Harpa Iblis Jari Sakti 12
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 12
Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung
-ooo0ooo- Bab 43 Saat ini wajah kedua orang itu tampak ketakutan Padahal mereka berdua tergolong iblis yang telah lama malang melintang dalam rimba persilatan, namun kini mereka berdua berdiri beradu punggung sepertinya menghadapi musuh besar 944 Tak seberapa lama kemudian Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sudah berada di hadapan kedua orang itu, Tong Hong Pek berkata dengan dingin sekali.
"selamat bertemu!"
Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun saling memandang sejenak, kemudian Hek Sin Kun menyahut "Ternyata Saudara Tong Hong, memang selamat bertemu!"
Tong Hong Pek mengerutkan kening sambil menghardik.
"Dengan dasar apa kalian menyebutku Saudara?"
Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau amat terkenal dalam rimba persilatan, terutama Hek Sin Kun.
Di gunung Thay San dia merupakan raja, lagipula dia memiliki ilmu pukulan Hek Sah Ciang yang amat beracun dan lihay.
Akan tetapi, saat ini Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek justru tidak sungkan-sungkan menghardik mereka, dan kedua orang itu sama sekali tidak berani bersuara, Tong Hong Pek bertanya dengan dingin.
"Kalian berdua berbuat apa di sini?"
Hek Sin Kun menyahut "Sesungguhnya kami mau pergi ke istana Setan untuk menemui Setan Tua Seng Ling, kebetulan melewati tempat ini."
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mendengus.
"Hm! Tadi kalian melihat seorang pemuda kemari?"
Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun saling memandang sejenak, kemudian Hek Sin Kun menyahut "Kami juga baru tiba, tapi sepertinya ada seorang lelaki dan seorang wanita melesat pergi, entah mereka yang dicari Tuan Tong Hong atau bukan?"
Tong Hong Pek mengerutkan kening.
"
Seorang lelaki dan seorang wanita?"
Kim Kut Lau mengangguk.
"Tidak salah."
Tong Hong Pek berpikir sejenak, dia yakin Lu Leng ke tempat ini tidak akan bersama siapa pun. Mereka yang dimaksudkan itu pasti orang lain, Lu Leng belum sampai di sini, pasti terjadi sesuatu di "
Tengah jalan, Setelah berpikir sejenak, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek lalu mengibaskan tangannya.
"Kalian berdua pergilah!"
Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun segera mencelat ke belakang beberapa depa, namun mendadak Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berseru.
"Tunggu!"
Kedua orang itu langsung berhenti dan bertanya.
"Tuan Tong Hong mau pesan apa?"
Giok Bin Sin Kun mendongakkan kepala memandang langit Tam Goat Hua yang berdiri di sebelahnya melihat di wajah Tong Hong Pek tersirat suatu penderitaan, dan itu membuat gadis tersebut terheran-heran.
Berse!ang sesaat, Tong Hong Pek menghela nafas seraya bertanya.
"Hek Sin Kun, adik perempuanmu baik-baik saja?"
Pertanyaan tersebut membuat Tam Goat Hua tertegun Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau berdua pernah memberitahukannya bahwa mereka berdua adalah ipar-ipar ayahnya, Ketika itu Tam Goat Hua tidak percaya, namun setelah bertanya kepada ayahnya, barulah dia tahu bahwa itu benar Kalau begitu, yang dimaksudkan "Adik Perempuan", tentunya adalah ibunya sendiri.
ini sungguh diluar dugaan gadis tersebut, karena Tong Hong Pek tidak hanya kenal ayahnya, bahkan juga kenal ibunya, Maka, tidak mengherankan kalau gadis itu kemudian tertegun.
Terdengar Hek Sin Kun menyahut "Adik perempuan ku itu tidak ketahuan rimbanya, sudah hampir dua puluh tahun."
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengerutkan kening.
"Benarkah begitu?"
Hek Sin Kun manggut-manggut "Tidak salah, kami berdua pun telah berusaha mencarinya, namun tiada hasilnya, Belum lama ini kami dengar, Cit Sat Sin Kun muncul kembali, kami justru sedang mencari nya, seandainya adikku itu sudah celaka di tangannya,.,."
Ketika Hek Sin Kun berkata sampai di situ, mendadak Tong Hong Pek menggeram, Dan seketika melancarkan pukulan ke arah sebuah pohon yang berjarak beberapa depa di belakangnya, membuat pohon yang amat besar itu hancur di tengah-tengah dan roboh seketika Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau mundur beberapa langkah, kemudian tampak termangu-mangu, Kim Kut Lau berkata.
"Nona Tam pasti tahu kakakku berada di mana."
Tong Hong Pek berpaling memandang Tam Goat Hua. sepasang matanya menyorot tajam sehingga membuat nyali gadis itu menjadi ciut, Tam Goat Hua menarik nafas dalam-dalam, kemudian memberanikan diri untuk menyahut.
"Aku pun tidak tahu ibuku berada di mana"
Tong Hong Pek mengalihkan pandangnya ke arah lain, lalu berkata sepatah demi sepatah.
"Nona Tam, apakah kau tidak pernah bertanya kepada ayahmu, di mana ibumu?"
Tam Goat Hua segera menjawab.
"Tentu pernah."
Mendadak suara Tong Hong Pek berubah serius.
"Ayahmu pernah bilang, bahwa dia yang mencelakai ibumu?"
Tam Goat Hua tertegun mendengar pertanyaan itu.
"Tuan Tong Hong, apakah ayahku orang semacam itu?"
Tong Hong Pek mendengus, namun Tam Goat Hua tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya, hanya merasa urusan tersebut amat rumit, bahkan mungkin terselip suatu cerita yang berliku-liku, Gadis itu cuma tertegun sambil memandang Tong Hong Pek, sedang Tong Hong Pek berdiri mematung di tempat, berselang sesaat barulah berkata.
"Kalau kalian berdua tahu jejaknya, harus segera memberitahukan kepadaku!"
Hek Sin Kun dan Kim Kau Lau mengangguk, kemudian memberi hormat.
setelah itu, mereka berdua segera beranjak pergi.
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek memandang bulan yang bersinar remang-remang, lama sekali barulah mengeluarkan suara helaan nafas.
Tam Goat Hua terus memandangnya, Walau dia tidak tahu kenapa Tong Hong Pek tampak begitu risau, namun dia yakin Tong Hong Pek sedang memikirkan sesuatu, Tam Goat Hua melangkah maju dan bertanya.
"Tuan Tong Hong, apa yang sedang kau pikirkan?"
Giok.Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tidak menyahut melainkan hanya menatapnya dengan penuh cinta kasih.
Tam Goat Hua terkejut, tidak tahu harus berkata apa.
Mendadak Tong Hong Pek menggenggam tangannya erat-erat.
Itu membuat hati Tam Goat Hua berdebar-debar dan detak jantungnya pun bertambah cepat, Di saat itulah Tong Hong Pek justru bergumam.
"Adik Giok"
Adik Giok! Apakah kau... pernah melupakan aku?"
Betapa herannya dalam hati Tam Goat Hua dan wajahnya pun menjadi ke merah merahan ketika Tong Hong Pek menyebut dirinya "Adik Giok", 950
"Tuan Tong Hong, kenapa kau? Aku... Goat Hua."
Tong Hong Pek kelihatan seperti baru tersadar dari mimpi.
Pia memandang Tam Goat Hua sejenak, lalu melepaskan tangannya, Setelah itu, dia menghela nafas panjang, sekaligus mengarahkan pandangannya ke arah lain.
Menyaksikan sikap Tong Hong Pek, gadis itu yakin bahwa Tong Hong Pek terjerat benang-benang cinta di masa Ia1u.
"Adik Giok"
Yang dimaksud pasti buah hatinya, yang membuatnya risau hingga saat ini.
Tong Hong Pek begitu tampan dan berkepandaian amat tinggi, masih sulit melepaskan diri dari jeratan benang-benang cinta, bagaimana dirinya sendiri? Diam-diam Tam Goat Hua menghela nafas panjang, Gadis itu terus berpikir, sehingga membuat hatinya semakin kacau, Di saat Tong Hong Pek sedang mendongakkan kepala memandang langit, dia ingin pergi dari situ, Akan tetapi, dia kembali berpikir lagi, ketika Tong Hong Pek menggenggam tangannya sambil memanggilnya "Adik Giok", itu pasti ada sebab musababnya, Apakah buah hati Tong Hong Pek masa lalu itu mirip dirinya, ataukah bahkan ibunya sendiri? Berpikir sampai di situ, maka Tam Goat Hua membatalkan niatnya untuk pergi dan malah kemudian berseru.
"Tuan Tong Hong!"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menghela nafas panjang, 951
"Nona Tam, maafkan sikapku tadi, aku sungguh tak dapat mengendalikan diri!"
Tam Goat Hua menyahut dengan suara rendah.
"Aku tidak mempersalahkanmu, Tuan Tong Hong, tadi kau menyebut "Adik Giok", apakah buah hatimu dulu mirip dengan diriku?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek membalikkan badannya lalu menatap Tam Goat Hua dengan lembut sekali seraya berkata.
"Tidak salah. Dia amat mirip denganmu, sama-sama cantik jelita."
Tam Goat Hua berusaha menenangkan hatinya setelah itu barulah berkata.
"Tuan Tong Hong, aku sudah tahu, dia... pasti ibuku."
Tong Hong Pek menundukkan kepala.
"Tidak salah."
Seketika dalam pandangan Tam Goat Hua, Tong Hong Pek bukan merupakan seorang pendekar yang berkepandaian tinggi, melainkan seorang lelaki yang putus cinta dengan hati hancur lebur, sedangkan Tam Goat Hua, boleh dengan kehangatan cinta kasihnya, untuk mengobati hati Tong Hong Pek yang telah hancur lebur itu.
Di antara mereka berdua, terdapat perbedaan usia, tingkatan dan kepandaian.
Namun segala itu, telah sirna dalam hati Tam Goat Hua, Gadis itu hanya merasa, harus 952 membuat Tong Hong Pek jangan terus-menerus merindukan ibunya, Dia akan membuat dirinya memasuki hati Tong Hong Pek seperti kekasihnya di masa lalu, Oleh karena itu, Tam Goat Hua maju selangkah lalu berkata dengan suara rendah.
"Tuan Tong Hong, urusan itu telah berlalu, untuk apa dipikirkan lagi?"
Tong Hong Pek tertawa getir "Nona Tam, usiamu masih muda, tidak tahu bagaimana rasanya orang terjerat cinta."
Tam Goat Hua menghela nafas, kemudian berkata dengan suara rendah.
"Tuan Tong Hong, aku mengerti itu."
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek amat cerdas, bagaimana mungkin dia tidak mengetahui isi hati gadis tersebut? Seketika dia teringat akan beberapa kejadian di masa lalu, Buah hatinya menghilang tidak ketahuan rimbanya, namun putrinya justru dengan penuh cinta kasih terhadapnya.
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertegun, kemudian membelai-belai rambut Tam Goat Hua, Cinta kasihnya terhadap buah hatinya di masa lalu, mulai diarahkan kepada Tam Goat Hua, sedangkan gadis itu pun mendongakkan kepala, Begitu melihat Tam Goat Hua menatapnya dengan penuh cinta kasih, seketika hati Tong Hong Pek terasa dingin sekali, dan dia segera melangkah mundur "Nona Tam, kini rambutku sudah hampir putih, bagaimana mungkin menginjak ke dalam medan cinta lagi?"
Tam Goat Hua hanya tersenyum, tidak bersuara sama sekali, Perlu diketahui, kini Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sudah berusia empat puluh lebih, namun kelihatannya seperti baru berusia sekitar dua puluh tujuh tahun, Dia mengatakan rambutnya sudah hampir putih, padahal masih hitam mengkilap, Ketika melihat Tam Goat Hua tersenyum, dalam hati tahu tidak akan terhindari dari percintaan ini.
Di masa muda, memang banyak anak gadis yang jatuh hati kepadanya, namun dia justru jatuh hati kepada seorang gadis saja.
Akan tetapi, akhirnya percintaan itu malah berubah jadi lautan kesengsaraan yang tak ada batasnya, menyiksa dirinya selama dua puluh tahun lebih, Kini Tam Goat Hua mencintainya dengan sepenuh hati, justru membuat pikirannya kacau balau, tidak tahu harus bagaimana, Berselang beberapa saat, barulah dia berkata.
"Nona Tam, ayahmu pergi ke Bu Yi San, aku harus pergi mencarinya. Kau... lebih baik jangan ikut, sebab jika kami berdua bertemu pasti timbul emosi."
Tam Goat Hua menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak, biar bagaimanapun aku harus ikut."
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengerutkan kening.
"Kalau begitu, kau tidak mau pergi cari Lu Leng lagi?"
Tam Goat Hua tertegun, kemudian menjawab.
"Sudah pasti harus pergi cari dia, tapi tidak tahu dia ke mana?"
Tong Hong Pek menghela nafas panjang.
"Adatnya keras melebihi adatku, maka di saat ini dia memang harus mengalami berbagai macam penderitaan agar kelak tidak gampang membunuh. Tam Goat Hua berpikir sejenak.
"Kalau begitu, mari kita berangkat sekaligus mencari jejaknya! Bagaimana?"
Sesungguhnya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek memang tidak mau berpisah dengan Tam Goat Hua.
Dalam kurun waktu dua puluh tahun, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tercekam oleh rasa cinta dan benci, sehingga membuatnya tidak mau meninggalkan gunung sa1ju.
Namun kini, cinta kasihnya yang terpendam itu, justru dibangkitkan oleh Tam Goat Hua, Walau dia berusaha mengendalikan diri, tapi tetap tidak dapat mengendalikan cinta kasihnya itu, Bersama Tam Goat Hua, membuatnya merasa muda kembali seperti dua puluh tahun yang lampau, namun dia yakin tidak akan putus cinta lagi seperti di masa lampau itu.
Walau berpikir begitu, tapi dia justru tidak mau memperlihatkan cinta kasihnya itu, sebab urusan tersebut tidak begitu sederhana, Perasaan dalam hatinya berkecamuk, namun sikapnya justru tampak hambar "Kau mau ikut, aku pun tidak bisa melarang."
Tam Goat Hua tersenyum.
"Aku tahu kau pasti mengabulkan."
Jawaban tersebut membuat hati Tong Hong Pek tersentak Kemudian dengan tidak banyak bicara lagi, langsung berangkat ke Bu Yi San mencari Cit Sat Sin Kun.
Malam itu karena Tam Goat Hua tidak mau ikut Lu Leng, membuat anak itu merasa kecewa sekali, tapi tidak menggoyahkan keputusannya maupun tekad dalam hatinya, setelah meninggalkan kamar Tam Goat Hua, Lu Leng pun bergumam.
"Kakak Goat, maafkan aku kali ini telah membohongi mu. ini pun terakhir kalinya."
Dia tahu jelas, betapa bahayanya seorang diri pergi ke rumah si iblis Harpa, Oleh karena itu, ketika mau meninggalkan kamar Tam Goat Hua, dia pun mengutarakan isi hatinya, Lu Leng sama sekali tidak berhenti, terus berlari menuju rumah yang dikatakan Tam Goat Hua, pada waktu itu, kalau Tam Goat Hua langsung mengejarnya pasti tersusul, tapi gadis itu malah ke kamar Lu Leng dan kemudian muncul Giok Bin 956 Sin Kun-Tong Hong Pek, sehingga banyak waktu terbuang di situ, sedangkan Lu Leng terus berlari Tiga puluh mil kemudian dia beristirahat sejenak, lalu berlari lagi menuju rumah tersebut.
