Ceritasilat Novel Online

Sepasang Cermin Naga 2


Sepasang Cermin Naga Karya Batara Bagian 2



Sepasang Cermin Naga Karya dari Batara

   

   Betapapun ia gembira mendengar kabar berita itu.

   Anaknya laki-laki, dukun Cani dapat dipercaya dan selama ini belum pernah dukun bayi itu meleset.

   Dan ketika suaminya tertawa tergelak dan meneruskan81 larinya ke dalam lembah akhirnya tiga orang menyambut dan berseru menjatuhkan diri berlutut.

   "Taihiap, selamat. Kami bangsa Tar-rar menghaturkan selamat. .. !"

   "Eh!"

   Pendekar ini berhenti, langsung tertegun.

   "Ada apa kalian ke mari? Mau apa?"

   Sang isteri diturunkan, trbelaak memndang tiga laki laki gagah itu dan seorang di antaranya tersenyum.

   Mereka adalah pembantu-pembantu suami isteri ini, menyatakan bahwa mereka telah mendengar berita bahagia itu.

   Bangsa Tar-tar ingin merayakan kebahagiaan ini dan mengucap selamat.

   Dan Ketika Salima berseru kecil dan langsng semburat tiba-tiba wanita ini berkelebat memasuki rumah, tersipu.

   "Kami ingin merayakan dngan pesta adat, Taihiap. Menyambut calon pemimpin baru menyatakan kebahagiaan. Kalu taihiap setuju malam nanti juga kita siapkan pesta sekaligus mencari nama baru bagi putera taihiap."

   "Hu-ha. boleh. Lakukan itu. Cukri. Malam nanti isteriku hadir dan biar kukumpulkan nama untuk calon puteraku!" . Kebahagiaan kembali meleduk. Bangsa Tar tar malam itu benar benar bahagia, kiranya berita dari mulut ke mulut telah menyebar luas. Dukun Cani telah menebak calon keturunan pemimpin mereka, laki-laki, bukan main gembiranya. Dan ketika malam itu Salima menemui rakyatnya dan kembali bertemu bibi Cani82 akhirnva tak dapat ditahan wanita yang berbahagia ini menanyai dari mana dukun itu mendapatkan "resepnya"

   Menebak jenis kelamin bayi..

   "Heh-heh, mudah lihiap. dari letak dan gerakannya!"

   "Letak dan gerakannya?"

   Ya, artinya begini, lihiap.

   Kalau bayi berada d sebelah kiri perut dan sering bergerak di daerah situ maka berarti menjauhi irus {pengaduk atau penyendok sayur).

   Tapi kalau bergerak dan terletak di sebelah kanan maka berarti mendekati atau memegang irus.

   Yang menjauhi irus tentu laki-laki.

   karena laki laki tak biasa memasak.

   sedang yang mendekati irus tentu perempuan.

   karena perempuan tugasnya masak.Nah, sederhana kan .

   Ini dapat dijadikan patokan paling gampang dan mudah diingat!"

   Salima bengong. Ternyata "resep"

   Itu begitu bersahaja.

   hampir tertawa dia.

   Agaknya tak masuk akal.

   Tapi ketika beberapa bulan kemudian dia melahirkan dan bayinya ternyata benar laki-laki mendadak wanita yang telah menjadi ibu ini terkejut, kagum.

   Mendengar tangis bayi dan kembali bangsa Tar-tar ribut.

   Kim-m- eng melonjak gembira dan untuk kedua kalinya suami yang berbahagia itu mendapat kebahagiaan.

   Bayinya lakilaki, tepat dan cocok seperti ramalan dukun Cani.

   Bukan main girangnya.

   Dan ketika bayi itu dia upacarai adat dan menjalan "pasaran"

   Atau "selapanan"

   Ternyata kaisar mengutus orangnya untuk menyatakan83 kegembiraan, datang diwakili Bu ciangkun. panglima Bu yang gagah dan brewokan itu.

   "Ha-ha. selamat, taihiap. Selamat! Kim-mou-eng tertegun.

   "lpa kpadaku, taihiap?"

   "Tidak. tentu saja tidak! Tapi, eh... bagaimana kau bisa tahu ini, ciangkun? Kapan kalian mendengarnya!"

   "Ha-ha, bangsa Tar-tar dan bangsa Han adalah sahabat, taihiap. Bagaimana kami tak mendengar kalau kami tak pernah berjauhan? Sri baginda mengutus dan memberi ini, taihiap. Juga sebuah nama untuk putera taihiap itu, kalau taihiap suka!"

   Panglima brewok itu menuding sepuluh kereta berisi barang - barang hadiah, mengambil sebuah mainan dari batu giok hijau yang indah dan menyerahkannya pada Kim-mou-eng, secara simbolis menyerahkan semua barang - barang di kereta itu.

   Dan ketika Kim-mou-eng tertegun dan teringat nama-nama yang dipilih untuk puteranya tiba-tiba Cukri pembantunya yang gagah itu tampil ke depan "Taihiap, pemberian nama kaisar Han adalah sesuatu yang amat berharga.

   Taihiap bolh menerima itu dan tak perlu ragu!"

   "Hm. apakah Kim - taihiap telah memberikan sebuah nama?"

   "Belum, tapi kami bangsa Tar-tar telah memilihkannya beberapa nama, ciangkun. Tapi kalau sri baginda kaisar memberikan nama dan dipergunakan84 untuk keturunan pemimpin kami tentu saja kami tidak menolak. Ini satu penghargaan sendiri yang besar!"

   Bu-ciangkun, panglima brewok itu tertegun memandang Cukri.

   Dia lupa bahwa Kim mou eng dan bangsanya tentu telah memberikan sebuah nama bagi calon pemimpin baru itu.

   berkejap dan menyeringai Mennggu dan tentu saja tak berani mendesak.

   Kim- mou-eng sendiri ragu dan bimbang , khawatir dianggap tak menghiraukan bangsa sendiri dengan memperhatikan orang lain, Tapi ketika Cukri bertanya pada teman-temannya apakah mereka setuju meninggalkan semua nama pilihan dan mnerima nama baru dari kaisar di Tiongkok tiba-tiba serentak mereka berseru setuju.

   "Nah, tak ada ganjalan lagi. taihiap. Silahkan diterima!"

   "Tapi kita gak tahu cocok atau tidak!"

   "Ha ha, nama pemberian kaisar pasti cocok bagi bangsa Tar tar, taihiap. Tak usah ragu dan percayalah!"

   Bu-ciangkun, panglima tinggi besar itu berseru, membuat Kim-mou-eng tersenyum dan segera bangsa Tar tar menjadi tertarik, , Kim-mou-eng mengangguk dan lain-lain pun bersorak.Dan ketika Kim- mou - eng bertanya nama apa yang hendak diberikan kaisar kepada puteranya, maka Bu - ciangkn terbahak gembira menyebut nyaring.

   "

   Thai Ling (Naga Besar), Kim Thai Liong!"

   "Thai Liong?"85

   "Y. Thai Liong, taihiap. Dan kalian bangsa Tar- tar boleh juga menyebutnya Dailiong! Nah, hebat apa tidak?"

   Sorak gemuruh dan tepuk tangan tiba-tiba meledak.

   Kim mou eng sendiri ternganga mendengar sebutan nama ini, kaisar memberinya nama Thai Liong.

   Dan karena nama itu dapat disesuaikan dengan lidah bangsa Tar - tar dengan nama Dailiong ..tiba tiba Pendekar Rambut Emas membungkuk dan memberi hormat dalam - dalam di depan panglima brewok itu, sang wakil kaisar, diiring tepuk tangan dan sorak gemuruh rakyatnya.

   "Terima kasih, nama ini benar-benar indah sekali. ciangkun. Jugai fleksibel karena dapat diucapkan oleh dua bangsa. Baiklah, puteraku bernama Thai Liong dan mudah-mudahan dapt menjadi 'liong' ( naga ) yang besar!"

   "Ha ha. terima kasih kembali, taihiap. Sri baginda tentu snang menerima sambutanmu ini.

   "Ayo, siapkan makan untuk rombonganku!"

   Dan Bu-ciangkun yang terbahak menggoda pendekar itu akhrnya dijamu dan disambut bangsa Tar-tar yang sudah cukup mengenal panglima ini, menurunkan hadiah dan mengeluarkan makan minum untuk panglima itu serta rombongannya.

   Hari itu benar benar hari gembira bagi Kim-mou eng dan tamunya.

   Dan ketika semalam "Bu- ciang kun tinggal dan keesokannya baru pulang kembali maka Pendekar Rambut Emas minta disampaikan86 ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kaisar.

   "Tentu...tentu.... tak usah khawatir, taihiap. Dan terima kasih pula atas sambutan bangsamu yang ramah . Betapapun aku prbadi juga ingin mengundangmu ke kota raja!"

   Kim-mou-eng tersenyum.

   "Kapan kau ke kota raja, taihiap? Tentu tak melupakan kami, bukan?"

   "Hm, saat in aku sibuk mengatur bangsaku, ciangkun, tentu saja tak lupa pada kalian dan sri baginda Tapi percayalah, lima enam bulan lagi tentu aku datang berkunjung."

   "Ha-ha,terima kasih, taihip .. terima kasih.."

   Dan panglima Bu yang lalu memberi hormat dan pulang bersama rombongannya lalu meningglkan Kim-mo- eng yang berjanji beberapa bulan lagi akan datang ke kola raja.

   Kim mou eng biasa menepat janji.

   Dan ketika hari demi hari dilewatkan gembira dan Thai Liong, anak lelaki tumbuh besar dan sehat maka Salima berulang kali menyatakan kebahagiaannya dengan menciumi anak satu-satunya ltu.

   "Suheng aku merasa mendapat anugerah. Anak kita ini sehat dan lucu!"

   "Ya, dan aku juga bahagia, sumoi. Tapi satu yang agak mengganjal hatiku"

   "Apa?"

   Sang istri terkejut "Kau tak senang?"87

   "Bukan begitu sumoi. Melainkan kenapa suhu tak pernah menengok.Kau lupa kepada suhu?"

   Salima tertegun.

   "Hm, suhu adalah orang aneh, suheng, selamanya tak terikat dan tak mau diikat . kau tentu tahu ini dan menyadari kenapa bertanya?"

   "Aku terganjal karena guru kita itu belum melihat Thai Liong. sumoi. Aku ingin dia melihat dan menyatakan pendapanya."

   "ah, suhu datang dan pergi seperti iblis! Bagaimana kita mengharap kedatangannya? Tanpa diundang tentu dia datang suheng. Tapi kalau tak datang tentu belum punya keperluan. Sudahlah ,jangan kau kecewa dan lihat anak kita dia sudah mulai tengkurap den belajar duduk. hi-hik.... lucu.!"

   Dan Salima yang mcnium anaknya di pembaringan dan terkekeh kekeh lalu membuat suaminya terlupa dan turut gembira memandang anaknya itu Thai Liong memiliki mata yang bulat jernih , dan yang amat spesifik, rambut anaknya itu juga kuning ke emasan ..

   persis Kim mou eng.

   Dan ketika Salima menunjuk ini dan tertawa geli maka kekecewaan Kim-mou-eng tak ketemu gurunya terobati.

   Siapakah guru atau suhu Pendekar Rambut Emas ini? bukan lain si manusia sakti bu beng sian su.

   Bagi yang mengikuti serial "Pendekar Rambut Emas"

   Tentu mengetahui kehebatan kakek dewa ini.

   Bu Beng Sian-su memang amat sakti dan hebat .

   Dan Kim mou eng yang merupakan murid kedua setelah Gurha yang88 tewas adalah pendekar yang banyak belajar dari gurunya itu si kakek dewa yang sakti .

   Selain ilmu silat juga "ilmu kehidupan".

   banyak belajar dan mendapat nasehat dari manusia dewa ini.

   Maka ketika gurunya tak datang dan kelahiran Thai Liong tak diketahui kakek itu diam diam Kim-mou eng sedikit kecewa.

   Namun pendekar ini adalah pendekar besar.

   Kim-mou-eng tahu keanehan gurunya, datang dan pergi tak lumrah manusia biasa, Sekali datang.

   biasanya membawa kepentingan bukan kepentingan untuk diri sendiri melainkan justeru orang lain, itulah istimewanya.

   Gurunya memang istimewa.

   Dan ketika setahun kemudian Thai liong sudah belajar berjalan dan hari itu Kim-mou-eng sibuk mengurus bangsanya tiba tiba sebuah undangan muncul , dari kota raja.

   Sri Baginda ingin bertemu taihiap, mohon taihiap ke sana dan datang."

   "Ada apa? "Kami tak tahu, taihiap, tapi penting"

   "Hmn, baiklah. Kalian kembali, aku menyusul!"

   Sang utusan pergi. Kim-mou-ng tak curiga apa-apa, memberi tahu isterinya dan berangkat.Tapi ketika dia tiba di luar padang rumput dan melihat utusan berdiri menanti tiba-tiba pendekar ini tertegun.

   "Kau masih di sini?"

   "Maaf, seseorang ingin menemuimu, taihiap"

   "Aku!"

   Sesosok bayangan keluar dari balik pohon, berseru dan terisak memanggil Kim mou-eng.89 Pendekar Rambut Emas itu tersentak dan tiba-tiba mundur.

   Dan ketika bayangan itu, wanita antik yang rambutnya kusut menubruk Kim mou eng sekonyong- konyong Kim-mou-eng tergetar dan menggigil di tempat.

   "Wan Hoa, bagaimana kau ada di sini?! "Aku... aku, hu - huu ..!"

   Wanita cantik itu, Wan Hoa, tersedu.

   "Aku datang diutus Cao Cu , twako. Kami, ah.... kami ingin menyatakan selamat dan bahagia atas kelahiran bayimu itu ..!"

   "Hm!"

   Kim-mou-eng tertegun."

   Anakku kini telah berusia setahun, Wan Hoa, terimakasih kalau kau datang untuk menguapkan itu"

   "Ya-ya, kami sebenarnya ingin datang berdua, twako. Tapi.. tapi takut sterimu marah! "Sudahlah, hentikan tangismu, Wan hoa , apa kabar kalian berdua dan kenapa hari ini kau muncul di sini? Dan kau...."

   Kim-mou eng menunjuk utusan itu, laki laki yang terkejut.

   "Kau membohongi aku!"

   "Maaf,"

   Utusan itu menjatuhkan diri berlutut, Aku hanya disuruh Wan siocia (nona Wan) Kim-taihiap. Kami tak berani berterus terang agar tak menimbulkan kecurigaan yang lain."

   "Benar"

   Wan Hoa melepaskan dirinya.

   "Aku yang menyuruh dia berhohong, twako. Kalau tidak begitu tentu tak ketemu dirimu."

   "Baiklah, apa kabarnya Cao Cun? Dia tak apa apa?"90

   "Tidak , .tapi"

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Kenapa?"

   Kim-mou-eng melihat Wan Hoa bercucuran air mata kemba!i, cepat bertanya.

   "Dia hidup bahagia dengan suaminya, bukan?"

   "oohh..tidak ..tidak!."

   Wan Hoa ,tiba tiba mengguguk, menangis lagi.

   "Raja Hu telah meninggal ! twako. Cao Cun telah menjadi janda!"

