Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 11


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 11



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   "

   Sejak itu tinggallah Ong Han di markas Kun lun-pay. Tetapi sikapnya sekarang jauh berbeda dengan dahulu. Dia berobah menjadi seorang pendiam dan suka melamun.

   "Sute. mengapa engkau sekarang suka bermenung melamun seorang diri ?"

   Tegur Hong-kiat.

   Ong Han hanya mengatakan tak apa2 Tetapi setelah didesak oleh suhengnya barulah ia menyatakan kalau memikirkan tentang dua buah kitab pusaka yang masih tersimpan dalam Kuil Kuning "Suheng, kejayaan Kun-lun-pay harus kita bangun dan kembangkan seluas-luasnya.

   Ilmu yang termaktub dalam kitab pusaka itu tiada ternilai saktinya.

   Dengan memiliki ilmu Pedang-terbaag yang sudah beratus tahun lenyap.

   Kun lunpay akan menjagoi dunia persilatan,"

   "Lalu bagaimana kehendakmu'"

   Tanya Hong-kiat.

   "Aku tetap hendak mencari kitab pusaka itu"

   Sahut Ong Han.

   "Tetapi penjagaan disana tentu ketat sekali"

   Katr Hong kiat.

   "Itulah sebabnya aku selalu termenung memikirkah hal itu,"

   Sahut Ong Han. Hong-kiat tertarik akan tujuan sutenya yang mulia. Bukankah sutenya itu berjuang keras demi membangun kejayaan Kun-lun-pay.

   "Ah, dia berjuang begitu gigih dan aku ? Aku hanya enak2 berada dalam markas dan menikah dengan sumoaynya, Belum pernah aku keluar untuk melakukan tugas kepentingan partai"

   Diam2 Hong-kiat menilai dirinya.

   Dia seorang jujur.

   Maka segera ia menawarkan tenaganya untuk menemani sutenya menuju ke kota raja.

   Demikian kedua suheng dan sute itu segera berangkat.

   Urusan partai diserahkan kepada Gwat ngo.

   Lebih kurang enam bulan kemudian, pada suatu hari tiba2 muncullah Ong Han dengan membawa luka2 berdarah.

   Sudah tentu Gwat-ngo terkejut sekali.

   "Mana suheng ?"

   Tanyanya cemas. Ong Han tak menyahut melainkan bercucur an airmata ...

   "Oh."

   Gwat-ngo menjerit.

   "benarkah dia . .. dia ..celaka .?"

   Dengan terbata-bata Ong Han menceritakan bahwa dalam usahanya menyelundup ke dalam Kuil Kuning, ia dan suhengnya telah dipergoki oleh para penjaga disitu.

   Terjadi pertempuran dengan barisan siwi (pasukan istana) yang lebih besar jumlahnya dan terdiri dari tokoh2 silat sakti.

   Hong-kiat rubuh dan terluka berat.

   Bermula Ong Han mengamuk dan hendak adu jiwa untuk membalas kematian suhengnya tetapi dalam detik2 masih dapat bernapas, Hongkiat mencegah dan menyuruhnya pulang.

   "Sute, biarlah satu yang mati jangan dua-dua. Kita harus tetap menegakkan Kun-lun pay. Dan tolonglah engkau rawat sumoay dan anaknya..."

   "Bermula aku tak mau,"

   Ong Han melanjut kan keterangannya.

   "tetapi karena suheng tetap mendesak, akhirnya aku terpaksa membuka jalan-darah dan meloloskan diri ..."

   Gwat-ngo tersedu-sedu mendengar berita itu.

   Betapapun, Hong-kiat.

   itu adalah suaminya yang yang mencintai dan menyayanginya.

   Sampai beberapa bulan Gwat-ngo tetap bersedih.

   Untunglah ada Ong Han yang selalu menghiburnya.

   Waktu berjalan pesat sekali.

   Musim panas berganti musim rontok lalu musim dingin.

   Dan setelah mengalami musim yang menggigilkan tubuh dan merawankan hati itu, akhirnya tibalah musim semi, musim yang memberi harapan pada semua mahluk di semesta alam.

   Sering dengan kedatangan musim semi yang indah gemilang itu.

   mulai cairlah kabut kesedihan yang menyelubungi hati Gwat-ngo si janda kembang yang masih muda belia itu.

   Belaian kata2 yang dirangkai indah oleh mulut Ong Han yang pandai bicara, bagaikan sinar matahari yang memancar di musim semi.

   Memberikan kegairahan dan menimbulkan harapan hidup dalam hati Gwat-ngo.

   Kelayuan dan kelesuan hidup janda itu, mulai merekah kegairahan dan harapan.

   Dan bersemi pulalah benih2 asmara yang pernah menjalin antara ia dengan Ong Han dahulu.

   Cinta pertama, selalu berkesan.

   Ketika Ong Han menyatakan isi hatinya maka Gwat-ngopun menyambutnya dengan sepuluh jari.

   Demikian keduanya segera hidup menjadi suami isteri dengan bahagia.

   Setahun kemudian pada suatu malam, Ong Han menerima kedatangan seorang tetamu.

   Secara kebetulan, Gwat ngo dari balik dinding ruangan dapat mendengar pembicaraan mereka.

   Rupanya orang itu seperti menagih janji kepada Ong Han.

   Ong Han beibangkit dan masuk kedalam kamar.

   Rupanya timbul kecurigaan dalam hati Gwat ngo.

   Ketika Ong Han masuk, ia pura-pura tidur.

   Ternyata Ong Han mengambil sarung pedang yang tergantung pada tembok.

   Sarung pedang itu yalah kerangka dari pedang Ceng-lui-kiam.

   Gwat ngo terkejut.

   Pada saat itu juga ia hendak menegur tetapi pada lain kilas ia mempunyai lain pemikiran.

   Untuk apakah Ong Han mengambil kerangka pedang itu ? Ah, baiklah ia membiarkan saja dulu dan ia hendak tahu apa yang a-kan dilakukan Ong Han dengan sarung pedang itu.

   Setelah mengambil sarung pedang, Ong Han terus keluar dan menyerahkan kepada tetamu itu.

   Kemudian seielah berbicara sebentar, keduanya tertawa lalu berbangkit dan melangkah keluar.

   Dengan hati2 Gwat-ngo mengikuti mereka.

   Tiba di sebuah hutan yang sunyi, sekonyong-konyong Ong Han menghantam orang itu.

   Karena tak menyangka nyangka, orang itu tak sempat menangkis dan rubuh.

   "Penghianat Ong Han, engkau menghianati janji ... sebagai upah untuk mencelakai suheng-mu, engkau memberi balasan begini ..."

   Orang itu berteriak sekuat-kuatnya tetapi ia tak dapat melanjutkan kata-katanya karena saat itu Ong Han menendangnya kedalam jurang ...

   Bukan kepalang kejut Gwat-ngo ketika menyaksikan peristiwa itu Setelah Ong Han pergi, ia terus turun ke jurang untuk menolong orang itu.

   Orang itu menderita luka parah.

   Tetapi berkat ilmu tenaga dalamnya yang tinggi, ia masih dapat! bernapas.

   Ternyata dia seorang Mongol murid orang sakti dari kota Ular Bator yang memberi pelajaran ilmu tutukan jari jarak jauh dan ilmu Pcdang-terbang kepada Ong Han.

   Dengan begitu orang itu masih pernah suheng dari Ong Han Gwat ngo melekatkan telapak tangannya ke punggung orang itu untuk menyalurkan tenaga-dalamhya.

   Tak berapa saat orang itupun sadarkan diri Ketika mengetahui Gwat ngo itu isteri Hong-kiat, orang itu menangis minta maaf.

   "Maafkan aku nyonyah"

   Katanya.

   "aku Tol-tai, telah ditipu Ong Han untuk membunuh suamimu ..dia berjarji ..hendak memberikan kerangka pedang Ceng lui kiam ..tetapi ternyata ta curang dan menghantam aku .."

   "Apakah suamiku sudah mati ?"

   Seru Gwat ngo gopoh.

   "Dia terluka parah dan kubuang dalam jurang. Entah mati entah hidup .." 'Mengapa engkau menghendaki kerangka pedang itu ?"

   Tanya Gwat ngo pula.

   Belum Toltai menjawab tiba2 diatas tebing terdengar suara Ong Han berteriak-teriak memanggil Gwat-ngo.

   Rupanya setelah pulang dan tak mendapatkan Gwat ngo berada di tempat tidur, Ong Han terkejut Ia kuatir terjadi sesuatu dengan Gwat-ngo Ia mencari kemana mana tetapi tetap tak bertemu.

   Akhirnya timbullah kecurigaan, bukan mustahil Gwat-ngo mengetahui peristiwa kedatangan tetamu dari Mongol tadi.

   Ia mulai gelisah lalu menuju ke jurang tempat pertempuran tadi.

   "Hai, mengapa engkau disitu Gwat-moay ?"

   Serunya terkejut ketika matanya yang tajam melihat sesosok tubuh wanita sedang berjongkok menolong seorang lelaki. Buru2 ia lari menuruni jurang 'Celaka ..dia datang lagi,"

   Kata Toltai tersendat2.

   "nyonya ..lekaslah engkau lari .." 'Tidak,"

   Sahut Gwat-ngo tegas.

   "aku hendak membuat perhitungan dengan manusia serigala itu !"

   "Jangan ..dia lebih sakti ..engkau tentu menderita .."

   "Biarlah aku mati asal penghianat itupun mati !"

   Gwat ngo tetap menolak.

   "Nyonyah ..loloslah sabukku dan gunakan untuk menghadapi serangan Gig Han. Sabuk itu terbuat dari Swat coa (ular saljo) yang telah membeku digurun salju Siberia selama ratusan tahun. Selain mampu menahan senjata, pun apabila mengenai tubuh lawan, lawan tentu akan menggigil kedinginan dan lumpuh tenaganya,"

   Dengan paksakan diri Toltai memberi keterangan. Gwat-ngo menurut dan saat itu Ong Hanpun sudah tiba dihadapan mereka.

   "Gwat-moay, mengapa engkau berada disini"

   Tegur Ong Han dengan memberingas. Sebelum Gwat-ngo menyahut, Toltai sudah mendahului. 'Anjing Ong Han perbuatanmu yang durhaka telah kuberi tahu kepada nyonyah ini. Engkau . manusia , . berhati serigala .."

   "Tutup mulutmu, anjing !"

   Ong Han membentak dan lepaskan sebuah hantaman dengan meng gunakan ilmu Hoagong- ci atau Jari-pengguratlangit, Terdengar Toltai menjerit ngeri tetapi menyusul itu, Ong Hanpun menjerit, seram terus melarikan diri.

   Ternyata serempak pada waktu Ong Han menghancurkan Toltai, Gwat-ngopun segera menyabat dengan sabuk Swat-coa-han-kut-tay, sabuk ular salju, Bahu Ong Han termakan ujung sabuk.

   Seketika menggigillah dia Tenaganya serasa hilang Menyadari bahaya yang mengancam, Ong Han terus melarikan diri ...

   "Jahanam, sampai ke ujung langitpun tetap akan kucarimu !"

   G vat ngo mengejarnya.

   Tetapi akhirnya Ong Han dapat meloloskan diri juga.

   Setelah mengejar beberapa lama, tiba2 Gwat-ngo merasa pusing dan akhirnya jatuh.

   Ternyata dia sudah mengandung tiga empat bulan.

   Perasaan marah, gemas dan dendam yang membakar hatinya telah menyebabkan hawa dalam tubuhnya bergejolak keras dan darahnya berhamburan keras Ia malu, menyesal dan menderita guncangan batin yang hebat sehingga setelah sadar dari pingsannya, ia berobah linglung pikirannya, la tak mau kembali ke Kun-lun san tetapi merantau ke pegunungan dan hutan belukar.

   Bahkan ketika melahirkan bayi, ia membuang bayi itu ditengah hutan Ia malu dan jijik merawat anak dari seorang manusia yang berhati binatang seperti Ong Han.

   Dan sejak itu ia hilang lenyap tiada beritanya.

   Partai Kun-lun pay geger karena kehilangan ketuanya yang baru yalah Ong Han serta Gwat-ngo.

   Demikianpun tak hentihentinya anak perempuan yang baru berumur tiga tahun itu menangis mencari ibunya.

   Untunglah datang seorang rahib tua yang bernama Giok Im sengbo yang bersedia mengambil anak perempuan itu.

   Setelah anak perempuan itu besar ia diperbolehkan kembali ke gunung kun lun.

   Kebetulan tiang-lo yang menjabat sebagai pejabat ketua partai Kun lun-pay telah meninggal maka nona itupuh diangkat sebagai penggantinya.

   "Demikianlah sekelumit kissah sedih yang pernah melanda partai Kun lun-pay, ''Ceng Siar suthay mengakhiri ceritanya. 'O, nona itu tentu suthay sendiri,"kata An Bin-tojin ketua Bu tong pay. Ceng Sian suthay mengangguk.

   "Tetapi bagaimana suthay tahu akan riwayat! itu ? Bukankah suthay saat itu masih berumur tiga tahun?"' seru Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay Ceng Sian suthay tersenyum .

   "Sudah tentu suhuku yang memberitahu. Demikian pula tentang Lam hay It soh, pun suhu menceritakan juga Dia. bukan lain yalah Ong Han, orang yang telah menganiaya ayahku dan mencelakai ibuku !"

   "Omitohud"

   Seru Hui Gong taysu.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"dendam itu laksana bisul, mudah timbul sukar dilenyapkan Sekalipun sembuh tetapi tetap meninggalkan bekas Mengapa suthay masih mengandung rasa dendam, kepadanya ? Bukankah dia akan menderita sendiri akibat perbuatannya itu ?"

   Ceng Sian suthay tak menyahut melainkan termenung diam. Rupanya terjadi pertentangan dalam batinnya.

   "Memang telah kuusahakan hal itu sekuat tenagaku,"

   Katanya sesaat kemudian.

   "dan sudah lama aku tak memikirkan persoalan itu. Tetapi pada saat aku tiba di laut selatan dalam rangka mencari putera Kim tayhiap yang hilang' itu, tiba' saja timbullah hasratku untuk menuju ke pulau Hailam."

   "Apakah tujuan suthay ke sana ?"

   Tanya Ang Bin tojin.

   "Bermula hanya ingin menjenguk dan membuktikan apakah Lam-hay It-soh itu benar paman guruku Ong Han."

   Kata Ceng Sian suthay.

   "Benarkah dia itu ?"

   Seru Hong Hong tojin.

   "Aku sendiri memang tak ingat lagi bagaimana wajah paman guruku dahulu,"

   Kata Ceng Sian suthay.

   "maka ketika berhadapan muka, iapun menerima kedatanganku dengan ramah. Setelah berbicara beberapa saat, akupun segera memperkenal kan siapa diriku yang sesungguhnya. Dia terkejut sekali dan pucat lesi ..." 'Omitohud,"

   Seru Hui Gong taysu pula.

   "dosa memang tak ubahnya seperti bayangan. Kemanakah orang hendak lari dan bersembunyi, tetapi rasa dalam hati telah berbuat dosa itu, tetap akan membayanginya ..."

   "Dalam tanya jawab dengan dia, dapatlah ku ketahui bahwa ia membunuh ayahku karena marah melihat ayah telah menikah dengan ibuku. Dia masih mencintai ibuku dan tak rela kalau ibu dipersunting lain orang ..."

   Beihenti sejenak Ceng Sian suthay melanjutkan .

   "Sebenarnya aku sudah naik darah mendengar keterangannya itu tapi segera dapat kumaklumi perasaan seorang pemuda yang sedang dimabuk Asmara. Cinta itu memang buta dan dapat membuat orang kalap dan gelap .."

   Berhenti sejenak, Ceng Sian suthay melanjut kan ceritanya pula.

   "Ketika kutanyakan tentang pedang pusaka Ceng-lui-kiam. ia menjawab bahwa pedang itu telah terlepas jatuh kedalam bengawan Hek-liong-kiang ketika ia melangsungkan pertempuran hebat dengan Kim Thian-cong."