Satu jam kemudian tibalah dia di tempat tujuan, namun rumah itu telah musnah di lalap api.
Lu Leng termangu-mangu di tempat, tidak mengerti kenapa rumah itu terbakar ludes, Ketika itu mendadak terdengar suara dengusan "Hm", dan seketika muncul seseorang dari puing-puing yang berserakan di tempat itu, Betapa tegangnya hati Lu Leng, Yang muncul itu pun tampak tertegun, sepertinya tidak menduga akan bertemu Lu Leng di tempat ini.
Ternyata dia seorang gadis, Tangannya memegang sebuah pecut yang bergemerlapan.
setelah melihat jelas gadis itu, mata Lu Leng berapi-api! Ternyata gadis itu Han Giok Shia, yang pernah menyiksa nya sampai setengah mati Kalau saat itu Tujuh Dewa tidak segera menolongnya, nyawanya pasti sudah melayang di tangan gadis itu.
Kini Han Giok Shia juga sudah melihat jelas, bahwa yang berdiri itu memang Lu Leng.
Mereka berdua sama-sama beradat keras kalaupun tiada dendam, mereka berdua pasti tidak akan saling mengalah.
Apalagi ketika di menara Hou Yok nyawa Lu Leng nyaris melayang di tangannya, Begitu saling menatap, wajah mereka langsung berubah penuh kebencian, bahkan mereka mengeluarkan tawa dingin, Han Giok Shia menatapnya dengan sinis, lalu berkata dengan dingin.
"Bocah busuk, ternyata kau belum mampus ! Lu Leng langsung meludah.
"Phui! Gadis busuk, kalau aku belum melihat kau mampus, bagaimana mungkin aku akan mampus?"
Ketika berada di menara Hou Yok, Han Giok Shia mengira bahwa ayahnya dibunuh oleh Lu Sin Kong.
Kemudian di puncak Sian Jin Hong, Hwe Hong Sian Kouw mengaku, bahwa Han Sun mati di tangannya, Membunuh orang merupakan urusan besar, tentunya tidak boleh omong sembarangan Akan tetapi, Han Giok Shia justru masih kurang percaya.
Karena dia menemukan mayat ayahnya di menara Hou Yok bersandar di dinding, bahkan terdapat tulisan berdarah di dinding, yaitu tulisan "Lu", Oleh karena itu, Han Giok Shia beranggapan bahwa kematian ayahnya pasti ada hubungan dengan Lu Sin Kong.
Padahal sesungguhnya, si Pecut Emas-Han Sun, justru mati di tangan Hwe Hong Sian Kouw, Namun tentang itu, tidak seharusnya Hwe Hong Sian Kouw bertanggung jawab, Karena Hwe Hong Sian Kouw dan si Pecut Emas-Han Sun terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im, sehingga membuat mereka berdua bertarung hingga mati.
seperti halnya dengan Lu Sin Kong, Ang Eng Leng Long dan 958 lainnya di puncak Sian Jin Hong, mereka saling membunuh tanpa mengenal siapa pun.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
TuIisan berdarah di dinding menara Hou Yok, sesungguhnya tulisan si iblis Harpa, tujuannya membuat beberapa partai saling membunuh Tentang itu, beberapa tahun kemudian barulah diketahui kaum rimba persilatan, dan itu akan diceritakan nanti, Mengenai itu, Han Giok Shia sama sekali tidak tahu, maka ketika mendengar Lu Leng berkata begitu, dia segera menyahut "Baik! Lihat siapa yang mati duluan!"
Han Giok Shia langsung mengayunkan Pecut Emasnya, dengan mengeluarkan jurus Lang Hoan Lian Thian (Ombak Bergulung-gulung Menyambung Langit) menyerang Lu Leng, Ketika berada di menara Hou Yok, Lu Leng sudah pernah bertarung dengan gadis itu, Walau usianya tidak besar begitu banyak dari Lu l,eng, namun kepandaiannya justru jauh di atas Lu Leng.
Oleh karena itu, begitu melihat Han Giok Shia, Lu Leng sudah bersiap-siap, Maka begitu melihat Pecut Emas itu meliuk-tiuk cepat ke arahnya, dia segera berkelit ke samping, sekaligus menendang pecahan apa pun ke arah Han Giok Shia, lalu meloncat mundur Han Giok Shia segera menangkis pecahan pecahan itu dengan Pecut Emasnya, setelah itu memandang ke depan, namun Lu Leng sudah tidak kelihatan Han Giok Shia tertegun Gadis itu menengok ke sana ke mari, tapi keadaan di sekitarnya sunyi sepi tiada seorang pun Dia yakin Lu Leng bersembunyi maka berkata dengan dingin "Anak jahanam dari Go Bi Pai, sudah takut...."
Belum usai makiannya, mendadak gadis itu merasa ada serangkum tenaga yang amat dahsyat menekan di atas kepalanya! Betapa terkejutnya Han Giok Shia, Walau kepandaiannya lebih tinggi dari Lu Leng, namun pengalamannya dalam rimba persilatan masih kurang, Saat itu dia mengira Lu Leng menyerangnya dari atas, Dia amat membenci Lu Leng, rasanya ingin mencambuknya hingga mati.
Oleh karena itu, dia sama sekali tidak berkelit, melainkan melancarkan pukulan ke atas dengan jurus Yah Hwe Sioh Thian (Api Liar Membakar Langit), Plaak! Terdengar suara benturan, Telapak tangan Han Giok Shia menghantam sesuatu yang amat keras.
Dia segera berkelip tapi terlambat Mendadak terdengar suara tawa Lu Leng, dan di saat itulah sesuatu yang amat berat mengarah ke kepalanya, Walau Han Giok Shia sudah bergerak cepat, namun mendadak bahunya terasa sakit sekali Bum! Sebuah batu besar yang beratnya kurang lebih seratus kati jatuh ke bawah, Ternyata ketika Lu Leng berkelit ke belakang Han Giok Shia, sebetulnya dia ingin menyerangnya dari belakang, Akan 960 tetapi, dia justru melihat sebuah pilar yang sudah miring, Dia segera melesat ke atas, kebetulan di sisi pilar itu terdapat sebuah batu, maka diangkatnya batu itu lalu dijatuhkannya ke kepala Han Giok Shia yang sedang memaki dirinya.
Seandainya Han Giok Shia langsung berkelip tentu bahu kirinya tidak akan tertimpa batu itu, Namun karena dia mengira Lu Leng yang menyerang dari atas, maka dia pun melancarkan pukulan ke atas, Betapa terkejutnya gadis itu sebab yang dihantamnya bukan Lu Leng, melainkan sebuah batu besar, Dia berusaha berkelit, namun sudah terlambat, sehingga bahu kirinya tertimpa batu besar itu, seketika bahu kirinya terasa sakit sekali bahkan tidak dapat digerakkan lagi, membuat kegusarannya memuncak, Dia menyebarkan pandangannya, Dilihatnya Lu Leng nangkring di atas sebuah pilar sambil tertawa gelak.
Han Giok Shia membentak marah, kemudian mencelat ke atas sambil menyerang Lu Leng dengan tiga jurus berturut-turut, yakni jurus Coan Yun Cai Goat (Membalikkan Awan Memetik Bulan), Jit Goat Cih Seng (Matahan Dan Bulan Muncul Bersama) dan jurus Pat Hong Hong Ih (Hujan Angin Delapan Penjuru), Cambuk Emasnya berkelebatan mengarah sekujur badan Lu Leng, Lu Leng tahu dirinya tak dapat melawan, maka lalu menggunakan siasat Ketika melihat Han Giok Shia mencelat ke atas menyerangnya, dia pun segera merosotkan dirinya ke bawah, Di saat Pecut Emas itu mengenai pilar, Lu Leng justru sudah berada di bawah, Mendadak dia mencelat ke atas menghantam punggung Han Giok Shia, Gadis itu cepat-cepat menghimpun hawa murni, Dia ingin membalikkan badannya yang di udara untuk menangkis serangan Lu Leng, namun di 961 saat bersamaan, dia merasa bahu kirinya sakit sekali, maka membuat gerakannya menjadi lamban.
Di saat itulah pukulan Lu Leng sudah sampai di punggungnya, Duuk! punggung Han Giok Shia terpukul Akan tetapi, justru sungguh kebetulan sekali, pukulan itu mengenai Liat Hwe Soh Sim Lun yang di punggung gadis itu.
Oleh karena itu, Lu Leng segera menyambarnya, Serrt! Senjata itu sudah berpindah ke tangan Lu Leng.
Betapa gembiranya Lu Leng, dan kemudian langsung mencaci.
"Gadis busuk, hari ini nyawamu pasti melayang!"
Sementara Han Giok Shia sudah melayang ke bawah.
wajahnya masih meringis-ringi,s menahan sakit di bahunya, sedangkan Lu Leng telah mengayunkan Liat Hwe Soh Sim Lun ke arahnya, Kalau Han Giok Shia terhantam senjata itu, pasti terluka parah, sebab Lu Leng menggunakan tenaga sepenuhnya.
Namun Liat Hwe Soh Sim Lun merupakan senjata istimewa, lagipula harus menggunakan jurus-jurusnya, Kalau tidak, senjata tersebut tidak akan begitu hebat.
Lu Leng tidak pernah belajar jurus-jurus Liat Hwe Soh Sim Lun, maka meskipun senjata itu mengarah Han Giok Shia, tapi kedua gelang yang di ujungnya justru jatuh di hadapan gadis itu, Lu Leng tertegun, tak tahu apa sebabnya, justru di saat itulah, Han Giok Shia mengayunkan Pecut Emasnya menyerang Lu Leng, Taaar! Pecut Emas itu menghajar badan Lu Leng sehingga meninggalkan bekas merah.
Lu Leng merasa sakit sekali, maka langsung meloncat ke belakang.
Namun Han Giok Shia pun langsung melangkah mendekatinya, Lu Leng tahu akan kelihayan gadis itu.
Walau bahunya sudah terluka, namun dia tetap bukan lawannya, Kini tempat tinggal si iblis Harpa telah musnah, tentunya si iblis Harpa tidak ada di situ, Namun dia harus membalas dendam ayahnya, maka tidak boleh mati di tangan gadis itu, Karena itu, dia menggunakan siasat memancing Han Giok Shia ke penginapan, setelah itu dia memanggil kakak Tam Goat Hua dan gurunya menghadapi gadis itu, Oleh karena itu, dia segera membalikkan badan-nya, sekaligus melesat meninggalkan tempat itu, Bagaimana mungkin Han Giok Shia membiarkannya kabur? Gadis itu langsung mengejarnya, Siasat Lu Leng memang tidak salah, Kalau menempuh jalan yang benar, dia tidak perlu sampai di penginapan, di tengah jalan pun akan bertemu Tam Goat Hua dan Tong Hong Pek.
Akan tetapi, Lu Leng tidak begitu paham jalan di daerah itu, lagipula malam itu gelap gulita, maka membuatnya 963 menempuh jalan yang salah, menuju arah utara.
Belasan mil kemudian, suasana terasa semakin sunyi sepi.
Melihat gelagat itu Lu Leng segera tahu bahwa dirinya telah salah jalan, Tapi saat ini Han Giok Shia terus mengejarnya, maka tidak mungkin dia berbalik lagi.
Apa boleh buat, dia terpaksa terus berlari, Setelah melewati dua tiga puluh mil, terdengar suara air menderuderu.
Tak seberapa lama, tampak air sungai mengalir deras.
Ternyata dia sudah sampai di tepi sungai Huang Ho (Sungai Kuning), maka sudah barang tentu tiada jalan lagi, sementara Han Giok Shia masih terus mengejar-nya.
Ketika mengejar, gadis itu pun mengobati bahu kirinya yang terluka, bahkan sudah membalutnya, Tapi bahu kirinya itu tetap tidak bisa bergerak, hanya tidak begitu terasa sakit lagi, Ketika Lu Leng sampai di tepi sungai Huang Ho, gadis itu pun sudah mengejarnya sampai di situ, karena tidak ada jalan lagi, maka Lu Leng terpaksa membalikkan badannya lalu membentak.
"Gadis busuk! Kau kira aku takut padamu?"
Kemudian dia mengayunkan Liat Hwe Soh Sim Lun ke arah Han Giok Shia, Gadis itu membentak, sekaligus menggerakkan Pecut Emasnya untuk menangkis serangan Lu Leng, Maka, terjadilah pertarungan yang amat sengit.
Mereka terus bertarung, sehingga tak terasa pertarungan itu telah melewati lima jurus, Lu Leng kelihatan mulai di bawah angin, karena tidak bisa menggunakan senjata tersebut, sebaliknya Han Giok Shia malah semakin gagah.
pertarungan mereka sudah melewati 964 beberapa jurus lagi, Tiba-tiba terdengar Lu Leng menjerit, ternyata bahunya tersambar Pecut Emas-Han Giok Shia, Dia segera mencelat ke belakang, namun justru lupa bahwa dirinya berada di pinggir sungai Hoang Ho, Maka begitu ke belakang, arahnya jelas ke sungai itu.
Tampak arus sungai mengalir deras, membuat Lu Leng menjadi panik, Akan tetapi, kebetulan di situ ada sebuah perahu.
Lu Leng cepat-cepat menghimpun hawa murni, kemudian berjungkir balik ke perahu itu dan hinggap dengan selamat, Kalau Lu Leng jatuh ke dalam sungai, mungkin kegusaran Han Giok Shia akan reda, lagipula tidak mungkin gadis itu akan mencebur ke sungai mengejarnya.
Ketika melihat Lu Leng jatuh ke perahu itu, sedangkan Liat Hwe Soh Sim Lun masih di tangannya, maka tanpa berpikir panjang, gadis itu langsung bersiul panjang sambil melesat ke perahu.
Betapa terkejutnya Lu Leng ketika melihat itu, Dia mau mengayunkan Liat Hwe Soh Sim Lun, namun Han Giok Shia sudah sampai di perahu tersebut.
Gadis itu langsung membentak sengit.
"Bocah busuk, kau masih bisa lari ke mana?"
Serrr! Han Giok Shia langsung menggerakkan Pecut Emasnya ke arah kepala Lu Leng, tapi tidak bisa kena, sebab arus di sungai 965 Huang Ho amat deras, sehingga membuat perahu itu bergoyang-goyang, lagi pula perahu itu sudah terombang-ambing ke lengah sungai, menyebabkan Lu Leng terjatuh, maka Pecut Emas itu menyerang tempat kosong, Di saat bersamaan, Han Giok Shia terjatuh dan langsung memegang pinggiran perahu.
kemudian mereka berdua saling menatap dengan penuh kebencian, perahu yang sudah berada di tengah sungai itu terus meluncur mengikuti arus, Tak seberapa lama kemudian, hari pun mulai terang, Mendadak Lu Leng tertawa aneh dan berkata.
"Gadis busuk, kelihatannya kau sama sekali tidak bisa berenang! Ya, kan?"
