Pendekar Bloon 23
Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 23
Pendekar Bloon Karya dari S D Liong
Bentak pemuda itu.
"mau apa engkau ?"
"Mau mencabut kuncirmu"
Seru anak itu sambil tertawa mengikik melihat potongan rambut pemuda aneh itu.
"Setan cilik, engkau kurang ajar benar ! Apakah gurumu tak bisa mengajar engkau ? Jika begitu, akulah yang akan mewakili memberimu hajaran supaya engkau tahu adat ."
Bocah itu tertawa mengikik lalu maju menghampiri.
Ketika pemuda aneh itu hendak menamparnya, bocah baju merah itupun loncat menghindar ke samping.
Tetapi baru kakinya menginjak papan, tangan pemuda aneh itu sudah mengancam kepalanya lagi.
Bocah itu terkejut.
Dengan geram ia menangkis tetapi cepat ia mendesih kejut karena tangan pemuda aneh itu menghilang dan aduh .....
bocah Baju merah itu menjerit kesakitan karena kuncirnya telah dicabut sampai hilang separoh.
"Nah, sekarang engkau harus ikut aku. Lihatlah, bukankah potongan rambutmu seperti rambutku juga ?"
Seru pemuda aneh itu. Rombongan bocah Baju Merah dan Baju Biru serempak maju menyerbu dengan marah tetapi pemuda aneh itu cepat bertindak. Sekali loncat ia menyambar tubuh bocah yang dicabut kuncirnya tadi, lalu diangkat keatas, serunya.
"Awas, kalau kalian berani maju, kawanmu ini tentu kubanting mati"
Terkejut rombongan bocah dari Thian-tong-kau.
Mereka tak pernah menduga bahwa pemuda yang tampaknya tolol dan Bloon ternyata memiliki kepandaian yang amat sakti.
Salah seorang kawan mereka dengan mudah dapat dikuasainya.
Serempak mereka tertegun dan berhenti.
"Hayo, kalian berdua yang mengaku sebagai pengacara Thian tong-kau,"
Serunya kepada kedua pengacara.
"siapa yang dapat memberi perintah dan menguasai rombongan kunyuk2 kecil itu, dialah pengacara yang sesungguhnya."
"Ang-hay-kun, Lan-hay-kun jangan bertindak sebelum mendapat perintah !"
Seru pengacara baju merah dengan suara keras.
"Yang berani bergerak tanpa perintah, akan mendapat hukuman"
Seru pengacara yang seorang itu. Kedua rombongan bocah murid Thian-tong-kau serempak menyurut kembali ke tempat masing2.
"Bagus, bagus", seru pemuda aneh itu.
"ternyata kalian memang sama2 mempunyai pengaruh. Jika demikian kalian berdua ini memang pengacara tulen semua."
"Tidak !"
Seru pengacara baju merah dengan marah.
"Thian-tong-kau hanya mempunyai seorang pengacara, tidak dua "
"Lalu bagaimana membedakan yang palsu dari yang tulen ?"
Seru pemuda aneh itu. Tanpa disadari pemuda itu telah menguasai pembicaraan, se-olah2 ia seorang hakim yang tengah mengadili kedua pengacara dari Thian-tong-kau.
"Gampang", tiba2 pengacara yang seorang, berseru lantang.
"ringkus pengacara itu dan lempar kebawah panggung!"
"Bangsat !"
Teriak pengacara baju merah seraya lepaskan sebuah pukulan yang dahsyat.
Pengacara yang seorang itu berdiri di depan rombongan gadis2 baju kuning dan baju hijau.
Cepat ia loncat menghindar ke samping.
Rombongan gadis2 cantik itupun berhamburan loncat menghindar.
Pukulan pengacara baju merah itu ternyata luar biasa hebatnya.
Tiada seorangpun dari gadis2 cantik itu yang berani menyambut.
"Engkaulah pengacara yang asli", tiba2 pemuda aneh itu berseru menunjuk pengacara baju merah.
"Ngaco.
"
Bentak pengacara yang seorang.
"bagaimana semudah itu engkau memastikan dia pengacara Thian tongkau yang aseli ?"
"Semua anakbuah dan tokoh2 Thian-tong-kau memiliki kepandaian tinggi. Pukulannya tadi hebat sekali sehingga ia harus tak diragukan lagi sebagai seorang pengacara."
Sahut pemuda aneh itu.
"Goblok engkau,"
Bentak pengacara yang seorang itu dengan marah.
"engkau kira aku tak mampu melepaskan pukulan yang lebih hebat dari itu ?"
"Kalau mampu mengapa engkau takut menyambut pukulannya ?"
Dengus pemuda aneh itu.
"Dia telah meracuni aku sehingga tenagaku lenyap. Kemudian ia muncul di panggung sembahyangan ini untuk menguasai Thian-tong-kau. Untung aku ditolong oleh seorang sakti dan dapat muncul disini tepat sebelum upacara berlangsung". Pemuda itu kerutkan dahi berpikir.
"Benar, memang orang yang diracuni kekuatannya tentu hilang "
Akhirnya ia bicara seorang diri. Tiba2 ia menegangkan muka dan berseru .
"Peristiwa ini takan selesai kalau hanya dengan adu mulut saja,"
Akhirnya ia mengambil keputusan dengan kepalkan tangan.
"harus diselesaikan dengan kepalan. Hayo, kalian harus bertanding. Siapa yang menang, dialah pengacara Thian-tong-kau yang asli !"
"Tidak !"
Teriak pengacara yang seorang.
"tenagaku telah hilang diracuni, bagaimana -engkau suruh aku bertanding dengan dia ?"
"Jika demikian", kata pemuda aneh itu, lalu memandang pengacara baju merah.
"engkau juga harus makan racun. Setelah tenagamu hilang, barulah engkau bertanding. Dengan demikian baru adil karena sama2 hilang tenaganya."
"Bangsat !"
Damprat pengacara Baju Merah itu dengan marah.
"apakah engkau komplotan bangsat itu ? Siapa yang meracuninya ?' "Engkau !"
Teriak pemuda aneh itu.
"Jangan percaya pada mulut bangsat atau engkau sendiri memang seorang bangsat. Hanya bangsat yang mau percaya pada mulut bangsat !"
"Tidak "
Teriak pemuda aneh itu.
"bukan hanya dia dan aku, tetapi engkau dan semua orang Thian-tong-kau bangsat semua. Tokoh2 yang hadir di tempat ini juga bangsat semua". Pengacara Baju Merah marah sekali. Barisan pengawal Baju Merah dan Baju Putih sudah beringsut2. Mereka tak sabar lagi disuruh berdiri seperti patung. Barisan gadis cantik juga mulai gelisah, demikian pula dengan barisan bocah Baju Merah dan Baju Biru. Juga tokoh2 yang berada dibawah panggung, mereka mulai mengerut dahi. Ceng Sian suthay, Hoa Sin dan Hong Hong tojin mulai kasak kusuk.
"Kalau tak salah pemuda itu bernama Bloon putera Kim tayhiap yang hendak kita cari", kata Ceng Sian suthay. Ia menuturkan tentang peristiwa di kotaraja.
"Dia bernyali besar dan sakti". Hoa Sin gembira.
"mari kita bantu ...
"
Habis berkata tanpa menunggu persetujuan kedua rekannya, ketua Kay-pang itu terus enjot tubuhnya melambung ke atas panggung. Bagai gerak seekor burung belibis, tubuhnya turun dengan ringan sekali.
"Kongcu"
Serunya kepada pemuda aneh itu "bukankah kongcu bernama Bloon?"
"Ih, pemuda aneh itu melirik dan mendesih "engkau pengemis tua, mengapa ikut naik panggung. Apakah engkau hendak minta sedekah? Disini bukan tempat sedekah dan sayang akupun tak membekal uang. Turunlah, minta saja pada rumah orang kaya"
Karena sudah mendengar penuturan Ceng Sian suthay tentang watak, tingkah dan ucapan putera Kim Thian-cong yang serba aneh dan nyentrik, Hoa Sin tak marah kebalikannya malah tertawa gelak2.
"Bagus kongcu "
Serunya.
"adatmu seperti aku. Cocok sekali. Tetapi aku bukan kemari hendak minta sedekah melainkan hendak menghadap kongcu" '"Apa keperluanmu ?"' seru pemuda aneh itu.
"Benarkah kongcu ini bernama Blo'on, putera Kim tayhiap ?"
Ulang Pengemis-sakti Hoa Sin.
"Eh, engkau kan bisa melihat sendiri ujutku ini? Tergantung dari anggapanmu. Kalau engkau anggap aku ini si Blo'on, akulah Blo'on. Kalau engkau anggap aku bukan Bloon, akupun bukan Blo'on."
Karena sudah dua kali terbentur kata2 yang berbatu, maka perut Hoa Sin terasa kaku seperti di-kitik2.
Dia termasuk seorang tokoh silat, walaupun berkedudukan sebagai ketua Kay-pang.
yang suka berolok-olok, suka mengganggu orang.
Tetapi berhadapan dengan pemuda yang menyebut diri sebagai Blo'on, dia terpaksa harus mengelus dada.
"Kim kongcu,"
Katanya dengan menahan kesabaran.
"apa tujuan kongcu naik panggung ini?"
"Mencari Kim Thian-cong"
"O, bagus, kongcu."
Seru Hoa Sin.
"kongcu dapat membuktikan apakah dia benar2 Kim tayhiap aseli atau palsu. Karena sesungguhnya Kim tayhiap dulu sudah meninggal dunia."
"Orang hidup bisa mati, mengapa orang mati tak dapat hidup ? Aneh engkau ini gumam Bloon. Hoa Sin terbelalak namun setelah teringat bahwa Blo'on itu memang aneh dan agak tak waras pikirannya, iapun tak mau berbantah.
"Ya, baiklah,"
Kata ketua Kay-pang itu.
"aku akan membantu kongcu untuk meneliti apakah ketua Thian-tongkau itu benar2 Kim tayhiap aseli atau palsu"
"O. terima kasih,"
Seru Blo'on.
"tetapi sayang aku tak memerlukan bantuanmu. Aku sendiri mampu untuk meniliti adakah dia bapakku atau bukan". Hoa Sin tercengang.
"Kim tayhiap adalah bengcu (ketua) kami, bertujuh partai persilatan besar. Sudah wajib kalau aku sebagai ketua dari salah sebuah partai persilatan itu untuk mencarinya".
"Boleh ... boleh!", seru Blo'on.
"engkau bebas untuk mencari tetapi tak perlu membantu aku. Akupun bebas untuk menyelidiki sendiri".
"Tetapi kongcu."
Bantah Hoa Sin.
"Thian-tong-kau mempunyai jago2 yang sakti dan berjumlah besar. Aku akan membantu kerepotan kongcu untuk menghadapi mereka."
"Sudah kukatakan, tidak perlu", kata Bloon.
"aku dapat mencari bapakku sendiri tanpa dibantu orang. Jika dia benar2 bapakku, tentulah dia akan melarang anakbuahnya untuk mengganggu aku." ' Hoa Sin benar2 serba salah. Mau membantu ditolak. Mau turun panggung, malu. 'Hoa pangcu."
Tiba2 terdengar seseorang berseru.
"dekat arang tentu hitam, dekat kapur tentu putih. Mengapa pangcu merasa malu berlumur hitam kalau dekat dengan arang?"
Hoa Sin berpaling dan tampaklah Ceng Sian suthay berada dibelakangnya bersama dengan Hong Hong tojin. Kedua tokoh itu terpaksa ikut loncat keatas panggung karena menguatirkan keselamatan Hoa Sin.
"Berhenti !"
Tiba2 pengacara baju merah berteriak nyaring.
Nadanya berkumandang dahsyat, menandakan hebatnya tenaga-dalam yang dimiliki.
Memang sejak terjadi perbantahan antara kedua pengacara tadi, diatas panggung telah berlangsung pertempuran antara ketujuh tokoh tetamu yakni Shoatang Sam-hiap, Ho-lam-ji koay, Pui Tik.
Im Yang cinjin melawan barisan Pengawal baju Putih.
Teriakan pengacara baju merah itu menghentikan semua pertempuran.
Dengan wajah merah padam karena marah, pengacara baju merah itu berseru bengis.
"Sebagai tetamu yang kami undang, saudara2 sekalian telah bertindak tak menghormati tuan rumah, berani naik panggung untuk mengacau. Apakah saudara2 benar2 hendak menentang Thian-tong kau ?"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kami Shoa-tang Sam-hiap tak puas atas tindakan Thiantong- kau yang main paksa dan main bunuh orang !"
"Ho-lam Ji-koay sejak lahir menjadi manusia tegas, tak pernah masuk anggauta perkumpulan yang manapun juga'"
Seru Utti Siang dan Utti Ho.
"Kim-coa-pang bersahabat dengan semua partai dan kaum persilatan atas dasar saling menghormati", seru Pui Tik ketua Kim-coa-pang atau perkumpulan Ular Emas.
"Im Yang selalu hidup dialam bebas dari guha Cui-im-tong di lembah Im-yang-kok."
Seru pula Im Yang cinjin dengan bergaya.
"Banci !'* tiba2 pemuda Bioon memekik sehingga sekalian orang terbeliak dan mencurah pandang kepadanya. Im Yang cinjin merah mukanya. Tetapi pada lain kejab ia tertawa mengikik macam gadis genit .
"Hi, hi, hi banci itulah sifat alam yang sempurna Im harus ada Yang lelaki harus ada perempuan. Alam takkan sempurna bila tiada kedua jenis unsur itu. Kalau kurang salah satu, jadinya seperti kuncir kepalamu itu yang hanya tinggal satu, hi, hi.."
"Banci, jangan tertawa, perutku sakit kalau, mendengar nada tawamu."
Seru Bloon.
"Hi. hi. hi ...
"
Im Yang cinjin malah tertawa mengikik keras dan panjang.
"Banci", bentak Blo'on.
"aku tahu seorang itu lelaki atau perempuan. Tetapi aku bingung memikirkan engkau ini tergolong jenis apa. Banci itu sesungguhnya bagaimana ?" .
"Tubuhku terbagi dua, Im dan Yang, lelaki dan perempuan. Kalau tak percaya cobalah rasakan ini ......."
Tiba2 ia gerakkan tangan kanan menampar kearah Bloon.
"inilah sifat Yang,"
Serunya. Kemudian Im Tang cinjin menyusuli dengan tamparan tangan kiri.
"Dan yang ini, sifat Im."
Setiup angin lunak menyambar Blo'on kemudian segelombang angin keras melandanya. Ketika Blo'on hendak menangkis tiba2 ia menjerit Aduh...."
Sekonyong-konyong ia jatuh terjerembab ke belakang. Baru ia hendak berusaha bangun, tiba2 ia terlempar jatuh lagi.
"Wah, hebat juga pukulanmu, banci,"
Seru pemuda itu seraya bangun berdiri.
"pukulan tangan kirimu tadi benar2 luar biasa. Aku tak merasa terkena sesuatu, tahu2 ruas2 sendi tulangku lunglai sehingga tak kuat berdiri. Dan tangan kananmu pun dapat menghamburkan tenaga yang kuat sekali." *Hi, h.i, hi,"
Im Yang cirjin tertawa.
"tetapi engkau memang hebat juga. Setiap orang yang terkena kedua jenis pukulan Im dan Yang, tentu tak dapat bangun karena tulang belulangnya terlepas dari kaitannya. Tetapi ternyata engkau masih dapat berdiri tegak lagi."
Sekalian orang terkejut menyaksikan pukulan Im Yang cinjin yang sedemikian aneh dan hebat. Hanya pengacara baju merah yang marah.
"Hai, pemuda liar dan engkau Im Yang cinjin jangan berbuat sekehendak hatimu. Apakah kalian benar2 tak mengindahkan aku ?"
Teriak, pengacara baju merah dengan mata melotot.
"Eh. garang amat engkau ini,"
Sahut Blo'on Kemudian garuk2 kepala.
"eh, bagaimana urusan disini dapat diselesaikan. Belum yang satu selesaikan, sudah datang yang baru. Kalau begini, kita tentu akan terus menerus berada dipanggung sini"
"Tutup mulutmu !"
Bentak pengacara baju merah dengan bengis.
"sekarang jawablah kalian semua. Kalian mau melakukan sembahyang untuk masuk menjadi anggauta Thian-tong-kau atau tidak?"
"Nanti dulu !"
Teriak Blo'on.
"urusanmu belum selesai mengapa menyuruh orang bersembahyang? Kalian berdua yang mengaku sebagai pengacara, sebenarnya siapa yang aseli siapa yang palsu. Urusan ini menyangkut keamanan dan nama Thian tong-kau, harus diselesaikan dulu !"
"Jangan banyak mulut, bedebah !"
Bentak pengacara baju merah itu.
"aku sanggup menyelesaikan semua urusan disini. Jawab dulu, kalian mau menjadi anggauta Thian-tong-kau atau tidak ?"
Terdengar desuh dan dengus dari orang2 yang berada di atas panggung. Jelas mereka merasa geram tetapi tiada yang membuka mulut, kecuali Bloon. Pemuda itu balas menghardik .
"Eh. engkau, kalau urusanmu tak diselesaikan aku tak sudi menjadi anggauta Thian tong-kau !" * Baik,"
Sahut pengacara baju merah.
"kalau urusan itu sudah selesai, artinya engkau bersedia masuk Thian-tong-kau ?"
Bersedia !"
Sahut Blo'on dengan serempak.
"Pengawal Baju Putih dan Baju Merah,"
Serentak pengacara baju merah itu berseru lantang.
"hajar orang2 yang berada dipanggung ini!"
"Jangan"
Teriak pengacara yang lain.
"tangkap orang itu !"
Ia menuding kearah pengacara baju merah,"
"dia telah menganiaya aku dan hendak mengacau Thian-tong-kau."
Tetapi kawanan pengawal Baju Putih dan Ba ju Merah itu tak menghiraukan.
Serempak mereka berhamburan menyerang tokoh2 yang berada diatas panggung, termasuk pengacara itu sendiri.
Barisan gadis cantik dan barisan bocah tak herani menghalangi.
Mereka menyadari betapa kesaktian barisan Pengawal Baju Putih dan Baju Merah itu.
Kini terjadilah pertempuran yang seru dan dahsyat Shoatang Sam-hiap, Ho-lam Ji-koay, Pui Tik ketua Kim-coa-pang dan Im Yang cinjin diserang oleh kedua barisan pengawal Thian-tong-kau itu.
Demikian pula dengan Blo'on dan Hoa Sin bertiga.
Melihat itu Hoa Sin segera menggunakan ilmu menyusupsuara kepada kedua kawannya.
"Suthay, tojin, mari kita bekuk pengacara baju merah itu bila berhasil tentu kita dapat menguasai keadaan."
Tetapi baru mereka hendak bergerak, tiba2 Blo'on loncat menghadang.
"Mau apa kalian?"
Hoa Sin tertegun, sahutnya.
"Kongcu, kita harus menggunakan kesempatan ini ......"
Pengemis-sakti Hoa Sin bicara dengan pelahan sekali supaya jangan didengar orang tetapi Bloon malah berkaokkaok keras.
"Apa katamu? Bicaralah yang keras, jangan bisik2 seperti orang perempuan. Ih, pengemis tua, aku kan bukan pacarmu ?"
Hoa Sin terbeliak, merah mukanya. Sesaat ia kehilangan akal bagaimana harus menghadapi pemuda sinting itu.
"Kongcu,"
Cepat Ceng Sian suthay maju.
"marilah kita menghadap Kim tayhiap."
Blo'on hendak menyahut tetapi tiba2 telinganya terngiang suatu suara sehalus ngiang nyamuk .
"Kim kongcu, harap jangan membuang waktu. Marilah kita bertemu dengan ayah kongcu ....."
Ternyata suara itu berasal dari Hoa Sin yang menggunakari ilmu Menyusup-suara. Hanya Blo'on yang mendengar, lain orang tidak. Ketua Kay pang itu cepat mendapat akal bagaimana menyampaikan keterangannya kepada Blo'on. 'O, begitu,"
Seru Blo'on.
"baik, aku setuju. Tetapi tunggu dulu ......."
Ia terus berpaling melangkah menghampiri pengacara baju merah dan berseru .
"Hai, pcngacara Thian tong kau, engkau harus menjawab pertanyaanku dengan terus terang, kalau tidak, lehermu tentu kupelintir putus seperti leher ayam!"
Pengacara itu terkesiap tetapi mau juga menjawab .
"Tanyalah tetapi harus yang penting dan sopan, tahu !"
"Benarkah ketuamu yang duduk dikursi itu bernama Kim Thian-cong ?"
Seru Blo'on.
"Apakah didunia ini terdapat dua Kim Thian cong ?"
Pengacara balas bertanya.
"mungkin nama bisa kembar dua, tiga bahkan berpuluh-puluh, tetapi orangnya tentu tak mungkin."
"Kim Thian-cong dari mana ?"
"Eh, bocah ingusan"
Kata pengacara itu.
"mengapa masih bertanya ? Setiap hidung orang persilatan tentu tahu bahwa Kim Thian-cong itu adalah jago nomor satu dalam dunia persilatan, bergelar It-ci-sin-kun si Jari-tunggal-saktti"
"Dimana rumahnya ?"
Seru Blo'on pula.
"Eh, bocah, mengapa engkau masih bertanya begitu melilit ?"
Seru pengacara.
"Kim tayhiap atau sekarang Kim kaucu, setelah mengasingkan diri tinggal dipuncak Giok-li-nia gunung Lou-hu-san."
"Kabarnya dia sudah mati ?"
Seru Blo'on. Tiba2 pengacara itu tertawa .
"Ha, ha, ha, engkau mengaku sebagai puteranya, tetapi mengapa engkau tak tahu ayahmu sudah mati atau belum?"
"Aku tak berada digunung, mana tahu?"Bloon bersungut sungut. '"Eh, engkau tak berada di gunung ? Apakah selama ini engkau tak pernah pulang ?"
Tanya pengacara itu pula.
"Perlu apa pulang, bukankah ayahku sudah meninggal ?"
Balas Bloon menggeram.
"O,"
Seru pengacara.
"makanya engkau terus datang kemari mencari ayahmu ?"
"Benar !"
Teriak Blo'on dengan keras.
"dalam pengembaraan kudengar orang ramai membicarakan bahwa Kim Thian-cong tidak mati tetapi pindah menetap di gunung Thay-san dan mendirikan perkumpulan baru."
"Ya, memang benar,"
Pengacara itu mengangguk.
"Kim kaucu jemu dengan kesunyian digunung. Istrinya sudah meninggal dan puteranya hilang..."
"Gila engkau !"
Teriak B!o on.
"siapa bilang, Aku ini engkau kira siapa ?"
"Kim kaucu sudah tua", pengacara itu melanjutkan kata2nya tanpa mempedulikan gangguan Blo'on.
"Ia berpendapat seorang lelaki harus meninggalkan nama wangi dalam hidupnya. Karena ia seorang persilatan maka iapun hendak mengurus dunia persilatan. Diam2 ia menuju ke gunung Thay-san dan mendirikan perkumpulan Thian-tongkai. Tujuannya untuk mempersatukan seluruh kaum persilatan guna membentuk sebuah dunia persilatan yang baru, yang bebas dari kekacauan, yang bersih dari dendam pembunuhan, yang menuju ke jalan kesucian mencari ketenangan di dunia dan akhirat"
"O, bagus, bagus,"
Seru Blo'on.
"kalau begitu aku hendak bertemu dengan ayahku."
Sejenak pengacara itu merenung kemudian berkata .
"Baiklah, mengingat engkau puteranya yang sudah bertahuntahun hilang, maka engkau boleh menghadapnya. Tetapi ingat, jangan banyak bicara, Kim kaucu tak mau bicara dengan siapa saja walaupun dengan engkau ?"
"Hai, mengapa ?"
Seru Blo'on.
"Kim kaucu sedang menjalankan suatu ilmu kesaktian, beliau pantang bicara untuk beberapa waktu , pengacara memberi keterangan. Blo'on tak mau bertanya lebih lanjut melainkan berpaling dan berseru kepada Hoa Sin bertiga.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hai, ikutlah aku menemui ayah !"
"Baik kongcu,"
Seru Hoa Sin. Tetapi baru ia hendak melangkah, pengacara itu sudah berseru mencegah.
"Anakmuda,"
Serunya.
"yang kuizinkan menghadap Kim kaucu hanya engkau seorang, karena engkau puteranya. Tetapi ketiga orang itu tidak dapat, kecuali kalau mereka sudah mengangkat sumpah masuk menjadi anggauta Thiantong- kau". 'O mengapa begitu ? seru Blo'on.
"Kim kaucu, ayahmulah yang memberi perintah, sebagai puteranya engkau harus menurut dan mentaati perintah itu."
Blo'on kerutkan dahi. Tiba2 ia berpaling dan berseru kepada Hoa Sin .
"Pengemis tua, ya benar engkau harus masuk menjadi anakbuah Thian-tong kau dulu baru nanti menghadap ayahku."
Hoa Sin terkejut dan mengeluh.
Sebenarnya ia hendak bertindak secara diam2 untuk menghampiri Kim Thian-cong dan membuktikan apakah ia benar Kim Thian-cong aseli atau palsu.
Siapa tahu rencananya itu telah digagalkan oleh Blo on.
Belum sempat ia mendapat akal bagaimana harus mengatasi keadaan itu, Ceng Sian suthay sudah mendahului.
"Bloon, engkau harus tahu, bahwa kami para ketua tujuh persilatan ini dulu sudah menjadi anakbuah Kim tayhiap. Sudah tentu Kim tayhiap akan menyambut kedatangan kami dengan senang hati."
"O, ya, benar, benar", kata Blo'on lalu berpaling kepada pengacara, serunya .
"Mereka adalah ketua partai persilatan yang dulu dipimpin ayahku. Dengan begitu mereka sudah menjadi anakbuah ayahku, tak perlu harus mengangkat sumpah lagi."
Wajah pengacara itu serentak berobah gelap serunya .
"Dulu Kim kaucu tidak mempunyai perkumpulan sendiri, hanya diangkat mereka sebagai bengcu. Jadi mereka yang mengangkat, bukan Kim kaucu. Sekarang Kim kaucu mendirikan perkumpulan Thian-tong-kau sendiri untuk melebur semua partai2 persilatan. Jika mereka masuk menjadi anggauta, Kim kauculah yang mengangkat mereka....."
"Ringkas saja kalau bicara, aku bingung!"
Teriak Blo'on.
"apa maksudnya diangkat dan meng-angkat itu ? Bukankah sama2 angkat ?"
"Eh, engkau ini,"
Seru pengacara iru.
"maksudku dan memang sudah menjadi perintah dari Kim kaucu, bahwa apa yang terjadi pada masa dulu hapus semua dan semua harus diperbaharui. Ketua ketujuh partai persilatan itupun harus mengangkat sumpah menyatakan masuk menjadi anggauta. Selama belum melakukan hal itu, mereka belum dapat dianggap sebagai anggauta !"
"O, benar juga,"
Blo'on cepat berpaling kearah Hoa Sin bertiga, seruya.
"Ya, kamu bertiga harus menurut peraturan disini. Harus lebih dulu mengangkat sumpah, baru dapat diterima menghadap ayahku !"
Hoa Sin mendesuh, Ceng Sian suthay mendesih dan Hong Hong tojin menggeram.
"Blo'on, karena engkau tolol, baiklah jangan ikut campur urusan ini. Engkau mau menghadap ayahmu, silahkan. Kami juga akan menghadap sendiri."
Habis berkata rahib ketua Kun-lun-pay itu terus ayunkan langkah diikuti oleh Hoa Sin dan Houg Hong tojin.
"Berhenti!"
Cepat pengacara baju merah itu membentak keras.
"selangkah lagi kalian berani maju, jangan sesalkan aku bertindak kejam!"
Habis berkata dia mengeluarkan sebuah kantong kulit dari dalam jubahnya. Ceng Sian suthay, Hoa Sin dan Hong Hong tojin certegun. Tetapi Ceng Siau hanya tertawa kesal ;
"Kalau aku tetap maju, engkau dapat berbuat apa?"
La terus ayunkan langkah lagi.
"Jika demikian, engkau memang sudah bosan hidup !"
Tiba2 pengacara itu merogoh kedalam kantong kulit dan pada lain ia taburkan tangannya kearah Ceng Sian suthay bertiga.
"rasakanlah ...! Sesungguhnya Ceng Sian suthay, Hoa Sin dan Hong Hong tojin sudah siap sedia. Selekas tangan pengacara itu menabur maka tiga benda macam tali yang panjangnya hanya sekilan jari tangan melayang di udara. Benda itu memancarkan sinar kuniug keemasan yang gemilang. Wut .... Ceng Sian cepat melontarkan pukulan untuk menghalau. Tetapi benda itu bergeliatan! mencelat ke udara lalu meluncur lagi kearah ketiga Ketua partai itu. Wut, kali ini Hong Hong tojinpun nenghantam teras, tetapi ketiga benda kecil pendek itu mencelat lagi ke atas, bergeliatan lalu meluncur kearah mereka. Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Hoa Sin terkejut ketika ketiga benda itu berpencar menyerang mereka bertiga. Cepat mereka menampar dan loncat menghindar. Tetapi ketiga benda itu gesit luar biasa, setelah bergeliatan menghindar terus meluncur lagi.
"Ular emas!"
Tiba2 Hoa Sin menjerit kaget demi melihat jelas benda itu.
Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin terkejut juga.
Sebagai tokoh ketua sebuah partai persilatan mereka mempunyai pengalaman yang luas.
Ular emas yang amat kecil itu tergolong salah satu dari lima jenis binatang yang paling berbisa.
Apabila sampai tergigit, tak ada obatnya lagi.
Tetapi pengetahuan itu terlambat.
Karena saat itu mereka diserang habis-habisan oleh ular emas itu.
Dan yang mengejutkan ternyata ular itu tak dapat dihalau dan ditolak dengan pukulan, tak mempan dibacok dengan senjata tajam.
Betapa hebat ilmu ginkang ketiga ketua partai persilatan itu namun menghadapi ular emas yang luar biasa gesitnya, yang tak dapat dihalau pukulan dan dibacok senjata, akhirnya mereka kewalahan juga.
Dalam detik2 dimana gerakan tubuh mereka agak terlambat maka berhasillah ular emas itu menggigitnya.
Ceng Sian suthay tergigit tangannya, Hong Hong tergigit kakinya dan Hoa Sin tergigit lengannya.
"Suthay, totiang, kita turun panggung dulu!"
Seru Hua Sin seraya melayang turun dari panggung. Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojinpun mengikuti. Mereka mencari tempat yang sepi untuk mengobati lukanya.
"'Pil Ki-tok-sin-tan buatan partai Kun-lun-pay ini, dapat melawan segala jenis racun, tetapi....."
Tiba2 suthay itu hentikan kata2.
"Mengapa suthay ?"
Tanya Hong Hong tojin. Ceng Siun suthay menghela napas.
"Kita bertiga sedangkan pil yang kubekal itu hanya tingga dua butir .. ,."
"Ah, tak apa,"
Tiba2 Hoa Sin berkata dengan suara lapang.
"biarlah suthay dan totiang saja yang minum. Aku dapat mengobati lukaku."
Dalam berkata itu sebenarnya Hoa Sin merasa lengannya makin kaku.
Ia terus salurkan tenaga dalam untuk menghentikan racun itu.
Tatapi ternyata racun ular emas itu hebat sekali.
Cepat racun itu sudah menyusup ke bahu.
Walaupun karena tertahan oleh tenaga-dalam, namun racun itu tetap pelahan-lahan mengalir.
"Berikan kepada Hoa pangcu,"
Seru Hong Hong tojin. Ia tak mau kalah dengan kebesaran jiwa ketua Kay-pang itu.
"Suthay, totiang,"
Seru Hoa Sin.
"saat ini keadaan sudah gawat. Jangan kita mati semua, cukup seorang saja yang menjadi korban. Suthay dan totiang harus hidup untuk melanjutkan perjuangan kita ...
"
Pengemis-sakti Hoa Sin tak dapat melanjutkan kata2nya.
Wajahnya sudah berobah biru gelap.
Jelas racun sudah makin mengalir ke arah kepala.
Pengemis-sakti pejamkan mala dan mulai mengerahkan tenaga dalam lagi untuk menghentikan peredaran racun.
Rupanya ia harus mengerahkan seluruh tenaga-dalamnya sehingga dahinya sampai bercucuran keringat.
"Suthay,"
Hong Hong tojin gelisah.
"tolong berikan sebutir pil kepadaku."
Suthay segera mengambil sebuah kelopak dari batu kumala, membuka dan mengambil dua butir pil warna putih. Bau harum segera semerbak kemana-mana.
"Apakah maksud totiang dengan pil ini ?"
Tanya rahib dari Kun-lun-pay itu.
"Akan segera kuminumkan kepada Hoa pangcu. Lihatlah, keadaannya sudah berbahaya sekali,"
Kata Hong Hong tojin. Ceng Sian suthay terbeliak memandang ketua Go-bi-pay itu. Sejenak kemudian ia berkata dengan nada serius.
"Hong pangcu, bukan melainkan Hoa pangcu, pun pangcu sendiri juga berbahaya, lihatlah wajah pangcu, sudah bersemu hitam "
Sebanarnya Hong Hong tojin sudah menyadari bahkan sudah merasa kalau sebelah kakinya sudah tak terasa dan saat itu perutnya mulai kaku.
Ia tahu bahwa racun sudah menjalar ke bagian perut dan sebentar lagi tentu naik kedada.
Tetapi sebagai seorang imam yang berbudi tinggi dan sebagai seorang tokoh ketua partai persilatan, ia harus mengunjuk suatu sikap ksatrya.
Ia rela mengorbankan diri asal dapat menolong Hoa Sin.
"Tak apa, suthay,"
Katanya.
"yang penting kita harus menyelamatkan jiwa Hoa pangcu."
"Tidak totiang!"
Tiba2 Ceng Sian suthay berseru tegas.
"keadaan sudah amat berbahaya, jangan saling mengalah dengan akibat kedua-duanya tak tertolong. Keadaan Hoa pangcu lebih parah dan totiang masih mending. Maka harap totiang minum pil itu. Cepatlah, setelah kita sembuh kita gabungkan tenaga-dalam kita untuk membantu Hoa pang cu mengenyahkan racun itu ......."
Hong Hong tojin menyambuti pil dari Ceng Sian suthay, namun ia masih bersangsi. Tiba2 tangan Ceng Sian yang mengulurkan pil itu dibuka dan jatuhlah pi! itu ke tanah. Hong Hong tojin, terkejut, cepat ia membungkuk tubuh untuk menjemputnya.
"Maaf, totiang !' sekonyong-konyong Ceng Sian bergerak menutuk jalandarah di leher Hong Hong tojin. Seketika ketua Go bi-pay itu ternganga mulutnya dan secepat itu pula, Ceng Sian suthay segera memasukkan pil ke mulutnya. Sekali menepuk tengkuk Hong Hong tojin, pilpun segera meluncur masuk kedalam kerongkongannya. Kemudian ia sendiripun segera menelan lalu duduk bersila.
"Totiang, mari kita lekas menyalurkan tenaga-dalam untuk mempercepat kerja pil itu,"
Seru Ceng Sian seraya pejamkan mata dan mulai bersemedhi.
Hong Hong tojin menghela napas namun ia menurut juga permintaan rahib ketua Kun-lun-pay Itu.
Demikian ketiga ketua partai persilatan saat itu tengah berjuang sekuat tenaga untuk menghalau racun ular emas yang luar biasa hebat.
Andai bukan Hoa Sin tentu dalam beberapa kejab saja sudah mati.
Dalam pada itu pertempuran diatas panggung pun sudah mendekati penyelesaian.
Sosok tubuh bergelimpangan di sana sini, ada yang sudah mati ada yang terluka parah.
Tiga jago dari Shoa-tang Sam-hiap rubuh mandi darah, demikian pula dengan Ho lam Ji-koay pun terluka parah.
Im Yang cinjin sudah kabur dengan membawa luka.
Yang masih hanyalah Pui Tik ketua Kim-coa-pang.
Dia menggunakan senjata rahasia yang aneh yalah seekor ular hidup yang beracun.
Tetapi kawanan Pengawal Baju Putih dan Baju Merah itu terlalu tangguh.
Dalam beberapa jurus lagi, senjata ular Pui Tik dapat dihantam hancur dan orangnya terlempar kebawah panggung.
Kini yang masih dapat bertahan hanya pengacara yang baru muncul itu.
Berhadapan dengan seorang Pengawal Baju Putih, ia masih dapat melayani sampai beratus jurus.
Melihat itu seorang pengawal Baju Putih yang lain tiba2 menampar dari jauh.
Pengacara itu mengira kalau bukan suatu serangan.
Dan ia memang tak sempat mengambil perhatian karena harus melayani serangan pengawal Baju Putih yang bertubuh tinggi besar itu.
"Hai ... !"
Tiba2 pengacara itu menjerit kaget.
"pukulan Buing- ciang ...
"
Bu-ing-ciang artinya pukulan tanpa bayangar Tidak mengeluarkan suara dan tidak menghembuskan angin.
Tahu2 yang menerima sudah terlempar Demikian dengan pengacara itu.
Ia tak sempat berjaga ketika segulung angin mendadak sontak sudah menghantam tubuhnya sehingga seperti sebuah layang2 putus tali, tubuhnyapun melayang jatuh ki ke bawah panggung.
Gemparlah sekalian tokoh2 yang masih berada di bawah panggung.
Sekonyong-konyong mereka melihat sesosok tubuh manusia yang melesat dan terus menyambut, tubuh pengacara itu.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hai ... !"
Serentak berteriaklah para hadirin yang berada dibawah panggung demi melihat penolong yang muncul itu.
Mereka terkejut, terlongong-Iongong ketika melihat perwujutan dari penolong itu mirip sekali dengan pemuda gundul berkuncir satu yang melayang keatas panggung dan saat itu masih berada disitu.
Memang benar, pendatang yang menolong jiwa orang yang mengaku sebagai pengacara itu baik tampang maupun pakaiannya, seperti pinang di belah dua dengan pemuda yang mengaku bernama Blo'on.
Pemuda itu ikut terkejut sehingga tanpa disadari ia telah lepaskan tangannya, bluk ...
pengacara itupun jatuh ke tanah.
Pemuda itu gelagapan dan buru2 hendak menjemputnya tetapi pengacara itu cepat2 melenting bangun.
"Tak usah !"
Serunya. Iapun terbelalak ketika melihat tampang muka pemuda itu.
"apakah engkau yang menolong aku ?"
Pemuda itu mengangguk.
"Apakah engkau tak menderita luka apa2 dari serangan orang2 Thian-tong-kau itu."
Tanya pengacara pula.
"Eh, rupanya engkau terluka, jangan mengingau tak keruan, lekas engkau beristirahat !"
Seru pemuda aneh itu. Kembali pengacara itu terbelalak .
"Aku memang menderita luka tetapi tak berat, masih kuat bertahan. Engkau bagaimana ? Apakah engkau tak terluka ?"
Pemuda aneh itu terbeliak .
"Gila, jangan ngoceh tak keruan. Mengapa aku terluka ?"
"Bukankah engkau berada di atas panggung juga ketika terjadi pengamukan orang Thian-tong-kau ?"
Seru pengacara.
"Siapa yang mengamuk ? Orang Thian-tong kau ? Mengapa mereka mengamuk ? Apa mereka sudah gila ?"
Ber-tubi2 pemuda gundul itu melontarkan pertanyaan sehingga pengacara melongo.
"Aku tidak terluka, aku tidak mengoceh tetapi aku masih sadar,"
Teriak pengacara itu.
"tadi kita bersama di atas panggung. Aku terkena pukulan Bu ing-ciang dan seorang pengawal Baju Putih. Katanya, mengapa engkau dapat menolong aku dibawah panggung, apakah engkau tak menderita luka?"
"Gila ! Gila !"
Bentak pemuda gundul itu dengan mata mendelik.
"karena terluka badanmu tentu panas, kepalamu pusing. Siapa yang berada diatas panggung ? Aku baru saja datang, karena melihat tubuhmu melayang dari atas, aku kasihan di cepat2 kusambuti."
Pengacara, itu melotot matanya. Ia terkejut mendengar keterangan itu tetapi sesaat kemudian ia berkata .
"Ah jangan bergurau. Jelas engkau berada di atas panggung bersama ketiga ketua partai persilatan, kemudian engkau hendak menghadap ayahmu yang menjadi ketua Thian-tong-kau. Engkau hendak mengajak ketiga ketua partai persilatan itu tetapi oleh pengacara Thian-tong-kau ditolak. Karena nekad, ketiga ketua partai persilatan itu diserang dengan senjata ular beracun oleh pengacara itu. Beberapa tokoh persilatan dan aku-pun diserang oleh barisan pengawai Baju Putih dan Baju Merah dari Thian-tong-kau ...
"
"Sudah sudah !"
Teriak pemuda gundul itu.
"bising telingaku mendengar ocehanmu. Siapa yang diatas panggung ? Aku tak merasa disana, aku baru saja tiba di tempat ini". Pengacara itu hendak ngotot tetapi ada seorang tetamu yang maju menghampiri .
"Memang kami yang berada dibawah panggung ini semua melihat bahwa pemuda ini baru saja tiba. Bukan pemuda yang berada diatas panggung."
"Ya, memang aneh sekali tetapi memang benar kalau anakmuda itu baru saja datang,"
Seru seorang tamu lain. Beberapa orangpun segera memberi kesaksian.
"Sudahlah, jangan ribut2!"
Seru pemuda aneh itu.
"siapa pemuda yang engkau maksudkan berada di atas panggung itu ?"
"Eng ... eh, mirip sekali dengan engkau."
Seru seorang tetamu."
"Benar ?"
Pemuda aneh itu menegas. Serempak sekalian tetamu mengiakan. Mereka menganjurkan supaya pemuda itu naik kepanggung untuk membuktikan kebenarannya.
"Gila, masakan aku sudah berada dipanggung?"
Pemuda itu ber-sungut2.
"apakah badanku bisa terpecah dua ?"
Sebenarnya sekalian orang hampir tak kuat menahan geli melihat tingkah laku dan ucapan pemuda itu. Lebih2 perwujutannya. Tetapi mengingati saat itu berada dalam suasana yang gawat, terpaksa mereka menahan tawa.
"Eh, tadi engkau mengatakan bahwa aku berada di atas panggung hendak menjumpahi ayahku yang menjadi ketua Thian-tong-kau. Benarkah itu,"
Tiba2 pemuda aneh itu bertanya kepada pengacara "Ya, benar", sahut pengacara.
"Apakah engkau sudah melihat sendiri bahwa yang jadi ketua itu memang ayahku ?"
Tanya pemuda itu pula.
"Melihat tetapi belum dapat membuktikan benar atau tidak", sahut pengacara.
"Mengapa ?"
"Karena dia duduk di sebuah kursi kebesaran yang jauh letaknya dari panggung dan dijaga pula dua ekor harimau besar."
"Hiih "
Pemuda itu mendesuh kejut.
"harimau besar menjaganya?"
"Sepasang harimau menjaga dibawah kakinya, duapuluh pengawal Baju Merah, duapuluh pengawal Baju Putih, duabelas Dara baju Kuning, dua-belas dara Baju Hijau, enam kacung baju Merah dan enam kacung Baju Biru. Itulah penjagaan yang mengelilingi ketua Thian-tong-kau,"
Menerangkan pengacara.
"Wah, hebat benar,"
Seru pemuda aneh itu.
"mengapa harus dijaga sedemikian banyaknya ?"
"Dia ketua Thian-tong-kau dan hari ini perkumpulan Thiantong- kau hendak mengadakan upacara sembahyang besar untuk meresmikan berdirinya dan menerima anggauta. Kita semua diundang dan dipaksa masuk menjadi anggauta."
Pemuda aneh itu tertawa.
"Kalian sudah tua, masakan mau dipaksa menjadi anggauta kecuali kalian memang sukarela masuk sendiri."
"Sebagian besar dari tetamu2 yang diundang adalah kaum persilatan. Mereka kebanyakan menoIak masuk anggauta. Tetapi Thian-tong-kau menggunakan kekerasan untuk memaksa...."
"Gila !"
Tiba2 pemuda aneh itu memekik, masakan didunia yang terang benderang ini terdapat manusia yang hendak memaksa manusia?"
"Mereka mengandalkan anggautanya yang berkepandaian tinggi dan banyak."
"Perkosaan !' tiba2 pemuda aneh itu memekik lagi dan tahu2 tubuhnya melambung keatas panggung. Sekalian orang menjerit kaget "ketika menyaksikan gerakan pemuda aneh itu meluncur naik keatas panggung. Entah dengan cara bagaimana, tiba2 tubuh pemuda itu terus melambung lurus ke udara macam sebuah roket.
"Hai, mana manusia yang mencuri wajahku tadi ?"
Selekas tiba diatas panggung, pemuda aneh itupun segera berteriak.
Saat itu pertempuran sudah selesai, kawanan pengawal Baju Putih dan Baju Merahpua sudah berbaris ditempat semula.
Sedang pengacara baju merah itu tengah berkemas untuk melanjutkan acara.
Pemuda Blo'onpun hendak melangkah menghampiri ketua Thian-tong-kau.
Sekalian anakbuah Thian-tong-kau terkejut mendengar teriakan pemuda aneh itu.
Mereka hanya melihat sesosok butuh berpakaian putih meluncur tetapi sama sekali tak mendengarkan suara apa2 ketika kaki pemuda aneh itu menginjak lantai panggung.
Dan lebih terkejut lagi ketika mereka melihat perwujutan pendatang itu.
"Hai !"
Serempak barisan bocah dan barisan gadis2 cantik memekik kaget.
Barisan pengawal Baju Pulih dan Baju Merah pun tersentak menegaskan kepala tetapi tak mengeluarkan suara apa2.
Pengacara baju merah terlongong.
Hanya Blo'on yang tenang.
Ia berputar tubuh lalu menghampiri ke hadapan pendatang itu.
"Ho, rupanya engkau jahanam pencuri itu !"
Teriak pemuda pendatang itu.
"Gila !"
Bentak pemuda Blo'on.
"aku tak kenal engkau, mengapa datang2 engkau terus memaki maki aku ? Aku mencuri apa !"
"Tampang mukaku !"
"Lho, bukankah tampangmu masih melekat pada mukamu ?"
Teriak pemuda Blo'on.
"Tetapi tampangmu menyerupai mukaku!"
Teriak pemuda pendatang itu.
"Ini tampangku sendiri. Aku bebas memiliki tampang begini. Kalau engkau merasa sama, ganti sajalah tampangmu itu ?"
Seru Blo'on.
"Bagaimana caranya mengganti? Sejak lahir ibuku telah memberi tampang begini, masakan bisa diganti. Engkau saja yang harus diganti."
"Gila !"
Bentak pemuda Blo'on.
"kalau engkau tak dapat mengganti tampang, bagaimana aku dapat?"
"Mudah saja !"
"Bagaimana ?"
Bio'on kerutkan dahi.
"Hidungmu kupotong, telingamu kuiris sebelah, biji matamu kucukil satu dan bibirmu yang atas kusayat. Dengan begitu tentu lain, engkau mempunyai tampang baru dan selanjutnya tentu takkan menyerupai tampangku !"
Seru pemuda pendatang itu dengan gembira.
"Keparat!"
Teriak pemuda Blo'on.
"engkau sajalah yang kuiris mukamu supaya tak sama dengan mukaku !".
"Hai, siapakah engkau ?"
Tiba2 pengacara baju merah menegur pemuda pendatang itu.
"O, apakah engkau yang disebut pengacara dari Thian-tong kau itu?"
Pemuda pendatang itu balas bertanya.
"Hm, benar,"
Sahut pengacara baju merah dengan nada sarat.
"jawab, siapa engkau !"
"Aku putera dan Kim Thian-cong !"
"Bohong!"
Teriak pemuda Blo'on.
"akulah putera dari Kim Thian-cong, namaku Blo'on. Jangan engkau mengaku-ngaku ayahku sebagai bapakmu !"
"O,"
Pemuda pendatang itu melongo.
"engkau juga bernama Blo'on ? Aneh, aneh,"
Ia garuk2 gundulnya.
"Apa yang aneh ?"
Seru pemuda yang pertama atau Blo'on.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"
Mengapa didunia terdapat dua manusia yang kembar sampai pada namanya juga kembar. Orang menyebut namaku juga Blo'on. Pada hal sudah lama sekali aku mendapat nama itu,"
Tiba2 pemuda itu termenung, kerutkan dahi lalu berseru pula .
"Eh, dari mana engkau memperoleh nama itu?"
"Sudah tentu dari ayahku,"
Sahut Blo'on.
"Salah !"
Teriak pemuda pendatang itu.
"ayah tidak memberi nama itu. Nama Blo'on itu seorang dara yang memberi. Dara itu bernama .... Hong Ing si Walet-kuning murid Hoa-san-pay ......"
Tiba2 pula pemuda itu berhenti dan merenung.
"ah, di manakah dara itu ? Sudah lama dia menghilang."
Pengacara baju merah, pemuda Blo'on tertegun mendengar kata2 pemuda pendatang itu. Sesaat kemudian Blo'on membentak .
"Engkau memang seorang bedebah yang berani mati. Coba, mana di dunia terdapat seorang anak yang namanya diberi lain orang ?. Masakan orangtuamu tak pernah memberi nama kepadamu?."
"Sudah tentu memberi,"
Sahut pemuda pendalang itu.
"tetapi aku lupa. Yang kuingat hanya pemberian nama dari nona itu."
"Ngaco !"
Bentak pemuda Blo'on.
"jangan engkau mengakungaku sebagai putera Kim Thian-cong. Akulah puteranya yang bernama Bloon."
"Gila !"
Teriak pemuda pendatang itu.
"engkau mengaku bernama Bloon, engkau mempunyai tampang muka seperti aku, aku sih tak keberatan, kalau memangnya tampangmu begitu macam, apa boleh buat. Tetapi kalau engkau mengaku sebagai putera Kim Thian-cong, aku melarang. Tidak bisa kataku, engkau Blo'on yang lain, bukan putera Kim Thian-cong !"
Pemuda Blo'on yang pertama, tertawa gelak2 serunya .
"Mana di dunia terdapat ocehan macam begitu ?. Hanya orang gila yang bisa mengatakan begitu. Masakan seorang anak tak boleh mengaku ayahnya !"
Cepat ia berpaling kepada pengacara baju merah dan berseru .
"Hai. pengacara, lekas titahkan pengawal Thian-tong-kau untuk menangkap bangsat itu!"
Entah bagaimana rupanya, pengacara bajumerah itu menurut saja perintah pemuda Blo'on itu. Ia segera berseru kepada barisan bocah Baju Merah.
"Hayo, tamparlah kepala dan muka pemuda gila itu !"
Teriaknya. Dan serentak kawanan bocah Baju Merahpun berhamburan mengepung pemuda pendatang.
"Hai, engkoh gila,"
Seru mereka.
"engkau mau turun dari panggung ini atau tidak ?"
"O, kalian kawanan monyet2 kecil", seru pemuda pendatang itu.
"apakah panggung ini milik nenekmu ?"
"Kami adalah murid dari Thian-tong-kau. Mendapat perintah dari Ang Li-su (pengacara baju merah) untuk mengusirmu !"
"Mengapa ?"
"Engkau mengacau upacara yang akan diadakan diatas panggung ini !"
"Upacara apa ?"
"Meresmikan berdirinya Thian-tong-kau dan menerima anggauta baru !"
"Apakah artinya Thian-tong-kau ?"
Seru pemuda tolol itu.
"Partai Nirwana !"
"Apakah Nirwana itu ?"
"Sebuah tempat yang indah di langit. Kelak apabila engkau mati, tempatnya hanya dua. Nirwana atau Neraka. Kalau engkau seorang baik kalau mati kelak engkau naik ke Nirwana. Tetapi kalau engkau jahat, besok engkau akan dilemparkan ke Neraka yang merupakan lautan api".
"Hih ... !"
Pemuda tolol itu menjerit seram "jangan, aku tak mau ke Neraka. Tetapi siapakah yang mengizinkan aku naik ke Nirwana dan yang kuasa melempar-aku ke Neraka itu ?"
"Ini ... ini ... aku sendiri tak tahu ...
"
Bocah baju merah itu garuk2 kepala.
"Goblok !"
Tiba2 Blo'on yang kesatu membentak.
"sudah tentu Kim Thian-cong ayahku karena dia menjadi ketua Thiantong- kau."
"Ho, kalau begitu aku tentu naik ke Nirwana juga !"
Seru pemuda Blo'on yang kedua itu. Kawanan bocah baju merah melongo .
"Bagaimana engkau bisa naik ke Nirwana ?"
"Karena bapakku ketua Thian-tong-kau !"
Sahut Blo'on kedua dengan gembira.
"Bangsat, engkau bukan anaknya Kim kaucu. Engkau seorang pemuda berandalan yang tak ketahui asal usulmu !"
Bentak Bloon kesatu. Kemudian ia memberi perintah kepada kawanan bocah baju merah itu supaya lekas menghajar.
"Nanti dulu !"
Buru2 Blo'on kedua berseru serta menyetop dengan kedua tangannya.
"bagaimana kalau aku masuk menjadi anggauta Thian-tong kau supaya besok naik ke Nirwana ?"
Blo'on kesatu terkejut mendengar ucapan itu.
"Tidak,"
Seru pengacara baju merah atau Ang li-su.
"Thiantong- kau tak menerima anggauta orang gila !"
"Tetapi dia,"
Blo'on kedua menuding kearah Blo'on kesatu.
"apakah juga bukan pemuda gila ?"
"Dia adalah putera Kim kaucu !"
Bentak Ang li-su dengan marah.
"Tidak !"
Teriak Blo'on kedua.
"aku hendak menghadap bapakku !"
Habis berkata ia terus melangkah maju.
"Ang-hay-kun, lekas hajar orang gila itu !"
Pengacara Ang lisu cepat memberi perintah.
Enam bocah baju merah segera menyerbu Bloon kedua.
Mereka tak mau menggunakan senjata karena menganggap bahwa Blo'on kedua ini seorang pemuda yang sinting dan bertangan kosong.
Cukup dengan tinju saja, tentulah pemuda sinting itu sudah ter-kencing2 minta ampun.
Duk, duk, duk , ...
Terdengar tinju berjatuhan pada tubuh Blo'on kedua tetapi serentak dengan itu terdengarlah keenam bocah baju merah itu menjerit keras, menyurut mundur seraya mendekap tinjunya .
"Aduh, duh ...
"
Ang li-su terkejut .
"Mengapa kamu itu serunya. Sambil masih menjerit-jerit kesakitan, salah seorang bocah itu beneriak.
"Tulang2 jariku remuk,"
Teriaknya.
"Badannya seperti besi ..."
Kata bocah yang lain.
Ang Li-su terkejut.
Tetapi ia tetap tak percaya kalau pemuda tolol itu memiliKi ilmu Thiat-po-san atau ilmu kebal.
Segera ia perintahkan barisan bocah Baju Biru untuk maju.
Rupanya borisan bocah Baju Biru itu telah melihat apa yang dialami kawan-kawannya baju merah.
Tetapi merekapun juga tak percaya.
Begitu maju mereka terus menghujani Blo'on kedua dengan pukulan dan tendangan.
"Bocah edan !"
Rupanya Blo'on kedua itu marah melihat tingkah laku kawanan bocah yang hendak mengeroyoknya. Serentak ia menggerakkan kedua tangannya dan serentak terdengarlah kawanan bocah Baju Biru itu menjerit-jerit kesakitan seraya mendekap kepala .
"Aduh .... aduh .... minta ampun gua ..". Ternyata kuncir rambut kepala dari keenam bocah Baju Biru itu telah dicomot oleh Blo'on ke dua. Karena caranya mencomot dengan paksa, maka bocah2 itupun menjerit kesakitan. Tetapi beberapa saat kemudian setelah rasa sakit berkurang, mereka memberingas marah ;
"Kurang ajar ! Engkau berani mencabuti rambut kepalaku !"
Keenam bocah itu maju menyerang lagi. Tetapi mereka tidak mau gegabah menyerang dengan membabi buta melainkan secara teratur dalam bentuk barisan Pat-kwa-tin. Bahkan karena marah, merekapun menghunus pedang.
"He, kalian makin lama makin berandalan. Masakan masih kecil sudah mau jadi jagal manusia. Siapa yang suruh engkau begitu ? Siapa yang mengajari ?"
Blo'on kedua menyemprot mereka.
Namun barisan bocah Baju Biru itu tak menghiraukan lagi.
Mereka segera bergerak-gerak dalam formasi barisan Pat-kwatin.
Rapi dan dahsyat, empat penjuru delapan arah, pedang berhamburan menusuk tubuh Blo'on kedua.
Tetapi pemuda pendatang itu tak gentar.
Begitu mereka mendekati tiba2 ia meludai muka mereka, berputar tubuh sambil meludah supaya merata kepada keenam bocah itu.
"Aduh .... aduh .... ampun mak ......."
Ke enam bocah itu menjerit dan mendekap mukanya! merintih rintih minta ampun.
Ludah yang menyemprot muka mereka terasa seperti percikan besi panas yang membakar muka mereka.
Mereka menjerit-jerit seraya lari masuk kedalam.
Kali ini Ang-li su benar2 terkejut.
Kedua barisan bocah Baju Merah dan Baju Biru itu walaupun tergolong anakbuah Thiantong- kau yang paling rendah tingkatannya tetapi rata2 mereka memiliki ilmusilat yang tinggi.
Jago silat kelas dua kalah dengan mereka.
Bahwa dua kali pemuda sinting itu talah memberantakan kedua barisan bocah Thian-tong-kau, benar2 membuat Aug-li-su atau pengacara baju merah, terlongonglongong heran.
Benarkah pemuda sinting itu memiliki ilmusilat yang sakti ? "Bi-jin-kun, majulah,"
Pada lain saat Ang-li-supun berteriak memberi perintah kepada barisan gadis cantik Baju Kuning.
Ia tak percaya kalau pemuda sinting itu berilmu sakti.
Selusin dara cantik Baju Kuning segera berhamburan maju mengepung Blo'on kedua.
Melihat itu, merahlah muka Bloion kedua.
"Ih, dunia terbalik, jaman edan,"
Gumamnya seraya menutupkan lengan baju pada mukanya seperti orang malu.
Barisan gadis cantik Baju Kuning itu tediri dari gadis2 yang berusia 16-17 tahun.
Mereka masih bersifat kekanak-kanakan.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Melihat muka Blo'on kedua, tingkah laku dan kata-katanya, dara2 itu tertawa geli.
Jika tadi berhadapan dengan beberapa tokoh silat yang naik kepanggung, mereka bersikap ketus.
Tidaklah demikian pada saat itu.
Disamping geli, merekapun mempunyai setitik rasa kasihan terhadap pemuda yang tolol itu.
"Eh, mengapa engkau tutupi mukamu ?"
Tegur salah seorang dara yang agak berani.
"Malu, dong!"
Sahut Blo'on kedua.
"Malu ?"
Dara itu menegas.
"mengapa malu?"
"Karena kalian menonton mukaku "Hi, hi, hi....."
Pecah gelak tawa kcduabelas dara cantik itu demi mendengar jawaban itu.
"Gila ! Dunia sudah terbalik, jaman sudah edan!"
Teriak Blo'on kedua.
"dulu anak perempuan tak berani keluar pintu kalau lihat anak laki malu2 kucing. Tetapi sekarang gadis2 malah berani berhadapan dengan anak laki, memandang dan menertawakan. Berani juga mengajak berkelahi, menerkam seperti harimau."
"Hai, jangan ngoceh seperti orang sinting !"
Seru salah seorang dara baju kuning.
"apakah engkau sakit kalau tampang mukamu dilihat orang ?"
"Ya, kalau sakit, copot saja tampangmu itu!' teriak yang lain.
"Tampang kaya kuda meringis saja, masakan malu dilihat. Kita yang malu melihat!"
Seru seorang lagi.
"Huh,"
Dengus Blo'on kedua.
"sakit atau tidak itu urusanku. Pokoknya, aku tak mau kalau anak perempuan melihat wajahku."
"Cis, siapa sudi melihat tampangmu !"
"Buktinya engkau melihat."
"Karena heran mengapa manusia mempunyai tampang seperti setan, hi. hi, hi......"
"Bi-jin-kun, jangan buang waktu bicara yang tak berguna. Lekas pukul setan itu!"
Teriak pengacara baju merah yang rupanya tak sabar mendengar pembicaraan mereka. Barisan gadis Baju Kuning itu segera hendak bergerak menyerang.
"Nanti dulu !"
Tiba2 Blo'on kedua berseru menyetop dengan tangannya.
"kalau kalian memang hendak mengajak berkelahi dan memaksa aku harus berkelahi, akupun akan melayani. Tetapi aku masih ada sedikit urusan yang lupa kuperhatikan. Aku minta tunda dulu sebentar."
Barisan dara Baju Kuning yang sudah bergerak itu terpaksa berhenti lagi. Salah seorang berseru .
"Mau apa engkau ?"
"Aku teringat mempunyai kenalan seorang rahib yang menurut kata orang2 dibawah panggung saat ini sedang menderita luka. Maka aku hendak menjenguknya dulu dan kalau perlu akan mengobatinya".
"Bi-jin-kun, lekas hajar !"
Kembali pengacara baju merah berteriak.
"Tidak !"
Seru seorang dara kepada Blo'on kedua.
"engkau harus kami hajar dulu, baru nanti kulempar ke bawah panggung."
"Eh, anak perempuan kejam,"
Teriak Blo'on. menolong orang sakit, suatu perbuatan yang baik. Engkau anak perempuan seharusnya mempunyai hati welas-asih, mengapa malah begitu kejam ?"
"Ngaco !"
Bentak dara itu segera bersiap lagi.
"engkau boleh turun panggung tetapi gundulmu harus engkau tinggal disini"
"Gila, masakan gundul suruh tinggal di sini? Aku kan tak dapat bicara dengan sahabatku itu?", bantah Blo'on kedua.
"tidak, aku harus menjenguknya dulu ...
"
Habis berkata ia terus ayunkan langkah.
Ke-dua belas dara Baju Kuning itu terkejut.
Mereka segera berhamburan menyerbu.
Tetapi mereka menjerit kaget ketika tubuh Blo'on kedua itu tiba2 melambung ke udara lalu melayang melampaui kepala mereka dan terus meluncur ke bawah panggung.
Kejut kedua belas dara Baju Kuning itu bukan kepalang.
Baru pertama kali itu mereka melihat suatu gerak loncatan yang luar biasa anehnya.
Jelas pemuda itu tak menggunakan kakinya untuk memijak lantai, tetapi tahu2 tubuhnya dapat meluncur ke atas seperti roket.
Ilmu apakah itu '.' Entah bagaimana, tiba2 saja Blo'on kedua i tu teringat akan Ceng Sian suthay yang sedang menderita luka.
Selekas berada di bawah panggung ia segera meminta keterangan pada seorang lelaki tua, berwajah riang, rambut putih, pakaian putih.
"Pak tua, apakah engkau melihat seorang rahib yang tengah menderita luka ?"
Tanyanya. Orangtua baju putih tertawa .
"Ya, mereka bertiga sedang beristirahat di sana.
"orang itu menunjuk ke sebelah barat.
"pada gunduk batu cadas itu !"
"Kamsia", pak tua "
Seru Blo'on kedua. la berjalan menuju ke barat.
"Tunggu, budak,"
Tiba2 orangtua itu berseru sehingga Blo'on kedua tertegun dan berpaling.
"mengapa engkau hendak kesana ?"
"Rahib itu aku kenal, karena dia terluka maka aku hendak menolongnya", jawab pemuda itu.
"Eh, apakah engkau dapat menolong mereka? Mereka terluka kena racun ular emas yang amat berbisa sekali. Mungkin tiada dapat ditolong lagi jiwanya."
"Benarkah ?"
Blo'on kedua terkejut.
"Mengapa aku bohong kepadamu ?"
Kata orang tua baju putih itu.
"kecuali engkau membawa pil dari dewa, barangkali saja dapat menolong jiwanya".
"Belum tentu."
Bantah Blo'on kedua dengan kata2 yang aneh.
"coba saja, mungin aku bisa."
"Mari kuantarkan,"
Tiba2 orangtua baju putih itu menghampiri dan mereka terus berjalan menuju ke batu cadas yang terletak di bagian barat lembah.
Benar juga mereka melihat Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Hoa Sin sedang pejamkan mata duduk bersemedhi menyalurkan tenaga-dalam.
Wajah ketiga tokoh itu sudah mulai membiru menandakan bahwa racun sudah mulai mengalir kemu ka mereka.
"Suthay, engkau kenapa?' seru Blo'on kedua ketika tiba dihadapan ketiga tokoh itu. Ceng Sian suthay terkejut, membuka mata lalu pejamkan lagi. Bibirnya bergerak-gerak tetapi tak dapat mengeluarkan suara. Rupanya racun sudah menyerang bagian muka sehingga bibir sampai sukar digerakkan.
"Sudahlah, suthay itu sedang berjuang untuk menghalau racun yang saat ini sudah mulai merayap kebagian muka. Jangan engkau tanya apa2 lagi kepadanya,"
Orangtua baju putih itu memberi nasehat Siapakah yang mencelakai suthay ?"
Tanya Blo'on kedua.
"Pengacara baju merah yang berada di atas panggung itu. Dia memiliki senjata ular emas yang amat beracun,"
Kata orangtua baju putih.
"Hm, baik, tunggu saja nanti akan kuhajar orang itu,"
Kata Bloon kedua, la segera mengambil bungkusan dari dalam kantong baju, menghampiri Ceng Sian sutliay, lalu memasukkan dua tiga butir benda kecil ke mulut rahib itu.
"Telanlah !"
Ia menjentikkan benda kecil itu. Tampak kerongkongan Ceng Sian suthay bergerak-gerak seperti menelan.
"Siapakah kedua orang ini ?"
Tanya Blo'on kepada orangtua baju putih.
"Hoa Sin ketua partai Kay-pang dan Hong Hong tojin, ketua partai Go-bi-pay". kata orang tua itu.
"O, apakah mereka bersahabat dengan suthay ini ?"
Tanya Blo'on kedua pula.
"Sudah tentu."
Jawab orangtua baju putih.
"mereka datang bertiga".
"Kalau begitu mereka juga harus ditolong,"
Kata Blo'on kedua seraya mengambil dua butir benda merah lalu dimasukkan kedalam mulut Hong Hong tojin.
"telan dan salurkan tenaga-dalam terus."
Hanya waktu hendak memberi minum obat kepada Hoa Sin, Blo'on kedua itu menemui sedikit kesulitan. Mulut Hoa Sin terkancing rapat, wajahnya pun lebih gelap.
"Dia paling menderita,"
Ujar orangtua baju putih."
"Apa sudah mati ?"
Tanya Blo'on kedua.
"Belum, memang tadi kututuk jalandarahnya untuk mengurangi penderitaannya. Juga sudah kuberi obat, sayang tak berhasil,"
Orangtua baju putih i itu memberi keterangan.
"andaikata orang lain, saat ini tentu sudah mati. Tetapi dia mempunyai daya tahan yang hebat."
Blo'on kedua tak mau bicara apa2 lagi.
Ia memasukkan beberapa butir benda merah itu kedalam mulutnya sendiri lalu menempelkan mulut ke mulut ketua Kay- pang itu.
Kemudian dengan sekuat tenaga ia meniupkan kedalam kerongkongan sampai benda2 merah itu meluncur turun kebawah dada dan perut.
Setelah itu ia menyiak kelopak mata Hoa Sin.
tampak mata pengemis itu mendelik, ketika dilepas kelopaknya tak mau menutup lagi.
Terpaksa Bloon kedua bantu menutupkannya.
Selama pemuda itu mengobati, orangtua baju putih hanya diam mengawasi saja.
Wajahnya selalu cerah, bibirnya selalu mengulum senyum.
Susah gembira selalu begitu sehingga sukar diketahui isi hatinya.
Blo'on kedua tertegun, kerutkan dahi.
Pada lain saat, ia menampar-nampar gundulnya sampai beberapa kali, diam lalu melonjak, terus menghampiri Hoa Sin.
Orangtua baju putih itu tersenyum lebar.
Tetapi bukan berarti ia tertawa.
Ia merasa heran, tetapi karena tak dapat mengerut dahi, maka mulutnya yang merekah lebar.
Demikianlah kalau ia terkejut atau heran atau memikir, tentu mulutnya merekah senyum.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mulut orangtua itu makin merekah lebar ketika melihat Blo'on menunduk dan lekatkan mulut pada ubun2 kepala Hoa Sin.
Sepintas pandang pemuda itu seperti mencium ubun2 kepala orang, tetapi sampai beberapa saat belum juga dilepaskan.
Orangtua baju putih itu hendak bertanya tetapi tiba2 ia terkejut ketika melihat perobahan muka Hoa Sin.
Dari biru gelap, berangsur menjadi terang dan makin terang.
Setelah itu barulah Blo'on kedua menyudahi dan beralih ketempat Hong Hong tojin.
Juga ia mencium sampai beberapa saat pada ubun2 kepalai ketua Go-bi-pay itu.
Air muka Hong Hong tojin pun makin terang.
kemudian pemuda itu beralih ketempat Ceng Sian suthay.
Hanya ketika berhadapan dengan rahib itu, ia kerutkan dahi bersangsi.
Rupanya orangtua baju putih itu tahu apa yang dipikirkan pemuda itu, cepat ia berseru .
'Tak perlu sungkan, lakukanlah pengobatan seperti terhadap-kedua pangcu itu."
Akhirnya Blo'on kedua menurut. Ubun2 kepala rahib dari Kun-lun pay itu diciumnya sampai beberapa saat. Setelah wajahnya mulai terang, baru lah dilepaskan.
"Pak tua,"
Seru Blo'on kedua.
"apakah engkau dapat membuat orang berak ?"
Orangtua baju putih tersenyum lebar karena heran, serunya.
"Apa maksudmu?"
"Racun sudah terhalu ke perut, sekarang tinggal mengeluarkan. Mereka harus berak supaya racun itu keluar."
"O,"
Seru orangtua masih tersenyum.
"ya, baiklah."
Ia segera menghampiri Hoa Sin lalu mengurut jalandarah pada pinggangnya. Setelah itu berganti mengurut pinggang Hong Hong tojin. Hanya waktu tiba giliran Ceng Sian suthay, orangtua itu tersenyum lebar sekali.
"Hai, pak tua, mengapa engkau tersenyum ? Jangan engkau mempunyai pikiran kotor terhadap seorang rahib!", seru Blo'on kedua. Orangtua baju putih itu tersenyum lebar sekali, seperti orang tertawa. Demikianlah kalau ia malu.
"Jangan salah faham, budak."
Seru orangtua itu "aku harus mencari daya untuk mengeluarkan racun itu. Kedua lelaki itu, memang telah berak tetapi janganlah rahib itu disuruh berak juga."
Habis berkata ia terus menutuk punggung Ceng Sian suthay.
Tak berapa lama Ceng Sian menguak keras dan muntahkan segumpal darah berwarna hitam.
Dua tiga kali ia muntahkan darah itu.
Setelah muntah wajahnya tampak segar.
Ceng Sian suthay pejamkan mata untuk melanjutkan menyalurkan tenaga-dalam memulihkan kekuatannya.
Celaka adalah Hoa Sin dan Hong Hong.
Karena tubuh masih lemas, keduanyapun berak ditempat.
Wajahnya tampak makin segar.
Keduanya juga masih pejamkan mata untuk memulihkan tenaga.
"Bagus, bagus, baru pertama kali ini aku menjumpahi seorang budak yang dapat mengobati, racun ular emas. Hai, hebat benar kepandaianmu, budak, dari mana engkau memperolehnya....."
Tetapi orangtua itu cepat hentikan kata-katanya karena terkejut. Ternyata pemuda tadi sudah tak berada disitu.
"Gila !"
Orangtua itu menjerit kaget.
"mengapa sama sekali tak kudengar ia pergi ? Bocah itu benar2 ajaib sekali kepandaiannya."
Ternyata setelah melihat ketiga orang itu sudah tak kurang suatu apa hanya tinggal memulihkan tenaga, diam2 Blo'on kedua itupun segera pergi.
Ia hendak memenuhi janji untuk melanjutkan pertempuran dengan barisan gadis2 Baju Kuning.
Dengan sebuah gerak loncatan yang aneh, pemuda itu pun sudah meluncur ke atas panggung Tetapi selekas tiba dipanggung ia terlongong heran.
Ternyata.
saat itu diatas panggung sedang berlangsung pertempuran antara seorang kakek bertubuh kate dengan keduabelas gadis Baju Kuning itu.
Kakek kate itu berlincahan sambil ber-kaok2 tak henti2nya .
"Hai isteriku, Sun kuihui mengapa engkau menyerang aku ... mengapa engkau lupa kepadaku ... akulah suamimu , . mengapa engkau lari pada malam pengantin itu . .
"
Barisan gadis Baju Kuning merah wajahnya karena malu. Mereka muak, jengkel dan marah ke pada kakek kate yang entah dari mana datangnya, tiba2 muncul di panggung terus langsung menghampiri gadis2 cantik itu.
"Hai, siapakah engkau kakek kate !"
Teriak pengacara baju merah. Tetapi mana kakek kate itu tak mau peduli, la tetap merayu pada seorang gadis Baju Kuning. Sudah tentu gadis itu marah dan menghantamnya. Tetapi tak kena.
"Kalau engkau ingin memukul aku, pukullah supaya engkau puas,"
Seru kakek kate itu.
"tetapi setelah memukul engkau harus ikut aku tinggalkan tempat orang2 gila ini."
Blo'on kesatu yang masih berada dipanggung segera membentak .
"Hai, kakek gila, jangan mengacau disini!"
Namun kakek kate itu tetap tak mempedulikan. '"Jangan ikut campur urusanku, budak !"
Blo'on kesatu marah.
Segera ia mencengkeram bahu kakek kate itu terus disentakkan ke bawah.
Uh ...
kakek itu hanya tersurut selangkah tetapi pemuda itu sendiri terlempar beberapa langkah.
Blo'on kesatu marah.
Ia segera maju dan memukul punggung kakek kate tetapi serentak itu juga ia menjerit dan terpental dua tiga langkah kebelakang.
Blo'on kesatu makin marah.
Serentak ia mencabut golok pendek dan terus menikam.
Tetapi saat itu, Blo'on kedua segera loncat dan mendorongnya .
"Hai, jangan kurang ajar kepada kakekku ! Blo'on kesatu terdorong beberapa langkah ke samping, hampir saja ia jatuh.
"Terima kasih, bu ... eh, gila engkau !'"
Teriak kakek kate itu demi melihat Blo'on kedua.
"Eh kau memukul mengapa sekarang menolong aku I "Siapa yang memukul engkau ?"
Seru Bloon.
"Engkau", seru kakek kate itu seraya rnenuding kepada Blo'on kesatu.
"itulah ... !"
"Itu bukan aku !"
Seru Blo'on kedua.
"Gila. dia jelas engkau !" '"Bukan, aku disini dan dia disana. Tidak sama !"
"Siapa bilang tak sama !"
Bentak kakek kate itu.
"rupamu ya rupanya !"
"Dia memalsu diriku !"
Seru Blo'on kedua.
"Apa ?"
Kakek kate itu terbelalak.
"ada pemalsuan manusia ?"
"Jangan dengar keterangannya,"
Tiba2 Blo'on kesatu berseru.
"dialah yang memalsu diriku. Aku Blo'on putera Kim Thian-cong, ketua ...
"Berhenti !"
Bentak kakek kate itu.
"Blo'on aku pernah mendengar namanya, tetapi Kim Thian cong, siapa itu, jangan ngoceh tak keruan !"
Kemudian kakek kate itu berkata lagi .
"Engkau Blo"on dan engkau juga Blo'on. Mana yang tulen ini ?"
"Sudah tentu aku.
"
Seru Blo'on kesatu.
"Belum tentu.
"
Sahut kakek kate.
"harus di uji dulu baru tahu mana yang tulen mana yang palsu."
"Boleh "
Sahut Blo'on kedua.
"Engkau kenal siapa aku ini ?"
Tanya kakek kate.
"Kenal."
Kata Blo'on kedua.
"Siapa aku ?' tanya kakek kate.
"Manusia kate !"
Sahut Blo'on kesatu.
"
Benar ... eh, kurang ajar engkau !"
Kakek pendek deliki mata kepado Blo'on kesatu.
"Tahu engkau siapa namaku ?"
Serunya. Blo'on kesatu meramkan mata tak menyahut.
"Kakek Lo Kun !"
Seru Blo'on kedua.
"Dan engkau?"
Desak kakek itu pada Blo'on kesatu.
"Lo Kun si kakek kate !"
Teriak Blo'on kesatu keras2
"Betul", sambut kakek pendek, la tak menyadari bahwa pengetahuan nama yang diucapkan Blo on kesatu itu diperoleh setelah mendengar keterangan Blo'on kedua.
"Dia meniru aku !"
Seru Blo'on kedua.
"Ya. benar", tiba2 kakek Lo Kun teringat.
"tidak terpakai. Harus diulang, sekarang engkaulah yang harus memberi jawaban dulu,"
Serunya kepada Blo'on kesatu.
"Lo Kun !"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cepat Blo'on kesatu berseru.
"Dan sekarang engkau !"
Seru Lo Kun kepada Blo on kedua.
"Lo Kun,"
Sahut pemuda itu.
"Gila !"
Bentak kakek Lo Kun.
"sekang engkau meniru dia !"
Blo'on kesatu tertawa, Blo'on kedua meringis seperti kuda menyengir ....
Jilid 34 kondisinya parah sekali tidak dapat di baca apalagi di convert
Jilid 35 Maling kemalingan Pengacara baju merah terkejut atas peristiwa yang tak terduga2.
Namun sudah terlambat.
Tangannya telah ditelikung ke belakang dan tulang bahunya telah dicengkeram.
Itu berarti bahwa apabila ia berani bergerak, pi-peh-kut atau tulang bahunya tentu akan dihancurkan.
Akibatnya ia tentu akan lumpuh, seluruh ilmu kepandaiannya akan punah.
"Siapa engkau !"
Setelah kerahkan tenaga dalam untuk ber2siap2 menghadapi kemungkinan, pengacara baju merah itu berseru.
"Ha. ha ... Lam-kiong Wi yang engkau jadikan Kim Thiancong palsu itu, sudah kuamankan,"
Orang itu tertawa mengekeh.
"Siapa engkau ?"
Pengacara baju merah mengulang pertanyaannya.
"Heh, heh; engkau tahu siapa yang berkuasa di gunung Thaysan ?"
Orang itu balas bertanya.
"Thian-sat-cu ?"
Tiba2 pengawal baju merah berseru.
"apakah engkau Thian-sat-cu si Algojo dunia dari Thay-san itu ?"
"Hong Sat koay-ceng, ternyata ingatanmu tajam sekali."
Sahut orang itu. Pengacara baju merah itu terbeliak .
"Bagaimana engkau dapat mengetahui diriku ?"
"Gunung Thaysan adalah daerah kekuasaanku"
Kata Thiansat- cu.
"mengapa engkau berani membuat rencana yang gila, menciptakan seorang Kim Thian-cong palsu lalu hendak mendirikan sebuah perkumpulan yang engkau beri nama Thian-long kau ?"
"Thian-sat-cu"
Balas Hong Sat-koay-ceng.
"apa maksudmu menangkap aku ?"
"Engkau terlalu berani mati"
Kata Thian-sat cu.
"mengapa engkau membuka pangkalan di sini tanpa meminta persetujuan dari aku ?'* "Hm, dengus Hong Sat koay-ceng.
"sebenarnya bukan aku yang mendirikan Thian-tong-kau tetapi Ngo-tok Sin-kun."
"Ngo-tok Sin-kun ?"
Ulang Thian-sat-cu agak terkejut. Ngotok Sin-kun berarti Datuk Panca-bisa, seorang tokoh persilatan yang menguasai ilmu- lima jenis racun yang paling ganas di dunia ' "Dimana Ngo tok Sin Kun sekarang?"
Tanya Thian sat-cu.
"Mati". 'Engkau bunuh ?* tanya Thian-sat-cu.
"Kulempar kedalam jurang."
Jawab Hong Sat koay-ceng.
"dia manusia yang paling berbahaya bagi manusia. Harus dilenyapkan."
"Dan apakah engkau manusia yang paling berguna pada manusia ?"
Ejek Thian-sat-cu.
"Thian-sat-cu, katakanlah maksudmu dengan terus terang !"
Tukasnya.
"Engkau telah mencelakai ber-puluh2 tokoh persilatan, apakah engkau merasa masih berhak hidup di dunia ?"
Tanya Thian-sat-cu.
"Telah kukatakan bahwa yang melakukan hal itu adalah Ngo-tok Sin-kun. Aku hanya memetik saja buah yang ditanamnya".
"Dan aku yang makan buah itu."
Sahut Thian sat-cu.
"Thian-sat-cu", kata Hong Sat koay-ceng.
"kalau engkau mau membunuh aku, engkau tentu dapat melakukan karena caramu mengalahkan aku adalah secara licik."
"Racun untuk mengobati racun. Bukankah demikian ajaran Ngo-tok Sin-kun ?"
Kata Thian-sat-cu.
"engkau mencelakai Ngo-tok Sin-kun dan sekarang aku yang mencelakai dirimu. Tidakkah hal itu sudah adil dan wajar ?"
"Adil dan wajar sekali,"
Sahut Hong Sat koay teng.
"karena sebentar lagi engkaupun tentu akan dibunuh oleh anak dari. Kim Thian-cong, pemuda gundul itu."
"Benarkah dia anak Kim Thian-cong?"
Tanya Thian-sat cu.
"Ya, memang dia anak Kim Thian-cong. Ketika di kota raja waktu aku berkunjung ke rumah Cian-bin long-kun, dia pernah membuat onar."
"Hm, jika begitu, dia harus kubunuh"
Dengus Thian-sat-cu dengan geram.
"Boleh saja, kalau engkau mampu"
Sahut Hong Sat koayceng.
"tetapi ternyata dia amat sakti sekali. Ia memiliki ilmu yang luar biasa anehnya Thiat-sat-cu terkesiap, la tahu bahwa Hong Sat koay-ceng atau imam aneh Pasir Kuning dari Tibet itu memiliki kepandaian yang sakti. Tetapi kalau ia sampai kalah dengan bocah gundul itu, jelas bocah itu tentu ada apa2nya.
"Dan jangan lupa, bahwa Pengawal Baju Putih serta Baju Merah itu akan membunuhmu juga. Mereka hanya mau mendengar perintahku,"
Kata Hong Sat koayceng pula. Thian-sat-cu termenung diam.
"Bagaimana, apakah engkau tetap akan membunuh aku ?"
Tanya Hong-sat koay-ceng.
"Hm,"
Dengus Thian-sat-cu.
"engkau kubebaskan dari kematian asal engkau mau menurut beberapa syaratku,"
"O, bagaimana syaratmu itu?"
Tanya Hong sat koay-ceng "Pertama.
Thian tong-kau tetap berdiri.
Sebagai ketuanya adalah aku.
Dan engkau kuangkat sebagai wakilku.
Kedua, engkau harus memberitahu kepadaku cara untuk menguasai kedua barisan pengawal Baju Putih dan Baju Merah itu.
Ketiga, anak dan keluarga Kim Thian-cong harus kita basmi sampai se-akar2nya.
"Oh, rupanya engkau mempunyai dendam kesumat besar sekali kepada Kim Thian-cong"
Kata Hong Sat koayceng.
"Ya. dia adalah musuhku nomor satu didunia ini. Sayang sudah mati. Tetapi aku tetap akan membalas anak dan keluarganya,"
Kata Thian-sat-cu.
Hong-sat koay-ceng menimang.
Dalam keadaan seperti saat ilu dimana dirinya telah dikuasai, tak mungkin ia dapat lolos.
Tadi ia telah coba2 untuk mengerahkan tenaga-dalam melepaskan diri dari cekalan orang.
Tetapi ia terkejut ketika mengetahui bahwa Thian-sat-cu memiliki tenaga-dalam yang luar biasa hebatnya.
Setelah berpikir beberapa saat akhirnya ia mendapat akal, serunya .
"Baiklah, aku mau menerima syaratmu itu, juga dengan syarat".
"Apa ?"
"Pertama engkau harus membuktikan bahwa engkau benar2 layak menjadi pemimpin Thian tong kau. Sebagai bukti, engkau harus mampu mengalahkan anak dari Kim Thian-cong, sipemuda gundul itu "
"Hanya itu ?"
Thian-sat-cu menegas.
"Ya, cukup itu saja jawab Hong-sat koay-ceng.
"Baik. tunggulah "
Tiba2 Thian-sat-cu menutuk punggung paderi lhama itu sehingga tak berkutik.
Memang Thian-sat-cu si Algojo-dunia itu seorang yang licin dan ganas.
Ketika Ngo Tok Sin-kun mendirikan Thian-tong-kau di gunung Thaysan, bermula Thiat-sat-cu marah.
Tetapi karena kekuatan Thian-tong-kau amat besar dan Ngo Tok Sin-kun itu juga sakti, maka Thiat-sat-cupun tak berani gegabah bertindak.
Ia hendak mencari kesempatan yang baik.
Setelah melakukan penyelidikan beberapa waktu, akhirnya ia menyaksikan suatu peristiwa yang tak di-duga2.
Saat itu ia hendak melakukan penyelidik pada waktu tengah malam ke markas Thian-to kau.
Tiba2 ia melihat sesosok bayangan hitam menghampiri ke markas.
Ia terkejut.
Orang itu memiliki gerakan yang ringan sekali sehingga hampir tak timbulkan suara.
Segera ia mengikuti jejaknya dengan diam2.
Ternyata orang itu menuju ke ruang kediaman ketua Thian-tong-kau yang menyamar sebagai Kim Thian cong.
Dengan tiba2 ia taburkan segenggam pasir-kuning kearah ketua Thian-tong kau itu.
Ngo-tok Sin-kun saat itu sedang membaca kitab untuk membuat ramuan obat yang dapat membuat orang kehilangan kesadaran dirinya.
Ramuan itu bukan seperti yang terdapat di dunia persilatan umumnya, tetapi harus yang lebih istimewa.
Dengan minum ramuan obat istimewa itu, setiap kali ia kerahkan tenaga dalam untuk menyembur, maka seketika lawan tentu akan kehilangan kesadaran pikirannya dan menurut apa yang diperintahkan.
Ada suatu kesulitan dalam mencari bahan ramuan obat istimewa itu.
Pertama, harus menggunakan otak dari binatang buas seperti harimau, serigala dan ular untuk memperkuat sifat keganasannya.
Kedua, menggunakan, otak dari binatang2 jinak yang dipelihara orang.
Untuk mengembangkan sifat kejinakannya.
Dan yang ketiga, adalah yang paling sukar.
Yalah menggunakan otak dari orang gila, atau binatang yang kalap.
Untuk bahan ramuan yang pertama dan kedua, Ngo-tok Sin-kun telah berhasil mendapatkan.
Tetapi untuk bahan ramuan yang ketiga, ia belum berhasil.
Memang tampaknya mudah, tetapi sesungguhnya sukar sekali untuk mengumpulkan otak dari orang2 yang gila.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia harus berkeliling ke seluruh kota dan desa untuk mencari orang gila.
Ketika ia sedang merenungkan rencana untuk menyelesaikan pembuatan obat istimewa itu, tiba-tiba ia mendengar suara desir yang halus, macam angin berhembus.
Belum sempat ia memperhatikan desir angin aneh itu, tiba2 muka dan tubuhnya terlanda oleh benda2 lembut macam pasir.
Seketika ia rasakan tenaganya lunglai.
Merasa kalau ada orang yang mencelakai dirinya, cepat ia menyambar sebuah botol obat terus diminumnya Tetapi pada saat itu, muncullah sesosok tubuh berjubah kuning dihadapannya.
"Ngo-tok Sin-kun sudah lama aku mencarimu Ternyata engkau bersembunyi disini. Ho. hebat benar impianmu. Engkau menyaru sebagai Kim Thian cong dan mendirikan partai Thian-tong-kau untuk menguasai seluruh dunia persilatan,"
Seru pendatang aneh itu.
"Siapa engkau !"
Seru Ngo-tok Sin Kun.
"Engkau lupa? Heh, heh.
"orang itu tertawa mengekeh seram.
"engkau lupa akan peristiwa dikuil Pek-liong-bio digurun Gumutak yang lampau."
"Peristiwa apa ?"
Masih Ngo Tok Sin-kun be lum teringat.
"Engkau telah mencuri kitab tentang ilmu racun dari kuil Pek-liong-bio. Engkau yang makan nangkanya, aku yang kena getahnya. Guruku marah dan menuduh aku yang mencuri."
"Bukankah hal itu atas petunjukmu ?"
Kini Ngo Tok Sin kun mulai teringat.
"Hm,"
Dengus Hong Sat koay-ceng.
"tapi engkau telah menghianati perjanjian kita. Engkau membawa lari kitab itu sedang aku telah dihukum guru. Ngo-tok Sin-kun pucat, namun masih dapat ia membantah .
"Kitab dari kuil Pek-Iiong-bo di Gumutak itu hanya berisi tentang racun dari binatang yang hidup di gurun pasir. Lain2 ilmu kepandaianku kuperoleh dan lain sumber."
"Tidak peduli"
Teriak Hong Sat koayceng.
"tetapi pokoknya engkau berhianat kepadaku dan melarikan sebuah kitab pusaka dari kuil Pek liong-bio.
"Hm."
Dengus Ngo-tok Sin-kun "lalu apa yang engkau kehendaki sekarang ?"
"Jiwamu !"
Seru Hong-sat koay-ceng.
"O. itu mudah, asal engkau mampu menyambuti ini ...
"
Serentak dengan kata2 itu, tangan Ngo Tok Sin-kun berayun.
Tampak beberapa benda kecil panjang macam tali.
bergeliatan melayang di udara lalu meluncur ke arah Hong Sat koay-ceng.
Tetapi Hong Sat koay-ceng atau lhama aneh yang memiliki ilmu pasir kuning, sudah siap.
Selekas Ngo-tok Sin-kun ayunkan tangan, ia segera ia tahu bahwa tokoh lima Bisa (Ngo Tok) itu tentu melepaskan binatang beracun.
Maka iapun segera menaburkan segenggam pasir kuning.
Disebut pasir kuning karena pasir itu bukan pasir biasa, melainkan pasir yang berasal dari sebuah guha terpendam yang secara tak ter-duga2 telah diketemukannya di tengah gurun pasir.
Guha itu berisi pasir yang warnanya kuning.
Setelah di selidiki ternyata guha itu merupakan sarang dari sejenis binatang yang mirip dengan trenggiling jaman purba.
Tumpukan bangkai trenggiling gurun pasir, be-ratus2 tahun kemudian hancur lebur menjadi keping2 pasir warna kuning.
Pasir itu selain keras pun mempunyai daya yang aneh.
Apabila menyentuh kuiit, kulit segera berobah kuning dan racun pasir itu akan segera melumpuhkan tenaga orang.
Ber-tahun2 Hong Sat koay-ceng melatih tangannya dibenam dalam pasir kuning itu, Setelah kebal lalu ia mulai meyakinkan ilmu pukulan Pasir Kuning.
Jika ia kerahkan tenaga dalam maka dapatlah ia memancarkan arus tenaga yang membuat lawan lemas lunglai seperti orang yang terserang penyakit kuning.
Dengan ilmu kepandaian dan senjata rahasia istimewa itu, Ihama dari kuil Pek-liong-bio yang semula bernama Panda Ihama, telah disebut orang sebagai Hong Sat koay-ceng.
Ayunan tangan dari Ngo-tok Sin-kun berisi dari lima ekor ular kecil berwarna kuning emas.
Ular itu mengandung racun yang luar biasa ganasnya.
Tetapi karena ditabur dengan pasir kuning maka ular emas itupun berhamburan jatuh.
Melihat itu Ngo-tok Sin kun terkejut dan terus hendak melarikan diri tetapi Hong Sat-koay-ceng cepat dapat mengejarnya.
Dalam pertempuran itu tenyata Hong Sat koay-ceng lebih unggul.
Ia berhasil memukul rubuh Ngo-tok Sin-kun lalu melemparkan kedalam jurang.
Tiba2 ia mendengar suara orang tertawa panjang .
"Ha, ha, ... kata orang, manusia itu membanggakan diri sebagai mahluk yang tertinggi. Mahluk yang paling pintar dan paling baik. Tetapi nyatanya, pintarnya untuk memintari orang, kemanusian untuk melenyapkan manusia. Kalau seriga la makan kambing kalau harimau menerkam kerbau, itu jelas. Tetapi tidak ada serigala yang makan serigala, harimau yang menerkam harimau. Karena mereka adalah sesama jenis kaumnya. Tidak demikian dengan manusia. Manusia makan manusia, sahabat menggasak sahabat."
Hong Sat koay-ceng terkejut, teriaknya.
"Hai, siapa itu !"
Ia terus memburu ketimur, karena jelas suara itu dari arah timur. Tetapi hanya angin yang berhembus dari semak gerumbul yang diperolehnya.
"Ha..ha manusia menganggap diri paling kuasa. Bisa melahirkan manusia dan berhak membunuh manusia. Tetapi ingat hukum karma, barang siapa berbuat tentu akan memikul akibat. Hutang jiwa tentu harus bayar jiwa. Karena manusia itu hanya dititahkan untuk hidup dan menghidupkan. Tetapi tak kuasa untuk mencabut jiwa lain manusia. Siapa bilang, di tempat sepi tiada orang yang tahu perbuatan jahat. Yang dibunuh tahu, yang membunuhpun tahu. Thian pun tahu. Jadi jangan menganggap kalau tiada orang yang tahu, ha, ha, ha .."
"Hai, siapa itu ! teriak Hong Sat koay-ceng dengan marah. Ia terus menyerbu kebarat. Kali ini ia yakin, orang itu tentu berada di sebelah barat. Tetapi untuk kedua kalinya ia kecele. Hanya angin yang ditemukan.
"Ha, ha. ha ... bayangan hanya dapat dilihat dari jauh, jangan didekati, dia akan menghilang. ha, ha, ha ...
"
Suara itu makin lama makin jauh dan akhirnya lenyap ditelan kesunyian malam.
Hong Sat koay ceng terkejut, la tak menyangka bahwa di tempat yang sesunyi itu, terdapat seorang tokoh yang sesakti itu kepandaiannya.
Siapakah dia ? Adakah dia tokoh dari Thian-long kau?.
Ah.
tak mungkin kalau orang Thian-tong-kau tentu akan membela Ngo-tok Sin kun.
Lalu siapakah dia ? Dia mengatakan bayangan"
"Hai. apakah dia bukan Bu Ing lojin ?"
Teriak Hong Sat koay-ceng ketika teringat akan seorang tokoh yang bergelar Bu Ing atau Tanpa bayangan.
"Ah peduli apa", akhirnya ia menggeram. Seorang lelaki berabi berbuat harus berani tanggung jawab."
Dan Ngo tok Sin-kun itu memang seorang manusia jahat.
Dia mempelajari ilmu racun untuk menguasai kaum persilatan.
Manusia macam begitu harus dilenyapkan dari dunia !' Kemudian ia hendak kembali ke markas.
Thian-sat-cu yang selama itu bersembunyi untuk mengikuti gerak gerik Hong Sat koay-ceng tahu apa yang terjadi semua.
Tetapi diam2 iapun terkejut ketika mendengar gelak tawa dari orang aneh tadi.
Ia sendiri tak melihat suatu apa, hanya mendengar gelak tawa dan suaranya untuk mengejek Hong Sat koay-ceng.
Seperti Hong Sat koay-ceng.
ia sendiri juga bingung memikirkan siapa orang aneh itu.
Thian sat-cu tetap mengikuti gerak gerik Hong Sat koayceng di markas Thian-tong-kau, ternyata Hong Sat koay-ceng telah menyediakan rencana yang baru;.
Ia mencari seorang tokoh silat yang tunduk padanya dan didudukkan sebagai ketua Thian-tong-kau.
la suruh Cian-bin-long-kun untuk menghias orang ilu sehingga menyerupai Kim Thian-cong.
Kemudian Hong Sat koayceng sendiri menjadi pengacara baju merah untuk memimpin upacara sembahyangan peresmian Thian-tong-kau.
Tetapi manusia boleh merencanakan Tuhan yang menentukan.
Muncullah beberapa tokoh silat yang menentang upacara itu sampai akhirnya muncul beberapa orang kembar.
Pengacara kembar.
Blo'on kembar dan lain2 gangguan.
Blo'on kesatu, ternyata penyamaran dari Cian bin-long-kun.
Hal itu memang diatur oleh Hong Sat koay-ceng untuk memancing munculnya Blo'on yang aseli.
Kemudian memang muncul Bloon kedua.
Bermula diduga Blo'on kedua itu tentulah Blo'on aseli tetapi diluar dugaan ternyata muncul pula pemuda gundul yang mengaku Bloon.
Dan betapa kejutnya ketika Blo'on kedua itu sadar lalu menggabung pada seorang kakek sinting yang mengaku bernama Lo Kun.
Bermula Hong Sat koay-ceng sendiri heran, mengapa dia sendiri demikian juga sekalian anakbuah Thiantong- kau seperti terkena suatu kekuatan gaib yang tak kelihatan tetapi menyebabkan mereka terpaku diam seperti patung.
Dan mengapa pula tiba2 kekuatan itu hilang sendiri dan terjadi suatu perobahan lagi.
Sekalian anakbuah Thian-tongkau seperti terbangun dari tidurnya dan Blo'on kedua itupun segera menyadari diri kalau dirinya bukan Blo'on, lalu bergabung pada kakek Lo Kun.
Jika Hong-sat koay-ceng tak tahu itu memang tak dapat dipersalahkan.
Karena semua kekuatan gaib yang mencengkam suasana panggung tak lain dan pancaran ilmu dari Rajendra Singh yang bersembunyi dalam lingkungan celah2 batu karang, ilmu itu disebut Sip-hun-kang atau ilmu Pengikat jiwa sebuah ilmu dari Thian-tiok yang dapat digunakan untuk menguasai kesadaran pikiran orang, Mengapa Liok sian-li tiba2 berobah menjadi Blo'on kedua ? Hal itu juga ada ceritanya.
Ketika Liok Sian Ii ditinggal oleh Ceng Sian suthay yang kembali ke gunung Lo-hu-san untuk menghadiri rapat ketujuh ketua partai persilatan maka Ceng Sian suthay telah mengadakan perjanjian dengan Liok Sian Li supaya menunggu saja dikaki gunung Thay-san.
Beberapa ketua partai persilatan itu tentu akan menuju ke gunung Thay-san untuk memenuhi undangan Kim Thian-cong ketua Thian-tong kau.
Maka setelah Liok Sian-li gagal untuk mencari jejak Blo'on yang hilang dikotaraja, terpaksa ia terus berangkat ke Thaysan.
Berhubung tugasnya sebagai kepala cabang Kay-pang di kotaraja, terpaksa Ong Cun tak dapat mengantar nona itu.
Ketika hampir tiba dikaki gunung Thay-san tiba2 Sian-li harus mengalami peristiwa yang tak menyenangkan.
Dia bertemu dengan seorang paderi dari Thian-tiok.
Ia tak kenal siapa paderi Thian-tiok itu tetapi tahu2 paderi India itu terus hendak menangkapnya.
Paderi Thian-tiok itu bukan lain adalah Rajendra Singh.
Dia penasaran dan marah karena Hong Ing dapat lolos, ia terus mencari ke-mana2 Dalam perjalanan, ia mendengar kabar tentang munculnya seorang Kim Thian-cong di gunung Thaysan.
la heran mengapa Kim Thian-cong yang sudah mati tiba2 bisa hidup lagi di gunung Thay-san.
Maka berangkatlah ia ke gunung untuk menemui Kim Thian-cong.
Tiba di sebuah hutan tak berapa jauh dan kaki gunung Thay-san ia melihat Liok Sian-li sedang berjalan seorang diri.
Seketika memberingaslah ia.
Ia menganggap Liok Sian-li itu adalah Hong Ing yang melarikan diri itu.
Memang umur dan wajah kedua nona itu hampir sama.
"Hai. budak, hendak lari kemana engkau ?"
Teriaknya seraya lari menyerbu. Sudah tentu Liok Sian-li terkejut dan loncat menghindar .
"Hai, paderi. siapa engkau mengapa engkau hendak menyerbu aku ?"
"Gila, engkau jangan berlagak pilon, budak. Hayo, serahkan dirimu, kalau engkau tak minum pil lagi, dalam sepuluh hari jiwamu tentu melayang."
"Ih, aneh"
Seru Liok Sian-li.
"siapa yang minum pil ?"
"Engkau, budak perempuan."
Teriak paderi Thian-tiok yang bukan lain adalah Rajendra Singh.
la mengira kalau tak minum pil maka pikiran nona itu jadi sadar dan tak kenal lagi kepadanya, terus menyerang Liok Sian-li.
Melihat paderi India itu sangat liar dan tak kenal aturan.
Sian-li pun marah.
Ia kira paderi itu tentu seorang paderi cabul yang gemar merusak kehormatan anak gadis.
Maka iapun segera mencabut pedang dan menyerangnya.
Tetapi sambil berloncatan menghindar tak henti2nya mulut Rajendra Singh berkumat-kamit, matanya memandang mata Sian li dengan tajam.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aneh, makin lama gerakan pedang Sianli lambat dan makin lambat sampai pada pedang dilepaskan dan ia berdiri tegak seperti patung.
"Hm, budak perempuan, bukankah sekarang engkau tunduk dan taat padaku seru Rajendra Singh. Sian Ii mengangguk.
"Jawab dengan perkataan !", seru Rajendra.
"Ya. aku tunduk"
Kata Sian-li.
"Engkau mau melakukan semua apa yang kuperintahkan ?"
"Ya, mau."
"Baik, sejak saat ini engkau harus meltakukan apa saja yang kuperintahkan. Tidak boleh membantah mengerti ?"
"Mengerti", sahut Sian-li.
"Sekarang makanlah pil ini,"
Kata Rajendra. Singh seraya menyerahkan sebutir pil warna hitam sebesar biji jambu. Sian-li segera menyambuti terus ditelannya.
"Ingat, tiap sepuluh hari, engkau harus makan pil. Kalau aku lupa, engkau harus minta. Jika tidak makan pada waktunya, urat pada otakmu akan putus dan engkau tentu mati atau jadi gila, tahu ?"
"Ya, tahu,"
Sahut Sian-li pula.
"Nah, sekarang lakukan perintahku. Jawablah! pertanyaanku ini."
Seru Rajendra.
"engkau kenali dengan pemuda yang bernama Blo'on".
"Kenal "
"Engkau masih ingat akan bentuk wajah dan potongan rambutnya ?"
"Masih."
"Nah, sekarang, cukurlah rambutmu menurut potongan rambut si Blo'on itu."
Tanpa banyak bicara, Sian-li menjemput pedang yang jatuh di tanah lalu memotong rambutnya yang bagus. Kepalanya hampir gundul, hanya disisakan dua untai kuncir pada sebelah kanan dan kiri.
"Bagus, rambutmu sudah mirip, sekarang tinggal raut wajahmu. Mari ikut aku"
Kata Rajemdra seraya ayunkan langkah. Sian-li mengikutinya. Ternyata Rajendra menuju kesebuah telaga kecil dan memerintahkan supaya Sian-li bercemin permukaan air.
"Buatlah wajahmu supaya mirip dengan Bloon"
Seru Rajendra Sigh. Sian-li pun melakukan perintah itu tanpa banyak omong. Karena Bloon itu sukonya, sudah tentu ia faham sekali akan raut wajahnya. Tak berapa lama berdandan wajahnya memang mirip dengan Blo'on.
"Sekarang pakailah pakaian ini"
Seru Rajendra seraya melemparkan sebuah buntalan berisi pakaian anak laki.
Tanpa membantah, Sian-Ii pun segera memakainya.
Kini Sian-li bukan lagi seorang gadis yang cantik tetapi menyerupai Bioon.
Setelah itu baru Rajendra Singh mengajaknya naik ke atas gunung Thay-san.
Tiba di markas Thian-tong kau, Rajendra melepaskannya supaya masuk sendiri.
Sedang ia bersembunyi di antara celah- batu karang.
Disitu ia melancarkan ilmu Sip hun-kan untuk menguasai dan mengemudikan gerak-gerik dan ucapan Sian Ii.
Rajendra Singh hanya menguasai pikiran Sian-li agar ia tetap menganggap dirinya sebagai BIo'on.
Dalam alam pikiran sebagai Blo'on,.
Sian-li dapat mengingat hubungannya dengan Ceng-Sian thay dan Hoa Sin serta Hong Hong lojin.
Itulah sebabnya ia perlu turun panggung dulu untuk mencari mereka.
Dan karena ia juga membawa beberapa biji buah Hay-te-cian lian-som atau buah som dari dasar laut yang berumur seribu tahun, maka buah itupun segera diberikan untuk mengobati ketiga ketua partai persilatan yang menderita luka itu.
Kemudian ketika kakek Lo Kun muncul ia masih ingat.
Memang luar biasa juga ilmu Sip hun kang (Pengikat-jiwa) dari Rajendra Singh itu.
Segala ingatan dan pengalaman dari Bloon, Sian-li ingat dan tahu semua.
Di lain fihak penyamaran Cian-bin-long-kun atau si Wajah Seribu itupun hebat sekali.
Dia benar2 mirip dengan Blo'on.
Memang keahlian dari Cian-bin-long-kun itu adalah dalam soal menyamar Bahkan dalam kerjasama dengan Gui thaykam untuk mencuri harta pusaka dalam keraton, pernah Cian-binlong- kun menyamar sebagai baginda raja dan memerintahkan penjaga gudang penyimpan harta, supaya benda2 pusaka keraton dikeluarkan.
Itulah sebabnya ia berhasil mengumpulkan harta pusaka sampai tiga peti dan diam2 disembunyikan dipulau kosong.
Cian-bin-long-kun memuji kecerdikan Gui-thaykam.
Agar pencurian harta pusaka keraton itu jangan sampai menimbulkan kegemparan, maka Gui thaykam telah membuat tiruan pada setiap macam benda pusaka.
Dengan demikian gudang itu tetap, berisi dengan harta permata tetapi bukan asli lagi.
Adanya Cian- bin-long kun sampai menyaru jadi Blo'on dan muncul di atas panggung Thian tong-kau adalah dengan persetujuan dari gurunya.
Hong Sat-koay-ceng yang menyamar sebagai pengacara baju merah.
Tujuan Cian-binlong kun tak lain hanyalah hendak memancing kemunculan Blo'on.
yang asli.
Demikian yang terjadi di atas panggung Thian tong kau yang saat itu berobah menjadi medan pertempuran hebat.
Serunya pertempuran, tegangnya suasana telah menyelimpatkan kelalaian orang untuk memperhatikan tentang lenyapnya seseorang.
Orang itu bukan lain adalah pengacara kedua yang muncul di panggung dan tuduh menuduh dengan pengacara baju merah tadi.
Kemanakah gerangan lenyapnya orang itu ? Tiada sorangpun yang memperhatikan.
Tiada seorangpun yang mengurus.
Yang nyata orang itu telah menyelinap lolos.
Melihat pemuda gundul itu dapat mengalahkan Blo'on kesatu dan menelanjangi Blo'on kedua yang ternyata penyamaran dari Liok Sian-li, kakek Lo Kun hendak menghampiri pemuda gundul.
Tetapi dia segera dikepung oleh barisan bocah.
"Setan cilik, mau apa engkau ?."
Teriak Lo Kun.
"Menangkapmu,"
Sahut salah seorang bocah baju kuning.
"Gila, engkau bocah kecil mengapa hendak menangkap orang tua ?"
"Engkau mengacau panggung ini "
"Siapa bilang aku mengacau ? Aku hendak mencari cucuku yang bernama Blo'on. Aku membawa mainan yang hebat hendak kuberikan padanya"
"Mainan apa ?"
Tanya bocah itu. Lo Kun mengeluarkan kumala merah yang berbentuk seperti naga terbang, serunya.
"Mainan begini apa engkau tak suka ?"
"Suka. suka"
Serentak kawanan bocah baju kuning berteriak.
"Jangan bergembira dulu, bocah."
Seru Lo Kun.
"karena yang ini sudah menjadi milik cucuku Blo'on. Kalau kalian ingin, nanti kuambilkan lagi"
"Ya, ambilkan saja."
Seru seorang bocah.
"Kemana ?"
Lain bocah bertanya.
"Ke pulau kosong"
"Kakek linglung ! Kakek gila ! Kawan2, mari kita hajar dan rampas mainan kakek itu,"
Teriak kawanan bocah baju kuning. Mereka segera menyerbu Lo Kun. Lo Kun terpaksa melayani. Dalam perkelahian itu mulutnya tak henti2nya mengomel .
"Ah, malu. Mengapa seorang kakek tua harus berkelahi dengan anak kecil"
"Hai, setan2 kecil, jangan teruskan perkelahian ini"
Serunya sesaat kemudian.
"Kenapa ?"
Kawanan bocah baju kuning itu heran.
"Aku malu, seorang kakek harus berkelahi dengan anak kecil. Panggil saja kakekmu atau nenekmu kemari."
"Engkau tak perlu malu. Kalau engkau mampu mengalahkan kami berenam, ini tandanya engkau seorang kakek jempol"
"Tidak, umurku jauh lebih tua. layak menjadi kakekmu. Aku tak mau berkelahi dengan anak2."
"Ho, engkau keberatan soal umur ? Berapa umurmu sekarang ?"
Seru bocah itu.
"Lebih dari seratus tahun "
Seru Lo Kun.
"Kami rata2 berumur sepuluh sampai duabelas tahun. Kalau enam orang jadi lebih kurang baru berumur tujuhpuluh tahun. Jika begitu, tunggu"
Bocah itu berpaling kearah kawanan bocah baju biru, serunya "Hai, kawan2, kemarilah untuk menjangkepi umur kita !"
Saat itu kawanan bocah baju biru sedang mengepung Liok Sian-li.
Mendengar panggilan bocah baju kuning mereka tinggalkan Sian-li dan berhamburan mendatangi ketempat kawanan bocah baju kuning.
Nah, sekarang tambah enam orang Iagi.
Jadi semua berjumlah duabelas.
Kalau rata2 kami berumur sepuluh tahun gunggung kepruk kita sudah berumur seratus duapuluh tahun.
Lebih tua dari engkau.
Apakah engkau mau berkelahi dengan kita sekarang ?"
Seru bocah baju kuning itu kepada Lo Kun.
"Ya. aku mau ... eh nanti dulu."
Kakek Lo Kun tiba2 hentikan kata2.
"memang kalian lebih tua dalam hal umur, tetapi jumlah kalian duabelas orang sedang aku hanya seorang. Adilkah itu ?"
Kembali bocah baju Kuning itu terbungkam tak dapat menjawab. Memang alasan kakek itu tepat.
"Kita bergabung jadi satu"
Tiba2 seorang bocah baju biru berseru.
"Betul"
Sambut kawanan bocah baju kuning "hayo, kita saling bertumpuk."
Seorang bocah baju kuning yang paling tua Umurnya sepera tegak berdiri.
Seorang bocah baju kuning lain segera loncat duduk pada kedua bahu bocah yang pertama Lalu bocah yang ketiga duduk dibahu bocah kedua, bocah keempat pada bahu bocah ketiga, bocah kelima duduk pada bahu bocah keempat, bocah keenam duduk pada bahu bocah kelima.
Dengan demikian jadilah sebuah tumpukan manusia tinggi.
Melihat itu barisan bocah baju birupun meniru.
Mereka saling duduk di bahu kawannya sehingga menjadi seorang raksasa tinggi.
"Bagus, kalian memang bocah cerdas,"' seru Lo Kun gembira.
"sekarang baru aku mau berkelahi. Demikian dua raksasa baju kuning dan baju biru segera menyerang kakek Lo Kun. Kakek itu terkejut ketika keenam bocah itu serempak melepas pukulan, hebatnya bukan alang kepalang. Kakek Lo Kun terdampar beberapa langkah ke belakang. Di situ dia disambut oleh pukulan serempak dari raksasa bocah baju biru. Ia terdampar balik ke muka. Untuk sesaat kakek Lo Kun tak berdaya. Ia menjadi semacam bola yang dipukul kesana dipukul kemari. Karena tak tahan, kakek itu menjerit keras lalu loncat menghindar ke belakang. Ah, ternyata raksasa bocah baju kuning itupun mengikuti berputar ke belakang. Lo Kun berputar lagi ke kiri, merekapun berputar ke kiri. Tetapi karena harus berdiri ber-tumpuk2an, gerakan kawanan bocah kuning itupun agak lamban, demikian pula dengan barisan bocah baju biru. Lo Kun memang seorang kakek yang linglung tetapi dalam ilmu berkelahi ternyata ia sering mempunyai pikiran yang baik. Begitu melihat kelambanan gerak kedua barisan bocah itu, segera ia mendapat akal. Dan ber-putar2lah ia makin lama makin cepat untuk mengitari kedua barisan bocah itu. Tetapi kedua barisan bocah baju kuning dan baju biru itu juga pintar. Mereka berhenti dan tegak berdiam diri tak mau mengikuti gerakan si kakek. Yang satu menghadap ke muka dan yang satu menghadap ke belakang. Dengan demikian Lo Kun mati kutu juga.
"Kakek, minggirlah, biar aku yang menghajar anak2 setan itu,"
Tiba2 pemuda gundul berseru seraya maju menghampiri kedua barisan bocah.
"Turun !"
Teriak pemuda gundul memberi perintah. Kedua barisan bocah itupun berhamburan loncat turun.
"Kalian boleh maju semua mengeroyok aku"
Seru pemuda gundul pula.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kawanan bocah baju kuning dan baju biru itu sudah melihat sendiri bagaimana pengacara baju merah tadi telah dikalahkan oleh pemuda gundul itu.
Maka marekapun tak mau banyak bicara lagi dan terus berhamburan menyerang pemuda gundul itu.
"Aduh. aduh, aduh ...
"
Terdengar jerit teriakan dari kawanan bocah baju kuning dan baju biru ketika mereka terpental ke belakang.
Mereka heran.
Ketika melancarkan serangan pemuda gundul itupun menirukan apa saja yang di lakukan kawanan bocah itu.
Duabelas macam gerak serangan dari keduabelas bocah itu dilakukan dengan serempak oleh pemuda gundul itu.
Seperti terasa suatu tenaga pantulan yang hebat dari gerakan pemuda gundul itu hingga kedua belas bocah itupun terpental dan mengaduh.
Tetapi rupanya mereka masih penasaran.
Cepat mereka menyerbu lagi dengan serangan yang lebih dahsyat.
Tetapi hasilnyapun bahkan malah membuat mereka menjerit dan berteriak makin keras.
Apa saja, baik gerak maupun tenaga-dalam yang dipancarkan dari kedua belas bocah itu, seperti mendampar balik kepada mereka sendiri.
Aneh, aneh, aneh ...
demikian mereka berpikir dan berpikir tanpa mengerti jawabannya.
Dalam pada itu setelah bebas dari gangguan kawanan bocah, kakek Lo Kun lalu cari perkara.
Sebenarnya ia hendak mencari Sian-li, tetapi ketika dilihatnya saat itu Sian-li sedang dikepung oleh selusin dara cantik baju merah, segera kakek Lo Kun ber-lari2 dengan gembira.
"Sian-li, menyingkirkan berikan dara2 ayu itu kepada kakekmu."
Serunya seraya terus menyerbu ke tengah mereka.
Saat itu sebenarnya Sian-li sedang kewalahan juga menghadapi lawan.
Ia menghela napas longgar ketika mendengar Lo Kun hendak membantu.
Serentak ia loncat mundur.
Tetapi secepat itupun ia sudah disambut oleh keduabelas dara baju hijau.
"Hai, dara2 cantik, mengapa kalian hendak berkelahi ? Siapa yang suruh kalian berkelahi? Masakan anak gadis yang cantik, gemar berkelahi? Celaka, kelak calon suamimu tentu takut. Keduabelas dara baju merah itu geram2 geli menghadapi kakek limbung itu. Mereka malu juga ketika diolok oleh kakek Lo Kun. Diserangnya kakek itu dengan lebih hebat sehingga berulang kali Lo Kun harus menerima tamparan mereka. Aneh juga kawanan dara baju merah itu. Menghadapi si kakek limbung, timbullah selera mereka untuk memperolok2nya. Mereka tak mau sekaligus menghantam dengan tenaga keras, melainkan cukup menampar gundul, pipi dan punggung orang. Bahkan ada seorang dara yang nakal, telah menarik jenggot putih dari Lo Kun. Lo Kun bukannya marah kebalikannya malah tertawa gembira. Sebenarnya jika mau, kakek itu dapat mengeluarkan seluruh kepandaian dan tenaga untuk menghajar dara2 itu. Tetapi dasar kakek limbung dan gila paras cantik, dia tak sampai hati untuk menggunakan kekerasan. Akibatnya, dia sendiri harus berulang kali menerima tamparan, tabokan, gaplokan dan selentikan bahkan jenggotnya ditarik dan dicabut2. Karena merasa nikmat seperti orang dipijati maka Lo Kunpun tak mau menyudahi pertempuran itu. Dia tertawa dan gembira sekali. Sebenarnya ia lupa kalau membawa sebuah senjata yang hebat yalah ular Thiat-bi-coa yang masih melilit dipinggangnya seperti sabuk. Setelah habis kepala, muka dan dada dijadikan sasaran, dara2 itu mulai cari2. Melihat kakek itu memakai sabuk yang indah, timbullah keinginan mereka untuk mengambilnya, Dua orang dara tampak ber-bisik2. Tiba2 yang seorang loncat untuk mencabut rambut alis kakek Lo Kun. Melihat ancaman itu, Lo Kun terkejut. Tetapi demi melihat tangan dara itu putih dan halus, kakek itu ter longong2. la merasa bahwa tangan halus itu menjamah alis tetapi dibiarkannya saja. Baru setelah tangan si dara menarik rambut alisnya kakek Lo Kun merasa kesakitan. Namun ia tahan rasa sakit itu sehingga hanya menyeringai seperti seekor harimau tertawa. Pada saat si dara mencabut alis kakek Lo-Kun. kawan sidarapun sudah loncat dan menarik sabuk pinggang kakek itu.
"Aiiihhh ...
"
Tiba2 dara itu menjerit kaget dan menyabitkan tangannya.
"Hiiih ...
"
Terdengar pula dara yang mencabut alis Lo Kun itu menjerit dan berontak sekuatnya.
Dan pada lain kejap, terdengar pula lain dara menjerit dan berjingkrak-jingkrak tak keruan seperti orang kemasukan setan.
Apakah yarg terjadi? Ternyata ketika dara tadi menarik ikat pinggang kakek Lo Kun, maka ular Thiat bi-coa yang bermula melingkar diam, karena ditarik dan kaget, terus hendak menyambar muka si dara.
Dara itu terkejut lalu menepiskan.
Ular melayang, tepat jatuh pada lengan dara yang tengah mencabut alis kakek Lo Kun.
Dara itupun menjerit dan menyiakkannya sekuat tenaga.
Ular terlempar melayang ke arah dara lain, dara itu menjerit dan menyiakkan ke lain kawannya.
Dengan demikian bubarlah kedua belas dara baju merah itu karena ngeri melihat ular.
"Gila mengapa engkau membikin takut dara2 cantik itu?", teriak Lo Kun seraya menyambar ular Thiat bi-coa lagi. Ia marah karena ular itu telah membuat kawanan dara cantik bubar. Tetapi ular Thiat-bi-coa diam saja. Kalau dapat bicara ia tentu akan membantah. Tetapi sayang dia hanya seekor ular yang tak dapat bicara. Bahkan karena melihat wajah Lo Kun merah padam ular itu menganggapnya gembira karena dapat membubarkan dara2 itu, Maka iapun merayap sepanjang bahu kakek Lo Kun dan menjilat2 telinganya. Saat itu pemuda gundul sudah dapat menghajar keduabelas barisan bocah Thian-tong-kau. Kawanan bocah itu benar2 kewalahan sekali. Apapun gerakan mereka, tentu pemuda gundul dapat menirukan. Apapun tenaga-dalam yang dipancarkan, tentu pemuda gundul itu cepat memancarkan juga.
"Setan . .
"
Akhirnya karena kewalahan mereka menganggap pemuda gundul itu seorang setan dan larilah mereka ketakutan.
Pemuda gundul hendak menolong kakek Lo-Kun tetapi ternyata barisan gadis yang mengerubuti kakek itu sudah bubar.
Kini hanya tinggal Sian-li yang masih dikeroyok duabelas dara baju hijau.
Pemuda gundul terus ayunkan langkah hendak menolong tetapi tiba2 kakek Lo Kun sudah menghadangnya.
"Hola, kalau begitu, nyata engkaulah Blo'on yang sejati !"
Teriak kakek Lo Kun seraya maju menghampiri.
"Sudahlah, nanti kita bicara lagi. Sekarang kita tolong pemuda kuncir yang sedang dikeroyok kawanan dara baju hi|au itu,"
Seru pemuda gundul.
"Ah. engkau salah", seru kakek Blo'on.
"dia bukan pemuda berkuncir tetapi seorang nona. Adik seperguruanmu Liok Sianli. Gila, masakan engkau lupa ?"
"Masakan kalau Sian li dandanannya seperti seorang pemuda sinting begitu ?"
Tanya pemuda gundul.
"Heh, heh, itulah perwujutan rupamu sendiri"
Lo Kun tertawa.
"kalau engkau ingin melihat tampang mukamu, ya, seperti itulah !"
"Akan kutanya kepadanya, benarkah dia itu Sian-li."
Kata pemuda gundul seraya melangkah.
"Tunggu", teriak kakek Lo Kim pula seraya dorongkan kedua tangannya kemuka.
"aku hendak memberi hadiah kepadamu sebuah benda mainan yang tak ada keduanya di dunia"
Habis berkata kakek itu terus mengeluarkan batu giok merah berbentuk seekor naga terbang dan terus diangsurkan kepada pemuda gundul. Tiba2 terdengar suara orang berteriak meleng king .
"Hai. tunggu dulu"
Kakek Lo Kun terkejut dan berpaling, tahu2 seekor kera loncat menubruk mukanya. Ia memekik kaget dan menyingkir kesamping tetapi saat itu, tangannya terasa ditusuk benda tajam. Ia menjerit lagi dan membuka genggamannya .....
"Hi, hi. hi ...
"
Terdengar suara seorang nona tertawa mengikik seraya memandang sebuah benda yang dipegangnya.
"Oh, sungguh bagus sekali mainan ini."
Lo Kun tahu apa yang terjadi.
Di atas panggung itu muncul pula seorang nona cantik membawa seekor kera hitam dan seekor burung rajawali.
Kera itulah yang hendak menerkam mukanya dan rajawali itulah yang telah mematuk tangannya lalu merebut kumala merah dan diberikan kepada sinona.
"Kurang ajar !"
Teriak Lo Kun, 'itu punya si Blo'on, mengapa engkau berani merebut ?"
"Eh, kakek, apa engkau masih punya yang lain?"
Bukan menjawab tetapi nona itu malah bertanya lagi. ' Punya"
Sahut Lo Kun tanpa sadar. Ia mengeluarkan kumala hijau berbentuk burung hong.
"inilah pasangannya. Tetapi ini hendak kuberikan kepada Sian li, jangan engkau rampas.
"Berikan kepadaku"
Teriak nona itu yang bukan lain adalah Ui Hong Ing.
Setelah berhasil menumpas Rajendra Singh, nona itu segera mengajak kedua binatang peliharaannya menuju ke panggung.
Melihat ramai2 orang bertempur di atas panggung, nona itupun terus ayunkan tubuh melayang ke atas panggung.
Tepat pada saat itu ia melihat kakek Lo Kun tengah menyerahkan kumala merah kepada pemuda gundul.
Segera ia suruh kera hitam dan rajawali untuk merebutnya.
"Mana si Bloon itu?", tiba2 nona itu berseru kepada kakek Lo Kun. Baru Lo-Kun hendak berpaling kearah pemuda gundul, nona itu atau Hong Ing sudah loncat ke hadapan Sian-li.
Pedang Tanpa Perasaan -- Khu Lung Pendekar Gelandangan Karya Khu Lung Pendekar Bayangan Setan -- Khu Lung