Pendekar Bloon 19
Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 19
Pendekar Bloon Karya dari S D Liong
Prajurit itu menjawab agak tersekat.
"Bagus,"
Seru baginda.
"engkau harus mengobati seorang puteriku yang sakit. Penyakit Ing Ing kiongcu itu aneh sekali. Sudah beratus-ratus tabib dan ahli2 pengusir setan, para hwesio, kutitahkan mengobati, tetapi gagal semua. Aku bermimpi bahwa hanya engkaulah yang dapat menyembuhkan penyakit puteriku itu."
Kejut prajurit yang menyamar Blo'on itu bukan alangkepalang.
Kalau saat itu dia dijatuhi hukuman mati, ia tak begitu kaget.
Karena memang sudah diduga.
Tetapi bahwasanya baginda menitahkan hal semacam itu, benar2 ia seperti disambar petir.
Tubuh prajurit itu gemetar keras, peluh dingin membasahi sekujur tubuhnya, Mukanya pucat seperti mayat.
Bagaimana ia mampu mengobati puteri itu kalau sedikitpun ia tak mengerti ilmu pengobatan ? Memang ia telah mendengar tentang diri Ing Ing kiongcu yang mengidap penyakit aneh itu dan tiada seorang tabib pandai dan orang sakti yang mampu menyembuhkan.
"Mengapa engkau ?"
Tegur baginda demi melihat prajurit itu gemetar.
"Mohon diampunkan diri hamba, ban-swe-ya,"
Prajurit itu setengah meratap.
"hamba tak mengerti ilmu pengobatan. Bagaimana mungkin hamba dapat menyembuhkan penyakit tuan puteri ?"
"Bukankah tadi engkau mengatakan sedikit2 mengerti ilmu pengobatan?"
Tegur baginda.
"Ya ... tetapi itu hanya mengenai masuk angin yang ringan saja, banswe-ya."
Baginda kerutkan dahi. lalu berkata pula dengan nada bengis .
"Tidak biar bagaimana engkau harus mengobati puteriku. Karena mimpiku mengatakan hanya engkaulah yang sanggup menyembuhkan Ing Ing kiongcu"
"Banswe-ya ...
"
"Hong ciangkun, bawa dia dan serahkan pada thaykam supaya dibawa ke keraton tempat tinggal Ing Ing kiongcu"
Baginda tak memberi kesempatan lagi kepada prajurit yang menyamar sebagai Blo'on itu untuk bicara lagi.
Hong Kim-ciang segera melakukan perintah.
Prajurit yang menyamar sebagai Blo'on itu segera diserahkan kepada thaykam.
Pada saat itu, prajurit tersebut sudah mau mengaku siapakah dirinya kepada Hong Kim-ciang.
Tetapi ia tahu bahwa urusan telah berkembang sedemikian jauh.
Kalau ketahuan bahwa ia berani menyamar sebagai pemuda hukuman itu, tentulah akan dihukum, Begitulah pula karena ia telah berani mati memberi keterangan dihadapan baginda, tentulah dosanya takkan diampuni lagi.
Prajurit itu seperti menunggang punggung harimau buas.
Kalau ia berhenti, tentu akan dimakan harimau itu.
Tetapi kalau ia teruskan menunggangnya, kemungkinan harimau itu akan kehabisan tenaga dan rubuh.
Atau mungkin akan bertemu dengan sesuatu tak terduga yang dapat menyelamatkan jiwanya.
"Kalau menurut baginda dalam mimpi hanya aku yang dapat menyembuhkan penyakit tuan puteri. Ah. siapa tahu ... ya, siapa tahu kalau memang sudah direstui Thian apa yang kuberikan tentu dapat menyembuhkan tuan puteri. Dan apabila berhasil, ah, alangkah hebatnya ganjaran yang bakal kuterima ...
"
Demikian prajurit itu mulai merenung dan menimang dalam hati.
Membayangkan ganjaran yang besar itu seketika timbullah nafsu yang kurang baik dalam hatinya ...."Jika aku berhasil menyembuhkan tuan puteri dan menerima ganjaran pangkat, akan kusuruh orang untuk membunuh pemuda sinting itu agar jejaknya terhapus dan tak menganggu aku lagi ...
"
Akhirnya prajurit itu menenangkan hatinya. Tiba2 ia dikejutkan oleh kata2 thaykam yang membawanya.
"Tunggu dulu, inilah keraton Ing Ing kiong tempat kediaman puteri Ing Ing."
Kata thaykam.
"aku hendak menghadap tuan puteri untuk melaporkan kedatanganmu."
Thaykam itu segera masuk dan suruh prajurit yang menyamar sebagai Blo'on menunggu di luar.
Ing jun-kiong berarti Istana-musim-semi abadi.
Di Istana, memang terdapat beberapa lstana2 kecil untuk tempat kediaman putera-puteri baginda yang sudah dewasa.
Tak berapa lama thaykam itupun keluar pula dan menyuruh Blo'on palsu masuk.
Prajurit yang menyaru jadi Blo'on itu makin berdebar-debar keras.
Seumur hidup baru pertama kali itu ia masuk ke dalam istana seorang puteri raja.
Walaupun ia menjadi prajurit bhayangkara, tetapi selama itu tugasnya hanya menjaga diluar Istana2 para putera puteri baginda.
Indah sekali ruang istana Ing-jun-kiong itu.
Ia pernah mendengar cerita tentang Thian-tong atau surga yang indahnya sukar dilukiskan dengan kata2.
"Adakah Thian-tong itu seperti ini ?"
Tanyanya dalam hati.
Tetapi walaupun ruang istana Ing jun-kiong itu indah sekali suasananya agak merawankan.
Duabelas dayang2 gadis yang cantik dengan pakaiannya yang indah, sedang duduk menghadap sebuah tempat tidur, Tempat tidur itu terbuat dari kayu cendana yang wangi, keempat tiangnya diukir dengan burung hong dan naga.
Tiangnya dicat merah, ukirannya dicat kuning emas, Sedemikian indah ukir-ukiran itu sehingga tampaknya seperti hidup.
Seorang gadis yang cantik tetapi wajahnya pucat muram, tengah berbaring di dalam.
Ia duga gadis cantik itu tentulah puteri Ing Ing kiongcu.
Puteri itu tengah pejamkan mata.
"Celaka. keadaan kiongcu sudah amat payah kalau aku keliru memberi obat, bukan sembuh mungkin bisa mati."
Seketika timbul bayangan ketakutan dalam hati prajurit yang menyaru sebagai Blo'on itu.
"Itulah tuan puteri Ing Ing kiongcu.
"kata thaykam.
"lekas engkau buka resep."
Prajurit itu terkejut dari lamunannya.
Pada saat itu ia benar2 dihadapi oleh suatu ujian yang maha berat.
Jika keliru memberi obat, puteri akan mati dan dia tentu akan dihukum.
Tetapi karena sudah tiada jalan untuk menghindar lagi, apa boleh buat.
Terpaksa ia harus bulatkan tekad, besarkan nyali.
"Bagaimana aku dapat membuka resep kalau belum memeriksa keadaannya ?"
Serunya dengan nada seperti seorang tabib pandai.
"Bagaimana cara engkau hendak memeriksa", tanya thaykam. Prajurit itu teringat sesuatu, cepat la menjawab.
"Sudah tentu memeriksa denyut pergelangan tangannya."
"Hm, boleh"
Sahut thaykam.
"hanya terbatas pada pergelangan tangan saja. Ingat, tak boleh memegang lain2 bagian, tahu !"
"Baik,"
Prajurit yang menyaru sebagai Blo'on mengiakan. Ia dipersilahkan maju ke tempat peraduan tuan puteri Ing Ing.
"Ya, Thian yang Maha Pemurah, moga2 hamba dapat menyembuhkan penyakit tuan puteri diam2 prajurit itu mendoa dalam hati ketika ia memegang pergetangan tangan Ing Ing kiongcu. Sesungguhnya la tak mengerti ilmu Bongmeh atau memeriksa denyut pergelangan tangan. Tetapi karena dipaksa oleh keadaan yang menentukan mati hidupnya, ia curahkan seluruh perhatiannya untuk mendengar denyut nadi Ing Ing kiongcu. la bingung karena tak merasakan suatu apa. Dibolak balikkan tangan Ing Ing kiongcu kian kemari. naik turun namun belum terasa apa2. Akhirnya ia tundukkan kepala, lekatkan telinganya ke pergelangan tangan puteri. Belum berapa jenak ia berbuat begitu dan belum sempat ia mendengarkan denyut nadi, sekonyong2 Ing Ing kiongcu membuka mata. Demi melihat sebuah benda berkerudung kain hitam merunduk di dekatnya Ing lng kiongcu menjerit kaget dan serempak menghantam. Plak .....
"Aduh ...
", prajarit yang menyaru sebagai Blo'on itu menjerit kaget dan kesakitan sehingga ia loncat mundur. Sesungguhnya tabokan puteri itu tak berapa keras tetapi karena ia memakai cincin permata yang besar dan gelang batu giok, cincin dan gelang itu tepat menghantam kepala Blo'on palsu sehingga kepalanya membenjul sebesar telur burung;
"Setan . , hih , . setan itu datang hendak memakan aku ... hih, bunuhlah . , bunuhlah, ia hu. hu, hu ...
"
Tiba2 Ing Ing kiongcu menangis, la takut kepada Blo'on palsu yang disangkanya setan. Beberapa dayang segera menghiburnya.
"Kiongcu, dia bukan setan"
Kata mereka.
"tetapi pemuda yang dititahkan banswe-ya untuk mengobati penyakit tuan puteri."
"Aku sakit ?"
Ing Ing kiongcu mengulang.
"Tuan puteri sering merasa pusing dan setempo dingin setempo panas."
"O, kalau begitu aku sakit,"
Kata Ing Ing kiongcu "tetapi siapa bilang aku sakit ? Tidak, aku tidak sakit"
Tiba2 Ing Ing kiongcu menggeliat bangun dan terus turun dari peraduan. Menghampiri Blo'on palsu ia bercekak pinggang dan menuding mukanya.
"Mau apa engkau kemari? Siapa yang suruh engkau kemari !"
Bentak Ing Ing kiongcu seraya membelalakkan kedua matanya lebar. Prajurit yang menyamar jadi Bloon itu gemetar keras. Dia adalah seorang prajurit Gi lim-kun sehingga takut sekali kepada baginda dan pangeran serta puteri2 raja.
"Ampun, kiongcu ...
"
"Ampun ? Apa salahmu ?"
Tanya Ing Ing kiongcu.
"Hamba hanya melaksanakan titah baginda untuk mengobati penyakit tuan puteri ..
"
"Aku sakit ? Sakit apa ?"
"Itulah maka hamba tadi memeriksa denyut pergelangan tangan kiongcu untuk mergetahui penyakitnya."
"O, engkau akan mencari penyakit ? Pintar ya? Mari, cobalah engkau periksa."
Tiba2 Ing lng kiongcu ulurkan tangan kirinya. Prajurit yang menyaru sebagai Blo'on itu terkejut melihat perubahan sikap Ing Ing kiongcu yang sedemikian anehnya. Namun karena terlanjur terpaksa ia memberikan diri untuk memeriksanya juga.
"Bagaimana ? Apakah penyakitku ?"
Tiba2 Ing Ing kiongcu menegur. Prajurit itu gelagapan. Sesungguhnya ia tak mendengar denyut nadi tuan puteri dan memang tak mengerti untuk memeriksa denyut nadi itu.
"Tuan puteri tak menderita penyakit suatu apa yang berbahaya. Seteluh minum obat tentu sembuh,"
Kata prajurit itu dengan nada penuh keyakinan.
Saat itu dia benar2 harus bersikap berani mati.
Ia segera berkata kepada thaykam minta kertas dan pit untuk menulis resep.
Thaykam membawanya ke sebuah ruangan dan alat2 tulis serta kertaspun disediakan.
Prajurit itu teringat bahwa ketika dahulu isterinya sakit, ia pernah membawanya ke tabib pandai.
Tabib itu membuka resep dan setelah diminumkan, ternyata penyakit bengap pada tubuh dan perut isterinya itu sembuh.
Ia masih ingat jelas ramuan obat itu, Waktu dekat dengan Ing Ing kiongcu.
Ia melihat wajah puteri itu agak bengap.
Masuk angin jahat, pikirnya.
Segera ia menulis ramuan obat dan diserahkan kepada thaykam, berikut petunjuk aturan minumnya.
Prajurit itu segera dibawa thaykam ke luar dari lingkungan istana Ing Ing kiongcu.
Dia tidak dikembalikan ke tempat Hong Kim-ciang melainkan disuruh bermalam di sebuah ruangan khusus.
Malam ini prajurit yang menyamar sebagai Blo'on diperlakukan sebagai seorang tetamu agung.
Dia di jamu daen dilayani oleh dayang2 cantik sesuai dengan titah baginda.
Dan malam itu obatpun segera diminumkan kepada Ing Ing kiongcu, Obat itu terdiri dari ramuan jamu Kui sim, Jwan-kiong, Cek ci, Ngo sut, Tay-tong, Yan coh, Jwan-gu-theng.
Suatu ramuan yang diperuntukkan mengobati penyakit wanita yang perutnya membesar seperti orang bunting tetapi sesungguhnya tak bunting.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keesokan harinya terjadilah kegemparan dalam istana Ing jun-kiong.
Ing Ing kiongcu menjerit jerit dan menamparnampar perutnya.
"Aduh, celaka, mengapa parutnya sebesar ini?"
Teriak puteri raja itu.
Dayang2 kaget dan bingung tak keruan.
Kepala dayang bergegas mencari thaykam dan melaporkan keadaan Ing lng kiongcu.
Thaykam terkejut.
Cepat ia membawa prajurit yang menyaru sebagai Blo'on ke istana Ing-jun-kiong.
Bukan kepalang kejut prajurit itu melihat hasil dari ramuan obatnya.
Dia memang tak tahu bahwa ramuan obat itu untuk penyakit wanita yang perutnya membusung besar.
Tetapi apabila diminum oleh wanita yang tak menderita penyakit itu, malah akibatnya akan menyebabkan wanita menderita perut besar ...
.
"Bagaimana ?"
Tegur thaykam. Prajurit itu pucat seperti mayat. Sampai beberapa saat ia tak dapat menjawab.
"Bagaimana ? Mengapa engkau diam saja !"
Thaykam itu mulai membentak keras.
"Sesungguhnya penyakit kiongcu itu harus sudah sembuh ..... tetapi kalau tak sembuh, tentu bukan penyakit biasa ...
"
"Maksndmu ?"
"Ada roh jahat yang menyusup kedalam tubuh kiongcu. Obat yang kuberikan itu telah diselewengkan oleh roh jahat itu sehingga mencelakai kiongcu".
"Perlu apa roh jahat itu akan berbuat begitu ?"
"Agar aku tak dapat menyembuhkan penyakitnya dan dihukum mati. Dengan begitu roh jahat itu akan menang dan tetap mengganggu kiongcu."
Prajurit itu memang berani mati. Ia cari alasan untuk menutupi kesalahannya.
"Lalu bagaimana. Apakah engkau sanggup mengobati kiongcu ?"
"Kalau hanya penyakitnya, aku sanggup. Tetapi terhadap roh jahat itu, aku tak dapat mengusir, yang dapat mengusir segala roh jahat bauya-luh kaum imam atau paderi yang mengerti lima mantra untuk mengusir setan, iblis dan roh jahat"
"Lalu bagaimana sekarang ?"
Tanya thaykam "Aku tak dapat berbuat apa2 lagi", prajurit itu mengangkat bahu.
"Baik, akan kulaporkan kepada baginda."
Kata thaykam. Ketika baginda menerima laporan tentang pengobatan yang dilakukan Blo'on palsu terhadap Ing lng kiongcu, baginda kerutkan dahi.
"Salahkan impianku itu ?"
Tanya baginda dalam hati.
"namun jelas Kui-hui telah datang kepadaku dan memberi petunjuk. Masakan impian itu hanya khayalan belaka,"
"Adakah engkau benar2 tak dapat mengobati penyakit kiongcu itu ?"