Mendengar ucapan ilu, Han Giok Shia terkejut bukan main dan kemudian membatin, Bagaimana dia tahu aku tidak bisa berenang? Mungkinkah dia akan melobangi perahu agar tenggelam ? Ketika berpikir, Han Giok Shia memperhatikan Lu Leng.
Ternyata dia pun memegang erat-erat pinggiran perahu.
Kalau dia bisa berenang, tentunya tidak akan begitu, karena itu Han Giok Shia pun tertawa dingin.
"Baik! Mari kita tenggelamkan perahu ini!"
Tidak salah, Lu Leng pun tidak bisa berenang, Kalau dia tidak memikul dendam kedua orangtuanya, dia pasti akan menenggelamkan perahu itu, mati bersama Han Giok Shia, Saat ini, dia hanya mendengus, tidak bicara apa-apa.
Mereka berdua tetap saling menatap dengan penuh kebencian 966 Tak seberapa lama kemudian, hari pun sudah terang, dan mulai banyak perahu berhilir mudik di sungai tersebut Perahu kecil yang membawa Lu Leng dan Han Giok Shia, sewaktu-waktu pasti akan terbalik.
Akan tetapi, mereka berdua justru tidak mau memperlihatkan kelemahan masing-masing.
Siapa pun tidak mau membuka mulut minta tolong kepada perahu lain.
Keadaan mereka telah terlihat oleh pemilik perahu lain, Namun para pemilik perahu itu amat percaya tahyul Maka, ketika melihat mereka berdua memegang senjata aneh, dan tidak mau minta tolong di saat yang amat bahaya, para pemilik perahu lain itu pun diam saja, Perahu kecil itu terus meluncur mengikuti arus, Dalam waktu satu hari sudah meluncur ratusan mil, Walau mereka berdua tidak berani bangkit berdiri namun mulut mereka tetap tidak saling mengalah.
Ketika hari mulai malam, perahu lain sudah mulai menepi, namun perahu kecil itu masih terus meluncur mengikuti arus, Satu hari lamanya mereka berdua tidak mengisi perut.
Maka, tidak mengherankan kalau mereka merasa lapar sekali, Namun perahu kecil itu sama sekali tidak menepi, tentunya mereka berdua pun tidak bisa mendarat.
Han Giok Shia merasa gugup dalam hati, Dia sampai di rumah besar yang telah musnah dilalap api itu sebetulnya tidak sengaja.
Hari itu Tam Ek Hui menariknya pergi, maka mereka terhindar dari petaka itu.
Turun dari puncak Sian Jtn Hong, 967 Tam Ek Hui segera pergi mencari ayahnya, sepanjang jalan, terdengar bahwa pihak Hwa San Pai dan kaum rimba persilatan lain sedang menuju ke Holam Pak Bong San.
Tam Goat Hua berpikir kemungkinan besar ayahnya juga berangkat ke sana, karena itu dia bersama Han Giok Shia pun berangkat ke sana pula.
Sebelum mereka berdua berkenalan, sudah terkesan baik dalam hati, Setelah bertemu dan berkenalan, mereka berdua pun saling jatuh cinta, Akan tetapi, sifat Han Giok Shia memang terlampau keras.
Malam itu Tam Ek Hui mengatakan sesuatu, justru menimbulkan ribut mulut di antara mereka berdua, dan seketika juga Han Giok Shia pergi, Tam Ek Hui tahu sifatnya, maka dia tidak gugup dan mengira sebentar lagi gadis itu akan menunggunya di depan.
Akan tetapi, sungguh di luar dugaan, ketika Han Giok Shia tiba di rumah yang dilalap api itu, justru bertemu Lu Leng, Saat ini, perahu kecil yang terus meluncur mengikuti arus itu, sudah meluncur hampir dua ratus mil, bagaimana mungkin Tam Ek Hui dapat menemukannya? Hati Han Giok Shia merasa gugup, Juga dikarenakan itu, dia pun mulai menyesal Ketika Lu Leng jatuh ke perahu kecil ini, tidak seharusnya gadis itu ikut melesat ke perahu tersebut Kini entah bagaimana gugup dan paniknya Tam Ek Hui, Begitu berpikir kekasihnya akan begitu, hatinya terasa seperti tersayat, Semua itu gara-gara Lu Leng, karena itu, dia semakin membenci anak itu, Maka tanpa memikirkan bahaya lagi, mendadak dia maju beberapa langkah lalu menggerakkan Pecut Emas yang di tangannya, Taaar! Pecut Emas itu mengarah Lu Leng, seketika Lu Leng berteriak lantang.
"Bagus!"
Tanpa berpikir panjang lagi, dia pun langsung mengayunkan Liat Hwe Soh Sim Lun untuk menangkis Pecut Emas itu, Di saat Lu Leng mengayunkan senjatanya, Han Giok Shia justru menarik kembali Pecut Emas tersebut, Maka Liat Hwe Soh Sim Lun menghantam dasar perahu itu, sehingga terdengar suara "Plak"
Dan dasar perahu itu telah berlobang dan seketika air sungai menerjang masuk. Menyaksikan itu, gusarlah Han Giok Shia.
"Bocah busuk, kau berbuat apa?" -ooo0ooo- Bab 44 Begitu melihat perahu kecil itu bocor, hati Lu Leng tersentak, namun dia tidak mau memperlihatkan rasa takutnya di hadapan Han Giok Shia, sebaliknya malah mencaci.
"Gadis busuk, kau pasti ketakutan setengah mati, masih tidak mau berlutut minta ampun?"
Han Giok Shia marah sekali, Ketika dia baru mau membuka mulut balas mencaci, perahu kecil itu mulai tenggelam.
Mereka berdua cepat-cepat memegang pinggiran perahu, Tak lama kemudian, perahu itu sudah tenggelam sedangkan mereka berdua hanya tampak bagian atas saja, Mereka terapung di permukaan air sambil memegang pinggiran perahu, Di saat yang amat gawat ini, mereka berdua malah bertarung.
Han Giok Shia menggerakkan Pecut Emasnya, sedangkan Lu Leng mengayunkan Liat Hwe Soh Sim Lun untuk menangkis, Berselang beberapa saat, mereka sama-sama mendongakkan kepala, Tampak sebuah perahu besar yang lampunya bersinar terang benderang, menerjang ke arah mereka dengan cepatnya.
Lu Leng dan Han Giok Shia, tanpa sadar sama-sama mengeluarkan seruan kaget.
Lu Leng segera menekan pinggiran perahu kecil, maka badannya langsung melambung ke atas, Di saat bersamaan, terdengar suara "Blaam", perahu besar itu sudah menabrak perahu kecil, Badan Lu Leng yang melambung itu, mulai merosot ke bawah.
Lu Leng segera menghimpun hawa murni, sekaligus menjulurkan tangannya untuk meraih pinggiran perahu besar itu, Dia berhasil meraih nya dan langsung meloncat ke dalam perahu besar itu, Lu Leng menuju ke buritan, dan kemudian berdiri di situ sambil memandang ke arah sungai.
Namun yang dilihatnya 970 hanya arus sungai mengalir deras, sama sekali tiada bayangan perahu kecil maupun Han Giok Shia, Dia yakin bahwa Han Giok Shia sudah tenggelam ke dasar sungat, maka merasa puas sekali.
"Ha ha ha!"
Akan tetapi, di saat bersamaan terdengar suara tawa nyaring di belakangnya, Lu Leng menolehkan kepalanya ke belakang, Ternyata yang tertawa Han Giok Shia, Dia tidak menyangka, Han Giok Shia juga berhasil menyelamatkan diri, bahkan sudah berada di atas perahu besar itu puia, Lu Leng segera berhenti tertawa.
Begitu suara tawanya berhenti, suara tawa Han Giok Shia pun ikut berhenti, suasana di tempat itu berubah menjadi hening, itu justru membuat Lu Leng merasa heran, Sebab perahu itu begitu besar, kenapa tidak ada suara apa pun.
Diperhatikannya perahu itu dan seketika juga dia merasa merinding.
perahu besar itu diterangi sinar lampu, namun tiada seorang pun, tiada awak perahu dan penumpang.
Perahu besar itu bisa menabrak mereka di permukaan sungai, ternyata disebabkan tiada awak perahu sama sekali, Sejak meninggalkan rumah, Lu Leng memang sering mengalami hat-hal yang aneh, tapi baru kati ini menemui hal yang sedemikian ganjil, Setelah berhenti tertawa, Han Giok Shia tidak bersuara, mungkin dia juga punya perasaan seperti Lu Leng.
Berselang beberapa saat, Lu Leng memberanikan diri berjalan ke depan beberapa depa, dan kini dia sudah berada di sisi sebuah ruangan.
Dia berpikir sejenak, lalu melongok ke dalam.
Ruangan itu sangat indah namun sunyi sepi, Di dalamnya terdapat sebuah meja dan beberapa buah kursi, namun tiada seorang pun berada di sana.
Tampak sebuah golok menggeletak di atas meja.
Golok itu berbentuk aneh dan lebih pendek dari golok biasa, Begitu melihat golok tersebut, giranglah Lu Leng.
Dia segera menyelipkan Liat Hwe Soh Sim Lun di pinggangnya, lalu melesat ke dalam dan disambarnya golok itu.
Namun baru saja dia berhasil meraih golok tersebut, mendadak tampak sosok bayangan berkelebat memasuki ruangan itu juga, Lu Leng cepat-cepat mundur Setelah dilihatnya dengan jelas, bayangan itu ternyata Han Giok Shia.
Bagian 20 Padahal setelah berada di atas perahu besar itu, mereka tak mendapatkan seorang pun.
Tentunya mereka berdua akan bercuriga, maka seharusnya mereka berdua menyelidiki perahu besar itu, Akan tetapi, mereka berdua masih muda dan bersifat amat keras, Begitu bertatap muka, mata mereka pun langsung memerah.
Setelah memperoleh golok itu, Lu Leng ingin menjajal bagaimana hebatnya, Dia maju selangkah dan langsung 972 mengeluarkan jurus Lang Thau Siung Yung (Ombak Menderuderu), Tampak golok pendek itu berkelebatan memancarkan cahaya kebiru-biruan, Ketika Han Giok Shia berkelebat ke dalam ruangan ini, dia pun melihat Lu Leng meraih golok pendek.
Kini dilihatnya golok pendek itu memancarkan cahaya kebiru-biruan, maka hatinya menjadi tergerak.
Ternyata dia terhadap golok pendek itu, terdapat kesan yang amat dalam, hanya saja dalam keadaan ini, dia sama sekali tidak ingat.
Han Giok Shia tidak berani langsung menangkis golok pendek itu, melainkan terlebih dahulu mundur selangkah Kemudian dia mendadak mengayunkan Pecut lemasnya ke sebuah kursi, Setelah ujungnya melilit kursi itu baru disentakkan ke arah Lu Leng, sehingga kursi itu melayang ke arah golok pendek.
Jurus yang dikeluarkan Lu Leng amat cepat, maka begitu kursi itu melayang ke arah golok pendek, seketika juga terbelah dua.
Kelihatannya Lu Leng tidak mengerahkan tenaga, namun kursi yang dibikin dari kayu harum itu langsung terbelah dua.
Itu membuat Han Giok Shia tertegun, begini pula Lu Leng sendiri Anak muda itu terbelalak seakan tidak percaya akan penglihatannya sendiri.
Ketika mengambil golok pendek itu, Lu Leng sudah tahu bahwa golok itu agak luar biasa, namun tidak mengira kalau begitu tajam.
Betapa girang hatinya.
Badannya maju dan segera melancarkan serangan lagi terhadap Han Giok Shia.
Badan gadis itu berputar menghindar sekaligus mengayunkan Pecut lemasnya untuk batas menyerang, mengarah jalan darah Tay Pai Hiat di pinggang Lu Leng.
Lu Leng cepat-cepat berkelit, kemudian berturut-turut menyerang dengan tiga jurus.
Lu Sin Kong memang ahli ilmu golok, setiap jurusnya amat aneh dan lihay.
Sejak kecil Lu Leng sudah belajar ilmu golok, hanya saja Lweekangnya masih dangkal, namun ilmu goloknya justru merupakan ilmu golok tingkat tinggi.
Ketiga jurus itu adalah Thian Hou Sam Sek (Tiga jurus Harimau Langit), yaitu Wa Hou Seh Seng (Harimau Mendekam), Go Hou Phu Yo (Harimau Lapar Menerkam Domba dan jurus Nuh Hou Eng Cit (Harimau Marah Meloncat), semuanya mengandung tenaga lunak dan keras, boleh dikatakan merupakan ilmu golok yang paling hebat.
Lu Leng sekaligus mengeluarkan ketiga jurus itu, maka tampak golok pendek itu berkelebatan memancarkan cahaya kebiru-biruan.
Yang merugikan diri Han Giok Shia, yakni bahu kirinya masih belum begitu sembuh, sehingga membuat gerakannya tidak begitu gesit.
Lagi pula golok pendek itu amat tajam, maka dia tidak tahu Pecut Emasnya dapat menahan bacokan golok pendek itu atau tidak, Karena ragu akan Pecut Emasnya, maka dia hanya berkelit saja, Dia berhasil berkelit dua jurus serangan Lu Leng, namun jurus ketiga begitu cepat dan aneh, mengarah lehernya.
Han 974 Giok Shia cepat-cepat menundukkan kepala, namun golok pendek itu justru berhasil memangkas sedikit rambut gadis tersebut.
"Ha ha ha! Gadis busuk, kau boleh jadi biarawati!"
Tadi Han Giok Shia berada di atas angin, namun kini berbalik malah Lu Leng yang berada di atas angin, bahkan golok pendek itu berhasil memangkas sedikit rambutnya, sehingga membuat kegusaran semakin memuncak.
Gadis itu membentak keras, menyusul terdengar suara"
"Taar", Pecut Emas itu langsung mengarah jalan darah Hwa Kay Hiat di dada Lu Leng. Lu Leng segera menurunkan tangannya, lalu mendadak mengayunkan golok pendeknya untuk menyabet Pecut Emas yang mengarah bagian dadanya. Han Giok Shia ingin menarik kembali Pecut Emasnya, tapi terlambat Saat ini, perasaan mereka berdua amat tegang, Apabila Pecut Emas itu putus tersabet golok pendek, siapa yang akan menang pasti ketahuan Namun kalau Pecut Emas ku tidak putus, mereka berdua pasti bertarung seimbang saja, Tampak golok pendek itu telah menyabet Pecut Emas,. Han Giok Shia segera menyentak Pecut Emas itu untuk dilihat, ternyata tidak cacat sedikit pun. Seketika Han Giok Shia mulai bersemangat lagi, Kalau dia tahu Pecut Emas itu tidak akan putus membentur golok pendek tersebut rambutnya pun tidak akan terpangkas sedikit, dan Lu Leng tidak akan berada di atas angin, 975 Han Giok Shia langsung menyerang Lu Leng bertubi-tubi. Lu Leng cepat-cepat menangkis dengan golok pendek, maka terjadilah pertarungan yang amat sengit Mereka terus bertarung, padahal sudah sehari semalam kedua-duanya belum mengisi perut, juga belum beristirahat maka saat ini keadaan mereka sudah lelah sekali Akan tetapi, tiada seorang pun di antara mereka yang mau berhenti, walau gerakan mereka sudah semakin lamban sementara perahu besar itu terus meluncur Siapa pun tidak akan menyangka bahwa dalam perahu sebesar itu hanya terdapat dua orang, justru merupakan musuh besar pula, Perahu besar itu terus meluncur mengikuti arus, sehingga perahu lain yang berukuran kecil langsung menyingkir Lu Leng dan Han Giok Shia terus bertarung hingga siang hari, akhirnya mereka berhenti, karena masing-masing sudah tidak punya tenaga untuk melanjutkan pertarungan Mereka berdua duduk dengan nafas memburu. Berselang beberapa saat, Lu Leng mulai membuka mulut "Gadis busuk, lihatlah apakah ada makanan di perahu ini, kalau sudah kenyang, kita bertarung lagi!"
