukum menurut undang2 negara!"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sampai pada pembitjaraan Itu, lantas si pendeta menjelak sama tengah.

   Pendeta ini adalah bekas Kaisar Soen Tie, jang oleh Ong In Liong telah dibawa lari dari istana, dan telah masuk mendjadi pendeta digunung Ngo Tay San.

   Kemudian karena kaisar Kong Hie mengetahui tempat kediamannja dan kaisar itu berulang kali mengirim wakilnja menjambangi, malah belakangan, dengan alasan memburu ke Istana Heng-kiong di Djiat-hoo, kaisar sendiripun datang mengundjunginja.

   Maka ia pindah menjingkir kegunung Tay San ini dimana Ong In Liong telah mendirikan kuil Pek In Soe itu jang bertembokkan tembaga dan bergenteng emas dan besi, guna berdjaga- djaga dari jang mengarah djiwanja bekas kaisar ini.

   Tapi meski demikian, masih diberikan ketika untuk orang2 jang pesiar atau berziarah mendatangi kuil itu.

   Sebab be| kas kaisar sendiri menempati ruang rahasia.

   Bekas Kaisar Soen Tie, jang djuga melihat sang waktu sudah tidak slang lagi, menjuruh Kong Hie Koen membuat firman guna memberi keampunan pada keluarga Wan.

   Sesudah firman itu dibubuhi tjap-kebesaran, iantas diserahkan pada Ong In Liong.

   Lalu kaisar sendiri, sehabis paykoey kepada ajahnja, bertindak keluar dari kamar itu.

   Diluar ia disambut oleh sekalian pengiringnja, jang terus mengadjak ia turun gunung.

   Begitu lekas berkalunja radja, Tjong Beng dan Siam In keluar dari tempat sembunji, untuk menghampiri si pendeta kepada siapa mereka memberi hormat sambil berlutut.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Haraplah aku diberi maaf karena aku tak tahu, tjianpwee adalah Thian Tie Koay-Hiap"

   Kata Tjong Beng pada djago dari Thian Tie itu kepada siapa pun ia mendjalankan kehormatan.

   "Djangan menggunad banjak adat-peradatan, Wan Kongtjoe"

   In Liong mentjegah.

   "Sekarang kau tahu apa jang aku niat lakukan."

   Lantas djago ini menjerahkan pada Siam In firmannja kaisar tadi. Si nona menjambutinja sambil terus berlutut, untuk menghaturkan terima kasihnja. Tjong Beng girang sampai tak dapat ia mengumpetkan kegirangannja itu.

   "Tjianpwee telah memberitahukan kaisar bahwa tjianpwee hendak menjerbu pendjara neraka, tidakkah tjianpwee kuatir niat itu nanti diberitahukan kepada Soe In Teng?"

   Kemudian anak muda ini tanja.

   "Bagaimana sebenarnja maka tjian-pwee djuga mengetahui sepak terdjang kami?"

   "Akan aku memberikan pendjelasanku"

   Sahut Ong In Liong. Dan inilah keterangannja itu. Setelah berangkatnja Tjeng In dan Boe tjioe ke Shoatang. Siang-Kiam-Hong Beng Siang berkata pada kawannja.

   "Aku pertjaja Tjeng In Soe-thay bakal gagal"

   Mendengar itu, Tok-kak-Kong Beng Kong mengawasi Tiauwyang Hoeitoo Ang Seng Tong.

   "Lootiang, saatnja sangat mendesak, bagaimana penglihatanmu akan tjaranja guna membikin tergerak Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
hatinja Thian Tie Koay-Hiap, supaja dia suka membantu kita?"

   Dia tanja "Sudah aku katakan, asal Tjeng In Soethay jang memohonnja, bakal kita mempunjai harapan,"

   Mendjawnb orang tua itu.

   "Karena sekarang soe-thay berkeinginan keras akan menolongi muridnja terlebih dulu, tidak ada lain djalan daripada kita bersabar menantikan kembalinja dia."

   Beng Siang baharu mengangkat tjawan tehnja atau segera ia meletakan pala.

   "Lootiang, mungkinkah kau masih belum mengetahui rentjanaku ?"

   Tanja dia.

   "Aku tidak inginkan Tjeng In Soe- thay minta bantuannja Thlan Tie Koay-Hiap untuk menolongi Nona Siam In. Karenanja, aku telah mengatur daja untuknja. Aku kuatir. satu kali Thian Tie KoayHiap membantu soe-thay menolongi Nona Wan, lantas dia menampik untuk membantu lebih djauh guna menindas Soe In Teng. Koay Hiap adalah seorang jang bisa sekali membedakan budi, dia pernah menerima budinja soe-thay ingin sekali ia membaiasnja. Untuk itu belum ada ketikanja. Sekarang soe-thay pergi ke Shoatang, asal Koay Hiap memberikan bantuannja. itu artinja dia telah dapat membalasnja."

   "Bisa djadi dia tidak akan suka membantu terlebih djauh. Biar bagaimana, Koay Hiap dan Soe In Teng masih terhitung sedarah sedaging."

   "Aku mengerti kau, samtjeetjoe."

   Kata Tjong Lioe.

   "Sekarang keadaan ada begini mendesak, aku pikir untuk pergi sendiri ke Ya Kek San, untuk menemui Koay-Hiap, guna mentjari ketikanja jang baik Andai-kata berhasil aku mengundang dia, tak usah lagi kita menantikan Tjeng In Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Soe-thay, boleh kita lantas bekerdja. Bagaimana pikiranmu ?"

   Nona Beng mengeratkan alisnja.

   "Dengan mengandal kepada ketjerdikanmu, aku menganggap kita memang mempunjai harapan,"

   Dia menjatakan.

   "Paling baik kau pergi bersama-sama Ang Lootiang. Umpama Koay-Hiap tetap tidak dapat diundang, terpaksa kita mesti menantikan Tjeng In Soe-thay sadja."

   Begitu, dua hari seborangkatnja Tjeng In Soe-thay, Tjong Lioe mengadjak Ang Seng Tong berangkat ke Hek- liong-kang.

   Mereka seperti melarikan kuda mereka siang dan malam.

   Ang Seng Tong adalah bekas pembantunja Thian Tie Koay-Hiap, pihak Ya Kek San mengenali dia.

   Sesampainja mereka di Ya Kek San, tanpa diberitahukan lagi kedatangannja, dia bisa langsung menemui Koay-Hiap.

   Berdiam digunung Ya Kek San, Thian Tie Koay-Hiap berkumpul bersama beberapa puluh kawannja, tugasnja adalah menolong si lemah dari penindasan si djahat, maka ia menjambut dengan baik kedatangannja Tjong Lioe.

   Seperti Tjong Lioe, dia pun pernah dengar namanja tamu ini, maka dalam pertemuan mi, mereka saling memudji dan memgangeni.

   Setelah itu, Ang Seng Tong mengutarakan maksud kedatangannja berdua Tjong Lioe itu.

   Mendengar itu, Koay-Hiap menghela napas.

   "Seperti pernah aku menerangkan urusan ini tak dapat aku mentjampuri,"

   Kata dia.

   "Umpama kata aku Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
berkehendak mensaterukan Soe In Teng, pasti aku tidak menunggu sampai sekarang ini.

   Kim-too Soan-nie Beng Eng sendiri pernah menggunai segala dajanja menghendaki aku memberi ia tahu letaknja pendjara rahasia itu.

   Aku tidak suka memberitahukannja, sampai aku terpaksa menjembunjlkan diri disini.

   Sudah banjak tahun kau mengikuti aku, mustahil kau tidak mengetahui sikapku ini ?"

   "Oh, loo-enghiong, kau masih belum tahu,"

   Tjong Lioe tjampur berbitjara.

   "Kali ini siauwtee datang berhubung dengan pesannja Tjeng In Soe-thay, maka mohon supaja loo-enghiong suka membantu padanja."

   Mendengar namanja pendeta wanita itu wadjahnja Thian Tie Koay-Hiap berubah.

   "Djadi soe-thay itulah jang minta saudara datang kemari ?"

   Katanja menegaskan.

   "Dimana adanja soe-thay sekarang ? Mengapa dia tidak datang bersama ?"

   "Sebenarnja Tjeng In Soo-thay pernah mengundjungi ke Tiang Pek San tetapi tidak dapat dia ketemukan,"

   Berkata Seng Tong.

   "maka sekarang dia bersama saudara Tjong Bong dari Thay Kek Ong sedang pergi ke Shoatang untuk menolongi Nona Wan Siam In. Inilah sebabnja mengapa ia minta aku menemani saudara Tjong Lioe datang kesini."

   Masih Thian Tie Koay-Hiap kurang pertjaja.

   "Biauw Hoat tjindjin dari Ang Teng Kauw pandai Ilmu gaib,"

   Katanja.

   "Tjeng In Soe-thay mengetahui aku disini ada punja kitab Thian Sle jang dapat memetjahkan ilmu itu, mengapa dia tidak datang kesini untuk mengadjak aku Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
bersama ?... Mengapa dia hanja pergi bersama saudara dari Thay Kek Ong itu?"

   Tjong Lioe tidak mau mengadu omong, ia tak suka didesak, maka ia mendjawob dengan menjimpang.

   "Tidak apalah djikalau loo-enghiong tidak dapat membantu,"

   Katanja.

   "Kalau nanti Tjeng In Soe-thay telah berhasil menolong muridnja pasti dia bakal datang kesinj untuk mengundang loo-enghiong."

   Koay-Hiap tetap masih bersangsi, dan ia bersangsi terus sampai sorenja. Sia-sia sadja Tjong Lioe dan Seng Tong menggunai lidahnja jang tadjam. Achirnja djago dari Ya Kek San Itu berkata.

   "Baharu sadja aku djandjikan orang untuk pergi ke Shoatang. Maka sekarang baiklah kita menunggu sampai aku sudah bertemu sama Tjeng In sendiri, baharu kita mengambil kepastian."

   Soe-thay telah pergi ke Shoatang untuk banjak hari, mungkin sekarang ie sudgh berhasil menolong Nona Siam In,"

   Kata Tjong Lioe.

   "mungkin loo-enghiong tak akan dapat bertemu dengannja disana "

   "Aku nanti menggunai ilmu mengentengi tubuh dari Tiang Pek Pay dalam tempo tiga hari, aku bisa sampai dl Shoatang,"

   Kata djago tua itu.

   "Aku pertjaja Tjeng In Soe- thay bukan tandingannja Biauw Hoat tjindjin "

   Tjong Lioe dapat ketika untuk mengodjok.

   "Loo- enghiong, bagaimana kau bisa mengetahui soe-thay tak bakal dapat menolongi Nona Wan?"

   Tanja dia sengadja.

   "Bagiku, aku pertjaja betul dia bakal dapat menolonginja!"

   Seng Tong segera menjelak.

   "Soehoe Tjong Lioe sebenarnja berniat ikut Tjeng In Soe-thay, tetapi ia kuatir Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
nanti tidak sanggup mengikutinja ia membatalkan niatnja itu,"

   Katanja. Tergerak djuga hatinja Koay-Hiap.

   "Aku bilang, belum tentu Tjeng In Soe-thay dapat menangkan Biauw Hoat tjindjin!"

   Katanja.

   "Berani kamu bertaruh?"

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Ong In Liong mengharapkan Tjeng In gagal menolongi Siam In, nanti dia hendak dapat dia ketemukan,"

   Berkata Seng dapatlah dia membalas budinja niekow itu.

   Tapi mendengar Tjong Lioe tak ungkulan menandingi ilmu mengentengi tubuh dari Tjeng In Soe-thay, dia ragu2 untuk mempertjajainja.

   Dia pun beranggapan, Tjong Lioe pun pertjaja dia djuga tak akan dapat menangkan ketjepatan larinja si pendeta.

   "Saudara Tjong Lioe, apakah kau berpendapat ilmu mengentengi tubuhku tidak dapat dibandingkan sama ilmunja Tjeng In Soe-thay?"

   Dia tegaskan. Tjong Lioe tertawa "Apa! apa main berlomba2 loo- enghiong"

   Katanja "Andaikata loo-enghiong bisa menjusul siawtee, nah itu baharulah terbukti kau dapat menangi Tjeng In Soe-thay"

   Ong In Liong djadi tidak puas.

   Omong lebih djauh, achirnja mereka berdua ambil putusan buat mengadu kepandaian berlari.

   Bagaimana tjaranja ? Mereka ber-lari2 kekaki gunung, siapa sampai lebih dahulu dialah jang menang.

   Umpama Tjong Lioe jang kalah, Koay Hiap tidak usah turun gunung, untuk memberikan bantuannja tapi kalau Konv Hiap jang menang, itu hari djuga dia hendak pergi ke Shoatang akan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mentjari Tjeng In guna membantu niekouw itu menolongi muridnja, Siam In.