   "Kemudian kutanyakan pula tentang sarung pedang Cengliong- kiam. Kukatakan bahwa pedang Ceng lui-kiam itu menjadi haknya karena o-leh sucou (kakek guru) telah diberikan kepadanya Tetapi sarung pedang itu adalah hak milik ayahku. Maka aku berhak untuk meminta. Mendengar pertanyaau itu, Lam-hay It-soh menghela napas panjang .

   "Sarung pedang itu telah dicuri oleh muridku".

   "Siapa namanya ?"

   Tanyaku.

   "Sui Kim-san,"

   Jawab Lam-hay It soh.

   "Mengapa tak engkau kejar ? Bukankah engkau tahu bahwa sarung pedang itu hak milik su-hengmu yang pada suatu hari kemungkinan dapat mencarimu untuk meminta barang itu ?"

   Kutegur-nya dengan tajam. Kembali Lam hay It soh menghela napas.

   "Aku tak dapat melakukan hal itu."

   Katanya.

   "Mengapa ?"

   "Karena puteriku telah meninggalkan surat apa bila aku mengejar dan membunuh Kim-san, puteriku itupun akan bunuh diri."

   Kata Lam-hay Is-soh "Mengapa begitu ?' tanyaku pula.

   "apakah hubungan puterimu dengan muridmu Kim San itu"

   "Puteriku juga kuberi pelajaran ilmusilat bersama Kim san. Hubungan kedua suheng dan su-moay itu erat sekali tak ubah seperti engkoh dan adik. Aku merasa gembira dan membiarkan mereka bergaul bebas. Ternyata pada suatu hari telah terjadi hal yang sama sekali tak pernah kuduga-duga. Kim san dan puteriku minggat dengan membawa sarung pedang Ceng lui kiam. Dan meninggalkan surat itu."

   "Apakah engkau melarang mereka menjadi suami isteri ?"

   Tanyaku.

   "Bukan melarang tetapi hanya memperingatkan bahwa saat ini mereka jangan memikirkan lain2 hal tetapi harus menumpahkan seluruh perhatian untuk belajar silat. Kelak setelah selesai baru lah nanti aku akan membicarakan soal perjodoan mereka. Tetapi rupanya mereka telah tergoda oleh nafsu sehingga terjadi peristiwa itu."

   "Apakah mereka sudah mengadakan hubungan gelap ?"

   "Begitulah menurut pengakuan dalam surat puteriku itu. Ia mengatakan kalau sudah mengandung"

   "Mengapa mereka harus melarikan diri? Bukankah Kalau mereka mengaku terus terang akan perbuatan mereka, engkau tentu akan memberi maaf?"

   "Anakku hanya seorang itu ...

   "

   "Bohong !"

   Kubentaknya keras.

   "bibit siapakah yang terkandung diperut ibuku kala itu ?"

   Lam-hay It-soh gemetar mendengar kata kataku. Wajahnya pucat lesi dan tubuhnya lemah lunglai "Tetapi bukan maksudku hendak meninggalkan ibumu. Dialah yang marah dan hendak membunuhku"

   "Seharusnya memang begitu. Karena engkau seorang manusia berhati serigala .'"

   Kudampratnya. Lam-hay lt soh menundukkan kepala berdiam diri.

   "Siapa nama anakmu ?"

   Tanyaku pula.

   "Kui giok" 'Pernahkah engkau mendengar berita tentang mereka ?"

   Lam-hay It-soh gelengkan kepala .

   "Sejak peristiwa itu batinku telah menderita pukulan hebat. Aku jemu dengan dunia persilatan. Aku tetap a-kan tinggal disini sampai di akhir hayatku."

   Kutatapnya orang itu. Berbagai pikiran berkecamuk dalam batinku saat itu. Apakah aku harus melampiaskan dendam darah ayahku atau apa kah kubiarkan saja dia hidup tersiksa batinnya ? '"Suthay,"

   Tiba2 ia memanggil namaku dengan sebutan suthay.

   "bukankah kedatanganmu ini hendak menuntut balas atas kematian ayahmu ?"

   "Hm,"

   Aku hanya mendengus.

   "Silahkan bunuh aku."

   Katanya dengan nada paserah.

   "aku takkan balas menyerang ataupun membela diri. Aku sudah merasa berdosa kepada ayahmu atau suhengku sendiri dan ibumu .."

   "Dosa selalu membayangi setiap pembunuh!"

   "Karena itu, bunuhlah aku. Agar aku lekas terbebas dari penderitaan hidup."

   Aku mendengus .

   "Yang memberi jiwamu, bukan aku maka akupun tak berhak mencabutnya.- Lam-hay It-soh menghela napas. Tiba2 matanya memberingas. serunya .

   "Ceng Sian, apakah maksudmu kemari ?'* "Pertama, hendak melihat wajah seorang paman guruku yang katanya tinggal di pulau ini. Ke dua. untuk menyaksikan betapakah wujutnya seorang manusia yang begitu sampai hati untuk men celakai suhengnya sendiri dan begitu longgar dada untuk merebut isteri suhengnya. Dan ketiga, untuk menanyakan perihal sarung pedang yang menjadi hak milik ayahku."

   "Keinginanmu yang pertama, telah terkabul, Beginilah macamnya manusia yang tak layak menjadi paman gurumu. Keinginanmu yang'kedua, pun telah terkabul. Inilah manusia yang berhati binatang itu. Keinginanmu ketiga, juga telah mendapat jawaban Carilah orang yang bernama Sui Kim san dan mintalah sarung pedang itu kepadanya. Tetapi masih ada sebuah keinginan yang belum engkau utarakan"

   "Apa ?"

   Tanyaku.

   "Engkau harus menuntut balas atas kematian ayah bundamu !"

   Seru Lam hay It-soh.

   "Mengapa aku harus menuntut balas? Bukankah tanpa kutuntut engkaupun sudah dituntut oleh karma dosamu. Kalau engkau kubunuh, engkau tentu segera mati. Suatu hal yang jauh lebih enak apabila kubiarkan engkau hidup dalam cengkeraman karmamu ..."

   "Ceng Sian, engkau kejam !"

   Teriak Lam-hay It soh terus mencabut sebatang badik dan diangsurkan kemuka. 'Ceng Sian, bunuhlah aku, bunuhlah aku .."

   Aku terkejut melihat kekalapan Lam-hay It soh.

   Kulihat saat itu dia sudah kehilangan kesadarannya.

   Dengan mata merah memberingas, ia maju memberikan badik itu kepadaku.

   Aku terpaksa mundur.

   Namun dia tetap mendesak maju seperti orang gila.

   Aku ketakutan sendiri lalu berputar tubuh loncat keluar.

   "Ceng Sian. engkau sungguh kejam .."

   Ia menjerit panjang untuk kemudian tak bersuara lagi.

   Saat itu aku sudah lari beberapa tombak.

   Ketika mendengar teriakannya yang bernada ngeri aku terkejut dan cepat berpaling kebelakang.

   Ah...

   Lam-hay It-soh sudah rubuh berlumuran darah.

   Cepat aku lari kembali untuk menolongnya.

   Kulihat dadanya tertanam badiknya sendiri.

   "Mengapa engkau bunuh diri sendiri ?"

   Tegurku rawan. Betapun dia masih paman guruku. Dalam keadaan yang sedemikian mengenaskan, timbullah rasa kasihanku.

   "Aku memang tak layak hidup. Dosaku ber gelimpangan. Lekas. Ceng Sian, waktu ..hanya tinggal sedikit sekali ..' ia mulai terengah-engah "dengarkanlah pesanku .."

   "Paman, dosamu sudah kumaafkan .."

   "Ah. terlambat Ceng Sian,"

   Katanya makin lemah. Wajahnya mulai tampak kuning.

   "badik yang tertanam didadaku ini ..pusaka dari guruku di Ular Bator, disebut badik Hong-cui-tian (badik Air Kuning), sebuah badik yang keramat dan ganas. Barangsiapa terkena badik ini mayatnya akan menjadi cairan air kuning .."

   "Paman .."

   Ceng Sian berseru kaget.

   "Dan sebentar lagi, akupun segera akan menjadi cairan juga. Tetapi aku tak menyesal, Ceng Sian. Sekarang dengarkanlah pesanku terakhir ..Pertama, ampunilah kesalahanku terhadap ayah dan ibumu .."

   "Paman, telah kumaafkan semua kesalahanmu "Baik, Ceng Sian, dengan begitu dapatlah nanti aku berangkat ke alam baka dengan tenang hati Kedua, sarung pedang Ceng lui-kiam milik ayahmu yang kuambil kemudian dicuri oleh muridku Kim san itu. sebenarnya merupakan sebuah peta tempat simpanan kitab pusaka sakti. Apabila dapat menemukan kitab pusaka itu dan dapat mempelajari isinya, tentu dapat menjadi tokoh silat yang tiada tandingannya didunia . .

   "

   Ia berhenti sejenak untuk beristirahat lalu me lanjuikan pula .

   "Carilah si Kim-san itu dan rebutlah kembali sarung pedang milik Kun-lun-pay yang telah diwariskan kepada ayahmu itu .

   "

   "Baik, paman"

   "Dan pesanku ketiga atau yang terakhir, carilah anakku si Kui-giok itu dan berikanlah suratku kepadanya . surat itu kutaruh dalam almari pakaianku. Dan apabila sebentar lagi tubuhku jadi cairan air kuning, janganlah engkau tanam tetapi masukkanlah tulang kerangkaku dalam sebuah peti dan taruhlah .didalam guaku. Biar kelak si Kui-giok yang menyelesaikannya ..Badik Hong-cui-tian ini, kuberikan kepadamu .."Paman, benarkah ayahku sudah mati ?"

   Tanyaku gugup karena melihat keadaannya sudah makin payah.

   "Soal itu aku tak pasti. Kemungkinan besar dia tentu sudah mati. Setelah kurusakkan wajahnya lalu kulempar kedalam lembah. Oh, suheng ampunilah dosaku ..Ceng Sian terkejut dan mengira Ong Han a-tau Lam-hay Itsoh sudah meninggal tetapi ternyata beberapa saat kemudian, dia membuka mata kembali dan berkata dengan makin lemah.

   "Sebenarnya setelah menamatkan pelajaran dari suhuku Tofara di Ulan Bator itu, akupun diusulkan olehnya menjadi pengawal keraton kaisar Goan atau Kubilai Khan Melihat kesaktian dan kecerdikanku, kaisar telah mengangkat aku menjadi panglima istimewa yang ditugaskan untuk membasmi partai persilatan di Tiong-goan. Agar jangan menyangkut nama baik kerajaan Goan maka kubentuk sebuah gerombolan Topeng Hitam yang mengganas dan membasmi partai2 per silatan yang tak mau tunduk pada pemerintah. Usahaku hampir berhasil seluruhnya andai kata tak muncul seorang jago muda yang bernama Kita Thian cong. Karena kalah, akhirnya aku mengadakan perjanjian kepadanya untuk takkan muncul lagi dalam dunia persilatan .."

   "Nah. kiranya sudah cukup. Ceng Sian. Kurasakan kakiku sudah mulai lunglai. Aku tak dapat lama2 lagi bicara Pesanku terakhir ..jagalah tegaknya partai Kun ..lun . , pay .."

   "Paman .."

   Ceng Sian berseru tetapi ternyata Lam-hay Itsoh sudah putus jiwanya.

   "Akupun segera melakukan semua pesannya"

   Ceng Sian suthay mengakhiri laporannya kepada ketujuh ketua partai persilatan. Para ketua partai persilatan itupun tertarik akan penuturan rahib ketua Kun-lun-pay.

   "Lalu usaha suthay dalam mencari jejak putera Kira tayhiap itu ?"

   Tanya Hui Gong taysu. Ceng Sian suthay menghela napas.

   "Hampir tak berhasil kecuali mendengar berita tentang munculnya rombongan yang aneh. Seorang pemuda blo'on dengan pengiringnya dua orang kakek linglung, seekor anjing kuning, burung raiawali dan monyet hitam. Tetapi aku belum sempat menyaksikan rombongan orang aneh itu. Ku jelajahi sepanjang pesisir wilayah selatan sehingga tibalah waktunya aku harus berkumpul lagi. di pun cak Giok-li-nia sini."

   "O. baiklah suthay,"

   Kata Hui Gong taysu lalu berpaling kepada Sugong In ketua Kong-tong pay. Tetapi belum sempat ia membuka mulut, Ceng Sian sudah berkata pula.

   "Ah, maaf, taysu,"

   Kata rahib itu.

   "ada sebuah peristiwa kecil yang lupa kuceritakan."

   "O, silahkan menutur,"

   Kata Hui Gong taysu.

   "Ketika aku kembali ke daratan dari pulau Hainan itu pada suatu hari aku berjumpa dengan seorang wanita bersama seorang gadis cantik. Wanita itu agak aneh. Dia mengenakan kerudung kain hitam pada mukanya. Entah bagaimana rupanya merekapun tampaknya heran melihat aku berjalan seorang diri di sepanjang pesisir.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Suhu,"

   Tiba2 gadis itu berkata kepada wanita berkerudung itu.

   "aneh, seorang rahib berjalan seorang diri di tepi pantai. Dan apakah suhu tak melihat sesuatu yang mencurigakan pada diri rahib itu ?"

   Saat itu kita sudah berselisih jalan. Kedua wanita itu sudah berada beberada langkah dibelakang Namun masih kudengar juga pembicaraan mereka.

   "Apa yang engkau lihat pada rahib itu ?"

   Tanya siwanita berkerudung muka.

   "Jubahnya bagian bawah seperti terdapat noda darah .."

   Kata gadis itu.

   "Benar ?"

   Wanita berkerudung menegas.

   "Benar, suhu"

   Kata si gadis.

   "Hm. kalau begitu kita tanya pada rahib itu"

   Kata wanita berkerudung pula.

   "Gadis cantik itu telah mendahului suhunya untuk lari mengejar aku"

   Ceng Sian suthay bercerita lebih lanjut.

   "Hai, berhenti dulu suthay"

   Seru si gadis.

   "Apakah li-sicu perlu dengan aku?"

   Tanyaku.

   "Ya,"

   Sahut gadis cantik itu.

   "dari manakah suthay ini dan hendak kemanakah ? Mengapa suthay tampak begitu tergopoh ?"

   "Aku habis dari pulau Hailam dan hendak pulang. Hari begini malam dan awan begitu gelap aku harus lekas2 pnlang."

   Sahut Ceng Sian "Tetapi mengapa pakaian suthay berlumuran noda darah ?"

   Tanya gadis itu pula. Ceng Sian suthay terkejut. Memandang keba wah pakaiannya. Ia kerutkan kening lalu menyahut.

   "Ah, aku habis menolong orang yang terluka .." '"Siapa '"

   Gadis itu masih mendesak.

   "Soal itu tak ada hubungan dengan Li-sicu Nah, kiranya sudah cukup kita bicara, aku segera melanjutkan perjalanan agar jangan sampai ter timpah hujan,"

   Kata Ceng Sian suthay seraya terus gunakan ilmu gin-kang lari pesat menyusur jalan sepanjang pantai.

   "Hai, suthay. berhentilah .."

   Gadis itu terkejut dan terus mengejar. Tetapi ia ketinggalan jauh dibelakang dan akhirnya kehilangan jejak Ceng Sian suthay yang sudah melenyapkan diri kedalam gerumbul pohon.

   "Nah. hanya sekelumit peristiwa itu yang lupa kuceritakan,"

   Kata Ceng Sian suthay kepada para tokoh persilatan. Hui Gong taysu mengangguk .

   "Adakah suthay kenal pada wanita berkerudung dan gadis itu? Ceng Sian suthay gelengkan kepala .

   "Tidak Hanya ketika dalam perjalanan kemari, tiba2 aku mendapat kesan, kemungkinan wanita berkerudung dan muridnya itu hendak menuju ke Hailam juga."

   "Omitohud,"

   Seru Hui Gong taysu.

   "apakah suthay hendak maksudkan bahwa wanita berkerudung itu ...

   "Kemungkinan memang dia itu puteri dari Lam-Hay It soh tetapi aku tak berani memastikan. Sebenarnya aku hendak kembali ke Hailam lagi untuk mencarinya tetapi mengingat waktu dari pertemuan kita disini sudah kehwat amat mendesak, a-kupun segera bergegas kemari"

   Para ketua partai persilatan yang berada menanggapi pernyataan suthay itu.

