Harpa Iblis Jari Sakti 18
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 18
Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung
Orangtua itu menjulurkan tangannya, pertahankan menepuk bahu Tam Goat Hua dua kali "Nona Kecil, kalau begitu kau tidak boleh mati, Kau harus tahu hidup di dunia tidak cuma kau seorang, Walau nyawamu milikmu, kau tidak berhak menghabisinya."
Tertegun Tam Goat Hua mendengar itu. Kemudian dia memejamkan mata, seketika muncul begitu banyak bayangan orang di benaknya. Ayah, kakak, Tong Hong Pek, juga bayangan Lu Leng. Akhirnya dia menghela nafas panjang. Orangtua itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Gadis Kecil, kau sudah mengerti?"
Tam Goat Hua menggeleng kepala.
"Kakek Tua. Meski aku terus berpikir, belum tentu akan mengerti!"
Orangtua itu masih tertawa.
"Kalau begitu, jangan berhenti berpikir! Suatu saat kau pasti mengerti! Yang kau makan tadi adalah obat Kiu Coan Tay Hoan Tan. Aku berani mengatakan di kolong langit hanya tinggal sebutir itu!"
Begitu dengar obat Kiu Coan Tay Hoan Tan, Tam Goat Hua tahu dia tidak akan mati, Karena obat tersebut merupakan obat nomor satu dalam rimba persilatan Ketika membuat obat tersebut, pembuatnya hanya menghasilkan sembilan butir.
Sisa bahannya dibuat jadi obat Kiu Coan Siau Hoan Tan! jangan kata Kiu Coan Tay Hoan Tan, Kiu Coan Siau Hoan Tan pun sulit diperoleh.
Telah diceritakan di atas, ketika Lu Sin Kong dan Sebun It Nio terkena pukulan Im Si Ciang, sampai di rumah si Pecut Emas-Han Sun, Han Sun memberikan mereka dua butir obat Kiu Coan Siau Hoan Tan, yang membuat Lu Sin Kong dan Sebun It Nio terbelalak kaget! Tam Goat Hua juga tahu khasiat obat Kiu Coan Siau Hoan Tan, Setelah makan obat itu, dia pasti pulih dan Lweekangnya akan bertambah pesat.
Namun gadis itu sama sekali tidak merasa gembira.
wajahnya masih tampak murung, Karena me-rasa, meskipun dirinya hidup tetap tak ada artinya, Karena itu, dia tertawa getir.
"Kakek Tua, sungguh kau menyia-nyiakan obat Kiu Coan Siau Hoan Tan ini!"
Orangtua itu tercenung lagi, sepasang matanya menyorot tajam ke wajah Tam Goat Hua.
"Gadis Kecil, kalau urusan yang mengganjal dalam hati amat menyusahkan, kau boleh pergi ke suatu tempat yang sepi untuk hidup menyendiri Sepuluh dua puluh tahun atau tiga puluh tahun kemudian, kau pasti akan menyadari. Tindakanmu ini hal yang amat bodoh! Kalau kau mati sekarang, bukankah kau tidak akan menyadari hal tersebut?"
"Kakek Tua, apakah karena ini, kau hidup menyendiri di sini?"
Sepasang mata orangtua itu menyorot tajam lagi.
"Omong kosong! Aku hidup di sini karena ada sebab lain!"
Tam Goat Hua berpikir Teringat akan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua ibunya, pernah membawanya ke sebuah goa, Di sana ibunya banyak bercerita, mengenai kakeknya yang tinggal di sebuah lembah.
Bahwa kelak dirinya akan dibawa ke tempat kakeknya itu.
Tanpa ibunya, tak pernah ada orang lain bisa ke sana.
Teringat akan itu, Tam Goat Hua menganggap perkataan orangtua ini memang masuk akal.
"Kakek Tua, aku yakin Kakek Tua adalah orang aneh dalam rimba persilatan! Entah apa sebenarnya sebutan Kakek Tua!"
Orangtua itu tertawa.
"Ha ha! Beritahukan dulu siapa kau sebenar nya?!"
"Namaku Tam Goat Hua, Ayahku Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan ibuku Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua!"
Orangtua itu manggut-manggut.
"Aku pernah mendengar tentang mereka berdua, Ayahmu Cit Sat Sin Kun cukup lumayan!"
Padahal Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memiliki ilmu pukulan Cit Sat Sin Ciang yang sangat tersohor di rimba persilatan Orangtua itu hanya mengatakan cukup lumayan.
Kedengarannya menganggap remeh akan ilmu pukulan tersebut "Sudah lama aku tinggal di sini, tidak mencampuri urusan luar lagi Terserah, setelah aku jelaskan ini, kau mau memilih atau tidak tinggal di sini, Yang penting, kau jangan mengganggu ketenanganku di sini!"
Tam Goat Hua mengangguk "Kalau begitu, bolehkah aku tahu siapa Kakek Tua?"
Orangtua itu tampak berpikir sejenak.
"Kau pernah dengar nama Beng Tu Lojin?"
Begitu mendengar nama tersebut, Tam Goat Hua terkejut bukan main.
Beng Tu Lojin adalah ketua Go Bi Pai generasi dulu, juga guru Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Sui Cing Siansu, Ang Eng Leng Long yang telah binasa, Lu Sin Kong dan lainnya, Kepandaian Beng Tu Lojin amat tinggi, boleh dikatakan tiada duanya dalam rimba persilatan Namun beliau sudah lama meninggal.
Kini orangtua itu mengaku sebagai Beng Tu Lojin Benarkah dia Beng Tu Lojin ketua Go Bi Pai.
Namun bagaimana orang yang sudah mati bisa hidup kembali? Ketika Tam Goat Hua termangu-mangu, orangtua itu berkata lagi.
"Jangan salah paham, aku hanya bertanya pada-mu, pernahkah kau dengar nama Beng Tu Lojin?"
Tam Goat Hua mengangguk.
"Pernah!"
"Kalau begitu, pernahkah kau dengar nama dua orang lagi, yaitu Tiang Pek San Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po dari daerah Miau?"
Tam Goat Hua langsung menyahut.
"Pernah!"
Usai menyahut hati Tam Goat Hua tergetar, ada rasa tak sabar, maka tanpa sadar segera melanjutkan.
"Kakek Tua, yang Kakek Tua tanyakan itu adalah Thian Ho Si Lo. Apakah Kakek Tua adalah...."
Mendengar pertanyaan Tam Goat Hua yang belum selesai, orangtua itu manggut-manggut.
"Tidak salah, aku adalah salah satu Thian Ho Si Lo, Thiat Ye Tocu Tiat Sin Ong!"
Ketika orangtua itu menyebut namanya, Tam Goat Hua sudah tidak merasa kaget lagi, Sebab, orangtua ini memang memiliki Ginkang yang amat tinggi Yang membuatnya merasa heran, yakni kenapa orangtua itu sudah sekian lama tinggal di tempat ini? Karena setelah Beng Tu Lojin meninggal, tiga tahun kemudian Tong Hong Pek diusir dari pintu perguruan.
Tong Hong Pek pergi ke gunung salju mencari Soat Hun Cu.
Dua puluh tahun kemudian baru muncul dalam rimba persilatan lagi.
Ketika Beng Tu Lojin meninggal, Pian Liong Sian Po, Thian Sun Sianjin dan Tiat Sin Ong masih pergi melawat, Namun sejak itu, mereka bertiga menghilang entah ke mana, tiada jejak mereka sama sekali.
Hal inilah yang kemudian menjadi suatu teka-teki dalam rimba persilatan.
Karena Thian Sun Sianjin tidak pulang ke gunung Tiang Pek San, Pian Liong Sian Po juga tidak kembali ke daerah Miau, Begitu pula Tiat Sin Ong, tidak pulang ke pulau Tiat Ye To.
Ketiga tokoh ini lenyap begitu saja bagai ditelan bumi.
Hingga beberapa hari lalu, Tam Goat Hua baru tahu tentang Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po dari Lu Leng 1454 dan Han Giok Shia, Kenapa kedua orang itu berada di pulau Hek Ciok To, memang menjadi sebuah teka-teki pula.
Kini dia bertemu Tiat Sin Ong di gunung Go Bi San, tokoh yang pernah dianggap musnah dari muka bumi ini.
Bukankah ini suatu yang sangat mengherankan? Terdengar suara tawa Tiat Sin Ong.
"Gadis kecil, kau pasti merasa heran, kenapa aku bisa berada di tempat ini?"
Tam Goat Hua manggut-manggut "Ya! Karena Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po...."
"Kenapa mereka berdua?"
Tiat Sin Ong menatap gadis itu.
"Lebih baik kau tidak usah memberitahukan!"
Ujarnya kemudian.
"Kuberitahukan juga tidak apa-apa! Belum lama ini ada orang menemukan mereka berdua, Karena bertarung akhirnya binasa di sebuah pulau!"
Tiat Sin Ong terbelalak.
"Kalau begitu, kini hanya tertinggal aku yang belum juga mampus!"
Ucapannya itu amat sederhana, namun mengandung kedukaan.
"Mengenai hilangnya Cianpwee bertiga dalam rimba persilatan merupakan suatu teka-teki. Entah bagaimana Kakek Tua bisa tinggal di dalam gunung Go Bi San ini?"
Tiat Sin Ong menyahut.
"Memangnya aku ingin tinggal di sini? Belasan tahun lalu terpaksa, beberapa tahun belakangan baru merasa tidak mau meninggalkan tempat ini. Maka aku tetap tinggal di sini!"
Tam Goat Hua tercengang. Berdasarkan kepandaian yang dimiliki Tiat Sin Ong, siapa yang bisa melarangnya meninggalkan tempat ini? Sebelum Tam Goat Hua bertanya, Tiat Sin Ong sudah berkata.
"Gadis Kecil, kau melihat ketiga batu besar itu?"
Tam Goat Hua mengangguk.
"Baik! Aku akan bercerita sejelas-jelasnya, maukah kau mendengarnya?"
Tam Goat Hua amat tertarik. Dia mengangguk Rasa duka dalam hatinya mulai sirna dengan sendirinya.
"Kakek Tua, tuturkanlah! Aku ingin sekali mendengarnya?"
Tiat Sin Ong menghela nafas panjang.
"Padahal sesungguhnya, hanya karena nama, Kalau dipikir kembali, itu amat menggelikan!"
Tam Goat Hua juga ikut menghela nafas panjang.
"Memang betul apa yang dikatakan Kakek Tua!"
Tiat Sin Ong tertawa dan berkata.
"Gadis Kecil, usiamu masih muda. Kau tahu apa?"
Berkata sampai di situ, Tiat Sin Ong menghela nafas panjang lagi seraya melanjutkan "Ketika itu, aku, Thian Sun Sianjin, Pian Liong Sian Po dan Beng Tu Lojin disebut Thian Hu Si Lo (Empat Tokoh Tua Sungai Langit)! Walau kepandaian yang kami miliki berbeda, namun tiada seorang pun dapat menandingi kami berempat Kami berempat memang tidak pernah bertanding secara terbuka, * namun masing-masing masih memiliki hati yang ingin menang, Maka secara diam-diam kami pun bertanding, kami mengakui kepandaian Beng Tu Lojin paling tinggi di antara kami berempat...
Bagian 32 Berkata sampai di situ, Tiat Sin Ong kelihatan seperti mengenang akan kejadian masa lampau, wajahnya tampak tersenyum tapi juga seperti meringis.
"Siapa tahu Beng Tu Lojin yang berkepandaian paling tinggi itu, justru meninggal duluan, Kami bertiga pergi melawat..."
Ujar orangtua itu melanjutkan.
Perlahan-lahan Tiat Sin Ong mendongakkan kepala memandang ke langit, seakan sedang membayangkan kejadian masa lampau itu.
Ketika Beng Tu Lojin meninggal, banyak kaum rimba persilatan datang melawat, pergaulan Beng Tu Lojin memang 1457 luas, Namun waktu itu golongan hitam muncul mencari urusan.
Ketika itu, Tiat Sin Ong, Thian Sun sianjin dan Pian Liong Sian Po juga datang melawat, Namun sudah terlambat dua bulan, Tempat tinggal mereka amat jauh, sehingga lama menerima berita duka itu.
Wajar jika kedatangan mereka jadi terlambat dua bulan, sedangkan jenazah Beng Tu Lojin justru dicuri Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.
Mereka bertiga cuma memberi hormat di hadapan meja sembahyangan dan berpamit.
Setelah meninggalkan Go Bi mereka bertiga ingin pulang ke tempatnya masing-masing.
Akan tetapi, ketika mereka memasuki Cin Yua Ling, muncul tiba-tiba seekor rusa berbintik-bintik tak jauh dari mereka.
Karena mereka bertiga berkepandaian amat tinggi, gerakgerik mereka tidak menimbulkan suara, namun rusa berbintik-bintik itu merasakannya.
Jarak mereka bertiga dengan rusa berbintik-bintik itu berada belasan depa, namun telinga rusa itu sudah bergerak-gerak dan menoleh kearah tiga orang itu.
Pian Liong Sianpo memandang sekejap, kemudian berkata kepada Thian su sianjin dan Tiat Sin Ong dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara.
"Kini Beng Tu Lojin sudah meninggal, Peng Hu Si lo tinggal tiga orang, kelihatannya kita bertiga harus tahu siapa yang lebih unggul. Adat Thian Su sianjin paling keras, begitu mendengar Pian Liong Sian Po berkata begitu, langsung menyahut dengan ilmu menyampaikan suara pula.
"Benar. Tapi bagaimana caranya?"
Pian Liong Sian Po menunjuk rusa berbintik-bintik itu seraya berkata.
"Kita bertiga menggunakan ginkang mengejar rusa itu dan siapa yang berhasil mengejarnya dan mengambil tanduknya, dialah yang paling unggul, bagaimana menurut kalian berdua?"
Saat Pian Liong Sian Po menunjuk, rusa berbintik-bintik itu lari bagaikan kilat.
Bersamaan itu mereka bertigapun bersiul panjang, sambil mengerahkan Ginkang mengejar rusa tersebut.
Rusa berbintik-bintik itu ketika melihat ada orang mengejarnya, segera mempercepat larinya.
Terjadi kejar-kejaran ketiga tokoh sakti itu terhadap rusa tersebut.
Tak terasa sudah sejauh dua-tiga puluh lie, namun mereka bertiga tidak ada yang lebih cepat atau lambat! Tak seberapa lama kemudian, sampai disebuah lembah.
Jarak mereka dengan rusa berbintik-bintik hanya dua-tiga depa saja.
Mendadak Pian Liong Sian po tertawa aneh sambil menjulurkan tangannya, ternyata dia ingin mencengkeram tanduk rusa tersebut.
Rusa berbintik-bintik itu memang sudah lelah sekali, begitu terkena angin cengkeraman, langsung jatuh berguling-guling.
Dan saat itu pula terdengar pula suara berdesir keras, ternyata Thian Su Sianjin dan Tiat Sin Ong sudah melesat ke arah rusa tersebut.
Pian Liong Sian Po juga tidak mau ketinggalan, melesat ke arah rusa tersebut, namun terlambat selangkah, sehingga membuatnya berteriak sengit "Kalian berdua mau main curang, ya?"
Usai berteriak, Pian Liong Sian Po melancarkan pukulan ke arah mereka berdua dengan mengerahkan ilmu pukulan Thai Im Ciang yang sangat dahsyat.
Pian Liong Sian Po juga mengeluarkan jurus Sio Ngo Peng Goat (Bidadari Mengejar Bulan) dan jurus Giok Thou Yang Yok (Kelinci Giok Menaburkan Ooat), bahkan menggunakan tenaga dalam sepenuhnya.