   "Apa?"

   Kim-mou-eng berjengit.

   "Raja Hu wafat? Cao Cun menjadi janda?"

   "Ya. sudah lama, twako. Hampir dua tahn yang lalu"

   "Ah, ceritakan padaku, kenapa raja Hu wafat!"

   Wan Hoa lalu bercerita, Sambil tak hentinya menangis wanita yang setia kepada Cao Cun dan merupakan sahabat paling kental dari isteri mendiang raja Hu itu mulai mengisahkan kehidupan Cao Cun.

   Betapa Cao Cun menjadi isteri raja Hu dan akhirnya mempunyai seorang anak laki-laki, Ituchi Yashi.

   Mula- mula tak cinta pada raja bangsa liar itu karena ,Cao Cun mencinta Kim-mou-eng, betapa saking cintanya kepada Pendekar Rambut Emas ini brkali-kali gadis Puteri bupati Wang itu dicelakai orang.

   Tapi karena Kim-mou- eng berbohong dan derita demi derita dialami gadis itu akhirnya puteri bupati yang malang ini menjadi isteri raja Hu, seorang raja dari suku setengah liar di luar tembok perbatasan, tak jadi diambil selir oleh kaisar sendiri yang dipermainkan pembantu - pembantunya91 yang jahat, Mao-taijin dan lain lain.

   Dan ketika semuanya itu terjadi dan nasib gadis ini sudah ditentukan maka hubungan Cao Cun dengan Kim-mou eng menjadi putus dan gadis ini pasrah, hidup ditengah tengah suku yang liar tapi lama kelamaan kasih sayang raja berhasil melunakkan sikapnya pula, tak lama kemudian mereka mempunyai keturunan dan Cao Cun mulai membalas cinta suaminya.

   Tapi belum hal itu berjalan lama tiba tiba raja Hu terserang sakit dan meninggal dnia.

   "Begitulah, tak lama setelah kau marah-marah kepada kami dan membawa dayang celaka itu raja mangkat, twako. Cao Cun menjadi janda dan kini hidup sendiri. Tapi persoalan baru datang menghadang, aku dan Cau Cun ngeri!"

   "Hm."

   Kim-mou-ng mengangguk - angguk. Teringat semuanya itu. perih dan tersenyum getir.

   "Persoalan apa yang kau maksudkan ini, Wan Hoa? Dan tentunya untuk persoalan ini kamu datang, bukan? "Benar,"

   Wan Hoa menggigil. 'Cao Cun. Cao Cun...... dia hendak diambil Cimochu, twako, akan diperisteri!"

   "Siapa itu Cimochu?"

   "Putera sulung raja Hu sendiri, anak tirinya!"

   "haaa!!"

   Pendekar ini mencelat "Cao Cun mau dikawin anak tirinya?"

   Dan ketika Wan Hoa mengguguk dan menggangguk , akhirnya gadis itu tak kuat lagi92 menubruk pendekar itu, meratap dan berkata bahwa itu sudah menjadi adat bagi bangsa liar itu, segala warisan ayah Jatuh ditangan anak sulung.

   termasuk isteri dan selir-selirnya Dan ketika Kim mou eng tertegun dan pucat mendengar ini maka Wan Hoa mengakhiri ceritanya, gemetar, air mata jatuh berderai-derai tak kunjung habis.

   "Begitulah, Cao Cun dan aku tak berdaya, twako. Karena itu kami datang kepadamu. Tolong Kau bantu kami dan bebaskan Cao Cun dari masalah yang memalukan ini!"

   "Hm!"

   Kim mou eng mengangguk- angguk,muka pun gemetar."Bangsa itu memang bangsa yang aneh, Wan Hoa. Kalau Cimochu hendak mengambil ibu tirinya dan ini sudah merupakan adat agaknya tak banyak yang dapat kita lakukan. Apa yang dapat kukerjakan untuk kalian?"

   Apa aku harus membawa Cao Cun dari tempat itu dan melarikan diri?".

   "Kami berpikir begitu,twako.Tapi kau tentu repot . Namamu bisa tercoreng dan isterimu pun bisa marah besar . Kau akan dianggap melarikan isteri orang dan ini sebuah aib bagimu. Tidak. kami tak minta yang itu, twako, melinkan laporkan saja pada kaisar dan biar kekuasaan kaisar menghalangi niat Cimocbu itu dan jangan dia mengambil Cao Cun! "Hm. ."

   Kim -mou-eng merasa sependapat. Kalau ini dapat kulakukan, Wan Hoa, tidak mengandung resiko dan sama sama baik bagi kita. Baiklah , katakan93 pada Cao Cun dan hibur dia bahwa aku pasti menolong!".

   "Kau memang baik dan berbudi luhur!"

   Wan Hoa yang tak dapat menahan diri dan langsung menubruk dan memeluk pendekar itu lalu tersedu-sedu dan menangis penuh gembira, melihat harapan pada pendekar ini dan memang Kim - mou-eng lah yang dapat menolong itu.

   Pendekar Rambut Emas ini memiliki hubungan baik dengan kaisar, begitu baiknya hingga kaisar memberi kebebasan pada pendekar ini untuk datang dan pergi sesuka nya di istana ,tanpa memberi tahu .

   Dan ketika Wan Hoa mendapat janji pendekar itu untuk menolong Cao Cun , maka wanita in melepaskan diri dan akhirnya sayu memandang pendekar itu.

   "Twako. kau hidup bahagia?"

   "Hm."

   Kim-mou eng mengangguk.

   "Aku cukup bahagia, Wan Hoa, sumoiku wanita yang baik. Dan kau sendiri, sudah,menemukan pilihan atau masih melajang?"

   "Aku masih sendiri ..."

   "Tak baik. Kau harus menikah, Wan Hoa. Kau harus mendapat pendamping dan hidup bahagia!"

   "Ah, aku tak mau menikah. twako. Kecuali aku mendapat orang macam dirimu. Selama Cao Cun masih mendapat persoalan bertubi tubi aku tak mau menikah dan biar menghibur sahabatku itu."

   Kim-mou-eng tergetar.

   Dia memejamkan mata, teringat kesetiaan dan cinta kasih Wan Hoa kepada Cao94 Cun.

   Selama hidup, belum dijumpainya gadis sehebat Wan Hoa, rela bekoban dan begitu setia kepada sahabat hingga nyawa pun siap diberikan.

   Suka duka yang dialami Cau Cun tak pernah tanpa gadis ini.

   Cinta dan persahabatan Wan Hoa benar - benar luar biasa.

   Dan ketika Wan Hoa menyatakan tak usah menikah selama sahabatnya belum bahagia akhirnya dua titik air mata meluncur di pipi pendekar ini, membuka mata dan mencengkeram gadis it, penuh keharuan.

   "Wan Hoa, kau benar-benar sahabat setia. Kalau saja Cao Cun bahagia kelak akan kupilihkan seorang laki-laki yang tept untukmu!"

   "Terima kasih."

   Mulut itu tersenyum getir.

   "Tak ada laki-laki yang sehebat dirimu, Kim-twako Kalau ada yang macam kau baru aku menerma.Tap kalau tidak lebih baik tak usah. Sudahlah, kapan kau menolong Cao Cun?"

   "Seminggu lagi. Wan Hao Tunggu aku seminggu dan mudah - mudahan sri baginda dapat menghalangi niat itu."

   "Pasti, asal kau yang minta tentu sri baginda dapat menghalangi Cimochu, twako. Kalau begitu kutunggu kau di tempat kami."

   "Ya, pergilah. Tunggu aku di sana, Wan Hoa, dan sampaikan salamku buat Cao Cun".

   "Baiklah."

   Dan Wan Hoa yang memutar tubuh serta mengucap terima kasih lalu menyuruh pengawal mengluarkan kereta.

   kiranya sebuah95 Kereta disembunyikan tk jauh dari situ, berderak dan akhirnya meninggalkan tempat itu.

   Wan Hoa berkali kali melambaikan tangan di jendela kereta,air matanya mengalir, tak habis - habisnya tersenyum dan harapan besar jelas terlihat di muka yang cantik itu Kini Wan Ha bersinr - sinar.

   Dan ketika kereta lenyap dan Kim-mou eng menghela napas tiba- tiba empat laki-laki mendatangi tempat itu dengan kuda mencongklang, mengeprak demikian buru buru dan Kim-mou - eng tak jadi pergi.

   Dia tertarik dan menunggu.

   Dan ketka empat orang itu datang mendekat dan Kim- mou eng tertegun segera dia melihat bahwa itulah Bu ciangkun bersama tiga pengawalnya, panglma yang dulu datang berkunjung! "Eh, ada apa, iangkun? Kenapa kalian demikian cepat dan buru buru?"

   "Ah, celka... celaka, taihiap. Istana berkabung!"

   Bu ciangkun meloncat turun, suaranya serak dan menggigil mengejutkan Kim mou-eng, datang- datang membuat kaget dan panglima itu menangis.

   Dan ketika dia gemetar dan limbung berjalan menghampiri maka panglima ini tiba-tiba roboh dan lemas mendeprok di tanah.

   Kim-mou eng tersentak.

   "Ciangkun. apa yang terjadi? Kenapa berkabung?"

   "Sri baginda mangkat, taihiap. Sri baginda...sri baginda, ooh...!"

   Panglima itu menutupi muka,96 mengguguk.

   "Kami kehilangan junjungan taihiap, Sri baginda wafat"

   "Wafat?"

   Kim-mou-eng bagai disambar petir, teringat janjinya pada Wan Hua.

   "Kapan beliau mangkat? Sebab apa?"

   "Penyakit tua, taihiap. Dan kami memberi tahumu kalau ingin berbela sungkawa, ooh. .! Bu-ciangkun yang kembali menutupi muka dengan tangis tersedu lalu menceritakan keadaan di istana. Bahwa kaisar wafat karena penyakit tua, bahwa istana kini berkabung dan tiga pengawal yang sampingnya pun menangis. Kedukaan dan kesedihan besar tiba-tiba memenuhi empat orang itu, Kim-mou eng terpaku dan nyaris tak dapt mengeluarkan suara. Dia teringat Wan Hoa yang baru pergi, yang begitu penuh harap akan pertolongannya pada Cao Cun. Kini tanpa disangka sangka kaisar telah meninggal dunia, sungguh ini di luar perhitungan. Tapi ketika Kim - mou- eng sadar dan menekan degup jantungnya yang tidak karuan tiba - tiba pendekar ini menepuk bangun panglima tinggi besar itu.

   "Bu-ciangkun, bangunlah. Aku turut berbela sungkawa. Mari kita ke istana dan biar kuberikan hormatku yang terakhir kepada sri baginda!"

   Bu - ciangkun masih menangis.

   "Kau akan bersama kami, taihiap? "Ya, bangulah. Mari berangkat!"

   Dan Bu- ciangkun yang berdiri mengusap air matanya dengan97 tinju akhirnya sadar melihat kwibawaan pendekar ini, mata masih memerah namun cepat dia melompat di atas kudanya kembali .

   Dan ketika Kim mou-eng member tanda dan kuda ditendang tiba tiba Bu ciangkun mengeprak dan kembali ke kota raja, diiringi Kim-mou ng yang mengerahkan ginkang di samping panglima itu.

   Kuda dan manusia, berlari bagai terbang.

   Kim mou-eng mendampingi panglima ini dengan ilmu lari cepatnya, mau tak mau Bu - ciangkun kagum Dan karena dia menyadari tak mungkin Kim-mou - eng mau menunggang kuda dan sepuluh menit kemudian pendekar ini merasa larinya kuda terlalu lambat tiba tiba pendekar itu berkata bahwa dia akan mendahului, melesat dan terbang serta lenyap di depan.

   Dalam waktu sekejap saja sudah merupakan titik kecil dan hilang di sana.

   Bu-ciangkun ternganga.

   Tapi begitu Kim mou-eng lenyap dan dia mengejar maka empat ekor kuda ini mencongklang dan membalap namun masih saja tertinggal jauh di belakang! Apa yang terjadi di kota raja? Benarkah kaisar mangkat? Melihat bendera-bendera yang dikibarkan setengah tiang memang telah menunjukkan hal itu.

   Istana berkabung, kota raja tiba-tiba menjadi sirap dan sunyi.

   Orang yang berlalu-lalang hampir tak mengeluarkan suara, muka yang berpapasan sering menunduk dan menunjukkan wajah sedih.

   Istana memang dirundung duka.

   Dan ketika para menteri dan putera pangeran mendampingi jenazah di Ruang Agung98 maka di luar dibalik sosok-sosok tubuh pengawal ang menjaga seputar istana terdengar kekeh dan tawa nyaring.

   "Heh-beh, kaisar wafat? Mana peti jenazahnya?"

   Dua nenek riap riapan muncul.

   Mereka ini nyelonong masuk di saat keadaan begitu khusuk, para pengawal terkejut dan membentak Tentu saja mereka tak mengijinkan nenek itu membuat onar.

   Tapi ketika tombak dan golok ditodongkan di depan keduanya, yang membawa seorang anak berusia tiga tahun tiba-tiba mreka tertawa dan mengibas "Kami datang untuk memberi hrmat.

   Minggir..!"

   Pengawal berpelantingan.

   Entah bagaimana dari kedua tangan nenek Itu muncul sambaran angin bertenaga dahsyat, mereka tahu tahu terdorong dan jatuh tak keruan, beberapa di antaranya bahkan patah- patah tombaknya.

   Dan pengawal berteriak kaget dan serta gentar menghadap nenek itu maka dua orang nenek ini meneruskan langkahnya memasuki istana "Hei, kami mau menyatakan bela sungkawa.

   Minggir!"

   Begitu berkali-kali dua nenek itu berseru.

   setiap pengawal mau menghadang , mengembangkan lengan mereka dan pengawal pun tunggang langgang disapu angin pukulan dahsyat.

   Mereka itu tak berdaya dan kedua nenek ini pun akhir-nya memasuki bangsal istana, terus mengibas-ngibaskan lengan setiap99 dicegah.

   Dan ketika mereka masuk Ruang Agung dan para perwira serta panglimanya terbelalak melihat datangnya dua nenek itu maka sepuluh orang melompat ke depan mencabut senjara.

   dua di antaranya adalah Cu-ciangkun, Sepasang panglima kakak beradik yang bersenjatakan tombak.

   "Ji-wi locianpwe ( dua orang tua sakti ), kalian siapakah dan mau apa masuk ke dalam?"

   "Heee-heh, kami mengantar pangeran, ciangkun. Ingin menyatakan bela sungkawa dan turut berduka.

   "Tapi kalian tak dikenal!"

   "Hm, ini murid kami, putera Gurba dengan selir Bi Nio. Apakah kalian tak mengenal dan masih mlarang?"

   Cu-ciangkun, dua panglima itu terkejut.

   Mereka melihat seorang anak kecil dengan bola mata bundar tersenyum mengejek.

   tidak mengeIuarkan suara tapi angkuh memandang mereka.

   Namun yang disebut- sebut kedua nenek itu membuat mereka tertegun, mendiang Gurba dan Bi Nio.

   Tapi ketika mereka terpaku dan bingung memandang kedua nenek itu tiba - tiba mereka berkata.