   Mereka tak kenal Lam-hay It-soh, apalagi puterinya.

   Tetapi sesungguhnva, dugaan Ceng Sian suthay itu memang tepat.

   Wanita berkerudung kain hitam dan gadis cantik itu bukan lain yalah Hu-Yong sian-cu bersama muridnya nomor dua yalah Ki Lian-hong.

   Hu Yong Sian cu mendapat kabar bahwa Lam-hay Is-soh meninggal dunia.

   Maka bergegas-gegaslah ia berangkat ke pulau Hailarn.

   Di tengah perjalanan keduanya suhu dan murid itu telah bertemu dengan Ceng Sian suthay.

   Sa yang Ceng Sian suthay tak kenal pada Hu Yong sian-cu, sehingga ia tak dapat memberitahukan tentang peristiwa kematian Lam-hay It-soh dan pe san yang ditinggalkan untnk Hu Yong sian-cu.

   "Suthay"

   Tiba2 Ang Bin tojin ketua Bu-tong pay membuka suara.

   "apakah yang suthay katakan bahwa dalam peristiwa yang suthay alami itu, a-kan menambah keruwetan dan ancaman bagi dunia persilatan ?"

   "Sui Kim San, menantu Lam-hay It sohyang mencuri sarung pedang Ceng-lui-kiam itu."

   Kata Ceng Sian suthay "apabila dia berhasil mencari tempat kitab pusaka itu, tentu dia akan menjadi to koh yang tiada tandingnya.

   Jika dia seorang pendekar golongan Putih, itu sih tak apa.

   Tetapi kalau dia berhaluan Hitam, dunia persilatan tentu a-kan bertambah seorang durjana yang sakti "

   "Soal itu masih belum pasti,"

   Kata Hui Gong taysu."

   Tetapi yang jelas, puteri dari Lam-hay It-soh itu tentu akan mencari suthay"

   "Untuk membuat perhitungan, bukan ?"

   Cepat Ceng Sian suthay menanggapi. Hui Gong taysu mengangguk.

   "Ya, aku sendiripun mempunyai perasaan begitu. Kemungkinan besar anaknya itu tentu akan salah faham dan menganggap aku yang membunuh ayahnya. Sayang tiada seorangpun yang menyaksikan peristiwa itu .."

   "Benar, suthay,"

   Sambut Ang Bin tojin pula.

   "orang tentu takkan percaya kalau tokoh semacam Lam hay It-soh akan bunuh diri. Tentu mereka lebih cenderung untuk menduga, suthaylah yang membunuhnya. Karena suthay hendak menuntut ba las dendam atas perbuatan Lam-hay lt-soh terha dap ayah dan ibu suthay."

   Ceng Sian suthay menghela napas.

   "Memang peristiwa didunia ini sukar diduga katanya.

   "tetapi asal orang berpijak pada kebenar an dan kesucian, aDapun yang akan terjadi biarlah terjadi. Tak perlu kita kuatir."

   Sekarang diminta Sugong In ketua Kong tong pay memberi laporan. Ternyata tidaklah banyaklah yang dilaporkan oleh ketua Kong-tong-pay itu. Hasil pencariannya untuk menyelidiki iejak putera Kim Thian-cong tidak berhasil.

   "Hanya pada suatu hari, ketika memasuki wilayah Hokkian, aku mengalami suatu peristiwa yang agak ganjil,"

   Kata ketua Kong-tong-pay itu.

   "Secara tak seneaja ketika malam itu aku sedang berjalan dikota Seng bu-kwan, kulihat sebuah pemandangan yang aneh. Seorang gadis tengah memanggul sesosok tubuh orang lelaki dan bergegas-gegas lari keluar kota. Bermula hendak kutegurnya tetapi pada lain kilas aku mempunyai pikiran lain. Biarlah kuikuti saja kemana pergi gadis itu .."

   "Ternyata gadis itu lari menuju kesebuah bukit. Dan setelah mendaki bukit, akhirnya gadis itu lari kesebuah kuil gunung yang sudah tua dan rusak keadaannya. Keherananku makin besar. Dengan hati2 aku menyelinap mendekati kuil itu untuk menyelidiki apa yang berada didalamnya.

   "Ternyata dalam kuil itu terdapat seorang pertapa yang berpakaian aneh. Jubahnya warna merah berhias dengan gambar2 sulaman patkwa. Melihat kedatangan si nona, pcrtapa itu berseru girang.

   "Bagus, Hong-ing, letakkan pemuda itu kemuka sini"

   Serunya. Ternyata pemuda itu pingsan. Ketika direbahkan dihadapan si pertapa, pemuda itupun tetap tertelentang tidur. Seorang pemuda yang gundul, memelihara dua buah kuncir di kanan kiri kepalanya, seperti tanduk dan berwajah ketololtololan.

   "Bangun .."

   Seru pertapa itu. Entah bagaimana pemuda itupun seperti menurut perintah sekali. Dia segera menggeliat bangun dan menghadap pertapa itu.

   "Hai. bukan ..!"

   Tiba2 pertapa itu berseru keras setelah memandang beberapa jenak kepada pemuda itu. Nona itupun ikut terbeliak.

   "Bukankah engkau suruh aku menculik pemuda yang tinggal di dalam gedung berpintu merah itu ?"

   Seru si gadis. Pertapa itu mengangguk.

   "Benar,"

   Sahutnya "tetapi ternyata bukan ia yang kuicehendaki. Memang wajah dan potongan tubuhnya menyerupai sekali tetapi ternyata bukan."

   "Lalu bagaimana dengan pemuda ini? Apakah harus kukembalikan kerumahnya lagi? tanya sinona "Tak perlu,"

   Sahut si pertapa seraya mengeluarkan sebuah botol dari dalam bajunya.

   "Apakah akan dilenyapkan ?"

   Seru si gadis. Pertapa itu mengekeh .

   "Heh, heh, terlebih dahulu akan kubedah kepalanya untuk mengambil otaknya setelah itu mayatnya baru kulenyapkan dengan cairan obat ini. Kemudian pertapa itu memandang si pemuda lekat2 dan tak berapa lama ia berkemak-kemik .

   "Hai, jiwamu sudah kukuasai, engkau harus melakukan apa yang kuperintahkan ..."

   Lalu pertapa itu menyerahkan sebatang pedang kepada si pemuda dan berkata .

   "Belahlah kepalamu .."

   Tanpa banyak bicara pemuda yang sudah seperti kehilangan pikiran itu segera menyambuti pedang lalu dilekatkan kearah kepalanya dan ....

   Melihat peristiwa yang aneh dan kejam itu, aku tak dapat tinggal diam lagi.

   Kata Sugong In.

   Serentak kulepaskan sebiji thi-lian-cu (senjata rahasia bunga teratai) kearah batang pedangnya.

   Tring ...

   Pedang jatuh terlepas dari tangan si pemuda dan serentak dengan itu Sugong Inpun menerobos masuk kedalam kuil.

   "Sungguh kejam sekali perbuatan to-heng ! seru ketua Kong tong-pay itu kepada sipertapa aneh Pertapa aneh itu terkejut tetapi pada lain saat ia tertawa keras. Sugong In tertegun dan terlongong-longong mendengar suara tertawa itu. Beberapa saat kemudian ia menggembor keras dan terus membentak .

   "Hentikan tertawamu iblis Jtu !"

   Ternyata ketua Kong-tong pay menyadari bahwa nada tertawa pertapa aneh itu mengandung suatu pancaran tenagadaiam yang aneh.

   Seraya hati menjadi kecewa, pikiran kosong dan semangatpun lumpuh.

   Untung ia cepat mengetahui sehingga dapat menghalaunya.

   Rupanya pertapu itu terkejut karena Sugong ln mampu terlepas dari.

   cengkeraman nada tertawa nya.

   Kini dia mulai bersuit-suit.

   "Hm, jangan mengumbar ilmu sihir."

   Seru Su gong In terus maju menyerang pertapa itu.

   Krak .

   terdengar letupan keras ketika pertapa itu songsongkan tangannya untuk menangkis tamparan Sugong In.

   Tamparan Sugong In itu hanya menggunakan enam bagian tenaganya.

   Karena ia tak mau membunuh pertapa itu sebelgm mengetahui siapa dirinya itu.

   Tetapi alangkah kejutnya ketika tamparan nya itu berhamburan lenyap dan bahkan tenaga pukulan pertapa itu masih dapat lanjut melanda kearahnya.

   Cepat Sugong In menghindar kesamping.

   Bum ...

   dinding kuil yang berada dibclakangnya, hancur berantakan karena tenaga pukulan pertapa itu.

   'Siapa engkau !"

   Teriak Sugong In.

   "Jangan turut campur urusanku, enyahlah !"

   Seru pertapa itu.

   "kecuali engkau sudah bosan hidup"

   Sugong In tertawa.

   "Aku seorang imam, tak mungkin aku berpeluk tangan mengawasi suatu ke jadian yang tak kenal peri kemanusia."

   Tiba2 pertapa aneh itu bersuit keras lalu me ngeluarkan sebuah alat seruling yang ujungnya besar bundar mirip dengan bentuk sebuah hiolou tempat dupa.

   Cepat ia meniup seruling aneh itu.

   Dan serentak berhamburan berpuluh-puluh ekor ular kecil yang terbang menyerbu Sugong In.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sugong In terkejut.

   Serentak ia gerakkan kebut pertapaannya (hud-tim) untuk menghalau serangan ular itu.

   Plak.

   plak, plak ..puluhan ekor ular itupun terlempar jatuh dan menjadi ...

   potongan akar pohon yang kecil2.

   Pertapa itu terkejut juga melihat kesaktian Sugong In.

   Ia segera meniup serulingnya pula.

   Dan berhamburanlah berpuluh batang pisau terbang mencurah kearah Sugong In.

   Juga dengan mainkan hud-tim, Sugong In berhasil menghalau serangan pisau terbang itu.

   Sebagai ketua partai Kong-tong pay, Sugong In memang tergolong seorang jago angkatan tua yang tinggi ilmu tenaga-dalamnya.

   Setelah serangan kedua digagalkan, kembali pertapa itu hendak meniup serulingnya ajaib.

   Tetapi Sugong In tak mau memberi kesempatan lagi.

   Serentak ia lepaskan sebuah hantaman keras kepadanya.

   Tetapi aneh sekali Yang jebol hanya dinding kuil sedang pertapa itu sudah lenyap.

   Segera kukejar keluar.

   "Hai, imam tua. aku disini menunggu, mengapa engkau tak lekas kemari minta ampun ?"

   Terdengar pertapa itu berseru dari dalam sebuah gerumbul semak.

   Setelah kuperhatikan arahnya, segera kuham piri tempat itu dan memang benar, pertapa itu te ngah duduk bersadar pada sebatang pohon dan tertawa.

   Merasa dipermainkan, segera kuserangnya dengan sebuah pukulan Biat gong ciang (pukulan Membelah-angkasa).

   Krak ..pohon tumbang dan pertapa itupun hancur lebur.

   "Aku terkejut sekali dan menyesal mengapa telah menyerang orang begitu ganas sampai tubuh nya hancur berkeping-keping. Segera kuhampiri. Astaga ... ternyata bukan manusia yang kudapati, melainkan kepingan dahan kayu.

   "Aku terlongong longong memikirkan peristiwa yang ajaib itu. Jelas kulihat yang duduk itu pertapa aneh tetapi mengapa tiba2 berobah menjadi dahan kayu?"

   Sugong ln mengakhiri laporannya.

   "Omitohud", seru Hui Goan taysu.

   "itulah yang disebut ilmu Sip hun-pian sing, sebuah ilmu untuk mengaburkan pandangan orang. Ilmu itu berasal dari negeri Thian-tiok (India)"

   "O,"

   Desuh Sugong In.

   "apakah pertapa itu memang berasal dari Thian tiok ? Ya, mungkin. Kalau menilik pakaiannya yang aneh, memang tak pernah kulihat kaum paderi maupun imam di Ti-ong-goan yang mengenakan jubah pertapaan semacam itu."

   "Lalu apakah toheng tak mengejarnya?"

   Tanya Hui Gong taysu.

   "Inilah yang mengejutkan hatiKU lagi. taysu"

   Kata Sugong In.

   "ternyata aku terkena ilmunya yang hebat. Ilmu Ih seng coan-siang, ilmu memindahkan suara."

   "Bagaimana toheng tahu hal itu ?"

   Kata Hui Gong taysu pula "Setelah kuselidiki sekitar tempat itu, barulah kudapati secarik kertas berisi tulisan Sampai Jumpa Tempat kertas itu tepat berlawan arah dengan kayu yang disulap menjadi pertapa tadi Dengan begitu, jelas dia mahir juga menggunakan ilmu Memindah suara itu .."

   Beberapa ketua partai persilatan yang mendengar penuturan ketua Kong-tong pay, serempak menghela napas.

   "Aneh, mengapa pertapa itu gemar menculik pemuda, kemudian diambil otaknya ?"

   Kata Ang Bin tojin ketua Bu-tongpay Dan rupanya dia hendak mencari seorang pemuda yang gundu! ?"tanya Hui Gong taysu.

   "Entahlah,"

   Kata Sugong In "karena kuatir pemuda itu akan membelah kepalanya sendiri, saat itu aku segera keluar sehingga' tak sempat mendengar apa maksud pertapa aneh itu.

   "Ha, ha,"

   Tiba2 Pengemis-sakti Hoa Sm tertawa geli. Sehingga sekalian orang terkejut dan mandangnya heran.

   "Mengapa Hoa pangcu tertawa ?".tegur Hui-gongln.

   "Sudah tentu karena geli baru aku tertawa,"

   Sahut pengemis tua yang memang suka bergurau.

   "apakah Sugong pangcu tak keliru mendengar kata2 pertapa aneh itu ?"

   "Keliru bagaimana?"

   Tanya Sugong In heran.

   "Jangan2 yang dimaksud pertapa itu bukan pemuda gundul tetapi ..orangtua gundul, ha, ha ... runyam kalau begitu,"

   Kata Hoa Sin sembari melirik pada Hui Gong taysu yang berkepala gundul. Tahu kearah mana kata2 pengemis tua itu tertuju, sekalian orangpun terkesiap kaget. Ucapan ketua Partai Pengemis itu memang ada kemungkinannya.

   "Tidak."

   Bantah Sugong In.

   "jelas kudengar dia mengatakan pemuda gundul, bukan orang gundul."

   "Omitohud"

   Seru Hui Gong taysu yang penuh kesabaran. Ia tak rnarah diperolok Hoa sin Bahkan ia malah berkata .

   "Terima kasih, Hoa pangcu, kami kaum kepala gundul pasti akan berhati hati menjaga pertapa itu. Siapa tahu kalau sudah kehabisan pemuda gundul, nanti orangtua gundul yang dicarinya "

   S6kalian orang tertawa mendengar seloroh ketua gereja Siau-lim si itu.

   "Sugong toheng,"

   Tiba2 Ceng Sian suthay berseru.

   "siapakah gadis yang menemani pertapa aneh itu ?"

   "Seorang gadis cantik bangsa Han,"

   Kata Sugong In.

   "dan tampaknya nona itu mengerti ilmusilat juga."

   Hui Gong taysu. menghela napas.

   "Dewasa ini kita benar2 hidup dalam dunia yang kacau"

   Kata ketua Siau lim-si itu."

   Sejak meninggalnya Kim tayhiap, bermacam-macam peristiwa aneh silih berganti muncul di dunia persilatan"

   "Bahkan Kim tayhiap itu sendiripun menjadi suatu teka teki yang aneh. Jenazah Kim tayhiap hilang dicuri orang. Kim tayhiap muncul lagi, bahkan dua, di selatan dan di utara,"

   Seru Hoa Sin si pengemis sakti.

   "Dan terbunuhnya Kam Sian-hong pangcu ketua Hoa-san pay yang masih serba misterius itu sambut Ceng Sian suthay.

   "lalu peristiwa Lam-hay It-soh yang kehilangan sarung pedang pusaka"

   "Dan kemunculan tokoh yang menyebut diri nya sebagai Bu Ing lojin,"

   Kata Hui Gong taysu pula.

   "juga makin menambah peliknya suasana yang sudah keruh ini."

   "Taysu,"

   Tiba2 Hong Hong tojin dari partai Go-bi-pay berseru.