Thian Sun Sianjin dan Tiat Sin Ong sudah berada di sisi rasa itu, namun pukulan yang dilancarkan Pian Liong Sian Po sudah sampai ke arah mereka pula, Kedua orang itu tahu akan kehebatan ilmu pukulan Thai Im Ciang, maka segera membalikkan badan sekaligus melancarkan pukulan.
Ketika Pian Liong Sian Po melihat mereka berdua membalikkan badan, bahkan melancarkan pukulan, membuatnya jadi terkejut.
Berdasarkan kepandaian hanya akan bertanding seimbang dengan salah seorang di antara mereka berdua, Namun kalau harus menangkis pukulan mereka berdua, sudah pasti dirinya 1460 akan celaka, Karena itu, Pian Liong Sian Po cepat-cepat mencelat ke belakang.
Namun tenaga pukulannya telah dilancarkan begitu pula pukulan Thian Sun Sianjin dan Tiat Sin Ong, sehingga tenaga pukulan mereka beradu, menimbulkan suara yang memekakkan telinga.
Bahkan kekuatan tenaga sakti yang saling beradu itu sangat menggetarkan Dedaunan dan ranting pepohonan di sekitar tempat itu pun rontok.
Sementara rasa berbintik-bintik yang tadi tergeletak di tanah, ternyata belum mati, Namun akibat tersambar oleh angin pukulan tadi badannya melayang membentur dinding tebing, akhirnya mati seketika! Dan kematian binatang itu menandakan akhir pertandingan mereka.
Pian Liong Sian Po teringat akan kejadian tadi.
Hatinya jadi gusar sekali.
"Hm! Ginkang kalian berdua cukup lumayan ya!"
Ucapan Pian Liong Sian Po bernada sindiran sehingga wajah Thian Sun Sianjin langsung berubah.
"Kau tidak tunduk?"
Sahutnya sinis.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perlu diketahui, walau Thian Sun Sianjin berkepandaian amat tinggi, namun sifatnya agak berangasan dan cepat naik darah, kaum rimba persilatan mengetahui itu.
Tiat Sin Ong melihat kedua kawannya jadi bentrok, Kalau terjadi pertandingan mungkin sampai ribuan jurus pun akan 1461 tetap berimbang, Kemungkinan besar akhirnya akan sama-sama terluka parah.
Karenanya Tiat Sin Ong berkata.
"Sudahlah! Kalian berdua tidak perlu bertengkar!"
Pian Liong Sian Po tetap marah-marah, dia menuding Thian Sun Sianjin.
"Thian Sin Sianjin, kudengar kau belum lama ini terus menerus berlatih Kim Kong Sin Cin, bagaimana kalau aku mohon petunjuk?"
Dengan halus dia mulai menantang. Thian Sun Sianjin tertawa gelak.
"Ha ha ha , Pian Liong Sian Po lebih baik kau jangan mohon petunjuk?"
Mata Pian Liong Sian Po mendelik.
"Mengapa ?"
Thian Sun Sianjin menyahut dengan dingin.
"Kim Kong Sin Ci merupakan ilmu yang menandingi ilmu pukulan Thai Im Ciang mu itu ! Maka bagaimana begitu gampang memberi petunjuk ?"
Pian Liong Sian Po memang berhati sombong dan egois. Kalau tadi dia tidak mengusulkan mengejar rusa berbintik-bintik itu, tentunya tidak akan terjadi pertikaian ini. Mendengar ucapan itu,. Wajah Pian Liong Sian Po langsung berubah gusar.
"Benarkah begitu? Aku nenek tua yang tidak takut mati!"
Tiat Sin Ong yang berdiri di situ, melihat pertengkaran mereka berdua semakin jadi.
Kalau terjadi pertarungan, mereka berdua pasti sama-sama celaka.
Ketika dia hendak menasehati, mendadak melihat tiga buah batu besar tidak jauh dari tempat mereka bertiga.
Begitu melihat batu-batu itu, timbullah suatu ide dalam hatinya, Langsung bersiul panjang menarik perhatian Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po.
"Kalian berdua! Kita bertiga kalau ingin tahu siapa yang lebih unggul, tidak perlu berantam! Aku punya suatu usul yang amat tepat!"
Pian Liong Sian Po bertanya dengan dingin.
"Apa usulmu?"
Tiat Sin Ong menunjuk ke arah tiga buah batu besar itu.
"Di sana terdapat tiga buah batu, Kita bertiga duduk bersandar pada batu-batu itu, Sebulan kemudian, bekas punggung siapa yang paling dalam, tentunya tahu siapa yang unggul! Bagaimana menurut kalian berdua?"
Usul tersebut membuat Pian Liong Sian Po dan Thian Sun Sianjin tertegun, karena harus mengerahkan Lweekang pada punggung, agar membekas di batu, itu sungguh tidak gampang! Lagipula mengadu kepandaian dengan cara begitu, belum pernah terjadi dalam rimba persilatan.
Tiat Sin Ong yang mengusulkan begitu pun sebenarnya tidak tahu apakah dirinya sanggup atau tidak berbuat demi kian.
Namun kalau dia tidak mengusulkan itu, Thian Sun 1463 Sianjin dan Pian Liong Sian Po pasti bertarung, Maka ada penyesalan juga dalam hatinya.
"Thian Sun Sianjin, kau berani?"
Tanya Pian Liong Sian Po setelah ketiganya sama-sama terdiam beberapa saat lamanya. Thian Sun Sianjin tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Kenapa tidak?"
Thian Sun Sianjin segera menghampiri salah sebuah batu besar itu, lalu duduk bersila bersandar.
Begitu pula Tiat Sin Ong dan Pian Liong Sian Po, mereka berdua pun duduk bersila bersandar pada batu yang lain.
Itu adalah kejadian belasan tahun lampau.
semula Tiat Sin Ong hanya mengusulkan satu bulan duduk bersandar di batu, Akan tetapi, sebulan kemudian mereka bertiga melihat masih tiada bekas punggung di batu.
Karena itu mereka bertiga melanjutkan lagi.
sebulan lewat sebulan setahun lewat setahun maka kaum rimba persilatan menganggap mereka bertiga menghilang begitu saja, Bertahun-tahun itu mereka tak pernah muncul lagi di rimba persilatan Tak seorang pun yang tahu bahwa mereka bertiga berada di tengah-tengah gunung Go Bi, sedang mengadu Lweekang dengan cara aneh itu.
Tiga tahun kemudian barulah ada bekas di batu, Akan tetapi, bekas punggung itu sama dalamnya, Mereka bertiga terpaksa melanjutkan lagi.
Tujuh tahun kemudian Malam itu kebetulan bulan purnama, Pian liong Sian Po bangkit berdiri, kemudian menunjuk batu itu seraya berkata.
"Thian Sun Sianjin, kita melanjutkan lagi!"
Padahal waktu itu, bekas punggung di batu sudah cukup dalam Karena Pian liong Sian Po menantang, Thian Sun Sianjin pun mengiyakan Setelah itu dia bangkit berdiri Tiat Sin Ong melirik batu di belakang, ternyata lebih dalam dibandingkan dengan mereka berdua, Diam-diam dia merasa gembira karena lebih unggul dari yang lain seketika Tiat Sin Ong tertawa gelak, Namun rupanya karena rasa gembira dia lupa dalam tujuh tahun ini, terus menerus mengerahkan Lweekang, Maka saat tertawa gelak dia lupa menarik kembali Lweekangnya! Di saat dia baru mau bangkit berdiri, mendadak sekujur badannya terasa seperti tergetar oleh sesuatu, kemudian jadi kesemutan Ternyata dia telah tersesat, sekujur badannya tak dapat bergerak lagi.
Betapa gugup dan paniknya Tiat Sin Ong, namun itu telah terjadi, sudah tidak bisa apa-apa! Thian Sun Sianjin dan Pian liong Sian Po terkejut menyaksikan apa yang dialami Tiat Sin Ong akhirnya "Tiat Sin Ong, kenapa kau?"
Tanya mereka yang keheranan Sesungguhnya Tiat Sin Ong masih bisa menyuruh mereka menggeserkan badannya, melihat bekas punggungnya di batu, Akan tetapi, ketika tahu dirinya telah tersesat, maka hatinya 1465 jadi tawar.
Walau tahu Lweekangnya lebih tinggi dari mereka, namun dia tidak ingin memberitahukan.
Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po saling memandang dengan mulut tertutup.
Tiat Sin Ong menatap mereka lalu berkata.
"Kalian berdua pergilah! Aku masih punya dua ekor monyet melayaniku, tidak akan mati kelaparan di sini, Kalau kelak aku sudah bisa pulih seperti sedia kala, kita masih bisa berjumpa kembali."
Kedua monyet itu memang setia membantu mereka bertiga.
Dahulu ketika tahun-tahun pertama pertandingan adu Lweekang ini, mereka telah terlebih dulu menundukkan monyet, untuk diperintah agar melayani mereka dengan mencari buah-buahan di hutan sekitar tempat itu, Sedangkan Thian Sun Sianjin dan Pian Uong Sian Po tidak menyangka akan kejadian itu menimpa diri Tiat Sin Ong, mereka berdua masih menemaninya beberapa hari, setelah itu barulah mereka berdua meninggalkan lembah itu.
Sepuluh tahun kemudian, barulah Tiat Sin Ong berhasil memulihkan keadaan dirinya dengan hawa murninya.
Padahal dia masih ingin meninggalkan lembah itu, pergi mencari Thian Sun Sianjin dan Pian liong Sian Po untuk mengadu kepandaian Namun setelah sekian tahun hidup seorang diri di dalam lembah itu, maka hatinya sudah tawar terhadap segala macam urusan dunia.
Oleh karena itu, dia tetap tinggal di sini ditemani kedua ekor monyet yang amat setia itu, Mengenai urusan di luar, dia tidak tahu sama sekali.
Bagaimana keadaan Thian Sun Sianjin dan Pian Uong Sian Po setelah meninggalkan lembah itu, dia pun tidak tahu.
Tiat Sin Ong memandang Tam Goat Hua.
Dia telah usai menutur tentang semua kejadian tersebut kemudian tertawa gelak seraya berkata.
"Gadis kecil, menurutmu apakah itu menggelikan?"
Padahal Thian Sun Sianjin, Pian Liong Sian Po dan Tiat Sin Ong merupakan tiga tokoh tua dalam rimba persilatan bahkan amat terkenal dan berkepandaian amat tinggi pula, Akan tetapi, mereka bertiga justru tidak terluput dari "Nama", akhirnya menjadi seperti itu.
Tiat Sin Ong dan Tam Goat Hua saling memandang.
Kemudian hati Tam Goat Hua tergerak "Kakek Tua, kini kepandaian Kakek Tua pasti tiada duanya di kolong langit Ya, kan?"
Katanya, Tiat Sin Ong tertawa.
"Jangan membicarakan ini."
"Kakek Tua, kini dalam rimba persilatan telah timbul malapetaka...."
Ketika Tam Goat Hua berkata sampai di situ, mendadak Tiat Sin Ong menjulurkan tangannya menotok jalan darah gagu gadis itu.
Maka, kalau bibir gadis itu tetap bergerak, namun tidak bisa mengeluarkan suara.
Tam Goat Hua terperanjat dan langsung bangkit berdiri dengan kening berkerut-kerut.
"Ha ha! Gadis kecil, legakanlah hatimu! Bagaimana mungkin aku mencelakaimu? Hanya saja aku telah membulatkan hati, tidak mau tahu dan tidak mau mencampuri urusan rimba persilatan lagi. Kelihatannya kau ingin menceritakan suatu kejadian dalam rimba persilatan maka aku segera menotok jalan darah gagumu itu. Tiga hari kemudian, akan terbuka sendiri Kau tidak boleh memberitahukan kepada siapa pun tentang diriku berada di sini."
Kata Tiat Sin Ong.
Memang tidak salah, Tam Goat Hua bermaksud menceritakan tentang Liok Ci Khim Mo yang malang melintang dalam rimba persilatan.
Namun belum juga dia menceritakan Tiat Sin Ong telah menotok jalan darah gagunya, sehingga membuatnya tidak bisa bicara.
Tam Goat Hua menghela nafas panjang dalam hati, Tiat Sin Ong telah membulatkan hatinya, tidak mau mencampuri urusan rimba persilatan lagi.
Maka, kalaupun diceritakan juga tiada gunanya.
"Gadis kecil, tadi kau mau mati tidak mau hidup, sekarang pikiranmu sudah terbuka?"
Kata Tiat Sin Ong, 1468 Tam Goat Hua mendongakkan kepala memandang langit Dia tertegun tapi tak mengeluarkan suara, Hatinya terasa sudah beku.
Entah berapa banyak kaum rimba persilatan tersiksa dan menderita karena Pat Liong Thian Im, namun tiada seorang pun lebih tersiksa dan menderita dari Tam Goat Hua.
Tiat Sin Ong tertawa.
"sebetulnya kau merupakan gadis yang tabah, tapi kenapa jadi mau mati? Kini kau telah makan obat Kiu Coan Tay Hoan Tan, otomatis Lweekangmu bertambah. Dua hari kemudian, aku akan mengajarmu beberapa jurus ilmu silat, yaitu jurus-jurus andalanku. jangan memandang remeh lho!"
Padahal hati Tam Goat Hua telah beku, namun semua perkataan Tiat Sin Ong amat menyentuh hatinya, Dari pada mati dicela, lebih baik mati meninggalkan nama, Tiat Sin Ong akan mengajarnya beberapa jurus ilmu silat, itu merupakan kesempatannya untuk melawan Liok Ci Khim Mo.
Oleh karena itu, dia segera menjatuhkan diri berlutut di hadapan Tiat Sin Ong.
Tiat Sin Ong mengibaskan lengan bajunya, maka seketika Tam Goat Hua tertahan tak bisa berlutut Tiat Sin Ong tertawa.
"Ha ha ha! Tidak perlu memberi hormat karena kau bukan muridku, Namun kelak kalau bertemu para murid pulau Tiat Ye To, janganlah kau turun tangan berat terhadap mereka."
Tam Goat Hua mengangguk.
Sesungguhnya gadis itu sudah berkepandaian tinggi.
Kini dia makan obat Kiu Coan Tay Hoan Tan, maka Lweekangnya bertambah tinggi pula.
Akan tetapi ketika Tiat Sin Ong mengibaskan lengan bajunya, Tara Goat Hua merasa ada serangkum tenaga lunak menahan dirinya.
Dia memaksa diri untuk berlutut, tapi sia-sia.
Betapa terkejut gadis itu.
Dia baru sadar bahwa Tiat Sin Ong betul-betul berkepandaian amat tinggi.
Tiat Sin Ong tersenyum.
"Baik, Ketiga jurus ilmu silatku itu bukan ilmu pedang juga bukan ilmu pukulan, Tapi dengan tangan kosong atau bersenjata tetap boleh menggunakan ketiga jurus ilmu silat itu. Ketiga jurus itu amat aneh, lihay dan dahsyat. Pihak lawan pasti kebingungan menghadapi salah satu jurus saja."
Berkata sampai di situ, Tiat Sin Ong berhenti sejenak, kemudian melanjutkan dengan wajah serius.
"Ketiga jurus itu adalah Thian Lo Te Bong (Perangkap Di Langit jebakan Di Bumi), Pao Lo Ban Siang (Segala-galanya Pasti Ada) dan jurus Chai Cu Sih Mi (Menutup Biji Sawi), Bukan aku omong besar, kalau kau sudah mulai belajar ketiga jurus ilmu silat itu, kau akan tahu kedahsyatannya."
Tam Goat Hua tidak bisa bicara, hanya manggut-manggut saja.
Tiat Sin Ong mulai memberitahukan perubahan-perubahan ketiga jurus ilmu silat berikut teorinya.
Tam Goat Hua memang cerdas.
