Puteri Es 1
Puteri Es Karya Wen Rui Ai Bagian 1
Puteri Es Karya dari Wen Rui Ai
Seri 5 Kesatria Baju Putih Karya . Wen Rui Ai Penterjemah/editor . Liang YL/Adhi Persembahan . SEE YAN TJIN DJIN Sumber djvu . Manise Dimhader Convert, edit & EBook. Dewi KZ
Tiraikasih website
http.//kangzusi.com/
http.//kang-zusi.info/
http.//dewikz.byethost22.com/
http.//ebook-dewikz.com/
http.//
Tiraikasih.co.cc/
http.//cerita-silat.co.cc/BAB 1 Balas dendam demi diriku Xi Jin Feng dan Tang Er Shi adalah pesilat tangguh di 'Qu Nuan Bang'.
Beberapa hari ini baik di dalam maupun di luar perkumpulan telah terjadi hal-hal yang aneh.
Karena itu mereka diperintahkan untuk berpatroli di daerah perbatasan.
Xi Jin Feng berasal dari propinsi He Bei, tepatnya dari desa Xi, dia sangat menguasai ilmu golok yang bernama Xi Jia Shi Hun Dao (ilmu golok pelenyap roh dari keluarga Xi).
Bila golok sudah berada di tangannya, istilahnya dengan menutup matapun goloknya bisa dimainkan dengan lihai.
Tang Er Shi (er shi=20) berasal dari keluarga Tang, murid keluarga Tang terkenal dengan senjata rahasianya, Senjata rahasia milik Tang Er Shi sudah pernah mengalahkan banyak lawan, yang terluka juga sudah tidak terhitung banyaknya, dia membunuh lawan tanpa perasaan apapun! Mereka berdua bisa dikatakan berilmu tinggi, pemberani, banyak pengetahuan, dan Hangat cekatan.
Mereka berdua diibaratkan bisa menghancurkan gunung dan membalikkan laut.
Tapi mereka tidak pernah melihat kejadian aneh yang terjadi seperti sekarang ini.
Hari sudah malam, di langit hanya terlihat bulan sabit, karena malam ini berkabut, maka semuanya terlihat buram, seperti ada atau seperti tidak ada.
Sinar redup menyinari ranting pepohonan, di tempat yang begitu terpencil membuat hati terasa dingin.
Ranting-ranting pohon yang sudah layu di bawah sinar bulan seperti ribuan tangan dan ribuan cakar, seperti tangan setan gentayangan, malam ini ada orang seperti sedang memukul paku, seperti keluar dari suatu tempat.
Tang Er Shi dan Xi Jin Feng segera teringat pada peristiwa aneh yang terjadi di Qu Nuan Bang.
Tangan mereka sudah berkeringat, di dalam suasana seperti ini bisa terdengar ada orang yang sedang memaku, bercampur dengan suarajampi-jampi kasar dan aneh.
Dari belakang tampak seperti ada orang yang sedang membacamantera, ternyata orang itu seorang perempuan.
Punggungnya menghadap ke arah Tang Er Shi dan Xi Jin Feng.
Rambutnya panjang tergerai hingga kepinggang, dari belakang sosok tubuhnya tampak indah.
Baju panjangnya berwarna putih dan longgar.
Tang Er Shi dan Xi Jin Feng saling pandang, mereka ingin tahu bagaimana pikiran mereka masing-masing sebelum mereka memutuskan apa yang harus mereka lakukan.
Hati mereka bergetar karena suatu hal.
Perempuan itu sambil membaca mantera memukul sebuah boneka kain pada sebuah pohon besar dengan sebuah palu.
Boneka yang terbuat dari kain itu, tubuhnya dipenuhi dengan paku, dan di tubuh boneka itu ditempeli dengan mantera-mantera yang terbuat dari kertas, boneka yang terbuat dari kain itu, pancaindranya dilukis sangat mirip manusia, benar-benar seperti manusia sungguhan.
Anehnya lagi, di tubuh boneka itu masih tertulis tanggal lahir dan tahun! Xi Jin Feng sudah tidak tahan dan membentak.
"Hei! apa yang sedang kau lakukan?"
Kata-katanya baru keluar, Tang Er Shi melihat di bawah cahaya bulan yang redup, terlihat dengan jelas wajah dari boneka kain itu! Sepertinya dia kenal dengan wajah boneka itu, dia ingin melarang Xi Jin Fang bertindak gegabah, tapi Xi Jin Feng sudah membentak, perempuan itu berhenti memaku.
Di bawah sinar bulan yang redup dan di bawah naungan bayangan pohon-pohon besar, rambut panjang perempuan itu tergerai di atas baju putihnya yang lebar.
Dia tidak bergerak.
Xi Jin Feng sekarang bisa melihat dengan jelas wajah boneka kain itu, ternyata itu adalah wajah ketua Qu Nuan Bang, Long Hui Ji! Kali ini Xi Jin Feng benar-benar terkejut, tampak panca indra boneka itu berdarah.
Dia teringat selama beberapa hari ini sudah terjadi banyak peristiwa aneh.
Dia berkata.
"Kau, kau adalah...."Perempuan itu bersuara.
"Cih."
Dengan pelan dia membalikkan tubuh.
Wajah perempuan itu tampak hancur, kecuali air yang bercampur darah, masih ada nanah.
Tidak ada satu bagian dari wajahnya yang sempurna.
Begitu Xi Jin Feng menjerit aneh, Tang Er Shi sudah menyerang.
Walaupun ilmu golok Xi Jin Feng tingg., tapi pengalaman Tang Er Shi lebih banyak.
Dia tahu musuh sudah berani mengganggu ketua dan secara kebetulan mereka mengetahuinya, mereka tidak akan bersikap bersahabat kepada musuh itu.
Serangan Tang Er Shi sangat cepat, 7 butir Tie Ji Li (semacam senjata rahasia) sudah terbang di udara dan mengeluarakan suara desingan yang kuat.
Senjata itu berputar kemudian menyerang, di tengah-tengah udara senjata itu meledak dan keluar 171 jarum beracun, dan pada saat itu Lei Gong Dan yang berada di tangan kirinyapun dikeluarkan Senjatanya membawa angin kencang, yang membuat orang tidak bisa menduga adalah menghindari tendangan kakinya, ada sebatang senjata tajam berwarna geiap diam-diam menyerang ke bagian bawah lawan.
Sekalipun lawan mereka adalah manusia ataupun setan, jika dia menghadap senjata rahasia begitu banyak, dia pasti akan menunduk.
Sewaktu Xi Jin Feng berpikir seperti itu, tiba-tiba langit dan bumi menjadi gelap.
Lalu Jin Feng mendengar teriakan temannya Teriakan ini seperti bukan suara teriakan manusia.
Teriakan ini bukan dikarenakan sakit atau takut, juga bukan karent putus asa, bukan pula karena takut mati, melainkan teriakan sakit, takut dan putus asa serta teriakan kematian yang secara bersama datang menutupinya.
Membuat teriakan histeris seperti wajah kulit manusia yang dimasak menjadi bubur.
Teriakan itu berasal dari teriakan- Tang Er Shi.
Begitu Xi Jin Feng mendengar teriakan ini, hatinya seakan tenggelam.
Salah satu telapak tangannya melindungi bagian dada.
Hanya sebentar gerakannya sudah berubah menjadi 8 jurus.Tangan kanannya memegang golok tapi sepasang kakinya terus mundur.
Bukan karena dia tidak mau menolong temannya tapi menurut pengalamannya di dunia persilatan, semua kejadian itu memberitahu kepadanya bahwa benda yang tidak seperti manusia juga tidak seperti setan itu, tidak bisa dilawan oleh mereka berduadaripada melindungi mayat seorang teman, dan menjadi korban lagi, lebih baik menyisakan satu nyawa, meminta bantuan orang lain untuk membalas dendam.
Karena itu dia segera mundur dengan cepat.
Dengan kecepatan yang dipelajarinya selama hidup ini, dia terus mundur.
Hanya dalam waktu singkat dia sudah sampai di sebuah pos kemanan.
Walaupun seekor kuda bisa berlari dengan cepat, rasanya tidak mungkin bisa berlari dengan kecepatan seperti itu.
Tapi manusia bukanlah kuda, begitu sampai di pos keamanan, nafasnya tersengal-sengal.
Pos keamanan itu adalah salah satu dari 4 cabang markas 'Qu Nuan Bang'.
Ketua cabang di sini adalah Tang Shi Wu (Shi Wu=15).
Tang Shi Wu adalah kakak Tang Er Shi.
Ilmu silatnya lebih tinggi dari Tang Er Shi dan Xi Jin Feng.
Mereka berdua berpatroli ke daerah hutan-hutan.
Karena selama beberapa hari ini telah terjadi hal-hal aneh.
Orang yang memerintahkan mereka pergi ke sana adalah Tang Shi Wu.
Walaupun nafas Xi Jin Feng terengah-engah, tapi setelah sampai di markas cabang, dia melihat ada 4 kobaran api unggun, hatinya merasa agak tenang.
Disana ada Tang Shi Wu dan teman-temannya, berjumlah 16 orang.
Apa yang dia takutkan? Terpikir akan hal itu, ketakutannya segera hilang dan berganti menjadi rasa senang.
Dia sudah hampir pingsan.
Dia segera menenangkan diri dan berpikir.
"Aku tidak melawan setan itu malah melarikan diri. Dalam peraturan 'Qu Nuan Bang', ini adalah kesalahan besar ditambah lagi orang yang mati adalah adik dari ketua cabang yang bernama Tang Shi Wu. Aku harus membuatalasan yang tepat, kukatakan kalau aku sudah bertarung dengan musuh dan berhasil meloloskan diri.... Karena dia berlari sangat cepat dan kelelahan, pikiranku menjadi kacau. Apapun tidak bisa kuingat."
Terdengar ada yang membentak.
"Siapa!"
Kemudian ada 6-7 sosok mendatanginya. Xi Jin Feng tahu kalau mereka adalah orang-orangnya sendiri. Dia berteriak.
"Ini aku!"
Terpaksa dia berhenti, kakinya terasa melayang, otaknya kosong, dia hampir jatuh terjengkang. Orang- orang itu dengan cepat memapahnya.
"Dia adalah Lao Xi. Kelihatannya telah terjadi sesuatu!"
"Apa yang terjadi? Di mana Tang Er Shi?"
"Cepat, suruh ketua cabang kemari! Beritahu telah terjadi sesuatu pada Lao Xi!"
Terdengar ada sebuah suara menutupi suara ribut-ribut itu.
"Ada apa?"
Seseorang muncul.
Di belakangnya ada 7-8 orang yang mengikutinya.
Xi Jin Feng melihat orang yang datang berperawakan tinggi, besar, dan gagah, kesepuluh jarinya berbentuk seperti kaitan.
Dia tidak lain adalah ketua cabang, Tang Shi Wu.
Dengan cepat Xi Jin Feng berbicara.
"Ketua Tang, aku...."
Tang Shi Wu bertanya.
"Apa yang telah terjadi? Di mana Adik Er Shi?"
"Kami...berada di hutan yang gelap...dan kami telah bertemu... bertemu dengan seorang perempuan...."
Dia bicara sampai di sana. Semua orang terus melihatnya menunggu kelanjutan ceritanya. Sorot mata mereka sangat aneh dan tidak biasa. Xi Jin Feng takut mereka tidak akan percaya kepadanya. Dengan terburu-buru berkata lagi.
"Benar...perempuan itu...sangat menakutkan...."
Dia melihat lagi orang-orang di sana, dan mereka sepertinya sangat ketakutan.Xi Jin Feng masih ingin melanjutkan lagi, tapi tiba-tiba dia merasa ada suatu benda basah yang jatuh ke atas kepalanya.
Segera dia ingin membersihkannya.
Begitu dia akan membersihkan kepalanya, tangannya mencengkram sebuah benda.
Begitu dilihat dengan teliti ternyata itu adalah kulit kepala yang masih berdarah, sebelah telinga dan sejumput rambut.
Semua berada di tangan Xi Jin Feng, dia tidak percaya dengan penglihatannya.
Dia menggosok matanya kemudian dia tidak bisa melihat apapun.
Dia hanya bisa berteriak.
Teriakannya sama seperti teriakan Tang Er Shi.
Tidak ada harapan, takut, dan rasa sakit.
Teriakan yang mendekati kematian.
Dia tidak bisa melihat tapi saudara-saudaranya yang ada di sana melihat dengan mata kepala mereka sendiri.
Begitu dia menggosokan matanya, sepasang bola matanya tergosok hingga terlepas.
Yang satu terjatuh ke tanah, sedangkan yang satu lagi tergantung di tulang matanya dan masih meneteskan darah.
Saudara-saudaranya yang ada di kantor cabang melihat matanya membengkak dan sobek.
Seluruh tubuhnya terus-menerus mengeluarkan air bercampur dengan darah, sedangkan Xi Jin Feng masih tidak sadar.
Mereka terus mundur dari sisinya.
Mereka mundur bukan karena mereka tidak setia kawan, mereka adalah orang persilatan melainkan karena keadaan saat itu benar- benar sangat menakutkan.
Apalagi sudah banyak kabar yang beredar, telah terjadi banyak hal aneh.
Mereka yang mundur dari sana adalah mereka yang telah berkeluarga.
Jantung manusia terbuat dari daging dan darah.
Mereka mempunyai alasan untuk merasa takut.
Sewaktu semua sudah mundur dari sana, hanya Tang Shi Wu yang masih berdiri di sana.
Dengan dingin dia membentak.
"Siapa?"
Begitu suaranya keluar, semua berdiri terpaku, semua orang- orang itu pernah melewati gelombang besar.
Semuanya juga tahu jika semua pikiran kacau maka akan masuk ke dalam perangkap musuhapakah musuh mereka adalah manusia? Terdengar ada suara tawa yang sangat aneh, seram, danmenakutkan.