Baginda menegur.
"Mohon ampun, baniwe-ya."
Prajurit itu menghaturkan hormat.
"hamba memang tak dapat mengobati penyakit kiongcu karena diganggu oleh roh jahat".
"Hm, baiklah"
Ujar baginda.
"akan kutitahkan orang sakti yang dapat mengusir roh jahat, Tetapi engkau harus memberi obat agar perut kiongcu yang membusung itu dapat sembuh".
"Hamba akan berusaha sekuat tenaga hamba"
Kata prajurit itu pula walaupun dalam hati sudah kebat kebit karena tak tahu apakah dia mampu melakukan hal itu.
Baginda menitahkan supaya prajurit yang menyaru sebagai Blo'on itu dibawa ke markas Gi-lim-kun diserahkan lagi kepada Hong Kim-ciang.
Ditempat itu, bolehlah Blo'on palsu itu menulis resep obat untuk kiongcu.
Blo'on palsupun berani mati untuk menulis resep dan peraturan minumnya.
Malam itu ia tidur di markas Gi lim-kun dengan hati yang tak keruan rasanya.
Apabila besok pagi penyakit busung perut dari kiongcu tetap belum sembuh, celakalah ia.
Tiba2 ia teringat kepada Blo'on.
"Hai, ke manakah gerangan pemuda sinting itu? Mengapa tak kelihatan berada dalam markas sini ?"
Ia mulai gelisah dan bingung.
Tetapi apa daya ? Siapakah yang dapat ia tanyai keterangan tentang pemuda sinting itu ? Malam itu ia benar2 seperti seorang hukuman yang tengah menanti keputusan.
Hidangan malam, tak disentuhnya.
Ia tak suka mukan, tak dapat tidur.
Ia benar2 gelisah sekali memikirkan dua hal.
Pertama, bagaimanakah hasil obat yang diberikan malam itu kepada Ing Ing kiongcu.
Dan kedua, mengapa blo'on si pemuda sinting itu tak tampak batang hidungnya! Malam makin kelam.
Suasana dalam keraton sunyi senyap, Sekonyong-konyong timbullah suara ribut di dalam markas.
Dan suara itu makin lama makin gempar ketika terdengar suara Hong Kim-ciang memberi perintah kepada para prajurit Gi-lim-kun.
"Lekat tangkap prajurit hianat itu !"
Teriak Hong Kim ciang.
Apakah yang telah terjadi ? Pada saat prajurit yang menyaru jadi Blo'on dibawa thaykam ke istana Ing Ing kiong.
maka Blo'onpun menyelinap dari markas dan jalan2 menlnjau keadaan keraton.
Tengah dia menikmati keindahan keraton dengan bangunannya yang mewah, taman bunga yang indah, tiba2 ia dikejutkan oleh suara langkah kaki orang berjalan gopoh.
Karena takut diketahui, Bloonpun menyelinap bersembunyi di balik sebatang pohon.
Seorang lelaki berpakaian indah bergegas jalan menuju ke sebuah gedung yang indah.
Setelah mengetuk pintu, maka muncul seorang thaykam setengah tua yang bertubuh gemuk Lelaki berpakaian indah itu segera dipersilahkan masuk.
Karena ingin tahu siapa mereka mereka, Blo'on dengan langkah hati2 menghampiri jendela Dari jendela itu ia dapat menangkap pembicaraan yang terjadi dalam ruang.
"Gui tayjin"
Kata tetamu itu.
"hamba diutus Cian-bin-longkun Buyung Kiong toaya untuk menyampaikan surat kepada Gui loya disini."
Blo'on terkejut mendengar nama Cian-bin-long-kun disebutsebut. Ia makin lekatkan telinganya untuk mendengarkan.
"Hai, mengapa terjadi begini !"
Tiba2 Gui Thaykam bereru keras.
"Buyung Kiong harus bertanggung jawab atas kehilangan peti harta karun itu."
Kemudian Gui Thaykam menatap lelaki itu "Lalu bagaimana tindakan yang dilakukan oleh tuanmu ?"
"Buyung loya sudah mengirim orang untuk mencari ke pulau itu lagi."
Sahut lelaki berpakaian indah.
"Hm,"
Dengus Gui thaykam.
"sesungguhnya masih banyak sekali harta yang hendak kuserahkan kepadanya. Tetapi kalau dalam percobaan pertama itu. dia tak mampu menjaga, akupun tak mau menaruh kepercayaan kepadanya lagi."
Tetamu itu tertawa.
"Tetapi Gui tayjin harap ingat, bahwa banyak sekali rahasia tayjin yang diketahui Buyung loya .
"
Gui thaykam berobah wajahnya.
"Adakah Buyung Kiong menceritakan hal itu kepadamu ?"
Tanyanya dengan gopoh.
"Tidak tayjin"
Sahut tetamu itu.
"hanya Buyung loya menyampaikan pesan kepada hamba bahwa Buyung loya tetap akan setia kepada tayjin dan takkan membocorkan segala rahasia tayjin selama ini".
"Hm.
"
Gai thaykam mendengus. Dipandangnya orang itu dengan tajam, lalu bertanya.
"Siapakah engkau ini ?"
"Hamba orang kepercayaan Buyung loya, nama hamba Utti Siang yang dikenal orang sebagai Cian jiu- sin git ...
"
"O. engkau dari partai Kay-pang ?"
Tukas Gai thaykam.
"Bukan"
Sahut Utti Siang.
"tetapi dari Jiong pang, partai Jembel, pecahan dari Kay pang".
"Apakah kedudukanmu ?"
"Hamba yang rendah ini telah dipercaya oleh kawan2 untuk menjabat sebagai ketua Jiong-pang cabang kota raja". Terkejut Blo'on mendengar keterargan itu. Kini dia baru tahu bahwa Jiong-pang telah menjadi kaki tangan Cian-binlong- kun dan Cian-bin-long-kun bersekutu dengan Gui thaykam. Mengetahui hal itu, mulai timbul keinginan Blo'on untuk mengetahui lebih jauh, apakah yang hendak diberikan Gui taykam kepada Cian-bin-long kun. Kemudian teringat akan peti2 harta karun di pulau kosong dahulu, seketika terbeliaklah Blo'on. Dari mana harta karun sekian banyak itu ? Apakah milik Gui thaykam sendiri?.
"Ah, tak mungkin."
Pikirnya.
"Baiklah,"
Kata Gui thaykam.
"besok pagi aku akan kirim orang membawa surat kepada Cian bin long-kun". Ketika Utti Siang tinggalkan istana itu. Gui thaykam memandanguya dengan tajam dan wajahnya menampil hawa pembunuhan.
"Apabila aku gagal melakukan rencana, Cian-bin long-kun, Utti Siang itu harus dilenyapkan katanya dalam hati. Gui thaykam masuk dan menutup pintu lagi. Bloon pikir, itulah saatnya ia harus bertindak. Segera ia keluar dari tempat persembunyiannya dan langsung mengetuk pintu. Pintu terbuka dan seorang bujang segera menyapa ; 'Siapa dan mau apa engkau ?"
"Aku prajurit Gi-Iim-kun yang diutus oleh Hong ciangkun untuk menghadap Gui thaykam"
Sahut Blo'on.
"Tunggu"
Kata bujang itu seraya masuk. Tak berapa lama ia keluar lagi dan menipersilahkan Blo'on.
"Gui tayjm menunggu di ruang tengah,"
Kata bujang itu. Ketika berhadapan dengan Gui thaykam, terpaksa Blo'on memberi hormat . 'Hamba diutusi Hong ciangkun untuk mengundang tayjin ke gedung kediaman Hong ciangkun."
Gui thaykam kerutkan dahi. Tak pernah selama ini, Hong Kim ciang mengundangnya, biasanya kepala Gi-lim-kun ituo yang datang terkunjung kepadanya.
"Mengapa Hong ciangkun tidak datang sendiri?"
Tegurnya.
"Hong ciangkun sedang memeriksa seorang tangkapan penting maka terpaksa tak dapat menghadap tayjin,"
Tiba2 Blo'on mendapat pikiran untuk mengelabuhi thaykam.
"Seorang tangkapan? Mengapa dia mengundang aku kesana?", Gui thaykam makin heran.
"Tangkapan itu seorang utusan dari Cian-bin-long-kun yang diketemukan masuk ke dalam istana ini tanpa seijin Hong ciangkun".
"Hai"
Serentak Gui thaykam melonjak bangun "tangkapan itu. siapakah ?"
"Entah, tayjin"
Kata Blo'on "hamba tak tahu hal itu."
Bergegas Gui thaykam segera melangkah ke luar dan Blo'on pun mengikutinya dari belakang.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dari gedung kediaman Gui thaykam ke gedung tempat tinggal Hong Kun ciang yang dekat dengan markas Gi-lim-kun, cukup jauh dan harus dilalui beberapa lorong.
Saat itu mereka tengah berjalan melalui sebuah halaman.
Di kedua tepi lorong yang terbuat daripada batu marmar putih itu, tumbuh beberapa batang pohon go tong.
Melihat disekeliling tempat itu sunyi senyap tiada seorang penjaga ataupun dayang, BIo'on segera bertindak.
Tiba2 ia loncat menerkam tengkuk Gui thaykam.
"Ua ..."
Erang kebiri itu menjerit kesakitan tetapi suaranya tak dapat meluncur keluar karena tercekik oleh tangan Blo'on yarg kuat.
"Hayo, engkau minta mati atau hidup ?"
Bentak Blo'on.
"kalau minta mati segera kucekik lehermu. Kalau minta hidup, engkau harus menjawab pertanyaanku."
"Ya. ya ... hohan ... aku minta , . hidup"
Gui thaykam menjawab dengan tersekat-sekat.
"Kalau minta hidup, jangan berteriak dan harus menjawab pertanyaanku dengan jujur."
"Siapa ... hohan ini ?"
"Tak perlu tahu, Engkau hanya harus menjawab tak boleh bertanya !"
Gui Thaykam adalah orang kebiri yang paling berkuasa dan berpengaruh dalam istana. Mentri2 pun takut kepadanya Tetapi saat itu. dia tak dapat berkutik menghadapi Blo'on.
"Dari mana engkau memperoleh harta karun yang engkau suruh Cian-bin-long-kun sembunyikan dalam pulau kosong itu ?"
Tanya Bloon. Kejut Gui thaykam bukan alang kepalang. Gemetarlah sekujur badannya seperti orang sakit demm. Bagaimana hohan atau orang gagah,yang dihadapannya itu tahu akan rahasia hartakarun itu? "Hohan", katanya kemudian.
"jika engkau mau bekerja sama dengan aku, aku bersedia untuk membagi harta itu kepadamu."
"Bekerja-sama bagaimana ?"
Tanya Blo'on.
"Akan kualihkan kepercayaanku dari tangan Cian-bin longkun kepadamu".
"Oh ", tiba2 Bloon mendesis.
"Mengapa ?"
Tanya Gui thaykam.
"Karena aku kenal baik deugan Cian-bin-long-kun."
"O, diakah yang memberitahu rahasia itu ke padamu ?"
Tanya Gui thaykam.
"Bukan dia tetapi seorang sahabat lain".
"Siapa ?"
"Ketua partai Jong pang di kotaraja ini,"
"Utti Siang !* seru Gui thaykam terkejut.
"Ya, kenapa?"
"Mengapa dia memberitahu hal itu padamu?"
"Ham, rahasia itu sudah diketahui orang banyak. Cian binlong kun dengan bangga malah memberitahu kepada setiap sahabatnya agar orang menganggap dia memang berpengaruh karena menjadi kepercayaan Gui thaykam."
"Oh ...
"
Gui thaykam mengeluh.
"celaka benar manusia itu. Walaupun berpengaruh tetapi aku mempunyai banyak musuh yang bersembunyi. Mereka mencari kesempatan untuk menjatuhkan aku."
"Lalu bagaimana maksudmu?"
Tanya Blo'on.
"Apakah engkau sanggup membasmi Cian-bin-long-kun dan Utti Siang?"
Tanya Gui thaykam. Blo'on tak mau segera menyahut. Beberapa saat kemudian baru ia berkata .
"Ah, mungkin sukar. Kepandaianku seimbang dengan kedua orang itu. Kalau mereka berdua mengerubut, aku tentu kalah."
"Engkau dapat mencari orang yang berkepandaian tinggi untuk membunuh mereka. Berapa dia menghendaki pembayarannya, aku sanggup menyediakan"
"Ah, memang banyak jago2 sakti yang dapat membunuh kedua orang itu. Tetapi sukar untuk mencari yang mau melakukan pembunuhan itu"
"Mengapa ?"
Tanya Gui thaykam.
"Cian-bin-long kun besar pengaruhnya dan banyak sekali sahabatnya. Dia selalu terbuka tangan membantu keperluan setiap orang persilatan yang membutuhkan bantuan. Di kota raja, namanya harum sekali."
"Ah, memang dia seorang manusia yang licin, manusia seribu muka,"
Gui thaykam menghela napas.
"Tetapi engkau memang perlu dengan manusia semacam itu !"
"Tidak."
Sahut Gui thaykam.
"dia berimulut besar, tak dapat menyimpan rahasia. Berbehaya orang semacam itu, harus lekas2 dilenyapkan".
"Ya. tetapi dia tinggi ilmusilatnya dan banyak sahabat."
"Apakah engkau benar2 tak mampu membunuhnya ?", Gui thaykam menegas.
"Kalau aku mempunyai ilmu kepandaian yang istimewa, rasanya tentu dapat membunuh kedua orang itu."
"Hai."
Gai thaykam merenung sampai beberapa lama. Tiba2 wajahnya berseri-seri. serunya .
"Ada sebuah jalan yang akan membuat engkau sakti dan tentu dapat mengalahkan Cianbin- long kun".
"Apakah itu ?"
Tanya Blo'on.
"Tetapi engkau harus berjanji setia padaku."
Blo'on merenung diam.
"Bagaimana ? Apakah engkau tak mau bekerja sama dengan aku ?"
Desak Gui thaykam.
"salah sekali kalau engkau menolak tawaranku ini. Engkau akan jadi seorang yang kaya, berkuasa dan berpengaruh dalam kota-raja."
"O, cobalah engkau ceritakan dahulu rencanamu itu. Kalau memang benar begitu sudah tentu aku mau saja bekerja-sama dengan engkau". Gui thaykam memandang ke sekeliling tempat itu sejenak lalu berkata .
"Disini bukan tempat untuk bicara. Mari kita kembali ke gedung kediamanku lagi."
Bloon terkejut.
Kalau nanti tiba2 orang kebiri itu berbalik pikirannya dan memerintahkan penjaga untuk menangkap dirinya, bukankah ia akan celaka ? Tetapi jika ia tak mau menuruti kehendak thaykam itu, tentu ia tak dapat mengetahui rencana yang akan dilakukan thaykam jahat itu.
"Hm, pokoknya, apabila dia bertindak mencurigakan, tentu akan kuringkusnya dulu"
Akhirnya ia mengambil keputusan dan segera mengikuti thaykam itu kembali ke gedung kediamannya. Blo'on dibawa ke dalam sebuah kamar rahasia dan mulailah Gui thaykam menguraikan rencananya .
"Harta karun yang ditanam dipulau kotong itu memang berasal dari istana ini,"
Thaykam itu muiai menutur.
"O kalau begitu harta itu tidak halal,"
Blo'on menukas buru2.
"Ya, memang tak halal,"
Sahut Gui thaykam "tetapi apakah harta itu juga diperoleh dengan halal juga "
"Entahlah, Kata orang raja itu tentu kaya raya"
"Sesungguhnya harta itu juga dari rakyat. Mereka diharuskan membayar pajak yang berat, menyerahkan barang upeti."
"Tetapi bukankah raja juga melindungi keselamatan rakyat dengan memelihara pasukan, membuat jalan, membangun kota dan memajukan kehidupan rakyat "
"Seharusnya begitu"
Kata Gui thaykam tetapi raja yang sekarang ini tidak begitu mengurus urusan negeri. Dia lebih banyak melewatkan hari2 mencari kesenangan dengan para selirnya yang cantik2. Maka setelah baginda wafat, kerajaan mengalami perobahan besar."