Hanya sekali mendengar dia sudah mengerti Kemudian Tiat Sin Ong memperagakan 1470 ketiga jurus ilmu silat tersebut"
Tam Goat Hua memperhatikan dengan cermat sekali Akan tetapi justru membuat pandangannya menjadi kabur setelah Tiat Sin Ong mengulang hingga tujuh kali barulah Tam Goat Hua dapat menangkap sedikit gerakan-gerakan itu.
Padahal Tiat Sin Ong hanya menyiapkan waktu dua hari untuk mengajar Tam Goat Hua ketiga jurus ilmu silat itu.
Namun gadis itu harus menggunakan waktu setengah bulan, baru mulai paham akan keistimewaan ketiga jurus ilmu silat tersebut.
Di hari keempat, Tam Goat Hua sudah bisa bicara, namun dia pun tidak menceritakan tentang Liok Ci Khim Mo.
Setengah bulan kemudian, Tiat Sin Ong berpesan kepada Tam Goat Hua, harus terus berlatih ketiga jurus ilmu silat yang diajarkannya itu, setelah itu, dia pun menyuruh Tam Goat Hua meninggalkan lembah tersebut.
Dalam setengah bulan ini, kepandaian Tam Goat Hua sudah bertambah maju.
Gadis itu berpikir, seandainya urusan itu tidak terjadi kini dia pasti sudah hidup bahagia, Akan tetapi urusan itu justru terjadi.
Hari ini Tam Goat Hua berpamit kepada Tiat Sin Ong, keluar dari lembah tersebut Dia pun tidak mau memikirkan kejadian yang menyedihkan itu lagi.
Setelah meninggalkan gunung Go Bi San, tiba-tiba dia teringat akan perkataan ibunya, bahwa di lembah gunung 1471 Tang Ku Sat terdapat sebuah istana, yaitu tempat tinggal kakeknya.
Teringat akan itu, Tam Goat Hua mengambil keputusan untuk berangkat ke gunung tersebut.
Setelah mengambil keputusan itu, Tam Goat Hua segera berangkat Tujuannya adalah gunung Tang Ku Sat.
Dalam perjalanan itu, dia hanya berselisih tiga hari dengan Lu Leng.
Mereka berdua sama-sama menuju gunung itu.
* * * * Bab 68 Ketika memasuki gunung tersebut, Tam Goat Hua baru menyadari bahwa dirinya amat bodoh, Di gunung yang begitu luas, bagaimana mungkin mencari istana tersebut? Beberapa hari Tam Goat Hua terus mencari.
Hari itu ketika dia berdiri di atas sebuah tebing, melihat beberapa ekor burung elang raksasa sedang menukik ke bawah.
Dia yakin pasti ada kaum rimba persilatan berada di situ bertarung dengan burung elang raksasa itu, Karena tertarik dan merasa heran, maka dia melesat ke sana.
Akan tetapi, dia tidak bertemu Lu Leng, melainkan bertemu Hek Sin Kun, Padahal saat itu, Lu Leng jatuh ke bawah bersama raja burung elang raksasa.
Ketika melihat kemunculan Tam Goat Hua, hati Hek Sin Kun tersentak.
Ternyata dia khawatir Tam Sen suami istri akan muncul juga.
Setelah bertanya jawab sejenak dengan Tam Goat Hua, barulah dia tahu bahwa Tam Goat Hua datang di tempat itu seorang diri Tujuannya sama dengan tujuan Hek Sin Kun.
Hek Sin Kun tetap tidak bisa melupakan Kitab Iblis, Oleh karena itu dia menyuruh Tam Goat Hua pulang ke pulau Hwe Ciau To mengambil kitab tersebut untuknya tapi Tam Goat Hua menolak.
Pembicaraan mereka berdua di atas tebing, terhembus angin ke bawah, maka Lu Leng dapat mendengarnya namun ada beberapa patah kata yang terlewat, Lu Leng yakin bahwa Hek Sin Kun sedang bercakap-cakap dengan Tam Goat Hua, karena itu, dia berteriak-teriak memanggil gadis itu.
Akan tetapi karena angin gunung berhembus ke bawah, maka Tam Goat Hua tidak mendengar suara teriakan Lu Leng.
Kemudian Hek Sin Kun dan Tam Goat Hua meninggalkan tebing itu, Akhirnya dia berhasil mencari lembah tersebut, dan langsung masuk ke dalam.
Begitu sampai di dalam, justru mereka terperangkap ke dalam formasi itu.
Padahal Hek Sin Kun pernah mempelajari formasi tersebut, sebab yang menciptakan formasi itu Mo Liong Seh Sih, ayahnya.
Akan tetapi, Hek Sin Kun telah lupa cara memecahkannya.
Ketika mendengar suara orang, barulah dia teringat akan pesan ayahnya, Dia segera berseru memanggil nama kedua wanita itu, akhirnya dapat keluar dari formasi.
Nyawa Toa Sah dan Ji Sah diselamatkan Mo Liong Seh Sih, maka mereka berdua menganggapnya bagaikan seorang dewa, setelah keluar dari formasi, Hek Sin Kun menampar 1473 mereka berdua, namun kedua wanita diam saja, sebab Hek Sin Kun adalah majikannya juga.
Sementara Toa Sah dan Ji Sah membawa Hek Sin Kun ke istana melalui goa itu, Keluar dari goa, tak lama sudah berada di hadapan istana tersebut Begitu menyaksikan istana itu, Hek Sin Kun menghela nafas panjang saking takjub akan keindahannya, Dia pun berkata dalam hati, kalau tahu istana ini sedemikian indah dan megah, dari dulu dia sudah ke mari, tidak usah menetap di gunung Thay San.
Hek Sin Kun langsung melesat ke depan.
Didorongnya pintu istana itu sekaligus masuk ke dalam.
Ketika berada di dalam ruang besar itu, dia terbelalak itu bukan karena dia menyaksikan barang-barang berharga, melainkan karena melihat Lu Leng sedang duduk bersila di lantai.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wajah Lu Leng tampak kemerah-merahan dan bercahaya, Namun keberadaan Hek Sin Kun di situ, dia sama sekali tidak tahu.
Hek Sin Kun berpengetahuan cukup luas, Ketika menyaksikan itu, dia sudah tidak sempat berpikir lagi, kenapa Lu Leng tidak mati, Saat ini, dia tahu bahwa Lu Leng dalam keadaan genting, karena hawa murninya berusaha menembus bagian Jin Tok.
Kalau bagian Jin Tok tertembus, Lweekang Lu Leng pasti bertambah tinggi dan dia pun bukan tandingannya lagi.
Semula Hek Sin Kun tertegun, namun kemudian membentak keras.
"Bocah! Untung aku tidak terlambat datang!"
Badannya melesat ke depan, sekaligus melancarkan sebuah pukulan ke arah jalan darah Thian Ling Kay.
ilmu pukulan Hek Sah Ciang amat dahsyat Apa-lagi kini dilancarkannya dengan sepenuh tenaga.
Terdengar suara menderu-deru mengarah kepada Lu Leng.
Saat ini, hawa murni Lu Leng telah berhasil menembus bagian Jin, maka berkumpul di bagian jalan darah Bi Li Hiat, sedang menerjang ke arah bagian Tok.
Jangankan Lu Leng tidak tahu serangan itu, kalaupun tahu juga sudah tidak bisa menangkis.
Sebab apabila badannya bergerak, hawa murninya tidak dapat menembus bagian Tok.
Dan apabila hawa murni itu menerjang sembarangan dapat menyebabkan dia menjadi gila atau tersesat itu betul-betul merupakan saat yang tidak boleh terganggu.
Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara seruan kaget dan tampak dua sosok bayangan menerjang ke dalam.
Betapa terkejutnya Hek Sin Kun.
Dia langsung menarik kembali serangannya tadi, kemudian memutar badannya sekaligus melancarkan serangan itu ke arah dua sosok bayangan.
Bum! Salah seorang sudah terkena pukulannya, Terdengar suara jeritan dan tampak badan orang itu terpental bagaikan layang-layang putus tali.
Kini Hek Sin Kun baru melihat jelas, dua sosok bayangan itu ternyata Toa Sah dan Ji Sah yang sedang menerjang ke arahnya.
Dapat dibayangkan, betapa gusarnya Hek Sin Kun.
"Kalian berdua mau berontak ya?"
Bentaknya, Yang terpental itu adalah Ji Sah. setelah dia roboh, wajahnya tampak pucat pias dan mulutnya mengeluarkan darah, pertanda sudah terluka parah. Toa Sah tertegun, kemudian berteriak-teriak.
"Kau bukan orang baik! Kau bukan orang baik!"
Toa Sah langsung menyerang Hek Sin Kun dengan sengit sekali, sesungguhnya gampang sekali bagi Hek Sin Kun melukai Toa Sah.
Tapi dia telah melihat dekorasi ruang besar itu, berikut barang-barang yang amat berharga, Tentunya masih banyak barang berharga tersimpan di dalam istana itu, Kalau dia membunuh Toa Sah dan Ji Sah, bukankah dia tidak tahu disimpan di mana barang-barang berharga lain? Oleh karena itu, ketika melihat Toa Sah menyerangnya dia segera menjulurkan tangannya untuk mencengkeram lengan Toa Sah.
Walau Toa Sah memiliki tenaga yang amat kuat, namun tetap tak sebanding dengan Lweekang yang dimiliki Hek Sin Kun.
Seketika lengan Toa Sah sudah tercengkeram, Toa Sah tak dapat melepaskannya, maka menjadi gugup sekali dan berteriak-teriak.
"Kau bukan orang baik, juga bukan majikan kami! Majikan lama tidak pernah memukul orang, kenapa kau ke mari langsung memukul orang?"
Hek Sin Kun tertawa dingin sambil mengerahkan Lweekang, Wajah Toa Sah berubah pucat pias saking menahan rasa sakit di lengannya. Hek Sin Kun tertawa dingin lagi.
"Aku tidak sama dengan majikan lama, Kalau kalian tidak mendengar perintahku, nyawa kalian pasti melayang!"
Katanya. Saat ini Toa Sah menderita sekali, Walau kedua wanita itu agak ketolol-tololan, namun berhati keras. Setelah Ji Sah terluka parah, Toa Sah menganggap Hek Sin Kun sebagai musuh besar. Begitu Hek Sin Kun usai berkata, Toa Sah langsung meludah.
"Phui!"
Sepasang tangan Hek Sin Kun mencengkeram lengan Toa Sah, jarak mereka begitu dekat Lagipula Hek Sin Kun mengira, bahwa setelah lengannya tercengkeram, Toa Sah pasti akan menuruti perintahnya.
Namun tidak tahunya wanita itu malah meludahinya, tak ampun lagi segumpal ludah kental melekat pada pipi Hek Sin Kun.
Betapa gusarnya Hek Sin Kun.
Dia langsung melepaskan cengkeramannya sekaligus menampar Toa Sah dua kali.
Plak! Plak! Setelah itu, dia pun menotok jalan darah Hu Keng Hiat di bahu Toa Sah, sehingga wanita itu tak dapat bergerak, 1477 Barulah dia mundur dan lalu menghapus ludah yang di pipinya.
Sejak berkecimpung dalam rimba persilatan belum pernah Hek Sin Kun mengalami penghinaan seperti itu, Maka tidak mengherankan kalau kegusaran menjadi memuncak dan niat jahatnya pun timbul seketika.
"Benarkah kalian sudah bosan hidup?"
Katanya dengan dingin.
Sembari berkata, dia membuka totokan Toa Sah.
Sebelum Toa Sah menyahut, dia sudah mengayunkan tangannya menghantam Toa Sah.
Wanita itu terpental beberapa depa kemudian roboh terguling di lantai ke arah Ji Sah.
Toa Sah dan Ji Sah saling memeluk sambil menangis, sedangkan Hek Sin Kun terus tertawa dingin.
Selangkah demi selangkah Hek Sin Kun menghampiri mereka berdua, Ji Sah memandangnya dan mendadak berkata.
"Kakak, ketika majikan tua mau pergi, beliau pesan apa kepada kita? Kalau ada orang jahat ke mari mencelakai kita, kita harus bagaimana?"
Wajah Toa Sah tampak berseru.
"Majikan tua berpesan, kita harus mengeluarkan "Bola Emas", pasti bisa menang!"
Sahutnya.
Apa yang dibicarakan mereka berdua, Hek Sin Kun mendengarnya namun tidak tahu apa maksud-nya.
Usai berkata begitu, kedua wanita itu merogoh ke dalam baju masing-masing mengeluarkan sebuah bola sebesar kepalan berwarna keemas-emasan dan bergemerlapan.
Padahal Hek Sin Kun sedang mendekati mereka.
pengetahuannya juga luas, Namun dia tidak tahu benda apa yang dikeluarkan oleh kedua wanita itu, Maka dia segera menghentikan langkahnya dan membentak.
"Kalian berdua masih tidak mau tunduk?"
Toa Sah dan Ji Sah tidak menyahut, melainkan memaksa diri untuk bangkit berdiri, lalu mengayunkan tangan melemparkan kedua buah bola itu ke depan kaki Hek Sin Kun.
Cring! Cring! Ke dua buah bola jatuh tepat pada sasarannya.
Hek Sin Kun bertambah heran, namun bahwa tahu kedua buah bola itu digunakan untuk menghadapinya, Maka, dia tidak memandang sebelah mata pun pada Toa Sah dan Ji Sah.
Akan tetapi, Hek Sin Kun tahu jelas akan kepandaian ayahnya, sedangkan kepandaiannya masih jauh di bawah ayahnya.
Oleh karena itu, dia segera mundur Namun di saat bersamaan terdengar suara "Plak Plak"
Dua kati. Ternyata kedua buah bola itu telah pecah, Dan seketika terdengar pula suara "Ser Ser"
Tak henti-hentinya dan tampak jarum-jarum halus meluncur keluar bagaikan kilat Toa Sah dan Ji Sah tertawa gembira, Toa Sah yang belum terluka itu langsung menarik Ji Sah untuk diajak kabur keluar Walau Hek Sin Kun berkepandaian tinggi namun di saat itu dia gugup sekali.
Untung sebelumnya dia sudah siap, maka cepat-cepat mengibaskan kedua belah tangannya dan berhasil juga menangkis semua jarum halus itu, Tapi sekujur badannya telah mengucurkan keringat dingin.
Setelah dia berhasil merontokkan semua jarum halus itu, Toa Sah dan Ji Sah sudah tidak kelihatan.
Sebetulnya Hek Sin Kun ingin mengejar mereka, namun mendadak teringat akan Lu Leng yang duduk bersila di lantai, Dia memandang Lu Leng sejenak kemudian tertawa dingin sambil mendekatinya.
Ketika sampai di hadapan Lu Leng dan siap mengayunkan tangannya, mendadak Lu Leng mendongakkan kepala dan membuka matanya.
wajahnya tampak berseri otomatis mereka beradu pandang.
Sorot mata Lu Leng membuat Hek Sin Kun tertegun.
Ternyata sorot mata Lu Leng amat tajam bagaikan sepasang sembilu menembus ke dalam hatinya.
Begitu tertegun, Hek Sin Kun tahu bahwa dirinya telah tertambat Kini keadaan genting Lu Leng telah lewat Hawa murninya berhasil menembus bagian Tok dalam tubuhnya, maka Lweekangnya bertambah tinggi.
Akan tetapi, Hek Sin Kun masih penasaran Dia langsung mengerahkan Lweekangnya sekaligus melancarkan pukulan dengan sepenuh tenaganya ke arah Lu Leng.
Tenaga pukulan itu mengurung badan Lu Leng, Ketika Hek Sin Kun baru bergirang dalam hati karena pukulan yang dilancarkannya akan berhasil membinasakan Lu Leng, mendadak dia melihat Lu Leng dengan tenang menggerakkan sebuah jari telunjuknya.