   "kurasa ada sesuatu yang aneh tetapi agaknya mempunyai kaitan satu sama lain."

   "Silahkan toheng mengatakan."

   "Pertapa aneh yang dijumpahi Sugong kaucu itu mencari seorang pemuda yang gundul. Dan ka wanan manusia aneh yang taysu katakan telah datang mengacau di gereja Siau-limsi itu. diantara-nya terdapat seorang pemuda yang gundul dan blo'on. Adakah ... apa mungkin pemuda blo'on itu yang hendak dicari si pertapa aneh ?"

   Jawab Hni Gong taysu .

   "Ah, hal memang mungkin saja. Tetapi kita masih belum mengetahui siapa sesungguhnya rombongan pemuda dan kakek linglung itu dan siapa pertapa aneh itu. Apabila kita sempat berjumpa dengan mereka, barulah kita dapat menyelidikinya dangan seksama"

   "Taysu !"

   Tiba2 Pengemis-sakti Hoa Sin berteriak keras sehingga para ketua partai persilatan itu ikut terkejut. 'Hoa pangcu, silahkan berkata terus."

   Kata Hui Gong taysu.

   "Ah, aku telah menemukan sebuah titik dari ujung rahasia itu. Apabila hal itu benar, tentulah kita segera dapat menemukan pangkalnya ?"

   Sekalian ketua partai persilatan tercengang' "Wah, kalau dikaitkan, sungguh klop benar,"

   Seru Pengemis-sakti Hoa Sin semaunya sendiri tanpa menghiraukan orang2 yang tak mengerti ucapannya itu.

   "hai ..tetapi mengapa dia mencari pe muda gundul ? Apa hubungannya dengan rencana nya?"

   Karena tak tahan melihat ulah si pengemis tua yang mengoceh seorang diri dan memberikan teka teki kepada sekalian orang. Ceng Sian suthay pun menyelutuk .

   "Hoa pangcu, apakah engkau merasa di paseban ini tiada orangnya kecuali engkau seorang ?"

   "Mengapa suthay ?"

   Hoa Sin terbeliak.

   "Adakah engkau tak merasa bahwa engkau omong seorang diri tanpa menghiraukan kita beberapa orang yang mendengarnya ?"

   "O,"

   Desuh Hoa Sin.

   "adakah para taysu. totiang dan suthay tak tahu maksud kata-kataku itu?"

   "Kami bukan dewa,"

   Sahut Ceng Sian suthay agak sebal.

   "O, maaf,"

   Tersipu-sipu Hoa Sin minta maaf "sangkaku totiang sekalian sudah dapat menerka orang yang kumaksudkan itu.

   Ya, beginilah.

   Pertapa aneh itu, kuduga tentulah lhama Panda alias Hong sat-koay ceng dan Tibet itu.

   Bukankah dia mendendam kepada Kim tayhiap ?"

   "Hra, memang kemungkinan begitu."

   Kata Hui Gong taysu,"

   Menilik kepandaian dari si pertapa aneh agaknya hanya pendeta2 Thian-tiok dan para lhama dari Tibet yang memiliki."

   "Tetapi mengapa pertapa aneh itu mencari pemuda gundul bukan mencari Kim tayhiap. Apakah hubungan pemuda gundul itu dengan Kim tayhiap ? Dapatkah taysu menjelaskan ?"

   Tiba Hoa Sin memberondong Hui Gong taysu dengan beberapa pertanyaan. Pada hal dialah yang mengemukakan dugaan bahwa pertapa itu adalah Panda a-lias Hong-sat-koay-ceng. Sudah tentu ketua Siau-lim itu tertegun.

   "Ya, memang aneh dan rasanya tiada hubungannya,"

   Sahutnya sesaat kemudian.

   "Hai,"

   Kembali Pengemis-sakti menjerit keras sehingga para ketua partai persilatan itu terbeliak.

   "mengapa taysu mengatakan tak ada hubungannya? Apakah taysu sudah memikir masak2?"

   Andaikata lain orang tentulah sudah marah dikocok pergi datang dengan pertanyaan oleh Hoa Sin begitu rupa. Tetapi Hui Gong taysu cukup fa-ham akan perangai ketua partai Pengemis itu.

   "Omitohud."

   Ia berseru sabar.

   "silahkan Hoa pangcu memberi penjelasan"

   "Pemuda gundul yang dicari pertapa itu, aku cenderung untuk menduga sebagai pemuda gundul rombongan manusia2 aneh yang mengacau gereja Siau lim-si dan markas Hoa san pay !"

   "Ya, memang ada kemungkinan begitu !"

   Tiba2 Pang To-tik yang sejak tadi diam, ikut bersu ara. Hoa Sin tertawa .

   "Pang tayhiap, janganlah lekas2 membenarkan pernyataanku itu. Apakah Pang tayhiap sendiri juga mempunyai dugaan begi tu ?"

   "Ya."

   "Lalu apakah alasan pertapa itu mencari si pemuda gundul dalam rombongan manusia aneh ? tanya Hoa Sin. Pang To-tik tertegun tak dapat menjawab.

   "Bagaimana kalau kita anggap pemuda gundul dalam rombongan kakek linglung itu sebagai putera Kim tayhiap ?"

   Tiba2 Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay berseru.

   "Hola, totiang engkau menduga tepat !"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tiba2 Hoa Sin berteriak gembira.

   "ya, kalau kita kaitkan pemuda gundul itu sebagai putera Kim layap yang hilang, tentu akan bertemulah kita dengan suatu alasan yang kuat Karena Kim tayhiap sudah meninggal maka pertapa Panda itu tetap melangsungkan dendamnya kepada putera Kim tayhiap. Ah, cocok sekali !"

   "Jangan keburu2 bergirang dulu, Hoa pangcu Ceng Sian suthay menyelutuk.

   "bagaimana kalau pertapa aneh itu bukan lhama Panda ? Kalau pemuda gundul dari rombongan kakek linglung I tu bukan putera Kim tayhiap ?"

   "O. aku kalah,"

   Seru Hoa Sin.

   "tetapi apa alasan suthay untuk menduga pertapa itu bukan lhama Panda dan pemuda gundul itu bukan putera Kim tayhiap ?"

   Sejenak merenung ketua rahib dari kun lun pay itu berkata.

   "Pertapa aneh itu menculik pemuda lalu disuruhnya bunuh diri dan diambil olaknya. Jelas pertapa itu, tentu sedang mengumpulkan bahan ramuan semacam obat dari otak manusia. Dapatkah pertapa semacam itu engkau kaitkan pada lhama Panda yang hendak menuntut balas kepada Kim tayhiap?"

   "Aduh, benar juga."

   Pengemis Hoa Siri garuk2 kepalanya.

   "Mengenai pemuda gundul dari rombongan kakek linglung. Sekalipun aku belum menyaksikan sendiri bagaimana perwujutannya. tetapi berdasar pada keterangan Hui Gong taysu dan Pangtayhinp tadi, pemuda gundul itu seorang anak yang bloon. Adakah Hoa pangcu dapat memcayai keterangan bahwa putera dari seorang pendekar besar seperti Kim tayhiap,seorang anak yang tolol, yang blo'on begitu rupa ? bapak harimau, anak tentu harimau. Masakan Kim tayhiap berputera seorang pemuda semacam itu ? Dupatkah Hoa pangcu memberi alasan ?"

   "Ah, celaka lagi,"

   Hoa Sin makin keras menggaruk kepala.

   "kali ini pengemis tua harus menye rah pada suthay ..."

   "Omitohud,"

   Seru Hui Gong taysu mengakhiri perdebatan mereka.

   "semuanya itu hanya dugaan. Setiap dugaan mempunyai kemungkinan benar dan salah. Maka biarlah dugaan itu hidup terus sampai nanti kita bertemu pada kenyataannya. Sekalian ketua partai persilatan mengangguk "Ya", kata pula ketua Siau lim-si dengan menghela napas.

   "memang jejak hidup Kim tayhiap itu luar biasa. Semasa hidupnya ia telah memperlihatkan suatu kemampuan karya besar untuk menenteramkan dunia persilatan. Tetapi setelah m ninggal diapun meninggalkan karya besar yang berupa beberepa peristiwa teka teki mengherankan Jenazahnya telah dicuri orang. Timbulnya dua o-rang wanita yang mengaku telah dipatahkan hatinya oleh Kim tayhiap yani Hiang Hiang niocu dan Hek Bi jin. Beberapa puteranya yang tak ketahuan jejaknya, misalnya Kim yu-yong. putera Hiang Hi ang niocu dan putera dari Hek Bi jin. Mengikat sekian banyak musuh dengan tokoh2 persilatan sakti dari seluruh dunia persilatan Tiong goan sampai ke wilayah Tibet dan Mongolia.

   ""Dan teka teki yang terbesar yalah munculnya kembali dua orang Kim Thian-cong !"

   Pengemis sakti Hoa Sin berseru menanggapi.

   "Benar,"

   Kata Hui Gong taysu.

   "kedua orang yang mengaku sebagai Kim tayhiap itu, sama2 mendirikan partai perkumpulan baru dan sama2 pula hendak memaksa kita bubar."

   Rupanya sekalian orangpun memikirkan persoalan itu dengan sungguh2

   "Taysu,"

   Kata Ceng Sian suthay.

   "laporan telah kita dengar semua. Dan keadaan yang timbul didunia persilatan, pun telah kita ketahui. Sekarang marilah kita simpulkan suatu rencana bagaimana langkah kita untuk menghadapi kesemuanya itu"

   "Benar, suthay."

   Kata Hiu Gong liiysu.

   "menurut pendapatku, ancaman yang jelas sudah berada didepan mata yalah undangan dari kedua Kim Thian-cong itu, Waktu dari rapat yang ditentukan oleh kedua orang itu hampir bersamaan. Kim Thian-cong di gunung Hongsan mengundang kita supaya datang menghadiri upacara peresmian partai Seng-lian-kau pada tanggal 14 bulan delapan. Sedangkan Kim Thian-cong dari gunung Thaysan pada tanggal 15 bulan delapan. Bagaimana mungkin dalam sehari kita dapat mencapai jarak Hongsan-Thaysan yang beribu-ribu li jauhnya itu ?"

   "Pun andaikata bisa, juga tak mungkin."

   Tiba2 Hoa Sin berseru.

   "karena apabila kita menghadiri ke Hongsan, tentu kita akan mengalami kesulitan karena dipaksa harus masuk menjadi anggota Seng-lian-kau. Sudah tentu Kim Thian-cong dari Seng-lian-kau itu takkan meluluskan kita datang ke gunung Thaysan*' "Aku ada usul,"

   Kata Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay.

   "baiklah kita bagi menjadi dua rombongan. Yang satu ke Hong-san yang lain ke Thay-san. Rombongan ke Hong-san harus menunjukkan surat undangan dari Thaysan sehingga sebagian dari ketua partai persilatan terpaksa menuju keThay san. Demikian pula rombongan kita yang ke Thay san juga harus menyerahkan surat undangan dari Kim Thian-cong gunung Hong-san. Lihat saja bagaimana kedua Kim Thiancong itu akan bertindak "Mereka tentu akan marah dan akhirnya bertempur sendiri,"

   Seru Sugong In.

   "aku setuju dengan siasat mengadu domba itu."

   Hui Gongpun mengangguk. Demikian pula dengan beberapa ketua paitai persilatan yang lain.

   "Rencana itu memang baik,"

   Tiba2 Pang To-tik yang hampir tak pernah buka suara, ikut bicara.

   "tetapi bukan suatu jaminan tentu akan berhasil."

   "Bagaimana takkan berhasil ? Bukankah kedua Kim Thiancong itu tentu akan marah lalu saling bertempur ? Bukankah keduanya menganggap dirinya sebagai pemimpin dunia persilatan ?' bantah Ang Bin tojin.

   "Apakah totiang yakin mereka tentu akan bertindak begitu?"

   Tanya Pang To tik.

   "Hm, siapakah yang berani menjamin hal itu Semisal. apakah Pang tayhiap dapat menjamin kalau rencana itu akan gagal ?"

   Balas Ang Bin tojin Pang To-tik tersenyum masam .

   "Tentu saja tidak, seperti kupastikan totiang juga tentu tak berani menjamin kalau berhasil"

   "Pang sicu."

   Melihat kedua orang saling mengucap kata2 keras. Hui Gong taysupun segera menyelutuk.

   "harap sicu suka mengatakan alasan mengapa sicu menguatirkan rencana itu akan gagal dan bagaimana bahayanya ?"

   "Menilik kedua tokoh itu telah mengangkat diri sebagai Kim Thian-cong dan mendirikan partai perkumpulan baru, tentulah mereka berkepandaian sakti. Dan mengapa mereka menggunakan nama Kim Thian-cong. tentulah juga ada sebabnya Walaupun kita tak tahu apa alasannya namun dapatlah kupastikan bahwa kedua orang itu, kalau mereka tergolong dalam kalangan Hitam, tentulah kaum durjana yang licik dan licin."

   Pang To-tik berhenti sejenak lalu melanjutkan pula .

   "Mudahlah bangsa durjana licik itu akan cepat2 marah dan dapat diadu domba? Kurasa tidak. Mereka tentu akan menimbang lebih jauh Dan bagaimana kalau mereka tetap memaksa, para ketua dan tokoh2 persilatan yang hadir, Untuk... Halaman 66 ga ada -ooo0dw0ooo-

   Jilid 16 Heboh.

   Wisma Perdamaian sunyi senyap.

   Pada hal di dalam wisma itu sedang berkumpul tujuh tokoh yang menjabat sebagai ketua partai persilatan besar.

   Hui Gong taysu ketua partai Siau-lim-si, Ang Bin tojin ketua partai Bu-tong-pay, Hong Hong tojin ketua partai Go-bi-pay, Hoa Sin ketua partai Kay-pang atau Pengemis, Ceng Sian suthay ketua partai Kun lun-pay, Sugong In ketua partai Kongtong- pay dan Pang To-tik, wakil dari partai Hoa san pay.

   Mereka tengah merundingkan rencana untuk menghadapi undangan dari dua orang Kim Thian cong dari gunung Hongsan dan gunung Thay-san.

   Bahwa Kim Thian-cong itu sudah meninggal memang tak dapat disangsikan.

   Karena ketujuh ketua partai persilatan itulah yang mengurus penguburannya.

   Tiba-tiba Ceng Sian suthay berkata .

   "Taysu dan totiang, kembali pada persoalan Kim tayhiap, adakah totiang sekalian percaya bahwa Kim Thian-cong itu hidup kembali ?"

   "Tidak,"

   Sahut Ang Bin tojin.

   "Benar, tak mungkin orang mati dapat hidup kembali"

   Seru Hong Hong tojin dari Go-bi-pay.

   Juga Sugong ln Ketua Kong tong-pay mendukung pemyataan kedua imam itu.

   Ceng Sian suthay mencurah pandang kearah Hui Gong taysu.

   Karena selain dianggap sebagai partai persilatan yang tertua, pun Siau-lim-si itu dipandang sebagai sumber dan ilmu silat dunia Tiong-goan.

   Hui Gong taysu seorang paderi tua yang luas pengetahuan dan tinggi kepandaian.

   "Omitohud"

   Seru kepala gereja Siau-lim-si itu "ada dua hal yang dapat kita gariskan tentang peristiwa aneh pada diri Kim tayhiap.

   Pertama, kita kupas dulu sampai dimana luasnya ilmusilat itu.

   Ilmu silat yang diajarkan guru besar cikal bakal Siau-lim-si yalah Tat Mo cou-su-ya, bertujuan untuk ilmu bela diri dan membangkitkan kegairahan semangat para paderi.

   Jadi Tal Mo cousu ya benar2 hendak menjalankan apa yang menjadi sari pelajaran agama Hud-kau.

   Bahwa kecuali membersihkan bathin kita kearah kesucian, pun jasmani kita harus bersih.

   Bersih dari penyakit.

   Karena dengan badan yang sehat dan bersih dapatlah pikiran kita lebih terang dan semangat lebih bergairah sehingga memudahkan kita melakukan pelajarun2 dan peraturan2 yang ditentukan oleh gereja.

   Hui Gong taysu berhenti sejenak lalu melanjutkan pula .

