Pedang Bunga Bwee 1
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID Bagian 1
Pedang Bunga Bwee Karya dari Tjan I D
Pedang Bunga Bwee Saduran .
Tjan ID MALAM kelam seluruh kota Yang- chiu diliputi kegelapan, suasana sunyi senyap.
Disisi kota itu terletak suatu telaga yang disebut telaga So - Si - Auw, berbeda dengan suasana kota, telaga itu ramai sekali dengan perahu-perahu pesiar yang hilir mudik ditengah telaga.
Ketika itulah, tampak sebuah perahu berlabuh jauh ditengah telaga, pintu jendelanya tertutup rapat, dari balik ruang perahu tak kedengaran sedikit suarapun.
Dari lampu lentera yang jauh tergantung diatas tiang layar, para penduduk kota Yang-chiu segera mengenali perahu itu sebagai perahu pribadi Liek Hong Hwie, pelaCur kelas tinggi dari kota tersebut Lie Hong Hwie baru muncul tiga bulan berselang, namun keharuman namanya sudah menjelajahi hampir seluruh kota Yang - chiu, keCantikan wajahnya, potongan badannya yang menggiurkan kepandaian sastra serta musiknya yang menawan sudah terkenal dan mempesonakan banyak orang.
Malam semakin kelam, tiba-tiba dari tempat kejauhan bergerak datang sebuah sampan keCil, diatas perahu itu duduklah seorang pelaCur yang tak laku dalam dagangannya, dengan sinar mata keheranan ia menatap perahu Lie Hong Hwie tajam-tajam, sementara dalam hati merasa heran.
Apa sebabnya ini hari perahu tersebut kelihatan begitu sunyi? Padahal pada hari hari biasa suasana tentu diramaikan dengan gelak tertawa manusia.
Perahu sampan meluncur semakin dekat kurang lebih lima enam tombak dari perahu besar tersebut, mendadak jendelanya terbentang lebar disusul munculnya seraut wajah hitam yang penuh dengan cambang.
"Siapa ? apa maksudmu datang kemari ?"
Terdengar orang itu membentak dengan nada tegang dan lantang. Pelacur diatas sampan itu kelihatannya tertegun lalu tertawa.
"Aaaaaah kiranya Loo Loya.."
Serunya.
"Angin apa sih yang telah menghembus dirimu, sehingga malam ini bisa muncul disini sambil minum arak sunyi ? Aku datang untuk menjenguk adik manis dari keluarga Lie ".
"Malam ini aku pinjam perahu nona Lie untuk menjamu seorang tamu agung, saat ini nona Lie tiada waktu, kau tak usah mencari dia lagi, mau ketemu besok saja "
Jendela kembali tertutup, roman wajah yang hitam itupun lenyap dari pandangan-Pelacur itu tak berani banyak bicara lagi, buru-buru ia dayung perahunya meninggalkan tempat itu.
Dia kenali wajah hitam tadi sebagai orang penting dalam pemerintahan kota Yang - chiu, dia adalah pengawal pribadi dari Tie-hu thayjien yang bernama Loo Sian Khek.
ilmu silatnya telah tersohor dalam dunia persilatan, perbuatannya tegas dan adil, kota Yang-chiu bisa aman dari pencuri pun sebagian besar berkat tenaganya.
Tetapi ada satu hal yang aneh hubungan persahabatan Loo Sian Khek amat luas lagi pula ia paling pantang main perempuan nakal.
Apa sebabnya pada malam ini ia malah menjamu tamunya diatas perahu Lie Hong Hwie, seorang pelacur kelas tinggi ? siapa yang sedang dijamu ? mengapa gerak geriknya penuh rahaSia ? Meskipun pelacur itu merasa curiga, namun ia tak berani mengintip Sebab nama besar Loo Sian Khek sudah sangat tersohor, kalau sampai cari gara-gara dengan dirinya, maka kerugian besar tentu akan didapat.
Suasana diliputi keheningan, beberapa saat kemudian dari balik ruang perahu berkumandang suara seseorang yang lembut dan merdu.
"Looya berdua cuma melulu minum arak belaka, bagaimana kalau aku nyanyikan sebuah lagu untuk kalian ? Waaaah kalau begini terus, bisa-bisa orang lain anggap kita yang ada disini sudah mati semua "
Loo Sian Khek ingin menampik, tapi suara lain segera menyambung.
"Loo heng, biarkanlah dia menyanyi sudah lama kudengar nama harum nona Lie menggetarkan kota Yang- chiu, mungkin nama besarnya tidak berada dibawah Loo- heng, selama ini siauw-te belum pernah minta petunjuknya .
"
Agaknya kedudukan orang ini luar biasa, ucapan tersebut tidak menimbulkan amarah dalam hati Loo Sian Khek. Malah ia berkata kemudian setelah termenung beberapa saat.
"Liem kongcu, dalam keadaan seperti ini kau masih punya kegembiraan untuk..."
"Loo-heng apa gunanya bersikap tegang selalu ?"
Tukas Liem - kongcu sampai tertawa.
"cuma sekuntum bunga mawar putih yang terlalu biasa, perlu apa selalu dikuatirkan ? mungkin ada orang yang sengaja ajak kau bergurau manusia hidup untuk bersenang-senang, tak usah kita pikirkan masalah itu lagi Lebih baik kita minum cari kesenangan lagi pula hatiku sudah kesal sejak tadi, Bukalah jendela jendela itu agar udara segar bisa berhembus masuk."
Belum sempat Loo Sian Khek menampik, Liem kongcu sudah mengambil tindakan cepat dengan membuka seluruh jendela ruangan tersebut.
Mengikuti terbukanya jendela, terlihatlah suasana dalam ruang perahu itu, perabot diatur rapi dan indah, ditengah ruangan tersusun sebuah meja perjamuan dan disekitar meja tadi duduklah tiga orang.
Loo sian Khek berusia empat puluh tahunan, perawakan tubuhnya tinggi kekar, sedang Liem kongcu berusia dua puluh lima enam tahunan.
badannya berwarna hitam namun tampan, Sedang orang ketiga adalah seorang nona berwajah cantik, dia bukan lain adalah Lie Hong Hwie.
Loo Sian Khek kerutkan alisnya yang tebal, agaknya ia merasa kurang leluasa untuk mengumbar amarah, cuma gerutunya.
"Kongcu, kau adalah seorang anak sekolahan yang tak tahu persoalannya dunia persilatan, pemilik bunga mawar putih itu sudah empat tahun lamanya malang melintang dalam dunia persilatan selama ini tiada korbannya yang dibiarkan hidup, kali ini dia sudah cari satroni dengan ayahmu, peristiwa ini benar luar biasa sekali, sebab selamanya ia cuma turun tangan terhadap orang kangouw dan jarang tancapkan kaki ketempat lain".
"Aaaah, aku rasa hal ini pasti disebabkan hioloo ci - Liong - Teng milik nenek moyangku itu"
Sahut Liem kongcu sambil tertawa hambar.
"Siauw-te cuma tahu itulah benda mustika, tak tahu dimanakah letak kemustikaannya ? maka setelah ayah ku menerima surat ancaman, beliau segera serahkan benda itu kepada siauw-te dan perintahkan aku untuk ikut Loo- heng datang kemari menjumpai bunga mawar putih itu, nanti seandainya persoalan bisa diselesaikan secara damai, harap Loo-heng sudahi saja persoalan itu sampai disini."
"Tetapi disamping itu siauw-te pun ingin menanyakan apa sih kegunaan dari hioloo ci-Liong-Teng tersebut"
"Kongcu pikiranmu terlalu polos."
Kata Loo Sian Kheksambil menghela napas panjang.
"Tindak tanduk si bunga mawar putih sadis dan telengas, semoga saja dia tidak melukai diri Kongcu, dengan demikian aku orang she- Loo pun bisa pertanggung jawabkan keselamatan kongcu dihadapan ayahmu, Kalau tidak... Yaaa... demi membalas budi Thayjien sekalipun harus korbankan jiwa aku harus lindungi keselamatan kongcu "
"Betulkah si mawar putih itu tidak pakai aturan ? macam apa sih orangnya ?"
Seru Liem Kongcu kurang percaya, sepasang matanya melotot bulat-bulat. Perlahan-Iahan Loo Sian Khek menghela napas panjang.
"Empat puluh tahun lamanya si Bunga mawar putih malang melintang dalam dunia persilatan namun tak seorangpun yang berhasil menyaksikan wajah aslinya, setiap kali ia selesai membunuh orang, ditinggaikannya sekuntum bunga mawar putih sebagai tanda, bahkan kebanyakan jago kangouw yang dibunuh adalah jagoan-jagoan lihay kenamaan, Ditinjau dari hal ini bisalah kita tarik kesimpulan bahwa ilmu silatnya betulbetul sangat lihai, dan perbuatannya pun telengas..."
"Siauw-te tidak setuju dengan caramu berpikir menurut penglihatan siauw-te, kemungkinan besar dia adalah seorang terpelajar yang kenal akan seni "
"
Berdasarkan alasan apa Kongcu berkata demikian ?"
"Seandainya dia adalah seorang jagoan kasar dari dunia persilatan, tidak mungkin akan gunakan Bunga Mawar Putih sebagai tanda pengenalnya, kau tahu bukan ? bunga mawar adalah dewi diantara jenis bunga lain apa lagi yang berwarna putih, disamping itu iapun meminjam tempat tinggal nona Lie sebagai tempat pertemuan, aku rasa dia betul-betul seorang yang kenal dengan seni".
"Ucapan Kongcu mungkin ada benarnya."
Kata Loo Sian Khek setelah tertegun sejenak.
"Perbuatan si bunga mawar putih kali ini memang rada luar biasa, pada umumnya ia bunuh orang kemudian tinggalkan tanda, jarang sekali sebelum peristiwa adakan janji lebih dahulu, mungkin hal ini disebabkan ayahmu bukan orang kangouw maka ia berlaku lebih sungkan. Tetapi bagaimanapun juga situasi pada malam ini jauh lebih banyak bahayanya dari pada selamat"
"Sudahlah, tak usah kita pikirkan persoalan itu lagi, dengan hadirnya seorang jago lihay macam Loo-heng, aku rasa siauwte tidak bakal terancam mara bahaya "
"Kongcu, kau menilai diriku terlalu tinggi"
Seru Loo Sian Khek sambil tertawa getir.
"walaupun aku orang she-Loo pernah belajar ilmu silat beberapa tahun, untuk menghadapi pencuri-pencuri cilik mungkin masih sanggup, tapi kalau dibandingkan dengan tokoh sakti macam si Bunga mawar Putih aku masih terpaut jauh."
"Bercerita kejadian lampau, susiok dari aku orang she-Loo yang bernama Sam Yap Toojien-pun dua puluh tahun berselang telah menemui ajalnya digunung Thay Heng San dengan sekuntum bunga mawar putih berada disisinya. Waktu itu aku orang she - Loo belum terjun-kan diri kedalam kangouw, setelah suhuku mendengar berita buruk ini, diamdiam ia bereskan jenasahnya lalu membungkam diri."
"Apakah gurumu sudahi persoalan tersebut sampai disana saja ?"
Tanya Liem Kengcu tercengang. Merah jengah selembar wajah Loo Sian Khek.
"Bukan saja suhu tidak adakan pembalasan, untuk merahasiakan peristiwa tersebut. Sebab pertama, jejak si bunga mawar putih tak menentu, gerak-geriknya bagaikan naga sakti yang kelihatan kepala tak kelihatan ekornya, sulit untuk menemukan dirinya. Kedua, perbuatan serta akhlak memang kurang lurus, sekalipun tidak mati ditangan si Bunga Mawar Putih, gurukupun akan ambil tindakan untuk bersihkan pergUruan dari noda "
"oooouw... kalau begitu perbuatan yang dilakukan si Bunga mawar putih belum tentu adalah pekerjaan jahat semua ". Kembali Loo Sian Khek tertawa getir.
"Perduli bagaimanakah perbuatannya, membunuh manusia adalah perbuatan yang tercela."
Agaknya Liem Kongeu merasa pembicaraan mereka sudah terlampau jauh, segera ia membungkam.
Loo Sian Khek pun buru-buru alihkan suasana yang serba kaku ita kedalam masalah lain- "sudahlah, kita tak usah banyak bicara lagi, lebih baik kita nikmati suara merdu dari nona Lie "
Katanya. Selama ini Lie Hong Hwie duduk disamping dengan mulut membungkam, pada saat inilah sambil tertawa ringan ujarnya.
"Sejak naik keperahu kalian berdua minum arak dengan mulut membungkam, aku yang rendah tak berani mengganggu, nama besar Loo loya sih sudah lama kudengar tak disangka Kongcu-ya ini adalah sauw-ya dari Walikota Yang-chiu"
"Sungguh aneh, aku jarang keluar rumah, dari mana bisa jadi orang terkenal dikota Yang chiu "
Ujar Liem Kongcu tersenyum. Lie Hong Hwie mengerling sekejap kearah-nya, lalu berkata.
"Nama besar Liem Sauw-ya terkenal diseluruh Kiang-Tok. setiap keluarga dikota Yang-chiu, kenal akan dirimu, hanya saja tempat kami sini terlalu rendah, tidak patut dikunjungi oleh Liem Sauw-ya".
"Haaaa.... haaa.... haaaa.... Sudah lama aku dengar keCantikan serta kepandaian nona Lie tiada keduanya, nama harummu sudah tersohor diempat penjuru, cukup mendengar beberapa patah katamu tadi, aku yakin namamu bukan nama kosong belaka. Ayoh, Cepatlah nyanyikan sebuah lagu untuk kami nikmati "
"Sauw-ya, kau adalah orang pandai dari Kiang-Tok, seandainya dalam nada laguku nanti kurang sesuai, harap Siauw-ya suka beri petunjuk..."
Kata Lie Hong Hwie sambil mempermainkan alat Piepa ditangannya.
"oooouw... kau ingin menguji diriku?"
"Aku yang rendah tak berani bertindak kurang-ajar dihadapan Siauw-ya aku hanya berharap Siauw-ya bermurah hati dengan ajukan persoalan yang tidak terlalu sulit, dari pada aku yang rendah mendapat malu "
"Baiklah, kalau begitu nyanyilah bait kenangan dari Tu-Bok, aku rasa lebih sesuai dengan pemandangan saat ini ". Lie Hong Hwie tersenyum, jari tangannya mulai bermain diatas senar pie-pa dan berkumandanglah irama lagu yang merdu diiringi nyanyian yang menawan hati.
"Bagus Bagus sekali"
Seru Liem Kongcu sambil bertepuk tangan, selesai gadis itu menyanyi "Tahu ditempat ini ada perempuan cantik yang pandai, meskipun dicaci maki ayah, aku datang juga kemari untuk berkenalan dengan dirimu ".
"oooouw kiranya Sauw-ya diawasi dengan ketat oleh Liem ThayJien "
Liem Kongcu tertawa jengah.
"Benar "
Ia mengangguk "Ayah takut aku main terus hingga mengesampingkan pelajaran, maka pada hari-hari biasa larang aku bergaul sembarangan, karena itulah suatu kesempatan baik telah kubuang dengan sia-sia "
"Lantas bagaimana kau bisa datang kemari pada hari ini?"
"Kita sudah bicara setengah harian, apakah kau tidak dengar ?"
"Kalian Looya sekalian lagi membicarakan soal serius, tidak pantas bagi aku yang rendah untuk ikut mendengarkan sekalipun aku mendengarkan juga percuma sebab tidak mengerti agaknya ada seseorang bersimbol bunga Mawar Putih ajak kalian berdua untuk berjumpa disini...".
"Tidak salah memang peristiwa inilah yang terjadi"
Liem Kongcu tersenyum.
"
Ia berjanji untuk muncul pada kentongan kedua, aku rasa sebentar lagi ia bakal datang tiba pada saatnya, seumpama terjadi peristiwa diluar dugaan, aku harap kau jangan takut ".
"Bagi kami yang melakukan pekerjaan begini, sudah terbiasa menjumpai kejadian yang aneh dan kukoay, gebrak meja saling memaki lalu dilanjutkan dengan pertarungan sudah sering terjadi, nyali kamipun sudah terlatih jauh lebih besar ".
"Aku takut peristiwa pada malam ini akan jauh lebih serius "
"Tapi tidak sampai gberakan golok mainkan pedang bukan ?"
Seru Lie Hong Hwie terperanjat.
"Sulit untuk dikatakan tapi kau boleh legakan hati, bagaimana tegang pun suasana nanti, peristiwa ini tidak akan merembet pada dirimu, sudahlah jangan kita urusi lagi soal itu, mari pinjamkan alat Pie-pe tersebut kepadaku ".
"Sauw-ya, kau hendak berbuat apa ? "
Tanya Lie Hong Hwie dengan suara kaget. Liem kongcu tersenyum.
"Irama lagu yang merdu tak boleh tidak harus dibalas, aku ingin menyanyikan pula sebuah lagu untukmu "
Katanya.
"Aaaah aku yang rendah tak berani menerimanya, melayani minum arak. menyanyi sudah merupakan tugasku..."
"Berhadapan muka dengan gadis cantik, tak boleh tidak aku harus punya pikiran demikian- Hal inipun terdorong oleh rasa gembiraku yang meluap...".
"Tak bisa jadi "
Tukas Lie Hong Hwie cemas.
"Harap siauwya maafkan, alat Piepa ini aku yang rendah tak pernah dipinjamkan kepada orang-orang lain, kalau sauw-ya bersikeras ingin nyanyi, biarlah aku yang rendah carikan alat Pie-pa lain-.."
"Aku takut alat Piepa lain tidak akan menimbulkan irama lagu yang begitu merdu seperti yang nona mainkan "
Kata Liem Kongcu sambil tersenyum penuh berarti. Berubah hebat selembar wajah Lie Hong Hwie, serunya agak paksa.
"Sauw-ya, pandai benar kau bergurau seandainya siauw-ya suka mendengarkan nyanyianku, biarlah aku yang rendah mempersembahkan sebuah lagu lagi, Bagaimanapun juga aku tak berani merepotkan diri siauw-ya "
Seraya berkata ia mainkan jari-jari tangannya diatas senar pie-pa dan berkumandanglah irama lagu yang cepat dan secara lapat-Iapat terkandung hawa napsu membunuh.
Liem Kongcu tersenyum dan membungkam, sebaliknya Loo Sian Khek tercengang, ia tak habis mengerti dalam menghadapi kehadiran musuh tangguh sauw-ya ini masih ada kegembiraan untuk menikmati nyanyian dari seorang pelacur, disamping itu iapun menggerutu terhadap Lie Hong Hwie sebuah alat piepa apa sih kehebatannya, masa dipinjam sebentarpun tak boleh....
Sebuah lagu selesai dimainkan jari Lie Hong Hwie tiba-tiba berubah sangat berat suaranya tegas dan nyaring, hawa napsu membunuh semakin menebal, sampai Loo sian Khek yang tidak mengerti irama lagupun merasakan hatinya bergetar keras.
Ia ingin mengutarakan perasaan tersebut mendadak serentetan cahaya putih berkelebat lewat diatas meja tahutahu sudah tertancap sekuntum bunga mawar putih.
Sungguh hebat tenaga sambitan tersebut, batang bunga mawar tadi dalam- dalam menembusi permukaan meja yang terbuat dari kayu cendana itu.
"Aaaah si Bunga mawar Putih telah datang "
Seru Loo Sian Khek terperanjat.
Belum habis ia berseru, dalam ruang perahu telah bertambah dengan seseorang, ia pakai baju serba putih, wajahnya tertutup oleh selapis kain warna putih pula sehingga cuma sepasang matanya yang kelihatanEmpat penjuru tidak tertampak bekas perahu, darimana datangnya bunga mawar putih itu? sungguh membuat orang heran dan tak habis mengerti, sebab dialas kakinya pun sama sekali tidak meninggalkan noda air.
Bagaimanapun juga tak mungkin ia terbang turun dari atas langit Saking kaget dan tercengangnya beberapa saat lamanya Loo Sian Khek tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Liem Kongcu jauh lebih tenang, ia bangun berdiri dan menjura dalam- dalam, lalu ujarnya.
"
Andakah sang enghiong yang telah tinggalkan surat dan ajak kami berjumpa ditempat ini ?"
"
Hmmm tidak salah sudah kau bawa barang itu ?"
"Meskipun Hiooloo ci-Liong-Teng merupakan barang peninggalan dari nenek moyangku, namun ayahku tak berani membangkang, beliau telah serahkan benda itu kepada cay he, setiap saat bisa cayhe serahkan benda itu kepada Enghiong "
"Ehmmm, bagus sekali "
Si Bunga mawar putih mengangguk dingin.
"seandainya Liem Koei Lin bukan terhitung seorang pembesar jujur, tak perlu aku buang banyak waktu dan tenaga dengan percuma, sekalian batok kepalanya akan kubawa serta"
Liem Kengcu tersenyum, dari sakunya ia ambil keluar sebuah buntalan kecil lalu diletakkan diatas meja, katanya.
"hioloo ci Liong Teng berada didalam bungusan itu, silahkan enghiong mengambilnya, hanya cayhe ada satu hal yang merasa kurang jelas. Benda tersebut sudah diturunkan berabad-abad lamanya dalam keluarga kami, dan rahasia inipun tak diketahui orang lain, dari mana enghiong bisa mengetahui persoalan tersebut?". si Bunga mawar Putih tersenyum.
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tiada persoalan dikolong langit yang berhasil mengelabui diriku "
Sahutnya.
"enghiong, ucapanmu ini rada sedikit berlebihan- Ada satu persoalan aku rasa enghiong tidak tahu ".
"Emmmm soal apakah itu ?"
"enghiong masih belum tahu, relakah cahye biarkan enghiong bawa pergi benda mustika keluargaku itu ". Agaknya si Bunga mawar Putih dibikin tertegun oleh ucapan tersebut, setelah melengak beberapa saat ia lantas menegur dengan suara dingin.
"Siapa namamu ? putra keberapa dari Liem Koei Lin ?"
"cayhe Liem Kien Hoo ayahku tak berputra lain, aku adalah putra tunggalnya ".
"hmmm sudah kuselidiki jelas, Liem Koei Lin benar-benar seorang lelaki jujur dan ramah, maka dari itu sengaja kulanggar kebiasaan dan menjumpai dirimu dengan muka berkerudung, maksudku tidak lain ingin mengampuni selembar jiwamu, harap kau jangan mencari kematian buat diri sendiri ".
"Waaah... kalau begitu, barang siapa yang berhasil melihat wajah enghiong yang sebenarnya tentu bakal mati binasa "
"Tidak salah wajahku berarti renggutan jiwa, barang siapa melihat pasti binasa."
"
Haaa... haaaa... haaaa aku duga diatas wajah anda tentu ada suatu bagian yang jelek dan malu dilihat orang, bukankah begitu ?"
Goda Kian Hoo kemudian sambil tertawa terbahakbahak.
"Sialan kau benar-benar ingin cari mati "
Hardik si Bunga mawar Putih, agaknya ia mulai dibikin gusar, sementara telapaknya perlahan-lahan diangkat keatas.
"
Eeeei... nanti dulu, nanti dulu."
Buru-buru Liem Kian Hoo berseru setelah menyakslkan kejadian itu.
"
Cahye adalah seorang anak sekolahan yang lemah, aku hanya bisa melayani kau untuk membicarakan soal Cengli, kalau mau berkelahi sih itu urusan dari Loo toako, Loo-heng urusan selanjutnya aku serahkan kepadamu "
Dari tanya jawab yang dilakukan Liem Kian Hoo dengan si Bunga mawar Putih, Loo Sian Khek sudah merasa keadaan bakal runyam, diam-diam ia mengerutu akan kelancangan sianak muda itu banyak.
bicara sehingga menggusarkan gembong iblis yang berhati telengas ini.
Dan kini setelah urusan jadi berabe lantas diserahkan kepadanya, Dalam keadaan seperti ini, mau tak mau dengan keraskan kepala terpaksa ia maju juga , ujarnya.
"Bunga mawar Putih Liem kongcu adalah anak sekolahan, kalau ingin bergebrak, silahkan cari gara gara dengan aku orang she Loo ". si Bunga Mawur Putih melirik sekejap kearahnya lalu tertawa dingin.
"Hmmm segala kurcaci dan gunung Thay-heng-sanpun berani pentang bacot dihadapanku, ayoh cepat enyah dari sini " -serunya.
"jangan dikata kau, sekalipun gurumu sihidung kerbau pun tidak kupandang sebelah matapun."
Loo Sian Khek tertegun dan dibikin serba salah, ia berasal dari gunung Thay-Heng-San di bawah bimbingan Tiang coen cinJien, Partai Tiang coenpun terhitung suatu perguruan kenamaan dalam dunia persilatan, siapa sangka bukan dia saja yang dimaki oleh si Bunga mawar Putih, sekalian gurunya pun dicaci maki.
berada dalam keadaan seperti ini, kendati ia sadar kepandaiannya masih bukan tandingan lawan, namun ia tak kuat menahan diri, segera bentaknya gusar.
"Bajingan tengik yang tak tahu diri, aku orang she-Loo akan kasi sedikit pelajaran padamu"
Kepalannya dengan terhadang oleh sebuah meja segera dihantam kearah si Bunga mawar Putih, Dengan sebat si Bunga mawar Putih menangkis, tiba-tiba ia mundur beberapa langkah kebelakang dan berseru tercenggang.
"Eeeei....tak nyana Tiang coen-cupun bisa mendidik seorang murid macam kau "
Dalam pada itu Loo Sian Khek pun diam-diam merasa hatinya bergetar keras, namun iapun heran- Ternyata pihak lawanpun berhasil ia paksa sampai mundur beberapa langkah kebelakang. Sambil tersenyum segera jengeknya.
"haaa... haaa... haaa... Kiranya si Bunga Mawar Putih yang telah menggetarkan kolong langit, tidak lebih hanya seorang gentong nasi yang sama sekali tidak cocok dengan kebesaran namanya ".
"
Manusia yang tak tahu diri, kalau tidak kuberi sedikit kelihaian, kau tentu akan pandang enteng diriku Lihat serangan ".
Dengan teramat gusar si Bunga Mawar Putih melompat kedepan, telapak tangannya bergerak melancarkan tiga buah serangan berantai, serangan demi serangan dilancarkan makin hebat.
Loo sian Khek terperanjat ia tak tahu bagaimana harus bergerak untuk membendung datangnya ancaman, terpaksa tangannya dikebas kedepan dan menunjukan suatu gerakan yang kaku dan kasar.
Mendadak...
suatu kejadian aneh telah berlangsung didepan mata, gerakan serangan pihak lawan semakin lama semakin lambat, terutama sekali pada jurus yang terakhir dimana sebenarnya ia hendak mengancam jalan darah ci- Tong- Hiat, tetapi sampai ditengah jalan mendadak berhenti.
Telapak tangan Loo Sian Khek segera menyambar lewat dan kebetulan menyambar diatas wajahnya, kain kerudung berwarna putih itu segera tersingkap dan muncullah wajah aslinya, Loo Sian Khek tertegun, ia berseru tertahan dan gerakan telapakpun jadi lupa untuk diteruskan.
Setelah kain kerudung tersingkap.
tampaklah selembar wajah putih halus kekanak-kanakan, Rambutnya panjang dan usianya baru lima enam belas tahunan, dia adalah seorang nona Cilik yang Cantik dan manis.
SiBunga Mawar Putih yang telah empat puluh tahun lamanya malang melintang dalam dunia persilatan tak mungkin adalah seorang nona cilik....setelah tertegun beberapa saat, iu segera membentak dengan suara keras.
"
Eeeeei... budak liar, dari mana kau datang ? berani benar menyaru sebagai si bunga mawar putih?"
Dengan termangu-mangu nona cilik itu menatap wajahnya, tak sepatah katapun ia menjawab. Loo sian Khek ulangi sekali lagi pertanyaan itu, tiba-tiba dengan wajah berkerut nona cilik itu berseru.
"Nona jalan darahku tertotok...". Mendengar seruan itu, sekali lagi Loo Sian Khek tertegun, pertama, dalam ruang perahu tak ada orang lain, siapa kah yang dimaksudkan nona oleh nona cilik itu ? kedua, ia sama sekali tidak menotok jalan darahnya, tapi dilihat dari keadaannya jelas jalan darahnya sudah ditotok orang. Belum habis ingatan itu berkelebat dalam Loo Sian Khek. tiba-tiba Lie Hong Hwie yang selama ini berdiri diujung bilik perahu telah maju beberapa langkah kedepan, sambil menatap Liem Kiam Hoo yang duduk disisi meja ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Tak kusangka Liem Kongcu yang terkenal diseluruh kota Yang-chiu sebenarnya adalah seorang jago lihay yang sempurna dalam tenaga lwee-kang "
Serunya. Liem Kian Hoo tersenyum.
"Akupun tidak menyangka nona Lie yang tersohor akan kecantikannya, bukan lain adalah seorang pendekar wanita "
Balasnya.
Air muka Lie Hong Hwie kaku dan adem Selangkah demi Selangkah ia jalan mendekati nona cilik itu kemudian dari tekukan lengannya ia Cabut keluar Sebatang duri ikan, gerakan tubuh nona cilik itupun segera pulih kembali seperti sedia kala.
Dengan cepat ia meloncat kedepan, tangannya diayun dan perseni sebuah tamparan keras keatas wajah Loo Sian Khek.
"Plooook..."
Belum sempat melihat jelas bayangan tubuh lawan, Loo Sian Khek merasakan pipinya jadi panas, linu dan amat sakit.
"Bajingan tengik "
Terdengar nona cilik itu berseru sambil kertak gigi "
Kau berani menganiaya diriku .
"
Suaranya penuh dengan nada kekanak-kanakan, nada yang dingin dan kaku macam tadi sama sekali tidak kedengaran. Sementara Loo Sian Khek pusing tujuh keliling, Liem Kian Hoo dengan gusar telah meloncat bangun dari tempat duduknya.
"Budak ingusan, kau berani bikin gara gara "
Teriaknya. Lengan diayun, serentetan cahaya putih meluncur kedepan langsUng mengancam nona cilik itu.
"Traaaang ....."
Diiringi bentrokan nyaring, tulang ayam itu terhadang dan rontok keatas tanah, kemudian Lie Hong Hwie putar badan mengirim sebuah gablokan keatas pipi nona cilik itu.
Sang nona menjerit kesakitan, sambil menutupi wajahnya ia terbongkok-bongkok menahan sakit.
"Manusia yang tak berguna,"
Maki Lie Hong Hwie dengan nada gusar "Sudah memalukan, berani pula main kasar dan kurang ajar kau memang harus dikasi hajaran ". Lalu ia berpaling kembali kearah Liem Kian Hoo dan berseru sambil tertawa dingin.
"Aku masih sanggup untuk mengurusi orangku sendiri, tak berani merepotkan kongcu untuk mewakili diriku ".
"Haaaa... haaa... haaaa..."
Sebuah gablokan ditukar dengan sebuah gablokan nona benar-benar seorang yang adil dan bijaksana ".
Sementara itu setelah rasa sakit hilang, Loo Sian Khek memandang kearah nona cilik itu lalu memandang kearah Liem Kian Hoo dan akhirnya menatap Lie Hong Hwie, hampirhampir saja ia tidak percaya dengan sepasang matanya sendiri.
"Tahu kongcu memiliki ilmu silat yang begitu lihay, aku tak usah pula buang tenaga dengan percuma "
Terdengar Lie Hong Hwie berseru kembali sambil menatap sianak muda itu.
"Tahu kalau nona adalah ahli waris dari si Bunga Mawar Putih, akupun tak usah menanti kehadiran sidayang cilik ini "
Balas Liem Kian Hoo dengan cepat.
"Empat Senar alat Pie-Pa sembilan lubang seruling, tahukah nona akan kisah tersebut ?"
Lie Hong Hwie kelihatan tercengang dan termangu-mangu, lama sekali ia baru berseru sambil gertak gigi.
"Kiranya kongcu adalah ahli waris dari Liuw Boe Hwie ? bagaimana pertanggungan jawab Kongcu atas janji sepuluh tahun ?".
"Keadaan guruku sama halnya dengan si-Bunga Mawar Putih, beliau tak sanggup untuk memenuhi sendiri janji tersebut, tugas serta tanggung jawabnya telah ia serahkan kepada cayhe "
"Kapan dan dimana ?"
"Waktunya sama dan tempatnya sama pula"
Lie Hong Hwie menatap wajah si anak muda itu tajamtajam, kemudian berpaling kearah nona cilik itu dan berseru.
"Ci Kian- menepi "
Dengan air mata bercucuran nona cilik itu berlalu, tidak lama kemudian perahu pun lambat- lambat bergerak menepi.
Hujan turun rintik-rintik, udara penuh berawan.
Suasana sunyi senyap menambahkan keseraman ditengah malam yang buta.
Diluar kota Wie-Yang, diatas sebuah jembatan kutung duduklah tiga sosok bayangan manusia, Diantara ketiga sosok bawangan manusia itu, hanya Loo Sian Khek seorang merasakan hatinya bergolak keras.
Tujuh delapan tahun ia mengabdi dalam pemerintah kota Yang-chiu, mimpipun tak pernah menyangka Liuw Su-ya yang pegang urusan administrasi dalam pemerintahan dan berbongkok-bongkok lemah itu bukan lain adalah sorang ahli silat kenamaan.
"Siauw - Sin "
Atau si - Rasul Seruling Liuw Boe Hwie adanya.
Semakin tak mengira Liem kongcu yang lemah lembut bukan lain adalah ahli warisnya.
Beberapa saat lamanya berdiri diatas tiang jembatan yang tinggal puing berselarakan, Liuw Boe Hwie gelengkan kepalanya yang penuh dengan rambut beruban, lalu menghela napas panjang.
"Aaaai... ditempat inilah sudah sepuluh tahun berselang aku dengan si-Bunga Mawar putih telah melangsungkan duel sengit dengan air yang mengalir deras sebagai penghalang. Dia menggunakan alat Pie-pa sedang aku menggunakan seruling, pemandangan pada waktu itu masih selalu terbayang dalam benakku. Aaaaai air sungai tetap mengalir, tapi kejadian didunia sudah banyak berubah, sepuluh tahun kemudian walaupun aku tak bisa penuhi janji dengan ilmu silat dibadan, tetapi selembar jiwaku berhasil berhasil dipertahankan entah bagaimana keadaannya dengan si Bunga mawar putih ?"
"Liuw cianpwee "
Ujar Loo Sian Khek dengan nada menghormat.
"Dalam kolong langit cuma kau seorang yang berhasil melihat sendiri wajah sebenarnya dari si Bunga Mawar Putih, sebenarnya macam apakah dia ?"
Liuw Boe Hwie termenung berpikir sejenak. kemudian baru menjawab.
"Malam ini kami berduel dengan ambil tempat pada ujung jembatan, suatu ketika itupun gelap gulita sehingga sulit untuk melihat nyata wajah sebenarnya, tetapi secara lapat lapat aku merasa bahwa dia adalah seorang perempuan cantik berusia empat puluh tahunan".
"Aaaaai... akhirnya teka-teki yang menyelubungi si Bunga mawar putih terbongkar juga "
Loo Sian Khek menghembuskan napas panjang "seandainya orang kangouw tahu bahwa si Bunga Mawar Putih adalah seorang perempuan, entah bagaimana gemparnya ? terutama sekali kalau mereka tahu bahwa si Bunga Mawar Putih yang lihay sudah jatuh pecundang ditangan cianpwee."
"Loo lote, kau tak boleh berkata demikian, meskipun dalam irama seruling loohu berhasil setingkat pada waktu itu dan berhasil menggetarkan tubuhnya hingga terluka parah, padahal diriku sendiripun tidak banyak berbeda, kalau tidak penting apa perlunya aku seret Hoojie untuk terjerumus pula didalam air keruh ini ?. Waktu bergerak cepat, dalam sekejap mata sepuluh tahun sudah lewat. Selama ini loohu telah menciptakan seorang murid untuk gantikan kedudukanku. Aku rasa pada saat ini si Bunga Mawar Putih pun sudah berhasil mendidik ahli warisnya, Aaaaai siapapun tidak sangka apabila dalam janji pertemuan untuk kedua kalinya, kami harus gantungkan keturunan kedua untuk memenuhinya "
Suaranya penuh haru dan penyesalan.
"Cianpwee, aku rasa ucapanmu ada sedikit kurang tepat "
Sela Loo sian Khek rada tergerak hatinya.
"Bagian mana yang kau rasa salah ?".
"Menurut penuturan cianpwee, setelah bertanding melawan si Bunga mawar Putih pada sepuluh tahun berselang, meskipun cianpwee menang setingkat namun kedua-duanya sama menderita luka sehingga siapapun tak dapat menggunakan tenaga Iweekang lagi ".
"Tidak salah, sejak kejadian itu hawa murni dalam tubuh loohu menderita kerusakan besar kecuali menggunakan gerakan yang biasa, banyak ilmu silat yang disertai tenaga dalam tak sanggup aku gunakan lagi, aku rasa keadaan si Bunga Mawar Putih jauh lebih runyam...".
"Tetapi, selama sepuluh tahun ini perbuatan si Bunga Mawar Putih tak pernah berhenti."
Tukas Loo Sian Khek cepat "Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa perbuatan tersebut kalau bukan dilakukan sendiri tentu dilakukan oleh ahli waris-nya, maka aku duga si Bunga Mawar Putih mendidik muridnya jauh lebih duluan dari cianpwee...".
"Perkataan Loo lote tidak salah "
Jawab Liuw Boe Hwie dengan wajah serius.
"seandainya si Bunga Mawar Putih tak ada ahli waris lain, dengan tenaga Iweekang Lie Hong Hwie, tahukah kau sampai dimanakah taraf kepandaian yang ia miliki?".
"Tidak begitu jelas "
Sahut Liem Kian Hoo sambil tertawa ringan.
"Waktu itu kami tidak bergebrak secara resmi, sampai dimanakah taraf kepandaian masing-masing pihak belum berhasil diselidiki jelas, seandainya aku tidak temukan adanya suatu keistimewaan diatas alat pie-panya, aku sama sekali tidak percaya kalau ia punya sangkut paut dengan si Bunga Mawar Putih"
"Aaaah tidak aneh kalau Liem kongcu bersikeras untuk pinjam alat pie-panya "
Seru Loo Sian Khek.
"Kiranya kau sudah berhasil menemukan titik kecurigaan diatas alat musiknya. Sungguh menyesal siauw-te gagal menemukan hal tersebut meski sudah luntang-lantung selama bertahun-tahun dalam dunia persilatan- Membicarakan soal pengalaman serta ketajaman mata, aku masih bukan tandingan kongcu "
Liem Kian Hoo tertawa ringan- "Loo-heng, kau terlalu sungkan, pelajaran yang kita pelajari berbeda, ilmu silat Loo- heng lebih mengutamakan Gwa-kang sedang yang siauw-te pelajari lwee-kang.
Bicara terus terang, mula-mula akupun tidak temukan sesuatu pada diri Lie Hong Hwie, menanti ia mulai memetik alat Pie-pa nya dan aku temukan warna yang berbeda diatas ke-empat buah senarnya, timbulah kecurigaanku, maka sengaja aku hendak pinjam alat tadi, namun ia berulang kali menolak permintaanku.
Untuk meyakinkan dugaanku maka aku mendesak lebih jauh dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia mainkan alat pie-panya memberi kode dan panggil masuk si Bunga Mawar Putih gadungan untuk munculkan diri lebih pagi dari yang direncanakan."
"Aaaaai.... ternyata Kongcu benar-benar cermat dan seksama, sungguh membuat orang merasa kagum. orang kangouw berkata bahwa kaum pelajar, kaum wanita, kaum pa dri serta Rahib merupakan orang orang yang tak boleh dipandang enteng, boleh dikata siauw-te telah mendapat pelajaran jangan dikata kongcu serta Lie Hong Hwie, cukup sang dayang cilik yang menyaru sebagai si Bunga mawar putihpun tak boleh dipandang remeh"
Liem Kian Hoo mendongak tertawa terbahak-bahak.
"
Haaaa....
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
haaaaa....
haaaa...
Loo-heng, kau dibikin jeri lebih dahulu oleh nama besarnya kemudian dikejutkan pula atas kehadirannya yang mendadak, maka terlalu tinggi kau nilai dayang tersebut, padahal sejak semula ia sudah bersembunyi diatas perahu, seumpama Loo-heng perbesar nyalimu aku rasa kau tidak bakal tertipu olehnya.".
"Kongcu, kau tak usah menutupi kejelekanku "
Loo sian Khek tertawa getir "
Apabila bukan Kongcu turun tangan secara diam diam dan menotok jalan darahnya, entah kerugian apa lagi yang akan siauw-te derita "
"Loo heng ucapanmu ini salah besar, dengan kepandaian sifat yang dimiliki Loo-heng, asal begitu turun tangan lantas kerahkan segenap tenaga yang kau miliki, meskipun ilmu Hut- Hauw Koen mu belum tentu bisa menangkan dia, paling sedikit tidak sampai akan menderita kerugian besar hanya dalam beberapa jurus belaka, seandainya tiada keyakinan siauw-tepun tidak akan sengaja suruh Loo-heng turun tangan lebih dahulu sehingga membuat kau mendapat malu ". Merah padam selembar wajah Loo Sian Khek. teringat pemandangan pada waktu itu ia benar-benar merasa malu sekali hingga tergagap dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Agaknya Liuw Boe Hwie berhasil menemukan kerikuhannya, buru-buru ia menyela.
"padahal dalam soal ini tak bisa salahkan Loo lote, nama besar si Bunga mawar putih memang terlalu mengemparkan dunia persilatan dengan adanya kejadian ini maka pengalamanmupun akan bertambah, dilain hari seumpama menjumpai kejadian seperti ini lagi, kaupun tidak akan jadi gelagapan tidak karuan-.
"perkataan cianpwee memang benar, sejak pertama nyali boaopwee sudah dibikin pecah dahulu oleh nama besar si Bunga Mawar Putih, kalau tidak akupun tidak akan setegang itu. Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan perbuatan si Bunga Mawar Putih amat telengas, banyak korban telah berjatuhan ditangannya, Sedang boanpwee, pertama, sadar kepandaianku tidak memadahi orang kedua, harus pikirkan keselamatan kongcu, maka mau tak mau aku harus bertindak was- was."
"Loo lote, mungkin kau sudah menaruh salah paham atas berita yang tersiar dalam dunia persilatan, meskipun si Bunga Mawar Putih telengas dalam menghadapi korbannya tetapi ia bertindak lurus dan adil, selama hidup tak pernah salah membunuh orang. Meskipun Hoojie tak bisa bersilat dengan kebesaran jiwanya tak mungkin ia akan mengganggu jiwanya, apa lagi terhadap lelaki sejati macam kau, ia semakin tidak akan mencelakai dirimu".
"Boanpwee tidak setuju dengan pendapat ciapwee ini "
Seru Loo Sian Khek setelah tertegun sejenak.
"Si Bunga mawar putih pernah membunuh susiokku, dan kenyataannya memang paman guruku ini sedikit nyeleweng dalam tindak tanduknya maka boanpwee tidak akan persoalkan kembali, tetapi sipedang sakti TiU Hauw dari Soat Tiong serta Sah Ceng Him Poocu dari sungai Huang Hoo adalah pendekar-pendekar sejati, mengapa ia pun membinasakan mereka berdua ?.....".
"Aaaaaaai "
Liuw Boe Hwie menghela napas panjnng.
"Tidak sedikit manusia dalam dunia persilatan berkedok mulia dan pendekar padahal dibalik kedok tersebut melakukan tindakan yang tercela, meskipun aku tidak tahu kejahatan apa saja yang telah dilakukan kedua orang itu, namun aku yakin si Bunga mawar putih tidak akan salah membunuh orang yang tak berdosa "
Loo sian Khek ada maksud membantah, pada saat itulah dari tepi seberang berkumandang suara seseorang sambil tertawa.
"Situa Liuw pertempuran yang dilangsungkan sepuluh tahun berselang meski menanamkan dendam didalam hati masing-masing, namun dengan andalkan ucapanmu barusan, aku bisa berlaku lebih sungkan kepadamu pada malam ini ..."
Mendengar seruan itu, Liuw Boe Hwie bertiga tersentak kaget, buru-buru mereka angkat kepala dan menengok kearah mana berasalnya suara tadi, tampaklah tiga sosok bayangan manusia berdiri tegak di tepi seberang, Lie Hong Hwie berdiri dengan wajah adem dan kaku, dalam bopongannya terdapat alat Pie-pa senjata andalannya, Ci-Kian sibudak cilik berdiri sambil cibirkan bibir, sedang diantara mereka berdua berdirilah perempuan berusia setengah baya, rambutnya telah beruban dan wajahnya keren penuh wibawa, terutama dari sepasang matanya memancarkan cahaya kilat yang menggidikan, perempuan ini bukan lain adalah si Bunga mawar putih yang telah mengetarkan sungai telaga.
Loo Sian Khek diam-diam merasa bergidik juga setelah menyaksikan keangkerannya meski ia tahu bahwa tenaga Iwekangnya yang dimiliki sudah punah, begitu hebat rasa bergidiknya hingga merasuk ketulang sungsum.
Semetara itu terdengar Liuw Boe Hwie mendongak tertawa terbahak-bahak.
lalu menjura dalam-dalam.
"Pek sian-cu, bagaimana keadaanmu sejak berpisah ? dalam sekejap mata sepuluh tahun sudah lewat, kecantikan sian-cu tak berubah hanya rambut tambah beruban, ini menandakan bahwa usia makin bertambah banyak "
"Hmmm tua bangka she Liu, kau tak usah usil"
Tegur si Bunga mawar putih sambil mendengus "Kaupun jauh lebih tua, ketika bertemu muka tempe dulu, kau masih merupakan seorang pendekar yang ganteng dan gagah, tapi Sekarang kau lebih mirip dengan Seekor burung gagak tua "
Si Rasul seruling Liuw Boe Hwie punya julukan lain sebagai pertapa burung Bangau sakti, kini si Bunga mawar putih membandingkan dirinya dengan burung Gagak.
Loo Sian Khek yang mendengar diam-diam merasa geli, namun ia tak berani mengutarakan keluar perasaan tersebut.
Liuw Bin Hwie tidak kelihatan marah, sambil tertawa ia malah berkata kembali.
"walaupun tulang sudah tua, namun tidak mengurangi keromantisannya, Cloe-Nio sudah berubah, entah masihkah gairah cintanya ?"
TuBok adalah seorang pujangga terkenal pada ahala Tong, orang itu begitu romantis sehingga banyak membuat cerita roman yang seram bagi keturunannya, sedang Cloe-Nio adalah seorang pelacur kenamaan di telaga So-Si-Auw.
Mendengar ia dibandingkan dengan seorang pelacur, si Bunga mawar putih kontan menegur.
"Ciss ngaco belo, kau anggap aku manusia macam apa ?"
"Murid kesayanganmu telah tersohor diseluruh jagad, bukankah dia telah meneruskan karirmu ?"
"Tua bangka kalau bicara tahulah sedikit adat"
Teriak si Bunga mawar putih dengan air muka berubah hebat.
"
Muridku berbuat demi kian disebabkan keadaan yang terpaksa, pertama, untuk memenuhi janji sepuluh tahun kita, Dan kedua untuk menyelidiki sebuah benda yang sangat penting sekali artinya bagiku".
"Aku tahu, kau hendak menggunakan hio-loo Ci-Liong-Teng untuk memulihkan tenaga dalammu yang telah punah."
Tukas Liuw Boe Hwie sambil tertawa dan mengangguk.
"Tapi sayang usahamu kali ini akan sia sia belaka...".
"Tentu saja sia-sia, sebab kau sudah mendahului diriku... menipu barang mustika orang dan mengajar rusak anak orang lain, kau betul-betul bajingan tua yang tak tahu malu."
Maki si Bunga mawar putih dengan gusarnya.
"Sian-cu dugaanmu ini salah besar, pertama kali loohu terjun ke gedung keluarga Liem memang mengandung maksud begitu, tapi akhirnya aku temukan bahwa mutiara diatas hioloo itu sudah lenyap dan tak mungkin bisa timbulkan kemustajabannya, kebetulan pula aku temukan Liem Kongcu berbakat baik, maka aku batalkan niatku pertama dan menerima dia sebagai muridku, aku hendak menciptakan seorang pendekar sejati demi kebahagiaan serta keadilan dunia persilatan !"
Setelah mendengar ucapan itu, Liem Kian Hoo baru tahu apa kegunaan dari Hioloo Ci -Liong-Teng milik keluarganya, dan iapun baru paham apa sebabnya Liuw Boe Hwie si Rasul seruling ini sudi jadi juru tulis dalam gedung keluarganya ! Sebaliknya si Bunga Mawar Putih agak sangsi, ia berseru .
"Hmmm ! cuma setan mau percaya ucapanmu, jarang sekali orang tahu akan rahasia mutiara sakti diatas hioloo Ci- Liong-Teng tersebut, mana mungkin bisa lenyap secara mendadak, lagi pula kurang satu saja diantara mutiara atas hioloo, kehebatan mustika itu tidak akan nampak, orang lain tidak akan sebodoh itu dengan mencuri salah satu saja diantaranya."
"Cianpwee, kau telah salah menuduh guruku."
Seru Liem Kian Hoo buru-buru.
"Hioloo tersebut merupakan barang mustika keluarga kami, diatasnya memang semula ada sebutir mutiara, tapi benda tersebut sudah lenyap sejak dua puluh tahun berselang, guruku sama sekali tidak tahu akan kejadian itu.".
"Hmmmm ! kalau begitu usaha tua bangka she-Liuw inipun menemui kegagalan total "
Kata si Bunga Mawar Putih agak kecewa.
"Hanya tidaklah pantas kalau ia turunkan ilmu silatnya kepadamu, kau adalah keturunan pembesar, masa depan sangat cemerlang, apa gunanya ikut melibatkan diri dalam kancah dunia persilatan ?". Liem Kian Hoo tersenyum.
"Ayahku sudah bosan menjabat pangkat, maka beliau larang boanpwee untuk menduduki pangkat pula, apalagi dasar watak boanpwee suka keluyuran, disamping cocok dengan seleraku, dengan belajar silat ini akupun bisa lindungi keselamatan ayahku."
"Hmmm ! disinilah letak ketololan ayahmu, sejak dulu tahu begini aku tidak akan berlaku sungkan sungkan lagi kepadanya, sewaktu meninggalkan surat ancaman semestinya sekalian kutebas batok kepalanya !".
"Setiap manusia punya cita-cita yang berbeda, aku harap cianpwee pun sudah pikirkan masalah ini terlalu sederhana, sewaktu cianpwee titahkan dayang cilik itu meninggalkan surat ancaman, boanpwee serta guruku telah mengetahui akan hal itu, asal ia berani bertindak lebih jauh, tidak mungkin ia bisa tinggalkan tempat itu dengan mudah!"
"Bajingan cilik yang tak tahu diri, berapa banyak yang telah diajarkan tua bangka she-Liuw kepadamu, berani betul bersikap kurang ajar di-hadapanku "
Teriak si Bunga Mawar Putih marah marah.
"Berganti pada tahun berselang, akan kukasi pelajaran langsung kepadamu agar kau tahu lihay ! ".
"Haaaa.... haaaaa.... haaaaa.... Pek Siancu, harap jangan marah ! "
Sela Liuw Boe Hwie sambil tertawa terbahak-bahak.
"
Kita berdua sudah merupakan malaikat pintu yang terbuat dari kertas belaka, diluar kelihatan keren dan menakutkan padahal dalam kenyataan.... kosong melompong ! biarlah mereka dari angkatan kedua yang menyelesaikan persoalan ini !"
Si Bunga Mawar Putih menghela napas sedih, meskipun diluaran ia kelihatan tenang, setelah termenung beberapa saat lamanya ia berkata kembali kepada muridnya.
"Anak Hoo ! janji sepuluh tahunku dengan Pek Sian-cu terpaksa harus kuserahkan kepadamu untuk diselesaikan ! usia nona Lie kurang lebih sebanding dengan dirimu, hanya ia masuk perguruan lebih duluan, Nama besarku selama ini telah kuserahkan diatas pundakmu semua, harap kau tahu diri dan berjuang sedapat mungkin !"
"Tecu mengerti, tecu akan berusaha sekuat tenaga agar suhu tidak jadi kecewa ! ". Liuw Boe Hwie tertawa getir, ia lantas berpaling kearah si Bunga Mawar putih dan berkata lebih lanjut.
"Mari kita mengundurkan diri dan saksikan jalannya pertarungan ini sambil berpeluk tanggan, teringat sepuluh tahun kemudian bakal muncul kembali untuk mengalahkan diriku, Aaaaai ....siapa sangka kita berdua sudah buang waktu sepuluh tahun dengan percuma, janji ini akhirnya harus diserahkan kepada orang lain untuk diselesaikan !". Mula mula si Bunga Mawar Putih menghela napas panjang, diikuti serunya dengan keras.
"Tua bangka she-Liuw, kau jangan bangga dulu, sepuluh tahun berselang aku berhasil kau kalahkan, belum tentu ini hari kau menang kembali, seandainya Hong Hwie tak berhasil menangkan muridmu, aliran sungai dibawah jembatan ini merupakan tempat kuburku !"
"Cianpwee, apa gunanya kau paksakan keretakan ini ?"
Seru Liem Kian Hoo tertegun "Bukankah kau tiada terikat dendam atau sakit hati berdarah dengan guruku ? menang kalah dalam suatu pertarungan sudah merupakan suatu kejadian yang jamak..."
"Keparat cilik, tak usah kau nasehati diriku."
Tukas si Bunga Mawar putih teramat gusar.
"Selama hidup si Bunga Mawar putih hanya menderita kalah satu kali, meski bunga mawar harum semerbak setiap tahun, kapan ada batang tumbuh kembali setelah tumbang ?"
Liem Kian Hoo bungkam dalam seribu bahasa, ia tahu Bu lim cianpwee ini telah memandang namanya lebih penting dari nyawa sendiri, sedang gurunya sendiri meskipun tidak mengutarakan kata-kata tersebut, dalam hatinya pasti punya pandangan yang sama seperti si Bunga Mawar Putih.
Beberapa saat ia membungkam, akhirnya duduk bersila diatas ujung jembatan dan ambil keluar sebuah seruling pendek dari sakunya.
Benda tersebut merupakan senjata mustika si Rasul seruling Liuw Boe Hwie, walaupun gurunya telah wariskan seluruh kepandaiannya serta irama not lagu kepadanya, seruling itu sendiri baru diserahkan kepadanya pagi tadi, waktu itu dengan tangan gemetar dan air mata bercucuran gurunya serahkan seruling itu kepadanya, seolah-olah ia telah serahkan jiwanya kepada dia.
Sementara itu Lin Hong Hwie pun telah duduk pula dihadapannya, alat Pie-panya yang kemarin masih berada ditangan, hanya catnya telah dihapus sehingga kelihatan wajah aslinya.
Kedua belah pihak sama-sama menanti dengan tenang, menantikan duel seru yang bakal berlangsung.
Lama...
lama sekali, akhirnya Lie Hong Hwie bertanya dengan suara lirih.
"Apakah kongcu sudah siap ?"
"Sudah siap !"
Sahut Liem Kian Hoo tersenyum.
"
Selama belajar silat sembilan tahun, baru kali ini cayhe turun tangan secara resmi, dapat bertemu dengan peristiwa sebesar ini dan nona yang begini cantik sebagai musuh, sekalipun kalah akupun merasa tidak kecewa !".
Diantara nada yang gagah terselib nada halus menawan, Lie Hong Hwie merasa hatinya bergerak, dari biji matapun terpancar keluar cahaya-yang sangat aneh.
"Hong Hwie ! "
Bentak Si Bunga Mawar-Putih dari samping.
"pertarungan ini menentukan mati hidupku, kau jangan anggap sebagai suatu permainan belaka !"
Seluruh tubuh Lie Hong Hwie bergetar keras dengan cepat ia pusatkan perhatiannya keatas senjata, jari tangan menari diatas senar dan muncul lah serentetan irama nyaring yang sangat menusuk pendengaran.
Kemarin malam Loo Sian Khek sudah pernah mendengarkan irama lagunya, namun keadaanya jauh berbeda dengan malam ini.
Kemaren suaranya kosong tak berisi, paling banyak menyeret orang ke-dalam lamunan, sebaliknya pada malam ini dibalik irama tersebut seolah-olah penuh berisi benda yang berwujud, seakan-akan terdapat banyak sekali jarum yang tajam sama sama menembusi badannya, begitu sakit rasanya sempat keringat dingin menguncur keluar membasahi tubuhnya.
Untung dengan cepat irama seruling dari Liem Kian Hoo segera berkumandang dan mengalun diangkasa, suaranya lembut dan memanjang bagaikan benang yang tiada berpangkal.
Makin cepat irama Pie-pa tersebut, makin lembut suara seruling, kekuatan mereka boleh dikata seimbang.
Liuw Boe Hwie serta si Bunga Mawar Putih pejamkan mata memperhatikan irama tersebut, seakan-akan dari gabungan irama seruling dan pie-pa mereka terkenal kembali pengalaman masa silam Air sungai yang mengalir dengan tenang di-bawah jembatan tiba tiba mulai beriak dan akhirnya menggulung dengan dahsyatnya menghantam tepi sungai dan menghajar tiang jembatan.
Seluruh permukaan bumi bergetar, batu bata berjatuhan dan rontok kedalam sungai.
Loo Sian Khek terkejut bukan kepalang, jantungnya berdebar keras menyaksikan peristiwa tersebut.
Irama lagu semakin gencar, suara Pie-pa bergema bagaikan gemuruh selaksa prajurit yang berlarian dilapangan pertarungan suaranya gagah hebat dan penuh semangat.
Diatas air muka si Bunga Mawar Putih pun mulai terlintas rasa bangga, sedang Liuw Boe Hwie kelihatan murung, ia tidak sangka kalau kehebatan yang dimiliki Lie Hong Hwie jauh diatas kemampuan Si Bunga Mawar Putih tempo dulu, tetapi sewaktu ia perhatikan pula irama seruling dari Liem Kian Hoo, hatinya semakin terperanjat bercampur keheranan.
Air muka sianak muda diliputi ketenangan serta keramahan yang luar biasa, ia sama sekali tidak terpengaruh oleh irama gagah yang kuat dan dahyat itu, irama serulingnya tidak melawan tapi cuma bertahan.
Seakan-akan samudra luas yang tenang tak berombak membentang diseluruh permukaan.
Ketika prajurit yang kuat dan menerjang dengan hebatnya tiba ditepi samudra, mereka segera berhenti prajurit yang lebih ganas dan lebih buaspun tidak mungkin bisa bertarung melawan samudra, mereka hanya bisa mencaci maki, menantang ditepi samudra dengan sia-sia belaka.
Menyaksikan hal tersebut, dalam hati Liuw Boe Hwie merasa sangat girang, segera pikirnya.
"Sungguh luar biasa bocah ini, irama lagu "Ciang-Hay- Leng"
Kuajarkan kepadanya hanya sebagai permainan belaka, siapa sangka ia sudah lebur irama tersebut kedalam ilmu silat..."
Senyum kebanggaan diatas wajah si Bunga Mawar Putih lenyap tak berbekas berganti dengan wajah gelisah dan tidak tenteram.
Agaknya Lie Hong Hwie sudah teliesenrseret kedalam kancah kegusaran jari tangannya menari semakin cepat, boleh kata bagaikan terbang saja bergerak kesana kemari tiada hentinya, napsu membunuh yang terkandung dibalik irama lagu itupun semakin dahsyat.
Seakan-akan jendral yang memimpin pasukan tersebut sudah jadi gila, ia perintahkan anak buahnya menerjang ketengah samudra, bagaikan orang tidak waras, bagaikan orang kehilangan akal sehat menerjang ....dan menerjang terus kedepan.
Liuw Boe Hwie tesenyum, kembali pikirnya.
"Hoo-jie sungguh pandai, saat ini dayang tersebut sudah kehilangan akal sehatnya, asal ia ubah irama lagunya jadi "Huang-Hong~Ing "
Atau Mengiring angin puyuh, seketika itu juga diatas permukaan samudra, bahkan lebih lembut dan lebih halus.
"Aaaaa, sayang... sayang mengapa bocah ini sudah buang kesempatan sebagus ini ? "
Pikir Liuw Boe Hwie gegetun.
"
Irama Ciang-Hay~Leng mu akan bertahan seberapa lama ? kalau tidak menghancurkan dirinya sekarang, mau tunggu sampai kapan lagi ?".
Ia angkat kepala, tampaklah air muka si Bunga Mawar Putih telah berubah pucat pias bagai mayat, air mata berlinang membasahi wajah-nya, dengan sinar mata mendelong ia sedang memperhatikan air sungai yang mengalir deras dibawah jembatan.
Ia segera mendusin pikirnya lebih jauh.
"Aku sungguh bodoh sudah hidup setua ini tapi kalah dalam keteguhan iman... sekalipun pertarungan ini berhasil kumenangkan dan sinenek tua itu dipaksa mati, apa gunanya ? apa keuntungannya ?"
"Sepuluh tahun berselang aku langsungkan duel matimatian melawan sinenek tua itu dengan akibat kedua belah pihak sama-sama terluka parah meskipun nyaris lolos dari lubang jarum, tapi apa gunanya ?"
Berpikir sampai disitu, iapun jadi sadar kembali timbul rasa menyesal dalam hati kecilnya.
Dalam pada itu si Bunga Mawar putih menghela napas panjang dan lambat lambat berjalan ketepi jembatan siap melompat kedalam sungai, sebab ia sadar muridnya tak bakal bisa menangkan Liem Kian Hoo.
sekalbdabipun Lie Hong Hwie berusaha untuk terjang kemuka dengan segenap tenaga, tapi akhirnya ia akan kehabisan tenaga dan mati.
Liuw Boe Hwie ingin berteriak memanggil dirinya, tapi ia sadar tenaga dalamnya telah musnah, sekalipun berteriak juga percuma, ia tak bakal bisa menangkan irama Pie-pa yang nyaring- Ketika si-Bunga Mawar Putih berjalan sampai separuh jalan tiba-tiba ia berhenti, sebab pada saat itu irama Pie-pa dari Lie Hong Hwie telah berubah jadi ringan, halus, dan lunak.
Seakan-akan jendral yang memimpin penyerangan itu sudah sadar akan tiada ujung pangkalnya samudra, ia berpaling dan memerintahkan pasukannya kembali ketepian.
Kemudian ia lepas pakaian perang, membubarkan anak buahnya dan meninggalkan keramaian dunia.
Suara genta gereja menarik kedatangannya, para padri sambil tersenyum menanti kedatangannya, membawa ia masuk kedalam kuil, cukur kepala dan jadi padri, hidup tenteram penuh kedamaian Irama Pie-pa telah berhenti, irama seruling-pun berhenti, air sungai jadi tenang kembali.
Perlahan-lahan Lie Hong Hwee tersenyum lega, keringat mengucur keluar membasahi wajah nya, Liem Kian Hoo pun bangun berdiri, pada ujung bibirnya tersungging senyum memuji "Kongcu ! kepandaianmu tiada tandingan, aku yang rendah merasa takluk dan sadar bahwa aku bukan tandinganmu ! "
Kata Lie Hong Hwee sambil menjura dalam-dalam.
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nona kau terlalu sungkan, kepandaian cayhe pun hanya terbatas sampai disini saja."
Sahut Liem Kian Hoo sambil tertawa.
"Kalau nona bersikeras melanjutkan pertarungan tadi, cayhe tak tahu apa yang harus dikerjakan, sampai akhirpun paling-paling kedua belah pihak sama-sama menderita kalah, untung nona cerdik dan buru-buru tarik kembali serangan sehingga cayhe dengan susah payah dapat mengimbangi atas maksud mulia nona aku merasa amat berterima kasih sekali". Merah jengah seluruh wajah Lie Hong Hwie.
"
Kongcu, apa gunanya kau putar balikkan fakta !"
Serunya.
"Tadi, terang-terangan kongcu rtqrpunya kesempatan baik untuk rebut kemenangan, tapi anda bertahan belaka, justru itulah aku yang rendah berhasil menyelamatkan jiwaku.".
"Nona, kau salah besar, ketebalan iman cayhe tak dapat memadahi nona, selama bertahanpun aku tergantung pada ketenangan jiwa, seandainya suatu saat timbul niatku untuk melawan, niscaya jiwaku sudah direngut dari muka bumi !". Seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, Lie Hong Hwie tundukkan kepala dan membungkam. Beberapa patah kata dari kedua orang itu segera membuat dua orang tua itu jadi tertegun, lama sekali Liuw Boe Hwie baru menghela napas panjang, ujarnya.
"Pek Sian-cu ! akhirnya sengketa antara kita berduapun berhasil diselesaikan !"
Si-Bunga Mawar putih tersenyum lega.
"Eeei tua bangka she-Liuw, Kiong-hie ! kau berhasil mendidik seorang murid yang bagus."
Serunya.
"Haaaa... haaaa... haaaa... murid Sian-cu pun luar biasa, seandainya sepuluh tahun berselang kita miliki kebesaran jiwa seperti mereka berdua, ini hari kita pun tak usah merana dan tersiksa macam begini !"
"Terlambat sudah! menyesalpun tak berguna kita harus bersyukur karena kita tidak terperosok lebih kedalam, pada akhir hayat kita masih bisa selesaikan peristiwa ini secara baik baik !"
Kabut pertarungan akhirnya berubah jadi awan kedamaian, liku-likunya masalah ini hanya empat orang itu yang paham, Loo Sian Khek serta Ci-Kian tidak akan mengerti ! tapi mereka tahu masalah ini telah berlalu, Loo Sian Khek merasa tenteram sedang Ci-Kian masih kurang puas, tempelengan yang diterima akibat Liem Kian Hoo masih belum sempat dibatas.
"Pek Sian-cu ! terdengar Liuw Boe Hwie berseru sambil tertawa.
"peristiwa masa lampau sudah berlalu, persahabatanpun sudah terjalin kembali. Kami yang kesitu ? ataukah kalian yang datang kemari ? waaah rada berabe kalau kita harus bercakap cakap dengan air sungai sebagai penghalang !".
"Eeeeei... tua bangka she-Liuw, mengapa pada mulutmu tak pernah tumbuh gading ? apa artinya ditempat yang gelap gulita seperti ini ? mari kita menuju keperahu dari Lie Hong Hwie saja ! "
Undang si Bunga Mawar Putih sambil tertawa.
"Waaduuh... waaduuuh... buat aku si Suya rudin tak berani kunjungi tempat seperti itu, semalam seribu tahil perak... waah...! jumlah itu cukup buat penghidupan loohu dalam setahun, aku harap memandang diatas wajah sahabat lama kasih potongan beberapa persen buatku bagaimana ?"
"Haaaa... haaaa... haaaaa... setelah punya murid yang kaya, apakah kau takut kekurangan uang ?"
Liuw Boe Hwie ingin mengucapkan lagi beberapa kata gurauan, tiba tiba ia saksikan air muka Lie Hong Hwie berubah hebat, sambil tudingkan alat Pie-panya kearah depan, ia membentak keras.
"Siapa yang kasak-kusuk di sana ?"
Dari balik kegelapan terdengar dengusan beberapa orang, kiranya dibalik alat pie-pa itu tersembunyi puluhan jarum Bwee-Hoa-Ciam, jelas orang-orang yang bersembunyi dibalik kegelapan berhasil ia lukai.
Disusul dengusan berat tadi, dari empat penjuru muncul bayangan manusia langsung mengurung mereka, jumlah mereka puluhan orang, bahkan gerak geriknya lincah dan mantap.
Menyaksikan kejadian itu Liuw Boe Hwie terkesiap, buruburu serunya kearah muridnya.
"Addduuuuh celaka, mereka sudah menemui kejadian, mari kita segera tengok kesana !". Sungai kecil itu hanya selebar dua tombak, ditambah pula kutungan jembatan yang menjorok ke depan, jaraknya semakin dekat lagi, meski tenaga dalam yang dimiliki Liuw Boe Hwie sudah lenyap namun dasarnya masih ada, dengan ringan dia berhasil meloncat keseberang disusul Liem Kian Hoo dari belakangnya. Loo Sian Khek pun ada maksut ikut menyeberang namun entah apa sebabnya tiba tiba ia berhenti. Liuw Boe Hwie yang barusan tiba ditepi seberang segera mendengar suara teguran dari seseorang diantara para pengurung tersebut.
"Eeeeei Liuw thay-hiap, bagaimana kaupun sampai disini ?" -oo0dw0oo-
Jilid 2 SUARA itu sangat dikenal, Liuw Boe Hwie segera berpaling dan dengan cepat iapun berseru tertahan.
"Ooooow ....kiranya Tiong-liesen Chiu-Siang Kiat, Ceng- Tiong-Su-Hauw, Yap tootiang dari gunung Pa-san serta Thiat Bok Thaysu dari Siauw lim, Entah ada peristiwa besar apa yang mengejutkan kalian hingga sama-sama berkumpul disini ?"
Thiat Bok Thaysu dari partai Siauw-lim adalah seorang padri berusia setengah abad, ia segera maju rangkap tangannya menjura dan berkata.
"Pinceng serta para enghiong hoo-han datang kemari untuk melenyapkan seorang iblis Bu-lim yang telah banyak membunuh orang !".
"siapakah yang kalian cari ?"
Tanya si Rasul seruling lebih jauh, meski dalam hati ia sudah mengerti siapa yang dimaksudkan "Dalam dunia persilatan dewasa ini, kecuali si Bunga Mawar Putih muncul kembali dikota Yang-Chiu, setelah mendapat berita ini pinceng sekalian segera berangkat kemari, dan mencari ke-tempat tujuan seperti yang kami ketahui, siapa sangka kedatangan kami rada terlambat selangkah, anak murid dua bersaudara Be dari Tiong-Chiu telah terluka !".
Liuw Boe Hwie tahu yang dimaksudkan sipadri ini tentulah orang-orang yang dilukai Lie Hong Hwie barusan, sepasang alisnya kontan berkerut.
Belum sampai ia kasi penjelasan dengan wajah gusar si Bunga Mawar Putih telah munculkan diri sambil berseru.
"Tua bangka she-Liuw, kau boleh menyingkir kesamping, persoalan ini adalah urusan pribadiku!"
Ucapan ini seketika mengejutkan semua orang yang ada di keempat penjuru, mereka tercengang sebab si Bunga Mawar Putih yang telah menggetarkan dunia persilatan puluhan tahun lamanya bukan lain adalah seorang perempuan cantik.
"Kau adalah si Bunga Mawar Putih ?"
Tanya Thiat Bok Thaysu tertegun sejenak.
"Selama empat puluh hanya tua bangka she Liuw seorang kenal diriku, kalau kalian tidak percaya suruh saja ia buktikan kebenaran ini, benarkah aku si Bunga Mawar Putih atau bukan ?"
Sinar mata semua orang sama-sama dialihkan kearah Liuw Boe Hwie, terpaksa si Rasul seruling mengangguk.
"Tidak salah, dia adalah Pek Sbdabian-cu !".
"Aaaaah ....! Liuw Thay-hiap tersohor karena tindak tindak tandukmu yang penuh bersifat pendekar, mengapa kau bisa bergaul dengan si Bunga Mawar Putih?..."
Seru Thiat Bok Thaysu tercengang. Air muka Liuw Boe Hwife berubah hebat, baru saja ia hendak buka suara, si Bunga Mawar Putih sudah berseru sambil tertawa dingin.
"Kalian tak usah seret situa bangka she-Liuw sejalan dengan aku, kami adalah musuh bebuyutan dan baru saja selesai bertarung, sayang kalian tidak sempat saksikan sendiri kejadian itu. Aku Si Bunga Mawar Putih bukan manusia rendah, berani berbuat berani tanggung jawab, aku sudah mengerti jelas akan maksud kedatanganmu. Dahulu aku orang she-Pek pernah membunuh beberapa orang dan mungkin orang-orang itu ada hubungannya dengan kalian, maka kamu semua hendak menuntut balas, bukankah begitu ? Nah ! carilah satroni dengan diriku, dahulu aku orang she-Pek berani membunuh mereka, sekarang akupun tidak takut menghadapi kalian. Bukan aku menyesal karena kedatangan kalian agak terlambat sedikit!"
"Sungguh tak nyana sicu berani bicara terus terang, kamipun tak usah banyak bersilat lidah lagi."
Seru Thiat Bok thaysu dengan sepasang mata melotot bulat. Si Bunga Mawar Putih tertawa sinis kearah Liuw Boe Hwie, jengeknya.
"Tidak aneh kalau dari tempat kejauhan kami sudah mendengar irama seruling mengalun diangkasa, kiranya Liuw thay-hiap sedang pamerkan kehebatannya disini, Sayang kedatangan siauwte rada terlambat selangkah sehingga tak dapat ikut serta menyaksikan keramaian tersebut tetapi dengan adanya bantuan dari Liuw thay-hiap, aku rasa pertarungan hari ini untuk melenyapkan gembong iblis dari muka bumi bisa berjalan semakin lancar."
Liuw Boe Hwie benci dengan lagak tengik nya, ia cuma tertawa dingin dan tidak menjawab. Lie Kian Hoo yang berdiri disisi gurunya tak dapat menahan sabar, ia segera berseru.
"Anda sudah salah sangka, sepuluh tahun berselang guruku dengan Pek cianpwee memang pernah melakukan pertarungan dengan akhir seri, masing-masing pihak menaruh rasa kagum pada kepandaian masing-masing,rtqr kemudian menentukan untuk berjumpa kembali sepuluh tahun kemudian, kali ini mereka berdua tak mau turun tangan sendiri, maka pertarungan ini diwakili oleh aku serta nona Lie ahli waris dari musuh berubah jadi sahabat, belum sempat bercakap-cakap, kalian sudah datang mengganggu ketenangan kami !". Sungguh lihay ucapan ini, bukan saja ia telah menjelaskan hubungan Liuw Boe Hwie dengan si Bunga Mawar Putih, bahkan secara lapat-lapat iapun menunjukan sikap mereka untuk memihak pada si Bunga Mawar Putih. Dengan perasaan penuh berterima kasih Lie Hong Hwie melirik sekejap kearahnya, sebaliknya si Bunga Mawar Putih tak mau terima maksud baiknya, ia menegur.
"Bocah cilik, siapa suruh kau bicara tidak karuan apa gunanya kau beritahukan urusan itu kepada mereka ?"
"Boanpwee harus jelaskan dulu duduknya perkara, dari pada nantinya mereka seret guruku untuk sama-sama menghadapi dirimu !".
"Hmmm ! meskipun situa bangka she-Liuw mau bantu mereka, akupun tidak ambil perduli!"
"Pek Sian-cu, kau jangan salah paham ". Buru-buru Liuw Boe Hwie menerangkan.
"Aku orang she-Liuw sama sekali tidak salahkan perbuatan Sian-cu, akupun tidak akan gunakan kesempatan ini ! ". Air muka Be Si Coen berubah hebat.
"Liuw Thay-hiap ! ! kau adalah pendekar Bu-lim, mengapa pergaulanmu malah dengan manusia manusia macam begini."
Serunya.
"Perbuatan Pek cianpwee gagah dan utamakan keadilan, ia tak pernah salah membunuh seorang manusia baik !"
Teriak Liem Kian Hoo penuh semangat "
Putra Be Hong Hwie telah melakukan banyak perbuatan terkutuk andalkan nama kalian berdua, sudah sepantasnya kalau manusia macam ini mati ditangan Pek cianpwee, Hmmm !terhadap perbuatan terkutuk putranya sendiri bukan malah mawas diri malah sebaliknya hendak bikin perhitungan dengan Pek cianpwee, kalian benarbenar manusia tidak tahu malu."
Merah padam selembar wajah Be Si Coen, dari malu ia dibikin gusar oleh sindiran tersebut, segera teriaknya.
"Liuw thay-hiap, sungguh sopan muridmu ini !". Liuw Boe Hwie tersenyum.
"Ucapan dari muridku mungkin rada sedikit keterlaluan namun dalam kenyataanya perbuatan serta tingkah laku putramu memang terlalu keliwat batas !...."
Serunya. Air muka Be Si Coen berubah semakin hebat, tapi ia jeri akan nama besar dari si Rasul seruling maka tindak tanduknya tak berani gegabah sambil tertawa dingin segera serunya kepada para jago diempat penjuru.
"Dengan ikut campurnya Liuw Boe Hwie dalam peristiwa ini hari, aku takut urusan akan semakin berabe". Semua orang sama-sama terkesiap, sinar mata merekapun segera dialihkan kearah Thiat Bok Thaysu sebab membicarakan dalam soal ilmu Iweekang, dialah paling lihay diantara rombongan tersebut, Thiat Bok thaysu termenung beberapa saat lama-nya, kemudian dengan wajah berat katanya.
"Persahabatan antara Liuw thay hiap dengan si Bunga Mawar Putih tak bisa dicampuri oleh pinceng, tetapi demi nama baik Liuw thay-hiap serta kelancaran dalam usah melenyapkan bibit bencana dari muka bumi, aku harap thayhiap, suka mengundurkan diri dari sini !". Walaupun jejak Si Rasul seruling bagaikan bagaikan bangau diangkasa, ia tak pernah ikut serta dalam partai maupun perguruan apapun, namun dengan ilmu silatnya yang menjagoi Bu-lim, mau tak mau memaksa Thiat Bok thaysu harus bersikap sopan kepadanya, nada ucapannya mengandung maksud memohon, sebab ia tahu si Bunga Mawar putih seorangpun sudah cukup lihay apalagi kalau dibantu oleh Liuw Boe Hwie sekalian, kemungkinan menang bagi pihaknya akan semakin menipis. Liuw Boe Hwie meninjau dahulu situasi yang terbentang waktu itu, ia tahu situasi pada malam ini sangat kritis, tentu saja ia tak dapat bersikeras untuk ikut terjun dalam masalah ini, tapi dengan watak serta nama besarnya, ia liesenmerasa malu untuk berpeluk tangan belaka, Maka dari itu setelah termenung sejenak, akhirnya sambil tertawa ia berkata.
"Kalau kalian cari si Bunga Mawar Putih karena dendam pribadi, tentu saja aku orang she Liuw tak akan ikut campur, tapi kalau kalian akan menganggap Pek Sian-cu sebagai pembunuh, maka terpaksa aku orang she-Liuw harus ikut campur !". Ucapan ini amat lihay, diantara rombongan tersebut kepandaian silat Thiat Bok thaysu paling tinggi, tapi peraturan perguruan Sauw-lim pun paling ketat, anak murid partai tersebut tak seorang pun jadi korban si Bunga Mawar Putih, dengan dialihkan dendam umum jadi dendam pribadi maka paling sedikit ia berhasil mengesampingkan hweesio tua itu dari peristiwa didepan mata saat ini. Si Bunga Mawar Putih yang ada disamping meskipun tidak berbicara tetepi ia merasa sangat kagum atas diri Liuw Boe Hwie, sekalipun ilmu silatnya telah musnah namun kecerdikan serta pengalamannya sama sekali tidak berkurang. Air muka Thiat Bok Thaysu berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, segera serunya.
"Sudah lama aku mendengar thay-hiap banyak melakukan perbuatan muIia, mengapa dalam kenyataannya perbuatanmu malah kebalikannya ?"
"Apa salah aku orang she Liuw ? ? harap thaysu suka kasi petunjuk ?"
"Selama empat puluh tahun sudah ratusan jiwa melayang ditangannya, apakah perbuatan dari si Bunga Mawar putih dianggap benar ?".
"Siapa saja yang jadi korban Pek Sian-cu aku rasa thaysu pun pernah mendengar, coba katakanlah korban korban manakah yang tak pernah melakukan kejahatan dan perbuatan keji ? Thaysu sebagai anggota dari perguruan kenamaan aku rasa sepantasnya kalau setuju dengan perbuatan ini !"
"Lalu pinceng mau bertanya apa salah suhengku Thiat-Sim hingga dibunuh pula olehnya ? tanya Thiat Bok Thaysu dengan wajah sedih.
"Apa ? Thiat Sim Thaysu pun menemui kematian ?"
Seru Liuw Boe Hwie dengan air muka berubah.
"Tiga bulan berselangbdab suhengku telah mati dibawah puncak Cay-Wi-Hong digunung Siong-san, disisi mayatnya tertinggal sekuntum bunga mawar putih sebagai tanda, terhadap korban lain aku tak berani menjamin, tapi terhadap suheng dari pinceng ini, aku yakin bahwa dia tak pernah melakukan perbuatan keji atau kejahatan apapun ..".
"Bagaimana penjelasan Pek Sian-cu terhadap peristiwa ini ?"
Liuw Boe Hwie segera berpaling kearah si Bunga Mawar Putih. Mula mula si Bunga Mawar putih tertegun, kemudian tertawa dingin tiada hentinya.
"Tua bangka she-Liuw, aku rasa kau tentu paham akan kejadian ini, perlu apa bertanya lagi kepadaku ?".
"Liuw Boe Hwie melengak tapi ia segera paham maksud ucapannya, padri angkatan "
Thiat"
Dari Sauw-lim adalah jago jago kosen, sedang ilmu silat si Bunga Mawar putih telah musnah, tak mungkin ia berhasil melukai dirinya, Sedang muridnya Lie Hong Hwie pun sejak tiga bulan berselang sudah ada dikota Yang-Chiu, tak mungkin peristiwa ini merupakan hasil karya mereka.
Thiat Bok Thaysu yang mendengar ucapan itu, tiba tiba salah mengartikan maksud kata kata tersebut, kepada Liuw Boe Hwie sambil tertawa dingin segera jengeknya.
"Oooouw ... ! kiranya antara Liuw thay-hiap dengan si Bunga Mawar Putih telah terjalin ikatan yang dalam, sudah tahu masih pura pura bertanya ! ".
"Thaysu, harap kau jangan salah paham."
Buru buru Liuw Boe Hwie goyangkan tangannya.
"Suheng anda adalah padri sakti, kematiannya pasti bukan perbuatan dari Pek Sian-cu, aku orang she-Liuw berani menjamin dengan batok kepalaku ". Liuw thay-hiap, sudahlah, kau tak usah coba bela diri lagi "
Be Si Coen tertawa seram.
"Thiat Sim Thaysu adalah seorang padri penuh welas kasih, selama hidup tak pernah ikat permusuhan dengan siapapun, kecuali si Bunga Mawar putih pembunuh sinting, tak ada orang lain yang berani turun tangan kepadanya, lagi pula ilmu silat yang dimiliki Thiat Sim thaysu sangat lihay, hanya andalkan kekuatan si Bunga Mawar Putih seorang belum tentu bisa mencelakai dirinya, mungkin Liuw thay hiap pun ikut serta ambil bagian dalam peristiwa ini ?"
Ucapan ini mengerakkan hati Thrtqriat Bok thaysu dengan sinar mata curiga ia lantas berpaling kea-rah si Rasul Seruling. Liuw Boe Hwie naik pitam, dengan amat gusar ia tuding Be Si Coen lantas memaki.
"Hey orang she-Be, kau jangan mefitnah orang she-Liuw tidak sudi melakukan perbuatan seperti itu.".
"Hmmm ... Hmmm ... ! . cayhe hanya menduga belaka, tetapi ditinjau dari hubungan Liuw thay-hiap dengan si Bunga Mawar Putih, aku tetap menaruh curiga". Liuw Boe Hwie benar2 sangat gusar hampir saja ia tempeleng wajah orang itu. Namun baru saja telapaknya diangkat setengah jalan ia turunkan kembali dan menhela napas panjang, ia menyesal tenaga dalamnya sudah punah ! Rasa curiga dalam hati Thiat Bok thaysu makin menebal setelah menyaksikan kejadian itu, ia mengira Liuw Boe Hwie ikut serta dalam peristiwa pembunuhan atas diri Thiat Sim thaysu, karena menyesal maka timbullah gerak gerik yang kurang Ieluasa.
"Mungkin ada alasan kuat yang mendasari kematian suhengku, dapatkah Liuw Thay-hiap katakan keluar ? "
Tanyanya serius, Liuw Boe Hwie teramat gusar, saking dongkolnya sampai ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
"Liuw loo-jie, kau tak usah melibatkan diri dalam persoalan ini."
Seru si Bunga Mawar Putih secara tiba-tiba, seraya maju kedepan.
"Thiat Sim si keledai gundul itu memang mati ditanganku !.. tak ada orang lain yang membantu perbuatanku ini dan tiada alasan yang mendaki peristiwa tersebut aku bunuh dirinya karena tidak senang keledai gundul itu !"
Liuw Boe Hwie tahu, ucapan ini muncul karena hati yang mendongkol buru-buru ia berseru.
"Pek Sian-cu ! terus terangan bukan kau yang lakukan, apa perlunya terima dosa orang lain ?".
"Bunga Mawar Putih sudah menerima salah tafsir orang, lebih banyak membunuh seorangpun tidak mengapa !"
Sahut Bunga Mawar putih tertawa dingin. Air muka Thiat Bok Thaysu segera berubah amat serius.
"Pek sicu sudah mengaku, thayhiap ! apa yang hendak kau katakan Iagi ?"
Katanya.
"Thaysu, harap kau jangan bertindak secara gegabah, jangan beri kesempatan bagi pembunuh sebenarnya untuk cuci tangan !"
"Liuw Loo-jie, sudahlah jangan banyak bicara macam perempuan"
Seru si Bunga Mawar Putih sambil ulap tangaannya. Kau adalah seorang lelaki namun tidak tidak seberani aku, bunuh orang bayar jiwa, hutang barang bayar uang, biarkanlah mereka bertindak..
"Omintohud !"
Thiat Bok Thaysu segera rangkap tangannya.
"Kalau memang Pek sicu telah berkata demikian, pincengpun terpaksa harus tuntut keadilan, kepada diri sicu !". Si Bunga Mawar putih melirik sekejap kearahnya, mulut tetap bungkam dalam seribu bahasa. Lie Hong Hwie segera maju menghampiri gurunya ia berseru.
"Suhu ! biarlah tecu ..... .".
"Nona cilik, lebih baik menyingkir saja, disini tak ada urusanmu."
Sela Thiat Bok thaysu dengan wajah serius.
"Keledai gundul yang punya mata tak berbiji."
Teriak Lie Hong Hwie sangat gusar.
"Kedudukan guruku sangat tinggi kau tidak pantas untuk berduel, nonamu akan turun tangan lebih dahulu menghantar kau pulang kenegeri barat !"
Seraya berkata, alat Pie-pa tersebut langsung dihantamkan keatas tubuh padri itu.
Thiat Bok Thaysu kibaskan tangannya menangkis, Traaang ....! sisi telapaknya berhasil membabat diatas senjata itu sehingga menimbulkan suara nyaring.
Dalam bentrokan itu tubuh Lie Hong Hwie terdorong mundur sejauh tiga empat langkah, sedang Thiat Bok thaysu bergetar keras, ia kelihatan agak melengak.
Sedangkan Be Si Coen yang menyaksikan kejadian ini berseru tertahan, dengan nada terperanjat serunya.
"Bajingan perempuan ini lihay juga, bahkan muridnya saja begitu lihay apalagi gurunya, Aku lihat kita tak perlu ikuti peraturan Bu-lim lagi, untuk melenyapkan bibit bencana mari kita maju serentak !". Para jago yang ada diempat penjurupun dibikin terkejut oleh kejadian ini, mereka jeri akan kehebatan tenaga dalam Lie Honlieseng Hwie, karena takut si Bunga Mawar Putih jauh lebih lihay maka mereka sama-sama maju meluruk kedepan, Lie Hong Hwie, karena ia takut mereka lukai gurunya, segera lepaskan Thiat Bok Thaysu dan putar badan menghadang si Bunga Mawar Putih, Pie-panya disapu kedepan menghajar orang orang itu!. Tenaga dalam yang dimiliki Be Si Coen sekalian walaupun tidak sehebat Thiat Bok Thaysu namun merekapun jago jago kenamaan dalam dunia persilatan, tidak sampai beberapa gebrakan mereka berhasil paksa Lie Hong Hwie jadi kerepotan napasnya mulai tersengkal-sengkal. Walaupun begitu untuk sementara waktu gadis tersebut masih sanggup mempertahankan diri, karena para jago tak berani mengurung terlalu dekat sebab mereka jeri akan diri si Bunga Mawar Putih yang selama ini hanya berdiri sambil berpeluk tangan beIaka. Thiat Bok thaysu sendiri bagai manapun juga masih jaga gengsi dan kedudukannya ia malu untuk turut dalam kerubutan itu, bukan maju ia malah mundur kesisi kalangan. Liem Kian Hoo mulai naik pitam dibuatnya setelah menyaksikan pengeroyokan itu. sambil cabut keluar pedangnya ia berteriak keras.
"Manusia manusia pengecut ! kalian sungguh tidak malu, manusia kenamaanpun beraninya main kerubut !". Pedangnya berputar membentuk satu lingkaran kemudian terjang masuk kedalam kepungan dan bekerja sama dengan Lie Hong Hwie membendung serangan musuh, satu pedang satu Pie-pa bekerja sama dengan eratnya menyambut serangan-serangan gencar dari Tiong Chiu Siang Kiat, Ceng Tiong Su Hauw serta Yap Jeng Cie sijago pedang dari Pa-san tujuh orang. Kedua orang itu pertama, berani dan bernyali besar bagaikan anak harimau baru turun dari gunung, kedua, telah mewarisi ilmu silat gurunya serangan serangan merekapun sangat dahsyat, bukan saja ketujuh orang kenamaan itu tak berhasil mendesak maju sebaliknya malah terdesak mundur kebelakang, tapi kaki merekapun bergeser selangkah demi selangkah makin menjauhi si Bunga Mawar putih. Liuw Boe Hwie menghela napas panjang, ia saling bertukar pandangan sekejap dengan si Bunga Mawar Putih lalu tertawa getirbdab, mereka mengerti sekalipun bakat kedua orang muda mudi itu bagus namun hasil yang dicapai amat terbatas, seumpama satu lawan satu mungkin masih punya harapan untuk menang, sekarang mereka berdua harus melawan tujuh orang, soal kalah cepat atau lambat tentu akan terjadi, pada saat itulah tiba-tiba Thiat Bok Thaysu bergeser menuju kehadapan si Bunga Mawar Putih.
"Sicu !"
Tegurnya "Tadi kau mengatakan bahwa perbuatan tersebut kau lakukan sendiri dan akan kau tanggung pula seorang diri, apa gunanya kau paksa bocah bocah itu untuk adu jiwa ?".
"Partai Siauw-lim benar benar merupakan tulang punggung dari dunia persilatan."
Jengek si Bunga Mawar Putih dingin "
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cukup ditinjau dari bala bantuan yang thaysu bawa, aku sudah merasa kagum akan kehebatan nama besar kalian."
Thiat Bok Thaysu melirik sekejap kearah sembilan orang yang sedang bertarung lalu dengan wajah malu sahutnya.
"Pinceng sadar bahwa perbuatan kami agak kurang cemerlang. tapi demi melenyapkan bibit bencana bagi umat Bu-Iim!". Merah padam selembar wajah Thiat Bok thaysu ia segera berpaling kearah kalangan dan berseru.
"Harap kalian suka berhenti bertarung, tujuan kita bukan untuk menghadapi kedua orang siauw Pwee tersebut !". Diantara para pengerabut, Yap Jeng Cie agak lebih baik, mendengar seruan itu ia lantas tarik diri dan meloncat mundur dari kalangan, sedangkan Tiong Chiu Siang Kiat serta Ceng Tiong Su Hauw tetap meneruskan gempuran2 gencarnya, di samping itu Lie Hong Hwie serta Liem Kian Hoo pun tidak sudi membiarkan mereka loloskan diri, semakin bahaya situasi yang mengancam si Bunga Mawar Putih serta Liuw Boe Hwie, makin gencar pula serangannya. Cahaya pedang menggulung gencar, bayangan Pie-pa menyilaukan mata, keenam orang itu malah terkurung hingga tak sanggup lepaskan diri dari kalangan. Makin bertarung Be Si Coen makin terperanjat tiba tiba teriaknya dengan suara keras.
"Yap Tootiang, Thiat Bok Thaysu, dua orang bajingan cilik ini terlalu ampuh, biarlah kami kurung mereka berdua disini, kita bekerja dengan dua rombongan !"
Thiat Bok merasa ucapan itu certqrngli, ia lantas berseru keras pada si Bunga Mawar Putih.
"Pinceng jamin muridmu tak ada bahaya, harap Sicu jangan melepaskan diri dari pertanggungan jawab lagi !".
"Thaysu ingin memberi petunjuk dengan jalan bagaimana ?", tanya si Bunga Mawar Putih dengan angkuh. Untuk beberapa saat lamanya Thiat Bok Thay su tak berani ambil putusan, sebab ia tahu si Bunga Mawar Putih tentu sangat dahsjat, apalagi disana masih ada pula Liuw Boe Hwie. Sebaliknya Ci Kian yang tahu akan kejadian ini jadi gelisah, ia segera lari mendekat, serunya sambil menahan isak tangis.
"Hujien... kau...".
"Ci Kian ! tutup mulut dan menyingkir ke-samping."
Hardik si Bunga Mawar Putih.
"Tempat ini bukan hakmu ikut campur, mengerti ? baik-baiklah berdiri disamping, tak perduli kejadian apa yang menimpa diriku kau tak boleh datang ke-mari, kalau aku mati, kau masih ingat apa yang harus kau lakukan ?".
"Budak masih ingat !"
Ci Kian mengangguk sambil menahan isak tangis dalam tenggorokkan.
"Kalau kau masih ingat itu lebih bagus, semoga kau dapat biarkan aku mati meram, dengan demikian tidak sia-sia aku pelihara dan didik dirimu sedari kecil hingga dewasa."
Air mata jatuh bercucuran makin deras membuat seluruh wajah Ci Kian basah dengan air matanya. Pada saat itulah Thiat Bok Thaysu pun sudah ambil keputusan, ia berseru.
"Pinceng ingin mohon beberapa petunjuk dari Sicu dengan ilmu Tat Mo Sam Si dari partai Siauw Lim."
"Haaa ... haaa ... haaa ... bagus sekali, Tat Mo Sam Si merupakan ilmu paling hebat dari partai Siauw Lim, sungguh tak nyana pada akhir hajatku masih berkesempatan untuk menjajal ilmu sakti tersebut !". Lie Hong Hwie serta Liem Kian Hoo jadi repot, yang seorang berteriak suhu dan yang lain berseru cianpwee, mereka berdua sama sama putar badan siap menghadang. Agaknya Be Si Coen dapat menebak maksud hati mereka, buru buru teriaknya.
"Kawan-kawan waspada dan perketat kepungan ! hati-hati dengan dua manusia rendah ini mau ngeloyor pergi"
Ceng Tiong Su Hauw putar badan menghadang jalan pergi mereka, delapan buah telapak sama-sama bergerak kedepan melancarkan selapis haw murni yang amat luar biasa, dengan kekerasan ia paksa kedua orang itu kembali kedalam kepungan.
Dipihak lain Thiat Bok Thaysu pun sudah mulai melancarkan serangan, telapak tangannya didorong kedepan dengan jurus Loei Tong Ban Wu atau Bendu Sejagad Tersambar Geledek, angin pukulannya menderu deru langsung mengancam ulu hati si Bunga Mawar Putih.
Perempuan berusia setengah baya ini berdiri tegak tak berkutik, dengan tiada gentar sedikitpun ia putar telapak tangannya membabat pergelangan.
Thiat Bok Thaysu, gerakannya cepat luar biasa dan malah lebih dulu mengancam tubuh padri -tersebut.
Thiat Bok Thay melengak, jalan darah pada tekukan lengannya cuma terasa agak kaku, namun sama sekali tidak mempengaruhi daya serangan serta kekuatan tenaga dalamnya.
Sementara Thiat Bok Thavsu masih keheranan apa sebabnya tenaga dalam dari si-Bunga Mawar Putih begitu lemah, tubuh perempuan itu sudah bersalto ditengah udara mundur kebelakang kemudian roboh terjengkang keatas tanah.
"Thaysu, jangan..."
Buru-buru Liuw Boe Hwie berseru, namun belum habis ia berseru badannya pun ikut roboh keatas tanah.
Ternyata dalam keadaan cemas buru-buru ia maju kedepan untuk mencegah, namun Yap Jeng Cie dari gunung Pa-san yang menyaksikan kejadian itu salah mengira ia hendak membokong Thiat Bok Thaysu, buru-buru pedangnya berkelebat menusuk kedepan.
Desiran angin pedang sangat tajam, Liuw Boe Hwie gerakkan tangannya membabat namun karena tiada bertenaga lengan sendiri malah terhebat kutung, badanpun tak kuasa ikut roboh terjengkang keatas tenah.
Hanya didalam satu jurus kedua orang tokoh sakti dari dunia persilatan ini telah roboh terjengkang keatas tanah, kemenangan yang diluar dugaan ini malah mencengangkan kedua orang itu.
Dengan berlangsungnya pertarungan disebelah sini, dengan sendirinya pertarungan dipihak kedua telah berhenti, Pertama-tama Lie Hong Hwie perdengarkan dahulu jeritan kagetnya.
"Suhu...". Dengan cepat badannya menubruk kesisi si-Bunga Mawar Putih, tampak perempuan itu sedang muntah darah segar, wajahnya pucat pias, napasnya lemah tenaga untuk berbicarapun tak ada. Liem Kian Hoo pun memburu kesisi gurunya Liuw Boe Hwie. mula-mula ia totok dahulu jalan darahnya agar darah berhenti mengalir, kemudian meloncat hangun, menuding Thiat Bok Thaysu sekalian dan memaki kalang kabut.
"Kalian pembunuh-pembunuh tak tahu malu, keberanian kalian cuma terbatas untuk menghadapi dua orang tua yang sama sekali tiada bertenaga untuk melawan.".
"Eeeh... sebenarnya apa yang telah terjadi ? "
Tanya Thiat Bok Thaysu tergagap, ia masih belum paham. Dengan air mata mengembeng dikelopak mata, Liem Kian Hoo menggembor keras.
"Apa yang terjadi ? kau masih belum mengerti ? dalam pertarungan sengit yang terjadi sepuluh tahun berselang suhuku serta Pek cianpwce telah menderita luka parah hingga ilmu silatnya musnah, kalau tidak, terhadap manusia-manusia tolol macam kau, tak mungkin merek berdua terluka."
"Benarkah sudah sudah terjadi peristiwa ini ? mengapa tidak mereka ucapkan sejak tadi ?"
"Mengapa harus mereka katakan ? dengan pribadi suhuku serta Pek cianpwee kau anggap mereka sudi minta ampun dan merengek-rengek kepada kalian untuk dilepaskan jiwanya."
Pucat pias seluruh wajah Thiai Bok Thaysu, ia bungkam dalam seribu bahasa.
Tiba-tiba Yap Jeng Cie dari gunung Pa-san cabut keluar pedangnya lalu dibabat keatas lengan sendiri, darah segar muncrat keluar membasahi permukaan, dengan tinggalkan kutungan lengan ia putar badan dan berlalu dari situ tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Kau anggap dengan mengutungi sebuah lenganmu lantas urusan sudah dianggap beres ??"
Teriak Liem Kian Hoo kearah bayangan punggungnya.
"Suatu saat aku hendak sembelih kalian satu persatu untuk cuci bersih penghinaan yang kami terima hari ini !". Yap Jeng Cie pura-pura tidak mendengar, tanpa berpaling barang sekejap pun ia berlalu dari situ. Thiat Bok Thaysu pun tiba-tiba berjalan kesisi Lie Hong Hwie, seraya menjura dalam-dalam ujarnya.
"Ini hari pinceng telah bertindak gegabah hingga melukai suhu anda, kesalahan ini sudah sepantasnya ditebus dengan selembar jivvaku, namun misteri kematian suhengku belum jelas, pinceng mohon kelonggaran dari sicu untuk kasih kesempatan buat diriku selidiki persoalan ini, dilain waktu dosa ini pasti akan kutebus."
Dengan pandangan benci Lie Hong Hwie melirik sekejap kearahnya, ia mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa. Dengan wajah lesu dan sedih Thiat Bok Thaysu lantas menatap sekejap kearah keenam orang rekannya kemudian ia berbisik lirih.
"Mari kita pergi ! ".
"Thaysu, untuk membabat rumput harus membabat seakar akarnya, dari pada meninggalkan bencana dikemudian hari!"
Seru Be Si Coen dengan hati tidak senang.
"Tidak boleh, setelah sekali salah kita tak boleh melakukan kesalahan untuk kedua kalinya !".
"Perbuatan si-Bunga Mawar Putih kejam lagi telengas, sekalipun thaysu cabut jiwanya paling banter.
".
"Tidak bisa kita bertindak demikian !"
Seru Thiat Bok thaysu sambil geleng kepala".
"Ilmu silatnya sudah punah sejak sepuluh tahun berselang, orang yang mencelakai suhengku bukan dia tapi orang lain, sekalipun si-Bunga Mawar putih tak mau menolak tuduhan tersebut namun pinceng sudah dibikin jelas duduk perkara!".
"Hmmm ! Mungkin Thiat Siut Thaysu bukan mati ditangannya. tapi putraku benar-benar mati ditangannya."
Teriak Be Si Coen sambil memancarkan cahaya buas.
"Perbuatannya membuat aku tak punya turunan, aku hendak bunuh dirinya, membinasakan pula muridnya agar iapun tak punya ahli waris, tak punya keturunan."
"Urusan pribadi Be Sicu tiada sangkut pautnya dengan pinceng."
Tukas Thiat Bok Thaysu gusar.
"Peristiwa yang terjadi malam ini timbul karena pinceng, sampai detik ini akulah yang bertanggung jawab atas segala akibatnya, tetapi kalau Be sicu niat membinasakan mereka, Hmm maaf, pinceng tak mau ikut campur !". Tiong Chiu-Siang-Kiat saling bertukar pandangan sekejap, akhirnya dibawah tatapan sinar mata Thiat Bok Thaysu yang tajam, tanpa mengucapkan sesuatu apapun, bersama-sama Ceng-Tiong-Su Hauw berlalu dari situ. Fajar mulai menyingsing, ditengah kesunyian yang mencekam hanya terdengar isak tangis Lie Hong Hwie serta Ci-Kian yang memilukan hati. Liem Kian Hoo dengan mulut membungkam berdiri disisi Liuw Boe Hwie, pipinya penuh basah oleh air mata, sinar matanya berapi-api penuh dengan rasa dendam. Kokokan ayam jantan lapat lapat berkumandang dari kejauhan, sinar sang surya lambat-Iambat mulai menyoroti kota Yang Chiu . Musim gugur telah menjelang tiba, hampir setiap hari hujan deras membasahi seluruh permukaan bumi membuat udara jadi lembab dan tidak enak dibadan. Senja telah menjelang tiba, hujan yang mengesalkan hati akhirnya berhenti juga setelah seharian penuh tertuang dari angkasa titik air saling berjatuhan dari batang batang pohon yang gersang membasahi tanah yang kendur hingga timbulkan suara dentingan yang nyaring. Diatas sebuah jalan gunung yang sempit dan curam tiba tiba muncul dua ekoa kuda jempolan diatas kuda duduklah sepasang lelaki berpakaian ketat, baju mereka basah kuyup oleh air hujan jelas mereka telah kehujanan ditengah jalan, dari uap putih yang mengempul dari badan kuda menumpukan pula bahwa perjalanan ini dilakukan siang malam tanpa beristirahat. Mengapa mereka melakukan perjalanan siang malam tanpa perduli basahnya air hujan dan teriknya sinar mata hari ? -o O o- Kedua orang itu bukan lain adalah Liem Kian Hoo serta Loo Sian Khek, jauh jauh menempuh perjalanan ribuan li dari kota Yang Chiu hingga kepropinsi Im-Lam, apa yang sedang mereka kerjakan ? sedang berpesiar ?. Akhirnya kedua ekor kuda itu berhenti didepan sebuah persimpangan jalan, Loo Sian Khek membesut air hujan yang membasahi wajahnya lalu termenung beberapa saat, seolaholah sedang menentukan kearah manakah mereka hendak menuju.
"Bagaimana ?"
Tegur Liem Kian Hoo dengan hati gelisah "
Loo toako ! apakah kau sudah tidak kenali jalan lagi ?".
"Benar! "
Sahut Loo Sian Khek sambil menggeleng.
"Sepuluh tahun berselang aku pernah ikuti guruku berkunjung kebenteng keluarga Liok, tapi sekarang ingatanku sudah agak kabur, maka dari itu sulit bagiku untuk menentukan jalan manakah yang benar". Liem Kian Hoo berpikir sejenak, kemudian katanya.
"Ceng Tiong Su Hauw adalah orang kenamaan dalam dunia persilatan, mari kita tanya saja kepada orang yang kebetulan kita jumpai, persoalan ini tak boleh diundur lagi, sebab bilamana kabar dari Tiong Chiu SiangKiat tiba lebih dahulu, mungkin mereka sudah bikin persiapan dan tidak menguntungkan bagi kita !".
"Sungguh enak ucapan dari loote."
Loo Sian Khek tertawa getir "Coba pikirlah beberapa banyak rumah penduduk yang kita jumpai sepanjang jalan ? ditengah pegunungan yang terpencil, kadangkala sampai puluhan li jauhnya pun belum tentu ada jejak manusia !".
"Kalau begitu kita tetapkan saja salah satu jalan diantaranya, kalau beruntung kita akan tiba ditempat tujuan !".
"Tidak sempurna caramu itu ! daerah sekitar tempat ini merupakan pegunungan semua, sekali salah jalan berarti dua tiga ratus li harus kita tempuh sebelum balik kembali ketempat semula perjalanan kitapun akan tertunda selama sehari!"
"Lalu bagaimana baiknya ?"
Seru Liem Kian Hoo semakin gelisah.
"Bagaimanapun kita tak bisa selalu menunggu disini bukan !liesen". Loo Sian Khek termenung beberapa saat lamanya kemudian baru ujarnya sambil menuding salah satu jalan diantaranya.
"Benteng Keluarga Liok terletak disebelah Tenggara, aku rasa lebih besar betulnya apabila kita lewati jalan ini !". Liem Kian Hoo tidak berdicara, ia segera cemplak kudanya maju kedepan.
"Loote ! aku hanya menduga belaka, tak berani kuyakini bahwa jalan itu adalah yang harus kita tempuh sebenarnya ! "
Buru buru Loo Sian Khek berseru sambil mengejar kedepan.
"Perduli amat ! bagaimana juga kita harus maju kedepan, setelah salah paling cepat putar kembali kejalan semula, sekalipun ada diujung langit dasar samudra, aku harus temukan kawanan bajingan itu dan bikin perhitungan dengan mereka ! "
Loo Sian Khek ragu ragu sejenak, akhirnya ia menghela napas panjang.
"Padahal empat saudara dari keluarga Liok tidak terhitung terlalu jahat, paling banter mereka bertindak karena tidak selidiki dahulu duduknya perkara, dimana bisa ampuni jiwanya, seperti tindakan loote terhadap Be Si Coen."
Liem Kian Lloo tertawa dingin.
"Perbuatannya terhadap guruku serta Pek cianpwee keterlaluan sekali, meski dibunuhpun dosanya belum bisa diampuni untung aku cuma mencukil sebuah biji matanya belaka, kalau bukan orang she-Be itu cepat cepat meloloskan diri akan kutebas pula lidahnya, akan kulihat dikemudian hari dapatkah ia putar balik duduknya perkara dan menghasut orang lain !". Loo Sian Khek termenung beberapa saat, kemudian ujarnya kembali.
"Reputasi Tiong Chiu Siang Kiat dalam dunia persilatan memang kurang baik, pantas apabila loote bersikap demikian terhadap mereka, tetapi Ceng Tiong Su Hauw tidak terlalu jahat, mereka masih sering melakukan perbuatan mulia, dapatkah loote bersikap agak longgar sedikit kepadanya ..."
"Tidak bisa ! keempat orang ini lebih lebih harus dibunuh, kalau Tiong Chiu Siang Kiu hanya melakukan kejahatan kecil maka sebagai hukumannya mata harus dicukil lidah harus dipotong, Lain halnya dengan keempat orang itu, bukan saja aku hendak menuntut batas buat guru serta Pek-Cianpwec, bahkan diatas kitab kecil milik si bunga Mawar Putih yang muat nama nama orang Bu-lim yang harus dibunubdabh karena kejahatannya tercantum pula mereka, bahkan nama mereka berada dipaling atas, seandainya ilmu silat Pek cianpwee tidak punah, sejak semula mereka sudah dibunuh !"
Ucapan ini membuat Loo Sian Khek melengak.
"Hubungan persahabatan guruku dengat empat bersaudara keluarga Liok sangat akrab, mengapa beliau tidak tahu apabila mereka pernah melakukan perbuatan terkutuk".
"Tidak sedikit jumlah manusia dikolong langit yang diluar pura pura ramah dan penuh belas kasih, padahal didalam hatinya bejad dan banyak melakukan perbuatan terkutuk !".
"Dapatkah loote beritahu kepadaku?".
"Tidak bisa ! aku sudah menyanggupi permintaan dari Pek Cianpwee, kecuali berjumpa dengan orangnya pribadi, kejelekan mereka tidak akan diumumkan kepada siapapun, disinilah letak kebijaksanaan Pek cianpwee, sepanjang hidup membasmi kejahatan namun tidak sudi mengutarakan alasannya, ia rela menerima setiap kesalahan pahaman orang lain daripada menjelekan orang dihadapan umum, ia telah serahkan tugas yang belum selesai ini kepadaku, tentu saja aku tak mengecewakan harapannya !". Loo Sian Khek menghela napas panjang.
"Dalam dunia persilatan tersiar berita bahwa si Bunga Mawar Putih adalah seorang pembunuh yang berjiwa dingin dan berhati keji, tak nyana dia orang tua adalah seorang pendekar sejati yang khusus membasmi kejahatan."
Perbuatan seorang pendekar sejati hanya terbatas pada keamanan umat dunia dan sama sekali tidak memperduli nama sarta pamor sendiri Pek clanpwee telah serahkan tugasnya kepadaku, aku takut tugas tersebut tak dapat keselesaikan secara baik sebab orang-orang yang tercantum namanya diatas kitab tersebut banyak bagaikan bintang dilangit, sebilah pedangku ini entah harus membunuh beberapa banyak orang !"
"Begitu banyak jumlahnya ?". Liem Kian Hoo menghela napas dan mengangguk. Loo Sian Khek tidak berani bertanya lebih jauh siapa saja yang tercantum dalam kitab tersebut ia tahu bertanyapun percuma, tanpa terasa wajahnya kelihatan makin murung. Kebetulan Liem Kian Hoo berpaling, menyaksikan perubahan wajahnya sambil tersenyum ia lantas berkata.
"Loo-heng boleh berlega hati. dari partai anda cuma susiokmu seorang yang tercantum namanya dan tugas itu telah diselesaikrtqran sendiri oleh Pek cianpwee! gurumu Tiang Coen cinjien adalah seorang manusia berjiwa besar, ia tidak akan terseret pula dalam bencana ini !". Dengan hati lega Loo Sian Khek menghembuskan napas panjang lalu tertawa ringan.
"Sepanjang hidup guruku bertindak jujur dan adil, aku sih tidak menguatirkan hal ini ... aneh ! bukankah Pek cianpwee sendiri punya ahli waris ? mengapa tugasnya yang belum selesai tidak diserahkan kepada nona Lie untuk menyelesaikan ?"
Suatu ingatan berkelebat dalam benak Liem Kian Hoo, segera jawabnya lagi.
"Maaf urusan ini tak dapat kujelaskan kepadamu, lagipula nona Lie sendiripun tidak tahu akan adanya pekerjaan ini, seumpama dikemudian hari Loo heng bertemu dengan dirinya, harap kau suka menutupi rahasia ini !". Dengan wajah tercengang Loo Sian Khek mengangguk tidak Iama kemudian ia teringat kembali akan satu persoalan, tak tahan tanyanya lagi.
"Masih ada satu persoalan yang membuat Ih-heng tidak jelas, bulan berselang ketika Loo-te bergebrak melawan Be Si Coen tidak sampai tiga gerakan kau berhasil mencukil sebuah biji matanya, aku lihat tenaga dalammu telah peroleh kemajuan pesat kalau dibandingkan sewaktu ada dikota Yang Chiu tempo dulu ! dengan kepandaian yang dimiliki Loote semestinya kau tidak akan sampai kalah oleh mereka, apa sebabnya loote simpan kepandaian lihaymu dan duduk menyakikan berlangsungnya peristiwa menyedihkan itu".
"Aaaaai.... sudah ditakdirkan demikian, dibicarakanpun percuma, harap Loo heng jangan banyak bertanya !". Beruntun Loo Sian Khek mengajukan pula beberapa pertanyaan namun tidak mendapat jawaban semua ia mulai merasa bahwa sianak muda ini penuh diliputi kemisteriusan.
"Aaaaah salah ... kita sudah salah jalan, tempat ini adalah dusun suku Biauw ! "
Tiba tiba Loo Sian Khek berseru setelah memeriksa keadaan disekelilingnya.
"Darimana Loo heng bisa tahu ?". Sambil menuding rumah gubuk dihadapannya, orang she Loo itu menjawab.
"Hanya suku Biauw saja yang akan membangun atap rumahnya berbentuk bulat, asal kita lihat modelnya segera akan ketahui !"
"Aku rasa Loo heng sengaja hendak bawa aku kemari, bukankah begitu ?"
Merah jengah selembar wajah Loo Sian Khek.
"Kan tadi sudah kukatakan bahwa aku tidak begitu menguasahi jalan disini, persolan pada sepuluh tahun berselang mana bisa diingat lagi dengan begitu jelas ? lagi pula sewaktu aku menunjukan arah jalan, Loote telah memutuskan dengan cepat."
"Loo heng tak usah kasih penjelasan lagi"
Tukas Liem Kian Hoo tersenyum berarti.
"Aku tahu hubungan pribadimu dengan Ceng Tiong Su Hauw saugat akrab, ketika kau bersembunyi di-jembatan kutung kota Yap Chiu pun disebabkan tidak ingin berjumpa dengan mereka, sejak memasuki propinsi In Lam kau sudah perlambat perjalanku dengan alasan hujan, sepanjang perjalanan setiap kali bertemu dengan persimpangan tidak pernah kau tunjukan jalan yang benar bagaimana bodohnya siauw-te, lama kelamaan aku tentu merasakannya pula, bukan begitu ?"
"Harap Loote suka maafkan perbuatanku ! sewaktu Ih-heng ikut suhu berkunjung kebenteng keluarga Liok pada sepuluh tahun berselang, kami telah mendapat pelayanan yang sangat baik, aku tidak tega melihat mereka terluka diujung pedang."
"Benar atau tak boleh tidak harus diterangkan keadilan dan kebenaran tak boleh tidak harus ditegakakan !".
"Aaaaai ....seandainya ada alasan yang buat kematian mereka, tentu saja lh heng tak akan mencegah maksud loote."
"Tak ada alasan untuk mengampuni kesalahan mereka, mengingat maksud mulia dari Loo-heng maka selama ini aku pura-pura bersikap bodoh dan ikuti dirimu salah jalan, baiklah ! paling banyak kuberi waktu selama dua hari bagi mereka untuk bikin persiapan, dapatkah mereka mencari jalan hidup selama dua hari ini, terpaksa harus kita lihat apakah mereka punya rejeki atau tidak !"
"Terima kasih loote !"
Loo Sian Khek segera menjura dalam dalam.
"Bantuan yang dapat lh-heng berikan kepada merekapun terbaliesentas sampai disini saja, kejadian dikemudian hari lh heng tidak akan ikut campur lagi !". Liem Kian Hoo tersenyum, ia larikan kudanya menuju kearah sebuah rumah gubuk sambil berjalan serunya.
"Apabila kematian sudah menjelang tiba, siapa yang dapat menolong mereka ? bagaimanapun akhirnya manusia harus mati, sekalipun tidak dibunuh orang, iapun tak bisa selamanya hidup didunia, Loo-heng tak perlu berterima kasih kepadaku, bencana atau rejeki semuanya telah ditetapkan oleh Thian !". Tibalah sianak muda itu didepan sebuah rumah gubuk yang rada besar dan lebar diantara rumah penduduk lain, ia loncat turun dari kuda dan mengetuk pintu. Tidak lama kemudian pintu segera terbuka kembali, Ternyata penghuni rumah itu belum tidur, ruangan dibagi jadi tiga bagian, paling depan adalah ruang tamu dimana kurang lebih ada lima enam orang gadis sedang berkumpul sambil bersulam, gadis yang buka pintu tadi berusia delapan sembilan belas tahunan, walaupun berpakaian aneh namun wajahnya amat cantik, Liem Kian Hoo sendiri walaupun berasal dari keluarga kaya, dalam rumah banyak terdapat dayang, namun ia jarang bergaul dengan wanita terutama sekali kaum gadis remaja, maka dari itu berhadapan dengan sekelompok gadis muda ia rada tertegun dibuatnya, untuk beberapa saat lamanya tak sepatah katapun berhasil diucapkan. Gadis yang buka pintu tadi jauh lebih bebas, sambil tertawa ia lantas mempersilahkan tamunya untuk masuk.
"Koan lang, silahkan masuk kedalam !". Merah jengah selembar wajah si anak muda itu, sahutnya tergagap.
"Kami... kami sudah salah jalan sedang malam telah menjelang tiba, maka terpaksa kami ganggu ketenangan kalian pada saat seperti ini. Aku rasa tempat nona kurang leluasa bagi kami ! lebih baik kami cari tempat lain saja.".
"Koan-lang, kau tak boleh berkata begitu."
Seru gadis itu kurang senang hati.
"walaupun rumah kami kecil namun pelayanan kami terhadap tamu tidak kalah dengan rumah lain, seandainya Koan-Lan pindah ke rumah lain, dari mana kami punya muka untuk bertemu lagi dengan orang lain !". Liem Kian Hoo melengabdabk setelah mendengar perkataan itu, maka saat itulah Loo Sian Khek sudah turun dari kuda dan masuk kedalam ruangan, segera bisiknya.
"Keluarga suku Biauw paling suka menerima tamu, kita sudah mengetuk pintu rumahnya, dalam sopan santun tak mungkin bagi kita untuk pindah ketempat lain, kalau tidak maka mereka akan anggap kejadian ini sebagai suatu penghinaan."
Tanpa terasa Liem Kian Hoo segera melangkah masuk kedalam ruangan, gadis-gadis itupun sambil tertawa letakkan sulaman mereka keatas meja, tuang air teh dan melayani mereka dengan baiknya, Gadis pertama yang buka pintu tadi paling giat diantara gadis-gadis lain, sambil memerintahkan orang untuk siapkan makanan.
ia tuangkan sendiri dua cawan air teh panas.
ujarnya sambil tertawa.
"Koan Lang, kalian tentu sudah lapar bukan ? mari minum teh dulu ! arak dan sayur segera akan dihidangkan, kami merasa amat bangga bisa menerima kalian berdua sebagai tamu agung kami, tolong tanya siapakah Koan-lang ?".
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seruling Perak Sepasang Walet -- Khu Lung Siluman Rase Souw Tat Kie Karya Siao Shen Sien Golok Bulan Sabit -- Khu Lung /Tjan Id