   Dan kalau Tjeng In berhasil mengalahkan Biauw Hoat, baharu dia suka turun tangan.

   membantu penjerbuan dlneraka dunia.

   In Liong pertjaja benar dia bakal peroleh kemenangan.

   Puntjak gunung tempat kediamannja, djaraknja kekaki gunung ada kira.

   empatpuluh lie, dan djalanan itu dia kenal baik sekali.

   Umpama dia kalah dia masih mempunjakan ketika ialah dia bakal pergi bantu menolongi Siam In.

   Maka itu, ia berani bertaruh.

   Tapi djuga Tjong Lioe, si orang aneh mempunjai pertimbangannja sendiri jang membuat ia berani melajani djago dari Thian Tie itu, hingga ia pertjaja, Koay Hiap sudah akan terperangkap olehnja.

   Begitu besoknja, diwaktunja matahari mulai muntjul, mereka bertiga - ialah Ong In Liong, Tjong Lioe dan Ang Seng Tong, pergi menaiki puntjak.

   Seng Tong mendjadi wasitnja.

   Setelah dia memberi tanda dengan memperdengarkan suitan mulut nja, kedua orang itu mulai ber-lari2 turun gunung.

   Segera djuga Tnian Tie Koay-Hiap memperlihatkan ilmu lari tjepat dari Tiang Pek Pay, dia lari tjepat sekali.

   Tak heran, dalam sedjenak, Tjong Lioe telah ketinggalan dibelakang.

   Diam2, ia tertawa dalam hatinja.

   Setelah ber-lari2 pula sekian lama.

   In Liong menoleh kebelakang, kekiri dan kanannja.

   Ia tidak melihat Tjong Lioe.

   Didepan ia adalah rimba lebat dari pohon tjemara, ia lari terus.

   Ia menjangka bahwa Tjong Lioe sudah ketinggalan djauh, tapi ia terperandjat kapan ia dengar suara panggilan kepadanja.

   Suara itu datangnja dari atas Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pohon. Sewaktu ia mendongak, ia melihat Tjong Lioe lewat berkelebat, pesat sekali melebihkan gesit nja burung elang. Bukan main kagetnja ia.

   "Itulah Pat-pou kan-siam!"

   Serunja tertahan.

   "Si muka kuning begini liehay, mungkin aku kalah..."

   Ketika ia melihat kedepan, ia dapatkan dirinja sudah ketinggalan djauh dibelakang.

   Setelah kekalahannja ini, sebagai laki2 sedjati, In Liong segera membuat perdjandjian dengan Tjong Lioe, ialah.

   Ia akan pergi ke Shoatang, apabila Tjeng In tetap belum berhasil menolongi Siam In.

   Dia akan membantu dengan begitu ia djadi sudah membalas budinja niekouw itu.

   Apabila Tjeng In sudah berhasil dengan pertolongannja maka ia akan kembali bersama si pendeta wanita ke Hek san, untuk bekerdja sama menjaterukan Soe In Teng.

   Sementara itu Ong In Liong, jang erat perhubungannja dengan bekas Kaisar Soen Tie, sudah berdjandjl sama bekas kaisar itu untuk datang ke Tay San, guna menjambut dan melajani Kaisar Kong Hie, jang hendak menjambangi ajahnja.

   Memang sudah umumnja radjaa siapa habis naik tachta, dia mesti melakukan sembahjang dl Tay Ko, dikuil gunung Tay San itu.

   Tay Bio itu terdiri dari sembilan pendopo, romannja mirip dengan istana di Pakkhia.

   Salah satu pendoponja.

   Thlan-tjiok-thian, adalah ruang untuk radja bersembahjang guna menganugerahi gunung Tay San jang dianggap sutji.

   Sudah beberapa tahun sedjak Kong Hie Koen naik atas singgasana naga, sekarang dengan alasan hendak Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
bersembahjang ia pergi ke Tay San, tetapi sebenarnja diam2 ia hendak menjambangi ajahnja.

   Dengan demikian ia menundjukan kekebaktiannja.

   Tapi Soen Tie menampik untuk dirawati, maka selandiutnja kaisar itu tidak pernah menyambangi pula.

   Dan menetapi pesan ajab itu, ia berusaha memperbaiki pemerintahannja maka djuga ia sanggup mendjadi radja selama enam-puluh-satu tahun.

   Ia adalah radja besar didjaman tjeng-tiauw, dan bukan sodikit orang bangsa Han jang ia telah pakai tenaganja.

   Habis mendengar keterangaunja djago itu.

   Tjong Beng tekuk lututnja, sambil menangis, dia kata .

   "Guruku, Leng Khong Tiangloo telah dibokong Soe In Teng dengan pukulan ilmu-silat tjoan-in-tjiang, matinja setjara sangat menjedihkan, sampai sekarang ini belum dapat aku membalaskan dendamnja, mana aku punjakan muka untuk kembali ke Kwan-gwa?"

   In Liong mengerti bahwa orang hendak memohon sangat bantuannja, selagi ia memikirkan unuk menjawabnja, Soen Tie disampingnja sudah lantas berkata.

   "Saudara Ong, aku nanti minta In Liong berangkat bersama kau. Tjuma kalau nanti In Teng telah dapat dirubuhkan, paling baik djanganlah kau turunkan tangan djahat kau serahkan dia padaku, si pendeta tua untuk aku jang memberi kan putusan". Tjong Beng berbangkit, ia menjusut air matanja.

   "Kau dengar tidak kata2 kokoku ?"

   Kata Thian Tie.

   "Baiklah, besok aku nanti berangkat bersama-sama kamu."

   Tjong Beng girang bukan main, ia lantas menghaturkan terima kasih pada djago itu dan djuga pada Soen Tie. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sekarang kita tengok dahulu pada rombongan Tjeng In Soe-thay, jang telah meninggalkan Laytjioe, untuk berangkat ke Kwan-gwa.

   Ketika pada matu hari ia sampai dlpelabuhan Lao-honghoo, untuk memasuki daerah Titlee, tepat dldepan sebuah rimba, mereka dipegat oleh satu berandal, jang muntjulnja didahului berisiknja pertandaan kentongan.

   Niekouw itu beserta jang lainnja menahan kuda mereka.

   Berandal itu menunggang seekor kuda, mukanja lebar, kupingnja besar dan kumisnja kuning.

   Dia menjekal sepasang golok (siang-too), dan kudanja berbulu merah.

   Tjoen Beng lantas mendahului, untuk madju dimuka.

   Ia pun menghunus pedangnja.

   "Begal dari mana, jang tak hendak pentang mata andjingnja !"

   Menegur anak muda ini.

   "Tidakkah kau melihat kami orang2 matjam apa ?"

   "Tuanmu tidak tahu apa2!"

   Sibegal membentak.

   "Djikalau kamu tahu bahaja, lekas memberitahukan she dan namamu, mungkin aku nanti memberi lewat kepada kamu..."

   Tjoen Beng tidak sudi memperkenalkan diri, sibegal mendjadi gusar, dia terus madju menjerang dengan sepasang goloknja.

   Pemuda itu melajani.

   Tjeng In tahu, didalam rimba bersembunji kawanan berandal, jang mestinja berdjumlah tak sedikit.

   Guna membantui Tjoen Beng, diam2 ia menjiapkan sendjata rahasianja, thie-Uara-tjoe, mutiara besi.

   Begal itu menjerang dengan ilmu silatnja dari tjabang Thay Kek Pay, sama dengan ilmu silatnja Tjoen Beng, ia Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tjuma mempunjakan sedikit perubahan jang berlainan. Tjoen Beng segera mengenali ilmu silat lawan, ia keprak kudanja, untuk lontjat keluar kalangan.

   "Sahabat, kau menggunai ilmu silat Thay Kek Pay, tahan dulu !"

   Ia kata.

   "Kau lihat ini "

   Ia segera perlihatkan tanda partainja. Begal itu mengawasi.

   "Sahabat, kenalkah kau Thay-kek-tjhioe Ong Tjong Beng?"

   Dia tanja.

   "Aku ini adalah sahabatnja."

   Tjoen Beng tertawa.

   "Tjong Beng adalah adikku."

   Ia djawab.

   "Kau siapa...?"

   Mendengar itu, begal itu segera lontjat turun dari kudanja, untuk menghampirkan dan memberi hormat sambil mendjura.

   "Aku adalah Tan Hin Beng,"

   Dia memperkenalkan diri.

   "aku ada keponakan dari Thay-Kek Tan dari Tan-kee-kauw Saudara2 kaum kang-ouw memanggil aku Oey Sie Kek, si Djenggot Kuning. Pada setengah tahun jang lalu aku bertemu kandamu itu dimuara sungai Honghoo, aku berterima kasih kepadanja, jang telah membantu aku memukul mundur Kheng Siang Tek, orang polisi dari Shoatang. Karena itu, kita djadi mengikat tali persahabatan."

   "Djadinja kau sahabatnja Tjong Beng? Kenapa kau bekerdja disini?"

   "Pandjang sekali akan menuturkan lelakonku,"

   Hin Beng djawab.

   "Tapi, saudara, tahukah kau dimana adanja Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kongtjoe Wan Boe tjioe? Dia sekarang berada di Shoatang, dan aku lagi tolongi orang mentjari padanja."

   Tjeng In Soe-thay madju menghnmpirkan. Ia telah mendengar pembitjarnan orang.

   "Untuk siapa kau mentjari Wan Kongtjoe, Tjongsoe?"

   Niekouw ini tanja.

   "Untuk isteri dan kedua iparnja."

   Hin Beng djawab.

   "Katanja Wan Kongtjoe berada bersama satu pendeta wanita jang telah landjut usianja. Barusan kita melihat soe- thny, kita sengadja ber-pura2 mendjadi begal."

   Sampai disitu Wan Boe tjioe, jang tempatkan diri disebelah belakang, tidak dapat menahan sabar lagi, lantas ia madju menghampirkan.

   "Apa katamu barusan, Tjongsoe ?"

   Katanja.

   "Aku jang rendah adalah Wan Boe tjioe sendiri."

   Bukan main girangnjn Hin Beng, sampai ia tertawa.

   "Kau djadinja Wan Kongtjoe ?"

   Katanja.

   "Achirnja aku dapat mentjari kau, Silakan tuan naik atas kudamu, dan turut padaku !"

   Ia terus mengundang.

   Boe tjioe beramai mengikuti, akan melalui beberapa lie lagi.

   Orang2nja Hin Beng sendiri sudah mendahului lari pulang.

   Ketika rombongan Boe tjioe sampai dimuka sebuah kampung, mereka sudah lantas disambut oleh Beng Pioe dan adik2nja, Lana dan Lina.

   Bukan kepalang girangnjn Boe tjioe.

   akan tampak isteri dan kedua iparnja itu, akan tetapi lebih dahulu ia Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
memperkenalkan mereka kepada Tjeng In Soethay dan Tjoen Beng, hingga sekarang niekouw tua itu mengetahui, mereka adalah anak2nja Siauw Kie-Boe-Pa Beng Yap atau murid2 nja Boe Tim Toodjin, bahkan Lana telah menikah sama Boe tjioe.

   Pasti luar biasa bahwa rombongan suku-bangsa Ie ini boleh berada ditempat ini.

   Beginilah perihalnja.

   Setelah Boe Tim Toodjin berpisah dan Boe tjioe, ia menudju langsung ke Ie San, kepada Lana ia menuturkan hal orang she Wan Itu telah pergi ke Kimleng.

   Lana sangat, menjintai suaminja, keselamatan siapa ia senantiasa memikirkan, maka sering ia pergi kepada dukun Salipo.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Satu kali, samar2 ia tampak suaminja asjik berdjalan bersama satu pendeta wanita, maka tidak ajal lagi ia mengadjak kakak dan adiknja meninggalkan Inlam menudju keperbatasan Shoatang dan Hoopak untuk monjusul Pada suatu hari, tiga saudara Ini kesasar di Pok-yang, ditanah pegunungan perbatasan antara ketiga propinsi Shootang, Hoolam dan Tio-cio (Hoopak), mendjadi tempat solulup-timbulnja orang2 djahat.

   Mereka djusteru bertemu sama satu rombongan ketjli kawanan begal, jang terus turun tangan, maka Beng Pioe seorang diri menghadjar mereka, jang terdiri dari belasan orang, hingga mereka berteriakan dan sesambatan dan kabur sipat-kuping.

   Seekor kudanja djatuh ter guling kedalam djurang.

   Berbareng sama kedjadian Itu.

   Tan Hin Beng dan kawan2nja, jang bertempat di Sam-tjetjoe, desa tjagak tiga, sedang berdjalau dikaki gunung.

   Hin Beng melihat ada Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kuda djatuh.

   Kedjadian itu biasa sadja.