Jika dikatakan itu adalah suara tawa, rasanya lebih pantas tawa itu disebut suara cheetah atau serigala yang sedang melolong, atau suara pintu kuil usang yang berderit tertiup oleh angin.
Suara itu datang dari segala sudut.
Bila didengar dengan teliti suara itu -seperti datang dari langit juga seperti datang dari bawah kaki orang-orang itu.
Puteri Es Karya Wen Rui Ai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karena itu semua orang meloncat menjauh.
Waktu itu di bawah sinar bulan yang redup, ada beberapa orang saling menunjuk kepada temannya dan berteriak.
"Kau"
Ternyata mereka melihat wajah teman-temannya membengkak lalu pecah.
Tapi dia sendiri tidak merasakannya.
Keadaan mereka sama seperti keadaan Xi Jin Feng.
Beberapa orang bergetar.
Yang lain memapah teman mereka yang terluka.
Hati merasa sangat terkejut.
Tiba-tiba Tang Shi Wu membentak.
"Jangan sentuh mereka"
Karena dia melihat orang yang wajahnya bengkak adalah orang yang tadi sempat memapah Xi Jin Feng.
Tapi pada saat Tang Shi Wu memikirkan hal itu, semua sudah terlambat.
Orang-orangnya yang berjumlah 6-7, wajah mereka sudah mengeluarkan darah dan air.
Dan orang-orang yang memapah mereka yang berjumlah 8-9 orang, wajah mereka berubah menjadi hijau dan menakutkan.
Mereka melihat tangan mereka yang pernah memapah temannya.
Sekarang hanya tersisa 3 orang yang tidak pernah memegang orang-orang itu.
Mereka mengeluarkan senjata masing-masing.
Tawa aneh itu tiba-tiba berubah menjadi lengkingan tinggi, suaranya seperti orang yang sedang mengasah pisau di atas batu tajam, begitu menusuk telinga.
Wajah Tang Shi Wu berubah.
Tangannya dimasukan ke balik dadanya dan berteriak.
"Pertahankan posisi!"
Selesai berkata seperti itu, diapun mulai mundur. Mundur hingga mencapai meja yang terbuat dari kayu wangi yang berada di bawah api unggun. Api unggun tertiup angin terus bergoyang-goyang. Dengan cepat dia menulis di atas kertas."Balaskan dendamku."
Selesai menuliskan 4 huruf itu, dia mendengar teriakan pertama.
Dia tidak melihat, dari sisi meja dia mengeluarkan seekor burung merpati putih dari sangkarnya.
Dengan cepat kertas itu digulungnya di kaki burung merpati itu.
Waktu ini dia sudah mendengar teriakan kedua.
Dengan cepat dia mengikat kertas itu di kaki merpati itu.
Waktu itu terdengar lagi teriakan ketiga.
Dia menarik nafas panjang, dia tahu 3 anak buahnya yang tersisa sudah mati semua.
Dia membalikkan tubuh lalu melepaskan merpati itu, bila merpati putih itu bisa terbang, dia tidak takut walaupun harus mati, akan ada orang yang membalaskan dendamnya.
Orang itu telah berjanji akan melakukan satu hal untuknya.
Orang itu jika sudah berjanji pasti akan menepatinya.
Sekalipun permintaannya adalah menangkap ikan di gurun pasir, memindahkan gunung es dari kutub utara ke kota Chang An, atau hal mustahil lainnya, orang itu pasti akan melakukannya.
Karena dia dan orang itu bersahabat.
Sahabat sejati.
Segera Tang Shi Wu melihat di bawah sinar api unggun, warna ujung koas bukan lagi berwarna hitam melainkan berwarna hijau aneh.dia menulis dengan tinta.
Mengapa tinta itu bisa berubah menj adi hij au? Tiba-tiba dia merasa tangannya kaku.
Karena tadi dia meraba senjata rahasia yang tersimpan di balik dada, sekarang jantungnya pun mulai terasa kaku.
Tawa aneh itu terdengar lagi, tawa itu seakan berada di sisi telinganya.
Tajam dan menakutkan.
Tang Shi Wu ingin memberontak tapi dia sadar kalau keadaannya sekarang sama seperti Xi Jin Feng.
Tapi dia merasa sedikit terhibur, merpati pos itu sudah terbang menuju orang yang ingin ditujunya.
Setelah dia menerima surat itu, dia akan membalaskan dendamnya dan dia pasti bisa menjaga keutuhan Qu Nuan Bang....
Tapi tinta itu.
Dia menulis dengan tinta yang sudah ternoda racun.
Dia menulis dengan tinta itu di atas kertas, dan kertas itu diikat di kaki merpati.
Mana mungkin merpati itu akan tahan terhadap racun yang begitu kuat?Itu adalah pikiran terakhirnya.
Pikiran itu membuat sedikit harapan yang ada akan sirna juga, malah mempercepat kematiannya.
Merpati pos itu, apakah selamanya tidak akan sampai di tangan orang itu?...
--ooo0dw0ooo-- Benar.
--ooo0dw0ooo-- Si baju putih Fang Zhen Mei memang selamanya tidak menerima surat itu, tapi surat itu diterima orang lain.
Merpati putih itu terbang tidak sampai setengah kilometer, racun sudah menyebar masuk ke jantung melalui kakinya.
Merpati itu terjatuh.
Terjatuh di tangan seseorang.
Orang itu tidak lain adalah Shen Tai Gong.
Kecuali umur Shen Tai Gong yang sudah tua, ternama, bersifat galak, hobinya adalah membuat orang marah, tapi senang membantu orang yang tertindas.
Hobi lainnya adalah dia senang memancing dan menangkap burung.
Dia memancing ikan tidak menggunakan kail, dia memacing ikan lalu melepaskan ikan itu.
Ikan adalah temannya, ikan-ikan itu pernah membantunya mengalahkan pesilat tangguh Shi Jing Tang di dalam air sungai Huai He.
Dia menangkap ikan hanya sekedar bermain-main, diapun tidak akan tega melukai seekor burung.
Pada saat dia menatap langit, dia melihat ada seekor burung terbang ,dengan cara tidak normal, karena itu dia segera mengejar burung itu hingga setengah kilometer jauhnya.
Akhirnya dia menyambut burung yang terjatuh dari langit dan melihat ada surat itu.
Tapi dia tidak tahu surat itu ditujukan untuk siapa.
Dan diapun terkena racun itu.
Racun itu sangat dahsyat dan menyebar dengan cepat.
Tapi bila berniat ingin meracuni Shen Tai Gong bukan hal yang mudah.Karena di sisinya ada seseorang.
Pendekar Wo Shi Shui.
--ooo0dw0ooo-- Selama hidupnya Wo Shi Shui sudah sering terkena racun.
Ada orang yang mengatakan.
"Dalam hidupnya, saat dia terkena racun lebih sering dibandingkan pada saat dia bersin."
Jadi dia adalah ahli penawar racun.
Menurut orang-orang, jika seseorang sering sakit, lama kelamaan dia bisa mengobati dirinya.
Walaupun Wo Shi Shui tidak bisa mengobati dirinya sendiri tapi dia bisa mengobati orang lain.
Apalagi racun yang ada di dalam tinta itu.
Setelah terbang jauh, khasiat racun itu sudah berkurang banyak.
Wo Shi Shui berhasil menawarkan racun Shen Tai Gong.
Walaupun tidak ada hubungan dengan 4 huruf balaskan dendamku.
Shen Tai Gong tetap harus membalas dendam demi dirinya.
Apalagi masih ada Wo Shi Shui.
Dia takut dunia menjadi kacau.
Jika dunia kacau, mana bisa dia menegakan keadilan dan kebenaran.
Itulah Wo Shi Shui.
Bila mereka berdua sudah turun tangan, danau yang tenang seperti kaca juga akan berubah menjadi laut yang bergelombang besar.
--ooo0dw0ooo-- Waktu itu adalah hari menjelang ulang tahun ke-50 dari ketua Qu Nuan Bang, Long Hui Ji, tepatnya masih tersisa 3 hari lagi.
--ooo0dw0ooo-- Waktu ini, Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui sedang mencari tahu asal usul racun itu."Siapa yang berniat membunuhku?"
Tanya Shen Tai Gong sambil mengerutkan alisnya.
"Di dalam burung itu sudah diberi racun, masih menyuruhku membalas dendam buat dia?"
Dia bertanya kepada Wo Shi Shui. Jawab Wo Shi Shui.
"Kau bertanya kepadaku, lalu aku harus bertanya siapa?"
Mata Shen Tai Gong menjadi bercahaya. Dia berkata.
"Bukankah namamu Wo Shi Shui (siapa aku)?"
Wo Shi Shui terpaku. Shen Tai Gong berkata.
"Jika di dunia persilatan ingin mencari seseorang yang berilmu silat tinggi dan sering membantu orang berkelahi, juga sering dipukul oleh orang hingga seperti kura-kura, kemudian dia harus ditolong oleh Cai Shen Ye (Dewa uang,Julukan Fang Zhen Mei). Dan orang itu pasti adalah Wo Shi Shui."
Sesudah mendengar kata-kata Shen Tai Gong, Wo Shi Shui merasa tidak enak hati, terpaksa dia mengangguk.
Shen Tai Gong tidak senang Fang Zhen Mei selalu memakai baju putih, karena itu dia selalu menyindir Fang Zhen Mei tidak punya baju untuk salin.
Tentang Cai Shen Ye, julukan ini diberikan kepada Fang Zhen Mei karena setiap kali setelah Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong makan atau menginap, dan tidak mempunyai uang untuk membayar, Fang Zhen Mei akan datang tepat waktunya lalu membayarkan tagihan mereka.
Di dalam hati Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong, laki-laki yang selalu ada sewaktu mereka berada dalam kesulitan, dia adalah Fang Zhen Mei, yang selalu datang menolong.
Jika mereka berganti posisi dengan Fang Zhen Mei, merekapun akan berbuat seperti itu.
"Ingin mencari seseorang yang ganteng dan luwes, ilmu silatnya tinggi, hati baik, dan lucu. Orang adalah aku, Shen Tai Gong."
Kata Wo Shi Shui.
"Karena itu jika ingin mencari orang yang menaruh racun itu, asalkan mencari orang-orang hebat yang biasa memakai racun, itu sudah cukup."Shen Tai Gong memelototi Wo Shi Shui dan bertanya.
"Menurutmu sekarang kita berda di mana?"
"Yun Nan."
Shen Tai Gong mengangguk.
"Di Yun Nan, pesilat-pesilat mana saja yang sering menggunakan racun?..."
Dengan dingin Wo Shi Shui menjawab.
"Jangan tanya lagi. Di Yun Nan, semua pesilat-pesilat lihai pasti memakai racun."
Shen Tai Gong menghentakkan kaki dan berkata.
"Semua orang bisa menggunakan racun, tapi yang bisa membuat Shen Tai Gong terkena racun, pasti dia adalah orang yang sangat paham tentang racun. Menurutmu siapa...."
Wo Shi Shui berkata.
"Ada. San Chong Yuan Shi, Yi Tiao Long. San Si Yun Gui Qu Nuan Bang." (Tiga ekor ulat, Seekor naga, tiga marga dari Qu Nuan Bang). Shen Tai Gong terdiam, kemudian dia berkata.
"14 huruf itu, apakah maksudnya dari 4 perkumpulan?"
Jawab Wo Shi Shui.
"San Chong adalah 3 perkumpulan yang menggunakan racun serangga yang kuat. San Si adalah Si Kong Yui, Si Kou Xiao Dou, dan Si Wu Qiu. ketiga orang ini masing-masing memimpin 3 perkumpulan rahasia."
Shen Tai Gong ikut bicara.
"Masih ada Yi Tiao Long dan Qu Nuan Bang. Apakah yang dimaksud adalah Long Hui Ji. Pendekar Long dan teman-temannya."
Wo Shi Shui berkata lagi.
"Menghadapi keempat perkumpulan ini, kita tidak akan bisa menang dari mereka walau setengah juru spun."
Mereka terdiam sebentar. Shen Tai Gong dengan suara kecil bertanya.
"Kita berkelana di dunia persilatan, tujuan kita apa?"
Wo Shi Shui menjawab dengan mantap.
"Jika ini menyangkut membela kebenaran, gunung pisau dan lautan apipun akan kita tempuh."
Setelah itu mereka saling menepuk tangan dan tertawa terbahak-bahak.Shen Tai Gong bertanya.
"San Chong San Si dan Yi Tiao Long, kita cari siapa dulu?"
Puteri Es Karya Wen Rui Ai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Alis tebal Wo Shi Shui terangkat dan menjawab.
"Yi Tiao Long Long Hui Ji." --ooo0dw0ooo-- "Long Hui Ji?"