"Mengapa?"
Tanya Blo'on.
"Baginda mempunyai banyak sekali putera dan puteri. Tentu setelah baginda wafat, pangeran2 itu akan saling berebut tahta kerajaan. Oleh karena itu lebih dahulu aku mempersiapkan harta besar untuk membantu pangeran yang kuanggap layak dan bijaksana menjadi raja."
"Tetapi bukankah baginda masih segar bugar?"
"Sekarang"
Sahut Gui thaykam.
"tetapi dalam beberapa tahun nanti, baginda tentu sudah...
"
Sudah meninggal ?"
Blo'on mulai curiga.
"Mungkin"
Gui thaykam menghindar.
"karena umur orang tidak dapat diduga2."
"Sekarang masih sehat tetapi beberapa bulan lagi sudah meninggal. Dan memang lebih baik baginda itu diganti dengan salah seorang puteranya,"
Kata Gui thaykam.
"Tayjin menjadi thaykam disini, tetapi mengapa tampaknya tayjin tak senang kepada baginda ?"
Tanya Blo'on.
Entah bagaimana saat itu pikiran Bloon jauh lebih terang dari biasanya.
Memang ada suatu perobahan dalam diri Bloon.
Kalau dahulu dia benar2 seperti orang yang hilang ingatannya.
Sekarang dia sudah agak maju.
Setempo masih linglung, tetapi setempo ingatannya terang, Terutama kalau ia mempunyai keinginan untuk mengetahui sesuatu, makin keras keinginannya itu makin teranglah pikirannya.
Juga dalam halnya dengan Gui thaykam, Blo'on sangat bernafsu sekali untuk membongkar rahasia orang kebiri itu.
Maka pikirannyapun terang.
"Ya, siapapun tentu akan mempunyai pikiran seperti aku apabila menderita nasib seperti aku pula", Gui thaykam menggeram.
"Apakah yang terjadi pada tayjin "
"Dahulu aku ini seorang lelaki normal seperti engkau. Aku bekerja dalam istana ini. Mungkin karena aku masih muda dan rupaku cakap, salah seorang selir baginda telah jatuh hati kepadaku. Tetapi aku tak mau karena aku takut kepada baginda. Mengganggu selir raja, dapat dihukum mati bahkan seluruh keluarganya juga akan ditumpas".
"O,"
Desuh Blo'on.
"tetapi bukan salah tayjin karena selir itu yang suka kepada tayjin".
"Aku sendiri suka kepada salah seorang dayang yang kuanggap cantik. Hubungan kita berjalan secara diam2 tapi makin mesra. Rencana kita, setelah dapat mengumpulkan harta kita akan berhenti bekerja di istana dan akan hidup sebagai rakyat biasa. Dengan modal yang kita kumpulkan itu, aku akan berdagang".
"Pikiran yang baik"
Seru Blo'on.
"Tetapi ternyata selir atau Lo Kui-hui itu sakit hati kepadaku. Diam2 dia telah mengadu kepada baginda bahwa aku telah berlaku kurang ajar kepadanya. Berani masuk kedalam kamar Lo kui-hui dikala Lo kui hui sedang mandi."
"O."
Desuh Blo'on.
"Baginda sangat mencintai Lo kui-hui. Selain muda dan cantik memang Lo Kui-hui itu pandai menyanyi dan menggubah syair, memetik harpa dan pandai sekali mengambil hati baginda".
"Adakah baginda percaya pada pengaduan Lo kui-hui itu ?"
Tanya Blo'on.
"Sangat percaya"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sahut Gui thaykam dengan geram.
"aku segera ditangkap dan dititahkan supaya kelaminku dipotong. Sejak itu aku menjadi seorang kebiri dalam istana. Harapan untuk menikah dengan dayang kekasihku itupun lenyap. Karena putus asa, kekasihku itu bunuh diri"
"O, kasihan benar"
Seru Blo'on.
"mengapa tayjin tak ikut bunuh diri saja ?"
"Sebenarnya saat itu akupun mempunyai pikiran begitu", kata Gui thaykam.
"tetapi pada lain pertimbangan, kuputuskan aku harus hidup terus untuk membalas sakit hatiku dan kematian kekasihku itu. Oleh karena itu aku tetap hidup sampai sekarang. Akupun diam2 melakukan rencanaku. Mengumpulkan harta untuk kugunakan apabila sewaktu2 baginda wafat dan kerajaan timbul perobahan".
"Dan tayjin lalu bekerja-sama dengan Cian-bin-long kun itu ?* "Ya, dialah yang kupercaya untuk menyimpan harta itu disebuah pulau yang tak diketahui orang."
Kata Gui tbaykam.
"tetapi ternyata dia seorang yang tak dapat menyimpan rahasia. Utti Siang dan engkau dan mungkin banyak orang, telah mengtahui ranasia itu. Kalau baginda mendengar hal itu, aku pasti dihukum mati. Karena itu dia dan mereka2 yang tahu rahasia itu harus dilenyapkan".
"Ya, memang"
Blo'on mengangkat bahu.
"tetapi apa daya ?"
"Daya selalu ada,"
Kata Gui thaykam.
"hanya seperti telah kukatakan tadi, asal engkau benar2 mau setia kerjaasama dengan aku."
"Sebelum menyatakan setuju atau tidak, lebih dahulu ingin kudengar apa yang tayjin maksudkan dengan daya itu."
"Begini"
Kata Gui thaykam.
"waktu kerajaan Lam Song jatuh, banyak sekali kitab2 pusaka yang diangkut oleh Kubilai Khan atau baginda Goan tiau ke kotaraja Pakkhia. Kudengar diantaranya terdapat banyak kitab pusaka ilmu kepandaian silat yang sakti".
"O". desuh Blo'on.
"dimanakah sekarang kitab2 pusaka itu disimpan?"
"Di kuil Kuning."
"Lalu maksud tayjin ?"
"Asal engkau mendapatkan salah sebuah kitab pusaka yang berisi ilmu kesaktian, engkau tentu dapat mengalahkan Cianbin- long-kun eh, kabarnya Cian bin long-kun itu mempunyai seorang guru, lhama dari Tibet yang sakti. Tetapi tak apa kuyakin kitab pusaka itu tentu ada yang mengandung ilmu ajaran yang sakti."
"Kata orang, ilmu silat itu tiada batasnya,"
Sambut Blo'on.
"Bagaimana,"
Tanya Gui thaykam.
"apakah engkau setuju apabila mendapat kesempatan untuk mempelajari salah sebuah kitab pusaka itu?"
Blo'on tertegun.
Sesungguhnya ia tak senang belajar silat.
Sejak dulu sampai sekarang.
Tetapi ia pikir, jika kitab pusaka itu tetap berada dalam Kuil Kuning, tentu tiada gunanya.
Dan lagi itu memang bukan milik kerajaan yang sekarang melainkan milik kerajaan Hong.
Tiba2 ia teringar bahwa Sian-li telah berjanji untuk melakukan permintaan kakek penjaga istana di bawah laut.
Yalah hendak memperjuangkan cita2 kerajaan Song.
Alangkah baiknya apabila kitab pusaka itu ia berikan kepada Sian-li.
"Baik, tayjin,"
Sahut Blo'on setelah mendapat pikiran begitu.
"aku setuju. Lalu bagaimanakah caranya aku dapat mengambil kitab itu ?"
"Tentu saja harus membawa suratku,"
Kata Gui thaykam.
Ia suruh Blo'on menunggu, karena ia hendak masuk untuk mempersiapkan surat kepada paderi penjaga Kuil Kuning itu.
Setelah menerima surat, Blo'on segera mintadiri.
Gui thaykampun segera masuk untuk beristirahat.
Belum berapa lama ia duduk, tiba2 muncullah bujang penjaga pintu lagi.
"Tayjin. diluar telah menunggu seorang prajurit Gi-limkun."
Kata bujang itu.
"Prajurit Gilim-kun lagi ? Mengapa yang datang hanya prajurit G-lim kun saja ?"
Gui thaykam berbangkit dan melangkah keluar.
Tetapi baru melangkah dari pintu kamar, tiba2 ia rasakan kepalanya telah dipukul orang sekeras2nya.
Pruk .....
Thaykam itu rubuh tak ingat orang lagi.
Ternyata yang memukul itu adalah bujang tadi.
Bujang itu tertegun dan sebentar memandang Gui thaykam sebentar memeriksa tangannya.
"Aneh, mengapa sekali pukul ia sudah pingsan?"
Gumam bujang itu.
"ah, jangan2 thaykam ini hanya pura2 saja ...
"
Prak ... ia menabok kepala Gui thaykam lagi. Gui thaykam makin lelap dalam pingsannya.
"Hm."
Thaykam ini harus diberi pelajaran yang sesuai."
Kata bujang itu Ia menyeret tubuh Gui thaykam kedalam kamar.
Kedua tangan dan kaki thaykam itu diikat kencang2 pada kaki ranjang, mulutnya disumbat dengan kain robekan kelambu.
Setelah itu baru ia tanggalkan pakaiannya sebagai bujang dan kembali dalam pakaian seorang prajurit Gi lim-kun.
Ah, ternyata ia adalah Blo'on.
Sangguh di luar dugaan bahwa Bloon mempunyai akal untuk meringkus Gui thaykam.
Setelah keluar dan gedung kediaman thaykam itu, ia tak langsung menuju ke Kuil Kuning melainkan berhenti dau bersembunyi di balik sebatang pohon.
Setelah beberapa saat kemudian ia menuju kembali ke gedung thaykam itu dan mengetuk pintu.
Ketika bujang membukakan pintu, tanpa berkata apa2 Blo'on terus menampar mukanya.
Bujang itu menjerit dan dan rubuh dan tak sadarkan diri.
Blo'on melucuti pakaian bujang itu dan memakainya untuk menemui Gui thaykam.
Setelah bertemu, iapun menghantam kepala thaykam itu sampai pingsan.
Demikian setelah membereskan Gui thaykam Blo'on lalu bergegas keluar dari istana.
Berkat mengenakan sebagai prajurit Gi-lim-kun dan membawa surat dari Gui thaykam, dapatlah dengan mudah ia lolos dari pertanyaan para penjaga pintu Istana., Setelah bertanya pada seseorang yang dijumpainya di jalan akhirnya dapat ia mencapai Kuil Kuning itu.
Kepala kuil itu seorang imam tua.
Namanya Thiat Bok tojin.
Dia seorang imam yang berilmu tinggi.
Sudah tiga turunan dia menjadi paderi penunggu Kuil Kuning.
Pada jaman baginda Goan-sicou atau Kubilai Khan, baginda telah menitahkan seorang paderi Ihama dari Mongol untuk menunggu kuil itu.
Kemudian paderi itu meninggal lalu puteranya yang menggantikan.
Memang aneh kedengarannya bahwa seorang paderi mempunyai putera.
Tetapi Ihama itu memang menganut suatu agama aliran tersendiri.
Beda dengan kaum lhama di Mongol maupun di Tibet yang menganut agama Buddha aliran Mahayana dan Hinayana, Dia lebih banyak cenderung menganut ajaran Syiwa.
Dan suatu keanehan lagi dari agama yang dianutnya itu.
Dia boleh menikah.
Tetapi kalau sampai tak punya anak, maka dia harus bunuh diri.
Pun kalau punya anak tetapi anak perempuan, isteri dan anaknya itu harus dibunuh.
Dan setelah mempunyai seorang anak lelaki, isterinya harus diceraikan.
Thiat Bak tojin atau paderi Kayu Besi, mendapat pelajaran ilmu kesaktian dari ayahnya almarhum.
Ilmu itu warisan pusaka dari mendiang ayah, kakek dan moyangnya.
Semua keturunan padri itu memakai nama Bok.
Kakeknya bernama Kim Bok atau Kayu Emas, ayahnya bernama Thong Bok atau Kayu Tembaga dan dia bernama Thiat Bok artinya Kayu Besi.
Sebenarnya Thiat Bok sudah pernah menikah dan punya seorang anak lelaki.
Tetapi isterinya yang diceraikan itu, sakit hati lalu bunuh diri.
Ketika Ang Bok, demikian nama anak itu, sudah berusia delapan tahun, dia tahu bagaimana nasib ibunya yang mengenaskan itu, dia marah lalu minggat dari kuil itu.
Thiat Bok tojin terlongorg-longong ketika berhadapan dengan Blo'on.
"Siapa engkau ?"
Tegurnya beberapa saat kemudian.
"Aku ?"
Balas Bloon.
"aku disuruh .....
"Oh. Ang Bok ...
"
Tiba2 paderi itu berteriak dan terus memeluk Bloon. Karena tak menduga-duga, Blo'on terdekap dalam pelukan paderi itu. Ngok, ngok ..
"Hasssying !"
Blo'on berbangkis keras2.
Ternyata Thiat Bok tojin telah mencium muka Blo'on.
Karena kumis tojin itu menusuk ke dalam lubang hidung Blo'on, pemuda itu berbangkis seketika.
Ingus cair dari hidung Blo'on menyambar muka Thiat Bok sehingga paderi itu terpaksa ngusapnya dengan lengan jubah.
"Oh, Ang Bok, engkau sudah besar"
Kembali tojin itu memeluk Bloon lalu memegang kuncir anak itu.
"Aduh , . , !"
"Aduh , ... !"
Terdengar dua buah jeritan keras yang mengumandangkan rasa kejut dan sakit.
Yang pertama dari mulut Blo'on.
Thiat Bok tojin menarik kuncir Blo'on yang tinggal satu itu.
Sebenarnya ia hendak mengunjukkan rasa mesra tetapi karena batinnya diliputi oleh ketegangan, iapun menarik dengan menggunakan tenaga.
Akibatnya kepala Bloon seperti dicopot kulitrya.
la menjerit kesakitann serentak ia menggigit juga tangan tojin itu.
Maka meluncurlah jeritan kedua dari mulut Thiat Bok tojin karena kesakitan.
"Mengapa engkau menarik rambutku ?", teriak Bloon seraya deliki mata.
"Ah, Ang Bot, sudah begini besar mengapa engkau masih terus memelihara kuncir seperti dulu?"
Kata Thiat Bok tojin dengan tersenyum.
"Apa katamu ? Siapa Ang Bok itu ?"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bukankah engkau ini Ang Bok?"
Blo'on tertawa mengekeh .
"Heh, heh, siapakah Ang Bok itu ? Da manusia atau bukan ?"
"Ah, celaka anak ini"
Seru Thiat Bok tojin "mengapa namamu sendiri engkau tak tahu ?* "Aku bernama Arg Bok ?"
Bloon mendelik "Ah. bagaimana engkau ini. Mengapa engkau berobah aneh sekarang. Padahal dulu engkau seorang anak yang cerdas dan pintar, mengapa sekarang engkau begitu blo'on"
"Gila. kiranya engkau sudah kenal namaku Mengapa masih memanggil Ang Bok !"
"Ang Bok itu kan namamu "
"Bukan !"
Teriak Blo'on.
"aku bukan Ang Bok, Aku Bloon "
Thiat Bok tojin terbeliak. Matanya menyalang lebar2 tetapi pada lain saat ia tertawa .
"Ah kulihat memang engkau banyak berobah. Tak apalah, nanti pe-laban2 engkau tentu akan sadar". Blo'on menyengir.
"Mari kita duduk bercakap2 di dalam"
Thiat Bok tojin segera memegang tangan Bloon, lalu dituntunnya masuk. Bloon diajak duduk didalam sebuah ruang yang bersih.
"Ang Bok, kemanakah engkau selama belasan tahun ini ?"
Thiat Bok mulai bertanya. Blo'on melongo, serunya .
"Aku bukan Ang Bok, jangan panggil dengan nama itu"
Thiat Bok tojin kerutkan kening lalu tersenyum .