   "Ilmu bela diri yang diajarkan cousu ya itu selain tata gerak tangan dan kaki, pun juga ilmu untuk mengatur pernapasan dan hawa-murni dalam tubuh. Misalnya semedhi dan menjalankan pernapasan. Perkembangan selanjutnya amat menggembirakan hati cousu ya, sehingga beliau telah mengajarkan ilmu yang lebih tinggi dan makin tinggi. Cousu pun telah menulis berpuluh-puluh kitab tentang imu silat yang sakti. Siau-lim-si mempunyai 72 ilmu pusaka yang sakti. Sedemikian banyak dan hebat ilmu pusaka itu sehingga sejak beratus tahun setelah Tat Mo cousu meninggal, tak ada seorang ciang-bun-jin (ketua) Siau-lim-si yang mampu menguasai seluruh ilmu itu."

   Kembali Hui Gong taysu berhenti. Para ketua partai persilatan diam mendengarkan dengan penuh perhatian.

   "Diantara ilmu pusaka yang sukar dipelajari dan jarang terdapat didunia yalah yang disebut ilmu menghentikan pernapasan sampai beberapa hari. Seorang yang dapat menguasai ilmu itu, dapat merobah dirinya seolah-olah seperti orang mati. Tetapi dalam beberapa hari atau setiap waktu yang ."

   "Ih taysu hendak maksudkan bahwa tokoh sesakti Kim tayhiap bukan mustahil juga menguasai ilmu menghentikan pernapasan itu ?' cepat Ceng Sian suthay melanjutkan.

   "Omitohud"

   Seru ketua Siau-lim-si pula.

   "seringkali peristiwa didunia ini tidak seperti yang kita harap. Banyak peristiwa2 yang terjadi diluar dari persangkaan orang. Kim tayhiap seorang pendekar besar dalam jamannya. Tidaklah mengheran kalau andaikata dia memiliki ilmu pernapasan taraf setinggi itu. Tetapi memang suatu kemustahilan apabila Kim tayhiap berbuat sesuatu yang tak terjangkau oleh pikiran kita. Maka sekarang baik-lah kita tinjau pribadi Kim tayhiap."

   "Kim tayhiap adalah seorang pendekar besar yang telah menyelamatkan dunia persilatan pada masa itu dari tindakan pemerintah Goan"

   Seru Ceng Sian suthay.

   "Kim Thian-cong seorang jago sakti yang dapat mengalahkan beberapa tokoh yang hendak mengacau dunia persilatan"

   Seru Ang Bin tojin pu la. Satu demi satu ketua peisilatan itu memuji kesaktian dan keperwiraan Kim Thian-cong semasa hidupnya.

   "Tetapi dia tetap seorang manusia biasa,"

   Tiba-tiba Hoa Sin melantangkan suara sumbang.

   "Tepat, manusia yang mempunyai kekurangan dan kelemahan. Keburukan dan kepalsuan,"

   Sambut Pang To-tik dengan kata2 yang lebih tajam lagi.

   "Oleh karena itu Pang tayhiap dan Hoa pang cu, anggap bukan suatu kemustahilan kalau Kim tayhiap melakukan hal2 yang semacam itu ?"

   Tanya Ceng Sian suthay.

   "Aku tak menyangkal,"

   Kata Hoa Sin.

   "Akupun tak menolak", seru Pang To-tik "Dengan dasar apakah Hoa pangcu dan Pang tayhiap mengatakan demikian ?"

   Tanya ketua Kun lun pay itu pula.

   "Dasarnya dia itu seorang manusia yang tak lepas dari kekurangan", sahut Hoa Sin.

   "misalnya, perbuatannya terhadap Hiang Hiang niocu, Hek Ih jin dan mungkin masih banyak lagi wanita2 yang tak kita ketahui."

   "Karena menilik bahwa Kim tayhiap membangun kebesaran namanya itu bukan semata-mata didasarkan atas kesaktian ilmu silatnya belaka, pun pada kecerdasan otaknya yang hebat dalam merancang siasat menghadapi musuh"

   Seru Pang To-tik "Dan setelah berhasil mendirikan nama yang harum, apakah perlunya Kim tayhiap berbuat, misalnya pura2 mati lalu hidup kembali dan berganti warna.

   Bukankah tanpa itu dia sudah diagungkan orang sebagai pemimpin dunia persilatan ? Mengapa dia harus mendirikan perkumpulan baru lagi?"

   Ceng Shian suthay mencurah pertanyaan2.

   "Itulah keanehan dari mahluk yang disebut manusia,"

   Sahut Pengemis sakti Hoa Sin "takkan pernah mengenal puas takkan pernah mengenal ketenagan."

   "Manusia itu pembosan. Selalu menginginkan apa2 yang baru. Mungkin dia menganggap susunan kehidupan dalam dunia persilatan dewasa ini kurang memadai dan perlu dirombak sesuai yang dicita-citakan"' kata Pang To-tik.

   "Kalau hanya mendinginkan hal itu, bukankah lebih baik dia berterus terang kepada sekalian partai persilatan dan mengutarakan maksudnya ? Perlu apa dia harus melarikan diri ke Hong san atau ke Thay-san ? Dan kalau memang sungkan melakukan hal itu mengapa dia tak berganti nama saja dan tetap memakai nama Kim Thian cong?", desak Ceng Sian suthay.

   "Suthay."

   Hoa Sin menangkis.

   "bahwa Kim Thian cong di Hong-san dan Kim Thian cong di Thay san itu benar pelarian dari Kim tayhiap sungguhnya, barulah dugaan saja. Benar atau keliru, baiklah kita buktikan setelah berhadapan muka dengan mereka."

   "Dan mengapa suthay memperbincangkan soal itu ? Bukankah saat ini kita tiada lain pilihan kecuali menolak atau menerima undangan mereka"

   Seru Pang To-tik.

   "Kalau menurut Pang tayhiap, bagaimanakah kita harus bertindak, menerima atau menolak?", kata Ceng Sian suthay.

   "Omitohud"

   Cepat Hui Gong taysu mencegah terjadinya perbantahan sengit.

   "sekarang setelah cukup kira buat penilaian, marilah sekarang kita mengambil keputusan. Kita menerima atau menolak undangan itu ? Dan kalau menerima, kemanakah kila harus pergi ke Hong-san atau ke Thay-san?"

   Sejenak sunyi, tiba-tiba Ceng Sian suthay membuka suara;

   "Menurut hematku, baiklah kita bertindak begini. Menolak undangan, berarti mereka akan datang ke markas kita masing2. Ini berbahaya karena kekuatan kita tercerai-berai. Maka terpaksa kita harus datang. Untuk menyelamatkan anak murid perguruan kita dan seluruh kaum persilatan dan bahaya kehancuran".

   "Aha, apakah suthay sudah memastikan bahwa kedua Kim Thian cong sakti sekali sehingga tenaga kita bertujuh ini tak mampu menghadapinya?"

   Seru Pengemis-sakti Hoa Sin.

   "Itulah yang justeru akan kita selidiki lebih dulu."

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sahut Ceng Sian suthay. Mata sekalian orang mencurah kearah rahib dari Kun lun itu.

   "Maksudku begini,"

   Katanya pula.

   "sekarang baru akhir bulan tujuh, jadi kita masih ada waktu setengah bulan dari tanggal undangan itu. Nah, marilah kita pilih salah satu, ke Hong-san atau ke Thian-san. Kita beramai-ramai menyelidiki dulu bagaimana Kim Thian cong disitu. Apabila Kim Thian cong itu memang hanya Kim Thian-cong gadungan dan hanya bangsa cecunguk yang berpetualang, kita ringkus saja."

   "Bagaimana kalau dia walaupun gadungan tetapi seorang tokoh yang sakti ?"

   Tanya Ang Bin tojin.

   "Kita jajal dulu kepandaiannya sampai dimana, apabila memang lebih sakti, kita masih ada waktu untuk berunding lagi mengambil keputusan yang terakhir"

   Kata Ceng Sian suthay. Wajah Hui Gong taysu mengerut terang. Kepala gereja Siau-lim si itu serentak berseru .

   "Rasanya pendapat suthay itu memang yang paling sesuai kita jalankan". Beberapa ketua partai persilatanpun tarnpaknya mulai menyetujui. Hanya tiba-tiba saja Pengemis sakti Hoa Sin berseru.

   "Masih kurang lengkap ! perlu ditambah lagi !"

   Ceng Sian suthay berpaling kearah pengemis Hoa yang banyak mulut tetapi memang sering mempunyai buah pikiran baik.

   "Api yang perlu ditambah ?"

   Tanyanya.

   "Kedua-duanya Hong san dan Thay-san harus diselidiki agar kita dapat gambaran jelas siapa sebenarnya mereka itu"

   Seru Pengemis-sakti.

   "Ah,"

   Hui Gong taysu menghela napas, memang apabila mungkin hal itu dapat kita jalankan. Tetapi tenaga kita terbatas, aku kuatirkan jika terpecah belah dan kekuatan kita akan lemah."

   "Tidak taysu, kekuatan kita tetap kokoh, karena yang akan menyelidiki ke Thay-san itu hanyalah seorang saja,"

   Seru Hoa Sin.

   "Siapa ?"

   Hui Gong taysu.

   "Aku !"

   Jawab Pengemis-sakti Hoa Sin.

   "Aku sendiri yang akan menyelidiki Kim Thian-cong yang seorang itu."

   "Engkau tidak sendirian, Hoa pangcu. Aku-lah yang menemani engkau"

   Tiba-tiba Pang To-tik berseru.

   Para ketua partai persilatan terkesiap mendengar kesediaan kedua tokoh itu.

   Namun mereka menganggap masalahnya amat gawat.

   Harus lekas mendapat pemecahan yang sesuai.

   Mereka tahu siapa Pengemis-sakti Hoa Sin.

   Ketua partai Kaypang itu bukan saja memiliki kepandaian yang luar biasa, pun luar biasa juga perangainya dan kecerdasannya.

   Apalagi Pang To-tik juga bersedia menemani.

   "Taysu,"

   Kata Ang Bin tojin.

   "masalah ini amat gawat dan perlu penyelesaian secepatnya. Aku setu|u dengan pandangan dan kesediaan Hoa pang cu. Kita berlima yang menuju ke gunung Hong-san dan Hoa pangcu bersama Pang tayhiap yang menyelidiki ke gunung Thay san. Kita putuskan saja hal ini agar dapat menentukan kapan kita harus berkumpul di paseban Wisma Perdamaian lagi."

   Hui Gong taysu termenung.

   Ia takmau cepat2 mengambil keputusan.

   Tetapi dalam renungannya itu ia tak berhasil menemukan daya yang lebih baik daripada yang diusulkan Hoa sin.

   Maka setelah ditawarkan kepada ketua partai persilatan dan mereka memberi persetujuan akhirnya ketua gereja Sau lim itu memutuskan.

   "Walaupun kita tak tegah hati melepas Hoa pangcudan Pang tayhiap berdua menuju ke Thay-san namun karena masalah yang kita hadapi memang memerlukan suatu penyelesaian yang cepat dan teliti, kami pun setuju usul Hoa pangcu tadi. Kita terpaksa, paling lambat tiga hari sebelum tanggal limabelas bulan delapan,kita harus berkumpul di Wisma ini pula untuk mengatur langkah yang perlu."

   Serempak pada pembicaraan meningkat pada keputusan itu masuklah Tio Goan-pa, murid pertama dari Kim Thian cong, masuk ke dalam paseban dengan membawa hidangan minuman.

   Sedang mereka sibuk menghidangkan minuman itu kepada ketujuh partai persilatan, maka pembicaraan merekapun masih tetap berlangsung.

   "Apabila pada hari itu, ya kuulang sekali lagi, ialah tiga hari sebelum tanggal limabelas bulan delapan,"

   Kata Hui Gong taysu.

   "ada fihak yang tidak datang, berarti fihak itu tentu tertimpah bahaya. Dan kita harus lekas-lekas menyusul untuk memberi bantuan"

   Kemudian diputuskan pula, karena Hong san lebih dekat maka kelima ketua partai persilatanlah yang menuju ke gunung itu.

   Sedang Pengemis sakti Hoa Sin dan Pang To-tik menuju ke Thay-san.

   Menjelang keputusan ditetapkan, tiba-tiba Goan pa berkata "Maaf para taysu, totiang dan pangcu sekalian.

   Gian-pa hendak mohon bicara"

   Hui Gong taysu berpaling .

   "Silahkan, sicu"

   "Menurut pandangan Goan-pa yang picik,"

   Kata pemuda murid kesatu dari almarhum Kim Thian-cong itu.

   "persoalan menghadapi kedua orang yang mengaku sebagai suhu itu, merupakan persoalan seluruh dunia persilatan. Maka sebaiknya segenap kaum persilatan dan tokoh2 dapat diikutsertakan dalam persatuan kita."

   Hui Gong taysu dan sekalian ketua partai persilatan mengangguk dan membenarkan.

   "Oleh karena ini, apabila totiang sekalian dapat menyetujui, aku hendak membantu menjalankan tugas untuk mengundang tokoh2 dan kaum persilatan yang tak tergabung dalam ketujuh partai ini, supaya pada tanggal 12 bulan 8 nanti berkumpul disini guna menentukan langkah bersama". Usul pemuda itu telah disambut dengan gembira oleh segenap ketua partai persilatan yang hadir.

   "Bagus tak kecewa sicu menjadi rnurid kesayangan dari Kim tayhiap,'' seru Hui Gong taysu "guru naga, murid tentu harimau."

   Goan-pa mengucap kata2 merendah. Kemudian ia berkata pula .

   "Agar perutusan ini berhasil, mohon taysu dan sekalian ketua partai persilatan sudi memberi surat tugas kepada Goan-pa agar Goan-pa mendapat kepercayaan mereka dan tugas itu dapat Goan-pa selesaikan dengan baik."

   Alasan yang dikemukakan anakmuda itu memang tepat.

   Tanpa surat yang dibubuhi tanda tangan dari para ketua partai persilatan itu, tentulah sukar bagi Goan-pa untuk mengundang mereka.

   Memang benar, bahwa banyak sudah tokoh-persilatan luar yang kenal pada Goan-pa sebagai murid dari Kim Thian cong.

   Tetapi hal itu bukan satu jaminan bahwa mereka akan percaya pada undangan Goan-pa.

   Hui Gong taysu-pun segera menulis surat undangan.

   Setelah dibubuhi tanda tangannya dan keenam ketua partai persilatan yang lain, surat itupun diberikan kepada Goan-pa.

   Demikian setelah semua persiapan telah diselesaikan, berangkatlah rombongan ketua persilatan itu menuju ke Hongsan dan ke Thay-san.

   Goan-pa pun mulai turun gunung Pengemis - Jembel.

   Bengawan Yangtse atau Tiangkang, merupakan sungai yang terpanjang didaerah Tiong-goan, panjangnya tak kurang dari 5800 mil.

   Berasal dari gunung Bayangkara daerah Tibet.

   Dan jauh bermuara di kota Lamkia (Nanking).

   Dunia persilatan membagi daerah kaum persilatan yang menetap di utara Sungai Tiangkang, disebut daerah Kangpak.

   Dan yang disebelah selatan sungai disebut daerah Kanglam.

   Wilayah Kanglam, merupakan bagian tengah dari bengawan terpanjang itu.

   Saat itu disebuah gunung diluar wilayah Kang lam tampak kesibukan yang luar biasa.

   Sejak pagi tidak putus putusnya orang berbondong-bondong naik ke gunung Hok-mo-san.

   Di sepanjang jalan yang menuju ke puncak gunung penuh dengan orang jualan.

   Penjual2 makanan dan minuman sama mendirikan kubu2 daerah untuk menjajakan dagangannya.

   Sepintas keadaan, gunung hampir menyerupai sebuah pasar malam kecil.

   Diantara sekian banyak orang yang masih berkerumun di kaki gunung, tampak dua orang lelaki ikut menerjunkan diri dalam lautan manusia.

   Yang seorang, seorang kakek tua yang rambut dan jenggotnya sudah memutih.

   Membawa sebatang tongkat bambu, sedang yang seorang, pun seorang tua mirip dengan seorang petani.

   Kedua orangtua itu singgah di sebuah kedai makan dan memesan beberapa hidangan.

   Ruang kedai makan itu penuh dengan pengunjung.