"Karena Long Hui Ji adalah kepala dari banyak jago di Yun Nan. Karena ada dia maka 3 pesilat Yun Nan yang selalu menggunakan racun, menjadi tunduk dan tidak berani melukai rakyat kecil. Dia paling tidak mungkin menggunakan racun, maka kita harus mencaritahu siapa yang memberi racun itu dari mulutnya." --ooo0dw0ooo-- Menjelang 2 hari sebelum ulang tahun ke-50, Long Hui Ji berdiri di depan pintu, melihat 36 mayat yang digotong masuk. Di antara mayat-mayat itu terlihat salah satu dari 4 ketua cabang markas Tian Cong. Dia adalah ketua cabang kedua yang mati tanpa sebab. Semenjak dia menjadi ketua selama 28 tahun ini, ketua cabang yang mati sudah kedua kalinya. Selama 28 tahun ini, Ou Nuan Bang yang dipimpinnya selalu menjaga persahabatan dan keadilan, jadi siapa yang telah berani mencabut kumis harimau? Walaupun dalam pertarungan ketika menaklukan San Si San Dong, dengan tetap menegakan keadilan dan tidak meneteskan setetes darahpun, diapun tidak sampai mengorbankan banyak orang. Sekarang 2 ketua cabang di antara 4 ketua, Tang Shi Wu dan Kan Tian Cong mati tanpa sebab. Sedangkan korban yang jatuhdalam bulan ini sudah mencapai seratus orang. Sepertinya di antara 35 mayat itu, 5-6 orang terkena mayat saudara seperguruan. Mereka terkena racun baru mati. Tapi mereka terkena racun apa? Long Hui Ji sendiri tidak tahu. Hanya saja hal ini telah membuat tangannya berkeringat. Kepandaian lawan menguasai racun setara dengannya. Siapakah orang itu sebenarnya? Dia melihat tiang penyangga rumah yang ada di depan. Kayu itu disusun dan dipaku hingga ke atas, membuat atap terlihat gelap. Rumah ini sudah lama dibangun. Sudah lewat beberapa tahun, jika tidak diperbaiki lama-kelamaan rumah ini akan runtuh. Apakah perkumpulannya juga akan berakhir seperti itu? Long Hui Ji terus berpikir. Kemudian dia mendengar di belakangnya ada suara langkah orang berjalan, dia tidak perlu membalikkan kepala lagi, dia sudah tahu siapa yang datang. Liu Qing Ying adalah istri keduanya. Dia sangat mengerti bagaimana sifat Long Hui Ji. Bila Long Hui Ji sedang memikirkan sesuatu, dia tidak ingin diganggu. Karena itu dia menarik nafas dan berkata.
"Ying Er."
Dengan mata besar dan bola mata sangat bening, Liu Qing Ying menatap wajah Long Hui Ji.
Suaminya yang begitu gagah, kedua tulang pipinya sangat tinggi, hidungnya mancung, terpasang di wajah yang berwarna coklat.
Liu Qing Ying menarik nafas.
Dia sudah melihat 36 mayat yang dibungkus dengan kertas minyak.
"Semua ini... ketua dia..."
Long Hui Ji mengangguk.
Tangannya diletakkan di pundak istrinya.
Dia sedang hamil 8 bulan, jangan sampai kabar ini membuatnya terkejut.
Long Hui Ji melihat tubuh Liu Qing Ying yang sedikit berisi.
Wajahnya bundar terlihat lembut dan penurut.
Wajah ini penuh dengan perasaan dalam tapi matanya memancarkan kepintaran.
Kepintaran istrinya ini selalu menenangkan dirinya, membuatnyamerasa hangat, 'membuatnya tenang, membuatnya sayang kepada istrinya...juga membuatnya berpikir pada orang masa lalu...tidak, dia tidak ingin mengingat orang itu lagi.
Karena itu dengan lembut dia berkata.
"Ying Er, istirahatlah! Untuk apa kau keluar dari kamar?"
Wajah Liu Qing Ying yang pucat terlihat ada bayangan ketakutan. Dia berkata.
"Xiu, Ye, kedua ketua cabang ini ingin bertemu denganmu."
Segera Long Hui Ji memberitahu kepada anak buah.
"Suruh masuk dua ketua cabang."
Dia merasakan ketakutan istrinya. Long Hui Ji memegang tangannya. Dengan lembut bertanya.
"Ada apa denganmu?"
Karena Long Hui Ji bertanya, tadinya Liu Qing Ying ingin menutupinya sekarang dia malah menangis. Long Hui Ji dengan cemas bertanya.
"Ada apa?"
"...suara."
Suara Liu Qing Ying seperti merintih juga seperti menangis.
"Suara? Suara apa?"
"...aku belum pernah mendengar suara itu...."
Dia hanya berkata setengah kalimat. Liu Qing Ying seperti takut mengingat kembali. Dia segera terdiam.
"Suara apa? Kapan kau mendengarnya? Di mana kau mendengarnya?"
Walaupun Long Hui Ji merasa istrinya mungkin hanya sedang merasa tidak tenang dan selalu terbayang-bayang pada hal itu, mungkin juga karena ini adalah penyakit orang hamil, atau mungkin juga karena selama beberapa hari ini banyak gosip yang beredar.
Tapi dia tetap ingin bertanya sesuatunya dengan jelas.
Tubuh Liu Qing Ying tampak gemetaran, tapi dia berusaha menekan ketakutan dan kesedihannya.
Apalagi pengertian dan penjelasan dari suaminya bisa diandalkan.
Semua ini membuat tubuhnya bertambah lemah."...banyak, banyak suara.
Awalnya datang dari atas atap.
Ada suara yang berkata, 'pada saat kau melahirkan anak, itupun saat kau akan mati...' Dia masih bicara, 'bayi yang sudah mati akan menggigitmu sampai mati...' masih banyak kata-kata yang menakutkan...."
Kedua alis Long Hui Ji terangkat.
"Dari atas atap?"
Liu Qing Ying menangis.
"...terakhir, terakhir perutku yang bicara...banyak kata-kata menyeramkan. Kau tidak tahu kejadiannya malam-malam, pada saat kau tidak bersama denganku, tapi aku sudah melihatnya...."
"Melihat apa?"
Long Hui Ji melihat sorot mata istrinya yang ketakutan. Dia merasa hatinya sakit.
"Anak...."
Pikiran Liu Qing Ying sepertinya sangat kacau.
"Anak?"
"...aku melihat anak kita yang belum lahir.. .anak itu...."
"Ada apa dengan anak itu?"
"Anak itu...dia...dia...dia...."
Liu Qing Ying sudah menangis. Dia merasa sangat sedih dan berkata lagi.
"...dia...tubuhnya sangat kecil...dia sangat muda, seperti layaknya semua anak...tapi, kepala... wajahnya... tua. Semua berkeriput. Masih ada gigi panjang. Dia tertawa sinis. Dia ingin menggigitku...."
Long Hui Ji memeluk istrinya dan membentak.
"Siapa?"
Segera dia merasa dia terlalu tegang. Dia menenangkan dirinya. Dengan tertawa yang dipaksakan dia berkata.
"Kalian." --ooo0dw0ooo-- BAB Guna-guna (Gu) Dua orang itu setengah berlutut, dan bersama-sama berteriak,"Ketua cabang Xiu Zi Fu dan Ye Pian Zhou memberi hormat kepada Ketua!"
Long Hui Ji melihat mayat-mayat itu, dia memberi tanda supaya kedua orang itu segera bangun dan berkata.
"Apakah kalian sudah tahu apa yang telah terjadi sebenarnya?"
"Ya, kami sudah tahu."
Salah satu dari mereka yang masih muda, tampan, dan luwes maju selangkah dan berkata.
"Lapor Ketua. Kabar di luar mengatakan...."
Dua alis Long Hui Ji diangkat.
"berkata apa di luar?"
Pemuda tampan itu melihat Liu Qing Ying dan berkata.
"Karena di daerah sini terus terjadi hal aneh, benar-benar membuat hati setiap orang bergejolak. Di kota A Gou, dalam satu malam mayat yang berada di dalam peti mati hilang semua. Keesokan harinya di dekat tembok kota banyak ditemukan mayat-mayat yang telah hilang dari kuburan itu. Mayat-mayat ini tergantung di bawah sinar matahari yang terik. Prajurit-prajurit yang menjaga kota, tenggorokan berlubang dan darah mereka tersedot hingga habis dan mati.... Dan di daerah sini di 36 kota, di jalanan dipenuhi dengan boneka kain yang dipenuhi dengan darah orang. Boneka- boneka kain itu tertempel tanggal lahir. Wajah boneka kain itu terdapat pancaindra, masih ada...."
Long Hui Ji tersenyum.
"Masih ada apa? Masih ada boneka yang mirip seperti diriku?"
Sesudah mendengar kata-kata suaminya, Liu Qing Ying dengan erat memegang pundak Long HuiJi. Pemuda itu menundukkan wajahnya dan menjawab.
"Benar!"
Laki-laki setengah baya yang sangat berwibawa itu menyambung.
"Kecuali yang dikatakan Ketua Xiu tadi, kami murid- murid dari cabang ke-4 sering diserang secara sembunyi...rakyatpun ..terus, .menyalahkan dan mengomel kepada kami, karena sapi dan babi peliharaan mereka, hingga perawan-perawan yang di desa mereka ikut menghilang. Selain itu masih sering terjadi hal-hal aneh yang belum pernah terjadi sejak dulu...Seperti Pak Li yang tua, baik, jujur tiba-tiba saja dia menjadi gila. Dia memperkosaanak perempuan angkatnya dan membunuh istri yang mencoba melarangnya melakukan perbuatan bejat...."
Pemuda itu berkata lagi.
"Ada guru miskin di Nan Shan yang bernama Tuan Muda Da. Dia seperti kerasukan sesuatu. Dia membunuh ibu kandungnya kemudian memotong-motong tubuh ibunya lalu dimasak di dalam panci dan dimakan. Dia masih mengundang para tetangga untuk datang dan menikmati masakannya. Begitu makan setengah hidangan, para tamu memuji masakannya enak dan bertanya, daging apa yang dimasak olehnya. Tuan Muda Da dengan jujur menjawab bahwa itu adalah daging ibunya. Para tetangga langsung muntah-muntah... Ketua, hal-hal tidak perikemanusiaan seperti ini dulu tidak pernah terjadi...."
Liu Qing Ying yang mendengar cerita seperti itu, membuatnya ingin muntah. Long Hui Ji memberi tanda supaya pelayan membawanya kembali ke kamar untuk beristirahat dan juga menghiburnya.
"Ying Er, kembalilah ke kamarmu dan beristirahatlah. Jangan berpikir macam-macam. Jika pekerjaanku sudah selesai, aku pasti akan ke kamar menemanimu Begitu Liu Qing Ying pergi, alis Long Hui Ji terangkat lagi dan bertanya kepada laki-laki setengah baya.
"Apakah kedua orang yang berperilaku tidak normal itu sudah dihukum?"
Tie Mian Shen Ying (Elang sakti berwajah besi), Ye Pian Zhou menjawab.
"Sudah. Qu Nuan Bang selalu menegakan keadilan. Tidak disangka selama beberapa hari ini telah terjadi begitu banyak masalah."
Long Hui Ji berpikir sebentar kemudian berkata.
"Penyebab kematian dari mayat-mayat itu apakah Ketua Xiu sudah memeriksanya?"
Jiu Ming Shu Sheng (Pelajar sembilan nyawa) menjawab.
"Sudah kuperiksa."Long Hui Ji segera bertanya.
"Racun apa yang di gunakan?"
Xiu Zi Fu berpikir sebentar lalu menjawab.
"Racun...."
Long Hui Ji melihatnya sedikit ragu untuk menjawab. Segera dia berkata.
"Jujur saja, katakan kepadaku!"
Xiu Zi Fu menjawab.
"Mereka mati bukan karena keracunan."
"Mereka mati karena apa?"
Tanya Long Hui Ji. Xiu Zi Fu terlihat sedikit ragu baru menjawab.
"Aku sudah memeriksa mayat-mayat itu.. .kalau terkena racun pasti ada penyebabnya. Mungkin itu berupa setetes air, sebuk, asap, senjata rahasia, atau ilmu silat yang tertinggal, tapi semua tanda-tanda beracun itu tidak kita dapatkan jejaknya. Semua orang mati itu semua benda milik mereka sudah terkena racun keras.... Orang yang pernah menggotong mayat dan pernah tersentuh mayat itu, tubuh mereka akan meledak hingga mati.... Tapi bila setelah satu hari, kita memegang dan menyentuh mayat itu kita tidak akan keracunan.... jadi jika itu adalah racun, mengapa bisa begitu cepat terjadi dan bisa begitu cepat menghilang?"
Long Hui Ji melihatnya dan berkata.
"Kalau bukan racun, apakah Ketua Tang Shi Wu dan Kan Tian Cong matinya karena terkena penyakit aneh ini?"
Xiu Zi Fu mengerutkan alisnya dan berkata.
"Mereka mati bukan karena sakit atau racun."
"Lalu karena apa?"
Tanya Long Hui Ji.
"Gu (guna-guna),"
Jawab Xiu Zi Fu. --ooo0dw0ooo-- Long Hui Ji terkejut dan berteriak.
"Gu!"
Lanjut Xiu Zi Fu lagi.
"Gu lebih dalam efeknya dibandingkan dengan racun. Gu bisa membunuh orang tanpa meninggalkan bukti."Tiba-tiba Ye Pian Zhou berkata.
"Gu bisa membunuh orang juga bisa mengusir setan atau bahkan memanggil setan, bisa membuat pikiran orang menjadi kacau bahkan bisa membuat orang yang sudah mati hidup kembali, serta banyak hal lain yang mengejutkan.... Di daerah Yun Nan, Gui Zhou, perkumpulan yang menggunakan ilmu guna-guna ini sangat banyak, tidak terhitung...."
Xiu Zi Fu dengan suara kecil berkata.
"Perkumpulan yang benar- benar menguasai ilmu ini hanya ada 3. Perkumpulan-perkumpulan kecil semua berada di bawah naungan 3 perkumpulan besar ini...."
Tanya Long Hui Ji.
"Maksudmu adalah...."
"Ketiga perkumpulan itu memilih seorang ketua untuk menjadi kepala naga. Si Wu Qou dari Mao Shan Dong(goa Mao Shan). Si Gou Xiao Dao dari You Ling San Shi (30 hantu gentayangan), dan Si Kong Tui dari Ren Tou Fan (Panji kepala orang)."
Dengan bengong Long Hui Ji berkata.
"Tapi...bukankah mereka adalah teman kita sendiri!"
Xiu Zi Fu berkata.
"Ketua jangan menyalahkanku karena telah banyak bicara. Menurutku, San Si bisa tunduk kepada Ketua karena di antara mereka sendiri saling menyerang juga saling bersaing, hingga banyak yang terluka dan mati. Terpaksa mereka menurunkan panji untuk istirahat dan mengumpulkan tenaga. Tapi mereka bukan orang baik-baik juga bukan ikan yang berada di dalam kolam. Mereka sudah cukup beristirahat dan juga telah mengumpulkan kekuatan...."