"Baiklah, Blo'on, akan kupanggilmu dengan nama itu. Apakah artinya nama, yang penting aku sudah menemukan engkau lagi". Kemudian ia ulangi pertanyaannya tadi.
"Aku berkelana ke-mana2"
Sahut Blo'on, Ia menjawab menurut apa yang telah dialami selama ini. Tetapi celakanya, jawaban itu sesuai dengan apa yang ditanyakan Thiat Bok tojin.
"O, Ang Bok."
Kata Thiat Bok tojin.
"engkau tentu menyalahkan aku berlaku kejam terhadap mamahmu. Tetapi aku tak dapat berbuat apa2. Memang bigitulah peraturan dari aliran agama kita. Engkaupun kelak harus berbuat begitu."
Blo'on makin melongo, serunya .
"Berbuat bagairnana ?"
"Kelak engkau harus beristri. Kalau isteri-mu tak dapat melahirkan anak, engkau harus bunuh diri ...
"
"Gila !"
Seru Blo'on.
"Kalau isterimu melahirkan tetapi anaknya pirempuan. bunuh mereka ...
"
"Edan !"
Blo'on berseru lebih keras.
"Kalau isterimu melahirkan anak laki, ceraikan isterimu itu dan ambillah anaknya ...
"
"Bedebah". Blo'on menjerit sekuatnya sehingga Thiat Bok tojin melonjak kaget.
"Eh, mengapa engkau ini ?"
Tanyanya.
"Siapa yang engkau suruh beristeri itu ?"
"Engkau."
"Tidaaakkk !"
Blo'on menjerit.
"Lho, engkau ini bagaimana"
Kata Thiat Bok tojin.
"bagaimana engkau akan mempunyai keturunan kalau engkau tidak beristeri ?"
"Eh. tojin, engkau ini waras atau gila ?' tiba2 Blo'on deliki mata.
"Ah, janganlah engkau berlaku kurang adat terhadap ayahmu Ang Bok."
"Hah ? Siapa ayahku ? Engkau ?"
Bloon mendelik.
"Ya. mungkin engkau lupa karena sudah dua belas tahun engkau pergi. Tetapi aku tak lupa. Sejak kecil rambutmu memang dibuat begitu"
"Bukan ... ! Aku bukan anakmu ! Aku tidak sudi mempunyai ayah seperti engkau!"
Bloon berteriak seperti orang gila. Thiat Bok tojin menghela napas dan geleng-geleng kepala. Ia tetap menyangka bahwa Bloon yang dalam pandangannya adalah Ang Bok, tentu masih marah kepadanya.
"Ya, ya, baiklah, aku takkan memaksa engkau"
Katanya sesaat kemudian.
"lalu apakah maksud kedatanganmu kemari ?"
"Aku disuruh Gui thaykam untuk menyerahkan surat."
"Gui thaykam ? Apakah engkau bekerja ke padanya ?"
"Tidak ... ah, pokoknya, terimalah surat dari Gui thaykam."
Kaia Blo'on seraya menyerahkan surat dari Gui thaykam. Thiat Bok tojin menyambutl dan membaca.
"O, baik,"
Kata paderi Itu dengan tertawa gembira.
"sekalipun Gui thaykam tak menyuruh begini, akupun tetap hendak memberimu kitab pusaka yang paling berharga dalam kuil ini."
"Mengapa ?"
Tanya Blo'on melongo.
"Karena ... '. karena engkau adalah Ang Bok".
"Tidak I Aku tidak sudi menerima kitab pusaka itu !"
"Eh, mengapa engkau ini ?"
"Karena kalau menerima aku lantas jadi Ang Bok anakmu,"
Kata Bloon seraya terus berbangkit.
"sudahlah, aku hendak pergi".
"Hai !"
Thiat Bok tojin terkejut dan buru2 mencegah.
"lalu bagaimana dengan kitab pusaka yang diperintahkan Gui thaykam iiu ?* "Antarkan sendiri kepadanya Aku hendak pergi merantau lagi"
Blo'on terus hendak angkat kaki.
"Jangan,"
Cepat Thiat Bok menghadang.
"jangan engkau pergi lagi. Baiklah, kalau engkau tak mau kupanggil Ang Bok, akupun tak memaksa, tetapi engkau harus melakukan perintah Gui thaykam. Akan kupilihkan sebuah kitab dari kerajaan Song yang sekarang sudah tak ada keduanya lagi dalam dunia. Kitab pusaka itu berisi pelajaran ilmu tutukan jari yang luar biasa."
Blo'on tetap menolak.
"Tidak, aku tak mau meterima kitab pemberianmu. Berikan saja kepada raja."
Thiat Bok mendapat kesan bahwa pemuda itu agak kurang waras pikirannya. Ia mengeluh. Kalau anaknya mempunyai penyakit, wah, kelak tentu tak dapat melanjutikan menjaga kuil itu. Kalau memang anak itu gila, harus diobati.
"Begini saja"
Katanya, 'aku tak memaksa engkau menerima kitab itu.
Tetapi akan kuajak engkau melihat lihat dulu perpustakaan kitab pusaka itu.
Selain dari kerajaan Song, juga dari kerajaan Tong dan bahkan Han.
Banyak sekali kitab2 kuno yang berisi ilmu pelajaran yang sekarang sudah jarang terdapat di dunia lagi".
Blo'on tertegun.
Ia teringat akan sumoaynya Sian-li.
Agar Sian-li dapat melaksanakan janjinya kepada kakek penunggu istana Kay te-kiong, dia harus memiliki kepandaian ilmu silat yang sakti.
"Baiklah.
"
Akhirnya Blo'on lunak juga hatinya.
"aku ingin melihat-lihat". Thiat Bok tojin segera metnbawanya ke sebuah ruang sembahyang. Tetapi ruang itu tak terdapat apa2, kecuali sebuah meja sembahyang terbuat dari batu marmer putih dan beberapa arca dewa2. Thiat Bok tojin menyulut dupa lalu berlutut di depan meja arca. Setelah itu ia berbangkit lalu mendorong salah sebuah arca. Terdengar bunyi berderak-derak dan meja marmer putih itupun mulai bergerak-gerak ke samping. Akhirnya terbukalah sebuah lubang.
"Hayo, kita masuk", kata Thiat Bok tojin teraya mendahului turun ke titian batu yang merun ke bawah. Ternyata ruang perpustakaan yang menyimpan berbagai kitab pusaka kuna berada di sebuah ruang dibawah tanah. Baginda tahu bahwa kitab2 pusaka itu sudah tiada lagi di dunia maka baginda khusus menitahkan membuat sebuah ruang dibawah tanah yang hanya dapat dibuka dan ditutup dengan sebuah alat rahasia. Blo'on hanya melongo ketika melihat beberapa rak lemari yang penuh dengan kitab2.
"Cobalah engkau pilih sendiri."
Kata Thiat Bok tojin. Sedangkan diapun memilih sebuah kitab pusaka yang berisi ilmu tutukan jari. Tak berapa lama, tojin itu mengambil sebuah kitab yang kulitnya terbuat dari sutera kuning.
"Inilah kitab pusaka yang hendak kuberikan kepadamu itu, Judulnya It-ci-coat-sin-kang atau ilmu tutukan Sebuah Jari yang tak ada tandingnya di dunia.
"Hanya dengan sebuah jari?"
Tanya Blo'on Thiat Bok tojm mengangguk .
"Ya, hanya dengan tutukan sebuah jari, lawan tentu sudah rubuh. Ilmu itu sudah jarang terdapat dalam dunia persilatan. Jika engkau dapat memahami kitab pusaka itu, kelak engkau tentu menjadi seorang tokoh persilatan yang tiada lawannya". Blo'on geleng2 kepala .
"Sayang, aku tak suka belajar ilmusitat. Karena orang yang mengerti ilmusilat tentu akan sombong dan menganggap diriaya paling sakti lalu mencari2 musuh."
"Ya, memang agak benar."
Kata Thiat Bok tojin.
"tetapi sesungguhnya orang yang benar2 mengerti ilmusilat tinggi, bahkan tak suka berkelahi dan tak mau menonjolkan diri. Hanya mereka yang kepandaiannya baru setengah matang tentu suka membanggakan diri. Tetapi engkau harus ingat. Hidup dalam jaman ini, orang harus mengerti ilmu silat untuk membela diri. Kalau tidak tentu sering dipermainkan orang."
"Pokoknya aku tak mau belajar silat !"
Tukas Blo'on. Thiat Bok tojin menghela napas.
"Ya, pengalamanlah yang akan menyadarkan pikiranmu. Memang sukar dipaksa untuk belajar sesuatu apabila orang tak tahu kepentingannya. Kitab pusaka It-ci coat sln kang ini, harap engkau terima dan haturkan kepada thaykam. Sebagai terimu kasihku atas bantuanmu, silahkan engkau memilih kitab mana yang engkau kehendaki."
"Ah, buat apa ?"
"Eh, engkau ini bagaimana. Semua kitab pusaka disini berjumlah sepuluh ribu. Berasal dari berbagai jaman dan berisi berbagai macam ilmu pengobatan, silat, barisan, senjata gelap, Ya. pokoknya, banyak yang sekarang ini sudah tak terdapat di dunia. Pilihlah, mungkin berguna kepadamu. Kalau engkau tak suka belajar silat, pilih saja ilmu pengobatan, Engkau dapat menolong orang berbuat kebaikan kepada rakyat". Pikir2 Blo'on merasa ucapan paderi Thiat Bok itu memang benar juga. Kalau ia dapat mengerti ilmu obat-obatan, ia dapat menolong orang yang menderita sakit.
"Ya."
Akhirnya ia mengalah.
"pilihkan saja yang mana."
Diam2 Thiat Bok tojinu telah merencanakan.
Dia menghendaki agar 'puteranya' itu memiliki ilmu sitat yang lihay.
Maka segera ia menghampiri kasimpanan kitab pusaka ilmusilat dan mengambil sekenanya.
Pikirnya, apapun yang diambilnya itu tentu memuat ilmu silat yang sakti".
"Inilah", katanya seraya menyerahkan kitab pusaka itu.
"apabila engkau tekun mempelajari, engkau tentu akan menjadi dewa penolong manusia yang termasyhur."
Tanpa banyak bicara Blo'onpun menyambuti kitab tipis dan kecil itu lalu disimpan dalam bajunya.
Ketika keluar dari ruang rahasia itu, sekonyong-konyong diluar terdengar derap langkah beberapa belas oraag dan pada lain saat pintu kuil pan segera di debur.
"Buka pintu"
Teriak seseorang dengan nada keras Thiat Bok tojin segera membuka pintu. Ia terkejut ketika melihat diluar pintu kuil telah siap berjajar-jajar puluhan prajurit Gi-lim-kun dengan senjata terhunus.
"Maaf tojin, kami hendak menangkap seorang pemuda yang menyaru jadi prajurit Gi-lim kun, Dimanakah dia sekarang ?"
Thiat Bok tojin terbeliak .... ^oo0dw0oo^
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jilid 28 Tabib blo'on.
Setelah termangu sesaat, Thiat Bok tojinpun segera menyadari siapa yang dimaksud sebagai prajurit Gi-lim-kun palsu itu, tentulah pemuda Bloon yang berada dalam ruang kuil itu.
Ia heran mengapa pemuda itu seorang prajurit Gi-lim-kun palsu.
Bukankah tadi dia mengatakan kalau diutus oleh Gui thaykam? "Wisu* kata kepala kuil Kuning itu"
Pinto percaya bahwa sicu sekalian sebagai prajurit Gi-lim-kun tahu akan peraturan dalam keraton."
"Uh, mengenai soal apa ?"
Tanya kepala kelompok Gi lim kun itu.
"Bahwa Kuil Kuning ini merupakan tempat suci penyimpan kitab2 pusaka jaman dahulu. Oleh karena itu, baginda telah mengeluarkan firman tak boleh setiap orang datang kemari tanpa membawa surat jalan dan baginda."
"Tetapi kami diperintah oleh Gui thaykam !", seru prajurit Gi-lim kun itu.
"Mana surat perintahnya?"
Tanya Thiat Bok tojin. Kembali prajurit Gi-Hm-kun itu termangu2.
"Kami hanya mendapat perintah dari Hong ciangkun bahwa atas perintah Gui thaykam, kami disuruh menangkap seorang prajurit Gi-lim-kun palsu yang menuju ke Kuil Kuning,"
Katanya sesaat kemudian.
"Disini tak ada prajurit Gi-lim-kun palsu,"! jawab kepala Kuil Kuning itu. Prajurit Gi lim kun kerutkan kening, bersangsi.
"Ah, tak mungkin Gui thaykam keliru memberi perintah"
Katanya.
"Apa kata Gui thaykam ?"
Tanya Thiat Bok "Gui thaykam mengatakan bahwa dialah yang menyuruh prajurit palsu itu ke Kuil Kuning untuk mengambil kitab pusaka". Tiba2 Thiat Bok tojin tertawa.
"Aneh. aneh,"
Serunya.
"jika Gui thaykam sendiri yang menyuruh, mengapa sekarang dia hendak menangkapnya ?"
"Karena tahu bahwa prajurit itu palsu !"
"Kalau tahu prajurit itu palsu, mengapa masih diperintah mengambil kitab pusaka ke Kuil Kuning ?"
Thiat Bok tojin balas bertanya.
"Akh, prajurit itu mendesuh.
"sebelumnya tentulah Gui thaykam tak tahu kalau prajurit itu palsu."
"Itu urusan Gui thaykam,"
Thiat Bok tojin mengangkat bahu.
Prajurit Gi-lim-kun itu heran.
Mengapa kepala Kuil Kuning sedemikian getas sikapnya.
Pada hal yang memerintahkan kelompok Gi-lim-kun mencari ke Kuil Kuning itu adalah Hong ciangkun yang menerima perintah dari Gui thaykam.
"Thiat totiang"
Kata kepala kelompok prajurit Gi-lim-kun itu pula. Rupanya ia paksakan diri untuk berlaku sabar.
"kami hanya diperintah oleh Gui thaykam dan Hong ciangkun. Sudah tentu perintah itu harus kami laksanakan sebaik-baiknya. Jika totiang tak keberatan kami mohon izin untuk memeriksa kedalam kuil."
Thiat Bok tojin tertawa dingin.
"Itu sama saja engkau hendak menghina aku".
"Tidak totiang."
"Sudah kukatakan prajurit palsu itu tak berada di kuil Kuning ini, untuk apa engkau masih hendak menggeledah kuil ? Apakah itu bukan berarti tak percaya kepada omonganku ?"
"Tetapi jika totiang berkata dengan sejujurnya, apakah keberatan totiang untuk mengizinkan kami memeriksa ke dalam kuil ?"
Prajurit itu mengembalikan pertanyaan. Thiat Bok tojin kerutkan alis.
"Sudah kukatakan bahwa Kuil Kuning itu langsung di bawah penilikan baginda. Setiap orang yang hendak masuk ke kuil ini harus membawa surat dari baginda. Tetapi engkau tak memenuhi syarat itu terpaksa kutolak. Lalu engkau hendak mohon memeriksa kuil. Eh, aturan macam apakah ini ?"
"Tugas yang mewajibkan begitu"
Balas prajurit Gi-lim-kun "jika totiang menolak, maaf, terpaksa kamipun hendak melanjutkan pemeriksaan".
"Baik, cobalah kalau kalian mampu"
Setiap anggota prajurit Gi lim-kun tentu terpilih dari jago2 silat yang memiliki kepandaian tinggi.
Demikian juga dengan kepala kelompok Gi-lim-kun itu.
Dia bernama Ui Pok bergelar Tombak angin.
Dahulu seorang penyamun yang termasyhur dari daerah Kwan-gwa atau perbatasan.
"Baik, totiang aku terpaksa akan berlaku kurang hormat"
Kata Ui Pok seraya melangkah maju. Tombak tetap dipegang dalam tangan kanan.
"Berhenti"
Tiba2 Thiat Bok tojin songsongkan tangan kanannya kemuka.
Ui Pok terkejut ketika rasakan tubuhnya dilanda oleh segulung angin tenaga yang kuat hingga ia berhenti.
