Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 22


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 22



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   Untung dalam keadaan bahaya itu, Mo Gay Ti tak kehilangan kesadaran pikirannya.

   Cepat ia memindahkan outiap- khek ditangan kanan ke tangan kiri lalu secepat kilat ia lepaskan sebuah hantaman ke lantai.

   Bum ....

   lantai bergetar keras dan dengan meminjam tenaga pukulan itu Mo Ga, Ti melambung lagi ke udara lalu berjumpalitan turun ke lantai beberapa meter jauhnya dari tempat kedua harimau.

   Pukulan Mo Gay Ti telah menimbulkan getaran keras dan lantai papanpun pecah berhamburan sehingga kedua harimau itu terpaksa beringsut mundur.

   Itulah sebabnya Mo Gay Ti dapat meluncur turun dengan tiada mendapat gangguan.

   Pertarungan antara ketua Ou-tiap pang melawan dua ekor harimau itu telah menimbulkan kegemparan dikalangan jago2 yang berada dibawah panggung.

   Mereka mendapat kesan bahwa kedua harimau itu ternyata telah mendapat latihan yang hebat sehingga mereka dapat berkelahi dengan gaya llmusilat.

   Tetapi kepandaian gin-kang dari ketua Ou-tiap-pang itupun mendapat sambutan yang meriah dari sekalian jago2 silat.

   Demikan pertarungan antara manusia dengan sepasang harimau berjalan dengan seru dan dahsyat.

   Berkat ilmu ginkang yang tinggi, dapatlah berulang kali ketua Ou-tiap-pang menyelamatkan diri dari maut.

   Tetapi kedua harimaupun beberapa kali hampir celaka karena senjata out-tap-khik.

   Beberapa saat kemudian tiba2 terjadi suatu adegan yang mendebarkan.

   Ketika menghindari terkaman seekor harimau, tiba2 harimau yang lain menerkam dari belakang.

   Dalam keadaan terdesak, Mo Gay Ti taburkan trisula-kupu2 kemata harimau itu.

   Tetapi harimau itu cepat menampar.

   Terdengar, aum dahsyat dan harimau itupun berguling-guling di lantai.....

   Ternyata taburan trisula itu lebih cepat, telapak tangan harimau terpanggang senjata itu dan harimau itupun meraung-raung kesakitan.

   Mo Gay Ti tertegun.

   Tiba2 ia rasakan punggungnya dilanda oleh desir angin tajam.

   Cepat ia berbalik tubuh hendak menaburkan trisula-kupu2 yang berada ditangan kirinya.

   Tetapi kalah cepat.

   Sebelum sempat mengayunkan tangan, harimau itu sudah menggigit lengan kirinya, kres ....

   darahpun segera menyembur keluar mengiring separoh lengannya yang putus.

   Pandang mata Mo Gay Ti serasa gelap tetapi dengan keraskan hati, ia empos semangat dan mengerahkan seluruh sisa tenaganya ke kaki, Plak, sebuah tendangan diarahkan keperut harimau itu Harimau terlempar ke belakang tetapi Mo Gay Ti pun rubuh tak sadarkan diri.

   Pengawal baju putih tiba2 bergerak, menggotong Mo Gay Ti dibawa masuk kedalam.

   Dalam gemuruh hiruk suara yang bergema dibawah panggung, tiba2 sesosok tubuh melayang ke atas panggung.

   Seorang paderi tua, tegak menghadap ke arah Kim Thian Cong.

   "Kim kaucu,"

   Serunya dengan suara lantang "apa yang diminta oleh Mo pangcu tadi, sesungguhnya memang layak .."

   "Oh, kiranya Liau Liau taysu dari biara Leng hun-kwan gunung Ngo-tay-san,"

   Seru pengacara menukas kata2 paderi itu. Namun Liau Liau taysu tak menghiraukan dan tetap menghadap ke arah Kim Thian Cong .

   "Memang menjadi pertanyaan dalam setiap hati para hohan yang berkumpul di bawah panggung untuk berhadapan muka dengan Kim kaucu. Hal itu untuk menambah kepercavaan mereka agar lebih mantap untuk masuk menjadi anggauta Thian-long kau". Kim Thian Cong hanya tersenyum tetapi tak menyahut.

   "Taysu"

   Kembali pengacara itu berseru.

   "Kim kaucu telah menyerahkan semua pelaksanaan acara disini kepadaku. Kini kaucu takkan menerima langsung semua laporan ataupun pembicaraan"

   Liau Liau taysu tetap tak mengacuhkan dan tetap melanjutkan kata2 kepada Kim Thian Cong .

   "Kiranya hal itu sudah jamak apabila sebagai pendiri dari sebuah perkumpulan baru, Kim kaucu suka tampil memperkenalkan diri".

   "Jika taysu tetap tak mengacuhkan, terpaksa Akan kuambil tindakan"

   Seru pengacara.

   "Dengan tindakan kaucu untuk menghukum pangcu dari Ou-tiap-pang tadi, apakah takkan memberi kesan kepada sekalian hohan bahwa Thian-tong-kau itu bertindak sewenang2, atau sekurang-kurangnya memberi kesan bahwa kaucu tak berani berhadapan dengan mereka ?"

   "Pengawal Putih yang terdepan, majulah untuk menghajar adat pada paderi itu"

   Tiba2 pengacara berteriak.

   Serentak seorang pengawal baju putih melangkah maju kehadapan Liau Liau taysu.

   Tanpa berkata apa2 ia terus menghantam paderi dari biara Leng-hun-kwan.

   Barisan pengawal baju putih maupun baju merah, semua memakai cadar atau kerudung muka sehingga tak kelihatan bagaimana wajah mereka.

   Liau Liau taysu terkejut atas serangan orang itu.

   Bukan saja dilancarkan dengan cepat, pun pukulannya mengandung tenaga-dalam yang bukan olah2 hebatnya.

   Sepanjang ingatannya, jarang sekali tokoh silat yang memiliki ilmu tenaga-dalam sedemikian hebatnya itu.

   Tetapi Liau Liau tak sempat merenung lagi karena hanya sekejap saja ia terkesiap, angin pukulan itu sudah hampir melanda dadanya.

   Terus ia dorongkan sepasang tangannya untuk membendung.

   Bum ..terdengar letupan keras dan tahu2 tubuh Liau Liau telah terdorong mundur sampai empat lima langkah dan huak .

   , .

   ia muntah segumpal darah segar.

   Kegemparan diantara para tokoh2 silat yang berada dibawah panggung, jauh lebih gempar dari yang tadi, Dalam sekali pukul saja, Liau Li telah rubuh.

   Pada hal paderi kepala biara Leng-hun-kwan itu juga tergolong seorang tokoh yang berilmu tinggi.

   Pengawal baju putih itu terus maju lagi hendak menghantam Liau Liau taysu.

   Melihat itu Hoa Sin meluap kemarahannya.

   Tanpa berunding lagi dengan ketiga rekannya ia terus hendak loncat keatas panggung tetapi tiba2 sesosok tubuh sudah mendahului melayang keatas panggung seraya ayunkan tangannya.

   Sebuah gelombang angin keras segera melanda pengawal baju putih itu.

   Pengawal itupun tertegun berhenti.

   Selekas tiba di panggung orang itupun segera berseru .

   "Hai, orang Thian-tong-kau, jangan sewenang-sewenang terhadap sesama kaum persilatan"

   "Oh, kiranya Auyong Kun ketua partai Tiang pek-pay"

   Seru pengacara.

   "hai, berhentilah engkau kembali kebarisanmu lagi"

   Serunya kepada pengawal baju putih. Rupanya nengawal baju putih itu amat penurut sekali kepada pengacara. Dia segera kembali ke tempat barisannya.

   "Apakah yang Auyong pangcu katakan bahwa kami bertindak se-wenang2 itu?"

   Seru pengacara pula.

   "Liau Liau taysu sudah terluka, mengapa pengawal baju putih itu hendak menyerang lagi ? Bukankah tujuan Thiantong- kau hendak mencari anggota tapi mengapa melakukan pembunuhan ? Sekarang katakanlah, hendak bersekutu atau hendak membasmi kaum persilatan? Jika akan membasmi aku Auyong Kun, yang pertama akan melawan". Pengacara itu mendecak mulut .

   "Ah.Auyong pangcu salah faham. Sama sekali Thian-tong-kau tak menginginkan pertumpahan, tak menginginkan permusuhan dan berniat membasmi kaum persilatan. Bahkan kebalikannya, Thian-tongkau hendak mengajak seluruh kaum persilatan untuk bersatu padu menyelamatkan dunia persilatan", Berhenti sejenak, pengacara itu melanjutkan .i "Bahwa Liau Liau taysu telah menderita luka itu, tak lain karena tindakannya sendiri yang tak memandang mata kepada peraturan Thian-tong kau. Sudah kuperingatkan namun dia masih tak menggubris diriku. Jika peraturan dibiarkan saja di injak2 orang, bagaimana Thian-tong-kau akan menegakkan kewibawaannya ?"

   "Tetapi mengapa dia menyerang orang yang sudah terluka ?"

   Desak Auyong Kun. Pengacara itu menghela napas.

   "Barisan pengawal baju putih dan merah dari Thian-tong-kau itu memang manusia2 yang luar biasa. Sekali bergerak, mereka terus akan bergerak kecuali mendapat perintah baru. Sebenarnya aku pun sudah hendak memerintahkan dia berhenti tapi Auyong pangcu keburu datang". Ketua Tiang-pek-pay tertawa hambar.

   "Bagaimana dengan ketua Ou-tiap-pang dan kelima San-se Ngo-kiat itu ?"

   "Ah. harap Auyong pangcu tak usah kuatir akan merawat luka mereka sampai sembuh". Auyong Kun kerutkan alis. Beberapa saat kedengaran ia berkata pula .

   "Bagaimana juga, kuanggap pendirian Thiantong- kau ini tetap rnenyangsikan".

   "O,"

   Desuh pengacara.

   "dalam soal apa ? Apakah Auyong pangcu juga menghendaki seperti Mo pangcu dari Ou-tiappang tadi ?"

   "Ya,"

   Sahut Auyong Kun "disamping juga menuntut supaya beberapa orang yang ditawan tadi dikeluarkan dan dipulangkan ketempat masing2. Hanya dengan tindakan itu. aku baru mau percaya pada Thian-tong-kau."

   "Aha", seru pengacara.

   "tuntutan Auyong pangcu ternyata lebih banyak dan lebih berat untuk kami luluskan. Hak apakah Auyong pangcu mengajukan tuntutan semacam itu ?"

   "Atas nama partai Tiang-pek-pay dan segenap kaum persilatan yang masih menjunjung keadilan dan kebenaran"

   Seru ketua' Tiang-pek-pay.

   "Cet, cet", pengacara men-decak2.

   "adakah Auyong pangcu msnganggip Tiang-pek-pay itu mampu mewwakili kaum persilatan seluruhnya ? Adakah Tiang-pek-pay itu jauh lebih berpengaruh dari ketujuh partai besar dalam dunia persilatan?"

   "Keadilan dan kebenaran, bukanlah milik sebuah partai persilatan ataupun beberapa tokoh persilatan tetapi milik mereka yang benar2 masih mempunyai jiwa ksatrya !"

   "O, sungguh hebat engkau, Auyong pangcu!' seru pengacara memuji."

   Tiba2 wajah Auyong Kun mengerut gelap dan dengan suara keras ia berseru .

   "Atas dasar dan hak apakah Thian-tong-kau hendak mempersatukan dunia persilatan ?"

   Serentak wajah pengacarapun mengerut serius.

   "Auyong pangcu menanyakan dasar dan hak partai Thian-tong-kau ?"

   Serunya.

   "baik, dengarkanlah. Dasarnya yalah hendak menyelamatkan dunia persilatan dari bahaya latah yang tak pernah habis. Bahaya dari pertumpahan darah, bunuh membunuh. Agar dunia persilatan dan umat manusia dapat mengenyam ketenteraman dan hesejahteraan hidup. Apakah hak Thian tong-kau ? Thian-tong-kau cukup layak untuk mendapatkan hak itu karena dalam soal keagamaan. Thiantong- kau mempunyai ajaran yang suci untuk mengarah kehidupan Thian-tong (Nirwana). Dalam perlengkapan ilmu kesaktian, Thian-tong-kau laksana sebuah telaga yang penuh dengan naga dan harimau. Tidakkah Auyo pangcu menyaksikan sendiri beberapa kepandai yang telah dipertunjukkan oleh beberapa murid dan pengawal Thiantong- kau tadi ? Tidakkah Thia tong-kau berhak untuk mempersatukan dunia persilatan ?"

   Auyong Kun tertawa.

   "Berbicara soal agama, negara kita kaya akan ilmu ajaran falsafah yang tinggi, kebatinan dan agama. Bukankah tiga aliran atau Sam-kau yang Hud-kau (Buddha), To-kau dan Khong-kau (Confucius) sudah cukup mencangkum aliran agama di negara ini ?"

   "Aha,"

   Pengacara berseru mencemoh.

   "adakah sudah digariskan oleh Thian bahwa di negara ini hanya diizinkan berkembang ketiga aliran itu ? Ah, tidak, Auyong pangcu. Orang bebas untuk memiliki suatu kepercayaan apapun, asal kepercayaan itu berdasar pada Ke-Tuhanan. Thian-tong-kau akan menyumbangkan ilmu ajarannya menuju ke arah ke- Tuhan-an, membimbing kesucian dan menciptakan ketenangan hidup". '"Tetapi mengapa Thian-tong-kau mengadakan tindakan memaksa kepada orang untuk masuk menjadi anggautanya ? Engkau mengatakan bahwa orang bebas memilih kepercayaan masing2. tidakkah kata2mu itu hanya kosong belaka ?"

   "Jangan lupa"

   Sahut pengacara dengan tenang.

   "bahwa sejak tadi telah kutandaskan bahwa kami tak mengadakan paksaan apa2. Hanya telah tercantum dalam peraturan Thiantong- kau, bahwa setiap orang yang menolak ajakan kami harus benar2 dapat membuktikan bahwa dia lebih unggul dalam segala apa dari Thian-tong-kau."

   "Maksudmu harus dapat mengalahkan anak murid Thiautong- kau ?"

   Auyong Kun menegas.

   "Khusus kepada kaum persilatan. Thian-tong kau memang mengadakan peraturan begitu, agar mereka dapat membuktikan bahwa Thian-tong-kau bukan sebuah pendirian yang boleh diremehkan. Peraturan itu berlaku untuk semua tetamu2 yang kami undang dalam pertemuan ini, tak terkecuali juga Auyong pangcu"

   "Memang tegaknya diriku di panggung ini tak lain karena hendak mematuhi peraturan itu"

   Jawab Auyang Kun.

   "O."

   Seru pengacara.

   "jika demikian agar dapat menghemat waktu, sukalah Auyong pangcu bersiap untuk menghadapi salah seorang pengawal baju merah kami"

   "Hai, pengawal baju merah disebelah depan majulah layani Auyong pangcu ini!"

   Seru pengacara.

   Dan serentak seorang pengawal baju merah maju kehadapan Auyong Kun.

   Juga pengawal baju merah itu mengenakan cadar kain merah sehingga mukanya tak kelihatan.

   Auyong Kun pasang kuda2.

   Dan pengawal baju merah itu tanpa berkata apa2, terus maju.

   Walaupun heran atas sikap orang itu, tetapi Auyong Kun menyadari bahwa orang itu tentu lihay, maka setelah menyalurkan tenaga-dalam ketangan, ia segera membuka serangan pertama dengan jurus Liat-biathoa- san atau dengan tenaga-penuh-menghantam-gunung- Hoasan.

   Pukulan tangan kanan diayunkan ke arah kepala orang itu.

   Orang itu beringsut kesamping untuk menghindari tetapi secepat itu pula Auyong Kun sudi mengganti dengan jurus Thui-jong-ong-gwat atau mendorong-jendela-melihatrembulan.

   Dengan kedua tangannya ia menghantam dada orang itu sekuat-kuatnya, bluk .

   Pengawal baju merah itu hanya mengerang pelahan dan tersurut mundur setengah langkah tetapi secepat kilat ia terus menyambar kedua tangan Auyong Kun, ditarik lalu didorong lagi.

   Apa yang terjadi benar2 menggemparkan sekalian tokoh2 yang berada dibawah panggung.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tubuh Auyong Kun ketua Tiang-pek-pay telah terlempar sampai beberapa belas langkah dan jatuh kebawah panggung.

   Untung seorang tokoh berdandan sebagai seorang sasterawan menyanggapi tubuh ketua Tiang-pek-pay itu.

   "Auyong pangcu, bagaimana engkau ?"

   Tanya orang itu yang tak lain adalah Siau-bin-su-seng atau Sasterawanberwajah tertawa Li Seng Pun.

   Beberapa tokoh silat yang berada di dekat tempat itu segera menghampiri untuk memberi pertolongan.

   Tampak Auyong Kun pejamkan mata napasnya lemah, wajah pucat lesi.

   Setelah memeriksa nadi pergelangan tangan Auyong Kun, seorang tetamu setengah tua dan dadanannya sebagai seorang saudagar, menghela napas .

   "Ah, Auyong pangcu telah menderita luka-dalam yang sangat parah". Tokoh berdandan seperti saudagar itu segera merogoh kedalam saku bajunya dan mengeluarkan sebutir pil merah sebesar kacang, lalu disusupkan kemulut Auyong Kun.

   "Pil Siok-beng-po-gi kim-tan ini tak dapat menyembuhkan luka Auyong pangcu yang begini parah tetapi mampu mempertahankan jiwanya sampai tujuh hari,"

   Kata orang itu.

   "Jika begitu baiklah kita suruh anakbuahnya untuk membawa pulang,"

   Kata seorang lain.

   "Jangan,"

   Jawab orang yang memberi pil. Dia adalah Thay goan It-kiam atau Pedang-tunggal dari Thay-goan, Leng Siang In.

   "Sepanjang jalan turun gunung ini, telah dijaga ketat oleh anakbuah Thian-tong-kau. Tanpa izin mereka, Auyong pan-cu tentu akan diserang. Lebih baik untuk sementara biar disini sampai pertemuan ini selesai."

   "Saudara2, tulung rawatlah Auyong pangcu kata jago pedang dari Thay-goan itu lalu ayunkan tubuh loncat melayang keatas panggung.

   "Oh,"

   Pengacara mendesah.

   "adakah Thay goan It-kiam Leng Siang In tayhiap juga hendak mengemukakan pendapat ?" 'Pendapat sudah cukup banyak diutarakan tadi,"

   Sahut Leng Siang In.

   "dan hasilnya tak banyak, hanya jatuhnya beberapa korban saja."

   "Lalu apa maksud Leng tayhiap naik ke panggung ? Apakah Leng tayhiap hendak meluluskan permintaan kami masuk menjadi anggauta Thian tong kau?"

   "Terima kasih,"

   Sahut Leng Siang In.

   "memang ada keinginan itu dalam pikiranku, tetepi sayang"

   "Mengapa?"

   Seru pengacara.

   "Bahwa pedang yang mendampingi aku selama berpuluh tahun ini,"

   Ia menunjuk pada pedang yang tersanggul dibelakang punggung.

   "menuntut lain, ia meminta supaya diizinkan berkenalan dulu dengan pedang dari anakmurid Thian-tong-kau agar kelak dapat lebih erat hubungannya."

   "Ah, ah,"

   Pengacara tertawa.

   "indah sekali Leng tayhiap menggunakan kata2 kiasan. Baiklah, jika menang begitu yang tayhiap kehendaki, kami-pun akan mengiringkan saja."

   "Hai pengawal baju putih yang ketiga dari depan, layanilah Leng tayhiap,"

   Seru pengacara pula. Seorang lelaki bertubuh kurus segera tampil kehadapan Leng Siang In. Dalam baju dan kain cadar putih, sukarlah untuk melihat bagaimana wajahnya dan berapa umurnya.

   "Leng tayhiap hendak menggunakan pedang, harap engkau mengeluarkan pedang juga,"

   Seru pengacara. Pengawal baju putih itu tak berkata apa2, melainkan merogoh kedalam baju dan mengeluarkan sebatang pedang pendek.

   "Silahkan saudara mulai"

   Seru Leng Siang In seraya mencabut pedangnya.

   Sepercik sinar kemilau memancar ketika tertimpah cahaya obor yang menerangi sekeliling panggung itu.

   Warna sinar pedang itu kemerah-merahan, tangkainya berhias sutera merah.

   Tampak mata pengawal baju putih itu berkilat sejenak ketika melihat pedang tetamunya.

   Namun ia tak mengucap apa2 dan terus memutar pedangnya.

   Gerak pembukaan itu menimbulkan lingkaran sinar pedang yang mengejutkan.

   Diam2 Leng Siang In terkejut juga menyaksikan gerak pedang orang yang sedemikian cepat dan dahsyat.

   Serangan segera dibuka oleh pengawal baju putih itu dengan Gwat-kong-boan-thian, atau Sinar rembulanmemenuhi- langit.

   Sinar pedang berhamburan laksana hujan mencurah ke arah kepala Leng Siang In.

   Walaupun dalam hati terkejut namun Leng Siang In dengan tenang segera memutar pedang untuk menghapus hujan sinar itu.

   Pedang dimainkan dalam ilmupedang Suan-hong-kiam atau angin-puyuh.

   Bagaikan angin menderu-deru, lingkaran sinar pedang Leng Siang In itu telah mengurung lingkaran sinar pedang lawan, makin lama makin mengecil dan akhirnya lenyap.

   Terdengar dua buah seruan tertahan dari pengawal baju putih dan Leng Siang In.

   Pengawal baju putih terkesiap karena melihat ilmu pedang dari jago Thay-goan itu.

   Leng Siang Inpun terkejut karena mengagumi ilmupedang lawan.

   Walaupun telah dikurung dan dijepit namun lawan dapat menyelamatkan pedangnya dari benturan.

   Sekali lawan berani meugadu pedang, tentulah ia dapat memapas kutung pedangnya.

   Tampak pengawal baju putih pejamkan mata kemudian berdiri tegak, meluruskan pedang kemuka dada, ujungnya mengurus ke depan.

   Pandang matanya mencurah ke ujung pedang.

   Gelar Thay-goan It-kiam atau pedang nomor satu dari Thay-goan, bukan diperoleh dengan mudah.

   Leng Siang In memang seorang tokoh ilmu pedang yang cemerlang.

   Ia faham beberapa ilmu-pedang dari beberapa partai persilatan.

   Dan dari berbagai ilmupedang itu ia berhasil menciptakan sendiri sebuah ilmu pedang yang diberi nama Hoan thian -tohay- kiam atau ilmupedang membalik-langit-menjungkir-laut.

   Walaupun hanya terdiri dari dua jurus tetapi dua jurus itu dapat dipecah lagi menjadi berpuluh-puluh gerak perobahan yang luar biasa, dimana segala ilmu pedang dalam dunia persilatan telah tercangkum didalamnya.

   Disamping itu diapun memiliki sebatang pedang Ang-liongkiam atau pedang Naga-merah sebuah pedang pusaka yang diperolehnya dari seorang sakti.

   Pedang itu luar biasa tajamnya, dapat memapas logam seperti memapas tanah liat saja.

   Melihat pengawal baju putih itu mengambil sikap begitu rupa, diam2 Leng Siang In terkejut.

   Sebagai seorang tokoh ilmu pedang, cepat ia dapat mengetahui bahwa lawan sedang bersiap mengeluarkan ilmupedang yang sakti.

   Ujung pedang menjurus lurus ke muka dan seluruh perhatian dicurahkan pada ujung pedang itu merupakan gerak ilmu pedang yang tinggi.

   Seluruh tenaga-dalam telah dipancarkan ke batang pedang.

   Jelasnya, lawan telah menumpahkan seluruh perhatian dan tenaga-dalam ke ujung pedang.

   Diam2 Leng Siang Inpun bersiap.

   Ia juga kerahkan tenagadalam ke lengan.

   Setelah itu ia mulai membuka serangan.

   Ia tahu bahwa musuh akan menunggu serangannya dan serentak terus akan melancarkan suatu serangan dahsyat.

   Oleh karena itu Leng Siang In pun membuka serangannya dengan jurus sederhana.

   Ia hendak menunggu juga apa yang akan dimainkan.

   Selekas Leng Siang In ayunkan pedang, tafnpa menunggu tibanya serangan, pengawal bajuputih itu segera hamburkan pedangnya dalam kecepatan yang tak pernah diduga lawan.

   Leng Siang In terkejut, cepat ia taburkan pedangnya untuk menghalau, tetapi terlambat.

   Dalam pertarungan pedang maupun pukulan tangan kosong yang dilakukan jago2 golongan ko-jiu, sedikit lubang dari kelambatan lawan cukup sudah untuk merobah posisi pertarungan.

   Demikian dengan Leng Siang In.

   Ia membuka serangan dengan jurus sederhana tetapi lawan telah menyerangnya dengan dahysat.

   Leng Siang In tak sempat lagi untuk memperkokoh pertahanannya.

   Saat itu dia dikurung oleh lingkaran sinar pedang lawan yang menyelubungi kaki sampai ke kepalanya.

   Masih untung dia mempunyai senjata pusaka seperti Ang-liong-kiam sehingga lawan tak berani beradu.

   Tetapi sekalipun begitu, ia tak dapat melepaskan diri dari kurungan sinar pedang yang setiap saat akan bersarang ke tubuhnya.

   Dan yang lebih hebat, serangan pedang pengawal baju putih itu selalu mengarah pada jalandarah berbahaya di tubuh Leng Siang In.

   Leng Siang In benar2 sibuk sekali sehingga tubuhnya mandi keringat, la tak sempat lagi mengembangkan ilmupedang Hoan-thian-to-hay-kiam, yang paling diandalkan karena ia berada di fihak yang diserang habis-habisan, la hanya dapat bertahan untuk menyelamatkan jiwanya.

   Tersengsamlah sekalian tokoh2 silat yang menyaksikan dibawah panggung.

   Mereka mengagumi ilmupedang Thaygoan It-kiam yang begitu hebat tetapi lebih mengagumi juga pada ilmu pedang pengawal baju putih yang dahsyat.

   Pertarungan berjalan makin lama makin seru.

   Leng Siang In lebih banyak bertahan daripada menyerang.

   Walaupun sampai berpuluh-puluh jurus belum juga ia menderita kekalahan, tetapipun ia tak mampu meloloskan diri dari lingkaran pedang lawan.

   Tampak wajah jago dari Thay-goan mulai merah dan keringat seperti banjir.

   "Omitohud ! Kiranya dia..,"

   Tiba2 Hong Hong tojin berseru tertahan dan terus ayunkan tubuh melayang ke atas panggung. Pengemis-sakti Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Pang To Tik terkejut...... O^^odwo^^O

   Jilid 32 Penemuan Saat itu Leng Siang In sedang sibuk menghadapi serangan pedang dari pengawal baju putih..

   Leng Siang In bergelar Thay-goan It-kiam atau Pedang-tunggal dari Thay-goan.

   Ia telah mengeluarkan ilmupedang simpanannya Hoan-thian-tokiam atau ilmupedang Membalik-langit-menjungkir-laut, sebuah ilmupedang buah ciptaannya sendiri.

   Ilmupedang itu hebatnya bukan kepalang.

   Sesuai, dengan namanya bahwa jurus2 serangannya selalu berlawanan arah.

   Untuk beberapa saat pengawal Baju Putih yang mukanya bertutup kain cadar putih itu agak bingung.

   Tetapi beberapa saat kemudian ia merobah gaya permainannya dan sejak perobahan itu maka Leng Siang lnpun mulai terdesak.

   Semua serangannya dapat dihalau dan dihindari lalu balas diserang.

   Pada saat itu Leng Siang In terpaksa harus bertahan.

   Ia tak mampu balas menyerang bahkan bertahanpun ia harus menumpahkan seluruh kepandaiannya.

   Detik yang menegangkan segera menjelang ti ba.

   Tabasan pedang pengawal baju-putih yang melancar ke arah kepala Leng Siang In, tiba2 berganti dengan menusuk ke dada.

   Pergantian yang mendadak itu mengejutkan Leng Siang In...

   Ia sudah terlanjur menjungkatkan pedangnya keatas untuk melindungi kepalanya sehingga dadanya tak terlindung.

   Serangan itu meluncur cepat sekali dan sekalian orang sudah menjerit karena memastikan kalau jago dari Thay-goan itu tentu terluka kali ini.

   "Gunakan jurus Thiat-pian kio dan tendangkan kaki kiri,"

   Tiba2 terdengar suara orang berseru.

   Leng Siang In tak sempat meneliti siapakah yang berseru itu.

   Tetapi ia percaya bahwa apa.

   yang diajarkan orang itu memang satu2nya jalan, untuk lolos dari bahaya maut.

   Sambil ayunkan tubuh ke belakang dari gerak Thiat-piah-kio atau Jembatan-besi gantung, kaki kirinya menendang siku lengan lawan.

   Pengawal baju putih itu terkejut karena lawan tiba2 rubuh kebelakang sehingga ujung pedang nya menusuk angin dan sesaat itu siku lengannya tersambar angin tendangan.

   Pengawal Baju Putih itu tak gugup.

   Menyurut mundur dua langkah, secepat kilat ia menabas kaki Leng Siang In.

   Tetapi Leng Siang In bukan jago sembarangan.

   Iapun bertekad untuk mengadu jiwa.

   Andaikata kakinya terpapas, iapun dapat melukai lawan.

   Dengan keputusan itu ia segera ayunkan kaki kanan untuk menendang bawah perut orang itu.

   Ditendangan yang disertai dengan tenaga-dalam penuh itu, dipercaya tentu akan menghancurkan alat vital lawan.

   Rupanya pengawal Baju Putih itu terkejut juga menyaksikan tindakan lawan.

   Jarak keduanya amat rapat sehingga tak mungkin ia dapat menghindar.

   Sring.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Karena sudah terlanjur membabat, ia terpaksa mengurangi tenaganya dan.

   terus loncat mundur.

   "Leng Siang in berjumpalitan "beberapa kali kebelakang lalu melenting berdiri tegak. Memandang ke bawah, ia mengeluh. Ujung sepatunya yang kiri telah terpapas. Sehingga sebuah jari kelingking kakinya ikut terbabat kutung. Setelah menyurut mundur, pengawal Baju-Putih hendak bergerak menyerang lagi tetapi saat itu sesosok tubuh loncat menamparnya. Orang itu bukan lain adalah Hong Hong tojin. Dialah.. ,yang meneriaki Leng Siang In supaya menggunakan jurus Thiat-pian-kio beserta Lian-hoan-thui atau tendangan berantai. Begitu melayang kepanggung ia segera memberi petunjuk kepada Leng Siang In dan kini melihat pengawal Baju Putih hendak menerjang. Iapun cepat2 loncat menamparnya untuk menahan. Pengawal Baju Putih itu terkesiap, ketika dirinya dilanda oleh angin pukulan yang tajam dan kuat. Terpaksa ia memutar pedang untuk menghapus angin tamparan itu.

   "Cianpwe,"

   Seru Hong Hong tojin setelah berdiri tegak dihadapan pengawal Baju Putih itu.

   "Harap jangan salah mengerti. Aku tak bermaksud menyerangmu melainkan hendak menghentikan pertempuran ini."

   Pengawal Baju Putih itu terkesiap, menatap wajah Hong Hong tojin.. Sinar matanya tampak hampa, Hong Hong tojin terkejut. Ia makin cenderung pada dugaannya.

   "Cianpwe,"

   Serunya pula.

   "mohon tanya, jika tak salah ilmupedang yang cianpwe mainkah tadi adalah ilmu pedang Gun-goari-kiam-sut . Ia berhenti sejenak untuk melihat reaksi orang, tetapi pengawal Baju Putih itu hanya terbelalak tanpa mengucap sepatah kata.

   "Cianpwe"

   Hong Hong tojin berseru pula.

   "ilmu pedang Gun-goan-kiam-hwat adalah ilmupedang pusaka dari partai persilatan Go-bi-pay. Di kalangan murid2 Bu-tong-pay. tidak banyak yang menguasai ilmupedang tersebut. Angkatan murid yang sekarang ini, tak ada seorangpun yang mampu mempelajarinya. Hanya angkatan yang keduapuluh empat, ada seorang murid Go-bi-pay yang berhasil memahaminya ...

   "

   HongHong tojin hentikan pula kata2nya.

   Ia memperhatikan bagaimana tanggapan pengawal Baju Putih.

   Tetapi ternyata orang itu tetap tertegun dengan mata yang hampa.

   Diam2 Hong Hong tojin heran.

   Mengapa sinar mata pengawal Baju Putih itu tak memancarkan suatu reaksi apa2.

   Mengapa dia seperti sebuah patung bernyawa" ? "Murid Go-bi-pay angkatan keduapuluh empat itu adalah sute dari ketua Go-bi-pay pada masa itu.

   Dan ketua dari Gobi- pay angkatan keduapuluh empat itu bukan lain adalah suhuku, Dengan demikian sute dari guruku adalah paman guruku yang bernama Biau Hun totiang"

   Tetapi pengawal Baju Putih itu termangu hampa.

   "Dan kalau tak salah, Biau Hun susiok itu adalah totiang sendiri "

   Tiba2 Hong Hong tojin berseru. Orang itu terkesiap tetapi tiba2 terdengarlah pengacara bersuit nyaring lalu berseru memberi perintah .

   "Pek-i sucia, usirlah imam itu dari panggung."

   Pek-i su-cia atau Duta Baju Putih itu segera memberingas lagi, Tanpa berkata apa2 pengawal itu terus taburkan pedang menyerang Hong Hong tojin.

   "Susiok ...

   "

   Teriak Hong Hong tojin seraya menghindar.

   Tetapi orang itu tak mempedulikan Diserangnya ketua Go-bipay itu dengan gencar.

   Melihat itu Leng Siang In memberingas, lapun hendak membalas pertolongan Hong Hong tojin tadi.

   Pedang Angliong- kiam atau naga merah segera, ditaburkan menjadi lingkaran sinar pedang yang memercikkan be-ratus2 bunga api.

   "Leng tayhiap, tahan"

   Seru Hong Hong tojin seraya menampar kearah jago Thay-goan itu. Sudah tentu Leng Siang In terkejut. Ia tak tahu mengapa Hong Hong tojin malah menyerangnya. Cepat ia loncat kesamping untuk menghindar.

   "Leng tayhiap, jika tak keliru dugaanku, orang berbaju putih itu adalah paman guruku Biau Hun tojin yang telah lama menghilang,"

   Kata Hong Hong tojin dengan menggunakan Coan-im-jip-bi a-tau ilmu Menyusup suara..

   Leng Siang In terkesiap.

   Namun ia menurut juga permintaan orang.

   Dalam pada itu Hong Hong tojin harus melayani serangan pengawal Baju Putih yang makin lama makin gencar.

   "Leng tayhiap, silahkan turun dari panggung", kembali Hong Hong tojin menggunakan ilmu Menyusup suara.

   "sukalah Leng tayhiap memandang muka pinto dan izinkan pinto yang menghadapi susiok pinto"

   Sesungguhnya Leng Siang In berada dalam persimpangan.

   Jika ia lanjutkan menempur pengawal Baju Putih itu, tentulah ia akan menderita kekalahan yang hebat.

   Tetapi sebagai seorang ksatrya seorang jago nomor satu dari Thay-goan malu kalau harus mundur.

   Ia lebih suka memilih jalan maut.

   Kini setelah mendapat permintaan dari Hong Hong tojin, iapun mau juga menurut.

   Diam2 ia berterima kasih, kepada ketua Go-bi-pay itu yang telah menyelamatkan mukanya.

   Dan ia pun tak enak hati kalau berkeras hendak menempur pengawal Baju Putih yang menurut dugaan adalah paman guru dari Hong Hong tojin atau ketua partai Go-bi pay yang sekarang.

   Demikian dengan beberapa pertimbangan, itu, Leng Siang Inpun enjot tubuhnya melayang turun dari panggung.

   Memang bagi seorang tokoh semacam Leng Siang in tidaklah mudah untuk mundur dari suatu pertarungan besar yang disaksikan oleh be-ratus2 kaum persilatan.

   Tetapi dengan adanya Hong Hong-tojm turun tangan itu, Leng Siang In tak sampai menderita malu.

   Pertempuran diatas panggung makin memuncak.

   Hong Hong tojin masih dapat melayani pengawal Baju Putih itu sampai duaratus jurus Semakin lama ia semakin yakin bahwa permainan pedang pengawal baju putih itu jelas berasal dari partai Go-bi-pay.

   Hanya walaupun jurus2nya telah diketahui tetapi setiap kali Hong Hong tojin masih harus terkejut dan peras keringat untuk menghindari.

   Walaupun jurusnya sudah diketahui tetapi dimainkan oleh pengawal Baju Putih itu, jurus itu menjadi berlipat ganda dahsyatnya.

   Diam2 Hong Hong tojin putar otak.

   Ia harus berusaha untuk membuktikan bahwa Pengawal Baju Putih itu adalah susioknya yang hilang beberapa tahun yang lalu.

   Tetapi bagaimana untuk melaksanakan rencananya itu, ia kehilangan akal..

   Untuk mengalahkan dan menawannya, jelas tak mungkin.

   Ia merasa kepandaian susioknya itu jauh dua tingkat dari dirinya.

   Namun jika tak dapat menangkapnya.

   Tentu ia tak dapat membuktikan diri pengawal Baju Putih itu.

   Dalam pada itu.

   Hong Hong tojinpun makin mendapat kesan bahwa Pengawal Baju Putih itu seperti seorang manusia yang tak wajar, tak sadar pikirannya.

   Berulang kali diajak bicara tak mau menyahut.

   Berapa kali diberi penjelasan, tetap saja menyerang.

   "Ah, tentu terjadi sesuatu dengan susiok,"

   Akhirnya ia menarik kesimpulan.

   "menilik pandang matanya yang kosong dan sikapnya seperti manusia patung itu, ia tentu kehilangan kesadaran pikirannya. Jelas orang Thian-tong-kau tentu yang melakukan hal itu dan mempergunakannya sebagai alat pengawal mereka". Akhirnya ia memutuskan untuk mengundurkan diri dulu. la hendak berunding dengan ketiga ketua partai rekannya. Ia duga keadaan barisan pengawal Baju Putih dan Baju Merah tentu tak jauh dengan susioknya. Demikian setelah menghindar dari sebuah serangan yang berbahaya, Hong Hong tojinpun segera loncat turun ke bawah panggung. Hiruk pikuk para tokoh persilatan menyambut peristiwa itu. Mereka tak tahu-apa yang sesungguhnya terjadi. Mereka hanya mengira bahwa ketua Go-bi-pay itu naik panggung untuk menolong Leng Siang In yang terdesak.

   "Bagaimana totiang"

   Sambut Pengemis-sakti Hoa Sin kepada Hong Hong tojin, Ketua Go-bi-pay itu menghela napas.

   "Peristiwa ini menyangkut seluruh dunia persilatan. Jika dugaanku tak salah, pengawal Baju Putih tadi adalah susiokku."

   Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Pang ToTik terkejut. Berkata Hoa Sin .

   "Jika demikian barisan pengawal Baju Putih dan Baju Merah itu tentu mengandung rahasia besar. Kemungkinan mereka tentu tokoh2 persilatan juga yang telah ditawan dan diperalat oleh Thian-tong-kau." . ?? "Tepat!", seru Hong Hong tojin.

   "dugaanku memang begitu juga."

   "Hai !"

   Tiba2 Pang To Tik menjerit sehingga ketiga rekannya terkejut memandangnya dengan penuh keheranan.

   "Apa maksud Pang tayhiap ?"

   Tegur Hoa Sin.

   "Adakah kematian Kam sute ciangbunjin itu layak diragukan?"

   "Apa katamu!"

   Kali ini Pengemis-sakti Hoa Sian terkejut. .

   "Dalam kematian Kam sute yang lalu seorang pemuda bloon telah dituduh sebagai pembunuhnya. Tetapi menurut keterangan murid dan para tianglo Hoa-san-pay, tuduhan itu hanya didasarkan bahwa pemuda bloon itu berada diguha tempat sute melakukan semedhi dan mencekal pedang berlumur darah. Tetapi kalau menilik kepandaian pemuda itu, tak mungkin dia mampu melakukan pembunuhan kepada Kam sute."

   "Oh, Peng tayhiap hendak mengatakan bahwa kematian Kam pangcu itu mencurigakan sekali ?"

   Tanya Hoa Sin-pula.

   "Bukan mencurigakan, tetapi memang dia tidak mati!"

   "Atas dasar apa Peng tayhiap menarik dugaan begitu,"

   Tanya Ceng Sian suthay."

   "Karena jenazah Kam sute itu sukar dikenali. Andaikata para tianglo dan murid2 Hoa-san-pay memastikan bahwa jenasah itu betul jenasah Kam sutepun, hal itu bukan sesuatu yang mustahil. Bisa saja dicarikan orang yang wajahnya mirip dengan Kam sute."

   "Dan Kam pangcu ?"

   Seru Ceng Sian suthay.

   "Diculik oleh gerombolan Thian-tong-kau, Hong Hong tojin bertegas menyahut.

   "Jika demikian,"

   Kembali Pengemis-sakti Hoa Sin buka suara.

   "bukan mustahil pula beberapa tokoh dari beberapa partai persilatan yang menghilang jejaknya itu ternyata memang ditawan oleh Thian tong-kau."

   "Adakah dalam partai Hoa pangcu juga terdapat tokoh yang hilang ?"

   Cepat Hong Hong tojin bertanya.

   "Dugaan bahwa toa-suheng Han-jiat-sin-kay Suma kian yang hilang tak berbekas itu layak dikaitkan dengan hilangnya beberapa tokoh2 partai persilatan lain dan timbulnya Thiantong- kau dengan, barisan pengawalnya yang sakti", sahut Hoa Sin.

   "Jika demikian halnya,"

   Kata Pang To Tik.

   "kita harus membongkar rahasia besar itu."

   Hong Hong tojin mendukung.

   "Tetapi barisan pengawal Thian-tong-kau itu merupakan manusia2 yang sudah hilang kesadaran pikirannya. Mereka tak. kenal orang kecuali hanya mendengar perintah dari pengacara itu,"

   Kata Hong Hong tojin.

   "untuk menghadapi mereka, hanyalah dengan jalan mendapatkan obat atau ilmu untuk memulihkan kesadaran pikiran mereka. Jika dengan kesaktian ilmu silat, mungkin gagal."

   Tiba2 mereka dikejutkan oleh suara hiruk dari para tokoh2 yang berada disekeliling.

   Ketika memandaug ke muka, ternyata saat itu sesosok tubuh sedang melayang keatas panggung...

   Bahwa seorang tokoh silat naik ke panggung, sudah terjadi beberapa kali.

   Tetapi tidaklah segempar kali ini.

   Keempat ketua partai persilatan cepat melihat apa yang menyebabkan kegemparan itu.

   Seorang lelaki tua, rambutnya putih, jenggotnyapun putih menjulai kedada tetapi anehnya sepasang rambut alisnya masih hitam.

   Jika beberapa tokoh yang loncat ke atas panggung tadi menggunakan gerak ilmu ginkang, tidaklah demikian dengan pak tua itu.

   Dia membawa sebatang galah panjang menyerupai batang kail, dari bambu kuning.

   Ia mengayunkan bambunya keatas dan tubuhnya ikut melambung ke atas.

   Dengan dua tiga kali mencambukkan batang bambu kuning itu, tibalah sudah ia diatas panggung.

   "Hola, Hong-ho-tiau-soh In Tiong Sik lohi-apsu hendak memulai melakukan upacara sembahyang!"

   Tiba2 pengacara berseru nyaring.

   Teriakan pengacara itu memberi keterangan kepada seluruh tokoh2 yang hadir, siapakah orang tua yang naik panggung saat itu.

   Benar, dia memang In Tiong Sik yang oleh kaum persilatan digelari sebagai Hong-ho-tiau-soh atau Tukang pancing ikan dari bengawan Sungai Kuning.

   In Tiong Sik dikenal sebagai seorang tokoh silat yang aneh.

   Tak suka cimpur urusan dunia persilatan tetapi selalu hadir dalam setiap perselisihan sebagai juru damai.

   Dia tak suka diganggu orang tetapi sering mengganggu orang.

   Yalah orang2 jahat yang berani mengacau ketenangan daerah perairan Sungai Kuning.

   Setiap rayat nelayan perairan Sungai Kuning memujanya tetapi setiap kaum perompak dan penjahat, mengutuknya.

   "Ha, ha."

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
In Tiong Sik tertawa lebar.

   "saudara terlalu memuji aku situkang kail. Dan sudah tentu, aku harus tahu diri. Masakan tukang kail tua semacam diriku berani mempelopori melakukan upacara sembahyang pada dewa2 Thian-tong !"

   "O,"

   Seru pengacara dengan nada yang menyembunyikan keheranan, lalu apakah yang lo-hiap su hendak lakukan disini ?"

   "Ha, ha,"

   Ih. Tiong Sik tertawa.

   "sekali menjadi tukang pancing, tetap tukang pancing. Dimana dan diwaktu apa saja."

   Pengacara terbeliak .

   "Apakah lo-hiapsu juga akan memancing disini ? "Betapa tidak?"

   Seru In Tiong Sik.

   "dimana tempatpun aku dapat memancing."

   "Ah, harap lo-hiapsu jangan bergurau,"

   Seru pengacara pula.

   "disini bukan Sungai Kuning tetapi panggung kehormatan untuk melakukan upacara sembahyang masuk menjadi anggauta. Thian-tong-kau."

   "Itulah,"

   Seru In Tiong Sik.

   "harap saudara ketahui bahwa aku tukang mancing tua ini memancing segala apa saja yang ada. Bukan melulu hanya ikan."

   "O,"

   Desuh pengacara.

   "apakah lo-hiapsu hendak memancing orang disini ?"

   "Jika yang ada orang, apa boleh buat,"

   Sahut In Tiong Sik.

   "akupun tak dapat menolak."

   Tiba2 pengacara itu tertawa gelak2.

   "Bagus, bagus,"

   Serunya.

   "jika lo-hiapsu bermaksud begitu, itulah mudah. Diatas panggung ini banyak sekali orang yang dapat lohiapsu pancing. Silahkan pilih saja yang mana!"

   "Terima kasih,"

   Seru In Tiong Sik;

   "tetapi bagaimana kalau aku hendak memancing saudara saja karena aku senang melihat pakaian saudara yang indah itu."

   "Aku?"

   Teriak pengacara terkejut tetapi pada lain saat ia tertawa.

   "jika lo-hiapsu hendak memancing aku, apakah lohiapsu tak sayang kalau upacara ini akan kacau ? Siapa yang akan memimpin upacara nanti ? "

   "Ah, jangan saudara menguatirkan hal itu,"

   Kata In Tiong Sik,"

   Bukankah Thian-tong-kau masih mempunyai puluhan anggauta yang dapat menggantikan tempat saudara ?"

   Pengacara terdiam sejenak lalu berseru .

   "O benar-benar. Tetapi apakah kail lo-hiapsu benar2 kuat untuk menampung tubuhku?". Sambil menggentak-gentakkan bambu kuning, In Tiong Sik berseru .

   "Jangan memandang bambu pengailku ini kecil dan lemas, tetapi jangankan tubuh manusia, sekalipun ikan paus dapat juga terkail. Jangan kuatir, tentu takkan mengecewakan hati saudara."

   "In Tiong Sik, jangan berlaku kurang tata,"

   Bentak pengacara itu dengan nada bengis.

   "disini bukan panggung sandiwara untuk mempertunjukkan ilmu badut....."

   Belum sempat ia meneruskan kata-katanya, tiba2 In Tiong Sik gerakkan bambu pancingnya. Singng..... terdengar angin mendesing tajam melanda pengacara;

   "Ah, jangan membadut, engkau !"

   Seru pengacara seraya menampar.

   Tamparan itu tampaknya pelahan dan tak bertenaga.

   Tetapi diluar dugaan, galah bambu kuning dari In Tiong Sik terpental ke belakang.

   In Tiong Sik terkejut.

   Ia merasakan angin tamparan pengacara itu bukan kepalang hebatnya.

   Dalam mengayunkan bambu kuningnya tadi, ia telah menggunakan tiga bagian dari tenaganya.

   Ia ingin menguji dulu sampai dimana tenaga orang itu.

   Ternyata pengacara itu memiliki tenaga-dalam yang hebat sekali.

   "Bagus, ternyata engkau pandai juga untuk menjadi ikan. Memang biasanya kawanan ikan itu menggelepar-gelepar meronta dari kailku. Tetapi akhirnya mereka akan dapat juga kutangkap,"

   Seru In Tiong Sik. la menutup kata-katanya dengan mengayunkan bambu kuningnya lagi. Kali ini desing suaranja lebih tajam.

   "Ali, tukang pancing, mengapa keras sekali kepalamu !"

   Seru pengacara seraya menampar pula.

   Setiap gelombang angin segera melanda.

   *Dan terjadi suatu adegan yang mengejutkan.

   Tangan In Tiong Sik masih tetap menjulurkan batang kail ke muka, tetapi ujung bambu itu melengkung ke belakang makin lama makin kebelakang.

   Terkejut In Tiong Sik menderita hal itu.

   Itulah suatu adu tenaga-dalam yang hebat.

   Akibatnya, bambu kuninglah yang menderita.

   Jika In Tiong Sik tak mau melepaskan, jelas bambu itu pasti Jikan putus.

   Namun kalau ia melepaskannya, ujung bambu itupun tentu akan meluncur ke dadanya, pada jaraknya dengan dada hanya selengan jauhnya.

   Sekalian tokoh2 di bawah penggungpun terkejut juga menyaksikan peristiwa itu.

   Mereka mengagumi ilmu lwekang dari Hong-ho-tiau-soh In Tiong Sik, tetapi lebih terkejut menyaksikan tenaga-dalam pengacara itu.

   "In Tiong Sik,"

   Seru pengacara itu,"

   Jika engkau tetap tak mau melepaskan pancingmu, jangan menyesal kalau engkau sampai menderita malu !"

   Tetapi In Tiong Sik tak menjawab.

   Rupanya ia sedang menumpahkan seluruh perhatian dan Jenaganya untuk mempertahanken bambu kuningi Tiba2 pengecara itu ayunkan tangan kirinya, tarr.....ujung bambu meledak pecah dan In Tiong Sikpun terjungkal ke belakang, jungkir balik , boberapa kali baru dapat berdiri tegak lagi.

   Wajahnya merah padam tetapi pada lain saat ia tenang kembali.

   "Seumur hidup baru pertama kali ini aku mengalami peristiwa begini.

   "katanya,"

   Ah, memang aku harus dapat menarik pelajaran dari Sungai Kuning, bahwa ombak sungai yang dibelakang itu seialalu mendampar ombak yang dimuka. Aku sudah tua, sudah seharusnya menyisiri ke samping ."

   "Ah, lo-hiapsu tak usah kecewa. Thian-tong kau tetap akan menyambut kedatangan lo-hiapsu dengan penuh kehormatan,"

   Kata pengacara itu.

   "kita kaum tua, pun akan mendapat tempat yang sesuai dalam wadah Thian-tong-kau. Dengan kepandaian dan pengalaman lo-hiapsu, Thian-tongkau yakin tentu dapat membangun sebuah dunia persilatan yang baru, bebas dari pertumpahan darah dan pembunuhan agar kita dapat hidup tenang dan damai menuju ke tempat tujuan terakhir di thian-tong."

   "Terima kasih atas kebaikan budi Thian-tong kau,"

   Kata Hong-ho-tiau-soh lu Tiong Sik.

   "aku udah biasa hidup sebagai tukang cari ikan di Sungai Kuning. Akupun sudah tua pula. Aku ingin menikmati sisa hidupku dengan tenang dan bebas. Aku tak ingin cari nama. Karena apa guna nama itu, bukankah hanya kosong melompong? Aku hanya ingin bebas, ingin menikmati sisa hidupku bersama penghuni2 Sungai Kuning.,,"

   "Ah, lo-hiapsu salah,"

   Kata pengacara itu.

   "kita manusia harus melakukan dharma. Hidup itu suatu kewajiban, suatu dharma. Sedetik kita masih bernafas, sedetik itu pula kita harus menunaikan dharma kewajiban itu. Lo-hiapsu ingin bebas, tetapi dunia penuh kekacauan! Lo-hiapsu ingin hidup tenang, tetapi dunia persilatan tetap pergolak. Lo-hiapsu tak ingin cari musuh, tetapi kaum persilatan tak pernah melupakan lo-hiapsu terutama mereka yang pernah kalah dengan lo-hiapsu. Jika dulu lo-hiapsu menuntut penghidupan sebagai orang biasa. Itu lain soal. Tetapi karena lo-hiap sudah terlanjur berkecimpung dalam dunia persilatan, sukarlah lohiapsu untuk keluar. Daripada berdiam diri, lebih baik kita bergerak. Marilah lo-hiapsu, kita jadikan Thian-tong-kau sebuah wadah untuk menenteramkan dunia persilatan."

   "Tidak,"

   Sahut In Tiong Sik.

   "aku tetap ingin bebas. Jika ada yang hendak memaksa mengikat kebebasanku, tua sekalipun In Tiong Sik, tetap akan menentangnya sampai tulang2 tua ini hancur lebur."

   "Jika demikian silahkan lo-hiapsu melaksanakan peraturan Thian-tong-kau. Jika lo hiapsu dapat mengalahkan salah seorang anakmurid Thian-tong-kau, silahkan lo-hiapsu tinggalkan gunung Thay-san sini dengan bebas."

   "Baik."

   Sahut In Tiong Sik.

   "memang sebelum memperoleh ikan, aku tak mau pulang. Begitulah yang kulakukan selama berpuluh tahun menjadi tukang pancing di Sungai Kuning. Disinipun demikan juga."

   "Jika demikian, silahkan pilih saja mana engkau yang engkau senangi,"

   Seru pengacara.

   "Seperti telah kukatakan tadi, aku senang ikan emas merah seperti pakainmu itu,"

   Seru In Tiong Sik.

   "Hm,"

   Dengus pengacara itu.

   "memang orang yang keras kepala tentu tetap keras kepala... Baiklah, akan kulihat apakah tulang2 lo-hiapsu juga sekeras kepalamu."

   "Engkau telah mematahkan bambu kuning yang menyertai aku selama berpuluh tahun, maka engkau harus menggantinya,"

   Seru In Tiong Sik seraya bergerak menyerang.

   Pengail dari Sungai Kuning itu menyerang dengan tangan kosong.

   Gayanya aneh sekali.

   Tidak memukul atau menampar tetapi menutuk.

   Dan tutukannya itu menggunakan jari telunjuk dan jari kelingking.

   Baik tangan kanan maupun tangan kiri juga demikian.

   Pengacara terkejut menerima serangan ilmu tutukan jari yang seaneh itu.

   Sambil berlincahan untuk menghindar dan menampar, ia masih sibuk mempelajari ilmusilat yang dimainkan kawan itu.

   Belum pernah ia melihat dan mendengar nama ilmusilat semacam itu.

   Sekalian tokoh2 dibawah panggungpun tak kurang herannya.

   Mereka tak mengerti, ilmusilat apa dan aliran manakah yang dimainkan jago tua duri Sungai Kuning itu.

   Memang In Tiong Sik telah mengeluarkan ilmusilat ciptaannya sendiri.

   Berpuluh-puluh- tahun ia duduk di tepi sungai mengail ikan,, dapatlah ia memperhatikan kehidupan binatang2 dalam sungai itu.

   Diantaranya yang menarik adalah binatang yuyu atau kepiting.

   Gerak kedua supit kepiting itu merupakan senjata ampuh bagi binatang itu, baik berburu makanan maupun dalam menghadapi lawan yang hendak membunuhnya.

   Setelah memahami gerak2 binatang itu, mulai ia menuangkan dalam sebuah ciptaan ilmusilat yang disebutnya He-sia-kun aiau ilmusilat Udang-kepiting.

   Unsur gerakan ilmu silat itu berdasarkan gerakan kepiting dan udang.

   Sebagai supit maka digunakannya dua buah jari, jari telunjuk dan jari kelingking pada tangan kanan dan tangan kiri.

   Mulailah pengacara itu bingung menghadapi serangan yang aneh dan bertubi-tubi dan In Tiong.

   Sik.

   Tetapi In Tiong Sik sendiri diam2 juga terkejut mengetahui kesaktian pengacara.

   Ternyata pengacara itu memiliki tenaga-dalam yang hebat sekali.

   Dengan kelebihan itu, dia mampu menghalau setiap serangan berbahaya dari lawan.

   Pertandingan itu cukup menarik dan amat seru.

   Sekalian tokoh2 persilatan menikmati suatu adegan pertempuran yang jarang mereka saksikan dalam dunia persilatan..Apabila In Tiong Sik dengan ilmusilat ciptaannya itu, menghidangkan suatu permainan yarg mempesonakan adalah pengacara itu dengan tenaga dalamnya yang luar biasa mampu membendungnya.

   "Hoa pangcu", tiba2 Ceng Sian suthay berbisik.

   "kalau menilik kepandaian pengacara itu rasanya sukar dipercaya dia hanya seorang pengacara biasa."

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Benar, suthay"

   Kata Hoa Sin.

   "memang kepandaiannya patut untuk disejajarkan dengan seorang ketua persiiatan partai."

   "Siapa kiranya pengacara itu ?"

   Tanya Ceng Sian suthay. Hoa Sin menghela napas.

   "Ah, orang2 Thian tong-kau itu serba misterius. Untuk membongkar rahasia mereka tiada lain jalan kecuali harus dapat menangkapnya".

   "Ah,"

   Hong Hong tojin mendesah keluhan.

   "rasanya kekuatan mereka di luar kekuatan kita, kecuali ...

   "

   "Kecuali bagaimana, totiang?"

   Tanya Hoa Sin "Kecuali semua tokoh2 silat yang berada di tempat ini bersatu padu untuk menyerang mereka."

   Hoa Sin mengangguk.

   "Suatu saran yang bagus tetapi sukar dilaksanakan,"

   Katanya.

   "Maksud Hoa pangcu ?"

   "Pertama, kita belum tahu apakah sekalian tokoh2 itu mau mendukung ajakan kita. Kedua, adakah andai kita berhasil mempersatukan diri apakah mampu menandingi kekuatan Thian-tong-kau?"

   "Ah, dalam perjuangan menentang keburukan tak harus kita memperhitungkan, untung rugi,"

   Desuh Hong Hong tojin.

   "Ini menyangkut kepentingan berpuluh bahkan beratus kaum persilatan dan nasib dunia persilatan. Untuk itu, mau tak mau kita harus memperhitungkan untung rugi. Bukan untung rugi karena takut mati tetapi untung rugi untuk menyelamatkan jiwa kaum persilatan dari bencana kehancuran".

   "Hoa pangcu", tiba2 Pang To Tik ikut sambung.

   "adakah kalau kita menyerah pada Thian-tong-kau kita akan selamat dan terhindar dari kehancuran ? Apakah artinya terhindar dari kehancuran apabila kita harus mengenyam perbudakan ? Dan kedua-kalinya, apakah Hoa pangcu sudah yakin bahwa kekuatan dari sekalian tokoh yang berada di tempat ini akan kalah dengan Thian-tong kau. Jika sam-wi setuju, aku bersedia untuk naik panggung dan mengumumkan ajakan kita kepada para hohan dibawah panggung".

   "Terima kasih, Pang tayhiap"

   Kata Hoa Sin dengan tenang.

   "memang ingin sekali aku menurut usul dari Hong Hong pangcu agar Thian-tong-kau lenyap. Dan untuk mengumumkan ajakan kepada para tokoh silat yang hadir disini, siapapan tentu dapat. Tetapi yang penting dia harus seorang tokoh yang berwibawa dari partai persilatan yang termasyhur. Dengan begitu baru dapat menggerakkan perhatian mereka. Tentang kekuatan Thian-tong-kau, bukan aku terlalu memuji mereka dan meremehkan kekuatan dari kawan2 kita sendiri tetapi marilah kita melihat kenyataan. Beberapa jago ternama tadi telah naik keatas panggung dan ternyata semua dikalahkan oleh murid Thian-tong-kau. Bahkan tadi. Hong Hong kaucupun telah menyatakan kecurigaannya bahwa pengawal Baju Putih mereka tadi, adalah susiok dan Hong Hong kaucu sendiri yang sudah ber-tahun2 menghilang. Lalu pengawal2 Baju Putih yang lainnya dan Pengawal Baju Merah itu? Siapakah mereka ?"

   Bantahan Hoa Sin itu, telah membungkam Hong Hong tojin dan Pang To Tik.

   "Kitapun wajib untuk menyelidiki, membongkar rahasia mereka dan menyelamatkan mereka, dari genggaman orang Thian-tong-kau. Untuk hal itulah maka aku mempergunakan perhitungan"

   Kata Pengemis-sakti pula.

   "Lalu bagaimana pendapat Hoa pangcu ?"

   Akhirnya Hong Hong tojin mundur selangkah.

   "Dalam hal ini kita harus menggunakan siasat."

   Kata Hoa Sin.

   "Adakah Hoa pangcu sudah memikirkan siasat itu ?"

   Hoa Sin mengangguk.

   Tiba2 ia hentikan kata-katanya.

   Terdengar suara hingar dari sekalian hadirin yang memandang keatas panggung.

   Ternyata.

   pertempuran diatas panggung telah mengalami perobahan yang mengejutkan.

   Walaupun In Tiong Sik tampak masih melakukan tekanan kepada lawan tetapi anehnya, gerakan jago dari Sungai Kuning itu, tampak lambat sekali,"

   Seolah seperti orang yang terhalang oleh tekanan tenaga berat.

   Sedang pengacara itupun masih tetap mainkan kedua tangannya untuk menampar dan menghalau.

   Memang agak membingungkan pertempuran itu.

   Tetapi bagi mata tokoh2 kelas satu, cepatlah hal itu dapat diketahui.

   Ternyata tamparan yang dilakukan pengacara itu menimbulkah suatu tenaga dalam yang menyedot tangan orang.

   Oleh karena In Tiong Sik berusaha untuk membebaskan diri dari tenaga sedotan itu, maka gerakannyapun tampak lamban dan lambat sekali.

   Memang tenaga-dalam atau lwekang terdiri dari beberapa jenis.

   Di antaranya jalah yang dapat digunakan untuk menyedot tenaga Iawan.

   In Tiong Sik berusaha keras untuk bertahan tetapi rupanya tenaga-dalam pengacara itu lebih unggul sehingga makin lama gerakan In Tiong Sik makin pelahan dan makin maju merapat pada lawan.

   "Lo-hiapsu, mengapa engkau berkeras kepala? Jika kukehendaki, saat ini dapat kuhancurkan tubuhmu,"

   Kata pengacara itu dengan ilmu Menyusup-suara.

   "tetapi Thiantong- kau bukan bermaksud membunuh melainkan hendak menerima anggauta. Marilah, lo-hiapsu, kita bekerja sama ...."

   Tiba2 terdengar In Tiong Sik memekik keras dan terjungkal ke belakang.

   Gemparlah sekalian orang.

   Sesosok tubuh cepat melambung dan loncat keatas panggung.

   Tetapi pengacara sudah mendahului menyuruh pengawal baju merah untuk mengangkut In Tiong Sik kedalam.

   Ternyata orang itu tak mau mengejar melainkan berseru kepada sekalian hadirin dibawah panggung.

   "Saudara2 sekalian, marilah kita bersatu padu untuk menghadapi Thian-tong-kau, atau kita akan diperbudak mereka. Lihatlah, nasib dan beberapa tokoh persilatan ternama yang mereka jadikan pengawal Baju putih dan Baju merah itu !"

   "Pengawal Merah, ringkuslah orang itu!"

   Teriak pengacara.

   Dan seorarg pengawal Baju Merah segera menghampiri orang itu.

   Ternyata orang itu adalah seorang lelaki berwajah hitam, tubuh gagah.

   Karena mengenakan pakaian orang persilatan warna hitam, tampaknya seperti setan hitam.

   Terdengar suara hiruk dari bawah panggung.

   Bukan suara pernyataan mendukung atau menolak tetapi rasa keheranan karena sebagian besar tak kenal kepadanya.

   Pengawal Baju Merah tanpa mengucap apa2 terus menyerang dengan sebuah pukulan dahsyat.

   Orang hitam itu mencabut ruyung.

   Begitu ditebarkan ruyung itu menjulur panjang sampai setombak.

   Ternyata ruyung itu terdiri dari sembilan ruas, terbuat dari pada baja hitam dan dibentuk menurut ukiran seekor naga sembilan tubuh.

   "Oh, Kiu-ciat-hek-hong-pian !"

   Seru beberapa jago. silat dibawah panggung,"

   Dia tentulah Kui Hok."

   Memang benar, jago berkulit hitam yang naik dipanggung dan mengajak semua tokoh silat untuk menggempur Thiantong kau, bukan lain adalah Kui Hok gelar Kiu-ciat hek-liongpian atau Ruyung-naga-sembilan ruas.

   Seorang, pendekar aneh yang tiada tempat tinggal tertentu melainkan mengembara ke mana2.

   Hitam sekalipun orangnya tetapi pikiran dan pendiriannya tidak ikut hitam.

   Dia terkenal sebagai seorang pendekar yang membela kebenaran dan keadilan.

   Ia marah setelah mengetahui sepak terjang orang Thian tong-kau yang hendak memaksa orang menjadi anggauta.

   Terutama ia marah karena beberapa tokoh silat telah dilukai oleh mereka.

   Cepat ia loncat naik ke atas panggung, Sesaat In Tiong Sik rubuh.

   Tetapi ia tak mau mengejar melainkan menggunakan kesempatan selagi orang2 Thian-tong-kau memperhatikan Ih Tiong Sik, ia terus melancarkan tawarannya kepada sekalian tokoh dibawah panggung.

   Tetapi karena kebanyakan mereka belum mengenal, maka tawaran itupun tak bersambut sebagaimana yang diharapkan.

   Tring, tring ....

   terdengar iuyung-naga-sembilan ruas itu bergemerincingan diudara untuk menghalau serangan orang dengan menghantam kepalanya.

   Tetapi pengawal Baju Merah itu tak mau menghindar.

   Ia mengangkat tangan kiri untuk menangkis ruyung dan tangan kanannya tetap maju memukul.

   Kui Hok terkejut sekali karena pengawal Baju Merah itu mampu menangkis hantaman ruyung.

   "Celaka, dia memiliki ilmu kebal Thiat-poh-san,"

   Keluh Kui Hok dalam hati. Namun karena sudah terlanjur berada diatas panggung tak mau ia mundur lagi.

   "Bagus,"

   Serunya seraya menarik ruyung lalu ditebarkan ke udara.

   Dengan bergeliatan laksana seekor naga bercengkeraman di laut, ruyung sembilan ruas itu menyambar dada orang.

   Tetapi pengawal Baju Merah itu memang lihay sekali.

   Ia tetap tak mau menghindar dan tetap menangkis dengan tangan kiri.

   Andai orang, biasa, tulang lengannya pasti akan remuk hancur.

   Tetapi lengan pengawal Baju Merah tak menderita cedera apa.

   Kui Hok cepat menghindar ke samping, tanpa menarik pulang ruyung.

   ia gentakkan ruyurg dengan lain jurus.

   Kali ini mengarah lambung orang.

   "Hm "

   Pengawal Baju Merah mendengus tetapi tak berkata apa2 lagi.

   Ia melindungi lambung dengan tangan kiri lalu tangan kanan tiba2 mencengkeram dada lawan.

   Kui Hok terkejut melihat cara bertempur yang aneh dan nekad dari pengawal Baju Merah itu.

   Dengan penasaran ia tebarkan ruyung untuk menghalau cengkeraman orang.

   Tetapi ternyata getak mencengkeram itu hanya gertak kosong.

   Yang sungguh adalah tendangan yang dilancarkan dengan kaki kanan.

   Tendangan itu mengarah siku lengan Kui Hok.

   Kui Hok terkejut.

   Jika ia tetap memperlahankan ruyung, lengan tangannya tentu akan patah.

   Tetapi kalau melepaskan, berarti ia kehilangan senjata yang paling diandalkan.

   Tetapi cepat ia dapat menemukan siasat.

   Ruyung dilepas dan ia menyurut mundur dua langkah.

   Secepat cengkeraman tangan lawan luput, ia segera maju dan gentakkan ruyung kebawah untuk menghantam kepala pengaval.

   Pengawal Baju merahpun menyingkir ke samping lalu terjangkan pukulan lagi.

   Demikian serang menyerang itu dilakukan dengan cepat dan dahsyat dalam jurus2 ilmusilat yang tinggi dan mematikan.

   Pertempuran berjalan seru.

   Kui Hok penasaran.

   Cepat ia merobah jurus serangan dengan Heng-soh-cian-kun atau Menyapu seribu-lasykar.

   Ruyung menderu-deru naik turun, membabat kaki menyambar kepala.

   Pengawal Baju Merah tetap melayani dengan tangan kosong.

   Sembari melepaskan pukulan, ia bergeliatan menghindar dengan suatu gerakan yang luar biasa.

   Gagal menyerang dengan jurus itu, kembali Kuil Hok.

   mengganti dengan ilmu Ruyung-sembilan naga.

   Ruyung bergerak-gerak secepat angin, bertebaran menyerang dari empat penjuru.

   Sepintas pandang pengawal Baju Merah itu seperti dikelilingi oleh pagutan sembilan naga hitam.

   Terkejut sekali tokoh persilatan menyaksikan permainan ruyung dari jago bermuka hitam itu.

   Mereka tak pernah melihat ilmu permainan ruyung semacam itu.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dan belum lagi kejut mereka hilang terdengarlah suara suitan tajam yang berhamburan meringkik-ringkik memekakkan telinga.

   Ternyata yang memancarkan suara aneh itu adalah ruyung Nagu-hitam itu juga.

   Kui Hok telah menumpahkan seluruh kepandaiannya untuk menghancurkan lawan, ia tahu bahwa pengawal Baju Merah itu memiliki ilmu kebal maka diserangnyalah bagian jalandarah yang lemah.

   Sekonyong konyong terdengar letupan pelahan.

   Serentak dari sembilan naga itupun menimbulkan beratus jarum ke arah tubuh pengawal Baju Merah.

   "Uh .... pengawal Baju Merah itu mendesuh kaget dau terhuyung-huyung beberapa langkah kebelakang. Dari sekian ratus jarum, ada beberapa yang berhasil menyusup ke pusarnya. Jarum itu mengandung racun ganas. Betapapun sakti pengawal itu tetapi karena pusar merupakan tempat pemusatan tenaga-dalam maka hancurlah tenaga-dalamnya dan serentak dengan itu ilmu kebal Thiat-poh-sanpun lenyap. Melihat berhasil merubuhkan lawan, Kui Hok loncat pula untuk menyelesaikan. Ia gemas dengan Thian-tong-kau, ia marah dengan setiap anakbuah perkumpulan itu. Beberapa tokoh persilatan telah dilukai, ia harus menuntut balas. Saat itu pengawal Baju Merah sedang berdiri tegak dan pejamkan mata. Bagaimana wajahnya tak dapat terlihat karena tertutup kain cadar. Tetapi jelas dia sedang menjalankan pernapasan untuk menghalau racun dari jarum itu.

   "Mampus engkau !"

   Serta tiba, Kui Hok segera ayunkan ruyung menghantam kepala orang itu.

   Prak .....

   terdengar dua buah jeritan ngeri.

   Dua sosok tubuhnya rubuh.

   Hantaman ruyung Kui tepat mengenai batok kepala pengawal Baju Merah itu sehingga pecah.

   Tetapi sebelumnya, pengawal Baju Merah itupun sudah mengerahkan seluruh sisa tenaganya untuk menghantam dada Kui Hok.

   Kui Hok terhuyung-huyung mundur, muntah darah beberapa kali dan terus rubuh tak bangun untuk selama lamanya.

   Keduanya telah sama2 mati.

   Peristiwa itu mengoncangkan seluruh tokoh2 yang hadir.

   Kembali seorang pendekar ternama dalam dunia telah mati.

   Tetapi merekapun diam2 terhibur karena Thian-tong-kau juga kehilangan seorang pengawal.

   Kematian Kui Hok ternyata tak sia2.

   Melihat keperwiraan orangnya, sekalian tokoh pun segera teringat akan ajakannya tadi.

   Mereka malu hati kalau tak mati menerima tawaran itu.

   Lepas dari pengetahuan siapakah Kui Hok itu, tetapi tindakannya ternyata merupakan langkah dari seorang pendekar besar.

   Serentak bangkitlah hati nurani mereka.

   Berhamburan mereka segera loncat keatas panggung.

   Jumlahnya tak kurang dari tujuh orang "

   "Saudara2, mari kita ikuti jejak mendiang Kui tayhiap tadi. Lebth baik binasa daripada menjadi budak Thian-tong-kau!"

   Seru ketujuh orang. Memang sebagian besar dari hadirin masih ragu2. Mereka tahu akan kekuatan diri dan kekuatan lawan. Thian-tong-kau memang mempunyai sejumlah besar anakbuah yang sakti.

   "Hong Hong kaucu,"

   Kata Pang To Tik.

   "saran kaucu telah didahului oleh Kui Hok. Apakah kita tetap berpeluk tangan ?"

   Hong Hong tojin memberingas.

   "Harap jiwi jangan bertindak sembarangan, tiba2 Ceng Sian suthay berseru mencegah.

   "soal ini menyangkut nasib kaum persilatan dan merupakan mati hidupnya dunia persilatan. Bukan soal berani atau takut dan lain2, tetapi yang kita hadapi saat ini memang benar2 suatu masalah besar dan gawat. Kalau kita memburu nafsu, menuruti panasnya hati, dunia persilatan tentu hancur .

   "

   Berhenti sejenak Ceng Sian suthay melanjutkan pula .

   "Menurut wawasanku, jelas barisan pengawal Baju Putih dan Baju Merah itu tentu tokoh2 angkatan cianpwe yang telah menghilang sejak beberapa tahun. Kesaktian mereka diatas kita. Dengan menggunakan jalan keroyokan mengerahkah semua tokoh2 yang hadir disini, hanya akan menimbulkan banjir darah dan korban yang sia2."

   "Adakah suthay bermaksud hendak mengajak kita menyerah dan masuk menjadi anakbuah Thian tong-kau ?"

   Tanya Pang To Tik.

   "Hanya ada dua jalan, melawan atau menyerah, mati atau hidup. Melawan, kita mati. Menyerah, kita hidup,"

   Jawab ketua Kun-lun-pay itu.

   "menghadapi suatu perkumpulan yang telah tersusun rapi dan berkekuatan hebat seperti Thian-tong- kau, lebih baik, jangan menggunakan kekerasan. Tetapi siasat".

   "Menyerah ?"

   Pang To Tik menegas.

   "Ya"

   Sahut Ceng Sian suthay.

   "karena dengan jalan itu, dapatlah kita mengetahui seluk beluk, keadaan dan kekuatan Thian-tong-kau. Pengetahuan itu kita jadikan pegangan untuk menghancurkan mereka dari dalam."

   "Ah, suthay,"

   Bantah Pang To Tik.

   "dunia persilatan mengakui dan memandang kita bertujuh partai persilatan sebagai pemuka2 kaum persilatan. Saat ini mereka menanti tindakan kita. Jika dalam saat2 yang segawat ini kita menyerah, bukankah mereka akan hilang kepercayaan kepada kita ? Bukankah untuk selama-lamanya ketujuh partai persilatan itu akan kehilangan muka? Melawan, memang mati. Tetapi kematian itu tetap akan mengharumkan nama ketujuh partai."

   "Baik buruk, mulia hina, disanjung- dicelah, memang sudah jamak dalam kehidupan manusia. Tetapi apa guna mati disanjung tanpa menolong-keadaan, dengan hidup dicelah tetapi dapat menyelamatkan dunia persilatan ? Dan segala kekecewaan dan celahan itu tentu kelak akan hapus apabila kita berhasil menghancurkan mereka dari dalam. Kita menyerah bukan suatu penyerahan yang bulat tetapi hanya suatu siasat. Adakah penyerahan itu suatu hal yang memalukan?", balas Ceng Sian suthay.

   "Dalam permufakatan di Giok-ti-nia tempo hari, kitapun sudah mengadakan persiapan. Antara lain menulis semua ilmu kepandaian masing2 dalam buku dan kelak buku itu akan diberikan kepada anakmurid kita masing2.

   "katanya."

   Dengan tindakan itu berarti kita sudah bersiap mati."

   "Itulah Hoa pangcu,"

   Seru Pang To Tik "dengan demikian kita sudah membulatkan tekad untuk melawan Thian-tongkau."

   "Tetapi,"

   Kata Hoa Sin pula.

   "keputusan kita itu adalah untuk menjaga kemungkinan dari segala kemungkinan yang paling buruk. Artinya, apabila benar2 sudah tak ada jalan, dimana kita harus mengadu jiwa dan mati. Sudah tentu dengan sendirinya, hal itu mengandung arti, bahwa kita wajib berusaha untuk menghadapi peristiwa ini dengan cara yang sebaik-baiknya, agar kita jangan sampai menderita dan musuh dapat dihancurkan."

   "Hoa Sin melirik sejenak. Dilihatnya Ceng Sian suthay. tenang2 saja.

   "Dari berbagai macam cara, kita boleh menempuh. Yang penting kita dapat menghancurkan musuh tanpa menderita suatu kerugian apa2. Dalam hal itu, apabila kita mengadu kekerasan, jelas, Thian-tong-kau lebih kuat. Mereka menang, kita kalah. Oleh karena itu, baiklah kita mengambil jalan lunak, menggunakan siasat." .

   "Menyerah ? * tanya Pang To Tik.

   "Menyerah secara betul2, hina bagi Kay-pang"

   Sahut Hoa Sin dengan tegas.

   "tetapi kalau penyerahan itu bersifat siasat, Hoa Sin setuju."

   Pembicaraan mereka terputus karena suara teriakan hirukpikuk dari para tokoh2 persilatan.

   Ternyata saat itu diatas panggung telah berlangsung pertempuran yang seru.

   Sedangkan tokoh2 dibawah panggung masih sibuk berbincang-bincang untuk menentukan keputusan ikut mendukung ketujuh orang yang naik di panggung atau tidak.

   Sampai pertempuran dipanggung pecah, masih mereka belum mengambil keputusan.

   Ternyata ketujuh orang yang naik panggung itu adalah Shoa-tang Sam hiap atau Tiga-jago dari Shoatang, Tan Hwa, Tan Hong dan Tan tim.

   Ho lam-ji-koay atau Sepasang manusia aneh dari Ho-Iam yani Utti Siang dan Uiti Ho.

   Serta ketua Kiro-coa-pang yang bernama Pui Tik dan Im Yang cinjin dari Lembah Im-yang-kok atau Lembah Ban ci, guha Cui-im-tong.

   Ketujuh tokoh itu tak dapat menahan kemarahannya lagi ketika melihat pembunuhan yang terjadi pada diri Kiu-ciathek- liong-pian Kui Hok.

   Mereka terus hendak menerjang untuk menyerang Kim Thian-cohg yang selama itu masih tetap duduk tenang di kursi.

   Tetapi cepat mereka segera dihambat oleh kawanan bocah Baju Kuning dan Baju Biru.

   Rupanya pengacara mulai naik pitam.

   Jika tak lekas2 ditindas tentu akan menimbulkan akibat yang lebih luas.

   Kemungkinan seluruh tokoh di bawah panggung akan ikut naik panggung untuk bertempur.

   Maka ia segera memberi lambaian tangan kepada barisan gadis cantik Baju Merah dan Baju Hijau.

   Saat itu ketujuh jago silat telah diserbu dan dikepung oleh duabelas gadis baju Kuning, duabelas gadis baju Hijau, enam bocah baju merah dan enam bocah baju biru, atau tigapuluh enam anak-murid Thian-tong-kau.

   Rupanya fihak Thian-tong kau hendak cepat2 mengakiri pertempuran itu.

   Pengacarapun lalu memberi isyarat kepada barisan pengawal baju Putih dan pengawal baju Merah untuk berjajar di muka panggung.

   Setiap orang melayang ke atas penggung, supaya segera dihancurkan.

   Kembali pengacara bersuit nyaring.

   Sekalian orang tak tahu apa yang dimaksudkan orang itu.

   Beberapa jenak kemudian terdengar pengacara berseru nyaring.

   "Thian- tong-kau telah menyambut dengan hormat kedatangan saudara2 sekalian di gunung Thay-san ini. Tetapi ternyata saudara2 bukan bersikap sungkan sebagai tetamu, kebalikannya malah mengacau dan hendak membatalkan upacara ini. Maka terpaksa kaucu kami telah menitahkan supaya mengambil tindakan keras. Sekarang saudara2 tinggal memilih, mau masuk menjadi anggauta atau dihancurkan. Lihatlah, sekeliling penjuru tempat ini telah dijaga ketat oleh anakbuah Thian-tong-kau. Secepat menerima perintah mereka segera akan bergerak. Hujan panah, hujan batu, hujan balok dan jika perlu tempat saudara2 itu akan diledakkan!"

   Terkejut sekalian hadirin mendengar pernyataan itu.

   Mereka memandang sekeliling dan memang melihat berpuluh anakbuah Thian-tong-kau telah mengepung disekeiiling puncak karang yang melingkupi tempat pertemuan itu.

   Ternyata tempat pertemuan itu merupakan sebuah lembah yang empat penjuru dikelilingi dinding karang yang tinggi.

   Dari sepanjang puncak karang itu, anakbuah Thian-tong-kau memang dapat melepaskan hujan anak panah, menggelundungkan batu dan balok.

   Berpaling ke belakang, ternyata mulut lembah pun telah dijaga oleh puluhan anakbuah Thian-tong-kau.

   Dengan begitu jelas mereka telah terkurung dalam lembah.

   Hanya ada dua pilihan bagi mereka.

   Mau menjadi anggauta Thian-tong-kau atau dihancurkan.

   Hoa Sin menghela napas .

   "Dengan keadaan yang kita hadapi saat ini, terlambatlah untuk melaksanakan saran Hong Hong totiang dan Pangtay hiap tadi. Sekalipun kita dapat mempersatukan para hohan disini, tetapi keadaan kita ibarat ikan dalam jaring ...

   "

   "Tidak, Hoa pangcu "

   Bantah Pang To Tik.

   "Aku masih mempunyai akal".

   "Bagaimana maksud Pang tayhiap ?"

   Tanya Hoa Sin.

   "Menangkap penjahat harus menangkap kepalanya", kata Pang To Tik.

   "Oh, maksud Pang tayhiap ...

   "

   "Harap Hoa pangcu tunggu saja", kata Pang To Tik tanpa menjelaskan lebih lanjut rencana terus menyelinap pergi.

   "Pang tayhiap"

   Seru Hoa Sin hendak memburu. Tetapi Pang To Tik sudah melesat menghilang diantara kerumun orang. Hoa Sin terpaksa hentikan langkah dan kembali kepada kedua rekannya.

   "Aneh apakah yang hendak dilakukan Pang tayhiap ?"

   Tanyanya.

   "Kemungkinan dia hendak menyergap ke dalam markas Thian-tong-kau untuk membekuk ketuanya"

   Kata Hong Hong tojin.

   "Berbahaya"

   Seru Hoa Sin.

   "sedangkan anak buah mereka saja sudah begitu sakti, apalagi ketuanya. Dan mengapa Pang tayhiap harus bekerja seorang diri ?"

   "Ya,"

   Sahut Hong Hong tojin "aneh juga tindakannya. Atau ... apakah ia hendak menunjukkan kegagahan dan menonjolkan kesaktiannya ?"

   Tiba2 Ceng Sian suthay yang berdiam di menyelutuk ;

   "Kurasa tak begitu, tentu ada lain maksud mengapa ia bekerja seorang diri"

   "Apakah maksudnya?,"

   Tanya Hong Hong tojin.

   "Kita tunggu saja nanti"

   Kata Ceng Sian suthay.

   "karena sebelum terbukti, tak baik kita menduga yang buruk kepada orang. Yang penting ia harus siap sedia menghadapi segala kemungkinan". Teringat bahwa selama ini Ceng Sian suthay agak menaruh kecurigaan terhadap gerak gerik Pang To Tik, maka Hoa Sinpun merangkaikan tindakan Pang. To Tik sekarang ini dengan prasangka Ceng Sian suthay. Diam2 timbul pertanyaan dalam hati ketua Kay Pang itu .

   "Adakah Pang To Tik akan melakukan sesuatu yang merugikan tokoh2 persilatan ? Adakah ia itu anggauta Thian-tong-kau ?"

   "Lalu bagaimana tindakan kita sekarang ?"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tiba2 Hong Hong tojin bertanya.

   "Kita sudah seperti ikan dalam jaring,"

   Kata Ceng Sian suthay.

   "tiada lain jalan kecuali hanya menunggu saja apa yang akan terjadi".

   "Tetapi ingat"

   Hoa Sin menambahkan.

   "betapa pun yang akan terjadi, kita harus tetap berpijak pada landasan semula. Andai kita harus menyerah maka penyerahan itu harus sebagai jalan untuk menyelidiki keadaanThian-tong-kau dan setelah itu kita mencari kesempatan untuk menghancurkannya"

   "Dan kalau perlu, kitapun harus berani menempur mereka sampai titik darah yang penghabisan, bukan ?"

   Ulang Hong Hong tojin.

   Ceng Sian suthay dan Hoa Sin mengangguk dalam2 sebagai pernyataan siap untuk menghadapi apa saja, bahkan mati sekalipun.

   Bintang penyelamat Peristiwa didunia memang aneh dan sukar di duga-duga.

   Apa yang tak diharapkan sering muncul.

   Apa yang diduga berbahaya ternyata telah berlalu tanpa suatu apa.

   Apa yang dianggap aman, ternya ta berbahaya.

   Terutama dalam dunia persilatan dimana ilmusilat dengan segala kesaktian yang tak pernah diduga orang, sering menimbulkan peristiwa yang aneh.

   Seperti apa yang terjadi di panggung pertemuan Thay-san, dimana saat itu tokoh2 persilatan, sedang menghadapi tekanan yang berat dari Thian tong-kau.

   Mereka harus menyerah masuk menjadi anggauta Thian-tong-kau atau dibinasakan.

   Pada saat sekalian orang kehilangan pegangan dan kepercayaan, dimana pada saat ketujuh tokoh silat yang naik panggung tadi telah dirubuhkan dan ditawan, dimana pada saat itu upacara sembahyang menyatakan masuk menjadi anggauta Thian-tong-kau, sudah dimulai, dan dimana berpuluh tokoh2 silat sudah melakukan upacara sembahyang masuk menjadi anggauta, tiba2 muncullah suatu peristiwa yang tak diduga-duga.

   Sekonyong-konyong barisan anakbuah Thian-tong kau yang menjaga mulut lembah, hiruk pikuk tak keruan.

   Mereka berteriak berteriak kacau.

   Sebagian bahkan telah rubuh.

   Tak berselang berapa lama, bobol lah pertahanan barisan itu dan muncullah seorang pemuda, yang aneh.

   Kepalanya gundul tidak gundul karena kalau- gundul tentu polos semua tetapi pada kedua samping kepala pemuda itu tumbuh dua gumpal rambut yang panjang dan diikat, menjungkit keatas.

   Sepintas pandang menyerupai sepasang tanduk.

   Juga pakaiannya agak nyentrik.

   Terutama wajahnya, menampilkan sebuah wajah yang cakap tetapi hampa seperti orang tolol.

   Dengan sikap seperti orang kesima pemuda itu menerjang masuk.

   Berpuluh-puluh anakbuah Thian-tong-kau coba menahannya dengan pukulan ataupun bahkan dengan senjata tajam, Tetapi kesemuanya itu dapat dihalau dan diterjangnya.

   Pemuda itu dengan suatu gaya gerakan yang lincah dan mengherankan dapat menghindari setiap serangan, bahkan setiap kali ayunkan tangan dan kaki, tentu ada musuh yang rubuh.

   Karena barisan anakbuah Thian-tong-kau itu tetap berkeras hendak menghalangi, pemuda itu tampaknya marah.

   Ia menyambar seorang anakbuah Thian-tong-kau, diangkat lalu diputar-putar untuk menghantam barisan.

   Barisan gempar seketika, mereka berhamburan bubar.

   Setelah berhasil membobolkan barisan anak buah Thiantong- kau, pemuda itu terus langsung menuju ke panggung.

   Santai sekali gaya jalannya, seolah-olah tempat pertemuan yang berisi dengan beratus-ratus jago silat itu dianggapnya sepi saja.

   Upacara sembahayangan menjelang selesai dimana sebagian besar dari tokoh2 yang hadir telah menusuk tangan, mengucurkan darah dan melakukan pernyataan masuk menjadi anggauta.

   Selanjutnya mereka telah disuruh berbaris berjajar-jajar untuk menghaturkan hormat kepada Kim Thian Cong pemimpin Thian-tong-kau.

   Kemunculan pemuda aneh itu, sempat pula diperhatikan oleh mereka.

   Seketika beratus-ratus mata mencurah kepada pemuda itu.

   Pengacara yang hendak memimpin upacara menghadap kaucu, sempat pula memperhatikan pemuda itu.

   "Tunggu dulu,"

   Serunya.

   "rupanya ada seorang pemuda yang hendak mengacau tempat ini."

   Ia terus melangkah ke muka panggung dan berseru .

   "Hai, engkau, siapa dan tapa maksudmu datang kemari ?"

   "Bukankah tempat ini menjadi orang dari perkumpulan Thian- tong-kau ? Bukankah pemimpin nya bernama Kim Thian Cong?"

   Seru pemuda itu. Pengacara itu terkejut.

   "Engkau siapa ?"

   Seru pengacara pula.

   "Engkau tahu apa tidak, aku siapa ?"

   Balas pemuda itu. Pengacara makin bingung.

   "Aku tanya siapakah namamu ?"

   Serunya.

   "Engkau siapa ?"

   Tiba2 pemuda itu balas bertanya. Sudah tentu pengacara makin terbeliak. Pada lain saat ia marah ;

   "Hai budak giia, jangan engkau gila-gilaan ditempat ini. Kalau tak mau mengatakan dirimu siapa, tentu akan kusuruh menghajarmu."

   "O,"

   Dengus pemuda itu.

   "siapa yang engkau suruh menghajar aku ? Tuh lihatlah, betapa tiada gunanya anakbuahmu. Masakan aku hendak masuk, mereka berani menghalangi. Dan akhirnya mereka harus bubar sendiri."

   "Engkau yang menghajar mereka?,"

   Pengacara mulai terkejut.

   "Kalau bukan aku, siapa lagi ?"

   Pengacara segera menarik kesimpulan bahwa pemuda yang tampaknya tolol itu tentu memiliki ilmu kepandaian sakti. Kalau tidak masakan dia mampu menerobos pertahanan anakbuah Thian-tong-kau yang menjaga mulut lembah.

   "Sekali lagi kutanya, siapakah namamu dan apa keperluan datang kemari ?"

   Sahut pemuda itu dengan santai.

   "Kudengar digunung Thaysan sini sedang dilangsungkan pertempuran besar dari kaum persilatan guna meresmikan beidiri sebuah perkumpulan baru yang bernama Thian-tong-kau, benaikah itu ?"

   "Ya"

   Sahut pengacara ringkas.

   "Dan katanya, pemimpin dan Thian-tong-kau itu bernama Kim Thian Cong, benarkah itu ?"

   "Benar."

   "Nah, aku kepingin bertemu dengan Kim Thian Cong itu,"

   Seru pemuda itu pula.

   "Mengapa ?"

   "Akan kulihat bagaimana tampang mukanya. Kalau sudah hendak ditantang berkelahi."

   "Mengapa ? * "Karena dia adalah ayahku....."

   "Hai ! teriak pengacara itu.

   "engkau putera Kim kaucu ? Gila! Tidak mungkin! Masakan Kim kau cu yang cakap dan berilmu sakti mempunyai seorang anak yang macamnya seperti kura2 begitu!* "Huh,"

   Dengus pemuda itu.

   "jangan kira dia mudah mengaku aku sebagai puteranya. Dan belum tentu, aku mau mengaku dia sebagai ayah. Aku harus menguji dulu kesaktiannya. Kalau dia dapat mengalahkan aku, baru aku menjadi puteranya. Kata orang, ayahku dulu adalah seorang jago nomor satu yaug menjadi pemimpin dunia persilatan. Benarkah itu ? "Ya,"

   Kata pengacara.

   "memang Kim kaucu seorang jago silat tanpa tanding dalam dunia persilatan. Dan sekarang dia mendirikan perkumpulan Thian -tong-kau untuk mempersatukan kaum persilatan lagi."

   "Gila !"

   Tiba2 pemuda itu berteriak.

   "Mengapa ?"

   Pengacara tercengang.

   "Dulu ia sudah dianggap sebagai pemimpin dunia persilatan, perlu apa ia harus membentuk perkumpulan baru lagi ?"

   "O, engkau tak tahu"

   Kata pengacara itu.

   "dulu memang diangkat sebagai pemimpin dunia persiIatan tetapi kini kaucu tak mempunyai perkumpulan atau partai persilatan. Sekarang Kim kaucu hendak membentuk sebuah perkumpulan untuk wadah semua kaum persilatan."

   "Engkau ini siapa"

   Tiba2 pemuda itu menegur.

   "Aku pengacara yang memimpin upacara sembahyangan pemasukan anggauta dan meresmikan berdirinya Thian-tongkau"

   "Namamu ? Bukankah engkau mempunyai nama ?"

   Tanya pemuda itu pula. Pengacara tertegun kemudian gelengkan kepala.

   "Tak usah pakai nama, cukup sebut aku sebagai pengacara saja."

   "Aneh. kiranya bukan melainkan hanya aku seorang diri yang tak punya nama,"

   Pemuda itu garuk2 gundulnya.

   "ada lain orang lagi yang juga tak punya nama."

   "O, engkau tak punya nama?"

   Teriak pengacara itu.

   "Ya"

   "Lalu bagaimana hendak memanggilmu ?"

   "Anak, begitu saja. Atau panggil saja Bloon.

   "Bloon ?"

   Teriak pengacara itu.

   "gila, engkau memang sengaja hendak memperolok olok aku. Bocah baju Merah, gebuklah pemuda liar itu !"

   Seorang bocah dari barisan Baju Merah segera tampil maju. Tetapi ketika ia hendak melayang turun ke bawah panggung, tiba2 terdengar suara orang berseru .

   "Hai, bocah, berhenti dulu"

   Bocah itu terkejut dan berpaling.

   Demikian pula dengan pengacara dan sekalian tokoh2 yang berada, diatas panggung.

   Mereka terkejut bukan kepalang ketika melihat seorang lelaki berpakaian indah muncul dari dalam panggung.

   Kejut sekalian orang bukan karena kemunculan seorang lelaki yang secara tiba2 itu tetapi karena lelaki yang muncul itu pakaian dan wajahnya seperti pinang dibelah dua dengan si pengacara tadi.

   Sudah tentu bocah baju Merah itu tertegun.

   "Kurang ajar, mengapa ergkau berhenti dan segera melakukan perintahkan,"

   Sesaat kemudian pengacara itu membentak si bocah baju Merah.

   pengacara itu tahu bahwa pemuda aneh yang muncul di bawah panggung memiliki kepandaian sakti.

   Demikian pula lelaki yang muncul dari dalam panggung itu, ia duga tentu seorang tokoh yang misterius dan sakti.

   Maka ia suruh bocah baju Merah itu yang menahan pemuda di bawah panggung, sedang ia sendiri akan menghadapi orang yang memalsu seperti dirinya.

   "Setan, engkau berani melanggar perintahku"

   Teriak orang aneh itu. Bocah baju Merah tertegun meragu. Perintah siapakah yang harus ia turut ? Keduanya mirip satu sama lain, sukar dibedakan mana pengacara yang tulen mana yang palsu.

   "Bocah baju merah, apakah engkau benar2 tak mau mendengar perintah?"

   Teriak pengacara dengan nada bengis dan terus mengangkat tangannya keatas kepala. Bocah baju Merah itupun terkejut. Ia tahu bagaimana kedahsyatan tangan pengacara. Tetapi baru ia hendak bergerak, tiba2 lelaki yang mirip pengacara tadipun membentak.

   "Awas, kalau engkau berani melanggar perintahku,"

   Katanya seraya juga mengangkat tangan ke atas siap hendak ditamparkan.

   "tak perlu engkau turun. Biar ia naik ke atas panggung baru nanti dihancurkan"

   "Bocah baju merah, apakah engkau benar2 tak mau mendengar perintahku ?"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Teriak pengacara yang tulen.

   "Tetapi ... tetapi in-su yang itu melarang ! Lalu aku harus menurut perintah siapa ? karena terdesak bocah baju merah itu berseru. Gi-su artinya pengacara. Blum ..... tiba2 pengacara itu ayunkan tangannya dan bocah baju Merahpun terlempar sampai beberapa meter dan muntah darah beberapa kali.

   "Kejam sekali engkau !"

   Teriak orang yang muncul dari balik panggung tadi. Kemudian dengan cepat orang itu berpaling dan memberi perintah ke pada barisan bocah baju Merah.

   "kawan kalian telah terluka, hayo seranglah orang itu !"

   Kawanan bocah baju Merah itu benar2 bingung.

   Memang orang yang muncul dari balik panggung itu menyerupai sekali dengan pengacara tadi.

   Karena suasana tegang, mereka sampai tak sempat berpikir bahwa pengacara yang sejak tadi berada di depan panggung itulah yang seharusnya dianggap yang tulen.

   Sedangkan orang yang muncul dari balik panggung, walaupun wajah dan pakaiannya persis, tetapi harus dicurigai.

   "Hai, kalian", teriak orang itu pula.

   "mengapa kalian diam dan masih bersangsi? Apakah kalian tak memiliki rasa setiakawan ? Bukankah anak itu juga saudara seperguruanmu sendiri ? Hayo, lekas, balaslah orang itu !"

   "Hai, jahanam, besar sekali nyalimu berani menyaru seperti diriku !"

   Pengacara dengan mata membara memandang dan memaki orang itu.

   "siapa engkau !"

   "Aku adalah pengacara yang diberi tugas Kim caucu untuk memimpin upacara ini!"

   Seru orang itu.

   "engkau telah memalsu diriku dan berkomplot untuk mencelakai diriku."

   "Ngaco !"

   Bentak pengacara itu."

   "Hai, dengarkanlah semua anakbuah Thian-tong kau !"

   Seru orang itu pula.

   "dalam ,tubuh Thian-tong kau telah muncul seorang pengacau yang hendak mengobrak-abrik dan menggagalkan upacara peresmian perkumpulan kita. Dia meracuni aku dan menyaru aku sebagai pengacara supaya upacara ini gagal. Dia tentu tak mengira kalau aku masih hidup. Hayo, anakbuah Thian-tong-kau, jika engkau benar2 setia kepada Thian-tong-kau, tangkaplah penghianat itu !."

   Timbul kegemparan di atas panggung. Sekalian anakhuah Thian-thong-kau, kecuali barisan Baju Merah dan Baju Putih yang tetap diam saja, barisan gadis cantik dan barisan bocah tampak berbisik diantara kawan-kawannya.

   "Bangsat, engkau berani, mati sekali!"

   Pengacara itu marah dan terus menghantam orang yang menyaru sebagai dirinya itu.

   Bum.....

   Orang itu tergopoh lari ketempat barisan gadis cantik dan pukulan pengacara itu hanya mengenai tempat kosong.

   Sekalipun begitu, tanah dibawah panggung yang jaraknya beberapa belas tombak, seperti tertimpah batu besar, meletuk dan menghamburkan pasir dan batu keatas.

   Biat-gong ciang atau pukulan Pembelah-angkasa yang dilepaskan pengacara itu, hebatnya bukan kepalang.

   "Cong- thancu."

   Kata salah seorang gadis- baju Hijau "jika pengacara itu palsu, mengapa than-cu tak berani menghajarnya ?"

   Rupanya gadis itu tersadar akan keadaan yang dihadapannya. Cong-thancu atau Kepala dari thancu (bagian2), seorang tokoh yang sakti kepandaiannya. Ia heran mengapa cong-thancu tak berani menghadapi pengacara itu.

   "Ah, engkau tak tahu,"

   Gumam orang yang dipanggil congthancu itu.

   "racun yang diberikan kepadaku telah menghancurkan tenaga-dalamku"

   "Ih"; gadis baju Hijau mendesih kejut. Ia dapat"

   Menerima alasan itu dan seketika berseru.

   "tetapi sejak tadi dialah yang memimpin upacara dan kaucu pun"

   Merestuinya. Sedang engkau baru saja ... muncul, sukar bagi kami untuk mempercayai keteranganmu".

   "Sekarang tiada waktu untuk menjelaskan hal itu. Pokoknya, aku telah diracuni oleh penghianat itu hingga tenaga-dalamku lenyap. Dia hendak, memimpin upacara untuk mengacaukannya. Soal kaucu merestui, itulah karena kaucu tak dapat membedakan antara yang tulen dan yang palsu."

   "Lalu bagaimana kehendak cong-thancu ?"

   Tanya gadis itu pula.

   "Tangkaplah penghianat itu."

   Seru orang itu. Barisan gadis itu berunding. Tiba2 pengacara berteriak .

   "Hai. barisan Bijin- kun, ringkuslah penghianat itu !"

   Bi-jin-kun atau barisan wanita cantik yang terdiri dari gadis2 Baju Kuning dan Baju Hijau itu terbeliak.

   Mereka bingung bagaimana harus bertindak.

   Orang yang muncul dari balik panggung itu memang seperti pinang dibelah dua, apabila keduanya dijajar, memang sukar untuk membedakan mana yang aseli mana yang palsu.

   Juga alasan orang itu dapat diterima.

   "Cong-thancu, harap suka memberi ampun kepada kami", seru salah seorang gadis baju Hijau.

   "urusan ini benar2 membingungkan kami. Maka kami mohon sukalah congthancu bersabar dulu dan kita ajukan persoalan itu kehadapan kaucu...Bagai mana nanti keputusan kaucu, tentu akan kami lak sanakan."

   "Gila !"

   Pengacara itu memaki.

   "engkau lebih-percaya ia dari aku ?"

   "Maaf, cong-thancu, kami benar2 bingung,"

   Kata gadis itu pula.

   "Tangkap dan geledah orang itu engkau tentu dapat membuktikan palsu atau tidaknya"

   Seru pengacara.

   "Jangan percaya kepadanya,"

   Kata orang itu.

   "bawalah aku kepada kaucu, biar kaucu yang memuluskan persoalan ini"

   Cepat barisan gadis itu mengerumuni orang itu lalu mengawalnya hendak dihadapkan kepada Kim Thian Cong yang walaupun tahu ramai2 itu anehnya masih tetap diam saja.

   Tiba2 pengacara itu mengacungkan tangan keatas dan bersuit nyaring.

   Pengawal Baju Merah dan Baju Putih serempak menghadang jalan rombongan berisan gadis2 itu.

   "Kami hendak mengantar cong thancu kehadapan kaucu,"

   Kata salah seorang gadis.

   Tetapi Pengawal Baju Merah dan Baju Putih diam saja.

   Pun mereka juga tak mau menyingkir.

   Setelah menerangkan maksudnya gadis itu terus hendak melangkah maju tetapi tiba2 salah seorang Pengawal Baju Putih yang didepan sendiri, menamparkan tangannya.

   Wut.....

   Gadis itu melengking kaget dan cepat loncat mundur.

   Gelombang angin yang dipancarkan tamparan orang Buju Putih itu tajam dan keras sekali.

   Ia tahu kalau tak mungkin mampu menandingi dan andaikata hendak adu kekerasan pun tak berguna.

   Karena barisan2 pengawal baik yang baju putih maupun yang merah memang tokoh2 silat yang lebih sakti dari mereka.

   "Hai, mengapa kalian menghantam kawan sendiri ?"

   Seru gadis itu. Tetapi pengawal Baju Putih itu diam saja. Hanya sorot matanya yang berapi api memancarkan dendam kemarahan.

   "Pek sucia."

   Seru gadis itu pula.

   "jangan salah faham, kami hendak mengantar cong-than-cu kehadapan kaucu."

   Barisan pengawal Baju putih itu diam saja. Karena bingung gadis itu berpaling ke arah orang yang mirip pengacara tadi, serunya .

   "Cong thancu, harap engkau suka memberi perintah kepada Pek sucia supaya memberi jalan". Orang itu terkesiap, agak bingung Tetapi secepat itu ia tenangkan diri dan menjawab .

   "Ah, biasanya mereka hanya menurut dengan perintah yang dilancarkan dengan tenagadalam sakti. Sekarang karena tenaga-dalamku sudah lenyap, bagaimana aku dapat memberi perintah mereka ?"

   Gadis itu terdiam tetapi seorang kawannya cepat melengking .

   "Cong-thancu, engkau cobalah saja, barangkali ia mau menurut !"

   Terpaksa orang itu mengiakan lalu berseru .

   "Pek-sucia, berilah jalan, aku hendak menghadap kaucu !"

   Dalam telinga barisan gadis2 itu, kata2 orang itu dilantangkan dengan nada yang datar, seperti. orang biasa. Tetapi di luar dugaan pengawal2 Baju Putih itu menyingkir ke samping dan kembali kedalam barisannya.

   "Hai, mengapa engkau menurut perintahnya"

   Teriak pengacara.

   Tetapi pengawal itu dan kawan2 nya diam saja.

   Melihat itu, terkejutlah pengacara itu.

   Cepat ia mengeluarkan sebuah bungkusan putih dan terus dilontarkan ke arah barisan pengawal itu.

   Bungkusan itu meletup dan menghamburkan asap tebal.

   Serentak barisan pengawal itu bergerak maju untuk menghadang jalan rombongan gadis itu.

   Kemudian pengacara itupun segera berseru kepada rombongan gadis2.

   "Hai, budak2 barisan Bi-jin-kun, kenalkah engkau pada benda ini?"

   Barisan gadis Baju Kuning dan Baju Hijau memandang ke tangan pengacara yang diacungkan ke arah mereka. Serentak mereka membungkuk tubuh memberi hormat.

   "Tecu sekalian mohon maaf, karena tak menurut perintah,"

   Seru mereka. Ternyata telapak tangan pengacara itu memancar sinar swastika dan tahulah barisan gadis itu apa artinya. ? "Tangkaplah pengacau itu ?"

   Sesaat kemudian terdengar pengacara berteriak memberi perintah. Barisan gadis baju Kuning dan Baju Hijau serentak berhamburan hendak menangkap orang itu.

   "Hai, jangan kurang ajar kepadaku !"

   Seru orang itu seraya songsongkan tangannya ke muka seperti orang mencegah.

   Aneh, seketika barisan gadis itu terhenti gerakannya.

   Seolah seperti terpancang oleh dinding yang tak kelihatan.

   Sekalian tokoh2 silat yang hadir dibawah panggung termasuk Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin saat itu berkumpul diatas panggung.

   Mereka terpaksa menurut perintah untuk melakukan upacara tusuk tangan, masuk menjadi anggauta Thian-tong-kau.

   Apa yang terjadi diatas panggung, mereka pun tahu.

   Tetapi mereka tak mau bergerak untuk membantu salah satu fihak.

   Jika membantu orang yang mengaku sebagai pengacara itu, mereka masih sangsi adakah orang itu benar2 berilmu tinggi..

   Jika tidak, sia-sialah usaha mereka.

   Yang dibantu ternyata kalah, yang membantu akan menerima hukuman dari Thiantong- kau.

   Pun kalau membantu pada Thian-tong-kau, merekapun segan.

   Oleh karena itu mereka hanya bersikap diam untuk menunggu apa yang akan terjadi.

   Mereka terkejut ketika melihat gerakan orang itu.

   Entah dengan ilmu apa, tetapi hanya menyongsongkan tangannya kemuka saja, barisan gadis2 cantik yang berkepandaian tinggi itupun terhenti gerakannya.

   "Hayo, majulah salah seorang Ang sucia untuk manangkap pengacau itu !"

   Teriak pengacara.

   Seorang pengawal Baju Merah segera melangkah maju.

   Dan tanpa berkata apa2 ia terus menghantam orang itu, desss ,......

   Orang itu songsongkan tangannya dan pengawal Baju Merahpun terkejut, tegak terlongong-longong.

   Apakah yang terjadi ? Ternyata Pengawal Baju Merah itu terkejut karena pukulannya yang dilambari dengan tenaga dalam keras, telah lenyap ke dalam sebuah lautan kapas.

   Orang itu tertawa.

   "Mengapa, Ang sucia ?"

   Serunya.

   "bukankah engkau menurut perintah seorang penghianat ?"

   Pengawal Baju Merah itu diam saja. Ia tengadahkan kepala seperti orang merenung.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Ang sucia"

   Teriak pengacara pula.

   "mengapa berhenti. Hayo, serang terus !"

   Kembali pengawal Baju Merah itu mulai memberingas. Tiba2 ia meraung keras dan terus loncat menerjang orang itu.

   "Hai, engkau tetap berhamba pada penghianat?", seru orang itu seraya, loncat menghindar. Kembali pengawal Baju Merah itu tertegun. Serangannya yang dilancarkan secepat angin dan sedahsyat halilintar, entah dengan gerak ilmu apa yang dipakai orang itu, ternyata hanya menerpa angin kosong. Ia tertegun. Sedang barisan gadis2 cantik dan tokoh2 silat yang berada di panggung dan menyaksikan gerakan yang dilakukan orang itu, serempak berteriak kaget dan kagum. Pengacara itu sendiripun terkesiap menyaksikannya. Namun ia terus memberi perintah lagi kepada seorang pengawal Baju Putih supaya membantu pengawal Haju Merah. Seorang pengawal Baju Merah cepat loncat maju dan terus menyerang. Melihat itu pengawal Baju Merah tadipun segera ikut menyerang. Orang itu tak gentar. Ia melayani serangan kedua pengawal Baju Merah dan Baju Putih. Memang ilmu kepandaian kedua pengawal itu bukan olah2 hebatnya. Bukan saja jurus ilmu serangannya aneh dan hebat, pun gerakan tangannya selalu menimbulkan deru angin yang dahsyat... Makin lama makin cepat sehingga orang itu seolah-olah dilingkupi oleh sinar merah dan putih. Tiba2 terdengar suara mendesuh kejut disusul dengan erang tertahan dari kedua pengawal baju merah serta putih itupun menyurut mundur, beberapa langkah. Mereka mendekap, mukanya. Sekalian orang mengira kalau kedua orang itu tentu menderita luka, tetapi ternyata tidak. Hanya kain penutup muka merekalah, yang robek dan terbuka sehingga wajahnya kelihatan.

   "Li lo-cianpwe, tiba2 terdengar salah seorang dari tokoh2 silat itu berteriak kaget ketika melihat wajah pengawal baju merah".

   "Suhu!? kembali terdengar seorang dari rombongan tokoh2 itu berteriak ketika melihat wajah pengawal baju putih. Seorang lelaki bertubuh tinggi besar serentak loncat maju menghampiri pengawal putih. Tetapi alangkah kejutnya ketika tiba2 pengawal baju putih itu menghantamnya.

   "Suhu, aku Go Kwi Lok, murid suhu sendiri !"

   Seru orang itu seraya loncat menghindar.

   Mengira kalau orang itu sudah mendengar keterangannya, Go Kwi Tok pun maju menghampiri pula.

   Tetapi kembali pengawal Baju Putih itu menghantam.

   Go Kwi Lok benar2 terkejut sekali.

   Dia adalah, ketua dari Hong-hwa-pang atau perkumpulan Bunga Merah di kotaraja Pakkhia.

   Jelas ia melihat bahwa wajah dari pengawal baju putih itu adalah suhunya atau ketua Hong-hwa-pang dahulu yang bernama Soh Swi Kiat bergelar Tok-hoa sin-jiu atau Tangan-sakti-bunga-berbisa..

   Dia telah menghilang sejak beberapa tahun yang lalu.

   Karena dicari tak ketemu, terpaksa muridnya yang pertama, Go Kwi Lok menjadi ketua Hong-hwapang...

   "Suhu yang sudah lama menghilang itu akhirnya diketemukan di panggung Thian-tong-kau. Sudah tentu Go Kwi Lok gembira sekali.. Tetapi alangkah kejutnya ketika suhunya tak kenal lagi kepadanya bahkan telah menghantamnya. Kwi-Lak tahu, bagaimana kepandaian suhunya. Pukulannya dapat memancarkan hawa beracun yang berbahaya... Maka ia tak berani menangkis dan hanya menyingkir lagi.

   "Siapa engkau !"

   Tegur orang yang menyaru sebagai pengacara lagi. Setelah Go Kwi Lok memperkenal diri, orang itupun bertanya pula.

   "Apakah dia benar suhumu?".

   "Ya,"

   Sahut Go Kwi Lok.

   "dia sudah beberapa tahun menghilang tak ketahuan jejaknya. Tiba2 suhu berada disini."

   "Benarkah itu ?"

   Orang itu menegas.

   "Eh, sahabat, siapakah engkau ini sesungguhnya? Mengapa aku harus bohong. Dia memang benar2 suhuku,"

   Go Kwi Lok agak kurang senang.

   "Baik, akan kutolongmu. Tetapi apakah engkau mampu membawanya pergi ?"

   Tanya orang itu.

   "Bila perlu biarlah aku mati asal suhu dapat diselamatkan,"

   Kata Go Kwi-Lok.

   "Hm.", dengus orang itu, tiba2 ia gunakan ilmu Menyusup suara berkata;

   "saat ini suhumu sedang kehilangan kesadaran pikirannya."

   Dia tentu telah diracuni oleh orang Thian-tongkau untuk dijadikan alat mereka. Terpaksa aku harus merubuhkan suhumu dulu, jangan engkau, salah mengerti."

   Go-Kwi Lok terkejut. Buru2 iapun menjawab dengan ilmu Menyusup-suara.

   "Baik, aku akan berusaha sekuat tenagaku."

   "Tetapi gunung Thay-san ini telah dijaga oleh anakbuah Thian-tong-kau. Sukar kiranya engkau dapat membawa suhumu lolos lari sini."

   Go Kwi Lok tertegun. Ia memang mengakui kebenaran kata2 orang itu.

   "Kurasa, biarlah suhumu mengalami penderitaan lebih lama sedikit. Masih banyak tokoh2 lain yang telah ditawan dan dijadikan pengawal baju merah dan baju putih oleh Thiantong- kau. Kalau mau menolong, kita tolong dan bebaskan mereka semua. Kembalilah dulu ke rombongan tokoh2 silat dan tunggu perkembangan lebih lanjut."

   Pengacara itu diam2 memperhatikan. Dilihatnya orang yang menyaru sebagai dirinya dan Go-Kwik tegak berhadapan tanpa bicara apa2 tetapi bibir mereka bergerak-gerak. Jelas keduanya tentu menggunakan ilmu Menyusup-suara.

   "Go pang-cu harap jangan ikut mengacau keadaan dan kembali ke tempatmu,"

   Tiba2 pengacara berseru.... Go Kwi Lokpun menurut.

   "Rupanya, pengacara itu tak sabar lagi terhadap orang yang menyaru sebagai dirinya."

   Segera ia memberi perintah .

   "Hayo barisan Ang sucia dan Pek sucia, serang dan dan ringkuslah pengacau itu !"

   Empatpuluh pengawal baju Merah dan Baju Putih serempak berhamburan menyerbu orang yang dandanannya menyerupai pengacara itu ... O^^odwo^^O

   Jilid 33 Kembar Panggung yang didirikan Thian-tong-kau untuk mengadakan upacara sembahyangan menerima anggauta dan meresmikan berdirinya partai itu, telah kacau balau.

   Belum Shoa-tang Sam-hiap yang terdiri tiga saudara Tan Hwa, Tan Hong dan Tan Hui, serta Ho-lam ji-koay yang terdiri dari kedua saudara Utti Siang dan Utti Ho, lalu Pui Tik ketua Kim-coa pang dan Im Yang cinjin dari lembah Im-yang-kok atau Lembah Banci, selesai ditumpas oleh anak buah Thiantong- kau.

   Tiba2 dibawah panggung telah muncul seorang pemuda aneh yang mengaku bernama Bloon dan hendak bertemu pada Kim-Thian-cong ketua Thian-tong-kau, untuk ditantang berkelahi.

   Dan puncak dari ketegangan itu adalah munculnya seorang yang baik wajah dan dandanannya mirip sekali dengan pengacara Thian-tong-kau.

   Suasana benar2 kacau.

   Hampir anakbuah Thian tong-kau kehilangan pegangan ketika pengacara yang baru muncul itu memberi perintah kepada Bi ji-kun atau barisan gadis cantik dan Pengawal Baju Putih serta Baju Merah.

   I Anakbuah Thian-tong-kau bingung harus menurut perintah siapa.

   Melihat itu pengacara baju merah emas segera memberi perintah kepada anak buah Thian-tong-kau yang mengepung sekeliling lembah.

   Suasana makin tegang.

   Sekalian tokoh2 silat yang hadir sudah gelisah resah.

   Ketiga ketua partai persilatan besar yakni Ceng Sian suthay dari Kun lun-pay, Hong Hong tojin dari Gobi- pay dan Hoa Sin dari Kay-pang, pun mulai sibuk.

   Pang To Tik wakil Hoa-san-pay, sudah sejak tadi menghilang dan sampai saat itu belum juga muncul, Dan mereka harus segera mengambil keputusan.

   Melawan atau menyerah.

   Memang dalam menghadapi situasi yang amat gawat itu rombongan partai persilatan maupun tokoh2 persilatan terpecah dua pendiriannya.

   Ada yang berpendirian untuk melawan.

   Lebih baik mati hancur daripada menjadi budak orang Thian-tong-kau.

   Ada yang berpendirian, harus melihat situasi dan kondisi.

   Thian-tong-kau memiliki anakbuah yang besar jumlahnya dan sakti kepandaiannya.

   Dua kelompok pengawal Baju Putih dan Baju Merah itu menurut dugaan dan kenyataan yang telah terlihat di alas panggung tadi, adalah tokoh2 sakti dari berbagai cabang persilatan dan aliran yang sudah lama menghilang tanpa berita.

   Betapapun, tokoh2 yang hadir itu tak mungkin dapat memenangkan mereka kecuali memang sudah membekal tekad untuk mati.

   Tetapi ada tokoh yang berpendirian bahwa kematian mereka harus dapat menolong keadaan, menyelamatkan dunia persilatan dari cengkeraman Thiantong- kau.

   Mati untuk mati.

   tanpa dapat menolong keadaan, mati konyol mati tanpa arah.

   Demikian pendirian Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Hoa Sin.

   Sedangkan Pang To Tik tetap menghendaki supaya cepat bertindak untuk mempersatukan seluruh hadirin dan serempak bersama sama melawan Thian-long-kau.

   Pada detik2 ketegangan memuncak, tiba2 pemuda berwajah aneh dan mengaku bernama Bloon tadi, setelah berhasil menerjang barisan penjaga Thian-tong-kau, segera loncat ke atas panggung.

   "Hai, gila, serunya seraya menuding pengacara yang berpakaian warna merah emas dan yang baru muncul.

   "mengapa wajah dan pakaian kalian mirip satu sama lain ? Apakah pangkat kalian di panggung ini ?"

   "Aku pengacara upacara sembahyangan besar yang diselenggarakan oleh Thian-tong-kau,"

   Seru pengacara baju merah.

   "Dan engkau ?"

   Tanya pula pemuda Bloon itu kepada pengacara yang berada disamping barisan gadis cantik. ^ "Sama"

   Seru pengacara itu.

   "Apanya yang sama?"

   Tegur pemuda aneh itu.

   "Pangkatnya".

   "Hm, begitulah kalau menjawab pertanyaanku"

   Seru pemuda aneh itu pula.

   "sekarang jawab lagi. Mengapa rupamu sama dengan rupa pengacara itu ?"

   "Rupaku memang sejak dulu kala sudah begini"

   Sahut pengacara itu.

   "dialah yang meniru dan hendak memalsu sebagai diriku".

   "Jahanam !"

   Teriak pengacara baju merah dengan marah.

   "engkau yang memalsu diriku untuk mengacau Thian-tong kau"

   "Diam !"

   Bentak pemuda itu dengan deliki mata.

   "mana yang palsu dan mana yang aseli, harus diselidiki dan dibuktikan. Mana boleh seenakmu sendiri menuduh lain orang palsu". Merah wajah pencacara baju merah itu tiba2 ia teringat sesuatu dan serentak memberingaslah wajahnya.

   "Hai, siapa engkau !"

   Bentaknya kepada pemuda itu. '"Setan", pemuda aneh itu deliki mata.

   "engkau tak berhak bertanya diriku".

   "Apa ?, pengacara baju merah itu makin memberingas.

   "aku adalah pengacara yang diserahi menyelenggarakan upacara sembahyangan besar ini sepenuhnya. Aku berhak bertanya kepada siapapun juga, berhak juga untuk memberi perintah, bahkan menjatuhkan keputusan mati atau hidup pada setiap orang yang berada di tempat ini."

   "Engkau gila"

   Teriak pemuda aneh itu.

   "siapa bilang kalau engkau pengara ? Bukankah dia juga pengacara ? Lalu siapakah yang sesungguhnya pengacara disini ?" '"Setan !"

   Bentak pengacara baju merah itu pula.

   "sejak bermula upacara ini dimulai, akulah yang berada disini dan melakukan kewajiban sebagai pengacara. Dia yang muncul belakangan dan mengaku sebagai pengacara"

   Pemuda aneh yng mengaku bernama Bloon itu segera berpaling dan menuding pengacara yang baru itu.

   "Hai, setan, mengapa engkau berani mengaku sebagai pengacara ? Bukankah engkau hendak mengacau upacara sembahyangan ini ? Goblok, kalau mau mengacau, kacau sajalah, mengapa harus menyaru sebagai pengacara !"

   Termasuk pengacara yang dituding itu, sekalian orang yang berada diatas panggung terbeliak mendengar kata2 pemuda aneh itu.

   "Kurang ajar, engkau berani menghina aku?^ teriak pengacara baru itu lalu berseru kepada salah seorang gadis dari barisan Baju Kuning.

   "tangkap dan tendang pemuda gila itu ke bawah panggung."

   Sesosok tubuh melesat kehadapan pemuda aneh itu dan terus menampar kepala. Tetapi pemuda itu entah bagaimana, hanya dengan sekali beringsut langkah, dia sudah menghindar dari tamparan dara Baju Kuning.

   "Budak perempuan "

   Serunya.

   "jangan engkau seliar itu ? Mengapa engkau menurut perintah dari seorang pengacau ?"

   Dara Baju Kuning itu menjawab dengan sebuah tamparan tangan kiri yang disempaki pula dengan menusukkan jari telunjuk kanan ke mata pemuda aneh.

   "Eh, rupanya engkau tak kapok kalau belum kuberi hajaran"

   Seru pemuda aneh itu seraya bergeliatan tubuh dan secepat tangan bergerak, nona Baju Kuning itu menjerit kaget .

   "Ih"

   La menyurut mundur seraya mendekap rambutnya. Jika tadi ia telah menyisir rambutnya dengan rapi dalam dua belah konde maka sekarang kedua konde itu telah lepas terurai menutup punggung.

   "Hm, mengapa menjerit ?"

   Seru pemuda aneh pula.

   "seharusnya engkau tertawa gembira karena rambutmu masih utuh. Tetapi kalau engkau tetap tak tahu diri, akan kujadikan engkau seorang rahib berkepala gundul"

   Gempar sekalian orang menyaksikan peristiwa itu.

   Dara baju kuning dari barisan Bi-jin-kun Thian-tong-kau, memiliki kepandaian yang hebat dan mengagumkan sekalian tetamu.

   Tetapi hanya dalam sekali dua gebrak saja, pemuda aneh itu telah dapat melepaskan konde gadis itu.

   "Engkoh gundul, engkau hebat benar. Aku kepingin bermain2 dengan engkau"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tiba2 seorang anak baju merah loncat ke hadapan pemuda aneh itu.

   "Setan cilik"

   


Rase Emas Karya Chin Yung Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id Rahasia Iblis Cantik -- Gu Long

Cari Blog Ini