Gerakannya tampak begitu tenang dan lamban, namun ketika jari telunjuknya bergerak, langsung terdengar suara "Bum"
Dan serangkum tenaga yang amat dahsyat menangkis pukulan Hek Sin Kun, sehingga membuat tenaga pukulan Hek Sin Kun menjadi berbalik! Hek Sin Kun terhuyung-huyung ke belakang tujuh delapan langkah.
Ternyata dia terkena tenaga pukulannya sendiri yang berbalik itu, sedangkan Lu Leng bangkit berdiri perlahan-lahan sambil menepuk-nepuk pakaiannya seraya berkata.
"Hek Sin Kun, selamat bertemu! Di antara kita memang terdapat hutang-piutang dan harus diperhitungkan sekarang !"
Ketika melihat wajah Lu Leng yang bercahaya-cahaya itu, Hek Sin Kun segera tahu bahwa kini dirinya bukan lawannya lagi Maka, dia berniat mengambil langkah seribu.
Ketika melihat Lu Leng mendekatinya, dia langsung membentak "Bocah busuk, kau tidak takut mati?"
Lu Leng mengira Hek Sin Kun akan melancarkan serangan, tidak tahunya malah membalikkan badannya dan langsung melesat pergi Lu Leng tertawa "Ha ha"
Dan segera melesat mengejarnya.
Bahkan dia juga melancarkan serangan menggunakan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang puncak Menembus Awan), ke punggung Hek Sin Kun.
Saat ini, jarak mereka kira-kira dua tiga depa.
Namun setelah makan Ling Che tujuh warna, dalam waktu semalaman, Lweekangnya sudah bertambah tinggi maka ilmu 1481 Kim Kong Sin Ci sudah berbeda t dengan tempo hari Terdengar suara "Bum Bum"
Dua kali dan ketika itu pula badan Hek Sin Kun terpental ke depan, Harus diakui Hek Sin Kun memang berkepandaian tinggi Ketika terpental dia justru menggunakan tenaga pentolan itu untuk melesat ke depan lebih cepat * * * * Bab 69 Lu Leng tertawa dan melesat lebih cepat mengejar Hek Sin Kun.
Keluar dari istana, terlihat Hek Sin Kun berlari secepatnya bagaikan dikejar setan menuruni undakan batu, justru di saat itulah, tampak tiga orang di bawah undakan batu itu sedang berlari ke atas.
Lu Leng memandang ke bawah.
Salah seorang dari mereka ternyata Tam Goat Hua, Begitu melihat gadis itu, Lu Leng segera berhenti Begitu pula Tam Goat Hua, ketika melihat Lu Leng berada di atas, dia pun tertegun.
Semua itu tidak terlepas dari mata Hek Sin Kun.
Dia langsung melesat ke arah Tam Goat Hua, Menyaksikan itu, Lu Leng segera menyadari adanya gelagat ketidakberesan, Maka dia segera berseru.
"Kakak Goat, hati-hatilah! Akan tetapi sudah terlambat sekonyong-konyong terdengar suara jeritan dan ketika itu pula badan Tam Goat Hua bergerak mengeluarkan jurus yang amat aneh. Namun Hek Sin Kun sudah turun tangan lebih dulu, Maka, walau Tam Goat Hua berhasil memukul Hek Sin Kun, namun Hek Sin Kun berhasil pula mencengkeram pinggang gadis itu. Tam Goat Hua membungkukkan badannya, Di saat itulah cengkeraman itu berubah menjadi pukulan. Plak! pinggang Tam Goat Hua terpukul sehingga membuat gadis itu sempoyongan. Hek Sin Kun tertawa sambil mencelat ke depan dan menjulurkan tangannya ke arah kepala gadis itu. Sedangkan Lu Leng sudah melesat ke sana, tapi tangan Hek Sin Kun sudah berada di ubun-ubun Tam Goat Hua, Padahal Lu Leng sudah mau melancarkan Kim Kong Sin Ci. Namun ketika menyaksikan itu, dia malah tertegun, bahkan batal melancarkan serangan. Walau Tam Goat Hua telah dikuasai Hek Sin Kun, namun gadis itu seakan tidak merasa. Dia mendongakkan kepala untuk memandang Lu Leng, Timbullah berbagai perasaan di dalam hatinya, Kemudian dia menghela nafas panjang sambil menundukkan kepala. Pandangannya itu, membuat hati Lu Leng terasa pedih sekali. Dia memanggil Tam Goat Hua dengan suara rendah.
"Kakak Goat...."
Saat ini, Lu Leng justru telah lupa akan keberadaan musuh besarnya.
Sejak terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im di bawah Cing Yun Ling, hingga kini mereka berdua baru berjumpa, maka timbullah berbagai macam perasaan dalam hati masing-masing.
Hek Sin Kun memang licik, Ketika melihat Lu Leng seperti kehilangan sukma, secara diam-diam dia mengayunkan tangannya ke dada Lu Leng, Setelah melancarkan serangan gelap itu, barulah dia membentak Begitu mendengar suara bentakan itu, Lu Leng baru sadar akan adanya gelagat yang kurang menguntungkan Dia segera berkelit namun terlambat Plak! Pukulan itu telak mengenai jalan darah Hwa Kay Hiat bagian dada Lu Leng, Hwa Kay Hiat merupakan jalan darah penting di tubuh orang, Maka begitu terpukul, dada Lu Leng terasa sakit sekali.
Akan tetapi, Lu Leng justru tidak mengeluarkan suara, sebaliknya malah Hek Sin Kun yang menjerit sambil termundur-mundur, sehingga melepaskan Tam Goat Hua.
sedangkan wajah Hek Sin Kun tampak kehijau-hijauan dan tangan kirinya memegang tangan kanannya.
Pukulan yang dilancarkannya memang tepat mengenai dada Lu Leng, tentunya membuat Lu Leng terluka parah.
Tapi setelah makan Ling Che tujuh warna, Lwee-kang Lu Leng bertambah tinggi, lagipula bagian Jin Toknya sudah tertembus oleh hawa murni sehingga hawa murni di dalam tubuhnya pun bertambah kuat Maka walau dia tidak sempat menangkis pukulan itu, tenaga murni di dalam tubuhnya mampu mengadakan perlawanan, sehingga menyebabkan tulang lengan kanan Hek Sin Kun patah seketika.
Toa Sah yang berdiri di situ kelihatan gembira sekali, Wanita itu memang amat membenci Hek Sin Kun, maka langsung menyerangnya pula, Walau lengan kanan Hek Sin Kun telah patah, namun tetap tidak memandang sebelah mata pun terhadap Toa Sah.
Ketika melihat wanita itu menyerang, dia segera membungkukkan badannya sedikit kemudian mendadak mengibaskan tangan kirinya ke arah Toa Sah.
Plak! Toa Sah terpental lalu jatuh terduduk dan tak bisa bangun lagi Saat ini Lu Leng telah terluka dalam.
Badannya sempoyongan tapi hanya sebentar, kemudian bisa berdiri tegak kembali Sedangkan Tam Goat Hua masih berdiri tertegun di tempat "Kakak Goat! Kakak Goat!"
Panggil Lu Leng sambil maju selangkah Begitu mendengar suara panggilan Lu Leng, mendadak Tam Goat Hua membalikkan badannya lalu melesat pergi Hati Lu Leng bagaikan tertusuk ribuan duri Dia berdiri termangu-mangu di tempat, kemudian berseru.
"Kakak Goat! Kakak Goat...."
Dia pun berlari ke bawah mengejar Tam Goat Hua.
Setelah memukul jatuh Toa Sah, Hek Sin Kun melarikan diri ke bawah.
Dia berlari di depan, Tam Goat Hua di tengah, sedangkan Lu Leng berada di belakang.
Mereka bertiga terus berlari laksana kilat, maka tak lama sudah berada di bawah undakan batu.
Mengenai kejadian Tam Goat Hua dengan Lu Leng, Hek Sin Kun masih tidak begitu jelas.
Dia pun tidak tahu bahwa saat ini gadis itu berlari begitu cepat, tidak lain hanya menghindari Lu Leng, Tapi Hek Sin Kun menyangka sedang mengejarnya.
Oleh karena itu, mendadak dia membelok ke samping.
Ternyata di situ terdapat semacam lantai yang miring, Dia langsung menjatuhkan diri lalu merosot ke bawah.
Kini dia hanya ingin melarikan diri, sama sekali tidak memperhatikan Tam Goat Hua dan Lu Leng, yang sebenarnya tidak mengejarnya.
Sampai di bawah, dia lalu segera menghilang.
Sementara Tam Goat Hua terus berlari Ketika sampai di ujung, dia tertegun, karena di saat dia mau merosot ke bawah, Lu Leng justru telah muncul.
Demi mengejar Tam Goat Hua, Lu Leng sama sekali tidak menghiraukan luka dalamnya.
Setelah mendekati gadis itu, dia justru terkulai karena kehabisan tenaga, Kebetulan saat itu Tam Goat Hua baru mau merosot ke bawah.
Lu Leng cepat-cepat menjulurkan tangannya untuk memegang kaki Tam Goat Hua erat-erat, kemudian memanggilnya dengan air mata bercucuran "Kakak Goat! Kakak Goat...."
Tam Goat Hua tertegun dan secara reflek mengayunkan kakinya.
Saat ini hati Tam Goat Hua amat kacau, Maka, ketika mengayunkan kakinya, dia menggunakan tenaga yang amat besar sehingga membuat tangan Lu Leng yang memeganginya nyaris terlepas.
Lu Leng cepat-cepat mengerahkan tenaga untuk mempererat pelukannya, Namun karena itu maka dari mulut Lu Leng keluar darah segar.
Walau Lu Leng telah makan Ling Che tujuh warna, sehingga Lweekangnya bertambah tinggi, namun kini dia telah terluka dalam yang amat parah, bahkan tadi mengerahkan tenaga, sehingga menyebabkan luka dalamnya bertambah parah, Lu Leng tidak menghiraukan itu, tetap memeluk kaki Tam Goat Hua seerat-eratnya.
"Kakak Goat, kau boleh memukul atau membunuhku Tapi... jangan begitu melihat diriku, langsung pergi"
Air mata Tam Goat Hua mengalir deras.
"Kau... kau... kau... kau...."
Dia hanya dapat mencetuskan itu, tidak dapat melanjutkan, sesungguhnya Tam Goat Hua juga tiada perkataan yang harus dicetuskannya, lalu dia harus 1487 mengatakan apa? padahal dia akan menjadi istri Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, namun kenyataannya malah menjadi istri Lu Leng yang tak resmi.
Dia dan Lu Leng memang terjalin hubungan baik, tapi itu bukan percintaan Yang dicintai Tam Goat Hua adalah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.
Gadis itu membungkukkan badannya sedikit untuk menotok jalan darah Thian Ceh Hiat di bahu Lu Leng, sehingga bahu Lu Leng terasa berkesemutan.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah itu dia melesat pergi! Lu Leng berseru sekeras-kerasnya.
"Kakak Goat! Kakak Goat...."
Tam Goat Hua yang melesat pergi, mendadak berjungkir balik dan dalam sekejap sudah sampai di bawah! Lu Leng berusaha bangkit berdiri, namun matanya berkunang-kunang, bahkan bayangan Tam Goat Hua muncul di depan matanya, Dia menggapai di depan beberapa kali, kelihatannya ingin menggapai gadis itu, Namun itu hanya merupakan bayangan khayalan Bagaimana mungkin tangannya dapat menggapai Tam Goat Hua? Dia maju beberapa langkah dengan badan sempoyongan Mendadak matanya menjadi gelap akhirnya dia jatuh pingsan.
Entah berapa lama kemudian barulah Lu Leng siuman Namun sekujur badannya masih tetap tak bertenaga Dia membuka matanya dan seketika terkejut, karena mendapatkan dirinya berada di dalam sebuah kamar yang amat indah, berbaring di atas sebuah ranjang besar yang dibikin dari giok.
Di empat sisi ranjang besar itu terdapat mutiara-mutiara yang memancarkan cahaya.
Lu Leng tertegun dan tidak tahu dirinya berada di mana, Mendadak hidungnya mencium bau yang amat harum "Dia segera menoleh dan seketika juga hatinya berdebar-debar.
Ternyata dia melihat seorang gadis berbadan langsing berdiri di situ membelakangi.
Seketika Lu Leng tidak memikirkan yang lain, Dia hanya menganggap setelah dirinya pingsan, Tam Goat Hua merasa tidak tega, maka membawanya ke situ, Kini Tam Goat Hua berdiri di situ, sudah jelas ingin menjadi istrinya.
Berpikir sampai di sini, Lu Leng gembira, Dia langsung menjulurkan tangannya untuk memegang bahu gadis itu.
"Sungguh beruntung aku pada hari ini!"
Katanya, Mendadak gadis itu membalikkan badannya, wajahnya tampak kemerah-merahan bagaikan sekuntum bunga yang baru mekar, bahkan tampak amat gembira pula.
"Lu Siauhiap, jangan begitu!"
Ujarnya dengan suara rendah.
Ketika melihat gadis itu membalikkan badannya, seketika juga Lu Leng tersentak Ternyata gadis itu bukan Tam Goat Hua, melainkan Toan Bok Ang.
Betapa malunya Lu Leng, Dia cepat-cepat melepaskan tangannya dari bahu gadis itu, dan tiba-tiba terdengar suara "Buk", Ternyata Lu Leng terjatuh dari ranjang.
Dia segera memegang pinggiran ranjang, lalu bangkit berdiri seraya berkata terputus-putus.
"Aku... aku...."
Wajah Toan Bok Ang bertambah merah, kemudian memandang Lu Leng.
"Lu Siauhiap, aku yang tidak baik, tidak seharusnya mengejutkanmu!"
Teringat akan ucapannya tadi dan melihat sikap Toan Bok Ang, Lu Leng tahu bahwa gadis itu telah salah paham terhadapnya, Lu Leng tertegun lama sekali, kemudian berkata.
"Nona Toan, kenapa kau berada di sini?"
Toan Bok Ang tampak tersipu.
"Mana aku tahu?"
Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara di luar pintu, yakni suara Ji Sah.
"Kakak, tadi terdengar suara gedebuk, mungkin ada yang iseng menendangnya ke bawah ranjang."
"Betul!"
Sahut Toa Sah. Kemudian terdengar suara "Krek", kemudian pintu itu terbuka dan Toa Sah serta Ji Sah masuk ke dalam. Walau luka Ji Sah belum pulih, namun begitu masuk ke dalam kamar, dia kelihatan gembira sekali.
"Ha ha! Ternyata Nona kecil yang iseng!"
Katanya sambil bertepuk-tepuk tangan, Ketika melihat ada orang masuk ke dalam, bahkan mendengar perkataan begitu, Toan Bok Ang betul-betul merasa malu dan langsung menyambar sehelai kain, lalu menutup kepalanya.
Toa Sah dan Ji Sah tampak puas, kemudian menunjuk Lu Leng seraya bertanya.
"Lukamu sudah sembuh?"
Kini Lu Leng baru tahu bahwa semua itu adalah ulah kedua wanita Toa Sah dan Ji Sah.
Sedangkan Toan Bok Ang telah salah paham terhadap Lu Leng, kalau terus berlanjut, entah apa akibatnya.
Semua itu gara-gara ulah Toa Sah dan Ji Sah.
Lu Leng ingin memarahi mereka, namun sikap mereka berdua tidak tampak berniat jahat Akhirnya dia menghela nafas panjang dan duduk di pinggir ranjang seraya menyahut "Belum begitu sembuh."
Toa Sah tertawa.
"Kalau begitu, kau tetap beristirahat di sini saja, Aku akan membawa makanan untukmu."