   Rupanya mereka pendatang2 dari lain daerah.

   Pelayan tercengang ketika mendengar pesanan si kakek berjenggot putih yang minta kuah daging anjing.

   "Tetapi anjingnya yang masih kecil. Potong kakinya, sisakan badannya. Buang isi-dalam badan anjing kecil itu dan isilah dengan isi kapri kasih jahe dan tuang sedikit arak,"

   Kata kakek berjenggot putih itu. Pelayan melongo.

   "Hai, apakah engkau tuli ?"

   Tegur orangtua berjenggot putih itu.

   "Tidak loya (tuan) kami mendengar jelas pesanan tuan. Tetapi selama ini kami belum pernah masak semacam itu,"

   Kata pelayan.

   "Ho, apa-apaan ini ? Mengapa rumah makan tak mengerti masakan begitu ?"

   "Sungguh loya,"

   Sahut pelayan, kami memang belum pernah menerima pesanan semacam itu !"

   "Hm,"

   Kakek berambut putih itu mendengus "kalau begitu boleh ganti dengan Tok kak-kau-lo-bak. Tahu ?"

   "Tahu. loya,"

   Kata pelayan.

   "bukankah daging babi dan ayam panggang diiris-iris dan diberi bumbu atasnya ?"

   "Tolol "

   Uh ...

   bentakan kakek berjenggot putih hampir sekeras geledek sehingga pelayan yang terpisah tiga langkah dihadapannya terkejut, tersurut dua langkah ke belakang dan membentur meja lain.

   Kebetulan yang duduk di meja itu, seorang telaki setengah tua.

   Yang seorang bertubuh gemuk dan yang seorang kakinya buntung satu.

   Siorang kaki buntung kebetulan menghadap ke sebelah muka sehingga membelakangi meja tempat kedua orangtua berjenggot putih itu.

   Sehingga tetamu berkaki satu itu tak tahu kalau hendak dibentur oleh tubuh si pelayan.

   Tetapi punggung lelaki berkaki satu itu seperti tumbuh mata.

   Selekas tubuh si pelayan hendak membenturnya, tibatiba ia tamparkan tangan kanan ke belakang dan pelayan itupun terdorong kemuka lagi.

   Bahkan keras sekali tubuhnya seperti diayun kembali kearah meja tempat kedua kakek itu.

   "Berhenti !"

   Tiba-tiba pula kakek berjenggot putih membentaknya.

   Dan seperti anak kecil yang menurutkan kata, pelayan yang berayun keras itupun berhenti dua langkah di depan meja.

   Wajah pelayan itu pucat lesi.

   Tubuhnya gemetar.

   Tiba-tiba kakek jenggot putih itu tertawa.

   "Hai, kenapa engkau ini ? Apakah engkau sakit ayan?"

   "Tidak ...

   "

   Kala pelayan.

   "tetapi .....

   "

   "Tetapi bagaimana ?"

   "Ketika loya membentak, tubuhku seperti terdorong angin keras. Hampir saja aku membentur tetamu yang duduk dibelakang itu. Dan aneh ..... tiba-tiba tubuhkupun didorong oleh angin keras sehingga melayang balik kesini"

   "Ha, ha"

   Orangtua jenggot putih itu tertawa"

   Itu namanya engkau menderita penyakit ayan kambing !"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Ayan kambing ?"

   Pelayan melongo.

   "Ya,"

   Sahut kakek jenggot putih.

   "penyakit ayan itu beberapa jenis. Ada ayan kambing, ayan anjing, ayan babi, ayan gila ..."

   "O."

   Desah pelayan. Tiba-tiba pelayan itu tegang wajahnya dan berseru.

   "tetapi loya, bagaimana tandanya kalau aku menderita sakit ayan kambing ?"

   "Ayan kambing itu apabila mendengar suara bentakan yang keras sekali, dia terus terhuyung-huyung dan gemetar tubuhnya. Ayan anjing kalau tahu orang membawa pentung atau senjata, dia terus melolong lolong seperti anjing kaki buntung. Ayan babi kalau kekenyangan makan dan minum berlebih Iebihan tentu akan kumat dan ber-kuik2 seperti babi gemuk hendak disembelih. Kalau ayan gila, sekali kumat terus menggelepar-gelepar di tanah dan mulutnya berbuih".

   "O,"

   Pelayan itu mendesah.

   "Sekarang dengarkan pesananku,"

   Kata kakek berjenggot putih pula.

   "lok kak-kau-lo-bak yalah anjing berkaki buntung yang dagingnya diiris-iris dipanggang dan diberi bumbu. Selain tok-kak (kaki buntung) pun anjing itu harus gemuk !"

   Pelayan itu terlongong, serunya sesaat kemudian .

   "Jika masakan daging anjing, kami bersedia. Yang gemukpun, kami dapat mengusahakan. Tetapi kalau tuan minta yang kaki buntung, wah, sukar"

   "Tidak anjing, apapun boleh. Pokok asal yang berkaki buntung,"

   Seru kakek berjenggot putih, lekaslah carikan, aku sudah lapar !"

   Pelayan itu tak berani membantah dan terus masuk kedalarn.

   "Loheng, mengapa engkau hendak mempermainkan pelayan itu ?"

   Tanya kawannya siorangtua berbaju biru Kakek jenggot putih tertawa lalu menjawab dengan bisik2 .

   "Kedua tetamu disebelah muka kita itu memiliki sepasang mata yang luar biasa tajamnya". Kakek baju biru terkesiap. Kini ia baru menyadari bahwa kawannya, si kakek jenggot putih itu, menaruh perhatian pada kedua tetamu. Lebih terkejut pula ia mengetahui bahwa kedua tetamu itu yang seorang berkaki buntung dan yang seorang lagi bertubuh gemuk. la tersadar.

   "Loheng, apakah engkau hendak mengolok mereka?", kakek baju biriu itu gunakan ilmu menyusup suara yang disebut Coan im jip-bi. Bibir bergerak tetapi tak mengeluarkan suara sehingga lain orang tidak dapat mendengarkan. Kakek jenggot putih itu segera mendengar telinganya terngiang oleh suara lengking halus dari kawannya.

   "Hanya sekedar menyelidiki,"

   Sahut kakek jenggot putih dengan ilmu menyusup-suara juga.

   "O,"

   Desuh kakek baju biru.

   "kenalkah lo-heng pada mereka ?"

   "Kalau tak salah, yang berkaki buntung itu itu bernama Tokkak- sin-git Hong Lui dan yangi gemuk bernama Poan-git-kay Auyong Hok. Keduanya termasuk kelima tokoh partai Jembel yang di sebut Ngo coat-sin-git atau Lima datuk jembel", kata kakek jenggot putih.

   "Mengapa loheng hendak mengganggu mereka ?"

   Tanya si kakek baju biru pula.

   "Mereka tentu akan hadir dalam pertandingan digunung ini. Main2 sedikit dengan mereka, kurasa tak jadi persoalan."

   Tiba-tiba kakek jenggot putih itu menguap .

   "Huah ... kurang ajar, mengapa begitu lama tak juga seksai masakan mu. Mataku mulai ngantuk" 'Sabarlah, loheng."

   Kata kakek baju biru. Tetapi kakek baju biru tak dapat melanjutkan kata-katanya lebih panjang karena dilihatnya kakek jenggot putih itu sudah mengulaikah kepalanya ke atas meja dan tidur...

   "Ai. dia pengantuk benar"

   Seru kakek baju biru seorang diri dengan suara keras. Tiba2 telinga kakek baju biru terngiang suara kakek jenggot pulih .

   "Lote, harap engkau ke luar pura2 buang air. Coba saja mereka nanti akan berbuait apa."

   Kakek baju biru itu tahu bahwa kawannya memang berwatak aneh tetapi cerdas pikirannya.

   Tentu ada sebabnya mengapa dia begitu menaruh perhatian kepada kedua tetamu yang berkaki buntung dan bertubuh gemuk.

   Tanpa melihat kearah kedua tetamu itu, kakek baju birupun segera berbangkit dan menghampiri seorang pelayan untuk menanyakan tempat buang air.

   Kini hanya tinggal kakek jenggot putih seorang diri tidur dengan kepala rebah di meja.

   "Ji ko, aku hendak mengerjakan kakek gila itu"

   Tiba2 siorang gemuk berkata kepada si kaki buntung lalu berbangkit dan terus menghampiri ke tempat kakek jenggot putih. Secepat kilat ia menutuk dua buah jalandarah pada tubuh kukek jenggot putih itu. Kakek itu bergeliatan lalu diam lagi.

   "Engkau apakan dia, lo-ngo ?"

   Tanya si kaki satu ketika kawannva yang gemuk duduk kembali. Lo ngo artinya saudara yang kelima.

   "Kalau dia bangun, dia tentu akan berjingkrak-jingkrak seperti orang menari tetapi mulutnya bisa menjadi gemuk.

   "Si Kaki buntung tertawa .

   "Ah engkau memang suka mengolok-olok orang. Seorang kakek tua menari-nari tetapi tak bisa omong, tentu akan menimbulkan buah tertawaan orang.

   "Kita lihat saja, kata sigemuk tertawa. Tak berapa lama kakek baju biru muncul kembali dan mengambil tempat duduk dihadapan kakek jenggot putih.

   "Ai, mengapa masih mendengkur ?"

   Seru kakek baju biru itu. Pelayanpun muncul dengan membawa hidangan yang dipesan. Setelah meletakkan diatas meja, pelayan itupun pergi.

   "Loheng, bangunlah, hidangan sudah datang,"

   Seru kakek baju biru seraya menggolek-golekkan tubuh kawannya. Tetapi kakek jenggot putih itu tetap tak bangun.

   "Loheng, bangun,"

   Akhirnya kakek baju biru sedikit menggunakan tenaga untuk mengangkat kepalanya. Kakek jenggot putih itu menggeliat. Tiba-tiba ia berdiri terus berjingkrak-jingkrak menari.

   "Hai, loheng, kenapa engkau ?"

   Kakek baju biru serentak berdiri.

   Tetapi kakek jenggot putih itu tak menghiraukan dan tetap menari-nari.

   Sekalian tetamu terkejut menyaksikan peristiwa itu tetapi tidak seorangpun yang berani mengatakan bahwa tadi si tetamu gemuk yang menghampiri ketempat kakek jenggot putih itu.

   "Lote,"

   Tiba-tiba telinga kakek baju biru itu mendengar ngiang suara si kakek jenggot putih.

   "aku akan menghampiri kemuka meja kedua orang itu. Dan engkau supaya pura2 hendak memegang aku tetapi nanti kudorong tubuhmu kuat2 hingga engkau terlempar jatuh ke arah meja mereka. Berusahalah untuk menyambar tongkat si kaki buntung kejarlah aku keluar dari rumah makan ini"

   Kakek baju biru itu heran mengapa kawannya begitu matimatian hendak memusuhi kedua tetamu itu.

   Tetapi ia tahu, tak nanti kakek jenggot putih itu akan berbuat begitu bila tak ada sebabnya.

   Dalam ia merenung, dilihatnya kakek jenggot putih sudah menuju kemuka meja kedua tetamu yang dimaksud.

   Cepat dia memburunya.

   "Loheng, engkau kenapa ?"

   Kakek baju biru terus memburu seraya hendak mendekap.

   Tetapi tiba-tiba kakek jenggot putih mendorongnya.

   Karena tak menyangka-nyangka.

   kakek baju birupun terhuyunghuyung ke belakang dan tepat menimpah ke meja tempat si kaki buntung dan si gemuk.

   Brak .....

   Meja terbalik dan mangkuk, piringpun menumpah jatuh berhamburan ke lantai.

   Masakannya tumpah, mangkuknya pecah.

   Si kaki buntung dan si gemuk tak menyangka kalau akan menderita kejadian semacam itu.

   Layang tubuh kakek baju biru yang didorong oleh kakek jenggot putih sedemikian derasnya sehingga mereka tak keburu menyingkir atau menghalau.

   Kedua orang itu cepat loncat mundur sehingga pakaiannya tak tertumpah masakan.

   Tetapi tangan si kaki buntung dan muka si gemuk kecipratan kuah yang masih panas.

   Si gemuk berteriak teriak memaki .

   "Bangsat, kakek gila "

   Tetapi kakek baju birupun sudah menyambar tongkat milik si kaki buntung terus lari mengejar kakek jenggot putih .

   "Hai, kakek bangsat, hendak lari kemana engkau ... !"

   Ternyata kakek jenggot putih sudah ke luar dari rumah dan kakek baju birupun sambil mengacungkan tongkat terus lari mengejarnya seperti hendak menghajarnya .....

   Peristiwa ribut2 itu cukup membuat gaduh tetamu lain.

   Tetapi untunglah pemilik rumah makan cukup dapat menguasai keadaan.

   Beberapa pelayan segera mengangkat dan mengatur meja kursi yang terbalik dan mempersilahkan si kaki buntung serta si gemuk duduk lagi.

   "Lo-ngo"

   Kata si kaki buntung.

   "gara-garamu sehingga kita harus menderita begini "

   Si gemuk tertawa .

   "Andaikata bukan aku cari gara2, tentu kedua kakek gila itu sudah kuhajar setengah mati. Ha, ha, si jenggot putih itu akan terus menerus menari-nari sampai duapuluh jam lamanya. Kalau sudah berhenti menari, ia tentu akan lemas karena kehabisan tenaga".

   "Lo-ngo, hari sudah petang, mari kita segera naik saja. Mungkin saudara2 kita sudah menunggu-nunggu kedatangan kita,"

   Kata si kaki buntung. Si gemuk mengiakan. Dipanggilnya pelayan disuruh menghitung rekening makanan mereka.

   "Dua tail, tuan,"

   Kata pelayan. Si gemuk tak menyahut melainkan merogoh saku bajunya hendak mengambil uang. Tiba-tiba ia menjerit .

   "Hai, kemana uangku .!"

   Ia merogoh kelain saku lalu berganti ke saku celana, muka belakang, kanan kiri, Habis saku2 pada baju dan celananya ditelusuri tetapi tak dapat menemukan sekepingpun juga.

   "Aneh, kemanakah uangku ?"

   Serunya makin bingung.

   "jelas aku masih punya lima keping perak hancur, mengapa sekarang tak ada ?"

   Pelayan memandang kedua tetamu itu dengan kerutkan alis tetapi tak berani buka suara apa2

   "Ji ko,"

   Seru si gemuk.

   "jelas uangku hilang dicuri orang."

   "Siapa yang mencuri ?"

   Tanya si kaki buntung? "Ketika mau masuk kedalam rumah makan ini, masih kuperiksa uang itu dan ternyata masih berada di saku celanaku. Mengapa sekarang hilang ...

   "

   "Tetapi disini engkau tak pergi kemana-mana lagi dan tak berjumpah dengan orang lagi. Kecuali tadi engkau menghampiri kakek jenggot putih ..... hai, lo-ngo, apakah tak mungkin uangmu dicuri si kakek jenggot putih tadi ?"

   Si gemuk merenung sejenak lalu berkata .

   "Ah, rasanya tak mungkin dia dapat mengambil uang itu. Memang tadi tangannya bergeliat menjamah tubuhku tetapi setelah kututuk jalandarah pelemasnya, dia tak berkutik lagi. Ji ko, apakah engkau tak membawa uang ?"

   Si kaki buntung gelengkan kepala .

   "Aku jarang membekal uang. Dan apa perlunya harus membekal uang ? Tiap saat dimanapun saja, apabila aku butuh, aku dapat 'pinjam' pada orang2 itu."

   Yang dimaksudkan dengan kata 'pinjam* itu, bukan pinjam sesungguhnya melainkan mengambil. Dengan kepandaiannya yang sakti, apabila perlu pakai uang, ia dapat masuk kesetiap gadung tanpa diketahui pemiliknya.

   "Ah, pinjam saja kepada pemilik rumah makan ini. Kita tulis bon. Seturunnya dari gunung kita bayar,"

   Kata si kaki buntung. Si Gemuk setuju.

   "Katakan kepada pemilik rumah makan ini, uangku hilang dicopet orang maka terpaksa aku hutang dulu. Nanti setelah turun gunung kubayar."

   Kata si gemuk kepada pelayan.

   Pelayan itu kerutkan dahi.