Han Giok Shia menyahut.
"Bocah busuk, kau tidak bisa melihat sendiri?"
Lu Leng tertawa.
"Ha ha! Aku orang gagah yang berhati terbuka, kau jangan khawatir aku akan membokongmu!"
"Kentut! Apakah aku orang rendah?"
Lu Leng menatapnya.
"Kau tahu sendiri itu!"
Han Giok Shia langsung naik darah, ketika dia baru mau menerjang ke arah Lu Leng, mendadak dia berdiri mematung di tempat sambil memandang meja yang di sisinya, Lu Leng juga memandang ke meja, lalu tertegun! Ternyata di pinggir meja itu terdapat sebuah bekas telapak tangan.
sesungguhnya tidak aneh, sebab Lu Leng memperoleh golok pendek itu di situ, pertanda orang-orang yang di perahu itu kaum rimba persilatan.
Akan tetapi, bekas telapak tangan itu, di jari jempol bercabang sebuah jari, jadi berjumlah enam jari.
Lu Leng mendengar dari Tong Hong Pek, sedangkan Han Giok Shia mendengar dari Tam Ek Hui.
Mereka berdua sudah tahu tentang Pat Liong Thian Im, juga tahu kini Pat Liong Thian Im berada di tangan siapa, yang walau tidak begitu jelas, tapi orang itu memiliki enam jari Oleh karena itu, mereka berdua tertegun dan lama sekali tidak bersuara.
Berselang sesaat, mereka saling memandang.
Sebetulnya dalam hati masing-masing ingin bersahabat Akan tetapi, begitu saling memandang, api kebencian dalam hati mereka mulai menyala lagi.
Lu Leng tertawa dingin seraya berkata.
"Gadis busuk, kau takut kan?"
Han Giok Shia melotot.
"Kau yang takut!"
Lu Leng bangkit berdiri sambil menatap gadis itu dengan sinis.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau tidak lapar, tapi aku sudah lapar Kalau kau memang kuat, mari kita bersama menahan lapar!"
Han Giok Shia langsung meludah.
"Phui! Berdasarkan apa aku harus menahan lapar?"
Lu Leng manggut-manggut "ltu bagus, sebelum makan tentunya kita tidak bisa bertarung! Setelah makan, barulah kita melanjutkan!"
Han Giok Shia berpikir, kalau terus lapar begini, itu memang tidak baik. perahu ini sedemikian besar, sudah pasti terdapat makanan. Usai makan baru bertarung, itu masuk akal, Gadis itu tertawa dingin.
"Omong kosong, siapa takut padamu?"
Mereka berdua lalu pergi mencari makanan. Dugaan mereka memang tidak meleset, di dalam perahu besar itu terdapat makanan kering, Maka mereka berdua segera makan dengan lahapnya, Seusai makan, Lu Leng berseru.
"Gadis busuk, tuan muda mau tidur sebentar, malam baru bertarung denganmu!"
Han Giok Shia cuma mendengus dingin, Kemudian mereka masing-masing memasuki sebuah ruangan.
Walau mereka berdua saling membenci dan mendendam, namun sama sekali tidak melakukan serangan gelap, Mereka berdua memang sudah lelah dan mengantuk sekali, maka begitu pulas langsung hingga malam barulah mendusin Mereka makan kenyang dan tidur nyenyak, Maka begitu mendusin rasanya bersemangat sekali.
Lu Leng yang pergi ke geladak duluan.
perahu itu masih terus meluncur Lu Leng segera berteriak memanggil Han Giok Shia.
Gadis itu segera ke geladak.
Mereka berdua saling mencaci, kemudian mulai bertarung lagi.
Mereka berdua bertarung di malam hari, maka amat berhati-hati sekali dan masing-masing mengeluarkan jurus-jurus andalan.
Pertarungan itu berlangsung hingga pagi, namun tetap tiada yang kalah dan menang.
Mereka berhenti, lalu masing-masing pergi mencari makanan Usai makan mereka pun beristirahat sejenak, setelah itu mulai bertarung lagi, Begitulah mereka berdua terus bertarung di geladak hingga lima hari lima malam.
Dalam waktu lima hari, mereka berdua hanya makan, beristirahat lalu kembali bertarung, 979 Namun ada satu keuntungan yakni kepandaian mereka menjadi bertambah maju.
Pada hari ke enam, mereka berdua bertarung lagi hingga pagi, Mereka berdua merasa ada sedikit keganjilan, karena sungai itu semakin luas seakan tiada batasnya.
Mereka berdua tidak begitu memperhatikan hanya pergi mencari makanan, Seusai makan dan ketika Lu Leng baru mau beristirahat mendadak dia memandang keluar Air sungai itu yang kekuning-kuningan tampak sudah berubah menjadi kebiru-biruan Di permukaan air, tampak burung-burung beterbangan dan itu membuat Lu Leng terkejut bukan main, Walau dia jarang bepergian jauh, namun cukup berpengetahuan, maka begitu melihat keadaan itu, dia segera tahu bahwa perahu besar itu terus meluncur akhirnya sampai di laut, Lu Leng berdiri tertegun dengan hati berdebar-debar, Kemudian dia berpaling, Dilihatnya Han Giok Shia berdiri di buritan tak bergerak sama sekali, Lu Leng yang amat membencinya, langsung tertawa gelak, Han Giok Shia menoleh, keningnya tampak berkerut-kerut.
"Bocah busuk, masih tertawa?"
Lu Leng langsung balas mencaci.
"Gadis busuk, kita tetap bertarung seimbang! Kini sudah berada di tengah-tengah laut, tentunya aku tertawa!"
Dalam waktu beberapa hari ini, bahu kiri Han Giok Shia sudah sembuh, Setiap kali bertarung, dia memang selalu berada di alas angin.
Akan tetapi, kini sudah berada di tengah-tengah laut.
sedangkan perahu besar itu akan terus terombang-ambing, maka tidak mungkin akan dapat kembali ke daratan lagi, Teringat akan Tam Ek Hui yang berada di Holam menunggunya, hatinya bertambah kacau, maka tanpa sadar air matanya meleleh.
Lu Leng mendekatinya.
Ketika melihat air mata gadis itu meleleh, dia menjadi gembira sekali dan langsung tertawa.
"Ha ha ha! Gadis busuk, kau menangis ya?"
Han Giok Shia mendongakkan kepala.
"Siapa yang menangis?"
Lu Leng tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Betul! Siapa yang menangis? Siapa yang menangis akan jatuh ke laut menjadi kura-kura!"
Saat ini, Lu Leng melihat dirinya sendiri tanpa sengaja berada di tengah-tengah laut Teringat akan dendam kedua orang-tuanya yang belum terbalas, teringat akan cinta kasih Tam Goat Hua dan gurunya, dia menjadi ingin menangis? Namun dia anak lelaki, tidak gampang menangis, sebaliknya malah mentertawakan Han Giok Shia, sekaligus menyindirnya.
Air matanya masih meleleh, namun gadis itu mendadak mengayunkan Pecut Emasnya ke arah Lu Leng.
Mereka berdua telah bertarung berhari-hari, boleh dikatakan sudah menghafal gerakan masing-masing, Maka begitu melihat Han Giok Shia menyerangnya, dia pun langsung berkelit dengan cepat sekali, Lu Leng tertawa dingin.
"Masih juga jurus-jurus itu? jangan memperlihatkan keburukan sendiri!"
Han Giok Shia segera menarik kembali Pecut Emasnya, Tanpa menghapus air matanya, dia menatap Lu Leng sambil bertolak pinggang.
"Sungguh tak tahu malu! Kalau bukannya kau menggunakan siasat mengambil senjataku, kau pasti sudah jadi mayat!"
Lu Leng menepuk pinggangnya seraya menyahut "Kalau punya kepandaian silahkan ambil kembali Han Giok Shia tahu, kalau cuma mengandalkan Pecut Emas, dia memang sulit mengalahkan Lu Leng.
sedangkan senjata andalannya, Liat Hwe Soh Sim Lun justru berada di pinggangnya, Ketika mendengar Lu Leng berkata begitu, dalam hatinya bertambah gusar "Kalau kau memang gagah, kenapa masih menyimpan senjata orang lain? Baik, anggaplah kuberikan kau Liat Hwe 982 Soh Sim Lun itu, aku ingin lihat apakah kau dapat menjagoi rimba persilatan dengan senjata itu?"
Lu Leng beradat keras, maka begitu mendengar ucapan Han Giok Shia, dia tertawa dingin, dan langsung mengeluarkan Liat Hwe Soh Sim-Lun itu, lalu berkata dengan sungguh-sungguh.
"Kalau kau merasa penasaran, silahkan rebut kembali senjata ini!"
Begitu mendengar ucapan itu, Han Giok Shia girang sekali, Gadis itu tahu, apabila berhasil merebut kembali senjata itu, dia pasti dapat merobohkan Lu Leng.
Walau dia akan berhasil membunuh Lu Leng, kemungkinan besar dia pun akan mati di tengah-tengah laut ini.
Tapi biar bagaimanapun harus melampiaskan kegusaran dalam hatinya, Karena khawatir Lu Leng menyesal, maka cepat-cepat bertanya.
"Kau berani?"
Liat Hwe Soh Sim Lun memang merupakan senjata istimewa yang amat luar biasa.
Namun berada di tangan Lu Leng, senjata itu berubah seperti barang rongsokan yang tak berguna, Kalaupun Han Giok Shia tidak memanasi hatinya, dia juga tidak akan menyesal, Lu Leng tertawa nyaring.
"Aku akan menggunakan cara yang paling adil. Senjata ini akan digantung di dinding, lihat siapa berkepandaian mengambilnya!"
Han Giok Shia manggut-manggut.
"Baik!"
Lu Leng mengayunkan Liat Hwe Soh Sim Lun ke arah dinding perahu, Terdengar suara "Plak", senjata tersebut menancap di dinding itu dengan ketinggian hampir tiga depa, Setelah itu, Lu Leng berkata dengan dingin.
"Tadi kau sudah mengucurkan kencing kuda, maka biar kau turun tangan duluan!"
Tadi Han Giok Shia mengucurkan air mata, namun Lu Leng justru mengatainya mengucurkan kencing kuda, itu membuat wajahnya merah padam saking gusar, Maka gadis itu mengambil keputusan, apabila berhasil merebut senjata tersebut, dia pasti akan menyiksanya hingga mati, lalu dia pun akan menangis sepuas-puasnya, Setelah mengambil keputusan itu, Han Giok Shia mengayunkan senjatanya untuk menyerang Lu Leng dengan jurus Yah Hwe Sioh Thian (Api Liar Membakar Langit), ketika Lu Leng baru mau menangkis serangan itu dengan golok pendek, mendadak Han Giok Shia menarik kembali Pecut Emas,, ternyata itu Cuma serangan tipuan, Lu Leng tertegun, sedangkan badan Han Giok Shia sudah mencelat ke atas, Hwe Hong Sian Kouw, guru gadis itu punya hubungan dengan Hui Yan Bun, maka memiliki Ginkang tinggi, begitu pula Han Giok Shia, Begitu mencelat ke atas dia sudah hampir mencapai tiga depa, Lu Leng gugup melihatnya sesungguhnya dia tidak memperdulikan senjata itu, hanya saja saat ini mereka menggunakan kepandaian untuk merebut senjata tersebut! Apabila gadis itu berhasil merebut senjata itu, sudah pasti akan mentertawakannya, itu membuatnya tidak lahan.
Oleh karena itu, Lu Leng menghimpun hawa murni, lalu mencelat ke atas pula, Akan tetapi, dia tidak mencapai setinggi Han Giok Shia, Lu Leng memang tahu Ginkangnya tidak bisa menyamai Ginkang Han Giok Shia, maka ketika mencelat ke atas, dia pun menyerang gadis itu dengan jurus Li Kiau Pou Thian (Gadis Cerdik Menambal Langit), yaitu jurus serangan dari bawah ke atas, mengarah pada kedua kaki Han Giok Shia, Di saat Han Giok Shia mencelat ke atas, dia pun mengayunkan Pecut Emasnya melilit sebuah liang yang melintang di atas, maksudnya ingin bergantung di situ agar dapat mengambil Liat Hwe Soh Sim Lun.
Akan tetapi, Lu Leng sudah menyerangnya dari bawah, maka betapa terkejutnya gadis itu.
Sebab saat ini Pecut Emas itu sudah melilit tiang, otomatis dia tidak bisa menangkis, Sedangkan serangan Lu Leng begitu cepat, membuatnya tidak punya kesempatan untuk menghimpun hawa murni, agar 985 badannya bisa melambung ke atas.
Di saat yang amat bahaya itu, mendadak Han Giok Shia menyentakkan Pecut Emasnya sehingga membuat badannya naik sedikit, kemudian barulah melayang turun.
Untung dia menyentakkan Pecut Emasnya, kalau tidak, sepasang kakinya pasti sudah tersambar golok Lu Leng.
Akan tetapi, dikarenakan itu, dia pun tidak berhasil mengambil Liat Hwe Soh Sim Lun tersebut Betapa girangnya Lu Leng ketika melihat Han Giok Shia menghindar cukup jauh, Dia segera mencelat ke atas, lalu menancapkan golok pendek di dinding, dan tampak badannya berayun ke atas lagi.
Namun mendadak dia mendengar suara tawa nyaring, Ternyata Han Giok Shia bagaikan seekor burung elang menerjang ke arah Liat Hwe Soh Sim Lun dari atas, itu membuat Lu Leng terheran heran.
Ternyata ketika Lu Leng mencelat ke atas, Han Giok Shia pun ikut mencelat ke atas pula, lalu mengayunkan Pecut Emasnya untuk melilit tiang yang melintang di atas, Dia menyentak sehingga badannya melambung ke atas, Setelah itu, mendadak dia melesat ke arah senjata tersebut.
Padahal Lu Leng sudah bergirang dalam hati, karena dia akan berhasil mengambil senjata itu, Akan tetapi, mendadak Han Giok Shia melesat ke arah senjata tersebut, sehingga membuatnya kehilangan kesempatan, sedangkan Han Giok Shia sudah berhasil meraih senjata itu.
Menyaksikan itu, guguplah Lu Leng dan langsung menyerangnya bertubi-tubi Badan Han Giok Shia masih berada di udara, tentunya sulit untuk berkelit Tapi gadis itu tidak kehabisan akal Secepat kilat ujung kakinya menendang 986 dinding perahu, otomatis membuat badannya mencelat ke belakang Namun bahunya tidak terluput dari sabetan golok pendek Lu Leng, untung cuma terluka sedikit Badannya melayang turun, setelah berada di geladak, dia segera menyelipkan Pecut Emas itu di pinggangnya, sementara Lu Leng pun sudah turun di geladak, Begitu melihat Han Giok Shia berhasil mengambil Liat Hwe Soh Sim Lun, dia amat menyesal.