Mereka berdua tertawa lalu meninggalkan kamar itu. Ketika sampai di pintu, Ji Sah menoleh kebelakang lalu tersenyum.
"Nona kecil, kau jangan menendang orang ke bawah ranjang lagi lho!"
Katanya, Usai berkata begitu, Ji Sah menutup pintu. Baru lah Toan Bok Ang melepaskan kain yang menutupi kepalanya lalu memandang Lu Leng seraya berkata.
"Lu Siauhiap, tempat apa ini? Siapa pula kedua wanita mentertawakan kita itu?"
Sikap Toan Bok Ang memang kelihatan malu-malu, namun sesungguhnya hatinya sedang berbunga-bunga.
"Nona Toan, bagaimana kau bisa berada di rumah ini?"
Lu Leng balik bertanya. Wajah Toan Bok Ang tampak kemerah-merahan lagi.
"Kau menotok jalan darahku di dalam goa di gunung Go Bi San. Setelah kau pergi, mendadak muncul si Nabi Setan-Seng Ling dan putranya, mereka berdua memasuki goa itu."
"Hah? Kalau begitu kau.,."
Ujar Lu Leng, Berkata sampai di situ, mendadak teringat akan kesalah pahaman tadi.
Kini bagaimana boleh memperlihatkan sikap menaruh perhatian terhadap gadis itu? Lagi pula saat ini dia baik-baik saja berada di depan mata, tentunya tidak dicelakai mereka berdua, maka Lu Leng tidak melanjutkan ucapannya, Akan tetapi, walau Lu Leng hanya berkata begitu, wajah Toan Bok Ang sudah memperlihatkan rasa kebahagiaan dalam hatinya.
"Aku nyaris mati di tangan mereka, Kebetulan aku menelan mutiara Kura-Kura Mayat maka sekujur badanku menjadi dingin tak bisa bergerak Di saat itulah Sou Mia Su Seng Bou menculikku. Dia... terus mendesakku agar menikah dengannya, sedangkan aku tak punya tenaga untuk melawan, Tapi aku menyuruhnya mengobati dulu diriku, setelah itu baru membicarakan urusan tersebut"
Lu Leng sama sekali tidak menyangka Padahal waktu itu dia bermaksud baik menotok jalan darah Toan Bok Ang, kemudian menaruhnya di dalam goa, tapi justru nyaris mencelakainya.
Sementara Toan Bok Ang terus memandang Lu Leng dengan penuh cinta kasih, lalu berkata.
"Seng Bou bilang, dia tahu bahwa di gunung Tang Ku Sat terdapat sebuah sumber air hangat Kalau badan mengidap racun dingin, berendam di sana pasti sembuh. Maka dia membawaku ke mari. Aku berendam di dalam air hangat selama tujuh hari, maka hawa dingin di dalam tubuh lenyap, bahkan Lweekangku bertambah tinggi Ketika aku akan bertindak terhadapnya, dia justru bilang telah meracuniku. Kalau aku tidak menuruti perkataannya aku pasti mati keracunan."
"Dia sungguh jahat!"
Kata Lu Leng dengan penuh kegusaran "Aku pun mencacinya demikian, dan akhirnya bergebrak dengannya, Dia tidak bisa melawanku, maka aku 1493 mendesaknya agar mengeluarkan obat penawar.
Namun kami justru memasuki formasi itu sehingga dia mati di dalam formasi tersebut, sedangkan aku pingsan.
Ketika siuman aku terkejut karena mendapatkan dirimu tidur di sisiku."
Berkata sampai di situ, Toan Bok Ang menundukkan kepala, namun mencuri melirik Lu Leng.
Setelah mendengar penuturan itu, Lu Leng segera paham bahwa gadis yang dimaksudkan Toa Sah dan Ji Sah adalah Toan Bok Ang.
Tentunya di saat Lu Leng jatuh pingsan, kedua wanita itu pergi menolong Toan Bok Ang mengeluarkan dari formasi.
Kedua wanita itu memang tolol Walau mereka sudah berusia empat puluhan, namun masih tidak tahu bedanya wanita dengan lelaki, maka menaruh Lu Leng dan Toan Bok Ang di dalam satu ranjang.
Berpikir sampai di sini, Lu Leng menghela nafas panjang.
"Nona Toan, pada waktu itu aku pingsan tak sadarkan diri Kau... kau kok duduk di sini, belum mau bangun?"
Ternyata saat ini, Toan Bok Ang duduk di pinggir ranjang, maka Lu Leng bertanya demikian kepadanya. Wajah Toan Bok Ang memerah, kemudian menyahut dengan wajah cemberut.
"Bagaimana sih kau? Hingga kini sekujur badanku masih tak bertenaga, maka aku... terpaksa duduk di pinggir ranjang, Mungkin racun yang ada di dalam tubuhku mulai menjalar"
Lu Leng berpikir Apa yang dikatakan Toan Bok Ang memang masuk akal, maka dia tidak dapat menyalahkannya. Di saat Lu Leng sedang berpikir, Toan Bok Ang justru bertanya dengan wajah kemerah-merahan.
"Lu Siauhiap, tadi.. tadi apa yang kau katakan itu, apakah... apakah "berdasarkan suara hatimu?"
Lu Leng tertegun, lama sekali baru menyahut.
"Nona Toan, tadi yang kukatakan, justru...."
Lu Leng berpikir sejenak harus bagaimana mengatakannya agar tidak menyinggung perasaan gadis itu, Akan tetapi, di saat bersamaan, mendadak terdengar suara jeritan yang menyayat hati di luar pintu.
Lu Leng mengenali bahwa itu suara jeritan Toa-Sah.
Suara jeritan menyayat hati itu hanya setengah lalu putus.
Hati Lu Leng tersentak Dia sudah tahu bahwa di luar pasti kedatangan musuh tangguh, dan Toa Sah sudah celaka.
Betapa gugupnya Lu Leng.
penjelasan yang akan dicetuskannya menjadi batal Ketika dia mau berjalan ke pintu untuk melihat apa yang terjadi sekonyong-konyong terdengar suara "Blara Blam", seperti suara barang pecah.
Di saat bersamaan, terdengar pula suara Ji Sah terputus-putus.
"Kau... kau siapa?"
Menyusul terdengar suara jeritannya dan "Buk"
Suara jatuh gedebuk di lantai Kemudian tidak terdengar suara apa pun lagi Semula Lu Leng mengira bahwa Hek Sin Kun kembali lagi, Tapi setelah mendengar Ji Sah bertanya "Kau siapa", pertanda pendatang itu bukan Hek Sin Kun.
Lagi pula dapat dibayangkan bahwa pendatang itu berkepandaian amat tinggi Walau kepandaian Toa Sah dan Ji Sah tidak begitu tinggi namun tenaga mereka berdua amat kuat pendatang itu dapat membunuh kedua wanita itu dalam waktu sekejap, membuktikan kepandaiannya amat tinggi Lu Leng membatalkan niatnya, sebab saat ini lukanya belum pulih, tentunya sulit baginya mengadakan perlawanan Kalau dia membuka pintu bukankah sama juga mencari mati? Di dalam istana itu banyak kamar Lu Leng dan Toan Bok Ang berada di dalam kamar itu.
Belum tentu pendatang itu dapat menemukan mereka, Maka dia harus segera mengerahkan hawa murni untuk mengobati lukanya, Tak sampai satu hari lukanya pasti akan sembuh, setelah itu barulah pergi melihat siapa pendatang itu.
Setelah mengambil keputusan tersebut, Lu Leng segera berbisik kepada Toan Bok Ang.
"Nona Toan, entah orang lihay dari mana yang berada di luar, kau dan aku sama-sama terluka, maka tidak boleh bersuara menarik perhatiannya."
Toan Bok Ang tahu bahwa keadaan itu amat genting, maka cepat-cepat mengangguk sambil menahan nafas.
Lu Leng merogoh ke dalam bajunya, Dikeluarkannya Soat Hun Cu lalu diserahkan kepada Toan Bok Ang.
Wajah Toan Bok Ang tampak berseri "Lu Siauhiap, ini....
Soat Hun Cu?"
Tanyanya dengan suara rendah. Lu Leng mengangguk.
"Betul. Sekujur badanmu tak bertenaga, sudah pasti terkena racun Seng Bou. Soat Hun Cu dapat memunahkan berbagai macam racun. Kalau racun di dalam tubuhmu dapat dipunahkan memang lebih baik dari pada kita berdua tak bertenaga melawan musuh."
Toan Bok Ang menerima Soat Hun Cu dengan wajah menyiratkan rasa haru yang teramat dalam.
"Lu Siauhiap, kau... kau sungguh baik terhadapku !"
Katanya.
Lu Leng tertegun.
Namun ketika mau mengucapkan beberapa patah kata untuk menjelaskan mendadak terdengar suara langkah berat di luar pintu.
Lu Leng segera memberi isyarat agar Toan Bok Ang tidak bersuara, kemudian mereka berdua langsung menahan nafas.
Ketika suara langkah itu sampai di depan pintu kamar itu, Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandang dengan hati kebat-kebit.
Selang beberapa saat terdengar suara langkah itu mengayun pergi, maka Lu Leng dan Toan Bok Ang menarik nafas lega.
Lu Leng segera duduk bersila sambil memejamkan mata, mulai menghimpun hawa murninya.
Bagian 33 Toan Bok Ang memandangnya sejenak dengan penuh cinta kasih, kemudian menyingkap lengan bajunya, Ternyata di situ terdapat sebuah tanda merah, maka dia segera menggosok-gosokkan Soat Hun Cu di tanda merah itu.
Sekujur badan Toan Bok Ang tak bertenaga karena terkena racun dari Seng Bou.
Setelah menggosok beberapa kali, Toan Bok Ang mengangkat Soat Hun Cu.
Tanda merah itu sudah hilang, sedangkan di dalam Soat Hun Cu tampak urat-urat merah, tapi sekejap sudah hilang lenyap.
Toan Bok Ang segera duduk bersila sambil memejamkan mata dan menghimpun hawa murni.
Beberapa saat kemudian dia bangkit berdiri dan wajahnya tampak cerah berseri-seri.
Lu Leng membuka matanya dan memandang Toan Bok Ang seraya bertanya dengan suara rendah.
"Nona Toan, bagaimana rasanya sekarang? Apakah Nona masih tetap tidak bertenaga?"
Toan Bok Ang tersenyum.
"Kini aku sudah pulih, Lu Siauhiap, kau sungguh mempercayaiku, menyerahkan Soat Hun Cu ini padaku,"
Ujarnya dengan suara rendah.
Lu Leng melihat, sikap gadis itu amat lembut terhadapnya, bahkan tatapan matanya penuh diliputi cinta kasih.
Dengan adanya kesalahpahaman tadi, Toan Bok Ang menganggap Lu Leng telah menjadi miliknya.
Itu membuat pikiran Lu Leng menjadi kacau.
Dia ingin menjelaskan tapi tidak tepat pada waktunya, Lagipula dia khawatir akan menyinggung perasaan gadis itu.
Maka dia hanya tersenyum getir, tidak tahu apa yang harus dikatakan Lu Leng pikir, lebih baik menyembuhkan luka dalamnya dulu, setelah itu batu dibicarakan.
Oleh karena itu, dia memejamkan matanya lagi sambil mengerahkan hawa murninya, sedangkan Toan Bok Ang terus memandangnya dengan wajah berseri-seri.
Tapi tak seberapa lama kemudian, suara langkah itu terdengar lagi.
Saat ini Toan Bok Ang masih tidak tahu dirinya berada di mana.
Maka ketika mendengar suara langkah itu dia tercengang Dia tidak dapat mengendalikan diri lalu berjalan perlahanlahan ke arah pintu dan pasang kuping di situ.
Suara langkah yang amat berat di luar itu terdengar selangkah demi selangkah semakin mendekat dan tak lama sudah berada di sekitar pintu kamar Gadis itu tak tahan lagi lalu perlahan-lahan menjulurkan tangannya ingin membuka pintu sedikit untuk mengintip keluar Di saat bersamaan, kebetulan Lu Leng membuka matanya, Ketika melihat Toan Bok Ang menjulurkan tangannya ingin membuka pintu itu, bukan main terkejutnya.
Kini dia pun mendengar suara langkah itu di sekitar pintu kamar Kalau dia berseru, pasti terdengar oleh orang yang di luar Lu Leng menjadi gugup dan langsung bangkit berdiri Setelah dia duduk bersila mengerahkan hawa murninya, luka dalam yang dideritanya mulai sembuh Begitu berdiri, dia cepat-cepat menubruk ke arah Toan Bok Ang.
Akan tetapi, luka dalam yang diderita Lu Leng memang parah sekali Ketika menubruk ke arah gadis itu, dia justru merasa kepalanya berat sekali sedangkan gadis itu memang sudah siap membuka pintu, ingin mengintip siapa yang berada di luar Tiba-tiba dia merasa ada angin di belakangnya, maka segera menoleh ke belakang dan kebetulan Lu Leng sedang sempoyongan ke arahnya, Toan Bok Ang tertegun Kemudian tanpa sadar dia merentangkan sepasang lengannya untuk merangkul Lu Leng yang hampir jatuh itu, Lu Leng merasa jengah sekali Wajah langsung memerah dan dia meronta sambil mundur setengah langkah.
Gadis itu berdiri termangu-mangu di tempat dan ekspresi wajahnya sulit dilukiskan Begitu pula rasa manis dalam hatinya sulit diuraikan dengan kata-kata.
Sejak melihat Lu Leng di Cing Yun Ling Go Bi San, Toan Bok Ang sudah terkesan baik terhadapnya.
Ketika Lu Leng menotok jalan darahnya lalu menaruh nya di dalam goa, kemudian muncul si Nabi Setan-Seng Ling dan putranya, sehingga gadis itu nyaris celaka di tangan mereka, Namun Toan Bok Ang tahu bahwa Lu Leng melakukan itu demi keselamatan dirinya, Maka dia tidak menyalahkan Lu Leng, sebaliknya cintanya terhadap Lu Leng malah mulai bersemi.
Hingga ketika dia pingsan di dalam formasi kemudian ditolong oleh Toa Sah dan Ji Sah, di saat siuman dia justru berbaring di sisi Lu Leng dalam satu ranjang.
Ketika itu, hati Toan Bok Ang memang gugup dan merasa malu, karena menganggap dirinya telah dihina oleh Lu Leng, Akan tetapi, setelah dia memperhatikan wajah Lu Leng, ternyata pucat pias dalam keadaan pingsan dan terluka parah.
Toan Bok Ang berusaha tenang, jarak mereka berdua begitu dekat, maka membuat hati gadis itu berbunga-bunga dan terasa manis pula, sepasang matanya yang indah itu terus memandang Lu Leng, boleh dikatakan tak berkedip sama sekali Semakin lama memandangi cintanya pun semakin bersemi.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akhirnya dia merasa malu sendiri dan berupaya bangun berdiri di pinggir ranjang membelakangi Lu Leng, Tak lama Lu Leng pun siuman, Ketika melihat punggung Toan Bok Ang, dia justru mengira gadis itu Tam Goat Hua, sehingga menebuskan perkataan yang menimbulkan kesalahpahaman itu.
Ketika mendengar perkataan tersebut Toan Bok V Ang mengira Lu Leng mencintainya maka rasa girangnya pun meluap-luap.
Di saat dia ingin membuka pintu kamar untuk mengintip keluar, mendadak Lu Leng menubruk ke arahnya, itu membuat hatinya menjadi kacau, Dia tidak sempat berpikir bahwa Lu Leng bermaksud mencegahnya membuka pintu, hanya menganggap Lu Leng ingin bermesra-mesraan dengannya, Oleh karena itu, setelah Lu Leng mundur setengah langkah, wajah Toan Bok Ang langsung memerah sambil menundukkan kepala.