   Ia sudah tak senang melihat tingkah si gemuk yang mencelaki seorang kakek jenggot putih hingga kakek itu menari2, merusakkan beberapa mangkuk piring dan lari tanpa membayar hidangan yang dipesannya.

   Mendengar ucapan si gemuk hendak pinjam pembayaran makanan, pelayan itu berseru tak senang hati .

   "Maaf, tuan, kami tak kenal tuan ..apa. Dan tuanpun yang menyebabkan seorang tamu sampai menari-nari dan memecahkan beberapa mangkuk. Itu tak apalah, kami takkan minta ganti rugi. Tetapi untuk hidangan yang tuan makan, kami harap tuan suka membayar rekeningnya."

   "Kurang ajar, engkau tak percaya kepadaku?"

   Sentak si gemuk seraya deliki mata.

   "Bukan tak percaya, tuan,"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kata si pelayan, tetapi peraturan rumah makan kami memang harus bayar kontan".

   "Bangsat,"

   Damprat si gemuk.

   "panggil majikanmu kemari !"

   "Ah. tuan,"

   Kata pelayan itu.

   "majikan sudah memberi perintah kepadaku, tak boleh memberi pinjam kepada tetamu."

   "Bangsat !"

   Tiba-tiba si gemuk menampar muka pelayan itu.

   Pelayan menjerit sembari mendekap mulutnya.

   Sebuah giginya telah tanggal dan mulutnya mengumur darah.

   Pelayan itu bertubuh tegap dan kuat.

   Karena mendapat tamparan, ia marah lalu hendak balas memukul.

   Tetapi sebelum tinju dilayangkan, dadanya sudah didorong oleh si gemuk.

   Pelayan itu terhuyung-huyung dan jatuh menimpah meja.

   Melihat kawannya dianiaya, beberapa pelayan segera mengerumuni si gemuk dan hendak menyerangnya.

   "Bagus, majulah kalian semua !"

   Seru si gemuk seraya menyambar salah seorang pelayan, menangkap lengannya terus didorong kepada kawah2 pelayan itu.

   Terdengar hiruk pikuk jerit teriakan dari para pelayan yang jatuh tumpang tindih.

   Masih si gemuk itu menyambar seorang pelayan lain terus diangkat tubuhnya, diputar-putar lalu dilemparkan .....

   Tepat ketika tubuh pelayan melayang ke pintu, tiba-tiba muncul seorang lelaki setengah tua berjalan keluar sambil menghisap pipa huncwe.

   Ketika tubuh pelayan hendak menimpah kepadanya, sekonyon-konyong lelaki Itu julurkan pipa huncwenya dzn hebat .....

   tubuh si pelayanpun tersanggah pipa lalu diturunkan ke lantai.

   Setelah itu sambil menghisap pipanya pula lelaki setengah tua itu menghampiri ke tempat si gemuk.

   "Mengapa tuan lemparkan pelayan itu ?"

   Tegurnya. Melihat kepandaian lelaki pendatang itu, terkejutlah si gemuk. Bahkan si kaki satupun juga terbeliak.

   "Dia kurang ajar !"

   Seru si gemuk.

   "Bagaimana kurang ajarnya itu ?"

   Tanya lelaki setengah tua.

   "Dia hendak memaksa aku harus membayar. Padahal telah kuterangkan kalau uangku telah hilang entah dimana. Aku akan menulis hutang nanti selelah turun gunung tentu kubayar."

   "Tetapi memang peraturan disini, setiap tetamu harus membayar kontan,"

   Kata lelaki setengah tua itu sambil menyedot pipanya.

   "Siapa engkau !"

   Si gemuk mulai tersinggung.

   "aku perlu bertemu dengan pemilik rumah makan ini tetapi pelayan itu menolak. Engkau tentu seorang tetamu, jangan ikut campur !"

   "Justeru aku harus ikut campur !"

   Bantah orang berpipa itu.

   "Siapa engkau !"

   Bentak si gemuk.

   "Akulah pemilik rumah makan ini."

   Si gemuk terkejut tetapi cepat ia tenangkan diri.

   "O, kebetulan sekali. Aku memang hendak bertemu dengan engkau. Uangku benar2 telah hilang maka aku terpaksa berhutang dulu. Setelah keramaian di gunung selesai, tentu kubayar !"

   Pemilik rumah makan terdiam sejenak lalu bertanya .

   "Apakah tuan hendak ikut bertanding?"

   "Tidak, hanya menonton saja,"

   Sahut sigemuk teraya berpaling kearah kawannya. Si kaki buntungpun mengangguk.

   "Apakah tuan anggauta partai Kay-pang ?"

   "Bukan,"

   Sigemuk gelengkan kepala.

   "Anggauta partai Jiong-pang ?"

   "Bukan"

   Kata si gemuk.

   "Hm, kalau begitu tuan harus bayar."

   Tiba-tiba pemilik rumah makan itu berseru.

   "Kalau aku tak punya uang ?"

   Sigemuk balas bertanya dengan nada agak mengejek.

   "Boleh,"

   Kata pemilik rumah makan itu dengan tenang.

   "asal engkau mampu menerima tiga jurus pukulan huncwe ini"

   Tiba-tiba si gemuk tertawa gelak2 .

   "Ha, ha, ha, jangankan tiga jurus, seratus jurus akupun sanggup menerimanya !"

   "Bagus,"

   Seru pemilik rumah makan,"

   Mari kita keluar ke halaman."

   Habis berkata ia terus mendahului melangkah ke pintu.

   "Hai ....!"

   Tiba-tiba si kaki satu menjerit keras sehingga si gemuk yang hendak mengikuti keluar daiin pemilik rumah makan itupuni berhenti karena terkejut.

   "Mengapa ji ko ?"

   Seru gemuk.

   "Kemana tongkatku ?"

   Teriak si kaki satu seraya berbangkit dan melihat kian-kemari.

   "Tongkat.... ah, bukankah tadi masih engkau sandarkan di kaki meja"

   Kata si gemuk.

   "Ya,"

   Sahut i kaki satu.

   "setelah meja itu dilanda tubuh kakek baju biru sampai terjungkir, ku tak memperhatikan tongkat itu lagi. Tahu2 tongkat itu hilang !"

   Si gemuk menghampiri ke hadapan pemilik rumah makan dan membentaknya .

   "Suruh pelayanmu mengembalikan tongkat jiko-ku. Kalau tidak rumah makan ini tentu kuobrak abrik !" ' Tongkat ?"

   Pemilik rumah makan itu tertegun.

   "Ya, longkat yang dipakai jiko berjalan. Tadi rneja telah ditumpahkan seorang tetamu tua dan pelayanmu yang mengangkatnya lagi. Tentu tongkat itu dibawa mereka kedalam. Lekas suruh mereka mengembalikan."

   Pemilik rumah makan itu berseru supaya pembantu bantunya keluar semua. Lalu disuruhnya mengembalikan tongkat tetamu kaki satu itu.

   "Tidak, loya."

   Seru pelayan2 itu serempak.

   "kami tak mengambil."

   "Engkau dengar tidak,"

   Kata pemilik rumah makan kepada si gemuk, tongkat itu tak diambil pembantuku."

   "Bohong !"

   Seru si gemuk terus loncat menyambar seorang pelayan. Dicekiknya leher pelayan itu lalu tangan kanannya diangkat hendak dihantamkan ke kepala pelayan itu .

   "mau mengembalikan tongkat itu atau kepalamu kuhancurkan "

   Tetapi belum sempat ia melayangkan tinjunya, pemilik rumahmakan sudah loncat menusukkan pipanya ke punggung si gemuk.

   "Uh ....."

   Pemilik rumah makan itu mendesah kaget ketika tiba2 si gemuk dengan gerakan yang cepat sekali sudah memutar tubuh pelayan dan disongsongkan ke arah pipa.

   Terpaksa pemilik rumah makan itu gelincirkan ujung pipa ke samping sehingga hanya mengenai lengan pelayan.

   Dan sebelum ia sempat menarik pulang pipanya, si gemuk sudah menyambar batang pipa lalu menyerempaki dengan menendangkan kaki ke perut pemilik rumah makan.

   Gerakan menyambar dan menendang itu hampir dilakukan dengan serempak.

   Cepatnya bukan kepalang.

   Pemilik rumah makan itu terkejut.

   Lepaskan pipa ia terus loncat ke samping.

   "Hai, berhenti ...

   "

   Sekonyong-konyong sesosok tubuh melesat masuk terus loncat ke tempat kedua orang yang bertempur itu.

   "Ngo-yo, mengapa engkau berkelahi ?"

   Seru orang itu. Seorang lelaki kurus dalam pakaian yang penuh tambalan, rambut kusut masai, brewok dan berjenggot lebat.

   "Lo Ciam.

   "ia berpaling kearah pemilik rumah makan.

   "lupa engkau kepadaku ?"

   "O, saudara Vi, engkau ...

   "

   Seru pemilik rumah makan dengan wajah berseri. Tetapi sesaat kemudian tiba-tiba berobah tegang2 pucat, serunya pula.

   "Siapakah tuan ini ?"

   Ia menunjuk pada si gemuk.

   "Itulah Poan-sin-git Auyang Hok, Ngo-sin-git kay yang nomor lima !"

   Sahut lelaki itu.

   "O, maafkan, aku Ciam-kim-tik punya biji mata tetapi tak dapat melihat orang,"

   Buru2 pemilik rumah makan itu menjurah ke arah si gemuk. Si gemuk atau Poan-sin-git si Jembel-gemuk Auyang Hok tak lekas menyahut melainkan memandang kearah lelaki kurus.

   "Pemilik rumah makan saudara Ciam Kim-tin ini adalah sahabat kita,"

   Seru orang itu. Si gemuk tertawa .

   "Ah, jangan merendah diri saudara Ciam. Memang kalau tak berkelahi tentu tak kenal."

   "Ah, andai ngo-ya mau menyebut diri, tentu Iah Ciam Kimtik tak berani berlaku kurang adat"

   Kata pemilik rumah makan pula.

   Ui Hin atau pendatang yang bertubuh kurus itu adalah than-cu atau ketua cabang Jiong-pang atau partai Jembel diwilayah Kiangse.

   Ui Hin bergelar Cek-bin tok-git atau Jembel beracun-muka-brewok.

   Tiba-tiba ia berpaling dan bergegas menghampiri dihadapan si kaki buntung lalu memberi hormat .

   "Ah, ji ya juga datang, maafkan Ui Hin terlambat memberi hormat"

   "O. engkau juga datang Ui thancu,"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Seru si kaki buntung. Poan-git Auyang Hok dan Ciam Kim-tikpun segera menghampiri. Ui Hinpun memperkenalkan si kaki buntung itu kepada Ciam Kim-tik.

   "Inilah jiya, Tok-kak sin-git Hong lui, orang nomor dua dari Ngo sin-koay-git partai Jiong pang."

   Kata Ui Hin. 'Oh,"

   Ciam Kim-tik serta merta memberi hormat dan minta maaf atas perlakuannya tadi.

   Kemudian ia suruh pelayan mempersiapkan sebuah meja dan hidangan baru.

   Setelah mendengar semua penuturan Jembel-gemuk Auyang Hok tentang peristiwa yang terjadi di rumah makan itu maka Brewok- beracun Ui Hin it terkejut.

   "Dalam wilayah Kangse, rasanya tak ada kedua kakek yang seaneh itu,"

   Katanya,"

   Tentulah mereka berasal dari lain darah yang hendak menyaksikan pertandingan di gunung ini."

   "Hmm, kalau menilik gerak geriknya. Kedua kakek itu tentu mengerti ilmusilat.....eh, jelas mereka tentu orang persilatan. Kalau tidak masakan mereka mengoceh kata2 yang aneh dan menyindir aku dan ji-ko?"

   Belum Ui Hin dan Ciam Kim-tak membuka suara, tokoh partai Jembel yang bertubuh gemuk itu sudah memekik.

   "Hai , ..... benar tentu dia !"

   Habis berkata dia terus berbangkit dan hendak melangkah pergi. Tetapi secepat itu Kaki satu Hong Lui menegur.

   "Kemana engkau ngo-te !"

   "Mengejar kakek jenggot putih itu,"

   Rupanya Poan-sin-git Auvang Hok tersadar dan hentikan langkah.

   "jelas tentu kakek itu yang mencuri uangku. Sekarang aku ingat, ketika kututuk tengkuknya, dia hendak rubuh mendekap pinggangku."

   "Ya memang dia,"

   Sahut Kaki satu Hon Lui.

   "karena yang mengambil tongkatku itu tentu si kakek baju biru,"

   "Celaka, jiko, kali ini kita kena dikelabui mentah2,"

   Auyaug Hok menggeram.

   "Kalau mereka berdua naik gunung, tentu mudahlah nanti kita tangkap,"

   Kaia Ui Hin. 'Tidak nanti, tetapi sekarang juga kita harus mengejarnya. Malu dong kalau peristiwa Poan-sin-git Auyang Hok kecopetan uang dan Tok-kak-sin-git Hong Lui kecurian tongkat ini "

   Sampai tersiar di dunia persilatan, bukankah nama Nge coatsin- git akan menjadi buah tertawaan orang?"

   Tanpa berkata suatu apa Tok kak-singit Hong Lui berbangkit dari tempat duduk.

   "Ngo-te, mari kita kejar mereka !"

   Ui Hin dan Ciam Kim - tik sipemilik rumah makan terkejut.

   Bagaimana tokoh nomor dua dari partai Jembel itu akan berjalan apabila kakinya hanya tinggal satu ? Tetapi keheranan kedua orang itu lekas terjawab ketika melihat tokoh berkaki satu itu melonjak - lonjak ke arah pintu.

   Hanya dua tiga kali melojak, pemimpin jembel itupun sudah melesat keluar dari rumah makan.

   Dengan cara meloncatloncat itu, tak kalahlah dia dengan orang berlari.

   "Saudara Ciam terima kasih, Ui thiancu sampai ketemu,"

   Habis berkata si gemuk Auyang Hok pun terus loncat ke pintu dan lari menyusul si Jembel kaki satu.

   Pemilik rumah makan Ciam Kim-tik geleng2 kepala dan si Brevvok- beracunpun menghela napas.

   Sebagai ketua cabang Partai Jembel diwilayah Kangse, si brevvok Ui Hin itu merupakan tokoh yang paling ditakuti di kawasan Kangse dan perairan sungai Yangtse.

   Tetapi menyaksikan kepandaian dari kedua tokoh Partai Jembel, terutama Tok-kak-sin-git kini, kedua orang itupun diam2 harus merasa jeri dan merasa masih kalah.

   Tetapi kedua kakek aneh itu sudah tak berani lagi.

   Terpaksa Kakisatu Hong Lui dan Jembel Gemuk Auyang Hok melanjutkan perjalanan ke Kangpak untuk menggabungkan diri dengan kawannya.

   Haripun makin malam para pengunjung yang hendak menyaksikan keramaian di puncak gunung Hok-hou-san itu makin bertambah ramai.

   Apakah yang akan terjadi di gunung itu ? Ternyata malam itu akan dilangsungkan pertarungan atau adu kepandaian dari dua partai pengemis yang termasyhur.

   Partai Kay-pang atau Partai Pengemis dan Partai Jiong-pang atau Jembel.

   Partai Kay pang telah pecah dua.

   Yang ting didaerah selatan sungai Yangtse atau Kang-lam tetaip menggunakan nama Kay-pang.

   Yang a! didaerah utara sungai atau Kangpak, merobah diri menjadi partai Jiong-pang atau Jembel.

   Dahulu semasa Han-jiat sin-kay atau Pengemis Sakti bertangan-panas-dingin Suma Kiam masih hidup partai Kaypang telah bersatu dan mengalami masa2 kejayaan, Han jiat-sin-kay Suma Kiam seorang tokoh yang selain memiliki kepandaian luar biasa, pun mempunyai kewibawaan dan keperibadian yang kuat.

   Dia meletakkan batu dasar peraturan partai yang keras dan menjalankan peraturan itu dengan bengis.

   Setiap anakbuah Kaypang yang bersalah, tanpa pandang bulu tentu akan ditindak.

   Lawan kawan sangat menaruh perindahan kepada Han-jiat sin-kay Suma Kiam.

   Suatu peristiwa mengherankan dan menyedihkan telah terjadi pada limabelas tahun yang lalu.

   Tiba-tiba Suma Kiam Ienyap.

   Seluruh anakbuah Kay-pang telah dikerahkan untuk mencari ketua mereka yang sangat dicintai dan ditaati itu.

   Bahkan seluruh partai2 persilatan ikut pula membantu mencari jejaknya.

   Tetapi tetap tak berhasil.

   Han-jiat-sin-kay- Suma Kiam seolah hilang ditelan bumi.

   Tak seorangpun yang tahu dimana beradanya ketua Kay-pang itu.

   Peristiwa itu benar2 menggemparkan dunia persilatan.

   Seorang ketua partai besar dan berpengaruh seperti Kay-pang telah hilang lenyap tanpa dapat diketahui.

   Berbagai tafsiran dan dugaan timbul dikaIangan kaum persilatan.

   Tetapi tak ada yang dapat dijadikan dasar untuk menemukan jejak Suma Kiam.

   Ada yang mengatakan bahwa ketua Kay-pang itu telah diracuni oleh isterinya karena Suma Kiam telah menjatuhi hukuman mati kepada ayah mertuanya sendiri yang telah melanggar kesalahan besar.

   Ayah mertua dari Suma Kiam menjabat sebagai ketua cabang Kaypang di kota raja tetapi telah berhianat.

   Karena temaha pangkat dan harta, ayah mertua itu telah dapat 'dibeli' oleh pemerintah Goan.

   Rahasia dan susunan perkumpulan Kay pang telah jatuh di tangan pemerintah Goan dan mereka segera melakukan pembersihan besar-besaran.

   Banyak anakbuah dan pimpinan cabang partai Kaypang yang binasa ditangan pemerintah Goan.

   Akhirnya setelah melalui penyelidikan yang berbelit-belit dan penuh bahaya, dapatlah Han-jiat sin -kay Suma Kiam mengetahui rahasia penghianatan mertuanya.

   Ayah mertuanya dijatuhi hukuman mati.

   Setelah itu dengan penuh kehormatan dikuburnya jenazah mertua itu.

   Han-jiat sin-kay Suma Kiam menunaikan tugasnya sebagai seorang ketua Kay-pang dan sebagai seorang anak menantu.

   Demikian peristiwa yang dikaitkan dengan lenyapnya Hanjiat sio-kay Suma Kiam.

   Tetapi ada pula orang yang mengatakan bahwa tokoh Kaypang itu telah ditangkap dan dibunuh oleh kaki tangan pemerintah Goan, mayatnya dilempar ke laut.

   Di sebuah sebagai Han-jiat-sin-kay atau Pengemis sakti bertangan-panas dingin adalah karena dia memiliki dua macam ilmu pukulan yang luar biasa.

   Tangan kiri dapat memancarkan pukulan tenaga Yin han sin-kang atau tenaga sakti dingin dari hawa Yin (negatif).

   Dan tangan kanannya dapat melancarkan pukulan Yat-jiat sin-kang atau tenaga sakti panas dari hawa Yang (positif).

   Dia merupakan tokoh muda yang cemerlang lekali namanya dalam angkasa persilatan.

   Hidup sejaman dengan tokoh Kim Thian cong.

   Keduanya memang bersahabat baik.

   Baik Han jiat sin kay Suma Kiam maupun Kim Thian cong semasa hidupnya telah membuat sejarah hidup yang menggemparkan.

   Tindakan mereka telah dikenyam oleh kaum persilatan khususnya dan rakyat umumnya.

   Dunia persilatan reda dari pergolakan dan rakyatpun hidup dalam ketenteraman.

   Tetapi keduanya telah mengalami hari2 terakhir yang tragis.

   Han jiat sin-kay Suma Kiam hi lang tak berbekas.

   Kim Thian cong mayatnyapun dicuri orang.

   Setelah tiga tahun tak berhasil menemukan jejak Han jiatsin- kay Suma Kiam, akhirnya tokoh2 pimpinan telah bersepakat untuk mengadakan pemilihan ketua baru.

   Dengan catatan, apabila Han jiat sin-kay ternyata masih hidup, jabatan itu harus diserahkan kembali kepadanya.

   Menurut garis besarnya, daerah pengaruh Kay pang itu dibagi dua wilayah, utara dan selatan Golongan Kaypang utara, menghendaki supaya tokoh orang Kangpak yang diangkat sebagai ketua, tapi Kaypang daerah selatan menolak dan menghendaki agar Siau bin-sin-kay Kit Wan-leng yang diangkat sebagai ketua Kay-pang.

   Kit Wan-leng berasal dan daerah selatan.

   Pat-pi sin-git atau Pengemis-sakti-delapan-lengan Oh Sun yang mewakili golongan utara tetap menolak dan menghendaki diadakan pertandingan adu kesaktian untuk menetapkan pemilihan ketua.

   "Tidak"

   Pangemis-berwajah riang Kit Wan-eng menolak usul itu Han-jiat-sin kay Suma Kiam almarhum, telah menghabiskan separuh dari usianya uutuk mempersatukan Kay-pang, menyelamatkan bahaya kehancuran dari ancaman pemerintah Goan dan bahaya perpecahan dari dalam.

   Sekarang usaha beliau telah berhasil.

   Masakan kita harus menghancurkannya lagi ?"

   Kit Wan-leng dengan serta merta rela mengundurkan diri demi keutuhan Kaypang.

   Tetapi para thancu atau ketua cabang daerah selatan tak puas dengan sikap Pat-pi sin-git Oh Sun yang dianggap terlalu angkuh dan congkak.

   Mereka tetap mendukung pencalonan Kit Wan-leng sebagai ketua.

   Hampir terjadi pertengkaran besar yang akan disusul dengan pertempuran antara Kaypang golongan selatan lawan golongan utara.

   Pada saat2 ketegangan memuncak, tiba2 Kit Wan-leng pun berbangkit.

   Dengan suara menggeledek ia berseru menghentikan ketegangan.

   Kemudian ia mengusulkan suatu pemecahan.

   Sambil menunggu hasil pencarian Han-jiat-sin kay Suma Kiam maka baiklah diadakan dua wakil ketua.

   Satu untuk memimpin Kaypang golongan selatan dan seorang wakil pemimpin untuk Kay pang golongan utara.

   Setiap tahun kedua wakil pemimpin itu harus memberi laporan pada rapat besar partai Kaypang.

   Dibentuk sebuah dewan penimbangan yang terdiri lima tokoh tua untuk memberi peradilan apabila sampai terjadi perselisihan.

   Usul Kit Wan-leng itu disetujui.

   Untuk wakil ketua Kaypang daerah selatan, diangkat Kit Wan Ieng, dan untuk wakil ketua daerah utara, dipilihlah Pengemis sakti delapan-lengan Oh Sun.

   Bermula dalam dua tiga tahun, masih terdapat kerukunan antara kedua golongan itu.

   Tetapi lama kelamaan mulailah terjadi perpecahan.

   Pat-pi sin-kay Oh Sun telah membentuk lima datuk atau Ngo coat-sin git dan mengumumkan pergantian nama Kay-pang menjadi Jiong-pang.

   "Kita bukan pengemis, mengapa harus memakai perhimpunan Kay-pang"

   Kata Oh Sun.

   "lebih tepatlah kalau kita menyebut diri sebagai kaum jembel atau Jiong-pang. Tindakan Oh Sun itu menimbulkan kejut dan kgemparan. Kit Wan-leng segera mengadakan rapat besar kaum Kaypang untuk merundingkan peristiwa itu. Kelima tokoh utara yang menyebut diri sebagai Ngo-coat sin-git atau Lima Datuk Jembel yang tediri dari Pat-pit-sin-git atau Jembel-sakti delapan-lengan Oh Sun, Tok-kat sin-git atau Jembel-sakti- kaki-satu Hong Lui, Kui-siausin-git-atau Iblis tertawa To Hoan, Lun-ha-ma atau Katak-pemalas Na Kok-kong dan Poan-Sin-git atau Jembel gemuk Auyang Hok. Mereka datang dalam rapat besar itu. Secara kebetulan pula Kaypang selatanpun terdapat lima tokoh pucuk pimpinan yang menurut-urutan kedudukannya terdiri dari kesatu Siau-bin-sin-kay atau pengemis berwajah tertawa Kit Wan-leng, Hoan-tong-sin-kay atau Pengemiskantong nasi Su Sin, Ciu put-cui Ko Cay Hong-tian-sin-kay atau Pengemis-sinting Ma Kim-tong dan nomor lima Cui-kak-sin-kay atau Pengemis-tidur Li Pit-seng. Terjadi perbantahan sengit dalam rapat besar itu. Perbantahan yang sukar didamaikan lagi. Kay. pang utara yang merobah nama menjadi Jiong- pang atau Partai Jembel tetap menghendaki supaya nama Kay pang dirobah begitu pula peraturan yang melarang anggauta Kay-pang menjadi pegawai kerajaan. Partai Jembel harus ditingkatkan arah tujuannya untuk membantu negara, agar dapat memberi bantuan yang positif, harus dibuka pintu untuk memberi kesempatan kepada anggautanya menjabat pegawai kerajaan. Demikian pendirian Partai Jembel. Tetapi Kay-pang tetap menghendaki azas tujuan yang semula yalah tidak mengikatkan diri pada urusan pemerintahan tetapi bergerak dalam dunia persilatan khususnya dan berjuang menegakkan keadilan dan kebenaran demi kesejahteraan rakyat. Untuk yang kedua kalinya Pengemis-berwajah-tawa Kit Wan-leng tampil kembali untuk menguasai kegentingan. Dia tetap menghendaki keutuhan persatuan. Soal perobahan nama, Kay pang dan Jiong-pang itu pada hakekatnya sama. Tetapi tentang perubahan azas tujuan perhimpunan, dia tak setuju kalau dirobah. Untuk membantu negara, banyak lah hal yang dapat disumbangkan. Antara lain menjaga keamanan, membasmi kejahatan dan menindas kekacauan, melindungi kepentingan rakyat. Dalam hal ini kaum persilatan golongan Hiap-gi (ksatrya) dapat memberi sumbangan yang banyak. Tak mesti harus mengikatkan diri pada suatu jabatan pemelintah. Dan untuk menjaga kesatuan dan persatuan Kay pang maka Kit Wan leng mengusulkan supaya ditetapkan ketua secara bergilir. Tiga tahun ketua dari golongan utara dan tiga tahun berikutnya ketua dari golongan selatan. Semua anggauta harus tunduk pada perintah ketua tanpa membedakan daerah asalnya. Pat pi sin git Oh Sun mau menerima usul itu tetapi dengan sedikit tambahan. Pemilihan, ketua tidak dilakukan secara bergilir tetapi secara adu kepandaian. Pemenang pertama, yang menjadi ketua untuk tiga tahun. Kit Wan-leng menyatakan bahwa adu kepandaian itu dapat menyebabkan dendam permusuhan. Yang kalah tentu akan malu dan mendendam. Pun membawa akibat yang buruk juga. Salah tangan dapat mengakibatkan luka dan cacat pada lawan. Kit Wan-leng yang selalu menjaga keutuhan dan kesatuan Kay-pang itu mengusulkan supaya adu kesaktian itu bersifat pi-bu saja. Yalah adu kepandaian tanpa bertempur. Masing2 mengunjuk tiga macam kepandaian. Ilmu kepandaian, tenaga kekuatan, ilmu tenaga dalam dan ilmu gin-kang atau meringankan tubuh. Tiga tahun yang pertama, pertandingan pibu itu dimenangkan oleh Kit Wan-leng, Tetapi tiga tahun yang kedua, ia mengalah. Pat pi-sin-git Oh un menang dan menjadi ketua. Selama menjabat ketua itu, banyak tindakan Oh Sun yang merugikan Kay pang golongan selatan. Tetapi karena sudah kalah janji bahwa semua, anggauta harus tunduk pada perintah ketua, tokoh kay-pang selatan tak dapat berbuat apaapa. Menjelang masa pemilihan yang ketiga, terdilah suatu peristiwa yang aneh. Entah bagaimana tiba2 pada suatu hari dikala bangun, Kit Wan leng telah kehilangan suara. Ia menjadi seorang gagu, Dan bukan itu saja, ia rasakan tenaga galamnya hilang. Menurut keterangan seorang tabib sakti, telah menderita keracunan makanan. Racun teramat ganas. Apabila dia tak memiliki ilmu tenaga dalam yang kokoh, kemungkinan tentu sudah mati Sebagai gantinya ia harus kehilangan . dan tenaga dalam. Keadaan itu ia tuturkan kepada keempat rekannya dan minta supaya dalam pertandingan nanti, keempat orang itu dapat mengajukan ja nya. Kit Wan-leng pergi mencari obat dan dari itu tiada beritanya lagi. Kehilangan itu memberi akibat besar kepada Kay-pang golongan salatan. Berturut turut setiap kali masa pemilihan ketua, telah dimenangkan oleh golongan utara. Kemudian muncullah Liok ci sin-kay Hoa-sin. Dia sebenarnya berasal dari daerah utara kemudian dia telah bertemu dengan seorang sakti yang mendapat ilmu kepandaian yang hebat. Dia menentang pendirian Pat-pi-sin git Oh Sun yang sewenang-wenang. Kemudian ia pindah ke daerah selatan kemudian karena sepak terjangnya yang menonjol, dia diminta untuk menjabat sebagai ketua Kay-pang selatan. Hoa Sin mau menerima dengan syarat. Ia tak mau maju sebagai jago untuk menghadapi golongan utara. Dengan begitu untuk yang keempat kalinya selama tiga tahun lagi, pimpinan Kaypang telah jatuh di tangan Pat pi-singit Oh Sun lagi. Dan pada hari itu habislah sudah masa jabatan selama tiga tahun itu. Digunung Hok hou-san akan dilangsungkan pertandingan pi-bu guna menentukan ketua Kay-pang yang baru. Maka berbondong-bondonglah orang mengalir dari segala penjuru, bukan saja anggauta2 Kay pang tetapi pun lain2 tokoh persilatan bahkan rakyat biasa, pun ingin menyaksikan. Demikian malam itu ribuan orang sama berkerumun mengelilingi sebuah lapangan yang cukup luas. Di tengah lapangan didirikan sebuah panggung yang disebut lui-tay atau panggung adu silat. Lampu2 bergantungan menerangi empat penjuru, ditambah pula dengan malam purnama sehingga suasana tak ubahnya seperti siang hari. Di bawah panggung berjajar kursi yang ditempati oleh tokoh2 Kay-pang dan tokoh2 undangan lainnya. Sebenarnya pertandingan itu termasuk urusan partai Kaypang sendiri tetapi sudah menjadi naluri, sejak bertahun tahun tentu diundang juga tokoh2 persilatan lain. Rakyatpun mendengar dan tentu datang menyaksikan. Tak berapa lama terdengar genderang dipukul keras sehingga suaranya berkumandang nyaring dan menelan semua suara berisik dari sekalian penonton. Seketika ditanah lapang itupun sunyi senyap. Seorang lelaki tua dalam pakaian yang bersahaja naik keatas panggung dan mengumumkan bahwa pertandingan pibu segera akan dimulai. Ia mempersilahkan ketua Kay-pang untuk naik panggung. Seorang lelaki yang berumur lebih kurang 60 tahun, bertubuh kurus dan memelihara jenggot panjang tampak loncat ke atas panggung. Gerakannya amat gesit sehingga orang tak percaya kalau dia seorang tua yang sudah cukup tinggi umurnya. Tidak ada yang luar biasa pada diri orang itu kecuali sepasang tangannya yang luar biasa panjangnya sehingga hampir menyentuh lutut. Wajahnya masih berseri-seri merah dan tubuh segar. Dia membuka pembicaraan dengan memperkenalkan diri sebagai Pat-pi sin kay Oh Sun atau Pengemis-sakli-delapanlengan yang termasyur. Kemudian ia menguraikan secara ringkas peraturan yang telah ditetapkan dalam partai Kay-pang untuk memilih ketua yang baru. Kemudian ia menambahkan .

   


Elang Terbang Di Dataran Luas -- Tjan Id Peristiwa Bulu Merak -- Gu Long Elang Pemburu -- Gu Long /Tjan Id

Cari Blog Ini