Di saat itulah, Han Giok Shia mengayunkan senjata tersebut ke arah Lu Leng, Anak muda itu menangkis dengan golok pendeknya, kemudian batas menyerang dengan jurus Thian Hou Sam Sek.
Han Giok Shia mundur beberapa langkah.
Ketika Lu Leng mengeluarkan jurus Nuh Hou Eng Cit (Harimau Marah Meloncat), gadis itu pun mengayunkan Liat Hwe Soh Sim Lun untuk menangkisnya dengan jurus Hwe Ouh Siang Hui (Sepasang Burung Gagak Api Beterbangan), Trang! Kedua senjata itu beradu, dan bunga api pun langsung berpijar-pijar Golok pendek itu telah terkunci oleh gelang di ujung senjata Liat Hwe Soh Sim Lun tersebut Han Giok Shia berkata sengit "Bocah busuk, kali ini kau masih berpikir bisa hidup?"
Usai berkata begitu, Han Giok Shia pun menyentakkan senjata itu untuk mematahkan golok pendek Lu Leng, 987 Akan tetapi, golok pendek itu bukan golok biasa, Ketika Han Giok Shia menyesakkan senjatanya, Lu Leng pun berusaha untuk menarik kembali golok pendek itu.
Bukan main terkejutnya Han Giok Shia, karena Liu Hwe Soh Sim Lun tidak dapat mematahkan golok pendek itu, sebaliknya golok pendek itu malah hampir ditarik kembali oleh Lu Leng, Oleh karena itu, tangan kiri Han Giok Shia langsung meraih pinggangnya mengambil Pecut Emas.
Taaar! Han Giok Shia mengayunkan Pecut Emas itu menyerang Lu Leng, Satu-satunya jalan menyelamatkan diri bagi Lu Leng harus melompat jauh dari jangkauan senjata lawan, Namun pemuda itu tidak melakukannya, Sebab, dengan begitu mau tak mau dia harus melepaskan goloknya, Lu Leng mengelakkan gigi mengerahkan tenaganya menjulurkan tangan kirinya mencengkeram Pecut Emas yang melesat ke arah nya.
Dia berhasil, namun yang dicengkeramnya bagian tengah Pecut Emas tersebut, sedangkan ujung Pecut Emas itu tetap menyambar pinggangnya, Anak muda itu menjerit merasa kesakitan.
sementara Han Giok Shia kembali menyentak Pecut Emas, sehingga senjata itu, terlepas dari cengkeraman Lu Leng..Taaar! Pecut Emas menyabet bahu Lu Leng, Rasa sakit dan perih yang mendera akibat lecutan cambuk emas tersebut membuat Lu Leng teringat akan kejadian di menara Hou Yok.
Dia nyaris mati oleh Pecut Emas itu! Kemarahan di hatinya memuncak Tanpa memperdulikan apa pun, dia langsung menubruk Han Giok Shia dengan kepalanya, -ooo0ooo- Bab 45 Lu Leng betul-betul ingin mengadu nyawa dengan Han Giok Shia, Tentu saja gadis itu tidak mengira kalau lawan akan melakukan serangan dengan menumbukkan kepalanya Akibatnya Han Giok Shia tak mampu mengelakkan serangan itu.
Duuuk! Han Giok Shia terdorong mundur beberapa langkah.
Dadanya dirasakan sakit sekali.
Darah di jantungnya seakan terhenti seketika.
Matanya gelap berkunang-kunang, Ternyata Lu Leng telah menumbukkan kepalanya dengan sekuat tenaga.
Akibatnya luka dalam mendera gadis itu.
Han Giok Shia cepat-cepat menyentak Liat Hwe Soh Sim Lun sekuat tenaga, membuat golok pendek itu terlepas dari tangan Lu Leng, Golok itu melayang hingga beberapa depa, lalu menancap di dinding perahu.
Sedangkan Liat Hwe Soh Sim Lun juga menancap di sebuah tiang.
Dalam keadaan mata berkunang-kunang, Han Giok Shia berusaha menarik kembali namun senjata itu tak bergeming sama sekali.
Dia terpaksa melepaskan senjata itu, kemudian mendadak menyerang Lu Leng dengan sebuah pukulan mengarah ke keningnya.
Namun tak hanya sampai di situ, Han Giok Shia 989 kembali memukul bahu Lu Leng, membuat anak muda itu terpental.
Ketika Han Giok Shia menyentak Liat Hwe Soh Sim Lun, Lu Leng pun ikut maju, kemudian jatuh menindih gadis itu, Dengan cepat Han Giok Shia menggunakan kesempatan itu untuk memukulnya, Tubuh Lu Leng terpental ke belakang, Buru-buru Han Giok Shia menghimpun hawa murni, namun rupanya kurang menyadari kalau ia sebenarnya mengalami luka dalam cukup parah, seperti juga lawannya, Maka saat dia mengerahkan tenaganya mendadak mulutnya menyemburkan darah segar "Uaaaakh.,.!"
Lu Leng yang juga menderita luka parah, jatuh duduk di geladak dengan mata terpejam, Ketika matanya membuka, segala yang dilihatnya bergoyang-goyang.
Mereka berdua tergeletak di geladak dengan nafas memburu, Tak lama kemudian, Lu Leng membentak sambil melesat ke arah golok pendeknya, Namun bersamaan dengan itu pula, dengan menahan sakit di dadanya, Han Giok Sliia melesat menubruk Lu Leng.
Duuuk! Mereka berdua bertubrukan Dengan cepat keduanya saling melancarkan pukulan pula, tepat mengenai jalan darah Thian Ling Hiat, Thian Ling Hiat merupakan jalan darah yang amat penting, jika terkena pukulan bisa mengakibatkan kematian.
Namun muda-mudi itu sama-sama sudah terluka parah.
sehingga pukulan yang dilancarkan tidak begitu mengandung tenaga, hanya mampu membuat luka mereka bertambah parah.
Keduanya terhuyung-huyung beberapa langkah, kemudian roboh di atas geladak, dan tak bergerak lagi, pingsan.
Ketika matahari mulai condong ke barat, kedua muda-mudi itu siuman.
Setiap kali bertarung, dendam mereka pun bertambah dalam.
Kali ini sama-sama terluka parah.
Tentu saja dendam kesumat mereka semakin bergolak pula di hati masing-masing, Namun mereka berdua sudah tak bertenaga sama sekali, hanya saling menatap sambil menghimpun hawa murni, agar cepat bertenaga untuk membunuh pihak lawan, sementara hari pun sudah mulai gelap, di langit mulai muncul bintang yang tak terhitung banyaknya.
Keadaan laut tenang sekali, memancarkan cahaya keperak-perakan, Hingga larut malam tampak keduanya mulai bergerak, merangkak-rangkak saling mendekati Namun baru bergerak beberapa langkah mereka sudah berhenti, tidak kuat merangkak maju lagi, Ketika hari mulai terang, mereka sudah saling berhadapan, tapi tiada tenaga untuk bergebrak Han Giok Shia semakin dendam pada Lu Leng.
Tampak air matanya meleleh, seakan tak mampu lagi menahankan perasaan dendam kesumatnya Dibuang wajahnya, tak ingin berhadapan dengan Lu Leng.
Sementara Lu Leng terus berusaha agar cepat bertenaga., Hal itu membuat Lu Leng semakin parah, penglihatannya kabur Rasa cemas menghantuinya, Tak terpikirkan olehnya yang masih semuda itu tentang kematian Saat ini dia benar-benar merasakan seakan dirinya hampir mati, Berada di tengah-tengah laut, seandainya tiada badai dan mereka berdua mau bekerja sama, itu pun belum tentu dapat kembali ke daratan.
Apalagi kini mereka berdua sudah terluka parah, Diam-diam Lu Leng menghela nafas panjang, Mendadak terpikir olehnya, apa hasilnya bertarung mati-matian dengan Han Giok Shia? Akan tetapi, rasa sesalnya itu kembali terhapus oleh dendam dan kebenciannya, sehingga membuatnya berkertak gigi, Mereka akhirnya tertidur dengan kelelahan masing-masing.
Pagi harinya mereka terjaga oleh guncangan-guncangan perahu besar itu.
Lu Leng berusaha bangun dan berhasil duduk, Hatinya merasa gembira, Namun dia pun melihat Han Giok Shia sudah bangun duduk, Walau hari sudah pagi, suasana tampak gelap, Mendung menyelimuti pagi itu, Ombak terdengar menderu-deru ditingkah pula suara petir menggelegar sementara perahu terus bergoyang-goyang, Kilat menyambar-nyambar menerangi wajah mereka berdua yang masih pucat pias, Mereka berdua tahu, tak lama lagi akan terjadi badai.
Perahu itu memang besar, betapa jadi kecilnya berada di tengah lautan sangat luas seperti itu.
Keduanya sama-sama memejamkan mata, Tak berani mereka berpikir, bagaimana kalau sampai perahu itu terbalik oleh ombak dan badai yang ganas.
Tak seberapa lama, terjadilah hujan badai.
Ombak bergulung-gulung setinggi gunung.
Angin badai berhembus kencang sekali, menegangkan kedua layar perahu besar itu, me layang-layang ke laut lalu ditelan ombak, Han Giok Shia dan Lu Leng terus berpegang erat-erat tiang perahu, sebab perahu besar itu bergoyang-goyang tak henti-henti nya.
Kalau mereka berdua tidak berpegang kuat pada tiang perahu, tentu akan terhempas ke laut Di saat itulah, Lu Leng melihat dua buah puncak kehitam-hitaman di permukaan laut.
Dan perahu besar itu terus bergerak mendekati puncak hitam yang ternyata batu karang sangat tinggi, Di lengah kedua puncaknya, terdapat batu panjang menyerupai balok.
Karena ombak dan angin badai terus menghempaskan, akhirnya perahu besar itu menghempas, bergerak mendekat batu karang.
Lu Leng tidak berani melihat lagi, dia segera memejamkan matanya.
Di saat bersamaan terdengar suara tawa Han Giok Shia yang amat menyedihkan Lu Leng cepat-cepat membuka mata, dia melihat gadis itu berusaha bangkit berdiri sementara perahu besar itu bergoyang hebat.
Kalau Han Giok Shia bangkit berdiri, sudah pasti akan terhempas ke laut, Lu Leng tahu, sesaat lagi perahu besar itu akan menabrak batu karang, mereka akan mati, Namun dia tetap berseru.
"Gadis busuk, kau tidak sayang nyawa lagi!"
Suara seruan itu membuat Han Giok Shia tertegun dia langsung memandangnya sambil memegang tiang perahu, kemudian tertawa memilukan Pada waktu bersamaan, terdengar pula suara keras mengejutkan perahu itu terguncang keras, ombak yang setinggi gunung menerjang ke dalam, Lu Leng merasa di depan matanya jadi gelap, kemudian merasa sekujur badannya sakit sekali dan lalu tak sadarkan diri, Pingsan! Entah berapa lama, anak muda itu tidak sadarkan diri Ketika siuman kembali yang pertama-tama dirasakan, sekujur tubuhnya sakit semua.
Seperti telah remuk tulang belulangnya.
Dia merintih-rintih sejenak sambil berusaha membuka matanya.
Dia terkejut mendapati dirinya berada di atas sebuah batu karang.
Sedangkan perahu besar itu, sebagian tenggelam, yang sebagian lagi menyangkut di batu karang.
Lu Leng segera berpikir kembali ketika belum pingsan, dia yakin dirinya keterjang ombak hingga terhempas ke batu karang.
Dia memandang ke atas, tampak kedua puncak gunung itu bagaikan sepasang pedang menusuk ke dalam lawan.
Waktu sudah malam, permukaan laut sudah tenang kembali dan berkilau tertimpa sinar bulan.
Lu Leng masih tergeletak tak bergerak, namun dia terus mengamati keadaan di sekitarnya.
Sunyi sepi tak terdengar suara apa pun, juga 994 tidak terlihat apa-apa, hanya balok batu yang melintang di tengah-tengah kedua puncak gunung itu.
Lu Leng memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak.
Walau lukanya bertambah parah, namun sudah terhindar dari tekanan Han Giok Shia.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maka hatinya jadi tenang.
Dan malam itu dia tidur dengan nyenyak sekali.
Hari berikutnya.
dia sudah tampak agak sehat.
pelan-pelan dia berusaha bangkit berdiri, walau badannya masih agak sempoyongan Terlihat beberapa ekor ikan berloncat-loncatan di tepi batu karang, tanpa banyak pikir lagi, dia langsung menangkap ikan-ikan itu, sekaligus dilahapnya hidup-hidup! Setelah melalap beberapa ekor ikan hidup, perutnya kenyang, maka beristirahat satu hari satu malam.
Keesokan harinya, dia sudah bisa berjalan, dia mulai berputar ke sana ke mari, Ternyata tumpukan batu karang ini menyambung ke tumpukan batu karang lain berjarak dua puluh depa lebih.
Di pinggir kedua tumpukan batu karang itu, berdiri kedua buah gunung tersebut, tampak pula sebuah balok batu melintang di tengah-tengah kedua puncak gunung itu, Di bawah tumpukan batu karang, tumbuh beberapa pohon, bahkan banyak buahnya.
Lu Leng merasa gembira.
Dia segera menuruni batu karang, Tak lama sampailah dia di bawah.
Dipetiknya buah-buahan segar yang tumbuh di pohon itu, Ternyata enak dan manis dirasakannya.
Dengan lahap dia memakan buah-buahan itu.
Tempat itu terhindar dari hembusan angin laut, namun hawa udaranya amat segar menyejukkan.
Selama tujuh delapan hari luka yang diderita Lu Leng mulai sembuh.
Dengan rasa gembira dia melangkah keluar sambil memperhatikan tempat itu, Dia melihat sebuah goa yang amal besar di hilir Lu Leng tercengang dan tertarik, maka dia memasuki goa tersebut.
Ketika baru melangkah ke dalam goa yang gelap itu, Lu Leng terbeliak kaget.
Ada cahaya terang bersinar dari dalam.
Dinding goa itu hitam semua, Namun terdapat banyak mutiara menempel di dinding goa, sehingga menerangi ruang batu itu.
Betapa herannya Lu Leng, sebab tidak menyangka, pulau di tengah-tengah laut ini ternyata bukan dia orang pertama yang mencapainya, Dilihat dari keadaan di situ, orang lain pernah menghuni tempat ini.
Lu Leng menengok ke sana ke mari, mendadak dia melihat ada sebaris tulisan terukir di dinding balu, yakni Hek Ciok Sian Hu (Ruang Batu Hitam).
Di bawahnya masih terdapat beberapa baris tulisan yang agak kecil, berbunyi.