"Lu Siauhiap, lukamu belum pulih, jangan... memikirkan yang bukan-bukan!"
Katanya dengan lembut sekali, Begitu mendengar ucapan itu Lu Leng tertegun setelah berpikir lama sekali, barulah dia sadar akan maksud gadis itu, Lu Leng tertawa getir dan membatin Siapa berpikir yang bukan-bukan? Kau sendiri yang memikirkan yang bukan-bukan.
sementara suara langkah itu sudah dekat dengan pintu kamar tersebut Maka tidak ada kesempatan bagi Lu Leng untuk memberikan penjelasan kepada Toan Bok Ang, Dia segera memberi isyarat kepada gadis itu agar tidak membuka pintu, Toan Bok Ang tersenyum sekaligus maju mendekatinya lalu berbisik dengan lirih.
"Lu Siauhiap, aku ingin melihat sebetulnya tempat apa ini. Boleh kan?" * * * * Bab 70 Jarak mereka berdua begitu dekat, maka Lu Leng mencium hawa harum gadis itu, sehingga nyaris tak dapat mengendalikan diri, Namun Lu Leng cepat-cepat berusaha menenangkan hatinya dan setelah hatinya tenang dia berkata.
"Nona Toan, tunggu lukaku sembuh dulu!"
"Kini aku sudah pulih, apakah masih harus takut menghadapi musuh ?"
Sahut Toan Bok Ang dengan manja.
Melihat sikapnya begitu angkuh, ingin rasanya Lu Leng memberi sedikit nasihat, tapi khawatir akan menyinggung perasaan gadis itu.
Setelah berpikir sejenak, dia segera berbisik "Keadaan di sini amat aneh, lebih baik jangan membuat ulah!"
Toan Bok Ang tersenyum.
"Baik, aku tidak akan pergi melihat-lihat,"
Sahutnya. Melihat senyumannya, Lu Leng dapat menduga bahwa gadis itu seakan mengatakan "Apa katamu, aku pasti menurut". itu membuat Lu Leng menghela nafas panjang dalam hati. Ketika Lu Leng baru mau duduk bersila, mendadak terdengar suara "Blam"
Di luar, Begitu mendadak suara itu, sehingga amat mengejutkan Lu Leng dan Toan Bok Ang.
Blam! Blam! Blam! Blam! Terdengar lagi suara yang amat keras itu beberapa kali, Kedengaran suara itu seperti suara pukulan menghantam setiap pintu kamar agar terbuka, Menyusul terdengar lagi suara "Blam", begitu dekat sepertinya di kamar sebelah.
Air muka Lu Leng dan Toan Bok Ang berubah seketika, Kemudian mereka berdua cepat-cepat bersembunyi di belakang ranjang.
Baru saja mereka bersembunyi terdengar lagi suara "Blam"
Di pintu kamar itu dan seketika pintu kamar itu roboh.
Lu Leng dan Toan Bok Ang yang bersembunyi di belakang ranjang dapat melihat jelas ke arah pintu, Ketika pintu itu roboh, tampak sesosok bayangan tinggi besar berkelebat pergi Gerakan orang itu amat cepat sehingga Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak dapat melihat wajah orang itu, hanya terlihat sosok bayangan tinggi besar saja.
Saat ini, mereka berdua meringkuk berdampingan di belakang ranjang, Toan Bok Ang justru memanfaatkan kesempatan itu untuk menggenggam tangan Lu Leng erat-erat.
Lu Leng ingin pergi, namun khawatir ketahuan oleh orang yang di luar, Maka dia terpaksa menahan rasa jengah diam di situ tak berani bergerak sedikit pun.
Tak seberapa lama kemudian mendadak ada serangkum angin berhembus ke dalam kamar membuat kelambu kamar itu tersingkap, Di saat itulah tampak sosok bayangan berkelebat ke dalam kamar itu, yang ternyata orang tadi juga.
Ketika mengetahui orang itu memasuki kamar, teganglah Lu Leng dan Toan Bok Ang.
Semula Lu Leng ingin mengibaskan tangannya yang digenggam Toan Bok Ang.
Tapi kini saking tegangnya, dia malah balas menggenggam tangan gadis itu tanpa sadar Walau tidak melihat jelas wajah orang itu, namun Lu Leng merasa kenal akan bentuk badannya.
Orang itu berhenti di tengah-tengah kamar, kemudian berputar ke sana ke mari.
Mulut Lu Leng berkomat-kamit, kelihatannya seperti sedang berdoa agar orang itu tidak menemukan mereka berdua di belakang ranjang.
Lu Leng dan Toan Bok Ang bisa melihat orang itu, tentunya orang itu pun dapat melihat mereka, walau dihalangi kelambu tipis, Orang itu tampak tertegun, mukanya menghadap ke arah mereka berdua.
Seketika jantung Lu Leng terasa mau meloncat keluar saking tegangnya, Akan tetapi, justru sungguh di luar dugaannya, ternyata mendadak orang itu berkelebat keluar, lalu berdiri di luar pintu.
Di sisi kaki orang itu terdapat pecahan piring mangkok, tampak pula Toa Sah dan Ji Sah tergeletak di situ.
Mungkin Toa Sah dan Ji Sah akan mengantar makanan ke kamar itu, namun di depan pintu dicelakai oleh orang itu.
Tapi...
kenapa begitu melihat Lu Leng dan Toan Bok Ang di belakang ranjang orang itu malah lari keluar? Di saat Lu Leng tidak habis berpikir, orang itu mengeluarkan suara dengusan dan tertawa dingin.
Hati Lu Leng tersentak dan di saat itu dia merasakan badan Toan Bok Ang bergetar.
Mereka berdua saling memandangi seakan bertanya bagaimana kalau orang itu mendatangi tempat ini? Seusai tertawa dingin, orang itu pun berkata dingin pula.
"Seh tua! Aku tahu kau agak licik! Di dalam istana iblis ini, tentunya tidak mungkin tiada seorang pun! Yang bersembunyi di belakang ranjang, adalah kau atau orang lain, kenapa masih tidak mau keluar?"
Ketika mendengar suara tawa dingin orang itu, Lu Leng dan Toan Bok Ang sudah tahu, ternyata orang itu adalah Liat Hwe Cousu, ketua Hwa San -Pai.
Namun mereka berdua justru tidak mengerti, kenapa Liat Hwe Cousu mendatangi tempat ini? "Setelah mendengar perkataan Liat Hwe Cousu, mereka berdua tambah heran dan bingung.
Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak tahu kalau tempat ini adalah istana iblis milik Mo Liong Seh Sih.
Liat Hwe Cousu menyebut "Seh tua", tentunya mereka berdua tidak jelas akan itu.
Namun mereka berdua amat cerdas, ketika menyebut "Seh tua", Liat Hwe Cousu tampak segan.
Dia berkelebat keluar, sudah pasti juga dikarenakan "Seh tua tersebut.
Oleh karena itu, Lu Leng terus berpikir, kini Liat Hwe Cousu sudah tahu tempat persembunyian mereka berdua, tapi masih tidak tahu siapa yang bersembunyi itu.
Hui Yan Bun dan Hwa San Pai tidak punya hubungan apaapa, tapi dirinya sendiri dengan Liat Hwe Cousu, justru punya sedikit dendam kebencian Kalau Liat Hwe Cousu tahu Lu Leng yang bersembunyi di situ, kemungkinan besar akan mencelakainya, Maka, karena di dalam kamar itu tidak terdapat orang luar, maka Lu Leng mengambil keputusan untuk mengelabuinya "Ha ha ha!"
Lu Leng tertawa dengan suara parau.
"Liat Hwe, ternyata kau masih ingat dalam rimba persilatan terdapat diriku Seh tua! Kau telah mencelakai kedua pelayanku, bagaimana tanggung jawabmu?"
Katanya.
Tentunya Lu Leng tidak tahu siapa itu "Seh tua", namun dia tahu bahwa orang itu adalah orang aneh yang amat terkenal, maka ketika mengatakan begitu, memang cocok dan sesuai dengan diri Mo Liong Seh Sih (Naga iblis Seh Sih).
Badan Liat Hwe Cousu tergetar sedikit, kelihatannya dia amat terkejut Justru di saat bersamaan, terdengar suara tawa di belakang Lu Leng.
Lu Leng menganggap yang tertawa itu adalah Toan Bok Ang.
sungguh keterlaluan gadis itu, di hadapan musuh tangguh masih tertawa, pikirnya.
Karena itu, Lu Leng menoleh ke belakang, sedangkan Toan Bok Ang juga memandangnya dengan wajah tercengang.
Itu membuat Lu Leng tahu, bahwa yang tertawa tadi bukan gadis itu.
Belakang mereka adalah dinding, Tidak mungkin ada orang ketiga berada di situ, Kalau begitu, dari mana munculnya suara tadi? Kalau salah dengar, bagaimana mungkin kedua-duanya salah dengar? Lu Leng merasa bahwa urusan semakin ganjil, Bukan hanya di depan pintu terdapat musuh yang amat lihay, namun masih terdapat orang tangguh yang tak kelihatan dan itu amat membahayakan diri mereka berdua.
Setelah tertegun sejenak, mendadak Liat Hwe Cousu tertawa gelak.
"Ha ha ha! Seh tua, kalau kau masih hidup, kawan lama menerjang ke mari tanpa sengaja! Kenapa kau harus bersembunyi di belakang kelambu ?"
Apa boleh buat!"
Pikir Lu Leng, sudah kepalang tanggung menyamar sebagai "Seh tua", harus di lanjutkan.
"Liat Hwe, kini kau sudah berada di depan kamar, kenapa tidak masuk beristirahat sebentar?"
Seusai Lu Leng berkata begitu, mendadak terdengar suara tawa lagi di belakangnya, seperti suara tawa geli.
Betapa terkejutnya Lu Leng, Dia langsung menoleh ke belakang, tapi tetap hanya melihat dinding.
Di saat bersamaan, terdengar Liat Hwe Cousu mengeluarkan suara "lh"
Lalu berkata.
"Seh tua, sudah sekian lama kau tidak memunculkan diri dalam rimba persilatan seharusnya ilmu silatmu bertambah tinggi, Tapi kenapa suaramu justru seperti suara orang terluka parah?"
Lu Leng terkejut bukan main. Dia tidak menyangka bahwa Liat Hwe Cousu begitu lihay. Dapat dikelabui satu kali, tidak dapat dikelabui dua kali, Kalau Lu Leng masih berkata lagi, Liat Hwe Cousu pasti tahu bahwa ada orang lain menyamar sebagai "Seh tua"
Dia tidak berani memasuki kamar itu, sebab masih merasa segan terhadap "Seh tua"
Oleh karena itu, Lu Leng mengambil keputusan menciptakan kemisteriusan "Ha ha ha!"
Lu Leng cuma tertawa parau, tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Setelah itu, Lu Leng memberi isyarat kepada Toan Bok Ang, agar gadis itu jangan mengeluarkan suara, sedangkan dia sendiri mulai menghimpun hawa murni untuk menyembuhkan luka dalamnya.
Kalau bisa cepat sembuh, mungkin masih dapat menghadapi musuh itu.
Terdengar suara langkah berat di luar pintu kamar dan tak lama Liat Hwe Cousu berkata.
"Seh tua, aku ke mari tidak berniat jahat. Kalau kedua pelayanmu itu tidak mendadak menyerangku, lagipula kepandaian mereka berdua amat rendah, tentunya nyawa mereka tidak akan melayang."
Berkata sampai di situ, dia maju selangkah ke kamar, kemudian melanjutkan "Sudah lama kau hidup menyepi di sini, sudah pasti tidak berniat keluar Dengar-dengar di dalam gudangmu terdapat beberapa macam barang pusaka, sungguh sayang sekali hanya disimpan di dalam gudang, bagaimana kalau aku pinjam?"
Mendengar ucapan itu, hati Lu Leng tersentak, sebab tujuannya ke gunung Tang Ku Sat, justru mencari panah Bulu Api demi menghadapi Liok Ci Khim Mo.
Majikan istana iblis sudah lama tinggal di tempat ini, jangan-jangan dia yang menemukan ketujuh batang Panah Bulu Api, lalu disimpan di dalam gudang.
Saat ini, Lu Leng merasa ingin sekali membuka mulut bertanya kepada Liat Hwe Cousu, berada di mana gudang tersebut.
Teringat akan ketujuh batang Panah Bulu Api, semangat Lu Leng terbangun otomatis hawa murninya berputar lebih cepat di dalam tubuhnya.
Tak seberapa lama, wajahnya sudah mulai tampak bercahaya dan rasa sakit di dadanya mulai hilang.
Lu Leng tahu bahwa saat ini luka dalamnya telah hampir pulih, dia segera memandang ke depan, tampak tangan Liat Hwe Cousu membawa begitu banyak batangan besi, kemudian ditancap-tancapkan di depan pintu kamar, sepertinya sedang membentuk semacam formasi.
Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak tahu, Liat Hwe Cousu sedang berbuat apa di situ, Berselang beberapa saat, puluhan batang besi sudah tertancap semua di depan pintu kamar.
sedangkan Lu Leng masih terus menghimpun hawa murninya dan tak seberapa lama, luka dalamnya sudah pulih.
Lu Leng segera menoleh ke arah Toan Bok Ang.
Tampak sepasang mata Toan Bok Ang yang indah itu, terus menerus memandang Lu Leng dengan berbinar-binar.
"Kita..."
Kata Lu Leng sambil tersenyum, Belum juga Lu Leng usai berkata, sudah terdengar suara Liat Hwe Cousu.
"Seh tua, kecuali di dalam kamarmu terdapat jalan rahasia, Kalau tidak, jangan harap kau bisa keluar, sebab aku sudah membentuk Tu Thian Liat Hwe Tin (Formasi Api Langit) di luar pintu! Apakah kau ingin mencoba menerjang formasi yang kubentuk itu?"
Lu Leng melihat Liat Hwe Cousu berdiri di sisi formasi tampak puas sekali Kini luka dalam Lu Leng telah pulih, Tentunya dia ingin mencoba, tetapi Liat Hwe Cousu merupakan tokoh tua yang 1511 amat terkenal.
Selama puluhan tahun, belum pernah bertemu lawan yang setanding, sedangkan dirinya....
Mendadak terdengar suara "Hah"
Di sisinya, ternyata badan Toan Bok Ang meluncur ke depan.
Begitu cepat gerakan Toan Bok Ang sehingga tak terkendali.
Maka dia menubruk sebuah meja.
Namun badan gadis itu tetap tidak berhenti, terus meluncur ke depan.
Betapa terkejutnya Lu Leng menyaksikan itu.
Dia pun langsung melesat ke depan, akhirnya mereka berdua berhenti di dekat mulut pintu kamar Wajah gadis itu tampak kebingungan.
Saat ini, mereka berdua berdiri di hadapan Liat Hwe Cousu.
Lu Leng tahu bahwa keadaan saat itu amat genting dan tiada waktu lagi baginya untuk bertanya kepada Toan Bok Ang apa sebabnya mendadak dia meluncur ke depan, Ketika melihat mereka berdua, Liat Hwe Cousu terbelalak.
"Hah? Kalian berdua juga berada di sini?"
Kata-nya. Jarak Lu Leng dengan Liat Hwe Cousu hanya beberapa depa. Walau merasa tegang sekali, namun wajah maupun sikapnya kelihatan acuh tak acuh.
"Kenapa merasa heran?"
Tanyanya.
"Di mana Seh tua? Kenapa dia tidak berani memunculkan diri?"
Liat Hwe Cousu balik bertanya, 1512
"Orang tua itu malas bertemumu."
Sahut Lu Leng sambil tertawa. Wajah Liat Hwe Cousu tampak gusar "Orang tua itu tidak mau diganggu, lebih baik kau pergi saja!"