Tiba-tiba Long Hui Ji menanyakan sebuah kalimat.
"Beberapa waktu ini telah terjadi peristiwa, seperti memaku boneka kain, darah yang mengalir, sesajen di jalanan. Semua ini adalah peristiwa yang tidak wajar. Apa pandangan rakyat kepadaku dan kepada Qu Nuan Bang?"
"Ini...."
Xiu Zi Fu tidak bisa menjawab. Ye Pian Zhou yang bicara.
"Ketua telah bertanya, dan aku tidak berani berbohong. Sekarang anggota Qu Nuan Bang gelisah sepertianjing yang tidak memiliki majikan. Setiap kali orang-orang lewat selalu berkata bahwa Qu Nuan Bang tidak pernah mengumpulkan pahala maka Tuhan marah kepada Qu Nuan Bang. Karena itu banyak yang minta untuk mengganti posisi ketua."
Long Hui Ji mengerutkan dahi dan berkata, 'Tidak mengumpulkan pahala? Aku marga Long memang sudah membunuh banyak orang, tapi aku tidak pernah salah membunuh orang...."
Ye Pian Zhou berkata lagi.
"Tapi Ketua Long dulu pernah bersalah kepada Putri Yin Huo...."
Kata-katanya belum selesai, wajah Long Hui Ji sudah menjadi merah.
Tiba-tiba kedua tangannya mencengkram kedua pundak Ye Pian Zhou.
Kesepuluh jarinya sudah menancap ke dalam daging di pundak.
Ye Pian Zhou merasa sakit, rasa sakit membuatnya berkeringat dan wajahnya terus bergerak- gerak, tapi dia sama sekali tidak takut dan berkata lagi.
Puteri Es Karya Wen Rui Ai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ketua, aku lebih memilih mati bertarung daripada harus berbohong kepada Ketua."
Nadi di sebelah telinga Long Hui Ji terus meloncat dengan kencang. Tapi kesepuluh jari Long Hui Ji mulai melonggar. Setelah lama dia baru menepuk-nepuk pundak Ye Pian Zhou dan berkata.
"Baiklah."
Kedua mata Ye Pian Zhou sudah penuh dengan air mata dan dia berkata.
"Aku tahu aku sudah bicara tidak sopan, harap Ketua memberikan hukuman...."
Long Hui Ji melayangkan tangannya dan berkata.
"Tidak apa- apa. Tapi putri...dia sudah meninggal... jangan bicarakan hal ini kepada nyonya kedua."
Ye Pian Zhou mengangguk, kemudian dia menundukkan kepala. Laki-laki di dunia persilatan walaupun sampai meneteskan air mata, dia tidak ingin sampai dilihat orang. Suara Long Hui Ji sedikit serak dan berkata lagi.
"Menurut kalian.. .orang-orang yang berniat mencabut dan mengganti posisi Qu Nuan Bang, kapan mereka akan memilih waktunya?"Ye Pian Zhou dan Xiu Zi Fu saling memandang. Sikap Long Hui Ji sedikit sedih dan berkata.
"Aku sudah bicara seperti ini...kalian terus terang saja, tidak apa-apa."
Akhirnya Xiu Zi Fu berkata.
"Masih ada...masih ada 2 hari lagi. Hari itu adalah hari ulang tahun ke-50 Ketua...."
Long Hui Ji mengangguk sambil melambaikan tangan.
"Pergilah...kalian harus melakukan penjagaan dengan ketat. Mereka berani mencabut nyawa Tang Shi Wu dan Kan Tian Cong, aku takut kalau kalian...."
Xiu Zi Fu dan Ye Pian Zhou memberi hormat.
"Kami akan berhati- hati, harap Ketua bisa menjaga diri."
"Baiklah, mengenai pesta ulang tahunku, masih akan berlangsung seperti rencana semula. Musuh ingin kita menjadi kalang kabut, kita sengaja tidak... aku ingin melihat ada berapa laki- laki sejati yang berani datang dan mengikuti pesta kematian...."
"Ketua jangan bicara seperti itu. Walaupun yang datang adalah setan, kita pasti akan menyuruh setan itu di neraka berguling-guling hingga tidak bisa bangun,"
Kata Xiu Zi Fu. Long Hui Ji menggelengkan kepala.
"Bukan karena aku tidak mempercayai kekuatan dan kemampuan kalian, tapi musuh kita kali ini mempunyai suara begitu kuat. Sekarang Qu Nuan Bang bisa dikatakan dalam keadaan hidup dan mati. Kematian seseorang tidak perlu disesalkan. Hanya saja Qu Nuan Bang sudah tidak bisa lagi membela kebenaran dan menjaga keadilan serta bertanggung jawabkan kepada rakyat, sudah membuat guna-guna yang selama puluhan tahun tenggelan bangkit kembali. 3 marga Si saling membunuh, itu merupakan bahaya terbesar...."
Dia berkata lagi.
"Untuk pesta ulang tahun kali ini, walaupun tamu yang datang sedikit tapi tamu yang datang pasti bukan orang biasa. Jika salah satu tamu itu sudah datang, dia bisa membuat Qu Nuan Bang bangkit kembali. Ye Pian Zhou dan Xiu Zi Fu bersama-sama bertanya.
"Siapakah dia? Apakah dia adalah...."
Tadinya mereka ingin bicara.
"Siapayang mempunyai kemampuan begitu besar?"
Tapi begitu mendengar nama orang itu, kata-kata yang ingin mereka ucapkan ditelan kembali.
"Jiang Nan pendekar baju putih, Fang Zhen Mei." --ooo0dw0ooo-- Xiu Zi Fu dengan senang berkata.
"Pendekar Baju Putih, Fang Zhen Mei, itu yang terbaik. Tapi entah kalau...."
Long Hui Ji tersenyum dan berkata.
"Aku dan pendekar terkenal Jiang Nan itu tidak saling kenai. Tapi Tang Shi Wu bersahabat karib dengannya. Ketua Tang pernah mengajaknya datang ke pesta ulang tahunku. Waktu itu belum terjadi peristiwa seperti sekarang. Ketua Tang juga masih hidup...."
Long Hui Ji mengingat telah banyak jasa yang dilakukan oleh Tang Shi Wu untuk Qu Nuan Bang.
Dia merasa sangat menyayangkan kematiannya yang tragis.
Dia melihat 36 mayat yang bergelimpangan, yang terdepan adalah mayat Tang Shi Wu dan Kan Tian Cong.
Pada saat melihat mayat itulah tiba-tiba kertas minyak pembungkus mayat tampak bergoyang.
Long Hui Ji tidak percaya dengan penglihatannya.
Tapi mayat Kan Tian Cong berdiri.
Sorot matanya hijau dan bengkak seperti siap meledak.
Kesepuluh jarinya menusuk ke leher Long Hui Ji dan perut Xiu Zi Fu! Perubahan terjadi begitu tiba-tiba.
Long Hui Ji dengan cepat melenting ke belakang dan dia bisa menghindari tusukan jari itu.
Dia menendang ke dada mayat itu.
Tapi bersamaan waktu itu tangan kiri Kan Tian Cong sudah menusuk ke perut Xiu Zi Fu yang tidak ada persiapan sama sekali.
Kan Tian Cong yang ditendang terbang melayang 'sejauh beberapa meter.
Terdengar suara 'Gu Lu".
Seperti seuntai mutiara yang terputus benangnya lalu jatuh berhamburan ke bawah.
Xiu Zi Fu juga sudah terjatuh ke bawah.Ye Pian Zhou benar-benar marah.
Dia mendekat, tapi Kan Tian Cong sudah mati, benar-benar sudah mati.
Wajahnya hancur, dan mengeluarkan nanah kental.
Benar-benar menakutkan.
Xiu Zi Fu memegang perutnya dan terus berkeringat dingin.
Dia berteriak.
"...guna-guna... guna-guna...!"
Long Hui Ji paling tahu, tendangannya tadi hanya membuat Kan Tian Cong terbang dan menjauh.
Bukan karena tendangan maka Kan Tian Cong mati, tapi Kan Tian Cong benar-benar sudah meninggal.
Ini merupakan tenaga gaib, membuat anak buahnya yang sudah mati menjadi pembunuh.
Dan sebelum mati masih sempat membunuh orangnya sendiri.
Kan Tian Cong dijuluki Jian Zhang Ren Shi (pedang telapak jari pisau), kedua telapak t angan dan kesepuluh jarinya sangat lihai.
Jarinya lebih lancip dibandingkan pisau, lebih tajam dari pedang.
Bisa membelah kayu tanpa menggunakan kapak.
Jika sudah mengenai sasaran, apakah masih bisa tertolong? Memang tendengan Long Hui Ji sangat cepat, tapi Xiu Zi Fu sudah terkena setengah jurus jari Kan Tian Cong.
Waktu itu Long Hui Ji sedang berpikir, tiba-tiba di belakang kamar terdengar teriakan.
Suara itu berasal dari pelayannya, Xiao Lou.
Pelayan-pelayan di keluarga Long bukan sembarangan orang.
Jika bukan karena merasa sangat terkejut mereka tidak akan berteriak seperti itu.
Apalagi teriakan itu berasal dari pelayannya yang bernama Xiao Lou yang tadi mengantarkan Liu Qing Ying kembali ke kamarnya.
Begitu mendengar suara teriakan itu, Long Hui Ji seperti seekor naga dengan cepat keluar.
Begitu keluar, di tengah-tengah udara dia masih sempat berteriak kepada Ye Pian Zhou.
"Lindungi Ketua Xiu!" --ooo0dw0ooo-- Teriakan itu baru habis, Long Hui Ji sudah berada di depanpelayan yang masih tampak terkejut itu. Dia mencengkram pelayan itu dan membentak.
"Ada apa?"
Dia melihat Liu Qing Ying tergeletak pingsan di bawah.
Long Hui Ji segera memapah istrinya.
Dia juga mengalirkan tenaga dalam ke tubuh Liu Qing Ying.
Wajah pucat Liu Qing Ying mulai timbul warna merah.
Ketika pelayan itu melihat ketua telah datang.
Dengan gagap dia berkata.
"...tadi, ada seorang anak kecil. Anak itu berwajah orang tua. Kedua gigi taringnya panjang dan mencuat keluar. Dia berkata'kepada nyonya...."
Karena takut pelayan ini tidak bisa bicara lagi.
"Dia mengatakan apa?"
"Dia mengatakan...kalau Ketua sudah membuat Putri Yin Huo dan anaknya mati...sekarang anak itu menjadi setan. Dia masuk ke dalam perut nyonya...dan reinkarnasi. Dia akan membunuh anak yang ada di dalam perut nyonya...setelah itu dia mendekati nyonya, dengan gigi taringnya yang panjang, dia menggigit... aku langsung berteriak...."
Sorot mata Long Hui Ji seperti kilat, dia melihat ke sekeliling dan bertanya.
"Mana siluman itu?"
"...begitu aku berteriak, dia...dia langsung menghilang."
Urat nadi di kepala Long Hui Ji bermunculan dengan jelas. Otaknya sudah memikirkan sesuatu. Hal ini membuatnya sakit hati juga menyesal. Liu Qing Ying yang berada dalam pelukannya tiba- tiba bergerak-gerak. Dengan cepat Long Hui Ji bertanya.
"Ying Er, bagaimana keadaanmu sekarang?"
Kedua mata Liu Qing Ying tampak buyar dan tidak bersemangat. Dia bicara sepatah-patah kata.
"...kita...kita jangan menginginkan anak yang ada di perutku ini, bagaimana?"
Setelah itu tangannya yang lemah memegang tangan Long Hui Ji.
Long Hui Ji merasa tangan Liu Qing Ying seakan memegang hatinya, seperti jantung yang meneteskan darah.
Long Hui Ji sudah berusia 50 tahun, tidak memiliki putra juga putri.
Baginya menghadapi usia senja seperti sekarang, anak yangada di dalam perut nyonya keduanya mungkin adalah satu-satunya keturunan yang ada.
Sekarang tinggal 2 hari lagi, dan hari itu adalah hari ulang tahunnya yang ke-50.
--ooo0dw0ooo-- Memasuki musim semi, tapi udara masih terasa dingin.
Sinar matahari terbenam menyinari sungai, membuat sungai yang sedang mengalir tampak begitu tenang.
Seperti sebuah lukisan yang indah.
Di dalam lukisan itu tampak banyak orang yang lewat.
Ternyata air sungai masih membeku dan belum saatnya mencair.
Di atas permukaan air ada es tipis tapi kebanyakan es itu sudah mencair, karena itu es tipis itu terapung di atas air.
Karena terkena pantulan sinar matahari, air tersebut mengeluarkan cahaya indah.
Cahaya pantulan air ini yang berwarna emas memancarkan ketenangan.
Burung terbang tapi dengan cepat masuk lagi ke dalam semak-semak yang berada di sisi air.
Perahu untuk menyebrangi sungai berada di seberang.
Orang yang akan menyebrang sedang menunggu di sisi sungai.
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong saat itu berada di sisi sungai.
--ooo0dw0ooo-- Wo Shi Shui dengan serius melihat matahari yang akan terbenam juga melihat air yang sedang mengalir.
Tubuhnya yang tinggi dan kekar, tiba-tiba bertambah sedih.
Pasti bila pahlawan atau laki-laki sejati berkelahi, bertarung, bermain kecapi, menyanyi, mabuk, karena persoalan kecil yang dianggap orang lain sepele terus berkelahi.
Demi kebenaran tidak takut kepala akan terputus dan menumpahkan darah.
Semua ini mereka anggap sangat biasa.
Tapi kadang-kadang pada saat melewati rumah-rumah, mendengar perempuan bermain kecapi dengan sedih, itu akan membuatnya merasa sedih.
Atau berdiri di sisi sungai pada musim semi yangmasih terasa dingin.