"Berlatih dengan susah payah, akhirnya berhasil menguasai ilmu Kim Kong Ci (llmu Jari Arahat), dapat mengukir di batu dengan jari telunjuk di bawah terdapat tulisan "Thian Sun Sianjin". Begitu membaca "Thian Sun Sianjin", seketika juga hati Lu Leng tersentak hebat. Dia teringat akan cerita ayahnya tentang tokoh-tokoh tua masa silam, Terdapat empat tokoh yang berkepandaian sangat tinggi di rimba persilatan Mereka berempat pernah bertanding di pinggir Thian Ho (Sungai Langit) di puncak gunung Thian San. Ke empat tokoh rimba persilatan itu bertanding seimbang, maka dijuluki Thian Ho Si Lo (Empat Tokoh Tua Sungai Langit), Ke empat tokoh itu adalah Beng Tu Lojin, ketua Go Bi Pai dahulu, juga adalah guru Lu Sin Kong, Ang Eng Leng Long, Tong Hong Pek dan lainnya. Yang kedua berasal dari daerah Miau, tokoh tersebut adalah seorang wanita, julukannya Pian Liong Sian Po. Satu lagi adalah Thian Sun Sianjin dari gunung Tiang Pek San dan terakhir Lam Hai Tiat Ya Tocu Tiat Sin Ong. Setelah bertanding seimbang di Thian Ho, mereka berempat kembali ke tempat masing-masing, akhirnya Beng Tu Lojin yang mati duluan. Ketiga tokoh lain masih melawat ke Go Bi San, namun setelah meninggalkan gunung Go Bi San, ketiga tokoh itu pun entah menghilang ke mana. Kini Lu Leng menemukan tulisan Thian Sun Sianjin di ruang batu ini., Hatinya sungguh merasa heran, Karena nada beberapa baris tulisan itu sepertinya menyatakan bahwa Thian Sun Sianjin bersusah payah melatih Kim Kong Sin Ci (llmu Sakti Jari Arahat), lalu ingin pergi bertanding. Lu Leng pernah mendengar dari ayahnya tentang ilmu Kim Kong Sin Ci. semacam ilmu yang amat tinggi aliran Taosme, mengandung Lweekang aliran Buddha pula. Konon beberapa 997 ratus tahun silam, hanya ada seorang yang berhasil melatih ilmu jari tersebut. Hingga kini tiada orang kedua yang berhasil berlatih ilmu tersebut, karena cara latihannya telah hilang. Menghilangnya tiga tokoh sakti sepulangnya dari gunung Go Bi San merupakan suatu teka teki dalam rimba persilatan. Hingga kini sudah dua puluh tahun lebih, tentunya tidak mungkin Thian Sun Sianjin masih hidup, Apakah Hek Ciok Sim hu ini adalah tempat makamnya? Lu Leng berdiri termenung di hadapan dinding ruang itu. Kemudian dia mulai memperhatikan dengan seksama dan penuh perhatian sekitar tempat itu. Di dalam ruang batu itu hanya terdapat sebuah batu karang sebagai meja, dan beberapa buah bulu karang kecil sebagai tempat duduk. Lu Leng mencari ke sana ke mari, tidak menemukan suatu barang peninggalan Thian Sun Sim-jin. Setelah mencari sekian lama dia mengambil keputusan tinggal di situ untuk sementara. Kebetulan dia melihat sebuah batu berbentuk empat persegi panjang, mungkin itu tempat tidur Lu Leng tersenyum, lalu berbaring di batu itu untuk beristirahat Namun baru saja dia berbaring mendadak dirasakan batu itu mengeluarkan hawa yang amat dingin sekali! Sehingga membuat sekujur badannya menggigil Lu Leng tercengang dan cepat-cepat duduk bersila, sekaligus menghimpun hawa murni untuk melawan hawa dingin. Tak seberapa lama, sesudah tidak merasa dingin lagi, dia segera meloncat turun, lalu memeriksa batu itu.
"Ternyata di sisi batu itu terdapat beberapa baris tulisan yang amat kecil sekali, pantas dia tadi tidak melihatnya. Mulailah Lu Leng membaca tulisan yang berbunyi Hek Ciok Sum Ho, masing-masing mempunyai kelebihan, salah satu adalah batu dingin ini. Setelah membaca, hati Lu Leng berdebar-debar, girang bukan main. Ternyata di pulau Hek Ciok ini terdapat tiga macam pusaka, dia segera mendongakkan kepala, ingin menemukan kedua pusaka lain. Setelah mendongakkan kepala, dia tertawa sendiri karena merasa serakah, Maka dia segera menundukkan kepala dan membaca lagi.
"Batu ini hanya terdapat di pulau Thao Khong To di laut utara dan pulau Hek Ciok To di laut timur, Siapa yang berlatih Lweekang di atas batu dingin ini, dalam kurun waktu dua tahun, Lweekangnya akan bertambah tinggi seperti berlatih sepuluh tahun! Batu hitam ini merupakan barang pusaka dalam rimba persilatan Betapa girangnya Lu Leng setelah membaca itu. Dia langsung meloncat ke atas batu dingin itu untuk melatih Lwekangnya. Tak seberapa lama kemudian, dia merasa hawa dingin itu mulai menerjang jalan darah Hwee Yang Hiat di bagian Jin dan jalan darah Tiang Ciang Hiat di bagian Tok, kemudian hawa menerjang ke jalan darah lain. Lu Leng tetap duduk bersila dengan mata di pejamkan, sambil menghimpun hawa murni. Hawa dingin itu terus berputar di bagian Jin Tok, kemudian mengalir ke jalan darah Pek Hwe Hiat. Pek Hwe Hiat merupakan jalan darah pusat, yang apabila terkena totokan takkan ampun, orang bisa mati. Lu Leng tahu, kalau kali ini gagal, selanjutnya sudah sulit berlatih lagi, Oleh karena itu, dia memusatkan konsentrasinya, Beberapa saat kemudian, dia sudah berhasil mengerahkan hawa dingin itu ke seluruh jalan darahnya. Seketika dirasakan sekujur badannya jadi nyaman dan segan Hat itu membuatnya girang sekali! Setelah menghimpun hawa murni beberapa kali, segera turun dari batu dingin dan melangkah keluar. Ketika sampai diluar ternyata sudah tengah malam. Lu Leng merasa dalam waktu satu hari lweekangnya sudah mengalami perkembangan Kalau terus berlatih, dua tahun kemudian Lweekangnya pasti sudah tinggi sekali. Dia masih ingat akan tulisan kecil yang terukir di batu dingin, bahwa berlatih dua tahun, akan sama dengan berlatih selama sepuluh tahun latihan. Karena itu, dia mengambil keputusan untuk tinggal dua tahun di pulau tersebut. Tentunya Lu Leng tidak tahu, walau Thian Sun Sianjin berkepandaian amat tinggi, tapi berpikiran sempit Dia tidak menghendaki generasi yang akan datang berhasil mencapai Lweekang yang amat tinggi, maka dia sembarangan mengukir beberapa baris tulisan di batu dingin itu. Lu Leng percaya, sehingga dia ingin berlatih selama dua tahun, di atas batu dingin tersebut. Setiap hari dia berlatih. Hari-hari nya dilewati dengan kesibukan berlatih di dalam goa. istirahatnya digunakan untuk memetik buah-buahan di sekitar tempat itu, lalu kembali berlatih lagi, 1000 Tak terasa sudah lewat tiga bulan, selama itu Lweekang yang dimiliki Lu Leng bertambah pesat. Sudah pasti Lu Leng belum merasa puas, Dia yakin Lweekangnya belum seberapa, Dan kalau dia kembali ke Tionggoan, kepandaiannya paling baru setingkat dengan Tam Goat Hua. Lagi pula yang dimaksudkan "Hek Ciok Sam Po" (Tiga pusaka Batu Hitam), hanya muncul satu, dalam waktu tiga bulan, Lu Leng terus mencari pusaka yang lain. Lu Leng yakin, kedua pusaka tersebut masih berada di pulau Hek Ciok ini, maka dia harus terus mencari. Malam itu Lu Leng terus berpikir, dalam waktu tiga bulan dia cuma mencari di situ-situ saja, Kenapa tidak naik ke puncak untuk coba mencari kedua pusaka tersebut? Lu Leng memang tidak sabaran, begitu terpikir hal itu langsung saja dilaksanakannya, Namun, malam itu suasana diliputi mendung, Gelap dan mencekam. Lu Leng berdiri termangu-mangu di luar goa. Namun tiba-tiba dia tersenyum Terpikir sesuatu dalam benaknya, Di dalam ruangan goa batu itu banyak terdapat mutiara yang memancarkan cahaya, kenapa tidak mengambil dua butir untuk menerangi Berpikir begitu dia langsung kembali ke ruang batu, mengambil dua butir mutiara yang paling besar di dinding. Akan tetapi, ketika, dia menjulurkan tangannya, berusaha mencabut yang paling besar, mutiara itu sama sekali tidak tercabut Dengan kesal dia malah menekan mutiara tersebut 1001 Mutiara itu melesak ke dalam. Saat itulah tiba-tiba terjadi hal yang mengejutkan sekali bersamaan dengan terdengarnya suara gemeletak keras, mutiara itu terpental keluar lagi dan jatuh ke lantai goa. Lu Leng terbeliak memandang lobang bekas mutiara. sepertinya ada sebuah lobang di dalam. Dan setelah melihat dengan jelas, hatinya pun tergerak. dia memasukkan jari telunjuknya ke dalam, lalu menyentak Sebuah batu terlepas keluar Maka tampaklah sebuah lobang yang di dalamnya terdapat sebuah kotak kecil Begitu melihat kotak kecil itu, hati Lu Leng kaget bercampur girang. Perlahan-lahan dia menjulurkan tangannya mengambil kotak kecil. Dengan penuh perhatian ditatapnya kotak kecil itu, Terdapat di atas kotak itu ukiran beberapa huruf berbunyi "Kim Kong Sin Ci" (llmu Sakti Jari Arhat), Dan di bawah huruf-huruf itu terdapat pula sebaris tulisan kecil, berbunyi demikian "Ini adalah salah satu Hek Ciok Sam Po"
Betapa girangnya hati Lu Leng, Tanpa sengaja dirinya telah memperoleh ilmu sakti tersebut Dia membuka kotak kecil itu, Di dalamnya ternyata ada belasan lembar daun, entah daun apa.
Namun di setiap daun itu terdapat tulisan yang ditata dengan jarum.
Daun-daun itu berjumlah dua belas lembar, memberi petunjuk cara bagaimana melatih Kim Kong Sin Ci.
Setelah memperoleh itu, Lu Leng mulai menekan semua mutiara yang ada di dinding, maksudnya mencari satu pusaka lagi.
Akan tetapi tidak terulang kejadian serupa.
Pada dasarnya Lu Leng tidak berhati serakah, Dia sudah merasa cukup berlatih Lweekang di atas batu dingin, bahkan akan mulai belajar Kim Kong Sin Ci pula.
Oleh karena itu, dalam kurun waktu dua tahun, Lu Leng menyibukkan diri dalam melatih ilmu tersebut Seandainya dia memperoleh lagi pusaka yang terakhir, mungkin tidak begitu bermanfaat bagi dirinya.
Dalam kurun waktu dua tahun, banyak perubahan pada diri Lu Leng, Kini dia sudah menjadi seorang pemuda, Usianya sudah tujuh belas, Tubuhnya bertambah tinggi dan kekar Ketampanannya pun semakin tampak di wajahnya, menambah kesan kejantanan dirinya.
Baju yang dipakai sudah tidak pas dengan ukuran badannya.
Maka segera dia mencari semacam rumput, membuat pakaian untuk dikenakannya, Memakai baju buatannya sendiri dari rerumputan itu, penampilannya sekarang tampak aneh, Kini Lu Leng sudah berkepandaian tinggi, bahkan dia telah menguasai kedua belas jurus Kim Kong Sin Ci.
sekarang jari telunjuknya sudah mampu menggores batu hitam di goa.
Hatinya merasa bangga dan puas.
Sekaranglah, setelah dua tahun menggembleng diri di dalam goa, barulah terpikir semua yang selama ini sengaja dilupakannya.
-ooo0ooo- Bab 46 Dia memikirkan Tam Goat Hua juga saat dia berguru kepada Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.
Belum satu hari dia sudah meninggalkan gurunya.
Dia pun tak bisa melupakan begitu saja dendam kedua orangtuanya yang belum dibalas, 1003 bahkan juga memikirkan keadaan rimba persilatan di Tionggoan yang entah berubah jadi apa kini, Apakah sekarang sudah dikuasai si iblis Harpa? Berpikir sampai di situ, rasanya ingin secepatnya kembali ke Tionggoan.
Namun mungkinkah sekarang niat itu dilaksanakannya? Hari itu, dia sama sekali tidak berlatih.
Dia menyimpan kedua belas daun yang berisi ilmu Kim Kong Sin Ci.
Ditinggalkannya ruang batu, talu berdiri di atas batu karang sambil memandang laut nan biru di hadapannya.
Permukaan laut tampak tenang sekali.
tidak ada ombak dan kelihatan bagaikan hamparan batu pualam yang kebiru-biruan.
Namun bagaimana aku bisa menyebrangi samudra luas ini, pikirnya, bimbang, Perahu besar yang tenggelam separuh itu masih bersandar pada batu karang, Lu Leng berpikir, perahu besar itu bisa dijadikan alat lagipula golok pendek yang amat tajam itu masih berada di dalam perahu besar Dengan golok itu dia bisa membual sebuah rakit.
Kalau berhasil membuat sebuah rakit, tentunya bisa kembali ke Tionggoan.
Begitu pikir bisa kembali ke Tionggoan, mendadak dia mengeluarkan siulan panjang, Kini Lweekang Lu Leng sudah tinggi, Ketika mengeluarkan suara siulan, terdengar bergema ke mana-mana.
Dia sendiri terkejut mendapati suara siutannya yang mengagumkan.
Namun, mendadak saja Lu Leng tersentak kaget dengan mata membelalak.
Dari kejauhan terdengar suara aneh, seakan memberi sambutan atas suara siulannya.
Dia tertegun, 1004 suara aneh itu didengarkan nya dengan penuh perhatian Suara itu seperti suara dari mulut wanita.
Sedap dan mengalun indah.
Merasa penasaran sekali, Lu Leng langsung saja menghentak kan kedua kakinya dan melenting ke atas sebuah puncak batu karang yang paling tinggi.
Dia berdiri di situ sambil coba mendengar Ternyata suara itu berasal dari tumpukan batu karang di seberang, Sebelum memperoleh ilmu Kim Kong Sin Ci, dulu dia memang pernah berniat melihat-lihat ke seberang.
Namun setelah memperoleh ilmu sakti tingkat tinggi dari kotak kecil itu, dirinya tidak sempat, atau tidak berniat pergi ke seberang sana.
Maka suara wanita itu benar-benar membuatnya heran dan terkejut Belum sempat mengetahui apa dan siapa gerangan yang berada di balik batu karang di seberang sana, mendadak Lu Leng kembali tersentak kaget bukan main, Matanya yang sejak tadi dipasang tajam-tajam, menangkap adanya sesosok bayangan berkelebat Begitu cepat dan ringannya gerakan yang dilakukan oleh sosok bayangan tak jelas itu, hingga dalam sekejapan mata saja ia telah berada di atas puncak batu karang sangat tinggi.
Mata Lu Leng semakin membelalak.
Tidak menyangka ternyata ada orang lain di pulau Hek Ciok To ini.
Karena merasa heran, dia terus memandang ke sana.
Karena terpisah begitu jauh, Lu Leng tidak dapat melihat jelas wajah orang itu.
Yang terlihat orang itu berambut panjang, dan tampaknya seorang wanita, pakaiannya berkembang-kembang dengan warna menyolok.
Lu Leng tahu orang itu sedang memperhatikannya, maka segera mengerahkan Lweekang, lalu berseru "Siapa kau?"