   "Nah.biarkan kami lewat. Biarkan pangeran Togura menghormati ayah tirinya!"

   Cu Hak.

   panglima tertua sadar.

   Dia melihat dua nenek itu berjalan ke peti jenazah, anak laki-laki di tengahnya diapit, boah ini tampak jumawa dan angkuh, sekecil itu sudah menunjukkan kesombngan besar.100 Dan karena nnek riap-riapan ini tak dikenal dan Cu Hak terkejut mendengar anak itu adalah Togura anak Gurba dan Bi Nio tiba-tiba panglima ini meloncat dan berseru nyaring.

   "Nenek siluman. kau jangan kurang ajar. Kalau benar itu adalah putera Bi Nio yang hilang maka kaulah pencurinya. Kalian kami tangkap!!!"

   "Heh!"

   Dua nenek itu tak acuh, seorang diantaranya berhenti.

   "Kau berani menangkap kami, panglima busuk? Siapa kau yang berani mati?"

   Dan Cu Hak yang terkejut melihat nenek satunya terus berjalan dan tidak menghiraukan dirinya akhirnya menggerakkan tombak menusuk kearah si nenek itu.

   "Berhenti, atau kau kubunuh!"

   Namun tombak yang menyeleweng ditiup si nenek itu , tiba tiba panglima ini berteriak kaget.

   sementara bocah berumur tiga tahun itu berkelebat.

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Mencengkeram dan kaki panglima ini diangkat.

   Lalu begitu bocah itu berseru keras menyelinap diselangkangan panglima ini tahu- tahu melewati pundaknya yang kecil dan kaget dibanting keras.

   "Bress!"

   Panglima itu terguling.

   Togura.

   anak lelaki berumur tiga tahunan itu membuat terkesima semua orang.

   Cu Hak sang panglima yang gagah disambar dan dibanting begitu rupa, gesit dan bertenaga dan orang pun melongo .tapi ketika panglima ini melompat bangun dan marah berteriak geram maka Cu Kim, sang adik.

   berkelebat maju bersama -pembantu-pembantunya.101

   "Hak-ko, mereka itu pengacau. Lindungi peti jenazah!"

   Dua nenek itu terkekeh.

   Mereka telah melihat murid mereka yang kecil membanting panglima she Cu.

   Togura melakukan itu tanpa banyak cakap, tak ada kata- kata secuil pun keluar dari mulutnya .

   kecuali bentakkan kecil tadi ketika membanting.

   Maka ketika Cu Hak melompat bangun dan orang geger oleh peristiwa ini maka dua kakak beradik panglima Cu itu telah mengepung dan membentak nenek ini, menerjang dan segera dua nenek itu diserang, Tombak dan golok berseliweran naik turun, membacok dan menusuk Tapi kedua nenek itu terkekeh dan membuka mulut mereka meniup maka ...susshhh, semua senjata pun terpental dan menyeleweng arahnya.

   "Hi hik, hajar mereka, Togur. Beri adat!"

   Togura, bocah tiga tahunan itu mengangguk Dia sudah berkelebat dan keluar dari tengah tengah gurunya, mmbagi pukulan dan tendangan.

   Tak ada yang dapat mengelak dan semua menerima bogem mentahnya.

   Dan ketika semua menjerit dan mengaduh oleh hajaran anak laki-laki itu maka Cu ciangkun dua bersaudara pucat terhuyung mundur, tombak mereka patah dan dua nenek itu tertawa- tawa.

   Apa yang terjadi ini benar-benar mengagetkan.

   Tapi karena Cu ciangkun merupakan orang paling bertanggung jawab saat itu dan tentu saja dia tak akan membiarkan pengacau membuat onar maka mereka kembali membentak dan sudah102 menyambar tombak pengawal, menyuruh yang lain maju lagi dan bersama puluhan pembantu panglima ini mengeroyok, mereka menyerang dan menusuk nenek itu.

   Tapi ketika lagi lagi nenek itu meniup dan tombak serta golok menyeleweng tak keruan akhirnya nenek di sebelah kiri berseru.

   "Togur, .hajar panglima she Cu ini. Dia paling nekat!-"

   Togura, hocah ini lagi-lagi mengangguk.

   sama gurunya diserang dia tidak bergerak, kembali ke tempatnya smula.

   Tapi ketika pngawal maju lagi dan gurunya memrintah tiba - tiba anak ini berkelbat ke arah panglima she Cu, kebetulan menuju Cu Kim yang menjadi panglma nomor dua.

   Anak itu menampar dan Cu Kim mengelak, tentu saja panglima ini marah.

   Tapi ketika panglima itu hendak membalas dan bocah laki- laki itu menyusuli serangannya tiba-tiba ketiak panglima ini terketok sesuatu dan lumpuh, tak dapat digerakkan dan tentu saja tamparan anak itu mengenai mukanya, kali ini keras sekali, begitu keras-nya hingga, gaplokan yang nyaring mengejutkan semua pengawal.

   Dan ketika panglima itu mengeluh dan roboh terguling ternyata panglima ini tak bergerak lagi karena..

   pingsan.

   "Setan!"

   Cu Hak, sang kakak, menjadi gusar.

   Dan menusukkan tombaknya tidak lagi ke nenek lawannya melainkan ke tubuh anak ini.

   Mengejutkan sekali, bocah itu dapat mengelak.

   Dan ketika tombak103 lewat di atas kepalanya tibs tiba anak ini menyodok dan panglima itu pun berteriak ngeri.

   "Cuss.!"

   Panglima ini terpelanting.

   Empat jari jari lurus dari boah lelaki itu mengenai ulu hatinya, kontan panglima sesak napas dan roboh.

   Dan ketika ia mengeluh dan melotot kaget tahu-tahu pun terguling dan tidaK bergerak lagi, pingsan "Heh-heh, siapa berani main-main lagi?"

   Dua nenek itu tertawa, tidak lagi meniup melainkan tangan bergerak ke sana kemari.

   Para pengawal berpelantingan terlempar dan menjerit tak karuan.

   kini bukan tombak atau golok yang patah-patah melainkan tulang kaki atau tangan mereka, lawan mulai bersikap keras.

   Dan ketika pertempuran berhenti dan para menteri serta pangeran tak dapat bersuara akhirnya pengawal mundur ketakutan tak ada yang berani mendekat "Heh-heh, kalian takut?"

   Semua orang terbelalak gentar.

   Cu-ciangkun yang menjd andalan kini pingsan, dua nenek itu maju lagi mendekati peti jenazah.

   Dan karena tak ada yang menghalangi dan sepasang nenek ini terkekeh geli maka mereka pun sudah tiba di depan peti jenazah dan menepuk-nepuk permukaannya, Berseru nyaring.

   "Sri baginda, apakah kau telah memilih pangeran mahkota?'"104 Tentu saja kaisar yang wafat tak dapat menjawab. Tiga kali nenek itu bertanya dan tiga kali pula gaung suaranya lenyap, nenek yang bertanya tiba tiba marah. Dia mau membuka tutup peti. Tapi ketika nenek itu hendak merusak dan bertindak lebih jaun tiba-tiba Kim - taijin, beorang menteri tua maju melangkah dengan buru buru, menteri yang selama ini menunjkkan kesetiaannya kepada kanar.

   "Nenk keparat, tunggu dulu. Biar kujawab pertanyaanmu!"

   Dan menteri yang merah padam melihat sepak terjang dua orang ini lalu melindungi peti jenazah, berkata marah.

   "Kalian berdua siapakah? Sribaginda wafat, tak mungkin menjawab pertanyaan kalian. Nah, aku menteri Kim, kujawab pertanyaan kalian. Sri baginda telah mengangkat pangeran mahkota, dialah yang akan menggantikan dan coba jawab pertanyaan kami kenapa kalian datang dan meroboh robohkan pengawal"

   "Heh-heh, kami Sepasang Dewi Naga. Apakah ku, pernah mendengar nama kami?"

   Nenek di sebelah kiri menjawab.

   "Kami datang untuk menghomati sri baginda, menteri Kim, juga sekaligus meminta agar murid kami diangkat sebagai penggantinya!"

   "Apa?!!"

   Kim - taijin terkejut."Kalian gila? Kalian tdak waras?"

   "Hmm, murid kami adalah seorang pangeran taijin. Dan dia pintas menduduki tahta kerajan. Mana105 pangeran mahkota yang diangkat dan siapa wakil yang bertanggung jawab tentang peralihan kkuasaan?"

   "Aku,"

   Mnteri Kim menggigil.

   "Aku yang bertanggung jawab atas peralihan kekuasaan, nenek siluman. Dan kau tak apat berbuat sesuka hatimu karena sri baginda telah memutuskan penggantinya dalam sebuah surat wasiat"

   "Mana surat itu?"

   Nenek ini marah.

   "Biar kurobeki dan tidak berlaku. Pilihan kaisar salah, harus diganti dan muridku inilah yang lebih berhak!"

   "Hei, kalian para menteri dan perwira, siapa yang ingin melawan dan tidak menuruti kehendakku? Siapa yaag hendak membangkang?"

   Para menteri dan perwira gentar. Tentu saja mereka tak berani melawan, dua nenek itu terlalu sakti. Tapi Kim - taijin yang tidak takut dan marah dengan mata bersinar-sinar tiba-tiba mengedikkan kepalanya.

   "Nenek iblis, tak ada seorang pun di sini yang akan menyetujui tindakkan mu. Dan kalau kau bertanya siapa yang akan melawan dan membangkang kehendakmu maka akulah orangnya. Kau boleh bunuh aku dan paksakan kehendak mu ,, tapi tak mngkin tahta kerajaan Jatuh ditangan muridmu karena perbuatanmu tidak disetujui rakyat, tidak sah!"

   "Keparat"

   Nenek itu membentak.

   "Kalau begitu kau boleh mampus, menteri busuk pergi lah !"

   Dan tubuh Kim-taijin yang terangkat naik dan terlempar roboh akhirnya terbanting dan tergulng - guling106 membentur peti jenasah suaranya gedobrakan tapi menteri tua itu mampu bangkit kembali , dengan gagah dia terhuyung menghampiri...dipukul lagi dari jarak jauh dan akhirnya laki laki tua ini terlempar lagi tapi bangun lagi, dihajar lagi dan begitu berulang-ulang hingga menteri itu akhirnya mengeluh dan menggeletak, hidung dan mulutnya penuh darah, pakaiannya sudah tak keruan lagi karna robek - robek menerima pukulan lawan, nenek Dewi Naga sengaja tidak membunuhnya sekaligus untuk menakut nakuti yang lain, menteri dan perwira serta pengawal yang terbelalak melihat itu, ngeri.

   Dan ketika nenek ini terkekeh dan menteri itu tak dapat bangun lagi kecuali merintih dan mengerang tanpa pertolongan maka dua nenek ini menghadapi kembali semua orang yang ada di ruangan itu.

   "Nah, sipa berani unjuk gigi? Aku akan menyiksa kalian seperti si tua bangka ini, hidup dak mti pun belum. Ayo maju yang ingin dihajar!"

   Semua orang mengkeret.

   "Kalau begitu kalian ikuti perintahku Yang tidak ingin dibunuh harus berlutut dan beri hormat kepada muridku , pangeran Togur!"

   Semua orang tiba tiba berlutut , Dalam hal ini tidak ada seorang pun yang tidak mencari selamat .

   semua menteri dan perwiran menjatukan diri berlutut.

   Tapi karena anak lelaki itu berdiri di depan peti jenasah dan kebetulan yang berlutut menghadap ke peti itu107 maka sepintas ada kesan bahwa semua yang berlutut hormat pada jenazah kaisar .

   "Sekarang tirukan kata-kataku,nenek itu bicara lagi.

   "Nyatakan bahwa kalian setia kepada dia muridku dan bahwa pangeran Togur menggantikan kaisar!"

   Semua mulut bicara tak jeas.

   "Heh, katakan bahwa pangeran Togur ada-lah kaisar.!!"

   Semua mulut bersatu bicara dan serentak Tapi belum nenek ini mendengar suara yang dimaksud tiba tiba sebuah bayangan berkelebat, muncul di Ruang Agung.

   "Nnek siluman, tak ada serang pun di tempat ini yang akan mengikuti perintahmu. Hayo semua bangun dan berdiri!"

   Dan begitu seorang pemuda muncu! dan membentak maka teriakan dan sambutan girang terdengar disana sini.

   "Kim mou-eng,......."

   "Pendekar Rambut Emas "

   Dua nenek itu terkejut , Kim Mou Eng , sang Pendekar Rambut Emas tiba tiba ada di situ berdiri tegak diantara para menteri dan perwira, gagah memandang mereka dan mata yang bersinar sinar menunjukkan kemarahan .

   Dua orang nenek itu tertegun .

   Tapi ketika mereka sadar dan mendadak kaget, tiba tiba mereka berkelebat dan berdiri didepan pendekar tampan itu.

   "Heh, kau tak ingat hajaran kami tempo hari, Kim-mou - eng? Berani datang dan membuat onar?"

   "Hm, yang membuat onar adalah kalian, nenek iblis. Di sini dan di mana-mana kalian selalu mengacau .108 Pergilah, jangan membuat ribut atau aku akan menghadapi kalian!'"

   "Heh.- heh!"

   Dua nenek itu saling pandang mata berkilat - kilat.

   "Kau sombong, Kim-mou eng. Congkak! Kepandaian apa yang hendak kau pamerkan di sini? Tidakkah kau ingat ketika kami menghajarmu dan memberimu umur panjang?"

   "Aku hidup karena kekuasaan Tuhan, nenek iblis. bukan karena kalian memperpanjang umurku. Kalau kalian tak mau pergi dan tetap mengacau maka kali ini pun aku siap menghadapi kalian dan tak gentar meskipun kalian memiliki kepandaian lebih tinggi!"

   "Keparat! Bagus, kami sekarang akan membunuhmu.... !"

   Tapi belum seorang di antaranya bergerak marah tiba tiba Togur, anak laki-laki tiga tahun itu berseru, baru kali ini bicara panjang.

   "

   Sub, tunggu Biar aku menghadapinya!"

   Anak itu sudah berkelebat menghadapi Kim - mou-eng.

   "Kaukah Kim mou-eng?"

   Tanyanya bersinar- sinar.

   "Kau paman guru ku?"

   "

   Kau yang membuat ayahku menderita?"

   Kim-mou-eng tertegun, teringat anak yang dulu dibawa dua nenek iblis itu.

   "Kau Togura? "Ya, aku Togur, Kim-mou- eng Dan kau ternyata telah merampas pula kepemimpinan ayahku di bangsa Tar-tar!"

   Kim-mou-eng terkejut.109

   "Berlututlah!"

   Anak itu menyambung.

   "Kau harus menerima hukuman, Kim-mou-eng. Dan serahkan pimpinan kekuasaan bangsa Tar tar kepada ku"

   "Hm!"

   Kim-mou-eng tersentak, membelalak kan matanya lebar-lebar.

   "Kau tak tahu aturan, Togur. Beginikah sikapmu kepada paman guru? Kau seorang anak, semestinya kau menghormat yang tua dan tidak kurang ajar. Ini tentu hasil didikan subomu vang sesat!"

   Dan marah memandang sepasang nenek itu Kim mou- eng membentak .