Kata Lu Leng, Mendadak Liat Hwe Cousu seperti teringat se-suatu, kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Sungguh licik kau! Ternyata kau yang tadi menyamar sebagai Seh tua!"
Padahal Lu Leng berkata begitu tadi, maksudnya agar Liat Hwe Cousu meninggalkan tempat itu. Namun ketika mendengar Liat Hwe Cousu berkata begitu, dalam hatinya terasa dingin dan dia segera memandang Toan Bok Ang.
"Nona Toan, kau mundurlah!"
Katanya.
"Lu Siauhiap, tadi.,."
Sahut gadis itu. Sebelum Toan Bok Ang usai berkata, Liat Hwe Cousu sudah tertawa lagi memutuskan ucapan gadis itu.
"Ha ha ha! Bagus! Hari itu Giok Bin Sin Kun yang sialan itu berhasil menyelamatkanmu! Kini aku ingin tahu bagaimana cara kau meloloskan diri!"
Liat Hwe Cousu bergerak menerjang ke arah Lu Leng, Begitu melihat badan Liat Hwe Cousu bergerak Lu Leng segera siap dan langsung menggerakkan tangannya mengeluarkan jurus Sam Hoan Toh Goat (Tiga Lingkaran Mengelilingi BuIan).
Saat ini luka dalam Lu Leng memang sudah pulih, maka betapa dahsyatnya jurus tersebut Kemudian terdengar suara "Bum Bum Bum"
Tiga kali.
Liat Hwe Cousu tertegun dan langsung melancarkan sebuah pukulan, Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya angin pukulan Liat Hwe Cousu.
Lu Leng terkejut dan mengakui bahwa Liat Hwe Cousu tidak bernama kosong, Kalau keras lawan keras, sudah jelas Lu Leng bukan lawannya, Maka, dia cepat-cepat berkelit ke samping menghindari serangan itu.
Namun kemudian tangan kanannya bergerak, jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit) dikeluarkan untuk balas menyerang.
Di saat Lu Leng mengeluarkan jurus tersebut, terdengar suara seruan kaget Toan Bok Ang dan badannya mencelat ke belakang, Saat ini Lu Leng sedang berhadapan dengan tokoh tua yang amat lihay, maka perhatian Lu Leng tidak boleh pecah.
Maka, ketika mendengar suara jeritan Toan Bok Ang, dia hanya melirik sekilas saja, Ternyata gadis itu tersambar oleh angin pukulan Liat Hwe Cousu, sehingga membuat badannya mencelat ke belakang.
Lu Leng balas menyerang dengan jurus It Ci Keng Thian, Di saat bersamaan, Liat Hwe Cousu o pun sudah melancarkan pukulan-pukulan kedua, pukulan tersebut lebih hebat dari pukulan yang pertama, Angin jari telunjuk Lu Leng dan angin pukulannya beradu dan seketika terdengar suara benturan yang amat dahsyat Bum! Badan mereka tampak bergoyang.
Lu Leng berusaha berdiri tegak namun tidak berhasil, maka terdengar suara "Ser"
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ternyata dia mundur selangkah.
Walau Liat Hwe Cousu tidak tergempur mundur oleh angin jari telunjuk Lu Leng, tapi badannya bergoyang-goyang tiga kali, itu boleh dikatakan merupakan suatu kejadian yang tidak pernah terjadi selama dua puluh tahun ini.
Maka tidak mengherankan kalau wajahnya tampak tercengang.
Bahwa Lu Leng memiliki ilmu Kim Kong Sin Ci, Liat Hwe Cousu sudah mengetahuinya sejak di Cing Yun Ling Go Bi San.
Ketika itu Lu Leng melukai si Nabi Setan-Seng Ling dengan satu jari telunjuknya.
Akan tetapi Liat Hwe Cousu juga tahu, walau ilmu Kim Kong Sin Ci amat lihay, namun Lweekang Lu Leng masih dangkal Maka Lu Leng sudah pasti tidak dapat melukainya, Oleh karena itu, dia menggunakan pukulannya untuk menggempur balik tenaga jari telunjuk Lu Leng, agar Lu Leng terluka oleh tenaganya sendiri Akan tetapi, ketika dia melancarkan pukulan kedua, ternyata tidak mampu menggempur balik tenaga Kim Kong Sin Ci, bahkan sebaliknya tenaga pukulannya nyaris tergempur balik.
Betapa terkejutnya Liat Hwe Cousu, Dia segera mengerahkan Lweekangnya hingga delapan bagian, barulah dapat menggempur Lu Leng mundur selangkah tapi badannya pun bergoyang-goyang sampai tiga kali Kalau dinilai dari Lweekang, tentunya Lu Leng tidak bisa dibandingkan dengan Liat Hwe Cousu, Namun setelah Lu Leng 1515 makan Ling Che tujuh warna, Lweekangnya telah bertambah maju, Lagipula Kim Kong Sin Ci yang dilatih Lu Leng, merupakan ilmu yang teramat tinggi tingkatnya, maka mampu membuat badan Liat Hwe Cousu bergoyang-goyang tiga kali Ketika menyaksikan Lweekang Lu Leng begitu hebat, Liat Hwe Cousu justru tidak mengerti sehingga membuatnya tidak berani melancarkan serangan lagi Lu Leng menarik nafas lega, lalu menoleh ke arah Toan Bok Ang.
Seketika dia terbelalak karena di dalam kamar itu tidak tampak bayangan gadis tersebut Tadi Toan Bok Ang masih di dalam kamar, itu memang nyata sekali sedangkan Lu Leng berada dekat mulut pintu kamar, Kalau Toan Bok Ang pergi tentunya harus melalui pintu kamar itu.
Lagipula tidak mungkin Lu Leng tidak melihatnya, seandainya gadis itu terluka oleh angin pukulan Liat Hwe Cousu, juga harus berada di dalam kamar, Akan tetapi, kini justru tiada bayangannya sama sekali.
Lu Leng tertegun Dia mendongakkan kepala untuk memandang Liat Hwe Cousu, sedangkan Liat Hwe Cousu berada di hadapannya Kalau tadi Toan Bok Ang pergi lewat di sisinya, sudah pasti Liat Hwe Cousu melihatnya.
Ketika Lu Leng memandangya, wajah Liat Hwe Cousu tampak penuh keheranan Ekspresi wajahnya itu, pertanda dia pun tidak tahu Toan Bok Ang pergi ke mana, sedangkan di dalam kamar itu tidak terdapat jalan lain, Lu Leng segera teringat ketika tadi dirinya menyamar sebagai "Seh tua", Ketika dia berkata kepada Liat Hwe Cousu, telinganya mendengar suara tawa orang dua kali.
Lagipula ketika Toan Bok Ang menerjang ke depan, sikapnya sungguh aneh sekali, dan kelihatannya gadis itu ingin mengatakan sesuatu kepadanya, Kini Lu Leng merasa tempat itu semakin ganjil, Dia mundur selangkah.
sementara Liat Hwe Cousu terheran-heran, ketika melihat Toan Bok Ang kehilangan jejak.
Lama sekali Liat Hwe Cousu tertegun Setelah melihat tiada gejala apa pun, dia teringat akan kejadian tempo hari, Kemunculan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menyelamatkan Lu Leng dan Tam Goat Hua, bahkan sekaligus mempermainkannya pula, Teringat akan kejadian itu, kegusarannya menjadi memuncak, wajahnya langsung berubah, kemudian dia tertawa dingin.
"Bocah, kepandaianmu sungguh maju pesat sekali !"
Sembari berkata, sepasang matanya menyorot tajam ke arah Lu Leng, sedangkan Lu Leng memang berdiri berhadapan dengannya, Sudah barang tentu mereka beradu pandang ketika menyaksikan sorotan yang begitu tajam, Lu Leng tertegun.
Setelah itu, dia merasa hatinya mulai kacau dan merasa ada sesuatu kekuatan yang amat dahsyat menerjang ke arah nya.
Lu Leng terkejut bukan main dan seketika dia teringat akan ilmu Hian Sin Tay Hoat yang dimiliki Liat Hwe Cousu, Bagaimana boleh beradu pandang dengannya? Untung saat ini Lweekangnya sudah tinggi.
Begitu merasa tidak beres, dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Di saat bersamaan, Liat Hwe Cousu justru telah maju dua langkah, Kelima jari tangannya bagaikan cakar, menyerang bagaikan kilat dan tidak menimbulkan suara ke arah dada Lu Leng.
Saat ini, Lu Leng sedang berusaha mengalihkan pandangannya, agar tidak terpengaruh ilmu Hian Sin Tay Hoat, maka sama sekali tidak memperhatikan serangan tersebut.
Di saat serangan itu hampir mengenai dadanya, mendadak terdengar suara tawa nyaring di luar pintu, kemudian terdengar pula suara teguran.
"Liat Hwe Cousu, kenapa kau begitu tak tahu malu, menyerang orang secara diam-diam?"
Suara teguran itu amat nyaring dan merdu, bagaikan kicauan burung di pagi hari, membuat Liat Hwe Cousu menjadi tertegun.
Padahal dia amat angkuh, Terhadap orang yang dianggapnya tidak sederajat dengan dirinya, dia pasti tidak akan turun tangan, Namun semua itu hanya di hadapan orang.
sedangkan kini di dalam kamar itu tiada orang lain, maka dia menggunakan ilmu Hian Sin Tay Hoat untuk 1518 mempengaruhi Lu Leng, kemudian menyerangnya secara diam-diam.
Itu termasuk serangan secara tidak terang-terangan.
Kalau tersiar keluar, namanya pasti rusak dan akan dijadikan bahan pembicaraan kaum Bulim.
Oleh karena itu, ketika mendengar suara teguran di belakangnya, dia menjadi tertegun.
sedangkan Lu Leng sudah berkelit ke samping.
Lu Leng dan Liat Hwe Cousu sama-sama menoleh ke arah suara itu, ternyata Toan Bok Ang.
Bagaimana cara dia keluar dari kamar itu, memang sungguh membingungkan! Kini wajahnya tampak berseri-seri, bahkan berdiri di atas sebatang besi yang ditancapkan Liat Hwe Cousu tadi, matanya terus memandang ketua Hwa San Pai itu.
Wajah Liat Hwe Cousu merah padam "Omong kosong!"
Bentaknya, Toan Bok Ang tertawa.
"Hi hi! Liat Hwe Cousu, kau tidak usah menyangkal lagi, tadi aku melihat dengan jelas sekali! Kau menggunakan ilmu Hian Sin Tay Hoat, lalu melancarkan serangan secara diam-diam! Tentang itu, kalau terdengar oleh kaum rimba persilatan mereka tentu akan mentertawakanmu!"
Wajah Liat Hwe Cousu berubah ungu.
"Kau pun tidak bisa keluar dari sini!"
Ujarnya dengan dingin. Toan Bok Ang tertawa lagi dan memandang Liat Hwe Cousu.
"Tahukah Liat Hwe Cousu, tempat apakah ini?"
Liat Hwe Cousu mendengus.
"Hm! Kalau tidak tahu, bagaimana aku berani masuk?"
"Tidak salah! Maka Liat Hwe Cousu harus tahu diri, jangan macam-macam di sini!"
Kata Toan Bok Ang.
Mendengar ucapan itu, Lu Leng menjadi terperangah.
Karena kedengarannya, setelah dia menghilang secara misterius tadi, dan kini muncul mendadak, kelihatannya telah mengalami sesuatu, maka tahu tempat apa ini.
Liat Hwe Cousu tertawa dingin "Gadis liar! Ajalmu telah tiba, apakah masih punya dekingan?"
Toan Bok Ang tertawa, lalu melayang turun dari batang besi yang diinjaknya tadi, Gadis itu sama sekali tidak menghiraukan apa yang diucapkan Liat Hwe Cousu, sebaliknya malah bergumam.
"Apa ini Tu Thian Liat Hwe Tin? Sama juga tahi anjing yang amat bau!"
Apa yang dikatakan Toan Bok Ang barusan, merupakan suatu sindiran yang amat menggelikan sebab Tu Thian Liat Hwe Tin yang amat lihay itu disamakan dengan tahi anjing, itu sungguh merupakan suatu penghinaan bagi Liat Hwe Cousu.
Sejak Liat Hwe Cousu mulai terkenal dalam rimba persilatan tidak pernah mengalami penghinaan seperti itu.
Akan tetapi, Liat Hwe Cousu memang licik.
Ketika melihat sikap Toan Bok Ang yang tidak takut akan formasi itu, dia menduga pasti ada apa-apanya.
Liat Hwe Cousu tidak takut terhadap siapa pun, hanya merasa segan terhadap Mo Liong Seh Sih.
Namun sudah sekian lama Mo Liong Seh Sih tidak pernah memunculkan diri dalam rimba persilatan mati atau masih hidup tiada seorang pun mengetahuinya, sedangkan Liat Hwe Cousu memang tidak sengaja memasuki istana iblis tersebut Dia berhasil menerobos keluar dari formasi yang di mulut lembah, itu dikarenakan Toa Sah dan Ji Sah telah menolong Hek Sin Kun, kemudian menolong Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang, maka beberapa bagian yang amat penting telah dirusak mereka, sehingga Liat Hwe Cousu dapat menerobos keluar.
Setelah menerobos keluar, dia sudah tahu bahwa formasi itu dibuat oleh Mo Liong Seh Sih.
Ketika melihat Lu Leng dan Toan Bok Ang berada di situ dia terheran-heran dan tidak habis pikir.
Oleh karena itu, dia menekan hawa kegusarannya lalu berkata dengan dingin.
Tidak salah.
itu memang formasi Tu Thian Liat Hwe Tin.
Kau yakin dapat menerobosnya?"
Liat Hwe Cousu membentuk formasi itu di depan pintu kamar, khususnya untuk menghadapi Mo Liong Seh Sih.
Karena tadi Lu Leng dengan suara parau menyamar sebagai Mo Liong Seh Sih, Liat Hwe Cousu tidak tahu yang berkata itu asli Mo Liong Seh Sih atau bukan, Maka, dia langsung membentuk formasi tersebut yang merupakan formasi rahasia Hwa San Pai, aslinya adalah Cap Ji Tu Thian Liat Hwe Tin.
Siapa yang memasuki formasi tersebut pasti sulit keluar lagi, Liat Hwe Cousu ingin mengurung Mo Liong Seh Sih di dalam formasi itu, Maka, dapat dibayangkan betapa lihaynya formasi tersebut Oleh karena itu, Liat Hwe Cousu yakin bahwa Toan Bok Ang tidak akan berani memasuki formasi itu, Akan tetapi, justru sungguh di luar dugaannya, Toan Bok Ang malah tertawa cekikikan.
"Hi hi hi! Formasi tahi anjing Liat Hwe Tin ini, dapat mengurung diriku?"
Usai berkata begitu, Toan Bok Ang memasuki formasi itu.
seketika juga air muka Liat Hwe Cousu berubah dan terperangah.
Sebab Cap Ji Tu Thian Liat Hwe Tin berjumlah dua belas pintu, hanya ada satu pintu hidup, sebelas pintu lain merupakan pintu mati, Apabila salah melangkah, jangan harap bisa hidup lagi.
Namun kini, Toan Bok Ang justru memasuki pintu hidup, tentunya membuat Liat Hwe Cousu terheran-heran.
Setelah memasuki formasi itu, Toan Bok Ang tampak berlari ke sana ke mari, bahkan kadang-kadang maju dan mundur, kelihatannya seperti terkurung di dalam formasi tersebut Tapi kalau dilihat secara cermat, justru langkah Toan Bok Ang amat teratur.
Sementara Lu Leng terus memperhatikan wajah Liat Hwe Cousu yang kian lama kian bertambah tak sedap dipandang.
Tak sampai seperminuman teh, Toan Bok Ang tertawa lalu badannya berkelebat keluar dari formasi itu dan tahu-tahu dia sudah berdiri di mulut pintu kamar tersebut.
* * * * Bab 71 Toan Bok Ang tertawa merdu dan memandang Liat Hwe Cousu.
"Bagaimana?"
Tanyanya, Ketika Toan Bok Ang muncul di situ, Lu Leng melihat wajah Liat Hwe Cousu berubah hebat. Dia terkejut menyaksikan perubahan wajah Liat Hwe Cousu, sebab perubahan wajah itu menandakan niat tidak baik.
"Hati-hati!"
Serunya.
Dia maju selangkah sambil mengeluarkan jurus Cap Bin Li Cing (Menggati sepuluh Arah), mengerahkan tujuh bagian tenaga dan langsung menyerang Liat Hwe Cousu.
Akan tetap i, di saat itu mendadak Liat Hwe Cousu bersiul aneh dan sepasang telapak tangannya diarahkan pada Toan Bok Ang.
Betapa dahsyatnya Lweekang Liat Hwe Cousu, Temyata dia telah menyerang Toan Bok Ang dengan sepenuh tenaga, sehingga sekujur badan gadis itu terkurung oleh tenaga yang amat dahsyat itu.
Menyaksikan kejadian itu hati Lu Leng terasa dingin sekali.
Karena dia tahu, walau jurusnya itu dapat melukai Liat Hwe Cousu, namun Toan Bok Ang pasti mati terserang pukulan Liat Hwe Cousu, Walau Lu Leng tidak akan menerima cinta gadis itu, tapi di mata Lu Leng Toan Bok Ang merupakan gadis yang baik dan lemah lembut Bagaimana mungkin Lu Leng menyiarkannya mati? Lu Leng pun tahu, mau menyelamatkan Toan Bok Ang di bawah pukulan Liat Hwe Cousu, itu merupakan hal yang tak mungkin, Namun melihat keadaan Toan Bok Ang dalam bahaya, dia sama sekali tidak memikirkan hal lain lagi, Mendadak dia membentak sambil melesat ke depan dengan jurus tak berubah, menerjang ke arah Liat Hwe Cousu.
Tujuan Lu Leng dengan jurus tersebut membuyarkan tenaga pukulan Liat Hwe Cousu, agar Toan Bok Ang dapat menyelamatkan diri, Tapi bagaimana dirinya? Apakah akan terluka oleh pukulan Liat Hwe Cousu? Dia sama sekali tidak memikirkan itu.
Akan tetapi, di saat dia menerjang, tiba-tiba terdengar suara seruan Toan Bok Ang yang amat merdu.
"Lu Siauhiap, jangan menempuh bahaya!"
Lu Leng tertegun, namun masih sempat memandang Toan Bok Ang.
Tampak wajah gadis itu berseri, seakan tiada urusan apa-apa.
Seketika juga Lu Leng batal menyerang Liat Hwe Cousu, karena dia melihat Toan Bok Ang menggerakkan sepasang lengannya.
Terdengar suara "Cring Cring"
Yang amat nyaring dua kali kemudian tampak cahaya yang menyilaukan mata mengarah pukulan Liat Hwe Cousu, Kejadian itu sungguh cepat, namun Lu Leng dapat menduga, tadi Toan Bok Ang hilang mendadak, pasti bertemu orang berilmu tinggi dan memperoleh petunjuknya.
Lu Leng menarik nafas lega, Namun jaraknya dengan Liat Hwe Cousu hanya satu depa lebih.
Walau Lu Leng batal menyerang Liat Hwe Cousu, tapi angin jari telunjuknya tetap mengarah punggung Liat Hwe Cousu, maka Liat Hwe Cousu diserang dari depan belakang, itu merupakan perubahan yang mendadak, sehingga Liat Hwe Cousu tidak dapat berkelit.
Akan tetapi, Liat Hwe Cousu yang sudah terkenal puluhan tahun, tentunya memiliki kepandaian yang luar biasa, Terutama di saat itu, dia sudah mengenali benda apa yang menyerangnya.
Kalaupun tiada angin serangan Lu Leng dari belakang, Liat Hwe Cousu juga tidak berani menyambut benda yang berkilau-kilauan itu, sepasang telapak tangan yang diarahkan pada Toan Bok Ang, mendadak diturunkan mengarah ke lantai Terdengar suara "Bum Bum"
Dua kali dan seketika lantai yang terbuat dari batu pualam hancur berkeping-keping.
Dengan tenaga itu maka badan Liat Hwe Cousu mencelat ke atas secara mendadak, Sudah barang tentu dia berhasil berkelit menghindari angin serangan Lu Leng dan kedua benda bercahaya itu, Lu Leng dan Toan Bok Ang terperangah, karena kejadian itu sungguh di luar dugaan mereka, Justru terjadi perubahan yang amat mengejutkan jurus Cap Bin Li Cing (Menggali Sepuluh Arah) yang dilancarkan Lu Leng langsung mengarah pada Toan Bok Ang, sedangkan kedua benda bercahaya meluncur ke arah Lu Leng.
Seketika mereka berdua terkejut bukan main, Entah harus bagaimana baiknya, sebab serangan mereka sudah tidak bisa ditarik kembali.
Di saat mereka berdua akan saling melukai, mendadak terdengar suara "Ser Ser Ser"
Tiga kali, Seketika Lu Leng merasa jalan darahnya yang di bagian pinggang berkesemutan, sehingga tenaganya menjadi hilang lenyap, maka jurus Cap Bin Li Cing yang dilancarkannya tadi sudah tidak mengandung tenaga Kim Kong Sin Ci.
Betapa girangnya Lu Leng, namun tetap terbelalak menyaksikan kedua benda bercahaya mengarah kepadanya Mendadak terdengr suara Ting Ting"
Dua kali. Kedua benda itu sudah berada di depan matanya, Benda-benda itu menyilaukan sehingga nyaris membuat matanya tak dapat dibuka, Namun mendadak kedua benda bercahaya itu berputar dan meluncur ke atas, Terdengar suara "Plak Plak"
Dua kali, kemudian disusul suara geraman Liat Hwe Cousu.
Lu Leng dan Toan Bok Ang mendongakkan kepala, Mereka berdua tampak terkejut tapi juga tertawa geli.
Ternyata Liat Hwe Cousu mencelat ke atas, tadi maksudnya ingin menjebol langit-langit dan atap untuk keluar, setelah itu barulah bertindak lagi.
Akan tetapi, di saat itu pula kedua benda bercahaya itu meluncur laksana kilat ke arahnya, sehingga dia harus berjungkir balik untuk menghindar Namun dia terlambat, hingga salah satu benda itu menembus jubahnya dan terus menancap di langit-langit, maka Liat Hwe Cousu bergantung di situ.
Kini tentunya Lu Leng tahu bahwa ada seseorang yang berilmu amat tinggi telah menyelamatkan mereka berdua, Sebab kalau tidak, mereka berdua pasti sudah terluka parah.
Ketika melihat Liat Hwe Cousu bergantung di langit-langit, Lu Leng dan Toan Bok Ang tertawa geli, kemudian Toan Bok Ang membentak Terdengar suara "Ser Ser", kedua benda bercahaya sudah kembali ke tangan gadis itu.
Liat Hwe Cousu melayang turun, wajahnya menghijau sambil tertawa dingin, lalu menggeram.
"Seh tua, kau masih tidak mau keluar?"
Toan Bok Ang tertawa.
"Liat Hwe Cousu, melawan kami berdua saja kau tidak sanggup, kenapa masih berteriak-teriak memanggil orang lain?"
Jubah Liat Hwe Cousu bergerak-gerak, pertanda dia sudah marah besar Toan Bok Ang tertawa lagi.
"Hi hi! Liat Hwe Cousu, tadi keadaanmu sungguh sedap dipandang, persis seperti kura-kura bergantung di langit-langit, mau naik susah, mau turun tidak bisa!"
Kali ini Liat Hwe Cousu sungguh marah besar, bahkan Lu Leng pun merasa Toan Bok Ang agak keterlaluan Liat Hwe Cousu menggeram keras dan langsung menjulurkan kelima jari tangannya ke arah dada Toan Bok Ang.
Gadis itu memang sudah siap, karena tahu Liat Hwe Cousu pasti marah besar disindir seperti itu.
Maka dia segera mengerahkan Ginkang untuk berkelit ke samping, Gin kang Hui Yan Bun memang amat terkenal dalam rimba persilatan Maka, begitu bergerak, Toan Bok Ang langsung menghilang dari hadapan Liat Hwe Cousu, sehingga cengkeraman Liat Hwe Cousu membentur tempat kosong, Namun Liat Hwe Cousu segera membalikkan tangannya ke arah gadis yang telah berkelit itu, Kali ini Liat Hwe Cousu menggunakan tenaga yang amat dahsyat Badan Toan Bok Ang termundur-mundur tersambar angin pukulan itu, dan nyaris roboh seketika.
Betapa terkejutnya Toan Bok Ang.
Dia langsung menggerakkan tangannya dan seketika tampak dua benda bercahaya meluncur ke arah Liat Hwe Cousu, Akan tetapi, saat ini Liat Hwe Cousu telah siap, Dia menggeram lagi sambil mencengkeram kedua benda bercahaya itu, sekaligus menyentak sehingga Toan Bok Ang tersentak ke arahnya, Liat Hwe Cousu pun mengangkat sebelah tangannya, Kelihatannya dia sudah siap menghantam ubun-ubun gadis itu.
Betapa terkejutnya Lu Leng menyaksikan itu, Dia ingin melancarkan Kira Kong Sin Ci untuk menyelamatkan Toan Bok Ang, tapi sudah terlambat Di saat itulah mendadak terdengar suara tawa "Ha ha"
Kemudian entah dari mana munculnya, tahu-tahu di dalam kamar itu sudah bertambah seorang.
Orang itu berbadan tinggi besar.
Liat Hwe Cousu yang tergolong tinggi besar, masih lebih pendek sedikit dari orang itu, Kemunculan orang itu begitu mendadak, maka membuat Liat Hwe Cousu tertegun Tangannya yang telah diangkat siap menghantam ubun-ubun Toan Bok Ang berhenti seketika, 1529 Di saat tangan Liat Hwe Cousu berhenti, orang tersebut sudah berada di hadapannya.
Lu Leng hanya melihat punggung orang itu.
Tampak orang itu menjulurkan tangannya ke arah tangan Liat Hwe Cousu yang terangkat itu.
Kelihatannya dia seperti ingin menangkis tangan Liat Hwe Cousu agar tidak menghantam ubun-ubun Toan Bok Ang.
Gerakan orang itu seperti gerakan anak kecil bermain silat-silatan, Padahal yang dihadapinya adalah Liat Hwe Cousu yang amat terkenal.
Maka, Lu Leng terperangah menyaksikannya.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendadak kedua jari tangan Liat Hwe Cousu bergerak ke arah muka orang tersebut itu adalah jurus Siang Liong Cioh Cu (Sepasang Naga Merebut Mutiara), Ternyata Liat Hwe Cousu ingin menyerang sepasang mata orang itu, Sementara Toan Bok Ang terpaksa harus melepaskan senjata anehnya.
Kemudian dengan wajah kehijau-hijauan dia mendekati Lu Leng dan berdiri di sampingnya Sedangkan perhatian Lu Leng sedang terpusat pada orangtua yang baru muncul ini.
"Ha ha!"
Orang itu tertawa.
Badannya dibungkukkan sedikit lalu dengan kepalanya dia menyundul dada Liat Hwe Cousu, Gerakannya sama sekali bukan merupakan jurus apa pun, melainkan seperti perkelahian anak kecil.
Akan tetapi, jurus yang tidak karuan itu justru amat tepat digunakan di saat itu, sebab tangan Liat Hwe Cousu berada di 1530 atas, sedangkan badan orangtua itu berada di bawah karena membungkuk maka jurus Siang Liong Cioh Cu (Sepasang Naga Merebut Mutiara) yang dilancarkan Liat Hwe Cousu jatuh di tempat kosong, Malah dia pun tidak menyangka akan datangnya jurus yang tidak karuan itu, maka dia tidak berjaga-jaga.
Liat Hwe Cousu tertegun, namun dia masih sempat berkelit ke samping, sekaligus mengeluarkan jurus Pou Ti Seng Sin (Kapak Membelah Kayu), Tangannya menghantam dari atas ke bawah.
Orang tua itu tertawa lagi, kemudian mendadak mencelat ke belakang dan memandang Liat Hwe Cousu.
"Liat Hwe Cousu, kenapa adatmu masih sebakul? Kenapa harus begitu ?"
Kini Lu Leng baru melihat jelas orangtua itu.
"Hm! Seh tua, jangan banyak omong!"
Kata Liat Hwe Cousu.
Sementara Lu Leng memperhatikan orang yang baru muncul itu, Orang itu mengenakan jubah dari bahan kain kasar, yang panjangnya cuma sampai di lutut Kakinya tanpa alas, sepuluh jarinya berkuku amat panjang, rambutnya putih keperak-perakan, muka merah dan sepasang matanya menyorot tajam sekali.
Liat Hwe Cousu memelototi orang tua itu, kemudian mengibaskan tangannya seraya berkata.
"Seh tua! senjatamu Sian Tian Sin So (Bola Sakti Kilat) yang menggemparkan rimba persilatan di masa lalu, sudah berada di tanganku! Kau masih berani sok di hadapanku?"
Orangtua itu tertawa.
"Ha ha! Liat Hwe Tua, jangan menempelkan emas pada wajah sendiri! Senjata Sian Tian Sin So telah kuhadiahkan kepada gadis itu, Kau merebutnya dari tangan gadis itu, sudah membuatmu kehilangan muka, masih berani membusungkan dada?"
Wajah Liat Hwe Cousu memerah, lalu dia mengalihkan pembicaraan lain.
"Tadi aku memanggilmu kenapa kau tidak memunculkan diri?"
Padahal Lu Leng tidak tahu siapa orangtua itu. Tapi karena mendengar Liat Hwe Cousu mengatakan begitu, maka dia menjadi tahu siapa yang disebut "Seh tua"
Tersebut Dia nyaris tertawa karena teringat tadi dirinya menyamar sebagai orang itu untuk menakut-nakuti Liat Hwe Cousu.
"Sudah lama aku meninggalkan tempat ini, baru pulang tadi, maka tidak mendengar kau memanggilku"
Sahut orangtua itu.
"Selama itu kau berada di mana?"
Tanya Liat Hwe Cousu.
"Kolong langit begitu luas, empat penjuru lautan adalah rumah, Liat Hwe Tua, kau telah melukai kedua pelayanku! sesungguhnya aku tidak bisa melepaskanmu. Tapi dua puluh tahun ini, aku sudah tidak mau bergebrak dengan siapa pun! Lagipula aku pernah berhutang kepadamu, Maka, pergi lah, tapi tinggalkan senjata Sian Tian Sin So Hu!"
Sahut orangtua itu sambil tertawa. Liat Hwe Cousu tertawa dingin.
"Seh tua, apakah kau takut padaku?"
Ketika mendengar sampai di situ, Lu Leng segera berbisik kepada Tan Bok Ang.
"Nona Toan, kau tahu siapa orangtua itu?"
Toan Bok Ang menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku pun tidak tahu, Tadi ketika aku tersambar oleh angin pukulan Liat Hwe Cousu, badanku terpental menubruk dinding, sehingga dinding itu bergerak dan aku masuk ke dalam, Di situ aku bertemu orangtua itu, Dia memberiku senjata Sian Tian Sin So, dan mengajarku cara mempergunakannya, serta cara memecahkan formasi Liat Hwe Tin. Setelah itu barulah aku muncul."
Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Dua Musuh Turunan Karya Liang Ie Shen