Dua tahun lamanya, baru kali ini dia berbicara dengan orang.
Dia juga merasakan suaranya telah mengalami perubahan, seiring dengan perubahan dirinya menjadi seorang pemuda.
Wanita yang di seberang sana kelihatan gembira sekali, Sesaat kemudian terdengar pula suara sahutan-nya yang amat merdu.
"Kapan kau berada di pulau ini? Aku berada di sini sudah dua tahun lebih!"
Begitu mendengar suara sahutan itu, seketika Lu Leng tertegun.
Ternyata suara itu amat dikenalnya.
Berpikir sejenak, dia sudah-dapat menduga siapa yang berada di seberang sana.
Rasa kegusaran di dalam hatinya langsung memuncak membuat wajahnya merah padam.
Dua tahun ini, musuh bebuyutannya tinggal di seberang, dia tidak tahu sama sekali..
Karena Lu Leng diam saja, maka wanita seberang itu bertanya.
"Dan kau sendiri sebenarnya siapa...?"
"Ha ha ha! Siapa aku, masa kau tidak tahu?"
Sahut Lu Leng tertawa gelak. Wanita itu tampak tertegun, kemudian bertanya dengan nada agak gusar .
"Siapa kenal kau?"
Lu Leng tertawa lagi.
"Ha ha! Nona Han, kenapa kau begitu cepat jadi pikun?"
Ternyata wanita yang di seberang sudah dikenali oleh Lu Leng.
Wanita itu tidak lain Han Giok Shia, musuh besarnya! Selama dua tahun ini, Lu Leng mengira gadis itu telah mati di dasar laut, Ternyata kini, dua tahun kemudian dia justru muncul di seberang sana.
Lu Leng amat gusar tapi juga girang, Girang karena kepandaiannya sudah tinggi, sudah pasti dapat merobohkan gadis itu.
Namun, mendengar suara aneh yang tadi dikeluarkan oleh gadis itu, Lu Leng yakin Lweekang gadis itu tentu sudah bertambah tinggi.
Kini dia telah memiliki ilmu Kim Kong Sin Ci yang amal dahsyat, Dia yakin akan dapat mengalahkan gadis itu, Sementara Han Giok Shia yang berada di seberang, kelihatan masih tertegun.
Ternyata ia tidak mengenali Lu Leng.
Maklum, sekarang Lu Leng sudah bertambah tinggi, dan suaranya pun sudah berubah, Wajar kalau gadis itu tidak mengenalinya dari jauh.
Namun, kendati demikian, Han Giok Shia tetap dapat menduga siapa yang di seberang itu, tidak lain adalah musuh besarnya, Gadis itu langsung emosi, badannya bergerak.
Dalam sekejap sudah mendekati Lu Leng.
Pemuda itu pun melesat maju, kini mereka sudah agak dekat.
"Bocah busuk, ternyata kau!"
Lu Leng tertawa gelak.
"Ha ha ha! Memang aku, kenapa? Dasar gadis busuk! pokoknya hari ini kau tidak bisa lepas dari tanganku!"
Usai berkata begitu, Lu Leng mengerahkan Lweekangnya, lalu menggerakkan jari telunjuk kanannya.
Ternyata dia lelah menggunakan ilmu Kim Kong Sin Ci, mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu Kali Tunjuk Mengejutkan Langit).
Sesaat keduanya tetap berdiri di atas batu karang, berjarak belasan depa, Lu Leng tahu jelas, walau Kim Kong Sin Ci amat dahsyat, namun tidak mungkin dapat menyerang Han Giok Shia dari jarak jauh, Maka telunjuknya diarahkan pada permukaan laut yang di sisinya.
Terdengarlah suara menderu, dahsyat dan menggetarkan permukaan laut yang tenang mendadak bergolak hebat kemudian menyembur dahsyat ke atas, sungguh menakjubkan! Lu Leng tertawa gelak, bangga.
"Ha ha ha! Gadis busuk, kau sudah menyaksikan itu?"
Han Giok Shia tampak tertegun, Namun kemudian salah satu telapak tangannya mengarah ke permukaan laut, menekan-nekan sebentar, setelah itu mendadak diangkat ke atas, Tampak air laut itu ikut tersedot ke atas bagaikan seekor 1008 naga, Lalu begitu jatuh kembali ke permukaan laut terdengar gelegar suara menggetarkan Lu Leng melihat dengan jelas sekali, kejadian yang membuatnya terkejut.
Terbukti Lweekang gadis itu sudah mencapai tingkat tinggi "Bocah busuk, kau sudah melihat jelas?"
Bentak Han Giok Shia, sengit.
Lu Leng gusar sekali.
Dia tidak menduga Lweekang gadis itu sudah begitu tinggi, Padahal tadi dia mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian dengan menggunakan empat bagian tenaga dalamnya, Agaknya dia masih kalah, Karena itu, dia segera tertawa dingin.
"Gadis busuk, biar matamu terbuka!"
Tiba-tiba Lu Leng mengambil sebuah batu karang dan dilemparkan ke atas, Secepat itu dia menjulurkan dua buah jari tangan kanan ke atas dalam jurus Siang Hong Cak Yun (Dua puncak Menembus Awan).
Terdengar suara ledakan memekakkan telinga, Batu karang itu terbelah dua, Dan secepat kilat Lu Leng menyentil dengan jari telunjuknya ke arah kedua batu karang yang terbelah itu, Plak! Plak! Kedua batu karang yang terbelah meluncur cepat ke arah Han Giok Shia dan jatuh tepat di hadapan gadis itu.
Walau tidak mengenai badan Han Giok Shia, namun itu sudah cukup membuktikan betapa dahsyatnya tenaga jari telunjuk Lu Leng.
Kalau musuh berada dalam jarak lima enam depa, pasti akan tertembus oleh batu karang kecil.
Lu Leng tertawa terbahak-bahak.
"Gadis busuk, ilmu silat di kolong langit tiada batasnya. Hari ini kau harus tahu itu!"
Ucapan itu terasa meremehkan kepandaian yang diperlihatkan Han Giok Shia tadi, Tentu saja gusar bukan main perasaan gadis itu mendengar ejekan Lu Leng.
"Yang kau perlihatkan barusan hanyalah kepandaian pinggir jalan, untuk apa diperlihatkan di sini? Huh!"
Wajah Lu Leng memerah mendengar kala-kata tajam Han Giok Shia.
"Gadis busuk, kau punya kepandaian apa?"
Han Giok Shia tertawa dingin.
"Orang seperti kau ini, bagaimana bisa tahu kepandaianku? Percuma kuberitahukan!"
Mendadak Lu Leng bersiul aneh.
"Gadis busuk, beranikah kau bertarung melawanku?"
"Kenapa tidak ?"
Seusai menyahut begitu, mereka berdua sama mendongakkan kepala memandang ke atas, Di atas tempat mereka berada ternyata terdapat batu karang yang bentuknya menyerupai balok dan menjadi palang antara dua buah batu karang tinggi.
Setelah memandang ke alas, muncul pula pendapat yang sama di antara mereka berdua, ingin bertarung di atas balok itu, untuk mengeluarkan ilmu yang mereka pelajari selama dua tahun ini.
"Bocah busuk, mari kita bertarung di atas balok batu itu! Kau berani naik ke atas?"
Lu Leng membatin, kepandaian Han Giok Shia bertambah tinggi Mungkin gadis itu memperoleh pusaka ketiga dari Thian Sun Sianjin, Tentunya ilmu itu tidak setinggi ilmu Kim Kong Sin Ci.
Bertarung di atas balok batu, gadis itu harus dirobohkan ke dalam laut, agar rasa dendamnya terlampias.
Demikian pikir Lu Leng, Dia tidak memikirkan pakaian Han Giok Shia yang aneh berkembang-kembang itu.
Tentunya itu bukan pakaian peninggalan Thian Sun Siangjin, melainkan pakaian peninggalan orang lain.
Seketika Lu Leng bersiul panjang, kemudian menyahut.
"Baik! Gadis busuk, hari ini ajal mu telah tiba!"
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lu Leng menghimpun hawa murni, lalu badannya bergerak mencelat ke atas.
sementara Han Giok Shia juga sudah mencelat ke atas.
Gerakannya juga amat cepat dan ringan sekali Bagian 21 Kini mereka berdua sudah berada di atas balok batu yang melintang di atas keduanya memandang ke bawah, Tampak permukaan laut begitu tenang, tampak dari ketinggian balok yang sekitar sepuluh depa di permukaan laut, Setelah menyaksikan itu, mereka berdua merasa tegang, Kalau terjatuh pasti celaka, karena mereka berdua sama-sama tidak bisa berenang.
Lu Leng berusaha menenangkan hati sambil memandang ke depan, menatap Han Giok Shia yang sudah berdiri di hadapannya.
Mereka saling menatap dengan wajah bengis, berjalan maju selangkah demi selangkah Tak seberapa lama, mereka saling berpisah kembali beberapa depa saja, Mereka berdua saling menatap lagi Dan nampaknya sama-sama tertegun Dua tahun mereka tidak berjumpa, diri masing-masing sudah banyak perubahan, Walau wajah Han Giok- Shia tersirat kebencian dan dendam, namun tetap tidak menutup kecantikannya.
Dua tahun lalu, Han Giok Shia sudah cantik jelita, meski usianya masih muda.
Maka saat itu masih kekanak-kanakan, sekarang Han Giok Shia sudah bertambah cantik dan semakin matang, sedangkan Lu Leng pun sudah besar Begitu menyaksikan kecantikan gadis itu, mengalir perasaan aneh yang membuat hatinya tergetar Bagaimana dengan Han Giok Shia menyaksikan Lu Leng yang sudah besar itu.
Ternyata gadis ini pun mengalami hal yang sama, Benang lembut dalam hatinya juga tergetar oleh perasaan asmaranya.
Dia sama sekali tidak menyangka, musuh besarnya kini tumbuh menjadi pemuda gagah dan tampan.
Keduanya masih saling memandang.
Berdiri terpaku di atas balok batu, tanpa seorang pun yang mendahului melancarkan serangan Diam-diam Han Giok Shia mencaci-maki dirinya sendiri Ternyata tidak ada hasrat ingin bertarung dengan pemuda sialan itu.
Setelah mencaci-maki dirinya sendiri dalam hati, wajah Han Giok Shia berubah kemerah-merahan.
Namun mendadak.
"Hei! Bocah busuk, kau lihat apa?"
Bentaknya dengan sengit Wajah Lu Leng juga tampak kemerah-merahan.
"Kau tidak melihat aku, bagaimana mungkin tahu aku melihatmu?"
Sahutan Lu Leng membuat Han Giok Shia terdiam beberapa saat, setelah itu baru membentak "Lihat serangan!"
Han Giok Shia melesat melancarkan serangan 1013 Begitu melihat gadis itu mulai menyerang, Lu Leng segera mundur dua langkah, sekaligus menggerakkan tangannya, Ketika baru mau mengeluarkan Kim Kong Sin Ci, mendadak dia melihat banyak bekas tapak kaki di balok batu, Bekas tapak kaki itu ada yang besar dan kecil Dia tahu itu merupakan tapak-tapak kaki dua orang.
Dapat dibayangkan betapa tinggi Lweekang kedua orang itu.
Seketika Lu Leng teringat akan tulisan di dinding Hek Ciok Sian Hu.
Bahwa setelah berhasil mempelajari Kim Kong Sin Ci, Thian Sun Sianjin pergi bertarung dengan seseorang, Siapa orang itu, Lu Leng tidak tahu, sampai kini dia tetap tidak tahu.
Namun tapak kaki di balok ini membuktikan ada dua orang, salah satunya pasti Thian Sun Sianjin yang bertarung melawan seseorang.
Setelah berpikir begitu, Lu Leng pun berseru.
"Tunggu!"
Bentak Lu Leng ingin mencegah serangan Han Giok Shia, Namun gadis itu lelah terlanjur melepaskan pukulan dengan tenaga dalam tinggi.
Bagaimana mungkin menarik kembali serangannya, Maka angin pukulan Han Giok Shia sudah menyambar begitu cepat ke arah Lu Leng.
Karena kaget, Lu Leng langsung mengerahkan Lweekangnya, sambil menggerakkan jari telunjuk kanan mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu jari Mengejutkan Langit) dan jurus Sam Hoan Toh Goat (Tiga Lingkaran Mengelilingi Bulan), Suara menderu-deru terdengar menyambut serangan yang dilancarkan Han Giok Shia, Dan sekejap kemudian terdengar pula suara benturan dari dua kekuatan-kekuatan tenaga dalam tinggi mereka, 1014 Badan Han Giok Shia dan Lu Leng sama-sama tergetar Beruntung mereka berdua segera mengeluarkan ilmu memberatkan badan untuk menghindarkan terlontar dari balok batu.
"Hmm!"
Sambil mendengus kesal Lu Leng maju selangkah Meskipun baru satu jurus saja mereka saling melancarkan gebrakan, namun keduanya sama-sama sadar, bahwa masing-masing telah maju pesat dalam dua tahun.
Lweekang mereka boleh dikatakan seimbang! Sementara Han Giok Shia juga maju selangkah seraya membentak "Bocah busuk, kau sudah ketakutan sehingga ingin menyerah?"
"Ha ha! Gadis busuk yang tak tahu malu, aku sudah berhasil mempelajari ilmu Kim Kong Sin Ci, bagaimana mungkin aku takut padamu?"
Han Giok Shia tampak tertegun mendengar nama ilmu yang disebut Lu Leng.
"Apa artinya Kim Kong Sin Ci? Masih berada di bawah Thai Im Ciang (llmu pukulan Lunak)ku!"
Sahutnya kemudian, meremehkan Kini giliran Lu Leng yang tercengang, pantas ilmu pukulannya begitu aneh dan penuh mengandung tenaga lunak, pikirnya sambil terus menatap Han Giok Shia, Konon ilmu pukulan Thai ini Ciang amat dahsyat tidak berada dibawah ilmu pukulan Hud Bun Pan Yok Sin Ciang 1015 aliran Buddha, Kalau begitu, walau memiliki ilmu Kim Kong Sin Ci, belum tentu dia mampu mengalahkan gadis itu.
Lagipula bertarung di balok batu, akhirnya pasti mati bersama di dasar laut.
"Kalau takut, cepatlah kau bersujud di hadapanku aku pasti mengampunimu!"
Ujar Han Giok Shia cepat sambil tersenyum sinis ke arah Lu Leng, pemuda itu hanya mendengus.
"Hm! Kalau kau bersujud di hadapanku, aku pun akan mengampunimu!"
Lanjut Han Giok Shia, Mereka berdua tetap mengadu mulut dengan tajam, tak ada yang mau mengalah.
Han Giok Shia mengerutkan kening lalu mendadak badannya bergerak Ternyata gadis itu sudah menerjang ke arah Lu Leng.
Namun pemuda itu pun dengan tak kalah cepat melesat memapak serangan lawan, Maka sekejap saja keduanya telah saling menyerang sengit Sebelah tangan Han Giok Shia bergerak membentuk sebuah lingkaran, lalu dihentakkan-cepat ke depa ii.
Lu Leng sudah tahu akan kehebatan Thai Im Ciang, namun dia tampak tidak berkelit maupun balas menyerang, sengaja berlaku lamban, Namun tentu saja pemuda itu pasti sudah bersiap dan memperkokoh sepasang kakinya, berdiri setegar gunung.