   "Nenek iblis, kalian membuat putera suhengku tak karuan Kalian harus mngembalikan anak ini kepadaku agar dapat kudidik baik. Lihat, dia rusak dan sesat seperti kalian!'"

   "Heh-heh, yang tak keruan adalah kau, Kim Mou-eng. Muridku telah memerintah agar kau berlulut. Berlututlah, serahkan kekuasaanmu pula dan biar bangsa Tar-lar dipimpin muridku!' "keparat!"

   Kim mou-eng marah.

   "Kalau begitu bocah ini harus kuambil, nenek jahat. Kalian tak boleh mendidiknya lagi dan biar kubawa. Kim-mu-eng yang menggerakkan tangan menyambar anak itu tiba-tiba bergerak, mau merampas Togura tapi si boah berkelit. Kim-mou-eng terbelalak. bergerak dan menyambar lagi dan Togur, anak laki-laki itu tiba - tiba menangkis. Kim- mou-eng mendengus dan anak itu terpntal. Togura menjerit karena lengannya bengkak, Kim mou eng memang menghajarnya tadi. Dan ketika pendekar ini mau menyambar lagi dan menangkap110 boah itu tiba-tiba sebuah lengan lain terulur dan menangkis pendekar ini.

   "Kim-mou-eng, enyahlah... .dukk!"

   Dan Kim mou eng tergetar dan terdorong dua tindak tiba-tiba sudah berhadapan dengan Ji-moi, nenek kedua, yang menyeringai dengan nafsu membunuh! "Kau berani mati?"

   Pertanyaan itu dingin menyeramkan.

   "Kau ingin mati dengan cara apa?"

   Kim-mou-eng menyadari keadaan.

   "Nenek jahat, tak ada yang dapat menntukan mati hidup di sini. Kalau kalian tak mau menyerahkan mrid keponakanku aku akan merampasnya dari kalian. Dan aku akan melawan kalian sampai titik darah penghabisan!"

   "Bagus, kalau begitu jangan banyak biara, Kim-mou-eng. Terimalah pukulanku dan mampuslah...wuutt!"

   Dan si nenek yang sudah menyerang dan menggerakkan tangannya ke depan tiba-tiba menghantam dan mendorong tubuh pendekar itu., angin pukulan dingin bersiut tajam dan Kim-mou-eng mengelak.

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Lawan membentak dan menyerang lagi.

   Dan karena ruangan itu sempit dan terpaksa Kim-mou-eng menangkis maka dia pun menggerakkan lengan menerima pukulan itu, mengerahkan sinkangnya.

   "Dukk!"

   Kim-mou-eng kembali tergetar.

   Untuk ke-dua kali dia terdorong, kali ini lebih jauh, hampir empat langkah.

   Tapi Kim-mou eng yang tak takut dan gentar sedikit pun juga tiba-tiba melengking dan balas111 menyerang nenk itu, berkelebat dan mengerahkan Tiat-lui kangnya dan segera pukulan berhawa panas menyambar, dielak dan Kim mou eng mengejar.

   Dengan cepat dan bertubi-tubi ia menyusuli serangannnya, si nenek Iihai mendengus dan menampar.

   Dan ketika dua tenaga kembali beradu dan Kim-mou eng terhuyung akhirnya pendekar ini berseru keras mencabut senjatanya , sebuah pit hitam dan segera senjata pendek di tangannya itu bergerak ke san ke mari dengan amat cepatnya, menotok dan mnggores dan Ji moi menggeram.

   Nenek sakti ini menampar dan memukul.

   Tapi karena Kim mou eng menggerakkan lengan kirinya pula melancarkan pukulan pukulan Petir, Tiat-lui kang, akhirnya nenek ini mendesis dan marah menerima semua serangan serangan itu.

   Pit mental bertemu tubuhnya dan si nenek pun membal.

   Dan karena kepandaian nnek itu demikian tingginya dan btapapun Kim mou eng menyerang slalu saja pkulannya membalk atau pit di tangannya terpental maka serangan Kim-mou-eng mulai kandas dan pendekar itu pun mengeluh.

   "Heh-heh. untuk orang lain mungkin Tiat-Lui- kangmu sudah hebat, Kim-mou-eng. Tapi untuk diriku tak mampu berbuat apa-apa."

   Kim - mou eng gelisah.

   Memang apa yang dikata nenek ini benar.

   Tiat-lui-kangnya, pukulan Petir, diterima begitu saja oleh nenek ini, meledak tapi tak apa-apa dan si nenek pun tak roboh.

   Bahkan nenek itu112 serasa diusap pukulan hangat yang membuat tubuhnya segar, terkekeh-kekeh dan Kim-mou-eng pucat dan ketika pit di tangannya menyambar ke mata dan si nenek mengelak maka dengan cept pula nenek itu menyamplok.

   "Plak!" **"

   

   Jilid III Koleksi Kolektor EBook SENJATA di tangan pendekar itu nyaris terlpas.

   Ji moi.

   mengerahkan sinkangnya hebat hingga pit di tangan pendekar ini tergetar.

   Kim-mou-eng merasa tangannya sakit dan linu.

   Sampokan tadi bukan sembarang sampokan dan tentu saja dia gelisah.

   Dan ketika dia menyerang lag namun pukulan maupun totokan tak mempan menghadap nenek yang sakti ini akhirnya senjata di tangan Kim-mou eng patah bertemu tubuh si nenek yang kebal.

   "Krek!"

   Kim-mou-eng membuang pitnya di lantai, marah tapi juga bingung.

   "Kau hebat, nenek siluman. Tapi aku belum menyerah!"

   Bentakan itu disusul terjangan kedua, tangan kiri menampar sementara tangan kanan menghantam.

   Kim mou eng melakukan dua serangan sekaligus ke kepala dn113 lambung.

   Tapi ketika si nenek tertawa dan mengibas rambutnya yang riap-riapan mendadak dua pukulan, itu dsambut dengan sabetan rambut yang tiba - tiba berubah kaku seperti kawat baja "plak.

   plak!"

   Kim-mou eng mengeluh.

   Lawan tidak berhenti sampai disitu saja, Ji - moi terkekeh dan menggerakkan kepala, rambut yang menangkis tiba tiba juga menggubat pergelangan tangan lawan.

   Kim-mou- eng mau menarik tapi tak keburu.

   Pendekar ini berseru kaget ketika tangannya tergurat.

   Dan ketika dia mau membetot tapi lawan mendahului mendadak nenek itu telah menyendal dan..

   Kim mou eng pun roboh terbanting.

   "Bress!"

   Kim-mou terguling guling, melompat bangun dan melihat si nenek berkelebat.

   Rambut it meledak dan kini menyambar pinggangnya, melibat dan menarik dan' Pendekar Rambut Emas berseru keras.

   Dia menghantam tapi si nenek mengangkat naik.

   Dan ketika dia khilangan keseimbangan dan si nenek pun membanting, maka Kim mou eng lagi - lagi terlempar dan jadi bulan-bulanan serangan nenek ini, mendengar lawan terkekeh dan para menteri serta perwira terbelalak melihat semuanya itu.

   Dngn jelas mereka melihat bahwa Kim mou eng bukan tandingan nenek ini.

   padahal nenek yang lain masih belum bergerak.

   Bukan main saktinya nenek itu.

   Dan ketika Kim-mou-eng kembali trguling-guling dan dihajar serta dilecut114 cambuk maka Toa-ci, nenek pertama, berseru agar adiknya menydahi main-main itu, Ji-moi memang mempermainkan Kim-mou eng.

   "Ji, moi, bereskan dia. Bunuh!"

   "Hih-heh, baik, Toa-ci. Lihat sekarang dia akan kucekik.... wiirrr"

   Rambut itu tiba-tiba meluncur cepat, lurus dan tahu - tahu sudah melilit di leher Pendekar Rambut Emas.

   Dan ketlka Kim Mou eng tersentak dan kaget membelalakkan mata sekonyong - konyong tubuhnya terangkat naik dan......diputar - putar di sekeliling tubuh nenek itu.

   "Hi-heh, mampus kau, bocah. Mampus!"

   Kim-mou-eng pucat.

   Dia sudah tak berdaya diperlakukan seperti itu, tubuhnya terkatung di udara, kian lama kian cepat diputar dan tentu saja nafasnya tercekik.

   Kim-mou eng kaget bukan main.

   Tapi ketika si nenek terkekeh-kekeh dan betapa pun Kim-mou-eng tak mau mati konyol tiba-tiba pndekar ini mengeluarkan bentakan keras dan kedua tangn menghantam dengan pukulan sinar putih, satu satunya pukulan yang merupakan ilmu simpanan yang bukan lain Pek sian ciang adanya.

   "Dess!"

   Nenek itu bergoyang.

   Tubuhnya tiba tiba berhenti berputar, rambut yang melilit mengendur, Kim mou eng telah menghantamnya begitu hebat dan Ji-moi sejenak lupa bahwa pendekar ini masih mempunyai ilmu andalan, Pek-sian-ciang atau Pukulan115 Dewa Putih.

   Kini sadar tapi pukulan telah mengenai dirinya.

   Rambut sebagian putus dan nenek ilu terhuyung, Kim-mou eng membebaskan diri.

   Dan ketika nenek itu terbelalak dan Kim mou eng mengeluarkan bentakan kedua dan menghantam lagi maka sinar berkedip menyambar dan kembali mengenai nenek itu, yang tampaknya tertegun "Dessl"

   Ji-moi mengeluh. Untuk pertama kalinya nenek itu sadar, dia terlalu merendahkan lawan dan lupa jelek- jelek Kim-mou eng masih dapat menggigit. kini "gigitannya"

   Itu dirasakan dan pakain nenek ini hancur.

   Kejadian seprti dulu berulang, Ji-moi terkejut dan batuk batuk.

   Kim mou eng terbelalak, seharusnya kalau orang lain tentu sudah mampus dn terkapar roboh, nnek ini masih dapat berdiri meskipun bergoyang- goyang.

   Dan karena saat itu merupakan penentuan dan tak boleh dia membuang kesempatan tiba-tiba untuk ke tiga kalinya pendekar ini menyerang lagi dan menghantam, kali ini mengerahkan segenap kekuatannya dan gedung istana seakan diguncang dentum-an gunung meletus.

   Bukan main hebatnya.

   Bentakan Kim-mou eng itu sendri sudah cukup membuat orang-orang yang ada di situ terpelanting, sebagian besar roboh, pingsan! Tapi ketika Kim mou-eng menghantam dan nenek Ji moi tersentak tiba-tiba nenek itu mendengar seruan toa cinya (kakak) dan bayangan nenek pertama berkelebat.116

   "Awas.. dess!"

   Pukulan Pek sian-ciang seolah mengenai bukit.

   Ji-moi, sang nenek menggerakkan lengannya.

   Saat itu nenek ini menggeram dan menyambut sang Toa-ci menyelinap di blakang Kim-mou eng dan menotok.

   Dan ketika Ji-moi menerima pukulan itu dan mengerahkan sinkang menolak maka nenek itu menjerit sementara Kim-mou-eng bergoyang lawan mencelat naik tapi Toa-ci sudah ada di belakangnya.

   Gerakan nenek ini yang menotok tengkuk termasuk perbuatan urang, Kim mou eng merasa tolakan keras dari nenek Ji-moi.

   Pukulannya tertahan dan membentur dinding tak kelihatan yang bukan main kuatnya, mau membalik dan menghantam dirinya sendiri.

   Dan ketika Toa ci melengking dan menotok tengkuknya tiba-tiba Kim mou eng mengeluh dan.

   roboh terlempar seketika pingsan karena serangan di belakang itu melumpuhkan tenaganya.

   Pek-sian-ciang akhirnya membalik dan benar benar mnyerang dirinya sendiri.

   Keadaan ini bisa membahayakan Kim mou eng, apalagi pendekar itu sedang pingsan nyawa bisa terbang dalam keadaan tak sadar.

   Tapi ketika pendekar itu mencelat dan hampir menumbuk dinding sekonyong-konyong sebuah helaan terdengar d situ dan seorang maha sakti menangkap Pendekar ini berseru lembut.

   "Thian Yang Agung, Bi Kim dan Bi Lan masih juga telengas.... .. ahh!"117 Dan Kim-mou eng yang ditahan serta diselamatkan dari pukulan maut tiba tba dilontar ke atas dan....blang."

   Dinding di belakang hancur berkeping - keping menerima hembusan Pek-sian-ciang yang membalik begtu dahsyat, lwat dan tembus begitu saja di tubuh manusia maha sakti ini dan Kim-mou-eng kembali ditangkap, diterima dan seorang kakek yang mukanya tertutup halimun muncul di situ.

   Entah kapan dia datang tak ada yang tahu.

   Tapi begitu da nenek itu melihat kakk ini tiba-tiba keduanya berjengit dan mundur mengeluarkan seruan gentar .

   "Sian-su....!"

   "Bu-beng Sian-su....!"

   Dua nenek itu tertegun.

   Mereka melihat sang maha sakti, kakek dewa Bu-beng Sian su, berdiridi situ.

   Kakek ini mmandang da nenek itu dan Sepasang Dewi Naga terkejut, mereka tadi telah disebut nama kecil masing - masing, sang kakak bernama Bi Kim sedang sang adik bernama Bi Lan.

   Itulah nama yang hampir terkubur dua ratus tahun yang lalu, tak ada yang tahu kecuali si manusia dewa ini, Bu beng Sian su yang berkepandaian tinggi, tentu saja dua nenek itu tersentak dan kaget bukan main.

   Rasa gentar jelas membayang di wajah dua orang nenek ini.

   Tapi melihat Bu beng Sian su menolong muridnya dan perlahan namun lembut kakek itu mngusap muridnya agar sadar tiba tiba nenek Ji-moi, Bi Lin, melengking berkelebat ke dpan.

   "Sian su, kau mampuslah ..!"118 Bu-beng Siansu, kakek yang diserang tenang- lenang saja. Dia tidak mengelak, juga tidak menangkis. Pukulan nenek Ji-moi menghantam dahsyat ke tubuhnya. Tapi begitu kakek ini mengangkat tangan tingg - tinggi dan menerima pukulan itu tiba tiba pukulan yang begitu dahsyat lewat begitu saja dan kakek ini tidak apa-apa, seolah menyerang sebuah bayangan yang tidak berbadan kasar.

   "Dess!"

   Tembok di belakang malah menjadi sasaran.

   Suara hiruk-pikuk menyusuli serangan itu, dinding ruangan roboh dan nenek Ji-moi kembali melengking.

   Dengan marah dan gusar ia kembali menyerang.

   Tapi ketika pukulannya lewat dan Bu beng Sian-su tak apa-apa maka nenek ini gentar meneriaki encinya.

   "Toa-ci, serang!"

   Toa ci, nenek yang bernama kecil Bi Kim terbelalak.

   Dia melihat dua pukulan adiknya menghantam angin kosong, tubuh lawan tak apa apa padahal baju manusia dewa itu berkibar keras.

   Jelas pukulannya mengena tapi entah bagaimana kakek dewa itu tak merasakan.

   Nenek ini pun marah.

   Dan karena adiknya meneriaki dan ia pun penasaran tiba tiba nenek Toa ci membentak dan berkelebat pula ke depan.