   Kedjadian jang menjusul membikin ia tertjengang.

   Dialas djurang ada tiga orang, satu pria dan dua wanita, dandanannja sebagai suku-baugsa le.

   Mereka Itu rupanja sedang mengawasi kedjurang ketika kuda mereka kedjeblos dan terdjatuh.

   Tapi si prija tjerdas dan gesit.

   tjepatia mengeluarkan dadungnja dan membandring kuda itu, jang kena terlasa, hingga kuda Itu dapat ditarik naik kembali.

   Njata prija itu bertenaga besar sekali.

   Sesudah pindahkan buntalannja dari kuda itu ke kuda lainnja, pemuda itu melempar lagi dadungnja ke seberang djurang, untuk dibikin terikat kepada sebuah pohon besar.

   Lalu dia tarik dengan keras, terus dia ikat udjungnja kepada sebuah pohon.

   Setelah itu, kedua nona dengan saling susul berdjalan diatas dadung itu, untuk turun dilain seberang, tjaranja mereka berdjalan mirip dengan aksinja nona2 tukang dangsu berdjalan dialas tambang.

   Keduanja sampai dengan selamat dilain tepi.

   Jang hebat adalah tjaranja si pemuda.

   Dia tidak turun sebagai si nona2, dia hanja berlarian diatas dadung sambil memanggul seekor kuda.

   Perbuatan pandai tetapi berbahaja itu ia ulangi sampai tiga kali, untuk menjeberangkan ketiga kuda mereka.

   Satelah selesai, pemuda itu menggentak lolos dadungnja, untuk digulung dan disimpan.

   Alangkah kagumnja Oey Sie Kok si Djenggot Kuning.

   Oraug bertenaga besar dan liehay sekali.

   Tapi melihat ketiga orang itu tidak dapat mentjari djalan keluar, sedang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
hari sudah mendekati magrib, dia menteriaki mereka, akan menundjukkan djaian.

   Suaranja berkumandang dan didengar oleh ketiga orang itu ialah Beng Pioe serta kedua adiknja.

   Dengan susah-pajah, achimja Beng Pioe bertiga dapat menghampirkan Hln Beng jang lagi menunggui mereka.

   Lantas mereka beladjar kenal.

   Sesudah mana, orang she Tan ini mengundang mereka kekampungnja.

   Tiga saudara Beng itu, walaupun mereka bangsa ie, dapat berhitjara dalam bahasa Tionghoa, Hin Beng bisa omong.

   lebih banjak dengan mereka, hingga ia dapat mengetahui, mereka mempunjai hubungan rapat dengan keluarga Ong.

   Karena itu Hin Beng lebih telaten melajani mereka.

   Kebetulan sekali, Lana djatuh sakit, hingga ia harus lebih lama berdiam didesa itu.

   Lana tahu hubungannja Hin Beng dengan Tjoen Beng, ia memberitahukan halnja Boe tjloe.

   Lantas ia minta tolong Hin Beng menitahkan orang2nja mendengari kabar diperbntosan Shoatang - Hoopak.

   Pengaruhnjn Ong Sie Kek tersebar sampai dlbeberapa propinsi daerah sungai Hong Hoo ia lantas dapat kabar halnja Tjeng In Soe-thay berhasil menindas kaum Ang Teng Kauw di Laytjioe, maka setiap hari ia mengutus orangnja kedjalanan untuk masuk ke Hoopak.

   Sampai hari itu, ia sendiri jang mengadjak sebarisan pengikutnja menjambut tjeng In.

   Hingga kesudahannja, Boe tjioe dapat berkumpul bersama Isteri dan Ipar2nja, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjeng In Soe-thay girang melihat djalannja urusan mereka jang demikian litjin itu.

   Waktu itu, ia masih belum tahu hal pertemuannja Tjong Beng sama In Liong di Tay San dan ia tak menjangka Tjong Lioe sudah berhasil mengundang Thian Tie Koay-Hiap turun gunung, untuk membantu mereka.

   Tudjuannja adalah lekas pergi pada tiga saudara Beng di Hek San.

   Hin Beng gemar bergaul, ia menjatakan suka turut niekouw ini.

   Untuk itu ia menjerahkan orangnja kepada wakilnja.

   Dalam tempo jang singkat, pada suatu hari sampailah rombongan in! di Hek San, Kwan-gwa.

   Beng-sie Sam Eng menjambut mereka dengan girang.

   Mereka pun girang bertemu sama Beng Pioe, Lana dan Lina dengan siapa mereka lalu memanggil engko dan adik.

   Tjong Lioe tidak buang tempo akan memberitahukan Tjeng In Soe-thay bagaimana dengan akalnja ia dapat memantjing Ong In Liong turun gunung, bahwa Koay-Hiap bakal lekas berkumpul bersama mereka.

   Tidak terkira girangnja tjeng ln, sampai ia mendjabat tangannja Tjong Lloe.

   "Oh, tooyoe, sungguh kau satu kawan jang berharga!"

   Ia memudji.

   Lantas Tjeng In minta Beng-sse Sam Eng menjiapkan kamar untuk Ong In Liong, supaja semua siap-sedia menjambut datangnja orang she Ong itu.

   Digunung Tay San, Ong In Liong tanja Tjong Beng perihal perdjalanannja ke Shoatang dan tjong Beng menuturkan bagaimana ia dan Tjeng In Soe-thay sudah Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
berhasil menawan Biauw Hoat ljmdjin, dan menindas kawanan Ang Teng Kauw jang tersesat.

   Hal Ini membuat Koay-Hlap bersusah-hati, karena ia mesti menepati djandjinja.

   Sebab ia telah kalah bertaruh dengan Tjong Lioe mau atau tidak, ia mesti menjaterukan Soe in Teng, saudaranja itu.

   Ia bingung djuga sebalik ia mesti meningalkan Soen Tie jang ia mesti lindungi.

   "Koko,"

   Achirnja ia berkata kepada Soen Tie.

   "Sudah banjak tahun sedjak kau hidup sebagai pendeta, ketika dulu kau meninggalkan istana, tak lain tak bukan melulu untuk menjingkir sadja. Sekarang ini, umpama kau mendjadi orang biasa pula, tidak nanti kau disambut pulang untuk diangkat meddjadl radja pula. Puteramu itu jang telah mendjadi kaisar telah datang mentjari kau ber- ulang2. Diluar kelihatannja dia sangat berbakti terhadap orang tua, tetapi sebenarnja dia berbuat demikian karena andjurannja beberapa menteri sadja untuk melihat koko masih punjakan berapa banjak tahun lagi untuk hidup terus, sebab orang menguatirkan kita nanti bekerdja sama, untuk keradjaan kita. Maka bagus sekali, aku telah menolaknja."

   Soen Tie manggut "Kata2mu itu benar, hiantee,"

   Katanja.

   "Mustahil aku tidak mengetahui hati mereka ? Hanja aku menganggap tidak selajaknja kau memberitahukan bahwa kau hendak menjerbu pendjara rahasia, mereka djadi dapat ketika untuk bersiap-sedia" (Hiantee = adik jang bidjaksana.) Ong In Liong menghela napas.

   "Itulah aku tahu,"

   Katanja.

   "Biar bagaimana, Soe In Teng dan aku tetap ada sedarah sedaging. Ketika dulu aku Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
menolongl Beng Eng, In Teng masih belum tahu aku adalah kakaknja.

   Sekarang umpama radja petjahkan rahasia, itulah baik.

   Karena ia dapat mengetahui bahwa aku adalah saudaranja.

   Untuk perikemanusiaan, tidak dapat aku tidak menjaterukan kedjahatan, meskipun mesti menjlngkirkan saudara sendiri.

   Aku mengharap In Teng mempunyai Liangsim, kesadaran dirinja, hingga dia memberi tahu terlebih dahulu, itu artinya golok terang dan tombak terang, itu pun bisa mengubah tjara hidupnja, mentjutji tangannja.

   Andaikata dia tetap sesat, maka kau telah menunaikan kewadjibanku sebagai saudara, jang telah memberi nasihat kepadanja.

   Lagi pula, dengan tjaranja kami kaum Rimba Persilatan.

   Umpama kata dia rubuh dlitanganku, biarlah dia rubuh aetjara ichlas."

   Mendengar peznbitjaraan itu, Tjong Beng ingat benarnja dugaan Ang Seng Tong bahwa diantara bekas Kaisar Soen Tie, Ong In Liong dan Soe In Teng mesti mempunjal hubungan darah istimewa.

   "Hiantee, aku berpendapat sama denganmu,"

   Kata Soen Tie selang sedjenak.

   "Itu sebabnjn mengapa tadi aku minta kepada saudara Ong, andai-kata dia berhasil menawari Soe In Teng, supaja Soo In Teng diserahkan kepadaku untuk mematuskannja"

   "Sudah, koko, baik kita tidak omong lagi tentang dia,"

   Kata In Liong kemudian, dengan air matanja mengembang "Mari kita bltjara lentang kau sendiri.

   Sudah dua-puluh tahun koko mendjadi pendeta.

   Koko berbuat begitu, melulu untuk menjingkirkan diri, setelah sekarang halmu bukan rahasia lagi.

   Sesudah sekarang kau berusia setengah abad, aku menganggap perlu kau mempunjai orang untuk merawat kau.

   Aku pikir untuk mentjarikan seorang nona Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
jang tjotjok untukmu, sebagai isteri supaja koko tidak mendjadi terlalu kesepian."

   Bekas Kaisar Soen Tie tertawa.

   "Kau mimpi, hiantee!"

   Katanja.

   "Jangan kata jang sudah banjakbanjak tahunhatiku tawar, walaupun aku memikir berumah- tangga, setelah usiaku jang landjut ini, mana ada nona jang sudi menikah denganku si pendeta tua- bangka?"

   In Liong memandang koko itu, ia pun tertawa.

   Tjong Beng dan Siam In turut tertawa.

   Besoknja In Liong hendak ikut Tjong Beng dan Siam In balik ke Kwan-gwa untuk turut serta dalam penjerbuan neraka dunia, maka ia pamitan dengan bekas Kaisar Soen Tie.

   Dalam perdjalanan ini, In Liong bertiga menggunakan ilmu mengentengi tubuh "tjauw siang hoei" (Djalan terbang diatas rumput), dgn.

   begitu dalam tempo singkat, mereka sudah lantas melalui beberapa puluh lie.

   Ditanah pegunungan Itu.

   mereka tidak kualir nanti ada orang jang melihat dan mentjurigainja.

   Akan tetapi ditanah pegunungan sering terdapat kabut atau bawa jang djahat.

   Kebetulan sekali, selagi mereka ber-lari2.

   Siam In kena terserang hawa beratjun itu, segera sadja ia terhujung kearah djurang.

   Ong In Liong lari dibelakang si nona.

   Melihat demikian, dia lontjat menjambar tubuh nona itu, hingga Siam in ketolongan.

   Tubuhnja udak sampai terguling kedalara djurang jang dalam itu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Beng lantas menghampirkan. ia kaget sekali, sebab ia melihat muka si nona mendjadi merah dan napasnja memburu. In Liong menjerahkan si nona kedalam pelukan si pemuda.

   "Hiantit."

   Kata dia "berbahaja andaikata kita terlambat menolongnja."

   Siam In tak taban serangan hawa djahat itu, disebabkan dia bertubuh agak lemah karena sudah sekian lama dia tertahan didalam kullnjn Biauw Hoat tjindjin dimana makan dan tidurnja tidak tjukup. Sedang gara2nja Hoa Gouw Nio membuat hatinja mendongkol.

   "Bagaimana sekarang?"

   Tanja Tjong Beng.

   "kembali kekuil kita memerlukan tempo."

   In Liong bilang.

   "Begini sndja. Mari kita pergi kesebuah desa di depan sana, kerumahnja satu sahabatku. Satu ahli silat Tong Long Pay, tjiat Tim namanja Dulu dia pernah datang ke Thian Tle. Tapi sekarang ini dia sedang pesiar. Klta dapat singgah disana sedikitnja untuk satu malam."

   Ia menundjuk kedepan.

   Tjong Beng setudju, maka mereka berangkat ketempat jang ditundjuk itu.

   Didalam hatinja, pemuda ini merasa kurang enak.

   Sebab ia melihat, tempat itu letaknja dekat dengan sarangnja Kioe Bwee Ho.

   ia tidak berani mengutarakan perasaan nja itu kepada kawannja ini.

   Ia kuatir nanti dikatakan bernjali ketjil.

   Di rumahnja Tjiat Tim ada dua pendjaga rumah, In Liong perkenalkan diri sambil mengutarakan maksudnja memohon singgah, untuk merawat sinona.

   Dua pendjaga Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
itu suka menerima tetamu, meski madjikannja tidak ada.

   Mereka mengundang masuk.