Untunglah sebelumnya ia sudah kerahkan tenaga-dalam untuk melindungi tubuhnya.
Namun tak urung gemetarlah badannya, ketika terlanda gerakan tangan kepala Kuil Kuning itu.
"Maaf totiang,"
Tiba2 Ui Pok mengangkat tombak lalu dengan gerak secepat kilat menusuk tangan tojin itu.
Dan ketika Thiat Bok tojin menarik pulang tangannya, Ui Pokpun sudan menyusuli pula dengan tutukan ke kaki orang tua Itu.
Betapapun ia tak mau melakukan serangan maut.
Maksudnya cukup untuk melukai sedikit anggauta tubuh tojin itu.
Tetapi diluar dugaan tusukan tombak Ui Pok itu hanya mengenai lantai dan sebelum ia sempat menarik pulang tombak, tiba2 Thiat Bok tojin meluncur turun, menginjak ujung tombak itu.
Krak .....
Putuslah ujung tombak Ui Pok.
Seketika kepala kelompok prajurit Gi-lim-kun itu pucat wajahnya.
Sudah berpuluh tahun ia mengangkat nama dengan tombak sakti itu tetapi kini dalam sekall dua kali gebrak saja, tombak itu sudah dipatahkan oleh Thiat Bok tojin.
"Serang "
Serentak ia berteriak memberi perintah kepada anakbuahnya.
Bagaikan tawon keluar dari sarangnya, beberapa prajuril Gi lim-kun segera berhamburan menyerang Thiat Bok tojin.
Tapi kepala Kuil Kuning itu tak gentar.
la menghadapi mereka dengan tenang.
Namun sesungguhnya Thiat Bok tojin mempunyai pertimbangan tersendiri.
Pertama, ia memang merasa telah mempersulit tugas kelompok Gi-lim-kun.
Ia mengatakan prajurit palsu itu tak berada dalam kuil, pada hal ada.
Tetapi ia tak mau menyerahkan pemuda itu karena percaya bahwa pemuda itu adalah puteranya yang hilang dahulu.
Maka Thiat Bok tojin mengambil pertimbangan, tetap melindungi Bloon tetapipun tidak mau melukai para prajurit Gi -lim-kun itu.
Dengan demikian walaupun ia sebenarnya dapat mengalahkan tetapi terpaksa ia tak mau melancarkan serangan sungguh2.
Setelah beberapa waktu pertempuran itu tak memberi hasil suatu apa, tiba2 Thiat Bok tojin berseru .
"Berhenti "
Rupanya prajurit2 Gi-lim-kun itu masih mengindahkan juga kepada kepala Kuil Kuning. Apalagi dalam pertempuran itu, mereka menyadari bahwa Thiat Bok itu memang seorang imam yang berilmu tinggi. Serempak mereka hentikan serangannya.
"Aku hendak bertanya"
Seru Thiat Bok.
"Silahkan totiang"
"Mengapa prajurit palsu itu hendak ditangkap?"
Seru Thiat Bok tojin.
"Menurut keterangan Hong ciangkun, prajurit palsu itu telah mencekik Gui thay , ...
"
"Hai !"
Thiat Bok tojin menukas kaget.
"ia berani mencekik Gui thaykam ? Apakah Gui thaykam mati ?"
"Tidak."
Sahut kepala dari kelompok Gi-lim-kun itu.
"hanya pingsan lalu diikatlah tubuh Gui thaykam dengan tali".
"Mengapa dia melakukan hal itu ?"
Seru ke pala Kuil Kuning sambil kerutkan dahi.
"Entahlah, totiang."
Sahut prajurit itu.
"Goblok !"
Tiba2 terdengar sebuah seruan yang memaki prajurit itu. Thiat Bok tojin dan sekalian prajurit Gi lim kun tersentak kaget dan serempak berpaling kebelakang.
"Wahai ! Dari pintu Kuil Kuning muncul keluar seorang prajurit Gi lim kun yang gundul. Pakaiannya seperti Gi Iim kun tetapi tak mengenakan topi. Sedang kepalanyapun gundul, memelihara sebatang kuncir di atas kepala samping kanan.
"Engkau ... !"
Teriak Thiat Bok tojin seperti disambar petir kejutnya.
"Hai itu dia yang kita cari !"
Teriak kepala prajurit Gi lim kun seraya lari menghampiri.
"Hai.... mengapa totiang ?"
Tiba2 Ui Pok kepala kelompok Gi-lim-kun itu memekik kaget ketika Thiat Bok tojin menghadang jalannya.
"Selama dia masih berada dalam kuil, aku tak mangizinkan engkau menangkapnya. Kecuali engkau membawa surat firman dari baginda"
Kata Thiat Bok tojin dengan wajah sarat. Ui Pok meeyeringai.
"Hm, rupanya tojin memang hendak melindungi orang itu."
"Siapa bilang ?"
Tiba2 prajurit Gi-lim-kun yang aneh atau bukan lain Blo'on itu berseru seraya melangkah menghampiri ke tempat mereka.
"mau apa kalian ?"
Thiat Bok tojin makin kelabakan. Dia telah berusaha setengah mati untuk melindung tetapi anak itu malah nongol dan cari gara2.
"Kami diperintankan Hong ciangkun untuk menangkapmu."
Seru Ui Pok.
"Mengapa ?"
Tanya Bloon.
"Karena engkau telah menganiaya Gui thay kam !"
"Menganiaya ?"
Blo'on menegas.
"engkau memang prajurit gila. Justeru aku malah membantu baginda untuk menangkap seorang hianat, mengapa malah hendak ditangkap ?"
Ui Pot terkejut .
"Panghianat ? Siapa yang engkau sebut penghianat itu ?"
"Gui tkaykam !"
Seru Blo'on. Ui Pok terkejut sampai menyurut mundur setengah langkah. Demikian pula Thiat Bok tojin. Dia terlongong-longong.
"Jangan banyak mulut !"
Sesaat kemudian prajurit Gi-lim kun itu membentak keras dan terus maju.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jangan !"
Kembali Thiat Bok tojin lintangkan tangannya mencegah. Ui Pak kerutkan dahi . Ei, mengapa totiang masih menghalangi pekerjaanku ? Adakah totiang tak takut akan terlibat dalam perkara ini? "Terlibat bagaimana ?"
"Totiang mengatakan kalau tak ada seorang prajurit palsu yang datang ke kuil iini. Tetapi ternyata memang ada. Itupun masih ditambah pula totiang hendak menghalangi tugas yang kami terima dari Gui thaykam untuk menangkap dia !"
"Telah kukatakan", sahut Thiat Bok tojin, bahwa Kuil Kuning ini langsung dibawah perintah baginda. Tak peduli siapapun juga, jika tak membawa surat firman dari baginda, tak dibenarkan masuk ke kuil."
"Hmm, terlalu keras kepala benar totiang ini", dengus Ui Pok. Namun ia tak berani bertindak sembarangan karena tahu bahwa imam kepala Kuil Kuning itu sakti sekali. Tiba2 ia menghampiri anakbuahnya dan memberi perintah dangan bisik2. Merekapun segera berpencar diri untuk mengepung kuil itu.
"Baiklah totiang,"
Kata Ui Pok kepada kepala Kuil Kuning, silahkan totiang masuk".
"Hm, kalian hendak mengepung Kuil Kuning ini? Apa maksudmu ?"
Tanya Thiat Bok tojin.
"Totiang, kita adalah sama2 mengabdi kepada kerajaan. Wajiblah kalau kita saling menghormati hak dan kewajiban masing2", kata Ui Pok.
"totiang berkeras meminta surat perintah dari baginda, baiklah, karena Hong ciangkun memang tak memberi, kamipun tak dapat mengunjukkan surat perintah itu. Oleh karena itu kamipun menghormati kewajiban totiang dan takkan masuk kedalam kuil."
"Tetapi mengapa kalian mengepung kuil ini?"
Tanya Thiat Bok tojin pula.
"Kami akan menunggu di luar kuil. Apabila prajurit palsu itu keluar dari kuil. maka akan kami tangkap. Dan hal itu sudah bukan menjadi hak kekuasaan totiang lagi untuk melarang,"
Kata Ui Pok.
Thiat Bok tojin kerutkan dahi.
Apa yang dikatakan prajurit Gi-lim-kun itu memang tepat.
Tetapi bagaimanapun halnya, ia tetap akan melindungi 'puteranya itu.
Sebelum Thiat Bok tojin sempat mengambil keputusan, tiba2 Bloon melangkah keluar di pintu kuil dan berseru .
"Inilah, aku sudah berada di luar kuil, kalau mau menangkap, silahkan saja,"
Ia berseru. Kembali Thiat Bok tojin terkejut, serunya.
"Ang Bok ... !"
Kepala kelompok prajurit itu terkesiap. Cepat ia bertanya .
"Totiang, siapakah yang totiang maksudkan Ang Bok itu ?"
Sebelum Thiat Bok menyabut, Blo'on sudah melengking .
"Aku bukan Ang Bok !"
Ui Pok kepala kelompok Gi lim-kun itu bingung.
Dipandangnya Thiat Bok tojin dengan heran.
Juga kepala Kuil Kuning itupun tertegun.
Ia tak tahu bagaimana harus mcncairkan keadaan saat itu.
Ui Pok segera menghampiri kemuka Thian Bok tojin dan berkata dengan berbisik .
"Totiang siapakah yang totiang sebut dengan nama Ang Bok itu ?"
Thiat Bok tojin menghela napas.
"Apakah prajurit itu ?"
Ui Pok mendesak. Thiat Bok tojin mengangguk.
"O, dia mungkin mempunyai hubungan dengan totiang ?"
Tanya pula Ui Pok, Kembali Thiat Bok tojin mengangguk.
"O."
Ui Pok tertegun.
"tetapi perintah Gui thaykam terpaksa harus kulaksanakan. Dalam hal ini kurasa totiang tak perlu kuatir. Mengingat dia masih mempunyai hubungan sama totiang tentulah Gui thaykam takkan menarik panjang urusan ini. Thiat Bok tojin merenung.
"Hai, mengapa kailan kasak kusuk seperti orang perempuan ?"
Seru Bloon. Thiat Bok tojin dan Ui Pok terbeliak.
"Aku sedang berunding dengan Thiat Bok tojin untuk meringankan kesalahanmu,"
Seru Ui Pok.
"Buat apa ?* seru Blo'on sambil mengangkat kepalanya keatas.
"kalau mau tangkap silahkan tangkap. Tetapi dengan begitu sudah jelas kalian ini komplotan dari Gui thaykam yang berhianat itu."
"Sicu."
Bisik Thiat Bok tojin kepada Ui Pok "Jangan engkau masukkan dalam hati bicara anak Itu. Dia memang agak aneh seperti orang yang kurang waras pikirannya."
Ui Pok mengangguk.
"Engkau setuju ? Bagus ... eh, engkau setuju bagaimana? Hendak menangkap aku atau membantu aku menangkap Gui thaykam ?"
Blo'on lanjutkan ocehannya.
"Sicu,"
Kata Thiat Bok tojin pula.
"apabila engkau mau membantu aku, kuminta engkau membawanya menghadap kepada baginda. Apabila baginda mengetahui bahwa dia puteraku, tentulah baginda akan memberi ampun."
Ui Pok mengiakan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
"Hal, mengapa engkau hanya mengangguk-angguk kepala saja ? Apakah engkau tak dapat bicara?"
Blo'on berteriak makin keras. Bahkan ia menghampiri ke dekat kepala prajurit Gi-lim-kun itu.
"Ang Bok"
Seru Thiat Bok tojin.
"jangan engkau bersikap keras terhadap si-wi sicu ini. Dia hendak mengantarkan engkau menghadap baginda. Baginda tentu berkenan memberi ampun kepadamu".
"Aneh ?"
Gumam Bloon.
"mengapa baginda memberi ampun kepadaku ?"
"Eh, engkau ..."
Tiba2 Thiat Bok tojin teringat bahwa 'puteranya itu memang agak ling-lung maka ia segera alihkan nadanya.
"ya, dengan memandang mukaku, mudah-mudahan baginda suka mengampuni segala kesalahanmu."
"Ha, ha, ha ...
"
Tiba2 Blo'on tertawa gelak2 sehingga Thiat Bok tojin, Ui Pok dan prajurit2 itu melongo.
"Mengapa engkau tertawa ?"
Tegur Thiat Bok tojin. Sedang Ui Pokpun diam2 geli karena makin jelas kesannya bahwa Blo'on itu memang agak sinting.
"Bagaimana baginda dapat memandang mukamu kalau engkau berada disini ? Dan mengapa setelah memandang mukamu, baginda lalu memberi ampun kepadaku ?"
Thiat Bok tojin terlongong kemudian geleng2 kepala, serunya.
"Memandang mukaku bukan berarti melihat wajahku tetapi maksudnya mengingat aku ini hamba raja yang ditugaskan menjaga Kuil Kuning, tentulah baginda mau melimpahkan ampun kepadamu."
"Aneh !"
Blo'on berseru pula.
"Aneh ? Apakah engkau kira baginda tak mau mengingat jasaku selama menjaga Kuil Kuning ini?"
Seru Thiat Bok tojin.
"Bukan,"
Sahut Blo'on.
"soal itu aku tak tahu".
"Lalu apa yang aneh ?"
"Mengapa baginda harus memberi ampun kepadaku ? Apakah salahku ?"
"Engkau telah mempersakiti Gui thaykam"
"Karena dia seorang penghianat!"
Serentak Blo'on menjawab.
"Ah, Ang Bok", Thiat Bok tojin menghela napas.
"janganlah engkau bicara yang tak keruan. Ketahuilah, Gui thaykam itu seorang thaykam yang paling berpengaruh dalam istana."
"Aku tak takut kepadanya. Jelas ia hendak bersekongkol hendak mengangkuti harta kekayaan keraton dengan Cian bin long- kun, mengapa aku dianggap salah kalau menangkapnya". Thiat Bok tojin dan Ui Pok terbelalak mendengar kata2 pemuda itu.
"Bagaimana engkau tahu kalau Gui thaykam bersekongkol dengan Cian-bin long kun?"
"Sudah tentu tahu"
Sahut Blo'on.
"dia sendiri bilang kepadaku tentang rencananya untuk mengangkuti harta kekayaan kerajaan. Itulah sebabnya dia kubekuk dan kuikat".
"Lalu apa maksudmu berbuat begitu ?"
Tanya Thiat Bok tojin.
"Akan kubawa kepada baginda supaya diadili."
Thiat Bok tojin dan Ui Pok terkejut. Tetapi Thiat Bok tojin segera gunakan ilmu Menyusup suara berkata kepada kepala prajurit itu .
"Sicu, harap jangan dengarkan omongannya Dan lekas ajaklah dia menghadap baginda". Ui Pok memang mempunyai kesan begitu juga. Bagaimana mungkin Gui thaykam mau membicarakan soal begitu kepada prajurit palsu itu. Dia hendak melaksanakan permintaan Thiat Bok tojin tetapi pada lain kilas ia teringat akan tugas. Bahwa dia diperintahkan Hong ciangkun untuk menangkap dan membawa prajurit palsu itu kehadapannya. Bukan ke hadapan raja. Kalau langsung membawanya ke hadapan baginda, apakah Hong ciangkun tak marah. Bukankah yang berhak membawa ke dalam keraton itu Hong ciangkun? "Thiat Bok tojin,"
Katanya dengan suara berbisik.
"baiklah kubawa puteramu itu kepada Hong ciangkun dulu, nanti akan kusampaikan permintaanmu kepada ciangkun agar puteramu dapat dihadapkan baginda."
Thiat Bok tojin merenung. Ia kuatlr anak muda yang dikiranya Ang Bok, akan ngoceh tak keruan sehingga membikin marah Hong ciangkun dan akhirnya tak dibawa ke hadapan baginda.
"Baiklah sicu"
Sesaat kemudian ia berkata.
"tetapi engkau harus memberi jaminan kepadaku. Apabila Hong ciangkun tak mau membawanya ke hadapan baginda, janganlah Hong ciangkun menyiksa anak itu. Tetapi harap tunggu sampai ada keputusan dari baginda. Maukah engkau memberi janji kepadaku ?"
Ui Pok menimang, kalau terus menerus berdebat dengan imam kepala Kuil Kuning, tentu takkan habis-habisnya. Lebih baik ia segera membawa Blo'on kepada Hong ciangkun. Terserah bagai mana jendral bhayangkara itu akan bertindak.
"Baik, totiang. Aku berjanji akan melaksanakan perintah totiang,"
Kata Ui Pok.
"akan kuhaturkan keterangan kepada Hong ciangkun, apa hubungan anak itu dengan totiang. Kurasa Hong ciangkun pasti akan meluluskan permintaan totiang."
Demikian satelah tercapai sepakat maka Ui Pok lalu membujuk Blo'on supaya ikut masuk kedalam keraton untuk menghadap baginda. Blo'on menurut. Karena tak tahu, Bloon telah dibawa kehadapan Hong ciangkun di markas pasukan Gi-lim-kun.
"Inikah orang yang berani menyaru sebagai prajurit palsu dan menganiaya Gui thaykam ?"
Tegur Hong ciangkun. Satelah mendapat jawaban dari Ui Pok maka Hong ciangkun lalu membentak. Hai bangsat, besar sekali nyalimu berani menyaru sebagai prajurit Gi-lim-kun dan menganiaya Gui thaykam !"
"Lho, mengapa engkau memaki aku baginda ?' seru Bloon. Mendengar dirinya disebut baginda, Hong ciangkun tercengang.
"Apakah aku bersalah ? Kalau salah, cobalah baginda tunjukkan kesalahanku,"
Kata Blo'on "Baginda ?"
Gumam Hong ciangkun.
"apa engkau gila ?"
"Eh, bukankah engkau ini baginda ?"
Balas Blo'on.
"Gila !"
Teriak Hong ciangkun.
"siapa bilang aku baginda ?"
"Dia,"
Blo-on menuding Ui Pok yang mem bawanya tadi.
Merah muka Hong ciangkun.
Sebagai seorang Kepala pasukan Gi-lim-kun, Hong ciangkun itu tinggi kedudukannja.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kekuasaannya sama dengan menteri.
Bahwa dirinya dipanggil baginda timbullah kesan bahwa dirinya hendak dipermainkan oleh prajurit palsu atau mungkin Ui Pok.
"Ui Pok,. kemari !"
Teriaknya dengan wajah merah padam. Kepala kelompok Gi lim kun itu segera tampil ke muka.
"Engkau hendak mengolok-olok diriku, bukan?"
Hardik Hong ciangkun.
"Tidak, ciangkun "
Ui Pok terbata-bata memberi keterangan.
"sama sakali, hamba tak berani memperolok ciangkun".
"Mengapa dia menyebut aku baginda kalau bukan engkau yang memberitahu?"
"Hamba ..."
"Jangan bohong !"
Tiba- Blo'on Ikut membentak.
"engkau mengatakan kepadaku supaya menghadap baginda raja. Ei, apakah engkau bukan raja ? Mengapa engkau marah2 ?"
Blo'on malah tanya kepada Hong ciangkun.
"Tutup mulutmu, bangsat !"
Karena marah jenderal Gi lim kun itu memaki.
"Siapa yang bangsat ?"
Blo'on balas menghardik.
"apakah begitu tingkah seorang raja ? Apakah raja itu suka memakimaki orang ?* "Prajurit "
Teriak Hong ciangkun.
"tangkap penjahat itu dan hukum limapuluh rangketan!". Empat orang prajurit segera maju hendak meringkus Bloon tetapi begitu mencekal tangan anak itu tetapi tiba2 Blo'on meronta.. Keempat prajurit itu mencelat sampai beberapa langkah. Hong ciangkun terkejut. Sebelum ia sempat memberi perintah, Ui Pok pun sudah loncat menerkam Blo'on. ? "Ua ...
"
Kepala kelompok Gi-lim-kun itu mengerang dan tubuhnya terhuyung huyung kebelakang seperti didorong tenaga kuat.
Huaak ...
ia muntah darah.
Untuk menebus kesalahannya, Ui Pok memang telah menggunakan seluruh tenaganya untuk menerkam Blo'on, Maksudnya sekail terkam ia dapat menguasai anak itu.
Tetapi diluar dugaan, tenaga sakti Ji-ih cia-kang dalam tubuh Bloon pun memancar.
Makin besar Ui Pok menggunakan tenaga, makin besar pula tenaga-membal dari Ji ih- cin- kang itu membuatnya terpental dan muntah darah.
Hong ciangkun makin terkejut.
Tetapi ketika memandang Blo'on ternyata pemuda itu hanya terlongong-longong seperti orang terkejut.
Sedikitpun tak mengunjukkan suatu tanda bahwa dia habis menumpahkan kemarahan.
Tetapi sebagai seorang pimpinan pasukan Gi-lim-kun sudah tentu ia tak mau kehilangan gengsi dimata anakbuahnya.
"Tangkap !"
Teriaknya. Berpuluh-puluh prajurit Gi-lim-kun serempak berhamburan menyerbu. Blo'on memang marah. Dia berhasil merubuhkan belasan prajurit tetapi akhirnya ia dapat juga diringkus dengan tali rantai.
"Rangket limapuluh kali !"
Perintah Hong ciangkun.
Seorang prajurit tinggi besar segera maju dengan membawa tongkat rotan sebesar lengan orang.
Tar ....
Prajurit itu terkejut ketika ujung rotan seperti membentur gumpalan karet sehingga mental.
Tar ...
Untuk yang kedua kalinya ia mencekal tongkat rotan dengan kedua tangannya agar jangan sampai tergetar hampir jatuh seperti tadi.
Tetapi akibatnyapun sama.
Ujung tongkat mental lagi sehingga tubuhnya terbawa berkisar ke samping.
Tar ....
"Uh . - .
"
Prajurit itu menjerit tertahan ketika ujung tongkat putus.
Ia terlongong-longong heran.
Belum pernah sepanjang pengalamannya sebagai algojo tukang merangket orang, alat pemukulnya sampai putus seperti saat itu.
Ia gelagapan ketika seorang prajurit mengantarkan sebatang tongkat rotan yang baru kepadanya.
Segera ia menyambarnya.
Tar .
, .
walaupun tangannya tergetar karena hajarannya itu membentur sekeping karet tebal tetapi prajurit itu tak mau berhenti.
Ia terus menghajar.
Tetapi empat lima kali hajaran, kembali ujung rotan putus lagi.
Belum mencapai sepuluh rangketan, dua batang tongkat rotan sudah patah.
Seorang prajurit kembali memberinya tongkat rotan baru.
Tetapi akibatnya juga begitu.
Ketika mencapai hajaran yang ketiga puluh kali, tujuh batang tongkat telah putus.
Dan pada waktu pukulan yang keempatpuluh, sepuluh batang tongkat rotan telah habis.
Dan habislah persediaan tongkat rotan itu Gi-lim-kun hanya menyediakan sepuluh batang tongkat rotan untuk alat menghajar orang yang bersalah.
Rotan itu khusus didatangkan dari daerah Biau (Tibet) yang terkenal dengan hasil rotan yang panjang, besar dan kuat.
Memang selama ini, belum pernah satupun tongkat rotan itu putus.
Biasanya tulang orang yang dihajar itu yang putus.
Peristiwa seperti kali ini benar2 belum pernah terjadi.
Hong ciangkun dan segenap pasukan Gi-lim kun terlongong-longong heran.
"Hai, raja jahat, hayo selesaikan hukumanku. Bukankah baru sampai empat puluh kali ? Mengapa dihentikan ?"
Teriak Blo'on. Merah wajah Hong ciangkun.Tiba2 seorang prajurit yang ikut dalam kelompok yang dipimpin Ui Pok ke Kuil Kuning tadi, maju ke hadapan Hong ciangkun.
"Ciangkun, pemuda itu sebenarnya putera dari Thiat Bok tojin kepala Kuil Kuning.
"katanya seraya memberi hormat.
"Oh,"
Hong ciangkun terbeliak.
"mengapa sejak tadi Ui Pok tak memberi laporan ?"
Diam2 pemimpin Gi lim kun itu menimang bahwa pemuda itu tentu memiliki ilmu kepandaian yang sakti karena Thiat Bok tojin itu juga seorang yang sakti. Diam2 pula ia tak enak terhadap Thiat Bok tojin karena telah memerintahkan merangket puteranya.
"Lepaskan"
Seru Hong ciangkun. Beberapa prajurit segera menghampiri Blo'on untuk membuka rantai yang melilit tubuhnya.
"Enyah !' sesaat tangannya bebas, Blo'on menghardik seraya menampar prajurit itu. Prajurit mencelat, menjerit keras dan rubuh di lantai. Hong ciangkun terkejut. Lebih terperanjat lagi ketika ia melihat Bio'on memasang lagi rantai pada tangannya.
"Hai, hukumanmu kupotong dan engkau bebas", seru Hong ciangkun.
"Tidak mau !"
Teriak Blo'on.
"engkau seorang raja yang ingkar janji ! Raja hina !"
"Ingkar janji "
Hina ? Mengapa ? Hong ciangkun melongo.
"Engkau sudah memberi perintah untuk merangket aku sampai limapuluh kali, mengapa sekarang baru empatpuluh kali saja sudah berhenti ? Mengapa engkau hendak membebaskan aku ? Bukankah engkau ingkar janji?"
Merah padam muka Hong ciangkun.
Dia hendak memberi keringanan, bukan saja ditolak, bahkan malah anak itu marah2 kepadanya.
Masakan di dunia terdapat seorang manusia yang segila itu.
Biasanya kalau diberi hukuman rangket, orang tentu minta ampun dan mohon keringanan.
Tetapi Bloon malah minta dipenuhi hukumannya.
"Aku mengingat ayahmu maka dapatlah kubebaskan engkau dari sisa hukumanmu."
"Eh!, engkau tahu ayahku ? Siapakah dia?* seru Bloon pula.
"Thiat Bok tojin."
Karena didesak terpaksa Hong cangkun memberi tahu juga.
"Gila engkau ! teriak Blo'on.
"imam dari kuil itu bukan ayahku"
Hong ciangkun kerutkan alis dan memandang kepada prajurit yang memberi keterangan tadi.
"Tayjin", tersipu-sipu prajurit itu memberi hormat.
"memang dalam pembicaraan dengan Thiat Bok tojin tadi, kini telah diberi keterangan bahwa anak itu memang agak sinting."
Hong ciangkun tertegun. Tetapi diam2 ia memang sempat memperhatikan tingkah dan kata2 Blo'on dan mendapat kesimpulan bahwa anak itu memang aneh. Lain dari orang normal pikirannya. Tiba2 ia mendapat akal, katanya .
"Baiklah, karena persediaan rotan sudah habis, maka sisanya yang sepuluh gebukan itu akan dilanjutkan besok pagi".
"Tidak bisa !"
Teriak Bloon.
"hukuman tak boleh ditundatunda. Aturan macam apa itu? Kalau rotan habis, boleh pakai benda yang lain."
Mengkal sekali hati Hong ciangkun karena anak itu tetap berkeras menantang. Tetapi diam2 pun ia geli. Baru pertama kali itu ia berhadapan dengan seorang yang aneh.
"Pendek kata, kalau hukuman itu tak dipenuhi, aku yang akan balas menghukummu !"
Teriak Blo'on pula. Hong ciangkun geleng2 kepala karena kewalahan. Akhirnya ia mendapat akal. Untuk memenuhi permintaan Blo'on dan agar jangan sampai meretakkan hubungannya dengan Thiat Bok tojin, maka ia berseiu .
"Baiklah, kalau engkau berkeras menghendaki begitu, akan kusuruh orangku untuk memukulimu dengan tinju sampai sepuluh kali lagi."
Kemudian kepala pasukan Gi-lim-kun segera memerintahkan algojo tinggi besar untuk menghajar Blo'on dengan rotan tadi, melanjutkan hukuman.
"Pakai tinju saja,"
Seru Hong ciangkun. Algojo itupun maju ke muka Blo'on. Diam2 ia ingin membalas juga kepada Blo'on.
"Hm, engkau", serunya kepada Bloon.
"pintu di sorga terbuka engkau tak mau masuk, pintu di neraka yang tertutup engkau malah hendak memasuki ..."
"Jangan banyak mulut !"
Bentak Blo'on.
"ayo engkau sudah pernah kesurga atau ke neraka Kalau belum mengapa engkau tahu pintunya ada yang terbuka ada yang tertutup !"
Terdengar beberapa tertawa tertahan dari prajurit2 ketika mendengar kata2 Blo'on yang membuat algojo itu terbeliak.
"Hm, segera akan kukirim engkau ke neraka !"
Kata algojo itu seraya ayunkan tinjunya.
Ia bertubuh tinggi besar, tenaganyapun kuat, namanya Kong Sian.
Gelarnya waktu dia masih aktif dalam dunia persilatan yalah Say- Bu-siorg atau duplikat dari Bu Siong.
Bu Siong terkenal dalam perserikatan pendekar Liangsan sebagai seorang yang tenaganya kuat sekali.
Karena badannya diikat maka Blo'on tak dapat bergerak.
Dan dia memang tak mau menghindar.
Untuk menahan sakit maka dia mengerahkan tenaga, mengencangkan urat2.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Di luar kesadarannya, gerakan itu telah membangkitkan tenaga sakti Ji ih sin kang dalam tubuhnya.
Dukkkk .....
serentak dengan tibanya tinju ke dada Bloon, maka prajurit itupun mengerang kaget dan terpental sampai beberapa langkah ke belakang.
Ia merasa tinjunya seperti membentur segumpal karet yang memancarkan tenagamembal kuat sekali.
Sesungguhnya ia mengeluh dalam hati tetapi karena Hong ciangkun hadir disitu, dia takut dan malu.
Dengan sebuah loncatan, ia hantamkan kedua tinjunya ke dada Blo'on lagi.
Melihat gaya serangan algojo yang begitu buas, Blo'on ngeri.
Ia pejamkan mata sambil kerahkan tenaganya.
Duk .....
Prajurit itu menjerit ketika kedua tangannya didorong sekuat-kuatnya oleh tenaga membal dari Ji ih-cin-kang.
Sedemikian keras sehingga ia jatuh terjerembab ke belakang, kepalanya membentur lantai.
Hong ciangkun benar2 terkejut.
Cepat ia dapat menduga bahwa anakmuda itu tentu memiliki tenaga-dalam yang sakti.
Kesannya makin keras karena teringat bahwa pemuda itu adalah putera dari imam Thiat Bok tojin yang sakti.
Tetapi ia heran mengapa anak itu tampaknya seperti orarg bloon.
Beberapa prajurit segera maju menghampiri Bloon dan hendak memukul tetapi Hong ciangkun cepat berseru mencegah.
"Jangan"
Katanya.
"biarlah aku sendiri yang mengujinya."
Kepala pasukan Gi-lim-kun segera berbangkit dari tempat duduk dan ayunkan langkah ke tempat Bloon.
"Ciangkun,"
Tiba seorang prajurit yang bertubuh kurus maju kehadapan jenderal bhayangkara itu.
"memotong ayam mengapa harus menggunakan golok pembantai kerbau. Untuk memitas nyamuk kecil itu, kiranya tak perlu ciangkun turun tangan sendiri. Serahkanlah kepada hamba"
Hong ciangkun melihat yang menghadap di hadapannya itu Lutung-tangan baja Ban Siang. Dia seorang jago silat yang termasyhur memiliki pukulan baja yang dapat menghancurkan batu karang.
"Hm, baiklah tetapi harus hati2"
Pesan Hong ciangkun. Ban Siang segera menghampiri kemuka Blo'on "Hm. rupanya engkau memiliki ilmu kebal Thiat-poh-san, ya ?"
Tegurnya.
"Apa itu Thiat poh-san?"
Blo'on balas bertanya.
"Apa? Engkau tak mengerti Thiat-poh-san? Ban Siang terkejut.
"Orang kurus, jangan ngoceh seenakmu. Kalau mengerti masakan aku bertanya. Sudahlah jangan banyak bicara, hayo pukullah aku !"
Ban Siang tercengang, sesaat kemudian ia ayunkan tangannya untuk mencengkeram leher Blo'on.
Dan sengaja ia tak mau menggunakan tenaga penuh dulu melainkan hendak menguji tenaga apa yang tersembunyi dalam tubuh pemuda itu.
Selama tidak merasa sakit, tenaga-sakti Ji ih-cin-kang tidak memancar.
Blo'on baru menghamburkan napasnya ketika lehernya dicekik Ba Siang.
Hamburan napas itu disusul dengan hamburan tenaga-sakti yang melanda seperti air bah.
"Uh ..."
Ban Siang mendesah ketika tangannya tertolak oleh tenaga kuat dari leher Bloon.
Sedemikian kuat tenaga itu sehingga ia tertolak sampai tiga empat langkah ke belakang.
Diam2 prajurit itu terkejut.
Jelas terdapat suatu keanehan dalam tubuh Blo'on.
Dia bingung memikirkan rahasia tubuh pemuda itu.
"Ah, tetapi aku belum menggunakan seluruh tenagaku,"
Pikir Ban Siang.
Setelah mengerahkan tenaga dalam ke arah kedua lengan, Ban Siang segera menghantam dengan kedua tangannya.
Duk ....
Blo'on gelagapan tetapi Ban Siangpun.
terpental seperti layang2 putus tali.
Bluk, ia jatuh terjerembab ke lantai setelah terhuyung2 deras sampai tujuh delapan langkah.
Karena melihat kawannya rubuh lagi dan kuatir Blo'on akan mengamuk, prajurit2 Gi-lim-kun yang berada di ruang itu segera berhamburan menyerbu Blo'on.
Berpuluh puluh tinju dan tendangan segera mencurah menghujani tubuh Blo'on.
Tetapi segera terdengar jerit teriak kesakitan dari mereka.
Ada yang mendumprah di lantai sambil memegang kakinya, ada yang me-lolong2 memegang tangannya.
Ada pula terdorong ke belakang dan berbenturan dengan kawannya sendiri.
Hong ciangkun pucat dan termangu-mangu kehilangan faham.
Satu-satunya jalan untuk menghajar Blo'on harus memakai senjata tajam.
Tetapi apabila ia menitahkan demikian, ia kuatir akan menyebabkan akibat yang parah sehingga Thiat Bok tojin marah.
"Hai, raja, engkau curang!"
Teriak Blo'on marah.
"hukumanku hanya kurang sepuluh kali tetapi mengapa anak buatmu memukuli aku sampai berpuluh-puluh kali?"
Hong cangkun terkesiap.
"Sekarang engkaulah yang hutang hukuman kepadaku. Engkau harus membayar!"
Masih Blo'on berteriak-teriak tak keruan. Hong ciangkun hendak berkata tetapi tiba2 Blo'on tertawa gelak2.
"Mengapa ergkau tertawa ?"
Seru Hong ciangkun penuh keheranan.
"Ha, ha, aku bangga sekali karena dapat memberi pinjaman kepada raja .....
"
Hong ciangkun melongo.
Tiba2 ia memperhatikan bahwa prajurit2 Gi lim kun tadi sudah berdiri tegak dengan sikap menghormat.
Di hadapan mereka tampak seorang thaykam berpakaian kuning emas Dan ketika mata Hong ciangkun tertumbuk pada thaykam itu, ia segera gelagapan.
"Oh, Sun thaykam, maafkanlah karena tak lekas menyambut,"
Seru Hong ciangkun seraya berbangkit dari tempat duduk dan memberi hormat kepada thaykam baju kuning emas itu.
Memang yang muncul di ruang itu adalah Sun thaykam, seorang thaykam kepercayaan dari baginda.
Thaykam itu kesima ketika melihat Blo'on dalam pakaian prajurit Gi li-kun dan tengah diikat dengan rantai, tengah berteriak-teriak menuding Hong ciangkun seraya menyebutnya sebagai raja.
Lebih terkejut lagi ketika melihat tiba-tiba Blo'on tertawa gelak2 dan mengatakan kalau raja berhutang kepadanya.
Sun thaykam melongo.
"
Ciangkun,"
Kata thaykam itu setelah tersadar dari longongnya.
"
Apakah prajurit itu prajurit yang palsu?"
"
Benar, tayjin,"
Kata Hong ciangkun.
"
Dia-lah yang diperintahkan Gui thaykam supaya ditangkap."
"
Mengapa? "
"Karena berani menganiaya Gui thaykam."
"Oh."
Desuh Sun thaykam. Tiba2 ia teringat sesuatu.
"tetapi mengapa dia menyebut ciangkun sebagai raja?"
Hong ciangkun tersipu-sipu merah mukanya.
"Entahlah, tayjin. Menurut keterangan salah seorang prajurit Gi lim-kun, dia adalah putera dari Thiat Bok tojin, kepala Kuil Kuning."
""Benar, ciangkun."
Hong ciangkun terbeliak.
"Tayjin sudah tahu akan hal itu?"
"Sebelumnya tidak tahu,"
Kata Sun thaykam.
"tetapi Thiat Bok tojin telah menghadap baginda dan baginda kini menitahkan aku untuk membawa anak itu ke hadapan baginda."
"O, baiklah tayjin,"
Kata Hong ciangkun lalu memerintahkan prajurit untuk membuka rantai ikatan tubuh Blo'on. Tetapi prajurit2 itu cemas dan takut2 ketika menghampiri Blo'on. Bahkan sebelumnya, salah seorang prajurit berseru.
"
Hai, bung, jangan marah, aku hendak membuka ikatan rantai pada tubuhmu."
"
Ya, siapa yang marah? Mengapa engkau begitu ketakutan kepadaku Mau buka, cepatlah buka. Mau pukul, lekaslah pukul. Makin raja berhutang kepadaku, makin senang hatiku."
Setelah rantai dibuka, Blo'on segera menghampiri Hong ciangkun, serunya.
"
Raja, kapan engkau hendak membayar hutangmu kepadaku? "
Hong ciangkun makin jelas merangkai kesimpulan bahwa anak itu memang kurang waras pikirannya.
"
Sudahlah, besok kita bicarakan lagi. Sekarang silahkan engkau ikut pada San thaykam masuk ke dalam istana,"
Kata kepala pasukan Gi lim-kun itu.
"
Apa? Thaykam lagi?"
Seru Blo'on.
"Jangan berlaku kurang adat kepada Sun thaykam!"
Bentak Hong ciangkun. Blo'on berpaling kepada thaykam itu lalu menegurnya.
"
Engkau seorang thaykam, apakah teman dari Gui thaykam yang berhianat itu? Sun thaykam terbeliak.
Hong ciangkun buru2 memberi kedipan mata kepada thaykam itu seraya menunjuk dahinya sendiri dengan jari.
Sun thaykam cepat dapat menangkap arti isyarat itu yang menyatakan bahwa hendaknya dia jangan menggubris ocehan anakmuda yang kurang waras pikirannya itu.
"Ya,, semua thaykam saling kenal. Akupun kenal dengan Gui thaykam."
"Kenal baik?"
"Tidak begitu,"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sahut Sun thaykam.
"silahkan ikut aku ke dalam istana." .
"Mengapa ?"
"Ada urusan penting sekali."
"Apakah engkau diperintah Gui thaykam?"
"Tidak ?"
"Apakah Gui thaykam hendak menghukum aku?"
"Tidak I"
"Lalu bagaimana? Apa maksudmu?"
"Cobalah engkau katakan sendiri. Kalau salah, aku mengatakan tidak. Kalau benar, baru aku mengiakan,"
Kata Sun thaykam yang ternyata pandai bermain silat lidah.
"Apa raja hendak membayar hutang ?"
"Entah."
"Apa .... Gui thaykam tertangkap?"
Sun thaykam agak terkesiap. Untung pada saat itu dilihatnya Hong ciangkun memberi isyarat menganggukkan kepala.
"O, ya, benar,"
Serentak Sun thaykam menyahut.
"Kalau begitu, aku mau ikut engkau."
Blo'on dibawa masuk kedalam sebuah ruang yang indah sekali.
Dindingnya terbuat daripada batu pualam yang bertabur ratna.
Tiang2nya bercat merah dan diberi ukiran naga emas.
Sebuah permadani warna merah merentang dari pintu sampai ke ujung ruang.
Sebuah kursi yang beralaskan permadani benang emas, diduduki seorang pria yang mengenakan pakaian mewah.
Bagian dada baju pria itu bersulam lukisan naga.
Mengenakan topi yang belum pernah Blo'on melihat dipakai orang.
Pada bagian muka dari topi itu, berhias sebuah permata yang memancarkan senar gilanggemilang.
Pria itu berwajah bersih dan bersinar kewibawaan agung.
Di kanan kiri pria itu tegak dua orang penjaga dengan senjata lengkap.
Sun thaykam membungkukkan tubuh sampai hampir mencapai lantai ke arah pria itu.
"Bansweya.
"seru Sun thaykam.
"hamba telah membawa pemuda itu."
"Suruh dia menghadap ke mari.
"kata pria itu yang bukan lain adalah baginda sendiri. Sun thaykam segera melakukan perintah. Ia suruh Blo'on berlutut menghaturkan hormat.
"Berilah hormat kepada bansweya.
"seru thaykam itu.
"Apa bansweya itu?"
"Paduka yang mulia raja kita".
"Ha,! "tiba2 Bloon berteriak.
"apakah dia juga raja? Kalau begitu raja itu banyak juga jumlahnya. Tadi juga raja, sekarang juga raja."
Baginda Ing Lok terkesiap. Melihat itu Sun thaykam buru2 menjurah.
"Bansweya, harap bansweya sudi melimpahkan ampun kepada budak itu. Dia memang agak kurang waras pikirannya."
"Apakah dia tadi berjumpa dengan raja?. Raja yang mana?"
Tanya baginda. Sun thaykam segera menuturkan peristiwa yang dilihatnya di ruang Gi-Iim kun. Mendengar itu baginda tertawa.
"Siapakah namamu ? Apakah engkau betul putera dari Thiat Bok tojin ?"
"Namaku....... Blo'on, bansweya."
"Blo'on?"
Baginda mengulang.
"aneh sekali. Apakah artinya Blo'on ? Baru sekarang ini aku mendengar nama semacam itu."
"Entah bansweya,"
Jawab Blo'on.
"aku sendiri juga tak tahu. Orang-oranglah yang memberi nama itu kepadaku."
Tiba-tiba Sun thaykam menggamit lengan Blo'on, bisiknya.
"Kalau bicara dengan baginda, engkau harus menyebut dirimu dengan kata 'hamba', jangan aku."
Entah bagaimana Blo'on mendapat kesan bahwa yang dihadapinya itu seorang yang berwibawa besar. Bukan semacam raja yang tadi atau Hong ciangkun. Dia menurut kata anjuran Sun thaykam.
"Engkau suka nama itu ?"
Tanya baginda pula! "Suka, bansweya,"
Sahut Blo'on.
"karena hamba anggap nama itu hanya sebagai tanda pengenal saja."
"Lalu siapakah namamu yang sebenarnya?"
"Hamba lupa, bansweya."
"Lupa?"
Baginda tertawa.
"ayahmu mengatakan bahwa engkau bernama Ang Bok."
"Ayah hamba? Siapakah ayah hamba itu bansweya ?"
Baginda mengerut dahi.
"Engkau tak tahu siapa ayahmu sendiri?"
"Hamba tak ingat lagi, bansweya."
Baginda tertawa.
Dan Sun thaykam termangu mangu.
Diam2 thaykam itu heran mengapa baginda begitu ramah dan baik sekali kepada prajuri palsu itu.
Pada hal dari menteri sampai para jenderal, baginda tak pernah mengunjuk senyum apalagi tertawa begitu ramah.
"Apakah engkau menderita sakit lupa ingatan?"
"Benar, bansweya. Kata sumoay hamba, otak hamba telah hilang maka harus diobati."
Entah bagaimana malam itu rupanya baginda amat berkenan sekali seleranya. Walaupun sudah tahu bahwa pemuda itu agak sinting tetapi baginda berkenan juga melayani.
"Apa obatnya? "
Tanya baginda.
"Otak naga, bansweya.
"
"
Uh, hebat benar ilmu pengobatanmu. Engkau pasti dapat mengobati segala macam penyakit, bukan? "
"Tidak bisa, bansweya,"
Bantah Blo'on.
"
Hamba hanya diberi tahu sumoay bahwa untuk mengobati otak yang hilang harus dicarikan otak naga.
"
"Bagaimana kalau orang yang sakit demam dan sering bicara tak keruan seperti orang yang kemasukan setan?"
Tanpa ragu2 Blo'on menjawab.
"Setannya harus diusir pergi, bansweya."
Wajah baginda serentak bercahaya terang.
"Bagus! "
Serunya.
Serentak iapun teringat akan kata2 Lo kai-hui yang telah dijumpai dalam mimpi bahwa satu-satunya orang yang dapat menyembuhkan penyakit Ing Ing kiongcu yalah seorang pemuda yang tampak blo'on atau ketolol-tololan seperti orang sinting.
Waktu Thiat Bok tojin menghadap dan menceritakan tentang puteranya yang telah kesalahan menyaru jadi prajurit Gi-lim-kun dan menganiaya Gui thaykam, baginda terkejut.
Tetapi setelah mendengar tentang uraian dan keterangan Thiat Bok tojin memang wajah dan tingkah laku puteranya, diam2 bagindapun gembira.
Kalau wajah pemuda itu seperti yang dilukiskan Thiat Bok tojin, itulah pemuda yang dimaksud oleh kui-hui dalam mimpi baginda.
Serentak bagindapun menitahkan Sun thaykam untuk mengambil Blo'on.
Bagindapun menyanggupi permohonan ampun dari Thiat Bok tojin dan suruh imam itu kembali ke Kuil Kuning lagi.
Pertama kali baginda melihat wajah dan perwujudan Blo'on, baginda sudah gembira.
Namun beliau masih ingin menguji dahulu bagaimana bicara dan tingkah laku pemuda itu.
Dan hasilnya, benai2 sangat berkenan dalam hati bagnda.
"Blo'on."
Seru baginda sesaat kemudian.
"aku hendak menitahkan engkau supaya mengobati puteriku yang sedang menderita penyakit aneh."
"Hamba?"
Teriak Blo'on terkejut.
"hamba tak dapat mengobati orang, bansweya "
"Bukankah tadi engkau mengatakan bahwa orang yang kemasukan setan hanya dapat disembuhkan apabila setannya sudah diusir ?"
"Benar, bansweya,"
Kata Blo'on.
"tetapi hamba tak dapat mengusir setan. Bagaimana rupa setan itu pun hamba belum pernah melihat. Bagaimana bansweya hendak memerintahkan hamba mengusirnya ?"
Baginda merenung sejenak, kemudian tertawa kecil.
"Tak apa. Engkau boleh gunakan cara apa saja asal puteriku sembuh."
"Tetapi bansweya."
"Segala kesalahanmu kuampuni dan engkau akan kuberi ganjaran besar. Boleh minta apa saja yang engkau kehendaki. Bahkan kalau benar2 puteriku sembuh, akan kuberikan kepadamu sebagai isteri."
"Hamba akan dijodohkan dengan puteri bansweya?"
Teriak Blo'on terkejut.
"Kalau engkau mampu mengobatinya !"
"Ah, terima kasih bansweya, tetapi hamba tak sanggup."
"Jangan membangkang perintahku, Blo'on!"
Sun thaykam segera menghampiri Blo on.
"Dihadapan baginda, jangan engkau berani bermain main. Apapun yang dititahkan baginda, engkau harus menurut atau apabila baginda murka kepalamu tentu akan diperintahkan supaya dipenggal algojo, tahu I"
"Bansweya,"
Seru Blo'on.
"hamba mohon supaya kepala hamba dipenggal saja."
"Mengapa?"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Karena hamba benar2 tak mampu mengobati penyakit puteri bansweya itu."
"Jangan banyak bicara lagi !"
Seru baginda seraya memberi isyarat kepada kedua pengawal.
Kedua pengawal itu serempak menghampiri Blo'on lalu menyeretnya dibawa pergi.
Tiba di pintu, tiba2 Blo'on meronta sehingga terlepas dari cekalan kedua pengawal raja.
Cepat ia berpaling dan berseru .
"Bansweya masih berhutang kepada hamba. Kapankah bansweya hendak membayarnya ? "
"Hutang ? "
Baginda tercengang heran, aku hutang apa kepadamu ? "
"Eh, mengapa bansweya pelupa sekali ? Bukankah tadi bansweya memerintahkan supaya hamba dihukum rangket sampai limapuiuh kali? Tetapi prajurit2 telah merangket hamba lebih dari limapuluh kali. Dengan begitu, bukankah bansweya berhutang pada hamba? "
"Cepat seret dia keluar? "
Tiba2 Sun thaykam berseru memberi perintah. Kedua pengawal raja itupun segera menyeret Blo'on keluar.
"Mohon bansweya berkenan melimpahkan ampun kepada diri hamba karena telah lancang memberi perintah kepada kedua si-wi tadi,"
Kata Sun thaykam seraya berlutut.
"apa yang diocehkan pemuda itu tentulah peristiwa yang dialaminya ketika berhadapan dengan Hong ciangkun. Dia mengira kalau Hong ciangkun itu raja maka dia membuat perhitungan dan mengatakan bahwa raja telah berhutang pukulan kepadanya. Sekali-kali bukan dimaksudkan kepada bansweya."
"
O "
Desuh baginda.
"kalau begitu engkau tak bersalah. Bangunlah!"
Bloon dibawa ke istana Ing jun kiong tempat kediaman puteri Ing Ing.
Salah seorang prajurit pengawal segera masuk dan suruh kawannya menjaga Blo'on di luar istana Ing-jun-kiong atau istana Musim-semi-abadi.
Beberapa saat kemudian, tampak pengawal itu keluar dan memberi isyarat agar Blo'on dibawa masuk.
Pertama-tama masuk, hidung Blo'on sudah menyeringai karena terbaur hawa yang harum.
Kedua kali, matanya menyalang lebar2 ketika melihat pemandangan dalam ruang itu.
Beberapa gadis2 cantik berjajar-jajar di kanan kiri dengan pakaian yang indah.
Pada ujung kedua jajaran gadis cantik itu tampak sebuah ranjang yang bercat merah.
Ruang itu tak kalah indahnya dengan ruang tempat baginda tadi.
Dan suasanapun lebih syahdu.
Seorang nona cantik yang paling tua di antara rombongannya, tampil menyongsong.
"Inilah pemuda yang dititahkan baginda untuk mengobati kiongcu,"
Kata pengawal.
"Baiklah,"
Sahut nona cantik itu. Setelah menyerahkan Blo'on maka kedua pengawal itupun tinggalkan istana Ing-junkiong.
"Ih, mengapa muncul seorang prajurit Gi lim-kun lagi?"
Terdengar salah seorang gadis berkata kepada gadis di sebelahnya.
"Ya, mengapa bansweya selalu menitahkan prajurit untuk mengobati kiongcu nio-nio ? Jangan-jangan nanti seperti prajurit kemarin itu, mengobati malah mencelakai kiongcu,"
Sahut gadis kawannya.
"Ih, mengapa tampangnya begitu aneh? Kepala gundul tetapi memelihara kuncir hanya sebelah kanan. Potongan macam apa itu ?"
Seru gadis yang lain.
"Tampangnya sih cakap tetapi sayang seperti blo'on,"
Sambut kawannya yang lain lagi.
"Hi, hi, hi, tuh lihat, dia melongo memandang kita"
Seorang gadis di ujung sebelah muka tertawa.
"Kalian diamlah, aku hendak menanyai orang ini,"
Tiba2 nona yang tertua dari gadis2 itu berseru menenangkan, kawan-kawannya yang bicara uplek itu.
"Silahkan, taci Giok. Lebih baik taci mengujinya lebih dulu agar jangan sampai peristiwa seperti kemarin itu terulang,"
Seru salah seorang gadis.
"Kalau dia tidak becus, kita gebuk saja,"
Seru gadis lainnya.
"Sudahlah kalian diam !"
Agak keras gadis yang tertua itu membentak kawan-kawannya.
"Apakah engkau yang dititahkan baginda mengobati penyakit kiongcu kami?"
Tegur gadis yang tertua itu kepada Blo'on. Blo'on tetap kesima.
"
Hai, apa engkau tak mendengar pertanyaanku ?"
Tegur gadis itu pula.
"Engkau bertanya kepadaku?"
Blo'on gelagapan...
"Siapa lagi kalau bukan engkau? Apakah masih ada lain orang di sini kecuali engkau?"
Gadis yang dipanggil taci Giok atau lengkapnya bernama Ceng Giok itu melengking.
"
Mengapa tidak ada? Bukankah itu, itu, itu.
"
Kata Blo'on seraya menuding ke rombongan gadis2 cantik.
"
Orang juga? "
"
Hi, hi, hi, hi ........
"
Terdengar tertawa mengikik dari rombongan gadis2 cantik itu melihat kerut wajah Blo'on dan gerak geriknya ketika bicara. Ceng Giok terbeliak lalu menyeringai.
"
Mereka bukan tetamu tetapi para dayang istana Ing-junkiong sini yang melayani Ing Ing kiongcu. Hanya engkaulah satu-satunya tetamu di sini.
"
"
O, begitu .... eh, mengapa engkau begitu galak sekali?"
Tiba2 Bloon mengeluh. Kembali para dayang itu tertawa cekikikan, sedang Ceng Giok tersipu-sipu jengah.
"
Sudahlah, jangan berolok-olok.
"
Akhirnya Ceng Giok berseru dengan nada bengis.
"apakah engkau yang dititahkan baginda untuk mengobati Ing Ing kiongcu nio-nio?"
"Ya,"
Sahut Blo'on.
"tetapi sayang ....
"Sayang bagaimana ?"
Ceng Giok terbeliak.
"Sayang aku tak dapat mengobati puteri baginda, eh, siapa namanya ?"
"Ing Ing kiongcu,"
Jawab Ceng Giok.
"kalau tak dapat mengobati, mengapa engkau menyanggupi titah baginda?"
"Siapa bilang menyanggupi ? Aku tidak sanggup tetapi bansweya memaksa harus aku mengobati. Runyam, bukan ?"
Kata Blo'on sambil merentang kedua tangan dan kerutkan dahi seperti orang putus asa.
"Kurang ajar, engkau berani menyalahki hu-ong (ayahanda baginda)!"
Tiba2 terdengar lengking suara yang merdu dari arah ranjang. Sekalian dayang tersentak kaget dan diamlah mereka seketika. Ternyata yang berseru itu adalah Ing Ing kiongcu sendiri. Dan puteri itupun lalu bangun terus turun dari peraduannya.
"Kalau hu-ong menitahkan, tentu hu-ong tahu bahwa engkau pasti dapat memberi obat. Hayo, cepat kemari, akan kulihat tampangmu gaimana bentuknya!"
Blo'on terbelalak lalu meringis ketika mendengar perintah puteri raja itu.
"Hai, mengapa engkau tetap berdiri seperti patung?"
Seru puteri Ing Ing pula. Blo'on benar2 bingung. Ia tak tahu bagaimana harus bertindak.
"Seret kemari!"
Teriak Ing Ing kiongcu.
Serentak kedua belas dayang2 cantik itu berhamburan menyerbu Blo'on.
Ada yang mencekal lengannya kanan- kiri, ada yang memegang bahu, ada yang mencengkeram tengkuk, ada pula yang mendorong, bahkan ada yang menyiwir telinganya...
Blo'on gemetar.
Jika berhadapan dengan jago2 yang buas dan bertenaga kuat, tentu dia akan marah karena direncak seperti itu.
Dan sekali ia marah, tenaga sakti Ji-ih-cinkang tentu akan memancar.
Tetapi karena dikerubuhi gadis2 cantik yang halus tangannya dan harum baunya, dia benar2 mati kutu.
Sedikitpun ia tak merasa sakit bahkan malah nyaman.
"Aduh tiba2 ia menjerit ketika lengannya seperti digigit semut. Pada hal dia dicubit oleh salah seorang dayang.
"Beri hormat kepada kiongcu!"
Seru dayang itu seraya memperkeras cubitannya sehingga Blo'on meringis.
"Bagaimana aku dapat memberi hormat kalau tanganku sakit sekali seperti digigit semut begini?"
Bantah Blo'on.
"Hai, tabib setan, apa engkau dapat mengobati penyakitku ?"
Tiba-tiba Ing Ing kiongcu "Tidak dapat, kiongcu,"
Kata Blo'on.
"Tidak dapat?"
Teriak Ing Ing kiongcu.
"lalu mengapa engkau berani datang ke istana ini?"
"Entah,"
Kata Blo'on.
"hamba hanya menuruti titah bansweya saja."
"Ah, jangan main2 engkau!"
Bentak Ing Ing kiongcu.
"engkau harus dapat mengobati penyakit-ku."
"Penyakit apakah yang kiongcu derita?"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akhirnya Blo'on terpikat dalam pembicaraan.
"Kalau tahu, tentu sudah dapat diobati."
"O, kiongcu tak tahu penyakit yang kiongcu derita?"
"Ya,"
Sahut Ing Ing kiongcu.
"karena penyakit itu datangnya secara mendadak sekali. Tubuh demam, kepala pusing dan aku tak ingat apa2 lagi kecuali ingin bicara dan mengamuk."
Baru berkata sampai disitu, tiba2 kiongcu memegang kepalanya dan tubuh mulai gemetar.
Melihat itu Ceng Giok dan beberapa dayang segera memayang kiongcu naik ke atas pembaringan.
Setelah puteri berbaring, Ceng Giok menghampiri Blo'on dan menuding mukanya .
"Jangan main2 engkau !"
Serunya.
"apabila tak dapat mengobati kiongcu, kepalamu tentu akan dipenggal."
"Tetapi aku memang ttdak bisa mengobati penyakit, bagaimana aku harus mengobati kiongcu,"
Seru Blo'on dengan putus asa.
"Bohong! Bohong!"
Teriak dayang2 itu. Blo'on melongo, serunya tergagap.
"
Tidak, aku tidak bohong. Memang benar2 aku tak dapat mengobati penyakit. Jangankan mengobati lain orang, mengobati diriku sendiri, pun aku tak dapat .."
"Hi, hi, hi....."
Tiba2 dari arah peraduan Ing Ing kiongcu terdengar puteri itu tertawa mengikik. Dan sesaat kemudian puteripun berbangkit lalu turun dari peraduan.
"Hihhhh, setan itu ..... ngeri sekali mukanya.
"
Ia menuding kepada Blo'on.
"
Huh, aku takut.... aku takut.... tolong .... dia hendak menggigit aku ......
"
"Setan, jangan menakuti kiongcu kami.
"
Serempak dayang2 itu memukul, menampar dan menabok kepala Blo'on.
"Jangan takut, kiongcu, setan itu sudah hamba suruh menghajar.
"
Kata Ceng Giok.
"Apa? Siapa bilang dia setan!"
Tiba2 Ing Ing kiongcu deliki mata membentak Ceng Giok, ..
ah, kasihan, dia seorang gadis yang cantik.
Mengapa orang2 menyiksanya.
Tolonglah dia, beri pakaian yang indah dan bedakilah mukanya agar dia lebih cantik.
Biar dia bekerja sebagai dayang di sini ......."
"
Baik, kiongcu.
"
Kata Ceng Giok. Memang walaupun tahu bahwa puteri itu sedang mengoceh tak keruan, tetapi setiap perintahnya memang selalu dikerjakannya. Kalau tidak, puteri tentu marah ataupun menangis.
"Dandani tabib itu secantik-cantiknya,"
Seru Ceng Giok kepada para dayang. Berhamburanlah para dayang2 cantik itu menyerbu Blo'on.
"Hai, gila, mengapa kalian hendak melepas! pakaianku?"
Teriak Blo'on ketika beberapa dayang membuka pakaian prajurit Gi-lim-kun yang dipakainya.
Blo'on di 'rejeng' oleh dayang2 itu.
Seorang dayang menjiwir telinga kanannya, seorang lagi menjiwir telinga kirinya.
Kedua lengannya masing2 dipegang oleh dua orang dayang.
Seorang dayang membuka bajunya dan seorang lagi mencopot celananya.
Entah bagaimana, sebenarnya Blo'on malu dan hendak berontak tetapi hatinya tak tegah apabila melihat gadis2 cantik itu akan terlempar jatuh.
Dan entah bagaimana, sepercik kesadaran telah melintas dalam benaknva.
Bahwa para dayang itu hanya melakukan perintah saja.
Kalau sampai ia memberontak dan mereka jatuh terlukai berlumuran darah, ah, kasihan ....
"Kalian ini mau mengapakan aku ?"
Teriaknya pula.
"Engkau harus menurut titah kiongcu. Kiongcu kasihan kepadamu dan akan memberimu pakaian supaya engkau menjadi tambah cantik."
"Aku?"
Teriak Blo'on.
"aku ini anak lelaki, masakan mau dihias menjadi wanita cantik."
"Perintah kiongcu tak boleh dibantah!"
Seru para dayang seraya melanjutkan pekerjaannya melucuti pakaian prajurit Gilim- kun dari tubuh Blo'on. Beberapa saat kemudian seorang dayang muncul dengan membawa seperangkat pakaian dayang.
"Mati aku .....!"
Blo'on mengeluh tetapi ia tak mau berontak karena kuatir akan melukai gadis2 cantik itu.
"Ci Hun, mengapa pakaiannya tak dilepas sama sekali?"
Seru dayang yang membawa pakaian wanita itu.
"
Jangan! "
Teriak Blo'on gemetar dan bercucuran keringat. Dayang yang dipanggil taci Hun itu tersenyum.
"Ah, malu .... biarlah dia mengenakan pakaiannya itu."
Karena dipegangi oleh beberapa dayang, Blo'on tak dapat berbuat apa2 ketika seorang dayang memakaikan pakaian dayang kepadanya.
"
Wah, pas juga,"
Seru dayang itu.
"Bedaki mukanya dan kasih gincu pipi dan bibirnya,"
Perintah Ceng Giok.
Seorang dayang sudah siap dengan sebuah penampan berisi bedak dan gincu.
Seorang dayang lain segera tampil dan terus melumuri muka Blo'on dengan pupur wangi lalu memberi sedikit gin-cu pada kedua belah pipinya dan terakhir, bibirnyapun dimerah dengan gincu.
"Cantik sekali!"
Seru para dayang.
"Tetapi sayang rambutnya gundul!"
Seru salah seorang dayang.
"St,"
Ceng Giok mengatupkan jari ke mulutnya, memberi isyarat agar dayang itu jangan ngoceh tak keruan.
"kiongcu tak menyuruh memberi rambut pada tabib itu. Sudahlah, jangan engkau mengusik hal itu. Kalau kiongcu mendengar dan menitahkan begitu, kita yang berabe, bisiknya."
"Kiongcu, dia sudah menjadi seorang dayang yang cantik,"
Ceng Giok menghadap Ing Ing kiongcu.
"Ya, ya, cantik juga,"
Seru puteri itu seraya tertawa memandang Blo'on.
"tetapi siapa namanya? Harus diberi nama."
"Benar, kiongcu,"
Sahut Ceng Giok.
"bagaimana kalau diberi nama Jiu Sian saja?"
"Jiu Sian? Apa artinya nama itu?"
Tanya Ing Ing kiongcu.
"Jiu artinya musim rontok. Sian artinya bidadari. Jiu Sian berarti ' bidadari di musim rontok'."
Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Si Rase Terbang Pegunungan Salju Karya Chin Yung Si Pisau Terbang Pulang -- Yang Yl