Mereka para pahlawan gagah berani itupun akan memikirkan banyak hal tentang masa lalu.
Wo Shi Shui berpikir.
"Sungai begitu indah mengapa di sisiku tidak ada perempuan cantik di mana aku bisa bersama dengannya menikmati pemandangan indah ini, yang ada. malah si tua bangka Shen Tai Gong."
Dia melihat Shen Tai Gong.
Shen Tai Gong masih tetap bermata sipit, hidungnya pesek, di atas mulut masih menempel kumis putih, meloncat ke sini ke sana seperti seorang anak kecil.
Wo Shi Shui benar-benar tidak mengerti.
Mengapa si tua bangka ini sejak pagi bicara terus.
Sampai sore seperti saat inipun masih terus bicara sendiri.
Shen Tai Gong masih berbicara.
"Aneh, mengapa sepanjang jalan banyak boneka kain yang dipaku oleh jarum. Orang yang dipaku...? Beberapa hari inipun bukan hari Yu Lan (hari Yu Lan jatuh pada tanggal 15 bulan 7 pada kalender Tiongkok. Katanya dalam beberapa hari itu semua roh orang yang sudah meninggal akan keluar maka orang-orang Tionghoa yang beragama Budha selalu bersembahyang). Mengapa kota-kota yang kita lewati atau di jalan selalu banyak orang yang membakar, .uang. .uangan. .untuk, .sembahyang? ...mengapa...."
Dia melihat di sisi sungai sana ada 2 orang yang sedang memasang lilin dan dupa untuk bersembahyang.
Mulut mereka komat kamit membaca doa.
Nenek tua itu dengan pedang yang terbuat dari kayu memukul baju-baju yang terbuat dari kertas (baju kertas untuk sembahyang).
"...Nan Mo A Mi Ta Ba, Nan Mo Guan Yin, usir siluman-siluman dan basmi siluman-siluman...."
Shen Tai Gong mendekatinya dan bertanya.
"Paman dan Bibi, mengapa di daerah sini selalu ada saja orang sedang bersembahyang. Memangnya ini hari apa?..."
Puteri Es Karya Wen Rui Ai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kakek dan nenek yang sedang bersembahyang itu melihat ada yang mengganggu upacarasembahyang mereka, maka merekapun marah.
Tapi begitu mendengar logat bicara mereka terasa dari luar daerah, mereka membalikkan kepala untuk melihat.
Ternyata yang bertanya adalah seorang pak tua berambut putih.
Dengan hormat dia memanggil paman dan bibi kepada mereka.
Maka kemarahan merekapun agak mereda.
Ternyata orang-orang desa sana senang dipanggil Lao Da, bila dianggil Lao, berarti adalah menambah usia untuk orang yang dipanggil.
Yang pasti mereka tidak tahu kalau Shen Tai Gong selalu menganggap dia masih muda.
Segera nenek itu menjawab.
"Kau pasti orang dari luar daerah, sekarang di sini banyak setan...."
Setelah itu dia memberi tanda dan dengan suara kecil berkata lagi.
"Selama puluhan tahun di daerah sisi sungai ini tidak pernah ada babi yang terendam hingga mati. Tapi sebulan ini, orang yang naik perahu untuk menyeberang sungai sudah 2 kali terguling dan sudah memakan korban 7-8 orang...."
Sekarang Shen Tai Gong baru mengerti. Nenek dan kakek ini adalah pemilik perahu untuk menyebrangkan orang.
"Mengapa bisa terjadi seperti itu?"
Tanya Shen Tai Gong Nyonya bos perahu itu tanpak marah.
"...karena dulu Tuan Besar Long, telah membuat suatu kesalahan. Dia berani meninggalkan istri tuanya sehingga membuat istri tuanya meninggal. Istri tua Tuan Besar Long adalah Putri Yin Huo...."
"Siapakah Putri Yin Huo itu?"
Tanya Shen Tai Gong dengan aneh. Nenek itu merasa aneh. Shen Tai Gong tahu kalau nenek itu pasti sudah mengetahui kalau mereka orang dari luar daerah, maka diapun tidak banyak bicara lagi. Hanya meletakkan uang itu ke dalam tangan nenek dan berkata.
"...uang ini adalah pemberianku kepada dewa."
Nenek itu segera tertawa.
"Jika untuk menyembahyangi dewa, tentu aku boleh mengambilnya. Nanti aku akan membelikan perlengkapan untuk bersembahyang dan aku akan berdoa untuk keselamatanmu. Aku lihat kau adalah orang jujur. Putri Yin Huo adalah putri tunggal You Ming Wang (raja setan orang mati).""You Ming Wang?"
Shen Tai Gong terpaku.
Semua orang juga tahu kalau You Ming Wang dari daerah Yun Nan dan Gui Zhou, namanya Xue Meng Shan.
Dia menguasai daerah Yun Nan dan Gui Zhou.
Dia mempunyai kekuatan gaib.
Ditengah malam pedang bisa terbang sendiri untuk memenggal kepala orang.
Dia juga ahli racun dan ilmu guna-guna.
Dia bisa mencelakai orang juga bisa menolong orang.
Dia juga bisa membuat orang tunduk dan mengabdi kepadanya.
Dulu San Si adalah anak buah You Ming Wang.
Si Wu Qou, Si Kong Tui, dan Si Kou Xiao Dou, 3 orang itu adalah ketua cabang.
Sampai You Ming Wang mati, demi merebut kekuasaannya, mereka saling membunuh dengan segala cara.
Ini adalah awal dari 3 perkumpulan dibangun Mao Shan Dong, Ren Tou Fan, You Ling San Shi.
Nenek itu sepertinya menyalahkan Shen Tai Gong karena tidak tahu apa-apa.
"Benar, semenjak You Ming Wang meninggal, dan Putri Yin Hiio adalah putri satu-satunya. Sebenarnya You Ming Wang membangun Qu Nuan Bang untuk keturunan putrinya dan Tuan Besar Long, waktu itu dia sudah menjadi orang terkenal. Dia menikahi Putri Yin Huo.... Waktu itu nama tuan besar sangat terkenal, tidak disangka laki-laki itupun mempunyai sifat buruk. Dia menceraikan istri tuanya. Sekarang karma sudah membalas kepadanya...."
Nenek itu seperti tersadar kalau nada bicaranya sedikit menyudutkan Long Hui Ji. Segera dia berkata lagi.
"Aku...aku hanya tahu sampai di situ. Tapi...Tuan Besar Long sebenarnya sudah memberi kebahagiaan untuk rakyat di sini. Tapi semenjak Putri Yin Huo pergi, nama baik Tuan Long jatuh. Apalagi sekarang terus terjadi kejadian yang begitu rumit. Semua orang melihat banyak tanggal lahir dan gambar Tuan Long dipaku di pohon. Katanya semua ini adalah pekerjaan Putri Yin Huo...Jika bukan karena biksu- biksu di Ling Yin Si kesana kemari membantu sembahyang dan membaca ayat-ayat kitab suci, pasti masih akan memakan banyak korban!"
Setelah itu kedua tangan dikatupkan menjadi satu dan mulai membaca A Mi Ta Ba ke belakang Shen Tai Gong.Shen Tai Gong dengan cepat membalikkan badan untuk melihat, ternyata di belakangnya ada 4 orang biksuni.
Kedua tangan mereka dikatupkan menjadi satu.
Dengan aneh Shen Tai Gong berkata.
"Ling Yin Si?"
"Benar!"
Kata nenek itu.
"mereka adalah 10 dewi hidup, selalu sibuk membantu orang desa mengusir setan."
Ini adalah daerah perbatasan.
Shen Tai Gong tidak mengenal orang-orang dunia persilatan di sini.
Dia juga tidak begitu kenal dengan nama Ling Yin Si.
Tapi dia pernah mendengar nama Ling Yin Si.
Dia mempunyai perkiraan sendiri, semua ini pasti ada hubungannya dengan perkumpulan yang dipimpin oleh Si Kou Xiao Dou.
Terdengar nenek tua itu berkata lagi.
"...semua tempat yang sudah disembahyangi oleh beberapa Budha hidup ini tidak akan diganggu oleh setan lagi. Karena mereka adalah dewi yang turun dari langit atau Guan Yin yang sudah turun ke dunia ini...."
Shen Tai Gong mengangguk.
Dia ingin melihat jelas para biksuni yang akan menyebrangi sungai.
Tapi hanya dalam waktu singkat keempat biksuni itu sudah menghilang, hanya meninggalkan air yang bergelombang memantulkan cahaya emas.
Perahu sudah mendekati darat.
Waktu itulah mata Shen Tai Gong menjadi bercahaya.
Jembatan kayu untuk menyebrang, ternyata sudah banyak orang menunggu di sana.
Di antara kerumunan orang itu karena mereka sudah mendengar kata-kata si nenek, merekapun ikut mengobrol.
Kebanyakan mereka menyalahkan Long Hui Ji karena sudah membuat Tuhan marah.
Tapi di antara kerumunan orang itu, Shen Tai Gong melihat ada seseorang.
Seorang gadis kecil.
Gadis kecil itu tertawa kepadanya dengan paras lugu.
Waktu itu di mata Shen Tai Gong sudah tidak ada es yang terapung.
Perahu, matahari terbenam, di otaknyapun tidak ada PutriYin Huo, You Ling San Shi, You Ming Wang, yang ada hanya tawa itu.
Tawa itu benar-benar indah.
--ooo0dw0ooo-- BAB Gadis di pingir sungai Gadis ini berumur sekitar 13-14 tahun.
Dia sangat cantik.
Jika tertawa dua gigi depan terlihat sangat putih, pada saat dia melihat Shen Tai Gong dia membalikkan tubuh, dia melihat Shen Tai Gong t sangat lucu karena itu dia tertawa.
Gadis itu masih kecil, kulitnya putih dan terlihat agak pemalu.
Rambutnya sangat panjang, pertama kali Shen Tai Gong melihat gadis itu, dia merasa seperti sudah lama mengenal gadis ini.
Gadis ini juga merasa kalau dia telah berbuat tidak pantas dengan terus melihatnya, tapi dia sangat menyukai kakek itu.
Kumisnya yang putih seperti uang peraktapi dia belum pernah memegang uang perak, sekali-kalinya dia dan neneknya menjenguk kakek.
Di sebuah lemari tinggi besar milik kakek ada uang perak yang disusun sejajar demi sejajar.
Tapi uang itu bukan milik kakeknya.
Kakeknya hanya juru tulis di bank, semenjak kakeknya meninggal, dia tidak pernah melihat uang itu lagi...sampai-sampai yang bentuknya logam juga jarang dilihat.
Karena merasa dia telah berbuat kurang sopan, dengan malu- malu dia menundukkan kepalanya.
Dia berharap kakek ini tidak marah kepadanya, karena dia merasa kakek itu begitu baik, maka dia baru berani tertawa.
Tapi sorot mata kakek itu masih terus melihatnya.
Dia jadi merasa sedikit takut.
Nenek itu tahu gadisnya yang bersalah.
Dia pura-pura marah dengan suara keras berkata kepada cucunya.
"Kau sudah tidaksopan dengan selalu tertawa, kau sedang mentertawakan apa! Malu jika nanti dilihat orang-orang."
Wajah gadis itu menjadi merah, dia tahu nenek itu tidak benar- benar marah kepadanya.
Shen Tai Gong ingin kesana untuk memberitahu kepada nenek itu supaya jangan memarahi gadis kecil itu.
Shen Tai Gong senang melihat gadis kecil itu tertawa.
Walaupun matahari tidak bersinar, angin tidak berhembus, Shen Tai Gong berharap tetap bisa melihat tawa gadis itu.
Karena hatinya sudah berkeinginan seperti itu, maka Shen Tai Gong benar-benar berjalan ke arah sana.
Tiba-tiba ada sebuah tangan mendarat di atas pundaknya, hati Shen Tai Gong bergetar.
Mengapa dia begitu ceroboh, jika musuh mengambil kesempatan ini untuk menyerangnya bagaimana jadinya? Dengan cepat dia memegang nadi tangan itu dan dengan cepat membalikkan tubuh.
Tampak Wo Shi Shui seperti melihat kepalanya bertanduk dan terus melihatnya.
Wo Shi Shui bertanya.
"Apakah kau sedang demam tinggi?"
Shen Tai Gong marahdan berkata dengan ketus.
"Kau yang demam."
Wo Shi Shui tetap tidak percaya bahwa tidak terjadi sesuatu pada Shen Tai Gong, dia berkata lagi.
"Mengapa kau tidak jalan melalui darat malah berjalan ke dalam air?"
Begitu melihat Shen Tai Gong baru sadar dia sudah masuk ke dalam air sampai kelututnya.
Ternyata Shen Tai Gong ingin mendatangi tempat gadis itu.
Dia berjalan lurus ke depan dan dia tidak tahu kalau semakin berjalan, air sungai itu semakin dalam.
Karena itu "dia merasa malu dan berkata.
"Aku... aku -melihat ada seekor ikan besar."
Wo Shi Shui melotot padanya dan berkata.
"Benarkah, apa seekor ikan duyung?"
Shen Tai Gong mendengar lagi suara tawa gadis kecil itu.
Perahu sudah mendekat dan sudah banyak yang naik untuk menyeberang.Para biksuni itu muncul lagi di antara kerumunan orang.
Shen Tai Gong ingin ikut masuk ke dalam perahu itu tapi Wo Shi Shui menariknya dan bertanya.
"Kau naik perahu itu mau ke mana?"
Shen Tai Gong menggaruk-garuk kepala dan menjawab.
"Aku ingin menyeberang ke sana!"
Kali ini Wo Shi Shui benar-benar merasa kepala Shen Tai Gong sudah muncul dua tanduk. Dan hidungnya telah tumbuh sebuah pohon jambu batu. Wo Shi Shui bertanya.
"Sejak kapan kau menjadi begitu taat kepada agama Budha?"
"Kau mengatakan apa tadi?"