   Tjong Beng melihat sebuah rumah besar tapi kurang rawatan, temboknja sudah ada jang gugur, segala perabotannja pun tua-tua.

   Tapi ia tidak sempat perhatikan itu.

   Ia lantas meletakkan Siam In dialas pembaringan.

   Tubuh si nona mendjadi berhawa panas, dia ngotjeh karenanja napasnja pun memburu.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Pemuda itu mendjadi bingung.

   "Kongtjoe, disekitar sini, sampai seratus lie, tidak ada tabib."

   Kata satu pendjaga rumah.

   "Biasanja, siapa terkena hawa djahat. dia pergi minta air sumber dlkuil Tjoe Hoei Sie, untuk mentjegah hawa menjerang kedalam, setelah itu, perlu kita undangi tabib. Ketika pendjahat perempuan nama Hoa Gouw Nio jang digelarkan Kioe Bwee Ho menduduki kuil itu, dia telah berusaha mentjari obat untuk lawan hawa djahat itu. Usahanja itu berhasil tempo satu imam dari gunung Lauw San datang membuat obat pil yang diminumnja mesti pakai air sumber di Tjoe Hoe Sie itu. Obat itu telah menolong banjak orang. Tjuma untuk mendapati obat itu jang minta mestinja orang lelaki". Memang air sumber itu sumber Boe yap tjeng namanja sumber tak berdaun mustadjab airnja untuk mentjegah menghebatnja serangan hawa djahat. Tjong Beng tidak bersangsi buat pergi ke Tjoe Hoei Sie, sebab ini perlu utnku menolong SIam In. Ia minta In Liong tolong mendjagai kekasihnja itu. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Kaj djangan kuatir suatu apa"

   In Liong bilang.

   "aku dengar pendjahat wanita itu belum pernah bunuh orang lelaki"

   Tjong Beng djengah sendirinja.

   In Liong tidak tahu, ia memangnja kenal nona she Hoa itu.

   Iapun tidak hendak memberitahukannja.

   Belum sempat tjuatja gelap Tjong Beng telah sampai di Tjoe Hoei Sie.

   Gouw Sian pendeta jang mendjaga kuil itu heran melihat ia kembali.

   "Apakah kongtjoe kangen sama Nona Hoa?"

   Tanjanja "Mana Nona Wan?"

   Tjong Beng tahu, pendeta ini salah menduga, maka ia segera memberitahukan maksud kedatangannja.

   "Kongtjoe datang kebetulan sekali."

   Kata si pendeta kemudian.

   "Sedjak hari itu kongtjoe berdua berlalu, Gouw Nio pulang utnuk terus menutup pintu dan minum arak sepuasnja. Kemarin pagi-paig dia pergi, sampai sekarang dia belum kembali. Sjukur air sumber di sini boleh diambil setjara merdeka, tjuma obatnja di simpan Gouw Nio sendiri. Kau harus menunggu sampai dia sudah pulang"

   Tjong Beng bingung djuga.

   "Apakah air sumur sadja tjukup utnku menjembuhkan penjakit itu?"

   Dia tanja. (Bersambung d

   Jilid ke 4) Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
YOE HIAP ENG HIONG (SERI I)

   Jilid . 04 Ditjeritakan Oleh . O.K.T //facebook.com/groups/Kolektorebook/ ___________________________ "Untuk serangan jang tidak hebat, mrmang menolong"

   Sahut si pendeta.

   "Tapi kalau tubuh korban ada panasnja, dia mesti dapat bantuan obat jang diaduk dengan air sumur ini."

   Karena Siam In perlu ditolong, terpaksa Tjong Beng meminta air sumur sadja.

   Ia memindjam holouw (buli-buli) dari si pendeta.

   Ia segera pulang hawa panasnja Siam in bertambah hebat, matanja sampai bersemu merah.

   Maka lekas-lekas si nona ditjekoki.

   Tidak lama berselang nona itu nampaknja baikan, walaupun panasnja belum lenjap seluruhnja.

   Tjong Beng menuturkan keterangannja Gouw Sian.

   "Kalau begitu, perlu kongtjoe kembali ke Tjoe Hoei Sie, untuk menemui Hoa Gouw Nio."

   In Liong menjarankan.

   "Aku pertjaja, setelah melihat kau, dia bakai memberikan obatnja."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Beng tidak menampik, maka kembali ia berangkat ke Tjoe Hoei Sie.

   In Liong tak tidur malam itu untuk gadangi Siam In.

   Tjong Beng balik diwaktu fadjar, roman nja kutjel.

   Ia tidak bawa obat, tjuma air luntur sadja.

   Ia lelah, napasnja masih memburu, tapi ia sudah lantas menuturkan pada In Liong mengapa ia tidak mendapatkan obat.

   "Hoa Gouw Nio ditangkap pembesar negeri,"

   Katanja berduka.

   Memang benar, Kioe Bwee Ho telah mendjadi orang tawanan pembesar negeri.

   Sedjak pertemuannja sama Tjong Beng dan ia gagal mengambil hatinja pemuda itu, Hoa Gouw Nio menjesalkan dirinja sendiri, jang malang dalam urusan asmara, ia tidak bersakit hati terhadap anak muda itu, jang gagah, jang ia malah hargakan.

   Maka tempo ia berlalu, ia pesan Gouw Sian untuk membiarkan kamarnja sendiri dipakai si anak muda dan nona kekasihnja.

   Kemudian ketika ia pulang, karena berduka ia sekap dirinja dalam kamar.

   Tjuma arak jang mendjadi kawan satu-satunja.

   Ia menenggak sepuas- puasnja.

   Ia tjoba melagakan hati dengan menangis seantero malam.

   Besoknja, pagi2 dengan tindakan berat, ia turun gunung.

   Setiap ia menemui rumah makan, ia minum arak.

   Setelah sinting, seorang diri ia bernjanji-njanji dan bersilat pedang bagaikan orang tak beres ingatan.

   Ia membikin setiap orang ketakutan dan menjingkir djauh- djauh.

   Rupnnja dengan djalan itu ia hendak menungkuli hatinja.

   Dirumah makan jang terachir, ia menenggak segutji arak.

   Setelah itu, ia bertindak keluar badjunja telah kesiram air kata-kata.

   Tindakannja berat sekali, djalannja Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
limbung.

   Tepat dibawah sebuah pohon hoay ditepi djalan ia rubuh, terus ia tertidur.

   Dusun dikaki gunung itu adalah dusun Louw-tin, disitu terdapat beberapa buaja darat jang tak pantang mentjuri, berdjudi, dan main perempuan.

   Hari itu mereka habis kalah berdjudi, tempo mereka niat minum arak dirumah makan, mereka tam pak si nona tidur njenjak sekali.

   Mereka segera mengenali Kioe Bwee Ho dipinggang siapa tergantung pedang.

   K"enapa bangsat ini tidur disini ?"

   Kata satunja, jang bernama Lie Toa, kepada kawan2nja.

   "Baik kita mengguna! dia untuk memperoleh uang"

   "Djangan main gila, Loa-toa!"

   Kata kawannja, Siauw Hat-tjoe.

   "Kalau dia mendusi, inilah hebat..."

   "Dia toh sedang mabuk?"

   Kata buaja darat jang ke-llga, Siauw Hek Sam.

   "Tjoba kita dekati."

   Mereka madju dengan ber-indap2. Hoa Gouw Nio tidak mendusin, ia tidur terus meski orang me-manggil2 namanja sambil ber-teriak2. Hatinja Siauw Hek Sam mendjadi besar. Ia memang kenal baik sama kawanan hamba negeri "Kau ingin memperoleh harta karun ?"

   Katanja pada dua kawannja.

   "Kita sekarang lagi rudln. Didepan kita tersedia duaribu tail perak! Apa kamu mempunjai njali untuk membekuk perempuan ini ?"

   Djumlah itu menggiurkan hati. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Eh, Hek Sam, kau mabuk ?"

   Tegaskan mereka.

   "Tidak, sahabat!"

   Hek Sam menarik dekat kedua kawannja, untuk dibisiki.

   Mereka ini manggut2.

   setetelah itu, ketiganja ngelojor.

   Tapi belum lama mereka sudah kembali.

   Hek Sam membawa selembar tambang, selagi mendekati Hoa Gouw Nio, ia men-dehem?, dan batuk2.

   Tetapi si nona tidur terus.

   Maka sedjenak sadja, dia sudah kena diringkus kaki dan tangannja.

   Dan terus digolong pergi oleh ketiga tuaja darat Itu, jang membawanja ke Siauw-tong-eng (tangsi ketjil) dari sioe-pie, pembesar militer jang berkuasa didesa itu.

   Disitu ada beberapa puluh serdadu dibawah pimpinan satu komandan.

   Mulanja komandan itu tidak pertjaja Hek Sam bertiga mampu menawan Hoa Gouw Nio, sesudah sinona dipadu sama gambarnja, baharu dia tidak sangsi lagi.

   Segera dia mengirim empat serdadu, akan menjampaikan warta pada sioe-pie, sepnja.

   Hek Sam bertiga dipudji.

   Untuk sementara, mereka dapat uang dimuka masing2 dua-puluh tail, hingga mereka girang tak kepalang.

   Diantara penduduk Louw-tin, tidak sedikit orang pernah menerima kebaikan Hoa Gouw Nio.

   Mereka ini merasa kasihan, diantaranja lantas ada jang naik kuda kabur ke Tjoe Hoei Sie, akan menjampaikan kabar pada Gouw Sion.

   Kebetulan waktu Itu, Tjong Beng ada bersama.

   Maka pemuda ini mendjadi dapat tahu halnja sinona tertangkap.

   "Harap kau menolongi dia, kongtjoe."

   Pendeta itu memohon.

   "Kalau kita terlambat, asal dia kena diambil sioe-pie sulit untuk menolongnja."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Beng sangsi, ia lantas lari pulang, akan menjampaikan warta pada In Liong.

   Thian Tie Koay-Hiap suka menolong Hoa Gouw Nio.

   Ia menganggap kasihan kalau sampai nona itu dibawa ke Tjeelam.

   Itu artinja djiwanja tidak bakal ketolongan.

   Lagi pula Siam In membutuhkan obatnja nona Itu.

   "Mari kita pergi ke Tjoe Hoei Sie, akan melihat apa jang kita bisa bikin"

   Katanja.

   Tjong Beng mendekati kekasihnja, nona itu masih tidur njenjak, mukanja masih merah, panasnja pun belum lenjap semuanja, tapi dia nampaknja tenang.

   Maka ia tidak keberatan untuk meninggalkannja untuk sementara waktu, ia tjuma minta kedua pendjaga ramah tolong melihatnja.

   Dengan girang Gouw Sian menjambuti kedatangannja Tjong Beng berdua Thian Tie Koay-Hiap.

   Segera ia dapat harapan Gouw Nio bakal ketolongan.

   Ia mengutarakan kagumnja pada djago dari Thian Tie itu, jang ia sambut dengan manis.

   "Siapa swbenarnja Kioe Bwe Ho itu?"

   In Liong tanja.

   "Memang baik djiwie ketahui duduknja hal si nona,"

   Sahut pendeta itu.

   "PinTjeng seorang pendeta, tempat ini pun adalah sebuah kuil, maka kenapa pinTjeng membiarkan seorang nona berdiam disini? Itulah ada sebabnja. Nama Hoa Gouw Nio sebenarnja ialah Hoa Tjoe Hong. Dia adalah anaknja seorang hartawan di Tjiong-kioe. Hanja sajang setelah ibunja meninggal dunia dan ajahnja menikah pula, ia tersia-sia. Ia diperlakukan kedjam oleh ibu-tirinja tanpa ajahnja dapat berbuat sesuatu apa. Malah dalam usia tigabelas tahun, ia telah dinikahkan pada Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
seorang tukang tauwhoe, jang mengambil ia sebagai gundik.

   Tukang tauwhoe itu tua dan tuli.

   Setelah menikah belum lama, dia menutup mala.

   Tjoe Hong tidak disukai anak tirinja, ialah anak perempuan dari njonja tukang tauwhoe itu.

   Dia dikatakan sial dia diperlakukan kasar seperti dititah menggiling tauwhoe dan lainnja pekerdjaan berat seperti budak sadja.

   Sjukur untuk Tjoe Hong, ada satu kuli laki2, jang umurnja sepantaran suka membantu dia.

   "Pada suatu malam turun hudjan, atap kandang babi botjor. Si anak tiri menjuruh Tjoe Hong membikin betul. Untuk itu dilarang memakai badju hudjan dan bawa lentera. Si kuli jang baik budi tahu Tjoe Hong lagi bekerdja, ia menolongi mengambil lentera, untuk menjuluhkan. Si anak tiri mengetahui hal itu dia lantas menuduh Tjoe liong berdjina sama kuli itu. Dia menjuruh suaminja mengadjak beberapa tetangganja menangkap Tjoe Hong dan kuli itu. Besok paginja, Tjoe Hong ditambat ditiang diluar rumah abu. Disitu orang mentjatji ia, meludahi dan menimpuki dengan batu, hingga ia terluka dan pingsan. Selama itu, ia djuga tidak pernah diberi makan. Malamnja, si kuli dianiaja, lantas dia diusir. Tjoe Hong pun dibelesaki kedalam kerandjang babi, dan dilempar ke kali.

   "Mestinja Tjoe Hong sudah mati kelelap, apamau selagi hanjut, dia dapat ditolong Tiat-ya-tjee Giam Liok Po, satu kepala badjak wanita, jang malang-melintang di djasirat Poet-hay. Sarangnja berada dikepulauan Tiang San To. Perampok ini mempunjai beberapa ribu pengikut serta seratus lebih perahu. Tjoe Hong dirawat sampai sembuh, lalu dididik, diadjari ilmu silat. Waktu itu, ia baharu berumur lima belas tahun."

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Giam Liok Po adalah gadisnja Giam Tjee Tjoan, itu achli silat Pat-Kek Imyang Pay, suatu tjabang dari Siauw Lim Pay jang kesohor dl Hoopak dan Shoatang. Ilmu silat itu mirip dengan ilmu silat Tong Long Pay. Giam Liok Po mahir dalam ilmu silat itu. Ia beroman djelek, bagaikan hantu malam, maka ia mendapatkan gelarannja Tiat Ya Tjee, si Hantu Malam Besi, sebab ia pun pandai sekali menggunai sepasang gaetan hoeitjee. Bukan main sajangnja Giam Liok Po pada Tjoe Hong, maka nona ini dipandang sebagai mustika, dididik sungguh2. Tjoe Hong, jang berniat menuntut balas, beladjar radjin sekali. Selang lima tahun, benari dia dapat mewudjudkan pembalasan sakit hatinja itu. Malah dengan herani dia menulis nama dan gelarannja ditembok rumah abu. Dia akui dialah jang membunuh musuh2nja. Dia menulis Kioe Bwee-Ho, gelarannja jang ia ambil dari tjatjian jang pernah diberikan kepadanja. Sebab dia dikatakan rase ekor sembilan.

   "Belakangan Giam Liok Po terdesak oleh tentera negeri. Sebab dalam beberapa pertempuran ia kena dikalahkan. Kerugiannja banjak, maka itu ia menjingkir ke Tjiatkang. Sebaliknja Hoa Gouw Nio diberi harta besar, diperintah tantjap kaki di Shoatang, untuk mendjadi kawan serikat. Begitulah Hoa Gouw Nio djadi sering muntjul didaerah Kiok-hoe dan Tay-an. Sebab sakit hatinja, ia membentji sesama wanita. Orang lelaki, asal jang mau memanggil dia "Hoa Gouw Nio", tentu selamat."

   Bertjerita sampai disitu, Gouw Sian mengawasi dua tetamunja.

   "Buat omong terus-terang,"

   Katanja.

   "tadinja pinTjeng pun salah satu orangnja Hoa Gouw Nio. Sudah belasan tahun pinTjeng mengikuti dia. Baharu tahun jang lalu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pinTjeng masuk mendjadi pendeta, untuk menjelamatkan diri.

   Dan melindungi Gouw Nio, Jang lagi bekerdja mengumpulkan rangsum dan alat-sendjata untuk Giam Liok Po.

   Tapi sedjak datangnja Ong Kongtjoe, hatinja sinona berubah.

   Begitulah ia menangis, ia minum mabok2an, sampai ia kena ditawan tentera negeri.

   PinTjeng barap djiewie kasihani dia, supaja dia ditolongi"

   In Liong dan Tjong Beng terharu mendengar kisah orang, maka mereka mengambil putusan untuk memberikan pertolongan.

   Sebelum mereka berangkat, Gouw Sian mendjamu dua tetamu ini, jang pun menanjakan tentang keletakannja dusun Louw-tin serta tangsi Siauw-tong-eng.

   Selagi tjuatja mulai gelap, In Liong dan Tjong Beng sampai dikota dusun, jang ramai walaupun itu adalah suatu tempat ketjil.

   Inilah sebabnja disitu ada tentera, ada kawanan penjelundup dan sarang djudi.

   Setelah perhatikan orang jang mundar mandir, In Liong menghampirkan sebuah kereta keledai, jang berhenti didepan sebuah rumah penginapan merangkap restoran.

   Ia tanja situkang kereta kalau di rumah makan itu ada tempat berdjudi.

   Kusir itu mengawasi, lalu ia mendjawab.

   "Asal kau punja uang, siapa akan melarang kau masuk? Buat apa kau menanja lagi?"

   In Liong tidak mau melajani orang kasar itu, ia tarik tangannja Tjong Neng, untuk diadjak masuk, terus naik kelauwteng. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Menghadapi sebuah medja jang berkumpul banjak orang jang sedang mengadu peruntungan. Kebetulan, sang bandar lagi meneriaki seorang jang mukanja hitam, jang dipanggil Hek Sam. untuk memasang.

   "Tentu kena!"

   Katanjn. Hek Sam memasang dilain nomor, ketika bandar membuka bidjinjn. ia mendjadi lesu.

   "Buat apa masgul, Siauw Hek Sam!"

   Kata seorang, jang tubuhnja djangkung.

   "Kalau besok siajam botina dibawa pergi, selang dua hari kau bakal dapat harta besar!"

   In Liong mengawasi orang itu, terutama si Hek Sam, lantas ia mengadjnk Tjong Beng turun dari lauwteng.

   Disitu-ada banjak orang, tetapi tidak ada memperhatikan dua orang ini In Liong mengadjak kawannja keudjung tembok dimana mereka berhenti bertindak, Tidak terlalu lama, kelihatan Hek Sam mendatangi bersama dua orang lain.

   "Dasar uang sial! Beruntun aku kedjeblos dua kali!"

   Si Hek Sam menggerutu.

   Thian Tie Koay-Hiap tidak menunggu sampai orang mengotjeh lebih djauh.

   Begitu lekas Hek Sam sudah datang dekat, tiba2 sadja ia lontjat, untuk menjambar batang leher orang, dimuka siapa ia lantas balingkan sendjatanja jang mengkilap-tadjnm.

   Hek Sam kaget dan gugup hingga ia tidak berdaja.

   Dua kawannja pun kaget, mereka hendak menghunus sendjata, tetapi Tjong Beng lontjat kepada mereka masing2 dengan sebelah tangan, pemuda ini mentjekuk leher mereka itu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Berdua mereka menggusur tiga orang itu kepodjok.

   Thian Tie mengedipi mata pada Tjong Beng.

   Pemuda ini lantas kerahkan tenaganja, untuk mengadu kepalanja dua orang Itu satu dengan lain, hingga mereka mengeluarkan djeritan tertahan terus mereka rubuh pingsan.

   Thian Tie sendiri tanpa bersangsi.

   terus menabas batang leher mereka.

   Tinggallah Hek Sam, jang semangatnja terbang pergi.

   "Kau antar kita ke Siauw-tong-eng!"

   Kata In Liong, tanpa mempeduUkan orang mengeluh, memohon ampun.

   "Djikalau kau menurut dan diam, aku nanti bebaskan."

   Kata In Liong "Baik,"

   Sahut Hek Sam jang berdjanji suka menurut.

   "Mari!"

   Mengadjak Thian Tie jang terus menaruh tangannja dipundak orang, hingga mereka berdjalan seperti sahabat karib sadja.

   Tjong Beng pun mengikuti , Hek Sam menradjak djalan didjalan besai terus membelok dibeberapa gang ketjll sampai disebuah tempat lebar dimana ada terdapat tembok tanah didepan mana meudjaga dua serdadu.

   "Itulah Siauw-tong-eng,"

   Hek Sam memberi tahu.

   "Lepaskan aku hoohan "

   Thian Tie bertindak madju. Djusteru itu, si hitam berdjongkok kakinja mcnjengkit, hingga mau atau tidak, In Liong terdjerumuk. Diluar dugaannja, ia terbokong dengan "Lao sio poan kim,"

   Atau "Pohon tua tertjabut akarnja."

   Tapi tangannja masih menjekal ia menarik, maka si hitam ini turut terbetot berdua mereka rubuh bersama. Akan tetapi djago itu segera lontjat bangun, tangannja di Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
samparkan, hingga tubuh Hek Sam terangkat, terbanting kejalan besar, hingga lehernja tertekuk.

   "Kau mesti dapat rasa!"

   Bentak Tjong Beng, jang menjambar rambutnja untuk diangkat bangun tubuhnja dia itu.

   Terus diputar, hingga tiga putaran, lalu disemparkan pula.

   In Liong lontjat, akan menjambar tubuhnja orang itu.

   Kali ini dengan pedangnja dia terus menikam, Hek Sam rubuh tak bernjawa lagi, menjusul roh kedua kawannja.

   Hingga tiga majat bergelimpangan ditengah djalan.

   Setelah itu, bersama kawannja, In Liong lari ke tangsi.

   Waktu itu beberapa serdadu memburu keluar, mereka melihat perkelahian itu, hingga bersomplokan dengan Thian Tie berdua.

   Tanpa ampun, Thian Thie menjerang, merubuhkan serdadu2 itu.

   Tjong Beng sendiri terus menerobos masuk, sampai didalam, dimana berbaris tangsi jang bertembok tanah.

   Disamping mana terdapat kamar tahanan, jang terbuat dari batu dan berdjerudji balok.

   Sepintas lalu, In Liong melihat seorang perempuan meringkuk didalam kamar tahanan itu.

   Ia segera menduga pada Hoa Gouw Nio, maka ia menteriaki kawannja.

   "Kau rintangi kawanan bantong itu, aku akan menggempur pendjara!"

   Waktu itu, belasan serdadu sudah menerdjang kearah mereka, maka Tjong Beng tidak mensia-siakan tempo, akan menghalangi mereka. Ia terus menerdjang dengan bengis. Dengan menggunakan ilmu pedangnja Thay-Kek Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sim-sam-aie.

   Maka sebentar sadja mereka pada rubuh atau terpelanting.

   Ong In Liong dimuka kamar tahanan sudah lantas merubuhkan dua serdadu pendjaganja.

   Lalu dengan menggunai tenaga besar, ia menggempur rubuh sebatang djerudji balok.

   Ia terus menerdjang kedalam kamar.

   Kaki dan tangan Hoa Gouw Nio dirantai.

   Ia sedang muramkan mata.

   Ketika ia mendengar suara berisik, ia membuka kedua malanja.

   Ia menjaksikan masuknja seorang jang bertubuh tinggi-besar.

   Belum sempat ia menanja apa2, orang itu sudah merusaki belengguannja.

   Setelah mana, ia diangkat, untuk dipondong bawa lari.

   Ia tahu bahwa orang hendak menolong padanja, ia manda sadja.

   Diluar, Tjong Beng telah melabrak setiap serdadu jang berani menghalangi dia, Nona Hoa segera mengenali anak muda itu.

   Karena sangat girang, ia sampai mengutjurkan air mata.

   "Ong Kongtjoe !"

   Serunja.

   "Ong Kongtjoe, oh, kau menolongi aku !"

   Tjong Beng tidak menjahuti si nona, ia antap In Liong menjingkir.

   Sesudah itu, ia pun segera mengangkat kaki dengan tinggal kabur sisa serdadu2.

   Tetapi disebelah depan, ia dipegat oleh satu pasukan, jang merupakan bala- bantuan.

   Ia tidak djeri malah dengan tiba2, ia menjerang opsirnja jang madju di muka.

   Sekali sadja, ia telah membikin rubuh opsir itu, sesudah mana, ia lontjat naik keatas bekas kudanja opsir itu.

   Kemudian ia merubuhkan beberapa serdadu lain, akan achirnja merampas seekor kuda lagi, jang Ia terus bawa lari, untuk menjusul In Liong.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Maka dilain saat, Thian Tie Koay-Hiap, jang masih terus pondong Hoa Gouw Nio dapat bersama-sama kabur dengan naik kuda. Mereka lari belum djauh atau dibelakang mereka terlihat menjusulnja satu pasukan serdadu terlebih besar.

   "Rupanja moreka pasukan dari tangsi sioepie!" in Liong bilang. Mereka melihat debu mengepul, sebab pasukan itu membawa banjak obor.

   "Indjin, kita ambil djalan ketjil !"

   Berkata Gouw Nio.

   "Aku kenal baik tempat Ini. Ke sana !" (In-djin = tuan penolong.) In Liong putar haluan, menuaju kesebuah tandjakan. Tjong Beng mengikuti disebelah belakang, melarikan kudanja. Setelah melewati dua pentolan, mereka menghadapi sebuah kali ketjil, kira2 dua tumbak lebarnja. Gouw Nio menundjuki djalan lebih landjut. Maka setelah melewati tempat banjak pepohonan, mereka sampai ditepi kali jang djembatannja terbuat dari kaju. Keduanja segera melewati diembatan itu. Setelah itu mereka merusaki dan merubuhkannja keair. Sed;enak kemudian, mereka menoleh keoe!akang. Mereka tampak serdadu2 pengedjar pada bernenti diDinggir kali persis dibekas djembatan itu, sebab mereka tak dapat menjeberang. Dengan si nona jang mendjadi penundjuk djalan dan selama mana nona itu telah dapat pulang tonaganja, tidak lama kemudian sampailah mereka di Tjoe Hoei Sie. Disini Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Beng segera memperKenalkan nona itu pada In Liong, penolongnja.

   Gouw Nio memberi hormat dan menghaturkan terima kasihnja jang hangat.

   Tjong Beng tidak dapat melupakan Siam In, maka ia tidak membuang tempo lagi akan mengutarakan permononannja.

   buat pinta obat ia kata, ia mau terus pulang.

   Gouw Nio tidak berkeberatan akan memberikan obatnja.

   "Tunggu sebentar"

   Katanja, jang teras pergi kekamarnja, akan salin pakaiannja, setelah mana, ia mengadjak Tjong Beng pergi ke Toa-thian, pendopo depan.

   Disini ia menolak medja didepan patung Buddha, maka dikolong itu terlihatlah satu lobang.

   Dalam mana disimpan emas, perak dan mutiara.

   Disitu pun ada sebotol obat pulung, jang asal pembuatannja imam dari Kuil Siang Tjeng Kiong di Lauw San.

   Itulah obat mustadjab, jang pernah menolong banjak djiwa korban hawa gunung jang dtjahat.

   Setelah menerima obat itu.

   Tjong Beng hendak lantas berangkat pergi.

   "Tunggu dul"

   Gouw Nio bilang, seraja dia menarik Tjong Beng.

   "Aku nanti turut kamu, supaja aku bisa bantu rnerawati kamu suami-isteri!"

   Tjong Beng heran dan ragu2, hingga ia berdiam sadja "Ong Hiantit djangan kau mensia-siakan kebaikannja Gouw Nio,"

   Berkata In Liong.

   "Mari kita pulang bersama."

   Tjong Beng tidak bersangsi lebih djauh. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Marilah !"

   Ia mengadjak.

   Gouw Nio lantas meninggalkan Tjoe Hoei Sie.

   Bertiga, malam2 mereka berlari-lari ditanah pegunungan Itu.

   Tjong Beng lari sekeras-kerasnja, begitu ia sampai dirumah, ia menerobos terus kedalam, sampai didepannja Siam In, jang sedang rebah dengan tenang.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sang budjang tetap mendjaga nona In, jang sabana dikasi minum air sumur adjaib.

   Hawa panasnja masih belum mau menurun.

   Kebetulan Siam In membuka matanja.

   Apabila Ia melihat Tjong Beng, ia lantas memanggil.

   "Engko Tjong 1"

   Air matanja pun lantas mengutjur deras. Tjong Beng berlutut didepan pnribaringan "Adik, aku telah dapat obat"

   Katanja menghibur.

   "Asal kau makan obat ini, panasmu akan lantas menurun "

   Ia lantas mengeluarkan obatnja, untuk ditaruh dalam sebuah tjangkir.

   Hoa Gouw Nio monolongi si anak muda, akan mengaduk obat itu hingga hantjur rata, setelah Itu ia menjerahkan pada si anak muda.

   Maka Tjong Beng lantas mentjekokl kekasihnja.

   Pil itu benara mustadjab.

   Diwaktu terang tanah, panasnja Siam In telah lenjap.

   Maka lagi sekali Tjong Beng kasi makan pula setjangkir obat itu.

   Setelah itu pemuda ini aan Ong In Liong djuga heran mendapatkan Hoa Gouw Nio tidak ada diantara mereka.

   Ketika mereka tanja budjang dia ini djuga tidak mengetahuinjakemana pergi nja nona itu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sebentai kemudian, ketika matahari merah sudah memantjar luas kelihatan Hoa Gouw Nio muntjul dipintu pekarangan.

   Kedua tangannja membawa satu buntalan besar sekali, ialah selimut dan bantal serta dua bungkus barang makanan.

   Sekarang baharulah Tjong Beng tahu Nona itu telah puiang sendiri ke Tjoe Hoe Sie, untuk mengangkut barang2 itu.

   Diam2 pemuda im merasa bersjukur.

   Siam In sudah bisa menggeraki tubuhnja untuk berduduk.

   Segera ia mengeluh perutnja lapar.

   "Mari dahar "

   Kata Hoa Gouw Nio jang lantas membuka bungkusannja akan mengeluarkan barang2 makanan jang ia bawa ialah bubur tjampur bidji Teratai jang masih panas, dan djuga kuwe.

   Bungkusan jang kedua berisi bakpauw dan daging kering.

   Rupanja malam itu djuga nona ini masak didaiam kuilnja akan matangi semua makanan itu.

   Siam In dahar habis dua mangkok bubur lama2 ia merasa segar.

   Tjong Beng duduk disimpmg pembaringan akan menuturkan kekasihnja ini bagaimana dia rubuh karena terkena hawa djahat sampai orang menolongi padanja.

   Untuk mana, mereka mesti lebih dahulu menjerbu tangsi lentera, guna membebaskan Hoa Gouw Nio pemilik dari obat mustadjab dan air sumur penawar, ia mengutarakan bagaimana besar pertolongannja Ong In Liong dan nona Hoa itu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Siam In bisa berpikir maka tidak lagi ia tjemburu pada Gouw Nio. Sekarang ia mengerti, nona sne Hoa itu belum rusak bathinnja.

   "Mari beladjar kenal "

   Kata Ong In Liong, jang menghadapkan Gouw Nio kepada nona itu.

   Maka keduanja lantas beladjar kenal.

   Siam In mengutarakan terima kasih nja, terutama terhadap Thian Tie Koay-Hiap.

   Dengan Gouw Nio, ia mengaku kakak dan adik.

   Biar bagaimana Siam In masih lemah.

   Maka itu, ia mesti terus beristirahat, sampai dua hari selama mana Gouw Nio terus menemani ia.

   Pergaulan ini ada baiknja mereka diadi dapat mengenal satu pada lain terlebih baik.

   Hoa Gouw Nio merasa berhutang budi terhadap Ong In Liong dan Ong Tjong Beng tanpa mereka pasti ia tidak bakal hidup lebih lama ia djuga kagumi Thian Tie Koay- Hiap, jang ia tahu liehay aan tersohor.

   Di hari ke-tiga, Siam In telah dapat pulang kesehatannja Tjong Beng segera mengutarakan niatnja untuk lantas pulang ke Utara Si nona merasa berat untuk berpisahan dari Gouw Nio, Jang telah merawat ia mirip seperti rawatannja seorang ibu.

   Ketika itu Gouw Nio lebm tua kira2 sepuluh tahun.

   Melihat persahabatan dua orang itu, In Liong ingat suatu apa.

   Maka ia kata pada nona Hoa.

   "Gouw Nio kau hidup dislni sebagai orang rimba Hidjau, aku lihat itu tidak ada faedahnja. Untuk dirimu sendiri, untuk lain orang djuga. Disebelah itu, pasti pihak Siauw-tong-eng bakal tjari padamu, hingga kedudukanmu disini tidak tenteram. Aku Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pikir baik kau turut kita. Kesatu untuk kau menjingklrkan diri, kedua supaja kau dapat meluaskan pemandanganmu. Bagaimana kau pikir?"

   Gouw Nio berpikir untuk tawaran itu.

   Ia memang tahu, tentera negeri tentu bakal mensaterukan padanja.

   Tapi ia pun berat untuk meninggalkan tempatnja ini.

   Sebab itu berarti djuga, ia mesti tinggalkan Tiat Ya Tjee, gurunja.

   Disamping itu inilah ada ketikanja jang baik.

   "Baiklah."

   Kata ia achirnja, jang bisa tjepat mengambil putusan.

   "Aku suka ikut kamu."

   Lantas Gouw Nio pergi ke Tjoe Iloei Sie.

   akan memberitahukan Gouw Sian tentang putusannja itu.

   Dan minta sipendeta mewakilkan ia.

   Kemudian dengan membawa hartanja.

   ia kembali pada In Liong bertiga, untuk segera berangkat.

   Ia djuga jang mendjadi penundjuk djalan.

   Mereka mengambil djalan ketjil sampai ditepi laut, dimana dengan naik perahu, mereka menjeberangi Poet-hay, untuk achirnja mendarat di Liauw- tong.

   Di Hek San.

   Tjeng In Soe-thay mengharapkan kedatangannja Ong In Liong.

   Sudah beberapa hari, mereka menantikan dengan sia-sia, hingga mereka mulai menduga2 apa sebabnja kelambatan itu.

   Disaat mereka mulai gelisah, mendadakan datang laporan liauwlo hal datangnja dua penunggang kuda.

   Dengan lekas orang pergi keluar, untuk menjambut.

   Dua penunggang kuda itu Tjong Beng dan Siam In.

   hal Ini membuat hati Tjeng In semua lega.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Beng dan Siam In memberi hormat pada Tjeng In.

   Mereka ketemu Bengsie Sam Eng dan Tjong Lioe beramai.

   Dan Siam In memberi hormat pada ajahnja, Boo Tjioe.

   akan kemudian ia memberi hormat djuga pada Lana, ibu-tirinja.

   Pertemuan Ini sangat menggirangkan sebab Siam In telah lolos dari bahaja.

   Karena Ong In Liong tidak turut datang Tjeng In Soe- thay lantas menanjakan apa sebabnja.

   "Saudara Ong itu datang bersama,"

   Tjong Beng kasi keterangan.

   "akan tetapi sebab ada suatu urusan, ia berpisahan dari kita. Ia tjuma meninggalkan pesan"

   "Mungkinkah dia melanggar djandji taruhannja?"

   Tanja Tjong Lioe.

   "Bukan begitu,"

   Sahut Tjong Beng.

   "Sekarang ini dia ada bersama Kioe-bwee-ho Hoa Gouw Nio dari Shoatang, jang dapat kita talukkan. Setelah menjeberangi Poet-hay, kita berpisahan. Ia mengdjak Gouw Nio pulang dulu ke Tian Pek San. Ia mengundang kita semua berkumpul di Thian Tie sadja, dimana ia bersiap mnjambut kita. Dia bilang, digunungnja itu lebih tepat untuk berkumpul, sebab di- sana tidak terlalu terbuka sebagai Hek San ini. Ia ingin supaja rahasia kita tidak sampai botjor."

   "Itulah melulu disebabkan keagungan-2nja Ong In Liong,"

   Tjong Lioe bilang.

   "Dia agak agung2an. Bagaimana pikiran sam wie tjeetjoe?"

   Dia tanja Beng-sie Sam Eng ketiga tuan rumah.

   "Aku kira bukan begitu maksudnja Thian Tie Koay-Hiap,"

   Bilang Tjeng In..

   "Memang djuga disini kita berdjumlah Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
terlalu besar, sedang dipihak sana, Soe In Teng sangat liehay, Thian Tie benar untuk berlaku hati2. Djikalau kita berkumpul diatas Tiang Pek San, memang tidak gampang2 untuk orang mengintai kita."

   Beng Kong, Beng Kiang dan Beng Siang menganggap pendeta ini benar.

   "Baiklah, mari kita pergi kesana !"

   Menjatakan mereka.

   "Maksud kita pun asal kita berhasil menumpas neraka dunia itu."

   Karena tuan rumah sudah setudju, jang lninnjn tidak memikir lain.

   Maka hari itu lantas diambil putusan.

   Mereka akan berangkat dalam tiga rombongan, supaja kopergian mereka tidak terlalu menjolok mata.

   Tiga rombongan itu adalah.

   Pertama.

   Tjong Lioe bersama Boe Tjioe, Lana, Lina, Beng Pioe dan Tan Hin Beng; ke-dua Tjeng In Loo-nie, Ong Tjoen Beng, dan Siam In ; dan ke-tiga, tiga saudara Beng bersama Ang Seng Tong.

   Telah ditetapkan pula, persaudaraan Beng djadi rombongan terachir, sebab lebih dahulu dari itu, mereka mesti mengaitur persiapan untuk meninggalkan pasanggerahan mereka, jang diwakilkan kepada beberapa sebawahan jang dipertjaja.

   Perdjalanan dari Hek San ke Tiang Pek San mesti melintasi propinsi Liauw-leng, dari barat menudju ketimur.

   Waktu jang diambil, paling tjopat tiga sampai empat hari.

   Rombongan Beng-sie Sam Eng tidak berani mengambil djalan melewati Hong thian (Shenyang), maka dari Sin- shia-tjoe mereka menudju ke Boe-soen.

   Ketika mereka lagi Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
berdjalan digunung pertambangan Boe Soen, Seng Tong mentjurigai dua penunggang kuda, jang djalan djauh dibelakang mereka.

   Sikapnja seperti sedang menguntit mereka, ia lantas mengedipkan mata pada Beng Siang.

   Mendekati magrib, rombongan ini singgah disebuah pondokan ditepi djalan, kuda mereka ditambat diluar pintu pekarangan.

   Beng-sie Sam Eng ber-pura2 sangat letih, mereka duduk dengan meletaki kepala dimedja, seperti orang kepulasan.

   Seng Tong sendiri ber-pura2 hendak membuang air dan pergi kebelakang.

   Segera djuga Tiauwyang Hoei-too melihat dua orang muntjul dari antara pepohonan lebat dekat pondokan.

   Mereka itu menghampirkan kudanja Beng-sie Sam Eng, setelah tjelingukan, mereka buka buntalannja tiga saudara Beng, untuk menggeruduk entah mereka mentjari apa.

   "Bangsat, djangan lari!"

   Berteriak Seng Tong, jang muntjul dengan tiba2 membarengi bentakannja itu.

   Dua orang itu kaget, mereka lari kepepohonan lebat, dlbagian jang mana ada dua ekor kuda sedang ditambat.

   Itulah kuda mereka dan hendak lari kepada kodua binatang tunggangan itu.

   Mereka adalah kedua penguntit tadi.

   DisaaU kedua orang itu hendak lontjat naik keatas kuda mereka, mendadakan ada barang berkilauan berkelebat mendahulukan mereka, membikin putus les kuda, jang ditambatkan pada pohon.

   Karena mana, kedua ekor kuda itu kaget dan berdjingkrak.

   Barang berkelebat itu adalah golok liehay dari Ang Seng Tong.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kedua orang itu mendjadi gusar, mereka menghunus golok, hendak menjerang orang jang merintangi mereka.

   Tetapi Seng Tong mendahulukan lontjat naik keatas sehuah pohon, dari mana ia mainkan sembilan buah goloknja (hoei-too, golok-terbang), hingga dua orang itu djadi seperti terkurung, sampai mereka tak dapat.mc loloskan diri.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Waktu itu.

   Beng-sie Sam Eng sudah lantas muntjul.

   Maka tjepat sekali, mereka berdua kena dikepung dan ditawan.

   Seng Tong turun dari pohon.

   Ia ringkus dua orang itu, jang ia terus ikat, dibebokong kuda mereka sendiri.

   Sesudah mana ber-sama2 mereka melandjutkan perdjalanan menudju ke Tiang Pek San.

   Ketika achirnja mereka sampai rombongan pertama dan kedua sudah sampai dengan selamat.

   Tjong Lioe kenal Thian Tie Koay-Hiap maka ialah jang memperkenalkan rombongannja kepada tuan rumah.

   Dua hari kemudian, ketika rombongan kedua sampai, ia djuga jang memperkenalkan mereka satu sama lain.

   Tjeng In dan In Liong girang sekali dengan pertemuan Itu Sebab sudah selang dua-puluh tahun sedjak pertemuan mereka dahulu, hingga sekarang rambut mereka sudah berubah putih .

   Tiang Pek San terletak diudjung timur Liauw-leng, dia mendjadi perbatasan antara propinsi Kitlim dan Korea.

   Pegunungannya luas dan puntjaknja tinggi IJipuntiak Tiang Pek San.

   iiir gunung berkumpul dalam sebuah danau ketjil Inilah danau jnng merupakan surnber dari aliran sungai Siong Hoa Kang (Sungari).

   Inilah danau Thian Tie.

   jang terpetjah pula mendjadi Thinn Tie dan Siauw Thian Tie Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
(Thinn Tie Ketjil).

   Dnn Ong In Liong mendirikan gubuknja ditepi Siauw Thian Tie.

   Danau Thian Tie Ketjil ini dalam satu tahunnya ada beberapa bulan jang saldjunja tidak pernah lumer maka pemandangan alam disitu permai sekali.

   Ditepi danau ada rimba pohon tjemara, jang mendjadi tempat mondoknja burung2 air serta mandjangan2.

   Ketika Beng-sie Sam Eng sampai In Liong menjambut dengan manis seperti terhadap lain2 tetamunja.

   Memang tiga saudara Beng ini berusia lebih muda tetapi mereka adalah tetamu.

   Mereka djuga ketua dari Hek San Tjee.

   Sudah selajaknja mereka diperlakukan dengan hormat.

   Seng Tong segera memberitahukan hal dua orang tawanan mereka.

   "Biar mereka ditahan dahulu, nanti pelahan2 kita dengar keterangannja"

   Kata In Liong.

   Lewat dua hari.

   In Liong memeriksa dua orang tawanan itu.

   Tidak sukar untuk bikin mereka ini membuka mulut.

   Mereka mengaku sebagai sebawahannja Toako In Geng.

   Mereka ditugaskan mengintai Bengsie Sam Eng.

   Maka itu, mereka menguntit tiga saudara itu.

   Mereka pun mengaku, diwilajah Liauwleng, mereka ada punja dua-puluhempat pos.

   Setiap nosnta berhak membekuk orang untuk diserahkan pada pembesar setempat.

   Orang umumnja murka mengetahui, In Geng adalah In Teng.

   Malam Itu mereka berapat di Sia Thian Tie umum mengusulkan Ong In Liong dan Tjeng In berdua memegang pimpinan, guna menjerbu neraka dunia.

   Tjeng Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
In menolak dengan alasan, disebelah mereka, masih ada Tjong Lioe jang berhak, sedang disitu masih ada Beng-sie Sam Eng jang pertama kail mengichtiarkan berkumpulnja mereka.

   Lalu ia mengusulkan wakil jaitu Siang-kiam-hong Beng Siang bersama Ong In Liong.

   Benar nona ini masih muda tapi dia tjerdik bagaikan Tjoe-kat Liang, buktinja dialah jang mengatur penjerbuan pada Ang Teng Kauw.

   Ong In Liong, jang pernah mendengar ketjerdikannjs Beng Siang, menjetudjui usulnja Tjeng in.

   Karena ini, jang lainnja lantas sadja menjalakan akur.

   Beng Siang menampik, tetapi ia kalah desak achirnja ia terpaksa menerima djuga memegang pimpinan sebagal wakilnja Tjeng In.

   "Karena terpaksa, baiklah,"

   Kata si nona.

   "Tapi, mengingat pentingnja usaha ini, aku minta semua orang suka melakukan tugas dengan seksama, kalau tidak pasti gagallah usaha kita ini."

   Semua orang menjatakan setudju.

   "Terima kasih"

   Kata Nona Beng, jang memberi hormat pada orang banjak sambil ia bersenjum.

   In Liong pun turut menghaturkan terima kasihnja.

   Sebab ini bukan usaha main2, Beng Siang minta diadakan upatjara menghormati bendera putih dengan darah dan mengangkat sumpah ditepi danau.

   Mereka berdjumlah enam-belas orang.

   Setelah itu, Beng Siang minta dua saudara Ong, Beng Kong dan Tan Hin Beng pergi meronda dlsekitar gunung mereka, meliputi luas sepuluh lie.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Titah itu lantas dilakukan.

   Empat orang itu mesti berlari2 dengan keras.

   Sekian lama baharu mereka pulang dengan laporan tidak ada tertampak orang2 jang mentjurigakan.

   Beng Siang manggut sambil mengutjap terima kasih.

   Untuk memulai upatjara, Ong In Liong lantas menjebutkan nama2 setiap hadirin, mulai dari dirinja sendiri sampai pada nama Tjeng In Taysoe, Tjong Lioe Taysoe, Ang Seng Tong, Wan Boe Tjioe, Tan Hin Beng, Ong Tjoen Beng, Ong Tjong Beng, Wan Siam In, Beng Kong, Beng Kiang, Beng Siang, Beng Pioe, Lana, Lina, dan Hoa Tjoe Hong.

   Kemudian ia menjuruh hadapkan kedua orang tawanannja dan meminta Tjong Beng mendjadikan mereka korban.

   Darah siapa hendak dipakai untuk menjembahjangi bendera.

   Tjong Beng mendjaiankan kewadjiban itu dengan menggunai pedang Tjeng-liongkiam.

   Setelah mana pedang itu diserahkan pada Ong In Liong, untuk dia ini memulai dengan pimpinannja.

   XXI Banjak waktu telah lewat, musim telah berganti musim, sampai pula dipermulaan musim panas.

   Untuk di Utara, itulah waktunja turun hudjan maka hawa udara didanau Pweedjie mendjadi dingin.

   Ditanah datar Hek liong kang, diselatan Hapdjiee, rumput tumbuh tinggi, lebat dan hidjau.

   Selama itu, beberapa bulan telah berlalu sedjak dua saudara Ong untuk pertama kalinja menjelidiki kota iblisnja Tiat Mo Sin-kang Soe In Teng, jang dimatanja kaisar Boan adalah In Geng, kepala dari rombongan pahlawan istana.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Rombongan jang dimatanja kaum kang-ouw Sungai Telaga, adalah kuku garuda, gundal2 belaka, sebab mereka melakukan segala matjam kedjahatan asal diperintah madjikan mereka.

   Begitulah Soe in Teng, dia membekuk dan menjekap setiap orang jang dia mentjurigai.

   Sebab pokok-tudjuannja .

   "Lebih baik membikin orang penasaran daripada sembarang memerdekakannja". Soe In Teng heran ketika pada suatu hari ia mempergoki orang jang mengintai neraka dunianja demikian liehay. Ia bisa ber-lari2 dipermukaan danau sambil mengempit dua orang. In Teng tidak berani mengedjar terus, sebab ia kapok dengan pengalamannja jang pertama dimana ia hampir mati terpendam dalam lumpur. Sekembalinja dari pengedjaran jang gagal itu, ia memeriksa kota iblisnja, maka ia dapatkan terowongan rahasianja orang telah dimasukinja. Beberapa orangnja telah terbinasa. Pintu besi dan djaringnja telah dirusak. Karena ini, ia menitahkan membuat pembetulan dan penambahan, supaja lain kali tidak ada orang jang bisa datang menjerbu pula. Selain itu, ia menugaskan mata2nja mentjari tahu siapa sebenarnja penjerbu jang liehay itu, untuk dibekuk dan diberi hadjaran. Selang beberapa bulan dari kembalinja Kaisar Kong Hie dari Tay San, ia mengutus enam-belas boesoe dari istana membawa firmannja kekuil Kam Tjoe Sie di Hek liong kang, kepada Soe In Teng. Kam Tjoe Sie itu, jang terpisah beberapa puluh lie dari danau Pwee-djie, adalah markas rahasia dari Soe InTeng Dlsinidla biasa memanggil orang2 sebawahannja untuk Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
diberikan pelbagai titah Dan disinilah pula ia menerima ke- enambelas utusan itu.

   Soe In Teng berlutut sewaktu ia mendengar dibatjakannja firman, jang memesan supaja dia mendjaga kuat kota Iblisnja.

   Dan ke-enambelas boesoe (pahlawan) itu diberikan kepadanja sebagai tenaga bantuan.

   Tetapi jang membuat ia mengeluarkan keringat dingin adalah tambahan firman, jang menjatakan radja telah mengetahui In Geng adalah nama palsuuja, tapi meskipun demikian, radja suka mengasi ampun.

   Ia penasaran dan heran.

   "Mengapa Sri Baginda bisa mengetahui namaku ?"

   "Mungkinkah Sri baginda mengetahui dari mulutnja orang jang telah menjerbu kedalam kota... ?"

   Tentang ini In Teng tidak menanjakan keterangannja sekalian pahlawan itu.

   Ia hanja menegaskan ilmu silat mereka, sesudah mana ia membawa mereka keneraka dunia, untuk diberikan tugasnja masing2.

   Dengan demikian pendjagaan djadi terlebih kuat.

   Diluar danau, dipesisir ia menambah pengawasan.

   Pada suatu hari datang dua orang hendak berziarah kekuil Kam Tjoe Sie.

   Mereka adalah prija dan wanita, dengan masing2 menunggang seekor onta.

   Tie-kek-Tjeng, jaitu pendeta tukang melajani tetamu, adalah Tjian Gay, orangnja Soe ln Teng.

   Ia menjambut tetamunja dan mengundang mereka duduk diruang tetamu, lalu ia menanjakan she dan nama serta maksud kundjungan mereka.

   Si prija, jang berbitjara dengan lidah Inlam, mengaku bernama Yap Lie.

   Dari Ie San datang ke Mongolia Luar Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
untuk mendjual obat1an, kebetulan sekali mereka lewat dikuil ini dan mampir.

   Tjian Gay mentjurigai dua orang itu.

   Sambil terus melajani dengan sabar, ia pun mendjamu mereka dan dengan diam2 ia mengirim kabar kilat pada Soe In Teng.

   Kedua tamu itu kemudian mohon pamitan.

   "Baiklah djiewie bermalam disini,"

   Tjian Gay membudjuk, mentjegah keberangkatan mereka.

   "Kita disini mempunjai kamar jang terawat baik dan tenang. Untuk wanita pun ada kamar istimewa"

   Kedua tetamu itu berdamai dalam bahasa Ie.

   Mereka mengambil putusan untuk bermalam, maka itu, mereka mengamalkan serenTjeng mutiara untuk Sang Budha.

   Bagian belakang dari kuil adalah pekarangan jang luas dengan bangunannja jang berlauwteng.

   Benar2 tempat itu njaman.

   Malam itu sang tetamu tidur dalam kcsunjian, tjuma diluar djondela terdengar siuran angin diantaraq daun bambu dan bunjinja binatang2 malam.

   Selagi keadaan sunji itu katja besar di tembok tiba2 tergeser sendirinja perlahan2 memperlihatkan sebuah pintu rahasia.

   Dua orang segera muntjul disitu.

   Jang pertama seorang pendeta, ialah Tjian Gay dan jang kedua, jang djangkung dan besar, memakai topeng pada mukanja dengan lantas mereka ini memeriksa bungkusannja tetamu itu.

   Siapa lagi tidur dengan kadang menggeros seperti orang jang sangat letih setelah melakukan perdjalanan djauh.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Orang iang djangkung dapatkan seputjuk surat, jang ia bawa kedjendela untuk dibatja diantara tjahaja rembulan.

   Setelah membatja sampul surat itu, ia agaknja terkedjut sebab itu adalah surat dari Peng-see-ong Gouw Sam Koei.

   radja muda dipropinsi Inlam, untuk dibawa ke Ya Kek San.

   Lantas ia bawa itu kekamar bongthio, pendeta kepala Bunjinja, begini .

   "Telah aku batja suratmu, aku pudji kau, jang ingat kepada Keradjaan Beng dan berniat melakukan suatu jang besar. Aku nanti hukum mati pada Lao Hong, itu utusan istimewa, untuk bikin kamu pertjaja isi hatiku dalam hal membangun pula Keradjaan kita. Utusanku ini adalah Beng Pioe biar dia dapat berhubungan dengan semua pentjinta negara lainnja. Dia keturunannja Beng Yap, dia dapat dipertjaja sepenuhnja. Kepada mereka aku membekalkan dua peti emas dan mutiara untuk belandja mereka. Satelah menerima suratku ini, lekas kau mengatur persiapan guna penyerbuan ke Ya Kek San."

   Orang ini, jang bukan lain daripada Soe In Teng, kaget sekali.

   Disitu pun di-sebut2 nama Liok Hong, satu pahlawan jang mendjadi rekannja jang telah diutus ke Inlam, pada beberapa bulan jang lalu.

   Kabarnja telah nampak bahaja di Koen-beng, ibu-kota Inlam, dan pemerintah sampai mengirim mata2 guna menjelidikinja.

   "Teranglah sudah, Gouw Sam Koei niat berontak,"

   Pikir In Teng, jang terus merapikan surat itu dan menjuruh Tjian Gay taruh kembali dalam bungkusannja. Ia sendiri lantas Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
berpikir keras.

   Beng Yap jang disebutkan itu, adalah saudara seperguruannja, jang diwaktu turun gunung, ia bikin bertjatjat.

   Siapa sangka, dua tetamu inadalah anak2nja orang she Beng itu.

   ia merasa tidak sukar untuk membunuh mereka itu.

   Tapi mereka adalah utusan-nja Gouw Sam Koei.

   Ia anggap baik ia bersabar, sampai ia menjerbu ke Ya Kok San.

   untuk sementara dulu Sebab dua orang ini perlu dikasi hidup.

   Tidak lama, Tjian Gay telah kembali, ia meutjeritakan, bahwa benar si tetamu wanita membawa emas dan mutiara seperti disebutkan dalam surat itu.

   Soe In Teng benar2 tidak mengganggu dua orang itu.

   Malam itu djuga ia menulis laporan untuk kaisar.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Keesokan harinja, ia memerintahkan orangnja bawa surat itu kekota radja, supaja Kaisar Kong Hie segera dapat mengetahui rahasia itu.

   Ia djuga mengirimkan surat kepada tjongpeng dari Tjeeljee-hapdjie (Tsitsihar), supaja pada waktu jang direntjanakan, tjongpeng ini pergi melakukan penggerebekan dan penangkapan di Ya Kek San.

   Sorenja, kedua orang le jang menumpang dikuil itu menjatakan bahwa mereka hendak berangkat.

   Tjian Gay tidak menahan lagi, hanja diam2 ia menitahkan beberapa orang polisi menguntit mereka itu.

   Setelah Beng Pioe berlalu, Soe in Teng balik ke pendjara rahasianja.

   Ia sekarang memikirkan hal Ya Kek San, jang menurut kabar sarangnja Thian Tie Koay-Hiap jang kosen, kawan dari Hek San Pat Tjoon.

   Ia menduga Koay-Hiap mengumpulkan orang2 gagah lainnja.

   Ia pertjaja tak bisa ia mengandal pada tentara negeri sadja.

   Ia bakal gagal kalau ada seorang sadja jang lolos, dan radja pasti bakal Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
menegur padanja.

   Maka achirnja in menganggap perlu turut-serta dalam penjerbuan itu.

   Begitulah in memanggil keenam-belas pahlawan serta orang2nja jang dipertjaja.

   Mereka dipesan bagaimana harus membuat pendjagaan.

   Setelah mana, ia mengadjak dua pahlawan.

   Empat-belas lainnja ia tugaskan mendjaga pendjara rahasia itu.

   Semua pahlawan itu melakukan kewadjlban mereka.

   Di hari pertama segala apa berdjalan dengan tidak kurang suatu apa.

   Didepan pendjara rahasia itu ada lagi pendjara air, jang mempunjai terowongan keluar.

   Itulah terowongan jang digunakan Tjong Lioe meloloskan diri.

   Pendjaga pendjara itu ialah Tjian Leng.

   salah seorang pahlawan, jang In Teng pilih sendiri dianlara banjak pahlawan istana.

   Tjian Leng adalah orang jang In Teng hendak menghukum mati dengan hiat-tek-tjoe, tetapi batal karena Tjong Lioe memohonkan keampunan baginja.

   Dia djaga pendjara air itu sudah setahun lebih sedjak kaburnja Tjong Lioe.

   Dengan tugas ini, Tjian Leng mesti menebus dosanja.

   Selain itu masih ada satu djalanan rahasia lainnja didalam pendjara itu.

   Ini adalah djalanan pribadi In Teng sendiri, apabila ia merasa perlu mesti menjingkir dari kota iblis itu.

   Malam itu seperti biasanja, Tjian Leng berdiam ditempat djaganja.

   Tadinja, sering2 ia melalaikan tugasnja.

   Ia sering menenggak air kata2 sampai mabuk dan kalau sudah demikian ia tidur, membiarkan tugasnja begitu sadja.

   Tetapi sekarang, ia mendjaga dengan sungguh2.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Inilah disebabkan karena pendjagaan diperhebat dan penilikan diperkeras.

   Senantiasa ada sadja orang jang menilik dia.

   Hingga ia mesti bisa memberikan djawaban andaikata ada pemeriksaan ia biasa melihat keatas tempat penjagaan jang tingginja enamtudjuh tumbak, dimana ada tanda dari lampu beling warna mirah dan putih.

   Lampu itu bisa memberikan tanda kalau ada terdjadi sesuatu.

   Sewaktu Tjian Leng mengawasi tanda dari atas itu, tiba2 ia mendengar sesuatu jang berkeresek dlbelakangnja.

   lalu satu bajangan orang berkelebat.

   Ketika ia berpaling, ia kaget, sampai ia berdjingkrak.

   Sebisanja ia hendak mengendalikan diri.

   "Eh. kau... kau toh Houhoo Djieya ?"

   Tanja ia dengan heran.

   "Kenapa, kenapa kau datang kemari ? Ah, tentu, tentu djieya kembali hendak membantu toako, bukan?"

   Memang, dimatanja pendjaga pintu air ini, Tjong Lioe adalah Houho Hotek.

   Dia dipanggil djie-ya, tuan jang kedua, karena dia adalah orang kedua setelah sang toako In Geng.

   Dia pun masih dandan seperti dahulu, sebagai satu sasterawan.

   Tjuma sekarang sidjieya ini mem-bawa2 sebatang pedang tadjam dltangannja.

   "Tjian Leng, salah dugaanmu"

   Tjong Lioe beri djawaban.

   "Kali ini aku datang hendak menjingkirkan toakomu jang kedjam itu ! Kau lihat, dengan gampang aku bisa masuk kesini. Kau tahu, aku dapat berbuat seperti aku berbitjara. Djangan kau bergerak! Djangan kau nanti mengatakan aku tak berbudi. Dulu kau telah menolong aku, sekarang ingin aku menolong kau, atau kau bakal terbinasa bersama toakomu !"

   Tjian Leng heran, hingga ia terdiam sadja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Djieya, baiklah kau pikir masak2"

   Katanja kemudian.

   "Sekarang ini, keadaan disini beda daripada dahulu. Pendjagaan telah diperkuat. Malah dari istana telah dikirim bantuan dua-beias pahlawan. Dengan menentang toako, djieya ada bagaikan selaru menjambar api. Aku takut nanti bisa turut kehilangan djiwa djuga."

   Tjong Lioe tertawa.

   "Tjian Leng... kau benar bagaikan kodok dalam tempurung!"

   Dia kata "Baik aku mendjelaskan padamu, Aku datang bersama djago2 utama dari Selatan dan Utara.

   Mereka pasti dapat menjingkirknn kepala kuku garuda itu, dan menolong korban2 nja jang tak terhitung djumlahnja itu.

   Sekarang kau putuskan, kau turut kami atau tidak !"

   Tjian Leng bungkam, ia bingung.

   "Apa mesti di-ragu2kan, Tjian Leng?"

   Tjong Lioe desak sambil dengan pedangnja menikam medja.

   "Apa benar kau hendnk berdiam dikota iblis ini seumur hidupmu, akan menjaksikan terus menerus pelbagai kekedjaman itu ? Apakah benar kau tidak punja liangslm?"

   Tjian Leng kena terdesak berbareng terbudjuk.

   "Baiklah"

   Dia memberikan djawabannja. Untuk menetapkan hatinja Tjian Leng, Tjong Lioe menjebutkan nama2nja dari orang jang turut menggempur neraka dunia itu.

   "Apakah djieya masuk dari terowongan?"

   Kemudian Tjian Leng tanja "Dipintu air, selain terdjaga kuat, ada roda goloknja. Disana pun ada djala kawatnja, jang asai terbentur, akan merupakan tanda rahasia untuk pendjaga2nja."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Lioe tertawa.

   "Memang aku mengambil djalan dari sana !"

   Djawabnja.

   "Sekarang aku telah mempunjai tambang-terbang. Aku dapat turun dan naik dengan merdeka. Tak usah aku tempuh lagi djalan jang berbahaja itu. Untuk djalan diatas air, aku bekal papan2 indjakan. Aku menggunakan ilmu mengentengi tubuh dan lari tje*pat Pat-pou Kansiam, sedang kawan2ku bekal bor dan lainnja, untuk menggempur tembok beton dan membuat djalan baru. Tak usah kita melewati roda golok dan djala kawat."

   Tjlan Leng heran dan kagum.

   "Tapi, djieya, bagaimana kau buka pintu rahasia disini?"

   Dia tanja pula "Untuk masuk dari sebelah luar, itulah sukar"

   "Kau lupa Tjian Leng! Bukankah di waktu kau memberikan aku perahu kulit, kau telah buka pintu rahasia itu? Aku telah lihat bagaimana bekerdjanja pesawat rahasia. Sekarang pun aku bekal dua perahu kulit, untuk kami berlajar masuk kepintu air. Disini tidak ada tangga tapi kita bisa mandjat tinggi dengan kita saling-susun diri"

   Kembali pendjaga pintu air Itu mendjadi kagum.

   "Giliranku mendjaga setiap delapan jam,"

   Kemudian dia memberitahu.

   

Dendam Empu Bharada Karya SD Djatilaksana Pendekar Wanita Penyebar Bunga Karya Liang Ie Shen Taruna Pendekar Karya Liang Ie Shen

Cari Blog Ini