Angin pukulan Thai Im Ciang cepat mengurung dirinya, Tampak badan Lu Leng bergetar hebat, tapi sepasang kakinya tetap terpaku di tempat Menyaksikan itu, Han Giok Shia jadi tercengang, tidak tahu Lu Leng mau berbuat apa.
Saat itulah mendadak jari telunjuk Lu Leng bergerak mengeluarkan jurus Sam Hoan Toh Goat (Tiga Lingkaran Mengelilingi Bulan), mengancam jalan darah Yang Ku, Yang M, dim Yang Kao Hiat di lengan si gadis.
Lu Leng memang sudah berhasil menguasai Kim Kong Sin Ci, musuh dalam jarak beberapa depa, akan terjangkau ilmunya.
Walau Lweekang Han Giok Shia seimbang dengan Lu Leng, namun jarak mereka begitu dekat Tiada kesempatan bagi gadis itu untuk berkelit.
Perlu diketahui, hanya ada dua macam ilmu yang dapat menandingi Thai Im Ciang, yaitu ilmu Pan Yok Sin Ciang dan Kim Kong Sin Ci, Begitu pula sebaliknya, hanya Thai Im Ciang yang dapat menandingi kedua ilmu tersebut.
Mendadak Han Giok Shia merasa lengannya berkesemutan, kemudian lemas dan terkulai tak berdaya.
Sifat keras hati gadis tetap tidak berubah.
Ketika merasa lengannya berkesemutan, bukannya mundur malah maju melancarkan serangan, Kali ini dia mengeluarkan jurus Giok Thou Yang Yok (Kelinci Giok Menyebarkan Obat), Thai Im Ciang berjumlah sembilan jurus, kesemuanya harus menggunakan tangan kiri, Karena jarak mereka begitu dekat, ketika Han Giok Shia menyerang, sudah terasa serangkum tenaga lunak mengarah bahu Lu Leng.
Walau Lu Leng sudah bersiap dari tadi, badannya tetap terdorong mundur satu langkah diterjang oleh angin pukulan itu.
Namun saat itu pula Lu Leng cepat mengeluarkan jurus ketiga untuk balas menyerang, yakni dengan menggunakan Cap Bin Li Cing (Menggali sepuluh Arah), Angin telunjuk bagaikan kilat, berhasil menotok jalan darah Im Ku Hiat di kaki Han Giok Shia.
Sesungguhnya kepandaian mereka seimbang, hanya saja bertarung di atas balok batu yang cukup tinggi itu, maka amat merugikan Han Giok Shia.
Setelah jalan darah Im Ku Hiat tertotok, seketika Han Giok Shia merasa kakinya lemas dan semutan, sehingga membuatnya tidak kuat berdiri Kalau di tanah datar, dia masih bisa meloncat mundur dengan sebelah kakinya, Akan tetapi, di atas balok batu, dia cuma bisa mundur satu dua langkah.
Namun mendadak gadis itu terpeleset.
Di saat Han Giok Shia mundur, Lu Leng mundur satu dua langkah, Ketika melihat gadis itu terpeleset, seketika hati Lu Leng tergerak.
Padahal kalau Han Giok Shia terpeleset jatuh, pasti mati, terlempar ke laut Namun entah apa sebabnya, dia justru tidak memperdulikan apapun, langsung melesat ke arah Han Giok Shia, Dengan cepat dijulurkan tangannya menarik gadis itu.
sebenarnya badan gadis itu sudah miring hampir jatuh, tapi Lu Leng menariknya dengan maksud agar gadis itu tidak terjatuh ke laut, Namun Han Giok Shia mengira Lu Leng ingin mencelakai nya, maka tanpa pikir lagi langsung mengayunkan tangannya, 1018 menyerang pemuda itu dengan jurus Pit Hai Cing Thian (Laut Membiru Langit Cerah).
Setelah melancarkan pukulan barulah Han Giok Shia tahu Lu Leng menarik dirinya agar tidak terjatuh Betapa terkejutnya gadis itu, sebab telah melancarkan pukulan sekuat tenaga, yang tidak mungkin ditarik kembali Terdengar suara jeritan keras Lu Leng.
Tangannya yang menarik diri Han Giok Shia jadi renggang dan badannya terjatuh ke bawah! sedangkan Han Giok Shia yang ditarik justru sudah berdiri di atas balok batu, seketika dia amat menyesal atas tindakannya, Cepat dia memandang ke bawah, tapi Lu Leng sudah tak tampak lagi, Hatinya sempat heran, bagaimana Lu Leng begitu cepat tenggelam? Han Giok Shia menghela nafas panjang, seketika itu rasa benci dan dendamnya pun sirna Namun saat kegelisahan dan rasa sesal itu melanda hatinya, tiba-tiba terlihat ada sepasang tangan sedang merambat-rambat pada balok batu, Melihat itu, Han Giok Shia girang bukan main.
Gadis itu langsung melongok ke bawah, Tampak badan Lu Leng bergantung di bawah balok batu, Ternyata ketika tubuhnya terkena pukulan Lu Leng cepat-cepat menghimpun hawa murni, dan sebelah tangannya menggapai pinggiran balok batu, dia berhasil menyambar balok sehingga tidak sampai jatuh ke laut.
Dia menyesal, kenapa tadi harus menyelamatkan Han-Giok Shia.
gadis itu begitu kejam dan tak berperasaan.
Semula Lu Leng merasa khawatir kalau gadis itu akan menyerangnya, Ternyata tidak, Bahkan saat mendengar 1019 seruan Han Giok Shia yang menunjukkan wajah penyesalan, barulah dia tahu kalau gadis itu tadi telah salah paham.
Setelah tahu itu, Lu Leng memaafkannya.
Kebetulan Han Giok Shia melongok ke bawah, empat mata beradu pandang, entah apa rasanya dalam hati masing-masing, Sesaat kemudian, barulah Han Giok Shia membuka mulut.
"Bocah busuk, kenapa kau menyelamatkan ku?"
"Gadis busuk, kenapa tak kau injak tanganku agar aku jatuh?"
Kalau Han Giok Shia mau, tentu tidak sulit menjatuhkan Lu Leng ke laut, Tetapi mendadak pinggiran kelopak matanya tampak memerah.
"Berdasarkan apa aku harus injak tanganmu agar jatuh ke laut? Tadi,., aku kira kau sudah terjatuh ke laut, hatiku... berduka sekali!"
"Gadis busuk, betulkah itu?"
Tukas Lu Leng dengan tersenyum sinis, Han Giok Shia melotot.
"Bocah busuk! Kau... kau masih memanggilku begitu? Cepat naik, jangan terus bergantung di situ, nanti masuk angin!"
"Kau tidak menyingkir bagaimana mungkin aku naik ke atas?"
Dalam percakapan mereka berdua tetap tidak saling mengalah, namun sudah tiada nada permusuhan lagi.
Maka mereka saling memandang lekat, bahkan desah nafas masing-masing pun terdengar jelas, Ada satu perasaan yang tak 1020 mampu mereka ungkapkan kecuali hanya dengan tatapan mata.
Setelah mendengar Lu Leng berkata begitu, tak tertahan Han Giok Shia tertawa, Bukan main manis-nya! Hal itu membuat Lu Leng terbelalak sedangkan Han Giok Shia segera menyingkir Menggunakan tenaga jari Lu Leng menekan pinggiran balok batu lalu badannya pun melayang ke atas dan mendarat di atas balok.
Lu Leng memandang Han Giok Shia sambil tertawa, Wajah gadis itu langsung memerah dan secepatnya berpaling ke tempat lain! -ooo0ooo- Bab 47 Saat itu pula dalam hati mereka tumbuh perasaan kasmaran, Meskipun mereka sebelumnya merupakan musuh besar yang saling membenci dan mendendam, kini tanpa diduga mengalami perubahan Masing-masing diserang asmara yang sulit untuk dibendung datangnya.
Walau sekarang sudah jadi sahabat, namun mereka tidak melupakan kekasih masing-masing.
Han Giok Shia merindukan Tam Ek Hui, sedangkan Lu Leng merindukan Tam Goat Hua.
Oleh karena itu, mereka berdua bertekad tidak berani menimbulkan cinta lain, agar tidak terjadi badai dalam lautan cinta.
"Nona Han, kita masih mau bertanding?"
Han Giok Shia menyahut sambil menundukkan kepala, 1021
"Kepandaianmu lebih tinggi, tidak perlu bertanding lagi."
Begitu mendengar ucapan itu, terharulah hati Lu Leng, Bagaimana adat dan sifat gadis itu, Lu Leng tahu jelas, Sulit bagi gadis itu tunduk di hadapan orang lain, kini dia justru mengaku seperti itu, Seketika Lu Leng merasa, pertarungan yang sudah-sudah itu sama sekali tidak berarti.
Dulu Han Giok Shia mengira ayahnya mati di tangan Lu Sin Kong, sedangkan Lu Leng menganggap Hwe Hong Sian Kouw, guru Han Giok Shia yang membinasakan ibunya, itulah sebabnya, mereka saling bermusuhan.
Walau dalam hati Lu Leng tahu, sebelum mati ibunya sudah terkena racun dari si Nabi Setan-Seng Ling, namun dia tetap menganggap Hwe Hong Sian Kouw sebagai pembunuh ibunya.
Lama sekali barulah Lu Leng membuka mulut.
"Nona Han, jangan berkata begitu, sesungguhnya aku tidak bisa dibandingkan denganmu!"
Han Giok Shia menatapnya, kemudian tersenyum.
"Kalau dini tempo hari kau sudi mengucapkan demikian, bagaimana mungkin nyawamu nyaris melayang?"
Lu Leng berpikir sejenak, akhirnya dia merasa geli.
"Kini kuucapkan, rasanya belum terlambat!"
Han Giok Shia menghela nafas panjang.
"Kalau tidak diucapkan sekarang, pasti akan terlambat!"
Kini Lu Leng sudah tahu, Han Giok Shia sama sekali tidak memusuhinya.
"Nona Han, mari kita turun. Oh ya, bagaimana kalau ke Hek Ciok Sian Hu melihat-lihat?"
"Kenapa kau tidak mau ke Pian Liong Ciok Hu duduk-duduk?"
Mendengar itu, hati Lu Leng tergerak.
"Nona Han, ternyata kepandaianmu itu diperoleh dari salah satu Thian Ho Si Lo, Pian Liong Sian Po, kan?"
Han Giok Shia manggut-manggut. Tidak salah! Aku memperoleh ilmu Thai Im Ciang peninggalan Pian Liong Sian Po dan Cit Sek Ling Che."
Dari semula Lu Leng sudah mencurigai Lweekang Han Giok Shia, ternyata dia makan Cit Sek Ling Che (Semacam Buah Langka Yang Ajaib), pantas Lweekangnya bertambah tinggi.
"Bagaimana kau?"
"Kepandaianku adalah peninggalan dari Thian Sun Sianjin."
Han Giok Shia manggut-manggut.
"Oooh! Kalau begitu, beliau berdua sudah pernah kemari."
Lu Leng mengangguk "Tidak salah, Mereka berdua memang pernah kemari, lihatlah bekas-bekas tapak kaki di balok batu ini, pasti tidak cuma bertarung satu kali."
Han Giok Shia tampak seperti tersadar akan suatu hal.
"Aku tahu, mereka berdua yang satu berhasil melatih ilmu Kim Kong Sin Ci, yang satu lagi berhasil melatih ilmu Thai Im Ciang. Namun mereka mati bersama!"
Lu Leng manggut-manggut, kemudian memandang ke bawah.
Kedua tokoh tua itu telah berhasil melatih ilmu Kim Kong Sin Ci dan ilmu Thai Im Ciang, namun tidak mau saling mengalah, akhirnya justru mati bersama.
Teringat akan kejadian tadi, bukankah mereka berdua juga nyaris mati bersama, seketika hati Lu Leng terasa dingin sekali "Masih belum mau pergi?"
Lu Leng tertawa.
"Aku sedang berpikir, tentang kedua Cianpwee itu, Kenapa tidak terbuka pikiran mereka?"
Han Giok Shia langsung melotot "Masih membicarakan orang, Dua tahun lalu jelas kau bukan lawanku, kenapa masih mati-matian melawanku?"
Bahu Lu Leng terangkat sedikit sambil tersenyum, mereka berdua lalu turun dari balok batu itu.
Lu Leng terus mengikuti Han Giok Shia, Tak seberapa lama kemudian mereka sudah sampai di depan sebuah goa.
Han Giok Shia mengajaknya masuk ke dalam.
Di depan sebuah ruang batu terdapat tulisan yang diukir "Pian Liong Ciok Hu"
Setelah berada di dalam ruang batu itu, Han Giok Shia menceritakan tentang apa yang dialaminya.
Ternyata ketika perahu besar itu menabrak batu karang, Han Giok Shia juga terhempas ke batu karang yang lain dalam keadaan pingsan, Setelah siuman gadis itu menganggap Lu Leng mati di dasar laut.
Hari itu dia menemukan goa Pian Liong Ciok Hu.
sekaligus peninggalan-peninggalan Pian Liong Sian Po, seperti Cit Sek Ling Che yang telah dimakannya, dan sebuah kitab kecil berisi ilmu Thai Im Ciang.
Sejak hari itu dia mulai mempelajarinya.
Dua tahun kemudian berhasil menguasai ilmu yang ada di dalam kitab kecil itu.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Di dalam ruang batu juga terdapat pakaian Pian Liong Sian Po, karena tiada pakaian lain, maka dipakainya pakaian itu.
Dia tidak menduga sama sekali, kalau batu karang yang lain terdapat orang lain, Ketika Lu Leng mengeluarkan suara siulan, dia keluar, sehingga berjumpa pemuda itu.
Seusai Han Giok Shia giliran Lu Leng bercerita juga tentang apa yang dialaminya, Ketika mendengar masih ada pusaka ketiga, sepasang bo!a mata Han Giok Shia berputar-putar.
"Saudara Lu, pusaka 1025 yang satu itu, mungkin berada pada Thian Sun Sianjin, sedangkan Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po sama-sama terjatuh ke dalam laut di bawah balok batu itu, Bagaimana kita coba mencari di sana?"
Lu Leng manggut-manggut "Baik!"
Mereka berdua lalu menuju ke sana. Sampai di pinggir laut, wajah Lu Leng langsung memerah.
"Nona Han, aku cuma memiliki pakaian rumput ini, kalau basah tiada pakaian lagi untuk ganti."
Han Giok Shia menyahut sambil tersenyum.
"Jangan khawatir, di dalam Pian Liong Ciok Hu masih terdapat pakaian lain, kau bisa memakainya."
Mereka segera turun ke laut dan sama-sama menyelam, Dalamnya kira-kira sepuluh kaki, di dasarnya memang terdapat dua buah tengkorak.
Entah sudah berapa lama kedua sosok tengkorak itu berada di dasar laut, Kedua tengkorak itu tentu Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po, Dugaan mereka berdua memang tidak meleset, Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po mati bersama, Mereka terjatuh ke bawah pasti dalam keadaan terluka parah.
Peristiwa Burung Kenari Karya Gu Long Pendekar Pengejar Nyawa -- Khu Lung Dua Musuh Turunan Karya Liang Ie Shen