Wo Shi Shui menggelengkan kepala dan menghela nafas berkata.
"Orang-orang yang menyeberang kesana adalah mereka yang berniat untuk sembahyang Ji Sheng Niang Niang yang ada di Ling Yin Si. Untuk apa kau ke sana?"
Waktu itu pendayung perahu dengan tongkat bambunya mulai mendayung menjauhi sisi sungai.
Perahu berputar di atas di gelombang air kuning, berjalan di sungai yang dipenuhi dengan kabut dan menjauh dari sana.
Terakhir hanya terlihat titik hitam.
Shen Tai Gong sudah tidak bisa melihat siapa saja yang ada di sana.
--ooo0dw0ooo-- Gadis itu bernama Xiao Xue, dari perahu dia ikut neneknya naik ke darat, semak-semak di darat sangat tinggi, hanya ada sebuah jalan menuju Ling Yin Si (kuil Ling Yin), berjalan ke sanapun harus melewati beratus-ratus tangga yang terbuat dari batu.
Dia dan nenek juga dengan orang-orang yang taat pada agama sedang berjalan menuju kuil itu.
Tangga yang begitu panjang seperti tidak ada habisnya, setiap tangga dipenuhi dengan lumut membentuk beraneka macam gambar.
Xiao Xue memegang lumut-lumut itu dan lumut-lumut itu terasa lembek dan basah.
Tapi neneknya sudah tidak kuat berjalan karena tangga masih begitu jauh dan tinggi.
Bagi seorang nenek tua seperti dia, menaiki tangga seperti itu benar-benar melelahkan.Tapi nenek datang ke sini demi cucunya.
Menurut semua orang jika sudah bersembahyang disini, orang itu bisa terhindar dari bencana.
Apalagi kuil ini khusus untuk melindungi anak perempuan.
Cucunya ini adalah satu-satunya yang dia khawatirkan selama ini.
Puteri Es Karya Wen Rui Ai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Umur seperti nenek jika terjadi sesuatu, cucunya tidak bisa mengandalkan siapa-siapa lagi.
Cucunya melihat nenek yang berjalan begitu lambat kadang terburu-buru, diapun berhenti untuk memapah dan menunggu neneknya.
Sepasang mata di bawah poni tampak berputar, mata liarnya seperti rumput liar yang tumbuh di sisi tangga.
Melihat itu si nenek menarik nafas dan berkata.
"Xiao Xue, jangan menunggu nenek, naiklah dulu ke kuil. Sembahyanglah dulu di sana, perjalanan menaiki kuil masih panjang, nenek harus beberapa kali beristirahat...."
Xiao Xue merasa senang dia berkata.
"Baiklah Nek. Aku akan sembahyang dulu meminta keselamatan untukku dan nenek. Meminta kepada dewa dewi, dan meminta agar nenek diberi umur panjang, tubuh yang kuat sehingga bisa bolak balik beberapa puluh kali ke kuil di atas sana...."
Nenek tertawa dan berkata.
"Bocah, untuk apa nenek bolak balik ke kuil ini...."
Xiao Xue sudah berlari mengejar seekor kupu-kupu. Nenek berkata lagi.
"Bocah ini benar-benar seperti sudah gila!"
Setelah berjalan beberapa puluh langkah lagi, nenek itu merasa lelah.
Dia segera duduk di sisi tangga dan ingin membuang dahak, tapi di sisi tangga yang dipenuhi air terlihat beberapa bayangan orang.
Dia terkejut dan berbalik untuk melihat, ternyata mereka adalah 4 orang biksuni tadi.
Nenek segera menyapa.
"Oh, ternyata 4 orang Budha hidup...."
Sikap keempat biksuni itu tampak datar. Yang satu berkata.
"Aku lihat dia sangat cocok."
Yang satu lagi berkata.
"Kalau cocok, cepatlah bertindak!"Nenek tua itu kebingungan mendengar pembicaraan mereka. Salah satu biksuni itu bertanya.
"Kecuali Anda, apakah gadis kecil itu masih mempunyai keluarga?"
Nenek itu menggelengkan kepalanya.
Salah satu biksuni itu tampak menggelengkan kepala.
Apa maksudnya, nenek itupun tidak mengerti.
Wajah biksuni yang pucat dan berbentuk seperti pernah diiris pisau itu merebut keranjang nenek dan dilemparkannya ke bawah tangga.
Barang-barang yang ada di dalam keranjang seperti dupa, lilin, dan lainnya jatuh berhamburan.
Rasa kaget membuat nenek ini hanya bisa bengong.
Tapi biksuni itu sudah menendangnya hingga jatuh terguling ke bawah tangga, nenek itu terguling kira-kira ratusan tangga dari atas sampai ke bawah.
Dahinya penuh dengan darah, mengalir ke wajahnya yang penuh dengan keriput, membentuk parit-parit kecil yang dipenuhi darah.
Keempat biksuni itu saling memandang.
Mereka sudah siap turun gangga tapi suara rintihan nenek membuat mereka berhenti bergerak.
Terlihat wajah mereka penuh dengan kekejaman.
Salah satu biksuni itu dengan cepat berlari ke bawah.
Di tengah-tengah udara 3 kali turun dan naik, dia sudah berada di bawah tangga.
Nenek tua itu membuka sedikit matanya.
Karena matanya penuh dengan darah ditambah lagi sinar matahari terbenam yang menyinari wajahnya, membuatnya-tidak bisa melihat apa-apa, dia hanya bisa memanggil-manggil nama cucu kesayangannya.
Biksuni itu tertawa dingin.
Dia menginjak dada si nenek, dan nenek itu segera memuntahkan darah, nafasnyapun segera berhenti.
--ooo0dw0ooo-- Xiao Xue masih asyik mengejar kupu-kupu.
Tadinya dia merasa senang tapi tiba-tiba dia mengkhawatirkan keadaan neneknya.
Diamerasa ada yang memanggil-manggil namanya.
Karena itulah dia memutuskan tidak mengejar kupu-kupu lagi, dari balik semak- semak dia kembali menuju tangga yang tinggi menuju kuil.
Dia menunggu sebentar, tapi neneknya belum juga sampai, dia tidak sabar lagi lalu turun untuk mencari neneknya.
Tiba-tiba dia berhenti berjalan karena dia melihat benda-benda yang tumpah di tangga dan di sekeliling banyak orang yang berkerumun, dia masih melihat banyak darah dan juga keranjang yang dibawa neneknya tadi.
Pikirannya terus berkata.
"Bukan, bukan...itu pasti bukan nenek."
Karena itu dia menerobos masuk ke kerumunan orang untuk melihat, ternyata benar neneknya yang terluka. Tapi hatinya masih tetap berkata.
"Bukan, bukan...."
Tapi kali ini dia mulai menangis dan memeluk neneknya. Orang yang datang bersembahyang segera mengeluarkan kata- kata mengasihani.
"Kasihan, seorang nenek tua...."
"Hhhh! Gadis kecil ini sekarang tinggal sendirian...."
"Entah mengapa, sekarang ini selalu terjadi peristiwa seperti ini...."
"Ini semua karena kesalahan Tuan Besar Long dulu...."
"Sudahlah jangan banyak bicara lagi. Kita harus cepat-cepat ke kuil itu, meminta keselamatan untuk kita sendiri."
"Apakah gadis kecil ini masih mempunyai keluarga? Kita harus membawanya pulang dan menyuruh keluarganya mengambil mayat nenek itu."
Xiao Xue mendengar suara-suara disekelilingnya tapi hatinya terus berkata.
"Bukan, tidak mungkin, nenek belum mati...."
Tiba- tiba ada suara perempuan yang sangat tenang berkata kepadanya.
"Tidak ada seorangpun yang kenal dengan gadis ini, diajuga tidak mempunyai keluarga lagi, semua urusan pemakaman akan diurus oleh kuil kami, gadis kecil ini akan kami urus...."Xiao Xue merasa aneh.
"Mengapa dia tahu kalau aku tidak mempunyai siapa-siapa lagi...."
Dia merasa ada yang mengelus rambutnya, matanya sudah buram oleh air mata, dia berbalik untuk melihat, ternyata yang mengelus rambutnya adalah salah satu dari keempat biksuni yang berbaju abu, dengan penuh perhatian dia melihat gadis kecil itu.
Semua orang yang datang bersembah yang berkata.
"Ada Budha hidup di kuil yang akan mengurus gadis kecil ini. Itu paling bagus dan paling cocok...."
"Tenang saja...dia benar-benar patut dikasihani."
"Gadis kecil, jangan bersedih lagi."
"Ling Yin Si berbuat amal lagi."
Biksuni yang berwajah seperti pisau itu berkata.
"A Mi Ta Ba. Ini harus, harus kita lakukan."
Dia terus mengelus-elus rambut gadis kecil itu.
Xiao Xue merasa dia tidak tahu masalahnya, tahu-tahu sekarang akan diberikan kepada beberapa orang yang masih asing baginya, hatinya merasa sedih.
Dia menangis sejadi-jadinya, dia berharap neneknya bisa mendengar suara tangisannyaa dan bangun kembali.
"Nenekku mati karena apa?"
"Lumut di tangga ini terlalu banyak,"
Kata biksuni itu sambil menarik nafas dan berkata lagi.
"Nenekmu mati karenajatuh terpeleset."
Hati Xiao Xue berpikir.
"Lumut yang begitu lucu, mengapa bisa mencelakai nenek...."
Tapi dia tidak berani bicara. Seorang biksuni menarik tangannya, dia berusaha membawa gadis kecil itu menjauhi mayat neneknya.
"Mari adik kecil, aku akan membawamu ke kuil dan memandikanmu dan kau akan makan sayur Zhai (makanan kuil yang tidak mengandung daging). Kami akan menyuruh orang untuk memakamkan jenasah nenekmu dan kami juga akan membacakandoa untuknya."
Tapi Xiao Xue masih menangis dan bertanya.
"Mengapa nenekku bisa mati?"
"Karena dia terjatuh, sehingga dia mati."
"Mengapa nenek bisa terj atuh?"
"Orang tua jika sudah terjatuh biasanya akan mati,"
Wajah biksuni itu mulai terlihat tidak sabar.
"Aku juga sudah tua, mengapa aku tidak jatuh dan mati?"
Tiba-tiba biksuni itu membalikkan kepala.
Dia melihat ada 2 orang yang berdiri di belakangnya.
Yang satu sudah tua sedangkan yang lainnj'a masih muda.
Yang tua masih terus tertawa, sedangkan yang muda wajahnya tampak cemberut.
--ooo0dw0ooo-- Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui bisa menyebrangi sungai untuk datang ke Ling Yin Si karena Shen Tai Gong selalu teringat pada kuil itu.
Maka dia bertanya kepada Wo Shi Shui.
"Long Hui Ji dijuluki sebagai seekor naga, julukan ini diberikan oleh dunia persilatan. Aku kira kau pasti sudah mengetahuinya."
"Yun Nan dan Gui Zhou selama sepuluh tahun ini dalam keadaan tenang semua ini karena jasanya."
T' "Benar, sebelum dia berkuasa adalah You Ming Wang yang berkuasa duluan.
Walaupun dia terkenal di dunia persilatan tapi dia sering memakai guna-guna, dia membunuh untuk menghentikan pembunuh, membuat dunia persilatan tidak tenang.
Begitu dia meninggal, anak buahnya San Si saling berebut kekuasaan.
Begitu Long Hui Ji muncul, karena dia selalu membela kebenaran dan keadilan, ilmu silatnya tinggi' maka dia bisa membuat pesilat- pesilat itu tunduk kepadanya.
Dia juga berwibawa."
"Memang Long Hui Ji telah berbuat banyak kebaikan, palingsedikit dia membuat orang-orang jahat di Yun Nan dan Gui Zhou selama sepuluh tahun ini tidak membunuh orang yang tidak bersalah, juga tidak berani secara terang-terangan membuat masalah, di bawah panji kebenaran Long Hui Ji juga telah membuat banyak orang dari jahat berubah menjadi baik. Pertanian dan ilmu ketabibanpun mengalami banyak kemajuan."
"Bagaimanapun juga Long Hui Ji sangat berjasa."
"Seharusnya memang seperti itu."
"Kalau begitu burung merpati yang membawa kabar mengenai racun untuk membunuh orang, sebenarnya ingin kutanyakan kepada Yi Tiao Long. Tapi hal-hal yang terjadi di sepanjang jalan ini kelihatannya ada hubungannya dengan Long Hui Ji. Orang-orang memakinya juga membuat boneka kainnya dipaku, sepertinya mereka sudah melupakan semua kebaikannya yang dulu...."
"Semua orang selalu menjadikan orang yang menang menjadi raja, yang kalah, menjadi penjahat dan selalu mengingat kejelekan dan melupakan kebaikan."
"Sehari lagi adalah hari ulang tahun Pendekar Long. Kita harus ke sana untuk menanyakan secara jelas mengenai hal ini. Kurasa itu lebih baik...tapi sebelum bertemu Yi sudah diserang oleh senjata rahasia itu di empat titik jalan darah kakinya! Begitu Shen Tai Gong mendarat dengan kedua kakinya, dia sudah menendang 2 senjata rahasia itu. Punggungnya seperti mempunyai mata. Senjata rahasia itu ditendang entah melayang ke mana. Sewaktu kedua pundak biksuni ini mau bergerak, tiba-tiba dia merasa dua tangannya seperti dijepit dengan tang besi. Ketiga biksuni lainnya dengan cepat berpencar. Kedua biksuni itu sudah mencabut pedang mereka yang berkilauan. Biksuni yang wajahnya seperti digores pisau itu melihat Wo Shi Shui yang kedua tangannya memcengkram pundak biksuni yang melepaskan senjata rahasia tadi. Dia membentak kepada Wo Shi Shui.
"Di sini adalah kuil bersih dan penuh rahmat, apa yang ingin kau lakukan?"Wo Shi Shui balik bertanya dengan dingin.