   "Desss! Pukulan nenek Toa-ci membuat genteng di atas berhamburan. Ruangan terasa dilanda gempa dahsyat dan beberapa yang masih ada di situ berpelantingan119 roboh. Mereka tadi belum pingsan oleh bentakan Kim- mou - eng, kini mencelat dan pingsan oleh hembusan angin Toa-ci. Bu beng Sian-su berseru perlahan dan tampak menggoyang tubuh, Kim mou - eng dilontar kembali ke atas dan diterima setelah pukulan lewat. Dan ketika Toa-ci melengking dan kakek dewa itu menggumam tak jelas tiba-tiba nenek Ji-moi, nenek kedua menyuruh encinya menyerang berbareng. muka dan belakang.

   "Toa - ci. serang serentak. Lancarkan Mo seng- cing (Pukulan Bintang Iblis)!"

   Sang Toa ci mengangguk.

   Saat itu penasarannya pun memuncak, begitu pula kemarahannya.

   Maka begitu sang adik menyuruh dia melancarkan Mo-seng-ciang.

   sebuah pukulan dahsyat yang dipunyai mereka tiba tiba dua nenek ini berkelebat dan dari muka serta belakang mereka menghantam sekuat tenaga.

   "Blang!"

   Sinar hitam berkedip warna - warni menyambar tubuh Bu beng Sian su.

   Awan gelap dan ledakan bagai petir terdengar di situ.

   Entah apa yang terjadi tapi Bu-beng Sian-su mengangkat sebelah lengannya, kakek itu mengeluh dan menyambut dua nenek Naga tersebut dan menjerit.

   Dan ketika Bu-beng Sian-su menolak dan Bi Kim serta Bi Lin mencelat tiba - tiba dua nenek itu mengaduh dan berguling-guling melontakkan darah.120

   "Aduh, keparat kau, Siansu. Jahanam!'"

   Dua nenek itu memaki, tubuh mereka berubah kehitaman dan masing-masing mendelik.

   Masing- masing seakan menjadi arang dan hanya spasang mata bulat yang berwarna keputihan tampak di situ.

   menandakan bahwa Mereka masih hidup dan Ji-moi serta kakaknya menangis.

   Tadi mereka ditahan dan ditolak oleh tenaga maha dahsyat, pukulan mereka membalik dan Mo seng-ciang jsteru mmhuat mereka hangus.

   Kalau bukan mereka tentu dua nenek ini sudah terbakar kulitnya.

   mereka seketika sudah menjadi kehitaman dan tentu saja mereka sudah tak dapat memulihkan diri.

   Dan ketika menyadari bahwa merka tak dapat menandingi manusa dewa itu dan Bi Lim serta kakaknya gentar tiba tiba mereka memekik dan ...

   melarikan diri, menyamhar Togura.

   "Togur, lari. Kita ketemu iblis!"

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Bu beng Sian-su.

   kakek dewa itu tak mengejar.

   Dia hanya menghela napas dan mengurut muridnya.

   Kim -mou-eng sadar dan cepat menjatuhkan diri berlutut.

   Guruny datang dan menolong.

   Untung, kalau tidak tentu dia binasa.

   Sepasang nenek siluman itu betul-betul hebat.

   Dan ketika gurunya menarik bangun dan mengebut lengan kesegala penjuru maka para menteri dan perwira yang roboh pingsan mendadak bangun berdir dan segar bugar disehatkan kakek maha sakti ini.

   "Muridku, mari pergi. Aku ingin bicara di luar!!"121 Kakek itu lenyap. Sama seperti datangnya tadi manusia dewa ini tak meninggalkan jejak. Kim-mou ng girang tapi juga emas. Dan ketika dia menolong Kim- taijin dan aneh bin ajaib semua luka-luka d tubuh menteri itu hilang setelah dikebut gurunya maka Kim- mou - eng menyusul dan meninggalkan orang orang itu, diteriaki namun tak dihiraukan dan semua menteri serta perwira mengira Kim-mou-eng mengusir dua nenek siluman itu. Tadi mereka setengah pingsan ketika Kim- mou-eng melancarkan Pek-sian ciangnya yang ketiga, akhirnya benar-benar pingsan stelah dihembus pukulan dua nenek itu. Dan ketika Kim mou-eng lenyap dan tentu saja kegegeran itu tak dapat mereka lupakan dan Km mou-eng dpuji setinggi langit maka di lain tempat Kim-mou eng sendiri telah terbang dan menyusul gurunya, membiarkan istana sibuk sendiri dengan urusannya. Sepasang nenek iblis itu telah pergi. Dan begitu Kim mou eng pergi pula dan entah apa yang dilakukan pendekar itu ditempat lain ., maka pemakaman jenazah akhirnya di percepat dan tak lama kemudian pangeran mahkota yang di pilih telah menduduki jabatannya sebagai pengganti sang ayahanda. *** "Bagaimana, kau mash mengulur-ulur waktu ibu?"122 Begitu sebuah pertanyaan dilontarkan seorang pemuda gagah kepada seorang wanita lain yang masih muda. Wanita ini sejak tadi menangis terisak, duduk di hadapan seorang pemuda tinggi besar berkulit hitam, usianya tak lehih dari dua puluh tiga tahun dan pemuda di depannya yang bertanya tampak tak sabar. Sudah beberapa har ini dia mendesak. Dan ketika wanita yang ditanya mengguguk dan malah tersedu -sedu akhirnya pemuda tnggi besar itu gemas.

   "Ibu." .katanya lagi.

   "Sudah sebulan ini kau menunda jawaban. Ayah telah wafat, kau dan semuanya yang ada di sini diwariskan secara adat kepadaku. Apalagi yang ditunggu?"

   "Aduh, nanti dulu, Cimochu. Biarkan aku berpikir, aku.... aku minta waktu seminggu lagi"

   "Hm. kalau begitu ini batas waktu terakhir, ibu. Setelah itu kau tak boleh mengulur lag dan tunduk kepadaku!' Pemuda itu marah, meninggalkan kamar itu dan si wanita cantik mengguguk. Sudah berapa waktu ini dia didesak. Dan ketika pemuda itu pergi dan wanita ini yang bkan lain Cao Cun adanya melempar tubuh di pembaringan. Akhirnya wanita ini menutupi mukanya dan mnangis berguncang-guncang.

   "Wan Hoa, berhasilkah tugasmu? Dapatkah kau menemui. Kim twako?"

   Begitu berulang-ulang ia mengeluh.

   Ratapannya memilukan dan sepuluh hari ini matanya selalu merah.

   Tapi karena tetap cantik dan123 betapapun kecantikan Cao Cun tak ada tandingannya di seluruh bangsa liar itu maka tangisnya yang mengguguk justeru menyentuh hati menyayat perasaan.

   Bagaimanakah asal mulanya? Kenapa wanita ini selalu dirundung nasib celaka? Tak ada yang tahu.

   Sebulan itu wafatnya raja Hu telah lewat.

   Cao Cun, wanita yang dperisteri raja liar ini akan diperisteri anak tirinya, Cimochu yang gagah dan yang tadi telah menanyai dirinya.

   Pemuda tinggi bsar itu memang jengkel, dia selalu diulur-ulur dan disuruh menunggu.

   Gemas dia.

   Dan ketika hari itu Cao Cun dipepet dan diberi batas terakhir maka wanita ini menjanjikan batas satu minggu untuk memberi jawaban.

   Akan diterimakah? Atau ditolak? Cao Cun belum tahu pasti.

   Yang jelas, dia terhimpit rasa takut dan tak sudi.

   Takut kepad ancaman tapi tak sud kalau harus dikawin anak tirinya sendiri.

   Aib itu.

   Pantang bagi wanita Han yang terhormat untuk melakukan itu.

   Tapi karena dia tak berada di negerinya sendiri dan adat istiadat bangsa liar itu harus diikutinya maka berminggu-minggu ini Cao Cun meratap dan mengeluh.

   Memang berat.

   Mana ad ibu 'tiri dikawin anaknya sendiri? Hal begini memang langka dan dikutuk bangsa baik-baik.

   Tapi karena bangsa liar Itu memang bangsa liar dan Cimochu sendiri berbulan-bulan ini tertarik dan tergila - gila kepada ibu tirinya maka meninggalnya raja Hu justeru seperti sebuah kesempatan bagi pemuda tinggi besar ini.

   Cimochu124 sudah lama merasa jatuh cinta kepada ibu tirinya itu.

   Lihat, mana ada wanita di tengah-tengah suku bangsanya yang demikian cantik dan jelita seperti Cao Cun? Mana ada yang halus dan lembut seperti selir kaisar yang tak jadi diambil itu? Seluruh Tiongkok mengakui itu, apalagi Cimochu dan bangsa liarnya.

   Maka begitu sang ayahanda mangkat dan Cimochu merasa mendapat durian runtuh segera pemuda berkulit hitam ini mendekati ibu tirinya.

   "lbu harus menjadi isteriku,"

   Dmikian mula- mula pemuda itu berkata, lembut dan halus dengan mata bersinar-sinar.

   "Adat dan cara bangsa"

   Ini mengharuskan segala milik ayah merjadi tanggung jawab putera sulung. Karena itu bersiaplah agar kita merayakan pesta agung!"

   Cao Cun pucat.

   Memang dia sudah mendengar itu, jauh hari sebelum suaminya meninggaI, di kala sang suami trbaring sakit dan merupa-kan berita selentingan.

   Tapi ketika berita itu kian santer dan kini Cimochu sendiri sudah menyatakan itu secara terang - terngan maka Cau Cun hampir roboh pingsan mendengar itu.

   "Bagaimana? Ibu sudah menetapkan harinya?"

   Begitu sang anak tiri bertanya lagi di lain kesempatan.

   "Kita harus cepat-cepat menjadi suami istri , ibu. Setelah itu Kita punya anak dan membangun bangsa yang besar!125 Cao Cun merenung seperti patung. Saat itu air matanya berderai, mau menolak tapi tahu akibatnya. Dan karena berhari-hari ini sudah mulai sering dikunjungi pemuda itu dan perasaan takut serta cemas hampir membuat wanita ini kehilangan akal maka Wan Hoa, sahabat setianya itu memberi jalan.

   "Jangan khawatir aku akan menolongmu, Cao Cun. Aku akan ke kota raja dan meminta tolong istana!"

   "Hm."

   Cao Cun memandang kosong.

   "Kau wanita lemah, Wan Hoa, seperti juga aku. Kalau kau datang sendiri dan minta kesana tentu tak berhasil "

   "Lalu apakah aku barus membiarkanmu begini?"

   Cao Cun diam.

   "Tidak,"

   Wan Hoa menyambung.

   "Aku tidak meminta sendiri, Cao Cun, melainkan mencari Kim-twako dan dialah yang ku mintakan bantuannya!"

   "Kim-mou eng?"

   "Ya, siapa lagi? Dialah yang dapat melakukan apa yang tak dapat kita lakukan Cao Cun. Karena itu tenanglah dan tunggu hasilnya". Cao Cun bangkit semangatnya. Ia teringat wa ljah yang gagah dan tampan dari Pendekar Rambut Emas itu, tiba - tiba Cao Cun merasa rindu, air mata menitik dan tiba-tiba trkenanglah dia akan segala suka dukanya bersama sang pndekar tampan. Betapa mula- mula dia jatuh hati tapi diganggu Mao taijin, dikurung dan dilepas tapi akhirnya terjebak lagi. Satu demi satu126 gangguan hidup silih berganti, Kim-mou-eng berkali-kali menolongnya tapi selalu saja ada yang tidak senang. Cnta pertamanya gagal dan Kim-mou-eng ditekan smoinya, Salima yang sudah lama tergila-gila dan jatuh cinta lebih dulu kepada Pendekar Rambut Emas itu. Dan ketika dia terkurung di istana Dingin dan berkali-kali mengalami nasib menyedihkan akibat ulah Mao - taijin akhirnya dia diberikan kepada raja Hu dan kini hidup di tengah tengah suku bangsa liar. Satu dua dihubungi pihak keluarganya tapi hubungan itu lebih bersifat kunjungan "politik". Keluarganya diminta kaisar agar dia berbaik-baik dengan raja Hu, raja liar itu banyak membantu istana dengan penjagaannya di tembok besar. ltulah sebabnya dia dihadiahkan pada raja bangsa liar itu karena raja Hu tak mengganggu istana, bahkan menjadi sahabat dan bertahun-tahun menjaga tapal batas dari serangan suku-suku bangsa lain. Tar - tar umpamanya. Dan karena dia mengemban tugas untuk tetap menjaga persahabatan ini dengan melayani suaminya sebaik mungkin maka Cao Cun tertekan dan sedih. Memang betul. Wanita cantik ini sedang mengemban tugas negara, secara tidak kentara. Karena kaisar, yang waktu itu berkuasa dan ingin menjaga hubungan baik dengan raja Hu sengaja "menjual"

   Wanita ini agar raja Hu tidak menyerang istana, diberi wanita antik dan kebetulan raja Hu tergila-gila pada Cao Cun.127 Cao Cun memang hebat dan cantik, kecantikannya tak ada yang menandingi di seluruh negeri.

   Wanita ini adalah hasil seleksi ketat dari permintaan kaisar yang kejatuhan mimpi suatu malam bahwa dia harus menari Cao Cun, didapat tapi diputar- putar oleh Mao-taijin yang menghendaki ayah Cao Cun bupati Wang, memberi dulu hadiah padanya, lima ratus ons emas, tidak diberi dan karena itu menteri ini lalu membalas dendam.

   Cao Cun tak diberikan pada kaisar melainkan disimpan saja di Istana Dingin, sebuah istana penampung bagi selir-selir kaisar yang dipilih, calon selir.

   Dan karena Mao-taijin berusaha menekan namun ayah Cao Cun tetap bersikeras pula dengan sikapnya untuk tidak memberi sogokan itu, maka Cao Cun menjadi korban dan begitulah, gadis ini akhirnya menjadi isteri pemimpin bangsa liar, dibawa keluar kota raja dan kini hidup di tengah-tengah suku itu.

   Mula - mula tak dapat menerima suaminya tapi pihak keluarga selalu memperingatkan.

   dia tak boleh begitu dan harus menintai suaminya.

   Cao Cun ditekan dan dipaksa.

   Dan karena kebetulan suaminya amat mencintai dirinya dan sedikit demi sedikit perhatian suaminya yang begitu besar berhasil menggugah perasannya pula akhirnya Cao Cun dapat melakukan semuanya itu dan dia pun melahirkan seorang putera, diberi nama ltuchi Yashi dan kebahagiaan mulai timbul.

   Tapi, belum lama kebahagiaan atau kesenangan ini128 didapat tiba-tiba raja wafat dan kini Cimochu mengganggu.

   "Sudah lah, paduka tak perlu bersedih, hu-jin. Ini memang adat bangsa sini dan Cimochiu benar, segala warisan ayahnya akan jatuh ke tangannya. Paduka tinggal menerima dan jangan membuat celaka, kita semua bisa terancam."

   Begitu seorang pembantunya membujuk.

   Cao Cun mengiyakan saja namun kedatangan Wan Hoa tetap diharap.

   Hari-hari terakhir ini berat menindih perasaannya.

   Dan ketika dengan gelisah dan tak sabar dia menanti kedatangan sahabatnya paling setia itu mendadak suatu sore Wen Hoa muncul.

   "Aduh, berhasil, Cao Cun. Berhasil! Aku ketemu Kim-twako . .!"

   Bgitu Wan Hoa melonjak dan menubruknya di kamar, ketika baru saja datang dan turun dari kereta.

   Dan ketika gadis it bersorak kegirangan dan memeluk serta mnciuminya maka Cao Cun berseri-seri mendengar berita yang amat menggembirakan ini, air matanya berderai, runtuh oleh rasa girang yang luar biasa.

   "Begitukah?"

   Tanyanya.

   "Dan mana Kim twa ko, Wan Hoa? Kapan kau ketemu?"

   "Ah. dua hari yang lalu, Ca Cun. Dan Kim mou- ng akan menolong kita. Kau pasti selamat, Cimochu tak dapat mengambil mu sebagai istri"

   Wan Hoa lalu menceritakan pertemuannya, bersemangat dan berapi-api dan Cao Cun hanyut oleh129 cerita sahabatnya ini.

   Keluhan dan air mata bahagia kembali runtuh berderai derai, Wan Hoa berkali - kali mencium dan memeluknya, sahabatnya Itu seakan menari nari oleh gembira.

   Dan ketika selesai menutup ceritanya dan mengatakan Kim mou-eng akan datang Wan Hoa mengusap rambut sahabat yang dicintanya ini, berseri-seri.

   "Nah, karena itu tunggu saja beberapa hari, Cao Cn. Kim twako akan datang dan membawa berita dari istana!"

   Cao Cun mengangguk angguk.

   "Terima kasih,"

   Ucapnya haru.

   "Kau tak lelah-lelahnya, menolong aku. Wan Hoa. Entah dengan apa aku harus membalas semua budi kebaikanmu ini. Kalau tak ada kau tak mungkin rasanya aku hidup lebih lama."

   "Ah,"

   Wan Hoa terharu juga.

   "Jangan begitu, Cao Cun Kau dan aku satu. Tanpa kau, aku ,juga tak ingin lama tinggal di dunia ini. Sudahlah, simpan terima kasihmu itu dan nantikan kedatangan Kim-twako!"

   Dua wanita itu berpelukan.

   Wan Hoa telah berhasil menunaikan tugasnya dengan baik, dia telah menemui Kim-mou-eng dan berhasil mendapat janji Pendekar Rambut Emas itu, Kim-mou-eng pasti menolong dan menyelamatkan Sahabatnya.

   Aib itu tak jadi menimpa.

   Tpi ketika mereka bersenang-senang dan riang menanti kedatangan Kim-mou eng mendadak sesuatu yang mengejutkan datang menimpa, ketika Kim-mou eng muncul, datang menepati janji.130

   "Maaf,"

   Begitu pendekar itu menunjukan roman tak gembira.

   "Aku gagal, Wau Hoa. Ap yang kujanjikan tak dapat kupenuhi."

   "Apa maksudmu?"

   Wan Hoa terbelalak.

   "Kenapa begitu?"

   Lalu teringat belum mempersilahkan tamunya. Wan Hoa menyuruh pendekar itu ke dalam, mau memanggil Cao Cun.

   "Tidak, jangan ...."

   Pcndekar Rambut Emas mencegah.

   "Aku malu, Wan Hoa. Jangan panggil ia dan biarlah kita berdua!"

   "Apa artinya ini? Kenapa?"

   Wan Hoa tertegun.

   "Dengarlah,"

   Pendekar Rambut Emas trgetar.

   "Aku tak dapat menyampaikan permintaanmu karena kaisar wafat, Wan Hoa. Aku gagal dan terus terang tak mampu menolong."

   "Oohh..!"

   Wan Hoa terbelalak.

   "Wafat? Sri baginda wafat?"

   "Ya, baru saja, Wan Hoa. Aku mendengar ketika kau pulang. Saat itu Bu-ciangkun muncul.."

   Km mou-eng lalu menceritakan kejadiannya betapa dia ke kota raja dan hanya melihat peti jenazah di istana.

   Tentu saja gagal dan tak dapat menolong Cao Cun karena kaisar meninggal dunia.

   Apa yang diharap menjadi kandas dan Wan Hoa tiba-tiba trsedu.

   Dan ketika wanita itu menangis dan hampir menjerit penuh kecewa maka Kim-mo-eng terharu meletakkan tangannya di pudak gadis ini.131

   "Nah, sekarang kau tahu, Wan Hoa. Sampaikan pada Cao Cun dan biar aku kembali. Aku malu bertemu dengannya, aku tak berdaya...."

   "Tidak!"

   Wan Hoa tiba - tiba melengking "Masih ada jalan, twako. Tolonglah sekal lagi dan jangan biarkan Cao Cun menderita!"

   "Hm, apa lagi? Jalan apa?"

   "Bukankah kaisar telah memilih pangeran mahkota? Bukankah penggantinya ada?"

   "Benar, lalu?"

   "Lalu kau minta tolong padanya, twako Suruh kaisar yang baru itu menolong dan menyelamatkan sahabatku!"

   Kim-mou eng tertegun.

   "Bisa, bukan?"

   "Hm...."

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kim mou eng ragu.

   "Kaisar yang baru tak seberapa kukenal, Wan Hoa. Aku tak begitu akrab seperti terhadap ayahnya"

   "Tapi kau bisa mencoba, twako. Cob dan lakukan itu demi Cao Cun. Sumpah, aku tak ingin hidup kalau Cao Cun bunuh diri!"

   Kim mou-eng pucat.

   "Wan Hoa, sedemikian sulitkah hidup yang kita alami ini? Haruskah kegagalan ditebus dengan bunuh dri?"

   "Kau tahu, Cao Cun selamanya tak mengecap kebahagiaan twako. Baru sedikit sudah direnggut lagi dengan kejam. Dewa maut tak kasihan kepada raja Hu, kalau dia tak wafat dan anaknya tak ada tentu Cao Cun132 dapat bahagia bersama suaminya itu. Tdak, hidup terlalu kejam buat Cao Cun. twako. Kalau kau yang diharap tak dapat menolong maka mungkin dia akan bunuh diri!!! Kau bantulah, kau tolonglah. Demi arwah leluhurku. barlah Kubayar semua petolonganmu ini dengan menjadi budak mu selama tujuh penghidupan!"

   Wan Hoa sudah menangis, mengguguk dan meratap dan keputusasaan serta kecemasan sudah menyelubungi dirinya.

   Wan Hoa pucat melihat kegagalan Kim-mou-eng.

   Dan ketika gadis itu tersedu- sedu dan Kim-mou eng sendiri pucat serta gemetar akhirnya pendekar ini mengeraskan hati.

   "Baiklah, aku akan mencoba semua daya dan kemampuanku, Wan Hoa. Akan kutemui kaisar baru itu dan tunggulah, mudah-mudahan berhasil."

   Dan Wan Hoa menangis terputus-putus.

   "Jangan lama-lama, twako. Waktu bagi Cao Cun tinggal tiga hari lagi. Sekali kau terlambat. maka putuslah harapannya..."

   "Apa maksudmu?"

   "Cimochu sudah menetapkan batas akhir, twako Cao Cun telah berlanj memberi jawaban. Kau ditunggu - tunggu, janjinya tinggal tiga hari lagi. Kalau kau gagal dan tak dpat membujuk kaisar baru itu maka kandaslah segalanya!"

   "Baik! Kalau bcgitu begini saja, Wn Hoa. Nantikan ku sampai hari ketiga. Aku akan secepat mungkin monemui kaisar baru itu,133 membujuknya. Kalau aku berhasil tentu sebelum har ketiga aku kembali. Tapi kalau aku gagal, yach...maaf aku tak ke sini"

   Wan Hua pucat.

   "Jangan katakan itu kepadaku twako .jangan gagal!"

   "Aku berusaha tapi Tuhan yang menentukan, Wan Hoa ingat ini dan jangan emosi. Betapapun juga, aku bersungguh-sungguh menolong kalian. Sudahlah, aku pergi dan nantikan sampai hari ketiga!"

   Kim mou eng lenyap, tak mau lagi berlama - lama disitu karena tangis Wan Hoa bisa mengganggunya. Gadis itu linglung dan pucat sekali. Tapi karena Wan Hoa masih menaruh harapan dan betapapun Kata "gagal"

   Hampir tak dipercayainya ada pada Pendekar Rambut Emas itu maka Wan Hoa menggigil dan menunggu, berlari ke dalam dan berdoa sepanjang waktu.

   Apa yang didengar dari Kim-mou - eng itu tak diceritkannya pada Cao Cun, Wan Hoa berdoa terus dengan penuh kegelisahan, Air matanya mengalir deras.

   Dan ketika hari pertama dan kedua lewat maka menjelang pagi, di hari ketiga Cao Cun menggedor pintu kamarnya.

   Wan Hoa terkejut.

   Dia membuka pintu kamar dan melihat Cao Cun tersedu-sedu, sahabatnya itu langsung menubruk dan roboh di dalam pelukannya.

   Wan Hoa tersedak dan kaget.

   Dan ketika ia bertanya apa yang terjadi dan kenapa pagi-pagi begitu .Cao Cun mengguguk di kamarnya segera wanita ini berkata .134

   "Sri baginda wafat, Wan Hoa.... wafat... !"

   "Wafat?"

   Wan Hoa terkesima , seketika sadar bhwa Cao Cun pas tahu.

   Cimochu dan bangsanya tak mungkin tidak mendapat berita pentng itu dari istana .

   Dan ketika Cao Cun mengguguk dan mengangguk sambii menangis tak keruan maka sahabatnya ini sudah meremas remas pundaknya.

   "Ya, wafat, Wan Hoa. Kaisar tak ada lagi dan habislah harapan kita!'"

   "Tidak,"

   Wan Hoa mendorong sahabtnya itu.

   "Harapan masih tetap ada, Cao Cun, jangan putus asa. Dengarlah, aku sesungguhnya telah mendengar berita itu lebih dulu...."

   Dan Wan Hoa yang merasa tak perlu lagi menyembunyikan rahasia pertemuannya dengan Kim - mou-eng dan minta maaf pada Cao Cun akhirnya menceritakan juga perjumpaannya dengan Pendekar Rambut Emas itu.

   Bahwa Kim-mou-eng sudah kesitu dan dari pendekar itulah dia tahu meninggalnya kaisar.

   Wan Hoa lalu berterus terang bahwa jangan memberitahukan ini pada Cao Cun agar semata Cao Cun tidak gelisah, tak mau sahabatnya itu terganggu pikirannya dan coba menenteramkan perasaannya.

   tak nyana bahwa akhirnya Cao Cun tahu juga..

   Berita itu memang telah didengar bangsa liar itu dan tengah malam tadi Cimochu berangkat ke kota raja, melayat.

   Cao Cun mendengar dan kini bermaksud menceritakannya pada Wan Hoa, tak disangkanya bahwa Wan Hoa justeru telah mendengar lebih dulu dan135 sengaja menyembunyikan berita itu agr dia tidak gelisah.

   Dan ketika Wan Hoa menceritakan pertemuannya dengan Kim-mou-eng dan Kim-mou eng juga menyatakan kegagalannya tak menemui kaisar karena kaisar telah lebih dulu mangkat maka disini Wan Hoa memegang pundak sahabatnya itu.

   "Memang betul kaisar wafat, Cao Cun. Ta-pi bukan berarti harapan kita habis. Kim-twako mula-mula juga menyangka begitu. Tapi setelah kuberi tahu bahwa pengganti kaisar ada dan justeru terhadap kaisar yang baru ini Kini twako akan meminta tolong maka harapan bagimu masih terbuka dan tenanglah. Aku yakin berhasil dan Kim-twako pasti besok datang!"

   "Tapi besok hari ketiga, Wan Hoa. Hari teakhir janjiku pada Cimochu!"

   "Benar, tapi Cimochu sekarang sedang ke kota raja, Cao Cun, melayat. Tak mungkin besok dia pulang. Paling tidak tiga empat hari lagi."

   "Hm..."

   Cao Cun menggigil, merasa ditipu sahabatnya ini juga.

   "Kau terllu, Wan Hoa. Kenapa tidak menceritakan pertemuanmu dengan Kim twako? Kenapa tidak memanggilku agar menemui dia? Bukankah kau tahu aku rindu pada nya?"

   "Maaf, jangan silah paham Cao Cun. Kim twako yang tak mau bertmu denganmu. Dia malu"

   "Malu?"

   "Ya, karena kegagalannys itu, Cao Cun. Malu karna tak dapat menepati janji."136

   "Ooh, tapi wafatnya kaisar di luar kekuasaannya, di luar dugaan siapa pun. Kenapa malu! Kalau dia datang temukan aku dengannya, Wan Hoa. Biarkan sekali ini aku melihatnya untuk terakhir kalinya"

   "Tentu,"

   Dan Wan Hoa yang kembali menyatakan maaf dan minta agar Cao Cun tidak marah padanya akhirnya menunggu dan menghabiskan hari ketiga itu.

   Dari pagi sampai siang ia menanti, jantung berdebar dan perasaan gelisah tak keruan.

   Detik demi detik dilewati tapi yang ditunggu tak muncul juga.

   Dan ketika matahari terbenam di ufuk barat dan Cao Cun menutupi mukanya akhirnya wanita ini mengeluh.

   "Oh, habis harapan kita, Wan Hoa. Habiss.!"

   "Tidak,"

   Wan Hoa masih bersikeras, diam diam menenangkan guncangan jantungnya yang tak keruan pula.

   "Waktu belum habis. Cao Cun Masih ada enam jam lagi dan kita tunggu tepat tengah malam!"

   "Tapi barapan mulai tipis, jangan jangan dia gagal .."

   "Hmm, aku masih menaruh harapan, Cao Cun Tenanglah dan jangan buat aku bingung. Aku pun tak kalah gelisahnya dengan kau!"

   Tapi ketika tengah malam lewat dan detik detik terakhir lenyap begitu saja akhirnya Cao Cun mengguguk dan lari menutupi piniu kamar tersedu dan menjerit dan Wan Hoa pun mendelong.

   Malam itu sampai kentongan terakhir Kim mou-eng tak datang,137 Wan Hoa pucat dan ambruk.

   Dan karena Wan Hoa teringat kata kata Pendekar Rambut Emas itu bahwa kalau dia tak datang berarti gagal maka Wan Hoa mengeluh.

   Apa yang terjadi? Kenapa Kim-mou eng tak datang-datang? Gagalkah dia?.

   Memang begitu.

   Tiga hari yang lalu, ketika Pendekar Rambut/Emas itu terbang ke kota raja memburu waktu Dia sudah tiba di istana.

   Suasana berkabung masih nampak, pendekar ini tertgun dan ragu - ragu Sejenak terpkr olehnya, pantaskah dalam suasana seperti itu dia mengganggu pangeran mahkota yang kini telah menjadi kaisar baru? Pantaskah dia membujuk dan merengek pada kaisar muda itu? Tapi teringat bahwa ini masalah Cao Cun dan ntuk Cao Cun dia siap melakukan apa saja tiba-tiba pendekar ini mengeraskan dagu dan berkelebat masuk.

   Tapi siapa yang dijumpai? Justeru Kim-taijin! "Eh, kau, Kim - taihiap? Ada apa malam- malam begini datang? Aih, mari duduk.

   Aku belum mengucap terima kasih untuk semua prtolongan mu.

   Kau telah menghidupkan nyawaku yang sudah di mbang pintu neraka!"

   Kim-mou-eng terkejut.

   Pembesar ini telah menjura di depannya berulang-ulang, begitu hormat, air mata pun menitik dan dia mnjadi terharu.

   Dan karena menteri itu merupakan rang yang sudah ukup dikenal lama dan kebetulan bertemu menteri ini akhirnya Kim-138 mou - eng menyambar dan menyuruh menteri itu duduk, malah sebaliknya.

   "Taijin, ah.aku ada persoalan, lupakan terima kasih itu dan dengarlah!"

   "Ada apa?"

   Menteri ini trbelalak, melihat sikap yang penuh kekhawatiran dan kecemasan di Wajah Kim-mou-eag.

   "Persoalan apa? Apa yang mau kau minta?"

   "Hm, begini. Aku membawa persoalan besar, taijin. Masalah Cao Cun. Wang Cao Cun!"

   "Ah, duduklah, taihiap tampaknya haus. biar kucari minum dan jangan terburu-buru,"

   Kim taijin mengerutkan kening, teringat pada puteri bupati Wang itu dan dapat menangkap bahwa persoalan yang betul- betul penting dibawa pendekar ini.

   Dia menuang air putih dan menyodorkan pada tamunya, Kim mou-eng meneguk dan legalah sejenak perasaannya.

   Dan ketika pembesar itu mendengarkan dan duduk serius maka Kim mou -eng mencritakan permasalahannya, bahwa raja Hu meninggal dan kini anak sulungnya, Cimochu, berhak mewarisi semua peninggalan bapaknya, termasuk isteri dan selir - selirnya, termasuk Cao Cun tentu saja.

   Menceritakan sampai di sini Pendekar Rambut Emas itu tampak gemetar.

   Dan ketika ceritanya seiesai dan permasalahan itu disambut anggukan berkali-kali oleh menteri ini maka Kim taijin berkata,139

   "Betul. wafatnya raja Hu telah kudengar, Taihiap. Tapi persoalan Cimochu hendak mengawini ibu tirinya baru kali ini kudengar. Lalu apa maksudmu? Apa yang harus kulakukan?"

   "Aku datang untuk meminta kaisar mencegah perkawinan itu, taijin, mempergnakan pengaruhnya dan membatalkan niat Cimochu itu! Hmm. bisakah ?"

   Sang menteri terkejut.

   "Aku tidak tahu, taihiap ,.tapi kaisar agaknya tak dapat memutuskan sendiri."

   "Maksudmu?"

   "Persoalan ini bersifat politis, apa yang menyangkut bangsa liar itu harus dibicarakan hati-hati dan seksama."

   Dan ketika pendekar itu tertegun dan tampak terbelalak menteri itu bicara lagi .

   "Taihaip, kau tentu tahu bahwa penyerahan Cao Cun kpada raja Hu oleh mendiang kaisar lama adalah dikarenakan kecenderungan politik itu. Bahwa Cao Cun diminta agar menundukkan Suaminya dari dalam, agar raja tidak menyerang dan justeru mengikat persahabatan dengan istana. Dan kalau raja meninggal dan kemudian digantikan puteranya di mana putranya lalu hendak mengawini ibu tirinya karena adat menentukan begitu agaknya kaisar tak dapat campur tangan. Ini urusan pribad, kenapa kamu turut campur? . Tapi aku dapat memaham perasaanmu, taihiap. Biar besok aku beritahukan kaisar dan membicarakannya bersama. Kalau negara dapat terancam oleh campur tangan ini barangkal maaf saja , kami tak mau terlibat "140 Kim-mou eng pucat.

   "Taijin tak mau menolongku?"

   "Bukan begitu. taihiap. Tapi coba tolong pula kau lihat kedudukan kami."

   "Hm, kalau begitu rupanya gagal, perjuanganku sia-sia!"

   "Jangan terburu, kami akan berusaha, taihiap. Dan kau boleh dengar semua pembicaraan kami. Marilah.. !"

   Dan Kim taijin yang tak enak juga disangka tak mau menolong lalu mengajak Kim mou-eng menemui kaisar baru, sang pangeran mahkota yang baru beberapa hari saja diangkat.

   Di sini kaisar itu terkejut, apa yang diminta Kim-mou-eng memang tergolong rawan.

   Maklum, sekali Cimochu dibuat marah dan bangsa liar itu menyerang maka istana akan kedatangan musuh baru di samping musuh-musuh lain yang cukup banyak mengganggu di perbatasan.

   "Aku tak dapat menentukan sekarang. Biarlah keputusan ini diambil dalam sebuah sidang!"

   Jawaban kaisar membuat perasaan Kim mou- eng tergetar.

   Apa yang dikata Kim-taijin Memang mulai terbukti, kaisar baru yang belum bnyak pengalaman itu tak berani mengambil tindakan sendiri.

   Terpaksa, kesokannya dia dakan sidang dengan menteri - menteri yang bersangkutan, para pembantu dekat kaisar ini dan Mao-taijin terlihat.

   Belum apa - apa Kim-mou eng sudah mendidih melihat menteri memuakan itu.

   Inilah menteri yang membuat Cao Cun sengsara.

   Dan ketika141 persidangan dimulai dan Mao taijin rupanya dekat sekaii dengan kaisar baru.

   Maka perdebatan sengit terjadi disini.

   "Urusan negara lebih penting daripada urusan pribad. Kalau campur tangan ini menimbulkan kemarahan Cimochu tentu saja kita tak usah terlibat,"

   Begitu menteri itu bicara, disambut yang lain dan anggukan di sana - sini membuat Kim mou-eng putus asa.

   Dia melihat hanya Kim taijin dan beberapa lainnya saja yang tidak mengangguk, mungkin "abstein".

   Dan ketika kaisar bertanya bagaimana baiknya dan apakah Cao Cun hendak dibiarkan saja dinikah anak tirinya maka menteri itu kembali bicara "Hamba kira tak ush dihiraukan, sri baginda.

   Itu urusan dalam mereka, urusan pribadi.

   Kalau sang anak hendak mengawini ibunya biarlah itu terjadi karena Cao Cun bukan warga negara kita lag!"

   "Hm, Cao Cun mungkin bukan warga negara lagi, Mao-taijin,.

   "menteri Kim yang mendongkol dan mengerutkan kening oleh kata-kata rekannya itu menanggapi.

   "Tapi betapapun ia masih menolong dan membantu kita. Apakah kau tak tahu bahwa atas semua jasanyalah maka raja Hu dan rakyatnya jinak kepada kita? Apakah kita menutup mata atas kenyataan bahwa bahwa wanita itu pembantu paling berguna bagi kita di tengah -tengah bangsa liar itu? Kalau dia ngambek atau membangkang maka semuanya bisa berobah, taijin.142 Harap ingat semuanya ini dan jangan bersikap masa bodoh!!"

   "Ah. Kim tjin salah paham,"

   Menteri she Mao itu menyeringai, tahu rekannya ini dekat dengan Kim- mou-eng.

   "Kita harus melihat persoalan secara makro, taijin, jangan mikro. Kalau campur tangan ini tak disenangi Cimochu dan dia marah lalu menyerang kita tentu kita celaka. Manakah yang kaupilih antara membiarkan saja urusan itu dan kita aman atau ikut mencampurinya tapi diserang Cimochu dan suku bangsanya?"

   "Tentu saja sikap permusuhan harus d hindari, tapi harap kau ingat bahwa yang datang kali ini memintai tolong kita adalah Kim-taihiap. Kim-mou eng brkali kali menolong kita. masakah sekali datang kita membalasnya dengan sikap masa bodoh dan tidak perdulian? Kim-mou eng datang bukan untuk dirinya pribadi, taijin melainkan orang lain. INI menunjukan betapa Kim taihiap seorang ringan hati yang suka menolong sesama dan tidak acuh atau masa bodoh terhadp orang lain!"

   Mao-taijin tertampar . Omongan itu sama dengan mengejeknya , sebagai orang yang tak memperdulikan kesusahan orang lain. merah muka menteri ini. Dan karena dia tak mau kalah dan tentu saja harus mendebat maka dia menantang.

   "Baiklah, mari kita tolong si Cao Cun itu, taijin. Cegah niat anak trinya itu dan mari kita campur tangan. Tapi beranikah kau143 bertanggung jawab untuk menerima kemarahan Cimohu? Beranikah seorang diri kau menghadapi pemimpin bangsa liar itu dan menyatakan ketidaksenangan ini secara pribadi Kalau kau berani melakukan itu silahkan, taijin. Banyak orang akan kagum kepadamu dan memujimu sebagai orang yang tidak masa bodoh dan tahu kesusahan orang lain!"

   Kim-taijin ganti merah mukanya.

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sekarang dia dibalas dan ditantang.

   suasana tiba-tiba menjadi panas dan seru.

   Menteri itu mndelik.

   Tapi sebelum dia menjawab dan bangkit berdiri tiba-tiba Siung - Taijin, menteri luar negeri menjura ke pada kaisar dalam- dalam.

   "Sri baginda, mohon ampun. Hamba mendapat jalan tengah untuk menyelesaikan persoalan ini Bolehkah hamba bicara?"

   "Hm. .apa itu, taijin? Kau bicaralah, barang kali semuanya cocok dan sependapat."

   "Tentu, hamba yakin sependapat, sri baginda. Dan jalan tengah ini adalah sederhana saja. Yakni bahwa Kim taiihiap harus ikut terlibat . Maksud hamba, boleh kita menolong wanita itu tapi kalau bangsa liar menyerbu maka Kim laihiap dan bangsa 1ar-tar diminta mengatasi dan bertanggung jawab menyelesaikan ini. Kalau Kim Taihiap setuju tentu paduka dapat mempergunakan pengaruh paduka untuk mencegah niat Cimochu itu!144

   "Betul!"

   Kaisar tiba - tiba bertepuk tangan.

   "Cocok sekali, taijin. Aku setuju dan sependapat. Bagaimana kalau Kim mou-eng dan suku bangsanya bersiap menghadapi kemarahan Cimochu dan sukunya? Maukah Kim - taihiap mengatasi dan membunuh pemimpn bangsa liar itu?"

   Kim-mou-eng terkejut.

   Tiba tiba secara halus dan licik Siung - taijin telah menggiringnya untuk menjeremsksn dirinya, menteri itu tersenyum dan sinar curang terlihat di mata menteri luar negeri itu.

   Kim-mou-eng tertegun.

   Dan karena ini sama dengan menyuruh dirinya mengerjakan sendiri pekerjaan itu dan istana mau lepasi, tangan tiba-uba Kim-mou - eng kecewa dan bangkit berdiri.

   "Sri baginda. kalao hamba mempertanggung jawabkan semuanya ini berart paduka dan lain lain tak mau mcnolong hamba. Hamba tidak takut menghadapi Cimochu dan suku bangsanya itu. Tapi kenapa harus begin? Kalau paduka dan lain-lain mau cuci tangan lebih baik terus terang saja. Sri baginda, Kalau ayahanda lama masih hidup tentu tidak bgini sikapnya. Kalian tampak ketakutan sekali, baiklah hamba permisi dan tidak perlu bicara lagi. Selamat tinggal'"

   Dan Kim-mou eng yang berkelebat lenyap tak mau bicara lagi tiba-tiba pergi dan kluar dengan kecewa.

   minta tolong malah dimintai tolong.

   Kaisar baru ternyata tak sejantan seperti kaisar lama.

   Kim-mou ng marah dan melompat pergi.

   Dan145 begitu pendekar itu meninggalkan sidang dan kaisar serta yang lain-lain tertegun maka Kim-taijia melonjak.

   "Taihiap tunggu.... !"

   Nmun Kim mou eng tak mau kembali.

   Hari itu persidangan geger, Kim-taijin marah marah dan memaki rekannya yang dianggap pengecut.

   Dan karena mnteri ini termasuk menteri senior dan tentu saja tak ada yang berani membalas kecuali kaisar akhirnya kaisar menyuruh menterinya ini diam.

   Betapapun menteri itu adalah menteri tua yang sudah lama mengabdi sejak ayahanda kaisar sekarang masih hidup, kesetiaan menteri itu besar.

   Dan ketika persidangan dibubarkan dan hasilnya nihil bagi Kim-mou-eng maka Kim- taijin cepat- pulang dan melepas kekecewaannya dengan membanting-banting pintu! Sedang di tempat lain di mana Kim mou- eng terbang meninggalkan kota raja pendekar ini pergi dengan muka merah.

   Apa yang didapat di istana benar- benar menyakitkan.

   Kalau dia disuruh menghadapi Cimochu Itu apa gunanya dia ke istana? Bukankah dia dapat langsung menemui pemuda itu dan membunuh ya? Mencari dan menyelesaikan Cimochu dengan jalan kekerasan bukan hal sukar bagnya, tapi bukan itu yang dikehendaki.

   Jalan kekerasan selamanya tak disukai.

   Kim mou-eng memang pendekar yang lembut dan lemah hati.

   Dan karena kegagalan di stana menimbulkan kekecewaan besar dan sepanjang jalan pendekar ini memendam kemarahan akhirnya dia berkeputusan146 akan pulang dulu ke utara, menjumpai sang isteri dan berunding dergan isterinya itu bagaimana baiknya.

   Betapapun dia tak berani mengambil keputusan sendiri taku isterinya, tersinggung, bahkan mungkin cemburu dan marah-marah.

   Maklum, betapapun dia cukup kenal watak istrinya itu, keras dan berangasan.

   Maka ketika hari itu dia meninggalkan kota raja dan cepat-cepat pulang ke tempat tinggalnya mendadak sesuatu yang mengejutkan menyambut pendekar ini bagai petir di siang bolong.

   "Taihiap, claka. Hujin (nyonya) tewas ..!' "Taihiap, sepaseng nenek siluman membunuh isteri mu, Ah .kau terlambat !"

   Kim-mou - eng berhenti detak jantungny.

   Sambutan dan seruan disana sini membuat Pendekar Rambut Emas terkesiap .

   Bangsa Tar tar menyambutnya dengan tangis dan jerit kepedihan.

   Hari itu dia melihat rumahnya dipenuhi banyak orang, pembantu pembantu dekatnya menjatuhksn diri berlutut dan tampak gentar.

   Semuanya menunjukkan ketakutan.

   Dan ketika dia terhenyak dan terpaku di halaman rumah maka didalam.

   di tengah tengah pintu terlihat sesosok tubuh membujur kaku di atas sebuah dipan.

   "Sumoi !"

   Bentakkan atau seruan itu melengking tinggi.

   Kim-mou eng tiba-tiba berkelibat dan sudah berada di dalam , tersentak dan melihat isterinya telah tewas dengan tubuh berlumuran darah.

   Hidung dan mulut147 isterinya pecah, Kim - mou-eng menubruk dan tiba tiba menjerit histeris.

   Dan ketika bangsa Tar tar tertegun dan melihat pendekar itu mengguguk, tiba tiba Kim mou eng, membalik dan mencelat , menangkap seorang pembantunya terdekat Lisang.

   "Lisang, siapa yarg membunuh isteriku? Siapa yang melakukan ini?"

   "Ah, sepasang nenek siluman, taiiap. Nenek Sakti yang amat luar biasa, datang membawa bocah.."

   "Sepasang Dewi Naga?"

   "Betul, mereka menyebut dirinya begit, taihiap, Datang dan . aduh!"

   Kim mou-eng membanting pembantunya itu.

   Tanpa sadar pendekar ini melempar Kalisang hingga sang pembant menjrit, pendekar itu berkelebat dan berteriak memaki nenek iblis itu.

   Dan ketika para pembantunya terkejut dan buru - buru menolong Kalisang maka Pendekar Rambut Emas telah terbang berputaran mencari-cari nenek ini "Siang-ling Mo li ( lblis Perempuan Sepasang Naga ), keluarlah.

   Kalian telah membunuh isteriku, bayar dan lunasi hutang jiw ini!"

   Kim mou-eng berteriak-teriak.

   Bagai orang kalap dia memaki-maki nenek itu, berputaran dan terbang dri tempat satu ke tempat lain, mencari-cari namun tak berhasil.

   Dan ketika dua jam kemudian dia kehabisan suara dan para pembantunya memanggil148 manggil di belakang akhirnya pendekar itu roboh pingsan di atas sebuah bukit!, bukan pingsan karena kehabisan tenaga melainkan pingsan leh pukulan batin yang amat berat itu.

   Dia tak menyangka isterinya tewas.

   Dan ketika para pembantunya menolong dan membawa pendekar itu ke bawah maka di sana ribuan orang menyambut dan tangis serta keluhan terdengar tak habis-habisnya *** Apa yang terjadi? Bagaimna Salima bisa terbunuh? Hal ini dimulai dari kemarahan Sepasang Dewi Naga itu.

   Sperti diketahui, dua orang nenek iblis itu menemui kegagalan di kota raja.

   Mereka hampir membunuh Kim-mou-eng namun Bu-beng Sian su datang, kakek dewa itu mencegah mereka dan mereka "pun diusir.

   Dua orang nenek ini marah-marah namun tak berani melanjutkan serangan pada kakek maha sakti tu.

   Bu beng Sian su terlalu hebat, manusia dewa it trlalu ampuh.

   Maka ketika mereka meninggalkan kota raja dan memaki maki lawan maka dua nenek ini pergi tapi malah membalas dendamnya pada Salima.

   Mereka tahu Kim-mou-eng telah menikahi sumoinya itu.

   Maka ketika kegagalan di kota raja membuat dua nenek ini marah dan sakit hati, mendadak mereka sudah mnuju ketengah tengah suku bangsa Tar-tar itu mencari Salima.

   Tak sukar bagi mereka149 menemukan wanita itu.

   Den begitu mereka sudah berhadapan maka langsung saja mereka membentak.

   "Heh, kau mampuslah. bocah. Penggal dan potong kepalamu dengan ini !!"

   Ji - moi, si nenek kedua melempar sebuah pedang, berdiri tegak dan membentak Salima.

   Saat itu wanita ini sedang menunggui anak laki-lakinya bermain.

   Thai liong atau Dailiong terkejut, anak itu menangis dan segera ibunya menyambar .

   Dan ketika dua nenek iblis itu membentak dan Salima kaget , maka wanita ini bangkit berdiri dengan mata bersinar-sinar.

   "

   Kalian siapa? Dari mana datang-datang bicara seperti ini?"

   "Cerewet! Kau tak perlu banyak bertanya lagi, bocah. Ambil dan potong kepalamu dengan itu. Cepat, kami tak ingin mengtori tangan dengan darahmu!"

   Salima marah. Sebagai wanita yang galak dan keras hati tentu saja dia gusar mendengar semua kata - kata ini. Tapi belum dia membntak tiba-tiba Togur, bocah di tengah-tengah dua nenek iblis itu melangkah maju, sikapnya mengherankan Salima.

   "Kau bibi Salima? Kau yang pernah digila gilai ayah?"

   "Siapa kau?"

   Salima terkejut.

   "Dan siapa mereka ini ?"

   "Aku Togura, bibi. Ayahku adalah suhengmu, Grba yang gagah perkasa. Kenapa kau dulu menolak cinta ayah? Kenapa kau menyia - nyiakannya!"150 Salima mundur, terkesiap.

   "Kau Togura? Putera Bi Nio yang hilang itu?"

   "Benar, tapi aku tidak hilang, bibi. Aku diambil dua guruku yang sakti ini. Mereka adalah Sepasang Dewi Naga!"

   "Ooohh! Salima terbelalak , mendekap mulutnya.

   "Jadi kalian kiranya?"

   Dia teringat cerita sang suami.

   "Kalian menculik dan kini mengambil bocah ini sebagai murid? Keparat , kalian lancang, nenek iblis. Kalau begtu aku harus merampas keponakkanku dan kalian mampuss...siuuttt.!"

   Salima tiba tiba melengking, maju menampar dan tubuh sudah berkelebat dengan pukulan Tiat-lui- kang.

   Salima pernah mndengar kelihaian nenek ini dari suamnya tapi sdikit pun ia tak takut.

   Ji-mi yang ada di depan diserang.

   Tapi begitu nenek itu mendengus dan mengangkat sebelah tangannya tiba tiba Tiat lui kang diterima dan Salima menjerit.

   "Dess!"

   Salma mencelat menubruk dinding. Dailiong yang ada di tangannya menjerit tak keruan, anak itu menangis dan melengking. Dan ketika Salima terguling- guling melompat bangun mendadak sesosok bayangan lain berkelebat dan merampas anaknya.

   "Kesinikan bocah ini!"

   Salima terkejut.

   Saat itu dia melompat bangun dengan kaki terhuyung, tak tahunya nenek yang satu151 berkelebat dan merampas anaknya itu, tentu saja dia membentak dan menngkis.

   Tapi ketika jengekan terdengar dari mulut lawan dan sebuah jar menyelinap di ketiaknya tahu tahu tangannya lumpuh dan Dailiong dirampas lawannya itu.

   Salma kaget bukan main.

   Saat itu anaknya sudah direnggut lepas dan Dailiong menangis di sana.

   Nenek itu tertawa dan sudah berkelebat kembal di tempatnya semula, itulah Toa-ci, nenek iblis pertama.

   Grakannya serba cepat seperti siluman saja, Salima tersentak dan melengking tinggi.

   Dan karena dia tentu saja tak mau anaknya dirampas dan Dailiong menangis tak keruan tiba-tiba Salima memekik dan menerjang nenek itu.

   "Ji-moi, hajar dia!"

   Salima mendengar seruan itu. Sang nenek pertama mencelat dan berada diluar rumah. nenek kedua menyambut dan tertawa. Dan ketika Salima mnyerang dan marah melepas pukulan maka kembali nenek ini menerima dan menyambut Tiat-lui-kang.

   "Dess!"

   Salima lagi-lagi terpelanting.

   Untuk kedua kalinya wanita itu mengeluh terguling-guling pukulannya membalik dan nyaris dia terluka.

   Dan ketika Dailiong semakin menangis dan Salma marah bukan main maka Salima mencabut bendranya dn menerjang lagi.152 Ji-moi tersnyum.

   Salima sudab menyerangnya gencar bertubi-tubi, bendera di tangan kanan wanita itu menyambarnya dan meledak, nenek ini menjengek dan berkelit.

   Dan ketika Salima menggerakkan tangan kirinya pula melakukan tamparan tamparan Tiat-lui kang akhirny nenek ini tertawa.

   "Boah, suamimu sendlri masih bukan lawanku, apalagi kau. Nah, bersiaplah kuhajar!"

   Dan nenek Ji-moi yang berkelit dan menangkis akhirnya menggerakkan tangannya turun naik, mengibas dan mendorong dan segera Slima terkejut.

   Bendera di tangannya itu selalu tertahan angin pukulan tak nampak yang luar biasa kuatnya, semakin dia menambah tenaga semakin kuat pula tenaga tak nampak yang menahan benderanya itu.

   Dan ketika Salima membentak dan marah mengebutkan benderanya mendadak si nenek malah tertawa mengebut balik.

   "Plak!' bendera mengibas Salima sendir. Wanita itu terbanting .Salima kaget dan marah. Dan ketika ia melonpat bangun dan menyerang lagi maka lagi-lagi nenek itu mengebut dan menolak benderanya. Begitu sampai tiga kali , sehingga Salima mengeluh. Bendera yang mengebut balik mukanya sendiri itu membuat kulit muka berasa panas. Salima melengking dan kini menggerakkan tangan kirinya . Tapi ketika Tiat Lui Kang di tampar dan nenek itu membentak tiba tiba Salima malah153 terjengkang tak karuan , dihantam pukulan si nenek, terkejut dan terguling guling dan Salima bingung. Lawannya terkekeh kekeh dan menangkis seenaknya. Dan karena lawan di rasa benar benar lihai dan Salima pucat , maka Toa ci , nenek di depan berseru agar adiknya segera membunuh wanita itu .

   "Ji-moi, jangan main-main. Cukup, bunuh dia!!"

   Salima mengkirik.

   Dia mendengar suara yang dingin menyeramkan dari mulut Wanita di depan itu, Dailiong meronta ronta dan Salima terbakar.

   Anaknya itu dicengkeram si nenek bagai mencengkram seekor anjing kecil , meluap kemarahan Salima .

   Dan ketika lawan terkekeh kekeh dan maju menusuk tenggorakkannya tiba-tiba Salima nekat dan menggerakkan benderanya.

   "Bret!"

   Bendera di tangannya pecah.

   Jari si nenek mencoblos tapi Salima membanting tubuh bergulingan, dari bawah ia menggerakkan kaki menendang, langsung ke pusar.

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tapi ktika kaki nya mengenai tempat lunak dan nenek itu tak apa-apa mendadak Salima terkesiap ketika si nenek tertawa menggerakkan tangan lainnya.

   "Bocah , kau harus segera mampus . Awass...crit!"

   Salima melihat sinar berkeredep dari telunjuk si nenekk.

   Lawan menotoknya dar jauh, dia mengelak tak berani menangkis.

   Adu tenaga berulang-ulang membuat Salima sadar akan tangguhnya iawan yang154 dihadapi.

   Tapi ketika ia mengelak dan si nenek mengejar maka Selima menjadi sibuk karena harus menggulingkan tubuh lagi kesana kemari .

   "Heh-beh, kau harus mampus, bocah. Mampus!"

   Salima pucat.

   la menggerakkan benderanya ke depan, kali ini tak ada jalan lain kecuali menangkis.

   Tapi ketika bendera kembali robek dan jari si nenek tetep mengejar akhirnya Salimu mengeluh dan bergulingan menjauhkan diri dari kejaran si nenek Dan sekali dua .dia melancarkan Tiat-lui-kang, lawan menerima dan kini justeru.

   Salima yang mengaduh.

   tangannya yang bertemu tubuh si nenek seakan bertemu baja panas yang membuat Pukulan Petirnya membalik, salima menggigit bibir dan terdengar tangis anaknya yang melolong lolong.

   Dan ketika ia bingung dan marah sert gentar maka beberapa.

   pembantunya muncul mendeagar ribut ribut itu "Hujin, siapa mereka?"

   "

   Ah...mana Kim taihiap?"

   Salima tak dapat menjawsb.

   Saat itu dirinya dikejar dan didesak hanya dapat mengelak tak dapat menyerang.

   Ji mo.

   terkekeh-kekeh mempermainkannya.

   Tapi ketika ia harus bergulingan menyelamatkan diri dan pembantu pembantunya yang lain muncul lagi maka bebenpa di antara mereka tiba tiba membentak dan menyerang nenek ji-moi.

   "Keparat, bunuh nenek ini!'155 Tujuh orang menerjang maju. Salim mau mencegah tapi tak keburu, tombak dan golok terlanjur berkelebat. Dan ketika mereka menubruk Dan si nenek tertawa tiba-tiba tujuh lelaki Tar-tar ini menjerit ketika golok dan tombak mreka patah-patah, tangan yang memegang senjata pun seketika bengkak.

   "Krak-kraak.. aduh! Tujuh pembantu Salima bergulingan pingsan. Mereka tadi menusukkan tombak dan golok ke tubuh si nenek ,mental dan terkejut karena si nenek kebal . Dan ketika mereka terbeliak dan mengaduh karena senjata patah patah dan tangan mereka pun bengkak maka si nenek menjengek dan mengibaskan tangan kearah mereka "Mampusssss!"

   Tujuh laki laki itu tersentak.

   Mereka merasa disambar angin pukulan dingin, begitu dngin hingga tubuh seolah beku, mereka yang sedang bergulingan otomatis berhenti, terkejut.

   Tapi begitu mereka berhenti dan pukulan ini langsung menghantam tiba- tiba semuanya mendelik roboh..,.tewas dengan tulang pletak pletk.

   "Augh!"

   Jerit terakhir itu mnutup kejadian.

   Tujuh laki laki ini telah membiru kehitaman dengan tubuh kedinginan, mereka mati beku dan tewas seketika.

   Itulah pukulan Im-kang yang dahsyat sekali.

   Semua organ tubuh di dalam akan mengeras seperti es.

   Salima156 terkejut dan memekik.

   Tapi ketika dia menerjang dan si nenek kembali menghadapi dirinya maka pukulan dingin itu ganti menyambarnya "Dess!"

   Salima terhuyung dengan muka kebiruan.

   Ia cepat mengerahkan Tiat-lui kangnya untuk melawan rasa dingin itu, rasa dingin yang.

   menembus ke seluruh tulang-tulang paling kecil.

   Salima nyaris beku.

   Tapi ketika si nenek hendak menyerang lagi dan Salima pucat maka para pembantunya bermnculan dan seratus lebih laki-laki Tar tar menyerang nenek ini.

   "Hujin, jangan kbawatir. Kami akan membantu .!"

   "Benar, kami akan menangkap nenek ini, hujin. Lalu dia kita bunuh"

   Oh, Salima ingin mengeluh.

   Dia melihat seratus pembantunya tu mluruk bagai laron laron menghadapi api, mau membentak tapi mulut masih terasa beku.

   Pukulan si nenek itu di masih membuatnya kedinginan dan nyaris membuat dia sepeti arca hidup.

   Pukulan Im- kang yang dirasakannya mash belum dapat dicairkan dengan Tiat-lui-kangnya yang berhawa panas.

   Dan ketika Salima terbelalak dan ingin menjerit agar orang- orang itu tidak maju maka satu demi satu pekikan ngri terdengar di situ dan tubuh tubuh pun bergelimpangan roboh, semua senjata mencelat dan patah-patah bertemu tubuh si nenek.157

   "Heh heh hehh, kalian mampuslah.plak trang ...tranggg!"

   Salima memejamkan mata.

   Dia melihat sebelas pemhantunya terbanting seketika, tujuh diantarnya remuk dengan kepala pecah .

   


Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong Pendekar Sejagat Karya Wen Rui Ai

Cari Blog Ini