"Apakah betul di sini adalah tempat bersih?"
"Benar-benar tidak tahu aturan!"
"Berani bertindak kurang ajar kepada biksuni. Cepat laporkan kepada polisi!"
Wo Shi Shui memiliki mulut tapi tidak bisa membantah, dengan marah dan melotot dia hanya bisa berdiri tegak.
Shen Tai Gong tertawa dingin.
Dia sudah terbang dan mendarat.
Orang-orang melihat ilmu meringankan tubuhnya begifu tinggi.
Mereka menjadi kaget ditambah lagi alis Wo Shi Shui yang tebal dan matanya sedang melotot, semua orang ketakutan.
Melihat Wo Shi Shui seperti itu, kata-kata marah yang siap dilontarkan ditelan kembali.
Shen Tai Gong tersenyum, dia membuka tangannya.
4 buah senjata rahasia berbentuk bunga tampak berada di telapaknya.
Dia berkata.
"Kalau kalian adalah biksuni yang jujur dan bersih, mengapa diam-diam menyerangku yang sudah tua dengan senjata ini?"
Biksuni itu walaupun dicengkram keras oleh Wo Shi Shui tapi dia tidak tampak takut. Dengan tertawa dingin dia berkata.
"Kapan aku menyerangmu dengan senjata rahasia jenis bunga...aku hanya seorang biksuni yang menangkap ayampun tidak mampu. Jangan sembarangan menuduh."
Shen Tai Gong tertawa dingin.
"Kau tidak mempunyai tenaga untuk menangkap ayam? Kalau kau bukan orang persilatan, mengapa kau bisa tahu bahwa senjata ini adalah senjata rahasia berbentuk bunga?"
Biksuni yang wajahnya seperti digores pisau itu berkata.
"Apa anehnya senjata rahasia ini? Bisa tahu bentuknya tapi belum tentu dia yang menembakkan senjata itu!"
Puteri Es Karya Wen Rui Ai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wo Shi Shui dengan marah bertanya.
"Kau benar-benar tidak mau mengaku kalau kau yang menyerang temanku tadi?"
Biksuni itu tertawa dingin.
"Aku adalah murid Budha, apakah kau berani memeriksa tubuhku?""Aku tidak berani,"
Kata Wo Shi Shui.
Kata-katanya baru selesai, kedua cakarnya berubah menjadi telapak.
Wajah biksuni itu berubah.
Tubuhnya seperti terkena sambaran kilat dan terus bergetar.
Terdengar ada suara benda yang terjatuh.
Ternyata yang jatuh adalah senjata rahasia bentuk bunga, keluar dari lengan bajunya.
Ternyata Wo Shi Shui dengan tenaga dalam memaksa biksuni itu mengeluarkan senjata rahasia yang masih tersembunyi di dalam lengan bajunya.
Shen Tai Gong mengambil dua senjata rahasia jenis bunga yang terjatuh itu dan mencocokkan dengan senjata tadi.
Dengan tertawa Shen Tai Gong berkata.
"Apakah kalian masih tidak mau mengaku?"
Orang-orang yang berada di sana melihat ada bukti jelas, mereka diam dan tidak berani membela para biksuni lagi. Biksuni yang wajah seperti digores pisau itu berkata.
"Dia masih kecil, dia hanya bercanda denganmu, hanya itu yang dia lakukan!"
Shen Tai Gong tertawa dan berkata.
"Kalau aku terlempar hingga mati itu sudah bukan seperti bercanda lagi."
Dia menunjuk nenek yang sudah mati itu dan bertanya.
"Mengapa kalian harus membunuh dia?"
Biksuni yang wajahnya seperti digores pisau itu menjawab.
"Kami adalah murid Budha, mana mungkin kami membunuh?"
Shen Tai Gong berkata.
"Dia mati bukan karena terjatuh. Keranjang yang berisi perlengkapan sembahyang isinya berhamburan di tangga tapi dia terjatuh ke bawah tangga. Kalau bukan ada seseorang yang dengan paksa memisahkan keranjangnya kemudian mendorongnya ke bawah, keadaannya tidak akan seperti ini."
Dengan cepat Shen Tai Gong mengangkat kaki biksuni yang wajahnya seperti digores pisau. Di bawah sepatu kainnya ada bekas darah.
"Kau takut dia tidak mati, lalu kau injak dia sekali lagi!"
Biksuni itu marah, dia mengangkat kakinya dan siap menendang.Dengan ringan Shen Tai Gong bersalto ke belakang untuk menghindar dan berteriak.
"Aduh! Takut, aku takut biksuni marah. Biksu harus segera kabur!"
Semenjak Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong muncul, Xiao Xue terus menangis. Sekarang dia mendekati biksuni yang berwajah seperti digores pisau. Xiao Xue mencakar dan berteriak.
"Mengapa kau bunuh nenekku? Mengapa kau bunuh nenekku...."
Biksuni yang berwajah seperti digores pisau itu sudah membalikkan tangan dan melepaskankan 3 senjata rahasia.
Yang satu ditembakkan ke arah Shen Tai Gong, yang satu ditembakkan ke arah Wo Shi Shui, sedangkan yang satu lagi ke arah Xiao Xue.
Shen Tai Gong berteriak.
"Hati-hati!"
Dengan angin dari telapaknya dia sudah menepak biao itu dan berguling ke arah Xiao Xue.
Tangan kanannya menggendong Xiao Xue.
Tangan kirinya menerima biao yang datang ke .irah mereka.
Sebenarnya dia bisa menyentil dengan jarinya atau dengan tenaga dalamnya menggetarkan biao itu, tapi dia takut Xiao Xue akan terluka, maka diapun memutuskan untuk menyambut biao itu.
Biao sudah disambut tapi Shen Tai Gong sudah gemetar karena kedinginan.
Xiao Xue pun gemetar.
Bibir yang tadi merah sekarang menjadi pucat.
Ternyata di atas biao ada cahaya dingin.
Walaupun Shen Tai Gong diserang oleh udara dingin dari biao itu tapi karena tenaga dalamnya tinggi dengan cepat dia bisa melindungi nadi-nadi penting dan memaksa udara dingin keluar dari tubuhnya.
Tapi udara dingin yang Shen Tai Gong sambut sudah menyebar ke dalam tubuh Xiao Xue yang sama sekali tidak bisa ilmu silat.
Kali ini Shen Tai Gong benar-benar terkejut, dengan cepat dia menutup nadi Xiao Xue.
Dengan tenaga dalam yang sudah berpuluh-puluh tahun dilatihnya, dia mengalirkan tenaga dalamnya ke dalam tubuh Xiao Xue.
Membantunya mengeluarkan udara dingin dari dalam tubuhnya, perlu diketahui, dengan tenaga dalam mengeluarkan udara dingin tidak begitu sulit, tapi membantu orangyang sama sekali tidak bisa ilmu silat dan sudah terkena guna-guna, mengeluarkan udara dingin adalah hal yang sangat menguras tenaga dalam.
Wo Shi Shui sudah bisa mengantisipasi datangnya biao.
Tapi biao itu terbang ke arah kerumunan orang.
Wo Shi Shui membentak.
Dia mengejar biao itu dan segera menghadang di depan biao.
Dengan sekali tendang, biao itu sudah terbang entah ke mana.
Begitu Wo Shi Shui mengejar biao, dia melihat keempat biksuni itu melarikan diri.
Wo Shi Shui berteriak.
"Jika aku bertemu dengan siluman-siluman itu lagi____"
Shen Tai Gong dengan serius mengobati Xiao Xue.
Wajah Xiao Xue sangat pucat, keringat sudah membasahi bajunya.
Bagi Xiao Xue yang terkena guna-guna, masih termasuk sedikit, hanya karena kematian neneknya, yang merupakan pukulan yang sangat berat.
Wo Shi Shui masih marah.
Dengan langkah besar dia berjalan menuju Ling Yin Si....
"Biksu bisa melarikan diri tapi kuil tidak akan bisa lari. Aku akan pergi ke sana mencari mereka untuk membuat perhitungan!"
Tubuhnya yang tinggi dan besar itu sudah berlari ke arah tangga batu.
Dia percaya Shen Tai Gong pasti bisa mengurus Xiao Xue.
Urusan menghibur anak kecil, memakamkan orang, Wo Shi Shui sama sekali tidak mengerti.
Lebih baik mengambil kesempatan ini untuk membabat bersih Ling Yin Si yang selalu mencelakai orang! Wo Shi Shui segera melakukan niatnya, banyak orang bersifat seperti itu tapi orang seperti ini selalu membuat keributan atau bahkan terkadang bisa menjadi celaka.
Ketua Ling Yin Si adalah salah satu dari San SiSi Kou Xiao Dou.
Perkumpulan You Ling San Shi yang dipimpinnya, memiliki ilmu silatsangat aneh.
Mereka terkenal dengan ilmu guna-gunanya, apalagi malam ini adalah acara sembahyang musim semi di Ling Yin Si.
--ooo0dw0ooo-- BAB Penari jaman dulu Dengan langkah besar Wo Shi Shui berjalan ke arah Ling Yin Si, tiba-tiba dia merasa hatinya sedih.
Dia selalu merasa satu orang mempunyai satu nyawa dan sepasang kepalan, demi membela kebenaran harus berani menghadapi semua ini, benar-benar hal yang sangat menyedihkan.
Tapi dia menyukai perasaan seperti ini, demi hal inilah dia rela mengorbankan nyawanya.
Sewaktu dia berjalan ke arah kuil ini, dalam hati dia memiliki perasaan aneh.
Kuil itu berbentuk pagoda terbuat dari batu besar dan putih.
Tanaman rambat memenuhi dinding kuil, karena itu dinding menjadi terbelah-belah.
Biksuni yang berada di dalam kuil terdengar sedang membaca ayat kitab suci.
Wajah mereka sama sekali tidak berekspresi.
Di tengah-tengah mereka ada sebuah kobaran api.
Api menyala bercampur dengan asap hijau.
Asap ini terus naik ke atas pagoda, diatas pagoda tidak tertutup tapi di sana tergantung sesuatu seperti kelelawar.
Orang yang datang sembahyang seperti sangat menghormati benda itu.
Mereka menundukkan kepala membakar uang-uang sembahyang, tidak lupa dengan kayu memukul boneka-boneka yang terbuat dari kain yang disebut Xiao Gui (Setan kecil).
Kecuali kobaran api itu, masih ada 7 buah lampu, tempat sembahyang sangat gelap, hanya ada api dupa yang terpasang, di dalam kegelapan terlihat titik-titik merah.
Tiba-tiba Wo Shi Shui membalikkan kepalanya untuk melihat.
Dia merasa ada sepasang mata yang terus melihatnya tapi begitu dia membalikkan kepala, sepasang mata itu sudah menghilang, hanyaada sebuah patung dewa.
Dengan bantuan cahaya dari lampu redup Wo Shi Shui melihat keadaan di sana.
Ternyata patung dewa itu adalah patung seorang perempuan yang diukir sangat mirip manusia dan tawanya terlihat agak genit.
Hati Wo Shi Shui merasa tidak enak.
Dia merasa di ruangan di mana para biksuni sedang membaca kitab suci secara berulang- ulang seperti sebuah mantra yang bisa membuat orang mati kaku.
Dia ingin berteriak.
"Di mana pengurus kuil ini?"
Tiba-tiba api itu berkilau sebentar, seperti ada orang yang menaruh sesuatu ke dalam api.
Di bawah api itu Wo Shi Shui melihat patung dewi yang ada di sebelahnya, wajahnya seperti sangat sedih seperti ingin menangis.
Hal ini membuat bulu kuduk Wo Shi Shui merindingi.
Patung dewi yang ada di sisinya hegitu cepat berubah dan dia sama sekari tidak merasakannya.
Apakah patung dewi ini adalah manusia? Karena itu dia mulai meraba patung dewi itu.
Patung itu terbuat dari tanah liat.
Hanya saja di luarnya diberi semacam bubuk berwarna emas.
Wo Shi Shui tidak mengerti.
Dia hanya merasa ruangan ini sangat gelap, penuh rahasia dan tenaga gaib.
Seperti ada sesuatu yang sedang melihat ke arahnya, walaupun matanya melotot dengan besar tapi dia tetap tidak bisa melihat ada apa di balik tirai itu.
Setelah lama dia baru menarik kembali sorot mata dan berniat akan meninggalkan tempat ini.
Sewaktu dia berniat meninggalkan tempat ini, dia menoleh lagi untuk melihat patung dewi ini.
Kali ini dia benar-benar kaget dan bergetar karena patung dewi ini sudah berubah, wajah patung itu tertawa! Karena terkejut tanpa sadar Wo Shi Shui mundur selangkah.
Sesudah mundur dia maju lagi, karena Wo Shi Shui tidak percaya pada kekuatan gaib juga tidak takut pada setan.
Tapi keadaan tadi membuatnya terkejut maka tanpa terasa dia mundur.
Sifat Wo Shi Shui sangat keras.
Setelah mundur dia maju untuk lebih dekat lagi.Dia maju dengan langkah besar, karena dilihat dari sudut yang berbeda membuatnya bisa melihat lebih jelas patung dewi itu.
Temyata patung dewi ini diukir dengan sangat aneh dan khusus.
Sebelah kiri berwajah sedih, sebelah kanan berwajah tertawa.
Dari tengah seperti sedang tertawa.
Karena 3 kali mengangkat kepala dan melihat dari sudut tidak sama maka dia salah melihat kalau patung terus berubah ekspresinya..Karena dia terkejut sendiri, di dalam hati dia malah sudah menyusun rencana.
Tadinya didatang untuk mencari pengurus Ling Yin Si Sekarang dia merasa kuil ini sangat misterius.
Karena itu dia bertekad menyelinap masuk dan menyelidiki keadaan sebenarnya kuil ini.
Dia seperti seekor kucing menyelinap masuk ke dalam tempat sembahyang.
Jika sekarang ada orang yang melihatnya, maka orang itu tidak akan bisa percaya kalau seorang laki-laki tinggi, besar juga gagah bisa berjalan tanpa bersuara, dibandingkan dengan seekor cecak.
--ooo0dw0ooo-- Wo Shi Shui melewati beberapa tempat di belakang pagoda itu.
Semakin berjalan tempatnya semakin gelap dan sepi.
Memang dia belum menemukan sesuatu, dari jauh terdengar ada suara orang membaca kitab suci, suaranya terdengar sangat misterius.
Sekarang hari sudah gelap, sinar matahari hanya tersisa sedikit masuk melalui jendela, seperti sebuah buku tua yang menjadi kusam dan kotor.
Penyelidikan Wo Shi Shui tidak menghasilkan apa-apa, jika ada yang bertanya padanya, terpaksa dia akan mengatakan dia hanya menemukan sebuah kamar untuk membaca kitab suci.
Di kamar itu tergantung banyak boneka kain, orang-orangan kertas dan orang- orangan yang terbuat dari rumput dan ditusuk dengan jarum.
Sepertinya jika tidak menggunakan cara kejam seperti itu, orang- orangan kecil itu akan keluar dan melakukan kejahatan.
Kecuali ada beberapa kamar lagi, di dalam sana ada para biksuni yang tidakberekspresi.
Mereka seperti hantu gentayangan yang duduk tegak dan diam.
Wo Shi Shui melubangi kertas jendela untuk melihat ke dalam.
Ada seorang biksuni yang sedang duduk di tengah.
Puteri Es Karya Wen Rui Ai di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bibirnya merah.
Wo Shi Shui seperti mengenali biksuni itu..
.tapi siapakah dia? Pada saat Wo Shi Shui sedang berpikir dan terpana, kedua mata biksuni itu seperti pisau melihat ke arah lubang kertas yang dibuat Wo Shi Shui.
Wo Shi Shui terkejut, dia segera meninggalkan jendela itu dan naik ke atas atap.
Hanya sebentar dia sudah melewati 3 atap dan sampai di sebuah halaman.
Halaman itu berada di belakang pagoda, halaman itu terlihat lebih kotor dan tua lagi, langit hampir gelap semua.
Kamar-kamar yang ada di sekitar halaman dikunci dengan rapat, di sana sepi hingga tidak terdengar suara orang yang membaca kitab suci.
Wo Shi Shui ingin segera berlalu dari sana tapi tiba-tiba terdengar suara kecapi.
Wo Shi Shui masuk seperti seekor kucing.
Dia melewati beberapa kamar kemudian berhenti di depan sebuah kamar karena suara kecapi itu berasal dari sana.
Sewaktu Wo Shi Shui akan mencari tahu diapun berhenti, suara kecapi yang melantun dengan sedih tiba-tiba berhenti.
Begitu suara kecapi berhenti, halaman itu kembali sepi dan sedih.
Wo Shi Shui ingin memprotes suasana sepi dan sedih itu.
Tapi suara kecapi terdengar lagi, seperti jauh tapi juga seperti dekat.
Wo Shi Shui tetap mendengar suara itu.
Dengan cepat dia melewati beberapa kamar dan sampai di sebuah kamar kecil dan dicat dengan warna hitam.
Karena suara kecapi itu keluar dari kamar itu.
Di dalam hati dia berpikir.
"Kali ini aku tidak akan membiarkan kau lolos begitu saja."
Hari sangat gelap.
Baju hitam Wo Shi Shui seakan sudah menyatu dengan kegelapan malam, dia melihat ke dalam kamar, di dalam terpasang sebuah lampu kecil, di sisi lampu ada seseorangyang duduk memakai baju hitam.
Wajahnya kuning dan pucat, dahinya agak menonjol, dia duduk di sana diam seperti patung, ternyata yang memainkan kecapi itu adalah dia.
Kecapinya sangat tua dan berwarna hitam, hanya ada beberapa tempat berwarna merah seakan mengeluarkan api.
Nada kecapi itu pelan dan kuno seperti suara seorang perempuan yang sedang pelan-pelan menceritakan riwayat hidupnya.
Yang paling membuat Wo Shi Shui terkejut adalah di dalam kamar itu ada seorang perempuan yang sedang menari.
Salah satu sifat Wo Shi Shui adalah tidak sabaran, dia melihat orang yang sedang menari rasanya tidak sabar.
Katanya jika seorang laki-laki sejati melihat perempuan berputar ke sana kemari seperti siput, laki-laki itu paling tidak suka.
Tapi sekarang begitu melihat perempuan itu menari, dia merasa tertarik.
Dia tidak pernah melihat tarian seperti itu rambut perempuan itu disanggul tinggi.
Antingnya panjang mencapai leher.
Lehernya putih hingga anting giok putih yang dipasangpun tidak terlihat.
Tubuhnya langsing dan semampai.
Dia belum pernah melihat hidung begitu mancung dan bagus, tapi juga terlihat sombong.
Dagu yang sedikit terangkat, gerakan yang anggun seperti seekor burung phoenix sombong yang sedang menikmati kecantikannya.
Diapun seperti keluarga raja yang sedang memegang kaca menikmati tariannya sendiri.
Kecapi tua mengeluarkan nada begitu pelan, perempuan itu bergerak dengan ringan, ringan seperti seekor anak ayam yang baru menetas dan mematuk kulit telur ingin keluar dari sana.
Tapi ujung suara kecapi terdengar seperti suara perang.
Perempuan itu seperti menghadapi puluhan ribu prajurit gagah yang sedang menghadapi musuh.
Mereka sangat pemberani, jarinya yang panjang terkadang seperti air mengalir, kadang-kadang seperti prajurit yang memakai baju dan senjata lengkap sambil mengibarkan panji besar.
Siapakah orang itu? Tapi Wo Shi Shui lupa untuk berpikir, dia diam di sana bukan karena takut ketahuan melainkan takut menggangguorang yang sedang menari itu.
Tiba-tiba perempuan itu bertanya.
"Ada apa?"
Laki-laki itu menjawab.
"Hamba salah memainkan satu nada."
Perempuan itu melihatnya, wajahnya tidak terlihat sedih dan tidak senang dia berkata.
"Kau, kau masih ingat pada apa yang telah terjadi...?"
Wajah laki-laki itu segera mengeluaran ekspresi menahan kemarahan dan berkata.
"Hamba benar-benar merasa tidak bisa menerima...."
Perempuan itu tersenyum. Dengan santai dia berkata.
"Apa gunanya kau tidak bisa menerima...besok adalah hari ulang tahunnya. Saat itu...."
Wo Shi Shui sedang berkonsentrasi ingin mendengar kelanjutan kata-katanya tiba-tiba ada yang memanggil.
"Wo Shi Shui, kau ada di mana?"
Suara itu seperti terdengar dari jauh tapi dia tetap masih bisa mendengar jelas.
Pelan-pelan suara itu masuk ke telinganya.
Wo Shi Shui bergetar.
Dia tahu itu adalah suara Shen Tai Gong.
Tapi dia tidak mau menyahut karena takut orang yang ada di dalam kamar mendengarnya, dia melihat lagi ke dalam.
Tapi kenyataan yang terjadi membuat dirinya bengong.
Lampu kecil itu masih ada.
Tapi di dalam kamar sudah tidak ada siapapun hanya ada sebuah kecapi yang sudah tua.
Kecapi yang sudah menghitam dan ada beberapa tempat berwarna merah seperti darah! Mana orang tadi? Ke mana perginya mereka? Kabut malam semakin tebal.
Wo Shi Shui mengusap-usap matanya supaya bisa melihat lebih jelas lagi tetap tidak ada siapapun di sana.
Hari begitu gelap.
Malam berkabut apakah tadiyang dilihatnya bukan nyata, hanya ilusi? Apakah teriakan Shen Tai Gong tadi telah menariknya keluar dari pengaruh setan? Tapi mana perempuan itu? Perempuan yang sedang menari itu? Apakah ini nyata atau hanya sekedar ilusi? Wo Shi Shui berharap itu bukan sekedar ilusi dan berharap semua adalah kenyataan.
Tapi kehidupan orang selalu seperti nyata juga seperti ilusi.
Hanya sekali berkedip semua sudah berubah.
Wo Shi Shui berharap dia bisa terus bermimpi.
Tapi yang disebut mimpi pasti akan ada sadarnya juga.
Wo Shi Shui dibangunkan oleh suara yang memanggilnya dengan dingin.
Begitu dia tersadar, ternyata dia sudah dikelilingi oleh banyak orang.
Orang-orang yang mengelilinginyapun seperti berada dalam mimpi, mereka seperti hantu gentayangan.
Orang-orang itu mengenakan baju panjang berwarna putih.
Di dalam kegelapan mereka seperti salju yang bertumpukpedang yang mereka pegangpun mengeluarkan cahaya berkilau seperti salju tampak begitu dingin.
"Apakah Tuan tahu ini tempat apa?"
Sewaktu Wo Shi Shui ditanya seperti itu, dia sama sekali tidak tahu sekarang ini dia berada di mana. --ooo0dw0ooo-- Tampak biksuni yang berdiri paling depan dengan pandangan galak melihatnya dan bertanya.
"Siapa kau? Mengapa kau bisa ke sini?"
Dengan bingung Wo Shi Shui balik bertanya.
"Apakah...di sini adalah...Ling Yin Si...."
Biksuni yang berbibir merah itu berkata.
"Kalau kau sudah tahu...itu lebih baik...Ling Yin Si tidak mengijinkan orang luar membuat keributan di sini. Apalagi kau masuk ke tempat terpenting di kuil ini."
Wo Shi Shui teringat itu adalah biksuni pada saat dia mengintipke dalam kamar dan melihat biksuni itu. Tapi dia tetap merasa sangat mengenal biksuni itu, entah di mana dia pernah bertemu dengan biksuni itu.
"Aku...sepertinya, sepertinya pernah bertemu denganmu."
Kata-kata Wo Shi Shui belum selesai, biksuni itu tampak marah dan berkata.
"Dasar gila! Kau berani berbuat kurang ajar kepada guru kami!"
"Dasar tidak tahu malu, apakah menurutmu Ling Yin Si adalah tempat di mana kau bisa berbuat keributan seenaknya?"
"Orang gila tidak tahu diri! Cepat tampar dirimu sendiri!"
Karena terus dimarahi, Wo Shi Shui menjadi marah dan kesal.
"Dia memang guru kalian, bukan diriku!... Aku hanya ingin bertanya, di mana kalian menyembunyikan penari itu? Dan kalian juga yang mencabut nyawa nenek tua itu, di mana keempat pembunuh itu bersembunyi?"
Semakin bicara nada Wo Shi Shui semakin marah, sampai masalah penari hilang, mencabut nyawa nenek tuapun dikatakan semuanya kepada para biksuni itu. Para biksuni itu terpaku.
"Apa maksud orang ini?"
"Sepertinya dia sudah gila!"
"Usir dia dari sini!"
"Jangan ladeni dia lagi!"
Wo Shi Shui sendiripun tidak mengerti perkataan para biksuni itu, maka diapun membentak.
"Siapa yang bertanggung jawab di sini? Suruh dia keluar dan bicara denganku!"
Biksuni itu tertawa dingin, sepasang matanya yang lincah melihat Wo Shi Shui dan berkata.
"Sejak tadi orang itu sudah berada di depanmu."
Wo Shi Shui terkejut.
"Kau...kau...kau adalah-"
Biksuni itu mengangguk, sambil tertawa dia melihat Wo Shi Shui.
"Aku adalah kakak tertua di You Ling San Si, aku juga penanggungjawab Ling Yin Si...."
"Aku adalah Si Kou Xiao Dou!" --ooo0dw0ooo-- Setelah lama Wo Shi Shui baru mengerti.
"Kau.. .kau adalah Si Kou Xiao Dou? Aku memang sedang mencarimu!"
Dia melihat lurus ke arah bola mata Si Kou Xiao Dou, mata itu seperti sebuah sumur tua yang airnya sangat bening. Dia berusaha untuk tidak memikirkan hal itu, tapi anehnya dia selalu ingin melihat mata itu. Sambil tertawa Si Kou Xiao Dou bertanya.
"Ada apa kau mencariku ?"
Wo Shi Shui ingin menjawab, tapi lidahnya seperti kelu, dia tidak dapat menjawab, Wo Shi Shui merasa dia sudah meloncat masuk ke sebuah sumur tua.
Tubuh yang tadinya terapung sekarang terus tenggelam dan tenggelam....
Si Kou Xiao Dou tertawa, dia maju selangkah.
"Kau mencariku, ingin mencoba menundukkan ku ? Apakah benar?"
Wo Shi Shui ingin menjawab.
"Bukan, bukan seperti itu!"
Tapi sifatnya yang jantan dan keras seperti sudah masuk ke dalam tanah, dia tidak bisa memperlihatkan sifatnya lagi. Dengan lembut Si Kou Xiao Dou berkata.
"Kalau kau tunduk kepadaku, berlututlah!"
Wo Shi Shui merasa seperti ada tenaga besar yang menyuruhnya berlutut, otaknya terus memerintahkan dia supaya berlutut, berlutut, berlutut....
Tapi hatinya memberontak dan menolak, dia tidak mau berlutut! Tidak sudi berlutut! Karena itu kakinya menjadi gemetar seperti terkena penyakit ayan yang sedang kambuh, dia berusaha untuk tidak berlutut.
Wajah Si Kou Xiao Dou tampak sedikit berubah, baginya iniadalah untuk pertama kalinya dia bertemu dengan lawan yang memiliki tenaga begitu kuat.
Semenjak dia menguasai ilmu guna- guna, dia tidak pernah gagal mempergunakan ilmu itu, karena itu dia segera meengganti dengan cara lain.
Darah Ksatria Harkat Pendekar -- Khu Lung Meteor Kupu Kupu Dan Pedang Karya Gu Long Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung